ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN …
Transcript of ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN …
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH
DAN FAKTOR INTERNAL EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHINYA
Skripsi
Oleh:
Nuryana Sari
NIM : 106081002476
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Nuryana Sari
2. Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 18 Desember 2010
3. Alamat : Jl. Karang Tengah Rt.007/ 08 No. 03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel
4. Anak ke- : 10 dari 10 bersaudara
II. Pendidikan
1. SD : SD Negeri 05 Pagi Lebak Bulus
2. SMP : SMP Negeri 226 Jakarta
3. SMA : SMA Negeri 66 Jakarta
4. SI : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
Paskibraka SMA 66 Jakarta : Bendahara
BEM Manajemen : Sekretaris Divisi Lit-bang
IV. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Naumar
2. Ibu : Masiti
3. Alamat : Jl. Karang Tengah Rt.007/08 No.03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel
v
ABSTRACT
This study examines the efficiency of Islamic banking and the determinant factors
of internal external which effected. This study using the DEA as a tool of bank
efficiency analysis because of its the eminence to analyze the level of banking
efficiency. Then proceed with an analysis fixed effects regression method (MET)
to analyze the determinant factors of internal and external Islamic banking
efficiency, that is profitability, size, market power, capitalization, SBI, inflation
and economic growth. The results proved that based on the production approach,
intermediation approach, and asset approaches the average level relative
efficiency of Islamic Banking less than 100%. Then The panel data regression
model proved that based on production approaches, profitability variable effects
Islamic Banks efficiency levels. Beside that the result also proved variable size
effect efficiency level of Islamic Banks and variable profitability effect efficiency
level of Syariah Business Unit by the intermediation approach. While the asset
approach, proved variable size effect level of efficiency Islamic Banks and
variable market power and size effect level efficiency of Syariah Business Unit.
Keywords: Efficiency, DEA (Data Envelopment Analysis) and regression panel.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini mambahas efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal
yang mempengaruhinya. Dengan keunggulan- keunggulan yang dimiliki DEA
sebagai alat analisis efisiensi bank, maka penelitian ini menggunakan DEA dalam
mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,
market power, kapitalisasi, SBI, inflasi, dan economic growth. Hasil penelitian
menunjukkan berdasarkan pendekatan produksi, pendekatan intermediasi, dan
pendekatan aset rata- rata tingkat efisiensi relatif Perbankan Syariah kurang dari
100%. Dengan analisis regresi model panel data, penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa berdasarkan pendekatan produksi terdapat pengaruh variabel
profitabilitas terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah. Dengan pendekatan
intermediasi terbukti adanya pengaruh variabel size untuk tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah dan variabel profitabilitas untuk tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah. Sedangkan dengan pendekatan aset, terbukti terdapat pengaruh variabel
size untuk tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan variabel market power dan
size untuk tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.
Kata kunci: Efisiensi, DEA (Data Envelopment Analysis) dan regresi panel.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah senantiasa memberikan curahan rahmat dan hidayah beserta nikmat yang
tiada tara, terutama nikmat sehat wal afiat, nikmat iman dan Islam sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi
Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal yang Mempengaruhinya” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWA yang telah membawa kita dari jaman kegelapan sampai
jaman yang terang- benderang seperti saat ini dengan segala ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program
studi Ekonomi Strata Satu (SI), Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
berkenan memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, antara
lain kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyetujui dan memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen yang
telah memberikan persetujuan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Murdiyah Hayati. S. Kom., MM, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
viii
5. Untuk kedua orang tuaku, yang terus memberikan doa, kasih sayang,
perhatian, dan perjuangan mereka untuk tetap membiayai kuliahku, semoga
kelulusan ini menjadi kado terindah dan dapat sedikit membalas kasih
sayangmu.
6. Abang- abang, kakak ipar, dan keponakanku tersayang, yang selalu
memberikan semangat dan perhatiannya untuk kelancaran skripsi ini, selalu
menghibur dikala kejenuhan datang menyapa.
7. Untuk `gajaH ku,,makasiE selama ini selalu ada untuk `kutU, g’ pernah
ninggalin `kutU walaupun selalu jadi tempat marah- marah tapi tetap sabar
dan tetap sayang sama `kutU,,semoga ini jadi awal yang menggembirakan
untuk kita dan bisa jadi sedikit bukti cinta `kutU ke `gajaH.
8. Teman- teman D’TroC, Manajemen Perbankan, Keuangan, dan Pemasaran
2006, terutama untuk `Anak tiri` dan `Tante tiri`, yang selalu siap untuk
diminta bantuannya dan selalu memberi semangat serta doa untuk kelancaran
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak- pihak lain yang membutuhkan.
Jakarta, 07 Juni 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan........................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Komprehensif ....................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... iv
Abstrak . ............................................................................................................ v
Abstract ........................................................................................................... vi
Kata Pengantar ............................................................................................... vi
Daftar Isi ....................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
A. Landasan Teori ........................................................................... 12
1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah ................................. 12
2. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan .............................. 14
3. Metode Pengukuran Efisiensi ............................................... 17
4. Data Envelopment Analysis (DEA) ...................................... 23
5. Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi . 25
6. Determinan Tingkat Efisiensi ............................................... 26
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 36
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39
D. Metode Analisis .......................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 47
1. Definisi Variabel Input dan Output Penelitian ...................... 47
2. Definisi dan Operasionalisasi Faktor Determinan Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 51
3. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pengukuran Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 53
4. Alat Bantu Pengolahan Data ................................................. 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 57
A. Gambaran Umum ........................................................................ 57
B. Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah ............... 64
1. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Produksi ................. 66
2. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Intermediasi ............ 68
3. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Aset ........................ 69
C. Peringkat Skor Efisiensi .............................................................. 71
1. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Produksi .......... 71
2. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Intermediasi .... 72
3. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset ................. 73
D. Pergerakan Skor Efisiensi ........................................................... 74
1. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Produksi ................... 74
2. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Intermediasi .............. 75
3. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Aset .......................... 76
E. Pengujian Hipotesis Efisiensi ...................................................... 77
F. Analisis Regresi Metode Efek Tetap (MET) ................................ 79
1. Hasil Regresi Pendekatan Produksi ...................................... 79
2. Hasil Regresi Pendekatan Intermediasi ................................. 82
xi
3. Hasil Regresi Pendekatan Aset ............................................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran- saran ................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94
LAMPIRAN ................................................................................................... 97
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
3. 1 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Produksi 54
3. 2 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Intermediasi 55
3. 3 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Aset 55
4. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009 60
4. 2 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009 62
4. 3 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009 63
4. 4 Skor Efisiensi Berdasarkan Orientasi Input 71
4. 5 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi 72
4. 6 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi 73
4. 7 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset 73
4. 8 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi 75
4. 9 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi 76
4. 10 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Aset 77
4. 11 Rata- rata Efisiensi Seluruh Bank 78
4. 12 Rata- rata Skor Efisiensi Perbankan Syariah 78
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
2. 1 Kerangka Pemikiran 35
3. 2 Efficient Frontier Model CCR 42
3. 3 Efficient Frontier Model BCC 43
4. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009 61
4. 2 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009 62
4. 3 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Hal
1 Indeks Periode Penelitian 97
2 Kode Decision Making Unit (DMU) 98
3 Variabel Input Output Pendekatan Produksi 100
4 Variabel Input Output Pendekatan Intermediasi 102
5 Variabel Input Output Pendekatan Aset 104
6 Data Faktor Internal dan Eksternal 106
7 Output Hasil Uji Efisiensi Perbankan Syariah 108
8 Output Hasil Uji Regresi MET 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kinerja industri perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut
dalam beberapa dekade terakhir. Pada umumnya, kinerja perbankan Indonesia
sebelum terjadinya krisis ekonomi cukup baik dan menunjukkan kemajuan.
Hal ini dapat dilihat dari mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp. 414
trilliun, dana pihak ketiga, giro, tabungan dengan deposito serta kredit
mengalami kenaikan menjadi Rp. 304 trilliun dari Rp. 266 trilliun. Efisiensi
pada tahun tersebut juga masih dapat dikatakan baik. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional menunjukkan nilai 92 %, ROE 16,96 %,
CAR menunjukkan peningkatan (rata- rata) 12,10%.
Namun sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997
perbankan swasta maupun persero banyak yang mengalami kesulitan
keuangan, sehingga pada 1 Nopember 1997 16 bank dilikuidasi, 7 bank
dibekukan operasinya pada April 1998 dan pada 13 Maret 1999 terdapat 38
bank yang dilikuidasi.
Pada saat bank konvensional mengalami penurunan pendapatan, justru
perbankan syariah mengalami peningkatan pendapatan. Perbankan syariah
masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik. Hal ini dapat dilihat
dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non
performing loan) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negatif spread
1
2
dalam kegiatan operasionalnya. Karakteristik sistem perbankan syariah yang
beroperasi terutama berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif
sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank.
Selain itu, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-
produknya menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya
dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga
beban operasional lebih rendah dari bank konvensional (Novita Wulandari,
2004). Oleh karena itu, perbankan syariah mampu menyediakan modal
investasi dengan biaya modal investasi yang relatif lebih rendah dibanding
perbankan konvensional kepada masyarakat Indonesia.
Belajar dari pengalaman buruk saat krisis keuangan melanda Indonesia
pada tahun 1998 yang banyak memakan korban perbankan di Indonesia,
maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2001
(Lembaran Republik Indonesia Tahun 2001 No. 71) yang bertujuan
menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan. Selain PP tersebut bertujuan menciptakan industri
perbankan yang kuat dan daya saing tinggi serta memiliki ketahanan dalam
menghadapi resiko.
PP tersebut tidak hanya mengatur tentang perbankan konvensional tetapi
mengatur tentang perbankan di Indonesia secara keseluruhan termasuk
perbankan syariah di dalamnya. Karena itu, industri perbankan syariah
walaupun terbukti lebih tahan menghadapi krisis pada tahun 1998 juga tetap
3
diharapkan dapat menjalankan aktivitasnya dengan mengacu kepada prinsip
prudential banking.
Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian makro dan
semakin kompetitifnya persaingan dalam industri perbankan, perbankan
syariah dituntut memiliki tingkat efisiensi dan daya saing yang tinggi.
Efisiensi merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
suatu organisasi, dalam hal ini industri perbankan baik secara makro ataupun
secara mikro. Dari sisi makro terkait dengan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi, perbankan yang efisien sangat diperlukan untuk menunjang
tercapainya stabilitas harga dan akan memberikan dampak positif pada
sektor-sektor lain. Sedangkan dari sisi mikro tingkat efisiensi
menggambarkan kemampuan bank mengelola input dan outputnya. Sehingga
pengukuran efisiensi dan analisa terhadap determinan atau faktor-faktor
menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien
operasional dari perbankan syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat efisiensi tersebut, sehingga perbankan syariah dapat meningkatkan
efisiensinya.
Otoritas perbankan di Indonesia, dalam hal ini Bank Indonesia sangat
menaruh perhatian terhadap tingkat efisiensi industri perbankan.. Bank sentral
sangat berkepentingan terhadap terciptanya suatu sistem perbankan yang
sehat dan efisien untuk menopang program-program stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi makro. Oleh karena itu pengukuran efisiensi
dibutuhkan untuk menilai efektifitas transmisi kebijakan moneter terhadap
4
perkembangan perbankan termasuk perbankan syariah. Peningkatan efisiensi
operasi dan daya saing industri perbankan syariah merupakan fokus kegiatan
yang penting dalam pengembangan dan pengaturan perbankan syariah
nasional sebagaimana tercermin dalam misi pengembangan perbankan
syariah nasional.
Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di
Indonesia yang berdiri pada tahun 1992 kini bukanlah pemain tunggal dalam
persaingan merebut potensi keuangan syariah yang ada di Indonesia. Dalam
beberapa tahun terakhir jumlah bank yang menawarkan jasa perbankan
syariah bertambah dari hanya 5 bank yang diantaranya terdapat dua bank
umum syariah pada tahun 2000 menjadi 166 yang terdiri dari 5 bank umum,
24 unit usaha syariah 137 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun
2009 (Statistik Perbankan Syariah: 2009).
Masih merujuk pada Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, pada tahun 2009 jumlah asset
perbankan syariah mencapai 2,5% dari total asset perbankan nasional, yaitu
mencapai Rp 59,996 triliun. Total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
sejumlah Rp 46,539 triliun pada September 2009 dan perbankan syariah telah
menyalurkan dalam berbagai bentuk pembiayaan sebesar Rp 46,046 triliun.
Melalui Financing to Deposit Ratio atau Loan to Deposit Ratio Bank umum
dan unit usaha syariah yang mencapai 98,11% kemudian disusul Bank
Pembiayaan Rakyat syariah sebesar 131,55% mencerminkan fungsi
intermediasi yang dilaksanakan dengan baik bahkan lebih baik jika
5
dibandingkan dengan perbankan secara keseluruhan yang hanya mencapai
65,24%.
Walaupun perkembangan perbankan syariah sebagai lembaga
intermediasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir semakin pesat dan mulai
diperhitungkan ternyata perbankan syariah masih belum mampu berperan
besar dalam industri perbankan nasional yang menganut sistem dual banking.
Kontribusi atau share perbankan syariah terhadap perbankan nasional sebesar
2,5% pada akhir tahun 2009 relatif belum dapat diperhitungkan sebagai
lembaga yang dapat mempengaruhi indikator-indikator ekonomi makro,
sebaliknya tidak dapat dipungkiri variabel makro seperti inflasi, dan
pergerakan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempengaruhi
operasional dan efisiensi perbankan syariah baik secara langsung maupun
tidak langsung, meskipun pengaruhnya bersifat umum, yaitu berdampak
terhadap seluruh bank. Oleh karena itu untuk internal bank penelitian
mengenai pengaruh variabel makro seperti tingkat inflasi dan pertumbuhan
ekonomi dan kebijakan moneter seperti tingkat bunga Sertifikat bank
Indonesia (SBI) dan variabel mikro seperti tingkat profitabilitas, kapitalisasi,
dan Market Power diperlukan untuk mengetahui besarnya dampak variabel
makro dan mikro tersebut terhadap tingkat efisiensi bank sehingga
manajemen bank dapat menyusun program-program perbaikan peningkatan
efisiensi (performance) dan mengantisipasi pengaruh yang merugikan bank.
Terkait dengan efisiensi perbankan, nasabah bank sebagai pengguna jasa
keuangan sangat berkepentingan dengan efisiensi lembaga perbankan karena
6
mereka terkait langsung dengan risiko dan biaya yang akan mereka tanggung
dan manfaat yang akan mereka peroleh dari melakukan transaksi dengan
suatu bank. Bank yang efisien pada umumnya cenderung dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada para nasabahnya dengan tarif yang lebih
kompetitif. Dilain pihak, bank yang tidak efisien biasanya cenderung
menetapkan pricing dalam bentuk ínterest margin dan biaya transaksi yang
tinggi. Hal ini jelas kurang menguntungkan bagi nasabah pengguna jasa
perbankan.
Pada dasarnya tingkat kesehatan suatu bank, termasuk tingkat
efisiensinya dapat dinilai dengan menggunakan berbagai indikator, salah satu
sumber yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan dari
bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan lembaga perbankan
dapat dikalkulasikan sejumlah rasio keuangan yang dapat dimanfaatkan untuk
memprediksi tingkat keuntungan, memprediksi masa depan, dan untuk
mengantisipasi kondisi di masa depan (Vicky Rahma Putri dan Niki
Lukviarman : 2004). Namun, pendekatan analisis ini memiliki kelemahan
yang disebabkan oleh kesulitan dan validitas hasil perhitungan rasio keuangan
melalui perbandingan dua perusahaan yang secara relative memiliki
karakteristik berbeda. Dalam mengevaluasi kinerja lembaga perbankan dapat
digunakan rasio keuangan dengan mengkombinasikannya dengan teknik non-
parametrik sehingga menjadi saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya.
7
Salah satu teknik non-parametrik yang telah banyak digunakan dalam
penelitian lain untuk mengukur efisiensi di berbagai bidang atau industri
adalah teknik Data Envelopment Analysis (Jibendu Kumar Mantri: 2008).
Priyonggo Suseno (2008) meneliti efisiensi dan skala ekonomi pada industri
perbankan syariah di Indonesia dengan teknik DEA. Input variabel yang
digunakan adalah biaya bagi hasil, biaya lainnya dan asset. Sedangkan
variable output adalah pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan volume
kredit. Dengan sampel 10 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
umum perbankan syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien dan
tidak terdapat skala ekonomis di dalamnya.
Vicky Rahma Putri dan Niki Lukviarman (2008) mengukur kinerja bank
komersil dengan analisis DEA. Variabel yang digunakan adalah efisiensi
yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dari 17 bank yang dijadikan sampel penelitian,
tidak ditemukan bank yang konsisten beroperasi secara efisien selama 3 tahun
periode penelitian.
Margaretha Tri Utami (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan bank syariah selama 3 (tiga) tahun. Temuan dari penelitian
ini adalah bahwa pendapatan negara dan equity to total assets yang baik akan
berpengaruh secara positif terhadap kinerja.
Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki DEA sebagai alat analisis
efisiensi bank, penulis akan menggunakan DEA dalam mengukur tingkat
efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan
8
analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh faktor
internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,
market power, kapitalisasi, SBI, inflasi dan economic growth.
Dengan penambahan beberapa faktor internal dan eksternal penelitian ini
akan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis
efisiensi perbankan di Indonesia, antara lain Surifah (2002) yang meneliti
kinerja perbankan swasta nasional dengan menggunakan CAMEL, Priyonggo
Suseno (2008) yang meneliti efisiensi perbankan syariah dikaitkan dengan
besarnya asset yang dimiliki, Zaenal Abidin (2007) yang meneliti efisiensi
pada bank umum dan Donsyah Yudhistira (2003) yang meneliti tingkat
efisiensi 18 bank syariah di berbagai Negara. Maka penulis mengangkat judul
“Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal
yang Mempengaruhinya”.
Penulis melakukan pembatasan masalah dengan tujuan dalam
pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah
tersebut adalah :
1. Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia.
2. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu triwulan I tahun 2006
sampai dengan triwulan II tahun 2009.
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisa:
1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan
produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan asset?
2. Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,
market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,
inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah?
3. Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,
market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,
inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Unit Usaha Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan
produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset.
2. Menganalisis faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat
profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,
economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat
10
Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah.
3. Menganalisis faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat
profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,
economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat
Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perbankan Syariah
Informasi tentang hal-hal yang berkaitan tentang evaluasi kinerja terlebih
tentang efisiensi dalam beroperasi sangat penting untuk manajemen.
Dengan informasi tersebut, manajemen dapat merancang strategi operasi
yang efisien untuk meningkatkan kinerja dan daya saing dengan
perusahaan yang lain.
2. Pemerintah dan Bank Indonesia
Bagi pemerintah dan juga Bank Indonesia tentu saja sangat
berkepentingan dengan informasi tentang pengaruh kebijakan-kebijakan
yang mereka buat. Apakah kebijakan tersebut efektif mendorong
pertumbuhan perbankan syariah atau sebaliknya kontraproduktif dengan
pertumbuhan perbankan syariah.
11
3. Peneliti/Akademisi
Penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang
efisiensi perbankan di Indonesia pada umumnya dan sektor perbankan
syariah secara khusus.
4. Masyarakat
Masyarakat luas mendapat penjelasan tentang efisiensi perbankan,
sebagai bahan pertimbangan dalam hal menitipkan dana mereka. Dengan
mengetahui baik tidaknya kinerja bank, masyarakat akan terhindar dari
resiko yang tidak diinginkan pada saat mereka menitipkan dananya ke
bank.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah)
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam (Muhammad, 2004; 1).
Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu
jual beli dan bagi hasil (Y. Sri Susilo, 2000; 110).
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip- prinsip syariah
(Heri Sudarsono, 2003; 18).
Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beropeasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara
12
12
13
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Dalam tata cara bermuamalat ini menghindari praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan
(Muhammad, 2004; 1).
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip
ekonomi Islam dengan karakteristik, yakni :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money).
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak
menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember
2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-
Qur`an riba adalah haram.
14
2. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan
Kinerja merupakan status organisasi secara keseluruhan dibanding
pesaingnya, atau terhadap suatu standar, baik internal maupun standar
eksternal. Kinerja organisasi bersifat multidimensional, oleh sebab itu
harus ditentukan atas dasar berbagai profil ukuran. Profil ukuran yang
populer antara lain: ekonomi, efektifitas, dan efisiensi. Penelitian ini
memfokuskan pada pengukuran efisiensi (Priyonggo Suseno: 2008).
Efisiensi adalah suatu istilah yang sifatnya relatif, yaitu selalu harus
dikaitkan dengan kriteria tertentu. Ahli ekonomi melihat efisiensi dari
dua sudut pandang, sudut pandang positif dan normatif. Pandangan
positif didasarkan pada prilaku manusia yang selalu mencari peningkatan
nilai atau value (utility maximization dan profit maximization theory).
Pencarian value adalah pendorong terciptanya mekanisme pasar. Jika
tercapai suatu situasi dimana masih ada value yang belum tereksploitasi,
prilaku manusia adalah selalu berusaha mencari jalan untuk mencapai
value tersebut. Pandangan normatif berakar dari keinginan untuk
membuat kebijakan. Untuk menilai apakah kebijakan yang satu lebih
baik dari pada kebijakan yang lainnya, dibutuhkan suatu dasar untuk
perbandingan (Surifah: 2002).
Konsep efisiensi diawali dari konsep teori produksi yang
menjelaskan hubungan teknis antara faktor input dan faktor output.
Fungsi produksi menggambarkan proses pentransformasian input
menjadi output pada satu periode tertentu. Salah satu model yang
15
digunakan untuk menjelaskan fungsi produksi adalah model fungsi
production frontier. Garis ini menggambarkan hubungan antara input dan
output dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini mewakili
tingkat output maksimum dari setiap penggunaaan input yang mewakili
penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industri. Keunggulan
dari model fungsi produksi frontier adalah kemampuannya untuk
menganalisa keefisienan dan ketidakefisienan teknis suatu proses
produksi (Cinca C. Serrano: 2002).
Ditinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi,
yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mempunyai
sudut pandang mikroekonomi, sedangkan efisiensi ekonomi mempunyai
sudut pandang makroekonomi. Pengukuran efisiensi teknis cenderung
terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi
input menjadi output. Sedangkan dalam efisiensi ekonomi, harga tidak
dapat dianggap sudah ditentukan (given), karena harga dapat dipengaruhi
oleh kebijakan makro (Donsyah Yudhistira: 2003).
Berkaitan dengan hal ini, Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa
efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu: (1)
technical efficiency dan (2) allocative efficiency. Technical efficiency
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi input
yang optimal pada tingkat harga dan teknologi tertentu. Efisiensi teknis
(technical efficiency) memusatkan perhatian pada kemampuan
perusahaan menggunakan input dalam menghasilkan output
16
dibandingkan dengan best practise. Sedangkan efisiensi alokatif
(allocative efficiency) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan struktur harga dan
teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan
menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya
produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan suatu tingkat
teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.
Menurut Lovell (1994), efisiensi teknis hanya merupakan salah satu
komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun dalam
rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien
secara teknis. Dalam rangka mencapai tingkat keuntungan (profit) yang
maksimal, perusahaan harus memproduksi output yang maksimal dengan
input tertentu (efisien teknis) dan memproduksi output dengan kombinasi
yang tepat dengan tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
Di sektor perbankan, pengukuran efisiensi (performance
measurement) juga merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan
untuk mengetahui kinerja dari sistem perbankan tersebut. Dapat
dikemukakan tiga alasan penting mengapa studi mengenai efisiensi di
sektor perbankan amat penting dilakukan yaitu: pertama, industri
perbankan memegang peranan yang sangat krusial dalam pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Disamping sebagai produsen
jasa keuangan, industri ini juga berperan sebagai penggerak
17
pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja sebagai sumber
pendapatan masyarakat. Dalam kaitan ini, sistem perbankan masih
merupakan pemain utama dalam intermediasi antara pihak-pihak yang
membutuhkan dana, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan
produktifitas sumber-sumber keuangan (financial resources) masyarakat.
Kedua, lembaga perbankan menghadapi tantangan globalisasi dan
persaingan internasional yang semakin tajam. Persaingan tidak hanya
terjadi antara sesama bank domestik tetapi juga antara bank domestik
dengan bank asing. Dengan kondisi persaingan yang semakin terbuka
tersebut maka bank-bank domestik yang kurang efisien, misalnya biaya
operasinya tinggi, sangat mungkin akan tersingkir dari pasar. Ketiga,
konsep dan informasi hasil penelitian dapat menjadi masukan penting
bagi berbagai pihak terkait dengan industri perbankan. Para pimpinan
bank dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja bank
sementara para investor dapat menggunakannya untuk mengambil
keputusan investasi. Demikian pula dengan otoritas moneter dan
perbankan yang juga mempunyai kepentingan terhadap efisiensi
perbankan karena kinerja dari sektor perbankan bisa berpengaruh
terhadap kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya.
3. Metode Pengukuran Efisiensi
Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja suatu organisasi
baik standard internal maupun eksternal, antara lain dengan analisis rasio
dan analisis frontier.
18
a. Analisis Rasio
Analisis Rasio ini merupakan pendekatan tradisional dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan seperti pengukuran Return on
Asets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi/
Pendapatan Operasi (BOPO). Untuk pengukuran efisiensi suatu unit
kegiatan ekonomi multi ouput dan multi output biasanya
dipergunakan analisis rasio secara bersamaan. Kelemahan
pendekatan rasio adalah kesulitan untuk menentukan unit kegiatan
ekonomi mana yang paling efisien apabila analisis dilakukan
terhadap sejumlah unit kegiatan ekonomi yang memiliki bidang
usaha yang sama.
b. Analisis Efisien Frontier
Menurut Berger, A. N. Dan Humprey D.B (1997), beberapa
tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih
difokuskan kepada efisien frontier atau X-efficiency, yang mengukur
penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan ‘best practice’
atau berlaku umum pada frontier efisiensinya. Jadi analisis efisien
frontier dari suatu lembaga keuangan diukur melalui bagaimana
kinerja lembaga keuangan tersebut relatif terhadap perkiraan kinerja
lembaga keuangan terbaik dari industri tersebut, dengan catatan
semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang
sama.
19
Analisis efisien frontier cukup superior bagi sebagian besar
standar rasio keuangan yang digunakan oleh regulator, manager
lembaga keuangan atau konsultan industri dalam menganalisa
kinerja keuangan. Efisien frontier superior karena ukuran dari efisien
frontier menggunakan teknik pemrogaman atau statistik yang
menghilangkan pengaruh dari perbedaan dalam harga input dan
faktor pasar eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja standar
atau rasio dalam rangka mendapatkan estimasi yang terbaik
berdasarkan kinerja para manager.
Analisis rasio dan analisis frontier merupakan alat analisis yang
dapat digunakan sesuai kebutuhan analisa dan penelitian. Analisis
rasio merupakan pendekatan parsial sedangkan analisis frontier
bersifat lebih menyeluruh (total faktor productivity measures).
Dalam perkembangannya, analisis frontier ini lebih diutamakan
karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari
ukuran-ukuran numerik, ukuran kinerja relatif yang bisa
memasukkan banyak faktor seperti faktor biaya (input), keuntungan
(output) dan faktor-faktor lainnya untuk menghitung efisiensi relatif
dibandingkan dengan kinerja terbaik institusi pada industri sejenis.
Berbagai informasi mengenai struktur dari frontier dan efisiensi
relatif dari unit ekonomi mengandung berbagi kebijakan terapan,
dimana hal ini sesuai diterapkan untuk pengukuran efisiensi bank
syariah. Pendekatan frontier seperti DEA sebenarnya bertitik tolak
20
dari analisis rasio yaitu rasio output terhadap input (output/input),
perbedaannya adalah DEA mengkombinasikan seluruh input dan
output secara terintegrasi.
c. Pendekatan Parametrik dan Non parametrik
Untuk analisis frontier ada dua pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu pendekatan non-parametrik dan parametrik.
Pendekatan parametrik melakukan pengukuran dengan
menggunakan ekonometrik yang stokastik dan berusaha
menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidakefisienan. Metode
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick
Frontier Approach (TFA), dan Distribution Free Approach (SFA).
Metode non parametrik dengan program linier (Non parametric
Linear Progamming Approach) melakukan pengukuran non
parametrik dengan menggunakan pendekatan yang tidak stokastik
dan cenderung mengkombinasikan gangguan dan ketidakefisienan.
Metode non parametrik meliputi Free Disposal Hull (FDH) dan
Data Envelopment Analysis (DEA).
Perbedaan antara pendekatan parametrik dan non parametrik,
prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara input dan output
diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel
eksogen lainnya. Pengetahuan mengenai bentuk fungsi yang tepat
dari frontier dan struktur dari an on-sided error (jika digunakan),
dan ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan
21
kesimpulan secara statistika (statistical inferences). Pendekatan non
parametrik tidak menggunakan informasi, sehingga sedikit data yang
dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang
lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian, kesimpulan
secara statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode non
parametrik. Untuk mengatasi hal ini, salah satu cara yang digunakan
adalah analisa regresi yang dikenal dengan ”two step procedure”.
Ide dasar dari metode ini yaitu memperlakukan nilai-nilai efisiensi
(efficiency score) yang dihasilkan oleh model DEA sebagai data atau
indeks dan kemudian menggunakan analisa regresi untuk
menjelaskan variasi yang terjadi diantara nilai-nilai efisiensi
tersebut.
Pendekatan parametrik dan non parametrik mempunyai tujuan
yang sama yaitu untuk memperoleh suatu frontier yang akurat.
Namun demikian, kedua pendekatan menggunakan metode yang
berbeda untuk mencapai tujuan tersebut. Pendekatan parametrik
menghasilkan stochastic frontier sedangkan pendekatan parametrik
menghasilkan production frontier. Perbedaan utama lainnya adalah
bahwa pendekatan parametrik memasukkan random error pada
frontier, sementara pendekatan non parametrik tidak memasukkan
random error. Sebagai konsekwensinya, pendekatan non parametrik
tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga
antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data,
22
observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor
ketidakefisienan.
Dengan demikian, pendekatan non parametrik dapat digunakan
untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum. Kelemahan dari
pendekatan non parametrik adalah satu outlier dapat secara
signifikan mempengaruhi perhitungan dari efisiensi dari setiap
perusahaan. Namun demikian, hal tersebut tidak terlalu merisaukan
karena kedua pendekatan akan menghasilkan hasil yang mirip. Hal
ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis merupakan unit yang
sama dan menggunakan proses produksi yang sama.
Pendekatan non parametrik mempunyai beberapa keuntungan
relatif dibandingkan dengan teknik parametrik. Dalam mengukur
efisiensi, pendekatan non parametrik mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari
penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan
keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. Selain itu, pendekatan
non parametrik tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari
bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi dan distribusi
dari observasi. Selain itu pendekatan parametrik sangat tergantung
pada asumsi mengenai data produksi dan distribusi.
Dengan referensi penelitian sebelumnya, penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)
dan analisis regresi model panel data dengan menggunakan software
23
DEA Frontier dan software EViews. Model DEA dipilih karena
mampu mengukur efisiensi dengan lebih umum, telah banyak
digunakan dalam berbagai penelitian efisiensi sebelumnya dan
menggunakan software yang digunakan untuk pemrosesan data
relatif mudah diperoleh dan dioperasionalkan. Sedangkan, analisis
regresi model panel data dipilih karena jenis data yang digunakan
adalah data panel. Disamping itu, software DEA Frontier dan
EViews yang akan digunakan untuk pemrosesan data relatif mudah
diperoleh dan dioperasionalkan.
4. Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah teknik
pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi
relatif dari sebuah kumpulan unit- unit pembuat keputusan atau Decision
Making Units (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis
yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula,
di mana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak perlu
diketahui.
Metode DEA pertama kali ditemukan oleh Charnes, Cooper, dan
Rhodes pada tahun 1978. Model yang berorientasi pada input
berdasarkan asumsi Constant Return to Scale sehingga dikenal dengan
model CCR. Dalam model CCR setiap DMU akan dibandingkan dengan
seluruh DMU yang ada di sampel dengan asumsi bahwa kondisi internal
dan eksternal DMU adalah sama. Kritik terhadap asumsi CCR bahwa
24
asumsi ini hanya sesuai untuk kondisi di mana seluruh DMU beroperasi
pada skala optimal. Namun dalam kenyataanya, meskipun DMU tersebut
beroperasi dengan sumber daya (input) yang sama dan menghasilkan
output yang sama pula tetapi kondisi internal dan eksternalnya mungkin
berbeda yang bisa mengakibatkan sebuah DMU tidak beroperasi pada
skala optimal, misalnya kondisi persaingan yang tidak sempurna. Model
CCR lebih tepat digunakan untuk menganalisis kinerja pada perusahaan
manufaktur, karena dalam pendekatan CCR ini mengikuti konsep
Constant Returns to Scale, artinya penambahan satu input harus
menambah satu output. Jika asumsi CCR tetap digunakan untuk DMU
yang tidak beroperasi secara optimal maka akan timbul ketidakjelasan
inefficiency yang disebabkan technical efficiency dan bercampur dengan
scale efficiency.
Sehubungan dengan kelemahan asumsi CCR tersebut, muncul
asumsi alternatif variable return to scale, yang dikenal dengan model
BCC (Banker, Charnes, dan Coopers). Model BCC merupakan
pengembangan dari model CCR untuk memenuhi kebutuhan penelitian.
Perbedaan utama model CCR dengan BCC adalah model pertama
menghasilkan evaluasi terhadap overall efficiency sementara model
kedua telah dapat memisahkan technical efficiency dengan scale
efficiency.
Variable return to scale berarti bahwa penambahan input sebesar x
kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih
25
kecil atau lebih besar x kali. Pendekatan BCC ini relatif lebih tepat
digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa,
dalam hal ini bank syariah. Karena dalam perusahaan jasa, faktor dari
sumber daya manusia lebih signifikan peranannya dibandingkan dengan
faktor- faktor lainnya, seperti kas, modal, dan lain- lain.
a. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measure)
Pengukuran berorientasi input menunjukkan sejumlah input dapat
dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output yang
dihasilkan.
b. Pengukuran Berorientasi Output (Output Oriented Measure)
Orientasi output mengukur apabila sejumlah output dapat
ditingkatkan secara proporsional tanpa mengubah jumlah output
yang digunakan.
5. Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan input dan output yang digunakan untuk pengukuran efisiensi
dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi (production
approach), pendekatan intermediasi (intermediation approach) dan
pendekatan asset (asset approach).
a. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Pada bank syariah pendekatan produksi melihat aktivitas bank
sebagai sebuah produksi jasa bagi para pemilik dana (shohibul mal)
dan pengelola dana (mudharib). Pendekatan ini mendefinisikan
26
output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening pendapatan
utama dari operasional bank, pendapatan non-operasional dan
pendapatan lainnya. Sedangkan input institusional adalah biaya
tenaga kerja dan modal serta pembayaran nisbah bagi hasil.
b. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Pada bank syariah pendekatan ini menerangkan aktivitas
perbankan sebagai pentransformasian dana yang dimiliki yang
berasal dari giro wadiah, tabungan dan deposito mudharabah (dana
pihak ketiga) menjadi dana yang digunakan untuk pembiayaan oleh
mudharib. Output dalam pendekatan ini diukur melalui pembiayaan
mudharabah, murabahah, ijarah, istishna dan salam. Sedangkan input
dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran
modal pada aktiva tetap dan material lainnya.
c. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Pada bank syariah pendekatan asset pada bank syariah
mengukur kemampuan perbankan dalam menanamkan atau
mengelola dana dalam bentuk pembiayaan, surat-surat berharga,
alternatif pengelolaan asset lainnya dan aktiva lancar yang dimiliki
sebagai output. Sedangkan untuk inputnya diukur dari total asset
yang dimiliki bank.
6. Determinan Tingkat Efisiensi
Setelah penentuan variabel- variabel input dan output untuk
mengukur tingkat efisiensi, langkah selanjutnya adalah meneliti variabel-
27
variabel yang diduga memiliki hubungan terhadap tingkat efisiensi.
Determinan yang mempengaruhi efisiensi di mana manajemen bank tidak
dapat mengontrol faktor tersebut dapat dilihat dari aspek internal bank
dan aspek eksternal bank.
a. Faktor Internal
Faktor internal mencerminkan kondisi di dalam perbankan atau
karakteristik dari bank itu sendiri seperti kapitalisasi, size (ukuran
bank), profitabilitas, market power, dan lain- lain.
1) Kapitalisasi
Kapitalisasi menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki
oleh bank untuk mengakumulasikan asset yang dimiliki oleh
bank. Kapitalisasi ini sangat penting karena bank sebagai
lembaga intermediasi harus bisa meningkatkan kapitalisasinya
untuk melakukan pembiayaan sekaligus memperkecil resiko dari
penarikan dana besar- besaran oleh nasabah (rush).
2) Size (Ukuran bank)
Besarnya tingkat kapitalisasi yang dimiliki bank
merefleksikan size (ukuran) yang dimiliki oleh suatu bank. Size
yang dipresentasikan oleh total asset merupakan variabel yang
sangat umum digunakan dalam penelitian tingkat efisiensi bank.
Dasar pertimbangan penggunaan size adalah untuk melihat
apakah terdapat economic of scale pada bank- bank anggota
sample yang diobservasi. Dengan kata lain, apakah peningkatan
28
jumlah aset bank dapat menaikkan tingkat efisiensi atau tingkat
produktifitasnya.
3) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu ukuran bagi perusahaan
untuk menilai efektifitas manajemen perusahaan dalam
menghasilkan laba perusahaan. Tingkat profitabilitas dihitung
dari perbandingan net income (laba bersih) yang diperoleh bank
dibandingkan Total Aset yang dimiliki oleh bank.
4) Market Power
Market Power diukur dari penghimpunan dana bank
terhadap penghimpunan dana suatu negara pada tiap tiap
periode. Market Power yang dicerminkan oleh rasio Dana Pihak
Ketiga (DPK) bank syariah dengan total DPK perbankan
nasional. Data Market Power dihitung dari perbandingan dana
pihak ketiga Bank Umum Syariah dengan total dana pihak
ketiga perbankan di Indonesia dengan menggunakan software
Microsoft Excel.
b. Faktor Eksternal
Faktor- faktor eksternal juga diperkirakan berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi bank, meskipun pengaruhnya bersifat umum, yaitu
berdampak terhadap seluruh bank. Faktor eksternal yang mempunyai
korelasi yang kuat dengan operasional perbankan antara lain kondisi
ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat inflasi, dan kebijakan
29
moneter yang dicerminkan oleh tingkat bunga bank sentral dan
pergerakan nilai tukar.
