Analisis potensi sumberdaya lahan untuk...

166
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SAP1 POTONG DI KABUPATEN KARO MARKUS MALAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Transcript of Analisis potensi sumberdaya lahan untuk...

Page 1: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SAP1 POTONG

DI KABUPATEN KARO

MARKUS MALAU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 2: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo" adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2007

Markus Malau NRP A253050134

Page 3: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

ABSTRAK

MARKUS MALAU. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo (Potential Analysis of Land Resources for Beef Cattle Development in Karo Regency). Dibimbiig oleh ATANG SUTANDI, UUP S. WIRADISASTRA.

Sumberdaya lahan, temak dan hijauan makanan temak (HMT) merupakan komponen yang berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan sapi potong. Lahan yang optimal untuk pengembangan sapi potong adalah yang sesuai lingkungan ekologis dan mampu menghasilkan makanan temak yang cukup, berkualitas dan kontinyu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi jenis-jenis penggunaan lahan untuk pengembangan sapi potong; (2) menentukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong; (3) menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman HMT yang dorninan dan potensi untuk dikembangkan serta bagaimana tingkat ketersediaannya (daya dukung); serta (5) menentukan prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong. Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja), Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Microsoft Excel.

Melalui analisis dan pengolahan citra satelit Landsat TM7 diidentifikasi jenis-jenis penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong, yakni lahan-lahan usahatani yang mendukung penyediaaan pakan HMT antara lain: sawah, tegalan, kebun campwan, semak/rerumputan, dan lahan terbuka dengan luas 135.000 Ha (62% dari luas wilayah penelitian). Hasil analisis menunjukkan bahwa sebahagian besar wilayah Kabupaten Karo kwang sesuai sebagai lingkungan ekologis sapi potong baik sistem gembala maupun kandang, dengan faktor pembatas utama adalah terrain (lereng dan elevasi) serta temperature humidity index (THI). Lahan yang sesuai lingkungan ekologis sapi potong pada pemeliharaan sistem gembala mencapai 79.831 Ha (36,50%) sedangkan sistem kandang 58.771 Ha (26,87%).

Total daya dukung @D) HMT pada kesesuaian lahan aktual mencapai 93.567 satuan temak (ST) sehingga mampu menampung tarnbahan temak sapi potong sebesar 43.585 ST sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 133.371 ST dengan kapasitas peningkatan (KP) sapi potong sebesar 83.388 ST. Berdasarkan tingkat ketersediaan HMT pada keadaan kesesuaian lahan aktual, sebagian besar lahan berada pada status rawan sampai sangat kritis mencapai 75.908 Ha (34.71% dari luas wilayah kabupaten) dengan rata-rata DD hijauan sebesar 1,32 ST/Ha sedangkan pada kesesuaian lahan potensial, tingkat ketersediaan HMT pada status aman sebanding dengan status rawan sampai sangat kritis.

Berdasarkan landuse, lahan tegalan dan sawah mempunyai kemampuan menyediakan HMT yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya. Pada keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata DD hijauan pada lahan tegalan dan sawah masing-masing 1,30 dan 0,96 ST/Ha, sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1.79 dan 1,36 ST/Ha.

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, baik sistem gembala atau kandang, lahan prioritas I terdapat pada lahan tegalan dengan luas 10.537 Ha dan sawah 12.263 Ha. Pada sistem gembala, lahan pada prioritas I mempunyai total DD sebesar 64.240 ST sehingga mampu menerima tambahan sapi potong sebesar

Page 4: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

51.403 ST atau rata-rata 1,41 ST/Ha sedangkan pada sistem kandang, lahan prioritas I mempunyai total DD sebesar 46.984 ST sehingga marnpu menerima tarnbahan sapi potong sebanyak 3 1.304 ST atau rata-rata 1,37 ST/Ha.

Arahan lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo adalah sistem diversifikasi pada lahan tegalan dan sawah. Untuk sistem gembala, luas areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas kabupaten) dengan KP sapi potong 27.000 ST (1,32 ST/Ha) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan 15.932 Ha (7,28%) dengan KP sapi potong 24.403 ST (4,39 ST/Ha). Sedangkan untuk sistem kandang luas areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial dengan mencapai 12.263 Ha (5,63% dari luas total kabupaten karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan 10.537 Ha (4,84%).

Page 5: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofzlm, dun sebagainya

Page 6: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SAP1 POTONG

DI KABUPATEN KARO

MARMUS MALAU

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 7: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Judul Tesis : Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo

Narna : Markus Malau NRP : A253050134

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

Diketahui

Tanggal Ujian: 22 Februari 2007 Tanggal Lulus: 0 8 MAR 2007

Page 8: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

yang tercinta Fran.sisf&a B Situmorang, Stefani rihn Patric&Hanison atas doa, fiarapan rihn du&ungan k a h n sehma ini .....

Ucapan syu(ur:

atas terka6uCnya pemwhoionan melhCui Wbvena i i a Sahm Maria

Page 9: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala rahrnat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul "Analisis Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Karo".

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, maka perkenankan penulis menyampaikan ucapan terirna kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Uup S.

Wiradisastra, M.Sc selaku pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Ir. Junaidi A. Rachim selaku penguji luar komisi, yang telah banyak memberikan biibingan dan saran;

2. Ketua Program Studi Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr dan segenap dosen pengajar serta asisten pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah, atas bimbingan dan dukungannya.

3. Pimpinan Pusbindiklati-en-Bappenas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi dan memberikan beasiswa tugas belajar ini.

4. Kepala Kantor PDE (Bapak Ir. Mulia Barus, M.Si) beserta staf dan Pemerintah Kabupaten Karo atas dukungan, bantuan dan ijin yang telah diberikan selama melaksanakan tugas belajar di Institut Pertanian Bogor

5. Segenap staf Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah yang telah membantu kelancaran penulis selama studi.

6. Bapak Ir. Suratman, peneliti pada Puslittanak Bogor yang telah memberikan referensi, konsultasi dan masukan.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB tahun 200512006 atas bantuan, kerjasama dan dukungannya.

8. Kedua orangtua dan mertua, ifo dan lae J. Simatupang (Padang) serta adek- adekku atas doa, motivasi dan dukungannya.

9. Lae Daniel, Shanty, Men-Eko (Jakarta) atas bantuan dan dorongan semangat. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis baik secara moril maupun matenl dalam penyelesaian tulisan ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan keiemahan, namun penulis berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Markus Malau

Page 10: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 23 September 1969 dari bapak 3.R Malau dan ibu H br. Sitanggang. Penulis merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara.

Sekolah dasar hingga menengah atas diselesaikan di Bukittinggi Sumatera Barat. Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bukittinggi dan pada tahun yang sama lulus seleksi mas& pada jurusan Produksi Temak Fakultas Petemakan Universitas Andalas Padang melalui jalur undangan PMDK dan tarnat tahun 1995.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah diperoleh pada tahun 2005 atas ijin tugas belajar dari Pemerintah Kabupaten Karo dan beasiswa pendidikan dari Pusat Pembinaan, P e n d i d i dan Pelatihan Perencana (PusbiidiMatren) Bappenas.

Saat ini penulis bekerja pada Kantor Pengolahan Data Elektronik (PDE) Kabupaten Karo Provinsi Surnatera Utara, dengan tugas utama antara lain membantu dalam perencanaan dan penerapan teknologi informasi dalam rangka mendukung e-government di Kabupaten Karo.

Page 11: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

DAFTAR IS1

Hataman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

.................................................................................... DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................... 1 Perumusan Masalah ........................................................................... 3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

.............................................................................. Manfaat Penelitian 3 ....................................................................... Keterbatasan Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... Sapi Potong

Evaluasi Sumberdaya Lahan ............................................................... Karakteristik dan Kualitas Lahan ....................................................... Kesesuaian Lahan ............................................................................... Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia ........................................................................................ Hijauan Makanan Ternak ...................................................................

............................................ Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Pola Pengembangan dan Bentuk Usaha Sapi Potong ........................

................................................................ Sistem Informasi Geografis Penginderaan Jauh untuk Penutupan/Penggunaan Lahan ...................

BAHAN DAN METODE .............................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Bahan .................................................................................................. . .

Kerangka Pem~hran ........................................................................... Metode dan Analisis ...........................................................................

...................... Identifikasi Jenis Penutupank'enggunaan Lahan ........ Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong

Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hijauan Ternak .. Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan

........................................................................................ Ternak Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Ternak Sapi Potong ........................................................................................

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Penutupan dan Penggunaan Lahan ..................................................... 38 Penduduk ........................................................................................... 39 Iklim ................................................................................................ 40 Topografi ........................................................................................... 46 Geologi dan Batuan Induk ................................................................. 49

Page 12: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

.................................................................... Satuan Lahan dan Tanah Hidrologi ............................................................................................

.......................................................... Keadaan dan Kesuburan Tanah . . ................................................................. Kondisi Umum Petemakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan dan Penggunaan Lahan ..................................................... Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong .................................. Kesesuaian Lahan Tanaman Hiiauan Makanan Temak ...................... .,

Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Olyza sativa) .......... Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Gogo .................................... . Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung .......................................... Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar ...................................... Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Hijau ..............................

............................. Kesesuaian Lahan Tanaman Rurnput Gajah Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Setaria ...........................

............................. Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Alam Kesesuaian Lahan Tanaman Leguminosa ................................

.............................................. Ketersediaan Hijauan Makanan Temak ................................................................ Prioritas dan Arahan Lahan ............................................................. Prioritas Arahan Lahan

Arahan Lahan Pengembangan ................................................... ............................................................................ SIMPULAN DAN SARAN

..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

................................................................................................... LAMPIRAN

Page 13: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan sumber peta dan data sekunder .................................................. 23

2 Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi gembala ................................................................................................ 30

3 Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi kandang ................................................................................................ 30

4 Kriteria status daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan indeks daya dukung .............................................................................................. 33

5 Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan ............................................ 33

6 Karakterisasi potensi sumber pakan alami pada tiap penggunaan lahan .......................................................................................................... 33

7 Nilai satuan temak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Karo tahun 2005 ......................................................................................................... 34

8 Matrik prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong ....................... 34

9 Luas wilayah dan penutupanlpenggunaan lahan Kabupaten Karo ........................................ menurut data BPS (2005) dan peta digital RBI 38

10 Luas wilayah. jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten tahun 2005 ................................................................................................ 39

1 1 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karo di sembilan stasiun pengamatan tahun 1985 . 2005 ............................................................... 40

12 Zona agroklimat berdasarkan jumlah bulan basah dan kering di Kabupaten di 9 stasiun pengamatan tahun 1985-2005 ............................ 43

13 Rata-rata suhu udara di stasiun Kutagadung tahun 19962005 dan stasiun tongkoh tahun 2000-2005 ............................................................ 43

14 Rata-rata persentase kelembaban nisbi di stasiun Kutagadung tahun 1996-2005 dan stasiun Tongkoh tahun 2000-2005 .................................. 44

15 Bentuk wilayah dan luas lahan berdasarkan kelerengan di Kabupaten Karo ....................................................................................... 46

16 Ketinggian dan luas wilayah di Kabupaten Karo ...................................... 46

17 Jenis-jenis tanah dominan yang dijumpai di Kabupaten Karo ................. 55

18 Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Karo menurut Taksonomi Tanah (1975) dan Dudal & Soepraptohardjo (1960) ............................... 56

19 Perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2000-2005 .............................................................................................. 59

20 Luas penggunaan lahan sawah dan lahan kering serta populasi temak ................................... ruminansia utama di Kabupaten Karo tahun 2004 60

Page 14: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

21 Jenis penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo tahun 2005 berdasarkan interpretasi citra Landsat TM7 .............................................

22 Luasan dan jenis penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Karo (Ha) .. . .. . . .. . . . . . .. . . . . .. .. ... . . . .. .. . . .. . .. .. .. . . .. . . .. . . . .. . .. . .. . . . . . .. . . . .. .. . .. .. . .. . .. . . . .. .. .. . . . . . .. . .

23 Persentase luasan dan jenis penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Karo ........................................................................................

24 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo ............ 25 Sebaran lahan sesuai lingkungan ekologis sapi potong berdasarkan

Ianduse . ... . .. . .. . .. .. .... ... .. ... .. .... . .. .. .. . . .. .. ..... ... ...... .. .. ... .. ... .. ..... . ..... .. ... .. .. .. .. ... 26 Luas kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo ... 27 Kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo ...................... 28 Kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo ........................ 29 Kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo ............................. 30 Kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo ........................... 3 1 Kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo .................... 32 Kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo ................... 33 Kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo ................. 34 Kesesuaian lahan tanaman rumput dam di Kabupaten Karo .................... 35 Kesesuaian lahan tanaman legurninosa di Kabupaten Karo ..................... 36 Tingkat kepadatan usaha temak ruminansia di Kabupaten Karo tahun

2005 .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . 37 Status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo tahun

2005 ........................................................................................................... 38 Daya dukung hijauan makanan temak dan kapasitas peningkatan sapi

potong menurut kecamatan di Kabupaten Karo ........................................ 39 Sebaran status daya dukung potensial pada lahan usahatani di

Kabupaten Karo ....................................................................................... 40 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan landuse di

Kabupaten Karo ....................................................................................... 41 Jenis tanaman sumber hijauan menurut musim tanam pada lahan

sawah dan tegalan di Kabupaten Karo ..................................................... 42 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan musim tanarn pada

lahan sawah dan tegalan di Kabupaten Karo ........................................... 43 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem

gembala di Kabupaten Karo ...................................................................... 44 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem

kandang di Kabupaten Karo ......................................................................

Page 15: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

45 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo ....................................................................................... I07

46 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo ........................................................................................ 107

47 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL ........................................................................................ 109

48 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG menurut kecarnatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL ..................................................................................... 109

49. Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTENSIAL ............................................................................................. 108

50 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTENSIAL ......................................................................................... 108

Page 16: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta lokasi penelitian Kabupaten Karo Provinsi Surnatera Utara ............ 2 Diagram alir kerangka pemikiran .............................................................. 3 Diagram alir pelaksanaan penelitian ....................................................... 4 Peta curah hujan Kabupaten Karo .................. : ......................................... 5 Peta zona agroklimat Kabupaten Karo ..................................................... 6 Peta estirnasi suhu berdasarkan elevasi diKabupaten Karo .................... 7 Peta lereng Kabupaten Karo ..................................................................... 8 Peta elevasi Kabupaten Karo ................................................................... 9 Peta landunit Kabupaten Karo ................................................................. 10 Peta penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo ................... 11 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem gembala di

Kabupaten Karo ....................................................................................... 12 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem kandang di

Kabupaten Karo ....................................................................................... .............. 13 Peta kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo

................ 14 Peta kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo

..................... 15 Peta kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo

................... 16 Peta kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo

............ 17 Peta kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo

........... 18 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo

......... 19 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo

............ 20 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Karo

............. 21 Peta kesesuaian lahan tanaman legurninosa di Kabupaten Karo

...... 22 Peta status daya dukung hijauan makanan temak di Kabupaten Karo

23 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo .....................................................................

