Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal

48
5/14/2018 AnatomiDanFisiologiMuskuloskeletal-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 1/48 ANATOMI DAN FISIOLOGI Laring, faring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional yang terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuk alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernapasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal menjadi nyata pada sekitar hari ke-21 kehidupan embrio. Perluasan ke arah kaudal merupakan primordial paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada hari ke-27 atau ke-28. bagian yang paling proksimal dari tuba yang membesar ini akan menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali menjelang 33 hari, sedangkan kartilago, otot dan sebagian besar pita suara (plika vokalis) terbentuk dalam tiga atau empat minggu berikutnya. Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal . Karena perkembangan laring berkaitan erat dengan perkembangan arakus brankialis embrio, maka banyak struktur laring merupakan derivat dari aparatus brankialis. Gangguan perkembangan dapat berakibat berbagai kelainan yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laring secara langsung. 1  Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memiliki kegunaan penting yaitu (1) ventilasi paru, (2) melindungi paru selama deglutisi melalui mekanisme sfingteriknya, (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat, dan (4) produksi suara. Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid, plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis terdiri dari pita suara atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan bawah pita suara hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi struktur laringeal, unik pada neonatus. 4  Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa. Terletak di sebelah ventral faring, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3-6. Berada di sebelah kaudal dari os hyoideum dan lingua, berhubungan langsung dengan trakea. Di bagian ventral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea mediana terdapat otot-otot infra hyoideus. Posisi laring dipengaruhi oleh gerakan kepala, deglutisi, dan fonasi. 9  

Transcript of Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 1/48

ANATOMI DAN FISIOLOGI 

Laring, faring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut  embrional

yang terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuk

alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernapasan dan

benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal menjadi nyata pada sekitar hari ke-21

kehidupan embrio. Perluasan ke arah kaudal merupakan primordial paru. Alur

menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada

hari ke-27 atau ke-28. bagian yang paling proksimal dari tuba yang membesar ini

akan menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali

menjelang 33 hari, sedangkan kartilago, otot dan sebagian besar pita suara (plika

vokalis) terbentuk dalam tiga atau empat minggu berikutnya. Hanya kartilago

epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal . Karena perkembangan laring

berkaitan erat dengan perkembangan arakus brankialis embrio, maka banyak

struktur laring merupakan derivat dari aparatus brankialis. Gangguan perkembangan

dapat berakibat berbagai kelainan yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan

laring secara langsung.1 

Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan

trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memilikikegunaan penting yaitu (1) ventilasi paru, (2) melindungi paru selama deglutisi

melalui mekanisme sfingteriknya, (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat,

dan (4) produksi suara. Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis

dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid,

plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis terdiri dari pita suara

atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan bawah pita suara

hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi strukturlaringeal, unik pada neonatus.4 

Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa.

Terletak di sebelah ventral faring, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3-6.

Berada di sebelah kaudal dari os hyoideum dan lingua, berhubungan langsung

dengan trakea. Di bagian ventral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea

mediana terdapat otot-otot infra hyoideus. Posisi laring dipengaruhi oleh gerakan

kepala, deglutisi, dan fonasi.9

 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 2/48

Kartilago laring dibentuk oleh 3 buah kartilago yang tunggal, yaitu kartilago

tireoidea, krikoidea, dan epiglotika, serta 3 buah kartilago yang berpasangan, yaitu

kartilago aritenoidea, kartilago kornikulata, dan kuneiform. Selain itu, laring juga

didukung oleh jaringan elastik. Di sebelah superior pada kedua sisi laring terdapat

membrana kuadrangularis. Membrana ini membagi dinding antara laring dan sinus

piriformis dan dinding superiornya disebut plika ariepiglotika. Pasangan jaringan

elastik lainnya adalah konus elastikus (membrana krikovokalis). Jaringan ini lebih

kuat dari pada membrana kuadrangularis dan bergabung dengan ligamentum

vokalis pada masing-masing sisi.1,9 

Otot-otot yang menyusun laring terdiri dari otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik. Otot-otot ekstrinsik berfungsi menggerakkan laring, sedangkan otot-otot

intrinsik berfungsi membuka rima glotidis sehingga dapat dilalui oleh udara respirasi.

Juga menutup rima glotidis dan vestibulum laringis, mencegah bolus makanan

masuk ke dalam laring (trakea) pada waktu menelan. Selain itu, juga mengatur

ketegangan (tension) plika vokalis ketika berbicara. Kedua fungsi yang pertama

diatur oleh medula oblongata secara otomatis, sedangkan yang terakhir oleh korteks

serebri secara volunter.9 

Rongga di dalam laring dibagi menjadi tiga yaitu, vestibulum laring, dibatasi

oleh aditus laringis dan rima vestibuli. Lalu ventrikulus laringis, yang dibatasi oleh

rima vestibuli dan rima glotidis. Di dalamnya berisi kelenjar mukosa yang

membasahi plika vokalis. Yang ketiga adalah kavum laringis yang berada di sebelah

ckudal dari plika vokalis dan melanjutkan diri menjadi kavum trakealis.9 

Laring pada bayi normal terletak lebih tinggi pada leher dibandingkan orang

dewasa. Laring bayi juga lebih lunak, kurang kaku dan lebih dapat ditekan olehtekanan jalan nafas. Pada bayi laring terletak setinggi C2 hingga C4, sedangkan

pada orang dewasa hingga C6. Ukuran laring neonatus kira-kira 7 mm

anteroposterior, dan membuka sekitar 4 mm ke arah lateral.1 

Laring berfungsi dalam kegiatan Sfingter, fonasi, respirasi dan aktifitas refleks.

Sebagian besar otot-otot laring adalah adduktor, satu-satunya otot abduktor adalah

m. krikoaritenoideus posterior. Fungsi adduktor pada laring adalah untuk mencegah

benda-benda asing masuk ke dalam paru-paru melalui aditus laringis. Plika

vestibularis berfungsi sebagai katup untuk mencegah udara keluar dari paru-paru,

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 3/48

sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thorakal yang dibutuhkan untuk batuk

dan bersin. Plika vokalis berperan dalam menghasilkan suara, dengan

mengeluarkan suara secara tiba-tiba dari pulmo, dapat menggetarkan (vibrasi) plika

vokalis yang menghasilkan suara. Volume suara ditentukan oleh jumlah udara yang

menggetarkan plika vokalis, sedangkan kualitas suara ditentukan oleh cavitas oris,

lingua, palatum, otot-otot facial, dan kavitas nasi serta sinus paranasalis.9 

Anatomi Laring 

Struktur penyangga Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago yang berpasangan

ataupun tidak . Disebelah superior terdapat os hioideum, struktur yang berbentuk U dan dapat

dipalpasi di leher depan dan lewat mulut pada dinding faring lateral. Meluas dari masing –  masing sisi bagian tengah atau os atau korpus hioideum adalah suatu prosesus panjang dan

pendek yang mengarah ke posterior dan suatu prosesus pendek yang mengarah ke

superior.tendon dan otot – otot lidah, mandibula , dan kranium, melekat pada permukaan

superior korpus kedua prosesus. Saat menelan kontraksi otot – otot ini mengangkat laring .

Namun bila laring dalam keadaan stabil, maka otot – otot tersebut akan membuka mulut dan

akan berperan dalam gerakan lidah. Di bawah os hioideum dan menggantung pada

ligamentum tirohioideum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea (perisai). Ke dua alae

menyatu di garis tengah pada sudut yang lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk “jakun” (Adam apple). Pada tepi masing – masing alae, terdapat kornu superior dan inferior.

Artikulasio kornu inferius dan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit pergeseran atau

pergerakan antara kartilago tiroidea dan krikodea.(3 )

 Kartilago krikoidea yang juga mudah teraba dibawah kulit, melekat pada kartilago tiroidea

lewat ligamentum krikotiroideum. Tidak seperti struktur penyokong lainnya dari jalan

pernapasan, kartilago krikoidea berbentuk lingkaran penuh dan tak mampu mengembang.

Permukaan posterior atau lamina krikoidea cukup lebar, sehingga kartilago ini tampak seperti

signet ring. Intubasi endotrakea yang lama sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan

dapat menyebabkan stenosis subglotis, didapat disebelah inferior, kartilago trakealis pertama

melekat pada krikoid lewat ligamentum interkartilaginosa.(3)

 

Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea masing – masing

berbentuk sepertipiramid berisi tiga. Basis piramidalis berartikulasi dengan krikoid pada

artikulasio krikoatenoidea, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial ke lateral dan

rotasi. Tiap kartilago aritenoidea mempunyai dua prosesus , prosesus vokalis anterior danprosesus muskularis lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke anterior dan masing – masing

prosesus vokalis dan berisensi ke dalam kartilago tiroidea di garis tengah. Prosesus

membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis. Sementara ligamentum vokalis

membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan

permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Bagian laring diatasnya disebut

supraglotis dan dibawahnya subglotis. Terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring

yang tidak memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak dalam jaringan diatas menutupi

aritenoid. Disebelah lateralnya, yaitu didalam plika ariepiglotika terletak kartilago

kuneiformis.(3)

 

Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bat  

pingpong. Pegangan atau petiolus melekat melalui suatu ligamentum pendek pada kartilago

tiroidea tepat diatas korda vokalis, sementara bagian racquet meluas keatas dibelakang

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 4/48

korpus hioideum ke dalam lumen faring, memisahkan pangkal lidah dan laring. Epiglotis

dewasa umumnya sedikit cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian

orang dewasa, epiglotis jelas melengkung dan disebut epiglottis omega atau juvenilis. Fungsi

epiglottis sebagai lunas yang mendorong makanan yang ditelan ke samping jalan napas

laring. Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior, pada ke dua

sisi laring terdapat membran kuadrangularis yang meluas ke belakang dari tepi lateralepiglotis hingga tepi lateral kartilgo aritenoidea. Dengan demikian, membran ini membagi

dinding antara laring dan sinus piriformis, dan batas superiornya disebut plika ariepiglotika.

Jaringan pasangan elastik lainnya adalah konus elastikus ( membrana krikovokalis). Jaringan

ini jauh lebih kuat daripada membran kuadrangularis, dan meluas keatas dan medial dari

arkus kartilaginis krikoidea untuk bergabung dengan ligamentum vokalis pada masing –  

masing sisi. Jadi konus elaktikus terletak dibawah mukosa di bawah permukaan korda vokalis

sejati.(3)

 

Otot – otot laring Otot – otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot ekstrinsik yang terutama bekerja

pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara struktur – struktur laring sendiri. Otot ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor

atau otot- otot leher ( omohioideus, sternotyroideus, sternohyoideus ) berasal dari bagian

inferior. Otot elevator ( milohyoideus, geniohyoideus, genioglosus, hyoglosus, digastrikus

dan stilohyoideus ) meluas dari os hyoideum ke mandibula, lidah dan prosessus stiloideus

pada kranium. Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot – otot leher, terutama

berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioideum dan ujung posterior alae kartilago

tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang melingkari faring disebelah

posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat – serat paling bawah dari otot konstriktor

inferior berasal dari krikoid, membentuk krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai

sfingter esophagus superior.(3)

 

Anatomi otot – otot intrinsik laring paling baik dimengerti dengan mangaitkan fungsinya.

Serat – serat otot interaritenoideus ( aritenoideus ) tranversus dan oblikus meluas antara

kedua kartilago aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago aritenoidea akan bergeser kearah

garis tengah, mengaduksi korda vokalis. Otot krikoaritenoideus posterior meluas dari

permukaan posterior lamina krikoidea untuk berinsersi kedalam procesus muskularis

aritenoidea; otot ini menyebabakan rotasi aritenoid kearah luar dan mengaduksi korda

vokalis. Antagonis utama otot ini, yaitu otot krikoaritenoideus lateralis berorigo pada arkus

krikoidea lateralis; insersinya juga pada prosesus muskularis dan menyebabakan rotasi

aritenoid ke medial, menimbulkan aduksi. Yang membentuk tonjolan korda vokalis adalah

otot vokalis dan dan tiroaritenoideus yang hampir tidak dapat dipisahkan; kedua otot ini ikut

berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis. Pada individu lanjut usia, tonus ototvokalis dan tiroaritenoideus agak berkurang; korda vokalis tampak membusur keluar dan

suara menjadi lemah dan serak. Otot – otot laring utama lainnya adalah pasangan otot

krikotiroideus, yaitu otot yang berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea disebelah anterior

dan berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik 

kartrilago tiroidea kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Kontraksi ini secara

pasif juga memutar aritenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus juga dianggap sebagai

otot abduktor. Maka secara ringkas dapat dikatakan terdapat satu otot abduktor, tiga aduktor

dan tiga otot tensor seperti yang diberikan berikut ini :

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 5/48

 Persarafaan, Perdarahan dan Drainase limfatik 

Dua pasangan saraf mengurus laring dengan persarafan sensorik dan motorik. Dua saraf laringeus superior dan dan dua inferior atau laringeus rekurens saraf laringeus merupakan

cabang – cabang saraf vagus. Saraf laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat

dibawah ganglion nodusum melengkung ke anterior dan medial dibawah arteri karotis

eksterna dan interna, dan bercabang dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang

motorik eksterna. Cabang interna menembus membrana tirohioidea untuk mengurus

persarafan sensorik valekula, epiglottis, sinus piriformis dan seluruh mukosa laring superior

interna tepi bebas korda vokalis sejati. Masing – masing cabang eksterna merupakan suplai

motorik untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus. Disebelah inferior, saraf rekurens

berjalan naik dalam alur diantara trakea dan esofagus, masuk kedalam laring tepat dibelakang

artikulasio krikotiroideus, dan mengurus persarafan motorik semua otot interinsik laring

kecuali krikotiroideus. Saraf rekurens juga mengurus sensasi jaringan dibawah korda vokalis

sejati ( regio subglotis ) dan trakea superior.(3)

 

Karena perjalan saraf inferior kiri yang lebih panjang serta hubungannya dengan aorta, maka

saraf ini lebih rentan cedera dibanding saraf kanan.(3)

 

Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai sarafnya. Arteri dan vena

laringea superior merupakan cabang – cabang arteri dan vena tiroidea superior, dan keduanya

bergabung dengan cabang interna saraf laringeus superior untuk membentuk pedikulus

neurovaskuler superious. Arteri dan vena laringea inferior berasal dari pembuluh tiroidea

inferior dan masuk ke laring bersama saraf laringeus rekurens.(3)

 

Pengetahuan mengenai drainase limfatik pada laring adalah penting pada terapi kanker.

Terdapat dua system drainase terpisah, superior dan inferior, dimana garis pemisah adalahkorda vokalis sejati. Korda vokalis sendiri mempunyai suplai limfatik yang buruk. Disebelah

superor, aliran limfe menyertai pedikulus neurovaskuler superior untuk bergabung dengan

nodi limfatisis superior dari rangkaian servikalis profunda setinggi os hioideus. Drainase

subglotis lebih beragam, yaitu ke nodi limfatisi pretrakeales ( satu kelenjar terletak tepat

didepan krikoid dan disebut nodi Delphian ), kelenjar getah bening servikalis profunda

inferior, nodi supraklavikularis dan bahkan nodi mediastinalis superior.(3)

 

Struktur Laring Dalam Sebagian besar laring dilapisi oleh mukosa toraks bersilia yang dikenal sebagai epitel

respiratorius. Namun, bagian – bagian laring yang terpapar aliran udara yang terbesar,

misalnya permulaan lingua pada epiglottis, permukaan superior plika ariepiglotika, dan

permukaan superior serta tepi batas korda vokalis sejati, dilapisi epitel gepeng yang lebihkeras. Kelenjar penghasil mukus banyak ditemukan dalam epitel respiratorius.

(3) 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 6/48

Struktur pertama yang diamati pada pemeriksaan memakai kaca adalah epiglottis. Tiga pita

mukosa ( satu pita glosoepiglotika mediana dan dua plika glosoepiglotika lateralis ) meluas

dari epiglottis ke lidah. Diantara pita median dan setiap pita lateral terdapat suatu kantong

kecil, yaitu valekula. Dibawah tepi bebas epiglotis, dapat terlihat aritenoid sebagai dua

gundukan kecil yang dihubungkan oleh otot interaritenoid yang tipis. Perluasan dari masing –  

masing aritenoid ke anterolateralis menuju tepi lateral bebas dari epiglottis adalah plikaariepiglotika, merupakan suatu membran kuadragularis yang dilapisi mukosa. Dilateral plika

ariepiglotika terdapat sinus atau resesus piriformis. Struktur ini bila dilihat dari atas,

merupakan suatu kantung berbentuk segitiga dimana tidak memiliki dinding posterior.

Dinding medialnya dibagian atas adalah kartilago kuadrangularis dan dibagian bawah

kartilago aritenoidea dengan otot – otot lateral yang melekat padanya, dan dinding lateral

adalah permukaan dalam alae tiroid. Disebelah posterior sinus piriformis berlanjut sebagai

hipofaring. Sinus piriformis dan faring bergabung ke bagian inferior, ke dalam introitus

esofagi yang dikelilingi oleh otot krikofaringeus yang kuat.(3)

 

Dalam laring sendiri, terdapat dua pasang pita horizontal yang berasal dari aritenoid dan

berinsersi kedalam kartilago tiroidea bagian anterior. Pita superior adalah korda vokalis palsu

atau pita ventricular, dan lateral terhadap kda vokalis sejati. Korda vokalis palsu terletak tepatdi inferior tepi bebas membrane kuadrangularis. Ujung korda vokalis sejati ( plika vokalis )

adalah batas superior konus elastikus. Otot vokalis dan tiroaritenoideus membentuk massa

dari korda vokalis ini. Karena permukaan superior korda vokalis adalah datar, maka mukosa

akan memantulkan cahaya dan tampak berwarna putih pada laringoskopi indirek. Korda

vokalis palsu dan sejati dipisahkan oleh ventrikulus laringis. Ujung anterior ventrikel meluas

ke superior sebagai suatu divertikulum kecil yang dikenal sebagai sakulus laringis, dimana

terdapat sejumlah kelenjar mucus yang diduga melumasi korda vokalis. Pembesaran sakulus

secara klinis dikenal sebagai laringokel.(3)

 

Struktur disekitarnya Disebelah anterior terdapat ismus kelenjar tiroid yang menutup beberapa cincin trakea

pertama, sementara lobus tiroid terletak diatas dinding lateral trakea dan dapat meluas hingga

ke alae tiroid. Ismus perlu diangkat dan terkadang diinsisi saat melakukan trakeostomi

menembus cincin kartilaginus trakealis yang ketiga. Otot – otot leher menutup laring dan

kelenjar tiroid, kecuali digaris dimana raphe median menyebabkan struktur – struktur laring

terletak dalam posisi subkutan. Membrana krikotiroidea mudah dipalpasi dan dalam keadaan

darurat, dapat dengan cepat diinsisi unutk membuat jalan napas, arteri inominata tidak jarang

melewati didepan trakea servikalis, sehingga perlu dilakukan palpasi yang cermat dalam

pelaksanaan trakeostomi. Dilateral dan posterior terhadap laring adalah selubung karotis yang

masing – masing berisi arteri karotis, vena jugularis dan saraf vagus.(3)

 

KEPALA 

Dalam kepala terdapat cranium, otak, saraf  – saraaf otak ( nervi craniales ), salut –  

salut otak ( meninges ), dan organ indra khusus.

CRANIUM 

Cranium meliputi otak dan meninges (salut – salut otak), bagian proksimal saraf  – saraf otak,dan pembuluh darah.

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 7/48

Terdiri dari :

  Cranial vault

  Cranial base

  anterior, middle, & posterior

cranial fossae.  Cranial cavity

  Orbits

  sinuses

  8 cranial bones

  2 parietal

  2 temporal

  Frontal  Occipital

  Sphenoid

  ethmoid

Tulang pada kepala

Dibagi dalam 2 bagian :

  Neurocranium (tulang yang melindungi wajah)

  Splanchnocranium (tulang yang membentuk wajah)

Tulang tulang pada Neurocranium (Tulang yang melindungi otak) :

  Os.occipitale

  Os.temporale  Os.sphenoidale

  Os.ethmoidale

  Os.parietale

  Os.frontale

Tulang tulang Splanchnocranium (Tulang yang membentuk wajah) :

  Maxila

  Mandibula  Os.Zygomaticum

  Concha nasalis

  Os.nasale

  Os.lacrimalis

  Os.vomer

Os.Palatina : Antara Neurocranium dan Splanchnocranium

Otot – otot pada kepala

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 8/48

Otot-otot daerah kepala dibagi menjadi dua :

  Otot wajah

  Otot pengunyahan

I. Otot wajah terdiri dari :

  Origo : Fascia

  Insersi : Kulit N.VII/Nervus facialis

Pembagian :

1.Otot Scalp (Epicranius) : Menutup puncak / samping kepala (Galea Aponeurotica)

Terdiri dari :

  M.Occipitale frontalis

  M.Frontalis

  origo : Galea Aponeurotica

Inseriso : Kulit diatas alis mata

  M.occipitalis  origo : Linea Nuchae Sup & Pars mastoideos Temp.

Insersio :Galea Aponeurotica

2.Otot Ekstrinsik Telinga :

  M.Auricularis ant

  origo : Pars ant fascia temporalis

Insersio : bagian depan helix

  M.Auricularis Sup

  origo : Pars sup fascia temporalis

Insersio : bagian atas permukaan cranialis dari auricula

  M.Auricularis Post

  origo : Pars mastoidea Os.temporalis

Insersio : bagian bawah permukaan cranialis dari concha

3.Otot daerah mata :

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 9/48

  M.Orbicularis occuli : mengelilingi sela mata terdiri dari :

1.  Pars orbitalis: mengelilingi kelopak mata

Origo & insersio : Lig.Palpalpebrale mediale

1.  Pars palpebralis : menutup mata (N.VII/nervus facialis)

Origo : Lig.Palpebrale med

Insersio : Lig.palpebrale lat

1.  Pars sacci lacrimalis (M.hornerri)

Origo : Crista lacrimale &saccus lacrimalis

Insersio : Pars palpebralis

  M.Levator palpebrae sup : bentuknya segitiga

Origo : permukaan bawah ala parva Os.sphenoidalis

Insersio : berbentuk aponeorosis terbagi 3:

- Lamela superficcialis

- Lamela medialis

- Lamela profunda

  M.corrugator (M.C supercilii)

Origo :Arcus superciliaris

Insersio : Arcus Orbitalis

4. Otot-otot hidung terdiri dari :

  M.procerus : (M.pyramidalis nasi )

Origo : Os.nasale

Insersio : kulot dahi bagian bawah antara kedua alis mata

  M.nasalia : (M.compressor naris) mengempiskan cuping hidung

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 10/48

Pars transversa

Pars alaris

  M. Depresor septi (M . depresor alanasi)

Origo : fassa incisiva max

Insersio : septim & alanasi post

  M.dilator naris post

Origo : Incisura nasalis max&cartilago alaris minor

Insersio: kulit dekat pinggir lubang hidung

  M.dillatoris naris ant :

Origo : Cartilago alaris mayor

Insersio : kulit dekat pinggir lobang hidung

5. Otot-otot sekitar mulut terdiri dari :

1.  Bagian atas :

  M.levator labii superioris ( M.qudratuss labii superior caput infra orbitalis) Origo :margo inf 

  Insersi : otot bibir antara M.levator anguli oris dgn M.labii superioris

alaeque nasi

  M.levator labii superioris alaque nasi

Origo : Proc.frontalis Os. Max

Insersio : cartilago alaris mayor serta kulit hidung &bibir atas dgn M.levator labii sup

  M.levator anguli oris (M.caninus )

Origo : fossa caninus

Insersio : angulus oris

  M.Zygomaticus minor

Origo : facies Os.zygomaticii

Insersio : M.levator labii sup & M.zygomaticus mayor

  M.zygomaticus major

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 11/48

Origo : Os.zygomaticus

Insersi : angulus oris

1.  Bagian bawah :

  M.risorius

Origo : fascia menutup M.masseter

Insersio : kulit disudut mulut

  M.depresor labii sup

Origo : linea oblique mandibula

Insersio : kulit bibir bawah/labium inferior

  M.depressor anguli oris (M.triangularis)

Origo : Linea oblique mandibula

Insersio: sudut mulut

  M. Mentalis (M.levator menti)

Origo : Fossa incisiva mandibula

Insersio : kulit daerah dagu

  M.tranversus mentii

Origo : M.triangularis

Insersi : angulus oris

  M.Orbicularis oris

  M.buccinator

1.  Platysma (M.platysma )

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 12/48

Origo : mandibula kemudian turun kebawah menutupi leher bagian lateral

Insersio : kulit daerah dada melewati clavicula

Innervasi : N.facialis pusatnya di nukleus fasialis

II.Otot-otot pengunyahan terdiri dari :

1.  M.masseter :

  Pars.superficialis

  origo : proc.zygomaticus max

insersi : angulus mand

faal : menutup rahang

  Pars profunda :

  origo: Os.zygomaticum, proc zygomaticus, Os.temporalis

Insersi : angulus mandibula

1.  M.pterygoideus externus :

  Caput cranial

origo : crista infratemporalis

insersi : fovea pterygoidei

faal : membuka rahang.protectio mandibula,menggerakan mandibula dari satu sisi ke sisi lain.

  Caput caudal

  origo : lamina lateralis,procesi pterygoidei

insersi : capsula & discus aricularis sendi rahang (art.temporo mandibularis)

1.  M.pterygoideus Internus

  origo : Fossa pterygoidea ,tuber maxillare

insersio : amgulus mandibulae

faal: menutup rahang

1.  M.temporalis

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 13/48

  origo : seluruh fossa temporalis, permukaan dalam fase temporalis,

Innervasi : N.mandibularis, N.V3 portio minor .

ARTICULATIO TEMPOROMANDIBULARIS

Yaitu persendian antara basis cranii dan mandibula .

  Caput art: Proc.condyloideus

  Fossa art: fossa mandibularis & tubercullum articulatio

Pada keadaan mulut tertutup, keadaan discus art pada fossa mandibularis adalah tipis karena

tertekan, terdapat antara caput articularis dengan tubercullum art, terletak di bawah/belakang

tub.art

Discus akan bergerak kebelakang bila bergeser kedepan sehingga terganggu untuk meratakan

persendian,sebagai bantalan.

Bangunan yang memperkuat Articulatio temporomandibularis :

1.  Capsula articularis

2.  Lig.temporomandibular

3.  Lig.sphenomandibular4.  Lig.stylomandibulare

5.  Raphe pterygomandibula

6. 

Gerakan pada Articulatio temporomandibularis :

1.  Occlusio normal

deretan gigi atas dan bawah akan bertemu dan saling menekan

1.  Protatio (menggeser mandibula ke ventral/depan)

Otot2 yg bekerja : Pterygoideus medialis & lateralis,dihambat M.temporalis, bagian dorsal

dari capsula articularis

1.  Depressi (membuka mulut)

Otot-otot yg bekerja : M.pterygoideus lateralis /ext , dibantu Mm.suprahyoid , Mm

infrahyoid, gravitasi

1.  Elevasi (menutup mulut)

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 14/48

Otot-otot yg bekerja : M.temporalis, M.masseter, M.pterygoideus medialis

1.  Retraksi (menggeser mandibula kebelakang)

Otot-otot yg bekerja : M.temporalis, M.pterygoideus sisi yang berlawanan, M.masseter,

M.digasstricus sisi yg sama

Luxatio Mandibula : bila mulut dibuka terlalu lebar dapat mengakibatkan mulut itu tidak 

dapat menutup kembali.

KULIT KEPALA (SCALP) 

S = skin (ditumbuhi rambut kelenjar lunak)

C = connection tissue(jar.ikat antara skin&aponeurosis)

A = Aponeurosis (Galea aponeurotica) otot pada ujung otak frontal & occipi

L = Loose conective tissue (jaringan ikat jarang)

P = Periosteum

Persyaratan kulit kepala :

  N.V (trigeminus)

1.  N.V-1 (opthalmicus)

Mengurus : seluruh daerah frontal, palpebra sup, dorsum nasi sampai apex nasi

Cabang2nya: : N.supratrhoclearis, N.supraorbitalis, N.infrathroclearis, N.nasalis

1.  N.V-2 (maxilaris)

Mengurus : labium supra, ala nasi, palpebra inf, maxila, pipi, daerah temporal

Cabang2nya: N.infraorbitalis, R.malaris, N.temporalis, R.temporalis, N.temporomalaxis

1.  N.V-3 (mandibulla)

Mengurus : labium infersius , balahan caudal, (mandibula), pipi sampai belah telinga

Cabang2nya : N.buccalis, N.mentalis, N.auriculotemporali

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 15/48

  Plexus Cervicalis

Mengurus : Angulus mandibular

Cabang2nya :Nn.cranialis II &III ,N.Occipitalis minor,N.occipitali major

LEHER

I.Caudal

Incisura stertu, clavicula sin & dextra, Articulatio clavico acromialis, garis antara articulatio

dengan proc.spinosusvertebra cervicalis VII

II.Cranial

Mentum, Margo inferior mandibula , angulus mandibula, Proc.mostoideus, linea nuchae

superior

I.TRIGONUM ANTERIOR

a. T.suprahyoid :

T.submandibular batas2nya :

  Cranial : margo inf.mand

  Med.vent : venter ant m.digastrici

  Med dors : Venter post m.digastrici

T.submentale :

  Lateral : venter ant,m.digastrici,isi v.jugularis ant

  Med: Linea media  Caudal : Os hyodeum

b. T.infrahyoid :

T.caroticum sup isi : A carotis comunis ,V jugulare, N vagus

  Cranio dorsal : vent post m.digastrici

  Caudo vent : vent sup m. Omohyoid

  Lateral : M. Sterno0deidomastoideus

T.caroticum inf (musculare)

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 16/48

  Med.vent: linea mediana

  Lat cranii : ventbsup m.omohyoid

  Lat.caud : M.sternocleimastoid

II. TRIGONUM POSERIOR

1.  T.occipitale (omotrapezideum)

  Ventro med : pinggir dorsal M.strenokidormastoid

  Dorso lat : pinggir ventral M.trapezius

  Caudal : venter inf. M.omohyoid

1.  T.omoclaviculare (sub calvian triangle)

  Craniolateral :vent .inf m.omohyoid

  Craniomedial : M.sternoeleidomastoideus

  Caudal : claveiula

SYSTEMA MUSCULORUM

Otot leher dibagi dua golongan:

1. golongan yg terletak disebelah ventral

2. golongan yg terletak disebal dorsal

Otot leher bagian ventral :

  Platysma : terletak tepat dibawah kulit, serabut2nya, sejajar dari pinggir mandibula

sampai clavicula & dari medial kelateral

Persyarafan : N.facialis VII

  M.strenocleidomastoideus

Origo: portio sternalis, portio clavicularis , insersio antara proc.mostoideus, pars lat linea

nuchae sup , innervasi N, accesorius N XI

  Mm.suprahyoid : Berhubungan dengan lidah

1.  M.digastricus (M.biventer mandibula )

Origo: vent ant fossa m.biventris mandibula , vent post ine mastoidea insersio Os hyoid diapit

serabut M.stylohyoid , innervasi vent antara N V-3 (mylohyoid), vent post N VII (facialis)

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 17/48

1.  M.stylohyoid

Origo: bag lat proc stylodeus os temporalis , insersio basis cornu os hyoid , innervasi N VII

facialis

1.  M,mylohyoid

menghubungkan os.hyoid dgn mandibula

  origo: linea mylohyoid mand sin & dextra,insersio serabut yg terletak di dorsal

melekat pada corpus os hyoid ,I nnervasi N.mylohyoideus V-III. Disebut juga

M.diaghfragma ortis karna membentuk dasar rongga mulut

1.  M.genioglossus

Origo: Spina mentalis , insersio bagian depan corpus os.hyoid innervasi cab.Nn.cervicalis I &

II

  Mm.infrahyoid yg terletak di caudal os.hyoid

1.  M.sternohyodeus

Origo: permukaan dorsal manubrium sterni , insersio corpus os hyoid, innervasi ansa

hipoglossi

1.  M.omohyoideus

2.  M .sternohyroideus

3.  M.Thyreoideus

Origo: cartilago tyroidea,insersio os.hyodeum,

Otot-otot dengan letak agak dalam :

1.  M.scalenus ventralis : origo tubercula ant ,proc transversi III-IV,insersio costa I,tubula

scaleni ,innervasi nervus spinalis c V-VII

2.  M.scalenus intermedius : origo proc transversu,insersio,dorsal sulcus,innervasi N.sp C

IV-VIII

3.  M.scalenus dorsalis rigo tub post ,proc trans,insersio costa II,innervasi N.sp C VII-

VIII

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 18/48

Otot-otot yg letaknya paling dalam :

1.  M.longus cervisis :N.spinalis c II-IV

2.  M.longus capitis : origo tub anterir proc transversal VC III-VI ,insersi Os, basil ki-

ka,tubuli pharyngeum,innervasi N.spi C I-V

Otot leher bagian dorsal :

  M.Trapezius

Origo: Protuberantia occipitalis ext, linea nuchae sup, septum nuchae, proc spinasi vertebraec

VII-thXII

Insersio: Pars aeromialis, lateral spina scapulae, medial spina scapulae, innervasi

N.accesorius IX, N.sp CII-IV

  M.splenius capitis

Origo: Proc.spinosi VC IV-th II

Insersio: dorsal proc mastoideus & linea nuchae superior

  M,splenius servicis

Origo: proc th III_VI

Insersio: tub post proc tranversi verteb C IV-VII

Innervasi: N sp C I-IV

  M.levator scapulae

Origo: Tuberculae post,proc transversi C I-IV

Insersio: Angulus sup & margo vertebralis scapulae

Innervasi: N.dorsalis scapulae

a. M.semispinalis capitis &servicis

b. M.longisimus capitis&cervisis

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 19/48

c. otot-otot yang menghubungkan V.C I dengan kepala :

M,rectus

M.rectus

M.obliqus

M.obliqus

M.rectus capitis

M.rectus

M.rectus

M.obliqus

M.obliqus

post major

lateralis

anterior

superior

inferior

BAB IIIPENUTUP

Anatomi sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam dunia kesehatan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan agar dengan makalah ini, kita dapat mengetahui tentang anatomi leherdan kepala sesuia dengan tujuan kta daawal tadi, yakni :

- Mengetahui struktur – struktur yang ada pada leher dan kepala

- Mengetahui variasi dalam ukuran, bentuk dan jenis perlekatan otot

- Mengetahui percabangan saraf dan pembuluh – pembuluh darah yang terdapat pada

leher dan kepala

- Mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan – penyimpangan yang terjadi

Dalam penulisan makalah ini, mungkin masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam seg

penulisan maupun materi yang disajikan, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar –  

besarnya, dan penulis mengharapkan kita dapat mengambil manfaat dari makalah ini. Terima

kasih

Otot Kepala dan Leher Otot Kepala 

Otot kepala dapat dikelompokkan menjadi 4 grup utama jika dikaitkan dengan embriologi(ontogeni), penyarafan, dan fungsi (lihat Tabel bawah).

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 20/48

Grup otot Asal penyarafan

1. Otot mastikasi (mengunyah) Arkus faringeus pertama Rami mandibula N.

Trigeminus (NC V)

2. Otot mimik Otot faring dan

palatine

Arkus faringeus keduaArkus

faringeus ketiga dan keempat

N. facialis (NC VII)N.

Glosofaringeus (NC IX) dan

Vagus (NC X)3. Otot laring Otot bola mata

luar

Arkus faringeus keenamSomit

preotic (hipotetik)

N. Vagus (NC X)N.

Oculomotorius (NC III),

Trochlearis (NC IV) dan

Abducent (NC VI)

4. Otot lingualis Somites postotic (Hipotetik) N. Hypogllosus (NC XII)

Kelompok Otot TrigeminalisKelompok otot trigeminalis merupakan kelompok otot yang

disarafi oleh rami mandibularis N. Trigeminus (NC V) atau nervi mandibularis. Otot ini

meliputi otot mastikasi (mengunyah), m. mylohyoideus, dan m. tensor veli palatini pada

langit-langit lunak.Otot mastikasi meliputi:

1.  M. temporalis. Origo luas pada permukaan lateral cranii, dan menguncup menuju

insersio pada processus coronoideus mandibula. Fungsi utamanya menarik rahang

bawah ke atas (gerakan seperti gunting).

2.  M. masseter. Menempati bagian lateral mandibula. Origonya dari daerah maxillaris

kepala dan archus zygomaticus. Insersionya lebar pada mandibula agak di belakang.

Otot ini sering multipenatus yang dipisahkan oleh tendo yang kuat. Arah serabut otot

berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda pula. Sebagian serabut menarik rahang

bawah ke depan, dan lainnya menarik ke belakang. Tetapi fungsi secara umum adalah

menarik rahang bawah ke atas dan ke sisi yang aktif. Saat mastikasi, pada satu waktu,

kontraksinya terbatas pada satu sisi yang aktif saja.3.  M. pterygoideus. Otot ini berada di sisi medial mandibula. Berorigo pada daerah

pterygopalatine kepala menuju medial mandibula. Otot ini terbagi dua yaitu bagian

lateral (kecil) dan bagian medial (lebih besar). Beberapa serabut otot bagian lateral

dilekatkan ke discus articularis, dan berfungsi membantu mengontrol pergerakan

rahang bawah. Tetapi fungsi utama otot pterygoideus adalah mengangkat rahang

bawah dan menarik ke dalam dengan sedikit gerakan ke depan secara bersamaan.

Pada spesies yang membutuhkan gerakan rahang bawah transversus, m. masseter dan

lawannya m. pterygoideus mungkin membentuk satu pasangan fungsional.

4.  M. digastricus. Membuka mulut merupakan fungsi utama m. digastricus, selain

dibantu oleh gaya gravitasi. M. digastricus berjalan dari kepala, melewati bagian

belakang persendian temporomandibularis, menuju angulus mandibula. Otot initersusun ata dua venter. Venter rostralis disarafi oleh rami mandibularis n. trigeminus

atau n. mandibularis, dan venter caudalis disarafi oleh n. facialis. Hal ini

mengindikasikan otot digastricus berasal dari lapisan mesodemis dua arkus faringeus

pertama.

Definisi dan Fungsi Mastikasi 

Definisi mastikasi adalah suatu kompleksitas dari neuromuskular dengan bantuan seluruh

fungsi rahang atas, rahang bawah, bersama-sama dengan temporomandibular, lidah,

Sircumoral muskular, otot-otot mastikasi, dan gigi.

Pemakaian kata fungsi mastikasi yang tepat dalam literatur-literatur sangat kurang bahkan

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 21/48

„fungsi mastikasi‟ sering digantikan dengan kata „kemampuan mengunyah‟, „efisiensi

mengunyah‟, atau „performans mengunyah‟. Carlson mendefinisikan kemampuan

mengunyah sebagai suatu kemampuan individu itu sendiri dalam menilai fungsi mastikasi

mereka. Bates et al mendefinisikan performans mastikasi sebagai suatu ukuran partikel

distribusi makanan pada saat dikunyah.

Adapun fungsi mastikasi adalah memotong dan menggiling makanan, membantu mencerna

sellulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi saliva, mencampur makanan – saliva,

melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut.

B. Proses Mastikasi 

Proses mastikasi merupakan suatu proses gabungan gerak antar dua rahang yang terpisah,

termasuk proses biofisik dan biokimia dari penggunaan bibir, gigi, pipi, lidah, langit-langit

mulut, serta seluruh struktur pembentuk oral, untuk mengunyah makanan dengan tujuanmenyiapkan makan agar dapat ditelan. Lidah berfungsi mencegah tergelincirnya makanan,

mendorong makanan kepermukaan kunyah, membantu mencampur makanan dengan saliva,

memilih makanan yang halus untuk ditelan, membersihkan sisa makanan, membantu proses

bicara dan membantu proses menelan. Pada waktu mengunyah kecepatan sekresi saliva 1.0 –  

1.5 liter/hari, pH 6 – 7.4. Saliva berfungsi mencerna polisakarida, melumatkan makanan,

menetralkan asam dari makanan, melarutkan makanan, melembabkan mulut dan anti bakteri.

Pada proses mastikasi terjadi beberapa stadium antara lain stadium volunter dimana makanan

diletakkan diatas lidah kemudian didorong ke atas dan belakang pada palatum lalu masuk ke

pharynx, di mana hal ini dapat dipengaruhi oleh kemauan. Selanjutnya pada stadium

pharyngeal bolus pada mulut masuk ke pharynx dan merangsang reseptor sehingga timbul

refleks-refleks antara lain terjadi gelombang peristaltik dari otot-otot konstriktor pharynx

sehingga nafas berhenti sejenak. Proses ini sekitar 1 – 2 detik dan tidak dipengaruhi oleh

kemauan. Kemudian pada stadium oesophangeal terjadi gelombang peristaltik primer yang

merupakan lanjutan dari gelombang peristaltik pharynx dan gelombang peristaltik sekunder

yang berasal dari dinding oesophagus sendiri. Proses ini sekitar 5 – 10 detik dan tidak 

dipengaruhi oleh kemauan. Setelah melalui proses ini makanan siap untuk ditelan.

C. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Mastikasi 

1. Kehilangan Gigi 

Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi, manusia tidak dapat mencernamakanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah setiap makanan yang masuk ke dalam mulut

untuk diteruskan ke dalam tubuh manusia, tentunya makanan yang sudah halus. Proses ini

akan berlangsung mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa.

Manfaat utama gigi adalah untuk mengunyah beraneka ragam makanan yang tekstur dan nilai

gizinya berbeda-beda. Dengan terjadinya kehilangan gigi maka menurunlah efisiensi

pengunyahan. Kehilangan gigi merupakan penyebab terbanyak menurunnya fungsi mastikasi,

karena berhubungan erat dengan masalah karies dan penyakit-penyakit periodontal.

Kehilangan gigi tidak selalu memuaskan dengan adanya kompensasi penggantian gigi palsu

karena sering menimbulkan perasaan yang kurang nyaman dari pemakai, sehingga fungsi gigi

belum dapat sepenuhnya digantikan oleh gigi tiruan ditinjau dari segi efektifitas danefisiensinya.

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 22/48

 

Makanan yang dikonsumsi sebelum masuk lebih dalam menuju alat pencernaan harus

melewati mulut. Di rongga mulut ini makanan sudah mulai menjalani proses pencernaan.

Kelancaran pengunyahan makanan di dalam rongga mulut bergantung pada kelengkapan

susunan gigi. Jumlah gigi geligi yang tidak lengkap akan menurunkan keefektifan fungsi

pengunyahan. Belum lagi soal penurunan selera makan yang pada umumnya banyak menghinggapi mereka yang berusia tua. Gangguan fungsi pengunyahan dapat pula

disebabkan karena penurunan fungsi dari lidah, mukosa mulut, otot-otot pengunyah, kelenjar

ludah, dan sistem susunan saraf.

Sekalipun dengan gigi palsu berkualitas baik, penderita edentulisme tetap mengalami

kesulitan dalam mengunyah makanan yang bertekstur keras atau kenyal. Prevalensi

edentulisme di Kanada mencapai 17% pada tahun 1990, dan di Amerika Serikat sekarang

prevalensinya mencapai 9,7% pada kelompok usia 18 tahun ke atas. Prevalensi keadaan ini

meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia, dan 33,1% bangsa Amerika yang

berusia 65 tahun ke atas menderita edentulisme; prevalensi pada kelompok usia inilah yang

paling banyak terserang, dan kelompok usia ini paling banyak menampakkan akibat fisik yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut.

Lebih lanjut, kelompok lansia akan menjadi bagian terbesar dari jumlah total populasi

dikarenakan terus berkembangnya generasi baby boomer dimana angka kelahiran lebih tinggi

daripada angka kematian bayi pada tahun tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 1998

Thompson dan Kreisel meramalkan peningkatan populasi tua di Kanada sebesar 36,5%

hingga pada tahun 2015. Meskipun peningkatan mutu layanan kesehatan beserta peningkatan

dalam hal frekuensi pemanfaatannya belakangan ini telah dapat menurunkan laju

pertambahan jumlah edentulisme, bertambahnya jumlah populasi lansia diperkirakan akan

dapat meningkatkan kebutuhan akan beragam bentuk layanan kesehatan mulut.

2. Penyakit Dalam Rongga Mulut Berbagai macam unsur fisik terlibat dalam proses makan khususnya unsur-unsur dalam

rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, dan tenggorokan; sistem saraf dan otak;

sistem hormonal/endokrin, dan enzim yang berkaitan dengan penerimaan makanan dan

proses metabolisme tubuh.

Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau penyakit pada unsur-unsur organik tersebut, pada

umumnya akan disertai dengan terdapatnya gangguan/kesulitan mengunyah.

Adapun kelainan/penyakit pada gigi geligi dan unsur-unsur lain dalam rongga mulut, yaitu :1. Kelainan bawaan 

Labioschizis (bibir sumbing), frenulum lidah pendek, makroglosia, dll.

2. Penyakit infeksi 

Stomatitis, gingivitis, tonsilitas, dll.

3. Kelainan/Penyakit Neuromuskuler  

Paresis/paralisis lidah dan otot-otot sekitar pharynx dan larynx.

4. Penyakit/kelainan non infeksi 

a) Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :

Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down

b) Penyakit Neuromuskuler :

Palsi serebral

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 23/48

3. Faktor Psikologis Selain karena faktor fisik, masalah gangguan fungsi mastikasi juga disebabkan karena proses

perkembangan selera dan kemampuan makan yang berkembang sejalan dengan

perkembangan organ-organ fisik termasuk sistem pencernaan. Disinilah sering timbul

masalah sulit makan yang kerap kali dibarengi dengan gangguan psikologis.

Gangguan psikologis dapat timbul karena kompleksitas masalah kehidupan yang dihadapi

dan kerap kali terus dipikirkan sehingga mempengaruhi selera makan dan kegiatan

mengunyah pada saat makan. Pada umumnya seseorang dengan gangguan psikologis,

makanan yang mereka telan kurang sempurna pengunyahannya, sehingga sistem

pencernaanlah yang akan memperbaiki pengunyahan makanan yang tidak lengkap dalam

mulut.

MENELAN (DEGLUTASI) DAN GANGGUAN MENELAN

Diposkan oleh Taufik Abidin

oleh: Lalu W.J. Hardi

PENDAHULUAN 

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses

memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut  “ the process of taking food into the 

body through the mouth” . 

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap

organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam

proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal

dan lebih dari 30 pasang otot menelan. 

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke

dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu

terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 

NEUROFISIOLOGI MENELAN 

Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut : (1) pembentukan bolus

makanan dengan bentuk dan konsistensi yang baik, (2) usaha sfingter mencegah

terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan, (3) kerja sama yang baik dari otot-otot di

rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung, (4) mencegah masuknya

bolus makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring, (5) mempercepat masuknya

bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi, (6) usaha untuk membersihkan kembali

esofagus. Proses menelan dapat dibagi dalam tiga fase yaitu :

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 24/48

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esophageal. 

FASE ORAL 

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan

oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan

membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini

berlangsung secara disadari.

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral. 

ORGAN  AFFEREN (sensorik)  EFFEREN (motorik) 

Mandibula  n. V.2 (maksilaris)  n.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoid 

Bibir  n. V.2 (maksilaris)  n.VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum,

m.levator labius oris, m.depresor labius oris,

m. levator anguli oris, m. depressor anguli oris 

Mulut & pipi  n.V.2 (maksilaris)  n.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businator 

Lidah  n.V.3 (lingualis)  n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi,

setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. 

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring

sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m.

palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII). 

Peranan saraf kranial fase oral 

ORGAN  AFFEREN (sensorik)  EFFEREN (motorik) 

Bibir  n. V.2 (mandibularis), n.V.3

(lingualis) 

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

labius oris, m. depressor labius,

m.mentalis 

Mulut & pipi  n. V.2 (mandibularis)  n.VII: m.zigomatikus,levator anguli

oris, m.depressor anguli oris,

m.risorius. m.businator 

Lidah  n.V.3 (lingualis)  n.IX,X,XI : m.palatoglosus 

Uvula  n.V.2 (mandibularis)  n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3

sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut

efferen (motorik).

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 25/48

 

FASE FARINGEAL 

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi : 

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)

berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas

dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis

(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi

m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring

inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan

faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan

dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah

dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu

detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal 

Organ  Afferen  Efferen 

Lidah  n.V.3  n.V :m.milohyoid, m.digastrikus 

n.VII : m.stilohyoid 

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid 

n.XII :m.stiloglosus 

Palatum  n.V.2, n.V.3  n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini 

n.V :m.tensor veli palatini 

Hyoid  n.Laringeus superior

cab internus (n.X) 

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus 

n.VII : m. Stilohioid 

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid 

Nasofaring n.X n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

Faring n.X n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

faring sup, m.konstriktor ffaring med. 

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf. 

Laring  n.rekuren (n.X)  n.IX :m.stilofaring 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 26/48

Esofagus n.X  n.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai

serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen. 

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,

meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter

esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu

pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta

pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai

dengan umur. 

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu : 

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga

lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi

dari m.konstriktor faring. 

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat

terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap

ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh

m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus

bagian superior.

gambar fase oral dan faringeal 

FASE ESOFAGEAL 

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan

turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan : 

Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi

akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 27/48

Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus. 

Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan

gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus. 

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak

peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia

akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang

peristaltik primer. 

PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN 

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :  

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring

langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)

pada trunkus solitarius di bagian dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik

proses menelan) dan nukleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi impuls

motorik ke motor neuron otot yang berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah. 

GANGGUAN DEGLUTASI/MENELAN 

Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan,

yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun

anak-anak. 

Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih

2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas

hidup seseorang. Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga

mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjadi pada kelainan neuromuskular, sumbatan

mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi.

Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia. 

Berdasarkan definisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia

dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau

berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan

atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air,atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya. 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 28/48

 

EVALUASI KLINIK DISFAGIA. 

Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karena : 

Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi : 

Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal

(penekanan dari luar lumen esofagus). 

Kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan korteks

serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.

Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.

Berdasarkan proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi : 

Transfer dysphagia  bila kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan

faringeal. 

Transit dysphagia  bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik

primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. 

Obstructive dysphagia  bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan

esofagus. 

Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi : 

Disfagia gangguan fase oral

Disfagia gangguan fase faringealDisfagia gangguan fase esofageal

Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi : 

Kelainan kongenital (K) 

Inflamasi/radang (R) 

Trauma (T) 

Benda asing (B) 

Neoplasma (N) 

Psikis (P) 

Kelainan endokrin (E)

Kelainan kardio vaskuler (KV) 

Kelainan neurologi/saraf (S) 

Penyakit degeneratif (D) 

Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I) 

ANAMNESIS PENTING. 

Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus). Lama dan progresifitas keluhan disfagia. 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 29/48

Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress

psikis dan fisik). 

keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk, perasaan

mengganjal/menyumbat di tenggorokan.

Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll. 

Penggunaan obat-obat yang mengganggu proses menelan (anastesi,

muskulorelaksan pusat). 

Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan. 

Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya. 

PEMERIKSAAN FISIK PENTING 

Keadaan umum pasien. 

Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.

Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan

spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan

laring)

Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula,

epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.

Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,

pembesaran KGB leher dan trauma. 

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTING 

Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik : 

Penunjang  Kegunaan 

Barium Swallow (Esofagogram)  Menilai anatomi dan fungsi otot faring/esofagus,

deteksi sumbatan o/k tumor, striktur, web, akalasia,

divertikulum 

CT Scan Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada 

MRI  Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif

proses diotak 

Laringoskopi direk Menilai keadaan dan pergerakan otot laring 

Esofagoskopi Menilai lumen esofagus, biopsi 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 30/48

Endoskopi ultrasound  Menilai lesi submukosa 

Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan : 

Penunjang  Kegunaan 

Modified barium swallow  Menilai keadaan kedua sfingter esofagus,

menganalisa transfer dysphagia  

Leksible fiber optic faringoskop  Menilai pergerakan faring dan laring

Video floroscopy recording  Menilai pergerakan faring dan laring

Scintigraphy  Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan

lambung dan GERD (Gastroesophageal refluksdisease) 

EMG  Menilai defisiensi fungsi saraf kranial 

Manometri  Menilai gangguan motilitas peristaltik 

pHmetri 24 jam  Pemeriksaan fefluks esofagitis 

No  Penyakit 

Disfagia 

Etiologi Mekanik  Neurogenik  Psikogenik 

O  F  E  O  F  E  O  F  E 

1  Atresia v/s  K 

2  Fistula

trakeoesofagus v/s  K 

3  Stenosis/web  v/s  K 

4  Divertikulum zenker  v  K 

5  Korpal  v  v  v  B 

6  Disfagia lusoria  v/t  K 

7  Akalasia  v/a  u/k 

8  Spasme difus

esophagus v/s  P 

9  Striktur  v  T/R 

10  Esofagitis  v  R 

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 31/48

11  Karsinoma/tumor v  v  v  v  v  v  N 

12  Globus histerikus  v/s  P 

13  Serebral palsy  v  v  S 

14  GERD  v  P 

DIET MODIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MENELAN 

Teknik modifikasi diet pada pasien dengan gangguan menelan meliputi merubah

bentuk dan suhu makanan berdasarkan pada hasil evaluasi makanan yang ditelan. Liquid 

dapat dikentalkan dengan produk komersial atau makanan lain. Penggunaan makanan lain

seperti cereal bayi, tak berasa gelatin, atau tapioca bisa dirubah secara konsisten dengan

pasien dysphagia yang diperlukan pasien sesuai kebutuhan untuk memenuhi nutrisi dan

hidrasi mereka. Bila prinsip dasar penatalaksanaan gagal untuk menghasilkan kemajuan

dalam dua sampai tiga minggu atau jika pasien mengalami kemunduran setelah

pengembangan dibuat, pertimbangan harus diberikan untuk mengevaluasi kembali dan

menyerahkan selanjutnya untuk intervensi medik. 

Otot

Anatomi: Manusia Otot dari Mastikasi

Dalam tubuh manusia, rahang bawah (juga dikenal sebagai mandibula) terhubung ke tulangtemporal dari tengkorak melalui sambungan rumit yang dikenal sebagai sendi

temporomandibular. Otot-otot pengunyahan mulai dari tengkorak ke rahang bawah, yang

memungkinkan gerakan rahang fleksibel saat mengunyah. Ada empat otot-otot pengunyahan

(Guyton, 1997).

Muscle Otot Location Lokasi Function Fungsi

Masseter Otot masseter otot berisi dua otot tumpang tindih.Kepala superfisial otot berasal

dari batas bawah lengkungan zygomatic (tulang pipi) tengkorak. Sedangkan kepala dalam

otot meningkat dari permukaan bagian dalam lengkungan zygomatic. Kedua ujung kepala ke

ramus dan tubuh mandibula. Serat luas dari otot-otot ini meluas dari lokasi molar kedua padamandibula ke ramus. otot masseter yang dangkal, menengah dan dalam. Mereka

mendapatkan pasokan saraf dari saraf masseteric dan suplai darah dari arteri maksilaris

(cabang terminal dari arteri karotis eksternal. otot masseter bertanggung jawab untuk elevasi

mandibula (ketika mengunyah / menelan / bicara), gerakan lateral mandibula (untuk secara

efektif mengunyah dan menggiling makanan), pencabutan mandibula dan sepihak 

mengunyah. otot masseter juga merupakan otot terkuat dalam tubuh manusia .

Otot temporalis otot temporalis adalah otot besar berbentuk kipas yang meliputi wilayah

temporal dari tengkorak. Otot ini dimulai dari tulang tengkorak parietal dan berakhir dalam

proses koronoideus rahang bawah. Otot temporalis menerima suplai darah dari anterior, arteri

temporal posterior dan dangkal dan menerima suplai saraf dari saraf temporal. Fungsi utamadari otot-otot ini termasuk elevasi dan retraksi dari makanan mandibula dan grinding antara

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 32/48

geraham.

Lateral Pterygoid Otot Lateral otot pterygoid ditemukan sebagai dua kepala,inferior head dan

superior head.inferior head dimulai dari proses pterygoid dan masuk ke rahang bawah.

Superior head dimulai dari tulang sphenoid dan masuk ke dalam disk artikularis. Pterygoid

lateral otot mendapatkan pasokan saraf dari cabang pterygoid saraf trigeminal. Pasokan arteri

berasal dari cabang arteri pterygoid rahang atas. Fungsi dari otot ini adalah untuk menurunkan mandibula dan menonjol ke arah depan untuk membantu dalam pembukaan

rahang.

Medial Pterygoid Otot adalah otot tebal mulai dari piring pterygoid lateral dan tuberositas

rahang atas. Otot tsb masuk ke medial sudut rahang bawah. otot medial pterygoid

mendapatkan pasokan darah dari cabang arteri pterygoid rahang atas. fungsi utama dari otot

ini adalah mengangkat rahang bawah, menutup rahang dan memindahkannya ke samping.

Temporo Mandibular Joint

Sendi Pengunyahan / Mastikasi

Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Mastikasi merupakan hasil koordinasi kompleks

yang melibatkan kegiatan saraf dan otot yang kemudian menggerakkan sendi. Sendi

temporomandibula adalah merupakan sendi pengunyahan. Sendi temporomandibula

merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi temporomandibula

didukung oleh struktur-struktur berikut : Prosesus kondiloideus, ligamen sendi

temporomandibula, suplai darah pada sendi temporomandibula dan persarafan pada sendi

temporomandibula (Guyton, 1997).Persyarafan Sendi Temporomandibula

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting dilakukan oleh nervus

aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis. Saraf 

lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus

bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus

maseterikus merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal

anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk 

ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan

fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada

persarafannya (Guyton, 1997).

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 33/48

 

Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan

rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka

2. Gerak menutup

3. Protrusi

4. Retusi

5. Gerak lateral (Guyton, 1997).

1. Gerak membuka

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripadakekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik 

prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut

posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi

muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus

medialis yang berlangsung cepat dan lancar (Guyton, 1997).

Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga

prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke

belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka

yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus

yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh

muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama

gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang

ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis

(Guyton, 1997).

2. Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus

pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi

protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi

paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus

medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Padagerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan

muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,

sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal (Guyton, 1997).

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan

diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus

lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari

caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput

selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi

mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis

mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan apakah articulatio temporomandibula

merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir denganmenggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 34/48

menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres (Guyton,

1997).

3. Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah

pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh

muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis

dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus

medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus

kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi.

Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan

ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus

ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak 

protrusi ini (Guyton, 1997).

4. Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke

arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus

pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot

pengunyahan akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi

tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula

articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan

yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang

(Guyton, 1997).

5. Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak 

pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi

tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut

posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh

otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus

kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi

serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain

terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,

yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi (Guyton, 1997).

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetapditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi

kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang

horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang „cekat‟, tetapi

melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral,

dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett (Guyton, 1997).

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural

yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila

mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya

celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior (Guyton, 1997).

Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 35/48

• Saraf  

Struktur batang otak dalam control mastikasi

Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan aktivitas

beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang

memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga

terlibat (Dentisha, 2000).

Nukleus Trigeminal Sensorik 

Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas lateral

batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari nucleus ini disebut

nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik utama) dan

sisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke kaudal

menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis (Dentisha, 2000).

Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akan

bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun memasuki

batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral dari

nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus spinaltrigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral meninggalkan

traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada

beberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan

wajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral

(Dentisha, 2000).

Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai akson

yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral nuclei

batang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik.

Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis terdiri

dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiri

dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord, dan

satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi

dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron pada

garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar (Dentisha,2000).

Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi oleh

akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleus

sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebih

rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panjang, dan

lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlah

gelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan

electron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar padanucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer

berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit

sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus (Dentisha, 2000).

Nukleus Trigeminal Mesencefalic

Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan badan

sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam

nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron

mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi cabang perifer dan

sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus

motorik, spinal cord, dan area lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasigelondong otot, ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 36/48

ligament periodontal dibatasi setengah kaudalnya (Dentisha, 2000).

Nukleus Tigeminal Motorik 

Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal motorik.

Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus trigeminal motorik 

terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neuralmendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot-otot mastikasi

dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang berlokasi di

dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedial

nucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi

menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.

Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak 

mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai

mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan

meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang (Dentisha, 2000).

Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grup

motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini terdapatsedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventromedial

nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikro

nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi

(Dentisha, 2000).

Nukleus Hipoglosal Motorik 

Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada nucleus

trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan sebuah

populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar melintasi garis

tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam formasi reticular.

Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleus

secara total (Dentisha, 2000).

Nukleus Fasial Motorik 

Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom medial

dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi

pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di dalam

nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai motoneuron sendiri pada

bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada

kolom sel intermediet. Otot-otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh

motoneuron pada kolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antaramotoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi

yang sama yang mengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial

motorik (Dentisha, 2000).

Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang yang sangat

penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasar oscillatory pergerakan mastikasi

berawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi

pada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan proses

mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan mempengaruhi

system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak penelitian dilakukan, tigahal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap pengontrolan

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 37/48

proses mastikasi (Dentisha, 2000).

Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral, fakta

menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain stem.

Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi adalahadanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang

mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai

generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung

 jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,

mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari

strukur orofacial (Dentisha, 2000).

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak lidah,

facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-

kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila

dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses

penelanan) (Dentisha, 2000).Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw-closing dan

refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung dagu

ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang

akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)

electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan

temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan

menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan

gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input

refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll

dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan

percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi

tidak menghentikan refleks (Dentisha, 2000).

Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan

mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan

inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-

kurangnya satu interneuron bekerja (Dentisha, 2000).

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw-closing

dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme

mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan

input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yang

sesuai dengan input yang terjadi (Dentisha, 2000).Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan aktivitas

itrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-

opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi)

saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak 

hiperpolarisasi saat closing (Dentisha, 2000).

2.2 2.2 Sistem Penelanan

2.2.1 Definisi MenelanMenurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 38/48

makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the

mouth”. (Dentisha, 1990) 

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang

berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini

diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30

pasang otot menelan. (Dentisha, 1990)Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam

lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi

kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. (Dentisha,

1990)

2.2.2 Anatomi Menelan

FARING

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar di bagian atas

dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke

esofagus setinggi vertebra servikal ke VI. Pada bagian atas, faring berhubungan denganrongga hidung melalui koana, pada bagian depan berhubungan dengan mulut melalui istmus

orofaring, sedangkan laring di bawah berhubungan melalui additus laring dan ke bawah

berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang

lebih 14 cm. bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding laring

dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia

bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).

(Jayarasti, 2009)

• Nasofaring (bagian superior), mempunyai tinggi yang sama dengan hidung. Pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

• Orofaring (bagian media), bagian yang sama dengan mulut. Bagian ini berbatas ke depan

sampai di akar lidah.

• Laringofaring (bagian inferior), bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian ini

menghubungkan orofaring dengan laring. (Jayarasti, 2009)

Atap nasopharynx sesuai dengan dasar dari corpus ossis sphenoidalis yang mengandung sinus

sphenoidalis. Batas depan dari nasopharynx adalah choana yang merupakan muara dari

cavum nasi. Dinding belakangnya sesuai dengan vertebra sevikalis I dan II. Batas bawahnya

dibentuk oleh palatum molle dan rongga nasofaring terpisah dari orofaring pada waktu

menelan oleh kontraksi otot-otot palatum malle (m.tensor veli palatini dan m.levator velipalatini) bersama dengan m.constrictor faringis superior.

Nasofaring relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan struktur seperti adenoid,

 jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan ressesus faring yang disebut fossa

Rosenmuller. Kantong Rathke yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis

serebri. Torus tubarius merupakan suatu refleksi mukosa faring, di atas penonjolan kartilago

tuba eustachius, koana, foramen jugulare yeng dilalui oleh n. Glosofaring, n.vagus, dan

n.asecorius spinal saraf cranial dan v. jugularis intema, bagian atas petrosus os temporalis dan

foramen laserum serta muara tuba eustachius. ( Jayarasti, 2009)

LARING

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 39/48

Laring merupakan saluran udara setelah faring. Dalam laring terdapat selaput suara yang

ketegangannya diatur oleh serabut-serabut otot sehingga dapat menghasilkan tinggi

rendahnya nada suara yang diperlukan. Keras lemahnya suara ditentukan oleh aliran udara

yang melewati selaput suara. (Isharmanto, 2009)

Gambar Laring

Anatomi Laring

Laring merupakan jalinan tulang rawan yang di lengkapi dengan otot, membran jaringan ikat

dan ligamentum. Bentuk ini:

1. Di atas: pintu masuk laring yang membentuk tepi epiglottis, lipatan ariepiglotik, arietenoid

dan pita interaritenoid.

2. Di bawah: tepi bawah dari kartilago krikoid.

Tepi yang bebas dari suara asli kiri dan kanan membatasi daerah yang disebut glotis, bagian

atasnya disebut supraglotis dan disebelah bawahnya disebut subglotis. (Gillon, 1991)

1. Tulang rawani. Tidak berpasangan

a. Tiroid

b. Krikoid

c. Epiglotis

ii. Berpasangan

a. Aritenoid

b. Kornikulatum

c. Kuneiformis. (Gillon, 1991)

2. Otot

Intrinsik 

a. Abduktor: muskulus krikoaritenoid posterior

b. Adduktor: Muskulus krikoaritenoid lateral, Muskulus interaritenoid, Muskulus

tiroaritenoid

c. Tensor: Muskulus krikotiroid, Muskulus vokalis

Ekstrinsik 

a. Muskulus stilofaring

b. Muskulus palatofaring

c. Muskulus tirohioid

Gerakan pita suara disebabkan oleh gerakan memutar atau menurun dari aritenoid di kartilagokrikoid yang ditimbulkan oleh otot intrinsik laring. (Gillon, 1991)

3. Serabut saraf 

Motoris: semua otot intrinsik laring di persarafi oleh nervus rekurenslaring kecuali muskulus

krikotiroid yang dipersarafi oleh cabang eksternal nervus laring superior.

Sensoris:

a. Supraglotis: Cabang interna dari nervua laring superior

b. Glotis dan subglotis: nervus rekurens laring. (Gillon, 1991)

Fisiologi laring

Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suaa, namun ternyatamempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi, dan fonasi. Kenyataannya,

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 40/48

secara filogenetik, laring mula-mula berkembang sebagai suatu sfingter yang melindungi

saluran pernapasan, sementara perkembangan suara merupakan peristiwa yang terjadi

belakangan. (Adams,1994)

Perlindungan jalan napas selama aksi menelan terjadi melalui berbagai mekanisme berbeda.

Aditus laringis sendiri tertutup oleh kerja sfingiter dari otot tiroaritenoideus dalam plika

ariepiglotika dan korda vokalis palsu, disamping aduksi korda vokalis sejati dan aritenoidyang ditimbulkan oleh otot intrinsic laring lainnya. Elevasi laring dibawah pangkal lidah

melindungi laring lebih lanjut dengan mendorong epiglottis dan plika ariepiglotika ke bawah

menutup aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral, menjauhi aditus laryngitis dan

masuk ke sinus piriformis, selanjutnya ke introitus esophagi. Relaksasi otot krikofaringeus

yang terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan ke dalam esophagus sehingga tidak 

masuk ke laring. Di samping itu, respirasi juga dihambat selama proses menelan melalui

suatu reflex yang diperantarai reseptor pada mukosa daerah supraglotis. Hal ini mencegah

inhalasi makanan atau saliva. (Adams,1994)

Pada bayi, posisi laring yang lebih tinggi memungkinkan kontak antara epiglottis dengan

permukaan posterior palatum mole. Maka bayi-bayi dapat bernafas selama laktasi tanpa

masuknya makanan ke jalan napas. (Adams,1994)Selama respirasi, tekanan intratoraks dikendalikan oleh berbagai derajat penutupan korda

vokalis sejati. Perubahan tekanan ini membantu system janyung seperti juga ia

mempengaruhi pengisian dan pengosongan jantung dan paru. Selain itu, bentuk korda vokalis

palsu dan sejati memungkinkan laring berfungsi sebagai katup tekanan bila menutup,

memungkinkan peningkatan tekanan intratorakal yang diperlukan untuk tindakan-tindakan

mengejan misalnya mengangkat berat atau defekasi. Palepasan tekanan secara mendadak 

menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan ekspansi alveoli terminal dari paru

dan membersihkan secret atau partikel makanan yang berakhir dalam aditus laringis, selain

semua mekanisme proteksi lain yang disebutkan diatas. (Adams,1994)

Namun, pembentukan suara agaknya merupakan fungsi laring yang paling kompleks dan

paling baik diteliti. Penemuan system pengamatan serat optic dan stroboskop yang dapat

dikoordinasikan dengan frekuensi suara sangat membantu dalam memahami fenomena ini.

Korda vokalis yang teraduksi, kini diduga berfungsi sebagai suatu alat bunyi pasif yang

bergetar akibat udara yang dipaksa antara korda vokalis sebagai akibat kontraksi otot-otot

ekspirasi. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic

laring (dan krokotiroideus) beperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah

bentuk dan masa ujung-ujung bebas korda vokalis sejati dan tegangan korda itu sendiri. Otot

ekstra laring juga dapat ikut berperan. Demikian pula karena posisi laring manusia yang lebih

rendah, maka sebagian faring, di samping rongga hidung dan sinus paranalis dapat

dimanfaatkan untuk perubahan nada yang duhasilkan laring. Semuanya ini dipantau melalui

suatu mekanisme umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu system dalamlaring sendiri yang kurang dimengerti. Sebaliknya, kekerasan suara pada hakikatnya

proporsional dengan tekanan aliran udara sublotis yang menimbulkan gerakan korda vokalis

sejati. Di lain pihak, berbisik diduga terjadi akibat lolosnya udara melalui komisura posterior

di antara aritoneid yang terabduksi tanpa getaran korda vokalis sejati. (Adams,1994)

Tiap penyakit yang mempengaruhi kerja otot intrinsic dan ekstrinsik laring (paralisis saraf,

trauma, pembedahan), atau massa pada korda vokalis sejati (misalnya, paralisis saraf, trauma,

pembedahan), atau massa pada korda vokalis sejati (misalnya, paralisis saraf, trauma,

pembedahan) akan mempengaruhi fungsi laring, akibatnya akan terjadi gangguan menelan

ataupun perubahan suara. (Adams,1994)

2.2.3 Fisiologi Menelan

Mekanisme menelanSetelah makanan masuk ke dalam mulut, biasanya makanan tersebut dikunyah oleh gigi-

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 41/48

geligi dan dicampur dengan saliva. Makanan bergerak bolak balik diantara gigi rahang atas

dan rahang bawah sebagai akibat dari gerakan lidah dan fungsi m.buccinator yang mirip

“trampolin”. Makanan yang sudah terkunyah dan bercampur ini membentuk bolus pada

dorsum linguae dan didorong ke atas dan belakang pada permukaan bawah palatum molle.

Gerakan ini terjadi bila kedua m.styloglossus berkontraksi, menarik radix linguae keatas dan

belakang. Selanjutnya kontraksi m.palatoglossus mendorong bolus ke belakang, ke dalamoropharynx. Proses menelan selanjutnya merupakan gerakan involunter ( Moore, 2002 ).

Saat ini nasopharynx putus hubungannya dengan oropharynx karena elevasi palatum molle,

penarikan dinding posterior pharynx ke depan oleh serabut-serabut atas m. constrictor

pharyngis superior, dan kontraksi m. palatophryngeus ( Moore, 2002 ).

Kemudian larynx dan laryngopharynx ditarik ke atas oleh kontraksi m. stylopharynx,

salphingopharyngeus, thyrohyoideus, dan palatopharyngeus ( Moore, 2002 ).

Dengan demikian bagian utama larynx terdorong ke atas ke permukaan posterior epiglotis

dan aditus laryngis ditutup ( Moore, 2002 ).

Bolus turun ke bawah lewat di atas epiglottis, aditus laryngis yang tertutup, dan akhirnya

mencapai pinggir bawah pharynx sebagai akibat kontraksi berturut-turut dan m. constrictor

pharyngis superior, medius, dan inferior. Sebagai makanan tergelincir lewat alur di kanan dankiri aditus laryngis, yaitu melalui fossa piriformis ( Moore, 2002 ).

Akhirnya serabut-serabut bagian bawah m. constrictor phayngis inferior relaksasi, dan bolus

ke oesophagus ( Moore, 2002 ).

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung

akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada

trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan)

dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot

yg berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah (Indrawati , 2009)

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esophageal.

1 Fase oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh

gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk 

bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara

disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik (Dentisha, 1990)

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

Bibir

Mulut & pipi

Lidah n. V.2 (maksilaris)

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 42/48

 

n. V.2 (maksilaris)

n.V.2 (maksilaris)

n.V.3 (lingualis) N.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoid

n. VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum, m.levator labius oris, m.depresor labius oris, m.

levator anguli oris, m. depressor anguli oris

n.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businator

n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-

otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. (Dentisha, 1990)

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga

menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato

faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir

Mulut & pipi

Lidah

Uvula n. V.2 (mandibularis), n.V.3 (lingualis)

n. V.2 (mandibularis)

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 43/48

n.V.3 (lingualis)

n.V.2 (mandibularis) n. VII : m.orbikularis oris, m.levator labius oris, m. depressor labius,

m.mentalis

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris, m.depressor anguli oris, m.risorius.

m.businator

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut

afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).

(Dentisha, 1990)2 Fase Faringeal

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus)

dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi

menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior

sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis

(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid,

(n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius

(n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan

kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-

otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam

servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan

lebih lama bila menelan makanan padat. (Dentisha, 1990)

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

Palatum

Hyoid

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 44/48

 

Nasofaring

Faring

Laring

Esofagus

n.V.3

n.V.2, n.V.3

n.Laringeus superior cab internus (n.X)

n.X

n.X

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 45/48

 

n.rekuren (n.X)

n.X n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor faring sup, m.konstriktor ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.IX :m.stilofaring

n.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut

afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu

gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian

atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur. (Dentisha, 1990)

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3

depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor

faring.

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibatterangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah

sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor

faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.

(Dentisha, 1990)

3 Fase Esofageal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih

lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi

akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yangmerupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 46/48

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini

bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan

berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.(Dentisha, 1990)

Keseimbangan Udara Saat Proses Menelan

Pada bagian belakang rongga hidung terdapat daerah yang disebut faring (tekak). Faring

merupakan lanjutan dari saluran hidung yang meneruskan udara ke laring. Laring terdiri dari

lempengan-lempengan tulang rawan. Bagian dalam dindingnya digerakkan oleh otot untuk 

menutup serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang menghubungkan

trakea dengan faring. Pada laring juga terdapat selaput suara yang bergetar jika ada yang

melaluinya, jika ada makanan yang masuk ke kerongkongan.

Pada saat menelan, maka kita akan berhenti bernafas sejenak selama 1-2 detik. Pada saat

itulah peran bagian tubuh lainnya berfungsi. Yakni lubang pada telinga (Tuba Auditiva

Eustachius) yang merupakan penghubung antara cavum tympani dan nasopharing. Tuba

Eustachius berfungsi:

1) Menjaga agar tekanan di dalam kavum tympani sama dengan tekanan udara di luar (1atm).

2) Menjamin ventilasi udara di dalam kavum tympani.

3) Selalu tertutup kecuali saat mengunyah dan menelan, sehingga menjadi penyeimbang

udara saat hidung atau mulut berhenti menarik nafas sejenak.

BAB III

CONSEPTUAL MAPING

MAKANAN

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 47/48

ANATOMI RONGGA MULUT

MEKANISME PENGUNYAHAN

ANATOMI PENELANAN

MEKANISME PENELANAN

NORMAL ABNORMAL

AKTIFITAS LAIN,

MISAL BERBICARA

TERSEDAK

BAB IV

PEMBAHASAN

Penelanan merupakan salah satu fungsi stomatognathi. Setelah melalui sistem penguyahan

dalam rongga mulut yang merupakan pencernaan mekanik dibantu oleh gigi geligi dan saliva.

Lidah dan otot terkait mendorong makanan yang halus atau berbentuk bolus kedalam faring

(tenggorokan) dibantu gerakan sendi TMJ. Di organ faring tersebut diawali proses

penelanan.yang normal. Pada stadium pharyngeal terjadi peristiwa bolus yang merangsang

reseptor lalu terjadi gerakan pallatum mole menutup nasopharing, pada saat yang bersamaan

katub epiglotis menutup laring sehingga menyebabkan sphincter pharingoesopageal relaksasi

dan akhirnya terjadi gelombang peristaltic di faring. Proses pernafasan berhenti sejenak dan

berlangsung 1-2 detik. Diteruskan dengan stadium oesophageal yang meneruskan bolus

kearah lambung. Penelanan merupakan suatu proses reflex melibatkan beberapa nervus

cranialis yaitu Nervus V, IX, X dan XII. Pada intinya penelanan yang normal adalah

seimbangnya sistem penguyahan yang dibantu otot penguyahan dengan penutupan katub

epiglotis yang menutup saluran pernafasan sehingga tidak terjadi salah masuk jalan makanan

ke saluran yang lainnya.

Penelanan abnormal atau yang disebut dengan disfagia yaitu keadaan dimana seseorangkesulitan dalam menelan makanan. Kesulitan menelan ada dua tahap pertama, yaitu

melewatkan bolus ke belakang tenggorokan dan tahap mengawali reflex menelan makanan.

Keadaan abnormal ini disebabkan oleh kelainan neuromuscular karena adanya lesi didalam

laringofaring dan esophagus.

Lain halnya dengan tersedak. Pada dasarnya, anatomi sistem pernafasan dan sistem

pencernaan saling berhubungan dan berdekatan. Sistem pernafasan diawali dari Udara yang

melewati hidung selanjutnya akan melewati bagian belakang rongga hidung yang disebut

faring (tenggorokan). Faring merupakan lanjutan dari saluran hidung yang meneruskan udara

ke laring. Faring merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dengan

rongga hidung ke tenggorokan. Bagian dalam dinding laring digerakkan oleh otot untuk 

menutup serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang menghubungkan faringdengan trakea. Pada laring juga terdapat selaput suara yang akan bergetar jika ada udara yang

5/14/2018 Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskeletal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/anatomi-dan-fisiologi-muskuloskeletal 48/48

melaluinya, misalnya pada saat kita berbicara. Laring dapat ditutup oleh katup pangkal

tenggorokan yang disebut epiglotis (anak tekak). Peristiwa tersedak erat kaitannya dengan

kerja epiglotis. kerongkongan akan memipih selama bernapas dan akan membuka ketika ada

makanan yang masuk. Selama menelan, epiglotis menutup bagian atas tenggorokan agar

tidak kemasukan makanan.. Jika kita menelan makanan pada saat epiglotis belum menutup,

maka makanan akan masuk ke tenggorokan dan kita akan tersedak. hal ini dikarenakanaktifitas menelan makanan sambil berbicara atau bercanda,sehingga kerja dari katub epiglotis

tidak sempurna. Tanggapan refleks berupa tersedak tersebut merupakan upaya untuk 

memaksa makanan keluar dari tenggorokan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam proses pengecapan maupun penelanan, merupakan suatu mekanisme kesatuan

terhadap masuknya makanan dalam mulut yang dimana proses penelanan yang normal

meliputi beberapa tahap yang terdiri dari 3 tahap.

Tahap pertama penumpukan makanan yang sudah dikunyah menjadi masa partikel makanan

yang koheren ( bolus ) pada dorsum lingua dan mengalirnya bolus secara sadar dari mulut ke

pharynx. Tahap kedua meliputi aliran reflek atau tak sadar dari makanan melalui pharynx ke

bagian muka oesophagus, tahap penelanan kedua ini berhubungan dengan suspensi sementara

dari pernapasan, penutupan nesopharynx, kontraksi m. constrictor pharynx dan terangkatnya

larynx ( sehingga tahap ini apabila tidak berjalan dengan normal dapat mengakibatkan

tersedak ). Tahap ketiga meliputi pengaliran makanan dari oesophagus ke gaster.5.2 Saran

Dalam proses pengunyahan sebaiknya kita tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu

dalam proses penelanan yang mengakibatkan makanan tidak sempurna masuk ke dalam

gaster . Beberapa contoh dari aktivitas tersebut antara lain tertawa dan berbicara pada saat

kita mengunyah .