Ancaman Pemberantasan Korupsi Saat Ini
Embed Size (px)
description
Transcript of Ancaman Pemberantasan Korupsi Saat Ini

Ancaman Pemberantasan Korupsi Saat Ini
Bolak balik perkara yang tidak terselesaikan. Perijinan yang diminta penyidik tidak turun / keluar. RUU Pengadilan Tipikor diperlemah (eksistensi dan
perekrutan hakim ad hoc-nya). Ada upaya lindungi pelaku TP Korupsi. Upaya penghapusan KPK. Upaya sistematis mengurangi kewenangan KPK (mis.
penyadapan ditentangkan dengan HAM). Upaya judicial review UU KPK (7X). Kurang maksimalnya upaya perlindungan terhadap
pelapor. Pelapor TP Korupsi dilapor balik sebagai TSK kasus
yang lain.

What next ?
Publikasi/laporan umum tentang hasil pengembalian kerugian negara (KPK, Jaksa dan Polri serta Depkeu)
Upaya pencegahan (sosial-struktural-keagamaan)

Per-UU-an lain yang terkait denganpemberantasan korupsi di Indonesia
TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
Instruksi Presiden No. 30 Tahun 1998 tentang Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaa Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;

Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Keputusan Presiden No. 73 Tahun 2003 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana korupsi
Keputusan Presiden No. 45 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi Administrasi dan Finansial Sekretariat Jendral Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara Ke Komisi Pemberantasan Korupsi
Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2004 tentang Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan tindak Pidana Korupsi
Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Conventions Against Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi)
Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana atau Undang-undang Mutual Legal Assistence (UU MLA)

Rumusan Tindak Pidana Korupsi (UU 31/1999 jo UU 20/2001)
Dikelompokkan menjadi:Merugikan keuangan negara,Suap-menyuapPenggelapan dalam jabatanPemerasanPerbuatan curangBenturan kepentingan dalam pengadaanGratifikasi

Karakteristik UU TPK 31/99(Romli Atmasasmita)
Merumuskan tindak pidana korupsi sebagai delik formil, bukan delik materiel, sehingga pengembalian keuangan negara tidak menghapuskan penuntutan terhadap terdakwa, melainkan hanya merupakan faktor yang meringankan pidana;
Mencantumkan korporasi, di samping perorangan sebagai subyek hukum;
Mencantumkan sistem pembalikan beban pembuktian terbatas atau berimbang (balanced burden of proof);
Mencantumkan yurisdiksi ke luar batas teritorial atau extrateritorial jurisdiction;
Undang-undang ini mencantumkan ancaman pidana minimum di samping ancaman pidana maksimum;

Mencantumkan ancaman pidana mati sebagai unsur pemberatan dalam hal-hal tertentu seperti negara dalam keadaan bahaya, terjadi bencana alam nasional, tindak pidana korupsi dilakukan sebagai pengulangan tindak pidana atau negara dalam keadaan krisis ekonomi
Mengatur tentang pembekuan rekening tersangka/terdakwa (freezing) yang dapat dilanjutkan dengan penyitaan (seizure);
Mencantumkan tentang peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi, dipertegas dan diperluas, sehingga perlindungan atas saksi pelapor lebih optimal;
Mengamanatkan pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai lembaga yang independen, terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.

Aspek Pidana dalam UU 31/99 jo. UU 20/2001 Jenis pidana yang diancamkan mati, penjara
seumur hidup, penjara waktu tertentu (1 – 20 th), denda (50 juta – 1 M).
Pidana mati dapat dijatuhkan (Pasal 2) jika korupsi dilakukan dalam hal tertentu, yaitu pada waktu negara dalam keadaan bahaya, bencana alam, krismon, atau pengulangan korupsi.
Ketentuan pidana telah mengenal pidana minimal khusus dan maksimal khusus, sebagai batasan bagi hakim dalam menjatuhkan pidana bagi pelaku. Ketentuan ini baru karena dalam KUHP hanya meenal pidana maksimal umum dan minimal umum.
Pidana bagi percobaan, permufakatan jahat, pembantuan tidak ada pengurangan 1/3 sebagaimana dalam KUHP, akan tetapi dipidana sama seperti pelakunya (Pasal 15 dan 16).

