ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna...

114
ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Nina Dian Nita H 0306081 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna...

Page 1: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

i

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA

KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Nina Dian Nita

H 0306081

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

ii

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA

KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Nina Dian Nita

H 0306081

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 23 Juli 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Juli 2010

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Ketua Wiwit Rahayu, SP. MP NIP. 19711109 199703 2 004

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Anggota I

Umi Barokah, SP, MP NIP. 19730129 200604 2 001

Page 3: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik

Tempe di Kabupaten Wonogiri”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada Penyusun.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Suwarno dan Ibu Suwarni terima kasih atas segala

kasih sayang, dukungan, semangat, doa, dan kesempatan yang diberikan

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji

Tamu yang telah memberikan saran, masukan dan arahan..

6. Alm. Ir. Ropingi, M.Si, selaku Pembimbing Akademik semoga amal dan

ibadahnya diterima disisi Allah SWT.

7. Wiwit Rahayu, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar

memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga

bagi Penulis.

8. Umi Barokah, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan arahan, serta semangat dalam

penulisan skripsi ini.

9. Mbak Ira, Bapak Syamsuri dan Bapak Mandimin selaku staff administrasi

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam

perijinan selama penulisan skripsi ini.

Page 4: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

iv

10. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin

penelitian.

11. Bappeda, Badan Pusat Statistik, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten

Wonogiri yang telah memberikan izin penelitian serta informasi dan data-data

yang diperlukan Penulis dalam skripsi ini

12. Seluruh Perangkat Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Pracimantoro dan

Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.

13. Seluruh responden produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penulis.

14. Seluruh keluarga besarku yang berada di Solo dan Wonogiri, terima kasih

atas doa dan dukungannya selama ini.

15. Arif Budi Jatmika yang telah memberikan motivasi, pengertian, kesabaran dan

perhatiannya selama ini.

16. Sahabat seperjuanganku, Ipung dan Melinda terima kasih atas dukungan,

canda tawa dan kebersamaan selama ini.

17. Teman-teman terbaik selama kuliah: Caca, Uus, Atix, Cikyul, Rome, Hartatik,

Inggar, Retna, Yuan terimakasih atas dukungan selama ini.

18. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2006 Zero Six Community. Terima kasih atas

persahabatan, kebersamaan kita selama ini, dan kenangan indah yang tidak

akan pernah terlupakan.

19. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 5: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

RINGKASAN ............................................................................................... xiii

SUMMARY .................................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5

II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 6 A. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 6 B. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7

1. Kedelai (Glycine max (L) Merill.) ............................................. 7 2. Tempe......................................................................................... 8 3. Keripik Tempe ........................................................................... 9 4. Industri Rumah Tangga.............................................................. 11 5. Biaya .......................................................................................... 11 6. Penerimaan ............................................................................... 12 7. Keuntungan ............................................................................... 13 8. Profitabilitas ............................................................................... 13 9. Efisiensi...................................................................................... 14 10. Risiko ........................................................................................ 15

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .............................................. 16 D. Pembatasan Masalah ........................................................................ 22 E. Asumsi ............................................................................................. 22 F. Hipotesis........................................................................................... 22 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel.................. 22

III. METODE PENELITIAN.................................................................... 26 A. Metode Dasar Penelitian .................................................................. 26 B. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 26

1. Metode Penentuan Daerah Sampel ........................................... 26

Page 6: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

vi

2. Metode Pengambilan Sampel .................................................... 27 C. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 28 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 29 E. Metode Analisis Data....................................................................... 30

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 35 A. Keadaan Alam.................................................................................. 35

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif .............................. 35 2. Topografi Daerah ....................................................................... 35 3. Keadaan Iklim dan Cuaca .......................................................... 37

B. Keadaan Penduduk .......................................................................... 37 1. Pertumbuhan Penduduk ............................................................. 37 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................ 38 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ........................... 39 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan........................ 40 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian........................... 41

C. Keadaan Pertanian............................................................................ 42 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ....................................... 42 2. Produksi Tanaman Pangan......................................................... 43

D. Keadaan Sarana Perekonomian........................................................ 45 1. Keadaan Sarana Perdagangan .................................................... 45 2. Keadaan Sarana Perhubungan.................................................... 46

E. Keadaan Perindustrian ..................................................................... 47 1. Keadaan Industri di Kabupaten Wonogiri ................................. 47 2. Keadaan Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri ........ 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 50 A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri ............................... 50

1. Identitas Responden ................................................................... 50 2. Modal Industri Keripik Tempe .................................................. 53 3. Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Keripik Tempe ....... 54 4. Peralatan Industri Keripik Tempe .............................................. 57 5. Proses Produksi Pembuatan Keripik Tempe.............................. 65 6. Pemasaran ................................................................................ 65

B. Analisis Industri Keripik Tempe...................................................... 66 1. Biaya Industri Keripik Tempe.................................................... 66 2. Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas dan Efisiensi Industri

Keripik Tempe ........................................................................... 72 3. Risiko Industri Keripik Tempe .................................................. 74

C. Kendala Industri Rumah Tangga Keripik Tempe ........................... 77 D. Solusi Pemacahan Masalah.............................................................. 78 E. Peran Pemerintah ............................................................................. 79 F. Prospek Industri Rumah Tangga Keripik Tempe ............................ 80

Page 7: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

vii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 82 A. Kesimpulan ...................................................................................... 82 B. Saran................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Gizi Kedelai per 100 gram Bahan ..................................... 2

2. Daftar Harga Kedelai, Minyak Goreng, Bawang Putih, dan Tepung Beras Tahun 2008-2009 ....................................................................... 4

3. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ..................................................................................................... 27

4. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Baturetno, dan Kecamatan Pracimantoro Tahun 2009 ..... 28

5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 .......................................................................................... 36

6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2008..... 37

7. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Jenis Kelamin Tahun 2008.. 38

8. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2008........................................................................................ 39

9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 .......................................................................................... 40

10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 .......................................................................................... 41

11. Perincian Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 .......................................................................................... 42

12. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 ................................................... 43

13. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Kedelai diperinci per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 ..................................................................................................... 44

14. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008................ 45

15. Panjang Jalan Menurut Status Jalan, Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 .......................................... 46

16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri Tahun 2007-2008 .............................................. 47

17. Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007-2008................................................................................. 48

18. Identitas Responden Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 50

19. Alasan Mengusahakan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 52

Page 9: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

ix

20. Status Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri .............................................................................................. 53

21. Sumber Modal Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri .............................................................................................. 53

22. Jenis Kedelai Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri .............................................................................................. 55

23. Asal Responden dan Tempat Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri .............................................................................................. 56

24. Jalur pemasaran pada industri rumah tangga keripik tempe di KabupatenWonogiri............................................................................. 65

25. Rata-rata Biaya Tetap Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 66

26. Rata-rata Biaya Variabel Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 68

27. Rata-rata Upah Tenaga Kerja pada Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 69

28. Rata-rata Biaya Total Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri............................................................................ 72

29. Rata-rata Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas dan Efisiensi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri ....... 72

30. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri .............................................. 75

Page 10: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Cara Pembuatan Keripik Tempe .......................................................... 10

2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Industri Industri Rumah Tangga Keripik Tempe .............................................. 21

3. Proses Produksi Pembuatan Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri.. 64

Page 11: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Identitas Responden Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

2. Produksi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

3. Sistem Pemasaran Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

4. Biaya Penyusutan Peralatan dan Bunga Modal Investasi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

5. Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

6. Biaya Bahan Penolong Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

7. Biaya Bahan Bakar Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

8. Biaya Pengemasan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

9. Biaya Transportasi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

10. Biaya Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

11. Biaya Tetap Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

12. Biaya Variabel Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

13. Biaya Total Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

14. Penerimaan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

15. Keuntungan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

16. Profitabilitas, Efisiensi, dan Risiko Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

17. Peta Kabupaten Wonogiri

18. Surat Rekomendasi Penelitian/Research

Page 12: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xii

19. Daftar Pertanyaan (Questionnaire)

20. Dokumentasi Foto Penelitian

Page 13: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xiii

ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA

KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN WONOGIRI

NINA DIAN NITA

H0306081

RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Wuryorejo dan Desa Purworejo Kecamatan Wonogiri, Desa Suci Kecamatan Pracimantoro dan Desa Balepanjang dan Desa Pathuk Kecamatan Baturetno. Responden adalah produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang berskala rumah tangga yang membuat mulai dari tempe kedelai tipis sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan. Adapun jumlah responden sebanyak 30 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, analisis efisiensi usaha serta analisis risiko usaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan (Maret, 2010) sebesar Rp 5.164.900,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap produsen adalah Rp 5.807.300,00 per bulan dan keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 642.400,00 per bulan. Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 12,44%.

Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari 1 yaitu sebesar 1,12 yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 1,12 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 1,21 dan nilai batas bawah keuntungan adalah minus Rp 918.600,00. Hal ini dapat diartikan bahwa industri keripik tempe yang dijalankan di Kabupaten Wonogiri memiliki risiko usaha. Dari penelitian ini dapat disarankan bagi produsen keripik tempe sebaiknya melakukan inovasi terkait dengan rasa misalkan rasa pedas dan membentuk suatu organisasi yang beranggotakan produsen keripik tempe. Bagi pemerintah, sebaiknya memberikan bantuan berupa modal atau peralatan produksi untuk meningkatkan usahanya.

Page 14: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xiv

THE ANALISIS OF HOME INDUSTRY TEMPE CHIP IN WONOGIRI REGENCY

NINA DIAN NITA

H0306081

SUMMARY

The aim of this research is to know the cost, profil, revenue, profitability, efficiency and risk of home industry tempe chip in Wonogiri Regency.

The basic method of this research is descriptive analysis method. The research is conducted in Wonogiri Regency. The sample area is chosen on purpose (purposive sampling), that is Wuryorejo Village and Purworejo Village in Wonogiri, Suci Village in Pracimantoro and Balepanjang Village and Pathuk Village in Baturetno. The respondent is the producer of tempe chip in Wonogiri Regency which is home industry making from thick soya tempe until tempe chips packaged and marketed. The amount of respondent is 30 people. The data used is primary data and secondary data. The method of collecting data is observation, interview, and noting. The data analysis used is the cost analysis, revenue, profit, profitability, business efficiency analysis and business risk analysis.

The result of the research shows that the average total cost used by tempe chip producer in Wonogiri Regency in one month (March 2010) is Rp 5.164.900,00. the average revenue accepted every producer is Rp 5.807.300,00 every month and the average profit is Rp 642.400,00 every month. The tempe chips home industry in Wonogiri Regency is profitable which the profitability mark is 12,44%.

The tempe chips home industry conducted until now has been efficient. It is shown with R/C ratio more than 1, that is 1,12. It means each Rp 1,00 the cost used will give revenue1,12 multiply from the cost used. The coefficient mark variation 1,21 and the low limit mark of the profit is minus Rp 918.600,00. it’s means that the tempe chip industry conducted in Wonogiri Regency has bussines risk. From this research can be suggested for producer of tempe chip should innovation related to the taste for example the spicy taste and build an organization which has member tempe chip producer. For the government, they should give support in the form of capital or production equipment to increase their bussines.

Page 15: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi

nasional. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah penduduk Indonesia

bermata pencaharian sebagai petani dan sektor pertanian menduduki posisi

strategis yang dikaitkan dengan fungsinya untuk mencapai beberapa tujuan

antara lain untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan sumber devisa

negara dan menaikkan pendapatan petani yang merupakan lapisan terbesar

masyarakat. Pengembangan sektor pertanian dalam mendukung industrialisasi

pangan didasarkan pada pendekatan agribisnis, termasuk agroindustri yang

dapat memperkuat kaitan mata rantai produksi, penanganan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran untuk meningkatkan nilai tambah hasil-hasil

pertanian.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung

oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu

menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan

dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia

banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara

tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan

jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

Indonesia banyak terdapat industri pengolahan hasil pertanian, salah

satunya adalah industri pengolahan kedelai. Kedelai mempunyai peranan yang

sangat penting bagi masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, ini dapat

dilihat dari adanya kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat tidak dapat

melepaskan diri dari bahan makanan yang berbahan baku kedelai. Proses

pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan

proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat

yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan

cetakan.

Page 16: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xvi

Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti

pada tabel berikut:

Tabel 1. Komposisi Gizi Kedelai per 100 gram Bahan

Komponen Kadar

Protein 19,5%

Lemak 4%

Karbohidrat 9,4%

Vitamin B12 3,9-5%

Sumber : Radiyati, 1990.

Salah satu bahan makanan berbahan baku kedelai adalah keripik tempe.

Keripik tempe merupakan tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk,

teksturnya kering dan keras. Tempe yang digunakan dapat berasal dari tempe

yang sudah dibuat berukuran tipis dan ada juga tempe yang diiris terlebih

dahulu. Apabila disimpan di tempat kering dan bersih, keripik tempe dapat

bertahan sampai beberapa minggu. Misalnya dipak dalam kantong plastik atau

kaleng yang tertutup rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memproduksi

keripik tempe. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berasal dari tempe yang

sudah dibuat tipis tanpa diiris terlebih dahulu. Ukuran keripik tempe yang

diproduksi di Kabupaten Wonogiri bervariasi. Ada yang memproduksi dengan

ukuran kira-kira panjangnya 7-9 cm dan lebarnya 6-8 cm dengan tebal 1-1,5

mm. Pengemasan keripik tempe dengan menggunakan plastik putih yang di

eratkan dengan staples. Jumlah keripik tempe dalam setiap kemasan untuk

masing-masing produsen berbeda dan berpatokan pada keseragaman jumlah

biji tiap kemasannya. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menjual

Page 17: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xvii

dengan tiga kemasan yang berbeda. Kemasan yang berisi 5 biji, kemasan yang

berisi 8 biji, dan kemasan yang berisi 10 biji.

Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri umumnya merupakan

industri rumah tangga yang sebagian besar tenaga kerjanya berasal dari dalam

keluarga dan menggunakan modal sendiri. Industri keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri sudah ada secara turun temurun dan proses

pembuatannya masih dilakukan secara tradisional. Walaupun usaha ini

merupakan usaha yang menggunakan modalnya sendiri dan masih bersifat

tradisional dalam proses pembuatan akan tetapi industri keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri masih bisa bertahan sampai saat ini ditengah persaingan

dengan industri keripik tempe dari daerah lain. Kenyataan inilah yang

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis

usaha industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

B. Perumusan Masalah

Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dianggap sebagai usaha

yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat usaha ini

mudah untuk dijalankan. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

dalam usaha untuk memperoleh keuntungan akan menghadapi permasalahan

selama proses produksi sampai pemasaran. Munculnya permasalahan tersebut

dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi yang akhirnya akan

mempengaruhi besarnya keuntungan yang diperoleh produsen rumah tangga

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Namun keuntungan yang besar belum

tentu mengartikan bahwa industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

sudah efisien karena terdapat kemungkinan bahwa produsen keripik tempe

mengeluarkan biaya yang besar dalam memperoleh keuntungan yang besar

tersebut. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam menjalankan

usahanya kemungkinan akan menghadapi berbagai risiko.

Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri memiliki

permasalahan umum terkait dengan modal usaha serta adanya risiko harga

Page 18: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xviii

bahan baku yaitu harga kedelai yang tidak stabil. Permasalahan lain terkait

dengan risiko harga bahan penolong yaitu ketidakstabilan harga minyak

goreng, bawang putih dan tepung beras. Adapun data yang mendukung dari

pernyataan diatas adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Daftar Harga Kedelai, Minyak Goreng, Bawang Putih, dan Tepung Beras Bulan Desember 2009 - Bulan Maret 2010 di Jawa Tengah

Harga / Kg

Uraian Kedelai Minyak

Goreng

Bawang

Putih

Tepung

Beras

Desember 6.800,00 8.000,00 12.000,00 7.000,00

Januari 5.000,00 9.100,00 12.500,00 7.000,00

Februari 6.000,00 9.500,00 13.500,00 7.100,00

Maret 6.500,00 9.000,00 13.000,00 7.500,00

Sumber: Anonim, 2010.

Tabel 2. menunjukkan perubahan harga kedelai, minyak goreng, bawang

putih, dan tepung beras dari Bulan Desember 2009 sampai Bulan Januari 2010

mengalami fluktuasi harga sehingga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh

produsen rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Fluktuasi harga

bahan baku dan bahan penolong dapat mempengaruhi biaya produksi yang

Page 19: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xix

dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri sehingga

berpengaruh terhadap keuntungan yang diperolehnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas yang

diperoleh dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri?

2. Apakah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

sudah efisien?

3. Apakah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

memiliki risiko?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas

dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

2. Menganalisis efisiensi dari industri rumah tangga keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri.

3. Menganalisis risiko dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah

wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai industri rumah

tangga keripik tempe dan merupakan syarat guna memperoleh gelar

sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bagi produsen keripik tempe, penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan bagi

produsen untuk peningkatan usaha

Page 20: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xx

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan

pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam

pengembangan industri rumah tangga.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam

penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis

Page 21: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxi

II. LANDASAN TEORI

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Industri Pembuatan

Krupuk Rendeng Puyur di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng

puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya total

rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata yang

diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas dari

industri krupuk rendeng puyur sebesar 15,2%. Koefisien Variasi dari industri

ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas bawah

keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Industri krupuk rendeng puyur

sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1 Rupiah

biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari biaya yang

dikeluarkan.

Penelitian Irawan (2007) yang berjudul Analisis Keuntungan dan Daya

Saing Keripik Pisang Studi Kasus pada ‘PT Andalas Mekar Sentosa’, di

Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung menunjukkan bahwa pada tahun 2007

penjualan aktual kripik pisang rasa asin sebesar Rp 95.000.000; rasa manis

sebesar Rp 155.000.000,00 rasa coklat sebesar Rp. 230.000.000,00 dan juga

rasa keju sebesar Rp 135.000.000,00. Nilai Impas (BEP) yang diperoleh

Perindustrian Kripik Pisang Cap Aroma untuk rasa asin sebesar Rp

36.403.448,00 (1.820 kg), rasa manis adalah sebesar Rp 40.553.435,00 (2.027

kg), rasa coklat Rp. 43.367.346 (2.168 kg), dan rasa keju Rp 36.594.911,00

(1.829 kg). Daya Saing (Ds) kegiatan produksi Kripik Pisang Cap Aroma

adalah untuk rasa asin sebesar 2,49; rasa manis sebesar 2,41; rasa coklat

sebesar 2,42; dan rasa keju sebesar 2,42. Hal ini berarti bahwa kripik pisang

Cap Aroma memiliki nilai daya saing yang kuat di pasaran (Ds > 1).

Penelitian Sudarti (2008) yang berjudul Analisis keuntungan dan

Efisiensi Agroindustri Emping Melinjo di Desa Bakung dan Desa Besuki

Page 22: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxii

Kabupaten Sumberarto menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat oleh

agroindustri skala rumah tangga sebesar Rp 19.690,54 dan skala kecil sebesar

Rp 47.449,55. Nilai R/C rasio yang didapat oleh industri skala rumah tangga

sebesar 1,10 dan skala kecil sebesar 1,15. Dengan demikian maka industri

emping melinjo skala kecil lebih efisien dan lebih menguntungkan untuk

diindustrikan dibanding skala rumah tangga.

Penelitian Wardani (2008), yang berjudul Analisis Industri Pembuatan

Tempe Kedelai di Kabupaten Purworejo menunjukkan hasil penelitian bahwa

biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen tempe di Kabupaten

Purworejo adalah Rp 2.014.185,59. Rata-rata jumlah tempe yang dihasilkan

sebanyak 12,05 bungkus dengan harga rata-rata Rp 182,00 tiap bungkus,

sehingga penerimaan rata-rata yang diperoleh tiap produsen tempe adalah Rp

2.163.005,00 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp 148.819,41.

Profitabilitas dari industri pembuatan tempe kedelai sebesar 12,8%. Industri

pembuatan tempe kedelai di Kabupaten Purworejo tersebut termasuk

menguntungkan. Industri pembuatan tempe kedelai di Kabupaten Purworejo

berisiko besar dengan kemungkinan kerugian adalah sebesar Rp 251.945,09

tiap bulan. Disamping itu, industri tersebut memiliki nilai efisiensi sebesar

1,07 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan

penerimaan sebesar 1.07 kali dari biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan usaha tersebut dapat

menghasilkan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh

besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Hal ini akan

menunjukkan tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut. Keempat usaha

tersebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian meskipun

menghasilkan keuntungan sehingga dengan kata lain usaha yang dijalankan

tetap mengandung risiko.

F. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai (Glycine max (L) Merill)

Page 23: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxiii

Tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Leguminosae

Subfamily : Papilionoideae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merrill

(Siregar, 2009).

Kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik tampe, tahu, kecap,

susu, dan lain-lain. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan

pada umumnya merupakan proses yang sederhana dan peralatan yang

digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga,

kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan (Cahyadi, 2007).

Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di

Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan

industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam perdagangan pasar

internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati,

pakan ternak. Kedelai juga mempunyai peran yang sangat penting bagi

dalam pola konsumsi bahan pangan sebagai proses sumber protein nabati

(Rukmana dan Yuyun,1996).

2. Tempe

Page 24: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxiv

Tempe merupakan produk olahan kedelai hasil fermentasi jamur

Rhizopus sp yang bernilai gizi tinggi dan disukai cita rasanya. Cita rasa

langu yang terdapat pada biji kedelai dapat dieliminasi selama proses

pengolahan tempe. Sejauh ini, bahan baku tempe sebagian besar masih

menggunakan kedelai impor yang dianggap memiliki kualitas fisik lebih

baik dibanding kedelai lokal (Widowati dkk, 2009).

Ragi (inokulum) tempe atau laru merupakan kumpulan spora kapang

tempe yang digunakan untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe.

Tanpa laru sebagai benih kapangnya, kedelai yang difermentasi akan

menjadi busuk. Laru adalah suatu benda yang mengandung benih kapang

tempe dalam pembuatan tempe, laru dicampurkan pada kedelai yang telah

dimasak, ditiriskan dan kemudian didinginkan. Penggunaan laru yang baik

sangat penting untuk menghasilkan tempe yang bermutu baik

(Sarwono, 2007).

Tempe yang digunakan untuk membuat keripik tempe adalah tempe

kedelai yang dibungkus lebar dengan daun pisang, daun jati, atau kertas

bekas berukuran lebar sekitar 15 cm dan panjang sekitar 20 cm. Alat

pembungkus dibentangkan ditempat yang rata, misalnya meja kayu. Diatas

pembungkus diletakkan diatas lembaran daun kecil sebagai pelapis tempe.

Bahan tempe sebanyak dua sendok makan diletakkan diatas lembaran daun

kecil lalu diratakan sehingga panjangnya 10-12 cm dan lebarnya 7-10 cm

(Sarwono, 2007).

3. Keripik tempe

Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng kering seperti

kerupuk. Teksturnya kering dan keras. Apabila disimpan ditempat kering

dan bersih, keripik tempe dapat tahan disimpan sampai beberapa minggu.

Misalnya dipak dalam kantong plastik, kaleng, atau stoples yang tertutup

rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab (Sarwono, 2007).

Page 25: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxv

Keripik tempe adalah jenis makanan ringan hasil olahan tempe.

Kadar protein keripik tempe cukup tinggi yaitu berkisar antara 23% - 25%.

Tempe yang digunakan untuk pembuatan keripik tempe melalui proses

yang sedikit berbeda dengan proses pembuatan tempe untuk sayur. Tempe

yang akan dijadikan keripik tempe lebih tipis dan langsung dicetak dengan

alas daun. Alur proses pembuatan keripik tempe adalah sebagai berikut:

Kedelai

Perebusan I sampai menggelembung

Perendaman sampai berbusa dan mengeluarkan bau asam

Penirisan kemudian dicuci

Pembelahan dan pengupasan biji kedelai dengan kaki atau mesin

Pencucian

Perebusan II

Page 26: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxvi

Penirisan dan pendinginan

Inokulasi dengan ragi tempe (laru)

Pengadukan agar ragi merata

Pembungkusan dengan plastik atau daun pisang panjang 10-12 cm, lebar 7-10 cm, dan tebal 1-1,5 mm disimpan

Tempe untuk keripik tempe

Bungkusan tempe dibuka, dimasukkan dalam adonan tepung cair berbumbu kemudian digoreng sampai setengah kering.

Tempe setengah kering digoreng lagi dalam minyak yang lebih panas sampai tampak kering kemudian diangkat dan ditiriskan.

Gambar 1. Cara Pembuatan Keripik Tempe

(Radiyati, 1990).

Beras yang akan dibuat tepung, sebelum ditumbuk atau digiling lebih

dulu direndam dalam air kapur selama satu jam. Tepung beras yang akan

dipakai untuk adonan keripik tempe harus baru dan berasal dari beras padi

berumur dalam (padi yang dipanen pada saat umur lebih dari 165 hari dan

termasuk varietas lokal). Fungsi tepung adalah untuk memperkuat tempe

yang sangat tipis dan untuk melekatkan bumbu. Tepung beras berperan

agar tempe keras dan kaku, sedangkan tepung kanji memperkuat tempe

yang tipis tadi (Sarwono, 2007).

Page 27: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxvii

4. Industri Rumah Tangga

Industri skala rumah tangga dan industri kecil yang mengolah hasil

pertanian mempuyai peranan yang penting, antara lain :

a. Meningkatkan nilai tambah dan kualitas hasil

b. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

c. Meningkatkan ketrampilan produsen

d. Meningkatkan pendapatan produsen

(Soekartawi, 2001).

Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan

jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dapat

dikategorikan menjadi empat kelompok yaitu:

a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga

b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

c. Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah

d. Jumlah tenaga kerja lebih dari sama dengan 100 orang untuk industri

besar.

(Badan Pusat Statistik, 1999).

Industri kecil dan rumah tangga mempunyai potensi yang besar

dalam memperkokoh struktur industri di Indonesia terutama berperan

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, peningkatan efisiensi industri

secara keseluruhan, peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan

pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Demikian pula potensi industri

kecil dan rumah tangga cukup besar dalam mendukung persebaran

industri, mengatasi ketimpangan struktural antara perekonomian perkotaan

dan pedesaan dan mendukung strukturisasi perekonomian pedesaan ke

arah yang lebih maju (Simatupang dkk, 1994).

5. Biaya

Page 28: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxviii

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi sampai menjadi output yang didalamnya termasuk barang yang

dibeli dan jasa yang dibayar. Ada dua kategori atau pengelompokan biaya

yaitu:

a. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang nilainya tidak akan

berubah dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya

walaupun volume produksi yang dihasilkan berubah-ubah.

b. Biaya Variabel (Variabel Cost) artinya biaya yang jumlah, nilai dan

komposisi biaya variabel ini dapat diubah apabila volume atau

komposisi barang yang akan dihasilkan dalam satu proses produksi

akan berubah (Kadarsan, 1992).

Biaya total (Total Cost – TC), yaitu keseluruhan jumlah biaya

produksi yang dikeluarkan. Secara matematis biaya total dapat dirumuskan

sebagai berikut:

TC = TFC+TVC

Keterangan:

TC (total cost ) = Biaya total

TFC (Total Fixed Cost) = Total biaya tetap

TVC (Total Variable Cost) = Total biaya variabel

(Firdaus, 2008).

6. Penerimaan

Penerimaan total (Total Revenue - TR) secara langsung ditentukan

oleh jumlah produk yang terjual dan yang diterima. Secara matematis

penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q

Dimana

Page 29: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxix

TR (Total Revenue) = Penerimaan total

P (Price) = Harga produk

Q (Quantity) = Jumlah output

Penerimaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga

dan kuantitas yang saling mengkaitkan (Lincolin, 1991).

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu

penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang–barang yang diproses

dan penerimaan yang berasal dari luar barang–barang yang diproses.

Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan industri tapi berhubungan

dengan adanya kegiatan industri, seperti penerimaan dalam bentuk bonus

karena pembelian barang–barang kebutuhan kegiatan industri, penerimaan

bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan

dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

7. Keuntungan

Keuntungan didefinisikan sebagai total pendapatan dikurangi total

biaya. Dalam definisi keuntungan semua pendapatan dan biaya baik

berwujud maupun tidak berwujud harus diperhitungkan. Keuntungan

produsen adalah total revenues (TR) dikurangi total cost (TC). Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

p = (P x Q) – (TFC+TVC)

Keterangan:

π = Keuntungan produsen

TR (total revenues) = Penerimaan total

TC (total cost) = Biaya total industri

Page 30: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxx

P (Price) = Harga produk

Q (Quantity) = Jumlah output

TFC (Total Fixed Cost) = Total biaya tetap

TVC(Total Variable Cost) = Total biaya variabel

(Sunaryo, 2001).

Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha

yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin

layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan

perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa

perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula

perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).

8. Profitabilitas

Cara untuk mengukur profitabilitas suatu perindustrian bermacam-

macam, tergantung pada keuntungan dan aktiva atau modal mana yang

akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada keuntungan yang berasal

dari operasi atau keuntungan netto sesudah pajak dengan aktiva operasi,

atau keuntungan netto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan

aktiva ”tangible” dan dapat juga dengan memperbandingkan antara

keuntungan netto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri

(Riyanto, 2001).

Profitability ratio merupakan suatu rasio perbandingan antara selisih

antara keuntungan dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding

dengan jumlah investasi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Profitabilitas = 100% x TCπ

Keterangan :

Page 31: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxi

π = Keuntungan

TC (Total Cost) = Biaya total

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah :

Profitabilitas > 1 berarti industri yang dijalankan menguntungkan

Profitabilitas = 1 berarti industri yang dijalankan mengalami BEP (impas)

Profitabilitas < 1 berarti industri yang dijalankan tidak menguntungkan

(Ibrahim, 2003).

9. Efisiensi

Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang

tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari

investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya

produksi per satuan produk yang dimaksud agar memperoleh keuntungan

yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah

memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan tingkat produksi

yang telah dicapai atau memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya

keseluruhan (Soekartawi, 2001).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi

industri rumah tangga dapat dengan menghitung R/C ratio (Return Cost

ratio). Secara sistematis untuk mengetahui tingkat efisiensi digunakan

rumus:

Efisiensi =CR

Dengan ketentuan:

R (Revenue) = Penerimaan

C (Cost) = Biaya

Page 32: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxii

Apabila nilai R/C > 1, berarti industri sudah efisien, R/C = 1, berarti

industri belum efisien atau industri mencapai titik impas (tidak untung dan

tidak rugi), R/C < 1, berarti industri tidak efisien (Soekartawi, 1995).

10. Risiko

Setiap aktivitas industri di sektor pertanian atau agribisnis selalu

dihadapkan dengan situasi ketidakpastian (uncertainly) dan risiko (risk).

Faktor ketidakpastian dan risiko merupakan faktor eksternalitas yaitu

faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Dikatakan risiko (risk)

apabila diketahui berapa besarnya peluang terjadi risiko tersebut.

Sebaliknya dikatakan ketidakpastian (uncertainly) apabila peluang

terjadinya risiko tidak diketahui (Soekartawi, dkk, 1993).

Kendala yang dihadapi dalam agribisnis ternyata tidak di dalam satu

aspek saja, tetapi juga muncul tiga aspek yang lazim ditemukan, yaitu

aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran. Perubahan sistem produsenan

pertanian yang tradisional ke semi tradisional atau ke komersial juga

membawa dampak terhadap perilaku produsen dalam mengambil

keputusan dalam produsenannya (Soekartawi, dkk, 1993).

Risiko industri dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

CV = EV

keterangan :

CV (Coefficient of Variation) = Koefisien variasi

V (Variance) = Simpangan baku

E (Expected Value) = Keuntungan rata-rata (mean)

(Hernanto, 1993).

Page 33: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxiii

G. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Industri rumah tangga mempunyai peluang untuk berkembang. Salah

satunya adalah industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

Permasalahan yang dihadapi oleh produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah ketersediaan modal dan harga bahan baku berupa kedelai

yang tidak stabil. Selain itu juga disebabkan ketidakstabilan harga bahan

penolong berupa minyak goreng, bawang putih dan tepung beras. Kedelai

merupakan salah satu bahan baku pembuatan keripik tempe. Keripik tempe

dibuat dari tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk dengan tekstur

kering dan keras. Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berskala

rumah tangga dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Setiap industri

tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba dengan cara

meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan.

Analisis biaya berguna bagi produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri dalam mengambil keputusan-keputusan. Biaya adalah nilai

korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi. Proses produksi disebut

sebagai suatu proses berupa input diubah menjadi output. Biaya dapat dibagi

menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya

yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya tetap pada keseluruhan

industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri berupa biaya

penyusutan alat (tungku, panci, dandang, wajan penggorengan, tampah,

kreneng, ember kecil, ember besar, lumpang, alu, serok, susuk, entong,

staples, cetakan, tenggok, tas keranjang) dan biaya bunga modal investasi.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas

produksi. Biaya variabel pada keseluruhan industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri berupa biaya bahan baku (kedelai), biaya

pembantu atau penolong (ragi, minyak goreng, tepung beras, tepung tapioka

dan bumbu-bumbu), biaya pengemasan (daun pisang, kertas, plastik, isi

staples), biaya bahan bakar (kayu, serbuk gergaji), biaya tenaga kerja (tenaga

kerja keluarga dan luar keluarga), dan biaya transportasi.

