Anatomi Fisiologi Kulit

21
4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi Kulit Kulit merupakan jaringan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh, sensibilitas, fungsi imunologi, mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan kulit mempunyai nilai kosmetik (Andrews, 2004). Kulit mempunyai berat sekitar 16% dari berat tubuh total dengan luas antara 1,5 1,9 meter persegi. Tebal antara 1,5 5 mm tergantung letak, umur, dan jenis kelamin ( Ratcliffe, 1983). Kulit berasal dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan jaringan ikat ( Junqueira et al, 2005). Di bawah dermis terletak jaringan subkutis, suatu jaringan ikat jarang yang banyak mengandung sel-sel lemak, panikulus adiposa. Subkutis tidak termasuk bagian kulit, tetapi jaringan yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan otot dibawahnya (Junqueira et al, 2005). Gambar 2.1 Penampang Kulit Keterangan gambar : Penampang melintang kulit, epidermis tersusun dari yang paling permukaan yaitu stratum corneum, lucidum, granulosum, spinosum, dan basale (Schultz et al, 2007).

description

Anatomi Fisiologi Kulit

Transcript of Anatomi Fisiologi Kulit

Page 1: Anatomi Fisiologi Kulit

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan jaringan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dalam

berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh,

sensibilitas, fungsi imunologi, mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit,

dan kulit mempunyai nilai kosmetik (Andrews, 2004).

Kulit mempunyai berat sekitar 16% dari berat tubuh total dengan luas

antara 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebal antara 1,5 – 5 mm tergantung letak, umur,

dan jenis kelamin ( Ratcliffe, 1983).

Kulit berasal dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis

yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam

yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan jaringan

ikat ( Junqueira et al, 2005).

Di bawah dermis terletak jaringan subkutis, suatu jaringan ikat jarang

yang banyak mengandung sel-sel lemak, panikulus adiposa. Subkutis tidak

termasuk bagian kulit, tetapi jaringan yang menghubungkan kulit secara longgar

dengan jaringan otot dibawahnya (Junqueira et al, 2005).

Gambar 2.1 Penampang Kulit

Keterangan gambar :

Penampang melintang kulit, epidermis tersusun dari yang paling permukaan yaitu

stratum corneum, lucidum, granulosum, spinosum, dan basale (Schultz et al,

2007).

Page 2: Anatomi Fisiologi Kulit

5

Lapisan Kulit

a. Epidermis :

Secara mikroskopis kulit tersusun tiga lapisan : epidermis, dermis, dan

lemak subkutan.

Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit yang terdiri dua lapisan

utama, yakni lapisan sel-sel tidak berinti yang bertanduk (stratum korneum)

dan lapisan dalam yaitu stratum malphigi. Stratum malphigi merupakan asal

sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami diferensiasi. Stratum

malphigi dibagi menjadi stratum basale, stratum lusidum, stratum spinosum,

dan stratum granulosum.

1) Stratum korneum :

Berupa sel tanduk pipih tanpa inti dengan sitoplasma yang berisi

skleroprotein filamen yang disebut keratin.

2) Stratum lusidum :

Berupa garis translusen yang terdapat pada kulit yang tebal.

3) Stratum granulosum :

Disusun oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng dengan inti di tengah dan

sitoplasma berisi oleh granula basofilik kasar dinamakan granula

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

4) Stratum spinosum :

Berupa berkas–berkas filamen yang disebut tonofibril, sehingga filamen–

filamen tersebut dianggap mempunyai peranan penting untuk

mempertahankan kohesi antar sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan

mempunyai stratum spinosum disebut juga sebagai lapisan malpighi.

5) Stratum basale :

Lapisan ini terdiri dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi yang aktifitas

mitosisnya hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel-sel

epidermis secara konstan. Selnya adalah keratinosit, membentuk keratin

berupa protein fibrosa. Sel lainnya adalah melanosit sebagai pembentuk

melanin. Epidermis diperbaharui setiap 15 – 30 hari dengan rata – rata 19

Page 3: Anatomi Fisiologi Kulit

6

hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia, dan

faktor– faktor lain.

b. Dermis :

Terletak dibawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat yang

menyokong epidermis berupa serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

Dermis sebagai penghubung antara epidermis dengan jaringan subkutis.

Dermis terdiri atas dua lapisan :

1) Lapisan papiler : tipis, berupa serat kolagen dan jaringan ikat jarang.

2) Lapisan retikuler : tebal, terdiri atas jaringan ikat padat.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga

mengandung beberapa derivat epidermis yaitu :

a) Folikel rambut :

Adanya pertumbuhan sel – sel epidermis ke dalam jaringan dermis dan

subkutan di sekeliling rambut.

Kelenjar sebasea yang berdekatan bersekresi ke folikel rambut.

b) Kelenjar keringat ekrin :

Struktur sekretori, bentuk seperti kumparan terletak pada jaringan

subkutan, dengan satu saluran yang menuju permukaan kulit.

c) Kelenjar keringat apokrin :

Kelenjar keringat apokrin, terutama di aksila dan inguinal dan

bersekresi ke folikel rambut.

c. Subkutis :

Merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri atas lapisan lemak yang

berfungsi sebagai bantalan kulit, mempertahankan suhu tubuh, dan tempat

penyimpanan energi. Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat yang

menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah

dan ukurannya berbeda – beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi

individu.

Pembuluh darah arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk

pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis, selain itu antara

dermis dan jaringan subkutis. Cabang – cabang kecil meninggalkan pleksus

Page 4: Anatomi Fisiologi Kulit

7

ini memperdarahi papila dermis, tiap papila dermis punya satu arteri asenden

dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah, nutrisi

berasal dari dermis melalui membran epidermis ( Junqueira, et al, 2005).

2. Luka Lecet

a. Definisi

Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang

disebabkan trauma dari luar sehingga terjadi kerusakan jaringan kulit, membrana

mukosa, tulang dan organ tubuh lain (Marzoeki, 1993).

Luka lecet atau vulnus ekskoriasi adalah cedera pada permukaan epidermis

dengan kedalaman yang sampai mengenai papilla dermis (Marzoeki, 1993;

Damjanov et al, 1990). Papilla dermis mengandung pleksus arteri dan vena yang

memberi nutrisi pada epidermis, perdarahan pada luka yang sampai pada lapisan

ini (Damjanov et al, 1990). Luka ini banyak dijumpai pada kejadian traumatik

seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh, maupun gesekan dengan benda tajam

ataupun tumpul (Riyadina et al, 2009).

b. Jenis luka berdasarkan derajat kontaminasi (Marzoeki, 1993., Efron et al, 2007) :

1) Luka bersih

Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, seperti luka

sayat operasi elektif dan steril dimana luka tersebut tidak berpotensi untuk

terinfeksi. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih.

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

2) Luka bersih terkontaminasi

Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan pada saluran pencernaan

dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka

akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan

timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.

3) Luka terkontaminasi

Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi. Luka ini dapat

ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan berupa luka lecet,

laserasi, fraktur terbuka, maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka

10% - 17%.

Page 5: Anatomi Fisiologi Kulit

8

4) Luka kotor

Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati

dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai

akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi seperti abses atau luka lama.

c. Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak

membersihkan sel dan benda asing serta perkembangan awal seluler sebagai

bagian dari proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan terjadi secara normal

tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk

mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area luka yang

bebas dari kontaminasi dengan menjaga kebersihan, dapat membantu untuk

meningkatkan penyembuhan jaringan.

Penyembuhan luka didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks

dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas jaringan dan fungsi

anatomi. Suatu penyembuhan luka di kulit yang ideal adalah dengan kembali

normalnya struktur, fungsi, dan anatomi kulit. Waktu penyembuhan luka

dipengaruhi oleh tipe luka dan lingkungan instrinsik maupun ekstrinsik,

penyembuhan luka bisa berlangsung (Schultz et al, 2007).

1) Proses penyembuhan luka yang alami (Gurtner, 2007; Schultz et al, 2007 ) :

Gambar 2.2 Fase inflamasi

Keterangan gambar :

Fase inflamasi berlangsung sampai hari ke -5, sel radang keluar dari pembuluh

darah secara diapedesis menuju daerah luka, dan timbul tanda-tanda radang

(Schultz et al, 2007 )

Page 6: Anatomi Fisiologi Kulit

9

a) Fase inflamasi atau lag Phase

Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi pendarahan. Ikut

keluar trombosit dan sel-sel radang. Trombosit mengeluarkan

prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu, dan asam amino tertentu

yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh

darah, dan kemotaksis terhadap leukosit.

Terjadi vasokonstriksi dan proses penghentian darah. Sel radang

keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka

secara kemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamin yang

meninggikan permeabilitas kapiler, sehingga terjadi eksudasi cairan

edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit,

dan monosit menghancurkan dengan memakan kotoran maupun kuman

melalui proses pagositosis.

Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan

pertautan luka sehingga di sebut fase tertinggal (lag phase).

Gambar 2.3 Fase proliferasi

Keterangan gambar :

Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 sampai 3 minggu, terjadi

proliferasi dan pembentukan fibroblast dari sel-sel mesenkim menghasilkan

mukopolisakarida dan serat kolangen yang mempertautkan tepi luka

membentuk jaringan granulasi (Schultz et al, 2007 ).

b) Fase proliferasi atau fibroblast

Berlangsung dari hari ke-4 sampai dengan 3 minggu. Terjadi proses

proliferasi dan pembentukan fibroblast (menghubungkan sel-sel) yang

berasal dari sel-sel mesenkim. Fibroblast menghasilkan mukopolisakarida

Page 7: Anatomi Fisiologi Kulit

10

dan serat kolagen yang terdiri dari asam amino glisin, prolin, dan

hidroksiprolin. Mukopolisekarida mengatur deposisi serat-serat kolagen

yang akan mempertautkan tepi luka.

Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan

dihancurkan, dengan demikian luka mengkerut atau mengecil.

Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblast, serat-serat

kolagen, kapiler-kapiler baru, yang membentuk jaringan berwarna

kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granulasi.

Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi

dasar luka, tempat diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya

berjalan kepermukaan yang rata atau lebih rendah dan tidak dapat naik.

Pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka

tertutup epitel maka mulailah proses maturasi penyembuhan luka berupa

penyatuan kembali dan penyerapan yang berlebih.

Gambar 2.4 Fase remodeling

Keterangan gambar :

Fase remodeling berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang

sudah hilang. Berupa parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak

ada rasa sakit maupun gatal (Schultz et al, 2007 ).

c) Fase remondeling atau fase resorbsi

Dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang

sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak ada

rasa sakit, maupun gatal. Berlangsung dengan sintesis kolagen oleh

fibroblast hingga struktur luka menjadi utuh. Penyembuhan luka sebagai

Page 8: Anatomi Fisiologi Kulit

11

suatu proses yang komplek dan dinamis sebagai akibat dari penyembuhan

kontinuitas dan fungsi anatomi.

Setelah permukaan kulit ditutupi oleh sel-sel epitel, sel-sel ini akan

kembali ke fenotipik yang normal. Epitelisasi yang berhasil, diperluas

dengan mempertahankan permukaan kulit agar tetap lembab dan tidak

kering. Keropeng alami mungkin cukup baik untuk tujuan ini, bahan

penutup yang tidak lengket sangat baik untuk mempertahankan permukaan

kulit tetap lembab dan dapat meningkatkan proses epitelisasi secara

bermakna.

2) Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

a) Faktor yang mempercepat penyembuhan luka terdiri dari :

i. Usia

Anak-anak dan orang dewasa lebih cepat proses penyembuhan luka

daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,

penurunan fungsi hati yang dapat mengganggu sintesis dari faktor

pembekuan darah.

ii. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian metabolisme pada

tubuh. Pada luka memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak,

vitamin, dan mineral (Fe, Zn). Bila kurang nutrisi diperlukan waktu

untuk memperbaiki status nutrisi setelah pembedahan jika mungkin.

Penderita gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan

lama karena suplai darah jaringan adipose tidak adekuat.

iii. Infeksi

Ada tidaknya infeksi pada luka merupakan penentu dalam percepatan

penyembuhan luka. Sumber utama infeksi adalah bakteri. Dengan

adanya infeksi maka fase-fase dalam penyembuhan luka akan terhambat.

iv. Sirkulasi dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Saat

kondisi fisik lemah atau letih maka oksigenasi dan sirkulasi jaringan sel

tidak berjalan lancar. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan

Page 9: Anatomi Fisiologi Kulit

12

jaringan lemak yang memiliki sedikit pembuluh darah berpengaruh

terhadap kelancaran sirkulasi dan oksigenisasi jaringan sel.

Pada orang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak

lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran

darah dapat terganggu pada orang dewasa yang menderita gangguan

pembuluh darah perifer, hipertensi, atau diabetes melitus. Oksigenasi

jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan

pernafasan kronik.

v. Keadaan luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas

penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu dengan

cepat. Misalnya luka kotor akan lambat penyembuhannya dibanding

dengan luka bersih.

vi. Lokasi luka

Lokasi luka berhubungan erat dengan banyak sedikitnya vaskularisasi di

daerah tersebut. Vaskularisasi yang baik sangat dibutuhkan untuk

berlangsungnya reaksi inflamasi, reaksi ini bertujuan untuk debridement

jaringan yang mati dan mengontrol infeksi. Vaskularisasi pada tiap-tiap

bagian tubuh tidaklah sama sehingga proses penyembuhan akan berbeda.

Luka di daerah kepala, leher atau badan akan sembuh lebih cepat

daripada di ekstremitas (Hasselt, 2008).

vii. Obat

Obat anti inflamasi (seperti aspirin dan steroid), heparin, dan anti

neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik

yang lama dapat membuat tubuh seseorang rentan terhadap infeksi luka.

Dengan demikian pengobatan luka akan berjalan lambat dan

membutuhkan waktu yang lebih lama.

b) Faktor yang memperlambat penyembuhan luka

Tidak adanya penyembuhan luka akibat dari kerusakan pada satu atau lebih

dari proses penyembuhan normal. Proses ini diklasifikasikan menjadi faktor

intrinsik dan ekstrinsik.

Page 10: Anatomi Fisiologi Kulit

13

i. Faktor Intrinsik

Ketika luka terinfeksi, respon inflamatori berlangsung lama dan

penyembuhan luka terlambat. Luka tidak akan sembuh selama ada infeksi.

Infeksi dapat berkembang saat pertahanan tubuh lemah. Diagnosis dari

infeksi jika nilai kultur luka melebihi nilai normal. Kultur memerlukan

waktu 24-48 jam dan selama menunggu pasien diberi antibiotika spektrum

luas. Kadang-kadang benda asing dalam luka adalah sumber infeksi.

Suplai darah yang adekuat perlu bagi tiap aspek penyembuhan. Suplai

darah dapat terbatas karena kerusakan pada pembuluh darah. Hipoksia

mengganggu aliran oksigen dan nutrisi pada luka, serta aktifitas dari sel

pertumbuhan tubuh. Neutropil memerlukan oksigen untuk menghasilkan

oksigen peroksida untuk membunuh bakteri patogen. Demikian juga

fibroblast dan fagositosis terbentuk lambat. Satu-satunya aspek yang dapat

meningkatkan penyembuhan luka pada keadaan hipoksia adalah

angiogenesis.

ii. Faktor ekstrinsik

Faktor ektrinsik dapat memperlambat penyembuhan luka meliputi

malnutrisi, perubahan usia, dan penyakit seperti diabetes melitus.

Malnutrisi dapat mempengaruhi beberapa area dari proses penyembuhan.

Kekurangan protein menurunkan sintesa dari kolagen dan leukosit.

Kekurangan lemak dan karbohidrat memperlambat semua fase

penyembuhan luka karena protein dirubah menjadi energi selama

malnutrisi. Kekurangan vitamin menyebabkan terlambatnya produksi dari

kolagen, respon imun, dan respon koagulasi.

Penderita tua yang mengalami penurunan respon inflamasi yang

memperlambat proses penyembuhan. Usia tua menyebabkan penurunan

sirkulasi migrasi sel darah putih pada sisa luka dan fagositasis terlambat.

Ditambah pula kemungkinan penderita mengalami gangguan yang secara

bersamaan menghambat penyembuhan luka seperti diabetes melitus.

Merokok meningkatkan arteri sklerosis dan platelet agregasi. Lebih lanjut

kondisi ini membatasi jumlah oksigen dalam luka.

Page 11: Anatomi Fisiologi Kulit

14

Penggunaan steroid memperlambat penyembuhan dengan menghambat

sintesis kolagen. Pasien yang minum steroid mengalami penurunan

kekuatan pertautan luka, menghambat kontraksi, dan menghalangi

epitelisasi.

3) Jenis-jenis penyembuhan luka

a) Penutupan luka primer

Penutupan ini akan merapatkan jaringan yang terputus dengan bantuan

benang, klip, dan verban perekat. Setelah beberapa waktu, maka sintesis,

penempatan, dan pengerutan jaringan kolagen akan memberikan kekuatan

dan integritas pada jaringan tersebut. Pertumbuhan kolagen tersebut sangat

penting pada tipe penyembuhan ini. Pada penutupan primer tertunda,

perapatan jaringan ditunda beberapa hari setelah luka terjadi. Penundaan

penutupan luka ini bertujuan mencegah infeksi pada luka-luka yang jelas

terkontaminasi oleh bakteri atau yang mengalami trauma jaringan yang

hebat.

Fase-fase dalam penutupan luka primer :

i. Fase inisial berlangsung 3-5 hari

Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, dan mulai pertumbuhan sel.

ii. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)

Fibroblast bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen.

Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung

pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka beresiko

dehisensi dan resisten terhadap infeksi. Epitel pada permukaan tepi luka

mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitel yang tipis akan

bermigrasi menyeberangi permukaan luka. Epitel menebal, mulai

matur, dan luka mulai merapat. Pada luka superfisial, reepitelisasi

terjadi 3-5 hari.

iii. Fase kontraktur skar (7 hari – beberapa bulan)

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling.

Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area

penyembuhan, menutup defek, dan membawa ujung kulit tertutup

Page 12: Anatomi Fisiologi Kulit

15

bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk, tidak

mengandung pembuluh darah, dan pucat. Skar lebih terasa nyeri pada

fase granulasi.

b) Penutupan luka sekunder

Luka yang terjadi dari trauma, ulserasi, atau infeksi menghasilkan

sejumlah besar eksudat. Batas luka menjadi ireguler dengan kehilangan

jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi

inflamasi dapat menghambat pada penyembuhan luka. Kegagalan

penutupan sekunder dari luka terbuka akan berakibat terbentuknya luka

terbuka kronis.

c) Penutupan luka tertier

Adalah penutupan luka primer yang tertunda. Terjadi karena luka setelah

terbentuk jaringan granulasi kemudian luka ditutup. Ini terjadi ketika luka

yang terkontaminasi, terbuka, dan ditutup setelah infeksi dikendalikan.

Dapat juga terjadi ketika luka primer terbuka mengalami infeksi dan

dibiarkan tumbuh jaringan granulasi, kemudian ditutup. Penutupan tersier

biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam dari pada

penutupan primer atau sekunder.

4) Komplikasi penyembuhan luka

Meliputi infeksi, pendarahan, ulkus, dan keloid (Kozier, 1995), dapat

menyebabkan traumatic tattoage (Marzoeki, 1993).

3. MEBO

MEBO telah ditemukan dua dekade terakhir oleh Rong-Xiang Xu di

Beijing pada Chinese Burn Center.

Secara fisik MEBO berwarna kuning kecoklatan, mengandung bahan-

bahan alami, meliputi sarang lebah (beeswax), minyak wijen (sesame oil), 17

asam-amino, 14 asam lemak, 4 polisakarida. Bahan-bahan aktif dalam obat ini

adalah ß-sitosterol 0.25%, berberine, dan baicain. MEBO buatan China juga

mengandung bahan seperti Radix Scutellaria, Cortex Phellodendri, dan Rhizoma

Coptidis yang digunakan untuk menghilangkan rasa panas, racun, mengurangi

nyeri, dan meningkatkan regeneration sel (Xu, 2003).

Page 13: Anatomi Fisiologi Kulit

16

MEBO merupakan kumpulan pertama dari rencana olahan pada ratusan

jenis buah yang dikeluarkan oleh industri nasional negara Cina. Penemu dari

teknik ini, menyampaikan hasil teknik terakhir yang mendukung kemajuan dunia,

yang disebut regenerasi stem cell in situ (Xu, 2003).

Manfaat dari regenerasi stem cell in situ adalah pada saat MEBO dioleskan

di atas luka membentuk kondisi yang lembab secara fisiologis kemudian Potential

Regenerative Cells (PRCs) dapat mengaktifkan residu luka menjadi stem cells,

diaktivasi, dissosiasi, proliferasi, dan differensiasi in situ menjadi struktur kulit

yang normal mencapai hasil secara klinis terjadinya regenerasi dari kulit (Xu,

2004). Jaringan nekrotik yang padat dapat diubah menjadi bentuk yang cair

(liquefaction), akibatnya akan menghilang efek dari MEBO.

Sebelum penjelasan mengenai proses liquefaction, perlu dijelaskan efek

farmakologi dari MEBO. Bentuk dapat berubah tergantung pada perubahan suhu

dari luka. MEBO pada suhu ruangan setelah dioleskan di atas luka dengan

ketebalan 1 mm, terdapat 2 lapisan yaitu lapisan luar MEBO menjaga bentuk

salep, sedang lapisan yang berhubungan dengan luka berfungsi menghangatkan

dan diubah menjadi bentuk cair. MEBO memiliki sifat lipofilik. Setelah

digunakan, cairan dari MEBO bereaksi dengan jaringan nekrotik dari luka

kemudian MEBO kehilangan sifat lipofiliknya dan bercampur dengan eksudat

serta membentuk liquid, selanjutnya campuran tersebut berpindah ke lapisan luar

dan dilepaskan dari kulit. Lapisan baru dari MEBO selanjutnya menjadi hangat

dan berubah menjadi bentuk liquid, selanjutnya terjadi proses hydrolysis,

enzymolysis, rancidity, saponification dan esterifikasi (Xu., 2004).

MEBO digunakan pada perawatan terbuka yang mengharuskan suasana

lingkungan yang moist untuk penyembuhan yang optimal dan re-epitelisasi tanpa

membutuhkan tambahan penutupan (loannovich et al, 2000). Disampaikan juga

MEBO menghilangkan rasa nyeri (Dham, 1999).

Page 14: Anatomi Fisiologi Kulit

17

Manfaat MEBO

a. Epitelisasi

MEBO mempunyai efek terapi sebagai antibakteri, analgesik,

meningkatkan penyembuhan epitelisasi, dan memperbaiki formasi skar

(loannovich et al, 2000).

b. Antibakteri

Pencegahan infeksi sesegera mungkin merupakan tindakan awal pada luka

untuk mendapatkan regenerasi sel yang optimal. MEBO bekerja pada kondisi

hiperosmolar untuk mencegah bakteri tumbuh. Pada saat yang bersamaan terjadi

perubahan kondisi biologi pada bakteri, penurunan toksisitas bakteri, peningkatan

sensitifitas bakteri terhadap antibiotik, dan mempertinggi imunitas lokal dan

sistemik (loannovich et al, 2000).

Pada studi penelitian, efek antibakteri pada MEBO dapat menghambat

pertumbuhan spora anaerob dan non spora anaerob. Proliferasi dan kekuatan

bakteri dihambat secara signifikan (Qu et al, 1998).

c. Efek Analgesik

Sebuah penelitian baru yang mengevaluasi efektifitas analgesik dari

MEBO dilakukan pada seratus lima puluh pasien dengan luka bakar derajat II,

baik secara konvensional dibandingkan dengan pengobatan MEBO. Profil nyeri

pasien dianalisis secara statistik dapat disimpulkan bahwa MEBO muncul untuk

mengurangi nyeri yang lebih besar untuk penilaian post dressing selama minggu

pertama setelah luka bakar (Ang et al, 2003).

Perbedaan dalam tingkat toleransi nyeri antara pasien yang diteliti meliputi

jenis kelamin dan perbedaan usia, sulit untuk memberikan bukti obyektif yang

benar-benar mencerminkan efek analgesik MEBO itu.

Bias mungkin saja terjadi dalam pengukuran tingkat nyeri sebagai acuan

peneliti mengandalkan respon menangis anak-anak seperti tenang, gelisah, dan

menangis keras atau lembut. Selain itu, sebagian besar percobaan yang diklaim

bahwa MEBO memiliki khasiat yang sangat baik (Xu, 2003).

Page 15: Anatomi Fisiologi Kulit

18

d. Penurunan Penguapan Air

Pada periode awal luka, peningkatan permeabilitas kapiler adalah salah

satu perubahan patofisiologi utama. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan tubuh

yang mengandung sejumlah besar protein plasma dan elektrolit, sehingga dengan

demikian semakin menurunkan volume darah sirkulasi yang dapat menyebabkan

syok akhirnya. Ini telah disampaikan bahwa luka sembuh lebih mudah dalam

kondisi lingkungan fisiologis lembab.

Oleh karena itu, pemeliharaan lingkungan luka pada kondisi lembab dapat

memfasilitasi proses penyembuhan luka secara fisiologis. Sebuah studi

eksperimental pada model kelinci menunjukkan bahwa MEBO menghambat

penguapan air dari luka dan dengan demikian kehilangan cairan tubuh menjadi

menurun. Ini menyatakan bahwa MEBO menguntungkan untuk mencegah nyeri

pada tahap awal luka dan menghambat dehidrasi hipertonik pada tahap lanjut (

Wang et al, 1999).

Selain mencegah penguapan air pada luka, MEBO juga dapat melindungi

jaringan di zona stasis dari kerusakan progresif. Meskipun jaringan terluka dalam

zona stasis dapat pulih dengan cukup cairan pengganti, kekeringan yang

berlebihan akan menyebabkan perubahan patologis yang irreversibel pada

jaringan. MEBO diharapkankan memiliki kemampuan sebum seperti untuk retensi

air untuk menjaga kelembaban luka tanpa mempengaruhi drainasenya. Tidak

hanya akan menghambat cairan biologis atas luka, tapi juga mencegah

pengeringan dari dermis yang terluka atau jaringan yang lebih dalam, sehingga

memungkinkan migrasi keratinosit di atas permukaan luka menjadi lebih cepat

tanpa hambatan (Kerstein, 1997).

Dalam sebuah penelitian, luka-luka dirawat dengan MEBO terbukti

memiliki permeabilitas yang lebih baik dan drainase yang memadai sehingga

dapat meningkatkan regenerasi luka. Vaseline tidak dapat menghambat penguapan

air dari luka ( Wang et al, 1999).

Page 16: Anatomi Fisiologi Kulit

19

e. Penyembuhan Luka

MEBO mempunyai kemampuan penyembuhan luka. MEBO telah

ditunjukkan secara eksperimental untuk penyembuhan luka yang signifikan secara

statistik (Wang, 2000).

Studi di Cina menyarankan bahwa MEBO memiliki kemampuan

penyembuhan luka lebih baik daripada salep konvensional untuk luka bakar

(Wang, 2000).

4. Gentamicin 0,3% Ointment

Gentamicin adalah anti bakteri terutama tertuju pada basil gram negatif

aerobik. Gentamicin adalah golongan dari aminoglikosid, merupakan senyawa

yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik

pada inti hexsosa, berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan

mudah larut dalam air. Aktifitas aminoglikosid dipengaruhi oleh berbagai faktor

terutama perubahan pH, keadaan aerobik-anaerobik, dan keadaan hiperkapnik.

Aktifitas aminoglikosid lebih tinggi pada suasana alkali dibanding suasana asam.

Gentamicin bersifat bakterisidal cepat. Mekanisme kerja melalui berdifusi

lewat kanal air yang dibentuk oleh porin protein pada membran luar dari bakteri

gram-negatif masuk ke ruang periplasmik, sedangkan transport melalui membran

dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transport yang membutuhkan energi

ini bersifat rate limiting, fase ini dapat diblok ion Ca, ion Mg, hiperosmolaritas,

penurunan pH, dan anaerobik. Setelah masuk sel, aminoglikosid ini terikat pada

ribosom 30S dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid ke

dalam sel diikuti dengan kerusakan membran sitoplasma dan disusul kematian sel

mikroba (Sulistia, 2001).

Sediaan ointment berupa kandugan minyak lebih dominant dibanding

kandungan airnya. Jenis lemak yang dipakai sebagai campuran adalah vaselin,

Fungsi dari vaselin sebagai moisture pada ointment.

Vaselin banyak digunakan dalam berbagai kegunaan. Dibidang kesehatan

vaselin diperkenalkan sebagai ointment atau salep yang diindikasikan diantaranya

untuk luka bakar dan luka bedah. Ciri dari vaselin yang dimanfaatkan untuk

Page 17: Anatomi Fisiologi Kulit

20

kepentingan kesehatan adalah tidak diserap oleh kulit tubuh, sehingga relatif lebih

aman (Polk, 2001).

Vaselin untuk kepentingan kesehatan mengandung bahan yang disebut

dengan lesitin, yang berfungsi sebagai bahan pengemulsi, dimana bahan

pengemulsi ini digunakan untuk mengekalkan lemak yang tersebar di dalam air

atau sebaliknya air yang tersebar di dalam lemak. Sumber pengemulsi bisa dari

tumbuhan atau hewan, lesitin yang berasal dari tumbuhan dalam berbagai produk

kecantikan atau kesehatan dicantumkan dengan istilah lesitin soya.

Praktek kenyataannya jarang ditemukan efek samping terhadap

penggunaan formula vaselin non antibiotik ini. Dasar kerja vaselin adalah

membantu dalam menjaga keseimbangan pH kulit tubuh sehingga mempercepat

tercapainya pemulihan penyembuhan luka yang lebih optimal.

Vaselin antibiotik termasuk dalam obat-obat antibiotik topikal, yaitu obat

yang biasa digunakan pada kulit untuk membunuh bakteri. Banyak bentuk dan

sediaan dari antibiotik topikal diantaranya adalah bentuk cream, ointment atau

salep, powder, dan sprey. Kandungan antibiotik yang dipakai pada obat jenis

topikal diantaranya adalah gentamicin, bacitracin, neomycin, mipirocin, dan

polimycin B (Polk, 2001).

Penggunaan umum dari topikal antibiotik adalah untuk membantu

melindungi kulit tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang didapat

melalui luka. Dalam melakukan perawatan luka tidak cukup dengan melakukan

tindakan sederhana dengan memberikan obat jenis topikal antibiotik, tetapi harus

memperhatikan tehnik atau prinsip perawatan luka yang dianjurkan. Pada

umumnya topikal antibiotik mulai diberikan beberapa saat setelah terjadi luka.

Topikal antibiotik dimaksudkan untuk digunakan hanya pada kulit dan hanya

beberapa hari dalam suatu waktu, jika luka tidak sembuh dalam waktu 5 hari,

maka antibiotik harus diganti. Topikal antibiotik tidak boleh digunakan pada area

luka yang luas atau luka yang terbuka (Enoch, 2003).

Efek samping ringan dari penggunaan topikal antibiotik pada umumnya

adalah iritasi, rasa nyeri, semacam rasa terbakar pada kulit, dan alergi.

Page 18: Anatomi Fisiologi Kulit

21

Formula vaselin antibiotik Gentamicin 0,3% ointment merupakan bentuk

sediaan atau formula yang terdiri dari antibiotik, vaselin, yang diemulsikan

dengan air. Antibiotik yang terkandung dalam formula ini adalah gentamicin,

untuk luka bedah, sirkumsisi, infeksi kulit sekunder, dan pada luka terbuka.

Gentamicin sulphate tersedia hanya untuk pengobatan topikal sebagai salep kulit,

tetes telinga, dan salep mata, masing-masing dengan kadar 0,1 % dan 0,3%

(Sulistia, 2001).

5. Tulle

Terdiri dari dua macam :

a. Vaselin Non Antibiotik

Vaselin ditemukan oleh Robert Chesebrough pada tahun 1859, merupakan

turunan dari petroleum jelly, diambil dari oilrig residu yang disebut dengan rod

wax. Vaselin mulai dipatenkan atas penemuannya pada tahun 1872.

Formula vaselin non antibiotik lomatulle merupakan bentuk sediaan atau

formula yang terdiri dari vaselin diserapkan pada kasa pembalut steril tanpa

kandungan antibiotik. Indikasi penggunaannya adalah untuk luka bakar, luka

bedah, sirkumsisi, dan luka terbuka ( Mims, 2007 ).

Penelitian ini menggunakan tulle non antibiotik, menjaga luka terlindungi dari

kassa yang dipakai sebagai penutupan luka karena selain steril juga tidak

mengandung antibiotik harapannya tidak menyebabkan bias pada penelitian dan

mengurangi rasa nyeri pada waktu kassa dibuka saat evaluasi.

b. Vaselin Antibiotik

Tulle antibiotik termasuk dalam obat-obat antibiotik topikal, formula vaselin

antibiotik daryant tulle merupakan bentuk sediaan atau formula yang terdiri dari

antibiotik, vaselin, yang diserapkan pada kasa pembalut steril. Antibiotik yang

terkandung dalam formula vaselin antibiotik daryant tulle adalah framycetin

sulphate 1 % ( neomisin B ) dan diindikasikan antara lain untuk luka bakar, luka

bedah, sirkumsisi, infeksi kulit sekunder dan pada luka terbuka. Framycetin

sulphate (neomisin B) tersedia hanya untuk pengobatan topikal sebagai salep,

tetes telinga, dan mata, masing-masing dengan kadar 1 % dan 5 % (Mims, 2007).

Page 19: Anatomi Fisiologi Kulit

22

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

Keterangan kerangka konsep :

Luka lecet adalah cedera pada permukaan epidermis dengan kedalaman

yang sampai mengenai papilla dermis yang mengandung pleksus arteri dan vena

yang memberi nutrisi pada epidermis. Penyembuhan terjadi secara spontan

umumnya memerlukan waktu antara 7 hari hingga 3 minggu, hal ini

dimungkinkan karena membrana basalis dan apendises kulit tetap utuh, diketahui

keduanya merupakan sumber proses epitelisasi.

Luka Lecet

Epitelisasi

MEBO

Gentamicin 0,3%

ointment

beeswax Sesame oil

Baicalin

Berberin

ß-sitosterol

vaselin

gentamicin

antibiotik

Moist Anti

inflamasi

anti oksidant

anti biotik

Gauses exchange

Regenerasi sel

moist

Epitelisasi

Faktor intrinsik dan ekstrinsik

Luka bersih

Nutrisi Baik

Usia muda

Faktor intrinsik dan ekstrinsik

Infeksi

Malnutrisi/ Hipoalbumin

Penyakit sistemik

Obat steroid

Merokok

Usia tua

Luka kotor

vaselin

Epitelisasi

moist

TULLE

Page 20: Anatomi Fisiologi Kulit

23

Beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka, diantaranya

mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, mencegah

pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis,

mengontrol inflamasi, dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis. Dapat juda

mempercepat proses autolysis debridement, menurunkan kejadian infeksi,

mempertahankan gradient voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil,

menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis, dan mudah digunakan.

Salep MEBO mengandung minyak wijen (sesame oil), ß-Sitosterol,

bacain, yang mempunyai efek sebagai analgesik, anti inflamasi, dan mampu

mengurangi pembentukan jaringan parut. Berberine sebagai anti bakterial dan

analgesik. Beeswax dapat dikombinasikan dengan berbagai jenis herbal sebagai

perangsang regenerasi sel. Amino acid, fatty acid, dan amylose yang memberikan

nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit terbakar (Xu, 2003). Kombinasi

bahan aktif tersebut akan mempermudah pengelupasan jaringan mati pada luka

(liquefaction), memicu proses regenerasi in situ, sekaligus berperan sebagai nutrisi

untuk proses penyembuhan luka. Suasana lembab yang dipelihara oleh MEBO

akan menyebabkan sel-sel mampu bertahan hidup, mampu melepaskan faktor-

faktor pemicu pertumbuhan, sehingga proses penyembuhan berlangsung lebih

cepat dan lebih baik. Setelah terjadi reaksi biokimia berupa Hydrolisis,

Enzymolysis, Saponification Rancidity, Lipofication Esterification, 24 jam

pertama tampak adanya stem cell cytokeratin-19. Jumlah bertambah hingga

puncaknya pada hari ke 7-14, selanjutnya berkurang bersamaan dengan proses

penyembuhan luka.

Gentamicin adalah anti bakteri terutama tertuju pada basil gram negatif

aerobik dan merupakan golongan dari aminoglikosid. Gentamicin terdiri dari 2

atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti

hexsosa, berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan mudah larut

dalam air. Aktifitas aminoglikosid dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama

perubahan pH, keadaan aerobik-anaerobik, dan keadaan hiperkapnik. Aktifitas

aminoglikosid lebih tinggi pada suasana basa dibanding suasana asam.

Page 21: Anatomi Fisiologi Kulit

24

Formula vaselin merupakan bentuk sediaan atau formula yang terdiri dari

vaselin yang diemulsikan dengan antibiotik. Indikasi penggunaannya adalah untuk

luka bakar, luka bedah, sirkumsisi, dan luka terbuka (Sulistia, 2001).

Pada kenyataannya jarang ditemukan efek samping kecuali alergi terhadap

penggunaan formula antibiotik ointment. Dasar kerjanya adalah membantu dalam

menjaga keseimbangan pH kulit tubuh, sehingga mempercepat tercapainya

pemulihan penyembuhan luka yang lebih optimal dan mencegah invasi bakteri.

C. Hipotesis

Perawatan luka lecet tertutup menggunakan MEBO dengan Tulle lebih

efektif dibandingkan perawatan terbuka menggunakan Gentamicin 0,3%

ointment.