ANALISIS VARIASI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SUB DIALEK...

12
ANALISIS VARIASI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SUB DIALEK KECAMATAN PULAU TIGA KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh ISTIQOMAH NIM 130388201050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of ANALISIS VARIASI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SUB DIALEK...

ANALISIS VARIASI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SUB

DIALEK KECAMATAN PULAU TIGA KABUPATEN

NATUNA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ARTIKEL E-JOURNAL

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ISTIQOMAH

NIM 130388201050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

ABSTRAK

Istiqomah.2017. Analisis Variasi Leksikal Bahasa Melayu Sub Diealek

Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.Skripsi.

Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Pembimbing I: Drs. Suhardi, M.Pd., Pembimbing II: Wahyu Indrayatti, M.Pd.

Kata kunci: Bentuk, Variasi Leksikal Bahasa Melayu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk variasi leksikal Bahasa

Melayu Sub Dialek Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau.Objek dalam penelitian ini adalah tuturan masyarakat Desa

Serantas dan Desa Sabang Mawang. Informan dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Serantas dan Desa Sabang Mawang yang berumur 25 hingga

65 tahun yang berjumlah 6 orang. Adapun metode yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik cakap

semuka, pencatatan dan perekaman. Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahawa variasi leksikal Bahasa Melayu Sub Dialek Kecamatan

Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau terdapat 10

perubahan bentuk yang terdiri dari perubahan bentuk vokall [o] menjadi [ɛ],

perubahan konsonan [t] menjadi [d], perubahan konsonan [k] menjadi [g],

perubahan konsonan [c] menjadi [j], perubahan konsonan [p] menjadi [b] dan

penambahan vokal [u] ditengah dan di akhir kata, penambahan vokal [i] di

tengah kata, penghilangan konsonan [t], penghilanagn konsonan [s] di awal

kata, dan penghilangan konsonan [p] [ǝ] di awal kata.

ABSTRACT

Istiqomah. 2017. An analysis Lexical Variation of Malay language Sub dialects

of Pulau Tiga District Natuna Islands of Riau Islands Province. Thesis.

Tanjungpinang: Department of Indonesia Language and Literature Education.

Faculty of Teacher Training and Education. University of Maritime Raja Ali Haji.

Supervisor I: Drs. Suhardi, M. Pd, Supervisor II: Wahyu Indrayatti, M. Pd.

Keyword: Forms, Lexical Variation of Malay Language

The purpose of this research is to know the form of lexical variation of Malay

language Sub dialects of Pulau Tiga District Natuna islands of Riau Islands

Province. The object in this research is people conversation of the village Serantas

and the Sabang Mawang aged 25 to 65 years that add up to 6 people. As for the

methods that researchers use in this research is qualitative descriptive methods,

with interview technique, recording field and recording. From the results of this

research it can be concluded that the lexical variation of Malay language Sub

dialects of Pulau Tiga District Natuna islands of Riau Islands Province there are

10 changes form consisting of changes to the shape of the vocal [o] become [ɛ],

change the shape of the consonant [t] becomes [d], change the shape of the

consonant [k] become [g], a change in the form of consonant [c] becomes [j],

change the shape of the consonant [p] became [b], and the addition of vocal [u] in

the middle of a Word , removal of consonant [t] at the beginning of words,

removal of consonant [s] at the beginning of the word, as well as the

disappearance of consonants and vowels [p] [ɘ] at the beginning of the word.

1. PENDAHULUAN

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

diri. Hal tersebut yang menjadi alasan bahasa merupakan alat komunikasi

yang sangat penting.Sudah banyak yang mengetahui bahwa Negara Indonesia

merupakan Negara yang memiliki banyak bahasa.

Dalam wilayah NKRI, bahasa Indonesia sampai saat ini masih terus

berkembang. Perkembangan bahasa yang terdapat di Indonesia ini didukung

oleh adanya bahasa daerah yang digunakan berbagai suku bangsa di

Indonesia.Salah satu rumpun bahasa daerah yang mendukung perkembangan

bahasa Indonesia adalah rumpun bahasa Melayu.Bahasa Melayu Riau

merupakan bahasa ibu sekaligus bahasa kebanggaan di setiap daerah di bagian

Riau.Dialek bahasa Melayu yang dipakai oleh masyarakat Kepri sangat

beragam, karena setiap daerah di Kepri memiliki dialek yang berbeda dengan

daerah lainnya, contoh: dialek daerah Letung berbeda dengan daerah

Karimun, daerah Bintan berbeda dengan daerah Lingga. Tetapi Letung,

Bintan, Karimun dan Natuna menggunakan bahasa Melayu, hanya saja yang

membedakannya adalah dialek mereka.

Natuna adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia yang memiliki 27 desa dan 16

kecamatan.Sebagian penduduk yang tinggal di Natuna, mayoritasnya bersuku

melayu.

Satu diantara daerah Natuna yang menggunakan bahasa Melayu

adalah Kecamatan Pulau Tiga.Seperti masyarakat daerah lainnya Kecamatan

Pulau Tiga juga menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang

digunakan oleh warga Kecamatan Pulau Tiga, fungsinya masih sama dengan

bahasa daerah lainya yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Kecamatan

Pulau Tiga terdiri dari beberapa daerah dan setiap daerah memiliki dialeknya

sendiri.Pemakaian bahasa di setiap daerah yang ada di Kecamatan Pulau Tiga

memiliki persamaan dan perbedaan yang signifikan.Perbedaan tersebut

berhubungan dengan struktur bunyi (fonologis), pembentukan kata

(morfologi) dan makna dasar kata (semantik). Perbedaan yang paling terlihat

pada dialek Kecamatan Pulau Tiga terlihat jelas pada penggunaan kosakata

dan perbedaan cara pengucapan (aksen) yang di sebut variasi bunyi bahasa

sehingga terjadi perubahan bentuk dialek setiap daerah. Hal ini dapat di lihat

pada contoh kata [beduon] dan [bodↄn] yang sama-sama memiliki arti

badan.Secara fonologi, perbedaan kedua kata tersebut terletak pada fonem

vokal [ↄ], [u] dan [e].

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

deskriptif.Metode penelitian kualitatif sebagaimana dijelaskan oleh Muleong

(2014:6) “ penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,

misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat di peroleh

bentuk-bentuk variasi leksikal yang terjadi dalam Bahasa Melayu Sub Dialek

Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

1. [Ancↄ] ~ [Anj

ↄu]

Kata [ancↄ] merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas sedangkan

kata [anjↄu] merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang Mawang.Perubahan

bunyi bahasa yang di temukan dalam dialek Desa Serantas dan Desa Sabang

Mawang terletak pada bunyi [c] [j] [u].

Arti dalam Bahasa

Indonesia

Bentuk Variasi Leksikal Bahasa Melayu Sub Dialek

Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau

Dialek Desa Serantas Dialek Desa Sabang

Mawang

1 Hancur [Anco] [Anjↄ]

2 Nanti [Ante?] [Ande?]

3 Mengajak [Ajo?] [Ajuo?]

4 Angka [Aηk

ǝ] [A

ηg

ǝ]

5 Bantal [Bↄntal] [Bendal]

6 Sangat [Bodↄ?] [B

ɛd

ɛ?]

7 Badan [Bodↄn] B

ɛdu

ↄn

8 Bahaya [Bohyǝ] [B

ɛhy

ǝu]

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi perubahan kosanan [c]

menjad [j] ditengah kata dan penambahan vokal [u] di akhir kata sehingga

mengalami perubahan bentuk dari [Ancↄ] menjadi[Anj

ↄu]yang sama-sama

memiliki arti “hancur”.

2. [Antɛ?] ~ [And

ɛ?]

Kata[Antɛ?] merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas sedangkan

[Andɛ?] merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang Mawang.Perubahan

bunyi bahasa yang di temukan dalam dialek Desa Serantas dan Desa Sabang

Mawang terletak pada bunyi konsonan [t] dan [d].

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi perubahan konsonan [t]

menjadi[d] di tengah kata sehingga mengalami perubahan bentuk dari [antɛ?]

menjadi [andɛ?] yang sama-sama memiliki arti “nanti”.

3. [Ajo?]~ [Ajuo?]

Kata [Ajo?]merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas sedangkan

[Ajuo?]merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang Mawang.Perubahan

bunyi bahasa yang di temukan dalam dialek Desa Serantas dan Desa Sabang

Mawang terletak pada bunyi [o] dan [u].

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi penambahan vokal [u] di

tengah kata sehingga mengalami perubahan bentuk dari [ajo?] menjadi

[ajuo?] yang sama-sama memiliki arti “ajak/mengjak”.

4. [Aηkǝ] ~ [A

ηgǝ]

Kata [Aηkǝ] merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas sedangkan

[Aηgǝ] merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang Mawang.Perubahan bunyi

bahasa yang di temukan dalam dialek Desa Serantas dan Desa Sabang

Mawang terletak pada bunyi konsonan [k] dan [g].Bunyi [k] dan [g]

merupakan bunyi dorso-velar, perbedaan keduanya adalah [k] merupakan

bunyi keras tak bersuara sedangkan [g] merupakan bunyi keras bersuara.

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi perubahan konsonan [k]

menjadi[g] di tengah kata sehingga mengalami perubahan bentuk dari[Aηkǝ]

menjadi [Aηgǝ] yang sama-sama memiliki arti “angka”.

5. [Bↄntal] ~ [B

ↄndal]

Kata[Bↄntal] merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas

sedangkan[Bↄndal]merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang

Mawang.Perubahan bunyi bahasa yang di temukan dalam dialek Desa

Serantas dan Desa Sabang Mawang terletak pada bunyi konsonan [t] dan

[d].Bunyi [t] dan [d] merupakan bunyi apiko-dental, perbedaan keduanya

adalah [t] merupakan bunyi keras tak bersuara sedangkan [d] merupakan

bunyi keras bersuara.

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi perubahan konsonan[t]

menjadi[d] di tengah kata sehingga mengalami perubahan bentuk dari[Bↄntal]

menjadi [Bↄndal] yang sama-sama memiliki arti “bantal”.

6. [Bodↄ?] ~ [B

ɛdɛ?]

Kata[Bodↄ?] merupakan tuturan masyarakat Desa Serantas sedangkan

[Bɛdɛ?]merupakan tuturan masyarakat Desa Sabang Mawang.Perubahan

bunyi bahasa yang di temukan dalam dialek Desa Serantas dan Desa Sabang

Mawang terletak pada bunyi [o] dan [ɛ].

Jika dilihat dari variasi leksikalnya, terjadi perubahan vokal[o]

menjadi[ɛ] di tengahdan akhir kata sehingga mengalami perubahan bentuk

dari[Bodↄ?] menjadi[B

ɛdɛ?]yang sama-sama memiliki arti “sangat”.

Berdasarkan hasil pengumpulan datadari hasil penelitian yang

dilakukan dengan teknik cakap semuka, teknik rekam dan teknik catat peneliti

menemukan bentuk variasi leksikal (kata atau kosa kata) di dalam bahasa

Melayu Sub-Dialek Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau, khususnya di Desa Serantas dan Desa Sabang Mawang.

4. Simpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan pada

BAB IV dan BAB V maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

bentuk Variasi Leksikal Bahasa Melayu Sub Dialek Kecamatan Pulau Tiga

Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Adapun bentuk variasi leksikal

yang terjadi dalam bahasa Melayu Sub Dialek Kecamatan Pulau Tiga

Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau terdapat 10 perubahan

bentukyang terdiri dari perubahan bentuk vokal [o] menjadi [ɛ], perubahan

konsonan [t] menjadi [d], perubahan konsonan [k] menjadi [g], perubahan

konsonan [c] menjadi [j], perubahan konsonan [p] menjadi [b] dan

penambahan vokal [u] ditengah dan di akhir kata, penambahan vokal [i] di

tengah kata serta terjadi penghilangan konsonan [s] [ǝ] penghilangan

konsonan [t], penghilangan konsonan [p] dan vokal [ǝ].

Dari hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran untuk

penelitian bahasa dan sastra ke depannya, yaitu :

1. Peneliti mengharapkan adanya penelitian yang dapat meneruskan atau

mengkaji lebih luas mengenai penelitian ini dan penelitian ini dapat

dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2. Pemerintah daerah diharapkan untuk selalu memberi dukungan kepada

peneliti yang ingin meneliti di Daerah Natuna agar bahasa Melayu yang

ada di Natuna dapat terus dipelajari, dikembangkan dan dipertahankan

supaya tidak hilang seiring perkembangan zaman.