ANALISIS REVALUASI ASET BERBASIS PERPAJAKAN TERHADAP …
Transcript of ANALISIS REVALUASI ASET BERBASIS PERPAJAKAN TERHADAP …
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
71
ANALISIS REVALUASI ASET BERBASIS PERPAJAKAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
Umi Muawanah*, Anang Febita Kurniawan*
*Universitas Gajayana Malang
Kata Kunci Abstrak
Nilai Revaluasi
Aset, Revaluasi Aset
dummy variabel,
Tobins’Q,
Penelitian ini bertujuan untuk mengnalisis Revaluasi aset menurut PMK No
191/PMK.010/2015 terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang
listing di Bursa efek Indonesia tahun 2015 dan 2016. Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk menganalisis data sampel yang diperoleh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Nilai Revaluasi aset tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. namun hasil analisis model alternatif dengan variabel dummy
menunjukkan Revaluasi aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Kehati-hatian dalam membaca hasil penelitian ini sangat diperlukan.
Korespondensi : Umi Muawanah
Email : umuawanah @gmail.ac.id
PENDAHULUAN
Kebijakan fiskal dan moneter yang
dikeluarkan pemerintah Indonesia bertujuan
untuk memberikan dampak yang signifikan
terhadap perekonomian nasional pada umumnya
dan bagi kalangan usaha pada khususnya.
Instrumen utama kebijakan fiskal yang
digunakan oleh pemerintah adalah pajak. Bagi
pemerintah pajak merupakan sumber pendapatan
sementara bagi perusahaan pajak merupakan
biaya atau beban yang akan mengurangi laba
bersih. Semakin besar keuntungan diperoleh
perusahaan, semakin besar pajak penghasilan
yang dibayar. Oleh karena itu melakukan
perencanaan pajak (tax planing) menjadi pilihan
yang dimanfaatkan perusahaan. hal ini bertujuan
meminimalkan atau menghemat pembayaran
pajak dengan memanfaatkan celah-celah
peraturan perpajakan atau melalui insentif dan
fasilitas perpajakan lain yang diberikan oleh
pemerintah.
Bentuk insentif dan fasilitas perpajakan
yang diberikan pemerintah sebagai salah satu
kebijakan ekonomi Jilid V adalah kebijakan
revaluasi aset tetap. Revaluasi aset tetap yang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
191/PMK.010/2015 merupakan kebijakan
pemberian tarif khusus atas revaluasi aset tetap
yang dilakukan oleh Wajib Pajak pada tahun
2015 dan tahun 2016 (Tax Learning, 2016).
Sebelum terbitnya kebijakan tersebut, Menteri
Keuangan telah menerbitkan peraturan revaluasi
aset tetap dalam Peraturan Menteri Keuangan
nomor 79/PMK.03/2008 dengan tarif PPh
sebesar 10% dari selisih lebih nilai aset tetap
setelah revaluasi dengan nilai sisa buku semula.
Cotter dan Zimmer (2003) dan Missonier-
Pierra (2007) dalam Iatridis dan Kilirgiotis
(2011) menyatakan terdapat fakta bahwa
perusahaan mempunyai kecenderungan untuk
melakukan revaluasi aset tetap dengan dorongan
atau motivasi tertentu. Dorongan untuk
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
72
melakukan revaluasi aset tetap berbeda-beda
antara perusahaan yang satu dengan lainnya.
Trisnawati (2001) dalam Firmansyah dan
Sherlita (2012) menyatakan bahwa tujuan Wajib
Pajak melakukan revaluasi adalah agar penyajian
laporan keuangan lebih relevan dalam
pengambilan keputusan serta untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan utama
perusahaan adalah memaksimalkan
kemakmuran pemegang sahamnya. Salah satu
bentuk implementasinya adalah dengan menjaga
stabilitas nilai perusahaan. Bringham dan
Gapensi (2006) menyatakan bahwa nilai
perusahaan sangat penting untuk diperhatikan
mengingat semakin tinggi nilai perusahaan,
semakin meningkat kesejahteraan pemegang
saham.
Informasi tentang nilai perusahaan
merupakan faktor determinan dalam keputusan
investasi yang dilakukan oleh investor. Informasi
mengenai nilai perusahaan dapat di analisis
dengan beberapa metode. Weston dan Copelan
(2004) dalam Purnamasari (2015) menyatakan
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
dalam menganalisis nilai perusahaan diantaranya
pertama Price Earning Ratio (PER) sebagaimana
digunakan oleh Mahendra (2011) dan Wiagustini
dan Pertamawati (2015). Kedua Price to Book
Value (PBV) sebagaimana digunakan oleh
Febrianti (2012). Dan ketiga Tobin’s-Q yang
merupakan metode paling banyak digunakan
dalam menganalisis nilai perusahaan
sebagaimana digunakan oleh Mahendra et.al.
(2012), Hermuningsih (2013), (Moeljadi, 2014),
Putu et.al. (2014) serta Purnomosidi (2014).
Penelitian yang dilakukan Sharpe dan
Walker (1975) dilatar belakangi fakta
pengamatan yang dilakukan terhadap perusahaan
publik di Australia yang mengumumkan
revaluasi aset tetapnya pada periode 1960 sampai
dengan 1970. Hasil penelitian dimaksud
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
revaluasi aset tetap terhadap naiknya harga
saham perusahaan. Harga saham yang meningkat
merupakan cerminan nilai perusahaan yang
dibutuhkan oleh investor dalam mengambil
keputusan investasi. Hasil penelitian tersebut
konsisten dengan penelitian Barth dan Clinch
(1998), Aboody et.al. (1998), Jaggi dan Tsui
(2001), serta Jamshidian dan Sharifabadi (2016).
