Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan ...
Transcript of Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan ...
Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Contingency View dengan Studi Kasus Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN)
Ananda Cikal Asadera dan Putu Wuri Handayani
Information System, Faculty of Computer Science, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Salah satu kunci kesuksesan dalam manajemen pengetahuan adalah kemampuan proses pengelolaan pengetahuan. Pendekatan contingency view digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan proses pengelolaan pengetahuan yang paling tepat diimplementasi oleh BATAN. BATAN yang sedang bersiap mengimplementasi manajemen pengetahuan membutuhkan pandangan dari pihak ketiga dalam memberikan panduan proses pengelolaan pengetahuan yang dibutuhkan untuk diimplementasi oleh BATAN beserta urutan prioritas proses tersebut. Hasil penelitian menunjukkan proses combination yaitu proses pembuatan pengetahuan baru dari data atau informasi tertulis yang sudah ada memiliki prioritas tertinggi. Proses routine yaitu pemanfaatan pengetahuan yang tertanam di dalam prosedur, aturan, dan norma menempati urutan kedua. Kedua proses tersebut merupakan proses yang tepat untuk diimplementasi di BATAN dengan adanya dukungan infrastruktur manajemen pengetahuan yang dimiliki oleh BATAN.
Knowledge Management Process Analysis Based On Contingency View Case Study National Nuclear Energy Agency of Indonesia (BATAN)
Abstract
One key to have successful knowledge management implementation is knowledge management process capabilities. Contingency view approach is used in this research to determine the right knowledge management process to be implemented by BATAN. BATAN which want to implements knowledge management needs third party perspective in giving guidance about the appropriate knowledge management process and the priority of the process. The result of this study tells that combination, process which make a new knowledge from existing data or information, have the highest priority. Routines, utilization of knowledge embedded in procedure, rules, and norm, in second place. Both of the processes have the highest priorities to be implemented in BATAN with the support from knowledge management infrastructure that BATAN already have. Keywords: Knowledge, Knowledge Management, Knowledge Management Solution, Nuclear Organization, Contingency View Pendahuluan Pengetahuan telah diakui sebagai suatu aset organisasi dan menyediakan dasar untuk keunggulan
kompetitif organisasi (Wood, 2005). Fenomena “brain drain” di mana karyawan meninggalkan
organisasi dan membawa semua pengetahuan yang dimilikinya menjadi faktor penting yang
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
merugikan keselamatan organisasi (Rosenblatt dan Shaeffer, 2000) dan menurut DeLong dan
Mann (2003) terkait dengan upaya organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
(Anderson, 2009). Wood (2005) menjelaskan bahwa apabila organisasi menginginkan untuk
mengambil keuntungan dari pengetahuan yang ada di dalam organisasi maka organisasi tersebut
harus mengembangkan strategi dan kebijakan serta prosedur untuk bisa mengelola pengetahuan.
Gold, Malhotra dan Segars (2001), Lucier dan Torsilieri (1997), Malhotra (1998), Minonne
(2007), Rigby, Reichheld, dan Scheffer (2002), serta Storey dan Barnett (2000) menyatakan
bahwa sulit bagi sebuah organisasi untuk mengimplementasi dan menjaga efektifitas dari sebuah
program manajemen pengetahuan (Anderson, 2009). Gold, Malhotra, dan Segars (2001)
menjelaskan bahwa tidak efektifnya implementasi manajemen pengetahuan disebabkan oleh
organisasi tidak mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi sebelum
mengimplementasi manajemen pengetahuan (Anderson, 2009). Wood (2005) menambahkan
organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan pengetahuan dengan memahami terlebih dahulu
kondisi organisasi di mana proses manajemen pengetahuan akan dijalankan dan kemudian
mengimplementasi manajemen pengetahuan secara efektif dan efisien.
Ketertarikan untuk melakukan penelitian di BATAN dilatarbelakangi dengan penjelasan bahwa
pihak BATAN sendiri belum mengimplementasi manajemen pengetahuan secara eksplisit dan
masih terbatas pada beberapa kelompok tertentu. Selain itu adanya rencana BATAN untuk
mengimplementasi manajemen pengetahuan secara eksplisit membuat rencana ini membutuhkan
pandangan dari pihak ketiga dalam memberikan panduan proses pengelolaan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk diimplementasi oleh BATAN beserta urutan prioritas proses tersebut.
Berdasarkan International Atomic Energy Agency (IAEA), lembaga internasional yang
memayungi kegiatan penelitian nuklir di seluruh dunia, pada tahun 2012, manajemen
pengetahuan dapat bermanfaat untuk membantu organisasi dalam proses suksesi antara pegawai
yang pensiun atau keluar kepada pegawai yang baru. Manfaat selanjutnya adalah manajemen
pengetahuan dapat memfasilitasi pencapaian inovasi yang didapatkan dari kerjasama dan grup
kolaborasi. Manfaat lainnya adalah adaptasi manajemen pengetahuan dapat menjaga dan
mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai.
Proses manajemen pengetahuan yaitu sebuah proses yang terus menerus terjadi dan
menghubungkan interaksi antar individu dan bertujuan untuk mengelola pengetahuan yang ada
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
(Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Pemilihan proses manajemen pengetahuan yang tepat
dibutuhkan oleh suatu organisasi karena meskipun organisasi telah menggunakan dan
mengeksploitasi pengetahuan tidak berarti organisasi tersebut akan mudah dalam mengatur dan
menjalankan proses manajemen pengetahuan (Kucza, 2001). Becerra-Fernandez dan Sabherwal
(2004) menjelaskan bahwa penentuan proses manajemen pengetahuan dapat melihat kepada
faktor contingency di mana terdapat empat karakteristik yang memengaruhi yaitu karakteristik
tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan.
Penelitian ini akan mencari jawaban beberapa pertanyaan berikut antara lain:
1. Bagaimana kondisi terkini di BATAN dalam mengimplementasi manajemen
pengetahuan?
2. Berdasarkan faktor-faktor contingency yaitu karakteristik tugas, karakteristik
pengetahuan, karakteristik organisasi dan karakteristik lingkungan, proses manajemen
pengetahuan apa yang paling tepat diimplementasi oleh BATAN?
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kebutuhan proses manajemen pengetahuan yang paling tepat untuk
diimplementasi oleh pihak BATAN dalam rangka usaha BATAN untuk
mengimplementasi manajemen pengetahuan.
2. Mengaplikasikan ilmu manajemen pengetahuan di dunia nyata dengan berkontribusi
membantu BATAN dalam implementasi manajemen pengetahuan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pengetahuan di
BATAN di masa depan.
Tinjauan Teoritis 1) Data, Informasi, dan Pengetahuan
Dalam hirarki pengetahuan yang terdapat dalam buku Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004)
terdapat beberapa tingkatan yang membedakan antara data, informasi, dan pengetahuan. Menurut
Becerra-Fernandez dan Sabherwal, data meliputi fakta, observasi, atau persepsi. Informasi adalah
data yang telah diproses, informasi adalah bagian dari data yang sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Pengetahuan berada pada level tertinggi hirarki di mana pengetahuan lebih kaya,
lebih dalam, dan lebih bernilai dibandingkan data atau informasi.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Nonaka dan Takeuchi (1995) membedakan pengetahuan menjadi pengetahuan tacit dan
pengetahuan explicit (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Pengetahuan tacit adalah
pengetahuan yang berada pada individu, berdasarkan pengalaman, dan sulit diekspresikan dan
dibagikan dengan orang lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Pengetahuan explicit
merupakan pengetahuan yang memiliki bentuk seperti dokumen atau paten, pengetahuan ini
merujuk kepada pengetahuan yang diekspresikan kepada kata atau angka (Becerra-Fernandez dan
Sabherwal, 2004). 2) Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan adalah aktivitas untuk mengelola proses penciptaan, penyimpanan, dan
berbagi pengetahuan dan semua aktivitas yang terkait dengan semua proses tersebut (Kucza,
2001). Manajemen pengetahuan juga bisa didefinisikan sebagai sekumpulan aktivitas yang
termasuk di dalamnya menemukan, menangkap, membagi, dan mengaplikasikan pengetahuan
untuk meningkatkan dampak dari pengetahuan terhadap tujuan organisasi dengan biaya yang
efektif (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses
formal untuk menentukan informasi yang berguna untuk organisasi dan membuat informasi
tersebut tersedia oleh pihak yang membutuhkan (Carlson, 1999). Tujuan dari manajemen
pengetahuan tidak untuk mengelola semua pengetahuan, hanya pengetahuan penting untuk
organisasi (De Brun, 2005). 3) Proses Manajemen Pengetahuan
Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) menjelaskan manajemen pengetahuan bergantung
kepada empat proses utama yaitu discovery pengetahuan, capture pengetahuan, sharing
pengetahuan, dan application pengetahuan. Discovery pengetahuan adalah aktivitas
mengembangkan pengetahuan tacit atau explicit dari data atau informasi yang ada. Sub proses
dalam aktivitas ini adalah combination yaitu untuk mengembangkan pengetahuan explicit yang
baru dan socialization untuk mengembangkan pengetahuan tacit baru (Becerra-Fernandez dan
Sabherwal, 2004). Capture pengetahuan adalah proses ekstraksi pengetahuan tacit atau explicit
yang berada pada individu, artefak, atau entitas organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal,
2004). Sub proses dalam aktivitas ini adalah externalization proses mengubah pengetahun tacit
menjadi pengetahuan explicit dan internalization proses menugubah pengetahuan explicit
