ANALISIS SIGNIFIKANSI MAKROEKONOMI DAN INDEKS...

123
ANALISIS SIGNIFIKANSI MAKROEKONOMI DAN INDEKS SAHAM TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SAHAM SYARIAH Oleh Nurrohmaniyah NIM: 11140860000061 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2018 M

Transcript of ANALISIS SIGNIFIKANSI MAKROEKONOMI DAN INDEKS...

ANALISIS SIGNIFIKANSI MAKROEKONOMI DAN INDEKS SAHAM

TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SAHAM SYARIAH

Oleh

Nurrohmaniyah

NIM: 11140860000061

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2018 M

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Nurrohmaniyah

2. Nama Panggilan : Nur

3. Tempat & Tanggal Lahir : Majalengka, 16 Agustus 1997

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Alamat : Jl. Raya Bondan Blok Wideng Rt.14/07,

Sukagumiwang, Indramayu

6. Status : Belum Menikah

7. Kewarganegaraan : Indonesia

8. Nomor Hp : 089618455825

9. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK : RA Nurul Iman Majalengka

2. SD : MI PUI Wideng Indramayu

3. SMP : MTs as-Syifa Wal’ain Bondan Indramayu

4. SMA : MAN Babakan Cirebon

5. S1 : Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. Sofwan

Tempat & Tanggal Lahir : Cirebon, 07 Maret 1963

Pekerjaan : PNS

2. Ibu : Aam Ambariyah

Tempat & Tanggal Lahir : Majalengka, 07 Agustus 1975

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

IV. ORGANISASI

1. Persatuan Mahasiswa Indramayu (Permai-Ayu) DKI Jakarta 2014-2018

2. Ikatan Mutakharrijin Madrasah Aliyah Negeri Jakarta 2014-2017

3. Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) 2014-2016

vi

ABSTRACT

This study aims to analyze the significant influence of macroeconomic

variables and stock indices namely inflation, exchange rate, gross domestic

product, Indonesia Composite Index, and Jakarta Islamic Index to net asset value

of Shariah Equity Funds in 2012 – 2017. The sample in this study consist of 8

companies registered in the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) before Januari 2012

and is still active until December 2017. The method used is panel data analysis

method with Random Effect.

The result of this research is that inflation, gross domestic bruto and JII

have significant influence to NAV of Shariah Equity Funds Partially. While

exchange rate and IHSG have no significant influence on NAV of Shariah Equity

Funds Partially. Simultaneously it was found that inflation, exchange rate, money

supply, GDP, ICI, and JII, had an effect on NAV of Shariah Equity Funds equal to

71,43% and the rest 28,57% influenced by other factors not included in research

model.

Keywords: Inflation, Exchange Rate, GDP, ICI, JII, NAV of Shariah Equity Funds

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh signifikan dari

variabel makroekonomi dan indeks saham yaitu inflasi, kurs, Produk Domestik

Bruto (PDB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Jakarta Islamic Index

(JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Saham Syariah tahun 2012 –

2017. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan yang terdaftar di

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum Januari 2012 dan masih aktif sampai

Desember 2017. Metode yang digunakan adalah metode analisis data panel

dengan Random Effect.

Hasil penelitian ini adalah bahwa inflasi, PDB, dan JII memiliki pengaruh

signifikan terhadap NAB Reksadana Saham Syariah secara parsial. Sedangkan

kurs dan IHSG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana

Saham Syariah secara parsial. Secara simultan diperoleh bahwa inflasi, kurs,

PDB, IHSG, dan JII berpengaruh terhadap NAB Reksadana Saham Syariah

sebesar 71,43% dan sisanya 28,57% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian.

Kata Kunci: Inflasi, Kurs, PDB, IHSG, JII, NAB Reksadana Saham Syariah

viii

KATA PENGANTAR

بسمميحرلا نمحرلا هللا

Alhamdulillahi rabbi-l-alamin, penulis panjatkan rasa syukur atas

kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat, karunia serta kasih

sayang-Nya kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada suri tauladan terbaik, Nabi besar Muhammad SAW. sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini memiliki judul “Analisis Signifikansi Makroekonomi

dan Indeks Saham Terhadap Nilai Aktia Bersih Reksadana Saham

Syariah” yang disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mencapai

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa,

bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan dari orang-orang yang terbaik

yang ada disekeliling penulis. Karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Terima kasih kepada Allah SWT yang selalu mencurahkan karunia,

rahmat dan rizki-Nya serta selalu memberikan kemudahan sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan meraih gelar Ekonomi di

Universitas ini.

2. Kedua orang tuaku sekaligus cahaya hidupku, Bapak Sofwan dan Ibu

Aam Ambariyah yang dengan ikhlas selalu memberikan dukungan

baik moril maupun materil, selalu memberikan kasih sayang dan

cintanya yang tiada terhingga dan tidak pernah berhenti memanjatkan

doa untuk kesuksesan anaknya. Terima kasih untuk semua kasih

sayang dan pengorbanan yang selalu diberikan. Kalian adalah

motivasi utama bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

ix

3. Adik-adikku tercinta, Khoerunnajahah, M. Nidzomuddin dan Nailil

Muna yang menjadi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Bapak Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA selaku dosen pembimbing I

dan Ibu RR. Tini Anggraeni, M.Si selaku pembimbing II yang selalu

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi

Syariah dan Ibu RR. Tini Anggraeni, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Ekonomi Syariah yang telah memberikan jalan dan kemudahan bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Elvira Sitna Hajar selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan semangat dan doa bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mencurahkan

ilmunya kepada kami.

9. Seluruh Jajaran Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas kerja

kerasnya memberikan pelayanan yang terbaik untuk menunjang

kegiatan pembelajaran bagi kami. Khususnya Bapak Ajib yang selalu

bersedia untuk direpotkan kami.

10. Seseorang yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan

kepada penulis, terima kasih untuk selalu menjadi tempat berkeluh

kesah bagi penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman terbaik, Diah Larasati, Siti Jamila, Hujjatul Maryam,

Firsty Izzata Bella, Siti Maesaroh Andini, Zaria Azzahra, Irna Atriani,

Nurul M. M. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 8 semester

ini.

12. Teman-teman “cream cost”, Riyu-chan, Echol, Opay, dan Ai. Terima

kasih untuk semua “haha” nya.

x

13. Teman-teman Ekonomi Syariah khususnya angkatan 2014. Terima

kasih atas dukungannya dan rasa kekeluargaannya. Semoga tetap

terjalin silaturahim diantara kita.

14. Keluarga IMMAN Cabang Jakarta, Pemai-Ayu DKI Jakarta, KMSGD

yang telah memberikan pengalaman serta pembelajaran selama ini.

Semoga rasa kekeluargaan ini tetap terjalin diantara kita.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan, karena keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan penulis.

Semoga skripsi ini dapat emberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 12 Mei 2018

Penulis

(Nurrohmaniyah)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11

D. Manfaat dan Guna Penelitian ..................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 13

A. Investasi...................................................................................................... 13

1. Pengertian Investasi ................................................................................ 13

2. Investasi dalam Perspektif Syariah ......................................................... 15

B. Pasar Modal ................................................................................................ 17

1. Pengertian Pasar Modal .......................................................................... 17

2. Pasar Modal Syariah ............................................................................... 19

C. Reksadana .................................................................................................. 21

1. Pengertian Reksadana ............................................................................. 21

2. Reksadana saham syariah ....................................................................... 28

D. Makroekonomi ........................................................................................... 29

xii

1. Inflasi ...................................................................................................... 29

2. Kurs ........................................................................................................ 32

3. Produk Domestik Bruto (PDB) .............................................................. 34

E. Indeks Saham ............................................................................................. 36

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 37

2. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 38

F. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ...... 39

1. Inflasi ...................................................................................................... 40

2. Kurs ........................................................................................................ 41

3. Produk Domestik Bruto .......................................................................... 41

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 42

5. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 42

G. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 44

H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 49

I. Hipotesis ..................................................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 53

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 53

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 54

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 55

1. Data Sekunder ........................................................................................ 55

2. Library Research .................................................................................... 56

D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 57

1. Variabel Dependen (Y) .......................................................................... 57

2. Variabel Independen ............................................................................... 57

E. Metode Analisis Data ................................................................................. 59

1. Pengujian Estimasi Model Regresi Data Panel ...................................... 61

2. Pemilihan Model Regresi Data Panel ..................................................... 62

c. Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel ................................................ 64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 67

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 67

1. Reksadana Saham Syariah ...................................................................... 67

xiii

2. Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 70

3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)...................................................................... 70

4. Produk Domestik Bruto .......................................................................... 72

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................ 73

6. Jakarta Islamic Index (JII) ..................................................................... 74

B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 75

1. Hasil Estimasi Model Data Panel ........................................................... 75

2. Hasil Pemilihan Model Data Panel ........................................................ 77

3. Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel ....................................... 79

4. Model Penelitian ..................................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 93

A. Kesimpulan ................................................................................................ 93

B. Saran ........................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Inflasi dan Aktual Inflasi .................................................. 8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 44

Tabel 3.1 Daftar Reksadana Saham Syariah yang Digunakan dalam Penelitian .. 54

Tabel 4.1 Data NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan ................................... 68

Tabel 4.2 Inflasi di Indonesia ................................................................................. 70

Tabel 4.3 Tingkat Kurs Rupiah 2012-2017 ........................................................... 71

Tabel 4.4 Produk Domestik Bruto Menurut Harga Berlaku Tahun 2012-2017 .... 72

Tabel 4.5 Indeks Harga Saham Gabungan 2012-2017 .......................................... 73

Tabel 4.6 Jakarta Islamic Index 2012-2017 ......................................................... 74

Tabel 4.7 Regresi Data Panel Pooled Least Square .............................................. 75

Tabel 4.8 Regresi Data Panel Fixed Effect Model ................................................ 76

Tabel 4.9 Regresi Data Panel Random Effect Model ............................................ 77

Tabel 4.10 Hasil Uji Chow .................................................................................... 78

Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman .............................................................................. 79

Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi dengan Random Effect ............................................ 80

Tabel 4.13 Uji F-statistic ....................................................................................... 85

Tabel 4.14 Nilai Adjusted ................................................................................ 86

Tabel 4.15 Nilai Koefisien Variabel ..................................................................... 86

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia ................................. 4

Gambar 1.2 Grafik Pergerakan IHSG dan JII (dalam Rupiah) ............................... 5

Gambar 1.3 Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam Persentase) ....................... 7

Gambar 1.4 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (dalam Ribu Rupiah) .................. 9

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 50

Gambar 4.1 Grafik NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan ............................. 69

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data NAB Delapan Reksadana Terpilih ........................................... 99

Lampiran 2 Data PDB Triwulan ......................................................................... 101

Lampiran 3 Hasil Regresi Pooled Least Square ................................................ 101

Lampiran 4 Hasil Regresi Fixed Effect Model ................................................... 101

Lampiran 5 Hasil Regresi Random Effect Model .............................................. 102

Lampiran 6 Hasil Uji Chow ............................................................................... 103

Lampiran 7 Hasil Uji Hausman .......................................................................... 105

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi syariah saat ini sedang menjadi trend di

beberapa negara, mulai dari lembaga keuangan maupun non lembaga

keuangan. Trend ekonomi syariah ini mempunyai potensi untuk lebih

berkembang lagi, hal ini didorong oleh antusias umat muslim yang

menginginkan dan merindukan produk-produk halal serta berbasis syariah.

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim bisa

dibilang terlambat untuk pengaplikasian ekonomi syariah ini jika

dibanding dengan negara sseperti Arab Saudi, Malaysia, Mesir, dan

Negara Teluk lainnya. Namun, sebagai penduduk muslim Indonesia perlu

berbanggahati karena yang pertama kali menginginkan adanya kegiatan

ekonomi berbasis syariah adalah dari penduduknya bukan dari negara

seperti yang terjadi di Negara lain. (Anif dkk. 2014:3)

Prinsip-prinsip yang ada dalam ekonomi syariah pun sudah tidak

asing lagi bagi penduduk muslim. Dalam perkembangannya ekonomi

syariah ini merambah juga pada dunia investasi, melihat saat ini dalam

memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi tidak cukup jika hanya

terfokus pada satu pekerjaan. Masyarakat memerlukan adanya suatu

wadah yang bisa menambah pendapatannya atau setidaknya dapat

2

mempertahankan pendapatan tersebut agar tetap cukup dalam memenuhi

kebutuhan hidup di masa mendatang.

Dalam Islam pun umat muslim tidak dilarang dalam berinvestasi

dan malah dianjurkan karena dapat mendatangkan kemaslahatan bagi

orang lain. Investasi sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu investasi pada

financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial

assets dilakukan pada pasar uang misalnya commercial paper, Sertifikat

Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi

financial assets juga ada di pasar modal misalnya pada obligasi, saham,

opsi, dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets dapat dilakukan

dengan pembelian asset, pendirian pabrik, pembukaan pertanian,

pertambangan, dan lainnya.

Salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia adalah adanya

pasar modal. Dari pasar modal inilah industri dan perusahaan

mendapatkan pendanaan untuk memperkuat posisi keuangan dan

mengembangkan perusahaannya. Indonesia menjadi salah satu Negara

yang turut serta mengembangkan industri syariah yang mana investasi

syariah ada didalamnya. Pasar modal syariah akan mempunyai peranan

yang penting didalam meningkatkan pangsa pasar industri keuangan

syariah (Anif dkk. 2014:131)

Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai saat

diterbitkannya reksadana syariah oleh PT. Danareksa Investment

3

Management pada tanggal 03 Juli 1997 yang tentunya sangat direspon

baik oleh masyarakat yang memang mempunyai latar belakang agama

Islam dan juga sudah merindukan investasi dengan basis syariah. Pada

perkembanganya, reksadana syariah ini secara resmi baru dimulai saat

diluncurkannya Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 03 Juli 2000 yang

mana saham-saham yang ada didalamnya adalah saham yang sudah dipilih

sesuai syariah. Selanjutnya, JII ini menjadi tolok ukur dalam menilai

kinerja suatu saham yang sesuai dengan syariah (Anif dkk. 2014:61).

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia

(DSN MUI) No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan

Investasi untuk Reksadana Syariah mendefinisikan “Reksadana Syariah

adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah

Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik (shahib al-

mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal,

maupun antara manajer investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna

investasi”. Dari definisi diatas, reksadana syariah merupakan reksadana

yang dikelola berdasarkan prinsip Islam dan kebijakan investasinya pun

sesuai dengan prinsip Islam.

Perkembangan reksadana syariah jika dibandingkan dengan

reksadana konvensional bisa dibilang masih tertinggal jauh. Jumlah Nilai

Aktiva Bersih (NAB) untuk reksadana syariah pada tahun 2014 mencapai

Rp 11,158 triliun dan mengalami kemerosotan pada tahun 2015 sekitar

0,98% atau menjadi Rp 11,019 triliun. Jika dibandingkan dengan total

4

dana kelolaan seluruh industri reksadana yang mencapai Rp 271,969

triliun, NAB reksadana syariah hanya mencapai 0,04% dari NAB

reksadana konvensional. Sedangkan jumlah dari reksadana syariah terus

mengalami kenaikan, ditahun 2014 berjumlah 74 reksadana syariah, naik

menjadi 93 reksadana syariah ditahun 2015, 136 reksadana syariah ditahun

2016, dan mencapai 153 reksadana syariah per Juli 2017 (www.bi.go.id 7

Oktober 2017).

Gambar 1.1

Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia

Sumber: website BI, statistik Reksa 2017

Sempat mengalami kemerosotan di tahun 2015, reksadana syariah

di tahun 2017 mengalami perkembangan. Dana kelolaan reksadana syariah

mencapai Rp 16,8 triliun per Juni 2017 dengan didominasi oleh reksadana

saham syariah sebesar Rp 9,1 triliun atau sekitar 54% dari dana kelolaan

reksadana saham syariah secara keseluruhan (www.infovesta.com 6

November 2017).

5

Reksadana syariah yang masih terus berkembang, saat ini total

dana kelolaannya didominasi oleh reksadana syariah jenis saham yang

mencapai 54% dari keseluruhan dana kelolaan reksadana syariah dan

artinya reksadana syariah jenis saham ini meskipun memiliki tingkat risiko

tinggi tetapi tetap diminati diantara jenis reksadana syariah yang lain

karena memberikan tingkat pengembalian yang juga tinggi.

Di industri reksadana saham sendiri sesuai dengan trend yang

terjadi 10 tahun terakhir kinerja rata-rata reksadana saham masih sulit

mengalahkan IHSG. Reksadana saham membukukan kinerja sebesar 4,6%

dibawah IHSG dan juga masih dibawah JII yang membukukan 5,7%.

Reksadana saham syariah pada dasarnya adalah investasi yang sesuai

dengan hukum agama Islam, dengan begitu reksadana jenis ini terhindar

dari unsur riba dan yang bertentangan dengan hukum Islam

(www.infovesta.com 8 Oktober 2017).

Berikut Gambar 1.2 yang menunjukkan grafik pergerakan IHSG

dan JII selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2012 sampai dengan 2017.

Gambar 1.2

Grafik Pergerakan IHSG dan JII (dalam Rupiah)

0

2000

4000

6000

8000

2012 2013 2014 2015 2016 2017

JII

IHSG

6

Reksadana menjadi suatu wadah berinvestasi bagi investor yang

tidak mempunyai banyak modal dan tidak memiliki banyak waktu untuk

mengelola investasinya dimana reksadana sudah memiliki manajer

investasi yang mendedikasikan waktunya untuk pengelolaan dana di

reksadana sehingga investor tidak perlu repot mencari secara detail

informasi terkait reksadana dan perkembangannya.

Pada umumnya investor menggunakan indeks saham sebagai

indikator dalam melihat pergerakan bursa dan sebagai pembanding untuk

melihat kinerja investasi. Di Indonesia, indeks saham yang paling dikenal

adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan anggota sebanyak

558 perusahaan per 15 Agustus 2017.

Selain IHSG, Jakarta Islamic Index (JII) juga digunakan sebagai

tolok ukur dalam menilai perkembangan suatu investasi pada saham yang

berbasis syariah, yang mana kriteria pemilihan saham yang ada di JII

melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment

Management. Hingga saat ini ada 30 perusahaan yang tergabung dengan

JII.

Saham-saham yang ada di IHSG tidak seperti yang terdaftar di JII

yaitu khusus pada saham syariah yang sudah melewati penilaian sesuai

prinsip syariah, IHSG ini merupakan kumpulan dari saham baik itu saham

syariah maupun konvensional.

7

Saat ini, inflasi di Indonesia mengalami naik turun setiap bulannya

namun masih cenderung stabil dan berada pada kategori rendah, inflasi per

desember 2017 sebesar 3,61%. Berikut grafik inflasi tahunan dari tahun

2012 – 2017.

Gambar 1.3

Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persentase)

Grafik 1.3 diatas memperlihatkan tingkat inflasi selama 6 tahun

terakhir, tingkat inflasi mengalami penurunan di tahun 2016, namun pada

saat itu dana kelolaan reksadana syariah justru mengalami peningkatan di

banding tahun sebelumnya, hal ini bertentangan dengan pendapat Rafiq

(1996) dalam Adiwarman Karim (2014:139) yang mengatakan bahwa

salah satu dampak buruk dari inflasi adalah menurunnya minat menabung

masyarakat karena efek dari kenaikan inflasi.

Target atau sasaran inflasi adalah tingkat inflasi yang harus dicapai

oleh Bank Indonesia dengan berkoordinasi dengan Pemeritah. Target atau

sasaran ini kemudian menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat

dalam melakukan kegiatan ekonominya. Dalam nota kesepahaman antara

0

2

4

6

8

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Inflasi

Inflasi

8

Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga

tahun kedepan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan

PMK No.93/PMK.011/2014 tentang sasaran Inflasi tahun 2016, 2017, dan

2018 tanggal 21 Mei 2014. Sasaran yang ditetapkan oleh Pemerintah

untuk periode 2016-2018 masing-masing sebesar 4%, 4%, 3,5%, masing-

masing dengan deviasi ±5%. Saat ini tingkat inflasi mencapai 3,58% per

Oktober 2017 dengan sasaran inflasi sebesar 4%.

Tabel 1.1

Perbandingan Inflasi dan Aktual Inflasi

Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy)

2012 4,5 ±5% 4,30

2013 4,5 ±5% 8,38

2014 4,5 ±5% 8,36

2015 4 ±5% 3,35

2016 4 ±5% 3,02

Sumber : Website BI, Bank Indonesia dan Inflasi

Kurs mata uang juga menjadi faktor makroekonomi yang diduga

dapat mempengaruhi perkembangan NAB reksadana saham syariah. Kurs

mata uang yang menunjukkan nilai mata uang terhadap mata uang asing

perkembangannya dapat mempengaruhi daya beli masyarakat yang mana

berhubungan juga dengan daya beli ekspor impor kemudian berimbas pada

perusahaan yang memproduksinya dan berpengaruh kepada saham dari

perusahaan tersebut.

9

Kurs mata uang rupiah terhadap dolar selama 6 tahun terakhir

mengalami penurunan nilai dilihat dari rata-rata pertahunnya, hal ini

terlihat pada Grafik 1.4 yang menunjukkan angka yang semakin tinggi

yang berarti nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin melemah. Berikut

Grafik 1.4 yang menggambarkan rata-rata tahunan nilai tukar rupiah

terhadap dolar.

Gambar 1.4

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar (Dalam Ribu Rupiah)

Berbeda dengan yang sudah dijelaskan di atas, dalam

kenyataannya jika dilihat dari NAB reksadana syariah, penurunan nilai

mata uang tersebut tidak mempengaruhi dana kelolaan yang dimiliki,

terlihat dari NAB reksadana syariah yang mengalami kenaikan dan

merosot ditahun 2015.

Produk Domestik Bruto (PDB) atau bisa juga di sebut Gross

Domestik Bruto (GDB) merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2012 2013 2014 2015 2016 2017

kurs

kurs

10

di produksi di dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Menurut

penelitian yang dilakukan Hastri Nurdianti (2010:101) menyatakan bahwa

PDB memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap.

Dibandingkan tahun 2015, PDB Indonesia pada tahun 2016

meningkat sebesar 0,1% dari 4,9% menjadi 5% dengan jumlah PDB

$861,0 milyar ditahun 2015 menjadi $ 933,0 milyar ditahun 2016

(www.indonesia-investment.com 6 November 2017).

Selain faktor mako ekonomi, indeks saham turut diduga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB)

reksadana saham syariah.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor apa yang dapat

mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di reksadana saham

syariah dengan menggunakan NAB sebagai tolok ukur dari reksadana

saham syariah.

Nilai Aktiva Bersih adalah nilai yang menggambarkan total

kekayaan bersih reksadana setiap harinya, nilai aktiva ini berubah-ubah

setiap harinya tergantung nilai efek portofolionya. Nilai Aktiva Bersih ini

berguna untuk melihat perkembangan reksadana syariah apakah

mengalami kenaikan atau mengalami penurunan per unit reksadana.

Perubahan Nilai Aktiva Bersih ini menjadi salah satu risiko yang

pasti dihadapi dan dirasakan oleh investor reksadana khususnya reksadana

11

saham. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan Nilai Aktiva

Bersih adalah faktor keadaan makro ekonomi suatu negara dan indeks

saham yang menjadi salah satu metode untuk mengukur pergerakan

kumpulan saham baik saham secara keseluruhan ataupun atas saham-

saham degan kriteria tertentu.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel inflasi terhadap

perkembangan NAB reksadana saham syariah?

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel kurs terhadap

perkembangan NAB reksadana saham syariah?

3. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel Produk

Domestik Bruto (PDB) terhadap perkembangan NAB reksadana

saham syariah?

4. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel IHSG terhadap

perkembangan NAB reksadana saham syariah?

5. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel JII terhadap

perkembangan NAB reksadana syariah?

6. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel inflasi, kurs,

produk domestik bruto, IHSG, dan JII secara simultan terhadap

NAB reksadana saham syariah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis:

12

1. Pengaruh inflasi terhadap perkembangan NAB reksadana saham

syariah

2. Pengaruh kurs terhadap perkembangan NAB reksadana saham

syariah

3. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap perkembangan

NAB reksadana saham syariah

4. Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap

perkembangan NAB reksadana saham syariah

5. Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap perkembangan NAB

reksadana syariah

6. Pengaruh secara simultan dari inflasi, kurs, produk domestik bruto,

IHSG, dan JII terhadap NAB reksadana saham syariah

D. Manfaat dan Guna Penelitian

Penelitian inI bermanfaat dan berguna bagi:

a. Pemegang Saham

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk

pengambilan keputusan dalam menanamkan investasi di reksadana

saham syariah.

b. Manajer Investasi

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan bagi manajer

investasi sebagai pengelola dana reksadana saham syariah dalam

pengambilan tindakan dan keputusan investasi.

13

c. Penulis

Penelitian ini menjadi motivasi untuk mengembangkan

pengetahuan dan wawasan keilmuan yang didapat selama belajar di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi berasal dari bahasa inggris yaitu investment dengan asal

kata invest yang berarti menanam. Dalam kamus lengkap ekonomi,

definisi investasi yaitu penukaran uang dengan bentuk-bentuk

kekayaan lain seperti harta tidak bergerak yang diharapkan dapat

ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan

pendapatan. Dalam berinvestasi, para investor menanamkan uang atau

modal dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang.

Selain itu, menurut Sharpe dalam Huda dan Nasution (2014:8)

investasi bisa berarti mengorbankan dolar sekarang untuk dolar pada

masa depan. Dari ungkapan diatas, berinvestasi berarti menanamkan

modal atau uang untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa

mendatang.

Para investor dalam berivestasi tentunya mempunyai karakter yang

berbeda, Halim dalam Huda dan Nasution (2014:12) mendefinisikan

setiap karakter dan tipe dari para investor sebagai berikut:

a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker). Investor ini

cenderung lebih bersikap agresif dan spekulatif dalam

14

mengambil keputusan investasi. Investor dengan tipe ini akan

lebih memilih mengambil investasi dengan tingkat risiko lebih

besar dibanding dengan risiko kecil meskipun tingkat

pengembaliannya sama.

b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality). Investor

ini lebih cenderung bersikap fleksibel dan hati-hati dalam

mengambil keputusan investasi. Investor dengan tipe ini akan

meminta tingkat pengembalian yang sama untuk setiap

kenaikan risiko.

c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter). Investor

ini lebih cenderung mengambil risiko kecil dalam mengambil

keputusan berinvestasi dan memilih risiko yang kecil dengan

tingkat pengembalian yang sama untuk risiko lain.

Dalam berinvestasi, ada dua hal yang berkaitan yaitu risiko dan

return. Risiko dan return mempunyai hubungan yang positif dan linear

dimana ketika return tinggi maka risiko yang harus dihadapi juga

tinggi, begitu juga sebaliknya. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan

sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan,

risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar atau lebih

kecil dari return yang diharapkan (Huda dan Nasution, 2014:14).

Menurut teori Capital Asset Pricing Model (CAPM) Markowitz

dalam Heykal (2012:110) menyatakan bahwa risiko terbagi menjadi

dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko

15

tidak sistematis adalah risiko yang timbul karena faktor-faktor mikro

yang ada diperusahaan tersebut seperti struktur modal, tingkat

likuiditas, ukuran perusahaan serta kondisi dan lingkungan kerja yang

bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.

Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang timbul karena faktor

makro yang mempengaruhi seluruh perusahaan dan tidak bisa

dihilangkan dengan cara diversifikasi seperti kondisi perekonomian

suatu negara, tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, dan lain

lain. Penjumlahan kedua risiko ini disebut dengan risiko total.

2. Investasi dalam Perspektif Syariah

Dalam Islam, investasi menjadi salah satu hal yang dianjurkan oleh

Allah untuk setiap muslim. Konsep investasi tidak hanya sebagai

pengetahuan, tetapi juga sebagai hakikat ilmu dan amal yang juga

bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah (Huda dan

Nasution, 2014:18). Hal ini tercantum dalam ayat Al-Qur’an Surat al-

Hasyr Ayat 18, yang berbunyi:

إن الل ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الل يا أيها الذين آمنوا اتقوا الل

ونخبير بما تعمل

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

16

Lafal ولتنظر نفس ما قدمت لغد , ditafsirkan dengan “hitung dan

introspeksilah diri kalian sebelum diintrospeksi, dan lihatlah apa yang

telah kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after

here investment) sebagai bekal kalian menuju hari perhitungan amal

pada hari kiamat untuk keselamatan diri di depan Allah SWT.” Katsir,

2000 (Huda dan Nasution, 2014:18).

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan hambanya untuk

mempersiapkan hari esok dengan cara berinvestasi, tidak hanya untuk

kehidupan akhirat saja, tetapi kehidupan dunia juga. Selain pada surat

Al-Hasyr ayat 18, perintah berinvestasi secara tegas terdapat dalam

surat Lukman Ayat 34.

ل الغيث ويعلم ما في الرحام عنده علم الساعة وينز وما تدري نفس ماذا إن الل

عليم خبير تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت إن الل

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan

tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang

dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakan besok. Dan

tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan

mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dalam kitab Zubdatu Tafsir karya Al-Asyqar, lafal نفس ماذا تكسب غدا

ditafsirkan dengan من كسب دين أو كسب دنيا, yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan menjadi “ Dari usaha untuk bekal akhirat ataupun untuk

bekal dunia” Al-Asyqar dalam Huda dan Nasution (2014:19). Dengan

demikian, dalam surat tersebut Allah memerintahkan berinvestasi tidak

17

hanya untuk akhirat, tetapi berinvestasi sebagai bekal hidup di dunia

karena tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan

dilakukan, diusahakan dan apa yang akan terjadi dihari esok.

B. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Secara umum, pengertian pasar modal adalah pasar yang

mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus

fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana

yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang (Abdul Manan,

2009:23). Pasar modal ini merupakan tempat untuk memperdagangkan

saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan jangka

waktu sau tahun ke atas.

Dalam perekonomian, pasar modal menjalankan dua fungsi

sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan keuangan sehingga pasar modal

memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar

modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal

menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua pihak yang memiliki

kepentingan, yaitu antara pihak yang memiliki kelebihan dan ingin

menginvestaikan dengan harapan memperoleh imbal hasil dan pihak

yang memerlukan dana sehingga tidak harus menunggu tersedianya

dana operasional dari perusahaan.

Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan

karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal

18

hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang

dipilih.

Menurut Abdul Manan (2009:25) dalam bukunya disebutkan

bahwa ada tiga istilah yang ada di pasar modal, istilah tersebut yaitu:

a) Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penjualan perdana saham oleh pihak

yang menerbitkan dalam hal ini perusahaan kepada pemodal

sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder.

Dengan kata lain, pasar perdana merupakan pasar yang

mempejualbelikan sahamnya secara langsung antara penjual

dengan pembeli.

Pasar perdana ini sangat penting untuk pertumbuhan

ekonomi, karena dari hasil penjualan saham tersebut

perusahaan dapat menggunakan dananya untuk menambah

barang modal untuk memproduksi barang dan jasa.

b) Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder adalah penjualan saham setelah melewati

penjualan di pasar perdana. Penjualan saham di pasar sekunder

ini lebih luas, harga sahamnya pun ditentukan oleh permintaan

dan penawaran antara penjual dan pembeli. Oleh karena

penjualan di pasar sekunder setelah melewati pasar perdana,

jadi hasil dari penjualan saham ini tidak lagi masuk modal

19

perusahaan melainkan masuk ke dalam kas para pemegang

saham yang bersangkutan.

c) Bursa Paralel

Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan yang

terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar

sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan

Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) dengan diawasi dan

dibina Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

2. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan sesuai

dengan prinsip Islam, setiap transaksi perdagangan surat berharga di

pasar modal dilaksanakan dengan ketentuan syariat Islam (Abdul

Manan, 2009:77). Berbeda dengan pasar modal konvensional yang

mengandung unsur gharar, maysir, dan riba, pasar modal syariah

sudah tentu terbebas dari semua unsur yang bertentangan dengan

syariat Islam tersebut dan akad yang digunakannya pun sesuai dengan

prinsip Islam.

Oleh karena pasar modal syariah dijalankan dengan prinsip Islam,

berikut prinsip-prinsip Islam yang ada dalam pasar modal syariah dan

harus diperhatikan oleh para investor maupun emiten (Abdul Hamid,

2009:76), yaitu:

20

a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan

prinsip syariah yaitu terbebas dari unsur gharar, maysir, dan

riba hal ini bertujuan untuk menghindari adanya salah satu

pihak yang dirugikan karena adanya unsur tersebut.

b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah harus menaati semua

aturan syariah, sehingga setiap produk baik barang maupun

jasanya harus sejalan dengan etika dan prinsip Islam.

c. Semua efek harus berbasis pada harta (aset) atau transaksi yang

riil yaitu tidak mengharapkan keuntungan dari hutang piutang.

Oleh karena itu, hasil investasi yang akan diterima pemodal

merupakan manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau

harta hasil penjualan efek.

d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang

berlebihan (gharar) atau spekulasi murni, tidak mengandung

unsur judi atau pertukaran yang didasari oleh spekulasi yang

tinggi (qimar).

e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan utang

piutang, seperti tidak dibenarkan jual beli utang dengan cara

diskon, emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk menbayar

kembali utang, maka dana harta hasil penjualan efek diterima

oleh emiten untuk diinvestasikan pada usaha riil.

Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia pertama kali

diawali dengan diterbitkannya reksadana syariah pada tanggal 3 Juli

21

1997 diikuti oleh obligasi syariah pada tahun 2002. Namun secara

formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip syariah dilakukan pada

Maret 2003. Pada saat itu ditandatangani Nota kesepahaman antara

Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) yang dilanjutkan dengan Nota kesepahaman antara DSN-

MUI dengan SROs (Self Regulatory Organizations).

C. Reksadana

1. Pengertian Reksadana

Reksadana atau bisa disebut juga dengan “mutual fund”

mempunyai makna saling menguntungkan (Nor Hadi, 2013:127),

reksadana berasal dari dua kata yaitu reksa yang berarti jaga atau

pelihara dan kata dana yang berarti uang. Sehingga reksadana dapat

diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara.

Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari

masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk

melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan kemampuan

terbatas untuk menghitung keuntungan dan risikonya (Martalena dan

Maya, 2011:83).

Dari pengertian di atas, reksadana merupakan investasi yang tepat

bagi investor pemula yang masih belum terlalu mengerti terkait

investasi dan juga tepat bagi investor yang tidak memiliki banyak

waktu untuk mengelola investasinya karena ada Manajer Investasi

yang mengelola investasi dari para investor tersebut.

22

Dalam UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27,

menyatakan bahwa “Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya

diinvestasikan kembali dalam bentuk portofolio efek oleh manajer

investasi”.

Jadi, reksadana merupakan sarana pengumpulan dana dari

sekumpulan investor untuk berinvestasi di instrumen investasi yang

tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana yang

selanjutnya dana tersebut dikelola oleh Manajer Investasi (MI)

kedalam portofolio baik berupa saham, obligasi, deposito berjangka,

pasar uang, dan sebagainya.

Portofolio efek sendiri adalah kumpulan surat-surat berharga

(obligasi) saham, surat-surat berharga komersial, dan lain-lain.

Sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya

mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola

portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah.

Ketentuan mengenai reksadana syariah ini terdapat pada Fatwa

Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.

20/DSN-MUI/IX/2000. Fatwa tersebut memuat antara lain:

a) Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang

bertentangan dengan Islam baik dari segi akad, pelaksanaan

investasi maupun dari segi pembagian keuntungan.

23

b) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang

sesuai dengan Islam, yang meliputi saham yang sudah melalui

penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat

laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum Islam

dan surat utang yang sesuai dengan Islam.

c) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah Islam anatara lain

tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada

keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta

memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-

barang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat.

Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan

prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas

(gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu,

penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau

menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi

orang dalam keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan

investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan

daripada modalnya.

d) Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana

syariah jika struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada

pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaan

yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang

terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%),

24

manajemen emiten diketahui melanggar prinsip-prinsip usaha yang

sesuai syariah.

e) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari akad wakalah

antara manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara

manajer investasi dengan pengguna investasi.

f) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh

manajer investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada

proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan

bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu

kepada si pemodal

2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan

3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung

risiko kerugian atas investasi yang telah dilakukan sepanjang

bukan karena kelalaian

Investasi di reksadana tidak mengahruskan para investornya untuk

mengelola secara langsung investasi yang dimilikinya, karena dalam

berinvestasi di reksadana syariah ada pihak-pihak yang bersedia untuk

mengelola investasi para investor. Menurut Martalena dan Maya

(2011:87) ada lima pihak yang terkait dengan reksadana, yaitu:

1) Manajer Investasi, yaitu pihak yang mengelola Reksadana. Pada

umumnya dilakukan oleh perusahaan sekuritas atau lembaga yang

sudah mendapatkan izin sebagai manajer investasi BAPEPAM.

25

Manajer Investasi ini bertugas untuk mengelola dan terus

memantau perkembangan dari reksadananya.

2) Bank Kustodian, yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili

kepentingan pemodal dalam mengawasi ketaatan manajer Investasi

terhadap Kontrak Kolektif Investasi (KIK), bertanggung jawab

untuk menyimpan aset reksadana, menjalankan transaksi efek

sesuai perintah Manajer Investasi, melaksanakan administrasi

Reksadana, menghitung Nilai Aktiva Bersih dan memelihara

catatan investor.

3) Auditor, yaitu pihak yang ditunjuk untuk memeriksa secara berkala

kegiatan pengelolaan dana, pembukuan dan perpajakan dari

investasi di reksadana.

4) Konsultan Hukum/Notaris, yaitu pihak yang memberikan opini

hukum terhadap pembentukan Reksadana dan membuat Kontrak

Investasi Kolektif (KIK)

5) Agen Penjual, yaitu pihak yang ditunjuk Manajer Investasi untuk

membantu memasarkan Reksadana kepada nasabah.

Reksadana terbagi menjadi beberapa jenis investasi untuk memilih

konsetrasi portofolionya. Berikut jenis konsentrasi portofolio

reksadana: (Andri Soemitra, 2014:194)

1) Reksadana Pasar Uang, yaitu reksadana yang melakukan investasi

pada pasar uang dengan efek yang jatuh tempo kurang dari satu

tahun. Reksadana ini merupakan reksadana dengan tingkat risiko

26

paling rendah, contoh reksadana syariah jenis ini adalah Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS), sertifikat deposito syariah,

sertifikat investasi mudharabah antar bank, dan surat berharga lain

dengan tempo kurang dari satu tahun yang menggunakan prinsip

syariah.

Reksadana pasar uang termasuk kedalam instrumen

investasi jangka pendek karena waktu jatuh temponya kurang dari

satu tahun dan bukan termasuk kedalam investasi pasar modal

yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari setahun.

2) Reksadana pendapatan tetap, yaitu reksadana yang melakukan

investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk

efek berbentuk obligasi syariah dan 20% dari dana yang dikelola

dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya.

Reksadana jenis ini memiliki risiko yang relatif lebih besar

dibanding dengan reksadana pasar uang dan memberikan imbal

hasil yang tetap.

3) Reksadana saham, yaitu reksadana yang melakukan investasi

sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek

bersifat ekuitas (saham) syariah dan 20% dari dana yang dikelola

dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya.

Reksadana ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi

dibandingkan dengan reksadana jenis lainnya dengan tingkat

return yang tinggi dan tidak tetap.

27

4) Reksadana campuran. Tidak seperti reksadana pasar uang,

pendapatan tetap, dan saham, reksadana jenis ini dapat melakukan

investasi baik pada efek bersifat ekuitas (saham) syariah dan

obligasi syariah dan porsi alokasi yang lebih fleksibel namun tidak

mengalokasikan dananya kepada investasi di pasar uang.

Dalam menentukan harga beli dan harga jual suatu reksadana alat

yang digunakan adalah dengan melihat Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari

reksadana tersebut. Menurut Heykal (2012:107), Nilai Aktiva Bersih

(NAB) ini menjadi tolok ukur dalam memantau hasil portofolio suatu

reksadana. NAB ini berguna untuk melihat reksadana mana yang tepat

dan menguntungkan untuk berinvestasi.

Dalam perhitungan NAB reksadana telah dimasukkan semua biaya

pengelolaan investasi oleh manajer investasi, biaya bank kustodian,

biaya akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan biaya-

biaya tersebut selalu dikurangkan dari reksadana setiap harinya

sehingga NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai

investasi yang dimiliki investor. (Andri Soemitra, 2014:187)

Para investor tidak perlu khawatir terkait biaya-biaya pengelolaan

reksadananya karena dalam perhitungan NAB akhir sudah dikurangi

dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan.

NAB reksadana pada suatu periode dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:

28

Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban

Nilai Aktiva Bersih per unit:

NAB per unit =

( )

Dimana:

Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu

NAB per unit = Nilai Aktiva Bersih per saham atau unit

penyertaan pada periode tertentu

2. Reksadana saham syariah

Reksadana saham syariah merupakan salah satu jenis dari

reksadana syariah, dimana reksadana saham syariah ini adalah

reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari

portofolio yang dikelolanya kedalam efek bersifat ekuitas (saham) dan

20% dari dana yang dikelola dinvestasikan pada instrumen lainnya.

Reksadana jenis ini memang memiliki tingkat risiko yang tinggi

dibanding dengan jenis saham lainnya, namun tingkat

pengembaliannya juga lebih tinggi (Huda dan Nasution, 2014:112).

Meskipun risiko yang ada pada reksadana saham terbilang tinggi

karena 80% investasi diinvestasikan pada ekuitas (saham) tapi hal ini

juga sebanding dengan tingkat pengembalian yang juga tinggi dari

pada jenis reksadana yang lain.

Saat ini per Agustus 2017 berdasarkan statistik pasar modal syariah

yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada 44 reksadana

saham syariah yang beredar dan tercatat di OJK.

29

D. Makroekonomi

Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang ilmu yaitu ekonomi

makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro adalah kajian ekonomi

mengenai aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro

adalah kajian terkait tingkah laku individual dalam ekonomi (Adiwarman

Karim, 2014:1).

Analisis dalam teori makroekonomi lebih menyeluruh atau lebih

global sifatnya, yaitu memerhatikan pada tindakan konsumen secara

keseluruhan, kegiatan keseluruhan pengusaha, dan perubahan-perubahan

keseluruhan dalam kegiatan ekonomi (Sadono Sukirno, 2013:4). Ruang

lingkup makroekonomi lebih luas dibandingkan dengan mikroekonomi,

dalam makroekonomi memerhatikan faktor-faktor yang dapat

memengaruhi perekonomian suatu negara.

1. Inflasi

Menjaga tingkat inflasi tetap berada pada titik rendah merupakan

salah satu tujuan jangka panjang pemerintah (Sadono Sukirno,

2013:333). Menurut Douglas (1982), secara umum inflasi adalah

kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode tertentu. Definisi

inflasi menurut para ekonom modern adalah kenaikan yang

menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan terhadap barang-

barang/komoditas dan jasa (Adiwarman Karim, 2014:135).

Inflasi merupakan salah satu faktor makroekonomi yang terus

menjadi perhatian pemerintah karena inflasi dapat memengaruhi

30

kegiatan perekonomian suatu negara, sehingga pemerintah harus selalu

menjaga agar inflasi tetap stabil. Tingkat inflasi yang tinggi

mempunyai dampak buruk bagi perekonomian suatu negara, menurut

para ekonom Islam, inflasi berakibat buruk karena:

1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka,

dan fungsi dari unit perhitungan.

2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung

dari masyarakat. Adanya inflasi yang tinggi dan dalam waktu lama

membuat masyarakat berpikir ulang untuk menabungkan uangnya

dan cenderung beralih untuk kegiatan konsumtif.

3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk

non-primer dan barang-barang mewah.

4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif, yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: logam mulia, mata uang

asing, tanah, bangunan, dan lainnya.

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk

mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya

adalah: (Rahardja dan Manurung, 2008:367)

1) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index).

Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang menunjukkan

tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam

satu periode tertentu. Cara perhitungan indeks ini dilakukan

31

dengan menghitung total pembelian atau konsumsi barang dan jasa

dalam satu periode. Rumus perhitungan IHK adalah sebagai

berikut:

Inflasi = ( )

X 100%

Dimana: Inflasi yang dimaksud adalha inflasi tahun yang dituju

dan adalah IHK tahun yang dituju dikurangi 1

2) Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index).

IHPB merupakan indeks yang menghitung tingkat inflasi

dari sisi produsen, IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima

produsen pada berbagai tingkat produksi. Rumus perhitungan

IHPB adalah sebagi berikut:

Inflasi = ( )

X 100%

3) Indeks Harga Implisit (GDP Deflator).

Perhitungan inflasi dengan indeks ini lebih mewakili

keadaan sebenarnya karena tidak terbatas pada beberapa ratus

barang dan jasa ataupun beberapa puluh kota saja. Rumus

perhitungan IHI adalah sebagai berikut:

Inflasi = ( )

X 100%

4) Alternatif dari Indeks Harga Impilisit. Alternatif ini digunakan

apabila perhitungan dengan IHI tidak dapat dilakukan karena tidak

memiliki data IHI. Pada saat tidak memiliki data IHI, hal ini bisa

diatasi karena memang prinsip dasar perhitungan inflasi

32

berdasarkan deflator PDB adalah membandingkan tingkat

pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil. Selisih

keduanya merupakan tingkat inflasi, atau dirumuskan dengan:

Inflasi = Pertumbuhan Nominal – Pertumbuhan Riil

2. Kurs

Setiap mata uang memiliki nilai atau harganya masing-masing

terhadap mata uang yang lain, harga dari mata uang disebut sebagai

kurs (exchange rate). Menurut Douglas (1982) dalam Adiwarman

Karim (2014:157), kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari

mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik

(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang

domestik dalam mata uang asing.

Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan

untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sadono Sukirno,

2013:397)

Kurs mempengaruhi perekonomian dan kehidupan kita sehari-hari

(Mishkin, 2011:107). Kurs dolar merupakan salah satu dari lima mata

uang yang diakui dunia memiliki pengaruh terhadap mata uang

lainnya. Ketika kurs dolar ini lebih berharga dari mata uang lain, maka

barang-barang luar negeri menjadi lebih murah bagi orang Amerika

dan menjadi mahal bagi orang asing. Begitu juga sebaliknya, ketika

kurs dolar mengalami penurunan nilai maka harga barang-barang luar

33

negeri menjadi lebih mahal bagi orang Amerika dan lebih murah bagi

orang asing.

Sistem kurs dalam sistem keuangan internasional digolongkan

menjadi dua jenis dasar yaitu kurs tetap (fixed) dan kurs mengambang

(floating). Sistem kurs tetap (fixed exchange rate regime), nilai mata

uang dibuat relatif terhadap nilai mata uang lain atau disebut mata

uang jangkar (anchor currency) sehingga kurs dibuat tetap. Sedangkan

dalam sistem kurs mengambang (floating exchange rate regime), nilai

mata uang dibiarkan berfluktuasi terhadap mata uang lainnya. Namun,

apabila negara-negara berupaya untuk memengaruhi kursnya dengan

membeli dan menjual mata uang, maka sistem tersebut dinamakan

dengan sistem mengambang terkendali (managed float rezime atau

dirty float) (Mishkin, 2011:148)

Dalam Islam, penyebab dari adanya fluktuasi pada nilai tukar suatu

mata uang digolongkan dalam dua kelompok, yaitu: (Adiwarman

Karim, 2014:167)

a. Natural exchange rate fluctuation yang terjadi didalam negeri.

