Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan...

download Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode Largest Candidate Rule (Lcr)

of 10

Transcript of Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan...

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    1/10

    ANALISIS USULAN PENERAPAN LINE BALANCING

    PRODUK KERAI BAMBU DI UD. PAKDE GONO

    DENGAN MENGGUNAKAN METODE LARGEST

    CANDIDATE RULE (LCR)

    Anindya Rachma Dwicahyani

    Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknik.Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Jl. Ir. Sutami No 3A Kenthingan Surakarta

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Salah satu masalah yang paling mendasar dalam suatu sistem produksi adalah

    masalah keseimbangan lini produksi. Keseimbangan lini produksi memegang peranan

    penting dalam kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Setiap perusahaanmembutuhkan struktur lini produksi yang ideal sehingga mampu menghasilkan

    keseimbangan proses untuk setiap stasiun kerja dalam rangka pencapaian target

    produksi dan pemenuhan permintaan pasar.

    UD. PAK DE GONO merupakan unit usaha yang bergerak di bidang manufaktur

    kerai bambu yang saat ini melakukan supply kerai bambu untuk memenuhi demanddi

    daerah Surakarta dan sekitarnya. Dalam rangka menyeimbangkan lintasan produksi

    (Line Balancing) di unit usaha dagang PAK DE GONO, dilakukan penelitian terhadap

    empat stasiun kerja yakni stasiun pemolaan, stasiun pemotongan atau fabrikasi, stasiun

    perakitan atau assembly, dan stasiun finishing. Pengamatan dilakukan dengan metodestopwatch time study (STS) selama jam kerja berlangsung yakni pukul 09.00 hingga

    17.00 WIB. Selama dilakukan pengamatan, ditemukan adanya waktu menunggu (bottle

    neck) yang cukup lama di stasiun fabrikasi dan finishing. Oleh karena itu, penulis

    mengusulkan rancangan penyeimbangan lintasan (line balancing) pada lini produksi

    kerai bambu sehingga waktu bottle neckdan waktu menganggur dapat diminimalkan.

    Kata kunci: lini produksi, line balancing, bottle neck, keseimbangan, unit usaha.

    PENDAHULUAN

    Kegiatan produksi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan aktivitas fisik untukmengubah suatu bentuk material menjadi bentuk lain yang memiliki peningkatan nilai,

    baik nilai guna maupun nilai estetika. Dalam pelaksanaannya, kegiatan produksi sering

    mengalami kendala yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kendala internal

    (internal problem) dan kendala eksternal (external problem). Kendala internal atau

    internal problem merupakan masalah intern perusahaan yang dapat mempengaruhi

    jalannya kegiatan produksi. Terdapat beberapa penyebab timbulnya internal problem,

    antara lain: masalah penyimpanan dan persediaan bahan baku, masalah tenaga kerja,

    masalah tata letak fasilitas pabrik, masalah mesin produksi, serta masalah keseimbangan

    lini produksi. Selain masalah intern perusahaan, suatu kegiatan produksi juga kerapmengalami gangguan yang berasal dari luar sistem integral yang disebut sebagai

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    2/10

    kendala eksternal atau external problem. Kendala eksternal umumnya disebabkan oleh

    beberapa hal, antara lain: kondisi lingkungan perusahaan yang buruk, timbulnya

    kelangkaan bahan baku sehingga perusahaan sulit untuk memenuhi persediaan, demand

    yang menurun akibat adanya barang substitusi, munculnya perusahaan pesaing, dan lain

    sebagainya.

    Salah satu masalah yang paling mendasar dalam suatu sistem produksi adalah

    masalah keseimbangan lini produksi. Keseimbangan lini produksi memegang peranan

    penting dalam kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Setiap perusahaan

    membutuhkan struktur lini produksi yang ideal sehingga mampu menghasilkan

    keseimbangan proses untuk setiap stasiun kerja dalam rangka pencapaian target

    produksi dan pemenuhan permintaan. Meskipun dikategorikan sebagai masalah dasar,

    namun masalah keseimbangan lini produksi masih kerap diabaikan oleh perusahaan

    khususnya perusahaan berskala kecil dengan modal usaha menengah ke bawah. Hal

    inilah yang saat ini dirasakan oleh unit usaha dagang PAK DE GONO. UD. PAK DEGONO merupakan unit usaha yang bergerak di bidang manufaktur kerai bambu yang

    saat ini melakukan supply kerai bambu untuk memenuhi demanddi daerah Surakarta

    dan sekitarnya. Unit usaha yang didirikan oleh Bapak Pargono sejak tahun 1963 ini

    memiliki dua buah cabang yang berlokasi di Jl. M. Yamin No. 42, Kawatan, Surakarta.

    dan Jl. Jamsaren No. 5, Serengan, Surakarta.

    Dalam rangka pemenuhan target produksinya, UD PAK DE GONO menerapkan

    sistem produksi make to stock. Yang berarti perusahaan tersebut melakukan kegiatan

    produksi secara terus menerus tanpa bergantung pada pesanan (order) dari customer.

    Akan tetapi, order yang masuk dapat juga mempengaruhi jumlah produksi yangdihasilkan oleh perusahaan. Hal itu terjadi apabila kondisi pasar mulai lesu yang

    menyebabkan banyaknya permintaan akan barang tersebut menjadi berkurang.

    Saat ini UD PAK DE GONO memiliki 11 orang karyawan produksi dan 2 orang

    karyawan non produksi dengan 4 stasiun kerja yakni stasiun pemolaan, stasiun

    pemotongan atau fabrikasi, stasiun perakitan atau assembly, dan stasiun finishing.

    Pengamatan dilakukan dengan metode stopwatch time study (STS) selama jam kerja

    berlangsung yakni pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Selama dilakukan pengamatan,

    ditemukan adanya waktu menunggu (bottle neck) yang cukup lama di stasiun fabrikasi

    danfinishing. Oleh karena itu, penulis mengusulkan rancangan penyeimbangan lintasan

    (line balancing) pada lini produksi kerai bambu sehingga waktu bottle neckdan waktu

    menganggur dapat diminimalkan.

    TUJUAN

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengatasi masalah

    ketidakseimbangan lintasan produksi agar dapat diperoleh kinerja sistem yang lebih

    efektif sehingga memungkinkan peningkatan produktivitas kerja dan pemenuhan target

    produksi.

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    3/10

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    4/10

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    5/10

    Berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dengan metode pengukuran

    kerja Stopwatch Time Study (STS), diperoleh data waktu pengamatan dan waktu baku

    awal untuk keempat stasiun kerja yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1.

    Perhitungan waktu normal dan waktu baku dilakukan dengan menggunakan

    persamaan berikut ini.

    Tabel 1.1 Tabel Waktu Pengamatan dan Waktu Baku Setiap Elemen Kerja Teramati.

    Setelah diperoleh data waktu baku untuk setiap elemen kerja, lalu dilakukan perhitungan

    Line Efficiency, Balance Delay, Efisiensi Total, dan Utilitas Kerja yang merupakan paramater

    keseimbangan lini produksi.Line Efficiency adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi

    dengan waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja. Balance delay adalah ukuran

    ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan

    karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Efisiensi adalah

    faktor yang mengukur performansi aktual dari work center relatif terhadap standar yang

    ditetapkan. Sedangkan utilitas adalah pecahan yang menggambarkan presentase clock time yang

    tersedia dalam work centre yang secara aktual digunakan untuk produksi berdasarkan

    pengalaman masa lalu. Dengan menerapkan persamaan-persamaan di bawah ini, dapat

    dilakukan perhitungan Line Efficiency, Balance Delay, Efisiensi total, dan Utilitas Kerja dari

    data waktu baku awal untuk setiap stasiun kerja.

    1 2 3

    Mengambil bambu dari gudang bahan baku 161 159 135 152 1.11 168.35 23.00% 218.64

    Mengukur bambu sesuai ukuran yang telah ditentukan1126 1072 997 1065 1.24 1320.6 19.00% 1630.37

    Meletakkan alat yang berupa pensil dan penggaris 29 35 23 29 1.14 33.06 18.00% 40.32

    Mengangkut bambu ke gudang barang jadi 158 80 137 125 1.11 138.75 23.00% 180.19Jumlah 1316 1266 1155 1245.67 1.15 1432.52 20.75% 1807.59

    Mengambil bambu dari gudang 50 46 485 194 1.11 214.97 23.00% 279.18

    Memotong bambu sesuai pola 547 502 1279 776 1.13 876.88 23.00% 1138.81

    Membelah bambu 324 305 35 221 1.14 252.32 23.00% 327.69

    Menyisik bambu agar ukuran sama rata 919 871 865 885 1.21 1070.85 20.50% 1346.98

    Memilah bambu dan memeriksa pekerjaan 155 98 147 133 1.14 152 20.50% 191.19

    Menyimpan bambu 141 110 123 125 1.11 138.38 23.00% 179.71

    Jumlah 2136 1932 2934 2334 1.14 2660.76 22.17% 3418.54

    Menyiapkan bambu penopang untuk menganyam 129 115 91 112 1.11 123.95 23.00% 160.97

    Memasang bambu dasaran pada bambu penopang 28 29 31 29 1.11 32.56 20.50% 40.96

    Memasang tali pada bambu dasaran 253 186 173 204 1.13 230.52 21.50% 293.66

    Mengambil batu pemberat 35 26 26 29 1.11 32.19 21.00% 40.75

    Memasang batu pemberat pada tali 228 176 121 175 1.14 199.5 19.00% 246.30

    Mengambil bambu dari gudang 84 76 95 85 1.24 105.4 21.50% 134.27

    Meluruskan bambu 25 32 29 29 1.11 31.82 20.50% 40.03

    Memasang bambu dan mengikat pada bambu dasaran744 754 738 745 1.21 901.85 20.50% 1134.41

    Menyimpan kerai bambu di gudang 83 67 77 76 1.11 83.99 23.00% 109.08

    Jumlah 1609 1461 1381 1483.67 1.14 1693.03 21.17% 2147.60

    Memilah kerai bambu yang sudah kering dari gudang131 127 121 126 1.14 144.02 20.00% 180.03

    Menggelar kerai bambu yang sudah kering 133 21 23 59 1.14 67.26 18.00% 82.02

    Mengaduk cat 28 36 32 32 1.11 35.52 19.50% 44.12

    Mengecat kerai bambu 127 492 484 368 1.24 455.91 20.50% 573.47

    Mengangkut kerai bambu ke luar untuk dikeringkan 116 109 147 124 1.21 150.04 23.00% 194.86

    Mengecek kerai bambu yang sedang dikeringkan 36 64 70 57 1.14 64.60 20.00% 80.75

    Mengeringkan kerai bambu 2567 2546 2410 2508 1.11 2783.51 19.00% 3436.43

    Mengangkut kerai bambu yang sedang dikeringkan

    sebelumnya ke dalam gudang 109 125 86 107 1.21 129.07 23.00% 167.62

    Jumlah 3247 3520 3373 3380 1.16 3929.25 20.38% 4934.69

    3

    4

    2

    1

    WBStasiun

    KerjaElemen Kerja

    Rata-rata

    WPRF WN All

    Lot ke-

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    6/10

    Tabel 1.2 Nilai LE, BD, Ef, dan Utilitas setiap stasiun kerja.

    Tahapan awal sebelum dimulainya metode LCR adalah melakukan pembuatan

    Precedence Diagram dimana seluruh tahapan produksi diurutkan berdasarkan elemen

    kerja yang mendahului. Precedence Diagram dari proses produksi kerai bambu UD

    PAK DE GONO ditunjukkan oleh gambar 1.2 berikut.

    Gambar 1.2Precedence Diagram proses produksi kerai bambu.

    Stasiun

    KerjaStation time LE BD Ef Utilitas

    I 1807.59 37% 25.2%

    II 3418.54 69% 47.3%

    III 2147.60 44% 30.1%IV 4934.69 100% 68.5%

    Jumlah 12308.43 Utilitas Avg 42.8%

    62% 38%

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    7/10

    Pada dasarnya,Line balancingmerupakan suatu metode untuk mengendalikan atau

    menyeimbangkan lintasan produksi yang berkaitan dengan aspek waktu (waktu baku)

    sehingga perbedaan waktu baku di tiap stasiun dapat diminimalkan. Line balancing

    dilakukan untuk membuat setiap stasiun mempunyai beban kerja yang sama sehingga

    tidak terjadi waktu menunggu yang lama antara satu stasiun dengan stasiun lain dan

    tidak terjadi penumpukan produk (bottle neck).

    Kriteria umum line balancing adalah memaksimumkan line efficiency atau

    meminimumkan balance delay. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai balance delay

    yang cukup tinggi (yakni 38%) sehingga perlu dilakukan perbaikan lini perakitan.

    Untuk melakukan perbaikan, digunakan metode LCR (Largest Candidate Rule). Metode

    ini mengatur elemen kerja secara descending dan harus memenuhi syaratprecedence.

    Sebelum melakukan pengurutan dengan metode LCR, dihitung banyaknya stasiun

    kerja yang mungkin diterapkan. Banyaknya stasiun kerja yang mungkin dihitung

    dengan persamaan berikut ini.

    Dari hasil perhitungan, diperoleh jumlah stasiun yang mungkin adalah 3,63 stasiun

    yakni dengan 3 stasiun dengan waktu yang diizinkan adalah 4164.26 detik untuk tiap

    stasiun atau dengan 4 stasiun dengan waktu yang diizinkan adalah 3123.20 detik untuk

    tiap stasiun.

    Tabel 1.3 Pengurutan dengan Metode LCR- 3 Stasiun.

