Analisis strategis pembangunan pendidikan dalam perencanaan pendidikan
-
Upload
putra-sensei -
Category
Education
-
view
5.849 -
download
10
description
Transcript of Analisis strategis pembangunan pendidikan dalam perencanaan pendidikan
Dosen : Dr. Hardi Warsono, MTPTugas Matakuliah : Perencanaan PendidikanMahasiswa : Bintang Wicaksono
Supriyadi Wisnu Adi Saputra
Analisis Strategis Pembangunan Pendidikan dalam Perencanaan Pembangunan
• Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yg tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yg tersedia (UU no.25/2004 ttg Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)
• Dasar hukum: UU no.25/2004 ttg Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• Dasar hukum lain: UU no. 17/2007 ttg Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005--2025
• Perencanaan Pembangunan Suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang terbatas untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara efektif dan efisien.
overview
UU no.25/2004Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)
• Rencana Pembangunan Jangka Panjang (utk periode 20 tahun)• Rencana Pembangunan Jk.Menengah/RPJM (periode 5 tahun):
a. RPJM Daerah/srg disebut Renc.Strategis (Renstra) Pemprov/Pemkab/Pemkot
b. RPJM Kementerian/Lembaga (K/L) atau Renstra K/Lc. RPJM Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Renstra SKPD
• Rencana Pembangunan Tahunan:a. Renc.Pemb.Tahunan Nasional/Renc.Kerja (Renja) Pemerintahb. Renc.Pemb.Tahunan Daerah/Renc.Kerja Pemerintah Daerah
(Provinsi dan Kab/Kota)c. Renc.Pemb.Tahunan Kementerian/Lembaga atau Renja K/L d. Renc.Pemb.Tahunan SKPD/ Renja SKPD
Proses Perencanaan
Bargaining politik antara eksekutif dan legislatif ttg
perencanaan umum sebuah rencana kebijakan
Proses perencanaan melibatkan stakeholder
(LSM, tokoh pendidikan,tokoh masyarakat,dsb)
Kajian perencanaan oleh tim ahli (expert)
atau tim teknis yg ahli di bidangnya
Perencanaan dilakukan
berkesinambungan, dari pemerintah
pusat turun ke bawah ke unit satuan kerja perangkat daerah,
begitu pula sebaliknya
• Asumsi “Semakin baik baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu”
• Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya utk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU no.20/2003 ttg Sisdiknas)
• Pandangan Piaget (1896), pendidikan didefiniskan sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh berkembang, dan di sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.
Konsep Dasar Pendidikan
Low Income
Low Saving
Low Investment
Low ProductivityLow Consumtion
The vicious circle of poverty
O Pendapatan yg rendah mengakibatkan Tingkat Konsumsi yg rendah pula, baik konsumsi kebutuhan hidup harian (khususnya makan-minum) maupun konsumsi pendidikan (melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi)
O Pendapatan yg rendah mengakibatkan sulit untuk menabungO Karena sulit menabung, maka mengakibatkan tingkat
investasi yg rendah, khususnya investasi di bidang pendidikan (spt: terus bersekolah hingga jenjang tertinggi, membeli buku, langganan internet, dll)
O Karena tingkat investasi (pendidikan) yg rendah, maka produktivitasnya jg rendah yg mengakibatkan pendapatannya juga rendah
Lingkaran Setan Kemiskinan
O Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 O Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara O Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
NasionalO Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional O Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah O Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen O Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005--2025 O Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan O Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan O Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Landasan hukum Perencanaan Pembangunan (bidang Pendidikan)
O Di tahun 2000, 189 dari 192 negara anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sepakat untuk mengambil langkah-langkah global memasuki milenium baru, yaitu dengan mengeluarkan Deklarasi Milenium (Millenium Declaration). Deklarasi Milenium mengidentifikasi masalah perdamaian, keamanan, kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan termasuk lingkungan hidup, Hak Asasi Manusia, dan ‘governance’ sebagai tantangan pembangunan global.
O Deklarasi ini telah mengkonsolidasi 8 tujuan pembangunan yang saling terkait, digabung menjadi agenda global, yaitu 8 tujuan pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs).
