Anatomy Dan Histologi
-
Upload
firely-ilalone -
Category
Documents
-
view
24 -
download
8
Embed Size (px)
Transcript of Anatomy Dan Histologi

ANATOMY DAN HISTOLOGI
2.1.1. PANCREAS
Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran
kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil caudanya yang terletak
dalam ligamentum lienorenalis.
Pancreas dapat dibagi dalam:
1. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria san vena mesenterica
superior serta dinamakan Processus Uncinatus.
2. Collum Pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan
caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae
hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta.
3. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
4. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan
mengadakan hubungan dengan hilum lienale.
Hubungan dari pancreas
1. Ke anterior: Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon
transversum, bursa omentalis, dan gaster.
2. Ke posterior: Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena
lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus
psoas major sinistra, glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.

Vaskularisasi dari pancreas
1. Arteriae3
a) Arteri pancreaticoduodenalis superior (cabang a.gastroduodenalis)
b) Arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang a.mesenterica cranialis)
c) Arteri pancreatica magna dan a.pancretica caudalis dan inferior cabang arteri renalis.
2. Venae3
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem portal.
a) Aliran Limfatik
Kelenjar limfa terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar.Pembuluh eferen
akhirnya mengalirkan cairan limf ke nodi limfa coeliaci dan mesenterica superiores. 3
b) Inervasi
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis
(vagus). 3
c) Ductus Pancreaticus
Ductus Pancreaticus Mayor ( W I R S U N G I )
Mulai dari cauda dan berjalan di sepanjang kelenjar menuju ke caput, menerima
banyak cabang pada perjalanannya. Ductus ini bermuara ke pars desendens
duodenum di sekitar pertengahannya bergabung dengan ductus choledochus
membentuk papilla duodeni mayor Vateri. Kadang-kadang muara ductus pancreaticus
di duodenum terpisah dari ductus choledochus. 3
Ductus Pancreaticus Minor ( S AN T O R I N I )
Mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput pancreas dan kemudian bermuara
ke duodenum sedikit di atas muara ductus pancreaticus pada papilla duodeni mino. 3

Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Kedua fungsi tersebut
dilakukan oleh sel-sel yang berbeda. 3
a. Bagian Eksokrin
Pancreas dapat digolongkan sebagai kelenjar besar, berlobulus, tubuloasinosa
kompleks.
Asinus berbentuk tubular dikelilingi lamina basal dan terdiri atas 5 sampai 8 sel
berbentuk pyramid yang tersusun mengelilingi lumen sempit. tidak terdapat sel
miopitel, diantara asini terdapat jaringan ikat halus mengandung pembuluh darah.
Pembuluh limfa saraf dan saluran kelu.Sebuah asinus pancreas terdiri dari sel-sel
zimogen (penghasil protein). Ductus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan
tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produksi
sekresi asini dikeluarkan melalui ductus interkalaris (intralobular) yang kemudian
berlanjut sebagai ductus interlobular. 3
b. Bagian Endokrin
Bagian endokrin pancreas, yaitu PULAU LANGERHANS, tersebar di seluruh
pancreas dan tampak sebagai massa bundar, tidak teratur, terdiri atas sel pucat dengan
banyak pembuluh darah. Pulau ini dipisahkan oleh jaringan retikular tipis dari
jaringan eksokrin di sekitarnya dengan sedikit serat-serat retikulin di dalam pulau. 3
Dengan cara pulasan khusus dapat dibedakan menjadi:
1. Sel A = penghasil glucagon Terletak di tepi pulau. Mengandung gelembung
sekretoris dengan ukuran 250nm. Batas inti kadang tidak teratur. 3
2. Sel B = penghasil insulin Terletak di bagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau.
Mengandung kristaloid romboid atau poligonal di tengah. Mitokondria kecil
bundar dan banyak. 3

3. Sel D = penghasil somatostatin Terletak di bagian mana saja dari pulau, umumnya
berdekatan dengan sel A. Mengandung gelembung sekretoris ukuran 300-350 nm
dengan granula homogen. 3
4. Sel C = Terlihat pucat, umumnya tidak bergranula dan terletak di tengah di antara
sel B. Fungsinya tidak diketahui. 3
Gambar 1 : pancreas.5

BAB VI
SISTEM UROGENITAL DAN ALAT REPRODUKSI
HEPAR
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia
terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 – 1600 gram. Permukaan atas
terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-
organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh
peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum
disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan
organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di
antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah ligamentum
falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis Merupakan bagian
dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sblh
prox ke hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan
duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior
dari Foramen Wislow.

4. Ligamentum Coronaria Anterior kiri–kanan dan Lig coronaria posterior kiri-
kanan :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis kiri-kanan : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara Anatomis
Organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke
hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak
dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai
sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis
bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis
yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti
pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari
sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-
kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-
sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-
sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1
sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim
tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang
dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di
antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu
traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari

vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel
hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju
kandung empedu.
ANATOMY DAN HISTOLOGY HEPAR.
Anatomy Jaringan Otot
Jaringan otot terdiri dari sel-sel otot dan jaringan ikat :
Fungsi jaringan ikat :
1. Bahan antar sel à makanan & zat asam
2. Penerus rangsangan
Sel otot = sabut otot
- Bentuk pipih
- Bahan kontraktil mengumpul di ujung sel otot

- Fungsi : mengadakan kontraksi
Pembagian sel otot
• Ada 3 macam jaringan otot :
1. Jaringan otot lurik
2. Jaringan otot polos
3. Jaringan otot jantung
Jaringan Otot lurik
• Terdiri dari : sabut otot bergaris dan jaringan ikat
• Mempunyai garis melintang gelap dan terang pada sabut otot
• Bekerja atas kemauan sendiri
• Jaringan ikat yang mengelilingi ada 3 :
1. Endomysium à jaringan ikat membentuk anyaman diantara satu sabut dengan sabut lain
2. Perimysium à jaringan ikat meliputi berkas otot
3. Epimysium à jaringan ikat meliputi seluruh otot
4. Epimysium, perimysium, & endomysium merupakan struktur yang berhubungan dengan
tendon, dermis kulit.
5. Jaringan ikat ini mudah dilihat pada potongan melintang
6. Di dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh darah, pembiluh limfe dan saraf.

Struktur Histologi Sabut Otot Bergaris1. Inti banyak, letak ditepi // sarkolema
2. Bentuk sel : silindris, diameter 10-100 mikron, panjang 1-40 mm
3. Mempunyai selaput sel à Sarkolemma à berperan sebagai konduktor dalam
penyaluran impuls bagian akhir dari ujung saraf aferen bercabang dan
berhubungan erat dengan sarkolemma disebut : Motor End Plate
o Garis melintang pada potongan memanjang à pita gelap dan terang tegak lurus sabut
Pita gelap à pita A (anisotropik)
Pita terang à pita I (isotropik)
Di tengah pita I à garis Z (gelap-tipis)
Di tengah pita A à pita H (terang-lebar)
o Bagian myofibril yang terdapat diantara 2 garis Z disebut sarkomer à unit kontraksi
terkecil di dalam myofibril.
o EM : myofibril à myofilamen, tiap myofibril = 1000-2000 myofilamen halus (actine)
dan myofilamen kasar (myosine).
o Sitoplasma disebut Sarkoplasma à tempat metabolisme sabut otot à banyak
mitokondria (=sarkosom) à sekitar inti dan ujung saraf motorik.
o Potongan melintang : myofibril tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh
sitoplasma yang tercat pucat.
o LM : potongan melintang à myofibril berkelompok.
o Tampak sebagai pulau / lapanganà lapangan Cohnheim.
Kontraksi o Myofilamen halus akan saling mendekat, myofilamen kasar tetap pada tempatnya.
o Pita H akan menyempit / hilang bila kontraksi kuat
o Pita I juga menyempit atau menghilang
o Sarkomer memendek, karena garis Z saling mendekat
o Pd saat kontraksià panjang 1 sarkomer ½x panjang 1 sarkomer relaksasi

Relaksasi • Pita H terdiri dari filamen kasarà terang
• Pita A terdiri dari filamen kasar & halus à gelap
• Pita I terdiri dari filamen halusà paling terang
• Garis Z terdiri dari bahan-bahan padat, terdapat di tengah pita I à amat gelap
Berdasar jumlah myoglobine, otot bergaris dibagi :
1. Red fibers ;
- diameter kecil
- warna lebih merah à >> myoglobin
- >> pembuluh darah, mitokondria, pigmen cytochrom
- << glikogen
2. White fibers
- warna lebih pucat, myoglobin <<
- >> glikogen, << mitokondria, pembuluh darah
- kontraksi lebih cepat dari red fibers
3. Intermediate fibers
- sifat antara red dan white
Jaringan otot polos.
1. Bekerja di luar kemauan
2. Nama lain à involuntary muscle, visceral muscle
3. Bentuk sekoci

4. Panjang 20-200 mikron, diameter 3-9 mikron
5. Mengandung myofibril & sarkoplasma
6. Inti di tengah, anak inti 1-2
7. Persarafan dilayani oleh sistem saraf otonom à sabut saraf tak bermyelin
8. Distribusi à mengelilingi organ-organ yang berbentuk pipa, seperti saluran pencernaan
dan pembuluh darah.
Jaringan otot jantung.
1. Bekerja di luar kemauan
2. Sabut otot jantung bergaris-garis melintang tegak lurus sabut
3. Ujung agak persegi, bercabang
4. Inti lonjong, pucat, di tengah
5. Sitoplasma mengandung myofibril
6. Selaput sel dari 2 sabut otot jantung yang bersebelahan à intercalated disc.

BAB VII
ANATOMY JARINGAN OTOT.
ANATOMI TULANG LENGAN
Tulang Tangan
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletetak dalam 2 baris.
Baris 1 (deretan proximal) : os schapoideum (os naviculare), os lunatum, os triquetrum
dan os pisiforme.
Baris`2 (deretan distal) :`os trapezium (os multangulum majus), os trapezoideum (os
mutangulum minus), os capitulum dan os hamatum.

Os schapoideum membentuk tuberculum ossis schapoidea. Os trapezium membentuk
tuberculum ossis trapezii. Os hamatum membentuk hammalus ossis hamati. Tonjolan-
tonjolan ini bersama-sama dengan os pisiforme membentuk eminentiae carpi yang
membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum carpi transversum dan
membentuk canalis carpi.
Ossa metcarpi (metacarpalia) terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale
mempunyai basis metacarpalis dan caput metacarpalis.
Ossa digitorum (phalanges) setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari yang
mempunyai 2 ruas, yaitu phalanx proximal.phalanx media, dan phlanx distal. Setiap
phalanx mempunyai basis phalaangis, corpus phalangis dan caput phalangis.
OTOT LENGAN BAWAH
Otot Lengan Bawah
Otot-otot lengan bawah (antebrachium) berperan pada articulatio cubiti, artio radiocarpalis,
articulatio intercarpalis, articulatio carpometacarpalis, articulatio metacarpophalangealis dan
articulatio interphlangealis.

M. BRACHIORADIALIS
Terletak dibagian superficial, menyilang permukaan lateronterior articulatio cubiti.
Mengadakan origo pada margo lateralis ujung distal humerus dan pada septum intermusculare
laterale.
M. PRONATOR TERES
Otot ini relatif pendek, melekat dibagian proximal dengan perantaraan dua buah caput yaitu
caput humerale, besar melekat pada epicondylus medialis humeri dan pada septum
intermusculare mediale dan caput ulnare yang melekat pada processus coronoideus ulnae.
M. FLEXOR CARPI RADIALIS
Terletak disebelah medial dari m. pronator teres padaa facies ventralis antebrachium. Berorigi
pada epicondylus medial humeri disebelah distal dari origo m. Pronator teres.
M. PALMARIS LONGUS
Berada disebelah medial m. Flexor carpi radialis, mengadakan origo pada epicondylus medialis
humeri, berjalan lurus keedistal pada vacies volaris antebrachium dan pada pertengahan
antebrachium serabut-serabut otot ini dilanjutkan oleh tendo, yang selanjutnya berjalan ke
permukaan ventral ventral wrist joint, berada disebelah superficialis ligamentum carpi
transversum.
M. FLEXOR CARPI ULNARIS
Terletak paling medial dan membentuk sisi medial dan membentuk sisi medialis antebrachium.
Membentuk origo melalui caput humerale dan caput ulnare, yang dihubungkan satu sama lain
oleh suatu arcus tendinosus. Caput humerale melekat pada epicondylus medialis humeri dan
caput ulnare mnegadakan perlekatan pada sisi medial olecranon dan pada 2/3 bagian cranialis
margo posterior ulna, membentuk suatu tendo yang panjang dan berinsertio pada os pisiforme.

