ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

230
ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA (KEBUN SAYUR) PAMULANG, TANGERANG SELATAN Skripsi Fergy Dyah Novianti 11140920000010 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1440H

Transcript of ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

Page 1: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK

DI PT. KEBUN PANGAN JAYA (KEBUN SAYUR)

PAMULANG, TANGERANG SELATAN

Skripsi

Fergy Dyah Novianti

11140920000010

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440H

Page 2: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

ii

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK

DI PT. KEBUN PANGAN JAYA (KEBUN SAYUR)

PAMULANG, TANGERANG SELATAN

Oleh :

Fergy Dyah Novianti

11140920000010

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440H

Page 3: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

3

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Risiko Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur) Pamulang, Tangerang Selatan” yang ditulis oleh

Fergy Dyah Novianti dengan NIM. 11140920000010, telah diuji dan dinyatakan

lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 9 Januari 2019.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Iwan Aminudin, M.Si

NIP. 19700209 201411 1 001

Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si

NIP. 19670312 199103 2 001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si Ir. Junaidi, M.Si

NIP. 19620617 198903 2 003 NIP. 19660508 201411 1 004

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua

Program Studi Agribisnis

Dr. Agus Salim, M.Si Dr. Ir. Edmon Daris, MS NIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19580429 198803 1 001

Page 4: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

4

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Ciputat, 9 Januari 2019

FERGY DYAH NOVIANTI

NIM. 11140920000010

Page 5: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Fergy Dyah Novianti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal,Lahir : Jakarta, 16 November 1996

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Pondok Kacang Prima Blok

K9 No2 Rt 16 Rw 08, Kecamatan Pondok

Aren, Kota Tangerang Selatan

No.Hp : 087782549958

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1.2014 – 2018 : Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2011 – 2014 : MAN 10 Jakarta Barat

3.2008 – 2011 : SMPN 207 Jakarta Barat

4.2002 – 2008 : SDN Pondok Aren 01 Tangerang Selatan

Pengalaman Organisasi

1. 2012 – 2014 : Bendahara Estrakulikuler PMR MAN 10

Jakarta

2. 2015 : Divisi Dekdok “Ratoeh Jaroe Argribisnsi”

UIN Jakarta

3. 2015-2017 : Divisi Humas LSO Sagribisnis UIN

Jakarta

4. 2016 : Sekertaris acara “Agri’s Event 2016” UIN

Jakarta

5. 2015-2016 : Bendahara Departemen Infokom Pengurus

HMJ Agribisnis UIN Jakarta 2016

Page 6: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

vi

6. 2016-2017 : Ketua Departemen Kominfo Pengurus

HMJ Agribisnis UIN Jakarta 2017

7. 2017 : Bendahara “Ratoeh Jaroe Festival 2017”

UIN Syarif Hidayatullah

Pengalaman Bekerja

1. Februari - April 2016 : Cash Counter Freelance di JNE

2. November 2016 – Juli 2017 : Pengajar Lembaga LIA Private

3. September – November 2017 : Magang di PT. Momenta Agrikultura

4. Mei 2017 : Part Time Stand Bazaar “Joyfull Run ”

Page 7: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

RINGKASAN

Fergy Dyah Novianti. Analisis Risiko Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur) Pamulang, Tangerang Selatan. Di bawah bimbingan

Lilis Imamah Ichdayati dan Junaidi.

PT. Kebun Pangan Jaya merupakan salah satu perusahaan di Kota

Tangerang Selatan yang memproduksi sayuran hidroponik yang didirikan oleh

Bapak Roni Arifin pada tahun 2017 dengan nama brand Kebun Sayur . Sayuran

hidroponik utama yang berada di Kebun Sayur Pamulang adalah Selada (Lettuce).

Dalam menjalankan proses produksinya Kebun Sayur Pamulang sering kali

mendapatkan kendala seperti gagal produksi dan tidak tercapainya produksi

berdasarkan target yang telah ditentukan, sehingga hal tersebut dapat

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi risiko yang timbul

pada saat proses produksi selada hidroponik pada Kebun Sayur Pamulang; (2)

Mengukur seberapa besar risiko produksi selada hiroponik pada Kebun Sayur

Pamulang; (3) Memetakan risiko produksi selada hidroponik pada Kebun Sayur

Pamulang; (4) Mengetahui strategi penanganan risiko yang preventif untuk

menghindari risiko produksi Selada di Kebun Sayur Pamulang.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan

wawancara baik secara mendalam maupun sistematik dengan panduan wawancara

berupa kuesioner kepada 8 orang narasumber yang terbagi menjadi 3 orang pada

masing-masing proses produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang). Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini

adalah House Of Risk (HOR) Fase 1 dan 2. Pada penelitian ini akan diidentifikasi

penyebab dan dampak risiko yang ditimbulkan, penentuan prioritas penyebab

risiko yang akan diberikan aksi preventif atau pencegahan serta strategi

pencegahan risiko yang akan dilakukan.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 11 penyebab risiko pada

proses penanaman, 4 penyebab risiko pada proses pemeliharaan, 6 penyebab

risiko pada proses pemanenan dan 5 penyebab risiko pada proses pengemasan.

Kemudian terdapat 10 kejadian risiko pada penanaman, 4 kejadian risiko pada

proses pemeliharaan, 4 kejadian risiko pada proses pemanenan, dan 5 kejadian

risiko pada proses pengemasan. Hasil pemetaan risiko yang terjadi pada selada

hidroponik terdapat 9 total penyebab risiko yang menjadi prioritas untuk dijadikan

penanganan risiko. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut maka

ditentukan 17 strategi preventif yang akan dilakukan

Kata kunci : hidroponik, risiko, House Of Risk, fish bone, strategi preventif

Page 8: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Risiko

Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)

Pamulang, Tangerang Selatan”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama proses penulisan sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil, secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga penulis, Bapak Darmanto, Ibu Paniyem dan kedua kakak penulis

Reza Putra dan Reni Octa yang telah senantiasa memberi dukungan materi,

motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis.

2. Bapak Dr.Agus Salim,M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai

skripsi beserta jajarannya.

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Ir. Edmon Daris, M.S dan Dr. Iwan

Page 9: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

ix

Aminuddin, M.Si terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan

kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu penulis

dalam proses akademis.

4. Pembimbing satu Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Pembimbing dua

Bapak Ir. Junaidi, M.Si terima kasih telah mencurahkan waktu, tenaga,

dukungan, teguran serta nasihat yang telah memberikan secara tulus kepada

penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Pembimbing Akademik Bapak Drs. Acep Muhib,M.M terima kasih atas

bimbingan, motivasi, nasihat dan teguran kepada penulis selama proses

akademis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Pemilik PT. Kebun Pangan Jaya Pak Roni Arifin dan kepala kebun Pak

Chairul Anwar yang telah memberikan dukungan dan pengetahuan bagi

penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.

7. Pekerja di PT. Kebun Pangan Jaya yang senantiasa membantu dan

menghibur penulis saat proses mengerjakan skripsi.

8. Temanku sejak kecil Rahayu Saraswati dan teman MAN Tami, Freny dan

Nabilah yang senantiasa membantu, memberikan dukungan serta mau

mendengarkan keluh kesah penulis saat mengerjakan skripsi.

9. Kakak-kakak Angkatan 2013 Kak Fadil, Kak Suci, Kak Dalhar dan Kak

Burhan yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis serta

mau mendengarkan keluh kesah penulis selama mengerjakan skripsi.

10. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2014 dan Avia, Lussy, Yana, Hanoy,

Sui dan Jery yang tetap selalu ada saat penulis membutuhkan bantuan.

Page 10: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

x

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak luput dari kesalahan.

Namun, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah

wawasan bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu.

Ciputat, 9 Januari 2019

Fergy Dyah Novianti

Page 11: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian............................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10

2.1 Karakterisitik Pertanian Hidroponik ............................................... 10

2.2 Karakteristik Selada (Lactuca sativa) Hidroponik ......................... 13

2.2.1 Syarat Tumbuh ..................................................................... 14

2.2.2 Pemeliharaan Produksi Selada ............................................. 16

2.2.3 Hama dan Penyakit .............................................................. 17

2.3 Definisi Produksi dan Masalah Produksi........................................ 19

2.4 Risiko Produksi............................................................................... 21

2.5 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko .......................................... 21

2.6 Diagram Tulang Ikan (Fishbone) ................................................... 28

2.7 House Of Risk (HOR) ..................................................................... 31

2.7.1 HOR Fase 1 ........................................................................... 32

2.7.2 HOR Fase 2 ........................................................................... 35

Page 12: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xii

2.8 Diagram Pareto ............................................................................. 37

2.9 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 39

2.10 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 49

3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 49

3.3 Sumber dan Jenis Data .................................................................. 50

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 51

3.4.1 Observasi .............................................................................. 51

3.4.2 Kuesioner ............................................................................. 51

3.4.3 Wawancara ........................................................................... 56

3.4.4 Studi Pustaka ........................................................................ 56

3.5 Metode Pengolahan Data ................................................................ 56

3.6 Metode Analisis Data ..................................................................... 59

3.6.1 Diagram Tulang Ikan ............................................................. 59

3.6.2 House Of Risk (HOR) fase 1.................................................. 60

3.6.3 Diagram Pareto ...................................................................... 62

3.6.4 House Of Risk (HOR) Fase 2 ................................................. 64

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 67

4.1 Sejarah Perusahaan ......................................................................... 67

4.2 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................... 71

4.3 Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur

Pamulang) ....................................................................................... 71

4.4 Produk PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur) ............................ 72

4.5 Proses Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya ... 74

4.6 Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur)................................................................................. 75

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN

RISIKO ................................................................................................. 78

5.1 Identifikasi Risiko........................................................................... 78

5.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko .................................................. 81

5.1.2 Identifikasi Penyebab Risiko ................................................. 89

Page 13: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xiii

5.2 Pengukuran Risiko ......................................................................... 98

5.2.1 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko ................... 99

5.2.2 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko .......................................... 104

5.2.3 Pengukuran Tingkat Korelasi antara Penyebab Risiko

(Risk Agent) dengan Kejadian Risiko (Risk Event) .......... 110

5.2.4 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) .................... 112

5.3 Pemetaan Risiko .......................................................................... 118

5.3.1 Pemetaan Risiko Pada Proses Penanaman ......................... 119

5.3.2 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemeliharaan ...................... 120

5.3.3 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemanenan ......................... 121

5.3.4 Pemetaan Risiko Pada Proses Pengemasan........................ 123

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN STRATEGI PENANGANAN

RISIKO ............................................................................................... 124

6.1 Strategi Penanganan Risiko......................................................... 124

6.1.1 Strategi Preventif Risiko pada Proses Penanaman ........... 124

6.1.3 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemeliharaan ........ 126

6.1.4 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemanenan ........... 127

6.1.5 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pengemasan .......... 128

6.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

pencegahan Risiko ...................................................................... 130

6.2.1 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan

Strategi pencegahan Risiko pada Proses Penanaman ....... 130

6.2.2 Penilaian Tingkat atau Derajat kesulitan Penerapan

Strategi Pencegahan Risiko pada Proses Pemeliharaan ... 131

6.2.3 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan

Strategi Pencegahan Risiko pada Proses Pemanenan ....... 132

6.2.4 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan

Strategi Pencegahan Risiko pada Proses Pengemasan ..... 133

6.3 Penilaian Korelasi Antara Strategi pencegahan Risiko dengan

Agen Penyebab Risiko Prioritas ................................................... 135

6.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi

pencegahan Risiko ........................................................................ 136

6.4.1 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi

pencegahan risiko pada Proses Penanaman ......................... 136

6.4.2 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi

pencegahan Risiko pada Proses Pemeliharaan .................... 138

Page 14: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xiv

6.4.3 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi

pencegahan Risiko pada Proses Pemanenan ...................... 139

6.4.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pengemasan .................... 140

6.5 Perhitungan Keefektifan derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

pencegahan risiko (ETDk) ............................................................ 141

6.5.1 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan Risiko (ETDk) Pada Proses

Penanaman ......................................................................... 142

6.5.2 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses

Pemeliharaan ...................................................................... 143

6.5.3 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses

Pemanenan ......................................................................... 144

6.5.4 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses

Pengemasan ........................................................................ 145

6.6 Prioritas Aksi Strategi Preventif ................................................... 147

6.6.1 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses

Penanaman ........................................................................ 147

6.6.2 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses

Pemeliharaan .................................................................... 148

6.6.3 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses

Pemanenan ........................................................................ 148

6.6.4 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses

Pengemasan ...................................................................... 149

6.7 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko .. 149

6.7.1 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan

risiko Pada Proses Penanaman ........................................... 150

6.7.2 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan

risiko Pada Proses Pemeliharaan ........................................ 150

6.7.3 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan

risiko Pada Proses Pemanenan ........................................... 151

6.7.4 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan

risiko Pada Proses Pengemasan ......................................... 151

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 153

7.1 Kesimpulan ................................................................................... 153

7.2 Saran ............................................................................................. 156

Page 15: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 158

LAMPIRAN ....................................................................................................... 161

Page 16: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Kandungan Gizi yang Terdapat Pada Selada………………………...

2

2. Data Produksi Sayuran Tahun 2013-2016 (ton)…………………......

3

3. Selisih Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang) dalam Kg…………………........................

6

4. Model HOR Fase 1………………………………………………......

33

5. Model HOR Fase 2…………………………………………………..

37

6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penilaian Terdahulu……………..

43

7. Daftar Kuesioner Penelitian…………………………………….........

53

8. Pemberian Kode Dugaan Penyebab Risiko Pada Produksi Selada

Hidroponik…………………………………………………………...

57

9. Pemberian Kode Dugaan Kejadian Risiko Pada Produksi Selada

Hidroponik…………………………………………………………...

58

10. Contoh Model HOR Fase 2………………………………………….

65

11. Perusahaan yang di Pasok Oleh “Kebun Sayur”…………………….

68

12. Produk Hasil PT. Kebun Pangan Jaya……………………………….

73

13. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses

Penanaman…………………………………………………………...

81

14. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses

Pemeliharaan…………………………………………………………

84

15. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses

Pemanenan…………………………………………………………...

86

16. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses

Pengemasan………………………………………………………….

88

17. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses

Penanaman…………………………………………………………... 90

Page 17: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xvii

18. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Ej) Pada Proses

Pemeliharaan…………………………………………………………

94

19. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses

Pemanenan…………………………………………………………...

95

20. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses

Pengemasan………………………………………………………….

97

21. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada Proses

Penanaman…………………………………………………………...

100

22. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada Proses

Pemeliharaan…………………………………………………………

101

23. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada Proses

Pemanenan…………………………………………………………...

102

24. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada Proses

Pengemasan………………………………………………………….

103

25. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Penanaman…………………………...

105

26. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pemeliharaan…………………………

106

27. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pemanenan…………………………...

108

28. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pengemasan………………………….

109

29. Hasil Perhitungan ARP Proses Penanaman………………………….

113

30. Hasil Perhitungan ARP Proses Pemeliharaan……………………….

115

31. Hasil Perhitungan ARP Proses Pemanenan………………………….

116

32. Hasil Perhitungan ARP Proses Pengemasan………………………...

117

33. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko Pada Proses Penanaman………………………...

130

Page 18: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xviii

34. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko Pada Proses Pemeliharaan………………………

132

35. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko Pada Proses Pemanenan………………………...

132

36. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko Pada Proses Pengemasan………………………..

133

37. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Penanaman...

137

38. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses

Pemeliharaan........................................................................................

138

39. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Pemanenan...

140

40. / Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses

Pengemasan.........................................................................................

141

41. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan Risiko (ETDk) Proses Penanaman…………….

142

42. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan Risiko (ETDk) Proses Pemeliharaan…………..

144

43. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan Risiko (ETDk) Proses Pemanenan…………….

145

44. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap

Strategi Pencegahan Risiko (ETDk) Proses Pengemasan……………

146

Page 19: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Data Produksi dan Target Produksi Selada (Kg) Tahun 2017 .................... 5

2. Siklus Manajemen Risiko ........................................................................... 23

3. Struktur Diagram Tulang Ikan Tipe Rangkuman Sebab ............................. 29

4. Struktur Diagram Tulang Ikan (Type Klasifikasi Proses Produksi) ........... 30

5. Struktur Diagram Pareto ............................................................................. 38

6. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 47

7. Skema Operasional Penelitian .................................................................... 48

8. Diagram Tulang Ikan Dugaan Kejadian Risiko Produksi Selada

Hidroponik .................................................................................................. 59

9. Contoh Tabel HOR Fase 1 .......................................................................... 61

10. Model Diagram Pareto Risiko Produksi Selada Hidroponik ...................... 63

11. Logo Produk PT. Kebun Pangan Jaya ........................................................ 68

12. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya Tahun 2018 .......................... 72

13. Alur Proses Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya ........ 74

14. Identifikasi Sumber Risiko dengan Metode Fish Bone Pada Produksi

Selada Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya ............................................... 80

15. Diagram Pareto Pada Proses Penanaman .................................................... 119

16. Diagram Pareto Pada Proses Pemeliharaan ................................................ 121

17. Diagram Pareto Pada Proses Pemanenan .................................................... 122

18. Diagram Pareto Pada Proses Pengemasan .................................................. 123

Page 20: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Profil Perusahaan dan Identifikasi Risiko.................................. 162

2. Matriks Instrumen Penelitian ....................................................................... 166

3a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi/Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence) dan Tingkat Pengaruh

Dampak (Severity) Risiko pada Proses Penanaman ..................................... 171

3b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi/Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence) dan Tingkat Pengaruh

Dampak (Severity) Risiko pada Proses Pemeliharaan ................................. 174

3c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi/Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence) dan Tingkat Pengaruh

Dampak (Severity) Risiko pada Proses Pemanenan ...................................... 175

3d. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi/Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence) dan Tingkat Pengaruh

Dampak (Severity) Risiko pada Proses Pengemasan .................................... 176

3e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Penanaman ......................................................................................... 178

3f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pemeliharaan..................................................................................... 182

3g. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pemanenan ........................................................................................ 184

3h. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pengemasan ....................................................................................... 186

4a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat Kesulitan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif Penyebab Risiko pada

Proses Penanaman ......................................................................................... 188

Page 21: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

xxi

4b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat Kesulitan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif Penyebab Risiko pada

Proses Pemeliharaan..................................................................................... 189

4c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat Kesulitan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif Penyebab Risiko pada

Proses Pemanenan ....................................................................................... 190

4d. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat Kesulitan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif Penyebab Risiko pada

Proses Pengemasan ..................................................................................... 191

4e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi

Pencegahan/Preventif dengan Penyebab Risiko pada Proses

Penanaman .................................................................................................... 192

4f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi

Pencegahan/Preventif dengan Penyebab Risiko pada Proses

Pemeliharaan ................................................................................................. 194

4g. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi

Pencegahan/Preventif dengan Penyebab Risiko pada Proses

Pemanenan ................................................................................................... 196

4h. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi

Pencegahan/Preventif dengan Penyebab Risiko pada Proses

Pengemasan .................................................................................................. 198

5a. Tabel HOR Fase 1 Proses Penanaman ......................................................... 201

5b. Tabel HOR Fase 1 Proses Pemeliharaan ...................................................... 202

5c. Tabel HOR Fase 1 Proses Pemanenan ......................................................... 203

5d. Tabel HOR Fase 1 Proses Pengemasan ....................................................... 204

6a Tabel HOR Fase 2 Proses Penanaman .......................................................... 205

6b Tabel HOR fase 2 Proses Pemeliharaan....................................................... 206

6c Tabel HOR Fase 2 Proses Pemanenan ......................................................... 207

6d Tabel HOR Fase 2 Proses Pengemasan ....................................................... 208

Page 22: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat di Indonesia saat ini telah paham terhadap pentingnya

mengkonsumsi sayuran. Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat,

dengan semakin majunya pengetahuan dan pemahaman mengenai gizi pangan,

masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi

(Setyaningrum dan Saparinto, 2011:5). Sayuran sangat penting bagi kesehatan dan

kehidupan manusia, karena tanaman sayuran merupakan sumber vitamin dan

mineral (Kanisius, 1992:15). Berdasarkan pengelompokannya sayuran termasuk

ke dalam kelompok hortikultura.

Hortikultura merupakan ilmu yang mempelajari budidaya tanaman

sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan atau tanaman hias. Secara harfiah menurut

Zulkarnain (2009:1) hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan

tanaman kebun. Komoditas hortikultura memiliki ciri-ciri penting, diantaranya

pertama, komoditas hortikultura dipasarkan dalam kondisi segar. Kedua,

komoditas ini mudah rusak, sehingga komoditas ini tidak tahan lama dan harus

segera dipasarkan. Ketiga, komoditas ini diperdagangkan dengan kandungan air

tinggi maka, untuk pengangkutan dan penggudangan memerlukan ruang yang

luas. Keempat, kualitas adalah kata kunci pada komoditas ini, produk hortikultura

yang tidak berkualitas tidak ada harganya (Poerwanto, 2014:4).

Komoditas hortikultura memiliki banyak jenis, diantaranya selada atau

biasa dikenal dengan nama latin Lactuca sativa L. Selada merupakan tumbuhan

Page 23: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

2

sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika

(Gardjito, dkk 2015:104). Selada memiliki banyak kandungan yang baik untuk

dikonsumsi. Adapun kandungan yang terdapat di dalam selada dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi yang Terdapat Pada Selada

Nutrisi Satuan Jumlah

Kalsium mg 22,0

Fosfor mg 25,0

Besi mg 1,0

Vitamin A mg 540,0

Vitamin C mg 8,0

Energi kalori 15,0

Protein gram 1,2

Lemak gram 0,3

Karbohidrat gram 9,3

Sumber : Wirakusumah (1999) dalam Poerwanto (2014 : 25-27)

Selada dapat dibudidayakan dalam dua skala yaitu skala usaha kecil dan

skala usaha besar. Skala usaha kecil diusahakan oleh petani yang memiliki lahan

sempit (<1ha), sedangkan skala usaha besar diusahakan oleh perusahaan-

perusahaan yang mampu membudidayakan komoditi selada dengan lahan lebih

dari satu hektar. Perusahaan-perusahaan besar biasanya membudidayakan secara

konvensional, organik maupun hidroponik (Syarieva dkk, 2014:10). Menurut

Herwibowo dan Bundiana (2014:5) saat ini hidroponik berkembang pesat.

Hidroponik merupakan hobi yang menyenangkan menjadikan bisnis yang

menjanjikan. Masih banyak supermarket membutuhkan sayuran hidroponik.

Kebutuhan kafe, restoran dan hotel berbintang akan sayuran segar pun terus

meningkat. Banyaknya masyarakat yang membutuhkan sayuran maka dibutuhkan

Page 24: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

3

pula produksi sayuran yang banyak, sehingga dapat memenuhi permintaan

masyarakat. Berikut adalah produksi sayuran menurut provinsi.

Tabel 2. Data Produksi Sayuran Tahun 2013-2016 (Ton)

Provinsi 2013 2014 2015 2016 Rata-Rata

Banten 144.754 249.439 190.054 315.420 224.917

DKI Jakarta 10.456 75.489 23.833 15.046 31.206

Jawa Barat 2.820.645 27.931.304 20.748.961 25.784.137 19.321.262

Jawa

Tengah 2.082.029 4.607.033 6.449.305 7.049.599 5.046.991

Jawa Timur 1.470.682 8.366.485 9.466.604 12.531.157 7.958.732

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan data pada tabel produksi sayuran tahun 2013 hingga 2016

dapat dilihat bahwa provinsi yang paling banyak memproduksi sayuran adalah

provinsi Jawa Barat dengan rata-rata produksi sebesar 19.321.262 ton/tahun.

Banyaknya produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat dikarenakan iklim daerah

yang baik untuk ditanami sayuran. Sedangkan DKI Jakarta memproduksi sayuran

paling sedikit, hal tersebut dikarenakan DKI Jakarta tidak memiliki lahan yang

cukup dan kondisi lingkungan yang dekat dengan perkotaan dan aktivitas ibukota.

Provinsi Banten, walaupun dekat dengan aktivitas Ibukota Jakarta dapat

memproduksi sayuran dengan rata-rata sebesar 224.917 ton/tahun.

Salah satu perusahaan yang terdapat di Provinsi Banten adalah PT. Kebun

Pangan Jaya dengan nama brand “Kebun Sayur”. PT. Kebun Pangan Jaya

merupakan perusahaan penghasil sayuran hidroponik dengan metode penanaman

menggunakan metode hidroponik yang didirikan oleh Pak Roni. Berawal dari

hobby yang gemar bergelut di dunia pertanian membuat pak Roni membuka

kebun kecil-kecilan di Kawasan Pamulang-Tangerang Selatan. Pada tahun 2000,

Page 25: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

4

kebun milik Pak Roni terus berkembang dengan pesat sehingga membuka

peluang usaha baru. Seiring berjalannya waktu, kebun sayur telah memiliki 3

kebun, yaitu Kebun Sayur Pamulang, Kebun Sayur Ciseeng dan Kebun Sayur

Cipanas.

Kebun Sayur Pamulang sebagai kebun utama dari ketiga kebun tersebut.

Kebun Sayur Pamulang memproduksi sayuran dengan Hidroponik menggunakan

tiga teknik yaitu dengan NFT (Nutrient Film Technique), Irigasi Tetes (substrat)

dan media tanam di Pot. Untuk sistem NFT, Kebun Sayur Pamulang

memproduksi diantaranya Kale Curly, Concord, Kristine, Monday, Romaine,

Butterhead dan Lacarno sedangkan untuk media tanam dengan Pot diantaranya,

Mind, Rosemary, Parsley, Seledri dan untuk sistem substrat yaitu tomat cherry.

Berdasarkan penuturan dari Manager Kebun, Kebun Sayur Pamulang

memproduksi tanaman luar negeri dikarenakan benih luar negeri lebih baik masa

pertumbuhannya dibandingkan benih lokal. Memiliki harga jual yang tinggi

menjadikan salah satu pertimbangan bagi Kebun Sayur Pamulang. Selain itu,

sayuran luar negeri lebih banyak diminati oleh konsumen karena kualitasnya lebih

baik dibandingkan sayuran dalam negeri.

Setiap kegiatan dari suatu usaha pasti memiliki risiko, begitu juga dengan

PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) dalam perjalanan usahanya

mengalami risiko. Melalui observasi dengan Manager Kebun, dalam menjalankan

proses produksinya Kebun Sayur Pamulang sering kali mendapatkan kendala

seperti gagal produksi dan tidak tercapainya produksi menurut target yang telah

Page 26: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

5

ditentukan. Gambar 1 menjelaskan produksi dan target produksi selada

hidroponik.

Gambar 1. Data Produksi dan Target Produksi Selada (Kg) tahun 2017 Sumber : Laporan Tahunan PT. Kebun Pangan Jaya (2017), data diolah

Seperti pada Gambar 1 data produksi selada selama 1 tahun pada tahun 2017

terjadi keragaman jumlah produksi yang dihasilkan. Kegagalan produksi yang

paling parah terjadi pada bulan Oktober produksi sebesar 74 Kg dan bulan

Desember yaitu 50 Kg. Kegagalan produksi dan tidak tercapainya target produksi

menyebabkan kerugian pada perusahaan karena tidak dapat memenuhi permintaan

konsumen. Perbedaan target produksi dan produksi yang dihasilkan menimbulkan

selisih yang cukup besar. Berikut Tabel selisih beserta presentase selisih produksi

selada hidroponik di Kebun Sayur Pamulang.

0

100

200

300

400

500

600

Januar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Apri

l

Mei

Juni

Juli

Agust

us

Sep

tem

ber

Okto

ber

Novem

ber

Des

ember

Pro

du

ksi (

Kg)

Produksi

Target

Page 27: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

6

Tabel 3. Selisih Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur Pamulang) dalam Kg

Bulan Target Produksi Selisih %Selisih

Januari 500 364 -136 27,2

Februari 500 190 -310 62

Maret 500 346 -154 30,8

April 500 450 -50 10

Mei 500 246 -254 50,8

Juni 500 250 -250 50

Juli 500 233 -267 53,4

Agustus 500 382 -118 23,6

September 500 377 -123 24,6

Oktober 500 74 -426 85,2

November 500 474 -26 5

Desember 500 50 -450 90

Sumber : Laporan Tahunan PT. Kebun Pangan Jaya (2017), data diolah

Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa target produksi selada

yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 500 kg tiap bulannya, sedangkan

produksi yang dihasilkan oleh Kebun Sayur Pamulang selalu beragam tidak

pernah mencapai target yang ditentukan. Penentuan target produksi yang

ditetapkan oleh perusahaan tidak sembarangan, penentuan tersebut di lihat dari

kapasitas kebun yang dapat mencapai 600 kg setiap bulannya, selain itu dilihat

dari jumlah permintaan konsumen setiap bulannya dapat mencapai 500 kg.

Perusahaan menetapkan persentase kegagalan hanya 10% tetapi yang terjadi,

selisih persentase paling tinggi yaitu mencapai 90%. Menurut penuturan Manager

Kebun, terjadinya fluktuasi produksi Selada Hidroponik di kebun terjadi akibat

beberapa faktor : Cuaca yang berubah-ubah, kesalahan pekerja dan hama penyakit

yang menyerang tumbuhan. Dalam kenyataannya perusahaan telah berusaha

Page 28: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

7

untuk menanggulangi hama dan penyakit dengan cara menyemprotkan pestisida,

memasang yellow trap pada tiap greenhouse.

Berfluktuasinya produksi selada hidroponik karena kegagalan produksi

dapat dikurangi atau diperkecil dengan mengetahui sumber dan penyebab risiko

pada saat proses penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengemasan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat relevan apabila dilakukan penelitian

dengan judul “Analisis Risiko Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur) Pamulang, Tangerang Selatan”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas perumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Apa saja penyebab dan kejadian risiko produksi Selada Hidroponik yang

dihadapi di Kebun Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya?

2. Bagaimana hasil pengukuran risiko produksi selada hidroponik di Kebun

Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya?

3. Bagaimana hasil pemetaan risiko produksi selada hidroponik di Kebun

Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya?

4. Apa saja strategi penanganan risiko yang preventif untuk mencegah

risiko produksi Selada di Kebun Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan

Jaya?

Page 29: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi penyebab dan kejadian risiko yang timbul pada saat

proses produksi selada hidroponik pada Kebun Sayur Pamulang PT.

Kebun Pangan Jaya

2. Mengukur seberapa besar risiko produksi selada hiroponik pada Kebun

Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya

3. Memetakan risiko produksi selada hidroponik pada Kebun Sayur

Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya

4. Mengetahui Strategi penanganan risiko yang preventif untuk menghindari

risiko produksi Selada di Kebun Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapakan dari dilakukannya penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, dari penelitian ini perusahaan dapat mengetahui

penyebab risiko yang dapat terjadi pada saat proses produksi dimulai dari

penanaman hingga pengemasan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan dan dapat mengetahui strategi penanganan yamg paling

efektif untuk mencegah risiko produksi selada hidroponik.

2. Bagi Kalangan Akademisi, dapat memberikan manfaat sebagai sumber

untuk penelitian selanjutnya dan sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan terkait dengan risiko produksi selada hiroponik

Page 30: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

9

3. Bagi Penulis, dapat memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bagi Pembaca, dapat memberikan informasi pengetahuan di bidang

agribisnis terutama dalam hal risiko produksi selada hidroponik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Kebun Sayur Pamulang berfokus pada :

1. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada kegiatan risiko produksi

dimulai dari penanaman hingga pengemasan pada Kebun Sayur

Pamulang

2. Penelitian ini diawali dengan mengamati proses produksi selada

hidroponik berdasarkan literatur sehingga dapat mengidentifikasi risiko

yang dapat terjadi pada setiap prosesnya. Alat analisis yang digunakan

adalah diagram tulang ikan untuk mengidentifikasi risiko melalui

observasi. Setelah itu dilakukan pengukuran risiko dengan menggunakan

alat analisis House Of Risk (HOR) Fase 1 dan pemetaan risiko dengan

menggunakan alat analisis diagram pareto. Kemudian dilakukan

pengukuran korelasi antara strategi preventif dengan penyebab risiko

berdasarkan derajat kesulitan, tingkat keefektifan, rasio tingkat

keefektifan dan kesulitan strategi preventif dengan menggunakan alat

analisis HOR Fase 2.

Page 31: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Karakterisitik Pertanian Hidroponik

Menurut Herwibowo dan Budiana (2014:20) bahwa hidroponik

merupakan metode berbudidaya secara bersih dan aman yang memiliki prinsip

tidak melibatkan media tumbuh, tetapi merendam akar dalam larutan nutrisi yang

diangin-anginkan. Sedangkan menurut Resh (1998) dalam Poerwanto (2014:121)

hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa

menggunakan tanah, tetapi menggunakan media intert seperti gravel, pasir, peat,

vermikulit, pumice atau sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung

semua elemen essensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

normal tanaman. Budidaya hidroponik memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman

dapat dikontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang

tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air

irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus-menerus

tanpa bergantung oleh musim, serta dapat diterapkan pada lahan yang sempit.

Hidroponik dalam budidayanya memiliki enam metode , diantaranya

adalah Sistem NFT (Nutrient Film Technique), NFT sistem terbuka, Sistem

Fertigasi (fertilizer + drip irrigation), Wick System, Aeroponik, dan Floating

hydroponic :

Page 32: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

11

1. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)

Nutrient Film Technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.

Tanaman ditanam dalam sirkulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.

Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.

Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper

pada tahun 1965. Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam

periode waktu tertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan

perakaran yang “aqueous” dan “gaseous” yang dapat meningkatkan serapan hara

tanaman (Poerwanto, 2014: 124).

2. NFT Sistem Terbuka

Umumnya metode hidroponik NFT dilakukan di greenhouse. Namun, ada

pula yang tidak memakai greenhouse. Secara prinsip sama, metode hidroponik

sederhana yang bekerja mengalirkan air, oksigen dan nutrisi secara terus-menerus

dengan ketebalan arus sekitar 3 mm. tanaman disangga dengan sedemikian rupa

sehingga akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan. Rak talang dibuat

miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya, yaitu sebesar 2-5% dari

panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar dengan kecepatan debit air 1-

2 liter/menit (Herwibowo dan Budiana, 2014:28).

3. Sistem Fertigasi

Sistem ini merupakan pengembangan dari drip irrigation (irigasi tetes),

tanaman disiram dengan cara meneteskan air. Modifikasinya pada sistem fertigasi,

yaitu tanaman tidak hanya diberi pengairan berupa tetesan air, tetapi air yang

diteteskan juga telah dicampur dengan nutrisi. Dengan teknik fertigasi, biaya

Page 33: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

12

tenaga kerja untuk pemupukan dapat dikurangi karena pupuk diberikan bersamaan

dengan penyiraman. Keuntungan lain adalah peningkatan efisiensi penggunaan

unsur hara karena pupuk diberikan dalam jumlah sedikit, tetapi kontinu, serta

mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian dan denitrifikasi (Herwibowo

dan Budiana, 2014:29).

4. Wick System

Sistem wick dikenal dengan sistem sumbu merupakan metode dalam

bertanam secara hidroponik sederhana. Teknik ini memanfaatkan gaya kapilaritas

pada sumbu untuk mengantarkan air dan nutrisi ke akar tanaman sehingga akar

dapat menyerap unsur-unsur hara yang disediakan. Metode ini sangat mudah

karena pembuatannya tidak membutuhkan peralatan yang banyak (Herwibowo

dan Budiana, 2014:30).

Sumbunya merupakan bagian penting dari sistem ini, karena tanpa

penyerap cairan yang baik, tanaman tidak akan mendapatkan kelembaban dan

nutrisi yang dibutuhkan. Sumbu yang baik, selain sebagai penyerab cairan yang

baik, juga tidak mudah rusak akibat pembusukan (Tallei dkk, 2017:12).

5. Aeroponik

Menurut Poerwanto (2014:123) Aeroponics adalah sistem hidroponik

tanpa media tanam, tetapi menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan

disemprotkan pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan

menggantung di udara dalam kondisi gelap dan secara periodik disemprotkan

larutan hara. Pengabutan ini biasanya dilakukan oleh nozzle setiap beberapa menit

sekali karena akar-akar terekspos di udara seperti pada sistem NFT. Akar-akar

Page 34: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

13

bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu (Herwibowo dan

Bundiana, 2014:31).

