ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

133
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI PULAU G JAKARTA UTARA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT) TESIS Oleh : 157005070/HK Ivana Novrinda Rambe PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Page 1: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI PULAU G JAKARTA UTARA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (STUDI PUTUSAN

NOMOR: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT)

TESIS

Oleh :

157005070/HK Ivana Novrinda Rambe

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI PULAU G JAKARTA UTARA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (STUDI PUTUSAN

NOMOR: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatra Utara

Oleh :

157005070/HK Ivana Novrinda Rambe

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Telah diuji Pada Tanggal : 25 Agustus 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H

Anggota : 1. Prof. Syamsul Arifin, SH., M.H

: 2. Dr. Sutiarnoto, SH., M.Hum

: 3. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum

: 4. Dr. Affila, SH., M.Hum

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ivana Novrinda Rambe

Nomor Pokok : 157005070

Program Studi : Magister Ilmu Hukum FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN

REKLAMASI PULAU G JAKARTA UTARA

BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN INDONESIA (STUDI PUTUSAN

NOMOR: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut plagiat karna

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberikan sanksi apapun oleh Program

Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya

tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, Yang membuat Pernyataan

Nama : Ivana Novrinda Rambe

NIM : 157005070

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

ABSTRAK

Reklamasi merupakan salah satu pembangunan yang merupakan usaha dan/atau kegiatan penimbunan tanah yang dilakukan di pinggiran sungai maupun laut. Reklamasi pantai diatur dalam Peraturan presiden nomor 122 tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah-wilayah pesisir dan Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juncto Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan Pasal 34 ayat (1). Kawasan hasil reklamasi pantai dimanfaatkan pada umumnya untuk kwawasan pertaninan, pemukiman, perindustrian, pertokoan dan bisnis sehingga reklamasi pantai diperbolehkan. Namun terdapat permasalahan Surat Keputusan Gubernur nomor 2238 tahun 2014 tanggal 23 Desember tentang izin pelaksanaan reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta yang ditentang beberapa elemen masyarakat karena merasa dirugikan sehingga menggugat keputusan tersebut ke pengadilan tata usaha Negara.

Permasalahan dalam penelitian, bagaimana pengaturan reklamasi pantai utara Jakarta, bagaimana perlindungan hukum terhadap dampak reklamasi pantai, bagaimana ertimbangan hakim keputusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT. Tesis ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris yang bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan data primer berupa wawancara dan data sekunder yaitu bahan hukum primber berupa Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta Peraturan Presiden nomor 122 tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah-wilayah pesisir, Keputusan Presiden nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, dan tersier berupa kamus umum, kamus hukum serta data primer berupa wawancara secara langsung. Hasil penelitian, berdasarkan Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bahwa reklamasi yang berada di wilayah pesisir diatur dengan peraturan Presiden sehingga dalam wilayah DKI Jakarta berlaku Keputusan Presiden nomor 52 tahun 1995tentang Reklamasi Pantai Utara Jakartabahwa wewenang dan tanggung jawab reklamasi pantai utara Jakarta berada pada gubernur kepala daerah khusus ibukota Jakarta. Perlindungan hukum terhadap masyarakat yang terkena dampak lingkungan adalah upaya dari pemerintah untuk melibatkan nelayan dalam pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup. Pertimbangan hakim terhadap pembatalan reklamasi pantai Pulau G berdasarkan putusan nomor nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT bahwa keputusan Gubernur DKI tentan izin pelaksanaan reklamasi pantai Pulau G DKI Jakarta telah melanggar Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 dimana keputusan Gubernur DKI Jakarta tidak sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 122 tahun 2012 yaitu tidak memiliki RZWP-3K.

Kata Kunci: Perlindungan, Izin Reklamasi Pantai, Jakarta Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

ABSTRACT

One development which is closely related to living environment is Reclamation. It is a development effort and/ or activity to reclaim land at the river bank or seashore. It is stipulated in the Presidential Regulation No. 122/2012 on Reclamation at the Coastal Areas, the Law No. 27/2007 on the Management of Coastal Areas and Small Islands in conjunction with the Law No. 1/2014 on the Management of Coastal Areas and Small Islands and Article 34 paragraph (1). The reclaimed areas are used for agriculture, housing, industry, shopping center or business, and tourism resorts. This has led reclamation to be permitted. However, there are some problems arising in the establishment license of reclamation; namely the Decree of Governor No. 2238/2014 dated December 23, which is the license for reclamation of Pulau G in Teluk Jakarta. It is resisted by some elements of the society because it has caused them some loss. It resulted in a claim against the ruling to the State Administrative Court in the Decree No.193/G/LH/2015/PTUN-JKT. This thesis employed the empirical normative legal research with descriptive analysis. It uses secondary data i.e. primary legal material such as the Law No. 27/2007 on the Management of Coastal Areas and Small Islands in conjunction with the Law No. 1/2014 on the Management of Coastal Areas and Small Islands and the Presidential Regulation No. 122/2012 on the Reclamation at the Coastal Areas, the secondary legal material such as books, and tertiary legal materials such as general dictionary, legal dictionary and the primary data such as interview and questionnaires. The legal protection for the society against the environmental impact is the government’s effort to involve fishermen to make decisions of the living environment feasibility. In addition, the legal protection for the society is that the environment license is revocable, it can be claimed civilly the accountability according to the mistake which is proved by the society, and it can be claimed civilly when violating the penal provisions of living environment. The Judge’s consideration for the revocation of the seashore reclamation at Pulau G was based on the Decree of the Governor of DKI Jakarta No. 32/2009 wchish stated that the Governor’s Decree of DKI Jakarta on the seashore reclamation license at Pulau G, DKI Jakarta has vilated the Law No. 32/2009 because the Governor’s Decree did not involve the society who suffer from its impacts. The Governor’s Decree is not in line with the Presidential Regulation NO. 122/2012 that it does not have RZWP-3-K. Keywords: Protection, Seashore Reclamation License, North Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat, hidayah, karunia, dan ridho-Nya lah

akhirnya penulis mampu menyelesaikan tesis serta pendidikan di sekolah Pasca

Sarjana Ilmu Hukum Universitasn Sumatera Utara.

Tiada henti-hentinya penulis selalu mengucapkan rasa syukur kepada Allah

S.W.T, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi

dan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaksanaan

Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara (Studi Putusan Nomor:

193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”serta shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada

Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa manusia dari zaman Jahiliah ke zaman

Islamiah, sehingga manusia dapat mengenal kebaikan, dapat membedakan mana yang

benar dan mana yang salah, serta mengajarkan manusia untuk mengenal Allah sang

pencipta kehidupan dan kematian.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan

tesis ini.

Pada kesempatan ini, tidak lupa dengan segala hormat penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang yang telah

berjasa tiada batasnya yang selalu mencurahkan kasih dan sayang tanpa pamrih,

mensuport tanpa imbalan dan henti-hentinya, membantu tanpa mengharapkan balasan,

berjuang dalam mendidik, membimbing, dan menyemangati tanpa batas adalah orang

tua penulis yaitu : dr.H. Muharram Syah Rambe Sp.Bdan Hj. Elly Erinda Siregar

dan kepada suami penulis yaitu dr. Martua Mardia, M(Ked)(Ped), sertaa bang-

abang dan kakak kandung penulis yaitu :

Faisal Haris Rambe, SE, MM.,dr. Rizky Mellysa Rambe, dr. M. Bob Muharly,

SpB penulis ucapkan jutaan terimakasih kepada orang tua, suami, abang dan kakak

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

penulis, semoga setiap amalan kebaikan yang penulis lakukan juga dicatatkan untuk

kedua orang tua, suami, abang dan kakak penulis, Aamiin ya rabbal Alamin.

Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini juga tiada kesempurnaan tanpa

adanya bimbingan, masukan, kritikan dan arahan-arahan para pembimbing dan para

penguji, dan oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada

para pembimbing, yakni Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H., selaku ketua komisi

pembimbing, Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH., M.H, selaku anggota komisi

pembimbing, dan Bapak Dr. Sutiarnoto, SH., M.Hum, selaku anggota komisi

pembimbing, serta para penguji yaitu

Bapak Dr.Jelly Leviza,SH., M.Hum.,serta Ibu Dr. Affila, SH., M.Hum.,selaku

dosen penguji tesis.

Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih juga kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, Selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Para Professor dan Guru Besar serta Staff Pengajar dan juga kepada seluruh

Karyawan Biro Administrasi Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara terutama Kak Ria, Kak Yani dan Kak Fitri.

6. Kepada teman-teman berkumpul dan berdiskusi seperjuangan terkasih,

terutama :

• Yessi Kurina Arjani Manik, SH • Novi Darmawaty, SH • Desky Muji Setyo, SH • Christy Ginting, SH

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Dan teman-teman Pasca Sarjana Ilmu Hukum Kelas Paralel B, Jurusan

HAN, Bisnis dan Pidana,dan teman-teman seperjuangan stambuk 2015

lainnya.

7. Kepada orang-orang yang tidak tersebut namanya diatas yang selalu

mendukung dan mendoakan saya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan harapan penulis, semoga tesis ini

dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan berguna baik bagi

penulis, dunia Akademik, dan seluruh pihak yang berkaitan dengan bidang Hukum

Lingkungan.

Medan, Februari 2018

Ivana Novrinda Rambe

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 14

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 15

E. Keaslian Penelitian.................................................................................... 16

F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsi................................................. 16

1. Kerangka Teori........................................................................................ 16

2. Landasan Konsepsi.................................................................................. 24

G. Metode Penelitian...................................................................................... 25

1. Jenis dan Sifat Penelitian...................................................................... 26

2. Sumber Data Penelitian.............................................................................. 26

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data........................................................ 28

4. Analisis Data ......................................................................................... 28

BAB II Analisis Perizinan Reklamasi Pantai Jakarta Utara ................... 30

A. Pengaturan Reklamasi Pantai .................................................................. 30

1. Pengaturan Pengelolaan wilayah Pesisirberdasarkan Undang-Undang nomor

27 tahun 2007 tentang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil........................................................................................................ 34

2. Pengaturan Pedoman PerencanaanReklamasi Pantai dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum nomor 40/prt/m/2007 Tentang Pedoman Perencanaan Tata

Ruang Reklamasi Pantai ........................................................................... 45

B. Pengaturan Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan lingkungan hidupTerhadap PencegahanDampak Negatif Reklamasi

Terhadap Pencemaran Lingkungan .................................................................... 45

1. Baku Mutu Lingkungan ............................................................................... 50

2. AMDAL ....................................................................................................... 53

3. Audit Lingkungan ........................................................................................ 57

C. Perizinan Reklamasi Pantai Jakarta Utara ...................................................... 59

1. Administrasi Hukum Lingkungan ............................................................... 59

2. Perizinan Reklamasi Pantai ......................................................................... 63

3. Analisis Perizinan Reklamasi Pantai Jakarta Utara...................................... 68

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB III Perlindungan Hukum Dampak Negatif Reklamasi Pantai Terhadap Masyarakat................................................................................................................... 70

A. Reklamasi Pantai Pulau G berdasarkan Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT............................................................................................................................. 70

1. Dampak Positif Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara..................................... 77

2. Dampak Negatif Reklamasi PantaiPulau G Jakarta Utara ..................................... 78

B. Pengelolaan Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu ............................................. 80 C. Perlindungan Hukum Reklamasi terhadap Masyarakat .......................................... 84

BAB IV Pertimbangan Hakim TerhadapPembatalanReklamasiPantai Pulau G DKI Jakarta berdasarkan Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT…….......................................................................................................................... 95 A. Pelaksanaan Perizinan Reklamasi Pantai di jakarta utara ....................................... 95

B. PerizinanReklamasi Pantai Pulau G DKI Jakarta berdasarkan Putusan Nomor

193/G/LH/2015/PTUN-JKT ..................................................................................... 102

C. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Pembatalan Reklamasi Pantai Pulau G

putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUNJKT.............................................................. 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 113

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 113

B. Saran ............................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 117

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran Hukum Lingkungan manusia sebagaimana ditetapkan dalam Deklarasi

Stockholm 1972 di Swedia yang melahirkan prinsip pengelolaan lingkungan hidup

sehingga hukum lingkungan muncul dalam setiap negara. Hukum lingkungan

merupakan suatu jenis hukum yang memiliki ciri khusus dalam wujud sebagai

“Hukum Berorientasikan Lingkungan” sebagai hukum yang berorientasi kepada

“Lingkungan yang sifat dan Hakekatnya adalah Utuh Menyeluruh”.1Dasar hukum

mengenai lingkungan hidup terdapat pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.Pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup perlu diikuti tindakan berupa pelestarian sumber daya

alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum seperti tercantum dalam Undang-

Undang 1945.2

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup secara jelas dan tegas dalam menguasai dan menggunakan

lingkungan hidup berkut sumberdayanya, bahwa negara wajib melindungi lingkungan

hidup agar bumi, air, dan kekayaan alam tetap terjaga. Dengan demikian berarti,

bahwa negara wajib melindungi/menjaga lingkungan hidup sehingga rakyat menjadi

makmur. Namun terdapat masalah-masalah dalam lingkungan hidup. Pengundulan

1 Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia (Medan: Softmedia, 2012 ), hlm. 1.

2 Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 13.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

hutan, lahan kritis, menipisnya lapiran ozon, pemanasan global tumpahan minyak di

laut, ikan mati di sungai karena zat-zat kimia, dan punahnya species tertetnu adalah

beberapa contoh masalah masalah lingkungan hidup. Dalam literatur masalah-masalah

lingkungan dapat dikelompokkan kedalam tiga bentuk, yaitu pencemaran lingkungan,

pemanfaatan lahan secara salah, dan pengurasan atau habisnya sumber daya alam.

Akan tetapi jika dari perspektif hukum yang berlaku di indonesia masalah-masalah

lingkungan hanya dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yakni pencemaran lingkungan

daan perusakan lingkungan hidup.3 Untuk mewujdkan lingkungan hidup yang baik

harus selalu menjaga kualitas lingkungan hidup. Dampak negatif jika terjadinya

menurunnya kualitas lingkungan hidup karena terjadinya pencemaran atau terkurasnya

sumber daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan,

menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi, dan terganggunya sistem alami.4 Untuk

mewujudkan lingkungan hidup yang baik Moestadji menyimpulkan :5

1. Sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara bijaksana agar dapat memberikan

manfaat secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.

2. Pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan dengan tetap melestarikan

kemampuan lingkungan hidup sehingga generasi mendatang tetap mempuai

pilihan penggunaan bagi upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu hidupnya.

3 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Hidup (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm. 1. 4 Richard Stewart, Enviromental Law And Policy (New York: The Bob Meriil, 1978), hlm. 3-5. 5 Moestadji, Undang-Undang Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(Jakarta: Kursus dasar-dasar mengenai dampak lingkungan ke VII, 1987), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

3. Generasi sekarang memikul kewajiban terhadap generasi mendatang, bahwa

generasi mendatang akta tetap mempunyai sumber dan penunjang hidupnya

yang sejahtera dengan mutu yang setinggi-tingginya.

Namun Pertentangan kepentingan pembangungan dengan lingkungan hidup tidak

dapat dihindarkan. Pembangunan yang bertentangan dengan lingkungan hidup tetap

berjalan terus karena demi untuk kemakmuran dan kesejateraan masyarakat sehingga

lingkungan hidup dapat rusak. Sehingga merusak ekosistem Alam. Sebagai contoh “

air hujan kemudian tertahan oleh akar-akar pohon kemudian kemudian sebagian

mengalir ke sungai kemudian dimanfaatkan oleh manusia, binatang tumbuh-tumbuhan

kemudian sisanya mengalir ke laut kemudian naik ke udara oleh panas matahari

kemudian seterlah berproses jatuh lagi ke bumi sebagai air hujan.6 Jika ada yang

menebang pohon dengan seenaknya maka akan merusak ekosistem sehingga maka

akan timbul erosi dan banjir. Ditambah lagi jika terjadi setelah di tebang pohon

potongan tersebut dibiarkan maka akan banjir yang membawa potongan-potongan

pohon tersebut yang jika mengalir ke arah lingkungan manusia bisa mengakibatkan

korban jiwa.Maka dapat dilihat bahwa lingkungan harus dikelola dengan

baik.Ekosistem sangat berkaitan dengan manusia, contoh lain :7

“Zoolog terkenal Darwin tahun 1853 melihat suatu phenomenda di eropa barat bahwa disalah satu daerah disana, tampak adanya korelasi antara manusia dengan tanaman dan ternaknya. Dia menyaksikan bahwa pada saat didaerah tersebut banyak wanita-wanita yang tidak kawin, maka seolah-seolah “otomatis” tanaman redclover tumbuh dengan subunya dan ternak-ternak yang dipelihara mereka gemuk-gemuk. Darwin yakin hal terebut bukan suatu kebetulan, maka darwin melakukan penelitian yang

6 Soemarwoto, Pengolahan Lingukungan (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1989) 7 Amsyari, Prinsip-Prinsip masalah pencemaran Lingkungan (Jakarta: Ghalia, 1981), hlm. 32-

33.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

terbukti dia menemukan kaitan-kaitan yang selanjutnya disebut ikatan-ikatan ekologis. Sebagai berikut: “Sejenis lebah tertentum yakni dinamakan “Bumble-bees” adalah satu-satunya binatang yang mau mengisap sari bungajenis redclover. Bumble-bees tadi sarangnya amat disukai oleh tikus ladang, sehingga tikus ladang sering merusaknya. Dan tikus ladang ini pun mempunyai musuh utama yakni kucing. Ikatan-ikatan ekologis ini ditemukan berbentuk sebagai berikut: bahwa di daerah perkampungan dimana banyak terdapat wanita yang tidak kawin, mereka pada umumnya memelihara banyak kucing. Hal ini mengakibatkannya jumlah tikus ladang berkurang karena dimusuhi kucing, sehingga bumble-bees menjadi banyak sekali karena sarangnya tidak diganggu tikus. Akhirnya, tanaman redclover juga menjadi berkembang biak dengan suburnya, dan ternakpun ikut gemuk karena redclover ini ternyata makan sehat untuk ternak tersebut.”

Akan tetapi, Negara harus tetap menggunakan kekuasaan untuk memberikan

perlindungan terhadap lingkungan dan pembangunan untuk meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat tetap berlanjut.

Sehingga terdapat pemenuhan yang harus di penuhi dalam pengelolaan

lingkungan, yaitu: 8

1. Hukum Berencana (Rampenrecht);

2. Hukum Kesehatan Lingkungan (Milieuygienerecht);

3. Hukum tentang Sumberdaya Alam (Recht betreffende natuurlijkerijkdommen)

atau hukum konservasi (Natural Resources Law);

4. Hukum tentang pembagian pemakaian ruang (Recht betreffende de verdeling

van het ruimtegebruik) atau hukum tata ruang;

5. Hukum Perlindungan Linkungan (Millieubeschermingsrecht).

8 Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Dalam Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia(Surabaya: Desertasi, 1986), hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Reklamasi merupakan salah satu pembangunan yang merupakan kegiatan penimbunan

tanah yang dilakukan di pinggiran sungai maupun laut yang memberikan yang dapat

memberi dampak negatif, seperti :

1. Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah menjadi daratan.

2. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainnya rawan tenggelam. Setidaknya, air asin laut yang naik ke daratan membuat banyak tanaman yang mati, mematikan area persawahan dari fungsi untuk bercocok tanam. Hal ini banyak terjadi di wilayah pedesaan pinggir pantai.

3. Akibat sejenis dari point kedua di atas adalah cepatnya peninggian muka air di lokal luar areal lahan reklamasi juga rawan tenggelam karena air hujan yang semestinya cepat sampai ke laut menjadi tertahan oleh daratan reklamasi sehingga juga mengalami banjir perkampungan pantai.

4. Rusaknya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu. Apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat memengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet Bumi secara signifikanan.

Pengertian lingkungan hidup menurut pendapat beberapa para ahli, yaitu :

Emil Salim9

Danusaputro

, memberikan pendapat bahwa lingkungan hidup diartikan segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatang ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia, seperti, faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial, dan lain-lain.

10

Soemarwoto

, mengemukakan bahwa lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya. Yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

11

9 Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Mutiara, 1980), hlm.14. 10 Danusaputro,Hukum Lingkungan (Bandung: litera, 1978), hlm. 65. 11 Soemarwoto, Pengolahan Lingkungan (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1989), hlm. 30

, berpendapat bahwa lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teori ruang itu tidak terbatas jumlahnya, namun secara praktis kita selalu memberi batas pada ruang lingkungan itu. Menurut kebutuhan dapat ditentukan oleh faktor alam, seperti jurang, sungai atau laut, faktor ekonomi, faktor politik atau faktor lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan hidup adalah semua

hal dan segala hal yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan yang

terdapat di dalam ruang yang manusia tempati.

Namun para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini atas 3 (tiga) golongan,

yaitu:12

a. Lingkungan fisik (physical environment), yaitu lingkungan untuk terselenggaranya perikehidupan atau biosphere, mempunyai wadah yang dinamakan lingkungan hidup (wadah perikehidupan). Wadah perikehidupan, dapat berupa alam fisik (jasmani) yang terdiri dari alam bendawi atau alam meterial, dan juga termasuk istilah dunia dalam arti bola bumi, karena bola bumi adalah dimana perikehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tersenggara, disebut sebagai lingkungan hidup jasmani (physucak environment). Lingkungan hidup fisik (jasmani) mencakup dan meluputi semua dan seluruh unsur dan faktor fisik jasmani yang terdapat dalam alam.

b. Lingkungan biologis (biological environment), yaitu segala sesuatu yang

berada di sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain dari manusia sendiri, hewan, tumbuh-tumbuhan, jasad renik (plankton) dan lain-lain.

c. Lingkungan buatan (social environment), yaitu lingkungan buatan disebut juga “lingkungan hidup sosial” adalah merupakan pantulan dari sifat sosial tiap-tiap makhluk hidup, khususnya manusia. Dimana dalam perikehidupannnya menghasilkan budidaya yang disebut kebudayaan (culture). Oleh karena kebudayaan itu hasil karya manusia(man made environment). Kebudayaan yang bendawi dan rohani. Dengan makin tinggi tingkat daya budi manusia, sehingga semakin tinggi pula taraf dan kualitas perdabannya. Dalam pengertian inilah kebudayaan itu dapat ditafsirkan sebagai mutu hidup (quility of life) manusia. Untuk meningkatkan mutu hidup. Manusia senantiasa membangun kebudayaan adalah tuntutan mutlak bagi pertumbuhan kebudayaan adalah tuntutan mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia.

Lingkungan hidup tidak mengenal batas wilayah administratif atau negara. kalau

lingkungan hidup itu dikaitkan dengan perlindungan dan pengelolaannya, maka harus

12 Syamsul arifin, Op. Cit., hlm. 47

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

jelas batas wilayah perlindungan dan pengelolaannya, lingkungan hidup indonesia

menurut konsep kewilayahan merupakan suatu pengertian hukum oleh karena itu

kawasan nusantara merupakan lingkungan hidup indonesia.13

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 menggariskan bahwa pola pembangunan

Indonesia dalam konteks Pengelolaan lingkungan hidup adalah pembangunan

berkelanjutan.

Berdasarkan banyaknya

pulau membentuk wilayah Negara Republik Indonesia yang disebut sebagai Negara

Kepulauan (Archipelago State).

14

1. Memberikan kemungkinan kepada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan

fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung;

Pembangunan yang berkelanjutan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

2. Memanfaatkan sumber alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaan mampu

menghasilkannya secara lestari;

3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang

secara bersama-sama baik di daerah dan kurun waktu yang sama maupun di daerah

dan kurun waktu yang berbeda secara sambung menyambung;

4. meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok

sumber alam dan melindungi serta mendukung perikehidupan secara terus

menerus;

13Ibid, Hlm. 63. 14 Masrudi Muchtar, Sistem Peradilan Pidana di Bidan Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta, 2015), hlm. 75.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestairan fungsi dan

kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan baik masa kini maupun

masa yang akan datang.15

Peraturan mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara

konstitusional bertumpu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Implementasi dari UUD 1945 adalah

konsep hak menguasai negara atas sumber daya alam dalam pengelolaan lingkungan

hidup berdasarkan Pasal 33 ayat (3) adalah dengan dikeluarkannya UndangUndang

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UUPLH) Sebagai Undang-Undang organik, maka konsep hak menguasai negara atas

sumber daya alam dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam Undang-Undang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup lebih operasional dibandingkan

dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Pasal 1 ayat (1) UU 32 tahun 2009 merumuskan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya sistematis dan terpadu

yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

perncemaran dan.atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perncanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

16

Bahwa Terdapat 35 konsep yang relvean dengan pengelolaan lingkungan hidup

adalam Undang-Undang nomo 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, yaitu: 1. Lingkungan hidup, 2. Perlindungan dan pengelolaan

15 Ibid. 16Ibid, hlm. 99

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

lingkungan hidup, 3. Pembangunan berkelanjutan, 4. Rencana perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, 5. Ekosistem, 6. Pelestarian fungsi lingkungan hidup,

7. Daya dukung 8. Lingkungan hidup, 9. Daya tampung lingkungan hidup, 10. Sumber

daya alam, 11. Kajian lingkungan hidup strategis, 12. Analisis mengenai dampak

lingkungan hidup, 13. Upaya pengelolaan lingkungan hidup, 14. Upaya pemanfaatan

lingkungan hidup, 15. Baku mutu lingkungan hidup, 16. Pencemaran lingkungan

hidup, 17. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, 18. Perusakan lingkungan hidup,

19. Kerusakan lingkungan hidup, 20. Konservasi sumber daya alam, 21. Perubahan

iklim, 22. Limbah, bahan berbahaya dan beracun, 23. Limbah bahan berbahaya dan

beracun, 24. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, 25. Dampak

lingkungan hidup, 26. Organisasi lingkungan hidup, 27. Audit lingkungna hidup, 28.

Ekoregion, 29. Kearifan lokal, 30. Masyarakat hukum adat, 31. Orang, 32.instrumen

ekonomi lingkungan hidup, 33. Ancaman serius, 34. Izin lingkungan, 35. Izin usaha.17

Konsekuensi yuridis adanya wewenang pengaturan oleh negara dalam

pengelolaan lingkungan, maka pemerintah wajib menetapkan kebijakan nasional

pengelolaan lingkungan hidup. Untuk menjamin terlaksananya pembangunan

berkelanjutan pemerintah daerah harus memfasilitasi terciptanya good environmental

governance, yang bercirikan 7 golden rules sebagai berikut :

18

1. Pemerintah daerah harus secara proaktif menerjemahkan dan melaksanakan peraturan perUndang-Undangan lingkungan, baik yang dikelurakn oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah provinsi melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan daerah;

17Takdir, Op.Cit., hlm. 56. 18 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

hlm. 18-19.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

2. Dalam melaksanakan pembangunan demi mencapai target PAD, pemerintah daerah harus menyadari tentang keterbatasan daya dukung ekosistem dan keberlanjutan;

3. Pemerintah harus menjamin pemberdayaan masyarakat, baik dalam peraturan daerah maupun dalam pengambilan keputusan yang berkatian dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam dalam rangka menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan. Untuk keperluan ini, pemerintah aharus menjamin partisipasi masyarakat dan akses terhadap informasi;

4. Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan melalui transparansi dalam pembuatan keputusan tentang pengelolaan lingkungan hidup;

5. Pemerintah daerah harus menjamin hak masyarakat adat dan setempat dalam tindakannya untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam;

6. Pemerintah daerah harus menjamin dan mengoordinasikan harmonisasi kepentingan atara satu sektor dengan sektor lainnya;

7. Pemerintah daerah harus secara proaktif menegakkan hukum dan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009, ditetapkan bahwa perlindungan dan

pengelolaan dilaksanakan berdasarkan 14 (empat belas) asas, yaitu:

1. Asas tanggung jawab negara, adalah a). Negara menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan. b). Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. c). Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2. Asas kelestarian dan keberlanjutan, adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

3. Asas keserasian dan keseimbangan adalah pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan, serta pelesttarian ekosistem,

4. Asas keterpaduan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan degan memadukan berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait,

5. Asas manfaat adalah bahwa segala usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejateraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya,

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

6. Kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan atau kegiatan akrena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,

7. Asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup harus mencermikankan keadilan secara proporsional bagi setia warganegara,baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender,

8. Asas ekoregion adalah bahwa perlindungan dan pengellaan lingkungan hidup harus memperhatikan kakterisitik sumberdaya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan local,

9. Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumberdaya alam hayati yang terdiri dari atas sumberdaya alam nabati dan sumberdaya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati disekitar secara keseluruhan membentuk ekosistem,

10. Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggungjawab yang usaha dan/atau kegiatan menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan,

11. Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung,

12. Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat,

13. Asas tata kelola pemerintahan yang baik adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiawi oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan,

14. Asas otonomi daerah adalah bahwa pemerintah dan pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai negara kesatuan republik indonesia.

Ke-14 (empat belas) Asas tersebut mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, Asas tersebut harus ditaati oleh negara maupun warganegara demi

perlindungan lingkungan hidup di indonesia. Dan tujuan UU nomor 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah melindungi wilayah

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

negara kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup.19

Namun walaupun reklamasi itu memberikan dampak negatif terhadap lingkungan

hidup namun tetap memberikan kesempatan untuk melakukan reklamasi, reklamasi

tetap diperbolehkan di Negara Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

juncto Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil, yaitu PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah

suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah,

antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat danPasal 34 ayat (1) ,yaitu Reklamasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat

dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil ditinjau dari aspek teknis,

lingkungan, dan sosial ekonomi. Kawasan hasil reklamasi biasanya dimanfaatkan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut suatau kebijakan

nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan

secara taat asas dan konsekuensi dari pusat sampai. Untuk itu maka sejak awal

perencanaan kegiatan sudah ahrus memperkirakan perubahan zona lingkungan akibat

pembentukan suatu kondisi yang merugikan sebagai akibat diselenggarakan

pembangunan.

19Ibid, hlm. 101

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

untuk kawasan pertanian, pemukiman, perindustrian, pertokoan atau bisnis, dan obyek

wisata. Hal inilah yang menyebabkan reklamasi diperbolehkan.

Namun terdapat permasalahan dalam Izin Pendirian Reklamasi pantai Pulau G di

Teluk Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 2238 Tahun 2014 tanggal 23

Desember. Yang ditentang beberapa elemen masyarakat karena merasa dirugikan.

Sehingga menggugat keputusan tersebut ke pengadilan tata usaha negara. Pada

akhirnya Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT membatalkan izin reklamasi

pantai Pulau G di Teluk Jakarta. Dilihat dari perkembangan hukum,dalam penelitian

dengan masalah peraturan dan perizinan reklamasi yang diberikan yang melandasi

seluruh masalah yang dapat timbul kedepannya, termasuk perlindungan terhadap

lingkungan hidup dan pertanggungjawaban hukum atas lingkungan hidup yang

melakukan reklamasi.Serta pertimbangan hakim dalam membatalkan izin reklamasi

pantai. Dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Terhadap Pelaksanaan

Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara (Studi Putusan Nomor:

193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan

pokok dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturanperizininan reklamasi pantai Jakarta Utara?

2. Bagiamana perlindungan hukum dampak negatif reklamasi pantai terhadap

masyarakat ?

3. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap pembatalan reklamasi pantai pulau G

putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian dalam tesis ini

yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Pelaksanaan Reklamasi Pantai Pulau G

Jakarta Utara (Studi Putusan Nomor: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaturan perizininan reklamasi pantai berdasarkan

ketentuan di Indonesia.

2. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap dampak reklamasi pantai

3. Untuk menganalisispertimbangan hakim terhadap pembatalan reklamasi pantai

pulau G putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT .

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini dan

tujuan yang hendak dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan

manfaat, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi serta pemahaman

bagi ilmu dan pandangan baru mengenai Kedudukan Reklamasi dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis, Penelitian diharapkan dapat memberikan jawaban atas

permasalahan yang diteliti dan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait

dan pembentuk Undang-Undang untuk dapat menjadi masukan bagi pihak-

pihak terkait dan pembentuk Undang-Undang untuk dapat memberi

perlindungan hukum bagi lingkungan serta untuk pelaksanaan reklamasi.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan data yang ada penelurusan dan pemeriksaan serta hasil-hasil judul

yang ada apada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian tesis mengenai

“Analisis Yuridis Terhadap Pelaksanaan Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta

Utara (Studi Putusan Nomor: 193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”belum pernah

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

dilakukan dalam permasalahan dan objek penelitian yang sama. Namun dalam

penelitian sebelumnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara diketahui ada beberapa peneliti yang mengangkat topik

yang fokus utamanya mengenai “Analisis Yuridis Terhadap Pelaksanaan

Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara (Studi Putusan Nomor:

193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”. Berdasarkan hasil penulusuran tersebut, objek

kajian dalam penelitian ini merupakan suatu permasalahan yang belum tersentuh

secara komprehensif dalam suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya, penelitian ini

merupakan suatu yang yang baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yang

jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini tidak lain adalah merupakan implikasi

etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga hasil penelitian ini diharapkan

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori menempati kedudukan yang penting sebagai saran untuk merangkum

serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar

dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara

bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan

mensistematisasikan masalah yang dibicarakannya.20

20 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2000), hlm. 253.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep.21Kerangka teori atau landasan teori adalah kerangka

pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, teori, tesis mengenai suatu kasus atau

permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan,

pegangan teoriti, yang mungkin disetujui atau tidak disetujuinya, yang dijadikan

masukan eksternal dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.22

Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam

penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

bahkan menurut meraka kedua perangkat tersebut merupakan unsur yang sangat

penting.

23

1) Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak diboleh dilakukan.

Teori yang digunakan sebagi pisau analisis dalam menguraikan rumusan

permsalahan yang ada dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum, Teori

Keadilan danPerlindungan Hukum.

a). Teori Kepastian Hukum

Teori Kepastian hukum bagi pihak yang bersengketa. Teori Kepastian

hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu:

21 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hlm. 19. 22 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian (Bandung: CV. Mandar Madju, 1994), hlm. 80. 23 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penilitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat

(Jakarta: Raja Grafindo Persada,, 2003 ), hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

2) Berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah

karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara

terhadap Individu. Kepastian Hukum bukan hanya berupa pasal-pasal

dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan

hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hukum lainnya

untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.24

Dalam bukunya Inleiding Tot DE Studie Van Het Nederlandse Recht,

Apeldoorn mengatakan bahwa:

“Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai

dan adil. Untuk menciptakan kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat

yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang

bertentangan satu sama yang lain, dan setiap orang harus memperoleh (sedapat

mungkin) apa yang menjadi haknya.”25

24Peter Mahmud Marzuki, Pengatar Ilmu Hukum (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), hlm. 158.

25 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 57.

Kepastian hukum merupakan suatu hal yang hanya bisa dipandang

secara normatif bukan sosiologis. Kepastian hukum normatif adalah ketika

suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara

jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan

(multitafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dan tidak

bertentangan dengan norma lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Hans Kelsen melalui teori hukum murninya juga menekankan kepastian

hukum. Kepastian ini penting karena hukum menjadi satu-satunya alat untuk

menilai dan mengontrol secara tegas perilaku setiap anggota masyarakat.

Tanpa ketegasan hak dan kepentingan warga negara dipertaruhkan.26

Kepastian dalam hukum tercapai kalau hukum itu sebanyak-banyaknya hukum

dalam Undang-Undang itu tidak ada ketentuan-ketentuan yang bertentangan,

Undang-Undang itu dibuat berdasarkan kenyataan hukum (rechtswerkelijheid)

dan bahwa dalam Undang-Undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang

dapat ditafsirkan berlain-lain.

27

Menurut Satjipto Rahardjo, Kepastian hukum adalah “Sicherkeit Des Rechts

Selbst” (kepastian mengenai hukum itu sendiri). Ada 4 (empat) hal yang erat

kaitannya dengan makna kepastian hukum.

Kepastian hukum dapat diwujudkan dengan cara melaksanakan hukum yang

berlaku pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau

disimpangkan oleh objeknya. Seperti dalam istilahnya fiat justitia et pereat

mundus yang diterjemahkan secara bebas menjadi “Meskipun dunia runtuh

hukum harus ditegakkan” yang menjadi dasar dari asas kepastian yang dianut

oleh paham positivisme.

28

26 Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum-Membangun Hukum, Membela Keadilan (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 90.

27 M. Solly Lubis, Diktat Teori Hukum (Medan: Rangkaian Sari Kuliah Semester II, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2007), hlm. 43.

28 Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban (Jakarta: UKI Press, 2006), hlm.102.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

1) Hukum itu positif, dengan maksud bahwa hukum adalah perundang-

undangan(Geselzliches Rect).

2) Hukum itu didasarkan pada fakta (Tatsachen), bukan pada suatu rumusan

tentang penilaian yang nantinya akan diterapkan oleh hakim, seperti

“kemauan baik” dan “Kesopanan”.

3) Fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga nantinya

menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, disamping itu juga bertujuan

agar mudah dijalankan.

4) Bahwa hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah atau diganti.

Teori Kepastian Hukum tersebut berkaitan pelaksanaan Undang-

Undang nomor 32 Tahun 2009..

b). Teori Keadilan

Problema bagi para pencari keadilan yang paling sering menjadi

diskursus adalah persoalan keadilan dalam kaitannya dengan hukum. Hal ini

dikarenakan hukum atau suatu bentuk peraturan perundangan yang diterapkan

dan diterimanya dengan pandangan yang berbeda, pandangan yang

menganggap hukum itu telah adil dan pandangan lainnya yang menganggap

hukum itu tidak adil. Problema demikian sering ditemukan dalam kasus

konkrit, seperti dalam suatu perkara, seorang tidak adil terhadap putusan

majelis hakim dan sebaliknya majelis hakim merasa dengan keyakinanya

putusan itu telah adil karena putusan itu telah didasarkan pada pertimbangan-

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

pertimbangan hukum yang tertulis dalam bentuk peraturan perundang-

undangan.29

Kata justice memiliki kesamaan dengan kata equity yaitu keadilan, yang

dapat diartikan Keadilan (justice) tidak memihak (impartial), memberikan

setiap orang haknya (his due), Segala sesuatu layak (fair), atau adil

(equitable)

Pengertian adil menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu sikap yang

berpihak pada yang benar, tidak memihak salah satunya atau tidak berat

sebelah. Keadilan adalah suatu tuntutan sikap dan sifat yang seimbang antara

hak dan kewajiban. Salah satu asas dalam hukum yang mencerminkan keadilan

yaitu asas equality before the law yaitu asas yang menyatakan bahwa semua

orang sama kedudukannya dalam hukum.

30

John Rawls (1921-2002) adalah seorang pemikir yang memiliki

pengaruh sangat besar di bidang filsafat politik dan filsafat moral. Melalui

gagasan-gagasan yang dituangkan di dalam A Theory of Justice (1971), Rawls

mengemukakan bahwa kesukarelaan segenap anggota masyarakat untuk

menerima dan mematuhi ketentuan-ketentuan sosial yang ada hanya

dimungkinkan jika masyarakatnya tertata baik di mana keadilan sebagai

.

29Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta, Sinar Grafika, 1996), hlm. 251.

30 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 91

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

fariness menjadi dasar bagi prinsip-prinsip pengaturan institusi-institusi yang

ada di dalamnya31

1. Setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar

yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang;

. Rawls merumuskan dua prinsip keadilan sebagai berikut:

2. Ketidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa

sehingga (a) diharapkan memberi keuntungan bagi bagi orang-oang

yang paling tidak beruntung, dan (b) semua posisi dan jabatan

terbuka bagi semua orang32

Menurut filusuf Yunani yaitu, Aristoteles menyatakan bahwa ukutan dari

keadilan bahwa :

.

a. Seseorang tidak melanggar hukum yang berlaku, sehingga

keadilan berarti sesuai hukuman atau “lawfull”, yaitu hukum

tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti.

b. Seseorang tidak boleh mengambil lebih dari haknya, sehingga

keadilan berarti persamaan hak “equal”. Dalam hal ini equality

merupakan proporsi yang benar, titik tengah, atau jarak yang sama

antara “terlalu banyak” dengan “terlalu sedikit”.33

Teori Keadilan tersebut digunakan untuk menganalisis keadilan dalam

putusan hakim.

31 John Rawls, A Theory of Justice (London: Oxford University Press, 1971), hlm. 4-5 32 Ibid, hlm. 60 33 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 93.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c). Teori Perlindungan

Teori perlindungan hukum dikemukakan oleh Philipus M.Hadjon.34

“Perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki subyek hukum negara dengan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di negara tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum itu pada umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya”.

Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa:

35

Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum dibedakan menjadi dua

macam perlindungan:

36

a. Perlindungan hukum yang preventif yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya permasalahan sengketa.

b. Perlindungan hukum yang represif yang bertujuan untuk menyelesaikan

permasalahan atau sengketa yang timbul.

Teori perlindungan hukum digunakan untuk mengkaji perlindungan hukum

terhadap lingkungan karena merupakan salah satu sumber keberlangsungan

kehidupan manusia pada UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1, menyebutkan

bahwa,”“Setiap orang berhak hidup sejahterah lahir dan batin, bertempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan”. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan

34 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina ilmu, Surabaya, 1987, Hal 205.

35Ibid. 36Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

sehat, juga ditegaskan dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup ( UUPPLH) maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa lingkungan sehat juga merupakan hak asasi manusia.

2. Landasan Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah

sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada

dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.37

1. Hukum adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa.

Adapun Uraian pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

38

2. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Setiap Orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan

sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

39

3. Lingkungan hidup adalah kesatauan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

40

4. Reklamasi Pantai adalah Reklamasi yang dilaksanakan di wilayah pesisir.

37 Samayadi Suryabrata, Metodelogi Penelitan (Jakarta: Raja Grafndo Persada, 1998), hlm. 38. 38 Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Serba Jaya, 2012), hlm. 485. 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (23). 40 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

G. Metode Penelitian

Metode penelitian hukum dalam penelitan “Analisis Yuridis Terhadap

Pelaksanaan Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara (Studi Putusan Nomor:

193/G/LH/2015/PTUN-JKT)”adalah penelitian hukum normatif. Dan Penelitian

hukum yang dimaksud adalah termasuk penelitian dengan cara pendekatan kualitatif

atau bisa disebut dengan penelitian kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa Metode

Penelitian adalah metode penilitian hukum normatif.

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu. Sementara itu

metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam

metode tersebut.Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara

sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut

dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.41

Penelitian hukum normatif adalah penelitian suatu proses untuk menemukan

suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk

menjawa permasalahan hukum yang dihadapi. Penelitian hukum normatif dilakukan

untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.42

41 Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hlm. 1. 42 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 35.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian

tesis yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah penelitian yuridis

normatif. Pemilihan jenis penelitian ini mengingat telaah terhadap permasalahan ini

bersumber pada materi peraturan perUndang-Undangan, teori-teori, serta konsep

yang berhubungan dengan aspek hukum lingkungan. Beranjak dari jenis penelitian

tersebut, diharapkan dapat memperoleh suatu prinsip yang jelas dengan

memberikan perlindungan terhadap lingkungan dan pertanggung jawaban kepada

lingkungan dan masyarakat.

Sifat penelitian penulisan ini yaitu deskriptif analistis. Bersifat deskriptif

maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan

sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Penelitian ini terdapat putusan yang

mengkaji secara normatif putusan tersebut.

2. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data yang biasa digunakan dalam penelitian hukum normatif

yang bersumber pada data sekunder diperoleh dari :

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat

sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini.43

43 Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia,1990), hlm. 53.

Bahan

hukum yang mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

berkepentingan, yaitu berupa Undang-Undang Dasar 1945, UU No. 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 27

Tahun 2007 juncto UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 27

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

193/G/LH/2015/PTUN-JKT serta peraturan lainnya yang ada kaitannya dengan

materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan

badan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan

hukum primer. yaitu buku-buku, hasil-hasil penelitian bahan yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan

Undang-Undang, pendapat pakar hukum, doktrin atau teori-teori yang

diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, jurnal-jurnal hukum, artikel

ilmiah maupun website yang terkait dengan penelitian.44

c. Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberi petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.

45

Bahan yang relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini,

yaitu kamus umum, kamus hukum, majalah, internet, serta bahan-bahan di

luar bidang hukum yang berkaitan dengan tesis ini guna melengkapi data.

44 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2014), hlm. 182-183. 45 Soerjono Soekanto Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 13.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a). Teknik Pengumpulan Data

Untuk menperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan teknik pengumpulan bahan hukum tersebut dengan penelitian

kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-

teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian ini.

b). Alat Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan mengadakan studi

dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelian ini.

4. Analisis Data

Analisis data sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, Analisis data berfungsi

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong,46

46 Lexy J. Moleong, Op. Cit. , hlm. 248.

Analis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapa diceritakan kepada orang lain.

Sehingga penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika

berpikir secara deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum

seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-

proposisi untuk selanjutnya ditarik kesimpulan tehadap fakta-fakta yang bersifat

khusus. Logika deduktif atau sering kali disebut sebagai cara berpikir analitik

yang mempunyai pengertian cara berpikir yang bertolak dari pengertian bahwa

sesuatu yang berlaku bagi keseluruhan peristiwa atau kelompok/jenis, berlaku

juga bagi tiap-tiap unsur di dalam peristiwa kelompok/jenis tersebut.47

47 Fajar Dan Achmad, Op. Cit. , hlm. 109.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB II

ANALISIS PENGATURAN PERIZINAN REKLAMASI PANTAIJAKARTA

UTARA

A. Pengaturan Reklamasi dalam Pengelolaan wilayah Pesisir

1. Pengaturan Pengelolaan wilayah Pesisirberdasarkan Undang-Undang

nomor 27 tahun 2007 tentang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil

Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur berdasarkan Undang-

Undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-

Pulau Kecil dan beberapa perubahan diatur Undang-Undang nomor 1 tahun

2014. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 bahwa

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu

pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian

sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara

ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 bahwa Wilayah

Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.Pantai adalah batasan darat dan

dengan perairan laut atau pesisir.48

Reklamasi yang diatur oleh Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir

adalah reklamasi yang berada di wilayah pesisir yaitu reklamasi pantai.

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 bahwa Reklamasi

Pantai salah faktor yang berpengaruh pada sumber daya di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Bunyi Pasal sebagai berikut “Dua faktor yang

mempengaruhi keberlanjutan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil ialah: a. interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya dan jasa-

jasa lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti

pembangunan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, perikanan destruktif,

reklamasi pantai, pemanfaatan mangrove dan pariwisata bahari;dan b. proses-

proses alamiah seperti abrasi, sedimentasi, ombak, gelombang laut, arus, angin,

salinitas, pasang surut, gempa tektonik, dan tsunami.”

Undang-Undang Pengelolaan wilayah pesisir mengatur reklamasi dalam

pengelolaan wilayah pesisir. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

tahun 2014 bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang

dalam rangka meningkatkan manfaatsumber daya lahan ditinjau dari sudut

lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan

atau drainase.sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial

ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

48 Agustin Risa, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Serba Jaya, 2012), hlm. 468.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 terdapat

beberapa ketentuan pelaksanaan reklamasi, yaitu :

a. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dalam rangka

meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil ditinjau dari aspekteknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.

b. Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menjaga dan memperhatikan:

1) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan Masyarakat;

2) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan

pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta

3) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.

c. Perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Presiden.

Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 bahwa

dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, setiap Orang

secara langsung atau tidak langsung terdapat beberapa larangan yang tidak

diperbolehkan termasuk dalam pelaksanaan reklamasi, yaitu :

a. menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem

terumbu karang;

b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi;

c. menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang

merusak Ekosistem terumbu karang;

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

d. menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak Ekosistem

terumbu karang;

e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang

tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

f. melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona budidaya

yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil;

g. menebang mangrove di kawasan konservasi untuk kegiatan industri,

pemukiman, dan/atau kegiatan lain;

h. menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun;

i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis,

ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan

dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat

sekitarnya;

j. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara

teknis, ekologis, sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan

lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan

Masyarakat sekitarnya;

k. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis

dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan

lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan

Masyarakat sekitarnya; serta

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

l. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan

dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.

2. Pengaturan Pedoman PerencanaanReklamasi Pantai dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum nomor 40/prt/m/2007 Tentang Pedoman

Perencanaan Tata Ruang Reklamasi Pantai

Pelaksanaan Reklamasi Pantai bahwa terdapat ketentuan mengenai

pedoman perencanaan tata ruang reklamasi pantai berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum nomor 40/prt/m/2007. Peraturan Menteri nomor

40/prt/m 2007 merupakan peraturan pedoman pelaksanaan reklamasi pantai

berdasarkan Undang-Undang nomor 27 tahun 2007.Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum tentang pedoman perencanaan tata ruang reklamasi pantai

mencakup ketentuan umum dan ketentuan teknis perencanaan tata ruang

kawasan reklamasi pantai. Pedoman ini hanya berlaku untuk kawasan

reklamasi secara umum, sedangkan kawasan reklamasi yang bersifat khusus

seperti kawasan reklamasi yang rawan bencana tsunami akan diberlakukan

ketentuan khusus yang tidak ditampung dalam pedoman.49

49 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 40/prt/m/2007, hlm. xi

Kawasan reklamasi

pantai merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui

rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru. Kawasan reklamasi pantai

termasuk dalam kategori kawasan yang terletak di tepi pantai, dimana

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

pertumbuhan dan perkembangannya baik secara sosial, ekonomi, dan fisik

sangat dipengaruhi oleh badan air laut.50

a. Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan melaksanakan

reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2012 tentang

reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bahwa :

b. Perencanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui kegiatan:

1) penentuan lokasi;

2) penyusunan rencana induk;

3) studi kelayakan; dan

4) penyusunan rancangan detail.

Berdasarkan Pasal 3 bahwa dalam pelaksanaan reklamasi haruswajib

melaksanakan perencanaan reklamasi terlebih dahulu. Salah satu perencaan

reklamasi adalah penentuan lokasi. Selanjutnya Pasal 4 bahwa Penentuan

lokasi sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota.

Peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedomanpelaksanaan reklamasi

pantai mencakup ketentuan umum dan ketentuan teknis perencanaan tata ruang

50Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

kawasan reklamasi pantai. Ketentuan umum meliputi persyaratan;tipologi;

aspek sosial, budaya dan ekonomi kawasan; aspek pergerakan,aksesibilitas,

dan transportasi; serta aspek kemudahan publik dan ruang publik.Ketentuan

teknis meliputi struktur ruang kawasan, pola ruang kawasan,pengelolaan

lingkungan, prasarana dan sarana, fasilitas umum dan sosial, sertakriteria

struktur ruang, pola ruang, dan amplop ruang. Pedoman diperuntukkanbagi

perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai di perkotaan,

khususnyakawasan yang sudah direklamasi.Pedoman dimaksudkan untuk

memberikan acuan bagi Pemerintah Daerahdalam perencanaan tata ruang pada

kawasan yang sudah dilakukan reklamasi.51

a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di

sisi daratan;

Tujuannya adalah untuk

mewujudkan rencana tata ruang di kawasan reklamasipantai agar sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang

pedoman reklamasi pantai bahwa Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai

tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan

berikut:

b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat

danmembutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk

mengakomodasikankebutuhan yang ada;

51Ibid. hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari

kawasanindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;

d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan

bataswilayah dengan daerah/negara lain.

kawasan reklamasi pantai yang sudah memenuhi ketentuan,terutama

yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam

secara signifikan perlu disusun rencana detail tata ruang (RDTR) kawasan.

Reklamasi pantai skala besar adalah reklamasi +500 Ha.52Penyusunan RDTR

kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah memenuhi

persyaratan administratif berikut:53

a. Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang

mendeliniasikawasan reklamasi pantai;

b. Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, baik

yangakan direklamasi maupun yang sudah direklamasi;

c. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan

reklamasipantai atau kajian/kelayakan properti (studi investasi);

d. Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun regional.

Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana

strukturruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai

52Ibid. hlm. 9 53Ibid. hlm. 8

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

antara lainmeliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase,

jaringan listrik,jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara

umum meliputikawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung

yang dimaksuddalam pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi

daya meliputikawasan peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan

jasa, kawasanperuntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan

pendidikan,kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,

dan kawasancampuran.54

a. Tipologi Reklamasi Pantai Berdasarkan Fungsi

Kawasan reklamasi berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum

tentang pedoman pelaksanaan reklamasi pantai bahwa terdapat beberapa

tipologi, sebagai berikut:

Kawasan reklamasi pantai berdasarkan fungsi dikelompokkan atas:

1) Kawasan peruntukan permukiman; Kawasan perdagangan dan jasa;

2) Kawasan peruntukan industri;

3) Kawasan peruntukan pariwisata;

4) Kawasan pendidikan;

5) Kawasan pelabuhan laut / penyeberanganKawasan bandar udara;

6) Kawasan mixed-use (campuran);

7) Kawasan ruang terbuka hijau.

54Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan Luas Kawasan reklamasi

pantai berdasarkan luas dikelompokkan menjadi:

1) Reklamasi besar Kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha.

2) Reklamasi kecil Kawasan reklamasi dengan luasan < 500 Ha.

c. Tipologi Kawasan Reklamasi Berdasarkan Bentuk Fisik

1) Menyambung dengan daratan

Kawasan reklamasi ini berupa kawasan daratan lama yang berhubungan

langsung dengan daratan baru. Penerapan tipologi ini sebaiknya tidak

dilakukan pada kawasan dengan karakteristik khusus seperti:

a) Kawasan permukiman nelayan;

b) Kawasan hutan bakau; Kawasan hutan pantai;

c) Kawasan perikanan tangkap;

d) Kawasan terumbu karang, padang lamun,

e) biota laut yang dilindungi;

f) Kawasan larangan (rawan bencana);

g) Kawasan taman laut.

2) Terpisah dari daratan

Kawasan reklamasi ini sebaiknya diterapkan pada kawasan-kawasan

yang memiliki karakteristik khusus seperti yang telah disebutkan di

atas. Tipologi ini memisahkan daratan lama yang berupa kawasan yang

memiliki karakteristik khusus dengan kawasan daratan baru dengan

tujuan:

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

a) Menjaga keseimbangan tata air yang ada;

b) Menjaga kelestarian kawasan lindung (hutan bakau, pantai, hutan

pantai);

c) Mencegah terjadinya dampak/konflik sosial;

d) Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut,

perikanan, minyak);

e) Menghindari kawasan rawan bencana.

3) Gabungan 2 bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan)

Tipologi reklamasi yang merupakan gabungan dua tipologi reklamasi

yaitu gabungan dari tipologi menyambung dengan daratan dan terpisah

dari daratan.

Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedoman

pelaksanaan reklamasi pantai bahwa terdapat beberapa aspek yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan reklamasi pantai, yaitu :

a. Aspek sosial, budaya, dan ekonomi kawasan

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial,

ekonomi, dan budaya di kawasan reklamasi, sebagai berikut:

1) Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial,

budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat

sebelum direklamasi. Perubahan terjadi harus menyesuaikan:

a) Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan;

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b) Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan

ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/

diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.

2) Aspek sosial, budaya, wisata, dan ekonomi yang diakumulasi dalam

jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi

pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

b. Aspek pergerakan, aksesibilitas dan transportasi

Perencanaan pergerakan, aksesibilitas dan transportasi kawasan reklamasi

pantai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap

kerangka utama/coastal road yang melintasi pantai/perairan agar publik

dapat menikmati panorama dan kenyamanan pantai;

2) Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus menyediakan kanal-kanal

dan atau ruang perairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara

pusat kawasan dan sub-sub wilayah kota;

3) Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana

dan sarana di perairan, darat dan udara;

4) Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki

variasi integrasi dan variasi transportasi berdasarkan konsep “ride and

park system” di beberapa tematik kawasan;

5) Perencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana

penunjang transportasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. Aspek kemudahan publik dan ruang publik

Untuk menjamin terwujudnya kemudahan publik di kawasan reklamasi

pantai, perencanaan tata ruang kawasan ini harus memperhatikan:

1) Tata letak bangunan yang figuratif dan garis ketinggian bangunan yang

berhirarki untuk menjaga kemudahan publik dalam menikmati

panorama uang pantai;

2) Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan, dan

dinikmati secara mudah dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang,

waktu, dan biaya;

3) Potensi elemen-elemen pantai untuk direpresentasikan kembali melalui

kreativitas proses penggalian, perancangan, dan pengemasan potensi

alam/ laut/pantai/perairan yang signifikan agar tercipta kemudahan dan

kenyamanan publik;

4) Potensi alam/pantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi,

misalnya pasir, hutan, flora dan fauna air, bakau, tebing/bibir pantai,

kontur, peneduh, langit, dan pemandangan/panorama;

5) Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai dalam bentuk antara lain:

a) keheningan suasana;

b) keindahan panorama pantai;

c) kealamiahan desa;

d) kejernihan riak dan gelombang air pantai;

e) kehijauan bukit & lembah;

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

f) kerimbunan hutan pantai;

g) kebersihan pasir;

h) kebiruan langit;

i) keteduhan di sekitar pantai.55

Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedoman

pelaksanaan reklamasi pantai bahwa terdapat ketentuan teknis Perencanaan tata

ruang kawasan reklamasi pantai meliputi penetapan struktur ruang kawasan,

pola ruang kawasan, pengelolaan lingkungan, prasarana dan sarana, serta

fasilitas umum dan sosial.

