ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

103
ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( LONG TERM EVOLUTION) Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan Untuk menyelesaikan program Strata-1 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar Oleh : ETA SAIRA SAID D411 10 101 ADRYANDA MALIK D411 10 287 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Transcript of ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Page 1: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN

LTE ( LONG TERM EVOLUTION)

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

Untuk menyelesaikan program Strata-1 Jurusan Elektro Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Makassar

Oleh :

ETA SAIRA SAID

D411 10 101

ADRYANDA MALIK

D411 10 287

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

ABSTRAK

Tugas akhir ini membahas tentang analisis dan simulasi handover jaringan

LTE menggunakan software NS-3 (Network Simulator). Software NS-3

merupakan software open source dan menggunakan bahasa pemrograman C++

dan phyton. NS3 dapat mendukung konfigurasi jaringan LTE yang tersedia dalam

bentuk modul pada library. Handover merupakan suatu sistem yang menjamin

kontinuitas koneksi antar user. Di dalam LTE terdapat dua jenis handover yakni

S1 based handover dan X2 based handover. Tugas akhir ini khusus membahas X2

based handover tanpa perubahan S-GW. Simulasi ini menampilkan nilai

parameter jitter, delay dan throughput dari user yang bergerak. Nilai jitter, delay

dan throughput yang dihasilkan dari simulasi digunakan untuk membandingkan

kualitas layanan video streaming dan web browsing. Selain itu, tugas akhir ini

juga membahas analisa kualitas layanan LTE baik video streaming maupun web

browsing, dengan perubahan parameter seperti kecepatan user, jarak antar

eNodeB, bandwidth dan banyak user yang dilayani dalam satu waktu.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kualitas layanan web browsing lebih

baik dari video streaming sesuai dengan standar Tiphon, hasil rata-rata nilai

throughput untuk untuk layanan web browsing yaitu 12,3990 Mbps dengan delay

2,15e-06 s dan nilai jitter sebesar 4,55e-07 s. Sedangkan untuk layanan video

streaming didapatkan hasil rata-rata nilai throughput yaitu 6,684 Mbps dengan

delay 2,59e-06 dan nilai jitter 1,63e-06 s.

Kata kunci ; Handover, LTE, NS3, jitter, delay throughput, web browsing, video

streaming

Page 3: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin, dengan judul “ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN

LTE (LONG TERM EVOLUTION)”.

Penulis sepenuhnya menyadari segala keterbatasan dan kekurangan dalam proses

penyelesaian Tugas Akhir ini dikarenakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu, dengan dengan penuh kerendahan hati penulis memohon maaf atas

segala kekurangan serta sangat mengharapkan saran dan kritik dari segala pihak demi

kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Pada proses penyelesaian Tugas Akhir ini tidak mustahil ditemukan rintangan dan

hambatan, namun semua bisa teratasi berkat bantuan material maupun moril dari berbagai

pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini dan berterimakasih yang

sebesar-besarnya pada:

1. Allah SWT atas segala anugerah dan pertolongan-Nya yang tak

terhingga. Ketika segala daya upaya telah dilakukan dan tiada hasil,

Page 4: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

hanya Engkau satu-satunya bisa membantu. Tak lupa pula kepada

Nabi Muhammad SAW berserta para sahabat beliau suri tauladan bagi

seluruh umat manusia.

2. Kedua Orang Tua beserta Keluarga Penulis, atas segala doa yang tak

pernah putus, semangat yang tak pernah sirna dan harapan yang terus

terucap, pengorbanan dan kasih sayang yang tak pernah berakhir serta

jasa-jasanya yang tak pernah berhenti.

3. Bapak Dr. Ir. H. Andani Achmad, MT dan Ir. H. Gassing, MT selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin, atas segala dukungannya.

4. Bapak Dr. Ir. Zulfajri Basri Hasanuddin, M.Eng selaku Pembimbing I

dan Ibu Dr.Eng.Intan Sari Areni, ST, MT selaku Pembimbing II, atas

segala bimbingan, bantuan, arahan dan waktu yang diberikan selama

proses persiapan dan penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Segenap Staf Dosen, Staf Jurusan Teknik Elektro, dan Staf Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin, atas segala ilmu pengetahuan dan

bantuan-bantuan yang telah diberikan selama kami berada di sini.

6. DetektorX, atas segala dorongan semangat, canda tawa, kebersamaan

dan kenangan yang tak akan pernah kami lupa.

7. Senior-senior Elektro UH yang tidak pernah pelit membagi ilmu dan

pengalaman.

8. Rekan-rekan Asisten Laboratorium Listrik Dasar keluarga kecil kami

di kampus.

Page 5: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

9. Dan seluruh pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu yang

telah membantu baik berupa bantuan moril maupun materil.

Penulis berharap mudah-mudahan Allah SWT membalas segala bantuan

yang diberikan dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 21 Agustus 2014

Penulis

Page 6: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ................................................................................ I-1

I.2. Rumusan Masalah ........................................................................... I-3

I.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ I-3

I.4. Batasan Masalah ............................................................................. I-3

I.5. Metodologi Penelitian ..................................................................... I-4

I.6. Sistematika Penulisan ..................................................................... I-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Dan Konsep Long Term Evolution ....................................... II-1

II.1.1 Perkembangan Teknologi Jaringan Seluler ..................................... II-1

II.1.2 Long Term Evolution ...................................................................... II-2

II.1.3 Spesifikasi dan standard LTE ......................................................... II-6

II.1.4 Arsitektur Jaringan LTE ................................................................. II-7

II.1.5 Aspek Interface Radio LTE ............................................................ II-9

II.1.5.1 Teknik Akses ............................................................................... II-9

II.1.5.2 Mode Akses Radio ...................................................................... II-10

II.1.5.3 Konfigurasi Antena Pada LTE .................................................... II-12

II.1.5.3.1 Single Input Multiple Output (SIMO) ....................................... II-12

II.1.5.3.2 Multiple Input Single Output (MISO) ....................................... II-12

II.1.5.3.3 Multiple Input Multiple Output (MIMO) .................................. II-13

II.1.6 Jenis layanan-layanan pada LTE .................................................... II-15

II.1.7 Data Rate LTE .............................................................................. II-1

II.1.8 Quality of Service (QoS) LTE ....................................................... II-19

II.1.8.1 Throughput ................................................................................. II-19

II.1.8.2 Delay ........................................................................................... II-19

II.1.8.3 Jitter ............................................................................................ II-21

Page 7: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.2 Konsep Dasar Handover pada Jaringan LTE ..................................... II-22

II.2.1 Dasar-dasar Handover .................................................................... II-22

II.2.2 Handover di LTE ........................................................................... II-22

II.2.2.1 Algoritma Handover LTE Intra SGW ........................................ II-22

II.2.2.2 S1 based handover ...................................................................... II-22

II.2.2.3 X2 based handover ...................................................................... II-24

II.3. NS 3 (Network Simulator) ................................................................. II-28

BAB III METODOLOGI DAN PERANNCANGAN SIMULASI LTE

III.1 Hardware dan Software yang digunakan .......................................... III-1

III.1.1 Hardware yang digunakan ............................................................. III-1

III.1.1 Software yang digunakan ............................................................... III-1

III.2 Tahap-tahap simulasi ...................................................................... III-2

III.3 Parameter-parameter simulasi ........................................................... III-2

III.4 Diagram Alir Simulasi ................................................................... III-4

III.5 Perancangan Simulasi .................................................................... III-5

III.5.1Perancangan Simulasi Skenario 1 .................................................. III-16

III.5.2Perancangan Simulasi Skenario 2 .................................................. III-17

III.5.3Perancangan Simulasi Skenario 3 .................................................. III-18

III.5.4Perancangan Simulasi Skenario 4 .................................................. III-19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil dan Analisis Simulasi ............................................................ IV-2

IV.1. 1Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 1 ........................................ IV-2

IV.1.1.1Hasil dan Analisis Simulasi Throughput UE1 ............................. IV-2

IV.1.1.2Hasil dan Analisis Simulasi Jitter UE1 ....................................... IV-3

IV.1.1.3Hasil dan Analisis Simulasi Delay UE1 ...................................... IV-4

IV.2.2Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 2 .......................................... IV-5

IV.2.2.1Hasil dan Analisis Simulasi Throughput UE1 ............................. IV-5

IV.2.2.2Hasil dan Analisis Simulasi Jitter UE1 ....................................... IV-7

IV.2.2.3Hasil dan Analisis Simulasi Delay UE1 ...................................... IV-8

IV.2.3Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 3 .......................................... IV-8

IV.2.3.1Hasil dan Analisis Simulasi Throughput UE1 ............................ IV-9

IV.2.3.2Hasil dan Analisis Simulasi Jitter UE1 ...................................... IV-10

Page 8: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.3.2Hasil dan Analisis Simulasi Delay UE1 ..................................... IV-11

IV.2.4Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 4 .......................................... IV-11

IV.2.4.1Hasil dan Analisis Simulasi Throughput UE1 ............................. IV-12

IV.2.4.2Hasil dan Analisis Simulasi Jitter UE1 ....................................... IV-14

IV.2.4.3Hasil dan Analisis Simulasi Delay UE1 ...................................... IV-15

IV.2. Perbandingan bandwidth pada layanan video streaming

handover LTE ................................................................................. IV-16

IV.2.1Perbandingan skenario 1 dan skenario 2 ......................................... IV-16

IV.2.2Perbandingan kualitas layanan handover ........................................ IV-17

IV.2.3Perbandingan kualitas layanan video streaming terhadap jarak

dan kecepatan user yang berubah .................................................. IV-18

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ..................................................................................... V-1

V.2. Saran ............................................................................................... V-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Evolved Packet Core....................................................................... II-5

Gambar II.2. Arsitektur jaringan LTE .................................................................. II-8

Gambar II.3. Arah transmisi downlink dan uplink ............................................... II-9

Gambar II.4. FDD dan TDD pada LTE ............................................................... II-11

Gambar II.5. Konfigurasi SIMO ........................................................................ II-13

Gambar II.6. Konfigurasi MISO ........................................................................ II-13

Gambar II.7. Konfigurasi MIMO ....................................................................... II-14

Gambar II.8. E-UTRA states and inter-RAT mobility procedures ..................... II-23

Gambar II.9. Algoritma handover LTE Intra SGW ............................................. II-25

Gambar II.9. S1 interface handover ..................................................................... II-26

Gambar II.10. X2 X2 Handover : (a) tanpa perubahan S-GW dan

(b) perubahan S-GW .............................................................................. II-24

Gambar III.1. Hardware yang digunakan .............................................................. III-1

Gambar III.2. Diagram alir dari simulasi handover pada jaringan LTE ................ III-4

Gambar III.3. Perancangan simulasi skenario 1 dan skenario 2 ............................ III-25

Gambar III.5. Perancangan simulasi skenario 3 .................................................... III-26

Gambar III.6. Perancangan simulasi skenario 4 .................................................... III-27

Gambar IV.1. Throughput UE1 pada skenario 1 ................................................... IV-2

Gambar IV.2. Jitter UE1 pada skenario 1 ............................................................. IV-3

Gambar IV.3. Delay UE1 pada skenario 1 ............................................................ IV-4

Gambar IV.4. Throughput UE1 pada skenario 2 ................................................... IV-5

Gambar IV.5. Jitter UE1 pada skenario 2 ............................................................. IV-6

Gambar IV.6. Delay UE1 pada skenario 2 ............................................................ IV-7

Gambar IV.7. Throughput UE1 pada skenario 3 ................................................... IV-8

Gambar IV.8. Jitter UE1 pada skenario 3 ............................................................. IV-9

Gambar IV.9. Delay UE1 pada skenario 3 ............................................................ IV-10

Gambar IV.10. Throughput UE1 pada skenario 4 ................................................... IV-12

Gambar IV.11. Jitter UE1 pada skenario 4 ............................................................. IV-13

Gambar IV.12. Delay UE1 pada skenario 4 ............................................................ IV-14

Page 10: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Klasifikasi Layanan Mobile pada LTE ........................................... II-16

Tabel II.2. Tabel data rate downlink ................................................................ II-18

Tabel II.4. Tabel data rate uplink ..................................................................... II-18

Tabel II.5. Standard Nilai Throughput Tiphon ................................................. II-17

Tabel II.6. Standard Nilai Delay Tiphon .......................................................... II-19

Tabel II.7. Standard Nilai Jitter Tiphon ............................................................ II-19

Tabel III.1. Parameter Simulasi ......................................................................... III-3

Tabel IV.1. Perbandingan kualitas layanan video streaming dengan

perubahan bandwidth ..................................................................... IV-15

Tabel IV.2. Perbandingan kualitas layanan video streaming dan

web browsing .................................................................................. IV-16

Tabel IV.3. Perbandingan kualitas layanan terhadap jarak dan kecepatan

user yang berubah ........................................................................... IV-17

Page 11: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

DAFTAR SINGKATAN

3GPP : 3rd

Generation Partnership Project

AMC : Adaptive Modulation and Coding

AMPS : Advanced Mobile Phone System

AuC : Authentication Center

BBERF : Bearer Binding dan Event Reporting Function

CDMA : Code Divison Multiple Access

CELL_PCH : Cell Paging Channel

DHCP : Dynamic Host Configuration Protocol

DSL : Digital Subscriber Line

EDGE : Enhanched Data Rates for GSM Evolution

eNodeB : Evolved Node B

EPC : Evolved Packet Core

EPS : Evolved Packet System

FDD : Frequency Division Duplex

GPON : Gigabyte Passive Optical Network

GPRS : General Packet Radio Service

GRE : General Routing Encapsulation

GSM : Global System for Mobile Communication

GTP : GPRS Tunneling Protocol

GUTI : Globally Unique Temporary Identity

HSPA : High Speed Packet Access

HSS : Home Subscription service

IMS : IP Multimedia Sub-System

IMSI : International Mobile Subscriber Identity

IP : Internet Protocol

ISDN : Integrated Service Digital Network

LTE : Long Term Evolution

MAC : Medium Access Control

MBR : Modify Bearer Request

MIMO : Multiple Input and Multiple Output

MISO : Multiple Input Single output

MM : Mobility Management

Page 12: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

MME : Mobility Management Entity

MRC : Maximum Ratio Combining

NS 3 : Network Simulator

OFDMA : Orthogonal Frequency Division Multiple Access

OFDMA : Orthogonal Frequency Division Multiple Accees

PAPR : Peak Average Powe Ratio

PCRF : Policy Charging and Rules Function

PDCP : Packet data Convergence Protocol

PDN : Packet Data Network

P-GW : Packet Data Network Gateway

PHY : Physical Layer

PMIP : Proxy Mobile Internet Protocol

PSTN : Public Switched Telephone Network

PUCCH : Physical Uplink Control Channel

Qos : Quality of Service

RLC : Radio Link Control

RRC : Radio Resource Control

RRM : Radio Resource Management

SAE : Service Architecture Evolution

SC-FDMA : Single Carrier- Frequency Division Multiple Access

S-GW : Serving Gateway

SIMO : Single Input Multiple Output

SIP : Session Initiation Protocol

SNR : Signal To Noise Ratio

TDD : Time Division Duplex

TDMA : Time Division Multiple Access

TIPHON : Telecommunication and Internet Protocol Harmonization Over Network

UE : User Equipment

UTRAN : Universal Terrestrial Radio Access Network

E-UTRAN : Evolved Universal Terrestrial Radio Access Network

UICC : Universal Integrated Circuit Card

UL : Uplink

UMTS : Universal Mobile Telecommunication System

USIM : Universal Subscriber Identity Module

Page 13: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

VoIP : Voice Over IP

WCDMA : Wideband Code Division Multiple Access

Page 14: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia terjadi dengan sangat

pesat dikarenakan kebutuhan untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan

cepat, mudah dan mobile. Dengan cepatnya pertumbuhan pengguna jaringan

telekomunikasi untuk akses broadband, inilah saatnya operator dan vendor untuk

mengimplementasikan teknologi Long Term Evolution (LTE) untuk memenuhi

pertumbuhan tersebut. LTE akan mendorong transformasi aplikasi dan layanan

berbasis circuit bermigrasi ke lingkungan All IP.

Saat ini teknologi 4G Long Term Evolution (LTE) masih dalam masa

perkembangan. LTE ini merupakan pengembangan dari teknologi seluler

sebelumnya yaitu UMTS (3G) dan HSPA (3,5G) yang mana LTE disebut sebagai

generasi ke-4 (4G). Pada UMTS kecepatan transfer data maksimum adalah

2Mbps, sedangkan pada LTE ini kemampuan dalam memberikan kecepatan dalam

hal transfer data dapat mencapai 100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada

sisi uplink.

Dalam perkembangannya perlu diketahui integritas jaringan LTE dalam

menyediakan layanan yang handal terhadap mobilitas pengguna layanan, sehingga

perlu dibahas tentang proses handover yang terjadi pada LTE, dimana proses

Page 15: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

handover ini nantinya akan menentukan kemampuan jaringan dalam menjaga

hubungan komunikasi yang sedang terjadi.

Masalah yang timbul ketika berbicara proses handover adalah bagaimana

proses pentransferan data yang terjadi pada LTE. X2 adalah sebuah interface yang

harus dilewati ketika terjadi proses pentransferan data saat terjadinya handover

pada LTE antara dua buah eNodeB yang bersebelahan. Kemampuan interface X2

ini juga berpengaruh terhadap maksimalisasi fungsi dari proses handover,

sehingga perlu untuk mengetahui fungsi X2 tersebut saat terjadinya handover

antara eNodeB pada LTE.

Untuk melihat kondisi handover LTE tersebut dapat disimulasikan

menggunakan simulator NS-3 (Network Simulator). NS-3 merupakan simulator

yang dikembangkan untuk menyediakan platform simulasi jaringan yang open

source. NS-3 merupakan pengembangan software dari NS-2. NS-2 telah memiliki

bermacam-macam model simulasi dibandingkan NS-3. Meskipun demikian, NS-3

memiliki model serta fitur yang lebih detail dalam beberapa penelitian yang

popular seperti LTE dan Wifi. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan

NS-3 sebagai simulator untuk menampilkan simulasi handover pada jaringan

LTE. Berdasarkan uraian di atas penulis membuat suatu simulasi yang mampu

menjelaskan berlangsungnya proses handover pada sistem LTE. Sehingga tugas

akhir ini berjudul

“ ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN

LTE ( LONG TERM EVOLUTION)”

Page 16: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam pembuatan tugas akhir ini yaitu:

1. Bagaimana proses handover pada jaringan LTE dengan simulasi

menggunakan program NS-3.

2. Bagaimana mengevaluasi kinerja handover LTE dengan menggunakan

program NS-3.

3. Bagaimana proses handover pada jaringan LTE terhadap kualitas layanan

video streaming dan web browsing.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas akhir ini yaitu:

1. Mensimulasikan proses handover pada jaringan LTE menggunakan

program NS-3.

2. Mengevaluasi kinerja handover LTE dengan menggunakan program

NS-3.

3. Menganalisis kualitas layanan video streaming dan web browsing pada

proses handover pada jaringan LTE.

I.4 Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini sistem yang akan dibuat dibatasi pada hal-hal sebagai

berikut:

Page 17: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

1. Membuat simulasi proses X2 based handover tanpa perubahan S-GW

pada jaringan LTE menggunakan program NS-3.

2. Menganalisis parameter-parameter handover pada jaringan LTE berupa,

throughput, delay, dan jitter dari hasil simulasi.

3. Aplikasi yang dibahas berupa layanan video streaming dan web

browsing.

I.5 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut:

a. Studi Literatur, yaitu pencarian dan pengumpulan literatur-literatur dan kajian-

kajian yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada pada Tugas Akhir ini,

baik berupa artikel, buku referensi, internet, dan sumber-sumber lain yang

berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

b. Merancang handover LTE dengan membuat berbagai kondisi yakni skenario

yang mendekati kondisi real.

c. Membuat simulasi handover LTE menggunakan bahasa pemograman NS-3.

d. Menganalisis hasil simulasi dan menghubungkannya dengan hasil studi

literatur.

e. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil simulasi dan analisa.

I.6 Sistematika Penulisan

Page 18: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Untuk mempermudah penulisan dan agar pembahasan yang disajikan lebih

sistematis, maka laporan ini dibagi ke dalam lima bab. Isi masing–masing bab

diuraikan secara singkat sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan tentang berbagai dasar teori tentang LTE secara umum

terutama tentang perekembangan teknologi LTE, arsitektur jaringan LTE serta

menjelaskan konsep dan proses terjadinya handover pada LTE.

BAB III PERANCANGAN SIMULASI

Bab ini menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam simulasi dan

menjelaskan perancangan simulasi.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini menampilkan hasil dari simulasi handover LTE serta analisis handover

pada simulasi tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh bab dan saran dari hasil yang

diperoleh pada bab sebelumnya.

Page 19: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Dan Konsep Long Term Evolution

II.1.1 Perkembangan Teknologi Jaringan Seluler [1]

Teknologi seluler berkembang sangat pesat, mulai dari generasi pertama

(1G) sampai pada sekarang ini yang akan menginjak pada teknologi generasi

keempat (4G). Teknologi seluler dibedakan menjadi 2 standar, yaitu standar 3GPP

dan 3GPP2 (2). Pada standar 3GPP, perkembangan teknologi dimulai dari AMPS

(Advanced Mobile Phone System) yang masih bersifat analog. Pada tahun 1991

mulai dikembangkan teknologi seluler berbasis digital generasi kedua yaitu GSM

(Global System for Mobile Communication) yang telah menggunakan TDMA

(Time Division Multiple Access) pada akses jamaknya. GSM hanya mendukung

layanan berupa voice aja, sehingga muncul teknologi GPRS (General Packet

Radio Service) yang menambahkan layanan akses data hingga kecepatan transfer

data 160 kbps yang kemudian ditingkatkan dengan penambahan perangkat pada

sisi radio aksesnya yang sering disebut dengan teknologi EDGE (Enhanched Data

Rates for GSM Evolution). Selanjutnya generasi ketiga muncul dengan

menggunakan teknik multiple access WCDMA (Wideband Code Division

Multiple Access) atau yang sering disebut dengan UMTS (Universal Mobile

Page 20: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Telecommunication System). Generasi ketiga pun mengalami perkembangan

untuk meningkatkan kecepatan akses data dan coverage karena telah

menggunakan sistem AMC (Adaptive Modulation and Coding) pada sistem

transmisi pada jaringan aksesnya. Untuk kedepannya, akan muncul teknologi

berbasis full IP yang disebut LTE yang telah menggunakan OFDMA (Orthogonal

Frequency Division Multiple Access) pada sistem transmisi arah downlink dan

telah menggunakan bandwidth serta modulasi yang bervariasi sehingga akan

meningkatkan kapasitas dan coverage-nya.

Pada evolusinya ada perbedaan perkembangan yaitu antara standarisasi

3GPP dengan 3GPP2. Termasuk dalam perkembangan 3GPP adalah teknologi

GSM yang merupakan generasi kedua (2G) sampai dengan LTE yang merupakan

generasi keempat (4G). Sedangkan yang termasuk dalam perkembangan 3GPP2

adalah CDMA (Code Divison Multiple Access) yang juga merupakan teknologi

seluler generasi kedua (2G) sampai pada CDMA EVDO (Evolution Data

Optimized).

II.1.2 Long Term Evolution

Long Term Evolution adalah generasi teknologi telekomunikasi seluler.

Menurut standar, LTE memberikan kecepatan uplink hingga 50 Mbps dan

kecepatan downlink hingga 100 Mbps. Bandwidth LTE adalah dari 1.4 MHz

hingga 20 MHz. Operator jaringan dapat memilih bandwidth yang berbeda dan

memberikan layana yang berbeda berdasarkan spektrum. Itu juga merupakan

tujuan desain dari LTE yaitu untuk meningkatkan efisiensi spektrum pada

Page 21: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

jaringan, yang memungkinkan operator untuk menyediakan lebih banyak paket

data pada suatu bandwidth.

Teknologi LTE menggunakan OFDMA-based pada suatu air interface

yang sepenuhnya baru yang merupakan suatu langkah yang radikal dari 3GPPP

dan merupakan pendekatan evolusioner berdasar pada peningkatan advance

WCDMA. Teknologi OFDM-based dapat mencapai data rate yang tinggi dengan

implementasi yang lebih sederhana menyertakan biaya relatif lebih rendah dan

efisiensi konsumsi energi pada perangkat kerasnya.

LTE menggunakan OFDMA pada downlink dan SC-FDMA (Single

Carrier- Frequency Division Multiple Access) pada uplinknya. SC-FDMA secara

teknis serupa dengan OFDMA tetapi lebih cocok diaplikasikan pada device

handheld karena lebih sedikit dalam konsumsi baterai.

LTE mendukung teknik MIMO (Multiple Input and Multiple Output)

untuk mengirimkan data pada sinyal path secara terpisah yang menduduki

bandwidth RF yang sama pada waktu yang sama, sehingga dapat mendorong pada

peningkatan data rates dan throughput. Sistem antena MIMO merupakan metode

pada suatu layanan broadband sistem wireless memiliki kapasitas lebih tinggi

serta memiliki performa dan keandalan yang lebih baik.

MIMO adalah salah satu contoh teknologi denga kualitas yang baik dari

LTE pada kecenderungan teknologi yang berkembngan saat ini. Saat ini fokus

adalah untuk menciptakan frekuensi yang dapat lebih efisien. Teknologi seperti

MIMO dapat menghasilkan frekuensi yang efisien yaitu dengan mengirimkan

informasi yang sama dari dua atau lebih pemancar terpisah kepada sejumlah

Page 22: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

penerima, sehingga mengurangi informasi yang hilang dibanding bila

menggunakan sistem transmisi tunggal. Pendekatan lain yang akan dicapai pada

sistem MIMO adalah teknologi beam forming yaitu mengurangi gangguan

interferensi dengan cara mengarahkan radio links pada penggunaan

secara spesifik.

Fleksibilitas di dalam penggunaan spektrum adalah suatu corak utama

pada teknologi LTE, tidak hanya bersifat tahan terhadap interferensi antar sel

tetapi juga penyebaran transmisi yang efisien pada spektrum yang tersedia.

Hasilnya adalah peningkatan jumlah pengguna per sel bila dibandingkan dengan

WDMA.

EPC (Evolved packet core) pada LTE adalah arsitektur jaringan yang telah

disederhanakan, dirancang untuk seamless integrasi dengan komunikasi berbasis

jaringan IP. Tujuan utamanya adalah untuk menangani rangkaian dan panggilan

multimedia melalui konvergensi pada inti IMS. EPC memberikan sebuah jaringan

all IP yang memungkinkan untuk konektivitas dan peralihan ke lain akses

teknologi, termasuk semua teknologi 3GPP dan 3GPP2 serta Wifi dan fixed line

broadband seperti DSL dan GPON.

Jaringan E-UTRAN adalah jaringan yang jauh lebih sederhana daripada

jaringan sebelumnya pada jaringan 3GPP. Semua masalah pemrosesan paket IP

dikelola pada core EPC, memungkinkan waktu respons yang lebih cepat untuk

penjadwalan dan re-transmisi dan juga meningkatkan latency dan throughput.

RNC (Radio Network Controller) telah sepenuhnya dihapus dan sebagian besar

Page 23: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

dari fungsionalitas RNC pindah ke eNodeB yang terhubung langsung ke Evolved

Packet Core.

Gambar II.1 Evolved Packet Core [1]

Pada gambar II.1 Evolved Packet Core dalam arsitektur jaringan LTE

memungkinkan terhubung langsung atau melakukan perluasan jaringan ke

jaringan nirkabel lainnya. Sehingga operator dapat mengatur fungsi kritis seperti

mobilitas, handover, billing, otentikasi dan keamanan dalam jaringan seluler. IP

dikembangkan pada wired networks data link dimana endpoint dan terkait

kapasitas (bandwidth) statis. Masalah arus trafik pada jaringan tetap, akan muncul

apabila link kelebihan beban atau rusak. Kelebihan beban dapat dikelola dengan

mengontrol volume trafik yaitu dengan membatasi jumlah pengguna terhubung ke

sebuah hub dan bandwidth yang ditawarkan. Jaringan EPC meningkatkan

performa secara paket tidak perlu lagi diproses oleh beberapa node dalam

Page 24: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

jaringan. LTE menggunakan teknologi re-transmisi di eNodeB, untuk mengelola

beragam laju data yang sangat cepat. Hal tersebut memerlukan buffering dan

mekanisme control aliran ke eNodeB dari jaringan inti mencegah overflow data

atau loss bila tiba-tiba sinyal menghilang yang dipicu oleh retransmission tingkat

tinggi.

II.1. 3 Spesifikasi dan standard LTE

LTE bersama dengan SAE (Service Architecture Evolution) adalah inti

kerja dari 3GPP Release 8. Inti atau core LTE disebut juga EPC (Evolved Packet

Core). EPC bersifat all-IP, dan mudah berinterkoneksi dengan network IP lainnya.

Spesifikasi LTE ditargetkan untuk melayani downlink sedikitnya 100 Mbps dan

uplink sedikitnya 50 Mbps. LTE mendukung operator scalable bandwidth dari 1.4

MHz sampai 20 MHz. Kecepatan rata-rata berkisar pada 15 Mbps dengan delay

15ms, walaupun nilai maksimal diharapkan dapat mencapai di atas 200Mbps pada

bandwidth 20 MHz. Akses radio akan berdasarkan penggunaan kanal bersama

sebesar 300 Mbps pada arah downlink dan 75 Mbps pada arah uplink.

Menurut Uke Kurniawan Usman standard dari LTE adalah :[2]

1. Untuk setiap 20 MHz spectrum, download mencapai 326.4 Mbitps untuk

4x4 antena, dan 172.8 Mbitps untuk 2x2 antena.

2. Upload mencapai 86.4 Mbitps untuk setiap 20 MHz spectrum

menggunakan 1 antena.

3. Setidaknya 200 pengguna aktif dalam setiap 5 MHz sel.

4. Sub-5ms latency untuk paket kecil.

Page 25: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

5. Meningkatkan fleksibilitas spectrum, dengan spectrum irisan sekecil 1,5

MHz hingga sebesar 20 MHz.

6. Optimal sel sejauh 5 km, 30 km dengan kinerja masih bagus, dan sampai

100 km dengan kinerja masih dapat diterima.

II.1.4 Arsitektur Jaringan LTE [3]

Arsitektur jaringan LTE dirancang untuk tujuan mendukung trafik packet

switching dengan mobilitas tinggi, Quality of Service (QoS), dan latency yang

kecil. Pendekatan packet switching ini memperbolehkan semua layanan termasuk

layanan voice menggunakan koneksi paket. Oleh karena itu, pada arsitektur

jaringan LTE dirancang sesederhana mungkin, yaitu hanya terdiri dari dua node

yaitu eNodeB dan mobility management entity/gateway (MME/GW). Hal ini

sangat berbeda dengan arsitektur teknologi GSM dan UMTS yang memiliki

struktur lebih kompleks dengan adanya Radio Network Controller (RNC).

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan hanya adanya single node

pada jaringan akses adalah pengurangan latency dan distribusi beban proses RNC

untuk beberapa eNodeB. Pengeliminasian RNC pada jaringan akses

memungkinkan karena LTE tidak mendukung soft handover. Arsitektur dasar

jaringan LTE dapat dilihat pada Gambar II.2

Page 26: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar II.2 Arsitektur dasar jaringan LTE [3]

Semua interferensi jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol

(IP) eNodeB saling terkoneksi dengan interface X2 dan terhubung dengan

MME/SGW melalui interface S1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar II.2. Pada

LTE terdapat 2 logical gateway, yaitu serving gateway (S-GW) dan packet data

network gateway (P-GW). S-GW bertugas untuk melanjutkan dan menerima paket

ke dan dari eNodeB yang melayani User Equipment (UE). P-GW menyediakan

interface dengan jaringan packet data network (PDN), seperti internet dan IMS.

Selain itu P-GW juga melakukan beberapa fungsi lainnya, seperti alokasi alamat,

packet filtering, dan rooting.

Page 27: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.1.5 Aspek Interface Radio LTE

Spesifikasi LTE ditetapkan oleh 3GPP untuk User Equipment (UE) dan

eNodeB. Adapun spesifikasi teknik LTE yang telah ditetapkan meliputi teknik

akses, mode akses radio, konfigurasi antenna pada LTE, dan modulasi yang

digunakan.

II.1.5.1 Teknik Akses

Pada LTE, teknik akses yang digunakan pada transmisi dalam arah

downlink dan uplink berbeda. Arah downlink adalah arah komunikasi dari eNodeB

ke UE, sementara arah uplink adalah arah dari UE menuju eNodeB seperti yang

ditunjukkan pada Gambar II.3. Pada arah downlink teknik akses yang digunakan

adalah orthogonal frequency division multiple accees (OFDMA) dan pada arah

uplink teknik akses yang digunakan adalah single carrier frequency division

multiple access (SC-FDMA). OFDMA adalah variasi dari orthogonal frequency

division modulation (OFDM).

Gambar II.3 Arah transmisi downlink dan uplink [3]

Page 28: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Pada teknik OFDM, setiap subcarrier adalah orthogonal sehingga akan

menghemat spektrum frekuensi dan setiap subcarrier tidak akan saling

mempengaruhi. Akan tetapi salah satu kelemahan teknik akses ini adalah

tingginya peak average powe ratio (PAPR) yang dibutuhkan. Tingginya PAPR

pada OFDM membuat 3GPP melihat skema teknik akses yang berbeda pada arah

uplink karena akan sangat mempengaruhi konsumsi daya pada UE sehingga pada

arah uplink LTE menggunakan teknik SC-FDMA. SC-FDMA dipilih karena

teknik ini mengkombinasikan keunggulan PAPR yang rendah dengan daya tahan

terhadap gangguan lintasan jamak dan alokasi frekuensi yang fleksibel dari

OFDMA

II.1.5.2 Mode Akses Radio

Pada komunikasi seluler sangat penting untuk mempertimbangkan

kemampuan jaringan untuk melakukan komunikasi dalam dua arah secara

simultan atau dikenal dengan istilah komunikasi full duplex. Oleh karena itu untuk

dapat melakukan komunikasi dua arah secara simultan, maka dibutuhkan suatu

teknik duplex. Pada umunya terdapat dua teknik duplex yang biasanya digunakan,

yaitu frequency division duplex (FDD) dan time division duplex (TDD). FDD

merupakan teknik duplex yang menggunakan dua frekuensi yang berbeda untuk

melakukan komunikasi dalam dua arah. Dengan menggunakan FDD

dimungkinkan untuk mengirim dan menerima sinyal secara simultan dengan

frekuensi yang berbeda-beda. Dengan teknik ini dibutuhkan guard frequency

untuk memisahkan frekuensi pengiriman dan penerimaan secara simultan, serta

dibutuhkan proses filtering frekuensi yang harus akurat. Sedangkan TDD

Page 29: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

menggunakan frekuensi tunggal dan frekuensi tersebut digunakan oleh semua

kanal untuk melakukan pengiriman dan penerimaan data. Setiap kanal tersebut di-

multiplexing dengan menggunakan basis waktu sehingga setiap kanal memiliki

time slot yang berbeda. Perbedaan teknik FDD dan TDD dapat dilihat pada

Gambar II.4.

Gambar II.4 FDD dan TDD pada LTE [3]

Pada Gambar II.4 dapat dilihat bahwa dalam teknik FDD lebih banyak

menggunakan spectrum frekuensi yang tersedia. FDD lebih unggul dalam

menangani latency dibandingkan TDD karena kanal harus lebih lama menuggu

waktu pemrosesan dalam multiplexing.

Interface radio LTE mendukung FDD dan TDD, yang masing-masing

memiliki struktur frame yang berbeda-beda. Pada LTE terdapat 15 band operasi

FDD dan 8 band operasi TDD pada LTE. LTE juga dapat menggunakan fasilitas

half-duplex FDD yang mengizinkan sharing hardware diantara uplink dan

Page 30: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

downlink dimana koneksi uplink dan downlink tidak digunakan secara simultan

LTE dapat menggunakan kembali semua band frekuensi digunakan pada UMTS.

II.1.5.3 Konfigurasi Antena Pada LTE

Pada LTE terdapat beberapa konfigurasi antenna yang digunakan untuk

mengoptimasikan kinerja pada arah downlink dalam kondisi link radio yang

bervariasi. Konfigurasi ini mengkombinasikan jumlah antena, baik dibagian

pengirim maupun di penerima sesuai dengan tujuan sistem jaringan yang

diinginkan, seperti untuk memperbaiki kinerja penerimaan sinyal pada kondisi

link radio yang buruk.

II.1.5.3.1 Single Input Multiple Output (SIMO)

Pada konfigurasi ini hanya digunakan satu buah antena pada eNodeB dan

User Equipment (UE) harus memiliki minimal dua antena penerima seperti yang

ditunjukkan pada Gambar II.5. Konfigurasi ini disebut single input multiple output

(SIMO) atau Receive Diversity. Konfigurasi ini diimplementasikan menggunakan

teknik Maximum Ratio Combining (MRC) pada aliran data yang diterima untuk

memperbaiki SNR pada kondisi propagasi yang buruk,sehingga sinyal yang akan

diproses selanjutnya adalah sinyal dengan kualitas SNR terbaik.

Page 31: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar II.5 Konfigurasi SIMO [3]

II.1.5.3.2 Multiple Input Single output (MISO)

Pada mode ini, jumlah antena yang digunakan pada sisi penerima lebih

dari satu seperti yang ditunjukkan pada Gambar II.6. Konfigurasi antena ini

digunakan untuk skema transmit diversity dan tipe beam forming yang berbeda.

Tujuan utama beam forming adalah untuk memperbaiki SNR dan tentunya

memperbaiki kapasitas sistem dan daerah layanan.

Gambar II.6 Konfigurasi MISO [3]

Page 32: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.1.5.3.3 Multiple Input Multiple Output (MIMO)

Teknik ini menggunakan antena lebih dari satu baik penerima maupun di

pengirim. Teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan bit rate dan perbaikan

BER. Transmisi dengan teknik MIMO mendukung konfigurasi dua atau empat

antenna pengirim dan dua atau empat penerima. Konfigurasi MIMO yang

mungkin pada arah downlink adalah MIMO 2x2, MIMO 2x4, MIMO 4x2, dan

MIMO 4x4. Akan tetapi UE dengan 4 antena penerima yang dibutuhkan untuk

konfigurasi MIMO 4x4 hingga saat ini masih belum diimplementasikan

(a)

(b)

Gambar II.7 Konfigurasi MIMO : (a) spatial multiplexing dan (b) transmit

diversity [3]

Page 33: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Pada umunya teknik MIMO atas spatial multiplexing dan transmit

diversity seperti yang ditunjukkan pada Gambar II.7. Teknik spatial multiplexing

mengirimkan dara yang berbeda pada masing-masing antena pemancar seperti

yang ditunjukkan pada Gambar II.7(a), sedangkan teknik transmit diversity

mengirimkan data yang sama pada masing-masing antenna pemancar seperti yang

ditunjukkan pada Gambar II.7(b). Masing-masing teknik ini memiliki keuntungan

tersendiri tergantung dari skenario yang ada. Misalnya, pada beban jaringan yang

tinggi atau pada tepi sel, teknik spatial multiplexing keuntungan yang terbatas

karena pada kondisi SNR cukup buruk. Sebaliknya teknik transmit diversity

seharusnya digunakan untuk memperbaiki SNR dengan beamforming.

Selanjutnya pada skenario dimana kondisi SNR tinggi, misalnya pada sel yang

kecil, maka spatial multiplexing lebih baik digunakan untuk memberikan bit rate

yang tinggi.

II.1.6. Jenis layanan-layanan pada LTE [4]

Melalui kombinasi downlink dan kecepatan transmisi uplink yang sangat

tinggi, lebih fleksibel, efisien dalam penggunaan spektrum dan dapat mengurangi

paket latency, LTE menjanjikan untuk peningkatan pada layanan mobile

broadband serta menambahkan layanan value-added baru yang menarik.

Manfaat besar bagi pengguna antara lain streaming skala besar, download

dan berbagai video, musik dan konten multimedia yang semakin lengkap. Untuk

pelanggan bisnis LTE dapat memberikan transfer file besar dengan kecepatan

tinggi, video conference berkualitas tinggi dan nomadic access yang aman ke

jaringan korporat. Semua layanan ini memerlukan throughput yang signifikan

Page 34: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

lebih besar untuk dapat memberikan quality of service. Tabel II.2 berikut

menggambarkan beberapa layanan dan aplikasi LTE :

Tabel II.1 Klasifikasi layanan mobile pada LTE

KATEGORI LAYANAN SAAT INI LTE

Layanan suara Real-time audio VoIP, konferensi

video berkualitas

tinggi

Pesan P2P SMS,MMS,e-mail

prioritas rendah

Pesan

foto,IM,mobile e-

mail,Pesan video

Browsing Akses ke layana

informasi online

dimana pengguna

membayar tarif

jaringan standar.

Saat ini terbatas

untuk browsing

WAP melalui

jaringan GPRS dan

3G

Browsing super-

cepat meng-upload

konten ke situs

jaringan

Informasi

pembayaran

Informasi berbasis

teks

E-newspaper,

streaming audio

berkualitas tinggi

Personalisasi Didominasi

ringtones, termasuk

screensaver dan

ringbacks

Realtones (asli

artis rekaman),

situs web pada

mobile pribadi

Games Di download dan

online game

Permainan game

online secara

konsisten pada

jaringan fexed

maupun mobile

TV/ video on Video streaming dan Layanan siaran

Page 35: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

demand konten video hasil

download

televise, true on-

demand television,

streaming video

kualitas tinggi

Musik Full track downloads,

layana radio analog

Download music

berkualitas tinggi

Konten pesan dan

lintas media

Pesan pear-to-pear

serta interaksi

dengan media

lainnya

menggunakan konten

pihak ketiga

Distribusi klip

video, layanan

karaoke, video

berbasis iklan

mobile dengan

skala yang luas

M-commerce Fasilitas pembayaran

dilakukan melalui

jaringan seluler

Mobile handset

sebagai alat

pembayaran,

rincian

pembayaran

dibawa melalui

jaringan

kecepatan tinggi

untuk

memungkinkan

penyelesaian

transaksi secara

cepat

Mobile data

networking

Akses ke intranet

perusahaan dan

database

Transfer file P2P,

aplikasi bisnis,

application

sharing,

komunikasi M2M,

mobile

intranet/ekstranet

Page 36: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.1.7 Data Rate LTE

Untuk medapatkan data rate downlink dan uplink di jaringan LTE dapat

dilihat pada tabel dan menggunakan rumus. Rumus downlink dan uplink dapat

dilihat sebagai berikut : [16]

Sesuai Standar dari 3GPP

1 radio frame = 10 sub frame

1 sub frame = 2 Time slots

1 time slot = 0,5 ms (1 sub frame = 1ms)\

1 time slot = 7 mod symbol

1 resource block (Rb) = 12 sub carrier

Data Rate = (Rb x sub carrier- carrier x sub frame x time slot x mod symbol ) x

(antenna) x (coding) x (control signal x symbol overhead)

Untuk Downlink Control overhead 7,1 %

Reference symbol overhead 7,7 %

Untuk Uplink Symbol overhead 14,3 %

One resource block for physical Uplink Control Channel

(PUCCH)

Page 37: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel II.2 Data rate downlink [17]

Resource bloc 6 15 25 50 100

Subcarriers 72 180 300 600 1200

Modulation Coding 1,4 MHz 3,0 MHz 5,0 MHz 10 MHz 20 MHz

QPSK1/2 Single stream 0,9 Mbps 2,2 Mbps 3,6 Mbps 7,2 Mbps 14,4 Mbps

16QAM 1/2 Single stream 1,7 Mbps 4,3 Mbps 7,2 Mbps 14,4 Mbps 28,8 Mbps

16QAM 3/4 Single stream 2,6 Mbps 6,5 Mbps 10,8 Mbps 21,6 Mbps 43,2 Mbps

64QAM 3/4 Single stream 3,9 Mbps 9,7 Mbps 16,2 Mbps 32,4 Mbps 64,8 Mbps

64 QAM 4/4 Single stream 5,2 Mbps 13,0 Mbps 21,6 Mbps 43,2 Mbps 86,4 Mbps

64 QAM 3/4 2x2 MIMO 7,8 Mbps 19,4 Mbps 32,4 Mbps 64,8 Mbps 129,6 Mbps

64 QAM 1/1 2x2 MIMO 10,4 Mbps 25,9 Mbps 43,2 Mbps 64,8 Mbps 172,8 Mbps

64 QAM 1/1 4x4 MIMO 20,7 Mbps 51,8 Mbps 86,4 Mbps 172,8 Mbps 345,6 Mbps

Tabel II.3 Data rate uplink[17]

Resource bloc 6 15 25 50 100

Subcarriers 72 180 300 600 1200

Modulation Coding 1,4 MHz 3,0 MHz 5,0 MHz 10 MHz 20 MHz

QPSK1/2 Single stream 0,7 Mbps 2,0 Mbps 3,5 Mbps 7,1 Mbps 14,3 Mbps

16QAM 1/2 Single stream 1,4 Mbps 4,0 Mbps 6,9 Mbps 14,1 Mbps 28,5 Mbps

16QAM 3/4 Single stream 2,2 Mbps 6,0 Mbps 10,4 Mbps 21,2 Mbps 42,8 Mbps

16QAM 1/1 Single stream 2,9 Mbps 8,1 Mbps 13,8 Mbps 28,2 Mbps 57,0 Mbps

64 QAM 3/4 Single stream 3,2 Mbps 9,1 Mbps 15,6 Mbps 31,8 Mbps 64,2 Mbps

64 QAM 1/1 Single stream 4,3 Mbps 12,1 Mbps 20,7 Mbps 42,3Mbps 85,5Mbps

64 QAM 1/1 V-MIMO (cell) 8,6 Mbps 24,2 Mbps 41,5 Mbps 84,7 Mbps 171,1 Mbps

Page 38: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.1.8 Quality Of Service (QOS) LTE

Quality Of Service merupakan kemampuan suatu jaringan untuk

menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam berbagai

jenis platform teknologi QOS tidak diperoleh langsung dari infrastruktur yang

ada, melainkan diperoleh dengan mengimplementasikannya pada jaringan yang

bersangkutan. [5]

II.1.8.1 Throughput

Throughput adalah jumlah bit yang diterima dengan sukses perdetik

melalui sebuah sistem atau media komunikasi (kemampuan sebenarnya suatu

jaringan dalam melakukan pengiriman data).

Throughput diukur setelah transmisi data (host/client) karena suatu sistem

akan menambah delay yang disebabkan processor limitations,kongesti

jaringan,buffering inefficients,error transmisi, traffic loads atau mungkin desain

hardware yang tidak mencukupi. Aspek utama throughput yaitu berkisar pada

ketersediaan bandwidth yang cukup untuk menjalankan aplikasi [6].

Tabel II.4 Standard Nilai Throughput Tiphon [14]

Kategori Throughput (%)

Sangat Bagus 100

Bagus 75

Sedang 50

Jelek 25

Page 39: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.1.8.2 Delay [5]

Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi

dari satu ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay di dalam jaringan dapat

digolongkan sebagai berikut:

Packetisasi delay

Delay yang disebablan oleh waktu yang diperlukan untuk proses

pembentukan paket IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi sekali

saja, yaitu source informasi.

Queuing delay

Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh router di

dalam menangani transmisi paket di sepanjang jaringan. Umumnya delay

ini sangat kecil,kurang lebih sekitar 100 microsecond.

Delay propagasi.

Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi, misalnya

SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay yang disebut delay

propagasi.

Hasil delay pada simulasi kami tergolong Queuing delay sesuai

dengan hasil dari simulasi menampilkan delay sangat kecil kurang lebih

100 microsecond.

Page 40: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel II.5 Standard Nilai Delay Tiphon [14]

Kategori Delay (ms)

Sangat Bagus <150

Bagus 150 s/d 300

Sedang 300 s/d 450

Jelek >450 ms

II.1.8.3 Jitter

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP.

Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan

besarnya tumbuhan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin

besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula

peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitternya akan semakin

besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai Qos jaringan yang tidak

baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin.

Tabel II.6 Standard Nilai Jitter Tiphon [14]

Kategori Jitter (ms)

Sangat Bagus 0

Bagus 0 s/d 75

Sedang 75 s/d 125

Jelek 125 s/d 225

Page 41: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.2. Konsep Dasar Handover Pada Jaringan LTE

II.2.1 Dasar-dasar Handover

Handover adalah perpindahan mobile user dari suatu cell ke cell yang lain

pada saat mode dedicated atau UE sedang melakukan panggilan. Cell awal yang

ditinggalkan disebut source cell, sedangkan cell tujuan disebut dengan target cell.

Handover berfungsi untuk tetap menjaga koneksi sewaktu melakukan panggilan

ketika mobile user berada diluar jangkauan source cell.[5]

Pada LTE, handover selalu dilakukan ketika ada koneksi Radio Resource

Control ( RRC ) sedangkan pada jaringan UTRAN, terdapat koneksi dalam

CELL_PCH state yang memungkinkan cell reselections. Oleh karena itu kinerja

handover merupakan isu penting dalam LTE. Handover antara E-UTRAN dan

UTRAN selalu dilakukan dari RRC CONNECTED state di E-UTRAN ke

CELL_DCH state di UTRAN. Handover, sebagai salah satu state transition

dalam 3GPP inter radio access technologies dapat diilustrasikan pada Gambar

II.8 berikut.

Page 42: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar II. 8. E-UTRA states and inter-RAT mobility procedures [7]

Handover di E-UTRAN adalah jaringan yang dikendalikan dan biasanya

dipicu oleh pengukuran laporan yang dikirimkan oleh UE. Ketika UE memulai

koneksi dengan RRC, maka UE akan menerima daftar cell yang diukur dalam

pesan RRC reconfiguration. Pesan ini berisi tentang intra-LTE dan inter-RAT

pengukuran daftar cell dan semua parameter handover seperti thresholds dan cell

prioritization untuk laporan pengukuran.[7].

Spesifikasi handover pada LTE adalah hard handover atau juga dikenal

dengan sebutan break-before-make. Hard handover adalah suatu metode dimana

kanal pada sel sumber dilepaskan dan setelah itu baru menyambung dengan sel

tujuan. Sehingga koneksi dengan sel sumber terputus sebelum menyambung

dengan sel target, untuk itu alasan tersebut hard handover juga dikenal dengan

sebutan “break-before-make”.

Page 43: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Adapun beberapa jenis handover yang terjadi pada LTE yaitu :[15]

• Intra-LTE (Intra-MME/SGW) Handover menggunakan X2 Interface

• Intra-LTE (Intra-MME/SGW) Handover menggunakan S1 Interface

• Inter-MME Handover menggunakan S1 Interface (perubahan S-GW)

• Inter-RAT LTE ke UMTS Handover

• Inter-RAT UMTS ke LTE Handover

Page 44: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

II.2.2 Handover di LTE

II.2.2.1 Algoritma Handover LTE Intra SGW

Gambar II.9 Algoritma Handover LTE Intra SGW [18]

Page 45: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

1. UE melaporkan hasil event yang di terima. Dalam algoritma ini yang di ukur

adalah event A2 dan A4. Dan mengirim pengukuruan ke eNodeB_1. Sesuai

standart 3GGP event A2 adalah RSRQ melemah dibandingkan threshold, dan

event A4 RSRQ eNodeB tetangga membaik dibandingkan threshold. Nilai

threshold antar (0-34) berdasarkan standart 3GPP TS 36.133.

2. Kemudian eNodeB_1 akan menentukan UE harus handover atau tidak, sesuai

dari Pengukuran event A2 dan A4 dari UE. Dan jIka handover harus dilakukan

maka eNodeB akan memilih eNodeB target yang paling baik sesuai dari

pengukuran A2 dan A4.

3. eNodeB_1 mengirim handover request ke eNode target menggunakan X2.

4. eNodeB target melakukan admission control untuk menentukan apakah UE

dapat melakukan koneksi di eNodeB target.

5. Jika admission control menerima handover tersebut maka, eNodeB target

melakukan prsiapan radio interface dan mengirim pesan handover Request

Acknowlede ke NodeB_1 . Pesan ini berisi RRC Connection Reconfiguration.

RRC Connection Reconfiguration berisi Parameter yang dibutuhkan UE agar

dapat koneksi di eNodeB target.

6. Meneruskan RRCConnectionReconfiguration dan Mobility control

information. Setelah itu, eNodeB_1 menruskan downlink data melewati X2.

Kemudian UE dilepaskan dari eNodeB_1.

7. eNodeB_1 mengirim SN (sequence Number) status transfer ke eNodeB target

melalui X2 interface.

Page 46: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

8. UE akan memberikan parameter syncronize ke eNodeB target. Setelah

syncronize , eNodeB target memberikan waktu dan jadwal teansmisi UL untuk

UE tersebut.

9. Setelah itu UE mengirim pesan RRCConnectionReconfiguration selesai ke

eNodeb target.

10. Setelah konfirmasi dari UE, eNodeB target mengirimkan path switch request

ke MME melalui S1 interface. Hal ini dilakukan untuk memberitahu MME

tentang perubahan lokasi UE.

11. Kemudian MME melanjutkan User Plane Update Request ke S-GW melalui

S11. Setelah s-GW menerima request, maka S-GW mengirim paket ke

eNodeB_1. Paket ini berisi bahwa tidak ada user data. Kemudian eNodeB

target, menata kembali paket yang akakn di kirim ke UE.

12. S-GW mengirimkan User plane Update Response ke MME.

13. Kemudian MME mengirim Path switch request Ackmowledges.

14. Kemudian eNodeB target memberitahu eNodeB_1 bahwa handover sukses

melalui X2

15. eNodeB_1 menerima UE Context Release

II.2.2.2 S1 based handover [7]

S1 interface handover digunakan ketika X2 handover tidak dapat

digunakan. Prosedur ini berlangsung melalui S1 interface, diasumsikan tidak

terdapat X2 link antara sumber dan target eNodeB. Pada jenis handover ini

terdapat perubahan antara MME dan S-GW. Berikut tahapan S1 based handover :

Page 47: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar II.10 S1 interface handover [9]

1. Sumber eNodeB memutuskan untuk memulai S1-based handover ke target

eNodeB . Hal ini dapat dipicu misalnya tidak ada konektivitas X2 dengan

target eNodeB , atau dengan indikasi kesalahan dari target eNodeB setelah

X2-based handover tidak berhasil, atau dengan informasi dinamis dari

sumber eNodeB .

2. Sumber eNodeB mengirimkan Handover Required ke sumber MME .

3. Sumber MME memilih target MME dan mengirimkan forward relocation

request. Target MME menentukan apakah S-GW mengalami perubahan jika

diperlukan (dan jika diperlukan , membantu pemilihan S-GW). Jika MME

mengalami perubahan, target MME memverifikasi apakah sumber S-GW

dapat terus melayani UE. Jika tidak, akan dipilih S-GW yang baru.

Page 48: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

4. Jika S-GW baru dipilih, target MME mengirimkan koneksi pesan create

session request ke target S-GW . Target S- GW menentukan alamat S–GW.

5. Target S-GW mengirimkan pesan create session response ke target MME .

6. Target MME mengirimkan pesan Handover Request ke target eNodeB .

Pesan ini membentuk konteks UE dalam target eNodeB .

7. Target eNodeB mengirimkan pesan Handover request acknowledge ke target

MME.

8. Target MME mengirim pesan forward relocations response ke sumber

MME.

9. Sumber MME mengirimkan pesan Handover Command ke sumber eNodeB.

10. Handover Command dikirim ke UE .

11. Setelah UE telah berhasil disinkronkan dengan target cell, maka UE akan

mengirimkan pesan Handover confirm ke target eNodeB. Paket downlink

diteruskan dari sumber eNodeB dapat dikirim ke UE . Juga, paket uplink

dapat dikirim dari UE, yang akan diteruskan ke target ke Serving GW dan

PDN GW.

12. Target eNodeB mengirimkan pesan handover notivy ke target MME .

13. Jika MME telah dipindahkan , target MME mengirimkan pesan forward

relocation complete acknowledge ke sumber MME .

14. Sumber MME merespon dan mengirimkan pesan forward relocation

complete acknowledge ke target MME . Terlepas jika MME telah

dipindahkan atau tidak , timer di sumber MME akan mulai mengawasi

sumber eNodeB dan jika S- GW mengalami perubahan ,berarti sumber S-

Page 49: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

GW akan dilepaskan. Ketika menerima pesan forward relocation complete

Acknowledge, target MME memulai timer jika target MME menentukan

sumber S-GW untuk indirect forwarding.

15. MME mengirimkan pesan Modify Bearer Request ke target S-GW.

16. Target S-GW mengirim pesan Modify Bearer Response ke target MME.

17. Ketika timer dimulai pada langkah 14 berakhir, sumber MME mengirimkan

UE pesan Contest Release Command ke sumber eNodeB.

18. Sumber eNodeB melepaskan sumber terkait dengan UE dan merespon dengan

UE pesan contest release complete.

II.2.2.3 X2 based handover [7]

X2 adalah sebuah interface yang menguhubungkan sumber eNB ke target

eNB. X2 merupakan interface yang penting untuk melihat performansi handover,

dimana X2 merupakan interface yang harus dilewati ketika terjadi proses

pentransferan data saat terjadinya handover pada LTE antara dua buah eNodeB

yang bersebelahan. Kemampuan interface X2 ini juga berpengaruh terhadap

maksimalisasi fungsi dari proses handover, sehingga perlu untuk mengetahui

fungsi X2 tersebut saat terjadinya handover antara eNodeB pada LTE.[8]

Terdapat

dua jenis X2 handover yaitu X2 Handover tanpa perubahan SGW dan X2

Handover berdasarkan dengan S-GW yang berubah.[7]

Page 50: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

(a)

( b )

Gambar II.11 X2 Handover : (a) tanpa perubahan S-GW dan

(b) perubahan S-GW [9]

Page 51: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Pada gambar II.10.a, garis hijau menampilkan UE bergerak antara dua

eNodeB dikontrol oleh MME yg sama. Setiap bearer diatur antara UE dan PGW

akan berpindah ke eNodeB yang baru (jika target eNodeB dapat dikendalikan

keduanya). Sedangkan pada gambar II.10.b antara UE dan eNodeB menampilkan

perubahan lintasan pada proses terakhir handover tanpa perubahan S-GW. Garis

biru antara UE, eNB, MME dan new SGW menampilkan lintasan baru setelah old

SGW berubah to new SGW. Untuk X2 based handover dengan perubahan S-GW,

memiliki tahapan yang sama dengan X2 handover tanpa perubahan S – GW. Tapi

terdapat perbedaan yaitu adanya penghapusan session pada sumber S-GW dan

pembentukan session baru pada target S-GW. Berikut tahapan X2 handover tanpa

perubahan S-GW :

1. Target eNodeB mengirimkan pesan ke MME untuk menginformasikan

bahwa UE telah berpindah cell ,termasuk info mengidentifikasi sel target dan

daftar EPS pembawa harus diaktifkan. MME menentukan bahwa S-GW dapat

terus melayani UE.

2. MME kemudian mengirimkan Modify Bearer Request (MBR) yang

mencakup semua pembawa 'informasi dan informasi baru eNB untuk SGW .

Semua informasi yang dikirim dalam pesan tunggal.

3. Jika semua informasi yang dikirim oleh MME benar, S-GW akan menerima

pesan MBR dan kembali merespon. S-GW mulai mengirimkan paket

downlink ke target eNodeB menggunakan informasi yang baru diterima .

Sebuah pesan MBR dikirim kembali ke MME.

Page 52: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

4. Untuk membantu mengembalikan kembali perintah ke target eNodeB, S-GW

mengirimkan satu atau lebih end marker paket pada lintasan lama setelah

berganti lintasan.

5. MME mengkonfirmasi pesan Path Switch Request dengan pesan Path switch

request Ack.

6. Dengan mengirim release resource target eNodeB berhasil

menginformasikan handover untuk sumber eNodeB dan trigger dari release

of resources.

II.3 NS-3 (Network Simulator-3) [10]

NS-3 merupakan simulator yang dikembangkan sebagai simulator open

source, platform network simulation, untuk riset networking dan pendidikan. NS-3

menyediakan model simulasi tentang bagaimana jaringan paket data bekerja. NS-

3 digunakan untuk melakukan studi yang lebih sulit.

NS-3 dibangun dari library yang telah di sediakan oleh software NS-3

dengan cara memanggil komponen-komponen yang telah di sediakan di library

dan menggabungkannya. Program-program dapat di tulis dengan dua bahasa yaitu

C++ atau Python.

NS-3 dapat digunakan pada Mac OS X dan linux sistem, walaupun tetap

dapat digunakan pada windows menggunakan Cygwin, tetapi masih dalam proses

pengembangan.

Page 53: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

NS-3 tidak didukung oleh produk software dari sebuah perusahaan tetapi

di dukung oleh NS-3 user mailing list. NS3 merupakan pengembangan software

dari NS-2 dan memiliki detail modul dalam library, seperti antenna,

aodv, applications, bridge, buildings, config-store, core, csma, csma-layout, dsdv,

dsr, emu, energy, fd-net-device, flow-monitor,internet, lr-wpan, lte, mesh,

mobility, mpi, netanim (no Python), network, nix-vector-routing, olsr, point-to-

point, point-to-point-layout, propagation, sixlowpan, spectrum, stats, tap-bridge,

test (no Python), topology-read, uan, virtual-net-device, visualizer, wave, wifi,

dan wimax.

NS-3 didukung dengan berbagai alat visualisasi baik gambar maupun data,

seperti [12] :

1. Tracing dan packet traces, yaitu berguna dalam proses penampilan multiple

output data pada NS3.

2. Gnuplot dan Matplot, yaitu berguna dlam proses ploting data dari output

simulasi NS3.

3. Flow Monitor, yaitu mengidentifikasi aliran data dari simulasi, dan dapat

menganalisis bitrate, durasi simulasi, delay, packet size, packet loss ratio, jitter

dan Throughput.

4. PyViz, yaitu live simulasi visualisai tanpa harus Tracing file simulasi.

5. NetAnim, yaitu simulasi animasi dari jaringan yang dibuat di dalam NS3,

namun NetAnim tidak support untuk jaringan LTE.

6. Statistics

7. Data Collection Framework

Page 54: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Di dalam program NS-3 terdapat 2 model yang disediakan terkait

jaringan LTE yakni, LTE model dan EPC model. LTE model yakni model yang

mencakup LTE Radio Protocol Stack (RRC, PDCP, RLC, MAC, PHY).

Komponen ini berada sepenuhnya di dalam UE dan eNodeB. LTE model telah

dirancang untuk mendukung evaluasi aspek-aspek dalam sistem LTE seperti,

Management Radio Resource, QoS-paket scheduling, koordinasi interface inter-

cell dan Dinamis Spectrum Akses. Namun LTE model memiliki kekurangan

yakni tidak dapat memberikan perhitungan pathloss antar UE (User Equipment)

ke UE. Sedangkan, EPC (Evolved Packet Core) model yakni model yang

mencakup interface jaringan inti. Tujuan dari model ini yaitu untuk menyediakan

sarana konektivitas IP end-to-end pada LTE model. Untuk tujuan ini, mendukung

untuk interkoneksi beberapa UE ke internet, melalui jaringan akses radio eNodeB

yang terhubung dengan SGW/PGW tunggal. EPC model telah dibuat dengan

spesifikasi seperti, Paket Data Network (PDN) telah didukung dengan IPv4 dan

model ini memungkinkan melakukan handover berbasis X2 antar 2 eNodeB [13].

Page 55: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SIMULASI

LONG TERM EVOLUTION

III.1 Hardware dan software yang digunakan

III.1.1 Hardware yang digunakan

Hardware yang digunakan pada simulasi ini adalah Laptop Toshiba Satelit L645

Intel® Core™ i3 CPU M370 @2400GHz.

Gambar III.1 Hardware yang digunakan

III.1.2 Software yang digunakan

Page 56: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Spesifikasi perangkat simulasi handover pada jaringan Long Term Evolution ini

menggunakan :

1. Sistem Operasi Linux Ubuntu 12.04 LTS

2. Software Network Simulator NS-3

3. Software GNUPLOT

III.2 Tahap-Tahap Simulasi

Pada proses perencanaan desain konfigurasi jaringan ini ada dua tahapan inti

yang penting untuk dibahas dan sebagai tahapan yang harus dijalankan dalam penelitian

ini, adapun tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Defenisi, yaitu tahap awal yang dilakukan dengan melakukan studi

literature tentang sistem yang sudah ada dari berbagai sumber.

b. Tahap desain konfigurasi yang terdiri dari :

1. Tahap penentuan parameter-parameter simulasi

2. Tahap perancangan simulasi dan diagram alir jaringan

3. Tahap penentuan skenario simulasi

4. Tahapan penentuan parameter yang dianalisis

III.3 Parameter-parameter simulasi

Untuk menganalisis proses mekanisme kerja dari pemodelan simulasi agar

didapatkan model yang mendekati kenyataan yang ada di lapangan, adapun beberapa

parameter simulasi yang digunakan pada simulasi handover LTE ini diperlihatkan pada

Page 57: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel III.1. Parameter pada tabel tersebut merupakan parameter-parameter dasar yang

digunakan dalam sistem telekomunikasi jaringan LTE.

Tabel III.1 Parameter Simulasi [12]

Parameter Nilai

Uplink bandwidth 5MHz

Downlink bandwidth 5MHz

Upliknk 38650 band (2,3

GHz)

Downlink 38650 band (2,3

GHz)

CQI generation

period

10 ms

Mode transmisi MIMO 2 x 2

Daya pancar UE 26 dBm

Noise Figure 5 dB

Daya pancar eNodeB 49 dBm

Noise Figure eNodeB 5 dB

Radius Cell 2000 m

Page 58: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

III. 4 Diagram Alir Simulasi

Diagram alir dari simulasi handover pada jaringan LTE diperlihatkan pada

Gambar III.2 berikut.

Gambar III.4 Diagram alir dari simulasi handover pada jaringan LTE

Page 59: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

III.5 Perancangan Simulasi

Dalam membuat sebuah Simulasi handover LTE terdapat beberapa tahap yakni:

1. Menentukan skenario handover yang akan disimulasikan. Pada tugas akhir ini

digunakan 4 (empat) skenario yang dijelaskan lebih detil di sub bab III.5.1

2. Menulis Program dengan bahasa C++ dan format .cc. Penulisan program sesuai

dengan yang skenario yang diinginkan dengan mengakses ns-3 LTE library

menggunakan ns3::LteHelper

3. Menentukan parameter konfigurasi yang digunakan dalam simulasi. Hal ini

dilakukan dengan menggunakan file input melalui ns-3::ConfigStore atau

langsung dalam skript program simulasi

4. Menentukan konfigurasi output yang akan ditampilkan, yaitu nilai delay, jitter

dan throughput serta grafik dari ketiga parameter tersebut yang dibandingkan

terhadap waktu menggunakan software Gnulpot.

5. Menjalankan program melaui terminal dengan perintah ./waf –run

<nama_program>.

6. Melakukan ploting dari hasil simulasi ns-3 mengunakan Gnuplot.

Tahap-tahap dalam Penulisan Program simulasi handover menggunakan ns-3 :

1. Initial boilerplate. Yaitu digunakan untuk mengakses libray yang akan

digunakan dalam hal ini yaitu core module, network module, internet

module, mobility module, LTE module, application module, point to

point module, config store module, flow monitor module, flow monitor

Page 60: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

helper, packet sink. Kemudian untuk memulai program diawali dengan

“using name space ns3”. Untuk semua proses simulasi ditulis didalam

int

main (int argc, char*argv [])

{

…………………………

Simulator :: Stop (Seconds (waktu simulasi));

Simulator :: Run () ;

Simulator :: Destroy () ;

Return 0 ;

}

Int, main (int argc, char*argv []) merupakan perintah awal untuk

memulai sebuah skenario dalam simulasi NS 3. Simulator :: Stop

(Seconds (simTime)); merupakan perintah untuk menghentikan

simulasi sesuai dengan waktu yang akan ditentukan. Simulator :: Run

() ; merupakan perintah untuk mengeksekusi semua perintah.

Simulator :: Destroy () ; dan Return 0 ; merupakan perintah yang

digunakan untuk kembali ke kondisi awal pada saat simulasi selesai di

eksekusi.

Page 61: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

2. Menentukan parameter simulasi pada NS3

Parameter yang digunakan pada simulasi adalah jumlah user,

jumlah eNodeB, kecepatan user, waktu simulasi, daya pancar eNodeB,

daya pancar user, noise figure UE, noise figure eNodeB, uplink

EARFCN, downlink EARFCN, transmission mode, UE transmission

power, UE noise figure, eNB transmission power, eNB noise figure,

cell radius.

3. Membuat helper objek

Untuk membuat helper objek pada simulasi NS3, menggunakan fungsi

Ptr<LteHelper> lteHelper = CreateObject<LteHelper> ();

Ptr<PointToPointEpcHelper>epcHelper=

CreateObject<PointToPointEpcHelper> ();

lteHelper->SetEpcHelper (epcHelper);

LTE helper digunakan untuk mengkonfigurasi berbagai parameter seperti

algoritma handover yang akan digunakan, tipe algoritma yang akan digunakan,

uplink downlink EAFRANC, konfigurasi X2 interface, dan trace layer pada UE.

4. Konfigurasi remote house, internet, dan routing

Untuk membuat remote house pada simulasi NS3 menggunakan fungsi

seperti dibawah ini :

NodeContainer remoteHostContainer;

Page 62: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

remoteHostContainer.Create (1);

Ptr<Node> remoteHost = remoteHostContainer.Get (0);

InternetStackHelper internet;

internet.Install (remoteHostContainer);

Remote house dalam simulasi ini mengirimkan data ke setiap user.

Internet yang digunakan yaitu point to point ipv4 interface. Untuk konfigurasi

routing menggunakan ipv4staticroutinghelper. Ipv4 address untuk remote house

yaitu 7.0.0.0 dan Ipv4 mask untuk remote house yaitu 255.0.0.0

5. Membuat node UE dan eNodeB

Untuk membuat node UE dan eNodeB di simulasi NS3 menggunakan

NodeContainer ueNodes ;

NodeContainer enbNodes ;

enbNodes.Create (numberofEnbs) ;

ueNodes.Create (numberofUes) ;

NodeContainer merupakan perintah untuk membuat node pada NS3.

ueNodes dan enbNodes merupakan node yang akan dibuat dalam simulasi.

NumberofEnbs dan numberofUes adalah jumlah node dari ueNodes dan

enbNodes.

Page 63: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

6. Konfigurasi mobilitas semua node

Dalam simulasi ini menggunakan dua model mobilitas yaitu

ns3::ConstantPositionMobilityModel dan

ns3::ConstantVelocityMObilityModel.

ns3::ConstantPositionMobilityModel merupakan perintah untuk

mengkonfigurasi mobilitas node yang diam. Sedangkan

ns3::ConstantVelocityMobilityModel merupakan perintah untuk

mengkonfigurasi mobilitas node yang bergerak dengan kecepatan yang

konstan.

Untuk mengkonfigurasi mobilitas node pada NS3 menggunakan

perintah:

Ptr<ListPositionAllocator> node =

Createobject<ListPositionAllocator> () ;

Node-> Add(Vector(x,y,z)) ;

Mobilityhelper nodemobility ;

nodemobility.SetMobilityModel(“Model mobility yang digunakan”) ;

nodemobility.SetPositionAllocator(node) ;

nodemobility.Install (node yang akan dikonfigurasi) ;

Ptr<ListPositionAllocator> merupakan perintah untuk menentukan

posisi sebuah node. “node” merupakan nama dari posisi tersebut.

Mobilityhelper merupakan perintah untuk mengkonfigurasi mobilitas

sebuah node.

Page 64: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

7. Instal protocol stack di UE dan eNodeB

Perintah yang digunakan untuk memasukkan LTE device pada

eNodeB adalah NetDeviceContainer enbLteDevs = lteHelper-

>InstallEnbDevice (enbNodes); sedangkan untuk memasukkan LTE

device pada UE adalah NetDeviceContainer ueLteDevs = lteHelper-

>InstallUeDevice (ueNodes);

8. Instal IP stack di UE dan memasukkan IP address

Perintah yang digunakan untuk memasukkan IP address pada UE

adalah

Internet.Install (ueNodes);

Ipv4InterfaceContainer ueIpIfaces;

ueIpIfaces = epcHelper -> AssignUeIpv4Address

(NetdeviceContainer(ueLteDevs));

Internet.Install (ueNodes); merupakan perintah untuk menginstal

internet pada UE. Ipv4InterfaceContainer merupakan perintah untuk

membuat ipv4 interface yang akan di install di UE. ueIpIfaces = epcHelper

-> AssignUeIpv4Address (NetdeviceContainer(ueLteDevs)); merupakan

perintah untuk mebuat ipv4 interface pada UE

9. Menyambungkan UE ke eNodeB

Untuk menyambungkan UE ke eNodeB menggunakan perintah

sebagai berikut :

Page 65: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

lteHelper->Attach(ueLteDevs.Get(u), enbLteDevs.Get(i)) ;

ueLteDevs.Get(u) merupakan inisialisasi UE dimana (u)

menunjukkan urutan user. enbLteDevs.Get(i)) merupakan inisialisasi dari

eNB yang akan disambungkan dengan UE dimana (i) adalah urutan eNB.

10. Instal Aplikasi setiap UE

Untuk menginstal aplikasi setiap UE menggunakan perintah

sebagai berikut ;

ApplicationContainer onOffApp;

OnOffHelper ueClient_Layanan ("ns3::UdpSocketFactory",

InetSocketAddress(ueIpIfaces.GetAddress (u), dlPort));

ueClient_Layanan.SetAttribute("DataRate", DataRateValue(DataRate

("100Mb/s")));

ueClient_Layanan.SetAttribute("PacketSize", UintegerValue(40096));

onOffApp.Start(Seconds(0.01));

onOffApp.Stop(Seconds(simTime));

ApplicationContainer onOffApp; merupakan perintah untuk membuat aplikasi

dalam hal ini menggunakan protocol UDP. ueIpIfaces.GetAddress (u) merupakan

alamat user yang akan dikirimkan data oleh remote house. DataRate dan PacketSize

merupakan parameter dari ApplicationContainer.

Page 66: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

11. Cara mengkonfigurasi output

Cara mengkonfigursi output yang digunakan flow monitor dan menggunakan

metode multiple trace untuk koneksi Radio Resource Control (RRC) dan pemberitahuan

handover. Sedangkan Flow monitor untuk menampilkan posisi user yang bergerak,

waktu simulasi, jitter, delay, dan throughput

Perintah yang digunakan untuk mengkonfigurasi proses handover yaitu dengan

salah satu perintah sebagai berikut :

void

NotifyHandoverStartEnb (std::string context,

uint64_t imsi,

uint16_t cellid,

uint16_t rnti,

uint16_t targetCellId)

{

Std :: cout << proses hasil simulasi ;

}

Config::Connect ("/NodeList/*/DeviceList/*/LteEnbRrc/HandoverStart",

MakeCallback (&NotifyHandoverStartEnb));

Page 67: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Std :: cout << proses hasil simulasi ; merupakan hasil simulasi yang akan

dikeluarkan yakni pemberitahuan user akan terhubung dengan suatu cell dengan suatu

RNTI, pemberitahuan bahwa user berhasil terhubung dengan cell, pemberitahuan bahwa

user akan melakukan sebuah handover dan pemberitahuan bahwa user telah berhasil

melakukan handover.

Perintah yang digunakan untuk menampilakan nilai throughput, jitter, delay dan

posisi UE yaitu dengan salah satu perintah sebagai berikut :

void ThroughputMonitor (FlowMonitorHelper* fmhelper, Ptr<FlowMonitor> flowMon,

Ptr<Node> node)

{

…………..

{

std::cout << position.x;

std::cout <<"waktu ="<< Simulator::Now().GetSeconds ();

std::cout<<" Flow Ip ="<< fiveTuple.sourceAddress <<"->

"<<fiveTuple.destinationAddress;

std::cout<<"Jitter =" <<stats->second.jitterSum.GetSeconds() / (stats-

>second.rxBytes - 1);

std::cout<<"delay =" <<stats->second.delaySum.GetSeconds() / stats-

>second.rxBytes;

Page 68: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

std::cout<<"Throughput =" << stats->second.rxBytes * 8.0 / (stats-

>second.timeLastRxPacket.GetSeconds()-stats-

>second.timeFirstTxPacket.GetSeconds())/1024/1024 << " Mbps"<<std::endl;

}

Simulator::Schedule(Seconds(1),&ThroughputMonitor, fmhelper, flowMon, node);

}

FlowMonitorHelper fmHelper;

NodeContainer flowmon_nodes;

flowmon_nodes.Add(remoteHost);

flowmon_nodes.Add(enbNodes);

Ptr<FlowMonitor> allMon = fmHelper.Install(flowmon_nodes);

allMon->SetAttribute("DelayBinWidth", DoubleValue(0.001));

allMon->SetAttribute("JitterBinWidth", DoubleValue(0.001));

allMon->SetAttribute("PacketSizeBinWidth", DoubleValue(20));

ThroughputMonitor(&fmHelper ,allMon, ueNodes.Get(u));

Rumus yang digunkan untuk mengukur Throughput yaitu:

Page 69: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

(Nilai rxBytes * 8.0) /(waktu rxpacket sampai – waktu TxPacket sampai)/1024/1024.

Persamaan perhitungan throughput :

Throughput =

(1)

Dimana : Paket data diterima = (Nilai rxBytes * 8.0)

Lama pengamatan = /(waktu rxpacket sampai – waktu TxPacket

sampai)

Untuk mendapatkan nilai jitter, delay dan posisi UE ketika bergerak yaitu dengan

cara :

std::cout << position.x;

Rumus yang digunkan untuk mengukur Jitter yaitu:

Jitter =second.jitterSum.GetSeconds/ (rxBytes - 1);

Persamaan perhitungan Jitter :

Jitter =

(2)

Dimana : Total variasi delay = delay –Rata-rata delay

= second.jitterSum.GetSeconds

Total paket yang diterima = (rxBytes - 1)

Page 70: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Rumus yang digunkan untuk mengukur Delay yaitu:

Delay=second.delaySum.GetSeconds/ rxBytes;

Persamaan perhitungan Jitter :

Jitter =

(3)

Dimana : Total delay = second.delaySum.GetSeconds

Total paket yang diterima = rxBytes;

Flow monitor harus di install pada remote Host dan eNodeB. Agar posisi UE

dapat terukur saat bergerak, maka pada saat sebelum perintah “Simulator::Run();”

schedule di inisialisasikan untuk UE yang bergerak.

III.5.1 Perancangan Simulasi Skenario 1

1. Terdapat 5 user yaitu UE1-UE5. UE1 mengirim data video streaming

ke remote house sebesar 39980000 byte. Sedangkan UE2-UE5

mengirim data web browsing ke remote house sebesar 534000 byte

dengan bandwidth 5 MHz menggunakan modulasi 64QAM.

2. Posisi UEI bergerak dari eNB1 ke eNB2 sejauh 150 m dengan

kecepatan 5 km/jam[19]

.

Page 71: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

3. Posisi UE2-UE5 tidak bergerak sedang menerima data web browsing

dari remote house. UE2-UE4 terhubung dengan eNB1 dan UE5

terhubung dengan eNB2.

4. Menghitung delay, jitter, dan troughput pada UE1. Gambar untuk

skenario 1 dapat di lihat pada gambar III.3

III.5.2 Perancangan Simulasi Skenario 2

1. Terdapat 5 user yaitu UE1-UE5. UE1 mengirim data video streaming

ke remote house sebesar 65230000 byte. Sedangkan UE2-UE5

mengirim data web browsing ke remote house sebesar 548000 byte

dengan bandwidth 10 MHz menggunakan modulasi 64 QAM.

2. Posisi UEI bergerak dari eNB1 ke eNB2 sejauh 150 m dengan

kecepatan 5 km/jam.

3. Posisi UE2-UE5 tidak bergerak sedang menerima data web browsing

dari remote house. UE2-UE4 terhubung dengan eNB1 dan UE5

terhubung dengan eNB2.

4. Menghitung delay, jitter, dan troughput pada UE1. Gambar untuk

skenario 1 dapat di lihat pada gambar dibawah ini :

Page 72: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar III.3 Perancangan Simulasi Skenario 1 dan Skenario 2

III.5.3 Perancangan Simulasi Skenario 3

1. Terdapat 20 user yaitu UE1-UE20. UE1 mengirim data video

streaming ke remote house sebesar 43800000 byte. Sedangkan UE2-

UE20 mengirim data web browsing ke remote house sebesar 250250

byte dengan bandwidth 10 MHz menggunakan modulasi 64QAM

2. 15 UE terhubung dengan eNB1 dan 5 UE yang terhubung dengan eNB

3. Posisi awal UE1 bergerak dari eNB1 ke eNB2 dengan jarak 1000 m

dengan kecepatan konstan sebesar 40 Km/ Jam[20]

. Posisi UE2-UE20

tidak bergerak sedang mengirim data web browsing ke remote house.

UE2-UE15 terhubung dengan eNB1 dan UE16-UE20 terhubung

dengan eNB2.

Page 73: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

4. Menghitung delay, jitter, dan troughput pada UE1. Gambar untuk

skenario 3 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar III.5 Perancangan Simulasi Skenario 3

III.5.4 Perancangan Simulasi Skenario 4

1. Terdapat 20 user yaitu UE1-UE20. UE1 mengirim data web browsing

ke remote house sebesar 70660000 byte. Sedangkan UE2-UE20

mengirim data web browsing ke remote house sebesar 293970 byte

dengan bandwidth 10 MHz menggunakan modulasi 64 QAM.

Page 74: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

2. 15 UE terhubung dengan eNB1 dan 5 UE yang terhubung dengan

eNB2.

3. Posisi awal UE1 bergerak dari eNB1 ke eNB2 dengan jarak 1000 m

dengan kecepatan konstan sebesar 40 Km/ Jam. Posisi UE2-UE20

tidak bergerak sedang mengirim data video streaming ke remote house.

UE2-UE15 terhubung dengan eNB1 dan UE16-UE20 terhubung

dengan eNB2.

4. Menghitung delay, jitter, dan troughput pada UE1. Gambar untuk

skenario 4 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar III.6 Perancangan Simulasi Skenario 4

Page 75: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

III.5.5 Perancangan Simulasi Skenario 5

1. Terdapat 5 user yaitu UE1-UE5. UE1 mengirim data video streaming

ke remote house sebesar 65230000 byte. Sedangkan UE2-UE5

mengirim data web browsing ke remote house sebesar 548000 byte

dengan bandwidth 10 MHz menggunakan modulasi 64 QAM.

2. Posisi UEI bergerak dari eNB1 ke eNB2 sejauh 150 m dengan

kecepatan 40 km/jam.

3. Posisi UE2-UE5 tidak bergerak sedang menerima data web browsing

dari remote house. UE2-UE4 terhubung dengan eNB1 dan UE5

terhubung dengan eNB2.

4. Menghitung delay, jitter, dan troughput pada UE1. Gambar untuk

skenario 1 dapat di lihat pada gambar dibawah ini :

Page 76: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar III.7 Perancangan Simulasi Skenario 5

Page 77: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan simulasi handover pada sistem komunikasi LTE ini dibuat

dengan software NS 3 (Network Simulator). Pada bab ini menampilkan analisis

dan hasil simulasi dari empat skenario. Hasil simulasi digunakan untuk

membandingkan kualitas layanan video streaming dengan web browsing pada

user yang mengalami proses handover serta membandingkan kualitas masing-

masing layanan video streaming dan web browsing terhadap perubahan

parameter-parameter simulasi, seperti kecepatan user, jarak antar eNodeB,

bandwidth dan jumlah user dalam simulasi. Terdapat tiga parameter yang akan

dianalisa pada simulasi handover LTE yaitu, throughput, jitter, dan delay untuk

layanan video streaming dan web browsing.

Pada simulasi ini, dirancang untuk satu user yang akan melakukan proses

handover. Hasil simulasi menggunakan metode multiple trace untuk koneksi RRC

dan menampilkan proses handover sedangkan flow monitor untuk menunjukkan

lokasi user yang bergerak, flow ip, jitter, delay, throughput.

Untuk menampilkan hasil simulasi dalam bentuk grafik digunakan aplikasi

Gnuplot. Grafik yang di tampilkan yakni perbandingan antara durasi pengiriman

data dengan throughput untuk user yang melakukan proses handover,

perbandingan antara durasi pengiriman dengan jitter untuk user yang melakukan

proses handover dan perbandingan antara durasi pengiriman dengan delay. Untuk

user yang melakukan proses handover.

Page 78: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.1 Hasil dan Analisis Simulasi

IV.1.1 Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 1

IV.1.1.1. Hasil dan analisis simulasi Throughput UE1

Pada simulasi skenario UE1 menerima data video streaming dengan nilai

packet size 39980000 byte dengan bandwidth 5 MHz. UE1 mengirim data video

streaming ke remote house didapatkan rata-rata nilai throughput sebesar 10,9471

Mbps. Pada grafik terlihat proses handover terjadi pada detik ke 26,12 s sampai

dengan 26,1242 s.

Throughput maksimum 11,0349 Mbps yang terjadi pada detik ke 24. Dari

grafik terlihat penurunan throughput pada detik ke 26 sampai 27 s. Hal ini

disebabkan karena proses handover, setelah terjadi handover user melanjutkan

pengiriman data. Pengiriman data oleh remote house ke UE1 telah berakhir pada

detik ke 28.

Gambar IV.1 Throughput UE1 pada skenario 1

Handover

Page 79: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Untuk membuktikan nilai throughput di atas, diambil salah satu sampel

untuk UE1 pada detik pertama. Dari lampiran, output skenario 1 dapat dilihat

jumlah data yang sampai yaitu 1373836 byte dalam 137 paket yang dikirim dalam

durasi, 0,984938 s. setiap paketnya terdapat 28 byte tambahan data untuk header

tiap paket sesuai dari settingan flow monitor. Untuk total tambahan data yaitu 28 x

137 = 3836 byte. Jadi jumlah data video streaming yang diterima oleh UE1 pada

detik pertama yaitu 1373836-3836 = 1370000 byte. Untuk throughput UE1 pada

detik pertama yaitu

. Nilai throughput diatas sesuai

dengan nilai throughput pada lampiran data output skenario 1.

IV.1.1.2 Hasil dan analisis simulasi jitter UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.2 menunjukkan jitter pada UE1 yang

mengirim data video streaming dengan nilai packet size 39980000 byte ke remote

house didapatkan rata-rata nilai jitter sebesar 2,62e-07s. Pada grafik terlihat , nilai

jitter maksimum sebesar 2,6713e-07 s. Sesuai standard jitter oleh Tiphon di sub

bab II.1.8.3, maka nilai jitter yang dihasilkan dari skenario 1 tergolong dalam

kualitas yang baik. Jitter maksimum terlihat pada detik pertama Hal ini

disebabkan karena kondisi trafik namun kondisi ini termasuk ideal sehingga

perubahan jitter tidak signifikan.

Page 80: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.2 Jitter UE1 pada skenario 1

IV.1.1.3 Hasil dan analisis simulasi delay UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.3 menunjukkan delay pada UE1

yang mengirim data video streaming dengan nilai packet size 39980000

byte ke remote house didapatkan rata-rata nilai delay sebesar 2,14e-06 s.

Pada grafik terlihat nilai delay maksimum sebesar 2,1412e-06s. Sama

halnya dengan throughput dan jitter, delay kecil disebabkan karena

simulasi merupakan kondisi ideal. Pada detik ke 26 sampai 27 delay

meningkat disebabkan karena proses handover pada detik tersebut.

Handover

Page 81: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.3 delay UE1 pada skenario 1

IV.2.2 Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 2

IV.2.2.1 Hasil dan analisis simulasi Throughput UE1

Pada simulasi skenario UE1 menerima data video streaming dengan nilai

packet size 65230000 byte dengan bandwidth 10 MHz. UE1 mengirim data video

streaming ke remote house didapatkan rata-rata nilai throughput sebesar 17,7960

Mbps. Pada grafik terlihat proses handover terjadi pada detik ke 26,12 s sampai

dengan 26,1242 s.

Throughput maksimum 17,8581 Mbps yang terjadi pada detik ke 26. Dari

grafik terlihat penurunan throughput pada detik ke 26 sampai 28 s. Hal ini

disebabkan karena proses handover, setelah terjadi handover user melanjutkan

Handover

Page 82: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

pengiriman data. Pengiriman data oleh remote house ke UE1 telah berakhir pada

detik ke 28 s.

Gambar IV.4 Throughput UE1 pada skenario 2

Untuk membuktikan nilai throughput di atas, diambil salah satu sampel

untuk UE1 pada detik pertama. Dari lampiran, output skenario 2 dapat dilihat

jumlah data yang sampai yaitu 2216188 byte dalam 221 paket yang dikirim dalam

durasi, 0,984938 s. setiap paketnya terdapat 28 byte tambahan data untuk header

tiap paket sesuai dari settingan flow monitor. Untuk total tambahan data yaitu 28 x

221 = 6188 byte. Jadi jumlah data video streaming yang diterima oleh UE1 pada

detik pertama yaitu 2216188-6188 = 220000 byte. Untuk throughput UE1 pada

detik pertama yaitu

. Nilai throughput diatas sesuai

dengan nilai throughput pada lampiran data output skenario 2.

Handover

Page 83: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.2.2 Hasil dan analisis simulasi Jitter UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.5 menunjukkan jitter pada UE1 yang

mengirim data video streaming dengan nilai packet size 65230000 byte ke remote

house didapatkan rata-rata nilai jitter sebesar 1,68e-07 s.

Dapat dilihat pada grafik, nilai jitter maksimum sebesar 1,7462e-07 s.

Sesuai standard jitter oleh Tiphon, maka nilai jitter yang dihasilkan dari skenario

1 tergolong dalam kualitas yang baik. Jitter maksimum terlihat pada detik pertama

Hal ini disebabkan karena kondisi trafik namun kondisi ini termasuk ideal sesuai

dengan standard Tiphon pada sub bab II.1.8.3 sehingga perubahan jitter tidak

signifikan. Pada grafik terlihat mengalami penurunan sampai detik ke 26 s.

Setelah proses handver pada detik ke 26 jitter mulai naik karena trafik pada

eNodeB2.

Gambar IV.5 Jitter UE1 pada skenario 2

Handover

Page 84: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.2.3 Hasil dan analisis simulasi delay UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.6 menunjukkan delay pada UE1

yang mengirim data video streaming dengan nilai packet size 65230000

byte ke remote house didapatkan rata-rata nilai delay sebesar 1,87e-06 s.

Pada grafik terlihat nilai delay maksimum sebesar 1,870e-06s. Sama

halnya dengan throughput dan jitter, delay kecil disebabkan karena

simulasi merupakan kondisi ideal. Pada detik ke 26 sampai 29 delay

meningkat disebabkan karena proses handover pada detik tersebut.

Gambar IV.6 Delay UE1 pada skenario 2

Handover

Page 85: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.3 Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 3

IV.2.3.1 Hasil dan analisis simulasi Throughput UE1

Pada simulasi skenario UE1 menerima data video streaming dengan nilai

packet size 43800000 byte dengan bandwidth 10 MHz. UE1 mengirim data video

streaming ke remote house didapatkan rata-rata nilai throughput sebesar 6,684

Mbps. Pada grafik terlihat proses handover terjadi pada detik ke 42,48 s sampai

dengan 42,4842 s.

Throughput maksimum 7,4441 Mbps yang terjadi pada detik ke 46. Dari

grafik terlihat penurunan throughput pada detik ke 40 sampai 41 s. Hal ini

disebabkan karena proses handover, setelah terjadi handover user melanjutkan

pengiriman data. Pengiriman data dari UE1 ke remote house telah berakhir pada

detik ke 46.

Gambar IV.7 Throughput UE1 pada skenario 3

Handover

Page 86: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Untuk membuktikan nilai throughput di atas, diambil salah satu sampel

untuk UE1 pada detik pertama. Dari lampiran, output skenario 3 dapat dilihat

jumlah data yang sampai yaitu 681904 byte dalam 68 paket yang dikirim dalam

durasi, 0,958938 s. setiap paketnya terdapat 68 byte tambahan data untuk header

tiap paket sesuai dari settingan flow monitor. Untuk total tambahan data yaitu 8 x

68 = 544 byte. Jadi jumlah data video streaming yang diterima oleh UE1 pada

detik pertama yaitu 681904-544 = 681360 byte. Untuk throughput UE1 pada detik

pertama yaitu

. Nilai throughput diatas sesuai dengan

nilai throughput pada lampiran data output skenario 3.

IV.2.3.2 Hasil dan analisis simulasi Jitter UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.8 menunjukkan jitter pada UE1 yang

mengirim data video streaming dengan nilai packet size 43800000 byte ke remote

house didapatkan rata-rata nilai jitter sebesar 1,63e-06 s.

Dapat dilihat pada grafik, nilai jitter maksimum sebesar 1,9710 e-06 s.

Sesuai standard jitter oleh Tiphon, maka nilai jitter yang dihasilkan dari skenario

3 tergolong dalam kualitas yang baik sesuai dengan standard Tiphon pada sub bab

II.1.8.3. Jitter maksimum terlihat pada detik pertama hal ini disebabkan karena

kondisi trafik namun kondisi ini termasuk ideal sehingga perubahan jitter tidak

signifikan. Pada grafik terlihat mengalami penurunan jitter, setelah proses handver

pada detik ke 42.

Page 87: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.8 Jitter UE1 pada skenario 3

IV.2.3.3 Hasil dan analisis simulasi delay UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.9 menunjukkan delay pada UE1

yang mengirim data video streaming dengan nilai packet size 43800000

byte ke remote house didapatkan rata-rata nilai delay sebesar 2,59e-06 s.

Pada grafik terlihat nilai delay maksimum sebesar 2,7844e-06 s. Sama

halnya dengan throughput dan jitter, delay kecil disebabkan karena

simulasi merupakan kondisi ideal. Delay terbesar terjadi pada detik

pertama akibat pengiriman paket yang besar dan trafik pada eNodeB1.

Nilai delay kembali besar pda saat proses handover pada detik 42 s dan

nilai delay kembali menurun setelah UE1 berhasil handover di eNodeB2.

Handover

Page 88: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.9 Delay UE1 pada skenario 3

IV.2.4 Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 4

IV.2.4.1 Hasil dan analisis simulasi Throughput UE1

Pada simulasi skenario UE1 mengirim data web browsing dengan nilai

packet size 70660000 byte dengan bandwidth 10 MHz. UE1 mengirim data web

browsing ke remote house didapatkan rata-rata nilai throughput sebesar 12,3990

Mbps. Pada grafik terlihat proses handover terjadi pada detik ke 42,48 s sampai

dengan 42,4842 s.

Throughput maksimum 12,5675 Mbps yang terjadi pada detik ke 44. Dari

grafik terlihat nilai throughput mengalami perubahan dan cenderung meningkat,

hal ini sesuai dengan teori yang ada. Namun nilai throughput mengalami

Handover

Page 89: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

penurunan mulai detik ke 20 sampai detik ke 42. Hal ini disebabkan pergerakan

UE1 yang menjauhi eNodeB1 sehingga nilai RSRQ ikut menurun dan

menyebabkan nilai throughput menurun. Setelah UE1 berhasil koneksi dengan

eNodeB2, nilai throughput kembali meningkat menjadi 12,5675 Mbps.

Gambar IV.10 Throughput UE1 pada skenario 4

Untuk membuktikan nilai throughput di atas, diambil salah satu sampel

untuk UE1 pada detik pertama. Dari lampiran, output skenario 4 dapat dilihat

jumlah data yang sampai yaitu 1413948 byte dalam 141 paket yang dikirim dalam

durasi, 0,973938 s. setiap paketnya terdapat 68 byte tambahan data untuk header

tiap paket sesuai dari settingan flow monitor. Untuk total tambahan data yaitu 8 x

Handover

Page 90: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

141 = 1128 byte. Jadi jumlah data web browsing yang diterima oleh UE1 pada

detik pertama yaitu 1413948-1128 = 1412820 byte. Untuk throughput UE1 pada

detik pertama yaitu

. Nilai throughput diatas sesuai

dengan nilai throughput pada lampiran data output skenario 4

IV.2.4.2 Hasil dan analisis simulasi Jitter UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.11 menunjukkan jitter pada UE1 yang

mengirim data web browsing dengan nilai packet size 70660000 byte ke remote

house didapatkan rata-rata nilai jitter sebesar 4,55e-07 s.

Dapat dilihat pada grafik, nilai jitter maksimum sebesar 4,79509e-07 s.

Sesuai standard jitter oleh Tiphon pada sub bab II.1.8.3, maka nilai jitter yang

dihasilkan dari skenario 4 tergolong dalam kualitas yang baik. Jitter maksimum

terlihat pada detik pertama, hal ini disebabkan karena kondisi trafik namun

kondisi ini termasuk ideal sehingga perubahan jitter tidak signifikan. Perubahan

jitter cenderung menurun. Setelah proses handover pada detik ke 42 s, nilai jitter

kembali menurun dengan signifikan hingga 4,3512e-07 s.

Page 91: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.11 Jitter UE1 pada skenario 4

IV.2.4.3 Hasil dan analisis simulasi delay UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.12 menunjukkan delay pada UE1

yang mengirim data web browsing dengan nilai packet size 70660000 byte

ke remote house didapatkan rata-rata nilai delay sebesar 2,15e-06 s. Pada

grafik terlihat nilai delay maksimum sebesar 2,2074e-06s. Sama halnya

dengan throughput dan jitter, delay kecil disebabkan karena simulasi

merupakan kondisi ideal. Dari grafik terlihat mengalami penurunan nilai

delay baik setelah UE1 melakukan handover ataupun belum. Namun

setelah handover pada detik ke 42 nilai delay menurun secara signifikan

hingga 2,1317e-06 s.

Handover

Page 92: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Gambar IV.12 Delay UE1 pada skenario 4

IV.2.5 Hasil dan Analisis Simulasi Skenario 5

IV.2.5.1 Hasil dan analisis simulasi Throughput UE1

Pada simulasi skenario UE1 menerima data video streaming dengan nilai

packet size 65230000 byte dengan bandwidth 10 MHz. UE1 mengirim data video

streaming ke remote house didapatkan rata-rata nilai throughput sebesar 11,3437

Mbps.

Throughput maksimum 11,8581 Mbps yang terjadi pada detik ke 3. Dari

grafik terlihat penurunan throughput pada detik ke 26 sampai 28 s. Hal ini

disebabkan karena proses handover, setelah terjadi handover user melanjutkan

Handover

Page 93: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

pengiriman data. Pengiriman data oleh remote house ke UE1 telah berakhir pada

detik ke 28 s.

Gambar IV.4 Throughput UE1 pada skenario 5

Untuk membuktikan nilai throughput di atas, diambil salah satu sampel

untuk UE1 pada detik pertama. Dari lampiran, output skenario 5 dapat dilihat

jumlah data yang sampai yaitu 1514228 byte dalam 151 paket yang dikirim dalam

durasi, 0,989938 s. setiap paketnya terdapat 28 byte tambahan data untuk header

tiap paket sesuai dari settingan flow monitor. Untuk total tambahan data yaitu 28 x

151 = 4288 byte. Jadi jumlah data video streaming yang diterima oleh UE1 pada

detik pertama yaitu 1514288-4288 = 1510000 byte. Untuk throughput UE1 pada

detik pertama yaitu

. Nilai throughput diatas sesuai

dengan nilai throughput pada lampiran data output skenario 5.

Handover

Page 94: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.2.2 Hasil dan analisis simulasi Jitter UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.5 menunjukkan jitter pada UE1 yang

mengirim data video streaming dengan nilai packet size 65230000 byte ke remote

house didapatkan rata-rata nilai jitter sebesar 4,76e-07 s.

Dapat dilihat pada grafik, nilai jitter maksimum sebesar 5,1191e-07 s.

Sesuai standard jitter oleh Tiphon, maka nilai jitter yang dihasilkan dari skenario

5 tergolong dalam kualitas yang baik. Jitter maksimum terlihat pada detik ke 5

Hal ini disebabkan karena kondisi trafik namun kondisi ini termasuk ideal sesuai

dengan standard Tiphon pada sub bab II.1.8.3 sehingga perubahan jitter tidak

signifikan. Pada grafik terlihat mengalami penurunan sampai detik ke 10 s.

Setelah proses handover pada detik ke 10 jitter mulai naik karena trafik pada

eNodeB2.

Gambar IV.5 Jitter UE1 pada skenario 5

Handover

Page 95: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

IV.2.2.3 Hasil dan analisis simulasi delay UE1

Hasil simulasi pada gambar IV.6 menunjukkan delay pada UE1

yang mengirim data video streaming dengan nilai packet size 65230000

byte ke remote house didapatkan rata-rata nilai delay sebesar 2,19e-06 s.

Pada grafik terlihat nilai delay maksimum sebesar 2,2675e-06s. Sama

halnya dengan throughput dan jitter, delay kecil disebabkan karena

simulasi merupakan kondisi ideal.

IV.2 Perbandingan bandwidth pada layanan video streaming handover LTE

IV.2.1 Perbandingan Skenario 1 dan Skenario 2

Dari hasil simulasi didapatkan bahwa bandwidth 10 MHz lebih baik

dibandingkan 5 MHz. Terlihat dari hasil throughput skenario 2 lebih besar

dibandingkan skenario 1. Untuk rata-rata nilai throughput layanan video

streaming pada bandwidth 5 MHz sebesar 10,9471 Mbps sedangkan pada

bandwidth 10 MHz sebesar 17,796. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin

besar bandwidth, maka nilai throughput dan data rate pun meningkat.

Pada hasil simulasi skenario 1 dan skenario 2, rata-rata Delay handover

untuk video streaming dengan bandwidth 5 MHz sebesar 10,9471 s sedangkan

delay handover untuk video streaming dengan bandwidth 10 MHz sebesar 17,796

s. Untuk nilai rata-rata jitter paket, layanan video streaming pada bandwidth 5

Mhz sebesar 2,62e-06 s sedangkan pada bandwidth 10 MHz sebesar 1,68e-07 s.

Sesuai dengan teori dimana semakin kecil delay dan jitter maka semakin baik pula

kualitas jaringan tersebut.

Page 96: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel IV.1 Perbandingan kualitas layanan video streaming dengan

perubahan bandwidth

Parameter Bandwidth

5 MHz 10 MHz

Throughput (Mbps) 10,9471 17,796

Jitter (s) 2,62e-07 1,68e-07

Delay (s) 2,14e-06 1,87e-06

IV.2.2 Perbandingan kualitas layanan handover

Dari hasil simulasi didapatkan bahwa kualitas layanan web browsing lebih

baik , terlihat dari nilai jitter dan delay yang lebih kecil dibandingkan layanan

video streaming dengan rata-rata delay handover untuk video streaming sebesar

2,59e-06 sedangkan delay handover untuk web browsing sebesar 2,15e-06. Dari

hasil simulasi delay handover untuk web browsing lebih baik dari delay handover

untuk video streaming. Untuk nilai rata-rata jitter, layanan video streaming

sebesar 1,63e-06 dan web browsing sebesar 4,55e-07. Sesuai standard jitter oleh

Tiphon, maka nilai jitter yang dihasilkan dari layanan video streaming dan web

browsing tergolong dalam kualitas yang baik.

Untuk throughput layanan web bowsing lebih baik dibandingkan layanan

video streaming, terlihat nilai throughput untuk video streaming 6,6840 Mbps

sedangkan web browsing sebesar 12,3990 Mbps.

Page 97: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel IV.2 Perbandingan kualitas layanan video streaming dan web browsing

Parameter Layanan

Video Streaming Web Browsing

Throughput (Mbps) 6,684 12,3990

Jitter (s) 1,63e-06 4,55e-07

Delay (s) 2,59e-06 2,15e-06

IV.2.3 Perbandingan kualitas layanan video streaming terhadap jarak dan

kecepatan user yang berubah

Pada hasil simulasi untuk skenario 2 dan skenario 5 dapat disimpulkan

bahwa kecepatan user semakin rendah maka didapatkan kualitas layanan yang

baik. Dari hasil simulasi terlihat untuk UE yang bergerak dengan kecepatan 5

km/jam menunjukkan nilai throughputnya 17,7960 Mbps lebih besar

dibandingkan UE yang bergerak dengan kecepatan 40 km/jam dimana throughput

sebesar 11,3437 Mbps. Untuk nilai jitter pada skenario 5 lebih besar dibandingkan

skenario 2 sebesar 4,76e-06 sedangkan skenario 2 memiliki nilai jitter sebesar

1,68e-06. Sesuai standard jitter oleh Tiphon, maka nilai jitter yang dihasilkan dari

skenario 2 dan 5 tergolong dalam kualitas yang baik. Untuk perbandingan nilai

delay skenario 5 lebih besar dengan skenario 2 sebesar 2,19e-06 s sedangkan

skenario 2 sebesar 1,87e-06 s.

Page 98: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Tabel IV.3 Perbandingan kualitas layanan terhadap jarak dan kecepatan user yang

berubah

Parameter

Jarak dan kecepatan

150 m ; 5 km/jam 150 m ; 40 km/jam

Throughput (Mbps) 17,7960 11,3437

Jitter (s) 1,68e-07 4,76e-06

Delay (s) 1,87e-06 2,19e-06

Dari hasil analisa terlihat bahwa hasil simulasi yang dilakukan sesuai

dengan teori yang telah ada baik untuk nilai throughput, jitter dan delay untuk

jaringan LTE.

Page 99: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Analisis dan simulasi handover pada jaringan LTE telah berhasil

dilakukan dengan parameter throughput, jitter, dan delay dengan menggunakan

software NS-3, maka dapat diambil beberapa kesimpulan tentang kualitas layanan

jaringan LTE pada saat proses handover sebagai berikut :

1. Perbandingan kualitas layanan video streaming dan web browsing

didapatkan bahwa kualitas layanan web browsing jauh lebih baik

dibandingkan dengan video streaming dilihat dari perbandingan rata-rata

nilai throughput untuk web browsing sebesar 12,3990 Mbps dengan delay

2,15e-06 s dan nilai jitter sebesar 4,55e-07 s. Sedangkan untuk video

streaming 6,6840 Mbps dengan delay 2,59e-06 s dan nilai jitter sebesar

1,63e-06 s.

2. Perbandingan bandwidth pada layanan video streaming didapatkan bahwa

bandwidth 10 MHz lebih baik dibandingkan 5 MHz. Terlihat dari hasil

rata-rata nilai throughput layanan video streaming pada bandwidth 5 MHz

sebesar 10,9471 Mbps dengan delay 2,14e-06 s dan nilai jitter sebesar

2,62e-07 s sedangkan pada bandwidth 10 MHz nilai troughput sebesar

17,796 Mbps dengan delay 1,87e-06 s dan nilai jitter sebesar 1,68e-07 s.

3. Perbandingan kualitas layanan video streaming terhadap kecepatan user

yang berubah dengan jumlah user yang sama sebanyak 5 user diperoleh

Page 100: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

bahwa kecepatan user semakin rendah maka didapatkan kualitas layanan

yang baik. Dari hasil simulasi terlihat untuk UE yang bergerak dengan

kecepatan 5 km/jam menunjukkan nilai throughput 17,7960 Mbps dengan

delay 1,87e-06 s dan nilai jitter sebesar 1,68e-07 sedangkan user yang

bergerak dengan kecepatan 40 km/jam menunjukkan nilai throughput

sebesar 11,3437 Mbps dengan delay 2,19e-06 s dan nilai jitter sebesar

4,76e-06 s.

V.2 Saran

1. Untuk melakukan simulasi handover pada jaringan LTE sebaiknya

menggunakan software OPNET 17.0 yang dapat menampilkan animasi

dari hasil simulasi tersebut.

2. Implementasi teknologi jaringan LTE di Indonesia masih dalam

pengembangan khususnya untuk aturan regulasi terkait spektrum di

jaringan 4G LTE.

Page 101: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

DAFTAR PUSTAKA

[1] Daniel, Bagus, Yohan. (2014). Analisis Penerapan Teknologi LTE Di

Indonesia Berdasarkan Perspektif Regulator Telekomunikasi. Skripsi pada

Universitas Bina Nusantara : Jakarta.

[2] Usman Kurniawan Uke dkk. Fundamental Teknologi Seluler-LTE,

Bandung : Rekayasa Sains, 2012.

[3] Siburian, Sandi. (2009). Evaluasi Kinerja MIMO-OFDMA Dengan

Modulasi Adaptif Pada Long Term Evolution Dalam Arah Downlink .

Skripsi pada Universitas Sumatera Utara: Medan.

[4] Riyansyah, Deris. (2010). Analisa Kelayakan Migrasi BTS 3G Berbasis

WCDMA Menuju Jaringan LTE di DKI Jakarta (Studi Kasus: PT.

Telkomsel) . Skripsi pada Universitas Indonesia: Jakarta.

[5] Faradila Mustafa, Sari Mutmainna Rifai. (2012). Analisis dan Simulasi

Handover Pada Jaringan High Speed Downlink Packet Access (HSDPA).

Skripsi pada Universitas Hasanuddin (UNHAS): Makassar.

[6] Muhammad Zen Samsono Hadi, ST, MSc. Performance And Monitoring

Network. (ebookbrowsee.net/modul-11-analisa-qos-pdf-d184898448) (28

November 2011).

[7] Vehanen, Joona. (2011). Handover between LTE and 3G Radio Access

Technologies: Test Measurement Challenges And Field Environment Test

Planning. Thesis pada Universitas Aalto : Espoo, Finlandia

[8] Haryati, vidya. (2012). Analisa QoS Long Term Evolution (LTE) Terhadap

Page 102: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

Pengaplikasian Interface X2 Saat Handover. Skripsi pada Institut

Teknologi Telkom : Bandung

[9] http://www.lteandbeyond.com/2012/03/s1-interface-based-

handover.html#more

[10] http://www.nsnam.org/docs/tutorial/html/getting-started.html

[11] A.D Nguyen. Integration Of IEC 61850 MMS and LTE to Support Remote

Control Communication In Electricity Distibution Grid. Thesis pada

Universitas Twente : Belanda

[12] Tom hendorson, L.Felipe Perrone. NS-3 Advanced Tutorial : Visualization

and Data Collection. March 2013. Ns3 consortium meeting.

[13] http://www.nsnam.org/docs/models/html/lte-design.html

[14] Tiphon. “Telecomunication and Internet Protocol Harmonization

Over Network (TIPHON) General aspects of Quality of Service

(QoS)”. DTR/TIPHON-05006(cb0010cs.PDF).1999

[15] V.Srinivisa. Interoperable UE Handovers in LTE. Radisys White

Paper. 2011

[16] http://frankrayal.com/2011/06/27/lte-peak-capacity/

[17] http://www.telecomsource.net/showthread.php?3155-LTE-UL-and-

DL-peak-data-rate-with-different-bandwidth-and-techniques

[18] Helenius, Atte. Performance of Handover in Long Term Evolution. Thesis

pada Universitas Aalto : Finlandia

[19] http://health.detik.com/read/2012/01/21/075851/1821648/766/bi

asakan-jalan-dengan-kecepatan-14-meter-detik-agar-panjang-umur

Page 103: ANALISIS SIMULASI HANDOVER PADA JARINGAN LTE ( …

[20] Kurniawan,dkk. Rancang Bangun Alat Bantu Peringatan Batas Laju

Kendaraan Umum Melalui Infrared dengan Menggunakan Mikrokontroler

ATMEGS 16 dan IC ISD 2590. Skripsi pada Institut Teknologi Sepuluh

November (ITS) : Surabaya