ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH USAHA TERNAK ITIK … · USAHA TERNAK ITIK PETELUR (Studi...
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH USAHA TERNAK ITIK … · USAHA TERNAK ITIK PETELUR (Studi...

ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH
USAHA TERNAK ITIK PETELUR
(Studi Kasus di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan
Kabupaten SlemanProvinsi DI Yogyakarta)
NURINDASARI
105961124216
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

ii
ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH
USAHA TERNAK ITIK PETELUR
(Studi Kasus di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan
Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta)
NURINDASARI
105961124216
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S- 1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

iii

iv

v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Titik Impas
dan Nilai Tambah Usaha Ternak Itik Petelur (Studi Kasus di Joglo Tani
Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta)” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar pustaka dibagian akhir
Skripsi ini.
Mahasiswi
Nurindasari

vi
ABSTRAK
NURINDAHSARI 105961124216 analysis of break event point and added value
of laying duck business (case study at Joglo Tani Margoluwi village,Sayegan Sub-
district, sleman district Province DI Yogyakarta) guided by SRI MARDIYATI
and NADIR.
The aim of this study to determine income, added value of duck farming
and to analyze the break event point of laying duck farming at Joglo Tani ,
Margoluwih Village, Sayegan Sub-District, Sleman District, Province DI
Yogyakarta Province.
The determination of informants in this research was done deliberately
(purposive). The data analysis used was descriptive quantitative analysis and BEP
( break event point).
The result of this research show income of laying duck farming Rp
16.752.129,17 and salted egg business income Rp 4.354.944,43 with the added
value is Rp 4.354.944,43 so that the total of egg income + salted egg income is
Rp 21.107.129,00 /month (scale of 500 ducks ) . break event point was obtained
by farmer is Rp 1.944.085,88 every month, total of production 1.190,36 eggs
every moths. Selling price is Rp 562,91/egg every moths with 500 ducks scale.
While break event pointof salted egg that was obtained by farmer is Rp
357.037,41evey months, selling price of salted egg is Rp 2.126,41/ salted egg
every months with 500 ducks scale.
Keywords : break event point, income and value added

vii
ABSTRAK
NURINDASARI. 105961124216 Analisis Titik Impas dan Nilai Tambah Usaha
Ternak Itik Petelur (Studi Kasus di Joglo Tani Desa Margoluwih, Kecamatan
Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta) dibimbing oleh SRI
MARDIYATI dan NADIR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, nilai tambah
usahatani ternak itik dan untuk menganalisis titik impas usahatani ternak itik di
Joglo Tani Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi
DI Yogyakarta
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja
(purposive). Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif
dan analisis BEP (Break Even Point).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pendapatan usaha ternak itik
petelur Rp 16.752.129,17 dan pendapatan usaha telur asin sebesar Rp
4.354.944,43 dengan nilai tambah sebesar Rp 4.354.944,43 sehingga total
pendapatan telur + telur asin sebesar Rp 21.107.129,00 per bulan (skala 500 ekor)
Break Even Point (BEP) telur yang diperoleh peternak sebesar Rp 1.944.085,88
per bulan , produksi 1.190,36 butir per bulan, harga jual sebesar Rp 562,91/ butir
per bulan dengan skala 500 ekor. Sedangkan Break Even Point (BEP) telur asin
yang diperoleh peternak sebesar Rp 357.037,41 per bulan, produksi 141,61 butir
per bulan, harga jual sebesar Rp 2.126,41/ butir perbulan dengan skala 500 ekor
Kata kunci : titik impas, pendapatan, nilai tambah

viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penilis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa segar fisik maupun akal pikiran yang tiada
hentinya diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis
kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikanSkripsi yang berjudul
“Analisis Titik Impas dan Nilai Tambah Usaha Ternak Itik Petelur (Studi Kasus di
Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi
DI Yogyakarta).
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis tentu menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagi pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Sri Mardiyati S.P.,M.P selaku pembimbing utama dan Nadir S.P., M.Si
selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunyan
membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak Dr. H Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua Orangtua saya Ayahanda H. Muhammad Dahlan dan Ibunda HJ. Hasna
serta kakak tercinta Hasrayanti S.Tp dan Muh Abdu Jalil S.H serta keponakan

ix
tersayang Elfatan Danindra Jalil, Elshanum Diandra Jalil dan segenap
keluarga yang senantiasa memberikan bantuan baik moril dan material
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis
6. Kepada pihak Joglo Tani yaitu bapak TO Suprapto selaku pemilik Joglo Tani
7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan di Laskar Hijau dan terlebih kepada
saudara Harianti, firda Jafar, faisal, Hasliana Purnama dan Marwati
8. Kepada teman-teman dari Joglo Tani terlebih saudara Lusi Handayani, Lela
Ayuningtias, Nia Olivia, Yesi Rianti, Helmi Kelana, Ade Irwan Saputra,
Salim Ridwan dan Muhammad Ilham yang senantiasa membantu selama
penulis berada di daerah penelitian
9. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, sehingga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 15 Juli 2020
Nurindasari

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................................................... iv
PERNYATAANMENGENAISKRIPSI ............................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 5
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
2.1 Budidaya Ternak Itik ............................................................................... 6
2.2 Agroindustri Ternak Itik .......................................................................... 14
2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani ............................................................. 15
2.4 Konsep Titik Impas .................................................................................. 29
2.5 Konsep Nilai Tambah Agroindustri ......................................................... 22
2.6 Kerang Pimikiran ..................................................................................... 25
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................... 27

xi
III METODE PENELITIAN ................................................................................. 29
3.1 Lokasi dn Waktu Penelitian ..................................................................... 29
3.2 Teknik Penentuan Sampel ....................................................................... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 30
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 31
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 34
IV GAMBARAN UMUM .................................................................................. 35
4.1 Sejarah Joglo Tani ................................................................................... 35
4.2 Visi dan Misi Joglo Tani ....................................................................... 37
4.3 Kondisi Geografis .................................................................................... 37
4.4 Struktut Organisasi .................................................................................. 38
4.5 Pertanian Terpadu Joglo Tani .................................................................. 39
V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 40
5.1 Usaha Ternak Itik dan Agroindustri Telur Asin ...................................... 40
5.2 Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah UsahaTernak Itik di Joglo
Tani .......................................................................................................... 41
5.3 Analisis Titik Impas (BEP) di Joglo Tani ............................................... 45
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 50
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 52
Lampiran ............................................................................................................... 56
Riwayat Hidup ...................................................................................................... 72

xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Tabel 1. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur (Skala Usaha 500 Ekor)
Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamata Sayegan Kabupaten Sleman
Provinsi DI Yogyakarta 2020 .................................................................. 42
Tabel 2.Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Asin (Skala Usaha 500
Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta .............................................................. 44
Tabel 3.Analisis Titik Impas Telur (Skala Usaha 500 Ekor) Di Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta 2020 ..................................................................................... 46
Tabel 4.Analisis Titik Impas Telur Asin (Skala Usaha 500 Ekor) Di Joglo Tani
Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta 2020 ..................................................................................... 47
Tabel 5.Analisis Perubahan Harga Output/ Harga Jual Telur (Skalausaha 500
Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta 2020 ..................................................... 48
Tabel 6.Analisis Perubahan Harga Output/ Harga Jual Telur (Skala Usaha 500
Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta 2020 ..................................................... 49

xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
Gambar1. Kerangka Pemikiran Analisis Titik Impas dan Nilai TambahUsaha
Ternak Itik Petelur (Studi Kasus Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta..... 26
Gambar 2. Struktur Organisasi Joglo Tani............................................................ 38

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
Lampiran 1.Daftar Kuesioner Untuk Informan.................................................... 56
Lampiran 2.Produksiperkandang Usaha Ternak Itik Petelur (Skala Usaha 500
Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan
Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta .................................... 60
Lampiran 3. Produksiperhari Usaha Ternak Itik Petelur (Skala Usaha 500 Ekor)
Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta ...................................................... 61
Lampiran 4. Peta Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta ....................................................................................... 62
Lampiran 5. BEP Telur (Skala Usaha 500 Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta... 63
Lampiran 6. BEP Telur (Skala Usaha 500 Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta... 64
Lampiran7. Analisis Perubahan Harga Telur Di Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta... 65
Lampiran8. Analisis Perubahan Harga Telur Asin Di Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta ....................................................................................... 66
Lampiran 9. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur Di Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsidi
Yogyakarta ....................................................................................... 67
Lampiran 10.Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur Asin Di Joglo Tani
Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi
DI Yogyakarta .................................................................................. 68
Lampiran 11.Dokumentasi Penelitian Pada Usaha Ternak Itik Di Joglo Tani Desa
Margolowih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta ....................................................................................... 69

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan komoditas peternakan memiliki potensi yang masih cukup
besar, sehingga menjadi alas an utama untuk menjadikan subsektor peternakan
sebagai salahsatu sumber pertumbuhan ekonomi bagi sector petanian saat ini.
Pengarus subsektor peternakan yang besar terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia tidak lepas dari funsi dasar subsektor peternakan sendiri dalam
pemenuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia, terutama pemenuhan
kebutuhan hewani (lastinawati,2016).
Salah satu usaha peternakan yang cukup berkembang di Indonesia yaitu
usaha ternak itik. Meskipun tidak sebanyak ternak ayam, itik mempunyai potensi
yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan
ternak unggas yang lain, ternak bebek mempunyai kelebihan diantaranya adalah
memiliki daya tahan terhadap penyakit. Ternak itik merupakan salah satu unggas
yang dipelihara oleh petani peternak yang ada di Indonesia yang berperan sebagai
sumber penghasilan, dapat membuka lowongan pekerjaan dan sumber protein
hewani baik dari daging maupun telur. Populasi ternak itik yang tinggi dan
kontribusi produksi telur yang dihasilkan cukup besar menunjukkan salah satu
potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah
dalam usaha ternak itik, meningkatkan konsumsi gizi keluarga akan protein
hewani bahkan sebagai komoditas agribisnis (Alwindra dan Nasution 2019)

2
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatife lebih maju
dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya
yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat, dan yang paling utama yaitu pemenuhan kebutuhan makanan yang
bernilai gizi tinggi (Lastinawati, 2016).
Industri perunggasan di Indonesia hingga saat ini berkembang sesuai
dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai
tingkat efektifitas (produktivitas) dan efisiensi usaha yang optimal. Namun supaya
pembangunan industri perunggasan tersebut masih menghadapi tantangan global
yang mencakup kesiapan daya saing produk, terutama bila dikaitkan dengan
lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan yang merupakan 60-70% dari
biaya produksi, karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor
Departemen Pertanian (Lastinawati, 2016).
Break even point (BEP) merupakan suatu teknik untuk mengetahui pada
volume produksi berapa suatu usaha, dengan demikian usaha ternak itik petelur
tidak mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh laba dengan kata lain impas
. Hal ini berkaitan erat dengan efisiensi produksi dalam sebuah usaha, agar dapat
menghasilkan produk secara optimal dari besaran volume produksi yang paling
sedikitdan harus di usahakan. Volume produksi dapat berupa minimal jumlah
ternak yang harus di pelihara, atau jumlah telur yang harus dihasilkan (BEP unit),
dan berupa nilai produk yang minimal ditawarkan pada konsumen (BEP harga,
rupiah) (Rinto, et a,l 2018).

3
Untuk mengetahui kelayakan usahatani ternak itik menggunakan analisis
kuantitatif. Untuk menganalisis kelayakan usahatani ternak itik dengan
menggunakan R/C dan B/C ratio.
Agroindustri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah barang yang
dihasilkan dari kegiatan pasca panen usaha budidaya tanaman atau peternakan
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri.
Joglo Tani merupakan suatu tempat dimana para petani dan masyarakat
menjadikan tempat tersebut sebagai ajang pembelajaran mengenai pertanian
terpadu karena disana terdapat berbagai aktivitas atau aspek yang berkenaan
dengan pertanian. Di Joglo Tani terdapat peternakan itik dengan sistem berternak
itik secara intensif.
Beternak itik secara intensif yaitu beternak itik dengan cara itik dipelihara
secara terkurung/ dikandangkan dan diberikan makanan secukupnya dengan
tujuan mendapatkan hasil yang maksimal dan pemeliharaan yang efisien.
Pemberian pakan yang bermutu, pemberian obat-obatan yang tepat, menggunakan
bibit yang berkualitas dan varietas yang paling unggul, serta manajemen
pemeliharaan ternak yang baik yang dilakukan oleh peternak untuk dapat
menghasilkan produksi telur yang paling baik.
Pemeliharaan itik dalam kandang dengan tetap memperhatikan naluri itik
yang menyukai air. Dalam sistem ini itik diberikan kesempatan bermain,
beristirahat, dan berenang didalam kolam yang telah disediakan di dalam dan
sekitar kandang sehingga itik merasa tetap hidup di alam bebas. Pada dasarnya

4
sarana utama pemeliharaan bebek semi intensif adalah kandang. Kandang
berfungsi sebagai ruang bertelur dan sebagai tempat bermain. Untuk itu, kandang
dibuat dengan bendtuk kandang ren. Mengenai besar kecilnya kandang dapat
disesuaikan dengan skala usaha (Suarni, S. 2017).
Dengan usaha ternak itik yang baik dapat memberikan hasil produksi
yang baik pula, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa usaha ternak itik
memberikan pendapatan yang cukup besar terhadap peternak untuk membantu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Berapakah pendapatan dan nilai tambah usahatani ternak itik petelur di
Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman
Provinsi DI Yogyakarta?
2. Bagaimana titik impas usahatani ternak itik petelur di Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta?

5
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pendapatan dan nilai tambah usahatani ternak itik
petelur di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
2. Untuk menganalisis titik impas usaha ternak itik di Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta.
Kegunaan penelitian yaitu :
1. Untuk peternak sebagai bahan informasi untuk meningkatkan usaha ternak
itik petelur
2. Untuk pemerintah sebagai pertimbangan dan masukan dalam membuat
kebijakan yang berhubungan dengan peternakan itik.
3. Untuk mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan
dalam peternakan itik.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Ternak Itik
2.1.1 Dod ( Day Old Duck)
Dalam pembudidayaan itik petelur harus memeprhatikan beberapa hal
seperti Dod/bibit, kandang, pakan, penanganan kesehatan, adapun hal demikian
dapat di jelaskan sebagai berikut :
Dod itik yang di pelihara harus yang betul- betul berkualitas yang telah
dibuktikan kelayakan atau di uji keunggulan agar mendapatkan produksi yang di
inginkan. Umumnya itik betina yang produktif memiliki perut yang tidak
menyentuh tanah atau sejajar, serta memilikitulang pelvis yang cukup besar
(Nugroho, et.al, 2011).
Nugroho, et.al , (2011) mengemukakan sebaiknya saat hendak memilih dod
itik yang dapat menghasilkan telur maka harus memperhatikan bibit yang
bercirikan sebagai berikut:
a. Tubuh yang ramping, seperti botol, leher yang kecil, panjang dan bulat
seperti rotan.
b. Kepala yang kecil dan mata yang bersinar
c. Sayap yang menutupi badansecara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi
di pangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut.
d. Kaki yang berdiri kokoh (indukandengan produksi telur yang tinggi
diantaranya : itik tegal, dan itik Magelang).

7
Nugroho, et.al, (2011) mengemukakan Syarat bibit yang berkualitas sebagai
berikut :
1. Itik betina yang berusia sekitar 20 minggu dengan beratbadan sebesar 1,4
kg, dan itik yang berusia 40 minggu dengan berat sebesar 1,6 kg
2. memiliki kaki dengan kondisi yang kuat, gesit , sayap mengatup simetris
rapat pada tubuh dan tidak bergerak bila sedang berjalan.
3. Bagian kepala yang bersih, segar dengan ukuran badan yang normal
4. Kelamin yang Cepat tumbuh dewasa dan dengan sifat yang susah di
kawini.
5. Perut yang tidak menyentuh tanah ( sejajar)
6. Memiliki tulang pelvis yang cukup lebar
7. Sifat yang liar ,dan mudah kaget dengan keadaan lingkungan ( sifat peka)
2.1.2 Pakan
Hal yang penting kedua adalah pakan karna pakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terhadap produksi telur pada itik . Itik petelur memerlukan
pakan yang banyak dan harus terdapat nutrisi didalam kandungan pakan tersebut
(Nugroho, et.al , 2011).
Secara umum atau yang wajib terdapat bahan pakan yang pembentuk
runsum itik dibagi menjadi dua, yaitu bahan pakan memiliki sumber energi yang
berperan penting dalam porsi bersar untuk formula ransum, scontohnya :jagung,
gandum, bekatul dan sorgun. Sedangkan Bahan pakan yang memiliki sumber
protein yang sangat penting pada itik yaitu periode awal dan dalam tahap
produksi, seperti tepung ikan, bungkil kacang, bungkil kacang tanah, bungkil

8
kelapa, dan tepung darah. Kedua bahan pakan memebentuk ransum tersebut sudah
memenuhi akan vitamin dan mineral. Banyak bahan pakana yang berasala dari
nabati yang bersumber protein , asam amino, dan vitamin seperti bekatul yang
kaya akan vitamin B, sedangkan bahan pakan asal hewani kaya akan sumber
mineral, seperti tepung ikan yang kaya akan dengan kalsium dan phosphor. Ada
pun terlebih khusus sebagai sumber mineral, seperti tepung tulang, tepung kerang
dan sejenisnya (Nugroho, et.al, 2011). Bahan baku hewani dapat diperoleh dengan
cara memanfaatkan hewan yang ada dilokasi peternakan seperti, siput, keong, dan
cacing (Nugroho, et.al, 2011).
Penyediaan pakan pada itik yang akan dipelihara dengan cara intensif
selalu terdapat kendala pada praktisnya dengan kode masing- masing fase. Untuk
pemberian pakan dapat dibagi menjadi empat kelompok yang dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Umur 1 - 16 hari pemberian pakan pada tempat yang datar (tray feeder)
2. Umur 17 - 21 hari diberikan dengan tray feeder dandisebar dilantai
3. Umur 22 hari – 18 minggu disebar pada lantai
4. Umur 18 – 72 minggu, disebarkan di lantai dan di siapak tempat untuk
pakan.
Peralihan pakan dari cara pemeliharaan tradisional ke intensif, karena itik
yang di pelihara dengan cara intensif biasanya diberikan pakan yang diproduksi
pabrik yang menghabiskan 60-70% biaya produksi. Hal ini menjadi beban yang
sangat berat jika itik yang dipelihara hanya berproduksi kurang dari 60%. Hal ini
membuat peternak untuk membuat ransum itiknya sendiri. Penggunaan pakan

9
komersial hanya terbatas untuk itik periode awal (umur 0-2 hari), dikarenakan
cukup ekonomis dan juga bahan bali pembuatan pakan itik yang tidak mudah di
dapat (Sidadolog, Wagiman,dan Triman, 2019).
2.1.2 Kandang
Syarat kandang yang harus dipenuhi adalah : kandang mudah dibersihkan,
sirkulasi udara yang lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari. Beberapa tipe
kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaanya
seperti :
1. Kandang postal atau terkurung,memiliki lantai yang terbuat dari tanah yang
dipadatkan yang beralaskan sekam atau serbuk gergaji yang dicampur dengan
serbuk kapur dan seluruh ruangan pada kandang di beri atap.
2. Kandang koloni, merupakan kombinasi atau perpaduan antar kandang yang
terkurung atau lantai kandang yang terbuat dari tanah yang disemen atau tanah
yang dipadatkan dan di alasi dengan litter (dapat berasal dari sekam, kulit padi
atau serbuk gergaji), sedangkan pada atap kandang menggunakan sistem atap
berlubang, umbara atau halaman yang dibuatkan pagar setinggi ±75 cm, yang
dilengkapi dengan peralatan kandang seperti tempat makanan dan minuman
itik, dan dinding terbuat dari bambu atau kayu (Nugroho, et.al , 2011).
Pemeliharaan pada anakan itik (umur 5-8 minggu) dengan kandang
panggung, dari kawat yang beralas dari bahan yang lunak; 20-25 ekor/m², tanpa
lampu pemanas dengan bobot badan ideal sebesar 1 kg. Pemeliharaan itik Dara
(pertumbuhan) (masa 8-20 mingguan keatas): kandang kelompok; bahan dari
lantaiyang terbuat dari semen; saluran air yang dangkal sebagai tempat untuk

10
minum dan membersihkan badanatau berenang; kepadatan sebesar 6-9 ekor/m².
Pemeliharaan itik petelur (masa produksi) (umur 20 mingguan keatas); masa
produksi telur yang cukup ideal yaituselama 1 tahun; kandang litter atau tempat
untuk tidur dan bertelur dan kandang lantai untuk bermain; lantai litter dialasi
campuran pasir dan kapur yang ditutupi dengan kulit jerami; tersedia pula saluran
air yang dangkal untuk minum, membersihkan badan dan untuk mempertahankan
suhu tubuh; kepadatannya sekita 4 ekor/m² (50-100 ekor/kandang); pengambilan
telur itik dilakukan pada pagi hari; dengan cahaya lampu yang agak kecil
(Sihabuddin, 2016).
2.1.3 Penanganan Kesehatan
Pengendalian bertujuan utnuk mengurangi terjangkit penyakit dan untuk
mengurangi agar menjadipenyakit yang sekecil mungkin ,agar kerugian dapat
ditekan sekecil mungkin. Sedangkan untuk pembasmih tujuannya untuk
menghilangkan penyakita yang berada itik dengan tuntas.. Demikian langkah dan
tindakan yang dapat di lakukan untuk menunjang usaha ternak ititk petelur
(Nugroho, et.al, 2011).
Widodo (2010), untuk memperoleh hasil produksi yang sangat baik , maka
ternak yang di pelihara harus sehat, agar menghasilkan produksi yang baik,
sehingga sebagai peternak wajib untuk menjaga ternaknya dari serangan penyakit.
Lebih lanjut dijelaskan, cara yang dapat di lakukan untuk mengatasi penyakit
adalah pemeliharaan kandang baik, sanitasi kandang dan gizi yang berkecukupan.
Nugroho , et.al, (2011), Jenis penyakit yang sering terdapat pada itik yaitu :

11
1. Penyakit duck cholera penyebab: bakteri pastuerela avicida. Gejalanya itik
akan sering mencret, lumpuh, kotoran agak kuning kehijauan. Pengendalian
yang harus dilakukan ; sanitasi terhadap kandang, pengobatan dengan
suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai lebel pada obat
yang dikonsumsi.
2. Penyakit salmonellosis penyebabnya: bakteri typhimurim. Gejalanya
diantanya : pernafasan yang sesak, mencret pada itik. Pengendaliannya:
sanitasi yang harus baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan
dengan konsentrasi ,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampurkan air
minum, dosis seperti yang tercantum dalam tablet obat.
3. Salmonellosis (pullorum + Berak kapur) penyebabnya adalah bakteri
salmonella pullorum, jika menyerang itik pada umur 3-15 hariakibatnya
tingkat kematiannya cukup tinggi. Tanda-tanda munculnya paenyakit
yaitukotoran Nampak berwarna putih lengket seperti pasta yang menempel
pada dubur, tubuh yang lemah, lesu dan sering mengantuk sertakedinginan,
cepat terengah-engah, kadang terjadi kelumpuhan. Pencegahan yang harus
dilakukan dengan cara menjaga kerbersihan kandanguntuk tetap bersih dan
menjaga makanan dan minum, isolasi itik yang sakit. Pengobatan dengan
obat jenis sulfa dan antibiotik.
4. Penyakit cacing, penyebabnya sering menyerang pada itik yang dilepas.
Tanda munculnya penyakit cacing pada itik seperti nafsu makan berkurang,
mencret, bulu yang agak kusam, kurus dan produksi yang cukup menurun
dibandingkan saat sedang tidak terserang penyakit cacingan. Pencegahan

12
yang dapat dilakukan yaitu harus memperhatikan kebersihan
kandang,menjaga kelembaban pada kandang, sanitasi kandang yang baik
serta makan dan minum yang cukup bergizi. Pengobatan dapat dengan
pemberian obat cacing minimal 3 bulan sekali.
2.1.4 Pengolahan Pasca Panen
Pengolahan pascapanen pada daging dan telur itik adalah salah satu cara
untuk menambah nilai tambah dengan upaya meningkatkanpendapatan dan gizi
masyarakat (Sudaryanto dan Jamal, 2014).
Hasil yang diperoleh dari peternakan itik itu sendiri berupa telur dan daging.
Pengelolaan hasil inibertujuan pada usahauntuk mencegah timbulnya bakteri yang
dapat merusak isi telur. Untuk menimaliskanakan kerusakan isi telur yang
disebabkan oleh bakteri dan mikroba lainnya, alangkah baiknya telur segera
segera di keluarkan dari dalam kandang. Alangkan baiknya dalam satu hari
pengambilan telur lebih baik dilakukan paling sedikit 3 kali. Dengan pengambilan
pertaman pada pagi hari pada pukul 10.00-11.00 WIB , untuk pengambilan
keduanya pada pukul 13.00-14.00 WIB , dan pengambilang yang terakhir atau
yang ketiga di sertakan pengecekan kandang pada pukul 15.00-16.00 (Rahutomo,
et.al, 2013).
Setelah pemungutan telur selanjutnya dilakukan penyortiran dan
pemebersihan telur dari kotoran dan juga melakukan pengemasan pada tempat
tertentu. Penyortiran bertujuan utuk mengumpulkan antara telur yang besar dan
telur yang kecil di dalam rak telur dan dapat memisahkan antara telur yang masih
bagus/utuh dengan telur yang telah rusak.

13
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan BAPPENAS, dengan
kegiatan pascapanen yang bisa adakan yaitu pengawetan. Dengan pengawetan ini
diharapkan nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibandingkan jika tidak
dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diawetkan hanya akan dapat bertahan
selama 14 hari jika disimpan diruangan terbuka bahkan cepat membusuk. untuk
melakukan pengawetan maka perlu memperhatiakn 5 macam cara pengawetan
sebagai berikut :
1. Pengawetan dengan air hangat, dengan cara pengawetan air hangat yang
merupakan perawatan yang paling sederhana , dengan perwatan ini telur
itik dapat bertahan selama 20 hari.
2. Pengawetan yang kedua dengan daun jambu biji, pengawetan dengan
cari ini dilakukan dengan perendaman telur dengan daun jambu biji
sehingga dapat mempertahankan kualitas telur kurang lebih selama 1
bulan. Telur yang setelah di rendam akan berubah warna kecolatan
seperti telur pindang.
3. Pengawetan yang ketiga dengan menggunakan minyak kelapa,
pengawetan ini memiliki cara yang praktis. Dengan pengawetan ini kulit
telur dan rasanya tidak akan berubah.
4. Pengawetan ke empat menggunakan natrium silikat. Bahan Pengawetan
natrium silikat merupakan cairan kental, yang tidah berwarna, jernih,
dan tidak berbau.natrium silikat bias menutup pori-pori kulit telur agar
telur tahan lama dan bias awet hingga 1,5 bulan. Cara perendaman telur
dalam natrium silikat 10% selama satu bulan.

14
5. Pengawetan yang kelima yaitu menggunakan garam dapur, dimana
garam direndam, didalam garam terdapat larutan garam (NaCl) dengan
konsentrasi 25-40 %yang di rendam selama 3 minggu.
2.1.5 Pemasaran
Produk yang dihasilkan dari usaha beternak itik yaitu :telur merupakan
produk utaman lalu daging itik afkiran, anakan itik, dan sisa produk peternakan
yang lain ( kotoran, pakan, bulu, dan lain lain ) (Nugroho, et.al, 2011). Untuk
pemasaran produk peternakan yang harus dilakukan dengan dengan beberapa
cara seperti memasarkan langsung telur itik segar atau yang sudah di asinkan
kepada pengepul, koprai, dan pendeduk sekitaran peternakan. Untuk pemasaran
keluar daerah sering dilakukan oleh beberapa peternak yang meliputi beberapa
kota besar seperti : Bandung, Jakarta, Tegal, Cirebon, Pemalang, Semarang dan
Pekalongan.
2.2 Agroindustri Ternak Itik
Agroindustri adalah kegiatan usaha di bidang budidaya tanaman, pangan,
perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Agroindustri merupakan
kegiatan ekonomi yang mengolah barang yang dihasilkan dari kegiatan pasca
panen usaha budidaya tanaman atau peternakan menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan
perekayasaan industri. Saat ini usaha di bidang peternakan memiliki peluang yang
sangat potensial terutama pada ternak itik (Hartono, 2012).

15
Putri dan Lamusa, (2017), mendefinisikan agroindustri dalam dua hal,
yaitu pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian dan kedua agroindustri sebagai satu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahap pembangunan
tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Putri dan Lamusa (2017) juga
menyebut bahwa agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal
meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain.
Menurut Wibowo, et.al, (2012), agroindustri yang memproses bahan
nabati (berasal atau dihasilkan hewan). Proses yang diterapkan mencakup
pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, pengemasan,
penyimpanan, dan distribusi. Produk Agroindustri dapat berupa produk akhir yang
siap digunakan atau produk lainnya yang berupa bahan baku industri lain.
Menurut Alifia, et.al, (2012), mengatakan bahwa agroindustri adalah
kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah, menghasilkan produk yang dapat
dipasarkan atau digunakan atau dimakan, meningkatkan daya simpan, dan
menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
Itik termasuk hewan uanggas yang mempunyai beberapa macam ras
diantaranya adalah itik Alabio, Mojosari, Peking, Tiktok, dan Hibrida. Itik hibrida
merupakan itik silang dari itik peking dan itik Mojosari sehingga dihasilkan itik
hibrida yang mempunyai pertumbuhan cepat yang digunakan sebagai itik
pedaging. Itik memiliki daya hidup yang tinggi dan tidak mudah diserang

16
penyakit, serta mempunyai cara pemeliharaan yang berbeda dan lebih mudah jika
dibandingkan dengan pemeliharaan ayam (Wakhid,2013).
2.3 Biaya dan Pendapatan Usahatani
Pendapatan merupakan selisi antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain (Muhammad,
2018):
1. Penerimaan merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu
kegiatan usaha yang dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar
2. Pendapatan bersih adalah penerimaan yang dikurangi biaya variabel dan
biaya tetap
3. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang nyatakan dengan uang yang
diperlukan untuk menghasilkan produksi
Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total
usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.
Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun yang mencakup ; a) dijual, b)
dikonsumsi rumah tangga petani, c) digunakan dalam usahatani, d) digubakan
untuk pembayaran, dan e) disimpan atauada di gudang pada akhir tahun (Ma’ruf,
2017).
Penerimaan usahatani adalahperkalian antara produksi yang diperolah
dengan harga jual. Sidharta, et.al , (2017). Secara matematis dirumuskan sebagai
beriku :

17
TR = Y . Py.............................................................(1)
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi Yang Diperolah Dari Suatu Usahatani
Py = Harga Produksi
Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua biaya
produksi.Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan
pendapatanbersih.Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian
secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Aktiva, 2016).
Pendapatan dapat dirumuskan sebagai beriku :
π = TR- TC................................................(2)
π = Y. Py-{(⅀Xi . Pxi) – BTT...................(3)
keterangan :
π = Keuntungan/ Pendapatan (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Y = Jumlah Produksi (satuan)
Py = Harga Satuan Produksi (Rp)
X = Faktor Produksi (satuan)
Px = Harga Faktor Produksi (Rp/satuan)
N = Banyaknya Input Yang Dipakai
BTT = Biaya Tetap Total (Rp)

18
Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua masukan yang habis
terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja
keluarga petani. Pemisahan pengeluaran terkadang sulit dilakukan karena
pembukuan yang tidak lengkap dan juga adanya biaya bersama dalam produksi.
Cara yang dapat dilakukan adalah memisahkan pengeluaran total usahatani
menjadi pengeluaran tetapdan pengeluaran tidak tetap (Manik, 2011).
Secara ekonomi usaha dikatakan menguntungkan atau tidak
menguntungkan dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara
penerimaan totaldan biaya total yang disebut dengan revenue cost ratio (R/C).
R/C = (Py . Y) / (FC + VC).............................(4)
Atau
R/C = PT / BT.................................................(5)
Keterangan :
Py = Harga Produksi
Y = Produksi
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel
PT = Produksi Total
BT = Biaya Total
Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini yaitu :
1. Jika R/C<1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum
menguntungkan

19
2. Jika R/C>1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi
menguntungkan
3. Jika R/C=1 maka usahatani berada pada titikimpas (break event point)
Biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor internal,
eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal maupun eksternal akan bersama-
sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur petani,
tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan
modal. Faktor eksternal terdiri dari input yang terdiri atas ketersediaan dan harga
(Ginanjar,2019).
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan
tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang besarnya
sangat dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Luntungan,2019).
Ciri-ciri dari pada biaya tetap dapat dilihat sebagi berikut: 1) jumlahnya
yang tetap dan sebanding dengan hasil produksi, 2) menurunnya biaya tetap per
unit dibandingkan dengan kenaikan dari hasil produksi, 3) pembebanannya
kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan dari manajemen atau cara
penjatahan biaya, 4) pengawasan atas kejadian terutama bergantung kepada
manajemen pelaksana dan bukan kepada pengawas kerja. Contoh dari biaya tetap
yaitu pembelian mesin, pendirian pabrik.

20
Ciri-ciri biaya variabel adalah: 1) variabel secara keseluruhan dengan
volume, 2) biaya per unit yang konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam
batas bidang yang relavan, 3) mudah dan dapat dibagikan padabagian usaha, 4)
pengawasan dari kejadian dan penggunaannya berada di tangan kepala bagian.
Contoh dari biaya variabel yaitu biaya persediaan, bahan bakar, tenaga listrik, alat
perkakas, peneriman barang, pengangkutan .
2.4 Konsep Titik Impas (BEP)
Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu titik kembali modal dimana
pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama dengan nol (0). Sebuah
perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan impas (break-even)jika setelah
disususn laporan perhitungn laba rugi untuk suatu periode tertentu perusahaan
tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian,
dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Hasil
dari penjualan (sales revenue) yang diterimapada periode tertentu sama besarnya
dengan keseluruhan biaya (total cost), yang telah dikorbankan agar perusahaan
tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian (Bahri, 2014).
Analisis break even point adalah suatu analisis yang bertujuan utnuk
menemukan titik dalam kurva biaya pendapatan yang menunjukkan biaya sama
dengan pendapatan selanjutnya.“Dalam melakukan analisis pulang pokok
diperlukan estimasi mengenai biaya tetap,biaya variabel, dan pendapatan. Biaya
tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan besar
yang tetap, tidak tergantung dari volume penjualan. Biaya variabel (variabel

21
cost)merupakan biaya yang besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang
diproduksi/dijual. Sedangkan pendapatan merupakan elemen lain dalam analisis
pulang pokok yang besarnya bertambah ssuai dengan pertambahan volume
penjualan” (Bahri, 2014).
Break Even Point Analysis (BEP) dapat dihitung secara matematis dan
grafik. Secara matematis dijelaskan melalui formula sebagai berikut :
Q merupakan barang pada titik impas yang dinyatakan dalam unit sedangkan QP
jumlah hasil penjualan barang dalam rupiah atau nilai uang.
Keterangan :
TFC = Jumlah Biaya Tetap
AVC = Jumlah variabel Per Unit
P = Harga Per Unit
Q = Jumlah Barang Yang Dijual
Lain halnya jika suatu perusahaan yang menjual multiproduk (Sasmita,
2019) menyebutkan bahwa biaya variabel dan harga jual setiap jenis produk
berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus dimodifikasi dengan
mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk.
Rumus Break Even Point (BEP) yang digunakan untuk perusahaan multi
produk sebagai berikut ini (Sasmita, 2019) :

22
Keterangan :
F = Biaya Tetap Per Periode
TVC = Biaya Variabel Total
TR = Yotal Pendapatan
Perhitungan Break Even Point (BEP) perusahaan multiproduk digunakan
bantuan tabel ini bertujuan mencari nilai pembagi (nominator) dalam rumus Break
Even Point (BEP) multiproduk atau merupakan jumlah kontribusi tertimbang
semua tipe produkyang dijual.
Selanjutnya untuk mengetahui berapa unit yang harus terjual untuk
masing-masing produk dalam rangka mencapai Break Even Point(BEP), dapat
dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Penjualan Rupiah :
Produk A = W × BEP (Rp) 1 Tahun
Penjualan Unit :
Produk
Keterangan :
W = Proporsi Terhadap Total Penjualan
P = Price (harga)

23
2.5 Konsep Nilai Tambah Agroindustri
Sifat fisik dari hasil pertanian yang mudah rusak (perishable) dan
musimam membuat perlu adanya penanganan khusus atau pengolahan untuk
menambah nilai guna dari komoditi pertanian, salah satu konsep yang dapat
membahas permasalhan tersebut ialah konsep nilai tambah.
Ada dua cara mengitung nilai tambah yaitu: (1) nilai untuk pengolahan
dan (2) nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis
dan faktor pasar. Faktor teknis yang mempengaruhi adalah kapasitas produksi,
jumlah bahan baku yang digunakan dengan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar
yang berpengaruh adalahharga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan
nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja
Menurut Hani, (2014) nilai tambah (value added) adalah pengukuran
performance entitas ekonomi yang memiliki sejarah panjang pada aplikasi dalam
ilmu ekonomi. Nilai tambah merupakan konsep utama dalam mengukur incom.
Konsep ini secara tradisional berawal pada ilmu ekonomi makro, penggunaan
secara universal konsep nilai tambah juga telah banyak didiskusikan dan
dipraktikkan sebagai kegunaan ekonomis dan indikator performance dalam area
yang berbeda dalam ilmu ekonomi dan bisnis
Konsep nilai tambah berakar dari konsep theory of the economic circle
yangdikembangkan pertama kali di prancis olehQuenay dalam menciptakan
“Tableau Economique” sekitar tahun 1670. Proses pengolahan nilai tambah dapat

24
diartikan sebagi selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan
inpur lainnya.
Nilai tambah merupakan nilai produksi barang akhir atau hasil penjualan
barang akhir dikurangi biaya produksi, baik bahan mentah maupun sewa,
upah,bunga (Firmansyah, 2015).
Analisis nilai tambah mempunyai kelebihan, yaitu menggambarkan : a)
produktivitas produksi, dimana rendeman, pangsa ekspor dan efisien tenaga kerja
dapat diestimasi dan b) balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi dapat
diestimasi (Hamidah, et.al, 2015).
Faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah
faktor teknis dan nonteknis. Faktor teknis meliputi unsur kualitas (mutu) produk,
penerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsur tenagar kerja, jumlah
bahan baku, dan input penyerta. Faktor nonteknis (faktor pasar) meliputi harga
jual output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi
teknologi dan nilai input lainnya (Hamidah, et.al, 2015).
Agroindustri merupakan suatu kegiatan dimana sebagai bahan baku
utamanya adalah hasil pertanian atau suatu industri yang menghasilkan suatu
produk yang digunakan dibidang pertanian sebagai sarana ataupun input. Secara
eksplisit pengertian agroindustri yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati
(yang berasal dari tanaman) dan hewani (yang berasal dari hewan). Proses yang
digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melakukan perlakuanfisik atau
kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi (Astuti, et.al, 2019). Hasil
akhir dari agroindustri ini nantinya masih dapat dipergunakan sebagai bahan baku

25
dalam pengolahan lanjutan suatu industri dan dapat juga langsung dimanfaatkan
atau dinikmati aoleh konsumen.
Kemala dan Wulandari, (2017) agroindustri dibedakan menjadi dua yaitu
agroindustri hilir (down steam) dan agroindustri hulu (up stream). Agroindustri
hilir adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk
olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produkakhir (finish
produck). Sedangkan agroindustri hulu adalah industri yang menghasilkan
barang-barang modal bagi pertanian dalam artian yang luas yakni industri
pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat) dan
agroindustri otomotif atau mesin dan peralatan pertanian serta industri
pendukungnya.
Industri hulu dan hilir sangatlah memiliki keterkaitan yang erat, namun
untuk pengembangan agroindustri kedepan perlu di fokuskan pada struktur
agroindustri hilir agar mampu menambah nilai tambah (added value) sebesar
mungkin, mendeversifikasi produk yang dapat memenuhi kebutuhan permintaan
pasar.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Endang Lastinawati (2016) dalam jurnal yang berjudulAnalisis
Titik Impas dan Resiko Usaha Taernak Itik Petelur di Desa Sugih Waras
Kecamatan Belitung Mulya Kabupaten Ogan Komering Uku Timur, hasil
penelitian menunjukkan bahwa usaha Iitik petelur di Desa Sugih Waras
Kecamatan Belitung Mulya Kabupaten Ogan Komering Uku Timur mengalami

26
titik impas pada saat produksi telur sebanyak 740 butir perbulan dengan harga Rp
1.111.675,13 per butir. Usaha ternak itik petelur di Desa Sugih Waras Kecamatan
Belitung Mulya Kabupaten Ogan Komering Uku Timur berpeluang mengalaami
kerugian yang di tunjukkan oleh nilai koefisien variasi sebesar 1,026 dan batas
bawah pendapatan sebesar -1.380.102,9.Dengan skala 150 ekor.
Penelitian Riki Suharda, Lily Fauziah, dan Emalisa (2015) dalam jurnal
yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik (Studi Kasus Desa Percut,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang), hasil penelitian
menunjukkan bahwa Input produksi usaha ternak itik didaerah penelitian, dengan
rincian dari segi harga cukup terjangkau, kualitas cukup baik, jumlah cukup
memenuhi dan sangat tersedia ketika di butuhkan. Pendapatan rata-rata peternak
ititk di daerah penelitian dalam satukali proses produksi (2 Tahun) untuk 100 ekor
itik adalah Rp 7.360.913,00. Usaha ternak itik di daerah penelitian layak
dilakukan karena indicator-indikator kelayakan sudah terpenuhi. Dengan rincian
nilai R/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,18 dan total produksi 34.957 butir
melebihi BEP produksi telur 31.712 butir serta harga jual telur Rp 1.300/butir
melebihi BEP harga telur Rp 1.179/butir
Penelitian Dinike Rara Puspitasari (2017) dalam jurnal Analisis
Pendapatan home Industry telur asin aneka rasa di Desa Kebonsari, Kecamatan
Candi, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, hasil penelitian menunjukkan rata-rata
biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan pengusaha telur asin aneka
rasa di Desa Kebonsari dengan skala produksi 12.000-18.000/bulan masing-
masing adalah sebesar Rp 207.415.833 dan Rp 35.027.345/bulan. Home Industri

27
telur asin aneka rasa memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 12.627.447/
bulan dengan R/C ratio 1,35. Hasil analisis break event point tercapai ketika
produksi rata-rata sebesar 3.753 butir/bulan atau ketika harga telur asin Rp
2.198/butir, sedangkan BEP penerimaan adalah sebesar Rp 11.117.189/ bulan. Hal
ini mengindikasikan bahwa home industry telur asin aneka rasa mampu
memberikan keuntungan mengingat skala produksi lebih tinggi daripada nilai
break event point (BEP)
2.6 Kerangka Pemikiran
Peternakan itik tidak terlepas dari system pengolahan dan pemberian
pakan yang sangat penting untuk di perhatikan, karena lebih dari 60-70% biaya
produksi ternak itik baik petelur maupun pedaging berasal dari pakan. Walaupun
demikian informasi kebutuhan gizi untuk itik petelur dan pedaging masih terbatas.
Jika pemeliharaan dengan digambarkan, maka tidak aka nada jaminan
kebutuhan akan pakan harian itik akan bias tercukupi. Hal tersebut dikarenakan
ketersediaan pakan di setiaplokasi pengembalaan yang belum tentu memenuhi
dari sisi jumlah dan mutu air yang disediakan sangat perlu diperhatikan.
Selain itu perhatian akan kesehatan itik dan penerapan teknologi yang
tepat agar manajemen pemeliharaan menjadi kebutuhan paling penting bagi
pengelola usaha peternakan itik. Untuk bias meningkatkan produksi telur dan
daging maka cara pemeliharaannya harus benar-benar dilakukan secara modern.
Moderen dalam artian kata pengelolaannya tidak hanya dilakukan sekedar sebagai
usaha sampingan dengan pengelolaan yang sangat tradisional. Usaha peternakan

28
itik yang dikembangkan oleh peternak dalam pengelolaannya diperlukan faktor-
faktor produksi (input) untuk menghasilkan produk (output). Untuk memperjelas
kerangka pikir ini, dapat dilihar pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Titik Impas dan Nilai Tambah Usaha
Ternak Itik Petelur (Studi Kasus Joglo Tani Desa
MargoluwihKecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta
Usaha Ternak Itik Petelur
di Joglo Tani
Produksi Telur Produksi Telur Asin
Penerimaan Penerimaan Break Even Point
Pendapatan Pendapatan Nilai Tambah
Peningkatan Pendapatan
Usaha Ternak Itik Petelur

III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan
Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta. Lokasi penelitian diambil
secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan bahwa di Joglo Tani
mengembangkan peternakan Itik Petelur dengan sistem pertanian terintegrasi.
Pelaksanaan penelitian tersebut dimulai bulan Maret sampai April 2020.
3.2 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja
(purposive) dengan alasan bahwa seluruh informan merupakan pihak yang secara
langsung terlibat dalam usaha ternak itik petelur di Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta. Jumlah
informan tersebut sebanyak 3 informan.
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
1. Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau di hitung langsung yang
berupa informasi atau penjelasan di hitung dengan bilangan atau bentuk
angka.
2. Data Kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kaya yang
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisar,

30
dokumentasi dan pita rekaman) yang diproses sebelum siap digunakan
melalui pencatatan, penyuntingan, atau alat tulis, tetapi analisis kualitatif
tetap menggunakan kata-kata yang diatasnya disusun kedalam kata-kata
yang diperluas.
3.3.2 Sumber Data
Pada penelitian ini jenis data yang diambil adalah data primer. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (informan) pada
penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari peternak yang ada di Joglo
Tani.
3.4 Tenik Pengumpulan Data
3.4.1 Observasi
Observasi merupakan tehnik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang
diteliti (Surakhmad, 1994). Tehnik observasi biasa disebut secara langsung.
3.4.1 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung untuk memperoleh informasi dari sumber yang diwawancarai. Teknik
wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dipersiapkan
sebelumnya.

31
3.4.2 Pencatatan
Teknik ini dilakukan mengumpulkan data sekunder. Teknik ini dilakukan
dapat mengambil data kemudian mencatat data tersebut dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan penelitian.
3.4.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya
memperoleh data. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan
atau dipakai untuk menjelaskan kondisi di dokumentasikan oleh peneliti.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan
usahatani ternak itik. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui total
penerimaan dengan total biaya.
π = TR- TC
keterangan :
π = Pendapatan
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Untuk mengetahui kelayakan usahatani ternak itik menggunakan analisis
kuantitatif. Untuk menganalisis kelayakan usahatani ternak itik dengan
menggunakan R/C dan B/C ratio.

32
Menurut Idham (2015) Break Even Point Analysis (BEP) dapat dihitung
secara matematis dan grafik. Secara matematis dijelaskan melalui formula sebagai
berikut :
Q merupakan barang pada titik impas yang dinyatakan dalam unit sedangkan QP
jumlah hasil penjualan barang dalam rupiah atau nilai uang.
Keterangan :
TFC = Jumlah Biaya Tetap
AVC = Jumlah Variabel Per Unit
P = Harga Per Unit
Q = Jumlah Barang yang Dijual
Lain halnya jika suatu perusahaan yang menjual multiproduk. Sasmita
(2019) menyebutkan bahwa biaya variabel dan harga jual setiap jenis produk
berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus dimodifikasi dengan
mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk.
Menurut Sasmita (2019) rumus Break Even Point (BEP) yang digunakan untuk
perusahaan multi produk sebagai berikut ini :
Keterangan :
F = Biaya Tetap Per Periode

33
TVC = Biaya Variabel Total
TR = Total Pendapatan

34
3.6 Definisi Operasional
1. Peternak itik adalah peternak yang membudidayakan itik di Joglo Tani
Yogyakarta
2. Produksi adalah semua hasil panen dari ternak itik berupa telur yang dijual
maupun di konsumsi sendiri di Joglo Tani Yogayakarta
3. Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan
dalam proses produksi dengan tujuan menghasilkan suatu barang pada
Joglo Tani Yogyakarta
4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan total biaya
produksi di Joglo tani Yogyakarta
5. Telur asin adalah produksi telur yang di olah yang diberikan perlakuan
perendaman dengan garam.
6. Agroindustri merupakan usaha pengolahan yang dihasilkan dari kegiatan
pasca panen usaha peternakan menjadi barang dengan harga yang lebih
tinggi
7. Titik impas atau Break Event Point (BEP) merupakan titik dimana
kembalinya modal tanpa mendapat keuntungan maupun kerugian (0).
8. Nilai tambah adalah pertambahan pendapatan dari telur menjadi telur asin.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Joglo Tani
Joglo Tani merupakan wahana pertanian terpadu yang didirikan oleh T.O
Suprapto pada tanggal 19 Januari 2008, yang terletak di Jalan Godean km 9,5 RT
03 RW 24, Dusun Mandungam 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan,
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55561. Joglo Tani
merupakan monumen kebangkitan petani yang diresmikan langsung oleh Sri
Sultan Hamengku Bowono X. Masyarakat dapat belajar dan menggali ilmu disini
untuk mengembangkan pertanian terpadu yang berbasis konservasi lingkungan.
Joglo Tani berasal dari bahasa Jawa yaitu sebuah singkatan Ojo Gelo yang
memiliki makna “jangan kecewa menjadi petani sebab pertanian itu usaha yang
menjanjikan”. Kata ini juga mengartikan petani yang selalu dipermainkan dan
dipandang sebelah mata serta pertani selalu mengalami kesulitan dan kerugian
karena adanya permainan harga sehingga membuat petani resah.
Monumen kebangkitan petani ini berbentuk sebuah rumah joglo yang
berada di tengah area pertanian terpadu. Bangunan ini digunakan sebagai wadah
pembelajaran dan pusat aktivitas masyarakat yang ingin belajar pertanian terpadu.
Adanya monumen ini dapat membuka pandangan masyarakat bahwa pertanian
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja asal ada kemauan untuk memulainya.
Joglo tani juga dapat membuktikan bahwa area pertanian dapat dijadikan
penghasilan pertanian yang menjanjikan.

36
Dalam menjalankan programnya Joglo Tani memili strategi; seperti pilar Joglo 4B
(berdoa, berkarya, bersosial, dan berusaha). Lembaga ini menjalankan
programnya dengan empat pilar strategi program, yaitu:
a. Berdoa, nilai-nilai luhur seperti kepasrahan, rasa syukur, dan permohonan
menjadi kekuatan nenek moyang dalam bertani. Prinsip melestarikan nilai-
nilai spiritual dalam bertani ini ditujukan untuk membangun kembali
semangat bakti bumi demi kesejahteraan bersama.
b. Belajar kondisi, potensi, dan dinamika lingkungan pertanian yang bersifat
lokal spesifik menuntut para petani untuk terus belajar memahami
perubahan alam. Prinsip ini ditekankan pada membangun inisiatif petani
dalam membangun upaya mandiri.
c. Berkarya, petani itu seorang pengelola yang menjalankan sendiri usahanya
sekaligus menanggung sendiri resiko apapun. Prinsip ini yang akan
mewarnai semua aktivitas adalah bentuk kekayaan, bukan sekedar
mengungkap gagasan.
d. Bersosial, pertanian adalah budaya yang dibangun bersama. Oleh karena
itu nilai-nilai sosial yang dibangun seperti pemahaman, kesepakatan,
keputusan, dan komitmen bersama akan menjadi dasar pembangunan
program.
Joglo tani mempunyai konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat
berbasis pertanian terpadu dengan menggunakan enam prinsip, diantaranya : dua
modal dasar, lima modal awal, lima modal dasar, lima prinsip, enam strategi dan

37
sembilan perencanaan. Tujuannya adlah untuk meningkatkan pendapatan petani
dan tercapainya kedaulatan pangan.
4.2 Visi dan Misi Joglo Tani
a. Visi
Visi Joglo Tani adalah Merdeka. Merdeka dalam artian tanpa ada
pengaruh dari pihak manapun yang nantinya dapat merugikan petani.
b. Misi
Misi Joglo Tani adalah Kemandirian. Dengan kemandirian petani tidak
perlu tergantung dengan pabrik dari segi bibit, pupuk dan lain-lain.
Adanya kemandirian ini petani bisa menciptakan dan menyediakan sendiri
apa yang mereka butuhkan dengan harapan apa yang kita butuhkan
tercukupi lahir dan batin.
4.3 Kondisi Geografis
Joglo Tani terletak di dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan
Sayegan, Kabupaten Sleman, yang berbatasan langsung dengan Desa Margodadi
di sebelah utara, dengan Desa Sidoagung di sebelah selatan, dengan Desa
Sidomoyo di sebelah timur, dan dengan Desa Sidorejo di sebelah barat. Joglo tani
memiliki luas lahan ± 8.000 M2, luas bangunan ± 1.700 M
2. Terletak pada
ketinggian tempat ± 150 meter dari permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan
per tahun 2.000 – 3.000 mm/th, dan suhu rata-rata 24 – 32º C. Dengan jarak
tempuh dari provinsi ± 20 km.

38
4.4 Struktur Organisasi
Berikut ini adalah struktur organisasi Joglo Tani.Gambar 1. Struktur
Organisasi
Gambar 2.Struktur Organisasi Joglo Tani
DIVISI
PRODUKSI
Koordinator:
TO SUPROPTO
Unit Paska Produksi:
JOHAN ARIFIN
Unit Bahan Produksi:
BOWA
Unit Proses Produksi :
AY SUHARYONO
Unit Pengembangan:
SUNARMO
DIVISI
PENGEMBANGAN
Koordinator :
SUNARMO
Unit Pelayanan Jasa:
SUKIRMAN
Unit Pengutan Modal:
JERRY JOHANDI
DIVISI RUMAH
TANGGA :
Koordinator :
SUDARMAJI
Unit Administrasi :
AMBORO WAHYUS
Unit Finansial :
ISTRI WANDARI
Unit Ketenaga Kerjaan :
ABU HANIFA

39
4.5 Pertanian Terpadu Joglo Tani
Joglo Tani yang memiliki luas 8.000 mempunyai slogam “Monumen
Kebangkitan Petani Indonesia” dan diketuai oleh bapak TOSuprapto. Joglo Tani
mempunyai penataan wilayah sebagai berikut:
1. Bagian depan kanan dan kiri atau halaman muka terdapat kolam ikan sebagai
tempat pembudidayaan ikan nila yang dimana diatas kolam tersebut terdapat
kandang ayam petelur.
2. Samping kiri Joglo terdapat green house sebagai tempat penyimpanan bibit
dan lainnya
3. Samping kanan Joglo terdapat kolam ikan lele dan tanaman hidroponik
4. Bagian belakang Joglo terdapat kandang bebek petelur , samping kanan
belakang terdapat kandang sapi dan samping kiri terdapat tempat
pembudidayaan tanaman pare, mentimun dan lainnya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Usaha Ternak Itik Petelur dan Agroindustri Telur Asin
5.1.1 Usaha Ternak Itik Petelur
Saat ini permintaan telur bebek di pasaran menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Di Joglo Tani menggunakan skala 500 ekor bebek untuk usaha ternak
itik, dimana di Joglo Tani peternak munggunakan Sistem pemeliharaan yang
semi intensif dengan kandang ren terbuka atau kandang sistem lantai.Untuk
pemeliharaan itik itu sendiri di kelola oleh 2 tenaga kerja yang dimana 2 tenaga
kerja tersebut yang menjadi sampel peneliti untuk memperoleh data terkait
peternakan yang ada di Joglo Tania atau yang disebut informan.
Pada pembuatan pakan itik dilakukan dua orang. Setelah pembuatan
pakan, dilakukan pemberian pakan dan pemungutan hasil produksi yang masing-
masing dilakukan satu orang dimana satu orang untuk pemberian pakan itik dan
satu orang yang bertugas mengambil telur didalam kandang saat itik sedang
makan di halaman kandang.
Untuk pemasaran telur biasa dan telur asin peternak bisa menjual kepada
pengeceratau ke pedagang-pedagang yang ada di kampung peternak itu sendiri
dan konsumen yang datang langsung ke rumah peternak untuk membeli telur asin
maupun telur yang tidak di asinkan. Selain telur peternak akan menjual itik yang
sudah melewati batas produksi yaitu di atas 2 tahun. Dan juga peternak dapat
meraup keuntungan dari kotoran itik. Kotoran itik sangat baik dijadikan pupuk

41
organik, maka jika di lihat prospek dari usaha itik petelur ini sangatlah
menguntungkan.
5.1.2 Usaha Agroindustri
Usaha agroindustri yang ada di Joglo Tani khususnya pada peternakan itik
itu sendiri salah satunya adalah telur asin, dimana peternak tidak hanya menjual
telur biasa tetapi peternak juga menjual telur asin untuk menjadikan sebagai nilai
tambah dari usaha ternak itik petelur yang berada di Joglo Tani Dusun
Mandungan 1, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman
Provinsi DI Yogyakarta.
Untuk pembuatannya sendiri menggunakan 2 tenaga kerja. Dimana pada
proses pembuatannya alat dan bahan yang digunakan seperti serbuk batu bata,
garam dan telur itik. Proses pembuatan telur asin menggunakan serbuk batu bata
dan garam dengan perbandingan 1:5 dimana 1 kg garam dicampur dengan 5 kg
serbuk batu bata. Takaran tersebut untuk 600 biji teluryang akan dibuat telur asin.
Untuk meningkatkan nilai tambah itik petelur peternak di joglo mengolah
telur biasa menjadi telur asin, jika peternak hanya menjual telur biasa maka
keuntungan tidak seberapa tetapi jika di olah menjadi telur asin penambahan
keuntungan untuk peternak diabanding menjual telur biasa.
Untuk proses pengawetannya menggunakan 15 hari perendaman agar telur
tersebut benar benar asin dan kuning telurnya masir atau berwarna merah
kekuningan (tidak pucat), dimana jika tidak mencapai 15 hari maka kemasiran
tulur itu tidak sempurna.

42
Joglo Tani memasarkan Telur asin yang mentah dan yang sudah di ribus,
tergantung pemesanan pedangang ecer atau toko-toko yang di di sekitaran
wilayah Joglo Tani.
5.2 Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Ternak Itik di Joglo Tani
5.2.1 Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur di Joglo Tani
Pendapatan merupakan hasil dari penerimaan dikurangi oleh biaya-biaya
seperti biaya variabel dan biaya tetap. Biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal maupun eksternal akan
bersama sama mempengaruhi biaya dan pendapatan .fungsi biaya
menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dan tingkat produksi. Biaya
dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel . Biaya tetap adalah biaya
yang dikeluarkan dalam usahatani dan tidak mempengaruhi besar kecilnya
produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang mempengaruhi besar dan kecilnya
produksi yang dihasilkan. Untuk lebih rincinya pendapatan dan biaya yang
diperoleh pada usaha ternak itik petelur di Joglo Tani Dusun Mandungan 1, Desa
Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta
dapat di lihat pada Tabel 5.1.

43
Tabel 5.1. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur (Skala Usaha 500 ekor )
di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
N0 Uraian Jumlah (unit) Harga
(Rp/Unit)
Inlay
(Rp)
1. Produksi (Butir) 11.657 2.000 23.314.000,00
2. Biaya Variabel : 4.656.666,67
Bibit Itik Petelur 520 3.541,67 1.841.666,67
Pakan Konsentrat (kg) 75 7.900 592.500,00
Pakan Polar (kg) 75 4.300 322.500,00
Pakan Karak 75 3.600 270.000,00
Tenaga Kerja (HOK) 30 50.000 1.500.000,00
Vitamin Viterna 1 130.000 130.000,00
3. Biaya tetap : 1.905.204,16
Penyusutan Kandang Itik 10 125.000,00
Penyusutan Alat 50 155.204,16
Sewa lahan (1000m/²) 1 125.000,00
Rak Telur 1.500 1.000 1.500.000,00
4. Pendapatan 16.752.129,17
5. R/C ratio 3,55
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Pada Tabel 5.1 di jelaskan bahwa produksi itik petelur perperiode dalam 1
bulan dengan jumlah itik sebanyak 500 ekor sebanyak 11.657 butir dengan harga
jual perbutir sebesar Rp.2.000,00 dengan total penerimaan sebesar Rp
23.314.000,00 Pendapatan yang di terima peternak dalam satu periode sebesar Rp
16.752.129,17 Dengan R/C ratio sebesar 3,55 dengan demikian usaha ternak itik
petelur sangat layak dilakukan di area penelitian.
Sedangkan pada penelitian Riki Suharda, Lili Fauzia, dan Emalisa (2015)
yang menjadi landasan peneliti mengemukakan bahwa pendaptan rata-rata
peternak itik dalam satukali proses produksi ( 2 tahun ) untuk 100 ekor adalah Rp
7.360.913,00 Dengan R/C ratio lebih dari 1 yaitu 1,18 maka dapat dikatakan layak
di lakukan.

44
5.2.2 Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Asin di Joglo Tani
Pendapatan adalah selisish antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Biaya dan pendapatan dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal dan
eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Fungsi biaya
menggambarkan hubungan antara besarnyabiaya dengan tingkat produksi. Biaya
dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani den besarnya tidak mempengaruhi besar
dan kecilnya produksi, sedangkan untuk biaya variable sendiri merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk usahatani dan sangat berpengaruh terhadap besar dan
kecilnya suatu produksi. Untuk lebih rincinya pendapatan dan biaya yang
diperoleh pada usaha ternak itik Petelur Asin di Joglo Tani Dusun Mandungan 1,
Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta dapat di lihat pada Table 5.2.

45
Tabel 5.2. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Petelur Asin (Skala Usaha 500
ekor) di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan,
Kabupaten Sleman Provinsi DI Pada Yogyakarta
N0 Uraian Jumlah (unit) Harga
(Rp/Unit)
Inlay
(Rp)
1. Produksi (Butir) 11.657 2.500 29.142.500,00
2. Biaya Variabel : 24.734.000,00
Telur (Butir) 11.657 2.000 23.314.000,00
Garam (Kg) 20 15.000 .300.000,00
Tenaga Kerja (HOK) 20 50.000 1.000.000,00
BBM (Kg) 15 30.000 120.000,00
3 Biaya Tetap : 53.555,57
Serbuk Batu Bata 30 1.000 30.000,00
Penyusutan Alat 14 23.555,57
4. Pendapatan 4.354.944,43
5. R/C Ratio 1,17
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Pada tabel 5.2 diatas dijelaskan bahwa produksi itik peterlur perperiode
dalam 1 bulan dengan jumlah itik sebanyak 500 ekor sebanyak 11.657 butir
dengan harga jual perbutir sebesar Rp 2.500,00 dengan total penerimaan sebesar
Rp 29.142.500,00 Pendapatan yang di terima peternak dalam satu periode sebesar
Rp 4.354.944,43 dengan R/C ratio sebesar 1,17, maka usaha agroindustri telur
asin sangan layak dilakukan karna kelayakannya lebih besar dari 1.
Maka dapat di simpulkan apabila peternak menjual telur secara langsung
maka pendapatan yang diterima sebesar Rp 16.752.129,17 dan jika peternak
menjual telur asin pendapatan yang di terima bertambah sebesar Rp 4.354.944,43
oleh karena itu peternak di Joglo Tani lebih baik menjual telur asin di bandingkan
menjual telur biasa.
Sedangkan dalam penelitian Dinike Rara Puspitasari (2017) yang menjadi
landasan peneliti mengemukakan pendapatan home industry telur asin aneka rasa

46
di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa timur
memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 12.627.447,00/bulan dengan R/C
ratio sebesar 1,35.
5.2.3 Nilai Tambah Usaha Ternak Itik Petelur di JogloTani
Nilai tambah adalah nilai produksi barang akhir atau disebut juga hasil
penjualan barang akhir dikurangi biaya produksi, baik bahan mentah maupun
sewa, upah,bunga. Dapat dilihat pada table 5.1 dan 5.2 di atas dimana jika
peternak hanya menjual telur maka pendapatan yang di terimanya sebesar Rp
16.752.129,17 dan jika peternak menjual telur asin maka pendapatan yang di
terima sebesar Rp 4.354.944,43 dan jika di total maka pendapatan keseluruhan
sebesar Rp 21.107.073,60 dengan nilai tambah pada usaha ternak itik petelur di
Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta sebesar Rp 4.354.944,43.
Dapat disimpulkan jika peternak menjual telur asin maka akan lebih
menguntungkan dibandingkan peternak hanya menjual telur biasa, oleh karena itu
sebaiknya setiap melakukan usaha ternak itik petelur dianjurkan untuk lebih
banyak memproduksi telur asin dibandingkan hanya menjual telur biasa saja.
5.3 Analisis Titik Impas (BEP) di Joglo Tani
5.3.1 BEP TelurItik
Break Event Point(BEP) adalah suatu titik kembali modal dimana
pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama dengan nol (0). Suatu
perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break-even) yaitu apabila setelah

47
disususn laporan perhitungn laba rugi untuk suatu periode tertentu perusahaan
tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian,
dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Hasil
penjualan (sales revenue) yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya
dengan keseluruhan biaya (total cost), yang telah dikorbankan sehingga
perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.
Tabel 5.3 Analisis Titik Impas Telur (Skala Usaha 500 ekor) di Joglo Tani Desa
margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta
No Uraian Nilai Titik Impas
1. BEP Penerimaan (Rp) 1.944.085,88
2. BEP Produksi (Butir) 1.190.36
3. BEP Harga (Rp/Butir) 562,91
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan perhitungan di atas menyatakan bahwa usaha ternak itik
petelur mengalami break even point atau tidak untung dan tidak rugi jika
penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 1.944.085,88 per periode, produksi
1.190 butir per periode, harga jual sebesar Rp 562,91 / butir dengan jumlah 500
ekor.
Penelitian Endang Lastinawati (2016) yang menjadi landasan peneliti
mengemukakan bahwa usaha ternak itik petelur di Desa Sugi Waras Kecamatan
Belitang Mulya Kabupaten OKU Timur mengalami Titik Impas pada saat
Produksi telur sebanyak 740 butir per bulan dengan harga Rp 1.111.675,13 per
butir.

48
5.3.2 BEP Telur Asin.
Analisis Titik Impas atau Break Event Point(BEP) adalah suatu titik
kembali modal dimana pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama
dengan nol (0). Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break-even)
yaitu apabila setelah disususn laporan perhitungn laba rugi untuk suatu periode
tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak
menderita kerugian, dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama
dengan nol. Hasil penjualan (sales revenue) yang diperoleh untuk periode tertentu
sama besarnya dengan keseluruhan biaya (total cost), yang telah dikorbankan
sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.
Table 5.4.Analisis Titik Impas Telur Asin (Skala Usaha 500 ekor) di Joglo Tani
Desa margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta.
No Uraian Nilai Titik Impas
1. BEP Penerimaan (Rp) 357.037,13
2. BEP Produksi (Butir) 141.61
3. BEP Harga (Rp/Butir) 2.126,41
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan perhitungan di tas namakbahwa usaha ternak itik petelur
mengalami break even point atau tidak untung dan tidak rugi jika penerimaan
yang diperoleh petani sebesar Rp 357.037,13 per periode, produksi 142 butir per
periode, harga jual sebesar Rp 2.125,41/ butir dengan jumlah 11.657 butir.
Sedangkan pada penelitian Dinike Rara PuspitasariI (2017) yang menjadi
landasarn peneliti mengemukakan analisis break event point telur asin aneka rasa
tercapai ketika produksi rata-rata sebesar 3.753 butir/bulan atau ketika harga telur
asin Rp. 2.19/butir, sedangkan BEP penerimaan sebesar Rp. 11.117.189/bulan.

49
5.3.1 Perubahan Harga Telur
Analisis perubahan harga berfokus pada harga produksi karna pada
umumnya harga faktor produksi lebih stabil dibandingkan dengan harga
produknya, dengan kata lain biaya relative stabil sedangkan bessarnya penerimaan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga produk. Hasil perhitungan adalah sebagai
beriku:
1.Harga produk (P) saat penelitian = Rp2.000/ butir
2.Harga produk (P) saat BEP = Rp562,91/ Butir
3.Harga saat BEP adalah sebesar 60,50% dari harga rill saat penelitian.
Ini berarti bahwa jika penurunan harga melebihi 70% maka peternak menderita
kerugian sebagai berikut :
Tabel 5.5.Analisis Perubahan Harga Output/ Harga Jual Telur (Skala Usaha 500
Ekor) Di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan
Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
No Uraian Perubahan Harga (Rp)
1. Harga turun 50% sehingga menjadi Rp. 1.000 maka :
Penerimaan telur 11.657.000,00
Biaya total produksi 6.561.870,83
Masih untung 5.095.129,17
2 Harga turun 72% sehingga menjadi Rp. 560 maka:
Penerimaan telur 6.527.920
Biaya total produksi 6.561.870,83
Rugi -33.950,83
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan perhitungan di atas jelas bahwa jika penurunan harga produk
tidak melebihi 70% maka petani tidak mengalami kerugian. Angka 70% ini

50
merupakan titik batas yang harus diperhatikan untuk melindungi peternak sebagai
produsen ternak itik petelur.
5.3.4 Perubahan Harga Telur Asin
Analisis perubahan harga berfokus pada harga produksi karna pada
umumnya harga faktor produksi lebihs tabil dibandingkan dengan harga
produknya, dengan kata lain biaya relative stabil sedangkan bessarnya penerimaan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga produk. Hasil perhitungan adalah sebagai
beriku:
1.harga produk (P) saat penelitian = Rp2.500/ butir
2.harga produk (P) saat BEP = Rp2.126,41/ Butir
3.harga saat BEP adalah sebesar 76,30% dari harga rill saat penelitian.
Ini berarti bahwa jika penurunan harga melebihi 14% untuk telur asin maka
peternak menderita kerugian sebagai berik di tunjukkan pada table 5.6.
Tabel 5.6.Analisis Perubahan Harga Output/ Harga Jual Telur Asin (Skala Usaha
500 Ekor) Di Joglo Tani Dusun Mandungan 1 Desa Margolowih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
No Uraian Perubahan Harga (Rp)
1. Harga turun 10% sehingga menjadi Rp. 2.250 maka :
Penerimaan telur asin 26.228.250,00
Biaya total produksi 24.787.555,57
Masih untung 1.440.694,57
2. Harga turun 15% sehingga menjadi Rp.2.125 maka:
Penerimaan telur asin 24.771.125
Biaya total produksi 24.787.555,57
Rugi -16.430,57
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan perhitungan di atas jelas bahwa jika penurunan harga produk
tidak melebihi 14 % maka petani tidak mengalami kerugian. Angka 14% ini

51
merupakan titik batas yang harus diperhatikan untuk melindungi peternak sebagai
produsen ternak itik petelur.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pendapatan usaha ternak itik petelur Rp 16.752.129,17 dan pendapatan
usaha telur asin sebesar Rp 4.354.944,43 dengan nilai tambah sebesar Rp
4.354.944,43 sehingga total pendapatan telur + telur asin sebesar Rp
21.107.129,00 per bulan (skala 500 ekor)
2. Break Even Point (BEP) telur yang diperoleh peternak sebesar Rp
1.944.085,88 per bulan , produksi 1.190,36 butir per bulan, harga jual
sebesar Rp 562,91/ butir per bulan dengan skala 500 ekor. Sedangkan
Break Even Point (BEP) telur asin yang diperoleh peternak sebesar Rp
357.037,41 per bulan, produksi 141,61 butir per bulan, harga jual sebesar
Rp 2.126,41/ butir perbulan dengan skala 500 ekor.
6.2 Saran
1. Setelah melakukan penelitian di Joglo Tani peneliti memberikan saran
terhadap peternak di Joglo Tani, sebaiknya peternak lebih baik menjual
telur asin dibandingkan menjual telur saja karna pendapatan telur asin
lebih banyak disbanding peternak hanya menjual telur biasa.
2. Jika peternak ingin mendapatkan keuntungan maka produksi telur harus
di atas BEP yaitu 1.190,36 butir dengan harga jual di atas BEP yaitu Rp

53
562,91/butir untuk telur dan jika peternak ingin memperolek keuntungan
pada usaha telur asin maka peternak harus menjual di atas harga BEP
yaitu Rp 2.126,41/butir.

DAFTAR PUSATA
Agustina, I. (2014). Perhitungan Break Even Point (Bep) Terhadap Produk
Pempek Pada Toko Aan Palembang (Doctoral Dissertation, Politeknik
Negeri Sriwijaya).
Aktiva, E. (2016). Kontribusi Pendapatan Usahatani Dan Non Usahatani Terhadap
Pendapatan Total Keluarga Petani Padi Sawah Lebak Pinggiran Kota.
Jurnal Triagro, 1(1).
Alwindra, Nasution. Analisis Keuntungan Usaha Peternakan Itik Petelur(Studi
Kasus Pada Peternakan Itik Zulkarnain Farm) Di Lubuk Minturun
Kecamatan Koto Tangah, Kota Pdang 2019. Phd Thesis. Universitas
Andalas.
Astuti, H. B., Yesmawati, Y., Harta, L., & Reswita, R. (2019). Pendapatan Usaha
Dan Persediaan Bahan Baku Industri Bawang Goreng (Studi Kasus
Industri Bawang Goreng “Uda Saprudin”). Agribusiness Journal, 13(2),
Bahri, S. (2014). Analisis Perencanaan Laba Dengan Menggunakan Metode
Break Even Point Pada Pt. Iga Bina Mix Pekanbaru (Doctoral
Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Firmansyah, Z. (2015). Analisis Pengaruh Umur, Pendidikan, Dan Upah Terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja. Economics Development Analysis Journal,
4(1)
Ginanjar, G. G. (2019). Kajian Pendapatan Dan Risiko Usaha Budidaya
Pembesaran Udang Galah (Doctoral Dissertation, Universitas Siliwangi).
Hartono, B. (2012). Ekonomi Bisnis Peternakan. Universitas Brawijaya Press.
Hani, S. (2014). Akuntansi Syariah Antara Value Free Dan Value Added. In
Proceding International Workshop On Islamic Development/Workshop
Internasional Pembangunan Berteraskan Islam (Wapi-7) Tahun.
Hamidah, M., Yusra, A. H. A., & Sudrajat, J. (2015). Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Kripik Ubi Di Kota Pontianak. Jurnal Social Economic Of
Agriculture, 4(2),
Idham, M. (2015). Perphitungan Braek Even Point (Bpe) Dalam Unit Dan Rupiah
Untuk Perencanaan Laba Pada Pempek Plamboyant Palembang
(Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Kartasapoetra, G., & Bambang, S. (1992). Kalkulasi Dan Pengendalian Biaya
Produksi.

55
Kemala, N., & Wulandari, S. A. (2017). Dampak Kemasan Terhadap Kuantitas
Penjualan Produk Usaha Agroindustri Cv. Tuli Mario Di Tangkit Baru
Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 15(1),
Ken Suratiyah (2015) Ilmu Usahatani Edisi Revisi
Lastinawari, E. (2016). Analisis Titik Impas Dan Resiko Pendapatan Usaha
Ternak Itik Petelur Di Desa Sugih Waras Kecamatan Belitang Mulya
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Jurnal Social Economic Of
Agriculture,
Luntungan, A. Y. (2019). Analisis Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tomat Apel
Di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Jurnal Pembangunan
Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 17(1).
Manik, J. R. (2011). Analisis Usahatani Pola Polikultur.
Ma’ruf, M. A. (2017). Perbandingan Pendapatan Petani Ubi Kayu Beralih Ke
Penanaman Sengon Di Desa Gesengan Kecamatan Cluwak Kabupaten
Pati (Doctoral Dissertation, Universitas Bojonegoro).
Muflihani, Y., Zainuddin, D., Suryawati, R. W., & Rochjat, M. (2000).
Pemanfaatan Limbah Restoran Untuk Ransum Ayam Buras. Balai
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Id: Jakarta.
Muhammad F. (2018). Persepsi Petani Dan Analisis Pendapatan Usaha Budidaya
Lebah Madu Di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur.
Nadir, N., & Mutmainnah, M. (2018, December). Analisis Pendapatan Usaha Tani
Nelayan Patorani (Telur Ikan Terbang) Di Dusun Jempang Kalukuang
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. In Seminar Nasional Hasil
Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M).
Nugroho, T. K., Eddy, B. T., & Sumekar, W. (2011). Pengaruh Faktorfaktor
Sosial Terhadap Perilaku Beternak Itik Di Ktti Kabupaten Brebes (The
Influence Of Social Factors On The Behavior Of The Members Of Duck
Farmer Group In Brebes Regency) (Doctoral Dissertation, Fakultas
Peternakan Dan Pertanian Undip).
Nurhasan, R., Purnomo, E., & Sinaga, R. M. (2018). Pelaksanaan Praktik Kerja
Industri Dalam Upaya Meningkatkan Minat Berwirausaha. Jurnal Studi
Sosial,
Rahutomo, B., Eddy, B. T., & Mardiningsih, D. (2013). Analisis Karakteristik
Entrepreneurship Pada Dua Orang Peternak Itik Di Desa Ngrapah

56
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.(The Entrepreneurship
Characteristic Analysis Of Two Duck Breeders At Ngrapah Village
Banyubiru Sub-District Semarang Regency (Doctoral Dissertation,
Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).
Rinto, R., Santoso, S. I., & Muryani, R. (2018). Analisis Komputasi Pendapatan
Break Even Point (Bep) Dan Ratio R/C Ratio Peternakan Ayam Petelur
Rencang Gesang Farm Di Desa Janggleng Kecamatan Kaloran Kabupten
Temanggung.. Mediagro
Sasmita, E. (2019). Analisis Pendapatan Petani Rumput Laut Di Kelurahan Bonto
Lebang Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng (Doctoral
Dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Sidadolog, J. H. P., Wagiman, F. X., & Triman, B. (2019). Beternak Itik Petelur
Dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal: Pemanfaatan Keong Mas Hama
Padi Sebagai Sumber Protein. Ugm Press.
Sihabuddin, N. (2016). Skenario Kebijakan Pemenuhan Protein Hewani
Masyarakat Jawa Timur Melalui Pengembangan Usaha Peternakan
Unggas Itik (Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik) (Doctoral
Dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Suarni, S. (2017). Analisis Hukum Ekonomi Islam Terhadap Usaha Peternakan
Itik Nomaden Di Kelurahan Kassa Kecamatan Batulappa Kabupaten
Pinrang (Doctoral Dissertation, Stain Parepare).
Sidharta, N. R., Sudarma, I. M., & Djelantik, A. W. S. (2017). Analisis Efisiensi
Teknis Penggunaan Pupuk Dan Pestisida Budidaya Asparagus Di Desa
Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Jurnal Agribisnis Dan
Agrowisata (Journal Of Agribusiness And Agritourism).
Sudaryanto, T., & Jamal, E. (2014). Pengembangan Agribisnis Peternakan
Melalui Pendekatan Corporate Farming Untuk Mendukung Ketahanan
Pangan Nasional. Jitv, 19(3).
Sudiyono, A. (2002). Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.
Wakhid, A. (2013). Super Lengkap Beternak Itik. Agromedia.
Widodo, E. (2010). Nutrisi Dan Teknik Pemeliharaan Ayam Organik. Universitas
Brawijaya Press.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kuisioner
DAFTAR KUISIONER UNTUK INFORMAN
NURINDASARI (105961124216)
Judul Penelitian :
Analisis Titik Impas dan Nilai Tambah Usaha Ternak Itik Petelur
(Studi Kasus di Joglo Tani Desa margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten
Sleman DI Yogyakarta)
A. INFORMAN1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir : TT SD / SD / SLTP / SLTA / Diploma / Sarjana
4. Pekerjaan Pokok :
5. Pekerjaan Sampingan :
6. Pengalaman Berternak :
7. Luas Lahan Usahatani :
8. Jumlah tanggungan keluarga :
B. Biaya Variabel
No Uraian Satuan (unit) Jumlah (Unit) Harga (Rp/Unit) Nilai (Rp)
1 Persiapan Lahan
Tk luar keluarga
2 DOD
3 Pakan
a. Konsentrat
b. Karak
c. Polar
d. Hijauan
4 Pemberian Pakan
Tk luar keluarga
5 Pengairan
Tk Luar Keluarga
6 teenage karma
a. Tk Luar Keluarga
7 vitamin Viterna

58
C. Biaya Tetap ( Penyusutan Alat)
No Nama Alat Harga Beli (Rip/Unit) Jumlah (unit) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp/bulan)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

59
INFORMAN
1. Nama Responden : Ade Irwan Saputra
2. Umur : 25 tahun
3. Pendidikan Terakhir : SLTA
4. Pekerjaan Pokok : Mahasiswa
5. Pekerjaan Sampingan : Beternak
6. Pengalaman Berternak : 4 Tahun
7. Luas Lahan Usahatani : 1.000 m
8. Jumlah tanggungan keluarga : 3 orang
3. Biaya Variabel ( Sarana Produksi dan Tenaga Kerja)
No Uraian Satuan (unit) Jumlah (Unit) Harga (Rp/Unit) Nilai (Rp)
1 Persiapan Lahan
Tk luar keluarga (HOK) 3 500,000.00 1,500,000.00
2 Dod 520 85.000,00 44.200.000
3 Pakan
a. Konsentrat (kg) 50 2 395.000,00 790,000.00
b. Karak (kg) 50 2 180.000,00 360,000.00
c. Polar (kg) 50 2 215.000,00 430,000.00
d. Hijauan (kg) 2,5
e.BBM (kg) 12 4 30000 120,000.00
4 Pemberian Pakan
Tk luar keluarga (HOK) 2 15 50,000.00 750,000.00
5 Pembuatan telur asin
Tk Luar Keluarga (HOK) 2 20 50,000.00 1,000,000.00
7 vitamin Viterna 1 1 130.000,00 130.000,00

60
Biaya tetap
a.Penyusutan Alat Itik Petelur
No Nama Alat Harga Beli (Rip/Unit) Jumlah (unit) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp/bulan)
1 Baskom 40.000,00 35 1.400.000 5 23.333,33
2 Plastik Yufi 6.000.000 1 6.000.000 5 100.000,00
3 Gayung 15.000,00 1 15.000,00 4 312,5
4 Timbangan 2.300.000 1 2.300.000 10 19.166,66
5 Drum 300.000,00 1 300.000,00 10 2.500,00
6 sewa lahan 1.500.000 1.500.000 1 125.000,00
7 Mesin 531.000,00 1 531.000,00 5 8.850,00
8 rak telur 1.000,00 1.500,00 1.500.000
9 Rak telur plastik 5.000,00 10 25.000,00 2 1.041,67
b. Penyusutan Alat Telur Asin
No Nama Alat Harga Beli (Rip/Unit) Jumlah (unit) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp/bulan)
1 Baskom 40,000.00 10 400,000.00 5 6,666.67
2 kompor gas 250,000.00 1 250,000.00 5 4,166.67
3 panci 200,000.00 1 200,000.00 3 5,555.56
4 serbuk batu bata 1,000.00 30 30,000.00 1 2,500.00
5 Tabung Elpiji 3Kg 140,000.00 2 280,000.00 5 4,666.67

61
Lampiran 2.Produksiperkandang usaha Ternak itik Petelur (Skala Usaha 500
Ekor) di Joglo Tani Desa margoluwih, Kecamatan Sayegan
Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta
(K1) 50 ekor(K2) 50 ekor(K3)50 ekor(K4) 50 ekor(K5) 50 ekor(K6) 50 ekor (K8) 50 ekor(K9) 50 ekor(k10) 50 ekor
1 35 40 35 38 35 36 36 39 36
2 36 40 36 39 38 38 37 40 39
3 35 40 35 38 35 36 36 39 36
4 35 39 35 38 35 36 36 39 365 38 40 37 40 37 39 38 40 39
6 36 40 36 37 36 37 36 40 39
7 36 40 36 36 36 37 36 39 36
8 35 39 35 36 35 38 36 36 38
9 38 40 38 40 38 39 38 40 39
10 36 40 36 36 36 37 36 40 37
11 37 40 38 40 38 38 39 40 39
12 37 40 37 40 37 38 37 39 38
13 36 40 36 40 37 37 37 40 39
14 40 44 40 41 40 40 40 44 40
15 40 44 40 41 40 41 41 44 41
16 39 44 40 44 40 40 43 44 44
17 40 44 40 44 40 43 42 44 43
18 40 44 40 41 40 40 40 44 41
19 40 44 40 41 40 41 40 44 41
20 39 44 39 40 39 39 39 44 41
21 40 44 40 41 40 41 40 44 41
22 39 43 39 40 39 39 39 43 40
23 40 44 40 44 40 43 40 44 44
24 40 44 40 41 41 41 40 44 41
25 39 43 39 39 39 40 39 40 40
26 35 39 35 36 36 38 35 40 36
27 40 40 38 39 39 39 38 40 40
28 35 39 35 35 35 36 35 38 35
29 34 36 34 34 34 35 34 36 35
30 36 40 36 37 38 36 36 40 40
Total 1126 1238 1125 1176 1133 1158 1139 1228 1174
hariProduksi (Butir)/Kandang
(K7) 50 ekor
36
36
36
3639
37
37
36
1160
39
36
39
38
38
40
41
43
44
40
41
39
41
39
43
35
39
41
40
36
39
36

62
Lampiran 3. Produksiperhari usaha Ternak itik Petelur (Skala Usaha 500 Ekor) di
Joglo Tani Desa margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta
Konsentrat (kg) Polar (kg) Karak (Kg) Hijauan (kg)
1 366 2,5 2,5 2,5 1
2 379 2,5 2,5 2,5 1
3 366 2,5 2,5 2,5 1
4 365 2,5 2,5 2,5 1
5 387 2,5 2,5 2,5 1
6 374 2,5 2,5 2,5 1
7 369 2,5 2,5 2,5 1
8 364 2,5 2,5 2,5 1
9 389 2,5 2,5 2,5 1
10 370 2,5 2,5 2,5 1
11 388 2,5 2,5 2,5 1
12 381 2,5 2,5 2,5 1
13 380 2,5 2,5 2,5 1
14 409 2,5 2,5 2,5 1
15 413 2,5 2,5 2,5 1
16 421 2,5 2,5 2,5 1
17 424 2,5 2,5 2,5 1
18 410 2,5 2,5 2,5 1
19 412 2,5 2,5 2,5 1
20 403 2,5 2,5 2,5 1
21 412 2,5 2,5 2,5 1
22 400 2,5 2,5 2,5 1
23 422 2,5 2,5 2,5 1
24 413 2,5 2,5 2,5 1
25 398 2,5 2,5 2,5 1
26 366 2,5 2,5 2,5 1
27 390 2,5 2,5 2,5 1
28 360 2,5 2,5 2,5 1
29 348 2,5 2,5 2,5 1
30 378 2,5 2,5 2,5 1
Total 11657 75 75 75 30
Total ProduksiPakan
Hari

63
Lampiran 4. Peta Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman DI Yogyakarta

64
Lampiran 5. BEP Telur (Skala Usaha 500 ekor) di Joglo Tani Desa Margoluwih,
Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta
BEP Penerimaan Rp =
=
= 1 0 20 1
=1 0 20 1
=Rp. 1.944.085,88
BEP Produksi telur biasa (butir) =
=1 0 20 1
=1 0 20 1
=1.190,36 Butir
Bep Harga telur biasa =
=
= Rp 562,91/ Butir

65
Lampiran 6. BEP Telur Asin (Skala Usaha 500 ekor) di Joglo Tani Desa
Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta
BEP Penerimaan Rp =
=
=
=
=Rp. 357.037,13
BEP Produksi telur asin (butir) =
=
=
=141,61 Butir
Bep Harga telur asin =
=
= Rp 2.126,41/ Butir

66
Lampiran 7. Analisis perubahan harga telurdi Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta
Analisis perubahan harga berfokus pada harga produksi karna pada
umumnya harga faktor produksi lebihs tabil dibandingkan dengan harga
produknya, dengan kata lain biaya relative stabil sedangkan bessarnya penerimaan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga produk. Hasil perhitungan adalah sebagai
beriku:
4. harga produk (P) saat penelitian =Rp 2.000/ butir
5. harga produk (P) saat BEP = Rp 562,91/ Butir
6. harga saat BEP adalah sebesar 70,50% dari harga rill saat penelitian.
Ini berarti bahwa jika penurunan harga melebihi 70% maka peternak menderita
kerugian sebagai beriku:
1. . harga turun 50% untuk telur biasa sehingga menjadi Rp.1.000 maka:
-penerimaan telur 11.657 × 1.000 =Rp 11.657.000
-biaya produksi total =Rp (-)
Masih untung =Rp 5.095.129,17
2. harga turun 72% sehingga menjadi Rp.560 maka:
-penerima telur 11.657 × 560 =Rp 6.527.920
-biaya produksi total =Rp (-)
Rugi = Rp - 33.950.83

67
Lampiran 8. Analisis perubahan harga telur Asindi Joglo Tani Desa Margoluwih,
Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta
Analisis perubahan harga berfokus pada harga produksi karna pada
umumnya harga faktor produksi lebihs tabil dibandingkan dengan harga
produknya, dengan kata lain biaya relative stabil sedangkan bessarnya penerimaan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga produk. Hasil perhitungan adalah sebagai
beriku:
4. harga produk (P) saat penelitian = Rp 2.500/ butir
5. harga produk (P) saat BEP = Rp 2.126,41/ Butir
6. harga saat BEP adalah sebesar 60,35% dari harga rill saat penelitian.
Ini berarti bahwa jika penurunan harga melebihi 14% untuk telur asin maka
peternak menderita kerugian sebagai beriku:
1. harga turun 10% untuk telur asin sehingga menjadi Rp2.250 maka:
-penerimaan telur 11.657 ×2.250 =Rp 26.228.250
-biaya produksi total =Rp (-)
Masih untung =Rp 1.440.694,57
2. harga turun 15% sehingga menjadi Rp.2.125 maka:
. -penerima telur biasa 11.657×2.125 =Rp 24.771.125
-biaya produksi total =Rp (-)
Rugi =Rp -16.430,57

68
Lampiran 9.Analisis Kelayakan usaha ternak itik petelurdi Joglo Tani Desa
Margoluwih Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta
Dalam analisis kelayakan usaha ternak itik petelur ini digunakan beberapa
criteria yaitu: R/C ratio, produktivitas modal (π/C), produkvitas tenaga kerja dan
ukuran nilai sewa lahan. Suatu usaha ternak itik petelur dikatakan layak apabila,
1. R/C ratio > 1 atau S/TC > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku.
3. Produktivitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan > sewa lahan
Perhitungan :
1. R/C ratio atau
=
= 3,55 > 1 > layak
2. π/C ratio atau π
=
= 255,29% > 11% > layak
3. produksi tenaga kerja =
=Rp 50.000/HKO > Rp.40.000/HKO
4. pendapatan peternak = Rp. > Rp. 125.000
dari keempat kriteria tersebut maka usaha ternak itik petelur layak untuk
dikembangkan

69
Lampiran 10.Analisis Kelayakan usaha ternak itik petelur asindi Joglo Tani Desa
Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta.
Dalam analisis kelayakan usaha ternak itik petelur ini digunakan beberapa
criteria yaitu: R/C ratio, produktivitas modal (π/C), produkvitas tenaga kerja dan
ukuran nilai sewa lahan. Suatu usaha ternak itik petelur dikatakan layak apabila,
1. R/C ratio > 1 atau S/TC > 1
2. π/C > bunga bank yang berlaku.
3. Produktivitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku
4. Pendapatan > sewa lahan
Perhitungan :
1. R/C ratio atau
=
= 1,17 > 1 > layak
2. π/C ratio atau π
=
= 17,57% > 11% > layak
3. produksi tenaga kerja =
= Rp 50.000/HKO > Rp.40.000/HKO
4. pendapatan peternak = Rp. > Rp. 125.000
dari keempat kriteria tersebut maka usaha ternak itik petelur layak untuk
dikembangkan

70
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian Pada Usaha Ternak Itik di Joglo Tani Desa
Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Provinsi DI
Yogyakarta
Gambar 1. Kandang itik Joglo Tani
Gambar 2. Pakan Polar, Konsentrat, dan Karak

71
Gambar 3. Garam
Gambar 4. Pembersihan Telur

72
Gambar 5. Proses Pembuatan Telur Asin
Gambar 6. Pengemasan Telur Asin

73
Gambar 7. Wawancara Informan
Gambar 8. Produksi telur

74
RIWAYAT HIDUP
Nurindasari dilahirkan di Kelurahan Rajaya Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar pada tanggal 23
maret 1998. Putrid dari Ayahanda H. Muh Dahlan dan Ibunda
Hj. Hasnah. Penulis merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.
Penulis menempuh Pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 155 Inpres
Rajaya, Pada tahun 2010 penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 3 Takalar dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Takalar selesai tahun 2016. Pada tahun yang
sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis.
Selama penulis kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar, penulis
pernah magang di Joglo Tani Desa Margoluwih Kecamatan Sayegan Kabupaten
Sleman Provinsi DI Yogyakarta pada Tahun 2019. Tugas akhir dalam pendidikan
tinggi diselsaikan dengan skripsi yang berjudul “ Analisis Titik Impas dan Nilai
Tambah Usaha Ternak Itik Petelur ( Studi Kasus di Joglo Tani Desa Margoluwih
Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman Provinsi Di Yogyakarta)”.