ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM …/Analisis... · ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE...
Transcript of ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM …/Analisis... · ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE...
ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM
RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI
(STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
SKRIPSI
OLEH :
AGUS DWI PRASETYA
K7403035
PENDIDIKAN TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM
RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI
(STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
OLEH :
AGUS DWI PRASETYA
K7403035
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Kristiani, M. Si Dra Dewi Kusuma Wardani, M. Si
NIP. 1962 04 28 1989 03.2.002 NIP. 1970 03 26 1998 02.2.001
iv
PENGESAHAAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Ketua : . . . . . . .
Sekretaris : . . . . . . .
Anggota I : Dra. Kristiani, M. Si . . . . . . .
Anggota II : Dra Dewi kusuma Wardani, M. Si . . . . . . .
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 131 658 563
v
ABSTRAK
Agus Dwi Prasetya. ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA SIAP PAKAI (STUDI KASUS PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program
Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Community College dalam
rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan
arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan analisis
dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) pelaksanaan
Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta meliputi beberapa tahap, yaitu
pendaftaran, seleksi, perkuliahan, On the Job Training dan penempatan. 2) Faktor
pendukung pihak Community College adalah kekurangan tenaga terampil dan
handal dalam bidang teknisi di dunia kerja; sumber daya manusia yang dimiliki
UNS yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga
terampil yang terdidik dan profesional. Faktor pendukung pihak Suzuki adalah
pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu
mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga
International. Faktor pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan
vi
mampu menyelesaikan program Community College UNS akan bekerja di
bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi. Faktor penghambat
pihak Community College adalah peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di
Community College UNS tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya;
mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana dan
prasarana yang lengkap. Faktor penghambat pihak Suzuki adalah pihak Suzuki
harus ikut serta dalam membangun infrastruktur di Community College UNS
sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar. Faktor penghambat pihak
peserta adalah biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana
ada; adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta
Community College UNS. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
pada saat pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret bagi tiap pihak berbeda-
beda. Pihak Community College mengatasi masalah dengan melakukan sharing
biaya dengan pihak Suzuki sehingga pihak Community College tidak terlalu besar
dalam mengeluarkan biaya. Pihak Suzuki mengatasi masalah yang terjadi dengan
cara pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan secara bertahap;
pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta. Peserta
Community College mengatasi permasalahan dengan cara berusaha mencari ilmu
dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain atau dari buku; meminta uang
dari orang tua masing-masing.
vii
ABSTRACT
Agus Dwi Prasetya. COMMUNITY COLLEGE PROGRAM ANALYSIS IN ORDER TO PREPARE READY TO USE EMPLOYEES (CASE STUDY AT COMMUNITY COLLEGE SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA, 2007). Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2009.
The aim of the research were for knowing : 1) The practice of Community
College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas
Maret University Surakarta. 2) Supporting and obstructing factors in the practice of the
Community College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at
Sebelas Maret University Surakarta. 3) Efforts which were done to overcame
obstructions in the practice of Community College Program in order to prepare ready to
use and skilled employees at Sebelas Maret University Surakarta.
Research form used in this research was descriptive qualitative. Used data
resources were informant, location or event, and archive or document. Used sampling
technique was purposive sampling. Technique of collecting data were done by means of
observation, interview and document analysis. Data validation was done by means of
resources triangular technique. Used technique of data analysis was interactive analysis
model of technique.
Based of the research, it could be concluded that 1) The practice of Community
College Program in order to prepare ready to use and skilled employees at Sebelas
Maret University Surakarta was including several steps, they were registration,
selection, lecturing, on the job training and placement. 2) Supporting factors owned by
Community College were the lack of skilled and relied employees as technicians in
works; human resources owned by UNS is relied and qualified so that they can produce
skilled employees which were educated and profesional. Supporting factor owned by
Suzuki was that college had expert and experienced employees which could maintain
technician education in which had only been maintained by PT. Indomobil Niaga
International. Supporting factor owned by attendants was, that the attendants which
viii
were graduated and completed Community College Program would work at Suzuki
workshop in all over Indonesia as technicians. Obstructing factor owned by Community
College were that the attendants passing the education at Community College UNS
wouldn’t have undergraduate degree or bachelor; the expensive cost to bring about
program since the providant of infrastructure and equipment was complete. Obstructing
factor owned by Suzuki was that Suzuki have to involve in developing infrastructure at
Community College UNS so that they should spend much more money. Obstructing
factor owned by the attendants were the limited cost so that not all of the infrastructure
and equipment were available completely; the unexpected cost which had to be paid by
the Community College UNS attendants. 3) Efforts done to overcame the problem in the
Community College Program practice in order to prepare ready to use and skilled
employees at Sebelas Maret University Surakarta was different for different subject. The
Community College overcame the problem by doing cost sharing with Suzuki so that the
Community College didn’t have to spend much more money. Suzuki overcame problem
happened by providing supporting infrastructure and equipment frequently; lecturing
adjustment at Training Center in Pulo Gadung, Jakarta. Community College attendants
overcame problem by looking for knowledge from the outside, such as from workshops
or books; asking money from their parents.
ix
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
(Q.S. Al Insyiroh : 6-7)
Kita berdoa kepada Allah meminta bunga, tapi diberiNya kaktus berduri.
Kita meminta hewan mungil yang cantik, tapi diberiNya ulat bulu.
Aku sedih, kecewa dan protes tidak adilnya ini
Namun kemudian ...
Kaktus itu berbunga indah dan ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik
Itulah jalannya... Indah pada waktunya...
Allah memberi apa yang kita perlukan, bukan apa yang kita harapkan
(Penulis)
x
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini kupersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku tercinta atas
do’a, kasih sayang dan
perjuangannya demi masa depanku
Adikku tersayang
Sahabat-sahabat yang selalu
menemani dan membantu
Teman-Teman PTN 2003 atas
kebersamaannya.
Almamater
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya penulis sampaikan
terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui atas
permohonan penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi.
4. Dra. Kristiani, M. Si selaku Pembimbing I yang telah sabar memberikan
bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
5. Dra Dewi Kusuma Wardani, M. Si selaku pembimbing II yang telah sabar
memberikan bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
6. Tim Penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga,
sehingga penulis dapat melaksanakan ujian ujian skripsi guna menyelesaikan
studi di bangku kuliah
7. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata
Niaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas
xii
Maret yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat
menujang dalam penelitian ini.
8. Drs. Bambang Dwi Wahyudi selaku Direktur Comunity College UNS
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
9. Bpk. Djoko Warsito selaku Head Training and Service Section PT. Indomobil
Niaga International yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
10. Bapak Aswin Asmoro Ady, ST dan Mak Maya yang telah banyak membantu
penulis selama mengadakan penelitian.
11. Keluarga besar Community College UNS Surakarta, yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
12. seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat
berguna dalam penulisan ini.
13. Sahabat-sahabat terbaikku PTN 2003 atas kebersamaan, doa dan
dukungannya.
14. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan penulisan skripsi ini.
Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pembaca yang budiman.
Surakarta, Mei 2009
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. . vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Program Community College ............ 8
2. Tinjauan Umum Tenaga Terampil .............................. 14
3. Tinjauan Umum Siap Pakai ........................................ 21
B. Kerangka Pemikiran ........................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................... 28
C. Sumber Data ..................................................................... 30
D. Teknik Sampling .............................................................. 31
xiv
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32
F. Validitas Data .................................................................. 34
G. Analisis Data .................................................................... 36
H. Prosedur Penelitian .......................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................. 40
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .................................... 42
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori .... 51
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................... 57
B. Implikasi .......................................................................... 60
C. Saran ............................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 63
LAMPIRAN ............................................................................................. 53
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan sejalan
dengan meningkatnya kualitas pendidikan tersebut. Secara normatif, pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun
1989). Dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
diperbaharui lagi dengan UU RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka landasan yuridis dan operasional telah tersedia sebagai langkah untuk
mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas.
Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di hampir semua
aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan
dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem pendidikan dan pelatihan di
Indonesia belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, kebutuhan
industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada. Banyaknya
pengangguran terdidik diantaranya meliputi tamatan SMA/MA yang tidak melanjutkan
ke Perguruan Tinggi, dan tamatan SMK yang tidak bekerja. Ketidaksiapan tamatan untuk
diterjunkan ke dunia kerja baik di lembaga ekonomi produktif maupun sebagai
xvi
wirausahawan dikarenakan dinamisnya dunia kerja sehingga sistem pendidikan dan
pelatihan harus mampu menyesuaikan dengan seluruh jenis dan kebutuhan kompetensi
yang dituntut oleh pelaku usaha.
Kehidupan ekonomi dan sosial dunia masa depan tidak akan lagi ditentukan
sepenuhnya oleh tersedianya sumber daya alam maupun jumlah penduduk yang besar,
tetapi oleh kualitas penduduknya yang dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi
untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Bangsa yang tidak menguasai dan
memanfaatkan teknologi akan tergilas oleh masyarakat teknokratis. Masyarakat
teknokratis adalah masyarakat yang menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam menata dan mengembangkan masyarakatnya.
Tantangan pembangunan dewasa ini terutama adalah tantangan kesempatan
kerja atau usaha bagi penduduk yang terus meningkat. Banyak orang dan pemuda yang
membutuhkan kerja sementara lowongan kerja yang baru sangat sedikit. Ironisnya
sebagian lowongan kerja tersebut tidak dapat terisi oleh mereka yang mencari kerja
karena mereka tidak memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang diminta. Demikian
juga dengan meningkatnya pengangguran intelektual, yaitu lulusan diploma dan
universitas yang tidak bekerja, suatu hal yang selalu terjadi hampir di semua negara
berkembang, karena tidak sinkronnya pembangunan pendidikan dan perkembangan
investasi. Jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2007 tercatat sebanyak
10,01 juta orang atau turun 536,78 ribu orang jika dibanding Februari 2007
(www.Buletin Bisnis.com 2 Januari 2008).
Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga
terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tak terkecuali para pengambil
1
xvii
kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan tenaga
terampil dan profesional bukan saja menghantui para siswa dari daerah tetapi juga
dirasakan oleh para siswa di perkotaan, terutama bagi yang tidak mampu melanjutkan
pendidikannya seusai tamat SMU/SMK karena ketiadaan biaya dan terpaksa harus
bekerja. Para pemimpin lokal dan nasional menyadari akan butuhnya tenaga kerja mahir
yang lebih banyak sebagai sebuah kunci untuk terus bertahan di bidang ekonomi.
Sebuah kebutuhan yang mengharuskan penambahan secara dramatis pada bangku
perkuliahan. Padahal disisi lain, banyak lulusan SMA memilih untuk tidak melanjutkan
pendidikan mereka, sebagian dikarenakan ketidakmampuan dalam hal ekonomi dan
biaya maupun karena faktor lain. Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun
menunjukkan, bahwa angka melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang Perguruan
Tinggi hanya sekitar 11,6%. Ini berarti, bahwa sebagian besar siswa (88,4%) tidak
melanjutkan pendidikannya (http://pakguruonline.pendidikan.net. Juni 2008). Ketidaksiapan tamatan
untuk diterjunkan di dunia kerja baik di lembaga ekonomi produktif maupun sebagai
wirausahawan juga menjadi penyebab banyaknya pengangguran terdidik. Indonesia
merupakan negara besar yang memiliki jumlah tenaga kerja yang besar tetapi kualitas
sumber daya manusianya masih minim. Menurut Prof DR Masriam Bukit MPd dalam
www.Harian Sinar Indonesia Baru.com tanggal 26 November 2007 menyatakan bahwa
“Indonesia memiliki tenaga kerja secara kuantitas sangat berlimpah, namun secara
kualitas sangat rendah”. Hal tersebut menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak
terserap dalam dunia kerja. Sistem pendidikan dan pelatihan di Indonesia juga belum
mampu memenuhi tuntutan kebutuhan kemasyarakatan (sociental needs), kebutuhan
industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang ada. Hal itu dapat kita lihat dari
banyaknya lulusan perguruan tinggi yang masih banyak menganggur dan sulitnya
xviii
memperoleh pekerjaan. Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (Asean Free
Trade Area) yang menuntut kita harus memiliki infrastruktur dan juga tenaga terampil
dan terdidik yang memadai tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM)
Indonesia dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut
Syamsuddin Hasan dalam www.antara.co.id tanggal 21 Juni 2003 menyatakan bahwa ”
Kita semua tahu bagaimana kualitas SDM dan infrastruktur kita, padahal pasar bebas
ASEAN itu tidak lama lagi”. Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil
sangat dibutuhkan.
