Anatomi Telinga tht

29
BAB I PENDAHULUAN SNHL merupakan akibat dari penyakit koklea, saraf pendengaran, atau otak. 1 SNHL (Sensori-neural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang dapat bersifat total maupun parsial yang dapat mempengaruhi salah satu telinga ataupun kedua- duanya. Keadaan ini ditandai oleh hilangnya kemampuan mendengar yang dapat disebabkan oleh gangguan di telinga dalam, gangguan pada jaras saraf dari telinga dalam ke otak serta gangguan di otak. Gangguan pendengaran sensorineural biasanya bersifat permanen. Kejadian SNHL dari semua ganggguan pendengaran yang terjadi, sekitar 90% diantaranya disebabkan oleh SNHL. SNHL ditemukan sekitar 23% pada populasi diatas usia 65 tahun. Insiden SNHL tiap tahunnya sekitar 5 sampai 20 kasus per 100.000 orang. 2 Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat pendengaran. Gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirinitis (bakteri/virus), intoksikasi obat ototoksik, dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising. Tuli Retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebellum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak lainnya. 3 1

description

tht

Transcript of Anatomi Telinga tht

Page 1: Anatomi Telinga tht

BAB I

PENDAHULUAN

SNHL merupakan akibat dari penyakit koklea, saraf pendengaran, atau otak.1 SNHL

(Sensori-neural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang dapat bersifat total maupun

parsial yang dapat mempengaruhi salah satu telinga ataupun kedua-duanya. Keadaan ini ditandai

oleh hilangnya kemampuan mendengar yang dapat disebabkan oleh gangguan di telinga dalam,

gangguan pada jaras saraf dari telinga dalam ke otak serta gangguan di otak. Gangguan

pendengaran sensorineural biasanya bersifat permanen. Kejadian SNHL dari semua ganggguan

pendengaran yang terjadi, sekitar 90% diantaranya disebabkan oleh SNHL. SNHL ditemukan

sekitar 23% pada populasi diatas usia 65 tahun. Insiden SNHL tiap tahunnya sekitar 5 sampai 20

kasus per 100.000 orang.2

Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus

VIII atau di pusat pendengaran. Gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang

terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia

(kongenital), labirinitis (bakteri/virus), intoksikasi obat ototoksik, dapat juga disebabkan tuli

mendadak, trauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising. Tuli Retrokoklea disebabkan

oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebellum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan

otak dan kelainan otak lainnya.3

Pasien-pasien yang mengalami penyakit telinga dalam mengeluhkan gangguan

pendengaran, tinnitus dan gangguan keseimbangan. Untuk menegakkan diagnosis tuli

sensorineural dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan otology, dan pemeriksaan

audiometry.3

Tidak ada tatalaksana yang efektfif untuk SNHL, namun dapat mencegah terjadinya

kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama dari SNHL. Pencegahannya dengan

cara menghindari paparan bising yang berlebihan, menghindari untuk mengkonsumsi obat-obatan

ototoksik.4

1

Page 2: Anatomi Telinga tht

Tuli sensorineural pada usia muda mempunyai angka perbaikan yang lebih besar

dibandingkan usia tua, tuli sensorineural berat dan sangat berat mempunyai prognosis lebih

buruk dibandingkan dengan tuli sensorineural nada rendah dan menengah.4

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1. ANATOMI TELINGA

Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi menjadi 3 bagian telinga luar, telinga tengah, dan

telinga dalam.3,4

Gambar 1. Anatomi Telinga3

a. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,

dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian

dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3 cm. 3,4

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

dan rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 3,4

2

Page 3: Anatomi Telinga tht

b. Telinga Tengah

Telinga tengah terletak di dalam os temporale. Telinga tengah terisi udara dan

berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba Eustachii. Ruang ini mengandung tulang

(ossicula) pendengaran, otot pendengaran, saraf dan pembuluh darah.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

- Batas luar : membran timpani

- Batas depan : tuba eustachius

- Batas bawah : vena jugularis (tubulus jugularis)

- Batas belakang : aditus ad antrum

- Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)

- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkat bundar (round

window) dan promontorium. 3,4

Membran timpani berbentuk seperti kerucut, dengan bagian atas disebut pars

flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu

bagian luar ialah lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus

bersilia. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu bagian prosesus longus dan

prosesus brevis maleus dengan jaringan ikat di sekitarnya. 3,4

Ujung maleus disebut umbo, dan di ujung umbo ini bermula suatu refleks cahaya.

Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran

timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut

inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. 3,4

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian depan-atas, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membran timpani. 3,4

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus

melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada

stapes. 3,4

3

Page 4: Anatomi Telinga tht

c. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibulum yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau

puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan

skala vestibuli.3,4

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli

sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media

berisi endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut

sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah

membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti. 3,4

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tekroria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam,

sel rambut luar dan Kanalis Corti yang membentuk organ Corti. 3,4

Vaskularisasi Telinga Dalam

Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris

anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu

arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior,

serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri

auditori interna adalah arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis

dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali

sepertiga bagian basal diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri

vestibulokoklearis.

Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus

petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus

petrosus inferior dan superior.9

4

Page 5: Anatomi Telinga tht

2.2. FISIOLOGI TELINGA

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran

dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang

telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong

sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane

Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara

membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan

terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses

depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensi aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius

sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3

2.3. GANGGUAN FISIOLOGI TELINGA

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan

gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan

tuli retrokoklea. Telinga dalam terdiri dari alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-

obat yang merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli saraf.

Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan

pendengaran dan gangguan keseimbangan.3,4

Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness), serta tuli

campur (mixed deafness).2,3 Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara,

disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli

sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di

pusat pendengaran, sedangkan tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang

telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang

5

Page 6: Anatomi Telinga tht

berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli

konduktif).3

6

Page 7: Anatomi Telinga tht

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. SENSORI-NEURAL HEARING LOSS (SNHL)

3.1.1. DEFINISI

SNHL merupakan akibat dari penyakit koklea, saraf pendengaran, atau otak.10 SNHL

(Sensori-neural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang dapat bersifat total maupun

parsial yang dapat mempengaruhi salah satu telinga ataupun kedua-duanya. Keadaan ini

ditandai oleh hilangnya kemampuan mendengar yang dapat disebabkan oleh gangguan di

telinga dalam, gangguan pada jaras saraf dari telinga dalam ke otak serta gangguan di otak. 15

Seorang penderita dengan tuli perseptif pada kedua telinga akan mengeluh tidak dapat

mengerti apa yang dikatakan orang lain, yang mana dapat mendengar suara, tetapi semua

kata-kata terdengar campur aduk sehingga sangat membingungkan.10

3.1.2. EPIDEMIOLOGI

Dari semua ganggguan pendengaran yang terjadi, sekitar 90% diantaranya disebabkan oleh

SNHL. SNHL ditemukan sekitar 23% pada populasi diatas usia 65 tahun. Insiden SNHL tiap

tahunnya sekitar 5 sampai 20 kasus per 100.000 orang.15

3.1.3. ETIOLOGI

1. Tuli Koklea

Kongenital

Proses patologi yang menyebabkan tuli sensorineural dapat timbul dari kerusakan saraf

pendengaran sebelum lahir, selama persalinan atau dalam masa perinatal. Penyebab

kongenital akuisita bagi tuli sensorineural meliputi trauma prakelahiran pada fetus dan

kelainan kongenital. Tuli kongenital bisa timbul akibat pemberian obat toksik selama

kehamilan seperti talidomid, kuinin atau steptomisin. Anoksia lama pada fetus bisa

menyebabkan tuli.2

Infeksi oleh bakteri atau virus

7

Page 8: Anatomi Telinga tht

Radang telinga dalam karena kolesteatoma akan menyebabkan labirinitis supuratif, dengan

destruksi total telinga dalam, biasanya berakibat ketulian.

Infeksi telinga tengah. Suatu proses infeksi pada telinga tengah dapat mencapai telinga

dalam. Produk metabolik dapat melintas dari telinga tengah ke dalam koklea atau

vestibulum.1

Infeksi virus dapat menyebabkan ketulian antara lain gondongan, cacar air, campak,

influenza, herpes zoster. Gondongan merupakan penyebab utama ketulian unilateral didapat

pada anak.1

Obat-obat ototoksik

Tuli sensorineural bisa disebabkan oleh obat ototoksik. Biasanya gejalanya mencakup

tinnitus, gangguan pendengaran yang bersifat sensorineural dan gejala vestibularis. Obat

yang lazim digunakan yang mungkin bersifat ototoksik meliputi aminoglikosida, asam

etakrinat (yang biasanya menyebabkan tuli sepintas dan sedang), aspirin (penggunaan

menahun), dan diuretika furosemid.2,7

Trauma

Trauma akustik disebabkan oleh pemaparan ke bising keras. Biasanya setelah terpapar ke

bising keras, diikuti oleh tinnitus. Audiometri akan memperlihatkan pola menurun khas tuli

sensorineural yang biasanya dalam frekuensi di atas 4000 Hz. Hal ini akibat peningkatan

kerentanan lingkaran basal cochlea terhadap trauma akustik. Trauma kapitis akibat trauma

tumpul, ledakan atau cemeti bisa menyebabkan kerusakan pada telinga dalam. Hal ini bisa

menyebabkan tuli, tinnitus dan ketidakseimbangan.2

Tuli Mendadak

Tuli Mendadak ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya adalah tuli

sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu

telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran

sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan

audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari tiga hari. Iskemia koklea merupakan

penyebab utama tuli mendadak. Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak

atau menahun secara tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam

serangan, tetapi biasanya menetap. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan

tinnitus dan vertigo.3

8

Page 9: Anatomi Telinga tht

Presbikusis

Presbikusis merupakan tuli sensorineural bilateral yang menyertai proses ketuaan. Tinitus

sering merupakan gejala awal. Frekuensi tinggi yang terjadi pada orang tua akibat proses

degenerasi pada telinga dalam. Umumnya terjadi pada usia 65 atau 70 tahun, simetris pada

kedua telinga, dan bersifat progresif. Bila intensitas suara tinggi dapat timbul nyeri, disertai

tinnitus dan vertigo. Pada presbikusis terjadi beberapa keadaan patologik yaitu perubahan

struktur koklea dan nervus akustik. Secara klinis, pasien dapat mendengar tetapi sulit untuk

memahami pembicaraan terutama pada tempat yang ribut/bising.

Presbikusis ini dipengaruhi oleh faktor herediter, dan penyakit-penyakit seperti

aterosklerosis, diabetes, hipertensi dan obat ototoksik.2

Proses degenerasi yang terjadi secara bertahap ini akan menyebabkan perubahan struktur

koklea dan N.VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel

rambut penunjang pada organ Corti.2

Ada 4 tipe presbikusis berdasarkan patologi tempat terjadinya perubahan atau degenerasi

di koklea, yaitu :

a. Presbikusis sensorik

- Dihubungkan dengan hilangnya pendengaran, sering kali tuli sensorineural nada tinggi

serta diskriminasi yang cukup baik.1

- Pada tipe ini terjadi atrofi organ Corti dan saraf pendegaran pada ujung basal cochlea.

Audiogram memperlihatkan tuli tiba-tiba dalam frekuensi tinggi. Angka diskriminasi bicara

biasanya baik.2

b. Presbikusis neural

- Presbikusis sentral dikaitkan hilangnya pendengaran untuk pasien mungkin mempunyai

diskriminasi yang cukup baik dalam istilah persepsi keras namun mempunyai kesulitas besar

dalam mengerti pembicaraan.1

- Tipe ini terjadi kehilangan sel ganglion dan degenerasi serabut saraf. Audiogram

memperlihatkan kurva miring kea rah bawah simetris bilateral dengan angka diskriminasi

bicara yang buruk.2

c. Presbikusis Metabolik

9

Page 10: Anatomi Telinga tht

Terjadinya atrofi pada stria vaskularis, dengan kurva audiometri datar dan masih memberi

skor diskriminasi yang bagus terhadap suara walaupun proses degenerasi menyebabkan

ketulian sedang hingga berat.2

d. Presbikusis mekanik

Terjadi oleh karena penebalan dan pergeseran membran basalis koklea dan memperlihatkan

kurva audiometri desenden dengan cedera pada saraf pendengaran.2

2. Tuli Retrokoklea

a. Penyakit Meniere

Merupakan penyakit yang terdiri dari trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus

dan tuli sensorineural. Penyebab pasti dari penyakit Meniere belum diketahui, tetapi :

- Trauma langsung terhadap nervus koklearis

- Gangguan suplai darah ke koklea. Trauma langsung yang progresif menyebabkan tuli

sensorineural yang berjalan progresif lambat, sedangkan pada gangguan suplai darah

koklea ditemukan tuli sensorineural mendadak dan berfluktuasi.10,17

b. Tumor akustik

Tumor telinga dalam yang sering menyebabkan ketulian adalah suatu neuroma akustik.

Neuroma Akustik adalah tumor jinak sel Schwann yang membungkus nervus

vestibulocochlearis. Perjalanan penyakit yang lazim pada neuroma akustik adalah pasien

mengalami ketulian sensorineural unilateral. Mula-mula ringan, namun dengan

perkembangannya, tumor perlahan-lahan akan menghancurkan saraf-saraf saluran telinga

dalam. Gangguan pendengaran umumnya berkembang lambat. Meskipun demikian

neuroma akustik dapat menyebabkan ketulian mendadak atau suatu sindrom mirip

Meniere.1,7

3.1.4. KLASIFIKASI

SNHL atau Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural

retrokoklea. 3,18

10

Page 11: Anatomi Telinga tht

Tuli sensorineural koklea yaitu akibat disfungsi nervus choclearis atau serabut

sensoriknya yang menunjukkan lesi di dalam cochlea akibat penurunan jumlah sel rambut

di dalam Organ Corti.2

Tuli sensorineural retrokoklea menunjukkan fungsi abnormal saraf di luar cochlea, baik

di dalam ganglion spirale atau serabut nervus cochlearis ke batang otak.2

3.1.5. GEJALA KLINIS

Hilangnya pendengaran dapat bersifat unilateral atau bilateral tergantung dari penyebabnya.

Gejala klinis seperti tinnitus (telinga berdenging), kesulitan mendengar ketika ada kebisingan

atau vertigo (sensasi berputar), mungkin menunjukkan adanya masalah dengan saraf di

telinga atau otak.1,6

Tinitus

Tinitus didefinisikan sebagai bunyi berdenging abnormal dalam telinga. Tinitus sangat

umum dan biasanya dihubungkan dengan ketulian sensorineural. Penderita yang

mengeluh suatu bunyi yang berdenyut (hilang timbul) perlu diperiksa terhadap suatu

kelainan anatomik.1

Pusing

Dalam anamnesis pusing, pertama-tama perlu dibedakan pusing yang berasal vestibular

dengan yang berasal sentral atau dengan sebab-sebab yang tidak berhubungan dengan

sistem keseimbangan. Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar

baik pada pasien sendiri atau lingkungannya.1

3.1.6. PROSEDUR DIAGNOSTIK

Diagnosis tuli ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT,

audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 1

A. Anamnesis

Anamnesis gangguan pendengaran sering kali sulit. Pasien sering kali juga sulit

menjelaskan bilamana mereka pertama kali menyadari adanya gangguan pendengaran.

Kejadian ini umumnya dihubungkan dengan saat mereka pertama kali tidak lagi mampu

11

Page 12: Anatomi Telinga tht

berkomunikasi lewat telepon, atau ketika menyadari bahwa bila mereka berada dalam

mobil dengan suara yang berbisik, terdapat gangguan pendengaran. Beberapa faktor

dalam anamnesis sering kali memberi kesan tipe gangguan pendengaran yang dialami

pasien. Pasien dengan ketulian sensorineural untuk nada tinggi akan menguraikan

ketidakmampuan mendengar seorang pembicara wanita atau mengalami masalah dengan

kata-kata berkonsonan tinggi seperti “f”, “s”, atau “th”.1

Penting untuk mendapatkan riwayat kerja dan sosial pada tiap kasus gangguan

pendengaran. Pasien dengan riwayat paparan bising sering kali mengalami ketulian

frekuensi tinggi, orang dewasa yang bekerja selama bertahun-tahun dalam lingkungan

yang ribut, akan mengalami gangguan pendengaran, serta riwayat penggunaan obat-obat

ototoksik.1

B. Pemeriksaan Fisik

Pada tuli sensorineural cenderung berbicara dengan keras dan mengalami gangguan

pemahaman kata sehingga penderita sudah dapat menduga adanya suatu gangguan

pendengaran sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan otoskop,

liang telinga dan membran timpani tidak ada kelainan.

C. Pemeriksaan Pendengaran (Audiologi)

Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala

dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.3

1. Audiologi Dasar

a. Tes Penala

Terdapat berbagai macam tes penala :

Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran

melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Penala digetarkan, tangkainya diletakkan

di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-

kira 2 ½ cm.3 Rinne Positif (hantaran udara lebih besar dari pada hantaran tulang)

menggambarkan pendengaran normal atau tuli sensorineural.

Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri

dengan telinga kanan.3 Tes Weber dilakukan dengan menempatkan secara erat batang

garpu tala pada struktur garis tengah yang padat seperti vertex tengkorak atau gigi

incicivus pertama. Kemudian pasien harus dimintakan menunjukkan apakah ia

12

Page 13: Anatomi Telinga tht

mendengar vibrasi di garis tengah atau apakah suara dilokalisasi ke telinga kanan atau

kiri. Pada tuli sensorineural unilateral, bunyi akan dilateralisasi ke telinga yang

mendengar lebih baik. Bunyi tidak akan dilateralisasi pada pasien dengan

pendengaran yang normal atau tuli sensorineural bilateral.2

Tes Schwabach dengan membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa

dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Penala digetarkan, tangkai

penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian

dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap

normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf.3

2. Audiologi Khusus

Audiologi Khusus diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea

dengan retrokoklea yang terdiri dari audiometri khusus, audiometri objektif,

pemeriksaan tuli anorganik dan pemerisaan audiometri anak.3

Pada Tuli Koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 dB, sedangkan orang normal

baru dapat membedakan bunyi 5 dB. Misalnya seorang yang tuli 30 dB, ia dapat

membedakan bunyi 31 dB. Pada orang tua bila mendengar suara perlahan, ia tidak

dapat mendengar, sedangkan bila mendengar suara keras dirasakannya nyeri di

telinga. Kelelahan (decay/fatigue) merupakan adaptasi abnormal, merupakan tanda

khas pada tuli retrokoklea. Saraf pendengaran cepat lelah bila dirangsang terus-

menerus. Bila diberi istirahat, maka akan pulih kembali.3

a. Short Increment Sensitivity Test (SISI)

Tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea, dengan memakai fenomena

rekrutmen, yaitu keadaan koklea yang dapat mengadaptasi secara berlebihan

peninggian intensitas yang kecil, sehingga pasien dapat membedakan selisih

intensitas yang kecil itu (sampai 1 dB).3

b. Acoustic Reflex Decay (Tes Kelelahan)

Terjadinya kelelahan saraf oleh karena perangsangan terus-menerus. Jadi kalau

telinga yang diperiksa dirangsang terus-menerus, maka terjadi kelelahan. Tandanya

ialah pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa itu.3

c. Audiometri Tutur (Speech Audiometry)

13

Page 14: Anatomi Telinga tht

Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus (suku kata). Pasien

diminta mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tuli

perseptif koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S, R, N, C, H, CH sedangkan

tuli retrokoklea lebih sulit lagi.

Apabila kata yang betul : speech discrimination score :

90 - 100% : berarti pendnegaran normal

75 - 90% : tuli ringan

60 - 75 : tuli sedang

50 - 60% : kesukaran mengikuti pembicaraan sehari-hari

< 50%: tuli berat4

Guna pemeriksaan ini ialah utuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan

sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).3

TES BERBISIK

Pemeriksaan ini bersifat semi-kualitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar.

Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6

meter. Pada nilai normal tes berbisik : 5/6 – 6/6.3

AUDIOMETRI NADA MURNI

Pada pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami tentang :

Nada murni : bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah

getaran per detik.

Bising merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari (narrow band) :

spectrum terbatas dan (white noise) : spectrum luas.

Frekuensi ialah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu bend yang sifatnya

harmonis sederhana. Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai

frekuensi antara 20-18.000 Hertz.

Intensitas Bunyi dinyatakan dalam dB (decibell)

14

Page 15: Anatomi Telinga tht

Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang

masih dapat didengar oleh telinga seseorang

Audiogram Telinga

Pada pendengaran normal

AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB

AC dan BC berimpit, tidak ada gap

Pada tuli sensorineural

AC dan BC ebih dari 25 dB

AC dan BC berimpit (tidak ada gap)

Pada tuli kondktif

BC normal atau kurang dari 25 dB, AC lebih dari 25 dB, antara AC dan BC

terdapat gap.

Pada tuli campur

BC lebih dari 25 dB, AC lebih besar dari BC, terdapat gap.

3.1.6. PENCEGAHAN

- Menghindari paparan bising yang berlebihan

- Menghindari untuk mengkonsumsi obat-obatan ototoksik

- Menghindari diri terkena infeksi yang dapat menyebabkan SNHL.15

15

Page 16: Anatomi Telinga tht

3.1.7. PROGNOSIS

Tuli sensorineural pada usia muda mempunyai angka perbaikan yang lebih besar

dibandingkan usia tua, tuli sensorineural berat dan sangat berat mempunyai

prognosis lebih buruk dibandingkan dengan tuli sensorineural nada rendah dan

menengah. Tinitus adalah gejala yang paling sering menyertai dan paling

mengganggu disamping vertigo dan perasaan telinga penuh.3

BAB IV

16

Page 17: Anatomi Telinga tht

PENATALAKSANAAN

Tidak ada tatalaksana yang efektif untuk SNHL, namun dapat mencegah terjadinya

kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama dari SNHL. Misalnya pada

SNHL karena obat-obatan ototoksik, pasien harus menghentikan penggunaan obat-obatan

tersebut, SNHL karena pajanan kebisingan, pasien harus menghindari diri untuk terpajan

kebisingan. Alat bantu dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pendengaran pada

penderita SNHL yaitu hearing aid dan cochlear implant.15

Hearing Aid adalah alat elektronik yang dipasang di telinga. Alat ini terdiri dari mikrofon

kecil, sebuah implifier yang menguatkan volume dan sebuah speaker kecil yang

mentransmisikan suara ke telinga.

Choclear Implant adalah perangkat elektronik yang di tanam di belakang telinga. Implant

koklea langsung merangsang serat saraf pendngaran di koklea.

BAB V

KESIMPULAN

17

Page 18: Anatomi Telinga tht

SNHL atau Tuli sensorineural adalah tuli yang terjadi karena adanya gangguan pada

telinga dalam atau pada jalur saraf dari telinga dalam ke otak. Tuli sensorineural dibagi dalam

tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea. Tuli sensorineural yang mengenai

koklea disebabkan oleh kelainan kongenital, labirinitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat,

selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak, trauma kapitis. Sedangkan tuli sensorineural

retrokoklea penyakit Meniere dan neuroma akustik.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Anatomi Telinga tht

1. Adams, George. L, M.D, et.al. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 1997. Edisi

Keenam. Jakarta. EGC. h.119-120, 125-129.

2. Thaller, Seth. R. et. al. Diagram Diagnostik Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorokan. Jakarta. EGC. BAB 1 Anatomi dan Pemeriksaan Telinga. h. 1-2. BAB

3 Tuli. h. 21-29.

3. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. 2007. Edisi Keenam. Jakarta. FKUI. h. 46-47.

4. Iskandar, Nurbaiti Prof. H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok.

Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1993. h. 1-7.

5. Ballenger, John Jacob, M.S, M.D. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan

Leher. Jilid Dua. Jakarta. Penerbit BinarupaAksara. h. 105-122, 132-133.

6. Iskandar, Nurbaiti Prof. H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok.

Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1993. h. 1-7.

7. H. Colman, Bernard, et. Al. Diseases of the Nose, Throat, and Ear, and Head and

Neck. Fourteenth Edition. British Government. Anatomy and Examination, h. 187-

191, Sensori-neural hearing loss, h. 267-272.

8. Mc Cormick, M.S, et. al. A NeSiw Short Textbook of Otolaryngology. Third Edition.

British Government, h. 3-8, h. 45-50.

9. Becker, Walter, et. al. Ear, Nose, and Throat Diseases. 1994. Second, revised edition.

New York. Thieme Medical Publishers. h. 1-10

10. Pracy R, Siegler J. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Jakarta.

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. BAB VI, h. 45-47

11. Kerr, Alan G. Scott-Brown’s Otolaryngology. Sixth Edition. Volume 1 Basic

Sciences. BAB 1. h. 28-30.

12. Syndromic sensorineural hearing loss.2013. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/856116-overview#showal

13. Sensorineural Deafness.2013. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003291.htm

14. Type, Degree, and Configuration of Hearing Loss. Available from:

http://www.asha.org/uploadedFiles/aud/InfoSeriesHearingLossTypes.pdf

19

Page 20: Anatomi Telinga tht

15. Sensory Neural Hearing Loss (SNHL). Available from:

http://kopikola.wordpress.com/2012/08/13/sensory-neural-hearing-loss-snhl

16. Deafness & Hearing Loss. Available from : http://www.twu.edu/downloads/family-

sciences/Deafness_and_Hear...

17. Byrne, J.E.T. Sensorineural hearing loss, Chapter 16. Available from :

http://famona.sezampro.rs/medifiles/otohns/scott/scott316.pdf

18. Gangguan Pendengaran. Available from :

http://nezfine.files.wordpress.com/200/05/20.pdf

19. Types of Hearing Loss. Available from :

http://www.boystownhospital.org/knowledgeCenter/articles/hearing/Pages/

TypesofHearing.aspx

20. Open Acces Guide to Audiology and Hearing Aids For Otolarynologists. Available

from : https://vula.uct.za/access/content/group/27b5cb1b-1b65-4280-943...

20