Page 34: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxiv

Penjumlahan antara biaya tetap (Total Fixed Cost - TFC) dan biaya

variabel (Total Variable Cost - TVC) menghasilkan biaya total. Secara

matematis dapat biaya total dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC (Total Cost) =Biaya total industri rumah tangga keripik tempe

TFC (Total Fixed Cost ) =Total biaya tetap industri rumah tangga keripik

tempe

TVC(Total Variable Cost)=Total biaya variabel industri rumah tangga keripik

tempe

Produsen keripik tempe dalam melakukan produksi akan senantiasa

mengkombinasikan faktor-faktor produksinya untuk memperoleh keuntungan

maksimum. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya

total yang dikeluarkan. Secara matematis keuntungan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

p = TR – TC

p = Q x P – (TFC – TVC)

keterangan :

π (Profit)

TR (Total Revenue)

TC (Total Cost)

=

=

=

Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rp)

Penerimaan total industri rumah tangga

keripik tempe (Rp)

Biaya total industri rumah tangga keripik

tempe (Rp)

Page 35: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxv

Q (Quantity)

P (Price)

TFC (Total Fixed Cost)

TVC (Total Variable Cost)

=

=

=

=

Jumlah keripik tempe terjual (Biji)

Harga jual produk per biji (Rp)

Total biaya tetap industri rumah tangga

keripik tempe (Rp)

Total biaya variabel industri rumah tangga

keripik tempe (Rp)

Nilai profitabilitas dalam industri rumah tangga keripik tempe

merupakan hasil bagi antara keuntungan industri dengan total biaya, secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = 100% x TCπ

Keterangan :

π = Keuntungan industri rumah tangga keripik tempe (Rp)

TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rp)

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah :

Profitabilitas > 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

menguntungkan

Profitabilitas = 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

mengalami BEP (impas)

Profitabilitas < 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan

tidak menguntungkan

Page 36: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxvi

Produsen keripik tempe juga memperhatikan efisiensi industri yang telah

dijalankannya selama ini. Efisiensi industri dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Efisiensi : CR

Keterangan :

R (Revenue) = Penerimaan industri rumah tangga keripik tempe (Rp)

C (Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rp)

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi industri adalah sebagai

berikut :

R/C>1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan sudah

efisien,

R/C=1 berarti industri rumah tangga keripik tempe belum efisien atau industri

mencapai titik impas

R/C<1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan tidak

efisien

Produsen industri rumah tangga keripik tempe dalam menjalankan

industri untuk mencapai keuntungan, produsen akan menghadapi risiko atas

kegiatan industri tersebut. Misalkan risiko harga dan risiko selama proses

produksi. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

CV = EV

keterangan :

CV (Coefficient of Variation) = Koefisien variasi industri rumah tangga

Page 37: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxvii

keripik tempe

V (Variance) = Simpangan baku industri rumah tangga

keripik tempe

E (Expected Value) = Keuntungan rata-rata industri rumah

tangga keripik tempe

Sebelumnya, dicari terlebih dahulu keuntungan rata-rata dan simpangan

bakunya. Keuntungan rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

E = n

Ein

1iå=

Keterangan:

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

Ei = Keuntungan industri rumah tangga keripik tempe pada periode i

n = Jumlah responden

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik

tempe, selanjutnya mencari simpangan baku dengan dengan menggunakan

metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam,

yaitu:

V = 2V

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

V2 = 1)(n

E)(En

1i

21

-

-å=

Keterangan :

V2 = Keragaman

Ei = Keuntungan yang diterima produsen industri rumah tangga

keripik tempe

Page 38: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxviii

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

n = Jumlah responden industri rumah tangga keripik tempe

Menghitung batas bawah keuntungan yang merupakan nilai terendah

yang dihasilkan dari industri rumah tangga keripik tempe dengan rumus

sebagai berikut :

L = E – 2V

Keterangan :

L = Batas bawah keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

E = Keuntungan rata-rata

V = Simpangan baku industri rumah tangga keripik tempe

Dari rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas bawah

keuntungan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0

berarti produsen akan terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau nilai L < 0,

berarti ada peluang kerugian yang diderita oleh produsen (Hernanto, 1993).

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2:

Page 39: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xxxix

Gambar 2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

Input:

· Bahan baku · Bahan penolong

Output

(Keripik Tempe)

Biaya Total Penerimaan

Analisis Usaha :

· Keuntungan · Profitabilitas · Efisiensi · Risiko

Risiko Harga Risiko Produksi Risiko Harga

Biaya Tetap :

· Penyusutan peralatan · Bunga modal investasi

Biaya Variabel :

· Bahan baku · Bahan penolong · Bahan bakar · Tenaga kerja · Pengemasan · Transportasi

Proses Produksi:

· Peralatan Produksi · Bahan Bakar · Tenaga Kerja · Kemasan

Page 40: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xl

H. Pembatasan Masalah

1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada

biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko

industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

2. Penelitian ini terbatas pada produksi selama satu bulan (Maret 2010).

I. Asumsi

1. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan

biaya (biaya total) karena mempunyai fungsi ganda (multi use) yaitu

sebagai tempat tinggal bagi produsen dan sekaligus tempat

berproduksi. Hal ini dikarenakan asset rumah dan bangunan yang

digunakan untuk industry nilainya sangat kecil.

2. Faktor produksi tenaga kerja keluarga diasumsikan menerima upah

yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di

daerah penelitian.

3. Teknologi yang digunakan selama penelitian dianggap tetap.

J. Hipotesis

1. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan menguntungkan.

2. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan sudah efisien.

3. Industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan memiliki risiko.

K. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Analisis usaha merupakan analisis terhadap kelangsungan suatu industri

dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan,

keuntungan, profitabilitas, efisiensi industri serta besarnya risiko.

2. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya antara

1 sampai 4 orang.

3. Keripik tempe adalah tempe kedelai yang sudah dibuat tipis yang digoreng

kering seperti kerupuk teksturnya kering dan keras.

Page 41: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xli

4. Responden adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi

tentang data penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah produsen

keripik tempe berskala rumah tangga yang membuat mulai dari tempe tipis

sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan.

5. Biaya total industri keripik tempe adalah semua biaya yang dikeluarkan

meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang merupakan biaya keseluruhan

mulai dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik tempe yang

sudah dikemas dan dipasarkan, yang dinyatakan satuan rupiah (Rp)

dengan rumus TC = TFC + TVC

6. Biaya tetap industri keripik tempe adalah biaya yang digunakan dalam

proses produksi mulai dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik

tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan yang besarnya tidak

dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap meliputi:

a Biaya penyusutan peralatan

Biaya penyusutan peralatan berupa tungku, panci alumunium,

dandang, wajan penggorengan, tampah, kreneng, ember kecil, ember

besar, lumpang, alu, serok, susuk, entong, staples, cetakan, tenggok,

tas keranjang. Biaya penyusutan peralatan tersebut pada penelitian ini

dapat dihitung dengan metode garis lurus. Metode garis lurus

menyebabkan pembebanan biaya penyusutan yang jumlahnya tetap

selama umur ekonomis dari suatu aktiva dengan rumus berikut ini:

Penyusutan per bulan = (bulan) ekonomisumur akhir nilai - awal nilai

b Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian besarnya

modal yang diinvestasikan dengan suku bunga tertentu, dinyatakan

dalam satuan rupiah. Bunga modal investasi dapat dihitung

menggunakan rumus

B =

ixt

RN2

)1N()RM(úûù

êëé +

+-

Page 42: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlii

Keterangan:

B = Bunga modal investasi (Rp)

M = Nilai awal (Rp)

R = Nilai akhir (Rp)

N = Umur ekonomis (bulan)

i = Suku bunga riil (6,5%)

t = Jumlah bulan dalam setahun (12)

7. Biaya variabel industri keripik tempe adalah biaya yang dikeluarkan mulai

dari proses produksi tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah

dikemas dan dipasarkan yang besarnya selalu berubah tergantung dari

besar kecilnya produksi, terdiri dari:

a. Biaya bahan baku berupa kedelai

b. Biaya bahan penolong berupa ragi, tepung beras, tepung tapioka,

minyak goreng, dan bumbu-bumbu.

c. Biaya bahan bakar berupa kayu bakar dan serbuk gergaji.

d. Biaya tenaga kerja berupa tenaga kerja keluarga dan tenaga karja luar

keluarga.

e. Biaya pengemasan berupa daun pisang, kertas, tali, plastik, label, dan

isi staples.

f. Biaya transportasi berupa mobil angkutan umum.

8. Penerimaan industri rumah tangga keripik tempe adalah perkalian antara

jumlah produksi yang terjual per biji dengan harga jual yang dinyatakan

dalam rupiah (Rp) dengan rumus TR = Q x P.

9. Keuntungan industri keripik tempe adalah selisih antara penerimaan total

dengan biaya total yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah (Rp) dengan

rumus p = TR – TC.

Page 43: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xliii

10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan biaya total

industri rumah tangga keripik tempe yang dinyatakan dalam satuan persen

dengan rumus profitabilitas = 100% x TCπ

. Kriteria yang digunakan

dalam perhitungan profitabilitas yaitu, jika profitabilitas > 1 maka usaha

menguntungkan, jika profitabilitas = 1 maka usaha mengalami BEP

(impas), dan jika profitabilitas < 1 maka usaha tidak menguntungkan.

11. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya total

yang dikeluarkan dalam industri keripik tempe yang dinyatakan dalam

angka dengan rumus efisiensi =CR

. Kriteria yang digunakan dalam

penilaian efisiensi industri adalah jika R/C > 1 berarti usaha sudah efisien,

jika R/C = 1 berarti usaha belum efisien atau usaha mencapai titik impas

(BEP), dan jika R/C < 1 berarti usaha tidak efisien.

12. Risiko usaha adalah kemungkinan merugi yang dihadapi oleh produsen

keripik tempe yang ditunjukkan dari nilai koefisien variasi (CV) dan batas

bawah keuntungan (L) dengan rumus CV = EV

dan L = E – 2V. Kriteria

yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan

bahwa usaha akan selalu terhindar dari kerugian, dan apabila nilai CV >

0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian.

Page 44: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xliv

Page 45: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlv

III. METODE PENELITIAN

L. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Penyelidikan diskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya

sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan

interpretasi tentang arti data itu. Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

(Surakhmad, 1998).

Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Metode survei

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Ciri khas penelitian

survei adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya

dengan menggunakan kuisioner (Singarimbun dan Effendi, 1995).

M. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Penentuan

kecamatan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu

penentuan atau pengambilan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu sedangkan pertimbangan yang diambil berdasarkan

tujuan penelitian (Rianse dan Abdi, 2008).

Kabupaten Wonogiri terdiri dari 25 kecamatan, dan ada 5 kecamatan

yang memproduksi keripik tempe mulai dari membuat tempe kedelai

sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan siap dijual.

Page 46: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlvi

Adapun jumlah unit usaha keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Unit Usaha keripik tempe

1. Wonogiri 17

2. Wuryantoro 4

3. Pracimantoro 14

4. Giritontro 9

5. Baturetno 16

Jumlah 60

Sumber: Data Primer

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui dari 5 kecamatan yang

memproduksi keripik tempe, dipilih tiga kecamatan yang dijadikan

kecamatan sampel yaitu Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Baturetno, dan

Kecamatan Pracimantoro dengan pertimbangan bahwa tiga kecamatan

tersebut memiliki unit yang masuk tiga besar dan sudah cukup mewakili

populasi produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

2. Metode Pengambilan Sampel

Data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar,

karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi

normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel

yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini jumlah

sampel yang diambil adalah sebanyak 30 produsen keripik tempe.

Page 47: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlvii

Penentuan jumlah sampel tiap desa dilakukan secara proposional

menggunakan rumus:

x30NNk

Ni =

Keterangan :

Ni = Jumlah sampel yang diambil pada tiap desa

Nk = Jumlah populasi produsen keripik tempe dari tiap desa

N = Jumlah populasi produsen keripik tempe dari seluruh desa terpilih

30 = Jumlah sampel yang dikehendaki

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus tersebut

maka diperoleh besarnya sampel tiap desa yang diambil dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut ini :

Tabel 4. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Baturetno, dan Kecamatan Pracimantoro Tahun 2009

No Kecamatan Desa Populasi Jumlah Sampel

1. Wonogiri Wuryorejo

Purworejo

14

3

9

2

2.

Baturetno

Balepanjang

Pathuk

12

4

8

2

3. Pracimantoro Suci 14 9

Jumlah 47 30

Sumber: Data Primer

Pengambilan sampel produsen keripik tempe dilakukan dengan

metode simple random sampling atau sampel acak sederhana, yaitu sebuah

Page 48: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlviii

sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau

satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai sampel (Surakhmad, 1998).

Pengambilan sampel responden dilakukan dengan cara undian.

Undian dilakukan dengan cara semua produsen tersebut ditulis dalam

secarik kertas yang kemudian digulung dan dimasukkan dalam sebuah

kotak. Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil. Nomor yang

terambil menjadi responden yang akan diteliti, kemudian gulungan

tersebut dikembalikan lagi hingga sesuai dengan jumlah responden yang

direncanakan.

N. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara

secara langsung dengan produsen keripik tempe dengan menggunakan

daftar pertanyaan (quisioner) serta dengan cara melakukan observasi atau

pengamatan secara langsung di daerah penelitian. Data primer yang

diambil pada penelitian ini meliputi data identitas responden, biaya-biaya

yang dikeluarkan dalam industri rumah tangga keripik tempe dan jumlah

produksi keripik tempe selama satu bulan (Maret, 2010).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang disusun oleh seseorang, lembaga

atau instansi yang berbentuk data statistik yang bersifat resmi. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dicatat secara sistematis

dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-

lembaga yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wonogiri, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UMKM Kabupaten Wonogiri dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Wonogiri. Data sekunder yang diambil pada penelitian ini

meliputi data kondisi umum Kabupaten Wonogiri yang berupa keadaan

alam, keadaan penduduk, keadaan pertanian, keadaan perekonomian dan

Page 49: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xlix

keadaan perindustrian, serta data mengenai industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri.

O. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan

diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang

akan diteliti tersebut.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara

dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik pencatatan merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mencatat hasil wawancara pada daftar pertanyaan

(quisioner) dan mencatat data sekunder dari instansi pemerintah atau

lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

P. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas dari industri rumah

tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

a. Nilai total biaya pada industri rumah tangga keripik tempe adalah

penjumlahan dari nilai total biaya tetap dan nilai biaya variabel yang

digunakan dalam kegiatan produksi keripik tempe. Secara matematis

dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

keterangan :

Page 50: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

l

TC (Total Cost)

= Biaya total industri rumah tangga

keripik tempe (Rupiah)

TFC (Total Fixed Cost)

= Total biaya tetap industri rumah

tangga keripik tempe meliputi biaya

penyusutan peralatan dan biaya

bunga modal investasi (Rupiah)

TVC (Total Variable Cost)

= Total biaya variabel industri rumah

tangga keripik tempe meliputi biaya

bahan baku, biaya bahan penolong,

biaya bahan bakar, biaya tenaga

kerja, biaya pengemasan, biaya

transportasi (Rupiah)

b. Penerimaan dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri dapat diketahui dengan mengalikan jumlah produk keripik

tempe yang terjual dengan harga keripik tempe tersebut. Metode

perhitungan:

TR = Q x P

Dimana:

TR(Total Revenue) = Penerimaan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

Q (Quantity) = Jumlah keripik tempe yang terjual (biji)

P (Price) = Harga jual keripik tempe per biji (Rupiah)

c. Metode perhitungan keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

di Kabupaten Wonogiri secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC

keterangan :

Page 51: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

li

π (Profit)

= Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

TR (Total Revenue)

= Penerimaan total industri rumah tangga

keripik tempe (Rupiah)

TC (Total Cost)

= Biaya total industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

d. Nilai profitabilitas dalam industri rumah tangga keripik tempe

merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan total biaya,

secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = 100% x TCπ

Keterangan :

π (Profit) = Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah :

Profitabilitas > 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang

dijalankan menguntungkan

Profitabilitas = 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang

dijalankan mengalami BEP (impas)

Profitabilitas < 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang

dijalankan tidak menguntungkan

2. Efisiensi Usaha

Page 52: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lii

Efisiensi industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

yang telah dijalankan selama ini dapat dihitung dengan menggunakan

perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio

atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya

Efisiensi industri rumah tangga keripik tempe dapat dihitung dengan

membandingkan besarnya penerimaan industri rumah tangga keripik

tempe dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi = CR

keterangan :

R(Revenue) = Penerimaan total industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

C(Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien,

R/C = 1 berarti usaha belum efisien atau usaha mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien

(Soekartawi, 1995).

3. Risiko Usaha

Besarnya risiko pada industri rumah tangga keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan

koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus

ditanggung oleh produsen rumah tangga keripik tempe dengan jumlah

Page 53: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

liii

keuntungan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

CV =EV

keterangan :

CV = Koefisien variasi industri rumah tangga keripik tempe

V = Simpangan baku keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

Sebelumnya dicari dahulu keuntungan rata–rata dengan rumus:

E = n

Ein

1iå=

keterangan :

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

Ei = Keuntungan yang diterima produsen industri rumah tangga

keripik tempe (Rupiah)

n = Jumlah responden keripik tempe (orang)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik

tempe, selanjutnya mencari simpangan baku dengan dengan menggunakan

metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari

ragam, yaitu :

V = 2V

Page 54: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

liv

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

V2 = 1)(n

E)(En

1i

21

-

-å=

Keterangan:

V2 = Keragaman

Ei = Keuntungan yang diterima industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

n = Jumlah responden keripik tempe (orang)

Untuk mengetahui batas bawah keuntungan digunakan rumus :

L = E – 2V

Dimana

L

E

=

=

Batas bawah keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

V = Simpangan baku keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung

semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen

akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada

peluang kerugian yang akan diderita oleh produsen (Hernanto, 1993).

Page 55: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lv

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah dengan Luas wilayah sebesar 182.236,02 hektar. Secara

geografis terletak pada garis lintang 7º 32' sampai 8º 15' Lintang Selatan

dan garis bujur 110º 41' sampai 111º 18' bujur Timur. Batas-batas wilayah

Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur)

Selatan : Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia

Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten

Kabupaten Wonogiri secara administratif terbagi menjadi 25

kecamatan dan ada 294 desa atau kelurahan. Kecamatan Puhpelem

memiliki luas wilayah 3.162 hektar yang sekaligus merupakan kecamatan

paling sempit wilayahnya, sedangkan kecamatan yang paling luas adalah

Kecamatan Pracimantoro dengan luas 14.214 hektar. Kecamatan

Paranggupito terletak paling jauh dengan ibukota kabupaten, sedangkan

Kecamatan Selogiri letaknya paling dekat dengan ibukota kabupaten.

