ANASTESI.docx

30
I. 2 PETIDIN Petidin ( meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia petidin adalah etil-1metil-fenilpiperidin-4- karboksilat. 3 Farmakodinamik Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor m (mu). Seperti halnya morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin, tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik. 3, 6 Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut : 2 1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air. 2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan dalam urin. 3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia. 4. Seperti morpin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan. 5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak. 6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin. Farmakokinetik 1

Transcript of ANASTESI.docx

Page 1: ANASTESI.docx

I. 2 PETIDIN

Petidin ( meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,

tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Secara kimia petidin adalah

etil-1metil-fenilpiperidin-4-karboksilat.3

Farmakodinamik

Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor m (mu). Seperti halnya

morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek

sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin,

tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan

dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik. 3, 6

Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut :2

1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.

2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan

asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi

dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin

bentuk asli ditemukan dalam urin.

3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.

4. Seperti morpin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.

5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada

hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak.

6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.

Farmakokinetik

Absorbsi meperidin setelah cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan

absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai

dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah pemberian

meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian

penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein.

Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi

asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konyugasi. Meperidin dalam bentuk utuh

1

Page 2: ANASTESI.docx

sangat sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalam urin

dalam bentuk derivat N-demitilasi.

Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra kranial.

Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk kefetus dan

menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.

Indikasi

Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,

meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin

digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk

menimbulkan analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena

menyebabkan depresi nafas pada janin.

Dosis dan sediaan

Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75

mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral

100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.4, 6

Efek samping

Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat, euforia,

mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan

sedasi.3, 4, 6

III. 3 FENTANIL

Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x morfin. Fentanil merupakan opioid

sintetik dari kelompok fenilpiperedin. Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah menembus sawar

jaringan.2, 3, 4

Farmakodinamik

Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-125

kali lebih potendibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat

mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin. Fentanil

2

Page 3: ANASTESI.docx

(dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian

disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan

efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan dengan

droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.3, 6

Farmakokinetik

Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan dengan

morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Fentanil dimetabolisir

oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan

lewat urin.6

Indikasi

Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya

berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk

pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan

anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung.

Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.4, 6

Efek samping

Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan

pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH,

rennin, aldosteron dan kortisol. 2

Obat terbaru dari golongan fentanil adalah remifentanil, yang dimetabolisir oleh esterase plasma

nonspesifik, yang menghasilkan obat dengan waktu paruh yang singkat, tidak seperti narkotik lain

durasi efeknya relatif tidak tergantung dengan durasi infusinya.4

KESIMPULAN

1. Pengaruh dari berbagai obat golongan opioid sering dibandingkan dengan morfin, dan tidak

semua obat golongan opioid yang dipasarkan di Indonesia. Terbatasnya peredaran obat

tersebut tidak terlepas pada kekhawatiran terjadinya penyalahgunaan obat.

2. Obat golongan obat yang agonis yang sering digunakan didalam anastesia antara lain adalah

morfin, petidin, fentanil.

3

Page 4: ANASTESI.docx

3. Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor

morfin,. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia

untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.

4. Sedangkan berdasarkan kerjanya pada reseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat

digolongkan menjadi ; Agonis opioid, Antagonis opioid, agonis-antagonis (campuran) opioid.

PROPOFOL

( 2,6 – DIISOPROPYL PHENOL )

KIMIA

— Lipofilik alkil fenol

— Senyawa asam sangat lemah

— Tidak larut dalam air

— Bentuk seperti minyak

— Tidak terionsisasi sempurna pada pH fisiologis

FARMAKOKINETIK

Onset cepat, kerja singkat

MEKANISME KERJA

Menghambat transmisi sinaptik reseptor GABAA pada sinaps spinal dan supraspinal

PENGGUNAAN KLINIK

— Dosis : 1,5 – 2,5 mg/kg

Dosis diturunkan pada manula dan premedikasi

— Untuk prosedur bedah singkat

4

Page 5: ANASTESI.docx

— Untuk anestesi maintenance

— Untuk pelengkap analgesia

— Karakteristik unik :

- antiemetik - antikonvulsan

- antipruritus - sifat ansiolitik

FARMAKODINAMIK

Kardiovaskular :

Tensi menurun, tahanan vaskular menurun, HR meningkat

Pernapasan :

Menekan pernapasan à apnea

Lain-lain :

Nyeri tempat suntikan, thrombophlebitis

Gastrointestinal, hepar, ginjal dan SSP

ETOMIDATE

KIMIA

Derivat Imidazol terkarbosilasi

Senyawa basa lemah

Kurang larut dalam air

5

Page 6: ANASTESI.docx

Berikatan dengan albumin plasma

FARMAKOKINETIK

Onset cepat, kerja singkat

MASA KERJA

Inhibisi transmisi sinaptik reseptor GABAA

PENGGUNAAN KLINIS

Dosis : 0,2 – 0,6 mg/kg

Sebagai induksi anestesi pada pasien dgn ggn fungsi ventrikel, tamponade jantung, hipovolemi

Bedah saraf

FARMAKODINAMIK

Kardiovaskular :

Efeknya relatif lemah

Pernapasan :

Sedikit penekanan pada pusat per napasan

Lain-lain :

Nyeri tempat suntikan

Persarafan : fenomena eksitasi

Gastrointestinal, hepar, ginjal, dll

6

Page 7: ANASTESI.docx

BENZODIAZEPIN

KIMIA

Diazepam,Lorazepam, Midazolam

Farmakodinamik sama, Farmakokinetiknya berbeda

FARMAKOKINETIK

Onset cepat, masa kerja berbeda

Diazepam : kerja panjang ( 0,2 – 0,5 mg/kg/mnt)

Lorazepam : kerja sedang ( 0,8 – 1,8 mg/kg/mnt)

Midazolam : kerja singkat ( 6 – 11 mg/kg/mnt)

Metabolisme di hepar

Fase I : oksidasi mikrosomal

Fase II : konjugasi glukoronida

Diazepam à desmethyldiazepam

à oksazepam

Lorazepam à metabolik inaktif

Midazolam à 1-hydroxymidazolam dan

4-hydroxymidazolam

MEKANISME KERJA

Interaksi pengikatan diazepam dengan reseptor GABAA

7

Page 8: ANASTESI.docx

PENGGUNAAN KLINIS

Premedikasi

Sedasi intravena

Induksi dan maintenance

Terapi antikonvulsi

FARMAKODINAMIK

Kardiovaskular :

Tensi menurun, kardiak output tetap, HR sedikit bervariasi

Pernapasan :

Depresi pernapasan à apnea

Lain-lain :

Pembuluh darah, otot, hepar, ginjal

KETAMIN

KIMIA

Derivat Pensiklidin

Kurang larut dalam air

FARMAKOKINETIK

Onset cepat, kerja singkat

MEKANISME KERJA

8

Page 9: ANASTESI.docx

Penghambatan eksitasi transmisi sinaptik oleh antagonis reseptor N-Metil-D-Aspartase (NMDA)

PENGGUNAAN KLINIS

Keadaan emergensi à dosis dikurangi

Induksi anestesi kondisi khusus

dosis : 0,5 – 2 mg/kg

Bahan pilihan untuk induksi pada pasien tertentu

Dosis subanestesi :

0,2 – 0,5 mg/kg, bolus intermiten

10 – 20 ug/kg/mnt, infus

Sifat menguntungkan

FARMAKODINAMIK

Kardiovaskular :

Berlawanan dengan obat anestesi intravena yang lain

Pernapasan :

Tidak mudah menekan pernapasan; efek bronkodilator

Merangsang sekresi saliva

Lain-lain:

Mata, SSP, otot, hepar, ginjal, efek psikomimetik

KESIMPULAN

Tidak ada obat anestesi iv yang sangat ideal à dokter harus pandai memilih dan memberi obat

yang tepat

9

Page 10: ANASTESI.docx

Umumnya obat anesteti i.v :

- bersifat lipofilik

- onset cepat, kerja singkat, efek kumulatif, metabolisme di hati

- efek hipotensi, menekan pernapasan, nyeri ditempat suntikan

BARBITURAT

KIMIA

Derivat asam barbiturat :

à asam lemak, kurang larut dalam air

Senyawa asam lipofilik, berikatan dengan plasma albumin

Klasifikasi :

a. Thiobarbitiurat :

- Thiopental

- Thiamylal

b. Oxybarbiturat :

- Methohexital

FARMAKOKINETIK

Onset cepat, kerja singkat

Dosis besar/ berulang :

mekanisme pemulihan lambat

10

Page 11: ANASTESI.docx

MEKANISME KERJA

Menghambat perangsangan transmisi sinaptik

Menghambat pelepasan neurotrasmiter

PENGGUNAAN KLINIS

Dosis induksi (Thiopental) :

dewasa : 2,5 – 4,5 mg/kg

anak : 5 - 6 mg/kg

bayi : 7 - 8 mg/kg

Perlu pengurangan dosis pada kasus tertentu

Dosis premedikasi (Methohexital): 30 mg/kg, rektal à bedah yang lama pada anak BB < 20 kg

FARMAKODINAMIK

Kardiovaskuler :

Hipotensi, kardiak output menurun, HR meningkat, tahanan vaskuler meningkat

Pernapasan :

Menekan pusat pernapasan

Merangsang pengeluaran saliva

Lain- lain :

Nyeri tempat suntikan, thrombophlebitis vena, iritasi/nekrosis jaringan

Ginjal, hepar, gastrointestinal, SSP, depresi neonatal

11

Page 12: ANASTESI.docx

INHALASI

ISOFLURAN

Farmakologi :

SSP : Mendepresi nafas sprt anestesi inhalasi lainnya. Pada dosis anestetik/subanestetik menurunkan laju metabolisme otakterhadap oksigen tetapi meningkatkan CBF dan ICP

KV : Depresi jantung dan pemb.darah minimal dibanding anestesi inhalasi lainnya à digemari untuk anestesia teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner

Otot : Relaksasi cukup baik dan berpotensi dengan relaksan, pada uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan

Hati & ginjal : Tdk hepatotoksik dan nefrotoksik\

Lain : Induksi dan pemulihan lebih cepat

DESFLURAN

Cairan mudah menguap, agak merangsang, jernih.

BM : 168 Da, titik didih 23,5oC

Besifat non-korosif, tidak mudah terbakar

Nilai MAC : 5,6 – 7,25% dalam oksigen

FARMAKOKINETIK

— Potensinya kurang dibanding halotan atau isofluran.

12

Page 13: ANASTESI.docx

— Induksi cepat dicapai, waktu bangun dan pemulihan lebih cepat dari isofluran.

— Dihalogenasi dengan fluorida, tahan terhadap biodegradasi

— Kurang dimetabolisme, efek toksik organ spesifik tidak ada

FARMAKODINAMIK

Efek pada pernapasan :

Iritasi ringan saluran napas, sekresi, batuk, kadang laringospasme.

Apnoe

Efek pada Kardiovaskuler :

Menurunkan resistensi vaskuler sistemik dan tekanan darah arteri rata-rata.

Takikardi

Efek pada CNS :

Depresi kortikal

Supresi aktifitas EEG.

Peningkatan TIK

Delirium.