56

1) Keseimbangan antara rencana pemanfaatan lahan untuk fungsi budi daya

dan lahan untuk fungsi lindung dengan memperhatikan kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan;

Pola ruang kawasan reklamasi pantai disusun

dengan memperhatikan:

2) Keseimbangan komposisi lahan pemanfaatan ruang antara ruang di daratan

dengan perairan/tata biru/pantai;

3) Peruntukan kawasan reklamasi pantai harus dimanfaatkan secara efektif,

4) menghargai signifikasi ruang perairan, ada kesinergisan pola ruang

kawasan budi daya dengan lingkungan alami di sekitarnya;

5) Pola ruang di sepanjang garis pantai yang merupakan wilayah Garis

55Ibid. hlm. 11-12 56Ibid. hlm. 13.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

6) Sempadan Pantai (GSP) harus diarahkan menjadi ruang publik (jalan tepian

pantai atau ruang terbuka) yang dapat diakses dan dinikmati publik;

7) Pola ruang kawasan diarahkan untuk mengakumulasi beberapa fungsi

8) kawasan yang menghargai, menyatu dan memanfaatkan potensi pantai.57

Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum tentang pedoman pelaksanaan

reklamasi pantai bahwa pengelolaan lingkungan dalam perencanaan tata ruang

kawasan reklamasi harus mempertimbangkan aspek lingkungan terutama

dalam hal penggunaan energi, sumber daya alam, pembukaan lahan,

penanganan limbah. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak terhadap

lingkungan. Secara umum jenis kawasan lindung yang dapat dikembangkan

pada kawasan reklamasi pantai adalah ruang terbuka hijau.

58

a. Kawasan peruntukan permukiman;

Sedangkan

kawasan budi daya yang dapat dikembangkan pada kawasan reklamasi pantai

meliputi:

b. Kawasan perdagangan dan jasa;

c. Kawasan peruntukan industri;

d. Kawasan peruntukan pariwisata;

e. Kawasan pendidikan;

f. Kawasan pelabuhan laut/penyeberangan;

g. Kawasan bandar udara;

57Ibid. hlm. 14 58Ibid. hlm. 16

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

h. Kawasan campuran.59

B. Pengaturan Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan lingkungan HidupTerhadap Pencegahan Dampak Negatif

Reklamasi Terhadap Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup dapat terjadi dalam bentuk pencemaran air

(sungai dan danau), pencemaran laut, pencemaran udara dan kebisingan.60

Pembangunan reklamasi pantai yang berada diwilayah pesisir dapat berakibat

pencemaran terhadap air laut. Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian

lingkungan dari waktu ke waktu ialah pencemaran dan perusakan lingkungan.61

a. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukkannya (Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang nomor 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Ekosistem dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

penceraman dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampuradukkan antara

pengertia pencermaran dan perusakan lingkungan, padahal antara keduanya

memiliki makna yang berbeda, yaitu:

59Ibid. 60 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Rajawali, 2011), Hlm. 125. 61 Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem kebijaksanaan Pembangunan

Lingkungan Hidup (Bandung: Refika Aditama, 2008), Hlm. 35

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

langung atau tidak langsung terhdap sifat fisik dan/atau hayatinya yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan (Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang nomor 23

tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.62

Perbedaan tersebut tidak menjadi prinsipal karena setiap orang yang melakukan

perusakan lingkungan otomatis juga melakukan penceraman dan sebaliknya.

Perbedaannya terletak pada intensitas perbuatan yang dilakukan terhadap

lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh lingkungan akibat yang diderita

oleh lingkungan akibat perbuatan tersebut.

63

Menurut RTM. Sutamihardja bahwa pencemaran adalah penambahan bermacam-

macam bahan sebagai hasil dari akitivitas manusia ke lingkungan dan biasanya

memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan itu.

Contoh pencemaran lingkungan

seperti pengotoran sehingga berakibat kotor namun dapat dibersihkan dan

perusakan lingkungan contohnya seperti perusakan berakibat tidak bisa diperbaiki

lagi.

64Stephanus

Munadjat Danusaputro merumuskan pencemaran lingkungan, sebagai berikut:65

62Ibid. 63Ibid. 64 RTM.Sutamihardja, Kualitas dan Pencemaran Lingkungan (Bogor: IPB, 1978), hlm. 1. 65 Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan dalam Penceramaran Lingkungan Melandasi

Sistem Hukum Pencemaran (Bandung: Rineka Cipta), hlm. 77.

“Pencemaran adalah suatu kedaan, dalam mana suatu zat dan atau energi

diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya

perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak

berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamtan

hayati.”

Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian dan kerugian itu dapat dalam

bentuk:

a. Kerugian ekonomi dan sosial (economic and social injury).

b. Gangguan sanitair (sanitary hazard)66

Sementara Menurut golongannya pencemaran itu dapat dibagi atas:

a. Kronis; dimana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat.

b. Kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari

kecelakakaan.

c. Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada

radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.

d. Katastrofis; kematian organisme hidup banyak dan mungking organisme

hidup itu menjadi punah.67

Reklamasi Pantai dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air. Air sebagi

sumber daya alam mempunyai arti dan fungsi sangat vital bagi umat manusia

bahwa tiada kehidupan tanpa air.

68

66 RTM.Sutamihardja, Op. Cit., hlm 3. 67 Abdurahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1990), hlm. 99. 68 Moh. Soerjaani, Dkk, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam

Pembangunan (Jakarta: UI Press, 1987), hlm. 60

Berdasarkan siklus air, air dibutuhkan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

manusia, dan makhluk hidup lainnya seperti tetumbuhanm berada di permukaan

dan didalam tanah, di danau dan laut, menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk

awan, turun dalam bentuk hujan, infiltrasi ke bumi/tubuh bumi, membentuk air

bawah tanah, mengisi danau dan sungai serta laut, dan seterusnya siklus air.69

a. Jepang

Pencemaran air yang berdampak besar pernah terjadi di beberapa negara,

sebagai berikut:

Jepang dimana pencemaran air di teluk minamata sehingga air

mengandung merkuri (air raksa), suatu logam berat, secara biologis

berkumpul dalam tubuh-tubuh organisme, tinggal menetap untuk waktu

yang lama dan berfungsi sebagai racun-racun kumulatif. Ikan-ikan yang

telah tercemar dimakan setelah ditangkap di teluk minamata, dimana 111

peracunan merkuri 44 berakibat kematian. Selain itu di kota nigata terjadi

26 keracunan dan 5 diantaranya meninggal dunia.70

b. Malaysia

Malaysia dimana pencemaran air di sungai muda, penangkapan ikan

menggunakan pestisida yang besar telah mengancurkan persediaan ikan

penurunan dramatis dari penangkapan ikan di sungai muda. Mengakibatkan

69 Soenarjo Sastrodinoto, Biologi Umum I (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 12. 70 M.T. Zein, Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Gramedia, ), hlm. 194.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

penderitaan ekonomi yang amat sangat dan kekurangan gizi di kalangan

petani bayaran yang lebih miskin.71

c. Swiss

Swiss dimana pencemaran air di sungai Rijn, akibat limbah industri dari

negera swiss, telah mencemarkan air sungai rijn, dari negara swiss

menembusi negara belgia, belanda, dan perancis, karena sungai rijn

mengalir melalui dan ke negara-negara tersebut kemudian bermuara di laut

utara (North Sea). Pencemaran tersebut telah mengakibatkan ikan-ikan di

sungai mati dan mencemari air sungai yang justru dibutuhkan manusia.72

Pencemaran mengakibatkan kualitas lingkungan menurun, akan menjadi fatal

apabila lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya.

Bahwa setiap kegiatan termasuk reklamasi pantai pada dasarnya menimbulkan

dampak terhadap lingkungan hidup, maka perlu dengan perkiraan pada

perencanaan awal, sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah

pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya dan mengupayakan

dalam pengembangan dampak positif dari kegiatan tersebut.

73

Sehubungan dengan

hal tersebut, diperlukan penerapan beberapa instumen hukum lingkungan dalam

pelaksanaan Reklamasi Pantai sebagai berikut:

71 David Weir dan Marc Scarpio, Lingkaran Racun Pestisida (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm. 63.

72 John Salindeho, Undang-Undang Gangguan dan Masalah Lingkungan (Jakarta: Sinar Grafika, 1989), hlm. 165.

73 Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 44.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

1. Baku Mutu Lingkungan

Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batasatau kadar makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu

sebagai unsur lingkungan hidup (Pasal 1 Undang-Undang nomor 32 tahun

2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Baku Mutu Lingkungan (Enviromental Quality Standard), atau biasa

disingkat dengan BML, berfungsi sebagai tolak ukur untuk mengetahui apakah

telah terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan. Gangguan terhadap tata

lingkungan dan ekologi, diukur menurut besar kecilnya penyimpangan dari

batas-batas yang yang ditetapkan sesuai dengan kemampuan atau daya

tenggang ekosistem lingkungan.74 Kemampuan lingkungan sering diistilahkan

beragam, seperti: daya tenggang, daya dukung, daya toleransi, dan lain-lain.

Dalam istilah asing disebut dengan (CarryingCapacity).75

74 Muhammad Erwin, Op. Cit., hlm. 61. 75Ibid.

Batas-batas daya

dukung, daya tenggang, daya toleransi atau kemampuan lingkungan disebut

dengan nilai ambang batas, disingkat dengan NAB. Nilai ambang batas ialah

batas tertinggi (maksimum) dan terendah (minimum) dari kandungan zat-zat,

makhluk hidup atau komponen-komponen lain yang diperbolehkan dalam

setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan, khususnya yang berpotensi

mempengaruhi mutu tata lingkungna hidup atau ekologi. Berdasarkan hal

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

tersebut bahwa suatu ekosistem telah disebut tercermar, apabila ternyata

kondisi lingkungan yang itu melebihi Nilai Ambang Batas yang ditentukan

Baku Mutu Lingkungan.76

Negara-negara berkembang masih mengutamakan ekonomi dibandingkan

kualitas ambangnya. Tidak seperti negara maju lebih mementingkan kualitas

ambangnya dari pada segi ekonomis. Baku mutu lingkungan negara

berkembang dapat disebut baku mutu ambien survival atau rendah. Negara

berkembang yang penting ialah keadaan kualitas lingkungannya tidak

membahayakan kesehatan masyarakat dan proyek-proyek masih dapat berjalan

dan menguntungkan.

77

a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

Berdasarkan Pasal 68 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Pengelolaan lingkungan hidup bahwa Setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan berkewajiban:

b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria

baku kerusakan lingkungan hidup.

Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan

hidup dengan persyaratan:

76 NHT. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 288.

77 Harun M. Husein, Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 187.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan

b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

Berdasarkan Pasal 20 ayat (5) bahwa ketentuan baku mutu lingkungan

selanjutnya diatur dengan peraturan pemerintah.Berdasarkan Pasal 4 Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 1999 tentang pengendalian dan/perusakan laut,

baku mutu air laut dan kriteria baku kerusakan laut ditetapkan oleh menteri

dengan mempertimbangkan masukan dari menteri lainnya dan pimpinan

lembaga non-departemen terkait lain. Sedangkan status mutu laut ditetapkan

berdasarkan inventarisasi dan/atau penelitian data mutu air laut, kondisi tingkat

kerusakan laut yang mempengaruhi mutu laut. Dan dalam penyempurnaan

pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1999 tentang pengendalian

dan/perusakan laut terdapat ketentuanMenteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Pembangunan reklamasi

pantai harus sesuai dengan baku mutu air laut agar sesuai dengan peraturan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

2. AMDAL

Reklamasi Pantai merupakan kegiatan yang memerlukan AMDAL dalam

pelaksanannya. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang nomor 32 tahun

2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup bahwa setiap

rencana kegiatan yang mungkin dapat menimbulkan dampak besar dan

penting, diwajibkan untuk memiliki AMDAL.AMDAL merupakan salah satu

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

syarat mendapatkan perizinan kegiatan yang memiliki dampak penting.

Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup bahwa Dampak penting

ditentukan berdasarkan kriteria:

a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha

dan/atau kegiatan;

b. luas wilayah penyebaran dampak;

c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;

e. sifat kumulatif dampak;

f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau

g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang nomor32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup bahwa Kriteria usaha dan/atau

kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi denganAMDAL

terdiri atas:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharui;

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

kerusakan dan kemorosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

f. Introduksi jenis tumbuhan-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati non hayati;

h. Penerapan teknologi yang diperikaran mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan;

i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhi

pertahanan negara.

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan AMDAL diatur dengan peraturan Menteri. Dan

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 bahwa Reklamasi Pantai memerlukan

AMDAL.

Berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup bahwa Setiap usaha dan/atau

kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki izin

lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Dan berdasarkan Pasal 24 untuk mendapatkan kelayakan lingkungan hidup

berdasarkan dokumen AMDAL. Dokumen AMDAL memuat, antara lain:

a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;

c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha

dan/atau kegiatan;

d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi

jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;

e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan

kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Berdasarkan Pasal 26 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup bahwa Masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. yang terkena dampak;

b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.

Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup Dokumen AMDAL dinilai

oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.Keanggotaan Komisi Penilai

Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri atas wakil dari unsur:

a. instansi lingkungan hidup;

b. instansi teknis terkait;

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha dan/atau

kegiatan yang sedang dikaji;

d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang timbul dari

suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;

e. wakil dari masyarakat yang berpotensi

f. terkena dampak; dan

g. organisasi lingkungan hidup.

Berdasarkan Pasal 31 Berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup hasil penilaian

Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan

keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan

kewenangannya. Bahwa pada dasarnya kegiatan Reklamasi Pantai memerlukan

AMDAL untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

3. Audit Lingkungan

Audit Lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara

sistematik, terdokumentasi, periodik, dan objektif tentang bagaimana suatu

kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan

memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian

dampak lingkungan dan pengkajian penataan kebijakan usaha atau kegiatan

terhadap peraturan perundang-undang tentang pengelolaan lingkungan.78

78 Menteri Lingkungan Hidup, Jurnal hukum Lingkungan (Jakarta: ICEL, 1995), hlm. 152.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan hidup bahwa Audit

lingkungan hidup adalah Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang

dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah..

Pelaksana audit lingkungan adalah Auditor Lingkungan. Berdasarkan

Pasal 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03

Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan hidup bahwa Auditor lingkungan hidup

adalah seseorang yang memiliki kompetensiuntuk melaksanakan audit

lingkungan hidup. Auditor lingkungan hidup yang memiliki kompetensi sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan hidup.

Berdasarkan Pasal 22 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan hidup bahwa

selanjutnya Menteri melakukan penilaian pelaksanaan Audit Lingkungan

Hidup dengan membentuk tim evaluasi. Selanjutnya berdasarkan Pasal 35 tim

evaluasi menyampaikan penilaian laporan hasil Audit Lingkungan Hidup

kepada Menteri. Berdasarkan Pasal 36 bahwa Menteri:

a. Menerima dan mengesahkan laporan hasil Audit Lingkungan Hidup yang

berisi pernyataan taat atau tidak taat.

b. Menetapkan tindak lanjut terhadap hasil Audit Lingkungan Hidup, yaitu:

1) perbaikan kinerja pengelolaan dan pemanatuan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

2) hidup Usaha dan/atau Kegiatan;

3) perubahan izin lingkungan;

4) pertimbangan dalam penerbitan perpanjangan izin perlindungan

5) dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau

6) penegakan hukum.

Audit Lingkungan mempunyai manfaat yang sangat banyak, antara lain:

a. Mengidentifikasi resiko lingkungan;

b. Sebagai dasar pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan;

c. Menghindari kerugian finansial karena penutupan usaha atau publikasi oleh

pemerintah;

d. Mencegah terhadap sanksi hukum;

e. Meningkatkan kepedulian lingkungan para pimpinan/penanggung jawab

kegiatan dan staf;

f. Mengidentifikasikan kemungkinan penghematan biaya misalnya melalui

konservasi, daur ulang;

g. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi perusahaan, kelompok

pemerhati lingkungn, pemerintah dan media massa; dan

h. Menyediakan informasi yang memadai bagi perusahaan asuransi, lembaga

keuangan, dan pemegang saham.79

79 Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), hlm. 183.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

C. Perizinan Reklamasi Pantai DKI Jakarta

1. Administrasi Hukum Lingkungan

Administrasi Hukum lingkungan meliputi wewenang, prosedur, dan

kelembangaan pengelolaan, instrumen yang digunakan pemerintah dalam

pengelolaan, dan jaminan perlindungan hukum bagi rakyat indonesia, termasuk

perlindungan hukum lingkungan hidup.80 Contohnya prosedur perizinan,

penentuan baku mutu lingkungan, prosedur AMDAL dan sebagainya.81

a. Menetapkan kebijakan nasional;

Wewenang administrasi diberikan oleh Pemerintah berdasarkan Pasal 33 ayat

(3) dan (4) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Selanjutnya wewenang dan tugas Pemerintah administrasi lingkungan diatur

dalam Pasal 63 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup tahun 2009 , yaitu meliputi:

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria; c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai rpplh nasional; d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai klhs; e. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan ukl-upl; f. Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas

rumah kaca; g. Mengembangkan standar kerja sama; h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup; i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam

hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;

j. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak Perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

80 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan (Jakarta: Rajwali Press, 2014), hlm. 92. 81 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional

(Surabaya: Airlangga, 2000), hlm. 5

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

k. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai b3, limbah, serta limbah b3;

l. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut;

m. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;

n. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan Nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;

o. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

p. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; q. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian

perselisihan antardaerah serta penyelesaian sengketa; r. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan

masyarakat; s. Menetapkan standar pelayanan minimal; t. Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

u. Mengelola informasi lingkungan hidup nasional; v. Mengoordinasikan, mengembangkan,dan menyosialisasikan

pemanfaatanteknologi ramah lingkungan hidup; w. Memberikan pendidikan, pelatihan,pembinaan, dan penghargaan; x. Mengembangkan sarana dan standarlaboratorium lingkungan hidup; y. Menerbitkan izin lingkungan; z. Menetapkan wilayah ekoregion; dan aa. Melakukan penegakan hukumlingkungan hidup. Berdasarkan Pasal 63 ayat 2Undang-Undang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009 bahwa Selanjutnya wewenang dan

tugas Pemerintah Provinsi, meliputi:

a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi; b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi; c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH provinsi; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL; e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah

kaca pada tingkat provinsi; f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

g. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota;

i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

j. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian

perselisihan antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian sengketa; l. melakukan pembinaan, bantuan teknis,dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan; m. melaksanakan standar pelayanan minimal; n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi;

o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi; p. mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah

lingkungan hidup; q. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; r. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi; dan s. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat provinsi. Berdasarkan Pasal 63 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup tahun 2009 bahwa Selanjutnya wewenang dan tugas

Pemerintah Kabupaten/Kota, meliputi:

a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota; b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota; c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH

kabupaten/kota; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL; e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah

kaca pada tingkat kabupaten/kota; f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan; g. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

j. melaksanakan standar pelayanan minimal; k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;

l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota; m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasilingkungan

hidup tingkat kabupaten/kota; n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat

kabupaten/kota.

Berdasarkan Pasal 63 tersebut bahwa secara teoritik pembagian tugas

dan wewenang tersebut sebenarnya menganut pola ultavires doctrine, yaitu

pembagian secara rinci.82

Administrasi Hukum Lingkungan untuk menegakkan ketentuan-

ketentuan dan perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang

dilanggar tersebut. Beberapa jenis sarana penegakan hukum administratif,

sebagai berikut:

Hal tersebut sama dengan pola yang digunakan

dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota.

83

a. Paksaan pemerintah atau tindakan paksa (Bestuursdwang);

b. Uang paksa (Publiekrechtelijkedwangsom);

82 Muhammad Akib, Politik Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Otonomi Daerah Menuju Pengaturan Hukum Yang berorientasi Keberlanjutan Ekologi (Semarang: Disertasi Hukum Undip, 2011), hlm. 341-342.

83 Muhammda Akib, Op.Cit., hlm. 117.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. Penutupan tempat usaha (Sluiting van een inrichting);

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan (Buitengebruikstelling van een

toestel);

e. Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan,

dan uang paksa.

2. Perizinan Reklamasi Pantai

Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa

reklamasi berada di wilayah pesisir atau reklamasi pantai diatur dengan

peraturan presiden. Berdasarkan Pasal 15 Peraturan Presiden Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang

ReklamasiWilayahPesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa perizinan reklamasi

bahwa Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi. Berdasarkan Pasal 16 bahwa Untuk memperoleh izin lokasi dan izin

pelaksanaan reklamasi, Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang wajib

terlebih dahulu mengajukan permohonan.

Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) dan (3) Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil bahwa Menteri memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi pada Kawasan Strategis Nasional Tertentu, kegiatan reklamasi lintas

provinsi, dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Pemerintah. Pemberian izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada

Kawasan tersebut diberikan setelah mendapat pertimbangan dari bupati/

walikota dan gubernur. Selanjutnya berdasarkan Pasal 16 ayat (4) bahwa

Gubernur dan bupati/walikota memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi dalam wilayah sesuai dengan kewenangannya dan kegiatan

reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh pemerintah

daerah.Berdasarkan Pasal 17 dalam menerbitkan izin lokasi bahwa

Permohonan izin lokasi dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. proposal reklamasi;

c. peta lokasi dengan koordinat geografis; dan

d. bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan Rencana Zonasi Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan/atau Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) dari instansi yang berwenang.

Kewenangan menteri yang diberikan berdasarkan Pasal 16 Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil dalam hal perizinan reklamasi pantai

menurunkan aturan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 28/Permen-Kp/2014 Tentang Perizinan Reklamasi Di

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.

Berdasarkan Pasal 5Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 17/Permen-Kp/2013 Tentang Perizinan Reklamasi Di

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa Menteri berwenang

menerbitkan Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan Reklamasi pada:

a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu;

b. perairan pesisir di dalam Kawasan Strategis Nasional;

c. kegiatan reklamasi lintas provinsi;

d. kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh

Kementerian; dan

e. kegiatan reklamasi untuk Obyek Vital Nasional sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Bahwa berdasarkan Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 bahwa

Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau Pulau Kecil (RZWP-3-K) harus

sesuai dengan dari Pasal 7, Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang nomor 27

tahun 2007. Salah satunya berdasarkan Pasal 9 bahwa Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil ditetapkan melalui peraturan daerah.

Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana

dimaksud Pasal 5Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 17/Permen-Kp/2013 Tentang Perizinan Reklamasi Di

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa untuk Kawasan Strategis

Nasional Tertentu, perairan pesisir didalam Kawasan Strategis Nasional, dan

kegiatan reklamasi lintas provinsiditerbitkan setelah mendapat pertimbangan

dari bupati/walikota dangubernur, yaitu:

a. lokasi reklamasi; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. lokasi sumber material reklamasi.

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 28/Permen-Kp/2014 Tentang Perizinan Reklamasi Di

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa Gubernur berwenang

menerbitkan Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan Reklamasi pada:

a. wilayah lintas kabupaten/kota;

b. perairan laut di luar kewenangan kabupaten/kota sampai dengan paling

jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas

dan/atau ke arah perairan kepulauan; dan

c. kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh pemerintah

provinsi.

Berdasarkan Pasal 8 bahwa terdapat izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan

reklamasi, yaitu

a. Izin Lokasi Reklamasi dengan luasan di atas 25 (dua puluh lima) hektar

harus mendapatkan rekomendasi dari Menteri.Selanjutnya diterbitkan

dengan mempertimbangkan:

1) kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K dan/atau RTRW provinsi,

2) kabupaten/kota;

3) kondisi ekosistem pesisir;

4) akses publik; dan

5) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. Izin Pelaksanaan Reklamasi dengan luasan di atas 500 (lima ratus) hektar

harus mendapatkan rekomendasi dari Menteri. Selanjutnya diterbitkan

dengan mempertimbangkan:

1) kajian dampak lingkungan sesuai Amdal;

2) kondisi ekosistem pesisir;

3) akses publik;

4) penataan ruang kawasan reklamasi; dan

5) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

3. Analisis Perizinan Reklamasi PantaiJakarta Utara

Perizinan ReklamasiPantai Jakarta Utara diatur berdasarkan Keputusan

Presiden No. 52 Tahun 1995 Tentang : Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Berdasarkan Pasal 4 Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 bahwa wewenang

dan tanggung jawab Reklamasi Pantai Utara berada pada Gubernur Kepala

Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Berdasarkan Pasal 16 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122

Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa

perizinan reklamasi Gubernur dan bupati/walikota memberikan izin lokasi dan

izin pelaksanaan reklamasi dalam wilayah sesuai dengan kewenangannya

kecuali Kawasan Strategis Nasional Tertentu, kegiatan reklamasi lintas

provinsi, dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh

Pemerintah. Terdapat perbedaan dengan Pasal 5 Peraturan Menteri Kelautan

Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/Permen-Kp/2013 Tentang

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Perizinan Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa Menteri

berwenang menerbitkan Izin Lokasi Reklamasi dan Izin Pelaksanaan

Reklamasi pada:

a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu;

b. perairan pesisir di dalam Kawasan Strategis Nasional;

c. kegiatan reklamasi lintas provinsi;

d. kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh

Kementerian; dan

e. kegiatan reklamasi untuk Obyek Vital Nasional sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi, Puncak, Cianjur bahwa Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi, Puncak, Cianjur merupakan Kawasan Strategis Nasional.

Perizinan Reklamasi Pantai Jakarta Utara berdasarkan Pasal 16 Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi

Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi pantai merupakan kewenangan Pemerintah Gubernur DKI Jakarta

berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Tentang : Reklamasi

Pantai Utara Jakarta. Sedangkan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor 17/Permen-Kp/2013 Tentang Perizinan Reklamasi

Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil bahwa Reklamasi Pantai DKI

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Jakarta izin lokasi dan pelaksanaan reklamasi pantai dengan luasan diatas 500

(lima ratus) merupakan kewenangan menteri kelautan dan perikanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM DAMPAK NEGATIF REKLAMASI PANTAI TERHADAP MASYARAKAT

A. Dampak Reklamasi Pantai Pulau G berdasarkan Putusan Nomor

193/G/LH/2015/PTUN-JKT

Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT membatalkan perizinan reklamasi

pantai Pulau G Jakarta Utara karena AMDAL yang tidak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Terdapat fakta bahwa tidak ada satu buktipun yang menunjukan

bahwa Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan pengumuman izin lingkungan

kepada masyarakat daerah pembangunan wilayah reklamasi pantai sebagaimana

yang ditentukan dalam Undang- Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 39 dan Pasal 44 Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Terdapat juga fakta bahwa tidak

terdapatpembahasan tentang penetapan wakil masyarakat baik dalam

bentukpersetujuan ataupun surat kuasa yang ditanda tangani oleh yang

diwakiliberupa penetapan wakil masyarakat sebagaimana ditentukan pada

PeraturanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2012 Tentang

PedomanKeterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan

Hidupuntuk dijadikan dasar dalam Pembentukan Komisi Penilai Amdal.

Pelaksanaan reklamasi yang tanpa memperhatikan proses AMDAL yang

benar dapat membawa dampak buruk terhadap masyarakat wilayah pesisir karena

perbuatan tersebut mencermikan pembangunan yang kurang memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

kelayakan lingkungan hidup. Reklamasi Pantai pernah dilakukan sebelum oleh

beberapa negara, dan reklamasi tersebut sukses dengan cara mempertimbangkan

dan merencanakan kelayakan reklamasi pantai. Beberapa negara yang sukses

melaksanakan reklamasi pantai antara lainsebagai berikut:

a. Dubai: Palm Jumeirah

Kota yang paling berani mengadakan proses reklamasi adalah Dubai, Uni

Emirat Arab. Reklamasi Dubai yang pertama adalah Palm Jumeirah. Pulau

buatan berbentuk pohon Palm ini memiliki luas 572.1 ha. Lahan yang

dibuat terpisah dari pesisir, dengan bentuk yang dibuat cantik.

Pembangunan dengan mempertimbangkan pada saat konstruksi

terjadi stagnasi pada air di dalam breakwater, yaitu arus pasang surut tidak

dapat mencapai seluruh bagian cresent (bagian melengkung pada

breakwater). Hal ini menyebabkan genangan yang menimbulkan beberapa

masalah seperti tumbuhnya algae, menjadi area pertumbuhan nyamuk,

terjadi sedimentasi yang mengganggu bentuk dari pulau-pulau tersebut.

Solusinya, dibuat celah pada breakwater tersebut. Dilansir dari National

Geographic Channel, breakwater ini dimodifikasi dengan membuat celah

pada sebuah sisi, sehingga pergerakan gelombang dapat memberi oksigen

pada air. Dengan adanya celah ini mencegah tergenangnya beberapa pulau

karena sedimentasi. Terdapat fakta pembangunan Reklamasi Pantai Palm

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Jumeirah pada saat dibangun, perencanaan Palm Island ini dilakukan lebih

dari 100 studi untuk menentukan kelayakan proyek.84

b. Singapura:Pulau Sentosa

Proyek reklamasi dunia yang terkenal adalah Pulau Sentosa. Pulau ini

dulunya dikenal sebagai Pulau Blakang Mati yang kemudian digabungkan

dengan pulau-pulau kecil sekitarnya. Pulau Sentosa seluas 500 hektar ini

menjadi pusat wisata yang menawarkan berbagai macam fasilitas hiburan

seperti hotel, taman, villa, dan arena permainan. Beberapa tempat wisata

terkenal yang terdapat di pulau ini adalah Madame Tussauds, Underwater

World, Dolphin Lagoon, Animal & Bird Encounters, Sentosa Adventure

Park, dan Universal Studio Singapura.

Pembangunan dengan mempertimbangkan Pulau sentosa merupakan

salah satu resort yang berfokus pada tema sustainable tourism. Melalui

website resmi sentosa.gov.sg dijelaskan 10 poin mengenai sustainability

plain di Pulau Sentosa. Beberapa di antaranya adalah menjaga ekosistem

alam kawasan pulau tersebut, mempromosikan perilaku ramah lingkungan

kepada para pengunjung yang datang, efisien dalam menggunakan energi

bahan bakar, melindungi aset heritage Singapura.

84 Okezone.com, 10 fakta mengenai pulau palm di dubai (http://economy.okezone.com) diakses pada tanggal 16 bulan September tahun 2014 pukul 12:20 wib

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. Belanda: Port of Rotterdam

Reklamasi Belanda merupakan salah contoh reklamasi sukses dunia yang

mendorong Indonesia untuk melakukan reklamasi serupa. Nama proyek

Port of Rotterdam disebut-sebut menjadi inspirasi “Port of Jakarta”. Port of

Rotterdam memang merupakan salah satu proyek reklamasi sukses di

dunia. Pelabuhan hasil reklamasi proyek Maaksvlakte 1 telah mencapai

kapasitas maksimum, maka dibuka proyek Maasvlakte 2 yang

menghasilkan pelabuhan baru yang sudah diberdayakan untuk kepentingan

komersial sejak tahun 2013. Saat ini, Port of Rotterdam menjadi pelabuhan

terbesar di benua Eropa dengan angka throughput per tahun sebesar 465

juta ton.

Pembangungan dengan mempertimbangkan upaya reklamasi

dilakukan oleh negara Belanda untuk berbagai tujuan besar, seperti untuk

mencegah banjir berkepanjangan, yang mengganggu industri pertanian,

hingga meningkatkan kondisi ekonomi negara. Saat ini, sistem reklamasi,

hidrologi, dan drainase Belanda seringkali menjadi referensi bagi banyak

proyek reklamasi pesisir dan danau di seluruh dunia.

d. Reklamasi Hongkong: Pulau Tung Chung

Awalnya wilayah ini hanyalah pulau terpencil di Hongkong dan sepi

penghuni. Lewat reklamasi di sebelah utara, timur dan timur laut

Hongkong seluas 14 hektar, Tung Chung kini berubah wajah menjadi kota

baru dengan magnet utamanya bandara international Hongkong dan wisata

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

belanja. Area Tung Chung saat ini menjadi salah satu destinasi wisata

utama di Hongkong. Citygate Outlets adalah magnet utama selain bandara

international. Berada di jantung kota baru ini yang dihubungkan oleh MTR

Tung Chung dan terminal bus, sehingga membuat Tung Chung menjadi

mudah dikunjungi. Dikembangkan seluas 46,000 m2, pusat belanja ini

menawarkan berbagai, hiburan, gerai makanan yang tersebar di lima lantai.

Pembangungan dengan mempertimbangkan reklamasi yang

dilakukan di Hongkong tidak hanya fokus tentang masalah perluasan lahan.

Di dalamnya terdapat desain besar yang mencoba menyeimbangkan antara

kepentingan komersial dengan upaya perlindungan kekayaan alam

Hongkong yang sebenarnya bersifat terbatas.

e. China: Pelabuhan Cao Fei Dian

Reklamasi bukanlah hal baru di China. Reklamasi China sudah ada sejak

dinasti Qing, ketika para petani di daerah tersebur membutuhkan lahan

agrikurtural. Cao Fei Dian adalah proyek reklamasi sukses dunia yang

paling besar di China. Lebih dari 20 juta ton pasir menjadi lahan baru

pelabuhan ini. Ukurannya sangat luas yakni 2000 hektar, atau seperti dua

kali Kota Boston. Pelabuhan di Cao Fei Dian telah beroperasi namun

pengembangan kawasan industri dan pemukiman eco-city di area ini belum

berkembang secara maksimal. Hingga tahun 2014, hanya terdapat ribuan

warga yang telah menempati pemukiman eco-city di Cao Fei Dian ini,

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

masih jauh dari target 300.000 pemukim di tahun 2010 yang ditetapkan di

awal pembangunan.

Pembangungan dengan mempertimbangkan reklamasi di Cao Fei

Dian dilakukan berdasar perencanaan yang matang, sistematis, dan dengan

tahapan pembangunan yang jelas. Pembangunan diprioritaskan pada

pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang dinilai memiliki

signfikansi dan daya tarik yang tinggi, seperti kawasan pelabuhan dan

fasilitasnya, jalan raya, jalur kereta api, hingga jaringan listrik

f. Korea Selatan: Song Do International Bussiness District.

Proyek reklamasi sukses di dunia berikutnya adalah Song Do International

Business District. Luas kota ini kurang lebih 600 hektar. Beberapa

landmark terkenal di area ini adalah Songdo Central Park dan Convensia.

Song Do International Business District juga telah menjadi tuan rumah bagi

beberapa acara berskala internasional seperti Asian Games 2014 dan The

World Education Forum 2015. Area Song Do International Business

District sendiri mendapat perhatian besar dari masyarakat global setelah

menjadi lokasi pembuatan video ‘Gangnam Style’ dan ‘Right Now’ dari

Psy. Proyek ini berlangsung selama 10 tahun dan menghabiskan kurang

lebih 40 Miliar Dollar AS. Angka yang sangat besar ini sesuai dengan hasil

“new smart city” Song Do.

Perencanaan proyek dilakukan secara matang, sistematis, dan informatif

karena perencanaan pun ditampilkan dalam bentuk maket. Kajian dari

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

berbagai bidang seperti bidang sosial, ekonomi, budaya, teknis, dan

lingkungan, dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan konflik

berbagai kepentingan.

g. Jepang: Bandara International Kansai

Proyek reklamasi sukses di dunia yang tak kalah populer adalah

pembangunan Bandara Internasional Kansai. Reklamasi seluas kurang

lebih 500 hektar ini, merupakan reklamasi daratan, yang dibuat lepas dari

pesisir pantai. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi internasional di

negara maju ini, Jepang membuat pulau buatan untuk membangun bandara

internasional. Bandara Udara Internasional Kansai terletak di tengah Teluk

Osaka. Konstruksi pulau dimulai tahun 1987, butuh waktu yang cukup

lama untuk membentuk pulau yang anti gempa di Jepang. Konstruksi

bandara dimulai tahun 1991 dan tahun 1994 bandara pun resmi dibuka.

Bandara Kansai telah menjadi alternatif terhadap Bandara Narita bagi

wisatawan internasional dari arah Greater Tokyo Area. Per Juni 2014,

Bandara Kansai telah memfasilitasi 780 penerbangan per minggu ke

seluruh Asia dan Australia, 59 penerbangan per minggu ke Eropa dan

Timur Tengah serta 80 penerbangan per minggu ke Amerika Utara.

Jepang berhasil melakukan revitalisasi Osaka dan menaikan taraf

perekonomian warga sekitarnya. Negara yang sukses melakukan proses

reklamasi pantai menjadi lebih maju karena melakukan prosesnya dengan

hati-hatiProses reklamasi di Kansai mengundang aktif partisipasi warga

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

sekitar untuk mengutarakan pendapat mereka. Reklamasi di Kansai sendiri

dilakukan untuk menghindarkan protes dari warga atas kebisingan suara

pesawat udara, mengingat bandara ini memiliki tingkat kesibukan yang

sangat tinggi.85

1. Dampak Positif Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara

Beberapa dampak positif Reklamasi Pantai Pulau G Jakarta Utara, antara lain:

a. Menambah luas daratan kota jakarta, pulau baru tersebut bisa diisikan

dengan bangunan-bangunan yang baru yang bisa difungsikan untuk

permukiman, perkantoran, dan kegiatan lainnya;

b. Sebagai dinding pelindung daratan jakarta yang sebagaian sudah rata atau

bahkan dibawah permukaan laut ketika terjadi pasang surut;

c. Sebagai alat untuk menambah pendapatan ekonomi pemerintah daerah kota

jakarta;

d. Menciptakan lapangan kerja baru, karena proses reklamasi sampai dengan

pengoperasionalannya membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit.

e. Sebagai bangunan pemecah gelombang sehingga dapat mengurangi erosi

atau abrasi pantai jakarta.

f. Sebagai ikon baru di negara indonesia.86

85 Mediatataruang.com, Reklamasi Dunia (http://mediatataruang.com/reklamasi-dunia/) Diakses Pada Tanggal 15 Bulan September Tahun 2016

86 Ilmu Sipil.com , Dampak Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta Keuntungan dan Kerugian (http://www.ilmusipil.com/dampak-proyek-reklamasi-pantai-utara-jakarta-keuntungan-dan-kerugian) diakses tanggal 30 bulan Juni 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 91: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

2. Dampak Negatif Reklamasi PantaiPulau G Jakarta Utara

Pada umumnya semua pembangunan bertujuan atas pembangunan tersebut

berdampak positif. Namun dalam faktanya pembangunan itu dapat memberi

dampak negatif. Dampak negatif dalam pelaksanaan reklamasi pantai Pulau G

Jakarta Utara berdasarkan putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT, antara

lain:

a. proyek reklamasi dengan caramengerug dan membuanglumpur dilaut

membuat sehingga ikan-ikan banyak yang mabuk kena lumpur dan

akibatnya banyak yang mati yang berakibat kurangnya pendapatan nelayan

masyarakat wilayah pesisir jakarta utara.Pengerugkan dan pembuangan

lumpur tersebut bertujuan untuk menimbun sehingga membentuk pulau.

b. Kapal-kapal besar pengangkut solar untuk kegiatan reklamasi menabrak

jaring nelayan. Hal tersebut merugikan nelayan wilayah pesisir jakarta

utara.

c. Jarak nelayan yang semakin jauh untuk ke laut mengakibat biaya yang

lebih besar.

d. Terbukti menurunnya pendapatan nelayan melalui saksi persidangan yaitu

seorang nelayan yang biasanya 2 ton per hari, namun setelahadanya proyek

reklamasi pengolahannya menjadi 800 Kg perhari.

e. Berdasarkan keterangan saksi ketua koperasi mina jaya yang terletak

berada di wilayaj pesisir jakarta utara yang kegiatannya antara lain

menyediakan kebutuhan untuk melaut, misalnya jaring dan lain-lain serta

Universitas Sumatera Utara

Page 92: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

simpan pinjam bahwa nelayan mengalami musim paceklik bahwa banyak

nelayan yang tidak sanggup membayar hutangnya setelah pelaksanaan

reklamasi.

f. Reklamasi berakibat pada perubahan pola arus dimana ada wilayah tertentu

yang airnya tidak bergerak yang akhinya tidak ada arus. Pola arus berfungsi

mengkawinkan antara biota laut yang lain dengan biota yang lainnya. Dan

pola arus berfungsi pencucian atau flushing sehingga menghindari

pencemaran air laut terhadap zat-zat yang berbahaya. Hal tersebut dapat

mengakibatkan masyarakat keracunan. Pola arus jakarta utara sudah telah

melampaui baku mutu.

g. Kegiatan Reklamasi Pantai Pulau G merupakan kegiatan kunstruksi berupa

mengurug di perairan laut, maka potensinya adalah menimbulkan butiran-

butiran yang tersebar ke perairan disekitarnya, biasanya hal itu disebut

dengan total suspenden solid atau kepadatan tersuspensi yang tentunya

akan mengganggu biota disekitarnya, hal ini akan berpotensi terjadi

terutama dengan material-material halus.

B. Pengelolaan Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu

Reklamasi Pantai merupakan suatu pembangunan yang dilakukan di wilayah

pesisir. Salah satu sebab terjadi kemiskinan masyarakat pesisir adalah belum

diterapkannya aplikasi pembangunan wilayah pesisir secara terpadu.87

87 Kusnadi, Filosifi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Bandung: Humaniora, 2006), hlm. 15-20.

berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 93: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

hal tersebut bahwa untuk menghindari dampak buruk terhadap masyarakat wilayah

pesisir maka pembangunan wilayah pesisir harus terpadu.Kebijakan pembangunan

sektoral yang menekankan pertumbuhan ekonomi dapat memunculkan kemiskinan

dan kesenjangan sosial ekonomi antara kelompok masyarakat. Resep

pembangunan yang demikian harus direvisi karena mengaikan karateristik dan

perbedaan-perbedaan dalam aspek geografis, tingkap pembangunan masyarakat,

dan potensi sumber daya ekonomi. Perbedaan-perbedaan tersebut mengharuskan

digunakannya paradigma pembangunan yang relevan.88 Termasuk pembangunan

reklamasi pantai yang berada diwilayah pesisir tidak bisa disamakan dengan

pembangunan di wilayah daratan. Kebijakan Pembangunan wilayah pesisir dan

lautan secara terpadu dirumuskan dalam tiga kebijakan strategis yang terintegrasi

yakni kebijakan ekonomi, kebijakan sumber daya alam, dan lingkungan serta

kebijakan kelembagaan.89

a. Wilayah pesisir adalah suatu sistem sumber daya yang unik (khas);

Beberapa prinsip dasar yang patut dipertimbangkan dalam menetapkan paradigma

pembangunan wilayah secara terpadu dikawasan pesisir adalah sebagai berikut:

b. Tata ruang daratan dan lautan harus dikelola secara terpadu;

c. Daerah perbatasanan antara laut dan darat hendaknya dijadikan fokus

utama (focal point) dalam setiap pengelolaan wilayah pesisir;

88 Kusnadi, Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu (Bandung: Graha Ilmu, 2015), hlm. 26 89 Nugroho dan Dahuri, Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

(Jakarta: LP3ES, 2003), hlm. 271-295)

Universitas Sumatera Utara

Page 94: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

d. Fokus utama dari pengelolaan sumber daya di wilayah pesisir adalah untuk

mengkonservasi sumber daya miluk bersama (common property resources)

dan menjaga keberlanjutannya;

e. Semua tingkat pemerintahan dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan

dan pengelolaan wilayah pesisir;

f. Dilakukannya evaluasi manfaat ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir;

g. Pengelolaan dan pemanfaatan multiguna sangat tepat dan merupakan kunci

keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya dan pembangunan wilayah

pesisir secara berkelanjutan;

h. Pengelolaan sumber daya pesisir secara tradisional (berbasis hak ulayat

atau institusi lokal lainnya) harus dihargai, dan;

i. Analisis dampak lingkungan sangat penting untuk pengelolaan wilayah

pesisir secara efektif.90

Pembangunan Wilayah Pesisir secara terpadu dengan pembangunan secara

sektoral memiliki keunggulan sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk membangun sumber

daya pesisir dan lautan secara berkesinambungan, sehingga dapat

mengatasi konflik pemanfaatan ruang dan sumber daya alam.

90 Dahuri, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara terpadu (Jakarta: Pradnya, 2001), hlm. 157-172

Universitas Sumatera Utara

Page 95: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

b. Kemungkinan menyerap aspirasi masyarakat terkati dengan pengelolaan

sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kedalam perencanaan

pembangunan, baik untuk masa depan maupun mendatang.

c. Menyediakan kerangka yang dapat merespoms segenan fluktuasi dan

ketidakmenentukan sosial, ekonomi, dan musim yang merupakan ciri khas

ekosistem pesisir dan lautan.

d. Membantu pemerintah pusan dan daerah untuk menumbuhkan

kembangkan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

e. Meskipun memerlukan pengumpulan data, analisis, dan proses

perencanaan yang lebih panjang daripada pendekatan pembangunan

sektoral, tetapi akhirnya secara keseluruhan pembangunan wilayah pesisir

dan lautan secara terpadu lebih murah.91

Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan berdasarkan Pasal 18 Undang-

Undang nomor 32 tahun 2004 bahwa telah mengatur pemerintah daerah dalam

mengelola sumber daya di daerah kewenangannya untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

91 Dahuri, Op. Cit., hlm. 151.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

.Selanjutnya dipertegas dalam Undang-Undang nomor 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau kecil.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut memiliki makna penting sebagai

berikut:

a. Merupakan pintu menuju terwujudnya regulated and sutainable fisheries

karena akan memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan sebagai bentuk tanggung

jawab sosial terhadap masa depan sumber daya tersebut.

b. Penghargaan terhadap institusi lokal dan kearifan budaya lokal sebagai

instrumen pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan berbasis

masyarakat. ketentuan tersebut merupakan modal sosial untuk

pembangunan masyarkat lokal dan sebagai pelindung pemanfaatan sumber

daya secara berkelanjutan.

c. Memberikan jaminan akses sumber daya pesisir dan lautan bagi nelayan-

nelayan tradisional, yang berskala usaha kecil. Ketentuan tersebut

memberi ruang untuk memperoleh manfaat ekonomi dari sumber daya

yang ada dan terlindungi dari persaingan tidak sehat dengan nelayan

moderen.

d. Memberikan ruang demokratisasi bagi masyarakat lokal di pesisir untuk

terlibat aktif dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

demikian kontrol masyarakat lokal terhadap penentu kebijakan semakin

terbuka.92

Berdasarkan ketentuan tersebut kebijakan pemerindah daerah dalam

menggunakan kewenangannya termasuk kebijakan dalam pembangunan wilayah

pesisir daerah kewenangannya harus sesuai dengan makna ketentuan tersebut.

Pembangunan wilayah pesisir termasuk diantaranya reklamasi pantai berdasarkan

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang nomor 27 tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau kecil harus melakukan

pembangunan wilayah pesisir secara terpadu.

Berdasarkan putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT dampak

Reklamasi Pantai Pulau G bahwa dampak kebijakan pemerintah daerah

melaksanakan kewenangannya secara sektoral tidak secara terpadu. Pembangunan

wilayah pesisir daerah jakarta utara tidak sesuai dengan makna dan amanat

berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang nomor

27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau kecil.

C. Perlindungan Hukum Reklamasi Pantai terhadap Masyarakat

Berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 bahwa memberikan

perlindungan terhadap masyarakat bahwa pelaksanaan reklamasi pantai dengan

cara wajib melibatkan masyarakat terkena dampak dalam kelayakan lingkungan

hidup. Berdasarkan Pasal 25 bahwa dalam dokumen AMDAL harus memuat saran

92 Satria, Acuan Singkat Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Perikanan (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2002), hlm. 3-6.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.

Berdasarkan Pasal 26 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada dapat mengajukan

keberatan terhadap dokumen amdal yang mengakibatkan perlunya mengkaji ulang

AMDAL tersebut. Dan bahkan berdaskarn Pasal 30 bahwa keanggotaan penilaian

AMDAL harus terdapat wakil dari masyarakat terkena dampak reklamasi.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 39 bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan

keputusan izin lingkungandilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh

masyarakat. Pengumuman tesebut merupakan pelaksanaan atas keterbukaan

informasi. Pengumuman tersebut memungkinkan peran serta masyarakat,

khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan,

dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan keputusan izin. Dan hal

tersebut dipertegas pada Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012

Tentang Izin Lingkungan.

Berdasarkan Pasal 60 Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 bahwa dalam

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau Kecil, Masyarakat mempunyai hak

untuk:

a. memperoleh akses terhadap bagian Perairan Pesisir yang sudah diberi Izin

Lokasi dan Izin Pengelolaan;

b. mengusulkan wilayah penangkapan ikan secara tradisional ke dalam

RZWP-3-K;

c. mengusulkan wilayah Masyarakat Hukum Adat ke dalam RZWP-3-K;

Universitas Sumatera Utara

Page 99: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

d. melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundangundangan;

e. memperoleh manfaat atas pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil;

f. memperoleh informasi berkenaan dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil;

g. mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas

kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan pelaksanaan

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

h. menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah

diumumkan dalam jangka waktu tertentu;

i. melaporkan kepada penegak hukum akibat dugaan pencemaran,

pencemaran, dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

yang merugikan kehidupannya;

j. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merugikan kehidupannya;

k. memperoleh ganti rugi; dan

l. mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan yang

dihadapi dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 bahwa

Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk

berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Peran masyarakat dapat berupa pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat,

usul, keberatan, pengaduan; dan/atau penyampaian informasi dan/atau laporan.

Peran masyarakat dilakukan untuk:

a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkunganhidup;

b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;

c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;

d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untukmelakukan

pengawasan sosial; dan

e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Perlindungan Hukum lingkungan yang diberikan kepada masyarakat tidak hanya

pada melibatkan masyarakat reklamasi pantai namun dapat mempunyai hak untuk

menggugat keputusun izin reklamasi pantai terdapat hak-hak gugat masyarakat dan

hak gugat organisasi lingkungan hidup.Berdasarkan Pasal 91 Undang-Undang

nomor 32 tahun 2009 bahwa masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan

kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan

masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup. Gugatan tersebut dapat diajukan apabila terdapat kesamaan

Universitas Sumatera Utara

Page 101: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok

dan anggota kelompoknya. Selanjutnya Berdasarkan Pasal 92Undang-Undang

nomor 32 tahun 2009 bahwa dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup

berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan

hidup. bahkan menggugat tersebut dilindungi agar tidak dapat digugat kembali

berdasrkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 bahwa Setiap orang

yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat

dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata. Perlindungan hukum

terhadap pelanggaran hukum lingkungan dapat diberikan gugatan administrasi,

gugatan ganti kerugian dan pemulihan lingkungan, dan gugatan pidana

lingkungan.

Berdasarkan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Setiap orang

dapat mengajukan gugatan admnistrasi terhadap keputusan tata usaha negara

apabila:

a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada

usahadan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapitidak dilengkapi dengan

dokumen amdal;

b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan

kepadakegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan

dokumen UKL-UPL; dan/atau

Universitas Sumatera Utara

Page 102: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha

dan/ataukegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.

Perlindungan hukum bagi korban pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan akibat perbuatan pencemar yang menimbulkan kerugian bagi korban

dan menyebabkan penderita berhak mengajukan gugatan ganti kerugian terhadap

pencemar.93Hukum lingkungan memuat ketentuan yang berkaitan dengan

pemenuhan hak-hak keperdataan seseorang, kelompok orang dan badan hukum

perdata dalam kaitannya dengan hidup yang baik dan sehat. Hukum lingkungan

memuat ketentuan jika hak-hak keperdataan dirugikan oleh salah satu pihak,

misalnya karena terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan, maka dalam

upaya perlindungan hukumnya digunakan sarana hukum keperdataan.

Perlindungan lingkungan bagi korban pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

diberikan dengan cara memberikan hak kepada penggungat untuk mengajukan

gugatan ganti kerugian atau tindakan pemulihan lingkungan terhadap pencemar.94

93 Siti Sundari, Hukum Lingkungan dan kebijaksanaan Lingkungan Nasional (Surabaya: Airlangga Press, 2000), hlm. 261.

94 Akib, Op.Cit., hlm. 180.

Hukum lingkungan keperdataan mengadung ketentuan-ketentuan yang mengatur

tatanan masyarakat orang-orang berikut badan-badan hukum perdata satu sama

lain, begitu pula yang melandasi hubungan hukum orang-seorang berikut badan-

badan hukum perdata berhadapan dengan badan-badan negara, manakala badan-

Universitas Sumatera Utara

Page 103: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

badan negara tersebut bertindak sebagai badan hukum perdata dalam

menyelenggarakan hak dan kewajibannya.95

Tangung gugat lingkungan mengandung arti bahwa seseorang atau badan hukum

perdata wajib bertanggung gugat untuk membayar ganti rugi atau melakukan

tindakan tertentu akiba perbuatan dan kerugian yang mereka lakukan, baik secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Istilah tanggung gugat ini untuk

membedakan dengan tanggung jawab dalam hukum pidana.

96Beberapa jenis

tanggung gugat hukum lingkungan, antara lain:97

a. Tanggung gugat berdasarkan kesalahan.

Tanggung gugat berdasarkan kesalahan yang dalam sistem hukum

eropa kontinental disebut schuld aansprakelijkheid atau dalam sistem

anglo-amerika dikena dengan nama liability based on fault atau tort

liability, merupakan jenis tanggung gugat yang sudah sangat tua dan dapat

dikatakan bersal dari zaman romawi.98

95 Danusaputro, Hukum Lingkungan (Bandung: Binacipta, 1985), hlm. 110. 96 Siti Sundari, Hukum Lingkungan Keperdataan: Tanggu Gugat Pencemar Dan Beban

Pembuktian (Surabaya: Unair, 1994), hlm. 3. 97 Akib, Op.Cit., hlm. 181-188. 98 Siti Sundari, Op.Cit., hlm. 278.

Konsep tanggung gugat berdasarkan

kesalahan mengandung makna bahwa tergugat bertanggung gugat apabila

dapat dibuktikan bersalah. Sebaliknya, jika tergugat tidak berhasil

dibuktikan bersalah maka dibebaskan dari pertanggung gugatan perdata

dalam hal ganti rugi. Misalnya ganti rugi akibat pencemaran atau

perusakan lingkungan akibat perbuatan yang dapat dibuktikan atas

Universitas Sumatera Utara

Page 104: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

kesalahannya.Kelemahan gugatan lingkungan adalah sulitnya

membuktikan unsur-unsur perbuatan melawan hukum, terutama unsur

kesalahan dan hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian yang

ditimbulkan karena beban pembuktian ada pihak korban.99

b. Tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan beban pembuktian terbaik.

Konsep tanggung gugat dengan beban pembuktian terbalik termasuk

jenis tanggung gugat yang dipertajam, yaitu dengan membalik kewajiban

beban pembuktian. penggugat tidak perlu membuktikan keslaahan tergugat,

tetapi sebaliknya tergugat yang harus membuktikan bahwa tergugat telah

cukup berupaya untuk berhati-hati, sehingga tergugat tidak dapat

dipersalahkan.100

c. Tanggung gugat mutlak.

Tanggung gugat multak merupakan perkembangan tangung gugat

berdasarkan dalam hukum anglo-amerika dikenal sebagai asas atau doktrin

“strict liability”.101

99 Akib, Op.Cit., hlm. 182 100 Siti Sundari, Op.Cit., hlm. 278-279. 101 Akib, Op.Cit., hlm. 183.

Sejak pertengahan abd ke-19 strict liability

diperkenalkan di berbagai negara. Menurut Lummert, ” Since the middle of

the nineteeth century, strict liability has been introduced in all countries, at

least for particular types of cases, a large number of which are connected to

enviromental hazards.” Tanggung gugat mutlak (strict liability)

mengandung makna bahwa tanggung gugat timbul seketika pada saat

Universitas Sumatera Utara

Page 105: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

terjadinya perbuatan, tanpa mempersoalkan kesalahan tergugat. Namun

demikian, tidak semua kegiatan dapat diterapkan asas strict liability,

melainkan diperuntukkan bagi kasus-kasus tertentu yang besar dan

membahayakan lingkungan.

d. Tanggung gugat bersama.

Konsep tanggung gugat bersama diterapkan dalam hal tergugat terdiri

dari beberapa orang atau badan hukum tidak dapat secara spesifik

menunjuk pelaku pencemaran dari sekian banyak perusahaan yang

potensoal menjadi penyebab pencemaran-perusakan lingkungan. Konsep

ini pernah diterapkan pada tahun 1972 di new york dalam kasus

perlindungan konsumen hall v. E.L. Dupon De Nemours. Dalam kasus

tersebut industri belasting cap dan asosiasi perdagangan di bidang industri

yang memformulasikan standar yang harus diiktui oleh para industriawan,

dinyatakan bertanggung jawab secara bersama-sama atas penderitaan yang

dialami penggugat.102

e. Tanggung gugat berdasarkan andilnya dalam pencemaran.

Konsep tanggung gugat dipergunakan dengan mentapkan bahwa

setiap tergugat bertanggung gugat terhadap bagian kegiatan yang timbul

sesuai dengan adilnya dalam pencemaran itu. Pandangan ini dikenal

dengan “market share liabilty” yang membawa serta beban pembuktian

terbalik. Tergugat yang mampu membuktikan bahwa mereka tidak

102 Ahmad Santosa, Good Governance Hukum Lingkungan (Jakarta: ICEL, 2001), hlm. 300.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

mungkin bertanggung gugat, karena mereka bukan yang menimbulkan

kerugian tersebut dibebaskan dari tanggung gugatnya. Pencemar selebihnya

bertanggung jawab terhadap baggian yang seimbang atas kerugian yang

diwujudkan oleh andilnya.103

Berdasarkan Pasal 87 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 bahwa

mengadopsitanggung gugat berdasarkan kesalahan.

104Dan selanjutnya

berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 bahwa perbuatan

setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3,

menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan

ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas

kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan mengadopsi

tanggung jawab mutlak.105 Dan khusus ketenaganukliran berdasark Pasal 30

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 mengadopsi tanggung gugat bersama.106

a. Ganti rugi kepada orang yang menderita kerugian akibat

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat reklamasi pantai;

Berdasarkan Pasal 87 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 bahwa sanksi

perdata yang dapat diberikan kepada tergugat atas pencemaran akibat pelaksanaan

reklamasi pantai, yaitu:

b. Ganti rugi kepada lingkungan hidup itu sendiri akibat reklamasi

pantai.

103 Siti Sundari, Inovasi Hukum Lingkungan (Surabaya: Airlangga, 1991), hlm. 15. 104 Akib, Op.Cit., hlm. 181 105Ibid., hlm. 186. 106Ibid., hlm. 188.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Perlindungan hukum lingkungan selain keperdataan juga terdapat sanksi

pidana atas perbuatan tertentu. Ketentuan pidana diatur dalam Pasal 94-120

Undang-Undang nomor 32 tahun 2009. Pelaksanaan reklamasi pantai yang

termasuk dalam perbuatan pidana dalam ketentuan hukum lingkungan. Misalnya

reklamasi pantai secara sengaja yang mengakibatkan melampui baku mutu air

laut. Berdasarkan Pasal 98 bahwa setiap orang yang dengan sengaja melakukan

perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku

mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)

dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pelaksanaan

Reklamasi pantai yang melebihi baku mutu air laut dapat dikenakan

ketentuanpidana.

No Dampak Negatif Reklamasi Perlindungan Hukum 1. Pencemaran 1. Ganti rugi kepada orang yang menderita

kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat reklamasi pantai 2. Ganti rugi kepada lingkungan hidup akibat reklamasi pantai

2. Melanggar Baku Mutu 1. Dipidana Penjara Paling Lama 10 tahun

3.

Perizinan Reklamasi Berdampak Negatif Lingkungan yang Merugikan

1. Pembatalan Izin Reklamasi

Universitas Sumatera Utara

Page 108: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB IV

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMBATALAN REKLAMASI PANTAI PULAU G PUTUSAN NOMOR 193/G/LH/2015/PTUN-JKT

A. Pelaksanaan Perizinan Reklamasi Pantai berdasarkan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Persoalan reklamasi DKI Jakarta menimbulkan berbagai kesimpangsiuran

baik data/informasi, prosedur pembangunan, kebijakan, penataan ruang sampai

perkiraan dampak yang akan terjadi jika reklamasi tetap dilaksanakan. Disadari

bahwa Pantura Jakarta menyimpan berbagai kepentingan, selama ini Teluk Jakarta

digunakan jalur pelayaran, kabel laut, pipa gas, perikanan, pendingin PLTA

Muara Karang, beberapa bagian masih memiliki hutan mangrove. Setidaknya ada

3 (tiga) peraturan perundangan utama terkait, yaitu Undang-undang No. 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang yang mengatur aspek pengaturan, pembinaan,

pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang; Undang-undang No 1. Tahun 2014

tentang Perubahan atas Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yang mengatur kewenangan atas ruang

laut yang terdiri atas kawasan konservasi, kawasan pemanfaatan umum, kawasan

strategis nasional tertentu dan alur laut; dan, Undang-undang No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan daerah yang mengatur kewenangan nasional, daerah

provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Kewenangan provinsi mencapai 0-12 mil selebihnya (> 12 mil) menjadi

kewenangan pusat/nasional.107

Dampak berbagai bentuk pengaturan menimbulkan berbagai interpretasi

atas kebijakan reklamasi Pantura Jakarta maupun ketentuan dalam rencana tata

ruangnya. Dalam tataran praktis, reklamasi pulau-pulau di Teluk

Jakartamemunculkan perdebatan terkait kewenangan penyelenggaraan reklamasi

karena berbentuk pulau (tidak menempel daratan), lintas daerah (karena

Kabupaten Tanggerang juga melakukan reklamasi serta rencana pemerintah pusat

melakukan reklamasi melalui National Capital Integrated Coastal

Defence/NCICD). Ketidakpaduan dan ketidakjelasan antarproduk hukum terkait

menimbulkan berbagai perdebatan pro dan kontra, tidak hanya pada persoalan

kewajiban pengembang, namun sampai pada perdebatan penyelenggaraan

reklamasi itu sendiri, dalam lingkup perencanaan, pemanfaatan maupun

pengendalian yang didalamnya terkait izin reklamasi.

108

Yang berwenang mengeluarkan izin reklamasi di DKI Jakarta berdasarkan

Keppres 52 tahun 1995, Keppres ini juga mengatur mengenai tata ruang Pantura.

Tahun 2008 keluar Perpres 54 tahun 2008, tentang tata ruang Jabodetabek Punjur,

yang membatalkan tata ruang di Keppres 1995, namun kewenangan izin reklamasi

Pantura tetap ada di Gubernur DKI.

109

107 Roos Akbar. Pandangan Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung Terhadap Reklamasi Pantai Utara Provinsi Dki Jakarta, Forum Guru Besar - Institut Teknologi Bandung (FGB-ITB) 2016, hlm 24

108Ibid 109Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 110: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Pengaturan kegiatan pelaksanaan reklamasi baru dapat dilaksanakan jika

izin lingkungan kegiatan reklamasi telah terbit, hal tersebut diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 18 ayat (1). Dalam pasal tersebut dinyatakan izin

lingkungan merupakan salah satu dokumen/izin yang harus dipenuhi sebelum

diterbitkannya izin pelaksanaan reklamasi.110

Sebelum melakukan pelaksanaan reklamasi, beberapa perizinan yang

harus dilengkapi terlebih dahulu oleh para investor, antara lain: izin prinsip, izin

pelaksaan, dan izin pemanfaatan reklamasi. Dalam izin prinsip tersebut,

pengembang wajib melakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), Detail Enginering Desain (DED), Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RPL), dan kewajibanlainnya. Hasil kajian tersebut kemudian dinilai oleh tim

yang berada dibawah kordinasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD). Setelah terpenuhi lalu investor mendapatkan izin pelaksanaan

reklamasi.

111

Yang harus dilengkapi investor setelah mendapat izin lingkungan dari

Pemerintah DKI Jakarta, berupa izin lokasi, rencana induk reklamasi; izin

lingkungan; dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi finansial; dokumen

rancangan detail reklamasi; metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan

reklamasi dan bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan.

112

110Hasil wawancara dengan Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

111Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

112Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 111: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Tujuan pelaksanaan reklamasi di Pantai Pulau G, yaituguna membangun

kawasan pantai menjadi daerah kawasan aktivitas bisnis, perekonomian maupun

pemukiman, namun kenyataan Tidak semua kelas ekonomi masyarakat Jakarta

bisa menikmati reklamasi tersebut. Reklamasi yang dibangun investor dengan

dana triliunan rupiah tentu akan dijual dengan harga mahal. Hanya golongan

ekonomi atas yang mungkin akan menikmati reklamasi tersebut 113

Alasan penolakan reklamasi oleh Lembaga Bantuan Hukum dan

Masyarakat disekitar Pantai Pulau, yaitumelanggar Hak Rakyat yang dijamin oleh

Konstitusi UUD 1945, Jakarta akan tenggelam, merusak lingkungan,

menghancurkan ekosistem sumber pasir urugan, merusak tata air di wilayah

pesisir, Jakarta butuh restorasi, bukan Reklamasi.

114

Upaya hukum yang dapat ditempuh untuk menyelesaikannya adalah

masyarakat yang dirugikan atau yang jadi korban daripada kegiatan reklamasi

pantai G dapat mengajukan gugatan class action. Pemerintah DKI Jakarta,juga

berhak menuntutganti rugi kepada investor atas kerusakan yang ditimbulkan,

sedangkan secara administratif, langkahhukum yang mana dapat dilakukan

Pemerintah DKI Jakarta terhadap kegiatan reklamasi yang tidak

mendapatAMDAL yaitu dengan memerintahkan penghentian aktifitas reklamasi

sampai ada AMDAL terhadap kegiatan tersebut.

115

113Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

114Hasil wawancara dengan Forum Kerukunan Masyarakat Nelayan Muara Angke Jakarta, 3 Juli 2017.

115Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 112: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 bahwa

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap

lingkunganhidup wajib memiliki AMDAL. Reklamasi Pantai adalah merupakan

kegiatan yang berdampak penting dilihat berdasarkan besarnya jumlah penduduk

yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan, banyaknya

komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, intensitas dan

lamanya dampak berlangsung, dampak kumulatif. Oleh karena itu Reklamasi

Pantai harus memuat dokumen AMDAL. Berdasarkan Pasal 24 bahwa dokumen

AMDAL tersebut akan menjadi dasar untuk keputusan penetapan kelayakan

lingkungan hidup. Selanjutnya Reklamasi Pantai memiliki izin lingkungan

berdasarkan Pasal 31 bahwa Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki

AMDAL termasuk memiliki izin lingkungan. Berdasarkan Pasal 31 bahwa Izin

lingkungan sebagaimana dimaksud diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan

lingkungan hidup.

Reklamasi Pantai berdasarkan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009

bahwa dalam Pasal 26 pembuatan dokumen Amdal harus melibatkanya

masyarakat yang terkena dampak dan berserta organisasi lingkungan hidup.

Penilaian dokumen AMDAL harus dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL.

Berdasarkan Pasal 30 Keanggotaan Komisi Penilai Amdal salah satu diantaranya

terdiri dari masyarakat yang terkena dampak lingkungan beserta organisasi

lingkungan hidup.Berdasarkan Pasal 26 bahwa pelibatan masyarakat yang

terutama terkena dampak dan organisasi lingkungan hidup harus dilakukan

berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta

Universitas Sumatera Utara

Page 113: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Dan selanjutnya Berdasarkan Pasal

39 bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

wajib mengumumkan setiap permohonan dankeputusan izin lingkungan.

Pengumuman dilakukan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.

Izin lingkungan reklamasi pantai dapat dibatalkan berdasarkan Pasal 37

bahwa Izin lingkungan dapat dibatalkan, apabila sebagai berikut:

a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung

cacathukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran

dan/ataupemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;

b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum

dalamkeputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau

rekomendasi UKLUPL;atau

c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL

tidakdilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

d. Dan berdasarkan Pasal 38 bahwa izin lingkungan dapat dibatalkan

melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.

Sebagaimana penjelasan diatas menunjukkan pedoman-pedoman penting

dalam proses perizinan dalam kegiatanreklamasi pantai, dalam hal pemberian izin

lingkungan sebelum mendapat izin usaha/kegiatan.Dalam hal ini menunjukkan

perizinan terpadu dalam bidang lingkungan hidup yang merupakan

instrumentuntuk mencapai ketertiban hukum bidang lingkungan

hidup.Penyelenggaraan sistem perizinan terpadu tersebut harus didasarkan pada

UU-PPLH.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Tujuan diterbitkannya izin lingkungan dalam reklamasi pantai G, yaitu

untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan

berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang

berdampak negatif terhadap lingkungan, memberikan kejelasan prosedur,

mekanisme, dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan usaha

dan/atau kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau

kegiatan.116

Manfaat ekonomi yang dapatdiperoleh dari reklamasi pulau G, efeknya

akan sangat besar misalnya benefit paling besar adalah DKI Jakarta akan

punya prime mover perekonomian yang baru dan pendapatan nasional pasti

terdongkrak. Penduduk DKI Jakarta saat ini ada 10 juta orang, sedangkan

penduduk Indonesia 257,9 juta jiwa. Jadi, penduduk DKI hanya 4 persen dari total

populasi, akan tetapi DKI Jakarta menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) hingga Rp1.900 triliun, angka tersebut mencapai 16 persen dari PDB

nasional.Kalau bicara angka kasar, produktivitas penduduk DKI Jakarta adalah

Sebagaimana penjelasan diatas menunjukkan pedoman-pedoman penting

dalam proses perizinan dalam kegiatanreklamasi pantai, dalam hal pemberian izin

lingkungan sebelum mendapat izin usaha/kegiatan.Dalam hal ini menunjukkan

perizinan terpadu dalam bidang lingkungan hidup yang merupakan

instrumentuntuk mencapai ketertiban hukum bidang lingkungan

hidup.Penyelenggaraan sistem perizinan terpadu tersebut harus didasarkan pada

UU-PPLH.

116Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 115: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

empat kali lipat dari penduduk Indonesia di wilayah lainnya, maka perekonomian

DKI Jakarta melonjak, tentu akan mendongkrak perekonomian secara nasional.117

B. Perizinan Reklamasi Pantai Pulau G DKI Jakarta berdasarkan Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT

Izin Pelaksanaan ReklamasiPulau G Keputusan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta No. 2238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi

Pulau G Kepada PT Muara Wisesa Samudra terbit pada tanggal 23 Desember

2014.118

Dasar Hukum Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G, yaitu

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI

Jakarta sebagai Ibukota NKRI . Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 3. Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 . Keputusan Presiden

Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, cianjur. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Keputusan Gubernur Nomor

138 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklamasi Pantai Utara

Jakarta. Peraturan Gubernur Nomor 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang

Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 1901/2009

117Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

118Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 116: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

tentang Pembentukan Tim Sementara Care Taker Pelaksanaan Tugas Pengelolaan

Reklamasi Pantai Utara Jakarta.119

Alasan pemerintah memutuskan menghentikan sementara proyek

reklamasi di Teluk Jakarta, sebabkan karena adanya tumpang tindih

peraturan.Tumpang tindihnya peraturan dinilai menjadi penyebab tidak adanya

kewajiban yang jelas terkait perizinan yang harus dipenuhi sebelum penerbitan

izin pelaksanaan, setidaknya ada empat peraturan yang saling tumpang tindih

dalam proyek reklamasi Teluk Jakarta.

120

1. Pelanggaran dalam penilaian dokumen AMDAL bahwa tidak terdapat

alat bukti persetujuan ataupun surat kuasa yang ditanda tangani oleh

yang diwakili berupa penetapan wakil masyarakat yang terkena

dampak sebagaimana ditentukan pada Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Berdasarkan Fakta Putusan Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT bahwa

pelaksanaan Reklamasi Pantai Pulau G dilaksanakan berdasarkan keputusan

gubernur melalui kewenangannya dalam Pasal 4 keputusan Presiden No. 52

Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta bahwa Wewenang dan

tanggung jawab Reklamasi Pantai Utara berada pada Gubernur Kepala Daerah

Khusus Ibukota Jakarta. Reklamasi Pantai Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang

nomor 32 Tahun 2009 wajib memiliki AMDAL. Berdasarkan fakta dalam putusan

pertimbangan hakim, antara lain sebagai berikut:

119Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

120Hasil wawancara dengan Humas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah MSupardi, DKI Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Page 117: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan

Hidup untuk dijadikan dasar dalam Pembentukan Komisi Penilai

AMDAL. Berdasarkan hal tersebut keanggotaan Komisi Penilai

AMDAL tidak melibatkan masyakarat yang terkena dampak.

2. Pelanggaran tidak adanya RZWP-3K DKI Jakarta sebagai dasar

penerbitan pernerbitan izin lokasi dan izin prinsip reklamasi.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang pengelolaan

wilayah pesisir bahwa mewajibkan setiap Pemerintah Daerah

menyusun Rencana Zonasi serta menetapkannya dengan Perda.

Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau

Kecil (RZWP-3-K) merupakan mandat dari Pasal 7, Pasal 9dan Pasal

10. Rencana Zonasi menjadi alat kontrol untuk keseimbangan

pemanfaatan, perlindungan pelestarian, dan kesejahteraan masyarakat

sekaligus berfungsi memberikan kepastian dan perlindungan hukum

dalam pemanfaatan perairanpesisir. Rencana zonasi memungkinkan

untuk menata perairan wilayah pesisir agar tidak terjadi konflik dalam

penggunaannya, dimana semua ruang dialokasikan pemanfaatannya

secara transparan dan ilmiah sesuai dengan kelayakan dan

kompatibilitas. Rencana Zonasi juga memastikan adanya perlindungan,

pelestarian, pemanfaatan, perbaikan, dan pengkayaan sumber daya

pesisir beserta ekosistemnya secara berkelanjutan.

3. Pelanggaran tidak ada satu buktipun yang menunjukan bahwa tergugat

telah melakukan pengumuman sebagaimana yang ditentukan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 118: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Pasal 39 Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup bahwa gubernur sesuai dengan

kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan adan

keputusan izin lingkungan. Dan Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor

27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan bahwa Setelah menerima

permohonan Izin Lingkungan Gubernur wajib mengumumkan

permohonan Izin Lingkungan.

Alasan para penggugat mendasarkan SK Gubernur harus dibatalkan oleh

Majelis Hakim dalam tujuh alasan.

a. melanggar Putusan Mahkamah Konstitusi No. 3/PUU-VIII/2010 yang

telah menafsirkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Penafsiran Mahkamah

Konstitusi terhadap frase ”untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” untuk

mengukur suatu kebijakan dengan berdasarkan empat tolok ukur. Tingkat

kemanfaatan, tingkat pemerataan manfaat, tingkat partisipasi rakyat dalam

menentukan manfaat serta penghormatan terhadap hak rakyat secara turun

temurun atas suatu kebijakan pengelolaan sumber daya alam bagi rakyat.

b. melanggar Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mewajibkan setiap

kegiatan memiliki AMDALatau UKL-UPL wajib memiliki izin

lingkungan. Setiap kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan wajib

untuk memiliki izin lingkungan yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 yang mewajibkan reklamasi diatas

luasan 25 hektar wajib memiliki AMDAL.

Universitas Sumatera Utara

Page 119: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

c. melanggar UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil dengan tidak mendasarkan pada peraturan

mengenai Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-

3-K) sebagai arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil. RZWP-3K mengatur tentang tiga aspek: (a)

pengalokasian ruang laut; (b) Keterkaitan antara ekosistem darat dan

ekosistem laut; (c) penetapan pemanfaatan ruang laut; dan (d) penetapan

prioritas tujuan pengelolaan kawasan laut.

d. Gubernur telah melanggar Pasal 17 UU No. 30 Tahun 2014 dengan

bertindak sewenang-wenang dengan menerbitkan izin reklamasi tanpa izin

lokasi dan melampaui kewenangan dari pemerintah pusat. Sebagai

kawasan strategis nasional berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008, maka

pengelolaan Teluk Jakarta merupakan kewenangan dari pemerintah pusat.

Ditambah lagi terbitnya SK Gubernur tersebut tanpa didahului adanya Izin

Lokasi yang diwajibkan Perpres No. 122 Tahun 2012.

e. melanggar hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945. Nelayan skala kecil telah

dianggap sebagai solusi permasalahan serta diakui haknya melalui

instrumen hukum nasional dan internasional. Terbitnya SK No. 2238/2014

akan merampas ruang laut yang menjadi sumber kehidupan nelayan

tradisional skala kecil. Berdasarkan UNCLOS 1982, setiap negara

diwajibkan untuk melakukan pemberitahuan mengenai pembangunan

pulau buatan. Ditambah lagi dalam instrumen Perlindungan nelayan skala

Universitas Sumatera Utara

Page 120: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

kecil FAO telah mewajibakn negara untuk mempertimbangkan dampak-

dampak sosial, ekonomi dan lingkungan melalui studi, dan mengadakan

konsultasi yang efektif dengan nelayan tradisional. Terbitnya SK

2238/2014 tidak pernah memastikan hak-hak nelayan atas sumber

penghidupan terlindungi dan lestari.

f. melanggar persyaratan reklamasi pantai skala besar yang diatur dalam

Permen Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai. Pedoman melakukan

reklamasi dalam point 4.1.1 hal 8. menetapkan adanya persyaratan wajib

menyusun rencana detail tata ruang (RDTR) kawasan. RDTR kawasan

reklamasi dapat dilakukan apabila sudah memenuhi persyaratan

administratif. a) Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda; b)

Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, c) Sudah

ada studi kelayakan d) Sudah ada studi AMDAL kawasan maupun

regional. Namun tidak ada RDTR yang mengatur SK No. 2238/2014

tersebut

g. melanggar Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan hak setiap

orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan ditegaskannya diperuntukan

reklamasi bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi

menunjukkan adanya diskriminasi yang akan terjadi bagi nelayan

tradisinal skala kecil. Hal tersebut telah terjadi dalam pelaksanaan proyek

Universitas Sumatera Utara

Page 121: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Reklamasi pantai Jakarta sepanjang tahun 2000-2011 mencapai 2500 ha,

yang menggusur 3.579 Kepala Keluarga nelayan.121

C. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Pembatalan Reklamasi Pantai Pulau G putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT

DKIJakarta adalahkotapesisiryang terbentuk dan terbangun melalui proses

akresi dan sendimentasi secara alamiah. Jakarta memiliki topografi rendah

danlandai dengansungai-sungaiyangmelintasiseluruhwilayahyang menjadikannya

sebagai kota delta yang diapit dua sungai besar sebagai

potensisumberdayaairyaituSungaiCiliwungditimurdanSungaiCisadanedi Barat;

Selain itu, terdapat tiga belas sungai yang semuanya bermuara di Teluk

Jakarta.Dengantiga belassungaiyangbermuaradi TelukJakarta,maka

perairantelukJakarta dapatdikategorikansebagai estuariyang menjaditempat

pertemuan antara perairanlaut dan perairandarat. Estuarinadalahsebuah

kawasanpalingsubur karenatempatpertemuanantaradebitairtawardarihulu

denganairasingyanglebihhangatdarilautkawasanestuarinmempunyaifungsi

ekologiyang unikbaiksecaralingkunganmaupuniklimselainitujugamerupakan

tempatyang kaya nutrien sehingga merupakan tempatpaling subur untuktempat

ikanberkembang;

Pada 15 September 2015 telah masuk surat gugatan dengan No. Perkara

193/G/LH/2015/PTUN-JKT yang diajukan pihak penggugat yaitu 5 (lima) orang

yang berprofesi sebagai nelayan diantaranya Gobang, Mohammad Tahir, Nur

Saepudin, Tri Sutrisno, dan Kuat. Juga diajukan oleh Perkumpulan Koalisi Rakyat

121Hasil wawancara dengan Forum Kerukunan Masyarakat Nelayan Muara Angke Jakarta, 3 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 122: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup

(WALHI) untuk menggugat Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

dan PT. Muara Wisesa Samudera.

Gugatan mengenai reklamasi Pulau G yang diajukan pihak penggugat

diatas dilakukan karena dengan adanya reklamasi Pulau G memiliki dampak yang

sangat vital terhadap ekosistem laut seperti hilangnya habitat fauna laut (ikan,

udang, kepiting dan lainnya) sehingga juga berpengaruh terhadap mata

pencaharian nelayan setempat, maka dari itu pihak penggugat merasa dirugikan

dengan adanya Keputusan Gubernur Nomor 2238 Tahun 2014 mengenai

Reklamasi Pulau G. Sementara pihak Gubernur sudah mengeluarkan Keputusan

tersebut namun, masyarakat setempat merasa tidak ada pemberitahuan/sosialisasi

mengenai hal itu.

Terkait keputusan yang dikeluarkan gubernur tersebut, pemprov DKI

dinilai bertentangan dengan banyak peraturan perundang-undangan seperti Pasal

33 ayat (3) UUD 1945 perubahan, UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Putusan Mahkamah Konstitusi No.

3/PUU-VIII/2010, melanggar asas perlindungan Hak Asasi Manusia dalam hal

jaminan hak untu tempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat, melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik seperti asas

kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas

keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

Dalam pertimbangan hukumnya, hakim menyatakan bahwa izin reklamasi

Universitas Sumatera Utara

Page 123: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

1. Melanggar hukum karena tidak dijadikannnya UU 27 Tahun 2007 dan UU

1 Tahun 2014 sebagai dasar

2. Tidak adanya rencana zonasi sebagaimana diamanatkan Pasal 7 ayat 1 UU

27 Tahun 2007

3. Proses penyusunan Amdal tidak partisipatif dan tidak melibatkan nelayan

4. Reklamasi tidak sesuai dengan prinsip pengadaan lahan untuk kepentingan

umum sebagaimana UU 2/2012.

5. Tidak ada kepentingan umum dalam reklamasi, hanya kepentingan bisnis

semata

6. Mengganggu objek vital

7. Menimbulkan dampak fisik, biologi, sosial ekonomi, dan infrastruktur.

8. Hakim juga menyatakan bahwa reklamasi menimbulkan kerusakan

lingkungan dan berdampak kerugian bagi para penggugat (nelayan).

Pembatalan Perizinan Reklamasi Pantai Jakarta Utara oleh hakim melalui

putusan adalah sudah tepat. Pelaksanaan Reklamasi Pantai sudah tidak sesuai

dengan ketentuan dalam pelaksanaan izin lingkungan berdasarkan Undang-

Undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan.

Dan berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan reklamasi pantai tidak memperhatikan

baku mutu pola arus dan akibat pengerugkan pada laut. Hal tersebut berakibat

rusaknya ekosistem laut dan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan

tersebut yaitu lumpur yang mencemari laut dan akibat rusaknya pola arus

terkumpulnya sedimentasi zat-zat yang berbahaya dan berkurangnya

Universitas Sumatera Utara

Page 124: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

perkembangbiakan biota laut. Terkumpulnya sedimentasi zat-zat yang berbahaya

bisa mengakibatkan masyakarat jakarta utara keracunan bahkan kematian jika

mengkonsumsi dari hasil laut jakarta utara. Hal tersebut telah pernah terjadi

negara jepang daerah niigata. Pembatalan izin tersebut telah mewujudkan

kepastian hukum oleh hakim terhadap perlindungan hukum terhadap lingkungan.

Perizinan dalam pembangunan wilayah pesisir yang baik adalah harus secara

terpadu. Pembangunan wilayah pesisir secara terpadu memberikan keadilan bagi

masyarakat nelayan karena tidak terjadi kesenjangan sosial.

Pembangunan pesisir yang hanya mementingkan hanya dampak ekonomis

akan berakibatnya perkembangan yang tidak baik termasuk pada lingkungan

hidup yaitu biota laut maupun masyarakat wilayah pesisir. sehingga pembatalan

perizinan pelaksanaan reklamasi pantai telah memberikan keadilan bagi para

nelayan. Berdasarkan fakta dalam putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT

bahwa pembangunan reklamasi pantai Pulau G adalah untuk kepentingan bisnis

bukan merupakan kepentingan untuk umum. Dan kepentingan bisnis tersebut

berdampak negatif pada kepentingan masyarakat yang merupakan kepentingan

umum. Bahkan dalam pelaksanaannya tidak memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk terlibat dalam AMDAL. Sehingga keputusan gubernur atas

perizinan reklamasi pantai Pulau G adalah merupakan suatu produk keputusan

yang tidak adil bagi masyarakat. Sehingga kebenaran hakim dalam mewujudkan

kepastian, keadilan, perlindungan hukum sudah tepat.

Universitas Sumatera Utara

Page 125: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

No. Pelanggaran Putusan

Hakim

Analisis

1. Tidak Melibatkan

Nelayan terkena

Dampak

Membatalakan

Keputusan

Gubernur

Keputusan

Hakim Sudah

Tepat

Memberikan

2. Tidak

Mengingformasikan

Kepada Masyarakat

Yang Terkena Dampak

Jakarta No.

2238 Tahun

2014

Kepastian dan

keadilan Bagi

Masyarakat

3. Melanggar Baku Mutu Menguatkan

Keputusan

Hakim

Pelanggaran

Baku Mutu

Seharusnya

dapat dipidana

Universitas Sumatera Utara

Page 126: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengaturan Reklamasi Pantai Jakarta Utara diatur berdasarkan Pasal

34 dalam Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 dengan perubahan

Undang-Undang nomor 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir bahwa perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi yang berada

pada wilayah pesisir diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Pantai Utara Jakarta Berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun

1995 Tentang : Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Berdasarkan Pasal 4

Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 bahwa wewenang dan

tanggung jawab Reklamasi Pantai Utara berada pada Gubernur Kepala

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan Pasal 15 Peraturan

Presiden nomor 122 tahun 2012 bahwa Pemerintah, pemerintah

daerah, dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi wajib

memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi.Berdasarkan Pasal

17 Peraturan Presiden nomor 122 tahun 2012 bahwa syarat izin lokasi

adalah identitas pemohon; proposal reklamasi; peta lokasi dengan

koordinat geografis; dan bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)

dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari instansi yang

berwenang. Dan Selanjutnya Berdasarkan Pasal 18 bahwa Permohonan

izin pelaksanaan reklamasi, yaitu: izin lokasi; rencana induk reklamasi;

Universitas Sumatera Utara

Page 127: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

izin lingkungan; dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi

finansial; dokumen rancangan detail reklamasi; metoda pelaksanaan

dan jadwal pelaksanaan reklamasi; dan bukti kepemilikan dan/atau

penguasaan lahan. Bahwa perizinan reklamasi Pantai adalah izin

lokasi, izin lingkungan, dan izin pelaksanaan.

2. Perlindungan hukum terhadap masyakat terhadap dampak

reklamasiyaituupaya dari pemerintah untuk melibatkan nelayan dalam

pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup. Dan selanjutnya

perlindungan hukum terhadap masyarat dapat membatalkan izin

lingkungan, menggugat secara perdata dengan Tanggung gugat

berdasarkan kesalahan yang dapat dibuktikan oleh masyarakat, dan

mengugat secara pidana jika melanggar ketentuan pidana lingkungan

hidup.

3. Pertimbangan hakim terhadap pembatalan reklamasi pantai pulau G

putusan nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT yaitu Keputusan Gubernur

DKI Jakarta tentang izin pelaksanaan reklamasi pantai Pulau G DKI

Jakarta bahwa telah melanggar Undang-Undang nomor 32 tahun 2009.

Perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undanag nomor 32 tahun

2009bahwa dapat membatalkan izin lingkungan jika telah melanggar

ketentuan-ketentuan berdasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun

2009.Berdasarkan Undang Nomor 32 tahun 2009 bahwa harus

melibatkan pada pertimbangan dan penilaian terhadap dokumen

AMDAL. Keputusan Gubernur DKI Jakarta tidak melibatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 128: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

masyarakat yang terkena dampak. Dan keputusan gubernur DKI

Jakarta tidak sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 122 tahun 2012

bahwa tidak memiliki RZWP-3-K.

B. Saran

1. Bahwa terdapat perbedaan kewenangan izin kewenangan lokasi dan

pelaksanaan pada Pasal 16 Peraturan Presiden nomor 122 Tahun 2012

dengan Pasal 5 Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor 17/Permen-Kp/2013 Tentang Perizinan Reklamasi

Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Sehingga perlunya

pembaruan peraturan presiden nomor 122 tahun 2012 karena dalam

perizinan reklamasi pantai perlunya melibatknya banyak pihak

termasuk kementrian tidak cukup hanya dengan pemerintah daerah.

2. Reklamasi Pantai Pulau G yang dilaksanakan di Indonesia berdampak

negatif akibat dari ketidakseriusan pemerintah dalam kelayakan

lingkungan hidup dan tidak melibatkan masyarakat. Reklamasi Pantai

Pulau G tidak belajar dari negara yang sukses melaksanakan reklamasi

yaitu seperti dubai yang melakukan 100 kali uji kelayakan lingkungan

hidup dan korea selatan yang mengkaji dari berbagai bidang seperti

bidang sosial, ekonomi, budaya, teknis, dan lingkungan, dilakukan

dengan baik agar tidak menimbulkan konflik berbagai kepentingan.

Sehingga pentingnya peraturan baru mengenai hal perizinan reklamasi

terhadap uji kelayakan lingkungan hidup dan perlunya ditambahnya

keterlibatan pihak-pihak dalam pelaksanaan reklamasi. peraturan baru

Universitas Sumatera Utara

Page 129: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

tersebut juga untuk mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang

secara terpadu.

3. Bahwa terdapat fakta pada dalam putusan nomor

193/G/LH/2015/PTUN-JKT bahwa baku mutu pola arus laut sudah

melebihi nilai ambang batas.Sebaiknya perizinan reklamasi pantai

jakarta utara memperhatikan pola arus agar masyarakat tidak

mengalami kerugian.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdul Kadir, Mohammad, 2010. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Abdurrahman, Muslan, 2009. Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. Malang:UMM Pres

Aditya dan Intan, 2015. The Law of love. Yogyakarta, Visimedia, 2015

Aditya, 2015. The Law of Love (Jakarta: Visimedia, 2015

Anshary, 2016. harta bersama perkawinan dan permasalahannya (Bandung: Mandar madju.

Arifin, Yanuar, 2013. Panduan Lengkap Mengurus Dokumen Properti ( Tanah dan Rumah), Yogyakarta: Diva Press.

Ata Ujan, Andre 2009. Filsafat Hukum-Membangun Hukum, Membela Keadilan. Yogyakarta: Kanisius.

Daiyo, J.B , 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prennahlindo.

Darmabrata, Wahjono dan Surini Ahla sjarif, 2002. Hukum Perkawinan dan Keluarga Indonesia. Jakarta: Riskita.

Darus, Mariam, dkk, 2016. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Ikthasar Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Fuady, Munir 2010. Dinamika Teori Hukum. Bogor, Ghalia Indonesia

Furchan, Arief, 1997. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional

Hamzah, Andi, 1996. Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta, Sinar Grafika

Hanitijo Soemitro, Ronny, 1990. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia

Harsono, Boedi, 2008. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan

Hartanto, Andy, 2015. Kepemilikan Tanah. Surabaya: Laksbang

Universitas Sumatera Utara

Page 131: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Hutagalung, Arie, 1998. Condomonium dan Permasalahannya. Jakarta: Fakultas Hukum UI.

Kadir Muhammad, Abdul, 1994. Hukum Harta Kekayaan. Bandung: PT.Citra Aditya

Kamelo, Tan dan syarifah lisa, 2011. Hukum orang dan keluarga. Medan: USU Press

Kansil, CST.,1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Lubis, M. Solly, 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: Mandar Maju

Lubis, M. Solly, 2007. Diktat Teori Hukum. Medan: Rangkaian Sari Kuliah Semester II, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU

Mahmud Marzuki, Peter, 2008. Pengatar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana Pranada Media Group

Marwan dan Jimmy, 2009. Kamus Hukum. Surabaya: Reality Publisher

Mas, Marwan, 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia

Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Muchsin, 2003. Perlindungan Represif Dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Mustofa, 2014. Tuntunan Pembuatan Akta-Akta PPAT. Yogyakarta: Karya Media

Oka Setiawan, Ketut, 2016. Hukum Perorangan dan Kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika

Parlindungan, A.P. 2008. Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria. Bandung: Mandar Madju

Perangin, Effendi, 1994. Praktik Jual Beli Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prodjodikoro, Widjono, 1981. Hukum Perdata dengan Persetujuan-Persetujuan Tertentu. Bandung: Sumur.

Prodjohamidjojo, Martiman, 2011. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing

Puspaningrum, Galuh, 2015. Hukum Perjanjian Yang Dilarang Dalam Persaingan Usaha. Yogyakarta: Aswaja

R. Subekti, 1994. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 132: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Rahardjo, Satjipto, 2006. Hukum Dalam Jagat Ketertiban. Jakarta: UKI Press

Rawls, John ,1971. A Theory of Justice. London: Oxford University Press

Salindeho, John, 1994. Manusia, Tanah, Hak dan Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Salman S, HR.Otje dan Anton F Sutanto, 2005. Teori Hukum. Bandung: Refika Aditama.

Santoso, Urip, 2014. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah. Jakarta: Kencana

sembiring, Rosnidar, 2016. Hukum Keluarga. Jakarta: Rajawali Press

Soejono, 1979. Beberapa Pemikiran tentang filsafat Hukum (Semarang: Undip, 1979

Soekamto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2003. Penelitian Hukum Normatif-suatu tinjauan singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 1995. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2010. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemiyati. 1982. Hukum Perkawinan Islam dan UUP. Yogyakarta:Liberty.

Soerjono Soekamto, 2007. Pengantar Peneitian Hukum ( Jakarta: Universitas Indonesia Pres, 2007

Soeroso, 2011. Perjanjian Dibawah Tangan. Jakarta: Sinar Grafika.

Suamardji, 2001. Sertifikat Sebagai Alat Bukti Hak Atas Tanah. Surabaya: Fakultas Hukum Airlangga

Subekti, 2001. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa

Sugiono, 1983. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta

Susilo, Budi, 2007. Prosedur Gugatan Cerai. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Sutedi, Adrian, 2006. Peralihan Hak Atas Tanah, Dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika

Sutedi, Adrian, 2016. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika

Syahrani, Riduan, 1998. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni

Syahrani, Riduan, 1999. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Universitas Sumatera Utara

Page 133: ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN REKLAMASI …

Widjaja Kartini Muljadi, Gunawan 2002. Jual Beli. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Yamin, M. , 2012. Hukum Pendaftaran tanah. Bandung: Mandar Madju

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 1991.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 3 Tahun 2001 tentang

Konflik

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.

Universitas Sumatera Utara