2. Topografi Daerah

Kabupaten Wonogiri memiliki ketinggian tempat 0 – 601 meter di

atas permukaan air laut. Sekitar 73,52% wilayah Kabupaten Wonogiri

berada pada ketinggian 0 – 300 meter di atas permukaan air laut. Sekitar

21,84% pada ketinggian 301 – 600 meter di atas permukaan air laut dan

4,64% berada pada ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan air

laut. Kecamatan yang paling tinggi lokasinya adalah Kecamatan

Karangtengah dan Kecamatan Selogiri yang paling rendah.

Page 56: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lvi

Wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi wilayah dataran,

pegunungan, maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi

selatan sampai ke timur yang termasuk wilayah berbatasan dengan

Provinsi Jawa Timur. Sisi selatan juga memiliki wilayah pantai Samudra

Indonesia. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang

berbatu gamping, terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran

Pegunungan Seribu yang merupakan mata rantai dari Bengawan Solo.

Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur

yang selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber

irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak

dikunjungi oleh para wisatawan domestic maupun mancanegara.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri yaitu aluvial,

litosol, regosol, andesol, grumusol, mediterian, dan latosol. Kondisi tanah

yang berbeda-beda mengakibatkan penggunaan tanh yang berbeda pula.

Luas lahan di Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2008 menurut

penggunaanya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)

1. Sawah 32.236 17,70

2. Tegal 68.434 37,55

3. Bangunan/Pekarangan 28.252 15,50

4. Hutan Negara 15.769 8,65

5. Hutan Rakyat 7.288 4,00

6. Lain-lain 30.257 16,60

Jumlah 182.236 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Page 57: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lvii

Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar di

Kabupaten Wonogiri dimanfaatkan untuk tanah tegal yang luasnya

mencapai 37,55 % dari luas lahan seluruhnya. Lahan yang digunakan

untuk tegalah di Kabupaten Wonogiri adalah 68.434 hektar, sedangkan

luas seluruh lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah 182.236

hektar. Penggunaan lahan untuk sawah menepati urutan kedua setelah

tegal yaitu dengan luasan 32.236 hektar dari luas seluruh lahan. Hal ini

dikarenakan adanya permasalahan distribusi air pada musim kemarau.

Selain dimanfaatkan sebagai lahan tegal, sawah dan bangunan/pekarangan,

lahan di Kabupaten Wonogiri juga dimanfaatkan untuk hutan negara

(15.769 hektar), hutan rakyat (7.288 hektar) dan keperluan lain (30.257

hektar).

3. Keadaan Iklim dan Cuaca

Secara umum daerah di Kabupaten Wonogiri beriklim tropis,

mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Temperatur harian

di Kabupaten Wonogiri cukup panas, yaitu berkisar antara 24º C hingga

32º C. Curah hujan tertinggi rata-rata pada tahun 2008 terjadi pada bulan

Februari yaitu sebesar 558,72 mm dengan 16 hari hujan. Sedangkan curah

hujan tahunan rata-rata yang terendah di Kabupaten Wonogiri pada tahun

2008 terjadi pada bulan Juli yaitu 0 mm dengan 0 hari hujan atau tidak ada

hujan sama sekali. Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pad bulan April

2008 sebesar 27,69° C dan terendah pada bulan Juli 24,52° C. Tingkat

kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 90,50° C dan

terendah pada bulan Mei sebesar 84,83° C.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk adalah sejumlah orang yang berdiam di suatu negara pada

suatu waktu tertentu. Jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri dari tahun

ke tahun mengalami perubahan. Perubahan jumlah penduduk tersebut

disebabkan oleh adanya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Tabel

Page 58: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lviii

berikut menunjukkan perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2004-

2008.

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2008

No. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1. 2004 1.117.115

2. 2005 1.121.454

3. 2006 1.127.907

4. 2007 1.181.114

5. 2008 1.212.677

Rata-rata 1.152.053

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-

2008 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri dari tahun ke

tahun selalu meningkat. Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Kabupaten

Wonogiri sebesar 1.117.115 jiwa, pada tahun 2005 jumlah penduduknya

sebesar 1.121.454 jiwa, pada tahun 2006 jumlah penduduk 1.127.907 jiwa,

pada tahun 2007 jumlah penduduknya 1.181.114 jiwa, dan pada tahun

2008 jumlah penduduk mengalami kenaikan, yaitu menjadi sebesar

1.212.677 jiwa.

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 adalah

sebesar 1.212.677 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri

berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008

Page 59: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lix

No. Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

Sex Ratio

1 Laki-laki 609.159 50,23

2 Perempuan 603.518 49,77

Jumlah 1.212.677 100,00

100,93

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di

Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 lebih banyak dari jumlah penduduk

perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 50,23% atau sebanyak

609.159 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 49,77% atau

sebanyak 603.518 jiwa.

Sex ratio merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-

laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.

Untuk mengetahui nilai Sex ratio dengan cara:

Sex Ratio = %100PerempuanPenduduk Jumlah

Laki-LakiPenduduk Jumlah X

Sex Ratio = %100603.518609.159

x

= 100,93 %

Berdasarkan nilai Sex Ratio yang diperoleh, yaitu sebesar 100,93%,

menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di Kabupaten

Wonogiri terdapat 101 orang penduduk laki-laki.

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan angka beban

Page 60: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lx

tanggungan bagi suatu daerah. Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri

menurut umur pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 8

Tabel 8. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2008

No. Umur (thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT

1. 0-14 232.429 29,17

2. 15-64 848.736 69,99

3. ≥65 131.512 10,84

Jumlah 1.212.677 100,00

42,88

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok

umur yang terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah kelompok umur 15-64

tahun, yang sekaligus merupakan kelompok penduduk produktif, sebanyak

848.736 jiwa atau sebesar 69,99% dari jumlah penduduk di Kabupaten

Wonogiri seluruhnya. Kelompok penduduk non produktif meliputi

kelompok umur 0-14 tahun sejumlah 232.429 jiwa, atau sebesar 29,17 %

dan kelompok umur ≥ 65 tahun sejumlah 131.512 jiwa atau sebesar 10,84

% dari jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri seluruhnya. Berdasarkan

data tersebut, maka dapat dihitung besarnya Angka Beban Tanggungan

(ABT) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ABT = 100%x64th)(15umurPenduduk

65th)(umurPenduduk14th)(0umurPenduduk-

>+-

ABT di Kabupaten Wonogiri = 100x848.736363.941

= 42,88

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri yang

diperoleh, yaitu sebesar 42,88, berarti bahwa setiap 100 orang penduduk

Page 61: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxi

usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus menanggung atau memberi

penghidupan kepada 43 orang penduduk usia non produktif.

4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Salah satu indikator kemajuan masyarakat suatu daerah adalah

tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi

kemampuan penduduk dalam menerima teknologi baru dan

mengembangkan usaha di daerahnya. Tingkat pendidikan di suatu daerah

dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan

keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada.

Keadaan pendidikan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Tidak/Belum Sekolah 202.473 16,70

2. Tidak Tamat SD/Sederajat 185.471 15,30

4. Tamat SD/ Sederajat 461.016 38,01

5. Tamat SLP/ Sederajat 185.360 15,28

6. Tamat SLTA /Sederajat 147.713 12,18

7. Tamat D1/D2 6.381 0,53

8. Tamat D3 9.090 0,75

9. Tamat D4/S1 14.449 1,19

10. Tamat S2 722 0,06

11. Tamat S3 74 0,01

Jumlah 1.212.677 100,00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Page 62: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxii

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten

Wonogiri berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak

461.016 jiwa atau sebesar 38,01 % dari total penduduk, sedangkan

penduduk yang berpendidikan tamat S3 adalah yang paling sedikit

jumlahnya yaitu 74 jiwa atau sebesar 0,01 % dari total penduduk.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat

pendidikan Kabupaten Wonogiri cukup baik karena sebagian besar

penduduk telah mengenyam pendidikan, dan bahkan sampai pendidikan

tinggi. Hal tersebut akan berdampak pada pola pikir penduduk sehingga

memiliki pandangan dan pengetahuan yang lebih luas.

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Kondisi mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh

sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti

keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan

modal yang tersedia. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian tahun

2008 di Kabupaten Wonogiri adalah pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Belum/Tidak Bekerja 119.611 9,86

2. Industri 15.753 1,30

4. Konstruksi 5.370 0,45

5. Mengurus Rumah Tangga 114.914 9,49

6. Pedagang 67.068 5,53

7. Petani 375.710 30,98

8. Peternak 1.007 0,08

9. Pelajar/Mahasiswa 49.206 4,06

Page 63: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxiii

10. PNS 14.443 1,19

11. TNI dan POLRI 1.719 0,14

12. Pensiunan 7.634 0,63

13.

14.

Transportasi

Nelayan

9.637

641

0,79

0,15

15. Lain-lain 429.964 35,45

Jumlah 1.212.677 100,00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk

mengetahui kesejahteraan penduduk. Tabel 10 menunjukkan bahwa mata

pencaharian penduduk Kabupaten Wonogiri yang terbanyak adalah lain-

lain, sebanyak 429.964 jiwa atau 35,45%. Mata pencaharian lain-lain

tersebut diantaranya adalah dari sektor jasa, karyawan atau pegawai,

pembantu rumah tangga, dokter, dan swasta. Mata pencaharian yang

mempunyai persentase terbesar kedua adalah sektor pertanian, sebesar

30,98% atau sebanyak 375.710 jiwa. Sedangkan mata pencaharian yang

mempunyai persentase terkecil adalah nelayan, sebesar 0,15%. Sektor

industri menempati urutan ke tujuh yaitu sebesar 1,30 %, yang didalamnya

termasuk industri rumah tangga keripik tempe.

Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian akan

mendorong industri untuk semakin meningkat. Terutama industri yang

berbahan baku dari hasil–hasil pertanian karena bahan baku yang

digunakan untuk usahanya akan mudah untuk didapatkan, sehingga tidak

akan ada masalah dengan ketersediaan bahan baku usahanya. Akan tetapi

para produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri lebih banyak yang

menggunakan kedelai impor.

C. Keadaan Pertanian

Page 64: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxiv

1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Wonogiri memiliki luas 181.925 sebesar hektar. Berdasar

luas wilayah tersebut penggunaan lahannya dibedakan menjadi dua yaitu

lahan sawah dan lahan kering. Perincian luas penggunaan lahan pertanian

di Kabupaten Wonogiri dapat di lihat pada tabel 11.

Tabel 11. Perincian Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2008

No Uraian Luas (ha) Persentase (%)

1.

Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa e. Tadah Hujan f. Pasang Surut

31.925

5.672

6.816

9.615

944

8.245

633

17,55

3,12

3,75

5,28

0,52

4,53

0,35

2.

Lahan Kering

a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun c. Padang Rumput d. Rawa (Tidak Ditanami) e. Tambak f. Tidak Diusahakan g. Hutan Rakyat h. Hutan Negara i. Perkebunan j. Lain-lain

150.000

28.252

68.434

199

506

2

83

7.288

15.769

484

82,45

15,53

37,62

0,11

0,29

0,001

0,04

4,00

8,66

0,27

Page 65: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxv

28.983 15,93

Jumlah 181.925 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten

Wonogiri berupa lahan kering yaitu seluas 150.000 hektar atau sebesar

82,45% dari jumlah seluruh luas lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Wonogiri sebagian besar di

gunakan sebagai tegal atau kebun seluas 68.434 hektar atau 37,62 %,

sedangkan penggunaan lahan kering paling kecil adalah digunakan sebagai

tambak yaitu seluas 2 hektar atau 0,001 %.

Penggunaan lahan pertanian untuk lahan sawah seluas 31.925 hektar

atau 17,55% dari luas seluruh lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri.

Lahan sawah di Kabupaten Wonogiri paling besar di gunakan sebagai

sawah irigasi sederhana sebesar 5,28 %, sedangkan sawah Pasang surut

paling kecil penggunaanya yaitu sebesar 0,35%.

2. Produksi Tanaman Pangan

Lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri di gunakan sebagai sawah,

tegalan, pekarangan, hutan rakyat, dan hutan negara. Penggunaan lahan

tersebut menyebabkan perbedaan tanaman yang di usahakan. Luas panen,

produksi dan produktivitas dari tanaman pangan Kabupaten Wonogiri

dapat diketahui pada tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

No Jenis Tanaman Luas Panen

(ha)

Rata-rata Produksi

(kw/ha)

Produksi

(kw)

Page 66: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxvi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Padi Sawah

Padi Gogo

Jagung

Ubi kayu

Kacang Tanah

Kedelai

43.600

12.957

71.259

66.226

45.725

22.765

56,09

32,89

53,41

153,65

12,96

13,11

2.445.492

426.151

3.805.950

10.175.989

592.714

298.550

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 12 menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan paling

tinggi adalah tanaman ubi kayu yaitu sebanyak 10.175.989 kwintal dengan

rata-rata produksi 153,65 kwintal/ha. Produksi tanaman pangan paling

kecil adalah kedelai yaitu sebanyak 298.550 kwintal dengan rata-rata

produksi 13,11 kwintal/ha. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah di

Kabupaten Wonogiri yang kurang subur dan cenderung kering. Tanaman

kedelai banyak dibudidayakan pada lahan kering di Kabupaten Wonogiri

selain itu juga bisa dibudidayakan pada lahan bekas sawah. Adapun data

mengenai luas panen, rata-rata produksi dan produksi tanaman kedelai

pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri tahun 2008 dapat

dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Tanaman Kedelai diperinci per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

No. Kecamatan Luas Panen (ha) Rata-rata (kw/ha)

Produksi (kw)

1. Pracimantoro 3.628 10,87 39.426

2. Paranggupito 78 7,26 566

3. Giritontro 1.011 13,58 13.729

4. Giriwoyo 2.109 14,52 30.631

Page 67: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxvii

5. Batuwarno 1.580 14,14 22.341

6. Karangtengah 1.869 19,42 36.304

7. Tirtomoyo 1.514 11,43 17.305

8. Nguntoronadi 193 10,47 2.021

9. Baturetno 1.782 15,78 28.117

10. Eromoko 2.089 13,78 28.795

11. Wuryantoro 1.987 12,22 24.285

12. Manyaran 2.965 11,27 33.413

13. Selogiri 186 10,70 1.990

14. Wonogiri 27 16,72 451

15. Ngadirojo 115 11,92 1.357

16. Sidoharjo 319 10,75 3.429

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

Jatiroto

Kismantoro

Purwantoro

Bulukerto

Puhpelem

Slogohimo

Jatisrono

Jatipurno

Girimarto

5

542

442

-

49

13

14

84

164

9,08

12,30

10,35

-

10,40

8,18

9,48

11,39

8,41

45

6.667

4.575

0

510

106

133

957

1379

Jumlah 22.765 11,11 298.550

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 13 menunjukkan bahwa luas panen total tanaman kedelai di

Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2008 adalah seluas 22.765 ha, luas

Page 68: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxviii

panen terbesar adalah di Kecamatan Pracimantoro yaitu seluas 3.628 ha

dengan rata-rata produksi 10,87 kw/ha dan produksinya 39.426 kw.

Sedangkan kecamatan yang tidak membudidayakan kedelai adalah

Kecamatan Bulukerto. Hal ini terkait dengan kondisi lahan pertaniannya

yang tidak cocok untuk tanaman kedelai, sehingga petani di Kecamatan

Bulukerto lebih memilih untuk menanam tanaman kacang tanah, ubi kayu

ataupun jagung.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

1. Keadaan Sarana Perdagangan

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan

perekonomian dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang

memadai. Sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga

perekonomian baik yang disediakan pemerintah maupun pihak swasta

serta dari swadaya masyarakat setempat salah satunya adalah sarana

perdagangan. Semakin baik sarana perekonomian suatu daerah, akan

mendorong kegiatan perekonomian di daerah tersebut untuk tumbuh dan

berkembang. Sarana perekonomian di Kabupaten Wonogiri dapat di lihat

pada Tabel 14.

Tabel 14. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

No Sarana Perdagangan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

Pasar Umum

Pasar Desa

Pasar Hewan

Rumah Makan dan Warung Makan (PKL)

Hotel

28

68

9

379

19

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Page 69: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxix

Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perekonomian di Kabupaten

Wonogiri berkembang dengan dibangunnya berbagai jenis pasar, yaitu

pasar umum sebanyak 28 unit dan pasar desa sebanyak 68 unit, dengan

banyaknya jumlah pasar yang ada di Kabupaten Wonogiri maka akan

berpengaruh pada pemasaran keripik tempe. Jumlah rumah makan dan

warung makan (PKL) sebanyak 379 unit serta hotel yang sebanyak 19

unit, diharapkan juga dapat mempermudah produsen keripik tempe dalam

memasarkan produknya di dalam kota. Adanya sarana perekonomian yang

mendukung pemasaran keripik tempe diharapkan dapat mendorong

berkembangnya industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

2. Keadaan Sarana Perhubungan

Sarana perekonomian yang salah satunya berupa sarana perdagangan

mempunyai kaitan dengan sarana perhubungan yang memadai demi

kelancaran perekonomian suatu daerah. Sarana perhubungan yang sangat

penting dalam mendukung kelancaran kegiatan perekonomian adalah

jalan. Panjang jalan di Kabupaten Wonogiri menurut status jalan, jenis

permukaan dan kondisi jalan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Panjang Jalan Menurut Status Jalan, Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Jalan

Negara

Jalan

Provinsi

Jalan

Kabupaten

No

Uraian

Panjang (km)

% Panjang (km)

% Panjang (km)

%

1. Jenis Permukaan

35,52 100 160,26 100 1029,62 100

a. Diaspal 35,52 100 160,26 100 801,49 77,85

b. Kerikil 0,00 0 0,00 0 180,53 17,53

c. Tanah 0,00 0 0,00 0 6,00 0,58

Page 70: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxx

d. Beton 0,00 0 0,00 0 41,60 4,04

2. Kondisi Jalan 35,52 100 160,26 100 1029,62 100

a. Baik 5,35 15,06 19,07 11,89 623,19 60,52

b. Sedang 26,17 73,68 136,92 85,45 333,89 32,43

c. Rusak d. Rusak Berat

4,00

0,00

11,26

0,00

4,27

0,00

2,66

0,00

67,14

5,40

6,52

0,53

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 15 menunjukkan bahwa status jalan di Kabupaten Wonogiri

terbagi menjadi jalan negara dengan panjang 35,52 km, jalan provinsi

dengan panjang 160,26 km, dan jalan kabupaten dengan panjang 1.029,62

km. Jenis permukaan dari ketiga status jalan di Kabupaten Wonogiri

berupa aspal, akan tetapi pada jalan kabupaten masih ada yang berupa

kerikil dengan panjang 180,53, tanah dengan panjang 6,00 km dan beton

dengan panjang 41,60 km. Kondisi jalannya, sebagian besar jalan Negara

pada kondisi sedang yaitu sebesar 73,68%. Jalan provinsi sebagian besar

kondisi jalannya sedang yaitu sebesar 136,92% dan pada jalan kabupaten

kondisi jalannya baik yaitu sebesar 60,52%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa arus transportasi di Kabupaten Wonogiri cukup lancar. Kondisi

jalan yang baik tersebut berpengaruh terhadap kelancaran arus transportasi

dan pendistribusian keripik tempe dari produsen kepada konsumen.

