ANALISIS TIPOLOGI KEMANDIRIAN DAERAH BERDASARKAN...
-
Upload
nguyendiep -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of ANALISIS TIPOLOGI KEMANDIRIAN DAERAH BERDASARKAN...
ANALISIS TIPOLOGI KEMANDIRIAN DAERAH
BERDASARKAN EARNING PERFORMANCE DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA WILAYAH
KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAWA BARAT TAHUN
2012-2017
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar
Sarjana Ekonomi
Di susun oleh
DWI NUNI
NIM: 1111084000021
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI
PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/1439 H
i
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, 7 April 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Dwi Nuni
2. NIM : 1111-084-0000-21
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Tipologi Kemandiriran Daerah Berdasarkan
Earning Performance dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada
Wilayah Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 April 2015
1. DR. IR. H. Roikhan Moch. Aziz , MA.MM ( )
NIDN : 0325067004 Ketua
2. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
NIP: 19711118 200501 1 003 Sekertaris
3. Zuhairan Yumni Yunan ( )
NIP: Penguji Ahli
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Dwi Nuni
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juni 1993
3. Alamat : Jalan Kihajar Dewantara RT 001/
RW 004 No. 35 Ciputat, Kota
Tangerang Selatan
4. Telepon : 0838 – 9697 - 7793
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : SDN III Ciputat
2. SMP : SMP Islamiyah Ciputat
3. SMA : SMAN 1 Kota Tangsel
4. S1 : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
English Cource Latanza Institute, Tahun 2012
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Peserta dalam acara Seminar Peringatan Hari Kartini ―Membentuk
Karakter Kartini Masa Kini yang Maju, Cerdas, Mandiri dan
Beretika‖ diselenggarakan oleh BEM FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 8 Mei 2012
2. Peserta dalam acara Islamic Fair : Training dan Talkshow :
―Kokohkan iman dan budayamu di tengah terjangan globalisasi‖ di
selenggarakan oleh LDK KOMDA FEB & FSH UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 20 Desember 2012
v
3. Peserta dalam acara FST Enterpreneurship Week ―Kreasikan
idemu, Wujudkan Prestasi Usahamu‖ di selenggarakan oleh FST
UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 18-20 Maret 2014
4. Peserta dalam Pelatihan Karya Tulis Ilmiah ―Mewujudkan
Regenerasi Mahasiswa Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang
Akademik‖ di selenggarakan oleh HMJ IESP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 26 Maret 2014
5. Narasumber dalam acara ―Seminar Redenominasi Mata Uang
Rupiah‖ di SMK Bumi Putera Pamijahan, di selenggarakan oleh
KKN AKASIA 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Agustus
2014
6. Dialog jurusan dan seminar konsentrasi ―Mengenal Lebih Dekat
Dengan Jurusan Sendiri‖ di selenggarakan oleh HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Oktober 2014
7. Peserta dalam acara Seminar Nasional ―Korupsi Mengkorupsi
Indonesia‖ di selenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dn Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Desember 2014
8. Reporteur dalam acara ―Forum Pemerintah dan Swasta dalam
Manajemen Gratifikasi‖ di selenggarakan oleh Transparency
International Indonesia (TII) dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), 26 November 2015
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Edy Warsito
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 November 1962
3. Ibu : Kartinem
4. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 9 Mei 1962
6. Alamat : Jalan Kihajar Dewantara RT 001/
RW 004 No. 35 Ciputat, Kota
Tangerang Selatan
5. Telepon : 0838-9697-7793
6. Anak ke- : 2 dari 2 bersaudara
vi
ABSTRACT
This study aims to see the effect of local revenue and earning
performance (local taxes and levies) on the independence of regency / city in West
Java Province during the period 2012-2017. This study uses panel data with the
best model selection is Fixed Effect Model (FEM).
The results of data analysis with Eviews version 09 shows that the
variable of local income and earnings performance (local taxes and levies) have a
significant effect and have positive correlation to regional independence. Based
on the results of the research, the coefficient of determination of Adjusted R-
squared is 60.62%, which means that the original income variable of the region
and earning performance can explain the independence variable of the region
while the remaining 39.38% is explained by other variables outside this research.
Keywords: Regional Independence, Local Original Income, Earning
Performance, Local Taxes, Levies, Fixed Effect Model (FEM)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah
dan earning performance (pajak daerah dan retribusi daerah) terhadap
kemandirian daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat selama periode tahun
2012-2017. Penelitian ini menggunakan data panel dengan pemilihan model
terbaik adalah Fixed Effect Model (FEM).
Hasil analisis data dengan Eviews versi 09 menunjukan bahwa variabel
pendapatan asli daerah dan earning performance (pajak daerah dan retribusi
daerah) berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap
kemandirian daerah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai Koefisien
determinasi Adjusted R-squared sebesar 60,62% yang artinya bahwa variabel
pendapatan asli daerah dan earning performance dapat menjelaskan variabel
kemandirian daerah.sedangkan sisanya 39,38% dijelaskan oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Kata Kunci : Kemandirian Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Earning
Performance, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Fixed Effect Model (FEM)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
karunia, rezeki dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tipologi Kemandiriran Daerah
Berdasarkan Earning Performance dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada
Wilayah Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017” dengan
baik. Shalawat serta salam penulis panjatkan atas baginda nabi besar Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan sampai zaman
terang-benderang seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesainya skripsi ini tentu atas dukungan, bantuan,
bimbingan, semangat dan doa dari orang-orang tebaik yang ada di sekeliling
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih sangat banyak kekurangan, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran agar menjadi pembelajaran bagi kedepannya.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikamberkah dan rahmat-Nya serta
mendengar doa-doa saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan
Ya Allah.
2. Kedua orang tuaku untuk kasih dan sayangnya yang tulus, ibuku tercinta
Kartinem dan Ayahku tercinta Alm. Edy Warsito yang selalu mendoakan,
memberi kasih saying, memberi motivasi dan selalu memberikan nasihat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menjalani hidup ini dengan baik.
Skripsi ini ku persembahkan untuk kalian.
ix
3. Terimakasih untuk kakak ku Eka Annisa dan adikku Ilham Saputra serta
ponakanku tersayang Hanny Poetri Zefa yang selalu ada buat penulis.
Semoga kalian sukses dan menjadi anak yang berbakti pada orang tua.
4. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta semoga dapat memajukan dan mengembangkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.
5. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jakarta yang telah
meluangkan waktu dan arahan-arahan yang baik selama saya
berkonsultasi.
6. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jakarta terimakasih
atas ilmu yang telah diberikan kepada saya.
7. Ibu Najwa Khairina, M.A selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan cepat dan baik, semoga
Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
8. Bapak Suhenda Wiranata Dr. M.E selaku dosen penasihat akademik yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan, ilmu yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
9. Terimakasih kepada dosen-dosen IESP yang telah memberikan ilmunya
yang sangat berguna dan berharga untuk saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen serta
seluruh jajaran karyawan dan staff FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat terrbaikku, Vina Refriana, Dwika Julia Mutiara, Annisa
Rahmadani, Hidayati Tamimi, Amalia Nur Azizah dan Najwa Najib yang
selalu mengingatkan, merangkul, menemani dari masa-masa awal kuliah
hingga akhir suka maupun duka, dan selalu memberikan dukungan serta
doanya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan kalian.
11. Teman-teman IESP A angkatan 2011, Nilam Nurlaela, Zul Kairani, Yuli
Yanti, Arief Budiman, Riri Ruhiana, Barep Prajitno, Dimas Brianto, Ariad
x
Ditya, yang telah menjaga kekompakan dan kebersamaan saat awal-awal
kuliah serta meberikan canda dan tawa. Terimakasih karena kalian telah
menjadi teman yang baik buat saya.
12. Teman-Teman IESP Pembangunan 2011, Nilam, Dilla, Dimas, Ariad, Rio,
Della, Isti, Ella, Refi dll terimakasih atas segala pertemuan dan
pertemanannya, semoga pertemanan kita tidak selesai sampai disini.
13. Teman-Teman IESP Angkatan 2011, yang saya cintai dan tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.terimakasih atas kebersamaan kalian yang penuh
warna, canda dan tawa.
14. Teman-teman KKN AKASIA Desa Ciasmara-Pamijahan 2014, Vina
Refriana, Dwika Julia, Raras Dewi, Betty Haifa, Sa’adah, Yayah
Fauziyah, Fardah, Ayu, Riri Ruhiana, Rendi Edi, Reza Haryo, Ridwan,
Antok, Nando, Kome dan Ozin yang telah menghabiskan waktu 31 hari
bersama dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat bergun
bagi saya.
15. Sahabat SMP dan SMA terbaik, Lita Novitasari, Restu Puspadirani, Heppy
Sugiarti, Khairunnisa Bunga, dan Hanifah Silvianie atas semua canda,
tawa pembelajaran, motivasi serta semangat dan ilmu yang kalian berikan
kepada saya selama ini.
16. Terimakasih untuk Om Tono yang selalu memberikan nasihat dan
semangat untuk penulis agar segera dapat menyelesaikan skripsi.
17. Terimakasih untuk teman-teman Manajemen 2011, Bingah Pangesti,
Hanna Bilqis, Ahmad Mulki dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan bantuannya di akhir saya
menyelesaikan skripsi.
18. Terimakasih untuk Bulek Sri Mulyani, Paklek Suyatno dan Mba Yunita
yang dengan kerendahan hati telah berbagi ilmu dan memberikan banyak
saran dan dukungan bagi saya selama perkuliahan maupun penulisan
skripsi ini.
19. Terimakasih untuk diri ini, karena dengan niat yang kuat, semangat yang
membara dan tekad yang tak kenal lelah, sehingga skripsi ini dapat di
selesaikan dengan baik.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh ari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 Mei 2018
Dwi Nuni
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ i
ABSTRACT ....................................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Peneltian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Otonomi Daerah ................................................................................. 8
B. Kemandirian daerah ............................................................................ 8
1. Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah ........................... 8
2. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ................................ 10
3. Pola Hubungan Kemandiriran Keuangan Daerah .................. 10
4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Keuangan Daerah ................................................................... 10
C. Pendapatan Asli Daerah...................................................................... 11
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ....................................... 11
2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ............................... 12
xiii
D. Earning Performance .......................................................................... 13
E. Pajak Daerah ....................................................................................... 13
F. Retribusi Daerah ................................................................................. 15
G. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Kemandirian
Keuangan Daerah ............................................................................... 16
H. Hubungan Earning Performace (Pajak dan Retribusi)
dengan Kemandirian Keuangan Daerah ............................................. 17
I. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 17
J. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 24
K. Hipotesa Penelitian ............................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 26
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 26
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 26
C. Sumber Data ....................................................................................... 27
D. Metode Analisis .................................................................................. 27
1. Analisis Data Panel ..................................................................... 27
2. Estimasi Model Data Panel ......................................................... 28
a. Pendekatan PLS .................................................................... 28
b. Pendekatan FEM ................................................................... 28
c. Pendekatan REM ................................................................... 29
3. Pemilihan Model Data Panel ....................................................... 30
a. PLS vs FEM .......................................................................... 30
b. FEM vs REM ........................................................................ 31
4. Model Empiris ............................................................................. 32
5. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 33
a. Uji Normalitas ....................................................................... 33
b. Uji Multikolinieritas .............................................................. 34
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................... 35
d. Uji Autokolerasi .................................................................... 36
6. Uji Hipotesis ............................................................................... 37
a. Uji t ....................................................................................... 37
b. Uji F ...................................................................................... 38
xiv
c. Koefisien Determinasi R2 .............................................................................
39
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 39
1. Variabel Dependen ................................................................. 40
2. Variabel Independen ............................................................... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 42
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 42
B. Penemuan dan Pembahasan ............................................................... 43
1. Analisa Deskriptif ........................................................................ 43
a. Analisa Deskriptif Kemandirian Daerah di Kabupaten/
Kota Propinsi Jawa Barat ...................................................... 43
b. Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/
Kota Propinsi Jawa Barat ...................................................... 44
c. Analisa Deskriptif Earning Performance di Kabupaten/
Kota Propinsi Jawa Barat ...................................................... 45
2. Pemilihan Model Terbaik ............................................................ 47
a. PLS vs FEM (Uji Chow) ....................................................... 47
b. FEM vs REM (Uji Hausman ................................................. 48
3. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 49
a. Uji Normalitas ....................................................................... 49
b. Uji Multikolinieritas .............................................................. 50
c. Uji Heterokedastisitas ............................................................ 51
d. Uji Autokolerasi .................................................................... 52
4. Model Fixed Effect Model .......................................................... 53
5. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 53
a. Uji t dan Interpretasi Hasil Analisis ...................................... 53
b. Uji F dan Interpretasi Hasil Anaisis ...................................... 54
c. Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 55
C. Analisis Ekonomi .............................................................................. 55
a. Pendapatan Asli Daerah .............................................................. 61
b. Earning Performance (Proksi Pajak Daerah) .............................. 62
c. Earning Performance (Proksi Retribusi Daerah)......................... 63
xv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 66
A. Kesimpulan ........................................................................................ 66
B. Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN ...................................................................................................... 71
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Daftar Opini LKPD di Jawa Barat Selama Lima Tahun Anggaran
(TA 2011 – TA 2015) 3
1.2 Rata-rata Proporsi PAD dan DAU 4
2.1 Kriteria Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 9
2.2 Penelitian Terdahulu 20
3.1 Tabel Uji Durbin-Watson 36
3.2 Operasional Variabel Penelitian 41
4.1 Hasil Uji Chow 48
4.2 Hasil Uji Hausman 49
4.3 Tabel Correlation Matrix 51
4.4 Hasil Uji Harvey 51
4.5 Hasil Uji Autokorelasi 52
4.6 Hasil Uji t-Statistik 53
4.7 Hasil Uji F-Statistik 55
4.8 Hasil Uji Adjusted R-Square 55
4.9 Interpretasi Fixed Effect Model 56
4.10 Daftar rasio Earning Performance dan rasio Kemandirian Daerah,
pola hubungan dan tingkatan kemandirian daerah 63
xvii
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 25
4.1 Kemandirian Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012-2016 (Dalam Persentase) 44
4.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012-2016 (Dalam Juta Rupiah) 45
4.3 Pajak Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun
2012-2016 (Dalam Persen) 46
4.4 Retribusi Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun
2012-2016 (Dalam Persen) 47
4.6 Hasil Uji Normalitas 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Dari Variabel Yang Digunakan 70
2 Hasil Uji Chow 74
3 Hasil Uji Hausman 75
4 Hasil Uji Normalitas 76
5 Hasil Uji Multikolinearitas 76
6 Hasil Uji Harvey 77
7 Hasil Fixed Effect Model 78
8 Hasil Random Effect Model 79
9 Realisasi PAD dan Pendapatan Transfer 80
10 t-Tabel 84
11 F-Tabel 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang terluas di
kawasan Asia Tenggara, selain itu Indonesia juga mempunyai karakteristik
wilayah yang berbeda-beda. Indonesia dibagi menjadi 34 Provinsi mulai dari
Sabang sampai Merauke. Dari setiap wilayah di seluruh Indonesia, tidak dapat
dipungkiri bahwa kemampuan untuk tumbuh pastilah berbeda melihat Indonesia
merupakan Negara yang memiliki sumber daya yang melimpah dan berbeda-beda
pula di setiap wilayah. Ada beberapa wilayah yang cepat pertumbuhannya,
sedangkan wilayah lainnya sangat tertinggal.
Pelaksanaan otonomi di Indonesia telah mempermudah dalam mengatur
jalannya pemerintahan. Karena otonomi daerah memberikan kewenangan seluas-
luasnya kepada pemerintah daerah guna menyelenggarakan semua urusan
pemerintahannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian
dan evaluasi. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan telah
direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004 yang kini telah di cabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi karena sudah terbit undang undang pengganti yaitu
UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dan Undang-undang No.
25 tahun 1999 yang diubah menjadi UU nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dengan adanya otonomi daerah, semua kewajiban dan urusan rumah
tangga daerah di urus sendiri. Karena ini di harapkan agar daerah bisa lebih
mandiri dan berkembang dengan menempatkan motor penggerak yang lebih dekat
dengan masyarakat. Sehingga semua kebutuhan masyarakat agar lebih mudah dan
cepat di tangani. Mengingat Indonesia terdiri dari ribuan pulau, jadi proses secara
sentralisasi akan menghambat atau menyulitkan dalam melayani masyarakat.
Suprapto (2006) menyatakan bahwa setiap pemerintah daerah mempunyai
kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara
demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan. Selain itu, pemerintah daerah
2
juga dituntut untuk mampu mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
pembangunan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah. Kewajiban tersebut dapat terpenuhi apabila pemerintah
daerah mampu mengelola potensi sumber daya keuangan secara optimal.
Pengelolaan keuangan daerah harus mengacu kepada Peraturan Pemerintah No.
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sedangkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus mengacu
kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah. Keberhasilan pengelolaan potensi daerah tersebut dapat diukur dari
kinerja keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Halacmi (2005) dalam
Darmanto (2012) menyataan bahwa salah satu cara bagi pemerintah daerah untuk
mencapai pemerintahan yang baik adalah dengan melakukan pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
pemerintah daerah dalam membangun dalam melayani masyarakat. Salah satu
instrumen untuk mengukur kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang
telah ditetapkan dan disahkan.
Analisa rasio keuangan terhadap APBD dapat menjadi tolak ukur dalam
menilai kemandirian keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian daerah mencerminkan
keadaan otonomi suatu daerah yang diukur dengan besarnya pendapatan asli
daerah terhadap jumlah total pendapatan daerah (Aula, 2013).
Tangkilisan (2007: 89-92) mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian keuangan daerah, antara lain:
1. Potensi ekonomi daerah, indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur
potensi ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
2. Kemampuan Dinas Pendapatan Daerah, artinya kemandirian keuangan daerah
dapat ditingkatkan secara terencana melalui kemampuan atau kinerja institusi
3
atau lembaga yang inovatif dan pemanfaatan lembaga Dispenda untuk
meningkatkan penerimaan daerah.
Setiap tahun anggaran pemerintah daerah menerbitkan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang diperiksa untuk memperoleh opini dari BPK RI.
LKPD audited BPK RI tersebut dapat dianalisis untuk mengetahui tingkat
kemandirian daerah, yaitu melihat seberapa besar tingkat kemandirian pemerintah
daerah dalam hal pendanaan dan mendanai segala keperluan daerah tersebut.
Tabel 1.1
Daftar Opini LKPD di Jawa Barat Selama Lima Tahun Anggaran (TA 2011
– TA 2015)
Tahun Anggaran Opini LKPD
2012 WTP
2013 WTP
2014 WTP
2015 WTP
2016 WTP
Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS)
Keterangan : WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
Tabel diatas merupakan Opini BPK untuk provinsi Jawa Barat. Dapat
dilihat opini LKPD lima tahun berturut-turut provinsi Jawa Barat memperoleh
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK). Meskipun mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian namun masih terdapat beberapa permasalahan yang menjadi temuan
pemeriksaan terkait dengan sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah memiliki tugas penting yaitu membangkitkan potensi
daerah yang dimiliki daerahnya untuk mendatangkan keuntungan sebagai dana
utama (pendapatan asli daerah) untuk membiayai seluruh kegiatan rumah
4
tangganya. PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang juga
merupakan modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembagunan
dan memenuhi belanja daerah. PAD biasa dijadikan indikator keberhasilan
desentralisasi fiskal karena PAD merupakan penerimaan daerah yang asli berasal
dari daerah itu sendiri. Sehingga dari PAD dapat dilihat seberapa besar
kemandirian daerah tersebut dalam membiayai dan membangun daerahnya.
Tabel 1.2
Rata-rata Nilai PAD dan DAU
Tahun PAD DAU
2012 799,538 949.646
2013 374.312 1.015.865
2014 534.478 1.096.045
2015 618.993 1.155.203
2016 675.032 1.202.818
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata proporsi PAD lebih
rendah dibandingkan proporsi DAU. Ini tampaknya masih jauh dari harapan untuk
menjadi mandiri karena pencapaian PAD yang masih relatif rendah sehingga
ketergantungan terhadap pemerintah pusat masih besar. Dapat dikatakan bahwa
proses otonomi daerah belum berhasil.
Salah satu analisis lainnya berdasarkan LKPD audited BPK RI adalah
earning performance, yakni rasio tingkat pendapatan per aset yang digunakan
untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam menggunakan sumber daya yang
dimiliki demi memperoleh pendapatan (Prasetya, 2005, p.52).
Pengukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio atas laporan keuangan
pada sektor pemerintah berbeda dengan analisis keuangan pada sektor bisnis, hal
ini sebabkan dalam kinerja pemerintah tidak terdapat ―net profit‖ (istilahnya laba
bersih). Analisis rasio yang berlaku bagi keuangan daerah sangat berbeda dengan
analisis rasio pada perusahaan (bisnis) disebabkan karakteristik yang melekat kuat
5
pada pemerintah daerah yaitu tidak digunakan untuk menghitung laba yang akan
diperoleh (Prasetya, 2005, p.47).
Dalam pemerintah daerah tidak terdapat adanya ―net profit‖, earning
performance dilihat dari pajak dan retribusi yang merupakan penyumbang
terbesar pada pendapatan asli daerah. Semakin besar pajak dan retribusi yang
diperoleh oleh kabupaten dan kota tersebut diharapkan menjadi salah satu sumber
penerimaan pemerintah daerah dalam peningkatan kemandirian keuangan daerah.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.34 tahun 2000 yaitu tentang pajak dan
retribusi daerah. Dimana pajak ini merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab sekaligus
memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan
pemungutan pajak dan retribusi yang juga menetapkan pengaturan untuk
menjamin penerapan prosedur umum perpajakan dan retribusi daerah. Sehingga
pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah untuk menetapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
Kewenangan dalam urusan keuangan daerah yang memberikan hak untuk
memberdayakan segala potensi perekonomian daerah yang dapat menyebabkan
pemerintah daerah berusaha menggali sumber-sumber perekonomian daerah yang
dapat diajadikan pendapatan daerah. Salah satunya adalah pendaptan dari pajak
dan retribusi daerah, dimana mengenai pajak daerah ini ditetapkan berdasarkan
peraturan daerah masing-masing dengan mengingat dan memandang kemampuan
daerah dalam penarikan pajak untuk penerimaan daerah (Ayuningtyas, 2008).
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pengaruh Earning Performance
dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Daerah menarik untuk diteliti,
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap
Kemandirian Daerah. Analisis tersebut akan dibahas pada Skripsi yang berjudul :
“Analisis Tipologi Kemandirian Daerah Berdasarkan Earning Performance
Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012-2017”
6
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besarkah pengaruh Earning Performance (Proksi Pajak Daerah),
Earning Performance (Proksi Retribusi Daearah) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Kemandirian Daerah Kabupaten/kota Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012-2017.
2. Seberapa besarkah pengaruh Earning Performance (Proksi Pajak Daerah)
terhadap Kemandirian Daerah Kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat Tahun
2012-2017;
3. Seberapa besarkah pengaruh Earning Performance (Proksi Retribusi
Daerah) terhadap Kemandirian Daerah Kabupaten/kota Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012-2017;
4. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Kemandirian Daerah Kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-
2017;
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh Earning
Performance (Proksi Pajak Daerah), Earning Performance (Proksi Retribusi
Daearah) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kemandirian
Daerah Kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017.
2. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh Earning
Performance (Proksi Pajak Daerah) terhadap Kemandirian Daerah
Kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017;
3. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh Earning
Performance (Proksi Retribusi Daerah) terhadap Kemandirian Daerah
Kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017;
4. Untuk menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Kemandirian Daerah Kabupaten/kota Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012-2017;
7
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pembuat kebijakan baik di
tingkat pusat atau daerah agar lebih memperhatikan tentang kebijakan
otonomi daerah;
2. Sebagai bahan bacaan, referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi
mahasiswa ataupun pihak lain yang terkait pada penelitian tentang
kemandirian daerah kabupaten/kota di Indonesia.
3. Diharapkan hasil penelitian dapat menambah literatur dan sumber informasi
di lingkungan program sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bsinis khusunya
program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Otonomi diharapkan untuk mancapai kemandiriran. Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani, autos dan
nomos. Autos berarti sendiri, sedangkan nomos berarti perintah. Jadi,
otonomi dapat diartikan sebagai memerintah sendiri. (Hessel Nogi 2007:32)
Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, ―Otonomi daerah
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.‖
Undang-undang No. 32 tahun 2004 mengartikan , ―Daerah otonom
sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku‖.
B. Kemandirian Keuangan Daerah
1. Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, kemandirian
keuangan daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan sendiri, melaksanakan sendiri, alam rangka
asas desentralisasi.
Menurut Abdul Halim (2008:232) Kemandirian keuangan daerah
adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah
membayar pajak dan retribusi sebagai pendapatan yang diperlukan daerah.
Abdul Halim (2008:232) menyatakan bahwa, kemandirian
keuangan daerah sendiri ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli
daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lain misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.
9
Dapat disimpulkan bahwa Kemandirian keuangan daerah berarti
daerah harus memiliki finansial dan mampu dalam hal menggali sumber-
sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri
untuk mendanai dan membiayai seluruh kegiatan pemerintah daerah.
2. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang
berasal dari sumber lain misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari
pinjaman. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan
ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio
kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak ekstern, terutama pemerintah pusat dan propinsi
semakin rendah. Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat
kemandirian daerah, yaitu dengan menggunakan rasio kemandirian daerah,
sebagai berikut (Halim, 2001).
Rumus perhitungan rasio kemandirian daerah adalah sebagai berikut :
Berikut ini disajikan rasio Kemandirian Keuangan Daerah beserta
interpretasinya.
Tabel 2.1
Kriteria Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Daerah Kriteria
00,00% - 25,00% Rendah Sekali
25,01% - 50,00% Rendah
50,01% - 75,00% Sedang
75,01% - 100,00% Tinggi
Sumber: Halim (2001)
Dari tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa kriteria rasio kemandirian
daerah menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar
10
pajak dan retribusi daerah, yang keduanya termasuk komponen utama
pendapatan asli daerah. Jika semakin tinggi partisipasi masyarakat
membayar pajak dan retribusi maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut.
3. Pola Hubungan Kemandirian Keuangan Daerah
Menurut Paul Harsey dan Kenneth Blanchard (dalam Abdul Halim,
2004:284), ada empat macam pola hubungan kemandirian keuangan
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain:
a. Pola hubungan Instruktif, peran pemerintah pusat lebih dominan
daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah)
b. Pola hubungan konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah
mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu
melaksanakan otonomi.
c. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin
berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat
kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.
d. Pola hubungan delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah
tidak ada, karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri
dalam melaksanakan otonomi daerah.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah
Menurut Mahi (dalam Hessel Nogi, 2007:82), dalam upaya untuk
kemandiriran daerah, tampaknya PAD (Indikator keunagan daerah) masih
belum dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan desentralisasi karena
beberapa alasan, yaitu :
a. Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah
b. Perannya tergolong kecil dalam total penerimaan daerah
c. Kemampuan administrasi pemungutan didaerah yang masih rendah
11
d. Kemampuan perencanaan dan pengawasan yang masih rendah
Hessel Nogi (2007:89-92), mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian keuangan daerah, antara lain :
a. Potensi daerah, indikator yang banyak digunakan sebagai tolak
ukur potensi ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).
b. Kemampuan Dinas Pendapatan Daerah, artinya kemandirian
keuangan daerah dapat ditingkatkan secara terencana melalui
kemampuan atau kinerja institusi atau lembaga yang inovatif dan
pemanfaatan lembaga Dipenda untuk meningkatkan penerimaan
daerah.
Sedangkan Harun Hamrolie (1990:47) secara lebih khusus
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah
dari sektor pajak daerah adalah sebagai berikut :
a. Potensi wajib pajak
b. Potensi besarnya pajak yang ditetapkan
c. Efektivitas pemungutan pajak
d. Tarif pajak
e. Dasar pajak (tax base)
Dapat disimpulkan dari teori yang dikemukakan Harun Hamrolie, faktor
yang mempengaruhi kemandirian keuanga daerah adalah efektivitas
pemungutan pajak.
C. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat
18 dijelaskan bahwa Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
12
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Mardiasmo (2002:132), ―pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah‖.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli
daerah adalah sumber keuangan daerah yang diperoleh dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
dikelola oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut pasal 157 Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 merupakan sumber keuangan daerah yang
dapat digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri
dari :
a. Hasil pajak daerah, yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undagan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah;
b. Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
13
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, pendapatan ini merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintahan
daerah.
D. Earning Performance
Rasio earning performance mengindikasikan tingkat pendapatan per
aset yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam
menggunakan sumber daya yang dimiliki demi memperoleh pendapatan
(Prasetya, 2005, p.52).
Pengukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio atas laporan
keuangan pada sektor pemerintah berbeda dengan analisis keuangan pada
sektor bisnis, hal ini sebabkan dalam kinerja pemerintah tidak terdapat ―net
profit‖. Dalam pemerintah daerah tidak terdapat adanya ―net profit‖, earning
performance dilihat dari pajak dan retribusi yang merupakan penyumbang
terbesar pada pendapatan asli daerah. Semakin besar pajak dan retribusi yang
diperoleh oleh kabupaten dan kota tersebut diharapkan menjadi salah satu
sumber penerimaan pemerintah daerah dalam peningkatan kemandirian
keuangan daerah.
E. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undagan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Menurut Prof. Edwin RA Seligman, adalah pajak merupakan
kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat
yang ditujukan secara khusus pada seseorang.
Soemitro, (2003), pajak adalah iuran rakyat yang di kumpulkan untuk
menjadi Kas Negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut. Pajak adalah peralihan kekayaan
14
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai publik.
1. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2009:1) Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Fungsi Butger, yaitu dimana pajak sebagai sumber dana bagi
pemerinta untuk membiyayai pengeluaran-pengeluaranya.
b. Fungsi Mengatur, yaitu fungsi di mana pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial Ekonomi.
2. Pengelompokan Pajak
a. Menurut golongannya:
1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
2) Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Menurut Sifatnya:
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri wajib pajak.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya, tidak memperhatikan keadaan diri wajib
pajak.
c. Menurut lembaga pemungutannya:
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara. Terdiri dari pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
15
F. Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut Muljono (1997-1998) adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus di sediakan atau di berikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah sebagai mana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000 dan terakhir
diubah dengan UU No. 28 tahun 2009, yang dimaksud dengan retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi yang didapat dikelola oleh
Dinas Pendpatan Daerah (DISPENDA).
Jenis-jenis Retribusi dikelompokan menjadi:
a. Retribusi Jasa Umum, yaitu:
Retribusi Pelayanan Kesehatan;
Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan;
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
Retribusi Pelayanan Pasar;
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
b. Retribusi Jasa Usaha, yaitu :
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
16
Retribusi Tempat Pelelangan;
Retribusi Terminal;
Retribusi Tempat Khusus Parkir;
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
Retribusi Rumah Potong Hewan;
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
Retribusi Penyeberangan di Air; dan
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c. Retribusi Perizinan, yaitu:
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
Retribusi Izin Gangguan;
Retribusi Izin Trayek; dan
Retribusi Izin Usaha Perikanan.
G. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Kemandirian Keuangan
Daerah
Menurut Sidik dalam Wirawan (2007) seiring dengan meningkatnya
PAD, diharapkan tingkat kemandirian keuangan daerah semakin meningkat.
Tingkat kemandirian daerah ini ditunjukkan dengan kontribusi (share) PAD
untuk mendanai belanja-belanja daerahnya.
Jika PAD meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga
meningkat, dan sebaliknya jika PAD rendah maka kemandirian keuangan
daerah juga rendah. Dengan meningkatnya PAD maka secara otomatis
menurunkan ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Turunnya
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dapat dikatakan
bahwa daerah tersebut sudah mandiri.
H. Hubungan Earning Performance (Pajak dan Retribusi) dengan
Kemandirian Keuangan Daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Waskito Hadi (2017) menyebutkan
bahwa Earning Performance berpengaruh terhadap kemandiriran derah.
17
Eearning performance adalah tingkat pendapatan per aset yang digunakan
untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam menggunakan sumber daya
yang dimiliki demi memperoleh pendapatan. Jika earning performance
meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga meningkat, dan
sebaliknya jika earning performance rendah maka kemandirian keuangan
daerah juga rendah.
Earning Performance disini adalah performa dari laba yang dihasilkan
dari pendapatan pajak dan retribusi daerah. Jika pendapatan akan pajak dan
retribusi meningkat, maka kemandirian keuangan daerah akan meningkat.
Dan sebaliknya, jika pendapatan akan pajak dan retribusi menurun, maka
daerah tersebut belum mampu untuk mandiri.
I. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian pertama berupa jurnal yang berjudul ―Pengaruh Earning
Performance dan Proporsi PAD LKPD 2015 Terhadap Kemandirian
Daerah di Jawa Tengah‖ yang ditulis oleh Waskito Hadi. Variabelnya
Dependennya adalah kemandirian daerah dan variabel independennya
Earning performance dan proporsi PAD. Hasil analisis data dengan SPSS
versi 15.0 menunjukkan bahwa earning performance mempengaruhi
kemandirian daerah sebesar 3,1% dan besar pengaruh proporsi PAD
terhadap kemandirian daerah adalah sebesar 82,4%. Earning performance
dan proporsi PAD secara simultan mempengaruhi kemandirian daerah
sebesar 89,7% yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,897 sedangkan variabel independen lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini dapat mempengaruhi kemandirian daerah (ε).
2. Penelitian ke-dua berupa skripsi yang berjudul ―Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah di Daerah Istimewa
Yogyakarta Periode 2006-2013‖ yang ditulis oleh Taryoko. Variabelnya
Dependennya adalah Kemandirian Daerah dan Independennya adalah
PDRB, Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kerja dan Sumber Daya Alam.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa regresi data
panel dengan fixed effect model. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
18
PDRB, jumlah penduduk dan sumber daya alam berpengaruh positif
terhadap kemandirian keuangan daerah. Sedangkan jumlah tenaga kerja
tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah.
3. Penelitian ke-tiga berupa jurnal yang berjudul ―Analisis Kemandirian
Keuangan Daerah di Era Otonomi Pada Pemerintah Kabupaten Tabanan‖
yang ditulis oleh I Gusti Ngurah Suryaadi Mahardika dan Luh Gede Sri
Artini. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil
analisis ditemukan bahwa rasio tingkat kemandirian keuangan daerah
Kabupaten Tabanan selama periode tahun anggaran 2007-2011 adalah
16,33% dengan kriteria penilaian kurang, Kemampuan keuangan daerah
dalam mengelola anggaran sangat baik dengan hasil sebesar 101,62% ,
Tingkat efektivitas pendapatan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan
sangat efektif sebesar 120.29, dan analisis tingkat efisiensi rata-rata
sebesar 14,77% dengan penilaian cukup efisien.
4. Penelitian ke-empat berupa Skripsi yang berjudul ―Analisis Kemandirian
Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Pasuruan Pada Era Otonomi
Daerah (Periode 2001-2008)‖ yang ditulis oleh Rahduta Putri Sari Dewi.
Model analisis yang digunakan adalah model derajat desentralisasi fiskal,
tingkat kemandirian daerah, dan elastisitas PAD. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model derajat desentralisasi
fiskal hasilnya rendah sekali yaitu 8,11 % dan mempunyai pola hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang
bersifat instruktif. Tingkat kemandirian daerah Kabupaten Pasuruan
termasuk dalam kategori rendah sekali yaitu 18,01 % dan mempunyai
pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah yang bersifat instruktif. Koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB
sebesar 0,81 % dinyatakan inelastis (e < 1) artinya perubahan PAD tidak
peka terhadap pereubahan PDRB yang terjadi.
5. Penelitian ke-lima berupa Jurnal yang berjudul ―Analisis Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Melalui Analisis Rasio Keuangan APBD
Kabupaten/Kota di Indonesia Sebelum dan Sesudah Penerapan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009‖ yang ditulis oleh Annafi Indra Tama.
19
Pengujiannya dilakukan melalui Paired T-Test maka data tersebut diolah
oleh SPSS dengan menggunakan Paired T-Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasanya terdapat perbedaan kinerja sebelum dan
sesudah penerapan UU No.28 Tahun 2009. Ini dapat dilihat dari tingginya
tingkat pembiayaan daerah dari pemerintah pusat cukup tinggi dan
tekanan keuangan yang mengakibatkan kinerja pemerintah daerah
bergeser naik maupun turun. Pergeseran ini secara rata-rata cenderung
mengalami peningkatan dari yang sebelumnya.
6. Penelitian ke-enam berupa jurnal yang berjudul ―Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumbar‖ yang di tulis oleh
Febri Ferta Yanto, Mukhlizul Hamdi dan Meihendri. Penulis
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dalam penelitian ini
adalah bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan
berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten
dan Kota di Provinsi Sumbar.
7. Penelitian ke-tujuh berupa Jurnal yang berjudul ―Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Kemandiriran Daerah
dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah‖ yang ditulis oleh Afrizal Tahar dan
Maulida Zakhiya. Penelitian ini menguji hipotesis dengan motode regresi
linier berganda dengan perluasan analisis jalur. Analisis jalur dapat dilihat
dari uji standardised coefficient beta dan uji koefisien determinasi. Hasil
pada penelitian ini adalah PAD mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kemandirian daerah. Kedua, DAU mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemandirian daerah. Ketiga,
PAD, DAU dan kemandirian daerah tidak bepengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
8. Penelitian ke-delapan berupa Artikel Ilmiah yang berjudul ―Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemadirian Keuangan Daerah
Pada Kabupaten Dan Kota di Sumatera Barat (Tahun 2006-2011)‖ yang
ditulis oleh Reza Marizka. Teknik analisis data dengan menggunakan
20
regresi linear berganda. Hasil dalam penelitian ini adalah PAD
berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah, sedangkan
DBH dan DAU tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan
daerah, dan DAK berpengaruh negatif terhadap kemandirian keuangan
daerah.
9. Penelitian ke-sembilan berupa skripsi yang berjudul ―Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah di
Lima Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2014‖ yang ditulis
oleh Habibatul Mukarammah. Teknik analisis yang digunakan adalah
regresi data panel. Hasil penelitian ini adalah secara simultan pajak dan
retribusi berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Sedangkan
secara parsial, pajak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah.
Sedangkan retribusi tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan
daerah.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Variabel Metode
Analisis
Hasil Penelitian
1 Pengaruh Earning
Performance dan
Proporsi PAD LKPD
2015 Terhadap
Kemandirian Daerah
di Jawa Tengah
Dependen :
Kemandirian
Daerah
Independen :
Earning
Performance dan
Proporsi PAD
Metode yang
digunakan
adalah analisis
regresi
berganda yang
distandarkan
atau analisis
jalur dengan
metode sensus.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa earning performance
mempengaruhi kemandirian
daerah sebesar 3,1% dan besar
pengaruh proporsi PAD terhadap
kemandirian daerah adalah sebesar
82,4%. Earning performance dan
proporsi PAD secara simultan
mempengaruhi kemandirian
daerah sebesar 89,7% yang
ditunjukkan dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,897
sedangkan variabel independen
21
lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini dapat
mempengaruhi kemandirian
daerah (ε).
2 Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Kemandirian
Keuangan Daerah di
Daerah Istimewa
Yogyakarta Periode
2006-2013
Dependen :
Kemandirian
Keuangan Daerah
Independen :
PDRB, jumlah
penduduk , jumlah
tenaga kerja dan
sumber daya alam
Alat analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
berupa regresi
data panel
dengan fixed
effect model.
Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa PDRB, jumlah penduduk
dan sumber daya alam
berpengaruh positif terhadap
kemandirian keuangan daerah.
Sedangkan jumlah tenaga kerja
tidak berpengaruh terhadap
kemandirian keuangan daerah.
3 Analisis Kemandirian
Keuangan Daerah di
Era Otonomi Pada
Pemerintah
Kabupaten Tabanan
Dependen :
Otonomi Daerah
Independen :
Kemandirian
daerah,
kemampuan
daerah, efektivitas
dan efisiensi
Penelitian ini
adalah jenis
penelitian
deskriptif.
Rasio tingkat kemandirian
keuangan daerah Kabupaten
Tabanan selama periode tahun
anggaran 2007-2011 adalah
16,33% dengan kriteria penilaian
kurang, Kemampuan keuangan
daerah dalam mengelola anggaran
sangat baik dengan hasil sebesar
101,62% , Tingkat efektivitas
pendapatan pemerintah daerah
Kabupaten Tabanan sangat efektif
sebesar 120.29, dan analisis
tingkat efisiensi rata-rata sebesar
14,77% dengan penilaian cukup
efisien.
4 Analisis Kemandirian
Keuangan Daerah
Pemerintah
Kabupaten Pasuruan
Dependen :
Otonomi Daerah
Independen :
Model analisis
yang
digunakan
adalah model
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan menggunakan
model derajat desentralisasi fiskal
hasilnya rendah sekali yaitu 8,11
22
Pada Era Otonomi
Daerah (Periode
2001-2008)
derajat desntralisasi
fiskal, tingkat
kemandirian
daerah, elastisitas
PAD.
derajat
desentralisasi
fiskal, tingkat
kemandirian
daerah, dan
elastisitas
PAD.
% dan mempunyai pola hubungan
keuangan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah yang
bersifat instruktif. Tingkat
kemandirian daerah Kabupaten
Pasuruan termasuk dalam kategori
rendah sekali yaitu 18,01 % dan
mempunyai pola hubungan
keuangan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah yang
bersifat instruktif. Koefisien
elastisitas PAD terhadap PDRB
sebesar 0,81 % dinyatakan
inelastis (e < 1) artinya perubahan
PAD tidak peka terhadap
pereubahan PDRB yang terjadi.
5 Analisis Kinerja
Keuangan
Pemerintah Daerah
Melalui Analisis
Rasio Keuangan
APBD
Kabupaten/Kota di
Indonesia Sebelum
dan Sesudah
Penerapan Undang-
undang Nomor 28
Tahun 2009
Dependen : Rasio
Keuangan APBD
Independen :
Kemandirian
Daerah, derajat
desentralisasi ,
ketergantungan
keuangan daerah
sebelum dan
sesudah penerapan
UU No.28 Tahun
2009 ,
efektivitas
keuangan ,
efesiensi pajak
Pengujiannya
dilakukan
melalui Paired
T-Test maka
data tersebut
diolah oleh
SPSS dengan
menggunakan
Paired T-Test.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwasanya terdapat perbedaan
kinerja sebelum dan sesudah
penerapan UU No.28 Tahun 2009.
Ini dapat dilihat dari tingginya
tingkat pembiayaan daerah dari
pemerintah pusat cukup tinggi dan
tekanan keuangan yang
mengakibatkan kinerja pemerintah
daerah bergeser naik maupun
turun. Pergeseran ini secara rata-
rata cenderung mengalami
peningkatan dari yang
sebelumnya.
23
daerah , kontribusi
pajak dan retribusi
daerah
6 Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
dan Dana
Perimbangan
Terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Kabupaten dan Kota
di Provinsi Sumbar
Dependen :
Kinerja Keuangan
Pemerintah
Kabupaten dan
Kota
Independen :
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan
Penulis
menggunakan
analisis regresi
linear
berganda.
Hasil dalam penelitian ini adalah
bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Perimbangan
berpengaruh positif terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten dan Kota di Provinsi
Sumbar.
7 Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum
Terhadap
Kemandiriran Daerah
dan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Dependen :
Kemandiriran
Daerah dan
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Independen :
Pendapatan Asli
Daerah dan Dana
Alokasi Umum
Penelitian ini
menguji
hipotesis
dengan motode
regresi linier
berganda
dengan
perluasan
analisis jalur.
Analisis jalur
dapat dilihat
dari uji
standardised
coefficient beta
dan uji
koefisien
determinasi.
Hasil pada penelitian ini adalah
PAD mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap
kemandirian daerah. Kedua, DAU
mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemandirian
daerah. Ketiga, PAD, DAU dan
kemandirian daerah tidak
bepengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
8 Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana
Dependen :
Tingkat
Teknik analisis
data dengan
Hasil dalam penelitian ini adalah
PAD berpengaruh positif terhadap
24
Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus
Terhadap Tingkat
Kemadirian
Keuangan Daerah
Pada Kabupaten Dan
Kota di Sumatera
Barat (Tahun 2006-
2011)
Kemadirian
Keuangan Daerah
Independen :
Pendapatan Asli
Daerah, Dana Bagi
Hasil, Dana
Alokasi Umum dan
Dana Alokasi
Khusus
menggunakan
regresi linear
berganda.
kemandirian keuangan daerah,
sedangkan DBH dan DAU tidak
berpengaruh terhadap kemandirian
keuangan daerah, dan DAK
berpengaruh negatif terhadap
kemandirian keuangan daerah.
9 Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap
Kemandirian
Keuangan Daerah di
Lima
Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat
tahun 2008-2014
Dependen :
Tingkat
Kemadirian
Keuangan Daerah
Independen :
Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
Teknik analisis
yang
digunakan
adalah regresi
data panel.
Hasil penelitian ini adalah secara
simultan pajak dan retribusi
berpengaruh terhadap kemandirian
keuangan daerah. Sedangkan
secara parsial, pajak berpengaruh
terhadap kemandirian keuangan
daerah. Sedangkan retribusi tidak
berpengaruh terhadap kemandirian
keuangan daerah.
J. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini difokuskan pada bagaimana
pengaruh Earning Performance dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
Kemandirian Daerah di Jawa Barat, baik secara simultan maupun parsial
dengan menggunkan uji F dan uji t.
Atas dasar tinjauan teori dan penelitian terdahulu serta dengan
pertimbangan kecukupan serta ketersediaan data maka kerangka pemikiran
teori dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
25
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
K. Hipotesa penelitian
1. Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
independen dari PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1) dan EARNING
PERFORMANCE (X2) terhadap Variabel KEMANDIRIAN DAERAH
(Y).
Ha : Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
independen dari PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1) dan EARNING
PERFORMANCE (X2) terhadap Variabel KEMANDIRIAN DAERAH
(Y).
2. Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel
independen dari PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1) dan EARNING
PERFORMANCE (X2) terhadap Variabel KEMANDIRIAN DAERAH
(Y).
Ha : Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen
dari PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1) dan EARNING
PERFORMANCE (X2) terhadap Variabel KEMANDIRIAN DAERAH
(Y).
PENDAPATAN ASLI
DAERAH (X1)
EARNING
PERFORMANCE (X2)
RASIO
KEMANDIRIRAN
DAERAH (Y)
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model regresi untuk analisis regresi untuk
keperluan estimasi. Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependent yaitu
Kemandirian Daerah dan 2 (dua) variabel independent (bebas) yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Earning Performance. Data yang digunakan adalah data
sekunder. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Data
Panel, yaitu analisis yang menggabungkan data time series dan cross section.
Adapun data time series yang telah ditentukan adalah tahun 2012-2014, selain itu
telah ditentukan juga data cross section yang akan diteliti meliputi 17 (tujuh belas)
kabupaten, yaitu kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Bogor, Ciamis,
Cianjur, Cirebon, Garut, Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka,
Pangandaran, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang dan Tasikmalaya, serta
9 (sembilan) kotamadya, yaitu kota Bandung, Banjar, Bekasi, Bogor, Cimahi,
Cirebon, Depok, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
B. Populasi dan Sampel
Analisis data dalam penelitian tidak terlepas dari penentuan sampel, karena
sampel merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian dan jika diabaikan
maka hasil interpretasi yang diperoleh nantinya akan keliru terhadap variabel yang
diungkap. Menurut Prianada & Muis (2009), ―Sampel merupakan sebagian
elemen-elemen populasi. Sebuah sampel yang ditemukan tidak selalu memenuhi
persyaratan dalam variabel penelitian sehingga diperlukan pula besaran peluang
representatifnya sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi penelitian‖.
Dengan nilai representatif yang lebih besar maka semakin besar pula ketepatan
sampel yang digunakan, sehingga variabel yang akan diungkap tidak mengalami
kekeliruan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Metode pengambilan sampel yang akan
digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang
27
dilakukan karena tujuan penelitian hanya dimaksudkan untuk mengungkap
variabel sebatas dalam sampel itu saja.
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) di Jakarta, Direktorat Jendral
Perimbangan Keuangan (DJPK). Data sekunder merupakan data yang diperoleh
meliputi : Earning Performance, Pendapatan Asli Daerah dan Kemandirian
Daerah kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat tahun 2012-2017.
D. Metode Analisis
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan
pada angka-angka dalam penelitian. Dari data angka yang telah diperoleh maka di
harap dapat memberikan kesimpulan yang tepat. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis data panel. Tahapan dalam
menggunakan analisis data panel adalah sebagai berikut :
1. Analisis Data Panel
Secara umum penelitian ini menganalisis tentang pengaruh
Pendapatan Asli Daerah dan Earning Performance terhadap Kemandirian
Daerah. Data ini berbentuk data time series tahun 2012-2016 dan data
cross-section yang terdiri dari 26 kabupaten/kota provinsi Jawa Barat.
Data dengan karakteristik panel adalah data yang berstuktur urut
waktu sekaligus cross-section. Data semacam ini dapat diperoleh
misalnya dengan mengamati serangkaian observasi cross-section (antar
individu) pada tahun periode tertentu (Ariefianto, 2012: 148).
Data semacam ini memiliki keunggulan terutama karena bersifat
robust terhadap beberapa tipe pelanggaran asumsi Gauss Markov, yakni
heterokedastisitas dan normalitas (Wooldridge dalam Ariefianto, 2012:
148). Ariefianto (2012: 148) juga berpendapat dengan perlakuan tertentu
struktur data seperti itu dapat diharapkan untuk memberikan informasi
28
yang lebih banyak (high informational content). Suatu aspek yang sangat
diinginkan bagi penelitian empiris yang berbilai tinggi.
2. Estimasi Model Data Panel
Menurut Ariefianto (2012: 150) terdapat dua tipe pemodelan residual
data panel, yakni (1) Model efek tetap: fixed effect model (FEM) dan (2)
Model efek random: random effect model (REM). Pemodelan ini
berdasarkan asumsi apakah karakter residual spesifik ini bersifat konstan
atau random.
Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi
data panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), 2)
pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak
(Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana
karena menggabungkan data cross section dan data time series
sebagai analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan
dimensi antar individu maupun rentang waktu, sehingga model ini
dapat pula dapat pula disebut sebagai model OLS biasa karena
menggunakan kuadrat terkecil.
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)
Pendekatan model fixed effect mengasumsikan bahwa intersep
dari setiap individu adalah berbeda sedangkan slope antar individu
adalah tetap (sama). Teknik ini menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep antar individu.
Efek tetap disini maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki
konstanta yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu.
Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya dari
waktu ke waktu (time invariant) (Winarno, 2011: 9.15).
Menurut Gujarati dan Heij, et, al, dalam Ariefianto (2012: 150)
pemodelan fixed effect memiliki beberapa kelemahan, yakni:
29
(1) Masalah kekurangan derajat kebebasan (degree of freedom)
akibat jumlah sampel yang terbatas. Sebagai contoh jika data
yang dimiliki terdiri atas 10 unit cross section dan 5 unit urut
waktu, maka kita harus mengestimasi 13 variabel dummy
tambahan. Rendahnya derajat kebebasan dapat menimbulkan
inefisiensi pada parameter yang diestimasi.
(2) Multikolinearitas yang diakibatkan oleh banyaknya variabel
dummy yang diestimasi.
(3) Keterbatasan kemampuan estimasi, terutama jika terdapat
variabel yang bersifat tidak berubah berdasarkan waktu (time
invariant).
(4) Kemampuan korelasi di antara komponen residual spesifik
(cross section dan urut waktu).
c. Model Efek Random (Random Effect Model)
Dengan menggunakan model fixed effect, kita tidak dapat
melihat pengaruh dari berbagai karakteristik yang bersifat konstan
dalam waktu, atau konstan di antara individu. Untuk maksud tersebut
dapat digunakan model yang disebut model random effect (Rosadi,
2012: 272).
Menurut Widarjono dalam Iqbal (2015: 2) pendekatan yang
dipakai dalam random effect mengasumsikan setiap perusahaan
mempunyai perbedaan intersep, yang mana intersep tersebut adalah
variabel random atau stokastik. Model ini sangat berguna jika
individu (entitas) yang diambil sebagai sampel adalah dipilih secara
random dan merupakan wakil populasi. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error munggkin berkorelasi sepanjang
cross-section dan time series.
Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,
metode efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki
hubungan antarwaktu dan antarobjek. Namun untuk menganalisis
30
dengan metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data
silang harus lebih besar daripada banyaknya koefisien (Winarno,
2011: 9.17).
3. Pemilihan Model Data Panel
Menurut Usman dan Nachrowi dalam Iqbal (2015: 3), pemilihan
metode fixed effect atau metode random effect dapat dilakukan dengan
pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula kemungkinan data yang
digunakan sebagai dasar pembuatan model, hanya dapat diolah oleh salah
satu metode saja akibat berbagai persoalan teknis matematis yang
melandasi perhitungan. Dalam software Eviews, metode random effect
hanya dapat digunakan dalam kondisi jumlah individu lebih besar
dibanding jumlah koefisien termasuk intersep. Selain itu, menurut
beberapa ahli ekonometri dikatakan bahwa, jika data panel yang dimiliki
mempunyai jumlah waktu (t) lebih besar dibandingkan jumlah individu
(i), maka disarankan menggunakan metode fixed effect. Sedangkan jika
data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (t) lebih kecil
dibandingkan jumlah individu (i), maka disarankan menggunakan
metode random effect.
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square
(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif
terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted
model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh
individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat
dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang
berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan restricted F-test,
dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Model PLS (Restricted)
H1: Model Fixed Effect (Unrestricted)
Di mana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:
31
F = (R2
UR – R2
R) / m
(1 – R2
UR) / df
Di mana :
R2
UR : Unrestricted R2
R2
R : Restructed R2
m : df for numerator (N-1)
df : df for denominator (NT-N-K)
N : Jumlah Unit cross section
T : Jumlah Unit time series
K : Jumlah koefisien variabel
Jika nilai probabilitas (P-Value) lebih kecil dari tingkat
signifikansi α 5% maka menolak H0, artinya model panel yang baik
untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika H0
diterima, berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis. Namun,
jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji kembali untuk
memilih apakah akan memakai model FEM atau REM baru
dianalisis.
b. Uji Hausman
Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat
digunakan sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect
Model atau Random Effect Model (Hamja, 2012:153), yaitu:
(1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah
unit cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh
berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan
pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.
(2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua
pendekatan dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita
meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam
penelitian diambil secara acak (random) maka REM harus
digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit cross
32
section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara
acak maka kita menggunakan FEM.
(3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM
akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM
tidak bias.
(4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari
REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan
tidak bias.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan
dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan
Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan
menggunakan Chi-square statistic sehingga keputusan pemilihan
model akan dapat ditentukan secara statistik.
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, dimana k
adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari
Hausman test signifikan, maka H0 ditolak, yang FEM digunakan.
4. Model Empiris
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini sebagai
berikut:
(KDit) = β0 + β1 (PADit) + β2 (PPit) + β3 (PRit) + eit
Dimana:
KDit : Kemandirian Daerah di daerah i periode t
PADit : Pendapatan Asli Daerah di daerah i pada periode t
PPit : Pajak di daerah i pada periode t
PRit : Retribusi di daerah i pada periode t
33
β0 : Intercept/Konstanta
β1,β2,β3,β4 : Koefisien regresi
eit : error term
Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas.
Nilai parameter positif atau negarif selanjutnya akan digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian.
5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari masalah
multikolinieritas, heterokedastisitas dan autokolerasi, Model regresi
berganda dibangun atas beberapa asumsi klasik yang diperlukan untuk
mendapatkan estimator OLS yang bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), yang berati model regresi tidak mengandung masalah. Untuk
itu perlu dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi yang dilakukan
sudah memenuhi asumsi tersebut. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:
a. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Untuk menguji data apakah terdistribusi normal
dengan menggunakan histogram dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat
normal. Dengan H0 pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera
didistribusi dengan X2 dengan derajat bebas (degree of freedom)
sebesar 2. Probability menunjukan kemungkinan Jarque-Bera
melebihi (dalam nilai absolut) nilai terobservasi dibawah hipotesis
nol. Nilai probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada
penolakan hipotesis nol distribusi normal. Pada angka Jarque-Bera
diatas nilai probabilitas (5%), maka kita dapat menolak H0 bahwa
data terdistribusi normal (Winarno, 2006:5.37).
34
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan dependensi
linier yang kuat diantara variabel independen. Jika terjadi
multikolinieritas maka nilai standard error dari koefisien menjadi
tidak valid sehingga hasil uji signifikansi koefisien dengan uji t tidak
valid. Salah satu ukuran yang paling popular untuk melihat adanya
multikolinieritas antar variabel independen adalah dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) atau tolerance
(1/VIF). Regresi yang bebas multikolinieritas memiliki VIF disekitar
satu atau tolerance mendekati satu. Jika untuk suatu variabel
independen nilai VIF >10 dikatakan terjadi koliniearitas yang kuat
antar variabel independen (Rosadi, 2012:52-53).
Menurut Nachrowi dan Usman (2008,122), ada beberapa dampak
yang ditimbulkan oleh koliniaritas antara lain:
1) Variansi bebas (dari taksiran OLS).
2) Interval kepercayaan lebar (variansi besar, standar error besar,
dan interval kepercayaan lebar).
3) Uji t tidak signifikan. Suatu vriabel bebas yang signifikan baik
secara subtansi, maupun secara statistik jika dibuat regresi
sederhana, bisa tidak signifikam karena variansi besar akibat
kolinearitas.
4) R2 tinggi, tetapi banyak variabel yang tidak signifikan dari uji t.
5) Terkadang taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai
nilai yang tidak sesuai dengan subtansi sehingga dapat
menyesatkan interpretasi.
Menurut Rosadi (2012:53), untuk menyelesaikan masalah
multikolinieritas dapat dilakukan dengan berbagai cari, seperti:
1) Menambah lebih banyak observasi
2) Mengeluarkan salah satu variabel yang memiliki hubuhungan
kolerasi yang kuat.
35
3) Mentransformasikan variabel independen, seperti misalnya
mengkombinakasikan variabel-variabel independen kedalam
suatu indeks.
c. Uji Heterokedastisitas
Dalam regresi linier ganda, salah satu asumsi yang harus
dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat
BLUE adalah var (ui) = ơ2
(konstan), semua sesatan mempunyai
variansi yang sama. Padahal, ada kasus-kasus tertentu dimana
variansi ưi tidak konstan, melainkan suatu variabel berubah-ubah
(Nachrowi, 2008:128).
Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan
varian antar seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai
varian dari variabel tak bebas (Yi) meningkat sebagai
meningkatnya varian dari variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi
adalah tidak sama. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dalam data
cross section dari pada time series. Selain itu juga sering muncul
dalam analisis yang menggunakan data rata-rata.
Menurut Nachrowi dan Usman (2008:129), ada beberapa
dampak yang ditimbulkan oleh heteroskedastisitas terhadap OLS,
antara lalin:
1. Akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu dampak yang
ditimbulkan adalah lebih besarnya variansi dari taksiran.
2. Lebih besarnya variansi taksiran, tentu akan berpengaruh pada
uji hipotesis yang dilakukan (uji t dan F) karena kedua uji
tersebut menggunakan besaran variansi taksiran. Akibatnya,
kedua uji hipotesis tersebut menjadi kurang akurat.
3. Lebih besarnya variansi taksiran akan mengakibatkan standard
error taksiran yang lebih besar sehingga interval kepercayaan
menjadi sangat besar.
4. Akibat beberapa dampak tersebut, maka kesimpulan yang
diambil dari persamaan regresi yang dibuat dapat menyesatkan.
Menurut Gujarati (2007:89-94), untuk mendektesi keberadaan
36
heteroskedastisitas digunakan metode grafik scatter plot, uji Park, uji
Glejser, uji White, dimana apabila nilai probabilitas (p-value)
observasi R2
lebih besar dibandingkan tingkat resiko kesalahan yang
diambil (digunakan α = 5%), maka residual digolongkan
homoskedastisitas.
Jika pada pengujian sudah dilakukan dengan menggunakan
metode grafik scatter plot, uji Park, uji Glejser, uji White masih
ditemukan Heterokedastisitas maka dapat dilakukan uji Harvey.
Dimana uji Harvey merupakan uji dalam khasanah ekonometrika
termasuk dalam kategori multiplicative heterochedasticity.
Pengujian harvey ini didasarkan atas tabel statistik chi-square. (
Judge, 1985: 439- 441; Harvey, 1976: 461-465).
d. Uji Autokolerasi
Autokolerasi adalah adanya kolerasi antara variabel itu sendiri,
pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Pada umumnya
autokolerasi lebih sering terjadi pada data time series (Nachrowi dan
Usman, 2008: 135).
Autokorelasi menurut Wing Wahyu Winarno (2011: 5.26) dapat
berbentuk menjadi autokorelasi positif dan autokorelasi negatif.
Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan
melihat hasil uji Durbin-Watson.
Tabel 3.1
Uji Durbin-Watson
Ada
autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Ada
autokorelasi
negatif
0 1,10 1,54 2,46 2,90
Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model
tersebut tidak terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak
berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat
autokolerasi. (Winarno, 2009:5.27).
37
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin
Watson statistic (DW-stat) dari hasil regresi dengan nilai dari Durbin
Watson table (DW-tabel). Uji Durbin Watson (Uji DW) mengikuti
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat Autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Adapun Uji Durbin Watson (Uji DW) memiliki ketentuan sebagai
berikut:
Jika d < dL atau d > (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti
terdapat autokorelasi.
Jika dU < d < (4-dU) maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak
ada autokorelasi.
Jika dL < d < dU atau (4-dU) < d < (4-dL) maka tidak menghasilkan
kesimpulan yang pasti/ ragu-ragu
Nilai dU dan dL diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung dari banyaknya observasi (n) dan banyakanya variabel
yang menjelaskan (Gujarati, 2003)
6. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya
dari signifikan ini adalah suatu nilai koefesien regresi yang secara statitik
tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti
dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel
bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua jenis uji
hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan
38
ketentuan sebagai berikut:
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
Ho : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
1) Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti
ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
2) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan
adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
Ho : β > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai
39
berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti
ada variabel independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting
dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik tidaknya model
regresi yang terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat
mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan
data sesungguhnya.
Nilai koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan
seberapa besar variasi dari regressand (Y) dapat diterangkan oleh
regressor (X). Bila R2 = 0, artinya variasi dari Y tidak dapat
diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya
variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata
lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berbeda pada garis
regresi. Dengan demikian ukuran goodness of fit dari suatu model
ditentukan oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu. (Nachrowi dan
Usman, 2008:21-22).
E. Operasional Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ―(Pengaruh Earning Performance,
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Kemandirian
Daerah di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2014)‖, maka terdapat variabel
dependen dan independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Kemandirian Daerah, dan variabel independen dalam penelitan ini adalah
Earning Performance, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum.
Untuk mengukur variabel-variabel diatas, penulis terlebih dahulu akan
menjelaskan dan menentukan indikator yang terkait pada variable tersebut.
40
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan :
1. Variabel Dependen
a. Kemandirian Daerah
Kemandirian daerah merupakan tingkat kemandirian pemerintah
daerah dalam hal pendanaan atau mendanai segala aktivitasnya.
2. Variabel Independen
a. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di
dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Earning Performance
Earning Performance merupakan tingkat pendapatan per aset
yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam
menggunakan sumber daya yang dimiliki demi memperoleh
pendapatan. Dalam pemerintah daerah tidak terdapat adanya ―net
profit‖, earning performance dilihat dari pajak dan retribusi yang
merupakan penyumbang terbesar pada pendapatan asli daerah.
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undagan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Retribusi daerah menurut Muljono (1997-1998) adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus di sediakan atau di berikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
41
Berikut ini merupakan tabel operasional variabel penelitian,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Variabel Ukuran
1 Kemandirian
Daerah
Kemandirian daerah merupakan tingkat
kemandirian pemerintah daerah dalam hal
pendanaan atau mendanai segala aktivitasnya.
Rasio
2 Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-
sumber di dalam daerahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Rasio
3 Proksi Pajak
Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undagan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Presentase
4 Proksi
Retribusi
Daerah
Retribusi daerah menurut Muljono (1997-1998)
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus di sediakan atau di berikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Presentase
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5˚50’ - 7˚50’
Lintang Selatan dan 104 ˚48’ - 108˚ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas
wilayah:
Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;
Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;
Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;
Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi
yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan
selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan
fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya
mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-
4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah
Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air
tanah 150 juta m3/th.
Wilayah provinsi jawa barat meliputi 17 (tujuh belas) kabupaten, yaitu
kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur,
Cirebon, Garut, Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka, Pangandaran,
Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang dan Tasikmalaya, serta 9
(sembilan) kotamadya, yaitu kota Bandung, Banjar, Bekasi, Bogor, Cimahi,
Cirebon, Depok, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Dan sebagai sektor ekonomi,
ternyata pertanian masih menjadi tumpuan harapan penghasilan penduduk
jawa barat. Karena selain dari iklim yang mendukung, keadaan alamnya pun
terkenal sebagai salah satu daerah yang subur. Daerah Jawa Barat juga
termasuk salah satu daerah industri terpenting di Indonesia. Diantara sekian
banyak industri di Jawa Barat, industri tekstil merupakan industri utama yang
menghasilkan sekitar 70% dari seluruh produksi tekstil di Indonesia.
Disamping itu terdapat juga industri kulit dan sepatu di Cibaduyut
43
(Kabupaten Bandung), industri rumah tangga yang menghasilkan alat-alat
pertanian, anyam-anyaman, dan lain-lain.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi
semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan,
menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan
kesimpulan (Muhson, 2006).
a. Analisa Deskriptif Kemandirian Daerah di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat
Pelaksanaan otonomi daerah selain untuk mempermudah
dalam mengatur jalannya pemerintahan juga mewujudkan daerah yang
mandiri dan berkembang. Yang tidak lagi bergantung dengan
pemerintah pusat, dan harus mampu mendorong dalam
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki daerah masing-masing.
Kemandirian daerah berarti daerah harus memiliki finansial
dan mampu dalam hal menggali sumber-sumber keuangan, mengelola
dan menggunakan keuangannya sendiri untuk mendanai dan
membiayai seluruh kegiatan pemerintah daerah. Semakin tinggi
tingkat kemandirian daerah suatu daerah artinya ketergantungan
terhadap pemerintah pusat semakin berkurang. Pada grafik 4.1
menunjukan kemandirian daerah kab/kota provinsi jawa barat adalah
kota Bandung dan kabupaten Bekasi. Masing-masing daearah tersebut
memperoleh rasio kemandirian daerah sebesar 118,24% dan 95,83%
di tahun 2017. Ini menandakan bahwa di kota Bandung dan
Kabupaten Bekasi ketergantungan terhadap pemerintah pusat semakin
berkurang. Sebaliknya rasio terendah dimiliki oleh kabupaten Ciamis
44
sebesar 11,69% tahun 2017. Berarti tingkat ketergantungan terhadap
pemerintah pusat masih besar, dan pola hubungannya pun masih
bersifat Instruktif, yaitu peran pemerintah pusat lebih dominan
daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu
melaksanakan otonomi daerah).
Grafik 4.1
Kemandirian Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-
2017 (Dalam Persentase)
Sumber : DJPK (data diolah). Lampiran 1
b. Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat
Pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang
diperoleh dari pajak, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan dikelola oleh pemerintah daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pendapatan asli daerah mendorong suatu wilayah untuk bisa
mandiri dengan apa yang diperoleh daerah tersebut. Semakin besar
pendapatan yang di terima, maka dapat dikatakan daerah tersebut sudah
bisa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa perlu menerima bantuan
0.00%50.00%
100.00%150.00%200.00%250.00%300.00%350.00%400.00%450.00%500.00%
Kota
mad
ya
Ban
dung
Kota
mad
ya
Ban
jar
Kota
mad
ya
Bek
asi
Kota
mad
ya
Bogor
Kota
mad
ya
Cim
ahi
Kota
mad
ya
Cir
ebon
Kota
mad
ya
Dep
ok
Kota
mad
ya
Sukab
um
iK
ota
mad
ya
Tas
ikm
alay
aK
abupat
en B
andung
Kab
upat
en B
andung…
Kab
upat
en B
ekas
iK
abupat
en B
ogor
Kab
upat
en C
iam
isK
abuta
ten C
ianju
rK
abupat
en C
ireb
on
Kab
upat
en G
arut
Kab
upat
en I
nd
ram
ayu
Kab
upat
en K
araw
ang
Kab
upat
en K
unin
gan
Kab
upat
en M
ajal
engka
Kab
upat
en P
urw
akar
taK
abupat
en S
uban
gK
abupat
en S
ukab
um
iK
abupat
en S
um
edan
gK
abupat
en T
asim
alay
a
2017
2016
2015
2014
2013
2012
45
dari pemerintah pusat. Salah satu penyumbang terbesar pendapatan asli
daerah yaitu berasal dari pajak. Sektor pajak merupakan penyumbang
terbesar PAD Propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 92,28 persen. Dan pajak
yang paling besar adalah dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
diikuti oleh pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
Berikut data Pendapatan asli daerah dapat dilihat pada grafik 4.2
sebagai berikut.
Grafik 4.2
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun
2012-2017 (Dalam Persen)
Sumber : DJPK (data diolah). Lampiran 1
Grafik 4.2 menunjukan data pendapatan asli daerah di beberapa
kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat periode tahun 2012 sampai tahun
2017. Dari grafik diatas dilihat bahwa PAD terbesar diperoleh oleh
KaKota Bandung sebesar 54,18% pada tahun 2017. Dimana penyumbang
paling banyak PAD di Kota Bandung ialah dari sektor Kepariwisataan,
karena Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata yang banyak
diminati oleh wisatawan baik nasional maupun mancanegara. Semakin
maju, berkembang dan berkualitas sektor kepariwisataan, tentunya akan
semakin meningkatkan pendapatan asli daerahya.
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
300.00%
Ko
tam
adya
Ban
du
ng
Ko
tam
adya
Ban
jar
Ko
tam
adya
Be
kasi
Ko
tam
adya
Bo
gor
Ko
tam
adya
Cim
ahi
Ko
tam
adya
Cir
eb
on
Ko
tam
adya
De
po
kK
ota
mad
ya S
uka
bu
mi
Ko
tam
adya
Tas
ikm
alay
aK
abu
pat
en
Ban
du
ng
Kab
up
ate
n B
and
un
g…K
abu
pat
en
Bek
asi
Kab
up
ate
n B
ogo
rK
abu
pat
en
Cia
mis
Kab
uta
ten
Cia
nju
rK
abu
pat
en
Cir
eb
on
Kab
up
ate
n G
aru
tK
abu
pat
en
Ind
ram
ayu
Kab
up
ate
n K
araw
ang
Kab
up
ate
n K
un
inga
nK
abu
pat
en
Maj
alen
gka
Kab
up
ate
n P
urw
akar
taK
abu
pat
en
Su
ban
gK
abu
pat
en
Su
kab
um
iK
abu
pat
en
Su
me
dan
gK
abu
pat
en
Tas
imal
aya
2017
2016
2015
2014
2013
2012
46
c. Analisa Deskriptif Earning Performance (Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Eearning performance adalah tingkat pendapatan per aset yang
digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah dalam menggunakan
sumber daya yang dimiliki demi memperoleh pendapatan. Jika earning
performance meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga
meningkat, dan sebaliknya jika earning performance rendah maka
kemandirian keuangan daerah juga rendah.
Earning Performance disini adalah performa dari laba yang
dihasilkan dari pendapatan pajak dan retribusi daerah. Jika pendapatan
akan pajak dan retribusi meningkat, maka kemandirian keuangan daerah
akan meningkat. Dan sebaliknya, jika pendapatan akan pajak dan retribusi
menurun, maka daerah tersebut belum mampu untuk mandiri.
Berikut ini data Earning Performance dapat dilihat pada grafik 4.3
sebagai berikut.
Grafik 4.3
Presentase Pajak Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-
2017
Sumber : DJPK (data diolah). Lampiran 1
Grafik 4.3 menunjukan data Pajak daerah di beberapa
kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat periode tahun 2012 sampai tahun
0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%
100.00%120.00%140.00%160.00%180.00%200.00%
Ko
tam
adya
Ban
du
ng
Ko
tam
adya
Ban
jar
Ko
tam
adya
Be
kasi
Ko
tam
adya
Bo
gor
Ko
tam
adya
Cim
ahi
Ko
tam
adya
Cir
eb
on
Ko
tam
adya
De
po
kK
ota
mad
ya S
uka
bu
mi
Ko
tam
adya
Tas
ikm
alay
aK
abu
pat
en
Ban
du
ng
Kab
up
ate
n B
and
un
g…K
abu
pat
en
Bek
asi
Kab
up
ate
n B
ogo
rK
abu
pat
en
Cia
mis
Kab
uta
ten
Cia
nju
rK
abu
pat
en
Cir
eb
on
Kab
up
ate
n G
aru
tK
abu
pat
en
Ind
ram
ayu
Kab
up
ate
n K
araw
ang
Kab
up
ate
n K
un
inga
nK
abu
pat
en
Maj
alen
gka
Kab
up
ate
n P
urw
akar
taK
abu
pat
en
Su
ban
gK
abu
pat
en
Su
kab
um
iK
abu
pat
en
Su
me
dan
gK
abu
pat
en
Tas
imal
aya
2017
2016
2015
2014
2013
2012
47
2017. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar dari
Pajak adalah Kota Bandung sebesar 36,90% tahun 2017. Pajak tersebut
berasal dari pajak hotel, restoran, hiburan, parkir, reklame, penerangan
jalan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), serta Pajak Air Tanah.
Grafik 4.4
Presentase Retribusi Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun
2012-2017
Sumber : DJPK (data diolah). Lampiran 1
Grafik 4.4 menunjukan data Retribusi daerah di beberapa
kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat periode tahun 2012 sampai tahun
2017. Dari data diatas dapat dilihat bahwa kabupaten Bekasi memiliki
presentase tertinggi sebesar 5,05% pada tahun 2017.
2. Pemilihan Model Terbaik
a. PLS vs FEM (Uji Chow)
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka
digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai probabilitas (P-
Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%.
Sebelum melihat nilai probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih kecil
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
Ko
tam
adya
Ban
du
ng
Ko
tam
adya
Ban
jar
Ko
tam
adya
Be
kasi
Ko
tam
adya
Bo
gor
Ko
tam
adya
Cim
ahi
Ko
tam
adya
Cir
eb
on
Ko
tam
adya
De
po
kK
ota
mad
ya S
uka
bu
mi
Ko
tam
adya
Tas
ikm
alay
aK
abu
pat
en
Ban
du
ng
Kab
up
ate
n B
and
un
g…K
abu
pat
en
Bek
asi
Kab
up
ate
n B
ogo
rK
abu
pat
en
Cia
mis
Kab
uta
ten
Cia
nju
r
Kab
up
ate
n C
ire
bo
nK
abu
pat
en
Gar
ut
Kab
up
ate
n In
dra
may
uK
abu
pat
en
Kar
awan
g
Kab
up
ate
n K
un
inga
nK
abu
pat
en
Maj
alen
gka
Kab
up
ate
n P
urw
akar
taK
abu
pat
en
Su
ban
gK
abu
pat
en
Su
kab
um
iK
abu
pat
en
Su
me
dan
g
Kab
up
ate
n T
asim
alay
a
2017
2016
2015
2014
2013
2012
48
dari tingkat signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
Berdasarkan hasil metode Fixed Effect (FEM) dan Pool Least Square
(PLS) diperoleh nilai probabilitas F-Statistik yakni sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.192893 (25,127) 0.0024
Cross-section Chi-square 55.979496 25 0.0004
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 2
Dari tabel 4.1 diatas diperoleh F-Statistik adalah 2.192893
dengan d.f (25,127) dan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0024,
yang berarti bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari
tingkat signifikansi α 5% (0.0024 < 5%). Maka H0 ditolak, sehingga
model panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model.
b. FEM vs REM (Uji Hausman)
Untuk mengetahui model panel yang digunkana, maka
digunakan uji Hausman, pengujian ini untuk menentukan model
paling tepat digunakan antara FEM dengan REM. Uji Hausman
memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-Square Statistic
sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan dengan tepat.
Sebelum membandingkan Chi-Square Statistic dan Chi-Square Table
terlebih dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut :
49
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Hasil pengolahan dengan uji Hausman dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 21.663887 3 0.0001
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 3
Berdasarkan hasil uji Hausman pada tabel 4.2 diatas, maka
didapatkan Chi Square statistic sebesar 21.663887 dengan probabilitas
0.0001 dan d.f 3 (2.35336). dikarenakan Chi-Hitung lebih besar dari
pada Chi-Tabel dan nilai probabilits Chi-Square statistik lebih kecil
dari nilai α 5% (0.0001 < 0.05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian
adalah Fixed Effect Model.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-
tabel, maka data dalam penelitian berdistribusi normal (Winarno,
2011:5.37).
50
Sebenarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar
histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva
normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat
koefisien Jarque-Bera dan probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat
saling mendukung. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari 5%,
maka data berdistribusi normal (Winarno, 2011:5.39). adapun uji
normalitas dapat dilihat pada grafik 4.4 sebagai berikut:
Grafik 4.6
Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2017
Observations 132
Mean -2.10e-19
Median -0.002097
Maximum 0.071283
Minimum -0.073134
Std. Dev. 0.026578
Skewness 0.148361
Kurtosis 3.039482
Jarque-Bera 0.492816
Probability 0.781603
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 4
Pada garafik 4.6 diperoleh nilai Jarque-Bera hitung sebesar sebesar
0.492816 dan nilai Probabilitasnya sebesar 0.781603, karena nilai
probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.781603 >
0.05) maka dapat menolak H0 yang berarti data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Untuk melihat ada atau tidak adanya
multikolinieritas nilai correlation matrix dari semua variabel
independen harus kurang dari 0,8. Berikut ini uji multikolinearitas
dengan menggunakan correlation matrix:
51
Tabel 4.3
Correlation Matrix
PAD PP PR
PAD 1 0.7642708134337118 0.3507761603544031
PP 0.7642708134337118 1 0.5370101104014786
PR 0.3507761603544031 0.5370101104014786 1
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 5
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa tidak ada masalah
multikolinieritas. Hal ini dikarenkan nilai kolerasi matriks (correlation
matrix) dari semua variabel independen adalah kurang dari 0.8.
Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi yang
menggunakan data runtut waktu. Dengan mengkombinakikan data time
series dengan data cross section mengakibatkan masalah
multikolinieritas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini
menggunakan data panel, yang mana secara teknis sudah dikatakan
masalah multikolinieritas sudah tidak ada.
c. Uji Heterokedastisitas
Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam penelitian
salah satunya adalah menggunakan cara dalam prosedur statistik
dengan uji Glejser. Berikut ini uji statistik dengan menggunkan uji
Glejser, dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak Terjadi Heterokedastisitas
H1 : Terjadi Heterokedastisitas
Tabel 4.4
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 07/03/18 Time: 13:45
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
52
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.017541 0.004023 4.360031 0.0000
PAD -0.009966 0.021230 -0.469452 0.6397
PP 0.069636 0.049083 1.418729 0.1589
PR 0.043342 0.106486 0.407026 0.6848
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 6
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari hasil diatas menunjukan
bahwa nilai Prob > 0.05. artinya H0 diterima yaitu tidak terdapat
masalah Heterokedastisitas dalam penelitian ini.
d. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan pengganggu dari periode tertentu (μt)berkolerasi dengan
kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya( μ-1). Pada kondisi ini
kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling
berhubungan. (Hamja,2008:117). Berikut adalah hasil uji Autokorelasi
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
R-squared 0.677408 Mean dependent var 0.465962
Adjusted R-squared 0.606285 S.D. dependent var 1.923489
S.E. of regression 1.206926 Akaike info criterion 3.380156
Sum squared resid 184.9972 Schwarz criterion 3.947117
Log likelihood -234.6522 Hannan-Quinn criter. 3.610431
F-statistic 9.524489 Durbin-Watson stat 2.127167
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data diolah Eviews. 09. Lampiran 7
Berdasarkan hasil nilai Durbin Watson (DW) yang dihasilkan
adalah 2.127167. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 (5%)
dan jumlah data (n) = 156, serta jumlah variable independen (k) = 3
53
diperoleh nilai dL sebesar 1,71234 dan dU sebesar 1,76423. DW terletak
diantara dU dan (4-dU), dimana 2,127167 berada diantara ,71234 dan
2,23577,yang berarti tidak terdapat autokorelasi.
4. Model FEM
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) dapat di jelaskan melalui
persamaan sebagai berikut:
KD = 1.397999 + 19.58419 PAD + 30.44318 PP + 31.35910 PR + e
Dimana:
KD : Kemandirian Daerah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PP : Pajak
PR : Retribusi
e : error term
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen
(pendapatan asli daerah dan earning performance) berpengaruh secara
parsial terhadap variabel dependennya (kemandirian daerah), yaitu
dengan membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari regresi
dengan t-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat
keyakinan α = 5%, maka diperoleh t-tabel (1.65487).
Tabel 4.6
Uji t-Statistik
Variabel t-Statistik Probabilitas
PAD 14.03493 0.0000
pajak 7.069800 0.0000
retribusi 2.592532 0.0106
Sumber: data diolah eviews 9.0. Lampiran 10
54
Tabel 4.6 merupakan hasil pengujian variabel independen yaitu
pendapatan asli daerah dan earning performance kemandiriran daerah
secara parsial. Adapun hipotesisinya adalah sebagai berikut:
1) Terdapat pengaruh pendapatan asli daerah secara parsial terhadap
kemandirian daerah di kabupaten/kota periode 2012-2017
2) Tidak terdapat pengaruh earning performance secara parsial
terhadap kemandirian daerah di kabupaten/kota periode 2012-2017
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.6 maka
pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai
berikut:
1) Variabel pendapatan asli daerah memiliki t-statistik > t-tabel
(14.03493 > 1.65487) atau nilai probabilitas pendapatan asli daerah
lebih kecil dari tingkat keyakinan α = 5% (0.0000 < 0.05) yang
berarti bahwa H0 ditolak, yang berarti bahwa pendapatan asli
daerah berpengaruh signifikan terhadap kemandirian daerah.
2) Variabel Pajak memiliki t-statistik > t-tabel 7.069800 > 1.65487)
atau nilai probabilitas Pajak lebih besar dari tingkat keyakinan α =
5% (0.0000 < 0.05) yang berarti bahwa H0 diterima, yang berarti
bahwa Pajak berpengaruh signifikan terhadap kemandirian daerah.
3) Variabel Retribusi memiliki t-statistik > t-tabel 2.592532 >
1.65487) atau nilai probabilitas Retribusi lebih besar dari tingkat
keyakinan α = 5% (0.0106 < 0.05) yang berarti bahwa H0 diterima,
yang berarti bahwa Retribusi berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian daerah.
b. Uji-F dan Interpretasi Hasil Analisis
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunaan uji F
dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dibawah ini
merupakan hasil uji F-Statistik, yaitu sebagai berikut:
55
Tabel 4.7
Uji F-Statistik
F-statistic Prob(F-statistic)
9.524489 0.000000
Sumber: data diolah eviews 9.0. Lampiran 11
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, hasil regresi data panel menggunakan
Fixed Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar 9.524489 dengan
probabilitas sebesar 0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 3, n
=156, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (3.06). Maka
terlihat bahwa F-statistik > F-tabel (9.524489 > 3.06) atau nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%
(0.000000 < 0.05), maka Ho ditolak, artinya bahwa variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian daerah.
c. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.8
Uji Adjusted R-Square
R-squared 0.677408
Adjusted R-squared 0.606285
Sumber: data diolah eviews 9.0. Lampiran 7
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan koefisien determinasi sebesar
0.606285 atau 60,62%. Hal ini terlihat bahwa 60,62% kemandirian
daerah di 26 kabupaten/kota di Jawa Barat dapat dijelakan oleh
pendapatan asli daerah dan earning performance. Sedangkan sisanya
(100% - 60,62% = 39,38%) kemandirian daerah dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
6. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi yang menggunakan Fixed Effect Model
dapat disimpulkan bahwa hasil regresi yang dihasilkan cukup baik untuk
menjelaskan kemandirian daerah di 26 kota kabupaten/kota provinsi Jawa
56
Barat tahun 2012-2017. Berikut ini merupakan tabel interpretasi Fixed
Effect Model, sebagai berikut :
Tabel 4.9
Interpretasi Fixed Effect Model
Variabel Coefficient
Indv.
Effect Prob
C 1.397999 0
PAD? 19.58419 0
PP? 30.44318 0
PR? 31.35910 0.0106
Fixed Effects (Cross)
_KOTABANDUNG—C 0.0189039 3,288380
_KOTABANJAR—C 0.1754270 -0,356280
_KOTABEKASI—C 0.2047361 3,445351
_KOTABOGOR—C 0.373694 1,771684
_KOTACIMAHI—C 0.0746989 0,651001
_KOTACIREBON—C 0.559228 1,957218
_KOTADEPOK—C 1.854.815 3,252805
_KOTASUKABUMI—C -2.813.023 -1,415033
_KOTATASIKMALAYA--C -0.390517 1,007473
_KABBANDUNG—C -0.456808 0,941182
_KABBANDUNGBARAT--C 1.023.378 2,421368
_KABBEKASI—C 0.468349 1,866339
_KABBOGOR—C -0.048811 1,349179
_KABCIAMIS—C 0.041763 1,439753
_KABCIANJUR—C -0.602486 0,795504
_KABCIREBON—C -1.287.303 0,110687
_KABGARUT—C -0.555960 0,842030
_KABINDRAMAYU—C -0.426562 0,971428
57
_KABKARAWANG—C -0.621772 0,776218
_KABKUNINGAN—C -0.166336 1,231654
_KABMAJALENGKA--C -0.488370 0,909620
_KABPURWAKARTA--C 2.045.793 3,443783
_KABSUBANG—C 0.070601 1,468591
_KABSUKABUMI—C -0.005054 1,392936
_KABSUMEDANG—C -0.349334 1,048656
_KABTASIMALAYA--C 0.338224 1,736214
Sumber: data diolah eviews 9.0. Lampiran 7
Dapat kita lihat dari tabel 4.9 bahwa 26 kabupaten/kota di provinsi Jawa
Barat memiliki pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap
perubahan pada pendapatan asli daerah dan earning performance.
Kota Bandung
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 3,288380 persen.
Kota Banjar
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Banjar akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar -0,356280 persen.
Kota Bekasi
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bekasi akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 3,445351 persen.
Kota Bogor
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
58
maka Kota Bogor akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,771684 persen.
Kota Cimahi
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Cimahi akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,651001 persen.
Kota Depok
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Depok akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 3,252805 persen.
Kota Sukabumi
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Sukabumi akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar -1,415033 persen.
Kota Tasikmalaya
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Tasikmalaya akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Kemandirian Daerah sebesar 1,007473 persen.
Kabupaten Bandung
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kabupaten Bandung akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Kemandirian Daerah sebesar 0,941182 persen.
Kabupaten Bandung Barat
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
59
maka Kabupaten Bandung Barat akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Kemandirian Daerah sebesar 2,421368 persen.
Kabupaten Bekasi
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kabupaten Bekasi akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Kemandirian Daerah sebesar 1,866339 persen.
Kabupaten Bogor
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,349179 persen.
Kabupaten Ciamis
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,439753 persen.
Kabupaten Cianjur
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,795504 persen.
Kabupaten Cirebon
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,110687 persen.
Kabupaten Garut
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
60
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,842030 persen.
Kabupaten Indramayu
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,971428 persen.
Kabupaten Karawang
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,776218 persen.
Kabupaten Kuningan
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,231654 persen.
Kabupaten Majalengka
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 0,909620 persen.
Kabupaten Purwakarta
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 3,443783 persen.
Kabupaten Subang
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
61
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,468591 persen.
Kabupaten Sukabumi
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,392936 persen.
Kabupaten Sumedang
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,048656 persen.
Kabupaten Tasikmalaya
Apabila terjadi perubahan sebesar 1 satuan pada pendapatan asli
daerah dan earning performance antar daerah maupun antar waktu,
maka Kota Bandung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Kemandirian Daerah sebesar 1,736214 persen.
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah menunjukan kemandirian daerah itu sendiri,
dapat dikatakan bahwa daerah itu telah mampu untuk membiayai,
membangun dan meningkatkan daerahnya sendiri yang bersumber dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Pada hasil
penelitian ini, diperoleh bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif
pada kemandirian daerah dengan tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut
sesuai dengan hipotesis bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh
signifikan terhadap kemandiriran daerah.
Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam taat membayar pajak
daerah dan retribusi daerah maka akan meningkatkan pendapatan asli
daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, ―Pajak daerah adalah kontribusi wajib
62
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.‖
Pajak merupakan salah satu komponen pembentuk PAD yang
dimana semakin tinggi pajak yang didapatkan maka semakin besar pula
PAD yang diterima. PAD ini akan digunakan untuk membangun daerah
tersebut. Selanjutnya PAD ini dapat digunakan untuk membangun dan
membiayai pembangunan di suatu daerah sehingga berakibat pada
terciptanya kemandirian daerah tersebut dan diharapkan dapat
berkurangnya atau menurunkan ketergantungan pemerintah daerah ke
pemerintah pusat.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Waskito Hadi (2015), dari hasil penelitiannya bahwa pengaruh proporsi
PAD terhadap kemandirian daerah adalah sebesar 82,4%. Yang berarti
bahwa PAD berpengaruh terhadap kemandirian daerah. Selain itu
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza Marizka
(2013) dan penelitian Afrizal Tahar dan Maulida Zakhiya (2011), bahwa
PAD mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian
daerah.
b. Earning Performance (Proksi Pajak Daerah)
Dalam penelitian ini Earning Performance (Proksi Pajak Daerah)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian daerah dengan
tingkat signifikansi 5%. Ini berarti Earning Performance (Proksi Pajak
Daerah) menunjukan bahwa tingkat pendapatan pajak yang digunakan
untuk menilai kinerja pemerintah dalam menggunakan sumber daya untuk
memperoleh pendapatan berpengaruh terhadap kemandirian daerah
tersebut.
Jika dilihat dari kerangka pemikiran, Earning Performance (Proksi
Pajak Daerah) berpengaruh terhadap kemandirian daerah. Ini sejalan
dengan hasil penelitian setelah di uji hipotesis. Dengan meningkatnya
63
earning performance maka pendapatan daerah tersebut akan meningkat,
kemudian akan berkurang juga ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat. Sehingga daerah sudah mampu mengelola sumber daya
yang dimiliki dan dapat dikatakan telah mandiri. Berikut ini adalah daftar
rasio Earning performance dan rasio kemandirian daerah, pola hubungan
dan tingkatan kemandirian daerah.
c. Earning Performance (Proksi Retribusi Daerah)
Dalam penelitian ini Earning Performance (Proksi Retribusi
Daerah) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian daerah
dengan tingkat signifikansi 5%. Ini berarti Earning Performance (Proksi
Retribusi Daerah) menunjukan bahwa tingkat pendapatan retribusi yang
digunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam menggunakan sumber
daya untuk memperoleh pendapatan berpengaruh terhadap kemandirian
daerah tersebut.
Jika dilihat dari kerangka pemikiran, Earning Performance (Proksi
Retribusi Daerah) berpengaruh terhadap kemandirian daerah. Ini sejalan
dengan hasil penelitian setelah di uji hipotesis. Dengan meningkatnya
earning performance maka pendapatan daerah tersebut akan meningkat,
kemudian akan berkurang juga ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat. Sehingga daerah sudah mampu mengelola sumber daya
yang dimiliki dan dapat dikatakan telah mandiri. Berikut ini adalah daftar
rasio kemandirian daerah, pola hubungan dan tingkatan kemandirian
daerah.
Tabel 4.10
Daftar rasio Kemandirian Daerah, Pola Hubungan dan Tingkatan
Kemandirian Daerah Tahun 2017
No Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Rasio Kemandirian
Daerah Pola Hubungan
Kemandirian
Keuangan
Daerah
1 Kotamadya Bandung 118,24% Delegatif Tinggi
2 Kotamadya Banjar 25,16% Konsultatif Rendah
64
3 Kotamadya Bekasi 101,57% Instruktif Tinggi
4 Kotamadya Bogor 63,46% Partisipatif Sedang
5 Kotamadya Cimahi 32,64% Konsultatif Rendah
6 Kotamadya Cirebon 46,35% Konsultatif Rendah
7 Kotamadya Depok 76,26% Delegatif Tinggi
8 Kotamadya Sukabumi 43,89% Konsultatif Rendah
9 Kotamadya Tasikmalaya 24,21% Instruktif Rendah Sekali
10 Kabupaten Bandung 24,26% Instruktif Rendah Sekali
11 Kabupaten Bandung Barat 21,54% Instruktif Rendah Sekali
12 Kabupaten Bekasi 95,83% Delegatif Tinggi
13 Kabupaten Bogor 76,96% Delegatif Tinggi
14 Kabupaten Ciamis 11,69% Instruktif Rendah Sekali
15 Kabutaten Cianjur 21,49% Instruktif Rendah Sekali
16 Kabupaten Cirebon 24,41% Instruktif Rendah Sekali
17 Kabupaten Garut 16,52% Instruktif Rendah Sekali
18 Kabupaten Indramayu 18,52% Instruktif Rendah Sekali
19 Kabupaten Karawang 71,82% Partisipatif Sedang
20 Kabupaten Kuningan 15,73% Instruktif Rendah Sekali
21 Kabupaten Majalengka 24,99% Instruktif Rendah Sekali
22 Kabupaten Purwakarta 73,38% Instruktif Sedang
23 Kabupaten Subang 16,19% Instruktif Rendah Sekali
24 Kabupaten Sukabumi 22,31% Instruktif Rendah Sekali
25 Kabupaten Sumedang 21,15% Instruktif Rendah Sekali
26 Kabupaten Tasimalaya 12,21% Instruktif Rendah Sekali
Sumber : Data Sekunder LPH LKPD
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat pola hubungan dan tingkat
kemandirian daerah. Berikut ini penjelasannya:
Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Bogor mempunyai pola hubungan Delegatif, yaitu campur
65
tangan pemerintah pusat sudah tidak ada, karena daerah telah benar-benar
mampu dan mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah.
Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta memiliki
pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati
mampu melaksanakan otonomi daerah..
Kota Banjar, Kota Cimahi dan Kota Cirebon memiliki Pola hubungan
konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang,
karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi.
Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten
Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Tasikmalaya mempunyai Pola hubungan
Instruktif, peran pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian
pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian mengenai Analisis Tipologi Kemandirian Daerah Berdasarkan
Earning Performance dan PAD di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel model FEM dapat diketahui
dan dijelaskan secara bersama-sama bahwa Earning Performance (Proksi
Pajak Daerah), Earning Performance (Proksi Retribusi Daerah) dan
Pendapatan Asli Daerah, berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian
Daerah Tahun 2012-2017.
2. Berdasarkan hasil regresi data panel model FEM, secara parsial diperoleh
bahwa Earning Performance (Proksi Pajak Daerah) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap Kemandirian Daerah di 26 kabupaten/kota
provinsi Jawa Barat.
3. Berdasarkan hasil regresi data panel data panel model FEM, secara parsial
diperoleh bahwa Earning Performance (Proksi Retribusi Daerah)
berpengaruh signifikan dan positif terhadap Kemandirian Daerah di 26
kabupaten/kota provinsi Jawa Barat.
4. Berdasarkan hasil regresi data panel model FEM, secara parsial diperoleh
bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan dan positif
terhadap Kemandirian Daerah di 26 kabupaten/kota provinsi Jawa Barat.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan
oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah daerah disarankan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah, di daerahnya masing masing. Mengingat PAD merupakan
komponen yang penting dalam mengukur tingkat kemandirian daerah.
67
2. Bagi pemerintah daerah disarankan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah, di seluruh tingkat provinsi, kabupaten maupun kota. Karena
dengan meningkatnya pendapatan asli daerah maka suatu daerah dapat
dikatakan mandiri. Dan tidak lagi ketergantungan dengan pemerintah
pusat.
3. Bagi pemerintah daerah Jawa Barat agar lebih aktif dalam menarik pajak
daerah dan retribusi daerah agar pendapatan asli daerah dapat meningkat.
Jika pendapatan asli daerah meningkat maka kemandirian daerah dapat
tercapai.
4. Penelitian ini memiliki keterbatasan, dimana penelitian ini hanya
mengukur kemandirian keuangan suatu daerah. Maka penulis
menyarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kelanjutan setelah
kemandirian daerah ini, apakah setelah mandirinya suatu daerah akan
meningkatkan kepuasan atau kebahagian pada masyarakatnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Chalid, Pheni. ―Keuangan Daerah Investasi, dana Desentralisasi: Tantangan dan
Hambatan‖, Kemitraan Partnership: Jakarta, 2005
Dewi, Rahduta Putri Sari. ―Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah
Kabupaten Pauruan Pada Era Otonomi Daerah (Periode 2001-2008)‖,
UPN: Jawa Timur, 2010
DJPK, ―LGF Realisasi APBD‖, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012
_____, ―LGF Realisasi APBD‖, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2013
_____, ―LGF Realisasi APBD‖, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2014
_____, ―LGF Realisasi APBD‖, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2015
_____, ―LGF Realisasi APBD‖, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2016
Darise, Nurlan. ―Pengelolaan Keuangan Daerah‖, edisi kedua, Indeks: Gorontalo,
2009
Gujarati, Damodar N. ―Dasar-dasar Ekonometrika‖, Edisi ketiga, Jilid Dua,
Erlangga: Jakarta, 2007
Hadi, Waskito. ―Pengaruh Earning Performance dan Proporsi PAD LKPD 2015
Terhadap Kemandirian Daerah Di Jawa Tengah‖, BPK RI, 2017
Hamja, Yahya. ―Materi Kuliah Ekonometrik‖, Bandung, 2008
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Mahardika, I Gusti Ngurah Suryadi, Luh Gede Sri Artini. ―Analisis Kemandirian
Keuangan Daerah di Era Otonomi Pada Pemerintah Kabupaten
Tabanan‖, UNUD: Bali, 2012
69
Mardiasmo. ―Dasar-dasar Perpajakan”, Penerbit Andi, Yogyakarta
Marizka, Reza. ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemadirian
Keuangan Daerah Pada Kabupaten Dan Kota di Sumatera Barat (Tahun
2006-2011)‖ UNP: Padang, 2013
Nurana, Anggun Ciptasari. ―Analisis Dampak Kebijakan Otonomi Daerah
Terhadap Ketimpangan Perkembangan Wilayah Di Kawasan
Ciayumajakuning‖, 2010
Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah
Saputra, Dori. ―Analisis Kemandirian dan Efektifitas Keuangan Daerah Pada
Kabupaten dan Kota Propinsi Sumatera Barat”, UNP: Padang, 2014
Sianturi, Y. Simonsen. ―Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Ketimpangan
Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara‖,
2011
Tahar, Afrizal, Maulida Zakhiya. ―Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Kemandiriran Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah‖ UMY: Yogyakarta, 2011
Taluke, Maxwel. ―Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pada
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Halmahera Barat‖, 2013
Tama, Annafi Indra. ―Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Melalui
Analisis Rasio Keuangan APBD Kabupaten/Kota di Indonesia Sebelum
70
dan Sesudah Penerapan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009”,
UNISMA: Bekasi, 2015
Taryoko. ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Keuangan
Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2006-2013‖, UNY:
Yogyakarta, 2016
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Winaryo, Wing Wahyu. (2007). Analisis ekonometrika dan statistika dengan
Eviews Edisi Kelima. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen
YKPN
Yanto, Febri Ferta, Mukhlizul Hamdi, Meihendri. ―Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumbar‖ Universitas Bung
Hatta, 2014
71
LAMPIRAN
Lampiran 1
Wilayah Tahun KD PAD PP PR
Kotamadya Bandung
2012 39,75% 28,44% 16,85% 2,16%
2013 51,27% 33,89% 25,34% 1,97%
2014 55,25% 35,59% 29,00% 2,86%
2015 105,32% 51,29% 30,26% 2,26%
2016 88,09% 46,83% 34,40% 3,21%
2017 118,24% 54,18% 36,90% 4,04%
Kotamadya Banjar
2012 11,15% 10,03% 0,66% 8,53%
2013 12,83% 11,37% 1,20% 1,01%
2014 10,49% 9,49% 1,31% 1,06%
2015 28,00% 21,87% 1,18% 0,78%
2016 20,81% 17,22% 1,06% 0,80%
2017 25,16% 20,10% 1,22% 0,90%
Kotamadya Bekasi
2012 2,71% 2,64% 16,54% 1,86%
2013 48,66% 32,73% 24,53% 1,67%
2014 42,78% 29,96% 23,76% 1,35%
2015 112,39% 52,92% 27,48% 1,61%
2016 97,57% 49,39% 28,24% 2,01%
2017 101,57% 50,39% 30,43% 2,22%
Kotamadya Bogor
2012 23,32% 18,91% 12,39% 2,71%
2013 41,71% 29,43% 17,30% 2,86%
2014 30,74% 23,51% 20,00% 3,81%
2015 77,01% 43,51% 21,64% 3,13%
2016 71,42% 41,66% 21,02% 2,67%
2017 63,46% 38,82% 23,43% 2,06%
Kotamadya Cimahi
2012 19,85% 16,57% 4,78% 0,79%
2013 24,45% 19,64% 8,29% 1,03%
2014 19,51% 16,33% 8,32% 1,70%
2015 42,79% 29,97% 8,47% 0,87%
2016 36,50% 26,74% 8,25% 0,60%
2017 32,64% 24,61% 8,85% 0,67%
Kotamadya Cirebon
2012 20,69% 17,14% 4,76% 1,54%
2013 21,75% 96,02% 7,98% 1,39%
2014 22,23% 18,19% 8,63% 2,00%
2015 41,38% 29,27% 8,73% 1,16%
2016 41,70% 29,43% 8,27% 0,97%
2017 46,35% 31,67% 9,75% 0,86%
2012 40,92% 29,04% 20,68% 2,40%
2013 43,37% 30,25% 24,30% 2,41%
72
Kotamadya Depok 2014 36,35% 26,66% 26,10% 2,48%
2015 83,87% 45,61% 24,68% 1,72%
2016 82,45% 45,19% 27,42% 1,60%
2017 76,26% 43,26% 27,85% 2,01%
Kotamadya Sukabumi
2012 25,40% 20,26% 2,10% 1,25%
2013 26,16% 20,74% 2,00% 1,10%
2014 25,29% 20,19% 2,74% 0,97%
2015 48,41% 32,62% 2,71% 1,07%
2016 42,05% 29,60% 2,51% 0,69%
2017 43,89% 30,50% 3,06% 0,81%
Kotamadya Tasikmalaya
2012 16,85% 14,42% 3,15% 1,20%
2013 14,49% 12,66% 4,53% 0,87%
2014 12,91% 11,43% 6,25% 0,94%
2015 28,61% 22,25% 5,22% 0,77%
2016 23,62% 19,11% 5,11% 0,74%
2017 24,21% 19,49% 6,24% 0,64%
Kabupaten Bandung
2012 14,44% 12,62% 5,43% 1,56%
2013 18,44% 15,57% 7,93% 1,88%
2014 22,73% 18,52% 7,93% 0,87%
2015 33,94% 25,34% 6,99% 0,76%
2016 28,62% 22,25% 6,49% 0,58%
2017 24,26% 19,52% 7,27% 0,60%
Kabupaten Bandung
Barat
2012 10,51% 9,51% 5,95% 1,18%
2013 12,61% 11,20% 10,07% 2,25%
2014 15,15% 13,15% 11,62% 4,07%
2015 27,13% 21,34% 9,98% 0,99%
2016 25,69% 20,44% 9,61% 0,79%
2017 21,54% 17,72% 10,56% 0,86%
Kabupaten Bekasi
2012 40,36% 28,75% 16,65% 3,35%
2013 52,27% 34,33% 24,21% 4,90%
2014 40,15% 28,65% 25,56% 6,06%
2015 113,81% 53,23% 25,59% 4,27%
2016 99,26% 49,82% 29,42% 4,71%
2017 95,83% 48,94% 31,12% 5,05%
Kabupaten Bogor
2012 40,38% 28,76% 18,79% 3,66%
2013 41,65% 29,41% 17,71% 3,24%
2014 49,01% 32,89% 21,27% 5,57%
2015 77,50% 43,66% 21,25% 2,56%
2016 85,14% 45,99% 22,50% 2,35%
2017 76,96% 43,49% 23,44% 2,35%
2012 4,93% 4,70% 0,92% 1,01%
2013 5,65% 5,35% 1,33% 1,24%
2014 7,44% 6,92% 1,75% 0,80%
73
Kabupaten Ciamis 2015 13,43% 11,84% 1,78% 0,47%
2016 14,49% 12,65% 1,73% 0,65%
2017 11,69% 10,46% 2,14% 0,83%
Kabutaten Cianjur
2012 11,86% 10,60% 2,78% 1,31%
2013 13,43% 11,84% 2,58% 1,08%
2014 15,63% 13,52% 4,31% 0,85%
2015 26,28% 20,81% 4,49% 0,93%
2016 21,12% 17,43% 4,12% 0,71%
2017 21,49% 17,69% 4,73% 0,78%
Kabupaten Cirebon
2012 13,04% 11,53% 2,52% 2,64%
2013 16,86% 14,43% 2,83% 2,16%
2014 23,21% 18,84% 4,41% 4,06%
2015 28,30% 22,06% 4,61% 1,26%
2016 24,51% 19,68% 4,39% 1,07%
2017 24,41% 19,62% 5,06% 1,12%
Kabupaten Garut
2012 9,48% 8,66% 1,12% 0,80%
2013 12,68% 11,25% 1,29% 0,78%
2014 12,49% 11,10% 1,86% 0,58%
2015 20,50% 17,01% 2,07% 0,53%
2016 15,60% 13,49% 2,26% 0,42%
2017 16,52% 14,18% 3,00% 0,47%
Kabupaten Indramayu
2012 9,57% 8,73% 1,67% 0,96%
2013 8,98% 8,24% 1,43% 0,79%
2014 10,33% 9,36% 2,61% 0,75%
2015 20,66% 17,12% 2,69% 0,81%
2016 16,99% 14,52% 2,50% 0,78%
2017 18,52% 15,63% 2,98% 1,11%
Kabupaten Karawang
2012 36,54% 26,76% 7,41% 1,74%
2013 32,54% 24,55% 13,08% 2,27%
2014 40,59% 28,87% 16,81% 5,39%
2015 65,06% 39,42% 17,86% 3,22%
2016 51,21% 33,87% 17,05% 2,86%
2017 71,82% 41,80% 22,71% 3,43%
Kabupaten Kuningan
2012 7,95% 7,37% 1,64% 1,37%
2013 9,87% 8,99% 1,85% 1,63%
2014 0,47% 0,47% 3,37% 2,44%
2015 16,67% 14,29% 2,49% 2,03%
2016 14,76% 12,86% 2,61% 2,15%
2017 15,73% 13,59% 2,84% 2,03%
Kabupaten Majalengka
2012 7,05% 6,59% 0,71% 1,03%
2013 8,64% 7,95% 1,72% 1,07%
2014 8,12% 7,51% 1,58% 1,72%
2015 20,75% 17,19% 2,53% 1,11%
74
2016 19,23% 16,13% 3,56% 1,01%
2017 24,99% 20,00% 4,29% 0,91%
Kabupaten Purwakarta
2012 15,08% 13,10% 7,71% 1,86%
2013 14,51% 12,67% 9,23% 1,84%
2014 34,45% 25,62% 19,07% 2,19%
2015 35,85% 26,39% 25,03% 2,08%
2016 31,70% 24,07% 21,73% 1,68%
2017 73,38% 42,32% 26,86% 1,33%
Kabupaten Subang
2012 8,37% 7,72% 2,70% 0,68%
2013 8,60% 7,91% 2,83% 1,24%
2014 7,26% 6,77% 4,14% 1,08%
2015 21,64% 17,79% 4,10% 0,86%
2016 19,67% 16,44% 4,53% 0,87%
2017 16,19% 13,94% 4,21% 0,77%
Kabupaten Sukabumi
2012 10,02% 9,11% 3,76% 1,07%
2013 12,81% 11,35% 5,68% 1,47%
2014 13,73% 12,08% 7,00% 1,44%
2015 28,66% 22,28% 6,30% 1,33%
2016 24,83% 19,89% 5,41% 1,06%
2017 22,31% 18,24% 5,80% 1,17%
Kabupaten Sumedang
2012 12,16% 10,84% 3,42% 0,82%
2013 12,43% 11,05% 3,18% 1,00%
2014 11,36% 10,20% 5,05% 1,85%
2015 25,79% 20,50% 4,85% 0,58%
2016 21,46% 17,67% 4,87% 0,60%
2017 21,15% 17,46% 5,16% 0,76%
Kabupaten Tasimalaya
2012 3,48% 3,36% 1,22% 1,06%
2013 3,29% 3,18% 1,37% 1,63%
2014 3,53% 3,41% 2,27% 1,28%
2015 11,41% 10,24% 1,82% 0,89%
2016 10,40% 9,42% 1,64% 0,79%
2017 12,21% 10,88% 2,02% 0,83%
75
Lampiran 2
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.192893 (25,127) 0.0024
Cross-section Chi-square 55.979496 25 0.0004
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: KD
Method: Panel Least Squares
Date: 07/09/18 Time: 11:08
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.484696 0.232151 -6.395378 0.0000
PAD 15.66604 1.191352 13.14980 0.0000
PP -16.08561 1.964374 -8.188668 0.0000
PR 4.947975 10.10547 0.489634 0.6251
R-squared 0.538154 Mean dependent var 0.465962
Adjusted R-squared 0.529038 S.D. dependent var 1.923489
S.E. of regression 1.320026 Akaike info criterion 3.418486
Sum squared resid 264.8552 Schwarz criterion 3.496688
Log likelihood -262.6419 Hannan-Quinn criter. 3.450249
F-statistic 59.03791 Durbin-Watson stat 1.700710
Prob(F-statistic) 0.000000
76
Lampiran 3
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 21.663887 3 0.0001
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
PAD 19.584189 16.224711 0.637258 0.0000
PP -30.443182 -17.249565 14.658063 0.0006
PR 31.359098 9.371303 50.856122 0.0020
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: KD
Method: Panel Least Squares
Date: 07/09/18 Time: 11:16
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.397999 0.412510 -3.389006 0.0009
PAD 19.58419 1.395390 14.03493 0.0000
PP -30.44318 4.306088 -7.069800 0.0000
PR 31.35910 12.09594 2.592532 0.0106
Effects Specification
77
Lampiran 4
Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2017
Observations 132
Mean -2.10e-19
Median -0.002097
Maximum 0.071283
Minimum -0.073134
Std. Dev. 0.026578
Skewness 0.148361
Kurtosis 3.039482
Jarque-Bera 0.492816
Probability 0.781603
Lampiran 5
Uji Multikolinearitas
PAD PP PR
PAD 1 0.7642708134337118 0.3507761603544031
PP 0.7642708134337118 1 0.5370101104014786
PR 0.3507761603544031 0.5370101104014786 1
78
Lampiran 6
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 07/03/18 Time: 13:45
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.017541 0.004023 4.360031 0.0000
PAD -0.009966 0.021230 -0.469452 0.6397
PP 0.069636 0.049083 1.418729 0.1589
PR 0.043342 0.106486 0.407026 0.6848
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.660047 Mean dependent var 0.021616
Adjusted R-squared 0.583795 S.D. dependent var 0.015348
S.E. of regression 0.009902 Akaike info criterion -6.223414
Sum squared resid 0.010491 Schwarz criterion -5.677429
Log likelihood 435.7453 Hannan-Quinn criter. -6.001551
F-statistic 8.656209 Durbin-Watson stat 2.599535
Prob(F-statistic) 0.000000
79
Lampiran 7
Fixed Effect Model
Dependent Variable: KD
Method: Panel Least Squares
Date: 07/02/18 Time: 13:25
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.397999 0.412510 -3.389006 0.0009
PAD 19.58419 1.395390 14.03493 0.0000
PP 30.44318 4.306088 7.069800 0.0000
PR 31.35910 12.09594 2.592532 0.0106
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.677408 Mean dependent var 0.465962
Adjusted R-squared 0.606285 S.D. dependent var 1.923489
S.E. of regression 1.206926 Akaike info criterion 3.380156
Sum squared resid 184.9972 Schwarz criterion 3.947117
Log likelihood -234.6522 Hannan-Quinn criter. 3.610431
F-statistic 9.524489 Durbin-Watson stat 2.127167
Prob(F-statistic) 0.000000
80
Lampiran 8
Random Effect Model
Dependent Variable: KD
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/02/18 Time: 13:25
Sample: 2012 2017
Periods included: 6
Cross-sections included: 26
Total panel (balanced) observations: 156
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.570055 0.234427 -6.697424 0.0000
PAD 16.22471 1.144489 14.17638 0.0000
PP -17.24957 1.970870 -8.752258 0.0000
PR 9.371303 9.770134 0.959179 0.3390
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.294839 0.0563
Idiosyncratic random 1.206926 0.9437
Weighted Statistics
R-squared 0.545847 Mean dependent var 0.399843
Adjusted R-squared 0.536884 S.D. dependent var 1.879250
S.E. of regression 1.278880 Sum squared resid 248.6011
F-statistic 60.89634 Durbin-Watson stat 1.757324
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.536921 Mean dependent var 0.465962
Sum squared resid 265.5623 Durbin-Watson stat 1.645085
81
Lampiran 9
Realisasi PAD dan Pendapatan Transfer
Wilayah Tahun Realisasi PAD Pendapatan Transfer
Kotamadya
Bandung
2012 Rp 1.005.583.425.000 Rp 2.529.636.608.661
2013 Rp 1.442.775.238.323 Rp 2.814.192.121.233
2014 Rp 1.762.952.227.000 Rp 3.190.988.402.444
2015 Rp 1.859.694.643.505 Rp 1.765.831.826.066
2016 Rp 2.152.755.704.962 Rp 2.443.763.935.834
2017 Rp 3.065.143.012.234 Rp 2.592.216.225.000
Kotamadya Banjar
2012 Rp 54.684.691.000 Rp 490.400.619.000
2013 Rp 70.625.136.000 Rp 550.292.200.000
2014 Rp 63.864.729.000 Rp 608.843.772.923
2015 Rp 119.829.130.610 Rp 428.013.539.172
2016 Rp 116.321.781.013 Rp 559.042.960.068
2017 Rp 131.300.513.353 Rp 521.833.185.000
Kotamadya Bekasi
2012 Rp 70.735.134.000 Rp 2.608.155.596.000
2013 Rp 969.741.298.000 Rp 1.992.867.888.000
2014 Rp 1.042.728.151.000 Rp 2.437.634.976.729
2015 Rp 1.497.596.390.244 Rp 1.332.517.465.266
2016 Rp 1.607.389.410.491 Rp 1.647.365.217.172
2017 Rp 1.827.107.722.405 Rp 1.798.904.798.784
Kotamadya Bogor
2012 Rp 252.280.722.000 Rp 1.081.840.889.000
2013 Rp 463.368.420.000 Rp 1.111.003.589.000
2014 Rp 413.249.213.000 Rp 1.344.448.168.840
2015 Rp 627.597.050.141 Rp 814.953.434.916
2016 Rp 783.873.587.219 Rp 1.097.614.311.436
2017 Rp 728.666.344.804 Rp 1.148.227.183.942
Kotamadya Cimahi
2012 Rp 144.540.602.000 Rp 728.011.962.000
2013 Rp 191.599.457.000 Rp 783.750.740.000
2014 Rp 182.394.096.000 Rp 934.727.852.297
2015 Rp 268.807.074.332 Rp 628.232.060.766
2016 Rp 286.049.615.484 Rp 783.781.903.794
2017 Rp 270.337.189.779 Rp 828.166.252.000
Kotamadya
Cirebon
2012 Rp 149.489.858.000 Rp 722.635.442.000
2013 Rp 969.741.298.000 Rp 40.209.101.000
2014 Rp 224.468.022.000 Rp 1.009.599.562.543
2015 Rp 319.893.842.205 Rp 773.113.885.766
2016 Rp 363.117.732.284 Rp 870.837.793.607
2017 Rp 390.325.627.300 Rp 842.093.152.000
Kotamadya Depok 2012 Rp 474.705.361.000 Rp 1.160.187.661.000
82
2013 Rp 581.207.571.000 Rp 1.340.195.208.000
2014 Rp 588.606.351.000 Rp 1.619.260.240.868
2015 Rp 818.204.601.265 Rp 975.526.903.366
2016 Rp 922.297.784.280 Rp 1.118.681.655.636
2017 Rp 919.229.418.380 Rp 1.205.435.772.214
Kotamadya
Sukabumi
2012 Rp 148.387.666.000 Rp 584.116.123.000
2013 Rp 174.959.121.000 Rp 668.724.856.000
2014 Rp 201.242.474.000 Rp 795.672.092.265
2015 Rp 276.845.561.835 Rp 571.878.632.516
2016 Rp 295.257.670.781 Rp 702.120.023.658
2017 Rp 323.873.251.431 Rp 737.897.603.653
Kotamadya
Tasikmalaya
2012 Rp 153.027.660.000 Rp 908.424.428.000
2013 Rp 172.877.461.000 Rp 1.192.710.213.000
2014 Rp 182.394.096.000 Rp 1.413.249.930.600
2015 Rp 242.979.820.518 Rp 849.187.546.730
2016 Rp 254.532.699.376 Rp 1.077.545.283.278
2017 Rp 273.915.816.062 Rp 1.131.566.664.000
Kabupaten
Bandung
2012 Rp 366.316.690.578 Rp 2.536.097.910.605
2013 Rp 502.436.840.000 Rp 2.724.549.456.416
2014 Rp 702.845.372.799 Rp 3.092.824.175.044
2015 Rp 784.216.215.215 Rp 2.310.509.110.606
2016 Rp 856.514.244.254 Rp 2.992.226.054.296
2017 Rp 762.256.352.461 Rp 3.142.533.223.676
Kabupaten
Bandung Barat
2012 Rp 136.291.256.000 Rp 1.296.569.958.000
2013 Rp 187.170.467.000 Rp 1.484.191.873.000
2014 Rp 251.472.414.000 Rp 1.660.371.173.000
2015 Rp 314.621.268.983 Rp 1.159.888.701.643
2016 Rp 376.220.675.006 Rp 1.464.280.255.051
2017 Rp 342.874.181.789 Rp 1.591.649.338.000
Kabupaten Bekasi
2012 Rp 801.852.906.000 Rp 1.986.922.459.000
2013 Rp 1.154.525.309.000 Rp 2.208.915.850.000
2014 Rp 1.124.165.441.000 Rp 2.800.151.226.938
2015 Rp 1.843.836.910.285 Rp 1.620.066.005.889
2016 Rp 1.917.814.673.704 Rp 1.932.027.212.663
2017 Rp 1.913.664.785.006 Rp 1.996.944.663.274
Kabupaten Bogor
2012 Rp 1.048.230.704.202 Rp 2.596.217.546.448
2013 Rp 1.261.034.564.121 Rp 3.027.364.700.154
2014 Rp 1.712.937.376.136 Rp 3.495.272.539.177
2015 Rp 2.002.209.819.262 Rp 2.583.489.732.475
2016 Rp 2.292.175.674.801 Rp 2.692.167.023.139
2017 Rp 2.207.859.554.000 Rp 2.869.018.496.000
Kabupaten Ciamis 2012 Rp 87.711.885.000 Rp 1.779.623.693.000
83
2013 Rp 117.475.935.000 Rp 2.079.018.002.000
2014 Rp 138.809.504.000 Rp 1.866.866.142.809
2015 Rp 180.304.950.790 Rp 1.342.252.394.342
2016 Rp 204.759.434.820 Rp 1.413.397.717.898
2017 Rp 200.692.823.000 Rp 1.717.180.926.000
Kabutaten Cianjur
2012 Rp 215.802.560.000 Rp 1.819.728.301.000
2013 Rp 266.100.617.000 Rp 1.981.758.631.000
2014 Rp 355.346.307.000 Rp 2.272.987.587.106
2015 Rp 454.627.908.742 Rp 1.729.841.271.786
2016 Rp 455.156.876.756 Rp 2.155.469.458.260
2017 Rp 478.173.308.485 Rp 2.224.790.830.000
Kabupaten Cirebon
2012 Rp 229.992.688.000 Rp 1.764.272.625.000
2013 Rp 250.848.893.000 Rp 1.488.073.473.884
2014 Rp 368.111.750.000 Rp 1.585.728.329.531
2015 Rp 478.690.101.565 Rp 1.691.675.401.767
2016 Rp 529.050.285.479 Rp 2.158.776.171.703
2017 Rp 481.775.052.046 Rp 1.974.017.053.000
Kabupaten Garut
2012 Rp 184.269.765.000 Rp 1.944.439.782.369
2013 Rp 240.631.630.000 Rp 1.897.884.433.134
2014 Rp 255.101.696.000 Rp 2.043.006.273.353
2015 Rp 419.201.758.615 Rp 2.044.981.416.357
2016 Rp 385.312.223.032 Rp 2.470.089.016.840
2017 Rp 440.583.624.743 Rp 2.667.359.722.945
Kabupaten
Indramayu
2012 Rp 164.671.615.000 Rp 1.720.982.327.000
2013 Rp 174.713.400.000 Rp 1.946.594.666.000
2014 Rp 241.321.575.000 Rp 2.336.933.077.554
2015 Rp 346.871.269.287 Rp 1.678.667.261.346
2016 Rp 351.177.413.767 Rp 2.066.809.590.141
2017 Rp 382.972.363.732 Rp 2.067.464.191.000
Kabupaten
Karawang
2012 Rp 658.597.371.000 Rp 1.802.458.164.000
2013 Rp 660.841.120.000 Rp 2.030.988.057.000
2014 Rp 909.158.480.944 Rp 2.239.682.990.685
2015 Rp 1.056.605.776.486 Rp 1.623.936.961.915
2016 Rp 1.003.391.893.371 Rp 1.959.371.891.794
2017 Rp 1.264.521.938.077 Rp 1.760.615.432.900
Kabupaten
Kuningan
2012 Rp 97.605.695.930 Rp 1.226.980.885.941
2013 Rp 112.517.242.678 Rp 1.139.711.347.633
2014 Rp 5.588.268.353 Rp 1.186.641.183.000
2015 Rp 229.170.387.972 Rp 1.374.529.144.140
2016 Rp 253.441.689.733 Rp 1.717.088.119.273
2017 Rp 271.358.812.047 Rp 1.725.624.298.000
Kabupaten 2012 Rp 103.740.972.000 Rp 1.470.611.413.000
84
Majalengka 2013 Rp 142.505.677.000 Rp 1.649.259.308.000
2014 Rp 154.484.314.000 Rp 1.902.517.410.000
2015 Rp 283.735.793.231 Rp 1.367.195.047.862
2016 Rp 331.527.582.021 Rp 1.723.845.574.035
2017 Rp 431.911.058.648 Rp 1.728.157.618.000
Kabupaten
Purwakarta
2012 Rp 151.567.978.000 Rp 1.005.289.562.000
2013 Rp 173.764.160.000 Rp 1.197.375.809.000
2014 Rp 407.987.714.000 Rp 1.184.279.768.000
2015 Rp 331.073.426.247 Rp 923.601.621.411
2016 Rp 341.116.103.330 Rp 1.076.034.722.218
2017 Rp 809.952.041.732 Rp 1.103.842.106.160
Kabupaten Subang
2012 Rp 120.972.035.000 Rp 1.445.165.044.000
2013 Rp 144.513.483.000 Rp 1.681.358.765.000
2014 Rp 150.997.506.000 Rp 2.080.100.875.864
2015 Rp 313.886.383.831 Rp 1.450.713.912.269
2016 Rp 360.621.618.141 Rp 1.833.456.369.768
2017 Rp 334.860.139.238 Rp 2.068.003.814.598
Kabupaten
Sukabumi
2012 Rp 185.190.546.000 Rp 1.848.231.072.000
2013 Rp 273.452.383.000 Rp 2.134.902.713.000
2014 Rp 355.346.307.000 Rp 2.587.307.026.980
2015 Rp 509.484.993.709 Rp 1.777.394.505.302
2016 Rp 548.936.312.987 Rp 2.210.395.390.188
2017 Rp 535.356.500.000 Rp 2.399.275.335.000
Kabupaten
Sumedang
2012 Rp 161.995.577.000 Rp 1.332.457.215.000
2013 Rp 189.612.072.000 Rp 1.525.578.387.000
2014 Rp 212.894.543.000 Rp 1.874.265.234.352
2015 Rp 327.369.262.021 Rp 1.269.358.454.244
2016 Rp 345.804.641.953 Rp 1.611.298.154.638
2017 Rp 361.161.779.848 Rp 1.707.369.180.000
Kabupaten
Tasimalaya
2012 Rp 60.970.811.000 Rp 1.752.418.939.000
2013 Rp 70.474.912.000 Rp 2.143.148.407.000
2014 Rp 87.479.844.000 Rp 2.479.039.681.451
2015 Rp 186.487.256.315 Rp 1.633.950.690.991
2016 Rp 216.227.321.380 Rp 2.079.589.818.872
2017 Rp 210.967.652.888 Rp 1.727.556.131.752
85
Lampiran 10
t-Tabel
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
86
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
87
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954
121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895
122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838
123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781
124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726
125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671
126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617
127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565
128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512
129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461
130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411
131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361
132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312
133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264
134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217
135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170
136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124
137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079
138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034
88
139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990
140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947
141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904
142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862
143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820
144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779
145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739
146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699
147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660
148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621
149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583
150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545
151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508
152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471
153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435
154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400
155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364
156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330
157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295
158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261
159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228
160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195
161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162
162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130
163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098
164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067
165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036
166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005
167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975
168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945
169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915
170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886
171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857
172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829
173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801
174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773
175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745
176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718
177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691
178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665
179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638
180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612
181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587
182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561
183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536
184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511
185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487
186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463
89
187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438
188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415
189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391
190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368
191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345
192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322
193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299
194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277
195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255
196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233
197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212
198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190
199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169
200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148
90
Lampiran 11
F-Tabel
df (N1) 1 2 3 4 5 6 7 8
df (N2)
1 161 199 216 225 230 234 237 239
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21
91
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06
92
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06
81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05
82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05
83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05
84 3.95 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05
85 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05
86 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05
87 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05
88 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05
89 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04
90 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04
91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04
92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04
93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04
94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04
95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04
96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04
97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04
98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03
99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03
100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03
101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03
107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03
108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03
109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02
110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02
111 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02
112 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02
113 3.93 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
114 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
115 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
116 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
117 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
118 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
119 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02
93
121 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02
122 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02
123 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.08 2.01
124 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01
125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01
126 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01
127 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01
128 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01
129 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
130 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
131 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
132 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
133 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
134 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
135 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01
138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01
139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01
140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01
141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00
142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00
143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00
149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00
162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00
94
163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00
164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00
165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99
166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99
167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99
168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99
169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99
170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99
178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
181 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
182 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
183 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
184 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
185 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
186 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
187 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
188 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
189 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
190 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
191 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
192 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
193 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
194 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
195 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
196 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99
197 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99
198 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99
199 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99
200 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.98