Pidana tambahan (Pasal 18) : perampasan barang, pembayaran uang pengganti, penutupan usaha, pencabutan hak.
Adanya pidana penyitaan harta benda pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan.
Dikenal adanya pidana penjara pengganti jika terdakwa tidak mampu membayarkan pidana pembayaran uang pengganti dengan maksimum tidak melebihi pidana pokoknya.
Pidana denda bagi pelaku korporasi diperberat dengan ditambah 1/3 dari pidana denda pokok untuk pelaku orang/manusia (Pasal 20).

PASALPIDANA
MATIPIDANA PENJARA
PIDANA DENDA
PENGANCAMAN PIDANA PENJARA & DENDA
2 MatiSH atau 4-20
th200 jt-1 M Kumulatif
3 -SH atau 1-20
th50 jt-1 M alternatif-kumulatif
5* - 1-5 th 50-250 jt alternatif-kumulatif
6* - 3-15 th 150-750 jt Kumulatif
7* - 2-7 th 100-350 jt alternatif-kumulatif
8* - 3-15 th 150-750 jt Kumulatif
9* - 1-5 th 50-250 jt Kumulatif
10* - 2-7 th 100-350 jt Kumulatif
11* - 1-5 th 50-250 jt alternatif-kumulatif
12* -SH atau 4-20
th200 jt-1 M Kumulatif
12B* -SH atau 4-20
th200 jt-1 M Kumulatif
13 - 3 th 150 jt alternatif-kumulatif
21 - 3-12 th 150-600 jt alternatif-kumulatif
22 - 3-12 th 150-600 jt alternatif-kumulatif
23 - 1-6 th 50-300 jt alternatif-kumulatif
* tambahan/perubahan dengan UU No. 20 Tahun 2001

Wajah Pelayanan Publik ≈ Kebersihan Birokrasi Indeks Persepsi Korupsi

Current Standing
Corruption Perceptions Index (TI)
2.42,2
2,02.
31,9
2003 2004 2005 2006 2007
2.6
2008

IPK merupakan indeks persepsi pebisnis, maka praktek-praktek korupsi dalam urusan bisnis harus dikurangi.Misalnya dalam urusan:
• Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, HGU, IMB, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).
• Pengurusan izin PMA (Indonesia 771 hari, Malaysia 45 hari, Vietnam 40 hari),
• Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak).
• Pengadaan barang dan jasa pemerintah (markup, fiktif, kickback, suap, penunjukan langsung, dll.).
• Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea cukai).
• Pungutan liar oleh polisi, imigrasi, tenaga kerja.
• Proses pembayaran termin proyek dari KPKN.
• Di Indonesia ada 368 jenis pelayanan publik (waktu & biaya).

UU No. 30 tahun 2002 merupakan amanat dari UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 43 yang menyatakan perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi melalui Undang – Undang sehingga lahirlah
Komisi Pemberantasan Korupsi
Dibentuk pada 29 Desember 2003 berdasarkan UU no.30 th 2002.

VISIMenjadi lembaga yang mampu
mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi
MISI
Pendobrak dan pendorong Indonesia yang bebas dari korupsi
Menjadi pemimpin dan Penggerak perubahan untuk mewujudkan
Indonesia yang bebas dari Korupsi

