Analisis Swot Laporan
-
Upload
andi-hafni-dirgahayu-majid -
Category
Documents
-
view
397 -
download
3
Transcript of Analisis Swot Laporan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memilih calon suami bagi para wanita bisa gampang bisa juga sulit. Ada orang yang
berkelana bertahun-tahun menjalin hubungan dengan banyak pria, namun pada akhirnya tak
satupun yang menjadi calon suami yang sesuai untuknya. Ada juga orang yang baru kenal
selama sebulan, tiba-tiba memutuskan untuk menikah. Cara memilih calon suami yang sesuai
memang bukan perkara lama tidaknya sebuah perkenalan antara seorang wanita dengan pria,
namun sejauh mana si wanita mampu mengumpulkan data kebenaran tentang kepribadian
orang yang akan dipilihnya sebagai pasangan hidup.
Sudahkah Anda mempunyai cara memilih calon suami yang baik untuk Anda
jalankan. Bagi kaum wanita memilih calon suami memang sangat penting dilakukan.
Meskipun saat ini jumlah kaum wanita lebih besar dari kaum lelaki, namun bukan berarti
para wanita tak lagi punya kesempatan untuk memilih. Jodoh adalah terkait rezeki Tuhan,
dan yang namanya rezeki tetap bisa diusahakan secara maksimal hasilnya asalkan dibarengi
dengan doa. Oleh sebab itu para wanita perlu memiliki cara memilih calon suami yang pas
untuk dirinya, sebab suami adalah sosok yang akan menjadi pelindung istri, seumur hidup.
1.2. Perumusan Masalah
Untuk memilih pasangan hidup seperti yang diuraikan pada latar belakang maka
rumusan masalah dalam hal ini adalah apa kriteria-kriteria yang menunjang wanita dalam
memutuskan calon suami terbaik ?
Cara pemecahan masalah dalam hal ini menggunakan metode analisis SWOT. Analisa
SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) . Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari wanita-
wanita dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan satu keputusan pemilihan
calon suami terbaik dari lima alternatif pria dengan menggunakan metode AHP.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu membantu wanita untuk mengambil satu
keputusan dalam memilih calon suami terbaik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Menurut Turban oleh Nizetic et. al. (2006:2), Sistem berbasis computer
interaktif, yang membantu para pengambil keputusan yang menggunakan data dan
berbagai model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Kemudian
didefinisikan lagi menurut Keen oleh Nizetic et. al. (2006:1) sebagai berikut, Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan
kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan.Pengambilan keputusan
pada dasarnya adalah suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang
mungkin dipilih.Yang prosesnya melalui suatu mekanisme tertentu dengan harapan
dapat menghasilkan keputusan terbaik sesuai dengan kriteria yang digunakan.
Pengambilan keputusan padadasarnya adalah suatu bentuk pemilihan
dariberbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih. Yang prosesnya melalui suatu
mekanisme tertentu dengan harapan dapat menghasilkan keputusan terbaik sesuai
dengan kriteria yang digunakan. Menurut Keen oleh Saputra (2002:6) mengemukakan
bahwa ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Keen adalah:
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur dan
umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer dalam keputusan,
namun manajer dan komputer bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah yang
berada di area semi konduktor yang jelas.
2.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Suatu SPK memiliki tiga subsistem utama yaitu subsistem manajemen basis
data, subsistem manajemen basis model dan subsistem perangkat lunak penyelenggara
dialog (Hasan, 2002:32).
1. Subsistem Manajemen Basis Data
Kemampuan yang dibutuhkan darimanajemen basis data antara lain :
a. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui
pengambilan dan ekstraksi data.
b. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara mudah dan cepat.
c. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan
pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat
menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.
d. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat
mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.
e. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.
2. Subsistem Manajemen Basis Model
Kemampuan yang dimiliki subsistembasis model meliputi:
a. Kemampuan untuk menciptakan model–model baru secara cepat dan mudah.
b. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model–model keputusan.
c. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang
analog dan manajemen basis data (seperti mekanisme untuk menyimpan,
membuat dialog, menghubungkan dan mengakses model).
3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog
Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan
interaksi antara sistem dan pemakai yang dinamakan subsistem dialog. Subsistem
dialog dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bahasa aksi (papan ketik, panel
sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya), bahasa tampilan (printer, layar
tampilan, grafik, keluaran suara dan sebagainya) dan basis pengetahuan (kartu
referensi, buku manual dan sebagainya). Kombinasi dari kemampuan-kemampuan
di atas terdiri dari apa yang disebut gaya dialog, misalnya meliputi pendekatan
tanya dan jawab, bahasa perintah, menu dan mengisi tempat kosong. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog pemakai/system meliputi.
a. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog.
b. Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai
peralatan masukan.
c. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan
peralatan keluaran.
d. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui
basis pengetahuan pemakai.
2.3. AHP ( Analitycal Hierarchy Process )
2.3.1. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process )
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi
faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993),
hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang
diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level
terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan
ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk
hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP
sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang
lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model
yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem
ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli
selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan
penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian ecara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
2.3.3. Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi
dan Ali Ramdhani, 1998) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba
tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah
mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan
lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki
yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan
alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki
dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan
dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan
prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan
matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan
didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan
elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah
kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai
9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila
suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil
perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada
sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan
perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa
dilihat di bawah.
Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama
besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya,
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen
yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan
penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen
yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung
elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan,
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan pasangan yang
merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat
cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari
kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi
ssssmatriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya
dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi
dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang
mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan
kurang dari atau sama dengan 10 %.
2.4. SWOT
2.4.1. Pengertian SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan
eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk
menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya
yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-
tantangan yang dihadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan
yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.
Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan
dan strategi.Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan
kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47)
yaitu :
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-
keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan
kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat
dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan di pasar
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan. Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
meruoakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan.Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu
sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan
antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran
peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam
lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang atau yang diinginkan perusahaan.Adanya peraturan-peraturan
pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi
kesuksesan perusahaan.
2.4.2.Fungsi SWOT
Menurut Jogiyanto(2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman).
Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut
berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau
memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau
diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering
digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk
membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan
perusahaan.
2.4.3.Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapatmenggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
Gambar 2.4 Matriks SWOT
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan
jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
BAB III
STUDI KASUS
3.1.Analisis Alternatif dan Kriteria
Pada analisis ini akan ditentukan alternatif dan kriteria yang dibutuhkan untuk
dianalisis dengan metode AHP.Untuk menentukan alternatif dan kriteria, maka dilakukan
pengumpulan data dari sepuluh responden. Dari hasil pengumpulan data diperoleh data
pemilihan alternatif sebagai berikut.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Alternatif yang di pilih Responden
No Nama Responden Alternatif yang dipilih1 Afni Kim Hyun Joong dan Song Jong Ki2 Fitri Lee Min Ho dan Lee Seung Gee3 Nina Choi Siwon dan Kim Hyun Joong4 Yuri Soong Jong Ki dan Lee Min Ho5 Mari Choi Si Won dan Lee Seung Gee6. Sinta Lee Min Ho dan Rain7. Tari Enhyuk dan Lee Min Ho8. Niar Seven dan Lee Seung Gee9. Yuki Song Jong Ki dan Kim Hyun Joong10. Midori Lee Min Ho dan Choi SiWon
Dari hasil pilihan alternatif dari responden, maka diperoleh 8 alternatif yaitu :
Tabel 3.2 Hasil pilihan Alternatif dari Responden
Selanjutnya akan di pilih lima alternatif yang paling banyak di pilih oleh responden
yaitu:
1. Lee Min ho
No Nama Pria Jumlah Responden yang memilih1 Lee 52 Kim 33 Gee 34 Song 35 Choi 36. Rain 17. Enhyuk 18. Seven 1
2. Kim Hyun Joong
3. Lee Seung Gee
4. Song Jong Ki
5. Choi Siwon
Untuk hasil pengumpulan data mengenai pemilihan kriteria-kriteria dari sepuluh
responden diperoleh data kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rekapitulasi Kriteria Pria yang Diinginkan Responden
No Nama Responden Kriteria Pria yang diinginkan1 Afni Status, pendidikan, usia2 Fitri Pendidikan, penghasilan, fisik3 Nina Penghasilan, status, fisik4 Yuri Fisik, usia, pendidikan5 Mari Pendidikan, status, usia6 Sinta Usia, penghasilan, fisik7 Tari Penghasilan, fisik. Status8 Niar Usia, pendidikan, fisik9 Yuki Status, fisik, usia10 Midori Usia, penghasilan, pendidikan
Dari hasil pilihan kriteria-kriteria yang diinginkan responden, maka diperoleh 5
kriteriayaitu :
Tabel 3.4 Hasil Pilihan Kriteria yang Diinginkan Responden
No Kriteria Pria Jumlah Responden yang memilih1 Status 52 Pendidikan 63 Penghasilan 54 Fisik 75 Usia 7
3.2.Analisis SWOT
3.2.1. Merumuskan Lingkungan Internal
NO STRENGTH NO WEAKNESS
1.
2.
3.
Penghasilan
Pendidikan
Fisik
1.
2.
Status
Usia
Keterangan :
Setelah faktor-faktor strategis internal sudah diidentifikasi, suatu table IFAS (Intenal
Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan Faktor-Faktor strategis internal
tersebut dalam kerangka Strength and Weakness.
3.2.2. Pengelompokkan Lingkungan Eksternal
NO OPPORTUNITY NO THREATH
1.
2.
3.
Membuka peluang memiliki
kesejahteraan hidup yang bagus
setelah menikah.
Membuka peluang mendapatkan
keturunan yang lebih baik
Dengan tingginya tingkat
pendidikan yang di miliki oleh calon
suami membuat keturunan-
keturunannya akan lebih bagus lagi
tingkat pendidikannya.
1.
2.
Usia yang berbeda jauh membuat tidak
proporsionalnya suatu hubungan suami
dan istri.
Status calon suami yang sudah berkeluarga
atau sudah duda juga bisa membuat
hubungan harmonis dalam berumah tangga
itu terganggu.
Keterangan :
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui factor
strategi eksternal EFAS (eksntenal Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan
Faktor-Faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Opportunity and Threath.
Sebelum strategi diterapkan, perencanaan strategi harus menganalisis lingkungan
eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman atau (Opportunity
and Treath).
3.3. Bagan Swot Analisis
STRENGTH WEAKNESS
1. Penghasilan 1. Status
2. Pendidikan 2. Usia
3. Fisik
OPPORTUNITY SO1. Dapat memiliki hidup
yang lebih sejahtera2. Dapat memberikan
contoh untuk keturunannya.
WO :1.1. Hidup Sejahtera
2. Keturunan yang lebih baik
3. Pendukung kualitas pendidikan
THREATH ST :1. Pemilihan suami harus
didukung dari segi kualitas hidup calon suami.
2. Banyak wanita yang tidak menginginkan perbedaan usia yang jauh.
WT :1. Calon istri akan
lebih mendominasi dalam hal emosi karena pengaruh usia yang terpaut jauh.
1. Emosi labil
2. Status calon suami yang masih beristri
I. ISU STRATEGIS SO
ANALISIS ISU STRATEGIS
S 1 – O 1 Penghasilan – Kesejahteraan Hidup
Bagaimana cara memilih calon suami yang dapat memberikan
tanggung jawab materi dalam keluarga?
S 1 – O 2 Penghasilan – Keturunan lebih baik
Bagaimana memilih calon suami yang mampu
S 1 – O 3 Penghasilan – Pendukung kualitas Pendidikan
Bagaimana memilih calon suami yang mampu memberikan
dukungan finansial terhadap keturunannya nanti?
S 2 – O 1 Pendidikan – Kesejahteraan Hidup
Bagaimana kualitas hidup dari calon suami?
S 2 – O 2 Pendidikan – Keturunan yang lebih baik
Bagaimana memilih calon suami yang mampu memberikan
pengajaran dalam keluarga?
S 2 – O 3 Pendidikan – Pendukung Kualitas pendidikan
Bagaimana memilih calon suami yang mampu memberikan contoh
dalam hal pendidikan?
S 3 – O 1 Fisik – Kesejahteraan Hidup
Bagaimana memilih calon suami yang bisa diajak jalan?
S 3 – O 2 Fisik – Keturunan yang lebih baik
Bagaimana memilih calon suami yang bisa memberikan keturunan?
S 3 – O 3 Fisik – Pendukung Kualitas Pendidikan
---
II. ISU STRATEGIS WO
ANALISIS ISU STRATEGIS
W1 – O1 Status – Kesejahteraan Hidup
Bagaimana memilih calon suami yang tidak memiliki tanggungan
hidup lain?
W1 – O2 Status – Keturunan yang lebih baik
---
W1 – O3 Status – Pendukung kualitas pendidikan
---
W2 – O1 Usia – Kesejahteraan Hidup
---
W2 – O2 Usia – Keturunan yang lebih baik
Bagaimana memilih calon suami yang memiliki kondisi fisik yang
baik?
W2 – O3 Usia – Pendukung kualitas pendidikan
---
III. ISU STRATEGIS ST
ANALISIS ISU STRATEGIS
S1 – T1 Penghasilan – Emosi labil
---
S1 – T2 Penghasilan – Status calon suami yang masih beristri
---
S2 – T1 Pendidikan – Emosi labil
Bagaimana cara menenangkan pasangan?
S2 – T2 Pendidikan – Status calon suami yang masih beristri
---
S3 – T1 Fisik – Emosi labil
---
S3 – T2 Fisik – Status calon suami yang masih beristri
---
IV. ISU STRATEGIS WT
ANALISIS ISU STRATEGIS
W1 – T1 Usia – Emosi labil
Bagaimana mengendalikan emosi pada calon suami yang usianya
terpaut jauh?
W1 – T2 Usia – Status calon suami yang masih beristri
---
W2 – T1 Status – Emosi labil
Bagaimana cara
W2 – T2 Status – Status calon suami yang masih beristri
---
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Memilih calon suami bagi para wanita bisa gampang bisa juga sulit. Cara memilih
calon suami yang sesuai memang bukan perkara lama tidaknya sebuah perkenalan antara
seorang wanita dengan pria, namun sejauh mana si wanita mampu mengumpulkan data
kebenaran tentang kepribadian orang yang akan dipilihnya sebagai pasangan hidup. Maka
cara pemecahan masalah dalam hal ini menggunakan metode analisis SWOT. Analisa SWOT
merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) .
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari wanita-
wanita dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut.s