Dunia usaha seringkali berkepentingan dengan lulusan-lulusan lembaga
pendidikan sehingga umumnya mereka juga punya aspirasi-aspirasi dan harapan-
harapan mengenai apa yang mesti diajarkan kepada para siswa di sekolah. Dunia usaha
bersama-sama masyarakat umum seringkali menuntut kepada lembaga-lembaga
pendidikan agar mendidik para siswanya sesuai dengan kepentingan-kepentingan
usahanya. Banyaknya tuntutan yang ditujukan ke lembaga pendidikan dari berbagai
kepentingan menjadikan tiap lembaga pendidikan tidak dapat menampung semua
harapan dari dunia usaha dan masyarakat. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik
dalam lembaga pendidikan sehingga perlu dibentuk lembaga yang mampu menjawab
aspirasi dan harapan dari dunia kerja dan masyarakat.
Pendidikan yang berbasis masyarakat luas (Broad Based Education) merupakan
kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi lapisan
masyarakat terbesar di negara kita. Dasar pemikiran penyelenggaraan pendidikan yang
berbasis masyarakat luas adalah kebutuhan riil dari lapisan masyarakat terbesar, yaitu
bahwa pendidikan harus menitikberatkan pada penguasaan kecakapan untuk hidup.
Secara teknis filosofis orientasi pendidikan yang berbasis masyarakat luas adalah
xix
kecakapan untuk hidup atau untuk bekerja, bukan semata-mata berorientasi kepada
jalur akademik. Sekolah dituntut agar mampu mewujudkan pertautan yang jelas dengan
dunia kerja. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus mendasari semua kegiatan
pendidikan. Pendidikan dititik beratkan pada kecakapan untuk hidup sehingga
diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat
masyarakat.
Melihat problema tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sudah melakukan
beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna mencari solusi terbaik
bagi anak didik yang seusai tamat SMU/SMK harus bekerja. Diantaranya dengan
memberi beberapa pelajaran keterampilan hidup untuk membekali anak didik dalam
menghadapi dunia kerja. Bekal keterampilan ini merupakan hal yang penting dan
mendasar untuk menjawab tantangan saat ini, yaitu dengan membentuk community
college (Model pendidikannya adalah berbasis masyarakat dan menekankan akan
pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang ada di
lingkungannya). Mengenai pentingnya community college tersebut, peningkatan
anggaran pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk melaksanakan program
tersebut. Program community college ingin menjawab tantangan utama yang ada saat
ini yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang berorientasi pada upaya
untuk menjawab kebutuhan masyarakat di daerah.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka terbentuknya program
community college yang berbasis pada masyarakat semakin penting. Program
community college ini merupakan realisasi dari desentralisasi pendidikan. Desentralisasi
pendidikan maksudnya bahwa dalam pelaksanaannya pemerintah kabupaten/kota,
lemdiklat, maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan kejuruan bertanggung
xx
jawab terhadap kelancaran program Community College dan
menumbuhkembangkannya sejak dari identifikasi kompetensi, rekruitmen peserta,
pembiayaan maupun penyaluran tamatan ke dunia kerja. Keuntungan dilakukannya
desentralisasi pendidikan adalah produk pendidikan lebih tepat guna, baik mutu
maupun jumlahnya. Artinya, lulusan sesuai dengan keinginan anak dan orangtua,
pendidikan sesuai dengan kebutuhan tenagakerja dan pengembangan daerah setempat
dan sesuai pula dengan kondisi geografis serta budaya di daerah. Beberapa keuntungan
dengan adanya program community college bertujuan untuk mempersiapkan dan
menghasilkan anak didik untuk menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi
segala kebutuhan masyarakat di daerah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program community
college akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk menjadi
tenaga terampil yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah, oleh
karena itu peneliti ingin mengkaji tentang ANALISIS PROGRAM COMMUNITY COLLEGE
DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA TERAMPIL SIAP PAKAI (STUDI KASUS
PADA COMMUNITY COLLEGE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2007)
B. Perumusan Masalah
Menurut Jujun S Suriasumantri (2001:312): “Perumusan masalah merupakan
upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan apa saja yang ingin kita
carikan jawabannya”. Setiap masalah harus dipikirkan, dirumuskan dan dicarikan
jawabannya secara jelas, sederhana dan tuntas. Bertolak dari latar belakang masalah
tersebut diatas, maka peneliti memberikan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
xxi
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
3. Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan
Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Jujun S Suriasumantri dalam bukunya filsafat ilmu (2001:313), “Tujuan
penelitian merupakan penyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan
dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”. Jadi tujuan merupakan standar
atau patokan yang akan dituju peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Community College dalam rangka
mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Untuk mengetahui cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan Program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci, akurat
dan aktual yang akan memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian
baik secara teoritis maupun secara praktis.
xxii
1. Manfaat teoritis
a. Mengkaji ilmu pendidikan dan ilmu tentang sumber daya manusia Indonesia yang
kreatif dan produktif
b Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai permasalahan yang diteliti
2. Manfaat praktis
a. Untuk memberikan bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam hal ini
Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai pelaksanaan
program Community College dalam usaha untuk mempersiapkan tenaga terampil
siap pakai.
b. Sebagai bahan masukan dan arahan bagi dunia kerja dalam menentukan
criteria/standar tamatan program Community College yang benar-benar telah siap
pakai untuk bekerja sebagai tenaga terampil.
c. Sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.
d. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar kesarjanaan.
xxiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Program Community College
a. Pengertian Program Community College
Program Community College merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris
yang berarti suatu program pendidikan yang berorientasi pada masyarakat. Community
College adalah program pendidikan dan pelatihan kompetensi kejuruan pasca SLTA
dengan bidang-bidang keahlian yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat/industri,
mendapat dukungan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dan masyarakat,
khususnya masyarakat industri dan dunia kerja. Menurut Menteri Pendidikan Nasional
A. Malik Fajar dalam majalah Amanah Edisi Mei (2002:17),”Program Community College
adalah merupakan bagian dari kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan mendasar
(Broad Base Education-BBE) yang tahun 2002 diluncurkan Depdiknas untuk menyangga
program baru, yakni pendidikan berorientasi pada keterampilan hidup”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program
Community College merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi untuk menjawab
kebutuhan masyarakat dengan membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan
hidup. Program Community College adalah lembaga pendidikan diklat yang dibuka untuk
umum, terutama bagi tamatan SLTA yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Program Community College juga dapat diikuti oleh para
lulusan universitas yang mencari pekerjaan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi
program keahlian tertentu, dan juga masyarakat dewasa yang terus memerlukan
pendidikan. Program Community College merancang kurikulum dan pelatihan praktis
untuk peserta didik untuk memasuki dunia kerja. Program Community College
merupakan lembaga pendidikan yang dinamis, yang terus menerus berubah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
8
xxiv
Pendirian program Community College menyesuaikan keberadaan SMK, balai
latihan dan pendidikan teknik dan perguruan tinggi setempat dengan tujuan agar
program Community College dapat memberikan pendidikan dan keterampilan kepada
masyarakat agar lebih mudah diserap oleh dunia kerja atau industri.
Tujuan adanya program Community College diharapkan siswa dapat
memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di daerah setempat, misalnya
memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada di Aceh, Papua, Maluku, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa serta daerah-daerah lainnya juga memanfaatkan sumber-sumber daya
yang ada di daerah masing-masing. Semua daerah diberi peluang untuk mencapai
pendidikan yang lebih maju demi meningkatkan sumber daya manusia masing-masing
daerah untuk menuju kesejahteraan hidup masyarakat.
Dalam pelaksanaan program Community College, pemerintah kabupaten/kota,
lemdiklat, maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan kejuruan bertanggung
jawab terhadap kelancaran program Community College dan
menumbuhkembangkannya sejak dari identifikasi kompetensi, rekruitmen peserta,
pembiayaan maupun penyaluran tamatan ke dunia kerja. Program Community College
ini diadakan untuk menunjang pendidikan keterampilan hidup (life skill) bagi
masyarakat. Bentuknya antara lain pelatihan keterampilan dipadukan dengan
kemampuan wiraswasta bagi warga masyarakat setempat. Jenis keterampilan
disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, tetapi lulusannya tetap
memiliki sertifikat kompetensi jurusan yang diakui industri.
Dalam upaya mempersiapkan tenaga terampil siap pakai melalui program
Community College tidak bertentangan dengan program manajemen berbasis sekolah
(MBS), dimana sekolah tidak dilarang untuk mengembangkan kurikulum sendiri, sebab
sekolah harus kreatif mengembangkan kurikulum yang bermanfaat bagi peserta didik.
Melalui pengembangan kurikulum yang dilakukan sekolah dan masyarakat yang terampil
dan kreatif, akan mampu mendorong munculnya berbagai kreativitas yang produktif.
Kreativitas yang produktif tersebut diharapkan masyarakat mampu mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha-usaha yang
disesuaikan dengan sumber-sumber daya yang dimiliki di daerah masing-masing,
xxv
sehingga akan dapat menyerap tenaga kerja yang terampil dan bisa mengurangi
pengangguran di masing-masing daerah. Pendirian program Community College
diharapkan akan mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan
produktif, tentu saja akan berdampak pada sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas.
b. Visi dan Misi Program Community College
Visi dari Community College adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja tingkat
menengah sehingga sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sejalan dengan visi yang
dikembangkan, Community College menjalankan 5 misi utama yaitu :
1) Menjembatani kesenjangan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan
2) Mengurangi pengangguran tamatan sekolah menengah, karena tidak melanjutkan
studi atau menganggur karena tidak memperoleh pekerjaan
3) Memberikan kesempatan kepada semua lulusan sekolah menengah untuk
mengenyam pendidikan dan pelatihan yang bisa dijadikan bekal hidup serta
menjawab tantangan dan tuntutan kebutuhan hidup mereka
4) Membantu pemerintah daerah untuk mengembangkan sumber daya masyarakat di
era otonomi daerah dan globalisasi
5) Memberikan diklat kecakapan hidup kepada tamatan sekolah menengah berupa
keterampilan, dan spiritual dalam memecahkan masalah dan memenuhi tuntutan
hidup
c. Tujuan Program Community College
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui program Community College adalah
:
1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema kehidupan yang dihadapi
2) Memberikan kesempatan khususnya kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan lemdiklat dengan
memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat
xxvi
4) Meningkatkan mutu sumber daya manusia untuk mengakses berbagai peluang kerja
yang tersedia
5) Pemberdayaan tenaga yang mengalami pemutusan hubungan kerja
6) Memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan
alternatif pilihan dan menciptakan lapangan kerja yang diminatinya
7) Menyediakan layanan pendidikan bagi perorangan yang berkeinginan untuk pindah
lapangan kerja
8) Memberikan layanan diklat kecakapan hidup sepanjang hayat kepada individu
maupun kelompok masyarakat
d. Sistem Diklat
Pola penyelenggaraan pendidikan mengacu pada pendekatan yang berdasarkan
kompetensi (competency based training) yang diselenggarakan dalam waktu 1 (satu)
tahun atau 1528 jam pelatihan yang terdiri dari 1/4 (seperempat) bagian teori (384) jam
dan 3/4 (tiga perempat) bagian praktek (1144) jam. Praktik industri (on the job training)
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Program Community College juga memberikan
pembinaan disiplin dan mental, pengoperasian komputer, serta penggunaan bahasa
asing terutama bahasa Inggris selain pemberian materi pokok.
e. Pemberian Sertifikat
Sertifikat yang akan diterima oleh peserta diklat setelah lulus mengikuti program
Community College adalah sebagai berikut :
1) Sertifikat akhir studi dan transkip nilai
Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
studi yang ada di program Community College dan menunjukkan prestasi dari tiap
peserta didik.
2) Sertifikat kompetensi
Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah berhasil
menguasai kompetensi tertentu yang ditawarkan oleh program Community College.
xxvii
3) Sertifikat on the job training
Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah selesai
melaksanakan praktik kerja di industri (on the job training) pada instansi/lembaga
terkait.