1) Tingkat Inflasi
Dalam operasional perbankan, tingkat inflasi berpengaruh
terhadap meningkatnya komponen biaya operasional seperti
biaya gaji karyawan atau biaya personalia. Inflasi yang tinggi
memberi dampak turunnya efisiensi perekonomian termasuk
efisiensi sektor perbankan. Selain itu, inflasi yang sangat tinggi
akan mengakibatkan kepercayaan pada lembaga keuangan dan
perbankan akan turun.
2) Economic Growth (Pertumbuhan Ekonomi)
Economic Growth atau pertumbuhan ekonomi diukur dari
pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan yang pada umumnya akan menyebabkan tabungan
masyarakat juga meningkat. Dengan kata lain, hal ini
menyebabkan jumlah tabungan atau dana masyarakat (dana
pihak ketiga) yang disimpan di bank juga akan meningkat.
Peningkatan DPK akan berimplikasi terhadap efisiensi
perbankan. Semakin besar DPK yang dikelola bank
menyebabkan cost of fund yang aharus dibayar juga ikut
meningkat. Dan hal ini juga akan mempengaruhi tingkat
30
efisiensi bank akibat dari peningkatan cost of fund yang harus
dikeluarkan bank.
3) Kebijakan Moneter
Di dalam pasar keuangan, sumber ekspektasi utama adalah
kebijakan bank sentral khususnya suku bunga pasar uang. Di
Indonesia, suku bunga yang menjadi acuan bagi bank adalah BI-
Rate dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tidak
dapat dipungkiri SBI menjadi salah satu indikator bagi bank
dalam menentukan tingkat bunga tabungan, deposito dan
investasi. Efisiensi perbankan syariah dapat diakibatkan oleh
faktor- faktor eksternal seperti pergerakan tingkat SBI karena
fungsi yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari
perbankan syariah adalah fungsi dari input dan output bank
seperti harga tenaga kerja, modal fisik dan pendanaan.
B. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian tentang pengukuran efisiensi perbankan telah
dilakukan. Pendekatan yang digunakan mulai dari yang sederhana, yaitu rasio
antara output-input, pendekatan analisis input-output atau pendekatan analisis
stokastik.
Priyonggo Suseno (2008) meneliti efisiensi dan skala ekonomi pada
industri perbankan syariah di Indonesia dengan teknik DEA. Variabel yang
digunakan terdiri dari berbagai variabel yang diambil dari laporan keuangan
31
masing- masing bank konvensional dan bank murni syariah, yaitu terdiri dari
input dan output yang diambil dari Bank Indonesia. Untuk bank umum
syariah, inputnya berupa biaya bagi hasil, biaya lainnya dan asset. Outputnya
terdiri dari pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan volume kredit. Untuk
UUS, inputnya berupa biaya bunga, biaya lainnya dan asset, outputnya terdiri
dari pendapatan utama, pendapatan lainnya dan volume pembiayaan.Dengan
sampel 10 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum perbankan
syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien yang ditunjukkan dengan
tingkat in-efisiensi rata- rata mencapai hanya sekitar 7%. Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dengan bank
konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Di sisi lain, ditemukan bahwa
tidak terdapat skala ekonomis dalam perbankan syariah di Indonesia.
Vicky Rahma Putri dan Niki Lukviarman (2008) mengukur kinerja bank
komersil dengan analisis DEA. Variable yang digunakan adalah efisiensi
yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang paling mencerminkan
pencapaian efisiensi bank komersil, yaitu rasio efisiensi dan rasio rentabilitas.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 17 bank yang dijadikan
sampel penelitian, tidak ditemukan bank yang konsisten beroperasi secara
efisien selama 3 tahun periode penelitian. Hanya ada satu bank (Bank Lippo)
yang konsisten beroperasi secara efisien pada 2 tahun penelitian (2003 dan
2004). Hanya terdapat sebagian kecil bank komersil di Indonesia yang
mampu berkinerja baik dan dapat digolongkan ke dalam bank yang relative
efisien.
32
Margaretha Tri Utami (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan bank syariah selama 3 (tiga) tahun. Variable yang diteliti
terdiri dari variable dependen yaitu Before Tax Profit, Return On Assets
(ROA), dan Return On Equity (ROE). Sedangkan variable independennya
adalah Non-Interest Margin. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa
pendapatan negara dan equity to total assets yang baik akan berpengaruh
secara positif terhadap kinerja. Sedangkan inflasi, liabilities to total assets
akan berpengaruh secara negative terhadap kinerja bank. Tetapi, overhead
mempengaruhi secara positif terhadap Non Interest Margin.
Wibowo (2003) mengukur efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun
2002-2003 dengan analisis DEA. Jumlah bank yang dijadikan sampel
sebanyak 2 bank murni syariah dan 8 bank konvensional dengan unit usaha
syariah. Variabel inputnya yaitu bunga, biaya lainnya dan asset. Sedang
outputnya yaitu pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan kredit. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 bank tersebut, bank umum
syariah merupakan bank yang paling efisien dalam menjalankan
operasionalnya bahkan apabila dibanding dengan bank konvensional yang
lainnya tidak kalah baik kinerjanya.
Yudistira (2003) meneliti tingkat efisiensi 18 perbankan syariah di
berbagai Negara tahun 1997- 2000. Input variabel yang digunakan terdiri dari
upah tenaga kerja, asset tetap, dan total deposito sedangkan outputnya terdiri
dari total pinjaman, pendapatan lainnya dan asset liquid. Temuan dari
penelitian ini adalah bahwa tahun 2000 merupakan tahun yang paling efisien.
33
Industri perbankan syariah yang telah berpengalaman menunjukkan efisiensi
pada tahun 1998 dan 1999 rata- rata sebesar 0,870 dan 0,897 dibandingkan
dengan tahun 1997 dan 2000 yang besarnya rata-rata 0,902 dan 0,909.
Besarnya efisiensi pada tahun 1998 lebih berpengaruh kepada efisiensi secara
teknis daripada skala efisiensi yang ada. Untuk menganalisis besarnya
hubungan efisiensi dan skala, bank-bank Islam yang memiliki total asset lebih
dari $600 miliar dikategorikan sebagai bank besar dan bank-bank yang
memiliki total asset di bawah $600 miliar dapat dikategorikan sebagai bank-
bank sedang dan kecil. Apabila dilihat dari skala efisiensi, dapat terlihat jelas
bahwa skala inefisiensi terjadi pada bank-bank besar, sedang skala terendah
yang bernilai 0,915 pada tahun 1998.
C. Kerangka Pemikiran
Dari Gambar. 2. 1 dapat dilihat hubungan antar variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Ada dua hubungan yang dapat diterangkan
dari gambar tersebut. Pertama, bersumber pada laporan keuangan Perbankan
Syariah yang telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia, didapatlah posisi
neraca dan laporan laba rugi bank yang bersangkutan. Selanjutnya dengan
menggunakan teknik DEA (Data Evelopment Analysis), akan dilihat
hubungan variable input dan output yang dibedakan atas tiga pendekatan,
yaitu pendekatan produksi, intermediasi, dan pendekatan aset dalam
menentukan skor efisiensi. Hubungan yang kedua adalah melihat hubungan
34
dan pengaruh variabel determinan yang terdiri dari variabel internal dan
eksternal yang mempengaruhi efisiensi perbankan syariah.
35
Gambar. 2. 1 :
Kerangka Pemikiran
Perbankan Syariah
Lap. Laba dan Rugi
Laporan Keuangan
Pengukuran Efisiensi
Orientasi Input
Pendekatan Aset
Input
- Total asset
Output
- Murabahah
- Mudharabah
- Aktiva lancar
Pendekatan Intermediasi
Input
- Biaya personalia
- Fixed asset
- DPK
Output
- Murabahah
- Mudharabah
Neraca
EFISIENSI
DEA
Faktor Eksternal
- Kebijakan Moneter
(SBI)
- Kondisi Ekonomi (Growth & Inflasi)
DETERMINAN EFISIENSI
Faktor Internal
- Kapitalisasi - Profitabilitas
- Size
- Market Power
Perbankan Syariah
Lap. Laba dan Rugi
Laporan Keuangan
Pengukuran Efisiensi
Orientasi Input
Pendekatan Aset
Input
- Total asset
Output
- Murabahah
- Mudharabah
- Aktiva lancar
Pendekatan Intermediasi
Input
- Biaya personalia
- Fixed asset
- DPK
Output
- Murabahah
- Mudharabah
Neraca
EFISIENSI
DEA
Faktor Eksternal
- Kebijakan Moneter
(SBI)
- Kondisi Ekonomi (Growth & Inflasi)
DETERMINAN EFISIENSI
Faktor Internal
- Kapitalisasi - Profitabilitas
- Size
- Market Power
Pendekatan Produksi
Input
- Nisbah bagibhasil
- Biaya personalia
- Biaya operasional
lainnya
Output
- Pendapatan
operasional utama
- Pendapatan lainnya
36
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas penulis melakukan rumusan hipotesa
penelitian sebagai berikut:
1. Tingkat efisiensi perbankan syariah:
H0 : Rata- rata perbankan syariah relatif tidak beroperasi secara
efisien.
Ha : Rata- rata perbankan syariah relatif beroperasi secara efisien.
2. Hubungan faktor internal bank kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market
power, size dan faktor eksternal bank economic growth, inflasi, dan
pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan efisiensi
Bank Umum Syariah:
H0 : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic
growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah.
Ha : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic
growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah.
3. Hubungan faktor internal bank kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market
power, size dan faktor eksternal bank economic growth, inflasi, dan
pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan efisiensi
Unit Usaha Syariah:
37
H0 : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic
growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.
Ha : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic
growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi Unit Usaha Syariah.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini yaitu Bank Syariah yang
ada di wilayah hukum Republik Indonesia yang berdiri dan beroperasi
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Dalam hal ini perbankan syariah yang
berdiri dan beroperasi pada periode Maret 2006 sampai dengan Juni 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yaitu, pengambilan sampel yang dipilih atas dasar
kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel. Maka didapatlah sampel
penelitian yang berjumlah lima bank, yang terdiri dari tiga Bank Umum
Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Syariah Mega Indonesia. Sedangkan dua Unit Usaha Syariah yang diteliti
yaitu Bank Jabar dan Banten, dan Bank Permata. Bersumber dari bank- bank
tersebut dikumpulkan data- data tentang laporan keuangan yang menjadi
sampel penelitian. Semua data- data tersebut merupakan data triwulanan
laporan keuangan Bank Syariah.
38
39
C. Metode Pengumpulan Data
1. Library research
Library research atau riset kepustakaan yaitu data yang kami peroleh
dari buku- buku, jurnal serta bahan tertulis lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini. Dalam hal ini mengutip beberapa teori yang
membantu pembahasan dalam penelitian ini.
2. Sumber data
Data bank yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang dikumpulkan dari publikasi bank berupa neraca dan
laporan laba rugi dari setiap bank yang dijadikan sampel penelitian yang
sudah dipublikasikan di website Bank Indonesia dan website Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut selama tahun 2006
sampai dengan tahun 2009. Data- data untuk faktor- faktor yang
mempengaruhi tingkat efisiensi terdiri dari data faktor internal dan faktor
eksternal. Data faktor internal seperti kapitalisasi, profitabilitas, market
power dan size diperoleh dari perhitungan menggunakan software
Microsoft Excel. Data untuk faktor eksternal tingkat inflasi dan tingkat
pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) diperoleh dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang telah dipublikasikan oleh Bank
Indonesia. Sedangkan data pergerakan suku bunga Bank Indonesia
diperoleh dari data tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga
diperoleh dari data SBI satu bulan yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia.
40
D. Metode Analisis
1. Deskripsi data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Penelitian
deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin mengenai
hubungan satu variabel dengan beberapa variabel lainnya. Sedangkan
penelitian korelasi adalah penelitian yang ingin melihat hubungan antar
variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang
terjadi diantara mereka.
2. Analisis data
a. Analisis dengan Teknik Data Envelopment Analysis (DEA)
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
teknik Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai teknik non-
parametrik untuk mengukur efisiensi sektor perbankan syariah
Indonesia. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah
membandingkan data input dan output dari suatu organisasi data
(Decision Making Unit, DMU) dengan data input dan output lainnya
pada DMU yang sejenis. DMU adalah sebuah sumber daya, dalam
hal ini adalah perbankan syariah.
Operasionalisasi teknik DEA dalam mengevaluasi sebuah DMU
sebagai sesuatu yang efisien secara teknis jika hal itu memiliki rasio
yang baik dari setiap output dan juga setiap input. Rangkain kegiatan
41
tersebut mampu menunjukkan signifikansi dari hubungan output-
input yang akan di ukur.
Efisiensi = outputtertimbangjumlah
inputtertimbangjumlah
Efficiency of DMU0 =
∑
∑
−
=
m
i
iji
n
k
rjk
xv
y
1
1
µ
Dimana:
k = DMU yang akan dievaluasi
m = jumlah input
n = jumlah output
xij = nilai input ke-i DMU j
yrj = nilai output ke-r DMU j
µk = bobot DMU k untuk DMU yang dievaluasi
vi = bobot DMU j untuk DMU yang dihitung
Model DEA yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
constant return to scale dan variable return to scale. Model constant
return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes dan
disebut juga model CCR pada tahun 1978. Model ini
mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output
adalah sama, artinya jika ada penambahan input sebesar x kali, maka
output akan meningkat sebesar x kali juga (Gambar. 3. 2). Asumsi
42
lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap
perusahaan atau DMU beroperasi secara optimal.
Gambar. 3. 2 :
Efficient Frontier Model CCR
Sumber: Centre for Efficiency and Productivity Analysis Working Papers
Model variable return to scale dikembangkan oleh Banker,
Charnes, dan Rhodes (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan
pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa
perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal.
Asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input dan
output tidak sama. Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak
akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bias lebih kecil
atau lebih besar dari x kali (Gambar 3. 3).
input
output
43
Gambar. 3. 3:
Efficient Frontier Model BCC
Sumber: Centre for Efficiency and Productivity Analysis Working Papers
Pendekatan BCC lebih baik dalam menghitung tingkat efisiensi
teknis yang sebenarnya tanpa dibatasi kendala apapun, karena
pendekatan BCC menghitung tingkat efisiensi secara lokal bukan
secara global.
b. Analsis Regresi Model Panel Data (Metode Efek Tetap)
Untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap
tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia dilakukan analisis regresi
dengan Metode Efek Tetap (MET). Alasan penggunaan metode
Metode Efek Tetap ini karena data yang digunakan adalah data
panel, tujuannya adalah untuk memungkinkan adanya perubahan α
pada setiap i dan t.
Model matematis panel data untuk pengujian pengaruh faktor
internal dan eksternal dibagi dua yaitu model panel data untuk Bank
output
input
44
Umum Syariah dan model panel data untuk Unit Usaha Syariah.
Untuk model panel data Bank Umum Syariah dapat dituliskan
sebagai berikut:
EFFit = α+β1SBIit+ SIZEit+ β3EGit+ β4Inflasiit+ β5Kapitalit +
β6Profitit+ β1MrkPwrit+ γ2W2t + γ3W3t + …+ γNWNt + δ2Zi2
+ δ3Zi3 +…+ δNZiN + εit
Dimana:
EFF = Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah
SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
SIZE = Total Asset yang Dimiliki Bank Syariah
EG = Economic Growth
Inflasi = Tingkat Inflasi
Kapital = Rasio Equitas Terhadap Modal
Profit = Tingkat profitabilitas bank
MrkPwr = Market Power
a =Konstanta
ε =Error term
i =DMU ke-i
t =Periode ke-t
W & Z =Variabel Dummy yang didefinisikan sebagi berikut:
Wit = 1 ; untuk BMI; i=1(BMI),2(BSM), 3(BMS),
= 0 : lainnya
Zit =1 ; untuk peride triwulan I-2006; t=1, 2,…,12
45
= 0 : lainnya
Sedangkan untuk model panel data unit usaha syariah dapat
dituliskan sebagai berikut:
EFFit = α+β1SBIit+ SIZEit+ β3EGit+ β4Inflasiit+ β5Kapitalit +
β6Profitit+ β1MrkPwrit+ γ2W2t + γ3W3t + …+ γNWNt + δ2Zi2
+ δ3Zi3 +…+ δNZiN + εit
Dimana:
EFF = Tingkat Efisiensi Unit Usaha Syariah
SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
SIZE = Total Asset yang Dimiliki Bank Syariah
EG = Ecomic Growth
Inflasi = Tingkat Inflasi
Kapital = Rasio Equitas Terhadap Modal
Profit = Tingkat profitabilitas bank
MrkPwr = Market Power
a =Konstanta
ε =Error term
i =DMU ke-i
t =Periode ke-t
W & Z =Variabel Dummy yang didefinisikan sebagi berikut:
Wit = 1 ; untuk BP; i=1(BP),2(BJB)
= 0 : lainnya
Zit =1 ; untuk peride triwulan I-2006; t=1, 2,…,12
46
= 0 : lainnya
Model panel data mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat
membedakan efek individual dan efek waktu, dan MET juga tidak
perlu mengasumsikan komponen error tidak berkorelasi dengan
variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.
Pertimbangan lain menggunakan model panel data ini adalah
karena jumlah waktu (T) lebih besar dibandingkan jumlah individu
(N) (Nachrowi dan Usman, 2006). Dalam hal ini jumlah T model
panel data Bank Umum Syariah sama dengan 14 sedangkan jumlah
N hanya tiga dan jumlah T model panel data Unit Usaha Syariah
sama dengan 14 dan jumlah N hanya dua. Oleh karena itu model
panel data sesuai digunakan dalam penelitian ini.
Jadi dalam penelitian ini kita akan menganalisis bagaimana
pengaruh beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi
variabel bebas (SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital (rasio
equitas terhadap modal), Profit, Size dan MP) terhadap tingkat
efisiensi 3 Bank Umum Syariah dan 2 Unit Usaha Syariah di
Indonesia selama 14 periode, triwulan I-2006 sampai dengan
triwulan II-2009 dengan alat bantu menggunakan software EViews.
Analisis pengaruh ini akan dilihat dari tiga pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset.
47
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Definisi Variabel Input dan Output Penelitian
Definisi dari masing- masing variabel input dan output penelitian
untuk efisiensi Perbankan Syariah dengan pendekatan non parametrik
Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebagai berikut :
a. Biaya Nisbah Bagi Hasil (X1) sebagai Variabel Input
Biaya nisbah bagi hasil adalah biaya yang dibayarkan bank
kepada pemegang dana yang menempatkan uangnya di bank syariah
dalam berbagai bentuk produk antara lain giro, tabungan, dan
deposito. Nisbah bagi hasil merupakan hak pihak ketiga atas hasil
pengelolaan dana mereka oleh bank. Biaya nisbah bagi hasil
merupakan komponen biaya operasional terbesar bagi bank yang
diperoleh dari laporan laba rugi bank syariah dan unit syariah.
b. Biaya Personalia (X2) sebagai Variabel Input
Biaya personalia digunakan sebagai proksi dari pemakaian
tenaga kerja sebagai faktor produksi. Masing- masing bank
mempunyai kebijakan tersendiri mengenai bentuk dan struktur
fasilitas yang diberikan kepada pegawainya. Walaupun demikian
gaji masih tetap merupakan komponen utama biaya personalia
sebuah lembaga perbankan secara umum. Biaya personalia
merupakan bagian dari biaya operasional dan dicantumkan dalam
laporan laba rugi.