MDG’s
1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, (Eradicate extreme poverty and hunger)
Millennium Development Goals
Masih banyak penduduk dari negara miskin yang berpenghasilan di bawah $1,25 perhari
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua (achieve universal primary education)
Memastikan bahwa, pada tahun 2015, anak-anak di mana-mana, anak laki-laki dan perempuan, akan dapat menyelesaikan program pendidikan dasar
Millennium Development Goals
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower women)
Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan menengah, pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Millennium Development Goals
4. Menurunkan Angka Kematian anak (reduce child mortality).
Mengurangi dua pertiga, antara 1990 dan 2015, angka kematian balita
Millennium Development Goals
5. Meningkatkan kesehatan Ibu (increase maternal health)
Mengurangi sampai tiga perempat, antara 1990 dan 2015, rasio kematian ibu
Millennium Development Goals
6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (combat HIV/AIDS, malaria and other diseases)
pada tahun 2010, akses universal untuk pengobatan HIV / AIDS bagi semua orang yang membutuhkannya dan tahun 2015 mengurangi tingkat penyebaran malaria dan penyakit utama lainnya
Millennium Development Goals
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup (ensure environment sustainability).
Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan hilangnya sumber daya lingkungan
Millennium Development Goals
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for development)
Menangani masalah utang negara-negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam jangka panjang
Millennium Development Goals
Indikator Pendidikan dalam MDG’s
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)2. Angka Melek huruf3. Rata-rata lama studi4. Rasio murid laki-laki dengan
perempuan
Angka Partisipasi SekolahAPS 1995 1998 2000 2002 2010 2011
SD 93.94 95.06 95.50 96.10 97,97 97,49
SMP 73.20 77.16 79.58 79.21 86,11 87,58
SMA 44.65 49.28 51.17 49.76 58,11 57,57
(sumber: BPS diakses tgl 29 des 2012)Mengapa pemerintah menggunakan angka partisipasi sekolah dalam menilai kesuksesan program wajib belajar? Umumnya, terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan diantara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan, Jenjang Kelompok usia SD 7 - 12 tahun, SMP 13 - 15 tahun, SMA 16 - 18 tahun, Perguruan tinggi 19 tahun keatas
Angka Buta HurufTipe Daerah/Jenis Kelamin
Kelompok Umur (tahun)
10 - 14 15 – 24 25 - 44
Perkotaan:
Laki-laki (L) 0,59 0,57 1,04
Perempuan (P) 0,40 0,48 2,49
L+P 0,50 0,52 1,78
Perdesaan:
Laki-laki (L) 1,49 1,71 3,81
Perempuan (P) 1,25 1,98 7,26
L+P 1,37 1,84 5,58
Perkotaan dan Perdesaan
Laki-laki (L) 1,13 1,20 2,54
Perempuan (P) 0,91 1,27 5,08
L+P 1,02 1,24 3,84
Lama Studi
Lama Studi
Alasan Putus Sekolah
FAKTA TENTANG INDOENSIA
Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika
Serikat….namun…Hasil survei UNDP menyatakan bahwa IPM Indonesia anjlok ke peringkat 124 dari 187
negara pada tahun 2011, padahal pada tahun 2010 IPM Indoensia berada di peringkat ke-
108.(Mediaindonesia.com, 4 November 2011)
FAKTA TENTANG INDOENSIA
Indonesia adalah negara penghasil emas terbesar ke-2 dunia dengan tambang
emasnya di Papua……namun masyarakatnya banyak yang hidup menderita dan miskinIndonesia adalah negeri yang subur dan makmur serta gemah lipah loh jinawi,
negeri surga katanya, namun masyaraktnya banyak yang kelaparan dan merana
(Film “Negeri Surga Katanya?”)
http://data.menkokesra.go.id/content/indeks-pembangunan-pendidikan-negara-asia-tenggara-sumberefa-global-monitoring-report-2008
Indeks Pembangunan Pendidikan Asia Tenggara
1. Disparitas rasio guru terhadap siswa antarprovinsi
Permasalahan Pendidikan Indonesia
P. JAWASMA 104,768 D1 9,167 D2 346,442 D3 39,167 S1 468,499 S2 9,417
S3 83
TOTAL 977,543
P. SUMATERA SMA 154,133 D1 11,210 D2 190,631 D3 28,342 S1 174,802 S2 1,384
S3 19
TOTAL 560,521
P. SULAWESISMA 50,642 D1 4,791 D2 78,979 D3 6,489 S1 76,110 S2 1,129
S3 17
TOTAL 218,157
PAPUA & PAPBARSMA 9,354 D1 533 D2 7,402 D3 2,026 S1 5,979
S2 51
S3 - TOTAL 25,345
P. KALIMANTAN SMA 43,455 D1 3,069 D2 59,352 D3 5,978 S1 45,286 S2 538 S3 3
TOTAL 157,681
MALUKU, BALI, NTB, NTT
SMA 49,331 D1 4,874 D2 60,437 D3 7,860 S1 47,380 S2 373 S3 5
TOTAL 170,260
KONDISI PTK DIKDAS TAHUN 2012 BERDASARKAN KUALIFIKASI AKADEMIK
Sumber data: P2TK Dikdas
Rasio Siswa:Guru di SD (Negeri & Swasta)Tahun 2009/2010
Sumber: diolah dari PSP dan PMPTK
Sulawesi TenggaraKalimantan Selatan
Sulawesi TengahGorontalo
Sulawesi SelatanNanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan TengahSumatera BaratSulawesi BaratSulawesi UtaraDI Yogyakarta
JambiMaluku
Jawa TimurSumatera Selatan
BengkuluBangka Belitung
Kalimantan TimurLampung
Kalimantan BaratNusa Tenggara Barat
Kepulauan RiauSumatera Utara
RiauDKI Jakarta
Jawa TengahNusa Tenggara Timur
BaliJawa Barat
BantenPapua Barat
Maluku UtaraPapua
0 5 10 15 20 25 30
13 14 14 14 14 15 15 15 15 15 15 15 16 16 16 16
17 17 18 18 18 18 18 19
22 23 24 24 24
25 25
26 28
SD
Nasional = 18
Rasio Minimal Siswa:Guru
Jenjang
PP 74/2008
Permendiknas
No. 41/2007
SD 1:20 1:28
Secara Nasional Rasio SD saat ini adalah 1:18 ini artinya sudah berada di bawah standar minimal PP 74 dan Permendiknas No.41
Rasio Siswa:Guru di SMP (Negeri & Swasta)Tahun 2009/2010
Sumber: diolah dari PSP dan PMPTK
Rasio Minimal Siswa:Guru
Jenjang
PP 74/2008
PermendiknasNo.
41/2007
SMP 1:20 1:32Secara Nasional Rasio di SMP saat ini adalah 1:17 ini artinya sudah sama dengan standar minimal PP 74 tetapi masih di bawah standar minimal Permendiknas No.41
GorontaloDI Yogyakarta
Sulawesi UtaraSumatera Barat
Sulawesi TenggaraNanggroe Aceh Darussalam
JambiKalimantan TengahKalimantan Selatan
MalukuSulawesi SelatanSumatera Utara
Sulawesi TengahRiau
Sumatera SelatanBengkuluLampung
DKI JakartaJawa Timur
PapuaKalimantan Timur
Sulawesi BaratKalimantan Barat
Papua BaratKepulauan Riau
Nusa Tenggara BaratBangka Belitung
Maluku UtaraJawa Tengah
BaliJawa Barat
Nusa Tenggara TimurBanten
0 5 10 15 20 25 30
1414141415161616161717171717181818
191919192020202121222222
242626
28
SMP
Nasional = 17
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
TREND % GURU BERKUALIFIKASI S1/D4
2010 2011 2012 2013 20140%
20%
40%
60%
80%
100%
58%67%
75%84%
92%
42%33%
25%16%
8%
BELUM BERKUALIFIKASI
SUDAH BERKUALIFIKASI
2.Kesenjangan kesempatan pendidikan antara si kaya dan miskin
Permasalahan Pendidikan Indonesia
34
Perluasan Cakupan Jumlah Siswa
Mencakup 1 x Garis Kemiskinan (existing)
Mencakup 1,25 x Garis Kemiskinan (APBN-P 2012)
Penyesuaian subsidi BBM akan berdampak pada pergeseran jumlah keluarga near poor menjadi poor dan peningkatan biaya personal siswa. Kebijakan yang diambil adalah
memperluas cakupan penerima SSM dan meningkatkan satuan biaya SSM
Peningkatan Satuan Biaya
Ribu Rpsatuan biaya lama
Satuan biaya baru
SD
SMP
SMA/SMK
0 200 400 600 800 1,000 1,200
Survey Bank Dunia 2011: Satuan Biaya lama SSM belum mencakup 100% kebutuhan personal siswa miskin
Rp.780rb/thn
Rp.1.000rb/thn
Rp.550rb/thn
Rp.750rb/thn
Rp.360rb/thn
Rp.450rb/thn
Pro Poor Policy (Subsidi Siswa Miskin=SSM)
SD
SMP
SMA
SMK
0 5,000,000 10,000,000
9,774,160.0
2,686,566.0
694,816.0
754,905.0
3,530,305.0
1,295,450.0
505,290.0
617,576.0
Ribu Siswa
Jenjang
Semula
Anggaran
(Rp M)Menjadi
Anggaran
(Rp. M)
SD 3.530.305 1.270,9 9.774.160 3.616,5
SMP 1.295.450 712,5 2.686.566 1.689,3
SMA 505.290 394,1 694.816 619,6
SMK 617.576 481,7 754.905 686,6
PT 80.000 960,0 92.000 991,0
Jumlah 6.028.621 3.819,2 14.002.447
7.603,1
Catatan:1)Kenaikan unit cost adalah:
— jenjang SD dari Rp. 360 ribu menjadi Rp. 450 ribu/siswa/tahun ,— jenjang SMP dari Rp. 550 ribu menjadi Rp. 750 ribu/siswa/tahun , — jenjang SM dari Rp. 780 ribu menjadi Rp. 1 juta/siswa/tahun— Bidik Misi dari Rp. 12 juta menjadi Rp. 13,67 juta/siswa/tahun2) Untuk penambahan siswa baru, cakupan SSM ditingkatkan dari:— jenjang SD dari 12,9% menjadi 35,7% — Jenjang SMP dari 14,2% menjadi 29,5%— ,jenjang SMA dari 12,3% menjadi 16,9%— Jenjang SMK dari 15,5% menjadi 19,0%— Penerima Beasiswa Bidik Misi ditambah 12.000 mahasiswa
Diberikan untuk 9 bulan
Diberikan untuk 9 bulan
Jumlah sasaran penerima Subsidi Siswa/Mahasiswa Miskin dari 6,0 jt siswa/mhs menjadi 14,0j t siswa/mhs:
Alokasi Anggaran Pro Poor Policy (Subsidi Siswa Miskin)(Rp.000)
No KOMPONEN Vol Satuan Unit Cost Alokasi
1 Subsidi Siswa Miskin 3.963.843.540
a Penambahan Unit Cost 6.028.621 705.823.478
Subsidi Siswa Miskin SD 3.530.305 Siswa 67,5 238.295.588
Subsidi Siswa Miskin SMP 1.295.450 Siswa 150,0 194.317.500
Subsidi Siswa Miskin SMA 505.290 Siswa 165,0 83.372.850
Subsidi Siswa Miskin SMK 617.576 Siswa 165,0 101.900.040
Bidik Misi PTN (ongoing) 50.000 Mhs 1.256,3 62.812.500
Bidik Misi PTN (Baru) 30.000 Mhs 837,5 25.125.000
b Penambahan Sasaran 7.973.826 3.258.020.063
Subsidi Siswa Miskin SD 6.243.855 Siswa 337,5 2.107.301.063
Subsidi Siswa Miskin SMP 1.391.116 Siswa 562,5 782.502.750
Subsidi Siswa Miskin SMA 189.526 Siswa 750,0 142.144.500
Subsidi Siswa Miskin SMK 137.329 Siswa 750,0 102.996.750
Bidik Misi PTN 10.000 Mhs 10.256,3 102.562.500
Bidik Misi PTS 2.000 Mhs 10.256,3 20.512.500
35
0,3%
2,2
%SD/MI
0,4%
4,1%
SMP/MTs
2,2
%
37,4
%SMA/MA/SMK
PT
31,43 juta
13,44 juta
10,34 juta
5,3 juta
94 ribu115 ribu
53 ribu183 ribu
227 ribu1,2 juta
36
Kondisi 2009/2010 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Drop out 1,5%(465 ribu)
1,8%(228 ribu)
4,3%(389 ribu)
Lulusan Tidak Melanjutkan
8,6%(445 ribu)
24,0%(1 juta)
51,7%(1,6 juta)
2011 2012
= % drop out
= % lulusan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Outcome Pro Poor Policy (Subsidi Siswa Miskin)...Perluasan cakupan subsidi siswa miskin dan peningkatan satuan biaya akan menyelamatkan paling sedikit 14
juta siswa dari putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi...
Penerima subsidi siswa miskin akan dijamin keberkelanjutan pendidikannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
PT5,2 juta
SMA/MA/SMK9,28 juta
SMP/MTs12,83 juta
SD/MI30,58 juta
4,0%
48,4
%1,
6%
10,9
%1,
3%
7,2%
≈ 397 ribu
≈ 366 ribu
≈ 466 ribu
≈ 371 ribu
≈ 1,5 jt
≈ 205 ribu
3. Disparitas kesempatan pendidikan antara penduduk kota dan penduduk desa.
Permasalahan Pendidikan Indonesia
4. Besarnya angka putus sekolah, di semua jenjang pendidikan.
Permasalahan Pendidikan Indonesia
5. Kualitas tenaga pendidik.
Permasalahan Pendidikan Indonesia
GURU SD BERDASARKAN KUALIFIKASI- NASIONAL
TOTAL GURU SD/SDLB BELUM S1 SUDAH S1
NASIONAL (TAHUN 2011)Sudah S1 : 424.344 ( 26,9%)Belum S1 : 1.150.813 (73,1%)
41
Sumber data: P2TK Dikdas
PROFIL GURU SMP BERDASARKAN KUALIFIKASI- NASIONAL
TOTAL GURU SMP/SMPLB BELUM S1 SUDAH S1
NASIONAL (TAHUN 2011)Sudah S1 : 406,731 (76.1%)Belum S1 : 127,619 (23.9%)
Sumber data: P2TK Dikdas
6. Kualitas pendidikan.
Permasalahan Pendidikan Indonesia
ISU STRATEGIS
PENDIDIKAN
Pengembangan pendidikan dari semua jenjang
Reformasi birokrasi menuju
Performance Based Budgeting
(PBB).
Komitmen pada pemenuhan
program MDG’S
Perbaikan tata kelola pendidikan
Pemerataan akses pendidikan
STRATEGI PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2010-2014
Pemerataan akses Paud
dan kesetaraan
gender
Pemerataan akses
pendidikan orang dewasa berkelanjutan
Penguatan manajemen
dan tata kelola
pendidikan
Pemerataan akses semua
jenjang pendidikan
PETA PTK DIKMAS PAUDNI KEMDIKBUDTAHUN 2012
BPKB: 7 unitSKB: 115 uniT
Pamong Belajar 2824 orang
Koridor Sumatera
BPKB: 3 unitSKB: 99 unit
Pamong Belajar 2250orang
Koridor Jawa
BPKB: 4 unitSKB : 42 unit
Pamong Belajar 1408 orang
Koridor Kalimantan
JBPKB: 3 unitSKB: 29 uni
Pamong Belajar 1961 orang t
Koridor Bali–NTB-NTT
BPKB: 3 unitSKB: 29 unit
Pamong Belajar 425 orang
Koridor Papua - Maluku
BPKB: 6 unitSKB: 81 unit
Pamong Belajar 1259 orang
Koridor Sulawesi
1
2
3 4
5
6
”...Desentralisasi dan otonomi dimaksudkanuntuk membangun hubungan yang lebih dekat antara pemerintah dan rakyat. Melalui hal ini, pemerintah akandapat memberikan layanan yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara yang lebih baik, lebih cepat dan lebih tepat …”Presiden Indonesia Susilo Bambang YudhoyonoPidato pada Sidang Umum MPR mengenai KebijakanPembangunan Daerah (23 Agustus 2005).
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010-2014
1. Reformasi Pembiayan pendidikan
2. Reformasi pendidik dan tenaga pendidikan
3. Penerapan TIK untuk pembelajaran
4. Pembangunan prasarana pendidikan
5. penyediaan sarana pendidikan
6. Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan
7. Pemenuhan rasio standar SMK : SMA
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010-2014
8. Otonomi satuan pendidikan
9. Penguatan tata kelola dan manajemen pendidikan
10. Reformasi sistem pembelajaran yang humanis
11. Perlunya peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan
12. Revitalisasi pendidikan yang kreatif, inovatif dan berwirausaha
MEWUJUDKAN INSAN INDONESIA CERDAS, KOMPREHENSIF, KOMPETITIF DAN BERMARTABAT
(INSAN KAMIL / INSAN PARIPURNA)
PERIODE 2005-2009
TEMA: PENINGKATAN KAPASITAS & MODERNISASI
PERIODE 2010-2014
TEMA : PENGUATAN
LAYANAN
PERIODE 2015-2019
TEMA: DAYA SAING REGIONAL
PERIODE 2020-2024
TEMA: DAYA SAING
INTERNASIONAL
VISI KEMDIKBUD 2025
51