PERSARAFAN
plexus brachialis
BAB III

ANATOMI SISTEM SARAF
Jaringan saraf merupakan salah satu jaringan dasar pembentuk tubuh manusia yang mengatur
seluruh aspek yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.
Melalui jaringan saraf kita dapat melakukan berbagai aktivitas yang tak terhingga banyaknya
mulai dari yang paling sederhana seperti membuka mata hingga proses yang sangat kompleks seperti
proses penalaran, analisa dan sintesa maupun membuat kesimpulan dan memutuskan suatu masalah.
Kita dapat merasakan dan mengungkapkan rasa cinta kasih, sedih, iba, benci, takut, cemas, dan berpikir
secara abstrak tinggi serta menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari. Selain itu
melalui sistim saraf kita dapat mengetahui norma-norma atau nilai-nilai luhur seperti keadilan,
kejujuran, kesetiaan, ketekunan, kesusilaan dan lain-lain. Fungsi-fungsi tersebut termasuk ke dalam
fungsi paling luhur yang hanya ada pada manusia seutuhnya dan tidak terdapat pada binatang. Daerah
tempat fungsi-fungsi tersebut berada adalah korteks serebri. Selain itu ada pula perasaan-perasaan yang
sama seperti pada mamalia lainnya seperti rasa lapar, haus, nafsu seksual, ngantuk, lelah, marah dan
sebagainya. Fungsi-fungsi ini dikendalikan oleh bagian otak yang letaknya lebih rendah daripada korteks
serebri.
Dengan adanya sistim saraf pula kita dapat menggerakkan otot, merangsang kelenjar untuk
bersekresi, dan mempengaruhi kerja sistim endokrin sehingga keseimbangan homeostasis badan kita
dapat tercapai.
Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu penyakit atau proses penuaan akan
mengakibatkan lumpuh atau terganggunya fungsi bagian tubuh tersebut. Rusaknya sel-sel saraf di kornu
anterior medula spinalis kiri akibat penyakit polio akan mengakibatkan lumpuhnya anggota gerak tubuh
kiri yang dikontrol oleh sel-sel saraf tersebut.
Jaringan saraf di seluruh

Sistem saraf tersebar luas di dalam tubuh (Gambar-1) dan dengan beberapa perkecualian, semua
organ dari tubuh mengandung unsur saraf. Pada dasarnya sistem saraf menghimpun rangsang dari
lingkungan baik luar maupun dalam tubuh, mengubah rangsang menjadi impuls saraf dan meneruskan
impuls ini ke suatu daerah penerimaan dan korelasi yang terorganisasi baik, dan di sini impuls-impuls
ditafsirkan dan seterusnya disusul ke organ-organ efektor untuk memberikan jawaban atau respon yang
tepat. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan oleh sel-sel yang yang sangat terspesialisasi disebut neuron yang
bersama sel-sel penyokongnya, neuroglia dan bahan ekstraselular yang terkait membentuk jala-jala
komunikasi yang terintegrasi.
DEFINISI
Jaringan saraf (Nervous = dapat terangsang) adalah salah satu dari 4 jaringan dasar dalam tubuh
kita yang disusun oleh sel saraf (neuron) dan sel penyokong saraf (sel neuroglia) yang berfungsi untuk
komunikasi.
KLASIFIKASI
Jaringan saraf dapat dikelompokkan secara anatomis dan fungsional (fisiologis).
* Secara anatomis jaringan saraf dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Yaitu jaringan saraf yang dilindungi oleh tulang tengkorak dan vertebra. Susunan saraf pusat ini
terdiri atas otak (brain) dan medulla spinalis (spinal cord).
2. Susunan Saraf Tepi (SST)
yaitu seluruh jaringan saraf diluar SSP (selain otak dan medulla spinalis), ganglia dan reseptor.
Susunan saraf tepi terdiri atas 31 pasang saraf spinal dan 12 saraf kranial serta sistim saraf autonom.
Sistim saraf autonom terbagi lagi atas 2 kelompok yaitu.
A. Sistim saraf simpatis yang berjalan bersama saraf spinal segmen torakal-lumbal (Gb-4)
B. Sistim saraf parasimpatis yang berjalan bersama saraf kranial dan segmen sakral saraf spinal

* Secara fungsional susunan saraf dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Komponen sensoris yaitu komponen saraf yang mengirim rangsang atau impuls saraf menuju
ke susunan SSP. Susunan saraf pusat menerima semua rangsangan saraf yang berasal dari luar
tubuh (eksteroseptif) dan dari dalam tubuh (interoseptif) dan bertindak sebagai pusat integrasi.
Komponen sensoris ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
A. Somato-sensoris yaitu menerima rangsang atau impuls dari luar tubuh (eksteroseptif)
B. Viseral-sensoris yaitu menerima rangsang atau impuls dari dalam tubuh (interoseptif).
2. Komponen motoris yaitu komponen saraf yang meneruskan rangsang atau impuls saraf dari
susunan saraf pusat ke berbagai jaringan atau organ tubuh. Komponen motorik ini dibagi lagi
menjadi 2 kelompok:
A. Somato-motoris yaitu komponen motoris yang mensarafi struktur-struktur yang merupakan
derivat (turunan) somit-somit embrio yaitu otot-otot, tulang dan kulit.
B. Viseral motoris yaitu komponen motoris yang mensarafi otot polos dan otot jantung serta
kelenjar- kelenjar tubuh.
EMBRIOLOGIS JARINGAN SARAF
Susunan saraf pusat pada manusia timbul pada permulaan perkembangan minggu ketiga sebagai
lempeng penebalan ektoderm yang memanjang disebut lempeng saraf (neural plate) yang terletak
pada pertengahan dorsal tubuh. Bagian pinggir lempeng ini kemudian meninggi membentuk lipatan-
lipatan saraf (neural folds), sedangkan daerah yang rendah (parit) di antara lipatan-lipatan saraf dikenal
sebagai alur saraf (neural groove)
Susunan Saraf Parasimpatis

Pada perkembangan selanjutnya, lipatan-lipatan saraf makin meninggi dan saling mendekati satu
sama lain di garis tengah dan akhirnya bersatu membentuk tabung saraf (neural tube). Penyatuan ini
mulai didaerah somit ke-4 dan segera meluas kearah kepala dan kaudal. Susunan saraf pusat kemudian
membentuk suatu tabung yang tertutup dengan bagian kaudal yang panjang yang kelak menjadi medula
spinalis, sedangkan bagian kepala yang lebih besar akan membentuk otak (Gb-7).
Daerah ujung kepala tabung saraf segera menampakkan tiga pelebaran yang nyata yang disebut
gelembung otak sederhana (Primary Brain Vesicles) (Gb-9) yang akan menyusun: prosencephalon,
mesencephalon, dan rhombencephalon. Bersamaaan dengan timbulnya gelembung.
gelembung ini tabung saraf melengkung ke arah ventral sambil membentuk 2 lekukan yaitu lekuk leher
pada perbatasan otak belakang dan medula spinalis dan lekuk kepala yang terletak di otak tengah.
Ketika mudigah mencapai umur 5 minggu perkembangan otak telah berlangsung dengan pesat
sekali. Prosencephalon berkembang menjadi 2 bagian yaitu : telencephalon atau ujung otak dengan 2
tonjolan samping (hemisfer serebri sederhana) dan bagian posterior diencephalon. Mesencephalon
tidak banyak mengalami perubahan. Rhombencephalon terbagi menjadi 2 yaitu metencephalon yang
kelak membentuk pons dan serebellum dan myelencephalon yang kelak membentuk medula oblongata.
Rongga medula spinalis (kanalis sentralis) melanjutkan diri ke dalam rongga gelembung-
gelembung otak (ventrikel), sehingga memungkinkan cairan otak beredar secara bebas antara hemisfer
serebri dan bagian paling kaudal medula spinalis. Rongga rhombencephalon dikenal sebagai ventrikel ke
empat, rongga diencephalon dikenal sebagai ventrikel ke tiga dan rongga hemisfer serebri sebagai
ventrikel-ventrikel lateral. Ventrikel ke tiga dihubungkan dengan ventrikel ke empat oleh celah yang
sempit disebut aquaeduktus Sylvii. Ventrikel lateral dihubungkan dengan ventrikel ke tiga oleh foramen
interventrikularis Monroi.
Sel-sel tabung saraf kemudian akan berkembang menjadi 3 macam sel yaitu:
1. Sel neuroblas yang akan berkembang menjadi berbagai bentuk neuron.
2. Ependima spongioblas yang akan berkembang menjadi sel-sel ependim

3. Spongioblas yang akan berkembang menjadi sel-sel astrosit protoplasmatik dan astrosit fibrosa serta
sel-sel oligodendroglia.
Asal-usul sel mikroglia masih
menjadi perdebatan para ahli. Ada yang
menduga berasal dari sel-sel tabung saraf, ada yang menduga berasal dari sel-sel krista neuralis, ada
yang menduga berasal dari sel-sel mesenkim, dan ada juga yang mengatakan berasal dari sel-sel darah.
Pendapat yang banyak dianut adalah berasal dari sel-sel mesenkim.
Selama pelipatan lempeng saraf ke dalam, sekelompok sel tertentu nampak jelas disepanjang tepi
kiri-kanan alur saraf. Sel-sel ini berasal dari ektoderm dan dikenal sebagai sel-sel krista neuralis (neural
crest cells). Setelah terbentuk tabung saraf, sel-sel krista neuralis ini akan memisahkan diri terlepas dari
tabung saraf dan kemudian akan bermigrasi ke bagian-bagian tubuh yang lain. Ada 2 jalur migrasi yang
utama pada badan yaitu:
1. Jalur dorsolateral menyelusuri daerah antara dorsal somit dan pemukaan ektoderm.
Sel-sel yang mengambil jalur migrasi ini kemudian akan membentuk melanosit (sel pigmen
kulit) yang tersebar pada kulit diseluruh tubuh.
2. Jalur ventral melintasi sebagian sisi somit
Sel-sel yang mengambil jalur ini kemudian akan membentuk dorsal root ganglia, saraf-saraf kranial
dan spinal, saraf simpatis dan parasimpatis, ganglia enterikus, ganglia vesikalis dan bagian medula
adrenal. Disamping itu juga akan membentuk sel Schwann dan sel-sel satelit atau amfisit atau sel
kapsul.
Di daerah kepala, sel-sel krista neuralis ini akan membentuk odontoblas, sel-sel tulang rawan lengkung
farings dan beberapa tulang rawan di daerah kepala.
STRUKTUR DAN FUNGSIJaringan saraf secara mikroskopik disusun oleh sel-sel saraf (neuron) yang disokong oleh sel-sel
penyokong yang dikenal sebagai sel-sel neuroglia atau sel-sel glia .
Gb-10. Histogenesis sel-sel di SSP

A. Sel Saraf (Neuron)
Bangunan histologik sel saraf sangat khas terdiri atas badan sel (soma atau perikarion) dan
julurannya (prosesusnya) yang terdiri atas satu akson dan beberapa dendrit.
Neuron merupakan sel yang paling tinggi differensiasinya dan tidak dapat membelah lagi. Jumlah
neuron di seluruh sistim saraf kita sangat besar diduga sekitar 14 milyar. Secara histologis terdiri atas
badan sel saraf (perikarion) dan juluran saraf (prosessus saraf) yang terdiri atas akson dan dendrit.
Badan sel saraf
Perikarion dibentuk oleh inti dan sitoplasma yang melingkupinya. Di dalam inti terdapat DNA
yang merupakan pembawa sifat turunan, sedangkan dalam sitoplasma terdapat berbagai organel dan
badan inklusi. Bentuk dan besar perikarion sangat beragam 4-135 mikrometer. Ada yang berbentuk
piramid, lonjong, bulat dan sebagainya. Meskipun beragam, tetapi semua badan sel saraf mempunyai
ciri yang khas, berupa struktur-struktur:
1. Nukleus (inti sel)
Nukleus pada umumnya besar, berbentuk bulat atau sedikit lonjong, bewarna pucat, dan
umumnya terletak di pusat perikarion. Nukleolusnya pada umumnya satu dan tampak sangat
jelas terlihat di bawah mikroskop cahaya. Pada inti sel terdapat rantai double helix
”deoxyribonucleate acid (DNA)” yang merupakan pembawa kode genetik. Inti yang besar, pucat,
vesikular dengan nukleolus yang menonjol seringkali memberi kesan seperti mata burung hantu
(Owl eyes)
2. Sitoplasma
Sitoplasma diisi dengan beragam organel dan granula (badan inklusi) yang tersusun kurang lebih
mengitari inti. Organel adalah struktur-struktur atau bangunan yang terdapat di dalam sitoplasma
yang diperlukan untuk mem-pertahankan kehidupan dan menjalankan fungsi-fungsi sel secara
keseluruhan. Badan inklusi adalah struktur-struktur yang terdapat di dalam

sitoplasma yang dipergunakan sebagai gudang atau
tempat penyimpanan zat-zat atau substansi tertentu.
Organel-organel yang terdapat di sitoplasma adalah:
A. Sitoskeleton
B. Apparatus (kompleks) Golgi
C. Mitokondria
D. Badan Nissl (endoplasmik retikulum kasar/ rough endoplasmic reticulum) dan ribosom
E. Sentriol
Sitoskeleton, apparatus Golgi, dan mitokondria hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron
(ME), sedangkan badan Nissl dan badan inklusi dapat dilihat dengan mikroskop cahaya (MC).
A. SITOSKELETON Dengan mikroskop elektron (ME) tampak bahwa komponen utama sitoskeleton adalah
neurofilamen dan mikrotubulus yang tersusun dalam kelompokan yang berjalan secara paralel dan
tersebar di seluruh perikarion, akson dan dendrit. Neurofilamen yang terdapat di neuron merupakan
filamen berukuran menengah (intermediate filament) yang mempunyai ketebalan 7.5 sampai 10
mikrometer dan berfungsi sebagai penyokong. Mikrotubulus berfungsi dalam transportasi ensim-ensim,
neurotransmitter, protein penyusun membran, dan molekul-molekul penyusun komponen sel lainnya.
Dengan mikroskop cahaya (MC) neurofilamen tampak sebagai neurofibril yang dapat diwarnai dengan
pulasan perak dan memberikan warna coklat kehitaman.
B. Apparatus Golgi
Apparatus Golgi biasanya besar letaknya paranuklear, tersusun dari gelembung-gelembung

yang tidak mengandung granular (“agranular vesicles”). Kompleks Golgi merupakan tempat
pembentukan glikoprotein yang dibuat dari ikatan karbohidrat dan protein. Gelembung-gelembung kecil
yang dibentuk dari apparatus Golgi diduga merupakan sumber gelembung sinaps (synaptic vesicles)
yang ditemukan pada ujung akson (axon terminal).
C. Mitokondria
Mitokondria biasanya kecil lonjong atau berbentuk seperti bola, dengan krista jenis tubular atau
lamelar. Mitokondria terutama terdapat dalam jumlah banyak di ujung akson, selain itu juga ditemukan
pada perikarion, dendrit dan akson. Mitokondria berperan dalam mengatur proses metabolisme di
dalam sel saraf.
D. Badan Nissl/ Retikulum Endoplasmik Kasar
Badan Nissl merupakan struktur yang dibentuk dari banyak tumpukan endoplasmik retikulum
(endoplasmic reticulum/ER) granular/kasar (rough endoplasmic reticulum). Pada permukaan luar
membran badan Nissl/ER terdapat ribosom yang tersusun dalam barisan, spiral, dan menempel pada
permukaan luar membran ER. Dengan pulasan HE, badan Nissl bewarna biru (basofilik) dan terdapat
dalam perikarion dan dendrit, tetapi tidak terdapat pada akson. Karena polanya pada badan sel saraf
mirip dengan corak pada kulit macan tutul maka sering disebut sebagai Substansia Tigroid. Badan Nissl
tampak jelas pada neuron yang berukuran besar seperti pada neuron motoris di kornu anterior medula
spinalis dan di sel ganglion. Badan Nissl merupakan tempat sintesa protein.
E. Sentriol
Sentriol merupakan ciri khas sel saraf yang sedang membelah pada massa embrional. Neuron
pada orang dewasa tidak dapat membelah lagi. Meskipun demikian kadang-kadang dapat ditemukan
sentriol juga.

Badan inklusi yang ditemukan pada perikarion sel saraf adalah
(1). Vesikel
Neuron yang mensintesa katekolamin mengandung vesikel yang berisi neurotransmitter dan
ensim-ensim.
(2). Granular
Neuron di hipotalamus mengeluarkan sekret neural berbentuk granular yang berisi hormon
vasopressin, oksitosin dan neurofisin. Granul ini disalurkan oleh akson ke neurohipofisis dan kemudian
akan dicurahkan kedalam pembuluh darah.
Granula pigmen melanin terdapat pada neuron tertentu di otak seperti substansia nigra pada otak
tengah, ganglion spinal dan sel-sel saraf pada dasar ventrikel yang ke-empat. Fungsinya masih belum
diketahui.
Granula lifofuksin tampak sebagai granula bewarna kuning kecoklatan dan terdapat pada neuron-
neuron yang berukuran besar. Jumlahnya bertambah sesuai dengan pertambahan usia.
Granula yang mengandung besi ditunjukkan dengan teknik Prussian blue, terdapat pada beberapa
sel saraf, seperti sel-sel saraf di globus pallidus. Jumlah granula bertambah sesuai dengan
bertambahnya usia.
Tetes –tetes lemak biasanya kelihatan di dalam perikarion dan memainkan peran sebagai bahan
cadangan atau merupakan hasil metabolisme normal atau patologis.
Glikogen terdapat pada neuron embrio, neuroglia embrio, dan dalam ependim dan pleksus koroid
embrio, tetapi tidak ada pada jaringan saraf orang dewasa dalam jumlah yang cukup banyak untuk
dideteksi.
Juluran Neuron Ciri paling khas dari suatu neuron adalah juluran atau prosesus sitoplasmanya yang terdiri atas
dendrit dan akson. Dendrit dan akson terdapat pada hampir semua neuron.
1. Dendrit

Umumnya satu neuron mengandung beberapa dendrit, contohnya neuron motorik pada kornu
anterior medula spinalis. Kebanyakan dendrit terlihat bercabang dan cabang-cabangnya menjadi lebih
kecil diameternya daripada cabang utama. Ciri-ciri histologis dendrit adalah:
a. Pangkalnya lebih tebal dan semakin kedistal semakin tipis.
b. Tiap dendrit dapat bercabang menjadi cabang primer, sekunder tertier dan seterusnya.
c. Permukaannya diliputi oleh tonjolan kecil atau duri (spine/gemullae) yang berfungsi sebagai tempat
kontak sinaps.
d. Batang utama dendrit mengandung badan Nissl, ribosom bebas, mitokondria, mikrotubulus dan
mikrofilamen, tetapi kandungan badan Nissl dan ribosom bebas makin berkurang oleh
percabangannya sampai organel tersebut tidak ada pada ranting yang sangat kecil. Dendrit tidak
mempunyai kompleks Golgi.
Fungsi dendrit adalah menerima rangsang saraf dari ujung akson neuron lainnya melalui
sinaps akso-dendritik. Dendrit mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemampuan neuron untuk
mengintegrasikan informasi yang datang dalam jumlah banyak. Rangsang saraf yang datang dapat
merangsang atau menghambat kegiatan listrik pada membran dendrit, yaitu menaikkan atau
menurunkan ambang rangsang neuron.
Ambang rangsang adalah suatu nilai dalam millivolt yang harus dilalui agar membran saraf
tersebut dapat mengalami depolarisasi dan dengan demikian timbul arus listrik yang merambat. Dengan
demikian neuron tersebut dapat meneruskan atau menghambat rangsangan yang datang. Rangsangan
saraf yang diterima oleh dendrit umunya merambat ke arah badan sel saraf.
2. Akson
Setiap sel saraf mempunyai satu juluran panjang dengan pangkal yang menjorok masuk ke
dalam perikarion yang dikenal sebagai akson Hillock. Ciri histologis akson adalah:
a. Mempunyai pangkal akson pada perikarion yang disebut akson Hillock.
b. Umumnya lebih tipis (halus) dan jauh lebih panjang daripada dendrit pada neuron yang sama.

c. Aksoplasma tidak mengandung struktur apapun yang berperan dalam sintesa protein seperti badan
Nissl (rough endoplasmic reticulum), ribosom dan kompleks Golgi.
d. Aksoplasma mengandung neurofilament, mikrotubulus dan mitokondria.
e. Sebagian besar akson bermielin dan karenanya tampak putih mengkilat dalam keadaan segar.
Selubung mielin bukan merupakan bagian dari neuron, tetapi merupakan bagian dari selubung
neuron. Selubung mielin hanya ada pada akson dan tidak pernah pada dendrit. Tetapi ada pula
akson yang tidak bermielin. Bila dengan mikroskop cahaya terlihat serat saraf bermielin maka sudah
tentu itu adalah akson. Bila serat sarafnya tidak bermielin maka serat tersebut mungkin akson dan
mungkin pula dendrit.
f. Ujung akhir akson bercabang-cabang seperti ranting yang disebut telodendria yang berkontak
dengan perikarion, dendrit, atau akson dari satu neuron atau lebih pada sinaps.
g. Pada ujungnya ranting aksonal memperlihatkan pembengkakan kecil disebut “boutons terminaux”.
Fungsi akson adalah meneruskan atau menyalurkan rangsang saraf ke neuron lainnya, serat otot
atau sel kelenjar.
Berdasarkan jumlah julurannya, dikenal 3 jenis neuron:
1. Neuron unipolar
yaitu neuron yang hanya mempunyai satu juluran. Contohnya neuron unipolar pada masa embrio
2. Neuron bipolar
yaitu sel saraf berbentuk kumparan dengan 2 juluran yang masing-masing keluar dari ujung
perikarion (badan sel saraf). Contohnya ganglion vestibular dan koklear di telinga, neuron olfaktoris
di regio olfaktoria hidung.
Neuron pseudo-unipolar
yaitu neuron yang berbentuk oval yang pada awalnya berbentuk bipolar, tetapi pada perkembangan
selanjutnya juluran yang pada mulanya saling bertolak belakang, kemudian menggeser, mengitari
perikarion, menghampiri satu dengan lainnya dan menyatu membentuk satu prosesus tunggal.
Prosesus tunggal tersebut berpangkal pada perikarion dan pada ujung distalnya bercabang dua
sehingga mirip huruf T. Contohnya adalah neuron pada ganglia kranio-spinal. Satu cabangnya

mengarah ke perifer dan cabang lainnya mengarah ke pusat masuk ke radiks posterior saraf menuju
ke SSP.
3. Neuron multipolar
yaitu neuron berbentuk poligonal yang mempunyai banyak prosesus. Bentuk neuron ini merupakan
bentuk yang paling banyak dijumpai ditubuh kita. Contohnya neuron motorik di kornu anterior
medulla spinalis, batang otak, korteks serebri/otak besar (sel piramid) dan korteks serebelli/otak
kecil (mempunyai bentuk yang sangat khas bagaikan tanduk menjangan yang bercabang-cabang).
Fungsi Neuron
Fungsi dasar jaringan saraf adalah melakukan komunikasi. Fungsi tersebut tergantung pada sifat-
sifat khas dari badan saraf dan julurannya yang panjang. Sifat khas tersebut tergantung pada dua sifat
dasar protoplasmanya:
1. Kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan fisik dan kimiawi (iritabilitas).
2. Kemampuan untuk menyebarkan rangsangan tersebut dari satu tempat ketempat lain
(konduktivitas).
Fungsi motorik, sensorik dan integratif suatu sel saraf terutama tergantung pada sifat iritabilitas dan
konduktivitasnya. Selain itu beberapa sel saraf dapat melakukan sekresi mirip sistim endokrin yang
menghasilkan hormon (sekret neural) yang disalurkan melalui akson dari tempat pembentukannya ke
tempat lain. Hasil sekret sel saraf tersebut tersebut dilepaskan dari ujung akson ke dalam ruang
perivaskular masuk ke dalam pembuluh darah dan kemudian diangkut dari darah ke organ sasaran.
B. Sel Glia (neuroglia cells) Istilah neuroglia berasal dari nerve glue (nerve=saraf dan glue= lem) berfungsi sebagai penyokong
dan penyatu jaringan saraf. Neuroglia merupakan 70-80% dari seluruh sel yang ada di SSP. Sel neuroglia
umumnya kecil dan hanya intinya terlihat pada sediaan rutin dengan diameter 3-10 mikrometer.
Neuroglia paling baik dipelajari dengan teknik impregnasi perak dan emas khusus yang memperlihatkan
seluruh sel. Macam-macam sel Glia adalah ;

1. Mikroglia berasal dari mesoderm
2. Oligodendroglia berasal dari ektoderm
3. Astrosit fibrosa berasal dari ektoderm
4. Astrosit protoplasmatis berasal dari ektoderm
5. Sel ependim berasal dari ektoderm.
6. Sel Schwann di SST
7. Sel Satelit di SST
Astrosit
Bentuknya seperti bintang (astra) dengan banyak cabang sitoplasma yang hanya dapat dilihat dengan
teknik impregnasi perak. Intinya besar, bulat atau lonjong dan pucat (vesikular). Nukleoli tidak jelas.
Sitoplasmanya mengandung ribosom, kompleks Golgi, lisosom dan neurofilamen. Neurofilamen
memberi ketegaran pada proses astrositik. Cabang sitoplasmanya mengelilingi dan berhubungan dengan
kapiler darah. Ada 2 macam astrosit:
1. Astrosit protoplasmatik
Banyak ditemukan di dalam substansia kelabu (substansia grisea) otak dan sedikit di dalam
substansia putih (substansia alba).
Badan sel kurang lebih sama dengan sel piramid (sel saraf pada korteks serebrum). Inti sel juga besar
tetapi sukar dikenali. Sitoplasmanya bercabang banyak, pendek dan gemuk atau tebal. Setiap cabang
lalu bercabang-cabang lagi beberapa kali menjadi cabang yang lebih kecil sehingga gambarannya
mirip lumut. Kadang-kadang dapat ditemukan cabang yang menempel pada pembuluh darah yang
disebut kaki perivaskular yang berperan dalam membentuk sawar darah otak (Blood Brain Barrier).
2. Astrosit fibrosa
Terutama terdapat di dalam substansia alba dan sedikit di dalam substansia kelabu. Besarnya kurang
lebih sama dengan astrosit protoplasmatik. Inti selnya juga sukar dilihat. Percabangan sitoplasmanya

juga banyak tetapi kurus-kurus atau tipis sehingga gambarannya mirip dengan binatang bulu babi.
kadang-kadang juga ditemukan kaki perivaskular.
Fungsi astrosit selain sebagai sel penyokong juga berfungsi untuk :
1. Menyerap kelebihan ion kalsium yang lolos dari sel saraf selama proses konduksi impuls saraf.
2. Berperan dalam transportasi zat metabolisme antar neuron.
3. Berperan dalam pembentukan jaringan parut di SSP bila mengalami cedera.
Bila terjadi cedera pada SSP dan neuronnya rusak, maka astrosit menjadi sangat reaktif dan
disebut astrosit hipertrofi dan astrosit reaktif menggantikan tempat neuron rusak.
Oligodendroglia
Oligodendroglia bentuknya lebih kecil daripada astrosit dengan cabang sitoplasmanya lebih
pendek dan jumlah cabang sedikit (oligo= sedikit). Intinya kecil, dan sitoplasma disekitar inti sedikit,
tampak sebagai pinggiran perinuklear. Mengandung ribosom, kompleks Golgi, mikrotubulus dan
neurofilamen.
Sel ini terutama ada di substansia grisea yang berhubungan erat dengan perikarion neuron (sel-
sel satelit perineuronal) dan di substansia alba dalam jumlah yang sedikit yang terletak di antara
berkas-berkas akson. Lainnya terletak dekat dengan pembuluh darah (perivaskular).
Fungsi oligodendroglia adalah membentuk selubung mielin di SSP dan sebagai sel
penyokong. Cabang sitoplasma yang serupa daun dari badan-badan sel meluas melingkar mengitari
serat-serat saraf secara spiral. Tiap oligodendroglia mempunyai beberapa cabang sehingga dapat
membentuk sarung-sarung myelin disekitar beberapa serat-serat saraf yang berdekatan.
Mikroglia
Sel ini berasal dari mesoderm. Sel mikroglia merupakan sel yang kecil, terdapat disubstansia alba dan
grisea dekat dengan pembuluh darah. Tampak jelas dengan pulasan perak karbonat metoda Rio
Hortega. Badan sel agak gepeng. Intinya sukar dilihat. Percabangan sitoplasma yang langsung dari
badan sel cukup besar dan disebut cabang primer. Cabang primer ini kemudian bercabang-cabang lagi
menjadi cabang sekunder dstnya. Yang agak istimewa adalah bahwa cabang-cabang tersebut posisinya

kurang lebih tegak lurus terhadap cabang sebelumnya. Fungsinya fagositosis. Mikroglia akan
memfagosit jaringan yang nekrotik sehingga daerah tersebut menjadi bersih.
Sel Ependim
Sel ependim merupakan sel yang melapisi rongga atau ruang yang terdapat pada otak yang disebut
ventrikel dan kanalis sentralis pada medulla spinalis. Bentuk sel silindris rendah atau kuboid dengan
cabang sitoplasma dan pada permukaan bebasnya terdapat silia dan mikrovili. Sel ependim yang
melapisi pleksus koroideus membentuk lapisan khusus yang disebut epitel pleksus koroideus.
TRANSPORTASI AKSONAL (AXONAL TRANSPORT)
Protein yang disintesa di perikarion sel saraf dikirimkan sepanjang akson sampai ke bagian distal
akson. Di samping itu zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh seperti glikoprotein, protein pembentuk
neurotransmiter, dsbnya juga akan di angkut dari perikarion ke akson melalui sistim transportasi khusus.
Akson tidak dapat mensintesa protein karena tidak mengandung badan Nissl /retikulum endoplasmik
kasar, ribosom dan kompleks Golgi. Proses pengangkutan protein dan zat-zat lainnya pada akson ini
disebut transportasi aksonal.
Untuk transportasi aksonal komponen yang terlibat adalah
1. Mikrotubulus
MIkrotubulus memegang peranan yang sangat penting sebagai jalur lintasan (track) untuk
melintasnya kantong (vesikel) yang membawa protein, glikoprotein, mitokondria, faktor tumbuh,
protein pembentuk neurotransmitter dan zat-zat lainnya.

Mikrotubulus adalah organel yang penting di dalam sitoplasma sel saraf untuk transportasi protein
dan zat-zat lainnya yang dibutuhkan oleh akson. Di samping itu mikrotubulus juga berperan dalam
pergerakan silia dan flagel serta pemisahan kromosom selama proses mitosis dan meiosis.
Mikrotubulus mempunyai diameter 25 nanometer dengan ketebalan dindingnya 9 nanometer dan
lumennya 15 nanometer. Dindingnya dibentuk oleh 13 protofilamen protein tubulin. Satu
mikrotubulus (singlet microtubule) dibentuk oleh kumpulan protofilamen yang berjalan secara
paralel membentuk suatu lembaran (sheet). Satu protofilamen di bentuk oleh kumpulan
heterodimer tubulin monomer alfa yang bermuatan positif dan beta yang bermuatan negatif .
Setiap satu monomer merupakan protein globular berukuran 4 nanometer yang mengikat 1 GTP.
Proses pembentukan satu protofilamen ini dikenal sebagai polimerisasi dan membutuhkan energi
yang di peroleh dari GTP (guanosin trifosfat).
Ujung mikrotubulus yang dekat dengan perikarion merupakan kutub negatif sedangkan yang jauh
dari perikarion merupakan kutub positif.
2. Protein penggerak (motor Protein)
Ada 2 jenis protein penggerak (motor protein) yang berperan dalam transportasi aksonal yaitu
kinesin dan dynein.
Kinesi merupakan protein penggerak yang mempunyai aktivitas ATP-ase. Protein ini
menggunakan energi berasal dari pemecahan (hidrolisis) ATP untuk dapat menggerakan vesikel
bergerak sepanjang lintasan mikrotubulus dari kutub negatif (ujung perikarion) ke kutub positif
(ujung akson). Protein ini mempunyai 3 domain yaitu kepala,badan dan ekor yang berbentuk
globular. Bagian kepala akan berikatan dengan mikrotubulus dan ATP yang diperlukan untuk
bergerak sepanjang lintasan, sedangkan bagian ekornya akan berikatan dengan vesikel transport via
reseptor kinesin.
Dynein merupakan protein penggerak (motor protein) dengan aktivitas ATP-ase, menggunakan
energi yang berasal dari ATP untuk bergerak sepanjang lintasan mikrotubulus dari ujung positf ke
ujung negatif . Protein ini juga terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, badan dan ekor. Bagian kepala akan
berikatan dengan mikrotubulus dan ATP, sedangkan bagian ekor akan berikatan dengan membran
vesikel transpor via reseptor dynein.

3. Vesikel transpor.
Protein, glikoprotein, faktor-faktor pemelihara akson, dan zat-zal lain akan disimpan dalam
vesikel transpor yang berfungsi sebagai kontainer. Pada membran vesikel ini terdapat reseptor untuk
protein kinesin atau reseptor untuk protein dynein.
Berdasarkan arah transportasi ada 2 macam cara transportasi aksonal yaitu:
1. Anterograde transport
Yaitu pengangkutan protein dan bahan-bahan lainnya dalam akson dari perikarion ke ujung akson.
Untuk kegiatan ini komponen yang terlibat adalah vesikel transpor, protein penggerak kinesin dan
mikrotubulus.
Berdasarkan kecepatan pengangkutan protein dan zat-zat lainnya dalam akson, anterograde
transport dibedakan atas 2 macam yaitu
A. Anterograde cepat (Fast Anterograde) dengan kecepatan 50-400 mm/hari
B. Anterograde lambat (Slow anterograde) dengan kecepatan 1-4 mm/hari.
Pada anterograde cepat zat-zat diangkut dalam vesikel transpor yaitu neurotransmitter dan zat-zat
serta ensim-ensim yang dibutuhkan untuk sintesa neurotransmitter, glikoprotein dan glikolipid,
membran vesikel sinaps. Pada anterograde lambat, protein yang diangkut adalah aktin, clathrin,
calmodulin, enolase, protein neurofilament dan tubulin.
2. Retrograde transport
yaitu proses pengangkutan bahan-bahan dalam akson dari ujung akson ke perikarion. Proses
pengangkutan ini melibatkan vesikel transpor, protein penggerak dynein dan mikrotubulus. Materi
yang diangkut dengan cara ini adalah sisa-sisa protein vesikel sinaps yang sudah lama yang akan
digradasi di lisosom, faktor tumbuh saraf (nerve growth factor) seperti NGF (nerve growth factor),
zat-zat sisa lainnya dan zat-zat ekstraselular yang masuk melalui membran akson. Toksin-toksin

seperti toksin tetanus, dan virus tertentu seperti herpes dan rabies di angkut secara retrograde dari
ujung akson yang berada dekat dengan tempat masuknya benda asing tersebut, masuk secara
retrograde dalam akson dan kemudian diangkut menuju ke perikarion neuron tersebut.
SINAPS
Sinaps merupakan tempat transmisi transneuronal suatu impuls (rangsang) saraf. Ada 2 macam cara
impuls saraf diteruskan dari satu neuron ke neuron lainnya yaitu:
1. Secara kimia (chemical sinaps)
Impuls diteruskan dari satu saraf kelainnya melalui suatu subtansi kimiawi (neurotransmitter atau
neuromodulator) yang dilepaskan dari sel pra-sinaps menuju ke pasca sinaps untuk menghasilkan
suatu aksi potensial. Penerusan impuls saraf dari satu neuron ke neuron lainnya atau ke suatu daerah
target dengan cara kimiawi merupakan cara yang paling umum digunakan. Penerusan impuls saraf
dari dendrit sel saraf ke otot juga hanya dilakukan secara kimiawi.
2. Secara listrik (electrical sinaps)
Impuls saraf yang diteruskan dari neuron yang satu kelainnya melalui ion-ion yang melintas bebas
melewati saluran-saluran pada gap junction guna meneruskan potensial aksi dari sel pra sinaps
langsung menuju ke post sinaps. Penerusan impuls saraf secara listrik ini jarang terdapat di SSP
mammalia tetapi ditemukan pada beberapa tempat di batang otak, retina dan korteks serebrum.
Satu sinaps terdiri atas unsur prasinaps (umumnya suatu bouton sinaps) dan unsur pasca sinaps
(suatu dendrit) dengan suatu celah sinaps ekstrasel yang sempit di antara keduanya. Celah tersebut
hanya selebar 20-30 nm dan dapat mengandung filamen-filamen halus yang menjembatani bagian luar
membran pra-sinaps dan membran pasca sinaps .
Pada bagian pra-sinaps terdapat kumpulan gelembung berukuran 40-60 nm yang berisi substansia
neurotransmitter. Bila timbul aksi potensial pada ujung akson, gelembung sinaps menyatu dengan
membran pra-sinaps pada tempat pelepasan yang khusus, mengeluarkan isinya ke dalam celah sinaps.
Neurotransmiter kemudian melewati membran pasca sinaps untuk berinteraksi dengan molekul-

molekul reseptor. Hal ini menyebabkan perubahan potensial membran dari neuron pasca sinaps
sehingga terjadi pemindahan impuls.
Beberapa neurotransmitter adalah asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, enkefalin,
endorphin, gamma aminobutyric acid (GABA) dsbnya. Neurotransmiter ini disintesa dan dibungkus
dalam vesikel-vesikel transpor di ujung akson/akson terminal, tetapi beberapa neurotransmiter misalnya
neurotransmitter golongan peptida mungkin dihasilkan di badan sel saraf/soma. Neutransmiter yang
diproduksi di soma (diduga sangat sedikit) dibungkus dalam gelembung sinaps, kemudian diangkut
melalui mikrotubulus aksoplasma ke ujung akson.
Berdasarkan bagian sel saraf yang saling berkontak, sinaps ini dapat berupa:
1. Akso-dendritik
2. Akso-somatik
3. Dendro-dendritik
4. Akso-aksonik
5. Akson dengan serat otot.
Suatu akson dapat membentuk sinaps dengan akson lainnya pada bagian yang tidak bermielin yaitu
bagian segmen awal (didaerah akson hillock) dan bagian ujung akson (end bulb regions). Sinaps bentuk
dendro-dendritik, merupakan bentuk yang lebih jarang ditemui. Sinaps seperti ini dapat dijumpai antara
sel reseptor olfaktorius di rongga hidung dengan sel saraf di daerah korteks serebri area olfaktorius.
SINTESIS NEUROTRANSMITER Salah satu contoh sintesis dan pelepasan neurotransmitter yang akan di bahas di bawah ini adalah
proses sintesis dan penglepasan neurotransmitter asetil kolin .
Aksi potensial atau impuls listrik saraf yang berjalan sepanjang akson akan tiba di ujung akson
(terminal akson atau boutons terminaux). Rangsang listrik saraf ini akan membuka kanal ion.
kalsium yang diikuti dengan masuknya kalsium ke dalam akson. Disamping itu pada saat yang
bersamaan juga akan masuk kedalam akson ion natrium lewat pompa aktif natrium. Masuknya ion
natrium ini akan membawa serta senyawaan kolin dan senyawaan asetat ke dalam akson lewat pompa
natrium.

Senyawaan asetat yang masuk lewat pompa natrium dan yang masuk ke akson lewat transportasi
aksonal anterograde tipe cepat akan diaktivasi (diubah menjadi bentuk aktif) di dalam mitokondria
menjadi asetil ko-ensim A (Asetil KoA). Senyawaan kolin yang masuk lewat pompa natrium dan yang
sampai ke akson lewat transportasi aksonal tipe cepat akan diubah menjadi asetilkolin dengan bantuan
asetil ko-ensim A dan ensim kolin asetil transferase.
Asetilkolin yang sudah disintesa kemudian akan masuk ke dalam vesikel sinaps lewat proses
endositosis. Neurotransmiter akhirnya akan dibungkus oleh membran vesikel sinaps. Membran vesikel
sinaps ini dapat berasal dari membran vesikel sinaps yang dipakai ulang kembali setelah melepaskan
neurotransmitter melalui proses internalisasi atau membran vesikel yang baru yang masuk ke ujung
akson lewat transportasi aksonal anterograde tipe cepat. Kedalam vesikel ini juga akan dimasukkan ATP
sebagai sumber energi dan zat-zat lain seperti proteoglikan.
Vesikel sinaps lalu bergerak ke membran terminal akson (bouton terminaux) dan kemudian
menyatu dengan membran tersebut. Proses pergerakan vesikel dan penyatuan vesikel dengan membran
terminal akson ini di fasilitasi oleh ion kalsium yang masuk lewat kanal kalsium. Pada proses ini,
protein synapsin I diduga juga turut berperan.
Neurotransmiter akhirnya akan dilepaskan ke dalam celah sinaps lewat proses eksositosis.
Asetilkolin kemudian akan berikatan dengan reseptor asetilkolin di membran postsinaps (umumnya di
dendrit). Ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya akan menimbulkan terjadinya depolarisasi
(perubahan muatan listrik) dan akhirnya menimbulkan impuls listrik saraf yang akan berjalan merambat
menuju ke badan sel saraf.
Perangsangan impuls listrik di postsinaps ini kemudian akan terhenti setelah ensim asetilkolin
esterase memutuskan ikatan asetilkolin dengan reseptornya. Asetilkolin akan dihidrolisa menjadi
senyawaan kolin dan asetat yang akan masuk kembali ke dalam akson lewat pompa natrium, untuk
digunakan kembali dalam sintesa neurotransmitter. Membran vesikel sinaps juga akan dipergunakan
kembali untuk membuat vesikel yang baru melalui proses internalisasi.

SUSUNAN SARAF PUSAT Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. Susunan saraf pusat berfungsi untuk
menerima dan mengintegrasikan semua rangsang yang diterima dari luar tubuh (eksteroseptif) dan dari
dalam tubuh (interoseptif) melalui reseptor-reseptor tertentu. Rangsang yang diterima oleh reseptor
diubah menjadi impuls saraf dan diteruskan ke SSP. Oleh SSP impuls saraf ini kemudian diterima, diolah
dan diintegrasikan. SSP kemudian menjawab impuls yang diterima tersebut dan akan mengirim impuls
jawaban ke organ-organ efektor seperti otot, kelenjar, dan sebagainya. Impuls yang diterima juga dapat
disimpan sebagai memori untuk waktu selanjutnya dan dapat direcall (dipanggil) kembali sewaktu
diperlukan.
Secara histologi susunan saraf pusat terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Neuron.
Pada medulla spinalis neuron terletak di dalam kolumnar berbentuk huruf H (daerah substansia
grisea atau daerah abu-abu). Sedangkan didalam otak letaknya di lapisan permukaan korteks
serebri (juga daearah substansia grisea) dan dibagian dalam otak yaitu di nukleus (kumpulan
neuron dengan fungsi khusus).
2. Neuroglia
Neuroglia merupakan sel-sel penyokong sel-sel saraf.
3. Serat saraf
Umumnya serat saraf merupakan akson yang panjang dengan atau tanpa mielin. Kebanyakan
serat saraf ini bergabung membentuk suatu ikatan suatu ikatan yang disebut traktus.
4. Struktur tambahan yang membantu atau memelihara, melindungi sel saraf yang terdapat di
dalam SSP seperti pembuluh darah, cairan serebro-spinal (likuor serebri), selaput otak dsbnya.
Substansia Grisea dan Alba

Otak dan medula spinalis terdiri atas 2 lapisan yaitu bagian yang bewarna abu-abu (substansia
grisea) dan yang bewarna putih (substansia alba). Pada substansia grisea terletak terletak perikarion
dan serat saraf tak bermielin. Dalam keadaan segar bagian ini bewarna abu-abu. Sedangkan substansia
alba terdiri atas akson bermielin yang dalam keadaan segar bewarna putih karena adanya myelin dan
dendriT .
MEDULA SPINALIS
Medula spinalis yang terpotong melintang terdiri atas bagian putih disebelah luar yang disebut
substansia alba dan bagian yang bewarna abu-abu (lebih gelap) berbentuk huruf H atau kupu-kupu
disebut substansia grisea. Di bagian tengah terdapat saluran kecil yang disebut kanalis sentralis.
Substansia alba medula spinalis berisi akson dengan fungsi khusus yaitu motorik dan sensoris
yang disebut funikulus. Ada 3 funikulus yaitu dorsal, ventral, dan lateral. Masing-masing funikulus ini
beirisi kumpulan serat saraf yang lebih kecil disebut traktus atau fasikulus. Substansia grisea medula
spinalis berisi perikarion yang merupakan pusat tropik dan di daerah ini ;
sangat banyak terdapat sinaps neuron. Kornu anterior medula spinalis pada sajian tampak sebagai
bagian sayap yang gemuk dan merupakan daerah yang paling banyak mengandung neuron. Sel saraf
motorik pada daerah ini merupakan sel saraf multipolar dengan ciri histologisnya yaitu selnya besar
biasanya poligonal. Sitoplasmanya bercabang-cabang dan intinya besar, berbentuk bulat atau lonjong
dengan anak inti yang jelas. Dendrit dan aksonnya terlihat jelas. Badan sel dan dendrit mengandung
badan Nissl, sedangkan bagian aksonnya tidak mengandung badan Nissl. Pangkal akson yang disebut
“gumuk akson” atau akson hilok (axon hillock) tidak mengandung substansia Nissl.
Funikulus dorsalis digolongkan sebagai traktus asendens dan terdiri atas fasikulus gracilis dan
cuneatus yang membawa informasi propioseptif, rasa getar (vibrasi), dan diskriminasi taktil serta traktus
intersegmen posterior yang akan menghubungkan bagian kiri dan kanan medula spinalis. Funikulus
lateral terdiri atas traktus spinocerebellar posterior (propioseptif, rasa sentuh dan tekan), traktus

spinocerebellar anterior (propioseptif, rasa sentuh dan tekan), traktus spinotalamikus lateral
(sensibilitas nyeri dan suhu), traktus spinotectal (refleks spinovisual), traktus posterolateral /Lissauer,
traktus spinoretikular, traktus spinoolivary (informasi dari kulit dan propioseptif). Funikulus lateral yang
tersebut di atas ini digolongkan ke dalam traktus asenden. Traktus pada funikulus lateral yang
digolongkan sebagai traktus desenden adalah traktus kortikospinal lateral
(gerakan volunter), traktus rubrospinal (aktivitas otot), traktus retikulospinal lateral (aktivitas muskular),
traktus autonomik desenden (fungsi viseral), traktus olivospinal (aktivitas muskular). Traktus yang lainya
adalah traktus intersegmen lateral (menghubungakn bagian kiri dan kanan medula spinalis). Funikulus
anterior terdiri atas traktus spinotalamikus anterior (rasa taktil dan tekan) yang bersifat asenden; traktus
kortikospinal anterior (gerakan volunter), traktus vestibulospinal (kontrol tonus otot), traktus tektospinal
(gerakan tangan dan kepala), traktus retikuloinal (fungsi motorik) yang digolongkan sebagai traktus
desenden. Traktus yang lainnya adalah traktus intersegmenal anterior (menghubungakn bagian kiri dan
kanan medula spinalis). Substansia grisea medula spinalis berisi perikarion yang merupakan pusat tropik
dan di daerah ini sangat banyak terdapat sinaps neuron. Kumpulan sel-sel saraf pada substansia grisea
ini disebut sebagai nukleus.
Kornu anterior medula spinalis pada sajian tampak sebagai bagian sayap yang gemuk dan
merupakan daerah yang paling banyak mengandung neuron. Sel saraf motorik pada daerah ini
merupakan sel saraf multipolar dengan ciri histologisnya yaitu selnya besar biasanya poligonal.
Sitoplasmanya bercabang-cabang dan intinya besar, berbentuk bulat atau lonjong dengan anak inti yang
jelas. Dendrit dan aksonnya terlihat jelas. Badan sel dan dendrit mengandung badan Nissl, sedangkan
bagian aksonnya tidak mengandung badan Nissl. Pangkal akson yang disebut “gumuk akson” atau
akson hilok (axon hillock) tidak mengandung substansia Nissl. Kebanyakan sel saraf motorik yang
terdapat di kornu anterior adalah sel saraf motorik besar yang aksonnya akan keluar melalui akar depan
(anterior root) dan dikenal sebagai serat saraf alpha eferen yang akan mempersarafi otot skelet (otot
rangka). Sel saraf motorik kecil juga akan melintasi akar depan (anterior root) membentuk serat saraf
gamma eferen yang akan mempersarafi muscle spindle. Sel saraf motorik dikelompokkan dalam
kelompok medial, sentral dan lateral. Sel-sel saraf yang terdapat pada kornu posterior (dorsal)
dikelompokkan menjadi substansia gelatinosa, nukleus propius, nukleus dorsalis (Clark’s nukleus),
nukleus viseral afferent. Sel-sel saraf yang terdapat pada kornu lateral dikelompokan sebagai grup
intermediolateral.

OTAK
Otak terdiri atas otak besar atau serebrum dan otak kecil atau serebelum. Disamping itu ada
bangunan berbentuk tabung yang letaknya di bagian inferior disebut batang otak (brainstem) yang
terdiri atas midbrain, pons dan medulla oblongata yang berisi pusat-pusat vital.
SEREBRUM
Serebrum dibagi oleh falks serebri menjadi 2 bagian yang serupa disebut hemisfer serebri kiri dan
kanan. Didalam hemisfer serebri substansia grisea terdapat dipermukaan (terbalik dengan medula
spinalis), berupa korteks serebri dan dibawahnya terdapat substansia alba dan lebih kedalam lagi
terdapat nukleus. Di dalam substansia grisea dan nukleus terdapat perikarion, dan di dalam substansia
alba terdapat akson bermielin. Secara histologis, serebrum terdiri atas 6 lapisan yaitu :
1. Lapisan Molekular, terutama terdiri atas serat-serat yang berasal dari sel-sel lapis lebih dalam, yang
berjalan paralel terhadap permukaan dan sedikit badan sel saraf yang dikenal sebagai sel horisontal
(Cajal). Sel ini berukuran kecil dengan bentuk pipih (gepang) dengan akson dan dendritnya berjalan
sejajar permukaan dan berkontak dengan dendrit sel piramid dan fusiform serta akson sel stellate.
2. Lapis granular luar, terdiri terdiri atas badan-badan sel saraf kecil berbentuk segitiga/piramid yang
berukuran 10-50 mikrometer. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan bercabang-cabang,
sementara aksonnya mengarah ke lapisan di bawahnya dan substansia alba. Sel lainnya yang terdapat
pada lapisan ini adalah sel stellate (sel granular) yang berukuran kecil (8 mikrometer) dan berbentuk
poligonal. Akson sel granular ini panjang dan mengarah ke lapisan molekular, sementara dendritnya
pendek mengarah ke lapisan di bawahnya.
3. Lapis sel-sel pyramid luar, terdiri atas sel-sel piramid yang ukurannya makin ke dalam semakin
bertambah besar. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular sementara aksonnya menuju ke arah
substansia alba
4. Lapis granular dalam, terdiri atas sel-sel granula bercabang (stelata) halus dan sel-sel pyramid
5. Lapis pyramid dalam atau lapis ganglion terdiri atas sel-sel piramid besar dan sedang. Disamping itu
juga terdapat sel stellate dan sel Martinotti. Sel Martinotti merupakan sel saraf multipolar berukuran

kecil, dengan dendrit yang pendek mengarah ke lapisan di atasnya, sedangkan aksonnya berjalan ke
arah lateral.
6. Lapis sel-sel multiform atau polimorf, terdiri atas sel-sel dengan macam-macam bentuk. Kebanyakan
sel yang terdapat disini adalah sel fusiform dengan dendritnya yang panjang mengarah ke arah
lapisan di atasnya.
Semua lapis ini tidak mempunyai batas yang tegas dan semuanya juga berisi neuroglia. Substansia
alba terdiri atas gabungan serat saraf bermielin yang menyebar kesegala arah. Serat-serat ini ditunjang
oleh neuroglia dan secara fungsional terdiri atas 3 kelompok:
1. Serat menghubungkan macam-macam bagian korteks pada satu hemisfer disebut serat asosiasi.
2. Serat yang menghubungkan bagian korteks hemisfer kiri dan kanan disebut serat komisural.
3. Serat yang menghubungkan korteks serebri dengan nukleus (pusat-pusat) dibawahnya disebut
serat proyeksi.
Serebrum atau otak besar mempunyai fungsi untuk menyimpan memori, berperan penting
dalam proses berpikir, belajar, rasa bertanggung jawab, analisa – sintesa dan berperan dalam proses
moral. Serebrum juga berperan untuk menerima, mengolah dan memberikan respon jawaban terhadap
rangsangan sensoris seperti pengaturan temperatur tubuh, rasa rabaan, penglihatan, pendengaran,
penghidu, rasa / kecap. Disamping itu bagian otak ini berfungsi untuk mengontrol kontraksi otot-otot
sadar ( skeletal ).
SEREBELLUM
Serebelum terbagi dua kiri dan kanan oleh bangunan seperti cacing bewarna abu-abu yang
disebut vermis (Gb-36). Permukaannya berlipat-lipat disebut folia
(=daun) yang tersusun paralel terhadap fissura (alur) utama.
Substansia grisea serebelum terdapat di permukaan berupa korteks

tipis. Di bawahnya terdapat substansia alba yang juga berisi kelompokan kecil perikarion membentuk
pusat-pusat (nukleus).
Korteks serebellum terdiri atas 3 lapisan, yaitu dari luar ke dalam:
Korteks serebellum terdiri atas 3 lapisan, yaitu dari luar ke dalam:
1. Lapisan Molekular yang merupakan lapisan terluar. Lapisan ini berisi sedikit sel saraf kecil dan banyak
serat saraf tidak bermielin.
2. Lapisan sel Purkinje atau disebut juga lapisan ganglioner, berisi sel Purkinje yang tampak besar,
dengan dendritnya bercabang seperti tanduk menjangan dan letaknya dalam satu bidang masuk
kedalam lapisan molekular, dengan satu akson yang masuk kedalam lapis dibawahnya3. Lapisan
Granular, berisi banyak perikarion kecil. Sel suatu folium.
LAPISAN PEMBUNGKUS (MENINGES)
SSP dilindungi oleh dari trauma luar oleh otot dan tulang yaitu tulang tengkorak dan vertebra. Di
samping itu SSP juga dilindungi oleh selubung jaringan ikat atau meninges. Selubung ini dari luar ke
dalam sebagai berikut:
Gb-38. Lapisan korteks serebellum

1. Duramater (dura=keras, mater= ibu)
merupakan lapisan terluar yang membungkus medula spinalis dan otak. Lapisan duramater
medula spinalis dan otak berbeda susunannya. Pada medula spinalis permukaan dalam ruang vertebra
dilapisi jaringan ikat padat disebut duramater periosteum.
Lapisan duramater fibrosa secara terpisah dan longgar membungkus medula spinalis. Di antara
duramater periosteum dan duramater fibrosa terdapat rongga epidural yang lebar berisi jaringan ikat
longgar, sel lemak dan pleksus venosa epidural. Permukaan dalam duramater dilapisi oleh sel gepeng
selapis yang berhubungan erat dengan medula spinalis melalui ligamentum dentikulata.
Duramater otak pada awalnya terdiri atas 2 lapisan tetapi pada orang dewasa kedua lapisan
tersebut menyatu. Lapisan terluar adalah duramater periosteum yang melapisi permukaan dalam
tengkorak (endosteum) terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah. Lapisan dalam
yaitu lapisan fibrosa kurang mengandung pembuluh darah dan permukaan dalamnya dilapisi oleh epitel
selapis gepeng yang berasal dari mesoderm. Lapisan fibrosa ini terpisah dari lapisan luar pada tempat-
tempat tertentu untuk membentuk sinus-sinus venosus otak yang besar dan juga membalik ke dalam
dan terletak di dalam fisura-fisura besar di dalam otak sebagai pemisah, misalnya falks serebri yang
memisahkan serebrum kiri dan kanan, falks serebelli yang memisahkan serebellum kiri dan kanan.
Selain membentuk lipatan-lipatan, lapisan fibrosa ini juga membentuk atap fosa hipofiseal (diafragma
sela). Durakranium dan dura spinal berhubungan pada foramen magnum.
2. Arachnoid (Arachnoid= menyerupai laba-laba)
merupakan membran tipis, halus, avaskular yang melapisi duramater. Dari arachnoid ini keluar
trabekula jaringan ikat yang berjalan ke pia mater melintasi ruangan yang terisi oleh banyak trabekula.
Ruangan ini disebut ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal (likuwor serebrospinal). Pada

beberapa tempat arachnoid menembus duramater sebagai villi arachnoid yang menonjol ke dalam sinus
venosus duramater. Fungsi villi arachnoid ini adalah untuk menyalurkan cairan serebrospinal ke sinus
venosus. Pada trauma kepala yang parah pembuluh darah di pia mater dan di dalam otak akan pecah
dan darah akan berkumpul dalam ruang subarachnoid. Perdarahan ini disebut perdarahan subdural.
3. Piamater
Piamater adalah membran halus, lembut yang membungkus otak. Piamater meluas masuk ke
dalam sulkus serebri. Piamater terdiri atas 2 lapisan, yaitu bagian luar tersusun dari anyaman serat
kolagen, mengandung banyak pembuluh darah dan bagian dalam terdiri atas anyaman serat retikular
dan elastin halus yang melekat pada jaringan saraf di bawahnya tetapi terpisah dari unsur-unsur
saraf/otak oleh satu lapis cabang-cabang neuroglia.
CAIRAN SEREBROSPINAL (CEREBROSPINAL FLUID/CSF)
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak) yaitu:
1. Ruang subarakhnoid
2. Ventrikel otak
3. Kanal sentralis medula spinalis.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke
empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan CSF dihasilkan secara aktif dan dalam keadaan
normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.
Aliran serebrospinal (Gb-40) adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral CSF mengalir ke ventrikel III
dan disini jumlah CSF akan bertambah lebih banyak. Dari ventrikel III CSF mengalir melalui akuaduktus
Sylvii ke dalam ventrikel IV yang juga menghasilkan CSF. CSF kemudian keluar melalui foramen
Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di ruang subarakhnoid CSF mengalir ke
dalam sinus venosus kranial melalui vili arakhnoid yang merupakan berkas pia arakhnoid yang
menembus duramater untuk kemudian terletak dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar
medula spinalis.

Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebro-
spinalnya akan terus bertambah (tidak dapat ke luar) (Gb-41), akibatnya ventrikel otak membesar
karena tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di
sekitar ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru lahir (neonatus),
maka kepala bayi tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini disebut hidrosefalus.
Limbah metabolisme otak berdifusi bebas dari ruang ekstraselular, menembus ependim, masuk
ke CSF di ruang ventrikel. Cairan serebrospinal mengandung air, glukosa, asam-asam amino, vitamin C,
B dan asam folat. Gerakan bahan-bahan melalui epitel pleksus khoroid terjadi 2 arah. Molekul-molekul
seperti glukosa dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh otak dalam jumlah besar bergerak dengan
cara difusi yang difasilitasi (facilitatted diffusion) menuruni gradien konsentrasi, sedangkan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti vitamin C, vitamin B dan asam folat bergerak
dengan cara transpor aktif. CSF diproduksi dengan kecepatan rata-rata 350 mikroliter permenit atau
500 ml perhari
Fungsi CSF :
1. Mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk otak.
2. Memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai bumper).
PLEKSUS KHOROIDEUS Seluruh SSP terbenam didalam cairan serebrospinal yang disekresi oleh pleksus khoroid. Pada
pleksus ini tidak ada jaringan saraf di dindingnya. Pleksus khoroideus dibentuk oleh sel-sel ependima
yang menempel langsung di permukaan luar lapisan pia mater dan membentuk lipatan-lipatan yang
menonjol ke dalam lumen ventrikel.
Pada permukaan apikal sel-sel ependima terdapat taut sekap (tight junction) yang akan mencegah
lolosnya CSF ke dalam darah melintasi celah antar sel. Di antara sel-sel ependima juga terdapat taut
lekat (adherens junction) dan taut rekah (gap junction) untuk merekatkan 2 sel yang berdekatan dan
menjamin adanya perlintasan zat-zat di antara 2 sel yang saling bersisian.

Pada sel-sel ependima terdapat pompa natrium untuk masuknya air dan garam-garam ke dalam
likuwor serebrospinal. Ada 2 cara sekresi zat-zat oleh pleksus khoroideus ke dalam CSF atau LCS yaitu
secara diffusi yang difasilitasi dan transpor aktif. Zat-zat yang disekresi dengan cara diffusi yang
difasilitasi adalah glukosa dan asam-asam amino. Sedangkan vitamin B, vitamin C dan asam folat
disekresi secara transpor aktif .
VILUS ARAKHNOID Duramater di beberapa tempat tertentu ditembus oleh tonjolan kecil arakhnoid disebut vilus
arakhnoid dan menonjol masuk ke sinus venosus endokranial besar. Pada basisnya vilus arakhnoid
berhubungan langsung dengan CSF. Cairan serebrospinal yang terdapat diruang subarakhnoid pada villus
arakhnoid dipisahkan dari darah hanya oleh selapis epitel tipis arakhnoid dan endotel yang membatasi
sinus venosus yang terdapat persis di atas epitel tipis arachnoid. Vilus arakhnoid merupakan jalan utama
untuk keluarnya cairan serebrospinal dan berfungsi sebagai katup sehingga aliran CSF hanya searah
saja. Aliran CSF melintasi villus arachnoid ini tergantung pada perbedaan tekanan pada setiap sisi dinding
villus. Bila tekanan CSF lebih besar daripada vena, CSF akan masuk ke dalam darah. Tekanan hidrostatik
yang rendah dan tekanan osmotik koloid yang relatif tinggi dari darah di sinus venosus memudahkan
proses difusi cairan CSF ke darah di sinus venosus, menembus lapisan sel yang tipis. Sebaliknya bila
tekanan vena lebih besar dari CSF, villus arachnoid akan kolaps dan mencegah unsur-unsur darah masuk
kedalam CSF.
SAWAR DARAH OTAK
Sawar darah otak merupakan suatu lapisan yang menseleksi pemasukan zat-zat atau material
ke dalam parenkim otak. Sawar darah otak (blood brain barrier) di bentuk oleh 3 komponen yaitu
1. Dinding sel endotel
2. lamina basal sel endotel
3. Kaki perivaskular astrosit (end feet astrosit)

Di antara sel-sel endotel kapiler terdapat taut sekap (tight atau occluding junction) yang akan
melapisi celah antara sel-sel endotel kapiler darah dan mencegah lewat atau merembesnya zat-zat
melintasi celah ini. Zat-zat harus melewati dinding kapiler darah dengan cara mikropinositosis. Zat-zat
hanya dapat menembus dinding endotel kapiler darah masuk kedalam parenkim otak bila zat tersebut
mempunyai reseptor pada dinding endotel tersebut.
Material-material seperti O2, H2O, CO2 dan material-material berukuran kecil yang larut dalam
lemak, termasuk beberapa obat dapat melintasi sawar darah otak ini. Molekul-molekul seperti glukosa,
asam amino, vitamin-vitamin, nukleosida masuk lewat mekanisme diffusi yang difasilitasi. Ion-ion
masuk melalui mekanisme transport aktif.
Sawar darah otak berfungsi untuk:
1. Melindungi SSP dari perubahan konsentrasi ion yang terjadi secara tiba-tiba di cairan
ekstraselular.
2. Mencegah masuknya molekul-molekul dari sirkulasi ke dalam LCS yang dapat mengganggu
fungsi normal neuron di dalam SSP.
Kerugian dari sawar darah otak adalah antibiotik dan obat-obatan tidak dapat masuk ke dalam otak.
GANGLIA Ganglia adalah kumpulan neuron yang letaknya diluar SSP. Sedangkan kumpulan perikarion yang
terdapat di dalam SSP dan mempunyai fungsi tertentu disebut Nukleus.
Ada 2 macam ganglia yaitu:
1. Ganglia Kranio-spinal (sensorik) yang terdiri atas saraf kranial dan saraf spinal.
2. Ganglia Autonom yang berfungsi motorik dan berhubungan dengan sistim saraf otonom.
Ganglion ini terbagi menjadi 2 yaitu ganglion simpatis dan parasimpatis

Ganglia Kranio-spinalis
Ganglia spinalis bentuknya fusiform atau globular pada cabang posterior (radiks posterior
saraf-saraf spinal). Ganglia kranialis merupakan gembungan serupa pada beberapa saraf kranial. Sel
ganglionnya merupakan sel saraf jenis pseudounipolar, globular yang mempunyai cabang tunggal suatu
akson dan kemudian sewaktu meninggalkan badan saraf pada jarak tertentu bercabang dua menjadi
bentuk T atau Y , satu cabangnya secara fungsional berfungsi sebagai dendrit (serat eferen) menjadi
lebih tebal dan via saraf spinal atau kranial menuju ke perifer dan bermuara pada organ reseptor
(misalnya badan Meissner) dan cabang lainnya yang lebih ramping masuk ke SSP dan berfungsi sebagai
akson (saraf aferen). Secara Histologis kedua cabang sitoplasma ini mempunyai struktur yang identik.
Perikarionnya besar dengan inti dan anak inti yang jelas, tersusun dalam kelompok-kelompok dan
dipisahkan oleh berkas serat saraf. Perikarionnya mungkin berdiameter 15-25 mikrometer dengan
cabang yang tidak bermielin atau berdiameter lebih besar dari yaitu 100 mikrometer dengan cabangnya
bermielin. Setiap perikarion dikelilingi oleh satu lapis sel –sel kecil, gepeng atau kuboid yang disebut
sebagai sel satelit atau sel kapsul atau amfisit. Sel-sel satelit ini merupakan sel penyokong serupa
dengan sel glia di SSP.
Ganglia Autonom
Seperti ganglion kraniospinal, ganglion otonom juga mempunyai kapsul atau simpai jaringan ikat,
kecuali di ganglion perifer yang sangat kecil. Sel ganglion berukuran lebih kecil daripada ganglion
kraniospinal (15-45 mikrometer), berbentuk multipolar, dengan beberapa dendrit dan satu akson tidak
bermielin. Di sekitar perikarion terdapat sel-sel kapsul, meskipun hanya beberapa buah dan kecil-kecil.
Berbeda dengan ganglia kraniospinal, perikarion disini tidak menunjukkan kecenderungan untuk
mengelompok, akson-aksonnyapun tidak mengelompok membentuk berkas-berkas, perikarion dan serat-
serat di dalam ganglia bercampur baur. Sel ganglion ada yang bersifat kolinergik (mengeluarkan
neurotransmiter asetilkolin) dan ada yang adrenergik (mengeluarkan neurotransmiter noradrenalin
atau norepinefrin). Disamping itu juga ada yang bersifat dopaminergik.

Susunan Saraf Otonom
Walapun secara anatomi susunan saraf otonom digolongkan ke dalam SST, tetapi secara
fungsional merupakan sistim yang terpisah yang sangat dipengaruhi oleh SSP. Sistim saraf ini berperan
untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh yang disebut sebagai homeostasis. Sistim ini
mengatur:
1. Sekresi kelenjar
2. Kontraksi dan kecepatan denyut otot jantung
3. Kontraksi dan kecepatan kontraksi otot polos.
4. Sistim sirkulasi darah.
Sejak sistim ini ditemukan oleh Langley tahun 1921, sistim ini hanya meliputi serat eferen viseral
saja. Pendapat ini sesungguhnya sudah tidak tepat lagi karena disamping serat eferen juga ada serat
aferen (serat saraf sensoris viseral) yang memberi informasi pada badan kita akan adanya rasa sakit atau
tidak enak yang terjadi di dalam tubuh yang tidak terpisahkan dari sistim ini seperti rasa berdebar-debar
karena detak jantung yang cepat, rasa melilit pada perut dan sebagainya. Walaupun sistim ini berfungsi
secara otomatis, tetapi tetap dikendalikan oleh SSP, misalnya emosi terhadap lingkungan sekitar.
Pusat koordinasi antara sistim saraf ini dengan bagian saraf lainnya terletak di hipotalamus.
Sistim saraf otonom mempunyai 2 buah neuron motorik yaitu sebuah di dalam substansia grisea
medula spinalis atau batang otak (brain stem) yang disebut neuron preganglionar dan sebuah diluar
SSP (di dalam ganglia) yang disebut sebagai neuron postganglionar. Sistim saraf otonom ini terdiri
atas sistim saraf simpatis dan parasimpatis.
Sistim Persarafan Simpatis
Neuron preganglion sistem saraf simpatis mulai dari vertebra torakal pertama sampai vertebra
lumbal ke tiga, karenanya disebut juga sebagai divisi torakolumbar sistim saraf otonom . Serat

preganglionik bermielin dan meninggalkan medula spinalis via akar atau radiks ventral (motorik) nervus
spinalis. Serat saraf ini kemudian bersinaps dengan neuron postganglionik di dalam ganglia. Selanjutnya
serat saraf postganglionik ini akan menuju ke organ sasaran.
Berdasarkan lokasinya neuron postganglion ini terbagi atas 3 yaitu :
1. Ganglion paravertebra
2. Ganglion prevertebra
3. Ganglion terminal
Ganglion Paravertebralis
Letaknya antero-lateral medula spinalis, terbentang mulai dari vertebra servikal pertama sampai
vertebra sakral terakhir, membentuk trunkus simpatis (trunkus=rantai). Terdapat hubungan antara
trunkus kiri dengan kanan. Ganglion ini memberikan cabang postganglionar yang mengurus persarafan
simpatis sistim sirkulasi darah dan kelenjar yang terdapat di seluruh tubuh.
Ganglion Prevertebra
Letaknya di daerah anterior kolumna vertebralis, membentuk pleksus abdominalis. Ada 3 buah
ganglion prevertebral yaitu:
1. Ganglion Seliaka (Celiac).
2. Ganglion Mesenterika Superior.
3. Ganglion Mesenterika Inferior.
Serat saraf preganglionar keluar dari medula spinalis via akar atau radix ventral dan selanjutnya menuju
ganglion prevertebral melintasi trunkus simpatis yang dibentuk oleh ganglion paravertebralis.
Ganglion Terminalis

Letaknya paling perifer, dekat sekali dengan organ yang akan dipersarafinya.
Kedua serat saraf postganglionar dari ganglion prevertebral dan terminalis akan mensarafi otot polos
yang terdapat diseluruh tubuh. Semua serat saraf postganglionik adalah serat saraf tak bermielin
Sistim Persarafan Parasimpatis .
Sistim parasimpatis berbeda dengan simpatis dalam beberapa aspek yaitu:
1. Serat saraf preganglionnya berjalan keluar dari SSP bersama nervus kranial III, VII, IX dan X
yang keluar dari otak tengah (midbrain) dan batang otak (brainstem) dan bersama nervus
sakralis 2, 3 dan 4, karena itu sistim parasimpatis dikenal juga sebagai divisi Kraniosakral
Sistim Saraf Autonom.
2. Mempunyai serat preganglioner yang panjang terbentang dari otak atau saraf spinal sakral sampai
ke ganglion terminal yang letaknya dekat dengan organ sasaran.
3. Ganglion parasimpatis tidak tersusun dalam suatu rantai melainkan hanya berupa kumpulan
sel saraf yang difus yang tersebar bersama kapsul/simpainya atau antara jaringan suatu organ
(contohnya ganglion Auerbach dan Meissner di dinding usus).
Secara histologik, perikarion dari sel-sel ganglion ini membentuk kelompokan yang tersebar yang
dikelilingi oleh jaringan ikat. Di sekitar sel-sel ganglion terdapat sel-sel satelit. Contoh ganglia parasimpatis
adalah ganglia siliaris, genikulata, submandibula, otik, pterigopalatina, ganglia Meissner dan Aurbach di
kolon dan ganglia vesikalis di vesika urinaria.
Serat saraf preganglioner yang berjalan bersama saraf kranial berkaitan dengan fungsi sekresi
kelenjar, contohnya kelenjar lakrimal, kelenjar liur, dan sebagainya. Serat saraf preganglioner yang
berjalan bersama saraf kranial X akan bersinaps dengan neuron postganglionik yang akan mempersarafi
organ-organ yang terdapat di rongga abdomen dan toraks. Serat saraf preganglionik yang keluar dari
segmen sakral akan bersinaps dengan neuron postganglionik yang akan mempersarafi organ-organ yang
terdapat di dalam rongga pelvis, seperti kolon, rektum, vesika urinaria, dan sebagainya.

SELUBUNG SERAT SARAF ATAU SELUBUNG AKSON
Berdasarkan ada atau tidak adanya selubung mielin, serat saraf (akson) di SSP dan SST terbagi
menjadi 2 yaitu:
1. Serat saraf bermielin (Myelinated nerve)
Pada susunan saraf pusat (SSP) selubung mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia. Satu sel
oligodendroglia membentuk selubung mielin untuk beberapa serat saraf. Sedangkan pada
susunan saraf tepi (SST) selubung mielin dibentuk oleh sel Schwann. Satu sel Schwann hanya
dapat membentuk 1 selubung mielin untuk satu akson.
2. Serat saraf tak bermielin (unmyelinated nerve)
serat saraf atau akson ini tidak mempunyai selubung mielin. Pada serat saraf tepi hanya
diselubungi oleh selubung sel Schwann yang juga menyelubungi serat saraf bermielin. Pada
susunan saraf pusat serat saraf ini hanya dilingkupi oleh jaringan ikat. Pada serat saraf
bermielin satu sel Schwann hanya dapat menyelubungi satu serat saraf. Sedangkan pada serat
saraf tak bermielin, satu sel schwann dapat menyelubungi beberapa serat saraf (akson).
SELUBUNG MIELIN
Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara konsentris dan terdiri atas lipid dan
neurokeratin. Pada susunan saraf pusat selubung mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan
pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann (Gb-52).
Dalam keadaaan segar selubung mielin sangat refraktil dan putih (mielin memberikan warna
putih pada substansia alba otak dan medula spinalis) (Gb-53). Mielin yang terutama terdiri atas lipid,

melarut sesudah cara-cara fiksasi biasa, meninggalkan anyaman bahan-bahan protein yang disebut
neurokeratin disekeliling serat saraf. Mielin dapat difiksasi dan terpulas hitam osmium tetraoksida.
Sesudah difiksasi dengan bikromat, mielin dapat dapat diwarnai dengan hematoksilin.
Dengan mikroskop cahaya, selubung mielin terlihat sebagai silinder yang tidak sempurna atau
terputus-putus, karena pada setiap jarak 0,1-1,5 mm terdapat celah pada selubung-selubung yang
dikenal sebagai nodus Ranvier atau pinggetan Ranvier (Gb-54). Pada pulasan perak nodus Ranvier akan
terisi oleh endapan perak yang dikenal sebagai palang Ranvier. Dengan mikroskop elektron terlihat
bahwa mielin merupakan suatu seri lapisan konsentris membran plasma sel Schwann atau
oligodendroglia.
Proses Pembentukan Selubung Mielin
Proses pembentukan selubung mielin diawali oleh terjadinya invaginasi serat saraf ke dalam
sitoplasma sel Schwann. Kedua ujung sitoplasma sel Schwann kemudian akan menyatu dan
membungkus serat saraf. Tempat penyatuan awal ini dikenal sebagai mesaxon interna. Mesaxon
kemudian meluas ke arah dalam membentuk lapisan atau lamel-lamel sitoplasma sel Schwann.
Sitoplasma sel Schwann kemudian menghilang dan ke dua sisi dalam membran sitoplasma akan
menyatu dan menebal membentuk garis perioda. Membran ekstraselular dari sitoplasma sel
Schwann kemudian mendekat tetapi tidak menyatu membentuk garis interperioda. Pada akhir
proses mielinisasi terjadi penyatuan dinding sitoplasma sel Schwann untuk kedua kali yang disebut
mesaxon eksterna.
Pada saat penyatuan kedua sisi dalam membran sitoplasma sel Schwann terdapat kegagalan di
beberapa tempat sehingga meninggalkan sejumlah kecil sitoplasma yang terjerat dalam selubung
milein yang dikenal sebagai celah atau insisura Schmidt Lanterman. Fiksasi dengan menggunakan
osmium tetraoksida dapat menunjukkan adanya celah Schmidt Lanterman (Gb-57).
Pada SSP, proses pembentukan selubung mielin berjalan serupa dengan proses pembentukan di
SST, tetapi pada SSP satu sel oligodendroglia dapat membuat selubung mielin untuk beberapa
serat saraf.

Hipotesis tentang pembentukan lamel-lamel mielin ini dikenal sebagai teori “Jelly Roll”.
Fungsi Selubung Mielin
Fungsi selubung mielin adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik meloncat dari dari
nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya dengan sangat cepat (saltatory conduction).
Dengan demikian kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih cepat dibandingkan
dengan serat saraf tanpa mielin.
SELUBUNG SCHWANN
Seluruh serat saraf perifer (akson) baik yang bermielin maupun tanpa mielin akan di selubungi
dibagian luar oleh selubung sel Schwann. Selubung Schwann ini disebut juga sebagai neurilema yang
dibentuk oleh sitoplasma sel Schwann.
Pada pinggetan Ranvier akson hanya diliputi oleh juluran sel Schwann dan selalu ada celah (gap)
diantara juluran sel schwann (Gb-58). Pada celah tersebut akson tidak terselubung alias telanjang, hal ini
sangat penting artinya bagi kelangsungan perambatan impuls saraf.
Sel Schwann penting artinya bagi kelangsungan hidup atau fungsi akson. Suatu serat saraf
perifer bila putus, akan kehilangan akson bagian distal. Akson baru akan tumbuh dari ujung proximal
potongan dan akan mengikuti jalur yang dibentuk oleh selubung Schwann yang masih utuh dibagian
distal.
Sel Schwann mempunyai inti yang heterokromatik biasanya gepeng dan terdapat ditengah sel,
banyak mengandung mitokondria, mikrotubulus, mikrofilamen, tetapi mengandung hanya sedikit
lisosom, endoplasmik retikulum dan apparatus Golgi .
SELUBUNG SARAF PERIFER

Saraf tepi disusun oleh berkas-berkas serat saraf, yang dipersatukan oleh jaringan ikat dan
mencakup baik saraf-saraf spinal yang berhubungan dengan medula spinalis maupun saraf-saraf kranial
yang berhubungan dengan otak. Kebanyakan saraf tepi nampak bewarna putih karena mengandung
lapisan mielin. Selain mempunyai selubung mielin dan selubung Schwann, saraf tepi dibungkus oleh
jaringan ikat yang kuat. Jaringan ikat yang membungkus saraf tepi adalah:
1. Epineurium
Epineurium merupakan jaringan ikat fibrosa yang membungkus satu bundle kumpulan berkas
serat saraf yang dikenal sebagai bundle berkas serat saraf (bundles of nerve fibers) . Satu berkas
serat saraf disebut sebagai fasikulus yang terdiri atas beberapa serat saraf . Epineurium tersusun
dari fibroblas dan serat kolagen yang tersusun secara longitudinal. Selain itu juga mengandung
sedikit serat elastin. Epineurium mengandung pembuluh-pembuluh darah utama untuk saraf.
2. Perineurium
Perineurium merupakan jaringan ikat padat kolagen yang membungkus satu fasikulus. Selubung
ini dibentuk juga oleh sel-sel fibroblas dan lapisan serat-serat kolagen yang tersusun secara
konsentris. Perineurium merupakan sawar terhadap keluar masuknya materi atau zat-zat pada
fasikulus saraf. Satu fasikulus saraf tersusun oleh banyak serat saraf (akson).
3. Endoneurium
Endoneurium merupakan jaringan ikat halus yang menyelubungi satu serat saraf (akson). Lapisan
ini dibentuk oleh sel fibroblas yang gepeng , serat kolagen dan serat retikulin halus. Endoneurium
berhubungan erat dengan neurilema.

RESPONS NEURON TERHADAP LUKA (INJURI)
Bila suatu sel saraf mengalami trauma yang menghancurkan, sel saraf yang hancur ini tidak dapat
diganti baru karena sel saraf tidak dapat berproliferasi, karenanya kerusakan pada SSP bersifat
permanen. Akan tetapi jika serat saraf tepi mengalami luka atau terpotong, sel saraf berusaha untuk
memperbaiki kerusakan, melakukan regenerasi juluran saraf yang rusak dan memperbaharui fungsinya
dengan cara menstimulus serangkaian proses metabolisma dan proses struktural yang dikenal sebagai
reaksi akson. Berdasarkan lokasi terjadinya reaksi akson ini di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Reaksi lokal (local reaction): reaksi yang terjadi pada tempat traumanya
2. Reaksi anterograde (anterograde reaction): reaksi yang terjadi pada bagian distal dari tempat
trauma.
3. Reaksi Retrograde: reaksi yang terjadi pada bagian proksimal dari tempat terjadinya trauma.
Beberapa reaksi berlangsung secara serentak, sementara yang lain mungkin terjadi mingguan atau
bulanan.
Reaksi lokal
Ke dua ujung yang mengalami trauma akan saling berusaha mendekat dan menyatu guna
menutup ke dua puntung yang terpotong dan mencegah hilangnya bagian sitoplasma akson. Makrofag
kemudian datang untuk memakan dan membersihkan daerah yang luka dari debris (kotoran).
Reaksi Anterograd
Ujung akson menjadi hipertrofi dan berdegenerasi dalam waktu seminggu, sehingga kontak
dengan membran pasca-sinaps akan berakhir. Sel Schwann kemudian akan berproliferasi, memfa-
gositasi puing-puing akson terminal yang hancur dan menduduki ruang sinaps. Bagian distal akson ini
mengalami degenerasi Wallerian yang menyebabkan akson menjadi terpecah-pecah dan sel-sel
Schwann berproliferasi dengan cepat yang kemudian akan memakan puing-puing akson dan selubung
mielin. Jaringan ikat yang menyelubungi serat saraf tersebut tidak mengalami perubahan. Ruangan yang

terdapat di antara jaringan ikat ini kemudian akan terisi oleh sel-sel Schwann yang berproliferasi secara
cepat., yang akan berfungsi sebagai penuntun bagi akson yang baru tumbuh yang bergerak menuju ke
bagian postsinaps.
Reaksi retrograd
Perikarion neuron yang hancur menjadi hipertrofi, badan Nisslnya akan tercerai berai dan inti sel
akan bergeser dari tempatnya semula. Kejadian ini disebut kromatolisis (chromatolysis). Setelah 3
minggu bila sel saraf luput dari trauma, badan sel kemudian secara aktif mensintesa ribosom-ribosom
bebas, protein dan berbagai molekul-molekul berukuran besar (makromolekul). Proses ini dapat
berlangsung selama beberapa bulan. Selama masa ini bagian proksimal akson dan selubung mielin yang
menyelubunginya akan berdegenerasi. Kemudian beberapa tunas akson akan muncul dari ujung
proksimal tersebut, dan berjalan mengisi ruang selubung jaringan ikat dengan dibimbing oleh sel-sel
Schwann menuju ke sel sasaran. Tunas yang pertama mencapai sel target akan langsung membentuk
sinaps, sementara tunas-tunas yang lain akan berdegenerasi. Proses regenerasi ini berlangsung kira-kira
dengan kecepatan 3-4 mm/hari. Sel saraf mempunyai pengaruh tropik (mempengaruhi kehidupan) sel
target. Jika sel saraf mati, maka sel-sel lainnya yang merupakan target dari sel saraf tersebut juga akan
mengalami atropi dan degenerasi. Proses ini disebut dengan degenrasi transneuron (transneuronal
degeneration).
Regenerasi pada SSP sangat-sangat sulit dibandingkan dengan serat saraf perifer, karena SSP tidak
mengandung jaringan ikat. Sel saraf yang rusak di dalam SSP akan difagositosis oleh makrofag yang khas
yaitu mikroglia. Ruang-ruang yang telah dibersihkan lewat proses fagositosis ini kemudian akan
diduduki oleh sel-sel glia yang berproliferasi secara besar-besaran membentuk parut glia (Glial scar).
Adanya glial scar ini menghalangi proses perbaikan, sehingga kerusakan sel saraf di dalalm SSP adalah
permanen dan tidak dapat diperbaiki.
UJUNG SARAF ATAU NERVE ENDINGS Tiap serat saraf perifer, sensoris, motoris atau sekretorius akhirnya berujung pada organ (badan)
perifer dengan satu atau beberapa cabangnya. Beberapa serat saraf bercabang sebagai ujung akhir saraf

bebas (naked nerve endings) diantara sel jaringan. Serat saraf yang berakhir pada reseptor sensoris
adalah dendrit dan yang berakhir sebagai ujung motoris atau sekretorius adalah akson. Ada 3 kelompok
ujung akhir saraf
1. Yang berakhir pada otot skeletal (cakram motorik atau motor end plate, “muscle spindle”).
Cakram motorik atau motor end plate bersifat motorik (efektor), sedangkan muscle spindle
bersifat sensorik.
2. Yang berakhir pada epitel (ujung akhir saraf bebas, bersifat sensoris).
3. Yang berakhir pada jaringan ikat (badan Vater Pacini, Meissner, dsbnya sifatnya sensoris).
1. CAKRAM MOTORIK (MOTOR END PLATE)
Serat saraf yang keluar dari SSP disebut serat eferen. Serat saraf eferen yang menuju ke otot
skelet (rangka) adalah serat saraf motorik dan efektornya adalah serat otot. Efektor artinya yang
memberikan efek pada jaringan atau daerah tertentu, sedangkan afektor artinya yang memberi kesan,
perasaan jadi sifatnya sensoris).
Selubung mielin akson menghilang sewaktu akson bercabang-cabang seperti cakar ayam
mendekati serat otot rangka. Selubung Schwann tetap melanjutkan diri meliputi akson yang bercabang
–cabang tersebut. Pada tempat cabang akson berhubungan dengan serat otot rangka, terdapat
pengelompokan sarkoplasma ditempat tersebut yang berisi banyak mitokondria dan inti sel otot rangka.
Cabang terminal akson yang mirip cakar ayam, menempati alur atau lekukan yang ada pada
permukaan serat otot rangka. Ujung akhir akson membengkak mirip ujung jarum pentol dan berisi
penuh dengan mitokondria dan vesikel sinaptik. Membran akson yang berhadapan dengan membran
serat otot rangka tidak menyatu dan dipisahkan oleh glikoprotein. Terdapat celah (gap) antara
permukaan membran akson dengan membran serat otot selebar 50 nanometer.

2. Badan Vater Paccini
Bangunan ini merupakan badan khusus yang bersifat sensorik dan bangunan reseptor berkapsul
yang terbesar. Alat pengindera ini terdiri atas sejumlah lapisan fibroblas dan ruangan berisi cairan
jaringan yang tersusun berlapis-lapis dengan serat saraf tak bermielin ditengahnya ,sehingga pada salah
satu potongannya akan terlihat berupa sejumlah lingkaran yang sepusat mengelilingi sebuah bintik.
Bintik itu sebenarnya bagian ujung serat saraf yang akan bermielin lagi setelah keluar dari badan
tersebut. Pada potongan yang lain bangunan ini dapat tampak mirip potongan sagital bawang bombai.
Bangunan ini ditemukan pada dermis dan hipodermis kulit, genital eksterna, puting payudara,
payudara, pankreas, jaringan ikat jarang, pankreas, mesenterium, dinding pembuluh darah,
ligamentum dan otot.
Fungsinya: reseptor tekanan dan getaran (mekanoreseptor)
3. Badan Meissner
Badan ini terdiri atas percabangan ujung serat saraf sensoris yang diselubungi sel Schwann yang
tersusun secara horizontal melingkar ke ujung. Di luar selubung sel Schwann ini terdapat lapisan
fibroblas dan serat kolagen kasar. Oleh karena itu bangunan ini tampak mirip jaringan ikat yang
tersusun berpilin membentuk bangunan bulat telur. Didalamnya terdapat percabangan ujung serat
saraf.
Badan Meissner terdapat di stratum papilare dermis ujung jari tangan dan kaki, telapak kaki,
telapak tangan, bibir dan puting payudara.
Fungsi : reseptor rabaan halus (mekanoreseptor).
4. Badan Ruffini

Ujung-ujung reseptor membentuk rami-rami atau jala-jala yang luas di antara serat-serat jaringan
ikat yang menyokongnya di dalam suatu bangunan berkapsul yang berbentuk lonjong. Perubahan
pada reseptor Ruffini tergantung pada temperatur. Aktivitas akan meningkat bila temperatur kulit
dingin dan menurun bila temperatur kulit hangat. Fungsinya: reseptor temperatur panas-dingin dan
reseptor rabaan dan tekanan. Bangunan ini terdapat pada bagian dermis dan hipodermis kulit,
khususnya di ujung jari tangan dan kaki.
5. Badan Krausse (End Bulbs of Krausse)
Ujung-ujung terminal saraf tak bermielin membentuk jala-jala di antara jaringan gelatinosa dalam
suatu bangunan bulat berkapsul jaringan ikat.
Fungsinya sebagai reseptor temperatur dingin.
Jaringan ini tersebar luas di seluruh tubuh , misalnya di stratum papilare konjungtiva palpebra, bola
mata, lidah, genital eksterna dsbnya.
6. Badan Golgi-Mazzoni
Mempunyai bentuk seperti korpus Paccini, tetapi reseptornya bercabang-cabang dengan perluasan
pada bagian ujungnya. Fungsinya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga berkaitan dengan
pendetekasian getaran (kurang dari 200 Hz). Bangunan ini banyak terdapat di jaringan subkutan
tangan dan permukaan tendon.
7. Neuromuscular spindle ( Muscle spindle)

Bangunan yang terletak di antara otot rangka yang berfungsi untuk mengontrol gerakan otot.
Bangunannya bersimpai jaringan ikat padat. Setiap muscle spindle mengandung 2-12 serat-serat
otot skelet khusus (serat-serat intrafusal/intrafusal fibers) yang terbenam di dalam kapsul jaringan
ikat yang berjalan paralel dengan serat-serat otot skeletal biasa dikelilingnya (serat –serat
ekstrafusal/extrafusal fibers). Secara histologik, muscle spindle disusun oleh 2 jenis serat otot
intrafusal yaitu:
A. Nuclear chain fiber yang berukuran lebih kecil dan lebih pendek yang mengandung sat deret
inti tunggal yang terletak di tengah.
B. Nuclear bag fiber yang berukuran lebih lebih besar dan lebih panjang dengan inti- inti yang
bertaburan di bagian tengah yang melebar menyerupai tas.
Setiap serat otot intrafusal dipersarafi oleh serat saraf eferen (serat gamma) yang merupakan
akson dari neuron motoris gamma yang terletak di tanduk anterior medula spinalis yang berakhir
pada ke 2 jenis serat otot intrafusal tersebut. Serat saraf aferen berasal dari 2 jenis ujung reseptor
pada serat intrafusal , ujung annulospiral dan ujung flower spray. Ujung annulospray membentuk
jala yang mengitari bagian tengah chain fiber dan nuclear chain.
Ujung flower spray tersebar luas sepanjang serat-serat otot intrafusal, terutama pada setiap sisi
bagian tengah yang berdekatan dengan ujung annulospiral. Ujung reseptor serat otot intrafusal
akan bereaksi terhadap peregangan serat-serat otot ekstrafusal atau tendonnya. Bila otot skelet
berkontraksi, muscle spindle akan berelaksasi.

BAB VI
MUSKULOSKELETAL
A. ANATOMI PELVIS Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap abdomen
dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis bersendi
dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri
pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh ulang,
ligamentum, dan otot.Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat
kepada vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.
Kerangka kepala pelvis terdiri dari:
Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, osischii, dan os
pubis,Os sacrum,Os coccyges.
a.OsSacrum
osacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang

berbentuk baji yang cekung kea rah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacribersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa.
b . Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra ru dimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai processus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculusdan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornusacrale.
c.Os Inominatum (tulang panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
• ilium batas atas tulang ini adalah Krista iliaka. Krista iliaka berjalan kebelakang dari spina iliaka posterior superior.Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan mgluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan glutei ke tulang.Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentukfosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliaka posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis.
• Iskium : terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol kedepan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
• Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superi or dari korpus memiliki

krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium.
d. Plevis major (panggul besar, pelvis spurium)
• Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis)
• Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas abdominalis.
• Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus gravidarum.
• Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke pelvis minor.
• Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
• Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis).
• Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
• Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis. • Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis • Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. • Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan.
A.Sendi (Articulatio) dan Ligamen PelvisAda 4 sendi pelvis, yaitu:• Dua articulation sacroiliaca • Symphisis pubis • Articulation sacrococcygea

a. Dua Articulatio Scaro iliaca
Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak di anara corpus vertebrae sacralis ke-1 dan ke-2 dan facies articularis ilium pada kedua sisi. Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian memberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2.Ligamenta sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae.Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi baah sacrum sampai tuber ischiadicum.Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai spina ischiadicum.Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan sacrum.
b. Symphisis Pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4 cm. facies articularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh kartilago hialin, dan suatudiscus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang minimum.
c.Articulatio Saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeum dan dapat melakukan fleksi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saatdefekasi dan melahirkan.Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spina iliaca anterior superior dan corpus ossis pubis.Membrane obturatoria: Membrana obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika.Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligament yang memperkuat sendi tersebut akibat adanya hormone relaksin.
B.Struktur Dinding Pelvis

Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding ventral, dua dinding lateral, dinding dorsal,
dan sebuah dasar pelvis.Dinding pelvis ventral. Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh keduacorpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta symphisis pubica.Dinding-dinding Pelvis Lateral. Dinding-dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus obturator internus menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum minus dan melekat pada femur (os femoris)Dinding Pelvis Dorsal. Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os ischii yang berdekatan, dan articulation sacro-iliaca serta ligamenta sacroiliaca. Musculus piriformis melapisi dinding ini di sebelah lateral. Masing-masing musculus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen ischiadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.Dasar Pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi permukaan cranial dan permukaan kaudal otot tersebut. Diaphragma pelvis terbentang antara os pubis di sebelah ventral, dan os coccyges di sebelah dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral di seberangnya. Karena itu, diaphragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantungpada tempat perlekatan tadi.
C.Macam-macam Pelvis
Klasifikasi normal yang dipakai adalah klasifikasi dari Caldwell dan Mol loy. Ada empat kelompok utama:
1.GinekoidPelvis Ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina ischiadica yang tumpul ( bulat ), tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntunkan pada sat persalinan, karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.
2.Android Pelvis Android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung, menyebabkanpelvisbagian

depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Spina ischiadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini membuat persalinan cenderung lebih lama,tetapi berlangsung normal.
3.PlatipeloidPelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau faktorherediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis Platipeloid proses persalinannya cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu masuk pelvis.
4.AntropoidPintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,tetapi diameter tranversa yang lebih pendek. Kavitas pelvisnya cukup memadai pada semua diameternya, tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior. Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi oksipitoposterior yang tidakmengalami reduksi, dan bukannya muka yang menghadap perinium.
BAB VI
MUSKULOSKELETAL
B. ANATOMI PELVIS Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap abdomen
dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis bersendi
dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri
pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh ulang,
ligamentum, dan otot.Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat
kepada vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.

Kerangka kepala pelvis terdiri dari:
Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, osischii, dan os
pubis,Os sacrum,Os coccyges.
a.OsSacrum
osacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang berbentuk baji yang cekung kea rah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacribersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa.
b . Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra ru dimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai processus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculusdan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornusacrale.
c.Os Inominatum (tulang panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
• ilium batas atas tulang ini adalah Krista iliaka. Krista iliaka berjalan kebelakang dari spina iliaka posterior superior.Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan mgluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan glutei ke

tulang.Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentukfosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliaka posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis.
• Iskium : terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol kedepan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
• Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superi or dari korpus memiliki krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium.
d. Plevis major (panggul besar, pelvis spurium)
• Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis)
• Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas abdominalis.
• Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus gravidarum.
• Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke pelvis minor.
• Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
f. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
• Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis).
• Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
• Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis. • Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis

• Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. • Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan.
D.Sendi (Articulatio) dan Ligamen PelvisAda 4 sendi pelvis, yaitu:• Dua articulation sacroiliaca • Symphisis pubis • Articulation sacrococcygea
b. Dua Articulatio Scaro iliaca
Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak di anara corpus vertebrae sacralis ke-1 dan ke-2 dan facies articularis ilium pada kedua sisi. Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian memberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2.Ligamenta sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae.Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi baah sacrum sampai tuber ischiadicum.Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai spina ischiadicum.Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan sacrum.
d. Symphisis Pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4 cm. facies articularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh kartilago hialin, dan suatudiscus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang minimum.
e.Articulatio Saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeum dan

dapat melakukan fleksi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saatdefekasi dan melahirkan.Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spina iliaca anterior superior dan corpus ossis pubis.Membrane obturatoria: Membrana obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika.Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligament yang memperkuat sendi tersebut akibat adanya hormone relaksin.
E. Struktur Dinding Pelvis
Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding ventral, dua dinding lateral, dinding dorsal,
dan sebuah dasar pelvis.Dinding pelvis ventral. Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh keduacorpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta symphisis pubica.Dinding-dinding Pelvis Lateral. Dinding-dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus obturator internus menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum minus dan melekat pada femur (os femoris)Dinding Pelvis Dorsal. Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os ischii yang berdekatan, dan articulation sacro-iliaca serta ligamenta sacroiliaca. Musculus piriformis melapisi dinding ini di sebelah lateral. Masing-masing musculus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen ischiadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.Dasar Pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi permukaan cranial dan permukaan kaudal otot tersebut. Diaphragma pelvis terbentang antara os pubis di sebelah ventral, dan os coccyges di sebelah dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral di seberangnya. Karena itu, diaphragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantungpada tempat perlekatan tadi.
F. Macam-macam Pelvis
Klasifikasi normal yang dipakai adalah klasifikasi dari Caldwell dan Mol loy.

Ada empat kelompok utama:
1.GinekoidPelvis Ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina ischiadica yang tumpul ( bulat ), tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis mempunyai sudut yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntunkan pada sat persalinan, karena pelvis bulat di depan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.
2.Android Pelvis Android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung, menyebabkanpelvisbagian depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Spina ischiadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini membuat persalinan cenderung lebih lama,tetapi berlangsung normal.
3.PlatipeloidPelvis jenis ini dapat disebabkan oleh faktor perkembangan, rakitis atau faktorherediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis Platipeloid proses persalinannya cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu masuk pelvis.
4.AntropoidPintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang,tetapi diameter tranversa yang lebih pendek. Kavitas pelvisnya cukup memadai pada semua diameternya, tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior. Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi oksipitoposterior yang tidakmengalami reduksi, dan bukannya muka yang menghadap perinium.