VISI DAN MISI BARESKRIM POLRI
VISI :1. CRIME HUNTER DLM RANGKA MELINDUNGI & MENGAYOMI MASYARAKAT
2. PENYIDIK YANG PROFESIONAL & HANDAL “ DIDAMBAKAN RAKYAT DAN DISEGANI APARAT “
MISI :3. MENGEMBANGKAN SISTIM & METODE PELAKSANAAN PENYELIDIKAN DAN
PENYIDIKAN TP DLM RANGAK PENEGAKAN HUKUM. 2. MEMBINA DAN MENERAPKAN FUNGSI FORENSIK DAN IDENTIFIKASI KEPOLISIAN DLM
RANGKA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PENYIDIKAN TP SECARA ILMIAH.
3. MENYELENGGARAN PENYELIDIKAN & PENYIDIKAN TP DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM SECARA PROFESIONAL.
4. MENGINTENSIPKAN KERJA SAMA DENGAN KEPOLISIAN INTERNATIONAL DLM RANGKA PENINGKATAN KEMAPUAN PROFESIONAL PENYIDIKAN DAN PENANGANAN KEJAHATAN TRASNASIONAL.
5. MEMBANGUN DAN MELENGKAPI SARANA DAN PERALATAN PENYIDIKAN UNTUK TP TRADISIONAL MAUPUN KEJAHATAN BARU.

KARAKTERISTIK TP KORUPSI
KOMPLEKSITAS
ORGANIZE CRIME, MASUK DLM SISTEM
BERSIFAT ADMINISTRATIF
PEMBUKTIANNYA BERSIFAT FORMIL DAN MATERIIL
TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG LAIN
PLK UMUMNYA PUNYA OTORITAS & KONEKSITAS DI BDNG
KEUANGAN
SELALU MEMBUAT PEMBENARAN / JUSTIFIKASI

PEMBERIAN SUAP / SOGOK ( BRIBERY )
PENGGELAPAN ( EMBEZZLEMENT )
PEMALSUAN ( FRAUD )
PEMERASAN ( EXORTION )
PENYALAHGUNAAN JABATAN ATAU WEWENANG ( ABUSE OF POWER )
PILIH KASIH ( FAVORITISM )
MENERIMA KOMISI (COMMISION )
NEPOTISME (NEPOTISM )
KONTRIBUSI ATAU SUMBANGAN ILLEGAL ( ILLEGAL CONTRIBUTION )
MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA KORUPSI

KPKPasal 3 UU No. 30 Tahun
2002
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Pengertian “kekuasaan manapun” adalah kekuatan yang dapat mempengaruhi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi atau anggota Komisi secara individual dari pihak eksekutif, yudikatif, legislatif, pihak-pihak lain yang terkait dengan perkara tindak pidana korupsi, atau keadaan dan situasi ataupun dengan alasan apapun.

FUNGSI DAN WEWENANG POLRI DLMPEMBERANTASAN KORUPSI
UU NO. 2 TH 2002
POLRI
FUNGSI
PSL 2
- LINDUNG- AYOM- YAN- GAKKUM
WEWENANG
PSL 14 (1) g
SIDIK SEMUA TINDAK PIDANA
UU 31/99JO
UU 20/01
CEGAHBRANTA
STIPIKOR
HASILOPTIMAL
UUD 1945
UU NO. 8 THN 1981
TTG KUHAP

KEUANGAN NEGARA
KERUGIAN KEUANGAN
NEGARA
UU RI NO. 17/2003 TTG KEUANGAN NEGARA
PASAL 1 AYAT (1) : SEMUA HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA YG DPT DINILAI DNG UANG, SERTA SEGALA SESUATU BAIK BERUPA UANG MAUPUN BERUPA BARANG YG DAPAT DIJADIKAN MILIK NEGARA BERHUBUNG DNG PELAKS HAK DAN KEWAJIBAN TSB.
PSL 2 : KEUANGAN NEGARA ;;;;;;; MELIPUTI : A. ............... s/d ......... F
g. KEKAYAAN NEGARA/KEKAYAAN DAERAH YANG DIKELOLA SENDIRI ATAU OLEH PIHA LAIN BERUPA UANG, SRT BERHARGA, PIUTANG, BRG, SERTA HAK-HAK LAIN YANG DAPAT DINILAI DNG UANG TERMASUK KEKAYAAN YG DIPISAHKAN PD PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH.
UU RI NO. 31/1999 TTG TINDAK PIDANA KORUPSI
KEUANGAN NEGARA ADALAH SELURUH KEKAYAAN NEGARA DLM BENTUK APAPUN, YG DIPISAHKAN ATAU TDK DIPISAHKAN TERMASUK DIDLAMNYA SEGALA SEBAGIAN KEKAYAAN NEG DAN SEGALA HAK DAN KEWAJIBAN YG TIMBUL KARENA :a.BERADA DALAM PENGUASAAN, PENGURUSAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN PEJABAT LEMBAGA NEGARA BAIK DITINGKAT PUSAT MAUPUN DAERAH.
b.BERADA DALAM PENGUASAAN, PENGURUSAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN BUMN/BUMD, YAYASAN, BADAN HUKUM DAN PERUSAHAAN YG MENYERTAKAN MODAL NEGARA ATAU PERUSAHAAN YG MENYERTAKAN MODAL PIHAK KETIGA BERDASARKAN PERJANJIAN DNG NEGARA.
UU RI NO. 1/2004 TTG PERBENDAHARAAN NEGARA
“ KERUGIAN NEGARA ADALAH KEKURANGAN UANG, SRT BERHARGA, DAN BARANG YANG NYATA DAN PASTI JUMLAHNYA SEBAGAI AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM BAIK SENGAJA MAUPUN LALAI.”

Tugas KPK (Pasal 6)
Koordinasi(Pasal 7)
Supervisi(Pasal 8)
Penyelidikan,Penyidikan,
& Penuntutan(Pasal 11)
Pencegahan(Pasal 13 )
Monitoring(Pasal 14 )

Tugas Koordinasi (Pasal 7)
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:
a. Mengkoordinasikan penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan TPK
b. Menetapkan sistem pelaporan dlm kegiatan pemberantasan TPK
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan TPK kepada instansi terkait
e. Meminta laporan instansi terkait ttg pencegahan TPK
d. Melaksanakan dengar pendapat &pertemuan dg instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK
KejaksaanKepolisian
BPK
BPKP
InspektoratLPND
Itjen DepBawasda

Tugas SupervisiTugas Supervisi (Pasal 8)
Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang:
Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan thd instansi yg menjalankan tugasdan wewenang berkaitan dg pemberantasantpk, dan instansi yg melaksanakan pelayananPublik (ayat 1)
Mengambil alih penyidikan atau penuntutanthd pelaku tpk yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan (ayat 2)
BPK BPKPItjen Dep
Bawasda
Departemen, LPND, Kementerian
(pelayanan publik)
Kepolisian
Kejaksaan
Kepolisian Kejaksaan

Alasan Pengambilalihan Penyidikan & Penuntutan(Pasal 9, 10)
UU No. 30 Tahun 2002
Laporan masyarakat ttg TPK tidak ditindaklanjuti
(2)
Proses penanganan TPK berlarut-larut / tertunda tunda tanpa alasan yg dapat dipertanggungjawabkan
Penanganan TPK ditujukan untuk melindungi pelaku TPK yg sesungguhnya
Penanganan TPK mengandung unsur korupsi
Hambatan penanganan TPK karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif
Keadaan lain yg menurut kepolisian/kejaksaan, penanganan TPK sulit dilaksanakan dg baik dan dapat dipertanggungjawabkan
KPKmemberitahukan
kpdpenyidik/ penuntut
umum

Tugas Monitoring (Pasal 14)
Dalam melaksanakan tugas monitor KPK berwenang:
Melakukan pengkajian thd sistempengelolaan administrasi
di semua lembaga negara& pemerintah
Memberi saran perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi
Kepada semua pimpinan lembaga negara & pemerintah
Melaporkan jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan
Kepada :Presiden, DPR, & BPK

Tugas Pencegahan (Pasal 13)
KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:
Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd laporan harta kekayaan penyelenggara negara
Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan
Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK
Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan TPK
Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat umum
MediaMassa, LSM,
Lemb keagamaanMasy umum
Luarnegeri

Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi. Pendidikan antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik). Oleh sebab itu KPK melakukan pendidikan antikorupsi semur hidup mulai dari TK, SD, SMP, SMU dan Mahasiswa
Pendidikan antikorupsi