Analisis Spasial Kelurahan Petogogan Kota Jakarta Selatan.pdf

download Analisis Spasial Kelurahan Petogogan Kota Jakarta Selatan.pdf

If you can't read please download the document

Transcript of Analisis Spasial Kelurahan Petogogan Kota Jakarta Selatan.pdf

  • ANALISIS SPASIALRDTR KELURAHAN PETOGOGANKECAMATAN KEBAYORAN BARU

    KOTA JAKARTA SELATAN

    Anggota Kelompok:

    1. Ardi NPM. 13063611862. Dede NPM. 13063612043. Fajrin NPM.13063612364. Lia Fitriasari Rahayu NPM. 13063612425. Rifa Diana Yulianti NPM. 13063612616. Rudolf Doni Abrauw NPM. 13063612937. Vicca Karolinoerita NPM. 13063613058. Aljunaid Bakari NPM. 13064216649. Dewi Eliya Sari NPM. 1306421670

    MAGISTER GEOGRAFIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS INDONESIA

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pesatnya perkembangan kawasan perkotaan, selain memberikan dampak positif bagiperkembangan ekonomi, ternyata pada sisi lainnya dapat mengakibatkan timbulnyapermasalahan lingkungan, apabila kegiatan pembangunan yang dilakukan tidakmemperhitungkan faktor daya dukung lahan. Bencana banjir (flood) ataupun genangan air(inundation) merupakan salah satu contohnya.

    Permasalahan di Provinsi DKI Jakarta tentang bencana masih belum berubah biladibandingkan dengan tahun sebelumnya, walaupun pembenahan dan penanganan telahdiupayakan khusus untuk permasalahan tersebut dimasa yang akan datang masih menjadiprioritas penanganan.

    Permasalahan banjir pada umumnya sangat terkait erat dengan berkembangnya kawasanperkotaan yang selalu diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk, aktifitas dankebutuhan lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan ekonomi. Karena keterbatasanlahan di perkotaan, terjadi intervensi kegiatan perkotaan pada lahan yang seharusnyaberfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang terbuka hijau. Akibatnya, daerah resapanair semakin sempit sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan dan erosi. Hal iniberdampak pada pendangkalan (penyempitan) sungai, sehingga air meluap dan memicuterjadinya bencana banjir, khususnya pada daerah hilir.

    Kondisi geografis yang tidak menguntungkan, dimana luas DKI Jakarta sebesar 662.3 Km2

    dimana sebesar 40 persennya merupakan dataran rendah, yang ketinggiannya berada dibawah muka air laut pasang 1 sampai dengan 1,5 meter, dan dari 40 persen lahan tersebutbaru 11.500 Hektar yang dilayani dengan Polder, dimana di Provinsi DKI Jakarta jugamengalir 13 aliran sungai menuju laut diantaranya Kali Mookervart, Kali Ciliwung, KaliAngke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Baru Timur, Kali Buaran, KaliGrogol, Kali Cipinang, Kali Jatikramat, Kali Cakung dan Kali Sunte) yang kondisinya terusmengalami pendangkalan dan penyempitan akibat adanya sampah dan bangunan liardisepanjang sungai, menyebabkan bencana banjir dari tahun ke tahun menjadi suatubeban yang harus diwaspadai dan ditanggulangi di Provinsi DKI Jakarta. Selain hal tersebutdiatas juga diperparah dengan pembangunan yang sangat pesat di Jabotabek sertaterjadinya perubahan tataguna lahan di hulu sungai, yang menjadi penyebab penambahandebit air pada musim penghujan yang melebihi batas maksimum, pada saat ini daerahtangkapan hujan yang mempengaruhi Jakarta meliputi BOPUNJUR hanya seluas 85.000 Ha.

    Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka pemerintah DKI Jakarta, terus mulaiberbenah dalam menanggulangi bahaya kebanjiran, dimana yang dahulu genangan selalubertahan lama maka sejak tahun 2008 dengan dimulainya normalisasi sungai-sungai diJakarta jumlah genangan dari tahun ke tahun terus mulai terjadi pengurangan, dimanapada tahun 2010 jumlah titik genangan sebanyak 75 lokasi yang tersebar di lima wilayah

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    2

    kota Jakarta, maka pada tahun 2011 dengan banyaknya pengerukan dan pelebaran sungaimaka jumlah titik genangan sudah mulai berkurang menjadi 62 titik rawan banjir dan sifatgenangan adalah sementara yang airnya terus mengalir walaupun disana-sini masih dapatmenyebabkan kemacetan dan diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa mengurangiresiko banjir di Provinsi DKI Jakarta. Untuk melihat banyaknya lokasi titik genangan adalahsebagai berikut Jakarta Timur sebanyak 5 titik lokasi genangan, Jakarta Selatan sebanyak12 lokasi titik genangan, Jakarta Pusat sebanyak 9 lokasi titik genangan, Jakarta Baratsebanyak 17 lokasi titik genangan dan Jakarta Utara sebanyak 19 lokasi titik genangan.

    Gambar 1. Peta dan Lokasi Genangan Air Hujan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    3

    Laju pertambahan penduduk di Kota Jakarta senantiasa menuntut tersedianya lahan untukmenampung setiap kegiatannya. Karena keterbatasan ruang dan lahan maka, sempadansungai yang seharusnya menjadi ruang terbuka hijau sudah dijadikan sebagai tempatbermukim. Sehingga untuk menormalisasi sempadan sungai maka perlu dilakukanpenataan ruang, salah satunya dengan memindahkan masyarakat sejauh 10 meter darisempadan sungai melalui pembangunan kampung deret atau pembangunan kampungvertikal. Salah satu kelurahan yang merupakan wilayah rawan banjir adalah KelurahanPetogogan, sehingga dilakukan normalisasi sempadan sungai yang akan di alih fungsikansebagai daerah resapan air dan ruang terbuka hijau. Berikut ini adalah laporan AnalisisSpatial Rencana Detail Tata Ruang Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran BaruJakarta Selatan.

    1.2 Ruang Lingkup

    A. Ruang Lingkup Materi

    Untuk menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasanperkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten dan menciptakanketerkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien serta menjaga konsistensiperwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian program-programpembangunan perkotaan, maka diperlukan Analisis Spasial Rencana Detail Tata RuangKelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan untukmenyelesaikan permasalahan penataan ruang khususnya di sepanjang sempadanSungai Krukut.

    B. Ruang Lingkup Wilayah

    Lingkup wilayah kajian adalah Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran BaruJakarta Selatan dengan luas wilayah 86 hektar atau 0,86 Km2.

    1.3 Tujuan

    Tujuan perencanaan ruang detail yang akan dilakukan yakni, membuka wilayah sempadansungai sebesar 10 meter untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai fungsi ruang terbukahijau dengan cara merelokasi permukiman yang berada di sekitar sempadan sungai melaluipembangunan kampung deret dan/atau pembangunan permukiman vertikal.

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    4

    Gambar 2. Peta Eksisting Pola Ruang Kelurahan Petogogan

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    5

    BAB IIMETODOLOGI

    2.1 Lokasi Perencanaan

    Lokasi perencanaan RDTR ini di Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru KotaJakarta Selatan.

    2.2 Jenis Data

    A. Data primer

    Pengumpulan data primer, dilakukan dengan observasi dan wawancara. Serta surveytitik kordinat lokasi

    B. Data sekunder

    Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Data BPS Kota Jakarta Selatan, foto udaradan citra google earth.

    2.3 Metode Analisis

    Metode analisis dalam proses perencanaan ini menggunakan analisis spatial berbasis GIS.Melalui Pembangunan basis data spatial (peta digital) dan data atribut yang merupakansatu kesatuan. Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam pembangunan basis datadigital di antaranya adalah:

    Inputing data (peta, atribut)

    Proses input data dari peta dilakukan dengan melakukan digitasi dari citra google earth danfoto udara. Proses ini dilakukan dengan scanning peta yang kemudian di lanjutkan denganon screen digitize pada ArcGis.

    Editing

    Proses editing dilakukan untuk menghapus dan membenarkan kesalahan-kesalahan padasaat proses inputing data.

    Transformasi koordinat (proyeksi peta)

    Khusus untuk data spatial, perlu dilakukan proses proyeksi peta yang bertujuan agar petadigital yang terbentuk sesuai dengan keadaan di lapangan.

    Topologi

    Topologi merupakan hal yang sangat penting aplikasi GIS, karena dengan topologi dapatdilakukan pengembangan terhadap informasi-informasi yang harus dimiliki dari obyekgeografi.

    Tagging

    Proses ini diperlukan agar antara data spatial dan data atribut dapat saling berhubungan.

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    6

    Link data spatial dan atribut

    Pada tahapan ini, terjadi proses link antar data spatial dan data atribut yang merupakancikal bakal GIS.

    Analisis

    Proses analisis dilakukan jika basis data dan desain aplikasi sudah terbentuk.

    Gambar 3. Tahapan Analisis

    Data Atributdalam MS Access

    atau MS Excel

    Peta Dasardan

    Peta Tematik

    Digitasi

    Topologi

    Editing/Verifikasi

    Mapjoin

    Clipping

    Tagging

    Link Data Base

    Layout Desain

    Quality Control

    Peta siap dianalisis dan siap

    cetak

    Sumber data

    Primer & Sekunder

    UjiKetelitian

    Ya

    Persiapandata spatial

    Transformasi

    Tidak

    Prosessing datamenggunakanArcGis 10.1

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    7

    2.4 Tahapan Perencanaan

    Tahapan perencanaan dalam kegiatan ini sebagaimana di jabarkan dalam Gambar 4sebagai berikut :

    Gambar 4. Tahapan Perencanaan

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    8

    BAB IIIDESKRIPSI WILAYAH KELURAHAN PETOGOGAN

    3.1 Kondisi Geografis

    Kelurahan Petogogan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kebayoran Baru KotaJakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 0.86 Km2, yang terdiri dari 79 RTdan 6 RW. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta administrasi berikut ini :

    Gambar 5. Peta Administrasi Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    9

    3.2 Basis Ekologi

    A. Jenis Penggunaan TanahJenis penggunaan tanah di Kelurahan Petogogan didominasi oleh permukiman formaldan informal, perdagangan dan jasa, pemerintahan serta ruang terbuka hijau. Untuklebih jelas sebarannya dapat dilihat pada peta penggunaan tanah sebagai berikut :

    Gambar 6. Peta Penggunaan Tanah Kelurahan Petogogan Kecamatan Kebayoran Baru

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    10

    B. Nilai Tanah

    Di Kelurahan Petogogan terdapat kontradiksi status sosial masyarakatnya dimana adakawasan perumahan elit yang berdasarkan informasi yang di dapat nilai tanah danbangunannya bisa mencapai kurang lebih 40 juta rupiah per meter persegi. Tetapiterdapat pula kawasan kumuh (perumahan informal) khususnya disepanjang bantaranSungai Krukut yang memiliki nilai bangunan yang rendah karena letak, kualitas dankondisi eksisting fisik bangunan yang dianalogikan jika bangunan lama dipugar makawarga tidak mampu untuk membangun kembali bangunan dengan spesifikasi yangsama.

    Berdasarkan hasil analisis WTA (Willingness To Accept) yaitu analisis yang bertujuanuntuk mengetahui nilai ganti rugi yang bersedia diterima masyarakat yang telahdilakukan oleh Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), nilai ganti rugi (WTA) yangbersedia diterima masyarakat untuk tanah dan bangunan di wilayah KelurahanPetogogan setelah dipengaruhi faktor-faktor seperti luas lahan, jarak tempat tinggaldengan sungai, pendidikan, status kepemilikan tanah dan jenis bangunan adalahsebesar Rp. 2.110.000 per meter persegi.

    C. Status tanah

    Mayoritas tanah masyarakat Kelurahan Petogogan adalah tanah yang sudahbersertifikat dengan status Hak Milik. Namun masih ada masyarakat yang mendirikanbangunan secara ilegal karena tidak memiliki status kepemilikan tanah dan bangunanyang sah dari pemerintah yang umumnya mereka adalah warga pendatang (bukanwarga asli Kelurahan Petogogan). Terdapat pula sebidang tanah negara yang kini olehpemerintah setempat dijadikan sebagai lokasi Kampung Deret.

    Tentang status kepemilikian tanah secara terperinci belum dapat diketahui karenabelum adanya penerbitan peta rincian status hak tanah secara lengkap dari instansiterkait yang mencantumkan nama pemilik dan status tanah serta batas bidang tanahyang ada di Kelurahan Petogogan.

    D. Kependudukan

    Kelurahan Petogogan terdiri dari 4.535 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah pendudukpada tahun 2011 berjumlah 15.429 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan berjumlah4.615 jiwa dari tahun sebelumnya yang berjumlah 10.814 jiwa (Gambar 7).

    Gambar 7. Karakteristik Kependudukan Kelurahan Petogogan

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    11

    3.3 Basis Ekonomi

    A. Mata pencaharian

    Masyarakat di Kelurahan Petogogan umumnya memiliki mata pencaharian sebagaipegawai negeri sipil, pegawai swasta, pedagang, buruh, pemulung dan tukang ojekdengan lokasi pekerjaan tersebar baik di dalam lingkup Kelurahan Petogogan maupundiluar wilayah Kelurahan Petogogan.

    Untuk masyarakat di sepanjang sempadan Sungai Krukut didominasi oleh matapencaharian sebagai tukang ojek, buruh dan pemulung sampah yang umumnyabekerja di dalam lingkup wilayah Kelurahan Petogogan.

    B. Pendapatan

    Secara umum pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Petogoganterbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori pendapatan tinggi (rata-rata di atas 10juta per bulan) yang dimiliki oleh masyarakat dengan jenis pekerjaan sebagian pegawaiswasta, sebagian pegawai negeri sipil dan sebagian pedagang; kategori pendapatanmenengah (rata-rata 3 s/d 10 juta per bulan) yang juga dimiliki oleh masyarakatdengan jenis pekerjaan sebagian pegawai swasta, sebagian pegawai negeri sipil dansebagian pedagang; kategori pendapatan rendah (rata-rata kurang dari 3 juta perbulan) yang didominasi oleh masyarakat dengan mata pencaharian sebagai pedagang,buruh, pemulung dan tukang ojek.

    Masyarakat yang tinggal di sempadan Sungai Krukut umumnya termasuk dalamkategori pendapatan rendah, bahkan banyak yang pendapatan per bulannya tidakmenentu karena jenis pekerjaan musiman, seperti buruh (kuli bangunan) danpemulung sampah.

    Pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Kelurahan Petogogan yang memperlihatkanarah pertumbuhan ekonomi dilihat dari mayoritas mata pencaharian dan pendapatanmasyarakat Kelurahan Petogogan yang saling berkaitan seperti sektor swasta (jasa)dan perdagangan dimana penghasilan masyarakat yang berprofesi sebagai pegawaiswasta, PNS dan pedagang memiliki tingkat pendapatan di kategori rendah, menengahdan tinggi. Percepatan pertumbuhan didorong oleh pembangunan fisik yang dilakukanPemerintah Provinsi DKI Jakarta, serta pembangunan pusat-pusat bisnis di sekitarwilayah Petogogan yang dilaksanakan oleh pihak swasta serta lokasi KelurahanPetogogan yang dinilai strategis berada dekat kawasan pusat perdagangan blok M.

    C. Sarana Prasarana

    Sektor angkutan dan komunikasi juga mengalami pertumbuhan guna menunjangsektor perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan Petogogan. Maraknya penggunaantelepon seluler ikut memberikan dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhansub sektor komunikasi yang dapat dikembangkan di wilayah ini.

    Sarana dan prasarana di Kelurahan Petogogan terdiri dari sarana peribadatan, saranakesehatan, dan fasilitas umum dan telekomunikasi dapat dilihat dalam tabel 1.

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    12

    Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan, Sarana Olahraga dan Taman Rekreasi, SaranaEkonomi, Sarana Peribadatan, Sarana Kesehatan, Sarana Umum danKomunikasi di Kelurahan Petogogan

    NO. SARANA JUMLAH

    1. Sarana Pendidikan

    TK 1

    SD Negeri 0

    SD Swasta 3

    SMP Negeri 0

    SMP Swasta 2

    SMA Negeri 0

    SMA Swasta 2

    Kursus Komputer 1

    2. Sarana Olahraga dan Taman Rekreasi

    Bulu Tangkis 4

    Tenis 4

    Bola Volly 1

    Lainnya 1

    Taman Terbuka 3

    3. Sarana Ekonomi

    Pasar (Inpres, Pasar Swalayan, Waser, Mini Market) 8

    Usaha (Salon, Penjahit, Bengkel, Show Room) 27

    Bank (Pemerintah dan Swasta) 4

    Industri (Kecil dan Rumah Tangga) 6

    Restoran 73

    4. Sarana Ibadah

    Masjid 6

    Musholla 8

    Gereja 1

    5. Sarana Kesehatan

    Puskesmas 1

    Posyandu 9

    Dokter Praktek 3

    Lainnya 4

    6. Sarana Umum dan Komunikasi

    Kantor Pos 1

    Telepon Umum 10

    Wartel 6

    Warnet 2

    Halte Bus 6

    Sumber: BPS DKI Jakarta

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    13

    Adapun sebaran sarana prasarana dan basis ekonomi tersebut dapat dilihat dalampeta sarana dan prasaran sebagai berikut:

    Gambar 8. Peta Sebaran Sarana Prasarana di Kelurahan Petogogan

  • A n a l i s i s S p a s i a l R e n c a n a D e t a i l T a t a R u a n gK e l u r a h a n P e t o g o g a n

    14

    BAB IVFORMULASI PERENCANAAN

    4.1 Penetapan Prasyarat Lokasi yang Digunakan

    A. Analisis Pola Ruang Kelurahan PetogoganAdapun pola ruang Kelurahan Petogogan dapat dilihat dalam peta pola ruang sebagaiberikut:

    Gambar 9. Peta Pola Ruang Kelurahan Petogogan

    COVER.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdf