ANALISIS PROKSIMAT PADA SEDIAAN PELET PAKAN HEWAN ...
Transcript of ANALISIS PROKSIMAT PADA SEDIAAN PELET PAKAN HEWAN ...
ANALISIS PROKSIMAT PADA SEDIAAN PELET PAKAN HEWAN PELIHARAAN BERBAHAN DASAR LIMBAH JEROAN IKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Raysha Mcseer
NIM : 168114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS PROKSIMAT PADA SEDIAAN PELET PAKAN HEWAN PELIHARAAN BERBAHAN DASAR LIMBAH JEROAN IKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Raysha Mcseer
NIM : 168114113
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan tulisan dari penelitianku yang jauh dari kata sempurna
ini untuk Almamaterku tercinta Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, kedua orangtuaku, saudara/i kandungku dan keluarga
besarku.
βBarang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki
kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan
barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki
ilmuβ
(HR. Turmudzi)
Better to feel how hard education is at this time rather than fell the bitterness of
stupidity,
later. - Google -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. vi PRAKATA ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii ABSTRAK ........................................................................................................... xiv ABSTRACT ............................................................................................................ xv PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21 LAMPIRAN .......................................................................................................... 25 BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pembuatan kurva larutan standar ............................................................ 5 Tabel II. Formula Pelet Jeroan Ikan ...................................................................... 9 Tabel III. Absorbansi dan Kadar Protein Sampel Jeroan Ikan .............................. 15 Tabel IV. Absorbansi dan Sampel Pelet Jeroan Ikan ............................................ 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pelet Jeroan Ikan . ............................................................................... 10 Gambar 2. Reaksi protein ketika ditambahkan reagen biuret ............................... 13 Gambar 3. Hasil Kurva Kalibrasi Bovin Serum Albumin .................................... 14 Gambar 4. Reaksi hidrolisis selulosa dengan H2SO4 . .......................................... 17 Gambar 5. Reaksi Glukosa Dengan Fenol Pada Suasana Asam ........................... 18 Gambar 6. Grafik Kurva Baku Glukosa ................................................................ 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pelet jeroan ikan ............................................................................... 25 Lampiran 2. Penetapan kadar abu pelet jeroan ikan ............................................. 26 Lampiran 3. Penetapan kadar air pelet jeroan ikan ............................................... 29 Lampiran 4. Penetapan kadar protein pelet jeroan ikan ........................................ 31 Lampiran 5. Penetapan kadar lemak pelet jeroan ikan ......................................... 35 Lampiran 6. Penetapan kadar karbohidrat pelet jeroan ikan ................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Jeroan ikan merupakan limbah perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh nilai guna yang lebih tinggi. Jeroan ikan mengandung sebesar 14,01% protein dan 20% lipid. Jeroan ikan dapat dimanfaatkan sebagai pakan hewan peliharaan. Oleh karena itu, dibuat pakan hewan peliharaan dalam bentuk pelet yang paling banyak dijumpai di pasaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Pada penelitian ini, dilakukan beberapa penetapan terhadap parameter persyaratan mutu pakan hewan yang baik berdasarkan SNI-8509-2018. Hasil penetapan kadar abu ditetapkan dengan metode dry ashing sebesar 10,55%, kadar air yang ditetapkan dengan metode termogravimetri sebesar 4,75%, kadar protein yang ditetapkan dengan metode biuret sebesar 49,73%, kadar lemak yang ditetapkan dengan metode soxhletasi sebesar 10,06% dan kadar karbohidrat yang ditetapkan dengan metode fenol sulfat sebesar 45,4%. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, kandungan nutrisi pada sediaan pelet jeroan ikan telah sesuai dengan ketentuan persyaratan mutu pakan hewan yang baik berdasarkan SNI-8509-2018. Kata kunci : Analisis proksimat, jeroan ikan, kandungan nutrisi pakan hewan,
pelet pakan hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Fish offal is fishery waste that can be used to obtain a higher use value. Fish offal contains 14.01% protein and 20% lipids. Fish offal can be used as pet food. Therefore, pet feed in the form of pellets is the most commonly found on the market.
This research is an experimental research. In this study, several determinations were made on the parameters of the requirements for good quality animal feed based on SNI-8509-2018. The results of the determination of the ash content were determined by the dry ashing method at 10.55%, the water content determined by the thermogravimetric method was 4.75%, the protein content determined by the biuret method was 49,73%, the fat content determined by the soxhletation method was 10,06% and the carbohydrate content determined by the phenol sulfate method was 45,4%.
Based on the results obtained, the nutritional content of fish offal pellet preparations is in accordance with the requirements for good quality animal feed based on SNI-8509-2018.
Key words: Proximate analysis, fish offal, animal feed nutritional content, animal feed pellets.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak potensi
sumber daya alam. Salah satu sumber daya alam yang melimpah adalah pada
sektor kelautan dan perikanan. Sektor perikanan merupakan salah satu bidang
dengan tingkat perkembangan yang begitu pesat. Hal ini terlihat pada produksi
perikanan yang terus meningkat. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2018), produksi perikanan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 11% dari
tahun sebelumnya. Tingkat konsumsi ikan di dalam negeri pun telah mencapai
50,65 kg/kapita/tahun. Indonesia juga telah mengekspor hasil perikanan sebesar
5,0 USD miliar pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2018. A.).
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh
manusia, karena kandungan proteinnya tinggi, serta mengandung asam amino
esensial yang diperlukan oleh tubuh. Disamping itu, nilai biologisnya mencapai
90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna (Natsir dan Latifa,
2018). Produksi perikanan secara keseluruhan menekankan pada penggunaan
daging ikan. Pada pengelolaan industri perikanan, hanya 65% hasil produksi bisa
dimanfaatkan sedangkan sisanya menjadi limbah (Fryathama et al., 2016).
Limbah ini berupa bagian-bagian ikan yang tidak dimanfaatkan seperti kepala,
tulang, dan jeroan. Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari
bahan utamanya dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya. Pembuatan
tepung ikan adalah contoh kegiatan pemanfaatan limbah berupa tulang dan kepala
ikan yang sering dilakukan oleh masyarakat namun kurang mampu memanfaatkan
jeroan, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja
(Fryathama et al., 2016).
Jeroan ikan merupakan limbah perikanan yang belum dimanfaatkan secara
optimum untuk memperoleh nilai guna dan nilai tambah yang lebih tinggi. Jeroan
ikan umumnya dibuang dan menyebabkan pencemaran pada perairan dan udara.
Menurut Susanto dan Fahmi (2012) menyatakan bahwa kandungan protein pada
daging ikan mencapai 17-22% dengan rata-rata 19% dan penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dilakukan oleh Bahalwan (2013) menyatakan bahwa kandungan protein pada
jeroan ikan adalah sebesar 4,35%.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan jeroan ikan
sebagai pakan hewan. Salah satu penelitian yang dilakukan di Belanda
menemukan bahwa jeroan ikan memiliki kandungan berupa air, protein, lemak,
abu, serat kasar dan nitrogen. Protein berguna sebagai pembentuk dan penguat
otot, sedangkan lemak digunakan sebagai sumber energi dan pembentukan
cadangan lemak (Terpstra, 2015). Penelitian sejenis yang dilakukan di Indonesia
menemukan bahwa dalam jeroan ikan mengandung 14,01% protein dan 20% lipid
(Jayanti et al., 2018). Berdasarkan penelitian tersebut meyakinkan bahwa jeroan
ikan dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pakan hewan.
