ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI DIGITAL (S tudi Pada …digilib.unila.ac.id/54932/3/SKRIPSI...
Transcript of ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI DIGITAL (S tudi Pada …digilib.unila.ac.id/54932/3/SKRIPSI...
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI DIGITAL(Studi Pada PT FWD Life Indonesia)
(Skripsi)
Oleh
AUDY AMINDA YUSANDANI
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI DIGITAL(Studi Pada PT FWD Life Indonesia)
OlehAudy Aminda Yusandani
Asuransi digital merupakan suatu asuransi yang memanfaatkan media digitaldalam proses pemasaran atau penjualan produknya, baik melalui situs maupunmelalui aplikasi. Keunikan daripada asuransi digital ialah selain keseluruhanprosesnya dilaksanakan secara online, pembayarannya pun hanya dapat dilakukanmelalui kartu kredit sehingga tertanggung terbatas pada nasabah bank pemegangkartu kredit. Perlindungan yang diberikan berupa perlindungan atas kematian.Yang berarti, apabila terjadi kecelakaan atau pun penyakit yang tidak sampaimenyebabkan kematian, maka manfaat asuransi tidak akan keluar. Adapunpermasalahan dalam penelitian ini mengenai prosedur perjanjian asuransi secaradigital, pelaksanaan perjanjian asuransi secara digital dan akibat hukum yangditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian asuransi yang dibuatsecara digital pada PT FWD Life Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitiandeskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridisnormatif yang dibantu dengan proses wawancara. Data yang digunakan adalahdata sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, danbahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, studidokumen dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secarakualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan prosedur perjanjian asuransi digital pada PT FWDLife Indonesia dilaksanakan secara online melalui situs iFWD. Persyaratannyameliputi warga negara Indonesia yang berusia 18 sampai 55 tahun, memiliki KTPatau SIM, dan merupakan nasabah pemegang kartu kredit di bank manapun.Prosedurnya dimulai dengan pengaksesan situs oleh calon tertanggung, kemudianmengisi tahapan pendaftaran yang di dalamnya tidak diperlukan pemeriksaankesehatan dan ditutup dengan pembayaran premi pertama disertai dikirimkannyapolis elektronik ke email tertanggung. Pelaksanaan perjanjian asuransi dimulaisejak pembayaran premi pertama oleh tertanggung. Pembayaran selanjutnyamelalui auto debit kartu kredit, yang waktu pembayarannya disesuaikan dengantanggal polis yang diterbitkan pada saat mengajukan permohonan asuransi.Sedangkan untuk memperoleh santunan, tertanggung harus terlebih dahulu
Audy Aminda Yusandani
mengajukan klaim. Persyaratannya meliputi pengisian formulir pengajuan klaimdisertai dokumen pendukung, yang kemudian dikirimkan ke alamat [email protected] dan pos ke alamat kantor pusat FWD Life. Santunan hanya akandibayarkan apabila terjadi evenemen berupa meninggalnya tertanggung. Akibathukum terjadi wanprestasi adalah secara otomatis polis asuransi menjadi batalatau dianggap hangus. Hal ini dikarenakan perlindungan yang diberikan berupaperlindungan jiwa atas kematian tanpa disertai investasi, sehingga premi yangdibayarkan tidak memiliki nilai investasi yang pada hakikatnya dapat digunakanuntuk membayar premi dalam hal tertanggung menunggak pembayaran. Namun,polis yang telah dianggap hangus tersebut dapat dipulihkan kembali dengan caramelakukan permohonan pemulihan kembali polis, dengan persyaratan pihak yangdiasuransikan belum berusia 65 tahun pada saat pemulihan polis dilakukan dantidak diajukan lebih dari 24 bulan dari tanggal batalnya polis.
Kata Kunci: Perjanjian Asuransi, Asuransi Digital, Online.
ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI DIGITAL(Studi Pada PT FWD Life Indonesia)
Oleh
AUDY AMINDA YUSANDANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum KeperdataanFakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Audy Aminda Yusandani,dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Februari1997. Penulis merupakan anak pertama dari empatbersaudara dan merupakan putri dari pasangan Bapak DeddyPellyanto dan Ibu Lasmiyati.
Penulis mengawali pendidikan di TK Al-Azhar 4 Way HalimBandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002.
Selanjutnya, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD SwastaIslam Al-Azhar 2 Bandar Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertamadi SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan menyelesaikanpendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Gajah Mada BandarLampung pada tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampungmelalui jalur tes tertulis (SBMPTN) pada tahun 2014 dan mengikuti programKuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sendang Retno, Kecamatan Sendang Agung,Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari-Maret 2017.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan MahasiswaBagian Hukum Perdata (HIMA Perdata) bidang kesekretariatan pada tahun 2016dan pada tahun 2017, penulis mengikuti magang yang diselenggarakan olehCenter for Career and Enterpreneurship Development (CCED) UniversitasLampung untuk mengisi posisi tracer study.
MOTO
“Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
(bermacam-macam kenikmatan) yang menyenangkan hati sebagai balasan
terhadap apa yang mereka kerjakan.”
(Q.S. As-Sajdah: 17)
“What is done in love, is done well.”
(Vincent Van Gogh)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT,
Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Aku persembahkan skripsi ini sebagai perwujudan rasa cinta, kasih sayang, dan
hormatku kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Deddy Pellyanto dan Ibu Lasmiyati
Adik-adikku tersayang, Alem Ardemi, Abel Ardemi dan Adwen Alsandani
Keluarga besarku dan Sahabat-sahabatku
Serta Kekasihku, Denny Arsyad.
Terima kasih telah mengajarkanku untuk tetap memandang dunia dengan baik
ketika kehidupan terasa menyakitkan,
untuk tetap kuat dan percaya ketika kehilangan harapan,
dan terus berada disisiku menemani, mendukung dan merangkulku dalam setiap
keadaan.
Aku sangat mencintai kalian.
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, Penulis memanjatkan segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul, “Analisis Yuridis
Perjanjian Asuransi Digital (Studi Pada PT FWD Life Indonesia)” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Lampung, dibawah bimbingan dari dosen pembimbing dan bantuan
dari berbagai pihak lain. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya
yang Syafaatnya sangat kita nantikan di yaumil akhir.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, petunjuk, dan saran dari berbagai pihak mengingat keterbatasan
Penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
4. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I (satu) yang
telah meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya,
memberikan bimbingan, motivasi, saran, serta kritik yang membangun dalam
menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M., selaku Dosen Pembimbing II (dua)
yang telah meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya,
memberikan bimbingan, motivasi, saran, serta kritik yang membangun dalam
menyelesaikan skripsi ini;
6. Ibu Yennie Agustin M.R., S.H., M.H., selaku Pembahas I (satu) yang telah
memberikan ilmu, kritik, saran dan masukan yang membangun dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
7. Bapak M. Wendy Trijaya, S.H., M.H., selaku Pembahas II (dua) yang telah
memberikan ilmu, kritik, saran dan masukan yang membangun dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan dan arahan kepada Penulis selama menempuh pendidikan di
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
9. Seluruh dosen beserta seluruh karyawan/i Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu pengetahuan dan
pembelajaran berharga bagi Penulis, serta segala bantuan secara teknis
maupun administratif yang diberikan kepada Penulis selama menyelesaikan
studi;
10. Ibu Betty Hendriani Sitompul selaku narasumber Penulis atas kesediannya
membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan Penulis dalam
penulisan skripsi ini;
11. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Bapak Deddy Pellyanto dan
Ibu Lasmiyati yang selalu menjadi orangtua terhebat dalam hidupku, yang
tiada hentinya memberikan dukungan moril maupun materil juga memberikan
kasih sayang, motivasi, doa dan rasa cinta kasih selama membesarkan dan
mendidikku hingga sampai pada titik ini. Terima kasih, Papa dan Mama
adalah penyemangat, kebahagiaan, dan sumber inspirasi terbesarku. Semoga
kelak dapat membahagiakan, membanggakan dan menjadi anak yang berbakti
bagi kalian. Aamiin;
12. Adik-adikku tersayang, Alem Ardemi, Abel Ardemi dan Adwen Alsandani
yang selalu menjadi sumber kebahagiaan dan kekuatanku. Terima kasih untuk
dukungan moril dan kasih sayang yang diberikan selama ini;
13. Untuk kekasihku, Denny Arsyad, yang telah banyak membantu, mendukung
dan menemani dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi
seseorang yang selalu ada untukku, baik saat suka maupun duka. Segala
kebaikan, pengorbanan dan rasa kasih yang telah diberikan, tidak akan pernah
aku lupakan;
14. Teruntuk Mama Wati, Mama Icut, Papa Ayi, Om Najib, Tante Ita dan Tante
Yati, yang telah membimbingku dan menyayangiku seperti anak sendiri serta
keluarga besarku, Om, Tante, dan sepupu-sepupuku tersayang yang tidak
dapat kusebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk nasihat, doa dan dukungan
yang telah diberikan selama ini;
15. Sahabat-sahabatku sejak SMA, Agun Setia Budi, Eka Purnama Sari, Evi
Christina, Intan Oktaviyanti, Lily Sundari, Nurcahyati, Ocean Prabowo, Oni
Puspita, Rini Oktaviani SP dan Septia Anggun Pramudita. Terima kasih
sudah menjadi sahabatku hingga detik ini, mengenal dan menjadi bagian dari
hidup kalian adalah suatu keberuntungan bagiku. Semoga persahabatan ini
tetap terjalin untuk selamanya;
16. Sahabatku Audra Ananda Fairina, yang telah menemaniku sejak awal
perkuliahan, yang telah menjadi teman tukar pikiran sekaligus teman senang
sedihku. Terima kasih atas semua kebaikan yang telah diberikan serta selalu
menjadi sahabatku;
17. Para sahabat Penulis di masa perkuliahan, Andrea Ayu Strelya, Annisa Adelia
Yusufin, Aprilia Paradita, Aulia Martha Dinanda, Deria Yanita, Devara
Denita, Fildzah Addina Silmi, Hanifah Pury Larasati, Melista Aulia, Sintha
Utami, Tyas Kurnia dan Vania Berlinda. Terima kasih untuk semua motivasi,
candaan, dan kenang-kenangan indah yang mewarnai hidupku selama duduk
di bangku perkuliahan. Semoga kesuksesan selalu bersama kita;
18. Teman-teman seperjuangan Penulis dalam menyusun skripsi, Abdul Fatah,
Popy Yulianti, Rindu Safira dan Verena Lestari. Terima kasih sudah
menemani dan saling mendukung serta menjadi teman tukar pikiran dalam
proses pengerjaan skripsi ini;
19. Teman-teman KKN dan warga Desa Sendang Retno, Kecamatan Sendang
Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Agro, Della, Ina, Mustopa, Rama, dan
Reni. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 40 (empat puluh) hari yang
tidak akan pernah kulupakan;
20. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan 2014 yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk bantuan,
kebersamaan, dan kekompakan yang terjalin selama ini;
21. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah
diberikan kepada Penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi Penulis
dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Aamiin
Allahumma Ya Rabbal’alamin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Audy Aminda Yusandani
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. iJUDUL DALAM ................................................................................................... iiHALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iiiHALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ivPERNYATAAN......................................................................................................vRIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viMOTO .................................................................................................................. viiPERSEMBAHAN............................................................................................... viiiSANWACANA ..................................................................................................... ixDAFTAR ISI...........................................................................................................xDAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang............................................................................................ 1B. Rumusan Masalah....................................................................................... 9C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 9D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Asuransi ......................................................................... 12
1. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi .............................................. 122. Jenis-Jenis Asuransi ............................................................................ 203. Prinsip-Prinsip Asuransi...................................................................... 224. Subjek dan Objek Asuransi ................................................................. 255. Polis Asuransi...................................................................................... 286. Evenemen dan Ganti Kerugian dalam Asuransi ................................. 29
B. Tinjauan Umum Asuransi Jiwa................................................................. 301. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Jiwa ...................................... 302. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa.................................................................... 313. Polis Asuransi Jiwa ............................................................................. 334. Evenemen dan Santunan ..................................................................... 345. Berakhirnya Asuransi Jiwa ................................................................. 35
C. Perjanjian Asuransi ................................................................................... 361. Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi ..................................................... 362. Terjadinya Perjanjian Asuransi ........................................................... 383. Akibat Hukum dari Sahnya Perjanjian................................................ 394. Wanprestasi ......................................................................................... 39
D. Tinjauan Umum Asuransi Digital............................................................. 40E. Profil Perusahaan ...................................................................................... 42F. Kerangka Pikir .......................................................................................... 44
III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian........................................................................................... 47B. Tipe Penelitian ........................................................................................... 48C. Pendekatan Masalah................................................................................... 48D. Data dan Sumber Data ............................................................................... 49E. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 51F. Metode Pengolahan Data ........................................................................... 52G. Analisis Data.............................................................................................. 53
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Prosedur Perjanjian Asuransi secara Digital pada PT FWD Life
Indonesia ................................................................................................... 54B. Pelaksanaan Perjanjian Asuransi secara Digital pada PT FWD Life
Indonesia ................................................................................................... 77C. Akibat Hukum yang Ditimbulkan Apabila Terjadi Wanprestasi
terhadap Perjanjian Asuransi yang Dibuat secara Digital ......................... 86
V. PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................................ 94B. Saran.......................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ................................................................................................ 442. Tampilan iFWD yang Diakses melalui Situs www.ifwd.co.id ....................... 553. Tampilan iFWD yang Diakses melalui FWD Max......................................... 554. Informasi Awal Produk Bebas Rencana mengenai Fitur Asuransi................. 585. Informasi Awal Produk Bebas Rencana mengenai Pengecualian .................. 596. Informasi Awal Produk Bebas Rencana mengenai Karakteristik
Produk ............................................................................................................. 597. Informasi Awal Produk Bebas Rencana mengenai Ilustrasi Produk .............. 608. Tanggal Lahir dan Jenis Pekerjaan yang Sedang Dijalani dalam
Bentuk Pilihan Deskripsi ................................................................................ 629. Jenis Pekerjaan yang Harus Dijawab dalam Bentuk “Ya” dan “Tidak”......... 6310. Tampilan yang Muncul Apabila Mengklik “Ya”............................................ 6311. Tampilan yang Muncul Apabila Mengklik “Tidak” ....................................... 6312. Tahapan Penentuan Biaya Premi Beserta Jumlah Uang
Pertanggungan................................................................................................. 6513. Tahapan Pengisian Data Diri Calon Tertanggung .......................................... 6614. Tahapan Pengisian Data Diri Ahli Waris........................................................ 6715. Surat Permohonan Asuransi (SPA)................................................................. 6816. Prosedur Perjanjian Asuransi secara Digital pada FWD Life......................... 7017. Metode Pembayaran Lanjutan ........................................................................ 80
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi digital telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari gaya
hidup masyarakat. Data Katadata 1 menyebutkan bahwa pada tahun 2018
setidaknya pengguna smartphone di Indonesia mencapai 83,5 juta orang dan
diperkirakan akan meningkat hingga 92 juta orang di tahun 2019.2 Penetrasi pasar
smartphone di Indonesia tersebut menempatkan Indonesia dalam urutan ke-10
(sepuluh) dalam jajaran 12 (dua belas) besar negara pengguna smartphone di
Asia, lebih unggul dari Filipina dan India.3
Sementara itu, data lain dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survey pada tahun 2017, sebanyak
143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta
orang telah menggunakan internet. 4 Angka ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan pada tahun sebelumnya yakni pada tahun 2016 yang mencapai
132,7 juta jiwa. Berdasarkan data ini dapat dipahami sebanyak 54,68 persen dari
1 Katadata adalah perusahaan media, data, dan riset online dibidang ekonomi dan bisnis,didirikan pada 1 April 2012 di Jakarta. Perusahaan ini menyediakan berbagai informasi dan datakredibel tentang ekonomi, bisnis dan finansial Indonesia sebagai sumber referensi bagi para pelakuusaha, investor, dan pembuat kebijakan.
2 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/08/pengguna-smartphone-di-indonesia-2016-2019, diakses pada tanggal 3 Maret 2018, Pukul 16.35 WIB.
3 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/10/03/penetrasi-smartphone-indonesia-kalahkan-india, diakses pada tanggal 3 Maret 2018, Pukul 16.40.
4 Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Teknopreneur, Infografis Penetrasidan Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2017, Jakarta, 2018,hlm. 6.
2
populasi penduduk Indonesia telah menggunakan internet dan akan terus
berkembang hingga tahun-tahun berikutnya.
Masifnya penggunaan smartphone dan internet yang ada di kalangan masyarakat
memiliki keuntungan tersendiri terutama dikaitkan dengan besarnya populasi
penduduk Indonesia. Bila pada awalnya penyebaran informasi hanya dapat
dilakukan dalam lingkup yang sempit yaitu melalui tatap muka, teknologi digital
merubah lingkup interaksi tersebut menjadi lebih luas. Hal ini sesuai dengan
premis Marshall McLuhan yakni global village, dimana batas-batas antar negara
telah hilang dan dunia luas telah menyusut menjadi sebuah kampung global
dengan adanya teknologi digital.5
Teknologi digital tidak hanya memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
pengguna smartphone yang terakses dengan internet untuk melakukan
aktivitasnya namun juga memberikan peluang dan manfaat besar bagi pelaku
bisnis dalam mengembangkan usahanya. Salah satu pelaku bisnis yang melihat
peluang dari kemajuan teknologi digital adalah perusahaan asuransi.
Saat ini telah banyak perusahaan asuransi yang memanfaatkan teknologi digital.
Tidak dapat dipungkiri kehadiran teknologi digital telah membawa perubahan
terhadap bagaimana suatu bisnis dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari bergesernya
tren pemasaran asuransi ke arah internet atau portal web6 dan aplikasi online yang
lebih dikenal sebagai asuransi digital. Keunikan asuransi digital pada umumnya
adalah selain produk yang ditawarkan beragam dan tidak mengacu pada satu
5 Salman Hasibuan, “Budaya Media dan Partisipasi Anak Di Era Digital”. Proceedings ofInternational Post-Graduate Conference, Desember 2015, hlm. 829.
6 Portal web adalah situs web yang menyediakan informasi yang dapat diaksesmenggunakan beragam perangkat, seperti komputer, laptop, maupun smartphone.
3
produk saja, produk asuransi yang ditawarkan pun dapat dibeli secara online baik
melalui portal web maupun aplikasi online yang dapat diakses menggunakan
media komputer ataupun smartphone, selama media yang digunakan untuk
pengaksesan tersebut terhubung dengan jaringan internet. Selain itu, pada asuransi
digital metode pembayaran dilakukan menggunakan kartu kredit dan didukung
dengan sistem internet banking7, sehingga transaksi dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Namun, kekurangan yang timbul akibat pembayaran
menggunakan kartu kredit ialah konsumen asuransi digital hanya terbatas pada
nasabah bank pemegang kartu kredit saja.
Kekurangan lainnya yang timbul dalam perkembangan asuransi digital adalah
besarnya modal yang diperlukan perusahaan asuransi untuk mendukung sistem
teknologi dan lingkup sasaran pasar yang terbatas pada pengguna internet
membuat penggunaan jalur distribusi secara digital belum sebesar jalur distribusi
lainnya. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) hingga
kuartal II-2017 menyebutkan bahwa dari total pendapatan premi sebesar Rp.
88,66 triliun, jalur distribusi bancassurance 8 masih merupakan penyumbang
pendapatan terbesar yakni 43,2% lebih besar dari jalur keagenan sebesar 37,7%
dan jalur alternatif (meliputi penawaran secara digital dan telemarketing9) sebesar
19,1%.10 Meskipun begitu, jalur distribusi secara digital tidak dapat dianggap
remeh karena perkembangan teknologi adalah hal mutlak yang pasti terjadi dalam
7 Internet banking adalah layanan untuk melakukan kegiatan perbankan seperti transaksi,pembayaran dan transaksi lainnya melalui jaringan internet.
8 Bancassurance adalah layanan bank dalam menyediakan produk asuransi yang memberiperlindungan dan produk investasi untuk memenuhi kebutuhan finansial jangka panjang nasabah.
9 Telemarketing adalah suatu metode pemasaran produk atau jasa dengan menggunakantelepon.
10 http://aaji.or.id/Berita/aaji-daily-news---01-november-2017, diakses pada tanggal 8 April2018, Pukul 18.51 WIB.
4
perkembangan bisnis. Salah satu perusahaan asuransi yang telah menerapkan
teknologi digital dalam menjalankan bisnisnya adalah PT FWD Life Indonesia.
PT FWD Life Indonesia yang merupakan singkatan dari PT Finansial Wiramitra
Danadyaksa, selanjutnya disebut FWD Life adalah perusahaan asuransi jiwa
patungan dan bagian dari FWD Group yang memiliki jaringan usaha di Hong
Kong dan Macau, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Jepang. FWD Life
didirikan di Indonesia pada tahun 2013 dan merupakan lini bisnis asuransi dari
grup investasi Pacific Century Group yang berbasis di Hong Kong.11
FWD Life telah mengadopsi berbagai inovasi teknologi salah satunya dengan
mengembangkan jalur distribusi E-commerce, yang diberi nama iFWD12. iFWD
dapat diakses melalui dua metode yakni melalui situs www.ifwd.co.id yang dapat
diakses melalui internet maupun melalui aplikasi FWD Max13 yang dapat diunduh
melalui smartphone. Kedua metode tersebut tidak memiliki perbedaan baik dari
segi tampilan situs, produk yang ditawarkan hingga tata cara pembelian produk,
namun dengan adanya aplikasi, pengaksesan iFWD dapat lebih mudah dilakukan
karena dapat diakses melalui smartphone.
Produk yang ditawarkan melalui iFWD berupa asuransi jiwa yang meliputi
produk asuransi kecelakaan diri (Bebas Aksi), produk asuransi jiwa berjangka
(Bebas Rencana), serta produk asuransi jiwa disertai investasi (FWD LooP).
11 https://www.fwd.co.id/id/about/our-story/, diakses pada tanggal 3 Maret 2018, Pukul16.35 WIB.
12 iFWD adalah jalur distribusi produk yang dilakukan secara online, yang dikembangkanoleh FWD Life.
13 FWD Max adalah aplikasi digital asuransi berupa program customer engagement yangdiluncurkan oleh FWD Life pada 23 Januari 2018. Aplikasi ini mengakomodir kebutuhan akanproteksi, informasi sampai dengan dukungan terhadap passion dari para calon tertanggung, agen,maupun masyarakat umum. Aplikasi ini dapat diunduh melalui app store (iOS) dan play store(Android).
5
Namun pembahasan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada produk asuransi
jiwa berjangka (Bebas Rencana).
Asuransi jiwa berjangka (Bebas Rencana) adalah jenis asuransi jiwa yang
memberikan perlindungan sementara waktu dan akan membayarkan manfaat
sebesar uang pertanggungan yang telah ditetapkan. Sementara waktu bermakna
bahwa perlindungan tersebut hanya diberikan dalam waktu tertentu, misalnya
untuk 1 (satu) tahun atau bisa juga sampai usia tertanggung 80 (delapan puluh)
tahun, tergantung pada permohonan perlindungan yang diajukan oleh tertanggung.
Pada produk asuransi Bebas Rencana perlindungan yang diberikan ialah hanya
berupa perlindungan atas kematian, sehingga apabila terjadi kecelakaan atau pun
penyakit yang tidak sampai menyebabkan kematian, maka manfaat asuransi tidak
akan keluar. Untuk dapat menjadi nasabah/calon tertanggung dalam asuransi
digital calon tertanggung dibatasi dari umur 18 sampai dengan 55 tahun dan harus
merupakan nasabah pemegang kartu kredit bank manapun.
Adapun tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh perlindungan adalah
meliputi 4 (empat) tahapan yang harus diisi secara online, yakni:
a. Pilihan mengenai informasi yang menjelaskan tentang pekerjaan calon
tertanggung;
b. Penentuan biaya premi beserta jumlah uang pertanggungan;
c. Pengisian data diri calon tertanggung dan data diri ahli waris; serta,
6
d. Pembayaran, hanya dapat dilakukan melalui kartu kredit; yang kemudian
disertai dengan dikirimkannya e-policy14 ke email tertanggung.
Definisi asuransi jiwa sendiri menurut Abdulkadir Muhammad adalah perjanjian
antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan. 15 Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan bahwa terdapat
subjek hukum yang terdiri atas penanggung dan tertanggung. Perusahaan asuransi
berkedudukan sebagai penanggung karena merupakan pihak yang menanggung
risiko sementara tertanggung adalah pihak yang mengalihkan risiko atas jiwanya
kepada penanggung, dalam hal ini yang berkedudukan sebagai tertanggung adalah
nasabah bank pemegang kartu kredit karena pembayaran premi dalam asuransi
digital hanya dapat dilakukan melalui kartu kredit.
Asuransi jiwa berjangka (Bebas Rencana) memiliki keunikan apabila
dibandingkan dengan asuransi jiwa yang ditawarkan secara konvensional.
Keunikan tersebut terdapat pada tahapan pemeriksaan kesehatan. Pada asuransi
jiwa berjangka, tahapan pemeriksaan kesehatan diubah menjadi 2 (dua)
pertanyaan tentang kesehatan yang harus dijawab oleh calon tertanggung.
Pertanyaan kesehatan tersebut telah dibuat secara baku sehingga calon
tertanggung hanya perlu memberikan persetujuan. Sementara pada asuransi
konvensional, tahapan pemeriksaan kesehataan masih dilakukan dengan cara
melakukan cek kesehatan di rumah sakit tertentu yang telah menjadi rekanan
14 E-policy adalah polis yang diterbitkan dalam bentuk elektronik atau digital.15 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2011,
hlm. 194.
7
perusahaan asuransi yang bersangkutan. Tidak diperlukannya pemeriksaan
kesehatan pada asuransi jiwa berjangka menjadikan proses pembelian produk
asuransi secara digital menjadi lebih mudah, cepat, dan efisien, yang seluruh
proses-prosesnya diselesaikan secara online. Selain itu, keunikan lainnya yang
terdapat pada asuransi jiwa berjangka (Bebas Rencana) ialah polis asuransi yang
diterbitkan oleh penanggung hanya berupa polis elektronik tanpa disertai
hardcopy.
Secara yuridis, asuransi digital dalam menjalankan kegiatan usahanya belum
diatur secara khusus dalam undang-undang privasi mengenai asuransi digital,
sehingga pengaturannya masih berada dalam pengaturan Undang-Undang
Perasuransian. Hal ini dikarenakan pada dasarnya yang membedakan asuransi
konvensional dengan asuransi digital ialah pada asuransi digital suatu transaksi
yang terjadi di antara para pihak dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media
penghubung, sehingga para pihak tidak berhubungan secara langsung atau tatap
muka.
Penggunaan media dalam perbuatan hukum dikenal dengan istilah transaksi
elektronik. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE) menyatakan bahwa “transaksi
elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya”. Asuransi
digital merupakan bagian dari transaksi elektronik karena pada asuransi digital
8
segala transaksi yang dilakukan para pihak menggunakan media elektronik berupa
jaringan internet.
Meskipun penawaran asuransi secara digital belum diatur dalam peraturan khusus,
namun bukan berarti kegiatan usaha yang dijalankan merupakan kegiatan usaha
yang ilegal. Perusahaan yang ingin melaksanakan kegiatan usaha dibidang
perasuransian harus terlebih dahulu mengajukan permohonan izin usaha kepada
Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
Perasuransian yang menyatakan “setiap pihak yang melakukan usaha
perasuransian wajib terlebih dahulu mendapat izin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan”. Persyaratan dan tata cara perizinan usaha asuransi pun diatur secara
ketat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 67/POJK.05/2016 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah (selanjutnya
disebut POJK Perizinan Asuransi).
Pengaturan mengenai asuransi digital sampai saat ini masih menjadi pembahasan
oleh Otoritas Jasa Keuangan. Namun dalam menjalankan kegiatan usahanya,
asuransi digital masih merujuk kepada aturan asuransi konvensional karena pada
dasarnya hal yang dilakukan oleh asuransi digital adalah berupa suatu inovasi
dalam menjalankan suatu bisnis.
Berdasarkan uraian hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih jauh dan menganalisis permasalahan mengenai asuransi digital, khususnya
pada PT FWD Life Indonesia, yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi
9
yang berjudul “Analisis Yuridis Perjanjian Asuransi Digital (Studi Pada PT
FWD Life Indonesia)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk
mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, tegas, terarah, serta tercapai sasaran yang diharapkan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimanakah prosedur perjanjian asuransi secara digital pada PT FWD Life
Indonesia?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian asuransi secara digital pada PT FWD
Life Indonesia?
3. Apakah akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap
perjanjian asuransi yang dibuat secara digital?
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup bidang ilmu dan ruang
lingkup kajian. Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum
perdata ekonomi, khususnya bidang hukum asuransi dan hukum perjanjian.
Sedangkan ruang lingkup kajian dalam penelitian ini adalah pengaturan mengenai
perjanjian asuransi secara digital, pelaksanaan asuransi secara digital serta akibat
hukum setelah dilaksanakannya perjanjian asuransi secara digital. Penelitian ini
dilakukan untuk memahami ketentuan-ketentuan terkait perjanjian dan
pelaksanaan asuransi secara digital oleh PT FWD Life Indonesia serta akibat yang
ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap dilaksanakannya perjanjian
10
asuransi secara digital, sebagai bentuk transaksi yang memanfaatkan teknologi di
kegiatan perasuransian.
D. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis hal-hal sebagai berikut:
1. Prosedur perjanjian asuransi secara digital.
2. Pelaksanaan perjanjian asuransi secara digital.
3. Akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap
perjanjian asuransi yang dibuat secara digital.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
ilmu pengetahuan, khususnya dalam hukum asuransi mengenai asuransi yang
dilakukan secara digital. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
analisis terhadap asuransi digital terkait dengan perjanjian dan pelaksanaan
asuransi secara digital oleh PT FWD Life Indonesia serta akibat yang
ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap dilaksanakannya perjanjian
asuransi secara digital, sebagai bentuk transaksi yang memanfaatkan teknologi
di kegiatan perasuransian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
11
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi
penulis, khususnya mengenai perjanjian asuransi secara digital.
b. Sebagai bahan gambaran dan informasi bagi masyarakat, pemerintah, dan
aparat penegak hukum mengenai perjanjian asuransi secara digital,
sebagai bentuk transaksi yang memanfaatkan teknologi di kegiatan
perasuransian
c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Asuransi
1. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi
Asuransi atau yang disebut juga pertanggungan merupakan istilah yang berasal
dari bahasa Belanda yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan).
Istilah ini digunakan di Indonesia dikarenakan asuransi sendiri merupakan produk
yang dibawa oleh pemerintah Belanda pada masa penjajahan. Kegiatan asuransi
masuk ke Indonesia mengikuti keberhasilan bangsa Belanda dalam usaha
perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya. Sejarah mencatat perusahaan
asuransi yang pertama kali beroperasi di Indonesia adalah Semarang Sea yang
berdiri pada tahun 1816.16
Selain istilah yang berasal dari bahasa Belanda, di Inggris digunakan istilah
insurance dan assurance. Kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang
sama, namun istilah insurance digunakan untuk asuransi kerugian sedangkan
istilah assurance digunakan untuk asuransi jiwa.17
Secara umum, istilah asuransi atau pertanggungan dapat mempunyai berbagai arti
dan batasan, sesuai dengan siapa yang memberikannya dan dipergunakan untuk
sasaran apa. Hal ini dapat dimaklumi karena pada kenyataannya, asuransi
16 Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm. 34-35.17 Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo,
1995, hlm. 40.
13
memang dapat dipandang dari beberapa sudut. Walaupun demikian, jika dilihat
dari fungsinya, asuransi merupakan salah satu cara penanggulangan risiko (risk
transfer mechanism) dengan mengasuransikan suatu risiko kepada perusahaan
asuransi. 18 Risiko sendiri dapat diartikan sebagai kemungkinan kerugian yang
akan dialami yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi, tetapi tidak
diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi. Jenis risiko
yang dapat dilekatkan asuransi adalah risiko murni (pure risk) yaitu risiko yang
terdiri dari 2 (dua) kemungkinan yakni, adanya kerugian atau tidak adanya
kerugian, seperti kecelakaan ketika mengendarai kendaraan bermotor.19
Adapun pengertian asuransi dapat ditemui baik dari peraturan (perundang-
undangan) maupun pendapat para ahli, yang antara lain sebagai berikut:
a. Pengertian menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD).
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggungmengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untukmemberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atautidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapatdiderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti”.
Pengertian menurut Pasal 246 KUHD merupakan pengertian resmi atau otentik.
Pasal ini dikenal sebagai pasal yang memberikan definisi mengenai perjanjian
asuransi. 20 Berdasarkan Pasal ini, Man Suparman Sastrawidjaja menjelaskan
bahwa unsur-unsur asuransi, antara lain:21
18 Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hlm. 103.19 Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Yogyakarta, Andi, 2012, hlm. 189-190.20 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta,
2000, hlm. 24.21 Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi (Perlindungan Tertanggung, Asuransi
Deposito, Usaha Perasuransian), Bandung, Alumni, 1997, hlm. 139.
14
1) Perjanjian;
2) Kewajiban tertanggung membayar premi;
3) Kewajiban penanggung memberikan ganti kerugian atau membayar ganti
kerugian atau membayar sejumlah uang; dan
4) Adanya peristiwa yang belum pasti terjadi.
b. Pengertian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Pengertian asuransi menurut KUH Perdata diatur dalam Pasal 1774 yang
menyatakan sebagai berikut:
“Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnyamengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementarapihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum pasti.Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cakak hidup; perjudian danpertaruhan.”
Berdasarkan pasal ini, asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung-untungan
(kansovereen komst). Menurut Pitlo, perjanjian untung-untungan ialah perjanjian
dimana salah satu dari kedua prestasi pasti ada sedangkan kontra-prestasi tidak
menentu, atau kedua prestasi tidak menentu, sedangkan para pihak justru
sehubungan dengan tidak kepastian itu menutup perjanjian. 22 Pada umumnya,
para ahli berpendapat bahwa penggolongan asuransi ke dalam perjanjian untung-
untungan kurang tepat karena karakteristik perjanjian untung-untungan adalah
berdasarkan kemungkinan yang sangat bersifat spekulatif dengan tujuan utama
hanya kepentingan keuangan, sedangkan asuransi pada dasarnya mempunyai
tujuan yang lebih pasti yaitu memperalihkan risiko yang sudah ada yang berkaitan
22 R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Bandung, Tarsito,1980, hlm. 107.
15
pada kemanfaatan ekonomi tertentu sehingga tetap berada dalam posisi yang
sama.23
c. Pengertian menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian
Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian selanjutnya disebut Undang-Undang Perasuransian, diatur dalam
Pasal 1 angka 1 yang menyatakan sebagai berikut:
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi danpemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaanasuransi sebagai imbalan untuk:a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atautanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin dideritatertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yangtidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnyatertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggungdengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan padahasil pengelolaan dana”.