Fluktuasi nilai tukar ini terjadi karena akibat dari perubahan-

perubahan yang terjadi pada permintaan agregat (AD) dan juga

akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada penawaran

agregat (AS).

b. Human error exchange rate fluctuation yang terjadi didalam

negeri. Fluktuasi nilai tukar ini terjadi karena beberapa hal, yaitu:

34

Korupsi dan buruknya administrasi, Excessive tax (pajak penjualan

yang tinggi) dan Excessive seignorage (pencetakan uang secara

berlebihan)

3. Produk Domestik Bruto (PDB)

Istilah Produk Domestik Bruto (PDB) dalam bahasa Inggris yaitu

Gross Domestic Product (GDP) yang merujuk pada pengertian yaitu

nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar yang diproduksi

oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan

menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam

perekonomian tersebut (Rahardja dan Manurung, 2008:224).

Dari pengertian tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) dapat

diartikan sebagai nilai keseluruhan output barang dan jasa yang

diproduksi di dalam wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu,

barang dan jasa yang dihitung adalah yang digunakan oleh pengguna

akhir dan bukan yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Dalam perhitungan PDB produksi barang dan jasa yang dihitung

tidak hanya yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara

tersebut tetapi oleh penduduk negara lain (Sadono Sukirno, 2013:34).

PDB dalam perhitungannya tidak memisahkan antara produksi yang

dilakukan oleh warga negara sendiri dengan warga negara asing, tetapi

menghitung secara keseluruhan jumlah produksi yang ada di

negaranya.

35

Persamaan identitas yang menggambarkan komponen-komponen

dari PDB (Mankiw, 2006:25) adalah sebagai berikut:

Y = C + I + G + NX

Dimana:

Y = Produk Domestik Bruto (PDB)

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Belanja Negara

NX = Ekspor Netto (ekspor – impor)

Pos pendapatan nasional membagi PDB/GDP menjadi empat pos

pengeluaran yaitu konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor

bersih (Mankiw, 2006:25). Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang

dibeli rumah tangga. Konsumsi ini dibagi menjadi tiga subkelompok

yaitu:

a) Barang tidak tahan lama, yaitu barang yang habis dipakai

dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian.

b) Barang tahan lama, yaitu barang-barang yang memiliki usia

panjang, seperti kendaraan.

c) Jasa meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh

individu dan perusahaan, seperti jasa dokter.

Sedangkan investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk

penggunaan masa depan. Government purchase/pembelian pemerintah

adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah, baik pemerintah

36

pusat, negara bagian, dan daerah, contohnya adalah pembelian

peralatan militer dan pemberian balas jasa kepada pegawai pemerintah.

Komponen terakhir dari PDB yaitu ekspor neto (net expors) adalah

nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi dengan

nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor neto

bernilai positif ketika ekspor lebih besar daripada impor, begitupun

sebaliknya.

Agar perhitungan PDB mendapatkan hasil yang akurat, maka

perhitungan PDB yang sering digunakan adalah berdasarkan konstan

dan bukan menggunakan harga berlaku (Rahardja dan Manurung,

2008:240). Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah,

dimana untuk memperoleh harga konstan maka harus menentukan

harga dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian berada pada

kondisi yang baik/stabil.

PDB harga konstan ini disebut juga PDB riil dimana dalam

perhitungannya menghilangkan pengaruh inflasi, sedangkan PDB

harga berlaku disebut dengan PDB nominal atau PDB harga yang

berlaku adalah harga pada saat itu (Rahardja & Manurung, 2008:240)

E. Indeks Saham

Pengertian indeks harga saham adalah perbandingan harga saham dari

waktu ke waktu untuk melihat apakah saham tersebut mengalami kenaikan

atau sebaliknya (Pasaribu dan Kowanda, 2014:58). Indeks harga saham

merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga

37

saham. Dalam pasar modal, indeks harga saham diharapkan memiliki lima

fungsi yaitu: (Abdul Hamid, 2009:51)

a. Sebagai indikator trend saham

b. Sebagai indikator tingkat keuntungan

c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio

d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif

e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Anoraga dan Pakarti (Pasaribu dan Kowanda, 2014:58)

indeks harga dibedakan menjadi dua yaitu indeks harga saham

individu dimana indeks ini hanya menunjukan perubahan dari satu

harga saham suatu perusahaan untuk mengukur kinerja suatu saham

tertentu terhadap harga dasarnya dan indeks harga saham gabungan

dimana indeks ini menunjukkan pergerakan harga saham secara umum

yang tercatat di bursa efek untuk melihat apakah harga saham

mengalami kenaikan atau penurunan.

IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur

kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga

saham ada yang dikeluarkan secara resmi oleh bursa efek bersangkutan

dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media

masa keuangan, institusi keuangan dan lain-lain (Nor Hadi, 2013:188)

IHSG menjadi salah satu tolok ukur perhitungan rata-rata harga

saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam

38

perhitungannya, IHSG menggunakan semua saham yang tercatat pada

bursa efek. Berbeda dengan JII yang hanya memasukkan saham yang

sesuai dengan prinsip syariah.

IHSG dapat dirumuskan menjadi: (Nor Hadi, 2013:188)

IHSG = ( )

X 100%

2. Jakarta Islamic Index (JII)

Salah satu indeks saham syariah yang ada di Indonesia dan menjadi

tolok ukur perhitungan indeks harga rata-rata saham yang memenuhi

kriteria syariah adalah Jakarta Islamic Index atau yang biasa disebut

JII. JII ini dibentuk dengan tujuan agar dapat meningkatkan

kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis

syariah yang jauh dari unsur ribawi dan memberikan manfaat bagi

pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi

di bursa efek. JII ini menjadi tolok ukur dalam memilih portofolio

saham yang halal.

Setiap saham yang terdaftar di JII sudah terlebih dulu dilakukan

proses penyaringan dan pemenuhan kriteria syariah. Kriteria syariah

ini mengacu pada fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Kriteria investasi Islami

berdasarkan MUI yaitu: (Abdul Hamid, 2009:54)

a. Usaha dan produk usaha yang tidak bertentangan dengan syariah,

yaitu selain usaha perjudian dan permainan yang tergolong

perjudian, lembaga keuangan ribawi, makanan dan minuman

39

haram serta produk dan jasa yang merusak moral dan bersifat

mudarat.

b. Perusahaan dengan sumber dana dari hutang tidak lebih dari 30%

dari rasio modalnya.

c. Pendapatan bunga yang diterima oleh perusahaan tidak lebih dari

15%

d. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah

piutang dagangnya atau piutang total tidak lebih dari 50%.

Selain kriteria syariah, ada dua syarat lagi yang harus dipenuhi

emiten untuk masuk kedalam JII, yaitu pertama saham emiten harus

memiliki nilai kapitalisasi yang cukup tinggi di bursa, terlihat dari

jumlah saham yang dikeluarkan dan kedua adalah harga saham

perlembar mempunyai harga yang bagus serta saham yang diterbitkan

harus sering ditransaksikan (likuid) (Abdul Hamid, 2009:57).

F. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi keadaan

pasar dan keadaan pasar dapat mempengaruhi pemodal. Dalam

memperkirakan arah gerakan pasar dan berapa lama perubahan tersebut

akan terjadi dapat dilakukan dengan memperkirakan gejala-gejala

perekonomian di masa yang akan datang (Martalena dan Maya Malinda,

2011:48). Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor

perekonomian menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar

modal.

40

1. Inflasi

Inflasi menjadi salah satu faktor makro ekonomi yang berpengaruh

terhadap pasar modal. Menurut (Martalena dan Maya, 2011:48), tingkat

inflasi mempunyai pengaruh terhadap pasar modal karena indikator

moneter dapat dipergunakan untuk memperkirakan kondisi pasar dan

kebijakan moneter mempunyai dampak penting bagi perekonomian

maupun harga saham.

Naiknya tingkat inflasi menyebabkan investor mengharapkan

imbal hasil yang besar untuk mengimbangi dampak yang disebabkan

yaitu kenaikan harga-harga. Namun, peningkatan inflasi berimbas pada

menurunnya nilai tabungan investor, sehingga investor akan cenderung

menahan diri untuk berinvestasi yang berisiko tinggi yang akhirnya

penurunan kegiatan investasi ini berdampak pada menurunnya imbal

hasil investasi yang diperoleh investor (Maria dkk, 2014:100). Menurut

penelitian yang dilakukan Rowland dan Dionysia, inflasi berimplikasi

negatif dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

pengembalian reksadana saham (Pasaribu dan Kowanda, 2014:66).

Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastri

(2010) serta Kasyfurrohman Ali dan Dr. Irfan Syauqi Beik (2012)

dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap reksadana syariah karena

peningkatan inflasi membuat bank sentral memberi respon dengan

menaikkan suku bunga dan bonus insentif SBIS untuk mengurangi

41

jumlah uang beredar. Kenaikan bonus ini yang menarik perhatian

investor yang menginginkan return yang tinggi untuk berinvestasi pada

reksadana syariah yang kemudian meningkatkan NAB reksadana

syariah (Ali dan Beik, 2012:16).

2. Kurs

Selain inflasi, faktor makro ekonomi lainnya adalah nilai tukar

rupiah (kurs). Menurut Suta (2000) (Rachman dan Mawardi, 2015:987),

fluktuasi dari nilai tukar rupiah mempengaruhi iklim investasi dalam

negeri khususnya pada pasar modal. Dalam jurnalnya disebutkan bahwa

nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana saham

syariah. Apabila nilai tukar rupiah (kurs) menurun, maka hutang yang

harus dibayar oleh emiten meningkat, investasi menurun sehingga

kinerja emiten juga ikut menurun yang akibatnya harga saham menurun

dan berimbas pada menurunnya Net Asset Value (NAV) (Rachman dan

Mawardi, 2015:992).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Beik (2012)

menyimpulkan bahwa kurs memiliki pengaruh terhadap NAB

Reksadana Syariah, di mana ketika rupiah menguat maka akan

meningkatkan minat investor untuk menginvestasikan dananya di

reksadana saham syariah.

3. Produk Domestik Bruto

Variabel makro ekonomi yang terakhir dalam penelitian ini yaitu

Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

42

Hastri (2010), Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh signifikan

terhadap NAB reksadana pendapatan tetap. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hastri, penelitian yang dilakukan oleh Ismail

(2013) dalam Tesisnya menyimpulkan bahwa PDB tidak memiliki

pengaruh yang signifikan perkembangan reksadana syariah di

Indonesia.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seharusnya berhubungan

positif dengan reksadana saham karena IHSG adalah benchmark

agregat dari seluruh fluktuasi saham yang ada. IHSG menjadi

benchmark bagi saham yang ada dan terdaftar di dalam indeks tersebut

baik saham konvensional maupun yang berbasis syariah (Pasaribu dan

Kowanda, 2014:58). Dalam penelitian yang dilakukannya tampak

bahwa IHSG berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat

pengembalian reksadana. Namun, berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hastri (2010) serta Ali dan Beik (2012) yang

menyimpulkan bahwa IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap reksadana pendapatan tetap.

5. Jakarta Islamic Index (JII)

Jika IHSG menjadi benchmark dari seluruh saham yang ada dan

terdaftar dalam indeksnya, maka berbeda dengan Jakarta Islamic

Indeks (JII) yang hanya berisi daftar saham yang sesuai dengan

ketentuan syariah. Menurut (Anif dkk, 2014:61), Jakarta Islamic Index

43

(JII) menjadi tolok ukur dalam menilai kinerja investasi pada saham

yang berbasis syariah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukakn

oleh Annisa Sholihah (2008) dan Iza (2016) yang menyimpulkan bahwa

JII memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB kinerja

reksadana syariah. Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kasyfurrohman dan Dr. Irfan Syauqi, dalam penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa JII tidak berpengaruh signifikan

terhadap reksadana syariah (Ali dan Beik, 2012:16).

44

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar acuan dalam rangka penysunan penelitian ini. Berikut penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/tahun Judul Perbedaan Kesimpulan

1. Hastri

Nudianti/2010

Analisis Pengaruh IHSG,

SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi

Terhadap Kinerja Reksadana

Pendapatan Tetap

Perbedaan pada variabel

dependen yang digunakan dalam

penelitian tersebut yaitu kinerja

Reksadana pendapatan tetap dan

variabel independen yang

digunakan yaitu adanya variabel

SBI dan tidak adanya variabel

JII dalam penelitian tersebut

1. IHSG tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap

2. SBI berpengaruh positif yang

signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap

3. Kurs berpengaruh negatif yang

signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap

45

4. PDB berpengaruh positif yang

signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap

5. Inflasi berpengaruh positif yang

signifikan terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap

2. Kasyfurrohman

dan Dr. Irfan

Syauqi

Beik/2012

Pengaruh Makroekonomi

Terhadap Reksadana Syariah

Adanya perbedaan pada jenis

reksadana yang digunakan untuk

variabel independen, serta

perbedaan pada variabel GDP

sebagai variabel independen

yang tidak ada dalam penelitian

tersebut

1. Kurs berpengaruh signifikan

terhadap NAB reksadana syariah

2. Inflasi berpengaruh signifikan

dan positif terhadap NAB

reksadana syariah

3. SBIS berpengaruh signifikan

terhadap NAB reksadana syariah

4. IHSG berpengaruh signifikan

terhadap NAB reksadana syariah

5. JII tidak berpengaruh signifikan

terhadap reksadana syariah

3. Rowland Pengaruh Suku Bunga Perbedaan pada dasar penelitian 1. Tingkat suku bunga SBI

berpengaruh signifikan terhadap

46

Bismark

Fernando

Pasaribu/2014

Sertifikat Bank Indonesia,

Tingkat Inflasi, Indeks Harga

Saham Gabungan, dan Bursa

Asing terhadap Tingkat

Pengembalian Reksadana

Saham

yaitu sisi syariah dan pada

variabel independen yang

digunakan dalam penelitian

tersebut yaitu SBIS dan bursa

asing serta tidak adanya variabel

JII, PDB dan kurs sebagai

variabel independen dalam

penelitian tersebut

tingkat pengembalian reksadana

2. Inflasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat

pengembalian reksadana

3. IHSG berpengaruh signifikan

terhadap tingkat pengembalian

reksadana

4. Bursa asing berpengaruh

signifikan terhadap tingkat

pengembalian reksadana

4. Ainur Rachman

dan Imron

Mawardi/2015

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar

Rupiah, BI Rate terhadap Net

Asset Value Reksadana

Saham Syariah

Perbedaan pada variabel

independen yang digunakan

dalam penelitian tersebut yaitu

BI Rate dan tidak adanya

variabel PDB dan Indeks Saham

(IHSG dan JII)

1. Inflasi secara parsial tidak

berpengaruh signfikan terhadap

NAV reksadana saham syariah

2. Nilai tukar rupiah secara parsial

berpengaruh signfikan terhadap

NAV reksadana saham syariah

47

3. BI Rate secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap

NAV reksadana saham syariah

5. Ismail Rasyid

Ridla/2013

Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Perkembangan Reksadana

Syariah di Indonesia

Perbedaan pada reksadana

syariah yang digunakan. Dalam

penelitian ini, reksadana yang

digunakan adalah hanya

reksadana saham syariah serta

terdapat perbedaan pada variabel

bebas yang digunakan yaitu

variabel suku bunga dan bagi

hasil yang tidak digunakan

dalam penelitian ini

1. Suku bunga berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap reksadana syariah di

Indonesia

2. Bagi hasil berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

reksadana syariah di Indonesia

3. Produk Domestik Bruto

(PDB) tidak berpengaruh

terhadap reksadana syariah di

Indonesia

48

4. Nilai tukar rupiah tidak

berpengaruh terhadap

reksadana syariah di Indonesia

49

H. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, makroekonomi (Inflasi, Kurs mata uang dan

Produk Domestik Bruto) dan indeks saham (IHSG dan JII) diduga

berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham

syariah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat

pengaruh variabel independen yaitu Inflasi, Kurs mata uang, Produk

Domestik Bruto, IHSG, dan JII terhadap variabel dependen yaitu Nilai

Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham syariah baik secara parsial

(sendiri) maupun secara simultan (bersama).

Kerangka konseptual berdasarkan uraian diatas adalah sebagai

berikut:

50

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Variabel Dependen

Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana

Saham Syariah (Y1)

Analisis Signifikansi Makroekonomi dan Indeks Saham terhadap Nilai Ativa

Bersih Reksadana Saham Syariah (Periode Januari 2012 – Desember 2017)

Inflasi

Kurs

Produk Domestik Bruto

Indeks Harga Saham

Gabungan

Jakarta Islamic Index

Variabel Independen

Metode Analisis: Data Panel

Pemilihan Model Data Panel

Random Effect

Fixed Effect

Common Effect

Uji Chow

Uji Hausman

Hasil Pangujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

51

I. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan

suatu hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu

penelitian sebagai berikut:

1. 1 : Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah.

1 : Variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana

saham syariah.

2. 2 : Variebel Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah.

2 : Variabel Kurs berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana

saham syariah.

3. 3 : Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah.

3 : Variabel PDB berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana

saham syariah.

4. 4 : Varieabel IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah.

4 : Variabel IHSG berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana

saham syariah.

5. 5 : Variabel JII tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah.

52

5 : Variabel JII berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana

saham syariah.

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yaitu

menggunakan data dan mengolah data untuk diteliti. Penelitian ini dimulai

dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian, mengolah data hingga menginterpretasikan hasil dari

pengolahan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai pokok

permasalahan dalam penenlitian.

Ruang lingkup penenlitian ini adalah melihat pengaruh inflasi, nilai

tukar (kurs) dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel makro

ekonomi dan Indeks Saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Reksadana Saham Syariah selama periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2017.

Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data bulanan,

sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

panel. Data panel yaitu gabungan atau kombinasi dari data runtun waktu

(time series) di mana data yang digunakan lebih dari satu tahun dan data

silang (cross section) di mana data yang digunakan tidak hanya satu

perusahaan. Data panel ini sering disebut juga dengan pooled data

(pooling time series dan cross-section), micropanel data, longitudinal

54

data, event history analysis, dan cohort analysis (Ghozali dan Ratmono,

2013:231).

B. Metode Penentuan Sampel

Metode dalam penelitian ini untuk penentuan sampel adalah

dengan menggunakan judgment sampling. Metode judgment sampling ini

merupakan metode penentuan data atas dasar strategi dan pertimbangan

pribadi (Hamid, 2012:64). Metode ini digunakan untuk mendapatkan

sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam

penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu:

1) Reksadana syariah berjenis saham dan terdaftar di OJK

2) Efektif sebelum atau pada periode Januari 2012

3) Masih beroperasi sampai dengan Desember 2017

Sesuai dengan kriteria yang ada, terdapat delapan (8) saham yang

memenuhi ketiga kriteria tersebut yaitu:

Tabel 3.1

Daftar Reksadana Saham Syariah yang Digunakan dalam

Penelitian

No Reksadana Manajer Investasi Tanggal Efektif

1 TRIM Syariah Saham PT. Trimegah Asset

Management

26 Desember

2006

2 Batavia Dana Saham

Syariah

PT. Batavia

Prosperindo Aset

Manajemen

16 Juli 2007

3 PNM Ekuitas Syariah PT. PNM Investment

Management

26 Juli 2007

55

4 CIMB-Principal Islamic

Equity Growth Syariah

PT. CIMB-Principal

Asset Management

06 Agustus 2007

5 Mandiri Investa

Atraktif Syariah

PT. Mandiri

Manajemen Investasi

19 Desember

2007

6 Cipta Syariah Equity PT. Ciptadana Asset

Management

16 April 2008

7 Manulife Syariah

Sektoral Amanah

PT. Manulife Aset

Manajemen Indonesia

16 Januari 2009

8 BNP Paribas Pesona

Syariah

PT.BNP Paribas

Investment Partners

09 April 2007

Sumber: Statistik Pasar Modal Syariah-OJK

C. Metode Pengumpulan Data

Didalam pengumpulan data, penulis menggunakan statistik

inferensial yaitu pengumpulan dari hasil penelitian melalui artikel-artikel

ekonomi, buku-buku, jurnal-jurnal, internet, dan sumber lainnya.

Kemudian data-data tersebut menjadi informasi yang digunakan untuk

penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Sekunder

Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data

yang bersifat sekunder dengan skala bulanan selama periode Januari

2012 sampai dengan Desember 2017. Data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai.

Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah:

a. NAB Reksadana Saham Syariah dari Pusat Data Kontan

56

Data Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah bulanan delapan

(8) perusahaan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung dari

website pusatdata.kontan.co.id.

b. Inflasi dari Bank Indonesia

Sumber data Inflasi bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh

langsung dari website Bank Indonesia.

c. Kurs dari Bank Indonesia

Data kurs bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung

dari website Bank Indonesia.

d. PDB dari Badan Pusat Statistika

Data PDB bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh langsung

dari data Bank Indonesia.

e. IHSG dari Bursa Efek Indonesia

Data IHSG bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh dari data

Bursa Efek Indonesia.

f. JII dari Bursa Efek Indonesia

Data JII bulanan dari tahun 2012-2017 diperoleh dari data

Bursa Efek Indonesia

2. Library Research

Library Research atau studi kepustakaan merupakan metode

pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis

literature yang bersumber dari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel-artiket,

dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian guna mendapatkan

57

landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian

dengan cara membaca literatur dan mengutip bahan-bahan yang

berkaitan dengan penelitian.

D. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitan ini adalah salah satu dari jenis

reksadana syariah sebagai instrumen pasar modal yaitu reksadana

saham syariah. Reksadana saham syariah merupakan reksadana yang

80% investasinya diinvestasikan kedalam ekuitas (saham). (Andri

Soemitra, 2014:195)

Didalam menilai kinerja reksadana syariah yang menjadi tolok

ukur dalam penilaiannya adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net

Asset Value (NAV). Data NAB/NAV reksadana saham syariah

diperoleh langsung dari website Pusat Data Kontan yaitu

www.pusatdata.kontan.co.id. Sedangkan data yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan data NAB bulanan delapan (8) perusahaan

selama bulan Januari 2012 sampai Desember 2017.

2. Variabel Independen

a. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus

menerus yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat

karena ingkat pendapatan secara riil menurun. Dalam penelitian ini

58

indikator inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi setiap

bulannya.

Data yang digunakan merupakan data bulanan dari Januari

2012 sampai Desember 2017 yang bersumber dari data yang

dipublikaskan oleh Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.

b. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Kurs merupakan nilai tukar mata uang yang

mempresentasikan tingkat harga pertukaran mata uang satu ke

mata uang lainnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah

kurs jual rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia selama periode Januari 2012 sampai

Desember 2017. Data yang digunakan bersumber dari website

Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.

c. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai

keseluruhan output barang dan jasa yang diproduksi didalam

wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu, barang dan jasa yang

dihitung adalah yang digunakan oleh pengguna akhir dan bukan

yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Dalam penelitian ini, data PDB diambil dari www.bps.go.id.

dengan menggunakan data bulanan yang merupakan hasil

interpolasi dari data triwulan PDB yang ada di Bank Indonesia.

59

Data yang digunakan adalah data dari Januari 2012 sampai

Desember 2017.

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu

indeks yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai

indikator pergerakan saham yang terdaftar didalam BEI. Dalam

penelitian ini data yang digunakan bersumber dari www.idx.co.id.

dengan menggunakan periode data bulanan dari Januari 2012

sampai Desember 2017.

e. Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang proses

penyaringannya berdasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN), dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment Manajement

sebagai respon untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait

investasi berbasis syariah.

Dalam penelitian ini, harga penutupan saham setiap

bulannya yang digunakan sebagai data dalam penelitian dengan

periode bulanan dari Januari 2012 sampai Desember 2017

bersumber dari www.idx.co.id.

E. Metode Analisis Data

Pada analisa data perlu adanya suatu persamaan dasar berdasarkan

suatu rumus matematika yang menunjukkan hubungan antara variabel

60

yang diketahui dengan variabel yang tidak diketahui. Variabel yang

diketahui disebut independen variabel atau yang mempengaruhi sedangkan

variabel belum diketahui disebut dependen variabel atau variabel yang

dipengaruhi. Variabel yang mempengaruhi dirumuskan dengan variabel-

variabel X dan variabel yang dipengaruhi disebut variabel Y. Dalam

penelitian ini variabel independen atau yang mempengaruhi adalah inflasi,

nilai tukar (kurs), PDB, IHSG, dan JII. Sedangkan variabel yang

dipengaruhi adalah NAB reksadana saham syariah sebagai variabel

dependen.

Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh antara variabel-variabel

tersebut dalam penelitian ini digunakan alat regresi data panel dengan

menggunakan program komputer Eviews versi 9 dan Microsoft Excel

2003. Regresi menunjukkan pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

Persamaan regresi data panel adalah:

= + + + + + +…. + +

Model persamaan pada penelitian ini adalah:

= + + + + + +

NAB = NAB Reksadana Saham Syariah

= Konstanta

= Koefisien Variabel Independen

Inflasi = Tingkat Kenaikan Harga

Kurs = Nilai Tukar Mata Uang

61

PDB = Produk Domestik Bruto

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

JII = Jakarta Islamic Index

ɛ = Koefisien Error

Adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Estimasi Model Regresi Data Panel

Sebelum melakukan pengujian model regresi data panel, dalam

membuat regresi ini dapat menggunakan tiga pendekatan yaitu:

a. Common Effect Model

Dalam menguji model regresi data panel, hal

pertama yang harus dilakukan adalah dengan pendekatan

model common effect. Model common effect ini hanya

mengkombinasikan data time series dan cross section (pool

data) sehingga kita tidak dapat melihat perbedaan baik

antar waktu maupun antar individu. Data yang sudah

digabungkan kemudian diestimasi dengan menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat

terkecil untuk mengestimasi model data panel.

b. Fixed Effect Model

Selanjutnya adalah dengan menggunakan

pendekatan model fixed effect. Teknik yang digunakan

dalam model ini adalah teknik variabel dummy untuk

62

menangkap perbedaan intecept antar pada perusahaan.

Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya perbedaan budaya

kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian antar

perusahaan memiliki slope yang sama. Model estimasi ini

sering juga disebut dengan teknik Least Square Dummy

Variable (LSDV).

c. Random Effect Model

Model random effect ini digunakan untuk mengatasi

kelemahan dari model fixed effect yang menggunakan

variabel dummy. Model ini mengestimasi data panel yang

variabel residual diduga memiliki hubungan antar waktu

dan antar subjek. Namun metode analisis data panel dengan

model random effect ini harus memenuhi persyaratan yaitu

jumlah cross section harus lebih besar daripada variabel

penelitian.

2. Pemilihan Model Regresi Data Panel

Selanjutnya dari tiga pendekatan ini dilakukan pengujian model

regresi, pengujiannya yaitu:

a. Uji Chow

Uji chow ini dilakukan untuk menentukan model common

effect atau fixed effect yang digunakan dalam estimasi. Untuk

mengujinya dapat digunakan F-test dengan melihat nilai

probabilitasnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan nilai

63

alpha (ɑ) sebesar 5% dalam menentukan keputusan dean hipotesa,

yaitu:

= Model Common Effect

= Model Fixed Effect

Jika nilai probabilitas chi-square < nilai ɑ (0,05) maka tolak

berarti model regresi yang digunakan adalah fixed effect model

dan sebaliknya. Namun jika ditolak maka model fixed effect

harus diuji lagi untuk memilih model apakah menggunakan fixed

effect atau random effect.

b. Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan ketika pada Uji Chow yang diterima

adalah model fixed effect, uji ini bertujuan untuk menentukan

apakah menggunakan model fixed effect atau random effect.

Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan

Chi Square statistic sehingga keputusan pemilihan dapat

ditentukan dengan cara statistik. Nilai ɑ dari uji ini adalah 5%

dengan hipotesis:

= Random Effect Model

= Fixed Effect Model

Jika nilai probabilitas chi-square < nilai ɑ (0,05) maka tolak

berarti model regresi yang digunakan adalah fixed effect model

dan sebaliknya.

64

c. Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel

a. Uji t-test

Uji t-test ini dilakukan untuk melihat pengaruh secara

signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Uji t-test ini dilakukan dengan hipotesis:

= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap variabel dependen

= Variabel independen berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap variabel dependen

Uji t-test dalam penelitian ini dapat dilihat pada nilai

probabilitas t-statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai

probabilitas t-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi, maka

diterima yang berarti variabel independen tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap variabel dependen. Begitupun

sebaliknya. Jika nilai probabilitas t-statistic lebih kecil dari

tingkat signifikansi, maka diterima yang berarti variabel

independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

variabel dependen.

b. Uji F-test

Uji F-test ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Adapun hipotesis F-test adalah sebagai berikut:

65

= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan

secara simultan terhadap variabel dependen

= Variabel independen berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap variabel dependen

Uji F-test dalam penelitian ini dapat dilihat pada nilai

probabilitas F-statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai

probabilitas F-statistic lebih besar dari tingkat signifikansi, maka

diterima yang berarti variabel independen tidak berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Begitupun

sebaliknya. Jika nilai probabilitas F-statistic lebih kecil dari

tingkat signifikansi, maka diterima yang berarti variabel

independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

variabel dependen.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi mencari seberapa besar variasi

variabel independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variasi

variabel dependen. Koefisien determinasi (R-squared) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah adjusted R-squared.

Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan lebih dari satu

variabel independen.

Nilai dari koefisien determinasi berkisar antara nol sampai

dengan satu (0–1), sehingga dikatakan baik apabila diatas 0,5.

66

Nilai ini dapat naik turun apabila satu variabel independen

ditambahkan pada model.

67

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Reksadana Saham Syariah

Sejarah reksadana syariah di Indonesia yaitu pada tanggal 3 Juli

1997 oleh PT Danareksa Investment Management di mana peluncuran

tersebut menjadi awal dari perkembangan investasi syariah di pasar

modal. Meskipun self regulatory organization belum mengeluarkan

secara resmi instrumen yang terkait dengan pasar modal syariah, tetapi

reksadana ini mendapat sambutan baik dari para pelaku pasar yang

memag menginginkan instrumen halal di pasar modal (Anif dkk,

2014:61).

Pada tanggal 3 Juli 2000, produk syariah di pasar modal secara

resmi diawali dengan dikeluarkannya Jakarta Islamic Index (JII) yang

meliputi 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai syariah

dan penentuan kriteria pemilihan saham melibatkan pihak Dewan

Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Mangement. Penggunaan

JII ini dijadikan tonggak awal perkembangan pasar modal syariah di

Indonesia, bukan ketika PT Danareksa mengeluarkan reksadana karena

saat itu belum ada aturan resmi (Anif dkk, 2014:61).