    NoWaktu Baku

    (detik)Elemen Kerja

    Elemen yang

    Mendahului

    1 218.64 Mengambil bambu dari gudang bahan baku -

    2 1630.37 Mengukur bambu sesuai ukuran yang telah ditentukan 1

    3 40.32 Meletakkan alat yang berupa pensil dan penggaris 2

    4 180.19 Mengangkut bambu ke gudang barang jadi 3

    5 279.18 Mengambil bambu dari gudang 1,4

    6 1138.81 Memotong bambu sesuai pola 5

    7 327.69 Membelah bambu 6

    8 1346.98 Menyisik bambu agar ukuran sama rata 6,7

    9 191.19 Memilah bambu dan memeriksa pekerjaan 8

    10 179.71 Menyimpan bambu 9

    11 160.97 Menyiapkan bambu penopang untuk menganyam 10

    16 134.27 Mengambil bambu dari gudang 15

    12 40.96 Memasang bambu dasaran pada bambu penopang 11

    13 293.66 Memasang tali pada bambu dasaran 12

    14 40.75 Mengambil batu pemberat 12

    17 40.03 Meluruskan bambu 16

    15 246.30 Memasang batu pemberat pada tali 13,14

    18 1134.41 Memasang bambu dan mengikat pada bambu dasaran 16,17

    19 109.08 Meluruskan bambu 18

    20 180.03 Memilah kerai bambu yang sudah kering dari gudang 19

    21 82.02 Menyimpan kerai bambu di gudang 20

    22 44.12 Mengaduk cat 20

    23 573.47 Menggelar kerai bambu yang sudah kering 22

    24 194.86 Mengangkut kerai bambu ke luar untuk dikeringkan 23

    25 80.75 Mengecat kerai bambu 24

    26 3436.43 Mengeringkan kerai bambu 24,25

    27 167.62 Mengecek kerai bambu yang sedang dikeringkan 26

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    8/10

    Setelah menghitung stasiun yang dapat dibuat, elemen kerja diurutkan dengan

    metode LCR berdasarkan ketentuan Precedence Diagram, dimana tahapan yang

    mendahului harus ditulis lebih dulu sebelum tahapan yang didahului dan tahapan

    dengan waktu pengamatan lebih besar ditulis lebih dulu pada urutan yang sama. Hasil

    pengurutan dengan metode LCR ditunjukkan oleh tabel 1.3 dan 1.4.

    Tabel 1.4 Pengurutan dengan Metode LCR- 4 Stasiun.

    Apabila telah dilakukan pengurutan data, maka dapat dilakukan pembagian stasiun-

    stasiun kerja dengan kisaran waktu tiap stasiun mendekati waktu standar masing-

    masing. Dengan mempertimbangan selisih waktu siklus LCR, maka dapat ditentukan

    banyaknya jumlah stasiun yang terpilih. Dari perhitungan, didapatkan rata-rata selisihuntuk 3 stasiun sebesar 232.45 detik dan untuk 4 stasiun sebesar 422.58 detik. Hal ini

    menunjukkan besar penyimpangan terhadap waktu yang diizinkan untuk 3 stasiun lebih

    kecil daripada 4 stasiun.

    Tabel 1.5 Nilai LE, BD, Ef, dan Utilitas 3 Stasiun.

    NoWaktu Baku

    (detik)Elemen Kerja

    Elemen yang

    Mendahului

    1 218.64 Mengambil bambu dari gudang bahan baku -

    2 1630.37 Mengukur bambu sesuai ukuran yang telah ditentukan 1

    3 40.32 Meletakkan alat yang berupa pensil dan penggaris 2

    4 180.19 Mengangkut bambu ke gudang barang jadi 3

    5 279.18 Mengambil bambu dari gudang 1,4

    6 1138.81 Memotong bambu sesuai pola 5

    7 327.69 Membelah bambu 6

    8 1346.98 Menyisik bambu agar ukuran sama rata 6,7

    9 191.19 Memilah bambu dan memeriksa pekerjaan 8

    10 179.71 Menyimpan bambu 9

    11 160.97 Menyiapkan bambu penopang untuk menganyam 10

    16 134.27 Mengambil bambu dari gudang 15

    12 40.96 Memasang bambu dasaran pada bambu penopang 11

    13 293.66 Memasang tali pada bambu dasaran 12

    14 40.75 Mengambil batu pemberat 12

    17 40.03 Meluruskan bambu 16

    15 246.30 Memasang batu pemberat pada tali 13,14

    18 1134.41 Memasang bambu dan mengikat pada bambu dasaran 16,17

    19 109.08 Meluruskan bambu 18

    20 180.03 Memilah kerai bambu yang sudah kering dari gudang 1921 82.02 Menyimpan kerai bambu di gudang 20

    22 44.12 Mengaduk cat 20

    23 573.47 Menggelar kerai bambu yang sudah kering 22

    24 194.86 Mengangkut kerai bambu ke luar untuk dikeringkan 23

    25 80.75 Mengecat kerai bambu 24

    26 3436.43 Mengeringkan kerai bambu 24,25

    27 167.62 Mengecek kerai bambu yang sedang dikeringkan 26

    Stasiun

    KerjaStation time LE BD Ef Utilitas

    I 3815.19 77% 51.9%

    II 2147.60 44% 30.1%

    III 4934.69 100% 68.5%

    74% 26%

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    9/10

    Tabel 1.6 Nilai LE, BD, Ef, dan Utilitas 4 Stasiun.

    Line efficiency untuk 3 stasiun adalah 74% dan untuk 4 stasiun sebesar 84%, Dari

    hasil tersebut, terlihat keseimbangan lintasan 4 stasiun lebih baik daripada 3 stasiun.

    Besarbalance delay untuk 3 stasiun sebesar 26% dan untuk 4 stasiun sebesar 16%. Dari

    hasil tersebut dapat dilihat bahwa pembagian waktu baku di masing-masing stasiun

    pada 4 stasiun lebih merata sehingga penumpukan produk dapat diminimalkan. Oleh

    karena itu, stasiun perbaikan yang diusulkan adalah sebanyak 4 stasiun.

    Kemudian, dapat dilakukan perbandingan nilai LE, BD, Ef, dan Utilitas antarastasiun perbaikan yang diusulkan dengan stasiun awal yakni sebagai berikut.

    Tabel 1.7 Tabel perbandingan nilai LE, BD, Efisiensi, dan Utilitas sebelum dan setelah

    dilakukan perbaikan.

    Terlihat bahwa nilai Line Efficiency sebelum perbaikan sebesar 62% dan sesudah

    perbaikan sebesar 84.38%. Karena besarnya line efficiency setelah perbaikan lebih

    mendekati 100%, maka dapat disimpulkan bahwa setelah perbaikan keseimbangan

    lintasan menjadi lebih baik.Balance Delay sebelum perbaikan sebesar 38% dan sesudah

    perbaikan sebesar 15.62%. Hal ini menunjukkan bahwa lintasan sistem produksi

    perakitan sesudah perbaikan lebih efisien, karena waktu menganggur dapat lebih

    diminimalkan.

    Dari perhitungan efisiensi setiap lintasan, terlihat bahwa efisiensi rata-rata setelah

    perbaikan adalah 62.4% sedangkan sebelum perbaikan adalah 84,4%. Hal ini

    menunjukan bahwa output yang diproduksi oleh lintasan setelah perbaikan lebih banyakdari output sebelum perbaikan. Adapun dalam perhitungan utilitas, rata-rata utilitas

    sebelum perbaikan sebesar 42,8% dan sesudah perbaikan sebesar 57,9%. Hal ini

    menunjukkan bahwa waktu produksi total yang digunakan setelah perbaikan lebih

    banyak dari waktu produksi total sebelum perbaikan.

    Jumlah stasiun yang ditetapkan untuk perbaikan adalah 4 stasiun kerja sehingga

    perbaikan dilakukan tanpa menambah atau mengurangi stasiun. Perbaikan yang

    dilakukan dengan metode LCR hanya mengubah distribusi elemen-elemen kerja pada

    masing-masing stasiun. Dengan adanya perubahan distribusi elemen kerja, maka waktu

    menganggur masing-masing stasiun dapat diminimalkan sehingga waktu bottle neckjuga dapat diminimalkan.

    Stasiun

    KerjaStation time LE BD Ef Utilitas

    I 3487.51 97% 64.9%

    II 2674.81 74% 50.1%

    III 2398.73 67% 44.0%

    IV 3604.05 100% 72.5%

    16%84%

    Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

    I 1807.59 3487.51 36.6% 96.8% 25.2% 64.9%

    II 3418.54 2674.81 69.3% 74.2% 47.3% 50.1%

    III 2147.60 2398.73 43.5% 66.6% 30.1% 44.0%

    IV 4934.69 3604.05 100.0% 100.0% 68.5% 72.5%

    Utilitas

    62% 84.38% 38% 15.62%

    Stasiun

    Kerja

    Station time (detik) LE BD Efisiensi

  • 7/22/2019 Analisis Usulan Penerapan Line Balancing Produk Kerai Bambu Di Ud. Pakde Gono Dengan Menggunakan Metode

    10/10