E. Keadaan Perindustrian

1) Keadaan Industri di Kabupaten Wonogiri

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting

dalam perekonomian di Kabupaten Wonogiri. Industri yang terdapat di

Kabupaten Wonogiri terdiri dari industri skala besar, industri skala

menengah, serta industri skala kecil dan rumah tangga. Data mengenai

direktori perusahaan industri besar, kecil dan menengah di Kabupaten

Wonogiri tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini :

Page 71: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxi

Tabel 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri Tahun 2007-2008

Tahun No Uraian 2007 2008

1. 2. 3. 4. 5.

Jenis Industri (industri) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp) Nilai Produksi (Rp) Nilai Bahan Baku (Rp)

60 540

7.397.542.000 9.922.448.000

19.580.000

41 800

7.565.852.000 16.871.073.000 6.356.294.000

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

Tabel 16 menunjukkan bahwa pada Tahun 2007-2008 mengalami

penurunan jumlah atau jenis industri sebanyak 19 industri. Akan tetapi

mengalami peningkatan pada jumlah tenaga kerja yaitu sebanyak 260

orang. Peningkatan juga terjadi pada nilai investasi sebesar Rp

168.310.000,00, nilai produksi sebesar Rp 6.948.625.000,00, dan nilai

bahan baku sebesar Rp 6.336.714.000,00.

Industri rumah tangga termasuk dalam kelompok industri kecil

menurut data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UMKM Kabupaten Wonogiri,. Sektor industri kecil potensial di

Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 17. Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri Tahun 2007-2008

No. Uraian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jenis Industri (industri) Jumlah Unit Usaha (unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Produksi (Rp) Nilai Mesin/Peralatan (Rp) Nilai Investasi (Rp) Nilai Penjualan/Tahun (Rp)

65 15.296 36.460

567.636.374 40.232.269

210.328.344 783.098.825

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri Tahun 2007

Page 72: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxii

Tabel 17 menunjukkan bahwa ada 65 jenis industri di Kabupaten

Wonogiri, yang salah satunya adalah industri keripik tempe. Jumlah unit

usahanya sebesar 15.296 unit dengan jumlah tenaga kerja 36.460 orang.

Nilai produksi industri kecil di Kabupaten Wonogiri mencapai Rp

567.636.374, sedangkan nilai mesin atau peralatan sebesar Rp 40.232.269.

Nilai investasinya Rp 210.328.344. Nilai penjualan tiap tahunnya sebesar

Rp 783.098.825.

2) Keadaan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten

Wonogiri

Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

merupakan salah satu industri pengolahan makanan berbahan baku

kedelai. Ada lima kecamatan di Kabupaten Wonogiri yang memproduksi

keripik tempe mulai dari membuat tempe tipis sampai menjadi keripik

tempe yang sudah dikemas dan dipasarkan. Lima kecamatan tersebut yaitu

Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Wuryantoro, Kecamatan Pracimantoro,

Kecamatan Giritontro dan Kecamatan Baturetno. Industri keripik tempe

yang dijalankan di Kabupaten Wonogiri merupakan usaha skala rumah

tangga yang sebagian tenaga kerjanya adalah tenaga kerja keluarga.

Peralatan yang digunakan untuk berproduksi masih menggunakan

peralatan yang sederhana.

Data yang disajikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonogiri masih belum mencerminkan

keadaan yang sebenarnya. Hal ini dibuktikan masih terbatasnya jumlah

dan jenis industri yang tercatat oleh Dinas tersebut. Salah satu industri

yang tidak tercatat pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UMKM Kabupaten Wonogiri adalah industri keripik tempe, yang

termasuk dalam golongan industri rumah tangga. Pencatatan oleh Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonogiri

terkait dengan jumlah unit usaha yang berada di Kabupaten Wonogiri

Page 73: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxiii

dilakukan selama tiga tahun sekali, sehingga data yang disajikan kurang

mewakili keadaan perindustrian di Kabupaten Wonogiri yang sebenarnya.

Page 74: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxiv

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri

1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan

kondisi umum dari produsen rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian.

Identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : umur, lama

pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif

dalam produksi, jumlah tenaga kerja luar keluarga dan lama

mengusahakan. Identitas responden pada industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Identitas Responden Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Rata-rata per Responden

1 Umur responden (thn) 41

2 Lama pendidikan (thn) 7

3 Jumlah anggota keluarga (orang) 4

4 Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi (orang)

2

5 Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang)

1

6 Lama mengusahakan (thn) 11

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Tabel 18 menunjukkan bahwa umur rata-rata produsen keripik tempe

adalah 41 tahun yang masih termasuk dalam kategori umur produktif. Pada

Page 75: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxv

umur produktif tersebut, produktivitas kerja produsen keripik tempe cukup

tinggi sehingga lebih potensial dalam menjalankan usahanya. Pada usaha

keripik tempe, umur berpengaruh pada proses produksi, karena yang

dibutuhkan adalah kemampuan fisik sehingga dapat terus menjalankan

usahanya dengan fisik yang kuat.

Tingkat pendidikan rata-rata produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah 7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian

besar produsen sudah menduduki pendidikan tingkat SMP (Sekolah

Menengah Pertama), sehingga dapat dikatakan wawasan ataupun

pengetahuan yang dimiliki oleh para produsen keripik tempe sudah cukup

memadai. Pendidikan formal tidak menjadi syarat yang diperlukan dalam

proses produksi usaha keripik tempe, akan tetapi hal tersebut akan

berpengaruh terhadap pola pikir produsen keripik tempe dalam mengambil

keputusan dan cara kerja mereka dalam mengelola usaha keripik tempe.

Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri mendapatkan pengetahuan

tentang cara mengusahakan keripik tempe secara turun temurun atau

melihat secara langsung dari produsen yang sudah terlebih dahulu

mengusahakan. Semakin tinggi pendidikan para produsen maka mereka

lebih bisa berpikir secara rasional dalam menetapkan strategi usaha yang

harus diambil, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan

yang akan diperoleh.

Jumlah rata – rata anggota keluarga yang dimiliki oleh produsen

adalah sebanyak 4 orang. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan

tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut

dalam proses produksi keripik tempe. Jumlah rata–rata anggota keluarga

yang aktif dalam usaha ini hanya 2 orang. Sebagian besar anggota

keluarga yang aktif dalam industri keripik tempe adalah suami dan istri.

Sedangkan anggota keluarga yang lain bekerja pada sektor lain, berada di

luar kota atau termasuk usia non produktif (anak-anak dan lanjut usia).

Rata-rata tenaga kerja luar adalah 1 orang, sehingga jumlah tenaga kerja

Page 76: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxvi

dalam industri keripik tempe adalah 2 - 3 orang. Penggunaan tenaga kerja

dari luar keluarga tergantung dari kebutuhan masing-masing produsen dan

tergantung dari jumlah bahan baku yang diproduksi. Rata-rata penggunaan

tenaga kerja luar keluarga pada proses produksi yaitu untuk pengemasan

dan penggorengan.

Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri telah

berlangsung selama 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa produsen telah

cukup lama dalam menjalankan usahanya, sehingga mereka memiliki

cukup pengalaman dalam memproduksi keripik tempe. Semakin lama

waktu mengusahakan, maka semakin banyak pengalaman dalam

menghadapi kendala terkait dengan proses produksi, pemasaran,

kelangkaan bahan penolong, dan naiknya harga bahan baku serta bahan

penolong.

Alasan produsen keripik tempe dalam menjalankan usahanya dapat

dilihat pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Alasan Mengusahakan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah

(Responden)

Persentase (%)

1.

2.

3.

Usaha warisan

Pengalaman sebagai buruh

Tidak mempunyai pekerjaan lain

10

9

11

33

30

37

Total 30 100

Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 1

Tabel 19 menunjukkan industri rumah tangga keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri diusahakan karena beberapa alasan. Alasan yang

paling besar yaitu sebesar 37% atau sebanyak 11 responden mengusahakan

Page 77: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxvii

industri keripik tempe dengan alasan tidak mempunyai pekerjaan lain. Hal

ini terkait dengan mata pencaharian di daerah penelitian yang jumlahnya

terbatas yaitu sebagai petani, sehingga responden mencoba mengusahakan

industri keripik tempe didukung dengan ketrampilan yang dimilikinya seta

kepemilikan modal. Usaha keripik tempe di Kabupaten Wonogiri sudah

berlangsung selama 11 tahun yang salah satunya merupakan alasan usaha

warisan secara turun temurun yang sudah ada sejak dahulu dan diturunkan

kepada anak-anaknya yaitu sebesar 33% atau 10 responden. Sebelum

mengusahakan keripik tempe sebesar 30% atau 9 responden

mengusahakan karena pengalaman sebagai buruh dari tetangga yang

terlebih dahulu mengusahakan keripik tempe. Setelah responden sudah

cukup memiliki pengalaman, mereka mendirikan usaha sendiri. Hal ini

juga didukung dengan kepemilikan modal juga menjadi pertimbangan

dalam mengusahakan keripik tempe. Setiap usaha yang dilakukan dapat

merupakan usaha utama ataupun usaha sampingan. Status industri rumah

tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 20:

Tabel 20. Status Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah (Responden) Persentase (%)

1.

2.

Utama

Sampingan

19

11

63

37

Jumlah 30 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Tabel 20 menunjukkan bahwa 19 responden (63%) menjadikan

industri keripik tempe sebagai usaha utama. Industri keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri ini berproduksi setiap hari. Kriteria produsen

menjadikan usaha keripik tempe sebagai usaha utama adalah dilihat dari

curahan waktu kerja. Selain itu, penghasilan yang diterima oleh produsen

dari usaha keripik tempe menjadi sumber utama penghasilan untuk

Page 78: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxviii

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebesar 37% responden atau 11

orang menjadikan usaha keripik tempe sebagai usaha sampingan karena

produsen keripik tempe sudah mempunyai pekerjaan utama sebagai buruh

pabrik, petani atau pedagang.

2. Modal Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam menjalankan

usahanya memerlukan modal, baik untuk membeli peralatan dan bahan

baku serta bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi. Modal

yang digunakan dapat berupa modal sendiri maupun modal pinjaman yang

berasal dari luar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21. Sumber Modal Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah (Responden) Persentase (%)

1.

2.

Modal sendiri

Pinjaman

30

0

100

0

Jumlah 30 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Tabel 21 menunjukkan bahwa semua responden (100%)

menggunakan modal sendiri. Alasan mereka tidak menggunakan modal

pinjaman yang berasal dari bank maupun lembaga perkreditan lainnya

karena memiliki bunga berkisar antara 2 - 2,5% tiap bulannya dari uang

pokoknya. Industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tergolong

industri rumah tangga yang sebagian besar hanya menggunakan tenaga

kerja keluarga dan mereka memproduksi dengan jumlah bahan baku kira-

kira 2 - 15 kg setiap satu kali produksi. Hal ini yang menjadi alasan

produsen menggunakan modalnya sendiri, sehingga tidak mempunyai

tanggungan untuk membayar cicilan setiap bulannya. Produsen ada yang

menggunakan pinjaman dari bank atau lembaga perkreditan bukan untuk

Page 79: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxix

menjalankan usahanya tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

produsen seperti untuk hajatan, kesehatan atau memperbaiki rumah.

3. Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri Rumah Tangga Keripik

Tempe

Bahan baku yang digunakan pada industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri adalah kedelai. Produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri ada yang sekaligus juga membudidayakan kedelai

sehingga bahan baku untuk pembuatan keripik tempe didapat dari hasil

panennya sendiri. Akan tetapi ada produsen yang sama sekali tidak

membudidayakan kedelai. Kedelai lokal merupakan kedelai yang berasal

dari dalam negeri misalkan berasal dari Kabupaten Wonogiri dan

Ponorogo, sedangkan kedelai impor berasal dari kedelai yang di impor dari

Amerika Serikat dan Argentina. Kedelai impor tersebut terlebih dahulu

disimpan di gudang importir kemudian dijual kepada pedagang-pedagang

pengumpul di masing-masing wilayah. Jenis kedelai yang digunakan

adalah kedelai impor dan kedelai lokal dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Jenis Kedelai Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah (Responden) Persentase (%)

1.

2.

Impor

Lokal

26

4

87

13

Jumlah 30 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 2

Page 80: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxx

Tabel 22 menunjukkan bahwa sebesar 87% (26 responden)

menggunakan kedelai impor. Mutu kedelai impor dengan kedelai lokal

varietas Anjasmoro, Burangrang, Bromo, dan Argomulyo yang

dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian sama bagusnya. Sifat biji dari

keempat varietas tersebut yaitu warna biji kuning, bentuk bulat agak

gepeng dan kulit polong masak cokelat kehitaman. Akan tetapi pasokan

kedelai lokal tersebut di pasaran tidak kontinue karena produksi kedelai

lokal belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Alasan produsen

menggunakan kedelai impor selain kontinuitas terjamin juga karena

ukuran kedelai impor lebih besar dibandingkan kedelai lokal sehingga

tempe yang dihasilkan akan lebih mengembang atau babar, kedelai lokal

lebih ringkes atau padat. Produsen yang menggunakan kedelai lokal

sebesar 13% (4 responden) dikarenakan mereka memanfaatkan hasil

panennya, daripada hasil panennya dijual lebih baik digunakan sendiri.

Pada musim tidak panen atau hasil panennya sudah habis, maka produsen

beralih ke kedelai impor.

Standar biji kedelai yang digunakan untuk tempe sebaiknya dipilih

biji kedelai yang bermutu baik yaitu kedelai dengan bentuk bulat utuh

serta biji tidak keriput ataupun krepek, terhindar dari kotoran berupa kulit

buah, batang, kerikil maupun biji lainnya dan kedelainya kering. Hal ini

dapat berpengaruh pada proses fermentasi dan kualitas tempe yang

dihasilkan. Apabila kedelai yang digunakan kurang baik maka tempe akan

berwarna hitam pada bagian pinggir-pinggirnya dan berpengaruh pada rasa

asam (kecut).

Tempat pembelian bahan baku dan bahan penolong yang digunakan

pada produksi keripik tempe adalah di pasar. Produsen lebih memilih

membeli di pasar dengan alasan harganya lebih murah bila di banding

dengan warung di dekat rumah. Ragi digunakan untuk bahan penolong

membuat tempe tipis, sedangkan untuk membuat adonan diperlukan

tepung beras, tepung tapioka, serta bumbu yang terdiri dari bawang putih,

Page 81: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxi

ketumbar, kemiri, daun jeruk, kecur, garam dan penyedap rasa (micin

dengan merk Mata Angin atau Sasa). Produsen keripik tempe sudah

mempunyai pedagang langganan di pasar sehingga akan lebih mudah

dalam mendapatkan bahan baku dan bahan penolong. Asal responden dan

tempat pembelian bahan baku dan bahan penolong dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 23. Asal Responden dan Tempat Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Asal Responden Tempat Pembelian

1. Kecamatan Wonogiri Pasar Wonogiri dan Pasar Wuryantoro

2. Kecamatan Pracimantoro Pasar Giritontro dan Pasar Pracimantoro

3. Kecamatan Baturetno Pasar Baturetno dan Pasar Giriwoyo

Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3

Tabel 23 menunjukkan bahwa responden yang berasal dari

Kecamatan Wonogiri membeli bahan-bahan di Pasar Wonogiri dan Pasar

Wuryantoro, sedangkan untuk responden yang berasal dari Kecamatan

Pracimantoro membeli di Pasar Giritontro dan Pasar Pracimantoro.