24 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem ..................................................................... kandang di Kabupaten Karo

25 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo ........................................................................................

26 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo ........................................................................................

Page 17: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

DAFTAR LAMPIRAN

1. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya .............................................................. 120

2 Legenda satuan lahan dan tanah Kabupaten Karo .................................... 121

3 Kualitas dan karakteristik Lahan di Kabupaten Karo ............................... 122

4 Analisis kimia tanah di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo ............. 133

5 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo dan

faktor penghambat ..................................................................................... 134

6 Kriteria kesesuaian lahan beberapa tanarnan sumber hijauan makanan ternak ...................................................................................................... 141

Page 18: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Latar Belakang

Pembangunan subsektor petemakan memegang peranan penting dan

menjadi bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional

dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani, menyediakan lapangan kerja, peningkatan ketahanan pangan

serta penghasil pupuk organik. Pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan

yang terus meningkat menuntut ketersediaan pangan bergizi asal remak. Untuk

menjamin ketersediaan pangan tersebut perlu upaya peningkatan produksi dan

populasi ternak, salah satunya melahi pengembangan temak ruminansia sesuai

dengan daya dukung dan potensi surnberdaya lahan di suatu wilayah.

Dalam usaha peningkatan produksi temak ruminansia terdapat hubungan

yang erat antara aspek lahan, hijauan makanan temak dan ternak yang tak

terpisahkan satu sarna lain dalam usaha tani. Apabila salah satu aspek tersebut

tidak ada maka produksi yang akan dihasilkan tidak akan memuaskan dan

mungkin akan menyebabkan kegagalan dalam usaha. Lahan merupakan modal

utama sebagai tempat hidup temak ruminansia sekaligus sebagai penghasil

hijauan makanan temak. Oleh karena itu, agar dapat tercapai peningkatan

produksi temak yang optimal diperlukan lahan yang sesuai sebagai lingkungan

ekologis ternak dan mampu menghasilkan hijauan makanan temak dalarn jurnlah

dan kualitas yang cukup dan kontinyu.

Kontribusi subsektor petemakan terhadap perekonomian Kabupaten Karo

cukup besar. Stmkhu perekonomian Kabupaten Karo pada tahun 2004 didorninasi

sektor pertanian yang menyumbang 62,58 % dari total PDRB Kabupaten Karo.

dimana subsektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 8,42 % menempati

urutan ketiga setelah tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat

(BPS, 2005). Jumlah sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2004 sebanyak 45.858

ekor merupakan populasi yang paling banyak dipelihara dibandingkan dengan

temak besar lainnya.

Pengembangan temak sapi potong di Kabupaten Karo mempunyai prospek

dan peluang sangat baik. Hal ini dimungkinkan antara lain karena tersedianya

Page 19: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

lahan yang masih cukup luas, potensi sumberdaya petani peternak, dan

permintaan terhadap daging sapi yang tems meningkat. Aspek pemasaran temak

sapi juga belum menjadi kendala. Di samping itu, sapi potong potensial

dikembangkan di Kabupaten Karo, di samping untuk kebutuhan daging dan

sumber tenaga kerja temtama pengolahan tanah dan penarik barang, juga

mengingat hasil sampingan berupa kotoran ternak, sebagai sumber bahan organik

dan sumber hara potensial bagi tanaman. Sebaliknya bahan limbah pertanian dapat

digunakan sebagai masukan untuk usaha petemakan. Adanya keterkaitan antara

usaha tani dengan peternakan ini dapat meningkatkan pendapatan petani.

Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian utama khususnya tanaman

pangan dan hortikultura di Sumatera Utara. Pola pengembangan sapi potong di

Kabupaten Karo tidak terlepas dari penggunaan lahan dan perkembangan usaha

pertanian terutama sawah dan tegaladadang. Di daerah pertanian intensif seperti

Kabupaten Karo, jenis pakan yang diberikan pada temak ruminansia seperti sapi

potong terdiri atas hijauan dan konsentrat, namun sebagian besar berupa pakan

hijauan. Pakan hijauan yang mempakan sumber serat kasar, berasal dari rumput

segar yang ditanam pada pematang sawah, tegalan dan lahan lainnya serta dari

limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung atau jerami kacang-kacangan.

Fluktuasi pakan hijauan dipengaruhi oleh tataguna lahan dan pola tmam dan

musim panen komoditi pertanian untuk menghasilkan limbah pertanian seperti

jerami padi, jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan lain-lain.

Luasnya lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten Karo sangat

memungkinkan dilakukan pengembangan pola integrasi temak-tanaman.

Keterpaduan antara temak dan tanaman pertanian ini dapat saling menunjang dan

saling menguntungkan melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah tanah

dan kotoran sapi untuk pupuk organik sementara lahan sawah dan ladang

menghasilkan limbah untuk pakan temak seperti jerami padi, jagung dan kacang-

kacangan. Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan

temak. Dengan demikian, peluang potensi pengembangan peternakan khususnya

temak ruminansia cukup terbuka lebar dengan mengoptimalkan pemanfaatan

limbah pertanian yang tersedia sebagai pakan untuk ternak sapi potong.

Page 20: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Perumusan Masalah

Pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Karo tidak berjalan

sebagaimana diharapkan karena usaha tersebut belum sepenuhnya didasarkan

pada potensi sumberdaya wilayah yang ada, baik potensi sumberdaya lahan

sebagai penyedia pakan ternak maupun lingkungan yang optimal untuk kehidupan

temak sapi itu sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah populasi dan

produksi lambat berkembang. Oleh sebab itu diperlukan kajian tentang potensi

sumberdaya lahan yang menyeluruh -untuk kepentingan perencanaan

pembangunan khususnya dalam pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten

Karo agar optimal dan lebih terarah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

dirumuskan pernasalahan sebagai berikut:

a. Belurn adanya penelitianlkajian tentang kesesuaian lahan untuk li~lgkungan

ekologis sapi potong dan kesesuaian lahan untuk hijauan makanan temak serta

daya dukungnya.

b. Potensi lahan di Kabupaten Karo belum dirnanfaatkan secara optimal bagi

pengembangan sapi potong.

c. Ketersediaan hijauan makanan temak belum terpenuhi dan dinilai secara

kualitas bagi pengembangan sapi potong.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengembangan temak sapi

potong.

2. Menentukan kesesuaian lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong.

3. Menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan temak sapi

potong yang dominan dan potensi untuk dikembangkan serta tingkat

ketersediaannya.

4. Menentukan arahan pengembangan temak sapi potong berdasarkan potensi

sumberdaya lahan dan kelayakan usahatemak.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

Page 21: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten dalam perencanaan

pembangunan, khususnya untuk pengembangan petemakan sapi potong.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan swasta yang bergerak dalam

usaha pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo.

3. Tersedianya sistem informasi meldui analisis potensi lahanlwilayah untuk

pengembangan petemakan khususnya temak sapi potong di Kabupaten Karo.

Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan yang ada daIam penelitian ini antara lain:

1. Peta satuan tanah yang digunakan terbatas pada informasi dari peta satuan

tanah skala tingkat tinjau yang dikeluarkan Puslitanah (1982).

2. Evaluasi lahan hanya dilaksanakan lebih bersifat kualitatif sehingga hanya

memadai untuk arahan pengembangan pada tingkat awal.

3. Perhitungan produksi bahan kering hijauan makanan temak untuk setiap kelas

kesesuaian lahan didasarkan pada asumsi hasil penelitian dari tempat lain

(data sekunder).

4. Aksesibilitas (saratla jalan) dan pemukiman tidak diperhitungkan.

Page 22: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Potong

Temak sapi merupakan temak ruminansia besar yang memiliki kemampuan

tinggi untuk mengubah hijauan yang berkualitas rendah menjadi produk yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam bentuk daging. Temak ini juga dapat

memanfaatkan hasil sampingdimbah pertanian dan industri sebagai pakan pokok

hidup dan produksi (Muljadi et al., 1992). Kegunaan temak dalam kehidupan

petani meliputi antara lain: (a) sebagai sumber tenaga kerja; (b) pengubah hasil

limbah pertanian dan rumput dam; (c) sebagai tabungan dan cadangan uang tunai;

dan (d) sebagai sumber pupuk organik (Natasasmita dan Mudikdjo, 1980).

Pemilihan suatu bangsa sapi menurut Blakely (1985), tergantung pada

kesukaan petemak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi produksi,

kemampuan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan, pertambahan berat

badan, dan sifat-sifat lain yang cocok dengan keinginan petemak yang

bersangkutan. Jenis sapi yang dipelihara dan sudah lama ada di Indonesia serta

sudah dianggap sebagai sapi lokal adalah sapi Bali (termasuk Bos indicus), sapi

Ongole (Bos indicus) serta Peranakan Ongole (PO), sapi Madura, sapi Jawa, sapi

Sumatera dan sapi Aceh yang semuanya dianggap sebagai k e t m a n sapi Bos

sondaicus dan Bos indicus. Di antara bangsa sapi yang besar populasinya adalah

sapi Bali, sapi Ongole serta Peranakan OngoIe dan sapi Madura (Natasasmita dan

Mudikdjo, 1980).

Faktor iklim sebagai salah satu faktor lingkungan memiliki pengaruh besar

terhadap kehidupan temak sapi potong. Menurut Sugeng (1998) faktor lingkungan

tersebut meliputi: suhu, kelembaban, curah hujan. Faktor lingkungan yang tidak

sesuai akan mejadi beban berat bagi kehidupan sapi. Sifat iklim di daerah tropis di

Indonesia tergolong panas dan lembab ditandai oleh kelembaban udara rata-rata di

atas 60%, curah hujan rata-rata di atas 1.800 d t a h u n dan perbedaan antara suhu

siang dan malarn hari tidak begitu mencolok yakni sekitar 2-5°C.

Temperature humidity index (THI) merupakan faktor yang mempengaruhi

produksi dan perkembangbiakan sapi. Temperature humidity index (THI) yang

juga dikenal sebagai indeks kegelisahan adalah indeks yang menentukan efek

Page 23: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

lingkungan terhadap kenyamanan suatu makhluk hidup yang mengkombinasikan

temperatur dan kelembaban (AMS, 2006). Faktor THI berhubungan dengan

kemampuan sapi potong dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya

sehingga dapat mengganggu produksi. Amundson et al. (2006) mengungkapkan

pengaruh lingkungan terhadap tingkat kebuntingan pada sapi potong diiana

untuk hari ke 0-60 periode breeding, nilai THI optimum adalah 68,O sedangkan

ambang batas THI di mana sapi akan beradaptasi adalah 72,9. Pengurangan

tingkat kebuntingan kemungkinan besar ketika rata-raia THI sama atau melebihi

dan 72,9. Selanjjutnya, Berman (2005) menyatakan, temperature humidity index

(THI) digunakan untuk menaksir tekanan (stress) yang berkaitan dengan panas

termasuk sensasi kenyamanan dengan lingkungan berbeda yakni kelembaban

udara dan temperatur pada kecepatan udara rendah . Ketersediaan air harus diperlctungkan dalam usaha petemakan sapi potong.

Sapi yang kekurangan air menyebabkan aktivitas sel-sel tubuhnya akan terganggu

sehingga tubuh sakit dan perturnbuhannya akan terganggu. Kebutuhan air bagi

tiap ekor sapi dewasa diperhitungkan rata-rata 40 liter sehari dan dalam kondisi di

padang penggembalaan diusahakan jarak untuk mencapai sumber air tidak lebih

dari 1,6 km agar sapi tidak terlalu letih.

Evaluasi Sumberdaya Lahan

Lahan mempakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan

vegetasi dimana faktor-faktor tersebut secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaannya (FAO, 1976). Lahanddam pengertian yang lebih luas termasuk

yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik

dimasa lalu maupun saat sekarang.

Evaluasi lahan mempakan penilaian keragaan (performance) lahan bila

digunakan untuk tujuan yang spesifik. Hal ini termasuk pelaksanaan dan

interpretasi dari survei dasar seperti ikli i , tanah, vegetasi dan aspek-aspek

lainnya dari lahai~ dalam hal persyaratan dari bentuk-bentuk 'pilihan dari

penggunaan lahan (FAO, 1976). Agar bernilai dalam perencanaan, cakupan

penggunaan lahan yang dipertimbangkan hams dibatasi hanya bagi yang relevan

Page 24: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

dalam konteks fisik, ekonomi dan sosial daerah yang dipertimbangkan dan

perbandingannya h a s mengikutsertakan pula pertimbangan ekonomi.

Djaenuddin et al. (2003a) mengemukakan bahwa evaluasi lahan adalah

proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk

penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian. Kelas

kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada

dasamya ditentukan oleh kecocokan sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,

tanah, terrain mencakup lereng, topografirelief, batuan di permukaan dan di

dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan

persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan turnbuh tanaman. Kecocokan

antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan

atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa

lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini

memberikan pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan

tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan yang

diperlukan, akan mampu memberikan hasil (keluaran) sesuai yang diharapkan.

Evaluasi lahan perlu untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan untuk

penggunaan tertentu. Pada dasamya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan

keterangan-keterangan yang menyangkut 3 (tiga) aspek utama, yaitu: lahan,

penggunaan lahan dan ekonomis. Data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan

survey tanah. FA0 (1976) menyatakan bahwa satuan peta lahan dalam survey

biasanya digambarkan dengan sifat lahan. Sifat lahan yang diidentifikasi dan

diinterpretasi antara lain: landform, litologi, relief dan lereng, tingkat torehan,

elevasi, pola drainase, dan landuse yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Landform atau bentuk permukaan bumi adalah bentukan alam mengenai

permukaan bumi yang terjadi melalui serangkaian proses yang disebut proses

geomorfii (geomorphic process). Landform mempunyai hubungan erat dengan

fisiografi, litologi, topografi, mineralogi, tanah dan lain-lain. Dengan demikian

dalam penelitian tanah, khususnya survei tanah, pemahaman dan penelaahan

fisiografi dan landform sangat penting. Satuan fisiografilandform merupakan

salah satu faktor atau unsur pembeda satuan peta tanah (SPT).