menjadi pengetahuan tacit (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Sharing pengetahuan adalah proses di mana pengetahuan tacit dan explicit dikomunikasikan
dengan yang lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sub proses dalam aktivitas ini
adalah socialization untuk berbagi pengetahuan tacit dan exchange untuk memfasilitasi berbagi
pengetahuan explicit (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Application pengetahuan atau
utilisasi pengetahuan bergantung kepada ketersediaan dari pengetahuan dan proses yang
mendukung pengetahuan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sub proses dalam aktivitas
ini adalah routines yaitu proses menggunakan pengetahuan dan menanamkan di dalam prosedur,
aturan, atau norma dan direction yaitu proses di mana individu yang memiliki pengetahuan
mengarahkan orang lain tanpa mentransfer pengetahuan tersebut (Becerra-Fernandez dan
Sabherwal, 2004). 4) Infrastruktur Manajemen Pengetahuan
Infrastruktur manajemen pengetahuan adalah fondasi dasar di mana manajemen pengetahuan
berada (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Terdapat lima komponen terkait dengan
infrastruktur manajemen pengetahuan yaitu budaya organisasi, struktur organisasi, lingkungan
fisik, infrastruktur teknologi informasi (TI), dan pengetahuan umum. Budaya organisasi adalah norma atau kepercayaan yang memengaruhi perilaku individu dalam
organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Budaya merupakan salah satu faktor
pendorong aktivitas organisasi disamping dari struktur organisasi dan infrastruktur TI (Razi dan
Karim, 2010). Gold, Malhotra, dan Segars (2001) menjelaskan bahwa budaya organisasi menjadi
faktor utama dalam menentukan kinerja manajemen pengetahuan di suatu organisasi (Beliveau,
Bernstein, dan Hsieh, 2011). Manajemen pengetahuan bergantung kepada struktur organisasi (Becerra-Fernandez dan
Sabherwal, 2004). Terdapat beberapa aspek struktur organisasi terkait dengan manajemen
pengetahuan berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004). Pertama berbagi
pengetahuan lebih sering terjadi di organisasi dengan struktur organisasi desentralisasi. Kedua
budaya organisasi dapat memfasilitasi manajemen pengetahuan melalui Community of Practice
(CoP). Ketiga divisi atau unit kerja penelitian dan pengembangan dapat memfasilitasi akctivitas
manajemen pengetahuan.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Tata dan Prasad (2004) menjelasakan bahwa struktur organisasi berfokus kepada dua hal yaitu
sentralisasi dan formalisasi (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Kohli dan Jaworski (1990)
serta Woodman, Sawyer, dan Griffin (1993) menjelaskan bahwa struktur organisasi terpusat
dapat mencegah komunikasi, berbagi ide, dan aplikasi pengetahuan (Beliveau, Bernstein, dan
Hsieh, 2011). Formalisasi digunakan organisasi untuk mengelola proses koleksi dan diseminasi
informasi serta untuk mengidentifikasi isu strategis (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Aspek terpenting dari lingkungan fisik adalah model bangunan, lokasi, ukuran, tipe, dan jumlah
dari ruangan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Lingkungan fisik dapat membantu
aktivitas pengembangan manajemen pengetahuan dengan menyediakan kesempatan untuk
bertemu, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan bagi individu dalam organisasi (Becerra-Fernandez
dan Sabherwal, 2004). Pemanfaatan dari teknologi informasi dapat memfasilitasi manajemen pengetahuan (Becerra-
Fernandez dan Sabherwal, 2004). Choi dan Lee (2003) menjelaskan bahwa utilisasi dari
teknologi informasi dapat membantu aktivitas manajemen pengetahuan melalui memberikan
fasilitas untuk mengumpulkan, menyimpan, dan bertukar pengetahuan secara cepat dan
membantu menciptakan pengetahuan baru (Wood, 2005). Choi dan Lee (2003) juga menjelaskan
bahwa teknologi informasi memainkan peranan penting dalam menghapus batasan komunikasi
antara komponen di dalam organisasi (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Zander dan Kogut (1995) menjelaskan bahwa pengetahuan umum merujuk kepada kumpulan
pengalaman organisasi untuk memahami beberapa aktivitas dan prinsip organisasi yang
mendukung komunikasi dan koordinasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Pengetahuan
umum dapat membantu meningkatkan nilai pengetahuan individu dengan mengintegrasikan
dengan pengetahuan individu lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). 5) Contingency View dari Manajemen Pengetahuan
Pandangan universal manajemen pengetahuan menjelaskan bahwa terdapat satu pendekatan
manajemen pengetahuan terbaik untuk semua kondisi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).
Contingency view sendiri menjelaskan bahwa tidak ada pendekatan terbaik yang cocok untuk
semua kemungkinan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Terdapat beberapa faktor yang
menentukan proses manajemen pengetahuan yang tepat bagi organisasi yaitu karakteristik tugas,
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan (Becerra-
Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik tugas dibagi menjadi dua kategori yaitu ketidakpastian pekerjaan dan
ketergantungan pekerjaan. Ketidakpastian pekerjaan yang tinggi cocok bagi proses direction dan
socialization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sebaliknya, ketidakpastian pekerjaan
yang rendah cocok bagi proses routines, exchange, combination, internalization, dan
externalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Ketergantungan pekerjaan yang tinggi
cocok bagi proses exchange, combination, socialization, direction, dan routines (Becerra-
Fernandez dan Sabherwal, 2004). Internalization, externalization, direction, dan routines cocok
untuk ketergantungan pekerjaan yang rendah (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Discovery, capture, dan sharing pengetahuan dapat digunakan untuk pengetahuan prosedural
(‘know how’) atau pengetahuan deklaratif (‘know what’) (Becerra-Fernandez dan Sabherwal,
2004). Application pengetahuan hanya digunakan untuk pengetahuan prosedural (Becerra-
Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik organisasi dibagi menjadi dua kategori yaitu ukuran organisasi dan strategi bisnis
(Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi kecil cocok untuk proses socialization,
direction, combination, externalization, dan internalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal,
2004). Organisasi besar cocok untuk proses exchange, routines, combination, externalization,
dan internalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi yang memiliki strategi
berfokus kepada biaya murah cocok untuk proses direction, routines, externalization,
internalization, socialization, dan exchange (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).
Organisasi yang berfokus kepada diferensiasi cocok untuk proses socialization, combination,
externalization, internalization, dan exchange (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik lingkungan memiliki pengaruh dalam menentukan proses manajemen pengetahuan
(Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Ketidakpastian lingkungan yang rendah cocok untuk
proses socialization, exchange, externalization, dan internalization (Becerra-Fernandez dan
Sabherwal, 2004). Ketidakpastian lingkungan yang tinggi cocok untuk proses socialization,
combination, direction, dan routines (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Metode Penelitian Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Aktivitas pengumpulan data terdiri dari
dua aktivitas utama, pertama yaitu wawancara untuk mengumpulkan data mengenai kondisi
terkini di BATAN terkait dengan rencana untuk mengimplementasi manajemen pengetahuan, dan
kedua yaitu survey menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data untuk menentukan proses
manajemen pengetahuan yang tepat. Skala-Likert 5 digunakan untuk menyampaikan jawaban
responden yang memiliki nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Kuesioner
kemudian di tes oleh 5 orang perwakilan pegawai BATAN untuk mengidentifikasi kesalahan dan
ambiguitas pertanyaan dan memastikan bahwa kuesioner yang dibuat telah jelas dan bisa
dipahami oleh pegawai BATAN.
Perumusan pertanyaan kuesioner berdasarkan beberapa literatur. Pertanyaan terkait dengan faktor
contingency dari manajemen pengetahuan berdasarkan pada Becerra-Fernandez dan Sabherwal
(2004) serta penelitian yang dilakukan oleh Daft dan Macintosh (1981) dalam Wood (2005).
Pengelolaan pengetahuan tacit berdasarkan penelitian Choi dan Lee (2003) dalam Wood (2005).
Pengelolaan pengetahuan explicit berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2001, 2003)
dalam Wood (2005) dan penelitian Choi (2002) dalam Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011).
Pertanyaan kuesioner terkait dengan dukungan teknologi untuk manajemen pengetahuan
berdasarkan penelitian oleh Choi dan Lee (2003) dalam Wood (2005) dan Beliveau, Bernstein,
dan Hsieh (2011). Pertanyaan terkait dengan pemicu manajemen pengetahuan berdasarkan Choi
dan Lee (2003) serta Lee dan Lee (2007) dalam Razi dan Karim (2010), Choi dan Lee (2003)
dalam Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011), Marsick dan Watkins (2003) dalam Wood (2005),
dan Lin (2007) dalam Razi dan Karim (2010). Pertanyaan terkait dengan kemampuan proses
manajemen pengetahuan berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004), Choi dan Lee
(2002, 2003) dalam Razi dan Karim (2010), dan Park (2006) dalam Beliveau, Bernstein, dan
Hsieh (2011).
Populasi dari penelitian ini adalah 2040 pegawai BATAN yang bekerja di Serpong, Tangerang
Selatan dan Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel yaitu convenience
sampling dimana teknik ini mudah dilakukan, cepat, murah, dan tidak memberikan banyak
masalah (Lunsford dan Lunsford, 1995). Sampel untuk penelitian ini adalah 10% dari total
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
populasi yaitu 200 pegawai. Kuesioner kemudian disebarkan dengan hardcopy kepada 15 unit
kerja yang terlibat langsung dengan area teknikal BATAN. Unit kerja tersebut terbagi menjadi 10
unit kerja berada di BATAN Serpong, Tangerang Selatan yaitu PRPN (Pusat Rekayasa Perangkat
Nulir), PSJMN (Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir), PTLR (Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif), PTRKN (Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir), PKTN (Pusat
Kemitraan Teknologi Nuklir), PTBIN (Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir), PRSG (Pusat
Reaktor Serba Guna), PRR (Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka), PTBN (Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir), dan PPIN (Pusat Pengembangan Informatika Nuklir) serta 5 unit kerja
berada di BATAN Pasar Jumat, Jakarta Selatan yaitu PDIN (Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir),
PATIR (Pusat Aplikasi Teknologi dan Radiasi), PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi), Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan), dan PPGN (Pusat Pengembangan
Geologi Nuklir).
Data dari kuesioner kemudian akan dianalisa menggunakan metode untuk menganalisis data yang
menggunakan skala Likert (Bertram, 2006). Representasi data menggunakan grafik batang dan
persebaran titik-titik. Menentukan central tendency menggunakan median dan mode karena
metode ini tidak terpengaruh oleh outlier dan skewed data. Menilai tingkat variabilitas maka
menggunakan range dan inter-quartile range.
Hasil Penelitian Total sampel yang diambil dalam penelitian adalah 200 orang responden dengan jumlah
kuesioner yang kembali berjumlah 147 kuesioner. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
kuesioner yang kembali ditemukan bahwa terdapat 12 kuesioner yang tidak valid. Kuesioner
tidak valid dengan rincian kuesioner tidak diisi sama sekali dan terdapat bagian kuesioner yang
tidak terisi. Total kuesioner yang bisa digunakan adalah sebanyak 135 kuesioner dengan tingkat
tanggapan mencapai 67,5% dari total 200 orang responden. Bagian pertama dari kuesioner
merupakan informasi umum yang berguna untuk mengetahui informasi di mana unit kerja
responden dan lama bekerja responden di unit tersebut serta untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa BATAN akan mengimplementasi manajemen pengetahuan. Kuesioner
disebarkan kepada 15 unit kerja yang penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 1 yang
menjelaskan perbandingan antara ekspektasi yang diharapkan dengan kuesioner yang kembali.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Gambar 1. Perbandingan Antara Ekspektasi Dengan Kuesioner Yang Kembali Lama bekerja responden di dalam suatu unit kerja di BATAN bervariasi dari kurang dari 5 tahun
hingga lebih dari 30 tahun. Berdasarkan hal tersebut demografi untuk menunjukkan lama bekerja
responden terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama menunjukkan lama bekerja antara 0 – 15
tahun, bagian kedua menunjukkan lama bekerja antara 16 – 25 tahun, dan bagian ketiga
menunjukkan lama bekerja lebih dari 25 tahun. Responden yang bekerja antara 0 – 15 tahun
mencapai 35,56%, sedangkan untuk responden yang bekerja antara 16 – 25 tahun mencapai
37,04%, sedangkan untuk responden yang bekerja lebih dari 25 tahun mencapai 27,41%. Gambar
2 menunjukkan persebaran lama bekerja responden di BATAN.
15
5
15 10
20 15 15 15
20
5 5
25
15
5
15 14
4
11 7
15
7
13 11 16
3 3
14
4 5 8
Perbandingan Antara Ekspektasi dengan Kuesioner yang Kembali
Responden (Ekspektasi) Responden (Realita)
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Gambar 2. Periode Bekerja Responden di BATAN Informasi umum terakhir yang coba ditangkap oleh kuesioner ini adalah tingkat pengetahuan
responden terkait dengan rencana implementasi manajemen pengetahuan di BATAN. Sebanyak
70,37% mengetahui rencana implementasi manajemen pengetahuan di BATAN dan sebanyak
29,63% tidak mengetahui rencana implementasi tersebut. Gambar 3 menunjukkan jawaban
responden terkait dengan rencana implementasi manajemen pengetahuan yang akan dilakukan di
BATAN.
Gambar 3. Tingkat Responden Mengetahui Rencana Implementasi Manajemen Pengetahuan di BATAN
0 -‐ 15 16 -‐ 25 > 25 Jumlah Responden 48 50 37
0
10
20
30
40
50
60 Jumlah Re
spom
den
Lama Bekerja Responden di BATAN (Tahun)
70%
30%
Tingkat Responden Mengetahui Rencana Implementasi KM di BATAN
Ya Tidak
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proses manajemen pengetahuan yang tepat
diimplementasi oleh BATAN. Teknik yang digunakan untuk menentukan proses manajemen
yang tepat adalah metode Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) untuk menentukan solusi
manajemen pengetahuan pada suatu organisasi.
1) Analisis Faktor Contingency
Tahapan ini untuk menentukan karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik
organisasi, dan karakteristik lingkungan. Tabel 1 menunjukkan keluaran dari tahap pertama.
Tabel 1. Keluaran Tahap Pertama Penilaian Faktor Contingency
Faktor Contingency Median Mode Hasil
Ketergantungan Tugas
4 4 Tinggi
Ketidakpastian Pekerjaan
4 4 Rendah
Sifat Pengetahuan 5 5 Explicit 4 4 Prosedural Ukuran Organisasi
4 4 Besar
Strategi Bisnis 4 4 Differentiation Ketidakpastian Lingkungan
3 4 Tinggi
2) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan untuk Setiap Faktor Contingency
Tahap kedua adalah melakukan identifikasi proses yang tepat untuk setiap faktor contingency.
Setiap proses yang cocok dengan faktor contingency akan diberi label ‘Yes’, label ‘No’ untuk
proses yang tidak cocok, dan ‘Ok’ untuk proses yang tidak terpengaruh oleh faktor
contingency. Tabel 2 menunjukkan identifikasi yang dilakukan pada tahap kedua. 3) Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan
Metode penilaian mengikuti langkah yang dilakukan oleh Becerra-Fernandez dan Sabherwal
(2004) di mana untuk proses yang sesuai dengan faktor contingency dalam tahap ke dua akan
dihitung nilai kumulatifnya. Nilai kumulatif dihitung dengan mengalikan jumlah ‘Yes’
dengan 1,0, ‘No’ dengan 0,0, dan ‘Ok’ dengan 0,5 untuk setiap proses pengetahuan yang
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
telah dipetakan kepada faktor contingency kemudian menjumlahkan nilai tersebut menjadi
nilai kumulatif. Proses yang memiliki nilai kumulatif terbesar merupakan proses yang
memiliki prioritas paling tinggi untuk diimplementasi di BATAN. Tabel 3 menunjukkan
perolehan nilai kumulatif untuk setiap proses manajemen pengetahuan berdasarkan setiap
faktor contingency.
Tabel 2. Keluaran Tahap Kedua Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Terkait dengan Setiap Faktor Contingency
Faktor Contingency
Proses
Ketergantungan
Pekerjaan = Tinggi
Ketidakpastian
Pekerjaan = Rendah
Pengetahuan Explicit
Pengetahuan Prosedural
Organisasi = Besar
Strategi =
Diferensiasi
Ketidakpastian Lingkungan =
Tinggi
Combination Yes Yes Yes Ok Ok Yes Yes
Socialization for Knowledge Discovery
Yes No No Ok No Yes Yes
Socialization for Knowledge Sharing
Yes No No Ok No Ok No
Exchange Yes Yes Yes Ok Yes Ok No Externalization No Yes No Ok Ok Ok No Internalization No Yes Yes Ok Ok Ok No Direction Ok No Ok Yes No No Yes Routines Ok Yes Ok Yes Yes No Yes
Tabel 3. Keluaran Tahap Ketiga Perolehan Nilai Kumulatif Untuk Setiap Proses Manajemen Pengetahuan
Prioritas Proses
Proses Jumlah Yes
Jumlah No
Jumlah Ok Nilai Kumulatif Prioritas
Combination 5 0 2 6,0 1 Socialization for Knowledge Discovery 3 3 1 3,5 3
Socialization for Knowledge Sharing 1 4 2 2,0 6
Exchange 4 1 2 5,0 2 Externalization 1 3 3 2,5 5 Internalization 2 2 3 3,5 3
Direction 2 3 2 3,0 4 Routines 4 1 2 5,0 2
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
4) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan yang Berjalan di BATAN
Tahap keempat dilakukan untuk mengidentifikasi proses manajemen pengetahuan yang telah
berjalan di BATAN. Berdasarkan jawaban kuesioner, semua proses telah berjalan di BATAN
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Keluaran Tahap Keempat Prioritas Proses yang Telah Berjalan di BATAN
Proses Median Mode % Prioritas Combination 4 4 71.48 1 Socialization for Knowledge Discovery
4 4 55.19 5
Socialization for Knowledge Sharing
4 4 60.99 3
Exchange 4 4 69.63 2 Externalization 4 4 69.63 2 Internalization 4 4 69.63 2 Direction 2 2 60.00 4 Routines 4 4 69.63 2
5) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Tambahan
Tahap selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara hasil tahapan ketiga dan tahapan
keempat untuk menambahkan atau mengurangi proses manajemen pengetahuan. Penentuan
prioritas merupakan kolaborasi metode yang dilakukan oleh Becerra-Fernandez dan
Sabherwal (2004) dan Setiawan (2012) dengan melakukan perubahan. Prioritas tinggi
meliputi proses yang memiliki nilai kumulatif lebih besar sama dengan 3,0 atau peringkat
proses 1 sampai 3 sedangkan prioritas rendah diberikan untuk proses dengan nilai kumulatif
di bawah 3,0 atau peringkat 4 sampai 8 (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004; Setiawan,
2012). Tabel 5 menjelaskan prioritas akhir dari penentuan proses manajemen pengetahuan. Untuk menentukan prioritas akhir maka akan dinilai dengan memerhatikan hal yang
dijelaskan oleh Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) diantaranya
• Apabila proses manajemen pengetahuan pada tahap ketiga dibutuhkan (prioritas yang
tinggi) dan pada tahap keempat tidak dibutuhkan (prioritas yang rendah) maka proses
tersebut diperlukan (prioritas yang tinggi).
• Sebaliknya, apabila proses manajemen pengetahuan pada tahap ketiga tidak dibutuhkan
(prioritas yang rendah) namun pada tahap keempat BATAN menganggap proses tersebut
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
dibutuhkan (prioritas tinggi) maka proses tersebut kurang dibutuhkan (prioritas yang
rendah).
Tabel 5. Keluaran Tahap Kelima Prioritas Akhir Manajemen Pengetahuan
Prioritas Proses
Proses Faktor Contingency Kategori Berjalan di
BATAN Kategori Prioritas Akhir
Combination 1 Tinggi 1 Tinggi Tinggi Socialization for Knowledge Discovery
3 Tinggi 5 Rendah Tinggi
Socialization for Knowledge Sharing 6 Rendah 3 Tinggi Rendah
Exchange 2 Tinggi 2 Tinggi Tinggi Externalization 5 Rendah 2 Tinggi Rendah Internalization 3 Tinggi 2 Tinggi Tinggi
Direction 4 Rendah 4 Rendah Rendah
Routines 2 Tinggi 2 Tinggi Tinggi
6) Identifikasi Infrastruktur Manajemen Pengetahuan
Budaya organisasi di BATAN memberikan kewajiban kepada peneliti untuk membuat tulisan
ilmiah dan buku yang akan berdampak kepada poin kredit peneliti yang menentukan besarnya
tunjangan sebagai peneliti. Manajemen atas di BATAN memiliki ketertarikan dengan
manajemen pengetahuan. Didukung dengan pegawai BATAN yang saling membantu, hal ini
akan memovitasi aktivitas berbagi pengetahuan di BATAN. BATAN memiliki struktur organisasi terpusat yang menjadi penghalang untuk aktivitas
berbagi pengetahuan meskipun para pegawainya memiliki keinginan untuk berkolaborasi
antar unit kerja. Pegawai BATAN ditempatkan di gedung yang berbeda-beda dan berjauhan
sehingga dapat menghalangi aktivitas berbagi pengetahuan. Namun, BATAN memiliki
perpustakaan di semua unit kerja untuk menyimpan semua tulisan ilmiah, buku, atau jurnal. Infrastruktur TI di BATAN mendukung aktivitas manajemen pengetahuan dengan berbagai
cara. Contohnya yaitu terdapat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu Sistem
Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) yang menggabungkan semua pengetahuan dari
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
berbagai unit kerja, sistem persuratan yaitu Sistem Informasi Tata Persuratan (SITP) yang
membantu BATAN dalam proses administrasi surat, dan surat elektronik.
7) Mengembangkan Teknologi, Mekanisme, dan Sistem Manajemen Pengetahuan
Tahap ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai teknologi, mekanisme, dan
sistem yang bisa diimplementasi oleh BATAN untuk mendukung aktivitas manajemen
pengetahuan. Tabel 6 menunjukkan daftar teknologi, mekanisme, dan sistem yang bisa
diimplementasi oleh BATAN.
Tabel 6. Mekanisme, Teknologi, dan Sistem yang Dapat Diimplementasi Oleh BATAN
Proses Mekanisme Teknologi yang dibutuhkan
Combination
1. Kolaborasi untuk pembuatan dokumen
2. Kolaborasi untuk memecahkan masalah
3. Pembuatan keputusan bersama
• [1],[2],[3] Web portal • [2] Data mining • [2] Best practice and lesson
learned
Routines
1. Kebijakan organisasi 2. Praktik kerja 3. Prosedur dan standar
organisasi
• [2] Expert systems • [1], [3] Management information
systems
Exchange
1. Memo 2. Manual 3. Progress report 4. Presentation
• [2], [3] Team collaboration tools • [2], [3], [4] Best practice database • [2], [4] Lesson learned system • [2], [4] Expert locator system
Internalization
1. Learning by doing 2. On the job training 3. Learning by observation 4. Face to face meetings
• [4] Komunikasi berbasis komputer • [1] Simulasi berbasis komputer
Socialization for Knowledge Discovery
1. Konferensi 2. Kegiatan magang 3. Proyek bersama antar unit
kerja 4. Inisiasi untuk pegawai baru
• [1], [3] Video conference • [2] Group diskusi elektronik • [3] Dukungan elektronik untuk
CoP
Kesimpulan Berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian, kesimpulan ini akan menjawab dua pertanyaan
yang menjadi pemicu penelitian. Kesimpulan ini berdasarkan 135 data responden yang berhasil
didapatkan dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut adalah:
1. Kondisi terkini BATAN terkait usahanya untuk mengimplementasi manajemen
pengetahuan yaitu telah menjalankan semua proses manajemen pengetahuan yaitu
combination, socialization untuk discovery pengetahuan, externalization, internalization,
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
socialization untuk sharing pengetahuan, exchange, direction, dan routines. Hasil tersebut
berdasarkan jawaban responden yang menyetujui bahwa semua proses tersebut dilakukan
oleh responden.
2. Infrastruktur penunjang manajemen pengetahuan sebagian telah diimplementasi oleh
BATAN seperti adanya dukungan dari top management dan adanya mekanisme reward
dan punishment. Proses tersebut telah didukung dengan teknologi yang memfasilitasi
kegiatan manajemen pengetahuan antara lain sistem ERP yaitu Sistem Informasi
Perencanaan Litbangyasa (SIPL) untuk proses routines meskipun belum terdapat modul
supply chain management (SCM) dan modul procurement, adanya Sistem Informasi Tata
Persuratan (SITP), dan surat elektronik.
3. Berdasarkan faktor contingency (karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan,
karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan) maka proses manajemen
pengetahuan yang paling tepat untuk diimplementasi oleh BATAN berdasarkan urutan
prioritas adalah combination, routines, exchange, internalization, socialization untuk
discovery pengetahuan, direction, externalization, dan socialization untuk sharing
pengetahuan. Prioritas tersebut melihat perolehan nilai kumulatif berdasarkan jawaban
yang didapatkan dari kuesioner.
4. Teknologi dan mekanisme manajemen pengetahuan yang bisa diimplementasi untuk
menunjang proses manajemen pengetahuan antara lain web portal untuk kegiatan
kolaborasi dan pembuatan keputusan bersama, data mining dan lesson learned untuk
menunjang kegiatan kolaborasi untuk pemecahan masalah, management information
system untuk praktik kerja dan standar organisasi, lesson learned system untuk
mekanisme manual dan progress report. simulasi berbasis komputer untuk mekanisme
learning by doing, video conference untuk konferensi, dan teknologi untuk CoP untuk
memfasilitasi kegiatan CoP dan proyek bersama.
Saran Saran yang diberikan terbagi menjadi dua bagian yaitu saran untuk pihak BATAN dan saran
untuk penelitian selanjutnya. Saran yang bisa diberikan untuk pihak BATAN adalah:
1. Kondisi yang ada saat ini terkait dengan manajemen pengetahuan dapat dipertahankan
oleh BATAN untuk tetap menjalankan aktivitas manajemen pengetahuan.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
2. Apabila pihak BATAN memiliki keinginan untuk mengikuti hasil penelitian ini maka ada
baiknya BATAN berfokus kepada proses yang memiliki prioritas tertinggi yaitu
combination dan routines karena proses ini memiliki kesesuaian paling tinggi diantara
proses lainnya dengan kondisi BATAN yang lebih memanfaatkan pengetahuan explicit.
3. Dukungan top management memegang peranan penting dalam implementasi manajemen
pengetahuan. Kebijakan organisasi, peraturan organisasi, dan prosedur dapat menjadi alat
yang efektif untuk bisa memaksa pegawai BATAN untuk melakukan aktivitas manajemen
pengetahuan.
Saran yang bisa diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Melakukan penelitian yang sama dengan penambahan jumlah responden untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan di hasil penelitian.
2. Penelitian untuk mengidentifikasi pengetahuan yang ada dan dibutuhkan di suatu
organisasi.
3. Pembuatan sistem manajemen pengetahuan untuk menunjang aktivitas manajemen
pengetahuan di suatu organisasi.
Daftar Referensi Anderson, K.K. (2009). Organizational Capabilities as Predictors of Effective Knowledge
Management: An Empirical Examination. Umi Microform 3369510, Proquest LLC. Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2004). Knowledge Management Challenges, Solutions,
and Technologies. Pearson Education. Inc. ISBN: 0-13-101606-7. Beliveau, B., Bernstein, E. H., & Hsieh, H. J. (2011). Knowledge Management Strategy,
Enablers, and Process Capability in U.S. Software Companies. Journal of Multidisciplinary
Research. Vol. 3. No. 1. pp. 25-46. Bertram, D. (2006). Likert Scales. CPSC 681- Topic Report. pp. 1-10. April 2013.
http://poincare.matf.bg.ac.rs/~kristina//topic-dane-likert.pdf. Carlson, F. W. (1999). A Guide To Planning A Knowledge Management System. University of
Maryland Bowie State University.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013
De Brun. C. (2005). ABC of Knowledge Management. NHS National Library for Health:
Knowledge Management Specialist Library. International Atomic Energy Agency. (2012). Knowledge Management for Nuclear Research and
Development Organizations. IAEA. ISBN: 978-92-0-125510-5. Kucza, T. (2001). Knowledge Management Process Model. Technical Research Center of
Finland. ESPOO. VTT Publication. Lunsford, B. R., & Lunsford, T. R. (1995). The Research Sample, Part I:Sampling. JPO: Journal
of Prosthethics and Orthotics. Vol. 7. No. 3. pp. 105-112. Razi, M. J. M., & Karim, N. S. A. (2010). Assessing Knowledge Management Readiness in
Organization. IEEE. 978-1-4244-6716-7/10. Setiawan, D. (2012). Perancangan Knowledge Management Solution Pada Divisi Operasional
PT Visi Solution Teknologi. MTI UI. Wood, C. (2005). An Empirical Examination of Factors Influencing Work-Unit Knowledge
Management Effectiveness in Organizations. UMI Microform 3201107, Proquest LLC.
Analisis proses…, Ananda Cikal Asadera, Fasilkom UI, 2013