ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari...

151
i ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMA “PADANG BULAN” KARYA UCOK KLASTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Christoper Dimas Londoran NIM: 131224003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari...

Page 1: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

i

ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMA

“PADANG BULAN” KARYA UCOK KLASTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Christoper Dimas Londoran

NIM: 131224003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu

menyertai dan memberi berkah berupa kekuatan sehingga saya bersemangat

untuk menyelesaikan skripsi.

2. Orang tua saya Amos John Christian Londoran dan Natalis Handriyati yang

dengan sabar mendampingi dan mendoakan serta selalu memberi semangat

untuk menyelesaikan skripsi.

3. Teman-teman saya PBSI 2013 yang telah memberi warna atas kebersamaannya

saat berproses bersama dan saling berbagi rasa senang, susah, canda, dan tawa,

semua kisah yang tidak akan saya lupakan.

4. Untuk teman-teman Teater Ingsun, teman-teman Teater Seriboe Djendela

OMK Kumetiran, dan OMK Komisi Kepemudaan yang telah menemani dalam

suka dan duka saat berproses bersama dan saling berbagi ilmu untuk berkreasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

v

MOTO

“Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri”

- Franklin D.Roosevelt -

“Lakukan yang terbaik, sehingga aku tak akan menyalahkan diriku sendiri

atas segalanya”

- Magdalena Neuner -

“Biarkan aku menjadi aku bagi diriku, sesama, dan dunia.”

- Teater Ingsun -

“Karena hasil tidak akan menghianati proses”

“Cukup mempersiapkan secara baik sisanya biar

Tuhan yang berkehendak”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

viii

ABSTRAK

Londoran, Christoper Dimas. 2020. Analisis Struktur Drama ‘Padang Bulan’

Karya Ucok klasta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Drama memperlihatkan kehidupan manusia dengan mengekspresikan

secara langsung di hadapan penonton. Sebelum dipertunjukan kepada penonton,

proses pembacaan naskah terlebih dahulu dilakukan untuk memahami struktur

dramanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur drama yang terdiri

dari alur, karakter, dan tema tampak dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta. Dengan tujuan tersebut, proses analisis akan dilakukan melalui naskah

drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta yang menjadi nominator lomba

penulisan naskah drama Jawa Timur pada tahun 2006.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif

analitik. Data yang diambil berupa kutipan dialog serta petunjuk di dalam naskah.

Dengan metode deskriptif analitik, dialog yang dibaca kemudian dianalisis untuk

menentukan unsur-unsur struktur naskah drama “Padang Bulan”.

Hasil penelitian ini mendeskripsikan struktur naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta yang terdiri dari alur, karakter dan tema. Alur dianalisis melalui

naskah berdasarkan lima babak. Karakter yang ada di dalam naskah terdiri dari

Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu Lugu, Lugu, Boss, Politikus,

Pejabat Kota, dan Kantib. Tema yang diangkat ke dalam naskah ini ialah mengenai

kritik sosial yang terjadi ketika arus moderninasi menggerus kebudayaan yang

dimiliki.

Kata kunci : Struktur drama, Naskah Drama, Padang Bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

ix

ABSTRACT

Londoran, Christoper Dimas. 2020. The Analysis of Structure of Ucok Klasta’s

‘Padang Bulan’ Drama Script. Thesis. Yogyakarta: Indonesian

Languange and Literature Education Study Program, Education and

Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University.

Drama presents human life by directly expressing in front of the audience.

Before it is presented to the audience, drama has been through the process of

dramatic reading first to understand the drama structure. This research aims to find

out the drama structure which consists of plot, character and theme exposed in Ucok

Klasta’s “Padang Bulan” drama script. By the objective, the analysis process is

going to be conducted in Ucok Klasta’s “Padang Bulan” drama script which is the

one of the nominators in East Java drama script writing competition in 2006.

The research is qualitative research, with analytic descriptive method. The

collected data are some citations of dialogs and the clue in the script. With the

analytic descriptive method, the dialogs which are read are going to be analyzed to

determine the “Padang Bulan” drama script structure elements.

The result of this research describes the drama structure of Ucok Klasta’s

“Padang Bulan” which is consisted of plot, character and theme. The plot is

analyzed from the script consisted of five chapters. The characters in the script are

Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu Lugu, Lugu, Boss, Politikus,

Pejabat Kota, and Kantib. The major theme raised in this script is about social

criticism which happens when modernization scrapes the existing cultures.

Keywords : Drama structure, Drama script, Padang Bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

MOTO ......................................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ................................................................................ x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ................................................................................. 5

1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 9

2.1 Penelitian yang Relevan .................................................................. 9

2.2 Kajian Teori .................................................................................... 10

2.2.1 Naskah Drama ....................................................................... 11

2.2.2 Struktur Drama ...................................................................... 12

2.2.3 Alur .......................................................................................... 13

2.2.4 Karakter ................................................................................... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

xiii

2.2.5 Tema ........................................................................................ 21

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 28

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 28

3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 28

3.3 Sumber Data dan Data ....................................................................... 28

3.4 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 29

3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 29

3.6 Triangulasi Data ................................................................................ 30

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 31

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 31

4.2 Hasil Penelitian Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama “Padang Bulan”

Karya Ucok Klasta ............................................................................ 31

4.2.1 Hasil Analisis Alur .............................................................. 32

4.2.1.1 Eksposisi ......................................................................... 32

4.2.1.2 Konflik ............................................................................ 37

4.2.1.3 Klimaks ........................................................................... 46

4.2.1.4 Penyelesaian .................................................................... 53

4.2.2 Hasil Analisis Alur Tambahan ........................................... 54

4.2.3 Hasil Analisis Karakter ....................................................... 55

4.2.3.1 Bulan ............................................................................... 56

4.2.3.2 Padang ............................................................................. 57

4.2.3.3 Jembar .............................................................................. 58

4.2.3.4 Kalangan .......................................................................... 59

4.2.3.5 Aki ................................................................................... 60

4.2.3.6 Nini/ Ibu Lugu ................................................................. 61

4.2.3.7 Lugu ................................................................................. 63

4.2.3.8 Boss ................................................................................. 64

4.2.3.9 Politikus dan Pejabat Kota .............................................. 65

4.2.3.10 Kamtib ........................................................................... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

xiv

4.2.4 Hasil Analisis Tema ................................................................ 67

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Alur, Karakter, dan Tema Naskah

Drama“Padang Bulan” Karya Ucok Klasta Berdasarkan Urutan

Peristiwa .......................................................................................... 72

4.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Alur Naskah Drama “Padang Bulan”

Karya Ucok Klasta ................................................................. 72

4.3.1.1 Eksposisi ......................................................................... 73

4.3.1.2 Konflik ............................................................................ 74

4.3.1.3 Klimaks ........................................................................... 76

4.3.1.4 Penyelesaian .................................................................... 78

4.3.2 Pembahasan Hasil Analisis Karakter Naskah Drama “Padang Bulan

Karya Ucok Klasta melalui Tiga Dimensi Tokoh ................. 79

4.3.2.1 Bulan ................................................................................ 80

4.3.2.2 Padang ............................................................................. 81

4.3.2.3 Jembar .............................................................................. 82

4.3.2.4 Kalangan .......................................................................... 84

4.3.2.5 Aki ................................................................................... 85

4.3.2.6 Nini/Ibu Lugu .................................................................. 86

4.3.2.7 Lugu ................................................................................. 88

4.3.2.8 Boss .................................................................................. 89

4.3.2.9 Poitikus dan Pejabat Kota ................................................ 90

4.3.2.10 Kamtib ............................................................................ 91

4.3.3 Hasil Pembahasan Tema Naskah Drama “Padang Bulan” Karya

Ucok Klasta ........................................................................... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 95

5.1 Simpulan ........................................................................................ 95

5.2 Saran .............................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

xv

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................... 100

LAMPIRAN ......................................................................................... 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog

dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Drama

sebagai suatu genre sastra memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi

ataupun genre prosa. Drama memiliki karakteristik khusus untuk dinikmati dan

diapresiasi, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi pertunjukan

pada sisi lain. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam

bahasa yang memikat dan mengesankan sehingga pembaca mampu menikmati

cerita yang ada melalui dialog. Drama berdimensi pertunjukan dilihat dari

pementasan saat di atas panggung dimana penikmat akan menyaksikan

langsung pengalaman yang diungkapkan dan lebih mendalam, lebih pekat, dan

lebih intens penghayatanya. Satoto (2012: 6) mengemukakan “seni drama

memang belum mencapai kesempurnaan apabila belum sampai ke tahap seni

teater dalam bentuk pementasan atau pergelaran sebagai perwujudan. Maka

pemahaman naskah lakon tanpa memperhitungkan kemungkinan-

kemungkinan pementasannya belumlah cukup”.

Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding

dengan genre puisi ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama

lebih difokuskan kepada bentuk karya langsung secara konkret. Drama tidak

dapat diperlakukan seperti puisi ketika mencoba mendekatinya, karena

penekanannya sebagai suatu hasil cipta intuisi imajinasi penyairnya. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

2

membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan

intuisi penyair melalui sajak-sajak yang ditulis penyair. Di sisi lain, ketika

pembaca membaca fiksi (cerpen atau novel), pembaca berhadapan dengan

suatu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian

dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan

tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai tahap

pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara imajinatif oleh para pembacanya,

namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam

penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan.

Sebelum menuju ke dalam pementasan, pendekatan awal dilakukan

terlebih dahulu melalui naskah drama. Dalam naskah drama tersebut termuat

nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan

panggung yang diperlukan. Naskah drama ditulis secara lengkap agar

mempermudah para pemain untuk memainkan cerita atau lakon di atas

panggung. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan struktur drama perlu

dipahami terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam pementasan. Peneliti tidak

menganalisis tekstur drama karena tekstur drama terdiri dari sesuatu yang

didengar (dialog). Sesuatu yang dirasa (mood), dan sesuatu yang dilihat

(spectacle). Melalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri

dari alur, karakter, dan tema.

Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok karena

melihat beberapa poin penting yang bisa dipelajari untuk masyarakat zaman

sekarang. Naskah drama ini mengkisahkan tentang yang semestinya tetap ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

3

namun perlahan menghilang karena perlahan-lahan terkikis oleh

perkembangan arus modernisasi. Salah satunya adalah permainan tradisional

yang dimana semasa kecil sering kali dimainkan saat berkumpul bersama

teman-teman setelah sepulang sekolah atau saat sore hari. Ucok Klasta selaku

penulis naskah ingin menyampaikan, bahwa pentingnya permainan tradisional

untuk tetap dilestarikan agar anak- anak mengenal dan bisa menikmati

permainan-permainan tradisional. Naskah drama “Padang Bulan” yang

mengingatkan akan gembiranya saat memainkan permainan tradisional seperti,

kejar-kejaran, bentengan, tebak-tebakan, gaprakan, dan masih banyak lagi.

Naskah ini pernah dipentaskan oleh mahasiswa dan siswa sekolahan.

Pementasan drama yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Unpas Angkatan 2013 dalam

kegiatan ujian mata kuliah Apresiasi Kajian Drama pada Tahun 2015 yang

diampu oleh Bapak Drs. Dindin, M.Z.M., M.Pd.. Naskah ini juga dipentaskan

oleh Teater Mesem SMA N 1 Mojolaban pada tanggal 25 agustus 2018

dilapangan sebraguna SMA N 1 Mojolaban yang disutradarai oleh Lanwicad

dalam rangka produksi ke-3 berjudul "Padang Bulan" adapatsi dari Ucok

Klasta. Pementasan yang dilakukan oleh mahasiswa Unpas dan siswa SMA N

1 Mojolaban merupakan hasil adaptasi dari naskah drama "Padang Bulan",

namun tetap menyampaikan pesan yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang struktur drama pada

naskah drama “Padang Bulan”. Tinjauan terhadap struktur drama dilakukan

untuk memperoleh pemahaman yang lengkap mengenai sebuah lakon melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

4

naskah. Aspek yang hendak menjadi sorotan adalah alur, karakter, dan tema.

Ketiga unsur yang dicermati dalam naskah drama “Padang Bulan” dilihat untuk

mengungkap munculnya struktur drama.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berkaitan dengan

struktur dan tekstur naskah drama, agar pengkajian ini lebih baik dan terarah,

peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta?

2. Bagaimana karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta?

3. Bagaimana tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti

merumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan alur dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta.

2. Mendeskripsikan karakter dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta.

3. Mendeskripsikan tema dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

5

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama

“Padang Bulan” Karya Ucok Klasta” memiliki manfaat:

1. Manfaat teoretis

a. Memberi informasi mengenai struktur naskah drama “Padang

Bulan” karya Ucok Klasta dan menjadi sumber referensi bagi

yang melakukan penelitian serupa.

b. Penelitian struktur naskah drama bisa menjadi tinjauan dan sarana

untuk mengapresiasi sebuah karya sastra.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi materi bagi guru-guru dalam

praktik pengajaran di dalam kelas khususnya pada ilmu drama.

b. Penelitian ini dapat membatu guru-guru dalam proses

pembelajaran di kelas khususnya guru Bahasa Indonesia.

c. Penelitian ini diharapkan bisa membantu mahasiswa yang

melakukan penelitian serupa dan menjadi tambahan sumber

referensi.

1.5 Batasan Istilah

Terdapat delapan batasan istilah yang dijabarkan sebagai batasan

lingkup pemahaman penelitian struktur dan tekstur drama yang akan

dijabarkan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

6

1. Naskah Drama

Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon.

Dalam naskah drama tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita,

dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang

diperlukan (Wiyanto, 2002: 31-32).

2. Struktur Drama

Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 159) membagi unsur yang

menciptakan struktur dan drama tersebut menjadi tiga yakni plot,

karakter, dan tema.

3. Alur

Marjorie Boulton (dalam Sudjiman 1988:29) mengungkapkan

alur sebagai rangka dalam tubuh manusia. Peristiwa yang diurutkan itu

membangun tulang punggung cerita.

4. Karakter

Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi

penggerak jalan cerita. Karakter memiliki tiga dimensi , yaitu fisiologis,

sosiologis, dan psikologis (Harymawan 1988: 25). Karakter tidak hanya

berupa pengenalan tokoh melalui umur, bentuk fisik, penampilan,

kostum, tempo/irama permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh

yang dimilikinya. misalnya untuk mengidentifikasi apakah tokoh

tersebut seorang peragu, humoris, periang, pemurung, bijak, ceroboh,

serius, atau tokoh yang suka bersikap main-main saja (Kernodle dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

7

Dewojati 2010:170).

5. Tema

Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya

sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama

dengan pokok masalah atau topik (Satoto, 2012: 40).

1.6 Sistematika Penulisan

Bagian pertama dalam penelitian ini berisikan landasan dasar berupa

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, beberapa definisi

istilah dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi hal-hal yang

mendorong peneliti melakukan penelitian ini dan permasalah yang ditemukan.

Rumusan masalah berisi tentang masalah yang ingin diteliti oleh peneliti.

Tujuan penelitian sejalan dengan yang akan dilakukan sesuai rumusan

masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau keguanaan dari hasil

penelitian. Definisi istilah digunakan untuk membatasi istilah yang akan

digunakan agar tidak melebar. Sistematika penulisan berisi alur agar tercipta

kesistematisan dalam penyajian.

Bagian kedua berisi landasan teori yang berisi penelitian yang relevan

dan kajian-kajian teori. Penelitian yang relevan menjadi panduan bagi peneliti

dalam menulis penelitian agar tidak terjadi pengulangan tulisan karya ilmiah

dan dapat membahas lebih kritus dan tajam. Kajian teori dalam penelitian ini

beisi pengertian drama, naskah drama, dan struktur drama.

Bagian ketiga dalam penelitian ini berisi metodologi penelitian.

Metodologi penelitian mencangkup jenis penelitian, metode penelitian, data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

8

dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penelitian

ini akan mencermati, alur, karakter, dan tema sebagai data penelitian. Jenis

penelitian yang digunakan sesuai dengan kategori menurut data yang diambil.

Data adalah bahan yang menjadi kajian dalam penelitian. Sumber data adalah

subjek dari data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data merupakan

langkah- langkah untuk memperoleh data. Teknik analisis data langkah-

langkah menganalisis data.

Bagian keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian

ini, masalah yang telah dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan

masalah dibahas sesuai teori yang digunakan. Kemudian dirangkum dalam

bentuk deskripsi-deskripsi mengenai struktur.

Bagian kelima dari penelitian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran

yang ditemukan oleh peneliti. Kesimpulan berisi catatan hasil yang ditemukan

melalui struktur dari beberapa adegan pada naskah yang dibaca. Saran yang

ditemukan dalam penelitian memberi imbauan bagi peneliti lain yang

melakukan penelitian serupa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini terdapat tiga penelitian yang relevan dan

memiliki pembahasan yang sama seperti peneliti, namun memiliki

perbedaan untuk dibandingkan. Penelitian yang pertama, milik Johanes

Baptis Judha Jiwangga (2018) dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang berjudul “Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Naskah serta

Video Pementasan Mega-Mega” Karya Arifin C. Noer. Adapun dua tujuan

dari penelitian ini, pertama menganalisis struktur drama tampak dalam

perwujudan tokoh, alur, dan tema pada naskah maupun video pementasan

Mega-Mega. Kedua menganalisis tekstur drama tampak dalam perwujudan

dialog, spectacle, dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-

Mega. Hasil dari penelitian ini adalah pembaca mampu menikmati naskah

secara riil dalam bentuk pemanggungan, jadi tidak hanya melalui bacaan

saja tapi dalam sebuah pementasan penonton bisa merasakan secara

langsung apa yang dirasakan oleh pemain.

Penelitian yang kedua, ditulis oleh Yohanes Prima Pramudya (2018)

dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Analisis Struktur

dan Tekstur Naskah Drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrepsikan struktur dan tekstur naskah

drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer. Hasil yang diperoleh dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

10

penelitian ini adalah mendeskripsikan stuktur dan tekstur naskah drama

Pada Suatu Hari.

Penelitian ketiga, ditulis oleh Hidayahtulloh (2017) dengan judul

“Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller”

bertujuan untuk mendeskripsikan sturktur dan tekstur naskah drama Kabale

Und Liebe. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Kabale

Und Liebe karya Friedrich Schiller. Akhir dalam naskah drama Kabale Und

Liebe adalah ketidaksetujuan orang tua Luise dengan Ferdinand kemudian

menimbulkan konflik yang membawa alur berakhir tragis yaitu kematian.

Hasil dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur dan tekstur

naskah drama Kabale Und Liebe karya Friedrich Schiller.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah pada

judul naskah dan analisis yang dilakukan. Penelitian sebelumnya

menggunakan naskah drama berjudul Pada Suatu Hari, Mega-Mega, dan

Kabale Und Liebe. Penelitian ini menganalisis struktur drama saja dan tidak

menganalisis tekstur drama. Pada penelitian ini, peneliti memilih naskah

“Padang Bulan” Karya Ucok Klasta untuk menganalisis struktur drama

sebelum dipentaskan di atas panggung.

2.2 Kajian Teori

Dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua pembahasan besar

yaitu mengenai struktur drama. Hal-hal yang disampaikan akan lebih

terperinci yang terkandung dalam aspek struktur drama. Pemilihan teori-

teori tersebut menjadi landasan berpikir yang digunakan untuk menganalisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

11

naskah drama “Padang Bulan”.

Peneliti memilih teori Kernodle untuk menganalisis struktur drama

yang akan dibahas. Struktur drama terdiri dari karakter, tema, dan alur.

Peneliti memiliki batasan-batasan tertentu dalam menganalisis struktur

dalam naskah “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

Teori yang sudah ada akan dipadukan dengan beberapa teori-teori

lain. Peneliti juga menggunakan teori dramaturgi Aristoteles sebagai

penunjang analisis untuk menganalisis struktur yang diungkapkan oleh

Kernodle. Teori-teori tersebut dianggap oleh peneliti mampu untuk

mempertajam analisis naskah drama “Padang Bulan”.

2.2.1 Naskah Drama

Sutradara bila ingin mengadakan pertunjukan drama, yang

dibutuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama adalah

karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat

nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan

keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga

dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara.

Naskah drama bentuk dan suasananya berbeda dengan naskah cerita

pendek atau novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap

dan lagsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah

drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya

diganti dengan dialog para tokoh jadi, naskah drama itu mengutamakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

12

ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh

itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh cerita.

Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak

mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu,

dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri

dari tiga babak, berarti ada babak I, babak II, dan babak III. Tiap-tiap babak

menggambarkan peristiwa berbeda. Begitu pula tempat, waktu, dan

suasananya pun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton

memperoleh gambaran yang jelas bahwasetiap peristiwa berlangsung di

tempat, waktu, dan suasana yang berbeda.

Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis

selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan melainkan juga

disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan

yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan

yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga

tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah,

atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah

lengkap dan sudah siap diaminkan.

2.2.2 Struktur Drama

Secara etimologis struktur berasal dari bahasa latin yaitu struktura,

berarti bentuk atau bangunan. Struktur menjadi penghubung antara satu

unsur dengan unsur yang lain. hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

13

positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga

negatif, seperti konflik dan pertentangan. Kernodle (dalam Dewojati,

2010:159) membagi unsur yang menciptakan struktur drama tersebut

menjadi tiga yakni alur, karakter, dan tema. Struktur tersebut bisa dilihat

melalui naskah drama yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini struktur

drama dicermati melalui naskah drama yang sudah dipilih. Peneliti

mencermati segala sesuatu yang berhubungan dengan struktur agar

mendapatkan hasil yang lebih rinci.

2.2.3 Alur

Kernodle mengingatkan dalam pengantarnya, bahwa pada dasarnya

sebuah drama berarti sesuatu yang terjadi. Kernodle (Dewojati, 2010: 161)

memaparkan; “Drama bukanlah sebangsa naratif, deskreptif, atau analisis.

Ia adalah sesuatu yang sesungguhnya menakutkan di depan mata kita. Setiap

momen dalam drama seolah penuh dengan janji dan ancaman, tetapi

sekaligus pula mengandung masa depan. Dalam drama terdapat peneguhan;

suspense yang berat; munculnya momen kritis dan penentuan nasib;

pemilihan keputusan; serta adanya pintu yang tertutup selamanya”. Oleh

karena itu, drama sering disebut sebagai seni krisis yang membangun

perkembangan peristiwa demi peristiwa secara bertahap, sekaligus mampu

menciptakan perubahan emosi penikmatnya secara cepat. Sebagai seni yang

paling terkonsentrasi dan intens, drama memperoleh sebagian besar

intensitasnya dari alur. Secara konkret, gambaran tentang intensitas alur itu

terlihat pada saat penikmat dikondisikan ‘terperangkap’ pada berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

14

peristiwa sejak pada bagian awal, tengah, dan akhir drama. Lebih dari itu,

penonton atau pembaca pun akan diseret dari krisis ke krisis, baik pada saat

ketegangan muncul maupun saat relaksasi. Selanjutnya penikmat akan

merasa terdorong ke tataran klimaks oleh kekuatan yang tak dapat ditahan,

dan akhirnya dibiarkan dalam ketegangan karena seolah- olah mereka baru

saja mengalami sebuah pengalaman besar.

Menurut Kernodle (dalam Dewojati, 2010:162) di dalam drama,

yang dimaksudkan alur adalah pengaturan insiden yang berlangsung di atas

panggung. Satoto (2012: 11) mengungkapkan alur adalah jalinan peristiwa

yang disusun berdasarkan hukum kausal sebab akibat. Hal-hal yang terjadi

di atas panggung memiliki hubungan sebab akibat agar peristiwa di atas

panggung memiliki kejelasan di dalamnya. Jadi, alur dramatik adalah alur

yang menganut hukum dramatik. Artinya, tiap-tiap tahap dalam teknik

pengaluran merupakan konsekuensi yang menimbulkan gerak dan lakuan

dramatik dalam lakon. Hal ini sejalan dengan Susanne Langer (Kernodle

dalam Dewojati, 2010:161) yang menyatakan bahwa drama pada dasarnya

sering menciptakan sebuah “takdir” dalam pengertian lain. Dalam

kehidupan manusia. Setiap momen drama menyambung masa silam dan

masa kini. Jalinan momen tersebut sekaligus menciptakan keingintahuan

yang luar biasa para penikmatnya untuk melihat hasil akhir sebuah cerita.

Menurut Marjorie Boulton (dalam Sudjiman 1988:29) alur sebagai rangka

dalam tubuh manusia. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang

punggung cerita. Demikian pula di sini bisa dikatakan bahwa alur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

15

merupakan kerangka sebuah cerita. Rangkaian peristiwa itu berlangsung

dalam urutan waktu dan dalam hubungan sebab-akibat. Alur adalah

rekayasa pencerita yang menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata.

Alurlah yang membedakan antara cerita fiksi dengan fakta; antara fiksi,

drama dengan puisi. Dalam alur ada unsur kesengajaan pengarang/pencerita

yang merangkai sebuah cerita sehingga cerita itu tersusun secara sistematis.

Kernodle (dalam buku Dewojati, 2010:164), mengungkapkan

bahwa Aristoteles memiliki ide konstruksi dalam drama yang dikemukakan

pertama kali dalam Poetics. Hukum komposisi menurutnya terdiri dari awal,

tengah, dan akhir. Alur drama menurut Aristoteles, terdiri atas exposition

(perkenalan), conflict (permasalahan), climax (puncak permasalah), dan

denouement (penyelesaian). Exposition memberikan pemahaman konteks

yang akan terbangun dalam pementasan melalui kehidupan tokoh dan

lingkungan panggung.

Barranger (1993:57) menjelaskan exposition ialah awal permainan yang

memperkenalkan karakter dengan situasi masa lalu dan masa kini. Conflict

(permasalahan) merupakan masalah-masalah yang muncul dalam

pementasan dan dialami oleh tokoh. Permasalah tersebut yang kemudian

membawa penonton menuju pemahaman cerita yang dialami oleh tokoh.

Climax (puncak permasalah) merupakan puncak dari permasalah yang

muncul dari awal, kemudian mengerucut sebelum denouement

(penyelesaian). Denouement (penyelesaian) merupakan kesimpulan yang

dibangun dari awal pementasan. Cohen (2010:36) mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

16

“denouement bisa ditunjukan dengan pidato atau bahkan satu kata atau

gerakan menunjukan bahwa gairah yang timbul dari aksi permainan

sekarang diam dan harmoni baru”

Nurgiyantoro (1995: 153) mengatakan alur dapat dikategorikan ke dalam

beberapa jenis yang berbeda-beda berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau

kriteria yang berbeda pula. Beberapa kriteria yang dimaksud seperti, kriteria

urutan waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi. Urutan

kriteria waktu yang dimaksud adalah terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan

penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Kriteria jumlah

dimaksudkan sebagai banyaknya alur cerita yang terdapat dalam sebuah

karya fiksi yang terdiri dari alur tunggal dan yang kedua sub-subalur.

Kriteria selanjutnya adalah kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai

padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah

karya fiksi. Kriteria terakhir adalah kriteria isi dengan dimaksudkan

sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkapkan

dalam cerita. Dengan beberapa kriteria pembedaan alur yang sudah

disebutkan, menurut peneliti dalam naskah drama "Padang Bulan" memiliki

kiteria jumlah.

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya yang dimaksud kriteria jumlah

adalah banyaknya alur cerita yang terdapat dalam sebuah karya fiksi.

Sebuah karya fiksi seperti novel atau naskah drama mugkin hanya

menampilkan sebuah alur, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

17

alur. Kemungkinan pertama adalah beralur tunggal, sedangkan yang kedua

menampilkan sub-subalur. Alur tunggal biasanya hanya mengembangkan

sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang

pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap

dengan permasalah dan konflik yang dialami (Nurgiyantoro 1995: 157).

Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang

dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan

perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Subplot,

sesuai dengan penamaannya hanya merupakan bagian dari plot utama.

Subplot berisi cerita “kedua” yang ditambahkan yang bersifat memperjelas

dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek

keseluruhan cerita (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995: 158).

Peneliti menyimpulkan bahwa alur merupakan kerangka cerita yang saling

berhubungan dan memiliki hukum sebab akibat. Penahapan alur pada

naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta memiliki empat tahapan

yaitu eksposisi, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Alur terkadang

memiliki subplot yang bertujuan untuk lebih memahami permasalah dalam

naskah dan tidak bersifat memperluas permasalahan. Naskah “Padang

Bulan” beralur maju dan memiliki subplot atau alur kedua yang menjelaskan

permasalah dalam cerita yang dialami oleh tokoh dalam alur kedua.

Permasalah yang dialami tokoh dalam cerita kedua berhubungan dengan

alur cerita utama yang bersifat memperjelas masalah bukan memperluas

masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

18

2.2.4 Karakter (Penokohan)

Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan

cerita (Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang hidup

bukan mati, dia adalah boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah yang akan

membawakan tema dalam keseluruhan latar dan alur. Disamping itu

perwatakan atau penokohan intilah yang menjadi inti lakon. Hal ini

disebabkan tokoh menjalin alurnya sendiri (Oemarjati dalam Dewojati,

2010:169). Karakter juga bersifat multidimensional. Adapun dimensi yang

dimaksud adalah dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi

psikologis (Harymawan dalam Dewojati, 2010:169).

Harymawan (1988:25-26) mengatakan penokohan bisa juga dilihat

melalui tiga dimensi tokoh. Dimensi pertama adalah dimensi fisiologis (usia,

jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka,dll) yang nanti akan

dikembangkan oleh aktor sesuai kebutuhan peran yang diperoleh. Dimensi

kedua ialah dimensi sosiologis berhubungan dengan latar belakang

masyarakat tokoh yang diperankan. Lingkungan tempat tinggal tokoh bisa

berpengaruh akan seperti apa karakter itu menjadi dari beberapa aspek (status

sosial, pekerjaan, jabatan, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup,

kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobby, bangsa,

suku, keturunan). Dimensi ketiga ialah dimensi psikologis yang mencakup

latar belakang kejiwaan yang berhubungan dengan sifat tokoh yang akan

dimainkan sesuai peran yang ditetapkan. Tokoh bertanggungjawab

menampilkan sifat tersebut di atas panggung atau melalui dialog yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

19

diucapkan saat pementasan berlangsung untuk membedakan antara benar

atau salah (mentalis), keinginan dan perasan pribadi, sikap, dan perilaku

(tempramen), dan tingkat kecerdasan keahlian khusus dalam bidang tertentu

(IQ).

Selain itu, unsur penokohan atau perwatakan itu juga dapat dibedakan

menjadi dua macam, yakni watak datar dan watak bulat. Watak datar ialah

tokoh-tokoh cerita yang bersifat statis, sedangkan watak bulat mengacu pada

sifat-sifat tokoh cerita yang bermacam-macam karena tokoh tersebut terlihat

segala segi wataknya, kelemahan ataupun kekuatannya sehingga tidak

menimbulkan kesan hitam putih. Tokoh datar bersifat statis, di dalam

perkembangan lakuannya watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan

ada kalanya tidak berubah sama sekali (Sudjiman, 1988:21). Dengan

demikian tokoh datar mudah dikenali dan mudah diingat (Forster dalam

Sudjiman, 1988:21). Tokoh bulat memiliki lebih dari satu ciri segi wataknya

yang ditampilkan atau digarap di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat

dibedakan dari tokoh- tokoh yang lain (Shahnon dalam Sudjiman, 1988:21).

Berbagai segi wataknya itu tidak ditampilkan sekaligus melainkan

berangsur-angsur atau berganti-ganti agar tokoh bulat mampu memberikan

kejutan karena tiba-tiba muncul segi wataknya yang tidak terduga

(Sudjiman, 1988:21).

Jika alur adalah ‘apa yang terjadi’ maka karakter adalah ‘mengapa ia

terjadi’. Dalam drama, fungsi alur mungkin dikenal oleh penikmat karena

cenderung memberikan ‘rasa gairah seketika. Akan tetapi, yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

20

disadari unsur dalam drama yang selalu diingat oleh pembaca atau penonton

adalah karakter (Kernodle dalam Dewojati, 2010:170). Menurut Kernodle

(dalam Dewojati, 2010:170) kararakter tidak hanya berupa pengenalan

tokoh melalui umur, bentuk fisik, penampilan, kostum, tempo/irama

permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh yang dimilikinya. Sikap batin

itu, Misalnya untuk mengidentifikasi apakah tokoh tersebut seorang peragu,

humoris, periang, pemurung, bijak, ceroboh, serius, atau tokoh yang suka

bersikap main-main saja. Hal yang tidak kalah penting, menurut Kernodle

(dalam Dewojati, 2010:170), melalui analisis tokoh dalam drama itu dapat

mengidentifikasi apakah tokoh dalam lakon tersebut dipandang sesuai

dengan gagasan konvensional dalam masyarakatnya atau tidak.

Beberapa cara mengidentifikasi karakter guna menganalisis tokoh

diantaranya dengan menjawab beberapa pertanyaan seperti :

- Apa sajakah yang dilakukan dan dikatakan oleh tokoh dalam drama?

- Bagaimana karakter lain berbicara, mengomentari, berpendapat

tentang seorang tokoh, dan bereaksi kepada tokoh tersebut?

- Apakah ada suatu kekuatan yang terpusat dan berpengaruh yang

membentuk atau mendukung tokoh ini hingga mampu

menyesuaikan diri dengan beragam karakter dan lingkungan yang

berubah?

- Apakah ada pola perubahan ketika struktur karakter tokoh tersebut

berkembang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

21

Selain itu, sebuah lakon biasanya tidak hanya berbicara mengenai

satu karakter, tetapi sesuatu yang kompleks karena setiap karakter dalam

sebuah lakon selalu berhubungan erat dengan karakter lainnya (Kernodle

dalam Dewojati, 2010:171). Dalam drama, karakter tidak saja bisa saling

mempengaruhi dan mengubah kepribadian tokoh, tetapi karakter dapat pula

diidentifikasi dan diidentifikasikan dengan cara membandingkannya

dengan tokoh lain.

Teori Kernodle diperkuat dengan oleh teori lain tentang metode

penyuguhan karakter dalam drama. Teknik penampilan tokoh secara ringkas

dapat dibedakan menjadi tiga metode, yakni metode analitik, metode

dramatik, dan metode analitik-dramatik. Metode analitik adalah metode

penokohan dengan menguraikan langsung tokoh-tokohnya. Metode

dramatik adalah metode yang ditempuh melalui percakapan antar tokoh,

melalui tokoh bawahan yang membicarakan tokoh utama melalui jalan

pikiran tokoh, melalui tanggapan tokoh bawahan terhadap perilaku tokoh

utamanya, atau melalui reaksi tokoh terhadap peristiwa yang dialami.

Metode analitik-dramatik merupakan kombinasi metode analitik dan

dramatik (Tasrif dalam harymawan, 1988:18).

2.2.5 Tema

Dalam kaitannya dengan struktur lakon, dikemukakan oleh

Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 171) bahwa tema dalam drama sangat

dekat dengan niliai-nilai dramatis. Dengan demikian, disimpulkan bahwa

tema sebuah lakon perlu perenungan mendalam. Dalam drama, yang disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

22

tema pada dasarnya adalah “pemikiran”. Akan tetapi, yang dimaksud

“pemikiran” adalah argumen dari simpulan terhadap karakter tertentu, yang

bisa jadi merupakan tema secara keseluruhan lakon dan bisa pula hanya

merupakan tema sebagian lakon tersebut.

Pada beberapa drama, tema disebut juga dengan “moral” drama,

yakni sebuah konklusi dari sisi eksternal murni terhadap kehidupan yang

tersaji dalam teks atau di atas panggung. Menurut Kernodle (dalam

Dewojati, 2010:172) tema pada sebuah lakon dapat diungkapkan secara

implisit maupun eksplisit. Tema secara implisit didapatkan pada karakter,

setting, maupun kekayaan nonverbal yang dapat diamati di atas panggung.

Selain itu, tema secara eksplisit diucapkan dalam dialog verbal para

tokohnya. Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Di

samping itu, juga berfungsi untuk melayani visi dan responsi pengarang

terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya (Sayuti

dalam Wiyatmi, 2002:43).

Satoto (2012: 40) mengatakan tema adalah gagasan, ide atau pikiran

utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat,

tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tema disampaikan dari

permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas panggung melalui naskah

dan peran tokoh yang memainkannya. Tema secara umum dapat disebut

sebagai gagasan sentral, dasar yang mencangkup permasalahan dalam

cerita, yaitu sesuatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan

tujuan cerita dalam karya sastra, termasuk di dalamnya adalah teks drama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

23

Dalam tema ada amanat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang

ingin disampaikan oleh pengarang kepada publiknya. Teknik penyampaian

pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung, secara tersirat,

tersurat, atau simbolik. Jika tema merupakan ide sentral yang menjadi pokok

persoalannya, maka amanat merupakan pemecahannya dan apabila tema

dalam sebuah drama merupakan pertanyaan maka amanat adalah

jawabannya.

Tema yang banyak dijumpai dalam karya sastra yang bersifat

didaktis adalah pertentangan antara buruk dan baik. Secara lebih konkrit

tema pertentangan baik dan buruk ini misalnya dinyatakan dalam bentuk

kebohongan melawan kejujuran, kelaziman melawan keadilan, dan korupsi

melawan hidup sederhana (Sudjiman, 1988:50). Tema itu kadang-kadang

didukung oleh pelukisan latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakuan

tokoh, atau dalam penokohan. Tema bahkan dapat menjadi faktor yang

mengikat peristiwa-peristiwa dalam satu alur. Ada kalanya gagasan itu

begitu dominan sehingga menjadi kekuatan yang mempersatukan pelbagai

unsur yang bersama-sama membangun karya sastra, dan menjadi motif

tindakan tokoh (Sudjiman, 1988:51). Tema dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu tema jasmaniah, yang berkaitan dengan keadaan

jiwa seorang manusia. Tema organic (moral) yang berhubungan dengan

moral manusia. Tema sosial yang berhubungan dengan masalah politik,

pendidikan, dan propaganda. Tema egoik, berhubungan dengan reaksi-

reaksi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema ketuhanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

24

yang berhubungan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai mahkluk

sosial (Sayuti dalam Wiyatmi, 2002:43). Menurut Sayuti (dalam Wiyatmi,

2002:43) ada beberapa cara untuk menafsirkan tema:

1. Penafsir hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang

dikedepankan.

2. Penafsiran tema hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detail

cerita.

3. Penafsian tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti

yang dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang secara

langsung ada atau yang diisyaratkan dalam cerita.

Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra,

baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama dengan

pokok masalah atau topik. Tema disampaikan dari permasalahan-

permasalahan yang terjadi di atas panggung melalui naskah dan peran tokoh

yang memainkannya. Tema yang terdapat dalam naskah drama “Padang

Bulan” yaitu kritik sosial dengan masalah mengenai kritik sosial yang

terjadi saat arus moderninasi menggerus kebudayaan yang dimiliki, dalam

tema tersebut memiliki jenis tema sosial karena tema tersebut berkaitan

dengan masalah politik, pendidikan, dan propaganda.

Dari berbagai pendapat yang sudah dikemukakan peneliti

menyimpulkan tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

25

sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat, tema tidak sama

dengan pokok masalah atau topik. Tema disampaikan dari permasalahan-

permasalahan yang terjadi di atas panggung melalui naskah dan peran tokoh

yang memainkannya. Tema juga merupakan tujuan akhir yang harus

diungkapkan oleh alur, karakter, dan bahasa.

2.3 Kerangka Berpikir

Karya sastra merupakan karangan yang ditulis oleh pengarangnya

dengan tujuan untuk diapresiasi oleh pembaca atau penonton. Karya sastra

ada tiga jenis yaitu puisi, prosa, dan drama. Prosa dan puisi hanya terbatas

pada imaji pembaca saja sedangkan drama proses penggarapannya tidak

hanya dalam proses membaca tetapi juga proses untuk menampilkannya.

Pada penelitian ini yang akan di analisis adalah karya sastra jenis drama

melalui struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema.

Secara etimologis struktur berasal dari bahasa latin yaitu struktura,

berarti bentuk atau bangunan. Struktur menjadi penghubung antara satu

unsur dengan unsur yang lain. hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat

positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga

negatif, seperti konflik dan pertentangan. Struktur yang akan dianalisis pada

naskah drama “Padang Bulan” terdiri dari alur, karakter, dan tema.

Alur yang dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta akan menggunakan teori-teori para ahli. Pada analisis alur terdapat

dua hal pembahasan yang pertama alur dalam segi pengurutan dan alur

dalam segi jumlah. Alur dalam segi pengurutan terdiri dari empat tahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

26

yaitu eksposisi, konflik, klimaks dan penyelesaian. Alur pada segi jumlah

pada naskah drama “Padang Bulan” memiliki alur ganda atau subplot.

Karakter menjadi penggerak alur dan berperan aktif dalam cerita

yang akan disampaikan kepada pembaca atau penonton. Karakter pada

naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta akan dianalisis melalui

tiga dimensi yang terdiri dari dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan

dimensi psikologis. Dalam naskah terdapat dua belas tokoh yang akan

dibahas. Salah satu tokoh dalam naskah memainkan peran ganda, namun

karakter yang dimiliki tetap sama.

Tema memiliki tujuan untuk menyampaikan pemikiran atau pesan

yang hedak disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Tema yang

disampaikan bisa secara implisit atau secara eksplisit. Tema secara implisit

disampaikan melalui karakter atau setting yang ada baik dalam naskah atau

saat di atas panggung, sedangkan secara ekplisit tema bisa dilihat melalui

percakapan dialog antar tokoh.

Peneliti menganalisis struktur dengan tujuan untuk mendeskripsikan

alur, karakter, dan tema yang ada dalam naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta. analisis yang dilakukan guna untuk menilik bagaimana

alur yang terjalin, karakter yang muncul, serta tema yang ingin diangkat

dalam naskah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

27

Kerangka Berpikir :

Naskah Drama

“Padang Bulan” karya

Ucok Klasta

Struktur Drama

Alur

Karakter Tema

Alur

berdasar

kan

tahapann

ya yang

terdiri

dari

Eksposis

i,

Konflik,

Klimaks,

dan

Penyeles

aian.

Alur

berdasarka

n Jumlah

Karakter

berdasakan

jumlah

dimensinya

terdiri dari

1. Dimensi

Fisiologis

2. Dimensi

Sosiologis

3. Dimensi

Psikologis

Tema

berdasarkan

percakapan

dialog antar

tokoh dan

seting dalam

naskah

Hasil deskripsi naskah drama Padang

Bulan” karya Ucok Klasta

Analisis Struktur Naskah Drama "Padang

Bulan” karya Ucok Klasta

Bagaimana Alur, Karakter,

dan Tema Tampak Dalam

Naskah Drama “Padang

Bulan” karya Ucok Klasta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata atau

kalimat dari individu, buku, dan sumber lain. Penelitian kualitatif dijelaskan

sebagai penelitian yang berupaya mendefinisikan penilaian atau pemaknaan

orang lain (Martono, 2014:23). Secara ontologi, Martono (2014:22)

mengungkapkan sebagai berikut “gejala sosial disusun melalui definisi hasil

pemaknaan dan interpretasi individu secara subjektif”. Dengan begitu,

penelitian ini lebih melengkapi kata-kata atau kalimat yang terdapat dalam

naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna,

2012:53). Dengan metode deskriptif analitik, peneliti akan membaca dialog

yang ada kemudian dianalisis untuk mencari unsur-unsur struktur drama yang

berupa alur, karakter, dan tema dalam naskah drama “Padang Bulan”.

3.3 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta yang menjadi salah satu nominator lomba penulisan naskah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

29

drama tahun 2006. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa kutipan

dialog naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data akan dilakukan dengan teknik simak dan catat.

teknik simak dengan membaca adalah teknik yang digunakan peneliti saat

berhadaapan dengan teks untuk diteliti sebagai objek penelitian. Teknik ini

bertujuan untuk memperoleh data-data yang konkret. Teknik selanjutnya ialah

teknik catat yang dilakukan setelah peneliti membaca teks yang sudah ada

untuk kemudian dirangkum dalam kartu data. Kegiatan pencatatan itulah yang

disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993:135). Pada teknik simak dan catat ini

peneliti akan dihadapkan dengan teks naskah drama untuk mencari struktur

drama yang terkandung di dalamnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan penelitian

kualitatif, yaitu menggunakan metode analisis ini. metode analisis isi memberi

fokus pada penafsiran isi pesan yang terkandung dalam dokumen-dokumen

yang padat isi. Ada empat tahap yang akan dilakukan peneliti untuk

menganalisis naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Teknik

analisis yang akan digunakan adalah analisis isi karena yang akan dianalisis

berupa naskah drama, adapun langkah-langkah teknik analisis data adalah

sebagai berikut :

1. Membaca naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta sebanyak

tiga kali sehari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

30

2. Mencatat dialog sesuai indikator yang telah didapat sebagai data

penelitian.

No Struktur

Drama

Hasil

Analisis

Keterangan

Hasil

Analisis

Setuju Tidak

Setuju

Keterangan

1

3. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

teori struktur yang dikemukakan oleh Kernodle.

4. Hasil analisis kemudian dicatat dengan menggunakan catatan

deskriptif.

3.6 Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemikiran keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Peneliti

membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap

validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Berdasarkan pendapat yang sudah

diungkapkan Moleong, triangulasi merupakan proses untuk menguji suatu data

dengan metode tertentu beserta pendapat ahli agar teruji keabsahan datanya

serta peneliti lebih memahami apa yang diteliti.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

penyidik. Dalam penelitian ini, peneliti mempercayakan Septina Krimawati

S.S., M.A. sebagai penyidik triangulasi untuk memeriksa dan memberi

masukan terhadap hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

31

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh adalah memaparkan struktur naskah

drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Hasil pembahasan akan diuraikan

menjadi beberapa bagian. Bagian pertama yaitu mendeskrepsikan alur pada

naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta. Bagian kedua

mendeskrepsikan karakter pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta. Bagian ketiga mendeskripsikan tema pada naskah drama “Padang

Bulan” karya Ucok Klasta.

Struktur menjadi penghubung antara satu unsur dengan unsur yang lain.

hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan,

kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan

pertentangan. Struktur yang terdapat dalam drama ada alur, karakter, tema,

amanat, dan setting. Peneliti hanya mengambil tiga bagian saja untuk

dianalisis pada naskah drama “Padang Bulan” dalam penelitian. struktur yang

akan dianalisis yaitu alur, karakter, dan tema.

4.2 Hasil Penelitian Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama “Padang

Bulan” Karya Ucok Klasta

Alur merupakan rangka dalam sebuah cerita yang berlangsung dalam

urutan waktu dan dalam hubungan sebab-akibat. Karakter adalah bahan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

32

paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Tema adalah gagasan, ide

atau pikiran utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat

maupun tersirat, tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik.

4.2.1 Hasil Analisis Alur

Alur merupakan rangka dalam sebuah cerita yang berlangsung

dalam urutan waktu dan dalam hubungan sebab-akibat. Alur sebagai rangka

dalam tubuh manusia. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang

punggung cerita. Demikian pula di sini bisa dikatakan bahwa alur

merupakan kerangka sebuah cerita. Alur adalah rekayasa pencerita yang

menandai sebuah fiksi, bukan peristiwa nyata. Selain itu, Alur adalah jalinan

peristiwa yang disusun berdasarkan hukum kausal sebab akibat. Hal-hal

yang terjadi di atas panggung memiliki hukuman sebab akibat agar persitiwa

di atas panggung memiliki kejelasan mendalam.

Berdasarkan tahapan alur pada naskah drama “Padang Bulan” akan

dibagi menjadi empat tahapan eksposisi, konflik, klimaks, dan penyelesaian.

Pembagian ini berdasarkan ide konstruksi Aristoteles (dalam buku

Dewojati, 2010:164) yang membagi alur drama terdiri atas exposition

(perkenalan), conflict (permasalahan), climax (puncak permasalah), dan

denouement (penyelesaian).

4.2.1.1 Eksposisi

Eksposisi ialah awal permainan yang memperkenalkan karakter

dengan situasi masa lalu dan masa kini. Situasi yang terdapat dalam

eksposisi ialah tempat, waktu, keadaan, para tokoh, dan hubungan antar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

33

tokoh. Eksposisi memperkenalkan para tokoh beserta peristiwa yang dialami

dalam naskah. Selain memeperkenalkan peristiwa yang dialami para tokoh,

di dalam eksposisi juga diselip oleh butir-bitur yang membuat para pembaca

menjadi penasaran akan kelanjutan cerita yang dibaca. Pada awal cerita

biasanya peristiwa yang terjadi masih terlihat harmonis dan damai, namun

juga bisa menjadi pengantar menuju konflik yang akan dialami para tokoh.

Eksposisi bermula pada adegan pertama berlatar tempat pekarangan

depan rumah Aki dan Nini pada malam hari saat bulan purnama muncul.

Tokoh utama Bulan muncul pertama kali kemudian memanggil teman-

temannya untuk bermain di pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Teman

Bulan yang pertama muncul ialah Padang kemudian Jembar dan terakhir

Kalangan yang muncul ingin mengagetkan mereka. Dapat dibuktikan

dengan kutipan dialog seperti berikut :

1. BULAN

“Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …!

Jembaaar …! Kalangan…! Ayo kumpuuul … !

Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan

di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama

di sini …!”

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

2. KOOR

“Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama…Ooo

indahnya …!” PADANG MASUK.

3. PADANG

“Mana yang lain ?”

4. BULAN, PADANG

“Jembaaar …! Kalangaaan!” JEMBAR MASUK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

34

5. BULAN

“Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?”

6. JEMBAR

“Tidak.”

7. BULAN, PADANG, JEMBAR

“Kalangaaan …!”

KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM

LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-

TEMAN.

8. KALANGAN

“HEI !!!”

9. BULAN, PADANG, JEMBAR

“Ora kageeet …Weee !”

SEMUANYA TERTAWA.

10. PADANG

“Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran?

Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?”

11. JEMBAR

“Tebak-tebakan saja deh.”

12. KALANGAN

“Ya, setuju. Tebak-tebakan.”

13. PADANG

“Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?”

14. BULAN

“Mmm … Di suruh menari saja.”

15. JEMBAR

“Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak

binatang.”

16. KALANGAN

“Menirukan gerak binatang dengan tarian?”

17. PADANG, BULAN, JEMBAR

“Ya ya ya …”

18. KALANGAN

“Setuju?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

35

19. PADANG, BULAN, JEMBAR

“Setujuuu …”

MEREKA DUDUK MELINGKAR (SETENGAH

LINGKARAN MENGHADAP PENONTON).

CARA BERMAIN ANAK-ANAK MENGEJA

HURUF BERGILIRAN DAN URUT SEIRING

DENGAN MUSIK. SAAT MUSIK BERHENTI PADA

ANAK TERTENTU, IA MENYEBUTKAN NAMA

SESUATU YANG DIJADIKAN TEBAKAN SESUAI

HURUF TERAKHIR YANG DIEJANYA.

MUSIK – LAGU TEMA PADANG BULAN.

20. BULAN

“Nama apa? Buah ya?”

21. PADANG, JEMBAR, KALANGAN “Ya, buah …”

Musik.

22. (URUT)

“A, B, C, D, E, F …”

23. JEMBAR (Gelagapan)

“G …”

24. BERSAMA (Bersahutan)

“Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …”

JEMBAR BERDIRI.

KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI

DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA

BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS

DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS

PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA

KALI (FLEKSIBEL) (Hal4)

Kemudian setelah mereka berkumpul untuk bermain bersama,

berlanjut ke adegan dua saat Aki dan Nini keluar rumah sambil membawa

klenyem untuk disantap bersama. Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan

kemudian menghampiri Aki dan Nini untuk mendapatkan klenyem anget

dengan salin berebutan. Aki dan Nini yang melihat kejadian tersebut

kemudian memberi nasehat kepada mereka. Dengan bukti kuitipan dialog

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

36

seperti berikut :

AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK

PANGGUNG), BERDIRI DITERAS MEMANGGIL

ANAK-ANAK.

25. NINI

“Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem

anget bikinan Simah. Ayo. Semua ke sini …”

26. AKI

“Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo

nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus,

Nok ayu …”

27. KOOR

“Haa … Klenyem … Woooow … keren …”

ANAK-ANAK BERENTENGAN KE TERAS, PADA

DUDUK MENGGELESOT. NINI MELETAKKAN

PIRING BERISI KLENYEM.

28. AKI

“Ingat … Tidak usah re …?”

29. KOOR

“Butaaan …”

30. AKI

“Yang ada dibagi me …?”

31. KOOR

“Rataaa …”

32. NINI

“Maka tak ada yang tak keba …?”

33. KOOR

“Giaaan …”

34. AKI

“Sebab tak ada kesera …?”

35. KOOR

“Kahaaan …”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

37

36. BULAN

“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton

sekalian, indahnya…”

37. KOOR

“Kebersamaaan ….”

38. AKI-NINI

“Wis … Wis …”

ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-

SAMA.

(hal 5-hal 6)

Setelah adegan di atas terdapat kutipan dialog Padang yang menjadi

pengantar menuju konflik “Ayo Simbah … Seperti biasanya …” . kemudian

Aki mencritakan dongeng istimewa dalam rangka memperingati wetonnya

Nini. Aki mengisahkan tentang anak bernama Lugu yang penasaran akan

kota karena mendengar banyak cerita dari orang-orang mengenai kemajuan

dan berbagai macam hal lainnya.

4.2.1.2 Konflik

Konflik merupakan masalah-masalah yang muncul dalam

pementasan yang dialami oleh tokoh. Permasalah tersebut yang kemudian

membawa penonton menuju pemahaman cerita yang dialami oleh tokoh.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa konflik diawali dengan permintaan

Padang yang tertera pada kutipan dialognya “Ayo Simbah … Seperti

biasanya …”, kemudian Aki menceritakan sebuah kisah mengenai seorang

anak bernama Lugu. Lugu adalah seorang anak desa yang mendengar cerita

mengenai kota dan penasaran terhadap kota yang diceritakan banyak orang

dengan semua kemajuannya. Rasa penasaran Lugu terhadap kota semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

38

besar hingga akhirnya lugu memutuskan untuk pergi ke kota. Namun

sesampainya di kota, Lugu malah dianggap gembel karena penampilannya

yang lusuh. Dengan bukti kutipan dialog sebagai berikut:

39. PADANG

“Ayo Simbah … Seperti biasanya …”

40. JEMBAR

“Iya … Cerita.”

41. KALANGAN

“Biar tambah nikmat klenyemnya.”

NINI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG).

42. AKI

“Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah

menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ?

Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.”

43. KOOR

“Ooo …”

AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG)

DAN KELUAR LAGI MEMBAWA SEBUAH BUKU

TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK,

MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN

MEMBUKANYA.

44. AKI

“Nah, dengarkan ya …

Dulu cucu-cucuku …”

MUSIK LATAR.

45. AKI

“Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda

bernama Lugu …” LAMPU MATI.

AKI DAN ANAK-ANAK

KELUAR PANGGUNG.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

39

PERGANTIAN ‘ SETTING’.

LAMPU HIDUP.

LUGU MASUK PANGGUNG.

NARASI AKI DARI

LUAR PANGGUNG.

LUGU

MEMPERAGAKAN

CERITA AKI.

46. AKI

“Syahdan di sebuah desa, tersebutlah seorang anak

bernama Lugu. Ia mendengar cerita-cerita bahwa di

kota alangkah majunya. Apa-apa ada, tak seperti

desanya. Maka di suatu siang yang sunyi, nyeyet, tak

ada orang, diiringi lagu dari suara keresek daun

bambu digoyang sepoi angin lalu, berangkatlah ia ke

kota. Ternyata nun di sana, memang benar apa yang

ia dengar. Kota, ruaaarrr biasaaa … Gedung-

gedung bagus tinggi menjulang-laaang … bagai

menjolok awan. Mobil-motor war-wer-war-wer

berseliweran, bagai tak berkesudahan. Supermarket

bertaburan menggoda, seolah semua keinginan kita

tersedia di sana. Tempat hiburan sungguh aneka

ragam, seolah tak ada kesedihan everything just for

fun. Dan pabrik-pabrik di pinggir-pinggirnya,

laksana benteng gagah perkasa. Di tengah kota.

Istana raja diraja walikota, kokoh megah

mencerminkan kekuasaan berwibawa. Di

sebelahnya. Istana satria-satria diraja dewan kota,

elok anggun mencerminkan kebijaksanaan

penghuninya. Di sana-sini, istana saudagar-

saudagar, mewah kencar-kencar mencerminkan

kesuksesan bisnisnya. Alun-alunnya? Ada tugu

tertinggi sedunia, entah habis berapa

membangunnya, yang penting jadilah lambang ;

kemakmuran kota. Kota, ruaaarrr biasaaa …. . Lugu

terus berjalan-jalan dengan takjub, terpesona buaian

kota. Sampai akhirnya ia pun merasa lapar. Lugu

bingung jadinya. Bangaimana bisa mendapatkan

makanan ya? Kerja? Kerja apa ya? Minta? Minta

siapa ya? Mem-bedhol ketela? Tegalnya mana ya?

Lugu tambah dan tambah dan tambah bingung …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

40

Keringat dingin mengalir … Lemas sekujur badan …

Kelaparan … Jatuhlah ia ndeprok. Dan tanpa

disadarinya tangannya telah terangkat pelan-pelan

… Makin terangkat … Menadah … Lugu ndeprok di

pinggir jalan dekat restoran kondang ; menadahkan

tangan!” (Hal 6-7)

Peneliti melihat adegan di atas merupakan adegan pengantar menuju

konflik sebelum sampai puncak konflik. Seperti yang tertera pada kutipan

Monolog Aki, hal yang terjadi Lugu mulai kelaparan dan kesulitan mencari

makanan. Lugu terpaksa meminta-minta layaknya pengemis di pinggir

jalan. Orang-orang yang berseliweran melewati Lugu tidak

memedulikannya. Kemudian selanjutnya Boss, Politikus, dan Pejabat

Pemerintah Kota masuk sambil membicarakan kesepakatan untuk

pembangunan kota. Boss berusaha menyuap Politikus dan Pejabat

Pemerintah kota dengan alasan untuk mempererat hubungan dalam bekerja

agar semua lancar dan bisa merauk keuntungan. Dibuktikan dengan kutipan

dialog sebagai berikut :

47. LUGU

“Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya …

Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …

Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya …

Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …”

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS (MASUK

PANGGUNG) KELUAR DARI RESTORAN HABIS

‘MEETING’,

BERJALAN HANYA MELEWATI LUGU SAJA

SAMBIL BERCAKAP- CAKAP.

48. BOSS

“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar

silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

41

kalangan investor, pemerintah kota dan dewan

kota.”

49. PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …”

50. BOSS

“Dengan demikian akan terciptalah kerjasama

propesional yang kompak lagi saling

menguntungkan.”

51. PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …”

52. BOSS

“Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-

kita untung, dus segenap warga terse ...”

53. SEMUA

“Nyuuummm!”

54. PEJABAT, POLITIKUS

“Harmonis. Ya ya ya …” (hal 7)

Setelah Boss, Politikus, dan Pejabat Pemerintah keluar panggung,

selanjutnya seorang Kamtib masuk ke dalam panggung. Kemudian, Kamtib

menghampiri Lugu yang duduk di pinggir jalan karena mengira Lugu adalah

gelandangan yang mengemis. Kamtib melaksanakan tugasnya dengan

berusaha mengusir Lugu dari kota karena dirasa merusak pemandangan.

Lugu memberontak untuk dibawa oleh Kamtib, lalu kemudian masuklah Ibu

Lugu yang diperankan oleh Nini untuk menyelamatkan Lugu. Dibuktikan

dengan dialog berikut :

55. KAMTIB

“He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang

menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu

pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok

penonton kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini

tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

42

pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil

menengok penonton kelihatan) ada kemiskinannya

Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!”

56. LUGU

“Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!”

57. KAMTIB

“Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!”

58. LUGU

“Tidak mau!”

59. KAMTIB

“Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!”

60. LUGU

“Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu !

Saya manusia! Saya bukan binatang!”

KAMTIB DAN LUGU BERGELUT. LUGU

DISERET-SERET. LUGU MERONTA-RONTA.

TIBA-TIBA

BERTERIAKLAH

SESEORANG. NINI

MASUK PANGGUNG.

61. NINI

“Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku

mau dibawa kemana?!”

LUGU BINGUNG, IA MERASA TIDAK KENAL

DENGAN PEREMPUAN INI.

62. KAMTIB

“Ini anak Ibu?”

63. NINI

“Iya.”

64. KAMTIB

“Bukan gelandangan?”

65. NINI

“Bukan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

43

66. KAMTIB

“Benar?”

67. NINI

“Benar.”

68. KAMTIB

“Kamu benar anaknya Ibu ini?”

69. LUGU

“Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …”

70. KAMTIB

“Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?”

71. LUGU

“Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?”

72. KAMTIB

“Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya

pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja.

Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak

pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah …

Permisi. Selamat siang. (Hal 8- hal 9)”

Adegan selanjutnya terjadi percakapan dialog

antara Lugu dan Ibu Lugu. Dalam percakapannya,

Lugu tidak mengakui bahwa orang yang

menolongnya adalah Ibunya dan tidak percaya

dengan semua hal yang dikatakan kepadanya. Kota

yang baru saja didatangi oleh Lugu ternyata adalah

kampung halamannya sendiri. dapat dibuktikan

melalui dialog sebagai berikut :

73. NINI

“Ini makanlah … Kamu lapar kan?”

74. LUGU

“Ibu siapa sebenarnya?”

75. NINI

“Lho … Aku ini ya ibumu tho le …”

76. LUGU

“Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

44

kampung sana!”

77. NINI

“Kamu pikir sekarang ini kita dimana?”

78. LUGU

“Di kota.”

79. NINI

“Benar di kota? Bukannya dikampung kita?”

80. LUGU

“Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan

kampungku! Eh, tapi … Nggg …”

81. NINI

“Naaa … Kamu ragu kan?”

82. LUGU

“Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan

kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sudah … Pergi

sana! Kamu itu Cuma orang gila!”

83. NINI

“Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh

pergi saja? Yo wis. Itu nasi bungkusnya dimakan …

Aku pergi sekarang.”

84. LUGU

“Eh … Tapi … Tunggu dulu!”

NINI BERHENTI DAN BERBALIK.

85. LUGU

“Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku

hayooo?!”

86. NINI

“Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi

gedung-gedung megah itu anakku.”

87. LUGU

“Lha pasar? Pasar Wage?”

88. NINI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

45

“Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.”

89. LUGU

“Lha tegal, sawah …?”

90. NINI

“Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.”

91. LUGU

“Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini

…?”

92. NINI

“Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu …”

93. LUGU

“Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya …

Bagaimana dengan lapangan? Jadi apa tempat

bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang

mbulan?”

94. NINI

“Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le …”

95. LUGU

“Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita?

Kan kampung kita?”

96. NINI

“Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.”

97. LUGU

“Lantas orang-orang kampung pada dimana?”

98. NINI

“Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan

pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di

supermarket-supermarket itu … Tapi bukan

pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-

rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-

nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan

pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik

itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka

dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada

tempatnya … Merana …”

99. LUGU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

46

“Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila

… Gila! Aku mau kampungku … Kembalikan

kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku

!!!”

100. NINI

“He! Bangun Lugu! Ayo bangun! Kerjanya molor

saja ! Bangun!” (Hal 10- hal 11)

Kamtib yang melihat Lugu berusaha untuk mengusirnya dari kota

karena dianggap sebagai gelandangan dan merusak pemandangan kota.

Kemudian Nini sebagai Ibu Lugu datang melindungi Lugu dari Kamtib agar

tidak dianggap sebagai geandangan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa

konflik yang terjadi dalam naskah drama “Padang Bulan” ialah saat Lugu

bertemu dengan Ibunya yang kemudian menceritakan kenyataan tentang

kota. Lugu marah karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Kampung tempat tinggalnya berubah menjadi tempat yang tidak dikenali

lagi. Lugu terus berteriak “kembalikan kampungku” berulang kali hingga

terdengar suara Ibu Lugu yang berkata “He! Bangun Lugu! Ayo bangun!

Kerjanya molor saja ! Bangun!”.

4.2.1.3 Klimaks

Klimaks (puncak permasalah) merupakan puncak dari permasalah

yang muncul dari awal, kemudian mengerucut sebelum denouement

(penyelesaian). Rentetan peristiwa yang perlahan mengerucut menjadi

puncak dari permasalahan dalam cerita. Peneliti melihat sebelum menuju

klimaks pada awal adegan empat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan

kembali berkumpul di pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Bulan,

Padang, Jembar, dan Kalangan merasa sedih karena kembali teringat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

47

kepergian Aki dan Nini yang tidak meninggalkan siapapun untuk menemani

mereka bermain. Kemudian berlanjut ke adegan Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan bermain petak umpet dengan Bulan yang menjadi pencarinya.

Bulan kesulitan mencari teman-temannya yang bersembunyi karena sedari

awal teman-temannya sudah meninggalkan Bulan keluar dari area

permainan. Bulan terus mencari hingga akhirnya bisa menemukan mereka,

namun teman-temannya telah berubah menjadi peralatan modern seperti

handphone, playstation, dan buldoser. Dapat dibuktikan dengan dialog

sebagai berikut :

101. BULAN

“Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang …!

Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul …! Malam

bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di

rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di

sini …”

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

102. KOOR

“Aduhaaai …! Bulan

purnama ooo indahnya …

Padang masuk.”

103. PADANG

“Mana yang lain?”

104. BULAN, PADANG

“Jembaaar …! Kalangaaan!”

Jembar masuk.

105. BULAN

“Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?”

106. JEMBAR

“Tidak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

48

107. BULAN, PADANG, JEMBAR

“Kalangaaan …!”

KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM

LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-

TEMAN.

108. KALANGAN

“HEI!!!”

109. BULAN, PADANG, JEMBAR

“Ora kageeet …Weee!” SEMUA TERTAWA.

110. BULAN

“Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini

tiada … Tiba-tiba aku terkenang-kenang mereka …”

111.PADANG

“Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …”

112.JEMBAR

“Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua saban

hari … Tak ada anak, cucu apalagi …”

113.KALANGAN

“Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi

cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi

kakek-nenek kita …”

114.BULAN

“Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia

selamanya. Pokoknya kita semua janji tak akan

sekali-kali melupakan mereka. Setuju?”

115.PADANG, JEMBAR, KALANGAN

“Setujuuu!”

116.KOOR

“Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang

Nyulayani. Swer!”

117.JEMBAR

“Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

49

118.KALANGAN

“Iya. Belum lama.”

119.BULAN

“Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak

ya?”

120.PADANG

“Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak

kenal tetangga.”

121.JEMBAR

“Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …”

122.KALANGAN

“Tak bakal juga mendongengi kita …”

123.JEMBAR

“Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-

anget ya …”

124.BULAN,

“Padang, Kalangan Huuuuu!”

125.PADANG

“Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang?

Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan? Tebak-

tebakan?”

126.JEMBAR

“Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.”

127.BULAN, PADANG, KALANGAN

“Setuju … Setuju …”

128.KALANGAN

“Sekarang kita hompimpah …”

129.BULAN

“Lainnya deh, jangan hompimpah terus …”

130.PADANG

“Terus piye?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

50

131.JEMBAR

“Pingsut? Itu kalo dua orang …”

132.BULAN

“Gini … Dengar! Gini …”

Bulan memperagakan ‘gerak-lagu’ dengan iringan

musik ‘Padhang mbulan’.

(Siapa yang giliran bergerak saat musik berhenti, dia yang

‘jadi’)

133.BULAN

“Jelas enggak?”

134.PADANG, JEMBAR, KALANGAN

“Jelas … Jelas …”

135.PADANG

“Yuk atur posisi. Baris.”

Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke

kanan dan menghitung bersama.

136.KOOR

“Tu Wa Ga Pat!”

MUSIK.

TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.

137.PADANG, JEMBAR, KALANGAN

“Bulan ‘ jadi’! Bulan ‘jadi’!”

138.JEMBAR

“Ayo, tutup mata!”

139.BULAN

“Kuhitung sampai 20 ya? Satu! Dua …” BULAN

MENGHITUNG.

LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT

SEMBUNYI (KELUAR PANGGUNG).

140.BULAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

51

“Sepuluh!”

BULAN MENCARI-CARI TEMAN-TEMANNYA.

TERUS MENCARI … MENCARI … MENCARI …

SAMPAI LAMA TAK KETEMU-KETEMU

… MENCARI … MENCARI … LAMA SEKALI …

(KELUAR MASUK PANGGUNG). SAMPAI

MENCARI DIANTARA PENONTON.

141.BULAN

“Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh

kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu dimana?”

BULAN MENCARI-CARI LAGI.

142.BULAN

“Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!”

PERLAHAN-LAHAN EKSPRESI BULAN MULAI

BERUBAH. IA DIJALARI SEMACAM CAMPURAN

ANTARA RASA CEMAS, GELISAH, TAKUT …

143.BULAN

“Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook

jangan keterlaluan… Aku agak-agak merinding ini …

Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian

mbok nongol … Padaaang … Jembaaar …

Kalangaaan …”

DIPUNCAK RASA TERCEKAMNYA, BULAN LARI

KELUAR PANGGUNG. LAMPU MATI.

LAMPU HIDUP.

PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL

‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’ TERTENTU. DISUSUL

JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.

KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN

MASUK PANGGUNG, BERJALAN DENGAN

LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.

144.BULAN

“He! Padang! Jembar … Kalangan …” Mereka

tetap diam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

52

145.BULAN

“Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi

dimana sih? Kalian sudah rencana ngerjai aku ya?

Awas ya?”

Mereka tetap diam.

146.BULAN

“He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara

melunak).”

147.PADANG

“Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN

…”

Bulan terlonjak mundur.

148.BULAN

“Play station?!”

Bulan mendekati Jembar.

149.BULAN

“Jembar … Heh! Jembar! Jembar …”

150.JEMBAR

“Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …”

Bulan tambah terlonjak.

151.BULAN

“Handpone?!”

Bulan mendekati Kalangan.

152.BULAN

“Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …”

153.KALANGAN

“Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …”

Bulan bahkan terjengkang.

154.BULAN

“Buldoser?!”

PLEI STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

53

TERTAWA MENGIKIK, LAMA-LAMA MAKIN

KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-

KATA SECARA MENYAYAT-PARAU. (Hal 15-16)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa klimaks mulai terjadi saat

Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet. Karena Bulan yang

menjadi pencarinya maka Padang, Jembar, dan Kalangan bersembunyi agar

tidak mudah ditemukan. Bulan selesai menghitung lalu kemudian mencari

teman-temannya yang bersembunyi, akan tetapi Bulan tidak bisa

menemukan mereka. Setelah berjalan agak jauh akhirnya Bulan menemukan

Padang, Jembar, dan Kalangan namun dia merasakan ada yang janggal. Dua

dari mereka berubah menjadi peralatan modern sedangkan salah satunya

berubah menjadi kendaraan penghancur. Bulan merasa ketakutan karena

mereka berulang-ulang memanggil namanya dengan nada pelan kemudian

perlahan-lahan menjadi semakin keras.

4.2.1.4 Penyelesian

Denouement (penyelesaian) merupakan kesimpulan yang dibangun

dari awal pementasan. Cohen (2010:36) mengatakan “denouement bisa

ditunjukan dengan pidato atau bahkan satu kata atau gerakan menunjukan

bahwa gairah yang timbul dari aksi permainan sekarang diam dan harmoni

baru”. Peneliti melihat penyelesaian naskah “Padang Bulan” terlihat pada

saat Bulan menjerit secara histeris sambil memanggil nama teman-

temannya yang terus mengerumuninya. Dapat dibuktikan dengan dialog

sebagai berikut :

Dimana Padang, Bulan? Dimana Jembar, Bulan?!

Dimana Kalangan Bulan?!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

54

Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan,

menarik-nariknya kesana-kemari.

Bulaaan … Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN!

BULAAAAAN!!!

SAMBIL MERONTA-RONTA BULAN MEMEKIK-

MEKIK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA.

“PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI

MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU

SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!!

KALANGAAAN!!!” (Hal 16)

Peneliti menyimpulkan penyelesaian dalam naskah “Padang Bulan”

terjadi saat Bulan berusaha memanggil kembali teman-temannya yang

sudah berubah karena terpengaruh arus modern. Bukti arus modern

memberi pengaruh kepada Padang, Jembar, dan Kalangan adalah mereka

telah berubah menjadi peralatan modern serta kendaraan penghancur.

Padang, Jembar, dan Kalangan memanggil-manggil nama Bulan yang

kemudian mengerumuninya agar ikut terpengaruh arus modern.

4.2.2 Hasil Analisis Alur Tambahan

Sebuah karya fiksi seperti novel atau naskah drama mugkin hanya

menampilkan sebuah alur, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu

alur. Kemungkinan pertama adalah beralur tunggal, sedangkan yang kedua

menampilkan sub-subalur. Alur tunggal biasanya hanya mengembangkan

sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang

pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap

dengan permasalah dan konflik yang dialami (Nurgiyantoro 1995: 157).

Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang

dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

55

perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Subplot,

sesuai dengan penamaannya hanya merupakan bagian dari plot utama.

Subplot berisi cerita “kedua” yang ditambahkan yang bersifat memperjelas

dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek

keseluruhan cerita (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995: 158).

Peneliti melihat terdapat adanya alur tambahan dalam naskah drama

“Padang Bulan” karena memiliki lebih dari satu alur. Subplot berisi cerita

“kedua” yang ditambahkan bersifat memperjelas dan memperluas

pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan cerita

(Abrams dalam Nurgiyantoro 1995: 158). Peneliti menyimpulkan naskah

drama “Padang Bulan” memiliki subplot di dalamnya yang berbentuk

dongeng Aki. Aki memasukan Nini ke dalam dongengnya karena bertepatan

dengan wetonnya Nini. Dongeng Aki menceritakan tentang seorang anak

bernama Lugu yang penasaran akan kota dan kemudian memutuskan untuk

pergi ke kota. Subplot yang terdapat dalam naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta bersifat memperjelas permasalahan dan bukan

memperluas masalah yang terjadi dalam cerita.

4.2.3 Hasil Analisis Karakter

Karakter adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak

jalan cerita (Harymawan 1988: 25). Karakter di sini adalah tokoh yang

hidup bukan mati, dia adalah boneka di tangan kita. Tokoh-tokoh inilah

yang akan membawakan tema dalam keseluruhan latar dan alur. Selain itu,

sebuah lakon biasanya tidak hanya berbicara mengenai satu karakter, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

56

sesuatu yang kompleks karena setiap karakter dalam sebuah lakon selalu

berhubungan erat dengan karakter lainnya (Kernodle dalam Dewojati,

2010:171).

Peneliti melihat ada dua belas tokoh di dalam naskah “Padang Bulan”

yang bisa dianalisis dengan berbagai macam karakternya. Peneliti

menyimpulkan meskipun beberapa tokoh tidak berhubungan secara

langsung dengan tokoh sentral, namun alur cerita yang terjadi tetap

berhubungan. Selain itu, terdapat tokoh yang berperan ganda dalam cerita.

Pada Naskah drama “Padang Bulan” dengan tokoh-tokoh yang ada di

dalamnya akan dilihat melalui tiga dimensi yaitu dimensi fisiologis,

sosiologis, dan psikologis. Tokoh-tokoh dan perwatakannya bisa dilihat di

bawah ini:

4.2.3.1 Bulan

Peneliti melihat Bulan menjadi tokoh utama dan merupakan tokoh

protagonis. Tokoh Bulan melalui dimensi fisiologis ialah anak kecil yang

masih di bawah umur sepantaran anak SD. Berdimensi sosiologis karakter

Bulan tinggal di pedesaan yang belum tersentuh oleh arus modernisasi

seperti kota dengan kemajuannya. Dalam dimensi psikologis karakter Bulan

adalah anak yang ceria, cinta damai, suka bermain bersama, dan memiliki

rasa takut. Bisa dilihat melalui beberapa dialog di bawah ini:

Ceria dan Suka Bermain

“Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …!

Jembaaar …! Kalangan…! Ayo kumpuuul … !

Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan

di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

57

di sini …!”

Cinta Damai

“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton

sekalian, indahnya…”

“Kebersamaaan ….”

Penakut

“Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook

jangan keterlaluan… Aku agak-agak merinding ini …

Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian

mbok nongol … Padaaang … Jembaaar …

Kalangaaan …”

Peneliti bisa menyimpulkan Bulan memiliki karakter ceria, suka

bermain, cinta damai, dan juga penakut. Bulan merupakan anak yang ceria

dan suka bermain bersama teman-temannya, terbukti saat awal kemunculan

Bulan pada adegan pertama dan awal adegan ke empat yang diawali dengan

dialognya memanggil teman-temannya untuk berkumpul dan bermain.

Bulan juga merupakan tokoh yang suka cinta akan kedamaian, terbukti saat

Aki dan Nini datang tergambar adegan rebutan dengan bukti kutipan dialog

Aki dan Nini menasehati mereka. Di sisi lain Bulan juga anak yang penakut

karena saat bermain jilumpet bersama teman-temannya terdapat adegan

Bulan ditinggal sendirian sampai kesulitan mencari teman-temannya.

Peneliti melihat dari beberapa dialog yang diucapkan Bulan dalam naskah

drama “Padang Bulan”.

4.2.3.2 Padang

Peneliti melihat Padang merupakan salah satu tokoh sentral. Pada

naskah drama “Padang Bulan” Padang merupakan salah satu dari teman

Bulan. Padang dalam dimensi fisiologis merupakan seorang anak yang masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

58

di bawah umur dan bisa diperankan oleh laki-laki atau perempuan. Dalam

dimensi sosiologis Padang merupakan anak yang tinggal di desa jauh dari

hiruk pikuk kota. Dalam dimensi psikologis karakter Padang merupakan

anak yang percaya diri dan menghargai. Bisa dilihat melalui beberapa dialog

di bawah ini :

Percaya Diri dan Menghargai

“Mana yang lain ?”

“Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran?

Betengan? Gaprakan? Tebak-tebakan?”

“Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?”

“Ayo Simbah … Seperti biasanya …”

Peneliti dapat menyimpulkan Padang memiliki karakter seorang

anak yang percaya diri dan menghargai teman-temannya. Padang

menghargai teman- temannya dengan bertanya terlebih dahulu ingin

bermain apa sebelum memutuskan. Rasa simpati Padang juga muncul saat

mengenang Aki dan Nini yang sudah tiada selama satu tahun pada adegan

ke empat dengan mendoakan dan berjanji untuk tidak melupakan Aki dan

Nini. Terbukti pada beberapa dialog yang ada dalam naskah drama “Padang

Bulan”.

4.2.3.3 Jembar

Peneliti melihat sama halnya dengan Padang bahwa Jembar

termasuk menjadi tokoh andalan yang bersama dengan tokoh utama.

Karakter Jembar dalam dimensi fisiologis merupakan anak desa yang masih

sekolah di SD (sekolah dasar) dan sebaya dengan Bulan dan Padang. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

59

dimensi sosiologis karakter Jembar merupakan anak desa yang tinggal jauh

dari kota sehingga hidup dengan kesederhanaan dan juga sebaya dengan

Bulan dan Padang. Berdimensi psikologi karakter Jembar merupakan anak

yang menjadi inisiator dan simpati. Bisa dilihat melalui dialog :

Inisiator

“Tebak-tebakan saja deh”

“Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang”

“Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.”

Peduli

“Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua

saban hari … Tak ada anak, cucu apalagi …”

Peneliti dapat menyimpulkan Jembar merupakan karakter yang

percaya diri menjadi inisiator, dan simpati. Jembar memiliki rasa percaya

diri karena itu dia selali memberi gagasan, seperti saat Padang menanyakan

ingin bermain apa dan memberikan usulan akan diberi hukuman apa bila

kalah dalam permainan. Terbukti dalam beberapa dialog yang sudah tertera

di atas.

4.2.3.4 Kalangan

Peneliti melihat Kalangan merupakan salah satu tokoh andalan

dalam naskah drama “Padang Bulan”. Karakter Kalangan bila dilihat dalam

dimensi fisiologis merupakan anak kecil yang masih SD (Sekolah Dasar)

dan sebaya dengan Bulan, Padang, dan Jembar. Dalam dimensi sosiologis

karakter Kalangan hidup di pedesaan dengan kehidupan yang sederhana dan

jauh dengan kota. Dalam dimensi psikologis Kalangan memiliki karakter

yang simpati dan percaya diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

60

Simpati

“Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi

cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi

kakek-nenek kita …”

Usil

“HEI!!!”

Penurut

“Ya, setuju. Tebak-tebakan.” “Sekarang kita

hompimpa...”

Peneliti dapat menyimpulkan tokoh Kalangan merupakan seorang

anak yang percaya diri, memiliki rasa simpati dan suka bermain. Kalangan

memiliki karakter yang usil, dapat dilihat melalaui adegan saat

kemunculannya yang diam-diam ingin mengejutkan teman-temannya tetapi

sayang sekali tidak berhasil. Kalangan juga memiliki karakter penurut saat

bermain bersama teman-temannya dan rasa simpati saat mengenang Aki dan

Nini karena meski bukan Cucu kandungnya, namun Aki dan Nini sudah

dianggap sebagai Kakek dan Neneknya sendiri.

4.2.3.5 Aki

Peneliti melihat Aki adalah tokoh yang dihormati oleh Bulan,

Padang, Jembar, dan Kalangan. Aki sudah menganggap Bulan, Padang,

Jembar, dan Kalangan sebagai cucunya sendiri karena tidak memiliki anak

dan cucu. Pada dimensi fisiologis karakter Aki merupakan seorang kakek

yang sudah tua dengan kriput. Dalam dimensi soiologis karakter Aki tinggal

di desa dengan kehidupan yang sederhana dan suka mendongeng untuk

anak-anak. Dalam dimensi psikologis karakter Aki memiliki watak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

61

penyayang dan perhatian. Dapat dibuktikan melalui beberapa dialig di

bawah ini :

Penyayang dan Perhatian

“Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo

nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus,

Nok ayu …”

“Ingat … Tidak usah re …?” “Yang ada dibagi me

…?” “Sebab tak ada kesera …?”

“ Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah

menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ?

Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.”

Peneliti dapat melihat pada naskah drama “Padang Bulan” bahwa Aki

memiliki watak yang penyayang, perhatian dan bijak. Penyayang sekaligus

perhatian bisa dilihat melalui beberapa dialog Aki yang tertera di atas seperti

pada adegan Aki menyuruh Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan untuk

istirahat dulu karena sudah dibuatkan klenyem oleh Nini. Aki terlihat

bijaksana karena selalu memberi nasehat kepada Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan melalui dongeng-dongeng yang biasa diceritakan. Aki tidak

memiliki cucu maka dari itu Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan sudah

dianggap sebagai cucu-cucunya sendiri. Beberapa kutipan dialog di atas

menjadi bukti karakter yang dimiliki Aki.

4.2.3.6 Nini sekaligus Ibu Lugu

Peneliti melihat pada naskah drama “Padang Bulan” ada tokoh yang

berperan ganda yaitu Nini yang sekaligus menjadi Ibu Lugu. Meski memiliki

peran yang berbeda, namun kedua tokoh ini memiliki watak yang sama.

Karakter Nini dalam dimensi fisiologis merupakan seorang nenek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

62

sudah tua dengan kriput, sedangkan karakter Ibu Lugu merupakan seorang

ibu yang berusia sekitar 30-40 tahun. Pada dimensi sosiologis karakter Nini

memiliki latar belakang sebagai penduduk yang tinggal di desa dengan

kesederhanaannya, sedangkan Ibu Lugu memiliki latar belakang sebagai

penduduk desa yang harus beradaptasi dengan lingkungan baru karena desa

yang dulu ditinggali telah menjadi kota. Pada dimensi psikologis karakter

Nini memiliki sifat penyayang dan perhatian, sedangkan pada karakter Ibu

Lugu terlihat satu lagi watak yang dimemiliki selain perhatian dan

penyayang yaitu pasrah.

Pasrah

“Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi

gedung-gedung megah itu anakku.”

“Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.”

“Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.”

“Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.”

“Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan

pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di

supermarket-supermarket itu … Tapi bukan

pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-

rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-

nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan

pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik

itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka

dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada

tempatnya … Merana …”

Perhatian dan Penyayang

“Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem

anget bikinan Simbah. Ayo. Semua ke sini …”

“Maka tak ada yang tak keba …?

“Ini makanlah … Kamu lapar kan?”

Peneliti melihat tokoh Nini sekaligus Ibu Lugu memiliki watak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

63

penyayang, perhatian dan pasrah. Nini menyayangi sekaligus perhatian

kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan karena sudah menganggap

mereka sebagai cucu-cucunya sendiri. Nini menyayangi dan perhatian

dengan bukti tindakan selalu membuatkan klenyem dan menemani mereka

saat bermain. Ibu Lugu dalam dongeng Aki juga menyayangi dan perhatian

kepada Lugu dengan tindakan memberi makanan dan melindunginya dari

Kamtib saat Lugu akan ditangkap. Watak Pasrah Ibu Lugu terlihat saat

Kampung halamannya dirubah menjadi kota dan tidak bisa berbuat apa-apa

karena kekuasaan yang dimiliki oleh Boss, Politikus, dan Pejabat Kota.

4.2.3.7 Lugu

Peneliti melihat karakter Lugu merupakan salah satu tokoh sentral

meskipun intensitas kemunculannya tidak terlalu sering karena kemuculan

Lugu terdapat di dalam dongeng Aki. Karakter Lugu dalam dimensi

fisiologis adalah sorang anak desa dengan pakaian yang lusuh. Dilihat dari

dimensi sosiologis Lugu memiliki latar belakang sebagai seorang anak yang

tinggal di desa dengan kesederhanaan. Pada dimensi psikologis Lugu adalah

anak ngotot, semberono, dan percaya diri.

Ngotot

“Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!” “Tidak

mau!”

“Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu !

Saya manusia! Saya bukan binatang!”

“Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di

kampung sana!”

“Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan

kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sudah … Pergi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

64

sana! Kamu itu Cuma orang gila!”

Peneliti melihat dalam naskah drama “Padang Bulan” Lugu

memiliki karakter, ngotot, semberono, dan percaya diri. Lugu dengan

percaya diri pergi ke kota untuk melihat keindahan dan berbagai macam hal

yang belum pernah dia lihat. Namun, Lugu bisa dikatakan semberono karena

pergi ke kota tanpa melakukan persiapan apapun sebelum berangkat. Lugu

berpikir bahwa kota sama seperti desanya, namun sesampainya di kota

ternyata rasa lapar secara tidak langsung memaksa Lugu untuk mengemis

agar bisa membeli makanan.

4.2.3.8 Boss

Peneliti melihat Boss merupakan tokoh tambahan yang ada dalam

naskah drama “Padang Bulan”. Tokoh Boss intensitas kemunculannya

sangat sedikit namun membawa suasana yang mendukung saat peristiwa di

kota. Boss menjadi pelaku utama dalam perubahan desa menjadi kota untuk

merauk keuntungan dari pembangunan kota yang semakin luas. Tokoh Boss

dalam dimensi fisiologis adalah seorang pengusaha yang memakai pakaian

rapi berupa kemeja, jas, dasi, celana kain, dan sepatu pantofel. Pada dimensi

sosiologis menurut peneliti, Boss memiliki latar belakang seorang

pengusaha yang berambisi untuk memperoleh keuntungan dengan berbagai

macam cara. Peneliti melihat dalam dimensi psikologis Boss memiliki

karakter yang culas.

Culas

“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar

silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

65

kalangan investor, pemerintah kota dan dewan kota.”

“Dengan demikian akan terciptalah kerjasama

propesional yang kompak lagi saling

menguntungkan.”

“Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-

kita untung, dus segenap warga terse …”

Peneliti menyimpulkan bahwa Boss merupakan karakter tambahan

yang culas. Boss pandai bermain lidah dengan tujuan menyuap Politikus dan

Pejabat Kota agar keuntungan yang diperoleh semakin banyak. Boss

menggunakan segala cara agar tujuannya tercapai tanpa memperdulikan

akibat yang terjadi terhadap warga desa yang kehilangan tempat tinggal. Boss

juga terlihat sombong dan tak menghiraukan Lugu saat berjalan melewatinya

sambil bercakap-cakap dengan Politikus dan Pejabat Kota Dapat di buktikan

melalui kutipan dialog di atas.

4.2.3.9 Politikus dan Pejabat Pemerintah Kota

Peneliti melihat Politikus dan Pejabat Kota merupakan tokoh

tambahan sama seperti Boss. Pada naskah drama “Padang Bulan” Politikus

dan Pejabat Kota mengucapkan dialog yang sama saat menjawab Boss

karena satu pemikiran agar juga bisa mendapat keuntungan. Dalam dimensi

fisiologis politikus berpakaian rapi mengenakan kemeja, dasi, jas, celana

kain, dan sepatu pantofel, sedangkan Pejabat Kota mengenakan setelan rapi

seperti kemeja batik, celana kain, dan sepatu pantofel. Melalui dimensi

sosiologis Politikus dan Pejabat Kota memiliki latar belakang orang yang

berpendidikan tinggi sehingga bisa mencapai posisi mereka yang sekarang.

Dalam dimensi psikologis Politikus dan Pejabat Kota memiliki watak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

66

mencari untung dan mencari aman.

Mencari Untung

“Harmonis. Ya ya ya …”

Peneliti melihat Pejabat Kota dan Politikus mengucapkan dialog

yang sama dalam naskah drama “Padang Bulan”. Kutipan dialog di atas

membuktikan bahwa Politikus dan Pejabat Kota memiliki satu pemikiran

agar memperoleh keuntungan dalam pembangunan kota. Demi memperoleh

keuntungan, Politikus dan Pejabat Kota tergiur dengan tawaran Boss agar

pembangunan kota semakin meluas tanpa memikirkan orang-orang yang

tinggal di desa. Politikus dan Pejabat Kota terlihat sombong saat tak

menghiraukan Lugu yang duduk di pinggir jalan sambil meminta-minta.

4.2.3.10 Kamtib

Peneliti melihat tokoh Kamtib merupakan tokoh tambahan dalam

naskah drama “Padang Bulan”. Tokoh kamtib bila dilihat melalui dimensi

fisiologis, Kamtib mengenakan seragam keamanan, berbadan kekar dan

terlihat seperti bapak-bapak. Dilihat melalui dimensi sosiologis sebelum

menjadi petugas resmi, Kamtib harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu

sebelum dirasa layak dan menjadikan pribadi yang disiplin. Dilihat melalui

dimensi psikologis Kamtib memiliki karakter yang tegas.

Tegas

He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang

tahu?! Kamu ini mengganggu pemandangan! Kota

ini tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan)

ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil

menengok penonton kelihatan) ada pengangguranya!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

67

Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton

kelihatan) ada kemiskinannya Tahu ?! Tahu ?!

Tahu?!”

“Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya

pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja.

Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak

pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah …

Permisi. Selamat siang.”

“Ini anak Ibu?”

“Bukan gelandangan?” “Benar?”

“Kamu benar anaknya Ibu ini?”

“Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?”

“Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya

pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja.

Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak

pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah …

Permisi. Selamat siang.”

Peneliti bisa menyimpulkan Kamtib memiliki karakter yang tegas

dalam melaksanakan tugasnya. Ketegasan Kamtib terlihat pada adegan Ke

tiga saat akan mengusir Lugu karena merusak pemandangan kota serta saat

berdialog dengan Ibu Lugu yang berusaha melindungi Lugu agar tidak

dibawa oleh Kamtib.

4.2.4 Hasil Analisis Tema

Melalui hasil anakisis alur dan karaker yang sudah dilakukan oleh

peneliti, tema yang diusung dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta ialah mengenai kritik sosial yang terjadi saat arus modernisasi

perlahan menggerus kebudayaan yang ada. Kebudayaan yang dimasukan ke

dalam naskah ini berwujud permainan tradisional yang sering dimainkan

oleh anak-anak. Selain permainan tradisional ada juga beberapa lagu yang

digunakan di dalam naskah seperti lagu ‘Padang Bulan’ dan Mentog-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

68

mentog’ dan sudah lama tidak terdengar lagi. Ucok Klasta selaku penulis

naskah ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa budaya yang

sudah ada sejak dulu seharusnya tetap dilestarikan agar generasi penerus

tidak melupakannya. Hal tersebut ditunjukan melalui pemilihan tokoh,

penokohan, latar dan Judul yang diambil. Alur campuran yang digunakan

pada adegan ke tiga ketika Aki mendongengkan sebuah cerita kepada Bulan,

Padang, Jembar, dan Kalangan menjadi benang merah antara cerita utama

dengan cerita dalam dongeng dan tidak terlepas dari permasalahan

melainkan permasalahan dijelaskan melalui adegan ke tiga.

Anak-anak yang sering berkumpul dan bermain bersama saat bulan

purnama memainkan berbagai macam permainan tradisional. Permainan

tradisional yang ada pada naskah ini disebutkan oleh Padang dalam

dialognya “Nah, main apa kita sekarang? Kejar-kejaran? Betengan?

Gaprakan ? Tebak-tebakan?”. Permainan tradisional yang disebutkan oleh

Padang dalam dialognya sering dimainkan oleh anak-anak pada jaman

dahulu dan merupakan permainan yang asik karena dilakukan bersama-

sama. Selain mengasikan dan seru, permainan tradisional jaman dahulu juga

menjadikan pribadi tiap anak bisa saling menghargai dan bisa bersosialisasi

satu sama lain. Secara eksplisit adegan satu menggambarkan keseruan

Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan saat memainkan salah satu permainan

yang telah mereka sepakati.

Mengenai anak-anak yang asik bermain pada adegan satu tentunya

berhubungan dengan judul naskah drama “Padang Bulan” yang sudah ditulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

69

oleh Ucok Klasta buat belia. Judul naskah drama “Padang Bulan” digunakan

oleh Ucok Klasta karena merupakan penggambaran anak-anak yang biasa

berkumpul saat bulan purnama untuk bermain bersama. Peneliti juga melihat

adanya kerinduan Ucok akan permainan- permainan tradisional yang dulu

sering dimainkan bersama namun, sekarang sudah jarang sekali dimainkan

karena terpengaruh arus modern yang semakin berkembang. Arus modern

yang terus berkembang perlahan mengikis kebudayaan yang telah ada sejak

dulu dan seharusnya dilestarikan agar generasi muda juga bisa mengenal

betapa asiknya permainan jaman dulu.

Adegan ke tiga yang diawali oleh monolog Aki mengenai seorang

anak bernama Lugu menjadi awal permasalahan yang terjadi dalam cerita.

Rasa penasaran menggerakan Lugu untuk berangkat menuju ke kota yang

sering Ia dengar melalui cerita orang-orang. Setibanya Lugu di kota, Ia

terperangah karena kagum terhadap kota dengan segala hal yang belum

pernah dilihat seperti gedung-gedung tinggi, kendaraan sepeda motor,

supermarket, pabrik-pabrik, istana raja, dan di alun-alunya terdapat tugu

yang tinggi menjulang. Namun dari semua hal-hal menakjubkan yang Ia

lihat, ternyata orang kota sangat sombong dan hanya mementingkan diri

sendiri ketimbang orang lain yang membutuhkan. Bisa dilihat melalui

adegan dimana Lugu duduk di pinggir terotoar sambil memegang perutnya

yang lapar dan tidak ada satu orangpun yang memperdulikannya, lalu

datanglah Kamtib yang melihat Lugu dengan tujuan mengusirnya dari kota.

Lugu yang ingin dingusir oleh Kamtib karena merusak pemandangan kota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

70

kemudian diselamatkan oleh Nini yang berperan sebagai Ibu Lugu dalam

cerita Aki.

Ibu Lugu yang diperankan oleh Nini menolong Lugu dari Kamtib

kemudian memberikan makanan karena Ibu Lugu atau Nini tahu bahwa

Lugu sedang kelaparan. Pada adegan selanjutnya terjadi dialog antara Lugu

dengan Nini yang kemudian menjelaskan keadaan yang sebernarnya bahwa

kampungnya sekarang sudah menjadi kota yang Ia datangi. Nini

menceritakan keadaan desanya yang telah berubah menjadi kota dengan

gedung-gedung, pasar, jalanan yang digunakan untuk kendaraan, pabrik-

pabrik, dan bahkan tempat bermain yang biasa digunakan oleh anak-anak

telah menjadi Dufan. Lugu sangat marah mendengar semua cerita yang

diceritakan oleh Nini dan tidak terima karena kampungnya telah berubah

tidak seperti dulu lagi. Pada bagian ini merupakan puncak konflik yang

digambarkan melalui kemarahan Lugu karena kehilangan kampung

halamannya, lalu pada bagian akhir adegan tiga ada dialog Nini yang

mengatakan Lugu untuk segera bangun.

Pada awal adegan empat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan

kembali berkumpul untuk bermain bersama lagi namun, kali ini mereka

sedih ketika bermain tidak ada yang menemani mereka lagi karena Aki dan

Nini telah tiada satu tahun lamanya. Setelah kepergian Aki dan Nini, rumah

yang dulu ditinggali kini telah dibeli oleh orang kota namun, orang kota

tersebut merupakan orang yang sombong karena tidak mau menemani

mereka saat bermain. Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan kemudian tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

71

melakukan permainan jilumpet dimana saat satu orang menghitung

sedangkan yang lainnya bersembunyi. Namun, yang terjadi Bulan ditinggal

oleh teman- temannya entah kemana dan tidak kembali lagi meski aturan

permainannya harus bersembunyi.

Pada adegan ke lima merupakan puncak klimaks karena saat Bulan

menemukan Padang, Jembar, dan Kalangan ternyata sudah menjadi

Playstation, Handphone, dan Buldoser yang kemudian memanggil Bulan

untuk ikut bergabung. Sebagai penyimpul subtema, kutipan dialog Bulan

saat memanggil kembali teman-temannya “PADANG!!! JEMBAR !!!

KALANGAN!!! DI MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU SAYAAANG???!!!

PADAAANG!!! JEMBAAAR!!! KALANGAAAN !!!”. Sebuah kutipan

yang menjadi peyelesaian sekaligus merangkum keseluruhan alur dari awal.

Tokoh Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan merupakan tokoh anak-anak

yang senang memainkan permainan tradisional namun pada akhirnya, kalah

dengan arus modern yang terus berkembang. Simbol yang digunakan untuk

menggambarkan terkikisnya permainan tradisional yaitu Padang berubah

menjadi Playstation, Jembar berubah menjadi Handphone, dan Kalangan

berubah menjadi Buldoser. Ke tiga peralatan elektronik tersebut menjadi

simbolik terkikisnya budaya oleh jaman modern yang terus berkembang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

72

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Alur, Karakter, dan Tema Naskah Drama

“Padang Bulan” Karya Ucok Klasta

Peneliti akan menjelaskan temuan-temuan yang sudah ditemukan

melalui hasil analisis yang sudah dilakukan pada bagian sebelumnya.

pembahasan yang akan dipaparkan berhubungan dengan temuan-temuan

dalam proses analisis dengan menggunakan teori-teori para ahli.

Pembahasan pertama yaitu mengenai alur berdasarkan penahapan peristiwa

yang terdiri dari empat tahapan yaitu eksposisi, konflik, klimaks, dan

penyelesaian. Pembahasan kedua meliputi alur berdasarkan jumlah yang

terdapat dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta.

pembahasan ketiga meliputi karakter melalui tiga dimensi tokoh yang

terlihat melalui dialog-dialog dalam naskah. pembahasan keempat meliputi

tema yang menjadi ide sentral dalam cerita sekaligus sebagai penyampaian

pesan kepada pembaca.

4.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Alur Naskah Drama “Padang Bulan”

Karya Ucok Klasta

Analisis alur yang pertama dari segi penyusunan peristiwa terbagi

menjadi empat tahapan yaitu eksposisi, konflik, klimaks, dan penyelesaian.

Alur yang digunakan pada naskah ini yaitu alur maju. Peneliti menemukan

terdapat seratus lima puluh sembilan (159) dialog yang ada pada naskah

drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta yang terdiri dalam lima adegan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

73

4.3.1.1 Eksposisi

Barranger (1993:57) mengatakan eksposisi ialah awal permainan

yang memperkenalkan karakter dengan situasi masa lalu dan masa kini.

Situasi yang terdapat dalam eksposisi ialah tempat, waktu, keadaan, para

tokoh, dan hubungan antar tokoh. Eksposisi bermula dari adegan pertama

ketika Bulan datang ke pekarangan depan rumah Aki dan Nini kemudian

memanggil teman-temannya. Waktu kejadian diperkirakan pada saat malam

hari ketika bulan purnama muncul dengan bukti kutipan dialog Bulan nomor

satu (1). Melalui kutipan dialog dan keterangan dalam naskah dapat

disimpulkan kejadian terjadi saat malam hari di pekarangan depan rumah

Aki dan Nini. Pengarang memperkenalkan enam tokoh yang terdiri dari

Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki dan Nini. Bulan, Padang, Jembar,

dan Kalangan sering bermain bersama kemudian Aki dan Nini datang

membawakan klenyem hangat untuk menemani mereka bermain.

Lagu tema ‘Padang Bulan’ dinyanyikan pada awal adegan pertama

sebagai penggambaran anak-anak yang sering bermain saat malam hari dan

ditemani sinar bulan. Padang, Jembar, dan Kalangan muncul satu persatu

setelah Bulan memanggil pada adegan awal di pekarangan depan rumah Aki

dan Nini mealui kutipan dialog nomor satu (1) sampai nomor sembilan (9).

Melalui kutipan dialog satu (1) sampai sembilan (9) perkenalan tokoh anak-

anak dimulai berurutan dari kemunculan Bulan lalu Padang kemudian

Jembar dan terakhir Kalangan yang muncul dengan berteriak agar teman-

temannya terkejut. Beberapa permainan tradisional disebutkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

74

kutipan dialog Padang nomor sepuluh (10) seperti kejar-kejaran, bentengan,

gaprakan, dan tebak-tebakan yang kemudian akhirnya, mereka memutuskan

untuk bermain tebak-tebakan. Lagu ‘Mentog-mentog’ juga dinyanyikan

untuk hukuman bagi yang tidak bisa menjawab dan dinyanyikan dengan

menari sambil menirukan gerakan binatang.

Suasana tempat yang terdapat dalam eksposisi ialah suasana

pedesaan yang belum tersentuh arus modernisasi dengan latar pekarangan

di depan rumah Aki dan Nini. Kehidupan yang dijalani oleh Bulan, Padang,

Jembar, Kalangan, Aki, dan Nini merupakan kehidupan yang sederhana.

Keseharian mereka lalui tanpa ada rasa sedih karena saat bermain, Aki dan

Nini selalu menemani mereka sambil membawakan klenyem hangat. Aki

dan Nini yang sudah menganggap Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan

sebagai cucu mereka sendiri terlihat sangat menyayangi mereka. Selain

memberikan klenyem hangat, Aki dan Nini tidak sungkan menegur mereka

seperti saat berebutan klenyem hangat dengan bukti kutipan dialog nomor

dua puluh delapan (28) sampai dengan nomor tiga puluh delapan (38).

Melalui kutipan dialog tersebut, suasana yang terbangun ialah suasana

bahagia seperti keluarga sendiri meskipun pada kenyataanya tidak memiliki

hubungan sedarah.

4.3.1.2 Konflik

Barranger (1993:57) mengatakan konflik merupakan masalah-

masalah yang muncul dalam pementasan dan dialami oleh tokoh.

Permasalah tersebut yang kemudian membawa penonton menuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

75

pemahaman cerita yang dialami oleh tokoh. Dimulai dari dongeng Aki yang

menceritakan kisah tentang seorang anak bernama Lugu. Dalam dongeng

Aki, Lugu digambarkan sebagai anak desa yang kurang lebih usianya sama

dengan Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan. Lugu memutuskan untuk

pergi ke kota karena penasaran setelah mendengar banyak cerita mengenai

kemajuan kota yang tidak ada di desannya. Sesampainya di kota, Lugu

takjub dengan apa yang dilihat sesuai dengan apa yang dia dengar.

Pada akhir dongeng Aki melalui kutipan dialog nomor empat puluh

enam (46) kelaparan dan bingung mulai dirasakan oleh Lugu karena di kota

sulit mendapatkan makanan hingga akhirnya Lugu duduk di pinggir jalan

sambil meminta-minta. Pada adegan tiga, gambaran permasalahan mulai

tampak saat Lugu yang kelaparan terpaksa meminta-minta seperti

gelandangan, namun tidak ada yang peduli karena orang-orang yang lewat

mementingkan diri sendiri. Boss, Politikus, dan Pejabat Kota yang sedang

berdiskusi mengenai pembangunan kota tampak tidak menghiraukan

keberadaan Lugu. Setelah itu, Kamtib masuk sambil membentak-bentak

Lugu dengan bukti kutipan dialog nomor lima puluh lima (55) dengan tujuan

ingin mengusir Lugu yang tampak seperti gelandangan.

Peneliti melihat permasalahan bertambah ketika Lugu dituduh

sebagai gelandangan oleh Kamtib melalui kutipan dialog nomor lima puluh

tujuh (57) sampai enam puluh (60). Melalui kutipan dialog tersebut Kamtib

berusaha mengusir Lugu dari kota karena merusak pemandangan.

Kemudian, Nini yang melihat hal tersebut berusaha menyelamatkan Lugu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

76

dari Kamtib agar tidak diusir dari kota dengan mengaku sebagai Ibu Lugu.

Lugu ngeyel dan tidak percaya dengan perkataan Nini yang mengaku

sebagai Ibunya, kemudian agar percaya Nini menceritakan kenyataan

mengenai kota yang ternyata merupakan kampung halaman Lugu. Setelah

mendengarkan cerita Nini, Lugu sangat marah karena kampung halaman

telah hilang dan berubah menjadi kota dengan bukti kutipan dialog nomor

sembilan puluh sembilan (99). Dongeng Aki berakhir sampai kutipan dialog

Nini nomor seratus (100) yang menyuruh Lugu untuk bangun dan pergi

bekerja.

4.3.1.3 Klimaks

Barranger (1993:57) mengatakan klimaks merupakan puncak dari

permasalah yang muncul dari awal, kemudian mengerucut sebelum

penyelesaian. Awal adegan ke empat sausana yang terjadi sama dengan awal

adegan pertama dengan latar tempat pekarangan di depan rumah Aki dan

Nini. Bulan berteriak memanggil teman-temannya untuk berkumpul dan

bermain bersama. Pada adegan empat, Aki dan Nini sudah satu tahun

meninggal dan rumah yang ditinggali telah dibeli oleh orang kota dengan

bukti kutipan dialog nomor seratus sepuluh (110) sampai seratus dua puluh

tiga (123). Melalui kutipan dialog tersebut, orang kota yang membeli rumah

Aki dan Nini digambarkan orang yang sombong dan secara tidak langsung

menjadi penanda permasalahan yang dialami oleh Lugu dalam dongeng Aki

mulai berdampak kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

77

Klimaks pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta

terjadi saat Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan bermain jilumpet dengan

Bulan menjadi pencarinya. Setelah selesai menghitung, Bulan kesulitan

mencari teman-temannya yang bersembunyi dan mengira teman-temannya

sedang mengerjai dirinya. Bulan yang berpikir dikerjai oleh teman-

temannya perlahan-lahan merasa takut karena teman-temannya tak kunjung

muncul untuk waktu yang cukup lama dengan bukti kutipan dialog nomor

seratus empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut, Bulan yang

ketakutan akhirnya memutuskan untuk lari keluar panggung dan berharap

bisa menemukan teman-temannya.

Awal adegan lima Bulan berhasil menemukan teman-temannya,

namun mereka tidak menjawab Bulan saat ditanyai. Perasaan janggal mulai

dirasakan Bulan karena teman-temannya telah berubah menjadi peralatan

modern yang menjadi simbol permainan tradisional mulai terkikis. Padang

menjadi Plastation, Jembar menjadi Handphone, dan Kalangan menjadi

Buldoser yang kemudian perlahan-lahan tertawa mengikik sambil

memanggil nama Bulan berulang kali dengan bukti petunjuk “PLEI

STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI TERTAWA MENGIKIK, LAMA-

LAMA MAKIN KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-KATA

SECARA MENYAYAT-PARAU”. Melalui petunjuk tersebut peneliti melihat

Bulan mulai ketakutan karena perlahan-lahan Playstation, Handphone, dan

Buldoser mulai mengerumuninya sambil menyeret Bulan kesana kemari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

78

4.3.1.4 Penyelesaian

Penyelesaian merupakan kesimpulan yang dibangun dari awal

pementasan. Cohen (2010:36) mengatakan “denouement bisa ditunjukan

dengan pidato atau bahkan satu kata atau gerakan menunjukan bahwa gairah

yang timbul dari aksi permainan sekarang diam dan harmoni baru”. Bulan

perlahan-lahan merasa ketakutan dengan reaksi yang ia terima dari teman-

temannya yang telah berubah menjadi peralatan modern melalui bukti

kutipan dialog nomor seratus lima puluh lima (155). Penyelesaian terjadi

pada akhir adegan ke lima saat Bulan ditarik kesana kemari sambil meronta-

ronta dan memekik-mekik memanggil nama teman-temannya dengan

kutipan dialog nomor seratus lima puluh enam (156). Melalui kutipan dialog

tersebut Bulan yang berteriak meronta-ronta menjadi penanda akhir dari

cerita pada naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok klasta. Peneliti

melihat pada bagian akhir cerita, permaianan tradisional perlahan

menghilang karena terus berkembangnya arus modernisasi yang mengikis

secara perlahan dengan menggunakan simbol Playstation, Handphone, dan

Buldoser sebagai alat penghancur.

Analisis alur yang kedua, alur pada naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta berdasarkan jumlah. Naskah drama “Padang Bulan”

memiliki subplot atau bisa disebut memiliki alur kedua yang bersifat

memperjelas cerita utama bukan memperluas permasalahan yang terjadi

dalam naskah. Subplot pada naskah drama ini berbentuk dongeng Aki yang

diceritakan kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan. Aki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

79

menceritakan kisah tentang seorang anak bernama Lugu dan memasukan

Nini ke dalam ceritanya dalam rangka memperingati wetonnya Nini dengan

bukti kutipan dialog nomor empat puluh dua (42). Melalui kutipan dialog

tersebut dapat disimpulkan bahwa alur pada naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta beralur maju sekaligus memiliki subplot yang

menceritakan kisah orang lain, namun tidak keluar dari cerita utama

melainkan menjelaskan permasalahn yang terjadi. Bukti lain naskah drama

“Padang Bulan” beralur maju dan memiliki subplot terlihat pada kutipan

dialog nomor seratus dua belas (112). Dongeng Aki yang diceritakan kepada

mereka menjelaskan permasalahn yang diangkat ke dalam cerita utama.

Pada bagian akhir cerita, Bulan, Padangm Jembar, dan Kalangan mengalami

permasalah yang sama dialami oleh Lugu ketika arus modernisasi sudah

mulai meluas sampai ke desa.

4.3.2 Pembahasan Hasil Analisis Karakter Naskah Drama “Padang Bulan”

Karya Ucok Klasta Melalui Tiga Dimensi Tokoh

Peneliti melakukan analisis karakter menggunakan teori

Harymawan (1988:25-26) melalui tiga dimensi tokoh yang terdiri dari

dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi psikologis. Peneliti

melihat terdapat dua belas (12) tokoh dalam naskah drama “Padang Bulan”

karya Ucok Klasta. Tiap tokoh memiliki perannya masing-masing untuk

menggerakan alur cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

80

4.3.2.1 Bulan

Tokoh Bulan dalam dimensi fisiologis digambarkan sebagai anak

kecil yang diperkirakan seusia anak sekolah dasar. penggambaran tersebut

bisa dilihat melalui kutipan dialog Bulan yang terdapat dalam naskah.

melalaui dimensi sosiologis, latar belakang kehidupan Bulan ialah seorang

anak desa dengan kehidupan yang sederhana. Desa tempat tinggal Bulan

sama sekali belum tersentuh dengan budaya modern karena Bulan dan

teman-temannya masih memainkan permainan tradisional. Melalui dimensi

psikologis, Bulan merupakan anak yang ceria, suka bermain, cinta damai,

dan penakut. Bulan juga memiliki rasa peduli kepada Aki dan Nini yang

ditunjukan melalui kutipan dialog nomor seratus empat belas (114).

Pada awal adegan pertama Bulan terlihat semangat dan ceria saat

memanggil teman-temannya untuk berkumpul dan bermain bersama di

pekarangan depan rumah Aki dan Nini. Tokoh Bulan terlihat semangat dan

ceria dengan bukti kutipan dialog nomor satu (1) pada bagian awal adegan

pertama. Bulan juga tidak suka dengan keributan karena memiliki rasa cinta

damai dengan bukti kutipan dialog nomor tiga puluh enam (36) sampai tiga

puluh tujuh (37). Melalui kutipan dialog tersebut bisa dilihat juga kelegaan

Bulan setelah teman-temannya berhenti berebut klenyem setelah dinasehati

oleh Aki dan Nini dengan kitupan dialog nomor tiga puluh tujuh (37)

“Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton sekalian, indahnya …”.

Selain itu, Bulan juga terlihat menjadi seorang yang penakut pada adegan

ke empat saat bermain jilumpet dengan bukti kutipan dialog nomor seratus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

81

empat puluh tiga (143). Melalui kutipan dialog tersebut rasa ketakutan

Bulan semakin memuncak saat bertemu dengan teman-temannya yang telah

berubah menjadi peralatan modern seperti Playstation, Handphone, dan

Buldoser dengan kutipan dialog nomor seratus empat puluh tiga (143)

““Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook jangan keterlaluan…

Aku agak-agak merinding ini … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …

Kalian mbok nongol … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …”.

4.3.2.2 Padang

Padang dalam dimensi fisiologis digambarkan sebagai anak kecil

yang sebaya dengan Bulan, Jembar, dan Kalangan yang tinggal di desa

dengan kehidupan sederhana. Padang dalam dimensi sosiologis memiliki

latar belakang anak yang menjalani kehidupan di desa yang sederhana

dengan apa yang dipunya. Padang tinggal di desa yang belum tersentuh

dengan arus modernisasi sehingga selama bermain bersama teman-

temannya yang dirasakan oleh Padang ialah kesenangan bersama. Dalam

dimensi psikologis, tokoh Padang memiliki karakter yang percaya diri dan

menghargai teman-temannya melalui beberapa kutipan dialog yang ada.

Padang terlihat sebagai anak yang percaya dan menghargai teman-

temannya dengan bukti dialog nomor sepuluh (10) “Nah, main apa kita

sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?”.

Melalui kutipan dialog tersebut tokoh Padang terlihat percaya diri dan

menghargai dengan bertanya terlebih dahulu ingin bermain apa. Selain itu,

rasa menghargai Padang pada teman-temannya juga terlihat memalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

82

kutipan dialog nomor tiga belas (13) “Yang tak bisa menebak, apa

hukumnya?”. Rasa percaya diri Padang juga terlihat pada adegan tiga yang

langsung meminta Aki untuk mendongeng seperti biasanya. Tokoh Padang

juga terlihat sedih melalui kutipan dialog nomor seratus sebelas (111) “Iya.

Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …”. Rasa sedih Padang karena

Aki dan Nini telah meninggal dan tidak meninggalkan siapapun untuk

menemani bermain lagi lalu kemudian Padang bersama Bulan, Jembar, dan

Kalangan berjanji tidak akan melupakan Aki dan Nini.

Selain itu diantara teman-temannya, padang merupakan anak yang

memiliki rasa penasaran dengan bukti kutipan dialog nomor seratus dua

puluh (120). Melalui kutipan dialog tersebut Padang yang penasaran

akhirnya mengetahui bahwa yang tinggal di rumah Aki dan Nini adalah

orang kota yang baru pindah. Padang juga digambarkan menjadi seorang

anak yang polos karena pada adegan lima, Padang terpengaruh arus

modernisasi kemudian yang merubahnya menjadi playstation permainan

modern yang menjadi simbolisasi terkikisnya permainan tradisional.

4.3.2.3 Jembar

Jembar secara dimensi fisiologis digambarkan sebagai anak kecil

yang sebaya dengan Bulan, Padang, dan Kalangan dengan menjalani

kehidupan yang sederhana. Tokoh Jembar pada dimensi sosiologis tidak

jauh berbeda dengan Bulan, Padang, dan Kalangan karena tinggal di

pedesaan yang belum tersentuh dengan arus modernisasi dan menjalani

kehidupan yang sederhana. Kesederhanaan yang dijalani seperti bermain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

83

bersama teman-temannya dan tidak perlu memikirkan hal-hal yang rumit.

Melalui dimensi psikologis, tokoh Jembar memiliki karakter inisiator dan

perduli dengan bukti dari beberapa kutipan dialog dalam naskah.

Jembar terlihat menjadi anak yang inisiator seperti terlihat melalui

kutipan dialog nomor sebelas (11). Melalaui kutipan dialog “Tebak-tebakan

saja deh” tokoh Jembar terlihat inisiator ketika Padang memberikan pilihan

ingin bermain apa, Jembar langsung memberi usul untuk bermain tebak-

tebakan dan memberi usulan bermain jilumpet pada kutipan dialog nomor

seratus dua puluh enam (126) dengan kutipan dialog “Jilumpet saja.

Sembunyi-sembunyian.”. Selain itu, tokoh Jembar juga terlihat inisiator

melalui bukti kutipan dialog nomor lima belas (15) ketika mengusulkan

hukuman bagi yang tidak bisa menjawab dengan dialog “Usul. Bagaimana

kalau menirukan gerak binatang.”. Tokoh Jembar terlihat memiliki karakter

simpati melalui kutipan dialog nomor seratus dua belas (112). Aki dan Nini

diceritakan sudah meninggal melalui kutipan dialog tersebut kemudian,

Jembar mencoba ikut merasakan kesepian yang dirasakan oleh Aki dan Nini

karena tidak memiliki anak dan cucu dengan kutipan dialog “Dulu saja

mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu

apalagi …”. Jembar juga merupakan anak yang polos karena pada adegan

lima, Jembar telah terpengaruh arus modern dan berubah menjadi

handphone yang menjadi simbolisasi terkikisnya permainan tradisional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

84

4.3.2.4 Kalangan

Kalangan dalam dimensi fisiologis digambarkan menjadi anak yang

sebaya dengan Bulan, Padang, dan Jembar yang menjalani kehidupan

dengan sederhana. melalui dimensi sosiologis tokoh Kalangan memiliki

latar belakang hidup di desa dan menjalani kehidupan yang sederhana

bersama teman-temannya. Kehidupan Kalangan dikatakan sederhana

karena di desanya belum tersentuh arus modernisasi. Tokoh Kalangan

melalui dimensi psikologis memiliki karakter yang penurut, simpati, dan

usil.

Kalangan memiliki karakter yang simpati melalui kutipan dialog

nomor seratus tiga belas (113). Rasa simpati Kalangan terlihat melalui

kutipan dialog tersebut karena meskipun tidak memiliki hubungan sedarah

dengan Aki dan Nini, Kalangan sudah menganggap mereka sebagai kakek

dan nenek sendiri begitu juga dengan Bulan, Padang, dan Jembar dengan

kutipan dialog “Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu

mereka? Seperti mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …”. Kalangan

melalui kutipan dialog nomor delapan (8) dan seratus delapan (108) terihat

usil ketika teman-temannya memanggil namanya, Kalangan muncul

dengan menyapa sambil berteriak agar mereka terkejut namun tidak

berhasil. Selain memiliki rasa simpati dan usil, Kalangan juga memiliki

karakter yang penurut seperti pada kutipan dialog nomor dua belas (12).

Kalangan dikatakan memiliki karekter penurut karena tidak mau mengambil

pusing mengenai apa yang telah diputuskan oleh teman-temannya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

85

kutipan dialog “Ya, setuju. Tebak-tebakan.”. Kalangan merupakan anak

yang polos sama seperti Padang dan Jembar karena telah terpengaruh oleh

arus modernisasi kemudian merubahnya menjadi buldoser salah satu mesin

penghancur yang menjadi simbolisasi terkikisnya budaya permainan

tradisional.

4.3.2.5 Aki

Tokoh Aki mulai muncul pada awal adegan dua bersama Nini keluar

dari dalam rumah sambil membawa klenyem hangat untuk menemani

Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan istirahat setelah bermain. Melalui

dimensi fisiologis tokoh Aki digambarkan sebagai kakek tua dengan ciri-

ciri fisik sudah memiliki keriput dan tidak bisa pergi jauh. Melalui dimensi

sosiologis latar belakang kehidupan Aki tinggal di desa dan pernah tinggal

di kota sebelum tinggal di desa. Melalui dimensi psikologis, tokoh Aki

memiliki karakter yang penyayang, perhatian, dan bijaksana.

Karakter Aki terlihat perhatian dan penyayang dengan bukti kutipan

dialog nomor dua puluh enam (26). Melalui kutipan dialog tersebut terlihat

Aki menyayangi dan perhatian kepada Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan ketika mereka sedang asik bermain, Aki dan Nini langsung

menyuruh mereka untuk istirahat terlebih dahulu karena sudah disediakan

klenyem hangat dengan kutipan dialog “Iyo. Bulan, Padang, Jembar,

Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus, Nok ayu

…”. Rasa sayang Aki tidak hanya ditunjukan kepada Bulan, Padang,

Jembar, dan Kalangan saja tetapi juga kepada Nini dengan bukti kutipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

86

dialog nomor empat puluh dua (42) “Ya ya ya … Untuk purnama kali ini

Simbah sudah menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ? Sebab

hari ini tepat weton-nya Nini.”. Melalui kutipan dialog tersebut dalam

rangka memperingati wetonnya Nini, Aki memasukan tokoh Nini ke dalam

dongengnya yang akan diceritakan kepada Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan. Selain itu, Aki juga merupakan sosok yang bijaksana dengan

bukti adegan ketika Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan saling berebut

klenyem hangat, Aki tidak memarahi mereka tetapi memberikan nasehat

agar tidak rebutan dan harus saling berbagi.

Tokoh Aki dikatakan pernah tinggal di kota dengan bukti kutipan

monolog Aki saat menceritakan kisah mengenai seorang anak bernama

Lugu. Dalam ceritanya, Aki menjelaskan detail-detail apa saja yang ada di

kota melalui dongeng seperti yang tertera dalam kutipan dialog nomor

empat puluh enam (46). Dengan begitu, karakter bijaksana Aki tidak hanya

terlihat pada saat menegur dan menasehati Bulan, Padang, Jembar, dan

Kalangan, tetapi juga melalui dongengnya yang menunjukan

pengentahuannya mengenai kota.

4.3.2.6 Nini/ Ibu Lugu

Nini muncul pada awal adegan dua bersama dengan Aki yang keluar

rumah sambil membawakan klenyem hangat untuk Bulan, Padang, Jembar,

dan Kalangan. Nini dalam dimensi fisiologis digambarkan sebagai nenek-

nenek tua dengan tampilan fisik memiliki kriput dan tidak bisa pergi jauh.

Melalui dimensi sosiologis memiliki latar belakang yang sama seperti Aki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

87

yakni tinggal di pedesaan dan menjalani kehidupan yang sederhana bersama

dengan Aki. Melalui dimensi psikologis karakter yang dimiliki Nini ialah

perhatian dan penyayang. Selain itu, Nini juga berperan ganda menjadi Ibu

Lugu dalam dongeng Aki. Karakter yang dimiliki Ibu Lugu tidak berbeda

seperti karakter Nini tetapi, Ibu Lugu terlihat memiliki karakter pasrah

dalam dongeng Aki.

Karakter Nini digambarkan sebagai orang yang penyayang dengan

bukti kutipan dialog nomor dua puluh lima (25) “Hei cucu-cucuku! Istirahat

dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah. Ayo. Semua ke sini …”. Melalui

kutipan dialog tersebut Nini nampak sangat menyayangi Bulan, Padang,

Jembar, dan Kalangan seperti cucunya sendiri. Nini menunjukan rasa

sayangnya kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dengan selalu

menyediakan klenyem hangat sedang bermain untuk menemani mereka saat

istirahat. Selain itu, Nini juga memiliki karakter yang bijaksana dengan

bukti adegan ketika menegur Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan yang

sedang berebut klenyem hangat.

Tokoh Nini dalam dongeng Aki berperan menjadi Ibu Lugu yang

juga memiliki karakter penyayang seperti terlihat pada adegan empat ketika

Kamtib ingin menangkap Lugu yang diduga sebagai gelandangan. Nini

yang melihat Lugu diseret oleh kamtib kemudian berusaha untuk

menolongnya agar tidak diusir Kamtib yang merasa Lugu merusak

pemandangan kota. Nini terlihat memiliki karakter perhatian yang

ditunjukan kepada Lugu melalui bukti kutipan dialog nomor tujuh puluh tiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

88

(73) “Ini makanlah … Kamu lapar kan?”. Nini membawakan makanan

karena mengetahui Lugu sedang kelaparan dan kesulitan mencari makanan

yang terpaksa mengemis dipinggir jalan. Nini memperlihatkan karakter

pasrah melalui kutipan dialog nomor sembilan puluh delapan (98). Melalui

kutipan dialog tersebut kenyataan tentang kampung halaman Lugu dan Nini

yang berubah menjadi kota terlihat Nini hanya bisa pasrah saja tanpa bisa

melakukan perlawanan.

4.3.2.7 Lugu

Tokoh Lugu muncul dalam dongeng Aki dalam rangka

memperingati weton Nini dan menceritakan kisahnya saat akan berangkat

dan sampai di kota. Lugu dalam dimensi fisiologis digambarkan sebagai

anak yang sebaya dengan Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dengan

pakaian yang lusuh dan dekil. Melalui dimensi sosiologis latar belakang

kehidupan Lugu tinggal di desa yang sederhana. Melalui dimensi psikologis

tokoh Lugu memiliki karakter yang ngotot, percaya diri, dan semberono.

Dalam dongeng Aki, Lugu tergerak oleh rasa penasarannya

mengenai kota tentang kemajuan-kemajuan yang ada di sana. Setibanya di

kota, Lugu terperangah kagum dengan semua hal yang dia lihat dimulai dari

gedung-gedung, alun-alun, tugu tertinggi, mobil dan motor, istana para

dewan, supermarket, dan tempat hiburan yang beraneka macam jenisnya.

Karakter Lugu terlihat ngotot melalui kutipan dialog nomor lima puluh

enam (56), lima puluh delapan (58), tujuh puluh enam (76), dan delapan

puluh dua (82). Melalui beberapa kutipan dialog tersebut, Lugu terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

89

memiliki karakter ngotot ketika berhadapan dengan kamtib yang ingin

menangkapnya maupun ketika ngeyel dan tidak percaya dengan apa yang

disampaikan oleh Nini dalam dongeng Aki dengan salah satu kutipan dialog

Lugu ““Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!”. Selain itu, Lugu juga

memiliki karakter yang semberono dengan bukti kutipan monolog Aki

nomor empat puluh enam (46). Melalui kutipan monolog Aki tersebut, Lugu

terlihat pecaya diri untuk pergi ke kota namun juga semberono karena tidak

mempersiapkan apapun seperti bekal atau uang saku sehingga setibanya di

kota Lugu kesulitan mencari makanan dan terpaksa mengemis.

4.3.2.8 Boss

Kemunculan tokoh Boss hanya sekilas bersama dengan Politikus

dan Pejabat Kota untuk menggambarkan situasi yang terjadi dalam cerita

dan menjadi gambaran orang kota yang egois. Karakter Boss dalam dimensi

fisiologis digambarkan sebagai pengusaha dengan setelan rapi seperti

kemeja, jas, dasi, celana kain, dan mengenakan sepatu pantofel. Melalui

dimensi sosiologis Boss menjadi seorang pengusaha yang berambisi untuk

memperoleh keuntungan dengan berbagai macam cara dan menjalani

kehidupannya yang mewah. Melalui dimensi psikologis Boss memiliki

karakter yang culas.

Keinginan Boss yang ingin dicapai ialah untuk memperoleh

keuntungan bagi dirinya meskipun harus menyuap Politikus dan Pejabat

Kota. Karakter culas yang dimiliki Boss terlihat melalui kutipan dialog

nomor empat puluh delapan (48), liam puluh (50), dan lima puluh dua (52).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

90

Salah satu Kutipan dialog Boss yang memeperlihatkan karakter culas

“Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk

mempererat hubungan antara kita, kalangan investor, pemerintah kota dan

dewan kota”. Tokoh Boss melalui kutipan dialog tersebut terlihat pandai

bersilat lidah di depan Politikus dan Pejabat Kota agar pembangunan

gedung berjalan lancar dan akhirnya memperoleh keuntungan. Selain itu,

Boss tidak mempedulikan warga-warga yang tinggal di desa dan malah

menjadikan mereka sebagai pekerja di tiap tempat yang ada di kota.

4.3.2.9 Politikus dan Pejabat Kota

Kemunculan Politikus dan Pejabat Kota hanya sekilas bersama Boss

sebagai tokoh antagonis yang menyebabkan desa berubah menjadi kota.

Dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta, tokoh Politikus

dan Pejabat Kota mengucapkan dialog yang sama ketika menjawab Boss.

Melalui dimensi Fisiologis Politikus digambarkan mengenakan setelan rapi

seperti kemeja, jas, dasi, celana kain, dan sepatu pantofel, sedangkan Pejabat

bisa digambarkan dengan mengenakan pakaian dinas atau baju batik, celana

kain, dan sepatu pantofel. Melalui dimensi sosiologis tokoh Politikus dan

Pejabat kota merupakan orang terpelajar dan berpendidikan tinggi sehingga

bisa mencapai kedudukan yang sekarang diperoleh. Melalui dimensi

psikologis Politikus dan Pejabat Kota memiliki karakter yang mencari

untung.

Politikus dan Pejabat Kota dalam adegan tiga tidak menghiraukan

Lugu yang duduk dipinggir jalan sambil meminta-minta karena terlena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

91

dengan bujuk rayu Boss yang berusaha untuk menyuap. Politikus dan

Pejabat Kota digambarkan sebagai orang yang mencari keuntungan demi

diri sendiri dengan bukti kutipan dialog nomor empat puluh sembilan (49),

lima puluh satu (51), dan lima puluh empat (54). Melalui kutipan dialog

“Harmonis. Ya ya ya …” terlihat Politikus dan Pejabat kota setuju dengan

apa yang disampaikan oleh Boss. Dengan begitu keuntungan juga bisa

diperoleh Politikus dan Pejabat Kota karena menerima uang suap yang

diberikan oleh Boss. Selain itu, Politikus dan Pejabat Kota terlihat egois

karena mengabaikan Lugu yang meminta-minta di pinggir jalan seperti yang

sudah di sampaikan di atas.

4.3.2.10 Kamtib

Kamtib dalam dimensi fisiologis digambarkan sebagai petugas

keamanan yang mengawasi kota dari hal-hal yang merusak kota. Melalui

dimensi sosiologis sebelum menjadi petugas resmi, Kamtib harus mengikuti

pelatihan terlebih dahulu sebelum dirasa layak dan menjadikan pribadi yang

disiplin. Melalui dimensi psikologis karakter yang dimiliki oleh Kamtib

yaitu tegas.

Kamtib saat awal kemunculannya melihat Lugu yang duduk di

pinggir jalan sambil menengadahkan tangannya. Kamtib merasa bahwa

Lugu merusak pemandangan kota, akhirnya Kamtib menghampiri Lugu

sambil membentak-bentak dengan kutipan dialog nomor lima puluh lima

(55). Kamtib juga memperlihatkan karakter yang kasar melalui kutipan

dialog nomor lima puluh sembilan (59). Melalui kutipan dialog “Heh …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

92

Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!”, adegan yang terjadi ialah

Lugu yang ngeyel karena tidak mau ikut dibawa kemudian Kamtib

menyeretnya dengan tujuan mengusir Lugu karena dirasa merusak

pemandangan kota. Karakter Kamtib terlihat tegas ketika bertanya apakah

benar Nini adalah Ibu Lugu untuk memastikan kembali Lugu bukanlah

gelandangan seperti yang diduga melalui kutipan dialog nomor enam puluh

satu (61) sampai tujuh puluh dua (72).

4.3.3 Pembahasan Hasil Analisis Tema Naskah Drama “Padang Bulan”

Karya Ucok Klasta

Tema yang diangkat dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta adalah mengenai kritik sosial. Kritik sosial yang dialami tokoh

utama yaitu tentang arus modernisasi yang terus berkembang dan perlahan

mengikis kebudayaan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Permasalah yang

terjadi dalam naskah Drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta ialah

pelestarian budaya tradisional tidak dilakukan namun malah menggantinya

dengan budaya modern yang dirasa lebih menyenangkan. Playstation,

Handphone, dan Buldoser menjadi simbol yang mengikis budaya

tradisional dan memberi dampak bagi generasi baru yaitu kurangnya

sosialisasi dan lebih mementingkan diri sendiri. Boss, Politikus, dan Pejabat

Kota menjadi tokoh antagonis yang menggambarkan keegoisan karena

hanya mementingkan diri sendiri untuk mencari keuntungan. Keegoisan

yang dimaksud tampak pada adegan tiga ketika Lugu meminta-minta,

namun Boss, Politikus, dan Pejabat Kota tidak memedulikan keberadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

93

Lugu yang kelaparan.

Dalam naskah drama “Padang Bulan” karya Ucok Klasta

memperlihatkan permainan modern merupakan permaianan yang seru

namun mematikan budaya untuk bersosialisasi. Budaya bersosialisasi

sangat penting diperkenalkan dan ditumbuhkan bagi generasi baru agar

tetap bisa saling menghargai. Pada adegan tiga yang mengisahkan cerita

tentang anak bernama Lugu memperlihatkan peristiwa arus modernisasi

mulai meluas. Tokoh Boss, Politikus, dan Pejabat Kota menggambarkan

karakter yang egois dan serakah karena terpengaruh arus modernisasi dan

berdapak bagi warga desa yang kehilangan kampung halamannya. Adegan

lima bagian akhir dalam naskah memperlihatkan kekejaman yang dialami

Bulan dan teman-temannya yang sudah terpengaruh arus modernisasi.

Selain itu, pada adegan lima memperlihatkan bahwa arus modernisasi dapat

membunuh jiwa sosial anak-anak dan lebih mementingkan diri sendiri.

Permainan tradisional dalam naskah “Padang Bulan” karya Ucok

Klasta diperlihatkan memberi pelajaran seperti menghargai sesama dan

bersosialisasi agar tumbuh rasa saling mengerti serta peduli. Permainan

tradisional yang dimasukan ke dalam naskah drama “Padang Bulan” karya

Ucok Klasta meliputi kejar-kejaran, bentengan, gaprakan, tebak-tebakan

dan petak umpet. Selain permainan tradisional, ada lagu anak-anak yang

sudah jarang dinyanyikan seperti ‘Padang Bulan’ dan ‘Mentog-mentog’.

Ucok Klasta selaku penulis ingin menyampaikan pesan kepada pembaca

meski zaman sudah modern namun budaya tetap harus dilestarikan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

94

tetap dikenal oleh generasi penerus. Amanat lain yang ingin disampaikan

kepada pembaca ialah terus kembangkan negeri namun jangan lupa

kebudayaan yang dimiliki karena merupakan identitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

95

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dasar pada penelitian ini adalah naskah drama yang dianalisis untuk

mendeskripsikan temuan stuktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan

tema. Pembaca perlu menilik naskah drama sebelum mementaskannya agar

lebih paham dan bisa dimengerti oleh penonton saat pentas di atas panggung.

Naskah drama berisi tentang nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang

diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Dengan begitu,

kita bisa mengetahui alur, karakter, dan tema yang terdapat pada naskah. Selain

itu, untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama yang ditulis secara

lengkap tidak hanya berisi percakapan antar tokoh melainkan keterangan atau

petujuk. Keterangan dan petunjuk pada naskah membantu pembaca untuk lebih

memahami isi cerita sebelum mementaskannya.

Alur menjadi kerangka cerita dalam pengaturan eksposisi, konflik,

klimaks, sampai dengan penyelesaian. Eksposisi berisi mengenai pengenalan

tokoh, latar tempat, dan situasi yang terjadi pada bagian awal. Konflik terjadi

ketika Lugu pergi ke kota untuk melihat kemajuan yang banyak dikatakan oleh

orang-orang, tetapi kemudian Nini menceritakan bahwa kota sebenarnya

adalah kampung halaman Lugu yang telah dirubah menjadi kota. Klimaks

terjadi pada saat Padang, Jembar, dan Kalangan berubah menjadi peralatan

modern seperti Playstation, Handphone, dan Buldoser yang kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

96

mengerumuni Bulan sebagai simbol peristiwa budaya modernisasi mengikis

budaya lokal. Penyelesaian terjadi dengan teriakan Bulan sambil memanggil

nama teman-temannya satu persatu dengan harapan agar semuanya kembali

seperti semula. Bukti pada naskah drama ini memiliki subplot ialah pada

dongeng Aki kepada Bulan, Padang, Jembar, dan Kalangan dalam rangka

untuk memperingati weton Nini dengan memasukan Nini ke dalam cerita.

Tokoh yang terdapat di dalam naskah “Padang Bulan” berjumlah dua

belas yang terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini, Ibu Lugu,

Lugu, Politikus, Pejabat Kota, Boss, dan Kamtib. Karakter tiap tokoh dianalisis

melalui tida dimensi yakni dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi

psikologis. Dalam dimensi fisiologis gambaran tokoh dalam bentuk fisik

dilihat melalui dialog yang diucapkan para tokoh dan bagaimana tokoh lain

menanggapinya. Dimensi soiologis dilihat melalui latar belakang tokoh dan

lingkungan hidup tokoh tersebut dengan melihat petunjuk yang tertera dalam

naskah drama. Dimensi psikologis dilihat melalui latar belakang kejiwaan

tokoh yang kemudian terlihat melalui perwatakan tokoh yang diperankan.

Tokoh protaginis terdiri dari Bulan, Padang, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/Ibu

Lugu, dan Lugu, sedangkan tokoh antagosnis terdiri dari Boss, Pejabat Kota,

dan Kamtib.

Tema besar yang diangkat ke dalam naskah ini ialah mengenai kritik

sosial yang terjadi saat arus moderninasi menggerus kebudayaan yang sudah

lama ada. Kebudayaan yang dimasukan ke dalam naskah ini berwujud

permainan tradisional seperti kejar-kejaran, gaprakan, bentengan, tebak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

97

tebakan dan jilumpet. Selain itu, beberapa lagu tradisional juga dimasukan ke

dalam naskah oleh Ucok seperti mentog-mentog dan Padang Bulan. Gedung-

gedung yang terus dibangun menjadi gambaran dalam naskah bahwa arus

modern terus berkembang dan perlahan membuat lupa dengan budaya

tradisional yang sudah ada. Beberapa peralatan canggih seperti Playstation,

Handphone, dan Buldoser menjadi simbol pengahncur kebudayaan tradisional

sehingga rasa empati terhadap sesama perlahan memudar dan yang ada hanya

mementingkan diri sendiri. tema pada naskah “Padang Bulan” tergolong

sebagai tema sosial yang berhubungan dengan masalah politik, pendidikan, dan

propaganda.

5.2 Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran

bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa mengenai struktur

drama :

1. Penelitian ini mencoba mengembangkan pemahaman struktur

drama melalui naskah drama. Dengan memahami naskah drama

terlebih dahulu, peneliti lain bisa memahami lebih dalam struktur

drama sebelum masuk ke dalam pementasan di atas panggung.

2. Strktur drama yang dianalisis memberi paham yang lebih

mendalam dengan berbagai hal yang tertera di dalam naskah.

peneliti lain bisa memperdalam tokoh karena karakter yang ingin

dimunculkan sebelum pementasan dapat dilihat melalui dialog yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

98

tertera pada naskah. Alur dan tema juga tercantum di dalam naskah

drama yang dianalisis agar tidak melenceng dari gagasan awal saat

akan dipentaskan.

3. Bagi pengajar di sekolah akan lebih terbantu untuk memberi pengajaran

di sekolah dengan memahami sturktur drama terlebih dahulu. Naskah

drama yang menjadi sumber informasi membeberkan alur, karakter,

dan tema mampu digunakan baik mengajar dalam kelas atau di luar

kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

99

DAFTAR PUSTAKA

Alif, Zakiah. 2013. Punahnya Dolanan Tradisional Drama ‘Padang Bulan’.

Diunduh pada tanggal 28 Mei 2020. Diunduh dari :

http://naskahesai.blogspot.com/2013/05/punahnya-dolanan-tradisional-

dalam.html

Barranger, Milly S. 1993. Understandng Plays (2ed). Massachusetts: Ally & Bacon

A Division of Simon & Schuster, Inc

Bandar Naskah. "Padang Bulan karya Ucok Klasta". Diunduh pada tanggal 26

oktober 2018. Diunduh dari :

http://bandarnaskah.blogspot.com/2011/01/padang-bulan.html

Cohen, Robert. 2010. Teatre (9ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc

Dewojati, Cahyaning. 2010. Drama Sejarah, Teori, dan Penerapannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda.

Hasanuddin, WS. 2015. Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa

Bandung.

Hidayahtulloh, Putri.2017. “Struktur dan Tekstur Drama ‘Kabale Und Liebe’ karya

Friedrich Schiller”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: UNESA

Jiwangga, Judha. 2018. “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama Dalam

Naskah Serta Video Pementasan ‘Mega-Mega’ Karya Arifin C. Noer”.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: USD

Martono, Nanang. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis

Data Sekunder (2ed, Cet 4). Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Offset.

Nada, Gema. 2017. “Pagelaran Drama "Padang Bulan" Mahasiswa Bahasa

Indonesia FKIP Unpas”. Diunduh pada tanggal 12 Agustus 2019. Dari :

https://www.youtube.com/watch?v=NBEZkgVEkhs

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Pramudya, Prima. 2018. “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama ‘Pada

Suatu Hari’ karya Arifin C.Noer”. Skripsi . Tidak diterbitkan. Yogyakarta

: PBSI USD

Ratna, Nyoman Kutha 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater Bagian I. Yogyakarta: Penerbit

Ombak.

Sudjiman, Panuti, 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Rajawali.

Teater Mesem. 2018. “Pementasan Naskah Padang Bulan Adapatsi dari Ucok

Klasta”. diunduh pada tanggal 12 Agustus 2019. Dari :

https://www.youtube.com/watch?v=vl7SlxZoQX8

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

100

BIODATA

Christoper Dimas Londoran lahir di Jakarta tanggal 26

Oktober 1992. Memulai sekolah di SD Kanisisus

Tegalmulyo, lulus tahun 2006. Setelah itu, melanjutkan

sekolah di SMP Stella Duce II Yogyakarta, lulus pada

tahun 2009. Setelah itu melanjutkan Sekolah Menengah

Kejuruan di SMK Marsudi Luhur Yogyakarta dan lulus

pada tahun 2011. Setelah itu, melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dengan jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Menempuh ujian

akhir dengan judul skripsi “Analisis Struktur dan Tekstur Naskah Drama “Padang

Bulan” karya Ucok Klasta”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

101

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

126

Lakon Remaja

Tentang yang semestinya tetap ada namun melenyap dan sebaliknya

PADANG

BULAN Drama sederhana buat belia

Karya Ucok Klasta

Nominator

Lomba Penulisan Naskah Remaja

Jawa Timur 2006

TOKOH – TOKOH

PADANG,

BULAN,

JEMBAR,

KALANGAN,

AKI,

NINI / (SEKALIGUS)

IBU LUGU,

LUGU,

PEJABAT PEMERINTAH KOTA,

POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA),

BOSS (PENGUSAHA),

PETUGAS KAMTIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

127

ADEGAN I

LAGU TEMA PADANG BULAN.

LAMPU HIDUP.

PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.

BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-

TEMANNYA.

BULAN

Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo

kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja

…! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …!

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

KOOR

Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …!

PADANG MASUK.

PADANG

Mana yang lain ?

BULAN, PADANG

Jembaaar …! Kalangaaan!

JEMBAR MASUK.

BULAN

Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?

JEMBAR

Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR

Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK

MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN

HEI !!!

BULAN, PADANG, JEMBAR Ora kageeet …Weee !

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

128

SEMUANYA TERTAWA.

PADANG

Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-

tebakan?

JEMBAR

Tebak-tebakan saja deh.

KALANGAN

Ya, setuju. Tebak-tebakan.

PADANG

Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?

BULAN

Mmm … Di suruh menari saja.

JEMBAR

Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang.

KALANGAN

Menirukan gerak binatang dengan tarian?

PADANG, BULAN, JEMBAR

Ya ya ya …

KALANGAN

Setuju?

PADANG, BULAN, JEMBAR

Setujuuu …

MEREKA DUDUK MELINGKAR (SETENGAH LINGKARAN MENGHADAP

PENONTON).

CARA BERMAIN ANAK-ANAK MENGEJA HURUF BERGILIRAN DAN

URUT SEIRING DENGAN MUSIK. SAAT MUSIK BERHENTI PADA ANAK

TERTENTU, IA MENYEBUTKAN NAMA SESUATU YANG DIJADIKAN

TEBAKAN SESUAI HURUF TERAKHIR YANG DIEJANYA.

MUSIK – LAGU TEMA PADANG BULAN.

BULAN

Nama apa? Buah ya?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN Ya, buah …

Musik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

129

(URUT)

A, B, C, D, E, F …

JEMBAR (Gelagapan)

G …

BERSAMA (Bersahutan)

Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …

JEMBAR BERDIRI.

KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI DENGAN KATA ‘MENTHOG’

DIGANTI NAMA BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS

DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS PERMAINAN MULAI

LAGI SAMPAI BEBERAPA KALI (FLEKSIBEL)

ADEGAN 2 LAGU TEMA.

AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK PANGGUNG), BERDIRI DITERAS

MEMANGGIL ANAK-ANAK.

NINI

Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah. Ayo.

Semua ke sini …

AKI

Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo

Nang bagus, Nok ayu …

KOOR

Haa … Klenyem … Woooow … keren …

ANAK-ANAK BERENTENGAN KE TERAS, PADA DUDUK

MENGGELESOT.

NINI MELETAKKAN PIRING BERISI KLENYEM.

AKI

Ingat … Tidak usah re …?

KOOR

Butaaan …

AKI

Yang ada dibagi me …?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

130

KOOR

Rataaa …

NINI

Maka tak ada yang tak keba …?

KOOR

Giaaan …

AKI

Sebab tak ada kesera …?

KOOR

Kahaaan …

BULAN

Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton sekalian, indahnya …

KOOR

Kebersamaaan ….

AKI-NINI

Wis … Wis …

ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-SAMA.

PADANG

Ayo Simbah … Seperti biasanya …

JEMBAR

Iya … Cerita.

KALANGAN

Biar tambah nikmat klenyemnya.

NINI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG).

AKI

Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah menyiapkan sebuah dongeng

istimewa. Sebab apa ? Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.

KOOR

Ooo …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

131

AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG) DAN KELUAR LAGI

MEMBAWA SEBUAH BUKU TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK,

MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN MEMBUKANYA.

AKI

Nah, dengarkan ya … Dulu cucu-cucuku …

MUSIK LATAR.

AKI

Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda bernama Lugu …

LAMPU MATI.

AKI DAN ANAK-ANAK KELUAR PANGGUNG.

PERGANTIAN ‘ SETTING’.

ADEGAN 3 LAMPU HIDUP.

LUGU MASUK PANGGUNG.

NARASI AKI DARI LUAR PANGGUNG.

LUGU MEMPERAGAKAN CERITA AKI.

AKI

Syahdan di sebuah desa, tersebutlah seorang anak bernama Lugu. Ia mendengar

cerita-cerita bahwa di kota alangkah majunya. Apa-apa ada, tak seperti desanya.

Maka di suatu siang yang sunyi, nyeyet, tak ada orang, diiringi lagu dari suara

keresek daun bambu digoyang sepoi angin lalu, berangkatlah ia ke kota. Ternyata

nun di sana, memang benar apa yang ia dengar. Kota, ruaaarrr biasaaa … Gedung-

gedung bagus tinggi menjulang-laaang … bagai menjolok awan. Mobil-motor

war-wer-war-wer berseliweran, bagai tak berkesudahan. Supermarket bertaburan

menggoda, seolah semua keinginan kita tersedia di sana. Tempat hiburan sungguh

aneka ragam, seolah tak ada kesedihan everything just for fun. Dan pabrik-pabrik

di pinggir-pinggirnya, laksana benteng gagah perkasa. Di tengah kota. Istana raja

diraja walikota, kokoh megah mencerminkan kekuasaan berwibawa. Di

sebelahnya. Istana satria-satria diraja dewan kota, elok anggun mencerminkan

kebijaksanaan penghuninya. Di sana-sini, istana saudagar-saudagar, mewah

kencar-kencar mencerminkan kesuksesan bisnisnya. Alun-alunnya? Ada tugu

tertinggi sedunia, entah habis berapa membangunnya, yang penting jadilah

lambang ; kemakmuran kota. Kota, ruaaarrr biasaaa …

lugu terus berjalan-jalan dengan takjub, terpesona buaian kota. Sampai akhirnya ia

pun merasa lapar. Lugu bingung jadinya. Bangaimana bisa mendapatkan makanan

ya? Kerja? Kerja apa ya? Minta? Minta siapa ya? Mem-bedhol ketela? Tegalnya

mana ya? Lugu tambah dan tambah dan tambah bingung … Keringat dingin

mengalir … Lemas sekujur badan … Kelaparan … Jatuhlah ia ndeprok. Dan

tanpa disadarinya tangannya telah terangkat pelan-pelan … Makin terangkat …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

132

Menadah … Lugu ndeprok di pinggir jalan dekat restoran kondang ; menadahkan

tangan!

LUGU

Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya

Nyonya … Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan …

Seikhlasnya Nyonya …

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS (MASUK PANGGUNG) KELUAR DARI

RESTORAN HABIS ‘MEETING’,

BERJALAN HANYA MELEWATI LUGU SAJA SAMBIL BERCAKAP-

CAKAP.

BOSS

Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk mempererat

hubungan antara kita, kalangan investor, pemerintah kota dan dewan kota.

PEJABAT, POLITIKUS

Harmonis. Ya ya ya …

BOSS

Dengan demikian akan terciptalah kerjasama propesional yang kompak lagi saling

menguntungkan.

PEJABAT, POLITIKUS

Harmonis. Ya ya ya …

BOSS

Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-kita untung, dus segenap

warga terse …

SEMUA Nyuuummm!

PEJABAT, POLITIKUS

Harmonis. Ya ya ya …

BOSS

Dengan demikian bla bla bla bla …

PEJABAT, POLITIKUS

Ya ya ya bla bla bla bla …

KOOR

Bla bla bla bla bla …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

133

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS KELUAR PANGGUNG.

MUSIK.

PETUGAS KABTIB MASUK PANGGUNG, MENDATANGI LUGU.

KAMTIB

He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang tahu?! Kamu ini

mengganggu pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton

kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton

kelihatan) ada pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton

kelihatan) ada kemiskinannya Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!

LUGU

Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!

KAMTIB

Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!

LUGU

Tidak mau!

KAMTIB

Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!

LUGU

Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu ! Saya manusia! Saya bukan

binatang!

KAMTIB DAN LUGU BERGELUT. LUGU DISERET-SERET. LUGU

MERONTA-RONTA.

TIBA-TIBA BERTERIAKLAH SESEORANG.

NINI MASUK PANGGUNG.

NINI

Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku mau dibawa kemana?!

LUGU BINGUNG, IA MERASA TIDAK KENAL DENGAN PEREMPUAN

INI.

KAMTIB

Ini anak Ibu?

NINI

Iya.

KAMTIB

Bukan gelandangan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

134

NINI

Bukan.

KAMTIB

Benar?

NINI

Benar.

KAMTIB

Kamu benar anaknya Ibu ini?

LUGU

Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …

KAMTIB

Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?

LUGU

Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?

KAMTIB

Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya pada Ibu. Sekarang, anak ini

dibawa pulang saja. Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak pemandangan.

Mengganggu ketertiban. Sudah … Permisi. Selamat siang.

KAMTIB KELUAR PANGGUNG. NINI MENDEKATI LUGU. LUGU MASIH

BINGUNG.

NINI

Ini makanlah … Kamu lapar kan?

LUGU

Ibu siapa sebenarnya?

NINI

Lho … Aku ini ya ibumu tho le …

LUGU

Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di kampung sana!

NINI

Kamu pikir sekarang ini kita dimana?

LUGU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

135

Di kota.

NINI

Benar di kota? Bukannya dikampung kita?

LUGU

Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan kampungku! Eh, tapi … Nggg …

NINI

Naaa … Kamu ragu kan?

LUGU

Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan kampungku! Dan kamu,

bukan ibuku! Sudah … Pergi sana! Kamu itu Cuma orang gila!

NINI

Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh pergi saja? Yo wis. Itu nasi

bungkusnya dimakan … Aku pergi sekarang.

LUGU

Eh … Tapi … Tunggu dulu!

NINI BERHENTI DAN BERBALIK.

LUGU

Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku hayooo?!

NINI

Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi gedung-gedung megah itu

anakku.

LUGU

Lha pasar? Pasar Wage?

NINI

Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.

LUGU

Lha tegal, sawah …?

NINI

Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.

LUGU

Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini …?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

136

NINI

Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu …

LUGU

Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya … Bagaimana dengan lapangan? Jadi

apa tempat bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang mbulan?

NINI

Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le …

LUGU

Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita? Kan kampung kita?

NINI

Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.

LUGU

Lantas orang-orang kampung pada dimana?

NINI

Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan pemiliknya … Klining serpis-nya.

Mereka di supermarket-supermarket itu … Tapi bukan pemiliknya … Kuli

gudangnya. Mereka di rumah-rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya …

Babu-nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan pemiliknya … Kakilimanya.

Mereka di pabrik-parik itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka

dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada tempatnya … Merana …

LUGU

Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila … Gila! Aku mau

kampungku … Kembalikan kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku

!!!

NINI

He! Bangun Lugu! Ayo bangun! Kerjanya molor saja ! Bangun!

LAMPU MATI.

ADEGAN 4 LAGU TEMA.

LAMPU HIDUP.

PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.

BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGIL TEMAN-

TEMAN.

BULAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

137

Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo

kumpuuul …! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja

…! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

KOOR

Aduhaaai …! Bulan purnama ooo indahnya …

Padang masuk.

PADANG

Mana yang lain?

BULAN, PADANG

Jembaaar …! Kalangaaan!

Jembar masuk.

BULAN Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?

JEMBAR

Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR

Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK

MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN

HEI!!!

BULAN, PADANG, JEMBAR

Ora kageeet …Weee!

SEMUA TERTAWA.

BULAN

Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini tiada … Tiba-tiba aku

terkenang-kenang mereka …

PADANG

Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …

JEMBAR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

138

Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu

apalagi …

KALANGAN

Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu mereka? Seperti

mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …

BULAN

Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia selamanya. Pokoknya kita

semua janji tak akan sekali-kali melupakan mereka. Setuju?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN Setujuuu!

KOOR

Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang Nyulayani. Swer!

JEMBAR

Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?

KALANGAN

Iya. Belum lama.

BULAN

Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak ya?

PADANG

Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak kenal tetangga.

JEMBAR

Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …

KALANGAN

Tak bakal juga mendongengi kita …

JEMBAR

Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-anget ya …

BULAN,

Padang, Kalangan Huuuuu!

PADANG

Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang? Kejar-kejaran? Betengan?

Gaprakan? Tebak-tebakan?

JEMBAR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

139

Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.

BULAN, PADANG, KALANGAN

Setuju … Setuju …

KALANGAN

Sekarang kita hompimpah …

BULAN

Lainnya deh, jangan hompimpah terus …

PADANG

Terus piye?

JEMBAR

Pingsut? Itu kalo dua orang …

BULAN

Gini … Dengar! Gini …

Bulan memperagakan ‘gerak-lagu’ dengan iringan musik ‘Padhang mbulan’.

(Siapa yang giliran bergerak saat musik berhenti, dia yang ‘jadi’)

BULAN

Jelas enggak?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN

Jelas … Jelas …

PADANG

Yuk atur posisi. Baris.

Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke kanan dan menghitung bersama.

KOOR

Tu Wa Ga Pat!

MUSIK.

TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.

PADANG, JEMBAR, KALANGAN

Bulan ‘ jadi’! Bulan ‘jadi’!

JEMBAR

Ayo, tutup mata!

BULAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

140

Kuhitung sampai 20 ya? Satu! Dua …

BULAN MENGHITUNG.

LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT SEMBUNYI (KELUAR

PANGGUNG).

BULAN

Sepuluh!

BULAN MENCARI-CARI TEMAN-TEMANNYA. TERUS MENCARI …

MENCARI … MENCARI … SAMPAI LAMA TAK KETEMU-KETEMU …

MENCARI … MENCARI … LAMA SEKALI … (KELUAR MASUK

PANGGUNG). SAMPAI MENCARI DIANTARA PENONTON.

BULAN

Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu

dimana?

BULAN MENCARI-CARI LAGI.

BULAN

Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!

PERLAHAN-LAHAN EKSPRESI BULAN MULAI BERUBAH. IA DIJALARI

SEMACAM CAMPURAN ANTARA RASA CEMAS, GELISAH, TAKUT …

BULAN

Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook jangan keterlaluan … Aku

agak-agak merinding ini … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian

mbok nongol … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …

DIPUNCAK RASA TERCEKAMNYA, BULAN LARI KELUAR PANGGUNG.

LAMPU MATI.

ADEGAN 5 LAMPU HIDUP.

PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL ‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’

TERTENTU. DISUSUL JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.

KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN MASUK PANGGUNG,

BERJALAN DENGAN LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.

BULAN

He! Padang! Jembar … Kalangan …

Mereka tetap diam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

141

BULAN

Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi dimana sih? Kalian sudah rencana

ngerjai aku ya? Awas ya?

Mereka tetap diam.

BULAN

He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara melunak).

PADANG

Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN …

Bulan terlonjak mundur.

BULAN

Play station?!

Bulan mendekati Jembar.

BULAN

Jembar … Heh! Jembar! Jembar …

JEMBAR

Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …

Bulan tambah terlonjak.

BULAN

Handpone?!

Bulan mendekati Kalangan.

BULAN

Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …

KALANGAN

Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …

Bulan bahkan terjengkang.

BULAN

Buldoser?!

PLEI STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI TERTAWA MENGIKIK,

LAMA-LAMA MAKIN KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-

KATA SECARA MENYAYAT-PARAU.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: ANALISIS STRUKTUR NASKAH DRAMAMelalui naskah drama peneliti menilik struktur drama yang terdiri dari alur, karakter, dan tema. Peneliti memilih naskah drama “Padang Bulan” karya

142

Dimana Padang, Bulan? Dimana Jembar, Bulan?! Dimana Kalangan Bulan?!

Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan, menarik-nariknya kesana-kemari.

Bulaaan … Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN! BULAAAAAN!!!

SAMBIL MERONTA-RONTA BULAN MEMEKIK-MEKIK MEMANGGILI

TEMAN-TEMANNYA.

PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI MANA KALIAN TEMAN-

TEMANKU SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!!

KALANGAAAN !!!

‘BLACK OUT’. OFF STAGE’. APLUS. LAMPU MENYALA.

SEMUA PEMAIN MASUK PANGGUNG MENYANYI DAN MENARI

DENGAN LAGU PADANG BULAN.

SELESAI

Penghormatan untuk tanah kelahiran-kampung halaman, teruntuk adik-adik

tersayang, tumbuh-kembang-mekar dalam karya, melangkah-mengalir sebagai

jalan-kali-mu sendiri, ada di kancah bumi, mengoda bersama berbagai hasrat,

impian, cita umat manusia, tanpa sekali-kali lupa hulunya, tanpa kehilangan

sejarahnya, tanpa menyangkali gua garbanya

Jagalan, februari 2006

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI