Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi...
Transcript of Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi...
1
Analisis Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan
Framework COBIT 5 dengan Domain EDM04 dan BAI04
(Studi Kasus: Bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR
Kota Salatiga)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Jefri Nova Dewantara ( 682010025)
Andeka Rocky Tanaamah, S.E., M. Cs
Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Oktober 2016
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1. Pendahuluan
Teknologi informasi (TI) merupakan sarana yang penting untuk mengelola
informasi karena menawarkan efisiensi dan efektivitas kerja. Banyak
organisasi/instansi telah menerapkan dan mengembangkan teknologi untuk
membantu proses bisnisnya agar memperoleh informasi yang relevan, akurat,
tepat waktu, ekonomis dan dapat membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan. Dalam proses untuk memperoleh keberhasilan penerapan teknologi
informasi tidak hanya membutuhkan perangkat keras yang canggih melainkan
juga membutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan disiplin dalam
menerapkannya. Maka dari itu diperlukan sebuah standarisasi, prosedur dan
evaluasi secara sistematis yang diperoleh dalam sistem tata kelola TI sebagai
pedoman untuk mengetahui dan membandingkan kualitas dimensi layanan.
Bidang Kominfo dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan
Pariwisata (DISHUBKOMBUDPAR) dikota Salatiga yang mempunyai tugas
melaksanakan segala aktivitas pemerintahan di bidang komunikasi dan
informatika untuk memenuhi kebutuhan informasi dan pelayanan kepada
masyarakat dalam proses pengawasan dan pembinaan terhadap kebutuhan
informasi. Sebagai instansi yang bergerak dalam bidang pelayanan
DISHUBKOMBUDPAR menerapkan teknologi informasi sebagai salah satu cara
untuk mencapai tujuan pemerintahan, organisasi/perusahaan. Namun, saat ini tata
kelola teknologi informasi yang baik belum dapat diterapkan sehingga belum ada
kejelasan terkait akan kebijakan tata kelola TI dan tingkat layanan TI di instansi
tersebut. Hal ini berdampak pada nilai investasi TI, dimana investasi TI yang
semakin besar ternyata tidak diimbangi dengan dukungan yang besar pula
terhadap pencapaian tujuan organisasi dan strategi TI. Selain itu, dalam
penggunaan TI terkadang tidak sesuai dengan harapan, semakin berkembangnya
teknologi informasi yang semakin canggih ketersediaan sumber daya TI masih
sangat terbatas, sehingga mengakibatkan penerapan teknologi informasi yang ada
tidak dapat dioptimalkan dan tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan TI
menurun. Permasalahan diatas terkait dengan beberapa aspek/domain yang
terdapat pada teori COBIT 5 diantaranya mengatur ketersediaan kapasistas sistem
(BAI04) dan pengoptimalisasian sumberdaya (EDM04).
Berkenaan dengan hal diatas, maka analisis dan evaluasi tata kelola teknologi
informasi dilakukan dengan kerangka kerja COBIT 5 pada Kantor Dinas
Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan Informatika Kota Salatiga terutama
berfokus pada domain yang dipakai dengan COBIT 5 untuk menganalisis tata
kelola TI yang akan diterapkan dibidang Kominfo yaitu pengoptimalan
sumberdaya (EDM04) dan mengatur ketersediaan kapasitas sistem (BAI04).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan Tata
kelola TI pada bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR kota Salatiga, serta
menganalisis optimalisasi kebutuhan sumber daya dalam pencapaian capability
level dan memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat membangun
perkembangan sumber daya TI dimasa mendatang.
Adapun manfaat dari analisis tata kelola teknologi informasi dibidang
Kominfo DISHUBKOMBUDPAR Kota Salatiga ini adalah agar aktivitas dalam
11
pemanfaatan sumber daya teknologi informasi dapat berjalan sesuai tujuan dari
rencana (IT strategic) strategis yang telah dibuat, sehingga dapat mengoptimalkan
ketersediaan infrastruktur TI, melakukan pengendalian terhadap masalah-masalah
yang dihadapi dan mengetahui kelayakan sumber daya yang telah diterapkan pada
Dishubkominfo.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Evaluasi terhadap tata kelola TI menggunakan COBIT framework
telah banyak dilakukan dalam berbagai macam penelitian dan hasil
rekomendasinya dapat digunakan untuk membantu organisasi, instansi
maupun perusahaan dalam memperbaiki tata kelola TI yang sudah ada.
Pertama, penelitian yang berjudul Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
Menggunakan Framework COBIT 5 pada proses Manage Relationship
(APO08) Studi Kasus: PT OTO Multiartha yang membahas tentang
implementasi kerangka kerja COBIT 5 memberikan langkah-langkah untuk
menganalisis tata kelola TI perusahaan yang terkait dengan pengelolaan relasi
dan hubungan dalam bisnis. Penelitian ini hanya mencakup domain proses
align, plan and organize 08 (APO08) dari area tata kelola (Governance).
Hasil dari kajian yang dilakukan adalah memberikan gambaran bahwa
capability level APO08 pada PT OTO Multiartha untuk kondisi saat ini berada
pada level 3 artinya PT OTO Multiarta telah memiliki standar pengelolaan
relasi yang lebih baik [1].
Kedua, penelitian yang berjudul Tata Kelola Teknologi Informasi (IT
Governance) Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus: Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)) mengemukakan bahwa COBIT
5 framework merupakan salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk
menilai, mengukur dan mengendalikan kinerja institusi dalam pengelolaan
teknologi informasi. COBIT 5 juga dapat diterima dan diselaraskan dengan
para penggunanya, karena kerangka kerja ini dibangun dari tujuan, aturan dan
kebijakan institusi. Penelitian ini mencakup domain proses align, plan and
organize dengan menggunakan proses APO02 (Manage Strategy) mengelola
strategi TI, APO06 (Manage Bugdet and Costs) mengelola anggaran dan
biaya TI, dan APO09(Manage service Agreements) mengatur perjanjian
layanan. Hasil dari kajian yang dilakukan adalah memberikan gambaran pada
organisasi mengenai tata kelola TI yang baik, dan membantu organisasi dalam
mengelola strategi, investasi dan layanan TI [2].
Ketiga, pada penelitian yang berjudul Pembuatan Metode Evaluasi
Kematangan Pelaksanaan Proyek dengan Menggabungkan COBIT 5 Domain
BAI 1.11 dan MEA 1.04 dengan Best Practice PMBOK 4th (Studi Kasus:
Direktorat Pengelolaan Sistem Informasi (DPSI) Bank Indonesia
mengemukakan tentang strategi peningkatan proses tata kelola TI di
Direktorat Pengelolaan Sistem Informasi (DPSI) Bank Indonesia, dengan
menghitung tingkat kematangan (maturity level) masing-masing proses dalam
domain BAI 1.11 dan MEA 1.04 dengan menggabungkan best practice
PMBOK 4th
. Dari penelitian ini, diperoleh maturity level tata kelola TI
12
proses-proses dengan domain BAI dan MEA memberikan nilai lebih tinggi
dibandingkan pengukuran maturity level sebelumnya yang hanya
menggunakan PEMBOK 4th
. Dengan adanya peningkatan nilai kematangan
tersebut DPSI dapat melakukan perbaikan dan lebih berkembang pada proses
pengelolaan proyek, serta dapat memungkinkan pihak DPSI untuk memiliki
kesadaran terhadap proses perbaikan yang berkelanjutan [3].
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan pustaka-pustaka yang
telah dipaparkan diatas, adalah penelitian ini membahas tentang tingkat
kematangan tata kelola TI yang berhubungan dengan kebutuhan sumber daya
TI dan pengelolaan terhadap teknologi itu sendiri. Penelitian ini juga
mencakup domain proses Evaluate, Direct and Monitoring akan tetapi
menggunakan proses EDM04 (Ensure Resource Optimisation) pengoptimalan
kebutuhan TI dan BAI04 (Manage Availability and Capacity) Mengelola
Ketersediaan dan Kapasitas.
2.2 TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
Tata kelola teknologi informasi (TI) adalah wewenang an tanggung
jawab secara benar dalam menetapkan suatu keputusan untuk mendorong
perilaku dalam penggunaan teknologi informasi pada perusahaan [4].
IT governance merupakan proses merancang , membuat keputusan atas
TI, penyelarasan TI dengan bisnis, mekanisme implementasi serta pengawasan
terhadap penggunaan sumber daya TI dan evaluasi sistem tata kelola TI untuk
penanganan resiko yang terkait dengan TI secara tepat [5].
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka tata kelola teknologi
informasi adalah sebuah cara yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi dalam
perusahaan dan eksekutif manajemen untuk melakukan pengelolaan terhadap
teknologi informasi yang dimiliki perusahaan tersebut, yaitu untuk mendorong
penggunaan teknologi informasi, serta menyelaraskan, mempertahankan dan
memperluas pengembangan strategi-strategi TI, agar berjalan sesuai dengan
visi dan misi perusahaan demi menunjang kesuksesan dimasa mendatang.
Kegunaan tata kelola TI adalah untuk mengatur penggunaan TI, serta
untuk memastikan kinerja TI sesuai dengan tujuan berikut ini: 1) Keselarasan
TI dengan organisasi dan realisasi keuntungan-keuntungan yang dijanjikan
dari penerapan TI; 2) Penggunaan TI agar memungkinkan suatu organisasi
mengeksploitasi kesempatan yang ada dan memaksimalan keuntungan; 3)
Penggunaan sumber daya TI yang bertanggung jawab; 4) Penanganan
manajemen resiko yang terkait TI secara tepat.
2.3 COBIT 5
Dalam penelitian ini mengaplikasikan framework COBIT 5 berguna untuk
mengukur tingkat kematangan TI. COBIT 5 merupakan kerangka kerja tata
kelola dan manajemen TI yang efektif karena dapat membantu organisasi
dalam mencapai tujuan bisnis, serta dapat mengoptimalkan investasi, tingkat
resiko dan penggunaan TI sehingga memberikan keuntungan bagi stakeholder.
COBIT 5 memungkinkan pengembangan kebijakan yang jelas dan praktek
yang baik untuk kontrol teknologi informasi di dalam organisasi.
13
Alat pengukuran dari kinerja suatu sistem teknologi informasi adalah
tingkat kematangan (maturity level), Model Kapabilitas Proses (Process
Capability Model/PCM), Analisis Kesenjangan (GAP analysis). Tingkat
kematangan untuk pengelolaan dan pengendalian pada proses teknologi
informasi didasarkan pada metode evaluasi organisasi sehingga dapat
mengevaluasi sendiri dari level 0 (non –existent/tidak ada) hingga level 5
(Optimised). Tingkat kematangan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan
persoalan yang ada dan bagaimana menentukan prioritas peningkatan tata
kelola TI. Tingkat kematangan dirancang sebagai profil proses teknologi
informasi, sehingga organisasi akan dapat mengenalinya sebagai dekripsi
kemungkinan keadaan sekarang dan mendatang.
Gambar 1. Maturity Model (ISACA, 2012)
Dalam Model Kapabilitas Proses (Process Capability Model/PCM)
Terdapat enam tingkatan model kapabilitas yang masing-masing memiliki
sembilan atribut proses. Pencapaian level merupakan pondasi untuk meraih
level yang lebih tinggi. Dimana level 0 mengenai keberadaan proses [6].
Kegiatan penilaian adalah proses pemetaan penilaian untuk level 1 dengan
demikian level lebih tinggi yang selanjutnya akan diraih. Karena hasil dari
level 1 adalah penentuan apakah proses tersebut mencapai tujuan, maka hal
tersebut penting untuk dicapai.
14
Gambar 2. Model Kapabilitas proses dalam COBIT 5(ISACA,2013)
Seperti terlihat pada gambar 2. pengukuran kapabilitas setiap proses
dibedakan menjadi 6 (enam) tingkatan yang dapat dicapai oleh masing-masing
proses, yaitu:
1. Incomplete Process (Level 0), proses tidak diimplementasikan atau gagal
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
2. Performed Process (Level 1), proses telah diimplementasikan dan
mencapai tujuan yang direncanakan.
3. Managed Process (Level 2), proses telah dijelaskan sebelumnya, sekarang
diimplementasikan dalam suatu pengelolaan (direncanakan, dimonitor,
disesuaikan) dan produk kerjanya secara tepat ditetapkan, dikendalikan
dan dipelihara.
4. Established Process (Level 3), proses yang dikelola telah dideskripsikan
sebelumnya sekarang telah diimplementasikan menggunakan proses yang
didefinisikan sehingga mampu mencapai hasil proses yang diinginkan.
5. Predictable Process (Level 4), proses yang telah ditetapkan sebelumnya
untuk dilakukan pengembangan secara berkesinambungan untuk
memenuhi tujuan bisnis yang relevan saat ini dan proyeksi mendatang.
6. Optimising Process (Level 5), proses yang telah diterapkan sebelumnya
dilakukan pengembangan secara berkesinambungan untuk memenuhi
tujuan bisnis yang relevan saat ini dan proyeksi mendatang.
Skala penilaian ditiap levelnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) N : Not achieved / tidak tercapai(proses hanya dijalankan 0 % - 15);
2) P : Partially achieved / tercapai sebagian (proses dijalankan 15% - 50%);
3) L : Largely achieved / secara garis besar tercapai(proses dijalankan 50%
- 85%);
4) F : Fully achieved / tercapai penuh (proses dijalankan 85% - 100%) [7].
Sebuah proses dapat dinyatakan mencapai tingkat kapabilitas tertentu,
apabila suatu proses atribut tersebut dapat meraih suatu level kapabilitas
15
dengan kategori largely achieved (L) atau Fully achieved (F). Proses tersebut
dapat melanjutkan penilaian ke level kapabilitas selanjutnya apabila atribut
tersebut sudah meraih kategori Fully achieved (F). Untuk pengukuran
kapabilitas level 1 berdasarkan pada aktivitas-aktivitas praktik manajemen/tata
kelola dan input/output setiap proses.
Sedangakan Gap analysis merupakan suatu alat yang digunakan dalam
evaluasi kinerja pengelolaan manajemen internal perusahaan. GAP digunakan
sebagai alat bantu mengukur kualitas perusahaan. Dalam bidang bisnis dan
manajemen GAP analysis diartikan sebagai tolak ukur kinerja actual dengan
yang ditingkatkan. Semakin rendah hasil GAP analysis, semakin baik kualitas
kinerja perusahaan tersebut. Berikut manfaat GAP analysis:
1. Menilai kesenjangan aktual dengan yang diharapkan
2. Mengetahui peningkatan kinerja untuk menutup kesenjangan
3. Dasar pengembilan keputusan untuk memenuhi standar
Untuk mengetahui nilai GAP, terlebih dahulu mengetahui tingkat
kematangan saat ini dan mengetahui tingkat kematangan yang diharapkan.
Sehingga dapat dituliskan dengan rumus.
Rumus Kesenjangan GAP
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai kondisi tata kelola teknologi informasi berdasarkan standar
COBIT. Perolehan data dalam penelitian ini adalah melalui hasil wawancara dan
observasi mengenai tingkat kemampuan tata kelola dan pemanfaatan teknologi
informasi. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif ini digunakan
sebagai alat untuk menganalisis keterangan mengenai kinerja teknologi informasi
yang sedang berjalan, yang dihubungan dengan teori dalam framework COBIT 5.
Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam flowchart berikut ini:
GAP = nilai ekspetasi – nilai realita
16
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Pertama, tahapan penelitian yang dilakukan adalah identifikasi masalah terkait
dengan tingkat kematangan. Identifikasi masalah merupakan proses awal dalam
memulai penelitian untuk mengetahui, mendeteksi, dan menjelaskan aspek-aspek
permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul penelitian TI. Kedua.
melakukan studi literatur , mengumpulkan data kepustakaan berupa buku, jurnal
ilmiah, e-book dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Ketiga,
melakukan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Wawancara
dilakukan dengan cara diskusi tanya jawab mengenai proses bisnis dan kinerja
sumber daya dengan IT Manager bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR.
Pertanyaan yang dibuat mengacu pada kerangka COBIT 5 dengan menggunakan
domain yang berfokus pada EDM04 dan BAI04 dari framework COBIT 5. Setelah
itu melakukan tahap pengumpulan data dengan observasi (melihat suatu kondisi)
yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian, disini objek
penelitiannya adalah bidang Kominfo di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi,
Budaya, dan Pariwisata Kota Salatiga.
Keempat, penilaian tingkat kematangan dari hasil wawancara yang diberikan
didasarkan pada process capability level yang terdiri dari level 0-5 Level dengan
acuan COBIT 5 untuk mengetahui tingkat kemampuan bidang Kominfo
DISHUBKOMBUDPAR saat ini dalam mengelola sumber daya TI. Pertanyaan
yang diajukan dalam wawancara berdasarkan Key Management Process (KMP)
pada setiap proses yaitu EDM04 (Ensure Resource Optimisation) yang terdiri dari
EDM04.01, EDM04.02, EDM04.03. BAI04 (Manage Availability and
Capacity)yang terdiri dari BAI04.01, BAI04.02, BAI04.03.
Setelah data dari hasil wawancara didapatkan, selanjutnya dilakukan analisis
terhadap pernyataan yang telah dijawab oleh responden sesuai dengan tabel
17
diagram RACI EDM04 dan BAI04 yang meliputi rekapitulasi jawaban masing-
masing responden, tahap interpretasi data yang menunjukan posisi capability level
saat ini dan capability level yang diharapkan sampai nilai maksimum capability
level.
Setelah dapat menemukan temuan-temuan dari hasil perhitungan capability
level maka penulis dapat menganalisa kesenjangan apa yang terdapat dalam hasil
temuan tersebut. Penentuan gap didapat dari analisis hasil wawancara sehingga
menghasilkan selisih dari tingkat kapabilitas yang diperoleh dengan tingkat yang
diharapkan.
Rekomendasi perbaikan diperoleh dari hasil analisis terhadap tingkat
kematangan saat ini dan tingkat kematangan yang diharapkan. Rekomendasi
tersebut diharapkan mampu memberikan hasil yang maksimal dalam pengelolaan
teknologi informasi dibidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR. Rekomendasi
disusun dengan mempertimbangkan kondisi TI yang sedang berjalan dikantor
bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR dilihat dari sisi SDM, dan kapasitas
ketersediaan sumber daya untuk kedepannya. Beberapa rekomendasi diambil dari
sub domain framework COBIT 5 dan disesuaikan dengan strategi dan kemampuan
TI dikantor bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR.
RACI ROLE Jabatan/Stakeholder
Responsible CIO(Chief Information
Officer)
Kepala bidang
Komunikasi dan
informatika Accountable Business Process Owner
Consulted Head IT Operation PDE / IT manager
Informed IT staff Staff TI / pengguna Tabel 1. Penentuan responden (RACI chart)
4. PEMBAHASAN Dinas Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan Pariwisata
(DISHUBKOMBUDPAR) Kota SALATIGA merupakan suatu instansi yang
bertanggung jawab atas aktivitas pelayanan umum, kesetretarian dinas, serta
melaksanakan tugas yang diberikan Walikota terutama dibidang perhubungan,
komunikasi, kebudayaan dan pariwisata. DISHUBKOMBUDPAR memiliki unit
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan komunikasi dan informatika
diinstansi tersebut yaitu pada sub-bidang Komunikasi dan informatika (Kominfo).
Kominfo mempunyai tugas pokok melakukan perencanaan, penyelenggaraan,
pengembangan, dan pemberdayaan sistem informasi di masyarakat, serta
melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan dalam pelaksanaan tugas tersebut.
Dibidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR penggunaan TI sudah
berjalan sesuai perencanaan, akan tetapi belum dapat melakukan pengelolaan TI
sendiri. Saat pengelolaan masih dilakukan oleh kantor pusat, sehingga
managemen TI di bidang Kominfo belum terlaksana dengan baik. Selain itu
sumberdaya manusia yang berkompeten dalam bidang TI masih terbatas. Hal ini
terlihat dalam penuturan Bapak Supramono, IT Manager bidang Kominfo
DISHUBKOMBUDPAR berikut ini:
18
“Penggunaan teknologi dan sistem informasi (TI/SI) disini sudah berjalan
sesuai dengan apa yang direncanakan, akan tetapi masih memiliki banyak
kendala seperti kondisi infrastruktur teknologi dan sistem informasi, terutama
dalam pengelolaan, penggunaan sumber daya TI serta sarana sistem informasi
yang belum memadai, contohnya : kita belum bisa melakukan pengelolaan
sumber daya TI sendiri karena pengelolaan TI dilakukan di kantor pusat, kita
juga kekurangan sumberdaya manusia (SDM) yang ahli dibidang TI serta sarana
aplikasi yang masih berbasis desktop sehingga untuk penyimpanan dan untuk
pelaporan belum dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, contohnya aplikasi
pengujian kendaraan Sistem Informasi Kendaraan Wajib Uji (SIKWU). “1
Dari hasil analisis terhadap temuan-temuan yang ada dalam proses bisnis
dibidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR, maka dapat dilakukan analisis tata
kelola TI dengan menggunakan metode EDM04 dan BAI04. Proses EDM04
(Ensure Resource Optimation) fokus pada pengelolaan sumber daya (karyawan,
proses, dan teknologi) dan kemampuan IT yang memadai sehingga mampu
mendukung tujuan perusahaan secara efektif dengan biaya yang optimal. Proses
ini berada pada level 1 (performed process) dengan tingkat pencapaian 71% atau
sebanding dengan 1.05 sehingga dapat dikategori largely achieved dimana bidang
Kominfo DISHUBKOMBUDPAR dapat memenuhi kebutuhan akan sumber daya
untuk memaksimalkan kinerja proses akan tetapi belum dapat melakukan
pengelolaan sumber daya yang ada.
Bidang Kominfo telah melaksanakan proses pemantauan, evaluasi
penggunaan sumber daya yang sesuai standart oprasional prosedur, serta
melakukan penilaian terhadap kinerja staff dan telah dilakukan pelaporan secara
berkala ke kantor pusat. Ketersediaan dan fungsionalitas fasilitas kantor juga
diteliti dan di data secara berkala setiap tahunnya. Kekurangan sumber daya akan
dipenuhi oleh kantor pusat, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Supramono
berikut ini:
“Bidang Kominfo ini sudah melaksanakan proses pemantauan, evaluasi
penggunaan sumber daya yang sesuai standart oprasional prosedur, juga
melakukan penilaian kinerja staff melalui dokumen DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan), kita juga melakukan pelaporan secara berkala ke kantor
pusat. Ketersediaan dan fungsionalitas fasilitas kantor juga diteliti dan di data
setiap tahunnya. Jika nanti kita temui adanya kekurangan sumber daya, maka
kita bisa mengajukan dengan cara membuat usulan atau pengajuan kebutuhan
sumber daya ke kantor pusat, karena proses pengelolaan sumber daya pada
bidang kominfo masih dilakukan oleh kantor pusat.”2
Proses BAI04 (Manage Availability dan Capacity) berfokus pada
penyeimbangan kebutuhan saat ini dan masa mendatang baik dalam segi
ketersediaan, kinerja dan kapasitas dengan penyediaan layanan dan biaya yang
1 Berdasarkan wawancara dengan bapak Supramono (IT manager) bidang Kominfo pada
tanggal 26 September 2016 di Kantor DISHUBKOMBUDPAR Salatiga 2 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 26 september 2016 dengan Bapak
Supramono (IT manager) dibidang Kominfo.
19
efektif. Proses perencanaan kebutuhan terhadap sumber daya di bidang Kominfo
terlaksana dengan baik tanpa adanya kendala dikarenakan seluruh pemenuhan
kebutuhan dilakukan oleh kantor pusat. Hal ini juga dipaparkan oleh Bapak
Supramono sebagai berikut:
“Pemantauan penilaian kapasitas dan kinerja sistem sudah dilaksanakan tetapi
belum dapat terlaksana sepenuhnya, karena penilaian dan pemantauan yang ada
tidak dilakukan sendiri melainkan oleh kantor pusat. Bidang kominfo hanya
melaksanakan prosesnya saja, jadi tidak dapat menentukan SOPnya sendiri.”3
Dengan kondisi yang ada saat ini, bidang kominfo belum memiliki SOP
yang tertulis menyangkut prosedur-prosedur yang harus dilakukan ketika ada
permasalahan sistem yang dihadapi. Proses ini hanya tercapai 40% atau sebanding
dengan 0.2 di level 1 (performed process) termasuk dalam kategori partially
achieved, artinya proses yang dilaksanakan saat ini belum dapat terlaksana
sepenuhnya dan belum dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Dari hasil observasi memang terlihat bahwa tata kelola TI belum berjalan
dengan baik. Sumber daya TI yang tersedia belum dipergunakan dengan optimal.
Sebagian besar staff tidak memahami penggunaan dan optimalisasi fungsi
sumberdaya IT yang ada. Mereka hanya berperilaku sebagai pengguna dan
pengoperasiannya pun belum menyeluruh.
Bidang kominfo mempunyai target pencapaian yang diharapkan yaitu
pencapaian di level 3 (established process) berdasarkan keterangan Bapak
Supramono, IT manager di kantor tersebut:
“Bidang kominfo ingin dapat melakukan proses perencanaan, pengelolaan,
pemantauan dan penilaian terhadap sumber daya TI secara intern yang terkelola
dan terdefinisi mampu mencapai tujuan tersebut.” 4
Dari data yang didapatkan berdasarkan keterangan tersebut ternyata masih
terdapat kesenjangan. Kesenjangan yang ada pada masing-masing domain
kemudian dianalisis dan didapatkan nilai kesenjangan pada masing-masing
domain yaitu pada domain EDM04 sebesar 1.95 dan BAI04 sebesar 2.8. Nilai
kesenjangan Gap tersebut diperoleh dari selisih pencapaian level saat ini (existing)
dengan target level yang diinginkan. Penentuan target level tidak mengarah pada
perolehan hasil tertinggi ataupun terendah, melainkan disesuaikan dengan status
level yang dimiliki oleh kedua proses tersebut. Rata-rata gap untuk keseluruhan
domain proses yang dianalisis sebesar 2.38, nilai ini dapat digunakan untuk
melakukan penyesuaian pada masing-masing domain proses. Perbedaan kondisi
tingkat kematangan tata kelola seluruh domain proses saat ini (existing) dengan
tata kelola yang diharapkan, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
3 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 26 september 2016 dengan Bapak
Supramono (IT manager) dibidang Kominfo. 4 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 26 september 2016 dengan Bapak
Supramono (IT manager) dibidang Kominfo.
20
Gambar 4. Perbandingan Tingkat Kematangan Tata kelola TI pada bidang Kominfo
DISHUBKOMBUDPAR
Berdasarkan pengukuran terhadap capability level tingkat kematangan tata
kelola TI pada bidang Kominfo DISHUBKOMBUDPAR, maka perlu dilakukan
perbaikan dalam pengoptimalisasian aset, sumber daya dan kemampuan TI, serta
mengatur kapasitas ketersediaan layanan TI. Adapun rekomendasi yang perlu
diberikan berdasarkan analisis pada domain EDM04 dan BAI04 yang telah
dilakukan, antara lain : 1) sebaiknya bidang Kominfo melakukan pengelolaan IT
sendiri agar dapat benar-benar mengoptimalkan segala aktivitas IT yang ada di
kantor tersebut; 2) melakukan perencanaan, pengorganisasian kembali terhadap
persediaan sumber daya dan layanan TI yang ada; 3) melakukan penanganan
dengan cepat terhadap permasalahan tentang sumber daya TI; 4) melakukan
perekrutan pegawai yang berkompeten dibidang TI agar dapat ditugaskan sebagai
staff khusus menangani TI; 5) memberikan fasilitas kepada pegawai seperti
sosialisasi dan pelatihan terhadap sumber daya manusia pengguna teknologi
informasi agar lebih dapat memanfaatkan TI dengan baik dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya; 6) melakukan monitoring dan evaluasi untuk
mendapatkan penilaian kinerja terhadap aktivitas sumber daya TI yang berjalan;
7) melakukan perbaikan sistem seperti : maintenance dan update secara rutin
terhadap sistem informasi yang ada; 8) perlu juga dilakukan pengembangan
terhadap sistem informasi tersebut agar memudahkan operator dalam
pengoperasiannya, contoh : dibuat berbasis web supaya menghemat ruang
penyimpanan dan menjaga system keamanan data, serta pelaporan data ke kantor
pusat dapat lebih efektif dan efisien.
5. KESIMPULAN
Melalui analisis tingkat kematangan tata kelola TI pada bidang Kominfo
DISHUBKOMBUDPAR kota Salatiga dengan menggunakan COBIT 5 yang
meliputi domain EDM04 dan BAI04, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat
kematangan tata kelola TI di bidang kominfo masih berada pada level 1
(performed process.) Proses itu pun belum 100% tercapai sepenuhnya, sehingga
21
masih banyak dilakukan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Tingkat
kapabilitas yang diukur masih jauh dari target pencapaian yang diinginkan yaitu
pada level 3 (established process). Oleh sebab itu, masih harus dilakukan
pengembangan tata kelola TI di kantor tersebut. Selain itu pelatihan TI terhadap
sumber daya manusia juga penting untuk dilakukan guna mengoptimalkan
pemakaian sumber daya TI yang tersedia. Dengan pemanfaatan sumber daya TI
yang ada diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan di bidang
Kominfo DISHUBKOMBUDPAR kota Salatiga. hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perencanaan dan
pengembangan dalam mengelola TI sehingga dapat mengingkatkan kinerja TI di
kantor tersebut.
Daftar Pustaka
1. F. R. Suwarno, 2014, Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
Menggunakan Framework COBIT 5 pada proses Manage Relationship
(APO08) Studi Kasus: PT OTO Multiartha. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
2. M. P. Islamiah, 2014, Tata Kelola Teknologi Informasi (IT Governance)
Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus: Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP)). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
3. Indah Sari, dkk, 2013, Pembuatan Metode Evaluasi Kematangan
Pelaksanaan Proyek dengan Menggabungkan COBIT 5 Domain BAI 1.11
dan MEA 1.04 dengan Best Practice PMBOK 4th (Studi Kasus: Direktorat
Pengelolaan Sistem Informasi (DPSI) Bank Indonesia). Jurnal Teknik
Pomits, 1(1): 1-8.
4. Peter Weill and Jeanne W Ross, 2004, IT governance On One Page,
England: Institute Technologi of Cambridge, diambil dari Jurnal STMIK
AMIKOM. Rahmi Novita, dkk, 2014, Penilaian Tingkat Capability Tata
Kelola TI Pada Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
5. Jogiyanto dan Willy Abdillah, 2011, Sistem Informasi Tata Kelola
Teknologi Informasi, Yogyakarta: Andi, diambil dari Jurnal Teknologi
Informasi dan Komputer. Maskur,dkk, 2016, Perancangan Tata Kelola TI
dengan Menggunakan Framework COBIT 5(Study Kasus: Pemerintah
Kab. Janeponto). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
6. ISACA, 2012, COBIT 5: Framework. Rolling Meadows: USA
7. ISACA, 2013, COBIT 5: Process Assesment Model (PAM). Rolling
Meadows: USA