48
c. Biaya Lainnya (Diluar Biaya Personalia) (X3) sebagai Proksi
dari Variabel Input Physical Capital
Physical Capital merupakan salah satu variable input yang
sangat penting perannya dalam menghasilkan output yang
diinginkan. Terdapat banyak sekali komponen modal fisik yang
dipergunakan bank dalam kegiatan- kegiatan menghasilkan output
tersebut seperti gedung, perangkat computer, kendaraan, berbagai
bentuk pelayanan nasabah dan sebagainya. Besarnya pemakaian
variable input ini tergambar dari besarnya jumlah biaya operasional
lainnya di luar biaya personalia yang dikeluarkan bank pada suatu
periode tertentu. Biaya operasional lainnya diambil dari laporan laba
rugi bank.
d. Aktiva Tetap / Fixed Asset (X4) sebagai Variabel Input
Aktiva tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi
biaya penyusutan, kecuali hak atas tanah dan bangunan yang telah
dinilai kembali dengan harga pasar berdasarkan peraturan
pemerintah. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus.
Posisi aktiva tetap yang dimiliki oleh bank pada suatu periode
tertentu diambil dari laporan neraca bank.
49
e. DPK (X5) sebagai Variabel Input
Dana pihak ketiga terdiri dari simpanan giro wadiah pihak
ketiga, pihak ketiga yang mempunyai hubungan istimewa, investasi
tidak terikat dengan bank berupa tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah.
f. Total Aset (X6) sebagai Variabel Input
Total asset atau total aktiva terdiri dari kas, penempatan pada
Bank Indonesia, Giro pada bank lain, surat berharga yang dimiliki
bank, piutang bank terdiri dari piutang murabahah, piutang istishna,
piutang pendapatan ijarah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pinjaman qardh, aktiva yang diperoleh untuk ijarah,
aktiva istishna dalam penyelesaian, aktiva pajak tangguhan, aktiva
tetap dan aktiva lain- lain bersih.
g. Pendapatan Operasional Utama (Y1) sebagai Variabel Output
Pendapatan operasi utama terdiri dari pendapatan jual beli yang
terdiri dari pendapatan margin murabahah, pendapatan bersih salam
paralel, pendapatan bersih istishna paralel, dan pendapatan sewa dari
pendapatan bersih ijarah. Pendapatan bagi hasil terdiri dari
pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan bagi hasil
musyarakah.
50
h. Pendapatan Operasi Lainnya (Y2) sebagai Variabel Output
Pendapatan operasi utama lainnya terdiri dari pendapatan dari
bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), penempatan pada
bank syariah lain, dan surat berharga syariah lainnya.
i. Pembiayaan Mudharabah (Y3) sebagai Variabel Output
Pembiayaan mudharabah yang diberikan merupakan
pembiayaan yang diberikan bank selain pembiayaan murabahah
yaitu pembiayaan salam, pembiayaan istishna, pembiayaan ijarah
(sewa menyewa), pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Posisi
pembiayaan mudharabah yang diberikan pada suatu periode tertentu
diambil dari laporan neraca bank.
j. Pembiayaan Murabahah (Y4) sebagai Variabel Output
Pembiayaan murabahah diambil dari posisi piutang murabahah
yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad murabahah.
Posisi piutang murabahah yang diberikan pada suatu periode tertentu
diambil dari laporan neraca bank.
k. Aktiva Lancar (Y5) sebagai Variabel Output
Aktiva lancar terdiri dari kas yang dimiliki bank, penempatan
pada Bank Indonesia, Giro pada bank lain, penempatan pada bank
lain, surat- surat berharga yang dimiliki bank, piutang murabahah,
51
pembiayaan istishna, ijarah, pembiayaan musyarakah dan
pembiayaan mudharabah yang diberikan bank. Posisi aktiva lancar
yang dimiliki bank pada suatu periode tertentu diambil dari laporan
neraca bank.
2. Definisi dan Operasionalisasi Faktor Determinan Tingkat Efisiensi
Setelah penilaian tingkat efisiensi bank- bank yang menjadi objek
penelitian, langkah berikutnya adalah melakukan pengujian terhadap
pengaruh beberapa variabel penjelas yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap tingkat efisiensi. Operasionalisasi dari faktor- faktor yang akan
dimasukkan dalam model regresi linier berganda sebagai berikut:
a. Tingkat Efisiensi sebagai Variabel Dependent (EFF)
Tingkat efisiensi merupakan nilai efisiensi yang dihitung dengan
software DEA. Nilai efisiensi yang menjadi variabel bebas
merupakan nilai efisiensi model BCC yang berorientasi input yang
diuji berdasarkan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi,
pendekatan intemediasi dan pendekatan aset.
b. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai
Variabel Independent
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
menjadi variabel independent penelitian ini adalah tingkat suku
bunga SBI satu bulan periode Maret 2006 sampai dengan periode
Juni 2009. Data SBI satu bulan diperoleh dari website Bank
Indonesia.
52
c. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Independent
(Economic Growth)
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang menjadi variabel
independent penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Maret 2006
sampai dengan Juni 2009. Tingkat pertumbuhan ekonomi ini
dihitung berdasarkan perubahan PDB berdasarkan harga berlaku.
Data pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
d. Tingkat Inflasi sebagai Variabel Independent (Inflasi)
Tingkat inflasi yang menjadi variabel independent penelitian ini
adalah tingkat inflasi Maret 2006 sampai dengan Juni 2009. Data
inflasi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
e. Kapitalisasi sebagai Variabel Independent (Capital)
Kapitalisasi menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki oleh
bank untuk mengakumulasikan aset yang dimiliki oleh bank.
Kapitalisasi dihitung dari perbandingan jumlah modal yang dimiliki
bank terhadap total aset yang dimiliki. Data kapitalisasi dihitung dari
data modal dan total aset yang dimiliki bank dari laporan neraca
bank dengan menggunakan software Microsoft Excel.
f. Profitabilitas sebagai Variabel Independent (Profit)
Profitabilitas merupakan salah satu ukuran bagi perusahaan
untuk menilai efektifitas manajemen perusahaan dalam
53
menghasilkan laba perusahaan. Profitabilitas dihitung dari
perbandingan net income atau laba bersih yang diperoleh bank
dengan Total Aset yang dimiliki oleh bank dari laporan laba rugi dan
neraca dengan menggunakan software Microsoft Excel.
g. Market Power sebagai Variabel independent (MrkPwr)
Market Power diukur dari penghimpunan dana bank terhadap
penghimpunan dana suatu negara pada tiap tiap periode. Market Power
yang dicerminkan oleh rasio Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
dengan total DPK perbankan nasional. Data Market Power dihitung dari
perbandingan dana pihak ketiga Bank Umum Syariah dengan total dana
pihak ketiga perbankan di Indonesia dengan menggunakan software
Microsoft Excel.
3. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pengukuran Tingkat Efisiensi
Penelitian ini menggunakan metode DEA dengan model CCR dan
BCC dengan orientasi input dan output. Pendekatan yang digunakan
untuk mengukur efisensi tersebut adalah pendekatan produksi, asset, dan
intermediasi. Oleh karena itu, variable input dan output yang digunakan
terdiri dari tiga jenis berdasarkan pendekatan efisiensi.
a. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah
produksi jasa bagi para shohibul mal dan mudharib. Pendekatan ini
mendefinisikan output sebagai penjumlahan dari rekening- rekening
pendapatan utama dari operasional bank, pendapatan non
operasional dan pendapatan lainnya. Sedangkan input institusional
54
adalah biaya tenaga kerja dan mopdal serta pembayaran nisbah bagi
hasil.
Dengan menggunakan pendekatan produksi, spesifikasi input
dan output sebagai berikut :
Tabel. 3. 1:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Produksi
Input
(X) Definisi Sumber
X1 Biaya Nisbah Bagi Hasil Laporan Laba Rugi
X2 Biaya Personalia Laporan Laba Rugi
X3 Biaya Operasional Lainnya Laporan Laba Rugi
Output
(Y)
Y1 Pendapatan Operasional Utama Laporan Laba Rugi
Y2
Pendapatan Operasional
Lainnya Laporan Laba Rugi
b. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Intermediasi
Pendekatan intermediasi menerangkan aktivitas perbankan
sebagai pentransformasian dana yang dimiliki shohibul mal menjadi
dana yang digunakan untuk pembiayaan oleh mudharib. Output
dalam pendekatan ini diukur melalui pembiayaan mudharabah,
murabahah, ijarah, istishna, dan pembiayaan salam. Sedangkan
input dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya.
Dengan menggunakan pendekatan intermediasi, spesifikasi
input dan output sebagai berikut :
55
Tabel. 3. 2:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Intermediasi
Input
(X) Definisi Sumber
X1 Biaya Personalia Laporan Laba Rugi
X2 Fixed Asset (Aktiva Tetap) Neraca
X3 Dana Pihak Ketiga Neraca
Output
(Y)
Y1 Piutang Murabahah Neraca
Y2 Piutang Mudharabah Neraca
c. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekat Aset
Pendekatan aset mengukur kemampuan perbankan dalam
menanamkan atau mengelola dana dalam bentuk pembiayaan, surat-
surat berharga, alternatif pengelolaan aset lainnya dan aktiva lancar
yang dimiliki sebagai output. Input diukur dari total aset yang
dimiliki bank.
Dengan menggunakan pendekatan aset, spesifikasi input dan
output adalah sebagai berikut :
Tabel. 3. 3:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Aset
Input
(X) Definisi Sumber
X1 Total Aset Neraca
Output
(Y)
Y1 Piutang Murabahah Neraca
Y2 Piutang Mudharabah Neraca
Y3 Aktiva Lancar Neraca
56
4. Alat Bantu Pengolahan Data
Dalam melakukan pengolahan data, penelitian ini menggunakan
software Microsoft Excel, DEA, dan EViews. Microsoft Excel digunakan
untuk mengelompokkan data berdasarkan definisi yang telah ditetapkan,
software DEA digunakan untuk menghitung nilai efisiensi masing-
masing bank dengan metode DEA, sedangkan software EViews
digunakan untuk melakukan regresi terhadap model persamaan pengaruh
faktor internal dan eksternal bank terhadap tingkat efisiensi.
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pada tahun 1998 diberlakukan Undang-undang No.10 tahun 1998
tentang Perbankan sebagai pengganti Undang-undang No.7 tahun 1992.
Dengan adanya Undang-undang tersebut perbankan syariah di Indonesia
mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang,
menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada
bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang
melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip syariah. Jika pada
tahun 1992 – 1998 hanya ada satu bank syariah, maka pada Juli 2009
(berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 29 unit yang terdiri
atas 5 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 134 unit pada
periode yang sama.
Berdasarkan Laporan Perkembangan Perbankan Syariah - Bank
Indonesia, tahun 2005 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri
perbankan syariah nasional, khususnya berkaitan dengan kondisi makro
ekonomi yang ditandai oleh tingkat suku bunga dan inflasi yang relatif
tinggi. Namun, karena optimisme yang tinggi dari para pemangku
kepentingan (stakeholders) perbankan syariah, maka pertumbuhan volume
57
58
kepentingan (stakeholders) perbankan syariah, maka pertumbuhan volume
usaha perbankan syariah mampu mencapai angka 36,4%. Dan pelaksanaan
fungsi intermediasi bank syariah masih baik dengan posisi financing to
deposit ratio (FDR) sebesar 97,8% dengan tingkat pembiayaan bermasalah
(NPF-Gross) di bawah 3%. Secara kualitatif, pada tahun 2005 juga telah
terjadi kecenderungan peningkatan pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu
sebesar 33% dibandingkan tahun 2004 (29%).
Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank, industri perbankan
syariah mampu meningkatkan pangsa total aset perbankan syariah dalam
industri perbankan nasional dari 1,26% pada akhir tahun 2005 menjadi 2.5%
pada akhir 2009. Di sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga
menunjukkan peningkatan sebesar Rp 3,7 triliun (31,4%) menjadi Rp 43,004
triliun. Meskipun demikian, tren meningkatnya suku bunga menyebabkan
adanya peningkatan risiko displacement (pengalihan dana dari bank syariah
ke bank konvensional) yang dihadapi perbankan syariah.
Sementara itu, kegiatan penyaluran dana melalui pembiayaan yang
diberikan (PYD) juga menunjukkan peningkatan sebesar Rp 3,7 triliun
(32,6%) menjadi Rp 42,828triliun. Peningkatan tersebut mampu menaikkan
pangsa pembiayaan perbankan syariah terhadap total kredit perbankan
nasional dari 2,05% pada akhir tahun 2005 menjadi 2,19% pada akhir 2009.
Pertumbuhan pembiayaan yang masih cukup tinggi dalam kondisi sektor riil
yang kurang kondusif akibat meningkatnya tekanan inflasi, berdampak pada
meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah (non performing financing).
59
Namun, dengan meningkatkan kehati-hatian dan fokus serta intensitas
penanganan risiko pembiayaan, pada akhir 2009 konsentrasi pembiayaan
bermasalah dapat dipertahankan pada level yang terkendali yaitu dengan
rasio NPF (gross) sebesar 5,15%. Pada tahun 2009, secara umum kondisi
industri perbankan nasional masih relatif baik. Industri perbankan secara
umum memiliki kualitas aset dan tingkat keuntungan yang cukup baik.
Pencapaian LDR lebih mendorong perbankan untuk meningkatkan ekspansi
penyaluran dana, meskipun dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-
hatian, terutama ditunjang dengan penerapan manajemen risiko bank yang
lebih baik.
1. Perkembangan Asset
Perkembangan asset perbankan syariah pada kurun waktu tahun
2005 – 2009 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1 Perkembangan asset
perbankan syariah mempunyai kecenderungan yang terus meningkat
hingga Juli 2009. Tingkat pertumbuhan aset tertinggi selama periode
tersebut adalah pada tahun 2007 sebesar 36.73%. Sedangkan tingkat
pertumbuhan terendah terjadi pada Juli 2009 sebesar 0.67%.
Trend pertumbuhan aset perbankan syariah beberapa tahun terakhir
memang sejalan dengan pertumbuhan aset keuangan syariah di dunia.
Disamping itu hal ini juga didorong oleh berbagai kebijakan yang
memudahkan bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah,
maupun perizinan pembukaan bank umum ataupun bank pembiyaan
rakyat syariah. Sehingga tercatat yang tadinya hanya 5 bank yang
60
diantaranya terdapat dua bank umum syariah pada tahun 2000 menjadi
166 yang terdiri dari 5 bank umum, 24 unit usaha syariah, dan 137
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun 2009. Ini tentu saja
berpengaruh terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah secara
Nasional. Karena dengan bertambahnya jumlah bank syariah yang
beroperasi otomatis menambah cakupan luas operasi dan diversifikasi
penghimpunan dana masyarakat yang berujung pada pertumbuhan aset
perbankan syariah yang sangat signifikan.
Tabel. 4. 1:
Perkembangan Asset Perbankan Syariah 2005-2009
Periode
Jumlah Aset
(milliar
rupiah)
Pertumbuhan
2005 20,880
2006 26,722 27.98%
2007 36,538 36.73%
Mar-08 38,344 4.94%
Jun-08 42,981 12.09%
Sep-08 45,857 6.69%
Des-08 49,555 8.06%
Mar-09 51,678 4.28%
Jun-09 55,238 6.89%
Jul-09 55,610 0.67%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009
61
Gambar. 4. 1:
Perkembangan Asset Perbankan Syariah 2005-2009
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09
Jumlah Aset
2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan
Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan dana pihak ketiga (DPK)
perbankan syariah pada tahun 2005 – 2009. Jumlah nominal DPK dari
waktu ke waktu menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.
Misal, DPK pada tahun 2006 sebesar Rp 20,672 milliar dan Maret 2009
sudah mencapai Rp 38,04 milliar. Hal ini merupakan indikasi yang
cukup baik bagi perbankan syariah untuk terus melakukan sosialisasi
dan pendekatan kepada masyarakat akan manfaat yang diperoleh dari
jasa perbankan.
Tingkat pertumbuhan DPK tertinggi selama periode tersebut adalah
pada tahun 2007 sebesar 35.51%. Sedangkan tingkat pertumbuhan
terendah terjadi pada Juli 2009 sebesar 2.14%.
62
Tabel. 4. 2:
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005-2009
Periode
Jumlah DPK
(milliar
rupiah)
Pertumbuhan
2005 15,584
2006 20,672 32.65%
2007 28,012 35.51%
Mar-08 29,552 5.50%
Jun-08 33,048 11.83%
Des-08 36,852 11.51%
Mar-09 38,040 3.22%
Jun-09 42,103 10.68%
Jul-09 43,004 2.14%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009
Gambar. 4. 2:
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005-2009
0
10
20
30
40
50
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09
DPK
Perkembangan pendanaan/pembiayaan perbankan syariah yang
berasal dari dana pihak ketiga pada tahun 2005 – 2009 dapat dilihat
pada Tabel 4. 3. Pada sisi pembiayaan dari Desember 2005 hingga Juli
2009 dapat dilihat bahwa pembiayaan didominasi oleh pembiayaan
berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang cenderung digunakan oleh
nasabah peminjam untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak menutup
63
kemungkinan ada juga yang dimanfaatkan untuk tujuan usaha
produktif.
Terlihat pembiayaan perbankan syariah sangat ekspansif sekali,
dimana pada tahun 2005, dari jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dikumpulkan sebesar 15,584 triliun bank syariah memberikan
pembiayaan sebesar 15, 232. Jumlah tersebut sebesar 97,74%.
Kemudian pada tahun 2006 jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun sebesar 20,672 triliun dan melakukan pembiyaan sebesar
20,445 atau sebesar 98,90% atau naik sebesar 1,16% dari tahun
sebelumnya. Kemudian terakhir pada juli 2009 dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun sebesar 43,004 triliun dan pembiayaan yang
dilakukan sebesar 42,828 triliun atau 99,59% dari total dana pihak
ketiga. Dari data tersebut bisa dikatakan perbankan syariah melakukan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi dengan sangat baik.
Tabel. 4. 3:
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2005-2009
Periode Jumlah Pembiayaan
(milliar rupiah) Pertumbuhan
2005 15,232
2006 20,445 34.22%
2007 27,944 36.68%
Mar-08 29,629 6.03%
Jun-08 34,100 15.09%
Sep-08 37,681 10.50%
Des-08 38,195 1.36%
Mar-09 39,308 2.91%
Jun-09 42,195 7.34%
Jul-09 42,828 1.50%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009
64
Gambar. 4. 3:
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2005-2009
0
10
20
30
40
50
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09
Jumlah Pembiayaan
B. Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah
Efisiensi perbankan syariah dihitung dengan menggunakan metode DEA
untuk setiap tahun selama empat tahun mulai tahun 2006 sampai dengan
2009. Output dari DEA menghasilkan skor efisiensi berdasarkan orientasi
input, dimana suatu bank dikatakan efisien apabila memiliki skor efisiensi
sama dengan 100%, dan belum efisien jika skor efisiensi kurang dari 100%.
Dari output DEA tersebut kita dapat mengetahui suatu bank pada periode
tertentu yang telah efisien dan belum efisien. Disamping itu juga dapat
diketahui tingkat efisiensi masing- masing input dan output yang dianalisis
berdasarkan model BCC untuk setiap pendekatan.
Skor efisiensi yang telah diperoleh harus diklasifikasikan untuk tiap
perbankan syariah berdasarkan masing- masing pendekatan produksi,
pendekatan intermediasi dan pendekatan aset dilihat dari orientasi input.
Tahap ini untuk melihat perbankan syariah yang paling efisien dan rata- rata
efisiensi perbankan syariah di Indonesia berdasarkan pendekatan produksi,
intermediasi, dan aset.
65
Selanjutnya adalah analisis terhadap pergerakan skor efisiensi perbankan
syariah berdasarkan masing- masing pendekatan. Hal ini bertujuan untuk
melihat tren yang dibentuk oleh skor efisiensi selama periode waktu
penelitian. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis rata- rata tingkat efisiensi
perbankan syariah di Indonesia untuk masing- masing pendekatan. Terakhir
adalah melakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh faktor internal dan
eksternal yang menjadi variabel bebas dalam analisis regresi linier berganda
terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah.
Software Data Envelopment Analysis (DEA) Frontier merupakan
software yang digunakan untuk menghasilkan nilai efisiensi dilihat dari
orientasi input. DEA Frontier juga menyediakan informasi skor efisiensi
berdasarkan model CCR dan BCC. Model CCR mengikuti konsep constant
return to scale, artinya penambahan satu input akan menambah satu output.
Sedangkan model BCC menggunakan asumsi variable return to scale, artinya
penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat
sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar x kali. Dalam hal ini hanya
akan dilakukan pengukuran tingkat efisiensi perbankan dengan pendekatan
BCC.
Orientasi input menghitung tingkat efisiensi bank apabila input dapat
digunakan seminimum mungkin tanpa mengurangi output yang dihasilkan.
Dengan kata lain orientasi input dilakukan dengan meminimalkan input
sementara output given. Suatu DMU dikatakan efisien apabila rasio
perbandingan input/ output = 1 atau 100%; artinya DMU tersebut tidak lagi
66
melakukan pemborosan dalam penggunaan input dan outputnya atau sudah
mampu mencapai tingkat output yang efisien.
Untuk lebih memudahkan analisis, penulisan periode penelitian diberi
indeks pada Lampiran 1. Sedangkan penulisan kode DMU yang menjadi
sampel penelitian ini dituliskan dengan singkatan sebagai berikut:
1. Bank Muamalat Indonesia dengan kode BMI
2. Bank Syariah Mandiri dengan kode BSM
3. Bank Syariah Mega Indonesia dengan kode BSMGI
4. Bank Permata dengan kode BP
5. Bank Jawa Barat dan Banten dengan kode BJB
Sehingga kode DMU untuk BMII_06 dapat diartikan menjadi Bank
Muamalat Indonesia periode triwulan I tahun 2006, untuk lebih lengkapnya
penulisan kode DMU ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
1. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Produksi
Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan produksi model
BCC yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui bahwa terdapat
25 bank yang belum efisien, yaitu: Bank Muamalat Indonesia Triwulan
II_07 (BMIII_07), Bank Muamalat Indonesia Triwulan III_07
(BMIIII_07), Bank Muamalat Indonesia Triwulan I_08 (BMII_08), Bank
Muamalat Indonesia Triwulan I_09 (BMII_09), Bank Muamalat
Indonesia Triwulan II_09 (BMIII_09), Bank Syariah Mandiri Triwulan
IV_06 (BSMIV_06), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_07 (BSMI_07),
Bank Syariah Mandiri Triwulan II_07 (BSMII_07), Bank Syariah
67
Mandiri Triwulan II_08 (BSMII_08), Bank Syariah Mega Indonesia
Triwulan I_06 (BSMGII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan
II_06 (BSMGIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06
(BSMGIIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_08
(BSMGII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_08
(BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_08
(BSMGIIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV_08
(BSMGIIV_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_09
(BSMGII_09), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_09
(BSMGIII_09), Bank Permata Triwulan II_06 (BPII_06), Bank Permata
Triwulan III_06 (BPIII_06), Bank Permata Triwulan IV_06 (BPIV_06),
Bank Permata Triwulan III_07 (BPIII_07), Bank Permata Triwulan
IV_07 (BPIV_07), Bank Jawa Barat dan Baten Triwulan II_07
(BJBII_07), dan Bank Jawa Barat dan Baten Triwulan III_07
(BJBIII_07). Sedangkan bank yang sudah efisien berjumlah.45 bank.
Secara teknis bank yang memiliki skor efisiensi dengan pendekatan
produksi model BCC orientasi input sama dengan 100% berarti efisien,
sedangkan skor efisiensi kurang dari 100% berarti tidak efisien. Sebagai
contoh skor efisiensi BMII_07 adalah sebesar 75,2%, angka ini
menunjukkan pada periode Juni 2007 terjadi pemborosan input sebesar
24,8%. Pemborosan penggunaan input terjadi pada biaya operasional lain
(X3) yang digunakan, dimana inefisiensi penggunaan input X3 tersebut
68
sebesar 97,53% (100%- 2,47%). Skor efisiensi terendah dimiliki oleh Bank
Syariah Mega Indonesia Triwulan I-2009 sebesar 36,23%.
2. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Intermediasi
Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan intermediasi
model BCC yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui terdapat
12 bank yang belum beroperasi secara efisien, yaitu: Bank Syariah
Mandiri Triwulan III_07 (BSMIII_07), Bank Syariah Mandiri Triwulan
IV_08 (BSMIV_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_06
(BSMGII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_06
(BSMGIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06
(BSMGIIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_07
(BSMGIIII_07), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV_07
(BSMGIIV_07), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_08
(BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_08
(BSMGIIII_08), Bank Permata Triwulan IV_06 (BPIV_06), Bank Jawa
Barat dan Banten Triwulan IV_06 (BJBIV_06), dan Bank Jawa Barat dan
Banten Triwulan IV_07 (BJBIV_07). Sedangkan bank yang sudah
beroperasi secara efisien berjumlah 58 bank.
Sebagai contoh skor efisiensi BSMIII_07 adalah sebesar 69,1%,
angka ini menunjukkan pada periode September 2007 terjadi pemborosan
input sebesar 30,9%. Pemborosan penggunaan input terjadi pada fixed
asset (X2) dan DPK (X3)yang digunakan, dimana inefisiensi penggunaan
input X2 tersebut sebesar 88,82% (100%- 11,18%) dan input X3 sebesar
69
354,18 (100%- 454,18). Skor efisiensi terendah dimiliki oleh Bank Jawa
Barat dan Banten Triwulan IV-2006 sebesar 59,8%.
3. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Aset
Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan aset model BCC
yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui terdapat 32 bank
yang belum beroperasi secara efisien, yaitu: Bank Muamalat Indonesia
Triwulan II_06 (BMIII_06), Bank Muamalat Indonesia Triwulan III_06
(BMIIII_06), Bank Muamalat Indonesia Triwulan I_07 (BMII_07),
Bank Muamalat Indonesia Triwulan II_07 (BMIII_07), Bank Muamalat
Indonesia Triwulan IV_07 (BMIIV_07), Bank Muamalat Indonesia
Triwulan I_08 (BMII_08), Bank Muamalat Indonesia Triwulan II_08
(BMIII_08), Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV_08 (BMIIV_08),
Bank Syariah Mandiri Triwulan I_06 (BSMI_06), Bank Syariah Mandiri
Triwulan I_07 (BSMI_07), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_08
(BSMI_08), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_09 (BSMI_09), Bank
Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06 (BSMGIIII_06), Bank Syariah
Mega Indonesia Triwulan II_07 (BSMGIII_07), Bank Syariah Mega
Indonesia Triwulan III_07 (BSMGIIII_07), Bank Syariah Mega
Indonesia Triwulan IV_07 (BSMGIIV_07), Bank Syariah Mega
Indonesia Triwulan II_08 (BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia
Triwulan III_08 (BSMGIIII_08), Bank Permata Triwulan IV_06
(BPIV_06), Bank Permata Triwulan IV_07 (BPIV_07), Bank Permata
Triwulan I_08 (BPI_08), Bank Permata Triwulan II_08 (BPII_08), Bank
70
Permata Triwulan IV_08 (BPIV_08), Bank Jawa Barat dan Banten
Triwulan I_06 (BJBI_06), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II_06
(BJBII_06), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III_06 (BJBIII_06),
Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV_06 (BJBIV_06), Bank Jawa
Barat dan Banten Triwulan I_07 (BJBI_07), Bank Jawa Barat dan Banten
Triwulan II_07 (BJBII_07), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan
IV_07 (BJBIV_07), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III_08
(BJBIII_08), dan Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II_09
(BJBII_09). Sedangkan bank yang sudah beroperasi secara efisien
berjumlah 38 bank.
Sebagai contoh skor efisiensi BSMGIIV_07 adalah sebesar 80,9%,
angka ini menunjukkan pada periode Desember 2007 terjadi pemborosan
input sebesar 19,1%. Pemborosan penggunaan output terjadi pada
pembiayaan mudharabah (Y1) dan aktiva lancar (Y3) yang digunakan,
dimana inefisiensi penggunaan input Y1 tersebut sebesar 82,93% (100%-
17,07%) dan output Y3 sebesar 227,36 (100%- 327,36). Skor efisiensi
terendah dimiliki oleh Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I-2006 sebesar
82,5%.
Dari hasil perhitungan skor efisiensi perbankan syariah berdasarkan
model BCC yang berorientasi input pada Tabel. 4. 4 berikut dapat dilihat
kompilasi skor efisien bank yang efisien dan yang belum efisien berdasarkan
pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset.
71
Tabel. 4. 4:
Skor Efisiensi berdasarkan Orientasi Input
Jenis Pendekatan Model BCC
Orientasi Input
Persentase
(%)
Pendekatan
Produksi
Bank yang Efisien 45 64%
Bank yang Belum
Efisien 25 36%
Pendekatan
Intermediasi
Bank yang Efisien 58 83%
Bank yang Belum
Efisien 12 17%
Pendekatan
Aset
Bank yang Efisien 38 54%
Bank yang Belum
Efisien 32 46% Sumber: Data DEA yang diolah
Dari tabel di atas terlihat bahwa skor efisiensi model BCC
berorientasi input dengan pendekatan intermediasi menghasilkan jumlah
bank yang efisiensi yang paling maksimal. Hasil tersebut sesuai dengan
fungsi bank itu sendiri sebagai lembaga intermediasi.
C. Peringkat Skor Efisiensi
Pada tahap ini akan dilihat peringkat perbankan syariah yang paling
efisien dilihat dari nilai rata- rata efisiensi perbankan syariah di Indonesia
berdasarkan pendekatan produksi, intermediasi, dan aset berdasarkan model
BCC.
1. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Produksi
Tabel 4. 5 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor
efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan produksi. Bank yang
mempunyai peringkat paling tinggi adalah Bank Jawa Barat dan Banten,
dengan rata- rata skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 99,75%
72
model BCC, diikuti oleh Bank Syariah Mandiri pada peringkat kedua,
Bank Permata pada peringkat ketiga, Bank Muamalat Indonesia pada
peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Syariah Mega
Indonesia.
Tabel. 4. 5:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Produksi
Model BCC Rata- rata Skor
Efisiensi Peringkat Nama Bank
1 BJB 99.75%
2 BSM 95.00%
3 BP 89.50%
4 BMI 84.00%
5 BSMGI 76.50% Sumber: Data DEA yang diolah
2. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Intermediasi
Tabel 4. 6 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor
efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan intermediasi. Bank yang
mempunyai peringkat paling tinggi adalah Bank Muamalat Indonesia,
dengan rata- rata skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 100%
model BCC, diikuti oleh Bank Syariah Mandiri pada peringkat kedua,
Bank Permata pada peringkat ketiga, Bank Jawa Barat dan Banten pada
peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Syariah Mega
Indonesia.
73
Tabel. 4. 6:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Intermediasi
Model BCC Rata- rata Skor
Efisiensi Peringkat Nama Bank
1 BMI 100.00%
2 BSM 99.00%
3 BP 99.00%
4 BJB 96.25%
5 BSMGI 95.00% Sumber: Data DEA yang diolah
3. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset
Tabel 4. 7 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor
efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan aset. Bank yang mempunyai
peringkat paling tinggi adalah Bank Syariah Mandiri, dengan rata- rata
skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 98.75% model BCC,
diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia pada peringkat kedua, Bank
Permata pada peringkat ketiga, Bank Syariah Mega Indonesia pada
peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Jawa Barat dan
Banten.
Tabel. 4. 7:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Aset
Model BCC Rata- rata Skor
Efisiensi Peringkat Nama Bank
1 BSM 98.75%
2 BMI 98.50%
3 BP 98.25%
4 BSMGI 97.50%
5 BJB 94.00% Sumber: Data DEA yang diolah
74
D. Pergerakan Skor Efisiensi
Analisis pergerakan skor efisiensi dimaksudkan untuk melihat tren atau
arah dari pergerakan nilai rata- rata efisiensi perbankan syariah selama masa
pengamatan. Analisis ini dilakukan berdasarkan masing- masing pendekatan
produksi, intermediasi, dan aset dilihat dari orientasi input model BCC.
1. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Produksi
Tabel 4. 8 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi seluruh
Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model BCC.
Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai
dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan
pendekatan produksi memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang
tetap yaitu sebesar 100%.
75
Tabel. 4. 8:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Produksi
Periode Skor Efisiensi
Model BCC
1 100%
2 91%
3 98%
4 47%
5 100%
6 86%
7 97%
8 100%
9 87%
10 100%
11 80%
12 39%
13 72%
14 86%
15 100%
16 100%
17 100%
18 99%
19 100%
20 100% Sumber: Data DEA yang diolah
2. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Intermediasi
Tabel 4. 9 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi seluruh
Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model BCC.
Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai
dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan
pendekatan intermediasi memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang
tetap yaitu sebesar 100%.
76
Tabel. 4. 9:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Intermediasi
Periode Skor Efisiensi
Model BCC
1 100%
2 100%
3 100%
4 100%
5 100%
6 99%
7 97%
8 100%
9 90%
10 94%
11 96%
12 100%
13 96%
14 100%
15 100%
16 100%
17 89%
18 96%
19 100%
20 100% Sumber: Data DEA yang diolah
3. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Aset
Tabel 4. 10 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi
seluruh Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model
BCC. Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006
sampai dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah
berdasarkan pendekatan intermediasi memperlihatkan keadaan tingkat
efisiensi yang menurun yaitu dari 99% menjadi 93%.
77
Tabel. 4. 10:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Aset
Periode Skor Efisiensi
Model BCC
1 99%
2 96%
3 99%
4 100%
5 99%
6 98%
7 99%
8 99%
9 99%
10 94%
11 97%
12 100%
13 98%
14 97%
15 98%
16 100%
17 89%
18 95%
19 99%
20 93% Sumber: Data DEA yang diolah
E. Pengujian Hipotesis Efisiensi
Berdasarkan pendekatan DEA sebuah DMU (Decision Making Unit)
dikatakan efisien adalah apabila rasio perbandingan input/ output = 1 atau 100%;
artinya DMU tersebut tidak lagi melakukan pemborosan dalam penggunaan input
dan outputnya. Sedangkan sebuah DMU dikatakan kurang efisien apabila rasio
perbandingan output/ input bernilai antara 0<output/input<1. Artinya DMU
tersebut masih melakukan tindakan pemborosan dalam penggunaan input-
78
inputnya dan atau belum mampu memanfaatkan secara optimal potensial
kemampuan produksi yang dimiliki.
Tabel. 4. 11:
Rata- Rata Efisiensi Seluruh Bank
Rata- rata
Efisiensi BMI BSM BSMGI BP BJB
Seluruh
Bank
Pendekatan
Produksi 84.00% 95.00% 76.50% 89.50% 99.75% 88.95%
Pendekatan
Intermediasi 100% 99.00% 95.00% 99.00% 96.25% 97.85%
Pendekatan
Aset 98.50% 98.75% 97.50% 98.25% 94.00% 97.40% Sumber: Data DEA yang diolah
Dapat disimpulkan bahwa baik dengan pendekatan produksi, pendekatan
intermediasi, maupun dengan pendekatan aset skor rata-rata efisiensi Perbankan
Syariah lebih kecil dari 100%. Dengan kata lain secara produksi, intermediasi,
dan aset Bank Umum Syariah di Indonesia belum beroperasi secara efisien.
Tabel. 4. 12:
Rata- Rata Skor Efisiensi Perbankan Syariah
Pendekatan
Produksi
Pendekatan
Intermediasi
Pendekatan
Aset
Skor Efisiensi 88.95% 97.85% 97.40%
Skor Inefisiensi 11.05% 2.15% 2.60% Sumber: Data DEA yang diolah
Berdasarkan pengujian hipotesis di atas didapat kesimpulan bahwa baik
dengan pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset
mendapatkan kesimpulan bahwa Perbankan Syariah belum beroperasi secara
efisien dengan kata lain bahwa masih terdapat inefisiensi atau pemborosan dalam
operasional Perbankan Syariah. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat
inefsiensi atau pemborosan rata-rata di Perbankan Syariah berkisar antara 2.15%
79
sampai dengan 11.05%. Kesimpulan ini menjawab tujuan penelitian yang
pertama.
F. Analisis Regresi Metode Efek Tetap (MET)
1. Analisis Regresi Pendekatan Produksi
a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data (Lampiran 5), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar 52.75%,
artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat efisiensi Bank
umum Syariah dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat
bunga SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat
inflasi, Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan
Market Power sebesar 52.75 %. Sisanya sebesar 47.25% diterangkan
oleh variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel
Profitabilitas yang signifikan secara statistik pada α = 5%.
Sedangkan variabel SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital, Size
dan Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat
diinterperetasikan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap effisiensi Bank Umum Syariah secara positif,
artinya jika profitabilitas Bank Umum Syariah meningkat sebesar 1
rupiah akan menyebabkan peningkatan effisiensi Bank Umum
Syariah sebesar 9.32 rupiah.
80
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan produksi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Muamalat
Indonesia :
EFF_BMI = 0.761+ 9.320* PROF_BMI+ 3.994* INF_BMI+ 2.591*
SBI_BMI- 28.183* MPWR_BMI- 0.019*
KAPT_BMI+ 0.278* EG_BMI+ 2.466e-05*
SIZE_BMI
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Syariah
Mandiri :
EFF_BSM = 0.821+ 9.320* PROF_BSM+ 3.994* INF_BSM+
2.591* SBI_BSM- 28.183* MPWR_BSM- 0.019*
KAPT_BSM+ 0.278* EG_BSM+ 2.466e-05*
SIZE_BSM
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Mega Syariah
Indonesia :
EFF_BSMGI =0.819+ 9.320* PROF_BSMGI+ 3.994*
INF_BSMGI+ 2.591* SBI_BSMGI - 28.183*
MPWR_BSMGI – 0.019* KAPT_BSMGI +
0.278* EG_BSMGI + 2.466e-05* SIZE_BSMGI
81
b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data menggunakan α = 10% (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang
dihasilkan sebesar 46.36%, artinya model sudah cukup baik. Variasi
dari tingkat efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan
tingkat bunga SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi),
tingkat inflasi, Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit
dan Market Power sebesar 46.36 %. Sisanya sebesar 53.64%
diterangkan oleh variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa variabel
Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital, Size dan
Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah secara signifikan.
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan produksi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah
Bank Permata :
EFF_BP = -0.070+ 0.530* PROF_BP+ 10.589* INF_BP - 3.103*
SBI_BP - 4.501* MPWR_BP - 1.98* KAPT_BP -
0.556* EG_BP + 0.001* SIZE_BP
82
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah
Bank Jawa Barat dan Banten:
EFF_BJB = 0.070 + 0.530* PROF_BJB + 10.589* INF_BJB -
3.103* SBI_BJB - 4.501* MPWR_BJB - 1.984*
KAPT_BJB - 0.556* EG_BJB + 0.001* SIZE_BJB
2. Analisis Regresi Pendekatan Intermediasi
a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar
47.99%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat
efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga
SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat inflasi,
Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan Market
Power sebesar 47.99 %. Sisanya sebesar 52.01% diterangkan oleh
variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel
Size yang signifikan secara statistik pada α = 5%. Sedangkan
variabel Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital dan
Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan
bahwa variabel Size berpengaruh signifikan terhadap effisiensi bank
umum syariah secara negatif, artinya jika Size bank umum syariah
83
meningkat sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan effisiensi
bank umum syariah sebesar 1.85 rupiah.
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Model efisiensi pendekatan intermediasi untuk Bank Muamalat
Indonesia :
EFF_BMI = 0.944 + 0.365* PROF_BMI - 6.652* INF_BMI +
1.101* SBI_BMI + 9.351* MPWR_BMI - 0.750*
KAPT_BMI + 0.359* EG_BMI - 1.085e-05*
SIZE_BMI
Model efisiensi pendekatan intermediasi untuk Bank Syariah
Mandiri :
EFF_BSM = 0.957+ 0.365* PROF_BSM - 6.652* INF_BSM +
1.101* SBI_BSM + 9.3518* MPWR_BSM - 0.750*
KAPT_BSM + 0.359* EG_BSM - 1.0856e-05*
SIZE_BSM
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Mega Syariah
Indonesia :
EFF_BSMGI = 0.814+ 0.365* PROF_BSMGI - 6.652*
INF_BSMGI + 1.101* SBI_BSMGI + 9.351*
MPWR_BSMGI - 0.750* KAPT_BSMGI + 0.359*
EG_BSMGI - 1.0856e-05* SIZE_BSMGI
84
b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar
57.30%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat
efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga
SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat inflasi,
Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan Market
Power sebesar 57.30 %. Sisanya sebesar 42.70% diterangkan oleh
variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel
profitabilitas yang signifikan secara statistik pada α = 5%.
Sedangkan variabel Size, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital
dan Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan
bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
effisiensi Unit Usaha syariah secara negatif, artinya jika
Profitabilitas Unit Usaha Syariah meningkat sebesar 1 rupiah akan
menyebabkan penurunan effisiensi Unit Usaha Syariah sebesar 6,3
rupiah.
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
85
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah
Bank Permata :
EFF_BP = 1.142- 6.330* PROF_BP + 22.753* INF_BP - 2.161*
SBI_BP + 2.195* MPWR_BP - 1.187* KAPT_BP +
0.222* EG_BP - 1.021e-05* SIZE_BP
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah
Bank Jawa Barat dan Banten :
EFF_BJB = 1.218- 6.330* PROF_BJB + 22.753* INF_BJB - 2.161*
SBI_BJB + 2.195* MPWR_BJB - 1.187* KAPT_BJB
+ 0.222* EG_BJB - 1.021e-05* SIZE_BJB
3. Hasil Analisis Regresi Pendekatan Aset
a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar
43.96%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat
efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga
SBI, Economic Growth, tingkat inflasi, Kapital (rasio ekuitas
terhadap modal), Size, Profit dan Market Power sebesar 43.96 %.
Sisanya sebesar 56.04% diterangkan oleh variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel
Size yang signifikan secara statistik pada α = 5%. Sedangkan
variabel Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital dan
Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank Umum
86
Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan
bahwa variabel Size berpengaruh signifikan terhadap effisiensi Bank
Umum Syariah secara positif, artinya jika size Bank Umum Syariah
meningkat sebesar 1 rupiah akan menyebabkan peningkatan
effisiensi Bank Umum Syariah sebesar 1.54 rupiah.
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Muamalat
Indonesia:
EFF_BMI = -0.008- 0.277* PROF_BMI + 3.968* INF_BMI -
0.406* SBI_BMI - 9.470* MPWR_BMI - 0.304*
KAPT_BMI + 0.226* EG_BMI + 1.535e-05*
SIZE_BMI
Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Syariah Mandiri:
EFF_BSM = -0.084- 0.277* PROF_BSM + 3.968* INF_BSM -
0.406* SBI_BSM - 9.470* MPWR_BSM - 0.304*
KAPT_BSM + 0.226* EG_BSM + 1.535e-05*
SIZE_BSM
Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Mega Syariah
Indonesia :
EFF_BSMGI = 0.092- 0.277* PROF_BSMGI + 3.968*
INF_BSMGI - 0.406* SBI_BSMGI - 9.470*
87
MPWR_BSMGI - 0.304* KAPT_BSMGI + 0.226*
EG_BSMGI + 1.535e-05* SIZE_BSMGI
b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah
Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel
data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar
69.89%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat
efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga
SBI, Economic Growth, tingkat inflasi, Kapt (rasio ekuitas terhadap
modal), Size, Profit dan Market Power sebesar 69.89 %. Sisanya
sebesar 30.11% diterangkan oleh variabel lain.
Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa variabel market
power dan Size Unit Usaha Syariah yang signifikan secara statistik
pada α = 5%. Sedangkan variabel SBI, Economic Growth, Inflasi
dan Kapital tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan
bahwa masing-masing variabel market power berpengaruh signifikan
terhadap effisiensi Unit Usaha Syariah secara positif, artinya jika
market power Unit Usaha Syariah meningkat sebesar 1 rupiah akan
menyebabkan peningkatan effisiensi Unit Usaha Syariah sebesar
20.12 rupiah dan Size Unit Usaha Syariah berpengaruh secara
negatif terhadap efisiensi Unit Usaha Sariah yaitu, jika Size Unit
Usaha Syariah meningkat 1 rupiah akan menurunkan tingkat
efisiensi Unit Usaha Syariah sebesar 0.00013 rupiah.
88
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model
panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-
koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
Model efisiensi pendekatan aset untuk Unit Usaha Syariah Bank
Permata :
EFF_BP = 0.782 - 0.126* PROF_BP + 0.959* INF_BP + 0.850*
SBI_BP + 20.127* MPWR_BP - 1.922* KAPT_BP +
0.241* EG_BP - 0.001* SIZE_BP
Model efisiensi pendekatan aset untuk Unit Usaha Syariah Bank
Jawa Barat :
EFF_BJB = 0.738 - 0.126* PROF_BJB + 0.959* INF_BJB +
0.850* SBI_BJB + 20.127* MPWR_BJB - 1.922*
KAPT_BJB + 0.241* EG_BJB - 0.001* SIZE_BJB
Dari hasil pengujian pengaruh variable makro dan variable
mikro terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah diatas diketahui bahwa berdasarkan pendekatan
intermediasi Variabel Size berpengaruh secara negatif juga
89
terhadap Bank Umum Syariah, hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Donsyah Yudhistira (2003). Hal yang diluar
perkiraan adalah variabel profit yang mempunyai pengaruh negatif
terhadap tingkat efisiensi aset Unit Usaha Syariah di Indonesia. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan untuk meningkatkan
efisiensinya bank harus meningkatkan tingkat profitnya. Hasil
penelitian yang berbeda ini dapat diakibatkan karena variabel tingkat
profitabilitas yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini diambil
dari pendapatan bersih operasional dibandingkan dengan total aset
yang dimiliki bank, sementara keuntungan bank dapat diperoleh dari
pendapatan operasional lainnya. Hal tersebut menjawab hipotesis
penelitian kedua dan ketiga.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini mempelajari beberapa aspek penting dari tingkat efisiensi
Perbankan Syariah di Indonesia. Berikut dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
dan saran-saran sehubungan dengan temuan-temuan penelitian dan pembahasan-
pembahasan yang telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pendekatan produksi,
pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset rata-rata tingkat efisiensi relatif
Perbankan Syariah kurang dari 100%. Artinya masih terdapat inefisiensi atau
pemborosan dalam operasional Perbankan Syariah. Dengan kata lain,
Perbankan Syariah belum beroperasi secara efisien baik secara produksi,
secara intermediasi dan secara aset. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa
tingkat inefsiensi atau pemborosan rata-rata di Perbankan Syariah berkisar antara
2.15% sampai dengan 11.05%.
Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai
dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan
pendekatan produksi dapat dikatakan berada pada keadaan tingkat efisiensi
yang stabil yaitu sebesar 100%, walaupun pada pertengahan periode
penelitian terjadi inefisiensi. Namun tingkat efisiensi Perbankan Syariah
berdasarkan pendekatan aset memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang
menurun yaitu dari 99% menjadi 93%.
90
91
Dengan analisis regresi model panel data penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa secara simultan adanya pengaruh faktor internal kapital,
size, profitabilitas dan faktor eksternal inflasi, economic growth dan SBI
terhadap tingkat efisiensi bank. Dari hasil analisis regresi model panel data
juga diketahui bahwa berdasarkan pendekatan produksi, pendekatan
intermediasi dan pendekatan aset secara sendiri-sendiri variabel SBI dan
inflasi secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Demikian juga
halnya dengan variabel economic growth atau pertumbuhan ekonomi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah.
B. Saran-saran
Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat efisiensi dapat dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Jika faktor internal dapat dikelola
sendiri oleh manajemen bank, maka faktor eksternal seperti SBI, Inflasi dan
Economic Growth memerlukan peranan otoritas perbankan. Sehubungan
dengan hal tersebut maka saran-saran untuk perbaikan tingkat efisiensi
Perbankan Syariah dapat ditujukan kepada dua pihak yaitu pihak pemilik dan
manajemen Perbankan Syariah dan otoritas perbankan yaitu Bank Indonesia.
92
1. Saran Untuk Pemilik Bank dan Manajemen Perbankan Syariah
Beberapa saran yang dapat digunakan manajemen Perbankan
Syariah untuk meningkatkan tingkat efisiensinya sebagai berikut:
a. Manajemen bank disarankan untuk mencoba melakukan pengukuran
efisiensi banknya dengan metode penilaian yang objektif dan
terintegrasi seperti analisis frontier pendekatan parametrik atau non
parametrik seperti metode (Data Envelopment Analysis) DEA yang
lebih superior dibandingkan analisis rasio.
b. Peningkatan modal dengan memperhatikan kualitas aktiva yang
dimilki bank disarankan untuk dimasukkan sebagai salah satu
rencana strategis jangka panjang perusahaan mengingat faktor Size
terbukti mempunyai pengaruh terhadap tingkat efisiensi.
2. Saran Untuk Otoritas Perbankan
Kebijakan dari otoritas perbankan dapat membantu memperbaiki
tingkat efisiensi bank secara umum walaupun kebijakan yang dilakukan
oleh otoritas perbankan dapat menimbulkan dampak yang berbeda pada
masing-masing bank, tergantung pada respon bank yang bersangkutan
terhadap kebijakan tersebut. Beberapa saran untuk otoritas perbankan
antara lain:
a. Otoritas perbankan disarankan untuk mendorong Perbankan Syariah
untuk go public untuk meningkatkan modal, mengingat faktor
kapitalisasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat efisiensi bank.
93
b. Otoritas perbankan juga diharapkan dapat terus mengembangkan
kebijakan dan instrumen moneter seperti pasar uang syariah, pasar
obligasi syariah sebagai alternatif untuk optimalisasi dana idle (dana
diam) Perbankan Syariah sebagaimana instrumen moneter di bank
konvensional.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Arthesa dan Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”,
Indeks, Jakarta, 2006.
Adiwarman, A. Karim, “Bank Islam”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Amir, Mahmud, “Bank Syariah”, Erlangga, Jakarta, 2010.
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Berger, A. N dan Humprey D. B., “Efficiency of Financial Institution:
International Survey and Direction for Future Research”, European Journal
Operational Research, 1997.
Bank Indonesia (2001), Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia,
diambil 15 Oktober 2005, dari http//:www.bi.go.id
_____________ (2005), Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2005,
diambil 24 Agustus 2006, dari http//:www.bi.go.id
_____________ (2006), Booklet Perbankan Indonesia 2006: edisi Maret 2006,
diambil 28 Juli 2006, dari http//:www.bi.go.id
_____________ (2006), Statistik Perbankan Syariah: Januari 2003- Desember
2006, diambil 5 Februari 2007, dari http//:www.bi.go.id
Cinca, C. Serrano, dkk, “Behind DEA Efficiency in Financial Institutions”, Univ.
Zaragoza, SPAIN, 2002.
Dahlan, Siamat, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, LPFEUI, Jakarta,
2000.
Donsyah, Yudistira, “Effiency in Islamic Banking: an Empirical Analysis of 18
Banks”, Loughborough University, United Kingdom, 2003.
Freixas, Xavier, dan Jean Charles Rochet, “Microeconomics of Banking”, MIT
Press, Massachusetts, 1997.
Gujarati, Damodar, “Basic Economefrics”, McGraw-Hill Book Company, New
York 1978.
Jaffer, Sohail, “Islamic Retail Banking and Finance: Global Challenges and
Opportunities”, Euromoney Books, London, 2005.
95
Jonni, J. Manurung, Adler H. Manurung dan Ferdinand D. SaragiH,
“Ekonometrika: Teori dan Aplikasi”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
2005.
Kasmir, “Dasar- Dasar Perbankan” Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008.
M. Algaoud, Latifa dan Mervyn K. Lewis, “Perbankan Syariah”, Serambi Ilmu
Semesta, Jakarta, 2001.
Mantri, Jibendu Kumar, “Research Methodology on Data Envelopment Analysis
(DEA)”, Universal Publisher, Florida, 2008.
Mohamed, Ariff, “Islamic Banking in Southeast Asia: Islam and Economic
development of Southeast Asia”, Institute of Southeast Asian Studies, Pasir
Panjang, 1992.
Muchdarsyah, Sinungan, “Strategi Manajemen Bank”, Rineka Cipta, 1994.
Muhammad, “Lembaga Ekonomi Syari’ah”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.
Muhammad, “Manajemen Dana Bank Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004.
Muhammad, Syafi’i Antonio, “Bank Syariah”, Gema Insan Press, Jakarta, 2006.
Mullineux, A. W. dan Victor Murinde, “Handbook of International Banking”,
Edward Elgar Publishing Limited, Massachusetts, 2003.
Nachrowi, D. Nachrowi dan Hardius Usman, ”Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika : untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, LPFEUI, Jakarta,
2006.
Priyonggo, Suseno, “Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Industri
Perbankan Syariah di Indonesia”, Journal of Islamic and Economics, Vol. 2
No. 1, 2008.
Sjahdeini, Sutan Remy, “Perbankan Islam ; dan Kedudukannya Dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia”, PT. Kreatama, Jakarta, 2005.
Suad, Husnan, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 1997.
Surifah, “Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan
Setelah Krisis Ekonomi”, JAAI Vol. 6 No. 2, 2002.
96
T.J., Coelli,” A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
(Computer) Program”, Centre for Efficiency and Productivity Analysis
Working Papers, Armidale, 1996.
Totok, Budisantoso dan Sigit Triandaru, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Vicky, Rahma Putri dan Niki Lukviarman, ”Pengukuran Kinerja Bank Komersial
dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan Go-Public di
Indonesia”, JAAI Vol 12No 1, Juni 2008.
Zainal, Abidin, ”Kinerja Efisiensi pada Bank Umum”, Proceeding PESAT,
Jakarta, 2007.
Zainul, Arifin, ”Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet
Jakarta, 2005.
Zulkarnain, Sitompul, “Problematika Perbankan”, BooksTerrace & Library,
Bandung, 2006.
97
Lampiran 1 : Indeks Periode Penelitian
Periode Keterangan
I_06 Triwulan I 2006
II_06 Triwulan II 2006
III_06 Triwulan III 2006
IV_06 Triwulan IV 2006
I_07 Triwulan I 2007
II_07 Triwulan II 2007
III_07 Triwulan III 2007
IV_07 Triwulan IV 2007
I_08 Triwulan I 2008
II_08 Triwulan II 2008
III_08 Triwulan III 2008
IV_08 Triwulan IV 2008
I_09 Triwulan I 2009
II_09 Triwulan II 2009
98
Lampiran 2 : Kode Decision Making Unit (DMU)
No. Kode DMU Keterangan
1 BMII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2006
2 BMIII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2006
3 BMIIII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2006
4 BMIIV_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2006
5 BSMI_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2006
6 BSMII_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2006
7 BSMIII_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2006
8 BSMIV_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2006
9 BSMGII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2006
10 BSMGIII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2006
11 BSMGIIII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2006
12 BSMGIIV_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2006
13 BPI_06 Bank Permata Triwulan I Tahun 2006
14 BPII_06 Bank Permata Triwulan II Tahun 2006
15 BPIII_06 Bank Permata Triwulan III Tahun 2006
16 BPIV_06 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2006
17 BJBI_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2006
18 BJBII_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2006
19 BJBIII_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2006
20 BJBIV_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2006
21 BMII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2007
22 BMIII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2007
23 BMIIII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2007
24 BMIIV_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2007
25 BSMI_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2007
26 BSMII_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2007
27 BSMIII_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2007
28 BSMIV_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2007
29 BSMGII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2007
30 BSMGIII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2007
31 BSMGIIII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2007
32 BSMGIIV_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2007
33 BPI_07 Bank Permata Triwulan I Tahun 2007
34 BPII_07 Bank Permata Triwulan II Tahun 2007
35 BPIII_07 Bank Permata Triwulan III Tahun 2007
99
36 BPIV_07 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2007
37 BJBI_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2007
38 BJBII_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2007
39 BJBIII_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2007
40 BJBIV_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2007
41 BMII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2008
42 BMIII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2008
43 BMIIII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2008
44 BMIIV_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2008
45 BSMI_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2008
46 BSMII_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2008
47 BSMIII_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2008
48 BSMIV_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2008
49 BSMGII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2008
50 BSMGIII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2008
51 BSMGIIII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2008
52 BSMGIIV_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2008
53 BPI_08 Bank Permata Triwulan I Tahun 2008
54 BPII_08 Bank Permata Triwulan II Tahun 2008
55 BPIII_08 Bank Permata Triwulan III Tahun 2008
56 BPIV_08 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2008
57 BJBI_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2008
58 BJBII_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2008
59 BJBIII_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2008
60 BJBIV_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2008
61 BMII_09 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2009
62 BMIII_09 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2009
63 BSMI_09 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2009
64 BSMII_09 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2009
65 BSMGII_09 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2009
66 BSMGIII_09 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2009
67 BPI_09 Bank Permata Triwulan I Tahun 2009
68 BPII_09 Bank Permata Triwulan II Tahun 2009
69 BJBI_09 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2009
70 BJBII_09 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2009
100
Lampiran 3 : Variabel Input Output Pendekatan Produksi
(dalam jutaan rupiah)
DMU X1 X2 X3 Y1 Y2
BMII_06 132,210 14,452 24,869 249,966 8,589
BMIII_06 271,483 51,345 7,986 478,014 16,754
BMIIII_06 420,977 59,638 89,981 773,361 26,835
BMIIV_06 570,047 128,363 22,061 1.009,370 39,939
BSMI_06 112,673 35,936 25,375 181,450 30,816
BSMII_06 223,094 76,937 47,321 377,234 58,429
BSMIII_06 337,559 117,469 77,424 663,166 31,164
BSMIV_06 455,490 148,279 26,592 825,108 109,313
BSMGII_06 16,939 4,042 2,490 30,047 0,807
BSMGIII_06 37,330 8,147 4,977 75,167 0,811
BSMGIIII_06 66,219 12,496 8,746 144,539 0,811
BSMGIIV_06 109,366 16,966 13,076 242,292 1,058
BPI_06 1,238 1,170 0,235 3,488 1,785
BPII_06 3,599 2,508 0,551 8,266 4,406
BPIII_06 6,359 3,896 1,674 19,737 1,890
BPIV_06 9,873 6,407 2,827 24,963 4,336
BJBI_06 0,698 1,589 0,656 9,581 1,355
BJBII_06 1,639 4,305 1,623 21,006 3,001
BJBIII_06 2,555 7,678 3,085 32,880 4,346
BJBIV_06 4,214 11,219 4,343 45,632 6,251
BMII_07 129,135 27,310 25,238 277,126 18,423
BMIII_07 251,528 64,071 51,033 787,897 37,171
BMIIII_07 372,243 104,694 91,888 856,256 48,756
BMIIV_07 500,151 161,982 38,535 1.105,741 59,579
BSMI_07 109,113 40,955 27,101 260,512 21,360
BSMII_07 235,143 87,343 57,403 528,950 43,407
BSMIII_07 361,246 137,271 22,450 734,457 109,497
BSMIV_07 511,873 207,798 20,202 1.131,219 66,054
BSMGII_07 49,015 4,798 4,394 108,393 0,102
BSMGIII_07 92,201 10,700 8,568 205,366 0,560
BSMGIIII_07 125,768 17,446 13,395 295,789 1,216
BSMGIIV_07 155,141 25,081 19,297 381,126 3,626
BPI_07 3,178 1,534 0,558 6,028 9,910
BPII_07 6,210 3,066 1,164 11,051 63,379
BPIII_07 11,049 4,930 1,440 20,552 11,097
101
BPIV_07 16,839 6,529 3,425 33,983 11,594
BJBI_07 3,029 2,733 1,198 12,045 2,919
BJBII_07 5,838 5,899 2,429 23,935 6,207
BJBIII_07 8,211 9,015 3,918 36,837 9,897
BJBIV_07 10,785 12,490 5,529 50,923 13,087
BMII_08 118,130 35,195 29,232 310,950 19,360
BMIII_08 227,005 91,034 66,958 634,873 32,267
BMIIII_08 356,914 148,839 120,027 983,411 36,371
BMIIV_08 515,423 136,813 56,070 1.280,203 40,702
BSMI_08 168,825 65,052 11,632 577,028 19,433
BSMII_08 344,665 141,758 36,998 782,813 36,882
BSMIII_08 544,982 215,199 139,390 1.244,537 53,472
BSMIV_08 793,049 297,805 75,317 1.797,598 62,441
BSMGII_08 24,990 9,418 5,513 69,484 6,717
BSMGIII_08 47,086 22,440 10,764 132,080 13,555
BSMGIIII_08 72,450 50,323 17,007 203,839 17,510
BSMGIIV_08 116,738 88,912 26,923 311,662 19,595
BPI_08 7,959 1,747 1,289 19,089 9,495
BPII_08 21,927 3,669 3,735 40,465 17,774
BPIII_08 36,243 6,394 5,619 69,103 25,598
BPIV_08 56,988 9,675 8,414 106,675 34,802
BJBI_08 2,603 3,319 1,759 13,869 4,267
BJBII_08 2,923 6,855 6,323 27,103 8,866
BJBIII_08 8,429 12,089 6,285 47,210 14,158
BJBIV_08 11,150 19,156 9,045 69,126 13,344
BMII_09 167,883 41,575 79,408 357,444 15,289
BMIII_09 361,483 89,187 269,844 748,145 34,205
BSMI_09 239,854 77,343 12,467 1.397,927 68,765
BSMII_09 466,821 164,469 105,021 919,436 69,065
BSMGII_09 63,072 36,250 10,651 139,829 3,277
BSMGIII_09 120,603 78,543 23,587 305,488 5,729
BPI_09 22,051 2,628 1,762 36,232 12,020
BPII_09 40,664 5,478 3,589 73,656 23,821
BJBI_09 2,653 4,064 2,639 22,704 3,715
BJBII_09 2,973 6,237 2,677 35,938 8,314
102
Lampiran 4 : Variabel Input Output Pendekatan Intermediasi
(dalam jutaan rupiah)
DMU X1 X2 X3 Y1 Y2
BMII_06 14,452 109,486 5.419,571 2.971,031 3.130,634
BMIII_06 51,345 114,072 5.831,903 3.232,237 3.125,289
BMIIII_06 59,638 119,429 6.354,609 3.276,947 3.265,343
BMIIV_06 128,363 126,309 6.837,431 3.117,971 3.524,395
BSMI_06 35,936 226,434 7.039,882 4.063,566 2.076,521
BSMII_06 76,937 228,459 7.397,275 4.530,380 2.394,619
BSMIII_06 117,469 235,229 7.569,592 4.281,430 2.855,360
BSMIV_06 148,279 241,577 6.400,143 4.188,687 2.776,508
BSMGII_06 4,042 20,179 697,027 475,607 243,238
BSMGIII_06 8,147 20,424 1.039,827 812,538 222,508
BSMGIIII_06 12,496 25,080 1.567,691 1.366,660 193,426
BSMGIIV_06 16,966 27,102 2.158,104 1.944,482 165,716
BPI_06 1,170 1,137 72,227 107,243 19,591
BPII_06 2,508 1,163 113,615 154,879 18,997
BPIII_06 3,896 1,282 147,403 163,244 18,681
BPIV_06 6,407 1,334 212,585 145,858 18,208
BJBI_06 1,589 7,830 62,748 189,456 51,146
BJBII_06 4,305 10,783 67,892 196,110 56,733
BJBIII_06 7,678 11,998 78,762 202,197 66,373
BJBIV_06 11,219 14,107 141,805 201,938 62,895
BMII_07 27,310 128,375 7.069,942 3.030,947 3.373,449
BMIII_07 64,071 129,286 7.523,357 3.629,865 3.667,953
BMIIII_07 104,694 130,863 7.980,621 3.938,015 4.151,123
BMIIV_07 161,982 147,888 8.691,329 4.063,092 4.248,998
BSMI_07 40,955 245,040 8.788,944 4.122,663 3.303,850
BSMII_07 87,343 251,460 8.851,332 4.456,992 3.789,505
BSMIII_07 137,271 259,032 10.323,120 4.649,681 4.149,170
BSMIV_07 207,798 262,933 11.105,978 5.179,318 4.656,133
BSMGII_07 4,798 27,703 2.319,115 2.111,174 141,855
BSMGIII_07 10,700 42,250 2.059,756 1.930,842 108,143
BSMGIIII_07 17,446 46,419 2.108,488 1.875,642 102,238
BSMGIIV_07 25,081 58,227 2.169,456 1.744,128 98,559
BPI_07 1,534 1,402 205,360 138,035 18,208
BPII_07 3,066 0,856 254,807 163,678 17,576
BPIII_07 4,930 0,856 283,950 335,523 14,999
103
BPIV_07 6,529 1,217 398,112 490,617 15,186
BJBI_07 2,733 14,488 123,474 213,565 59,576
BJBII_07 5,899 14,593 115,220 227,440 72,408
BJBIII_07 9,015 14,565 125,457 231,579 95,890
BJBIV_07 12,490 14,881 179,973 231,294 93,652
BMII_08 35,195 150,822 9.134,198 3.987,991 4.611,057
BMIII_08 91,034 157,538 9.341,601 4.525,901 4.886,054
BMIIII_08 148,839 167,945 9.783,836 4.835,304 5.424,947
BMIIV_08 136,813 179,005 10.073,953 4.892,711 5.471,528
BSMI_08 65,052 267,591 12.245,787 5.419,180 5.275,569
BSMII_08 141,758 271,519 14.189,879 6.262,122 6.093,700
BSMIII_08 215,199 275,502 13.786,760 7.015,862 6.287,809
BSMIV_08 297,805 383,037 14.796,479 6.766,301 5.914,704
BSMGII_08 9,418 62,881 1.802,916 1.492,036 137,224
BSMGIII_08 22,440 64,523 1.882,302 1.391,657 242,003
BSMGIIII_08 50,323 63,155 2.208,250 1.650,650 209,053
BSMGIIV_08 88,912 68,888 2.626,471 1.957,787 174,521
BPI_08 1,747 1,351 575,086 597,902 104,979
BPII_08 3,669 1,351 865,078 747,540 103,792
BPIII_08 6,394 1,432 901,714 873,400 104,831
BPIV_08 9,675 2,205 1.070,158 911,941 148,259
BJBI_08 3,319 15,049 141,369 240,092 95,681
BJBII_08 6,855 15,679 184,726 392,144 132,879
BJBIII_08 12,089 16,094 217,191 415,869 145,569
BJBIV_08 19,156 23,601 258,514 419,158 174,374
BMII_09 41,575 204,033 10.824,597 4.610,212 5.850,046
BMIII_09 89,187 254,201 12.379,938 4.546,191 6.339,398
BSMI_09 77,343 393,359 15.593,304 6.757,480 5.744,445
BSMII_09 164,469 405,785 16.240,690 7.256,892 6.317,913
BSMGII_09 36,250 69,353 2.662,761 2.282,695 140,540
BSMGIII_09 78,543 93,579 3.171,804 2.533,339 169,581
BPI_09 2,628 2,437 978,322 1.000,588 153,443
BPII_09 5,478 2,454 865,439 1.080,022 133,061
BJBI_09 4,064 25,062 225,458 429,756 176,173
BJBII_09 6,237 26,523 266,781 440,354 177,968
104
Lampiran 5 : Variabel Input Output Pendekatan Aset
(dalam jutaan rupiah)
DMU X1 Y1 Y2 Y3
BMII_06 7.004,686 2.971,031 3.130,634 6.888,460
BMIII_06 7.636,618 3.232,237 3.125,289 7.501,282
BMIIII_06 8.070,740 3.276,947 3.265,343 7.904,871
BMIIV_06 8.370,595 3.117,971 3.524,395 8.224,904
BSMI_06 8.227,635 4.063,566 2.076,521 8.082,322
BSMII_06 8.713,649 4.530,380 2.394,619 8.651,591
BSMIII_06 8.903,521 4.281,430 2.855,360 9.175,808
BSMIV_06 9.554,967 4.188,687 2.776,508 9.344,755
BSMGII_06 804,644 475,607 243,238 777,193
BSMGIII_06 1.184,241 812,538 222,508 1.385,488
BSMGIIII_06 1.803,577 1.366,660 193,426 1.758,746
BSMGIIV_06 2.352,180 1.944,482 165,716 2.625,578
BPI_06 201,141 107,243 19,591 202,945
BPII_06 246,856 154,879 18,997 257,821
BPIII_06 249,268 163,244 18,681 253,416
BPIV_06 313,114 145,858 18,208 318,178
BJBI_06 386,186 189,456 51,146 328,851
BJBII_06 369,539 196,110 56,733 367,483
BJBIII_06 385,511 202,197 66,373 382,695
BJBIV_06 489,653 201,938 62,895 485,403
BMII_07 8.702,725 3.030,947 3.373,449 8.481,566
BMIII_07 9.238,544 3.629,865 3.667,953 8.953,170
BMIIII_07 9.722,749 3.938,015 4.151,123 9.925,310
BMIIV_07 10.569,078 4.063,092 4.248,998 9.816,346
BSMI_07 10.377,459 4.122,663 3.303,850 10.056,933
BSMII_07 10.438,352 4.456,992 3.789,505 10.337,541
BSMIII_07 11.540,418 4.649,681 4.149,170 11.393,838
BSMIV_07 12.885,390 5.179,318 4.656,133 12.416,260
BSMGII_07 2.532,327 2.111,174 141,855 3.447,113
BSMGIII_07 2.337,453 1.930,842 108,143 3.027,259
BSMGIIII_07 2.406,008 1.875,642 102,238 3.135,462
BSMGIIV_07 2.597,188 1.744,128 98,559 2.503,800
BPI_07 322,382 138,035 18,208 333,457
BPII_07 330,240 163,678 17,576 341,760
BPIII_07 452,025 335,523 14,999 467,376
105
BPIV_07 711,843 490,617 15,186 727,623
BJBI_07 492,564 213,565 59,576 489,124
BJBII_07 492,714 227,440 72,408 491,751
BJBIII_07 503,762 231,579 95,890 503,206
BJBIV_07 556,589 231,294 93,652 556,589
BMII_08 11.062,620 3.987,991 4.611,057 10.610,844
BMIII_08 11.227,007 4.525,901 4.886,054 10.593,998
BMIIII_08 12.101,842 4.835,304 5.424,947 11.444,858
BMIIV_08 12.596,715 4.892,711 5.471,528 11.847,628
BSMI_08 14.031,239 5.419,180 5.275,569 13.585,132
BSMII_08 16.285,555 6.262,122 6.093,700 15.979,816
BSMIII_08 16.539,350 7.015,862 6.287,809 16.149,000
BSMIV_08 17.063,838 6.766,301 5.914,704 16.586,084
BSMGII_08 2.112,049 1.492,036 137,224 2.310,625
BSMGIII_08 2.183,709 1.391,657 242,003 2.199,163
BSMGIIII_08 2.658,546 1.650,650 209,053 2.608,680
BSMGIIV_08 3.096,201 1.957,787 174,521 3.006,337
BPI_08 958,227 597,902 104,979 973,862
BPII_08 1.204,622 747,540 103,792 1.253,872
BPIII_08 1.194,264 873,400 104,831 1.209,830
BPIV_08 1.297,678 911,941 148,259 1.304,356
BJBI_08 538,632 240,092 95,681 538,853
BJBII_08 675,666 392,144 132,879 676,596
BJBIII_08 728,970 415,869 145,569 728,214
BJBIV_08 743,659 419,158 174,374 739,510
BMII_09 13.393,419 4.610,212 5.850,046 12.465,127
BMIII_09 14.819,668 4.546,191 6.339,398 13.904,366
BSMI_09 17.704,474 6.757,480 5.744,445 17.045,264
BSMII_09 18.684,103 7.256,892 6.317,913 18.091,250
BSMGII_09 3.321,456 2.282,695 140,540 3.207,398
BSMGIII_09 3.642,622 2.533,339 169,581 3.497,050
BPI_09 1.530,275 1.000,588 153,443 1.532,660
BPII_09 1.497,713 1.080,022 133,061 1.499,351
BJBI_09 716,080 429,756 176,173 710,005
BJBII_09 841,075 440,354 177,968 708,206
106
Lampiran 6 : Data Faktor Internal dan Eksternal
(dalam jutaan rupiah)
DMU SIZE PROF KAPT MPWR SBI GROWTH Inflasi
BMII_06 7.004,686 0,053 0,117 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BMIII_06 7.636,618 0,012 0,101 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BMIIII_06 8.070,740 0,016 0,100 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BMIIV_06 8.370,595 0,013 0,094 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BMII_07 8.702,725 0,008 0,098 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BMIII_07 9.238,544 0,014 0,090 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BMIIII_07 9.722,749 0,017 0,089 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BMIIV_07 10.569,078 0,019 0,087 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BMII_08 11.062,620 0,008 0,084 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BMIII_08 11.227,007 0,014 0,081 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BMIIII_08 12.101,842 0,018 0,081 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BMIIV_08 12.596,715 0,016 0,077 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BMII_09 13.393,419 0,007 0,079 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BMIII_09 14.819,668 0,008 0,067 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BSMI_06 8.227,635 0,002 0,079 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BSMII_06 8.713,649 0,004 0,076 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BSMIII_06 8.903,521 0,005 0,076 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BSMIV_06 9.554,967 0,007 0,073 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BSMI_07 10.377,459 0,003 0,071 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BSMII_07 10.438,352 0,006 0,073 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BSMIII_07 11.540,418 0,008 0,068 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BSMIV_07 12.885,390 0,009 0,063 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BSMI_08 14.031,239 0,003 0,061 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BSMII_08 16.285,555 0,006 0,062 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BSMIII_08 16.539,350 0,009 0,064 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BSMIV_08 17.063,838 0,011 0,071 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BSMI_09 17.704,474 0,004 0,078 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BSMII_09 18.684,103 0,007 0,077 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BSMGII_06 804,644 0,002 0,082 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BSMGIII_06 1.184,241 0,008 0,073 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BSMGIIII_06 1.803,577 0,016 0,075 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BSMGIIV_06 2.352,180 0,023 0,073 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BSMGII_07 2.532,327 0,013 0,075 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BSMGIII_07 2.337,453 0,028 0,094 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BSMGIIII_07 2.406,008 0,041 0,106 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
107
BSMGIIV_07 2.597,188 0,050 0,110 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BSMGII_08 2.112,049 0,055 0,126 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BSMGIII_08 2.183,709 0,016 0,127 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BSMGIIII_08 2.658,546 0,014 0,105 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BSMGIIV_08 3.096,201 0,005 0,084 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BSMGII_09 3.321,456 0,002 0,080 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BSMGIII_09 3.642,622 0,007 0,079 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BPI_06 201,141 0,013 0,076 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BPII_06 246,856 0,013 0,078 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BPIII_06 249,268 0,012 0,098 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BPIV_06 313,114 0,006 0,100 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BPI_07 322,382 0,005 0,094 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BPII_07 330,240 0,005 0,094 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BPIII_07 452,025 0,006 0,098 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BPIV_07 711,843 0,005 0,100 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BPI_08 958,227 0,007 0,097 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BPII_08 1.204,622 0,009 0,093 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BPIII_08 1.194,264 0,010 0,095 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BPIV_08 1.297,678 0,009 0,098 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BPI_09 1.530,275 0,007 0,083 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BPII_09 1.497,713 0,003 0,086 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BJBI_06 386,186 0,016 0,102 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BJBII_06 369,539 0,030 0,085 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BJBIII_06 385,511 0,041 0,090 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BJBIV_06 489,653 0,044 0,087 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BJBI_07 492,564 0,011 0,096 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BJBII_07 492,714 0,018 0,084 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BJBIII_07 503,762 0,031 0,085 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BJBIV_07 556,589 0,038 0,097 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BJBI_08 538,632 0,013 0,087 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BJBII_08 675,666 0,016 0,091 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BJBIII_08 728,970 0,026 0,094 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BJBIV_08 743,659 0,031 0,095 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BJBI_09 716,080 0,014 0,116 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BJBII_09 789,026 0,017 0,086 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
108
Lampiran 7: Output Efisiensi
Model BCC Pendekatan Aset 2006
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabh
Murabahah
Aktiva
Lancar
Input-
Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 0,98801 0,681 BMII_06 0,12 BMIIV_06 0,20 BSMIII_06
3 BMIIII_06 0,98978 0,351 BMII_06 0,47 BMIIV_06 0,18 BSMIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 0,96528 0,395 BSMII_06 0,47 BSMIII_06 0,14 BSMGIIV_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 1,00000 1,000 BSMGII_06
10 BSMGIII_06 1,00000 1,000 BSMGIII_06
11 BSMGIIII_06 0,96519 0,379 BSMGII_06 0,61 BSMGIIV_06 0,01 BPIII_06
109
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 1,00000 1,000 BPII_06
15 BPIII_06 1,00000 1,000 BPIII_06
16 BPIV_06 0,94834 0,097 BSMGIII_06 0,90 BPI_06
17 BJBI_06 0,82529 0,093 BSMGII_06 0,05 BSMGIII_06 0,67 BPI_06 0,18 BPIII_06
18 BJBII_06 0,92975 0,005 BMII_06 0,11 BSMGIII_06 0,88 BPI_06
19 BJBIII_06 0,93560 0,008 BMII_06 0,11 BSMGIII_06 0,89 BPI_06
20 BJBIV_06 0,89035 0,239 BSMGIII_06 0,76 BPI_06
110
Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2006
Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 1,00000 1,000 BMIII_06
3 BMIIII_06 1,00000 1,000 BMIIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 1,00000 1,000 BSMI_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 0,80180 0,075 BMII_06 0,045 BSMGIIV_06 0,020 BPI_06 0,860 BJBI_06
10 BSMGIII_06 0,86729 0,045 BMII_06 0,284 BSMGIIV_06 0,030 BPII_06 0,641 BJBI_06
11 BSMGIIII_06 0,96524 0,022 BMII_06 0,635 BSMGIIV_06 0,187 BJBI_06 0,156 BJBII_06
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 1,00000 1,000 BPII_06
111
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2006
Inputs Outputs
By.
Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain
Input-
Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 1,00000 1,000 BMIII_06
3 BMIIII_06 1,00000 1,000 BMIIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 1,00000 1,000 BSMI_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06
15 BPIII_06 1,00000 1,000 BPIII_06
16 BPIV_06 0,86812 0,189 BPI_06 0,811 BPII_06
17 BJBI_06 1,00000 1,000 BJBI_06
18 BJBII_06 1,00000 1,000 BJBII_06
19 BJBIII_06 1,00000 1,000 BJBIII_06
20 BJBIV_06 0,59814 0,003 BMII_06 0,001 BSMGIIV_06 0,940 BJBI_06 0,055 BJBIII_06
112
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 0,71944 0,008 BMII_06 0,093 BSMGIIV_06 0,524 BPI_06 0,375 BJBI_06
10 BSMGIII_06 0,83378 0,017 BMIII_06 0,235 BSMGIIV_06 0,627 BJBI_06 0,121 BJBIII_06
11 BSMGIIII_06 0,93992 0,011 BMIII_06 0,535 BSMGIIV_06 0,227 BJBI_06 0,227 BJBIII_06
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 0,58516 0,008 BMII_06 0,549 BPI_06 0,442 BJBI_06
15 BPIII_06 0,73491 0,005 BMIII_06 0,023 BSMGIIV_06 0,860 BJBI_06 0,113 BJBIII_06
16 BPIV_06 0,56621 0,041 BSMGIIV_06 0,438 BJBI_06 0,521 BJBII_06
17 BJBI_06 1,00000 1,000 BJBI_06
18 BJBII_06 1,00000 1,000 BJBII_06
19 BJBIII_06 1,00000 1,000 BJBIII_06
20 BJBIV_06 1,00000 1,000 BJBIV_06
113
Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2007
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_07 0,94227 0,808 BMIIII_07 0,128 BSMGII_07 0,064 BPI_07
2 BMIII_07 0,94834 0,881 BMIIII_07 0,068 BSMGII_07 0,051 BPIII_07
3 BMIIII_07 1,00000 1,000 BMIIII_07
4 BMIIV_07 0,97792 0,806 BMIIII_07 0,194 BSMIV_07
5 BSMI_07 0,95996 0,412 BMIIII_07 0,496 BSMIII_07 0,092 BSMGII_07
6 BSMII_07 1,00000 1,000 BSMII_07
7 BSMIII_07 1,00000 1,000 BSMIII_07
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 0,99298 0,898 BSMGII_07 0,102 BPIII_07
11 BSMGIIII_07 0,96057 0,900 BSMGII_07 0,100 BPI_07
12 BSMGIIV_07 0,80945 0,793 BSMGII_07 0,207 BPIII_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07
114
15 BPIII_07 1,00000 1,000 BPIII_07
16 BPIV_07 0,89026 0,087 BSMGII_07 0,913 BPIII_07
17 BJBI_07 0,92816 0,009 BMIIII_07 0,021 BSMGII_07 0,970 BPI_07
18 BJBII_07 0,95442 0,013 BMIIII_07 0,008 BSMGII_07 0,060 BPI_07 0,919 BPII_07
19 BJBIII_07 1,00000 1,000 BJBIII_07
20 BJBIV_07 0,94640 0,018 BMIIII_07 0,017 BSMGII_07 0,965 BPI_07
Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2007
Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_07 1,00000 1,000 BMII_07
2 BMIII_07 1,00000 1,000 BMIII_07
3 BMIIII_07 1,00000 1,000 BMIIII_07
4 BMIIV_07 1,00000 1,000 BMIIV_07
5 BSMI_07 1,00000 1,000 BSMI_07
6 BSMII_07 1,00000 1,000 BSMII_07
7 BSMIII_07 0,96916 0,131 BMIIII_07 0,509 BSMII_07 0,361 BSMIV_07
115
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 1,00000 1,000 BSMGIII_07
11 BSMGIIII_07 0,94668 0,962 BSMGIII_07 0,038 BPIV_07
12 BSMGIIV_07 0,85044 0,875 BSMGIII_07 0,100 BPIV_07 0,025 BJBIII_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07
15 BPIII_07 1,00000 1,000 BPIII_07
16 BPIV_07 1,00000 1,000 BPIV_07
17 BJBI_07 1,00000 1,000 BJBI_07
18 BJBII_07 1,00000 1,000 BJBII_07
19 BJBIII_07 1,00000 1,000 BJBIII_07
20 BJBIV_07 0,86831 0,002 BMIIII_07 0,118 BPI_07 0,025 BPIII_07 0,854 BJBIII_07
116
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2007
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain
Input-
Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_07 0,75200 0,271 BMIII_07 0,573 BSMGII_07 0,029 BPI_07 0,126 BPII_07
2 BMIII_07 1,00000 1,000 BMIII_07
3 BMIIII_07 0,88927 0,681 BMIII_07 0,230 BMIIV_07 0,089 BSMIII_07
4 BMIIV_07 1,00000 1,000 BMIIV_07
5 BSMI_07 0,72845 0,286 BMIII_07 0,028 BPII_07 0,687 BJBIV_07
6 BSMII_07 0,72018 0,664 BMIII_07 0,285 BPII_07 0,051 BJBIV_07
7 BSMIII_07 1,00000 1,000 BSMIII_07
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 1,00000 1,000 BSMGIII_07
11 BSMGIIII_07 1,00000 1,000 BSMGIIII_07
12 BSMGIIV_07 1,00000 1,000 BSMGIIV_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07
15 BPIII_07 0,78025 0,008 BSMIV_07 0,028 BSMGII_07 0,486 BPI_07 0,072 BPII_07 0,406 BJBI_07
117
16 BPIV_07 0,68744 0,019 BMIII_07 0,002 BSMIV_07 0,049 BSMGII_07 0,133 BPII_07 0,797 BJBI_07
17 BJBI_07 1,00000 1,000 BJBI_07
18 BJBII_07 0,98729 0,001 BSMIV_07 0,007 BPII_07 0,719 BJBI_07 0,272 BJBIV_07
19 BJBIII_07 0,99542 0,001 BSMIV_07 0,010 BPII_07 0,368 BJBI_07 0,621 BJBIV_07
20 BJBIV_07 1,00000 1,000 BJBIV_07
Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2008
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_08 0,99918 0,552 BMIIII_08 0,263 BSMII_08 0,186 BJBI_08
2 BMIII_08 0,99343 0,870 BMIIII_08 0,013 BSMII_08 0,011 BSMIII_08 0,105 BSMGII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 0,98980 0,899 BMIIII_08 0,097 BSMII_08 0,003 BJBI_08
5 BSMI_08 0,98997 0,142 BMIIII_08 0,737 BSMII_08 0,066 BSMGII_08 0,056 BJBIV_08
6 BSMII_08 1,00000 1,000 BSMII_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08
118
8 BSMIV_08 1,00000 1,000 BSMIV_08
9 BSMGII_08 1,00000 1,000 BSMGII_08
10 BSMGIII_08 0,94856 0,022 BMIIII_08 0,700 BSMGII_08 0,279 BPIII_08
11 BSMGIIII_08 0,93184 0,011 BSMIII_08 0,778 BSMGII_08 0,211 BSMGIIV_08
12 BSMGIIV_08 1,00000 1,000 BSMGIIV_08
13 BPI_08 0,98023 0,167 BSMGII_08 0,046 BPIII_08 0,787 BJBII_08
14 BPII_08 0,97474 0,400 BSMGII_08 0,559 BJBI_08 0,040 BJBII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 0,99582 0,008 BMIIII_08 0,011 BSMGII_08 0,981 BPIII_08 0,001 BJBIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 0,99385 0,024 BSMGII_08 0,087 BJBI_08 0,507 BJBII_08 0,381 BJBIV_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08
Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2008
Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_08 1,00000 1,000 BMII_08
119
2 BMIII_08 1,00000 1,000 BMIII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 1,00000 1,000 BMIIV_08
5 BSMI_08 1,00000 1,000 BSMI_08
6 BSMII_08 1,00000 1,000 BSMII_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08
8 BSMIV_08 0,89455 0,951 BSMIII_08 0,049 BSMGIIV_08
9 BSMGII_08 1,00000 1,000 BSMGII_08
10 BSMGIII_08 0,91101 0,020 BMIIII_08 0,826 BSMGII_08 0,154 BJBIII_08
11 BSMGIIII_08 0,96215 0,011 BMIIII_08 0,518 BSMGII_08 0,379 BSMGIIV_08 0,091 BPIII_08
12 BSMGIIV_08 1,00000 1,000 BSMGIIV_08
13 BPI_08 1,00000 1,000 BPI_08
14 BPII_08 1,00000 1,000 BPII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 1,00000 1,000 BPIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 1,00000 1,000 BJBIII_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08
120
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2008
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain
Input-
Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_08 0,94718 0,035 BMIIV_08 0,346 BSMI_08 0,618 BPIV_08
2 BMIII_08 1,00000 1,000 BMIII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 1,00000 1,000 BMIIV_08
5 BSMI_08 1,00000 1,000 BSMI_08
6 BSMII_08 0,90978 0,052 BMIIII_08 0,360 BSMI_08 0,272 BSMIV_08 0,315 BPIV_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08
8 BSMIV_08 1,00000 1,000 BSMIV_08
9 BSMGII_08 0,85685 0,093 BSMI_08 0,628 BPI_08 0,279 BJBI_08
10 BSMGIII_08 0,78976 0,176 BSMI_08 0,129 BPIII_08 0,569 BJBII_08 0,126 BJBIII_08
11 BSMGIIII_08 0,78843 0,256 BSMI_08 0,121 BPIV_08 0,622 BJBIV_08
12 BSMGIIV_08 0,78709 0,466 BSMI_08 0,159 BPIV_08 0,375 BJBIV_08
13 BPI_08 1,00000 1,000 BPI_08
121
14 BPII_08 1,00000 1,000 BPII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 1,00000 1,000 BPIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 1,00000 1,000 BJBIII_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08
Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2009
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMII_09 1,00000 1,000 BMII_09
2 BMIII_09 1,00000 1,000 BMIII_09
3 BSMI_09 0,99413 0,937 BSMII_09 0,063 BPI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 1,00000 1,000 BSMGII_09
6 BSMGIII_09 1,00000 1,000 BSMGIII_09
122
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_09
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 0,87035 0,000 BMII_09 0,014 BPII_09 0,986 BJBI_09
Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2009
Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMI_09 1,00000 1,000 BMI_09
2 BMII_09 1,00000 1,000 BMII_09
3 BSMI_09 1,00000 1,000 BSMI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 1,00000 1,000 BSMGII_09
6 BSMGIII_09 1,00000 1,000 BSMGIII_09
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_09
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 1,00000 1,000 BJBII_09
123
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2009
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain
Input-Oriented
VRS
Optimal
Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency
with
Benchmarks
1 BMI_09 0,48713 0,236 BSMI_09 0,764 BPI_09
2 BMII_09 0,46745 0,523 BSMI_09 0,477 BPI_09
3 BSMI_09 1,00000 1,000 BSMI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 0,36236 0,085 BSMI_09 0,915 BJBI_09
6 BSMGIII_09 0,42642 0,206 BSMI_09 0,794 BJBI_09
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_10
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 1,00000 1,000 BJBII_10
124
Lampiran 8: Output Hasil Uji Regresi MET (Metode Efek Tetap)
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN ASSET BANK UMUM
Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/29/10 Time: 04:33
Sample: 2006Q1 2009Q2
Included observations: 14
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 42 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PROF? -0.277789 0.672773 -0.412902 0.6824
INF? 3.968712 4.833511 0.821083 0.4177
SBI? -0.406822 1.132496 -0.359226 0.7218
MPWR? -9.470322 4.812344 -1.967923 0.0578
KAPT? -0.304036 0.633696 -0.479782 0.6346
GROWTH? 0.226580 0.147338 1.537817 0.1339
SIZE? 1.54E-05 4.90E-06 3.132030 0.0037
Fixed Effects (Cross)
_BMI--C -0.008641
_BSM--C -0.084250
_BSMGI--C 0.092891 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.439699 Mean dependent var 0.963677
Adjusted R-squared 0.282115 S.D. dependent var 0.043517
S.E. of regression 0.036872 Akaike info criterion -3.558499
Sum squared resid 0.043504 Schwarz criterion -3.144768
Log likelihood 84.72847 Hannan-Quinn criter. -3.406850
F-statistic 2.790244 Durbin-Watson stat 2.513449
Prob(F-statistic) 0.015519
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN ASSET UUS
Dependent Variable: EFF? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/10 Time: 10:49 Sample: 2006:1 2009:2 Included observations: 14 Number of cross-sections used: 2 Total panel (balanced) observations: 28
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? -0.126044 0.796774 -0.158192 0.8760 INF? 0.959980 4.527637 0.212027 0.8343 SBI? 0.850163 1.093121 0.777740 0.4463
MPWR? 20.12713 4.694610 4.287286 0.0004 KAPT? -1.922672 0.731011 -2.630153 0.1165
GROWTH? 0.241996 0.132826 1.821897 0.0843
125
SIZE? -0.000103 3.03E-05 -3.390365 0.0031 Fixed Effects
_BP--C 0.782858 _BJB--C 0.738773
R-squared 0.698949 Mean dependent var 0.971186 Adjusted R-squared 0.572191 S.D. dependent var 0.044842 S.E. of regression 0.029330 Sum squared resid 0.016344 Log likelihood 64.51491 F-statistic 5.514031 Durbin-Watson stat 1.911288 Prob(F-statistic) 0.001084
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN INTERMEDIASI
BANK UMUM
Dependent Variable: EFF? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/10 Time: 10:51 Sample: 2006:1 2009:2 Included observations: 14 Number of cross-sections used: 3 Total panel (balanced) observations: 42 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? 0.365621 0.784110 0.466287 0.6442 INF? -6.652376 4.689808 -1.418475 0.1657 SBI? 1.101171 1.251292 0.880027 0.3854
MPWR? 9.351113 4.651686 2.010263 0.0529 KAPT? -0.750771 0.554117 -1.354896 0.1849
GROWTH? 0.359986 0.249855 1.440778 0.1594 SIZE? -1.09E-05 5.03E-06 -2.160166 0.0384
Fixed Effects _BMI--C 0.944488 _BSM--C 0.957918
_BSMGI--C 0.814069
R-squared 0.479992 Mean dependent var 0.980198 Adjusted R-squared 0.333740 S.D. dependent var 0.046399 S.E. of regression 0.037873 Sum squared resid 0.045900 Log likelihood 83.60287 F-statistic 3.281945 Durbin-Watson stat 1.779551 Prob(F-statistic) 0.006128
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN INTERMEDIASI UUS
Dependent Variable: EFF? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/10 Time: 10:54 Sample: 2006:1 2009:2 Included observations: 14 Number of cross-sections used: 2 Total panel (balanced) observations: 28 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? -6.330143 2.718165 -2.328829 0.0311 INF? 22.75395 12.95862 1.755893 0.0952 SBI? -2.161608 2.465717 -0.876665 0.3916
126
MPWR? 2.195849 9.763484 0.224904 0.8245 KAPT? -1.187851 0.895933 -1.325826 0.2006
GROWTH? 0.222930 0.136973 1.627545 0.1201 SIZE? -1.02E-05 4.73E-05 -0.216065 0.8312
Fixed Effects _BP--C 1.142231 _BJB--C 1.218480
R-squared 0.573015 Mean dependent var 0.976235 Adjusted R-squared 0.393232 S.D. dependent var 0.081743 S.E. of regression 0.063674 Sum squared resid 0.077034 Log likelihood 42.80975 F-statistic 3.187259 Durbin-Watson stat 2.188930 Prob(F-statistic) 0.018123
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN PRODUKSI BANK
UMUM
Dependent Variable: EFF? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/10 Time: 10:56 Sample: 2006:1 2009:2 Included observations: 14 Number of cross-sections used: 3 Total panel (unbalanced) observations: 41 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? 9.320049 2.697222 3.455425 0.0016 INF? 3.994112 15.63884 0.255397 0.8001 SBI? 2.591941 3.565440 0.726962 0.4727
MPWR? -28.18308 14.62531 -1.927007 0.0632 KAPT? -0.019386 1.957755 -0.009902 0.9922
GROWTH? 0.278860 0.338971 0.822667 0.4170 SIZE? 2.47E-05 1.56E-05 1.584298 0.1233
Fixed Effects _BMI--C 0.761010 _BSM--C 0.821286
_BSMGI--C 0.819286
R-squared 0.527537 Mean dependent var 0.887939 Adjusted R-squared 0.390370 S.D. dependent var 0.178103 S.E. of regression 0.139060 Sum squared resid 0.599472 Log likelihood 28.44172 F-statistic 3.845950 Durbin-Watson stat 1.297817 Prob(F-statistic) 0.002343
127
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN PRODUKSI UUS
Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/29/10 Time: 04:54
Sample: 2006Q1 2009Q2
Included observations: 14
Cross-sections included: 2
Total pool (balanced) observations: 28 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.291229 0.559471 2.307946 0.0324
PROF? 0.530961 3.155431 0.168269 0.8682
INF? 10.58963 17.93061 0.590590 0.5618
SBI? -3.103470 4.329040 -0.716896 0.4822
MPWR? -4.501055 18.59187 -0.242098 0.8113
KAPT? -1.984281 2.894994 -0.685418 0.5014
GROWTH? -0.556776 0.526027 -1.058456 0.3031
SIZE? 0.000179 0.000120 1.492438 0.1520
Fixed Effects (Cross)
_BP--C -0.070925
_BJB--C 0.070925 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.463612 Mean dependent var 0.940596
Adjusted R-squared 0.237764 S.D. dependent var 0.133041
S.E. of regression 0.116153 Akaike info criterion -1.212733
Sum squared resid 0.256337 Schwarz criterion -0.784524
Log likelihood 25.97826 Hannan-Quinn criter. -1.081825
F-statistic 2.052764 Durbin-Watson stat 2.156985
Prob(F-statistic) 0.094687