Efek pada neuromuskuler :

Menekan fungsi neuromuskuler

Meningkatkan kerja pankuronium dan suksametonium

Efek pada Ginjal :

— Tidak nefrotoksik

Efek yang lain :

— Peningkatan jumlah neutrofil

13

Page 14: ANASTESI.docx

— Konsentrasi gula darah meningkat

SEVOFLURAN

— Cairan jernih, volatile, tidak berwarna, bau tidak merangsang

— Berat molekul 200,053 Da, titik didih 58,50C, tekanan uap jenuh 21,3 kPa (160 mmHg) pd suhu 200C

— Kurang stabil dibanding zat volatile sebelumnya

— Jumlah meningkat pada kenaikan suhu, pd suhu 220C diuraikan 6,5% perjam. Setiap peningkatan 10C terjadi peningkatan 1,6%/jam penguraian mencapai 57,4%/jam pd suhu 540C

Farmakokinetik

Koefisien partikel darah/gas 0,60-0,68; koefisien partikel lemak/gas 47-53

Solubilitas darah/gas yg rendah à ketegangan arteri-alveoler, induksi & pemulihan cepat dicapai

Koefisien partisi jaringan lemak/darah sevofluran > drpd desfluran & isofluran tetapi <drpd halotan

Umur tidak berpengaruh pd koefisien partisi zat ini dalam darah/gas

Eliminasi & Metabolisme

Degradasi oleh soda lime, mengalami biodegradasi yg hampir menyerupai enfluran, yg menurunkan eliminasi waktu paruh terminal

Hasil metabolisme primer à alkohol heksafluoroisopropil, CO2 & Ion Florida

Premedikasi dgn etanol atau fenobarbiton untuk menginduksi enzim hati meningkatkan biodegradasi

Toksisitas

14

Page 15: ANASTESI.docx

Premedikasi dgn fenobarbiton pd tikus, pemberian 3% sevofluran dalam O2 2 jam 4 hari terus menerus atau 2,5% sevofluran dalam O2 12 jam à morfologi hati tidak beubah serta serum aminotransferase alanin atau amino transferase aspartat tidak meningkat

Perpanjangan anestesi dgn 1,4% sevofluran dan NO2 pd pasien dgn fungsi hepatorenal normal à peningkatan fluorida inorganik serum >50 umol/l

o Metabolisme minimal pada ginjal à menurunkan resiko nefrotoksisitas (kebalikan dari metoksifluran)

Farmakodinamik

Potensi

MAC + 2 % ( 1,71 – 2,05) dalam O2

Berkurang sampai 0,66 saat diberikan bersama 63,5% NO2

Pernapasan

Tdk menyebabkan breath-holding atau batuk; induksinya cepat & memuaskan

Eliminasi cepat à depresi pernapasan post operatif < Halotan

Efek pd ratio deadspace dgn Tidal volume, deadspace & dilatasi alveolar à sama seperti Halotan

Terjadi bronkodilatasi & relaksasi otot polos bronkiolus yg konstriksi dgn histamin atau asetilkolin à kurang efektif dibanding halotan

o Kardiovaskuler, Efek hampir sama atau melebihi isofluran

Heart Rate lebih lambat à akibat depresi aktifitas simpatik tanpa perubahan aktifitas parasimpatik dan menurun atau menghilangnya respon simpatis terhadap rangsang nyeri

o Menyebabkan depresi (sama seperti Halotan)

o Kontraktilitas miokard (lebih baik dibandingkan halotan)

o Dilatator arteri koroner

o Rasio ekstraksi eksogen miokard & ekstraksi laktat miokard menurun;

menurunkan cadangan aliran koroner (lebih kurang dibandingkan isofluran & halotan)

Aliran darah miokard lebih besar & resistensi aliran lebih kurang dibandingkan halotan

15

Page 16: ANASTESI.docx

Bukan aritmogenik

Telah digunakan pd reseksi feokromositoma pd manusia

SSP

Efek pd aliran darah serebral à konsumsi & TIK menyerupai konsentrasi isofluran yg ekuipoten

Efek EEG berbeda dgn anestesi volatile lain

Tdk ada bukti aktifitas bangkitan EEG atau motorik yg dilaporkan

Tidak menyebabkan peningkatan aliran darah serebral pd bbrp binatang coba à akibat penurunan Tek Darah arteri sisstemik yg menutupi efek vasodilatasi serebral

Neuromuskuler

Pelumpuh otot yg baik, efek potensiasi lebih kuat untuk pankuronium atau vekuronium pada manusia (dibandingkan dengan halotan & enfluran)

Derajat relaksasi yg dihasilkan cukup untuk memudahkan intubasi trachea tanpa fasilitasi oleh pelumpuh otot

Ginjal

Menurunkan aliran darah ginjal & pd pemberian yg lama sebabkan konsentrasi fluorida inorganik plasma dapat melebihi kadar nefrotoksik

Hati

Tdk ada laporan hapatotoksisitas klinis pd manusia

HALOTAN

SIFAT :

Cairan tak berwarna, berbau enak

Tak mudah terbakar dan meledak

16

Page 17: ANASTESI.docx

EFEK :

Efek anelgesia kurang baik

Relaksasinya cukup

Mendepresi pernafasan

Menghambat kerja otot jtg & PD

Aktivitas vagal meningkat => bradikardi

Vasodilatasi serebral, meninggikan CBF yang sulit dikendalikan dgn anestesi hiperventilsi à tidak disukai untuk bedah otak

Sensitisasi jantung thdp katekolamin => Aritmia

Penggunaan berulang => kerusakan hepar

Menghambat kontraksi otot rahim

Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, depresi miokard dan inhibisi refleks baroreptor

Menghambat pelepasan insulin, meninggikan kadar gula darah

Keuntungan ;

Bau enak

Tidak menyebabk sekresi

Tidak mengiritasi

Mula kerja cepat

Bronchodilator

17

Page 18: ANASTESI.docx

Mual, muntah minimal

Tidak mudah terbakar

Kerugian ;

Depresi myocard, mudah aritma

Depresi pernapasan

Relaksasi kurang

Relaksasi uterus

Analgetik kurang

Menggigil

Tidak boleh digunakan dengan adrenalin

Hepatitis

PELUMPUH OTOT

1. Pelumpuh Otot Depolarisasi

Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah suksinilkolin (diasetil-kolin) dan dekametonium. Didalam vena, suksinil kolin dimetabolisme oleh kolinesterase plasma,pseudokolinesterase menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase (prostigmin) dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase.

a. Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)

Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung. obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of action yang pendek (kurang dari 10 menit). Ketika suksinilkolin memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang mencapai neuromuscular junction. Duration of action akan memanjang pada dosis besar atau dengan metabolisme abnormal, seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase. Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang menyebabkan blokade yang memanjang.

18

Page 19: ANASTESI.docx

1) Interaksi obat

a) Kolinesterase inhibitor

Kolinesterase inhibitor memperpanjang fase I block pelumpuh otot depolarisasi dengan 2 mekanisme yaitu dengan menghambat kolinesterase, maka jumlah asetilkolin akan semakin banyak, maka depolarisasi akan meningkatkan depolarisasi. Selain itu, ia juga akan menghambat pseudokolinesterase.

b) Pelumpuh otot nondepolarisasi

Secara umum, dosis kecil dari pelumpuh otot nondepolarisasi merupakan antagonis dari fase I bock pelumpuh otot depolarisasi, karena ia menduduki reseptor asetilkolin sehingga depolarisasi oleh suksinilkolin sebagian dicegah.

2) Dosis

Karena onsetnya yang cepat dan duration of action yang pendek, banyak dokter yang percaya bahwa suksinilkolin masih merupakan pilihan yang baik untu intubasi rutin pada dewasa. Dosis yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg IV.

3) Efek samping dan pertimbangan klinis

Karena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac arrest pada anak dengan miopati tak terdiagnosis, suksinilkolin masih dikontraindikasikan pada penanganan rutin anak dan remaja. Efek samping dari suksinilkolin adalah :

· Nyeri otot pasca pemberian

· Peningkatan tekanan intraokular

· Peningkatan tekakana intrakranial

· Peningkatan tekakanan intragastrik

· Peningkatan kadar kalium plasma

· Aritmia jantung

· Salivasi

· Alergi dan anafilaksis

ATRAKURIUM

Atracurium

19

Page 20: ANASTESI.docx

1) Struktur fisik

Atracurium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang.

2) Dosis

0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi intraoperative 0,25 mg/kg initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif menggantikan bolus.

Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.

Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam suhu 2-8OC, potensinya hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14 hari bila terpapar suhu ruangan.

3) Efek samping dan pertimbangan klinis

Histamine release pada dosis diatas 0,5 mg/kg

Rekuronium

1) Struktur Fisik

Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.

2) Metabolisme dan eksresi

Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi tidak terpengaruh oleh kelainan ginjal, tapi diperpanjang oleh kelainan hepar berat dan kehamilan, baik untuk infusan jangka panjang (di ICU). Pasien orang tua menunjukan prolong durasi.

3) Dosis

Potensi lebih kecil dibandingkan relaksant steroid lainnya. 0,45 – 0,9 mg / kg iv untuk intubasi dan 0,15 mg/kg bolus untuk rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat pulih 25 menit setelah intubasi. Im ( 1 mg/kg untuk infant ; 2 mg/kg untuk anak kecil) adekuat pita suara dan paralisis diafragma untuk intubasi. Tapi tidak sampai 3 – 6 menit dapat kembali sampai 1 jam. Untuk drip 5 – 12 mcg/kg/menit. Dapat memanjang pada pasien orang tua.

4) Efek samping dan manifestasi klinis

Onset cepat hampir mendekati suksinilkolin tapi harganya mahal.

20

Page 21: ANASTESI.docx

Diberikan 20 detik sebelum propofol dan thiopental.

Rocuronium (0,1 mg/kg) cepat 90 detik dan efektif untuk prekurasisasi sebelum suksinilkolin. Ada tendensi vagalitik.

OBAT EMERGENCI

MEKANISME KERJA

Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.-

DOSIS

• Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 – 600 mcg 30 – 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg).

• Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis yang lebih besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg

• Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam melawan penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 – 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg.

• Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan jantung. Dosis untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai lima menit, sampai dosis maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala, dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push, dapat mengulang setiap 3 sampai 5 menit sampai dosis maksimum 3,0 mg

-

INDIKASI

•Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic)

•Mydriasis dan cyclopedia pada mata

•Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi

21

Page 22: ANASTESI.docx

•Mengembalikan bradikardi yang berlebihan

•Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular

•Antidotum untuk keracunan organophosphor

•Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).

-

KONTRAINDIKASI

Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat

EFEK SAMPING

Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.

STATICS

1. S = Scope

Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:

a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.

b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.

Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.

2. T = Tubes

Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang melintang trakea

22

Page 23: ANASTESI.docx

hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff) sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor.Alasan lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput lendir trakea dan postintubation croup.

Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal tubeumumnya digunakan bila penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun penggunaannasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis kranii.

Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di bawah ini.

Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir

Prematur 2,0-2,5 10 10 cm

Neonatus 2,5-3,5 12 11cm

1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm

½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm

1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm

4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm

6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm

8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm

10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm

12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm

Dewasa wanita 6,5-8,5 28-30 20-24 cm

Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm

*Tersedia dengan atau tanpa cuff

Tabel 1. Pipa Trakea dan peruntukannya

Cara memilih pipa trakea untuk bayi dan anak kecil:

Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4,0 + ¼ umur (tahun)

23

Page 24: ANASTESI.docx

Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)

Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)

Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas, mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah ventilasi, oksigenasi dan pengisapan.

Gambar 4. Pipa endotrakea

Pipa endotrakea terbuat dari material silicon PVC (Polyvinyl Chloride) yang bebas lateks, dilengkapi dengan 15mm konektor standar. Termosensitif untuk melindungi jaringan mukosa dan memungkinkan pertukaran gas, serta struktur radioopak yang memungkinkan perkiraan lokasi pipa secara tepat. Pada tabung didapatkan ukuran dengan jarak setiap 1cm untuk memastikan kedalaman pipa.

Anatomi laring dan rima glotis harus dikenal lebih dulu. Besar pipa trakea disesuaikan dengan besarnya trakea. Besar trakea tergantung pada umur. Pipa endotrakea yang baik untuk seorang pasien adalah yang terbesar yang masih dapat melalui rima glotis tanpa trauma. Pada anak dibawah umur 8 tahun trakea berbentuk corong, karena ada penyempitan di daerah subglotis (makin kecil makin sempit). Oleh karena itu pipa endaotrakeal yang dipakai pada anak, terutama adalah pipa tanpa balon (cuff). Bila dipakai pipa tanpa balon hendaknya dipasang kasa yang ditempatkan di faring di sekeliling pipa tersebut untuk mencegah aspirasi untuk fiksasi dan agar tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. Bila intubasi secara langsung (memakai laringoskop dan melihat rima glotis) tidak berhasil, intubasi dilakukan secara tidak langsung (tanpa melihat trakea) yang juga disebut intubasi tanpa lihat (blind). Cara lain adalah dengan menggunakan laringoskop serat optik

Untuk orang dewasa dan anak diatas 6 tahun dianjurkan untuk memakai pipa dengan balon lunak volume besar tekanan rendah, untuk anak kecil dan bayi pipa tanpa balon lebih baik. Balon sempit volume kecil tekanan tinggi hendaknya tidak dipakai karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa

24

Page 25: ANASTESI.docx

trakea. Pengembangan balon yang terlalu besar dapat dihindari dengan memonitor tekanan dalam balon (yang pada balon lunak besar sama dengan tekanan dinding trakea dan jalan nafas) atau dengan memakai balon tekanan terbatas. Pipa hendaknya dibuat dari plastik yang tidak iritasif.

Berikut ditampilkan berbagai ukuran pipa endotrakea baik dengn atau tanpa cuff. Ukuran penggunaan bervariasi bergantung pada usia pasien. Untuk bayi dan anak kecil pemilihan diameter dalam pipa (mm) = 4 + ¼ umur (tahun).

Pemakaian pipa endotrakea sesudah 7 sampai 10 hari hendaknya dipertimbangkan trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus lebih dini. Pada hari ke-4 timbul kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kondritis bahkan stenosis subglotis.

Kerusakan pada laringotrakea telah jauh berkurang dengan adanya perbaikan balon dan pipa. Jadi trakeostomi pada pasien koma dapat ditunda jika ekstubasi diperkirakan dapat dilakukan dalam waktu 1-2 minggu. Akan tetapi pasien sadar tertentu memerlukan ventilasi intratrakea jangka panjang mungkin merasa lebih nyaman dan diberi kemungkinan untuk mampu berbicara jika trakeotomi dilakukan lebih dini.

3. A = Airway

Airway yang dimaksud adalah alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menyumbat jalan napas.

4. T = Tape

Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

5. I = Introducer

25

Size PLAIN

Size CUFFED

2.5 mm 4.5 mm

3.0 mm 5.0 mm

3.5 mm 5.5 mm

4.0 mm 6.0 mm

4.5 mm 6.5 mm

7.0 mm

7.5 mm

8.0 mm

8.5 mm

9.0 mm

Page 26: ANASTESI.docx

Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

6. C = Connector

Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag valve mask ataupun peralatan anestesia.

7. S = Suction

Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.

26