4) Sertifikat komputer
Merupakan sertifikat yang menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
bimbingan dan pelatihan komputer.
f. Persyaratan Untuk Mengikuti Program Community College
Ada beberapa persyaratan bagi calon peserta didik untuk dapat mengikuti
pendidikan dan pelatihan di program Community College, antara lain :
1) Tamatan SMK/SMA/MA atau umum
Calon peserta didik diharapkan telah lulus mengikuti pendidikan formal SMA atau
masyarakat umum yang ingin mendapat keterampilan dan keahlian di bidang
tertentu.
2) Lulus saringan minat dan bakat
Calon peserta didik diharapkan lulus dalam penyaringan minat dan bakat, sebab
minat dan bakat dapat menentukan program jurusan yang dikehendaki para calon
peserta didik.
3) Masyarakat yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja
Bagi masyarakat yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja,
maka diperlukan keterampilan/kecakapan pada bidang-bidang yang dikehendaki.
4) Masyarakat yang sudah bekerja tetapi belum memiliki sertifikat kompetensi
Seseorang yang sudah bekerja pada bidang tertentu adakalanya ingin lebih
mengukuhkan kehaliannya dengan memiliki sertifikat yang sesuai dengan
keahliannya.
g. Biaya dan Fasilitas Program Community College
Biaya dalam mengikuti program Community College sangat terjangkau karena
mendapat bantuan (subsidi) dari pemerintah. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan
xxviii
(Dimenjur) Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Gatot Hari Priowirjanto
dalam http://jurnalnet.com tanggal 10 November 2004 mengungkapkan, ” Untuk
membantu pembentukan Community College, pemerintah memberikan dana bantuan
berupa block grant yang nilainya sebesar Rp125 juta. Ini merupakan upaya pemerintah
untuk terus merangsang dan mendorong industri untuk ikut berpartisipasi kepada
pendidikan”. Fasilitas yang dimiliki oleh program Community College berbeda-beda di
masing-masing jurusan. Hal itu dikarenakan program Community College merupakan
lembaga pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang
majemuk.
h. Program Jurusan Yang Ditawarkan
Program jurusan yang ditawarkan oleh program Community College sangat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kasubag Hukum, Humas, dan Ortala Dinas P & K Jateng Drs Hardjanto MS
dalam http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm tanggal 15 Januari 2005
mengungkapkan, “Agar program Community College tetap hidup, kami membuka
jurusan yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Dengan begitu, ilmu yang dipelajari selama
satu tahun berguna untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha mandiri”.
Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikmenjur Ditjen Dikdasmen) Ir Gatot Prio Wirjanto dalam
http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm tanggal 15 Januari 2005
menyatakan, “Akan memperbanyak sekolah jurusan yang memiliki jurusan bernilai jual
di mata dunia usaha agar dapat mengurangi pengangguran, mencetak tenaga kerja yang
berkualitas dan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja”.
i. Tenaga Pengajar pada Program Community College
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka program Community
College berusaha memperoleh tenaga pengajar yang profesional di masing-masing
bidang keahlian yang ditawarkan. Program Community College juga melibatkan tenaga
pengajar dari dunia kerja/industri, hal itu dilakukan agar peserta didik benar-benar
memahami dan mengerti serta dapat menerapkan secara langsung keahlian dan
keterampilan yang dimiliki di dunia kerja sesuai dengan bimbingan tenaga pengajar.
xxix
Menurut Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah (Dikmenjur Ditjen Dikdasmen) Ir Gatot Prio Wirjanto dalam
http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/kot09htm tanggal 15 januari 2005
menyatakan, “Agar guru-guru sekolah kejuruan tidak ketinggalan perkembangan
teknologi dan kebutuhan pasar kerja, kami akan membekali mereka dengan mendirikan
30 work station di seluruh wilayah Indonesia sebagai tempat pelatihan”.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tenaga pengajar pada program
Community College dapat lebih berkualitas dan lebih banyak mengetahui kebutuhan
pasar, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan dapat diserap
dunia kerja dengan cepat.
2. Tinjauan Umum Tenaga Terampil
a. Pengertian Tenaga Terampil
Menurut Umar Kayam (2000:120) menyatakan “ Tenaga terampil berarti bila
warga masyarakat yang terdidik itu berada cukup lama dalam proses penyesuaian”.
Sedangkan menurut Hidayanto (2002:279) menyatakan “Tenaga terampil merupakan
setiap sumber daya manusia yang menguasai keterampilan hidup”.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga terampil adalah
setiap sumber daya manusia yang menguasai keterampilan hidup yang berada cukup
lama dalam proses penyesuaian
Malik Fajar mengemukakan bahwa:
“Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk menguasai keterampilan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai menamatkan jenjang pendidikan SLTA”.
Sejalan dengan otonomi daerah, terbentuknya Community College (pendidikan
yang berorientasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat) menjadi sangat penting,
untuk itu sangat diperlukan adanya kerjasama antara program Community College
xxx
dengan masyarakat. Program Community College terlaksana dengan baik harus
memperoleh dukungan yang berupa keterampilan hidup.
b. Keterampilan Hidup
Sekolah sebagai institusi masyarakat harus bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat, salah satunya adalah kepemilikan kemampuan yang diperlukan dalam
kehidupan masyarakat untuk hidup. Pengertian hidup disini tidak semata-mata memiliki
kemampuan tertentu saja tapi juga ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya
secara fungsional seperti membaca menghitung, merumuskan, memecahkan masalah,
mengelola sumber daya bekerja dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat kerja,
menggunakan teknologi dan sebagainya.
Dalam http//www.depdiknas.go.id/jurnal/34/implementasi life skill htm tanggal
2 Mei 2004 menerangkan “ Keterampilan hidup mengacu pada ragam kemampuan yang
diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia, dan secara
martabat di masyarakat”. Keterampilan hidup merupakan kemampuan yang diperlukan
sepanjang hayat.
Dalam http//www.usoe.k.12.ut.us./curr/lifeskill tanggal 10 Juni 2004
menyatakan bahwa kontek keterampilan hidup meliputi:
1) Kepemilikan kemampuan berpikir yang kompleks 2) Kemampuan komunikasi secara efektif 3) Kemampuan membangun kerjasama 4) Melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab 5) Memiliki kesiapan serta kecakapan untk bekerja 6) Memiliki karakter dan etika terjun ke dunia kerja
Menurut Slamet PH,MA,Med,MA,MLHR,Ph.D dalam http//www.depdiknas.go.id
tanggal 11 Juli 2005 menyatakan bahwa “Keterampilan hidup dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu keterampilan hidup yang bersifat dasar dan instrumental”. Keterampilan
hidup yang bersifat dasar adalah keterampilan yang bersifat universal dan berlaku
sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, dan merupakan
fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar
bisa mengembangkan keterampilan hidup yang bersifat instrumental. Keterampilan
xxxi
hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan
dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus
diperbaharui secara terus-menerus sesuai dengan derap perubahan. Macam-macam
keterampilan hidup itu antara lain :
1) Keterampilan Dasar
a) Keterampilan belajar terus-menerus
Keterampilan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah
keterampilan yang paling penting dibandingkan dengan semua
keterampilan hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar
tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam
kehidupannya.
b) Keterampilan membaca, menulis, menghitung
Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki keterampilan membaca
dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa
asing. Keterampilan membaca, memahami dan menafsirkan informasi
tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis,
mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis
dan membuat dokumen-dokumen. Keterampilan menghitung,
kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah
praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika
yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
c) Keterampilan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar
Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi langsung,
baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun
bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk
berkomunikasi dengan orang lain, maka keterampilan berkomunikasi
termasuk keterampilan mendengar harus dimiliki peserta didik.
xxxii
d) Keterampilan berpikir
Tingkat keterampilan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap
kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar
dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal
dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang keterampilan
berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, system,
kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, pengambil
keputusan, dan pemecahan masalah.
e) Keterampilan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki bangsa berketerampilan kalbu yang baik merupakan aset
batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Keterampilan
kalbu yang terdiri dari iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan
unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber
kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya suatu bangsa sangat
dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan.
f) Keterampilan mengelola kesehatan badan
Peserta didik sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan
kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan
yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat.
Berolahraga secara teratur, makan yang berqizi dan bervitamin,
menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan
keterampilan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam
kehidupan peserta didik.
g) Keterampilan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk
mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya
keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai
xxxiii
keinginan baru tersebut. Keterampilan merumuskan dua hal yang
karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang
h) Keterampilan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu
beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
2) Keterampilan Instrumental
a) Keterampilan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat
penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar
mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan da
mempersiapkannya untk mempelajari dan mengembangkan teknologi
yang ada.
b) Keterampilan mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara-cara
mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan mengalokasikan
sumber daya.
c) Keterampilan bekerjasama dengan orang lain
Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang
dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak
asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan
akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman,
kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan
masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.
d) Keterampilan memanfaatkan informasi
Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara
cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali
cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan aneka ragam informasi yang
xxxiv
ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan dan mengevaluasi
informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, menafsirkan dan
mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk
mengolah data agar menjadi informasi.
e) Keterampilan menggunakan sistem dalam kehidupan
Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, sistem
dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara
berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai
sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan
seperti bank, perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus
dikenalinya secara baik.
f) Keterampilan berwirausaha
Keterampilan berwirausaha adalah keterampilan memobilisasi sumber
daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau
untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki cirri-ciri : (1)
bersikap dan berpikir mandiri, (2) memiliki sikap berani menanggung
resiko, (3) tidak suka mencari kambing hitam, (4) selalu berusaha
menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya, (5) terbuka terhadap
umpan balik, (6) selalu ingin perubahan yang lebih baik, (7) tidak perbah
merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi
perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Keterampilan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
Tidak semua peserta didik menyukai keterampilan berpikir, sebagian
dari mereka menyukai keterampilan-keterampilan kejuruan seperti
misalnya pertanian, peternakan, kerajinan, bisnis, boga, busana,
industri, olahraga, dan kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan
keterampilan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk
mencari nafkah.
h) Keterampilan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
xxxv
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap
memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan
peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu dikenalkan tentang
potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan
untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah
lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang
sesuai dengan potensi dirinya.
i) Keterampilan menjaga harmoni dengan lingkungan
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya
sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh
panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana
sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta
didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan
tersebut.
j) Keterampilan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Peserta didik perlu diberi bekal kemampuan mengintegrasikan
kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga
kesatuan bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap
negaranya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pahlawan,
apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab,
kesadaran sebagai warganegara, adalah contoh-contoh keterampilan
hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Menurut A. Malik Fajar Dalam majalah Amanah edisi Mei (2002:17) menyatakan
konteks keterampilan hidup ada delapan sasaran yaitu:
1) Keterampilan membaca 2) Keterampilan menulis 3) Keterampilan berhitung dengan bantuan teknologi ataupun tidak 4) Keterampilan bekerjasama 5) Keterampilan mengintegrasikan diri dengan lingkungan sosial, budaya, alam. 6) Keterampilan memainkan teknologi
xxxvi
7) Keterampilan memanfaatkan sumber kekayaan alam yang ada dilingkungannya
8) Keterampilan memelihara minat dan proses belajar secara terus menerus
Dengan menguasai delapan konteks keterampilan hidup tersebut diharapkan
masyarakat mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
3. Tinjauan Umum Siap Pakai
a. Pengertian Siap Pakai
Suatu lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum berbasis pada
keterampilan hidup diharapkan mampu menciptakan tamatan yang siap pakai. Siap
pakai dalam arti bisa langsung diserap dunia kerja atau industri.
Menurut Hidayanto (2002:277) mengatakan:
”Pendidikan siap pakai merupakan frame dari belajar terampil. Frame ini dalam jangka waktu tertentu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesaat walaupun kata siap pakai itu sendiri masih selalu menjadi bahan perdebatan karena dapat diterjemahkan dari berbagai sudut pandang misalnya siap pakai untuk apa dan dimana”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa konsep pendidikan siap
pakai merupakan pesanan dari dunia industri untuk memenuhi kebutuhan tenaga
terampil., oleh karena itu bentuk keterampilan yang diberikan harus searah dengan
kepentingan dunia industri. Menurut Hidayanto (2002:277) menyatakan “ Konsep ini
tidak salah jika digunakan pada upaya pemenuhan salah satu aspek kebijakan
pembangunan tetapi jika digunakan sebagai platform dari kebijkan pendidikan umum
justru akan merusak substansi pendidikan itu sendiri”.
Menurut Drost dalam Hidayanto (2002:278) mengatakan “ Tugas lembaga
pendidikan bukan memberikan sesuatu yang dikehendaki masyarakat, melainkan
memberikan sesuatu yang dibutuhkannya”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
xxxvii
bahwa suatu lembaga pendidikan bukan sekedar sebagai lembaga yang secara pasif
melayani tuntutan masyarakat, tetapi juga perlu mengkritisinya.
Dalam konteks pembangunan akan menjadi keliru jika sumber daya manusia
ditempatkan hanya sebagai pekerja atau salah satu faktor produksi. Menurut Suryadi
dalam Hidayanto (2002:278) menyatakan “ Tenaga kerja dalam kaitannya dengan
konsep sumber daya manusia berdimensi ganda”. Hal itu berarti dalam waktu
bersamaan manusia tidak hanya berperan sebagai pekerja atau faktor produksi, tetapi
sekaligus sebagai produsen, konsumen, sumber gagasan, serta sumber penggerak untuk
pemanfaatan seluruh peluang yang ada. Suryadi dalam Hidayanto menekankan bahwa “
Terlalu sederhana jika kekuatan manusia hanya dipandang dari segi penguasaan
keterampilan semata”. Sesuai dengan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa lulusan
suatu lembaga pendidikan tidak hanya dibekali berbagai keterampilan hidup tetapi juga
perlu dibekali dengan sikap positif, wawasan luas, serta cara berpikir yang inovatif.
Pengertian siap pakai dapat diartikan sebagai upaya mempunyai keterampilan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga peserta didik setelah lulus nanti
dapat diserap oleh dunia kerja. Guna mendapatkan lulusan yang siap pakai ditentukan
oleh relevansi output lembaga pendidikan dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
Apabila output suatu lembaga pendidikan tidak dapat diterima oleh masyarakat maka
kualitasnya tentu tidak sesuai dengan yang diharapakan oleh masyarakat. Dalam proses
pendidikan harus memperhitungkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga
perlu adanya relevansi antara program pendidikan yang ada di lembaga pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat selain itu masyarakat perlu didekatkan kepada lembaga
pendidikan.
b. Kebijakan Link and match
Link and match adalah kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan relevansi sekolah kejuruan,
yaitu relevansi kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia
usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai
strategi dalam kebijakan Link and match diantaranya adalah model penyelenggaraan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk
xxxviii
penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematik
dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai
suatu tingkat keahlian professional tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan suatu
strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif
yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah
kejuruan, masyarakat dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika
tersebut.
Menurut Mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djojonegoro dalam
http/www.dikti.go.id tanggal 7 Januari 2008 menyatakan :
“Era globalisasi menuntut sumber daya manusia tangguh. Pendidikan yang berorientasi aspek kompetensi menjadi kuncinya sehingga proses belajar mengajar yang memfokuskan pada nilai sepatutnya mulai ditinggalkan. Paradigma pendidikan harus mulai berubah dari supply minded (orientasi jumlah) menjadi demand minded (kebutuhan) ke dunia kerja. Harus digali, kompetensi apa saja yang dibutuhkan pasar kerja ke depan. Maka, sekolah wajib mengajarkan kompetensi, bukan lagi sekedar ijazah. Proses dan penyelenggaraan pendidikan harus fleksibel (lentur), bisa dengan sistem modul”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa pola pendidikan sekarang
harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang
memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan
kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya
relevansi program pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu
mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun
dunia kerja.
c. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam menopang kebutuhan
tenaga kerja yang trampil dan terdidik guna menunjang perkembangan di berbagai
sektor, termasuk didalamnya sektor dunia industri/perusahaan. Pendidikan disini tidak
saja berfungsi sebagai saran, namun lebih merupakan sasaran srategis guna
xxxix
menceredaskan kehidupan bangsa dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, pendidikan merupakan tanggung
jawab bersaama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan telah ditujukan dengan ikut
sertanya dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
Disamping sebagai penyelenggara pendidikan formal, masyarakat dalam hal ini lembaga
pengguna tenaga kerja bisa juga berperan sebagai penyelenggara pendidikan yang
bersifat terapan, misalnya dalam bentuk pelatihan atau pemagangan agar terjadi
interaksi yang positif antara lembaga pengguna tenaga kerja dengan lembaga
pendidikan.
Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga pendidikan
dengan masyarakat. Lembaga pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga
masyarakat mengenai pengembangan putra-putri mereka. Aspirasi, kebutuhan,
kemampuan dan kondisi masyarakat selalu berubah. Perubahan masyarakat
mengharuskan perubahan pada lembaga pendidikan. Melalui pendekatan situasional,
perubahan-perubahan lembaga pendidikan lebih mudah diwujudkan. Diharapkan
dengan mengikuti perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat, memungkinkan
lembaga pendidikan tetap tegak berdiri.
Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat hendaknya terjadi kerjasama
yang saling menguntungkan. Lembaga pendidikan memberi pelayanan kepada
masyarakat terhadap kebutuhan tenaga kerja, termasuk sebagai agen pembaharu
terhadap masyarakat dengan penemuan-penemuannya. Sebaliknya masyarakat
mengimbangi pemberian lembaga pendidikan dengan ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kemajuan lembaga pendidikan,
karena disadari perkembangan sarana dan prasarana lembaga pendidikan belum
sepesat di dunia kerja. Perlu adanya kerjasama agar terjadi keserasian antara
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kerja dengan yang terjadi pada lembaga
pendidikan.
xl
B. Kerangka Pemikiran
Community College merupakan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja pada bidang-bidang tertentu dan dapat
menjadi tenaga terampil yang siap pakai serta dapat mempunyai standar keahlian dan
kompetensi.
Saat ini, dunia kerja dan masyarakat selalu menuntut agar dunia pendidikan
dapat mencetak dan membentuk tenaga terampil siap pakai yang berkualitas dan
professional dibidangnya. Oleh karena itu, Community College sebagai suatu lembaga
pendidikan dan pelatihan yang selalu dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin cepat
kerja berupaya sebaik mungkin agar berbagai tuntutan dari dunia kerja dan kebutuhan
masyarakat dapat terealisasi dan peserta didiknya dapat menjadi tenaga terampil siap
pakai yang mampu berkompetisi di dunia kerja dan para tamatan Community College
mempunyai bekal pengetahuan, keterampilan, keahlian, pengalaman, dan sikap mental
yang tinggi.
Upaya program Community College agar peserta didiknya menjadi tenaga
terampil siap pakai sehingga dapat berkopetisi di dunia kerja dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
1. Kurikulum dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penerapan
kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan perwujudan dari keterampilan
hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik diharapkan mampu menciptakan
peserta didik menjadi terampil.
2. Sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga terampil yang
siap pakai.
3. Pengelola yang profesional dan handal yang dapat menjalankan sistem agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
xli
4. Tenaga terampil yang berkualitas yang mampu menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan baik di lembaga pendidikan maupun di dunia kerja (on the job training).
5. Peserta didik yang selalu dilatih dan dididik sehingga akan menjadi peserta didik
yang inovatif, kreatif, produktif yang akan berkopetisi di dunia kerja.
6. Partisipasi masyarakat yang sangat membantu terlaksananya kegiatan pendidikan
dan pelatihan khususnya dunia kerja. Kebutuhan masyarakat yang selalu berubah
maka program Community College juga akan selalu berubah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kesesuian itu diharapkan setiap tamatan
Community College dapat diserap oleh masyarakat khususnya dunia kerja.
Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap program Community
College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai dan akan menjadi
fokus penelitian ini baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat
tercapainya kualitas sumber daya manusia yang terampil dan siap pakai. Untuk lebih
memperjelas kerangka pemikiran di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gb. 1 Skema Kerangka Pemikiran
Program Community College
1. Kurikulum 2. Sarana dan Prasarana 3. Pengelola 4. Pengajar 5. Peserta Didik
Dunia Kerja Output/Tenaga Trampil Siap Pakai
xlii
BAB III
METODOLOGI
Penelitian merupakan suatu kerangka keilmuan yang menggunakan dasar
keilmiahan sebagai pijakan tentunya memerlukan sebuah metode penelitian yang tepat
sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia keilmuwan dan
lingkungan sekitarnya.
Istilah metodologi terdiri dari dua kata yaitu metodos dan logos. Metodos
berarti cara dan logos berarti ilmu. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2001:328),
“Metodologi adalah pengetahuan tentang metode dan metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian”.
Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (2000:5), “Metodologi penelitian merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari
kebenaran”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan kesimpulan bahwa
metodologi adalah suatu ilmu yang memperbincangkan tentang cara-cara atau metode-
metode dalam penelitian untuk menemukan atau mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian
Penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan untuk memperoleh data-data
yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.
xliii
Adapun yang menjadi tempat penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di
Community College Universitas Sebelas Maret dengan alasan sebagai berikut :
Lokasi tersebut terdapat data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Lokasi penelitian mudah dijangkau, sehingga memudahkan peneliti.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah usulan penelitian ini disetujui oleh dosen
pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari pihak-pihak yang berwenang.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai selesai.
Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk Penelitian
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan
secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau
mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam proses
penyelesaian suatu permasalahan diperlukan suatu pendekatan.
Atas dasar telaah teori yang telah disusun dan melihat permasalahan yang ada
dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Menurut Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong (2002:3) mengemukakan bahwa
“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya”.
Dalam penelititan kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme (natural
setting) artinya bahwa realitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:12) yang menyatakan
27
xliv
bahwa “Pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam
situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada
deskripsi secara alami.”. Kemudian Van Mannen dalam HB Sutopo (2002:35)
menambahkan bahwa “Penelitian kualitatif kepentingan pokoknya terletak pada
peristiwa nyata dalam dunia aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada”.
Strategi Penelitian
Strategi diartikan sebagai cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Sutopo (2002:113)
mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif dikenal juga adanya studi kasus
tunggal dan kasus ganda, dan secara khusus merupakan penelitian terpancang atau
terbuka tanpa penelitian sebelumnya (holistic penuh)”. Berdasarkan pendapat tersebut
dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga yaitu :
a Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu karakteristik dan
sudah memilih dan menentukan variabel yang menentukan variabel yang menjadi
fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
b Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu
yang meiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel
yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
c Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus
sebelum peneliti terjun ke lapangan.
Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal
terpancang. Alasan dari pemilihan strategi ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
a Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu permasalahan saja
yaitu program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil
siap pakai.
xlv
b Penelitian ini disebut terpancang artinya peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki
bekal yang berupa asumsi-asumsi atau teori yang sudah ada. Hal ini tercermin dalam
pembuatan proposal penelitian sebelum peneliti mengumpulkan data di lapangan.
Sumber Data
H.B. Sutopo (2002:49) mengemukakan bahwa “Sumber data kualitatif secara meyeluruh
dapat dikelompokkan sebagai nara sumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat
atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2006:129) mengatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka untuk memperoleh data informasi yang
berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut, sumber data diambil dari :
Informan
Informan adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan
melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Dalam penelitian kualitatif
posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu
yang memiliki informasinya.
Lokasi dan peristiwa
Dari tempat atau lokasi dan lingkungannya, peneliti dapat mengkaji secara cermat dan
kritis, menarik kemungkinan kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Lokasi dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan harus
sesuai dengan konteksnya dan situasi yang melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa.
Peneliti mengambil tempat di Community College Universitas Sebelas Maret karena di
Community College tersebut tersedia data yang berguna untuk memecahkan masalah
dalam penelitian ini.
xlvi
Arsip dan dokumen
Menurut H.B. Sutopo (2002:54) “Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dokumen yang menjadi
sumber data penelitian meliputi segala bentuk arsip dan dokumen operasional yang
relevan dengan obyek penelitian. Sumber data diambil dari warkat yang berupa
dokumen dan arsip yang ada di Community College yang berhubungan dengan
penelitian ini dan sesuai dengan tema dan masalah yang diteliti.
Teknik Sampling (teknik Cuplikan)
Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang
akan digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai cuplikan ini hampir tidak bisa
dihindari oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya, mengingat selalu adanya
beragam keterbatasan yang dihadapi peneliti, misalnya mengenai waktu, tenaga, biaya
dan mungkin hal-hal lainnya.
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau
memfokuskan pada permasalahan agar penelitian sampel lebih mengarah pada tujuan
penelitian. Suharsimi Arikunto (2006:16-17) mengemukakan bahwa “Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat yaitu :
1. Accindential Sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuaya terlebih dahulu.
2. Purposive Sampling, yaitu menetukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
3. Cluster Quota Sampling yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas yang diinginkan terpenuhi.
4. Snow ball Sampling yaitu peneliti memilih responden secara berantai”
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling (sampel bertujuan), sampel tidak ditekankan pada jumlah sampel, namun lebih
ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan yang diteliti. Cara
pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai
dengan tujuan penelitian. Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti
menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi
xlvii
tentang masalah yang diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin yamg dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut H.B. Sutopo (2002:56)
“Dengan teknik purposive sampling ada kecenderungan peneliti untuk memilih informan
yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap”. Peneliti juga menggunakan teknik
snow ball sampling karena responden juga diperoleh secara berantai.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk
memperoleh data dalam penelitian. Data sangat diperlukan dalam penelitian guna
membuktikan kebenaran sutau peristiwa atau pengetahuan. Oleh karena itu suatu
penelitian sangat membutuhkan data yang obyektif.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi
Menurut H.B Sutopo (2002:64) bahwa “Teknik Observasi digunakan untuk
mengali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”. Spradly seperti yang dikutip oleh H.B Sutopo (2002:65) juga menjelaskan bahwa “ Pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi : (1) Tidak berperan sama sekali; (2) Observasi berperan yang terdiri dari berperan aktif, berperan pasif dan berperan penuh”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Observasi tak Berperan
Dalam observasi tak berperan, peneliti dalam melakukan observasi sama sekali
tidak diketahui kehadirannya oleh subyek yang diamati.
b Observasi berperan Pasif
xlviii
Dalam observasi ini peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak
berperan sebagai apapun selain pengamat pasif, namun hadir dalam konteksnya.
c Observasi berperan Aktif
Observasi ini merupakan cara khusus dan peneliti tidak bersikap pasif sebagai
pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu yang
berkaitan dengan penelitiannya, dengan pertimbangan sesuai yang bisa
diperolehnya dan dimanfaatkan bagi pengumpulan data.
d Observasi Berperan Penuh
Jenis observasi ini diartikan bahwa peneliti memang memiliki peran dalam lokasi
studinya sehingga benar-benar sebagai penduduk atau sebagai anggota lembaga
atau organisasi yang sedang dikaji
2. Wawancara
Lexy J. Moleong (2002:135) mengemukakan bahwa “ Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu “. Menurut Guga dan Lincoin seperti yang
dikutip oleh Lexy J Moleong (2002:137) berpendapat bahwa “Macam-macam
wawancara adalah sebagai berikut : a) wawancara oleh tim atau panel, b) wawancara
tertutup dan wawancara terbuka, c) wawancara riwayat lisan dan d) wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut :
a Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang,
tetapi oleh dua atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai.
xlix
b Wawancara tertutup dan wawancara terbuka
Wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak
menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai, sedang wawancara terbuka adalah
mereka yang sedang diwawancarai mengetahui dan menyadari bahwa mereka
sedang diwawancarai.
c Wawancara Riwayat Lisan
Maksud wawancara ini adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya,
kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya dan lain-lain.
d Wawancara Terstruktur dan Wawancara tidak Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara
dilakukan. Pertanyaannya telah diformulasikan oleh peneliti secara pasti, dan
respondennya diharapkan dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kerangka
kerja pewawancara dan definisi permasalahannya. Wawancara tidak terstuktur
dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended dan mengarah pada
kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal
terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan
mendalam.
3. Analisis Dokumen
Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting
dalam penelitian kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231) “ Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya”. Pelaksanaan analisis dokumen dilakukan dengan cara mencatat arsip
maupun dokumen yang isinya berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Dokumen dibagi menjadi dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen
pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat
pribadi, dan autobiografi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen
eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu
l
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen
demikian menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat menyajikan
petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi
yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan, dan
berita yang disiarkan pada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan untuk
menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.
Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari hasil penelitian. Hal
ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya benar-benar dapat
dipertangungjawabkan karena validitas data menunjukkan mutu seluruh proses
pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah terkumpul diolah dan diuji
kebenarannya melalui teknik pemeriksaan tertentu. Dalam penelitian kualitatif terdapat
beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) data
penelitian, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik trianggulasi. Moleong
(2002:178) mengemukakan “ Teknik trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Menurut Patton yang dikutip oleh Sutopo (2002:78) menyatakan bahwa “Ada empat
macam teknik trianggulasi yang dipakai yaitu (1) trianggulasi sumber, (2) trianggulasi
peneliti, (3) trianggulasi metode, (4) triangulasi teori”. Penjelasan macam triangulasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Triangulasi Sumber
Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber
yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu
bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis
yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis
maupun sumber yang berbeda jenisnya.
li
2. Triangulasi Peneliti
Yang dimaksud dengan cara trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik
data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa
diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang
dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil
digali dan dikumpulkan berupa catatan diharapkan bisa terjadi pertemuan
pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.
3. Triangulasi Metode
Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan pengumpulan data
yang berbeda, bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber
data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
4. Triangulasi Teori
Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa
perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak
hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh
menyeluruh.
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencapai
validitas data adalah trianggulasi sumber.
Analisis Data
Menurut Lexy J Moleong (2001:103) “Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan
oleh data”. Analisis data tersebut dapat diperoleh dengan cara mengorganisasikan dan
mengurutkan data tersebut kedalam kelompok tertentu.
Penelitian ini mengunakan analisis data model interaksi. Menurut MB Miles dan
AM, Huberman sebagaimana dikutip oleh HB Sutopo (2002:94) “Analisis dalam
penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen”, yaitu :
lii
1. Reduksi data
Merupakan bagian analisis yang berlangsung terus menerus selama kegiatan
penelitian bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, artinya sebelum data
terkumpul secara keseluruhan, proses analisis sudah dilakukan. Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data
Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data, yaitu mengorganisis
informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam menabungkan
dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penambaran proses
serta memahami fenomena yang ada pada objek penelitian
3. Penarikan kesimpulan / verifikasi
Data yang diperoleh di lapangan, sejak awal peneliti sudah menarik kesimpulan.
Kesimpulan itu mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat sementara, tetapi
kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu pernyataan yang
telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data yang dilaksanakan. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan
yang bersifat sementara. Agar kesimpulan lebih mantap maka peneliti
memperpanjang waktu observasi tersebut sampai ditemukan data baru yang dapat
mengubah kesimpulan sementara sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang baik.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan
untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin
sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu
menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.
Pengumpulan Data
Penyajian Data Reduksi Data
Penarikan
liii
Gambar 2 : Komponen analisis data model interaktif
Sumber : H.B Sutopo (2002:96)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dari
awal samapi akhir. Menurut Lexy J Moleong (2002:85) “Tahap-tahap penelitian
yang akan dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap
analisis data dan tahap penyusunan laporan”.
Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yakni dari pengajuan judul,
penyusunan proposal dan mengurus perijianan untuk memperlancar jalannya
kegiatan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya setelah persiapan peneliti adalah peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumen. Ketiga teknik ini
liv
digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benar-
benar valid.
3. Tahap Analisis Data Awal
Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan
tersebut sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan dapat diketahui data-data
yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal ini dilakukan agar data yang diambil
benar-benar sesuai dengan hasil yang telah dirumuskan.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam
mengumpulkan data dan merupakan data yang mendukung tujuan penelitian. Pada
tahap akhir ini data dianalis sudah melampai analisis awal. Dengan demikian
diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap selanjutnya setelah analisis data akhir adalah menarik kesimpulan yang harus
didasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung data yang valid sehingga akan
diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
Tahap selanjutnya setelah penarikan kesimpulan adalah penulisan laporan hasil
penelitian yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Dari hasil penelitian tersebut
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
lv
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai berikut :
BAB IV
HASIL PENELITIAN
E. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Riwayat Singkat Program Community College
Program Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta berlokasi di
jalan Jenderal Ahmad Yani No. 200 Pabelan Surakarta. Program Community College
adalah lembaga pelatihan kerja dan profesi pasca SLTA yang mulai tahun 2002 telah
dibuka dan diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelenggaraan
Community College Universitas Sebelas Maret Surakarta (CC UNS) ini bekerja sama
dengan Departemen Pendidikan Nasional dan dunia kerja/industri (DUDI), guna
memberikan bekal life skill bagi peserta diklat.
Persiapan
Penelitian
Pengumpulan Data Analisis Data Awal
Analisis Data Akhir
Penarikan
Kesimpulan
Pembuatan dan
Penggandaan
Pembuatan
Proposal
Penelitian
lvi
Program Community College UNS mempunyai program keahlian yang selalu
berubah setiap tahun, hal ini disebabkan karena program Community College berbasis
pada kepentingan masyarakat, jadi program keahlian yang ditawarkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2007/2008 program Community College UNS
membuka 1 (satu) program keahlian, yaitu Pusdiklat Teknik Otomotif Suzuki UNS
bekerjasama dengan PT. Indomobil Niaga Internasional.
2. Latar Belakang Penyelenggaraan Community College
Penyelenggaraan Community College Universitas Sebelas Maret dilatarbelakangi
oleh :
a. Banyaknya lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi.
b. Banyaknya angkatan kerja yang tidak dibekali dengan keterampilan kerja yang
memadai.
c. Banyaknya angka pengangguran yang menjadi masalah secara nasional.
d. Kebutuhan TKI legal yang berkualitas yang dibutuhkan oleh beberapa negara
tetangga.
e. Era global (AFTA) yang tidak dapat dihindari dan harus dihadapi oleh Negara
Indonesia.
3. Referensi Penyelenggaraan Program Community College
Referensi penyelenggaraan program Community College Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pengalaman pengelolaan Program Pendidikan Teknisi Ahli UNS (PTA-UNS) selama
10 tahun.
b. Pengalaman pengelolaan Pusdiklat UNS selama 5 tahun.
c. Pengalaman pembinaan SMK di wilayah Surakarta.
d. Berpengalaman mengelola LPTK sejak tahun 1968 (sejak era FKT IKIP Surakarta).
4. Kondisi Sumber Daya Manusia
Keadaan sumber daya manusia di Community College UNS meliputi peserta
diklat tahun 2007/2008 berjumlah 30 peserta dari pemkab Wonogiri.
40
lvii
Tenaga kependidikan dalam hal ini tenaga pengajar dan instruktur program
Community College UNS berjumlah 34 orang. Selain tenaga kependidikan, program
Community College UNS memiliki tenaga non kependidikan yang meliputi petugas
administrasi dan karyawan yang berjumlah 2 orang.
5. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan program Community College UNS adalah kurikulum
yang berbasis kompetensi diharapkan peserta diklat setelah melalui masa pendidikan
dan pelatihan dapat menguasai berbagai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia
kerja, sedangkan didalam kurikulum berbasis produksi diharapkan tamatan program
Community College UNS dapat menjadi sumber daya manusia yang kreatif dan
produktif, sehingga dapat menjadi seorang wirausahawan di berbagai bidang yang
ditekuni.
6. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan dalam program Community College UNS
adalah dengan menggunakan sistem blok. Sistem blok ini berbeda dengan sistem kredit
semester. Sistem blok adalah suatu sistem pendidikan dimana peserta diklat dibagi
menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok harus mengikuti pendidikan
dan pelatihan secara teori dan praktek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
F. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Prosedur pelaksanaan Program Community College
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Prosedur dalam pelaksanaan program Community College ditempuh melalui
beberapa tahap. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan program Community College
lviii
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret
Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran
Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri. Hal ini dilakukan karena
program Community College ini bekerjasama dengan Disduknakertrans Wonogiri. Hal
tersebut seperti dikemukakan oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa
“Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri.” Pendaftaran dilakukan mulai
tanggal 4 Juni-30 Juni 2007. Pendaftaran hanya dilayani di Disduknakertrans Wonogiri
dan calon peserta harus datang langsung untuk mendaftar.. Hal tersebut seperti
dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “Pendaftar yang ingin mengikuti
program CC harus mendaftar langsung ke Disduknakertrans Wonogiri … .”
Peserta juga harus memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program
Community College. Hal tersebut sesuai dengan yang informasi hasil wawancara dengan
informan 5, 6, 7. Salah satu informasi dari informan 6 menyatakan bahwa ” Syarat-
syaratnya adalah lulusan SMK Otomotif atau SMA jurusan IPA, kemudian belum
menikah, fotokopi ijasah atau STTB, kemudian pas photo hitam putih ukuran 3x4
sebanyak 4 lembar, lalu usia maksimal 21 tahun, dan membayar uang pendaftaran
sebesar Rp. 50.000,00.” Calon peserta yang tidak memenuhi kualifikasi yang ada maka
mereka akan didiskualifikasi.
b. Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai
dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes
wawancara. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh informan 7 yang mengungkapkan “…
melaksanakan tes uji gelombang pertama berupa tes tertulis. Setelah gelombang
pertama dinyatakan lulus kemudian melanjutkan ke gelombang kedua yaitu berupa
wawancara.” Tes tertulis berisi tentang pengetahuan umum dan pengetahuan tentang
mekanik, sedangkan tes wawancara dan psikotes dilakukan untuk mengetahui potensi
dan latar belakang calon peserta. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
informan 2 yang menyatakan bahwa “Tes Tertulis, yang berisi tentang materi
pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik… . Wawancara dan Psikotest,
lix
untuk mengetahui atau menggali latar belakang serta hal-hal yang berkaitan dengan
peserta baik kondisi fisik maupun psikis peserta dan juga wawasan tentang materi
mesin dan pengoperasiannya.” Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan maka tim
akan berembuk untuk menentukan siapa calon peserta yang lulus seleksi baik pada tes
tertulis dan hasil wawancara.
Tabel 1 Hasil seleksi yang dilakukan Community College UNS
Daftar Peserta program Community College UNS
Adi Gunawan Eko Sulistyo Suyadi
Agung Setyawan Fredi Suryana Wasis
Anan Priharjanto Giyarto Widodo Hadi Wibowo
Ari Setyawan Ichsan Ashari Wibowo
Sujarwo
Ario Permadi Ismail Ibnu Subroto Sidiq Rochmadi
Aripin Andrian Maralita Cahyo Utomo
Tri Wahono
Aris Setyawan M. Rofih Nur H Sandi Eko Prasetyo
Ariyanto Rachmawan Pekik Pradono
Hartono
Bukhori Taat Kurniawan
Ramadhan Hasri Waskito
Rudi Kiswanto
Eko Setiarto Rossi Nurdiansyah Yusuf Setyawan Sumber : Kantor Community College, 2007
lx
Pengumuman hasil seleksi dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2007 yang
akan disebarkan di papan informasi Disduknakertrans Wonogiri. Pengumuman akan
hasil seleksi hanya terbatas untuk peserta sebanyak 30 orang yang akan menjadi peserta
diklat program Community College. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh informan
1 yang menyatakan bahwa “Tim akan menyaring peserta yang ada menjadi 30 orang
saja.”
c. Perkuliahan
Perkuliahan bagi peserta program Community College UNS dilakukan selama
kurang lebih 7 bulan yang terbagi atas 30% teori dan 70% praktek.
Tabel 2 Beban kuliah teori dan praktek Community College UNS
Materi Jam Kuliah Total
Teori 43 hari X 8 jam
kerja
344 jam kerja
Praktek 88 hari X 8 jam
kerja
704 jam kerja
Sumber : Kantor Community College UNS, 2007
Perkuliahan dilaksanakan dengan sistem blok. Agar mudah dalam pelaksanaan
dan pengendalian maka perkuliahan dilakukan di Community College UNS yang
bertempat di Pabelan Kartasura. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
informan 2 yang mengungkapkan bahwa “Perkuliahan dilakukan selama + 7 bulan yang
bertempat di Community College UNS di Pabelan.” Pada saat perkuliahan para peserta
Community College akan diberi bekal teori maupun praktek yang berkaitan dengan
kewirausahaan, mekanik kendaraan dan teknologi.
Perkuliahan dimaksudkan untuk memberikan bekal teori maupun praktek
kepada para peserta program Community College UNS sebagai persiapan untuk
lxi
melakukan training di bengkel-bengkel Suzuki dan mempersiapkan mereka menjadi
tenaga terampil dan mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dalam realitas dunia
usaha tempat mereka bekerja nantinya. Perkuliahan juga dilakukan di Training Center
Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
oleh informan 2 yang mengungkapkan bahwa “Selain diadakan perkuliahan di UNS
Pabelan, perkuliahan juga dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2
minggu.” Di sana mereka akan mendapatkan materi tentang high tech maupun materi
yang tidak mereka dapatkan di Community College UNS.
d. On The Job Training (OJT)
Peserta yang telah menyelesaikan perkuliahan, maka tahap selanjutnya adalah
mereka harus melaksanakan OJT (On the Job Training). OJT adalah latihan dengan
bekerja secara langsung dalam proses atau jasa di perusahaan, agar peserta memiliki
keterampilan dan kompetensi bagi profesi teknisi sesuai yang akan mereka lakukan
nantinya. Peserta Community College wajib melaksanakan OJT. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa “Peserta CC
juga harus menempuh OJT.”
Tabel 3 Daftar Peserta On the Job Training (OJT)
No Nama Tempat OJT Alamat
1 Adi Gunawan PT. Anugrah Mobil Utama
Jl. Warung Buncit Raya No. 203 Mampang Prapatan Jakarta
Selatan 2 Agung Setyawan
3 Anan Priharjanto PT. Sunmotor Buana Trada
Jl. Letjen Suprapto M. 78 Cempaka Putih Jakarta Pusat
4 Ari Setyawan
5 Ario Permadi PT. Buana Indomobil Trada -
PIK Jl. Pantai Indah Selatan 1 ST/A,
Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara 6 Aripin Andrian
lxii
7 Aris Setyawan PT. Karya Agung Alexander
Motor - Bungur Jl. Bungur Besar raya No. 70,
Bungur Kemayoran Jakarta Pusat 8 Ariyanto
9 Bukhori Taat Kurniawan
PT. Handijaya Buana Trada Jl. Gunung Sahari Raya No. 34, Ancol – Pademangan Jakarta
Utara 10 Eko Setiarto
11 Eko Sulistyo PT. Citra Asri Buana –
Kebayoran Lama Jl. Raya Kebayoran Lama No. 2,
Kel. Grogol Utara Jakarta Selatan 12 Fredi Suryana
13 Giyarto PT. Rachmat Mas Adisons Jl. Kapten Tendean No. 47, Mampang Jakarta Selatan
14 Ichsan Ashari Wibowo PT. CSM Corporatama
Jl. Hayam Wuruk No. 6 Jakarta Pusat
15 Ismail Ibnu Subroto
16 Maralita Cahyo U
PT. Remaja Motor Jl. Raya Kudus – Pati Km. 3 Kudus 17
M. Rofih Nur H
18 Rachmawan Pekik
Pradono CV. Pulung Abadi
Jl. Jenderal Sudirman No. 293 Semarang
19 Ramadhan Hasri
Waskito
20 Rossi Nurdiansyah PT. SunMotor Indosentra
Trada Jl. Madukoro No. 4-5 (Kompleks
PRPP) Semarang 21 Rudi Kiswanto
22 Suyadi PT. Solo Indonesia Utama
Jl. Raya Kartasura Km. 8 Pabelan Solo
23 Wasis
24 Widodo Hadi Wibowo PT. Solo Indonesia Utama Jl. Raya Solo-Klaten Km. 4 Ngaran
Mlese Klaten
25 Sujarwo PT. SumberBaru AnekaMotor
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 36 Gunung Simping Cilacap
26 Sidiq Rochmadi
lxiii
27 Tri Wahono PT. SumberBaru SentralMotor
Jl. Ahmad Yani No. 378A Magelang
28 Sandi Eko Prasetyo
29 Hartono FA. Pusaka Motor – Pasar
Minggu Jl. Raya Pasar Minggu No. 36
Jakarta Selatan
Sumber : Kantor Community College UNS, 2008
OJT dilaksanakan selama 2 bulan. Pelaksanaan OJT dimulai tanggal 14 Juli
sampai dengan tanggal 13 September 2008. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh informan 6 yang mengungkapkan bahwa “…dilanjutkan OJT di
bengkel resmi di seluruh Jawa selama 2 bulan.” Setiap peserta akan disebar dan
ditempatkan di bengkel-bengkel Suzuki untuk melakukan OJT.
Penempatan peserta untuk melakukan OJT ditentukan oleh PT. Indomobil Niaga
International secara langsung sehingga peserta tidak perlu memilih bengkel tempat
mereka akan melakukan OJT. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
informan 1 yang mengungkapkan bahwa “Dalam penentuan tempat OJT, akan
ditentukan dari pihak Suzuki pusat langsung.”
e. Penempatan
Kelebihan dari adanya program Community College UNS adalah bahwa adanya
kepastian bagi peserta untuk bekerja di bengkel Suzuki. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh informan 5 yang mengungkapkan bahwa “… setelah kita lulus kita
pasti ditempatkan untuk bekerja di bengkel resminya Suzuki.” Peserta program
Community College yang telah menempuh semua kegiatan yang diselenggarakan dan
lulus dari program Community College maka mereka punya kesempatan untuk bekerja di
bengkel Suzuki sebagai tenaga teknisi. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan
informan 1 yang menyatakan bahwa “Bagi peserta yang sudah menyelesaikan
perkuliahan dan juga telah lulus dari CC maka peserta tersebut akan direkrut oleh pihak
Suzuki langsung yang akan dipekerjakan sebagai tenaga mekanik yang akan ditempatkan
di seluruh bengkel Suzuki yang tersebar di seluruh Indonesia.”
Tabel 4 penempatan kerja peserta Community College UNS
lxiv
Nama Penempatan Alamat Efektif Per- Keterangan
Fredi Suryana
PT.CITRA ASRI BUANA-KEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008 -
Aris Setiawan - - - Menikah
Sidiq Rochmadi
PT. ANUGRAH MOBIL UTAMA
Jl. Warung Buncit Raya No. 203, Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan
Januari 2009
Eko Sulistyo PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
Giyarto PT.CITRA ASRI BUANA-KEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008 -
Adi Gunawan PT.MEGA MOBIL UTAMA (CHERY INDOMOBIL)
Jl.Raya Solo Permai CA.43-47, Solo Baru,
Sukoharjo Januari 2008
Rudi Kiswanto
PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009 -
Rossi Nurdiansyah
PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009 -
Agung Setyawan
PT.CITRA ASRI BUANA-KEBAYORAN LAMA
Jl. Raya Kebayoran Lama No.2, Kel.Grogol Utara, Jakarta Selatan
Desember 2008 -
Maralita Cahyo Utomo
PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
M Rofih Nur Hidayat
PT. SOLO INDONESIA UTAMA
Jl. Raya Kartasura Km. 8, Pabelan Surakarta
Januari 2009
Wasis PT.MEGAHPUTRA SEJAHTERA-MAKASSAR
Jl. G. Latimojong No.131 Makassar
Januari 2009 -
Tri Wahono PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
lxv
Sujarwo PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Sandi Eko Prasetyo
- - -
Mengundurkan diri dengan
alasan melanjutkan
kuliah
Ramadhan Hasri
Waskito
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Suyadi PT. UNITED INDOBALI Jl. Imam Bonjol No. 537, Denpasar Bali
Pebruari 2009
Aripin Andrian
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Ichsan Ashari Wibowo
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Widodo Hadi Wibowo
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Anan Priharjanto
PT.NUSANTARA JAYA SENTOSA
Jl. Soekarno-Hatta No. 289
Pebruari 2009 -
Ari Setyawan PT. UNITED INDOBALI Jl. Imam Bonjol No. 537, Denpasar Bali
Pebruari 2009
Rachmawan Pekik
Pradono
- - - Menikah
Bukhori Taat Kurniawan
PT. SALUYU MOTOR JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
Hartono PT. SALUYU MOTOR JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
Eko Setiarto PT. SALUYU MOTOR JL. Gatot Subroto No. 162 Bandung
Pebruari 2009
lxvi
Ismail Ibnu Subroto
PT. PANCA JULANGJAYA MOTOR - KELAPA GADING
Jl. Pegangsaan Dua No. 16, Kelapa Gading,
Jakarta Utara
Pebruari 2009
Ariyanto PT. PANCA JULANGJAYA MOTOR - KELAPA GADING
Jl. Pegangsaan Dua No. 16, Kelapa Gading,
Jakarta Utara
Pebruari 2009
Ario Permadi - - - Keluar
Yusuf Setyawan
- - - Keluar
Sumber : Kantor Community College UNS, 2009
Penempatan peserta di bengkel Suzuki berdasarkan rangking nilai yang mereka
peroleh dari total nilai keseluruhan yang mereka lakukan di Community College. Bagi
mereka yang nilainya baik akan langsung ditempatkan di bengkel yang membutuhkan
dan bagi yang nilainya standar menunggu adanya permintaan tenaga teknisi dari
bengkel Suzuki di seluruh Indonesia. Penempatan peserta di bengkel Suzuki ditentukan
langsung dari pusat yaitu langsung dari PT. Indomobil Suzuki International sebagai induk
dari Suzuki. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan informan 1 yang menyatakan
bahwa “Penempatan peserta CC ditentukan oleh pihak Suzuki Pusat di Jakarta… .”
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program Community College dalam rangka
mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret Surakarta ada beberapa faktor
lxvii
pendukung maupun faktor penghambat yang mempengaruhi baik dari pihak Community
College, pihak Suzuki, maupun yang dialami peserta.
Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak Community
College dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret ada beberapa macam. Faktor
pendukungnya antara lain karena masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal
dalam bidang teknisi di dunia kerja sehingga tenaga mereka masih sangat dibutuhkan.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa
“Kebutuhan tenaga teknisi tingkat menengah di dunia kerja.” Sumber daya manusia
yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas juga menjadi faktor pendorong. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menyatakan bahwa “…
CC merupakan program yang dibentuk oleh UNS yang bertujuan untuk menghasilkan
teknisi yang berkualitas karena dididik oleh tenaga pengajar yang handal dari pihak UNS
sendiri yang sudah berpengalaman.” Faktor penghambatnya adalah program ini
merupakan program semacam kursus ataupun pusdiklat bagi siswa yang baru lulus dari
SMK sehingga peserta yang ada disini tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli
madya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang
menyatakan bahwa “Mayoritas lulusan siswa menginginkan kuliah di Program S1 dan
D3.” Para siswa banyak yang menginginkan ada tindak lanjut dari program ini, misalnya
ada kesempatan untuk bisa melanjutkan untuk memperdalam ilmunya di perguruan
tinggi. Mahalnya biaya untuk melaksanakan program ini juga menjadi faktor
penghambatnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang
menyatakan bahwa “… masalah biaya, karena untuk melaksanakan program ini
memerlukan berbagai sarana dan prasarana yang cukup supaya program ini berhasil.”
Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak Suzuki
dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret juga ada beberapa macam. Faktor
pendukung program Community College adalah karena dari pihak perguruan tinggi
memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu mengelola pendidikan teknisi
yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga International sehingga sekarang
pengelolaan pendidikan teknisi ditangani oleh pihak UNS. Hal tersebut sesuai dengan
lxviii
yang dikemukakan oleh informan 3 yang menyatakan bahwa “… Perguruan Tinggi tentu
punya segudang cara untuk mendidik manusia , banyak aktor intelektual.” Faktor
penghambat program Community College adalah karena adanya peralihan pengelolaan
maka pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di
Community College UNS. Pembangunan tersebut harus dilakukan karena adanya
kerjasama dintara pihak Suzuki dan pihak Community College yaitu adanya
pembangunan infrastruktur secara bersama. Hal ini menimbulkan pihak Suzuki harus
mengeluarkan biaya yang banyak untuk ikut membangun di kampus Community
College UNS di Pabelan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 4
yang menyatakan bahwa “… dari segi biaya yang dihasilkan akan tinggi karena kami juga
harus membangun infrastruktur di UNS juga.”
Faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang dialami pihak peserta
program Community College UNS dalam pelaksanaan program Community College
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas sebelas Maret
juga ada beberapa macam. Faktor pendukung program ini adalah bagi peserta yang
telah lulus dari program ini dan berhasil menyelesaikan program ini akan mempunyai
kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki di seluruh Indonesia sebagai tenaga
teknisi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 5 yang
menyatakan bahwa “… setelah kita lulus kita pasti ditempatkan untuk bekerja di
bengkel resminya Suzuki.” Faktor penghambatnya adalah untuk mengelola dan
melaksanakan program ini memerlukan biaya yang sangat banyak tetapi biaya yang ada
terbatas sehingga tidak semua sarana dan prasarana ada. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh informan 6 yang mengemukakan bahwa “… segi sarana dan
prasarana yang kurang mendukung… .” Biaya yang tidak terduga juga menjadi faktor
penghambat karena biaya ini harus dikeluarkan dan pembayarannya tidak kita duga
sama sekali. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 5 yang
menyatakan adanya “… biaya tak terduga misalnya untuk OJT itu harus biaya sendiri dan
training di Jakarta juga harus dengan biaya sendiri.”
lxix
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan program Community College dalam
rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas sebelas Maret Surakarta
Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga kerja siap pakai ada beberapa hambatan yang terjadi. Hambatan yang dialami
oleh pihak Community College sebagian besar karena mahalnya biaya untuk
mengadakan program Community College ini. Program ini dapat berjalan karena adanya
kerjasama antara pihak Community College UNS dengan pihak PT. Indomobil Suzuki
International. Hambatan tersebut diatasi dengan sharing biaya. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Adanya bantuan
biaya dari pemerintah daerah dan juga bantuan sarana dan prasarana penunjang dari
pihak Suzuki.”
Hambatan yang dialami oleh pihak Suzuki karena biaya yang cukup tinggi yang
harus dikeluarkan pihak PT. Indomobil Niaga International. Cara pemecahan dari
masalah tersebut adalah bahwa pengadaan sarana dan prasarana penunjang akan
dilengkapi secara bertahap dan juga mengadakan kuliah pemantapan di Training Center
di Pulo gadung di Jakarta. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan
3 yang menyatakan bahwa ”Secara bertahap kita menambah peralatan dan
mengadakan kuliah pemantapan di TC Pulo Gadung selama 2 minggu.”
Hambatan yang dialami oleh pihak peserta antara lain karena sarana dan
prasarana yang kurang mendukung dan juga adanya biaya yang tidak terduga. Cara
pemecahan dari masalah sarana dan prasarana yang kurang mendukung adalah dengan
berusaha mencari ilmu dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain. Hal tersebut
sesuai dengan yang informasi hasil wawancara dengan informan 5, 6, 7 . Salah satu
informasi dari informan 6 menyatakan bahwa “Saya berusaha untuk mencari ilmu dari
luar misalnya PKL lagi di bengkel di daerah saya.” Cara pemecahan masalah yang
menyangkut biaya tidak terduga yaitu mereka akan minta uang kepada orang tua
lxx
mereka masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan
informan 5, 6, 7. Salah satu informasi dari informan 5 menyatakan bahwa ”… masalah
biaya saya sudah ancang-ancang sama orang tua… .”
G. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Prosedur pelaksanaan Program Community College
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam Rencana Pelaksanaan Program Community College UNS meliputi tahap-
tahap yaitu : 1) Tahap Persiapan yang meliputi : pengajuan kerjasama, sosialisasi, 2)
Tahap Pelaksanaan yang meliputi : pendaftaran, seleksi, pengumuman, perkuliahan, OJT,
wisuda, 3) Penempatan lulusan (Community College UNS. Rencana Pelaksanaan Program
Community College Tahun 2007). Adapun tahap dalam prosedur pelaksanaan program
Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas Sebelas Maret adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran
Calon peserta yang ingin mengikuti program Community College harus
mendaftar terlebih dahulu di Disduknakertrans Wonogiri. Peserta harus mendaftar
secara langsung ke Disduknakertrans dan tidak dapat diwakilkan.
Berdasarkan hasil penelitian, calon peserta yang akan mengikuti program
Community College harus memenuhi semua persyaratan yang ada. Menurut Lin
Grensing-Pophal (2007:14) menyatakan bahwa “Pastikan agar setiap persyaratan yang
anda ajukan benar-benar terkait secara khusus dengan pekerjaan”. Persyaratan yang
harus diperhatikan calon peserta program Community College adalah adalah lulusan
SMK Otomotif atau SMA jurusan IPA, kemudian belum menikah, fotokopi ijasah atau
STTB, kemudian pas photo hitam putih ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar, lalu usia
lxxi
maksimal 21 tahun, dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 50.000,00. Calon
peserta yang tidak memenuhi kualifikasi yang ada maka mereka dianggap gugur.
b. Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta program Commmunity
College yang berkualitas. Menurut Drs. Alex S. Nitisemito dalam www. Shvoong.com
tanggal 17 April 2009 menyatakan bahwa “Seleksi adalah kegiatan suatu
perusahaan/instansi untuk memilih pegawai yang paling tepat dan dalam jumlah yang
tepat pula dari calon yang dapat ditariknya”. Seleksi dilakukan sebanyak 2 kali yang
meliputi tes tertulis dan tes wawancara. Seleksi tertulis dengan materi tertulis berisi
tentang pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik. Tes wawancara
bertujuan untuk mengetahui potensi dan latar belakang calon peserta. Menurut Lin
Grensing Pophal, SPHR (2007:70) menyatakan bahwa “wawancara adalah unsur yang
sangat penting dalam mengambil keputusan merekrut karyawan”. Pengumuman akan
hasil seleksi akan disebarluaskan dipapan informasi Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam menentukan calon peserta yang lulus seleksi
tim akan berembug terlebih dahulu dan berdasarkan nilai tes tertulis dan wawancara.
Pengumuman calon peserta yang dinyatakan lulus seleksi dilakukan dengan
menempelkan di papan informasi di Disduknakertrans. Peserta yang akan dididik
menjadi tenaga teknisi diambil sebanyak 30 orang.
c. Perkuliahan
Para peserta program Community College agar dapat melaksanakan pekerjaan
mereka maka mereka perlu mendapatkan pendidikan maupun pelatihan sesuai dengan
bidang pekerjaan yang akan mereka kerjakan nantinya. Perkuliahan bagi peserta
program Community College UNS dilakukan kurang lebih 7 bulan yang terbagi 30% teori
dan 70% praktek. Materi dalam perkuliahan berupa teori maupun praktek yang
berkaitan dengan kewirausahaan, mekanik kendaraan dan teknologi.
Berdasarkan hasil penelitian perkuliahan dilakukan melalui pemberian teori di
kelas maupun praktek langsung. Perkuliahan dilakukan di Community College UNS di
Pabelan selama + 7 bulan.Perkuliahan dilakukan dengan sistem blok. Perkuliahan juga
lxxii
dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2 minggu. Disana mereka
mendapatkan materi tentang high tech dan materi yang belum didapatkan di
Community College UNS.
d. On the Job Training
Peserta yang telah melalui perkuliahan di Community College UNS maupun telah
melakukan kuliah di Training Center Suzuki di Pulo Gadung Jakarta maka mereka harus
menerapkan teori maupun praktek yang telah diberikan untuk melakukan On the Job
Training (OJT). Menurut Oemar Hamalik (2001:21) menyatakan bahwa “On the Job
Training bertujuan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan
tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan tersebut”. Mereka akan
dilatih untuk mengerjakan tugas maupun pekerjaan yang akan mereka kerjakan natinya
yaitu sebagai tenaga teknisi.
Berdasarkan hasil penelitian, OJT dilakukan selama 2 bulan. Peserta akan
ditempatkan di seluruh bengkel Suzuki di seluruh pulau Jawa. Peserta yang akan
melakukan OJT akan ditempatkan oleh PT. Indomobil Niaga International secara
langsung sehingga peserta tidak perlu mencari tempat untuk OJT sendiri.
e. Penempatan
Peserta program Community College yang telah menyelesaikan pendidikan dan
pelatihan di Community College UNS maka mereka akan direkrut langsung oleh pihak PT.
Indomobil Niaga International sebagai karyawan mereka. Peserta Community College
akan dipekerjakan sebagai tenaga teknisi di bengkel-bengkel Suzuki di seluruh Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, penempatan kerja peserta berdasarkan rangking
nilai yang mereka peroleh saat melakukan program Community College UNS mulai dari
awal sampai akhir. Bagi mereka yang nilainya baik akan langsung ditempatkan di bengkel
yang membutuhkan dan bagi yang nilainya standar menunggu adanya permintaan
tenaga teknisi dari bengkel Suzuki di seluruh Indonesia. Penempatan tempat untuk
bekerja ditentukan pihak PT. Indomobil Niaga International secara langsung sehingga
peserta yang akan ditempatkan untuk bekerja tidak dapat memilih.
lxxiii
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program Community College dalam rangka
mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta ada beberapa faktor
yang mempengaruhi baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat.
Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mendukung maupun faktor yang
menghambat yang dialami pihak Community College UNS selama pelaksanaan program
Community College dalam rangka membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai
berikut :
a. Faktor Pendukung
1. Masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal dalam bidang teknisi di dunia
kerja sehingga tenaga terampil masih banyak yang dibutuhkan.
2. Sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas sehingga
mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan professional.
b. Faktor Penghambat
1. Peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di Community College UNS tidak
akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya.
2. Mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana dan
prasarana yang lengkap supaya program ini berhasil.
Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak
Suzuki selama pelaksanaan program Community College dalam rangka membentuk
tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1. pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang mampu
mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT. Indomobil Niaga
International.
lxxiv
b. Faktor Penghambat
1. Pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di
Community College UNS sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar.
Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami peserta
Community College UNS dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka
membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1. Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Community
College UNS akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki di
seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi
b. Faktor Penghambat
1. Pengelolaan dan pelaksanaan program Community College memerlukan biaya
yang sangat banyak tetapi biaya yang ada terbatas sehingga tidak semua sarana
dan prasarana ada.
2. Adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta
Community College UNS.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan program Community College dalam
rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di
Universitas sebelas Maret Surakarta
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. SWOT singkatan dari lingkungan internal Strengths
dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Peluang
(Opportunities) dari CC adalah dunia kerja masih membutuhkan tenaga terampil yang
banyak; banyak lulusan SMK yang belum bisa diserap di dunia kerja tapi tidak bisa
meneruskan ke perguruan tinggi. Ancaman (Threats) dari CC adalah adanya LPK lain;
persepsi masyarakat yang lebih mementingkan gelar daripada ketrampilan. Kekuatan
lxxv
(Strengths) dari CC adalah karena nama besar UNS yang terkenal di masyarakat; sarana
dan prasarana atau infrastruktur yang sudah ada tinggal dilengkapi. Kelemahan
(Weaknesses) dari CC adalah pendanaan mandiri; birokrasi atau alur yang terlalu rumit.
Berdasarkan hasil penelitian upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret yang dialami oleh pihak Community
College UNS, pihak Suzuki maupun peserta ada berbagai cara masing-masing yang
mereka lakukan. Pihak Community College mengatasi masalah yang terjadi dengan cara
sharing biaya antara pihak Community College dan pihak Suzuki. Pihak Suzuki mengatasi
masalah yang terjadi dengan cara pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan
secara bertahap. Adanya pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta
juga merupakan pemecahan masalah yang dilakukan pihak Suzuki. Peserta Community
College mengatasi permasalahan yang ada dengan cara dengan berusaha mencari ilmu
dari luar misalnya belajar dari bengkel-bengkel lain. Masalah biaya tidak terduga,
mereka mengatasinya dengan meminta uang kepada orang tua peserta masing-masing.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan tenaga
kerja siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada saat ini sudah berjalan baik
meskipun tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Target dari program ini adalah
membentuk tenaga terampil siap pakai sebanyak 30 orang tetapi yang berhasil
menyelesaikan program ini hanya sebanyak 25 orang. Pelaksanaan program ini dapat
memacu pertumbuhan sektor nonformal yang pada akhirnya nanti akan dapat
meningkatkan pendapatan serta memberikan konstribusi pada perbaikan ekonomi
daerah dan nasional. Pelaksanaan program Community College dalam rangka
mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
lxxvi
1. Prosedur pelaksanaan program Community College dalam rangka mempersiapkan
tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas Maret Surakarta meliputi :
1) Pendaftaran
Pendaftaran dilakukan di Disduknakertrans Wonogiri. Pendaftar yang ingin
mengikuti program Community College harus mendaftar langsung ke
Disduknakertrans Wonogiri dan tidak boleh diwakilkan. Peserta juga harus
memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program Community
College UNS.
2) Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai
dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan
tes wawancara. Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan maka tim akan
berembuk untuk menentukan siapa calon peserta yang lulus seleksi baik pada
tes tertulis dan hasil wawancara. Pengumuman akan hasil seleksi akan ditempel
di papan informasi Disduknakertrans Wonogiri dan diambil peserta sebanyak 30
orang yang akan menjadi peserta diklat program Community College UNS.
3) Perkuliahan
Perkuliahan bagi peserta program Community College UNS dilakukan selama
kurang lebih 7 bulan yang terbagi atas 30% teori dan 70% praktek. Perkuliahan
dilakukan di Community College UNS yang bertempat di Pabelan Kartasura. Para
peserta Community College akan diberi bekal teori maupun praktek yang
berkaitan dengan kewirausahaan, mekanik kendaraan dan teknologi.
Perkuliahan juga dilakukan di Training Center Suzuki Pusat di Jakarta selama 2
minggu. Disana peserta program akan belajar tentang high tech maupun materi
yang tidak diperoleh di Community College UNS.
4) On the Job Training
OJT dilakukan agar para peserta CC dapat mempraktekkan ilmu yang sudah
didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Pelaksanaan OJT
dilakukan selama 2 bulan dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan
57
lxxvii
ditempatkan di seluruh bengkel Suzuki yang ada di Indonesia. Penempatan OJT
ditentukan langsung dari PT. Indomobil Niaga International.
5) Penempatan
Peserta program Community College yang telah menempuh semua kegiatan
yang diselenggarakan dan lulus dari program Community College maka mereka
punya kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki sebagai tenaga teknisi.
Penempatan peserta di bengkel Suzuki berdasarkan rangking yang mereka
peroleh pada saat mereka masih mengadakan perkuliahan di Community
College UNS. Penempatan peserta di bengkel Suzuki ditentukan langsung dari
pusat yaitu langsung dari PT. Indomobil Suzuki International.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program Community College
dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Universitas Sebelas
Maret Surakarta ada beberapa macam. Faktor pendukung dan faktor penghambat
yang dialami pihak Community College adalah :
a. Faktor Pendukung
1) Masih kurangnya tenaga yang terampil dan handal dalam bidang teknisi di
dunia kerja sehingga tenaga terampil masih banyak yang dibutuhkan.
2) Sumber daya manusia yang dimiliki UNS yang handal dan berkualitas
sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan
professional.
b. Faktor Penghambat
1) Peserta yang telah menyelesaikan pendidikan di Community College UNS
tidak akan mendapatkan gelar sarjana atau ahli madya.
2) Mahalnya biaya untuk melaksanakan program karena pengadaan sarana
dan prasarana yang lengkap supaya program ini berhasil.
Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak
Suzuki adalah :
lxxviii
a. Faktor Pendukung
1) Pihak perguruan tinggi memiliki tenaga ahli dan berpengalaman yang
mampu mengelola pendidikan teknisi yang dulu hanya dikelola PT.
Indomobil Niaga International.
b. Faktor Penghambat
1) Pihak Suzuki harus ikut serta dalam membangun infrastruktur yang ada di
Community College UNS sehingga biaya yang dikeluarkan pihak Suzuki besar.
Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami peserta
Community College UNS adalah :
a. Faktor Pendukung
1) Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Community
College UNS akan mempunyai kesempatan untuk bekerja di bengkel Suzuki
di seluruh Indonesia sebagai tenaga teknisi
b. Faktor Penghambat
1) Pengelolaan dan pelaksanaan program Community College memerlukan
biaya yang sangat banyak tetapi biaya yang ada terbatas sehingga tidak
semua sarana dan prasarana ada.
2) Adanya biaya-biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan peserta
Community College UNS.
3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat pelaksanaan
program Community College dari pihak masing-masing berbeda-beda. Pihak
Community College mengatasi masalah dengan melakukan sharing biaya dengan
pihak Suzuki sehingga pihak Community College tidak terlalu besar dalam
mengeluarkan biaya. Pihak Suzuki mengatasi masalah yang terjadi dengan cara
pengadaan sarana dan prasarana penunjang dilakukan secara bertahap.
Pemantapan kuliah di Training Center di Pulo Gadung Jakarta juga merupakan
pemecahan masalah yang dilakukan pihak Suzuki. Peserta Community College
lxxix
mengatasi permasalahan dengan cara berusaha mencari ilmu dari luar misalnya
belajar dari bengkel-bengkel lain atau dari buku. Biaya tidak terduga diatasi peserta
dengan cara meminta uang dari orang tua masing-masing.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan yang telah dikemukakan, maka
dikemukakan implikasi hasil penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan keterampilan hidup.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak
Community College UNS untuk meningkatkan pelaksanaan program Community College
dengan lebih baik dan bersama-sama pihak PT. Indomobil Niaga International dan pihak-
pihak lain yang bersangkutan dalam upaya pembentukan tenaga terampil siap pakai baik
peningkatan kualitas maupun kuantitas. Pengembangan harus terus dilakukan guna
mencapai tujuan karena pembentukan tenaga terampil siap pakai dapat memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat dan pemerintah dalam pembentukan tenaga kerja
terampil dan pengurangan jumlah pengangguran.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Saran untuk pihak Community College
a. Sosialisasi tentang program Community College UNS dapat lebih diperluas misalnya
dengan pembuatan website tersendiri yang berisi tentang penjelasan tentang
Community College UNS ataupun melalui iklan di media cetak dan elektronik.
b. Adanya suatu kerjasama maupun komunikasi yang terjalin lebih intensif dan erat
baik antara pihak Community College UNS dengan pihak Suzuki sehingga pihak
lxxx
Community College akan selalu memperoleh tiap informasi maupun sarana dan
prasarana dari pihak Suzuki .
2. Saran untuk pihak PT. Indomobil Niaga International
a. Perlu adanya penambahan jam kuliah di Training Center di Pulo Gadung karena
waktu perkuliahan yang terlalu singkat .
b. Kerjasama pihak Suzuki dengan pihak Community College dapat lebih ditingkatkan
dan lebih dipererat lagi misalnya dalam penambahan kouta peserta Community
College.
3. Saran untuk peserta program Community College
Peserta juga perlu mengembangkan pengetahuan tentang teknologi otomotif
baik dari media cetak maupun elektronik karena setiap saat teknologi itu
berkembang dan up to date.
lxxxi
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron.2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
CC UNS. 2005. Penyelenggaraan Program CC UNS. Surakarta : CC UNS.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Direktori Community College Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dr. Oemar Hamalik. 2001. Pengembangan Sumber Daya manusia, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan ”Pendekatan Terpadu”. Jakarta : Bumi Aksara.
FKIP UNS. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta. UNS Press
Freddy Rangkuti. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Haris Iskandar, Ph. D. 2005. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Melalui Community College. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
HB Sutopo.2002. Pengumpulan Data Dan Model Analisis Penelitian Kualitatif. Surakarta:UNS Press.
Hidayanto.2002.Keterampilan Belajar dan Belajar Keterampilan. Jurnal Penelitian Edisi VII
http://Buletin Bisnis.com (Diakses tanggal 15 September 2008)
http://program2005.dikmenjur.net (Diakses 24 Juni 2008)
http://jurnalnet.com (Diakses tanggal 9 Mei 2008)
http://pakguruonline.pendidikan.net (Diakses tanggal 31 januari 2008)
http:// www.antara.co.id (Diakses tanggal 15 September 2008)
http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/21/pendidikan kecakapan hidup. htm. (Diakses tanggal 23 Juni 2008)
http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/34/implementasi life skill dalam.htm (Diakses tangggal 7 Januari 2008)
http://www.dikti.go.id (Diakses 21 Juli 2008)
http://www.Harian Sinar Indonesia Baru.com (Diakses tanggal 15 September 2008)
lxxxii
http://www.nel/college.scholn2 (Diakses tanggal 7 Januari 2008)
http://www.smu-net.com (Diakses tanggal 7 januari 2008)
http://www.Suara Merdeka.com/harian/osol//15/kot 09 htm (Diakses tanggal 21 Mei 2008)
http://.www.usoe.k.12.ut.us/curr/life skills (Diakses tanggal 13 April 2008)
http://vsoc.k.12.ut.us/curr/life skills (Diakses tanggal 13 April 2008)
http://Svoong.com (Diakses tanggal 17 April 2009)
Jujun S Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Jaya.
Lexy J Moleong.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya.
Lin Grensing-Pophal, SPHR. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Usaha Kecil
dan Menengah. Jakarta : PT. Ina Publikatama
Muhadjir.N.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Prof.Dr.Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Prof. Suyanto, Ph.D. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global). Jakarta : PSAP Muhammadiyah.
SBY-JK Belum Ada Prestasi Soal Kemiskinan. Kompas. 1 Desember 2007
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.
Umar Kayam.2000. Menggagas Pendidikan Rakyat. Jakarta: Grasindo
63
lxxxiii