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari

bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2017. Untuk reksadana

68

saham syariah sendiri yang digunakan adalah reksadana yang sudah

terdaftar di BAPEPAM sebelum Januari 2012 dan masih aktif sampai

dengan Desember 2017. Adapun data NAB reksadana saham syariah

rata-rata tahunan dari tahun 2012 sampai 2017 tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan

Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Batavia 1598,84 1829,24 1882,56 1819,48 1905,74 1973,61

Trimegah 1332,01 1480,33 1568,93 1552,18 1635,77 1692,95

PNM 1475,09 1567,15 1585,85 1442,77 1373,34 1426,81

CIMB 1405,84 1524,11 1596,63 1523,49 1502,25 1506,31

Mandiri 1254,8 1287,17 1270,87 1228,65 1275,48 1283,08

Ciptadana 1629,95 1850,77 2038,96 2051,68 2124,93 2167,18

Manulife 3068,37 3428,79 3639,78 3513,44 3735,06 3839,2

BNP Paribas 1988,59 2292,95 2441,66 2326,33 2446,31 2607,42

Sumber: Data diolah, 2018

Kedelapan reksadana saham syariah di atas terpilih karena

reksadana saham syariah tersebut yang memenuhi kriteria penulis dan

menjadi objek dalam penelitian ini. Dari masing-masing reksadana

saham syariah tersebut akan dilihat Nilai Aktiva Bersih (NAB)

bulanan selama periode penelitian enam tahun. Secara grafik dapat

terlihat sebagai berikut:

69

Gambar 4.1

Grafik NAB Reksadana Saham Syariah Tahunan Selama

Periode 2012-2017

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, nilai NAB Reksadana Saham

Syariah tahun 2012 adalah NAB manulife sebesar Rp. 3068,37 dan

terendah adalah NAB Mandiri sebesar 1254,8. Di tahun 2013 semua

NAB reksadana saham syariah mengalami kenaikan. Sedangkan di

tahun 2014 hanya satu reksadana saham syariah yang mengalami

penurunan nilai NAB yaitu Reksadana Saham Mandiri dari Rp.

1287,17 di tahun 2013 menjadi Rp. 1270,87 di tahun 2014.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari masing-masing reksadana ini

mengalami naik turun tiap tahunnya, hal ini dikarenakan ada beberapa

faktor yang mempengaruhinya, variabel makroekonomi dan indeks

saham diduga menjadi faktor yang mempengaruhi NAB reksadana

saham syariah ini.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

2012 2013 2014 2015 2016 2017

batavia

trimegah

pnm

cimb

mandiri

ciptadana

manulife

bnp paribas

70

2. Tingkat Inflasi di Indonesia

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus menerus

dalam kurun waktu tertentu, inflasi ini menjadi salah satu dari variabel

makroekonomi yang diduga mempengaruhi NAB reksadana saham

syariah.

Tabel 4.2

Inflasi di Indonesia 2012-2017

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3,65 4,57 8,22 6,96 4,14 3,49

Februari 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83

Maret 3,97 5,9 7,32 6,38 4,45 3,61

Apr 4,5 5,57 7,25 6,79 3,6 4,17

Mei 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33

Juni 4,53 5,9 6,7 7,26 3,45 4,37

Juli 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88

Agustus 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82

Sept 4,31 8,4 4,53 6,83 3,07 3,72

Oktober 4,61 8,32 4,89 6,25 3,31 3,58

Nopember 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58 3,3

Desember 4,3 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61

Sumber: Bank Indonesia 2018

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa inflasi di Indonesia

dalam kurun waktu enam tahun mengalami peningkatan dan

penurunan, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada Agustus 2013 dengan

ingkat inflasi mencapai 8,79% dan tingkat terendah terjadi pada

Agustus 2016 dengan tingkat inflasi sebesar 2,79%.

3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Nilai tukar rupiah atau biasa disebut dengan kurs dapat

didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu

71

banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata

uang asing (Sukirno, 2013, hal. 397). Semakin kuat nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS maka semakin menguat juga perekonomian

Indonesia.

Berikut Tabel 4.3 menunjukkan tingkat kurs rupiah selama tahun

2012-2017.

Tabel 4.3

Tingkat Kurs Rupiah 2012-2017

(dalam Ribu Rupiah)

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 9.109,14 9.687,33 12.179,7 12.579,1 13.889,1 13.358,7

Februari 9.025,76 9.686,65 11.935,1 12.749,8 13.515,7 13.340,8

Maret 9.165,33 9.709,42 11.427,1 13.066,8 13.193,1 13.345,5

Apr 9.175,5 9.724,05 11.435,8 12.947,8 13.179,9 13.306,4

Mei 9.290,24 9.760,91 11.525,9 13.140,5 13.419,7 13.323,4

Juni 9.451,14 9.881,53 11.892,6 13.313,2 13.355,1 13.298,3

Juli 9.456,59 10.073,4 11.689,1 13.374,8 13.118,8 13.342,1

Agustus 9.499,84 10.572,5 11.706,7 13.781,8 13.165 13.341,8

Sept 9.566,35 11.346,2 11.890,8 14.396,1 13.118,2 13.303,5

Oktober 9.597,14 11.366,9 12.144,9 13.795,9 13.017,2 13.526

Nopember 9.627,95 11.613,1 12.158,3 13.672,6 13.310,5 13.527,4

Desember 9.645,89 12.087,1 12.438,3 13.854,6 13.417,7 13.556,4

Sumber: Bank Indonesia, 2018

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar

AS selalu mengalami perubahan. Sampai pada Desember 2017 nilai

tukar rupiah terhadap dollar AS melemah menjadi Rp. 13.556,4/US $

dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp. 13.417,7/US $ per

Desember 2016.

72

4. Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah keseluruhan

output barang dan jasa yang di produksi dalam suatu negara.

Perhitungan PDB produksi barang dan jasa yang dihitung tidak hanya

yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi

oleh penduduk negara lain (Sukirno, 2013, hal. 34).

Tabel 4.4

Produk Domestik Bruto Menurut Harga Berlaku di Indonesia

Tahun 2012-2017

(dalam Milyar Rupiah)

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 609.822,2 648.336,8 682.248 715.580 750.922 788.458

Februari 618.635,7 651.948,2 685.233 718.307 753.671 791.462

Maret 627.122,4 658.110,6 691.104 724.153 760.087 798.256

Apr 635.282,2 670.800,2 704.143 737.594 775.892 814.705

Mei 643.115,2 679.082,6 712.571 746.315 785.349 824.678

Juni 650.621,3 686.933,8 720.672 754.795 794.181 834.042

Juli 662.767 699.344,2 733.724 768.342 807.378 848.013

Agustus 665.894,6 702.590,6 737.210 772.356 811.218 852.246

Sept 664.970,7 701.663,2 736.409 772.145 810.691 851.958

Oktober 651.910,3 688.685,5 723.518 760.514 798.149 847.148

Nopember 648.946,7 685.318 719.996 757.252 794.625 837.818

Desember 647.995,1 683.684,1 718.039 755.163 792.470 823.966

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata PDB tiap tahunnya

mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PDB rata-rata sebesar

643923,6 meningkat menjadi 679708,15 di tahun 2013. Sampai pada

tahun 2017, rata-rata PDB mencapai 826062 milyar rupiah.

73

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu

tolok ukur perhitungan rata-rata harga saham yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Saham yang tercatat dalam IHSG merupakan

saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berikut Tabel 4.5 yang menunjukkan perubahan Indeks Harga

Saham setiap bulan selama kurun waktu enam tahun (2012-2017).

Tabel 4.5

Indeks Harga Saham Gabungan 2012-2017

(dalam Ribu Rupiah)

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 3.941,69 4.453,7 4.418,76 5.289,4 4.615,16 5.294,1

Februari 3.985,21 4.795,79 4.620,22 5.450,29 4.770,96 5.386,69

Maret 4.121,55 4.940,99 4.768,28 5.518,67 4.845,37 5.568,11

Apr 4.180,73 5.034,07 4.840,15 5.086,42 4.838,58 5.685,3

Mei 3.832,82 5.068,63 4.893,91 5.216,38 4.796,87 5.738,15

Juni 3.955,58 4.818,9 4.878,58 4.910,66 5.016,65 5.829,71

Juli 4.142,34 4.610,38 5.088,8 4.802,53 5.215,99 5.840,94

Agustus 4.060,33 4.195,09 5.136,86 4.509,61 5.386,08 5.864,06

Sept 4.262,56 4.316,18 5.137,58 4.223,91 5.364,8 5.900,85

Oktober 4.350,29 4.510,63 5.089,55 4.455,18 5.422,54 6.005,78

Nopember 4.276,14 4.256,44 5.149,89 4.446,46 5.148,91 5.952,14

Desember 4.316,69 4.274,18 5.226,95 4.593,01 5.296,71 6.355,65

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa IHSG terus

mengalami perubahan. Jika dilihat dari rata-rata tahunannya, IHSG

tahun 2014 sebesar 4937,46 mengalami penurunan di tahun 2015

menjadi 4875,21. Kemudian rata-ratanya meningkat di tahun 2016

menjadi 5059,89 dan tahun 2017 menjadi 5785,12.

74

6. Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks saham syariah yang

menjadi tolok ukur bagi saham yang berbasis syariah. JII terdiri atas 30

saham yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dengan adanya

JII ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk

berinvestasi di pasar modal syariah.

Tabel 4.6

Jakarta Islamic Index 2012-2017

(dalam Ribu Rupiah)

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Januari 562,53 604,61 602,87 706,68 612,75 689,32

Februari 566,75 645,22 626,86 722,1 641,86 698,08

Maret 584,06 660,34 640,41 728,2 652,69 718,35

Apr 575,09 670,94 647,67 664,8 653,26 738,19

Mei 525,05 676,58 656,83 698,07 648,85 733,69

Juni 544,19 660,16 655 656,99 694,34 749,6

Juli 573,73 623,75 690,4 641,97 726,61 748,37

Agustus 569,93 592 691,13 598,28 746,87 746,26

Sept 600,84 585,59 687,62 556,09 739,69 733,3

Oktober 619,27 615,71 670,44 586,1 739,91 728,69

Nopember 588,78 579,87 683,02 579,8 682,71 713,66

Desember 594,79 585,11 691,04 603,35 694,13 759,07

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2018

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas terlihat bahwa JII terus mengalami

perubahan. Sama seperti IHSG, JII dilihat dari rata-rata tahunannya

mengalami penurunan di tahun 2015 sebesar 16,7383 dari tahun

sebelumnya. Namun kemudian mengalami peningkatan di tahun 2016

menjadi 686,1932 dan 729,715 di tahun 2017.

75

B. Analisis dan Pembahasan

1. Hasil Estimasi Model Data Panel

a. Pendekatan Common Effect

Estimasi common effect atau bisa disebut juga pooled least

square merupakan regresi yang paling sederhana dalam data panel

dengan hanya mengkombinasikan data time series dan cross

section. Tabel 4.7 menunjukkan hasil dari pendekatan pooled least

square/common effect.

Tabel 4.7

Regresi Data Panel Pooled Least Square

Variabel t-Statistik Prob.

INFLASI -4,407681 0.0000

KURS 1,960212 0.0505

PDB -2,798819 0.0053

IHSG 0,344490 0.7306

JII 1,654318 0,0986

Adjusted R-Square 0.084884

b. Pendekatan Fixed Effect

Pendekatan fixed effect merupakan model estimasi yang

dapat menunjukkan perbedaan konstanta antar objek, meskipun

dengan koefisien regresor yang sama. Karena kondisi tiap objek

saling berbeda, bahkan kondisi satu objek pada suatu waktu akan

berbeda dengan kondisi objek di waktu yang lainnya. Tabel 4.8

merupakan hasil dari pendekatan model fixed effect.

76

Tabel 4.8

Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Variabel t-Statistik Prob.

INFLASI 3,878590 0.0001

KURS 0,563624 0.5732

PDB -4,646832 0.0000

IHSG -0,786358 0.4320

JII 12,29134 0.0000

Adjusted R-Square 0.975054

F-statistic 1873,924

Prob(F-statistic) 0.000000

c. Pendekatan Random Effect

Model random efek digunakan untuk mengatasi kelemahan

dari model efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga

model mengalami ketidakpastian. Model random efek

menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar

waktu dan antar objek. Tabel 4.9 merupakan hasil dari regresi data

panel dengan model random efek.

77

Tabel 4.9

Regresi Data Panel Random Effect Model

Variabel t-Statistik Prob.

INFLASI 3,865683 0.0001

KURS 0,569664 0.5691

PDB -4,653360 0.0000

IHSG -0,784756 0.4329

JII 12,29007 0.0000

Adjusted R-Square 0.714347

F-statistic 288,5865

Prob(F-statistic) 0.000000

2. Hasil Pemilihan Model Data Panel

a. Uji Chow

Pengujian ini dilakukan untuk memilih model antara pooled

least square dan fixed effect dalam analisis regresi data panel. Uji

chow ini dilakukan dengan membandingkan nilai alpha terhadap

probabilitas dari Cross-section Chi-square. Jika nilai probabilitas

Chi-square lebih kecil dari nilai alpha, maka model yang

digunakan adalah fixed effect dengan hipotesa sebagai berikut:

: Model Pooled Least Square

: Model Fixed Effect

Dari hasil regresi berdasarkan model PLS dan fixed effect

diperoleh hasil uji chow yang ada pada tabel 4.10

78

Tabel 4.10

Hasil Uji Chow

Effect Test Statistic d.f Prob.

Cross-section F 2906,725955 (7,563) 0.0000

Cross-section Chi-square 2082,171273 7 0.0000

Sumber: Data diolah, 2018

Dari hasil uji chow terlihat bahwa nilai probabilitas dari Chi-

square lebih kecil dari nilai α yaitu sebesar 0.0000 < 0.05. maka

dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut menolak dan menerima

yang berarti model yang diterima adalah fixed effect.

Selanjutnya adalah menentukan model terbaik antara fixed effect

dengan random effect dengan melakukan uji hausman.

b. Uji Hausman

Pengujian hausman digunakan untuk menentukan model

yang tepat untuk digunakan, apakah menggunakan model fixed

effect atau model random effect. Uji hausman dilakukan dengan

membandingkan nilai probabilitas dari cross-section random. Jika

probabilitasnya lebih besar dari nilai α, maka terima yang

berarti model random effect ada model yang tepat untuk

digunakan. Hipotesa dari uji hausman ini adalah sebagai berikut:

: Model Random Effect

: Model Fixed Effect

Dari hasil regresi fixed effect dan random effect, diperoleh

hasil uji hausman pada tabel 4.11 berikut

79

Tabel 4.11

Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f Prob.

Cross-section random 0.000000 5 1.0000

Sumber: Data dolah, 2018

Dari hasil uji hausman tersebut terlihat bahwa nilai

probabilitas cross-section lebih besar dari α yaitu sebesar 1.000 >

0.05 yang artinya adalah model yang tepat untuk digunakan dalam

pengujian ini adalah model random effect.

3. Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Data Panel

a. Pengujian Pengaruh Variabel Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs),

Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap NAB Reksadana

Saham Syariah secara parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji tiap variabel bebas

yaitu inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII apakah memiliki pengaruh

secara masing-masing terhadap variabel terikatnya yaitu NAB

reksadana saham syariah. pengujian ini dlakukan dengan

membandingkan nilai probabilitas dari masing-masing variabel

terhadap nilai signifikansinya yaitu 5% atau 0.05.

80

Tabel 4.12

Hasil Uji Regresi dengan Random Effect

Model

Variabel

Random Effect

Coefficient t-Statistic Prob.

C 5,195171 8,337103 0.0000

Inflasi 0,005982 3,865683 0.0001

Kurs 0,020927 0,569664 0.5691

PDB -0,355024 -4,653360 0.0000

IHSG -0,065452 -0,784765 0.4329

JII 1,154286 12,29007 0.0000

Sumber: Data diolah, 2018

1) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap NAB Reksadana Saham

Syariah

Dari tabel 4.12 terlihat bahwa variabel bebas inflasi

berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel terikat

yaitu NAB reksadana saham syariah. Hal ini dapat dilihat dari

nilai probabilitas inflasi yaitu 0.0001 < ɑ (0.05) dan koefisien

positif sebesar 0,005982 yang berarti kenaikan inflasi

mendorong adanya peningkatan NAB reksasana saham syariah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hastri Nurdianti (2010) yang mengatakan

bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap dan penelitian kedua yang

dilakukan oleh Kasyfurrohman Ali dan Dr Irfan Syauqi Beik

81

(2012) yang mengemukakan bahwa inflasi berpengaruh

signifikan dan positif terhadap NAB reksadana syariah.

Menurut Ali dan Syauqi Beik hal ini terjadi karena pada saat

inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan

meningkatkan suku bunga dan bonus insentif SBIS untuk

mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang

menarik minat investor yang menginginkan return yang tinggi

untuk berinvestasi pada reksadana syariah sehingga NAB

reksadana syariah mengalami peningkatan.

Untuk mengimbangi adanya inflasi (kenaikan harga), para

investor akan menginvestasikan dananya di reksadana saham

syariah yang memiliki keuntungan paling tinggi diantara

reksadana jenis lainnya.

Kenaikan inflasi yang masih tergolong rendah juga dan

yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator

bagi pertumbuhan ekonomi sehingga menaikkan semangat

kerja, pendapatan nasional dan minat menabung masyarakat.

2) Pengaruh Variabel Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap NAB

Reksadana Saham Syariah

Variabel kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas kurs < ɑ

yaitu 0.5691 > 0.05 dengan koefisien sebesar 0,020927 yang

82

berarti variabel kenaikan atau penurunan kurs tidak

berpengaruh terhadap NAB reksadana saham syariah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ismail Rasyid (2013) yang menyimpulkan

bahwa kurs tidak berpengaruh terhadap reksadana syariah.

Perubahan yang terjadi pada nilai tukar mata uang tidak

mempengaruhi minta dan kepercayaan investor untuk

menabung di pasar modal syariah terutama reksadana saham

syariah.

3) Pengaruh Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap

NAB Reksadana Saham Syariah

Variabel PDB berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas PDB >

ɑ yaitu 0.0000 < 0.05 dengan koefisien negatif sebesar -

0,355024 yang berarti perubahan kenaikan pada PDB memiliki

pengaruh terhadap penurunan NAB reksadana saham syariah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hastri (2010) yang menyimpulkan bahwa PDB

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan

reksadana syariah di Indonesia.

PDB yang merupakan keseluruhan output barang dan jasa

disuatu negara tanpa melihat apakah di produksi oleh warga

negara sendiri atau warga negara asing yang mana apabila

83

banyak produsen asing maka hasil keuntungannya akan

dialihkan ke negara asalnya.

4) Pengaruh Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

terhadap NAB Reksadana Saham Syariah

Variabel IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah terlihat dari nilai probabilitas IHSG >

ɑ yaitu 0.4329 < 0.05 yang berarti perubahan pada IHSG tidak

memiliki pengaruh terhadap peningkatan atau penurunan NAB

reksadana saham syariah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Hastri

(2010) yang menyimpulkan bahwa IHSG tidak memiliki

pengaruh terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap dan

dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kasyfurrohman Ali dan Irfan Syauqi Beik (2012) dalam

jurnalnya yang menyimpulkan bahwa dalam IHSG tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reksadana syariah.

IHSG menunjukkan pergerakan harga saham secara umum

yang tercatat di bursa efek apakah mengalami kenaikan atau

penurunan, yang artinya saham yang terdaftar di dalam IHSG

tidak dikhususkan pada saham syariah saja, tetapi saham

konvesnsional termasuk didalamnya. Sehingga perubahan yang

terjadi pada IHSG tidak mempengaruhi minat investor yang

percaya pada investasi syariah untuk menginvestasikan

84

dananya di Reksadana Saham Syariah sehingga tidak

berpengaruh juga terhadap NAB Reksadana Saham Syariah.

5) Pengaruh Variabel Jakarta Islamic Index (JII) terhadap NAB

Reksadana Saham Syariah

Variabel JII berpengaruh signifikan dan positif terhadap

NAB reksadana saham syariah terlihat dari probabilitas JII < ɑ

yaitu 0.0000 < 0.05 dan koefisien positif sebesar 1,154286

yang berarti kenaikan variabel JII mendorong peningkatan

NAB reksadana saham syariah.

Hasil penelitian ini didukung oleh Annisa Sholihah (2008)

dan Iza Nur (2016) yang menyimpulkan bahwa JII memiliki

pengaruh yang signifikan dan positif terhadap NAB reksadana

saham syariah karena JII merupakan tolok ukur dalam menilai

kinerja investasi pada saham berbasis syariah.

JII yang merupakan acuan dalam menilai kinerja investasi

berbasis syariah perubahannya akan mempengaruhi minat

investor yang ingin menginvestasikan dananya terutama pada

reksadana saham syariah. Apabila indeks saham JII mengalami

peningkatan, maka akan meningkatkan pula minat investor

untuk menginvestasikan dananya di Reksadana Saham Syariah.

b. Uji Signifikansi Simultan (serentak)

Uji signifikansi simultan (serentak) dilakukan untuk mengetahui

apakah semua variabel bebas dalam model memiliki pengaruh secara

85

serentak (simultan) terhadap NAB reksadana saham syariah pada tahun

2012 - 2017 dengan melihat nilai probabilitas dari F-statistic dan nilai

alpha.

Tabel 4.13

Uji F-Statistic

Prob (F-Statistic) 0,0000

F-statistic 288,5865

Sumber: Data diolah, 2018

Dari hasil regresi signifikansi inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII

terhadap NAB reksadana saham syariah terlihat bahwa nilai

probabilitas dari F-statistic < nilai ɑ yaitu 0.0000 < 0.05. berdasarkan

hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa variabel bebas yaitu inflasi, kurs,

PDB, IHSG, dan JII memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana saham syariah dalam kurun waktu 2012 – 2017.

c. Uji Koefisien Determinan (Adjusted )

Koefisien determinasi menunjukkan sejauh mana variabel bebas

dapat menerangkan variabel terikatnya. Besar nilai berkisar dari 0

sampai 1, nilai koefisien determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukkan

variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dengan baik atau

kuat. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil regresi dari variabel

makroekonomi dan indeks saham terhadap NAB reksadana saham

syariah selama kurun waktu 2012 – 2017.

86

Tabel 4.14

Nilai Adjusted

R-squared 0,716831

Adjusted R-squared 0,714347

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, terlihat bahwa nilai koefisien

determinan menunjukkan angka 0,714347 yang memiliki arti bahwa

variabel makroekonomi (inflasi, kurs dan PDB) dan indeks saham

(IHSG dan JII) mampu menjelaskan 71,43% NAB reksadana saham

syariah dan sisanya 28,57% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di

luar model.

4. Model Penelitian

Berdasarkan hasil uji regresi data panel yang telah dilakukan

sebelumnya, model yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model random effect. Berikut Tabel 4.15 menunjukkan hasil regresi data

panel dengan model random effect.

Tabel 4.15

Nilai Koefisien Variabel

Variabel Coefficient

C 8,337103

Inflasi 0,005982

Kurs 0,020927

PDB -0,355024

IHSG -0,065452

87

JII 1,154286

Random Effect (Cross)

Batavia -0,005865

BNP Paribas 0,262449

CIMB -0,199545

Ciptadana 0,067221

Mandiri -0,374352

Manulife 0,650739

PNM -0,221298

Trimegah -0,179348

Sumber: Data diolah, 2018

Persamaan model regresi antara variabel inflasi, kurs, PDB, IHSG,

dan JII terhadap NAB reksadana saham syariah:

= 5,159171 + 0,0059822 + 0,020927 – 0,355024

- 0,065452 + 1,154286 +

Interpretasi tiap variabel bebas dari model tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai konstanta (C) dalam model tersebut menunjukkan angka sebesar

5,159171 yang artinya jika variabel independen (inflasi, kurs, PDB,

IHSG, dan JII) pada observasi NAB reksadana saham syariah i dan

tahun t adalah konstan, maka nilai NAB reksadana saham syariah

sebesar 5,159171.

b. Nilai koefisien variabel inflasi sebesar 0,005982 menunjukkan adanya

hubungan positif dari variabel inflasi terhadap variabel NAB reksadana

88

saham syariah yang artinya jika inflasi naik sebesar 1% akan

menaikkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,005982.

c. Nilai koefisien variabel kurs sebesar 0,020927 menunjukkan adanya

hubungan positif dari variabel kurs terhadap variabel NAB reksadana

saham syariah yang artinya jika kurs naik sebesar 1% akan menaikkan

NAB reksadana saham syariah sebesar 0,020927.

d. Nilai koefisien variabel PDB sebesar -0,355024 menunjukkan adanya

hubungan negatif dari variabel PDB terhadap variabel NAB reksadana

saham syariah yang artinya jika PDB naik sebesar 1% akan

menurunkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,355024.

e. Nilai koefisien variabel IHSG sebesar -0,065452 menunjukkan adanya

hubungan positif dari variabel IHSG terhadap variabel NAB reksadana

saham syariah yang artinya jika IHSG naik sebesar 1% akan

menaikkan NAB reksadana saham syariah sebesar 0,065452.

f. Nilai koefisien variabel JII sebesar 1,154286 menunjukkan adanya

hubungan positif dari variabel JII terhadap variabel NAB reksadana

saham syariah yang artinya jika JII naik sebesar 1% akan menaikkan

NAB reksadana saham syariah sebesar 1,154286.

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas terlihat bahwa masing-masing

perusahaan memiliki nilai koefisien yang berbeda-beda, berikut

persamaan model dan analisisnya:

a. Persamaan Model Regresi PT. Batavia Prosperindo Aset

Manajemen dengan Reksadana Batavia Dana Saham Syariah.

89

= -0,005865 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di Batavia Dana Saham

Syariah sebesar -0,005865.

b. Persamaan Model Regresi PT. BNP Paribas Investment

Management dengan Reksadana Syariah BNP Paribas Pesona

Syariah.

= 0,262449 + 0,0059822 +

0,020927 – 0,355024 - 0,065452 +

1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di Syariah BNP Paribas

Pesona Syariah sebesar 0,262449.

c. Persamaan Model Regresi PT. CIMB-Principal Asset Management

dengan Reksadana CIMB-Principal Islamic Equity Growth

Syariah.

= -0,199545 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

90

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di CIMB-Principal Islamic

Equity Growth Syariah sebesar -0,199545.

d. Persamaan Model Regresi PT. Ciptadana Asset Management

dengan Reksadana Cipta Syariah Equity.

= 0,067221 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di Cipta Syariah Equity

sebesar 0,067221.

e. Persamaan Model Regresi PT. Mandiri Manajemen Investasi

dengan Reksadana Mandiri Investa Atraktif Syariah.

= -0,374352 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di Mandiri Investa Atraktif

Syariah sebesar -0,374352.

91

f. Persamaan Model Regresi PT. Manulife Aset Manajemen

Indonesia dengan Reksadana Manulife Syariah Sektoral Amanah.

= 0,650739 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di Manulife Syariah

Sektoral Amanah sebesar 0,650739.

g. Persamaan Model Regresi PT. PNM Investment Management

dengan Reksadana PNM Ekuitas Syariah.

= -0,221298 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di PNM Ekuitas Syariah

sebesar -0,221298.

h. Persamaan Model Regresi PT. Trimegah Asset Management

dengan Reksadana TRIM Syariah Saham.

= -0,179348 + 0,0059822 + 0,020927

– 0,355024 - 0,065452 + 1,154286 +

92

Model tersebut menunjukkan bahwa jika variabel

independen berubah 1% maka akan berpengaruh terhadap tingkat

NAB antar perusahaan dan antar waktu di TRIM Syariah Saham

sebesar -0,179348.

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap NAB reksadana saham

syariah dengan nilai probabilitas inflasi sebesar 0,0001 < 0,05 dan

koefisien sebesar 0,0059822 yang berarti kenaikan inflasi satu persen

akan menaikkan NAB reksadana saham syariah.

2. Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham

syariah dengan nilai probabilitas kurs sebesar 0,5691 > 0,05 dan

koefisien sebesar 0,020927 yang berarti penguatan kurs satu persen

tidak akan berpengaruh pada NAB reksadana saham syariah.

3. Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh signifikan negatif

terhadap NAB reksadana saham syariah dengan nilai probabilitas

produk domestik bruto sebesar 0,0000 < 0,05 dan koefisien sebesar -

0,355024 yang berarti perubahan PDB satu persen menurunkan NAB

reksadana saham syariah.

94

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berpengaruh signifikan

terhadap NAB reksadana saham syariah dengan nilai probabilitas

IHSG yaitu 0.4329 > 0.05 yang berarti perubahan satu persen IHSG

tidak memiliki pengaruh terhadap NAB reksadana saham syariah.

5. Jakarta Islamic Index berpengaruh signifikan dan positif terhadap

NAB reksadana saham syariah dengan probabilitas JII < ɑ yaitu

0.0000 < 0.05 dan koefisien positif sebesar 1,154286 yang berarti

kenaikan variabel JII mendorong peningkatan NAB reksadana saham

syariah.

6. Inflasi, kurs, PDB, IHSG, dan JII secara simultan dapat

mempengaruhi NAB reksadana saham syariah dengan nilai

probabilitas dari F-statistic 0.0000 < 0.05 dan nilai Adjusted R-Square

sebesar 0,714347 yang berarti semua variabel bebas dalam model

memiliki pengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham syariah

dan dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 71,4347%.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran atau

masukan diantaranya:

Pertumbuhan reksadana saham syariah yang pesat perlu mendapat

perhatian tidak hanya dari pemerintah tetapi berbagai pihak yang terkait

seperti manajer investasi dan pihak pengelola lainnya, juga dari para

investor untuk terus percaya dan menginvestasikan dananya di reksadana

saham syariah.

95

Pemerintah sebagai pengambil kebijakan diharapkan mampu

mengembangkan potensi dari reksadana saham syariah ini, melihat

mayoritas masyarakat Indonesia merupakan penduduk muslim menjadikan

Indonesia memiliki potensi besar bagi berkembangnya reksadana saham

syariah. Selain itu, sosialisasi mengenai reksadana saham syariah dirasa

perlu untuk dilakukan mengingat minimnya pengetahuan masyarakat

mengenai reksadana saham syariah khususnya dan pasar modal syariah

pada umumnya.

JII yang merupakan indeks saham syariah dan dketahui memiliki

pengaruh dengan koefisien positif dan paling besar diantara variabel

lainnya oleh pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia diharapkan dapat

menjaga dan meningkatkan kinerja dari saham-saham syariah yang ada di

JII agar kestabilan investasi syariah tercapai dan dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap investasi syariah.

96

DAFTAR PUSTAKA

Anif, et. all. “Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi Islam”.

Gres Publishing, Jakarta, 2014.

Aviva, Nur I. “Pengaruh JUB, SBIS, dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah Periode 2011–2015”. Islamic Banking School, 2016.

Kasyfurrohman, Ali dan Beik, Irfan S. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap

Reksadana Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam Republika, 16, 2012.

Ghozali, Imam dan Ratmono, Dwi. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika:

Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8”. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.

Hadi, Nor. “Pasar Modal: Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di Instrumen

Keuangan Pasar Modal”. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013.

Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,

2009.

Heykal, Mohamad. “Investasi Syariah”. PT Elex Media Komputindo, Jakarta,

2012

Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa E. “Investasi pada Pasar Modal Syariah”.

Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2014.

Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami”. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,

2014.

Manan, Abdul. “Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal

Syariah Indonesia”. Prenada Media Grup, Jakarta, 2009.

Mankiw, Gregory N. “Makroekonomi.”. Erlangga, Jakarta, 2006.

Martalena dan Malinda, Maya. “Pengantar Pasar Modal”. Andi, Yogyakarta,

2011.

Maulana, Akbar. “Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi terhadap Kinerja

Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 2004-2012”. Jurnal Ilmu

Manajemen Vol. 1. No. 3, 2013.

97

Miskhin, Frederic S. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”.

Salemba Empat, Jakarta, 2011.

Mitha, Choirum dan Laila, Nishfu. “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap

Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi

Syariah Teori dan Terapan Vol. 04. No. 02, Februari, 2017

Nurdianti, Hastri. “ Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB dan Inflasi

terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Skripsi, Jakarta, 2010.

Pasaribu, Bismark R. dan Kowanda, D. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat

Inflasi, IHSG, dan Bursa Asing terhadap Tingkat Pengembalian

Reksadana Saham”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol. 25. No. 1,

April, 2014.

Rachman, Ainur dan Mawardi, Imron. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI

Rate terhadap Net Asset Value Reksadana Saham Syariah”. JESIT Vol.

2. No. 12, Desember, 2015.

Rahardja, P. dan Manurung, M. “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi dan

Makroekonomi”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta, 2008.

Rasyid, Ismail R. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Reksadana Syariah di Indonesia”. Tesis, Sumatra Utara, 2013.

Saraswati, Fitria. “Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan

Jumlah Unag Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.

Skripsi, Jakarta 2013.

Soemitra, Andri M. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Prenada Media

Grup, Jakarta, 2014.

Sukirno, S. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Rajawali Pers, Jakarta, 2013.

Utami, Herlina. “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap Saham Syariah”.

Jurnal an-Nisbah Vol. 04, No. 01, Oktober, 2017.

Utami, M. L. dan Jakarta, U. A. “Faktor Eksternal dan Internal yang

Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksa Dana Campuran Di

Indonesia”. Media Ekonomi dan Manajemen Vol. 29. No.2, Juli, 2014.

http://www.wikipedia.org/Pengertian_Nilai_Aktiva_Bersih diakses 06 Oktober

2017.

98

http://www.infovesta.com/Perkembangan%20Reksadana%20Syariah.html diakses

07 Oktober 2017.

http://www.infovesta.com/kinerja%20reksadana%20saham%20syariah%202017.h

tml diakses 08 Oktober 2017.

http://www.wikipedia.org/pengertian_inflasi diakses 08 Oktober 2017.

http://www.infovesta.com/indeks%20harga%20saham.html diakses 13 Oktober

2017

Undang-undang:

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN MUI) No.

20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk

Reksadana Syariah.

Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27 Tentang

Pasar Modal.

99

LAMPIRAN

Lampiran 1

Data NAB Delapan Reksadana Saham Syariah Terpilih

Tahun Batavia BNP

Paribas CIMB ciptadana mandiri manulife PNM trimegah

Jan-12 1483,28 1864,25 1392,46 1543,44 1234,1 2897,36 1484,39 1239,27

Feb-12 1534,93 1907,07 1413,19 1584,67 1258,94 2980,09 1540,51 1264,85

Mar-12 1623,47 1984,14 1445,98 1644,78 1297,04 3127,35 1568,83 1356,16

Apr-12 1686,86 1995,51 1445,25 1631,96 1276,02 3106,88 1554,31 1390,37

Mei-12 1490,48 1835,28 1308,12 1507,7 1161,74 2827,35 1396,18 1232,57

Jun-12 1532,71 1897,33 1338,44 1548,49 1192,66 2927,23 1399,91 1268,82

Jul-12 1620,59 2000,31 1396,06 1641,93 1248,12 3087,12 1457,85 1349,14

Agu-12 1554,26 1960,28 1363,09 1608,71 1220,34 2984,44 1349,92 1276,92

Sep-12 1641,55 2076,03 1426,27 1682,79 1282,14 3140,8 1413,38 1358,02

Okt-12 1674,14 2135,24 1463,08 1723,72 1313,23 3294,85 1491,61 1405,29

Nov-12 1686,56 2091,48 1447,98 1721 1291,57 3231,33 1548,06 1425,1

Des-12 1657,29 2116,16 1430,1 1720,19 1281,67 3215,64 1496,09 1417,63

Jan-13 1720,81 2163,57 1466,28 1752,56 1295,22 3282,6 1495,35 1443,28

Feb-13 1868,18 2333,01 1563,75 1834,28 1378,63 3506,1 1576,62 1556,21

Mar-13 1935,17 2427,59 1627,35 1943,05 1440,57 3603,71 1641,92 1647,68

Apr-13 2025,23 2505,73 1679,33 1995,44 1470,72 3747,37 1739,76 1649,24

Mei-13 2134,2 2617,75 1727,42 1999,24 1516,68 3834,44 1828,73 1707,91

Jun-13 1946,37 2479,47 1644,93 1899,05 1392,16 3664,49 1655,48 1581,13

Jul-13 1836,77 2309,69 1552,03 1779,65 1284,39 3465,97 1547,15 1474,19

Agu-13 1719,79 2125,33 1411,98 1810,1 1136,5 3231,55 1481,25 1340,69

Sep-13 1707,21 2134,68 1408,15 1783,66 1132,17 3197,05 1478,5 1337,83

Okt-13 1755,32 2227,12 1469,57 1851,38 1180,47 3342,3 1527,46 1393,06

Nov-13 1643,69 2095,18 1370,73 1800,61 1106,99 3129,6 1428,2 1309,23

Des-13 1658,1 2096,31 1367,83 1760,26 1111,5 3140,27 1405,36 1323,45

Jan-14 1728,21 2164,46 1413,46 1799,54 1138,32 3259,44 1393,29 1354,81

Feb-14 1785,29 2272,59 1488,83 1887,44 1191,98 3411,26 1465,77 1430,66

Mar-14 1882,33 2339,29 1527,95 1931,12 1236 3535,68 1543,9 1500,04

Apr-14 1842,56 2374,79 1535,3 1946 1249,44 3571,48 1570,28 1526,62

Mei-14 1834,94 2427,6 1548,93 1987,42 1272,44 3631,14 1600,04 1554,71

Jun-14 1797,43 2418,13 1532,91 2005,5 1259,61 3601,99 1588,62 1533,94

Jul-14 1935,44 2562,15 1649,92 2140,54 1328,27 3804,46 1660,64 1639,49

Agu-14 1962,51 2568,2 1681,61 2132,57 1330,85 3822,21 1652,76 1650,46

Sep-14 1952,34 2527,23 1648,4 2117,63 1294,34 3736,87 1641,19 1630,97

Okt-14 1919,03 2492,05 1634,37 2117,86 1282,33 3690,89 1599,52 1624,36

Nov-14 1958,38 2556,88 1725,97 2192,02 1322,28 3780,87 1629,98 1665,54

100

Des-14 1992,2 2596,51 1771,85 2209,89 1344,6 3831,04 1684,26 1715,51

Jan-15 2028,36 2629,6 1787,61 2228,75 1369,51 3901,74 1700,78 1739,55

Feb-15 2063,2 2655,08 1813,56 2263,87 1396,1 3987,37 1704,59 1763,71

Mar-15 2004,48 2613,45 1738,7 2250,94 1373,78 3909,1 1661,88 1728,66

Apr-15 1902,39 2422,29 1618,3 2135,1 1288,26 3612,28 1567,62 1623,37

Mei-15 1955,71 2496,56 1665,96 2241,1 1339,59 3765,96 1598,1 1676,54

Jun-15 1834,07 2329,63 1538,44 2097,22 1249,39 3528,11 1491,49 1560,55

Jul-15 1819,39 2282,4 1492,68 2065,49 1206,28 3468,82 1423,76 1544,48

Agu-15 1690,17 2096,49 1360,38 1896,59 1110,44 3215,61 1306,71 1428,37

Sep-15 1585,13 1978,69 1266,79 1790,77 1057,61 3020,82 1230,92 1345,53

Okt-15 1652,13 2123,63 1331,33 1902,28 1116,55 3236,82 1236,17 1410,59

Nov-15 1615,28 2100,84 1313,9 1849,62 1097,39 3207,23 1183,38 1378,53

Des-15 1683,43 2187,31 1354,18 1898,38 1138,87 3307,4 1207,79 1426,23

Jan-16 1704,83 2176,01 1363,71 1901,67 1142,64 3300,7 1226,74 1464,57

Feb-16 1765,05 2231,43 1416,31 1989,98 1181,5 3455,36 1275,32 1524,44

Mar-16 1794,67 2328,53 1433,04 2059,55 1219,33 3557,28 1311,4 1553,06

Apr-16 1806,16 2341,14 1427,19 2072,16 1222,84 3571,6 1319,68 1566,85

Mei-16 1844,88 2347,37 1432,6 2046,47 1220,72 3543,47 1319,78 1582,92

Jun-16 1957,35 2498,27 1526,88 2173,89 1305,47 3768,03 1403,92 1686,77

Jul-16 2047,08 2654,96 1598,17 2254,56 1362,45 4050,86 1464,7 1758,58

Agu-16 2048,58 2627,09 1635,44 2290,45 1376,65 4015,62 1482,82 1751,95

Sep-16 2040,62 2598,98 1610,32 2257,69 1348,2 3956,29 1447,14 1726,85

Okt-16 2058,47 2624,15 1606,49 2249,26 1370,28 4018,6 1461,23 1740,58

Nov-16 1892,12 2437,17 1485,72 2090,82 1277,26 3780,79 1380,13 1628,2

Des-16 1909,03 2490,67 1491,11 2112,63 1278,44 3802,15 1387,18 1644,42

Jan-17 1904,93 2494,76 1489,96 2100,93 1270,31 3756,22 1363,21 1628,5

Feb-17 1904,57 2537,4 1491,33 2113,63 1268,83 3816,72 1362,51 1640,31

Mar-17 1952,69 2591,77 1506,31 2141,48 1282,31 3861,4 1399,9 1673,69

Apr-17 1999,38 2658,38 1549,09 2191,4 1302,02 3905,46 1441,58 1715,51

Mei-17 1975,52 2630,19 1526,78 2186,5 1295,13 3832,46 1444,5 1706,65

Jun-17 2013,48 2675,45 1554,53 2220,18 1310,13 3870,28 1446,81 1732,44

Jul-17 1997,83 2641,36 1518,92 2209,4 1293,52 3862,75 1462,38 1729,17

Agu-17 2006,02 2664,3 1519,71 2220,83 1297,45 3903,16 1461 1724,18

Sep-17 1977,87 2620,84 1505,98 2185,04 1274,66 3838,16 1440,95 1699,01

Okt-17 1955,28 2609,09 1483,12 2178,35 1270,92 3850,64 1443 1678,56

Nov-17 1908,32 2530,3 1436,85 2075,8 1236,78 3720,32 1395,73 1652,57

Des-17 2018,79 2635,15 1493,08 2182,64 1294,92 3852,81 1460,11 1734,79

101

Lampiran 2

Data PDB Triwulan (Milyar Rupiah)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Triwulan I 1855580 1958396 2058585 2158040 2264680 2378176

Tiwulan II 1929019 2036817 2137386 2238704 2355422 2473425

Triwulan III 1993632 2103598 2207344 2312844 2429286 2552217

Triwulan IV 1948852 2057688 2161553 2272929 2385244 2508932

Lampiran 3

Output Pooled Least Square

Dependent Variable: Y?

Method: Pooled Least Squares

Date: 07/17/18 Time: 18:51

Sample: 2012M01 2017M12

Included observations: 72

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? -0.031007 0.007035 -4.407681 0.0000

KURS? 0.416378 0.212415 1.960212 0.0505

PDB? -1.227047 0.438416 -2.798819 0.0053

IHSG? 0.173475 0.503570 0.344490 0.7306

JII? 0.939174 0.567710 1.654318 0.0986

C 12.76498 3.450977 3.698948 0.0002 R-squared 0.092841 Mean dependent var 7.513339

Adjusted R-squared 0.084884 S.D. dependent var 0.320128

S.E. of regression 0.306240 Akaike info criterion 0.481464

Sum squared resid 53.45612 Schwarz criterion 0.526840

Log likelihood -132.6616 Hannan-Quinn criter. 0.499160

F-statistic 11.66711 Durbin-Watson stat 0.010713

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4

Output Fixed Effect Model

Dependent Variable: Y?

Method: Pooled Least Squares

Date: 07/17/18 Time: 18:52

Sample: 2012M01 2017M12

Included observations: 72

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 576

102

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? 0.006003 0.001548 3.878590 0.0001

KURS? 0.020705 0.036736 0.563624 0.5732

PDB? -0.354536 0.076296 -4.646832 0.0000

IHSG? -0.065585 0.083404 -0.786358 0.4320

JII? 1.154406 0.093920 12.29134 0.0000

C 5.154914 0.607359 8.487421 0.0000

Fixed Effects (Cross)

BATAVIA--C -0.005876

BNPPARIBAS--C 0.262597

CIMB--C -0.199618

CIPTADANA--C 0.067232

MANDIRI--C -0.374480

MANULIFE--C 0.650935

PNM--C -0.221377

TRIMEGAH--C -0.179414 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.975575 Mean dependent var 7.513339

Adjusted R-squared 0.975054 S.D. dependent var 0.320128

S.E. of regression 0.050562 Akaike info criterion -3.108938

Sum squared resid 1.439296 Schwarz criterion -3.010623

Log likelihood 908.3740 Hannan-Quinn criter. -3.070596

F-statistic 1873.924 Durbin-Watson stat 0.153311

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 5

Output Random Effect Model

Dependent Variable: Y?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/17/18 Time: 18:55

Sample: 2012M01 2017M12

Included observations: 72

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 576

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? 0.005982 0.001548 3.865683 0.0001

KURS? 0.020927 0.036735 0.569664 0.5691

PDB? -0.355024 0.076294 -4.653360 0.0000

IHSG? -0.065452 0.083404 -0.784756 0.4329

JII? 1.154286 0.093920 12.29007 0.0000

C 5.159171 0.618821 8.337103 0.0000

Random Effects (Cross)

BATAVIA--C -0.005865

BNPPARIBAS--C 0.262449

103

CIMB--C -0.199545

CIPTADANA--C 0.067221

MANDIRI--C -0.374352

MANULIFE--C 0.650739

PNM--C -0.221298

TRIMEGAH--C -0.179348 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.335601 0.9778

Idiosyncratic random 0.050562 0.0222 Weighted Statistics R-squared 0.716831 Mean dependent var 0.133382

Adjusted R-squared 0.714347 S.D. dependent var 0.094580

S.E. of regression 0.050550 Sum squared resid 1.456507

F-statistic 288.5865 Durbin-Watson stat 0.151484

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.048841 Mean dependent var 7.513339

Sum squared resid 56.04896 Durbin-Watson stat 0.003937

Lampiran 6

Output Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2906.725955 (7,563) 0.0000

Cross-section Chi-square 2082.071273 7 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: Y?

Method: Panel Least Squares

Date: 07/17/18 Time: 18:54

Sample: 2012M01 2017M12

Included observations: 72

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI? -0.031007 0.007035 -4.407681 0.0000

KURS? 0.416378 0.212415 1.960212 0.0505

PDB? -1.227047 0.438416 -2.798819 0.0053

104

IHSG? 0.173475 0.503570 0.344490 0.7306

JII? 0.939174 0.567710 1.654318 0.0986

C 12.76498 3.450977 3.698948 0.0002 R-squared 0.092841 Mean dependent var 7.513339

Adjusted R-squared 0.084884 S.D. dependent var 0.320128

S.E. of regression 0.306240 Akaike info criterion 0.481464

Sum squared resid 53.45612 Schwarz criterion 0.526840

Log likelihood -132.6616 Hannan-Quinn criter. 0.499160

F-statistic 11.66711 Durbin-Watson stat 0.010713

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7

Output Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: PERUSAHAAN

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.000000 5 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFLASI? 0.006003 0.005982 0.000000 0.3921

KURS? 0.020705 0.020927 0.000000 0.3921

PDB? -0.354536 -0.355024 0.000000 0.3921

IHSG? -0.065585 -0.065452 0.000000 0.3921

JII? 1.154406 1.154286 0.000000 0.3921

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: Y?

Method: Panel Least Squares

Date: 07/17/18 Time: 18:56

Sample: 2012M01 2017M12

Included observations: 72

Cross-sections included: 8

Total pool (balanced) observations: 576 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.154914 0.607359 8.487421 0.0000

INFLASI? 0.006003 0.001548 3.878590 0.0001

KURS? 0.020705 0.036736 0.563624 0.5732

PDB? -0.354536 0.076296 -4.646832 0.0000

105

IHSG? -0.065585 0.083404 -0.786358 0.4320

JII? 1.154406 0.093920 12.29134 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.975575 Mean dependent var 7.513339

Adjusted R-squared 0.975054 S.D. dependent var 0.320128

S.E. of regression 0.050562 Akaike info criterion -3.108938

Sum squared resid 1.439296 Schwarz criterion -3.010623

Log likelihood 908.3740 Hannan-Quinn criter. -3.070596

F-statistic 1873.924 Durbin-Watson stat 0.153311

Prob(F-statistic) 0.000000