Page 25: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Litologi atau bahan induk adalah massa lunak bersusunan anorganik atau

organik yang menjadi awal pembentukan tanah. Bahan induk bersusunan an-

organik berasal dari pelapukan batuan induk sedangkan bahan induk bersusunan

organik berasal dari bahan induk organik. Informasi geologi dan pengetahuan

tentang litologi setempat bertujuan menentukan penetapan nama bahan induk dan

sifat-sifatnya. Bahan induk dibedakan dalarn dua grup yaitu bahan lepasnunak dan

bahan kukuh. Bahan lepasl lunak sebagian besar berbahan sedimen atau bahan

lapukan yang terdapat di atas batuan keras. Sedangkan bahan kukuh berupa

batuan yang keras seperti batuan beku serta sebagian batuan sedimen dan

metamorfik.

Tingkat torehan, diindikasikan dengan kerapatan drainase (drainage

density) atau kerapatan lembah (valley density). Informasi tentang tingkat torehan

bertujuan menentukan tingkat erosi yang telah terjadi, baik pada masa lampau

maupun pada masa sekarang. Informasi ini dapat diperoleh dari hasil interpretasi

peta rupabumi, foto udara atau citra lainnya dan dari pengamatan lapangan.

Relief dan lereng, me~pakan aspek topografi yang berguna untuk

mengetahui bentuk wilayah &bat adanya perbedaan ketinggian alami ataupun

buatan dan besarnya lereng yang dominan, misalnya bentuk wilayah datar sampai

agak datar mempunyai kelerengan 0-3% dengan perbedaan tinggi <5 meter,

berombak mempunyai kelerengan 3-8% dengan perbedaan ketinggian 5-15 meter,

dan seterusnya.

Elevasi, menyatakan ketinggian tempat dari permukaan laut (diiyatakan

dalam meter). Data ketinggian ini dapat diperoleh dari hasil pengukman langsung

dengan altimeter, Global Positioning System (GPS) atau data yang ada pada peta

rupa bumi/topogrd.

Drainase dan pola drainase. Drainase menyatakan mudah tidaknya air

hilang dar tanah. Berdasarkan klas drainasenya, tanah dibedakan menjadi klas

drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari

tanah. Pola drainase adalah bentukan jaringan sungai dan-anak-anak sungai yang

bempa alur-alur, proses dan bentukannya sangat dipengaruhi oleh jenis batuan

induk yang menyusun suatu lanskap. Pola drainase dapat diintepretasi dari peta

rupabumi, foto udara dan citra landsat. Beberapa pola drainase seperti, radial (di

Page 26: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

daerah kerucut volkan muda), braided (daerah yang mempunyai aliran sungai

deras karena lereng curam seperti pegunungan, kipas aluvial), dendritik (daerah

datar-bergelombang dari batuan induk homogen dan tidak kukuh (tuf volkan,

batuliat), dan lain-lain.

Landuse atau penggunaan lahan, secara umum dipengaruhi oleh keadaan

tanah dan ketersediaan air. Tipe penggunaan lahan atau Land Utilization Types

(LUT) yang dapat dikembangkan disuatu wilayah akan sangat ditentukan oleh

keadaan sifat tanah dan fisik lmgkungannya. Kriteria utama yang digunakan

dalam menentukan klasifikasi penggunaan lahan dan vegetasi diutamakan pada

jenis dan vegetasi permanen yang terdapat di daerah bersangkutan. informasi ini

bertujuan mendapatkan gambaran tentang keadaan penggunaan lahan yang telah

ada pada saat kegitan dilakukan (present landuse).

Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat atau atribut lahan yang dapat diukurl

diestimasi, contohnya: sudut lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air

tersedia, biomassa vegetasi dan sebagainya (FAO, 1976). Setiap satuan peta

lahanftanah yang dihasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan sumberdaya lahan,

karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan

dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi

lahan bagi komoditas tertentu.

Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi

biasanya mempunyai interaksi satu sama lain. Karenanya FA0 (1976)

mengemukakan bahwa dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau

memperbdmgkan antara lahan dengan penggunaan lahan hendaknya

menggunakan kualitas lahan. Namun dalam praktek, karakteristik lahan sering

juga digunakan dalam evaluasi lahan.

Kualitas lahan (land quality) adalah sifat-sifat atau atribut yang bersifat

kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu. Kualitas lahan ada yang bisa diestirnasi atau diukur secara langsung di

lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari karakteristik lahan (FAO, 1976).

Page 27: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kualitas lahan kemungkiian berperan positif dan negatif terhadap penggunaan

lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah

sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan, sebaliknya kualitas lahan yang

bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala)

terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau

pembatas. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa

berpengaruh terhadap lebih dari satu penggunaan. Demikian pula satu jenis

penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan.

Contoh kualitas lahan untuk produksi temak, menurut FA0 (1976) dalam

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) meliputi:

Semua kualitas lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanamanihijauanl

rumput temak, antara lain: ketersediaan air, ketersediaan hara, ketersediaan

oksigen di perakaran, daya memegang unsur hara, kondisi untuk

perkecambahan, mudah tidaknya diolah, kadar gararn, WUI-unsur beracun,

kepekaan erosi, hama dan, penyakit tanaman, bahaya banjir, suhu, sinar

matahari dan periode fotosintesis, iklim, kelembaban udara dan masa kering

untuk pematangan tanaman.

* Kesulitan-kesulitan Hi yang mempengamhi tern&,

* Ketersediaan air minum untuk temak

* Penyakit-penyakit tern&,

Nilai nutrisi dari rumput;

Sifat racun dari rumput;

* Ketahanan terhadap kerusakan rumput;

* Ketahanan terhadap erosi akibat penggembalaan;

Menurut Djaenudin et al. (2003a), karena jumlah karakteristik lahan cukt~p

banyak maka untuk kepentingan evaluasi lahan bisa dipilih dan ditentukan sesuai

dengan keperluan dan kondisi lokal di wilayah yang akan dievaluasi. Untuk

evaluasi lahan pada skala kecil (tingkat tinjau skala 1:250.000) dengan skala besar

(tingkat detil skala 1: 10.000) perlu dipertimbangkan mengenai jumlah dan macam

kualitas serta karakteristik lahan sebagai parameter yang akan digunakan. Sebagai

contoh, parameter untuk evaluasi lahan yang digunakan pada tingkat tinjau, tentu

lebih sederhana dibandingkan dengan untuk tingkat detil karena berkaitan dengan

Page 28: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

ketersediaan dan kualitas data pada masing-masing tingkat pemetaan tanah

tersebut.

Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan dari suatu tipe lahan tertentu bagi

penggunaan yang direncanakan (FAO, 1976). Sebagai contoh, lahan sesuai untuk

irigasi, tambak, pertanian tanaman semusim, tanaman hijauan pakan ternak, dan

lain-lain. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan dapat ditinjau dari sifat-sifat fisik

lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau

drainase yang sesuai untuk suatu usahatani atau komoditas tertentu yang produktif.

Menurut Djaenudi et al. (2003a), dalam menilai kesesuaian lahan ada

beberapa cara, antara lain: dengan perkalian parameter, penjumlahan, atau

menggunakan hukum minimum y a h memperbandingkan (matching) antara

kualitasl karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian

lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan

tumbuh tanaman atau komoditas lainnya yang dievaluasi.

Proses klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan

lahan dari area tertentu dengan menentukan kesesuaiannya bagi penggunaan

tertentu. Penilaian kesesuaian lahan tersebut dibedakan menurut kategori sebagai

berikut (FAO, 1976):

Ordo. Kelas kesesuaian lahan menunjukkan apakah lahan dinilai sebagai

sesuai (S) atau tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Ordo S

mempakan lahan dimana penggunaan yang lestari dengan jenis yang

dipertimbangkan diharapkan akan menghasilkan keuntungan yang mendukung

pemberian input, tanpa resiko kemsakan yang tidak dapat diterima terhadap

sumberdaya lahan. Ordo N merupakan lahan yang mempunyai kualitas yang tidak

memungkinkan penggunaan yang lestari dalam bentuk penggunaan yang

dipertimbangkan.

Kelas. Kelas mencerminkan derajat kesesuaian. Umtan kelas diyatakan

dengan angka, yang makin rendah kesesuaiannya makin besar angkanya pada

suatu order. Tingkatan kelas kesesuaian lahan adalah:

Page 29: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

- Kelas S1 (san~at sesuai): Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor

pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan

secara nyata

- Kelas S2 (cukuu sesuai]: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor

pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan

input (masukan). Pembatas tersebut biasanya dapat di atas oleh petani sendiri.

- Kelas S3 (sesuai marginal): Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,

dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan

tambahan input yang lebii banyak daripada lahan yang tergolohg S2. Untuk

mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu

adanya bantuan atau campur tangan pemerintah atau pihak swash

- Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini). Lahan yang mempunyai faktor pembatas

yang berat tetapi masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki

dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas

sedemikian besamya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari

dalam jangka panjang.

- Kelas N2 (tidak sesuai selamanya). W a n yang mempunyai faktor pembatas

pemlanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari

dalam jangka panjang.

Subkelas. Subkelas mencerminkan macam hambatan, misalnya kelembaban,

bahaya erosi, dan lain-lain. Subkelas dinyatakan dengan humf kecil, misalnya

S2n1, S2e, S3me, dimana m = moisture (kelembaban); e = erosion (erosi). Pada

kelas S1 tidak ada subkelas.

Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia

Faktor sumberdaya lahan berkaitan sangat erat dengan usaha pengembangm

tenlak rrrminnnsin, sebagai tempat hidup dan sebagai penghasil hijauan pakan

temak. Menurut Suratrnan el al. (198) Wasarkan kehutuhan lahan, txsaha

pctcrnakan dapat dibedakan nlenjadi dua, yaitu: usaha petemakan yang berbasis

Iahan dan usaha petemakan yang tidak behasis 1ah.m. Menrmrt Dinktomt

Jeiidcral Pctcnakan dan Balai Pcnelitian Temak (1995), pemanfaatan lahan untuk

Page 30: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

peternakan didasarkan pada posisi bahwa: (a) lahan adalah sumber pakan untuk

ternak (b) semua jenis lahan cocok sebagai sumber pakan (c) pemanfaatan lahan

untuk peternakan diartikan sebagai usaha penyerasian antara peruntukan lahan

dengan sistem pertanian, (d) hubungan antara lahan dengan ternak bersifat

dinamis.

Dalam usaha peningkatan produksi, terdapat hubungan segitiga antara lahan

dengan ternak dan hijauan makanan ternak yang merupakan satu kesatuan organis

yang tak terpisahkan dalam usaha tani. Bila salah satu tidak ada maka produksi

yang dihasikan tidak akan memuaskan dan mungkin akan menyebabkan

kegagalan dalam usaha (Susetyo, 1980). Jenis penggunaan l a h k yang dapat

dimanfaatkan oleh peternak antara lain: lahan sawah, tegalan, padang

penggembalaan, dan lahan perkebunan dengan tingkat kepadatan tergantung pada

keragaman dan intensitas tanaman, ketersediaan air, jenis sapi potong yang

dipelihara. Lahan-lahan tersebut memungkinkan pengembangan pola integrasi

ternak-tanaman yang mempakan proses yang saling menunjag dan saling

menguntungkan melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk mengolah tanah dan

kotoran sapi untuk pupuk organik sementara lahan sawah dan ladang

menghasilkan l i b a h unsuk pakan ternak seperti jerami padi, jagung dan kacang-

kacangan. Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan

ternak, sedangkan kebun dan hutan memberikan sumbangan rumput lapaugan dan

jenis tanaman lain. Pemanfaatan pola integrasi ini diiarapkan dapat meningkatkan

ketersediaan pakan sepanjang tahun, sehingga dapat meningkatkan produksi dan

produktivitas ternak (Ryadi, 2004)

Kelompok ternak ruminansia lebih banyak terpaut pada sumberdaya lahan

dibandingkan dengan kelompok unggas yang pasokan input produksinya dapat

b e d dari luar wilayah bersangkutan sepanjang sarana transportasi dan

pendukung tersedia dengan baik (Lembaga Penelitian IPB, 2001). Lebii lanjut

dinyatakan bahwa penyebaran temak mrninmia akan lebih baik kalau didasarkan

atas faktor-faktor sumberdaya lahan (seperti pola penggunaan lahanlkapasitas

tampung ternak) dan ketersediaan sumberdaya manusia khususnya tenaga keja

pertanian.

Page 31: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1980), untuk memperhitungkan potensi

suatu wilayah untuk mengembangkan temak secara teknik, maka perlu dilihat

populasi temak yang ada di wilayah tersebut dihubungkan dengan potensi

makanan ternak yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan. Untuk

memperhitungkan potensi wilayah mtuk produksi ternak herbivora @emakan

hijauan) maka perhitungan kepadatan temak teknis yang diperlukan adalah jurnlah

satuan temak (ST) temak herbivora saja. Semakin rendah angka kepadatan

teknisnya, maka berarti kemungkinan wilayah tersebut mempunyai potensi yang

tinggi untuk pengembangan temak. Dari angka kepadatan teknis maka akan

didapatkan gambaran kasar tentang potensi suatu wilayah untuk pdngembangan

temak. Potensi yang sesungguhnya akan ditentukan oleh tingkat produksi hijauan

makanan temak di wilayah bersangkutan. Kemampuan produksi hijauan makanan

temak akan bergantung kepada: (1) Derajat kesuburan tanah, (2) Iklim, (3)

Tataguna tanah, dan (4). Topografi. Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk

memperhitungkan potensi yang sesungguhnya, maka hanya tanah-tanah yang

potensial untuk menghasilkan hijauan makanan ternak saja yang diperhitungkan,

misalnya tanah pertanian, perkebunan, padang penggembalaan dan sebahagian

dari kehutanan.

Hijauan Makanan Ternak

Hijauan makanan temak (Hh4T) merupakan semua bahan yang berasal

dari tanaman dalam bentuk dam-daunan. Kelompok hijauan makanan temak

meliputi bangsa rumput (gramineae), leguminosa, dan hijauan dari tumbuhan lain

seperti daun nangka, waru, dan lain-lain. Hijauan sebagai bahan makanan temak

dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

Hijauan segar berasal dari hijauan segar seperti rumput segar, leguminosa segar

dan silase, sedangkan hijaun kering berasal dari hijauan yang sengaja diieringkan

(hay) ataupun jerarni kering (AAK, 2005).

