ANASTESI.docx
-
Upload
rahmi-rahma-andini -
Category
Documents
-
view
214 -
download
2
Transcript of ANASTESI.docx
I. 2 PETIDIN
Petidin ( meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,
tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia petidin adalah
etil-1metil-fenilpiperidin-4-karboksilat.3
Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor m (mu). Seperti halnya
morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek
sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin,
tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan
dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik. 3, 6
Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut :2
1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.
2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan
asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi
dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin
bentuk asli ditemukan dalam urin.
3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.
4. Seperti morpin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.
5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada
hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak.
6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.
Farmakokinetik
Absorbsi meperidin setelah cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai
dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah pemberian
meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian
penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein.
Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi
asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konyugasi. Meperidin dalam bentuk utuh
1
sangat sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalam urin
dalam bentuk derivat N-demitilasi.
Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra kranial.
Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk kefetus dan
menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.
Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,
meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin
digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk
menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena
menyebabkan depresi nafas pada janin.
Dosis dan sediaan
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral
100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.4, 6
Efek samping
Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat, euforia,
mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan
sedasi.3, 4, 6
III. 3 FENTANIL
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x morfin. Fentanil merupakan opioid
sintetik dari kelompok fenilpiperedin. Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah menembus sawar
jaringan.2, 3, 4
Farmakodinamik
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-125
kali lebih potendibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat
mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin. Fentanil
2
(dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian
disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan
efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan dengan
droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.3, 6
Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan dengan
morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Fentanil dimetabolisir
oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan
lewat urin.6
Indikasi
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya
berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk
pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan
anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung.
Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.4, 6
Efek samping
Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan
pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH,
rennin, aldosteron dan kortisol. 2
Obat terbaru dari golongan fentanil adalah remifentanil, yang dimetabolisir oleh esterase plasma
nonspesifik, yang menghasilkan obat dengan waktu paruh yang singkat, tidak seperti narkotik lain
durasi efeknya relatif tidak tergantung dengan durasi infusinya.4
KESIMPULAN
1. Pengaruh dari berbagai obat golongan opioid sering dibandingkan dengan morfin, dan tidak
semua obat golongan opioid yang dipasarkan di Indonesia. Terbatasnya peredaran obat
tersebut tidak terlepas pada kekhawatiran terjadinya penyalahgunaan obat.
2. Obat golongan obat yang agonis yang sering digunakan didalam anastesia antara lain adalah
morfin, petidin, fentanil.
3
3. Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor
morfin,. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia
untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.
4. Sedangkan berdasarkan kerjanya pada reseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat
digolongkan menjadi ; Agonis opioid, Antagonis opioid, agonis-antagonis (campuran) opioid.
PROPOFOL
( 2,6 – DIISOPROPYL PHENOL )
KIMIA
— Lipofilik alkil fenol
— Senyawa asam sangat lemah
— Tidak larut dalam air
— Bentuk seperti minyak
— Tidak terionsisasi sempurna pada pH fisiologis
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
MEKANISME KERJA
Menghambat transmisi sinaptik reseptor GABAA pada sinaps spinal dan supraspinal
PENGGUNAAN KLINIK
— Dosis : 1,5 – 2,5 mg/kg
Dosis diturunkan pada manula dan premedikasi
— Untuk prosedur bedah singkat
4
— Untuk anestesi maintenance
— Untuk pelengkap analgesia
— Karakteristik unik :
- antiemetik - antikonvulsan
- antipruritus - sifat ansiolitik
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Tensi menurun, tahanan vaskular menurun, HR meningkat
Pernapasan :
Menekan pernapasan à apnea
Lain-lain :
Nyeri tempat suntikan, thrombophlebitis
Gastrointestinal, hepar, ginjal dan SSP
ETOMIDATE
KIMIA
Derivat Imidazol terkarbosilasi
Senyawa basa lemah
Kurang larut dalam air
5
Berikatan dengan albumin plasma
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
MASA KERJA
Inhibisi transmisi sinaptik reseptor GABAA
PENGGUNAAN KLINIS
Dosis : 0,2 – 0,6 mg/kg
Sebagai induksi anestesi pada pasien dgn ggn fungsi ventrikel, tamponade jantung, hipovolemi
Bedah saraf
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Efeknya relatif lemah
Pernapasan :
Sedikit penekanan pada pusat per napasan
Lain-lain :
Nyeri tempat suntikan
Persarafan : fenomena eksitasi
Gastrointestinal, hepar, ginjal, dll
6
BENZODIAZEPIN
KIMIA
Diazepam,Lorazepam, Midazolam
Farmakodinamik sama, Farmakokinetiknya berbeda
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, masa kerja berbeda
Diazepam : kerja panjang ( 0,2 – 0,5 mg/kg/mnt)
Lorazepam : kerja sedang ( 0,8 – 1,8 mg/kg/mnt)
Midazolam : kerja singkat ( 6 – 11 mg/kg/mnt)
Metabolisme di hepar
Fase I : oksidasi mikrosomal
Fase II : konjugasi glukoronida
Diazepam à desmethyldiazepam
à oksazepam
Lorazepam à metabolik inaktif
Midazolam à 1-hydroxymidazolam dan
4-hydroxymidazolam
MEKANISME KERJA
Interaksi pengikatan diazepam dengan reseptor GABAA
7
PENGGUNAAN KLINIS
Premedikasi
Sedasi intravena
Induksi dan maintenance
Terapi antikonvulsi
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Tensi menurun, kardiak output tetap, HR sedikit bervariasi
Pernapasan :
Depresi pernapasan à apnea
Lain-lain :
Pembuluh darah, otot, hepar, ginjal
KETAMIN
KIMIA
Derivat Pensiklidin
Kurang larut dalam air
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
MEKANISME KERJA
8
Penghambatan eksitasi transmisi sinaptik oleh antagonis reseptor N-Metil-D-Aspartase (NMDA)
PENGGUNAAN KLINIS
Keadaan emergensi à dosis dikurangi
Induksi anestesi kondisi khusus
dosis : 0,5 – 2 mg/kg
Bahan pilihan untuk induksi pada pasien tertentu
Dosis subanestesi :
0,2 – 0,5 mg/kg, bolus intermiten
10 – 20 ug/kg/mnt, infus
Sifat menguntungkan
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskular :
Berlawanan dengan obat anestesi intravena yang lain
Pernapasan :
Tidak mudah menekan pernapasan; efek bronkodilator
Merangsang sekresi saliva
Lain-lain:
Mata, SSP, otot, hepar, ginjal, efek psikomimetik
KESIMPULAN
Tidak ada obat anestesi iv yang sangat ideal à dokter harus pandai memilih dan memberi obat
yang tepat
9
Umumnya obat anesteti i.v :
- bersifat lipofilik
- onset cepat, kerja singkat, efek kumulatif, metabolisme di hati
- efek hipotensi, menekan pernapasan, nyeri ditempat suntikan
BARBITURAT
KIMIA
Derivat asam barbiturat :
à asam lemak, kurang larut dalam air
Senyawa asam lipofilik, berikatan dengan plasma albumin
Klasifikasi :
a. Thiobarbitiurat :
- Thiopental
- Thiamylal
b. Oxybarbiturat :
- Methohexital
FARMAKOKINETIK
Onset cepat, kerja singkat
Dosis besar/ berulang :
mekanisme pemulihan lambat
10
MEKANISME KERJA
Menghambat perangsangan transmisi sinaptik
Menghambat pelepasan neurotrasmiter
PENGGUNAAN KLINIS
Dosis induksi (Thiopental) :
dewasa : 2,5 – 4,5 mg/kg
anak : 5 - 6 mg/kg
bayi : 7 - 8 mg/kg
Perlu pengurangan dosis pada kasus tertentu
Dosis premedikasi (Methohexital): 30 mg/kg, rektal à bedah yang lama pada anak BB < 20 kg
FARMAKODINAMIK
Kardiovaskuler :
Hipotensi, kardiak output menurun, HR meningkat, tahanan vaskuler meningkat
Pernapasan :
Menekan pusat pernapasan
Merangsang pengeluaran saliva
Lain- lain :
Nyeri tempat suntikan, thrombophlebitis vena, iritasi/nekrosis jaringan
Ginjal, hepar, gastrointestinal, SSP, depresi neonatal
11
INHALASI
ISOFLURAN
Farmakologi :
SSP : Mendepresi nafas sprt anestesi inhalasi lainnya. Pada dosis anestetik/subanestetik menurunkan laju metabolisme otakterhadap oksigen tetapi meningkatkan CBF dan ICP
KV : Depresi jantung dan pemb.darah minimal dibanding anestesi inhalasi lainnya à digemari untuk anestesia teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner
Otot : Relaksasi cukup baik dan berpotensi dengan relaksan, pada uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan
Hati & ginjal : Tdk hepatotoksik dan nefrotoksik\
Lain : Induksi dan pemulihan lebih cepat
DESFLURAN
Cairan mudah menguap, agak merangsang, jernih.
BM : 168 Da, titik didih 23,5oC
Besifat non-korosif, tidak mudah terbakar
Nilai MAC : 5,6 – 7,25% dalam oksigen
FARMAKOKINETIK
— Potensinya kurang dibanding halotan atau isofluran.
12
— Induksi cepat dicapai, waktu bangun dan pemulihan lebih cepat dari isofluran.
— Dihalogenasi dengan fluorida, tahan terhadap biodegradasi
— Kurang dimetabolisme, efek toksik organ spesifik tidak ada
FARMAKODINAMIK
Efek pada pernapasan :
Iritasi ringan saluran napas, sekresi, batuk, kadang laringospasme.
Apnoe
Efek pada Kardiovaskuler :
Menurunkan resistensi vaskuler sistemik dan tekanan darah arteri rata-rata.
Takikardi
Efek pada CNS :
Depresi kortikal
Supresi aktifitas EEG.
Peningkatan TIK
Delirium.
Efek pada neuromuskuler :
Menekan fungsi neuromuskuler
Meningkatkan kerja pankuronium dan suksametonium
Efek pada Ginjal :
— Tidak nefrotoksik
Efek yang lain :
— Peningkatan jumlah neutrofil
13
— Konsentrasi gula darah meningkat
SEVOFLURAN
— Cairan jernih, volatile, tidak berwarna, bau tidak merangsang
— Berat molekul 200,053 Da, titik didih 58,50C, tekanan uap jenuh 21,3 kPa (160 mmHg) pd suhu 200C
— Kurang stabil dibanding zat volatile sebelumnya
— Jumlah meningkat pada kenaikan suhu, pd suhu 220C diuraikan 6,5% perjam. Setiap peningkatan 10C terjadi peningkatan 1,6%/jam penguraian mencapai 57,4%/jam pd suhu 540C
Farmakokinetik
Koefisien partikel darah/gas 0,60-0,68; koefisien partikel lemak/gas 47-53
Solubilitas darah/gas yg rendah à ketegangan arteri-alveoler, induksi & pemulihan cepat dicapai
Koefisien partisi jaringan lemak/darah sevofluran > drpd desfluran & isofluran tetapi <drpd halotan
Umur tidak berpengaruh pd koefisien partisi zat ini dalam darah/gas
Eliminasi & Metabolisme
Degradasi oleh soda lime, mengalami biodegradasi yg hampir menyerupai enfluran, yg menurunkan eliminasi waktu paruh terminal
Hasil metabolisme primer à alkohol heksafluoroisopropil, CO2 & Ion Florida
Premedikasi dgn etanol atau fenobarbiton untuk menginduksi enzim hati meningkatkan biodegradasi
Toksisitas
14
Premedikasi dgn fenobarbiton pd tikus, pemberian 3% sevofluran dalam O2 2 jam 4 hari terus menerus atau 2,5% sevofluran dalam O2 12 jam à morfologi hati tidak beubah serta serum aminotransferase alanin atau amino transferase aspartat tidak meningkat
Perpanjangan anestesi dgn 1,4% sevofluran dan NO2 pd pasien dgn fungsi hepatorenal normal à peningkatan fluorida inorganik serum >50 umol/l
o Metabolisme minimal pada ginjal à menurunkan resiko nefrotoksisitas (kebalikan dari metoksifluran)
Farmakodinamik
Potensi
MAC + 2 % ( 1,71 – 2,05) dalam O2
Berkurang sampai 0,66 saat diberikan bersama 63,5% NO2
Pernapasan
Tdk menyebabkan breath-holding atau batuk; induksinya cepat & memuaskan
Eliminasi cepat à depresi pernapasan post operatif < Halotan
Efek pd ratio deadspace dgn Tidal volume, deadspace & dilatasi alveolar à sama seperti Halotan
Terjadi bronkodilatasi & relaksasi otot polos bronkiolus yg konstriksi dgn histamin atau asetilkolin à kurang efektif dibanding halotan
o Kardiovaskuler, Efek hampir sama atau melebihi isofluran
Heart Rate lebih lambat à akibat depresi aktifitas simpatik tanpa perubahan aktifitas parasimpatik dan menurun atau menghilangnya respon simpatis terhadap rangsang nyeri
o Menyebabkan depresi (sama seperti Halotan)
o Kontraktilitas miokard (lebih baik dibandingkan halotan)
o Dilatator arteri koroner
o Rasio ekstraksi eksogen miokard & ekstraksi laktat miokard menurun;
menurunkan cadangan aliran koroner (lebih kurang dibandingkan isofluran & halotan)
Aliran darah miokard lebih besar & resistensi aliran lebih kurang dibandingkan halotan
15
Bukan aritmogenik
Telah digunakan pd reseksi feokromositoma pd manusia
SSP
Efek pd aliran darah serebral à konsumsi & TIK menyerupai konsentrasi isofluran yg ekuipoten
Efek EEG berbeda dgn anestesi volatile lain
Tdk ada bukti aktifitas bangkitan EEG atau motorik yg dilaporkan
Tidak menyebabkan peningkatan aliran darah serebral pd bbrp binatang coba à akibat penurunan Tek Darah arteri sisstemik yg menutupi efek vasodilatasi serebral
Neuromuskuler
Pelumpuh otot yg baik, efek potensiasi lebih kuat untuk pankuronium atau vekuronium pada manusia (dibandingkan dengan halotan & enfluran)
Derajat relaksasi yg dihasilkan cukup untuk memudahkan intubasi trachea tanpa fasilitasi oleh pelumpuh otot
Ginjal
Menurunkan aliran darah ginjal & pd pemberian yg lama sebabkan konsentrasi fluorida inorganik plasma dapat melebihi kadar nefrotoksik
Hati
Tdk ada laporan hapatotoksisitas klinis pd manusia
HALOTAN
SIFAT :
Cairan tak berwarna, berbau enak
Tak mudah terbakar dan meledak
16
EFEK :
Efek anelgesia kurang baik
Relaksasinya cukup
Mendepresi pernafasan
Menghambat kerja otot jtg & PD
Aktivitas vagal meningkat => bradikardi
Vasodilatasi serebral, meninggikan CBF yang sulit dikendalikan dgn anestesi hiperventilsi à tidak disukai untuk bedah otak
Sensitisasi jantung thdp katekolamin => Aritmia
Penggunaan berulang => kerusakan hepar
Menghambat kontraksi otot rahim
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, depresi miokard dan inhibisi refleks baroreptor
Menghambat pelepasan insulin, meninggikan kadar gula darah
Keuntungan ;
Bau enak
Tidak menyebabk sekresi
Tidak mengiritasi
Mula kerja cepat
Bronchodilator
17
Mual, muntah minimal
Tidak mudah terbakar
Kerugian ;
Depresi myocard, mudah aritma
Depresi pernapasan
Relaksasi kurang
Relaksasi uterus
Analgetik kurang
Menggigil
Tidak boleh digunakan dengan adrenalin
Hepatitis
PELUMPUH OTOT
1. Pelumpuh Otot Depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin) dan dekametonium. Didalam vena, suksinil kolin dimetabolisme oleh kolinesterase plasma,pseudokolinesterase menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase (prostigmin) dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase.
a. Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)
Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari 10 menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapai neuromuscular junction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan blokade yang memanjang.
18
1) Interaksi obat
a) Kolinesterase inhibitor
Kolinesterase inhibitor memperpanjang fase I block pelumpuh otot depolarisasi dengan 2 mekanisme yaitu dengan menghambat kolinesterase, maka jumlah asetilkolin akan semakin banyak, maka depolarisasi akan meningkatkan depolarisasi. Selain itu, ia juga akan menghambat pseudokolinesterase.
b) Pelumpuh otot nondepolarisasi
Secara umum, dosis kecil dari pelumpuh otot nondepolarisasi merupakan antagonis dari fase I bock pelumpuh otot depolarisasi, karena ia menduduki reseptor asetilkolin sehingga depolarisasi oleh suksinilkolin sebagian dicegah.
2) Dosis
Karena onsetnya yang cepat dan duration of action yang pendek, banyak dokter yang percaya bahwa suksinilkolin masih merupakan pilihan yang baik untu intubasi rutin pada dewasa. Dosis yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg IV.
3) Efek samping dan pertimbangan klinis
Karena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac arrest pada anak dengan miopati tak terdiagnosis, suksinilkolin masih dikontraindikasikan pada penanganan rutin anak dan remaja. Efek samping dari suksinilkolin adalah :
· Nyeri otot pasca pemberian
· Peningkatan tekanan intraokular
· Peningkatan tekakana intrakranial
· Peningkatan tekakanan intragastrik
· Peningkatan kadar kalium plasma
· Aritmia jantung
· Salivasi
· Alergi dan anafilaksis
ATRAKURIUM
Atracurium
19
1) Struktur fisik
Atracurium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang.
2) Dosis
0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi intraoperative 0,25 mg/kg initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif menggantikan bolus.
Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.
Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam suhu 2-8OC, potensinya hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14 hari bila terpapar suhu ruangan.
3) Efek samping dan pertimbangan klinis
Histamine release pada dosis diatas 0,5 mg/kg
Rekuronium
1) Struktur Fisik
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.
2) Metabolisme dan eksresi
Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi tidak terpengaruh oleh kelainan ginjal, tapi diperpanjang oleh kelainan hepar berat dan kehamilan, baik untuk infusan jangka panjang (di ICU). Pasien orang tua menunjukan prolong durasi.
3) Dosis
Potensi lebih kecil dibandingkan relaksant steroid lainnya. 0,45 – 0,9 mg / kg iv untuk intubasi dan 0,15 mg/kg bolus untuk rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat pulih 25 menit setelah intubasi. Im ( 1 mg/kg untuk infant ; 2 mg/kg untuk anak kecil) adekuat pita suara dan paralisis diafragma untuk intubasi. Tapi tidak sampai 3 – 6 menit dapat kembali sampai 1 jam. Untuk drip 5 – 12 mcg/kg/menit. Dapat memanjang pada pasien orang tua.
4) Efek samping dan manifestasi klinis
Onset cepat hampir mendekati suksinilkolin tapi harganya mahal.
20
Diberikan 20 detik sebelum propofol dan thiopental.
Rocuronium (0,1 mg/kg) cepat 90 detik dan efektif untuk prekurasisasi sebelum suksinilkolin. Ada tendensi vagalitik.
OBAT EMERGENCI
MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.-
DOSIS
• Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 – 600 mcg 30 – 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg).
• Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis yang lebih besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg
• Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam melawan penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 – 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg.
• Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan jantung. Dosis untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai lima menit, sampai dosis maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala, dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push, dapat mengulang setiap 3 sampai 5 menit sampai dosis maksimum 3,0 mg
-
INDIKASI
•Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic)
•Mydriasis dan cyclopedia pada mata
•Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi
21
•Mengembalikan bradikardi yang berlebihan
•Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular
•Antidotum untuk keracunan organophosphor
•Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
-
KONTRAINDIKASI
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat
EFEK SAMPING
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.
STATICS
1. S = Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
2. T = Tubes
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang melintang trakea
22
hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff) sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor.Alasan lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput lendir trakea dan postintubation croup.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal tubeumumnya digunakan bila penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun penggunaannasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis kranii.
Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di bawah ini.
Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir
Prematur 2,0-2,5 10 10 cm
Neonatus 2,5-3,5 12 11cm
1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm
½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm
1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm
4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm
6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm
8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm
10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm
12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm
Dewasa wanita 6,5-8,5 28-30 20-24 cm
Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm
*Tersedia dengan atau tanpa cuff
Tabel 1. Pipa Trakea dan peruntukannya
Cara memilih pipa trakea untuk bayi dan anak kecil:
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4,0 + ¼ umur (tahun)
23
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)
Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas, mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah ventilasi, oksigenasi dan pengisapan.
Gambar 4. Pipa endotrakea
Pipa endotrakea terbuat dari material silicon PVC (Polyvinyl Chloride) yang bebas lateks, dilengkapi dengan 15mm konektor standar. Termosensitif untuk melindungi jaringan mukosa dan memungkinkan pertukaran gas, serta struktur radioopak yang memungkinkan perkiraan lokasi pipa secara tepat. Pada tabung didapatkan ukuran dengan jarak setiap 1cm untuk memastikan kedalaman pipa.
Anatomi laring dan rima glotis harus dikenal lebih dulu. Besar pipa trakea disesuaikan dengan besarnya trakea. Besar trakea tergantung pada umur. Pipa endotrakea yang baik untuk seorang pasien adalah yang terbesar yang masih dapat melalui rima glotis tanpa trauma. Pada anak dibawah umur 8 tahun trakea berbentuk corong, karena ada penyempitan di daerah subglotis (makin kecil makin sempit). Oleh karena itu pipa endaotrakeal yang dipakai pada anak, terutama adalah pipa tanpa balon (cuff). Bila dipakai pipa tanpa balon hendaknya dipasang kasa yang ditempatkan di faring di sekeliling pipa tersebut untuk mencegah aspirasi untuk fiksasi dan agar tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. Bila intubasi secara langsung (memakai laringoskop dan melihat rima glotis) tidak berhasil, intubasi dilakukan secara tidak langsung (tanpa melihat trakea) yang juga disebut intubasi tanpa lihat (blind). Cara lain adalah dengan menggunakan laringoskop serat optik
Untuk orang dewasa dan anak diatas 6 tahun dianjurkan untuk memakai pipa dengan balon lunak volume besar tekanan rendah, untuk anak kecil dan bayi pipa tanpa balon lebih baik. Balon sempit volume kecil tekanan tinggi hendaknya tidak dipakai karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa
24
trakea. Pengembangan balon yang terlalu besar dapat dihindari dengan memonitor tekanan dalam balon (yang pada balon lunak besar sama dengan tekanan dinding trakea dan jalan nafas) atau dengan memakai balon tekanan terbatas. Pipa hendaknya dibuat dari plastik yang tidak iritasif.
Berikut ditampilkan berbagai ukuran pipa endotrakea baik dengn atau tanpa cuff. Ukuran penggunaan bervariasi bergantung pada usia pasien. Untuk bayi dan anak kecil pemilihan diameter dalam pipa (mm) = 4 + ¼ umur (tahun).
Pemakaian pipa endotrakea sesudah 7 sampai 10 hari hendaknya dipertimbangkan trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus lebih dini. Pada hari ke-4 timbul kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kondritis bahkan stenosis subglotis.
Kerusakan pada laringotrakea telah jauh berkurang dengan adanya perbaikan balon dan pipa. Jadi trakeostomi pada pasien koma dapat ditunda jika ekstubasi diperkirakan dapat dilakukan dalam waktu 1-2 minggu. Akan tetapi pasien sadar tertentu memerlukan ventilasi intratrakea jangka panjang mungkin merasa lebih nyaman dan diberi kemungkinan untuk mampu berbicara jika trakeotomi dilakukan lebih dini.
3. A = Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menyumbat jalan napas.
4. T = Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
5. I = Introducer
25
Size PLAIN
Size CUFFED
2.5 mm 4.5 mm
3.0 mm 5.0 mm
3.5 mm 5.5 mm
4.0 mm 6.0 mm
4.5 mm 6.5 mm
7.0 mm
7.5 mm
8.0 mm
8.5 mm
9.0 mm
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
6. C = Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag valve mask ataupun peralatan anestesia.
7. S = Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.
26