ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

147
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih) SKRIPSI Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas NIM: 106082002547 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Page 1: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN

ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)

SKRIPSI

Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas

NIM: 106082002547

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN

TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN

ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Putri Trisyana Septiningtyas

106082002547

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin,SE.,M.Si.,Ak Yessi Fitri,SE.,Ak.,M.Si

NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19760924 200604 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 3: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Lima bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh

telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putri Trisyana Septiningtyas NIM

106082002547 dengan judul skripsi “Analisis Studi Komparatif Tentang

Penerapan Traditional Costing Concept dengan Activity Based Costing (Studi

Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”. Dengan memperhatikan penampilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

diterima sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rini,SE.,Ak.,M.si Zuwesty Eka Putri

Penguji I Penguji III

Prof.Dr.Azam Yassin.,MBA

Penguji I

Page 4: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Hari ini, Senin Tanggal 6 September Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi

atas nama Putri Trisyana Septiningtyas, NIM: 106082002547 dengan judul skripsi

“Analisis Studi Komparatif Tentang Penerapan Traditional Costing Concept

dengan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”.

Dengan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untu

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Yessi Fitri. SE., Ak., M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Azam Jassin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si

Penguji Ahli Penguji Ahli II

Page 5: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Putri Trisyana Septiningtyas

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1988

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.

05/06 Komplek TNI-AL Pondok

Labu Jakarta Selatan 12450

Telepon : 021-7548859 / 08567215561

II. Pendidikan

1. 1994-2000 : SDN 07 Pagi Pondok Labu

2. 2000-2003 : SMPN 85 Jakarta

3. 2003-2006 : SMAN 66 Jakarta

4. 2006-2010 : Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

II. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Sutrisno

Ibu : Puji Yuliati

Adik : M. Riskian Pradityo

Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.

05/06 Komplek TNI-AL Pondok

Labu Jakarta Selatan 12450

Anak ke dari : Pertama dari dua bersaudara

Page 6: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

COMPARATIVE STUDY ANALYSIS IN DETERMINING THE HOSPITAL ROOM RATES BY TRADITIONAL COSTING METHOD AND

ACTIVITY BASED COSTING (Case Study In Prikasih Hospital Jakarta)

By: Putri Trisyana Septiningtyas

Abstract

This research compared the traditional method of cost calculation with

activity based costing (ABC) in determining the inpatient room rate at Prikasih Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then compared with the existing literature.

Implementation of activity based costing (ABC) provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Prikasih Hospital is able to provide affordable rates for patients. Keywords: Accounting cost, traditional costing methods, activity based costing.

Page 7: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

ANALISIS STUDI KOMPARATIF DALAM MENENTUKAN TARIF KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT MELALUI TRADITIONAL

COSTING METHOD DAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta)

Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas

Abstrak

Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional

dengan perhitungan biaya berdasar aktivitas (ABC) dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Prikasih. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingkan dengan literature yang ada.

Penerapan metode biaya berdasar aktivitas (ABC) memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dengan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebih akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Prikasih mampu menyediakan tarif yang terjangkau bagi pasien. Kata Kunci: Akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan

biaya berdasar aktivitas.

Page 8: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul

“Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif Kamar rawat Inap Rumah

Sakit Melalui Metode Traditional Costing dan Activity Based Costing (Studi

Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta ) ini ditulis sebagai salah satu syarat

guna meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini mulai dari pengajuan proposal, pengumpulan data,

perhitungan data, hingga persetujuan akhir, penulis tidak dapat berbuat banyak

tanpa adanya bantuan, dorongan serta dukungan yang baik berupa materiil dan

spiritual dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Dalam kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, tiada kata yang pantas dan sepadan untuk mengucapkan

terima kasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, perhatian, serta

dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat ingin

membahagiakan kalian dan membuat kalian selalu tersenyum. Terima kasih

untuk Ibu dan Bapak.

2. Adik-adikku, Mochammad Riskian Pradityo, Khansa Dya Ghassani,

Dya’Gung Tirafi, Gading Unggul Hadikasoem, Feliannisa Fertriandari, dan

M. Bintang Ferio yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada

penulis.

3. Kepada keluargaku, Agus Miyanto beserta istri Sri Sukendyah, Tri Waluyo

beserta istri Feri Itoenk, Mochammad Soleh, SH beserta istri Retno

Widiastuti, Heri Teguh Santoso, M.Si beserta istri Yekti Rahayu, S.Sos, serta

Nenek dan Kakek terima kasih yang tak terhingga atas dukungannya baik

moril maupun materi.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

5. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing I terima kasih

atas arahan, saran, dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini serta telah

meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan

Dosen Pembimbing II terima kasih atas arahan, saran, dan motivasi dalam

pembuatan skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan kesabarannya untuk

membimbing penulis.

7. Bapak Afif sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Arie Sudirman selaku Kepala Akuntansi Rumah sakit Prikasih terima

kasih atas waktu, arahan, dan kesediaannya dalam memberi segala informasi

yang dibutuhkan terkait dengan skripsi ini.

10. Sahabatku, Rosliana Mustika Dewi dan Novitasari terima kasih atas

perhatian, bantuan, serta motivasi kalian. Kalian adalah sahabat terbaikku

sekarang dan selamanya.

11. Teman terbaikku, Eka Putri Pertiwi, Dila Fadhilatun Nisa, Rosliana Mustika

Dewi dan Novitasari yang tergabung dalam Belle Community. Terima kasih

atas doa dan semangat teman-teman. Sukses terus untuk Kita.

12. Seluruh teman-teman Akuntansi A Angkatan 2006 dan teman-teman

Akuntansi Manajemen E Angkatan 2006 terima kasih atas kerjasamanya.

13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima

ksaih atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Di penghujung kata pengantar ini, penulis meminta kontribusi posistif atas

masukan konstruktif dari berbagai kekurangan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi semua yang terkait.

Penulis

Putri Trisyana Septiningtyas

Page 10: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …………………………….. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………... iv ABSTRACT ………………………………………………………………….. v ABSTRAK ……………………………………………………………………vi KATA PENGANTAR ……………………………………………………….vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian …………………..……………...1 B. Perumusan Masalah ……………………………..………....9 C. Tujuan Penelitian ………………………….….……………10 D. Manfaat Penelitian ………………………….………..…...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Biaya ……………………………..12

1. Klasifikasi Umum Biaya ………………………….…14 2. Jenis-Jenis Metode Dalam Akuntansi Biaya ………...20

B. Pengertian Traditional Costing Method …………………23 C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method …29 D. Pengertian Activity Based Costing ………………………32 E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing ……...43 F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan

Activity Based Costing …………………………………..49 G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap ..........................51 H. Kerangka Pemikiran ………………………………...…..53 I. Penelitian Terdahulu …………………………………….55

Page 11: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………...58 B. Metode Pengumpulan Data …………………………...…..58 C. Metode Analisis Data ……………………………………..59 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya60

1. Activity Based costing ……………………………...…60 2. Traditional Costing Method …………………………...61

BAB IV PEMBAHASAN A. Company Profile Rumah Sakit Prikasih …………………62 B. Perhitungan Konsep Biaya Tradisional Menurut Rumah

Sakit…………………………………………………………69 1. Ruang Rawat Inap Flamboyan …………….…………75 2. Ruang Rawat Inap Mawar ……………………………79 3. Ruang Rawat Inap Teratai ……………………………82 4. Ruang Rawat Inap Melati ……………………………86

C. Penerapan Activity Based Costing …………………….…91 1. Mengidentifikasi, Mendefinisikan Aktivitas

dan Pul Aktivitas ……………………………............. 91 2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung

Ke Aktivitas dan Objek Biaya ……………………..92 3. Membebankan Biaya Ke Pul Biaya Aktivitas ………93 4. Menghitung Tarif Aktivitas ……………………….101 5. Membebankan biaya Ke Objek Biaya dengan

Menggunakan Tarif Aktivitas …………………….105 6. Menyiapkan Laporan Manajemen …………………108

D. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini (Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing ………………………………….………110

E. Pembahasan …………………………………………….111 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………….…………………113 B. Implikasi ………………………………….……………114 C. Saran ……………………………………..………………114

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..…….116 LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang

Beberapa Perusahaan yang Menerapkan Sistem

Activity Based Costing ……………………………... 4

2.1 Perbedaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan

Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses ... 26

2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………… 55

4.1 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Flamboyan Per Jam Kerja …………………… 76

4.2 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Flamboyan ……….. 76

4.3 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Mawar Per Jam Kerja ………………………… 79

4.4 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Mawar …………… 80

4.5 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Teratai Per Jam Kerja ……………………….. 83

4.6 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Teratai ………….... 83

4.7 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Melati Per Jam Kerja ……………………… 86

4.8 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Melati …………. 87

4.9 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan …………… 89

4.10 Keputusan tariff Kamar Rawat Inap untuk Tahun 2010 90

4.11 Pul Biaya Aktivitas Kamar Rawat Inap …………….. 92

4.12 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan ……………… 93

4.13 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber

Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Flamboyan ………… 94

4.14 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Flamboyan …………………………. 95

Page 13: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

4.15 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber

Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Mawar …………….. 96

4.16 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Mawar …………………………….. 97

4.17 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber

Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Teratai …………... 98

4.18 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Teratai …………………………….. 99

4.19 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber

Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Melati ……………. 100

4.20 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Melati ……………………………… 101

4.21 Data yang Berkaitan dengan Kamar Flamboyan ……. 102

4.22 Data yang Berkaitan dengan Kamar Mawar ………… 102

4.23 Data yang Berkaitan dengan Kamar Teratai ………… 102

4.24 Data yang Berkaitan dengan Kamar Melati ………… 103

4.25 Perhitungan Tarif Aktivitas – Flamboyan …………. 103

4.26 Perhitungan Tarif Aktivitas – Mawar ……………… 104

4.27 Perhitungan Tarif Aktivitas – Teratai ……………… 104

4.28 Perhitungan Tarif Aktivitas – Melati ……………… 104

4.29 Perhitungan Biaya Overhead – Flamboyan ………... 105

4.30 Perhitungan Biaya Overhead – Mawar ……………. 106

4.31 Perhitungan Biaya Overhead – Teratai …………… 107

4.32 Perhitungan Biaya Overhead – Melati ……………. 108

4.33 Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan

Activity Based Costing ……………………………. 108

4.34 Direct Cost, Direct Labor, dan Overhead Per Hari Per

Ruang Perawatan dengan Traditional Costing Method 109

4.35 Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara

Pendekatan Saat Ini, (Traditional Costing Method),

dan Activity Based Costing ……………………….. 111

Page 14: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Terminologi Biaya ........................ 17

2.2 The Volume-Based Two-Stage Procedure ...... 52

2.3 The Activity-Based Two-Stage Procedure ..... 53

2.4 Model Kerangka Pemikiran ......................... 54

Page 15: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Flamboyan …….. 122

2 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Mawar ………… 123

3 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Teratai ………… 124

4 Laporan Laba Rugi Tahun 2009-Melati …………. 125

5 Daftar Tarif Kamar Rawat Inap RS. Prikasih ……. 126

6 Fasilitas Kamar Rawat Inap RS. Prikasih ……….. 129

7 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan …………. 130

8 Data Karyawan Per 31 Desember ……………….. 131

9 Direct Cost, Direct labor, Overhead Per Hari

Per Ruang Perawatan ……………………………. 132

10 Berita Acara Wawancara ………………………… 133

11 Laporan Sensus Rawat Inap RS. Prikasih ……….. 135

Page 16: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free

Trade Area (AFTA) sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan

fundamental di dunia, antara lain:

1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya

perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa

eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi

ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi.

2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan

secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar

negara di dunia.

3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan

perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan

dunia.

Berbagai kecenderungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin

negara Asia, khususnya negara-negara anggota ASEAN, untuk mendirikan

suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui

serangkaian negosiasi dan perdebatan yang panjang, pada Millenium Summit

ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih

beranggotakan 6 negara (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,

Page 17: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dan Thailand) sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN

(AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan

dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara

anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi

antar mereka secara bertahap hingga tahun 2008 yang diletakkan dalam skema

Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Inti dari CEPT dalam

persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan

hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini

membawa implikasi bagi Indonesia berupa perubahan harga relatif produk-

produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara ASEAN di samping akan

menjadi insentif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah

satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam

hal ini profil perdagangan dan investasi Indonesia, dengan perbandingan profil

negara-negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh

mana AFTA akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Pertama dan yang

paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan (Dodik

Ariyanto, 2010:3).

Sebagai konsekuensi logis sistem perdagangan bebas, Indonesia sudah

barang tentu akan dihadapkan pada negara-negara partner ekonomi di dalam

organisasi AFTA yang menjanjikan berbagai peluang keuntungan. Namun

pada saat yang sama, Indonesia juga akan mempunyai pesaing-pesaing baru

karena prinsip perdagangan bebas (yang menjadi landasan AFTA) akan

mendorong tiap-tiap anggota untuk memperbesar keunggulan komparatif

Page 18: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

masing-masing, di mana pada akhirnya hanya negara yang punya

keunggulan komparatif terbesarlah yang cenderung meraih keuntungan

optimal.

Keadaan persaingan global dewasa ini pada akhirnya menuntut para

pengusaha agar lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasionalnya sehari-

hari, di mana pasar menginginkan produk (barang atau jasa) dengan harga

yang murah dan berkualitas baik. Tinggi atau rendahnya harga suatu produk

tentu akan berpengaruh terhadap posisi produk di pasar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan untuk menentukan harga suatu produk dapat

diperoleh dari informasi keuangan atau produksi yang baik (tidak terdistorsi).

Dalam menentukan biaya ada beberapa metode yang digunakan antara lain

sistem tradisional dan sistem Activity Based Costing (ABC). Sistem tradisional

memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan cara menghubungkan

biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya. Pada

kenyataanya sekarang ini banyak biaya overhead pabrik yang tidak

berhubungan dengan volume produk yang diproduksi akibatnya sistem

akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan biaya yang

terdistorsi. Memakai cara pendekatan sistem biaya tradisional, harga pokok

produksi suatu produk dapat menjadi lebih tinggi atau terlalu rendah karena

semua biaya yang terjadi dialokasikan berdasarkan volume. Informasi harga

pokok tersebut dapat menyesatkan manajemen dalam menentukan harga jual

yang dapat diterima pasar dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut maka terdapat suatu pendekatan yang mengatasi kekurangan-

Page 19: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

kekurangan dari sistem biaya tradisional yaitu sistem biaya berdasarkan

aktivitas. Activity Based Costing (ABC) mengalokasikan seluruh biaya yang

terjadi dalam proses produksi berdasarkan aktivitas sehingga informasi

tersebut dapat lebih tepat dalam penentuan harga jualnya. Sistem ABC dapat

menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat

membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh

pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan

kelemahan perusahaan (Blocher, 2006:225-226). Dalam lingkungan yang

memiliki keanekaragaman produk, sistem ABC menjanjikan keakuratan yang

lebih baik, dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar (Hansen

Mowen, 2006:153).

Tabel 1.1 di bawah ini adalah fenomena yang menggambarkan tentang

beberapa perusahaan yang menerapkan sistem activity based costing.

Tabel 1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang Beberapa Perusahaan

yang Menerapkan Sistem Activity Based Costing

Nama Perusahaan

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sumber

Euclid Engineering

• Sebagai hasil dari penelitian ABC, manajer Euclid menemukan bahwa perusahaan membelanjakan lebih banyak uang untuk memperkenalkan produk baru dibanding untuk beban tenaga kerja langsung dalam memproduksi barang

Robert.S Kaplan dan Robin Cooper,Cost and Effect:Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability and Performance (Boston:Harvard Business School Press,1998),hal.219-222.

Bersambung ke halaman berikutnya

Page 20: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 1.1 (Lanjutan)

Nama Perusahaan

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sumber

• Penelitian ABC juga membantu Euclid dalam hubungannya dengan pelanggan. Perincian biaya dari biaya untuk merancang dan merekayasa aktivitas membantu pelanggan dalam menentukan pilihan.

Diamond TransportationGroup,Inc. Lokasi: Philadelphia

• Analisis ABC tentang overhead perusahaan mengindikasikan bahwa terjadi distorsi biaya. Biaya rata-rata dari pengiriman sepeda lebih kecil 4.64% dari yang seharusnya.

• Setelah menggunakan ABC dalam analisis biaya, kini perusahaan mampu menciptakan solusi-solusi inovatif sesuai dengan tujuan pelanggan da lebih menghasilkan laba, dengan praktik bisnis yang lebih baik di tiap harinya.

Susan Greco,”Are We Making Money Yet?” INC.Juli 1996,hal.52-61, dan Cheryl A.Hodolitz,Diamond Transportastion Group,private communication.

Hospice Of Central Kentucky (HCK)

• Manajemen melakukan negosiasi untuk rencana kenaikan pembayaran dan menggunakan sistem ABC untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang biayanya.

• Sistem ABC kemudian digunakan untuk memperkirakan biaya rata -rata per hari rawat inap pasien dalam tingkatan penyakit yang berbeda.

Sidney J.Baxendale dan Victoria Dornbusch,”Activity Based Costing For A Hospice,”Strategic Finance,Maret 2000,hal 65-70.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 21: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Activity Based Costing (ABC) digunakan baik itu untuk industri jasa

maupun industri manufaktur. Industri yang akan diteliti pada penelitian ini

adalah rumah sakit. Perlu kita ketahui bahwa rumah sakit sebagai organisasi

yang berhubungan langsung dengan masyarakat memerlukan sebuah sistem

yang tepat dan akurat dalam menetapkan biaya pengobatan bagi masyarakat

yang sedang terganggu kesehatannya.

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh manusia,

karena kesehatan inti dalam kehidupan. Kesehatan harus mendapatkan

perhatian yang serius karena kesehatan itu mahal harganya. Jika kesehatan

menjadi masalah bagi masyarakat itu akan menurun dan akan berdampak pada

produktivitasnya. Oleh karena itu, kesehatan harus dijaga agar segala aktivitas

dalam kehidupan dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Dalam pertumbuhan

kehidupan masyarakat yang terus berkembang telah meningkatkan kesadaran

terhadap pentingnya kesehatan. Hal ini ditambah dengan makin beragamnya

jenis penyakit yang muncul di masyarakat.

Penelitian mengenai peranan dan kendala penerapan activity based

costing (ABC) dalam industri jasa pernah dilakukan oleh Aristanti

Widyaningsih (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ABC mampu

menciptakan keanekaragaman dari konsumsi sumber daya dan menunjukkan

bahwa sistem ABC sangat berguna untuk diterapkan pada perusahaan jasa.

Penelitian mengenai penerapan ABC dilakukan oleh Charoline Cheisviyanny

(2007). Hasil penelitian menunjukkan ABC juga dapat digunakan untuk

menganalisa profitabilitas pelanggan. Berikutnya penelitian yang dilakukan

Page 22: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

oleh Nunik L (2007), meneliti ABC sebagai metode untuk mengatasi

kekurangan sistem biaya tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa ABC

membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar

lebih tepat dan akurat. Analisis penerapan ABC dalam produksi program acara

televisi pernah dilakukan oleh Silky Ionian (2008) dan hasilnya menunjukan

bahwa metode biaya berdasarkan aktivitas memberikan dampak yang sangat

baik dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya

internal dalam kaitannya dengan proses produksi.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

terletak pada:

1. Penambahan variabel

Pada penelitian ini peneliti menambahkan traditional costing method

dalam perhitungan biaya.

2. Perbedaan industri yang diteliti

Jenis industri yang dipilih dalam penelitian ini adalah industri jasa,

yaitu Rumah Sakit Prikasih yang berada di Jalan Fatmawati No.74 Jakarta

Selatan, dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan pusat aktivitas

di antaranya yaitu Pasar Pondok Labu, Sekolah SMPN 85 dan SMAN 34

Jakarta serta dekat dengan Perumahan Komplek Angkatan Laut. Pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit Prikasih di antaranya seperti kegiatan

rawat jalan, pelayanan rawat inap, rawat gawat darurat,

Page 23: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

poliklinik spesialis, kamar bedah dan kamar operasi, ICU, laboratorium,

radiologi, instalansi, farmasi, fisioterapi yang mencakup pelayanan

penunjang medik.

Industri jasa dan industri manufaktur sebagai sebuah organisasi tentu

saja dituntut untuk mengotimalkan sumber daya dan dana yang dimiliki

dengan lebih efisien dan efektif. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan

kesehatan tentu saja dituntut dapat memberikan pelayanan yang terbaik yang

harus mengedepankan fungsi sosialnya untuk menjalankan kegiatannya untuk

menjamin kelangsungan hidup. Pada tarif pelayanan kesehatan yang

dibebankan oleh setiap rumah sakit kepada konsumen berbeda satu sama

lainnya. Berbicara tentang masalah kualitas, maka hal ini berkaitan langsung

dengan biaya yang dibutuhkan serta harga atau tarif yang ditetapkan untuk

produk dan jasa tersebut. Biasanya suatu produk atau jasa yang berkualitas

sangatlah mahal harganya. Biaya rumah sakit bagi masyarakat sangat mahal,

seperti biaya resep obat-obatan yang harus mereka beli di apotek yang

harganya juga tidak murah karena produsen obat masih mengimpor bahan

baku obat dari luar negeri. Banyak dari masyarakat ketika sakit harus

menjalani rawat inap di rumah sakit merasa sangat berat beban mereka karena

biaya yang dikeluarkan cukup besar. Bagi masyarakat kelas menengah ke

bawah hanya dapat menikmati ruang rawat inap kelas II atau kelas III dengan

pelayanan yang minim dan harus membuang jauh-jauh harapan mereka untuk

bisa dirawat di kelas VIP. Hal ini mungkin dikarenakan penetapan harga

kamar di beberapa rumah sakit masih menerapkan sistem tradisional yang

Page 24: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

mengakibatkan penentuan biaya masih cukup besar. Sama halnya dengan

industri manufaktur yang memproduksi barang kemudian menjualnya kepada

konsumen, perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan

menghasilkan produk yang lebih fungsional, dan meningkatkan efisiensi.

Menurut Lilis Yulifah (2004:43), harga jual suatu produk sering sudah

terbentuk di pasar, akan tetapi dalam penerapannya tetap harus

memperhatikan biaya produk tersebut. Hal ini karena perusahaan harus

mengetahui apakah harga yang Ia tetapkan memberi keuntungan atau tidak.

Biaya produk ini merupakan informasi internal yang dihasilkan oleh suatu

sistem akuntansi yaitu akuntansi biaya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian studi komparatif di Rs. Prikasih yang berlokasi di Jl.

Fatmawati No. 74 Jakarta Selatan dalam penentuan tarif kamar rawat inap

dengan Judul “Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif

Kamar Rawat Inap Rumah Sakit Melalui Traditional Costing Method Dan

Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih

Jakarta)”.

B. Perumusan Masalah

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan data yang diperoleh serta

terlalu luasnya pembahasan, maka dalam penelitian ini hanya membahas

tentang analisis penentuan tarif kamar rawat inap rumah sakit melalui

traditional costing method dan activity based costing. Sesuai dengan latar

Page 25: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

belakang masalah yang peneliti uraikan di atas, maka pokok masalah yang ada

dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana perhitungan biaya metode traditional costing method jika

diterapkan pada industri jasa?

2. Bagaimana perhitungan biaya metode activity based costing jika

diterapkan pada industri jasa?

3. Apakah metode activity based costing dapat menghasilkan perhitungan

biaya yang lebih menguntungkan dibandingkan metode traditional costing

method?

4. Keputusan apa yang akan dipilih oleh manajemen dari hasil perhitungan

dua metode tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perhitungan biaya metode traditional costing method jika diterapkan pada

industri jasa.

2. Perhitungan biaya metode activity based costing jika diterapkan pada

industri jasa.

3. Metode activity based costing dapat menghasilkan perhitungan biaya yang

lebih menguntungkan dibandingkan metode traditional costing method.

4. Keputusan yang akan dipilih oleh manajemen dari hasil perhitungan dua

metode tersebut.

Page 26: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi:

1. Manajemen rumah sakit, diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan

masukan, saran, ataupun bahan informasi untuk menentukan sistem yang

tepat dalam perhitungan biaya pada industri jasa.

2. Pegawai rumah sakit, diharapkan skripsi ini dapat meningkatkan kualitas

pegawai.

3. Pasien, diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dakam

menggunakan jasa rumah sakit.

4. Masyarakat, diharapkan skripsi ini dapat membantu pemerintah dalam

mengawasi mutu pelayanan rumah sakit.

Page 27: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi Biaya

Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:7) adalah “akuntansi

biaya sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian

biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu

serta penafsiran-penafsiran terhadapnya”. Carter and Usry (2006:11)

menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat

yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian,

memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang

bersifat rutin maupun strategis”.

Menurut Armanto Witjaksono (2006:45) dalam Siti Nurhasanah (2008:8)

“akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

meningkatkan perencanaan dan pengendalian”. Perencanaan di sini berarti

memilih objek yang hendak dicapai dan cara-cara untuk mencapainya.

Perencanaan dalam akuntansi biaya membantu manajemen dalam menetapkan

anggaran (budget), dan biaya yang ditentukan di muka (predetermined cost).

Sejalan dengan makin meningkatnya kebutuhan pihak manajemen

perusahaan akan informasi keuangan, maka keberadaan akuntansi biaya dalam

memperoleh data yang relevan sangat dibutuhkan. Hal ini mendorong semakin

berkembangnya akuntansi biaya agar dapat memberikan sumbangan yang

lebih berarti bagi yang membutuhkan.

Page 28: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Pengendalian berarti mengarahkan kegiatan-kegiatan sehingga hasil yang

dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian berhubungan dengan

masa sekarang, dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan budget

yang telah ditetapkan sebelumnya dan bila terjadi penyimpangan dilakukan

tindakan perbaikan atas penyimpangan tersebut. Selain itu, akuntansi biaya

menyediakan informasi mengenai pendapatan dan biaya yang berbeda yang

dapat berasal dari tindakan-tindakan alternatif. Berdasarkan informasi ini,

manajemen membuat keputusan-keputusan jangka pendek dan jangka panjang

mengenai memasuki pasar baru, mengembangkan produk baru, menghentikan

produk individual atau seluruh lini produk, membeli atau membuat sendiri

suatu komponen yang diperlukan oleh suatu produk, serta membeli atau

melakukan sewa guna usaha (leasing) (Carter and Usry, 2006:15).

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

akuntansi biaya adalah proses mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur,

melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur biaya untuk menyajikan biaya

produksi barang atau jasa dengan cara tertentu disertai penafsirannya untuk

meningkatkan perencanaan dan pengendalian, untuk memperbaiki kualitas dan

efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun

strategis. Tujuan akuntansi biaya menurut Bastian dan Nurlela (2009:11)

adalah menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen

dalam mengelola perusahaan atau defisi secara efektif. Oleh karena itu, perlu

dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan,

sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep

Page 29: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

”different cost different purpose” artinya berbeda biaya berbeda tujuan. Di

bawah ini adalah klasifikasi umum biaya dan jenis-jenis metode dalam

akuntansi biaya menurut Garrison and Noreen (2006) dan Carter and Usry

(2006).

1. Klasifikasi Umum Biaya

Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya

untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku

biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk pembuatan

keputusan. Garrison and Noreen (2006:50), mengklasifikasikan biaya

sebagai berikut:

a. Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

1) Bahan Langsung (Direct Material)

2) Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

3) Overhead

b. Biaya Non Produksi (Non-manufacturing)

c. Biaya Variabel (Variable Cost)

d. Biaya Tetap (Fixed Cost)

e. Biaya Langsung (Direct Cost)

f. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

g. Biaya Diferensial (Differential Cost)

h. Biaya Tertanam (Sunk Cost)

i. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Page 30: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

a. Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk

jadi. Biaya ini diklasifikasikan menjadi:

1) Bahan Langsung

Bahan langsung adalah bahan yang digunakan untuk

menghasilkan produk jadi disebut bahan baku atan bahan metah

(raw material). Bahan baku berkaitan dengan semua jenis bahan

yang digunakan dalam pembuatan produk jadi; dan produk jadi

suatu perusahaan dapat menjadi bahan baku perusahaan lainnya.

Bahan langsung (direct material) adalah bahan yang menjadi

bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri

secara fisik dan mudah ke produk tersebut.

2) Tenaga Kerja Langsung

Istilah tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan untuk biaya

tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi.

Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual

(touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja

tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja yang

tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk

disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor).

3) Overhead Pabrik

Overhead pabrik (manufacturing overhead) mencakup seluruh

biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan

Page 31: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan

tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan

perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak

properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:219), overhead pabrik adalah

bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung

lainnya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk

selesai atau tujuan akhir biaya. Istilah lain yang digunakan untuk

overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung.

b. Biaya Non Produksi (Non-manufacturing)

Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya

administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan

untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau

jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Contoh biaya pemasaran

adalah pengiklanan, pengiriman, komisi penjualan, dan lainnya.

Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional,

dan klirekal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi.

Contoh dari biaya administrasi adalah gaji eksekutif, akuntansi

umum, kesekretariatan, humas dan lainnya. Secara singkat ringkasan

terminologi biaya dapat dilihat pada gambar 2.1

Page 32: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Sumber: Garrison dan Noreen (2006:52)

Gambar 2.1

Ringkasan Terminologi Biaya

a. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional

dengan perubahan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan

dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, yang dijual,

jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang digunakan,

jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang bagus untuk

menggambarkan biaya variabel adalah biaya bahan langsung.

Biaya bahan langsung yang digunakan selama satu periode akan

Biaya Produksi

Biaya Administrasi

Overhead Bahan Langsung

Biaya Pemasaran atau Penjualan

Tenaga Kerja Langsung

Biaya Konversi Biaya Utama

Biaya Non Produksi

Page 33: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

bervariasi sesuai dengan tingkat unit yang dihasilkan. Salah satu

aspek yang menarik dalam biaya variabel adalah bahwa biaya

variabel selalu konstan apabila dinyatakan dalam harga per unit.

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:23), biaya variabel adalah

biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi

dalam rentang relevan tetapi secara per unit tetap.

b. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa

terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Menurut Bastian dan Nurlela

(2009:25), biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat

tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah.

Contoh biaya tetap adalah beban penyusutan, asuransi, pajak

properti, sewa, gaji supervisor dan sebagainya.

c. Biaya Langsung

Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan

mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan.

d. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat

ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Untuk

dapat ditelusuri ke objek biaya seperti produk tertentu, biaya

tersebut pasti disebabkan oleh objek biaya. Common cost adalah

biaya yang bersama-sama dinikmati oleh sejumlah objek biaya.

Page 34: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

e. Biaya Diferensiasi

Biaya diferensiasi (differential cost) adalah keputusan melibatkan

proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada. Dalam

keputusan bisnis, setiap alternatif memiliki konsekuensi biaya dan

manfaat yang harus dibandingkan dengan biaya dan manfaat akan

diperoleh dari alternatif lain yang tersedia. Biaya diferensial

disebut juga biaya marginal atau biaya inkremental.

f. Opportunity Cost

Biaya kesempatan atau biaya peluang (opportunity cost) adalah

manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah

dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia. Biaya kesemapatan

tidak selalu dicatat dalam akuntansi organisasi, tetapi merupakan

biaya yang harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pengambilan

keputusan.

g. Sunk Cost

Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah terjadi dan

tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuat saat ini atau

pun masa yang akan datang. Karena biaya tertanam tidak dapat

diubah oleh keputusan apapun, biaya tertanam bukanlah biaya

diferensial. Oleh karenanya biaya diferensial dapat diabaikan

dalam pengambilan keputusan.

Page 35: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2. Jenis-jenis Metode Dalam Akuntansi Biaya

Metode dalam akuntansi biaya menurut Carter and Usry (2006:127-495)

terbagi menjadi enam jenis, yaitu perhitungan biaya berdasarkan pesanan

(job order costing); perhitungan biaya berdasarkan proses (process

costing); perhitungan biaya untuk produk sampingan (by product) dan

produk gabungan (joint product); biaya mutu (the cost of quality); just in

time dan backflushing; perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity

based costing) dan manajemen berdasarkan aktivitas (activity based

management)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)

Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah sistem

perhitungan biaya produk yang mengakumulasikan biaya-biaya dan

membebankannya pada pesanan tertentu. Suatu pesanan adalah output

yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu

atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk

menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus

dapat diidentifikasikan secara terpisah. Rincian mengenai suatu

pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan yang dapat berbentuk kertas

atau elektronik (Carter and Usry, 2006:139). Sistem perhitungan biaya

berdasarkan pesanan sering kali digunakan oleh perusahaan menengah

hingga kecil yang memproduksi pesanan tersendiri dari pelanggan

(Blocher, 2006:152).

Page 36: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

b. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)

Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan

untuk industri yang memproduksi produk yang homogen secara terus

menerus. Semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya

selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang

dikonsumsi. Bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat

terdistorsi (Carter and Usry, 2006:155).

c. Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan (By Product) dan Produk

Gabungan (Joint Product)

Sistem perhitungan biaya untuk produk sampingan dan produk

gabungan sulit dihitung biayanya karena biaya gabungan yang

sesungguhnya tidak dapat dibagi sehingga metode alokasi yang

digunakan untuk menetukan biaya per unit dari produk gabungan

bersifat sedikit arbitrer. Perhitungan biaya produk sampingan dan

produk gabungan menyoroti masalah pembebanan biaya ke produk

yang asal, penggunaan peralatan, bahan baku, tenaga kerja, dan

fasilitas lainnya tidak dapat benar-benar ditentukan (Carter and Usry,

2006:247).

d. Biaya Mutu (The Cost Of Quality)

Manajemen mutu total (Total Quality Management-TQM) adalah

pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara

untuk memperbaiki mutu di semua proses dan akitivitas. Biaya mutu

terbagi menjadi 3 yaitu; biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya

Page 37: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

kegagalan. Pendekatan yang paling baik untuk perbaikan mutu adalah

untuk berkonsentrasi pada pencegahan yaitu mencari penyebab-

penyebab dari pemborosan dan inefisiensi, kemudian mengembangkan

rencana sistematis untuk menghilangkan penyebab-penyebab tersebut

(Carter and Usry, 2006:199-201).

e. Just In Time dan Backflushing

Just in time (JIT) adalah perhitungan biaya yang dipusatkan pada

pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Prinsip-prinsip JIT

dapat diterapkan dalam memperbaiki pemeliharaan rutin, seperti lokasi

dan pengaturan alat-alat, barang cetakan, dan perlengkapan yang

digunakan bersama-sama dengan mesin produksi. Aspek yang paling

terlihat dari JIT adalah untuk mengurangi persediaan barang dalam

proses (work in process) (Carter and Usry, 2006:321).

f. Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) dan

Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Management)

Menurut Carter and William (2009:528) perhitungan biaya

berdasarkan aktivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan

biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya

lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu

atau lebih faktor yang berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan

akuntansi biaya tradisional, Activity Based Costing (ABC)

mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.

Activity Based Manajemen (ABM) adalah penggunaan infoormasi

Page 38: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

yang diperoleh dari ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu

perusahaan. ABM menarik ABC sebagai sumber utama, informasinya

berfokus pada efisiensi, efektifitas, proses, dan aktivitas bisnis utama.

Manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan,

operasi, mengurangi biaya, atau meningkatkan nilai bagi pelanggan

dengan menggunakan ABM. Serta ABM dapat memperbaiki fokus

manajemen atas faktor-faktor kunci keberhasilan (critical success

factors-CSF) dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai

pelanggan, produk, dan aktivitas (Blocher, 2006:239).

Berdasarkan keenam jenis metode dalam akuntansi biaya di atas dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan akuntansi biaya itu pada dasarnya

sama yaitu menganalisis berbagai unsur biaya, serta melakukan

perencanaan dan pengendalian terhadap kualitas produk guna mencapai

keunggulan kompetitif.

B. Pengertian Traditional Costing Method

Semua perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun jasa

memerlukan suatu sistem akuntansi biaya yang tepat dan sesuai dengan

kondisi perusahaan. Sistem tersebut dirancang untuk memberikan informasi

biaya kepada manajemen yang berguna bagi pembuatan perencanaan,

keputusan, dan pengendalian biaya serta perhitungan biaya produksi.

Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah di

mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

Page 39: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem

biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang

terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain sistem biaya

tradisional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya.

Sistem akuntansi biaya tradisional mengklasifikasikan biaya atas biaya

langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan

ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin. Sedangkan

pengalokasian biaya overhead pabrik ke produk, dilakukan sistem

pembebanan dua tahap. Dengan sistem pembebanan biaya yang selama ini

dilakukan pada akuntansi biaya tradisional menimbulkan adanya distorsi

biaya, ini terlihat pada penggunaan unit related, padahal pada kenyataannya

ada aktivitas yang dikendalikan oleh batch related dan products sustaining

related. Penyebab distrorsi lainnya adalah adanya perbedaan rasio konsumsi

atau jasa yang diberikan oleh departemen jasa untuk setiap macam produk

yang dihasilkan. Akibatnya akan timbul produk-produk yang pengalokasian

biaya overheadnya undercosted atau overcosted. Distorsi semacam ini dapat

dihilangkan dengan mendesain ulang sistem biaya menggunakan pemicu biaya

aktual untuk masing-masing aktivitas, sehingga dapat menentukan biaya

dengan tepat ke produk. Inilah logika yang mendasari perubahan

pengembangan dari metode tradisional ke metode activity based costing.

Menurut Carter and Usry (2006:109) sistem perhitungan harga pokok

dalam sistem akuntansi biaya tradisional dibagi menjadi dua yaitu, sistem

Page 40: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

perhitungan berdasarkan pesanan (job order cost system) sistem perhitungan

berdasarkan proses (process cost system).

1. Sistem perhitungan berdasarkan pesanan

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya ditelusuri dan

dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan

harga rata-rata per unit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan

juga digunakan secara luas dalam perusahaan jasa seperti rumah sakit,

kantor konsultan hukum, studio film, kantor akuntan, agen iklan, toko

reparasi. Menggunakan sistem pengumpulan biaya dengan perhitungan

biaya berdasarkan pesanan untuk keperluan akuntansi dan tagihan.

2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses

Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya digunakan untuk

industri yang memproduksi produk yang homogen secara terus-menerus

seperti batu bata, keping jagung (corn flake), atau kertas.

Persamaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan

biaya berdasarkan proses menurut Garrison and Noreen (2006:204) adalah

sebagai berikut:

1. Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama, yaitu membebankan

biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke produk dan memberikan

mekanisme perhitungan biaya per unit.

2. Kedua sistem menggunakan manufaktur yang sama termasuk overhead

pabrik, bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi.

Page 41: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

3. Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk

kedua sistem itu.

Adapun perbedaan antara perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan

perhitungan biaya berdasarkan proses menurut Garisson and Noreen

(2006:205) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan dan

Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Perhitungan biaya berdasarkan pesanan

Perhitungan biaya berdasarkan proses

1. Pekerjaan yang berbeda dikerjakan pada periode yang berbeda, dan memiliki pesanan produksi yang berbeda pula.

2. Biaya dihitung secara individual untuk masing-masing pekerjaan.

3. Kartu biaya merupakan dokumen pengendali biaya berdasarkan pekerjaan.

4. Biaya per unit dihitung berdasarkan pekerjaan.

1.Seluruh unit produk identik dan diproduksi secara kontinyu.

2.Biaya dihitung per departemen. 3.Laporan departemen produksi

merupakan dokumen penting yang menunjukkan akumulasi biaya per departemen.

4.Biaya per unit dihitung per departemen.

Sumber: Garrison dan Noreen, 2006:205

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi

biaya tradisional adalah pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara

tertentu serta penafsiran-penafsiran terhadapnya atas nilai persediaan yang

dilaporkan dalam laporan laba rugi. Dalam perhitungan sistem tradisional

memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan manajer yang

mempunyai wewenang atas terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya

overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang

Page 42: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

diproduksi. Akibatnya, sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan

perhitungan yang terdistorsi.

Sistem akuntansi biaya tradisional merupakan struktur dasar di dalam

sistem akuntansi biaya yang menunjukkan kebutuhan untuk menentukan biaya

per unit produk pada sebuah laporan eksternal yang syarat-syaratnya

diterapkan oleh perusahaan atau peraturan pajak pemerintah. Semua biaya

yang dikonsumsikan oleh produk sangat berhubungan di dalam menentukan

laporan keuangan sebagai dasar penetapan pendapatan perusahaan. Penekanan

biaya pada masing-masing produk dalam sistem tradisional ini didasarkan

pada ukuran jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin, jumlah unit produk

yang diproduksi dan pengukuran yang berhubungan dengan unit produksi.

Sistem perhitungan tradisional memfokuskan pengendaliannya terhadap

biaya dengan cara menghubung biaya dengan manajer yang memnpunyai

wewenang atas terjadinya biaya. Pada kenyataanya sekarang banyak biaya

overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang

diproduksi akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan biaya

yang terdistorsi.

Alokasi biaya overhead dapat dilakukan dengan memilih basis alokasi

yang umumnya digunakan untuk perusahaan manufaktur maupun jasa. Basis

alokasi (allocation base) adalah suatu ukuran seperti jam tenaga kerja

langsung atau jam mesin yang digunakan untuk membebankan biaya

overhead ke produk atau jasa. Basis alokasi yang umumnya digunakan adalah

jam kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Selain itu jam mesin

Page 43: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

ataupun unit produk (untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis

produk) biasanya juga dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya

overhead.

Menurut Mulyadi (2005:200), ada beberapa dasar yang digunakan untuk

membebankan biaya overhead pabrik, yaitu unit produksi; biaya bahan

langsung; biaya pekerja langsung; jam kerja langsung; dan jam pemakaian

mesin.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Unit Produksi

Tarif overhead pabrik berdasarkan unit produksi dihitung sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Overhead pabrik per unit

Estimasi unit produksi

2. Biaya Bahan Langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya bahan langsung dihitung sebagai

berikut:

Estimasi overhead pabrik = Persentase dari overhead per biaya

Estimasi biaya bahan langsung bahan langsung

3. Biaya pekerja langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya pekerja langsung dihitung

sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Persentase biaya pekerja langsung

Estimasi biaya pekerja langsung

4. Jam kerja langsung

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam kerja langsung dihitung

sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Estimasi overhead pabrik = Tarif per jam langsung

Estimasi jam kerja langsung

5. Jam pemakaian mesin

Tarif overhead pabrik berdasarkan biaya jam pemakaian mesin dihitung

sebagai berikut:

Estimasi overhead pabrik = Tarif per jam pemakaian mesin

Estimasi jam pemakaian mesin

Apabila dianalsisa dari konsep yang dijelaskan oleh Mulyadi di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa overhead pabrik harus dimasukkan bersama-sama

dengan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung karena overhead

juga termasuk biaya produk.

C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method

Kelebihan perhitungan biaya tradisional menurut Horngern (2005:42)

adalah:

1. Sistem perhitungan biaya tradisional mudah diterapkan karena sistem ini

lebih sederhana maka lebih mudah dimengerti oleh pekerja sehingga

mudah diterapkan.

2. Memberikan laporan manajemen dengan menunjukan biaya yang

dikeluarkan.

3. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kelemahan sistem biaya tradisional menurut Carter dan Usry (2006:513-

515) adalah sebagai berikut:

Page 45: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

1. Oleh karena sistem akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan

manufaktur, perusahaan jasa dan dagang tidak dapat memanfaatkan

akuntansi biaya untuk merencanakan dan mengimplementasikan program

pengurangan biaya dan perhitungan object cost secara akurat.

2. Oleh karena fokus biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi,

biaya-biaya di luar produksi (seperti biaya pemasaran, biaya administrasi

dan umum) yang mulai signifikan jumlahnya tidak mendapatkan perhatian

yang memadai dari manajemen.

3. Oleh karena akuntansi biaya tardisional pada penyediaan informasi biaya

bagi pihak luar perusahaan, manajemen tidak memperoleh informasi biaya

untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang biaya produk yang

akurat.

4. Oleh karena pengendalian biaya melalui sistem biaya standar hanya

difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sistem pengendalian biaya

seperti tidak baik untuk perusahaan yang memiliki biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung yang proporsinya tidak signifikan

dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk.

5. Pengaitan biaya dengan responsive manager dan pembandingan biaya

sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per pusat pertanggung

jawaban, serta analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi tidak

dapat menunjukkan penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang terjadi.

Page 46: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

6. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam

memperlakukan overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan

tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang sembarang.

7. Dalam lingkungan bisnis di dalamnya customer dominan, biaya-biaya

yang menjadi pilihan customer menjadi meningkat, seperti biaya set up

mesin karena semakin pemilihnya sifat customer.

Kelemahan traditional costing method menurut Garrison and Noreen

(2006:442-443):

1. Untuk biaya nonproduksi, akuntansi biaya tradisional hanya

membebankan ke produk. Beban penjualan, umum dan administrasi

diperlakukan sebagai beban periodik dan tidak dibebankan ke produk.

2. Untuk biaya produksi dan perhitungan biaya berdasarkan proses, akuntansi

tradisional membebankan semua biaya produksi ke produk, bahkan biaya

produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, sebagian

upah untuk keamanan pabrik akan dialokasikan ke produk meskipun upah

penjaga keamanan tersebut sama sekali tidak terpengaruh apakah

perusahaan berproduksi atau tidak.

3. Untuk biaya kapasitas tak terpakai, akuntansi biaya tradisional menghitung

tarif overhead yang ditentukan di muka dihitung dengan membagi

anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang dianggarkan

seperti jam kerja langsung.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

tradisional costing method memang lebih mudah diterapkan dan sesuai

Page 47: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dengan pronsip akuntansi yang berlaku umum, namun akuntansi tradisional

membebankan semua biaya produksi ke produk, bahkan biaya produksi yang

tidak disebabkan oleh produk yang pada akhirnya menyebabkan terdistorsinya

biaya.

D. Pengertian Sistem Activity Based Costing

Istilah activity costing bukanlah istilah yang baru. Staubus di tahun 1971

telah menulis buku berjudul ”Activity Cost and Input Output Accounting”.

Dalam bukunya tersebut Ia menyatakan bahwa ”activity accounting is

essential to cost control” (Staubus, 1971:11) dalam Basuki (2001:180).

Bahkan Vater (1954) yang juga dikutip oleh Staubus (1971:11) dalam Basuki

(2001:180), menyatakan ”cost must be related to things being done, and this

largely a matter of setting against decisions” (huruf tebal dari penulis,

Basuki). Berdasarkan situasi tersebut sebetulnya jauh di tahun 1954, Vater

sudah berusaha mengkaitkan antara biaya dengan sesuatu aktivitas yang

dilakukan. Kemudian pada tahun 1987, penetapan biaya berdasarkan aktivitas

didefinisikan dengan jelas pertama kali oleh Robert S. Kaplan dan W. Burns

dalam buku mereka akuntansi dan manajemen ”A field Study Perspective”

dalam Basuki (2001:180). Fokus mereka adalah pada lingkungan manufaktur

di mana peningkatan teknologi dan perbaikan produktivitas relatif telah

mengurangi proporsi biaya tenaga kerja langsung dan bahan, tetapi relatif

meningkatkan proporsi biaya tidak langsung. Sebagai contoh, peningkatan

otomasi telah mengurangi penggunaan tenaga kerja yang merupakan biaya

Page 48: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

langsung, namun juga meningkatkan depresiasi yang merupakan biaya tidak

langsung.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran akuntansi, sistem ABC

merupakan sistem tercepat yang diterapkan oleh para praktisi sejak ide sistem

tersebut dikemukakan pada akhir tahun 1989 oleh Robert S. Kaplan dan Robin

Cooper. Survey terhadap 179 perusahaan di Inggris oleh Nicholls yang

dilakukan pada Mei 1990-Januari 1991 menunjukan bahwa 10% telah

menerapkan ABC secara utuh, 18% telah menerapkan sebagai pilot project,

62% mempelajari ABC dalam rangka penerapannya, 5% sedang menerapkan,

dan 5% sisanya tidak berminat menerapkannya (Nicholls, 1992:22) dalam

Basuki (2001:180). Survey ini memperkuat penelitian oleh Bailey (1991) yang

menyatakan bahwa sejak November 1988-Juli 1990 sudah 10 perusahaan

besar di Inggris menerapkan sistem ABC, walaupun beberapa di antaranya

adalah perusahaan Amerika Serikat, seperti IBM dan Hewlett-Packard

(Basuki, 2001:180).

Kondisi saat dan tempat lahirnya sistem activity based costing

mengakibatkan sistem tersebut hanya akan memberikan manfaat optimum bila

diterapkan pada kondisinya. Kondisi ini disebut dengan ”conventional

wisdom” yaitu keadaan yang menyebabkan lahirnya ABC dan merupakan

keadaan yang paling cocok untuk ABC diterapkan (Basuki, 2001:182). The

conventional wisdom tersebut adalah sebagai berikut:

1. Operasi perusahaan mempunyai upah langsung antara 5-10% dari total

biaya produksi.

Page 49: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2. Tenaga kerja langsung rendah, variasi dan kompleksitas produk tinggi.

3. Diversitas volume produksi tinggi, dan terdapat diversitas ukuran bahan

dan set up.

4. Biaya overhead sangat tinggi karena adanya otomatisasi dan proses

produksi yang dipandu komputer (computer-aided production).

Berbeda dengan kondisi conventional wisdom, perusahaan di Indonesia

mempunyai kondisi yang berbeda dengan yang disyaratkan ABC. Kondisi

yang akan sering ditemukan di banyak perusahaan di Indonesia adalah tenaga

kerja langsung tinggi, overhead rendah sampai menengah, dan penggunaan

komputer teknologi dalam proses belum banyak digunakan. Walaupun

terdapat perbedaan situasi antara kondisi perusahaan di Indonesia dengan

conventional wisdom, penerapan sistem ABC di Indonesia diharapkan mampu

memberikan informasi biaya yang lebih akurat, dapat dipercaya, dan lebih

relevan sehingga mampu memberikan informasi biaya bagi manajemen untuk

pengambilan keputusan. Perlu diingat, bahwa sistem ABC bukan hanya

sekedar sistem biaya, melainkan juga sistem manajemen. Indonesia adalah

negara yang mempunyai banyak sumber daya manusia dan industrinya sedang

bergerak ke arah teknologi tinggi. Oleh karena itu, akan sangat beruntung bagi

Indonesia bila dapat menikmati keunggulan sistem ABC yang sudah dinikmati

negara-negara maju, sehingga Indonesia akan dapat bersaing dengan mereka,

atau paling tidak untuk survive dalam pasar global. Inilah alasan mengapa

peneliti memilih sistem activity based costing untuk penelitiannya.

Page 50: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:24) activity based costing adalah

metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya

pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti

produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk

mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan

objek biaya.

Menurut Carter dan William (2009:528) perhitungan biaya berdasarkan

aktivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat

penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang berkaitan

dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, activity

based costing mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih

menyeluruh.

Menurut Amin Widjaja (2009:80) perhitungan biaya berdasar aktivitas

adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya

ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang

dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan

perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan

hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Biaya dari sumber daya dibebankan ke

aktivitas berdasarkan aktivitas yang menggunakan sumber daya (penggerak

konsumsi sumber daya) dan biaya dari aktivitas dibebankan ke objek biaya

berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya (penggerak konsumsi

Page 51: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

aktivitas). Activity based costing membebankan biaya overhead pabrik ke

objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya dan

aktivitas juga biayanya serta jumlah yang dibutuhkan untuk memproduksi

output. Penggunaan penggerak biaya konsumsi sumber daya dapat membantu

perusahaan menentukan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas

dan menghitung biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian perusahaan

membebankan biaya dari suatu aktivitas ke produk atau jasa dengan

mengalikan biaya dari setiap aktivitas dengan junlah aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap objek biaya.

Menurut Garrison and Noreen (2006:440) perhitungan biaya berdasarkan

aktivitas (activity based costing) adalah metode perhitungan biaya (costing)

yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk

keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi

kapasitas dan juga biaya tetap. Dari keempat definisi di atas, dapat

disimpulkan yang dimaksud dengan activity based costing adalah suatu sistem

perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil

memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya overhead

untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam pengambilan

keputusan. Tujuan dari sistem perhitungan biaya tradisional adalah untuk

menilai secara tepat persediaan dan harga pokok penjualan untuk pelaporan

eksternal, sedangkan tujuan dari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

adalah untuk memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen.

Page 52: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:25) komponen utama yang

membentuk activity based costing adalah sumber daya (resources); pemicu

konsumsi sumber daya (resources driver); aktivitas (activity); pemicu aktivitas

(activity driver); objek biaya (cost objects).

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya (resources), adalah segala unit ekonomi yang digunakan

perusahaan untuk mengadakan aktivitas, seperti: bahan baku, tenaga kerja,

perlengkapan yang digunakan dan faktor produksi lainnya.

2. Pemicu konsumsi sumber daya (resources driver), dasar yang digunakan

untuk melacak sumber daya yang digunakan di dalam setiap aktivitas.

Atau ukuran kuantitas dari sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu

aktivitas, contoh luas ruangan yang disewa untuk setiap aktivitas, jumlah

jam kerja yang dihabiskan untuk setiap aktivitas.

3. Aktivitas (activity), suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh

perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian, dan

pengambilan keputusan bagi manajemen. Jumlah biaya aktivitas

ditentukan dengan melacak sumber daya yang dipakai oleh aktivitas

dengan pemicu konsumsi sumber daya. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk

membebankan biaya ke objek biaya, dikenal dengan aktivitas biaya yang

dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver).

4. Pemicu aktivitas (activity driver), suatu ukuran frekuensi dan intensitas

dari permintaan akan suatu aktivitas oleh suatu produk atau jasa layanan.

Pemicu aktivitas ini sama seperti pemicu sumber daya guna melacak biaya

Page 53: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

aktivitas ke objek biaya, yang dipakai untuk membebankan biaya ke

produk atau jasa layanan.

5. Objek biaya (cost objects), adalah tempat biaya di mana biaya atau

aktivitas diakumulasikan atau diukur. Objek biaya dapat berupa

pelanggan, produk, jasa layanan, kontrak, proyek, atau unit kerja lain yang

memerlukan pengukuran biaya tersendiri.

Ada beberapa tahapan penerapan activity based costing menurut Bastian

dan Nurlela (2009:26), yaitu:

1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

a. Aktivitas tingkat unit.

b. Aktivitas tingkat batch.

c. Aktivitas tingkat produk.

d. Aktivitas tingkat pelanggan.

e. Aktivitas pemeliharaan organisasi.

2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas

dan ukuran aktivitas.

6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Page 54: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

1. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

Tahapan utama dan pertama dalam menerapkan activity based costing

(ABC) adalah mengidentifikasi aktivitas yang menjadi dasar sistem

tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan waktu dan

membutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum yang

dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap semua

orang yang terlibat atau semua tingkat supervisi atau semua manajer yang

menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan

aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan diperoleh catatan

aktivitas yang cukup beragam dan rumit. Adapun aktivitas yang cukup

beragam tersebut, dapat digabungkan menjadi lima tingkat aktivitas, yaitu

aktivitas tingkat unit; batch; produk; pelanggan; dan pemeliharaan

organisasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas tingkat unit.

Dilakukan oleh setiap unit produksi. Biaya aktivitas unit bersifat

proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh: biaya

pekerja untuk operator peralatan produksi, ini menjadi aktivitas tingkat

unit, karena pekerja tersebut cenderung dikonsumsi secara

proporsional dengan jumlah unit produksi.

b. Aktivitas tingkat batch.

Dilakukan setiap batch yang diproses, tanpa memperhatikan berapa

unit yang terdapat dalam batch tersebut. Contoh: membuat pesanan

pelanggan, penataan peralatan, pengaturan pengiriman pesanan

Page 55: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

pelanggan, ini merupakan aktivitas tingkat batch. Biaya tingkat batch

lebih tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan, bukan jumlah unit

yang diproduksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran lainnya.

c. Aktivitas tingkat produk.

Aktivitas ini berkaitan dengan produk yang spesifik dan umumnya

dikerjakan tanpa memperhatikan berapapun unit yang diproduksi atau

berapapun batch yang dihasilkan atau dijual. Contoh: biaya

perancangan produk, biaya untuk mengiklan produk, biaya gaji staf

dan manajer produksi.

d. Aktivitas tingkat pelanggan.

Aktivitas ini berkaitan dengan pelanggan yang spesifik meliputi

aktivitas menelepon pelanggan dalam rangka penjualan, pengiriman

katalog, dukungan teknis purna jual yang untuk semua produk

e. Aktivitas pemeliharaan organisasi.

Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang

diproduksi, berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan dan

pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktivitas kebersihan kantor,

pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan penyusunan

laporan keuangan untuk internal maupun eksternal.

Penggabungan aktivitas dalam sistem ABC, setiap aktivitas harus

dikelompokkan dalam tingkatan yang sesuai, dengan memperhatikan

aktivitas-aktivitas yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu

tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan memiliki

Page 56: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan

pelanggan, sehingga kedua aktivitas tingkat batch ini dapat digabung,

tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya overhead yang

berhubungan dengan aktivitas yang sama dikenal dengan cost pool, yang

akan digunakan untuk menghitung tarif pembebanan ke setiap aktivitas.

2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

Tahap kedua dalam menerapkan sistem ABC adalah sejauh mungkin

menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang

menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya,

seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi

perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana biaya tersebut

terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua biaya bisa

ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti: pemrosesan pesanan,

di mana semua departemen pembelian dapat ditelusuri ke aktivitas ini.

Dalam sistem ABC sangat umum overhead terkait dengan beberapa

aktivitas. Untuk kondisi seperti tersebut, biaya departemen dapat dibagi ke

beberapa kelompok atau pool aktivitas dengan menggunakan proses

alokasi tahap pertama, yaitu membebankan overhead ke pool biaya

aktivitas.

Page 57: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

4. Menghitung tarif aktivitas.

Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke

produk dihitung, dengan menentukan total aktivitas sesungguhnya yang

diperlukan untuk mmeproduksi bauran produk dan untuk melayani

pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas dengan

membagi total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas dengan total

pemicu aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas

dan ukuran aktivitas.

Langkah berikut dalam penerapan sistem ABC disebut alokasi tahap

kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke

produk atau pelanggan dengan cara mengalikan tarif pool aktivitas dengan

ukuran aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau jasa

layanan.

6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.

Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke produk

atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.

Activity based costing merupakan suatu sistem perhitungan biaya dengan

penjumlahan seluruh biaya akuntansi yang memproduksi barang dan jasa yang

Pembebanan = pool rate x jumlah aktivitas yang dikonsumsi

Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas

Total pemicu aktivitas

Page 58: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

jumlahnya lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya

bagi manajer dalam pengambilam keputusan. ABC dapat dijadikan salah satu

alternatif referensi oleh pengelola perusahaan untuk dapat mengidentifikasi

berbagai biaya yang terserap pada produk. Sistem ABC berusaha menelusuri

seluruh biaya yang terserap dalam pelaksanaan produksi sampai produk dapat

dipasarkan. Pada intinya sistem ABC menguraikan berbagai biaya yang belum

jelas pengalokasiannya yang dalam hal ini penekanannya pada biaya overhead

yang biasanya sangat sulit mengidentifikasikannya dan dengan

teridentifikasinya seluruh biaya maka diharapkan biaya per produk telah dapat

mencerminkan seluruh biaya yang terserap pada produk tersebut.

E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing

Walaupun activity based costing (ABC) terlihat lebih unggul dari sistem

biaya tradisional, ABC tetap memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun

kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu para manajemen

puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di lingkungan

organisasi mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memproleh

manfaat yang lebih, jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Manfaat

yang diperoleh dalam penerapan activity based costing menurut Bastian dan

Nurlela (2009:29) adalah ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat,

dapat memperbaiki pengambilan keputusan, dan memungkinkan manajemen

melakukan perbaikan secara terus menerus. Penjelasannya adalah sebagai

berikut:

Page 59: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

1. Activity based costing (ABC) menyajikan pengukuran yang lebih akurat

tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu

manajemen untuk menigkatkan nilai produk dan nilai proses dengan

membuat keputusan yang lebi baik tentang desain produk, mengendalikan

biaya secara lebih akurat dan membantu perkembangan proyek-proyek

yang meningkatkan nilai.

2. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.

Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based costing,

percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang

digunakan activity based costing, akan mengurangi kemungkinan

kesalahan dalam pengambilan keputusan.

3. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus.

Banyak perushaan berusaha untuk mengurangi biaya, guna menawarkan

produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan biaya. Dengan

menggunakan activity based costing, biaya yang dikeluarkan akan terlihat

dengan jelas pada setiap aktivitas di mana biaya yang tidak mempunyai

nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi lebih cepat.

Kelebihan activity based costing menurut William dan Carter (2009:545)

adalah sebagai berikut:

1. Activity based costing (ABC) mengharuskan manajer melakukan

perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya

2. ABC mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara

berfikir mereka mengenai biaya. Misal, pada awalnya sulit bagi manajer

Page 60: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

untuk memahami bagaimana ABC dapat menunjukan bahwa produk

bervolume tinggi ternyata merugi padahal analisis margin kontribusi

menunjukkan bahwa harga jual melebihi biaya produksi variabel.

3. ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya jangka panjang

dari setiap produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak

pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.

4. ABC menunjukkan seberapa banyak aktivitas tingkat batch dan tingkat

produk yang didedikasikan untuk setiap produk dan bukan seberapa

banyak penghematan yang akan terjadi jika lebih sedikit produk atau batch

diproduksi.

Kelebihan sistem ABC menurut Blocher (2006:232) adalah sebagai

berikut:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.

Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan

informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih

akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik

tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.

2. Keputusan dan kendali yang lebih baik.

Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang

biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas.

3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas.

Activity based costing membantu manajer mengidentifikasi dan

mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.

Page 61: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kelebihan activity based

costing (ABC), maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan

ABC akan mampu memperbaiki mutu pengambilan keputusan,

memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap

aktivitas untuk mengurangi biaya overhead, serta memberikan kemudahan

dalam penentuan biaya relevan. Pada akhirnya ABC mampu menyediakan

informasi biaya berdasarkan aktivitas untuk memungkinkan manajemen dan

karyawan melakukan manajemen berbasis aktivitas (activity based

management-ABM).

Kelemahan activity based costing (ABC) menurut Bastian dan Nurlela

(2009:30), adalah penerapan ABC yang lebih mahal; sulitnya merubah pola

kebiasaan manajer; mudahnya data ABC disalah artikan; dan bentuk laporan

yang kurang sesuai.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Dibandingkan sistem biaya tradisional yang hanya membebankan biaya

cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, ABC membutuhkan

berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa, dan

dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat

keakuratan yang didapat yang pada akhirnya mengakibatkan biaya yang

tinggi.

2. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.

Merubah pola kebiasaan manajer membutuhkan waktu penyesuaian,

karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya tradisional

Page 62: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dalam operasinya dan juga digunakan sebagai evaluasi kinerja, maka

dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawanan dari para

karyawan. Jika hal ini terjadi maka penerapan sistem ABC akan

mengalami kegagalan.

3. Mudahnya data activity based costing disalah artikan.

Dalam praktek, data ABC dengan mudah disalah artikan dan harus

digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang

dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya

dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil

keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC, para

pengambil keputusan harus dapat mengidentifikasi biaya mana yang betul-

betul relevan dengan keputusan saat itu.

4. Bentuk laporan kurang sesuai.

Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan ABC tidak sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi

perusahaan yang menerapkan ABC harus menyusun laporan biaya yang

berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal

ini membutuhkan waktu biaya tambahan.

Kelemahan activity based costing menurut Blocher (2006:233), adalah

alokasi; mengabaikan biaya; mahal dan menghabiskan waktu.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atu

aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin

Page 63: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran

volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas

yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya

pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik,

asuransi pabrik, dan pajak bumi dan bangunan untuk pabrik.

2. Mengabaikan biaya.

Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak

mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa

tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk

aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian, dan pengembangan,

dan rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri

ke suatu produk atau jasa. Biaya produk tidak termasuk biaya-biaya ini

karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan

mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.

3. Mahal dan menghabiskan waktu.

Perhitungan biaya berdasar aktivitas tidak murah dan membutuhkan waktu

yang banyak untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan

dan organisasi yang telah menggunakan system perhitungan biaya

tradisional berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru cenderung

sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan

manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih

untuk mengembangkan dan melaksanakan activity based costing dengan

sukses.

Page 64: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa dalam menerapkan sistem ABC memerlukan biaya yang mahal, oleh

karena itu perusahaan yang akan menerapkan sistem ini perlu

mempertimbangkan biaya dan manfaatnya (cost and benefit). Di samping itu

seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ABC diperlukan oleh perusahaan

yang memiliki diversifikasi produk yang tinggi. Jadi jika menghasilkan

produk tunggal penggunaan ABC ini tidak efisien, karena semua biaya dalam

hubungannya dengan produk merupakan biaya langsung.

F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan Activity Based Costing

Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan

activity based costing menurut Carter & Usry (2006:499) antara lain:

1. Activity based costing (ABC) menggunakan cost driver lebih banyak

dibandingkan traditional costing method yang hanya menggunakan satu

atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga ABC mempunyai tingkat

ketelitian lebih tinggi dalam penentuan harga pokok produk bila

dibandingkan dengan sistem tradisional.

2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan

berapa besar overhead pabrik yang akan dialokasikan pada suatu produk

tertentu. Traditional costing method mengalokasikan biaya overhead

berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.

3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan

traditional costing concept lebih mengutamakan pada kinerja keuangan

Page 65: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat mengukurnya dengan

cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method digunakan untuk

penetapan harga pokok dan untuk mengidentifikasikan produk yang

menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.

4. ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 (empat) kategori yaitu: unit,

batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi biaya

overhead dalam unit yang lain.

Perbedaan antara perhitungan traditional costing method dengan activity

based costing menurut Amin Widjaja (2009:100) antara lain:

1. Activity based costing mengunakan penggerak biaya berdasarkan aktivitas

(termasuk yang berdasarkan volume maupun yang tidak berdasarkan

volume), sedangkan traditional costing method menggunakan penggerak

biaya berdasarkan volume.

2. ABC membebankan biaya overhead pertama ke pusat biaya aktivitas dan

kedua ke sebelum produk atau jasa, sedangkan traditional costing method

membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan kedua ke

produk atau jasa.

3. ABC fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas serta pemecahan

masalah lintas fungsional, sedangkan traditional costing method fokus

pada pengelolaan biaya departemen fungsional atau pusat

pertanggungjawaban.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai perbedaan sistem activity

based costing dengan traditional costing method maka dapat disimpulkan

Page 66: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

bahwa ABC memiliki beberapa keunggulan yaitu ABC membagi konsumsi

overhead ke dalam empat kategori yaitu unit, batch, produk, dan fasilitas.

Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan traditional

costing method lebih mengutamakan pada kinerja keuangan jangka pendek,

seperti laba.

G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap

Pembebanan biaya dua tahap (two stage cost assigment) membebankan

biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau

tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan

jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya

berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke

tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau

jasa. Meskipun demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional

kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius

khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait

dengan volume output dan perusahaan memproduksi produk dengan

kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau

kompleksitas. Prosedur dua tahap traditional costing method dapat di lihat

dalam gambar 2.2 berikut ini:

Page 67: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Sumber: Blocher (2008:123)

Gambar 2.2 The Volume-Based Two-Stage Procedure

Sistem activity based costing (ABC) berbeda dari sistem perhitungan

biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada

aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan

(Blocher, 2006:224). Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke

aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya dari

aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan

menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur

permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat

penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap dalam ABC

mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan.

Indirect Cost (Overhead)

Cost Object Second Stage: Plant level or department costs assigned to costs objects using volume-based costs drivers.

Costs Pools: The plant or the deparment in the plant

Fisrt Stage: Direct materials and labor assigned to cost object; overhead costs assigned to department directly or aggregated to plant

Resources

Direct Materials and Direct Labor

Page 68: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau

ukuran-ukran yang mencerminkan permintaan objek biaya atas aktivitas

perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa

dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Prosedur

dua tahap ABC dapat di lihat dalam gambar 2.3 di bawah ini:

Sumber: Blocher, 2008:123

Gambar 2.3 The Activity-Based Two-Stage Procedure

H. Kerangka Pemikiran

Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa.

Industri jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan

kepada pelanggan. Objek yang akan diteliti untuk industri jasa adalah tarif

Indirect Cost (Overhead)

Costs Object

Second Stage:Activity cost pools assigned to cost objects using activity consumption cost drivers

Costs Pools: The activities in the plant

Fisrt Stage: Direct materials and labor assigned to cost objects; overhead costs assigned to activities using resources consumption cost drivers

Resources

Direct Materials and Direct Labor

Page 69: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Oleh karena itu peneliti

bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang penerapan activity based

costing apakah dapat lebih akurat dalam menghitung biaya produksi dibanding

dengan tradisional costing concept. Berdasarkan penjelasan di atas, maka

dapat ditarik kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.4 Model Kerangka Pemikiran

Metode Perhitungan Biaya

Activity Based Costing Traditional costing concept

Perbandingan

Kelemahan Keunggulan

Keputusan Manajemen

Page 70: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

I. Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan

Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 Mehmet C. Kocakulah, Ph.D. (2007)

Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dilakukan pada industri perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industri jasa.

ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya.

Page 71: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 2.2 (Lanjutan)

2 Nunik L. D (2007)

ABC Sistem: Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nunik L. D dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan variabel activity based costing dan traditional costing concept.

Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda.

ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa.

3 Charoline Cheisviyany (2007)

Penerapan Activity Based Costing untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Charoline dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas

Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management (CRM) dalam menganalisa

Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi.

Page 72: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 2.2 (Lanjutan)

pada produk. Persamaan lainnya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan metode field research.

profitabilitas.

4 Aristanti Widyaningsih (2009)

Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) dalam industri jasa

Persamaan penelitian Aristanti dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti peranan ABC pada industri jasa.

Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya.

Pada intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industri jasa.

Page 73: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang

penerapan traditional costing concept dengan activity based costing (ABC)

pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Prikasih

yang beralamat di Jl. Fatmawati No. 74 Jakarta Selatan dengan objek

penelitian penentuan tarif kamar rawat inap. Data yang dibutuhkan untuk

penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2009, direct cost, direct labor, dan biaya overhead yang terkait

dengan kamar rawat.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research)

adalah metode pengumpulan data utama untuk penelitian kualitatif yang

terdiri dari interview, observasi, dan analisis dokumen (Sujoko Efferin,

2004:137).

1. Interview/wawancara

Interview dapat diartikan sebagai percakapan dengan tujuan tertentu

(Burgess, 1984 dikutip oleh Mason, 1996 dalam Sujoko Efferin,

Page 74: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2004:138). Interview dapat pula dilakukan untuk mendapatkan data

tentang suatu aktivitas yang telah usai.

2. Observasi

Obervasi adalah kegiatan, di mana peneliti melibatkan dirinya secara

langsung pada situasi yang diteliti secara sistematis mengamati berbagai

dimensi yang ada termasuk interaksi, hubungan, tindakan, kejadian, dsb

(Mason, 1996:60 dalam Sujoko Efferin, 2004:144). Dalam penelitian kali

ini peneliti adalah pelaku sekaligus pengamat pada keterlibatan aktif.

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan salah satu metode terpenting pada penelitian

kualitatif untuk mendapatkan data yang berasal dari catatan-catatan

tertulis. Dokumen juga dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan

verifikasi maupun pembanding untuk data-data lainnya yang telah

diperoleh melalui interview dan observasi.

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan

objek penelitian, baik itu berupa catatan hasil interview, dokumen, serta

laporan-laporan yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview,

observasi, dan analisis dokumen, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang mengarahkannya untuk mengambil data yang dibutuhkan. Setelah data

Page 75: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

didapat kemudian dibandingkan dengan teori (theoritical comparison) yang

digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.

Data dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan activity based

costing menurut Garrison dan Noreen (2006:438-487), meliputi:

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.

2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.

3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas.

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas

dan ukuran aktivitas.

6. Hubungan manfaat penerapan activity based costing dengan pengambilan

keputusan manajemen yaitu keputusan operasional mengenai perbaikan

biaya produksi.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity based

costing dan traditional costing concept untuk menentukan harga pokok

produk. Dalam bagian ini, peneliti menguraikan definisi operasional variabel

dan pengukuran masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Activity Based Costing

Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik

kesimpulan bahwa activity based costing adalah adalah suatu sistem

perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil

Page 76: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya

overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam

pengambilan keputusan. Dalam perhitungan sistem activity based costing

biaya hanya dibebankan kepada produk apabila ada alasan yang mendasar

bahwa biaya tersebut mempengaruhi produk yang dibuat. Pengukuran

dilakukan dengan menghitung ulang harga pokok produk berdasarkan teori

activity based costing dalam buku Garrison dan Noreen (2006).

2. Traditional Costing Concept

Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik

kesimpulan bahwa akuntansi biaya tradisional adalah pencatatan,

penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan

produk atau jasa denagn cara-cara tertentu serta penafsiran-penafsiran

terhadapnya atas nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.

Dalam perhitungan sistem tradisional memfokuskan pengendaliannya

terhadap biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas

terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya overhead pabrik yang

tidak berhubungan denagn volume produk yang diproduksi. Akibatnya

sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan yang

terdistorsi. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel ini

adalah sistem perhitungan biaya yang digunakan oleh perusahaan selama

ini.

Page 77: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Company Profile Rumah Sakit Prikasih

1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Prikasih

Yayasan Putra Prikasih bertujuan membantu program pemerintah

dibidang pelayanan kesehatan melalui usaha mengelola rumah sakit umum

dan rumah sakit bersalin, mengelola apotek, poliklinik umum dan

poliklinik spesialis serta usaha-usaha lain yang sah. Usaha tersebut dimulai

dengan membuka Kelompok Praktek Bersama yang dibina mulai tahun

1984 dengan gedung dua tingkat di atas tanah seluas 3000 m yang

beralamat di Jalan RS. Fatmawati No.74 Pondok Labu Cilandak Jakarta

Selatan 12450. Izin prinsip diperoleh dari Kanwil Depkes DKI Jakarta

dengan SK Nomor: 536/Kanwil/YKR-2.1/1984 tanggal 30 Januari 1985.

Gedung tersebut diberi nama “Prikasih” untuk mengenang almarhumah

Ibu Aminah Prikasih yaitu ibu dari keluarga para pendiri dengan harapan

dapat mengembangkan usaha tersebut sehingga nama “Prikasih” tetap

melekat abadi.

Pada awal tahun 1987 diputuskan untuk meningkatkan Kelompok

Praktek Bersama menjadi Rumah Sakit Umum Swasta dengan Izin prinsip

dari Kakanwil Depkes DKI Jakarta dengan SK Nomor:

6.660/Kanwil/YKM-2/VII/87, dan pada pertengahan tahun 1996 dilakukan

suatu “feasibility study” yang antara lain menunjukan bahwa RS. Prikasih

Page 78: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

memiliki fasilitas dan pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan golongan menengah ke bawah yang saat itu masih

terbuka luas. Untuk lebih menyikapi kebutuhan tersebut, sebagai tahap

awal Rumah Sakit Prikasih melalakukan beberapa peningkatan fasilitas

unit pelayanan seperti instalasi farmasi, ruang kantor, kamar jenazah,

ruang laboratorium dan sebagainya dengan menyediakan 68 kamar tidur

yang terus meningkat hingga saat ini telah mencapai 124 tempat tidur.

Dalam hal ini rumah sakit telah pula menjadi anggota Persatuan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan Ikatan Rumah Sakit Jakarta

Metropolitan (IRSJAM). Bersamaan dengan itu diproses izin

penyelenggaraan perpanjangan I (pertama) rumah sakit dengan terbitnya

Surat Keputusan Menkes & KesSos RI Nomor: YM.02.04.2.2.268 tentang

pemberian izin tetap kepada PT. Putra Aminah Prikasih untuk

menyelenggarakan rumah sakit umum dangan nama “Rumah Sakit

Prikasih”.

Selain pembenahan kesiapan fisik rumah sakit yang berkelas C+ ini,

manajemen juga mempersiapkan sumber daya manusia dan melakukan

perubahan kinerja ke arah yang lebih baik, antara lain dengan membuat

prosedur yang lebih jelas, struktur organisasi yang lebih professional yang

mengacu pada persyaratan akreditasi rumah sakit guna menunjukan

eksistensi dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

Page 79: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2. Alamat Rumah Sakit Prikasih

Jalan Rs. Fatmawati No. 74 Pondok Labu Jakarta Selatan

Telp. (021) 75901174, 7501192, 7504667 (hunting), Fax. 750148

Email: [email protected] dan [email protected]

3. Visi dan Misi Rumah Sakit Prikasih

Visi :“Menjadikan rumah sakit yang maju, mandiri, dan berkembang.”

Misi :“Membantu pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan yang

professional, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat di wilayah

Jakarta Selatan khususnya golongan menengah ke bawah.”

4. Motto Rumah Sakit Prikasih

“Terbaik Bagi Anda. Terbaik Bagi Kami”, mengiringi langkah

perusahaan dalam melaksanakan visi dan misi serta sebagai landasan

kebangkitan perjuangan untuk mencapai era globalisasi.

5. Falsafah Rumah Sakit Prikasih

Pendiri Rumah Sakit Prikasih bercita-cita mendirikan dan

mengembangkan rumah sakit ini sebagai manifestasi kecintaan mereka

kepada Ibunda Aminah Prikasih dengan mewujudkan keikhlasan, amal

sholeh, dan dedikasi Beliau kepada masyarakat, khususnya golongan

menengah ke bawah. Dibalik cita-cita tersebut terkandung keinginan untuk

melestarikan nilai-nilai budaya tradisional masayarakat sekitar rumah sakit

prikasih serta mengangkat mereka dengan sentuhan modernisasi di bidang

kesehatan ke taraf yang sejajar dengan masyarakat yang lebih maju.

Page 80: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

6. Tujuan Rumah Sakit Prikasih

Terselanggaranya rumah sakit umum yang memberikan pelayanan

kesehatan dasar dan spesifik yang ditunjang peralatan yang memadai dan

berkualitas yang dapat diketengahkan.

7. Fasilitas dan Pelayanan

Rumah Sakit Prikasih didukung oleh para dokter spesialis dari

berbagai disiplin ilmu kedokteran, fasilitas pemeriksaan penunjang dan

perawatan.

a. Pelayanan gawat darurat (UGD) 24 jam

b. Pelayanan rawat inap, terdiri dari kelas utama I, II, III A dan B

meliputi:

1) Rawat inap umum

2) Rawat inap anak

3) Rawat inap isolasi

4) Rawat inap bersalin

5) Rawat inap bayi

6) Rawat pasca bedah dan non infeksius

7) Rawat inap semi intensif (HCU)

c. Palayanan rawat jalan, terdiri dari pelayanan poliklinik meliputi:

1) Poliklinik anak (paeditrics)

2) Poliklinik kandungan dan kebidanan (obstetric & gynaecology)

3) Poliklinik penyakit dalam (internal medicine)

4) Poliklinik penyakit dalam ginjal & hipertensi

Page 81: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

5) Poliklinik mata (opthalmology)

6) Poliklinik paru (pulmonology)

7) Poliklinik psikologi (psychology)

8) Poliklinik jiwa (psychiatry)

9) Poliklinik bedah umum (general surgery)

10) Poliklinik bedah plastic (plastic surgery)

11) Poliklinik bedah saluran kemih (urology)

12) Poliklinik bedah tulang (orthopaedic surgery)

13) Poliklinik bedah tumor (oncology)

14) Poliklinik bedah mulut (oral surgey)

15) Poliklinik gigi

16) Poliklinik jantung

17) Poliklinik THT

18) Poliklinik kulit dan kelamin

19) Poliklinik syaraf

20) Poliklinik konsultasi gizi

21) Poliklinik fisioterapi

22) Klinik klub hidup sehat

d. Pelayanan dan fasilitas meliputi:

1) Pelayanan operasi

2) Pelayanan bersalin

3) Pelayanan instalasi farmasi

4) Pelayanan laboratorium klinik 24 jam

Page 82: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

5) Pelayanan radiology (rontgen) 24 jam

6) Pelayanan penunjang diagnostic

7) Pelayanan medical check up (MCU)

8) Pelayanan optik

9) Pelayanan jenazah

10) Pelayanan rekam medik

11) Pelayanan ambulance 24 jam

12) Pelayanan kafetaria

13) Pelayanan ruang ibadah (mushola)

8. Kerjasama Perusahaan Pelanggan dengan Rumah Sakit Prikasih

a. Kerjasama dengan Perusahaan Umum

1) Administrasi Medika (AdMedika), PT

2) Adira Mobilindo, PT

3) Dai Nippon Printing Indonesia (DNP), PT

4) Frisian Flag Indonesia, PT

5) Indocement Tunggal, PT

6) Megapolitan, PT

7) Metropolitan Kentjana (Unit Wisma Pondok Indah), PT

8) Mitra Keluarga Piranti Sehat, PT

9) Pertamina Tongkang, PT

10) PLN (Persero), PT

11) Purna Bina Indonesia, PT

12) Samsung Electronic Indonesia, PT

Page 83: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

13) Samudera Indonesia, PT

14) Trakindo Utama, PT

b. Kerjasama dengan Perusahaan Asuransi:

1) Mitra Keluarga Piranti Sehat, PT

2) Asih Eka Abadi, PT (Internasional SOS)

3) AXA Asisstance Indonesia

4) Asuransi Jiwa Austindo (As.Indrapura)

5) Bina Dana Artha Tbk, Asuransi PT

6) BNI Jiwasraya, Asuransi PT

7) Asuransi Manulife Inti (ING Aetna Life)

8) Eka Life, AJ PT

9) Ganesha Danamas, Asuransi PT

10) Global Asisstance

11) Lippo General Insurance Tbk, PT

12) Medexs Visi Medika, PT

13) Mitra Kesehatan Jaya

14) Multi Artha Guna, Asuransi PT

15) JPKM – Syahida

16) Sinar Mas AJ, PT

17) Tugu Mandiri AJ

18) Yankes Bank Mandiri

19) Medex Visi Medika

20) Mitra Kesehatan Jaya

Page 84: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

B. Perhitungan Konsep Biaya Traditional Menurut Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai organisasi sosial ekonomi memerlukan

pembiayaan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatannya tanpa

meninggalkan ciri sosialnya. Rumah sakit harus bersifat sosial sehingga

mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah, namun di

lain pihak harus dikelola sedemikian rupa sehingga bertahan hidup dan

mempertahankan kualitas pelayanannya.

Saat ini masih banyak rumah sakit yang menggunakan sistem

akuntansi tradisional dalam perhitungan biaya yang mana akan

menghasilkan biaya yang terdistorsi. Hal ini mendorong seluruh elemen

baik manajemen rumah sakit maupun stakeholder untuk menghitung

secara riil berapa biaya pelayanan yang dibutuhkan sehingga bisa menjadi

alat advokasi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

Rumah Sakit Prikasih adalah salah satu rumah sakit swasta yang

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, lengkap, dan

terjangkau karena RS. Prikasih tidak hanya memiliki fungsi komersial

tetapi juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi

rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan

biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat

inap.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), harga

pokok pelayanan pasien adalah beban-beban yang timbul dari semua

kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Page 85: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Harga pokok pelayanan pasien dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis,

yaitu:

a. Biaya Langsung

b. Tenaga Kerja Langsung

c. Biaya Tidak langsung

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Biaya langsung adalah biaya yang timbul dari penggunaan bahan-bahan

yang terkait langsung dengan pemberian pelayanan pasien dalam

rangka rawat inap, rawat jalan, penunjang medis dan pelayanan pasien

lainnya.

1) Biaya langsung rawat inap

Biaya rawat inap terdiri atas biaya bahan medis, makan dan minum

pasien, biaya pemakaian paket perawatan.

2) Biaya langsung rawat jalan

Biaya rawat jalan terdiri atas biaya bahan medis, linen, makan dan

minum tenaga medis.

3) Biaya langsung penunjang medis

Biaya penunjang medis terdiri atas biaya untuk pembelian oksigen,

pembelian N2O, linen, pemeriksaan laboratorium.

4) Biaya langsung pelayanan pasien

Biaya pelayanan pasien terdiri atas linen, pemeriksaan

laboratorium, material unit.

Page 86: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

b. Tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul dari pembayaran

tenaga kerja yang terkait langsung dengan pemberian pelayanan pasien

dalam rangka rawat inap, rawat jalan, penunjang medis, dan pelayanan

kesehatan lainnya. Tenaga kerja langsung terdiri atas:

1) Gaji tenaga medis seperti dokter dan perawat.

2) Insentif tenaga kerja lain yang terkait dengan pelayanan pasien,

misalnya supir ambulance.

c. Biaya tidak langsung adalah biaya yang timbul dari alokasi biaya

aktiva tetap dan biaya pendukung lain dalam rangka pelayanan pasien,

yaitu:

1) Penyusutan inventaris medis.

2) Penyusutan inventaris kendaraan.

3) Beban energi (BBM ambulance)

Untuk pelayanan rawat inap Rumah Sakit Prikasih memiliki 4 jenis

ruang rawat inap, yaitu:

a. Ruang Rawat Umum, terdiri dari

1) kelas utama (Flamboyan)

2) kelas 1 (Mawar)

3) kelas II dewasa (Teratai)

4) kelas II anak (Teratai)

5) kelas III (Cempaka dan Melati)

b. Ruang Rawat Khusus

1) ruang isolasi (Cempaka)

Page 87: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2) ruang rawat anak kelas III (Cempaka)

3) ruang rawat anak kelas III (Teratai)

4) ruang HCU (HCU)

5) ruang perinatal

c. Ruang Rawat Bedah

1) kelas 1 (Anggrek)

2) kelas II A (Anggrek)

3) kelas II B (Anggrek)

4) kelas III (Anggrek)

d. Ruang Rawat Bersalin

1) kelas 1 (Kenanga A)

2) kelas II (Kenanga B)

3) kelas III (Kenanga C)

4) kamar bayi

Sampel pada penelitian ini adalah ruang rawat umum yang terdiri dari

ruang Flamboyan, Mawar, Teratai, dan Melati. Ada hal yang menarik

dalam pengakuan biaya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Prikasih. Sesuai

dengan kebijakan internalnya perusahaan menggunakan cost unit dan

profit unit dalam mengakui biaya. Cost unit didasarkan pada unit

penunjang umum dan profit unit didasarkan pada unit kamar rawat inap.

Begitu pula dalam menetapkan tarif kamar rawat inap. Perusahaan tidak

memiliki perhitungan baku yang menjadi dasar dalam penyusunan tarif.

Page 88: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Manajemen hanya melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang

melatarbelakangi perusahaan dalam menyusun tarif.

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi manajemen RS. Prikasih

dalam menyusun sebuah tarif kamar rawat inap adalah sebagai berikut:

a. Tarif kamar rawat inap tahun lalu

Manajemen rumah sakit menyusun sebuah tarif, baik itu untuk rawat

jalan maupun rawat inap adalah tiga bulan sebelum akhir tahun.

Manejemen mempertimbangkan apakah pendapatan dari pembayaran

kamar rawat inap tahun lalu mampu menanggung seluruh beban

operasional yang terkait dengan kamar rawat. Dari analisa tersebut

kemudian manajemen merencanakan anggaran tarif kamar rawat inap

untuk tahun berikutnya.

b. Kenaikan/penurunan inflasi

Kenaikan/penurunan inflasi juga mempengaruhi penetapan tarif kamar

rawat inap. Manajemen memperhatikan keadaan ekonomi yang terjadi

sebelum menyusun anggaran. Jika terjadi kenaikan inflasi sebesar

10%, maka manajemen juga menyesuaikan anggaran tarif sebesar

kenaikan inflasi tersebut.

c. Hasil survey perusahaan terhadap rumah sakit pesaing

Meskipun rumah sakit adalah sebuah organisasi non profit namun

harus tetap mampu bersaing di pasaran. Perusahaan harus memiliki

keunggulan dari pesaingnya serta harus memiliki strategi bagaimana

cara supaya rumah sakit mampu menyediakan pelayanan terbaik tanpa

Page 89: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

harus memberatkan pasien dengan tarif yang tinggi. Hal ini tentunya

agar perusahaan dapat melanjutkan life cyclenya. Kompetitor Rumah

Sakit Prikasih dari lingkungan sekitar adalah:

- Rs. Puri Cinere

Alamat: Jl Maribaya Blok F2 No.1-10 Cinere-Limo Depok.

- RSUD Fatmawati

Alamat: Jl. RS Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan. Lokasi,

Jakarta Selatan. Telpon, 021-7501524.

- Rs. Marinir Cilandak

Alamat: Jl. Raya Cilandak KKO, Pasar Minggu Jakarta Selatan.

- Rs. Setia Mitra

Alamat: Jl. RS Fatmawati No. 80-82, Jakarta Selatan. Lokasi,

Jakarta Selatan. Telpon, 021-7656000, 021-7510567.

d. Biaya per unit

Biaya per unit menunjukan perincian biaya yang telah dikeluarkan

perusahaan untuk setiap unitnya. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa perusahaan menggunakan cost unit dan profit unit

dalam mengakui biaya. Cost unit didasarkan pada unit penunjang

umum yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

baik itu untuk biaya medis ataupun non medis dan profit unit

didasarkan pada unit kamar rawat inap yang menghasilkan pendapatan

bagi perusahaan.

Page 90: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah

di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya

produk. Sistem biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume

produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain

sistem biaya tradisional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem

biaya. Berikut ini adalah perhitungan tarif kamar dengan menggunakan

traditional costing method pada 4 jenis ruang rawat inap, yaitu ruang rawat

inap Flamboyan, Mawar, Teratai, dan Melati.

1. Ruang Rawat Inap Flamboyan

a. Biaya bahan medis

Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien adalah Rp 1.828,57.

Contoh biaya bahan medis yang dibebankan kepada pasien adalah

penggunaan kapas antiseptik, perban pada area infuse, serta jarum

suntik.

b. Biaya makan dan minum pasien

- Makan pagi Rp 10.531,7 - Makan siang Rp 10.531,7 - Makan malam Rp 10.531,7 Rp 31.593,1

c. Gaji perawat

Ada 16 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar utama

Flamboyan. gaji perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah

Rp 1.571.083,547. Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang

perawat adalah Rp 67.629,364. THR dan bonus yang diterima tiap

Page 91: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

orang perawat tiap tahunnya adalah Rp 2.202.352,063. Apabila THR

dan bonus dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang

diterima oleh tiap orang perawat tiap bulan adalah Rp 183.529,338.

Tabel 4.1 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Flamboyan Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.571.083,547 / 720 Jam Rp 2.182,06 /Jam Jamsostek Rp 67.629,364 / 720 Jam Rp 93,93 /Jam THR dan bonus Rp 183.529,338 / 720 Jam Rp 254,9 /Jam Total gaji dan tunjangan Rp 2.530,89 /Jam

Sumber: Data di olah

Tabel 4.1 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima tiap

orang perawat kamar Flamboyan per jam kerja. Gaji pokok sebesar

Rp 2.182,06/jam; jamsostek sebesar Rp 93,93/jam; serta THR dan bonus

sebesar Rp 254,9/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang dikeluarkan

untuk perawat Flamboyan per jam nya adalah Rp 2.530,89.

Tabel 4.2 Jam kerja (Shift) Perawat Kamar Flamboyan

Shift Jam masuk

Jam pulang

Total jam kerja

Jumlah perawat

Gaji dan tunjangan Total

1 07.00 WIB

14.00 WIB 7 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 53.148,69

2 14.00 WIB

21.00 WIB 7 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 53.148,69

3 21.00 WIB

07.00 WIB

10 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 75.926,7

9 orang Rp 182.224,08 Sumber: Data di olah

Tabel 4.2 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan

oleh perusahaan per hari untuk kamar Flamboyan, yaitu sebesar

Rp 182.224,08. Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas.

Catatan:

- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.

Page 92: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.

- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.

d. Beban penyusutan peralatan

Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 17.142.000,00, maka

penyusutan perhari adalah sebagai berikut:

Rp 17.142.000,00 = Rp 46.964,38

365 hari Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam

perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan

ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 1, hal. 122).

e. Biaya linen

Biaya linen yang dibebankan kepada pasien per harinya adalah

Rp 1.988,77. Contoh linen dalam kamar rawat inap adalah sprei, gordeyn,

dan selimut.

f. Biaya pemakaian perlengkapan

Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah

Rp 7.702,38.

g. Biaya kebersihan

Biaya kebersihan terbagi menjadi dua. Kebersihan untuk gas laundry dan

bahan serta kebersihan untuk mencuci linen dan kebersihan ruangan,

sedangkan biaya kebersihan untuk pemusnahan sampah medis adalah

biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk memusnahkan sampah medis.

Dalam hal ini pihak rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu

PT. Medifest. Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang

Page 93: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dibebankan ke pasien tiap harinya adalah Rp 4.778,91. Biaya kebersihan

untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien tiap harinya

adalah Rp 4.268,97.

h. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan kamar utama Flamboyan selama tahun 2009 adalah

Rp 5.760.000,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap

hari pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.142,85.

i. Biaya material unit

Pada tahun 2009, ruang rawat inap Flamboyan mengalami perbaikan dan

menghabiskan biaya Rp 228.380,00. Oleh karena itu untuk pembebanan

tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 45,31 per pasien per harinya.

j. Biaya listrik

Biaya listrik kamar utama Flamboyan secara keseluruhan selama tahun

2009 adalah Rp 9.461.281,00. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar

Flamboyan selama tahun 2009 adalah Rp 688.662,93. Apabila dibebankan

ke pasien, maka biaya listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah

Rp 1.886,74. Beban listrik sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam

perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan

ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 1, hal. 122).

2. Ruang Rawat Inap Mawar

a. Biaya bahan medis

Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien adalah Rp 1.799,43.

Page 94: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

b. Biaya makan dan minum pasien

- Makan pagi Rp 10.531,7 - Makan siang Rp 10.531,7 - Makan malam Rp 10.531,7 Rp 31.593,1

c. Gaji perawat

Ada 19 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Mawar.

Gaji perbulan yang diterima tiap orang perawat Kamar Mawar

adalah Rp 1.221.561,991. Jamsostek perbulan yang diterima tiap

orang perawat adalah Rp 49.044,798. THR dan bonus yang diterima

tiap orang perawat tiap tahunnya adalah Rp 1.290.852,895. Apabila

THR dan bonus dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang

diterima oleh tiap orang perawat tiap bulan adalah Rp 107.571,00.

Tabel 4.3 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Mawar Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.221.561,991 / 720 Jam Rp 1.696,613 /JamJamsostek Rp 49.044,798 / 720 Jam Rp 68,118 /Jam THR dan bonus Rp 107.571 / 720 Jam Rp 149,404 / Jam Total gaji dan tunjangan Rp 1.914,135 /Jam

Sumber: Data di olah Tabel 4.3 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima

tiap orang perawat kamar Mawar per jam kerja. Gaji pokok sebesar

Rp 1.696,613/jam; jamsostek sebesar Rp 68,118/jam; serta THR dan

bonus sebesar Rp 149,404/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang

dikeluarkan untuk perawat Flamboyan per jam nya adalah Rp

1.914,135.

Page 95: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 4.4 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Mawar

Shift Jam masuk

Jam pulang

Total jam kerja

Jumlah perawat

Gaji dan tunjangan Total

1 07.00 WIB

14.00 WIB 7 Jam 3 orang

Rp 1.914,135 / Jam Rp 40.196,835

2 14.00 WIB

21.00 WIB 7 Jam 3 orang

Rp 1.914,135 / Jam Rp 40.196,835

3 21.00 WIB

07.00 WIB 10 Jam 3 orang

Rp 1.914,135 / Jam Rp 57.424,05

9 orang Rp 137.817,72 Sumber: Data di olah

Tabel 4.4 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan oleh

perusahaan per hari untuk kamar Mawar, yaitu sebesar Rp 137.817,72.

Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas dengan pembagian waktu

kerja yang terbagi menjadi 3 shift.

Catatan:

- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.

- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.

- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.

d. Beban penyusutan peralatan

Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 16.167.000,00 maka

penyusutan perhari adalah

Rp 16.167.000,00 = Rp 44.293,15 365 hari

Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam

perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan

ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 2, hal. 123).

Page 96: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

e. Biaya linen

Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Mawar per

harinya adalah Rp 1.088,54.

f. Biaya pemakaian perlengkapan

Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien kamar Mawar

adalah Rp 7.599,43.

g. Biaya kebersihan

Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke pasien

rawat inap kamar Mawar tiap harinya adalah Rp 549,55. Biaya kebersihan

untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien tiap harinya

adalah Rp 6.990,44.

h. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan kamar Mawar selama tahun 2009 adalah

Rp 9.750.000,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap

hari pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.934,52.

i. Biaya material unit

Pada tahun 2009, ruang rawat inap Mawar mengalami perbaikan dan

menghabiskan biaya Rp 3.800.000,00. Oleh karena itu untuk pembebanan

tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 753,96 per pasien per harinya.

j. Biaya listrik

Biaya listrik kamar Mawar secara keseluruhan selama tahun 2009 adalah

Rp 7.425.978. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar Mawar selama

tahun 2009 adalah Rp 530.427. Apabila dibebankan ke pasien, maka biaya

Page 97: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah Rp 1.453,22. Beban listrik

sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan laba rugi kamar.

Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien rawat inap (bisa

dilihat pada lampiran 2, hal. 123)

3. Ruang Rawat Inap Teratai

a. Biaya bahan medis

Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien dalam kamar rawat

inap Teratai adalah Rp 1.463,21.

b. Biaya makan dan minum pasien

- Makan pagi Rp 8.248,33 - Makan siang Rp 8.248,33 - Makan malam Rp 8.248,33 Rp 24.745,00

c. Gaji perawat

Ada 27 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Teratai. Gaji

perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah Rp 1.405.157,481.

Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah

Rp 57.144,024. THR dan bonus yang diterima tiap orang perawat

tiap tahunnya adalah Rp 1.825.900,889. Apabila THR dan bonus

dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang diterima oleh tiap

orang perawat tiap bulan adalah Rp 152.158,407.

Tabel 4.5 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Teratai Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.405.157,481/ 720 Jam Rp 1.951,6 / Jam Jamsostek Rp 57.144,024/ 720 Jam Rp 79,37 /Jam THR dan bonus Rp 152.158,407/ 720 Jam Rp 211,33 / Jam

Page 98: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Total gaji dan tunjangan Rp 2.242,3 / Jam Sumber: Data di olah

Tabel 4.5 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima

tiap orang perawat kamar Teratai per jam kerja. Gaji pokok sebesar

Rp 1.951,6/jam; jamsostek sebesar Rp 79,37/jam; serta THR dan

bonus sebesar Rp 211,33/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang

dikeluarkan untuk perawat Teratai per jam nya adalah Rp 2.242,3.

Tabel 4.6 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Teratai

Shift Jam masuk

Jam pulang

Total jam kerja

Jumlah perawat

Gaji dan tunjangan Total

1 07.00 WIB

14.00 WIB 7 Jam 4 orang

Rp 2.242,3 / Jam Rp 62.784,4

2 14.00 WIB

21.00 WIB 7 Jam 4 orang

Rp 2.242,3 / Jam Rp 62.784,4

3 21.00 WIB

07.00 WIB 10 Jam 4 orang

Rp 2.242,3 / Jam Rp 89.692,00

12 orang Rp 215.260,8 Sumber: Data di olah

Tabel 4.6 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan

oleh perusahaan per hari untuk kamar Teratai, yaitu sebesar

Rp 215.260,8. Dalam 1 hari ada 12 orang perawat yang bertugas

dengan pembagian waktu kerja yang terbagi menjadi 3 shift.

Catatan:

- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.

- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.

- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.

d. Beban penyusutan peralatan

Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 16.167.000,00 maka

penyusutan perhari adalah

Page 99: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Rp 13.017.000 = Rp 35.663,01

365 hari

Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam

perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan

ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 3, hal. 124).

e. Biaya linen

Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Teratai per

harinya adalah Rp 2.923,22.

f. Biaya pemakaian perlengkapan

Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah

Rp 10.037,34.

g. Biaya kebersihan

Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke

pasien rawat inap kamar Teratai tiap harinya adalah Rp 579,29. Biaya

kebersihan untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien

tiap harinya adalah Rp 1.999,73.

h. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan kamar Teratai selama tahun 2009 adalah Rp

6.779.500,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap hari

pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.345,13.

i. Biaya material unit

Page 100: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Pada tahun 2009, ruang rawat inap Teratai mengalami perbaikan dan

menghabiskan biaya Rp 2.932.650,00. Oleh karena itu untuk pembebanan

tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 581,87 per pasien per harinya.

j. Biaya listrik

Biaya listrik kamar Teratai secara keseluruhan selama tahun 2009 adalah

Rp 8.332.473,00. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar Teratai selama

tahun 2009 adalah Rp 595.176,64. Apabila dibebankan ke pasien, maka

biaya listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah Rp 1.630,62. Beban

listrik sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan laba rugi

kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien rawat inap

(dapat dilihat pada lampiran 3, hal. 124).

4. Ruang Rawat Inap Melati

a. Biaya bahan medis

Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien dalam kamar rawat

inap Teratai adalah Rp 880,53.

b. Biaya makan dan minum pasien

- Makan pagi Rp 6.768,33 - Makan siang Rp 6.768,33 - Makan malam Rp 6.768,33 Rp 20.305,00

c. Gaji perawat

Ada 19 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Melati. Gaji

perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah Rp 1.201.000,00.

Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah

Rp 45.791,00. THR dan bonus yang diterima tiap orang perawat tiap

Page 101: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

tahunnya adalah Rp 1.290.000,00. Apabila THR dan bonus

dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang diterima oleh tiap

orang perawat tiap bulan adalah Rp 107.500,00.

Tabel 4.7 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat

Kamar Melati Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.201.000,00/ 720 Jam Rp 1.668,05 /Jam Jamsostek Rp 45.791,00/ 720 Jam Rp 63,59 /Jam THR dan bonus Rp 107.500,00/ 720 Jam Rp 149,3 /Jam Total gaji dan tunjangan Rp 1.880,94 /Jam

Sumber: Data diolah

Tabel 4.7 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima tiap

orang perawat kamar Melati per jam kerja. Gaji pokok sebesar Rp

1.668,05/jam; jamsostek sebesar Rp 63,59/jam; serta THR dan bonus

sebesar Rp 149,3/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang dikeluarkan

untuk perawat Melati per jam nya adalah Rp 1.880,94.

Tabel 4.8 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Melati

ShiftJam masuk

Jam pulang

Total jam kerja

Jumlah perawat

Gaji dan tunjangan Total

107.00 WIB

14.00 WIB 7 Jam 3 orang

Rp 1.880,94 / Jam Rp 39.499,74

214.00 WIB

21.00 WIB 7 Jam 3 orang

Rp 1.880,94 / Jam Rp 39.499,74

321.00 WIB

07.00 WIB

10 Jam 3 orang

Rp 1.880,94 / Jam Rp 56.428,2

9 orang Rp 135.427,2 Sumber: Data diolah

Tabel 4.8 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan oleh

perusahaan per hari untuk kamar Teratai, yaitu sebesar Rp 215.260,8.

Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas dengan pembagian waktu

kerja yang terbagi menjadi 3 shift.

Page 102: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Catatan:

- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.

- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.

- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.

d. Beban penyusutan peralatan

Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 11.067.000,00 maka

penyusutan perhari adalah:

Rp 11.067.000,00 = Rp 30.320,54 365 hari Beban penyusutan peralatan untuk kamar Melati per harinya adalah

Rp 30.320,54. Sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan

laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien

rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 4, hal. 125).

e. Biaya linen

Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Melati per

harinya adalah Rp 626,73.

f. Biaya pemakaian perlengkapan

Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah

Rp 16.363,92.

g. Biaya kebersihan

Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke

pasien rawat inap kamar Melati tiap harinya adalah Rp 506,42. Biaya

kebersihan untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien

tiap harinya adalah Rp 5.873,32.

h. Biaya pemeliharaan

Page 103: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Biaya pemeliharaan selama tahun 2009 adalah Rp 4.320.000,00. Apabila

dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap hari pasien dikenakan

biaya pemeliharaan sebesar Rp 600,00.

i. Biaya material unit

Pada tahun 2009, ruang rawat inap Melati mengalami perbaikan dan

menghabiskan biaya Rp 191.900,00. Oleh karena itu untuk pembebanan

tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 106,61 per pasien per harinya

j. Biaya listrik

Biaya listrik selama tahun 2009 adalah Rp 6.821.648,00. Sehingga biaya

listrik untuk tiap kamar Melati selama tahun 2009 adalah Rp 341.082,4.

Apabila dibebankan ke pasien, maka biaya listrik yang ditanggung selama

1 hari adalah Rp 934,47. Beban listrik sejauh ini tidak diakui sebagai

beban dalam perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan

dibebankan ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 4, hal 125).

Tabel 4.9 di bawah ini adalah biaya overhead per hari untuk tiap ruang

perawatan.

Tabel 4.9 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan

Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 Linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00

Page 104: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Sumber: Data diolah Dalam penentuan tarif kamar, manajemen rumah sakit memperhatikan

laporan laba rugi tahun sebelumnya (dalam kasus ini sebagai pembanding

adalah Laporan Laba Rugi tahun 2009. Dapat dilihat pada lampiran 1 s.d

4 hal. 122 s.d 125). Jika laba yang dihasilkan telah sesuai dengan target,

maka tarif kamar untuk tahun depan tidak dinaikkan (tentunya tetap

memperhatikan kompetitor dan inflasi). Berdasarkan margin kontribusi

yang tiap kamarnya berbeda (margin kontribusi untuk kamar Flamboyan

adalah 30%, untuk kamar Mawar adalah 30%, untuk kamar Teratai

adalah 25%, dan untuk kamar Melati adalah 20%), maka keputusan

penentuan tarif untuk tahun berikutnya (tahun 2010) menurut perhitungan

biaya rumah sakit (traditional costing method) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Keputusan Tarif Kamar Rawat Inap untuk Tahun 2010

Data 2009 Nama Kamar Pendapatan Beban/biaya Laba/Rugi Tarif 2010 Flamboyan Rp 2,097,850,845 Rp (821,280,58) Rp 1,276,570,265 Rp 550,000 Mawar Rp 1,973,231,026 Rp (784,807,404) Rp 1,188,423,622 Rp 425,000 Teratai Rp 3,276,085,581 Rp (1,447,771,868) Rp 1,828,313,713 Rp 300,000 Melati Rp 1,441,860,940 Rp (570,222,528) Rp 871,638,412 Rp 100,000

Sumber: Data perusahaan Bila dianalisis, pendapatan terbesar selama tahun 2009 berasal dari kamar

Teratai. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan pasien untuk dirawat inap

pada kamar Teratai juga tinggi, yaitu sebanyak 6420 hari rawat (dapat

dilihat pada lampiran 12, hal 137) dan untuk beban terbesar juga berasal

Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total Overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00

Page 105: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dari kamar Teratai yang disebabkan lebih tingginya penggunaan tenaga

kerja.

C. Penerapan Activity Based Costing

Menurut Garisson and Noreen (2006) diperlukan enam tahapan dalam

penerapan activity based costing yang akan diimplementasikan terhadap

sistem perhitungan biaya Rumah Sakit Prikasih dalam hal penentuan tarif

kamar rawat inap. Perlu diperhatikan pula konsep value added dan non value

added yang tentunya sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan keefisienan

dalam menyusun rancangan tarif kamar rawat inap.

1. Mengidentifikasikan, Mendefinisikan Aktivitas dan Pool Aktivitas.

Pengidentifikasian dan pendefinisian tentang aktivitas dan pool aktivitas

merupakan langkah penting utama dalam penerapan activity based costing

(ABC). Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan

wawancara terhadap semua orang yang terlibat. Dalam hal ini, peneliti

melakukan wawancara terhadap Ka. Akuntansi RS. Prikasih. Semakin

banyak jumlah aktivitas yang dimasukkan dalam ABC maka akan semakin

akurat perlakuan terhadap biaya. Konsekuensinya catatan aktivitas yang

panjang tersebut dikurangi dengan cara menggabungkan aktivitas-aktivitas

yang sejenis yang memiliki korelasi yang tinggi. Dalam suatu level

aktivitas memiliki korelasi yang tinggi apabila aktivitas tersebut cenderung

bersamaan. Sebagai contoh jumlah pasien rawat inap akan memiliki

korelasi yang tinggi dengan lamanya pasien menginap berdasarkan order

Page 106: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

konsumen. Tabel 4.11 di bawah ini adalah pengklasifikasian aktivitas dan

pool aktivitas kamar rawat inap.

Tabel 4.11 Pool Biaya Aktivitas Kamar Rawat Inap

S Sumber: Data diolah

Pool biaya aktivitas adalah sebuah “wadah” yang mengakumulasikan

semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC.

Pool biaya registrasi pasien akan dibebani semua biaya sumber daya yang

dikonsumsi untuk memproses order tersebut. Ukuran aktivitas adalah basis

alokasi dalam sistem ABC. Pool biaya desain layanan akan dibebani

seluruh biaya dari sumber daya yang dikonsumsi dalam rangka mendesain

produk. Ukuran aktivitas untuk pool biaya adalah jumlah kamar. Ini adalah

aktivitas produk level, karena jumlah pekerjaan desain produk baru tidak

tergantung pada jumlah unit yang dipesan atau dijalankan. Pool biaya

besarnya order akan dibebani seluruh biaya konsumsi sumber daya sebagai

konsekuensi jumlah unit yang diproduksi. Aktivitas ini adalah aktivitas

unit level karena setiap unit membutuhkan sumber daya ini. Ukuran

aktivitas untuk pool ini adalah lama pasien menginap.

Pool Biaya Aktivitas Ukuran Aktivitas Registrasi pasien Jumlah pasien rawat inap Desain layanan Jumlah kamar Pelayanan Pasien Rata-rata lama pasien menginap

Page 107: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung Ke Aktivitas dan

Objek Biaya.

Setelah pool biaya aktivitas dan ukuran aktivitas diperoleh, maka tahap

selanjutnya adalah menelusuri secara langsung berbagai biaya overhead ke

objek biaya.

Tabel 4.12 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan

S

e

t

e

l

Sumber: Data diolah

Sumber: Data diolah

Sejauh ini rumah sakit belum memiliki perhitungan baku dalam

menetapkan tari kamar rawat inap. Oleh karena itu, perlu diperhatikan

betul apa saja yang menjadi biaya yang nantinya akan dibebankan ke

pasien rawat inap. Tabel 4.12 di atas menunjukan perhitungan biaya

overhead kamar yang sesungguhnya.

Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 Linen Rp 1,988.77 Rp 1,088.54 Rp 1,311.61 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00

Page 108: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

3. Membebankan Biaya Ke Pul Biaya Aktivitas

Sebagian besar baiay overhead diklasifikasikan dalam system akuntansi

dasar perusahaan berdasarkan departemen di mana biaya tersebut terjadi.

Sebagai contoh, gaji, perlengkapan sewa, dan sebagainya yang terjadi di

departemen pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut. Dalam

beberapa kasus, beberapa atau semua biaya ini dapat ditelusuri secara

langsung ke salah satu pul biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah ini

merupakan tahap ketiga penerapan ABC. Biaya tersebut terbagi dengan

beberapa pul biaya aktivitas menggunakan proses alokasi yang disebut

alokasi tahap pertama (first stage allocation). Alokasi tahap pertama

dalam system ABC adalah proses pembebanan biaya overhead ke pul

biaya aktivitas. Inti dari activity based costing adalah untuk menentukan

sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya. Untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya dilakukan

wawancara terhadap kepala bagian akuntansi Rs. Prikasih. Adapun hasil

dari wawancara dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya

Lintas Pul Biaya Aktivitas – Flamboyan

Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien

Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 25% 40% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 35% 40%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%

Page 109: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%

Sumber: Data diolah Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,

dan 40% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan

30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk

melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya

pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk

desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk

registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani

pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.13 di atas,

selanjutnya adalah menghitung alokasi tahap pertama first stage allocation

untuk kamar Flamboyan. Disajikan pada tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas-Flamboyan

Overhead Registrasi

Pasien Desain

Layanan Pelayanan Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 14,089.314 Rp 18,785.752 Rp 14,089.314 Rp 46,964.38

Page 110: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Linen Rp 497.1925 Rp 795.508 Rp 696.0695 Rp 1,988.77 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,925.595 Rp 2,695.833 Rp 3,080.952 Rp 7,702.38 Gas loundry dan bahan Rp 1,433.673 Rp 1,911.564 Rp 1,433.673 Rp 4,778.91 Kebersihan Rp 1,280.691 Rp 1,707.588 Rp 1,280.691 Rp 4,268.97 Biaya pemeliharaan Rp 342.855 Rp 457.14 Rp 342.855 Rp 1,142.85 Biaya material unit Rp 13.593 Rp 18.124 Rp 13.593 Rp 45.31 Biaya listrik Rp 566.022 Rp 660.359 Rp 660.359 Rp 1,886.74 Total Rp 20,148.9355 Rp 27,031.868 Rp 21,597.5065 Rp 68,778.31

Sumber: Data diolah

Tampilan 4.14 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%

dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 46.964,38 beban penyusutan

peralatan.

Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.

Tabel 4.15 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya

Lintas Pul Biaya Aktivitas – Mawar Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 25% 40% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 35% 40%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%

Sumber: Data diolah

30% x Rp 46.964,38

Page 111: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,

dan 40% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan

30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk

melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya

pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk

desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk

registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani

pasien. First stage allocation untuk kamar Mawar disajikan pada tabel

4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas - Mawar

Overhead Registrasi

Pasien Desain

Layanan Pelayanan

Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 13,287.945 Rp 17,717.26 Rp 13,287.945 Rp 44,293.15 Linen Rp 272.135 Rp 435.416 Rp 380.989 Rp 1,088.54 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,899.8575 Rp2,659.8005 Rp 3,039.772 Rp 7,599.43 Gas loundry dan bahan Rp 164.865 Rp 219.820 Rp 164.865 Rp 549.55 Kebersihan Rp 2,097.132 Rp 2,796.176 Rp 2,097.132 Rp 6,990.44 Biaya Rp 580.356 Rp 773.808 Rp 580.356 Rp 1,934.52

Page 112: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

pemeliharaan Biaya material unit Rp 226.188 Rp 301.584 Rp 226.188 Rp 753.96 Biaya listrik Rp 435.966 Rp 508.627 Rp 508.627 Rp 1,453.22

Total

Rp18,964.4445

Rp25,412.4915 Rp 20,285.874 Rp 64,662.81 Sumber: Data diolah

Tampilan 4.16 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%

dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 44.293,15 beban penyusutan

peralatan

Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.

Tabel 4.17 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya

Lintas Pul Biaya Aktivitas – Teratai

Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien

Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 30% 35% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 40% 35%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%

Sumber: Data diolah

Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,

dan 35% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan

30% x Rp 44.293,15

Page 113: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 35% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan

30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk

melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya

pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk

desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk

registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani

pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.17 di atas,

maka sangat mudah untuk mengalokasikan biaya ke pul biaya aktivitas.

First stage allocation untuk kamar Teratai disajikan pada tabel 4.18 di

bawah ini.

Tabel 4.18 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul Biaya

Aktivitas – Teratai

Overhead Registrasi

Pasien Desain

Layanan Pelayanan

Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 10,698.903 Rp 14,265.204 Rp 10,698.908 Rp 35,663.01 Linen Rp 393.483 Rp 459.0635 Rp 459.0635 Rp 1,311.61 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,730.5175 Rp 2,768.828 Rp 2,422.7245 Rp 6,922.07 Gas loundry dan bahan Rp 173.787 Rp 231.716 Rp 173.787 Rp 579.29 Kebersihan Rp 599.919 Rp 799.892 Rp 599.919 Rp 1,999.73 Biaya pemeliharaan Rp 403.539 Rp 538.052 Rp 403.539 Rp 1,345.13 Biaya material unit Rp 174.561 Rp 232.748 Rp 174.561 Rp 581.87

Page 114: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Biaya listrik Rp 489.186 Rp 570.717 Rp 570.717 Rp 1,630.62 Total Rp14,663.8955 Rp 19,866.2205 Rp 15,503.219 Rp 50,033.33

Sumber: Data diolah

Tampilan 4.18 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30% dari

sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 35.663,01 beban penyusutan

peralatan.

Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.

Tabel 4.19 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya

Lintas Pul Biaya Aktivitas – Melati

Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien

Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 30% 35% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 40% 35%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%

Sumber: Data diolah

Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,

dan 35% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan

didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 35% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan

30% x Rp 35.663,01

Page 115: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk

melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,

40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya

pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk

desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit

didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,

dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk

registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani

pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.19 di atas,

maka sangat mudah untuk mengalokasikan biaya ke pul biaya aktivitas.

First stage allocation untuk kamar Melati disajikan pada tabel 4.20 di

bawah ini.

Tabel 4.20 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul

Biaya Aktivitas - Melati

Overhead Registrasi

Pasien Desain

Layanan Pelayanan

Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 9,096.162 Rp 12,128.216 Rp 9,096.162 Rp 30,320.54 Linen Rp 188.019 Rp 219.3555 Rp 219.3555 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp1,589.9775 Rp 2,543.9640 Rp 2,225.9685 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 151.926 Rp 202.568 Rp 151.926 Rp 506.42 Kebersihan Rp 1,761.996 Rp 2,349.328 Rp 1,761.996 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 180.00 Rp 240.00 Rp 180.00 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 31.983 Rp 42.6440 Rp 31.9830 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 280.341 Rp 327.0645 Rp 327.0645 Rp 934.47

Total

Rp13,280.4045 Rp 18,053.14 Rp13,994.4555 Rp 45,328.00 Sumber: Data diolah

Page 116: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tampilan 4.20 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%

dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 30.320,54 beban penyusutan

peralatan.

Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.

4. Menghitung tarif aktivitas

Setelah membuat tabel distribusi, langkah keempat dalam penerapan

activity based costing adalah menghitung tarif aktivitas. Tarif aktivitas

dihitung dengan membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas

dengan total aktivitasnya. Tabel di bawah ini adalah data berkaitan dengan

kamar rawat inap yang dibutuhkan untuk menghitung tarif aktivitas.

Tabel 4.21 Data yang Berkaitan dengan Kamar Flamboyan

Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan Jumlah pasien yang dirawat inap 7 Pasien/hari Jenis kamar 14 Kamar Jumlah hari 3 Hari/pasien

Sumber: Data perusahaan

Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Flamboyan adalah

7 pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per

pasien; dan kamar Flamboyan memiliki 14 kamar rawat (dapat dilihat pada

lampiran 12, hal. 135).

Tabel 4.22 Data yang Berkaitan dengan Kamar Mawar

Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 8 Pasien/hari jenis kamar 14 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien

Sumber: Data perusahaan

30% x Rp 30.320,54

Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas

Total pemicu aktivitas

Page 117: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Mawar adalah 8

pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;

dan kamar Mawar memiliki 14 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran

12, hal. 135).

Tabel 4.23 Data yang Berkaitan dengan Kamar Teratai

Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 17 Pasien/hari jenis kamar 13 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien

Sumber: Data perusahaan

Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Teratai adalah 17

pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;

dan kamar Teratai memiliki 13 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran

12, hal. 135).

Tabel 4.24 Data yang Berkaitan dengan Kamar Melati

Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 13 Pasien/hari jenis kamar 5 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien

Sumber: Data perusahaan

Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Melati adalah 13

pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;

dan kamar Melati memiliki 5 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran 12,

hal. 135). Tabel 4.25 di bawah ini adalah perhitungan tarif aktivitas untuk

kamar rawat inap Flamboyan.

Page 118: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 4.25 Perhitungan Tarif Aktivitas – Flamboyan

Pul Biaya Aktivitas

Total Biaya (a)

Total Aktivitas (b)

Tarif Aktivitas (a)x(b)

Registrasi pasien Rp 20,148.9355 7 Pasien/hari Rp 2,878.419357 Desain layanan Rp 27,031.8680 14 Kamar Rp 1,930.847714 Pelayanan pasien Rp 21,597.5065 3 Hari/pasien Rp 7,199.168833

Sumber: Data diolah Angka dalam tampilan 4.25 mengindikasikan bahwa secara rata-rata

registrasi pasien untuk kamar Flamboyan membutuhkan sumber daya

sebesar Rp 2.878,419357; desain layanan membutuhkan sumber daya

Rp 1,930.847714; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar

Rp 7,199.168833.

Tabel 4.26

Perhitungan Tarif Aktivitas – Mawar Pul Biaya Aktivitas

Total Biaya (a)

Total Aktivitas(b)

Tarif Aktivitas (a)x(b)

Registrasi pasien Rp 18,964.4445 8 Pasien/hari Rp 2,370.555563 Desain layanan Rp 25,412.4915 14 Kamar Rp 1,815.177964 Pelayanan pasien Rp 20,285.874 3 Hari/pasien Rp 6,761.958

Sumber: Data Perusahaan

Angka dalam tampilan 4.26 mengindikasikan bahwa secara rata-rata

registrasi pasien untuk kamar Mawar membutuhkan sumber daya sebesar

Rp 2,370.555563; desain layanan membutuhkan sumber daya

Rp 1,815.177964; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya

sebesar Rp 6,761.958.

Tabel 4.27 Perhitungan Tarif Aktivitas – Teratai

Pul Biaya Aktivitas

Total Biaya(a)

Total Aktivitas(b)

Tarif Aktivitas(a)x(b)

Registrasi pasien Rp 14,663.8955 17 Pasien/hari Rp 862.582088 Desain layanan Rp 19,866.2205 13 Kamar Rp 1,528.170808

Page 119: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Pelayanan pasien Rp 15,503.219 3 Hari/pasien Rp 5,167.739667

Sumber: Data Perusahaan

Angka dalam tampilan 4.27 mengindikasikan bahwa secara rata-rata

registrasi pasien untuk kamar Teratai membutuhkan sumber daya sebesar

Rp 862.582088; desain layanan membutuhkan sumber daya

Rp 1,528.170808; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar

Rp 5,167.739667.

Tabel 4.28

Perhitungan Tarif Aktivitas – Melati Pul Biaya Aktivitas

Total Biaya(a)

Total Aktivitas(b)

Tarif Aktivitas(a)x(b)

registrasi pasien Rp 13,280.4045 13 Pasien/hari Rp 1,021.5696 desain layanan Rp 18,053.14 5 Kamar Rp 3,610.628 Pul Biaya Aktivitas

Total Biaya(a)

Total Aktivitas(b)

Tarif Aktivitas(a)x(b)

pelayanan pasien Rp 13,994.4555 3 Hari/pasien Rp 4,664.8185

Sumber: Data Perusahaan

Angka dalam tampilan 4.28 mengindikasikan bahwa secara rata-rata

registrasi pasien untuk kamar Melati membutuhkan sumber daya sebesar

Rp 1,021.5696; desain layanan membutuhkan sumber daya Rp 3,610.628;

pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar Rp 4,664.8185.

5. Membebankan Biaya Ke Objek Biaya dengan Menggunakan Tarif

Aktivitas dan Ukuran Aktivitas.

Langkah berikutnya dalam penerapan activity based costing di sebut

second stage allocation (alokasi tahap kedua), di mana tarif aktivitas

digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau pelanggan dengan

cara mengalihkan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang

dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.

Page 120: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Tabel 4.29 di bawah ini adalah perhitungan biaya overhead untuk kamar

Flamboyan.

Tabel 4.29 Perhitungan Biaya Overhead - Flamboyan

Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b) Registrasi pasien Rp 2,878.419357 1 Rp 2,878.419357 Desain layanan Rp 1,930.847714 1 Rp 1,930.847714 Pelayanan pasien Rp 7,199.168833 1 Rp 7,199.168833 Total Rp 12,008.435904

Sumber: Data diolah

Angka dalam tampilan 4.29 menggambarkan biaya overhead kamar

Flamboyan. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan

dengan tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang

dibebankan terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Flamboyan

melibatkan 1 kali aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang

dibebankan untuk kamar Famboyan adalah Rp 2,878.419357 oleh aktivitas

registrasi pasien; Rp 1,930.847714 oleh aktivitas desan layanan; dan

Rp 7,199.168833 atas aktivitas pelayanan pasien.

Tabel 4.30

Perhitungan Biaya Overhead - Mawar Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b) Registrasi pasien Rp 2,370.555563 1 Rp 2,370.555563 Desain layanan Rp 1,815.177964 1 Rp 1,815.177964 Pelayanan pasien Rp 6,761.958 1 Rp 6,761.958 Total Rp 10,947.691527

Sumber: Data diolah

Pembebanan = Pul Rate x Jumlah aktivitas yang dikonsumsi

Page 121: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Angka dalam tampilan 4.30 menggambarkan biaya overhead kamar

Mawar. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan

tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan

terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Mawar melibatkan 1 kali

aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar

Mawar adalah Rp 2,370.555563 oleh aktivitas registrasi pasien;

Rp 1,815.177964 oleh aktivitas desan layanan; dan Rp 6,761.958 atas

aktivitas pelayanan pasien.

Tabel 4.31 Perhitungan Biaya Overhead - Teratai

Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b)

Registrasi pasien Rp 862.582088 1 Rp 862.582088 Desain layanan Rp 1,528.170808 1 Rp 1,528.170808 Pelayanan pasien Rp 5,167.739667 1 Rp 5,167.739667 Total Rp 7,558.492563

Sumber: Data diolah

Angka dalam tampilan 4.31 menggambarkan biaya overhead kamar

Teratai. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan

tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan

terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Teratai melibatkan 1 kali

aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar

Teratai adalah Rp 862.582088 oleh aktivitas registrasi pasien;

Rp 1,528.170808 oleh aktivitas desan layanan; dan Rp 5,167.739667 atas

aktivitas pelayanan pasien.

Tabel 4.32 Perhitungan Biaya Overhead - Melati

Pul Biaya Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b)

Page 122: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Aktivitas

Registrasi pasien Rp 1,021.5696 1 Rp 1,021.5696 Desain layanan Rp 3,610.628 1 Rp 3,610.628 Pelayanan pasien Rp 4,664.8185 1 Rp 4,664.8185 Total Rp 9,297.016077

Sumber: Data diolah

Angka dalam tampilan 4.32 menggambarkan biaya overhead kamar

Melati. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan

tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan

terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Melati melibatkan 1 kali aktivitas

registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar Melati

adalah Rp 1,021.5696 oleh aktivitas registrasi pasien; Rp 3,610.628 oleh

aktivitas desan layanan; dan Rp 4,664.8185 atas aktivitas pelayanan

pasien.

6. Menyiapkan Laporan Manajemen

Biaya overhead yang telah dihitung digabungkan dengan biaya bahan

langsung, dan tenaga kerja langsung. Tabel di bawah ini adalah

perhitungan tarif untuk kamar rawat inap Flamboyan, Mawar, Teratai, dan

Melati. Perhitungan ini sudah termasuk alokasi untuk inflasi dan margin

kontribusi yang diharapkan. Margin kontribusi untuk tiap kamar berbeda.

Margin kontribusi untuk kamar Flamboyan adalah 30%, untuk kamar

Mawar adalah 30%, untuk kamar Teratai adalah 25%, dan untuk kamar

Melati adalah 20%.

Tabel 4.33 Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing

Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati

Page 123: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DIRECT COST

Bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 Makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00 Total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 66,513.53

DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 Total direct labor Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20

OVERHEAD Registrasi pasien Rp 2,878.42 Rp 2,370.56 Rp 862.58 Rp 1,021.57

Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati

OVERHEAD

Desain layanan Rp 1,930.85 Rp 1,815.18 Rp 1,528.17 Rp 3,610.63 Pelayanan pasien Rp 7,199.17 Rp 6,761.96 Rp 5,167.74 Rp 4,664.82

Total Overhead Rp 12,008.44 Rp 10,947.69 Rp 7,558.49 Rp 9,297.02

COGS Rp227,654.0859 Rp182,157.8415 Rp 249,027.5026 Rp 165,909.5461

Inflasi 10% Rp 22,765.40 Rp 18,215.78 Rp 24,902.75 Rp 16,590.95 Margin kontribusi Rp 68,296.224 Rp 54,647.352 Rp 62,256.875 Rp 33,181.908

Tarif Rp318,715.7099 Rp 255,020.9735 Rp 336,187.1276 Rp 215,682.1041 Sumber: Data diolah

Setelah dihitung dan dianalisa dengan menggunakan metode activity based

costing, maka perhitungan tarif kamar rawat inap yang diperoleh adalah

seperti tampilan 4.33 di atas. Tarif yang sesungguhnya dibebankan kepada

pasien rawat inap kamar Flamboyan adalah Rp 318.715,7099/hari; tarif

untuk kamar Mawar adalah Rp 255.020,9735 /hari; tarif untuk kamar

Teratai adalah Rp 336.187,1276/hari; tarif untuk kamar Melati adalah

Rp 215.682,1041/hari. Di bawah ini adalah perhitungan biaya direct cost,

Page 124: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

direct labor, dan overhead kamar rawat berdasarkan traditional costing

method.

Tabel 4.34 Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan

Dengan Menggunakan Traditional Costing Method Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati

DIRECT COST

bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00

total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 21,185.53

DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20

total direct labor

Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20

OVERHEAD Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54

linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42

Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61

Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47

total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00

COGS Rp 284,423.96 Rp 235,872.96 Rp 291,502.34 Rp 201,940.73 Sumber: Data di olah

Tabel 4.34 di atas adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan bila

menggunakan metode tradisional. Bila dibandingkan dengan perhitungan

biaya berdasar aktivitas, angka dalam tabel 4.34 di atas lebih besar dari

yang seharusnya dibebankan ke pasien.

Page 125: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

D. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini

(Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa RS. Prikasih belum

memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat.

Di bawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing

method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari

sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan.

Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dengan metode

tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC

terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah

dibandingkan dengan metode tradisional. Di bawah ini adalah tabel yang

menunjukan perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat

ini dan pendekatan ABC.

Tabel 4.35 Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat

Ini (Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing Kamar Rawat Inap Existing ABC Kenaikan/Penurunan Flamboyan Rp 550,000.00 Rp 318,715.71 Naik

Mawar Rp 425,000.00 Rp 225,020.91 Naik

Teratai Rp 300,000.00 Rp 336,187.13 Turun

Melati Rp 100,000.00 Rp 215,682.40 Turun

Sumber: Data diolah

Tabel 4.35 di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity

based costing mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih

murah dari metode tradisional. Selama ini, perusahaan menetapkan tarif

kamar rawat inap Flamboyan sebesar Rp 550.000,00 padahal dengan

perhitungan ABC, perusahaan cukup mengenakan tarif Rp 318.715,71

Page 126: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

kepada pasien. Lain halnya dengan kamar Melati, dengan menggunakan

sistem ABC diperoleh nilai yang undercosted. Hal tersebut dikarenakan

perhitungan gaji yang diberikan untuk perawat apabila dihitung

berdasarkan metode ABC, jumlah cost nya menjadi lebih besar per hari

nya (dapat dilihat pada tabel 4.17 dan 4.18).

E. Pembahasan

Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing

(ABC) terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah

dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut,

penerapan system ABC di rumah sakit Prikasih ini masih dapat

memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan

mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari

aspek budaya, system ABC dengan konsep value added-nya akan

merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan

tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa

menghitung biaya yang memang seaharusnya dibebankan ke pasien. Oleh

karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak

akurat, yang pada akhirnya menepatkan perusahaan pada posisi yang

kurang memuaskan dalam daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan,

menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang meliputi

perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru.

Tentunya selain cost, benefit yang akan diterima dari penerapan ABC juga

Page 127: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi benefit

baru dirasakan 5 tahun yang akan datang,

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sistem ABC harus

dapat memberikan respon yang cepat dalam mengatasi dinamika yang

terjadi, khususnya pasar. Manajemen harus mengambil keputusan secara

cepat untuk menarik produk, mengevaluasi dan merevaluasi harga produk,

melakukan diversifikasi maupun melakukan keputusan strategi lain. Tabel

4.35 menjelaskan bahwa perhitungan tarif kamar dengan mengunakan

ABC terbukti lebih murah bila dibandingkan dengan metode tradisional.

Hal ini tentu saja dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berobat,

dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan sewa kamar. Tidak

terlepas dari perannya sebagai organisasi sosial yang tidak mengacu pada

profit oriented, rumah sakit harus tetap memperhatikan kualitas pelayanan.

Bukan berarti rumah sakit menetapkan tarif yang lebih murah dari pesaing,

kemudian memberikan service yang kurang memuaskan bagi pasien. Perlu

diingat bahwa kepuasan pelanggan adalah salah satu factor-faktor penentu

keberhasilan perusahaan (critical success factors-CSF).

Page 128: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan tarif

kamar rawat inap pada Rumah Sakit Prikasih. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan sistem activity based costing (ABC)

mamberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penggunaan sumber daya internal perusahaan dalam kaitannya

dengan proses penentuan tarif kamar. Berdasarkan data yang diperoleh dan

penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Prikasih masih menggunakan sistem tradisional dalam

menetapkan tarif kamar rawat. Manajemen menyusun sebuah tarif kamar

dengan mempertimbangkan tarif kamar tahun lalu, kenaikan/penurunan

inflasi, hasil survey perusahaan terhadap rumah sakit pesaing, serta biaya

per unit. Oleh karena itu, biaya yang terjadi menjadi overcosted dan

undercosted dari yang seharusnya,

2. Sebelum menerapkan sistem ABC, terlebih dahulu perlu dilakukan

klasifikasi ulang untuk memastikan pos-pos biaya ke dalam klasifikasi

yang sebenarnya sehingga perhitungan tarif kamar rawat inap

menggambarkan biaya yang memang seharusnya dibebankan ke pasien.

Penerapan sistem ABC menggunakan langkah-langkah berdasarkan teori

Garrison and Noreen.

Page 129: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

3. Perhitungan tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu

menhasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan

pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah

organisasi sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada

akhirnya menyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat

golongan ekonomi lemah.

4. Setelah memperhatikan dan menganalisa perhitungan dari dua metode di

atas, maka manajemen Prikasih akan mencoba mempertimbangkan dan

melakukan perhitungan ulang terkait dengan biaya kamar rawat,

sehingga pada akhirnya mampu meyediakan tarif yang terjangkau dan

perusahaan menempati posisi yang tinggi dalam persaingan pasar.

B. Implikasi

Setelah melihat kesimpulan di atas, pengimplentasian hasil penelitian

menjadi penting dilakukan, melihat manfaat yang diperolah dari penerapan

sistem ABC ini. Tentunya langkah-langkah efisiensi menjadi lebih mudah

dilakukan dan pada akhirnya perusahaan memiliki perhitungan baku untuk

mempertimbangkan dan menetapkan tarif kamar rawat untuk tahun depan.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

Page 130: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya

produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku.

2. Diharapkan mengaplikasikan ABC sesegera mungkin untuk meningkatkan

daya saing perusahaan.

3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatnya efektivitas

dan efisiensi penggunaan sumber daya yang terkait dengan tarif kamar

rawat.

4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda.

Page 131: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hamid, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Juni, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Amin, Widjaja Tunggal, ”Strategic Management Accounting. Analisis Strategik Atas Informasi Manajemen Biaya”, Harvarindo, 2009.

Aristanti, Widyaningsih, ”Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) Dalam Industri Jasa”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.

Armanto, Witjaksono, ”Akuntansi Biaya”, Jilid 1, Edisi 1, Graha Ilmu, Jakarta, 2006.

Bastian, Bustami & Nurlela, ”Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan Manajerial”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009.

Bastian, Bustami & Nurlela, ”Akuntansi Biaya”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009.

Basuki, ”Sistem ABC: Apakah Manfaatnya Relevan?”, Majalah Ekonomi, Tahun

XI, No. 3, Desember, 2001.

Blocher, Chen, Cokins, Lin, ”Cost Management. Manajemen Biaya Penekanan Strategis”, Buku 1, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Blocher, Stout, Cokins, Chen, ”Cost Management. A Strategic Emphasis”, International Edition, Mc. Graw Hill Companies, Inc, New York, 2008.

Carter dan Usry, ”Akuntansi Biaya”, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Carter, William K, ”Akuntansi Biaya”, Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Page 132: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Charoline, Cheisviyanny, ”Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan”, Jurnal Economic, vol 7, April, Hal. 39-44, 2007.

Garrison, Noreen, Brewer, ”Managerial Accounting”, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Hansen, Don. R dan Mowen, Maryanne. M, ”Management Accounting (Akuntansi Manajemen)”, Buku 1, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Horngern, Datar M, Foster, George, ”Cost Accounting”, Diterjemahkan oleh Dewi Adhariani, AKBI. PT. Indeks Gramedia, Jakarta, 2005.

Lilis, Yulifah, ”Penggunaan Activity Based Costing Untuk Meningkatkan Keakuratan Perhitungan Biaya Produk”, Kinerja, Vol 2, No. 1, Maret, 2004.

Mehmet C. Kocakulah, Ph.D, ”Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio”, Journal of Performance Management, ABI/INFORM Global pg. 29, 2007

Mulyadi, ”Akuntansi Biaya”, Edisi 5, Universitas Gajah Mada.Yogyakarta, 2005.

Nunik, L, ”ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 6, No. 2, November, Hal. 88-100, 2007.

Rayburn, L, Gayle, ”Akuntansi Biaya”, Edisi 13, Erlangga, Jakarta, 1999.

Silky, Ionian, ”Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Produksi Program Acara Televisi. Studi Kasus Pada Perusahaan Televisi Transformasi Indonesia”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Sugiyono, ”Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D”, Cetakan Ke-10,

Alfabeta, Bandung.

Page 133: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

Sujoko, Efferin, ”Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Sebuah Pendekatan Praktis”, Cetakan Pertama, BayuMedia Publishing, Malang, 2004.

Page 134: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN

Page 135: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 1: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – FLAMBOYAN

Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Flamboyan

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009

PENDAPATAN sewa kamar utama Rp 1,430,550,000.00 konsul dan visit utama Rp 366,417,660.00 oksigen Rp 9,826,420.00 tindakan medis Rp 77,066,242.00 bahan medis Rp 4,776,394.00 adiministrasi Rp 221,926,425.00 potongan penjualan Rp (12,712,296.00) total pendapatan Rp 2,097,850,845.00 BEBAN bahan medis Rp 4,756,120.00 makan pasien Rp 85,963,676.00 gaji Rp 301,648,041.00 jamsostek Rp 12,984,838.00 THR dan bonus Rp 35,237,633.00 jasa medis dokter Rp 301,427,742.00 pendidikan dan pelatihan - linen Rp 20,046,900.00 pemakaian perlengkapan Rp 23,797,935.00 transportasi operasional - material unit Rp 228,380.00 gas loundry dan bahan Rp 24,085,715.00 kebersihan Rp 11,103,600.00 total beban Rp (821,280,580.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,276,570,265.00

Page 136: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 2: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – MAWAR

Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Mawar

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009

PENDAPATAN sewa kamar Rp 1,242,275,000.00 konsul dan visit utama Rp 481,914,813.00 oksigen Rp 17,435,350.00 tindakan medis Rp 14,418,768.00 bahan medis Rp 5,677,972.00 adiministrasi Rp 224,387,262.00 potongan penjualan Rp (12,878,139.00) total pendapatan Rp 1,973,231,026.00 BEBAN bahan medis Rp 5,259,757.00 makan pasien Rp 77,152,436.00 gaji Rp 278,516,134.00 jamsostek Rp 11,182,214.00 THR dan bonus Rp 24,526,205.00 jasa medis dokter Rp 327,925,159.00 pendidikan dan pelatihan - linen Rp 10,972,500.00 pemakaian perlengkapan Rp 22,213,146.00 transportasi operasional Rp 57,000.00 material unit Rp 3,800,000.00 gas loundry dan bahan Rp 2,769,778.00 kebersihan Rp 20,433,075.00 total beban Rp (784,807,404.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,188,423,622.00

Page 137: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 3: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – TERATAI

Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap –Teratai

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009 PENDAPATAN sewa kamar Rp 1,926,000,000.00 konsul dan visit utama Rp 788,141,168.00 oksigen Rp 43,188,520.00 tindakan medis Rp 175,529,913.00 bahan medis Rp 17,050,627.00 adiministrasi Rp 361,241,753.00 potongan penjualan Rp (35,066,400.00) total pendapatan Rp 3,276,085,581.00 BEBAN bahan medis Rp 9,393,842.00 makan pasien Rp 185,778,020.00 gaji Rp 455,271,024.00 jamsostek Rp 18,514,664.00 THR dan bonus Rp 49,299,324.00 jasa medis dokter Rp 634,654,499.00 pendidikan dan pelatihan Rp 1,900,000.00 linen Rp 29,275,200.00 pemakaian perlengkapan Rp 44,439,732.00 transportasi operasional Rp 555,000.00 material unit Rp 2,932,650.00 gas loundry dan bahan Rp 2,919,643.00 kebersihan Rp 12,838,270.00 total beban Rp (1,447,771,868.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,828,313,713.00

Page 138: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 4: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – MELATI

Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Melati

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009

PENDAPATAN sewa kamar Rp 499,800,000.00 konsul dan visit utama Rp 677,471,220.00 oksigen Rp 37,027,200.00 tindakan medis Rp 15,174,206.00 bahan medis Rp 10,008,689.00 adiministrasi Rp 249,878,500.00 potongan penjualan Rp (47,498,875.00) total pendapatan Rp 1,441,860,940.00 BEBAN bahan medis Rp 4,400,936.00 makan pasien Rp 86,004,293.00 gaji Rp 273,828,000.00 jamsostek Rp 32,664,124.00 THR dan bonus Rp 10,440,348.00 jasa medis dokter Rp 24,510,000.00 pendidikan dan pelatihan Rp 5,434,000.00 linen Rp 4,512,500.00 pemakaian perlengkapan Rp 81,786,880.00 transportasi operasional Rp 13,448,371.00 material unit Rp 191,900.00 gas loundry dan bahan Rp 3,646,290.00 kebersihan Rp 29,354,886.00 total beban Rp (570,222,528.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 871,638,412.00

Page 139: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 5: DAFTAR TARIF KAMAR RAWAT INAP RS. PRIKASIH EDISI JANUARI 2010 NO KELAS RUANG TARIF VISIT

KONSUL DOKTER

UANG MUKA

FASILITAS

A. RUANG RAWAT UMUM 1 Kelas Utama Flamboyan 550.000 145.000 6.000.000 • 1 kamar 1 tempat

tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Sofa • Meja makan • Meja + tea set • Kursi teras • Ruang tunggu +

sofa 2 Kelas I Mawar 425.000 130.000 5.000.000 • 1 kamar 1 tempat

tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Kursi teras • Meja + tea set • Sofa

3 Kelas II Teratai 300.000 120.000 4.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur

• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner

4 Kelas III Melati 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur

• Kamar mandi • Air conditioner • televisi

B. RUANG RAWAT KHUSUS 1 Ruang Isolasi Cempaka 190.000 130.000 2.000.000 • 1 kamar 4 tempat

tidur • Kamar mandi • Air conditioner • Exhouse-fan

2 Ruang Rawat Anak Kelas III

Cempaka 115.000 120.000 1.000.000 • 1 kamar 5 tempat tidur

• Kamar mandi • Air conditioner

3 Ruang Rawat Anak Kelas III

Teratai 115.000 120.000 1.000.000 • 1 kamar 5 tempat tidur

• Kamar mandi • Air conditioner

4 Ruang HCU a. Pasien

HCU 450.000 130.000 7.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur

Page 140: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

dengan ventilator

b. Paien tanpa ventilator

• Kamar mandi • Air conditioner • Exhouse-fan

5 Ruang Perinatal

Perinatal 275.000 130.000 2.000.000 • 2 kamar 8 tempat tidur

• 5 incubator • 3 baby box • Air conditioner • Ruang menyusui

C. RUANG RAWAT BEDAH DAN NON INFEKSI 1 Kelas I Anggrek 390.000 130.000 4.000.000 • 1 kamar 1 tempat

tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Air conditioner • Meja + tea set • Sofa

2 Kelas II A Anggrek 290.000 120.000 3.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur

• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner

3 Kelas II B Anggrek 250.000 120.000 2.500.000 • 1 kamar 3 tempat tidur

• Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Air conditioner

4 Kelas III Anggrek 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur

• Televisi • Kamar mandi • Air conditioner

D. RUANG RAWAT BERSALIN 1 Kelas I Kenanga A 390.000 130.000 4.000.000 • 1 kamar 1 tempat

tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Meja + tea set • Sofa

2 Kelas II Kenanga B 290.000 120.000 3.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur

• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner

3 Kelas III Kenanga C 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 6 tempat tidur

Page 141: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

• Televisi • Kamar mandi • Air conditioner

4 Kamar Bayi Kelas III Kelas II Kelas I

Bayi 100.000 105.000 110.000

110.000 1.000.000 • Incubator • 10 baby box

Page 142: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 6: FASILITAS KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT PRIKASIH

Ruang Perawatan Fasilitas Flamboyan • 1 kamar 1 tempat tidur

• Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Sofa • Meja makan • Meja + tea set • Kursi teras • Ruang tunggu • sofa

Mawar • 1 kamar 1 tempat tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Kursi teras • Meja + tea set • sofa

Teratai • 1 kamar 1 tempat tidur • Televise • Kulkas • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner

Melati • 1 kamar 4 tempat tidur • Kamar mandi • Air conditioner • Televisi

Page 143: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 7: BIAYA OVERHEAD PER RUANG PERAWATAN

Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00

Page 144: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

LAMPIRAN 9: DIRECT COST, DIRECT LABOR, OVERHEAD PER HARI PER RUANG PERAWATAN Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati DIRECT COST bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00 total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 21,185.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 total direct labor Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 OVERHEAD Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00 COGS Rp 284,423.96 Rp 235,872.96 Rp 291,502.34 Rp 201,940.73

Page 145: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

BERITA ACARA WAWANCARA

No PERTANYAAN HASIL WAWANCARA

1 Terbentuknya RS. Prikasih ini sendiri pada awalnya seperti apa, serta dalam perkembangannya telah mengalami perubahan apa saja?

Company Profile RS. Prikasih

2 Untuk pengakuan biaya, bagaimana cara pihak RS melakukan perhitungan biaya per unit kamarnya?

RS. Prikasih sendiri didasarkan pada cost unit dan profit unit yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan baik itu untuk biaya medis ataupun non medis

3 Lalu bagaimana dengan pengakuan labanya?

Pengakuan laba didasarkan pada unit kamar inap yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.

4 Adakah faktor-faktor yang melatarbelakangi manajemen RS dalam menyusun tarif kamar rawat inap itu sendiri?

Ada 4 (empat) poin penting yang melatarbelakangi pihak RS dalam halnya menyusun tarif kamar rawat inap, yaitu: 1.Tarif kamar rawat inap tahun lalu; 2. Kenaikan/penurunan inflasi; 3. Survey RS. pesaing yang terdekat. 4. Biaya per unit

5 Lalu bagaimanakah metode perhitungan laporan laba-rugi seperti yang biasa dilakukan oleh RS. Prikasih ini?

Pihak RS. melaporkan laporan laba-rugi per akhir tahun/periode, ada juga laporan laba-rugi per jenis kamar untuk melihat keuntungan ataupun kerugian per jenis kamar itu sendiri.

6 Dalam menentukan penyusunan tarif rawat inap ini, tahapan-tahapan apa saja yang terjadi di dalamnya?

Lihat Tabel 4.11

Page 146: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …

No PERTANYAAN HASIL WAWANCARA

7 Dalam tiap-tiap tahapan itu sendiri tentunya ada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalamnya, aktivitas-aktivitas tiap-tiap tahapan itu apa saja?

Lihat Tabel 4.12

8 Untuk prosentase tiap-tiap aktivitas per tahapan-tahapan penentuan tarif kamar itu berapa saja?

Lihat Tabel 4.13; 4.15; 4.17

7 Biaya-biaya apa saja yang terdapat di dalamnya? (Maksudnya tiap-tiap aktivitas)

Ada 3 (tiga) jenis biaya yang diterapkan oleh RS. Prikasih ini, yaitu: 1. Biaya Langsung; 2. Biaya TK Langsung; dan 3. Biaya Overhead.

8 Biaya Langsung itu meliputi apa saja? Lihat tabel (4.33)

9 Sedangkan, Biaya TK Langsung meliputi apa saja?

Lihat tabel (4.33)

10 Lalu, Biaya Overhead meliputi apa saja? Lihat tabel (4.33)

11 Penggunaan Biaya Langsung per hari tiap kamarnya rate-nya (jumlah pemakaian) berapa saja?

Lihat Lampiran 9

12 Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Langsung per hari tiap kamarnya rate-nya berapa saja?

Lihat Lampiran 9

13 Penggunaan Biaya Overhead per hari tiap kamarnya rate-nya berapa saja?

Lihat Lampiran 9

Jakarta, 20 Maret 2010 Pewawancara Ka. Akuntansi RS. Prikasih Putri Trisyana Arie Sudirman NIM: 106082002547

Page 147: ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN …