analisis SWOT

29
INDEKS APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BOK = Bantuan Operasional Bidang Kesehatan BTA = Bakteri Tahan Asam EMAS = Explanding Maternal And Neonatal Survival IPM = Indeks Pembangunan Manusia JamKesda = Jaminan Kesehatan Daerah JamKesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat Jampersal = Jaminan Persalinan KB = Keluarga Berencana KIA = Konsultasi Ibu Anak KK = Kepala Keluarga MDGs = Millenium Development Goals P2BB = Pengendali Penyakit Bersumber Binatang P2ML = Pengendali Penyakit Menular Langsung P2PL = Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pamsimas = Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa POKJA = Program Kerja Promizi = Promkes, Kemitraan Dan Gizi PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk RI = Republik Indonesia SKN = Sistem Kesehatan Nasional SPAL = Saluran Pembuangan Air Limbah 1 | Program Profesi Ners XI UMS

description

analisis SWOT

Transcript of analisis SWOT

Page 1: analisis SWOT

INDEKS

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BOK = Bantuan Operasional Bidang Kesehatan

BTA = Bakteri Tahan Asam

EMAS = Explanding Maternal And Neonatal Survival

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

JamKesda = Jaminan Kesehatan Daerah

JamKesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal = Jaminan Persalinan

KB = Keluarga Berencana

KIA = Konsultasi Ibu Anak

KK = Kepala Keluarga

MDGs = Millenium Development Goals

P2BB = Pengendali Penyakit Bersumber Binatang

P2ML = Pengendali Penyakit Menular Langsung

P2PL = Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Pamsimas = Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

PBB = Perserikatan Bangsa Bangsa

POKJA = Program Kerja

Promizi = Promkes, Kemitraan Dan Gizi

PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk

RI = Republik Indonesia

SKN = Sistem Kesehatan Nasional

SPAL = Saluran Pembuangan Air Limbah

TU = Tata Usaha

UPK = Unit Pelayanan Kesehatan

UPTD = Unit Pelayanan Terpadu

UU = Undang-Undang

1 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 2: analisis SWOT

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah

Indonesia dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan juga merupakan salah satu

upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada

gilirannya mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional.

Kebijakan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah mengacu

pada komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum Millenium Development

Goals (MDGs), EMAS (Explanding maternal and neonatal survival), Desa Siaga,

Poskesdes.

 Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa

Inggris MDGs adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

2015, merupakan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia. Pada

September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain,

berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan

menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara

masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran

pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), sebagai satu paket tujuan terukur

untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Berikut adalah 8  buah sasaran

pembangunan dalam Milenium ini (MDGs) :

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,

2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua,

3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan,

4. Menurunkan Angka Kematian Anak,

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu,

6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya,

2 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 3: analisis SWOT

7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan

8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Pada dasarnya MDGs merupakan suatu komitmen bersama para pemimpin

dunia Negara–Negara berkembang untuk bersama–sama meningkatkan

pembangunan nasionalnya. Komitmen internasional ini menjadi acuan bagi

pemerintah Indonesia dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang ditandai oleh

meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi

dan  kematian ibu melahirkan, dan perbaikan status gizi, menjadi salah satu

sasaran yang hendak dicapai pemerintah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

UPTD Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis daerah (di suatu dinas

kesehatan kabupaten/kota) merupakan ujung tombak dalam pembangunan

kesehatan, mempunyai andil yang besar untuk mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat secara optimal. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas adalah tercapainya “masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”,

yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata. Masyarakat sebagai konsumen berhak menuntut profesionalisme

pelayanan di semua sarana pelayanan publik dengan adanya UU Pelayanan Publik

No. 25/ 2009, UU Praktek Kedokteran No. 29/2004, dan UU No. 8/1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Berhak menentukan jenis, mutu, berbagai jenis layanan

kesehatan yang diperlukan, yang aman, dan sesuai kebutuhan, berkesinambungan,

paripurna, memanfaatkan teknologi tepat guna, akses yang mudah terjangkau, non

diskriminatif, mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan

kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan

3 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 4: analisis SWOT

kesehatan). Upaya kesehatan wajib Puskesmas disebut juga basic six yang meliputi:

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu, anak, dan KB

4. Upaya perbaikan gizi

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan dasar

Salah satu tujuan dari MDGs yang sekarang gencar-gencarnya digerakkan

oleh pemerintahan indonesia adalah pada tujuan memerangi HIV/AIDs, Malaria

dan Penyakit TBC. Program penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, dan TBC di

Indonesia pun masih menghadapi tantangan yang sangat berat.

Pada kasus TBC, Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dalam

urutan jumlah penderita TB paru setelah India dan Cina dengan persentase 10%

dari total penderita TB paru di dunia. Laporan WHO tahun 2006 dinyatakan

bahwa kejadian kasus TB paru BTA Positif di Indonesia diperkirakan 105 kasus

baru per 100000 penduduk (240000 kasus baru setiap tahun) dengan prevalensi

578000 kasus (untuk semua kasus). Laporan WHO pada tahun 2010, mencatat

peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB paru

sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar pada tahun 2010

adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (Kompas, 2011).

Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar

107/100.000 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat disembuhkan

sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015 akan turun sesuai

dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk) (Dinkes Propinsi Jateng,

2010). Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa Tengah hingga tahun 2011

mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga lembaga yaitu puskesmas

sebanyak 15.003 kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus dan BKPM/BP4

4 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 5: analisis SWOT

sebanyak 2.013 kasus. Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, selama

2011 tercatat temuan 265 kasus TBC temuan kasus itu baru mencapai 30,1% dari

total sasaran 881 suspect sedangkan target nasional sebesar 70% dari sasaran,

sehingga temuan TBC seharusnya 617 kasus.

Puskesmas Nguter merupakan Puskesmas dengan angka kejadian

tuberkulosis yang tinggi di kabupaten sukoharjo. Puskesmas Nguter juga menjadi

Puskesmas dengan peningkatan kasus TB paru tertinggi diantara 12 Puskesmas

yang ada di kabupaten sukoharjo (Dinkes Kota Sukoharjo, 2011).

Jumlah penderita TB Paru yang tercatat di Puskesmas Nguter tahun 2011

sebanyak 48 penderita dengan TB paru BTA positif, kemudian 23 penderita

rontgen TB positif dan 11 anak positif penderita TB Paru. Sedangkan pada tahun

2012 terdapat 43 kasus TB Paru dari hasil BTA positif, 23 penderita rontgen TB

positif, dan 5 anak positif penderita TB Paru. Tahun 2013 tercatat 48 penderita TB

Paru dari hasil BTA Positif, 11 penderita rontgen TB positif, dan 19 anak positif

TB paru. Pada Tahun 2014 tercatat di puskesmas Nguter sebanyak 17 penderita

TB Paru dari hasil BTA Positif, 1 penderita rontgen TB positif, 3 penderita TB

kelenjar dan 3 Penderita TB Anak. Target puskesmas Nguter pada tahun 2014

untuk kasus TB BTA (+) adalah sebanyak 69 pasien sedangkan dari bulan Januari

– Juni baru menemukan pasien TB BTA (+) sebanyak 17 pasien sehingga dari

latar belakang inilah kelompok kami tertarik untuk mengangkat program ini untuk

di analisis masalah yang terdapat didalamnya yang menyebabkan program ini

tidak maksimal.

5 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 6: analisis SWOT

BAB II

ANALISA SITUASI PUSKESMAS NGUTER

A. VISI, MISI DAN STRATEGI

Sebagai arah tujuan pembangunan kesehatan di wilayah dan sebagai

kegiatan dasar, maka disusun visi dan misi Puskesmas Nguter sebagai berikut:

Visi

Masyarakat Nguter yang sehat, mandiri dan berkeadilan.

Misi

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau baik

pelayanan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitative.

2. Meningkatkan profesionalisme SDM dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan.

3. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.

B. KEADAAN GEOGRAFIS

1. Batas Wilayah

Luas Wilayah kerja Puskesmas Nguter kurang lebih 51.211 Km2

Batas sebelah Utara : Kecamatan Sukoharjo

Batas sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri

Batas sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Bendosari

Batas sebelah Barat : Kecamatan Tawangsari

2. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas Nguter sebanyak 16 desa,yaitu:

1. Desa Gupit

2. Desa Nguter

3. Desa Baran

4. Desa Daleman

5. Desa Lawu

6 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 7: analisis SWOT

6. Desa Tanjung

7. Desa Pondok

8. Desa Kepuh

9. Desa Tanjungrejo

10. Desa Jangglengan

11. Desa Pengkol

12. Desa Serut

13. Desa Celeb

14. Desa Juron

15. Desa Plesan

16. Desa Kedungwinong

C. KEADAAN PENDUDUK

1. Jumlah Penduduk

Luas total wilayah binaan Puskesmas Nguter adalah 51.211 553 Km2

dengan kepadatan penduduk 1.362,8 jiwa/Km2 .

Hasil pendataan kegiatan program Puskesmas Nguter tahun 2014

adalah sebagai berikut:

Jumlah penduduk : 69.919 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga : 16.344 KK

Jumlah kelompok Umur 0-4 th : 3158 jiwa

Jumlah ibu hamil : 922 orang

Jumlah ibu bersalin : 850 orang

Jumlah ibu nifas : 722 orang

Jumlah neonatal : 778 orang

Jumlah wanita usia subur : 13.813 orang

Jumlah pasangan usia subur : 10.192 orang

Jumlah usia lanjut : 7001 orang

2. Keadaan Sosial Ekonomi

7 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 8: analisis SWOT

Sebaran mata pencaharian penduduk dari 16 desa terdiri atas

Petani : 6.687

Buruh Tani : 6.954

Buruh industry : 1.794

Pengusaha : 224

Buruh bangunan : 1.917

Pedagang : 8.336

PNS / ABRI : 651

Pensiunan : 302

Lain – lain : 10.688

D. PELAYANAN KESEHATAN

1. Puskesmas Nguter mempunyai 2 bangunan induk berada di wilayah

Nguter dan di wilayah Celeb. Gedung induk untuk pelayanan rawat jalan

terdiri dari ruang poli umum, ruang pendaftaran, ruang poli gigi, poli KIA-

KB, kamar mandi, ruang imunisasi, laboratorium, kamar obat, gudang

obat, kantor karyawan, fisioterapi, kantor TU, ruang kepala puskesmas.

2. Unit Pelayanan Puskesmas Nguter ada 2 dimasing-masing puskesmas

induk yang terdiri dari ruang tunggu pasien, pendaftaran, poli umum,

kantor pelayanan & rujukan, kamar obat, ruang tindakan KB, poli gigi,

poli KIA-KB, kamar mandi, fisioterapi, gudang, laboratorium, ruang

pertemuan, ruang arsip dan kamar mandi.

3. Dua Puskesmas pembantu, yaitu : puskesmas Pondok dan puskesmas

Lawu

E. FASILITAS LAIN-LAIN

8 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 9: analisis SWOT

1. Sarana dan Prasarana

Sarana Fisik :

Gedung Puskesmas : 1 Unit

Gedung rawat inap : 1 unit

Gedung Pustu : 2 unit

Pos Kesehatan Desa : 15 unit\

Posyandu : 85 pos

Pusling : 9 pos

Mobil Pusling : 2 unit

Kendaraan roda dua : 20 buah

Ambulance desa : 16 unit (tersebar di 16 desa)

Unit Bank Darah : 16 unit (tersebar di 16 desa)

Sarana mebelair, peralatan medis dan obat-obatan cukup tersedia.

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia bidang kesehatan berjumlah 70 orang, terdiri

atas:

1. Dokter Umum : 5 orang

2. Dokter gigi : 2 orang

3. Perawat Puskesmas : 13 orang

4. Bidan Puskesmas : 23 orang

5. Bidan Desa : 13 orang

6. Petugas Kesehatan Lingkungan : 1 orang

7. Petugas Gizi : 2 orang

8. Pekarya : 3 orang

9. Tata Usaha : 1 orang

10. Asisten Apoteker : 1 orang

11. Tenaga Farmasi : 1 orang

12. Perawat Gigi : 2 orang

9 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 10: analisis SWOT

13. Tenaga administrasi / staf : 7 orang

14. Tenaga laboratorium : 3 orang

15. Tenaga fisioterapi : 1 orang

16. Tenaga harian lepas : 6 orang

17. Kader kesehatan (Posyandu, Jumantik, PHBS):

Sarana Kesehatan Lingkungan

Sarana kesehatan lingkungan yang terdapat di wilayah kerjaPuskesmas

Nguter tahun 2014:

1. Sumur Gali : 8.496 unit

2. Sumur Pompa Tangan : 584 unit

3. Prosentase rumah sehat : 79 %

4. Jumlah KK akses SGL : 76 %

5. Jumlah KK akses SPT : 22 %

6. Jumlah KK akses PP (Pamsimas) : 4 %

7. Jumlah KK memiliki Jamban Kel : 57 %

8. Jumlah penduduk akses jamban : 79 %

9. Jumlah KK mengelola sampah (MS) : 63 %

10. Jumlah rumah memiliki SPAL :49 %

11. Jumlah KK memiliki sar.cuci tangan : 61 %

F. PEMBIAYAAN

Sumber Pembiayaan Puskesmas Nguter tahun 2014 adalah :

1. APBD Kabupaten

2. APBD Propinsi

3. Jamkesmas

4. Jamkesda

5. BOK (Bantuan Operasional bidang Kesehatan)

6. Bantuan Sosial

10 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 11: analisis SWOT

7. Jampersal

8. Pamsimas

9. Hibah Intensif Des

G. PROGAM KERJA PUSKESMAS

Progam kerja Puskesmas Nguter meliputi:

1. UPK yang terdiri dari

a. Sub Unit Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang

terdiri dari :

1) Pelayanan Rawat Jalan

2) Pelayanan Rawat Inap

3) Pelayanan Penunjang

4) Puskesmas

b. Sub unit pelayanan kesehatan GA yang terdiri dari :

1) Pelayanan Anak dan Remaja

2) Pelayanan Ibu dan KB

3) Pelayanan Lansia

4) Pelacakan Bumil resiko tinggi.

5) Penyuluhan kesehatan ibu dan KB bagi bidan.

6) Pelatihan dan pendidikan.

7) Pelayanan AMP Puskesmas.

8) Kunjungan rumah program KESGA / KIA dan program

Gizi, pemeriksaan kehamilan.

9) Pelayanan kesehatan neonatal.

10) Pembentukan kelas ibu hamil.

11) Kunjungan kelas ibu hamil

12) Desinfo PKPR.

c. Pelayanan kesehatan MATRA yang terdiri dari :

11 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 12: analisis SWOT

1) Pelayanan Kesehatan Bencana

2) Pelayanan kesehatan P3K

3) Pelayanan Kesehatan Haji

2. Promizi ( Promkes, Kemitraan Dan Gizi ) Yang Terdiri Dari :

a. Pertemuan KMPKKS

b. Rakor Pokjanal tingkat Kecamatan

c. Rakor Pokja Desa

d. Refreshing kader

e. Pengelolaan operasional PKD dan Posyandu.

3. Unit Registrasi, Informasi dan SDK

a. Sub Unit Pengendalian Farmamin

1. Pengawasan Keamanan Pangan, Bahan Berbahaya, serta

pengendalian keamanan di tingkat distribusi.

2. Pengawasan institusi kesehatan.

b. Sub Unit Informasi Data

1. Simpus

- Entry simpus

2. Simpus KIA

- Entry Simpus KIA

c. Sub Unit Sumber Daya Kesehatan

4. Unit P2PL terdiri dari :

a. Refreshing kader dalam rangka pemberantasan vector.

b. Pemantauan jentik berkala.

c. Pelaksanaan fogging focus.

d. Pelaksanaan abatisasi selektif.

e. Pengawasan fogging.

f. Pembinaan PSN pasca fogging.

g. Evaluasi ABJ DBD oleh petugas Puskesmas.

12 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 13: analisis SWOT

h. Kunjungan rumah dalam rangka pengambilan specimen TB.

i. Penjaringan suspek TB

j. Pengelolaan jejaring TB dengan pelayanan swasta.

k. Pelaksanaan pengelolaan kasus kusta.

l. Survey kontak BTA +

m. Sosialisasi flu burung.

n. Peningkatan PWS SKD KLB.

o. Sosialisasi crash program campak tingkat Kecamatan dan desa.

p. Pelaksanaan crash program campak dan imunisasi polio.

q. Pelaksanaan BIAS campak.

r. Pelaksanaan BIAS DT-TT.

s. Pengelolaan PWS imunisasi.

t. Sweeping desa Non UCI.

u. Screening TT WUS.

v. Inspeksi sanitasi rumah, TTU, TPM, industry dan PHBS.

w. Inspeksi sanitasi pasien klinik sanitasi.

x. Pelaksanaan stimulant plesterisasi rumah untuk penderita TB

paru.

y. Pelaksanaan stimulant jamban keluarga untuk desa

PAMSIMAS.

H. KASUS 10 BESAR PENYAKIT

13 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 14: analisis SWOT

Kasus 10 besar penyakit JANUARI – MEI 2014 di wilayah kerja

puskesmas NGUTER, yaitu:

No. Daftar Penyakit Jumlah

1. ISPA 5508

2. Vertigo 2452

3. Hipertensi primer 2271

4. Arthritis tidak spesifik 2222

5. Influenza 977

6. Gastritis 929

7. Rheumatoid arthritis lain 795

8. Nasopharingitis Akut 720

9. Dyspepsia 711

10. Penyakit Kontak Alergi 619

Kasus ISPA masih merupakan kasus tertingi di puskesmas Nguter

dari periode Januari – Mei 2014 yaitu sebanyak 5508 kasus. Dari jumlah

kasus tersebut terdapat beberapa pasien yang diduga menderita TB tetapi

oleh karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait

penyakit TB sehingga masyarakat beranggapan bahwa batuk yang

dideritanya merupakan sakit batuk seperti biasa walaupun batuk yang

dideritanya sudah lebih dari 2 minggu. Menurut hasil wawancara dengan

petugas Puskesmas Nguter, hal tersebut disebabkan oleh faktor

penghambat seperti terkendalanya pemeriksaan pada pasien yang suspect

TB, pemeriksaan kontak pasien TB yang kurang dilaksanakan, kurang

aktifnya kader posyandu, kurangnya penyuluhan pendidikan kesehatan

oleh petugas kesehatan terkait penyakit TB.

BAB III

14 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 15: analisis SWOT

ANALISA KASUS

A. ANALISA MASALAH DAN PENYEBAB

1. Masalah Yang Muncul

No Program Masalah

1 P2ML (TBC) Kurangnya tenaga kesehatan Kader yang ada belum memadai Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait

penyakit TBC. Kurangnya sarana dan prasarana untuk membantu

program ini. Belum optimalnya kunjungan rumah dalam

rangka pengambilan specimen TB dan penjaringan suspek TB

Belum maksimal pengelolaan jejaring TB dengan pelayanan swasta.

Survey kontak BTA + yang masih belum dilaksanakan secara berkala.

Target puskesmas untuk pasien TB BTA (+) pada tahun 2014 sebanyak 69 pasien.

Target Untuk Menemukan Suspect pasien TB BTA (+) adalah sebanyak 690

Untuk target penemuan kasus TB BTA (+) dari bulan Januari – Juni sebanyak 30 pasien tetapi sampai saat ini baru 17 kasus atau pasien TB BTA (+) yang ditemukan.

Suspect TB paru yang ditemukan dari Januari – Juni adalah sebanyak 253.

2. Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang dilakukan di

Puskesmas Nguter, kami menemukan masalah yang ada dalam

pelaksanaan program P2ML dalam mengatasi masalah TBC masih belum

optimal yaitu dikarenakan tenaga kesehatan yang khusus untuk menangani

masalah penyakit TB masih kurang, kurangnya pengetahuan masyarakat

yang disebabkan penyampaian informasi mengenai kesehatan masih belum

maksimal, masih minimnya pengetahuan kader posyandu yang disebabkan

kurang aktifnya kader dalam mencari informasi kesehatan yang ada, dan

penyebab masalah yang lainnya adalah belum optimalnya pelaksanaan

15 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 16: analisis SWOT

program P2ML. Adapun metode pemecahan masalah yang kami gunakan

adalah analisis SWOT.

B. ANALISA MASALAH

KAJIAN SWOT

Kajian SWOT adalah kajian yang dilakukan terhadap Puskesmas dan

jaringannya sedemikian rupa, sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang

berbagai factor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman yang dimiliki

dan atau dihadapi oleh Puskesmas yang dalam hal ini berhubungan dengan

alternative pemecahan masalah yang ada.

Terdapat 4 unsur pokok yang perlu dikaji, antara lain:

1. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh

suatu organisasi yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya

dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang akan dicapai organisasi.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh

suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan besar tidak hanya dalam

memperlancar bebagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi,

tetapi juga dalam mencapai tujuan yang akan dicapai organisasi.

3. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu

organisasi yang apabila dimanfaatkan akan besar perannya dalam mencapai

tujuan organisasi.

4. Ancaman (Threat)

16 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 17: analisis SWOT

Ancaman adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu

organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam

mencapai tujuan organisasi.

Tabel 1. Analisa SWOT

STRENGHTKEKUATAN

WEAKNESSKELEMAHAN

OPPORTUNITIESPELUANG

THREATSANCAMAN

a. Adanya tenaga kesehatan yang terdiri atas dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, tenaga kesehatan lingkungan, bidan desa yang tersebar di masing-masing desa wilayah kerja Puskesmas Nguter, yang mempunyai keterkaitan dalam system kerja sama lintas program.

b. Adanya program pemerintah daerah yang mendukung program pemecahan masalah kasus TBC.

c. Penyakit menular seperti TBC merupakan salah satu program MDGs yang ke enam.

d. Adanya Pos Kesehatan Desa dan Pokja Desa siaga di masing-masing desa.

e. Adanya Puskemas pembantu dan Puskesmas keliling.

f. Alokasi dana dari program pokok Puskesmas dan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan jaminan persalinan.

g. Pengetahuan mengenai TBC yang dimiliki oleh

a. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC.

b. Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC.

c. Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.

d. Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di masyarakat.

a. Banyaknya kegiatan di masyarakat yang dapat digunakan sebagai sarana penyuluhan, termasuk pada saat ada acara rapat desa.

b. Ketertarikan masyarakat untuk melakukan apa yang disampaikan dalam penyuluhan.

c. Adanya system kerjasama lintas sector dengan stakeholder di wilayah Kecamatan Nguter, termasuk dengan kelompok masyarakat, misalnya Tim Penggerak PKK Kecamatan dan desa, organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.

d. Adanya system pelayanan kesehatan jejaring di wilayah kerja Puskesmas Nguter.

1. Budaya masyarakat yang menyebabkan sulitnya masyarakat untuk merubah perilaku seperti keyakinan-keyakinan yang dianut oleh masyarakat pada desa tersebut.

2. Gaya hidup masyarakat seperti merokok, meludah disembarang tempat, pola hidup yang tidak sehat, membuang sampah sembarangan.

3. Serta kurang minatnya masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan dari berbagai media maupun petugas kesehatan.

17 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 18: analisis SWOT

dokter dan petugas kesehatan Puskesmas.

C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah diatas adalah :

1. Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di

pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)

a. On the job training pengendalian TB paru.

b. Penguatan jejaring TB-HIV AIDS.

c. Refreshing jejaring TB dalam rangka pemeriksaan kontak TB.

2. Sosialisasi dan motivasi pada masyarakat untuk bersedia menjadi kader

posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang bahayanya

penyakit TB

3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TB

4. Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun

5. Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat

6. Refreshing jejaring TB dengan pelayanan kesehatan swasta.

7. Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan posyandu yang meliputi :

Memberi imbalan jasa pada kader

Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat pelaksanaan posyandu

18 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 19: analisis SWOT

BAB IV

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang dilakukan di Puskesmas

Nguter khususnya dalam kinerja posyandu, kami menemukan masalah yang ada

dalam program P2ML khususnya masalah penyakit TBC yaitu masih tingginya

angka kejadian penyakit TBC di kecamatan Nguter yang kita lakukan dalam 6 kali

obeservasi.

Masalah yang kami temukan dalam 6 kali observasi dikarenakan

oleh, sebagai berikut :

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC.

2. Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC.

3. Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.

4. Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di masyarakat.

Dari masalah yang kami temukan tersebut kami berinisiatif untuk

melakukan intervensi sebagai berikut :

1. Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di

pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)

2. Sosialisasi dan motivasi pada ibu-ibu untuk bersedia menjadi kader

posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

mengetahui penyakit TBC

3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TBC

4. Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun

5. Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat

6. Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

posyandu yang meliputi :

19 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 20: analisis SWOT

Memberi imbalan jasa pada kader

Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat

pelaksanaan posyandu.

Pada umumnya program kerja puskesmas Ngutr sudah cukup baik

dan terkoordinir dengan baik. Jadwal dan kegiatan selalu terprogram

dan terealisasi serta semoga lebih dapat ditingkatkan.

20 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S

Page 21: analisis SWOT

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia 2010. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasiona/BAPPENAS

Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2008. Profil Indonesia Sehat Dalam Millenium Development Goals. Jakarta : BPS

Puskesmas Nguter. 2012. Bimtek Nguter. Sukoharjo

Puskesmas Nguter. 2012. Profil Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo

Sari, Afrina. 2010. Strategi Dan Inovasi Pencapaian MDGs 2015 Di Indonesia. Jakarta : EGC

Dinkes Kota Sukoharjo. 2011. Profil Kabupaten Sukoharjo 2011. Sukoharjo

Dinkes Provinsi Jateng. 2010. Profil Provinsi Jawa Tengah Indonesia Sehat. Jakarta : EGC

21 | P r o g r a m P r o f e s i N e r s X I U M S