Pengertian berdasarkan Undang-Undang Perasuransian memiliki lingkup yang
lebih luas dibandingkan pengertian menurut Pasal 246 KUHD yang hanya
melingkupi asuransi kerugian, hal ini dapat diketahui dari kata-kata yang terdapat
di huruf b yaitu “untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan pada
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan berdasarkan manfaat
yang bersarnya telah ditetapkan pada hasil pengelolaan dana”. Sehingga dalam
rumusan Undang-Undang Perasuransian, objek asuransi tidak hanya meliputi
harta kekayaan melainkan juga jiwa atau raga manusia.
23 Junaedy Ganie,Op.Cit., hlm. 64.
16
d. Pengertian menurut Beberapa Ahli
Berikut ini dijabarkan beberapa definisi asuransi dari para ahli sebagai suatu
perbandingan, antara lain:
1) Wirjono Prodjodikoro
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan di mana pihak yang
menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang
premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang
dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.24
2) Molengraaff
Pertanggungan adalah pengumpulan sumbangan dari mereka, yang dalam hal
terjadi suatu peristiwa tertentu hendak menguasai suatu jumlah uang menjadi
modal atau dana, agar dari situ dapat dibayar jumlah yang diinginkan kepada
seseorang di antara mereka, terhadap suatu kemungkinan terjadinya peristiwa
itu menjadi kenyataan.25
3) Musthafa Ahmad Az-Zarqa
Asuransi adalah suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam
hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas
ekonominya.26
24 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta, Intermasa, 1981, hlm. 1.25 H. Van Barneveld, Pengetahuan Umum Asuransi, Jakarta, Bhratara Karya Aksara, 1980,
hlm. 4.26 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2005, hlm. 222.
17
4) Mehr dan Cammack
Asuransi adalah alat untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan
sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan taksiran
kerugian yang mungkin terjadi.27
5) Crawford
Asuransi merupakan perjanjian antara satu pihak yang akan mendapat imbalan
pembayaran sesuai dengan risikonya dengan pihak lain, sehingga pihak
pertama mendapat perlindungan dari kemungkinan menderita kehilangan,
kerusakan, atau kerugian dari suatu peristiwa yang menimbulkan bahaya
baginya.28
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, maka dapat
dinyatakan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian pengalihan risiko antara pihak
yang mengalihkan risiko kepada pihak lain sebagai penerima risiko dengan dasar
adanya pembayaran premi atas dijaminnya segala risiko dari suatu kejadian yang
tidak tentu. Para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut terdiri dari pihak
tertanggung sebagai pihak yang mengalihkan risiko dan pihak penanggung yang
menanggung risiko yang telah diperjanjikan. Sementara penjaminan atas risiko
tersebut tidak hanya meliputi kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan atas
harta kekayaan melainkan juga terhadap jiwa/raga manusia. Oleh karena itu,
asuransi memiliki beberapa unsur, yakni29:
a. Asuransi merupakan suatu perjanjian.
27 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta, Sinar Grafika,1992, hlm. 73.
28 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,Bandung, Alumni, 2003, hlm. 10-11.
29 Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 195.
18
b. Asuransi memiliki premi asuransi.
c. Asuransi memberikan kewajiban kepada pihak penanggung untuk memberikan
penggantian kepada pihak tertanggung.
d. Asuransi mensyaratkan pada suatu peristiwa yang belum terjadi (anzekes
voorval).
Dari pengertian tersebut juga dapat diketahui bahwa premi merupakan salah satu
unsur penting dalam asuransi. Premi adalah uang pembayaran dari tertanggung
kepada penanggung yang dengan pembayaran tersebut, maka penanggung telah
terikat untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian
yang mungkin akan dideritanya akibat suatu peristiwa yang tak tentu.30 Apabila
premi tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak
berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggung
pihak yang berkepentingan. Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut:
a. Dalam bentuk sejumlah uang;
b. Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung;
c. Sebagai imbalan pengalihan risiko;
d. Dihitung berdasarkan presentase terhadap nilai risiko yang dialihkan.
Dalam praktiknya, tujuan asuransi dapat dipandang dari dua sisi, yakni dari pihak
penanggung dan dari pihak tertanggung. Tujuan pihak penanggung, antara lain
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian, memberikan
dorongan ke arah perkembangan perekonomian dan mendapatkan hasil atas jasa
yang diberikannya. Sementara tujuan dari pihak tertanggung, antara lain
30 Suhawan, Pengetahuan Asuransi 1, Bandung, Armico, 1990, hlm. 71.
19
menggeserkan kemungkinan risiko kepada orang lain dan memperoleh ganti rugi
atas kemungkinan yang diasuransikan.31
Pelaksanaan asuransi telah diatur sejak sebelum kemerdekaan yaitu dalam KUH
Perdata, yang kemudian secara khusus diatur juga dalam KUHD, yang berarti
ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata sebagai ketentuan umum dapat
berlaku bagi KUHD sebagai ketentuan khusus, selama belum diatur sebaliknya.
Ketentuan-ketentuan dalam KUHD akan selalu menjadi dasar suatu perjanjian
asuransi apabila tidak diatur secara khusus dalam perjanjian asuransi itu sendiri.32
Selain itu telah disahkan juga peraturan perundang-undangan mengenai asuransi,
yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, sehingga
perusahaan perasuransian yang melaksanakan usaha asuransi, wajib melaksanakan
seluruh ketentuan yang diatur dan dimuat dalam undang-undang tersebut, serta
tunduk kepada aturan di bawah undang-undang, seperti Peraturan Pemerintah dan
peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas
lembaga keuangan mulai dari bank, asuransi, multifinance33, pasar modal, bursa
berjangka, yang pengaturan dan supervisinya 34 disatukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan sebagai regulatornya.35
31 R. Djatmiko, Pengetahuan Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Bandung, Angkasa,1996, hlm. 134-135.
32 Deasita Diah Susanti, ”Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Perjanjian Asuransi JiwaSyariah Pada PT Asuransi Takaful Keluarga”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 5-6.
33 Multifinance adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaanbarang dan/atau jasa.
34 Menurut KBBI, supervisi berarti pengawasan utama atau pengontrolan tertinggi.35 Gilang Prifebrian, “Penyelesaian Sengketa atas Penolakan Klaim Asuransi Ahli Waris
oleh Perusahaan Perasuransian Akibat Tertukarnya Rekam Medis melalui Otoritas Jasa KeuanganDihubungkan dengan Peraturan Perundang-Undangan Terkait”, Tesis, Universitas Pasundan,Bandung, 2017, hlm. 51.
20
2. Jenis-Jenis Asuransi
a. Penggolongan Berdasarkan Pasal 247 KUHD
Jenis-jenis asuransi berdasarkan Pasal 247 KUHD, antara lain:
1) Asuransi kebakaran (Pasal 287-Pasal 298 KUHD);
2) Asuransi hasil pertanian (Pasal 299-Pasal 301 KUHD);
3) Asuransi jiwa (Pasal 302-Pasal 308KUHD);
4) Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan (Pasal 592-Pasal 685 KUHD).
Jenis asuransi perbudakan sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakat
dewasa ini.;
5) Asuransi pengangkutan darat, sungai, dan perairan pedalaman (Pasal 686-
Pasal 695 KUHD).
Jenis asuransi pada sub 1, 2, dan 3 diatur dalam Buku I (satu) Bab IX (sembilan)
dan X (sepuluh) KUHD, sedangkan asuransi dalam sub 4 dan 5 diatur dalam Buku
II (dua) Bab IX (sembilan) dan X (sepuluh) KUHD. Selain itu, Pasal 247 KUHD
memberikan peluang bagi jenis-jenis asuransi baru, yang timbul berdasarkan
perkembangan ekonomi.
b. Asuransi Kerugian dan Asuransi Jumlah
Penggolongan ini dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan
karena adanya ketidaksamaan persepsi dengan penggolongan yang ada dalam
Pasal 247 KUHD. Jenis asuransi yang ada di dalam Pasal 247 KUHD ada yang
termasuk asuransi kerugian yaitu pada sub 1, 2, 4, dan 5, sedangkan yang disebut
pada sub 3 termasuk asuransi jumlah.
21
c. Asuransi dengan Premi dan Asuransi Saling Menjamin.
Asuransi dengan premi adalah asuransi yang prestasi tertanggungnya adalah
berupa premi. Sedangkan asuransi saling menjamin adalah perkumpulan dari para
penutup asuransi, yang menjalankan perusahaan asuransi untuk kepentingan para
anggotanya. Dengan kata lain pihak penanggung dan pihak tertanggung menjadi
satu dalam perkumpulan yang sama.
d. Asuransi Sosial
Asuransi sosial atau sering disebut juga asuransi wajib merupakan asuransi yang
diadakan dan diwajibkan oleh pemerintah terhadap golongan-golongan
masyarakat tertentu. Asuransi sosial bertujuan menyediakan jaminan sosial berupa
santunan kepada anggota masyarakat yang menderita kerugian yang disebabkan
oleh suatu musibah. Untuk menyediakan jaminan sosial diperlukan dana. Dana itu
dihimpun dari masyarakat yang ikut ambil bagian dalam sistem jaminan sosial itu
berupa iuran wajib. Dana asuransi sosial diperoleh bukan dari premi peserta
melainkan dari penghasilan pegawai/pekerja yang dipotong secara langsung,
dengan demikian penggalangan dana asuransi sosial tidak menggunakan prinsip-
prinsip asuransi dan tidak mengenal premi.36 Adapun unsur-unsur dari asuransi
sosial adalah:
1) Bertujuan untuk kepentingan umum;
2) Bersifat wajib;
3) Harus ada hukuman yang bersifat publik;
4) Dikelola oleh perusahaan negara.
36 Imam Fatoni Prayoga, “Pelaksanaan Program Asuransi Usaha Ternak Sapi Pada PTAsuransi Jasa Indonesia (Persero)”, Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2018, hlm.26-27.
22
3. Prinsip-Prinsip Asuransi
Dalam asuransi terdapat beberapa prinsip pokok yang harus dipenuhi sebagai
dasar pelaksanaan asuransi, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip Kepentingan yang Dapat Diasuransikan (Insurable Interest)
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan prinsip dimana
setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus
mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya ialah bahwa
pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat
dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan
menjadi menderita kerugian. 37 Mengenai prinsip ini, KUHD mengaturnya
dalam 2 (dua) pasal yaitu Pasal 250 dan Pasal 268. Pada hakikatnya,
kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest) adalah kepentingan
(interest) yang dapat dipertanggungkan (insurable). Jadi, tertanggung harus
mempunyai kepentingan atas yang dipertanggungkan tersebut, kepentingan
yang legal, patut, dan adil (legal and equitableinterest).38
b. Prinsip Ganti Kerugian (Indemnity)
Prinsip ganti kerugian pada dasarnya merupakan prinsip yang mengatur
mengenai ganti kerugian terhadap kerugian yang diderita tertanggung, dimana
besarnya ganti kerugian yang diterima oleh tertanggung harus seimbang
dengan kerugian yang dideritanya. Prinsip ini tercermin dalam Pasal 246
KUHD. Untuk dapat mengadakan keseimbangan antara kerugian yang diderita
oleh tertanggung dengan ganti kerugian yang diberikan oleh penanggung,
harus diketahui berapa nilai atau harga dari objek yang diasuransikan. Bila
37 Sri Rejeki Hartono, Op.Cit., hlm. 100.38 Imam Fatoni Prayoga,Op.Cit., hlm. 14.
23
risiko atas benda pertangungan itu hanya dialihkan sebagian kepada
penanggung ketika terjadi evenemen, penanggung hanya berkewajiban
membayar ganti kerugian sebanding dengan kerugian yang diderita oleh
tertanggung. Hal yang menjadi pedoman perhitungan ganti kerugian adalah
perbandingan antara jumlah risiko yang dipertanggungkan dengan nilai
penuhnya dikalikan dengan jumlah kerugian yang diderita. 39 Prinsip ganti
kerugian hanya berlaku bagi asuransi yang kepentingannya dapat dinilai
dengan uang, yaitu asuransi kerugian (schadeverzekering).
c. Prinsip Itikad Baik atau Prinsip Kejujuran yang Sempurna (Utmost Good
Faith)
Prinsip itikad baik pada perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 251 KUHD.
Berdasarkan pasal ini, tertanggung mempunyai kewajiban untuk memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya
mengenai keadaan objek yang diasuransikan. Akan tetapi, ketentuan Pasal 251
KUHD hanya menekankan kepada tertanggung saja dan tidak diberlakukan
juga kepada penanggung. Oleh karena itu, dalam menafsirkan pasal tersebut
harus memenuhi dua aspek lain yakni syarat pengetahuan dan relevansi, yang
berarti terdapat relevansi antara pengetahuan yang dimiliki oleh tertanggung
dengan informasi yang telah diberikannya kepada penanggung, sehingga
penanggung dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau
tidak.40
39 A. Hasyami Ali, Pengantar Asuransi, Jakarta, Bumi Aksara, 1995, hlm. 131.40 Ibid, hlm. 104-105.
24
d. Prinsip Subrogasi bagi Penanggung(Subrogation)
Prinsip subrogasi bagi penanggung diatur dalam Pasal 284 KUHD.
Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa subrogasi adalah
penggantian kedudukan tertanggung oleh penanggung yang telah membayar
ganti kerugian dalam melaksanakan hak-hak tertanggung kepada pihak ketiga
yang menyebabkan terjadinya kerugian. Prinsip ini muncul untuk mencegah
tertanggung mendapatkan ganti kerugian yang melebihi kerugian yang
dideritanya. Di sisi lain, dengan adanya prinsip subrogasi, pihak ketiga yang
menimbulkan kerugian tidak akan bebas dari tanggung jawabnya sebab akan
dituntut oleh penanggung. Prinsip subrogasi hanya berlaku dalam asuransi
kerugian (schadeverzekering) dan tidak berlaku dalam asuransi jumlah
(sommenverzekering). Prinsip subrogasi dalam perjanjian asuransi timbul
berdasarkan undang-undang dan tidak terjadi karena suatu perjanjian, sehingga
penanggung tidak memerlukan surat kuasa dari tertanggung untuk bertindak
atas namanya.41
e. Prinsip Sebab Akibat
Prinsip sebab akibat adalah prinsip yang menghendaki adanya kaitan antara
peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebab kerugian dengan kerugian yang
terjadi. Hakikat hubungan sebab akibat dalam asuransi adalah penanggung
hanya wajib membayar ganti rugi, apabila kerugian atau kerusakan tersebut
disebabkan oleh peristiwa yang telah diperjanjikan. 42 Prinsip sebab akibat
tercermin dalam Pasal 249 dan Pasal 276 KUHD.
41 Man Suparman Sastrawidjaja, Op.Cit.,2003, hlm. 75-76.42 Sri Rejeki Hartono, Op.Cit., hlm. 112.
25
f. Prinsip Kontribusi (Contribution)
Tertanggung dapat mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa
perusahaan asuransi. Namun apabila terjadi kerugian atas objek yang
diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi. Prinsip
kontribusi berarti bahwa apabila perusahaan asuransi telah membayar penuh
ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka perusahaan asuransi berhak
menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat dalam suatu pertanggungan
(secara bersama-sama menutup asuransi harta benda milik peserta) untuk
membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan
jumlah pertanggungan yang ditutupnya. 43 Prinsip ini terjadi apabila ada
asuransi berganda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 278 KUHD.
4. Subjek dan Objek Asuransi
a. Subjek Asuransi
Asuransi merupakan perjanjian timbal balik (wederkering overeenkomst),
sehingga di dalamnya satu pihak tidak selalu menjadi pihak berhak, melainkan
dalam sudut lain mempunyai beban kewajiban juga terhadap pihak lain yang
dengan demikian tidak selalu menjadi pihak berkewajiban melainkan menjadi
pihak berhak pula terhadap kewajiban dari pihak pertama yang harus
dilaksanakan. 44 Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang
bertindak aktif mengamalkan perjanjian asuransi yaitu, pihak tertanggung, pihak
penanggung dan pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan
asuransi, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
43 Deasita Diah Susanti,Op.Cit., hlm. 15-16.44 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Op.Cit., hlm. 98.
26
1) Penanggung
Pihak penanggung adalah pihak yang menanggung risiko yang telah
diperjanjikan dengan membayar kerugian atau sejumlah uang kepada pihak
tertanggung yang memberikan premi asuransi, apabila pihak tertanggung
mengalami peristiwa yang tidak terduga yang berakibat kerugian bagi pihak
tertanggung. 45 Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Perasuransian, pihak
penanggung yang merupakan perusahaan asuransi harus berupa badan hukum
dalam bentuk perseroan terbatas, koperasi, atau usaha bersama (mutual).
2) Tertanggung
Pihak tertanggung adalah pihak yang memberikan premi asuransi kepada
pihak penanggung, untuk mengalihkan risiko yang terjadi kepada pihak
penanggung. 46 Mengenai pihak tertanggung KUHD mengaturnya dalam 2
(dua) pasal, yakni Pasal 250 dan Pasal 264. Berdasarkan kedua pasal tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak selalu orang yang namanya tercantum dalam
polis adalah orang yang berkepentingan. Pihak tertanggung dapat berupa,
antara lain47:
a) Orang yang mengadakan pertanggungan;
b) Orang yang karena pembelian atau peralihan milik lain menjadi yang
berkepentingan atas pertanggungan;
c) Orang untuk kepentingan siapa dan atas perintah siapa pertanggungan
diadakan oleh orang lain;
d) Orang untuk kepentingan siapa dan tanpa perintahnya pertanggungan
diadakan oleh orang lain;
45 Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 198.46 Ibid, hlm. 201.47 H. Van Barneveld, Op.Cit., hlm. 311.
27
e) Orang yang “secara lain untuk seluruhnya atau sebagian tersangkut dalam
pertanggungan”.
3) Pihak Penunjang Asuransi
Pihak penunjang asuransi adalah pihak yang menyelenggarakan jasa
keperantaraan, yang lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut48:
a) Pihak pialang asuransi yang merupakan pihak yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian
ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan pihak tertanggung.
b) Pihak pialang reasuransi yang merupakan pihak yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian
ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi.
c) Pihak penilai kerugian asuransi yang merupakan pihak yang memberikan
jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang
dipertanggungkan.
d) Pihak agen asuransi yang merupakan pihak yang memberikan jasa
keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama
pihak penanggung.
b. Objek Asuransi
Berdasarkan Pasal 268 KUHD, telah diatur hal-hal yang dapat dijadikan objek
asuransi, yaitu semua kepentingan yang:
1) Dapat dinilai dengan jumlah uang (op geld waardeerbaar);
2) Dapat takluk pada macam-macam bahaya (aan gevaar on derhevig);
48 Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 203.
28
3) Tidak dikecualikan oleh undang-undang.
Pasal tersebut hanya meliputi objek asuransi kerugian. Selain itu, ada juga objek
asuransi jumlah, misalnya pada asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan, yang
berupa jiwa atau raga manusia yang terancam peristiwa yang menjadi sebab
kematian atau kecelakaan. Objek asuransi jumlah tidak dapat dinilai dengan uang,
tetapi sejumlah uang dapat dijadikan ukuran pembayaran santunan jika terjadi
peristiwa yang menjadi sebab kematian atau kecelakaan. Penetapan sejumlah uang
sebagai santunan hanya untuk tujuan praktis, yaitu memudahkan perhitungan
pembayaran santunan yang jumlahnya sudah ditetapkan dalam perjanjian atau
undang-undang.49
5. Polis Asuransi
Berdasarkan ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam akta yang disebut polis. Selanjutnya, Pasal 19 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 menentukan bahwa polis atau bentuk
perjanjian asuransi dengan nama apa pun, berikut lampiran yang merupakan satu
kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata, kata-kata, atau kalimat yang
dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup
asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau mempersulit
tertanggung mengurus haknya.
Berdasarkan ketentuan dua pasal tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa
polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi
perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis,
49 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 89.
29
isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau
kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi, sehingga mempersulit
tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam
pelaksanaan asuransi. Di samping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai
syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak
dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi.50
6. Evenemen dan Ganti Kerugian dalam Asuransi
Evenemen adalah istilah yang diadopsi dari bahasa belanda evenement yang
berarti peristiwa tidak pasti, bahasa Inggrisnya fortuitous event. Evenemen atau
peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan, tidak
dapat dipastikan terjadi dan tidak diharapkan terjadi. Evenemen memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:51
1) Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian;
2) Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksi terlebih dahulu;
3) Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia;
4) Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung jawab seseorang.
Evenemen erat sekali persoalannya dengan ganti kerugian. Akan tetapi tidak
setiap kerugian (loss) akibat evenemen harus mendapat ganti kerugian. Antara
evenemen yang terjadi dan kerugian yang timbul ada hubungan kausal. Evenemen
adalah sebab dan kerugian adalah akibat. Jika sudah dipastikan evenemen yang
terjadi itu dijamin oleh polis dan karenanya menimbulkan kerugian, penanggung
terikat untuk membayar ganti kerugian.
50 Ibid, hlm. 59.51 Ibid, hlm. 121.
30
B. Tinjauan Umum Asuransi Jiwa
1. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Jiwa
Definisi asuransi jiwa dimuat secara implisit dalam peraturan yang berkaitan,
sehingga tidak ada rumusan pasti mengenai definisi asuransi jiwa. Namun pada
hakikatnya, asuransi jiwa dapat diartikan sebagai suatu pelimpahan risiko oleh
tertanggung kepada penanggung agar kerugian keuangan yang mungkin diderita
tertanggung akibat sesuatu yang menyangkut jiwanya dapat dibebankan kepada
penanggung. Risiko yang dimaksud bukanlah risiko hilangnya jiwa seseorang,
melainkan kerugian keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang.52
Pada asuransi jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian
(death). Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau
suatu keluarga tertentu. Risiko yang mungkin timbul pada asuransi jiwa terutama
terletak pada unsur waktu (time), oleh karena sulit untuk mengetahui kapan
seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil risiko tersebut, maka diadakan
pertanggungan jiwa.53
Adapun dasar hukum asuransi jiwa diatur secara khusus dalam KUHD yakni,
Buku I (satu) Bab X (sepuluh) Pasal 302-308 KUHD dan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Perasuransian. Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD, seseorang
diperbolehkan mengasuransikan jiwanya, baik untuk selama hidupnya maupun
untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Selanjutnya dalam Pasal 303
52 Suhawan dan Juhana S. Mariadinata, Pengetahuan Asuransi 2, Armico, Bandung, 1990,hlm. 107.
53 Pungky Jati Aji Suprabawa, “Asuransi Jiwa (Studi tentang Pelaksanaan Link Assurancedi PT Prudential Life Surakarta)”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah,2010, hlm. 3.
31
KUHD ditentukan bahwa asuransi jiwa dapat diadakan untuk kepentingan orang
ketiga.
Sistem asuransi jiwa berlandaskan pada konsep kesepakatan seorang tertanggung
untuk membayar premi secara berkala dengan kompensasi perusahaan harus
memberikan sejumlah uang yang telah disepakati sebelumnya kepada si
tertanggung, atau kepada ahli warisnya, atau kepada orang tertentu yang
ditunjuknya, ketika si tertanggung mencapai usia tertentu atau ketika ia meninggal
dunia. Nominal asuransi yang dibayarkan pun bisa berbentuk kontan atau
diberikan dalam bentuk pemasukan atau gaji bulanan sesuai dengan
kesepakatan.54
2. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) jenis asuransi jiwa, yakni asuransi jiwa berjangka
(term life insurance), asuransi jiwa dwiguna (endowment life insurance), dan
asuransi jiwa seumur hidup (whole life insurance), yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life Insurance)
Asuransi jiwa berjangka adalah jenis asuransi yang hanya memberikan
perlindungan sementara waktu kepada tertanggung, misalnya selama 5 tahun,
10 tahun, 20 tahun, atau sampai usia tertentu seperti usia 60 atau 70 tahun.55
Pada jenis asuransi ini, uang pertanggungan diberikan jika tertanggung
meninggal dalam masa pertanggungan. Apabila tertanggung masih hidup
54 Mohammad Muslehuddin, Asuransi Dalam Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1997, hlm. 123-127.
55 Fuad Usman dan M. Arief, Security For Life (Hidup Lebih Nyaman denganBerasuransi), Jakarta, Gramedia, 2004, hlm. 28.
32
sampai melewati masa pertanggungan, maka tidak ada satupun manfaat yang
akan diterima oleh tertanggung dan premi yang telah dibayarkan dianggap
hangus. Pada akhir masa kontrak, polis dengan sendirinya menjadi batal dan
selanjutnya perusahaan asuransi maupun tertanggung tidak mempunyai
kewajiban apapun lagi di antara mereka.
b. Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment Life Insurance)
Asuransi jiwa dwiguna adalah asuransi yang mengandung 2 (dua) unsur yaitu,
unsur tabungan dan perlindungan. Pada jenis asuransi ini, apabila tertanggung
meninggal dunia dalam masa pertanggungan, maka ahli waris akan
memperoleh manfaat sesuai dengan jumlah yang ditetapkan ketika polis
ditutup. Namun apabila tertanggung masih hidup hingga masa akhir kontrak,
maka tertanggung akan memperoleh manfaat sebesar premi yang telah
dibayarkan. Sehingga pada jenis asuransi ini, tertanggung tidak kehilangan
premi yang telah dibayarkan.56
c. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life Insurance)
Asuransi jiwa seumur hidup disebut juga sebagai asuransi jiwa permanen. Hal
ini dikarenakan asuransi tersebut menyediakan perlindungan dan tabungan
secara permanen kepada tertanggung sepanjang hidupnya. Asuransi jiwa
seumur hidup hampir sama dengan asuransi dwiguna. Perbedaannya terletak
pada pertumbuhan nilai tabunganyang lebih lambat pada asuransi jiwa seumur
hidup, yang disebabkan oleh beberapa hal yakni, premi relatif lebih murah
dengan jumlah tetap, unsur perlindungan lebih besar dibandingkan dengan
56 M. Wahyu Prihantoro, Pengantar Asuransi 1 (Aneka Produk Asuransi danKarakteristiknya), Yogyakarta, Kanisius, 2000, hlm. 8.
33
unsur tabungan, dan masa pertanggungan yang lama hingga mencapai 100
tahun.57
3. Polis Asuransi Jiwa
Isi polis asuransi sejauh ini telah ditentukan oleh beberapa regulasi termasuk
didalam KUHD. Namun, ketentuan yang terdapat dalam KUHD memberikan
pengecualian bagi perjanjian asuransi jiwa, yakni tidak diaturnya ketentuan
mengenai keharusan mencantumkan evenemen dalam polis asuransi jiwa. Setelah
dikeluarkannya regulasi Otoritas Jasa Keuangan, maka isi polis asuransi harus
mengikuti ketentuan tersebut.
Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang
Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi (selanjutnya disebut POJK
Produk Asuransi dan Pemasaran Asuransi) memberikan ketentuan mengenai isi
polis asuransi yang paling sedikit harus memenuhi, sebagai berikut:
a. Saat berlakunya pertanggungan;b. Uraian manfaat yang diperjanjikan;c. Cara pembayaran premi atau kontribusi;d. Tenggang waktu (grace period) pembayaran premi atau kontribusi;e. Kurs yang digunakan untuk polis asuransi dengan mata uang asing apabila
pembayaran premi atau kontribusi dan manfaat dikaitkan dengan mata uangrupiah;
f. Waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran premi ataukontribusi;
g. Kebijakan perusahaan yang ditetapkan apabila pembayaran premi ataukontribusi dilakukan melewati tenggang waktu yang disepakati;
h. Periode pada saat perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan kontrakasuransi (incontestable period) pada produk asuransi jangka panjang;
i. Tabel nilai tunai, bagi produk asuransi yang dipasarkan oleh perusahaanasuransi jiwa yang mengandung nilai tunai;
j. Perhitungan dividen polis asuransi atau yang sejenis, bagi produk asuransiyang dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa yang menjanjikan dividenpolis asuransi atau yang sejenis;
57 Fuad Usman dan M. Arief, Op.Cit., hlm. 35.
34
k. Klausula penghentian pertanggungan, baik dari perusahaan maupun daripemegang polis, tertanggung, atau peserta, termasuk syarat danpenyebabnya;
l. Syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yangrelevan dan diperlukan dalam pengajuan klaim;
m. Tata cara penyelesaian dan pembayaran klaim;n. Klausula penyelesaian perselisihan yang antara lain memuat mekanisme
penyelesaian di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan dan pemilihantempat kedudukan penyelesaian perselisihan; dan
o. bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat,untuk polis asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.
4. Evenemen dan Santunan
Evenemen dalam asuransi jiwa hanya 1 (satu) yaitu ketidakpastian kapan
meninggalnya seseorang. Karena evenemen hanya satu, maka tidak perlu
dicantumkan dalam polis. Evenemen hanya berupa 2 (dua) hal yaitu,
meninggalnya tertanggung benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi dan
benar-benar tidak terjadi sampai jangka waktu asuransi berakhir. Kedua hal
tersebut menjadi beban penanggung.58
Pada asuransi jiwa, ganti kerugian yang diberikan ialah berupa santunan.
Santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh penanggung kepada
penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam polis. Penikmat yang dimaksud adalah orang yang ditunjuk oleh
tertanggung atau orang yang menjadi ahli warisnya sebagai yang berhak
menerima dan menikmati santunan sejumlah uang yang dibayar oleh penanggung.
Pembayaran santunan hanya diberikan kepada tertanggung apabila evenemen
terjadi. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi jiwa tidak terjadi
58 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 200.
35
evenemen, maka tertanggung berhak memperoleh pengembalian sejumlah uang
dari penanggung yang jumlahnya telah ditetapkan berdasarkan perjanjian.59
5. Berakhirnya Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa dapat berakhir apabila terjadi hal-hal sebagai berikut, antara lain:60
a. Karena Terjadinya Evenemen
Dalam asuransi jiwa, evenemen yang menjadi beban risiko penanggung adalah
meninggalnya tertanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan
terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban
membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung,
atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang
santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir. Dengan kata lain,
asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen diikuti dengan pelunasan klaim.
b. Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa, tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung
terjadi bahkan hingga berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka
waktu berlakunya asuransi jiwa tersebut habis tanpa terjadi evenemen, maka
beban risiko penanggung berakhir.
c. Karena Asuransi Gugur
Asuransi jiwa dianggap gugur apabila memenuhi unsur-unsur yang tertera
dalam Pasal 306 dan Pasal 307 KUHD, yang meliputi:
1) Telah meninggalnya orang yang diasuransikan pada saat asuransi diadakan
(Pasal 306 KUHD);
59 Ibid, hlm. 200-201.60 Ibid, hlm. 201-203.
36
2) Orang yang mengasuransikan jiwanya melakukan bunuh diri atau dijatuhi
hukuman mati (Pasal 307 KUHD).
Namun kedua pasal tersebut diatas memberikan peluang kepada pihak-pihak
untuk memperjanjikan lain dari ketentuan pasal ini, sehingga apabila dalam
perjanjian yang dibuat, kedua unsur-unsur diatas dikecualikan, maka asuransi
yang diadakan tetap dianggap sah.
d. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu
perjanjian berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak
melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena
permohonan tertanggung sendiri.
C. Perjanjian Asuransi
1. Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD. Oleh
karena itu, mengenai syarat sahnya perjanjian, selain yang diatur dalam Pasal
1320 KUH Perdata, berlaku juga syarat khusus yang diatur dalam KUHD yaitu
dalam Pasal 251 KUHD. Syarat-syarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu
perjanjian. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.61 Kesepakatan ini
dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya
penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara untuk
61 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm.162.
37
terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun
dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para
pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan.
b. Kewenangan (Authority)
Kewenangan adalah kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum.
Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum.
Kewenangan berbuat dibagi menjadi 2 (dua) yakni, kewenangan subjektif dan
kewenangan objektif. Kewenangan subjektif berarti pihak yang melakukan
perbuatan hukum sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah
perwalian (trusteeship) atau pemegang kuasa yang sah, sedangkan
kewenangan objektif adalah seseorang yang melakukan perbuatan hukum
mempunyai hubungan yang sah dengan objek hukumya.
c. Objek Tertentu (Fixed Object)
Dalam suatu perjanjian, objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para
pihak. Objek perjanjian asuransi dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan
yang melekat pada harta kekayaan, dan dapat pula berupa jiwa atau raga
manusia.
d. Kausa Yang Halal (Legal Cause)
Kausa yang halal adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan.
e. Kewajiban Pemberitahuan (Notification)
Kewajiban pemberitahuan adalah kewajiban tertanggung untuk
memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi, baik
jenis, identitas, maupun sifat objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada
38
saat mengadakan asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya
adalah asuransi menjadi batal. Kewajiban pemberitahuan juga berlaku apabila
setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan risiko atas objek asuransi.
2. Terjadinya Perjanjian Asuransi
Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan
penanggung terjadi dan mengikat kedua pihak,dapat dilihat melalui 2 (dua) teori
perjanjian, yaitu62:
a. Teori Tawar-Menawar (Bargaining Theory)
Menurut teori ini setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua pihak
apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan
(acceptance) oleh pihak lainnya dan sebaliknya. Hasil yang diharapkan adalah
kesesuaian penawaran dan penerimaan secara timbal balik antara kedua pihak,
yang diwujudkan dalam bentuk kesepakatan yang menjadi dasar perjanjian
antara kedua pihak.
b. Teori Penerimaan (Acceptance Theory)
Menurut teori ini, perjanjian terjadidan mengikat pihak-pihak pada saat
penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung dan dibuktikan oleh
tindakan nyata tertanggung. Pada perjanjian asuransi, biasanya dibuktikan
dengan menandatangani suatu pernyataan yang diberikan oleh penanggung
yang disebut nota persetujuan (cover note). Atas dasar nota persetujuan ini
kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut
polis asuransi.
62 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 54-56.
39
3. Akibat Hukum Dari Sahnya Perjanjian
Menurut Pasal 1338 KUH Perdata, akibat hukum dari sahnya suatu perjanjian
adalah sebagai berikut:
a. Perjanjian mengikat para pihak sebagai undang-undang;
b. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak, kecuali terdapat
kesepakatan di antara kedua belah pihak atau alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu; dan
c. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
4. Wanprestasi
Setiap perjanjian menimbulkan perikatan untuk melakukan prestasi. 63 Prestasi
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam perjanjian.
Menurut Pasal 1234 KUH Perdata, terdapat 3 (tiga) macam prestasi, yaitu untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu.
Dalam konteks perjanjian asuransi jiwa, prestasi tersebut berupa 2 (dua) hal yakni,
penggantian kerugian oleh penanggung sebagai akibat risiko meninggalnya
tertanggung dan pembayaran premi oleh tertanggung sebagai imbalan atas
perlindungan yang diberikan penanggung.
Tidak dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban oleh salah satu pihak, maka
dapat dikatakan telah wanprestasi. Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban
yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Adapun bentuk-bentuk wanprestasi,
meliputi:64
a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali;
63 V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil, Jakarta,Erlangga, 2015, hlm. 33.
64 Gilang Prifebrian, Op.Cit., hlm. 69.
40
b. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya; dan
c. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Akibat yang ditimbulkan dari adanya wanprestasi terdiri atas 4 (empat) hal,
yaitu:65
a. Perikatan tetap ada;
b. Membayar kerugian yang diderita kreditur;
c. Peralihan risiko; dan
d. Pembebasan diri dari kewajiban memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata. Kontra prestasi adalah sesuatu yang
harus diberikan oleh satu pihak atas prestasi pihak yang lain.66
D. Tinjauan Umum Asuransi Digital
Asuransi digital atau yang disebut juga digital insurance merupakan asuransi yang
memanfaatkan media digital dalam menjalankan kegiatan usahanya. Media digital
tersebut meliputi internet dan teknologi interaktif lainnya seperti website dan
aplikasi yang dapat diakses baik melalui komputer maupun telepon pintar
(smartphone). Pemanfaatan teknologi yang dilakukan asuransi digital berupa
pemasaran produk, pembelian produk, pengiriman polis, hingga pengajuan klaim,
yang semuanya dapat dilakukan secara online.67
Pengaturan asuransi digital hingga saat ini masih menjadi pembahasan oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Namun dalam menjalankan kegiatan usahanya, asuransi
65 Salim HS, Op.Cit., hlm. 80.66 http://kamusbisnis.com/arti/kontra-prestasi/, diakses pada tanggal 22 Juli 2018, Pukul
04.02 WIB.67 http://askrida.com/asuransi-digital.html#.W1cg19IzbIU, diakses pada tanggal 23 Juli
2018, Pukul 20.02 WIB.
41
digital masih merujuk kepada aturan asuransi konvensional karena pada dasarnya
hal yang dilakukan oleh asuransi digital adalah berupa suatu inovasi dalam
menjalankan suatu bisnis.
Beberapa aturan hukum yang berkaitan dengan asuransi digital, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 juncto Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Pada asuransi digital, transaksi yang terjadi diantara para pihak dilakukan
melalui media penghubung, sehingga para pihak tidak berhubungan secara
langsung atau tatap muka. Penggunaan media dalam perbuatan hukum dikenal
dengan istilah transaksi elektronik. Transaksi elektronik adalah perbuatan
hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,
dan/atau media elektronik lainnya. Asuransi digital merupakan bagian dari
transaksi elektronik karena pada asuransi digital segala transaksi yang
dilakukan para pihak menggunakan media elektronik berupa jaringan internet.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 Tahun 2015
tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi
Aturan hukum ini menjadi dasar hukum penerbitan polis asuransi dalam
bentuk elektronik (e-policy). Hal ini tercermin dalam 2 (dua) pasal, yakni
Pasal 21 dan Pasal 54 POJK Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi. Menurut Pasal 21, polis asuransi dapat diterbitkan dalam bentuk
hardcopy atau digital/elektronik, dengan persyaratan apabila diterbitkan dalam
bentuk digital/elektronik, maka perusahaan harus memperoleh persetujuan
pemegang polis, tertanggung, atau peserta. Sementara Pasal 54 mengatur
42
mengenai kewajiban perusahaan asuransi untuk tetap memberikan bagian polis
asuransi yang berupa ikhtisar polis dalam bentuk hardcopy.
E. Profil Perusahaan
PT FWD Life Indonesia (FWD Life) merupakan perusahaan asuransi jiwa
patungan dan bagian dari FWD Group yang memiliki jaringan usaha di Hong
Kong dan Macau, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Jepang. FWD Life
didirikan di Indonesia pada tahun 2013 dan merupakan lini bisnis asuransi dari
grup investasi Pacific Century Group yang berbasis di Hong Kong.
Pada awalnya FWD Life berdiri di Indonesia pada bulan November 2012 dengan
nama PT Asuransi Agrapana Aksata dan memperoleh izin usaha asuransi dari
OJK dengan Nomor: KEP-05/D.05/2013, namun pada bulan Desember 2013
berubah nama menjadi PT Finansial Wiramitra Danadyaksa, dan pada bulan Juni
2015 menjadi perusahaan joint-venture dengan nama PT FWD Life Indonesia.
Saham yang dimiliki FWD Life dibagi menjadi 2 (dua), yakni 50,1% dimiliki oleh
FWD Group melalui anak perusahaannya di Singapura dan 49,9% dimiliki oleh
PT Surya Elok Kencana.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, FWD Life terdaftar dan diawasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan. Izin usaha ini didapatkan pada bulan Februari 2015 dengan
Nomor: KEP-750/NB.11/2015. Produk yang ditawarkan adalah produk asuransi
yang dikaitkan dengan investasi, asuransi berjangka individu dan kumpulan,
asuransi kecelakaan diri individu dan kumpulan, dan asuransi kesehatan kumpulan
melalui jalur distribusi yang didukung teknologi terintegrasi termasuk keagenan,
bancassurance, e-commerce dan korporasi.
43
FWD Life fokus dalam mengembangkan pengalaman konsumen yang baru
dengan menghadirkan produk-produk yang mudah dipahami, didukung oleh
teknologi digital terdepan. Melalui pendekatan yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen, FWD akan meraih visinya untuk dapat mengubah cara
pandang masyarakat tentang asuransi.
Visi
Mengubah cara pandang masyarakat tentang asuransi dengan tiga hal pembeda
utama yakni, melalui pendekatan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan
nasabah, distribusi terintegrasi yang berlandaskan teknologi, hubungan dengan
nasabah yang ditingkatkan melalui pendekatan digital.
Misi
Mengubah pandangan masyarakat tentang asuransi dengan menjalani nilai-nilai
perusahaan, yaitu berani beda, bertindak benar, bekerja dengan passion, dan
sukses bersama.
44
F. Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
Keterangan:
Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka berkembang pula kegiatan bisnis
yang ada di masyarakat, salah satunya yang dilakukan oleh perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi mulai melakukan suatu inovasi dengan cara memanfaatkan
teknologi digital dalam memasarkan produknya yang dikenal sebagai asuransi
digital.
Pemegang Kartu Kredit
(Tertanggung)
Perusahaan Asuransi
(Penanggung)
Penawaran Asuransi secara Digitalvia Portal Web/Aplikasi Online
Akibat Hukum yangDitimbulkan ApabilaTerjadi Wanprestasi
PelaksanaanPerjanjian Asuransi
secara Digital pada PTFWD Life Indonesia
Prosedur PerjanjianAsuransi secara
Digital pada PT FWDLife Indonesia
Undang-Undang Nomor40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian
Undang-Undang Nomor 19Tahun 2016 juncto Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008tentang Informasi danTransaksi Elektronik
45
Pada asuransi digital, penawaran yang dilakukan oleh perusahaan asuransi selaku
penanggung kepada pemegang kartu kredit selaku tertanggung dilakukan secara
online melalui dua media digital, yaitu melalui portal web maupun aplikasi online.
Tertanggung dalam asuransi digital terbatas pada nasabah bank pemegang kartu
kredit dikarenakan pada proses pembayaran premi, tertanggung hanya dapat
membayarkannya melalui kartu kredit, sehingga dalam melakukan transaksi,
keseluruhan prosesnya dilakukan secara online oleh kedua belah pihak tanpa
melakukan tatap muka atau berhadapan langsung. Hal ini merupakan suatu hal
yang di luar kebiasaan permasalahan perasuransian yang notabene dilakukan
secara langsung. Pengaturan mengenai asuransi digital pun sampai saat ini masih
menjadi pembahasan oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehingga dalam menjalankan
kegiatan usahanya, asuransi digital masih merujuk kepada aturan asuransi
konvensional.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengkaji dan membahas mengenai
prosedur perjanjian asuransi secara digital, pelaksanaan perjanjian asuransi secara
digital dan akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap
perjanjian asuransi yang dibuat secara digital pada PT FWD Life Indonesia,
selaku salah satu perusahaan asuransi yang telah menerapkan teknologi digital
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian. Penelitian merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali)
dan to search (mencari), sehingga penelitian berarti mencari kembali.68 Setiap
penelitian bermula dari ketidaktahuan dan berakhir pada keraguan, dan tahap
selanjutnya bermula dari keraguan dan berakhir pada suatu hipotesis, yakni
jawaban yang untuk sementara dapat dianggap benar sebelum dibuktikan
sebaliknya.69 Menurut Soerjono Soekanto, penelitian adalah suatu metode yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala, dengan jalan
menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap
fakta tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut.70
Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan suatu metode yang terstruktur
untuk memperoleh informasi yang sesuai terhadap aspek keilmuan yang
kemudian mudah dipahami publik secara umum. Metode penelitian yang
diterapkan dalam setiap ilmu selalu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang
menjadi induknya. Hal ini dikarenakan setiap ilmu pengetahuan mempunyai
68 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada,2001, hlm. 27.
69 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, RajawaliPers, 2012, hlm. 19.
70 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2010, hlm. 2-3.
47
identitas tersendiri, sehingga akan selalu terdapat berbagai perbedaan.71 Terkait
hal tersebut, yang menjadi induk dari ilmu pengetahuan yang diteliti oleh penulis
ialah ilmu hukum.
Penelitian hukum adalah proses kegiatan berpikir dan bertindak logis, metodis,
dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta hukum
empiris yang terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk direkonstruksi guna
mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan.72 Penelitian hukum
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yakni penelitian hukum normatif, penelitian
hukum normatif-empiris atau normatif terapan dan penelitian hukum empiris.
Adapun metode penelitian yang dirasa tepat untuk diterapkan dalam skripsi ini,
akan penulis jabarkan secara lengkap di bawah ini.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut
juga dengan penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum dogmatik. Adapun
yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku
dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Norma hukum yang
berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga perundang-
undangan, kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan norma hukum
tertulis bentukan lembaga peradilan (judge made law), serta norma hukum tertulis
buatan pihak-pihak yang berkepentingan (kontrak, dokumen hukum, laporan
71 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, GhaliaIndonesia, 1990, hlm. 9.
72 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,2004, hlm. 2.
48
hukum, catatan hukum, dan rancangan undang-undang), sehingga penelitian
hukum normatif tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum.73
Penelitian ini akan membahas mengenai asuransi digital terkait dengan perjanjian
asuransi secara digital oleh PT FWD Life Indonesia, dimulai dari pra kontraktual
hingga post kontraktual serta akibat yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi
terhadap dilaksanakannya perjanjian asuransi secara digital sehingga penulis dan
pembaca dapat mengetahui apakah asuransi digital tersebut sudah memenuhi
ketentuan-ketentuan hukum atau sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan terkait yang berlaku.
B. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
hukum deskriptif, yaitu penelitian hukum yang bersifat pemaparan dan bertujuan
untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang
berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis
yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 74
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai asuransi
digital, yang meliputi syarat, tata cara, pelaksanaan perjanjian asuransi secara
digital, dan akibat yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap
dilaksanakannya perjanjian asuransi secara digital.
C. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan suatu usaha dalam rangka aktivitas penelitian
untuk mengadakan hubungan dengan yang diteliti atau metode-metode untuk
73 Ibid, hlm. 102.74 Ibid., hlm. 50.
49
mencapai pengertian tentang masalah penelitian. 75 Pendekatan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yang dibantu
dengan proses wawancara. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan yuridis
normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan
menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis berkenaan dengan asas,
konsepsi, doktrin, dan norma hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat, yakni mengenai asuransi digital terkait dengan perjanjian asuransi
secara digital oleh PT FWD Life Indonesia, dimulai dari pra kontraktual hingga
post kontraktual serta akibat yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi
terhadap dilaksanakannya perjanjian asuransi secara digital.
D. Data dan Sumber Data
Berdasarkan penelitian hukum yang digunakan adalah hukum normatif, maka data
yang akan diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder. Data
sekunder (secondary data) merupakan data yang diperoleh melalui bahan pustaka
dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Data sekunder antara lain mencakup dokumen-
dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan
seterusnya yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier.76
1. Bahan hukum primer (primary law material), yaitu bahan hukum yang
mempunyai kekuatan hukum mengikat secara umum (perundang-undangan)
75 H. Salim dan Erlina Sepriana, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis danDisertasi, Jakarta, Raja Grafindo, 2013, hlm. 17.
76 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 12.
50
atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan77, dalam
hal ini meliputi:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD);
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata);
c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian;
d. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;
f. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 Tahun 2015
tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi;
g. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 67/POJK.05/2016 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi
Syariah;
h. Polis Asuransi Bebas Rencana PT FWD Life Indonesia.
2. Bahan hukum sekunder (secondary law material), yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan
undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan
seterusnya.78 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi buku-buku
mengenai asuransi, jurnal-jurnal ilmiah, makalah serta bahan hukum sekunder
77 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 82.78 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta, Rajawali Pers, 2012, hlm. 13.
51
lain yang memiliki relevansi dengan topik penelitian yang dapat dijadikan
sebagai referensi.
3. Bahan hukum tersier (tertiary law material), yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.79 Bahan hukum tersier disebut juga bahan penunjang,
dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan yang diperoleh dari kamus
dan internet. Selain itu, wawancara langsung juga akan dirasa perlu untuk
dilakukan dalam penelitian ini karena mengingat salah satu tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan permasalahan yang
ada terkait dengan perjanjian asuransi secara digital.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang
ada sehingga data-data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan akurat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang
berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan
dalam penelitian hukum normatif. 80 Studi pustaka dilakukan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip
peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan literatur yang berkaitan
dengan objek penelitian, dalam hal ini mengenai asuransi digital.
79 Ibid.80 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 81.
52
2. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang
tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu.81
Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak
dipublikasikan secara umum adalah berupa dokumen yang berkaitan dengan
pokok bahasan ini yang terkait dengan asuransi digital, yaitu polis asuransi
Bebas Rencana PT FWD Life Indonesia.
3. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. 82 Dalam
penelitian ini, wawancara dilakukan dengan pihak yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti, yakni dengan Ibu Betty Hendriani
Sitompul selaku FWO pada PT FWD Life Indonesia Kantor Cabang
Lampung.
F. Metode Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah melalui cara pengolahan data sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data
Yaitu memeriksa data yang diperoleh sesuai atau tidak dengan permasalahan
serta menyesuaikan data dan kejelasan makna jawaban terhadap
permasalahan.
81 Ibid.82 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta,
Rineka Cipta, 2011, hlm. 105.
53
2. Klasifikasi Data
Yaitu proses penempatan data, pengelompokkan data, atau penggolongan data
sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Sistematika Data
Yaitu data yang telah diperiksa dan telah diklasifikasi kemudian disusun
secara sistematis sesuai urutannya, sehingga mempermudah dalam
pembahasan, analisis, dan interpretasi terhadap permasalahan.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.83 Analisis dalam
penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting, karena
dengan analisa inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam
memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.84
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif,
yaitu penelitian yang menafsirkan data dalam bentuk kalimat yang teratur, logis
dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis,
kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai
jawaban dari permasalahan mengenai asuransi digital terkait dengan perjanjian
asuransi secara digital oleh PT FWD Life Indonesia, dimulai dari pra kontraktual
hingga post kontraktual serta akibat yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi
terhadap dilaksanakannya perjanjian asuransi secara digital.
83 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hlm. 91.84 Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktik), Jakarta, Rineka Cipta,
2011, hlm. 105.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan uraian yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang
penulis peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Prosedur perjanjian asuransi secara digital pada PT FWD Life Indonesia
dilakukan secara online melalui situs iFWD. Persyaratannya meliputi warga
negara Indonesia yang berusia 18 sampai 55 tahun, memiliki KTP atau SIM,
dan merupakan nasabah pemegang kartu kredit di bank manapun. Prosedurnya
dimulai dengan pengaksesan situs iFWD oleh calon tertanggung, kemudian
mengisi tahapan pendaftaran yang di dalamnya tidak diperlukan pemeriksaan
kesehatan dan ditututp dengan pembayaran premi pertama disertai
dikirimkannya polis elektronik ke email tertanggung.
2. Pelaksanaan perjanjian asuransi secara digital pada PT FWD Life Indonesia
diawali sejak pembayaran premi pertama oleh tertanggung. Pembayaran premi
dilakukan setiap bulannya oleh tertanggung melalui auto debit kartu kredit,
yang waktu pembayarannya disesuaikan dengan tanggal polis yang diterbitkan
pada saat mengajukan permohonan asuransi. Sedangkan untuk memperoleh
santunan, tertanggung harus terlebih dahulu mengajukan klaim, yang
persyaratannya meliputi pengisian formulir pengajuan klaim disertai dokumen
pendukung, yang kemudian dikirimkan ke alamat email [email protected] dan
95
pos ke alamat kantor pusat FWD Life. Santunan hanya akan dibayarkan
apabila terjadi evenemen berupa meninggalnya tertanggung.
3. Akibat hukum yang ditimbulkan apabila terjadi wanprestasi terhadap
perjanjian asuransi yang dibuat secara digital adalah apabila tertanggung tidak
memenuhi kewajibannya dalam pembayaran premi maka secara otomatis polis
asuransi menjadi batal atau dianggap hangus. Hal ini dikarenakan
perlindungan yang diberikan oleh asuransi Bebas Rencana ialah berupa
perlindungan jiwa atas kematian tanpa disertai investasi, sehingga premi yang
dibayarkan tidak memiliki nilai investasi yang pada hakikatnya dapat
digunakan untuk membayar premi dalam hal tertanggung menunggak
pembayaran. Namun, polis asuransi tersebut dapat dipulihkan kembali dengan
cara melakukan permohonan pemulihan kembali polis, dengan persyaratan
pihak yang diasuransikan belum berusia 65 tahun pada saat pemulihan polis
dilakukan dan tidak diajukan lebih dari 24 bulan dari tanggal batalnya polis.
B. Saran
1. Kepada Pemerintah Indonesia agar membentuk suatu regulasi mengenai
pelaksanaan asuransi secara digital sebagai payung hukum di dalam
menjalankan transaksinya, baik bagi pihak penanggung maupun tertanggung.
Sehingga dengan adanya jaminan berupa payung hukum tersebut, diharapkan
akan memberikan kejelasan aturan dalam praktik penyelenggaraan asuransi
digital.
2. Kepada pihak FWD Life selaku penanggung agar tidak hanya menerbitkan
polis dalam bentuk elektonik namun juga melampirkan hardcopy sebagai
pegangan bagi para tertanggung.
96
3. Kepada calon tertanggung yang ingin membeli asuransi secara online untuk
membaca ketentuan yang dijabarkan dengan hati-hati dan memberikan
informasi yang sejujur-jujurnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, A. Hasyami. 1995. Pengantar Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara.
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2012. Pengantar Metode Penelitian Hukum.Jakarta: Rajawali Pers.
Barneveld, H. Van. 1980. Pengetahuan Umum Asuransi. Jakarta: Bhratara KaryaAksara.
Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmawi, Herman. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
Djatmiko, R.. 1996. Pengetahuan Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Bandung:Angkasa.
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik PenyusunanSkripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Fuady, Munir. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis).Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ganie, Junaedy. 2011. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hartono, Sri Rejeki. 1992. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta:Sinar Grafika.
Makarim, Edmon. 2004. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: RajaGrafindoPersada.
Muhammad, Abdulkadir. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: CitraAditya Bakti.
---------------. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
---------------. 2011. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Muslehuddin, Mohammad. 1997. Asuransi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Prakoso, Djoko dan I Ketut Murtika. 2000. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.
Prihantoro, M. Wahyu. 2000. Pengantar Asuransi 1 (Aneka Produk Asuransi danKarakteristiknya). Yogyakarta: Kanisius.
Prodjodikoro, Wirjono. 1981. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa.
Purba, Radiks. 1995. Memahami Asuransi di Indonesia. Jakarta: Pustaka BinamanPressindo.
S., Salim H.. 2011. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: SinarGrafika.
Salim, H. dan Erlina Sepriana. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada PenelitianTesis dan Disertasi. Jakarta: Raja Grafindo.
Sastrawidjaja, Man Suparman. 1997. Hukum Asuransi (PerlindunganTertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian). Bandung: Alumni.
----------------. 2003. Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga. Bandung:Alumni.
Sinaga, V. Harlen. 2015. Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman HukumMateriil. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2012. Penelitian Hukum Normatif (SuatuTinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali Pers.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Subagyo, Joko. 2011. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktik). Jakarta:Rineka Cipta.
Suhawan. 1990. Pengetahuan Asuransi 1. Bandung: Armico.
Suhawan dan Juhana S. Mariadinata. 1990. Pengetahuan Asuransi 2. Armico:Bandung.
Sunggono, Bambang. 2001. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Suryodiningrat, R. M.. 1980. Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian.Bandung: Tarsito.
Usman, Fuad dan M. Arief. 2004. Security For Life (Hidup Lebih Nyaman denganBerasuransi). Jakarta: Gramedia.
Widijowati, Dijan. 2012. Hukum Dagang. Yogyakarta: Andi.
Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atasPeraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang PenyelenggaraanUsaha Perasuransian.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 Tahun 2015 tentangProduk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 67/POJK.05/2016 tentang PerizinanUsaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan AsuransiSyariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
C. Jurnal/Lainnya
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Teknopreneur. 2018.Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey2017, Jakarta.
Brosur Bebas Rencana.
Hasibuan, Salman. 2016. “Budaya Media dan Partisipasi Anak Di Era Digital”.Proceedings of International Post-Graduate Conference, Desember 2015.
Prayoga, Imam Fatoni. 2018. “Pelaksanaan Program Asuransi Usaha Ternak SapiPada PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)”. Skripsi, Bandar Lampung:Universitas Lampung.
Prifebrian, Gilang. 2017. “Penyelesaian Sengketa atas Penolakan Klaim AsuransiAhli Waris oleh Perusahaan Perasuransian Akibat Tertukarnya RekamMedis melalui Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan dengan PeraturanPerundang-Undangan Terkait”. Tesis, Bandung:Universitas Pasundan.
Polis Asuransi Bebas Rencana.
Suprabawa, Pungky Jati Aji. 2010. “Asuransi Jiwa (Studi tentang PelaksanaanLink Assurance di PT Prudential Life Surakarta)”. Skripsi, Jawa Tengah:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Susanti, Deasita Diah. 2011. ”Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan PerjanjianAsuransi Jiwa Syariah Pada PT Asuransi Takaful Keluarga”. Tesis, Jakarta:Universitas Indonesia.
D. Situs Web
http://aaji.or.id/
http://askrida.com/
http://kamusbisnis.com/
https://katadata.co.id/
http://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://www.fwd.co.id/
https://www.ifwd.co.id/