Responden yang berasal dari Kecamatan Baturetno membeli di Pasar

Baturetno dan Pasar Giriwoyo. Alasan produsen membeli bahan baku dan

bahan penolong dipasar karena mereka beranggapan bahwa harga dipasar

lebih murah dan lebih lengkap. Sistem pembayarannya dilakukan secara

langsung atau kontan. Hal ini untuk menghindari adanya hutang kepada

pedagang di pasar. Frekuensi pembelian bahan baku tergantung modal

yang di miliki oleh produsen. Biasanya produsen membeli kedelai, tepung

beras, tepung tapioka, minyak goreng, dan bumbu-bumbu dalam jumlah

Page 82: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxii

yang banyak yaitu untuk empat sampai lima kali produksi. Hal ini

disebabkan untuk mencegah kehabisan stok karena produksi dilakukan

setiap hari, dan untuk menghemat biaya transportasi serta mencegah

fluktuasi harga. Lokasi (pasar) untuk membeli bahan baku dan bahan

penolong sama dengan lokasi pemasaran sehingga produsen tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi lagi.

4. Peralatan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Peralatan yang digunakan dalam memproduksi keripik tempe

merupakan alat–alat dapur yang masih sederhana. Peralatan yang

digunakan tersebut adalah milik para produsen keripik tempe sendiri,

sehingga para produsen keripik tempe tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk menyewa peralatan. Peralatan yang digunakan dalam proses

produksi keripik tempe meliputi:

a. Cetakan

Alat ini berguna untuk cetakan membuat tempe. Agar dihasilkan tempe

dengan ukuran yang sama. Cetakan ini terbuat dari bambu kecil yang

berbentuk persegi dengan ukuran kira-kira 8 x 7 cm.

b. Ember Besar

Alat ini berfungsi sebagai tempat untuk menampung air, mencuci

kedelai dan perendaman kedelai sebelum dan sesudah direbus. Ember

besar digunakan untuk merendam kedelai dalam jumlah yang banyak,

yaitu lebih dari 10 kg.

c. Ember Kecil

Alat ini berfungsi untuk mencampur adonan dan bumbu-bumbu yang

digunakan untuk bahan menggoreng keripik tempe. Selain itu, ember

kecil berguna untuk perendaman tepung tapioka, agar warna air

rendaman pada tepung tapioka yang mulanya kekuningan dapat

berubah menjadi putih bening.

Page 83: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxiii

d. Kreneng

Alat ini terbuat dari bambu yang dianyam kasar dan berfungsi sebagai

tempat penggilesan kedelai setelah direbus. Alat ini juga digunakan

untuk meniriskan kedelai dan melimbang atau membuang kulit

kedelai.

e. Panci alumunium

Alat ini berfungsi sebagai tempat merebus kedelai dan berkapasitas

sesuai kebutuhan. Selain sebagai tempat perebusan, panci ini dapat

dipakai sebagai tempat perendaman kedelai.

f. Dandang

Alat ini berfungsi untuk mengukus kedelai setelah proses penggilesan.

Ada produsen keripik tempe yang lebih memilih untuk mengukus

kedelainya, tetapi ada juga yang memilih direbus kembali dengan

menggunakan panci.

g. Lumpang

Alat ini berfungsi sebagai tempat menumbuk atau menghaluskan

bumbu-bumbu, yang terdiri dari bawang putih, ketumbar, kemiri,

kencur, daun jeruk, garam dan penyedap rasa (micin). Lumpang

terbuat dari batu hitam yang berbentuk lengkukan.

h. Alu

Alat ini berfungsi sebagai alat penumbuk atau penghalus bumbu-

bumbu, terbuat dari kayu dengan panjang ± 80 cm dengan ujungnya

yang tumpul.

i. Tungku

Alat ini berfungsi sebagai tempat perapian yang digunakan untuk

merebus kedelai dan menggoreng tempe tipis yang sudah dicampur

dengan adonan sampai menjadi keripik tempe yang kering. Alat ini

Page 84: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxiv

terbuat dari batu putih yang dibuat membentuk persegi panjang dengan

3 lubang, dua lubang berada di atas dan satu lubang di bawah.

j. Tampah

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau mengangin-anginkan

kedelai yang sudah ditiriskan dan digunakan juga untuk mencampur

kedelai dengan ragi. Tampah terbuat dari bambu yang dianyam halus

(rapat) membentuk lingkaran.

k. Entong

Alat ini berfungsi untuk mengaduk kedelai saat di angin-anginkan dan

mengaduk campuran kedelai dengan ragi.

l. Wajan Penggorengan

Alat ini berfungsi untuk menggoreng tempe tipis yang sudah dicampur

dengan adonan dan bumbu-bumbu sampai teksturnya kering dan keras.

Wajan penggorengan terbuat dari alumunium atau besi, berbentuk

setengah lingkaran dengan dua pegangan di kedua pinggirnya.

m. Serok

Alat ini berfungsi untuk mengangkat keripik tempe yang sudah matang

pada saat penggorengan.

n. Susuk

Alat ini berfungsi untuk mengaduk keripik tempe saat digoreng.

o. Staples

Alat ini digunakan pada saat pengemasan keripik tempe.

p. Tenggok

Alat ini berguna untuk meniriskan minyak goreng dari keripik tempe

setelah digoreng dan digunakan juga untuk membawa keripik tempe

Page 85: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxv

yang akan dijual. Tenggok terbuat dari bambu atau rotan yang dianyam

membentuk suatu wadah.

q. Tas Keranjang

Alat ini digunakan untuk membawa keripik tempe yang sudah dikemas

dan siap dijual kepada pembeli.

5. Proses Produksi Pembuatan Keripik Tempe

Proses produksi pembutan keripik tempe di awali dengan pembuatan

tempe tipis terlebih dahulu. Proses pembuatan tempe tipis dimulai dengan

pembersihan kedelai dari kotoran atau campuran kerikil maupun biji

lainnya, kemudian dicuci dengan air yang bersih. Kualitas air

mempengaruhi kualitas tempe, penggunaan air yang tidak bersih

mempengaruhi bentuk tempe menjadi kehitam-hitaman pada bagian

pinggirnya dan rasa tempe menjadi kecut. Tujuan pencucian untuk

menghilangkan kotoran yang melekat pada kedelai seperti kulit buahnya.

Kedelai yang sudah bersih kemudian direbus sampai setengah matang agar

tidak terlalu lunak. Proses perebusan ini berlangsung kira-kira 30 menit

untuk 4-5 kg kedelai dalam satu wadah (panci atau dandang). Kedelai

setelah direbus kemudian direndam air bersih selama 24 jam. Air yang

digunakan untuk merendam harus diganti 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan

sore hari. Tujuan proses perendaman agar kedelai menyerap air dan

membesar atau mekar. Perendaman dapat dilakukan dalam ember besar

atau panci tergantung jumlah kedelai.

Kedelai setelah direndam kemudian ditiriskan pada kreneng selama

selama kira-kira 10-15 menit. Proses selanjutnya adalah melakukan

penggilesan. Teknologi yang digunakan oleh produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri masih sederhana yaitu kedelai ditaruh dalam

kreneng, kemudian digiles dengan tenaga manusia sampai biji terpecah

dan terpisah dari kulitnya. Proses penggilesan membutuhkan waktu 15 -

20 menit untuk 3 - 4 kg kedelai dalam satu wadah (kreneng). Kedelai

Page 86: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxvi

yang sudah terpisah dari kulitnya kemudian dicuci dan diletakkan dalam

kreneng yang direndam kedalam ember besar untuk dilimbang dengan cara

mengaduk-aduk ataupun meremas-remas kedelai agar kulit ari terlepas dan

mengapung. Air yang digunakan untuk merendam harus sering diganti dan

jangan biarkan sampai berbau. Air bekas rendaman kedelai tersebut

digunakan untuk minuman ternak sehingga tidak menimbulkan efek

negatif pada lingkungan sekitar.

Kedelai kemudian ditiriskan, selanjutnya direbus atau dikukus lagi

sampai matang kira-kira 1 jam. Selain direbus atau dikukus, dapat juga

kedelai tersebut disiram dengan air mendidih. Setelah matang, kedelai

kemudian ditiriskan pada kreneng selama kira-kira 10 - 15 menit.

Perebusan kedua ini harus dilakukan sampai kedelai benar-benar masak,

sehingga kedelai akan lebih steril dan agar tidak cepat membusuk pada

waktu dilakukan proses fermentasi. Kedelai yang sudah ditiriskan

dipindahkan ke dalam tampah untuk didinginkan dan diangin-anginkan.

Setelah kedelai sudah dingin kedelai dicampur dengan ragi dan tepung

tapioka. Pemberian ragi dan tepung tapioka ini setiap produsen berbeda-

beda sesuai dengan kebutuhan, yaitu 1 kg kedelai membutuhkan kira-kira

1 sendok makan ragi dan 1 sendok makan tepung tapioka. Proses peragian

ini dilakukan dengan cara ragi tempe ditabur-taburkan sedikit demi sedikit

di atas kedelai sambil diaduk-aduk dengan tangan atau entong agar ragi

tercampur secara merata dengan kedelai. Tujuan pemberian tepung tapioka

pada proses peragian agar kedelai tidak lengket dan mempermudah saat

pelepasan tempe. Merk ragi yang digunakan oleh produsen keripik tempe

di Kabupaten Wonogiri adalah RAPRIMA dengan harga sekitar Rp

7.000,00 per bungkus (500 gram).

Proses peragian selesai, kemudian kedelai dibungkus. Pembungkusan

kedelai yang dilakukan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri menggunakan daun pisang yang di potong-potong berbentuk

persegi dengan ukuran tergantung keinginan produsen, tetapi ada juga

Page 87: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxvii

yang menyobek daun secara memanjang. Pembungkusnya selain daun

pisang juga menggunakan kertas koran atau kertas minyak dan tali

pengikat. Kertas tersebut kira-kira berukuran 30 x 25 cm. Kertas

merupakan pembungkus luar yang diletakkan di tempat yang rata,

misalkan meja kayu atau papan. Di atas pembungkus kertas tersebut

diletakkan pembungkus yang berukuran lebih kecil (daun pisang yang

sudah di potong atau disobek) sebagai pelapis tempe. Cetakan berukuran

persegi digunakan agar tempe yang dihasilkan mempunyai ukuran yang

seragam. Bahan tempe sebanyak kira-kira satu sendok makan atau sesuai

keinginan produsen yang diletakkan diatas lembaran daun pisang lalu

diratakan sehingga panjangnya 8-10 cm dan lebarnya 6-8 cm. Produsen

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tidak semuanya menggunakan

cetakan.

Setelah kedelai diratakan menjadi lapisan tipis yang merata,

diatasnya diberi lagi daun kecil sebagai penutup sekaligus sebagai tempat

untuk bahan tempe lapisan kedua. Setelah diratakan, diatas bahan tempe

itu ditutup lagi dengan daun pisang. Pekerjaan ini itu dilakukan berulang-

ulang sampai terbentuk sekitar 8-10 lapisan. Setelah lapisan terakhir

ditutup dengan daun pisang, kemudian lapisan pembungkus luar yang

berupa kertas dilipat untuk membungkus seluruh lapisan kedelai sampai

rapat dan diikat dengan tali agar tidak terlepas.

Setelah proses pembungkusan selesai, bungkusan yang telah diikat

diatur berjajar rapat dan tidak perlu dimasukkan dalam suatu tempat.

Bungkusan-bungkusan tersebut diletakkan dilantai dan ditutup dengan

kain tebal sebagai penghangat agar fermentasi dan pertumbuhan kapang

berlangsung cepat. Proses fermentasi tersebut berjalan kurang lebih selama

dua hari satu malam atau 36 jam. Apabila tempe sudah jadi, bungkusan

tidak boleh dibuka dahulu sebelum tempe siap untuk digoreng. Hal ini

dimaksudkan agar warna keripik tempe tidak kehitam-hitaman.

Page 88: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxviii

Bumbu-bumbu dipersiapkan terlebih dahulu sebelum menggoreng.

Bumbu-bumbu tersebut terdiri dari bawang putih, ketumbar, kemiri,

kencur, daun jeruk. Garam dan penyedap rasa. Penggunaan kencur dan

kemiri bukan merupakan bumbu pokok, hanya sebagai pelengkap saja dan

tergantung pada selera konsumen. Tepung adonan terdiri dari 2/3 tepung

beras dan 1/3 tepung tapioka, tetapi ada produsen keripik tempe yang

menggunakan tepung tapioka lebih banyak dari tepung beras. Tepung

tapioka yang digunakan untuk adonan harus direndam terlebih dahulu kira-

kira selama 24 jam. Hal ini bertujuan agar keripik tempe tidak berwarna

hitam dan mudah tengik. Air rendaman pertama tepung tapioka berwarna

kuning, dalam keadaan mengendap kemudian air di limbang dan di

gantikan dengan air yang baru serta diaduk-aduk, begitu terus sampai air

rendaman berwarna putih bening barulah tepung tapioka dapat dicampur

dengan tepung beras. Campuran tepung tersebut di taruh dalam ember

kecil dan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam

campuran tepung lalu ditambahakan air dan diaduk sampai terbentuk

adonan yang tidak terlalu kental.

Api yang digunakan untuk menggoreng harus stabil. Minyak dalam

wajan penggorengan ditunggu sampai panas. Bungkusan tempe dibuka.

Satu per satu dan dimasukkan kedalam adonan bumbu. Setelah tempe

tercampur rata dengan adonan, tempe segera digoreng. Tempe digoreng

sampai setengah kering kira-kira selama 3 menit. Keripik tempe setengah

kering tersebut ditiriskan dari tetesan minyak, selanjutnya digoreng

kembali sampai tampak kering kira-kira selama 4 menit. Keripik tempe

yang sudah kering diangkat kemudian ditiriskan dari minyaknya.

Keripik tempe dibiarkan beberapa saat agar minyak tiris dan

tempenya kering. Setelah itu keripik tempe dimasukkan ke dalam wadah

atau tenggok yang bersih dan kering. Produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri menjual dengan tiga kemasan yang berbeda. Kemasan isi 5 buah

dijual dengan harga Rp 1.000,00, kemasan isi 8 buah dijual dengan harga

Page 89: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

lxxxix

Rp 2.000,00 dan kemasan isi 10 buah dijual dengan harga Rp 2.500,00.

Keripik tempe diletakkan dengan posisi berdiri atau miring agar tidak

mudah pecah. Keripik tempe yang sudah dikemas kemudian diberi label

dan dirapatkan dengan staples. Keripik tempe bisa tahan sampai kurang

lebih 2 minggu tergantung cara penyimpanan dan proses saat produksinya.

Tahapan proses produksi pembuatan keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah sebagai berikut.

Perebusan (½ matang)

Perendaman (± 24 jam atau 1 malam)

Pencucian dan pembuangan kulitnya (dilimbang)

Pemecahan atau Penggilesan

Perebusan atau Pengukusan

Kedelai dibersihkan

Penirisan

Page 90: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xc

Penirisan dan penyortiran

Pengemasan

Gambar 3. Proses Produksi Pembuatan Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

6. Pemasaran

Keripik tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri lebih banyak

dipasarkan didalam kota yaitu Kabupaten Wonogiri, namun ada juga yang

dipasarkan diluar kota yaitu daerah Sukoharjo, Solo dan Sragen. Daerah

pemasaran didalam kota meliputi Pasar Wonogiri, Pasar Wuryantoro,

Pendinginan atau pengangin-anginan

Pencampuran ragi dan tepung tapioka

Fermentasi ditunggu 2hari 1malam

Tempe tipis

Penggorengan I

Penggorengan II

Keripik Tempe

Tempe tipis dimasukkan dalam adonan

Pembungkusan

Page 91: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xci

Pasar Eromoko, Pasar Manyaran, Pasar Karangtengah, Pasar

Pracimantoro, Pasar Giritontro, Pasar Giribelah, Pasar Giriwoyo, Pasar

Baturetno, Pasar Tirtomoyo, Pasar Batuwarno, rumah makan di sekitar

daerah Sendang, dan warung. Jalur pemasaran pada industri rumah tangga

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Jalur pemasaran pada industri rumah tangga keripik tempe di KabupatenWonogiri

No Keterangan Jumlah (Responden) Persentase (%)

1. Dipasarkan sendiri 0 0

2. Melalui pedagang perantara

30 100

Total 30 30

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3

Tabel 24 menunjukkan bahwa seluruh responden memasarkan

keripik tempe yang dihasilkan melalui pedagang perantara. Para produsen

keripik tempe datang kepasar dengan cara mengantarkan atau

menyetorkan langsung kepada para pembelinya yang umumnya

merupakan para pedagang. Umumnya mereka sudah mempunyai

langganan tetap sendiri-sendiri, sehingga pemasarannya mudah dan

produk bisa terjual seluruhnya. Selain itu produsen keripik tempe dapat

menghemat waktu karena produknya lebih cepat terjual bila dibandingkan

dengan memasarkannya sendiri. Pengiriman keripik tempe kepada

pedagang perantara dengan menggunakan alat transportasi angkutan

umum, sehingga akan berpengaruh pada biaya transportasi. Semakin jauh

letak pedagang perantara maka semakin banyak biaya yang di keluarkan

untuk biaya transportasi.

Pemasaran keripik tempe dilakukan setiap hari dan produksinya juga

dilakukan setiap hari, karena produsen memiliki daerah pemasaran lebih

dari satu tempat dan untuk satu daerah pemasaran produsen sudah

Page 92: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcii

memiliki pedagang langganan kurang lebih 4 pedagang. Sistem

pembayaran dilakukan secara kontan, karena uang hasil penjualan hari ini

akan digunakan untuk membeli bahan untuk produksi esok harinya. Risiko

terkait pemasaran yaitu keripik tempe akan mudah pecah bila

penyimpanan saat dalam pengangkutan tidak dijaga. Apalagi

menggunakan angkutan umum yang digunakan banyak orang.

B. Analisis Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

1. Biaya Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk proses pembuatan keripik tempe di Kabupaten Wonogiri, baik

berupa biaya yang benar-benar dikeluarkan atau tidak benar-benar

dikeluarkan. Seluruh biaya yang dikeluarkan tersebut dibagi kedalam dua

bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya keseluruhan dari proses membuat

tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah di kemas dan

dipasarkan yang digunakan dalam industri rumah tangga keripik tempe

yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya tetap dalam industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal

investasi. Rata-rata biaya tetap pada industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-rata Biaya Tetap Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah

(Rp/bulan)

Persentase

(%)

1. Penyusutan Peralatan 26.000,00 93

2. Bunga Modal Investasi 1.700,00 7

Page 93: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xciii

Jumlah 27.700,00 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 11

Tabel 25 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan

produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan

yaitu Rp 27.700,00. Sumber biaya tetap terbesar yang dikeluarkan oleh

produsen keripik tempe berasal dari biaya penyusutan peralatan yaitu

sebesar Rp 26.000,00 atau 93% dari jumlah total biaya tetap

seluruhnya. Produsen menggunakan peralatan dalam pelaksanaan

proses produksi keripik tempe. Peralatan yang digunakan masih

sederhana dan memiliki umur ekonomis yang cukup panjang antara 1

sampai 10 tahun. Masih sederhananya peralatan yang digunakan

tersebut dapat memperkecil biaya penyusutan peralatan. Peralatan ini

biasanya dibeli pada awal mereka mulai menjalankan industri keripik

tempe sehingga biaya penyusutan peralatannya juga kecil. Peralatan

tersebut meliputi tungku, panci alumunium, dandang, wajan

penggorengan, ember besar, lumpang, alu, entong, tampah, cetakan,

staples, tenggok dan tas keranjang. Ada beberapa alat yang memiliki

umur ekonomis yang pendek dan harus segera diganti yaitu kreneng,

erok-erok, susuk dan ember kecil. Biaya bunga modal investasi yang

digunakan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri adalah

sebesar Rp 1.700,00 atau 7% dari jumlah total biaya tetap seluruhnya.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya secara keseluruhan dari proses

membuat tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah di kemas

dan dipasarkan yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe untuk

proses produksi yang besarnya berubah-ubah (tidak tetap) secara

proporsional terhadap kuantitas produk yang dihasilkan. Biaya variabel

pada industri keripik tempe meliputi biaya bahan baku (kedelai), biaya

bahan penolong (ragi, tepung tapioka, tepung beras, bawang putih,

Page 94: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xciv

minyak goreng, ketumbar, kemiri, kencur, daun jeruk, garam dan

peyedap rasa (micin)), biaya bahan bakar (kayu bakar dan serbuk

gergaji), biaya pengemasan (daun pisang, kertas, plastik, tali, isi

staples, label), biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja (tenaga kerja

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga). Rata-rata biaya variabel pada

industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Rata-rata Biaya Variabel Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah

(Rp/bulan) Persentase

(%)

1. Bahan Baku 825.800,00 16

2. Bahan Penolong 2.635.800,00 51

3. Bahan Bakar 256.200,00 5

4. Pengemasan 558.700,00 11

5.

6.

Transportasi

Tenaga Kerja

162.000,00

698.700,00

3

14

Jumlah 5.137.200,00 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 12

Tabel 26 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang

dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

selama satu bulan adalah sebesar Rp 5.137.200,00. Biaya variabel

terbesar dari industri keripik tempe adalah biaya bahan penolong

sebesar Rp 2.635.800,00. Bahan penolong adalah bahan yang

digunakan sebagai tambahan atau pelengkap dalam proses produksi

untuk menghasilkan output. Bahan penolong yang dimaksud adalah

ragi, tepung tapioka, tepung beras, bawang putih, minyak goreng,

ketumbar, kemiri, kencur, daun jeruk, garam dan peyedap rasa (micin).

Page 95: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcv

Biaya bahan penolong terbesar adalah minyak goreng. Minyak goreng

digunakan untuk menggoreng tempe tipis yang sudah dicampur dengan

adonan sampai tempe menjadi kering. Penggunaan minyak goreng

rata-rata per bulannya 166 kg atau sebesar Rp 1.460.000,00. Minyak

goreng yang digunakan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri ada dua jenis, yaitu minyak goreng kemasan isi ulang pabrik

(sania) dan minyak goreng sawit (curah). Kelebihan dari minyak

goreng kemasan isi ulang pabrik adalah hasil gorengan lebih tahan

lama (tidak mudah tengik) dan minyak tidak mudah berwarna hitam,

sedangkan kekurangan dari minyak ini adalah harganya lebih mahal

dibanding minyak goreng sawit, yaitu antara harga Rp

9.500,00-9.600,00 per kg dan harga minyak goreng sawit antara Rp

8.500-8.900,00 per kg. Akan tetapi produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri lebih banyak yang menggunakan minyak goreng

sawit dikarenakan harganya lebih murah. Biaya bahan penolong paling

kecil adalah garam sebesar Rp 13.600,00 per bulannya.

Biaya bahan baku menempati urutan kedua. Rata-rata biaya

untuk bahan baku yang dikeluarkan produsen keripik tempe selama

satu bulan sebesar Rp 825.800,00 atau 16%. Jenis kedelai yang

digunakan oleh sebagian besar produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah jenis kedelai impor. Rata rata penggunaan bahan

baku selama satu bulan sebanyak 136 kg dengan harga rata-rata Rp

6.000,00 per kg. Masing-masing produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri membeli kedelai dengan jumlah yang berbeda-beda. Hal ini

terkait dengan modal yang dimiliki oleh produsen keripik tempe.

Selain ketersediaan modal, produsen juga harus mempertimbangkan

keadaan pasar terkait dengan permintaan keripik tempe. Akan tetapi

produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri cenderung

memproduksi dengan jumlah stabil.

Page 96: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcvi

Biaya variabel terbesar ketiga adalah biaya tenaga kerja, yaitu

rata-rata dalam satu bulan sebesar Rp 698.700,00 atau 14% dari jumlah

total biaya variabel. Upah tenaga kerja bervariasi tergantung pada

tahapan pekerjaan yang dilakukan. Rata-rata upah yang diterima oleh

tenaga kerja pada industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat pada Tabel 27 berikut ini:

Tabel 27. Rata-rata Upah Tenaga Kerja pada Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

Upah/Orang/Jam No. Keterangan

Laki-laki Perempuan

1. Pemecahan kedelai 2.000 -

2.

3.

4.

Pengemasan

Penggorengan

Pemasaran

1.500

-

-

1.000

2.500

2.000

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 10

Tabel 27 menunjukkan bahwa upah tenaga kerja industri keripik

tempe berkisar antara Rp 1.000,00 - Rp 2.500,00 per orang per

jamnya. Tenaga kerja penggorengan dan pemasaran dilakukan oleh

tenaga kerja perempuan dan menerima upah Rp 2.500,00, sedangkan

tenaga kerja untuk pemecahan manual dikerjakan oleh tenaga kerja

laki-laki dan menerima upah antara Rp 2.000,00. Pengemasan dapat

dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki Rp 1.000,00 dan perempuan

dengan upah Rp 1.500,00. Tenaga kerja industri keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri sebagian besar berasal dari tenaga kerja keluarga.

Biaya pengemasan pada industri keripik tempe adalah mulai dari

pengemasan tempe sampai pengemasan keripik tempe. Rata-rata biaya

pengemasan untuk satu bulan produksi adalah sebesar Rp 558.700,00

Page 97: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcvii

atau 11%. Pembungkusan untuk tempe tipis menggunakan daun

pisang, kertas koran atau kertas minyak dan tali pengikat berupa tali

rafia. Kertas koran dapat dipakai berulang-ulang sedangkan daun

pisang hanya dapat dipakai satu atau dua kali pembungkusan. Setelah

menjadi keripik tempe, produsen keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri menjual dengan tiga kemasan, yaitu kemasan isi 5 buah

dengan ukuran plastik 13 x 23 cm, kemasan isi 8 buah dengan ukuran

plastik 15 x 25 cm, dan kemasan isi 10 buah dengan ukuran plastik 17

x 27 cm. Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri biasanya

membeli 1 kg plastik dengan isi 4 bendel dengan harga Rp 22.000,00

untuk semua ukuran plastik. Agar kemasan rapat maka ditutup dengan

staples dan diberi label.

Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe

selama satu bulan rata-rata sebesar Rp 256.200,00 atau 5%. Bahan

bakar yang digunakan adalah kayu bakar dan serbuk gergaji.

Penggunaan serbuk gergaji untuk lebih menghemat kayu yang

digunakan selain itu panas dari serbuk gergaji lebih tahan lama. Pada

proses produksinya menggunakan tungku yang terbuat dari susunan

batu bata dengan ditambah semen, pasir dan bahan bangunan lainnya,

sehingga bahan bakar utamanya adalah kayu bakar. Kebutuhan bahan

bakar tergantung dari jumlah kedelai yang direbus dan tempe yang

digoreng. Penggunaan jenis bahan bakar akan menentukan kualitas

keripik tempe yang dihasilkan. Perebusan kedelai dan penggorengan

tempe menjadi keripik tempe memerlukan kayu bakar yang nyala

apinya panas, stabil dan tidak mengeluarkan asap. Para produsen

keripik tempe biasanya menggunakan kayu lamtoro, kayu mahoni atau

kayu turi. Kayu itu berasal dari tetangga dan dari sisa bahan dipabrik

furniture. Harga satu ikat kayu bakar kering berkisar antara Rp

4.500,00-Rp 5.000,00. Serbuk gergaji dijual dengan harga Rp

Page 98: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcviii

3.000,00 per karungnya, tetapi tidak semua produsen menggunakan

serbuk gergaji.

Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe

selama satu bulan rata-rata sebesar Rp 162.000,00 atau 3%. Biaya

transportasi menempati urutan terkecil dari seluruh biaya variabel yang

dikeluarkan oleh produsen keripik tempe. Pemasaran keripik tempe

dilakukan melalui pedagang perantara yang berada pada masing-

masing kecamatan. Besar kecilnya biaya transportasi dipengaruhi oleh

jarak daerah pemasaran. Semakin jauh jarak daerah pemasaran,

semakin besar biaya yang dikeluarkan. Pemasaran dilakukan setiap

hari karena produsen memproduksi keripik tempe setiap hari.

c. Biaya Total

Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan

biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi mulai dari

pembuatan tempe sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas

dan dipasarkan. Besarnya rata-rata biaya total untuk produksi industri

rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan

dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Rata-rata Biaya Total Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah (Rp/bulan) Persentase (%)

1. Biaya Tetap 27.700,00 1

2. Biaya Variabel 5.137.200,00 99

Jumlah 5.164.900,00 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 13

Page 99: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

xcix

Tabel 28 menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang

dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

selama satu bulan adalah sebesar Rp 5.164.900,00. Biaya terbesar yang

dikeluarkan oleh produsen keripik tempe adalah biaya variabel sebesar

Rp 5.137.200,00 atau 99%. Hal ini disebabkan biaya variabel

menyesuaikan dengan produksi keripik tempe dan tingginya harga dari

bahan-bahan seperti bahan baku, bahan penolong, pengemasan, tenaga

kerja dan bahan bakar. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan sebesar

Rp 27.700,00 atau 1%.

2. Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas dan Efisiensi Industri Rumah

Tangga Keripik Tempe

Penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi industri rumah

tangga keripik tempe dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Rata-rata Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas dan Efisiensi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No. Keterangan Jumlah (Biji)

Harga per Biji

(Rp) Jumlah (Rp)

1.

2.

Keripik tempe utuh

Remukan

3.

4.

5.

6.

7.

Penerimaan

Biaya Total

Keuntungan

Profitabilitas

Efisiensi

25.737 220,00

5.662.000,00

145.300,00

5.807.300,00

5.164.900,00

642.400,00

12,44

1,12

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 14, 15 dan 16

Page 100: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

c

Penerimaan merupakan perkalian antara total produk yang terjual

dengan harga per biji produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Pada

penelitian ini, untuk mempermudah menghitung penerimaan produsen

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menggunakan satuan biji.

Penerimaan industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

Tabel 29 menunjukkan bahwa rata-rata produksi keripik tempe selama satu

bulan yaitu sebanyak 25.737 biji dengan rata-rata harga Rp 220,00 per

bijinya. Besarnya rata-rata penerimaan dari industri keripik tempe yang

diperoleh selama satu bulan adalah Rp 5.807.300,00. Penerimaan lain

berasal dari remukan yaitu karena produsen pada saat proses produksi

mengalami kerusakan. Remukan juga dapat berasal dari rontokkan pada

saat keripik tempe ditiriskan sebelum pengemasan.

Produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menjual dalam

bentuk tiga kemasan yaitu kemasan isi 5 biji dijual dengan harga Rp

1.000,00 per bungkus, kemasan isi 8 biji dijual dengan harga Rp 2.000,00

per bungkus dan kemasan isi 10 biji dijual dengan harga Rp 2.500,00 per

bungkus. Adanya perbedaan kemasan tersebut menyesuaikan dengan

permintaan konsumen pada masing-masing daerah produksi.

Penerimaan yang diterima oleh produsen juga dipengaruhi oleh cara

penjualan dan pemasaran yang bagus. Produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri memasarkan produknya melalui pedagang perantara,

yang berarti produsen sudah mempunyai langganan pedagang pengumpul

dipasar serta pemasaran sudah sampai ke luar kota maka akan semakin

banyak keripik tempe yang terjual dan kemungkinan keripik tempe yang

tidak laku terjual sangat sedikit sehingga penerimaan meningkat.

Keuntungan yang diperoleh dari industri rumah tangga keripik

tempe merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Tabel 29

menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata produsen keripik tempe di

Page 101: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

ci

Kabupaten Wonogiri dalam satu bulan adalah Rp 5.807.300,00 dengan

total biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 5.164.900,00 sehingga

keuntungan rata-rata yang diperoleh selama satu bulan untuk tiap-tiap

produsen adalah Rp 642.400,00. Perbedaan keuntungan yang diperoleh

masing-masing produsen dipengaruhi oleh besarnya penerimaan total dan

besarnya biaya total yang dikeluarkan.

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan

biaya total yang dinyatakan dalam persen maka dapat diketahui tingkat

keuntungan dari industri keripik tempe. Profitabilitas pada industri keripik

tempe selama satu bulan adalah 12,44%. Hal ini berarti industri rumah

tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri menguntungkan dan layak

untuk dijalankan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari satu. Setiap

modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan

sebesar Rp 12,44. Misal, awalnya produsen keripik tempe mengeluarkan

modal sebesar Rp 100.000,00 maka produsen akan memperoleh

keuntungan sebesar Rp 12.440,00.

Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara total penerimaan

rata-rata yang diterima oleh produsen keripik tempe dengan rata-rata biaya

total yang dikeluarkan. Nilai efisiensi pada industri rumah tangga keripik

tempe adalah 1,12. Hal ini berarti bahwa industri rumah tangga keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri yang dijalankan efisien, ditunjukkan dengan

nilai R/C rasio lebih dari satu. Nilai efisiensi usaha 1,12 berarti bahwa

setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh produsen akan didapatkan

penerimaan 1,12 kali biaya yang telah dikeluarkan tersebut.

Efisiensi merupakan upaya yang dilakukan oleh produsen untuk

meminimumkan biaya produksi supaya penerimaan yang diperoleh

produsen lebih tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh produsen

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri untuk meminimumkan biaya

Page 102: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cii

pembelian bahan baku dan bahan penolong dalam jumlah yang banyak

sekaligus. Hal ini dilakukan untuk mencegah fluktuasi harga.

3. Risiko Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Risiko industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

merupakan kemungkinan merugi yang dihadapi dalam industri rumah

tangga keripik tempe yang dapat diperhitungkan terlebih dahulu.

Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien

variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi

merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan

jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal

yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien

variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar

dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keutungan (L)

menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima

oleh produsen (Hernanto, 1993). Besarnya risiko usaha dan batas bawah

keuntungan dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri

No Keterangan Jumlah

1 Keuntungan (Rp) 642.400,00

2 Simpangan Baku (Rp) 780.500,00

3 Koefisien Variasi 1,21

4 Batas Bawah Keuntungan (Rp) -918.600,00

Sumber Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 16

Tabel 30 menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diterima

oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan

adalah Rp 642.400,00. Hasil dari perhitungan keuntungan tersebut, maka

dapat diketahui besarnya simpangan baku sebesar Rp 780.500,00 dengan

Page 103: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

ciii

nilai koefisien variasi sebesar 1,21 dan batas bawah keuntungan sebesar

minus Rp 918.600,00.

Berdasarkan nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan

dapat dilihat bahwa nilai CV (koefisien variasi) > 0,5 dan L (batas bawah

keuntungan) bernilai negatif (< 0). Hal ini menunjukkan bahwa industri

keripik tempe memiliki risiko yang tinggi. Batas bawah keuntungan

sebesar minus Rp 918.600,00. Angka ini menunjukkan bahwa produsen

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri harus berani menanggung kerugian

sebesar Rp 918.600,00. Kerugian yang ditanggung oleh produsen keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dikurangi dengan cara menekan biaya

yang dikeluarkan oleh produsen agar keuntungan yang diterima lebih

besar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara produsen memanfaatkan

kayu di pekarangan rumah untuk dijadikan kayu bakar sehingga biaya

untuk pembelian kayu bakar dapat berkurang. Selain itu pekarangan rumah

juga bisa ditanami buah pisang agar daunnya dapat digunakan untuk

pembungkusan tempe tipis, sehingga biaya pengemasan berkurang. Terkait

dengan peralatan berupa mesin pemecah kedelai, produsen keripik tempe

hendaknya membuat mesin pemecah kedelai manual menyerupai mesin

yang menggunakan tenaga listrik. Hal ini dapat berpengaruh terhadap

jumlah bahan baku yang lebih banyak sehingga keuntungannya juga akan

meningkat.

Besarnya risiko yang harus ditanggung oleh produsen keripik tempe

di Kabupaten Wonogiri tersebut dikarenakan adanya berbagai risiko yang

ada, yaitu:

a. Risiko Harga

Risiko harga yang dihadapi oleh produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri terkait dengan harga bahan baku dan bahan

penolong. Harga bahan baku kedelai yang fluktuatif dan cenderung

meningkat. Kenaikan kedelai berkisar antara Rp 100,00 - Rp 200,00

Page 104: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

civ

per kg, walaupun kenaikan harganya tidak begitu besar namun akan

berpengaruh pada produsen yang membeli bahan baku dalam jumlah

yang banyak. Selain harga kedelai, risiko harga bahan penolong berupa

tepung beras, bawang putih, minyak goreng juga mengalami fluktuasi

yang akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan produsen.

Langkah antisipasinya adalah produsen membeli bahan baku dan

bahan penolong untuk produksi empat sampai lima kali.

Harga pembungkus untuk tempe tipis berupa daun pisang juga

mengalami fluktuasi tergantung dengan persediaan yang ada dipasar.

Pada musim penghujan harga daun pisang lebih murah dikarenakan

persediaan dipasar lebih banyak bila dibandingkan pada musim

kemarau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2010 dimana

sedang terjadi musim penghujan.

b. Risiko Produksi

Risiko usaha yang harus ditanggung oleh produsen keripik tempe

paling tinggi yaitu pada proses produksi. Pada musim penghujan

proses fermentasi atau peragian berlangsung lebih lambat. Untuk

mengatasinya, produsen melakukan penambahan sedikit ragi pada saat

proses peragian. Sebaliknya pada musim kemarau proses fermentasi

akan berlangsung lebih cepat karena suhu terlalu panas maka akan

menyebabkan tempe cepat busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan

menaruh tempe pada lantai tanpa ditutup dengan kain tebal.

Pada saat proses peragian juga mengalami risiko. Apabila sampai

salah perlakuannya, dapat mengakibatkan kapang tidak tumbuh.

Misalkan saat proses peragian terkena percikan minyak, bau sabun

yang membekas ditangan atau garam maka secara keseluruhan tempe

akan rusak. Produsen mengantisipasinya dengan selalu menjaga

kebersihan selama proses peragian dan peralatan yang digunakan harus

bersih.

Page 105: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cv

Tempe yang digunakan untuk pembuatan keripik tempe adalah

tempe tipis, sehingga dalam proses pelepasannya memerlukan

ketelitian dan kesabaran, karena tempenya yang tipis sehingga mudah

rusak (tidak utuh atau pecah). Hal ini dapat berpengaruh pada produksi

keripik tempe dan keuntungan yang diterima akan menurun.

Penyimpanan keripik tempe sebelum dikemas harus ditempatkan pada

wadah kering agar tetap keras. Keripik tempe saat dikemas diletakkan

dengan posisi berdiri atau miring agar tidak mudah pecah.

C. Kendala Industri Rumah Tangga Keripik Tempe

Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

menghadapi kendala-kendala dalam usahanya. Setiap usaha memang tidak

selalu berjalan mulus, karena pasti ada kendala-kendala yang dihadapi.

Kendala yang di hadapi oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

antara lain kendala modal, peralatan dan kurangnya kesadaran produsen untuk

bekerjasama. Kendala utama pada industri keripik tempe adalah modal usaha.

Produsen hanya menggunakan modal milik sendiri, padahal biaya yang

dikeluarkan cukup besar. Bagi produsen yang hanya mengandalkan usaha ini,

akan merasa kesulitan untuk mengembangkan usahanya karena keuntungan

yang diperolehnya digunakan juga untuk kebutuhan rumah tangga. Fasilitas

perkreditan yang ada di Kabupaten Wonogiri berupa koperasi, bank swasta

maupun daerah serta lembaga perkreditan lainnya. Akan tetapi produsen

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tidak menggunakan modal pinjaman

yang berasal dari bank maupun lembaga perkreditan lainnya karena memiliki

bunga yang berkisar antara 2 - 2,5% tiap bulannya dari uang pokoknya dan

persyaratannya cukup rumit misalkan harus menggunakan jaminan surat

tanah.

Kendala peralatan yang dihadapi yaitu tidak adanya mesin pemecah

kedelai, sehingga produsen masih menggunakan tenaga untuk menggiles atau

menginjak-injak kedelai sampai lepas dari kulit arinya. Produsen yang

memproduksi dengan bahan baku kedelai sampai 15 kg akan membutuhkan

Page 106: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cvi

tenaga yang lebih besar dan waktunya juga lebih lama. Wadah untuk

penggilesan atau kreneng hanya mampu untuk menampung kurang lebih 4 kg

kedelai.

Disamping hal-hal tersebut masih ada kendala lain yang berkaitan

dengan usaha keripik tempe yaitu diantara produsen keripik tempe di masing-

masing daerah belum ada kesadaran untuk bekerjasama guna

mengembangkan secara bersama-sama usaha ini. Kebanyakan mereka masih

melakukan usaha secara sendiri-sendiri, bahkan sulit untuk mewujudkan

kekompakan mereka dengan dibuktikan tidak terdapatnya suatu koperasi atau

perkumpulan yang hanya beranggotakan para produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri.

D. Solusi Pemecahan Masalah

Kendala-kendala yang dihadapi bisa menghambat kelancaran proses

produksi dan menyebabkan para produsen keripik tempe harus mengupayakan

suatu solusi pemecahan masalah yang dihadapinya. Kendala yang

berhubungan dengan modal dapat diatasi dengan menggunakan modal yang

dimilikinya sebaik dan seefisien mungkin yaitu dengan pembeliannya dalam

jumlah yang banyak misalkan untuk pembelian minyak goreng sebanyak satu

jerigen atau 10 kg dan tepung beras sebanyak satu kardus atau 10 kg,

sehingga mendapatkan harga yang lebih murah.

Kendala peralatan dapat diatasi dengan membuat pemecah kedelai yang

terbuat dari papan berbentuk balok dan di putar menggunakan pedal sepeda

bekas. Akan tetapi alat ini belum sepenuhnya digunakan dan hanya satu

produsen yang menggunakan alat ini, karena hasil kedelai yang digiling masih

banyak yang belum pecah dan perlu menggiles ulang.

Industri rumah tangga keripik tempe ini perlu mempunyai suatu tempat

atau wadah yang merupakan kumpulan dari para produsen keripik tempe di

masing-masing daerah di Kabupaten Wonogiri. Koperasi RT (Rukun

Tetangga) “Mandiri” dan Koperasi Wanita “Suka Maju” yang terdapat dalam

Page 107: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cvii

salah satu wilayah di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri dan

mencakup kegiatan atau aktifitas warga secara keseluruhan. Koperasi atau

perkumpulan yang beranggotakan produsen keripik tempe belum ada. Apabila

para produsen mempunyai kesadaran akan pentingnya keberadaan koperasi,

maka para produsen bisa saling berbagi masalah sehingga bisa dipecahkan

secara bersama-sama dan bertukar informasi mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan usaha keripik tempe. Adanya kumpulan para produsen

keripik tempe akan mempermudah dalam pengajuan bantuan modal kepada

pemerintah daerah karena dengan adanya perkumpulan ini akan menunjukkan

kepada pemerintah bahwa usaha keripik tempe di Kabupaten Wonogiri juga

produktif sehingga perlu untuk diperhatikan dan dikembangkan guna

memajukan usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di pemerintahan tersebut yaitu Kabupaten Wonogiri.

E. Peran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran terhadap kemajuan industri rumah tangga

keripik tempe di Kabupaten Wonogiri. Pada tahun 2005 lalu, pemerintah

Kabupaten Wonogiri melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri memberikan bantuan peralatan

berupa mesin pemecah kedelai, akan tetapi pemberian mesin pemecah kedelai

tidak merata. Mesin tersebut saat ini sudah tidak bisa digunakan lagi, sehingga

produsen keripik tempe yang dahulunya menggunakan mesin pemecah

sekarang kembali seperti semula dengan menggunakan tenaga manual

(digiles).

Pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 lalu melalui Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri

Pedesaan) memberikan bantuan modal kepada masing-masing produsen

keripik tempe sebesar Rp 150.000,00 - Rp 200.000,00 yang diserahkan

kepada koperasi (koperasi yang beranggotakan seluruh warga didaerah

tersebut bukan koperasi yang hanya beranggotakan produsen keripik tempe)

untuk masing-masing daerah. Pemberian bantuan modal tersebut diharapkan

Page 108: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cviii

dapat membantu memajukan usaha keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dan

dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh produsen keripik

tempe terkait dengan permodalan. Akan tetapi bantuan modal tersebut tidak

bersifat terus-menerus.

F. Prospek Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten

Wonogiri

Industri pembuatan produk keripik tempe dianggap sebagai usaha yang

cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat usaha ini mudah

untuk dijalankan dan tidak membutuhkan ketrampilan. Keunggulan keripik

tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri adalah tidak menggunakan

bahan pengawet dan tempe yang digunakan yakni berupa tempe tipis yang

dibuat khusus untuk keripik tempe tanpa melalui proses pengirisan terlebih

dahulu, sehingga keripik tempe yang dihasilkan akan memiliki cita rasa yang

khas. Harga keripik tempe juga relatif murah berkisar antara Rp 1.000,00

sampai Rp 2.500,00 yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Kelemahan

dari industri keripik tempe di Kabupaten Wonogiri masih menggunakan

teknologi yang sederhana, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk berproduksi.

Bentuk keripik tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri relatif

sama yaitu berbentuk persegi dan persegi panjang dengan ukuran kira-kira

panjangnya 7-9 cm dan lebarnya 6-8 cm dengan tebal 1-1,5 mm, rasanya

renyah, gurih dan enak. Industri rumah tangga keripik tempe mudah ditemui

di setiap wilayah atau daerah kabupaten salah satunya di Kabupaten

Wonogiri. Keripik tempe digemari oleh banyak konsumen. Banyaknya

pesanan yang berdatangan sehingga meningkatkan nilai penjualan keripik

tempe seiring dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya sektor

industri dan pariwisata khususnya di Kabupaten Wonogiri. Menghadapi

peluang pasar keripik tempe yang makin baik dan meluas maka harus

didukung dengan sistem pemasaran yang baik, agar produk keripik tempe

dapat lebih dikenal oleh masyarakat umum. Hal ini terbukti bahwa keripik

Page 109: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cix

tempe sudah dipasarkan ke luar Kabupaten Wonogiri yaitu di Kabupaten

Sukoharjo, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta. Pemasaran melalui

pedagang perantara diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan keripik

tempe di Kabupaten Wonogiri.

Persaingan antar produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dalam

memperoleh pelanggan membuat produsen perlu untuk mengeluarkan strategi

khusus mengenai produknya dari segi rasa. Penerimaan produsen akan

bertambah apabila produsen kreatif dalam menciptakan inovasi-inovasi

tersebut. Keripik tempe yang diproduksi di Kabupaten Wonogiri rasanya

gurih, apabila produsen mampu memperbanyak inovasi terkait dengan rasa

maka akan menjadi peluang bagi produsen untuk mengembangkan usahanya

sehingga akan menarik minat konsumen untuk mencoba variasi rasa selain

rasa gurih misalkan pedas. Inovasi-inovasi produk tersebut akan tercapai

apabila didukung oleh peran pemerintah dalam memberikan bantuan

permodalan karena dengan inovasi tersebut akan membutuhkan tambahan

biaya. Dengan demikian, diharapkan keripik tempe dapat menjadi produk

unggulan di Kabupaten Wonogiri.

Page 110: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cx

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya total rata-rata industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten

Wonogiri adalah sebesar Rp 5.164.900,00 per bulan. Penerimaan rata-rata

yang diperoleh sebesar Rp 5.807.300,00 per bulan sehingga keuntungan

rata-rata yang diperoleh pengindustri tempe kedelai adalah sebesar Rp

642.400,00 per bulan. Profitabilitas industri rumah tangga keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 12,44% , yang berarti industri keripik

tempe yang dijalankan menguntungkan.

2. Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang

dijalankan sudah efisien yang mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu

yaitu sebesar 1,12. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan

produsen pada awal kegiatan usaha akan mendapatkan penerimaan 1,12

kali dari biaya yang dikeluarkan pada akhir kegiatan usaha tersebut.

3. Industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri memiliki

nilai koefisien variasi (CV) lebih dari 0,5 yaitu sebesar 1,21 dan nilai batas

bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp 918.600,00 sehingga industri

keripik tempe berisiko tinggi dengan kemungkinan kerugian sebesar Rp

918.600,00. per bulan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi

kemajuan industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri antara

lain:

1. Bagi Produsen Keripik Tempe

a. Untuk meningkatkan keuntungan produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri sebaiknya melakukan inovasi terutama dari segi

Page 111: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cxi

rasa. Inovasi rasa selain rasa gurih seperti rasa pedas sehingga akan

menarik minat konsumen.

b. Untuk meningkatkan keuntungan produsen keripik tempe di

Kabupaten Wonogiri sebaiknya membentuk suatu organisasi yang

berfungsi untuk mewadahi para produsen keripik tempe sehingga

produsen akan lebih mudah dalam pencarian pangsa pasar yang lebih

luas dan bisa berbagi informasi yang berkaitan dengan usaha keripik

tempe ini. Komunikasi yang baik dapat terjalin di antara produsen

keripik tempe, sehingga jika ada masalah atau kendala dalam usaha

produksi keripik tempe, para produsen dapat mencari jalan keluarnya

secara bersama-sama.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Untuk meningkatkan keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

sebaiknya pemerintah Kabupaten Wonogiri melalui Bank Perkreditan

Rakyat atau lembaga keuangan yang terkait hendaknya berupaya

membantu mengembangkan industri keripik tempe dengan memberikan

bantuan modal dan peralatan produksi kepada produsen keripik tempe.

Dengan demikian usaha ini bisa berjalan dengan lancar dan dapat

meningkatkan produksi.

Page 112: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cxii

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Harga Sembilan Bahan Pokok. [email protected]. Diakses pada tanggal 4 April 2010.

Arsyad, D.M . dan M, Syam. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik Budidaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 1999. Indikator Tingkat Hidup Pekerja. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. 2009. Wonogiri Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. PT Bumi Aksara. Jakarta

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri. 2009. Data Base Kependudukan Bidang Kependudukan Tahun 2009. Kabupaten Wonogiri.

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri. 2007. Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri.

Fajar, R. 2008. Meningkatkan Daya Saing Industri Kripik Tempe Malang untuk Menembus Pasar Internasional. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.

Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Irawan, F. 2007. Analisis Keuntungan dan Daya Saing Keripik Pisang Studi Kasus pada ‘PT Andalas Mekar Sentosa’ di Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung . Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 3 (1) Maret 2007. Pustaka Ilmiah Universitas Lampung

Kadarsan, H. A. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Lincolin, A. 1991. Ekonomi Manajerial. BPFE. Yogyakarta.

Radiyati, T. 1990. Kerupuk keripik. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan. LIPI. http://www.iptek.net. Diakses pada tanggal 11 November 2009

Page 113: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cxiii

Rianse, U. dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Alfabeta. Bandung.

Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi IV. BPFE. Yogyakarta.

Rukmana, R. dan Y, Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Sarwono, B. 2007. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta

Simatupang, Pantjar, M.H. Togatorop, R.P. Sitompul, dan T. Tambunan. (1994), Prosiding Seminar Nasional Peranan Strategis Industri Kecil dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, UKI-Press,Jakarta. http://www.ekonomirakyat.org. Diakses tanggal 17 Desember 2009.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Siregar, A. J. 2009. Tanggap Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merril) Pada Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair. USU. Sumatera Utara

Soekartawi, Rusmadi dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian Dalam Agrobisnis : Teori dan Aplikasi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia – Press. Jakarta.

, 2001. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Soleh, M. 2003. Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Olahan HasilIndustri Kecil Melalui Analisa Bahaya dan Penentuan Titik Kendali. Dalam Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 6 Januari 2003. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian(BPTP). Jawa Timur.

Sudarti, 2008. Analisis keuntungan dan Efisiensi Agroindustri Emping Melinjo di Desa Bakung dan Desa Besuki Kabupaten Sumberarto. Detik Jurnal. Vol. II, No. 2 Januari 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial : Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Erlangga. Jakarta.

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar, Metode dan Teknik. Edisi Revisi. Tarsito. Bandung.

Usnun, M. K. I. 2004. Analisis Usaha Pembuatan Krupuk Rendeng Puyur di

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi FP UNS. Surakarta.

Page 114: ANALISIS USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA KERIPIK …/Analisis... · 1. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... 16. Direktori Perusahaan Industri Besar, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri

cxiv

Wardani, C. R. 2008. Analisis Usaha Pembuatan Tempe Kedelai di Kabupaten Purworejo. Skripsi FP UNS. Surakarta.

Widowati, S. Erliana, G. dan S.S. Antarlina. 2009. Varietas Unggul Kedelai untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. 28 (3). Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang