ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI...

139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI...

Page 1: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID

DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN 2000-2008

SKRIPSI

Oleh:

Agus Sudiro

K 5404012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID

DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN 2000-2008

Oleh:

Agus Sudiro

K 5404012

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Page 5: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRAK

Agus Sudiro. ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI

KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008. Skripsi,

surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,

Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan

lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun

2000-2008, perkembangan pembangunan Masjid di kecamatan Jebres kota

Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, distribusi spasial pembangunan masjid

di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, pola persebaran Masjid di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, dan hubungan antara

pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres

Kota Surakarta tahun 2000-2008

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode

deskriptif spasial. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah

populasi sebanyak 157 masjid. Teknik pengumpulan data (1) dokumentasi, (2)

observasi / pengamatan langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

data sekunder, analisis peta, dan analisis parameter tetangga terdekat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Rentan waktu tahun

2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan Jebres mengalami

perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000, bertambah menjadi 659,09

Ha pada tahun 2008. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman

hanyalah Kelurahan Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54

Ha pada tahun 2008. Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan

Jebres selama kurun waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan

lahan untuk permukiman atau stagnan, (2) kurun waktu 8 tahun terakhir jumlah

masjid mengalami penambahan yang cukup signifikan. Jumlah Masjid di

Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 118 buah pada tahun 2008

bertambah 39 buah menjadi 157 buah dengan rincian pembangunan masjid

terbanyak adalah di Kelurahan Mojosongo berjumlah 17 masjid, sedangkan

kelurahan yang paling sedikit pembangunan masjidnya adalah di Kelurahan Sewu,

Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Tegalharjo yang masing-masing hanya

bertambah 1 buah masjid. (3) Persebaran masjid di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di bagian utara dan tengah kemudian

sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo

sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid

(30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid

yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan

Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan

Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74

%), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan

Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3

Page 6: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

masjid di Kelurahan Sudiroprajan. Persebaran masjid di Kecamatan Jebres

menunjukkan masjid-masjid banyak dibangun diantara permukiman penduduk,

dan berada di pingir jalan.(4) Pola persebaran masjid di Kecamatan Jebres tahun

2000 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola

persebaran masjid di tahun 2008 masih mengelompok dengan nilai T= 0,78.

Masjid di Kecamatan Jebres mengelompok disekitar permukiman-permukiman

penduduk. (5) Pembangunan masjid yang ada di Kecamatan Jebres tidak

semuanya dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid

atau 16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid

yang tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau

83,67%.

Page 7: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

ABSTRACT

Agus Sudiro. A SPATIAL ANALYSIS ON MOSQUE DEVELOPMENT IN

JEBRES SUB DISTRICT OF SURAKARTA MUNICIPAL IN 2000-2008. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret

University, Juny 2011.

The objective of research is to find out the change of landuse into settlement in

Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, the Mosque

development growth in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008,

spatial distribution growth of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta

Municipal in 2000-2008, spread pattern of Mosque in Jebres Sub District of

Surakarta Municipal in 2000-2008, and relation the growth of Mosque with

settlement expands in Jebres sub district of Surakarta municipal in 2000-2008 .

Based on the aims of the research, this research used descriptive spatial

methode. This research is charactered population research with total population of

mosque is 157. The technique of data collecting are (1)documentation, (2)

observation. The technique of data analysis are secondary data analysis, map

analysis, and nearest neighbour analysis.

Considering the result of research, it can be concluded: (1) in 2000-2008

period, the settlement land width in Jebres Sub District expands from 656,45 Ha

in 2000 to 659,09 Ha in 2008. The Kelurahan (political district administered by

the lurah) the settlement of which encounters expansion is only Kelurahan

Mojosongo from 315,90 Ha in 2000 to 318,54 Ha in 2008. Meanwhile others

Kelurahans in Jebres Sub District during that period does not change in their land

us for settlement or is stagnant, (2) in 8 last years the number of mosques

increases significantly. The number of mosques in Jebres Sub District in 2000 is

118 in 2008 it increases by 39 to 157 with the highest number of mosque

development is in Kelurahan Mojosongo of 17 mosques, while the kelurahan with

the smallest number of mosque development is Kelurahans Sewu, Kepatihan

Wetan, Tegalharjo each of which increases by only 1 mosques, (3) the majority

mosque spread in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2008 is in the

north and centre, then a little in the west and south. The mosque spread in the

north, Kelurahan Mojosongo, is 69 (43.94%), in the center, Kelurahan Jebres, 48

(30.57%). In the west it is only 10 (6.40%): 2 in Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 in

Kepatihan Wetan, 4 in Kelurahan Tegalharjo and 2 in Kelurahan

Purwodiningratan. In the south, Jebres Sub District has 31 mosques (19.74%)

including 13 mosques in Kelurahan Pucang Sawit, 5 in Kelurahan Jagalan, 5 in

Kelurahan Sewu, 5 in Kelurahan Gandekan, and 3 in Kelurahan Sudiroprajan. The

mosque distribution in Sub District Jebres shows that many mosques are built

amid the people settlement, and in the edge of road. (4) The mosque distribution

pattern in Sub District Jebres in 2000 is in groups with T value = 0.81, the mosque

distribution pattern in 2000 is still in groups with T value = 0.78. The mosque in

Sub District Jebres is in groups surround the people settlement. (5) The Mosques

Page 8: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

building in Sub District Jebres do not all effected by settlement expands. The

number of 8 masques or 16,32 % effected by settlement expands, whereas the

number of 41 or 83,67 % mosque disinterestedly by settlement expands.

Page 9: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

MOTTO

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta

berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi

kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di

akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-

Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang

menipu."(QS. Al-Hadid:20)

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang

(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak

tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.

Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan

dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)

memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (QS. Luqman:33)

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah:201)

Page 10: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada

Ayah Tercinta

Ibunda tersayang

Istriku Tercinta

Saudara-saudaraku

Almamater

Page 11: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata „Ala Rabb semesta

Alam, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi

besar Muhammad Sholallahu „alahi wassalam, keluarga, sahabat serta orang-

orang yang mengikuti petunjuknya sampai Yaumil Qiyamah.

Puji syukur Alhamdullilah dengan hati dan lisan peneliti panjatkan

kehadirat Allah Subhanahu Wata „Ala, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Dalam penulisan skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan serta

kepayahan sering ditemui, akan tetapi Atas Izin Allah Subhanahu Wata„Ala

kemudian dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan juga.

Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal R, M.Si, sebagi Pembimbing I, Jazakumullah

Khairan terima kasih atas semua arahan dan bimbingannya.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, sebagai Pembimbing II, terima kasih,

Jazakumullah Khairan atas arahan, dorongan dan semua bimbingannya.

6. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta, Kepala Kantor

BAPPEDA,Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG),

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surakarta beserta para staf yang telah

membantu memberikan data sebagai bahan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 12: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

7. Keluargaku di Jawa dan Sumatra (Ibu dan bapakku baktiku untukmu), mas

danang, mas sugiyanto, mbak atik mbak yatun dan mbak sri ), terima

Kasih atas do‟a dan dukungannya, semoga keluarga kita dapat

dipertemukan kembali ke dalam surga-Nya kelak yang penuh dengan

kenikmatan. Amin. Keponakanku Dimas dan Thania semoga kalian

menjadi anak yang sholeh.

8. Istriku yang dengan setia dan tulus menemani dan membantuku dalam

kesusahan. Bersabarlah dan bertaqwalah sesungguhnya hidup ini hanyalah

ujian.

9. Teman- teman Geo ‟04 (Warsono, Nashir, Habib, Fajar Arip). Teman-

teman majelis taklim Masjid RS dr Moeardi (mas Hari, mas Tri, mas

Aswin, mas Agus) yang telah membantu dalam selama proses penelitian

dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas

dukungan serta bantuannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan

kebaikan dengan sebaik-baik balasan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari

penulisan skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik

dan saranya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga

karya tulis ini bermanfaat yang akhirnya menjadikan tambahan kebaikan di dunia

dan akherat. Amiin

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Surakarta, Juni 2011

Peneliti

Page 13: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x

KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR PETA ............................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perubahan Penggunaan Lahan ...................................................... 11

a. Lahan ........................................................................................ 11

b. Penggunaan lahan..................................................................... 12

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan

Lahan ....................................................................................... 13

2. Pengetian Permukiman................................................................... 14

3. Perubahan Penggunaa Lahan Untuk Permukiman ......................... 15

4. Pengertian Masjid .......................................................................... 18

5. Distribusi Spasial ........................................................................... 21

Page 14: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6. Pola Persebaran Masjid .................................................................. 23

7. Citra Ikonos ................................................................................... 26

B. Penelitian yang Releven ...................................................................... 28

C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian .......................................................................... 34

2. Waktu Penelitian ........................................................................... 34

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 35

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 37

D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 37

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Dokumentasi ..................................................................... 38

2. Observasi Lapangan ....................................................................... 38

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 39

1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman .. 39

2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid ....................... 40

3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid ......................................... 40

4. Mengetahui Pola Persebaran Pembangunan Masjid ..................... 40

5. Mengetahui Hubungan Antara pembangunan Masjid

dengan Perkembangan Permukiman ............................................. 42

G. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Poposal Penelitian ...................................................... 43

2. Tahap Persiapan Instrumen ............................................................ 43

3. Tahap Pengumpulan Data ............................................................. 43

4. Tahap Analisis Data ...................................................................... 44

5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ............................................. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian ...................................... 45

2. Penggunaan Lahan.......................................................................... 48

Page 15: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk .............................................. 49

b. Kepadatan Penduduk .................................................................. 50

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................... 52

d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut .................. 53

e. Fasilitas Kota .............................................................................. 55

B. Hasil dan Pembahasan

1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman diKecamatan

Jebres .................................................................................................... 56

a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................ 57

b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 ........................ 60

c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 ........................... 63

d. Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2000-2008 ...... 65

1) Kelurahan yang Tidak Mengalami Perkembangan Per-

Mukiman ......................................................................................... 68

2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman ............. 69

2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ............... 75

3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ............ 77

a. Distribusi Masjid Tahun 2000 ....................................................... 77

b. Distribusi Masjid Tahun 2008 ........................................................ 80

c. Distribusi Masjid Tahun 2000-2008 .............................................. 83

4. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres ...................................... 86

a. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ............ 89

b. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ............ 91

5. Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan

Permukiman 95

a. Faktor Jumlah Pemeluk Agama ....................................................... 98

b. Faktor Pendapatan Masyarakat Untuk Membangun Masjid ........... 103

Page 16: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 113

B. Implikasi ................................................................................................... 115

C. Saran ......................................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 117

LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di

Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 .............................................. 4

Tabel 2. Penelitian yang Relevan ................................................................... 29

Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data ........................................... 37

Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008..... 45

Tabel 5. Penggunaan lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008........... 48

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun

2008 ................................................................................................. 50

Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres

Tahun 2000 dan Tahun 2008 ........................................................... 51

Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ....................................... 52

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap

Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ................................. 53

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kecamatan

Jebres Tahun 2000-2008 .................................................................. 54

Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres ................................................. 55

Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ................... 57

Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 .................... 60

Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun

2000-2008 ........................................................................................ 64

Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan

Jebres Tahun 2000-2008 .................................................................. 65

Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman

di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ...... 72

Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun

Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008................... 73

Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama

Islam Di Kecamatan Jebres ........................................................... 76

Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 .......................... 78

Page 18: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 .... 81

Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama

Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta ............ 84

Tabel.22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ..... 89

Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ..... 92

Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan

Permukiman ..................................................................................... 95

Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun

2000-2008 ........................................................................................ 99

Tabel 26. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun

2000-2008 ....................................................................................... 101

Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 105

Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 107

Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan

Masjid di Kecamatan Tahun 2000-2008 ......................................... 111

Page 19: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kecamatan Jebres ........................................................... 47

Peta 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 .... 59

Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .... 62

Peta 4. Penggunaan Perubahan Penggunaan Lahan Nonpermukiman-

permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008 67

Peta 5. Peruntukkan Lahan Untuk lahan Terbangun di Kelurahan

Mojosongo Tahun 2008 ....................................................................... 74

Peta 6. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 ....... 79

Peta 7. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ....... 82

Peta 8. Distribusi Petumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008 ................................................................................. 85

Peta 9. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................ 87

Peta 10. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 ...................... 88

Peta 11. Hubungan Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan

Permukiman ......................................................................................... 97

Page 20: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T …………………… 25

Gambar 2. Kerangka Berpikir ……………………………………………....... 33

Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres ....................................... 58

Gambar .4.Penggunaan Lahan Tahun 2008 61

Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman ... 66

Gambar 6. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk

Perdagangan di Kelurahan Jebres .................................................................. 68

Gambar 7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk

Perdagangan di Kelurahan Jebres ................................................... 68

Gambar 8. Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres ...... 71

Gambar 9. Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman

di Kelurahan Mojosongo, Jebres .................................................... 71

Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000 ...................................................... 77

Gambar 11. Masjid Sowijayan Yang Terletak Diantara Permukiman Padat

Penduduk Di Kelurahan Sewu, Jebres .......................................... 82

Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah di Kompleks Kantor POLSEK Jebres ... 82

Gambar 13. Masjid As Shodiq yang Teretak di Jalan Raya Urip-

Sumohardjo, Tegalharjo, Jebres .................................................... 83

Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik

Perkembangan Permukiman ......................................................... 96

Page 21: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000

Lampiran 2. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008

Lampiran 3. Perijinan

Page 22: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Meningkatnya jumlah pendududuk suatu wilayah akan mengakibatkan

semakin bertambahnya kebutuhan dan fasilitas masyarakat di wilayah itu sendiri

seperti: Permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, sekolah, kantor dan lain

sebagainya. Peningkatan kegiatan kebutuhan dan fasilitas tersebut akan

menyebabakan perkembangan wilayah.

Lahan sebagai salah satu komponen dalam ruang memegang peranan

sangat penting dalam aktifitas manusia. Manusia selalu mengadakan adaptasi

secara aktif terhadap lingkungan. Adaptasi dan aktifitas itu menyebabkan suatu

perubahan baik perubahan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.Untuk

menunjang aktifitas tersebut manusia membutuhkan lahan yang dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin. Lahan merupakan sumber daya alam yang

bersifat tetap, sedangkan yang akan mengalami perubahan adalah makluk hidup

yang ada di atasnya termasuk manusia.

Lahan secara kualitas dapat mengalami perubahan baik perubahan fisik

maupun perubahan non fisik. Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur

tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan suatu

sumber daya alam dan buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan

tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan atau spiritual maupun

keduanya (Malingreu,1997:7). Penggunaan lahan merupakan penggunaan

manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia

tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada,misalkan lahan pasar mencerminkan

aktifitas ekonomi (Sutanto et.al.1981:1)

Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi

pembangunan, dan merupakan salah satu faktor utama bagi eksistensi manusia

sebagai makluk hidup, khususnya dalam usaha bermukim. Dikatakan demikian

karena hampir semua faktor pembangunan fisik dan kepentingan manusia sebagai

Page 23: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

makluk hidup mutlak memerlukan lahan seperti sektor pertanian, pusat industri,

jalan raya, mendirikan bangunan rumah tempat tinggal yang layak huni atau

ditempati, lahan sebagai tempat untuk bermukim, tempat berdagang, tempat

rekreasi, tempat beribadah. Dari sisi permukiman terkait erat dengan bentuk ruang

tempart tinggal atau permukiman penduduk dengan segala fasilitasnya.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk manusia dan

meningkatnya aktifitas pembangunan di dalamnya, serta meningkatnya

pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap lahan juga meningkat dengan pesat.

Hal ini memerlukan perhatian yang khusus secara nasional, mengingat

ketersediaan lahan dan luasan pada dasarnya tidak berubah. Dengan demikian

tidak menutup kemungkinan timbulnya permasalahan, yakni terjadi perluasan

permukiman dan bertambahnya areal untuk fasilitas permukiman yang berakibat

pada pengurangan lahan sebagai sumber pangan.

Bintarto (1977:92) mengemukakan bahwa “permukiman dapat

digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana pendududuk berkumpul

dan hidup bersama,dimana mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan dan

sebagainya untuk kepentingan mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut

Sumaatmadja (1981:191) menyatakan bahwa “Permukiman dapat diartikan

sebagai bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia dengan segala

prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu

kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.

Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan diantara kecamatan

yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamatan tersebut letaknya sangat strategis

yaitu berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surakarta. Kecamatan Jebres

terdiri dari 11 kelurahan yaitu; Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan

Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,

Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,

Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan kelurahan Mojosongo. Kecamatan

Jebres memiliki luas wilayah 12,58 km2. Di kecamatan ini terdapat fasilitas sosial

yang cukup penting di beberapa bidang yaitu di bidang kesehatan pusatnya adalah

RSUD DR. Moewardi dan Kantor Cabang PMI. Di bidang pendidikan tinggi

Page 24: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

ditandai adanya UNS dan ISI Surakarta. Di bidang media informasi, kehadiran

kantor TATV di Mojosongo. Sementara di bidang perdagangan, terdapat Terminal

Petikemas KA Jebres dan wilayah pergudangan dan bongkar muat barang

Pedaringan. Dengan potensi yang dimiliki oeh Kecamatan Jebres tersebut

menyebabkan rentan terjadinya perubahan penggunaan lahan.

Perubahan Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan

Jebres tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Alamsyah dalam Zuroh (2006:3 ) faktor-faktor yang mempengaruhi

adanya perubahan penggunaan lahan yaitu: jarak suatu tempat kepusat kota,

tersediannya fasilitas seperti listrik, pasar dan bertambahnya jumlah penduduk

sehingga mendorong mereka untuk memiliki rumah”.

Rentang waktu antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di wilayah

kecamatan Jebres diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan

yang cukup berarti. Hal ini dikarenakan letak kecamatan yang strategis berada di

dekat pusat kota, tersedianya fasilitas seperti pasar atau pusat perbelanjaan,

terminal, stasiun kereta api, rumah sakit, hotel, kampus dan lain-lain. Hal yang

akan memicu masyarakat untuk datang ke Kecamatan Jebres adalah adanya daya

tarik kota seperti: dekatnya jarak dengan pusat kota, banyaknya lapangan kerja

yang cukup dan menjanjikan, adanya faktor kelengkapan fasilitas sosial, budaya,

ekonomi, pendidikan maupun yang lainnya. Dari faktor tersebut diatas muncul

adanya keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, menyebabkan penduduk

sekitar tertarik untuk datang ke kota dengan harapan ingin memperbaiki

kehidupan mereka. Dengan adanya penambahan penduduk dari para pendatang ini

maka penduduk kota juga akan semakin bertambah.

Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan kecamatan terluas

ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamata Jebres pada tahun 2000

memiliki jumlah penduduk sebanyak 135.764 jiwa kemudian pada tahun 2008

mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 142.292 jiwa. Adanya peningkatan

jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tingkat kepadatan penduduknya.

Pada tahun 2000 Kecamatan Jebres memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar

10.792 jiwa/Km2 kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 11.310 Jiwa/

Page 25: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Km2. Kepadatan penduduk tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan

luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk Data mengenai jumlah

penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jebres disajikan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008

No

Kelurahan

Luas Wilayah

(Km²)

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Tingkat Kepadatan

(Jiwa/Km²)

Tahun Tahun

2000 2008 2000 2008

1 Kepatihan Kulon 0,18 3.115 2.930 17.305 17.235

2 Kepatihan Wetan 0,22 3.264 3.080 14.836 1.400

3 Sudiroprajan 0,23 4.934 5.014 21.452 21.800

4 Gandekan 0,35 9.594 9.513 27.411 27.180

5 Sewu 0,49 7.573 7.828 15.455 16.308

6 Pucang Sawit 1,27 12.392 14.084 9.757 11.089

7 Jagalan 0,65 13.643 12.220 20.989 18.800

8 Purwodiningratan 0,37 5.592 5.372 15.113 14.518

9 Tegalharjo 0,32 6.725 6.096 21.015 19.050

10 Jebres 3,17 30.273 32.461 9.549 10.240

11 Mojosongo 5,33 38.659 43.694 7.253 8.197

Jumlah 12,58 135.764 142.292 180.135 165.817

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 dan 2008

Kepadatan penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan

kebutuhan lahan untuk bermukim juga semakin meningkat. Sehingga

diperkirakan akan semakin menambah penggunaan lahan yang ada khususnya

untuk usaha bermukim. Hubungan kepadatan penduduk dengan penggunaan

lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka

kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk

penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka

kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan

lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya

semakin cepat.

Page 26: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Pembangunan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun ke tahun telah

membawa perubahan yang besar pada penggunaan lahannya. Kodisi ekonomi

yang mengalami pasang surutpun tidak menghalangi masyarakat kota Surakarta

untuk terus membangun, baik pembangunan untuk diri sendiri maupun untuk

masyarakat umum. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan berbagai

kerusuhan yang menuntut adanya reformasi juga berdampak pada penggunaan

lahan. Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 2001 pemerintah

mengeluarkan undang-undang otonomi daerah yang secara tidak langsung juga

memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan. Perlahan-lahan pembangunan

kembali dilaksanakan untuk mencapai stabilitas pembangunan nasional yang

terencana. Dari tahun 2000 hingga tahun 2008 selama kurun waktu delapan tahun

ini dimungkinkan perubahan penggunaan lahan khususnya perubahan

penggunaan lahan untuk permukiman akan meningkat dengan pesat. Pertumbuhan

permukiman yang terjadi di daerah perkotaan yang tidak disertai dengan

pemantauan dan perencanaan ruang yang baik akan berakibat pada ketidak

teraturan permukiman, sehingga akan membentuk suatu pola permukiman yang

berbeda-beda.

Disisi lain seiring dengan semakin berkembangnya permukiman,

permukiman sangat memerlukan sarana dan prasana atau fasilitas sosial yang

mendukung permukiman. Menurut Muta‟ali (2000: 14-15) “fasilitas sosial

meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan, perekonomian, keamanan,

transportasi, komunikasi dan olah raga”.

Sejalan dengan bertambah dan menyebarnya pola permukiman, yang

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta strata sosial ekonomi yang

heterogen, maka semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan fungsi rumah

ibadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Tidak bisa

tidak, pembangunan fasilitas rumah ibadah harus ditingkatkan sama halnya

dengan pembangunan fasilitas sosial yang lain seperti pasar, terminal, rumah

sakit, sekolahan, dan yang lainnya. Hal ini pasti disadari karena pada hakekatnya

manusia adalah makluk religius yang dalam fitrahnya mereka mengakui, tunduk

dan pasrah kepada Yang Maha Menciptakan dan Pengatur Alam Semesta ini dan

Page 27: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mutlak harus beribadah sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Tuhan-Nya

Yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu Wata‟ala. Dalam hal ini, peneliti

memfokuskan bangunan tempat ibadah bagi Umat Islam yaitu masjid.

Banyak masjid yang telah didirikan oleh Umat Islam untuk memenuhi

kebutuhan, khususnya kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Allah

Subhanahu Wata‟ala. Allah Subhanahu Wata‟ala sangat menghargai orang-orang

yang membangun masjid, hal ini sesuai sabda Rasulullah sholallahu „alaihi

wassalam: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah

mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Jannah (Syurga)”. (HR

Muslim).

Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah

tercatat Masjid dan Mushalla di Indonesia tidak kurang dari 600.000 buah (Drs.

A. Yani, Panduan Memakmurkan Masjid). Dari data ini tentunya keberadaan

rumah ibadah masjid dan musholla akan selalu bertambah dari tahun ketahun.

Berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004 Jumlah Masjid di Indonesia

643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 sebesar 392.044 buah,

(myquran.org, 24-12-2005). Diperkirakan, jumlah Masjid dan Mushala di

Indonesia saat ini antara 600.000 - 800.000 buah. Rumah ibadah tersebut berada

di tengah-tengah 182.083.594 jiwa umat Islam Indonesia. Perbandingan rumah

ibadah dengan jumlah umat tersebut rasanya cukup representative.

(http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249).

Sama halnya dengan kondisi kota-kota yang lain, kota Surakarta

merupakan kota yang kompleks terhadap berbagai macam komunitas sosial

kemasyarakatan. Beberapa faktor yang yang mendukung berkembangnya

pembangunan masjid di Kecamatan Jebres dapat disebutkan seperti faktor agama

yang dianut masyarakat. Agama Islam merupkan agama mayoritas yang paling

banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Jebres. Berdasarkan data yang lebih

dahulu didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (BPS) pada tahun 2000

jumlah penganut agama Islam sebanyak 90.573 jiwa kemudian pada tahun 2008

terjadi peningkatan jumlah pemeluk sebanyak 4.723 jiwa menjadi 95.296 jiwa.

Melihat dari data tersebut tentunya keberadaan rumah ibadah masjid akan

Page 28: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

bertambah dari tahun ketahun, untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama yang

terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan faktor agama mempengaruhi

keberadaan rumah ibadah. Apabila mayoritas agama yang dianut di suatu

masyarakat beragama Islam maka secara otomatis keberadaan rumah ibadah

masjid akan lebih banyak daripada rumah ibadah yang lain dan sebaliknya bila

agama mayoritas yang dianut di suatu masyarakat adalah non muslim maka sudah

barang tentu rumah ibadah non muslim tersebut akan lebih banyak hal ini

dikarenakan mereka yang non muslim tidak ada kebutuhan pada bangunan rumah

ibadah masjid tersebut.

Faktor kebutuhan akan rumah ibadah masjid dimungkinkan juga sebagai

salah satu pendorong berkembangnya pembangunan masjid. Hal ini dapat

diketahui atau ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, banyaknya

pekerja perkantoran, banyaknya para pekerja pabrik, pelajar maupun mahasiswa,

dan umum dari luar daerah atau luar kota baik yang hanya singgah maupun

menetap. Hampir kita dapati disetiap gang masuk, perempatan jalan, instansi

perkantoran, rumah sakit, kantor polisi, terminal, stasiun, kampus, gedung

sekolah, pasar dan yang lainnya kita dapatkan bangunan masjid. Hampir dapat

dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ pasti ada masjid. Memang umat

Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Disamping menjadi tempat beribadah,

masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman,

pusat dakwah dan lain sebagainya.

Menurut data yang telah didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta

menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masjid yang ada di Kecamatan Jebres

pada akhir tahun 2000 sebanyak 118 masjid kemudian pada akhir tahun 2006

bertambah menjadi 140 masjid. Diperkirakan jumlah masjid tersebut akan terus

bertambah sampai pada akhir tahun 2008. Akan tetapi informasi mengenai

keberadaan distribusi masjid di Kecamatan Jebres tersebut belum diketahui

dengan jelas. Sehingga perlu mengetahui analisis distribusinya. Hal ini penting

diketahui oleh khalayak umum sebagai bagian dari rencana pembangunan masjid,

sudah cukup dengan jumlah masjid yang ada atau masih kurang sehingga

diperlukan pembangunan masjid di lokasi yang lain. Selanjutnya juga sebagai

Page 29: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

informasi yang sangat berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan

apabila suatu waktu singgah ke masjid terdekat pada saat posisis tertentu. Selain

itu juga pentingnya distribusi spasial ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan

masyarakat atas bangunan masjid kususnya Umat Islam, sehingga akan mudah

diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan

bangunan masjid yang telah didirikan, dan jangkauan atau jarak bangunan Masjid

terhadap penduduk sekitar/jamaah.

Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya penelitian di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta. Kecamatan tersebut dipilih karena memiliki mayarakat

yang mayoritas beragama Islam dengan populasi penduduk muslim paling banyak

no 2 setelah Kecamatan Banjarsari sehingga diperkirakan banyak masjid yang

didirikan pada areal permukiman-permukiman penduduk terutama pada areal

permukiman penduduk yang mengalami perkembangan permukiman. Diharapkan

bagi seluruh kaum Muslimin, keberadan masjid yang bertambah banyak akan

menambah banyak orang yang hatinya terkait dengan masjid, dan selalu

merindukan masjid. Jadi secara fisik selalu memikirkan bagaimana memelihara

dan memakmurkan masjid, dan secara mental selalu rindu untuk beribadah serta

menghadiri acara-acara di masjid. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut

diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS

SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA

SURAKARTA TAHUN 2000-2008”.

Page 30: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008?

2. Bagaimana perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kurun

waktu tahun 2000-2008?

3. Bagaimana distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta tahun 2000-2008?

4. Bagaimana pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun

2000-2008?

5. Bagaimana hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan

permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008

2. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres

kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008

3. Untuk mengetahui distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008

4. Untuk mengetahui pola distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

tahun 2000-2008

5. Untuk mengetahui hubungan antara pembagunan masjid dengan

perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-

2008

Page 31: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan dalam bidang ilmu

Geografi terutama dalam bidang penginderaan jauh dan kartografi

sehingga dapat mengetahui luasan perubahan penggunaan lahan untuk

permukiman dan distribusi spasial pembangunan masjid serta acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis:

a. Sebagai salah satu informasi mengenai perubahan luasan penggunaan

lahan untuk permukiman di Kota Surakarta terutama di Kecamatan

Jebres.

b. Sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas

pembangunan masjid terutama bagi Kaum Muslimin,sehingga akan

mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat beragama Islam

dengan masjid yang telah didirikan, dan untuk mengetahi pola

distribusi dan jarak masjid terhadap penduduk sekitar.

c. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan dalam pembelajaran

geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keterangan lebih

lanjut dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut:

No Kelas/

Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. XII/1 Mempraktekkan

ketrampilan dasar peta dan

pemetaan

a. Mendeskripsikan prinsip-prinsip

dasar peta dan pemetaan

b. Menganalisis lokasi industri dan

pertanian dengan pemanfaatan peta

2. VII/2 Memahami usaha manusia

dalam mengenali

perkembangan

lingkungannya

a. Mendeskripsikan kondisi geografis

dan penduduk di Kecamatan Jebres

b. Menggunakan peta penggunaan

lahan untuk mendapatkan

informasi mengenai penggunaan

lahan Kecamatan Jebres

c. Mendeskripsikan gejala-gejala

yang terjadi di atmosfer serta

dampaknya terhadap kehidupan

Page 32: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perubahan Penggunaan Lahan

a. Lahan

Arsyad (1989:207) mendenifisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang

terdiri dari iklim, relief, tanah, vegetasi, serta benda yang ada diatasnya sepanjang

benda tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya

adalah kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, dalam hal inilah tanah

mengandung pengertian lahan.

Malingreau (1978:18) mendefinisikan lahan adalah “Suatu wilayah

tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang menyusun biosfer

yang dianggap memiliki siklus yang berada diatasnya atau berada di bawah

wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air, masyarakat,

dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau dimasa yang akan

datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan

lahan.”

Notoprawiro (1987: 25) menyatakan lahan adalah mintakat darat yang

merupakan kesatuan gejala atmosfer, biosfer, lithosfer, atau antroposfer yang

membentuk suatu kaeadaan yang berpengaruh penting atas penggunaan lahan

suatu wilayah.

Dengan demikian lahan adalah penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas

yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur yang berada di atasnya. Unsur utama

dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti hanya tanah saja, melainkan gabungan

dari beberapa unsur lain antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan,

aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang

mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengolaan dan penggunaannya.

Page 33: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Penggunaan lahan

Penggunaan lahan merupakan fungsi lahan yang dapat digunakan sebagai

untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan

pertanian, permukiman, lahan industri, lahan perdagangan, perkantoran, dan lain

sebagainya.

Malingreau (1977: 77) mendifinisikan lahan sebagai berikut: “pengunaan

lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen

terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara

keseluruan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik

kebendaan maupun spiritual ataupun keduanya.”

Penggunaan lahan di Indonesia selalu dimulai dari lahan yang lingkungan

fisisknya lebih baik. Setelah lahan dalam lingkungan baik di manfaatkan,

kemudian bergerak ke lahan marginal, Penggunaan lahan dimulai dari dataran

rendah ke arah pegunungan setelah terbentuk dari faktor kemiringan dan

ketinggian tempat yang hanya memungkinkan untuk hidup jenis tanaman tertentu,

maka akan beralih ke daerah pantai. Dari penjelasan diatas maka penggunaan

lahan merupakan pengertian yang bersifat dinamis, dimana perubahan

penggunaan lahan akan berpengaruh pada bidang lain ( Sandy,1995:45).

Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak

melalui lahan yang ada, misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi

(Soetanto et all. 1981: 1).

Dari definisi penggunaan lahan tersebut manusia mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia

memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia akan

lahan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pertumbuhan

pernduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia akan

menyebabkan tumpang tindih kepentingan dan konflik kepemilikan lahan, hal ini

disebabkan karena lahan yang ada tidak mengalami pertambahan yang luas

(statis).

Page 34: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan

Faktor yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan disuatu

daerah dapat berupa faktor fisik dan faktor non-fisik. Faktor fisik meliputi

topografi, relief, ketinggian, kemampuan lahan dan aksebilitas, sedangkan untuk

yang non-fisik meliputi tekanan penduduk karena tingkat kepadatan, sebaran

maupun kegiatannya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan.

Sutanto dalam Zuroh (2006:9) mengemukakan beberapa faktor fisik yang

diasumsikan cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu adanya

pengaruh:

1) Faktor jarak terhadap pusat kota

2) Faktor kutub/pusat kegiatan (pasar, kampus, terminal)

3) Sarana jalan

Sillalahi dalam Soeparmin (2002:190) menyebutkan faktor yang

mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologis, faktor

pertimbangan ekonomi, dan faktor kelembagaan. Faktor fisik dan biologi

berkaitan dengan lingkungan fisik, manusia menempati suatu daerah dengan

memperhatikan letak daerah tersebut dengan daerah lain, keadaan bahan

penunjang bagi menusia itu sendiri. Faktor fisik mencakup keadaan geologi,

tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan. Faktor pertimbangan ekonomi seperti

keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Faktor kelembagaan bercirikan oleh

hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, keadaan politik, keadaan social

maupun kepercayaan.

Yunus (1981: 16) mengemukakan bahwa “Perubahan penggunaan lahan

disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu:

a) Kekuatan Centrifugal, adalah bentuk kekuatan dari dalam yang

mengakibatkan perubahan bentuk penggunan lahan dari suatu kota yang

realisasinya berwujud gerakan penduduk dari dalam kota menuju kearah

keluar kota. Faktor-faktor yang mendorong gerakan penduduk dari dalam

antara lain keadaan di daerah pusat kota semakin padat, usaha untuk

memperbanyak penguasaan dan pemilikan tanah, sistem sewa tanah yang

semakin tinggi, makin banyak peraturan yang mengikat, pajak yang tinggi dan

Page 35: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

lingkungan yang tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari daerah

belakang atau pinggiran adalah lingkungan yang masih terbuka dan

menyenangkan, harga lahan yang masih murah, sistem transportasi dan

komunikasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat.

b) Kekuatan Centripetal, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan

perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari gerakan pendududuk hyang

bersal dari luar kota memasuki wilayah perkotaan atau daerah bagian dalam

(inner zone). Faktor-faktor yang mendorong dari daerah belakang atau

pinggiran (peripheral zone) adalah kehidupan penduduknya masih tergantung

pada kota, kurangnya berbagai fasilitas dan pelayanan, letak ynag dekat

dengan kota. Faktor yang menarik dari dalam kota (inner zone) adalah makin

banyak jalan dan frekuensi angkutan yang makin tinggi, lapangan kerja yang

cukup tersedia dan bervariasi serta fasilitas-fasilitas social yang lengkap dan

memadai.

2. Pengertian Permukiman

Permukiman merupakan salah satu obyek kajian dalam georafi, dengan

menekankan pembahasannya pada aspek ruang, baik sempit maupun luas, dan erat

kaiannya dengan penduduk sebagai penghuni. Pengertian umum permukiman

adalah suatu tempat yang didiami oleh orang atau sekelompok seseorang untuk

menetap dalam jangka waktu yang lama. Permukiman merupakan suatu daerah

yang ditempati manusia untuk bertempat tinggal atau menetap. Dalam kawasan

ini perumahan selain juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan manusia seperti

jalan, sarana transportasi, dan sarana-saran lingkungan yang lain.

Yunus (1987: 3) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu

bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan

oleh manusia, baik secara individual maupun maupun kelompok untuk bertempat

tinggal baik sementara maupun menetap dalan rangka menyelenggarakan

kehidupannya.

Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Pemukiman dinyatakan bahwa Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup

Page 36: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan

yang berfungsi sebagai lingkungan satuan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan

(www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm).

Istilah permukiman (settlement), seringkali dikacaukan dengan istilah

pemukiman. Namun kedua kata terjemahan dari settlement mempunyai kaitan

yang sangat erat yang mengacu kepada pengertian tempat tinggal atau tempat

kediaman manusia hanya saja sebenarnya dua istilah ini dapat dibedakan secara

tegas yaitu permukiman adalah tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan

pemukiman adalah cara bermukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal

menempati suatu tempat tinggal.

Menurut Purwodarminto (1966), dalam Yunus (1987: 5), secara etimologis

baik kata permukiman maupun kata pemukiman berasal dari kata mukim

sedangkan menurut Menurut Yunus (1987: 2), kata permukiman mempunyai

imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Kedua macam

jenis imbuhan ini mempunyai fungsi pembentukan kata benda. Diantara beberapa

arti yang dibentuk oleh imbuhan, per- an, ternyata yang paling tepat untuk kata

permukiman adalah tempat ber.... atau tempat bermukim untuk kata permukiman,

sedangkan arti imbuhan pe- an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me...

atau hal me... dengan demikian jelaslah bahwa arti kata permukiman

seharusnyalah dibedakan dengan kata pemukiman dalam pemakaiannya.

3. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk permukiman.

Manusia dalam hidupnya memebutuhkan ruang untuk melangsungkan

segala aktivitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting.

Manusia dengan segala aktivitasnya memanfaatkan lahan dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat tentang lahan dikemukakan oleh

Arsyad (1989: 207):

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,

tanah, air,vegetasi, serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada

pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya juga hasil

kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang, seperti hasil reklamasi laut,

Page 37: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang

terisolasi”.

Sedangkan penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan

manusia pada lahan. Campur tangan manusia harus diupayakan seefektif mungkin

untuk menjaga kelestariannya. Arsyad ( 1989 : 207) mengemukakan bahwa

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik secara materiil maupun

spiritual.

Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk

penggunaan lahan. Manusia dengan segala bentuk kebutuhannya memanfaatkan

lahan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

lahan akan terus meningkat, sedangkan lahan di muka bumi sifatnya terbatas.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan kebutuhan

permukiman juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan

alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabakan terjadinya perubahan penggunaan

lahan.

Secara umum faktor-faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan

lahan adalah pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha, dan social

budaya masyarakat termasuk didalamnya adalah pembangunan. Sedangkan faktor

utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk

yang semakin meningkat. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk

memeberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Selain

akibat adanya pertumbuhan penduduk perubahan penggunaan lahan juga banyak

terjadi di daerah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Perkembangan

permukiman di sepanjang jalan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

perkembangan permukiman yang berlokasi jauh dari jaringan jalan.

Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah

setempat. Hal ini mengingat bagaimanapun manusia memiliki pertimbangan

dalam memilih lokasi tempat tinggal, baik untuk berteduh, melindungi diri

ataupun kepentingan pribadi. Lokasi permukiman merupakan hal yang sangat

penting dalam pembangunan permukiman. Sebab lokasi yan sesuai akan

Page 38: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

berpengaruh terhadap perkembangan permukiman dikemudian hari. Oleh karena

itu dalam menentukan lokasi permukiman hendaknya memperhatikan kondisi

ekologis dari daerah yang bersangkutan. Kondisi ekologis yang tepat akan

berpengaruh terhadap pola sebaran dari perkembangan permukiman.

Menurut Bintarto faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemekaran

atau perkembangan di bagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari

luar. Hal ini dikemukakan Bintarto (1977:61) sebagi berikut:

Pemekaran kota pada umumnya digerakkan oleh pengaruh dari dalam dan

pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana

pengembangan dari para perencana kota, desakan-desakan dari warga kota

berupa pelbagai daya tarik dari belakang kota atau hinterland kota. Apabila

kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota

akan terjadi lebih cepat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan

permukiman diantaranya adalah:

1. Faktor alam

Suatu permukiman umumnya akan berkembang apabila menempati

daerah yang relatif datar atau dengan ketinggian tertentu yang

memungkinkan kehidupan sehari-hari berlangsung dan tidak ada daerah-

daerah alami yang menghambat. Selain faktor alam topografi, faktor alam

lainnya adalah sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk

menunjang kehidupan manusia seperti tanah yang subur, sungai, atau

danau dan lain-lain.

2. Faktor letak

Letak satu daerah terhadap daerah lainnya dapat menimbulkan

hubungan yang menunjang perkembangan pemukiman yang berarti juga

menyebabkan daerah tersebut menjadi berkembang. Lebih lanjut bintarto

(1977: 62) mengatakan bahwa letak kota yang strategis, misalnya saja

letak dipersimpangan jalan, letak pertemuan dua aliran sungai, letak di

lemabah-lembah yang subur, di dataran aluvial akan membneri pengaruh

positif terhadap perkembangan kota.

3. Faktor transportasi dan lalu lintas

Page 39: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Jalur jalan pada suatu kota dan jalur penghubung kota dengan

daerah sekitar kota sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus

urbanisasi dan arus barang antar kota. Aksesibilitas kota menjadi semakin

besar, sehingga akan membuka terjadinya perkembangan pemukiman ke

berbagai arah. Daerah-daerah yang terletak pada fokus jalan lalu litas

darat, laut, maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.

4. Faktor pertumbuhan penduduk

Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat

besar dalam pertumbuhan dan perkembangan pemukiman. Faktor

penduduk dapat disebut faktor dinamis terjadinya perkembangan

pemukiman. Dalam hal ini Yunus (1981 : 3) mengemukakan bahwa

sehubungan dengan kuantitas penduduk perkotaan perlu disoroti dua hal

yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota sendiri, yaitu

perkembangan penduduk yang disebabkan karena pendatang-pendatang.

Makin besar arus urbanisasi dan ditunjang dengan pertumbuhan

alami penduduk kota akan mengakibatkan jumlah penduduk kota akan

semakin membengkak sehingga memungkinkan penambahan fasilitas

penunjang yang berupa pembangunan fisik yang memerlukan lahan baru

yang tidak mungkin dibangun dipusat kota, tetapi dialihkan, kedaerah

pinggiran karena sehingga akan mengakibatkan munculnya permukiman-

permukiman baru.

5. Faktor ekonomi

Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang dengan baik,

maka orang tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan

akhirnya tinggal menetap di sana serta mendirikan rumah yang baru

sehingga akan menyebabkan permukiman-permukiman baru.

4. Pengertian Masjid

Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam Al-Qur‟an,

berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Dari segi bahasa kata tersebut

terambil dari akar kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan

Page 40: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penuh hormat dan takdzim. Secara terminologis diartikan sebagai tempat

beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering

disebut Baitullah (rumah Allah Subhanahu Wata‟ala), yaitu bangunan yang

didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Secara

teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika

kepada selain Allah Subhanahu Wata‟ala, sujud mengandung arti hormat kepada

sesuatu yang dipandang besar atau agung (ini tidak boleh dilakukan karena

mengandung arti kesyirikan).

http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html.

Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti

khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk

sujud dinamakan masjid oleh karena itu sabda Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi

wassalam, Allah Subhanahu Wata‟alamenjadikan bumi ini sebagai masjid.

Sedangkan masjid dalam artian khusus adalah tempat atau bangunan yang

dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.

Pengertian ini kemudian mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk

shalat Jum‟at disebut masji Jami‟. Karena shalat Jum‟at diikuti oleh banyak orang

maka masjid Jami‟ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan

untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat

umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan

disebut Musholla, yang artinya tempat sholat. Dalam Ensiklopedi Indonesia

dikatakan bahwa masjid dengan Musholla/langgar ataupun surau ada

perpedaannya, masjid seperti yang telah tertera di atas, sedangkan

Musholla/langgar ataupun surau merupakan tempat mengaji, tempat belajar

agama, dan tempat sembahyang bagi kaum Muslimin dengan luas lebih kecil dari

masjid. Pada zaman Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam yang

dinamakan Musholla ialah tanah lapang tempat melakukan shalat Hari Raya.

Fungsi masjid adalah sebagai tempat melaksanakan shalat berjama‟ah.

Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun shalat

bukanlah hannya tempat untuk melaksanakan shalat saja, sejarah telah

membuktikan multi fungsi peranan masjid. Bukan saja tempat shalat, tetapi juga

Page 41: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, dan fungsi-fungsi di bidang

sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan sejarahnya, pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah

ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam

melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa

kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah

Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam sholallahu‟alaihi wassalam juga

mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama‟ah dan

melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan

Masjid An- Nabawi. Ada tiga masjid besar yag memiliki keutamaan di antara

masjid-masjid yang lain bagi umat Islam, yaitu masjid Al-Haram, di Makkah

masjid al-Aqsha, di Palestina dan masjid An-Nabawi di Madinah.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah,

Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk

memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri

kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah Subhanahu

Wata‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan

energi kehidupan umat.

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah

shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah

satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan

fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran

Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan

perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebagaimana Allah

subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah

ialah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian,

serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa

pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan

termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. at-Taubah: 18).

Allah Subhanahu Wata‟ala telah memuliakan masjid beserta orang-orang

yang memakmurkannya dengan ketaatan. Dan Allah telah menjanjikan kepada

Page 42: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

mereka pahala yang sangat besar. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman, artinya,

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk

dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu

petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual

beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan

zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan

menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah

memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada

mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa

batas." (QS. an-Nur: 36-38)

5. Distribusi Spasial

Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan,

menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi

mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan

yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan

penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang

dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang

terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).

Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik-

beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction),

dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74).

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka

analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang

dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola

(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk

pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks

fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses.

Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.

Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)

Page 43: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)

kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan

distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan

dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,

dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik

(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007

: 52-53).

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam

perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya

SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar

sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang

manghasilkan peta tematik. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta yang

dapat digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta

tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya

memanipulasi atribut-atributnya. Yousman (2004: 5)

SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data

dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak

data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG.

Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG

menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain :

a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang

baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk

pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data

kemiringan atau data ketinggian.

b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial

yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan

mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.

c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari

garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai

dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa

minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.

Page 44: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa

berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai

pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas

wilayahnya.

e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman

karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya

adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.

Ada beberapa analisis yang dapat digunakan dalam SIG: 1) Penyuntingan untuk

pemutakhiran data.2) Interpolasi spasial.3) Tumpangsusun peta.4) Analisis

jaringan.5) Buffering.6) Klasifikasi.7) 3D analisis.8) Digital image processing.

(http/partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/esensial peta.)

Disribusi spasial dalam penelitian ini berkaitan dengan informasi

mengenai lokasi atau posisi secara tepat masjid-masjid yang tersebar di kecamatan

Jebres. Tepat dalam artian bahwa data mengenai posisi masjid ditampilkan

dengan letak lintang dan letak bujur yang diketahui dengan menggunakan alat

GPS (Global Positioning System) dan selain itu diketahui juga letak atau posisi

masjid secara administratif. Hal ini sangat penting diupayakan sehingga data

persebaran ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pembangunan masjid

selanjutnya.

6. Pola Distribusi Masjid

Pola persebaran / distribusi merupakan suatu sistem persebaran lokasi

yang disesuaikan dengan keruangan. Pada hakikatnya analisa keruangan adalah

analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak

(distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement) (Bintarto, 1982). Pola

persebaran yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi persebaran lokasi

masjid berdasarkan lokasi bangunannya.

Dalam penentuan pola persebaran masjid di daerah penelitian ditentukan

dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour

Statistic T)" Bintarto, R dan Surastopo, (1982). Analisa seperti ini memerlukan

data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada

penelitian ini adalah jarak antara masjid yang satu dengan lokasi masjid yang

Page 45: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik

dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di

bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan mempunyai

hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Dalam

menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki

b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi

menjadi pola penyebaran titik

c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara

menganalisanya

d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan

titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.

e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic)

T dengan menggunakan formula :

T = Ju

Jh

Keterangan :

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola

random

Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat

dihitung dengan rumus :

1

Jh=

2 √P

Page 46: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

P =

kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N)

dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga

A

N.

Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga-terdekat

mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju

digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan

kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga-terdekat T

(Nearest Neigbour Statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian

kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.

Menurut Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno (1982: 76), membagi

pola persebaran menjadi 3 jenis, yaitu :

1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya

(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu

dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada

tempat-tempat tertentu.

2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi

yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.

3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu

lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.

T = 0 T = 1.0 T = 2,15

Mengelompok Random Seragam

Seragam

Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T

● ● ●

● ●

● ● ●

● ●

● ●

●●

●●●

●●

● ● ●

● ● ●

Page 47: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

7. Citra Ikonos

Ikonos adalah citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Satelit ikonos

diluncurkan tanggal 24 September 1999. Orbit Ikonos sinkron matahari

(sun=syncronous). Ikonos mengelilingi bumi 14 kali perhari atau setiap sembilan

puluh delapan menit. Ikonos merekam bumi pada saluran pankromatik

(gelombang sinar tampak) dengan resolusi spasial satu meter, dan multi spektral

dengan empat saluran (biru, hijau, merah, dan infra merah dekat) dengan resolusi

spasial empat meter. Kedua produk tersebut terekam pada rona 11-bit (2048

tingkat warna atau rona). Namun demikian keterbatasan warna yang digunakan

pada setiap komputer pengguna hanya sampai 8-bit tingkat warna (tingkatan

warna atau rona yaitu 0-255). Rekaman citra satelit Ikonos menggunakan saluran

atau panjang gelombang pankromatik (sinar tampak) dan saluran inframerah

pantulan (inframerah dekat). Kombinasi saluran menghasilkan warna palsu yang

dapat digunakan untuk identifikasi permukaan bumi secara rinci.

B. Penelitian Yang Relevan.

1. Judul : Distribusi Spasial Dan Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Laweyan

Dan Kecamatan Serengan Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006.

Peneliti : Kunti Robikhah

Fakiultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

(2007)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1) Sebaran Masjid

2) Arah kiblat dan tingkat penyimpangan Masjid-masjid

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan arah kiblat Masjid-

masjid yang ada di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan kota

Surakarta

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang bertujuan

mengumpulkan data mengenai obyek yang akan diteliti Survai dilakukan pada

Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data besar sudut arah kiblat Masjid dan

Page 48: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

arah kiblat seharusnya, data lokasi Masjid, data penyimpangan arah kiblat, selain

itu didukung data lintang dan bujur Mekah dan tempat yang akan ditentukan arah

kiblatnya, nama Masjid, monografi masing-masing kecamatan, juga peta Rupa

Bumi Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan persebaran masjid-masjid di dua kecamatan

yaitu, Laweyan dengan jumlah Masjid 104 Masjid dan Serengan dengan 43

Masjid yang ditampilkan dalam peta Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan

kecamatan Serengan kota Surakarta. Arah kiblat Masjid umumnya tidak mengarah

tepat ke kiblat dan penyimpangan yang terjadi bervariasi mulai kurang dari 1°

sampai kurang dari 21° yang terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori rendah

sebanyak 31 Masjid (53,5%) kategori sedang sebanyak 17 Masjid (29,3%)

kategori tinggi sebanyak 10 Masjid (17,2%. Kecenderungan penyimpangan

dengan perbandingan ke arah selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara. Faktor yang

memepengaruhi besarnya penyimpangan antaralain karena faktor prndidikan

orang yang melakukan penentuan arah kiblat, faktor orientasi jalan karena adanya

penataan wilayah, juga faktor kepemelukan agama Islam yang dianut oleh

masyarakat yang berada di sekitar Masjid.

2. Judul: Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan

Permukiman di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Periode 1994-

2004.

Peneliti: Endang Wahyuni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (2006)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pertumbuhan penduduk kecamatan Colomadu Periode 1994-2004

2. Perkembangan Permukiman Kecamatan Colomadu Periode 1994-2004

3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap perkembangan permukiman di

kecamatan Colomadu Karangannyar periode 1994-2004

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini

merupakan penelitian populasi, dengan populasi seluruh desa yang ada di

kecamatan colomadu, yang meliputi 11 desa. Pengambilan sampel dilakukan

secara sensus, yakni meliputi tiap desa yang ada di kecamatan Colomadu yang

Page 49: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

menjadi unit analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

pencatatan dokumentasi dan observasi langsung serta analisis peta dengan

pendekatan keruangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Kecamatan Colomadu pada tahun 1994 penduduknya berjumlah 43.702 jiwa

dan pada tahun 2004 penduduknya meningkat mnjadi 53,41 jiwa, dengan

angka pertumbuhan penduduk yaitu mencapai 2,02% pertahun.

2. Perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu pada tahun 1994 seluas

670,1 Ha. Dan pada tahun 2004 menjadi seluas 767,6 Ha, selama kurun waktu

10 tahun mengalami perkembangan seluas 27 Ha.

3. Pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap perkembangan lahan

permukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka

kebutuhan permukiman juga meningkat, sedangkan lahan untuk menyediakan

permukiman terbatas, sehingga perlu dilakukan alih fungsi lahan untuk

memenuhi kebutuhan permukiman.

Secara jelas penelitian-penelitian yang relevan dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Page 50: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

No Penulis Judul Penelitian Tujuan Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1

Kunti Robikhah

(2007)

Distribusi Spasial Dan

Arah Kiblat Masjid Di

Kecamatan Laweyan

Dan Kecamatan

Serengan Kota

Surakarta Propinsi Jawa

Tengah Tahun 2006.

Mengetahui sebaran

masjid

Menetahui arah kiblat

dan tingkat

penyimpangan

Masjid-masjid

Mengetahui faktor-

faktor yang

mempengaruhi

penyimpangan arah

kiblat masjid-masjid

yang ada di

kecamatan Laweyan

dan kecamatan

Serengan kota

Surakarta

Deskriptif

kualitataif

Persebaran Masjid-masjid di dua

kecamatan yaitu, Laweyan dengan

jumlah Masjid 104 Masjid dan

Serengan dengan 43 Masjid.

Arah kiblat Masjid umumnya tidak

mengarah tepat ke kiblat dan

penyimpangan yang terjadi

bervariasi mulai kurang dari 1°

sampai kurang dari 21° yang terbagi

dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori

rendah sebanyak 31 Masjid

(53,5%) kategori sedang sebanyak

17 Masjid (29,3%) kategori tinggi

sebanyak 10 Masjid (17,2%.

Kecenderungan penyimpangan

dengan perbandingan ke arah

selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara.

Faktor yang memepengaruhi

besarnya penyimpangan antara lain

adalah karena faktor pendidikan

orang yang melakukan penentuan

arah kiblat, faktor orientasi jalan

karena adanya penataan wilayah,

juga faktor kepemelukan agama

Islam yang dianut oleh masyarakat

yang berada di sekitar Masjid.

Tabel 2. Penelitian yang Releven

Page 51: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2.

Endang Wahyuni

(2006)

Pengaruh Pertumbuhan

Penduduk Terhadap

Perkembangan

Permukiman di

Kecamatan Colomadu

Kabupaten Karanganyar

Periode 1994-2004

Mengetahui

Pertumbuhan

penduduk kecamatan

Colomadu Periode

1994-2004

Mengetahui

Perkembangan

Permukiman

Kecamatan

Colomadu Periode

1994-2004

Mengetahui

Pengaruh

Pertumbuhan

Penduduk terhadap

perkembangan

permukiman di

kecamatan Colomadu

Karangannyar

periode 1994-2004

Deskriptif

Kualitatif

Kecamatan Colomadu pada tahun

1994 penduduknya berjumlah

43.702 jiwa dan pada tahun 2004

penduduknya meningkat mnjadi

53,41 jiwa, dengan angka

prtumbuhan penduduk yaitu

mencapai 2,02% pertahun.

Perkembangan permukiman di

kecamatan Colomadu pada tahun

1994 seluas 670,1 Ha. Dan pada

tahun 2004 menjadi seluas 767,6

Ha, selama kurun waktu 10 tahun

mengalami perkembangan seluas 27

Ha.

Pertumbuhan penduduk

berpengaruh terhadap

perkembangan lahan permukiman.

Dengan pertumbuhan penduduk

yang meningkat, maka kebutuhan

permukiman juga meningkat,

sedangkan lahan untuk

menyediakan permukiman terbatas,

sehingga perlu dilakukan alih fungsi

lahan untuk memenuhi kebutuhan

permukiman.

Page 52: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

C. Kerangka Berpikir

Manusia Kota sebagai perwujudan geografis selalu mengalami perubahan

baik aspek fisik maupun non fisik dari waktu ke waktu. Proses perkembangan

perkotaan saat ini tidak terlepas dari 2 faktor yaitu faktor centripetal forces dan

faktor centrifugal forces. Dalam hal ini faktor centripetal forces merupakan

kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dari luar

perkotaan menuju ke perkotaan, dampak yang ditimbulkan diantaranya:

terbentuknya kelompok masyarakat yang hidup dari sektor informal baik sah

maupun tidak, munculnya gejala ruralisasi di perkotaan dan berkurangnya tenaga

produktif dipedesaan. Centrifugal forces, merupakan kekuatan-kekuatan yang

menyebabkan terjadinya gerakan penduduk dan fungsi-fungsi perkotaan dari pusat

kota menuju ke bagian luar kota. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan ini

akan terus menjalar secara alami ke bagian yuridis formal administratif menuju ke

daerah pinggiran kota.

Pertambahan penduduk alami kota ditambah dengan adanya migrasi

masuk baik yang bersifat menetap maupun sementara hal ini mengakibatkan

penduduk kota semakin bertambah padat. Kepadatan penduduk ini mengakibatkan

peningkatan kebutuhan berbagai fasilitas kehidupan yaitu kebutuhan akan lahan

untuk permukiman. Manusia dalam hidupnya membutuhkan ruang untuk

melangsungkan segala aktifitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup materiil spirituil.

Peningkatan kebutuhan permukiman sebagai akibat pertumbuhan

penduduk yang terus meningkat sedangkan ruang di muka bumi bersifat tetap,

maka akan menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Seiring dengan

meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman sedangkan luas lahan yang ada

di daerah penelitian tidak bertambah maka akan mendorong terjadinya perubahan

penggunaan lahan dari non permukiman ke permukiman. Perubahan penggunaan

lahan untuk permukiman di daerah penelitian diperkirakan akan terus mengalami

perkembangan selama masih tersedia lahan yang siap bangun. Pengamatan yang

dilakukan dengan menggunakan Peta Rupa Bumi lembar Surakarta skala

Page 53: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

1:25.000 lembar 1408-343 tahun 2001 dan menggunakan Citra Ikonos tahun

rekaman tahun 2008 maka akan diketahui perkembangan permukiman di daerah

penelitian selama kurun waktu 8 tahun. Disamping dengan peta RBI dan Citra

Ikonos juga dilakukan pengamatan langsung dilapangan guna melengkapi data

perkembangan permukiman di daerah penelitian.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal

permukiman akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan penduduk akan sarana

dan prasarana. Pembangunan fisik maupun non fisik terus dilaksanakan untuk

mengimbangi kebutuhan penduduk yang terus meningkat. Salah satunya adalah

pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual

masyarakat. Keberadaan Masjid sebagi sarana Ibadah bagi umat Islam di

Kecamatan Jebres belum diketahui keberadaannya. Pada fokus penelitian ini, akan

membahas mengenai pentingnya distribusi spasial bangunan masjid sehingga

dapat diketahui seberapa besar peningkatan pembangunan masjid, distribusi

pembangunan masjid, pola distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara

pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman. Sehingga dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam hal pembangunan masjid selanjutnya

Penjelasan secara singkat dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Page 54: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran

Untuk Mengetahui Pola Persebaran

Masjid

Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Tahun 200-2008

Pertumbuhan Penduduk

Centrifugal Forces Centripetal Forces

Peningkatan Kebutuhan Lahan

Untuk Permukiman

Perubahan Penggunaan Lahan

Untuk Permukiman

Perkembangan Permukiman

Pengamatan Dengan

Melakukan Survei Lapangan

Tahun 2009

Pengamatan Dengan Menggunakan

Peta RBI Tahun 2001 Dan Citra

Ikonos Tahun 2008

Kebutuhan Sarana

Ibadah (Masjid)

Pola Distribusi

Pembagunan Masjid

Kecamatan Jebtres Kota

Surakarta

Distribusi Pembangunan

Masjid Kecamatan Jebres

Kota Surakarta

Pertumbuhan

Pembangunan Masjid

Kecamatan Jebres

Kota Surakarta

Hubungan

Pembangunan

Masjid Dengan

Perkembangan

Permukiman

Page 55: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini tempat yang diambil untuk menggambarkan

kejadian yang sebenarnya dari obyek atau fenomena yang akan diteliti adalah di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Adapun alasan

pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Jebres adalah:

a. Lokasi Kecamatan Jebres yang strategis terletak diantara jalur perkembangan

antara Kota Surakarta khususnya dengan Kabupaten Karanganyar maupun

daerah-daerah sekitar di exs Kareisidenan Surakarata menyebabkan rentan

adanya perubahan penggunaan lahan.

b. Kecamatan Jebres memiliki luas wilayah terbesar no 2 setelah Kecamatan

Banjarsari dan memiliki jumlah pemeluk Agama Islam terbesar no 2

sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

perkembangan pembangunan masjid, distribusi pembangunan masjid, pola

distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara pembangunan masjid

dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres

2. Waktu Penelitian

Dalam melaksanan seluruh kegiatan dari tahap awal pengajuan proposal

hingga penarikan kesimpulan, peneliti membutuhkan waktu untuk

menyelesaikanya dengan rentang waktu sebagai berikut :

No Kegiatan

Waktu

Okt „08 Nov -

Des„08

Jan-

Peb '09

Mar-Apr

'09

Sep ‟10

–Mei

‟11

1 Tahap Persiapan √ √ √ √

2 Pengajuan Proposal √ √ √ √

3 Penyusunan Instrumen

Penelitian √ √ √ √

4 Pengumpulan Data √ √ √ √

5 Analisis Data √ √ √ √

6 Penulisan Laporan √ √ √ √

Page 56: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu strategi atau cara yang biasa digunakan

dalam usaha mengumpulkan data untuk menjawab persoalan yang dihadapi dalam

penelitian melalui langkah-langkah tertentu. Berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif spasial dan metode survai.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada

pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan

mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan

interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 7).

Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.

Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu.

Hadi (2009) mengemukakan bahwa tekanan utama geografi bukanlah pada substansi

melainkan pada sudut pandang spasial. Dalam menganalisis gejala dan permasalahan

suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method).

Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan

ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Pandangan spasial atas telaah substansi

tanah (soil) kemudian memunculkan Geografi tanah sebagai salah satu cabang

Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi tumbuh-tumbuhan kemudian

memunculkan fitografi sebagai salah satu cabang Geografi. Demikian pula halnya

dengan pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian memunculkan

Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi dan seterusnya. Metode

pendekatan ini adalah yang disebut pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan

merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi

ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang

dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial process)

(http://partosohadi staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/47/).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakkan struktur,

pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk

ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama yaitu:

Page 57: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features) dan kenampakan

bidang (areal features).

Dari uraian diatas, metode deskriptif spasial dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

obyek penelitian secara keruangan, dimana hasil akhir dari pengolahan data

spasial dalam penelitian ini adalah berupa peta. Sesuai dengan yang dikemukakan

Hadi (2009) bahwa produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions)

sebagai perwujudan dari persamaan dan perbedaan yang ada di muka bumi. Dari

pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk model-

model spasial yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi.

Hasil pengwilayahan itu tidak bisa disajikan dengan jelas jika hanya dengan

uraian-uraian melainkan harus dengan peta. Peta tersebut adalah peta-peta

tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi,

analisis dan sintesis obyek atau fenomena spasial.

Hasil akhir pengolahan data pada penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang

dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau

multitema sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek. Peta-peta tematik yang

dihasilkan dalam penelitian ini adalah:

1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Non Permukiman-Permukiman

2. Peta Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008

3. Peta Pola Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008

4. Peta Hubungan Antara Pembagunan Masjid dengan Perkembangan

Permukiman

Menurut Arikunto (1996: 93) bahwa metode survey adalah salah satu

cara pendekatan dalam penelitian yang pada umumnya digunakan untuk

mengelompokan data yang luas dan banyak. Metode survai dalam penelitian ini

digunakan untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti. Survai

dilakukan di masjid-masjid di keseluruh kecamatan Jebres.

Page 58: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

C. Jenis Data Dan Sumber Data

Sumber data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data sekunder

dan data primer. “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang

dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.”

“Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau

obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.” Data primer

yang dibutuhkan adalah data titik koordinat masjid di Kecamatan Jebres diperoleh

melalui pengukuran dilapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning

System).

Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data

No Data Jenis Data Sumber

1 Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar

1408-343 (sumber data)

Sekunder Bakosurtanal

2 Citra Ikonos daerah penelitian Sekunder Google Earth.com

2 Data lokasi masjid (koordinat) Primer Ploting GPS

3 Data nama dan alamat masjid Kecamatan

Jebres

Sekunder KUA Kecamatan

Jebres, DEPAG

4 Data monografi Kecamatan Jebres Sekunder BPS

5. Data Penggunaan Lahan Kecamatan

Jebres

Sekunder BPS

5 Data jumlah pemeluk agama sekunder BPS

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas

atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53)

mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber

pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan

sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

Page 59: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Penelitian Analisis Distribusi Pembangunan Masjid Dan Perubahan

Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Di Kecamatan Jebres merupakan

penelitian populasi yang berarti seluruh populasi dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah masjid

yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Jumlah populasi masjid yang ada

di Kecamatan Jebres Kota Surakarta ada 157 masjid.

Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh

individu yang menjadi obyek penelitian”. sampel penelitian adalah Kelurahan

Mojosongo, karena pada kelurahan ini terjadi pemekaran permukiman

berdasarkan overlay peta Rupa Bumi Indonesia cetakan tahun 2001 dengan Citra

Ikonos hasil rekaman tahun 2008.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya. Arikunto (1996). Teknik dokumentasi merupakan

teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk dipertanggung

jawabkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengutip pada

sumber data yang tersedia.

Teknik Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang letak

astronomis, luas daerah penelitian, data penggunaan lahan, data pertumbuhan

penduduk, data kepadatan penduduk, data jumlah pemeluk agama dan data

keadaan sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari Badan Statistik Kota Surakarta.

Data nama masjid dan alamat masjid diperoleh dari Kantor Departemen Agama

Kota Surakarta.

2. Observasi lapangan

Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala

atau fenomena yang terjadi di lapangan. Observasi lapangan dilakukan untuk

mendapatkan data aktual dari lapangan seperti keadaan fisik daerah, lokasi

Page 60: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan lokasi masing-masing

masjid di Kecamatan Jebres kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara

pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning

Sistem (GPS).

Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan lahan dilakukan observasi

terhadap daerah-daerah yang terjadi perubahan penggunan lahan. Observasi

lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan melihat langsung lokasi perubahan

penggunaan lahan dan keadaan fisik daerah penelitian. Observasi lapangan di

lakukan di Kelurahan Mojosongo dimana pada kelurahan ini yang mengalami

perubahan penggunaan lahan untuk permukiman.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,

1995). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder

dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta,

kemudian di uraikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat. Proses analisis data

dimulai dengan:

1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman

Teknik menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terdapat di

Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir, dilakukan dengan langkah awal

pembuatan Peta Penggunaan Lahan tahun 2000 dan Peta Penggunaan Lahan tahun

2008 yang diperoleh dengan mengkompilasikan peta RBI dengan citra

ikonos/google earth daerah liputan Kecamatan Jebres hasil rekaman tahun 2008

menggunakan program R2V 4.0 dan Arc Vew 3.3 untuk mengetahui sebaran

penggunaan lahan, beserta luasannya. Kemudian untuk mengatahui sebaran

perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan teknik overlay pada

peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penggunaan lahan tahun 2008

Page 61: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

hasil berupa peta perubahan penggunaan lahan non permukiman menjadi

permukiman di Kecamatan Jebres tahun 2000-2008. Kemudian dilakukan survei

lapangan untuk mencocokan dengan hasil yang didapat dari overlay tersebut.

Setelah diketahui persebaran permukiman baru kemudian dilakukan

analisis lebih lanjut dengan teknik analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan

besarnya perubahan dengan menganalisis data sekunder luas penggunaan lahan

tahun 2000 dan tahun 2008 yang diperoleh dari kantor Badan Statistik Kota

Surakarta.

2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid

Mengetahui perkembangan pembangunan masjid yaitu dengan

menganalisis data jumlah Masjid tahun 2000 dengan data pembangunan masjid

yang telah didirikan sampai tahun 2008 kemudian dilakukan pengecekan di

lapangan sehingga dapat diketahui perkembangan pembangunan Masjid

diKecamatan Jebres.

3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid

Analisis distribusi spasial masjid digunakan untuk mengetahui sebaran

dari Masjid yang ada di Kecamatan di Jebres Kota Surakarta dengan

menggunakan analisis peta.

4. Mengetahui Pola Distribusi Pembangunan Masjid

Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran

pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres. Dalam penentuan pola distribusi

masjid di daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan "Analisa

Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour Statistic T)". Analisa seperti ini

memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat

yang pada penelitian ini adalah jarak antara lokasi masjid yang satu dengan lokasi

masjid yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai

sebuah titik dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa

dilakukan di bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan

mempunyai hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan.

Page 62: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Dalam menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa

langkah sebagai berikut:

a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki

b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi

menjadi pola penyebaran titik

c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara

menganalisanya

d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan

titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.

e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic) T

dengan menggunakan formula :

T = Ju

Jh

Keterangan :

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola

random

Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat

dihitung dengan rumus :

1

Jh =

2 √P

P =

kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada

(N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga

A

N.

Setelah diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek

tersebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Adapun Jenis pola

persebaran yang ditentukan adalah:

Page 63: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya

(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu

dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada

tempat-tempat tertentu.

2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi

yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.

3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu

lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.

5. Mengetahui Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan

Perkembangan Permukiman

Untuk mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan

perkembangan permukiman digunakan analisis buffer dengan bantuan SIG.

Jarak/radius yang digunakan dalam pengukuran adalah digunakan asumsi

ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan kaki dari titik perkembangan

permukiman ke lokasi masjid yang baru. Jarak yang diasumsikan untuk orang

bersedia berjalan kaki mengunjungi masjid adalah antara 0-500 meter dari lokasi

tempat tinggal. Dari hasil asumsi antara jarak permukiman dan masjid dengan

jalan kaki tersebut kemudian diambil kesimpulan bahwa jarak masjid yang berada

antara kurang dari (<500 meter) dari titik perkembangan permukiman

dimasukkan dalam kategori bahwa pembangunan masjid tersebut dipengaruhi

oleh perkembangan permukiman, sedangkan lokasi masjid yang terletak pada

jarak/radius lebih dari (>500 meter) dari titik perkembangan permukiman

dikategorikan bahwa pembangunan masjid tersebut tidak terpengaruhi oleh

perkembangan permukiman.

Page 64: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan merupakan suatu tahapan yang dilakukan

penulis dari tahap pemilihan masalah penelitian hingga penulisan hasil penelitian.

Langkah- langkah yang dilakukan antara lain :

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Pada tahapan pertama yang dilakukan sebelum melakukan penelitian

adalah menyusun proposal penelitian dengan pokok bahasan yang terdapat

didalamnya antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian. Bab selanjutnya berisi tentang landasan teori

yang dibagi menjadi dua yaitu landasan teori dan kerangka berfikir, dan pada bab

ketiga membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi waktu dan tempat

penelitian, bentuk penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

2. Tahap Persiapan Instrumen

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan alat

penelitian diantaranya adalah Citra IKONOS/Google Earth liputan daerah

penelitian, GPS (Global Positioning System) dan data nama lokasi keberadaan

masjid. Data nama dan lokasi masjid tersebut selanjutnya digunakan untuk

pengecekan titik koordinat masjid di lapangan.

3. Tahap Pengumpulan Data

Setelah mempersiapkan intrumen yang akan digunakan dalam penelitian di

lapangan,pada tahap ini mulai dilakukan proses pengumpulan data baik yang

dilakukan dengan metode dokumentasi, maupun observasi lapangan. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Surakarta tahun 2000

2. Citra IKONOS daerah penelitian rekaman tahun 2008

3. Data jumlah penduduk, komposisi penduduk daerah penelitian tahun 2000

dan tahun 2008

Page 65: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

4. Data Komposisi penganut agama daerah penelitian tahun 2000 dan tahun

2008

5. Data nama dan alamat lokasi masjid daerah penelitian tahunn 2000 dan

tahun 2008

6. Data jumlah sarana dan prasarana ekonomi sosial daerah penelitian tahun

2008

4. Tahap Analisis data

Pada tahap ini, data dan informasi yang telah diperoleh dalam observasi,

baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan. Pengolahan data

yang dilakukan adalah:

a) Analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres

b) Analisis Distribusi perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres

c) Analisis distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres

d) Analisis pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres

e) Analisis hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan

permukiman di Kecamatan Jebres

5. Penulisan Laporan Penelitian

Langkah akhir yang dilakukan setelah semua tahap dilakukan adalah

penulisan dalam bentuk laporan penelitian sesuai dengan pedoman di dalam

penulisan.

Page 66: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak, Luas dan Batas

a. Letak

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-343 Surakarta,

secara astronomis Kecamatan Jebres terletak pada 7°31‟41” LS sampai 7°34‟37”

LS dan 110°49‟42” BT sampai 110°52‟08” BT. Secara administratif Kecamatan

Jebres termasuk dalam wilayah Kota Surakarta.

b. Luas

Luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 1258,18 Ha. Daerah

penelitian terdiri dari 11 Kelurahan. Luas masing-masing Kelurahan dapat dilihat

pada tabel 4

Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008

NO NAMA KELURAHAN Luas

Ha (%)

1 Kepatihan Kulon 17,50 1,390

2 Kepatihan Wetan 22,50 1,788

3 Sudiroprajan 23,00 1,828

4 Gandekan 35,00 2,781

5 Sewu 48,50 3,854

6 Pucang Sawit 127,00 10,093

7 Jagalan 65,00 5,166

8 Purwodiningratan 37,30 2,964

9 Tegalharjo 32,50 2,583

10 Jebres 317,00 25,195

11 Mojosongo 532,88 42,353

Jumlah 1258,18 100

Sumber : Monografi Kecamatan Jebres tahun 2008

c. Batas Administrasi

Kecamatan Jebres secara administratif berbatasan dengan:

a) Sebelah Utara : Kecamatan Gondangrejo

b) Sebelah Selatan : Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Pasar

Kliwon

Page 67: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

c) Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari

d) Sebelah Timur : Kecamatan Jaten

Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kecamatan Jebres dapat

dilihat pada peta 1.

Page 68: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Page 69: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan perwujudan dinamis dari aktifitas manusia

terhadap tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik material maupun

spiritual, yang selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Lahan yang

dimiliki oleh Kecamatan Jebres sebesar 1258,18 hektar. Penggunaan lahan yang

ada di Kecamatan Jebres disajikan pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008

No Jenis Penggunan Lahan Tahun 2000 Tahun 2008

Ha % Ha %

1. Permukiman 656,45 52,17 659,09 52,38

2. Jasa 176,28 14,01 176,6 14,03

3. Perusahaan 87,00 6,915 83,56 6,64

4. Industri 25,38 2,02 24,95 1,98

5. Tanah kosong 18,09 1,43 24,53 1,95

6 Tegalan 96,07 7,63 91,32 7,26

7 Sawah 22,21 1,76 21,32 1,69

8 Kuburan 38,98 3,10 38,98 3,10

9 Lapangan Olah Raga 10,51 0,83 10,51 0,83

10 Taman Kota 22,60 1,79 22,60 1,79

11 Lain-lain 104,61 8,31 104,61 8,31

Jumlah 1258,18 100 1258,18 100

Sumber: Analisis Data Sekuder

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 penggunan

lahan terbesar adalah untuk permukiman sebesar 656,45 hektar (52,17%).

Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk jasa sebesar 176,28 hektar

(14,01%). Sedangkan lahan seluas 10,51 hektar merupakan lahan tekecil yang

dimanfaatkan untuk lapangan olahraga atau hanya sekitar 0,83% .

Pada tahun 2008 lahan terbesar masih didominasi untuk lahan permukiman

yang terus meningkat luasannya dari tahun ketahun. Penggunaan lahan terluas

Page 70: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

adalah untuk permukiman sebesar 659,09 hektar (52,38%) kemudian jasa seluas

176,6 hektar (14,03%), lain-lain 104,61 (8,31%) dan tegalan 91,32 hektar (7,26%).

3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi

Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di

Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran

penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk

Penduduk merupakan modal pembangunan suatu daerah, sehingga

pembangunan selalu dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk dan kualitas

penduduk. Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat besar

dalam pertumbuhan dan perkembangan permukiman. Kecamatan Jebres terdiri

dari 11 Kelurahan merupakan Kecamatan terluas ke 2 yang ada di wilayah Kota

Surakarta pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 135.764 jiwa dengan

rincian 66.724 penduduk laki-laki dan 69.040 penduduk perempuan. Jumlah

penduduk pada tahun 2008 secara keseluruhan meningkat sebanyak 142.292 jiwa,

meliputi laki-laki sebanyak 70.446 dan penduduk perempuan sebanyak 71.826

jiwa. Kelurahan Mojosongo berpenduduk terbanyak yaitu 43.694 jiwa dengan

pembagian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.700 jiwa dan perempuan

sebanyak 21.994 jiwa. Penduduk paling sedikit di Kecamatan Jebres berada di

Kelurahan Kepatihan Kulon dengan jumlah penduduk seluruhnya 2.930 jiwa,

sebanyak 1.390 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan sebanyak 1.540 jiwa

merupakan penduduk perempuan. Jumlah penduduk yang semakin bertambah,

mengakibatkan kebutuhan permukiman juga semakin meningkat. Data jumlah

penduduk Kecamatan Jebres yang disajikan per kelurahan ditunjukkan pada tabel

6 berikut ini :

Page 71: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008

No Kelurahan

Penduduk Jumlah Penduduk

Laki-laki dan

Perempuan

Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Tahun

2000

Tahun

2008

Tahun

2000

Tahun

2008

Tahun

2000

Tahun

2008

1 Kepatihan Kulon 1.486 1.390 1.629 1.540 3.115 2.930

2 Kepatihan Wetan 1.634 1.574 1.630 1.506 3.264 3.080

3 Sudiroprajan 2.331 2.486 2.603 2.528 4.934 5.014

4 Gandekan 4.755 4.740 4.839 4.773 9.594 9.513

5 Sewu 3.829 3.941 3.744 3.887 7.573 7.828

6 Pucang Sawit 6.201 7.215 6.191 6.869 12.392 14.084

7 Jagalan 6.566 5.928 7.077 6.292 13.643 12.220

8 Purwodiningratan 2.634 2.533 2.958 289 5.592 5.372

9 Tegalharjo 3.251 3.008 3.474 3.088 6.725 6.096

10 Jebres 14.821 15.951 15.452 16510 30.273 32.461

11 Mojosongo 19.216 21.700 19.443 21.994 38.659 43.694

Jumlah 66.724 70.446 69.040 71.826 135.764 142.292

Sumber: Monografi Kecamatan Jebres tahun 2000, Surakarta Dalam Angka

Tahun 2008

b. Kepadatan Penduduk

Dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan suatu daerah, data

kependudukan memegang peranan penting, semakin lengkap dan akurat data

kependudukan yang diperoleh semakin mudah dan tepat rencana pembangunan

tersebut. Kepadatan penduduk dapat diketahui dengan cara membandingkan luas

wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk.

Page 72: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 7. Data Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun

2000 dan Tahun 2008.

No

Kelurahan

Luas Wilayah

(Km²)

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Tingkat Kepadatan

(Jiwa/Km²)

Tahun Tahun

2000 2008 2000 2008

1 Kepatihan Kulon 0,18 3.115 2.930 17.305 17.235

2 Kepatihan Wetan 0,22 3.264 3.080 14.836 1.400

3 Sudiroprajan 0,23 4.934 5.014 21.452 21.800

4 Gandekan 0,35 9.594 9.513 27.411 27.180

5 Sewu 0,49 7.573 7.828 15.455 16.308

6 Pucang Sawit 1,27 12.392 14.084 9.757 11.089

7 Jagalan 0,65 13.643 12.220 20.989 18.800

8 Purwodiningratan 0,37 5.592 5.372 15.113 14.518

9 Tegalharjo 0,32 6.725 6.096 21.015 19.050

10 Jebres 3,17 30.273 32.461 9.549 10.240

11 Mojosongo 5,33 38.659 43.694 7.253 8.197

Jumlah 12,58 135.764 142.292 180.135

165.817

Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan Surakarta Dalam Angka tahun

2008

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dihitung kepadatan penduduk di

Kecamatan Kecamatan Jebres sebagai berikut :

Kepadatan penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 :

258,12

764.135

Km = 10.792 Jiwa/Km

2

Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2008 :

258,12

292.142

Km = 11.310 Jiwa/ Km

2

Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu

daerah sebagai berikut :

Page 73: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk

No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Keterangan

1

2

3

4

5

6

≤ 101

101 – 500

501 – 1000

1001 – 2000

2001 – 3000

≥ 3000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

Tinggi Sekali

Sumber : Mantra (1985:35)

Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka

dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk

dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali. Semakin

tingginya tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian, diduga kuat berasal

dari laju pertumbuhan penduduk alami kota ditambah laju pertambahan penduduk

yang berasal dari para pendatang.

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk paling

tinggi di Kecamatan Jebres Pada tahun 2000 adalah Kelurahan Gandekan dengan

tingkat kepadatan penduduk sebesar 27.411 jiwa/Km² sedangkan tingkat

kepadatan penduduk paling rendah adalah sebesar 7.253 jiwa/ Km² yaitu di

Kelurahan Mojosongo. Begitu juga pada tahun 2008 Kelurahan Gandekan masih

merupakan kelurahan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk paling tinggi

dengan tingkat kepadatan 27.180 Jiwa/Km², dan kelurahan dengan kepadatan

paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo dengan 8.197 jiwa/Km².

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan merupakan

pengelompokan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dalam arti penduduk

yang telah menamatkan kelas tertinggi sampai mendapatkan tanda tamat.

Komposisi ini digunakan untuk mengambarkan potensi penduduk yang ada di

suatu daerah. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan

Kecamatan Jebres dapat dilihat secara rinci pada tabel 9.

Page 74: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di

Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Nama Kelurahan

Tingkat Pendidikan

Tmt

Akademi/

PT

Tmt

SLTA

Tmt

SLTP Tmt SD

Tdk Tmt

SD

Blm Tmt

SD

Tdk

Sklh Total

1 Kepatihan Kulon

368 776 463 167 29 311 550 2.760

2 Kepatihan Wetan

137 342 567 532 697 281 104 2.660

3 Sudiroprajan

105 783 1.142 110 343 672 1.221 4.376

4 Gandekan

439 1.133 1.502 2.105 609 295 1.205 7.288

5 Sewu

151 1.144 2.994 624 431 412 1.221 6.977

6 Pucang Sawit

260 2.200 1.900 2.900 1.941 2.019 503 11.731

7 Jagalan

187 1.305 3.086 3.552 487 1.793 519 10.929

8 Purwodiningratan

59 590 991 1.414 232 451 746 4.483

9 Tegalharjo

116 815 535 927 939 516 1.885 5.733

10 Jebres

1.484 4719 4297 4.659 4.610 5.325 5.336 30.430

11 Mojosongo

2.450 4648 5618 5.209 5.856 4.735 5.568 34.084

JUMLAH

5.756 18.455 23.095 22.199 16.182 16.810 18.858 121.451

Prosentase

4,73 15,19 19 18,27 13,32 13,84 15,52 100

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

Tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres terbesar pada tingkat tamat

SLTP dengan jumlah 23.095 jiwa atau mencapai 19%, selanjutnya tingkat tamat

Sekolah Dasar (SD) 18,27%, tidak sekolah 15,52%, tamat SLTA 15,19%, belum

tamat SD 13,84%, tidak tamat SD 13,32%, dan yang terakhir tingkat tamat

Akademi/PT yaitu 4,73%.

d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut

Berkaitan dengan tema yang diambil, maka perlu diketahui komposisi

agama yang dianut. Komposisi agama yang dianut adalah pengelompokan

penduduk berdasarkan agama yang dianut. Komposisi ini digunakan sebagai

acuan dalam pembangunan masjid, secara umum dan lebih lanjut dapat pula

mengambarkan struktur dan sumberdaya penduduk yang ada di suatu daerah.

Kecamatan Jebres memiliki jumlah penduduk sebesar 135.764 jiwa pada

tahun 2000, pada tahun 2008 jumlah penduduk di kecamatan Jebres menjadi

Page 75: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

142.292 jiwa. Agama Islam merupakan Agama yang paling banyak dianut oleh

penduduk yang tersebar pada 11 kelurahan di Kecamatan Jebres, dengan jumlah

penganut dari 90.573 jiwa meningkat menjadi 95.296 jiwa pada tahun 2008.

Kristen Katholik dan Kristen Protestan secara berurutan berada di bawah Agama

Islam dalam jumlah penganutnya yaitu 21.802 jiwa dan 22.518 . Agama Hindu

dengan jumlah penganutnya 872 jiwa pada tahun 2008 merupakan agama yang

paling sedikit dianut. Dari uraian penduduk menurut agama yang dianut diatas,

sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berarti ketersediaan rumah ibadah

masjid sangatlah perlu ditingkatkan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk

semakin bertambah. Komposisi penduduk menurut agama yang dianut dapat

dilihat lebih rinci pada tabel 10.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Kecamatan

Jebres Tahun 2000-2008.

Kelurahan

Agama Yang Dianut

Islam

(jiwa)

Kristen

Katholik

(jiwa)

Kristen

Protestan

(jiwa)

Budha

(jiwa)

Hindu

(jiwa)

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2000 2008 2000 2008 2000 2008 2000 2008 2000 2008

Kepatihan Kulon

2.236 2.142 552 263 304 481 11 40 12 4

Kepatihan Wetan

1.886 1.797 614 595 579 561 101 67 84 60

Sudiroprajan

2.518 2.846 1.181 1.101 993 867 237 195 5 5

Gandekan

6.097 6.270 964 914 2.179 2013 270 316 84 -

Sewu

6.578 6.568 520 575 408 626 35 30 32 29

Pucang Sawit

8.448 9.768 2.130 2.290 1.528 1.752 175 170 111 104

Jagalan

10.392 8.940 1.849 1.825 1.218 1.257 146 144 38 54

Purwodiningratan

3.140 2.808 1.053 1.056 1.207 1.320 43 39 149 149

Tegalharjo

3.990 3.523 1.197 1.016 1.073 1.033 229 223 236 301

Jebres

21.573 23.300 4.296 4.624 4.111 4.231 149 148 144 158

Mojosongo

23.715 27.334 7029 7.543 7499 8.377 412 432 4 8

JUMLAH 90.573 95.296 21.385 21.802 21.009 22.518 1.808 1.804 899 872

Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan 2008

Page 76: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

e. Fasilitas Kota

Ketersediaan Fasilitas kota sangatlah perlu karena dengan banyaknya

fasilitas yang tersedia akan semakin mempermudah pemenuhan kebutuhan

manusia ketersediaan fasilitas kota yang tersedia cukup banyak berarti sarana

prasarana daerah tersebut lengkap, sehingga kebutuhan hidup semakin mudah.

Berikut tabel 11 yang menjelaskan keberadaan fasilitas yang ada di Kecamatan

Jebres:

Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres

Kelurahan

Fasilitas Umum

Hotel

/Losmen Pasar

Swal

ayan Toko Pabrik

Rumah

Sakit Kampus Stadion

Stasiun

KA

Kepatihan Kulon

50

Kepatihan Wetan

1 1 33 1

Sudiroprajan

1 216 1

Gandekan

121 2

Sewu

1 173 5

Pucang Sawit

2 336 9

Jagalan

328 4

Purwodiningratan

2 1 125 3

Tegalharjo

1 28 1 1

Jebres

1 1 753 6 1 2 1

Mojosongo

2 1 899 16 1 4

JUMLAH

5 8 2 3.662 48 3 6 1

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan tabel 11 diatas, fasilitas kota yang terdapat di Kecamatan

Jebres secara keseluruhan yaitu sebanyak 3.735 fasilitas. Fasilitas yang banyak

tersedia adalah toko sebanyak 3.662 bangunan, dan pabrik sebanyak 48 bangunan.

Pasar tradisional sebanyak 8 bangunan, kampus sebanyak 6 bangunan, hotel atau

losmen sebanyak 5 bangunan. Rumah sakit sebanyak 3 bangunan, swalayan

sebanyak 2 bangunan, dan stasiun kereta api sebanyak 1 bangunan. Dengan

banyaknya jumlah fasilitas kota yang disediakan oleh pemerintah daerah Kota

Surakarta maka peduduk di Kecamatan jebres khususnya ataupun penduduk yang

berada diluar kota Surakarta akan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan

Page 77: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

hidupnya. Semakin banyak penduduk dari luar kota bermukim dan menetap, maka

kebutuhan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan

Jebres

Penggunaan lahan di suatu daerah sangat terkait dengan aktifitas manusia

yang senantiasa berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan memanfaatkan

lahan yang telah ada. Pemanfaatan lahan tersebut sangat beragan bergantung dari

kepentingan yang bersangkutan. Beragamnya kepentingan terhadap lahan dan

semakin tingginya nilai lahan menyebabkan terjadinya persaingan secara tidak

langsung dalam mmeperoleh lahan yang paling menguntungkan, baik dari segi

ekonomi maupun sosial. Adanya aktifitas dan prilaku-prilaku terhadap lahan

secara terus menerus tersebut menjadikan lahan bersifat dinamis, dalam arti lahan

akan selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu mengikuti perkembangan

kualitas kehidupan manusia sebagai penggunannya. Perubahan penggunaan lahan

tidak hanya disebabkan oleh adanya kepentingan pribadi setiap manusia terhadap

lahan untuk tujuan tertentu, namun juga merupakan dampak dari proses

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pelebaran jalan merupakan

salah satu contoh adanya usaha untuk meningkatkan aksebelitas dan kelancaran

distribusi kegiata yang ada dimana, pembangunan ini akan mengurangi luasan

lahan untuk bangunan yang ada.

Secara keseluruhan luas wilayah daerah penelitian yaitu 1.258,18 hektar

yang memiliki bentuk penggunaan lahan yang cukup bervariatif ada yang

termasuk dalam jenis penggunaan tanah perkotaan seperti perumahan/

permukiman, jasa, perusahaan, industri dan jenis penggunaan tanah pedesaan

yaitu lahan agraris seperti sawah maupun tegalan. Perubahan penggunaan lahan

yang menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan di kota di daerah

penelitian yaitu penggunaan lahan yang bersifat agraris maupun non agraris.

Berikut deskripsi data penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2008.

Page 78: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000

Pada tahun 2000 penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Jebres adalah

untuk permukiman atau yang berupa rumah dan pekarangan seluas 652,52 Ha atau

52,17 % dari seluruh luas kecamaatan. Permukiman ini tersebar di 11 kelurahan

baik berupa perkampungan maupun kompleks perumahan. Penggunaan lahan

terbesar ke dua di Kecamatan jebres adalah untuk jasa seluas 176,28 hektar atau

sebesar 14,01 %, dari luas seluruh kecamatan.

Pada umumnya penggunaan lahan di sepuluh kelurahan di Kecamatan

Jebres telah didominasi oleh lahan terbangun, hanya kelurahan Mojosongo saja

yang masih mempunyai lahan tak terbangun yang digunakan untuk

pertanian/agraris yaitu lahan untuk tegalan seluas 96,97 hektar dan lahan

sawah 22,21 hektar. Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing-masing

penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dapat dilihat

pada tabel 12 dan peta 2:

Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000

No Pengunaan Lahan Luas

Hektar %

1. Permukiman 656,45 52,17

2. Jasa 176,28 14,01

3. Perusahaan 87,00 6,91

4. Industri 25,38 2,01

5. Tanah kosong 18,09 1,43

6. Tegalan 96,07 7,63

7. Sawah 22,21 1,76

8. Kuburan 38,98 3,09

9. Lapangan Olah Raga 10,51 0,83

10 Taman Kota 22,60 1,79

11. Lain-lain 104,61 8,31

Sumber: Data Sekunder Tahun 2000

Page 79: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000

0

100

200

300

400

500

600

700656.45

176.28

87

25.38 18.09

96.07

22.21 38.9810.51 22.6

104.61Ju

mla

h (

ha

)

Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Tahun 2000Permukiman

Jasa

Perusahaan

Industri

Tanah kosong

Tegalan

Sawah

Kuburan

Lapangan Olah Raga

Taman Kota

Lain-lain

Page 80: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Page 81: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008

Penggunaan lahan (landuse) merupakan suatu bentuk intervensi atau

campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

atau dapat dikatakan merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya.

Sebagai daerah yang cukup strategis dengan pusat Kota Surakarta secara

keseluruhan kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Jebres lebih didominasi

untuk lahan terbangun.

Pada tahun 2008 penggunaan lahan terbesar masih didominasi oleh

permukiman. Luas permukiman yaitu sebesar 659,09 Hektar atau 52,38% dari

seluruh luas kecamatan. Penambahan luas permukiman ini terjadi tidak merata

pada kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres. Pengguaan lahan

terkecil dimanfaatkan untuk lapangan olah raga seluas 10,51 hektar atau 0,83%

dari luas kecamatan.Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing- masing

penggunaan lahannya, dapat di lihat pada Tabel 13, peta 3:

Tabel 13. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Pengunaan Lahan Luas

Hektar %

1. Permukiman 659,09 52,38

2. Jasa 176,6 14,03

3. Perusahaan 83,56 6,64

4. Industri 24,95 1,98

5. Tanah kosong 24,53 1,94

6. Tegalan 91,32 7,25

7. Sawah 21,32 1,69

8. Kuburan 38,98 3,09

9. Lapangan Olah Raga 10,51 0,83

10 Taman Kota 22,60 1,79

11. Lain-lain 104,61 8,31

Sumber: Data Sekunder Tahun 2008

Page 82: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Gambar 4. Penggunaan Lahan Tahun 2008

0

100

200

300

400

500

600

700659.09

176.6

83.5624.95 24.53

91.32

21.32 38.9810.51 22.6

104.61

Ju

mla

h (

ha

)

Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Tahun 2008 Permukiman

Jasa

Perusahaan

Industri

Tanah kosong

Tegalan

Sawah

Kuburan

Lapangan Olah Raga

Taman Kota

Lain-lain

Page 83: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Page 84: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008

Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan suatu bentuk perubahan

lingkungan yang mengurangi resiko lingkungan dan memperbesar manfaat

lingkungan. Perubahan penggunaan lahan terjadi karena kebutuhan hampir

diseluruh yang semakin meningkat untuk pembangunan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup manusia sedangkan lahan yang merupakan modal bersifat tetap,

akibatnya terjadi perbenturan antar kepentingan tersebut. Perubahan penggunaan

lahan yang dimaksudkan disini adalah pertambahan lahan dari satu sisi

penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainya yang diikuti dengan

berkurangnya bentuk penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu

berikutnya.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Jebres dipicu

oleh semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk alami kota ditambah dari

para pendatang. Semakin tinggi angka pertumbuhan penduduk maka semakin

tinggi pula tingkat kepadatan penduduknya. Hubungan kepadatan penduduk

dengan penggunaan lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung.

Semakin tinggi angka kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat

perubahan bentuk penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin

tinggi angka kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula

tingkat kebutuhan lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk

penggunaan lahannya semakin cepat.

Selama jangka waktu 8 tahun yaitu dari tahun 2000-2008 Kecamatan

Jebres nampak terjadi peralihan fungsi lahan baik dalam bentuk maupun luasan.

Pertambahan penggunaan lahan tahun 2008 berupa lahan untuk permukiman,

tanah kosong, dan jasa. Penambahan penggunaan lahan terbesar adalah untuk

tanah kosong seluas 18,09 Ha menjadi 24,53 Ha. Pada saat penelitian dilakukan

tanah kosong tersebut masih berupa padang sabana, semak belukar karena

belum dimanfaatkan. Penambahan penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk

permukiman. Lahan permukiman yang semula seluas 656,45 hektar menjadi

659,09 hektar atau bertambah 2,64 hektar. Lahan yang di pergunakan untuk

bidang jasa juga mengalami penambahan luas areal sebesar 0,32 hektar.

Page 85: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Lahan yang digunakan untuk pertanian oleh penduduk mengalami

pengurangan luas areal. Lahan tegalan yang semula seluas 96,07 hektar berkurang

4,75 hektar menjadi 91,32 hektar. Lahan sawah yang semula seluas 22,21 hektar

berkurang 0,89 hektar menjadi 21,32 hektar. Pengurangan luas juga terjadi pada

lahan yang digunakan untuk perusahaan dan industri. Lahan yang untuk

perusahaan berkurang 3,44 hektar dari 87 hektar menjadi 83,56 hektar. Lahan

untuk industri berkurang 0,43 hektar dari 25,38 menjadi 24,95 hektar.

Untuk lebih jelasnya masing- masing perubahan luas penggunaan

lahannya, dapat di lihat pada Tabel 14 berikut ini

Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000-

2008

No. Penggunaan Lahan

Luas (ha) Perubahan Luas

(Ha ) Tahun

2000

Tahun

2008

1. Permukiman 656,45 659,09

(+)2,64

2. Jasa 176,28 176,6

(+)0,32

3. Perusahaan 87,00 83,56

(-)3,44

4. Industri 25,38 24,95

(-)0,43

5. Tanah kosong 18,09 24,53

(+)6,44

6. Tegalan 96,07 91,32

(-)4,75

7. Sawah 22,21 21,32

(-)0,89

8. Kuburan 38,98 38,98

0

9. Lapangan Olah Raga 10,51 10,51

0

10 Taman Kota 22,60 22,60

0

11. Lain-lain 104,61 104,61

0

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 86: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

d. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Tahun 2000-2008

Berdasarkan data dari Surakarta Dalam Angka pada tahun 2000

Kecamatan Jebres memiliki luas lahan permukiman sebesar 656,45 Ha yang

tersebar di seluruh kelurahan di Kecamatan Jebres. Kemudian pada tahun 2008

meningkat 2,64 hektar menjadi 659,09 hektar dari luas seluruh kecamatan.

Melihat perkembangan selama 8 tahun terakhir yaitu dari tahun 2000 hingga

tahun 2008, tidak semua Kelurahan di Kecamatan Jebres mengalami

perkembangan perluasan lahan untuk permukiman.

Ada beberapa kelurahan yang tidak mengalami perkembangan, dan ada

pula yang mengalami perkembangan. Perubahan penggunaan lahan terbesar

terjadi di Kelurahan mojosongo, namun demikian pada saat penelitian

berlangsung penulis menjumpai ada beberapa kelurahan yang mengalami

perubahan penggunaan lahan untuk permukiman. Akan tetapi perubahan tersebut

skalanya hanya kecil, dan cenderung terpencar-pencar sehingga pada saat

pembuatan peta penggunaan lahan, perubahan tersebut tergeneralisasi dengan

permukiman yang sudah ada sebelumnya.

Perkembangan permukiman terjadi pada kelurahan yang masih memiliki

lahan yang relative luas dan tingkat kepadatan penduduk yang masing kecil.

Sedangkan kelurahan yang tidak mengalami perkembangan adalah kelurahan

yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang

perkembangan permukiman masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres

silahkan melihat tabel 15 dan peta 4 di bawah ini:

Page 87: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008

No. Kelurahan Luas

Wilayah

Luas permukiman

(Ha) Perubahan Luas

(Ha ) Tahun

2000

Tahun

2008

1. Kepatihan Kulon

17,50 9.07 9,07 0

2. Kepatihan Wetan

22,50 4,70 4,70 0

3. Sudiroprajan

23,00 11,97 11,97 0

4. Gandekan

35,00 28,56 28,56 0

5. Sewu

48,50 29,79 29,79 0

6. Pucang Sawit

127,00 57,27 57,27 0

7. Jagalan

65,00 45,41 45,41 0

8. Purwodiningratan

37,30 17,75 17,75 0

9. Tegalharjo

32,50 21,14 21,14 0

10 Jebres

317,00 114,89 114,89 0

11. Mojosongo

532,88 315,90 318,54 (+)2,64

Sumber: Analisis data sekunder

Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman

0

100

200

300

400

500

600

Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman

Luas Permukiman Tahun 2000 Luas Permukiman Tahun 2008 Luas Wilayah

Page 88: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Page 89: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Berikut akan dijelaskan deskripsi perubahan penggunaan lahan untuk

permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Untuk mempermudah dalam

pendeskripsian di masing-masing kelurahan maka dibagi dalam dua kelompok

perubahan. Kelompok yang pertama yaitu kelurahan yang tidak mengalami

perkembangan dan kelompok kedua yaitu kelurahan yang mengalami

perkembangan.

1) Kelurahan Yang Tidak Mengalami Perkembangan permukiman

Dilihat dari data Kecamatan Jebres dalam angka yang di peroleh dari

kantor badan statistik Surakarta, 10 kelurahan yang masuk dalam wilayah

administratif Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan

Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan

Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,

Kelurahan Tegalharjo dan Kelurahan Jebres, praktis tidak ada penambahan luas

areal untuk permukiman. Kelurahan-kelurahan tersebut memiliki tingkat

kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

Bahkan kelurahan Seperti Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan

Kepatihan Kulon, Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,

Kelurahan Jagalan, dan Kelurahan Purwodingratan mempunyai intensitas

bangunan yang cukup padat. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi berarti

kebutuhan lahan akan semakin meningkat. Namun keberadaan kepadatan

penduduk tersebut tidak didukung oleh tersedianya lahan yang cukup dan

memadai sehingga memungkinkan kelurahan tersebut diatas tidak ada perubahan

penggunaan lahan, yang terjadi hanyalah alih fungsi lahan.

Lahan yang tersedia beberapa kelurahan ini sudah banyak yang didominasi

oleh lahan yang terbangun. Bangunan-bangunan yang ada digunakan untuk

fasilitas pendidikan seperti (lahan untuk sekolahan, kampus), fasilitas

pemerintahan seperti (kantor instansi, kantor kelurahan, kantor kecamatan, dll),

fasilitas kesehatan seperti (rumah sakit, polyklinik, PUSKESMAS,dll) fasilitas

ekonomi seperti (BANK, pasar tradisional, super market atau pusat perbelanjaan)

dan juga untuk fasilitas perdagangan dan perusahaan. Akibatnya alih fungi lahan

Page 90: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

untuk permukiman semakin sempit. Terbukti selama kurun waktu 8 tahun terakhir

di 10 kelurahan ini tidak ada perkembangan.

Gambar 6,7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan untuk

Perdagangan di Kelurahan Jebres

Dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk, semakin berkembangnya

kegiatan usaha, dan keberadaan budaya masyarakat yang semakin maju,

menyebabkan permintaan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat

sedangkan lahan bersifat tetap. Kelurahan–kelurahan yang tersebut diatas sudah

tidak memiliki lahan yang tidak terbangun untuk dijadikan lahan untuk

permukiman, maka jika dipaksakan akan timbul masalah kependudukan sehingga

perlu dicarikan alternatif penyelesaian yaitu dengan menyediakan lahan

permukiman pada lahan-lahan yang masing kosong atau lahan yang belum

terbangun yaitu di daerah pinggiran.

2) Kelurahan Yang Mengalami Perkembangan permukiman

Salah satu kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman yang

cukup pesat di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir adalah

Kelurahan Mojosongo. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang paling luas di

Kecamatan Jebres yang letaknya berada paling utara dari batas Kecamatan. Luas

kelurahan ini sebesar 532,88 Ha atau 42,35% dari luas Kecamatan Jebres.

Kelurahan Mojosongo terletak diantara dua jalur perkembangan yaitu Kota

Surakarata, dan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Page 91: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Kelurahan Mojosongo mengalami perkembangan permukiman sebesar

2,64 Hektar. Pada tahun 2000 luas permukiman sebesar 315,90 Hektar kemudian

pada tahun 2008 bertambah luas menjadi 318,54 hektar. Perkembangan

permukiman di Kecamatan Mojosongo ini dapat dilihat dengan munculnya

permukimam-permukiman baru yaitu rumah-rumah tinggal penduduk khususnya

rumah tinggal penduduk dalam bentuk kawasan perumahan baik perumahan

mewah maupun sederhana yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya yang

menunjang sebagai satu kesatuan yang utuh antara manusia dengan

lingkungannya.

Perkembangan permukiman tersebut berasal dari konversi lahan tegalan

dan sawah yang masing-masing berkurang 4,75 hektar dan 0,89 hektar.

Penggunaan Lahan tegalan di Kelurahan Mojosongo sebagai suatu lahan usaha

untuk pertanian, banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk ditanami

tanaman palawija/tanaman pangan seperti ketela pohon, Jagung, kacang tanah,

kacang panjang dan sebagian lahannya juga di tanami tanaman perkebunan seperti

pohon jati, pohon sengon, pohon mauni dan sebagiannya ditumbuhi atau tertutup

oleh tumbuhan perdu atau nipah banyak tersebar di beberapa desa.

Alih fungsi lahan tegalan menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan

Mojosongo adalah terjadi secara langsung oleh pemilik lahan ataupun tidak

langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli

lahan tegalan (para pengembang dan pembeli individu). Proses alih fungsi lahan

tegalan pada umumnya berlangsung cepat karena terkait dengan upaya

pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi

(landrent) jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri,

kawasan perumahan, kawasan pendidikan dan sebagainya) atau untuk pemenuhan

kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk

lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan).

Alih fungsi lahan tegal untuk pembangunan kawasan pemukiman (real

estate), jalan raya, komplek perkantoran, fasilitas umum maupun fasilitas sosial

dan sebagainya mengakibatkan terbentuknya pola alih fungsi yang sistematis.

Lahan tegalan yang beralih fungsi pada umumnya mencakup suatu hamparan.

Page 92: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Selama jangka waktu mulai tahun 2000 sampai 2008, perubahan atau alih fungsi

lahannya nampak sekali terjadinya peningkatan. Seluas 96,07 hektar lahan tegalan

pada tahun 2000 berkurang menjadi 91,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan

seluas 4,75 hektar, angka ini menunjukan angka yang cukup tinggi.

Gambar 8: Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres

Gambar 9: Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman di

Kelurahan Mojosongo, Jebres

Selain perubahan fungsi lahan menjadi permukiman berasal dari lahan

tegalan, lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Mojosongo juga mengalami

perubahan fungsi menjadi permukiman. Lahan sawah yang dimanfaatkan tiap

tahun oleh penduduk untuk ditanamani padi maupun palawija sedikit demi sedikit

mengalami pengurangan luas areal. Seluas 22,21 hektar lahan sawah pada tahun

Page 93: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

2000 berkurang menjadi 21,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 0,89

hektar. Untuk lebih jelasnya tentang konversi lahan nonpermukiman menjadi

permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo silahkan melihat tabel 16 di

bawah ini

Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di

Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008

No Jenis Penggunan

Lahan

Tahun

2000

Tahun

2008 Perubahan

Ha Ha Berkurang

(Ha)

Bertambah

(Ha)

1 Permukiman 315,90 318,54 - 2,64

2 Jasa 29,81 29,81 0 0

3 Perusahaan 3,65 3,65 0 0

4 Industri 1,30 1,30 0 0

5 Tanah Kosong 15,59 18,59 - 3,00

6 Tegalan 96,07 91,32 4,75 -

7 Sawah 22,21 21,32 0,89 -

8 Kuburan 9,55 9,55 0 0

9 Lapangan Olah Raga 2,00 2,00 0 0

10 Taman Kota 0,00 0,00 0 0

11 Lain-lain 36,80 36,80 0 0

Jumlah 532,88 532,88 5,64 5,64

Sumber: Analisis data sekunder

Oleh karena desakan dari daerah pusat kota yang semakin padat, sistem

sewa tanah yang semakin tinggi makin banyaknya peraturan yang mengikat, pajak

yang tinggi dan kualitas drainase yang kurang baik serta lingkungan yang semakin

tercemar mengakibatkan penduduk yang berada di pusat kota terdorong untuk

mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan permukiman. Letak Kelurahan

Mojosongo yang cukup stategis berada di daerah perbatasan antara Kota Surakarta

dan wilayah Kabupaten Karanganyar, kondisi lingkungan yang masih terbuka dan

menyenangkan, sistem transportasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas

yang kurang padat, dan lokasi permukiman yang tidak berada pada jalur yang

rawan banjir menjadikan kelurahan Mojosongo bisa menjadi alternatif suatu

kawasan yang siap bangun. Luas penggunaan lahan terbangun dan tak terbangun

di masing-masing kelurahan dapat di lihat tabel di bawah ini.

Page 94: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut

Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Kelurahan Luas

Lahan

Terbangun

(Ha)

%

Lahan Tak

Terbangun

(Ha)

%

1 Kepatihan Kulon 17,50 17,50 100,00 0,00 0,00

2 Kepatihan Wetan 22,50 22,50 100,00 0,00 0,00

3 Sudiroprajan 23,00 23,00 100,00 0,00 0,00

4 Gandekan 35,00 35,00 100,00 0,00 0,00

5 Sewu 48,50 47,30 97,52 1,20 2,47

6 Pucang Sawit 127,00 107,15 84,37 19,85 15,62

7 Jagalan 65,00 65,00 100,00 0,00 0,00

8 Purwodiningratan 37,30 35,82 96,03 1,48 3,96

9 Tegalharjo 32,50 32,50 100,00 0,00 0,00

10 Jebres 317,00 276,49 87,22 40,51 12,77

11 Mojosongo 532,88 383,53 71,97 149,35 28,02

Jumlah 1258,18 1045,79 83,11 212,39 16,88

Sumber: Analisis Data Sekunder

Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa Kelurahan Mojosongo

masih memiliki lahan tak terbangun yang cukup luas yakni sebesar 149,35 hektar

yang dimanfaatkan untuk kegiatan agraris seperti sawah dan tegalan dan tanah

kosong. Selain lahannya yang masih tersedia cukup luas, di kelurahan ini harga

tanahnya relatif masih terjangkau dibandingkan dengan daerah yang berada di

pusat Kota Surakarta. Diharapkan dengan masih tersedianya lahan tak terbangun

tersebut Kelurahan Mojosongo kedepannya bisa dijadikan kawasan

pengembangan di berbagai bidang seperti; pendidikan, budaya, kesehatan,

perdagangan dan yang lainnya. Diharapkan penetapan prioritas-prioritas yang

tepat akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan dan

akhirnya meningkatkan taraf hidup warga Jebres secara signifikan. Untuk lebih

jelasnya tentang wilayah peruntukan lahan terbangun di Kelurahan Mojosongo

tahun 2008 dapat dilihat pada peta 5 di bawah ini.

Page 95: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Page 96: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres

Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal permukiman

suatu daerah mengakibatkan bertambahnya kebutuhan dan fasilitas sosial

masyarakat di daerah itu sendiri. Pembangunan berbagai fasilitas sosial sangat

perlu ditingkatkan guna menunjang kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah

pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual

masyarakat.

Agama tidak hanya berupa sistem kepercayaan belaka melainkan juga

harus dijadikan keyakinan kuat dan diwujudkan dalam bentuk pengamalan ibadah

yang nyata. Keberadaan tempat ibadah menggambarkan keberadaan persebaran

pemeluk agama. Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di

kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan

yang cukup signifikan. Pertumbuhan pembangunan masjid tersebut didukung

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah pemeluk agama

Islam yang masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres. Untuk

memudahkan dalam analisis pertumbuhan masjid, maka dalam pembahasan ini di

bedakan menjadi dua kategori yaitu masjid dalam arti digunakan untuk didirikan

sholat Jum‟at yang disebut Masjid Jami‟ dan masjid yang tidak digunakan untuk

didirikan untuk Sholat Jum‟at yang dari segi ukuran lebih kecil dari Masjid Jami‟

yaitu yang disebut Musholla.

Berdasarkan data yang diambil dari Departemen Agama Kota Surakarta

dan survei lapangan, jumlah keseluruhan bangunan masjid dan musholla di

Kecamatan Jebres pada tahun 2000 berjumlah 118 buah, mewakili 90.573 jiwa

kaum Muslimin. Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan

masjid dan musholla sebanyak 39 buah, sehingga jumlah keseluruhan masjid dan

musholla menjadi 157 buah, yang mewakili 95.296 jiwa kaum Muslimin yang

masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres.

Pada tahun 2000 jumlah bangunan Masjid Jami‟ yang paling banyak

adalah di Kelurahan Jebres sebanyak 40 masjid yang mewakili 21.573 jiwa umat

Islam. Kemudian disusul Kelurahan Mojosongo sebanyak 36 Masjid Jami‟ dan 11

musholla yang mewakili 22.486 jiwa Umat Islam. Sedangkan jumlah Masjid

Page 97: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

yang paling sedikit adalah di Kelurahan Kepatihan Wetan, yang hanya memiliki 1

Masjid Jami dan 1 musholla mewakili 1.797 jiwa Umat Islam .

Pada tahun 2008 Kelurahan Mojosongo yang memiliki wilayah paling luas

di Kecamatan Jebres yang berpotensi terus mengalami pertambahan penduduk

dan penambahan jumlah pemeluk Agama Islam terus mengadakan pembangunan

masjid dan musholla. Terhitung pada tahun 2008 pembangunan masjid dan

musholla di Kelurahan Mojosongo adalah paling banyak yaitu 17 masjid dan 5

musholla yang mewakili 27.334 jiwa Umat Islam. Kemudian kelurahan kedua

yang paling banyak melakukan pembangunan adalah Kelurahan Jebres. Sebanyak

8 masjid dibangun untuk 23.300 jiwa Umat Islam. Sedangkan Kelurahan yang

tidak mengalami penambahan masjid maupun musholla adalah Kelurahan

Kepatihan Kulon, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan

Purwodiningratan. Untuk mengetahui secara lebih lanjut distribusi perkembangan

masjid dan distribusi pemeluk agama Islam di masing-masing Kelurahan Jebres

dapat di lihat pada Tabel 18 dan peta 7:

Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam

Kecamatan Jebres

Kelurahan

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Jumlah Pemeluk

Agama Islam

(Jiwa)

Jumlah

Masjid

Jumlah

Musholla Jumlah

Masjid

dan

Mushola

Th 2000-

Th 2008

Tahun

2000

Tahun

2008

Tahun

2000

Tahun

2008

Tahun

2000

Pemban

gunan

Tahun

2000-

2008

Tahun

2000

Pemban

gunan

Tahun

2000-

2008

Kepatihan Kulon 3.115 2.930 2.236 2.142 1 - 1 - 2

Kepatihan Wetan 3.264 3.080 1.886 1.797 1 1 - - 2

Sudiroprajan 4.934 5.014 2.518 2.846 2 - 1 - 3

Gandekan 9.594 9.513 6.097 6.270 3 - 2 - 5

Sewu 7.573 7.828 6.578 6.568 4 1 5

Pucang Sawit 12.392 14.084 8.448 9.768 9 2 - 1 12

Jagalan 13.643 12.220 10.392 8.940 2 3 - - 5

Purwodiningratan 5.592 5.372 3.140 2.808 2 - - - 2

Tegalharjo 6.725 6.096 3.990 3.523 2 - 1 1 4

Jebres 30.273 32.461 21.573 23.300 40 8 - - 48

Mojosongo 38.659 43.694 23.715 27.334 36 17 11 5 69

Jumlah 135.764 142.292 90.573 95.296 102 32 16 7 157

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer, dan Hasil

Perhitungan

Sampai Sampai

Page 98: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid Di Kecamatan Jebres

Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembagunan masjid,

selanjutnya dalam pembahasan ini akan dijelaskan distribusi spasial masing-

masing masjid dan musholla yang tersebar pada masing-masing kelurahan.

Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu akan dijelaskan teknik analisis yang

akan digunakan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran masjid

yang ada di Kecamatan Jebres adalah analisis spasial dengan menggunakan peta.

Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan

lokasi distribusi masjid. Dalam penggambarannya di peta, masjid disimbolkan

menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu

masjid di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya

secara absolut di permukaan bumi. Dalam menentukan lokasi titik di lapangan

penulis mengambil titik koordinat masjid-masjid dengan menggunakan alat

Global Positioning system (GPS). (Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak

masjid secara absolut di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dan 2008 dapat

dilihat pada lampiran 1 dan 2.)

Untuk membantu penyajian data persebaran masjid di Kecamatan Jebres

digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang

mengolah data atribut berupa titik lokasi masjid yang kemudian dimasukkan ke

dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-

343. Penentuan jumlah titik masjid didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi

masjid yang tersebar diseluruh di Kecamatan Jebres. Hasil akhir dari pengolahan

data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta Distrbusi Spasial masjid

Kecamatan Jebres. Peta Distribusi Masjid tersebut memuat informasi distribusi

spasial masjid tahun 2000 dan distribusi spasial pembangunan masjid tahun 2008.

a. Distribusi Masjid Tahun 2000

Jumlah keseluruhan masjid di kecamatan jebres sampai dengan tahun

2000 berdasarkan data dari Departemen Agama kota surakarta berjumlah 118

masjid, dengan rincian Masjid Jami‟ berjumlah 102 dan Musholla sebanyak 16

Page 99: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

buah. Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid tahun 2000 Jumlah masjid dari

masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres sangatlah bervariasi

mulai dari yang hanya memiliki 1 masjid sampai yang memiliki 40 masjid.

Distribusi masjid yang paling banyak terdapat di Kelurahan Jebres yaitu sebanyak

40 masjid atau 39,21% dari total masjid yang ada di Kecamatan Jebres.

Mojosongo memiliki jumlah masjid terbanyak nomor 2 sebanyak 36 masjid akan

tetapi mojosongo memiliki jumlah musholla yang lebih banyak yaitu 11 musholla.

Sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki bangunan masjid adalah

kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya memiliki 1 bangunan masjid.

Untuk lebih jelasnya distribusi masjid di Kecamatan Jebres pada tahun

2000 dapat dilihat pada tabel 19, peta 6.

Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000.

No Nama Kelurahan Jumlah Masjid Jumlah Musholla

Masjid Persen Musholla Persen

1 Kepatihan Kulon 1 0,98 1 6,25

2 Kepatihan Wetan 1 0,98 0 0

3 Sudiroprajan 2 1,96 1 6,25

4 Gandekan 3 2,94 2 12,5

5 Sewu 4 3,92 0 0

6 Pucang Sawit 9 8,82 0 0

7 Jagalan 2 1,96 0 0

8 Purwodiningratan 2 1,96 0 0

9 Tegalharjo 2 1,96 1 6,25

10 Jebres 40 39,21 0 0

11 Mojosongo 36 35,29 11 68,75

Jumlah 102 100 16 100

Sumber: Data Primer dan Hasil Perhitungan

Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000

0

10

20

30

40

50Distribusi Masjid Tahun 2000

Musholla

Masjid

Page 100: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Page 101: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

b. Distribusi Masjid Tahun 2008

Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid pada tahun 2008 dijelaskan bahwa,

pada Kecamatan Jebres keberadaan masjid lebih banyak/dominan pada bagian

utara dan tengah kemudian sedikit di bagian barat dan bagian selatan. Hal ini

dikarenakan luas wilayah dibagian utara lebih besar dibandingkan dengan yang di

barat dan selatan Kecamatan Jebres. Di bagian barat Kecamatan Jebres hanya

ditemukan 1 masjid dan 1 musholla yang terletak dikelurahan Kepatihan Kulon, 2

masjid di Kelurahan Kepatihan Wetan, 2 masjid di kelurahan purwodiningratan

dan 2 masjid di kelurahan Sudiroprajan. Di bagian selatan Kecamatan Jebres,

terdapat 3 masjid dan 3 musholla yag terletak di kelurahan Gandekan dan 4

masjid serta 1 musholla di kelurahan Sewu. Masjid-masjid yang berada di bagian

barat dan selatan keberadaannya kurang begitu terlihat. Padahal apabila

masyarakat ingin mengerjakan ibadah cenderung untuk memilih masjid yang

terdekat dengan lokasi tempat tinggal atau tempat bekerja. Di wilayah kelurahan

ini kapasitas bangunan yang digunakan untuk permukiman maupun pertokoan

sudah terlalu padat, sehingga hal ini perlu dicarikan solusi oleh pemerintah

setempat untuk mencarikan lokasi pendirian masjid. Selain kelurahan yang

tersebut diatas, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo didapati persebaran

masjidnya telah merata. (Lihat peta 7. Peta Distribusi Masjid di Kecamatan

Jebres Tahun 2008)

Pada saat penelitian dilakukan, ada beberapa masjid yang belum tercantum

pada data yang didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG).

Departemen Agama Kota Surakarta menulis data masjid di Kecamatan Jebres

hanya sampai pada tahun 2006. Jumlah masjid yang belum tercantum ada 14

masjid, sedangkan total jumlah masjid menurut data Departemen Agama Kota

Surakarta ( DEPAG) dan ditambah dengan data masjid yang belum tercantum

dalam data Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG) sebagai hasil survei

lapangan yang di sajikan dalam tabel 20, yaitu berjumlah 157 masjid..Untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai distribusi pembangunan masjid di Kecamatan

Jebres pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini

Page 102: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Kelurahan Luas

Wilayah

(Ha)

Pembagunan

Masjid

Pembangunan

Musholla

1 Kepatihan Kulon 17,50 - -

2 Kepatihan Wetan 22,50 1 -

3 Sudiroprajan 23,00 - -

4 Gandekan 35,00 - -

5 Sewu 48,50 1

6 Pucang Sawit 127,00 2 1

7 Jagalan 65,00 3 -

8 Purwodiningratan 37,30 - -

9 Tegalharjo 32,50 - 1

10 Jebres 317,00 8 -

11 Mojosongo 532,88 17 5

Jumlah 1258,18 32 7

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, Data Primer dan Pengecekan di

Lapangan

Page 103: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Page 104: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

c. Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008

Perkembangan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun

terakhir yaitu antara tahun 2000 sampai akhir tahun 2008 terjadi sangat pesat.

Sebanyak 39 masjid berhasil dibangun di kecamatan ini untuk kelengkapan sarana

ibadah pada areal-areal permukiman penduduk yang semakin meningkat.

Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan bahwa

masjid-masjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks

perkantoran dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang

digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas

dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan lainnya.

Oleh karena itu, pada data penggunaan lahan poin masjid tidak disebutkan secara

jelas, bisa dikatakan bahwa data pengunaan lahan untuk masjid dimasukkan pada

data permukiman.

Gambar 11. Masjid Sowijayan yang terletak pada 07°34′24,0″ LS dan 110°50′43,3″

BT, berada diantara permukiman padat penduduk di Kelurahan Sewu, Jebres

Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah terletak pada 07°33′35,4″ LS dan

110°50′27,5″ BT,berada di Kompleks Kantor POLSEK Jebres

Page 105: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Keberadaan dan persebaran tempat ibadah menggambarkan

keberadaan persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama

maka semakin nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Sesuai dengan

data persebaran masjid yang ada, masjid-masjid yang ada di Kelurahan

Mojosongo keberadaannya lebih banyak dibandingkan dengan masjid-masjid

yang ada di Kelurahan Jebres lainnya. Hal ini dikarenakan wilayah Kelurahan

Mojosongo lebih luas dengan persentase pemeluk Agama Islamnya lebih banyak

dibandingkan dengan kelurahan lainnya. perkembangan permukiman di kelurahan

ini juga sedikit banyak mempengaruhi pembangunan masjid dan musholla yang

ada. Terhitung pada tahun 2008 sebanyak 22 masjid dibangun yaitu dengan

rincian 17 bangunan untuk Masjid Jami‟ dan 5 bangunan untuk musholla.Untuk

lebih jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama

dapat dilihat pada tabel 21 dan peta 8:

Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam

Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Kelurahan

Jumlah Pemeluk

Islam

(Jiwa

Jumlah

Pemeluk Islam

(Jiwa)

Jumlah

Masjid Jumlah Musholla

Jumlah

Masjid

dan

Mushola

Tahun

2000-2008

Tahun

2000

Tahun

2008

Bertambah

(+)

Sampai

Tahun

2000

Pemban

gunan

Masjid

Tahun

2000-

2008

Sampai

Tahun

2000

Pemban

gunan

Mushola

Tahun

2000-

2008

Kepatihan Kulon 2.236 2.142 (-) 94 1 - 1 - 2

Kepatihan Wetan 1.886 1.797 (-) 89 1 1 - - 2

Sudiroprajan 2.518 2.846 (+) 328 2 - 1 - 3

Gandekan 6.097 6.270 (+) 173 3 - 2 - 5

Sewu 6.578 6.568 (-) 10 4 1 5

Pucang Sawit 8.448 9.768 (+) 1..320 9 2 - 1 12

Jagalan 10.392 8.940 (-) 1.452 2 3 - - 5

Purwodiningratan 3.140 2.808 (-) 332 2 - - - 2

Tegalharjo 3.990 3.523 (-) 467 2 - 1 1 4

Jebres 21.573 23.300 (+) 1.727 40 8 - - 48

Mojosongo 23.715 27.334 (+) 3.619 36 17 11 5 69

Jumlah 90.573 95.296 (+) 4.723 102 32 16 7 157

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan

Pengecekan di Lapangan

Berkurang

(-)

Page 106: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Page 107: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

4. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008

Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembangunan masjid

dan distribusi masjid, selanjutnya akan diketahui bagaimana pola distribusi masjid

tersebut. Dalam usaha mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres

dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola distribusi masjid pada

penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour

analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat

dalam penelitian ini adalah Peta Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres tahun

2000 dan Peta Pola Distribusi Masjid Kecamata Jebres tahun 2008, peta ini

merupakan hasil analisis antara Peta Distribusi Masjid Kecamatan Jebres dan

perhitungan parameter tetangga terdekat. Untuk lebih jelas mengenai Peta Pola

Distribusi Masjid Di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Peta 9 dan 10.

Page 108: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Page 109: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Page 110: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

a. Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000

Pada peta 8 Pola Distribusi Masjid Tahun 2000 skala 1 : 25000 terdapat

118 masjid atau titik (N=118) dengan luas daerah 12,58 Km² dengan jarak antar

titik masjid yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut :

Tabel 22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000

No Titik (N) Jarak di

Peta(cm)

Jarak (Km)

Lokasi

1. 1-3 0.8 0.2 Kepatihan Kulon- Kep Wetan

2. 2-29 1.4 0.35 Kep. Kulon- Tegalharjo

3. 4-5 0.75 0.187 Gandekan

4. 6-10 1.00 0.25 Sudiroprajan- Gandekan

5. 7-8 1.00 0.25 Gandekan

6. 9-11 0.9 0.225 Gandekan

7. 12-14 1.2 0.3 Sewu

8. 13-15 1.1 0.275 Sewu

9. 16-23 1.9 0.475 Pucangsawit

10. 17-24 0.55 0.1375 Pucangsawit

11. 18-19 0.55 0.1375 Pucangsawit

12. 20-22 1.6 0.4 Pucangsawit

13. 21-70 1.8 0.45 Pucangsawit- Jebres

14. 25-37 1,1 0.275 Jagalan-Jebres

15. 26-33 1 0.25 Jagalan-Jebrs

16. 27-65 0,8 0.2 Purwodiningratan-Jebres

17. 28-32 1,1 0.275 Purwodingratan

18. 30-31 0,4 0.1 Tegalharjo

19. 34-36 0,85 0.2125 Jebres

20. 35-59 1,1 0.275 Jebres

21. 38-39 0,7 0.175 Jebres

22. 40-58 1,1 0.275 Jebres

23. 41-42 0,7 0.175 Jebres

24. 43-46 1,1 0.275 Jebres

25. 44-45 0,6 0.15 Jebres

26. 47-56 1,9 0.475 Jebres

27. 48-66 1,3 0.325 Jebres

28. 49-63 1,3 0.325 Jebres

29. 50-54 1,5 0.375 Jebres

30. 51-67 1,2 0.3 Jebres

31. 52-64 1,3 0.325 Jebres

32. 53-71 0,9 0.225 Jebres

33. 55-76 1,7 0.425 Jebres-Mojosongo

34. 57-109 1,3 0.325 Jebres-Mojosongo

35. 60-61 1,2 0.3 Jebres

36. 62-99 1,8 0.45 Jebres

37. 68-69 0,7 0,175 Jebres

38. 72-96 0,8 0.2 Mojosongo

39. 73-94 0,9 0.225 Mojosongo

40. 74-112 1 0.25 Mojosongo

41. 75-92 1,2 0.3 Mojosongo

42. 77-83 1,2 0.3 Mojosongo

Page 111: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

43. 78-108 0,5 0.125 Mojosongo

44. 79-116 0,8 0.2 Mojosongo

45. 80-111 0,8 0.2 Mojosongo

46. 81-98 0,7 0.175 Mojosongo

47. 82-103 0,7 0.175 Mojosongo

48. 84-88 1,8 0.45 Mojosongo

49. 85-100 0,7 0.175 Mojosongo

50. 86-93 1,4 0.35 Mojosongo

51. 87-97 1,2 0.3 Mojosongo

52. 89-104 1,8 0.45 Mojosongo

53. 90-107 0,7 0.175 Mojosongo

54. 91-115 1 0.25 Mojosongo

55. 95-102 0,9 0.225 Mojosongo

56. 101-110 0,4 0.1 Mojosongo

57. 105-106 2,7 0.675 Mojosongo

58. 113-114 0,8 0.2 Mojosongo

59 117-118 0,4 0.1 Mojosongo

Jumlah 49,05 ∑J =15,6625

Sumber: Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan

Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik

terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut :

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat

di Kecamatan Jebres sebagai berikut :

N

JJu

118

66,15Ju

13,0Ju

Jadi jarak rata-rata yang di ukkur antara satu titik dengan titik terdekat di

Kecamatan Jebres adalah 0,13

b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh,

untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

L

NP

58,12

118P ,

38,9P

Page 112: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 9,38

c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PJh

2

1

38,92

1Jh

06,32

1

XJh

Jh = 0,16

Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,16

d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Jh

JuT

16,0

13,0T

81,0T

Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,81 ini berarti pola distribusi

masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2000 adalah mengelompok (Cluster). Pola

mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman

penduduk.

b. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008

Setelah mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000,

selanjutnya akan diketahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2008.

Pada tahun 2008 jumlah masjid di Kecamatan Jebres mengalami penambahan

sebanyak 39 buah masjid sehingga jumlah masjid di Kecamatan Jebres pada tahun

2008 menjadi 157 buah masjid (N=157). Dari peta Distribusi Masjid tahun 2008

skala 1:25.000 dapat dilihat distribusi masjid tersebut. Dengan luas areal 12,58

Page 113: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Km2 jarak antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Titik (N) Jarak di Peta

(cm)

Jarak di Lapangan

(Km)

Lokasi

1. 1-3 0,8 0,2 Kepatihan kulon-Kep. Wetan

2. 2-157 0,7 0,175 Kepatihan kulon-Kep. Wetan

3. 4-5 0,7 0,175 Sudiroprajan

4. 6-9 1,1 0,275 Sudiroprajan-Gandekan

5. 7-10 0,7 0,175 Gandekan

6. 8-11 0,5 0,125 Gandekan

7. 12-13 1,5 0,375 Sewu

8. 14-144 0,8 0,2 Sewu

9. 15-119 0,7 0,175 Sewu-Jagalan

10. 16-156 1,6 0,4 Pucangsawit

11. 17-24 0,5 0,125 Pucangsawit

12. 18-19 0,5 0,125 Pucangsawit

13. 20-21 1,3 0,325 Pucangsawit

14. 22-23 2,0 0,5 Pucangsawit

15. 25-120 1,8 0,45 Jagalan

16. 26-121 0,6 0,15 Jagalan

17. 27-65 0,8 0,2 Purwodiningratan-Jagalan

18. 28-32 1,1 0,275 Purwodinigratan-Jebres

19. 29-153 1,4 0,35 Tegalharjo

20. 30-31 0,4 0,1 Tegalharjo

21. 33-34 0,9 0,225 Jebres

22. 35-146 0,9 0,225 Jebres

23. 36-37 0,6 0,15 Jebres

24. 38-39 0,8 0,2 Jebres

25. 40-147 0,6 0,15 Jebres

26. 41-148 0,6 0,15 Jebres

27. 42-46 0,7 0,175 Jebres

28. 43-149 1,3 0,325 Jebres

29. 44-45 0,6 0,15 Jebres

30. 47-68 1,1 0,275 Jebres

31. 48-66 1,2 0,3 Jebres

32. 49-51 0,8 0,2 Jebres

33. 50-63 1,0 0,25 Jebres

34. 52-64 0,7 0,175 Jebres

35. 53-71 1,8 0,45 Jebres

36. 54-67 1,0 0,25 Jebres

37. 55-56 1,2 0,3 Jebres

38. 57-109 1,2 0,3 Jebres-Mojosongo

39. 58-59 1,1 0,275 Jebres

40. 60-152 0,6 0,15 Jebres

41. 61-80 0,8 0,2 Jebres-Mojosongo

42. 62-122 0,6 0,15 Jebres-Mojosongo

43. 69-151 0,8 0,2 Jebres

44. 70-150 1,8 0,45 Jebres

45. 72-96 0,8 0,2 Mojosongo

46. 73-95 1,3 0,325 Mojosongo

Page 114: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

47. 74-89 1,0 0,25 Mojosongo

48. 75-92 1,2 0,3 Mojosongo

49. 76-124 1,2 0,3 Mojosongo

50. 77-140 0,6 0,15 Mojosongo

51. 78-108 0,5 0,125 Mojosongo

52. 79-114 1,0 0,25 Mojosongo

53. 81-98 0,8 0,2 Mojosongo

54. 82-94 1,0 0,25 Mojosongo

55. 83-123 0,3 0,075 Mojosongo

56. 84-126 0,9 0,225 Mojosongo

57. 85-134 1,0 0,25 Mojosongo

58. 86-93 1,4 0,35 Mojosongo

59. 87-97 1,3 0,325 Mojosongo

60. 88-130 0,4 0,1 Mojosongo

61. 90-107 0,7 0,175 Mojosongo

62. 91-143 0,3 0,075 Mojosongo

63. 99-118 1,9 0,475 Mojosongo

64. 100-135 1,0 0,25 Mojosongo

65. 101-110 0,4 0,1 Mojosongo

66. 102-113 0,4 0,1 Mojosongo

67. 103-106 1,5 0,375 Mojosongo

68. 104-131 0,4 0,1 Mojosongo

69. 105-145 0,9 0,225 Mojosongo-Jebres

70. 111-136 1,0 0,25 Mojosongo

71. 112-125 0,3 0,075 Mojosongo

72. 116-139 0,8 0,2 Mojosongo

73. 117-141 0,3 0,075 Mojosongo

74. 127-133 1,1 0,275 Mojosongo

75. 128-137 0,9 0,225 Mojosongo

76. 129-132 0,7 0,175 Mojosongo

77. 138-142 1,1 0,275 Mojosongo

78. 154-155 0,9 0,225 Pucangsawit

Jumlah 71,5 ∑ J 17,875

Sumber : Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan

Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik

terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut :

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat

di Kecamatan Jebres sebagai berikut :

N

JJu

157

87,17Ju

11,0Ju

Jadi jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik terdekat di

Kecamatan Jebres adalah 0,11

Page 115: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh,

untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

L

NP

58,12

157P ,

48,12P

Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 12,48

c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PJh

2

1

48,122

1Jh

53,32

1

XJh

Jh = 0,14

Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,14

d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Jh

JuT

14,0

11,0T

78,0T

Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,78 ini berarti pola distribusi

masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2008 adalah mengelompok (Cluster). Pola

mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman

penduduk.

Page 116: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

5. Hubungan Antara Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan

Permukiman

Dalam usaha mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan

perkembangan permukiman Kecamatan Jebres digunakan analisis kualitatif

dengan cara mengasumsikan jarak ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan

kaki dari titik perkembangan permukiman baru ke lokasi masjid yang baru. Jarak

yang diambil disini adalah jarak yang mungkin ditempuh oleh seseorang untuk ke

masjid baik itu untuk sholat berjamaah ataupun untuk kegiatan keislaman yang

lain dengan berjalan kaki. Dalam pengambilan datanya dikelompokkan menjadi

enam kelas yang masing-masing berjarak <100 meter, 101-200 meter, 201-300

meter, 301-400, 401-500 meter dan >500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 24 dibawah ini.

Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan

Permukiman

No

Jarak Masjid

Dengan Titik

Perkembangan

Permukiman

(m)

Terpengaruhi Presentase Tidak

Terpengaruhi Presentase

1. 0-100 - - - -

2. 100-200 - - - -

3. 200-300 3 6,12 - -

4. 300-400 1 2,04 - -

5. 400-500 4 8,16 - -

6. > 500 41 83,67

Jumlah 8 16,32 41 83,67

Sumber : Data Primer, Analisis Peta dan Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada masjid yang berjarak <

100 dan 100-200 meter dari titik perkembangan permukiman, sedangkan yang

berjarak 200-300 meter berjumlah 3 buah masjid atau 6,12%, yang berjarak 300-

400 meter berjumlah 1 buah masjid atau 2,04 %, yang berjarak 400-500 meter

berjumlah 4 buah masjid atau 8,16%, sementara yang berjarak > 500 meter

berjumlah 41 buah masjid atau 83,67%. Dari analisis diatas menunjukkan bahwa

masjid yang berjarak kurang dari 500 meter berjumlah 8 buah masjid atau

16,32%. Kedelapan buah masjid tersebut di bangun di kelurahan Mojosongo, ini

Page 117: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

menunjukkan masjid-masjid tersebut di pengaruhi oleh perkembangan

permukiman baru di kelurahan ini karena jaraknya <500 meter. sementara masjid

yang berjarak >500 meter dari titik permukiman baru berjumlah 41 buah atau

83,67%, masjid-masjid ini dibangun pada area di luar radius >500 m atau dalam

kelompok masjid yang tidak terpengaruhi oleh adanya perkembangan

permukiman. Ke empat puluh satu masjid ini berada di kelurahan-kelurahan yang

tidak mengalami perkembangan permukiman yaitu terdapat di Kelurahan

Kepatihan Wetan 2 buah masjid, Kelurahan Sewu 1 buah masjid, Kelurahan

Jagalan 3 Buah Masjid, Kelurahan Jebres 9 buah masjid, kelurahan Pucang Sawit

1 buah masjid dan di kelurahan Mojosongo yang mengalami perkembangan

permukiman sendiri ada 15 buah masjid yang berada lebih dari 500 meter ( >500)

atau yang tidak terpengaruhi oleh pertumbuhan permukiman.

Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik

Perkembangan Permukiman

Untuk lebih jelasnya mengenai jangkauan perkembangan permukiman dengan

pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada peta

11.

0 03 1

4

41

-10

0

10

20

30

40

50

0-100 100-200 200-300 300-400 400-500 > 500

Jum

lah

mas

jid

Jarak (m)

Jarak Permukiman Dengan Masjid

Jarak Masjid dengan Permukiman Jumlah Masjid

Page 118: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Page 119: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Perkembangan pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres

selama kurun waktu 8 tahun terakhir pada kenyataannya tidak semuanya

dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Selanjutnya dalam pembahasan ini

akan dibahas mengenai faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi

perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

a) Faktor Jumlah Pemeluk Agama

Keberadaan dan persebaran tempat ibadah menggambarkan keberadaan

persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama maka semakin

nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Berdasarkan tema penelitian

yang diambil maka perlu diketahui perkembangan jumlah pemeluk Agama Islam

di daerah penelitian. Perkembangan diambil mulai dari tahun 2000 sampai tahun

2008. Dari analisis perkembangan jumlah pemeluk tersebut kemudian di

hubungkan dengan perkembangan masjid di Kecamatan Jebres apakah

perkembangan jumlah pemeluk agama mempengaruhi pembangunan masjid

ataukah tidak mempengaruhi pembangunan masjid.

Dalam penentuan persebaran Jumlah pemeluk agama Islam berdasarkan

jumlah pemeluknya, belum ada teori yang menyatakan batasan tentang jumlah

pemeluk sehingga digunakan rumus umum dalam penentuan kelas dari distibusi

data yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I =

Keterangan: I = Kelas Interval

Diketahui :

Kelas tertinggi = 27.334

Kelas Terendah = 1.797

Jumlah Kelas = 3

Kelas intervalnya adalah: 𝐼 =27.334 -1.797

3=

25.537

3= 8512,3

kelasjumlah

terendahkelas - tertinggikelas

Page 120: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Dari perhitungan penentuan kelas interval di atas, maka pembagian kelas

Jumlah pemeluk Agama Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sampai

tahun 2008 dapat di lihat seperti berikut ini:

Sedikit, apabila jumlah penganut antara 1.797 – 8.512 jiwa

Sedang, yaitu apabila jumlah penganut antara 8.513 – 17.025 jiwa

Banyak, yaitu apabila jumlah penganut antara 17.026 – 25.538 jiwa

Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa jumlah pemeluk Agama Islam

(Muslim) di daerah penelitian dibagi kedalam 3 kelas yaitu; sedikit, sedang dan

banyak. Hasil perhitungan jumlah pemeluk Agama Islam di masing-masing

kelurahan berdasarkan klasifikasi diatas dipresentasikan pada tabel 25.

Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun 2000-

2008

Kelurahan

Jumlah Pemeluk Agama Islam

(Jiwa)

Jumlah

Pemeluk

Agama Islam

(Jiwa) Tahun

2000-2008 Persentase

(%) Klasifikasi Tahun

2000

Tahun

2008

Bertambah

(+)

Jiwa (%) Jiwa (%)

Kepatihan Kulon 2.236 2,46 2.142 2,24 (-) 94 (-)1,99 Sedikit

Kepatihan Wetan 1.886 2,08 1.797 1,88 (-) 89 (-)1,88 Sedikit

Sudiroprajan 2.518 2,78 2.846 2,98 (+) 328 (+)6,94 Sedikit

Gandekan 6.097 6,73 6.270 6,57 (+) 173 (+)3,66 Sedikit

Sewu 6.578 7,26 6.568 6,89 (-) 10 (-)0,21 Sedikit

Pucang Sawit 8.448 9,32 9.768 10,25 (+) 1.320 (+)27,94 Sedang

Jagalan 10.392 11,47 8.940 9,38 (-) 1.452 (-)30,74 Sedang

Purwodiningratan 3.140 3,46 2.808 2,94 (-) 332 (-)7,02 Sedikit

Tegalharjo 3.990 4,40 3.523 3,69 (-) 467 (-)9,88 Sedikit

Jebres 21.573 23,81 23.300 24,45 (+) 1.727 (+)36,56 Banyak

Mojosongo 23.715 26,18 27.334 28,68 (+) 3.619 (+)76,62 Banyak

Jumlah 90.573 100 95.296 100 (+) 4.723 100 sedang

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008

Berkurang

(-)

Page 121: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Berdasarkan data dalam tabel diatas jumlah keseluruhan pemeluk Agama

Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 90.573 jiwa kemudian

sampai pada akhir tahun 2008 meningkat menjadi 95.296 jiwa dimana terjadi

peningkatan sebanyak 4.723. Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres,

Kecamatan Mojosongo memiliki jumlah pemeluk agama Islam terbesar sebanyak

27.334 jiwa atau 28,68%, urutan ke 2 adalah Kelurahan Jebres sebanyak 23.300

jiwa atau 24,45%, urutan ke 3 adalah Kelurahan Pucang Sawit sebanyak 9.768

jiwa atau 10,25% sedangkan kelurahan dengan jumlah pemeluk agama Islam

terkecil adalah Kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya berjumlah 1.797 jiwa atau

1,88%. Berdasarkan rumus dan perhitungan Jumlah pemeluk Agama islam di atas

maka dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeluk Agama Islam rata-rata di

Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun dari tahun 2000 sampai tahun

2008 termasuk kedalam kriteria jumlah pemeluk dengan klasifikasi sedang yaitu

dengan jumlah pemeluk sebesar 8.663 Jiwa sedangkan angka penambahan jumlah

pemeluk Agama Islam yang terjadi selama 8 tahun terakhir termasuk dalam

kriteria klasifikasi penambahan sedikit yaitu sebesar 4.723 jiwa.

Setelah mengetahui angka perkembangan pemeluk agama maka

selanjutnya akan diketahui angka perkembangan pembangunan masjid di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008

pembangunan masjid paling banyak terdapat di Kelurahan Mojosongo sebanyak

22 masjid dengan rincian 17 masjid Jami‟ dan 5 musholla untuk mengimbangi

jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 3.619 jiwa. Kelurahan ke

dua yang melakukan pembangunan masjid terbanyak adalah Kelurahan Jebres

yang melakukan pembangunan masjid Jami‟ sebanyak 8 buah untuk mengimbangi

jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 1.727 jiwa. Untuk lebih

jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama Islam di

Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 dapat

dilihat pada tabel 26 di bawah ini.

Page 122: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Tabel 26. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam

Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Kelurahan

Jumlah Pemeluk

Islam

(Jiwa)

Jumlah

Pemeluk Islam

(Jiwa) tahun

2000-2008

Jumlah

Masjid Jumlah Musholla

Jumlah

Masjid

dan

Mushola

Tahun

2000-2008

Tahun

2000

Tahun

2008

Bertambah

(+)

Sampai

Tahun

2000

Pemban

gunan

Masjid

Tahun

2000-

2008

Sampai

Tahun

2000

Pemban

gunan

Mushola

Tahun

2000-

2008

Kepatihan Kulon 2.236 2.142 (-) 94 1 - 1 - 2

Kepatihan Wetan 1.886 1.797 (-) 89 1 1 - - 2

Sudiroprajan 2.518 2.846 (+) 328 2 - 1 - 3

Gandekan 6.097 6.270 (+) 173 3 - 2 - 5

Sewu 6.578 6.568 (-) 10 4 1 - - 5

Pucang Sawit 8.448 9.768 (+) 1..320 9 2 - 1 12

Jagalan 10.392 8.940 (-) 1.452 2 3 - - 5

Purwodiningratan 3.140 2.808 (-) 332 2 - - - 2

Tegalharjo 3.990 3.523 (-) 467 2 - 1 1 4

Jebres 21.573 23.300 (+) 1.727 40 8 - - 48

Mojosongo 23.715 27.334 (+) 3.619 36 17 11 5 69

Jumlah 90.573 95.296 (+) 4.723 102 32 16 7 157

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan Pengecekan di lapangan

Berdasarkan tabel 25 diatas dapat dilakukan analisis perkembangan

pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres selama kurun waktu 8

tahun terakhir yang pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan

musholla di kecamatan jebres dipengaruhi oleh jumlah pemeluk agama islam. Hal

ini dapat dilihat di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres. Kelurahan Jagalan

yang mengalami penurunan pemeluk agama islam sebesar 1.452 jiwa dapat

membangun 3 buah masjid. Kelurahan Tegalharjo mengalami penurunan

sebanyak 467 jiwa membangun 1 musholla, Kelurahan Kepatihan Wetan

mengalami penurunan 89 jiwa membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu

mengalami penurunan 10 jiwa membangun 1 masjid. Sedangkan kelurahan yang

mengalami peningkatan jumlah pemeluk Agama Islam secara signifikan tetapi

Berkurang

(-)

Page 123: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

tidak melakukan pembangunan masjid adalah Kelurahan Sudiroprajan dan

Kelurahan Gandekan yang masing mengalami peningkatan sebanyak 328 jiwa dan

173 jiwa. Angka penambahan tersebut sebenarnya menunjukkan angka

penambahan yang signifikan, akan tetapi pada kenyataannya penambahan

penganut Agama Islam (Muslim) tersebut tidak dibarengi dengan pembangunan

masjid yang ada. Dengan demikian angka penambahan umat Muslim sebanyak

328 jiwa dan 173 jiwa tersebut apabila akan melakukan ibadah masih

mempergunakan masjid yang lama atau masjid yang telah ada. Sampai akhir

tahun 2008 bangunan masjid yang ada di Kelurahan Sudiroprajan sebanyak 3

masjid dengan jumlah umat Muslim sebanyak 2.846. Hal ini berarti setiap 1

bangunan masjid menampung kurang lebih jamaah sebanyak 949 jamaah. Dengan

demikian bila melihat perbandingan antara jumlah bangunan masjid dengan

jumlah umat Muslim yang ada di Kelurahan Sudiroprajan dirasakan kurang

representatif.

Penambahan jumlah pemeluk agama dengan tidak disertai pembangunan

masjid dapat di carikan solusi dengan menambah konsep pembangunan masjid

yaitu dengan melakukan penambahan fungsi sarana dan prasarana masjid

misalnya dengan melakukan renovasi bangunan masjid dengan cara meninggikan

bangunan atau menambah lantai menjadi 2 lantai, menambah lebar masjid atau

memperluas masjid, dan atau dengan memiringkan sof-sof masjid agar dapat

menampung lebih banyak jamaah masjid.

Gambar 16. Masjid Ar-Rahman yang

Mengalami Perluasan Lantai Masjid Terletak

Pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5″ Terdapat

di Kampung Mertoudan Kelurahan Mojosongo

Gambar 15. Masjid Nur Hasanah yang

Mengalami Penambahan Lantai Masjid

Terletak pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5

″terdapat di Kampung Gendingan, Jebres

Page 124: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

b) Faktor Pendapatan Masyarakat

Faktor pendapatan masyarakat mempengaruhi pembangunan masjid hal

ini berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi pendapatan di suatu masyarakat

maka akan semakin cepat laju pembangunan yang terjadi masyarakat tersebut,

sebaliknya jika pendapatan masyarakat rendah maka semakin lambat pula

pembangunan yang terjadi di masyarakat tersebut. Pedapatan juga sering

dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Semakin tinggi pendapatan suatu masyarakat

maka mencerminkan ekonomi masyarakat tersebut juga semakin kuat dan mantap.

Keadaan ekonomi yang mantap secara tidak langsung akan mencerminkan

kemampuan penyediaan fasilitas keluarga dan juga diharapkan mempunyai

sumbangsih terhadap penyediaan fasilitas sosial kemasyarakatan, seperti

kepeduliaan terhadap pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan,

jembatan, sarana kebersihan, sarana keamanan, sarana peribadatan dan lain-lain.

Dalam usaha untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan

Jebres maka dilakukan pendekatan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pendapatan suatu masyarakat secara umum, faktor yang dimaksud adalah

Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)

Angka beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan

perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif dengan banyaknya

orang orang yang termasuk usia produktif. Menurut Mantra, yang disebut

penduduk belum produktif atau tidak produktif adalah penduduk yang berusia 0-

14 tahun yag merupakan golongan anak-anak yang secara ekonomis masih

tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sedangkan

penduduk yang produktif adalah yang berusia 15-64 tahun yang merupakan

golongan produktif untuk bekerja, dan untuk golongan tidak produktif adalah

yang berusia diatas 65 tahun yang dianggap sudah melewati masa pensiun. Dalam

ilmu kependudukan banyaknya golongan anak-anak dan golongan tua akan

mempengaruhi beben tanggungan golongan yang bekerja, dalam arti golongan

belum produktif dan tidak produktif merupakan tanggungan penduduk usia

produktif (yang bekerja).

Page 125: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari

suatu masyarakat, daerah atau suatu negara apakah tergolong maju atau

berkembang. Dependency Ratio merupakan indikator demografi yang cukup

penting. Semakin tingginya prosentase Dependency Ratio menunjukkan semakin

tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk untuk

membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan

persentase Dependency Ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin

rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai

penduduk ynag belum produktif dan tidak produktif lagi.

Dalam usaha untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pembangunan masjid di Kecamatan Jebres, faktor angka beban tanggungan

(Dependency Ratio) perlu diketahui hal ini berdasarkan asumsi secara umum

bahwa semakin kecil angka ketergantungan masyarakat, maka semakin ringan

pula beban tanggungan hidup yang ditanggung penduduk usia produktif untuk

membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Jika angka

tanggungannya sedikit maka tingkat pendapatan usia produktif akan meningkat

sehingga tingkat ekonominya juga semakin kuat. Bila dalam suatu masyarakat

tersebut memiliki ekonomi yang kuat maka semakin besar andil yang diharapkan

untuk melakukan sumbangan terutama dalam bentuk dana untuk pembangunan

masjid. Untuk menghitung angka ketergantungan/ Dependency Ratio digunakan

rumus:

Rasio Beban Ketergantungan:

%100)6415(

)65()140(X

Penduduk

pendudukPenduduk

Sebelum menghitung angka ketergantungan (Dependency Ratio) harus

diketahui lebih dahulu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Untuk menjawab pertanyaan pengaruh angka ketergantungan (Dependency Ratio)

terhadap pembangunan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun

2000-2008 maka dicari angka beban ketergantungan penduduk Kecamatan Jebres

tahun 2000 dan angka beban ketergantungan tahun 2008 sehingga akan diketahui

analisis perkembangan angka ketergantungan masyarakat selama kurun waktu 8

Page 126: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

tahun tersebut. Berikut Tabel 27 distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada

tahun 2000 yang dihitung per kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin.

Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan

Jebres Tahun 2000

Kelurahan Kelompok Umur 0-4 Kelompok Umur 5-9 Kelompok Umur10-14 Kelompok Umur 15-19

Laki-

laki

Perem

-puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki

-laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 69 107 176 144 154 298 148 170 318 164 179 343

Kepatihan Wetan 122 134 256 191 176 367 226 218 444 194 187 381

Sudiroprajan 189 132 321 81 183 364 272 266 538 271 388 659

Gandekan 691 791 1.482 291 386 677 466 520 986 427 530 957

Sewu 281 284 565 254 255 509 246 260 506 405 404 809

Pucang Sawit 686 633 1319 623 624 1247 659 632 1291 640 691 1331

Jagalan 777 820 1597 787 759 1546 744 741 1485 745 741 1486

Purwodiningratan 565 604 1169 314 305 619 215 312 527 173 177 350

Tegalharjo 162 226 388 333 350 683 382 256 638 365 369 734

Jebres 3.815 3.755 7570 1528 1648 3176 1237 1395 2632 1519 1570 3089

Mojosongo 4.265 4.361 8626 1796 2005 3801 1668 1736 3404 1606 1709 3315

Kelurahan Kelompok Umur 20-24 Kelompok Umur 25-29 Kelompok Umur 30-39 Kelompok Umur 40-49

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki

-laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 167 181 348 180 184 364 183 202 385 189 186 375

Kepatihan Wetan 172 174 346 165 156 321 171 175 346 204 188 392

Sudiroprajan 243 297 540 244 299 543 218 245 463 274 338 612

Gandekan 469 535 1004 357 304 661 357 343 700 258 273 531

Sewu 406 376 782 438 361 799 427 432 859 428 433 861

Pucang Sawit 703 714 1417 719 686 1405 599 576 1175 608 584 1192

Jagalan 756 772 1528 706 781 1487 663 764 1427 452 580 1032

Purwodiningratan 229 290 519 231 274 505 207 349 556 243 235 478

Tegalharjo 315 351 666 353 308 661 286 358 644 327 299 628

Jebres 1789 1902 3691 1625 1536 3161 1256 1128 2384 1199 1168 2367

Mojosongo 1504 1720 3224 2043 1937 3980 1885 1990 3875 1499 1649 3148

Page 127: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Kelurahan Kelompok Umur 50-59 Kelompok Umur 60+

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 147 151 298 95 115 210

Kepatihan Wetan 140 144 284 49 78 127

Sudiroprajan 273 352 625 166 103 269

Gandekan 452 416 868 987 741 1728

Sewu 427 431 858 517 508 1025

Pucang Sawit 475 505 980 489 546 1035

Jagalan 379 376 755 557 743 1300

Purwodiningratan 219 208 427 238 204 442

Tegalharjo 297 362 659 431 595 1026

Jebres 443 910 1353 410 440 850

Mojosongo 1531 1348 2879 1419 988 2407

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000

Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka

ketergantungan tiap kelurahan di Kecamatan Jebres:

Kelurahan Kepatihan Kulon

42,47%100113.2

210792

X

Keluraha Kepatihan Wetan

68,57%100070.2

127067.1

X

Kelurahan Sudiroprajan

34,43%100442.3

269223.1

X

Kelurahan Gandekan

21,103%100721.4

728.1145.3

X

Kelurahan Sewu

43,52%100968.4

025.1580.1

X

Kelurahan Pucangsawit

Page 128: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

22,65%100500.7

035.1857.3

X

Kelurahan Jagalan

83,76%100715.7

300.1628.4

X

Kelurahan Purwodiningratan

24,97%100835.2

442315.2

X

Kelurahan Tegalharjo

54,68%100990.3

026.1709.1

X

Kelurahan Jebres

67,88%100045.16

850378.13

X

Kelurahan Mojosongo

31,89%100421.20

407.2831.15

X

Setelah mengetahui angka ketergantungan di masing-masing kelurahan di

Kecamatan Jebres pada tahun 2000 maka selanjutnya akan dihitung angka angka

ketergantungan di masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres pada tahun

2008 sehingga nantinya akan dapat dihitung perkembangannya. Berikut Tabel 28

distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada tahun 2008 yang dihitung per

kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan

Jebres Tahun 2000

Kelurahan Kelompok Umur 0-4 Kelompok Umur 5-9 Kelompok Umur10-14 Kelompok Umur 15-19

Laki-

laki

Perem

-puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki

-laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 74 96 170 70 94 164 126 140 266 132 142 274

Kepatihan Wetan 228 192 420 162 138 300 197 162 359 171 166 337

Sudiroprajan 315 323 638 162 176 338 321 248 569 311 380 691

Gandekan 1075 1150 2225 294 371 665 443 511 954 409 521 930

Sewu 314 537 851 312 322 634 298 350 648 458 419 877

Pucang Sawit 1332 1079 2411 683 702 1385 708 685 1393 687 737 1424

Page 129: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Jagalan 651 640 1291 701 750 1451 746 803 1549 741 728 1469

Purwodiningratan 437 452 889 305 304 609 248 256 504 294 321 615

Tegalharjo 176 187 363 334 354 688 387 257 644 331 322 653

Jebres 1060 971 2031 2254 2375 4629 1697 1862 3559 1928 2013 3941

Mojosongo 4732 4878 9610 1990 2147 4137 1809 1871 3680 1837 1943 3780

Kelurahan Kelompok Umur 20-24 Kelompok Umur 25-29 Kelompok Umur 30-39 Kelompok Umur 40-49

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki

-laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 138 151 289 132 144 276 182 182 364 200 210 410

Kepatihan Wetan 172 142 314 157 115 272 123 235 358 178 165 343

Sudiroprajan 274 280 554 274 269 543 203 188 391 289 307 596

Gandekan 460 510 970 330 291 621 303 298 601 254 275 529

Sewu 480 488 968 348 293 641 471 417 888 448 417 865

Pucang Sawit 771 829 1600 817 735 1552 726 689 1415 686 586 1272

Jagalan 799 754 1553 629 743 1372 629 717 1346 421 553 974

Purwodiningratan 248 329 577 218 292 510 187 5 192 238 241 479

Tegalharjo 318 345 663 344 302 646 281 345 626 276 316 592

Jebres 2256 2374 4630 2166 2071 4237 1760 1561 3321 1563 1534 3097

Mojosongo 1765 2132 3897 2338 2297 4635 2434 2439 4873 1743 1866 3609

Kelurahan Kelompok Umur 50-59 Kelompok Umur 60+

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Laki-

laki

Perem-

puan

Jum-

lah

Kepatihan Kulon 174 210 384 162 171 333

Kepatihan Wetan 239 134 273 47 57 104

Sudiroprajan 272 304 576 65 53 118

Gandekan 396 355 751 776 491 1267

Sewu 431 357 788 381 287 668

Pucang Sawit 444 481 925 361 346 707

Jagalan 421 396 817 190 208 398

Purwodiningratan 201 221 422 150 148 298

Tegalharjo 332 368 700 229 292 521

Jebres 887 1298 2185 380 451 831

Mojosongo 1671 1518 3189 1381 903 2284

Sumber: Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2008

Page 130: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka

ketergantungan (Dependency Ratio) tiap kelurahan di Kecamatan Jebres:

Kepatihan Kulon

72,46%100997.1

333600

X

Keluraha Kepatihan Wetan

36,62%100897.1

104079.1

X

Kelurahan Sudiroprajan

62,49%100351.3

118545.1

X

Kelurahan Gandekan

67,70%100402.4

267.1844.1

X

Kelurahan Sewu

32,55%100027.5

668133.2

X

Kelurahan Pucangsawit

007,72%100188.8

707189.5

X

Kelurahan Jagalan

09,71%100486.7

398921.4

X

Kelurahan Purwodiningratan

28,82%100795.2

298002.2

X

Kelurahan Tegalharjo

59,56%100880.3

521675.1

X

Kelurahan Jebres

Page 131: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

60,51%100441.21

831219.10

X

Kelurahan Mojosongo

31,82%100947.23

284.2427.17

X

Berdasarkan hasil perhitungan masing- masing angka ketergantungan

diatas, faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

masjid di Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir ditentukan dari besar

kecilnya angka ketergantungan masyarakat. Frekuensi penurunan angka

ketergantungan (Dependency Ratio) menunjukkan bahwa kemakmuran

masyarakat tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan

menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

pembangunan masjid.

Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres, Kecamatan Mojosongo

memiliki prosentase angka ketergantungan paling besar yaitu 82,31. Ini artinya

setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 82 orang

tidak produktif. Urutan ke 2 yang memiliki angka ketergantungan paling besar di

Kelurahan Jebres adalah kelurahan purwodingratan sebesar 82,28 sedangkan

kelurahan dengan angka ketergantungan paling kecil adalah Kelurahan Kepatihan

kulon sebesar 46,72.

Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 penambahan angka

ketergantungan paling besar terdapat di Kelurahan Pucangsawit sebesar 6,7.

Kelurahan ke dua yang mengalami penambahan angka ketergantungan paling

besar adalah Kelurahan Sudiroprajan sebesar 6,2. Sedangkan kelurahan yang

mengalami prosentase penurunan angka ketergantungan paling besar terdapat di

Kelurahan Jebres sebesar 37,07. Kelurahan ke dua yang mengalami prosentase

penurunan paling besar adalah Kelurahan Gandekan. Untuk lebih jelasnya

distribusi perkembangan angka ketergantungan dan distribusi pembangunan

masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 sampai tahun 2008. pada tabel 29 berikut

ini:

Page 132: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan Masjid

di Kecamatan Tahun 2000-2008

Kelurahan

Angka

Ketergantungan

(Dependency

Ratio)

Perkembangan

Angka

Ketergantungan

(Dependency

Ratio)

Pembangunan

Masjid

Tahun 2000-

2008

Pembangunan

Mushola

Tahun 2000-

2008

Jumlah

Pembangunan

Masjid

dan

Mushola

Tahun

2000-2008 Tahun

2000

Tahun

2008

Bertambah

(+)

Jumlah

(Buah)

Persen

(%)

Kepatihan Kulon 47,42 46,72 (-) 0,7 - - 0 0

Kepatihan Wetan 57,68 62,36 (+) 4,9 1 - 1 2,56

Sudiroprajan 43,34 49,62 (+) 6,2 - - 0 0

Gandekan 103,21 70,67 (-) 32,5 - - 0 0

Sewu 52,43 55,32 (+) 2,8 1 - 1 2,56

Pucang Sawit 65,22 72,007 (+) 6,7 2 1 3 7,69

Jagalan 76,83 71,09 (-) 5,4 3 - 3 7,69

Purwodiningratan 97,24 82,28 (-) 14,9 - - 0 0

Tegalharjo 68,54 56,59 (-) 11,9 - 1 1 2,56

Jebres 88,67 51,60 (-) 37,07 8 - 8 20,51

Mojosongo 89,31 82,31 (-) 7,0 17 5 17 43,58

Jumlah

32 7 39 100

Sumber: Analisis Data Sekunder

Berdasarkan tabel diatas dapat dilakukan analisis faktor yang

mempengaruhi perkembangan pembangunan masjid dan musholla terhadap angka

ketergantungan di kecamatan jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir yang

pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan musholla di kecamatan

jebres dipengaruhi oleh penurunan angka ketergantungan (Dependency Ratio).

Penurunan angka ketergantungan menunjukkan bahwa kemakmuran masyarakat

tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan menjadi salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan masjid.

Kelurahan Pucangsawit yang mengalami peningkatan angka ketergantungan

sebesar 6,7 (atau dalam arti semakin meningkat angka ketergantungan berarti

beban tanggungan usia produktif semakin besar pula sehingga kemakmuran

masyarakat menurun) kenyataannya dapat membangun 2 buah masjid dan 1

Berkurang

(-)

Page 133: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

musholla. Kelurahan Kepatihan Wetan mengalami peningkatan angka

ketergantungan sebesar 4,9 membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu

mengalami peningkatan 2,8 membangun 1 masjid. Penurunan angka

ketergantungan yang terjadi di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres dengan

tidak disertai pembangunan masjid bisa jadi ini menunjukkan kekurangsadaran

penduduk akan fungsi tempat ibadah utuk memenuhi kebutuhan spiritual atau bisa

jadi keanekaragaman kebutuhan yang harus dicukupi penduduk dengan

megalokasikan kebutuhan lain yang lebih penting.

Page 134: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008

Rentan waktu antara tahun 2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan

Jebres mengalami perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000,

bertambah menjadi 659,09 Ha pada tahun 2008 dengan luas perkembangan 2,64

Ha. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman adalah Kelurahan

Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54 Ha pada tahun 2008.

Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan Jebres selama kurun

waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman

atau stagnan.

2. Pertumbuhan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres antara tahun

2000-2008

Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di kecamatan

Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan yang cukup

signifikan. Jumlah Masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 adalah 118 buah

masjid, kelurahan yang memiliki masjid terbanyak adalah Kelurahan Mojosongo

yaitu 47 masjid, kemudian Kelurahan Jebres 40 masjid, Kelurahan Pucang Sawit

9 Masjid, Kelurahan Gandekan 5 masjid, Kelurahan Sewu 4 Masjid, Kelurahan

Tegalharjo 3 masjid, Kelurahan Sudiroprajan 3 masjid, Kelurahan Jagalan 2

masjid, Kelurahan Purwodiningratan 2 Masjid, Kelurahan Kepatihan Kulon 2

masjid, dan Kelurahan Kepatihan Wetan hanya mempunyai 1 masjid

Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan masjid

sebanyak 39 buah. Kelurahan Mojosongo bertambah 16 buah masjid, Kelurahan

Jebres 8 masjid, Kelurahan Jagalan 3 buah, Kelurahan Pucang Sawit 3 buah,

Page 135: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Kelurahan Sewu 1 buah, Kelurahan Kepatihan Wetan 1 buah, Kelurahan

Tegalharjo 1 buah masjid, sedangkan Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan

Kepatihan Kulon, Kelurahan Sudiroprajan, dan Kelurahan Gandekan, tidak

mengalami pertumbuhan pembangunan masjid. Sehingga jumlah keseluruhan

masjid di Kecamatan Jebres menjadi 157 buah.

3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta Tahun 2000-2008

Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan masjid-

masjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks

perkantoran dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang

digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas

dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan. Keberadaan

Masjid di Kecamatan Jebres lebih banyak di bagian utara dan tengah kemudian

sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo

sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid

(30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid

yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan

Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan

Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74

%), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan

Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3

masjid di Kelurahan Sudiroprajan.

4. Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 adalah mengelompok

dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola distribusi masjid di tahun 2008

masih mengelompok dengan nilai T= 0,78. Pola mengelompok masjid di

Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman yang sedang berkembang dan

padat penduduknya seperti di bagian barat Kelurahan Mojosongo, dan juga

Page 136: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

mengelompok di sekitar Kelurahan Jebres karena lokasi pemukiman yang dekat

dengan kampus UNS, ISI dan RSUD Dr. Moeardi.

5. Hubungan Antara Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan

Permukiman

Pembangunan masjid yang ada di kelurahan Jebres tidak semuanya

dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid atau

16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid yang

tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau

83,67%.

B. Implikasi

Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dijelaskan

implikasinya sebagai berikut:

1) Dengan mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di

Kecamatan Jebres, diharapkan dapat menjadi pertimbangan masyarakat

dalam hal .pemilihan lokasi untuk pembangunan kawasan perumahan

dengan memilih Kelurahan Mojosongo sebagai kawasan yang siap bangun

untuk peruntukan lahan permukiman.

2) Distribusi masjid penting diketahui sebagai informasi yang sangat

berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan apabila suatu

waktu ingin singgah ke masjid terdekat pada saat posisi tertentu.

3) Dari Pola distribusi masjid dapat diketahui tingkat kebutuhan masyarakat

akan bangunan masjid khususnya Umat Islam, sehingga akan mudah

diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan

bangunan masjid yang telah didirikan, dan jarak bangunan masjid terhadap

penduduk sekitar/jamaah. Sehinga dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk rencana pembangunan masjid selanjutnya.

Page 137: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

C. Saran

1. Pemerintah daerah diharapkan pemperhatikan dalam masalah penggunaan

lahan terutama penggunaan lahan untuk permukiman di Kelurahan yang

padat penduduk, seperti di Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan

Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan,

Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan

Purwodiningratan, dan Kelurahan Tegalharjo yaitu dengan menyediakan

lahan untuk permukiman atau perumahan-perumahan yang harganya dapat

di jangkau masyarakat.

2. Penggunaan alat Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui

posisi koordinat masjid sebaiknya menggunakan GPS dengan tingkat

akurasi yang tinggi, karena berdasarkan hasil pengukuran di lapangan

terjadi pergeseran antar posisi masjid sebenarnya dengan posisi koordinat

masjid yang di plotkan di peta.

Page 138: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek:

Jakarta. Rineka Cipta.

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Institut Pertanian

Bandung.

Bintarto, R. 1977. Suatu Pengantar Geografi Desa. Yogyakarta: LIP Spring.

Bintarto, R Dan Surastopo Hadi Sumarno. 1991. Metode Analisa Geografi.

Jakarta: LP3ES

Malinreau, JP.1977. A Proposed Land Cover / Land Use Classification and its

Use with Remote Sensing Data Indonesia dalam Journal of

Geography. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

.1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk

Inventarisasi dan Analisis. Yogyakarta: PUSPICS-

BAKOSURTANAL.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Moleong, Lexy. 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T Remaja

Rosdakarya.

Muta‟ali, Luthfi. 2000. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada.

Notoprawiro, Tejoyuwono. 1987. Habitat Lahan Sebagai Kriteria Tata Ruang

Nasional Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: PPLH- Universitas

Gadjah Mada

Hadi, Partoso. 2011. Ketrampilan Spasial Dalam Pembelajaran Geografi.

http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses tanggal 18 Mei 2011.

. 2011. Esensi Peta. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses

tanggal 18 Mei 2011

Sandy, I Made.1995. Tanah. Jakarta: INDOGRAPH BAKTI- FAKULTAS

MIPA- Universitas Indonesia.

Page 139: ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN … · ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008 SKRIPSI Oleh: Agus Sudiro K 5404012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Soeparmin, Yacop. 2002. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kelurahan

Karangasem Kota Surakarta 1991-2000. Tesis. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung: Alumni

Sutanto, Gunadi, Gunawan Totok. 1981. Penggunaan Foto Udara Untuk

Pembuatan Peta Penggunaan Lahan Kotamadya Yogyakarta Publikasi

No 3/1981. Yogyakarta: PUSPIC-BAKOSURTANAL.

Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografi dengan Mapinfo

Profesional.Yogyakarta: ANDI

Yunus, Hadi Sabari. 1987. Geografi Permukiman dan Beberapa Permasalahan

Permukiman di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas

Gadjah Mada.

.2007. Subject Matter dan Metoda Penelitian Geografi Permukiman

Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Zuroh, Tegawati. 2006. Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir

Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 1993-2005.

Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249. diakses januari 2009.

http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html. diakses 14 juni

2011.

www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm.

diakses 17 mei 2011