Anatomi Peritoneum

5
Anatomi peritoneum Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama yailu peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal dan peritoneum viseral yang menyelaputi semua organ yang bcrada di dalam rongga itu. Ruang yang bisa lerdapat di antara dua lapis ini disebut rongga peritoneum atau cavum peritoneum. Normalnya terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Pada orang laki- laki peritoneum berupa kantong tertutup; pada orang perempuan saluran telur (tuba Fallopi) membuka masuk ke dalam rongga peritoneum (Pierce, 2006). Dilihat secara embriologi peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi

Transcript of Anatomi Peritoneum

Page 1: Anatomi Peritoneum

Anatomi peritoneum

Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum

terdiri atas dua bagian utama yailu peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga

abdominal dan peritoneum viseral yang menyelaputi semua organ yang bcrada di dalam

rongga itu. Ruang yang bisa lerdapat di antara dua lapis ini disebut rongga peritoneum atau

cavum peritoneum. Normalnya terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang

memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Pada orang laki-laki peritoneum berupa

kantong tertutup; pada orang perempuan saluran telur (tuba Fallopi) membuka masuk ke

dalam rongga peritoneum (Pierce, 2006).

Dilihat secara embriologi peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap

bersifat epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu

coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron

didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling

mendekat, sehingga mesodermtersebut kemudian menjadi peritonium. (Mansjoer, 2000)

Page 2: Anatomi Peritoneum

Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis

2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.

3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis

(Mansjoer, 2000)

Pada beberapa tempat peritoneum visceral dan mesenterium dorsal mendekati

peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada bagian-bagian usus yang

tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan akhirnya berada disebelah dorsal peritonium

sehingga disebut retroperitoneal. Bagian-bagian yang masih mempunyai alat penggantung

terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk oleh peritoneum parietal, dengan

demikian:

1. Duodenum terletak retroperitoneal

2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung mesenterium;

3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;

4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat penggantung

disebut mesocolon transversum;

5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung

mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal;

6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung

mesenterium. (Mansjoer, 2000)

Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ

intraperitoneum.

Page 3: Anatomi Peritoneum

Peritoneum parietal disarafi oleh saraf aferen somatik dan visceral yang cukup sensitif

terutama pada peritoneum parietal bagian anterior, sedangkan pada bagian pelvis agak kurang

sensitif. Peritoneum visceral disarafi oleh cabang aferen sistem otonom yang kurang sensitif.

Saraf ini terutama memberikan respon terhadap tarikan dan distensi, tetapi kurang respon

terhadap tekanan dan tidak dapat menyalurkan rasa nyeri dan temperatur (Pierce, 2006).

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum. Penyebab yang

ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut samar

akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa

peritonitis. Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti kaku

Page 4: Anatomi Peritoneum

perut, tidak ada bising usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah

(Silberberg, 2006)

Pemeriksaan Fisik

Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi dari viskus

berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan segera. Anamnesis menyeluruh dan

pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan diagnosa pneumoperitoneum.

Pneumoperitoneum biasanya muncul dengan tanda dan gejala seperti peritonitis yaitu,

pembengkakan dan nyeri di perut, demam dan menggigil, kehilangan nafsu makan, haus,

mual dan muntah, urin terbatas.

Mansjoer , Arif, dkk. 2000. Bedah Digestif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga

(pp 240-252). Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Silberberg , Phillip. 2006. Pneumoperitoneum. Kentucky, USA

Pearce, Evelyn. C. (2006); “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis”,.

PT.GramediaPustaka Utama, Jakarta.