6. Floating Hydroponic

Floating Hydroponic System (FHS) merupakan hasil budidaya sayuran

dengan cara menanamkan sayuran pada lubang Styrofoam yang mengapung di

atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga

akarnya terapung atau terendam dalam suatu bak penampung. Pada sistem ini,

larutan nutrisi tidak disirkulasikan, tetapi dibiarkan pada bak penampug dan dapat

digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu

tertentu (Herwibowo dan Bundiana, 2014:32).

2.2 Karakteristik Selada (Lactuca sativa) Hidroponik

Menurut Syarieva (2014 : 41) Selada Lactuca sativa merupakan tanaman

daerah beriklim tropis maupun sedang. Jenis tanaman hidroponik paling popular

di tanah air iru merupakan tumbuhan asli bagian Timut Laut Tengah. Sejarah

mencatat, selada daun tanpa krop telah ditanam pada zamaan Mesir Kuno sejak

4500 SM. Biji dan daunnya menjadi komiditas penting sebagai bahan pangan dan

penghasil minyak.

Selada yang kaya akan vitamin A dan potassium dibudidayakn dalam suhu

yang relative rendah. Hal tersebut untuk mencegah pertumbuhan mengarah ke

generative. Suhu tinggi diketahui memicu pertumbuhan bunga. Suhu ektrem

dingin pun tidak cocok. Memicu pertumbuhan lambat dan merusak daun tertular.

Page 35: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

14

Jenis selada beragam. Pemuliaan tanaman telah melahirkan banyak

varietas baru dengan ukuran lembaran daun lebih besar, rasa dan tekstur lebih

enak, kandungan getah lebih sedikit, masa penundaan desasa lebih panjang, biji

lebih besar, serta beragam bentuk dan warna. Pengelompokkan selada

berdasarkan kelompok kultivarnya yaitu daun longgar (loose leaf), daun

memanjang (romaine atau cos), kepala renyah (crisphead), kepala dengan

susunan daun yang lepas atau kepala mentega (butterhead) yang lebih lembut

dunnya ketimbang kepala renyah, perpaduan antara crisphead dan daun

(summercrisp), batang (stem) dan minyak (oilseed). Dari 7 kelompok itu, hanya 3

yang paling banyak dibudidayakan; daun longgar, kepala renyah, dan

romaine/cos. (Syarieva, 2014 : 42)

Tingkat pH media yang diinginkan kisaran 5,0-6,8 dengan suhu sejuk

sekitar 20oC. Selada termasuk barang perishable atau mudah rusak. Selada banyak

ditemui di rumah makan sebagai pelengkap menu, bahan salad, sup, pengisi

sandwich, hingga garnish atau penghias sajian. (Syarieva,2014:42)

2.2.1 Syarat Tumbuh

Menurut Zulkarnain (2013:101-102) hasil panen yang tinggi dan

berkualitas akan diperoleh apabila selada tumbuh di lingkungan yang memenuhi

syarat tumbuhnya. Suhu kelembaban, pH hingga sinar matahari, dalam sebuah

greenhouse dapat diatur sedemikian rupa dalam sebuah greenhouse yang

dilengkapi teknologi mutakhir. Menurut Syarieva (2014:49-53) Faktor yang

memperngaruhi selada adalah :

Page 36: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

15

1. Elevasi

Tekhnik hidroponik dapat diterapkan semua level ketinggian tempat. Yang

dijadikan masalah, apakah jenis tanaman yang dibudidayakan sesuai dengan

ketinggian tempat. Kunto Herwibowo di Ciputat, Tangerang Selatan dan Fenta

Agustri di Surabaya, Jawa Timur misalnya. Sukses menanam didataran

rendah.

2. Lokasi

Bertanam dengan teknik hidroponik dapat dilakukan di banyak lokasi. Pilihan

lokasi dapat dilakukan di luar maupun didalam ruangan. Hal yang perlu

diperhatikan adalah meletakkan instalansi dengan aman, stabil dan jauh dari

terpaan angina kencang.

3. Sinar Matahari

Sama seperti tumbuhan yang ditanam di lahan, tanaman hidroponik pun

memerlukan cahaya untuk tumbuh normal. Sinar matahari dibutuhkan

tanaman dari segala sisi. Syarat wajib untuk mendorong pertumbuhan tanaman

proporsional dan sehat. Kekurangan cahaya membuat tanaman etiolasi.

Pertumbuhan batang cenderung miring kea rah sinar matahari atau sumber

cahaya.

Penanam hidroponik tanpa atap membuka akses penuh tanaman terhadap sinar

matahari. Namun, apabila intensitas matahari terlalu tinggi, sayuran daun bisa

menjadi pahit. Sebaliknya, bila sinar matahari tak muncul alias mending,

panen bisa mundur satu hari.

Page 37: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

16

4. Kelembapan

Kondisi kelembapan ideal untuk pertumbuha tanaman sayuran umumnya

berada pada kisaran 50-80%. Pada kondisi kelembapan lebih tinggi dari angka

optimal, daya serap tanaman memakan nutrisi akan berkurang. Sebaliknya,

pada kelembapan dibawah angka optimal tanaman akan layu.

5. pH

pH nutrisi sangat penting bagi tanaman hidroponik. Nutrisi diserap tanaman

dalam bentuk ion. Angka pH ideal untuk beragam tanaman sayuran dan buah

hidroponik berada pada kisaran 5,5-6,5 dengan suhu nutrisi sekitar 22oC.

peningkatan dan penurunan suhu juga mempengaruhi pH. Siang hari saat

terjadi fotosintesis hidrogen yang terbentuk dapat menyebabkan keasaman

nutrisi meningkat, maka angka pH menurun. Sebaliknya, sore hari ketika

fotosintesis berhenti, respirasi tanaman meningkat karena adanya pemakaian

ion hydrogen. .

2.2.2 Pemeliharaan Produksi Selada

Menurut Zulkarnain (2013:104) untuk tumbuh secara optimal, selada

membutuhkan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu, suplay air perlu dijaga

dengan baik, terutama areal pertanaman di dataran rendah, di mana suhu udara

cenderung tinggi, dan sering terjadi keterbatasan pasokan air. Kebutuhan air

sangat tinggi di umur 2-4 minggu setelah tanam di lapangan. Meskipun demikian,

ketersediaan air yang berlebihan juga tidak baik untuk pertumbuhan selada karena

dapat menimbulkan berbagai macam penyakit (terutama busuk) dan penurunan

kualitas hasil.

Page 38: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

17

Tindakan pemeliharaan yang lain adalah penyiangan gulma, pengendalian

hama dan penyakit. Penyiangan sudah harus dimulai begitu tanaman memasuki

umur 2 minggu setelah dipindah ke lapangan dan dilakukan dengan interval

seminggu sekali. Penyiangan gulma bertujuan mengurangi persaingan dalam

mendapatkan unsur hara dan air karena selada memiliki sistem perakaran yang

dangkal. Selain itu, menekan serangan hama dan penyakit karena gulma dapat

menjadi inang bagi hama maupun vektor penyakit.

2.2.3 Hama dan Penyakit

Menurut Zulkarnain (2013:105-106) hama-hama yang banyak menyerang

tanaman selada, sebagai berikut :

a. Kutu daun (Myzus persicae). Hama ini menyerang dengan cara menghisap

cairan sel sehingga daun-daun menjadi berkerut dan mengering. Serangan

terhadap tanaman muda dapat mengakibatkan pertumbuhannya kerdil atau

tidak sempurna. Hama ini juga dapat menjadi vector bagi penyebaran

berbagai jenis virus.

b. Ulat grayak (Spodoptera litura). Hama ini menyerang tanaman selada dengan

cara merusak daun hingga berlubang, robek atau terpotong-potong.

c. Thrips (Thrips parvispinus). Hama ini menyerang tanaman dengan cara

menusuk dan menghisap cairan daun. Pada permukaan daun yang diserang

terlihat adanya bintik-bintik kecil berwarna putih bekas tusukan yang

kemudian berubah menjadi cokelat atau kecokelatan. Daun-daun yang cairan

selnya dihisap mengeriput dan melengkung ke atas.

Page 39: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

18

d. Kutu daun kapas (Aphis gossypi). Hama ini menyerang tanaman dengan cara

menghisap cairan daun sehingga menjadi keriput dan mengering. Serangan

lebih lanjut dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat

dan dapat berakibat pada kematian tanaman.

e. Ulat tritip (Plutella xylostela). Gejala serangan hama ini terlihat pada

timbulnya jejak-jejak berwarna putih yang merupakan sisa-sisa epidermins

daun karena daging daun (mesofil) habis dimakan ulat.

f. Ulat Tanah (Agriotis ipsilon Hufnagel). Hama ini menyerang bagian pangkal

batang selada sehingga terpotong, yang berakibat pada tanaman roboh dan

mati.

g. Siput (Agriolimax spp ). Selada yang diserang oleh siput daunnya berlubang

tidak merata, selain itu, permukaan daun tanaman dijumpai alur-alur bekas

lender yang diekskresikan oleh siput.

Menurut Zulkarnain (2013:106-107) penyakit-penyakit yang banyak

dijumpai pada tanaman selada diantaranya :

a. Busuk daun (Bremia Lactucae Regel). Ciri-ciri serangan penyakit ini adalah

timbulnya bercak bersudut, berwarna hijau pucat hingga kuning di antara

tulang-tulang daun. Bercak-bercak semakin membesar dan menyatu satu

sama lain, lalu berubah cokelat.

b. Bercak daun (Cercospora longissima (cugini) Traverso). Serangan cendawan

ini pada mulanya dicirikan oleh timbulnya bercak kecil berair (basah) pada

tepi daun. Lama kelamaan bercak-bercak tersebut berkembang makin ke

bagian dalam daun dan bagian yang terserang menjadi kecokelatan.

Page 40: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

19

c. Rebah kecambah atau damping off yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani

Kuhn. Cendawan ini menyerang tanaman muda di pembibitan.

d. Busuk basah (Erwinia carotovora). Pada bagian tanaman yang terinfeksi

pada awalnya timbul bercak berair (basah) dan lunak. Selanjutnya bercak

membesar dan membusuk. Pada mulanya jaringan yang membusuk tidak

berbau, namun dengan adanya serangan bakteri sekunder jarring tersebut

mengeluarkan aroma busuk yang khas.

e. Bercak daun (Alternaria brassicae) Serangan cendawan ini dicirikan oleh

terdapatnya bercak-bercak kecil berbentuk bulat konsentris berwarna kelabu

gelap. Bercak tersebut dengan cepat meluas sehingga mencapai diameter

lebih kurang 1 cm.

f. Mozaik selada yang disebabkan oleh Lactuca Mosaik Virus. Virus ini banyak

menyerang tanaman pada stadium bibit dan tanaman muda. Gejala serangan

dicirikan oleh kerdilnya tanaman dan daun-daun mengeriting tidak beraturan

dengan tepi mengerut secara berlebihan. Tanaman menjadi pucat dan

berwarna hijau kekuningan.

2.3 Definisi Produksi dan Masalah Produksi

Menurut Fahmi (2012:2) bahwa produksi adalah sesuatu yang dihasilkan

oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang (goods) maupun jasa (services)

dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi

perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang (goods) dan jasa

(services) sangat tergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki

Page 41: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

20

perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2014:3)

produksi adalah sebuah penciptaan barang dan jasa. Sistem produksi

mengkombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi komponen-

komponen berupa bahan baku, tenaga kerja, modal dan lainnya dengan suatu cara

pengorganisasian, bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yang sama.

Menurut Fahmi (2012:5-6) ada beberapa bentuk masalah yang dihadapi

manajer produksi di masa yang akan datang, yaitu :

1. Harus mampu menciptakan produk yang bisa memuaskan konsumen. Pada

masa yang akan datansikap kritis dan persaingan semakin tinggi sehingga

konsumen betul-betul menginginkan produk yang mampu memberi kepuasan,

sementara pilihan produk yang ditawarkan pasar sangat beragam. Sehingga

seorang manajer produksi dituntut mampu melihat realita serta menerapkan

pada produk ciptaan.

2. Manager produksi harus mengedepankan konsep efisiensi dan efektivitas

dalam pekerjaan. Konsep just in time (JIT) merupakan salah satu rujukan yang

harus diikuti oleh para manajer produksi dalam rangka menghasilkan produk

atau menerima order dengan jangka waktu pengerjaan yang tepat waktu

3. Perubahan teknologi yang begitu tinggi mengharuskan manajer produksi

untuk bisa meng – upgrade secara berkelanjutan terhadap setiap teknologi

yang dimilki, termasuk perubahan dalam menerapkan software dan hardware

yang modern. Dengan begitu alokasi dana untuk pengembangan teknologi

menjadi sangat diperlukan.

Page 42: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

21

2.4 Risiko Produksi

Menurut Sosial Ekonomi Environmental (2016:7) risiko produksi harus

berhasil mempertahankan kegiatan operasional atau untuk mendapatkan

keuntungan dari kesempatan diidentifikasi. Risiko produksi diidentifikasi di area

proses yang mempengaruhi volume produksi atau kualitas produk dan pada

akhirnya biaya dan arus pendapatan dari bisnis. Risiko ini sebagian besar

ekonomis tetapi mungkin berkaitan erat dengan risiko non-ekonomi.

2.5 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

Menurut Wastra dan Mahbubi (2013:3) risiko adalah kemungkinan situasi

atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah

organisasi atau individu. Risiko adalah peluang atau kemungkinan terjadinya

bencana atau kerugian. Sumber risiko, pada umumnya disebabkan oleh adanya

ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan keuntungan (profitability), bahkan

kerugian. Risiko sangat terkait dan banyak digunakan dalam konteks pengambilan

keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian

buruk akibat suatu tindakan. Makin tinggi tingkat ketidakpastian suatu kejadian,

makin tinggi pula risiko yang disebabkan oleh pengambilan keputusan itu.

Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses

pengambilan keputusan. Hal ini berarti risiko terkait dengan pengambilan

keputusan individu atau pimpinan perusahaan atau organisasi

Menurut Kasidi (2010:5) risiko secara umum dapat dikelompokkan

menjadi:

Page 43: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

22

1. Risiko spekulatif (speculative risk) adalah risiko yang mengandung dua

kemungkinan yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan

yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau

bisnis. Contoh : perjudian, pembelian saham, pembelian valuta asing, saving

dalam bentuk emas, perubahan tingkat suku bunga perbankan.

2. Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang hanya mengandung satu

kemungkinan yaitu kemungkinan rugi saja. Contoh : bencana alam seperti

banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, tanah longsor, topan, kebakaran,

resesi ekonomi dan sebagainya.

Menurut Kountur (2008:22) manajemen risiko adalah cara bagaimana

menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-

risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat

dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara

meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk

mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju

organisasi bisa dikendalikan. Sedangkan Manajemen risiko menurut Kasidi (2010

:3) merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola

suatu risiko usaha. Keberadaan manajemen risiko merupakan antisipasi atas

semakin kompleknya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

Page 44: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

23

Gambar 2. Siklus Manajemen Risiko Sumber : Djohanputro (2008 :43)

Pelaksanaan manajemen risiko diperlukan adanya keterkaitan antara satu

kegiatan dengan kegiatan lainnya, tahapan tersebut dapat digambarkan pada siklus

manajemen risiko seperti pada Gambar 2 yang terdiri dari lima tahap yaitu :

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan analisis untuk mengidentifikasi apa saja

risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu mnenghadapi

seluruh risiko tersebut, namun demikian ada risiko yang dominan, ada pula risiko

yang minor. Langkah pertama yaitu dengan melakukan analisis pihak

berkepentingan (stakeholders), pihak berkepentingan seperti pemegang saham,

kreditur, pemasok, karyawan, pemain lain dalam industri, pemerintah,

manajemen, masyarakat dan pihak lain yang berpengaruh terhadap perusahaan.

Langkah kedua yaitu menganalisis dengan menggunakan 7S diantaranya shared

value, strategy, structure, staff skills,system and style (Djohanputro, 2008:43-44).

Identifikasi

Risiko

Pengukuran

Risiko

Pemetaan

Risiko

Model

Pengelolaan

Risiko

Pengawasan dan

Pengendalian Risiko

Evaluasi pihak

berkepentingan

Page 45: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

24

Dalam identifikasi risiko tersebut hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

(1) bersifat proaktif, bukan reaktif, (2) mencakup seluruh aktivitas fungsional atau

kegiatan operasional, (3) menggabungkan dan menganalisa informasi risiko dari

seluruh sumber informasi yang tersedia, (4) menganalisa probabilitas timbulnya

risiko serta konsekuensinya ( Wastra dan Mahbubi, 2013:46).

2. Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas

risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau

eskposur yang rentan terhadap risiko. Sedangkan kualitas risiko terkait dengan

kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi,

semakin tinggi pula risikonya (Djohanputro, 2008:44).

3. Pemetaan Risiko

Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu

mendapatkan perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah

sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan pemetaan ini adalah

untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan

(Djohanputro, 2008:44).

4. Model Pengelolaan Risiko

Menurut Susilo dan Kaho (2010: 175), perlakuan risiko adalah upaya

untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan

dampak dari kemungkinan terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan

tersebut. Kountur (2008:120-127) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil dari

Page 46: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

25

penilaian risiko dapat diketahui penanganan risiko yang tepat untuk dilakukan.

Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu

preventif dan mitigasi:

1) Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini

dilakukan apabila probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko besar.

Strategi ini digunakan untuk risiko yang belum terjadi atau pernah terjadi.

Strategi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur

Risiko ini bisa diperkecil jika aturan dan prosedurnya dibuat (jika belum

ada), atau diperbaiki (jika sudah ada namun belum baik). Risiko-risiko

yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem

dan prosedurnya ada dan baik.

b. Mengembangkan sumber daya manusia

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-

pelatihan baik pelatihan on-the-job atau pelatihan eksternal. Dengan

mengembangkan sumber daya manusia diharapkan kemungkinan

terjadinya risiko dapat diperkecil, terutama risiko-risiko yang disebabkan

oleh ketidak-kompetenan sumber daya manusia.

c. Memasang/Memperbaiki Fasilitas Fisik

Beberapa risiko dapat dihindari kejadiannya atau setidaknya diperkecil

kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau

memperbaiki (jika sudah ada namun belum baik) fasilitas fisik.

Page 47: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

26

2) Mitigasi adalah perlakuan risiko yang bertujuan untuk mengurangi risiko.

Strategi ini dilakukan saat sudah terjadinya risiko atau sedang

berlangsungnya sebuah risiko. Bentuk pengurangan risiko ini dapat berupa

pengurangan kemungkinan terjadinya risiko, pengurangan kerugian yang

diakibatkan bila risiko itu terjadi dan diversifikasi risiko (Susilo, 2010:181-

182). Menurut Kountur (2008:130-136), terdapat beberapa cara yang termasuk

ke dalam strategi mitigasi, diantaranya:

a. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan asset atau usaha di beberapa

tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan

menghabiskan seluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah

satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak

risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang

dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan

dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang

melakukan atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko

dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk

mengurangi kerugian yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini

dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

Page 48: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

27

a) Asuransi: Mengasuransikan harta perusahaan yang dampak risikonya

besar, berarti sudah mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak

asuransi.

b) Leasing: Cara di mana suatu asset digunakan, tetapi pemiliknya adalah

pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut, maka pemiliknya

yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas asset tersebut.

c) Outsourcing: Mentransfer kerugian ke pihak lain jika terjadi risiko

dengan cara outsource. Outsource merupakan cara di mana pekerjaan

diberikan ke pihak lain untuk mengerjakan, sehingga kita tidak

menanggung kerugian seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.

d) Headging: Cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan

risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.

5. Monitor dan Pengendalian Risiko

Monitor dan pengendalian risiko penting dilakukan hal tersebut karena (1)

manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan

sesuai dengan rencana; (2) manajemen juga perlu memastikan bahwa model

pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan

pengelolaan risiko dan mencapai tujuan pengelolaan risiko; (3) Karena risiko itu

sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau

perkembangan terhadap kecendrungan-kecendrungan berubahnya profit risiko

(Djohanputro, 2008:45).

Menurut Wastra dan Mahbubi (2013:40) manfaat yang akan diperoleh oleh

perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, antara lain :

Page 49: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

28

1. Pengambilan keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan yang kuat

berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan ketika mengambil keputusan atas

risiko yang terjadi

2. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai akibat dari

adanya pengaruh internal dan eksternal perusahaan

3. Mendorong para pengambil keputusan seuai tingkatannya untuk selalu

memaksimalkan kesempatan mendapatkan keuntungan, dengan risiko

sebagai batasan dari tindakan yang dilakukan

4. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko seminimal mungkin yang

dampaknya bagi perusahaan sekecil mungkin

5. Penerapan manajemen risiko mengarah kepada tatakelola perusahaan yang

baik dan benar, serta akan memberikan keamananan dan kenyamanan bagi

para karyawan, pemilik dan pemangku kepentigan lainnya, secara

berkelanjutan.

2.6 Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Menurut Triono (2012:18) diagram tulang ikan merupakan teknik yang

sering digunakan dalam mengidentifikasi masalah (penyebab) dalam manajemen

mutu. Diagram tulang ikan sering juga disebut sebaga ishikawa Diagram yang

ditemukan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1990 dari Universitas Tokyo.

Menurut Kuswandi dan Mutiara (2004:79) pembuatan diagram tulang ikan ini

bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari

suatu masalah atau penyimpangan (sebagai akibat dari sebab-sebab tersebut di

Page 50: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

29

atas). Dengan diketahui hubungan antara sebab dan akibat dari suatu masalah,

maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan, dengan kata lain,

apabila telah diketahui penyebab dari suatu kejadian risiko maka dapat segera

ditentukan strategi atau tindakan penanganan risiko.

Menurut Kuswandi dan Mutiara (2004:80) dalam pembuatan diagram

tulang ikan, akibat atau permasalahan digambarkan dalam bagian kepala ikan,

sedangkan faktor-faktor penyebab diletakkan sebagai tulang ikan. Terdapat dua

tipe, pertama yaitu pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe

pengelompokkan sebab. Kedua, pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe

proses produksi (Type Klasifikasi Proses Produksi).

Pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe pengelompokkan sebab,

dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut :

Gambar 3. Diagram Tulang Ikan Tipe Rangkuman Sebab Sumber :Kuswandi dan Mutiara (2004 :81)

Pembuatan diagram tulang ikan tipe rangkuman sebab dalam menentukan

permasalahannya digolongkan menjadi beberapa golongan besar. Penggolongan

dalam garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud biasanya terdiri atas bahan

Masalah

Cara (method) Manusia (Man)

Lingkungan

(environmen

t)

Alat

(Machine)

Bahan

(Material)

Page 51: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

30

(material), alat (machine), manusia (man), cara (method), dan lingkungan

(environment).

Dapat juga penggambaran diagram tulang ikan berdasarkan proses

produksi (Type Klasifikasi proses produksi), dapat dilihat pada Gambar 4:

Gambar 4. Struktur Diagram Tulang Ikan (Type Klasifikasi Proses Produksi) Sumber : Kuswandi dan Mutiara (2004 :81)

Pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe klasifikasi proses

produksi dalam menentukan permasalahannya digolongkan berdasarkan proses

atau alur produksi. Dimana, kejadian yang menjadi masalah ditempatkan pada

bagian kepala ikan, sedangkan proses-proses produksi diletakkan pada bagian

tulang ikan.

Masalah

Proses III

Bahan Proses I

Proses II

Masalah Bahan Proses I Proses II Proses

III

Page 52: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

31

Menurut Kuswandi dan Mutiara (2004:80) manfaat dari proses pembuatan

diagram tulang ikan antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah dengan menggunakan logika bagaimana mencari

faktor-faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat

2. Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam mendiskusikan identifikasi

masalah secara sistematis

3. Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang

menimbulkan suatu akibat (masalah yang sedang dipecahkan)

Menurut Triono (2012:18) ada empat langkah yang dibutuhkan dalam

membentuk diagram tulang ikan, sebagai berikut :

1. Melakukan brainstorming untuk mengenali penyebab dan masalah.

2. Memetakan masalah dan penyebab ke dalam diagram tulang ikan. Masalah

pada kepala ikan dan tulang utama, serta penyebab pada tulang duri yang

lebih kecil.

3. Tanyakan pada setiap masalah, mengapa hal ini terjadi. Jawaban atas hal

tersebut diletakkan pada tulang yang lebih kecil sebagai penyebab.

4. Kumpulkan data atas masalah dan penyebab untuk menentukan frekuensi

kejadian paling tinggi.

2.7 House Of Risk (HOR)

Menurut Ulfah dkk (2016:89) HOR merupakan modifikasi FMEA

(Failure modes and Effect of Analysis) dan model rumah kualitas (House Of

Quality) untuk memprioritaskan sumber risiko mana yang pertama dipilih untuk

Page 53: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

32

diambil tindakan yang paling efektif dalam rangka mengurangi potensi risiko dari

sumber risiko. Menurut Pujawan (2007:956) dalam Lutfi dan Irawan (2012:2)

penerapan HOR terdiri atas dua tahap yaitu :

1) HOR Fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen

risiko yang berpotensi timbul sehingga hasil output dari HOR fase 1 yaitu

pengelompokkan agen risiko ke dalam agen risiko prioritas sesuai dengan

nilai Aggregate Risk Potential (ARP).

2) HOR Fase 2 digunakan untuk perancangan strategi mitigasi yang dilakukan

untuk penanganan agen risiko kategori prioritas. Hasil output dari HOR Fase

1 akan digunakan sebagai input pada HOR fase 2.

2.7.1 HOR Fase 1

Menurut Ulfah dkk (2016:89) HOR Fase 1 merupakan tahapan awal yang

berujuan untuk mengidentifikasi kejadian risiko serta agen risiko yang

menyebabkannya. Dalam proses pengerjannya HOR fase 1 memiliki beberapa

tahap pengerjaan yaitu :

1) Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada setiap bisnis proses.

Kemudian mengidentifikasi apa yang kurang/salah pada setiap proses.

Kejadian risiko diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.

2) Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika terjadi) dengan

menggunakan Skala Likert. Tingkat keparahan dari kejadian risiko diletakkan

di kolom sebelah kanan dari tabel yang dinyatakan sebagai Si.

Page 54: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

33

3) Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian tiap sumber

risiko. Seumber risiko (Risk Agent) ditempatkan dibaris atas tabel dan

dihubungkan dengan kejadian baris bawah dengan notasi Oj.

4) Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap sumber risiko dan

setiap kejadian risiko Rij.

5) Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of Agent j = ARPj)

yang ditentukan sebagai hasil dari kemungkinan kejadian dari sumber risiko j

dan kumpulan dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang disebabkan

oleh sumber risiko j.

Berdasarkan uraian tahap pengerjaan HOR fase 1, maka dapat di buat

tabel model HOR fase 1 seperti tabel berikut :

Tabel 4. Model HOR Fase 1

Risk Agent (Aj) Severity of

Risk Event

(Si)

Bussiness process Risk Event

(Ei) A1 A2 A3 A4 A…

Plan E1

Source E2

Make E3

Deliver E4

Return E…

Occurance of Agent j O1 O2 O3 O4 O…

Aggregrate Risk

Potential j

AR

P1

AR

P2

AR

P3

AR P4 AR P…

Priority Rank of

Agent j

Sumber : Ulfah, dkk (2016:90)

Keterangan :

Ei = Kejadian Risiko (Risk Event)

Aj = Penyebab Risiko (Risk Agent)

Si = Tingkat Dampak (Severity)

Oj = Tingkat Probabilitas (Occurrence)

ARPj = Potensi Risiko Keseluruhan (Aggregate Risk Potensial)

Rank = Peringkat Prioritas Penyebab Risiko

Page 55: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

34

Perhitungan nilai ARP dapat menggunakan perhitungan berikut :

ARP j = O j ∑ Si Rij

Keterangan :

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan risiko)

Si = Severity level of risk (Tingkat dampak suatu risiko)

Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan risiko i

Mengadopsi prosedur di atas, maka HOR 1 dikembangkan melalui

langkah-langkah berikut:

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses bisnis.

Hal ini dapat dilakukan melalui proses produksi. Kemudian mengidentifikasi,

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam setiap proses tersebut. Ackermann

dkk. (2007) dalam Pujawan dan Geraldin (2009:5) menyediakan cara

sistematis mengidentifikasi dan menilai risiko. Model HOR 1 ditunjukkan

pada Tabel 4, dimana peristiwa risiko diletakan di kolom kiri,

direpresentasikan sebagai Kejadian Risiko (Ei).

2. Menilai dampak (keparahan) dari kejadian risiko tersebut (jika terjadi)

menggunakan Skala Likert (penelitian ini menggunakan skala 1 sampai

dengan 5). Suatu dari setiap peristiwa risiko yang diletakkan di kolom kanan

dari Tabel 4, diindikasikan sebagai Si.

3. Mengidentifikasi agen risiko atau penyebab risiko (Aj) dan menilai

kemungkinan terjadinya setiap agen risiko menggunakan Skala Likert 1

sampai dengan 5, di mana 1 berarti hampir tidak pernah terjadi dan nilai 5

berarti agen risiko hampir pasti terjadi. Di mana Aj ditempatkan pada baris

Page 56: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

35

atas tabel dan terjadinya terkait adalah pada baris bawah, dinotasikan sebagai

Oj.

4. Mengembangkan matriks korelasi yaitu hubungan antara masing-masing agen

risiko dan setiap kejadian risiko, menggunakan skala Rij (0, 1, 3, 9) di mana 0

mewakili tidak ada korelasi dan 1, 3, dan 9 mewakili masing-masing, rendah,

sedang, dan korelasi yang tinggi.

5. Menghitung potensi risiko keseluruhan agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai

produk dari kemungkinan terjadinya agen risiko j dan dampak agregat yang

dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh agen risiko j seperti

pada persamaan di atas.

6. Prioritas agen risiko menurut potensi risiko agregat mereka dalam urutan

menurun (dari yang bernilai tinggi ke rendah).

2.7.2 HOR Fase 2

Menurut Lutfi dan Irawan (2012:5) HOR Fase 2 merupakan perancangan

strategi mitigasi untuk melakukan penanganan (risk treatment) agen risiko yang

telah teridentifikasi dan berada pada level risiko prioritas. Penerapan HOR fase 2

meliputi beberapa tahap pengerjaan yaitu :

1. Menyeleksi agen risiko mulai dari nilai ARP tertinggi hingga terendah

dengan menggunakan analisis Pareto. Agen risiko yang termasuk kategori

prioritas tinggi akan menjadi input dalam HOR fase ke 2.

2. Mengidentifikasi aksi penanganan risiko yang relevan (PAk) terhadap agen

risiko yang muncul. Penanganan risiko dapat berlaku untuk satu atau lebih

agen risiko. Mengidentifikasi aksi penanganan risiko dapat menggunakan

Page 57: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

36

Skala Likert 3, 4 dan 5. Dimana Skala Likert tersebut menunjukkan mudah

atau tidaknya suatu strategi penanganan risiko

3. Pengukuran nilai korelasi antara suatu agen risiko dengan penanganan risiko.

Hubungan korelai terebut akan menjadi pertimbangan dalam menentukan

derajat efektivitas dalam mereduksi kemunculan agen risiko. Pengukuran

nilai korelasi menggunakan skala korelasi yaitu 0,1,3,9 dengan ketentuan 0

(tidak memiliki korelasi), 1 (memiliki korelasi rendah), 3 (memiliki korelasi

sedang) dan 9 (memiliki korelasi tinggi).

4. Mengkalkulasi total efektivitas (TEk) pada setiap agen risiko dengan

menggunakan perhitungan sebagai berikut :

TEk = ∑ ARPj Ejk

5. Mengukur tingkat kesulitan dalam penerapan aksi mitigasi (Dk) dalam upaya

mereduksi kemunculan agen risiko.

6. Mengkalkulasi total efektivitas penerapan aksi mitigasi/ effectiviness to

difficulty of ratio (ETDk) dengan rumus sebagai berikut :

ETDk = TEk /D3

7. Melakukan skala prioritas mulai dari nilai ETD tertinggi hingga yang

terendah. Nilai prioritas utama diberikan kepada aksi mitigasi yang memiliki

nilai ETD tertinggi.

Berdasarkan uraian tahap pengerjaan HOR fase 2, maka dapat di buat tabel

model HOR fase 2 seperti tabel berikut :

Page 58: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

37

Tabel 5. Model HOR Fase 2

To be treated Risk Agent

(aj)

Risk Agent (Aj) Aggregate

Risk

Potentials

(ARP)kj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

A1 ARP1

A2 ARP2

A3 ARP3

A4 ARP4

Total effectivineess of

action

TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty

preforming action

D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to

difficulty ratio

ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5

Sumber : Ulfah, dkk (2016:91)

Keterangan :

Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Tingkat kesulitan aksi preventif)

TEk = Total Efectiveness (Total Keefektifan dan tiap aksi preventif)

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Total Kesulitan dan Keefektifan aksi preventif)

Ejk = Hubungan antara tiap strategi preventif yang dilkaukan dengan tiap agen risiko

PAk = Preventif Action (Strategi preventif yang dilakukan)

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

2.8 Diagram Pareto

Tisnowati dkk (2008:52) Mendefinisikan diagram Pareto adalah diagram

batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian.

Setiap permasalahan diwakili oleh satu diagram batang. Masalah yang paling

banyak terjadi akan menjadi diagram batang yang paling tinggi, sedangkan

masalah yang paling sedikit akan diwakili oleh diagram batang yang paling

rendah. Diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 59: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

38

Gambar 5. Struktur Diagram Pareto Sumber : Kuswandi dan Mutiara (2004 : 55)

Menganalisa diagram pareto atau yang biasa disebut dengan diagram

prioritas, digunakan dalam rangka memilih prioritas masalah yang dampaknya

paling besar, yaitu kurang lebih 80%, yang disebabkan oleh kurang lebih 20%

faktor penyebab (Kuswandi dan Mutiara, 2004:50). Diagram pareto dapat

digunakan untuk mencari 20% jenis kasus (misalnya, cacat, keluhan, masalah)

yang merupakan 80% kecacatan dari keseluruhan proses produksi.

Tipe-tipe diagram pareto yang menunjukkan penyebab-penyebab suatu

masalah :

1) Operator : Giliran kerja, kelompok kerja, umur karyawan, pengalaman,

keterampilan

2) Mesin : perlengkapan, peralatan, mesin-mesin, organisasi, instrument

3) Bahan baku : jenis bahan baku, produsen,

4) Metode Kerja : kondisi kerja, order kerja.

Tipe-tipe Diagram Pareto yang menunjukkan akibat suatu masalah :

Tingkat

Persentase

Kumulatif

Page 60: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

39

1) Kualitas : Jumlah kerusakan, cacat, kesalahan, keluhan, produk, yang

dikembangkan, perbaikan

2) Biaya : jumlah kerugian, pemborosan biaya, biaya stock, biaya bunga

3) Pengiriman : keterlambatan pengiriman

4) Metode kerja : jumlah kecelakaan kekeliruan kerja

2.9 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang meneliti terkait risiko pada

produk pertanian yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini baik

yang menggunakan metode yang sama maupun berbeda sebagai berikut.

Hafizha (2017) melakukan penelitian berjudul “Analisis mitigasi risiko

produksi susu sapi di Peternakan Mahesa perkasa Farm”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui risiko dan mengetahui cara mitigasi risiko produksi susu sapi

pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm. Penelitian ini menggunakan alat analisis

yaitu Diagram Tulang Ikan (Fishbone) untuk menentukan identifikasi risiko yang

mungkin terjadi dan menjadi dasar dalam pembuatan kuesioner, dilanjutkan

dengan House Of Risk Fase 1 untuk mendapatkan nilai ARPj, Diagram Pareto

untuk memetakan risiko dan House Of Risk (HOR) fase 2 untuk menentukan

prioritas aksi mitigasi risiko. Penelitian ini dalam melakukan pengolahan data

menggunakan software Excel 2010. Hasil pada penelitian menunjukkan terdapat 8

kejadian risiko pada tahap pemeliharaan sapi perah, 13 kejadian risiko pada tahap

pemerahan susu sapi dan 3 kejadian risiko pada tahap pengemasan susu sapi dan

teridentifikasi 50 agen atau penyebab risiko secara keseluruhan. Berdasarkan tabel

Page 61: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

40

HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu 9

penyebab risiko pada tahap pemeliharaan sapi perah, 17 penyebab risiko pada

tahap pemerahan susu sapi dan 4 penyebab risiko pada tahap pengemasan susu

sapi. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka diketahui terdapat 21

strategi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab risiko

tersebut.

Annisa (2017) melakukan penelitian berjudul “Analisis Risiko Produksi susu

kambing di CV Sawangan Farm Dairy”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi penyebab dan dampak risiko yang terjadi pada produksi susu

kambing dan mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko

pada produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy. Alat analisis yang

digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode Diagram Tulang Ikan

untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin akan terjadi dan dijadikan dasar

dalam pembuatan kuesioner, setelah didapatkan Risk Agent dan Risk Event maka

dilanjutkan dengan metode HOR fase 1 untuk mendapatkan nilai ARPj,

selanjutkan nilai ARPj dari HOR fase 1 dapat diketahui besaran risiko yang dapat

terjadi dilakukan pemetaan dengan metode Diagram Pareto dan House Of Risk

(HOR) fase 2 digunakan untuk menentukan prioritas aksi pencegahan/preventif

risiko. Hasil penelitian ini terdapat 20 penyebab risiko pada proses pemeliaraan

induk, 15 penyebab risiko pada proses pemerahan susu dan 12 penyebab risiko

pada proses penyelesaian dan pengemasan susu. Kemudian terdapat 12 kejadian

risiko pada proses pemelihataan induk, 12 kejadian risiko pada proses pemerahan

susu, serta 8 kejadian risiko pada proses penyelesaian dan pengemasan susu.

Page 62: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

41

Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai

tertinggi yaitu 10 penyebab risiko pada proses pemeliharaan induk, tujuh

penyebab risiko pada proses pemerahan susu dan 6 penyebab risiko pada proses

penyelesaian dan pengemasan susu. Berdasarkan prioritas penyebab risiko

tersebut maka ditentukan 22 strategi preventif yang akan dilakukan.

Sitorus (2011) melakukan penelitian berjudul “Analisis risiko produksi

bayam dan kangkung hidroponik pada parung farm”. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis sumber risiko dan menganalisis manajemen risiko pada

portofolio yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh

usaha bayam dan kangkung pada Parung Farm. Alat analisis yang digunakan pada

penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif yaitu variance, standar deviasi

dan coefficient. Hasil penelitian ini adalah sumber-sumber risiko pengusahaan

bayam dan kangkung hidroponik pada Parung Farm antara lain kondisi cuaca dan

iklim, hama dan penyakit, kualitas sumber daya alam, input dan kerusakan

peralatan. Berdasarkan analisis risiko pada komoditas tunggal menunjukkan

bahwa bayam memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi daripada kangkung untuk

pendapatan. Hasil analisis diversifikasi pada komoditas bayam dan kangkung

menunjukkan bahwa diversifikasi berhasil menurunkan tingkat risiko walau tidak

untuk semua komoditas. Bayam merupakan komoditas sayuran yang perlu

dikembangkan karena memiliki risiko yang lebih kecil dan permintaan pasar yang

cukup tinggi. Selain itu perusahaan perlu mengadakan manajemen risiko lebih

lanjut untuk cuaca.

Page 63: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

42

Eprianda (2017) melakukan penelitian berjudul “Efisiensi dan Analisis

Risiko Budidaya Selada Keriting dan Selada Romaine Hidroponik NFT (Nutrient

Film Technique) di PT. XYZ Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis perbedaan efisiensi teknis budidaya selada keriting hijau dan selada

romaine hidroponik NFT pada PT XYZ dan menganalisis perbedaan risiko

budidaya selada keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT pada PT XYZ.

Alat analisis yang digunakan adalah Standar deviasi dan koefisien variasi (CV).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kedua tanaman selada belum efisien

secara produksi antara selada hijau dan selada romaine hidroponik NFT, selada

keriting hijau memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah daripada selada

romaine, tingkat efisiensi selada keriting lebih kecil dibandingkan selada romaine;

(2) risiko produksi selada hijau lebih tinggi dari selada romaine karena ada

penyakit (seperti layu fusarium yang menginfeksi tanaman selada hijau) yang

ditunjukkan oleh nilai koefisien variasi. Nilai koefisien variasi selada keriting

lebih besar dibandingkan tanaman romaine. Risiko harga pada kedua selada

memiliki tingkat yang rendah. Selada keriting memiliki nilai koefisien variasi

harga lebih rendah dibandingkan selada romaine.

Destiarini (2017) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Risiko Usaha

Sayuran Organik di FAM Organic Tenjolaya Bogor). Penelitian ini bertujuan

memgidentifikasi jenis risiko yang dihadapi FAM Organic Tenjolaya, Mengukur

dan memetakan risiko usaha FAM Organic Tenjolaya, merumuskan strategi

mitigasi risiko yang efektif dalam mengelola risiko di FAM Organic Tenjolaya.

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan Enterprise

Page 64: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

43

Risk Management (ERM). Hasil penelitian ini terdapat 37 jeis risiko dengan risiko

yang paling harus diprioritaskan untuk dikelola adalah ketergantungan key

person. Pengukuran risiko didasarkan pada probabilitas dan dampaknya. Besar

tingkat risiko yang dialami FAM Organic Tenjolaya tercermin pada peta risiko.

Risiko strategik termasuk risiko neglible, undesirable, dan unacceptable. Risiko-

risiko teknis dalam bidang operasional produksi tergolong risiko negligible,

acceptable, dan undesirable.. Risiko reporting termasuk dalam risiko acceptable.

Strategi yang perlu dikembangkan untuk mitigasi risiko yang efektif bagi FAM

Organic Tenjolaya diprioritaskan menangani risiko paling tinggi dahulu,

kemudian ke risiko yang lebih rendah. Strategi mengurangi risiko adalah alternatif

yang paling banyak dilakukan apabila risiko tersebut tidak dapat dihindari atau

ditransfer.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan dan dijadikan

acuan pada penelitian dapat diliat persamaan dan perbedaannya pada Tabel 6.

Tabel 6. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Hafizha (2017) Menggunakan metode

Diagram Tulang Ikan,

Diagram Pareto dan

House Of Risk (HOR)

Pada penelitiannya Hafizha

menggunakan komoditas

Susu Sapi, sedangkan

penelitian ini komoditas

Selada Hidroponik

2 Annisa (2017) Menggunakan metode

Diagram Tulang Ikan,

Diagram Pareto dan

House Of Risk (HOR)

Pada penelitian Annisa

menggunakan komoditas

susu kambing, sedangkan

penelitian ini menggunakan

komoditas Selada

Hidroponik

Page 65: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

44

No Penelitian Persamaan Perbedaan

3 Sitorus (2011) Menganalisis Sayuran

Hidroponik

Pada penelitian Sitorus

Menggunakan metode

variance, standar deviasi

dan coefficient, sedangkan

penelitian ini menggunakan

metode Diagram Tulang

Ikan, Diagram Pareto dan

House Of Risk (HOR)

4 Eprianda (2017) Menganalisis Sayuran

Hidroponik

Pada penelitian Eprianda

menggunakan metode

Koefisien Variasi (CV),

Standart Deviasi, sedangkan

penelitian ini menggunakan

metode Diagram Tulang

Ikan, Diagram Pareto dan

House Of Risk (HOR)

5 Destiarini (2017) Menganalisis Sayuran

Hidroponik

Pada Penelitian Destiarini

menggunakan metode

Enterprise Risk

Management (ERM),

sedangkan penelitian ini

menggunakan metode

Diagram Tulang Ikan,

Diagram Pareto dan House

Of Risk (HOR)

Page 66: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

2.10 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini membahas mengenai risiko produksi selada hidroponik di

PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang). Selada hidroponik merupakan

produksi utama dalam usaha di PT. Kebun Pangan Jaya. Dalam menjalankan

bisnisnya, PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi selada seringkali tidak

mencapai target produksi sehingga dapat diindikasikan PT. Kebun Pangan Jaya

menghadapi risiko dalam setiap proses produksi mulai dari (1) penanaman; (3)

pemeliharaan; (4) pemanenan; (5) pengemasan.

Kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui dengan dilakukan

identifikasi risiko. Untuk mengidentifikasi risiko, peneliti menggunakan Diagram

Tulang Ikan untuk menentukan titik-titik kritis yang dapat menjadi risiko pada

proses produksi selada hidroponik. Setelah teridentifikasi dilanjutkan dengan

pengukuran risiko yaitu menggunakan Skala Likert. Pengukuran dilakukan

dengan menggunakan Skala Likert dengan skala 1 sampai 5, dengan keterangan

(1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi, (5) sangat tinggi. Pengukuran

tersebut dimasukkan ke dalam tabel House Of Risk (HOR) 1dan dihitung nilai

potensi risiko keseluruhan (Aggregate Risk Potential) atau ARPj.

Setelah didapatkan nilai ARPj, maka dilakukan pemetaan untuk

mengetahui penentuan strategi dan pengelolaan risiko dengan menggunakan

diagram pareto. Pengukuran korelasi antara tingkat dampak risiko dengan

frekuensi/peluang terjadinya penyebab risiko dengan menggunakan Skala Likert

yaitu 0, 1, 3,9 dengan keterangan; (0) tidak ada korelasi; (1) korelasi rendah; (3)

Page 67: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

46

korelasi sedang; dan (9) korelasi yang tinggi. Pengukuran-pengukuran tersebut

akan dimasukkan ke dalam tabel HOR Fase 2. Sehingga didapatkan prioritas aksi

untuk pencegahan risiko. Adapun kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat

pada Gambar 6.

Page 68: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

47

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

Keterangan

= Alur Proses Penelitian

= Input Pengumpulan Data

= Outuput Metode Analisis Risiko

PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur Pamulang)

Alur Proses Produksi Selada

Hidroponik di Kebun Sayur

Pamulang

Diagram Tulang ikan

Mengidentifikasi risiko yang

timbul pada saat proses produksi

selada

Diagram Pareto

Pengukuran Kejadian Risiko

Evaluasi Strategi Risiko

Pemetaan Risiko

Menentukan Strategi Pengelolaan

Risiko

Prioritas Aksi Pencegahan Risiko

Skala Likert

Model HOR2

2

Skala Likert

Model HOR1

1

Produksi yang tidak mencapai

target

Page 69: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

48

Gambar 7. Skema Operasional Penelitian

Page 70: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai analisis risiko produksi selada hidroponik dilakukan

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur). Berlokasi di Komplek Pamulang

Permai II Blok B-3/8-E, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli –

September 2018.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi objek pada penelitian ini adalah (1) Identifikasi

Risiko; (2) Identifikasi Frekuensi/Peluang kemunculan penyebab risiko dan

tingkat dampak (Severity) risiko; (3) Korelasi Kemunculan Risiko (Occurrence)

dengan pengaruh/dampak risiko (Severity); (4) Derajat/tingkat kesulitan

tindakan/strategi pencegahan/preventif (5) Korelasi penerapan tindakan strategi

pencegahan/preventif dengan penyebab risiko (6) Pemetaan risiko produksi

menggunakan diagram pareto. Dari ke 6 variabel tersebut didapatkan sub variabel

berupa proses produksi Selada Hidroponik yaitu, (1) Penanaman; (2)

Pemeliharaan; (3) Pemanenan; (4) Pengemasan. Dalam mengukur sub-variabel

yang ada maka diperlukannya parameter dan atribut. Secara rinci dibuat matriks

penelitian pada Lampiran 2. Parameter penelitian didapatkan dari literatur-literatur

seperti buku dan jurnal.

Page 71: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

50

3.3 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder baik berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan

diperoleh dari observasi dan teknik wawancara sistematik. Observasi dilakukan

untuk melihat dan mengamati pelaksanaan aktivitas produksi Selada Hidroponik

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang). Sedangkan wawancara

dilakukan untuk memperoleh informasi lebih lengkap lagi mengenai objek yang

diamati. Teknik wawancara sistematik yaitu wawancara yang dilakukan dengan

mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada

narasumber. Pedoman yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner

Informan pada penelitian ini diperoleh dari Pemilik Kebun, Karyawan produksi,

Manager Kebun, Supervisor Kebun dan Marketing. Data sekunder diperoleh dari

studi pustaka dan literatur-literatur yang mendukung untuk memperkuat teori

sebagai dasar dalam penelitian ini.

Data kualitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah profil

perusahaan PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur), jenis-jenis risiko, penyebab

risiko dan upaya yang digunakan untuk menghadapi risiko dan kendala yang

mungkin terjadi. Sedangkan data kuantitatif yang digunakan diantaranya adalah

nilai tingkat probabilitas risiko, nilai tingkat dampak risiko, nilai tingkat korelasi

risiko, nilai tingkat kesulitan serta nilai tingkat keefektifan upaya penanganan

risiko.

Page 72: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

51

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Observasi, Kuesioner, Wawancara dan Studi Pustaka.

3.4.1 Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data dengan mengamati

kegiatan produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur

Pamulang). Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data terkait aktivitas

produksi Selada hidroponik secara langsung.

3.4.2 Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi risiko

dan kuesioner penilaian dampak risiko menggunakan metode House Of Risk

(HOR). Kuesioner tersebut digunakan untuk mengetahui risiko apa saja yang

dapat terjadi dalam tahap proses produksi selada hidroponik dan untuk mengukur

nilai prioritas risiko berdasarkan nilai dampak.

Dari Tabel 7 dapat dijelaskan terdapat 21 kuesioner dalam proses

pengumpulan data. Pada tahap pembuatan skema pembuatan HOR fase 1 di mulai

dari kuesioner nomor 1 sampai dengan nomor 11, sesuai dengan proses produksi

selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang).

Kuesioner pertama berisi pertanyaan mengenai profil perusahaan, proses

produksi selada hidroponik terdapat 4 proses yaitu proses penanaman,

pemeliharaan , pemanenan dan pengemasan beserta beberapa risiko yang dapat

terjadi. Hasil dari kuesioner ini kemudian akan dijadikan acuan dalam pembuatan

Page 73: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

52

matriks instrument penelitian di mana untuk merumuskan variabel penelitian serta

penentuan penyebab risiko dan kejadian risiko. Berikut adalah beberapa kuesioner

yang digunakan pada penelitian pada Tabel 7 berikut.

Page 74: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

53

Tabel 7. Daftar Kuesioner Penelitian

No Jenis Kuesioner Lokasi Tujuan Parameter Atribut

1 Profil Perusahaan dan Identifikasi Risiko Lampiran 1

dan 2

Profil perusahaan,

matriks

instrument

penelitian dan

diagram Fish

Bone

Lampiran 1

2 Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurance) dan Tingkat Pengaruh Dampak

(Severity) Risiko pada Proses Penanaman

Lampiran 3a Skema HOR fase

1

Lampiran 2

Skala Likert :

1 = sangat

rendah

2= Rendah

3 = Sedang

4 = Tinggi

5 = Sangat tinggi

3 Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurance) dan Tingkat Pengaruh Dampak

(Severity) Risiko pada Proses Pemeliharaan

Lampiran

3b

Skema HOR fase

1

4 Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurance) dan Tingkat Pengaruh Dampak

(Severity) Risiko pada Proses Pemanenan

Lampiran 3c Skema HOR fase

1

5 Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurance) dan Tingkat Pengaruh Dampak

(Severity) Risiko pada Proses Pengemasan

Lampiran

3d

Skema HOR fase

1

Page 75: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

54

Tabel 7. Lanjutan…

No Jenis Kuesioner Lokasi Tujuan Parameter Atribut

8 Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Penanaman

Lampiran 3e Skema HOR fase

1

Lampiran 2

Skala Korelasi

0 = Tidak ada

korelasi

1 = Korelasi/

hubungan rendah

3 = korelasi/

hubungan sedang

9 = korelasi/

hubungan tinggi

9 Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pemeliharaan

Lampiran 3f Skema HOR fase

1

10 Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pemanenan

Lampiran

3g

Skema HOR fase

1

11 Korelasi Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dengan Pengaruh/Dampak Risiko (Severity) pada

Proses Pengemasan

Lampiran

3h

Skema HOR fase

1

13 Rancangan Kuesioner Derajat/ Tingkat Kesulitan

Tindakan/ Strategi Pencegahan /Preventif dengan

Penyebab Risiko yang ada pada Proses Penanaman

Lampiran 4a Skema HOR fase

2

Atas izin

Perusahaan

Skala Likert

3 = Mudah

dijalankan

4 = Sedang

dijalankan

5 = Sulit

dijalankan

14 Rancangan Kuesioner Derajat/ Tingkat Kesulitan

Tindakan/ Strategi Pencegahan /Preventif dengan

Penyebab Risiko yang ada pada Proses Pemeliharaan

Lampiran

4b

Skema HOR fase

2

15 Rancangan Kuesioner Derajat/ Tingkat Kesulitan

Tindakan/ Strategi Pencegahan /Preventif dengan

Penyebab Risiko yang ada pada Proses Pemanenan

Lampiran 4c Skema HOR fase

2

Page 76: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

55

Tabel 7 Lanjutan….

No Jenis Kuesioner Lokasi Tujuan Parameter Atribut

16 Rancangan Kuesioner Derajat/ Tingkat Kesulitan

Tindakan/ Strategi Pencegahan /Preventif dengan

Penyebab Risiko yang ada pada Proses Pengemasan

Lampiran

4d

Skema HOR fase

2

18 Rancangan Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan dengan Penyebab

Risiko pada Proses Penanaman

Lampiran

4e

Skema HOR fase

2

Atas Izin

Perusahaan

Skala Korelasi

0 = Tidak ada

korelasi

1 = Korelasi/

hubungan rendah

3 = korelasi/

hubungan sedang

9 = korelasi/

hubungan tinggi

19 Rancangan Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pemeliharaan

Lampiran

4f

Skema HOR fase

2

20 Rancangan Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pemanenan dan Pengemasan

Lampiran

4g

Skema HOR fase

2

21 Rancangan Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pengemasan

Lampiran

4h

Skema HOR fase

2

Page 77: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

56

3.4.3 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan

langsung dengan narasumber yang terlibat dalam kegiatan proses produksi selada

hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang). Instrument yang

digunakan dalam wawancara berupa pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang

diajukan kepada narasumber yang terlibat dalam kegiatan proses produksi di PT.

Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang). Adapun yang menjadi narasumber

dalam penelitian ini yaitu Pemilik Kebun, Manager Kebun, Supervisor Kebun,

Pekerja Kebun, dan Sales Marketing.

3.4.4 Studi Pustaka

Studi pustaka dalam penelitian ini bersumber dari literatur-literatur yang

berhubungan dengan topik penelitian, literatur tersebut antara lain buku, jurnal

ilmiah dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner, perlu dilakukan pengolahan

data. Metode pengolahan data pada penelitian ini diantaranya :

1. Seleksi Data

Seleksi data pada penelitian ini yaitu memilih data yang paling relevan dan

sesuai dengan ketentuan pada penelitian ini, seleksi ini bertujuan untuk

mendapatkan data yang valid. Meskipun dalam hal ini, peneliti mengambil

Page 78: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

57

data dari narasumber, tidak menutup kemungkinan bahwa data tersebut tidak

valid karena narasumber tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

2. Tabulasi Data

Data yang didapatkan dari hasil wawancara dan kuesioner kepada narasumber

maka dimasukkan kedalam bentuk tabel. Adanya tabulasi data berguna untuk

memudahkan pengamatan.

3. Coding (Pemberian Kode)

Pada penelitian ini diperlukan adanya coding atau pemberian kode dalam

proses analisis data. Kode merupakan kata pendek yang secara simbolis dapat

meringkas, menangkap inti dari sebuah kata sehingga mendapatkan kata yang

sederhana. Contoh dari coding dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8

dan Tabel 9.

Tabel 8. Pemberian kode dugaan penyebab risiko pada Produksi Selada

Hidroponik

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent)

A1 Suhu udara melebihi 30oC

A2 Kelembaban udara tinggi

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

A4 Suhu air melebihi 27oC

A8 Selang Plastik rentan bocor

A5 Tidak ada Yellowtrap pada greenhouse pembibitan

A6 Tidak ada dinding grenhouse

A7 Jarak antar lubang kurang dari 15 cm

A8 Selang Plastik rentan bocor

A9 Setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/ tidak terkena

sinar matahari

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan rockwool

A11 Pemindahan sayuran melewati satu tahap

Sumber : Lampiran 2, Kolom 5

Page 79: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

58

Tabel 9. Pemberian Kode dugaan kejadian risiko pada Produksi Selada

Hidroponik

Kode Kejadian Risiko (Risk Event)

E1 Tanaman menjadi layu

E2 Pertumbuhan melambat

E3 Tanaman selada terbakar pada bagian daun

E4 Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi

E5 Tanaman mudah terserang hama dan pathogen

E6 Terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan air

hujan

E7 Tanaman menjadi tumpang tindih

E8 Tanaman selada mengalami stagnant

E9 Selada ikut terpotong ketika proses pemotongan rockwool

E10 Selada terjatuh sehingga dapat mati

Sumber : Lampiran 2, Kolom 4

4. Pengukuran risiko dan efektifitas strategi

Setelah didapatkan data dari penyebaran kuesioner, maka data tersebut diolah

dengan cara menghitung rata-rata dari setiap jawaban narasumber pada setiap

prosesnya. Perhitungan dilakukan dengan bantuan Microsoft excel 2010.

5. Finishing

Finishing merupakan proses akhir dari pengolahan data. Data yang telah

diseleksi, dan dimasukkan kedalam tabulasi data selanjutnya data diolah

dengan menggunakan alat analisis yaitu Diagram Tulang Ikan, House Of Risk

Fase 1, Diagram Pareto dan House Of Risk Fase 2.

Page 80: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

59

3.6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dengan bantuan Microsoft

excel 2010. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini sebagai

berikut :

3.6.1 Diagram Tulang Ikan

Diagram tulang ikan dapat dibuat dari matriks instrument penelitian.

Matriks instrument penelitian ini akan dijadikan dasar dalam pembuatan diagram

tulang ikan seperti pada Gambar 8 berikut.

Gambar 8. Diagram Tulang Ikan Dugaan Kejadian Risiko Produksi Selada

Hidroponik Sumber : Herwibowo dan Bundiana (2014 : 44-110)

Dapat dilihat pada Gambar 8, pada bagian kepala diagram tulang ikan

terdapat masalah utama akibat yang ditimbulkan dari risiko produksi selada

hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang). Bagian badan

diagram tulang ikan terdapat sub variabel yaitu proses produksi selada hidroponik

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) yang terdiri atas Penanaman,

Page 81: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

60

Pemeliharaan, Pemanenan serta Pengemasan. Kemudian pada masing-masing

diagram tulang ikan terdapat parameter masing-masing proses yaitu kegiatan rinci

produksi selada hidroponik, di mana masing-masing kegiatan tersebut terdapat

titik kritis yang menjadi penyebab atau agen risiko produksi selada hidroponik.

3.6.2 House Of Risk (HOR) fase 1

Analisis pertama yaitu dengan menggunakan metode House Of Risk

(HOR) fase 1, HOR fase 1 digunakan untuk mengetahui nilai potensial risiko

keseluruhan atau Agregate Risk Potential (ARPj). Data peluang penyebab risiko

(Occurrence) dan tingkat dampak kejadian risiko (Severity) beserta data korelasi

antar keduanya yang telah diperoleh dari kuesioner yang terdapat pada Lampiran

3a sampai dengan 3j dimasukkan pada HOR fase 1 yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Pengisian kuesioner menggunakan Skala Likert yaitu dengan

keterangan (1) Sangat rendah; (2) Rendah; (3) Sedang; (4) Tinggi; (5) Sangat

tinggi. Penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) ditempatkan pada sisi atas tabel,

kejadian risiko atau Risk Event (Ei) ditempatkan pada sisi kiri tabel, nilai tingkat

dampak kejadian risiko (Severity) ditempatkan pada sisi kanan tabel, nilai

frekuensi atau peluang penyebab risiko (occurance) diletakkan pada bagian bawah

setelah daftar kejadian risiko, dan nilai korelasi antara frekuensi penyebab risiko

(Aj) dengan kejadian risiko (Ei) ditempatkan pada bagian tengah tabel diantara

peneyebab risiko (Aj) dan kejadian Risiko (Ei). kuesioner diisi oleh narasumber

yang terdiri dari pemilik kebun, kepala kebun, supervisor kebun dan pekerja

kebun. Pada penelitian ini akan dibuat model HOR Fase 1 dari masing-masing

Page 82: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

61

proses produksi selada yaitu Penanaman, Pemeliharaan, Pemanenan dan

Pengemasan. Tabel HOR Fase 1 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Contoh Tabel HOR Fase 1 Proses Penanaman

Perhitungan Severity Of Risk (Si) didapatkan dari perhitungan rata-rata

menggunakan Skala Likert yang telah diisi oleh narasumber pada tabel Risk Event

kuesioner Lampiran 3a sampai 3d . Sedangkan, untuk perhitungan Occurance Of

Agent (Oj) didapatkan dari perhitungan rata-rata menggunakan Skala Likert yang

telah diisi oleh narasumber pada tabel Risk Agent kuesioner Lampiran 3a dan

Lampiran 3d.

3.6.2.1 Aggregate Risk Potential (ARPj)

Aggregate Risk Potential (ARPj) merupakan perhitungan nilai potensi

risiko keseluruhan yang didapat dari perkalian antara tingkat kemunculan risiko j

(Oj) dengan tingkat dampak suatu risiko (Si) dengan hubungan korelasi antara

agen risiko j dengan dampak risiko i (Rij). Adapun perhitungan ARPj yaitu dengan

rumus sebagai berikut :

Page 83: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

62

ARP j = O j ∑ Si Rij…………… (1)

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan risiko) yang didapatkan

dari kuesioner Lampiran 3 (a,b,c,d)

Si = Severity level of risk (Tingkat dampak suatu risiko) yang didapatkan dari

kuesioner Lampiran 3 (a,b,c,d)

Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan dampak risiko i yang

didapatkan dari kuesioner Lampiran 3 (e,f,g,h)

3.6.3 Diagram Pareto

Setelah dianalisis menggunakan HOR 1 maka didapatkan nilai ARPj dari

masing-masing penyebab risiko (Aj), selanjutnya dilakukan penyebab kejadian

risiko menggunakan diagram pareto dengan perbandingan 80 : 20. Diagram pareto

dimaksudkan untuk mengetahui penyebab-penyebab risiko yang memiliki

pengaruh besar bagi perusahaan agar dapat menentukan strategi pencegahan

risiko pada masing-masing proses. Penyebab risiko yang memiliki persentase

kumulatif kurang dari atau sama dengan 80% merupakan penyebab yang

memiliki pengaruh yang besar dan akan membuat kerugian bagi perusahaan.

…………… (2)

Page 84: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

63

Keterangan :

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) pada masing-

masing penyebab risiko

%Aj = Presentase kumulatif pengaruh penyebab risiko (Aj)

Syarat = Akumulasi penyebab risiko ≤ 80%

Setelah didapatkan presentase kumulatif pengaruh penyebab risiko dari

masing masing risiko maka akan dibuat diagram pareto seperti model yang terlihat

pada Gambar 10.

Gambar 10. Model Diagram Pareto Risiko Produksi Selada Hidroponik

Berdasarkan pada Gambar 9, diagram pareto yang berbentuk batang

melambangkan nilai potensi risiko keseluruhan (ARPj) dari masing-maisng

penyebab risiko (Aj), sedangkan untuk titik hitam menunjukkan presentase

kumulatif dari masing-masing penyebab risiko (Aj), bagian sisi kiri akan terdapat

angka-angka tingkatan nilai ARPj dan pada sisi kanan akan terdapat angka-angka

presentase kumulatif dari masing-masing penyebab risiko (Aj).

Nilai ARPj % Kumulatif

Penyebab

Risiko

Produksi

Selada

Page 85: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

64

Setelah diketahui penyebab risiko yang paling berpengaruh pada proses

produksi Selada di Kebun Sayur Pamulang maka dilakukan perumusan strategi

pencegahan risiko dengan Bapak Yeng selaku Manager Kebun Sayur Pamulang,

Bapak Roni selaku pemilik PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang),

Bapak Aji selaku pekerja bagian produksi di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur Pamulang) dan Bapak Widy selaku Sales di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang).

3.6.4 House Of Risk (HOR) Fase 2

Alat analisis ketiga yang digunakan penelitian ini adalah House Of Risk

(HOR) fase 2. Setelah didapatkan agent risiko yang paling menjadi masalah pada

risiko produksi selada hidroponik dengan diagram pareto, maka dimasukkan ke

dalam Tabel House Of Risk (HOR) Fase 2. Terdapat beberapa contoh strategi

pencegahan pada bagian atas model untuk mencegah terjadinya penyebab-

penyebab risiko yang memiliki pengaruh besar bagi perusahaan pada bagian kiri

model, pada bagian kanan terdapat nilai potensi risiko keseluruhan masing-masing

penyebab risiko (ARPj), nilai korelasi antara strategi preventif dengan penyebab

risiko pada bagian tengah, serta pada bagian bawah terdapat nilai total keefektifan

dari masing-masing strategi pencegahan (TEk), tingkat kesulitan dari masing-

masing strategi preventif yang akan diterapkan (Dk), rasio keefektifan kesulitan

strategi preventif ETDk dan urutan dari masing-masing rasio keefektifan kesulitan

strategi preventif (Rank). Berikut contoh tabel HOR fase 2.

Page 86: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

65

Tabel 10. Contoh model HOR fase 2

Preventive Action (PAk)

Agen Risiko (Aj)

terpilih E1 E2 E3 E… Aggregate Risk

Potential (ARPj)

A1

Korelasi (Ejk)

ARP1

A2 ARP2

A3 ARP3

A… ARP…

Tek TE1 TE2 TE3 TE…

Dk D1 D2 D3 D…

ETDk ETD1 ETD2 ETD3 ETD…

Rank R1 R2 R3 R…

Keterangan :

Aj = Risk Agent (Penyebab risiko yang sangat berpengaruh terhadap perusahaan) yang

diperoleh dari hasil pemetaan diagram pareto 80%

Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Tingkat kesulitan strategi preventif) yang

didapatkan dari kuesioner Lampiran 4 (a,b,c,d,e)

TEk = Total Efektiveness (Total Keefektifan dan tiap strategi preventif)

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Rasio keefektivan kesulitan tindakan atau strategi

preventif)

Ejk = Hubungan antara setiap strategi preventif dengan setiap penyebab risiko didapatkan

dari kuesioner yang terdapat pada Lampiran 4 (f,g,h,i,j)

j,i,k = Urutan agen risiko terpilih berdasarkan hasil perhitungan ARP

3.6.4.1 Total Effectiviness (TEk)

Nilai Total keefektifan penerapan strategi didapatkan dari hasil perkalian

antara potensii risiko keseluruhan (ARPj) dengan hubungan antara tiap aksi

preventif dengan tiap agen risiko (Ejk). TEk dapat dirumuskan sebagai berikut :

TEk = ∑ ARPj Ejk

Page 87: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

66

Keterangan :

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektifan) risiko produksi selada hidroponik

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) risiko produksi

selada hidroponik

Ejk = Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risiko pada risiko

produksi selada hidroponik

3.6.4.2 Effectiveness To Difficulty Ratio (ETDk)

Nilai rasio keefektivan kesulitan tindakan atau strategi pencegahan (ETDk)

diperoleh dari hasil bagi nilai total keefektivan setiap strategi pencegahan (TEk)

dengan derajat atau tingkat kesulitan melakukan strategi (Dk). Rumus ETDk

adalah sebagai berikut :

ETDk = TEk /Dk

Keterangan :

ETDk = Efffectiveness To Difficulty ratio (Rasio Keefektivan Kesulitan)

TEk = Total Effectiveness (Total keefektifan dari tiap strategi pencegahan

risiko)

Dk = Tingkat kesulitan untuk melakukan aksi k

Hasi nilai ETDk yang telah didapatkan selanjutnya diurutkan dan ditulis

pada kolom Rank yang menandakan strategi mana yang harus terlebih dahulu

dijalankan untuk mencegah terjadinya kerugian yang ditimbulkan dari penyebab

risiko pada proses produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya di masa

yang akan datang.

Page 88: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Perusahaan

PT. Kebun Pangan Jaya merupakan perusahaan yang memproduksi

sayuran hidroponik yang didirikan oleh Bapak Roni Arifin pada tahun 2017.

Sebelum terbentuknya PT. Kebun Pangan Jaya, Bapak Roni Arifin mendirikan

perusahaan pada tahun 2011 yaitu PT. Kebun Pangan Jaya yang bergerak di

bidang distribusi. Pak Roni selaku pemilik PT. Kebun Pangan Jaya membuka

usaha baru yaitu sayuran hidroponik. Berawal dari hobi yang dijalankan Pak Roni

pada tahun 2007, terus berkembang dengan cepat hingga saat ini. Kebun

hidroponik milik Pak Roni dinamakan dengan brand “Kebun Sayur”. Seiring

berjalannya waktu, Pak Roni ingin Kebun Sayur berdiri sendiri sehingga beliau

membuat perusahaan baru. Pada tahun 2017 perusahaan resmi mendapatkan Surat

Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk perusahaan barunya, dengan nama PT.

Kebun Pangan Jaya.

Setelah resmi memiliki perusahaan baru, dalam mempromosikan

produknya untuk lebih luas lagi, perusahaan ini membuat logo baru. Logo sangat

penting bagi perusahaan untuk menunjukkan sebuah brand perusahaan pada tiap

produk yang dikemas. Logo produk seperti pada Gambar 11.

Page 89: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

68

Gambar 11. Logo Produk PT. Kebun pangan Jaya

Pada awalnya, budidaya hidroponik hanya memiliki 1 kebun yaitu Kebun

Sayur Pamulang. Namun, karena permintaan yang semakin meningkat, maka

budidaya hidroponik diperluas ke beberapa cabang, diantaranya Kebun Sayur

Ciseeng dan Kebun Sayur Cipanas. Meningkatnya permintaan sehingga Kebun

sayur dapat memasok sayuran hidroponik ke berbagai macam Supermarket, Hotel

dan Restaurant. Berikut adalah Tabel daftar nama perusahaan yang dipasok oleh

Kebun Sayur.

Tabel 11. Perusahaan yang di pasok oleh “Kebun Sayur”

No Nama

Perusahaan Produk

Keterangan

Per Produk Total

1 Ritz-Carlton Herb Basil In Pot 5 pot 25 Pot

Herb Rosemary in pot 6 pot

Herb Mint in pot 6 pot

Herb Seledri in pot 4 pot

Herb Tyme in small pot 4 pot

Page 90: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

69

No Nama

Perusahaan Produk

Keterangan

Per Produk Total

2 Grand Lucky Butterhead lettuce 1,25 Kg 20Kg

Tomat cluster 2,5 Kg

endive hydroponik 1,25 Kg

endive organik 1,25 Kg

kale aeroponik 2,5 Kg

kale nero 2,5 Kg

lettuce lacarno 1,25 Kg

lettuce lollorosa 1,25 Kg

lettuce oakleaf 1,25 Kg

lettuce romaine 1,25 Kg

oakleaf green 1,25 Kg

Tomat cherry merah 2,5 Kg

3 Aneka Buana Butterhead pack 1,25 Kg 17.5

Kg Cos romaine maximus pack 2,5 Kg

Endive pack 1,25 Kg

kale curly pack 2,5 Kg

Lollobionda lacarno pack 2,5 Kg

Lollo rossa concorde pack 1,25 Kg

oakleaf green kristine pack 2,5 Kg

oakleaf green/red mondai pack 1,25 Kg

tomat cherry cluster 2,5 Kg

4 Harmoni

Swalayan

Lollobionda lacarno 1,5 Kg 12 Kg

Cos Romaine Maximus 3 Kg

Oakleaf Red Mondai 1,5 Kg

Oakleaf Green Kristine 1,5 Kg

Lollo Rossa Concorde 3 Kg

Kale Curly Pack 1,5 Kg

Tomat Chery 3 Kg

Mint in pot 3 Pot 3 Pot

5 Bandara

Internasional

Soekarno Hatta

Hotel

Kale Curly Pack 1 Kg 11 Kg

lettuce frisse 0,5 Kg

lettuce head/iceberg 1 Kg

lettuce local cos romaine 2,5 Kg

lettuce local lolorossa red 2 Kg

Lettuce Lollorosa Selada hijau 4 Kg

Page 91: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

70

No Nama

Perusahaan Produk

Keterangan

Per Produk Total

6 Swiss Bellinn

Kemayoran

Oakleaf Green Kristine 4 Kg 11Kg

Oakleaf Green Monday 4 Kg

Lettuce Romain lokal 3 Kg

7 PT Gelael

Supermarket

cluster cherry tomato 2,5 Kg 10.5

Kg kale siberian 5 Kg

lettuce lollobionda 0,75 Kg

lettuce oakleaf green 0,5 Kg

lettuce lollo rossa 0,5 Kg

lettuce oaklead red 0,5 Kg

lettuce butterhead 0,75 Kg

8 PT Arena

Multiboga Lettuce Lollorosa 10 Kg

10 Kg

9 PT Swalayan

Sukses Abadi

lollobionda lacarno 0,75 Kg 6.25

Kg lettuce oaklead red 0,75 Kg

lettuce cos romaine 0,75 Kg

lettuce lollorosa 0,75 Kg

lettuce oaklead red mondai 0,75 Kg

kale siberian 1,25 Kg

kale curly 1,25 Kg

10 MGH

Dharmawangsa

rommaine 2Kg 6Kg

lacarno 2 Kg

lolorossa 2 Kg

11 Novotel Lettuce Lollorossa 2 Kg 4 Kg

Lettuce Romaine 2 Kg

12 Ambhara Hotel Lettuce Lollorossa 2 Kg 3 Kg

Lettuce Frisse Green 1 Kg

13 Food Hall Tidak ada data

Sumber : PT. Kebun Pangan Jaya Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling banyak

membeli produk di PT. Kebun Pangan jaya adalah Ritz-Carton dengan total berat

25 Pot dalam sehari. Ritz Carlton banyak menjual kembali produk herbal PT.

Kebun Pangan Jaya di dalam pot, selanjutnya perusahaan yang banyak membeli

produk di PT. Kebun Pangan Jaya adalah Grand Lucky dengan berat 20 Kg dalam

Page 92: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

71

sehari. Grand Lucky tidak hanya ada di satu tempat, perusahaan Grand Lucky

mendistribusikan kembali ke cabang-cabang lainnya seperti di Grandlucky

Gandaria, Grandlucky Sudirman. Sedangkan untuk perusahaan yang memasok

paling sedikit adalah Ambhara Hotel sebesar 3Kg dalam sehari. Setiap perusahaan

memiliki permintaan produk yang berbeda-beda, bahkan setiap perusahaan juga

terkadang meminta produk dengan jumlah yang berbeda.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

Pada saat ini PT. Kebun Pangan Jaya belum memiliki visi dan misi yang

tertulis. Perusahaan masih berfokus dalam mengambangkan produk-produk yang

ada dan memaksimalkan kualitas produk, selain itu perusahaan juga masih

berusaha memperbesar daerah distibusi produk hidroponiknya.

4.3 Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara tiap bagian

serta posisi pada suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dalam

menjalankan kegiatan operasional. Selain itu struktur organisasi menunjukkan

pola hubungan orang yang mempunyai kedudukan, tugas, wewenang serta

tanggung jawab yang berbeda-beda. Dengan adanya struktur organisasi, suatu

perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menjalankan tugasnya masing-

masing dengan jelas dan bertanggung jawab. PT. Kebun Pangan Jaya sudah

memiliki struktur organisasi walaupun masih bersifat sederhana. Adapun struktur

Page 93: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

72

organisasi PT. Kebun Pangan Jaya “Kebun Sayur Pamulang”, dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya Tahun 2018 Sumber : PT. Kebun Pangan Jaya Tahun 2018

4.4 Produk PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)

PT. Kebun Pangan jaya mengelompokkan produknya menjadi 4 kelompok

produk sayuran yaitu diantarannya kelompok Lettuce, Non-Lettuce, Sayuran

Buah, dan Herbs. Guna pengelompokkan adalah untuk mempermudah pencatatan

atau pembukuan dalam laporan PT. Kebun Pangan Jaya sehingga lebih terstruktur.

Berikut adalah tabel produk PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur).

PT. Kebun Pangan Jaya memproduksi produknya di 3 tempat berbeda,

Kebun utama yaitu Kebun Sayur Pamulang yang berfokus pada memproduksi

sayuran kelompok selada (lettuce) dan kelompok Herbs. Kebun selanjutnya

adalah Kebun Sayur Cipanas yang memiliki tempat lebih luas dibandingkan

Kebun Sayur lainnya yaitu memproduksi pada sayuran kelompok Lettuce, herbs,

Page 94: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

73

Sayuran buah dan non-lettuce. Tetapi pada Kebun Sayur Cipanas, non-lettuce

tidak terlalu banyak jumlah produksinya. Kebun terakhir yaitu Kebun Sayur

Ciseeng yang berfokus pada produksi non-lettuce. Penjelasan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Produk Hasil PT. Kebun Pangan Jaya

Kelompok Jenis Sayuran Lokasi Kebun

Lettuce 1. Lollorosa Concorde

2. Oakleaf Green Oakleaf

3. Lollobionda Lacarno

4. Cos Romaine Maximus

5. Endive

6. Butterhead

7. Oakleaf Red Mondai

Kebun Sayur

Pamulang dan kebun

Sayur Cipanas

Non-Lettuce 1. Kale Siberian

2. Kale Curly

3. Packchoy

4. Kailan

5. Cai Xim

Ksbun Sayur Ciseeng

dan Kebun Sayur

Cipanas

Sayuran Buah 1. Tomat Cherry

2. Tomat Cherry Cluster

3. Zuchini

Kebun Sayur Cipanas

Herbs 1. Basil in Pot

2. Mint in Pot

3. Parsley in Pot

4. Seledri in Pot

5. Herbs Oregano in Pot B

6. Herbs Oregano in Pot K

7. Herbs tarogano in Pot B

8. Herbs tarragon in Pot K

9. Herbs Tyme in Pot B

10. Herbs Tyme in Pot K

Kebun Sayur

Pamulang dan Kebun

Sayur Cipanas

Sumber : PT. Kebun Pangan Jaya, Tahun 2018

Page 95: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

74

4.5 Proses Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

Proses produksi PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)

meliputi empat tahap proses produksi yaitu Penanaman, Pemeliharaan,

Pemanenan dan Pengemasan, seperti yang di ada pada Gambar 13. Tiap proses

produksi memiliki peran penting dalam menghasilkan produk selada yang

berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi. Segala proses produksi dikerjakan oleh

pekerja yang bekerja di PT. Kebun Pangan Jaya.

Gambar 13 menunjukkan alur proses produksi selada hidroponik di PT.

Kebun Pangan Jaya , di mana alur proses produksi dilambangkan dengan tanda

panah dan proses produksi dilambangkan pada kotak persegi, sedangkan hasil

produksi dilambangkan lingkaran. Proses produksi selada hidroponik di awali

dengan proses penanaman, lalu dilanjutkan dengan proses pemeliharaan, proses

pemanenan dan proses pengemasan, setelah semua proses terlaksana barulah

menghasilkan selada hidroponik yang siap untuk dijual.

Gambar 13. Alur Proses Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan pengemasan

Selada

Hidroponik

Siap dijual

Page 96: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

75

Keterangan :

4.6 Produksi Selada Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)

kegiatan produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur Pamulang) berawal dari proses penanaman, selanjutnya proses

pemeliharaan, proses pemanenan dan proses pengemasan. Setiap proses tersebut

memiliki aktivitas-aktivitas yang berbeda-beda.

Proses penanaman dimulai dari persiapan instalasi greenhouse dan

membersihkan setiap gully paralon tiap instalansi greenhouse, mengukur

parameter lingkungan, melihat kondisi air dan ketersediaan air, menyiapkan

greenhouse untuk proses produksi, menyiapkan yellowtrap untuk mencegah hama

menyerang tanaman dan mengecek selang drip yang sudah terpasang.

Selanjutnya proses penanaman di PT. Kebun Pangan Jaya dibagi menjadi

3 fase yaitu Fase N1, Fase N2 dan Fase N3. Ketiga fase tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Fase N1 merupakan fase penyemaian benih hingga menjadi bibit yang siap

untuk dibesarkan. Media yang digunakan adalah rockwool. Rockwool

dipotong persegi panjang lalu dilubangi dan benih dimasukkan pada tiap

lubang. Tanaman yang sudah disemai di media tanam rockwool lalu

diletakkan di greenhouse pembibitan terbuka yang terpapar sinar matahari dan

= Alur Proses Produksi

= Proses Produksi

= Hasil Produksi

Page 97: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

76

dialiri larutan nutrisi. Sebelum diletakkan di greenhouse, rockwool yang sudah

berisi benih terlebih dahulu direndam air supaya posisi benih tidak berubah

akibat terpaan angin. Aliran nutrisi dimatikan sementara dari pukul 17:00

hingga pukul 08:00 untuk menghindari terjadinya penumpukan lumut.

2. Fase N2 merupakan fase pembesaran bibit yang sudah ditumbuhkan di fase

N1. Sebelum memindahkan bibit dari fase N1 ke fase N2, terlebih dahulu

gully untuk fase N2 dibersihkan. Selain itu, rockwool yang berisi bibit yang

sudah mulai tumbuh dipotong-potong sehingga nantinya setiap lubang tanam

hanya diisi satu bibit selada.

3. Fase N3 adalah fase terakhir dari proses budidaya selada hidroponik.

Persiapan yang dilakukan sebelum memindahkan tanaman dari fase N2 ke

fase produksi hampir sama dengan yang dilakukan sebelumnya. Hanya sedikit

perbedaan pada diameter lubang tanam serta jarak antar lubang yang lebih

besar.

Proses selanjutnya adalah pemeliharaan. Sebenarnya pemeliharaan dapat

menjadi satu kesatuan dengan proses penanaman, karena di proses N1,N2,dan N3

akan dilakukan pemeliharaan seperti pengecekan selang drip, penyiangan gulma,

pencabutan tanaman yang layu agar tidak terkontaminasi dengan tanaman lainnya.

Selanjutnya proses pemanenan. Aktivitas panen pada setiap fase tersebut

dilakukan pada pagi hari atau sore hari, tergantung dari suhu udara di waktu

tersebut. Aktivitas panen tidak boleh dilakukan pada suhu di atas 32 derajat

Celsius. Hal ini dikarenakan sifat tanaman hidroponik yang sensitif terhadap

Page 98: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

77

perubahan suhu. Tanaman pada siang hari yang sangat terik akan menjadi layu

seketika maka dari itu pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari

Setiap aktivitas panen, tanaman diangkut menggunakan kontainer.

Terlebih dahulu kontainer dicuci untuk memastikan kebersihannya. Tanaman

diusahakan diletakkan dalam posisi berdiri untuk menghindari terjadinya

kerusakan pada batang atau daun.

Setelah pemanenan selesai selanjutnya adalah proses pengemasan. Proses

pengemasan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan sortasi. Daun selada

yang tidak layak untuk di kemas harus dibuang agar tidak mencemari selada

lainnya. Setelah di sortasi lalu dibersihkan bagian rockwoolnya dari kotoran dan

agar tidak menimbulkan bau yang menyengat. Setelah rockwool dibersihkan maka

selada langsung di timbang dan dikemas dengan menggunakan plastik yang sudah

disediakan oleh perusahaan. Setelah selesai dikemas maka kemasan berisikan

selada di beri label. Karena selada memiliki banyak jenisnya sehingga perlu di

berikan label agar konsumen mengetahui jenis selada yang dikonsumsi. Setelah

selesai sambil menunggu mobil pengangkutan datang, produk selada yang sudah

dikemas diletakkan diruangan pendingin.

Page 99: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN RISIKO

5.1 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko menjadi langkah awal untuk menganalisis risiko yang

akan terjadi. Pada penelitian ini, identifikasi risiko yang dilakukan berdasarkan

literatur seperti buku-buku serta berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat

proses produksi di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) dimulai dari

proses penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengemasan. Identifikasi risiko

dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan, diagram atau fish bone

seperti pada Gambar 14.

Bagian pangkal badan tulang ikan terdapat sub variabel pada penelitian

yaitu proses produksi selada hidroponik yang berada di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang) diantaranya penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan

pengemasan. Kemudian pada masing-masing tulang merupakan kegiatan yang

menjadi bagian dari masing-masing proses produksi selada hidroponik. Di mana

pada masing-masing tulang tersebut terdapat titik kritis yang menjadi penyebab

atau agent risiko dari proses produksi selada hidroponik, diantaranya sebagai

berikut :

1. Pada proses penanaman terdapat enam kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi selada hidroponik

diantaranya parameter lingkungan, pentingnya air, greenhouse pembibitan, rak

pembesaran, penyemaian benih, dan pemindahan sayuran ke fase lain.

Page 100: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

79

2. Pada proses pemeliharaan terdapat tiga kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi selada hidroponik

diantaranya pengecekan selang drip, penyiangan gulma dan pencabutan

tanaman layu.

3. Pada proses pemanenan terdapat tiga kegiatan yang menjadi tempat terjadinya

titik kritis penyebab atau agen risiko produksi selada hidroponik diantaranya

standar kualitas, waktu dan cara panen dan pendinginan sayuran.

4. Pada proses pengemasan terdapat tiga kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi selada hidroponik

diantaranya mempertahankan kualitas, pembersihan dan penyimpanan.

Pada bagian kepala tulang ikan terdapat akibat yang ditimbulkan dari

kemungkinan penyebab atau agen risiko yang terjadi yaitu kejadian risiko

produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang).

Page 101: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

80

Gambar 14. Identifikasi Sumber Risiko dengan Metode FishBone pada produksi Selada hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya Sumber : Lampiran 2

Page 102: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

81

5.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko

Berdasarkan kejadian risiko yang dilakukan dengan metode fish bone

pada setiap proses produksi selada hidroponik diketahui titik kritis dari masing-

masing proses. Titik kritis dari masing-masing proses yaitu terdapat 23 kejadian

risiko atau Risk Event (Ei) yaitu 10 Kejadian risiko pada proses penanaman, 4

kejadian risiko pada proses pemeliharaan, 4 kejadian risiko pada proses

pemanenan dan 5 kejadian risiko pada proses pengemasan.

5.1.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko pada Proses Penanaman

Pada proses penanaman terdapat 10 kejadian risiko atau Risk Event (Ei).

Kejadian risiko pada proses penanaman terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13. Daftar kejadian risiko atau Risk Event (Ei) pada proses penanaman :

Area Kode Risk Event (Ei)

Penanaman E1 Tanaman menjadi layu

E2 Pertumbuhan melambat

E3 Tanaman selada terbakar pada bagian daun

E4 Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi

E5 Tanaman mudah terserang hama dan

pathogen

E6 Terdapat mata kodok pada daun selada yang

terkena cipratan air hujan

E7 Tanaman menjadi tumpang tindih

E8 Tanaman selada mengalami stagnant

E9 Selada ikut terpotong ketika proses

pemotongan rockwool

E10 Selada terjatuh sehingga dapat mati

Pada proses penanaman terdapat 10 kejadian risiko. Dapat dilihat pada

Tabel 13. Adapun keterangan dari masing-masing kejadian risiko adalah sebagai

berikut :

Page 103: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

82

1. Tanaman menjadi layu

Pada proses penanaman perlu diperhatikan suhu lingkungan, suhu di PT.

Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) melebihi 30oC setiap harinya,

hal tersebut membuat sayuran menjadi layu pada siang hari, beberapa selada

akan mulai mengembang kembali pada sore hari tetapi terdapat juga selada

yang tetap layu karena efek suhu yang terlalu tinggi.

2. Pertumbuhan melambat

Kelembaban udara yang terlalu tinggi membuat tanaman selada hidroponik

tidak dapat tumbuh dengan baik, pertumbuhan menjadi lebih lambat dari

sebelumnya. Seharusnya sesuai dengan waktu panen, tetapi pada waktu panen

tanaman selada belum tumbuh membesar.

3. Tanaman selada terbakar pada bagian daun

Pada Kebun Sayur Pamulang, memiliki intensitas cahaya yang terlalu tinggi

sehingga tanaman selada sangat rentan terbakar pada bagian daunnya,

sehingga banyak tanaman selada yang terbakar/gosong sehingga dapat

mempengaruhi kualitas selada yang ada di Kebun Sayur Pamulang.

4. Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi

tanaman tidak mau menyerap air nutrisi apabila suhu air nutrisi yang terlalu

panas sehingga tanaman tidak mampu untuk menyerap dengan baik, hal

tersebut mempengaruhi kualitas tanaman selada hidroponik.

5. Tanaman mudah terserang hama dan pathogen

Tanaman sayuran sangat digemari oleh hama dan rentan terhadap penyakit.

Apabila dalam satu lingkungan terdapat hama dan penyakit akan mudah

Page 104: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

83

mencemari ke tanaman lainnya. Begitu pula dengan selada hidroponik yang

mudah terkena hama dan penyakit apabila greenhouse tidak memiliki dinding

greenhouse agar hama dan penyakit tidak masuk dan menyerang tanaman

selada hidroponik.

6. Terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan air hujan

Mata kodok pada daun selada hidroponik sering kali terjadi, apabila hujan dan

sedang musim penghujan sering daun selada terkena cipratan air hujan

sehingga menimbulkan penyakit yaitu penyakit mata kodok. Hal tersebut

membuat kualitas selada menjadi jelek karena terdapat mata kodok berwarna

hitam bulat pada daun selada.

7. Tanaman menjadi tumpang tindih

Tanaman selada hidroponik harus memiliki ruang lebih agar dapat tumbuh

membesar dengan baik, tanaman menjadi tumpang tindih apabila jarak antar

tanaman terlalu dempet, normalnya jarak antar lubang ke lubang lain yaitu

25cm untuk talang pembesaran, sehingga tanaman tidak tumpang tindih dan

dapat tumbuh membesar dengan baik.

8. Tanaman selada mengakami stagnant

Selada hidroponik memiliki fasenya masing-masing, sehingga apabila selada

dalam masa penanamannya tidak sesuai fase yang ada maka selada akan

mengalami stagnant, dimana selada menjadi berhenti untuk tumbuh karena

mengalami stress atau tidak dapat beradaptasi dengan baik. Hal tersebut dapat

terjadi karena nutrisi yang akan diserap tanaman berbeda-beda tiap fasenya.

Page 105: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

84

9. Selada ikut terpotong ketika proses pemotongan rockwool

Selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya menggunakan media tanam

yaitu rockwool, rockwool yang sudah diisi dengan benih kemudian dipotong

menggunakan penggaris besi saja. Apabila proses pemotongan dilakukan

secara asal dan tidak diperhatikan dengan baik maka daun selada atau batang

selada bisa ikut terpotong.

10. Selada terjatuh sehingga dapat mati

Potongan-potongan bibit selada akan segera di letakkan kedalam lubang gully,

apabila tenaga kerja tidak cekatan dalam memasukkan bibit selada ke dalam

gully maka akan membuat bibit selada terjatuh tanpa disadari oleh tenaga

kerja. Terjatuhnya selada atau masuknya selada ke dalam gully paralon akan

membuat selada busuk karena terkena air dan mati.

5.1.1.2 Identifikasi Kejadian Risiko pada Proses Pemeliharaan

Pada proses pemeliharaan terdapat 4 kejadian risiko atau Risk Event (Ei).

Kejadian risiko pada proses pemeliharaan terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) pada Proses Pemeliharaan

Area Kode Risk Event (Ei)

Pemeliharaan E11 Tanaman kekurangan nutrisi menjadi kerdil

E12 Air nutrisi tidak lancar karena terhambat oleh

lumut, Tanaman kekurangan nutrisi

E13 Hama dan penyakit bersarang di gulma

E14 Hama dan penyakit menular ke tanaman

lainnya

Page 106: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

85

Adapun keterangan dari masing-masing kejadian risiko sebagai berikut :

1. Tanaman kekurangan nutrisi menjadi kerdil

Tanaman hidroponik dienal dengan budidaya tidak menggunakan media tanah,

hidroponik menggunakan media selain tanah dan dialiri air 24 jam dengan air

nutrisi. Apabila tanaman tidak dialiri air selama 24 jam maka akan

mempengaruhi masa pertumbuhan selada hidroponik. Sehingga berpotensi

tanaman selada menjadi kerdil.

2. Air nutrisi tidak lancar karena terhambat oleh lumut, tanaman kekurangan

nutrisi

Selada hidroponik sangat membutuhkan nutrisi yang ada dalam lubang gully

paralon, lubang gully yang dialiri air akan melembabkan paralon dan

berpotensi terdapat lumut didalam lubang gully paralon, sehingga air nutrisi

yang mengairi selada hidroponik akan terhambat oleh lumut. Lumut rentan

masuk juga pada selang drip yang menjadi penghubung perairan.

3. Hama dan penyakit bersarang di gulma

Hama dan penyakit mudah sekali menyerang sayuran hidroponik, begitu juga

selada hidroponik. Hama dan penyakit dapat mudah masuk kedalam kebun

apabila terdapat gulma yang berada disekitar kebun baik didalam kebun

maupun diluar kebun.

4. Hama dan Penyakit menular ke tanaman lainnya

Peran pekerja hidroponik sangat penting untuk melihat tanaman yang terkena

hama dan penyakit karena hal itu dapat mempengaruhi tanaman lainnya,

pengaruh yang didapatkan tanaman lainnya adalah tanaman menjadi mudah

Page 107: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

86

rusak atau tanaman menjadi ikut mati. Maka apabila salah satu tanaman

terkena hama atau penyakit, maka harus segera diambil dan dibuang.

5.1.1.3 Identifikasi Kejadian Risiko pada Proses Pemanenan

Tabel 15. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) pada Proses Pemanenan

Area Kode Risk Event (Ei)

Pemanenan E15 Tanaman selada akan mudah sobek daunnya

E16 Selada yang tidak layak panen akan

mempengaruhi selada lainnya apabila

dikemas

E17 Kualitas selada tidak baik

E18 Selada menjadi cepat busuk karena terjadi

respirasi

Pada proses pemanenan terdapat 4 kejadian risiko. Dapat dilihat pada

Tabel 15. Adapun keterangan dari masing-masing kejadian risiko sebagai berikut :

1. Tanaman selada akan mudah sobek

Perlu diperhatikan dalam memanen dan menata selada hidroponik kedalam

container atau box sterofoam, penataan yang salah akan mempengaruhi

kualitas selada hidrponik, selada hidroponik akan kotor dan akan mudah sobek

apabila asal dalam mengambil selada hidroponik.

2. Selada yang tidak layak panen akan mempengaruhi selada lainnya apabila

dikemas

Dalam mengemas selada hidroponik harus diperhatikan baik-baik kualitas tiap

selada, apabila selada yang kualitasnya kurang baik dicampur dengan

kualitasnya baik, maka selada yang kualitasnya tidak baik akan mempengaruhi

kualitas selada yang baik menjadi tidak baik. Maka diperlukan adanya grading

dan sortasi.

Page 108: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

87

3. Kualitas selada tidak baik

Kualitas sangat penting bagi masyarakat yang mengkonsumsi sayuran

hirdoponik, apabila kualitas tidak baik maka konsumen enggan membeli

kembali sayuran ditempat yang sama. Box container sebagai wadah dalam

memanen selada hidroponik apabila tidak dicuci dengan bersih maka akan

mengakibatkan selada hidroponik menjadi ikut kotor dan mempengaruhi

kualitas selada, umur selada yang belum cukup untuk dipanen apabila dipanen

duluan maka rasa dan kualitasnya akan berbeda dibandingkan umur selada

yang sudah mencapai masa panennya.

4. Selada menjadi cepat busuk karena respirasi

Selada akan mengalami respirasi yang sangat cepat apabila selada yang

sehabis dipanen dalam keadaan masih panas cuacanya lalu langsung dikemas

akan membuat selada menjadi cepat busuk. Maka dari itu, selada seharusnya

diletakkan ditempat yang dingin terlebih dahulu sebelum dilakukan proses

pengemasan.

5.1.1.4 Identifikasi Kejadian Risiko pada Proses Pengemasan

Pada proses pengemasan terdapat 6 kejadian risiko. Dapat dilihat pada

Tabel 16. Adapun keterangan dari masing-masing kejadian risiko sebagai berikut :

Page 109: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

88

Tabel 16. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) pada Proses Pengemasan

Area Kode Risk Event (Ei)

Pengemasan E19 Tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1

kemasan

E20 Selada menjadi rusak saat dikemas

E21 Masih terdapat kotoran atau daun yang

busuk/terbakar di daun selada

E22 Selada menjadi mudah busuk/lembek

E23 Selada menjadi tidak segar dan mudah layu

1. Tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1 kemasan

Satu kemasan seharusnya berisikan selada yang setara atau hampir serupa

ukurannya. Hal tersebut agar selada menjadi lebih bagus dilihat konsumen dan

tidak terlalu penuh sehingga dapat membuat selada menjadi rentan rusak

didalam kemasan.

2. Selada menjadi rusak saat dikemas

Daun selada rentan rusak apabila tidak diperlakukan dengan baik. Dalam

melakukan proses pengemasan diperlukan adanya ketelitian dalam

memasukkan selada kedalam kemasan. Apabila pekerja asal memasukkan

maka daun selada akan mudah rusak di dalam kemasan.

3. Masih terdapat kotoran atau daun yang busuk/terbakar di daun selada

Kotoran yang terdapat di daun selada ataupun rockwool harus dibersihkan

hingga bersih. Karena apabila masih terdapat kotoran di daun selada atau daun

yang busuk/terbakar maka akan mempengaruhi kualitas selada lain dalam satu

kemasan.

Page 110: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

89

4. Selada menjadi mudah busuk/lembek

Daun selada hidroponik yang sangat rentan untuk busuk perlu diperhatikan

oleh pekerja yang bekerja di proses pengemasan. Selada hidroponik tidak

boleh terkena air pada bagian daunnya, apabila daun selada terkena cipratan

air maka daun selada akan lembab dan menjadi lembek atau mudah busuk

sebelum sampai ke tangan konsumen.

5. Selada menjadi tidak segar dan mudah layu

Selada yang selesai dikemas akan dimasukkan kedalam ruangan pendingin

agar selada tetap segar sebelum didistribusikan. Apabila ruangan pendingin

tidak terlalu dingin maka akan mempengaruhi sayuran selada hidroponik

menjadi mudah layu dan tidak segar.

5.1.2 Identifikasi Penyebab Risiko

Berdasarkan proses produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

terdapat 26 penyebab risiko, diantaranya 11 Penyebab risiko pada proses

penanaman, 4 penyebab risiko pada proses pemeliharaan, 6 penyebab risiko pada

proses pemanenan dan 5 penyebab risiko pada proses pengemasan.

5.1.2.1 Identifikasi Penyebab Risiko pada Proses Penanaman

Pada penanaman terdapat 11 penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) seperti

yang dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18 menjelaskan 11 penyebab risiko yang

terjadi pada proses penanaman, di mana tiap masing-masing penyebab risiko

diberikan kode dimulai dari A1 hingga A11.

Page 111: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

90

Tabel 17. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Penanaman

Area Kode Risk Agent (Aj)

Penanaman A1 Suhu udara melebihi 30oC

A2 Kelembaban udara tinggi

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

A4 Suhu air melebihi 27oC

A8 Selang Plastik rentan bocor

A5 Tidak ada Yellowtrap pada greenhouse

pembibitan

A6 Tidak ada dinding grenhouse

A7 Jarak antar lubang kurang dari 15 cm

A8 Selang Plastik rentan bocor

A9 Setelah benih disemai tidak diletakkan

ditempat teduh/ tidak terkena sinar matahari

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap

pemotongan rockwool

A11 Pemindahan sayuran melewati satu tahap

Adapun keterangan dari masing-masing penyebab risiko adalah sebagai

berikut :

1. Suhu udara melebihi 30oC

Suhu udara di Kebun Sayur Pamulang melebihi 30oC, suhunya dapat

mencapai 31oC- 35

oC. Suhu udara yang terlalu tinggi dapat membuat daun

selada hidroponik menjadi layu, selain itu daun selada juga dapat terbakar

karena panasnya cuaca di Daerah Pamulang.

2. Kelembaban udara tinggi

Kelembaban udara yang terlalu tinggi saat musim penghujan membuat

lingkungan sekitar greenhouse rentan dimasuki oleh hama dan membuat

selada menjadi tidak tumbuh dengan baik.

Page 112: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

91

3. Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

Intensitas cahaya yang terlalu tinggi di Daerah Pamulang membuat tanaman

jadi mudah terbakar dan membuat tanaman selada memiliki kualitas yang

buruk, selain itu intensitas cahaya yang terlalu tinggi membuat tanaman selada

menjadi mati.

4. Suhu air melebihi 27oC

Suhu lingkungan yang terlalu tinggi akan mempengaruhi suhu air yang sudah

tercampur dengan nutrisi untuk dialirkan ke tiap instalasi greenhouse. Apabila

suhu terlalu tinggi maka tanaman selada tidak mampu menyerap air nutrisi

dengan baik sehingga pertumbuhan selada pun akan terhambat.

5. Selang plastik rentan bocor

Selang drip berguna untuk menyalurkan air nutrisi dari bak penampungan ke

setiap gully paralon. Selang drip di PT. Kebun Pangan Jaya “Kebun Sayur

Pamulang” rentan sekali bocor sehingga dapat membuang-buang nutrisi yang

ada.

6. Tidak ada yellow trap pada greenhouse

Yellow trap berguna untuk menarik perhatian serangga yang masuk ke

greenhouse sehingga dapat memperangkap serangga dengan lem yang

terdapat di yellow trap. Greenhouse pembibitan di PT Kebun Pangan Jaya

“Kebun Sayur Pamulang” tidak memiliki yellow trap, sehingga serangga yang

masuk kedalam greenhouse langsung menyerang selada hidroponik yang

masih berumur seminggu.

Page 113: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

92

7. Tidak ada dinding greenhouse

Pembuatan greenhouse diantaranya agar terhindar dari hama, penyakit dan

cipratan air hujan. Dalam pembuatan greenhouse lebih baik menggunakan

greenhouse tertutup yang memiliki dinding. Hal tersebut dimaksudkan agar

tidak terkena cipratan air hujan ketika musim penghujan. Cipratan air hujan

tersebut akan membuat daun selada memiliki mata kodok.

8. Jarak antar lubang kurang dari 15cm

Jarak antar lubang gully seharusnya sebesar 20 cm untuk rak pendewasaan,

sedangkan di PT Kebun Pangan Jaya hanya sebesar 15 cm. hal tersebut dapat

menyebabkan selada hidroponik menjadi tumpang tindih. Tumpang tindihnya

daun selada mengakibatkan daun selada menjadi lembab dan tidak segar serta

mudah menularkan penyakit.

9. Setelah Benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak terkena sinar

matahari

Benih yang telah disemai sebaiknya diletakkan ditempat teduh/ tidak terlalu

terkena sinar matahari. Karena apabila benih yang baru disemai diletakkan

ditempat yang terbuka dan terkena paparan sinar matahari membuat benih

tersebut tidak dapat berkecambah, selain itu akan mudah terkena hama dan

penyakit. Sehingga benih yang tumbuh tidak maksimal dan banyak yang mati

10. Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan rockwool

Pemotongan rockwool perlu diperhatikan karena apabila dalam pemotongan

rockwool dilakukan dengan asal maka akan membuat selada hidroponik ikut

terpotong.

Page 114: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

93

11. Pemindahan sayuran melewati satu tahap

Pemindahan sayuran di PT. Kebun Pangan Jaya sering kali tidak sesuai

pedoman dalam pemindahan sayuran yaitu dengan loncat atau melewati satu

fase. Hal tersebut akan membuat tanaman mengalami stagnant karena

perbedaan yang terlalu jauh. Tanaman yang mengalami stagnant akan terhenti

pertumbuhannya karena mengalami stress atau tidak dapat beradaptasi dengan

baik apabila tidak sesuai fase yang telah ditentukan perusahaan.

5.1.2.2 Identifikasi Penyebab Risiko pada Proses Pemeliharaan

Pada pemeliharaan terdapat 4 penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) seperti

yang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menjelaskan 4 penyebab risiko yang

terjadi pada proses pemeliharaan, di mana masing-masing penyebab risiko

diberikan kode dimulai dari A12 hingga A15.

Adapun keterangan dari masing-masing penyebab risiko sebagai berikut :

1. Aliran air nutrisi dimatikan pada malam hari

Tanaman selada sangat membutuhkan nutrisi agar selada dapat menyerap

nutrisi dan tumbuh dengan baik. Apabila aliran air nutrisi dimatikan maka

selada akan kekurangan nutrisi.

2. Tenaga kerja kurang melakukan control selang drip sehingga terdapat lumut

Selang drip harus di cek secara berkala agar terhindar dari lumut yang dapat

mengganggu proses jalannya aliran air nutrisi. Maka diperlukan adanya

pekerja yang rajin dan disiplin.

Page 115: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

94

3. Tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi gulma

Hama akan mudah masuk ke dalam greenhouse apabila terdapat gulma yang

banyak. Tenaga kerja yang lalai dalam melakukan tugasnya, tidak melakukan

sanitasi gulma, maka akan memancing hama masuk ke dalam lingkungan

greenhouse.

4. Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau terkena hama

dan penyakit

Tanaman selada yang rentan terkena hama dan penyakit harus diperhatikan

dan dipelihara dengan baik dan benar. Apabila salah satu selada dalam satu

instalasi terdapat hama atau penyakit maka harus segera dibuang agar tidak

menularkan ke tanaman selada lainnya.

Tabel 18. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Pemeliharaan

Area Kode Risk Agent (Aj)

Pemeliharaan A12 Aliran air nutrisi dimatikan pada malam hari

A13 Tenaga kerja kurang melakukan control

selang drip sehingga terdapat lumut

A14 Tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi

gulma

A15 Tenaga kerja kurang memperhatikan adanya

tanaman yang rusak atau terkena penyakit

5.1.2.3 Identifikasi Penyebab Risiko pada Proses Pemanenan

Pada proses pemanenan terdapat 6 penyebab risiko atau Risk Agent (Aj)

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 19. Masing-masing penyebab risiko

Page 116: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

95

diberikan kode dimulai dari A16 hingga A21. Adapun keterangan dari masing-

masing penyebab risiko sebagai berikut :

Tabel 19. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Pemanenan

Area Kode Risk Agent (Aj)

Pemanenan A16 Tataletak pemanenan dilakukan dengan

wadah akar berada di bawah

A17 Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan

kualitas selada

A18 Banyak daun selada berwarna hitam

A19 Umur selada yang belum mencapai 42-45

hari dipanen

A20 Wadah panen tidak bersih dari kotoran

A21 Hasil tidak langsung di letakkan di ruang

pendingin dengan suhu 12oC

1. Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah akar menghadap ke bawah

Tataletak pemanenan di PT. Kebun Pangan Jaya diletakkan dengan wadah

akar berada di bawah, saat selada dipanen maka selada diletakkan di

boxcontainer, tataletak yang salah akan mengakibatkan risiko. Tataletak

tersebut sangat rentan daun selada sobek atau rusak pada saat proses

pengambilan kembali untuk dikemas. Sehingga diperlukan adanya perubahaan

tataletak yang diletakkan ke dalam wadah atau box container.

2. Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada

Dalam melakukan proses pemanenan, pekerja memerlukan pengetahuan lebih

terkait selada yang baik dan berkualitas. Tetapi, tidak adanya SOP tertulis

dalam menentukan kualitas selada membuat pekerja hanya mengingat dengan

ingatan yang ada sehingga terkadang melakukan pemanenan yang asal

Page 117: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

96

sehingga selada yang seharusnya belum dipanen atau tidak layak dipanen

tetapi tetap dipanen.

3. Banyak daun selada berwarna hitam

Banyak daun selada yang berwarna hitam karena terbakar oleh sinar matahari

atau suhu yang terlalu panas sangat rentan bagi daun selada menjadi terbakar.

Selada yang memiliki daun terbakar tersebut terkadang di panen oleh pekerja

bahkan ikut di kemas sehingga akan mempengaruhi kualitas selada.

4. Umur selada yang belum mencapai 42-45 hari dipanen

Umur selada yang belum mencapai 42-45 hari terkadang sudah dipanen hal

tersebut dapat mempengaruhi kualitas selada. Terkadang umur yang belum

cukup panen tetap dipanen dikarenakan faktor sebelumnya yaitu loncatnya

proses pemindahan selada hidroponik.

5. Wadah panen tidak bersih dari kotoran

Wadah panen atau box container harus bersih dari segala jenis kotoran yang

ada, karena itu akan mempengaruhi kualitas selada. Apabila kotoran tersebut

terkena daun selada maka perlu dibersihkan atau dicuci terlebih dahulu,

sedangkan daun selada yang dicuci sangat rentan untuk layu sebelum sampai

ke tangan konsumen.

6. Hasil panen tidak langsung diletakkan di ruang pendingin dengan suhu 12oC

Hasil panen yang baik yaitu setelah selesai dipanen sebaiknya diletakkan di

tempat yang dingin terlebih dahulu sebelum dikemas. Karena suhu

sebelumnya yang terlalu tinggi sehingga apabila langsung di kemas akan

mempengaruhi kualitas selada saat dikemas.

Page 118: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

97

5.1.2.4 Identifikasi Penyebab Risiko pada Proses Pengemasan

Pada proses pengemasan terdapat 5 penyebab risiko atau Risk Agent (Aj)

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Pengemasan

Area Kode Risk Agent (Aj)

Pengemasan A21 Tidak ada proses grading

A22 Pekerja lalai dalam melakukan proses

pengemasan

A23 Pekerja kurang membersihkan daun selada

dan rockwool saat pencucian

A24 Daun selada terkena air pada saat pencucian

rockwool

A25 Menggunakan ruang ber AC dengan suhu

>16oC

Tabel 20 menjelaskan 5 penyebab risiko yang terjadi pada proses

pengemasan, dimana masing-masing penyebab risiko diberikan kode dimulai dari

A21 hingga A25. Adapun keterangan dari masing-masing penyebab risiko sebagai

berikut :

1. Tidak ada proses grading

Proses grading sangat dibutuhkan untuk mengemas selada hidroponik menjadi

lebih menarik dan lebih tertata rapih. Apabila tidak ada proses grading maka

selada memiliki perbedaan ukuran dan tidak bagus saat dikemas.

2. Pekerja lalai dalam melakukan proses pengemasan

Dalam melakukan proses pengemasan diperlukan ketelatenan dan kecepatan

pada saat mengemas selada hidroponik. Pekerja yang lalai dan terburu-buru

pada saat mengemas akan membuat selada menjadi tidak berkualitas. Pekerja

Page 119: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

98

yang lalai tidak memperhatikan adanya selada yang tidak layak dikemas tapi

tetap dikemas maka akan mempengaruhi selada lainnya dalam satu kemasan.

3. Pekerja kurang membersihkan daun selada dan rockwool saat pencucian

Selada yang tidak bersih dari kotoran akan membuat selada menjadi cepat

busuk begitu juga pada rockwool yang kurang bersih dan tidak benar dalam

membersihkan selada akan terkesan kotor dan menimbulkan bau yang

menyengat

4. Daun selada terkena air pada saat pencucian rockwool

Selada hidroponik tidak boleh di cuci atau tidak diperkenankan terkena air.

Pada saat pencucian rockwool terkadang daun selada ikut terkena air sehingga

apabila tidak segera ditiriskan maka daun selada akan mudah busuk atau

lembek setelah dikemas.

5. Menggunakan ruang ber AC dengan suhu >16oC

Penyimpanan selada hidroponik yang sudah dikemas harus segera diletakkan

ke dalam ruangan pendingin, ruangan pendingin yang baik adalah ruangan

dengan suhu yang dingin dan sejuk dengan suhu 160C. sedangkan di PT.

Kebun Pangan Jaya hanya menggunakan ruangan ber AC terkadang kurang

sejuk bagi selada hidroponik.

5.2 Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang) terdiri atas pengukuran tingkat dampak kejadian risiko

atau Severity (Si), tingkat kemunculan agen atau penyebab risiko Occurrence (Oj),

Page 120: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

99

tingkat korelasi antara penyebab risiko dengan kejadian risiko dan

mengakumulasikan dengan perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP).

5.2.1 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko

Pengukuran tingkat dampak kejadian risiko atau Severity digunakan untuk

menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko

terhadap proses produksi yang ada di perusahaan. Nilai severity tertinggi berarti

memiliki dampak besar bagi perusahaan yaitu 4.00-5.00, Nilai severity sedang

berarti memiliki dampak tidak begitu besar bagi perusahaan yaitu 2.67-3.67,

sedangkan nilai severity terendah yang berarti memiliki dampak kecil bagi

perusahaan yaitu 1.00-2.33. Adapun nilai Severity dapat dilihat pada Lampiran

3a,b,c dan d

5.2.1.1 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Penanaman

Pengukuran tingkat dampak kejadian risiko pada proses penanaman yang

berdasarkan Skala Likert 1 sampai dengan 5 menghasilkan data seperti Tabel 21.

Kejadian risiko pada Tabel 21 menjelaskan kejadian risiko yang memiliki nilai

Severity tertinggi adalah 4,00 dianggap memiliki dampak besar bagi perusahaan

yaitu terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan air hujan.

Kemudian kejadian risiko dengan nilai Severity terendah adalah 1.67 dianggap

memiliki pengaruh dampak terkecil adalah tanaman tidak dapat menyerap nutrisi.

Kejadian risiko terdapat mata kodok pada daun selada sering sekali terjadi

di usaha budidaya sayuran hidroponik, baik berupa sayuran selada maupun

sayuran lainnya seperti bayam, kale, kangkung, ataupun sawi. Mata kodok pada

Page 121: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

100

daun selada merupakan penyakit jamur/cendawan Cercospora longissima yang

tumbuh akibat daun basah lebih dari 8 jam. Kejadian tersebut dianggap

berdampak besar bagi perusahaan karena membahayakan tanaman lainnya yang

dapat ikut tertular.

Tabel 21. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Penanaman

Kode Kejadian Risiko (Risk Event) Si

E1 Tanaman menjadi layu 3.67

E2 Pertumbuhan melambat 2.00

E3 Tanaman selada terbakar pada bagian daun 3.00

E4 Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi 1.67

E5 Tanaman mudah terserang hama dan pathogen 2.33

E6

Terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan

air hujan 4.00

E7 Tanaman menjadi tumpang tindih 3.00

E8 Tanaman selada mengalami stagnant 2.67

E9 Selada ikut terpotong ketika proses pemotongan rockwool 2.67

E10 Selada terjatuh sehingga dapat mati 2.33

Sumber : Lampiran 3a

5.2.1.2 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pemeliharaan

Pengukuran tingkat dampak kejadian risiko pada proses pemeliharaan

yang berdasarkan Skala Likert 1 sampai dengan 5 menghasilkan data seperti Tabel

22. Kejadian risiko pada Tabel 22 menjelaskan kejadian risiko yang memiliki nilai

Severity tertinggi yaitu 3.33 dianggap memiliki dampak besar bagi perusahaan

adalah hama dan penyakit menular ke tanaman lainnya. Kemudian kejadian risiko

dengan nilai Severity terendah yaitu 1.33 dianggap memiliki pengaruh dampak

terkecil adalah Hama dan penyakit bersarang di gulma.

Page 122: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

101

Kejadian risiko terdapat hama dan penyakit menular ketanaman lainnya

merupakan kejadian risiko yang memiliki dampak besar bagi perusahaan, adanya

hama dan penyakit yang muncul di satu tanaman apabila tidak dipertahikan atau

tidak segera ditangani akan menular ketanaman lainnya. Beberapa hama yang

sering ada di tanaman selada hidroponik diantaranya kutu daun, ulat grayak dan

thrips. Sedangkan penyakit yang sering ada di tanaman selada hidroponik adalah

bercak daun (Cercospora longissima), busuk basah (Erwinia carotovora) dan

mozaik selada. Sedangkan kejadian risiko yang memiliki severity rendah yaitu

hama dan penyakit bersarang di gulma jarang terjadi di Kebun Sayur Pamulang,

sehingga tidak menimbulkan dampak besar bagi perusahaan.

Tabel 22. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pemeliharaan

Kode Kejadian Risiko (Risk Event) Si

E11 Tanaman kekurangan nutrisi membuat tanaman mati

atau kerdil 1.67

E12 Air nutrisi tidak lancar karena terhambat oleh lumut,

tanaman kekurangan vitamin 1.67

E13 Hama dan penyakit bersarang di gulma 1.33

E14 Hama dan Penyakit menular ke tanaman lainnya 3.33

Sumber : Lampiran 3b

5.2.1.3 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pemanenan

Pengukuran tingkat dampak kejadian risiko pada proses pemeliharaan

yang berdasarkan Skala Likert 1 sampai dengan 5 menghasilkan data seperti pada

Tabel 23. Kejadian risiko pada Tabel 23 menjelaskan kejadian risiko yang

memiliki nilai Severity tertinggi yaitu 3.67 dianggap memiliki dampak besar bagi

Page 123: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

102

perusahaan. Terdapat 2 Kejadian tertingi yaitu Tanaman saat diambil akan mudah

sobek daunnya dan selada menjadi cepat busuk karena terjadi respirasi. Kemudian

kejadian risiko dengan nilai Severity terendah yaitu 2.33 dianggap memiliki

pengaruh dampak terkecil adalah kualitas selada tidak baik.

Kejadian risiko tanaman saat diambil akan mudah sobek daunnya

merupakan kejadian risiko memiliki dampak terbesar bagi perusaahaan. Sobeknya

daun akan membuat daun selada menjadi tidak segar dan menjadi mudah busuk.

Hal tersebut membuat kualitas selada menjadi buruk dan menimbulkan kerugian

bagi perusaahaan karena tidak dapat dijual ke konsumen. Sehingga diperlukan

kehati-hatian dalam mengambil tanaman selada saat sedang proses pemanenan.

Tabel 23. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pemanenan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Si

E14 Tanaman saat diambil akan mudah sobek daunnya 3.67

E16

Selada tidak layak panen akan mempengaruhi selada lainnya

apabila dikemas 2.67

E17 Kualitas selada tidak baik 2.33

E18 Selada menjadi cepat busuk karena terjadi respirasi 3.67 Sumber : Lampiran 3c

5.2.1.4 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pengemasan

Pengukuran tingkat dampak kejadian risiko pada proses pemeliharaan

yang berdasarkan Skala Likert 1 sampai dengan 5 menghasilkan data seperti pada

Tabel 24. Kejadian risiko pada Tabel 24 menjelaskan kejadian risiko yang

memiliki nilai Severity tertinggi yaitu 3.33 dianggap memiliki dampak besar bagi

perusahaan. Terdapat 2 kejadian risiko tertinggi yaitu tanaman menjadi tidak jelas

Page 124: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

103

isi dalam 1 kemasan dan selada menjadi rusak saat dikemas. Kemudian kejadian

risiko dengan nilai Severity terendah yaitu 1.00 dianggap memiliki pengaruh

dampak terkecil bagi perusahaan. Terdapat 1 kejadian risiko terendah yaitu selada

menjadi tidak segar sehingga mudah layu.

Kejadian risiko tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1 kemasan

merupakan merupakan kejadian risiko yang memiliki dampak besar bagi

perusahaan, apabila tidak ada proses grading kemasan selada tidak bagus untuk

dilihat dan sulit untuk dijual. Perbedaan ukuran juga mempengaruhi kualitas yang

ada di dalam kemasan. Selain itu kejadian risiko yang memiliki dampak besar

lainnya adalah selada menjadi rusak saat dikemas. Tumbuhan selada sangat rentan

rusak apabila dilakukan pengemasan secara terburu-buru atau asal. Tumbuhan

selada yang rusak saat dikemas akan membuat selada menjadi mudah busuk dan

tidak segar. Rusaknya tanaman selada saat dikemas dapat ditandai dengan ciri-ciri

seperti patah pada bagian daun, daun menggulung dan patah pada bagian batang

selada.

Tabel 24. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko pada Proses

Pengemasan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Si

E19 Tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1 kemasan 3.33

E20 Selada menjadi rusak saat dikemas 3.33

E21 Masih terdapat kotoran atau daun yang busuk/terbakar di

daun selada 2.00

E22 Selada menjadi mudah busuk/lembek 2.67

E23 Selada menjadi tidak segar sehingga mudah layu 1.00 Sumber : Lampiran 3d

Berdasarkan pengukuran tingkat dampak kejadian risiko pada proses

penanaman hingga proses pengemasan terdapat 1 kejadian risiko yang memiliki

Page 125: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

104

nilai severity tertinggi 4.00 dianggap memiliki pengaruh besar bagi perusahaan

yaitu (1) terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan air hujan

terdapat pada proses penanaman. Kemudian pengukuran tingkat dampak kejadian

risiko proses penanaman hingga proses pengemasan terdapat 1 kejadian risiko

dengan nilai severity terendah 1.00 dianggap memiliki pengaruh dampak terkecil

yaitu selada menjadi tidak segar sehingga mudah layu terdapat pada proses

pengemasan.

5.2.2 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko

Pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan penyebab risiko

dengan menggunakan nilai Occurrence (Oj). Nilai Occurrence adalah penilaian

tingkat probabilitas atau peluang munculnya penyebab risiko yang telah

teridentifikasi. Nilai Occurrence menyatakan seberapa besar peluang kemunculan

penyebab risiko dan menyebabkan suatu risiko. Skala yang digunakan untuk

mengukur tingkat kemunculan penyebab risiko yaitu menggunakan Skala Likert

1 sampai dengan 5. Nilai occurrence tertinggi berarti memiliki dampak besar bagi

perusahaan yaitu 4.00-5.00, Nilai occurence sedang berarti memiliki dampak

tidak begitu besar bagi perusahaan yaitu 2.67-3.67, sedangkan nilai occurence

terendah yang berarti memiliki dampak kecil bagi perusahaan yaitu 1.00-2.33

5.2.2.1 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko pada Proses Penanaman

Hasil analisis pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan

penyebab risiko pada proses penanaman dapat dilihat pada Tabel 25.

Page 126: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

105

Tabel 25. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Penanaman

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A1 Suhu udara melebihi 30oC 4.00

A2 Kelembaban udara tingi 2.33

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi 2.33

A4 Suhu air melebihi 27oC 4.00

A5 Selang plastik rentan bocor 3.00

A6 Tidak ada Yellow Trap pada greenhouse 2.33

A7 Tidak ada dinding greenhouse 3.33

A8 Jarak antar lubang kurang dari 15cm 2.33

A9

Setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak

terkena sinar matahari 1.33

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan rockwool 3.33

A11 pemindahan sayuran melewati satu tahap 3.33

Sumber : Lampiran 3a

Hasil pengukuran pada Tabel 25 menjelaskan tingkat probabilitas

kemunculan penyebab risiko tertinggi 4.00 pada proses penanaman yaitu suhu

udara melebihi 30oC, suhu air melebihi 27

oC. Sedangkan tingkat probabilitas

kemunculan penyebab risiko terendah 1.33 pada proses penanaman yaitu Setelah

benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak terkena sinar matahari.

Peluang kemunculan penyebab risiko tertinggi yaitu terkait pada suhu

udara dan suhu air yang tinggi. Walaupun tanaman selada dapat tumbuh di daerah

beriklim panas, tetap saja tanaman selada perlu diperhatikan lebih agar tidak

terjadi gosong pada bagian daun selada dan tidak layu parah pada siang hari akibat

suhu udara yang terlalu tinggi, selain itu suhu udara yang tinggi akan

mengakibatkan air nutrisi ikut panas sehingga tanaman selada tidak mampu

menyerap air nutrisi dengan baik. Selada akan tumbuh dengan baik dan

berkualitas apabila berada di suhu rendah atau dingin. Sedangkan penyebab risiko

Page 127: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

106

setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak terkena sinar matahari

memiliki nilai peluang kemunculan penyebab risiko terendah karena di Kebun

Sayur Pamulang walaupun tidak semua benih tumbuh menjadi bibit tapi 80%

akan tumbuh sehingga dianggap tidak terlalu mempengaruhi kemunculan

terjadinya risiko produksi selada.

5.2.2.2 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang kemunculan Penyebab

Risiko pada Proses Pemeliharaan

Hasil analisis pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan

penyebab risiko pada proses pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pemeliharaan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A12 Aliran air nutrisi dimatikan pada malam hari 2.00

A13

Tenaga kerja kurang melakukan kontrol selang drip sehingga

terdapat lumut 3.00

A14 Tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi gulma 1.33

A15

Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau

terkena penyakit 3.67

Sumber : Lampiran 3b

Hasil pengukuran pada Tabel 26 menjelaskan tingkat probabilitas

kemunculan penyebab risiko tertinggi 3.67 pada proses pemeliharaan yaitu

pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau terkena penyakit.

Sedangkan tingkat probabilitas kemunculan penyebab risiko terendah 1.33 pada

proses pemeliharaan yaitu tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi gulma.

Tingkat peluang kemunculan penyebab risiko pada proses pemeliharaan

tertinggi yaitu Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau

Page 128: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

107

terkena penyakit. Pada pembahasan sebelumnya yaitu pada Tabel 21 dan Tabel 22

disebutkan bahwa tanaman selada ataupun tanaman lainnya apabila terkena hama

dan penyakit sudah pasti akan menular ke tanaman lainnya apabila tidak segera

dicabut. Maka apabila pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak

atau terkena penyakit akan menimbulkan tanaman lainnya ikut terkena penyakit

tersebut. Sedangkan penyebab risiko pekerja malas dalam melakukan sanitasi

gulma memiliki nilai peluang kemunculan terendah karena pekerja di Kebun

Sayur Pamulang selalu memperthatikan dan memangkas gulma yang ada di dalam

Kebun.

5.2.2.3 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko pada Proses Pemanenan

Hasil analisis pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan

penyebab risiko pada proses pemanenan dapat dilihat pada Tabel 27. Hasil

pengukuran pada Tabel 27 menjelaskan tingkat probabilitas kemunculan

penyebab risiko tertinggi 4.33 pada proses pemanenan yaitu pemanenan dilakukan

dengan wadah akar menghadap ke bawah semua. Sedangkan tingkat probabilitas

kemunculan penyebab risiko terendah 1.33 pada proses pemanenan yaitu wadah

panen tidak bersih dari kotoran.

Tingkat peluang kemunculan risiko pada proses pemanenan tertinggi

adalah Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah akar berada di bawah.

Tataletak pemanenan yang baik sebaiknya dilakukan secara horizontal atau posisi

tanaman selada berbaring. Kebanyakan perusahaan lain melakukan hal seperti itu

karena akan memperkecil adanya risiko tanaman selada rusak seperti daun selada

Page 129: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

108

sobek akibat kesalahan pekerja dalam mengambil tanaman selada yang akan di

kemas. Sedangkan wadah panen tidak bersih dari kotoran memiliki nilai peluang

kemunculan terendah hal tersebut karena di Kebun Sayur Pamulang wadah panen

selalu bersih dari kotoran atau dicuci terlebih dahulu sebelum melakukan proses

pemanenan.

Tabel 27. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pemanenan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A16

Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah akar berada di

bawah 4.33

A17 Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada 3.67

A18 Banyak daun selada berwarna hitam 3.67

A19 Umur selada yang belum mencapai 42-45 hari dipanen 2.67

A20 Wadah panen tidak bersih dari kotoran 1.33

A21

Hasil tidak langsung di letakkan di ruang pendingin dengan

suhu 12oC 3.00

Sumber : Lampiran 3c

5.2.2.4 Pengkuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko pada Proses Pengemasan

Hasil analisis pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan

penyebab risiko pada proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 28. Hasil

pengukuran pada Tabel 28 menjelaskan tingkat probabilitas kemunculan

penyebab risiko tertinggi 4.00 pada proses pengemasan yaitu Daun selada terkena

air pada saat proses pencucian rockwool. Sedangkan tingkat probabilitas

kemunculan penyebab risiko terendah 1.67 pada proses pengemasan yaitu tidak

ada proses grading.

Page 130: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

109

Peluang kemunculan penyebab risiko tertinggi pada proses pengemasan

adalah daun selada terkena air pada saat proses pencucian rockwool. Setelah

tanaman selada di panen maka perlu diadakan pencucian rockwool untuk

menghilangkan lumut dan bau yang ada di rockwool. Tetapi apabila tidak

dilakukan dengan baik dan berhati-hati maka air akan mengenai daun selada juga.

Daun selada akan mudah busuk apabila terkena air. Sedangkan pekerja kurang

membersihkan selada pada saat proses pencucian rockwool memiliki tingkat

peluang kemunculan penyebab risiko terendah karena di Kebun Sayur Pamulang

pekerja selalu membersihkan selada hingga bersih.

Tabel 28. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang Kemunculan

Penyebab Risiko pada Proses Pengemasan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A22 Tidak ada proses grading 1.67

A23 Pekerja lalai dalam melakukan proses pengemasan 2.67

A24 Pekerja kurang membersihkan selada saat pencucian 1.33

A25

Daun selada terkena air pada saat proses pencucian

rockwool 4.00

A26 Menggunakan ruangan ber AC dengan suhu > 16oC 3.67

Sumber : Lampiran 3d

Berdasarkan pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan

penyebab risiko pada proses penanaman sampai dengan proses pengemasan

terdapat 1 penyebab risiko yang memiliki nilai Occurence tertinggi 4.33 dianggap

memiliki pengaruh besar bagi perusahaan yaitu Tataletak pemanenan dilakukan

dengan wadah akar menghadap ke bawah semua terdapat pada proses pemanenan.

Kemudian pengukuran tingkat frekuensi atau peluang kemunculan penyebab

risiko proses penanaman hingga proses pengemasan terdapat 1 penyebab risiko

dengan nilai occurence terendah 1.33 dianggap memiliki pengaruh dampak

Page 131: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

110

terkecil adalah (1) Setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak

terkena sinar matahari, (2) Tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi gulma,

(3) wadah panen tidak bersih dari kotoran, (4) Pekerja kurang membersihkan

selada saat pencucian.

5.2.3 Pengukuran Tingkat Korelasi antara Penyebab Risiko (Risk Agent)

dengan Kejadian Risiko (Risk Event)

Pengukuran tingkat korelasi antara penyebab risiko (Risk Agent) dengan

kejadian risiko (Risk Event) tedapat pada Lampiran 3e sampai dengan 3h. Adanya

Pengukuran tingkat korelasi antara penyebab risiko (Risk Agent) dengan kejadian

risiko (Risk Event) adalah untuk mengetahui hubungan bahwa suatu agen risiko

dapat menimbulkan suatu risiko. Pengukuran tingkat korelasi ini dapat dilihat dari

seberapa besar hubungan antara suatu agen risiko dan dampak yang ditimbulkan

oleh suatu risiko. Korelasi akan memiliki hubungan yang kuat apabila bernilai 9,

korelasi yang memiliki hubungan sedang bernilai 3, korelasi yang memiliki

hubungan rendah bernilai 1, sedangkan nilai 0 tidak memiliki hubungan korelasi

Adapun penilaian korelasi antara penyebab dan kejadian risiko pada produksi

selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Pada Lampiran 3e proses penanaman terdapat 9 korelasi bernilai 9 yang

berarti memiliki korelasi kuat antara penyebab risiko (Risk Agent) dengan

kejadian risiko (Risk Event) diantaranya Suhu udara melebihi 30oC, kelembaban

udara tinggi, intensitas cahaya matahari terlalu tinggi, suhu air melebihi

27oC,tidak ada yellow trap pada greenhouse penanaman, tidak ada dinding

Page 132: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

111

greenhouse, Tenaga kerja kuran telaten terhadap pemotongan rockwool, dan

pemindahan sayuran melewati satu tahap.

Pada Lampiran 3f proses pemeliharaan terdapat 3 korelasi bernilai 3 yang

berarti memiliki korelasi sedang antara penyebab risiko dengan kejadian risiko

diantaranya adalah Selang drip tidak dicek secara berkala, Tenaga kerja malas

dalam melakukan sanitasi gulma, Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman

yang rusak atau terkena penyakit. korelasi dengan nilai 3 merupakan korelasi

tertinggi pada tahap pemeliharaan.

Pada Lampiran 3g proses pemanenan terdapat 4 korelasi bernilai 3 yang

berarti memiliki korelasi sedang antara penyebab risiko dengan kejadian risiko

diantaranya adalah Pemanenan dilakukan dengan wadah akar menghadap ke

bawah semua, Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada,

banyak daun selada berwarna hitam (busuk) dan Hasil tidak langsung diletakkan

di ruang pendingin dengan suhu 12oC. korelasi dengan nilai 3 merupakan korelasi

tertinggi pada tahap pemanenan.

Pada Lampiran 3h proses pengemasan terdapat 3 korelasi bernilai 3 yang

berarti memiliki korelasi sedang antara penyebab risiko dengan kejadian risiko

diantaranya adalah Pekerja lalai dalam melakukan proses pengemasan Pekerja

lalai dalam melakukan proses pengemasan, Pekerja kurang membersihkan selada

saat pencucian, daun selada terkena air pada saat proses pencucian rockwool.

korelasi dengan nilai 3 merupakan korelasi tertinggi pada tahap pengemasan.

Page 133: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

112

5.2.4 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP)

Perhitungan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) adalah untuk

mengetahui urutan penyebab risiko yang harus diprioritaskan untuk dilakukan

strategi pencegahan risiko agar dapat mencegah risiko yang dapat berdampak

bagi perusahaan. Perhitungan ARP didapatkan dari hasil perkalian nilai

Occurance (Oj) dengan total nilai Severity dan nilai korelasi antara penyebab

risiko dan kejadian risiko. Perhitungan ARP didapatkan dari hasil penjumlahan

perkalian Si dengan Rij kemudian dengan perkalian Oj. Adapun perhitungan nilai

ARP terdapat pada Lampiran 5a,b,c, dan d

5.2.4.1 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada proses Penanaman

Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada proses penanaman

mendapatkan hasil seperti pada Lampiran 5a. Dari Lampiran tersebut dapat dibuat

Tabel 29 untuk menjelaskan nilai ARP dari setiap penyebab risiko secara

berurutan dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada Tabel 29 penyebab

risiko yang harus diberikan prioritas strategi atau aksi pencegahan adalah suhu

udara melebihi 30oC, dengan memiliki kejadian risiko yaitu tanaman menjadi layu

dan tanaman selada terbakar pada bagian daun . seperti yang sudah di bahas pada

tabel 25 suhu udara sangat penting bagi selada hidroponik karena apabila suhu

terlalu tinggi akan membuat tanaman menjadi layu selain itu dapat membuat daun

selada terbakar.

Page 134: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

113

Tabel 29. Hasil Perhitungan ARP Proses Penanaman

Kode Risk Agent ARP Rank Risk Event Keterangan

(Risk Event)

A1 Suhu udara

melebihi 30oC

168.12 1 E1,E3 E1 = Tanaman

menjadi layu

E2 =

Pertumbuhan

melambat

E3 = Tanaman

selada terbakar

pada bagian daun

E4 = Tanaman

tidak dapat

menyerap air

nutrisi

E5 = Mudah

terserang hama

dan patogen

E6= Terdapat

mata kodok pada

daun selada yang

terkena cipratan

air hujan

E7 = Tanaman

menjadi tumpang

tindih

E8 = Tanaman

mengalami

stagnant

E9= Selada ikut

terpotong ketika

proses

pemotongan

rockwool

E10= selada

terjatuh sehingga

dapat mati

A7 Tidak ada

dinding

greenhouse

109.79 2 E5,E6

A4 Suhu air

melebihi 27oC

98.80 3 E1,E2,E4

A3 Intensitas cahaya

matahari terlalu

tinggi

88.56 4 E1,E3

A10 Tenaga kerja

kurang telaten

terhadap

pemotongan

rockwool

80.02 5 E9

A11 Pemindahan

sayuran

melewati satu

tahap

69.83 6 E10

A2 Kelembaban

udara tinggi 58.23 7 E2,E5

A6 Tidak ada

yellowtrap pada

greenhouse

48.86 8 E5

A8 Jarak antar

lubang kurang

dari 15cm

20.97 9 E7

A5 Selang plastik

rentan bocor 15.03 10 E4

A9 Setelah benih

disemai tidak

diletakkan

ditempat teduh

atau terkena

sindar matahari

10.65 11 E8

Sumber : Lampiran 5a

Page 135: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

114

Adapun penyebab risiko yang tidak harus diprioritaskan dalam perlakuan

aksi pencegahan adalah Setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh

atau terkena sindar matahari, dengan kejadian risiko yaitu tanaman mengalami

stagnant. Walaupun seharusnya benih yang telah disemai diletakkan diruang

gelap, tetapi ada juga budidaya tanaman selada hidroponik yang dianggap tidak

terlalu mempengaruhi budidaya selada menjadi merugi.

5.2.4.2 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada Proses

Pemeliharaan

Perhitungan Aggregate Risk Potential proses pemeliharaan mendapatkan

hasil seperti pada Lampiran 5b. Dari Lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 30.

Pada Tabel 30 penyebab risiko yang harus diberikan prioritas strategi atau aksi

pencegahan adalah Tenaga kerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang

rusak atau terkena penyakit dengan kejadian risiko hama dan penyakit menular ke

tanaman lainnya. Seperti yang dibahas sebelumnya pada Tabel 26 pekerja yang

malas membuang tanaman yang rusak atau terkena penyakit akan mudah

berpengaruh terhadap tanaman lainnya sehingga dapat terkena penyakit menular.

Adapun penyebab risiko yang tidak harus diprioritaskan dalam perlakuan

aksi pencegahan adalah Aliran air nutrisi dimatikan pada malam hari, dengan

kejadian risiko tanaman kekurangan nutrisi tanaman menjadi kerdil. Walaupun

selada hidroponik harus selalu dialiri air nutrisi tetapi apabila pada malam hari

dapat dimatikan dan tidak terlalu berpengaruh pada tanaman karena kondisi suhu

udara pada malam hari yang tidak tinggi. Kerdilnya tanaman tidak terlalu

berpengaruh terhadap aliran nutrisi yang dimatikan pada malam hari.

Page 136: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

115

Tabel 30. Hasil Perhitungan ARP Proses Pemeliharaan

Kode Risk Agent ARP Rank Risk

Event

Ket. (Risk Event)

A15 Tenaga kerja kurang

memperhatikan adanya

tanaman yang rusak atau

terkena penyakit

36.66 1 E14

E11 = Tanaman

kekurangan nutrisi

menjadi kerdil

E12 = Air nutrisi

tidak lancar

Karena terhambat

oleh lumut,

tanaman

kekurangan nutrisi

E13 = hama dan

penyakit

bersarang di

gulma

E14 = Hama dan

Penyakit menular

ke tanaman

lainnya

A13 Tenaga kerja kurang

melakukan control selang

drip sehingga terdapat

lumut

30.06 2 E13

A14 Tenaga kerja malas

dalam melakukan sanitasi

gulma

5.31 3 E13

A12 Aliran air nutrisi

dimatikan pada malam

hari 3.34 4 E11

Sumber : Lampiran 5b

5.2.4.3 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada Proses Pemanenan

Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada proses pemanenan

mendapatkan hasil seperti pada Lampiran 5c. Dari Lampiran tersebut dapat dibuat

Tabel 31. Pada Tabel 31 penyebab risiko yang harus diberikan prioritas strategi

atau aksi pencegahan adalah pemanenan dilakukan dengan wadah akar

menghadap ke bawah semua, dengan kejadian risiko daun selada yang dipanen

saat ingin diambil untuk dikemas akan sobek. Proses pemanenan yang terkadang

terburu-buru apabila tidak dilakukan secara berhati-hati akan membuat daun

selada yang tipis menjadi mudah sobek.

Page 137: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

116

Adapun penyebab risiko yang tidak harus diprioritaskan dalam perlakuan

aksi pencegahan adalah wadah panen tidak bersih dari kotoran, dengan kejadian

risiko yaitu kualitas selada tidak baik. Wadah panen yang kotor akan

memperburuk kualitas daun selada tetapi seperti yang sudah dibahas pada Tabel

27 bahwa Kebun Sayur Pamulang selalu membersihkan wadah panen terlebih

dahulu sebelum digunakan.

Tabel 31. Hasil Perhitungan ARP Proses Pemanenan

Kode Risk Agent ARP Rank Risk Event Keterangan

(Risk Event)

A16 Tataletak pemanenan

dilakukan dengan

wadah akar

menghadap ke bawah

semua

77.94 1 E15,E17 E15 =

Tanaman

selada akan

mudah sobek

daunnya

E16 = Selada

yang tidak

layak panen

akan

mempengaruhi

selaa lainnya

apabila

dikemas

E17 = Kualitas

selada tidak

baik

E18 = Selada

menjadi cepat

busuk karena

terjadi respirasi

A18 Daun selada

berwarna hitam

(busuk) tetap dipanen

66.06 2 E16,E17

A17 Tidak adanya SOP

tertulis dalam

menentukan kualitas

selada

55.05 3 E17,E18

A21 Hasil tidak langsung

di letakkan di ruang

pendingin dengan

suhu 12oC

40.02 4 E16,E17

A19 Umur selada yang

belum mencapai 42-

45 hari telah dipanen

13.35 5 E16,E17,E18

A20 Wadah panen tidak

bersih dari kotoran

11.53 6 E17

Sumber : Lampiran 5c

Page 138: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

117

5.2.4.4 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada Proses Pengemasan

Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) pada proses pengemasan

mendapatkan hasil seperti pada Lampiran 5d. Dari Lampiran tersebut dapat dibuat

Tabel 32.

Tabel 32. Hasil Perhitungan ARP Proses Pengemasan

Kode Risk Agent ARP Rank Risk

Event

Keterangan (Risk

Event)

A25 Daun selada

terkena air pada

saat proses

pembersihan

rockwool

61.44 1 E22 dan

E23

E19 = Tanaman

menjadi tidak jelas isi

dalam satu kemasan

E20 = Selada menjadi

rusak saat dikemas

E21 = Masih terdapat

kotoran atau daun

yang busuk/ terbakar

di daun selada

E22 = Selada menjadi

mudah busuk/lembek

E23 = Selada menjadi

tidak segar dan

mudah layu

A23 Pekerja lalai dalam

melakukan proses

pengemasan

39.99 2 E20

A24 Pekerja kurang

membersihkan

selada saat

pencucian

37.98 3 E21 dan

E22

A22 Tidak ada proses

grading

5.56 4 E19

A26 Menggunakan

ruangan ber AC

dengan suhu >16oC

3.67 5 E23

Sumber : Lampiran 5d

Tabel 32 untuk menjelaskan nilai ARP dari setiap penyebab risiko secara

berurutan dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada Tabel 32 penyebab

risiko yang harus diberikan prioritas strategi atau aksi pencegahan adalah daun

selada terkena air pada saat proses pembersihan rockwool, dengan kejadian risiko

yaitu selada menjadi mudah busuk/lembek dan selada menjadi tidak segar,

mudah layu. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya pada Tabel 28 Daun selada

Page 139: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

118

rentan rusak apabila terkena air pada saat proses pencucian lalu kemudian

dikemas maka daun selada hidroponik didalam kemasan akan mudah layu dan

busuk.

Adapun penyebab risiko yang tidak harus diprioritaskan dalam perlakuan

aksi pencegahan adalah Menggunakan ruangan ber AC dengan suhu >16oC.

dengan kejadian risiko yaitu selada menjadi tidak segar dan mudah busuk. Ruang

penyimpanan selada yang sudah selesai di kemas dibutuhkan ruang penyimpanan

yang dingin. Apabila ruang penyimpanan tidak dingin dan sejuk, maka akan

mempengaruhi kualitas selada.

5.3 Pemetaan Risiko

Pemetaan dilakukan untuk mengetahui penyebab risiko apa saja yang

diprioritaskan untuk diberikan aksi pencegahannya. Setelah diketahui nilai ARP,

maka dapat dilakukan pemetaan dengan membuat diagram pareto. Diagram pareto

didapatkan dari nilai ARP yang telah didapatkan sebelumnya kemudian diurutkan

dari yang terbesar hingga terkecil, kemudian dihitung persentase kumulatif.

Adapun perbandingan yang digunakan dalam diagram pareto pada penelitian ini

adalah 80 : 20. Bila dipetakan dalam diagram pareto maka agen risiko yang perlu

diberikan prioritas adalah yang dibawah 80% sedangkan presentase diatas 80%

hingga 100% dapat diabaikan.

Page 140: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

119

5.3.1 Pemetaan Risiko Pada Proses Penanaman

Hasil pemetaan proses penanaman dapat dilihat pada Gambar 15 yang

menunjukkan bahwa terdapat 6 agen penyebab risiko dengan nilai ARP tertinggi

dan persentase kumulatif kurang dari 80% yang menjadi prioritas

penanggulangan untuk dilakukan penanganan risiko yaitu, 1). Suhu udara

melebihi 30oC dengan nilai ARP sebesar 168,12 dan kumulatif ARP sebesar

21%; 2) tidak ada dinding greenhouse dengan nilai ARP sebesar 170,91 dan

kumulatif ARP sebesar 43%; 3) Suhu air melebihi 27oC dengan nilai sebesar

98,80 dan kumulatif sebesar 55%; 4) Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

dengan nilai ARP sebesar 88,56dan kumulatif sebesar 66%; 5) Pemindahan

sayuran melewati satu tahap dengan nilai ARP sebesar 59.94 dan kumulatif

sebesar 74%; 6) Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan rockwool

dengan nilai 50,05 dan kumulatif sebesar 80%.

Gambar 15. Diagram Pareto pada Proses Penanaman

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

A1 A7 A4 A3 A11 A10 A6 A2 A8 A5 A9

ARP

Nilai ARP

%Kumulatif

%Kumulatif

Page 141: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

120

Nilai kumulatif kurang lebih sama dengan 80% ini merupakan penyebab

risiko yang perlu diberikan strategi penanganan karena dianggap merugikan

perusahaan dan sering kali terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 24,

bahwa suhu udara dan suhu air dan intensitas cahaya yang tinggi akan

mempengaruhi pertumbuhan selada menjadi kerdil, terjadi kelayuan yang parah

pada siang hari, daun selada terbakar daunnya. Selanjutnya, dinding greenhouse

diperlukan untuk mengurangi tanaman selada terkena hama dan penyakit, selain

itu tanaman selada apabila terjadi hujan tidak terkena cipratan air yang membuat

adanya mata kodok pada tanaman selada. Selanjutnya pemindahan sayuran yang

melewati satu tahap membuat tanaman selada rentan terbaring di dalam gully

paralon dan akan menimbulkan terjadinya persaingan antar tanaman yang masih

kecil dan yang sudah lebih besar. Penyebab risiko terakhir yaitu tenaga kerja

kurang telaten terhadap pemotongan rockwool membuat bibit selada yang masih

kecil ikut terpotong juga karena pemotongan yang tidak seragam dan

pemotongan yang asal.

5.3.2 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemeliharaan

Hasil pemetaan proses pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 16 yang

menunjukkan bahwa terdapat 1 agen penyebab risiko yang dengan nilai ARP

tertinggi dan persentase kumulatif kurang dari 80% yang menjadi prioritas

penanggulangan untuk dilakukan penanganan risiko yaitu, 1). Pekerja kurang

memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau terkena hama dan penyakit

dengan nilai ARP sebesar 36,66 dan kumulatif sebesar 49%.

Page 142: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

121

Gambar 16. Diagram Pareto pada Proses Pemeliharaan

Nilai kumulatif kurang lebih sama dengan 80% ini merupakan penyebab

risiko yang perlu diberikan strategi penanganan karena dianggap merugikan

perusahaan dan sering kali terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 25,

pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman rusak karena terkena penyakit

akan membuat tanaman lainnya ikut tertular. Tanaman lain yang ikut tertular

akan dengan cepat menularkan ke tanaman lainnya.

5.3.3 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemanenan

Hasil pemetaan proses pemanenan dapat dilihat pada Gambar 17 yang

menunjukkan bahwa terdapat 3 agen penyebab risiko yang dengan nilai ARP

tertinggi dan persentase kumulatif kurang dari 80% yang menjadi prioritas

penanggulangan untuk dilakukan penanganan risiko yaitu, 1). Tataletak

pemanenan dilakukan dengan wadah akar menghadap ke bawah semua dengan

nilai ARP sebesar 77,94 dan kumulatif sebesar 30%; 2). Banyak daun selada

berwarna hitam dengan nilai ARP sebesar 66,06 dan kumulatif sebesar 55%; 3).

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

A15 A13 A14

ARP

Nilai ARPj

%Kumulatif

%Kumulatif

Page 143: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

122

Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada dengan nilai ARP

sebesar 55,05 dan kumulatif sebesar 75%.

Gambar 17. Diagram Pareto pda Proses Pemanenan

Nilai kumulatif kurang lebih sama dengan 80% ini merupakan penyebab

risiko yang perlu diberikan strategi penanganan karena dianggap merugikan

perusahaan dan sering kali terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 26,

tataletak pemanenan dilakukan dengan akar berada di bawah akan memiliki risiko

yang besar pada saat mengambil tanaman selada untuk dikemas. Selanjutnya

banyak daun selada yang berwarna hitam apabila tetap dipanen akan membuat

kualitas selada lainnya ikut jelek, apabila pemanenan dilakukan dengan asal

sehingga tidak tau ada tanaman selada yang berkualitas jelek juga akan

mempengaruhi tanaman lainnya. Terakhir, tidak adanya SOP tertulis yang

menunjukkan seperti apa kualitas selada saat dipanen akan memperbesar

kemungkinan risiko ketidaktahuan pekerja dalam menentukan kualitas selada

yang baik untuk dipanen.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

20

40

60

80

100

A20 A22 A21 A25 A23 A24

ARP

Nilai ARPj

%Kumulatif

%Kumulatif

Page 144: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

123

5.3.4 Pemetaan Risiko Pada Proses Pengemasan

Hasil pemetaan proses pengemasan dapat dilihat pada Gambar 18 yang

menunjukkan bahwa terdapat 2 agen penyebab risiko yang dengan nilai ARP

tertinggi dan persentase kumulatif kurang dari 80% yang menjadi prioritas

penanggulangan untuk dilakukan penanganan risiko yaitu, 1). Daun selada

terkena air pada saat proses pencucian rockwool dengan nilai ARP sebesar 61,44

dan kumulatif sebesar 41%; 2). Pekerja lalai dalam melakukan proses

pengemasan dengan nilai ARP sebesar 39.99 dan kumulatid sebesar 68%.

Gambar 18. Diagram Pareto pada Proses Pengemasan

Nilai kumulatif kurang lebih sama dengan 80% ini merupakan penyebab

risiko yang perlu diberikan strategi penanganan karena dianggap merugikan

perusahaan dan sering kali terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 28,

daun selada yang terkena air pada saat r\psoes pencucian rockwool. Selanjutnya

pekerja lalai dalam melakukan proses pengemesan membuat tanaman selada yang

dikemas menjadi rusak seperti daun selada sobek, batang selada rapuh, dan daun

selada terlipat. Hal tersebut mengakibatkan kualitas selada buruk apabila

didiamkan.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

10

20

30

40

50

60

70

A25 A23 A24 A22 A26

ARP

Nilai ARPj

%Kumulatif

%Kumulatif

Page 145: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN STRATEGI DAN PENANGANAN RISIKO

6.1 Strategi Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada keseluruhan proses produksi di

PT. Kebun Pangan Jaya meliputi proses penanaman, pemeliharaan, pemanenan

dan pengemasan menghasilkan agen risiko yang menjadi prioritas untuk dapat

ditangani dengan strategi pencegahan risiko. Agen risiko yang telah

diprioritaskan tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan strategi

penanganan sebagai upaya pencegahan penyebab risiko yang akan muncul

kembali. Apabila risiko tidak segera di cegah maka akan dapat menimbulkan

kerugian bagi perusahaan dan permasalahan yang ada sebelumnya akan terus

terjadi apabila tidak dicegah.

6.1.1 Strategi Preventif Risiko pada Proses Penanaman

Adapun strategi preventif atau preventif action (PA) pada proses

penanaman yang diusulkan untuk mencegah risiko yang muncul kembali adalah

sebagai berikut :

1. Menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse

Ketika suhu lingkungan sedang tinggi sehingga membuat suhu dalam

greenhouse pun menjadi terlalu panas diperlukan adanya kipas/blower pada

tiap greenhouse sehingga dapat membantu menyejukkan greenhouse agar

tidak terlalu panas sehingga membuat selada tidak layu dan tidak terbakar.

Page 146: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

125

2. Menambahkan Paranet pada tiap greenhouse

PT. Kebun Pangan Jaya sampai saat ini belum menggunakan paranet yang

berfungsi sebagai bahan pembuat naungan. Penggunaan paranet sebagai

naungan dapat mengontrol jumlah intensitas cahaya matahari yang

dibutuhkan oleh tanaman. Maka dari itu tanaman selada tidak langsung

terpapar sinar matahari secara langsung sehingga dapat mencegah daun

selada terbakar.

3. Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih dahulu untuk mendapatkan

suhu yang sama dengan wadah

Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih dahulu akan membuat suhu

air sama dengan wadah yang akan ditanami selada.

4. Membuat dinding greenhouse sesuai dengan standart

PT. Kebun Pangan Jaya memiliki greenhouse yang tidak berdinding sehingga

pada saat hujan turun akan membuat selada terkena cipratan air hujan yang

berujung munculnya mata kodok. Selain itu akan membuat hama mudah

menyerang selada. Maka diperlukan adanya dinding pada tiap greenhouse.

5. Memberikan pelatihan pada karyawan dalam melakukan proses penanaman

Karyawan yang berada di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)

merupakan karyawan yang perlu dilatih kembali agar dapat memberikan

performa kerja yang baik

6. Memotong Rockwool Terlebih Dahulu Sebelum Memasukkan Benih

Pada PT. Kebun Pangan Jaya rockwool dipotong persegi panjang lalu

ditanami oleh benih selada, setelah menjadi bibit salada sebelum dipindahkan

Page 147: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

126

ke fase N2, rockwool baru dipotong kecil. Hal tersebut berakibat bibit selada

yang sudah tumbuh akan terpotong daunnya. Maka, seharusnya rockwool

dipotong kecil terelebih dahulu dengan ukuran yang sesuai dengan pedoman

yaitu ukuran 3x3cm. Apabila rockwool tidak dipotong dengan ukuran kecil

terlebih dahulu maka tanaman sudah tumbuh pada rockwool maka dapat

menimbulkan bibit selada menjadi ikut terpotong.

7. Membuat SOP Proses Penanaman

Adanya SOP sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan tugasnya dan mengurangi

tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas. Sehingga diperlukan adanya SOP secara tertulis pada

proses penanaman. Tanpa adanya SOP maka pekerja akan bingung dan malas

dalam melaksanakan pekerjaanya.

6.1.3 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemeliharaan

Strategi preventif atau preventif action (PA) pada proses pemeliharaan

yang diusulkan untuk mencegah risiko yang muncul kembali adalah sebagai

berikut :

1. Peningkatan Kedisiplinan Pekerja

Ketidaksiplinan pekerja dalam melakukan proses pemeliharaan dapat berisiko

pada tanaman selada hidroponik, sehingga perlu adanya kedisiplinan untuk

pekerja kebun pada proses pemeliharaan.

Page 148: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

127

2. Lebih Memperketat Pengawasan Karyawan oleh Kepala Kebun

Peran Kepala Kebun di Kebun Sayur Pamulang PT. Kebun Pangan Jaya

sangat dibutuhkan, hal tersebut dikarenakan pekerja terkadang menjadi malas

dalam melakukan proses pemeliharaan apabila kepala Kebun tidak berada di

Kebun. Maka diperlukan pengawasan lebih ketat kepada karyawan.

3. Membuat SOP tertulis pada Proses Pemeliharaan

Proses pemeliharaan merupakan proses penting dalam menjamin kualitas

selada hidroponik. Agar para pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan baik

dan benar maka dibutuhkan SOP. Adanya SOP sebagai standarisasi cara yang

dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan

tugasnya dan mengurangi tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

6.1.4 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemanenan

Strategi preventif atau preventif action (PA) pada proses pemanenan yang

diusulkan untuk mencegah risiko yang muncul kembali adalah sebagai berikut :

1. Merubah tataletak pemanenan dalam box container

Tataletak pada saat proses penanaman di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur Pamulang) sangat rentan rusak/robek pada daun selada hidroponik

sehingga diperlukan adanya perubahan tataletak proses pemanenan. Tataletak

pemanenan yang baik adalah dengan posisi horizontal dan saling berhadapan

antara akar dengan akar agar daun selada tidak kotor dan tidak sobek

daunnya apabila diambil untuk dikemas.

Page 149: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

128

2. Membuat SOP Tertulis tentang Kualitas Produk Selada dan Proses

Pemanenan

Pada proses pemanenan diperlukan adanya SOP, sebagai standarisasi cara

yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan

tugasnya dan mengurangi tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugas. Selain itu diperlukan adanya

SOP tertulis dalam menentukan selada yang baik untuk dipanen dan tidak

baik untuk dipanen, hal tersebut agar pekerja mengetahui tentang kualitas

selada yang baik.

3. Mengadakan Rapat kedisiplinan terhadap Kinerja Karyawan di Proses

Pemanenan

Proses pemanenan sangat penting untuk menentukan selada yang baik untuk

diterima konsumen, sehingga perlu diadakannya rapat kedisiplinan agar

kesalahan dan kelalaian pekerja sebelumnya dapat diperbaiki agar tidak

terulang kembali.

6.1.5 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pengemasan

Strategi preventif atau preventif action (PA) pada proses pengemasan yang

diusulkan untuk mencegah risiko yang muncul kembali adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Penirisan setelah Proses Pencucian Rockwool Selada

Sebelum melakukan pengemasan, selada hidroponik yang dipanen bersamaan

dengan rockwool. Rockwool perlu dicuci agar tidak bau dan lebih bersih dari

kotoran lumut, tidak jarang pada saat pencucian rockwool, daun selada ikut

terkena air pada saat proses pencucian. Maka diperlukan adanya penirisan

Page 150: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

129

sebelum dilakukan proses pengemasan agar air yang ada pada selada

hidroponik hilang.

2. Penambahan Karyawan pada Proses Pengemasan

Proses pengemasan sangat membutuhkan pekerja tambahan, karena proses

pengemasan cukup sulit dan memakan waktu yang banyak. Sehingga apabila

hasil panen dan permintaan sedang banyak, membuat para pekerja yang ada

kewalahan sehingga menjadi asal dalam melakukan proses pengemasan.

3. Peningkatan Pengawasan Karyawan oleh Kepala Kebun

Pada proses pengemasan, Peran Kepala Kebun di Kebun Sayur Pamulang

sangat dibutuhkan, hal tersebut dikarenakan pekerja terkadang menjadi lalai

dan asal dalam melakukan proses pengemasan apabila Kepala Kebun tidak

berada di Kebun. Maka diperlukan pengawasan lebih ketat kepada karyawan.

4. Membuat SOP pada Proses Pengemasan

Proses pengemasan sangat rentan membuat selada hidroponik menjadi rusak

apabila tidak ada stadarisasi cara melakukan pengemasan selada hidroponik.

Maka diperlukan adanya SOP sebagai standarisasi cara yang dilakukan

pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan tugasnya dan

mengurangi tingkat kesalahan, yang mungkin dilakukan oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugas. Sehingga diperlukan adanya SOP secara

tertulis pada proses pengemasan.

Page 151: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

130

6.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

pencegahan Risiko

Penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi pencegahan

risiko dilakukan dengan narasumber yang dianggap berkontribusi pada proses

produksi di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)

6.2.1 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

pencegahan Risiko pada Proses Penanaman

Berdasarkan penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi

pencegahan risiko pada proses penanaman yang diberikan oleh narasumber seperti

pada Lampiran 4a.

Tabel 33 Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

pencegahan Risiko pada Proses Penanaman

Kode Strategi Pencegahan Dk

P1 Menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse 3.33

P2 Menambahkan Paranet pada tiap greenhouse 3.00

P3

Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih dahulu untuk

mendapatkan suhu yang sama dengan wadah 4.67

P4 Membuat dinding greenhouse sesuai standart 3.00

P5

Memberikan pelatihan pada karyawan dalam melakukan proses

produksi 3.33

P6 Memotong rockwool terlebih dahulu sebelum memasukkan benih 5.00

P7 Membuat SOP proses penanaman 3.00

Sumber : Lampiran 4a

Dari lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 33 yang menjelaskan bahwa

strategi preventif memiliki tingkat kesulitan. Tingkat kesulitan rendah memiliki

nilai 3.00 sampai dengan 3.33, tingkat kesulitan sedang memiliki nilai 3.67

sampai dengan 4.00, sedangkan tingkat kesulitan tinggi yaitu nilai 4.33 sampai

Page 152: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

131

dengan 5.00. pada proses penanaman tingkat kesulitan tertinggi sebesar 5.00 yang

berarti strategi tersebut sulit untuk dijalani yaitu memotong rockwool terlebih

dahulu sebelum memasukkan benih dan menambahkan pekerja pada proses

penanaman. Pemotongan rockwool terlebih dahulu dilakukan akan membuat

waktu pengerjaan produksi selada menjadi lebih lama. Kemudian strategi

preventif yang memiliki tingkat atau derajat kesulitan terendah ada dua yaitu 3.00

yang berarti strategi tersebut dianggap tidak sulit untuk digunakan adalah

menambahkan paranet pada tiap greenhouse dan membuat SOP pada proses

penanaman.

6.2.2 Penilaian Tingkat atau Derajat kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pemeliharaan

Berdasarkan penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi

pencegahan risiko pada proses penanaman yang diberikan oleh narasumber seperti

pada Lampiran 4b. Dari lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 34 yang

menjelaskan bahwa strategi preventif yang memiliki tingkat kesulitan rendah

memiliki nilai 3.00 sampai dengan 3.33, tingkat kesulitan sedang memiliki nilai

3.67 sampai dengan 4.00, sedangkan tingkat kesulitan tinggi yaitu nilai 4.33

sampai dengan 5.00. pada proses pemeliharaan tingkat kesulitan tertinggi sebesar

4.33 yang berarti strategi tersebut sulit untuk dijalani yaitu Melakukan

peningkatan kedisiplinan pekerja dan lebih memperketat pengawasan karyawan

oleh kepala kebun. Melakukan peningkatan kedisiplinan sulit dijalankan oleh

perusahaan ini karena kepala kebun pada perusahaan ini hanya ada satu,

sedangkan kepala kebun harus mengawasi ke kebun lainnya. Kemudian strategi

Page 153: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

132

preventif yang memiliki tingkat atau derajat kesulitan terendah yaitu 3.33 yang

berarti strategi tersebut dianggap tidak sulit untuk dilakukan adalah Membuat

SOP tertulis pada proses pemeliharaan.

Tabel 34 Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pemeliharaan

Kode Strategi Pencegahan Dk

PA13 Peningkatan kedisiplinan pekerja 4.33

PA14 Lebih memperketat pengawasan karyawan oleh kepala kebun 4.33

PA15 Membuat SOP tertulis pada proses pemeliharaan 3.33 Sumber : Lampiran 4b

6.2.3 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pemanenan

Berdasarkan penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi

pencegahan risiko pada proses penanaman yang diberikan oleh narasumber seperti

pada Lampiran 4c.

Tabel 35. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pemanenan

Kode Strategi Pencegahan Dk

PA17 Merubah tataletak pemanenan dalam box container 4.67

PA18

Membuat SOP tertulis tentang kualitas produk selada yang

baik dan proses pemanenan 3.00

PA19

Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan di

proses pemanenan 3.33 Sumber : Lampiran 4c

Dari lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 35 yang menjelaskan bahwa

strategi preventif yang memiliki tingkat kesulitan rendah memiliki nilai 3.00

sampai dengan 3.33, tingkat kesulitan sedang memiliki nilai 3.67 sampai dengan

4.00, sedangkan tingkat kesulitan tinggi yaitu nilai 4.33 sampai dengan 5.00. pada

Page 154: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

133

proses pemanenan tingkat kesulitan yang tertinggi sebesar 4.67 yang berarti

strategi tersebut sulit untuk dijalani yaitu merubah tataletak pemanenan dalam box

container. Mengubah struktur tataletak pemanenan sulit dijalankan, karena

menurut perusahaan hal tersebut akan menghabiskan tempat yang banyak apabila

dirubah dan akan mempersulit pekerja dalam melakukan proses pemanenan.

Kemudian strategi preventif yang memiliki tingkat atau derajat kesulitan terendah

yaitu 3.00 yang berarti strategi tersebut dianggap tidak sulit untuk dilakukan

adalah membuat SOP tertulis tentang kualitas produk selada yang baik dan proses

pemanenan.

6.2.4 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pengemasan

Berdasarkan penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi

pencegahan risiko pada proses penanaman yang diberikan oleh narasumber seperti

pada Lampiran 4d. Dari lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 36.

Tabel 36. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan Strategi

Pencegahan Risiko pada Proses Pengemasan

Kode Strategi Pencegahan Dk

PA20

Melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool

selada 4.67

PA21 Penambahan karyawan pada proses pengemasan 3.33

PA22 Peningkatan pengawasan karyawan oleh kepala kebun 3.67

PA23 Membuat SOP pada proses pengemasan 3.33

Sumber : Lampiran 4e

Pada Tabel 36 yang menjelaskan bahwa strategi preventif yang memiliki

tingkat kesulitan rendah memiliki nilai 3.00 sampai dengan 3.33, tingkat kesulitan

Page 155: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

134

sedang memiliki nilai 3.67 sampai dengan 4.00, sedangkan tingkat kesulitan

tinggi yaitu nilai 4.33 sampai dengan 5.00. pada proses pengemasan tingkat

kesulitan yang tertinggi sebesar 4.67 yang berarti strategi tersebut sulit untuk

dijalani yaitu melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool. Kemudian

strategi preventif yang memiliki tingkat atau derajat kesulitan terendah yaitu 3.33

yang berarti strategi tersebut dianggap tidak sulit untuk dilakukan adalah

menambah karyawan pada proses pengemasan dan membuat SOP pada proses

pengemasan.

Berdasarkan penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan strategi

pencegahan risiko pada proses penanaman hingga proses pengemasan terdapat 1

penanganan risiko yang memiliki nilai tingkat kesulitan pelaksanaan strategi

preventif tertinggi 5.00 dianggap narasumber sulit dijalankan oleh perusahaan

yaitu memotong rockwool terlebih dahulu sebelum memasukkan benih pada

proses penanaman. Kemudian penilaian tingkat atau derajat kesulitan penerapan

strategi pencegahan risiko pada proses penanaman hingga proses pengemasan

terdapat 4 penanganan risiko dengan memiliki nilai tingkat kesulitan pelaksanaan

strategi preventif terendah 3.00 dianggar narasumber mudah dijalankan oleh

perusahaan adalah (1) Menambah paranet pada tiap greenhouse pada proses

penanaman; (2) membuat dinding greenhouse sesuai standart pada proses

penanaman; (3) Membuat SOP pada proses penanaman; (4) Membuat SOP tertulis

tentang kualitas produk selada yang baik dan proses pemanenan.

Page 156: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

135

6.3 Penilaian Korelasi Antara Strategi pencegahan Risiko dengan Agen

Penyebab Risiko Prioritas

Penilaian korelasi antara strategi pencegahan risiko dengan agen penyebab

risiko prioritas dilakukan agar mengetahui korelasi antara penanganan dengan

agen penyebab risiko prioritas. Korelasi yang kuat memiliki nilai 9, korelasi

sedang memiliki nilai 3, korelasi rendah memiliki nilai 1 sedangkan nilai 0

tandanya tidak memiliki korelasi. Berikut adalah strategi yang memiliki

hubungan korelasi kuat atau sedang yang dapat dikatakan dapat mencegah

kemunculan suatu agen penyebab risiko.

Pada proses penanaman terdapat strategi preventif penanganan risiko yang

memiliki korelasi kuat yaitu bernilai 9 dengan agen penyebab risiko, diantaranya

yaitu (1) menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse; (2) Menambahkan

paranet pada tiap greenhouse; (3) Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih

dahulu untuk mendapatkan suhu yang sama; (4) Membuat dinding greenhouse

sesuai standart.

Pada proses pemeliharaan hanya terdapat 1 strategi preventif yang

memiliki korelasi kuat yaitu 9 dengan agen penyebab risiko, diantaranya yaitu (1)

Peningkatan kedisiplinan pekerja.

Pada proses pemanenan terdapat 2 strategi preventif yang memiliki

korelasi cukup kuat yaitu 3 dengan agen penyebab risiko, diantaranya yaitu (1)

Membuat SOP tertulis selada tentang kualitas produk selada yang baik; (2)

Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan di proses pemanenan.

Page 157: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

136

Terakhir pada proses pengemasan terdapat 4 strategi preventif yang

memiliki korelasi kuat yaitu 9 dengan agen penyebab risiko, diantaranya yaitu (1)

Melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool selada; (2) Penambahan

karyawan pada proses pengemasan; (3) Peningkatan pengawasan karyawan oleh

kepala kebun; (4) Membuat SOP pada proses pengemasan.

6.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi pencegahan

Risiko

Perhitungan Total Efektivitas (TEk) didpatkan dari hasil perkalian antara

masing-masing agen penyebab risiko yang menjadi prioritas dengan nilai ARP

dari masing-masing agen penyebab risiko yang menjadi prioritas atau korelasi

antara tiap strategi preventif. Hasil perhitungan tersebut dimasukkan kedalam

tabel HOR 2 seperti pada Lampiran 6 a,b,c, dan d

6.4.1 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi pencegahan

risiko pada Proses Penanaman

Berdasarkan hasil perhitungan nilai total efektivitas (TEk) seperti pada

Lampiran 6b maka didapatkan tabel seperti pada Tabel 37. Berdasarkan Tabel 37

menjelaskan strategi yang memiliki nilai total efektivitas terbesar atau yang paling

efektif untuk dilakukan pada proses penanaman adalah menyediakan kipas/blower

pada tiap greenhouse dan menambahkan paranet pada tiap greehouse. Adapun

penerapan strategi ini diharapkan mampu mencegah kembali kemunculan

penyebab risiko suhu udara greenhouse melebihi 30oC dan intensitas cahaya yang

terlalu tinggi.

Page 158: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

137

Tabel 37. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Penanaman

Kode Strategi Preventif TEk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA1 Menyediakan kipas/blower

pada tiap greenhouse

1993.57 A1,A3 A1= suhu udara

melebihi 30oC

A3 = Intensitas

cahaya matahari

terlalu tinggi

A4 = Suhu air

melebihi 27oC

A7 = Tidak ada

dinding greenhouse

A10 = Tenaga kerja

kurang telaten

terhadap

pemotongan

rockwool

A11 = Pemindahan

sayuran melewati

satu tahap

PA2 Menambahkan Paranet

pada tiap greenhouse

1943.52 A1,A3

PA4 Membuat dinding

greenhouse sesuai standart

1464.84 A7

PA3 Menyimpan air ke dalam

wadah/paralon terlebih

dahulu untuk mendapatkan

suhu yang sama dengan

wadah

1297.62 A4

PA7 Membuat SOP proses

penanaman

329.97 A11,A10

PA5 Memberikan pelatihan

pada karyawan dalam

melakukan proses produksi

150.15 A10

PA6 Memotong rockwool

terlebih dahulu sebelum

memasukkan benih

150.15 A10

Sumber : Lampiran 6a

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai total keefektivitas terkecil

adalah memotong rockwool terlebih dahulu sebelum memasukkan benih dan

memberikan pelatihan pada karyawan dalam melakukan proses produksi yang

disebabkan oleh kecilnya nilai-nilai korelasi dengan penyebab-penyebab risiko

terpilih dan pihak PT. kebun Pangan Jaya sendiri menganggap bahwa strategi ini

dapat dijadikan strategi alternative. Adapun penerapan strategi ini diharapkan

Page 159: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

138

akan mampu mencegah kembali kemunculan risikoyaitu pemindahan sayuran

loncat tidak sesuai dengan pedoman.

6.4.2 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi pencegahan

Risiko pada Proses Pemeliharaan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai total efektivitas (TEk) seperti pada

Lampiran 6b maka didapatkan tabel seperti pada Tabel 38. Berdasarkan Tabel 38

menjelaskan strategi yang memiliki nilai total efektivitas terbesar atau yang paling

efektif untuk dilakukan pada proses penanaman adalah peningkatan kedisiplinan

pekerja. Adapun penerapan strategi ini diharapkan mampu mencegah kembali

kemunculan penyebab risiko pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman

yang rusak atau terkena hama dan penyakit.

Tabel 38. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Pemeliharaan

Kode Strategi Preventif TEk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab

Risiko

PA13 Peningkatan kedisiplinan pekerja 329,94 A19 A19 = Pekerja

kurang

memperhatikan

adanya

tanaman yang

rusak atau

terkena

penyakit

PA15 Membuat SOP tertulis pada

proses pemeliharaan

109,98 A19

PA14 Lebih memperketat pengawasan

karyawan oleh kepala kebun

36,66 A19

Sumber : Lampiran 6b

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai total keefektivitas

terkecil adalah lebih memperketat pengawasan karyawan oleh kepala kebun yang

Page 160: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

139

disebabkan oleh kecilnya nilai-nilai korelasi dengan penyebab-penyebab risiko

terpilih dan pihak PT. Kebun Pangan Jaya sendiri menganggap bahwa strategi ini

dapat dijadikan strategi alternative. Adapun penerapan strategi ini diharapkan

akan mampu mencegah kembali kemunculan risiko yaitu pekerja kurang

memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau terkena hama dan penyakit.

6.4.3 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi pencegahan

Risiko pada Proses Pemanenan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai total efektivitas (TEk) seperti pada

Lampiran 6c maka didapatkan tabel seperti pada Tabel 40. Berdasarkan Tabel 39

tersebut menjelaskan strategi yang memiliki nilai total efektivitas terbesar atau

yang paling efektif untuk dilakukan pada proses pemanenan adalah mengadakan

rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan di proses pemanenan. Adapun penerapan

strategi ini diharapkan mampu mencegah kembali kemunculan penyebab risiko

adalahTidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada dan banyak

daun selada berwarna hitam.

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai total keefektivitas terkecil

adalah merubah tataletak pemanenan dalam box container yang disebabkan oleh

kecilnya nilai-nilai korelasi dengan penyebab-penyebab risiko terpilih dan pihak

PT. kebun Pangan Jaya sendiri menganggap bahwa strategi ini dapat dijadikan

strategi alternative. Adapun penerapan strategi ini diharapkan akan mampu

mencegah kembali kemunculan risikoyaitu tataletak pemanenan dilakukan dengan

wadah akar menghadap ke bawah semua dan tidak adanya SOP tertulis dalam

menentukan kualitas selada.

Page 161: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

140

Tabel 49. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Pemanenan

Kode Strategi Preventif TEk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA19

Mengadakan rapat

evaluasi terhadap kinerja

karyawan di proses

pemanenan

441,27 A21 dan

A22

A20 = Tataletak

pemanenan dilakukan

dengan wadah akar

menghadap ke bawah

A21 = Tidak adanya

SOP tertulis dalam

menentukan kualitas

selada

A22 = Banyak daun

selada berwarna

hitam

PA18 Membuat SOP tertulis

tentang kualitas produk

selada yang baik dan

proses pemanenan

363,33 A21 dan

A22

PA17 Merubah tataletak

pemanenan dalam box

container

132,99 A20 dan

A21

Sumber : Lampiran 6c

6.4.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap Strategi Pencegahan

Risiko pada Proses Pengemasan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai total efektivitas (TEk) seperti pada

Lampiran 6d maka didapatkan tabel seperti pada Tabel 40. Berdasarkan Tabel 40

tersebut menjelaskan strategi yang memiliki nilai total efektivitas terbesar atau

yang paling efektif untuk dilakukan pada proses pemanenan adalah membuat SOP

pada proses pengemasan. Adapun penerapan strategi ini diharapkan mampu

mencegah kembali kemunculan penyebab risiko adalah daun selada terkena air

pada saat proses pencucian rockwool.

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai total keefektivitas terkecil

adalah merubah penmbahan karyawan pada proses pengemasan yang disebabkan

oleh kecilnya nilai-nilai korelasi dengan penyebab-penyebab risiko terpilih dan

pihak PT. kebun Pangan Jaya sendiri menganggap bahwa strategi ini dapat

Page 162: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

141

dijadikan strategi alternative. Adapun penerapan strategi ini diharapkan akan

mampu mencegah kembali kemunculan risikoyaitupekerja lalai dalam melakukan

proses pengemasan.

Tabel 40. Hasil Perhitungan Nilai Efektivitas (TEk) Pada Proses Pengemasan

Kode Strategi Preventif TEk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA23 Membuat SOP pada

proses pengemasan

672,93 A30 A28 = Pekerja lalai

dalam melakukan

proses pengemasan

A30 = Daun selada

terkena air pada saat

proses pencucian

PA22 Peningkatan

pengawasan karyawan

oleh kepala kebun

552,96 A28

PA20 Melakukan penirisan

setelah proses

pencucian rockwool

544,23 A30

PA21 Penambahan karyawan

pada proses

pengemasan

421,35 A28

Sumber : Lampiran 6d

6.5 Perhitungan Keefektifan derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

pencegahan risiko (ETDk)

Perhitungan ETDk dilakukan untuk menentukan prioritas strategi yang

terlebih dahulu dilakukan. Perhitungan nilai keefektivan derajat kesulitan (ETDk)

didapatkan dari hasil bagi antara nilai total efektivitas (TEk) dengan derajat

kesulitan (Dk) dari masing-masing strategi preventif yang telah ditetapkan. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada Tabel HOR Fase 2 seperti pada Lampiran 6 a,b,c

dan d.

Page 163: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

142

6.5.1 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

Pencegahan Risiko (ETDk) Pada Proses Penanaman

Berdasarkan hasil perhitungan nilai keefektivan derajat kesulitan dari tiap

strategi pencegahan risiko (ETDk) pada proses penanaman dapat dilihat pada

Lampiran 6a sehingga didapatkan Tabel 41.

Tabel 41. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitas Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Proses Penanaman

Kode Strategi Preventif ETDk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA2 Menyediakan kipas/blower

pada tiap greenhouse 647,84

A1,A3

A1= suhu udara

melebihi 30oC

A3 = Intensitas

cahaya matahari

terlalu tinggi

A4 = Suhu air

melebihi 27oC

A7 = Tidak ada

dinding greenhouse

A10 = Tenaga

kerja kurang

telaten terhadap

pemotongan

rockwool

A11 = Pemindahan

sayuran melewati

satu tahap

PA1 Menambahkan Paranet pada

tiap greenhouse

598,07 A1,A3

PA4 Membuat dinding

greenhouse sesuai standart

488,28 A7

PA3 Menyimpan air ke dalam

wadah/paralon terlebih

dahulu untuk mendapatkan

suhu yang sama dengan

wadah

278,06 A4

PA7 Membuat SOP proses

penanaman

109,99 A11,A10

PA5 Memberikan pelatihan pada

karyawan dalam melakukan

proses produksi

45,04 A10

PA6 Memotong rockwool terlebih

dahulu sebelum

memasukkan benih

30,03 A10

Sumber : Lampiran 6a

Page 164: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

143

Berdasarkan Tabel tersebut nilai keefektivan derajat kesulitan tertiggi

adalah menambahkan paranet pada tiap greenhouse . strategi ini memiliki nilai

TEk tertinggi dan Dk terendah sehingga dapat dianggap paling efektif dan paling

mudah dilakukan. Adapun penerapan strategi ini diharapkan akan mampu

meminimalisir suhu greenhouse yang tinggi.

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai keefektivan derajat

kesulitan yang rendah adalah Memotong rockwool terlebih dahulu sebelum

memasukkan benih. Strategi tersebut memiliki nilai TEk rendah dan nilai Dk

tinggi sehingga dianggap kurang efektif dan paling sulit dilkaukan. Adapun

pelaksanaan strategi ini diharapkan akan mampu Tenaga kerja kurang telaten

terhadap pemotongan rockwool.

6.5.2 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses Pemeliharaan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai keefektivan derajat kesulitan dari tiap

strategi pencegahan risiko (ETDk) pada proses pemeliharaan dapat dilihat pada

Lampiran 6b sehingga didapatkan Tabel 42. Berdasarkan Tabel tersebut nilai

keefektivan derajat kesulitan tertiggi adalah peningkatan kedisiplinan pekerja.

strategi ini memiliki nilai TEk tertinggi dan Dk terendah sehingga dapat dianggap

paling efektif dan paling mudah dilakukan. Adapun penerapan strategi ini

diharapkan akan mampu membuat pekerja lebih memperhatikan adanya tanaman

yang rusak atau terkena hama dan penyakit.

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai keefektivan derajat

kesulitan yang rendah adalah lebih memperketat pengawasan karyawan oleh

Page 165: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

144

kepala kebun. Strategi tersebut memiliki nilai TEk rendah dan nilai Dk tinggi

sehingga dianggap kurang efektif dan paling sulit dilkaukan. Adapun pelaksanaan

strategi ini diharapkan akan mampu membuat pekerja lebih memperhatikan

adanya tanaman yang rusak atau terkena hama dan penyakit.

Tabel 42. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitas Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Proses Pemeliharaan

Kode Strategi Preventif ETDk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA13 Peningkatan kedisiplinan

pekerja

76,14 A19 A19 = Pekerja

kurang

memperhatikan

adanya tanaman

yang rusak atau

terkena penyakit

PA15 Membuat SOP tertulis pada

proses pemeliharaan

32,99 A19

PA16 Lebih memperketat

pengawasan karyawan oleh

kepala kebun

8,46 A19

Sumber : Lampiran 6b

6.5.3 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses Pemanenan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai keefektivan derajat kesulitan dari tiap

strategi pencegahan risiko (ETDk) pada proses pemeliharaan dapat dilihat pada

Lampiran 6c sehingga didapatkan Tabel 43. berdasarkan Tabel tersebut nilai

keefektivan derajat kesulitan tertinggi adalah mengadakan rapat kedisiplinan

terhadap kinerja karyawan di proses pemanenan. strategi ini memiliki nilai TEk

tertinggi dan Dk terendah sehingga dapat dianggap paling efektif dan paling

mudah dilakukan. Adapun penerapan strategi ini diharapkan akan mampu

membuat pekerja tidak memanen selada yang memiliki daun berwarna hitam.

Page 166: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

145

Tabel 43. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitas Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Proses Pemanenan

Kode Strategi Preventif ETDk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

PA19 Mengadakan rapat

kedisiplinan terhadap

kinerja karyawan di proses

pemanenan

132,38 A22 A20 = Tataletak

pemanenan dilakukan

dengan wadah akar

menghadap ke bawah

A21 = Tidak adanya

SOP tertulis dalam

menentukan kualitas

selada

A22 = Banyak daun

selada berwarna hitam

PA18 Membuat SOP tertulis

tentang kualitas produk

selada yang baik dan

proses produksi

121,11 A22 dan

A21

PA17 Merubah tataletak

pemanenan dan box

container

28,50 A20 dan

A21

Sumber : Lampiran 6c

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai keefektivan derajat

kesulitan yang rendah adalah merubah tataletak pemanenan dalam box container.

Strategi tersebut memiliki nilai TEk rendah dan nilai Dk tinggi sehingga dianggap

kurang efektif dan paling sulit dilakukan. Adapun pelaksanaan strategi ini

diharapkan akan mampu mencegah terjadinya risiko selada sobek karena

pemanenan dilakukan dengan wadah akar terletak di bawah atau tidak

dibaringkan.

6.5.4 Perhitungan Keefektifan Derajat Kesulitan Dari Tiap Strategi

Pencegahan risiko (ETDk) Pada Proses Pengemasan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai keefektivan derajat kesulitan dari tiap

strategi pencegahan risiko (ETDk) pada proses pengemasan dapat dilihat pada

Lampiran 6d sehingga didapatkan Tabel 44. berdasarkan Tabel tersebut nilai

Page 167: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

146

keefektivan derajat kesulitan tertinggi adalah membuat SOP pada proses

pengemasan. strategi ini memiliki nilai TEk tertinggi dan Dk terendah sehingga

dapat dianggap paling efektif dan paling mudah dilakukan. Adapun penerapan

strategi ini diharapkan akan mampu membuat pekerja lebih berhati-hati agar daun

selada tidak terkena air pada proses pencucian rockwool.

Tabel 44. Hasil Perhitungan Nilai Keefektifan Derajat Kesulitas Dari Tiap

Strategi Pencegahan risiko (ETDk) Proses Pengemasan

Kode Strategi Preventif ETDk

Penyebab

Risiko

dengan

korelasi

tertinggi

Keterangan

Penyebab Risiko

PA23 Membuat SOP pada proses

pengemasan

201,88 A30 A28 = Pekerja lalai

dalam melakukan

proses pengemasan

A30 = Daun selada

terkena air pada saat

proses pencucian

PA22 Peningkatan pengawasan

karyawan oleh kepala kebun

148,43 A28

PA21 Penambahan karyawan pada

proses pengemasan

126,41 A28

PA20 Melakukan penirisan setelah

proses pencucian rockwool

selada

118,49 A30

Sumber : Lampiran 6d

Kemudian strategi preventif yang memiliki nilai keefektivan derajat

kesulitan yang rendah adalah melakukan penirisan setelah proses pencucian

rockwool selada . Strategi tersebut memiliki nilai TEk rendah dan nilai Dk tinggi

sehingga dianggap kurang efektif dan paling sulit dilakukan. Adapun pelaksanaan

strategi ini diharapkan akan mampu menghilangkan air pada daun selada yang

terkena pada proses pencucian rockwool.

Page 168: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

147

6.6 Prioritas Aksi/Strategi Preventif

Berdasarkan pengukuran keefektivan derajat kesulitan (ETDk) dari tiap

strategi preventif maka didapatkan prioritas aksi atau strategi preventif risiko yang

telah ditetapkan pada masing-masing proses produksi selada hidroponik.

6.6.1 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses Penanaman

Adapun urutan prioritas pelaksanaan tiap aksi/strategi preventif

penanganan risiko yang telah ditetapkan pada proses penanaman sebagai berikut :

1. Menambahkan paranet pada tiap greenhouse (PA2)

2. Menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse (PA1)

3. Membuat dinding greenhouse sesuai standart (PA4)

4. Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih dahulu untuk mendapatkan

suhu yang sama dengan wadah (PA3)

5. Membuat SOP proses penanaman (PA7)

6. Memberikan pelatihan pada karyawan dalam melakukan proses produksi

(PA5)

7. Memotong rockwool terlebih dahulu sebelum memasukkan benih (PA6)

Penetapan prioritas aksi strategi preventif tersebut berdasarkan hasil

perhitungan nilai keefektifan derajat kesulitas dari tiap strategi pencegahan risiko

(ETDk) yang telah dibahas pada Tabel 40. Prioritas aksi strategi preventif ini

bertujuan untuk mengetahui pengurutan strategi yang memiliki prioritas penting

dalam menangani risiko yang ada.

Page 169: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

148

6.6.2 Prioritas Aksi Strategi Preventif Pada Proses Pemeliharaan

Adapun urutan prioritas pelaksanaan tiap aksi/strategi preventif

penanganan risiko yang telah ditetapkan pada proses pemeliharaan sebagai

berikut:

1. Peningkatan kedisiplinan pekerja (PA8)

2. Membuat SOP tertulis pada proses pemeliharaan (PA10)

3. Lebih memperketat pengawasan karyawan oleh kepala kebun (PA9)

Penetapan prioritas aksi strategi preventif tersebut berdasarkan hasil

perhitungan nilai keefektifan derajat kesulitas dari tiap strategi pencegahan risiko

(ETDk) yang telah dibahas pada Tabel 41. Prioritas aksi strategi preventif ini

bertujuan untuk mengetahui pengurutan strategi yang memiliki prioritas penting

dalam menangani risiko yang ada.

6.6.3 Prioritas Aksi/Strategi Preventif Pada Proses Pemanenan

Adapun urutan prioritas pelaksanaan tiap aksi/strategi preventif

penanganan risiko yang telah ditetapkan pada proses pemanenan sebagai berikut :

1. Mengadakan rapat kedisiplinan terhadap kinerja karyawan di proses

pemanenan (PA13)

2. Membuat SOP tertulis tentang kualitas produk selada yang baik dan proses

produksi (PA12)

3. Merubah tataletak pemanenan dalam box container (PA11)

Penetapan prioritas aksi strategi preventif tersebut berdasarkan hasil

perhitungan nilai keefektifan derajat kesulitas dari tiap strategi pencegahan risiko

(ETDk) yang telah dibahas pada Tabel 43. Prioritas aksi strategi preventif ini

Page 170: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

149

bertujuan untuk mengetahui pengurutan strategi yang memiliki prioritas penting

dalam menangani risiko yang ada.

6.6.4 Prioritas Aksi/Strategi Preventif Pada Proses Pengemasan

Adapun urutan prioritas pelaksanaan tiap aksi/strategi preventif

penanganan risiko yang telah ditetapkan pada proses pengemasan sebagai berikut:

1. Membuat SOP pada proses pengemasan (PA17)

2. Peningkatan pengawasan karyawan oleh kepala kebun (PA16)

3. Penambahan karyawan pada proses pengemasan (PA15)

4. Melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool selada (PA14)

Penetapan prioritas aksi strategi preventif tersebut berdasarkan hasil

perhitungan nilai keefektifan derajat kesulitas dari tiap strategi pencegahan risiko

(ETDk) yang telah dibahas pada Tabel 40. Prioritas aksi strategi preventif ini

bertujuan untuk mengetahui pengurutan strategi yang memiliki prioritas penting

dalam menangani risiko yang ada.

6.7 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko

Pada bagian atas Tabel HOR 2 seperti pada Lampiran 6 a,b,c dan d

terdapat hubungan kuat positif (++) dan positif (+). Apabila dua aksi/strategi

preventif berhubungan kuat positif maka perusahaan bisa memilih salah satu

diantara dua strategi preventif tersebut. Sedangkan bila berhubungan positif maka

perusahaan bisa memadukan antara dua strategi preventif yang berhubungan

Page 171: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

150

positif tersebut. Selain itu, apabila strategi preventif tidak memiliki hubungan,

maka perusahaan perlu menjalankan tiap strategi-strategi preventif tersebut.

Strategi yang memiliki hubungan kuat positif dan positif pada keseluruhan

proses produksi selada hidroponik adalah sebagai berikut.

6.7.1 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko Pada

Proses Penanaman

Terdapat beberapa strategi yang memiliki hubungan positif (+) dan kuat

positif (++) antara dua strategi pencegahan risiko pada proses penanaman seperti

pada Lampiran 6a. Adapun strategi-strategi yang memiliki hubungan positif (+)

dimana strategi tersebut dapat dijalankan secara bersamaan atau dikombinasikan

antara keduanya karena narasumber menganggap kedua strategi tersebut dapat

saling melengkapi dan memaksimalkan berkurangnya kemunculan penyebab

risiko yang akan menyebabkan kejadian risiko adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan kipas atau blower pada tiap greenhouse dapat dikombinasikan

atau dilaksanakan bersamaan dengan menambahkan paranet pada tiap

greenhouse

2. Menyediakan kipas atau blower pada tiap greenhouse dapat dilaksanakan

bersamaan dengan Membuat dinding greenhouse sesuai standart.

6.7.2 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko Pada

Proses Pemeliharaan

Terdapat beberapa strategi yang memiliki hubungan positif (+) dan kuat

positif (++) antara dua strategi pencegahan risiko pada proses pemeliharaan

seperti pada Lampiran 6c. Adapun strategi-strategi yang memiliki hubungan kuat

Page 172: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

151

positif (++), maka pihak PT. Kebun Pangan Jaya dapat memilih salah satu dari

dua strategi karena dianggap memiliki tujuan pencegahan kemunculan penyebab

risiko yang sama adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kedisiplinan pekerja atau lebih memperketat pengawasan

karyawan oleh kepala kebun.

2. Lebih memperketat pengawasan oleh kepala kebun atau manager kebun

melarang pekerja atau tamu menanamkan tanaman baru di greenhouse.

6.7.3 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko Pada

Proses Pemanenan

Terdapat beberapa strategi yang memiliki hubungan positif (+) dan kuat

positif (++) antara dua strategi pencegahan risiko pada proses pemanenan seperti

pada Lampiran 6b. Adapun strategi-strategi yang memiliki hubungan kuat positif

(++), maka pihak PT. Kebun Pangan Jaya dapat memilih salah satu dari dua

strategi karena dianggap memiliki tujuan pencegahan kemunculan penyebab

risiko yang sama adalah sebagai berikut : Membuat SOP tertulis tentang

pemanenan selada dan kualitas produk selada dapat dikombinasikan atau

mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan di proses pemanenan

6.7.4 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi pencegahan risiko Pada

Proses Pengemasan

Terdapat beberapa strategi yang memiliki hubungan positif (+) dan kuat

positif (++) antara dua strategi pencegahan risiko pada proses pengemasan seperti

pada Lampiran 6b. Adapun strategi-strategi yang memiliki hubungan kuat positif

(++), maka pihak PT. Kebun Pangan Jaya dapat memilih salah satu dari dua

Page 173: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

152

strategi karena dianggap memiliki tujuan pencegahan kemunculan penyebab

risiko yang sama adalah sebagai berikut :

1. Menambahkan karyawan pada proses pengemasan atau peningkatan

pengawasan karyawan oleh kepala kebun.

2. Peningkatan pengawasan karyawan oleh kepala kebun atau membuat SOP

(Standart Operasional Prosedur) pada proses pengemasan.

Page 174: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan guna

menjawab perumusan masalah maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

1. Pada produksi selada hidroponik risiko yang teridentifikasi di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) dapat dikelompokkan menjadi 26

penyebab risiko dan 23 Kejadian risiko yang terdiri dari:

a. Penyebab Risiko

Terdapat (1) 11 penyebab risiko pada proses penanaman dengan 1 penyebab

risiko yang memiliki nilai tingkat kemunculan (occurance) tertinggi, yaitu

suhu udara melebihi 30oC; (2) 4 penyebab risiko pada proses pemeliharaan

dengan 1 penyebab risiko yang memiliki nilai tingkat kemunculan (occurance)

tertinggi, yaitu pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak

atau terkena hama dan penyakit; (3) 6 penyebab risiko pada proses pemanenan

dengan 1 penyebab risiko yang memiliki nilai tingkat kemunculan (occurance)

tertinggi, yaitu tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah akar terletak di

bawah (tidak dibaringkan); (4) 5 penyebab risiko pada proses pengemasan

dengan 1 penyebab risiko yang memiliki nilai tingkat kemunculan (occurance)

tertinggi, yaitu daun selada terkena cipratan air pada saat proses pencucian.

Page 175: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

154

b. Kejadian Risiko

Terdapat 10 Kejadian risiko pada proses penanaman dengan 1 kejadian risiko

yang memiliki nilai dampak risiko (severity) tertinggi, yaitu terdapat mata

kodok pada daun selada yang terkena cipratan air hujan terdapat pada proses

penanaman; (2) 4 kejadian risiko pada proses pemeliharaan dengan 1 kejadian

risiko yang memiliki nilai dampak risiko (severity) tertinggi, yaitu hama dan

penyakit menular ke tanaman lainnya; (3) 4 kejadian risiko pada proses

pemanenan dengan 2 kejadian risiko yang memiliki nilai dampak risiko

(severity) tertinggi yaitu tanaman saat diambil akan mudah sobek daunnya dan

selada menjadi cepat busuk karena terjadi respirasi; (4) 5 kejadian risiko pada

proses pengemasan dengan 2 kejadian risiko yang memiliki nilai dampak

risiko (severity) tertinggi, yaitu tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1

kemasan dan selada menjadi rusak saat dikemas.

2. Hasil pengukuran risiko pada proses produksi selada hidroponik, ditunjukkan

dengan nilai ARP. Penilaian hasil ARP tertinggi pada proses penanaman yang

harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan, yaitu Suhu udara

30oC dengan nilai 168,12. Penilaian hasil ARP tertinggi pada proses

pemeliharaan yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan

yaitu Tenaga kerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau

terkena hama dan penyakit dengan nilai 36.66. Penilaian hasil ARP pada

proses pemanenan yang diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan,

yaitu Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah akar menghadap ke

bawah semua dengan nilai 77.94. Penilaian nilai ARP pada proses

Page 176: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

155

pengemasan yang diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan yaitu

Daun selada terkena air pada saat proses pencucian rockwool dengan nilai

61.44.

3. Hasil pemetaan risiko yang terjadi pada selada hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) didapatkan 9 total penyebab risiko

yang menjadi prioritas untuk dijadikan penanganan risiko. Pada proses

penanaman terdapat 6 penyebab risiko prioritas dengan persentase kumulatif

penyebab risiko tertinggi, yaitu Suhu udara melebihi 30oC. Pada proses

pemeliharaan terdapat 1 penyebab risiko prioritas yaitu Tenaga kerja kurang

memperhatikan adanya tanaman yang rusak atau terkena hama dan penyakit.

Pada proses pemanenan terdapat 3 penyebab risiko prioritas dengan persentase

kumulatif penyebab risiko tertinggi, yaitu Tateletak pemanenan dilakukan

dengan wadah akar menghadap ke bawah semua. Terakhir pada proses

pengemasan terdapat 2 penyebab risiko yang diprioritaskan dengan persentase

kumulatif penyebab risiko tertinggi, yaitu Daun selada terkena air pada saat

proses pencucian rockwool.

4. Berdasarkan pemetaan pareto yang menjadi prioritas penanganan risiko, maka

didapatkan 17 strategi preventif pencegahan risiko guna menghindari risiko

tersebut dapat terjadi lagi. Pada proses penanaman terdapat 7 strategi

preventif; tetapi strategi yang memiliki niai ETDk tertinggi maka dianggap

paling efektif dan paling mudah dilaksanakan adalah Menambahkan paranet

pada tiap greenhouse. Pada proses pemeliharaan terdapat 3 srategi preventif,

tetapi strategi yang dianggap paling efekif dan paling mudah dilakukan adalah

Page 177: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

156

Peningkatan kedisiplinan pekerja. Pada proses pemanenan terdapat 3 srategi

preventif, tetapi strategi yang dianggap paling efekif dan paling mudah

dilakukan adalah Mengadakan rapat kedisiplinan terhadap kinerja karyawan di

proses pemanenan. Pada proses pengemasan terdapat 3 strategi preventif,

tetapi strategi yang dianggap paling efekif dan paling mudah dilakukan adalah

Membuat SOP pada proses pengemasan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) sebaiknya membuat SOP

adanya SOP adalah sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan tugasnya. Sehingga pekerja

dapat mengetahui dengan jelas aturan-aturan yang ada agar mengurangi

tingkat kesalahan yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas.

2. PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) harus memperhatikan

kondisi cuaca di daerah Pamulang yang terlalu panas dan terik sehingga

diperlukan adanya tindakan seperti menambahkan blower pada tiap

greenhouse agar tanaman tidak terlalu panas dan greenhouse menjadi lebih

sejuk. Selain itu dapat pula ditambahkan paranet pada tiap greenhouse,

walaupun memakan biaya tambahan tetapi dapat menimalkan terjadinya risiko

daun selada layu dan terbakar karena teriknya sinar matahari.

Page 178: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

157

3. PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang) sebaiknya menambahkan

jumlah karyawan terutama pada proses pengemasan. Proses pengemasan

sering kali dilakukan secara terburu-buru sehingga dapat menyebabkan

kerusakan pada daun selada hidroponik pada saat dikemas.

4. Penelitian selanjutnya yang dapat dikembangkan dari penelitian ini sebaiknya

melakukan analisis risiko pada tingkatan pelaku usaha yang lebih luas, baik

dari sisi produksi maupun ke konsumen akhir dari produk selada, serta dapat

melakukan analisis dengan metode yang lainnya.

Page 179: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Amalia Suci. 2017. Analisis Risiko Produksi Susu Kambing di CV

Sawangan Farm Diary. [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Sayuran Menurut Provinsi 2013-2016.

https://www.bps.go.id/site/pilihdata. Diakses pada tanggal 3 Mei 2018,

Pukul 20.05

Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Penerbit PPM

Manajemen : Jakarta

Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Alfabeta : Bandung

Gardjito, Murdijati, Widuri Handayani dan Ryan Salfarino. 2015. Penanganan

Segar Hortikultura untuk Penyimpanan dan Pemasaran. Penerbit Kencana

: Jakarta

Hafizha, Fernanda Aghnia. 2017. Mitigasi Risiko Produksi Susu Sapi Pada

Peternakan Sapi Rakyat (Studi Kasus Pada Peternakan Mahesa Perkasa

Farm Kota Depok). [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2014. Manajemen Operasi. Ed ke-11. Penerjemah :

Horison Kurnia. Salemba Empat : Jakarta

Herwibowo, Kunto dan Budiana. 2014. Hidroponik Sayuran. Penebar Swadaya :

Jakarta

Kanisius, Aksi A. 1992. Seri Budidaya Sayuran Petunjuk Praktis. Penerbit

Kanisius : Yogyakarta

Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Penerbit Ghalia Indonesia : Bogor

Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan.

Penerbit PPM : Jakarta

Kuswandi dan Erna Mutiara. 2004. Delta Delapan Langkah dan Tujuh Alat

Statistik untuk Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. PT Elex Media

Komputindo : Jakarta

Lutfi, Ahmad dan Herry Irawan. 2012. Analisis Risiko Rantai Pasok Dengan

Model House Of Risk (Studi kasus pada PT XXX). Manajemen Indonesia :

EJurnal.http://ijm.telkomuniversity.ac.id/wpcontent/uploads/2015/02/Vol.-

12. Diakses pada tanggal 13 Mei 2018, Pukul 21.14 WIB

Page 180: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

159

Poerwanto, Roedhy. 2014. Teknologi Hortikultura. IPB Press : Bogor

Pramana, T. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Sinar Ilmu Publishing : Jakarta

PT. Kebun Pangan Jaya. Laporan Tahunan PT. Kebun Pangan Jaya. 2017.

Pamulang. Laporan tertutup dapat diakses atas izin

Pujawan dan Laudine Geraldine. 2009. House Of Risk: A Model for Proactive

Supply Chain Risk Management. Bussiness Process Management

Journal. ITS e-journal, Vol. 15 No.6, Surabaya.

Rivai, Veithzal dan Rifki Ismail. 2013. Islamic Risk Management For Islamic

Bank. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Setyaningrum, Hesti Dwi dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen Sayur Secara Rutin

di Lahan Sempit. Penebar Swadaya : Jakarta

Sitorus, Novianti. 2011. Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung

Hidroponik pada Parung Farm Kabupaten Bogor, Provinisi Jawa Barat.

[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor :

Bogor.

Sosial Ekonomi Environmental. 2016. Manajemen Risiko : Praktik Kerja

Unggulan Dalam Program Pembangunan Berkesinambung Untuk Industri

Pertambangan. Australian Government : Australia

Susilo dan Kaho. 2010. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri

Nonperbankan. Penerbit PPM : Jakarta

Syarieva, Evy, dkk. 2014. Potential Business : Hidroponik Praktis. PT Trubus

Swadaya : Jakarta

Tallei, Trina E, Inneke F.M Rumengan, dan Ahmad Adam. 2017. Hidroponik

Untuk Pemula. Penerbit LPPM UNSRAT : Manado

Tisnowati, Henny, Musa Hubeis dan Hartrisari Hardjomidjojo. 2008. Analisis

Pengendalian Mutu Produksi Roti (Kasus PT. AC, Tangerang). E-Jurnal.

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/806. Diakses Pada

28 April 2018, Pukul 20.22 WIB

Triono, Agus R. 2012. Pengambilan Keputusan Manajerial : Teori dan Praktik

Untuk Manajer dan Akademisi. Salemba Empat : Jakarta

Ulfah, Maria, Mohammad Syamsul Maarif, Sukardin dan Sapta Raharja. 2016.

Analisis dan Perbaikan Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi

Dengan Pendekatan House Of Risk. Jurnal. Vol 26 No. 1 Hal 87-103. IPB

Page 181: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

160

E-Jurnal. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/13129.

Diakses Pada Tanggal 13 Mei 2018, Pukul 20.00 WIB

Wastra, Akhmad Riyadi dan Akhmad Mahbubi. 2013. Risiko Agribisnis. Gaung

Persada Press Group : Jakarta

Zulkarnain. Budidaya Sayuran Tropis. 2013. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Page 182: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

LAMPIRAN

Page 183: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

162

Lampiran 1. Kuesioner Profil Perusahaan dan Identifikasi Risiko

PANDUAN WAWANCARA

I. DATA INFORMAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Jabatan :

Alamat :

Email :

II. DAFTAR PERTANYAAN

A. PROFIL PT. KEBUN PANGAN JAYA (KEBUN SAYUR

PAMULANG)

1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur)?

Jawaban: ……………………………………………………………

2. Apa Tujuan didirikannya PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)?

Jawaban: ……………………………………………………………

3. Apa Visi dan Misi dari PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur)?

Jawaban : ……………………………………………………………

4. Bagaimana Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur)?

Jawaban: ……………………………………………………………

5. Apa saja produk yang dihasilkan PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun

Sayur)?

Jawaban: ……………………………………………………………

Page 184: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

163

B. IDENTIFIKASI RISIKO PENANAMAN

5. Bagaimana proses penanaman selada hidroponikdi PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

6. Bagaimana parameter lingkungan di sekitar PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

7. Apakah pekerja sudah mengetahui cara penanaman selada hidroponik

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

8. Apakah peralatan dalam melakukan proses penanaman telah

memadai?

Jawaban : ……………………………………………………………

9. Apakah terdapat risiko pada proses penanaman yang dapat

mempengaruhi hasil produksi selada hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

C. IDENTIFIKASI RISIKO PEMELIHARAAN

10. Bagaimana proses pemeliharaan selada hidroponikdi PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

11. Apakah pekerja mengetahui proses pemeliharaan di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

12. Bagaimana kondisi lingkungan di sekitar PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

13. Apakah terdapat risiko pada proses pemeliharaan yang dapat

mempengaruhi hasil produksi selada hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

Page 185: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

164

D. IDENTIFIKASI RISIKO PEMANENAN

14. Bagaimana proses pemanenan selada hidroponikdi PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

15. Apa saja kriteria yang dibutuhkan untuk dapat diterima menjadi

petugas produksi selada hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

16. Apakah fasilitas untuk pemanenan telah memadai/ tidak kekurangan

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

17. Apa saja Kriteria Selada yang baik untuk di panen di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

18. Apakah pekerja mengetahui kriteria selada baik yang dapat dipanen

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

19. Apakah terdapat risiko pada proses pemanenan yang dapat

mempengaruhi hasil produksi selada hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban : ……………………………………………………………

E. IDENTIFIKASI RISIKO PENGEMASAN

20. Bagaimana proses pengemasan selada hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

21. Apakah fasilitas untuk pengemasan telah memadai/ tidak kekurangan

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

22. Apakah terdapat risiko pada proses pengemasan yang dapat

mempengaruhi hasil produksi selada hidroponik di PT. Kebun

Page 186: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

165

Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban: ………………………………………………………………

23. Apa saja kriteria pekerja untuk dapat melakukan proses pengemasan

di PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur Pamulang)?

Jawaban : ……………………………………………………………

Page 187: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

166

Lampiran 2 Matriks Instrumen Penelitian

No Sub Variabel Definisi Konseptual Parameter Pernyataan Risk Event Pernyataan Risk

Agent

1

Penanaman Menurut Herwibowo dan

Bundiana (2014 :

44)Tempat tumbuh dan

berkembang sayuran perlu

disiapkan. Diantaranya :

- Parameter

lingkungan

- Pentingnya Air

- Perencanaan

Konstruksi

- Rak Pembibitan

- Rak Pembesaran

- Diperlukan adanya

benih yang

bermutu, media

tanam yang pas dan

pemindahan tanam

ke fase berikutnya

dengan baik.

Parameter

Lingkungan

1. Tanaman menjadi

layu

2. Pertumbuhan

melambat

3. Tanaman selada

terbakar pada bagian

daun

1.Suhu udara

melebihi 30oC

2. Kelembaban udara

tinggi

3. Intensitas cahaya

matahari terlalu

tinggi

Pentingnya air 4. Tanaman tidak dapat

menyerap air nutrisi

4. Suhu air melebih

27oC

5. Selang Plastik

rentan bocor

Greenhouse

Pembibitan

5. Tanaman Mudah

terserang hama dan

patogen

6. Terdapat mata

kodok pada daun

selada yang terkena

cipratan air hujan

6. Tidak ada dinding

greenhouse

7. Tidak ada yellow

trap pada

greenhouse

Rak

Pembesaran

7. Tanaman menjadi

tumpang tindih

8. Jarak antar

lubang kurang

dari 15 cm

Page 188: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

167

Lanjutan Lampiran 2…

No Sub Variabel Definisi Konseptual Parameter Pernyataan Risk

Event

Pernyataan Risk Agent

1 Penanaman Penyemaian

Benih

8. Tanaman selada

mengalami

stagnant

9. Setelah benih

disemai tidak

diletakkan di tempat

teduh/tidak terkena

sinar matahari

Pemindahan

sayuran ke

fase lain

9. Selada ikut

terpotong ketika

proses

pemotongan

rockwool

10. Selada terjatuh

sehingga dapat

mati

10.Tenaga kerja kurang

telaten terhadap

pemotongan

rockwool

11. Pemindahan sayuran

melewati satu tahap

2 Pemeliharaan Menurut Zulkarnain (2013

:104) Untuk tumbuh secara

optimal, selada

membutuhkan kelembaban

yang tinggi. Rindakan

pemeliharaan yang lain

adalah penyiangan gulma

Pengecekan

selang drip

11. Tanaman

kekurangan

nutrisi menjadi

kerdil

12. Air nutrisi tidak

lancar, tanaman

kekurangan

nutrisi

12. Aliran air nutrisi

dimatikan pada

malam hari

13. Tenaga kerja kurang

melakukan control

selang drip sehingga

terdapat lumut

Page 189: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

168

Lanjutan Lampiran 2…

No Sub Variabel Definisi Konseptual Parameter Pernyataan Risk

Event

Pernyataan Risk

Agent

2 Pemeliharaan Menurut Zulkarnain (2013

:104) Untuk tumbuh secara

optimal, selada

membutuhkan kelembaban

yang tinggi. Rindakan

pemeliharaan yang lain

adalah penyiangan gulma

Penyiangan

gulma

13. Mudah adanya

hama dan penyakit

14.Tenaga kerja malas

dalam melakukan

sanitasi gulma

Pencabutan

tanaman layu

14. Hama dan

Penyakit menular

ke tanaman lainnya

15. Pekerja kurang

memperhatikan

adanya tanaman

yang rusak atau

terkena hama dan

penyakit

3 Pemanenan Menurut Herwibowo dan

Bundiana (2014:109)

Pemanenan dilihat dari

waktu dan cara panen yang

harus sesuai dengan

ketentuan yang ada.

Standar

Kualitas

15. Tanaman saat

diambil akan

mudah sobek

daunnya

16. Selada yang tidak

layak panen akan

mempengaruhi

selada lainnya

apabila dikemas

16. Tataletak

pemanenan

dilakukan dengan

wadah akar

menghadap ke

bawah semua

17. Tidak adanya SOP

tertulis dalam

menentukan

kualitas selada

Page 190: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

169

Lanjutan Lampiran 2…

No Sub Variabel Definisi Konseptual Parameter Pernyataan Risk

Event

Pernyataan Risk

Agent

3

Waktu dan cara

panen

17. Kualitas selada

tidak baik

18. Banyak daun

selada berwarna

hitam tetap

dipanen

19. Umur selada yang

belum mencapai

42-45 hari dipanen

20. Wadah panen tidak

bersih dari kotoran

Pendinginan

sayuran

18. Selada menjadi

cepat busuk

karena terjadi

respirasi

21. Hasil tidak

langsung di

letakkan di ruang

pendingin dengan

suhu 120C

Pengemasan Menurut Herwibowo dan

Bundiana (2014:110)

Aspek Pengemasan perlu

diperhatikan secara cermat

sehingga kualitas sayuran

sesuai dengan permintaan

pasar dan disukai

konsumen

Mempertahankan

kualitas

19. Tanaman menjadi

tidak jelas isi

dalam kemasan

20. Selada menjadi

rusak saat

dikemas

22. Tidak ada proses

grading

23. Pekerja lalai

dalam melakukan

proses

pengemasan

Page 191: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

170

Lanjutan Lampiran 2…

No Sub Variabel Definisi Konseptual Parameter Pernyataan Risk

Event

Pernyataan Risk

Agent

4

Penyimpanan 21. Masih terdapat

kotoran atau daun

yang

busuk.terbakar di

daun selada

22. Selada menjadi

mudah

busuk/lembek

24. Pekerja kurang

membersihkan

selada saat

pencucian

25. Daun selada

terkena air pada

saat proses

pencucian

rockwool

23. Selada menjadi

tidak segar dan

mudah layu

26. Menggunakan

ruangan ber AC

dengan suhu 18oC

Page 192: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

171

Lampiran 3a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi

Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dan Tingkat Pengaruh Dampak (Severity) Risiko pada Proses

Penanaman

HASIL KUESIONER PENELITIAN PUTARAN PERTAMA

Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko (Occurrence)

dan Tingkat Pengaruh/Dampak (Severity) Risiko pada Proses Penanaman

Petunjuk Pengisian Kuisioner Untuk Lampiran 3a Sampai 3d

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap frekuensi/peluang

terjadinya risiko beserta pengaruh/dampak yang ditimbulkan dari risiko-

risiko yang terjadi

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√)

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan

4. Keterangan Untuk Penilaian “Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko (Aj)”

1 = Sangat Rendah (Tidak pernah terjadi)

2 = Rendah (Jarang terjadi, hanya pada kondisi tertentu)

3 = Sedang (Terjadi pada kondisi tertentu)

4 = Tinggi (Sering terjadi pada setiap kondisi)

5 = Sangat Tinggi (Selalu terjadi pada setiap kondisi)

5. Keterangan untuk penilaian “Pengaruh/Dampak Kejadian Risiko (Oj)”

1 = Sangat Rendah (Tidak berdampak)

2 = Rendah (Berdampak, namun sangat rendah pengaruhnya)

3 = Sedang (Berdampak Sedang)

4 = Tinggi (Berdampak Tinggi)

5 = Sangat Tinggi (Berdampak Sangat Tinggi)

Page 193: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

172

A. Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) Pada Proses Penanaman

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber Oj

Roni Lardi Yeng

A1 Suhu udara melebihi 30oC 5 2 5 4.00

A2 Kelembaban udara tingi 2 3 2 2.33

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu

tinggi 2 2 3 2.33

A4 Suhu air melebihi 27oC 4 3 5 4.00

A5 Selang plastik rentan bocor 3 3 3 3.00

A6 Tidak ada Yellow Trap pada

greenhouse 3 2 2 2.33

A7 Tidak ada dinding greenhouse 3 3 3 3.00

A8 Jarak antar lubang kurang dari 15cm 2 3 2 2.33

A9 Setelah benih disemai tidak diletakkan

ditempat teduh/tidak terkena sinar

matahari 1 1 2 1.33

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap

pemotongan rockwool 4 2 4 3.33

A11 pemindahan sayuran melewati satu

tahap 3 4 3 3.33

Keterangan :

Roni : Pemilik Kebun

Lardi : Karyawan Kebun

Yeng : Kepala Kebun

Oj didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Oj yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

Page 194: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

173

B. Tingkat Pengaruh/Dampak Kejadian Risiko (Severity) Pada Proses

Penanaman

Kode Kejadian Risiko (Risk Event) Narasumber

Si Roni Lardi Yeng

E1 Tanaman menjadi layu 4 3 4 3.67

E2 Pertumbuhan melambat 1 3 2 2.00

E3

Tanaman selada terbakar pada bagian

daun 2 3 4 3.00

E4

Tanaman tidak dapat menyerap air

nutrisi 1 3 1 1.67

E5

Tanaman mudah terserang hama dan

pathogen 3 2 2 2.33

E6

Terdapat mata kodok pada daun selada

yang terkena cipratan air hujan 5 3 4 4.00

E7 Tanaman menjadi tumpang tindih 3 3 3 3.00

E8 Tanaman selada mengalami stagnant 2 4 2 2.67

E9

Selada ikut terpotong ketika proses

pemotongan rockwool 1 3 3 2.33

E10 Selada terjatuh sehingga dapat mati 2 2 2 2.00

Keterangan :

Roni : Pemilik Kebun

Lardi : Karyawan Kebun

Yeng : Kepala Kebun

Si didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Si yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

Page 195: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

174

Lampiran 3b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi

Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dan Tingkat Pengaruh Dampak (Severity) Risiko

pada Proses Pemeliharaan

A. Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) Pada Proses Pemeliharaan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber

Oj Yeng Raka Yena

A12 Aliran air nutrisi dimatikan pada malam

hari

1 4 1 2.00

A13 Tenaga kerja kurang melakukan kontrol

selang drip sehingga terdapat lumut

3 3 3 3.00

A14 Tenaga kerja malas dalam melakukan

sanitasi gulma

1 2 1 1.33

A15 Pekerja kurang memperhatikan adanya

tanaman yang rusak atau terkena penyakit

4 2 5 3.67

Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Raka : Supervisor Kebun

Yena : Karyawan Kebun

Oj didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Oj yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

B. Tingkat Pengaruh/ Dampak Kejadian Risiko (Severity) Pada Proses

Pemeliharaan

Kode Kejadian Risiko (Risk Event) Narasumber

Si Yeng Raka Yena

E11 Tanaman kekurangan nutrisi membuat

tanaman mati atau kerdil

1 3 1 1.67

E12 Air nutrisi tidak lancar karena terhambat

oleh lumut, tanaman kekurangan vitamin

1 2 2 1.67

E13 Hama dan penyakit bersarang di gulma 1 2 1 1.33

E14 Hama dan Penyakit menular ke tanaman

lainnya

4 2 4 3.33

Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Raka : Supervisor Kebun

Yena : Karyawan Kebun

Si didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Si yang tertinggi bernilai 5.00 dan Si yang terendah bernilai 1.00

Page 196: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

175

Lampiran 3c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi

Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dan Tingkat Pengaruh Dampak (Severity)

Risiko pada Proses Pemanenan.

A. Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) Pada Proses Pemanenan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber

Oj Yeng Lardi Yena

A16

Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah

akar berada di bawah 5 4 4 4.33

A17

tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan

kualitas selada 4 4 3 3.67

A18 Banyak daun selada berwarna hitam 4 3 4 3.67

A19

Umur selada dipanen sebelum mencapai 42-45

hari 3 2 3 2.67

A20 Wadah panen tidak bersih dari kotoran 1 2 1 1.33

A21

Hasil tidak langsung diletakkan di ruang

pendingin dengan suhu 12oC 3 3 3 3.00

Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Lardi : Karyawan Kebun

Yena : Karyawan Kebun

Oj didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Oj yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

B. Tingkat Pengaruh/ Dampak Kejadian Risiko (Severity) Pada Proses

Pemanenan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber

Si Yeng Lardi Yena

E15

Tanaman saat diambil akan mudah sobek

daunnya 3 4 4 3.67

E16

Selada tidak layak panen akan mempengaruhi

selada lainnya apabila dikemas 2 3 3 2.67

E17 Kualitas selada tidak baik 2 3 2 2.33

E18

Selada menjadi cepat busuk karena terjadi

respirasi 4 4 3 3.67 Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Lardi : Karyawan Kebun

Yena : Karyawan Kebun

Si didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Si yang tertinggi bernilai 5.00 dan Si yang terendah bernilai 1.00

Page 197: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

176

Lampiran 3d. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Identifikasi

Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) dan Tingkat Pengaruh Dampak (Severity)

Risiko pada Proses Pengemasan

A. Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurrence) Pada Proses Pengemasan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber

Oj Yeng Suryadi Herman

A22 Tidak ada proses grading 1 2 2 1.67

A23

Pekerja lalai dalam melakukan

proses pengemasan 2 3 3 2.67

A24

Pekerja kurang membersihkan

selada saat pencucian 2 1 1 1.33

A35

Daun selada terkena air pada saat

proses pencucian rockwool 4 4 4 4.00

A26

Menggunakan ruangan ber AC

dengan suhu 18oC 1 5 5 3.67

Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Suryadi : Karyawan Kebun

Herman : Karyawan Kebun

Oj didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Oj yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

Page 198: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

177

B. Tingkat Pengaruh/ Dampak Kejadian Risiko (Severity) Pada Proses

Pengemasan

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Narasumber

Si Yeng Suryadi Herman

E19

Tanaman menjadi tidak jelas isi

dalam 1 kemasan 4 3 3 3.33

E20

Selada menjadi rusak saat

dikemas 4 3 3 3.33

E21

Masih terdapat kotoran yang

mengenai daun selada 4 1 1 2.00

E22

Selada menjadi mudah

busuk/lembek 4 2 2 2.67

E23

Selada menjadi tidak segar dan

mudah layu 1 1 1 1.00 Keterangan :

Yeng : Kepala Kebun

Suryadi : Karyawan Kebun

Herman : Karyawan Kebun

Oj didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Oj yang tertinggi bernilai 5.00 dan Oj yang terendah bernilai 1.00

Page 199: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

178

Lampiran 3e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko

(Severity) pada Proses Penanaman

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penyebab

risiko beserta pengaruh/dampak yang ditimbulkan dari risiko-risiko yang

terjadi berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Penyebab Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Penyebab Risiko (Risk Agent)

A1 Suhu udara melebihi 30oC

A2 Kelembaban udara tingi

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

A4 Suhu air melebihi 27oC

A5 Selang plastik rentan bocor

A6 Tidak ada Yellow Trap pada greenhouse

A7 Tidak ada dinding greenhouse

A8 Jarak antar lubang kurang dari 15cm

A9 Setelah benih disemai tidak diletakkan ditempat teduh/tidak

terkena sinar matahari

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan rockwool

A11 pemindahan sayuran melewati satu tahap

b. Pengaruh/Dampak Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Kejadian Risiko (Risk Event)

E1 Tanaman menjadi layu

E2 Pertumbuhan melambat

E3 Tanaman selada terbakar pada bagian daun

E4 Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi

E5 Tanaman mudah terserang hama dan pathogen

E6

Terdapat mata kodok pada daun selada yang terkena cipratan

air hujan

E7 Tanaman menjadi tumpang tindih

E8 Tanaman selada mengalami stagnant

E9 Selada ikut terpotong ketika proses pemotongan rockwool

E10 Selada terjatuh sehingga dapat mati

Page 200: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

179

2. Pengisian kuesioner korelasi penyebab risiko (Aj) dengan

pengaruh/dampak (Ei) dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka

sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi/hubungan rendah

3 = Korelasi/hubungan sedang

9 = Korelasi/hubungan tinggi

Page 201: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

180

B. Tabel Korelasi Penyebab Risiko dengan Pengaruh/Dampak Risiko Proses Penanaman

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11

E1

R 9

9

0

0

1

3

1

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 9 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0

L 3 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0

E2

R 1

1

3

3

0

0

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

L 1 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0

E3

R 3

3

0

0

9

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

L 9 0 9 1 0 0 0 0 0 0 0

E4

R 1

0

0

0

0

0

9

9

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 0 0 0 9 1 0 0 0 0 0 0

L 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0

E5

R 0

0

3

3

0

0

0

0

0

0

9

9

9

9

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 0 3 0 0 0 3 3 0 0 0 0

L 0 1 0 0 0 9 9 0 0 0 0

E6

R 1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

9

0

0

0

0

0

0

0

0 Y 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0

L 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0

Page 202: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

181

Tabel Korelasi lanjutan Proses Penanaman….

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11

E7

R 0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

1

0

0

0

0

0 0

Y 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

L 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

E8

R 0

0

1

0

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

1

0

0

0 0

Y 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0

L 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0

E9

R 0

0

0

0

0

1

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

9

0 0

Y 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0

L 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 0

E10

R 1

0

1

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3 3

Y 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3

L 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 9

Keterangan :

R : Roni

Y : Yeng

L : Lardi

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab menggunkaan Skala Likert

Page 203: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

182

Lampiran 3f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko

(Severity) pada Proses Pemeliharaan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penyebab

risiko beserta pengaruh/dampak yang ditimbulkan dari risiko-risiko yang

terjadi berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Penyebab Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Penyebab Risiko (Risk Agent)

A12 Aliran air nutrisi dimatikan pada malam hari

A13 Tenaga kerja kurang melakukan kontrol selang drip

sehingga terdapat lumut

A14 Tenaga kerja malas dalam melakukan sanitasi gulma

A15 Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak

atau terkena penyakit

b. Pengaruh/Dampak Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Kejadian Risiko (Risk Event)

E11 Tanaman kekurangan nutrisi membuat tanaman mati atau

kerdil

E12 Air nutrisi tidak lancar karena terhambat oleh lumut,

tanaman kekurangan vitamin

E13 Gulma semakin banyak dan hama akan mudah masuk

sehingga tanaman banyak yang berlubang

E14 Hama dan penyakit terkena pada tanaman lain

2. Pengisian kuesioner korelasi penyebab risiko (Aj) dengan

pengaruh/dampak (Ei) dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka

sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi/hubungan rendah

3 = Korelasi/hubungan sedang

9 = Korelasi/hubungan tinggi

Page 204: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

183

B. Tabel Korelasi Penyebab Risiko dengan Pengaruh/Dampak Risiko

Pemeliharaan

A12 A13 A14 A15

E11

Y 1

1

3

3

0

0

0

0 R 3 1 0 0

T 1 3 0 0

E12

Y 0

0

3

3

0

0

0

0 R 0 1 0 0

T 0 3 0 0

E13

Y 0

0

0

0

3

3

0

0 R 0 0 3 0

T 0 0 9 0

E14

Y 0

0

0

0

0

0

9

3 R 0 0 0 3

T 0 0 0 3 Keterangan :

Y : Yeng

R : Raka

T : Teh Yena

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab

menggunkaan Skala Likert

Page 205: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

184

Lampiran 3g. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko

(Severity) pada Proses Pemanenan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penyebab

risiko beserta pengaruh/dampak yang ditimbulkan dari risiko-risiko yang

terjadi berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Penyebab Risiko Pada lampiran Korelasi

Kode Parameter Penyebab Risiko (Risk Agent)

A20

Pemanenan dilakukan dengan wadah akar menghadap ke

bawah semua

A21 tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas selada

A22 Banyak daun selada berwarna hitam tetap dipanen

A23 Umur selada dipanen sebelum mencapai 42-45 hari

A24 Wadah panen tidak bersih dari kotoran

A25

Hasil tidak langsung diletakkan di ruang pendingin dengan

suhu 12oC

b. Pengaruh/Dampak Risiko

Kode Parameter Kejadian (Risk Event)

E19 Tanaman saat diambil akan mudah sobek daunnya

E20

Selada tidak layak panen akan mempengaruhi selada lainnya

apabila dikemas

E21 Kualitas selada tidak baik

E22 Selada menjadi cepat busuk karena terjadi respirasi

2. Pengisian kuesioner korelasi penyebab risiko (Aj) dengan

pengaruh/dampak (Ei) dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka

sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi/hubungan rendah

3 = Korelasi/hubungan sedang

9 = Korelasi/hubungan tinggi

Page 206: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

185

B. Tabel Korelasi Penyebab Risiko dengan Pengaruh/Dampak Risiko Pemanenan

A20 A21 A22 A23 A24 A25

E19

Y 1

3

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0 L 3 0 0 0 0 0

T 3 0 0 0 0 0

E20

Y 0

0

0

3

0

0

0

1

0

1

0

0 L 0 3 0 1 1 0

T 0 3 0 1 1 0

E21

Y 3

3

3

3

3

3

0

1

3

1

1

1 L 3 3 3 1 1 1

T 3 3 3 1 1 0

E22

Y 0

0

0

0

3

3

0

0

1

1

0

3 L 0 0 3 0 1 3

T 0 0 9 0 1 3

Keterangan :

Y : Yeng

L : Lardi

T : Teh Yena

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab menggunkaan Skala Likert

Page 207: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

186

Lampiran 3h. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan Penyebab

Risiko (Occurrence) dengan Pengaruh/Dampak Risiko

(Severity) pada Proses Pengemasan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penyebab

risiko beserta pengaruh/dampak yang ditimbulkan dari risiko-risiko yang

terjadi berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Penyebab Risiko pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Penyebab Risiko (Risk Agent)

A22 Tidak ada proses grading

A23 Pekerja lalai dalam melakukan proses pengemasan

A24 Pekerja kurang membersihkan daun selada dan

rockwool saat pencucian

A25 Daun selada terkena air pada saat pencucian rockwool

A26 Menggunakan ruang ber AC dengan suhu >16oC

c. Pengaruh/Dampak Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Parameter Penyebab Risiko (Risk Event)

E19 Tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1 kemasan

E20 Selada menjadi rusak saat dikemas

E21 Masih terdapat kotoran yang mengenai daun selada

E22 Selada menjadi mudah busuk/lembek

E23 Selada menjadi tidak segar dan mudah layu

2. Pengisian kuesioner korelasi penyebab risiko (Aj) dengan

pengaruh/dampak (Ei) dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka

sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi/hubungan rendah

3 = Korelasi/hubungan sedang

9 = Korelasi/hubungan tinggi

Page 208: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

187

a. Tabel Korelasi Penyebab Risiko dengan Pengaruh/Dampak Risiko Proses Pengemasan

A2 A27 A28 A29 A30 A31

E23

Y 1

1

0

0

1

1

3

3

0

0

0

0 S 1 0 0 1 0 0

H 0 0 1 3 0 0

E24

Y 0

0

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0 S 0 3 3 0 0 0

H 0 1 1 1 0 0

E25

Y 0

0

0

0

1

3

1

0

0

0

0

0 S 0 0 3 0 0 0

H 0 0 3 0 0 0

E26

Y 1

0

0

0

1

1

1

3

0

0

0

0 S 0 0 1 3 0 0

H 0 0 1 3 1 0

E27

Y 0

0

0

0

0

0

3

3

3

3

0

0 S 0 0 0 3 3 0

H 0 0 0 3 1 0

E28

Y 0

0

0

0

0

0

1

0

3

3

0

1 S 0 0 0 0 3 1

H 0 0 0 0 3 1 Keterangan :

Y : Yeng

S : Suryadi

H : Herman

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab menggunkaan Skala Likert

Page 209: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

188

Lampiran 4a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat

Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif

Penyebab Risiko pada Proses Penanaman

HASIL KUESIONER PENELITIAN PUTARAN KEDUA

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap derajat/tingkat kesulitan

tindakan/strategi pencegahan/preventif penyebab risiko pada proses

penanaman

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√)

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan.

4. Keterangan untuk pengisian kuesioner

3 = Mudah (Aksi Preventif mudah dijalankan)

4 = Sedang (Aksi Preventif dapat dijalankan)

5 = Sulit (Aksi Preventif sulit dijalankan)

Derajat/Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko (Preventive

Action)

Kode Strategi Penanganan

Tingkat

Kesulitan

Dk RN L Y

PA1 Menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse 3 4 3 3.33

PA2 Menambahkan Paranet pada tiap greenhouse 3 3 3 3.00

PA3

Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih

dahulu untuk mendapatkan suhu yang sama dengan

wadah 5 4 5 4.67

PA4 Membuat dinding greenhouse sesuai standart 3 3 3 3.00

PA5

Memberikan pelatihan pada karyawan dalam

melakukan proses produksi 3 3 4 3.33

PA6

Memotong rockwool terlebih dahulu sebelum

memasukkan benih 5 5 5 5.00

PA7 Membuat SOP proses penanaman 3 4 2 3.00 Keterangan :

RN : Roni

L : Lardi

Y : Yeng

Dk didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Page 210: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

189

Lampiran 4b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat

Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif

Penyebab Risiko pada Proses Pemeliharaan

Derajat/Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko (Preventive

Action)

Kode Strategi Penanganan

Tingkat

Kesulitan

Dk Y RA T

PA8 Peningkatan kinerja pekerja 5 4 4 4.33

PA9

Lebih memperketat pengawasan karyawan

oleh kepala kebun 5 4 4 4.33

PA10

Membuat SOP tertulis pada proses

pemeliharaan 3 4 3 3.33 Keterangan :

Y : Yeng

RA : Raka

T : Teh Yena

Dk didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Page 211: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

190

Lampiran 4c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat

Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif

Penyebab Risiko pada Proses Pemanenan

A. Derajat/Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko

(Preventive Action)

Kode Strategi Penanganan

Tingkat

Kesulitan

Dk Y L T

PA11

Merubah tataletak pemanenan dalam box

container 5 4 5 4.67

PA12

Membuat SOP tertulis selada tentang kualitas

produk selada yang baik 3 3 3 3.00

PA13

Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja

karyawan di proses pemanenan 3 4 3 3.33 Keterangan :

Y : Yeng

L : Lardi

T : Teh Yena

Dk didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Page 212: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

191

Lampiran 4d. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat/Tingkat

Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif

Penyebab Risiko pada Proses Pengemasan

A. Derajat/Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko

(Preventive Action)

Kode Strategi Penanganan Tingkat Kesulitan

Dk Y S H

PA14 Melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool selada 4 5 5

4.67

PA15

Penambahan karyawan pada proses

pengemasan 3 4 3 3.33

PA16

Peningkatan pengawasan karyawan oleh

kepala kebun 4 3 4 3.67

PA17 Membuat SOP pada proses pengemasan 3 4 3 3.33

Keterangan :

Y : Yeng

S : Suryadi

H : Herman

Dk didapatkan dari hasil bagi dari penjumlahan Skala Likert oleh narasumber.

Page 213: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

192

Lampiran 4e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif dengan

Penyebab Risiko pada Proses Penanaman

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penerapan

tindakan atau strategi pencegahan risiko dengan penyebab risiko pada

proses penanaman berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Tindakan/Strategi Pencegahan Pada Lampiran Korelasi

Kode Strategi pencegahan(Preventive Action)

PA1 Menyediakan kipas/blower pada tiap greenhouse

PA2 Menambahkan Paranet pada tiap greenhouse

PA3

Menyimpan air ke dalam wadah/paralon terlebih dahulu

untuk mendapatkan suhu yang sama dengan wadah

PA4 Membuat dinding greenhouse sesuai standart

PA5

Memberikan pelatihan pada karyawan dalam melakukan

proses produksi

PA6

Memotong rockwool terlebih dahulu sebelum memasukkan

benih

PA7 Membuat SOP proses penanaman

b. Penyebab Risiko Pada Lampiran Korelasi

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent)

A1 Suhu udara melebihi 30oC

A7 Jarak antar lubang kurang dari 15cm

A4 Suhu air melebihi 27oC

A3 Intensitas cahaya matahari terlalu tinggi

A11 Tenaga kerja asal memasukkan selada ke dalam lubang

gully

A10 Tenaga kerja kurang telaten terhadap pemotongan

rockwool

2. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi pencegahan

risiko dengan penyebab risiko dilakukan dengan memberikan nilai

dengan angka sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi / hubungan rendah

3 = Korelasi / hubungan sedang

9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 214: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

193

B. Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko Dengan

Penyebab Risiko Proses Penanaman

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7

A1

RN

9

9

9

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

L 3 3 0 0 0 0 0

Y 9 9 0 0 0 0 0

A7

RN

0

0

0

0

0

0

9

9

0

0

0

0

0

0

L 0 0 0 9 0 0 0

Y 0 0 0 9 0 0 0

A4

RN

0

0

0

0

9

9

0

0

0

0

0

0

0

0

L 0 0 9 0 0 0 0

Y 0 0 9 0 0 0 0

A3

RN

3

3

3

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

L 3 3 0 0 0 0 0

Y 9 9 0 0 0 0 0

A11

RN

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

3

L 0 0 0 0 0 0 3

Y 0 0 0 0 0 0 1

A10

RN

0

0

0

0

0

0

0

0

3

3

3

3

3

3

L 0 0 0 0 3 3 3

Y 0 0 0 0 9 9 3 Keterangan :

RN : Roni

L : Lardi

Y : Yeng

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab

menggunkaan Skala Likert

Page 215: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

194

Lampiran 4f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pemeliharaan

KUESIONER PENELITIAN PUTARAN KEDUA :

Korelasi Penerapan Tindakan/ Strategi Pencegahan/Preventif dengan

Penyebab Risiko yang Proses Pemeliharaan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penerapan

tindakan atau strategi pencegahan risiko dengan penyebab risiko pada

proses pemeliharaan berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Tindakan/Strategi Pencegahan

Kode Strategi Pencegahan (Prefentive Action)

PA13 Peningkatan kinerja pekerja

PA14

Lebih memperketat pengawasan karyawan oleh kepala

kebun

PA15 Membuat SOP tertulis pada proses pemeliharaan

b. Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent)

15 Pekerja kurang memperhatikan adanya tanaman yang rusak

atau terkena penyakit

2. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi pencegahan

risiko dengan penyebab risiko dilakukan dengan memberikan nilai

dengan angka sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi / hubungan rendah

3 = Korelasi / hubungan sedang

9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 216: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

195

B. Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko

Dengan Penyebab Risiko Proses Pemeliharaan

PA8 PA9 PA10

A15

Y 9

9

3

1

3

3 RA 9 1 3

T 3 1 3

Keterangan :

Y : Yeng

RA : Raka

T : Teh Yena

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab

menggunkaan Skala Likert

Page 217: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

196

Lampiran 4g. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pemanenan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penerapan

tindakan atau strategi pencegahan risiko dengan penyebab risiko pada

proses pemanenan berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Tindakan/Strategi Pencegahan

Kode Strategi Pencegahan (Prefentive Action)

PA11 Merubah tataletak pemanenan dalam box container

PA12

Membuat SOP tertulis selada tentang kualitas produk

selada yang baik

PA13

Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan di

proses pemanenan

b. Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent)

A16 Tataletak pemanenan dilakukan dengan wadah, akar

menghadap ke bawah semua

A18 Daun selada berwarna hitam tetap dipanen

A17 Tidak adanya SOP tertulis dalam menentukan kualitas

selada

2. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi pencegahan

risiko dengan penyebab risiko dilakukan dengan memberikan nilai

dengan angka sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi / hubungan rendah

3 = Korelasi / hubungan sedang

9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 218: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

197

B. Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko

Dengan Penyebab Risiko Proses Pemanenan

PA11 PA12 PA13

A16

1 1

1

0

0

3

1 2 1 0 1

3 1 0 1

A18

1 0

0

3

3

3

3 2 0 1 1

3 0 3 3

A17

1 1

1

3

3

3

3 2 1 3 3

3 1 9 3 Keterangan :

Y : Yeng

L : Lardi

T : Teh Yena

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab

menggunkaan Skala Likert

Page 219: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

198

Lampiran 4h. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan

Tindakan/Strategi Pencegahan/Preventif dengan Penyebab

Risiko pada Proses Pengemasan

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penerapan

tindakan atau strategi pencegahan risiko dengan penyebab risiko pada

proses pengemasan berdasarkan keterangan di bawah ini :

a. Tindakan/Strategi Pencegahan

Kode Strategi Pencegahan (Prefentive Action)

PA14

Melakukan penirisan setelah proses pencucian rockwool

selada

PA15 Penambahan karyawan pada proses pengemasan

PA16 Peningkatan pengawasan karyawan oleh kepala kebun

PA17 Membuat SOP pada proses pengemasan

b. Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent)

A25 Daun selada terkena air pada saat proses pencucian

rockwool

A23 Pekerja lalai dalam melakukan proses pengemasan

2. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi pencegahan

risiko dengan penyebab risiko dilakukan dengan memberikan nilai

dengan angka sebagai berikut :

0 = Tidak ada korelasi

1= Korelasi / hubungan rendah

3= Korelasi / hubungan sedang

9= Korelasi / hubungan tinggi

Page 220: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

199

B. Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi Pencegahan Risiko

Dengan Penyebab Risiko Proses Pengemasan

PA14 PA15 PA16 PA17

A25

1 9

9

3

1

3

3

9

9 2 9 1 3 9

3 9 1 1 3

A23

1 0

0

9

9

9

9

9

3 2 0 9 9 3

3 0 9 3 3 Keterangan :

Y : Yeng

S : Suryadi

H : Herman

Korelasi didapatkan dari banyaknya jawaban narasumber yang telah dijawab

menggunkaan Skala Likert

Page 221: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

200

Lampiran 5a. Tabel HOR fase 1 Proses Penanaman

Risk Agent (Aj) Sever

ity Of

Risk

(Si)

Risk Event (Ei)

1. Tanaman menjadi layu 9 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 3.67

2. Pertumbuhan melambat 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2.00

3. Tanaman selada terbakar pada bagian daun 3 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 3.00

4. Tanaman tidak dapat menyerap air nutrisi 0 0 0 9 3 0 0 0 0 0 0 1.67

5. Tanaman mudah terserang hama dan

pathogen 0 9 0 0 0 9 9 0 0 0 0 2.33

6. Terdapat mata kodok pada daun selada

yang terkena cipratan air hujan 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 4.00

7. Tanaman menjadi tumpang tindih 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3.00

8. Tanaman selada mengalami stagnant 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 2.67

9. Selada ikut terpotong ketika proses

pemotongan rockwool 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 2.33

10. Selada terjatuh sehingga dapat mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 2.00

Occurance of Agent j 4.00 2.33 2.33 4.00 3.00 2.33 3 2.33 1.33 3.33 3.33

Aggregate Risk Potential 168.12 62.84 88.56 98.80 15.03 48.86 170.91 20.97 10.65 69.83 59.94

Priority Rank of Agent j 1 8 4 3 10 7 2 9 11 6 5

1.S

uhu u

dar

a m

ele

bih

i

30

oC

2.

kel

em

baban u

dar

a ti

ngg

i

9.

Set

elah b

enih

dis

em

ai ti

dak

dil

etak

kan

dit

em

pat

ted

uh/t

idak

terk

ena

sinar

mat

ahar

i

5.

Sel

ang P

last

ik r

enta

n b

oco

r

6.

Tid

ak a

da

din

din

g g

reen

ho

use

4.

Suhu m

ele

bih

i 27

oC

3.

Inte

nsi

tas

cahaya

mat

ahar

i

terl

alu

tin

gg

i

7.

tidak

ada

Yello

w T

rap d

i

gre

enh

ou

se p

em

bib

itan

8.

Jara

k a

nta

r lu

bang k

ura

ng

dar

i 15

cm

Ten

aga

ker

ja k

ura

ng t

elat

en

terh

adap

pem

oto

ngan

ro

ckw

oo

l

Pem

ind

ahan

say

ura

n

mel

ewat

i sat

u t

ahap

Page 222: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

201

Lampiran 5b. Tabel HOR Fasse 1 Proses Pemeliharaan

Risk Agent (Aj) Severity Of Risk

(Si)

Risk Event (Ei)

11. Tanaman kekurangan nutrisi menjadi kerdil 1 3 0 0 1.67

12. Air nutrisi tidak lancar karena terhambat oleh

lumut, tanaman kekurangan nutrisi 0 3 0 0 1.67

13. Mudah adanya hama dan penyakit 0 0 3 0 1.33

14. Tanaman ikut rusak 0 0 0 3 3.33

Occurance of Agent j 2.00 3.00 1.33 3.67

Aggregate Risk Potential 3.34 30.06 5.31 36.66

Priority Rank of Agent j 4 2 3 1

13.

sela

ng d

rip t

idak

di cek

seca

ra b

erkala

14. te

nag

a ker

ja m

ala

s dala

m

mela

kukan s

anit

asi gu

lma

15 p

eker

ja k

ura

ng

mem

per

hat

ikan a

danya

tanam

an y

ang r

usa

k a

tau

terk

ena

ham

a dan p

enyak

it

12

. Alir

an a

ir n

utr

isi d

imat

ikan

pad

a m

alam

har

i

Page 223: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

202

Lampiran 5c. Tabel HOR Fase 1 Proses Pemanenan

Risk Agent (Aj) Severity Of

Risk (Si)

Risk Event (Ei)

15. Tanaman saat diambil akan mudah sobek

daunnya 3 0 0 0 0 0 3.67

16. Selada yang tidak layak panen akan

mempengaruhi selada lainnya apabila dikemas 0 3 0 1 1 0 2.67

17. Kualitas selada tidak baik 3 3 3 1 1 1 2.33

18. Selada menjadi cepat busuk karena terjadi

respirasi 0 0 3 0 1 3 3.67

Occurance of Agent j 4.33 3.67 3.67 2.67 1.33 3.00

Aggregate Risk Potential 77.94 55.05 66.06 13.35 11.53 40.02

Priority Rank of Agent j 1 3 2 5 6 4

16.

Tat

alet

ak p

em

anenan

dil

akukan d

engan w

adah

akar

meng

had

ap k

e baw

ah

17. ti

dak

adanya

SO

P t

ertu

lis

dala

m m

enentu

kan

kuali

tas

sela

da

18.

Ban

yak

dau

n s

ela

da

ber

war

na

hit

am

tet

ap d

ipanen

19.

um

ur

sela

da

dip

anen

sebelu

m m

encap

ai 42

-45 h

ari

20.

wad

ah p

anen t

idak

ber

sih

dar

i koto

ran

21.

has

il t

idak

lang

sung

dil

etak

kan

di ru

ang p

end

ing

in

den

gan s

uhu 1

2oC

Page 224: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

203

Lampiran 5d. Tabel HOR Fase 1 Proses Pengemasan

Risk Agent (Aj) Severity Of

Risk (Si)

Risk Event (Ei)

19. Tanaman menjadi tidak jelas isi dalam 1 kemasan 1 1 0 0 0 1.67

20. Selada menjadi rusak saat dikemas 0 3 0 0 0 2.67

21. Masih terdapat kotoran ata daun yang

busuk/terbakar di daun selada 0 1 3 0 0 1.33

22. Selada menjadi mudah busuk/lembek 0 0 3 3 0 4.00

23. Selada menjadi tidak segar dan mudah layu 0 0 0 3 1 3.67

Occurance of Agent j 3.33 3.33 2.00 2.67 1.00

Aggregate Risk Potential 5.56 39.99 37.98 61.44 3.67

Priority Rank of Agent j 4 2 3 1 5

26.

menggu

nak

an r

uangan b

er

AC

dengan s

uhu 1

8oC

23.

Pek

erja

lala

i dala

m

mela

kukan p

rose

s pen

gem

asan

22. ti

dak

ada

pro

ses

gra

din

g

24.

pek

erja

kura

ng

mem

ber

sihkan s

ela

da

saat

pen

cucia

n

25.

dau

n s

ela

da

terk

ena

air

pad

a

saat

pro

ses

pen

cucia

n r

ock

wool

Page 225: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

204

Lampiran 6a. Tabel HOR Fase 2 Proses Penanaman

Risk Event (Ei)

ARPj

Suhu udara melebihi 30oC

9 9 0 0 0 0 0 172.04

Jarak antar lubang kurang dari

15cm 0 0 0 9 0 0 0 162.76

Suhu air melebihi 27oC

0 0 9 0 0 0 0 144.18

Intensitas cahaya matahari

terlalu tinggi 3 3 0 0 0 0 0 131.72

Tenaga kerja asal memasukkan

selada ke dalam lubang gully 0 0 0 0 0 0 3 59.94

Tenaga kerja kurang telaten

terhadap pemotongan rockwool 0 0 0 0 3 3 3 50.05

TEk 1993 1943 1297.62 1464.84 150.15 150.15 329.97

Dk 3.33 3.00 4.67 3.00 3.33 5.00 3.00

ETDk 598.07 647.8 278.0614 488.28 45.045 30.03 109.99

Rank 2 1 4 3 6 7 5

Keterangan:

ARP = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) yang didapatkan dari perhitungan HOR 1

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektivan)

Dk = Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi Preventif yang didapatkan dari hasil penilaian kuesioner pada

Lampiran 4a

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Efektivitas dari Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi)

Rank = Urutan Pelaksanaan Strategi Prioritas berdasarkan hasil perhitungan nilai ETDk

7.

Sel

ang d

rip d

irend

am

dengan

menggu

nak

an a

ir p

anas

dan

menam

bahk

an s

atu s

dm

pem

uti

h

per

gal

on

6.

Mem

buat

SO

P (

Sta

nda

rt

Oper

asi

onal

Pro

sedu

r) p

ada

pro

ses

pen

anam

an

5.

Mem

ber

ikan p

ela

tihan

pad

a kar

yaw

an

4.

mem

buat

din

din

g g

reen

house

sesu

ai

stan

dar

t

1.

Men

yed

iakan k

ipas

ata

u

blo

wer

pad

a ti

ap g

reen

hou

se

2.

Men

am

bahkan p

aranet

pad

a

tiap

gre

enhou

se

3.

menyim

pan a

ir k

edala

m

wad

ah/p

aralo

n t

erle

bih

dahu

lu

untu

k m

end

apat

kan

su

hu y

ang

sam

a den

gan w

adah

+

+

Keterangan : + = Positif ++ = Kuat Positif

Page 226: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

205

Lampiran 6b. Tabel HOR Fase 2 Proses Pemeliharaan

ARPj

pekerja kurang

memperhatikan adanya

tanaman yang rusak

atau terkena hama dan

penyakit 9 1 3 36.66

TEk 329.94 36.66 109.98

Dk 4.33 4.33 3.33

ETDk 76.14 8.46 32.994

Rank 1 4 2

Keterangan:

ARP = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) yang didapatkan dari perhitungan HOR 1

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektivan)

Dk = Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi Preventif yang didapatkan dari hasil penilaian kuesioner pada

Lampiran 4c

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Efektivitas dari Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi)

Rank = Urutan Pelaksanaan Strategi Prioritas berdasarkan hasil perhitungan nilai ETDk

++

++

Keterangan : + = Positif ++ = Kuat Positif

8.

pen

ingkat

an k

edis

ipli

nan

pek

erja

9.

lebih

mem

per

ket

at

pen

gaw

asan k

aryaw

an o

leh

kep

ala

kebu

n

10.

mem

buat

SO

P t

ertu

lis

pad

a

pro

ses

pen

anam

an

Page 227: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

206

Lampiran 6c. Tabel HOR Fase 2 Proses Pemanenan

ARPj

pemanenan dilakukan dengan

wadah, akar menghadap ke

bawah semua 1 0 1 77.94 daun selada berwarna hitam tetap

dipanen 0 3 3 66.06 tidak adanya SOP tertulis dalam

menentukan kualitas selada 1 3 3 55.05 TEk 132.99 363.33 441.27

Dk 4.67 3.00 3.33

ETDk 28.50 121 132.38

Rank 3 211 1

Keterangan:

ARP = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) yang didapatkan dari perhitungan HOR 1

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektivan)

Dk = Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi Preventif yang didapatkan dari hasil penilaian kuesioner pada

Lampiran 4d

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Efektivitas dari Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi)

Rank = Urutan Pelaksanaan Strategi Prioritas berdasarkan hasil perhitungan nilai ETDk

11.

mer

ubah t

atal

etak

pem

anenan d

ala

m b

ox

12.

mem

buat

SO

P t

ertu

lis

sela

da

tenta

ng k

ualita

s pro

duk s

elad

a

13.

mengad

akan r

apat

evalu

asi

terh

adap

kin

erja

kar

yaw

an d

i

pro

ses

pem

anenan

++

Keterangan : + = Positif ++ = Kuat Positif

Page 228: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

207

Lampiran 6d. Tabel HOR Fase 2 Proses Pengemasan

ARPj

daun selada terkena air pada

proses pembersihan rockwool 9 1 3 9 61.44

pekerja lalai dalam melakukan

proses pengemasan 0 9 9 3 39.99

TEk 552.96 421.35 544.23 672.93

Dk 4.67 3.33 3.67 3.33

ETDk 118.49 126.41 148.43 201.88

Rank 4 3 2 1

Keterangan:

ARP = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan) yang didapatkan dari perhitungan HOR 1

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektivan)

Dk = Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi Preventif yang didapatkan dari hasil penilaian kuesioner pada

Lampiran 4e

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Efektivitas dari Tingkat Kesulitan Pelaksanaan Strategi)

Rank = Urutan Pelaksanaan Strategi Prioritas berdasarkan hasil perhitungan nilai ETDk

17.

Mem

buat

SO

P p

ada

pro

ses

pen

gem

asa

n

14.

mela

kukan p

enir

isann

sete

lah p

rose

s pen

cucia

n

rock

wool

15.

pen

am

bahan k

aryaw

an p

ada

pro

ses

pen

gem

asan

16.

Pen

ingkat

an p

engaw

asa

n

kar

yaw

an o

leh k

epala

kebu

n

++ ++

Keterangan : + = Positif ++ = Kuat Positif

Page 229: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

208

Page 230: ANALISIS RISIKO PRODUKSI SELADA HIDROPONIK DI PT. KEBUN ...

209