Pakan hewan peliharaan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi
tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pakan hewan peliharaan
sebaiknya dibuat berdasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi hewan,
sumber dan kualitas bahan dasar, serta nilai ekonomis (Niode et al., 2017). Salah
satu pakan hewan peliharaan yang paling banyak dijumpai di pasaran adalah pelet
(Zaenuri et al., 2014).
Persyaratan mutu pakan hewan berdasarkan SNI-8509-2018 menyatakan
bahwa pakan hewan yang baik mengandung β€12,00% kadar air, β€14,00% kadar
abu, β₯16,00% protein kasar, β₯2,00% lemak kasar dan β₯14,00% karbohidrat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis proksimat yaitu penetapan kadar
abu, air, protein, lemak, dan karbohidrat dalam sediaan pelet pakan hewan
peliharaan yang berbahan dasar limbah jeroan ikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN Jenis rancangan penelitian adalah eksperimental. Data kuantitatif yang
dikumpulkan berupa persentase rata-rata kadar abu, kadar air, protein, lemak dan
karbohidrat pada sediaan pelet pakan hewan peliharaan berbahan dasar limbah
jeroan ikan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Instrumen,
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, dan Laboratorium Teknologi dan
Formulasi Sediaan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah neraca analitik (Pioneer), oven (Kirin),
waterbath, cawan porselen, bunsen, tanur pengabuan (Alkmaar), desikator,
erlenmeyer (Pyrex), labu alas bulat (Pyrex), kertas saring, alat soxhlet,
spektrofotometer uv-vis (Shimadzu uv mini 1240), batang pengaduk, labu takar
(Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), wadah pelet, pipet volume (Pyrex), glassfirm,
pipet tetes dan alat-alat gelas (Pyrex).
Bahan yang digunakan adalah pelet jeroan ikan, H2SO4 pekat (teknis
98%), akuades, alkohol 95% (teknis), petroleum eter (teknis), glukosa (Pro
Analisa), fenol 5% (teknis) dan BSA (Bovin Serrum Albumin) (Pro analisa).
Penetapan kadar abu dalam sediaan pelet pakan hewan peliharaan
Cawan yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu 30 menit dalam
oven pada suhu 100-105Β°C. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 30
menit lalu ditimbang (B1). Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan dalam cawan
yang telah diketahui beratnya, lalu dibakar diatas bunsen atau kompor listrik
sampai tidak berasap. Setelah itu dimasukkan dalam tanur pengabuan, kemudian
dibakar pada suhu 400 Β°C sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampel
beratnya tetap. Kemudian suhu tanur pengabuan dinaikkan sampai 550 Β°C selama
12-24 jam. Lalu sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang (B2). Perhitungan penetapan Kadar abu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kadar abu (%) = B2βB1berat sampel
x 100%
(Hafiludin, 2011).
Penetapan kadar air dalam sediaan pelet pakan hewan peliharaan
Cawan yang akan digunakan dikeringkan dalam oven pada suhu 100-
105Β°C selama 30 menit. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 30 menit
lalu ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram (B1) dalam cawan tersebut
lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105Β°C sampai tercapai berat tetap (8-
12 jam). Sampel didinginkan dalam desikator selama (30 menit) lalu ditimbang
(B2). Perhitungan penetapan kadar air sebagai berikut:
Kadar air (%) = B2βB1Berat sampel
x 100%
(Hafiludin, 2011).
Penetapan kadar protein dalam sediaan pelet pakan hewan peliharaan
I. Pembuatan Larutan Induk
Bovin Serrum Albumin (BSA) ditimbang sebanyak 1 gram, dilarutkan
dengan aquades dalam labu ukur 10 ml sampai tanda batas, sehingga diperoleh
larutan induk dengan konsentrasi 10% b/v.
A. Penentuan panjang gelombang optimum
Larutan standar BSA dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan
konsentrasi 3%, yaitu dengan cara mengambil sebanyak 1,5 ml larutan
BSA ditambahkan 0,8 ml pereaksi Biuret kemudian dicukupkan volume
menjadi 5 ml dengan penambahan aquades. Larutan didiamkan selama Β±
10 menit (agar bereaksi) lalu serapan diukur pada panjang gelombang
500β600 nm. Panjang gelombang yang diperoleh kemudian dicatat sebagai
serapan maksimum yang akan digunakan pada penelitian ini.
B. Pembuatan kurva standar
Enam tabung reaksi disiapkan. Tabung pertama diisi larutan blanko
(pelarut). Pada tabung yang lain diisi larutan dengan komposisi sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Pembuatan kurva larutan standar
Setelah tepat 10 menit, diukur absorbansi masing-masing larutan
dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang maksimum
(Qalsum et al., 2015).
C. Pengukuran kadar protein sampel
1. Sampel ditimbang sebanyak 25 gram lalu dihaluskan dengan mortir dan
stemper, dilarutkan dengan aquadest, kemudian dimasukkan sambil
disaring ke gelas kimia 250 ml.
2. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sampel protein diambil sebanyak 2,5 ml, ditambahakn reagen biuret
sebanyak 0,8 ml dan aquadest sebanyak 1,7 ml. Larutan kemudian
divorteks dan ditunggu selama 30 menit hingga membentuk warna ungu
sempurna. Ukur dan catat absorbansi pada panjang gelombang
maksimum yaitu 526 nm.
(Keppy dan Allen, 2016).
Perhitungan penetapan kadar protein sebagai berikut:
Berat protein: Volume sampel x Konsentrasi protein sampel
Kadar protein: Berat proteinBerat sampel
x 100%
(Hasan, 2010).
Larutan induk (mL)
Pereaksi biuret (mL)
Aquades(mL) Konsentrasi BSA (%)
0 0,8 4,2 0 0,5 0,8 3,7 1 1 0,8 3,2 2
1,5 0,8 2,7 3 2 0,8 2,2 4
2,5 0,8 1,7 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Penetapan kadar lemak dalam sediaan pelet pakan hewan peliharaan
Labu alas bulat dibebas lemakkan dengan menggunakan alkohol 95%, lalu
dipanaskan dalam oven, dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel
pelet jeroan ikan ditimbang sebanyak 3 g, sampel dibungkus dengan kertas saring
dan dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Kemudian ditambahkan 200 ml petroleum
eter ke dalam labu alas bulat dan hubungkan rangkaian alat soxhlet, selanjutnya
dilakukan penyarian sampel selama 8 jam sampai sampel menjadi jernih. Pelarut
yang ada pada labu alas bulat di uapkan sampai hampir kering. Kemudian
masukkan ke dalam oven pada suhu 1000C selama 30 menit lalu dinginkan di
desikator selama 30 menit. Ditimbang bobot lemaknya (Suriani, 2015).
Perhitungan penetapan kadar lemak sebagai berikut:
Kadar lemak (%) = (BβA)Berat sampel
x 100%
(Hafiludin, 2011).
Penetapan kadar karbohidrat dalam sediaan pelet pakan hewan peliharaan
A. Preparasi sampel
Sampel pelet pakan hewan ditimbang sebanyak 1 gram dan
menambahkan 10 mL aquades sambil mengaduknya. Menambahkan 13 mL
H2SO4 52% dan mengaduknya selama 20 menit menggunakan magnetic stirer
dan menutup gelas kimia dengan kapas yang telah dibasahi dengan air.
Menambahkan aquades sebanyak 100 mL dan menyaringnya ke dalam labu
takar 250 mL. Menambahkan aquades sampai tanda batas tera labu ukur 250
mL (Qalsum et al., 2015).
B. Pengukuran kadar karbohidrat
Larutan glukosa standar dibuat dengan konsentrasi masing-masing 0,
100, 200, 300, 400, dan 500 ppm. Sebanyak 0,5 mL dari masing-masing
larutan dimasukkan dalam tabung yang terpisah, kemudian direndam dalam
air, lalu ditambahkan 0,5 mL fenol 5% dan 2,5 ml H2SO4 pekat dengan hati-
hati melalui dinding tabung. Larutan-larutan tersebut kemudian dibiarkan
selama 10 menit, lalu divorteks dan dibiarkan kembali selama 20 menit.
Kemudian diukur absorbannya dengan spektrofotometer pada panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
gelombang 490 nm, kemudian dibuat persamaan linearnya sebagai kurva
standar. Pengukuran sampel dilakukan dengan cara memasukkan 0,5 mL
larutan sampel ke dalam tabung, lalu direndam dalam air, kemudian
ditambahkan 0,5 mL fenol 5% dan 2,5 mL H2SO4 secara hati-hati. Proses
selanjutnya sama seperti pada larutan glukosa standar, kemudian nilai
pengukuran yang diperoleh diplot pada kurva standar (Bintang, 2018).
Perhitungan penetapan kadar karbohidrat sebagai berikut:
Kadar glukosa (%) = Faktor pengenceran X konsentrasi glukosa X 100%
(Yuliani, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Analisis Hasil
Analisis hasil dari penelitian ini dilakukan dengan menetapkan beberapa
parameter ketentuan persyaratan mutu pakan hewan yang baik berdasarkan SNI-
8509-2018. Parameter ketentuan persyaratan mutu tersebut adalah kadar abu,
kadar air, protein, lemak dan karbohidrat. Data penetapan kadar abu ini diperoleh
berdasarkan penimbangan zat tertinggal hasil pembakaran. Penetapan kadar air
diperoleh berdasarkan perbedaan antar berat sebelum dan sesudah dipanaskan.
Penetapan protein yang diperoleh berdasarkan pada tingginya intensitas cahaya
yang diserap oleh spektrofotometer. Hal ini memperlihatkan tingginya kandungan
protein yang terdapat di dalam sediaan tersebut. Selain itu, lemak diperoleh
berdasarkan hasil proses pemisahan komponen berupa lemak dalam larutan
berdasarkan perbedaan kelarutannya (solubilitas). Penetapan karbohidrat
berdasarkan hasil perhitungan kadar dari nilai absorbansi yang dihasilkan pada uji
spektrofotometri uv-vis.
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berdasarkan perhitungan
penetapan kandungan nutrisi pakan hewan peliharaan berbahan dasar limbah
jeroan ikan, sebagai berikut:
A. Kadar Abu
Kadar abu (%) = B2βB1berat sampel
x 100%
B. Kadar Air
Kadar air (%) = B2βB1Berat sampel
x 100%
C. Protein
Berat protein: Volume sampel x Konsentrasi protein sampel
Kadar protein (%): Berat proteinBerat sampel
π± πππ%
D. Lemak
Kadar lemak (%) = (BβA)Berat sampel
π± πππ%
E. Karbohidrat
Kadar glukosa (%) = Faktor pengenceran X konsentrasi glukosa X 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perolehan Pelet Jeroan Ikan
Pelet jeroan ikan yang digunakan berasal dari peneliti Maria Felix Zita Ina
Bulu (2020) dengan judul skripsi βOptimasi Tepung Tapioka dan Tepung Molases
pada Pelet Pakan Kucing dan Anjing Berbahan Jeroan Ikan dengan Metode
Desain Faktorialβ. Formula yang digunakan sebagai berikut :
Tabel II. Formula Pelet Jeroan Ikan Bahan Pelet Bobot
Tepung jeroan ikan 20 g Tepung tapioka 15 g Tepung molases 5 g Dedak padi 9,20 g Bungkil kedelai 23,30 g CPO (crude palm oil) 2,80 g DCP (dicalcium phospat) 0,75 g Garam 0,10 g Premix 0,50 g DL-metionin 0,10 g Kapur (CaCO3) 0,75 g Aquadest 42,5 mL
Pembuatan pelet jeroan ikan ini dilakukan di Laboratorium Formulasi dan
Teknologi Sediaan Farmasi (FTSF) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Pada pembuatan pelet ini, peneliti tersebut melakukan pencampuran semua bahan
yang terdapat pada (Tabel 2.) sebanyak 77,5 gram. Bahan-bahan tersebut
dicampur dari bobot terendah hingga tetinggi agar tercampur merata kecuali CPO,
molases dan tapioka. Molases dicampurkan dengan 17,5 mL aquadest dan diaduk
sampai merata. Molases yang telah tercampur rata ini kemudian dituangkan
kedalam bahan-bahan yang sudah dicampurkan terlebih dahulu. Selanjutnya,
tepung tapioka ditambahkan 25 mL aquadest, diaduk hingga larut dan dipanaskan
diatas water bath dengan suhu 1000 C. Tepung tapioka yang dipanaskan tersebut
kemudian menjadi gel yang selanjutnya dicampurkan pada campuran bahan
sebelumnya. Bahan-bahan tersebut kemudian ditambahkan CPO lalu dicampur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
lagi sampai merata. Adonan sediaan yang sudah jadi kemudian dicetak
menggunakan pencetak pelet. Sediaan yang telah dicetak kemudian dioven selama
2,5 jam pada suhu 1000C. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh pelet sebanyak
120,114 gram. Pelet jeroan ikan yang sudah jadi ini kemudian disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan kering dengan penambahan silica gel yang bertujuan
untuk menyerap lembab di dalam wadah penyimpanan tersebut. (Lampiran 1).
Gambar 1. Pelet Jeroan Ikan (Maria Felix Zita Ina Bulu, 2020).
Penetapan Kadar Abu Pelet Jeroan Ikan
Abu didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses pembakaran
organik berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida, garam dan juga mineral.
Abu-abu yang dihasilkan dalam bahan tersebut adalah sisa pembakaran sempurna
dari suatu bahan yang menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar
menjadi zat yang dapat menguap (Herman, Rusli, Ilimu, Hamid dan Haeruddin,
2011). Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh
makhluk hidup. Mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu mineral organik dan
anorganik. Mineral anorganik adalah mineral yang sangat tidak dibutuhkan oleh
tubuh seperti timbal hitam (Pb), iron oxide (besi teroksidasi), merkuri, dan arsenik
(Desthi, 2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Penetapan kadar abu pada pelet jeroan ikan ini ditetapkan dengan
menggunakan metode dry ashing atau pengabuan kering dengan menggunakan
alat yaitu tanur pengabuan (furnase). Prinsip dari penetapan kadar abu diawali
dengan cara membakar sampel dalam tungku pengabuan (furnase) dengan
memvariasikan suhu pemanasan sampai mendapatkan abu yang berwarna putih.
Pada penelitian ini menggunakan suhu sekitar 6000 C selama 8-12 jam. Bahan
yang diabukan harus pada suhu yang tinggi karena jika menggunakan suhu
pengabuan yang rendah, panas yang diterima oleh bahan hanya dapat mengabukan
sebagian mineral yang ada di permukaan sehingga penurunan kadar abu bahan
relatif kecil. Sedangkan pada suhu pengeringan yang lebih tinggi dengan waktu
yang lebih lama, panas yang diterima oleh bahan selain digunakan untuk
mengabukan mineral pada permukaan bahan, juga dapat mengabukan mineral
yang terikat di dalam bahan (Herman, Rusli, Ilimu, Hamid dan Haeruddin, 2011).
Penetapan kadar abu yang dilakukan pada pelet jeroan ikan ini bertujuan
untuk memastikan bahwa tidak terdapat residu-residu anorganik seperti timbal
hitam (Pb), iron oxide (besi teroksidasi), merkuri, dan arsenik dalam jumlah
banyak didalam pelet jeroan ikan tersebut. Penetapan kadar abu harus dilakukan
karena bahan dasar pembuatan pelet tersebut berasal dari ikan yang merupakan
biota perairan dengan frekuensi tinggi terpapar oleh mineral anorganik melalui
rantai makanan (Edward, 2017).
Hasil rata-rata yang diperoleh pada pengujian kadar abu ini sebesar
10,55% sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar abu pada jeroan ikan ini telah
memenuhi ketentuan persyaratan kandungan kadar abu yang baik menurut SNI-
8509-2018 yaitu sebesar β€ 14%. (Lampiran 2).
Penetapan Kadar Air Pelet Jeroan Ikan
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen (Jayanti et al, 2018). Kadar air juga merupakan salah
satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan pakan, karena air dapat
mempengaruhi wujud, tekstur, dan cita rasa bahan pakan. Kadar air dalam bahan
pakan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan tersebut. Kadar air
yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan (Aventi,
2015). Penetapan kadar air pada pelet jeroan ikan ini dilakukan dengan metode
termogravimetri yaitu penguapan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Pemanasan berasal dari oven dengan suhu 100-1050C selama 8-12
jam. Penetapan kadar air ini bertujuan untuk memastikan kesegaran dan daya awet
pelet jeroan ikan (Leviana dan Paramita, 2017).
Hasil rata-rata yang diperoleh pada pengujian kadar air ini sebesar 4,75%
sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air pada jeroan ikan ini telah memenuhi
ketentuan persyaratan kandungan kadar air yang baik menurut SNI-8509-2018
yaitu sebesar β€12% (Lampiran 3).
Penetapan Kadar Protein Pelet Jeroan Ikan
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-
asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun
oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam
amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitorogen. Molekul
protein juga mengandung fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi (Probosari, 2019).
Protein merupakan suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul
yang sangat bervariasi. Di samping bobot molekul yang bervariasi, protein
mempunyai sifat yang berbeda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air dan
ada juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang
tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat
dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Hasan,
2010).
Protein sebagai sumber energi memberikan 4 Kkal per gramnya. Jumlah
total protein adalah sekitar 19% dari berat daging, 45% dari protein tubuh adalah
otot (Rosaini et al.,2015). Menurut SNI-8509-2018, kandungan protein yang baik
dalam pakan hewan peliharaan adalah β₯16,00%. Untuk menetapkan kadar protein
yang terdapat didalam pelet jeroan ikan maka digunakan metode biuret. Prinsip
metode ini adalah pengidentifikasian suatu objek dengan menggunakan kriteria
warna. Dalam percobaan ini, menggunakan kriteria warna ungu dari protein.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Untuk mendapat warna, maka larutan protein direaksikan dengan unsur tembaga
dalam reagen biuret dalam lingkungan alkali sehingga didapatkan larutan protein
yang berwarna ungu pada masing-masing konsentrasi. Warna dari larutan protein
berbeda-beda dari berbagai konsentrasi. Semakin besar konsentrasi yang
digunakan maka semakin pekat warna yang terbentuk, dan sebaliknya (Jubaidah et
al., 2016). Reaksi biuret ini bersifat spesifik, artinya hanya senyawa yang
mengandung ikatan pepetida saja yang akan bereaksi dengan pereaksi Biuret. Hal
ini dikarenakan biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur
mirip dengan struktur peptida dari protein (Machin, 2012).
Gambar 2. Reaksi protein ketika ditambahkan reagen biuret (Bio-OER, 2021).
Protein standar yang digunakan adalah BSA (Bovine Serum Albumin) atau
albumin serum sapi. Albumin merupakan salah satu jenis protein globuler yang
larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. BSA dalam penelitian ini berfungsi
untuk membuat kurva standar. BSA digunakan karena stabilitas untuk
meningkatkan sinyal dalam tes, kurangnya efek dalam reaksi biokimia, biaya
rendah, dan karena jumlah besar maka dapat segera dimurnikan dari darah sapi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
serta merupakan produk sampingan dari industri ternak (Jubaidah et al., 2016).
Penelitian ini menggunakan panjang gelombang pada daerah 526 nm dengan nilai
absorbansi 0,806, maka radiasi sinar yang dipakai adalah sinar visual. Hasil
pengidentifikasian pada spektrofotometer ini kemudian mendapat harga
absorbansi pada masing-masing konsentrasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3
sebagai berikut :
Gambar 3. Hasil Kurva Kalibrasi Bovin Serum Albumin
Berdasarkan gambar di atas, semakin besar konsentrasi maka semakin
banyak protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga harga absorbansi yang
didapat semakin besar juga. Dari hasil data yang diperoleh, akan didapatkan suatu
kurva antara absorbansi larutan protein dengan konsentrasinya. Kurva tersebut
membentuk suatu garis lurus yang linear. Persamaan regresi yang didapat yaitu
Y= 0,155x + 0,096 dengan R = 0,999 yang mendekati angka 1 sehingga nilai
hubungan antara konsentrasi dan absorbansi cukup baik, hal ini karena konsentrasi
BSA yang digunakan telah sesuai.
Pengukuran kurva kalibrasi yang telah mendapatkan hasil ini kemudian
dilakukan pengukuran penetapan kadar protein terhadap sampel yaitu pelet jeroan
ikan untuk mengetahui kadar protein yang terkandung didalam pelet tersebut.
y = 0,155x + 0,096r= 0,999
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 1 2 3 4 5 6
Abso
rban
si
Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel III. Absorbansi dan Kadar Protein Sampel Jeroan Ikan Replikasi Absorbansi Kadar protein (%)
1 0,490 49,99
2 0,486 49,40
3 0,485 49,40
Berdasarkan tabel diatas, Hasil rata-rata yang diperoleh pada pengujian
kadar protein ini sebesar 49,73% sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan
kadar protein pada jeroan ikan ini telah memenuhi ketentuan persyaratan
kandungan kadar protein yang baik menurut SNI-8509-2018 yaitu sebesar β₯16%
(Lampiran 4).
Penetapan Kadar Lemak Pelet Jeroan Ikan
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik sebagai sumber energi terpenting untuk pertumbuhan dan
keberlangsungan hidup hewan (Iskandar dan Fitriadi, 2017). Menurut Desthi
(2019), lemak merupakan zat gizi makro yang mencakup asam lemak dan
trigliserida serta berfungsi sebagai pelezat makanan. Analisis terhadap kadar
lemak bertujuan untuk mengetahui kemungkinan daya simpan produk karena
lemak berpengaruh pada perubahan mutu selama penyimpanan (Setyaji et al.,
2012). Pada sediaan pelet ini, kandungan lemak berasal dari bahan dasarnya yaitu
jeroan ikan. Menurut Jayanti et al. (2018), kandungan lemak pada jeroan ikan
adalah sebesar 20% sehingga dengan menjadikan jeroan ikan sebagai bahan dasar
pembuatan pelet tersebut dapat membantu meningkatkan selera makan hewan
peliharaan.
Penetapan kadar lemak pada pelet jeroan ikan ini ditetapkan dengan
proses ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen dalam
larutan berdasarkan perbedaan kelarutannya (solubilitas) (Pratama, Widarta, dan
Darmayanti, 2017). Proses ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode soxhletasi. Prinsip Soxhletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.
Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang-ulang (Anam, Agustini, dan Romadhon, 2014). Kelebihan dari metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
soxhletasi adalah dapat mengekstrak minyak lebih banyak, pelarut yang
digunakan lebih sedikit dan waktu ekstraksi lebih singkat. Efektivitas ekstraksi
suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut
dalam pelarut, sesuai dengan prinsip suatu senyawa akan terlarut pada pelarut
dengan polaritas yang sama. Penggunaan jenis pelarut dapat memberikan
pengaruh terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan. Jenis pelarut yang sering
digunakan untuk ekstraksi minyak yang bersifat non-polar adalah n-hexan,
isopropil alkohol, dan petroleum ether (Pratama, Widarta, dan Darmayanti, 2017).
Pelarut yang digunakan peneliti untuk mengekstrak lemak adalah petroleum eter.
Pada penelitian ini, Hasil rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 10,06%
sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar lemak pada jeroan ikan ini
telah memenuhi ketentuan persyaratan kandungan kadar lemak yang baik menurut
SNI-8509-2018 yaitu sebesar β₯2%. (Lampiran 5).
Penetapan Kadar Karbohidrat Pelet Jeroan Ikan
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama dalam tubuh makhluk hidup.
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan pangan nabati. Bahan pangan nabati
yang merupakan sumber karbohidrat adalah biji-bijian serealia dan umbi-umbian
(Thaha et al., 2018). Melalui fotosintesa, tanaman merubah karbon dioksida
menjadi karbohidrat, yaitu bentuk selulosa, pati, dan gula-gula. Sebagian besar
karbohidrat, terutama golongan monosakarida dan disakarida seperti glukosa,
fruktosa, galaktosa dan laktosa mempunyai sifat mereduksi. Sifat mereduksi dari
karbohidrat disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau gugus keton bebas dan
gugus βOH bebas (Qalsum et al., 2015).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna
dan bukan nutrisi penting bagi hewan. Serat kasar akan menimbulkan pengotoran
dalam wadah kultur, akan tetapi tetap diperlukan untuk memudahkan pengeluaran
feses. Jika terlalu banyak serat kasar (>10%) akan mengakibatkan daya cerna
menurun, penyerapan menurun, meningkatnya sisa metabolisme, dan penurunan
kualitas air kultur (Iskandar dan Fitriadi, 2017).
Kadar karbohidrat diukur dengan menggunakan metode fenol sulfat.
Prinsip dari metode ini adalah gula sederhana dan oligosakarida dapat bereaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan fenol dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna jingga kekuningan
yang stabil. Dimana oligosakarida dihidrolisis menjadi monosakarida oleh asam
sulfat pekat dan menghidrasinya sehingga membentuk senyawa furfural yang
beraksi dengan fenol menghasilkan warna jingga. Karbohidrat standar yang
digunakan adalah glukosa. Glukosa adalah monosakarida dengan rumus kima
C6H12O6 terdapat sebagai glikosida di dalam tubuh binatang, sebagai disakarida-
disakarida dan polisakarida-polisakarida di dalam tubuh tumbuh-tumbuhan.
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian bahkan selulosa dan proses pembuatannya
dapat dihidrolisa dengan asam maupun enzim (Yusrin dan Mukaromah, 2010).
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua
bagian dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk
mengkonversi polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana. Satu bagian
dari molekul memiliki ion hidrogen (H+) dan bagian lain memiliki ion hidroksil
(OH-). Umumnya hidrolisis ini terjadi saat garam dari asam lemah atau basa
lemah (atau keduanya) terlarut di dalam air. Akan tetapi, dalam kondisi normal
hanya beberapa reaksi yang dapat terjadi antara air dengan komponen organik.
Penambahan asam, basa, atau enzim umumnya dilakukan untuk membuat reaksi
hidrolisis dapat terjadi pada kondisi penambahan air tidak memberikan efek
hidrolisis. Asam, basa maupun enzim dalam reaksi hidrolisis disebut sebagai
katalis, yakni zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi (Osvaldo, Panca, dan
Faizal, 2012). Berikut merupakan reaksi hidrolisis selulosa dengan H2SO4 :
Gambar 4. Reaksi hidrolisis selulosa dengan H2SO4 (Osvaldo, Panca, dan
Faizal, 2012).
Proses ini bertujuan memecah ikatan lignin, menghilangkan kandungan
lignin dan hemiselulosa, merusak struktur krital dari selulosa serta meningkatkan
porositas bahan. Rusaknya struktur kristal selulosa akan mempermudah terurainya
sellulosa menjadi glukosa. Selain itu, hemisellulosa turut terurai menjadi senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
gula sederhana: glukosa, galaktosa, manosa, heksosa, pentosa, xilosa dan
arabinosa (Osvaldo, Panca, dan Faizal, 2012).
Penentuan kadar gula total dilakukan dengan metode fenol. Metode dan
reaksi pada metode fenol analog dengan uji Molisch. Penambahan asam sulfat
pekat menyebabkan polisakarida terhidrolisis menjadi monosakarida yang
kemudian terdehidrasi membentuk furfural. Furfural akan berikatan dengan 2
molekul fenol. Reaksi lebih lanjut akan menyebabkan terbentunya ikatan rangkap
yang lebih terkonjugasi (Gambar 5.). Hal ini mengakibatkan terbentuknya warna
jingga yang menjadi dasar penentuan gula total secara spektrofotometri pada 490
nm (Sasongko, Lumbantobing, Rifani, dan Gotama, 2019). Berikut merupakan
reaksi glukosa dengan fenol pada suasana asam:
Gambar 5. Reaksi Glukosa Dengan Fenol Pada Suasana Asam (Yusrin dan Mukaromah, 2010)
2
H+
-H2O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berdasarkan kurva kalibrasi glukosa (Gambar 6.) diperoleh persamaan
regresi y = 0,003x + 0,597. Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk
menghitung kadar karbohidrat dalam sampel.
Gambar 6. Grafik Kurva Baku Glukosa
Tabel IV. Absorbansi dan Sampel Pelet Jeroan Ikan Replikasi Absorbansi Kadar karbohidrat (%)
1 1,959 45,4
2 1,959 45,4
3 1,959 45,4
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, hasil rata-rata yang diperoleh
pada pengujian kadar karbohidrat ini sebesar 45,4% sehingga dapat disimpulkan
bahwa kandungan kadar karbohidrat pada jeroan ikan ini telah memenuhi
ketentuan persyaratan kandungan kadar karbohidrat yang baik menurut SNI-8509-
2018 yaitu sebesar β₯14%. (Lampiran 6).
y = 0,003x + 0,597r = 0,990
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 100 200 300 400 500 600
Abso
rban
si
Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, sediaan pelet
pakan hewan peliharaan berbahan dasar limbah jeroan ikan mengandung
10,55% kadar abu, 4,75% kadar air, 49,73% protein, 10,06% lemak, dan
45,4% karbohidrat.
2. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan nutrisi pada sediaan pelet jeroan ikan telah sesuai dengan
ketentuan persyaratan kandungan pakan hewan yang baik menurut SNI-
8509-2018.
b. Saran
Peneliti menyarankan untuk dilakukannya penetapan terhadap kadar
kalsium (Ca), fosfor (P), energi tercerna (DE), lisin, metionin, dan sistin pada
sediaan pelet pakan hewan peliharaan berbahan dasar limbah jeroan ikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA Anam, C., Agustini, Tri W., dan Romadhon. 2014. Pengaruh Pelarut Yang
Berbeda Pada Ekstraksi Spirulina Platensis Serbuk Sebagai Antioksidan Dengan Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Volume 3, Nomer 4. Halaman 106-112.
Aventi, 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Jurnal Seminar Nasional Cendikiawan. ISSN: 2460-8696. Bahalwan, Farida, 2013. Analisis Kadar Protein Pada Bakasang dari Jeroan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis Lin). Jurnal Biology Science & Education. Vol. 2 No. 1 ISSN 2252-858X. Bintang, M., 2018. BIOKIMIA Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga, Jakarta, Indonesia. Bio-OER. 2021. Proteins (Proteins Are Polymers of Amino Acids).
https://bio.libretexts.org/Bookshelves/Biotechnology/Bio-OER_(CUNY)/02%3A_Chemistry/2.09%3A_Proteins. Diakses pada tanggal 6 Januari 2021.
Desthi, Diah I., Idi, Setiyobroto, dan Rini, Wuri A., 2019. HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PELETON INTI SMP N 5 YOGYAKARTA. Tesis. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Dika, Ahmad F., Brahmana, Eti M., dan Purnama, Arief A., 2017. Uji Kandungan Protein Dan Lemak Pada Ikan Bada (Pisces: Rasbora Spp.) Di Sungai Kumu Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Mahasiswa FKIP Universitas Pasir Pengaraian. Vol. 3 No. 1. Edward, 2017. Kajian Awal Kadar Merkuri (Hg) Dalam Ikan dan Kerang di Teluk
Kao, Pulau Halmahera. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. Volume 6 Number 3.
Fryathama, I., Sukmiwati, M., dan Sumarto, 2016, Pemanfaatan Jeroan Ikan Patin (Pangasius Hypoptalmus) Dengan Penambahan Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminata Balbisiana) Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair. Jurnal Teknologi Perikanan. Hafiludin, 2011. Karakteristik Proksimat Dan Kandungan Senyawa Kimia Daging Putih Dan Daging Merah Ikan Tongkol. Jurnal Kelautan. Volume 4 No. 1. ISSN: 1907-9931. Hasan, Kartika, 2010. Penetapan Kadar Protein Dengan Metode Spektrofotometri Dan Kadar Lemak Dengan Metode Sokletasi Pada Terung Kopek Ungu Dan Terung Kopek Hijau. Skripsi. UIN ALLAUDIN. Makassar. Herman, H., Rusli, R., Ilimu, E., Dan Hamid, R., 2011. Analisis Kadar Mineral
Dalam Abu Buah Nipa (Nypa Fructicans) Kaliwanggu Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry. 1 (2):163-170.
Hildawianti, T., Vanny, M. A., dan Abram, Paulus A., 2017. Analisis Kandungan Nitrogen (N) Dan Posforus (P) Pada Limbah Jeroan Ikan Mujair (Oreochromis Mosambicus) Danau Lindu. J. Akademika Kim. 6 (3): 148.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Iskandar, R., dan Fitriadi, S., 2017. Analisa Proksimat Pakan Hasil Olahan Pembudidayaan Ikan Di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. ZIRAAβAH. Volume 42 Nomor 1. e-ISSN 2355-3545. Ismi, Risti S., Pujaningsih, Retno I., dan Sumarsih, S., 2017. Pengaruh Penambahan Level Molases Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik Pellet Pakan Kambing Periode Penggemukan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 5 (3): 58-63. Jayanti, Zella D., Herpandi, dan Lestari, D., 2018. Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi Tepung Silase dengan Penambahan Tepung Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 7 No. 1 : 86-87. ISSN : 2302-6936. Jubaidah, S., H, Nurhasnawati., H, Wijaya., 2016. Penetapan Kadar Protein
Tempe Jagung (Zea mays L.) dengan kombinasi kedelai (Glycine max (L.) Merill) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1): 111-119.
Juniyanto, Mohammad I. R. R., Susilawati, I., Supratman, H., 2015. Ketahanan Dan Kepadatan Pelet Hijauan Rumput Raja (Pennisetum Purpuphoides) Dengan Penambahan Berbagai Dosis Bahan Pakan Sumber Karbohidrat. Student e-Journals. Vol. 4 No. 2. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018. A. Produkvitas Perikanan Indonesia. https://kkp.go.id/wp-content/uploads/2018/01/KKP-Dirjen-PDSPKPFMB- Kominfo-19-Januari-2018.pdf. diakses tanggal 14 September 2019. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018. B .GEMARIKAN (Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan): Upaya Peningkatan Gizi Sejak Dini. https://kkp.go.id/djpt/ppnsungailiat/artikel/6676-gemarikan-gemar- memasyarakatkan-makan-ikan-upaya-peningkatan-gizi-sejak-dini. Diakses tanggal 12 Oktober 2019. Keppy, N. K., & Allen, M. W., 2016. The Biuret Method for The Determination of
Total Protein Using on Evaluation Array 8-Position Cell Charger. http://www.acm2.com/prilojenia/UV-VISAplication/Biuret%20analysis.pdf. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020.
Kusumanto, I., dan Hidayat, Mhd. Ihsan, 2018. Analisis Tekno Ekonomi Pembuatan Pelet Ikan dari Sampah Organik Di Kota Pekanbaru. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. Vol. 15 No. 2. ISSN 2407-0939, pp. 121- 130. La Apu, R., 2017. Pemanfaatan Limbah Jeroan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Sebagai Bahan Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Tesis. Universitas Hasanudin Makasar. Makasar. Leviana, W., dan Paramita, V., 2017. Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air Dan Aktivitas Dalam Bahan Pada Kunyit (Curcuma Longa) Dengan Alat Pengering Electrical Oven. METANA. Vol. 13 (2):37-34. ISSN: 1858- 2907. Machin, A., 2012. Potensi Hidrolisat Tempe Sebagai Penyedap Rasa Melalui
Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas. Biosaintifika. ISSN 2085-191X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Munthe, I., Isa, M., Sulasmi, Herrialfian, dan Rusli, 2016. Analisis Kadar Protein Ikan Depik (Rasbora Tawarensis) Di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10 No. 1. ISSN: 0853-1943. Natsir, Nur A., dan Latifa, S., 2018. Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap Merah dan Ikan Kerapu Bebek. Jurnal Biology Science & Education. Vol. 7 No. 6 ISSN 2252-858X. Niode, Abdul R., Nasriani, dan Irdja, Ad Mahmudy, 2017. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Pakan Buatan Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Osvaldo Z. S., Panca Putra S., M. Faizal. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam Dan
Waktu Pada Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol Dari Alang-Alang. Jurnal Teknik Kimia. No. 2, Vol. 18.
Pratama, Ratna N., Widarta, I Wayan R., dan Darmayanti, Luh Putu T. 2017. Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Ekstraksi Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Minyak Biji Alpukat (Persea americana Mill.). Media Ilmiah Teknologi Pangan (Scientific Journal of Food Technology). Vol. 4, No.2, 85 β 93.
Probosari, E., 2019. Pengaruh Protein Diet Terhadap Indeks Glikemik. Journal of Nutrition and Health. Vol. 7 No. 1. ISSN 2622-8483. Purnama, Robby C., Retnaningsih, A., dan Aprianti, I., 2019. Perbandingan
Kadar Protein Susu Cair Uht Full Cream Pada Penyimpanan Suhu Kamar Dan Suhu Lemari Pendingin Dengan Variasi Lama Penyimpanan Dengan Metode Kjeldhal. Jurnal Analisis Farmasi. Vol. 4 No. 1.
Qalsum, U., Muhammad, Anang W., dan Supriadi, 2015. Analisis Kadar Karbohidrat, Lemak Dan Protein Dari Tepung Biji Mangga (Mangifera Indica L) Jenis Gadung. J.Akad.Kim. 4(4): 168-174. ISSN: 2302-6030. Rosaini, H., Rasyid, R., dan Hagramida, V., 2015. Penetapan Kadar Protein Secara Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla Moltkiana Prime.) Dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 7 No. 2. Sasongko, A., Lumbantobing, Deosdado Farrel H., Rifani, A., dan Gotama, B.,
2019. Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong untuk Produksi Oligosakarida melalui Hidrolisis Kimiawi. JURNAL SAINS TERAPAN. VOL. 5 NO.1.
Setyaji, H., Suwita, V., dan Rahimsyah, A., 2012. Sifat Kimia Dan Fisika Kerupuk Opak Dengan Penambahan Daging Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri SAINS. Volume 14, Nomor 1, Hal. 17-22. ISSN: 0852-8349. Sihite, Herlina H., 2013. Studi Pemanfaatan Limbah Ikan Dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dan Pasar Tradisional Nauli Sibolgamenjadi Tepung Ikan Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 2:2. 43-54. Standar Nasional Indonesia, 2018. Pakan Kelinci Pertumbuhan Atau Muda. Badan Standarisasi Indonesia. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Suhadana, Made, 2010. Pemanfaatan Jeroan Ikan Tongkol Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pepton Secara Enzimatis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suparjo, 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak. Jambi: Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Suriani, 2015. Analisis Proksimat Pada Beras Ketan Varietas Putih (Oryza sativa glutinosa). Journal UIN Alauddin. Makasar. Susanto, E., dan Fahmi, S., 2012. Senyawa Fungsional dari Ikan: Aplikasinya Dalam Pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 1 No. 4. Terpstra, Antonius H. M., 2015. The Composition and Production of Fish Feed. Scripsit. Netherlands. Thaha, Abdul R., Zainal, Hamid, K. St., dan Ramadhan, Denny S., 2018. Analisis Proksimat dan Organoleptik Penggunaan Ikan Malaja sebagai Pembuatan Kerupuk Kemplang. Jurnal MKMI. Vol. 14 No. 1. Wibowo, Imam R., Darmanto, YS, Anggo, Apri D., 2014. Pengaruh Cara Kematian Dan Tahapan Penurunan Kesegaran Ikan Terhadap Kualitas Pasta Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Volume 3 Nomer 3. Halaman 95-103. Yuliani, D., 2017. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia I. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim. Malang. Yusrin dan Mukaromah, Ana H., 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi
Asam Pada Pembuatan Ethanol. PROSIDING SEMINAR NASIONAL UNIMUS. ISBN: 978. 979.704.883.9.
Zaenuri, R., Suharto, B., dan Haji, Alexander Tunggul S., 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumber Daya Alam & Lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
LAMPIRAN Lampiran 1. Pelet jeroan ikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 2. Penetapan kadar abu pelet jeroan ikan Pada penetapan ini, peneliti melakukan replikasi sebanyak tiga kali lalu
menghitung rata-rata ketiga replikasi tersebut.
Perhitungan kadar abu pelet jeroan ikan (Replikasi 1)
Berat wadah = 93,02 g
Berat wadah + isi = 98,15 g (B2)
Berat wadah + isi + pengabuan = 93,49 g (B1)
% kadar abu = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π€πππβ
π₯ 100%
= 98,15β93,4993,02
π₯ 100%
= 5,01%
Replikasi 1
Sebelum pengabuan Setelah pengabuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Perhitungan kadar abu pelet jeroan ikan (Replikasi 2)
Berat wadah = 40,64 g
Berat wadah + isi = 46,05 g (B2)
Berat wadah + isi + pengabuan = 41,28g (B1)
% kadar abu = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π€πππβ
π₯ 100%
= 46,05β41,2840,64
π₯ 100%
= 11,74%
Replikasi 2
Sebelum pengabuan Setelah pengabuan
Perhitungan kadar abu pelet jeroan ikan (Replikasi 3)
Berat wadah = 22,88 g
Berat wadah + isi = 28,17 g (B2)
Berat wadah + isi + pengabuan = 24,76 g (B1)
% kadar abu = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π€πππβ
π₯ 100%
= 48,17β24,7622,88
π₯ 100%
= 14,90%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Replikasi 3
Sebelum pengabuan Setelah pengabuan
Replikasi 1 5,01%
Replikasi 2 11,73%
Replikasi 3 14,90%
xΜ 10,55%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 3. Penetapan kadar air pelet jeroan ikan
Pada penetapan ini, peneliti melakukan replikasi sebanyak tiga kali lalu
menghitung rata-rata ketiga replikasi tersebut.
Perhitungan kadar air pelet jeroan ikan (Replikasi 1)
Berat wadah = 87,95 g
Berat wadah + isi = 92,95 g (B2)
Berat Sampel = 5 g
Berat wadah + isi + pemanasan 12 jam = 92,85 g (B1)
% kadar air = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 92,95β92,855
π₯ 100%
= 2%
Perhitungan kadar air pelet jeroan ikan (Replikasi 2)
Berat wadah = 87,94 g
Berat wadah + isi = 93,070 g (B2)
Berat Sampel = 5,13 g
Berat wadah + isi + pemanasan 12 jam = 92,74 g (B1)
% kadar air = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 93,070β92,745,13
π₯ 100%
= 6,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Perhitungan kadar air pelet jeroan ikan (Replikasi 3)
Berat wadah = 92,98g
Berat wadah + isi = 98,12 g (B2)
Berat Sampel = 5,14 g
Berat wadah + isi + pemanasan 12 jam = 97,82 g (B1)
% kadar air = π΅2βπ΅1π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 98,12β97,825,14
π₯ 100%
= 5,73%
Replikasi 1 2%
Replikasi 2 6,4%
Replikasi 3 5,83%
xΜ 4,74%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 4. Penetapan kadar protein pelet jeroan ikan
Pada penetapan ini, peneliti melakukan replikasi sebanyak tiga kali lalu
menghitung rata-rata ketiga replikasi tersebut.
Kurva Baku Pelet Jeroan Ikan
Konsentrasi (%) Absorbansi
0 0,002
1 0,261
2 0,399
3 0,556
4 0,709
5 0,881
a 0,096
b 0,155
r 0,999
Y= bx + a
= 0,155x + 0,096
Penimbangan sampel pelet jeroan ikan
Berat wadah : 62,2012 g
Berat wadah + isi : 87,6087 g
Berat wadah + sisa: 62,2064 g
Isi: 25,4023 g
Pengukuran absorbansi sampel pelet jeroan ikan
Replikasi 1 : 0,490
Replikasi 2 : 0,486
Replikasi 3 : 0,485
Panjang gelombang 526 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Replikasi 1
y = bx + a
0,490 = 0,155x + 0,096
0,394 = 0,155x
x = 0,3940,155
x = 2,54 π ππΏβ
Berat protein : volume sampel x konsentrasi
: 5 mL x 2,54 π ππΏβ
: 12,7 g
% kadar protein : π΅ππππ‘ ππππ‘ππππ΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
: 12,7 π25,4023 π
π₯ 100%
: 49,99 %
Replikasi 2
y = bx + a
0,486 = 0,155x + 0,096
0,39 = 0,155x
x = 0,390,155
x = 2,52 π ππΏβ
Berat protein : volume sampel x konsentrasi
: 5 mL x 2,52 π ππΏβ
: 12,6 g
% kadar protein : π΅ππππ‘ ππππ‘ππππ΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
: 12,6 π25,4023 π
π₯ 100%
: 49,60%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Replikasi 3
y = bx + a
0,486 = 0,155x + 0,096
0,39 = 0,155x
x = 0,390,155
x = 2,52 π ππΏβ
Berat protein : volume sampel x konsentrasi
: 5 mL x 2,52 π ππΏβ
: 12,6 g
% kadar protein : π΅ππππ‘ ππππ‘ππππ΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
: 12,6 π25,4023 π
π₯ 100%
: 49,60%
Replikasi 1 49,99%
Replikasi 2 49,60%
Replikasi 3 49,60%
xΜ 49,73%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 5. Penetapan kadar lemak pelet jeroan ikan
Pada penetapan ini, peneliti melakukan replikasi sebanyak tiga kali lalu
menghitung rata-rata ketiga replikasi tersebut.
Perhitungan kadar lemak pelet jeroan ikan (Replikasi 1)
Berat wadah sampel = 0,248 g
Berat wadah + isi = 3,620 g
Isi = 3,373 g
Berat labu alas bulat sebelum soxhlet = 152,20
g (A)
Berat labu alas bulat setelah soxhlet = 152,58
g (B)
% kadar lemak = π΅βπ΄π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 152,58β152,203,373
π₯ 100%
= 11,27%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Replikasi 2
Berat wadah sampel = 0,237g
Berat wadah + isi = 2,955 g
Isi = 2,718 g
Berat labu alas bulat sebelum soxhlet = 152,18 g
(A)
Berat labu alas bulat setelah soxhlet = 152,46 g
(B)
% kadar lemak = π΅βπ΄π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 152,46β152,182,718
π₯ 100%
= 10,30%
Perhitungan kadar lemak pelet jeroan ikan (Replikasi 3)
Berat wadah sampel = 0,242g
Berat wadah + isi = 3,031 g
Isi = 2,789 g
Berat labu alas bulat sebelum soxhlet =
153,16 g (A)
Berat labu alas bulat setelah soxhlet =
153,40 g (B)
% kadar lemak = π΅βπ΄π΅ππππ‘ π πππππ
π₯ 100%
= 153,40β153,162,789
π₯ 100%
= 8,61%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Replikasi 1 11,27%
Replikasi 2 10,30%
Replikasi 3 8,61%
xΜ 10,06%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 6. Penetapan kadar karbohidrat pelet jeroan ikan
Pada penetapan ini, peneliti melakukan replikasi sebanyak tiga kali lalu
menghitung rata-rata ketiga replikasi tersebut.
Kurva Baku Karbohidrat
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0,403
100 0,820
200 1,245
300 1,572
400 1,811
500 2,036
a 0,597
b 0,003
r 0,990
Y = bx + a
Y= 0,003x + 0,597
Penimbangan sampel pelet jeroan ikan
Berat wadah : 0,2245 g
Berat wadah + isi : 1,2523 g
Berat wadah + sisa: 0,2246 g
Isi: 1,0277 g
Pengukuran absorbansi sampel pelet jeroan ikan
Replikasi 1 : 1,959
Replikasi 2 : 1,959
Replikasi 3 : 1,959
Panjang gelombang 490 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Replikasi 1
y = bx + a
1,959 = 0,003x + 0,597
1,3616= 0,003x
x = 1,36160,003
x = 453,86 ppm
x = 0,454 π πΏβ
% kadar karbhidrat = Faktor pengenceran X
konsentrasi glukosa X 100%
= 1 X 0,454 π πΏβ X 100%
= 45,4%
Replikasi 2
y = bx + a
1,959 = 0,003x + 0,597
1,3616= 0,003x
x = 1,36160,003
x = 453,86 ppm
x = 0,454 π πΏβ
% kadar karbhidrat = Faktor pengenceran X
konsentrasi glukosa X 100%
= 1 X 0,454 π πΏβ X 100%
= 45,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Replikasi 3
y = bx + a
1,959 = 0,003x + 0,597
1,3616= 0,003x
x = 1,36160,003
x = 453,86 ppm
x = 0,454 π πΏβ
% kadar karbhidrat = Faktor pengenceran X
konsentrasi glukosa X 100%
= 1 X 0,454 π πΏβ X 100%
= 45,4%
Replikasi 1 45,4%
Replikasi 2 45,4%
Replikasi 3 45,4%
xΜ 45,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama lengkap Raysha Mc Seer merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Rudy H.
Mochsen dan Mardiana Hadji. Lahir di Atambua pada
tanggal 10 Maret 1998. Riwayat pendidikan penulis
skripsi berjudul βAnalisis Proksimat Pada Sediaan
Pelet Pakan Hewan Peliharaan Berbahan Dasar
Limbah Jeroan Ikanβ diawali SDI Tanah Merah 1
Atambua (2003-2009), SMPN 1 Atambua (2009-2012),
dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAS St.
Thomas Aquinas Weetabula (2012-2015). Pada tahun 2016, penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmasi Fisika (2019) dan
Pharmaceutical care 3 (2020). Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan
organisasi, student club dan kepanitiaan diantaranya bendahara II dalam
kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo periode 2016/2017, ketua
Herbal Garden Team periode 2017/2018, koordinator divisi sponsorship dalam
kegiatan Future Pharmacist in Action #3, koordinator divisi medis dalam kegiatan
Kejuaraan Taekwondo USD CUP 2017, koordinator divisi Sponsorship dalam
acara Aksi Osteoporosis Day 2017, anggota divisi sponsorship kepanitiaan
Seminar Nasional 2017, panitia Herbal Cosmetic Competition 2017 dan anggota
divisi medis dalam acara Aksi Kanker Tulang 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI