ANALISIS PROGRAM FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI … · 2018-09-03 · IBADAH HAJI...
Transcript of ANALISIS PROGRAM FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI … · 2018-09-03 · IBADAH HAJI...
ANALISIS PROGRAM FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK BIMBINGAN
IBADAH HAJI (FK-KBIH) KABUPATEN BOGOR DALAM MENINGKATKAN
PELAYANAN BIMBINGAN IBADAH HAJI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
ABDUL HADI MULYA RAMADHAN
NIM. 1111053100028
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ABSTRAK
Abdul Hadi Mulya Ramadhan, NIM 1111053100028, Analisis Program Forum
Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH) Kabupaten Bogor
dalam Meningkatkan Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji Tahun 2017,
Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Dibawah Bimbingan Drs. Sugiharto, MA.
FK-KBIH Kabupaten Bogor adalah suatu perkumpulan forum komunikasi
dan koordinasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji yang berkedudukan di
Kabupaten Bogor. FK-KBIH bertujuan untuk menghimpun dan mempersatukan
KBIH dalam suatu perkumpulan untuk menyamakan visi dan misi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mengembangkan potensi dalam hal
pembinaan dan bimbingan jamaah haji, dalam rangka mensukseskan
penyelenggarahan haji di Kabupaten Bogor. Program peningkatan layanan
bimbingan ibadah haji yang dilaksanakan FKKBIH adalah sederetan rancangan
kegiatan untuk meletakkan dasar dan acuan, mengarahkan serta mengembangkan
potensi KBIH untuk mewujudkan kemandirian dan kemambruran jamaah dalam
melaksanakan ibadah haji.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa
pelaksanaan program FK KBIH Kabupaten Bogor dalam meningkatkan layanan
bimbingan ibadah haji yang diselenggarakan oleh KBIH-KBIH di kabupaten
Bogor. Serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan FK-KBIH Kabupaten Bogor
dalam mensinergikan KBIH di Kabupaten bogor dalam melaksanan layanan
bimbingan Ibadah haji.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian deskriptif
yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata–kata, gambar, buku dan
angka–angka. Selain itu jenis penelitian yang diperlukan untuk membantu
menyelesaikan penelitian ini dapat berupa studi pustaka dan riset lapangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program FK-
KBIH Kabupaten Bogor sudah berjalan dengan baik yang dilakukan mulai dari
sosialisasi kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan ibadah haji, pembuatan
Standar Operasional Prosedur KBIH, pelatihan serta pengembagan manajemen
KBIH sampai study komparatif dengan FK-KBIH lain dalam upaya meningkatkan
layanan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor.
Kata kunci : Program, FK-KBIH Kabupaten Bogor, Layanan Bimbingan
Ibadah Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kesehatan jasmani, rohani, rahmat, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan berkah.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah membawa risalah yang penuh dengan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan, pencerahan serta bimbingan dengan moral dan bantuan apapun
yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
5. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
sekaligus Dosen Pembimbing skripsi yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi serta dengan sangat besar hati dan sabar, meluangkan
waktunya untuk memberikan saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap
skripsi ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasah.
7. Bapak Muammar Aditya, S.E, M.AK, selaku Pembimbing Akademik Kelas
Manajemen Haji dan Umrah Angkatan 2011 yang memberikan ilmu dan
pengarahannya dalam penulisan skripsi.
8. Tim Penguji Sidang Munaqasyah yang telah banyak memberikan saran dan
kritik dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen
Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah yang telah berbagi ilmu
pengetahuan serta pengalaman berharga kepada penulis.
10. Seluruh Jajaran Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani dan
membantu penulis dalam hal administratif.
11. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
iv
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan bagi
peneliti untuk mengadakan studi kepustakaan.
12. Ibu Hj. Desi Hasbiyah, S.sos. M.I.Kom., selaku Ketua Dewan Pengurus
Daerah FK-KBIH Kabupaten Bogor, yang telah memberikan izin
penelitian, kesempatan, arahan dan informasi mengenai FK-KBIH
Kabupaten Bogor.
13. Seluruh Pengurus dan Anggota FK-KBIH Kab. Bogor yang juga telah
bersedia meluangkan waktu untuk dimintai informasi mengenai FK-KBIH
Kabupaten Bogor.
14. Secara Khusus kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Odiyanto dan
Ibunda Tati Suryati, kaka terbaik Sena Siti Arafiah, adik-adiku Kiki dan
Purta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi serta dukungan moril
dan materil dalam penyelesaian skripsi ini.
15. Perempuan spesial dalam hidup Risa Sumarni yang selalu mendoakan,
mengingatkan target-target hidup, memberikan semangat dan memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
16. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi, Ade, Fahrul,
Indah, Meli yang membantu, menjawab dan berdiskusi dengan penulis.
17. Seluruh teman-teman Manajemen Haji dan Umrah angkatan 2011 yang
selama ini telah semangat dan bersedia belajar bersama di dalam kelas
hingga sampai saat ini yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan
dukungan ketika penulis telah sampai pada tugas akhir yaitu penyusunan
skripsi.
v
18. Serta seluruh teman-teman, saudara dan pihak-pihak lain yang membantu
dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca dalam memperkaya khazanah ilmu di bidang Manajamen Dakwah
Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah. Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 27 Juni 2018
Abdul Hadi Mulya Ramadhan
NIM. 1111053100028
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Tinjauan Pustaka 9
E. Metodologi Penelitian 11
F. Jadwal Penelitian 14
G. Rancangan Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Program 17
1. Pengertian Program 17
2. Ruang Lingkup Program 18
3. Sistem dan Proses Penerapan Program 20
4. Tujuan Program 21
B. Pelayanan 22
vii
1. Pengetian Pelayanan 22
2. Karakteristik Pelayanan 24
C. Bimbingan 26
1. Pengertian Bimbingan 26
2. Metode Bimbingan 29
3. Bentuk-Bentuk Bimbingan 30
4. Bimbingan Ibadah Haji 30
BAB III GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK
BIMBINGAN IBADAH HAJI KABUPATEN BOGOR
A. Latar Belakang Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (FK-KBIH) Kabupaten Bogor 37
B. Fungsi dan Tugas 39
C. Visi dan Misi 40
D. Struktur Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (FK-KBIH) Kabupaten Bogor 41
E. Anggota Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Program FK-KBIH Kabupaten Bogor dalam
Meningkatkan Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji 49
B. Analisis Keberhasilan Program FK-KBIH dalam
Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji 59
viii
C. Faktor Pendukung dan Penghambat FK-KBIH
Kabupaten Bogor dalam Meningkatkan Pelayanan
Bimbingan Ibadah Haji 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 67
B. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sturktur Organisasi FK-KBIH Kabupaten Bogor 42
Gambar 4.1 Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia 2010-2017 61
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pembinaan terhadap KBIH 50
Tabel 4.2 Peningkatan IKJHI Pelayanan Petugas Haji
Tahun 1437 H/2016 M ke 1438 H/2017 M 61
Tabel 4.3 IKJHI Pelayanan Petugas Ibadah Haji
Tahun 1437 H/2016 M ke 1438 H/2017 M 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia,
hal ini berbadaing lurus dengan banyaknya jumlah jamaah haji indonesia yang
diberangkatkan ke Tanah Suci setiap tahunnya. Tecatat pada tahun 2017
jumlah jamaah haji indonesia mencapai 221.000 orang yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2017 tentang Penetapan Kuota Haji Tahun 1438H/2017M,1 yang terdiri
dari 204.000 kuota jamaah haji reguler dan 17.000 kuota jamaah haji khusus.
Dengan banyaknya jumlah jamaah haji maka semakin beragam pula
latarbelakang profil jamaah haji.
Sebagaimana data yang didapat pada website Kemenag.go.id
menunjukan bahwa dari segi pengalaman menunaikan ibadah haji, sebanyak
99% merupakaan jamaah yang belum berhaji dan 33,59% berpendidikan
rendah.2 Hal ini menjadi konsekuensi pemerintah sebagai leading sector untuk
menciptakan iklim yang kondusif dalam penyelenggaraan haji di Indonesia,
dengan meningkatkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap
jamaah haji.
1 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Kuota Haji Tahun 1438 H/2017,
https://haji.kemenag.go.id/v3/sites/default/files/regulasi/, (diakses pada 16 Februari 2018) 2 Profil Jemaah Haji Indonesia yang Melunas BPIH 2017, diakses langsung pada situs
resmi Kemenag RI, https://kemenag.go.id/berita/read/504989/profil-jemaah-haji-indonesia-yang-
melunasi-bpih-2017, pada tangal 14 Februari 2018
2
Minat yang semakin besar untuk melakukan ibadah haji tergambar pada
tahun 2017 calon jamaah haji khususnya yang berasal dari Jawa Barat
merupakan yang terbanyak dari sejumlah provinsi yang ada di Indonesia. Hal
ini dipertegas dengan keputusan Kementrian Agama Republik Indonesia
nomor 75 tahun 2017 tentang Penetapan Kuota Haji bahwa porsi kuota jamaah
haji Jawa Barat berjumlah 38.852 orang yang terdiri atas 259 TPHD dan 38.593
jamaah haji reguler.3 Kemudian setelah ketetapan kuota per-provinsi, hasil
qurah sebagaimana Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 450.05/Kep.298-
Yanbangsos/2017, telah membagi kuota 27 Kabupaten dan Kota. Menurut
Keputusan Gubernur tersebut Kabupaten Bogor mendapatkan kuota paling
besar, yaitu sebanyak 3.478 porsi kuota jamaah haji.4
Mengingat ibadah haji merupakan suatu ibadah yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan finansial dan fisik, akan tetapi juga jamaah harus
memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait tata cara pelaksanaan ibadah haji.
Maka dari itu jamaah haji harus dibekali dengan pembinaan meliputi
pembimbingan, penyuluhan, pengarahan dan pencerahan. Yang salah satu
tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan serta memantapkan
pemahaman jamaah terkait manasik, fiqih, tarikh dan hikmah haji. Manasik
adalah bimbingan tata cara peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji,
3 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Kuota Haji Tahun 1438 H/2017,
https://haji.kemenag.go.id/v3/sites/default/files/regulasi/, (diakses pada 16 Februari 2018) 4 Kuota Jawa Barat Akhirnya Beres, https://haji.kemenag.go.id/v3/content/04/05/2017/
kuota-jawa-barat-akhirnya-beres, (diakses pada 16 Februari 2018)
3
meliputi pelaksanaan ihram dari miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i,
wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.5
Salah Satu elemen penting dalam proses pembinaan dan bimbingan
jamaah haji adalah pembimbing. Menjadi sebuah konsekuensi bahwa setiap
pembimbing diharuskan memiliki kompetensi juga pemahaman yang
komprehensif mengenai pelaksanaan dan penyelenggaraan ibadah haji. Di
samping itu Anggito Abimanyu seperti dikutip iphi.web.id menambahkan
bahwa pembimbing haji juga dituntut dapat berperan sebagai katalisator
pemerintah dalam hal mengkomunikasikan kebijakan pemerintah, baik itu
kebijakan perhajian Indonesia ataupun Arab Saudi, sehingga jamaah haji dapat
menjalankan ibadah dengan tenang dan tidak dilingkupi dengan prasangka
negatif.6
Sejauh ini pemerintah telah berupaya meningkatkan pembinaan dan
bimbingan jamaah melalui peningkatan kompetensi dan perfesionalisme
pembimbing. Salah satunya dengan mengadakan pelatihan sertifikasi
pembimbing ibadadah haji. Dengan adanya pelatihan sertifikasi ini
pembimbing dituntut memahami fiqih haji, memahami regulasi, makna filosofi
haji, sejarah perhajian dan nilai-nilai ibadah secara komprehensif dan
mendalam. Akan tetapi pelatihan sertifikasi ini belum terimplementasikan
secara menyeluruh terhadap pembimbing ibadah haji. Serta fakta di lapangan
5 Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press,2008),
h.362 6 Anggito Abimanyu, IPHI, “Kemenag Targetkan 4.311 Pembimbing Haji Tersertifikasi”
diakses dari www.iphi.web.id pada tanggal 16 Februari 2018
4
yang tidak sesuai dengan harapan, menunjukan masih terdapat permasalahan
terkait pembinaan jamaah haji dalam hal ibadah. Menurut Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin menjekaskan, “masalah pembinaan haji ini tidak
hanya tentang waktu lempar jumroh, tapi juga yang terkait masalah fiqih,
tarikh, dan hikmah haji yang belum sepenuhnya tersampaikan”.7
Dalam peraturan pemerintah nomor 79 tahun 20128 dijelaskan bahwa
meskipun penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung jawab pemerintah,
masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan ibadah haji
melalui bimbingan ibadah haji baik secara perseorangan maupun kelompok.
Hal ini kemudian memicu semangat masyarakat untuk turut serta
mensukseskan ibadah haji secara paripurna, dan kemudian membentuk suatu
kelompok yang melembaga salah satunya adalah Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH).
Menurut Qasim Shaleh9 Kelompok Ibadah Haji merupakan lembaga
sosial keagamaan islam yang konsentrasi aktifitasnya bergerak dibidang
bimbingan, pembinaan dan penyuluhan. Eksistensi KBIH dijamin dan
dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008. KBIH memiliki
karakteristik dan tugas utama, tidak hanya sekedar membimbing calon jamaah
haji akan tetapi berperan sebagai wadah edukasi serta memberikan penyuluhan
7 Sepuluh Catatan Haji 1438H/2017M, https://kemenag.go.id/berita/10/09/2017/10-
catatan-haji-1438h-2017m, diakses 16 Februari 2018 8 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Data dan Profil Penyelenggara
Ibadah Haji Khusus, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2015), h.196 9 Qasim Shaleh “Peran Kelompok Bimbingan Haji dalam Perspektif Haji Mandiri”,
Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010), h.,247-248
5
mengenai bekal yang halal, mental yang sabar dan tutur kata yang santun.
KBIH juga berperan memotivasi jamaah untuk mengendalikan emosi yang
terarah hingga bisa mempersiapkan silabus yang sinergis dalam dunia
perhajian.
Pada tahun 2015 terdapat 1.559 KBIH yang terdaftar dan memiliki izin
operasional dari Kementrian Agama, paling banyak berjumlah 417 KBIH
tersebar di Provinsi Jawa Barat, diantaranya tersebar 36 KBIH Resmi di
Kabupaten Bogor.10 Seiring dengan bertambahnya kuantitas KBIH di
Indonesia, beberapa diantaranya berkumpul untuk bertukar informasi, gagasan
setra opsi alternatif dalam peningkatan pelayanan bimbingan kelompok Ibadah
haji sehingga terbentuk sebuah perkumpulan Forum Komunikasi Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji Indonesia (FK-KBIH) Indonesia.
FK-KBIH merupakan wadah berhimpun para pengurus KBIH, yang
bersifat permanen dan terorganisasi untuk menyamakan visi dan misi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi serta mengembangkan potensi dalam
rangka melaksanakan kegiatan sosial keagamaan yang berkaitan dengan haji.
FK-KBIH mempunyai tingkatan kepengurusan antara lain pengurus pusat di
tingkat nasional, pengurus wilayah di tingkat Provinsi dan pengurus daerah
ditingkat Kabupaten/Kotamadya..
Dalam merealisasikan peran, fungsi, serta visi dan misi organisasi, FK-
KBIH terus berupaya melakukan evaluasi dan penyegaran organisasi yang
10 Direktori KBIH, https://haji.kemenag.go.id/v3/content/direktori-kbih, (diakses 16
Februari 2018)
6
ditransformasikan dalam bentuk Muktamar/ Musyawarah Wilayah/
Musyawarah Daerah. Sejalan dengan hal ini FK-KBIH Kabupaten Bogor
setiap lima tahun sekali selalu mengadakan Musyawarah Daerah sebagai media
pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi di tingkat daerah, yang
kemudian diinterpretasikan dalam bentuk program pengembangan organisasi
yang berkenaan dengan pembinaan dan bimbingan ibadah haji.11
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis terinspirasi
untuk melakukan penelitian mengenai upaya kelompok bimbingan Ibadah haji
sebagi salah satu lembaga yang menjadi mitra pemerintah dalam memberikan
pembinaan dan bimbingan terhadap calon jemaah haji. mengenai sejauh mana
keberhasilan program yang diadakan oleh FK-KBIH Kabupaten Bogor. Serta
apa saja kegiatan yang menegaskan peran FK-KBIH sebagai mitra pemerintah
di Kabupaten Bogor dalam hal meningkatkan pelayanan bimbingan ibadah
haji. Maka dengan hal ini penulis akan menuangkan sebuah karya ilmiah dalam
bentuk skipsi yang diberi judul “Analisis Program Forum Komunikasi
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH) dalam Meningkatkan
Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji di Kabupaten Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini ditujukan untuk menghindari over lap
(melebar kemana-mana) dalam permaslahan dan pembahasan penelitian.
11 Syamsudin, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor Priode 2013-2018, Interview Pribadi,
Bogor, 22 Februari 2018
7
Maka agar pembahasan tidak bias dan meluas, penulis membatasi masalah
yang akan dibahas sehingga pembahasanya lebih jelas dan terarah sesuai
dengan yang diharapkan. Mengingat luasnya permasalahan yang terkait
dengan penelitian ini, maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya
pada program yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh Forum Komunikasi
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH) kabupaten Bogor dalam
meningkatkan pelayanan ibadah haji.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dengan maksud
memudahkan dalam proses penelitian agar lebih jelas dan terarah, maka
dapat diungkapkan perumusan masalah berkaitan dengan judul yang
diteliti. Perumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana program yang dilakukan FK-KBIH Kabupaten Bogor
dalam meningkatkan pelayanan bimbingan ibadah haji?
Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplemen-
tasikan program FK-KBIH dalam meningkatkan pelayanan
bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penelitian ini,
secara garis besarnya adalah untuk mengetahui program FK-KBIH di
8
Kabupaten Bogor sebagai mitra pemerintah dari sisi peningkatan
pelayanan bimbingan ibadah haji. Sedangkan secara terperinci, tujuan
penelitian ini diharapkan mampu menjawab rumusan masalah dari latar
belakang masalah yang sudah diuraikan, di antaranya sebagi berikut:
Untuk mengetahui proses pelaksanaan program yang dilakukan FK-
KBIH Kabupaten Bogor dalam meningkatkan pelayanan bimbingan
ibadah haji.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
mengimplementasikan program FK-KBIH dalam meningkatkan
pelayanan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
serta menyempurnakan pemahaman teori yang diperoleh penulis
selama dibangku kuliah, di samping sebagai bahan perbandingan
dengan praktik yang ada dilapangan.
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap khazanah keilmuan terkait
pembinaan maupun penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia. Serta
dapat menjadi referensi bagi yang akan melanjutkan penelitian yang
serupa, baik dilakukan di lokasi yang sama maupun di lokasi yang
berbeda.
9
Manfaat Praktis
Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan
saran yang konstruktif untuk FK-KBIH Kabupaten Bogor sehingga
dapat mempertahankan program yang terimplementasikan dengan
baik. Dan mengoptimalkan kinerja lembaga demi perkembangan FK-
KBIH ke arah yang lebih baik kedepannya.
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
atau bahan pertimbangan bagi parktisi maupun lembaga yang
berkaitan dengan ibadah haji, dalam melaksanakan tata kelola
pembinaan ibadah haji.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai anlisis program FK-
KBIH dalam dalam meningkatkan pelayanan bimbingan ibadah haji.
Sebagaimana diketahui tahapan yang sangat perlu dilakukaan sebelum
membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi adalah melakukan tinjauan pustaka
terhadap penelitian dan kajian sebelumnya. Setelah melakukan tinjauan
kepustakaan akhirnya penulis menemukan beberapa pembahasan dan judul
skripsi yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini diantaranya.
Pertama “Analisis Deskriptif Evaluasi Program Pembinaan Calon
Jamaah Haji pada PT Alia Indah Wisata Tahun 2014”, skripsi mahasiswa
jurusan Manajemen Dakwah tahun 2015 Karya Ahmad Nizar Hakim. Skripsi
ini membahas tentang PT Alia Indah Wisata dalam memberikan pelayanan
pembinaan terhadap calon jemaah haji serta mendeskripsikan evaluasi input
10
berdasarkan calon jemaah, pembimbing dan materi dalam pembinaan calon
jamaah haji PT Aliah Indah Wisata pada tahun 2014.
Kedua “Manajemen Kinerja Karyawan BPRS Al-Salaam Cinere Depok
dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan”, skripsi mahasiswa jurusan Manajemen
Dakwah tahun 2013 Karya Siti Kholisah. Skripsi ini membahas tentang sistem
manajemen kinerja yang diimplementasikan BPRS Al-Salaam sebagai
pendorong dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap nasabah.
Ketiga “Program Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kabupaten
Klaten dalam Pembinaan Keislaman Jamaah Pasca Haji Tahun 2014”, skripsi
mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah tahun 2015 Karya Ari Hidayat.
Skripsi ini membahas tentang program dan bentuk pembinaan keislaman yang
dilaksanakan oleh Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kabupaten Klaten
terhadap jamaah pasca haji tahun 2014.
Kemudian bahwa tidak menutup kemungkinan masih banyak
penelitian-penelitian lainnya yang terkait dengan tema program dan pelayanan
bimbingan. Dan yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah bahwa peningkatan pelayanan bimbingan ibadah
diupayakan terwujud melalui program yang dilaksanakan oleh Forum
Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH) khususnya di
Kabupaten Bogor. Serta mengkaji dan menganalisa FK-KBIH Kabupaten
Bogor sebagai mitra pemerintah juga sebagai wadah atau organisasi
perkumpulan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), dalam melakukan
pelayanan bimbingan ibadah haji.
11
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan melakukan penelitian
langsung terhadap FK-KBIH Kabupaten Bogor guna mendapatkan data
empiris untuk menghasilkan informasi deskriptif dalam penulisan skripsi
ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif mengenai
program, kegiatan ataupun upaya yang dilakukan FK-KBIH Kabupaten
bogor dalam peningkatan pelayanan bimbingan ibadah haji.
Menurut James dan Dean dasar untuk semua penelitian ilmiah
adalah deskripsi yaitu mendata atau mengelompokan sederet unsur yang
terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada.12 Sedangkan
metode penelitian kualitatif, Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.13
2. Sumber Data Penelitian
Menurut Arikunto yang dimaksud dengan sumber data dalam
12 James A.Black and Dean J.Champion, Methods and Issues in Social Research,
Penerjemah E.Koeswara, dkk. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT Eresco,
1992), h. 6 13 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 3
12
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.14 Adapun rencana
sumber data penelitian ini adalah:
Data Primer
Adapun sumber data primer dapat diperoleh dari FK-KBIH
Kabupaten Bogor secara keorganisasian, dan Dewan Pengurus Daerah
FK-KBIH secara perorangan. Sedangkan alat yang digunakan dalam
pengambilan data adalah peneliti. Sebagaimana Menurut J.R Raco
bahwa dalam metode kualitatif peneliti sendiri adalah alat
pengumpulan data dan tidak dapat diwakilkan atau didelegasikan.
Artinya peneliti terlibat langsung dengan peserta atau partisipan,
karena penulis mengumpulkan datanya sendiri secara langsung”.15
Data Skunder
Adapun sumber data sekunder dapat diperoleh dari arsip,
modul, catatan, notulensi rapat atau acara dan data tertulis lain yang
berkaitan dengan tema penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
antara lain dengan:
Observasi
Melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data terhadap
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), h. 107 15 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya,
(Jakarta: PT Grafindo, 2010), h. 77
13
subjek dan objek yang diteliti, serta mencatatkan hasil temuan
dilapangan secara sistematis.
Interview
Melakukan tanya jawab guna meminta dan menggali
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pihak
FK-KBIH Kabupaten Bogor ataupun pihak lain yang terkait.
Dokumentasi.
Mencari data mengenai variabel penelitian yang berupa
dokumen-dokumen seperti catatan, arsip, transkip, notulesi rapat atau
musyawarah, agenda, gambar ataupun bentuk lainya.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Forum Komunikasi Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH) Kabupaten Bogor.
Objek pada penelitian ini adalah layanan bimbingan ibadah haji FK-
KBIH di Kabupaten Bogor.
5. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data yang penulis kumpulkan, penulis
menggunakan teknik analisa data berlangsung dan mengalir (flow model
analisis). Merujuk pada paparan Mukhtar, untuk menggunakan teori
analisis ini, penulis melakukan empat tahapan, yakni: pengumpulan data,
reduksi data, display data dan verifikasi atau menarik kesimpulan.
Pengumpulan data, yaitu data-data yang penulis kumpulkan selama
penelitian ini. Data-data tersebut diperoleh dari studi pustaka,
14
wawancara dan studi dokumentasi.
Reduksi data yaitu meringkas data-data yang penulis kumpulkan agar
menjadi lebih fokus dan tajam, atau narrow and dept.
Display data yaitu menyusun berbagai informasi secara sistematis.
Verifikasi atau menarik kesimpulan, yaitu hasil akhir dari analisis
data-data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini.16
F. Jadwal Penelitian
1. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu penelitian pada
bulan Januari-Juni 2018.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Sekretariat
Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH)
Kabupaten Bogor.
G. Rancangan Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik penulisan dan
transliterasi merujuk pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press. Sedangkan untuk
mepermudah dan memperoleh gambaran yang utuh, penulis akan mengulas
dan memaparkan skripsi dengan sistematika sebagai berikut:
16 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, (Ciputat, Gaung Persada Press, 2009), h. 141
15
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi pokok bahasan
kedalam lima bab. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas, mempermudah
pembaca pada setiap pembahasan yang dikemukakan. Adapun perincian lima
bab tersebut adalah :
Bab I: Pendahuluan, Membahas tentang Pendahuluan yang
didalamnya latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori, Membahas tentang tinjauan teoritis yang
meliputi: pengertian program, macam dan jenis program, tujuan program.
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang pelayanan bimbingan ibadah haji,
pengertian dan jenis pelayanan, pengertian bimbingan, pengertian haji, macam-
macam haji, syarat dan rukun haji.
Bab III: Gambaran Umum tentang Obyek Penelitian, membahas
tentang gambaran umum Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (FK-KBIH), visi, misi dan tujuan, struktur organisasi,dan program kerja.
Bab IV: Analisis Hasil Penelitian, Membahas tentang temuan dan
analisis data yang merupakan inti dari proses penelitian mengenai program
yang dilakukan Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-
KBIH) Kabupaten bogor dalam meningkatkan layanan bimbingan ibadah haji.
Serta faktor keberhalisan dan hambatan program dalam meningkatkan
pelayanan ibadah haji.
16
Bab V: Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan
rekomendasi penelitian.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Program
1. Pengertian Program
Secara etimologi, kata “program” merupakan bahasa Inggris
berasal dari bahasa prancis yaitu programme yang berarti acara, daftar
acara, rencana atau pemberitahuan publik. Kata programme juga berasal
dari bahasa Yunani programma, dari kata prographein yang terdiri dari
dua suku kata pro dan graphein yang dalam bahasa inggris berarti to write
before (menulis sebelumnya).17 Sedangkan secara terminologi istilah
program memiliki beberapa arti yang sangat spesifik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Program adalah
rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan,
perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.18 Menurut
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa program adalah “ sederetan
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu kegiatan
tertentu”.19
Menurut Netting, O’Connor dan Fauri menjelaskan pengertian
program
“as Structural container for long-term commitments, consisting
17 Merriam-Webster, Merriam-Webster Collegiate Dictionary, (Germany: Kreutzfeldt
Electronic Publishing GmbH, 1998). h, 18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet.2, h.897 19 Suharsimi Arikunto, Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara,1998), h.2
18
of mainstream, alternative, hybrid, direct service and advocacy
approaches that include services and/or activities designed to directly
or indirectly address human needs; set of activities designed to fulfill a
social purpose”.20
Bahwa Program sebagai wadah struktural untuk komitmen jangka
panjang, terdiri dari gagasan umum, alternatif, hibrid, layanan langsung
dan pendekatan dukungan yang meliputi layanan dan/atau kegiatan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia secara langsung ataupun
tidak langsung; (program juga berarti) serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Menurut Mika dan furthermore yang dikutip Brueggemann bahwa
program adalah sebuah rangcangan kegiatan, dalam teorinya
menghasilkan beberapa perubahan atau hasil pada peserta dalam jangka
waktu tertentu.21 Maka dapat disimpulkan pengertian program dalam hal
ini adalah sebuah rancangan gagasan, strategi, kebijakan ataupun tindakan
yang dilakukan dalam kegiatan dan prilaku organisasi. Dalam Organisasi,
program dapat diartikan sebagai seperangkat kegiatan organisasi yang
diatur sedemikian rupa dalam rangka melaksanakan peran, fungsi dan
tugas organisasi untuk mencapai harapan dan tujuan organisasi.
2. Ruang Lingkup Program
Ruang lingkup program sangatlah luas, dalam dunia oganisasi
20 F. Ellen Netting, et.al, Comparative Approaches to Program Planning, (New Jersey:
John Wiley & Sons Inc., 2008), h. 265 21 William G. Brueggemann, The Practice of Macro Social Work, (California: Brooks
Cole Cengage Learning, 2013), h.368
19
progam sering disebut sebagai program kerja. Program kerja merupakan
bagian dari perangkat lunak dalam menjalankan roda organisasi, dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena itu merupakan
sebuah kelaziman, program kerja dapat dijadikan sebagai tingkat
penuntun, dasar pijakan dan landasan hukum dalam mengelola
organisasi.22
Menurut Arikunto ada beberapa macam atau jenis program yang
dapat ditinjau dari berbagai aspek,23 sebagai berikut :
Dari segi tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka
ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut telah
memberikan keuntungan, dan jika program tersebut bertujuan
sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut
bermanfaat bagi orang lain.
Dari segi jenis, ada program pendidikan, program pemberdayaan,
program Koperasi, program kemasyarakatan, dan sebagainya.
Klasifikasi tersebut tergantung dari isi program yang bersangkutan.
Dari segi jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang
Dari segi keluasan, ada program sempit dan ada program luas.
Dari segi pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar.
22 Juniardi Kautsar, Analisa Program Pembinaan dan Pendidikan Koperasi Keluarga dan
Guru Jakarta dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Anggota, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2011), h.19. 23 Arikunto Suharsimi, Penilaian Pendidikan, ( Yogyakarta: Bina Aksara,1998), h.2
20
Dari segi sifatnya, ada program penting dan ada program kurang
penting.
3. Sistem dan Proses Penerapan Program
Sistem merupakan suatu kesatuan dari beberapa subsistem atau
elemen untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian lainnya komponen-
komponen atau subsistem yang saling berinteraksi, dimana masing-masing
bagian tesebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri (independen) atau
bersama-sama serta saling berhubungan membentuk satu kesatuan
sehingga tujuan atau sasaran sistem tesebut dapat tercapai secara
keseluruhan.
Keterkaitannya dalam pelaksanaannya program sangat
berpengaruh pada pentingnya kualitas informasi yang digunakan untuk
menyusun berbagai program kegiatan dalam bentuk informasi yang
diperoleh, dengan cara menyimpan, memelihara dan menggunakan
informasi tesebut.
Dalam mengimplementasikan sebuah program, diperlukan metode
sebagai alat penunjang jalannya sebuah program diantaranya dikemukakan
oleh Schendel dan Hofer yang dikutip Hallen, sebagai berikut:
Pertama, struktur, termasuk didalamnya metode spesialisasi,
metode departementalisasi, koordinasi, delegasi wewenang dan organisasi
informal. Kedua, Proses, meliputi sistem alokasi sumber daya, sistem
informasi, sisitem evaluasi dan pengukuran, sistem imbalan, prosedur
pelaksanaan dan sistem promosi. Ketiga, berkenaan perilaku antar pribadi
21
dalam organisasi, gaya kepemimpinan, dan penggunaan kekuasaan. Proses
pelaksanaan program tertuang dalam pelaksanaan satuan kegiatan
diantaranya kegiatan layanan dan kegiatan pendukung merupakan ujung
tombak kegiatan secara keseluruhan. Proses yang perlu ditempuh adalah:
Tahap perencanaan, program satuan layanan dan kegiatan pendukung
direncanakan secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi,
metode, waktu, tempat dan rencana penilaian.
Tahap pelaksanaan, program tertulis satuan kegiatan (layanan atau
pendukung) dilaksananakan sesuai dengan perencanaannya.
Tahap penilaian, hasil kegiatan diukur dengan hasil evaluasi.
Tahap analisis hasil, hasil penilaian dianalisis untuk menegetahui
aspek-aspek yang perlu, mendapat perhatian lebih lanjut.
Tahap tindak lanjut, hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan sebelumnya. Melalui layanan dan atau
kegiatan pendukung yang relevan.24
4. Tujuan Program
Tujuan Program merupakan target yang ingin atau akan dicapai
dan juga sangat menentukan arah dari perencanaan suatu program. Dalam
sebuah organisasi tujuan program meberikan suatu kerangka tindakan dan
harapan yang tepat untuk memecahkan suatu masalah. Dalam Organisasi
FK-KBIH program-program dirancang dengan tujuan untuk memecahkan
24Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2005), hal.8
22
masalah dalam penyelenggaraan ibadah haji khususnya dalam praktek
bimbingan ibadah haji.
Menurut Arikunto tujuan program ada yang bersifat keuntungan
dan ada yang bersifat sukarela. Program yang bertujuan mencari
keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut
telah memberikan keuntungan, dan jika program tersebut bertujuan
sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut
bermanfaat bagi orang lain.
Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan
pusat perhatian dalam perencanaan maupun pelaksanaan program. Tujuan
program dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum biasanya menunjukkan output dari program jangka panjang,
sedangkan tujuan khusus outputnya program jangka pendek.25
B. Pelayanan
1. Pengetian Pelayanan
Menurut Siagian pelayanan secara umum adalah rasa
menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-
kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka.26 Sedangkan
menurut Kasmir arti dari pelayanan itu sendiri adalah suatu kegiatan yang
ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada pelanggan, yang
25 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2005), h.45 26 Julita, “Menuju Kepuasan Pelanggan Melalui Penciptaan Kualitas Pelayanan”,
Manajemen dan Bisnis, I, 01 (April, 2001), h. 43
23
sifatnya tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip Imam
Syaukani menyebutkan bahwa pelayanan adalah “perihal atau cara
melayani”. Melayani berarti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa
yang diperlukan seseorang.28
Dalam prihal atau cara melayani, al-Qur’an mendorong umat
manusia untuk memberikan pelayanan terbaik kepada sesama hal ini
sebagai mana firman Allah SWT dalam Al-Quran surah AlMaidah Ayat 2
yang berbunyi:
إن للا ثم والعدوان واتقوا للا شديد العقاب وتعاونوا على البر والتقوى ول تعاونوا على ال
Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada allah, sesungguhnya
allah maha berat siksaNya. (Q.S. Al Maidah :2)
Melalui ayat diatas Allah memerintahkan kepada kita untuk saling
menolong didalam koridor ‘mengerjakan kebajikan dan takwa’ dan Allah
melarang sebaliknya. Jika kita melanggar ketentuan Allah maka hukuman
akan diberikan dan ‘Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya’. Jadi
interaksi itu boleh dilakukan kapanpun dan dengan siapapun selama tidak
melanggar batasan diatas.
Upaya memberikan pelayanan yang terbaik ini dapat diwujudkan
27 Kasmir, Etika Costumer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1 28 Imam Syaukani, ed. Kepuasan Jamaah Haji Terhadap Kualitas Penyelenggaraan
Ibadah Haji Tahun 1430 H/2009 M, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementian Agama RI, 2011), Cet.1, h.14
24
apabila kita dapat menonjolkan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian,
tindakan, dan tanggung jawab yang baik dan terkoordinasi.29 Adapun
prinsip-prinsip pelayanan menurut Tasmara, antara lain:
Melayani itu ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta dan semangat
yang membara di dalam hati pada setiap tindakan pelayanan Anda.
Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return on Service
Excellent).
Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu kelak anda akan menerima
kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.
Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin dihargai.30
2. Karakteristik Pelayanan
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia.31 Menurut Kotler yang dikutip napitupulu
menyebutkan ciri-ciri pelayanan atau karateristik pelayanan sebagai
berikut:
Intangibility (tidak berwujud); tidak dapat dilihat, diraba, dirasa,
didengar, dicium, sebelum ada transaksi. Pembeli tidak mengetahui
29 Suharto Abdul Majid, Customer Service Dalam Bisnis Jasa Transportasi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h.59 30 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
Cet. ke-1, hlm. 97 31 Lijan Poltak Sinambela dkk, Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.3
25
dengan pasti atau dengan baik hasil pelayanan (service outcome)
sebelum pelayanan dikonsumsi.
Inseparability (tidak dipisahkan); dijual lalu diproduksi dan
dikonsumsi secara bersama karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu,
konsumen ikut berpartisipasi menghasilkan jasa layanan. Dengan
adanya kehadiran konsumen, pemberi pelayanan berhati-hati terhadap
interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya
mempengaruhi hasil pelayanan.
Variability (berubah-ubah dan bervariasi); jasa beragam, selalu meng-
alami perubahan, tidak selalu sama kualitasnya bergantung pada siapa
yang menyediakan dan kapan serta dimana disediakan.
Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama); jasa tidak dapat
disimpan dan permintaanya berfluktasi. Daya tahan suatu jasa layanan
tergantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.32
Sedangkan menurut Riyanto berikut adalah karakteristik tentang
pelayanan yang menjadi dasar bagaimana memberikan pelayanan, yaitu:
Pelayanan bersifat tidak nyata, pelayanan sangat berlawanan sifatnya
dengan barang jadi.
Pelayanan merupakan tindakan nyata yang sifatnya mempengaruhi
tindakan sosial.
Secara nyata produksi dan konsumsi tidak dapat dipisahkan, karena
32 Paimin Napitupulu, Pelayanan Publik & Costomer Satisfaction, (Bandung: PT Alumni,
2007), h. 164.
26
kejadiannya bersamaan terjadi ditempat yang sama.33
C. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
guidance dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari
akar kata “guide” yang berarti mengarahkan (to direct), memandu (to
pilot), mengelola (to mamage), dan menyetir (to steer). Sedangkan secara
terminologis istilah bimbingan telah banyak diartikan dan dikemukakan
oleh para ahli diantaranya sebagai berikut.
Menurut Shertzer dan Stone yang dikuti yusuf mendefinisikan
istilah bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar
mampu memahami diri dana lingkungannya.34
Menurut Frank Parson “bimbingan adalah proses layanan yang
diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam
membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi
yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.35
Dari pengertian diatas maka bimbingan dapat didefinisikan sebagai
proses pemberian bantuan kepada individu atau sekelompok orang guna
33 M. Nur Riyanto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandunng: Alfabeta, 2012),
h.211 34 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan dan Bimbingan Konseling,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.IX, h.6 35 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008), h.94
27
memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang dilakukan secara
sistematis untuk menjadi individu atau kelompok yang lebih baik.
Prinsip Bimbingan
Berikut prinsip-prinsip dasar dalam bimbingan yang
dipandang sebagai landasan bagi layanan bimbingan yaitu:36
Bimbingan diperuntukan semua individu
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua
individu, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah.
Bimbingan bersifat individualisme
Prinsip ini juga berarti bahwa yng menjadi fokus sasaran bantuan
adalah indvidu, tetapi lebih menekankan ke individu yang
memiliki keunikan atau kelebihan.
Bimbingan menekankan hal yang positif
Prinsip ini yaitu membantu menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan tidak hanya tugas konselor melaikan tugas bersama
oleh orang-orang sekitar.
Pengabilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
36 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan dan Bimbingan Konseling,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.IX, h.18
28
bimbingan
Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
memiliki peran untuk memberikan informmasi dan nasehat
kepada individu, yang itu semua sangan penting baginya dalam
mengambil keputusan. Kehidupan invidu diarahkan oleh oleh
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan
tujuan melaluai pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan utama
bimbingan mengembangkan kemampuan individu untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan)
kehidupan.
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya diberikan pada
lingkungan sekolah saja, melaikan juga dalam lingkungan
keluarga, perusahan/industi, lembaga pemerintahan/swasta, dan
masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbinganpun
bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.
Fungsi Bimbingan
Bimbingan ditinjau dari segi sifatnya, memiliki fungsi sebagai
29
berikut:37
Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan.
Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dihadapi. Jadi fungsi perbaikan yaitu memperbaiki sesuatu dari
yang sebelumnya.
2. Metode Bimbingan
Metode bimbingan merupakan salah satu cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan yang diinginkan, didalam bimbingan bisa
dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses
bimbingan. Secara umum ada dua metode dalam bimbingan, yaitu
pertama, metode bimbingan individual dan kedua, metode bimbingan
kelompok. Metode bimbingan kelompok dikenal juga dengan bimbingan
(group guidance) sedangkan metode bimbingan individul dikenal dengan
individual konseling.38
Metode bimbingan individual, metode ini upaya pemberian secara
37 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan danKonseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.26-27 38 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), cet k-6, h. 43
30
individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara
pembimbing dengan klien.
Metode bimbingan kelompok, bimbingan yang digunakan melalui
kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah,
seminar dan sebagainya. Hal ini bisa dilakukan untuk menumbuhkan
atau mengembangkan potensi-potensi sosial klien atau bimbingan
yang diberikan bagi klien yang mengalami kesulitan dalam
melakukan kontak sosial dalam masyarakat. Maka melalui bimbingan
kelompok secara bertahap klien diberikan peluang untuk berinteraksi
dan bergaul dalam kelompoknya.39
3. Bentuk-Bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk bimbingan dapat dilihat dari segi bidangnya,
menurut HM. Arifin diantaranya:
Bimbingan dan penyuluhan bidang Vocational Guidance, yaitu
bimbingan dalam memilih lapangan pekerja atau jabatan/profesi.
Bimbingan dan penyuluhan bidang Mental Health Guidance, yaitu
suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor
yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan
memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti yang
diharapkan.40
39 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, 2008), h. 125 40 M. Arifin, Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 46
31
4. Bimbingan Ibadah Haji
Bimbingan yang dimaksud dalam hal ini adalah bimbingan ibadah
haji, yang berkaitan dengan manasik atau tatacara ibadah serta hal-hal
yang berhubungan dengan pelaksaanaan penyelenggaraan ibadah haji.
Ibadah haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan
beberapa amalan antara lain: wukuf, tawaf, sa’I dan amalan lainnya pada
masa tertentu, demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan
rida-Nya.41
Bimbingan Ibadah haji juga sering disebut sebagai Bimbingan
manasik haji. Secara etimologi kata “Manasik” berasal dari akar kata منسك
dalam bahasa arab, yang artinya ibadah.42 Menurut Harahap manasik
adalah tata cara pelaksanaan ibadah haji. Atau hal-hal peribadatan yang
berkaitan dengan ibadah haji; melaksanakan ihram dan miqat yang telah
ditentukan, tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina,
melempar jumrah dan lain sebagainya.43
Unsur-Unsur Bimbingan Ibadah Haji
Untuk mencapai tujuan bimbingan, dalam hal ini manasik haji
harus ada beberapa unsur-unsur yang terkait dimana antara satu unsur
dengan unsur lain tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut antara
41 Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah Haji (studi kasus haji di
dalam negeri dan di Arab Saudi), (Jakarta: Kemenag RI, 2015), h.78 42 Ahmad Munawir, Kamus Bahasa Indonesia-Arab Al-Munawwir, (Yogyakarta: 1984),
h.1414 43 Harahap Sumuran, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008),
h.362
32
lain:
Subjek (Narasumber)
Subjek yaitu orang yang memberikan bimbingan kepada
seseorang. Pelaksaannya baik perorangan, organisasi, maupun
badan lain. Seorang pembimbing mempunyai tugas untuk
mengarahkan, memberi petunjuk dan membimbing serta
bertanggung jawab terhadap orang yang dibimbing.
Seorang pembimbing atau konselor dalam hal ini adalah
pembimbing haji harus mempunyai persyaratan, diantaranya
adalah:
a). Kemampuan profesional (keahlian).
b). Sifat kepribadian yang (berakhlakul karimah).
c). Kemampuan kemasyarakatan (ukhuwah islamiyah).
d). Taqwa kepada Allah SWT.44
Objek (Jama’ah)
Jama’ah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kompak
atau bersama-sama” ungkapan shalat berjama’ah berarti shalat
yang dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang
imam. Jama’ah juga berarti sekelompok manusia yang terikat
oleh sikap, pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang
sama. Sedangkan pengertian jama’ah haji yaitu Warga Negara
44 Thohari Musnawar, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 1992), h. 42
33
Indonesia beragama islam yang telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.45
Metode
Metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
narasumber agar proses bimbingan pada jama’ah tercapai sesuai
dengan tujuan. Metode ini sangat penting dilakukan agar proses
bimbingan tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat
jama’ah jenuh dengan mudah dapat diterima oleh jama’ah.
Media
Media merupakan suatu wadah atau sarana dalam
menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan
dalam suatu proses penyajian informasi.46
Tujuan
Tujuan dari bimbingan manasik haji yaitu membekali
jama’ah haji dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masalah
haji, agar para jama’ah dapat melaksanakan seluruh kegiatan
ibadah haji sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Dan
diharapkan para jama’ah haji mampu melaksanakan seluruh
45 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jama’ah Haji, (Jakarta: Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan RI, 2010), h. 9 46 Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini, (Jakarta:
depdikbud, 1998), h.11
34
kegiatan ibadah haji di tanah suci secara mandiri dan memperoleh
haji mabrur.
Efek (Pengaruh)
Adapun pengaruh dari bimbingan manasik haji ini adalah
teori yang diberikan selama ditanah air dapat dipraktekkan secara
benar ketika pelaksanaan ibadah haji ditanah suci dan
memperoleh haji mabrur dengan perubahan sikap yang lebih baik
dari sebelumnya.
Tujuan Bimbingan Manasik
Pembekalan yang dilakukan oleh pemerintah kepada calon
jama’ah haji sebelum melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci
sangatlah penting, hal ini mengingat mayoritas calon jama’ah haji
belum sepenuhnya mengerti dan memahami bagaimana cara manasik
ibadah haji.
Terkait dengan tujuan bimbingan manasik, menurut Ainur
Rahmi dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Islam, dibagi
menjadi dua yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus,
adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum
Membantu para calon jama’ah haji guna mewujudkan
dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
35
Tujuan Khusus
Membantu dalam mengatasi masalah dalam pelaksanaan
haji dan membantu memelihara serta mengambangkan situasi dan
kondisi yang baik dalam pelaksanaan ibadah haji.47
Menurut Kementerian Agama RI adalah untuk
meningkatkan pengetahuan manasik haji dan dapat melaksanakan
tata cara ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran agama
Islam.48
Tujuan bimbingan manasik haji kelompok disamping memberikan
pengetahuan tentang ilmu perhajian yang sebaik-baiknya (jama’ah haji
dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama
Islam), juga agar tercipta ukhuwah antar jama’ah untuk saling berbagi dan
tolong-menolong selama proses perjalanan mulai dari rumah sampai
kembali lagi ke rumah dengan selamat dengan predikat haji mabrur.
Fungsi Bimbingan Manasik
Menurut Latif Hasan dan Nidjam Ahmad dalam bukunya
Manajemen Haji, fungsi bimbingan manasik haji adalah sebagi
berikut :
Agar semua calon jama’ah mempu memahami semua informasi
tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk
47 Ainur Rahmi Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h.36-37 48Desain Pola Bimbingan Calon Jama’ah haji, (Jakarta: Departemen Agama RI,
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2007), h.26
36
kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan
ibadah haji di Tanah Suci.
Agar jama’ah haji dapat mendiri dalam melaksanakan ibadah
haji, baik secara mandiri regu atau rombongan.
Agar para jama’ah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah
haji baik mental, fisik, kesehatan, maupun petunjuk ibadah haji
yang lain.49
49 Ahmad Nidjam dan Latif Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h.17
37
BAB III
GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK
BIMBINGAN IBADAH HAJI KABUPATEN BOGOR
A. Latar Belakang Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(FK-KBIH) Kabupaten Bogor
Dalam penyelenggaraan ibadah haji yang di ataur oleh Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, ada tiga jenis
tugas utama yang banyak memperoleh perhatian pemerintah tetapi sekaligus
menjadi sasaran kritik masyarakat luas setiap menjelang dan berakhirnya
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah setiap tahun yaitu pelayanan,
pembinaan dan perlindungan. Pembinaan kepada para calon jamaah haji yang
akan melaksanakan ibadah hajinya, selain dilaksanakan oleh pemerintah sebagi
penyelenggara juga dilaksanakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH). KBIH adalah mitra pemerintah dalam membina dan membimbing
manasik haji para calon jamaah haji. Pasang surut pemikir, pandangan serta
kebijakan terhadap kehadiran, fungsi, dan peran Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH) dalam pembinaan calon jamaah haji, sedikit banyak telah
dirasakan manfaatnya oleh para calon jamaah haji dan pemerintah.50
Seiring dengan semakin banyaknya terbentuk kelompok ibadah haji
dan untuk menciptakan iklim yang sehat dan kondusif dikalangan internal
50 Desi Hasbiyah, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor, Interview Pribadi, Bogor, 30 Juni
2018
38
pengurus kelompok bimbingan ibadah haji baik waktu rekrutmen maupun
dalam proses kegiatan bimbingan masaik haji perlu kiranya ada kesamaan visi
dan misi dan juga dipandu oleh kode etik terhadap kelompok ibadah haji yang
selanjutnya dijadikan acuan kesepakatan bersama dalam melaksanakan fungsi,
tugas dan tanggung jawab kepada umat.51
Demikian pula banyaknya masalah yang muncul baik di dalam KBIH,
antar KBIH dengan KBIH, antara KBIH dengan calon jamaah haji, serta antara
KBIH dengan pemerintah terasa diperlukan sebuah organisasi yang dapat
memediasi semua itu maka dibentuklah yang disebut Forum Komunikasi
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji FK- KBIH.52
Selanjutnya pada tahun 2003 dibentuklah Perkumpulan Forum
Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Indonesia disingkat Forum
Komunikasi KBIH Indonesia, Perkumpulan ini dapat membuka cabang-cabang
atau perwakilan, di tempat lain di seluruh wilayah Republik Indonesia, salah
satunya Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor.
FK-KBIH Kabupaten bogor dibentuk pada tahun 2003, dengan
menunjuk K.H Agus Salim sebagai ketua pertama FK-KBIH Kabupaten
Bogor. KH. Agus Salim merupakan sosok yang dianggap paling senior oleh
DPW FK-KBIH Jawa Barat dalam pembinaan dan bimbingan jamaah haji di
Kabupaten Bogor. Beliau menjabat seagai ketua FK-KBIH selama tiga tahun
51 Desi Hasbiyah, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor, Interview Pribadi, Bogor, 30 Juni
2018 52 Abdul Majid, Pengurus Pusat FK-KBIH Periode 2005-2010 dalam Anggaran Dasar
(AD),Anggaran Rumah Tangga (ART) Kode Etik KBIH Restra Dan Progam Kerja PP FK-KBIH
Nama Dan Alamat PP FK-KBIH, 2008, hlm ii.
39
yang kemudian digantikan oleh K.H Syamsudin melalui musyawarah luar
biasa (sidang pleno) DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor. Sedangkan kedudukan
sekretariat awal mulanya berada di Masjid Agung Baitul Faidzin yang
beralamat di di kompleks Pemkab Bogor, Jln. Tegar Beriman no.2 Cibinong
Bogor, dan sekarang sekretariatnya berpindah ke kantor pusat haji terpadu di
Jl. Raya Cikaret No.1 Harapan Jaya, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
B. Fungsi dan Tugas
Forum Komunikasi Bimbingan Ibadah Haji mempunyai tugas dan
fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi
Sebagai pemberi pertimbangan dalam perencanaan dan program yang
disusun oleh KBIH.
Sebagai pendukung terhadap penyelenggaraan dan upaya peningkatan
mutu bimbingan ibadah haji.
Sebagai pengontrol dan pengawas terhadap keberhasilan bimbingan
ibadah haji di KBIH baik dari segi input maupun output.
Sebagai mediator atau penghubung antara pemerintah, KBIH, dan
calon jamaah.
2. Tugas
Menyelenggarakan bimbingan manasik haji di tanah air dan di tanah
suci sesuai dengan izin operasional wilayahnya masing-masing.
Membantu pemerintah dan umat dalam bidang urusan haji.
Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan dedikasi
40
yang tinggi terhadap keberhasilan kegiatan dan pelaksanaan ibadah
haji.
Melaksanakan bimbingan manasik haji sesuai dengan aturan agama
dan perundang-undangan yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugas tidak boleh membebani atau memberatkan
para calon jamaah haji yang dibimbing.
C. Visi dan Misi
Tujuan dibentuknya Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor
adalah menghimpun dan mempersatukan KBIH dalam suatu Perkumpulan
untuk menyamakan visi dan misi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
dan mengembangkan potensi dalam rangka mensukseskan penyelenggarahan
haji khusnya dalam hal pembinaan dan bimbingan jamaah haji.53 Berikut ini
visi dan misi FK-KBIH Kabupaten Bogor:
1. Visi
Menjadikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji sebagai Mitra
Terdepan dan Utama Pemerintah di dalam Memberikan Bimbingan
Manasik Haji Secara Amanah dan Lebih Profesional
2. Misi
Menempatkan pembimbing KBIH sebagai orang yang amanah dan
bekerja secara proforsional.
53 Syamsudin, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor Priode 2013-2018, Interview Pribadi,
Bogor, 22 Februari 2018
41
Memposisikan KBIH sebagai mitra dan lembaga yang bertanggung
jawab dalam mengurus calon dan jamaah haji.
Menjadikan forum komunikasi KBIH sebagai wadah yang terdepan
dalam sistem penyelenggaraan ibadah haji.
D. Struktur Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(FK-KBIH) Kabupaten Bogor
Struktur organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan
hubungan antara fungsi-fungsi organisasi yang meliputi susunan, tugas,
wewenang, serta tanggung jawab yang masing-masing mempunyai peranan
tertentu dalam kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan organisasi.
Sehubungan dengan hal ini untuk mencapai tujuan dan agar setiap anggota
mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap organisasi, FK-KBIH
menimplementasikan Struktur Organisasi sebagaimana berikut:
42
Gambar 3.1
STRUKTUR ORGANISASI
Susunan personalia Dewan Pengurus Daerah Forum Komunikasi
Kelompok Bimbingan Haji (FK-KBIH) Kabupaten Bogor:
Dewan Pembina:
K.H. Agus Salim, MM
K.H. Aim Zaimudin, MA
K.H. Warnudin
K.H. Sa’arih
Dewan Penasehat:
43
K.H. Djufri Djamaludin
K.H. Aos Sutarya Firdaus, S.Pd.I
K.H. M. Thoha
H. Syamsudin
Pengurus Harian
Ketua : Hj. Desi Hasbiyah, M.I.Kom
Wakil Ketua : H. Zaenal Mustaqim, S.Pd.I
K.H. Endang Muhtadin, AM.
Sekretaris : H. Fikri Halfia R, M.Pd
Wakil Sekretaris : Imam Jaelani, S.Pd.I
Bendahara : Hj. Ifa Latifah, SE
Wakil Bendahara : Hj. Nita, S.Pd
Seksi-Seksi:
1. Seksi Pelatihan, Penelitian, Pengembangan Dan Peningkatan SDM
Ketua : H. Iqbal Farisi, S.H.I
Wakil : H. Muh Iqbal, S.E
H. Abdul Rauf, SE
2. Seksi Kerjasama Antar Lembaga
Ketua : H. Wahyudin, S.Pd.I
Wakil : H. Mia Hamidiyah, S.Sos
H. Pardian, Lc.
3. Seksi Kelembagaan dan Akreditasi
Ketua : Hj. Didi E. Koes
44
Wakil : H. Ryan Wibisana, SE
Hj. Eva Ulfah, S.Pd
4. Seksi Bimbingan Konsultasi Dan Pelayanan Informasi
Ketua : H. M. Fahmi, S.Sos
Wakil : H. Ahmad Rijalullah
H. Mulyadi, SE
5. Seksi Dakwah Dan Pendidikan
Ketua : K.H. Drs. Dudung Basyir
Wakil : H. Dudung Adimyati, S.Ag
E. Anggota Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor
1. KBIH Al-Huda
2. KBIH Al-Najiyah
3. KBIH Miftahul Khoer
4. KBIH Al-Anshor
5. KBIH Darul Ulum
6. KBIH Al-Jaja
7. KBIH Hidayah Salafiyah
8. KBIH Assulaimaniyah
9. KBIH Daril Faidzin
10. KBIH Al-Basyir
11. KBIH Al-Kautsar
12. KBIH Khoerul Bariyah
13. KBIH Nurul Hikmah
45
14. KBIH Amanah Ummah
15. KBIH HMZ
16. KBIH Ibnu Aqil
17. KBIH Nurul Huda
18. KBIH Assalam
19. KBIH Baitul Hikmah
20. KBIH Sirojul Falah
21. KBIH Samsul Huda
22. KBIH Nurul Falah
23. KBIH Al-Hikmah
24. KBIH Annisa
25. KBIH Riyadul Mutaalimin
26. KBIH Daarul Khoer
27. KBIH Hasan Majani
28. KBIH Al-Fatmahiyah
29. KBIH Daarul Isriqomah
30. KBIH Al-Falah
31. KBIH Al-Falah (Parung)
32. KBIH Al-Amanah
33. KBIH Al-Hamdaniyah
F. Hak dan Kewajiban Anggota Personalia Perkumpulan Forum
Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor
1. Hak dan kewajiban anggota perkumpulan.
46
Rapat Umum Anggota/personalia perkumpulan/muktamar adalah
perkumpulan tertinggi yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus/Dewan Pelaksana atau Pengawas/Dewan
Penasehat dan Dewan Pembina.
Anggota/personalia perkumpulan mempunyai hak suara yang diatur
dalam anggaran Rumah tangga.
Anggota/personalia perkumpulan mempunyai hak memilih dan
dipilih menjadi pengurus.
Anggota/personalia perkumpulan mempunyai kewajiban untuk ikut
aktif melaksanakan program kerja perkumpulan ini dan memberikan
dukungan positif agar maksud dan tujuan perkumpulan tercapai
Anggota/personalia perkumpulan mempunyai kewajiban terhadap
nama baik perkumpulan.
Anggota/personalia perkumpulan dapat berhenti karena alasan
sebagai berikut:
Permintaan sendiri secara tertulis
Sakit sehingga tidak bisa menjalankan kewajiban
Meninggal dunia
Pindah /tidak diketahui alamatnya
Anggota/personalia perkumpulan dapat diberhentikan sementara
dari keanggotaan atas pertimbangan pengurus
Dalam hal anggota/personalia perkumpulan berhenti, maka
lowongan tersebut harus diisi paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
47
bulan
Diatur dibawah pengampuan (order curatele gesteld)
Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan.54
2. Hak Anggota
Hak mengeluarkan pendapat
Hak memilih:
Setiap KBIH masing-masing anggota Forum Komunikasi KBIH
Kabupaten Bogor mempunyai hak 1 (satu) suara.
Hak dipilih
Setiap pengurus KBIH dapat dipilih menjadi pengurus Forum
Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor.
Hak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Forum
Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor.
Hak mendapat perlakuan sama.55
3. Kewajiban Anggota
Menjunjung tinggi dan mentaati peraturan yang ada dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga Forum Komunikasi KBIH
Kabupaten Bogor dan peraturan yang berlaku di Forum Komunikasi
KBIH Kabupaten Bogor
Menjaga nama baik Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor dan
54 Dokumentasi Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor, di kutip pada tanggal 22
Februari 2018 55 Dokumentasi Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor, di kutip pada tanggal 22
Februari 2018
48
Pemerintah (Kementerian Agama)
Membayar uang pangkal dan iuran yang telah ditetapkan dalam
anggaran dasar oleh pengurus.
Menjaga hubungan baik antar sesama anggota KBIH
4. Hak, Wewenang dan Kewajiban Pengurus
Dalam menjalankan dan wewenang pengurus mempunyai kewajiban
dan tugas untuk:
Menyelenggarakan musyawarah, sidang dan rapat
Menetapkan program kerja
Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan atas nama Forum Komunikasi KBIH
Kabupaten Bogor
Membina hubungan baik dengan dan badan atau organisasi lain
Pengurus Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor menjalankan
hak, wewenang dan kewajiban berdasarkan ketentuan-ketentuan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga membuat dan menetapkan
peraturan yang belum di atur dalam anggaran rumah tangga
Dalam menjalankan tugas dan kegiatan kepengurusan, pengurus
berhak menggunakan nama Forum Komunikasi KBIH Kabupaten
Bogor. 56
56 Dokumentasi Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor, di kutip pada tanggal 22
Februari 2018
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini memaparkan temuan dan analisis program FK-KBIH Kabupaten
Bogor serta menjelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan
pelayanan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor.
A. Program FKKBIH Kabupaten Bogor dalam Peningkatan Layanan
Bimbingan Haji
Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa program adalah
“ sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu
kegiatan tertentu”.57 Tujuan Program merupakan target yang ingin atau akan
dicapai dan juga sangat menentukan arah dari perencanaan suatu program.
Dalam sebuah organisasi tujuan program meberikan suatu kerangka tindakan
dan harapan yang tepat untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam Organisasi FK-KBIH program-program dirancang dengan
tujuan untuk memecahkan masalah dalam penyelenggaraan ibadah haji
khususnya dalam praktek bimbingan ibadah haji. Berikut ini merupakan
program-program yang dicanangkan oleh FK-KBIH Kabupaten Bogor dalam
meningkatkan layanan bimbingan ibadah haji.
1. Kebijakan Program Kerja
Secara garis besar program yang dilaksanakan FK-KBIH
57 Suharsimi Arikunto, Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara,1998), h.2
50
Kabupaten bogor dalam meingkatkat layanan bimbingan ibadah haji
mempunyai ruang lingkup yaitu pembinaan KBIH, mitra pemerintah, dan
Fasilitator atau menjadi narahubung antara KBIH dengan pemerintah.
Demikian juga dengan waktu efektif pelaksaanaan kegiatan FK-KBIH
dalam satu tahun hanya enam bulan hitungan bulan islam yaitu bulan
Muharram sampai bulan Rajab tahun hijriah, hal ini karna setiap pengrus
dan anggota organisasi fokus terhadap pesiapan dan bimbingan ibadah haji
di KBIH masing-masing.58
Dalam rangka meningkatkan layanan bimbingan KBIH pada setiap
pelaksanaan ibadah haji, maka KBIH perlu dilakukan pembinaan dalam
bentuk pengayoman, pendayagunaan dan pengendalian meliputi
perencanan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Adapun
pembinaan terhadap KBIH meliputi :
Tabel 4.1
Pembinaan terhadap KBIH
Pembinaan organsiasi • Pembuatan dan Sosialisasi SOP
• Pembinaan dan Persiapan
Akreditasi berkoordinasi dengan
Kemenag.
Pembinaan SDM • Pelatihan pembimbing
bekerjasama dengan pemerintah.
• Sosialisasi kebijakan Pemerintah.
• Rapat koordinasi dan evaluasi
58 Desi Hasbiyah, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor, Interview Pribadi, Bogor, 30 Juni
2018
51
Adapun tujuan pembinaan terhadap KBIH yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Mendorong terbangunnya jaringan (network) diantara KBIH
Membangun dan memperbaharui motivasi pelayanan.
Pembenahan laporan manajemen, administrasi dan keuangan.
2. Membuat Standar Operational Procedure (SOP) dalam pelayanan
bimbingan haji.
Suatu organisasi sudah pasti memiliki banyak sekali kegiatan-
kegiatan yang beragam, mulai dari produksi, pelayanan sampai dengan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai
tujuannya. FKKBIH Kabupaten Bogor merupakan lembaga yang
mewadahi KBIH-KBIH yang menjadi penyelenggara ibadah haji di
Kabupaten Bogor yang bertanggung jawab atas segala bentuk kegiatan
bahkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat calon jamaah Haji
khususnya dalam hal bimbingan ibadah haji.
Dalam memberikan pelayanan kepada calon jamaah Haji, semua
penetapan kegiatan yang di lakukan dalam organisasi, KBIH yang
merupakan anggota FK-KBIH Kabupaten Bogor melakukan suatu
tindakan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan
organisasi. Karena pada dasarnya kebijakan digunakan sebagai peraturan
yang tidak bisa diubah oleh organisasi, tetapi harus digunakan sebagai
sumber atau landasan penyusunan dan penerapan prosedur tertentu. Setiap
organisasi tidak berhak untuk mengubah kebijakan-kebijakan tersebut
52
secara langsung. Adapun cara untuk mengubah kebijakan-kebijakan
tersebut adalah melalui mekanisme tertentu, misalnya melalui mekanisme
kelembagaan lainnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dengan adanya dasar kebijakan yang digunakan KBIH di
kabupaten Bogor, maka dalam melakukan bentuk pelayanan kepada
jamaah Haji, KBIH sebagai penyelenggara Ibadah Haji yakni berupa
pelayanan khususnya dalam pembinaan dan bimbingan kepada jamaah
Haji. Adapun bentuk pelayanan meliputi panduan perjalanan Ibadah Haji,
penyuluhan dan bimbingan manasik Haji bagi calon jamah Haji yang
meliputi manasik Haji, bimbingan perjalanan dan pelayanan Haji,
kesehatan serta hak dan kewajiban para Jamaah. dan bimbingan
pelaksanaan Ibadah Haji di Arab Saudi. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ketua FK-KBIH Kabupaten Bogor, yaitu:
“Salah satu permasalahan yang kami temukan dalam
penyelenggaraan haji di kabupaten Bogor adalah belum adanya
standarisasi pelayanan KBIH sehingga pada musda FKKBIH Tahun
2016 salah satu program yang kami lakukan adalah dengan membuat
SOP untuk menyamakan visi dan misi serta standarisasi layanan” 59
Sebagai organisasi atau lembaga yang berbasis pada pelayanan
masyarakat, FKKBIH kabupaten Bogor menerapkan suatu standar yang
digunakan untuk membantu mempermudah dalam setiap kegiatan yakni
Standar Opersional Prosedur (SOP). Dimana, SOP merupakan satu-
59 Desi Hasbiyah, DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor, Interview Pribadi, Bogor, 30 Juni
2018
53
satunya pedoman prosedur operasional yang merupakan tuntunan
keputusan dan kegiatan organisasi sehari-hari. Dan dengan adanya SOP
ini, maka prosedur-prosedur operasional organisasi hanya dijalankan
dengan satu cara untuk setiap prosedur. Selain itu, SOP bisa menjadi
sumber daya bagi organisasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam kurun waktu tahun 2016-2017 FK-KBIH telah membuat
beberapa Standar Operasional Procedure (SOP ) antara lain adalah sebagai
berikut:
SOP Pembimbing
Dalam SOP pembimbing aturan yang diterapkan diantaranya
adanya pembimbing minimal 1 (satu) orang alki-laki dan 1 (Sau orang
perempuan), mampu menjadi imam, memiliki pngetahuan yang luas,
memiliki pengalaman yang memadai dalam haji dan umrah serta
mampu berkomunikasi
SOP Bimbingan Dalam Negeri
Dalam SOP bimbingan dalam negeri aturan yang harus
diterapkan diantaranya aturan dalam pelaksanaan bimbingan yang
harus memberikan rasa aman, tentram, nyaman dalam membimbing.
Mengarahkan jamaah beribadah secara sah sempurna dan mandiri.
Pelaksanaan bimbingan minimal dilakukan dalam 15 kali pertemuan
dan setiap pertemuan durasi waktunya sebanyak 2 jam bimbingan.
Dan materi bimbingan meliputi materi pokok, materi tambahan,
perjalanan dan problematika ibadah haji, bimbingan kesehatan,
54
kebijakan pemerintah, informasi umum, serta simulasi atau peragaan
ibadah haji/umroh.
SOP Bimbingan Luar Negeri
Dalam SOP bimbingan luar negeri aturan yang harus
diterapkan diantaranya mengenai pelaksanaan ibadah rukun wajib dan
sunah, pelaksanaan ziarah, city tour, umroh sunnah, bimbingan
manasik dan DAM.
Penerapan pedoman SOP akan memastikan adanya acuan formal
bagi setiap anggota organisasi dalam menjalankan setiap tugas dan
kewajiban prosedural. Dengan kata lain, pedoman SOP ini, digunakan
sebagai acuan formal bagi seluruh anggota organisasi dalam menjalankan
prosedur-prosedur operasional. Menerapkan pedoman SOP yang efektif
akan memastikan adanya acuan untuk perbaikan dan pengembangan
prosedur dimasa yang akan datang. SOP yang efektif tidak hanya menjadi
pedoman kegiatan yang ada sekarang ini, tetapi dapat memberikan
masukan penting untuk perbaikan dan perubahan sesuai kebutuhan
organisasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan dan
peningkatan layanan.
3. Program Studi Banding ke FK-KBIH Kabupaten Indramayu
Salah satu program dalam upaya peningkatan layanan bimbingan
haji yang dilakukan oleh FK-KBIH Kabupaten Bogor adalah dengan
melakukan study banding ke FK-KBIH Kabupaten Indramayu. Kegiatan
55
ini dilaksanakan sebagai sarana pembelajaran FK-KBIH Kabupaten Bogor
kepada FK-KBIH Kabupaten Indramayu dalam pengelolaan layanan
bimbingan ibadah haji. Dimana FK-KBIH Indramayu selangkah lebih
maju dengan telah melakukan pengembangan-pengembangan fisik dan
sarana prasana sebagai pemaksimalan layanan publik bagi para calon
jamaah. FK-KBIH Kabupaten Indramayu telah memiliki gedung secara
mandiri yang menjadi media pelatihan bimbingan manasik haji. Gedung
ini juga difungsikan sebagai media centre dan pusat informasi haji serta
pelaksanaan kegiatan-kegiatan institusi atau organiasasi.
Studi banding ini merupakan monumental pemberi motivasi bagi
para pengurus dan angggota FK-KBIH Kabupaten Bogor untuk terus
melakukan peningkatan-peningkatan layanan kepada jamaah haji terutama
pada sektor pendayagunaan sarana dan prasarana.
4. Program Peningkatan Awarenness Manajemen Keuangan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya KBIH merupakan mitra
pemerintah dalam memberikan layanan bimbingan para calon jamaah haji.
KBIH berperan untuk memberikan bimbingan agar para calon jamaah
tidak melakukan kesalahan pada saat pelaksanaan haji di Mekkah, karena
bimbingan yang diberikan oleh Kementrian Agama bisa dikatakan kurang
maksimal. Keterbatasan pembimbing menjadi kendala dalam
membimbing calon jamaah haji se-Indonesia.
Dalam hal ini Kementrian Agama telah menetapkan kepada seluru
KBIH untuk memungut biaya sebesar Rp. 3.500.000 dari setiap calon
56
jamaah sebagai biaya bimbingan haji, dana tersebut diharapka dapat
dipergunakan secara maksimal oleh KBIH khususnya dalam hal
bimbingan. Biaya tersebut juga digunakan untuk keperluan seragam,
makanan ringan selama bimbingan dan biaya operasional lainnya.60
Dengan munculnya KBIH yang semakin banyak maka muncul
persaingan yang cukup tajam. Semangat yang menonjol bukan lagi
semangat ukhuwah (persaudaraan) tapi mengarah pada orientasi bisnis.
Dengan dalih ibadah banyak KBIH yang bersaing secara “kurang sehat”
dan dengan menetapkan harga yang tidak kompetitif. Dimana adanyaa
perbedaan biaya diluar BPIH dan diluar biaya bimbingan manasik haji.
Melihat kenyataan ini maka Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan
Ibadah haji Kabupaten Bogor sebagai wadah perkumpulan KBIH berusaha
untuk melakukan pembinaan dan pengarahan mengenai manajamen
pengelolaan khususnya manajemen pengelolaan keuangan terhadap
anggota KBIH-KBIH yang ada di kabupaten Bogor, agar terarah dan tidak
berkembang menjadi sebuah eklusivitas yang mementingkan
kelompoknya masing-masing sehingga akan ada standarisasi harga yang
dapat diterapkan oleh KBIH-KBIH di kabupaten Bogor.
Dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik dan juga
terciptanya standarisasi harga diantara KBIH, bukan hanya akan
berdampak pada persaingan usaha yang sehat namun juga akan berakibat
60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
57
terhadap peningkatan layanan bagi masyarakat.
5. Program Pelatihan Manajemen, Administrasi dan Keuangan
Organisasi
Kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) sebagai bagian
organisasi dari sistem penyelenggaraan haji secara nasional diperlukan
sebuah pemahaman yang baik bagaimana pengelolaan dari sebuah
organisasi itu sendiri. Bagaimana menerapkan prinsip manajemen,
penyelesaian sebuah problematika yang ada serta menyusun rencana kerja
operasional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari penyelenggara haji.
Atas dasar inilah FK-KBIH Kabupaten Bogor sebagai wadah
perkumpulan Kelompok bimbingan ibadah haji se-kabupaten bogor
memfasilitasi kegiatan Pelatihan Manajamen Organisasi sebagai upaya
perbaikan serta peningkatan manajemen pengelolaan organisasi dari setiap
tubuh KBIH- KBIH di Kabupaten Bogor. Karena selama ini masih
terdapat beberapa KBIH yang masih memiliki tatakelola organisasi yang
kurang baik seperti pembukuan keuangan yang masih manual, menyimpan
data jamaah kurang tertata, belum adanya desain standar pelayanan
bimbingan bagi jamaah dan lain-lain. Melalui pelatihan manajemen
organisasi ini, KBIH yang menjadi peserta pelatihan diharapkan dapat
membenahi dan memfungsikan dengan baik manajemen organisasinya.
Apabila fungsi-fungsi manajemen dan unsur manajemen
dijalankan secara baik dan profesional, maka akan dapat pula
menghasilkan output dan outcame yang baik pula. Diantara fungsi-fungsi
58
manajemen itu adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan atau pengendalian. Begitu pula unsur-unsur manajemen yang
terdiri dari manusia sebagai pelaksananya, anggaran yang tersedia, metode
yang tepat, dan alat-alat yang menunjang kegiatan yang akan dilakukan.
Sehubungan dengan manajemen pembinaan melalui bimbingan
manasik jama’ah haji, harus diperhatikan adalah bagaimana perencanaan
yang dibuat oleh masing-masing Ketua KBIH, bagaimana organisasi yang
menunjang pelaksanaan bimbingan manasik haji, bagaimana pelaksanaan
perencanaan tersebut dalam tindakan nyata, serta pengawasan dari atasan
terhadap perencanaan yang telah disusun tersebut, perlu dilihat tenaga
yang tersedia, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, anggaran yang
disediakan oleh pemerintah, peralatan yang memadai, dan metode
pelaksanaan yang tepat dan cepat.
Pelatihan dan pembinaan merupakan sebuah kegiatan yang bersifat
tidak berwujud tapi mempunyai pengaruh untuk kesuksesan suatu
program. Oleh karena itu, dengan adanya pelatihan-pelatihan yang
dilakukan oleh FK-KBIH ini akan berdampak pada pemaksimalan setiap
pogram kerja lainnya baik program kerja FK-KBIH maupun program kerja
setiap KBIH, dan muaranya adalah tercapainya tujuan dari organisasi itu
sendiri yaitu memberikan pelayanan terbaik bagi masyrakat khususnya
para calon jama’ah haji
59
B. Analisis Keberhasilan FK-KBIH dalam Meningkatkan Pelayanan
Bimbingan Ibadah Haji
Peningkatan Kualitas merupakan salah satu upaya yang sangat
diutamakan dalam proses pembinaan dan bimbingan ibadah haji. Dalam
sebuah pelayanan tentunya dibutuhkan sebuah upaya-upaya ataupun program
yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi calon jama’ah haji.
Pelayanan Bimbingan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kepuasan karena berhubungan langsung dengan jamaah selaku konsumen
pengguna layanan. Kualitas pelayanan bimbingan sangat diperlukan karena
jama’ah akan merasa puas apabila mendapatkan pelayanan yang baik atau yang
sesuai dengan diharapkan dan dibutuhkan. Sedangkan definisi pelayanan
adalah memberikan bantuan kepada pihak lain baik berupa informasi, ilmu
pengetahuan maupun bentuk lainya untuk melaksanakan suatu kegiatan. Arti
pelayanan di atas juga mencakup pembimbingan ibadah
Kepuasan konsumen dalam hal ini jama’ah haji sangat erat kaitannya
dengan pelayanan. Dalam peningkatan pelayanan bimbingan Ibadah haji
dilaksanakan secara bertahap dan konsisten sesuai prinsip mengedepankan
kepentingan jama’ah yang diamanahkan undang-undang nomor 13 tahun 2008.
Penyelenggara ibadah haji melibatkan banyak komponen masyarakat,
terutama jama’ah. Pelayanan yang selalu memperhatikan kepentingan jam’ah
sehingga hak dan kewajibannya terpenuhi, dari stulah akan menimbulkan rasa
kepuasan calon jama’ah.
60
FK-KBIH Kabupaten Bogor adalah mitra pemerintah sebagai
eksekutor penyelenggara bimingan ibadah haji, menempatkan kepentingan
jama’ah sebagai faktor yang utama yang didasarkan pada pemenuhan hak
jama’ah dengan sebaik-baiknya. Dengan prinsip ini, layanan atapun
pelaksanaan bimbingan ibadah haji tidak sekedar diarahkan kepada pencapaian
standar pelayanan, tapi lebih dari itu yaitu pencapaian yang terbaik dan
kepuasan jama’ah (customer satisfaction).
Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik terhadap penyelenggara
ibadah haji tahun 1438 H/2017 M diperoleh hasil secara keseluruhan Indeks
Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) pada saat operasional di Arab Saudi
adalah sebesar 84,85%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan indeks
kepuasan jama’ah haji indonesia tergolong “memuaskan di atas standar”.
IKJHI tahun 2017 merupakan yang tertinggi dari tahun 2010 yang memperoleh
indeks kepuasan sebesar 81,45%.
Artinya Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) Arab Saudi dan semua unsur yang terlibat termasuk KBIH telah
mampu meningkatkan pelayanan terhadap jamaah haji indonesia.
61
Gambar 4.1
Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia 2010-2017 61
Tabel 4.2
Peningkatan IKJHI Kepuasan Pelayanan Petugas Haji
Tahun 1437H/2016 ke 1438 H/2017 M62
Aspek Pelayanan 1437 H 1438 H Perubahan
(Poin) 2016 M 2017 M
(1) (2) (3) (4)
01. Kemudahan pelayanan 84,76 87,64 2,88
02. Kesopanan petugas 88,40 91,49 3,09
03. Kejelasan & ketepatan 84,01 85,27 1,26
04. Kecepatan petugas 84,06 85,34 1,28
05. Kepedulian petugas 84,52 87,23 2,71
06. Kesabaran petugas 85,67 88,71 3,04
07. Kemampuan memimpin 84,36 85,96 1,60
08. Kemudahan pembimbing 84,08 86,16 2,08
09. Kemampuan mengarahkan 84,39 85,31 0,92
10. Kemampuan ketua regu 85,91 88,35 2,44
11. Kemampuan petugas 84,68 86,09 1,41
12. Penampilan & kerapihan 89,77 92,77 3,00
TOTAL 85,38 87,38 2,00
61 Badan Pusat Stastistik, Kepuasan Jemaah Haji Indonesia No. 100/11/Th.XX, (01
November 2017), h.2 62 Badan Pusat Stastistik, Kepuasan Jemaah Haji Indonesia No. 100/11/Th.XX, (01
November 2017), h.6
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
IKJHI 81.45 83.31 81.32 82.69 81.52 82.67 83.83 84.85
81.45
83.31
81.32
82.69
81.52
82.67
83.83
84.85
79
80
81
82
83
84
85
86
IKJHI
62
Tabel 4.3
Peningkatan IKJHI Pelayanan Petugas Ibadah Haji
Tahun 1437 H/2016 M s.d. 1438 H/2017 M63
Aspek Pelayanan 1437 H
2016 M
1438 H
2017 M
Perubahan
(Poin)
(1) (2) (3) (4)
1. Kemudahan mendapatkan
pelayanan ibadah dari
pembimbing ibadah
86,40 87,78 1,38
2. Kemampuan pembimbing ibadah
dalam membimbing jemaah haji 85,59 86,76 1,17
3. Kejelasan dalam memberikan
bimbingan 84,99 86,27 1,28
4. Kesiapan pembimbing ibadah
dalam memberikan pelayanan
ibadah
85,19 86,42 1,23
5. Kecepatan pembimbing ibadah
dalam menanggapi permasalahan 84,82 85,70 0,88
6. Kesabaran pembimbing ibadah
dalam menghadapi perilaku
jemaah
86,56 88,50 1,94
7. Kemampuan memimpin &
mengarahkan jemaah haji dalam
aktivitas
85,01 85,93 0,92
8. Kemudahan menyelesaikan setiap
permasalahan ibadah yang terjadi 84,77 86,25 1,48
9. Pelayanan pelaksanaan manasik
haji (ihrom, wukuf, mabit, dll) 84,83 85,91 1,08
10. Pelayanan pembimbing ibadah
dalam melaksanakan ziarah 84,43 85,60 1,17
11. Pelayanan khusus dalam ibadah
untuk jemaah sakit/uzur 83,55 85,79 2,24
TOTAL 85,17 86,45 1,28
Menurut SK Dirjen No.799 ruang lingkup layanan bimbingan adalah
kegiatan tuntunan manasik dan perjalanan haji kebijakan pemerintah di bidang
63 Badan Pusat Stastistik, Kepuasan Jemaah Haji Indonesia No. 100/11/Th.XX, (01
November 2017) h.7
63
penyelenggaraan ibadah haji, teori dan praktik manasik haji, hikmah ibadah
haji, perjalanan dan pelayanan haji, kesehatan, serta hak dan kewajiban jamaah.
Sedangkan menurut fungsinya yaitu melaksanakan bimbingan kepada jemaah
haji sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, selama perjalanan, dan selama di
Arab Saudi. Data Badan Pusat Statistik diatas secara tidak langsung dapat
disimpukan bawa Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang terhimpun
menjadi FKKBIH, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat FK-KBIH Kabupaten Bogor dalam
Meningkatkan Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji
Setiap lembaga atau organisasi untuk mencapai hasil yang memuaskan,
maka diperlukan kerja yang sungguh-sungguh. Hal ini merupakan syarat
mutlak untuk mencapai tujuan bersama. Seperti halnya FK-KBIH dalam
meningkatan layanan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor, terdapat
beberapa faktor pendukung dan penghambat.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, hambatan adalah halangan atau
rintangan. Penghambat adalah orang yang menghambat, alat yang menghambat
sedangkan pendukung adalah orang yang mendukung/penyokong, pembantu,
penunjang.64 Penghambat dan pendukung memiliki arti yang sangat penting
dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu pekerjaan akan
64 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet.2, h.385
64
terlaksana dan tidaknya apabila ada suatu pendukung atau penghambat dalam
pekerjaan tersebut. Faktor pendukung dan faktor penghambat FK-KBIH
Kabupaten Bogor dalam meningkatkan layanan bimbingan ibadah haji di
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Faktor Internal
Sarana dan prasarana (Kantor FK-KBIH Kabupaten Bogor).
Sarana dan prasarana yang dimiliki KBIH Ar-Rahmah yaitu
kantor kesekretariatan FK-KBIH Kabupaten bogor yang berada
di Jl. Raya Cikaret No.1 Harapan Jaya, Cibinong, Bogor, Jawa
Barat 16914. Kantor sekretariat ini beada satu gedung dengan
pusat informasi terpadu Kementrian Agama Kabupaten Bogor
Sumber daya Pembimbing ibadah haji yang ahli (bersertifikat).
FK-KBIH kabupaten Bogor telah mempunyai pembimbing haji
yang lulus sertifikasi. Semua pembimbing siap mendampingi
para jamaah untuk melaksanakan ibadah haji dengan harapan
dapat menjadi haji yang mabrur.
Faktor Eksternal
Hubungan dengan lembaga lain.
Kerjasama dengan pihak lain dalam melaksanakan bimbingan,
terutama Kementrian Agama Kabupaten Bogor salah satunya
yaitu melaksanakan pelayanan satu atap di gedung pusat
informasi haji terpadu. Sehingga informasi yang berkaitan
65
dengan ibadah haji bisa mudah didapatkan dan langsung bisa
disampaikan kepada para jamaah KBIH.
Terbentuknya kesempatan untuk meningkatkan kualitas.
Semua KBIH selalu meningkatkan pelayanan ibadah haji setiap
tahunnya menjadikan KBIH di Kabupaten Bogor harus selalu
meningkatkan kualitas terutama dalam bimbingan ibadah haji,
karena mengingat persaingan antar KBIH setiap tahun yang
semakin ketat.
2. Faktor Penghambat
Faktor Internal
Pembimbing KBIH terkadang tidak menghadiri bimbingan
manasik haji sehingga harus digantikan dengan
pendamping/pembimbing lain.
Kesibukan masing-masing pengurus yang berbeda-beda,
sehingga mengganggu proses pelayanan bimbingan karena
mayoritas pengurus memiliki aktifitas lain seperti aktivitas
mengelola yayasan, mengajar dan sebagian lain mempunyai
bisnis konsorsium denga travel umroh.
Sumber dana yang dimiliki sangat terbatas, dalam melaksanakan
program FK-KBIH Kabupaten Bogor sumber dana hanya
mengandalkan proposal dan uang infak pendaftaran jamaah dari
masing-masing KBIH sebesar 25.000/jamaah selama 1 tahun
sekali. Hal ini dianggap belum memenuhi operasional program
66
FK-KBIH.
Faktor Eksternal
Persaingan antara KBIH
Jumlah KBIH di Kabupaten Bogor sampai saat ini ada 33 KBIH
yang telah mendapatkan izin operasional dari Kementrian Agama
Kabupaten Bogor. Hal itu membuat persaingan antar KBIH
semakin banyak. Karena menurut SK Dirjen No.79 tahun 2013
menjelaskan “Kelompok Bimbingan yang melakukah bimbingan
kurang dari 45 (empat puluh lima) orang setiap tahun selama 3
(tiga) tahun berturut-turut, izin operasionalnya tidak dapat
diperpanjang.” Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang
dapat menimbulkan kompetisi atau rebutan jamaah secara tidak
langsung dapat menjadikan kondisi FK-KBIH kurang kondusif.
Keberagaman Latar Belakang Jamaah
Mayoritas jamaah haji di kabupaten Bogor merupakan
masyarakat pedesaan, baru sekali menjalankan ibadah haji,
kebanyakan jamaah haji berusia lanjut, tingkat pendidikan
rendah, serta latar belakang ekonomi dan sosial yang berbeda,
menyebabkan terjadinya miss informasi terlebih bagi jamaah usia
lanjut memungkinkan terdapat jamaah risiko tinggi yang
memerlukan pelayanan dan perhatian lebih.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari Hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai analisis program
FK KBIH Kabupaten Bogor dalam meningkatkan pelayanan bimbingan ibadah
haji yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
1. FK-KBIH Kabupaten Bogor merupakan forum komunikasi dan
koordinasi antara KBIH dan pemerintah di tingkat Kabupaten Bogor.
Serta bertujuan menyamakan visi dan misi dalam rangka menciptakan
suasana yang kondusif dan kompetitif atara KBIH di Kabupaten Bogor.
2. Program yang dicanangkan FK KBIH Kabupaten Bogor secara umum
merupakan program penguatan serta pengembangan KBIH sebagai
organsasi sosial keagamaan dengan menerapkan kebijakan-kebijakan
pemerintah terkait penyelenggaraan Haji.
3. Program yang telah dilaksanakan FK KBIH dalam meningkatkan
pelayanan bimbingan ibadah haji antara lain:
Membuat Standar Operational Procedure (SOP) dalam pelayanan
bimbingan haji
Studi Banding ke FK-KBIH Kabupaten Indramayu
Peningkatan Awarenness Manajemen Keuangan
Program Pelatihan Manajemen, Administrasi dan Keuangan
Organisasi
68
4. Secara garis besar program yang dilaksanakan belum sepenuhnya
terimplementasikan dengan baik. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
penghambat baik internal maupun eksternal.
5. Dalam meningkatan layanan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Bogor,
terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat
Faktor Pendukung
Sarana dan prasarana
Sumber daya Pembimbing ibadah haji.
Hubungan dan kerjasama dengan lembaga lain
Faktor Penghambat
Manajemen waktu (Kesibukan masing-masing pengurus)
Keterbatasan Sumber dana.
B. Saran
Sesuai dengan pemaparan yang telah penulis cantumkan di atas, dengan
ini penulis memberikan saran kepada FK-KBIH Kabupaten bogor dalam
pelaksanaan program untuk meningkatkan serta mengembangkan eksistensi
FK-KBIH:
1. Membuat perencanaan serta mengadakan program-program kaderisasi
pembimbing ibadah haji dan kajian tentang penyelenggaraan ibadah haji
maupun umroh.
2. Membuat sebuah perencanaan tentang sumber dana tetap dengan
mempertimbangkan unit-unit usaha atau pun yang lain dengan
keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk sumber dana, agar kegiatan
69
pembinaan dan bimbingan Ibadah haji lebih maju dan dirasakan oleh
masyarakat luas.
3. Sebaiknya membuat program amal usaha secara kolektif untuk
menunjang laju dan pengembangan organisasi. sehingga dapat
meningkatkan sarana prasarana FK-KBIH yang juga dapat berfungsi
sebagai penguatan networking antara KBIH di Kabupaten Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers, 2005.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Cet.6.
Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998.
Arifin, M. Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara,1998.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Aziz, Abdul dan Kustini. Ibadah Haji Dalam Sorotan Publik. Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI,
2007
Black, James A. and Dean J.Champion, Methods and Issues in Social Research.
Penerjemah E.Koeswara, dkk. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.
Bandung: PT Eresco, 1992.
Brueggemann, William G. The Practice of Macro Social Work, California: Brooks
Cole Cengage Learning, 2013.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.2. Jakarta:
Balai Pustaka, 2002.
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Data dan Profil
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2015.
Desain Pola Bimbingan Calon Jama’ah haji. Jakarta: Dirjen PHU Departemen
Agama RI, 2007.
Direktorat Pembinaan Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
Departemen Agama RI. Pedoman Pembinaan Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji. Jakarta: Direktorat Pembinaan Dirjen BIPH Dapag RI, 2003.
Faqih, Ainur Rahmi. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press.
Interview Pribadi dengan KH. Syamsudin, Ketua DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor
Priode 2013-2018, Bogor, 22 Februari 2018.
Interview Pribadi dengan Hj. Desi Hasbiyah, S.sos. M.I.Kom, Wakil Ketua Priode
2013-2018/Ketua Priode 2018-2023 DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor, 30
Juni 2018
Julita, “Menuju Kepuasan Pelanggan Melalui Penciptaan Kualitas Pelayanan”,
Manajemen dan Bisnis. Vol.1. 01, (2001): h. 43.
Kasmir. Etika Costumer Service. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Kautsar, Juniardi. “Analisa Program Pembinaan dan Pendidikan Koperasi Keluarga
dan Guru Jakarta dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Anggota.”
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2011.
Kementerian Agama RI, Problematika Penyelenggaraan Ibadah Haji (studi kasus
haji di dalam negeri dan di Arab Saudi), Jakarta: Kemenag RI, 2015
Latuheru. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta:
Depdikbud, 1998.
Luthfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Majid, Suharto Abdul. Customer Service Dalam Bisnis Jasa Transportasi. Jakarta:
Rajawali Perss, 2009.
“Manasik.” Dalam Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-
Arab Terlengkap, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984:
h.1414.
“Manasik.” Dalam Sumuran Harahap. Kamus Istilah Haji dan Umrah. Jakarta:
Mitra Abadi Press, 2008: h.362.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Ciputat, Gaung Persada
Press, 2009.
Musnawar, Thohari. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta:
UII Press, 1992.
Napitupulu, Paimin. Pelayanan Publik & Costomer Satisfaction. Bandung: PT
Alumni, 2007.
Netting, F. Ellen, et.al. Comparative Approaches to Program Planning. New
Jersey: John Wiley & Sons Inc., 2008.
Nidjam, Ahmad dan Latif Hanan. Manajemen Haji. Jakarta: Zikrul Hakim, 2003.
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jama’ah Haji, Jakarta: Pusat Kesehatan
Haji Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008.
Putuheba, M. Shaleh. Histografi Haji Indonesia. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi
Aksara Yogyakarta, 2007.
Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.
Jakarta: PT Grafindo, 2010.
Rangkuti, Freddy. Analisis Swot Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Riyanto, M. Nur. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandunng: Alfabeta,
2012.
Shaleh, Qasim. “Peran Kelompok Bimbingan Haji dalam Perspektif Haji Mandiri”
dalam Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dinamika dan
Perspektif Haji Indonesia. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010. h.248
Sinambela, Lijan Poltak.,dkk. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Syaukani, Imam. Kepuasan Jamaah Haji Terhadap Kualitas Penyelenggaraan
Ibadah Haji Tahun 1430 H/2009 M. Cet.1. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementian Agama RI, 2011.
Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islami. Cet.1. Jakarta: Gema Insani
Press, 2002.
Webster, Merriam, Merriam-Webster Collegiate Dictionary, Germany: Kreutzfeldt
Electronic Publishing GmbH, 1998. Diakses 14 Maret 2018.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. Landasan dan Bimbingan Konseling.
Cet.IX. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Hj. Desi Hasbiyah, S.Sos. M.I.Kom
Jabatan : Wakil Ketua DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor Priode 2013-2018
Waktu : Sabtu-Minggu, 30 Juni - 1 Juli 2018
Tempat : Kediaman Hj. Desi Hasbiyah (Jl. Pajajaran Indah Raya, Bogor)
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya FK-KBIH Kabupaten Bogor?
Awal mula latarbelakang FK-KBIH berdiri, berdasakan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, ada tiga
jenis tugas utama yang banyak jadi perhatian pemerintah juga sekaligus jadi
sasaran kritik masyarakat luas setiap awal dan akhir pelaksanaan ibadah haji
setiap tahun yaitu pelayanan, pembinaan dan perlindungan. Pembinaan kepada
para calon jamaah haji yang akan melaksanakan ibadah haji, selain
dilaksanakan oleh pemerintah sebagi penyelenggara juga dilaksanakan oleh
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
Dengan semakin banyaknya terbentuk kelompok ibadah haji agar
susasana lebih kondusif dikalangan internal pengurus kelompok bimbingan
ibadah haji baik itu waktu rekrutmen maupun dalam proses kegiatan bimbingan
masaik haji perlu, kami kira perlu ada kesamaan visi-misi juga dipandu oleh
kode etik dan Standar Operasional Prosedur kelompok bimbingan ibadah haji
yang selanjutnya dijadikan acuan kesepakatan bersama dalam melaksanakan
fungsi, tugas dan tanggung jawab kepada umat.
2. Kapan dan Bagaimana berdirinya FK-KBIH Kabupaten Bogor?
FK-KBIH Kabupaten bogor dibentuk pada tahun 2003, dengan
menunjuk K.H Agus Salim sebagai ketua pertama FK-KBIH Kabupaten
Bogor. KH. Agus Salim merupakan sosok yang dianggap paling senior oleh
DPW FK-KBIH Jawa Barat dalam pembinaan dan bimbingan jamaah haji di
Kabupaten Bogor. Beliau menjabat seagai ketua FK-KBIH selama tiga tahun
yang kemudian digantikan oleh K.H Syamsudin melalui musyawarah luar
biasa (sidang pleno) DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor.
3. Apa yang menjadi visi dan misi FK-KBIH Kabupaten Bogor?
Visi FK-KBIH menjadikan kelompok bimbingan ibadah haji sebagai
mitra terdepan dan utama pemerintah di dalam memberikan bimbingan
manasik haji secara amanah dan lebih profesional.
Sedangkan misinya ada tiga, yang pertama, menempatkan pembimbing
KBIH sebagai orang yang amanah dan bekerja secara proforsional. Kedua,
memposisikan KBIH sebagai mitra dan lembaga yang bertanggung jawab
dalam mengurus calon dan jamaah haji. Ketiga, menjadikan FK KBIH sebagai
wadah yang terdepan dalam sistem penyelenggaraan ibadah haji.
4. Dimana letak atau tempat sekretariat dan bagaimana struktur organisasi
FK-KBIH Kabupaten Bogor?
Pada saat awal sekretariat kita berada di Masjid Agung Baitul Faidzin
di kompleks Pemkab Bogor, Jln. Tegar Beriman no.2 Cibinong Bogor, dan
sekarang sekretariatnya berpindah ke kantor Pusat Haji Terpadu di Jl. Raya
Cikaret No.1 Harapan Jaya, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Sedangkan untuk struktur bisa dilihat di dokumentasi atau arsip FK-
KBIH Kabupaten Bogor.
5. Apa saja dan Bagaimana program dan kegiatan yang dilakukan FK-
KBIH Kabupaten Bogor dalam meningkatkan pelayanan bimbingan
ibadah haji?
Beberapa program dapat dilihat didokumentasi dan arsip organisasi
kalau yang sudah kami laksanakan diantaranya:
Secara garis besar program yang dilaksanakan FK-KBIH Kabupaten
bogor dalam meingkatkat layanan bimbingan ibadah haji mempunyai ruang
lingkup yaitu pembinaan KBIH, mitra pemerintah, dan Fasilitator atau menjadi
narahubung antara KBIH dengan pemerintah. Demikian juga dengan waktu
efektif pelaksaanaan kegiatan FK-KBIH dalam satu tahun hanya 6 bulan
hitungan bulan islam yaitu bulan Muharram sampai bulan Rajab, hal ini karna
setiap pengrus dan anggota organisasi fokus terhadap pesiapan dan bimbingan
ibadah haji di KBIH masing-masing.
Sedangkan untuk program kerja yang kami lakukan dalam satu periode
kebelakang: pertama, membuat Standar Operational Procedure (SOP) dalam
pelayanan bimbingan haji. Salah satu permasalahan yang kami temukan dalam
penyelenggaraan haji di kabupaten Bogor adalah belum adanya standarisasi
pelayanan KBIH sehingga pada musda FKKBIH Tahun 2016 salah satu
program yang kami lakukan adalah dengan membuat SOP untuk menyamakan
visi dan misi serta standarisasi layanan.
Kedua, study banding ke FK-KBIH Kabupaten Indramayu, kegiatan ini
dilaksanakan sebagai sarana pembelajaran FK-KBIH Kabupaten Bogor
terhadap FK-KBIH Kabupaten Indramayu dalam pengelolaan layanan
bimbingan ibadah haji.
Ketiga, Program Peningkatan Awarenness Manajemen Keuangan,
program ini diadakan karena adanyaa perbedaan biaya diluar BPIH dan diluar
biaya bimbingan manasik haji. Melihat kenyataan ini maka kami FK-KBIH
Kabupaten Bogor sebagai wadah perkumpulan KBIH berusaha untuk
melakukan pembinaan dan pengarahan mengenai manajamen pengelolaan
khususnya manajemen pengelolaan keuangan terhadap anggota KBIH-KBIH
yang ada di kabupaten Bogor.
Keempat, program pelatihan manajemen, administrasi dan keuangan
organisasi. Kegiatan ini kami laksanakan karena selama ini masih terdapat
beberapa KBIH yang masih memiliki tatakelola organisasi yang kurang baik
seperti pembukuan keuangan yang masih manual, menyimpan data jamaah
kurang tertata, belum adanya desain standar pelayanan bimbingan bagi jamaah
dan lain-lain. Melalui pelatihan manajemen organisasi ini, KBIH yang menjadi
peserta pelatihan diharapkan dapat membenahi dan memfungsikan dengan baik
manajemen organisasinya.
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplemen-
tasikan program FK-KBIH dalam meningkatkan pelayanan bimbingan
ibadah haji di Kabupaten Bogor?
Secara umum faktor pendukung FK-KBIH adalah sekretariat tempat
dimana memudahkan kami untuk berkordinasi juga sebagai pusat informasi
KBIH dikabupaten Bogor. Kemudian, puji syukur Alhamdulillah kebanyak
pengurus kita sudah mengikuti pelatihan sertifikasi pembimbing.
Sedangkan faktor penghambat kalau di KBIH biasanya ada
pembimbing yang tidak hadir saat bimbingan, kalau di FK-KBIH mayoritas
pengurus dan anggota punya yayasan, punya sekolah, punya konsorsium bisnis
umroh dengan travel. Jadi agak sedikit terhambat karena sulit menyesuaikan
waktu dan jadwal pengurus dan anggota.
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : KH. Syamsudin B
Jabatan : Ketua DPD FK-KBIH Kabupaten Bogor Priode 2013-2018
Waktu : Kamis, 22 Februari 2018
Tempat : KBIH Nurul Falah (Jl. Raya Hamblang No.31 Rt.09/03
Desa Hambalang, Kabupaten Bogor)
1. Apa itu FK-KBIH? Apa tujuan dan Fungsinya?
FK-KBIH merupakan wadah berhimpun para pengurus KBIH untuk
menyamakan visi dan misi dalam menyelesaikan masalah seputar pelayanan
bimbingan ibadah haji serta mengembangkan potensi KBIH dalam rangka
mensukseskan penyelenggaraan haji di Indonesia. FK-KBIH mempunyai
tingkatan kepengurusan antara lain pengurus pusat di tingkat nasional,
pengurus wilayah di tingkat Provinsi dan pengurus daerah ditingkat
Kabupaten/Kotamadya
2. Apa tujuan dibentuknya FK-KBIH Kabupaten Bogor?
Tujuan dibentuknya Forum Komunikasi KBIH Kabupaten Bogor
adalah menghimpun dan mempersatukan KBIH dalam suatu Perkumpulan
untuk menyamakan visi dan misi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan mengembangkan potensi dalam rangka mensukseskan
penyelenggarahan haji khusnya dalam hal pembinaan dan bimbingan jamaah
haji.
3. Bagaimana Kepengurusan Organisasi di FK-KBIH?
Untuk merealisasikan tujuan organisasi, FK-KBIH terus berupaya
melakukan evaluasi dan penyegaran organisasi dalam bentuk Musyawarah
Daerah. Sejalan dengan hal ini FK-KBIH Kabupaten Bogor setiap lima tahun
sekali selalu mengadakan Musyawarah Daerah sebagai media pengambilan
keputusan dan kebijakan organisasi di tingkat daerah.
4. Bagaimana Struktur Organisasi FK-KBIH Kabupaten Bogor?
Saya diberikan amanah sebagai Ketua FK-KBIH dipilih melalui
Musyawarah Daerah tahun 2013. Sedangkan untuk Wakilnya adalah Ibu Desi
Hasbiyah. Kita sudah melakukan musyda pada 06 Januari 2018 kemarin dan
nanti akan ada kepengurusan baru kedepan.
Kemudian di FK-KBIH Kabupaten Bogor juga ada bidang-bidang
masing, mulai dari bidang pelatihan, penelitian, pengembangan dan
peningkatan SDM, bidang kerjasama antar lembaga, bidang kelembagaan dan
akreditasi, bidang bimbingan konsultasi dan pelayanan informasi dan terakhir
bidang dakwah dan pendidikan. Sedangkan untuk anggotanya seluruh KBIH
yang ada di Kabupaten Bogor yang sekarang berjumlah 33 KBIH.
GEDUNG SEKRETARIAT FK-KBIH KABUPATEN BOGOR
MUSYAWARAH DAERAH DALAM RANGKA EVALUASI KEGIATAN
FKKBIH KABUPATEN BOGOR
SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN SOP KBIH SE-
KABUPATEN BOGOR
EDUKASI KESEHATAN HAJI
BIMBINGAN HAJI MASAL KERJASAMA KEMENTERIAN AGAMA
DENGAN FKKBIH KABUPATEN BOGOR