Penelitian Jamshidian dan Sharifabadi (2016)
menunjukkan revaluasi aset tetap berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja masa
depan perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock
Exchange.
Penelitian dengan menggunakan variabel
yang sama namun menghasilkan penemuan yang
berbeda ditunjukkan oleh penelitian Standish
dan Ung (1982). Dalam penelitian dimaksud
Standish dan Ung (1982) menggunakan sampel
232 perusahaan di Inggris, antara tahun 1964 dan
1973. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
revaluasi aset tetap saja tidak menghasilkan
pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat
kembalian. Hasil yang sama juga dibuktikan
penelitian Braudel dan Walker (2011) yang
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan di
Brazil. Revaluasi aset tetap berpengaruh negatif
terhadap harga saham dan efisiensi.
Perbankan merupakan industri jasa
keuangan sedang berkembang pesat yanag
menghadapi tantangan dan permasalahan yang
kompleks. Kewajiban penyediaan modal
minimum sesuai profil resiko (Capital Adequacy
Ratio) sebagaimana ditetapkan oleh Bank
Indonesia minimal sebesar 8%, sejalan dengan
tantangan untuk menunjukkan stabilitas nilai
perusahaan dalam perspektif investor. Penelitian
ini memilih perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian
karena beberapa alasan. Pertama bank
merupakan cerminan kepercayaan investor pada
stabilitas sistem keuangan dan sistem perbankan
suatu negara. Kedua, bank yang telah go public
mudah aksesibilitas laporan keuangannya
sehingga memudahkan di analisis untuk melihat
kinerja keuangan maupun manajerialnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara
empiris pengaruh revaluasi aset tetap terhadap
nilai perusahaan.
Tinjauan Teori
Revaluasi Aset
Revaluasi Aset adalah penilaian kembali
aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya
kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau
karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan
keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset
tetap dalam laporan keuangan tidak lagi
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
73
mencerminkan nilai yang wajar. Berdasarkan
PSAK 16 yang baru, perusahaan dapat memilih
model biaya atau model revaluasi sebagai dasar
menilai aset setelah dimiliki. Aturan ini konsisten
dengan peraturan dalam IAS (Pardede, 2017).
Tujuan revaluasi aset tetap perusahaan
dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan
perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar
sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai
perusahaan yang sebenarnya. Secara umum
kajian mengenai revaluasi aset tetap dapat dilihat
dari dua perspektif keilmuan yaitu akuntansi dan
perpajakan. Dalam perspektif akuntansi
revaluasi aset tetap telah diatur perlakuannya
dalam PSAK 16, sedangkan dalam perspektif
perpajakan revaluasi aset tetap, yang terkini,
diatur melalui PMK-79/PMK.03/2008 dan
khusus untuk Tahun Pajak 2015 dan 2016
melalui PMK-191/PMK.010/2015.
PSAK 16 menyebutkan bahwa revaluasi
merupakan salah satu kebijakan akuntansi yang
dapat dipilih oleh suatu entitas terhadap aset
tetapnya, disamping metode biaya. Jika suatu
entitas memilih menggunakan metode revaluasi
maka metode ini harus diterapkan secara
konsisten oleh perusahaan terhadap seluruh aset
tetap dalam kelompok yang sama. Perusahaan
tidak boleh hanya menggunakan metode
revaluasi sesekali untuk tujuan tertentu, tetapi
revaluasi harus dilakukan secara reguler.
Revaluasi aset tetap yang dilakukan pada
tahun pajak 2015 dan 2016 berdasarkan PMK
No. 191/PMK.010/2015 adalah lex specialis dari
ketentuan PMK-79/PMK.03/2015. Khusus
revaluasi aset tetap yang dilakuan oleh Wajib
Pajak pada tahun pajak 2015 dan 2016 diberikan
tarif khusus Pajak Penghasilan Final atas selisih
lebih nilai aset tetap setelah dinilai kembali.
Tarif khusus dimaksud yaitu 3% untuk
revaluasi yang dilakukan pada tahun 2015
sejak berlakunya PMK-191/PMK.010/2015
yaitu tanggal 20 Oktober 2015, 4% untuk
periode semester pertama tahun 2016, dan 6%
untuk periode semester kedua tahun 2016.
Nilai Perusahaan
Perusahaan merupakan penyatuan antara
berbagai kepentingan pemegang saham dan
manajemen yang bertujuan memaksimalkan nilai
perusahaan. Ini berarti memaksimalkan nilai
kekayaan pemegang saham adalah tujuan akhir
dari perusahaan. Naiknya harga saham berarti
peningkatan nilai perusahaan itu sendiri (nilai
pasar perusahaan). Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya dalam kinerja perusahaan
saat ini tetapi juga pada prospek masa depan
perusahaan. Sehingga dapat diartikan bahwa
nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari
pendapatan yang diharapkan di masa mendatang
serta mencerminkan dampak atas keputusan
yang telah diambil oleh manajer keuangan
terhadap harga saham perusahaan (Wijaya, et.al.,
2010).
Perusahaan yang go public memiliki
karakteristik yang berbeda dari perusahaan pada
umumnya dalam hal perspektif nilai perusahaan.
Bagi perusahaan go public selain menunjukkan
nilai seluruh aset, nilai perusahaan juga
tercermin dari nilai pasar atau harga sahamnya,
sehingga semakin tinggi harga saham
mencerminkan tingginya nilai perusahaan
(Afzal, 2011). Harga saham juga dapat sebagai
indikator keberhasilan manajemen dalam
mengelola aset perusahaan, sedangkan nilai
perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham.
Weston dan Copelan (2004) dalam
Purnamasari (2015) menyatakan terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis nilai perusahaan. Metode-metode
tersebut antara lain Price Earning Ratio (PER),
Price to Book Value (PBV), dan Tobin’s-Q.
Tobin’s Q merupakan mekanisme menganalisis
nilai pasar dari suatu perusahaan dengan
membandingkan nilai pasar suatu perusahaan
yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai
penggantian aset (asset replacement value)
perusahaan (Munawaroh dan Priyadi, 2014).
Tobin’s Q ditemukan oleh seorang pemenang
hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James
Tobin. Tobin’s Q dapat dirumuskan sebagai
perbandingan nilai pasar aset dengan perkiraan
jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk
mengganti seluruh aset tersebut pada saat ini.
Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang
dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham
biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset
perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
74
perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada investor ekuitas saja tetapi juga
debt investor (Septiani, 2015)
Nilai perusahaan secara empiris
dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan,
diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan dan
profitabilitas. Perusahaan dengan total aset yang
besar menunjukkan kemampuan pengelolaan
cash flow yang baik serta menjanjikan prospek
bagus di masa mendatang, sebagaimana
pendapat Siregar (2005) serta Rachmawati dan
Triatmoko (2007) dalam Moeljadi (2014).
Sedangkan Bhattacarya (1979) dalam Hamidy
(2014) menyatakan bahwa profitabilitas tinggi
berkaitan dengan prospek perusahaan yang
bagus, sehingga memicu investor untuk
meningkatkan permintaan saham.
Pengembangan Hipotesis
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
menginvestigasi pengaruh revaluasi aset
terhadap nilai perusahaan, namun hasilnya masih
inkonsisten. Braudel dan Walker (2011)
melakukan penelitian pengaruh revaluasi aset
tetap terhadap kinerja perusahaan di masa depan
dan tata kelola perusahaan yang kuat pada
perusahaan-perusahaan di Brazil. Hasil
penelitian menunjukkan hubungan yang negatif
antara revaluasi aset tetap dengan kinerja
perusahaan yang diukur dengan efisiensi dan
harga saham. Sementara itu Jamshidian dan
Sharifabadi (2016) menemukan bahwa revaluasi
memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan
terhadap tingkat kembalian saham di Tehran
Stock Exchange.
Penelitian ini ingin menganalisis pengaruh
Revaluasi aset tetap yang diproksi pertambahan
bersih dari aset tetap yang dilakukan revaluasi (∆
Rev / net revaluation of fixed asset) sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.010/2015 terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q
dengan pertimbangan mekanisme analisis nilai
pasar dari suatu perusahaan dilakukan
membandingkan nilai pasar suatu perusahaan
yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai
penggantian aset (asset replacement value).
Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan
modal saham perusahaan, tidak hanya saham
biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset
perusahaan. Sehingga perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu
investor dalam bentuk saham namun juga untuk
kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja
tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh
kreditur.
Penelitian yang dilakukan mengambil
pendekatan yang sama dengan penelitian
Jamshidian dan Sharifabadi (2016). Revaluasi
aset tetap dipandang sebagai kebijakan akuntansi
yang tepat untuk meningkatkan modal yang
selanjutnya mampu meningkatkan nilai
perusahaan dan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh investor maupun kreditur. . Oleh
karena itu hipotesis yang diajukan adalah:
H1. Revaluasi Aset Tetap berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Metode Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Purposive
sampling digunakan untuk memilih sampel
dengan kriteria perusahaan perbankan yang
laporan keuangannya bisa dikases di idx.co.id
tahun 2015-2016 serta perusahaan yang
memanfaatkan fasilitas perpajakan dengan
berlakunya PMK-191/PMK.010/2015, maupun
yang tidak memanfaatkan untuk revaluasi aset.
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Revaluasi Aset Tetap
Dalam penelitian ini proxy yang digunakan
untuk revaluasi aset tetap adalah
pertambahan bersih aset yang direvaluasi (∆
Rev/net revaluation of fixed asset), dengan
formula sebagai berikut:
∆ Rev = ITERFA x inverted tax rate RFA
Keterangan:
∆ Rev : Nilai Revaluasi Aset
ITERFA : Income Tax Expense for
Revaluation of Fixed Assets (Beban Pajak
Penghasilan atas
Revaluasi Aset Tetap)
inverted tax rate RFA : Tarif Pajak atas
Revaluasi Aset yang di-invert
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
75
2. Nilai Perusahaan
Dalam penelitian ini proxy yang digunakan
untuk nilai perusahaan adalah Tobin’s Q.
Modifikasi versi Chung dan Pruit (1994)
secara konsisten telah digunakan karena
kesederhanaan dalam berbagai simulasi
(Sudiyatno dan Puspitasari, 2011). Adapun
formulasi Tobin’s Q versi Chung dan Pruit
(1994) adalah sebagai berikut:
Q =(MVS + D)
FA
Keterangan:
Q = nilai perusahaan
MVS = Market Value of all outstanding Shares
D = nilai buku dari total hutang
FA = Firm’s assets
Market Value of all Outstanding Shares
(MVS) merupakan nilai pasar saham yang
diperoleh dari perkalian jumlah saham yang
beredar dengan harga saham (Outstanding
Shares x Stock Price). Sedangkan Debt
merupakan besarnya nilai hutang, dimana nilai
ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
D = (AVCL – AVCA) + AVLTD
AVCL = Accounting value of the firm’s
Current Liablities
= Short Term Debt + Taxes Payable
AVCA = Accounting value of the firm’s
Current Assets
= Cash + Account Receivable +
Inventories
AVLTD = Accounting value of the firm’s Long
Term Debt
= Long Term Debt
3. Variabel Kontrol
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan
digunakan sebagai variabel kontrol bersama-
sama dengan profitabilitas. Variabel kontrol
digunakan dengan tujuan untuk meminimalkan
pengaruh dari extraneous variabel, yaitu
variabel independen yang tidak berhubungan
dengan tujuan studi atau hipotesis yang akan
diuji, tetapi berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2014:309). Jika variabel
dependen tidak bebas dari pengaruh extraneous
variabel, maka hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen sering
disebut confounded relationship.
a. Sebagai proksi dari ukuran perusahaan
(size), umumnya studi-studi menggunakan
logaritma natural dari total aset (Ln TA)
sebagai proksi. Hal tersebut untuk
mengurangi perbedaan signifikan antara
ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan
ukuran perusahaan yang terlalu kecil. Nilai
total aset dibentuk menjadi logaritma natural
dengan tujuan untuk membuat data total aset
terdistribusi normal. Ukuran perusahaan
diukur dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
Ukuran perusahaan (Size) = Ln of Total
Asset
b. Brigham dalam Moeljadi (2014)
mengungkapkan bahwa berdasarkan
Signaling Theory, profitabilitas yang tinggi
menunjukkan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespon positif
yang selanjutnya akan meningkatkan nilai
perusahaan. Dalam penelitian ini proxy yang
digunakan untuk profitabilitas adalah Rasio
Return on Assets (ROA) dengan formula
sebagai berikut:
ROA =Total Sales
Total Aset
Terdapat dua model yang diuji dalam penelitian
ini dengan menggunakan regresi berganda.
Model tersebut adalah:
1. Persamaan Regresi Linear untuk
menganalisis pengaruh Nilai Revaluasi Aset
Tetap terhadap Nilai Perusahaan dengan
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas
Y = a + b*X1 + c*X2 +
d*X3+ε
Dimana Y = Nilai Perusahaan (Tobins Q) ,
Nilai Revaluasi Aset Tetap (X1), variabel
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
76
kontrol Ukuran Perusahaan (X2) dan
Profitabilitas (X3).
2. Persamaan Regresi Linear untuk Revaluasi
Aset Tetap dengan variabel dummy terhadap
Nilai Perusahaan dan Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas
Y = a + b*X1 + c*X2 + d*X3
Berdasarkan persamaan regresi linear
tersebut akan diuji pengaruh dan signifikansi
variabel independen Revaluasi Aset Tetap
(dummy variable) (X1) terhadap variabel
dependen Nilai Perusahaan (Y), dengan
variabel kontrol Ukuran Perusahaan (X2) dan
Profitabilitas (X3). Variabel dummy
digunakan dengan mengakomodir seluruh
sampel perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia yang merevaluasi
aset tetapnya memanfaatkan kebijakan PMK-
191/PMK.010/2015 pada tahun 2015 dan
2016 maupun yang tidak.
Hasil Penelitian
Berikut hasil Regresi Linear berganda dari
86 data tahun yang diperoleh dari 43 perusahaan
untuk menganalisis pengaruh Nilai Revaluasi
Aset Tetap terhadap Nilai Perusahaan dengan
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1
Hasil Regresi Nilai Revaluasi Aset
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.074 .439 2.448 .021
Revaluasi Asset .041 .021 .658 2.004 .056
Ukuran Perusahaan -.041 .024 -.568 -1.731 .095
Profitabilitas -.370 1.076 -.063 -.344 .734
Dimana R = .138
F = 1.386
Sig = .269
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: diolah dari output SPSS versi 24.0
Berdasarkan Tabel 1 Hasil Analisis
Regresi diperoleh model regresi hubungan
Pengaruh Nilai Revaluasi Aset (X1), Ukuran
Perusahaan (X2), dan Profitabilitas (X3)
terhadap Nilai Perusahaan (Y), sebagai berikut:
Y = 1.074 + 0.041*X1 −
0.041*X2 − 0.370*X3
Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa nilai koefisien untuk X1 menunjukkan
arah positif namun tidak signifikan dengan nilai
ρ value > α =0.05. dengan demikian hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat
didukung.
Selanjutnya hasil uji model kedua
disajikan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2
Hasil Regresi model dummy variabel
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.444 .158 9.159 .000
Revaluasi Asset -.018 .009 -.602 -2.094 .047
Ukuran Perusahaan -.001 .009 -.023 -.080 .937
Profitabilitas -.419 .381 -.169 -1.099 .282
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
77
Dimana R = 0.407
F = 5.728
Sig. = 0.004
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: diolah dari output SPSS versi 24.0
Berdasarkan Tabel 4.2 Hasil Analisis
Regresi diperoleh model regresi hubungan
Revaluasi Aset (X1), Ukuran Perusahaan (X2),
dan Profitabilitas (X3) terhadap Nilai
Perusahaan (Y), sebagai berikut:
Y = 1.444 − 0.018*X1 − 0.001*X2 - 0.419*X3
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
koefisien untuk Revaluasi aset dengan indikator
variabel dummy menunjukkan koefisien negatif
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari α.
Dengan kata lain Revaluasi aset berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Revaluasi Aset Tetap berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Artinya
semakin tinggi Revaluasi Aset Tetap yang
dilakukan oleh perusahaan, maka Nilai
Perusahaan akan semakin menurun. Hasil ini
membuktikan bahwa hipotesis penelitian
Revaluasi Aset Tetap berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Nilai Perusahaan ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Braudel dan
Walker (2011) di Brazil yang menunjukkan
menunjukkan hubungan negatif revaluasi
terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan
efisiensi dan harga saham. Menggunakan data
849 perusahaan yang terdaftar di Sao Paulo
Stock Exchange dalam periode tahun 1998
sampai dengan 2004 di peroleh fakta bahwa
revaluasi aset tetap berpengaruh negatif
terhadap kinerja masa depan perusahaan, harga
saham, dan tingkat kembalian. Lebih lanjut
ditemukan fakta motif pengambilan keputusan
untuk melakukan revaluasi aset tetap
berhubungan dan berpengaruh negatif terhadap
nilai index perusahaan pada Brazilian Corporate
Governance Index (BCGI). Namun berpengaruh
positif pada hutang dan likuiditas. Artinya
bahwa motivasi pengambil keputusan di Brazil
untuk melakukan revaluasi adalah memoles
laporan keuangan agar relevan bagi kreditor
untuk memberikan pinjaman sesuai yang
diharapkan perusahaan.
Hasil penelitian berlawanan dengan
penelitian Jamshidian dan Sharifabadi (2016)
dengan penelitiannya di Teheran Stock
Exchange. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan yang signifikan peningkatan modal
berbentuk aset karena revaluasi maupun sumber
lainnya terhadap kinerja perusahaan di masa
depan. Studi lain yang membuktikan relevansi
revaluasi aset dilakukan oleh Jaggi dan Tsui
(2001) dengan perusahaan Hong Kong pada
periode 1991 sampai 1995, di mana mereka
mengidentifikasi bahwa revaluasi aset relevan
secara positif berpengaruh pada nilai
perusahaan. Namun lagi-lagi penelitian terdapat
perbedaan dengan penelitian terdahulu Standish
dan Ung (1982) yang tidak menemukan hasil
yang signifikan di Inggris dengan menggunakan
sampel dari 232 perusahaan antara tahun 1964
dan 1973, dengan menggunakan uji Capital
Asset Pricing Model (CAPM). Mereka
menunjukkan bahwa revaluasi saja tidak
menghasilkan sinyal positif yang signifikan
dengan pengembalian.
Efek negatif dari revaluasi aset tetap
terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini
adalah bersifat semu. Hal ini disebabkan
penambahan aset perusahaan yang terjadi tidak
berasal dari penambahan atau pembelian aset
baru, melainkan dari aset tetap lama yang
kemudian dilakukan penilaian kembali sehingga
nilai aset tetap tersebut relevan dengan nilai
pasar pada saat sekarang. Disisi lain tidak terjadi
penambahan pembiayaan oleh investor atau
pemegang saham, atau oleh kreditur melalui
penambahan hutang atau liabilitas perusahaan.
Hal ini menyebabkan nilai perusahaan yang di
analisis dengan metode Tobin’s Q hanya
bertambah besar pada sisi penyebutnya, tanpa
diimbangi oleh bertambah besarnya sisi
pembilangnya. Sehingga semakin besar
revaluasi aset t etap yang dilakukan oleh
perusahaan maka akan semakin kecil nilai
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
78
perusahaan. Selisih lebih revaluasi aset tetap
pada perusahaan-perusahaan perbankan yang
melakukan revaluasi memanfaatkan PMK-
191/PMK.010/2015, dibukukan dalam akun
tersendiri di Neraca di sisi Ekuitas diluar modal
saham yang ditempatkan dan disetor penuh,
serta tidak mempengaruhi saldo laba
perusahaan. Perlakuan ini tentu membedakan
selisih lebih revaluasi aset tetap dari Market
Value of all a Outstanding Shares atau nilai
pasar saham perusahaan yang menjadi faktor
dalam analisis nilai perusahaan dengan metode
Tobin’s Q. Sehingga penambahan nilai aset tetap
karena revaluasi tersebut justru akan
memperkecil nilai Q dari perusahaan. Untuk itu
sebagai pertimbangan oleh peneliti selanjutnya
yang mengkaji hubungan revaluasi aset tetap
terhadap Nilai Perusahaan, dapat menggunakan
alternatif metode analisis Nilai Perusahaan
dengan metode lain selain Tobin’s Q yaitu Price
Earning Ratio (PER), Price to Book Value
(PBV), atau metode yang lainnya.
Hasil analisis regresi linear dengan
menggunakan dummy menunjukkan revaluasi
aset tetap berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitian ini
juga konsisten dengan penemuan Rangel et.al.
(2003) yang melakukan penelitian di Brazil. Di
Brasil, hanya sedikit penelitian tentang revaluasi
aset tetap. Rangel et.al. (2003) melakukan
penelitian pada perusahaan di Brasil dari tahun
1998 sampai 2001. Mereka menggunakan
Market to Book Ratio dan diperoleh hasil
penelitian bahwa dengan atau tanpa melakuan
revaluasi aset tetap dan biaya penangguhan tidak
ada perbedaan di antara rata-rata Market to Book
Ratio.
Revaluasi aset tetap dalam kajian teori
disebutkan dapat dilihat dari dua perspektif
disiplin keilmuan yaitu akuntansi dan
perpajakan, masing-masing mempunyai
perlakuan sekaligus implikasi sendiri-sendiri.
Dari sisi perpajakan revaluasi aset tetap untuk
tujuan perpajakan melalui PMK-
191/PMK.010/2015 tersebut memang
memberikan penawaran yang sangat menarik
menimbang tarif khusus yang ditawarkan bagi
pemanfaatnya. Reduksi tarif Pajak Penghasilan
Final atas selisih lebih revaluasi hingga menjadi
tarif 3%, 4%, atau 5%, tergantung pelaksanaan
revaluasi aset-nya, dari tarif normal yang
berlaku yaitu sebesar 10%, membuat banyak
kalangan umumnya dan insustri perbankan pada
khususnya tertarik untuk memanfaatkan. Belum
lagi insentif tidak langsung berupa
berkurangnya Penghasilan Neto sebelum Pajak
(EBIT) yang akan dikurangi dengan beban
penyusutan aset tetap yang telah direvaluasi,
yang selanjutnya akan mengecilkan pembayaran
Pajak Penghasilan Perusahaan secara global.
Revaluasi menurut akuntansi merupakan
suatu kebijakan akuntansi yang dapat dipilih
oleh perusahaan terhadap aset tetapnya
disamping model biaya, sebagaimana diatur
dalam PSAK 16 tentang Aset Tetap. PSAK 16
yang terakhir di revisi pada tahun 2015,
mengatur bahwa apabila perusahaan memilih
model revaluasi aset tetap maka perubahan
kebijakan aktiva tersebut harus dilakukan secara
konsisten. Sekali entitas memilih melakukan
model atau metode revaluasi, entitas tersebut
tidak bisa kembali ke model historical cost.
Asumsinya informasi fair value lebih relevan
dibanding informasi historical cost. Revaluasi
harus dilakukan secara reguler dan harus
dilakukan untuk seluruh aset dalam kelompok
yang sama. Artinya jika satu aset direvaluasi, hal
itu juga harus dilakukan terhadap aset di kelas
yang sama. Misalnya entitas merevaluasi
sebidang tanah, dia harus merevaluasi seluruh
tanah yang dimiliki. Tidak bisa memilih sesuai
keinginan (cherry picking), akuntansi harus
diterapkan secara konsisten karena PSAK tidak
mengizinkan hal-hal seperti itu. Kemudian
revaluasi juga tidak harus dilakukan setiap tahun
sepanjang nilai aset tidak berubah signifikan,
tetapi dilakukan secara reguler.
Perbedaan perspektif kedua disiplin
keilmuan yaitu akuntansi dan perpajakan
tersebut menjadi latar belakang keragu-raguan
dari perusahaan perbankan untuk memutuskan
untuk melakukan revaluasi aset-aset tetapnya.
Dari 43 sampel perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdapat 14
perusahaan perbankan yang tidak melakukan
revaluasi baik pada tahun 2015 maupun 2016.
Dengan jumlah perusahaan yang mengikuti
revaluasi aset yang lebih banyak,
memungkinkan terjadinya perbedaan hasil akhir
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
79
analisis regresi berganda dengan Dummy
Variable.
Daya tarik berupa insentif perpajakan
dalam PMK-191/PMK.010/2015 tidak cukup
membuat perusahaan perbankan untuk
memanfaatkannya dengan merevaluasi aset
tetapnya. Penelitian- penelitian terdahulu
membuktikan adanya inkonsistensi hasil dari
determinant factor tertentu yang diduga
berpengaruh terhadap keputusan melakukan
revaluasi. Penelitian Seng dan Su (2010) ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan untuk melakukan revaluasi.
Hasil penelitian tersebut konsisten dengan
penelitian Tay (2009) dan Barac dan Sodan
(2011) di Kroasia. Namun hasil berbeda
ditunjukkan dalam penelitian Yulistia, Fauziati,
Minovia, Khairati (2015) yang melakukan
penelitian pada perusahaan manufaktur di
Indonesia dalam rentang waktu 2012 sampai
dengan 2013. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa variabel leverage, operating cash flow,
firm size, dan fixed asset intensity tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
revaluasi aset tetap. Artinya perbedaan hasil
penelitian yang dimungkinkan karena adanya
perbedaan karakteristik dari perusahaan dan
pasar modal di Indonesia dengan perusahaan dan
pasar modal di luar negeri.
Secara umum perusahaan-perusahaan go
public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
konservatif pada metode biaya dibandingkan
metode revaluasi. Penelitian Kurniawati (2013)
menunjukkan dari 405 laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di BEI, 395
diantaranya menggunakan metode biaya.
Adapun yang menggunakan metode revaluasi
hanya 6 perusahaan. Sedangkan dari 6
perusahaan yang menggunakan metode
revaluasi tersebut, cenderung tidak
mengungkapkan periode revaluasi yang akan
dilakukan terhadap aktiva tetapnya. Lebih jauh
pengungkapan mengenai kebijakan revaluasi
yang dilakukannya belum lengkap di disclose
dalam catatan atas laporan keuangannya. Cost
dan benefit penggunaan metode revaluasi
dibandingkan metode biaya masih menjadi
pertimbangan yang sangat rumit dari
perusahaan. Sehingga kedepan diperlukan
adanya kebijakan yang massive baik dari sisi
akuntansi maupun perpajakan yang dapat
digunakan untuk menarik perhatian dari
perusahaan untuk menggunakan metode
revaluasi. Kebijakan tersebut dapat berupa
pemberian fasilitas terkait pengenaan pajak atas
revaluasi, revisi atau perbaikan standar
akuntansi tentang revaluasi aktiva tetap, dan
sebagainya. Dengan demikian metode revaluasi
dianggap populer bagi perusahaan dalam
menilai aktiva tetapnya karena metode ini
memberikan berbagai keuntungan komersial
bagi entitas yang menerapkannya. Dalam
metode revaluasi, nilai sesungguhnya atau nilai
wajar dari aset dapat tercermin dalam laporan
keuangan sehingga memudahkan pengambilan
keputusan oleh para stakeholders.
Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat
diperoleh bukti empiris bahwa revaluasi aset
tetap berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Nilai Perusahaan. Efek negatif dari
revaluasi aset tetap terhadap nilai perusahaan
dalam penelitian ini adalah bersifat semu. Hal
tersebut disebabkan penambahan aset
perusahaan yang terjadi tidak berasal dari
penambahan atau pembelian aset baru,
melainkan dari aset tetap lama yang kemudian
dinilai kembali sehingga nilainya relevan
dengan nilai pasar aset tetap tersebut pada saat
sekarang. Disisi lain tidak terjadi penambahan
pembiayaan oleh investor atau pemegang
saham, atau oleh kreditur melalui penambahan
hutang atau liabilitas perusahaan.
Selisih lebih revaluasi aset tetap pada
perusahaan-perusahaan perbankan yang
melakukan revaluasi memanfaatkan PMK-
191/PMK.010/2015, dibukukan dalam akun
tersendiri di Neraca di sisi Ekuitas diluar modal
saham yang ditempatkan dan disetor penuh,
serta tidak mempengaruhi saldo laba
perusahaan. Dengan kontra akun aset tetap yang
telah direvaluasi sehingga nilainya bertambah,
analisis Nilai Perusahaan dengan metode
Tobin’s Q hanya akan menambah semakin
kecilnya Q sebagai representasi nilai
perusahaan.
Demikian halnya hasil analisis regresi
berganda dengan nilai revaluasi aset, hasil
analisis menunjukkan bahwa revaluasi
berpengaruh positif tidak signifikan, sehingga
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
80
H1 ditolak. Kemungkinan yang menyebabkan
keengganaan perusahaan perbankan tidak
seluruhnya tertarik untuk melakukan revaluasi
aset tetapnya adalah perbedaan perspektif dua
disiplin keilmuan yaitu akuntansi dan
perpajakan mengenai perlakuan terhadap
revaluasi aset tetap. Hal tersebutlah yang
menjadi latar belakang keragu-raguan dari
perusahaan perbankan untuk memutuskan untuk
melakukan revaluasi aset-aset tetapnya.
Sehingga dalam kurun waktu 2015 dan 2016
hanya ada 29 perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetapnya memanfaatkan PMK-
191/PMK.010/2015.
Penelitian ini dapat digunakan sbagai
referensi bagi investor atau pun peneliti
selanjutnya yang menguji hubungan antara
revaluasi aset tetap dengan nilai perusahaan.
beberapa alternatif disarankan sebagai berikut
pertama, menggunakan populasi yang lebih
besar dan tidak hanya sebatas perusahaan
perbankan sebagaimana penelitian yang telah
dilakukan; kedua menggunakan metode analisis
nilai perusahaan selain Tobin’s Q dalam hal
melihat pengaruh nilai revaluasi aset tetap,
meskipun secara empiris Tobin’s Q adalah
metode yang paling relevan karena banyaknya
unsur yang dipertimbangkan didalam
analisisnya.
Bagi pemerintah selaku pembuat
kebijakan revaluasi aset tetap melalui PMK-
191/PMK.010/2015 dapat disampaikan
masukan bahwa dalam hal akan menerbitkan
peraturan yang sejenis terkait revaluasi aset tetap
agar mempertimbangkan waktu antara
penerbitan dan pemberlakuan kebijakan itu
sendiri. PMK-191/PMK.010/2015 diterbitkan
pada tanggal 20 Oktober 2015 dan mulai berlaku
pada yang sama. Tentu dengan periode
pemanfaatan tarif khusus revaluasi aset tetap
yang hanya sampai dengan smester ke II Tahun
2016 banyak hal yang dipertimbangkan dan
diperhitungkan oleh masyarakat Wajib Pajak
untuk memanfaatkan kebijakan dimaksud. Cost
and benefit tentu menjadi faktor utama yang
dipertimbangkan, namun ketika waktu juga
terlalu sempit, terlebih untuk mendapatkan
manfaat maksimal tarif terendah, hal tersebut
menjadi kurang leluasa bagi pemanfaatnya
untuk berkeputusan untuk memanfaatkan atau
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Aboody, D., & Barth, M. E., & Kasznik, R.
1999. Revaluations Of Fixed Assets And
Future Firm Erformance, Evidence
From The Uk. Journal Of Accounting
And Economics, 26 (1– 3),149–178.
Afzal, Arie. 2012. Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Peusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Bambang Sudiyatno dan Elen Puspitasari. 2010.
Tobin’s Q dan Altman Z – Score Sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja
Perusahaan (Tobin's Q and Altman
Zscore As Indicators Of Performance
Measurement Company). Kajian
Akuntansi.
Barac, Zeljana Aljinovic dan Slavko Sodan,
2011. Motives For Asset Revaluation
Policy Choice In Croatia, Croation
Operational Research Review (Crorr),
Vol 2.
Brigham, E.F. dan L.C. Gapenski. 2006.
Intermediate Financial Management. 7th
Edition. Sea Harbor Drive: The Dryden
Press, New York.
Broedel, L. A. & Walker, M. 2010. Asset
Revaluation, Future Firm Performance
and Firm-Level Corporate Governance
Arrangements: New Evidence From
Brazil. Br. Accounting Rev., 44: 53-67.
Cotter, J., & Zimmer, I. 1995. Asset
Revaluations And Assessment Of
Borrowing Capacity. Abacus, 31(2), Pp.
136–151.
Cotter, J., & Zimmer, I. 2003. Disclosure Versus
Recognition: The Case Of Asset
Revaluations. Asia-Pacific Journal Of
Accounting And Economics, 10 (1), 81-
99.
Febrianti, M. 2012. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada
Industri Pertambangan Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi
14(2): 141-156.
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
81
Firmansyah, E., & Sherlita, E. 2012. Pengaruh
Negosiasi Debt Contracts Dan Political
Cost Terhadap Perusahaan Untuk
Melakukan Revaluasi Aset Tetap ( Studi
Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010),
Jurnal Akuntansi. Universitas
Widyatama, Bandung.
G. Sharpe, Ian & G Walker, R. 1975. Asset
Revaluation And Stock Market Prices.
Journal Of Accounting Research. 13.
10.2307/2490366.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program IBM SPSS 23. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Hamidy, Rahman Rusdi. 2014. “Pengaruh
Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Profitbalitas Sebagai
Variabel Intervening Pada Perusahaan
Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek
Indonesia. Tesis. Denpasar: Program
Studi Manajemen Universitas Udayana.
Dipublikasikan.
Hermuningsih, Sri. 2013. Profitability, Growth
Opportunity, Capital Structure And The
Firm Value. Bulletin Of Monetary,
Economics And Banking. Pp: 116- 136.
Iatridis, George Emmanuel, 2011. Incentives
For Fixed Asset Revaluations: The UK
Evidence, Journal Of Applied
Accounting Research, Vol. 13, No. 1.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar
Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan
Indonesia, Jakarta.
Jaggi, B. dan J. Tsui (2001), ‘Management
Motivation and Market Assessement:
Revaluations Of Fixed Assets’, Journal
Of International Financial Management
And Accounting, 12 (2), 160-187.
Jamshidian, A, and Sharifabadi, A. 2016. The
Relationship Between Fixed
Assets’revaluation and Future
Performance Of Companies Listed On
Tehran Stock Exchange. International
Business Management 10 (Special Issue
1).
Khairati, Adzkya, 2015. Pengaruh Leverage,
Firm Size dan Fixed Asset Intensity
Terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Revaluasi Aset Tetap,
Skripsi, Universitas Bung Hatta, Padang.
Kurniawati, Heny. (2013). Analisis Dan Tren
Penggunaan Accounting Choice Yang
Dilakukan Perusahaan Di Indonesia
Pasca Adopsi IFRS. Binus Business
Review. 4. 765.
10.21512/Bbr.V4i2.1392.
Mahendra, A., Artini, L. G. S. & Suarjaya, A. A.
G. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi
Bisnis, Dan Kewirausahaan. 6(2), 130-
138.
Missonier-Pierra, Franck. 2007. Motives For
Fixed-Asset Revaluation: An Empirical
Analysis With Swiss Data. The
International Journal Of Accounting,
2007, Vol. 42, Issue 2, 186-205.
Moeljadi. 2014. Factors Affecting Firm Value :
Theoretical Study On Public
Manufacturing Firms In Indonesia.
South East Asia Journal Contemporary
Business, Economical And Law. 5(2):
Pp: 6-15.
Munawaroh, Aisyatul dan Maswar Patuh
Priyadi. 2014. Pengaruh Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Corporate Social Responsibility Sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014).
Pardede, Tiolina Evi Nausta. 2017. “Revaluasi
Aset Tetap Menurut PSAK 16”, Jurnal
Akuntansi. STIE Perbanas. Jakarta.
Https://Dosen.Perbanas.Id/ (Diakses
Pada Tanggal 2 Agustus 2017).
Peraturan Menteri Keuangan No.
79/PMK.03/2008 “Tentang Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan”
Peraturan Menteri Keuangan No.
191/PMK.010/2015 “Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Untuk Tujuan Perpajakan
Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada
Tahun 2015 dan Tahun 2016”
Purnomosidi. L, Suhadak, Hermanto Siregar, M.
Dzulkirom. 2014. The Influences Of
Company Size, Capital Structure, Good
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 71-82) e-ISSN: 2461-0720
82
Corporate Governance, Inflation,
Interest Rate, And Exchange Rate Of
Financial Performance And Valueof The
Company. Interdisciplinary Journal Of
Contemporary Research In Business, Vol
5, No 10.
Septiani, Aditya. 2015. Pengaruh Cash Holdings
Terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro
Journal Of Accounting. Vol. 4, No. 4.
Standish, P. E. M., & Ung, S.-I. 1982. Corporate
Signaling, Asset Revaluations and The
Stock Prices Of British Companies. The
Accounting Review, 57(4), Pages 701-
715.
Stay, Ink, 2009. Fixed Asset Revaluation:
Management Incentives And Market
Reactions, Thesis, Lincoln University,
New Zealand.
Trisnawati, Estralita. 2005. Perbedaan Antara
Kebijakan Akuntansi Dan Perpajakan
Dalam Aktiva Tetap”, Jurnal Akuntansi.
Universitas Tarumanegara . Jakarta.
www.Jurnal.pdii.lipi.go.id. (Diakses
Pada Tanggal 2 Agustus 2017).
Weston J.Fred Dan Copeland E.Thomas. 2004.
Manajemen Keuangan. Edisi Sembilan.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Wiagustini, Ni Luh Putu dan Pertamawati, Ni
Putu. 2015. Pengaruh Risiko Bisnis dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur
Modal Dan Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi
Bisnis Dan Kewirausahaan,. ISSN 2302-
8890.
Wijaya, H., Ivan dan H. Darmawan. 2014.
Analisis Faktor Fundanmental Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Periode 2009-2011.
Jurnal Akuntansi 18(2):256-257.