Khususnya di Indonesia, bahan hijauan memegang peranan penting karena

diberikan dalam jumlah besar. Temak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing

dan domba yang diberi hijauan sebagai bahan tunggal, masih dapat

mempertahankan hidupnya dan mampu tumbuh baik dan berkembang biak (AAK,

Page 32: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

2005). Bulo (2004) menyatakan, dalam pengembangan temak ruminansia di

Indonesia, hijauan makanan temak adalah faktor yang sangat penting dengan

komposisi yang terbesar yakni 70-80% dari total biaya pemeliharaan.

Menurut Reksohadiprojo 1984, jenis tanaman budidaya maupun alami

yang m u m dipergunakan sebagai hijauan makanan temak terdii atas: (1) jenis

rumput-rumputan (gramineae); (2) peperduan/semak (herba); dan (3) pepohonan.

Ada banyak pilihan tersedia bagi spesies hijauan yang berpotensi tinggi,

diantaranya adalah: (a) rumput aladapangan antara lain, rumput para

(Brachiaria mutica), rumput benggala (Panicum maximum), rumput kolonjono

(Panicum muticum), rumput buflel (Cenchrus ciliaris) dan lain-lain; @) peperduan,

baik berupa legum seperti kacang gude (Cajanus cajan), komak (Dolochos lablab)

dan lain-lain; dan peperduan lainnya dari limbah tanaman pangan pertanian antara

lain: jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, daun ubi kayu dan lain-

lain; (c) legum pohon antara lain: sengon laut (Albazia falcataria), lamtoro

(Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus), turi (Sesbania sp)

dan lainlain. Menurut Manurung (1996), hijauan leguminosa mempakan sumber

protein yang penting untuk temak ruminansia. Keberadaannya dalam ransum

temak akan meningkatkan kualitas pakan.

Limbah Pertanian adalah hasil ikutan dari pengolahan tanaman pangan

yang produksinya sangat tergantung pada jenis dan jumlah areal penanaman atau

pola tanam dari tanaman pangan disuatu wilayah (Makkar, 2002). Menurut

Natasasmita dan Mudikdjo (1980) produksi l i ibah pertanian yang dapat

dimanfaatkan sebagai hijauan makanan ternak akan sangat tergantung kepada tata

guna tanah dan pola pertaniannya. Beberapa macam jenis liibah pertanian yang

dapat diianfaatkan antara lain: jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah,

pucuk tebu, dan lain-lain. Hasil limbah tanaman palawija pada umumnya bernilai

gizi lebih tinggi daripada jerami padi atau jerami jagung. Pemanfaatan limbah

pertanian untuk temak tersebut akan mendukung integrasi usaha peternakan

dengan usaha pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.

Menurut Preston dan Willis (1974), pemberian limbah padi pada ransum

sapi penggemukan sangat menentukan dalam p e r t a m b b bobot badan dan

efisiensi penggunaan pakan. Untuk menggantikan sebagian pakan konsentrat,

Page 33: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

dapat digunakan tanaman leguminosa, dengan perbandingan 75 persen konsentrat

dan 25 persen leguminosa (Nasrullah et al., 1996). Cara ini selain dapat

meningkatkan kualitas ransum, juga akan memberikan keuntungan, terutama pada

penggemukan sapi lokal.

Batubara et al. (2002) mengatakan sebahagian besar daerah petemakan

ruminansia (sapi, kerbau, domba dan kambing) di Asia Tenggara memanfaatkan

limbah pertanian (crop residue) seperti jerami pa&, jerami jagung dan pucuk tebu

untuk pakan temak pada musim kering. Demikian pula di daerah pertanian

tanaman pangan yang intensif diiana sumber hijauan pakan temak ruminansia

sangat terbatas, sehingga limbah tanaman pangan mempakan altematif

yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung produksi temak ruminansia.

Produksi limbah pertanian dapat diestimasi berdasarkan asumsi dari

perbandingan antara produk utama dengan limbahnya. OIeh karena itu, estimasi

produksi limbah pertanian dapat menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh

perbedaan angka konversi (rasio) yang digunakan. Produksi limbah pertanian

disuatu wilayah, dapat diperkirakan berdasarkan luas areal panen dari tanaman

pangan tersebut (Jayasuriya, 2002).

Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak

Daya dukung digunakan sebagai b a n dari jumlah individu dari spesies

yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Secara mum, daya dukung

berkaitan dengan produktifitas ekosistem. Daya dukung sifatnya tidak tetap, daya

dukung bervariasi bergantung pada faktor dam seperti fluktuasi cuaca dan iklim,

dan ini juga secara kontinyu dimodifikasi oleh kegiatiin manusia dan level

teknologi. (Conant, 1983). Daya ddcmg dapat digunakan sebagai alat dalam suatu

kegiatan pembangunan berkelanjutan.

Pengertian daya dukung sudah diienal di kalangan pakar biologi, petemak

sapi dan pengelola satwa liar. Pada spesies hewan, daya dukung dapat

didefinisikan sebagai populasi maksirnum yang dapat didukung dalam suatu

habitat (Khanna et al., 1999).

Produktifitas suatu daerah dalam penyediaan hijauan makanan temak

mempakan salah satu faktor dalam menentukan besarnya daya dukung wilayah

Page 34: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

terhadap temak yang dipelihara khususnya sapi potong. Daya dukung atau daya

tampung temak ruminansia dalam suatu wilayah menunjukkan populasi

maksimum suatu jenis ternak ruminansia yang bisa ditopang di wilayah tersebut

berkenaan dengan kemampuan wilayah dalam menyediakan pakan hijauan.

Populasi temak suatu wilayah yang sudah melebihi daya tampungnya

menunjukkan adanya kebutuhan introduksi teknologi untuk meningkatkan

produktifitas wilayah dalam memproduksi pakan hijauan. Daya tampung ternak

ditentukan melalui perhitungan luas dan daya tampung masing-masing jenis

penggunaan lahan. (Lembaga Penelitian IPB, 200 1).

Menurut Sumanto dan Juarini (2006), daya dukung hijauan makanan

ternak adalah kemampuan suatu wilayah menghasilkan pakan terutama hijauan

yang dapat menampung kebutuhan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia

dalam bentuk segar maupun kering tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan

khusus. Nilai daya dukung tersebut diperoleh dari total hijauan pakan tercerna

yang tersedia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna sejumlah populasi ternak di

wilayah tersebut. Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan kebutuhan 1 satuan

temak (ST) sapi potong dalam satu tahun, C i a kebutuhan pakan = populasi

temak (ST) x 1,14 ton Berat Kering Cerna (BKC)/tahun (umumnya ST dewasa =

250 kg).

Produksi hijauan merupakan produksi relatif untuk masing-masing kelas

kesesuaian yang dikuantifikasikan dalam bentuk perkiraan persentase

produktifitas terhadap tingkat produktifitas maksirnum dengan selang dimana S1

= 80-loo%, S2 = 60-SO%, S3 = 41-60% dari produksi rata-rata masing-masing

hijauan atau daya dukung lahan, sedangkan kelas N tidak diperhitungkan

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Indeks Daya dukung (IDD) merupakan perbandingan antara total produksi

hijauan pakan temak dengan kebutuhan ternak ruminansia yang ada pada suatu

wilayah. Nilai indeks ini memberikan gambaran apakah suatu jenis hijauan

makanan temak cukup atau tidak dalam memenuhi kebutuhan ternak pada suatu /

wilayah. Indeks daya dukung hijauan makanan ternak d i t u n g dari total pakan

dari masing-masing limbah pertanian yang tersedia terhadap jumlah kebutuhan

pakan bagi sejumlah populasi ternak di wilayah tersebut. Menurut Sumanto dan

Page 35: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Juarini (2006), IDD mempunyai 4 (empat) kriteria yaitu: (1) wilayah sangat kritis,

dengan IDD 5 1; (2) wilayah kritis, dengan IDD >1-2; (3) wilayah rawan, dengan

IDD > 1,5-2; dan (4) wilayah aman, dengan IDD > 2. Masing-masing nilai IDD

tersebut mempunyai makna sebagai berikut:

Nilai 5 1 : Temak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumber

yang tersedia, terjadi pengurasan sumberdaya dalam agro-

ekosistemnya, d m tidak ada hijauan alami maupun limbah

yang kembali melakukan siklus haranya;

Nilai 21- 1,5 : Temak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan

sumberdaya tetapi belum terpenuhi aspek konsewasi;

Nilai > 1,5 - 2 : Pengembangan bahan organik ke alam pas-pasan;

Nilai > 2 : Ketersediaan sumberdaya pakan secara fimgsional mencukupi

kebutuhan lingkungan secara efisien.

Pola Pengembangan dan Bentuk Usaha Sapi Potong

Menurut Yusdja dan Ilham (2004), Indonesia memiliki tiga pola

pengembangan sapi potong rakyat dimana ketiga pola ini dapat diembangkan

pada suatu daerah berdasarkan potensi sumberdaya lahan dan pakan. Pertama,

pengembangan sapi potong yang tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan

usaha pertanian terutama sawah dan ladang. Artinya disetiap wilayah persawahan

dan perladangan yang luas maka di sana banyak ditemukan temak sapi. Petemak

memelihara sapi dengan tujuan sebagai sumber tenaga keja terutarna pengolahan

tanah dan penarik barang. Oleh karena itu pertumbuhan pertanian akan

mendongkrak pertumbuhan jumlah sapi. Pada sisi lain, perkembangan usaha

pertanian berhubungan erat dengan perkembangan penduduk. Penduduk akan

semakin padat di wilayah yang mempunyai lahan yang subur. Keadaan ini

menciptakan struktur usaha petemakan berskala kecil. Pola kedua, adalah

pengembangan sapi yang tidak terkait dengan pengembangan usaha pertanian.

Pola ini te jadi di wilayah yang tidak subur, sulit air, temperatur tinggi, dan sangat

jarang penduduk seperti NIT, NTB dan sebagian Sulawesi. Pada umumnya, pada

wilayah seperti ini terdapat padang-padang yang luas yang tidak dapat digunakan

sebagai lahan pertanian. Pola ketiga adalah pengembangan usaha penggemukan

Page 36: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sapi potong yang benar-benar padat modal, dalam usaha skala besar, namun usaha

ini hanya terbatas pada pembesaran sapi bakalan menjadi sapi potong. Perusahaan

penggemukan ini yang dikenal dengan feedlotiers menggunakan sapi bakalan

impor untuk usaha penggemukan. Menurut Sugeng (1998), mengingat kondisi

Indonesia yang mempakan negara agraris maka sektor pertanian tidak dapat

terlepas dari berbagai sektor yang lain diantaranya sub sektor petemakan. Faktor

pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia ini menentukan penyebaran

usaha temak sapi. Masyarakat petemak yang bermata pencaharian bertani tidak

bisa lepas dari usaha temak sapi, baik untuk tenaga, pupuk dan sebagainya

sehingga maju berarti rnenunjang produksi pakan ternak bempa hijauan, hasil

ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat.

Untuk membuat strategi pengembangan temak ruminansia sesuai dengan

karakteristik dan potensi lahannya, menurut Suratman et al. (1998) pola

pengembangan peternakan dapat mengacu pada pola sebagai berikut:

- IntensiJikasi/diversiJikasi: pengembangan petemakan dilakukan secara intensif,

temak dikandangkan atau digembalakan secara terkendali, diaritkan, disuplai

pakan. Umumnya pola ini dilakukan bersamaan dengan usaha pertanian

lainnya, temak digembalakan bergiliran dengan lahan- tanaman pangan atau

bersamaan disatu lahan yang sama (bagi tanaman yang tidak mudah terganggu

oleh temak);

- Ektens@kasi: pola pengembangan ternak dengan cara digembalakan pada

lahan yang bukan sebagai lahan usaha budidaya pertanian.

Sedangkan bentuk usaha petemakan di Indonesia menurut Natasasmita dan

Mudikdjo (1980) pada umumnya dilakukan secara tradisional yang ditandai

dengan: (1) motivasinya berhubungan dengan kedudukan sosial, agruna, sebagai

kesenangan (hobby), sebagai tabungan atau sehubungan dengan usaha

pertaniannya, yaitu sebagai sumber tenaga kerja dalam pengolahan lahan atau

sebagai surnber pup&, (2) diusahakan secara kecil-kecilan sebagai usaha

sambilan dan perhitungan rugi laba tidak menonjol; (3) dilakukan dengan

teknologi sederhana.

Page 37: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis (SIG) dapat diartikan secara harafiah sebagai

suatu komponen yang terdiri atas perangkat keras, pemngkat lunak, data geografis

dan surnberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap,

menyimpan, memperbaiki, memperbahami, mengelola, memanipulasi,

mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi

berbasis geografis (F'untodewo et al., 2003). Secara spesifik SIG didefinisikan

sebagai suatu sistem berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk

menangani data yang bereferensi geografi yang mencakup (a) pemasukan, @)

manajemen data (penyimpanan data dan pemanggilan lagi), (c) manipulasi dan

analisis, dan (d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989 dalam

Barus d m Wiradisastra, 2000).

Berdasarkan operasinya, Sistem informasi geografi dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu: (1) SIG secara manual, dan (2) SIG secara terkomputer atau

SIG otomatis. SIG manual beroperasi memanfaatkan peta cetak (kern/

transparan), bersifat data analog dan biasanya terdii atas beberapa unsur data

termasuk peta-peta, lembar material transparansi untuk tumpang tindii, foto u d ~ a

dan foto lapangan, laporan-laporan statistik dan laporan-laporan survei lapangan.

Sedangkan SIG terkomputer beroperasi sudah dengan menggunakan komputer

sehingga datanya merupakan data dijital namun memerlukan peralatan-peralatan

khusus yang membutuhkan keterarnpilan khusus pula dan membutuhkan biaya

yang besar terutama pada tahap awal pembentukannya. Keuntungan SIG otomatis

dibandingkan dengan SIG manual adalah pada tahap analisis dari penggunaan

data yang berulang-ulang, kompleks dan menggunakan data yang sangat besar

jumlahnya (Barus dan Wiradisastra, 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa, salah

satu contoh penggunaan SIG manual adalah dalam perencanaan penggunaan lahan

seperti perencanaan penentuan wilayah pengembangan komoditas tertentu dalam

proses evaluasi kesesuaian lahan yakni dengan membandingkan antara kualitas

lahan dengan persyaratan turnbuh komoditas yang bersangkutan (crop

requirement). Data sumberdaya lahan yang diperlukan adalah (1) data iklim

(curah hujan, regim kelembaban, dll.), (2) data tanah, terutama sifat-sifat tanah

Page 38: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

yang relevan dengan keperluan tanaman, (3) data penggunaan lahan, (4) data

peruntukan lahan, dan (5) data sosial ekonomi.

Wiradisastra (1989) mengemukakan bahwa sistem informasi sumberdaya

a ld l ahan dikembangkan dengan tujuau agar dalam menjawab kebutuhan

informasi dan analisis dapat lebih fleksibel sehingga kemajuan-kemajuan dan

perubahan-perubahan baru dapat selalu dipertimbangkan untuk meningkatkan

ketelitian dan updating sesuai dengan berkembangnya waktu. Salah satu tujuan

adalah dalam menjawab kebutuhan analisis kelayakan lahan bagi usaha pertanian

dalam hubungan penatagunaan lahan atau evaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah

proses yang merupakan penghubung antara sistem infomasi dengan pengguna

informasi yang pada umumnya para perencana.

Sistem infomasi geografis (SIG) mempunyai ciri utarna yakni

kemampuannya mengintegrasikan data, baik yang sejenis maupun gabungan data

spasial seperti data penginderaan jauh dengan data non-spasial (atribut) seperti

data perpustakaan dan data lapangan. Oleh sebab itu, integrasi SIG dengan

teknologi GPS (Global Positioning System) dan inderaja benginderaan jauh)

sebagai surnber input data, akan sangat bemanfaat untuk mendapatkan ha i l yang

lebih baik, akurat dan up to date. Salah satu bentuk data GPS adalah berbentuk

titik tinggi dan koordiiat, yang selanjutnya dapat diinterpolaszkan pada SIG.

Bentuk integrasi SIG dan inderaja misalnya adalah pemanfaatan foto udara atau

citra satelit diiana hasil interpreiasi foto udara atau citra dipindahkan kesuatu

peta. Tahap selanjutnya, peta tersebut dapat didigitasi untuk diiasukkan ke dalam

SIG.

Penginderaan Jauh untuk PenutupadPenggunaan Lahan

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau daerah yang

dikaji. Pada berbagai hal, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses

membaca. Dengan menggunakan sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh

yang dapat dianalisis untuk medapatkan infomasi tentang objek, daerah atau

fenomena yang diteliti (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Page 39: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Perkembangan teknologi satelit penginderaan jauh dewasa ini

memungkinkan dilakukannya pemetaan sumberdaya aladahan. Untuk maksud

identifikasi dan pemetaan jenis tanaman dari citra Landsat, cara yang paling

efektif adalah dengan mengamati pada dua saluran atau lebii secara bersama-

sarna dengan bantuan alat pengamat wama aditif atau melakukan interpretasi pada

citra paduan wama. Menurut Hanggono (1999), analisis jenis penutupant

penggunaan lahan dilakukan melalui pengolahan citra dengan tahapan yakni: (1)

penyiapan citra asli, dan (2) analisis dan interpretasi citra. Tahap penyiapan

dilakukan ketika akan menggunakan sebuah citra satelit, yakni dengan melakukan

koreksi geometri (akibat pengaruh rotasi dan bentuk bumi, efek panoramik,

perubahan kecepatan dan variasi ketinggian satelit) dan koreksi radiometri, untuk

mengurangi kesalahan perekaman nilai pixel yang diakibatkan adanya pengaruh

azimut matahari dan kondisi atmosfer seperti kabut aerosol, dan sebagainya.

Sedangkan tahap analisis dan interpretasi citra dilakukan dengan klasifikasi dan

interpretasi visual citra. Interpretasi citra secara visual dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu penajaman citra (image enhancement) dan visualisasi dalam warna

semu (color composite). Penajaman citra bertujuan meningkatkan kontras objek-

objek geografis yang tergambar pada citra Sedangkan penampilan dalam

komposisi wama semu, seringkali lebih mempermudah pengenalan objek melalui

perbedaan wama.

Tujuan dari suatu prosedur analisis citra adalah untuk mendapatkan

deskripsi dan kelas penutupan dan penggunaan lahan secara menyeluruh

mengenai lokasi penelitian. Salah satu penerapan yang sering dilakukan adalah

segmentasi atau klasifikasi citra dengan tujuan men&asilkan informasi tutupan

lahan. Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbiig (supervised classz~cation)

dengan metode kemiripan maksimum (maximum likehood classification atau

MLC) (Hanggono, 1999).

Page 40: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

(Gambar 1) terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan. Secara geografis

terletak antara 2'50' - 3'19' Lintang Utara dan 97'55' - 98'38' Bujur Timur

dengan batas-batas wilayah adalah:

- SebelahUtara : Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

- Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir '

- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi NAD)

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2006.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan

data primer yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data tersebut berupa peta,

citra satelit dan data tabular, seperti ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Jenis dan sumber peta dan data sekunder

No. Jenis Data Skala Tahun Bentuk Sumber Data

Peta dan citra satelit Peta satuan lahan dan tanah Lembar Medan (0619) dan Lembar Sidikalang (0618) Peta Rupabumi Kabupaten Karo Peta administrasi Kabupaten Karo Peta Zona Agroklimat Kab. Karo Peta Curah Hujan Kab. Karo Citra landsat TM-7 pathlrow 129-058 tanggal 7 Juli 2005. Peta Agroklimat Kabupaten Karo

Data sekunder Data iklim Kabupaten Karo Data komposisi dan populasi temak Kabupaten Karo Data analisis tanah beberapa kecamatan di Kabupaten Karo

1:250.000 1990 Digital Puslittanak Bogor dan

hardcopy 1:50.000 1982 Hardcopy Bakosurtanal

1:100.000 2003 PEG* Bappeda Karo 1:100.000 2004 PEG* BMG Wil.1 Medan 1:100.000 2003 JPEG* Bappeda Karo

2005 Citra Bakosurtanal

1:250.000 2005 JPEG* BMG Wil.1 Medan

Tabular Tabular

Tabular

BMG Wil.I Medan BPSD. Pertanian, Petemakan Karo Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB) Berastagi

Keterangan: * formatltipe image

Page 41: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kabupaten D a i r i

KABUPATEN

PS. PERENCAN4ANWILAYA.H I N ~ E U T PERTANIANBOGOR

Gambar 1 Peta lokasi penelitian Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: seperangkat komputer

dengan sofnvare utama Arcview GIs 3.3, Erdas Imagine 8.6, Microsoft Excel dan

Page 42: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

program pendukung lainnya, serta GPS (Global Positioning System). Komputer

dengan software pendukung SIG digunakan untuk pengolahan data atribut dan

peta-peta digital, yang digunakan pada tahap analisis serta penyajian hasil

penelitian.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini didasarkan bahwa dalam penentuan

potensi sumberdaya untuk pengembangan temak sapi potong h a s dilakukan

dengan pendekatan sumberdaya wilayahllahan. Sumberdaya wilayah bervariasi

antara satu tempat dengan tempat lain. Oleh karena itu, tidak mungkin ternak sapi

dikembangkan pada semua wilayah, antara lain karena adanya keterbatasan

sumberdaya lahan di suatu wilayah. Pengembangan peternakan sapi potong

merupakan usaha pertanian berbasis lahan (land based agriculture) diiana lahan

merupakan faktor penting sebagai tempat hidup dan penghasil hijauan makanan

temak. Lahan usaha temak sapi potong terkait erat dengan lahan-lahan usahatani

secara mum. Lahan-lahan usahatani tersebut mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda dalam penyediaan hijauan makanan temak termasuk limbah

pertanian karena jenis tanaman dan pengelolaan yang berbeda. Oleh sebab itu,

perlu dilakukan evaluasi lahan untuk menilai keragaan lahan dalam penggunaan

untuk tujuan spesifik dalam hal ini penggunaan lahan yang dipertimbangkan

untuk pengembangan sapi potong yakni penentuan kesesuaian lahan untuk

lingkungan ekologis dan kesesuaian lahan untuk tanaman hijauan makanan temak

(HMT). Kesesuaian lahan untuk HMT dicerminkan oleh tingkat ketersediaan dan

daya d w g hijauan . , , di suatu wilayah termasuk bahan pakan asal limbah

pertanian.

Identifkasi penggunaan lahan (landuse) usaha tani yang potensial untuk

pengembangan temak ruminansia dibuat melalui proses interpretasi dan

klasifikasi citra Landsat TM tahun 2005 sehingga didapat kelas penggunaan lahan

dan lahan-lahan usaha tani secara umum. Penentuan potensi lahan untuk

pengembangan sapi potong, d ikhkan dengan matching atau

memperbandiigankan antara kualitaSRC~e5tF(T-rSG-~CEEgiiiiiiiiiiiiiiii~erS~Zat&

kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong yakni faktor iklim (suhu,

Page 43: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),
Page 44: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Metode dan Analisis

Analisis dalam penelitian ini meliputi: (1) Iden t i fh i jenis penutupanl

penggunaan lahan untuk pengembangan sapi potong; (2) Penilaian kesesuaian

lahan sebagai lingkungan ekologis sapi potong; (3) Penilaian kesesuaian lahan

untuk tanaman hijauan makanan ternak yang dominan dan potensi untuk

dikembangkan serta tingkat ketersediaannya dm; (4). Arahan lahan untuk

pengembangan sapi potong berdasarkan potensi sumberdaya lahan.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik

penginderaan jauh (Erdas Imagine 8.6) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Arc

View GIs 3.3. Software Erdas Imagine ver 8.6 digunakan untuk proses Masifiasi:

interpretasi dan analisis citra Landsat TM7. Selanjutnya, hasil dari penginderaan

jauh menjadi sumber input data dalam SIG. ArcView GIs 3.3. digunakan untuk

analisis data atribut dan spasial seperti pemasukan dan joint tabel atribut, query,

operasi tumpang tindih (overlay), dan pembuatan peta-peta tematik. Peta-peta

yang digunakan untuk analisis dibuat dari berbagai sumber yang tersedia.

Peta satuan lahan Kabupaten Karo merupakan hasil tumpang tindii antara

peta satuan lahan dan tanah skala 1:250.000 Puslittanak tahun 1982, peta

penggunaanlpenutupan lahan dari interpretasi citra (landsat TM-7 path 129 row

058 tahun 2005), peta agrokliiat Kabupaten Karo skala 1:100.000, dan peta curah

hujan skala 1:100.000.

Peta kelas lereng, peta elevasi dan peta suhu diolah dari kontur peta Rupa

Bumi Indonesia P I ) skala 1:50.000. Peta suhu dibuat dengan estirnasi suhu

berdasarkan ketinggian tempat (elevasi) menggunakan pendekatan rumus dari

Braak (1928) dalam Mohr et al. (1972) sebagai berikut:

26,3OC - (0,Ol x elevasi dalam meter x 0,6OC)

dimana pembagian suhu didasarkan pada kriteria kesesuaian liigkungan ekologis

sapi potong yakni suhu 48OC (kurang sesuai) dan >18 OC (sesuai) (Suratman et

a[., 1998).

Peta rupa bumi digunakan untuk membantu menduga kemiringan lereng,

ketinggian. tempat dari perrnukaan laut (elevasi), pola dan kerapatan

drainaseltingkat torehan. Data kualitaslkarakteristik lahan diperoleh dari

Page 45: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

keterangan peta satuan lahan dan tanah lembar Sidikalang (0618) dan lembar

Medan (0619) skala 1:250.000 Proyek Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya

Lahan (LREP I) Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor tahun 1982.

Untuk data atau peta yang belum tersedia dalam format digital dilakukan

proses digitasi melalui layar (on screen) sehingga semua peta tersedia dalam

format digital, kemudian dilakukan pengolahan yaitu overlay (turnpang tindih)

serta operasi-operasi SIG lainnya.

Identifikasi jenis penutupanlpenggunaan lahan.

Analisis dilakukan melalui pengolahan citra dengan tahapk, yakni: (1)

penyiapan citra asli, (2) analisis dan interpretasi citra, (3) pembuatan peta-peta

tematik. Citra yang digunakan adalah citra Landsat TM7 pathlrow 129-058

tanggal 7 Juli 2005.

Tahap penyiapan dilakukan untuk: 1) Memotong image (cropping) sesuai

bentuk wilayahldaerah penelitian, 2) koreksi geometri atau r ek t i fh i , akibat

pengaruh rotasi dan bentuk bumi, efek panoramik, perubahan kecepatan dan

variasi ketinggian satelit. Koreksi geometri atau rektifikasi bertujuan memperbaiki

distorsi geometrik sehingga diperoleh citra dengan sistem proyeksi dan koordinat

seperti yang ada pada peta. Koreksi dilakukan dengan menentukan sejumlah titik

kontrol medan (Ground Control Point = GCP). Proses yang digunakan untuk

koreksi geometrik ini adalah proses resampling dengan pendekatan "tetangga

terdekat" (nearest neighbor resampling). Titik kontrol yang dipilih adalah

kenampakan-kenampakan yang terlihat jelas pada citra maupun pada peta,

misalnya persimpangan jalan atau percabangan sungai. Akurasi koreksi geometri

dinilai dari besar kecilnya akar kuadrat rataan (Root Mean Square = RMS) dan

nilainya minimal dibawah 0,5.

Tahap analisis dan interpretasi citra dilakukan dengan: klasifikasi dan

interpretasi visual citra. Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbing (supervised

classzj?cation) dengan pemilihan training area menggunakan teknik "kemiripan

maksimum" (maximum likehood classzjication). Tujuan analisis citra adalah untuk

mendapatkan deskripsi penutupan lahan menyeluruh mengenai lokasi penelitian.

Penerapan yang sering dilakukan adalah segmentasi atau klasifikasi citra dengan

Page 46: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

tujuan menghasilkan informasi tutupan lahan. Interpretasi citra secara visual

dilakukan dengan metode visualisasi dalam wama semu (color composite)

menggunakan kombinasi band RGB (red green blue) 542, untuk lebih

mempermudah pengenalan objek melalui perbedaan wama. Interpretasi dan

identifikasi tutupan lahan berpedoman pada peta rupabumi skala 1:50.000 Lembar

0618-53 (Tigalingga), 0618-54 (Tanjung Beringin), 0618-63 (Seribudolok), 0619-

12 (Lau Garut), 0619-14 (Kutacane), 0619-21 (Laubaleng), 0619-22 (Kabanjahe),

0619-23 (Bahorok), 0619-24 (Namoukur), dan Lembar 0618-31 (Berastagi) serta

peta rupabumi skala 1:250.000 Lembar 0618 (Sidikalang) dan 0619 (Medan)

Edisi-I tahun 1982.

Selanjutnya, hasil analisis dan interpretasi citra diintegrasikan ke dalam

analisis SIG (convert to shapeple) untuk pembuatan peta penutupanl penggunaan

lahan, dilanjutkan dengan pengecekan lapangan dan perbaikan peta.

Pengecekan lapangan (ground check) bertujuan: (a) menentukan

penggunaan lahan yang mash meragukan (b) mengetahui jenis hijauan makanan

temak yang dominan pada jenis-jenis penggunaan lahan. Untuk memperkuat hasil

ground check maka dilakukan konfirmasi kepada masyarakat clan aparat yang

berkompeten. Perbaikan peta dilakukan berdasarkan hasil pengecekan lapangan

sehingga dihasilkan peta penggunaan lahan yang lebih akurat. Peta hasil perbaikan

ini adalah peta penggunaan lahan 2006, yang digunakan untuk analisis spasial dan

pengolahan data selanjutnya.

Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong

Penilaian dilakukan untuk pemeliharaan sapi potong sistem gembala dan

sistem kandang. Ada empat karakteristik utama lahan yang digunakan dalam

penyusunan kriteria lingkungan ekologis dalam pengembangan sapi potong, yaitu:

rezim temperatur (suhu rata-rata, kelembaban); ketersediaan air (bulan kering,

curah hujan, keberadaan sumber air) dan kualitas air; terrain (lereng, elevasi) serta

persentase kandungan batuan (Smtman et al., 1998).

Kriteria penilaian kesesuaian lahan untuk lingkungan ekologis temak sapi

potong menggunakan kriteria yang dihasilkan Tim Peneliti Daya Dukung Lahan

Petemakan, Puslittanak, TA. 199211993 yang telah disempurnakan seperti terlihat

Page 47: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

pada Tabel 2 dan Tabel 3. Penilaian dilakukan dengan "membandingkan"

(matching) antara kualitasl karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan

lingkungan elcologis sapi potong. Penilaian di!akukan pada tingkat Ordo yaitu: S

(sesuai) dan N (kurang sesuai).

Tabel 2 Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis ternak sapi gembala

Karakteristik Kesesuaian lingkungan sapi gembala S (sesuai) N (kurang sesuai)*

Rejim Temperatur (t) Suhu rata-rata (OC) 18-37 < 18, >37 Kelembaban (%) 60 - 90 < 60, >90

Ketersediaan Air (w) Bulan Kering ( 4 0 0 mm) 5 8 > 8 Curah Hujadtahun (mm) 750 - 4.000 4 5 0 , >4.000 Keberadaan sumber air *) Ada Tidak Ada

Kualitas Air (q) pH air 6,5 - 9,O <6.5 , >9.0

Terrain (s) Lereng (%) 5 40 > 40 Elevasi (%) - < 1.250 > 1.250 Batuan (%) 5 50 > 50

Sunzber: Suratman et al. (1998). "modifikasi dari kriteria "tidak sesuai"

Tabel 3 Kriteria penilaian kesesuaian lingkungan ekologis untuk sapi kandang

Karakteristik Kesesuaian lingkungan sapi kandang S (sesuai) N (kurang sesuai)*)

Tem~era tu r Humidity Indeks mHII TH I (n) 70 - 80 < 70, >80

Ketersediaan Air Bulan Kering (<lo0 mm) 5 8 > 8 Curah Hujdtahun (mm) 4 .000 >4.000 Keberadaan sumber air **) Ada Tidak Ada

Kualitas Air (q) pH air 6,5 - 9,O 16.5 , >9.0

Terrain (s) Elevasi (%) 5 1.250 > 1.250

Sumber: Suratn~an et al. (1998). *'modifikasi dari luiteria "tidak sesuai" ; **I sumber air bersifat alternatif. T : suhu udam (F) = 9/5("C) + 32, RH : kelembaban udam, THI : T- 0,55 (1-RH)/100) (T-58)

Analisis spasial dan pembuatan peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi

potong dengan menggunakan analisis SIG. Proses-proses yang dilakukan yaitu

joint tabel dan query. Joint tabel antara basis data kesesuaian lingkungan ekologis

Page 48: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sapi potong dengan tabel data atribut satuan lahan. Selanjutnya dilakukan query

terhadap data kesesuaian lingkungan ekologis untuk pembuatan peta tematik dan

perhitungan luas.

Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hijauan Ternak

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada tiap satuan-satuan lahan.

Kesesuaian lahan untuk pakan sapi potong dilakukan pada beberapa jenis tanaman

hijauan pakan yang dominan ada di daerah penelitian. Pada penelitian ini

penilaian kesesuaian lahan dilakukan terhadap:

Padang penggembalaan (pasture) sebagai penilaian untuk rumput alam.

0 ?.,mput Gajah (Pennisetum purpureum) dan setaria (Setaria spachelata),

merupakan penilaian untuk rumput budidaya.

Tanaman pangan dan hortikultura yang dominan diusahakan di lokasi

penelitian (padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar) sebagai penilaian

untuk limbah pertanian.

0 Leguminosa, sebagai penilaian mtuk leguminosa pada umumnya dan

legurninosa pepohonan (lamtoro, turi, dan lain-lain)

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara matching antara

kualitaslkarakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman pada tingkat

kelas, yaitu: (a) S1 (sangat sesuai), @) S2 (cukup sesuai), (c) S3 (Sesuai marginal),

(d). N (tidak sesuai). Persyaratan kesesuaian lahan sesuai kriteria Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (Djaenuddin et al., 2003b) dan

LREP I1 (Hardjowigeno dan Widiatrnaka, 2001) seperti pada Lampiran 6 .

Hasil penilaian kesesuaian lahan meliputi kesesuaian lahan pada keadaan

aktual dan potensial. Kesesuaian lahan pada keadaan aktual berarti kesesuaian

terhadap penggunaan saat ini tanpa ada tarnbahan pengelolaan atau perbaikan

yang berarti (present land use). Kesesuaian lahan pada keadaan potensial berarti

kesesuaian lahan yang akan datang setelah dilakukan perbaikan atau pengelolaan

yang diperlukan. Pada penelitian ini diasumsikan pengelolaan dilakukan pada

tingkat sedang yaitu pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat petani menengah

dan memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang. Pada tingkat

pengelolaan sedang dapat terjadi kenaikan kelas kesesuaian satu tingkat lebih

Page 49: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

tinggi, kecuali untuk kualitas/karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak

akan menaikkan kelas kesesuaian. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual

menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis spasial untuk mengetahui sebaran kelas kesesuaian lahan tiap

jenis tanarnan sumber hijauan makanan temak dengan menggunakan pendekatan

SIG. Proses-proses yang dilakukan yaitu joint dan query. Joint tabel antara tabel

basis data kelas kesesuaian lahan masing-masing tanaman dengan tabel data

atribut satuan lahan. Selanjutnya dilakukan query terhadap data kelas kesesuaian

lahan untuk pembuatan peta tematik dan perhitungan luas.

Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak

Identifikasi tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak dengan

menghitung daya dukung @D) dan indeks daya dukung (IDD) hijauan makanan

ternak. Perhitungan dilakukan untuk kesesuaian lahan aktual dan potensial.

DD diihitung dari total produksi bahan kering cerna (BKC) dibagi jumlah

kebutuhan 1 ST (satuan temak) sapi potong dalam satu tahun, dimana total

kebutuhan pakan = populasi temak (ST) x 1,14 ton BKC 1 tahun dengan

menggunakan nunus (Sumanto dan Juarini, 2006):

Produksi bahan kering cerna (Kp) Daya Dukung (ST) =

Kebutuhan bahan kering cema sapi dewasa (KgST)

Nilai IDD diitung berdasarkan BKC dengan persarnaan sebagai berikut

(Sumanto dan Juarini, 2006):

Total produksi bahan kering cerna (Kg)

Indeks Days =

Dukung C Populasi Ruminansia x Kebutuhan Bahan Kering Cema Sapi Dewasa W S T )

Atau menurut Ashari et al. (1995):

Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak (ST) Indeks Days = -- Dukung Hijauan C Populasi ruminansia (ST)

Berdasarkan nilai IDD hijauan maka diperoleh kriteria status daya dukung

hijauan, yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 50: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 4 Kriteria status DD hijauan makanan temak berdasarkan IDD

No. IDD Kriteria I. I 1 Sangat Kritis

Produksi hijauan untuk masing-masing kelas kesesuaian diasumsikan

untuk kelas: S1 = SO%, S2 = 60% dan S3 = 40%, sedangkan kelas N tidak

diperhitungkan. Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan dan potensi pakan

hijauan pada setiap penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Karakterisasi pakan liibah tanaman pangan

No. Jenis limbah Produksi limbah Daya Produksi limbah tanaman pangan (tonlth)") cema BKC Ton

(a) (3) (c) ( 4 (e) 1. Padi sawah 9,O 0.140 (c) X ( 4 2. Padi ladmg 6 6 0.140 (c) x ( 4 3. Jagung 15,O 0.150 (c) X ( 4 4. Kacang hijau 1 9 0.137 (c) X (4 5. Ubi Jalar 2 3 0.135 (c) x ( 4

Sumber: Sumanto dan Juarini (2006) ; *) perkiiaan produksi optimum.

Tabel 6 Karakterisasi potensi sumber pakan alami pada tiap penggunaan lahan

Luas Produktifitas Produksi No. Penggunaan lahan (ha) pakan alami (BKCIhdton)

(todhdth) (a) (b) (c) (d) (e) 1. Lahan sawah

- galengan (agroklimat kering) (-) 0,125 (c) x (d) x 0,5** - bera (masa tanam 2x) (-1 0,500 (c) x (d) x 0,5**

2. Tegalan sawah - galengan (agroklimat kering) (-) 0,125 (c) x (d) x 0,5** - bera (rnasa tanam 2x) (-) 0,500 (c) x (d) x 0,5**

3. Kebun campuran* (-) 0,300 (c) x (d) x 0,5** 4. Semak (agroklimat kering) (-1 1,000 (c) x (d) x 0,5** 5. Lain-laidlahan terbuka* (-) 0,750 (c) x (d) x 0,5**

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak (1995). *Sumanto dan Juarini (2006); ** Tingkat kecemaan diperhitungkan 50% BKC.

Perhitungan jumlah populasi ternak ruminansia dalam satuan temak (ST)

didasarkan pada data nilai ST temak ruminansia utama Kabupaten Karo seperti

ditunjukkan pada Tabel 7.

Page 51: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 7 Nilai satuan temak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Karo tahun 2005

No. Jenis Temak Jumlah (ekor) Faktor Konversi* Jumlah (ST) 1 Sapi (Potong, Perah) 46.013 0,7 32.209,10 2 Kerbau 21.942 0,8 17.553.60 3 KambingDomba 14.338 0,055 788159

Total 82.293 50.551,29 Sumber: Dias ~ertanian. ~eternakan. ~erikanan dan nerkebunan Kabuoaten Karo (20051. data ,,

diolah; i, ~umadtd dan luarini 12006).

Analisis spasial untuk mengetahui sebaran tingkat ketersediaan hijauan

makanan temak dilakukan dengan menggunakan pendekatan SIG. Proses-proses

yang dilakukan yaitu overlay peta satuan lahan dengan peta wilaya kecamatan

dan joint basis data dengan atribut satuan lahan, dan query untuk pembuatan peta

tematik, perhitungan luas serta daya dukung hijauan.

Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Ternak Sapi Potong

Prioritas lahan pengembangan sapi potong didasarkan pada lahan-lahan

yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan tingkat kemampuan

lahan tersebut menyediakan hijauan makanan temak untuk memenuhi kebutuhan

temak. Urutan prioritasnya didasarkan pada status daya dukung hijauan makanan

temak tanpa mempertimbangkan persaingan peruntukan penggunaan lahan. Lahan

bukan prioritas mempakan lahan-lahan yang tidak sesuai (N) untuk lingkungan

ekologis sapi potong dan lahan yang tidak dinilai. Kombihasi antara kesesuaian

lingkungan ekologis dengan status daya dukung hijauan makanan ternak

menghasilkan mafriks prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong yang

ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Matrik prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong

Kesesuaian Status Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Lingkungan Aman Rawan Kritis Sangat Kritis

Ekologis (A) (R) (K) (SK) S-A S-R S-K S-SK

Sesua' (prioritas 4 (Prioritas I& (Prioritas ZIO (Prioritas IV Kurang Sesuai

(N) Bukan Prioritas

Arahan lahan untuk pengembangan sapi potong adalah lahan-lahan

prioritas I. Lahan prioritas I menunjukkan lahan-lahan yang sesuai dengan

Page 52: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

lingkungan ekologis sapi potong dan mempunyai daya dukung dengan status

aman untuk mendukung kebutuhan temak sehingga dijadikan bahan pertimbangan

(rekomendasi) sebagai arahan lahan pengembangan temak sapi potong.

Arahan pengembangan temak sapi potong mempertimbangkan

penggunaan lahan saat ini, sehingga arahan lahan pengembangan meliputi: 1)

diversifkasi, yaitu wilayah yang secara ekologis sesuai untuk temak, namun telah

digunakan atau diperuntukkan bagi kegiatan sektor dan sub sektor serta komoditas

lain seperti lahan tanaman pangan dan palawija. Oleh sebab itu itu pengembangan

sapi potong dilakukan secara terintegrasi dengan sektor atau sub sektor lainnya.

Simbol yang digunakan untuk wilayah diversifikasi adalah Ds ='~iversifikasi

kawasdlahan sawah, Dt = Diversifikasi kawasan tegaldlahan kering; dan Dk =

Diversifikasi kawasdlahan kebun campuran, 2) ekstensifikasi, yaitu wilayah

yang secara ekologis sesuai untuk temak, dan belum diperuntukkan bagi kegiatan

komoditas tertentu. Wilayah ini umumnya merupakan areal yang tidak produktif

berupa kawasan alang-alang, semak belukar, lahan-lahan terlantar, hutan konversi.

Simbol yang digunakan untuk wilayah ekstensifikasi adalah: Es = Ekstensifikasi

semak belukar; Elh = Ekstensifikasi lahan terbuka

Kapasitas peningkatan sapi potong menunjukkan jumlah populasi sapi

potong maksimal yang masih mampu ditampung oleh suatu wilayah. Nilai

kapasitas peningkatan sapi potong dihitung sebagai selisih antara total daya

dukung hijauan makanan temak dengan jumlah populasi temak ruminansia yang

ada di wilayah tersebut (sapi, kerbau, kambing), yang dihitung dengan satuan

temak (ST) (Lembaga Penelitian IPB, 2001). Pada perhitungan penelitian ini

diasurnsikan penambahan kapasitas hanya untuk temak sapi potong dewasa.

Analisis spasial untuk mengetahui prioritas dan arahan lahan

pengembangan sapi potong dilakukan dengan pendekatan SIG. Proses-proses

yang dilakukan yaitu overlay peta-peta tematik yaitu: peta status daya dukung

hijauan makanan temak, peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong dan

peta wilayah kecamatan, selanjutnya dilakukan joint basis data dengan data atribut

satuan lahan, query untuk pembuatan peta tematik, perhitungan luas lahan dan

daya dukung.

Page 53: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Penelitian ini mempunyai 3 (tiga) jalur data dan informasi yang harus

dikurnpulkan dan dianalisis, yaitu:

1. Data mentah berupa citra Landsat TM7 tahun 2005, untuk dijadikan peta

penggunaan lahan, dengan tahapan:

- Tahap awal: pembuatan peta penutupadpenggunaan lahan (tentatif);

- Pengecekan lapangan (ground check): untuk verifikasi penutupan lahan

menjadi kelas penggunaan lahan deftnitif.

- Identifkasi lahan-lahan potensial pengembangal sapi potong

2. Studi pustaka, untuk mencari persyaratan (kriteria) kesesuaian lingkungan

ekologis sapi potong; dan persyaratan kesesuaian hijauan makank ternak.

3. Peta Satuan Lahan dan Tanah (LREP I) yang ditumpangtindihkan dengan peta

lereng, peta elevasi, peta suhu, peta iklirn dan peta curah hujan: untuk

mendapatkan satuan lahan homogen (SLH).

Secara keseluruhan diagram alir kegiatan penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 54: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Cih'a Landsat Th. 2005

Pustaka . Koreksi geometri dan Geometri

(Tentatif)

Peta Saluan Lahan dan Tanah

I I / ( P I ) / 1-

Iklim

Sat& Lahan Ya $ Homogen

Peta Kelas Penggunaan Lahan

, + Data Kualitd

Persyaratan Analisis Kescsuaian Karakteristik Lahan Lingkungan Ekologis ekologis sapi potong

Sapi Potong MATCHING I

f 1 Peta Kesesuaian !hgkungan Ekologis I Lahan Tanaman Saul Potona S~stem Gembala dan

I I

I Hiiauan I I Kandang I

P

Penilaian Kesesuaian Kesesuaian Lahan Lahan

(?dATCHlNG)

Tingkat Ketersediaan Data populasi Hijauan Makanan Temak: temak mminansia - Daya Dukung & IDD

4 <J

Peta Status Daya Dukung Hijauan Makanan Temak

Administmi

Spasial (SIG)

Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan dan Kapasitas Peningkatan

Sapi Potong

Gambar 3 Diagram alir pelaksanaan penelitian.

Page 55: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Penutupan dan Penggunaan Lahan

Wilayah Kabupaten Karo termasuk Propinsi Sumatera Utara dengan luas

wilayah 212.725 Ha atau 2.127,25 ICm2 (BPS, 2005) sedangkan hasil perhitungan

peta rupabumi dari Bakosurtanal skala 1:50.000 tahun 1982 adalah 218.701 Ha

(2.187, 01 krn2) dengan penutupan dan penggunaan lahan seperti terlihat pada

Tabel 9. Untuk analisis dan perhitungan dalam penelitian, luas wilayah dan Jenis

penutupd penggunaan lahan yang digunakan adalah luasan dan

penutupdpenggunaan lahan yang bersumber dari peta dijital rupa bumi

Bakosurtanal tahun 1982.

Secara administratif, Kabupaten Karo terdiri atas 13 (tigabelas)

kecamatan, yaitu: Mardingding, Laubaleng, Tigabinanga, Juhar, Munte,

Kutabuluh, Payung, Simpang Empat, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Merek,

dan Barusjahe dengan 258 desal kelurahan.

Tabel 9 Luas wilayah dan penutupdpenggunaan lahan Kabupaten Karo menurut data BPS (2005) dan peta digital RBI

Data BPS*) Peta digital RBI**) Penggunaan Luas

% Penggunaan

No. No. L&~~..*) Luas % Lahan (Ha) (Ha) 1 Sawah 12.328 5,8 1 Sawab 28.625 13,09 2 Pekarangan 4.251 2,O 2 Pemukiman 593 0,27 3 TegalKebun 22.846 10,74 3 Tegalan 46.593 21,30 4 LadangrHuma 59.720 28,07 4 Hutan 67.058 30,66 5 Penggembalaanl 4.254 2,O 5 Semakl 41.435 8,95

Padang Rumput Rerumputan 6 Sementara 7.418 3,49 6 Lahan terbuka 4.075 1,86

tidak diusahakan 7 Ditanami pohonl 9.621 4,52 7 Kebuncampuran 14.269 6,52

hutan rakyat 8 ~utrin negara 67.214 31,6 8 Lereng terjal 1.183 0,54 9 Perkebunan 6.524 3,07 9 Tnbuhair 95 0,04 10 Lain-Lain 17.984 8,45 10 Awan 14.773 6,75 11 Rawa-rawa 399 0,19 12 Tambak 4 0 13 KolamIEmpang 162 0,08

J u m l a h 212.725 100 Jumlah 218.701 100 *) BPS (2005) **) Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal(l982) **+) analisis dan intepretasi citn Landsat TM-7 pathhow 128-058 tahun 2005

Page 56: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Penggunaan lahan di kabupaten Karo (BPS, 2005) dapat dikelornpoWcan

menjadi lahan usaha intensif dan lahan hutan atau diusahakan tetapi tidak intensif.

Lahan usaha intensif berupa sawah, perladangan menetap termasuk pekarangan

dan kebun campuran. Lahan hutan atau yang diusahakan tetapi tidak intensif

berupa ladang berpindah, semak belukar, alang-alang dan berbagai macarn hutan.

Hutan yang ada dikelompokkan rnenjadi beberapa jenis, yaitu hutan lindung,

hutan suaka alarnlwisata, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi konversi.

Selain itu dapat dikelornpokkan menjadi dua, yaitu hutan rakyat dan hutan negara.

Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Karo menurut BPS (2005), adalah sebesar

312.300 jiwa dengan kepadatan penduduk 146,81 jiwa/km2 seperti ditunjukkan

pada Tabel 10.

Tabel 10 Luas wilayah, jurnlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Karo tahun 2004.

No. Kecamatan Jumlah Jumlah Luas (km') Kepadatan desakelurahan Penduduk (jiwalkn?)

1. Mardingding 10 14.308 267,ll 53,56 2. Laubaleng 13 16.662 252,60 65,96 3. Tigabinanga 19 17.368 160,38 108,29 4. Juhar 24 12.628 218,56 57,78 5. Munte 22 17.617 125,64 140,22 6. Kutabuluh 16 10.262 195,70 52,44 7. Payung 25 22.371 134,OO 166,95 8. Simpang Empat 40 39.446 225,47 174,95 9. Kahanjahe 13 53.916 44,65 1.207,53 10. Berastagi 9 38.594 30,SO 1.265,38 1 1. Tigapanah 29 34.003 219,09 155,20 12. Merek 19 14.274 125,Sl 113,73 13. Barusjahe 19 20.851 128,04 162,85

Jurnlah 258 312.300 2.127.25 146,81 Sumber: BPS (2005)

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian tahun 2003 (BPS, 2005), jumlah

rumah tangga pertanian adalah 58.290 rumah tangga (70,93%) dari seluruh rumah

tangga di Kabupaten Karo sebanyak 82.178 rumah tangga.

Page 57: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Berdasarkan data dari 9 (sembilan) stasiun pengamatan selama kurun

waktu 1985-2005 (Tabel l l) , diperoleh bahwa jumlah curah hujan rata-rata

tahunan adalah sebesar 1.649,90 mm dirnana curah hujan di stasiun Tongkoh

(Berastagi) mempunyai curah hujan tahunan tertinggi (2.613,83 mm) dengan rata-

rata curah hujan bulanan sebesar 217,82 mm. Curah hujan tahunan terendah

terjadi di stasiun pengamatan Mardigding yakni 1.039,50 mm dengan rata-rata

sebesar 86,63 mmlbulan.

Klasifikasi hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951), Kabupaten Karo

mempunyai tipe hujan basah diiana tipe hujannya termasuk tipe B dengan nilai

Q = 0,160. Melihat sebaran data curah hujan tersebut, Kabupaten Karo

mempunyai musim hujan cukup lama antara September - Mei dan musim

kemarau berlangsung sekitar bulan Juni sampai Agustus. Peta curah hujan di

Kabupaten Karo dapat dilihat seperti pada Gambar 4.

Tabel 1 1 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karo di sembilan stasiun pengamatan tahun 1985 - 2005

STASIUN PENGAMATAN Tiga Sumber ~ T A .

BULAN Kuta Marding Simolap . Tongkoh Pancur Sinabung Tiga Jaya RATA ding (T~gabi-

Oadung (Munte) nanga) (Braslapi) (Simp.N E'ayung) Panah (L.Bale ) ng)

Januari 145 121 67 67 238 152 I69 122 91 130.16

Febmari 67 74 62 62 207 I24 130 167 93 109.59

Maret 93 I22 175 175 227 159 113 144 131 148.94

April 151 150 133 133 308 201 I23 165 I59 169.21

Mei 135 92 LO4 104 169 374 104 181 58 146.69

Juni 91 22 46 46 115 107 81 100 26 70.59

Juli 59 I9 36 61 124 69 67 76 35 60.61

Agustus 73 49 36 67 109 108 72 104 60 75.43

September 178 143 76 111 240 198 161 116 131 150.41

Okober 229 164 105 131 233 234 223 227 231 197.45

Nopember 166 151 93 144 318 328 211 222 182 201.68

Desembsr 237 I32 108 106 325 259 199 229 108 189.14

Total(mm/th) 1621.9 1241.1 1039.5 1207.0 2613.83 2313.30 1653.0 1853.1 I306 1649.9

Rata2(mmJth) 135.16 103.42 86.63 100.58 217.82 192.78 137.75 154.4 108.9 137.49 Bln Keriog (bl)

5 5 7 5 0 1 3 1 6 3

Bln Basah (bl) 2 0 0 0 8 5 2 3 0 1

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Medan (2005), data diolah.

Page 58: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 4 Peta curah hujan tahunan Kabupaten Karo.

I

Menurut kriteria zone agroklimat Oldeman et al. (1978) (Tabel 12),

Kabupaten Karo termasuk zone Dl dan E2. Zona Dl dicirikan dengan bulan

basah 3-4 bulan dan jumlah bulan kering <2, terdapat di bagian Tmur Laut yakni

Kecamatan Berastagi, Simpang Empat, Tigapanah, sebahagian Barusjahe dan

PETA CURAH WJAN KABUPATEN KARO

F'S PERENCANAAN WILAYAH INSTITLIT PERTANIAN BOGOR

2006

LEGENDA Curah hujan

1500 - 1750 1750 - 2000 2W0 - 2500 2500 - 3WO 3W0 - 4000

/V sung= /1\/ Jalan / \/Bat= kabupakn

Danau Toba Batx kecamatan

Page 59: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Payung. Sedangkan zona E2 dicirikan oleh bulan basah <3 bulan dan bulan kering

berturut-turut 2-3 bulan terdapat di bagian barat, tengah dan selatan. Peta zona

agroklimat Kabupaten Karo dapat dilihat seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta zona agroklimat Kabupaten Karo.

PETA ZONA AGROKLIMAT KABUPATEN KARO

PS PERENCANAAN WlLAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2W6

LEGENDA

Zona agroklimat: m Dl n E2 ,A,,/ Sungai ,A,,/ Jalan /\.,'Bats lorbupatm

Danau Toba CII] Baur, kcamatan

Page 60: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabei 12 Zona agroklimat berdasarkan jumlah bulan basah dan kering di Kabupaten Karo di sembilan stasiun pengamatan tahun 1985 - 2005

Stasiun Pengamatan Zona Jumlah Bulan Basah K e ~ g Masa P e m b u h a n

Kuta Gadung E2 2 5 7 Pancar Jaya (Munte) E2 0 5 7 Mardingding E2 0 7 5 Simolap (Tigabinanga) E2 0 5 7 Tongkoh (Brastagi) D 1 8 0 12 Tiga Pancur (Simp.IV) D 1 5 1 11 Sinabung (Payung) E2 2 3 10 Tiga Panah Dl 3 1 11 Sumber Jaya (Laubaleng) E2 1 6 7

Data pengamatan di stasiun Kutagadung dan Tongkoh menurjukkan suhu

rata-rata bulanan berkisar antara 18,82"C sampai 19,67OC dengan rata-rata

tahunan 19,23"C (Kutagadung) sedangkan di stasiun Tongkoh berkisar antara

18,53"C sampai 19,70°C dengan rata-rata tahunan 19,11°C (Tabel 13). Flu!!i

suhu udara bulanan relatif kecil. Sedangkan rata-rata kelembaban nisbi Kabupaten

Karo tahun 2000-2005 berkisar antara 85,49% hingga 89,82% dengan rata-rata

tahunan 88.59% (stasiun Kutagadung) dan di stasiun Tongkoh berkisar antara

83,83% hingga 89,83% dengan rata-rata tahunan 87.03% (Tabel 14).

Tabel 13 Rata-rata suhu udara di stasiun Kutagadung tahun 19962005 dan stasiun Tongkoh tahun 2000-2005

BULANI TAIWN Rata-

STASIUN 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rats KUTAGADUNG Januari 19.1 19.3 20.0 19.7 18.5 19.0 18.9 18.9 19.6 18.3 19.13 Febmari 18.7 19.4 20.1 19.5 18.5 19.1 19.6 19.0 20 19.4 19.33

Maret 19.0 19.1 20.2 19.5 19.1 18.8 18.8 18.9 19.8 20.1 19.32

April 19.2 19.2 20.1 19.7 19.3 18.9 19.0 19.0 19.9 19.9 19.4; Mei 19.8 19.8 20.9 19.6 19.7 19.0 19.3 19.1 19.6 19.9 19.67 Juni 19.8 19.4 20.3 19.7 19.2 19.1 19.4 18.9 19.7 19.7 19.53 luli 19.2 19.4 19.9 19.3 19.3 18.9 19.3 19.0 18.8 19.2 19.23

Agustus 18.9 19.5 19.3 19.0 19.0 19.1 19.0 18.7 19.9 19.8 19.22

September 19.1 R 19.4 19.2 19.0 18.8 19.0 19.1 18.4 18.7 18.96 Oktober 19.1 R 19.3 19.1 19.1 18.8 18.9 18.9 18.8 19.0 19.00

Nopember 18.8 R 19.2 19.0 19.3 19.4 19.1 19.0 19 19.1 19.10 Desember 18.5 R 19.3 18.7 19.4 19.2 19.1 19.0 18.6 17.6 18.82

Rata-rata 19.10 19.37 19.83 19.33 19.12 19.01 19.12 18.96 19.34 19.23 19.23

Page 61: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 13 (lanjutan)

BULANI TAHUN Rata-

STASIUN 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Ra"

TONGKOH Januari 18.8 18 18.9 18.8 18.5 18.2 18.53 Februari 18.8 19.4 19.4 18.8 18.6 18.9 18.98 Maret 19.5 19.1 19.3 19.3 18.9 18.7 19.13 April 19.4 19.4 19.6 19.5 19 19.6 19.42 Mei 19.9 20.2 19.5 19.7 19.3 19.5 19.68 Juni 19.7 21.1 19.3 19.1 19.3 19.7 19.70 Juli 18.9 19.1 19.4 18.7 18.5 18.3 18.82 Agustus 18.8 19.6 18.9 18.1 18.9 19.1 18.90 September 19.8 19.5 20.3 19.3 18.3. 19 19.37 Oktober 19.5 19.5 19 18.9 18.5 18.3 18.95 Nopember 19.3 19.1 19.6 19.3 18.8 18.4 19.08 Desember 18.9 19.3 19.8 18.3 18.4 17.9 18.77

Rata-mta 19.28 19.44 19.42 18.98 18.75 18.80 19.11

Tabel 14 Rata-rata kelembaban nisbi di stasiun Kutagadung dan stasiun Tongkoh

BULANI TAHUN Rata-

STASIUN 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2W4 2005 Rat8

KUTAGADUNG Janurui 90.6 91.6 89.1 91.0 89.0 90.0 89.0 - 87.0 89.67 Februari 91.1 92.7 92.1 90.9 90.0 88.0 87.0 89.0 92.1 85.0 89.79 Maret 90.9 - 91.5 89.1 89.0 90.0 89.0 89.0 94.3 84.0 89.64 April 90.1 90.9 91.4 89.7 90.0 90.0 89.0 89.0 94.1 84.0 89.82 Mei 87.5 91.7 90.6 90.2 88.0 89.0 89.0 89.0 91.6 86.0 89.26 Juni 89.0 91.8 91.5 88.3 89.0 88.0 89.0 88.0 90.6 85.0 89.02 Juli 88.4 91.5 91.8 88.3 88.0 89.0 89.0 89.0 86.8 83.7 88.56 Aystus 88.2 - 90.5 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 77.8 84.0 87.27 September 88.7 - - 88.7 91.0 88.0 89.0 89.0 84.3 84.4 87.89 Oktober - 88.0 88.0 89.0 89.0 86.7 85.0 87.62 Nopember 90.3 56.0 92.2 90.5 89.0 89.0 89.0 89.0 83.0 87.0 85.49 Desember 91.8 91.3 89.0 88.0 89.0 88.0 86.7 89.0 89.09

TONGKOEI Januari Februari ~ - - ~

Maret Aoril ~ e i 82 84 89 84 85 88 85.33 Juni 78 85 85 87 84 84 83.83 Juli 84 87 87 89 86 86 86.50 Agustus 87 83 86 89 82 87 85.67 September 82 89 87 85 87 88 86.33 Oktober 82 85 86 86 91 92 87.00 Nopember 91 85 91 87 91 91 89.33 Desember 90 87 85 88 92 94 89.33

Rata-rata 84.67 85.83 87.25 87.08 88.08 89.25 87.03

Gambar 6 menggambarkan estimasi suhu berdasarkan ketinggian tempat

yang dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928) dalam Mohr et al.

Page 62: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

(1 972). Sebagian besar wilayah Kabupaten Karo berada diatas 18OC sedangkan

suhu <1 S°C yang kurang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong terdapat di

sebelah timur laut dan tenggara Kabupaten Karo.

Garnbar 6 Peta estimasi suhu berdasarkan elevasi di Kabupaten Karo.

9790' 9P55' 980W' 9805' 5SD10' W15' 9890' 9855' 9890' 9k35' W40' 98 .

Kabupaten Langkat -303

-30%

-302,

*I. * -3-l:

PI, ' -301 PROPINSI SUht4TERA LiTARA

-30s

- -%0

-23s.

-25

-4

P4( * 3- Sumbe¶: - M U Buil&clb d* I WmO E s d l T h u I S S L ~ D 6 l & 5 3 , Y b f d l bbr%l9.!1;1(~li2~k21>i,$*ahvnd ,7983

* h 97950' 9P5S SOW' 98'5' %+lo* m015' 9890. 9855' %SO* 98O35' 98410'

PETA ESTIMASI SUHU BERDASARKAN ELEVASI

KABUPATEN KARO

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

LEGENDA /V kontur (interval 300 m) h ,'Betas kabupaten 'k Danau Toba 0 Batas kecamatan

Estimasi suhu: =<180C =>18oC

Page 63: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Topografi

Secara topografi atau bentuk wilayah Kabupaten Karo cukup bewariasi,

mulai dari datar di sebelah timur (di daerah endapan aluvial), di sebelah barat dan

tenggara Kabupaten Karo, bergelombang di bagian tengah, berbukit hingga

bergunung terjall curam di sebelah barat dan barat laut (Gambar 7). Luasan lahan

berdasarkan kelas lereng serta proporsinya dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15 Bentuk wilayah dan luas lahan berdasarkan kelerengan di Kabupaten Karo

bentuk wilayah luas (Ha) ' Kelas lereng % 0-3% Datar sampai agak datar 33.573 15,35 -

3-8% Berombak 8-16% Bergelombang 16-30% Berbukit 30-40% Bergunung

>40 Bergunung c u r d t e rjal 13.981 6,39 Total 218.701 100,OO

' Luas didasarkan pada perhitungan dari peta digital

Tabel 16 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa, sebagian besar (52,70%)

wilayah di Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 600-1.250 meter di atas

permukaan laut. Sedangkan wilayah yang berada pada ketinggian diatas 1.250

meter dpl sebahagian besar terdapat di sebelah utara Kabupaten Karo meliputi

Kecamatan Berastagi, Simpang Empat, Barusjahe, Payung, Kutabuluh serta dan

di sebelah tenggara yakni Kecamatan Merek dan Juhar.

Tabel 16 Ketinggian dan luas wilayah di Kabupaten Karo

Ketinggian tempat (meter dpl) Luas (Ha) %

100 - 300 12.924 5,91 300 - 600 16.422 7,51 600 - 1.250 115.251 52,70

>1.250 74.104 33,88 Total 218.701 100,OO

-) Luas me~pakan olahan dari peta digital

Page 64: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kabupaten D a i r i

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSL'ITUT PERTANIAN ROGOR

PETA LERENG KABUPATEN KARO

Kelas lereng 0-3% 3-8% 8-16%

LEGENDA Bstas kceamsuvl Bat- kabupltrn DmmTobs

Gambar 7 Peta lereng Kabupaten Karo.

Page 65: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

PETA ELEVASI KABUPATEN 0

PS. PERENCANAAN WILAYAI-I INSTITLIT PERTANIAN ROGOR

I LEGENDA I /\/ kontur (interval 300 m) / \ /'Batas kabupaten 'G Danau Toba 0 Batas kecamatan

Gambar 8 Peta elevasi Kabupaten Karo.

Page 66: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Geologi dan Batuan Induk

Berdasarkan peta geologi Lembar Medan (0619) skala 1 : 250.000 dan

Lembar Sidikalang, Sumatera (0618) skala 1:250.000 (Puslitbang Geologi, 1982)

daerah Kabupaten Karo tersusun dari: (1) Tuf Toba (Qvt) dengan litologi tuf

riodasit, menyebar disebagian besar (* 40%) wilayah Kabupaten Karo seperti

Kecamatan Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Merek, Simpang Empat, Munte,

sebelah barat Payung dac sebagian kecil lainnya terdapat di Kecamatan Juhar,

Tigabinanga dan Mardingdig; (2) Formasi Butar (Tlbu), dengan litologi

batupasir, serpih minyak dan batu lumpur menyebar dari sebelah barat laut

mengarah ke tenggara meliputi separo wilayah kecamatan Mardingdig,

Laubaleng, Kutabuluh, Tigabinanga dan sebagian kecil terdapat di kecamatan

Payung, Juhar dan Munte, meliputi lebih kurang 18% dari wilayah Kabupaten

Karo; (3). Formasi Kluet, dengan litologi batupasir metakuarsa, metaklake,

batusabak dan filit terdapat di Kecamatan Juhar, Merek dan sebahagian kecil di

Tigabinanga; (4) Anggota Batugamping (Ppal), dengan litologi batugamping oolit,

pualam, sekis-kalk dan genes terdapat di Kecamatan Madigding, Laubaleng dan

sebagian kecil Tigabinanga; (5) Formasi Alas (Ppa), dengan litologi serpih,

batulanau, batupasir, wake dan konglomerat terdapat di Kecamatan Mardingding

dan sebahagian kecil di Laubaleng; (6) Formasi Bohorok (Pub), yang merupakan

sisi timur rangkaian Pegunungan Bukit Barisan terdapat disebelah utara

kecamatan Mardingding dan Kutabuluh yang berbatasan dengan Kabupaten

Langkat; (7) Endapan Aluvium (Qh) dengan litologi kerikil, pasir dan lempung

terdapat di kecamatan Mardingding, Laubaleng dan sebagian kecil di wilayah

Tigapanah dan Barusjahe; (8) Formasi Kuta Cane (Qpk) yang terletak di

Mardingding dengan litologi kerikil, pasir dan lempung; (9) Formasi Gunungapi

Haranggaol dengan litologi andesit, dasit dan piroklastik terdapat didekat danau

Toba di Kecamatan Merek; (10) Granit Keteran (Mpikt) di Munte dan Juhar,

serta; (1 1) Pusat-pusat erupsi, yang menghasilkan bahan volkanik dari beberapa

gunung api seperti (a) volkan Gunung Sibayak (Qvba) di Kecamatan Berastagi

dan Simpang Empat dengan litologi andesit, dasit dan piroklastik; (b) volkan

Gunung Sinabung (Qvsn) di Kecamatan Payung dan Simpang Empang dengan

litologi lava andesit sarnpai dasit; (c) pusat Kembar (Qvk) di Kecamatan

Page 67: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Mardingding dengan litologi andesit, dasit, basal dan piroklastik; (d) pusat Barus

(Qvbr) di Kecamatan Tigapanah dan Barusjahe dengan litilogi lava andesit dan

piroklastik; (e) pusat Sipiso-piso (Qvss) terdapat di Kecamatan Merek dengan

litologi dasit dan andesit; (0 satuan Sibutan (Qvtsu) dari Pusat Toba terdapat di

Merek dengan litologi riolit, kemungkinan lava campuran dan piroklastik.

Batuan induk volkanik dan sediien merupakan batuan yang dominan di

Kabupaten Karo dengan proporsi masing-masing lebih kurang 51% dan 42%, di

samping itu terdapat batuan metamorlik (sekitar 6%) dan sebahagian kecil batuan

intrusif (0,45%).

Satuan Lahan dan Tanah

Berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Sidikalang

(0618) dan Lembar Medan (0619), Kabupaten Karo terdii atas 43 satuan tanah

@ada tingkat great group) seperti terdapat pada Gambar 9, dari tujuh grup satuan

lahan yakni: Aluvial (A), Dataran (P), Tuf Toba Masam (Q), Volkan (V), Karst

(K), Perbukitan (H), Pegunungan (M) dan Aneka bentuk (X). Pada setiap satuan

lahan umumnya ditemukan lebih dari satu satuan tanah. Pada legenda peta satuan

lahan dan tanah, beberapa sifat dan karakteristik lahan yang diinventarisasi antara

lain: bentuk lahan (landform), batuan induk, litologi (Lampiran 2), dan tekstur,

drainase, kedalaman tanah, jenis tanah dorninan dan asosiasi, batuan permukaan,

genangan, singkapan batuan, pH tanah serta beberapa sifat fisika dan kimia tanah

(Lampiran 3).

Aluvial terbentuk dari hasil proses pengendapan baik sungai, danau

maupun proses koluviasi dikaki perbukitan berlereng yang landai. Penyebarannya

terutama di Kecamatan Mardiigdiig, Laubaleng dan KutabuId berupa kipas

aluvial/koluvial dan jalur aliran sungai. Bentuk wilayah datar, datar agak cekung,

dan datar agak melandai dengan lereng 0-8%. Jenis-jenis tanah yang dijumpai

antara lain: Fluvaquent, Tropaquept, Dystropept, Psamrnaquent, dan Eutcopept.

Ketinggian antara 10-200 m di atas permukaan laut. Sebahagian, gmp aluvial ini

dijumpai di kecamatan Merek sekitar Danau Toba. Jenis tanah yang terbentuk di

daerah ini adalah jenis tanah muda yang sebagian besar berasosiasi dengan

lingkungan basah antara lain Tropaquept (telah berkembang), Tropaquent (belum

Page 68: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

berkembang), Fluvaquent yang berlapis-lapis dan Tropopsamment. Tanah pada

u m w y a mempunyai tekstur yang bervariasi dari halus, sedang sampai kasar

dengan kandungan hara yang relatif rendah.

Dataran terdapat di antara perbatasan Tigabinanga, Juhar dan Munte,

tersusun dari batuan sedimen felsik bertekstur agak halus, berumur tersier dan

kuarter, dan tertutup oleh bahan tuf Toba masam. Bentuk wilayah bergelombang

berbukit kecil dengan lereng antara 3-16%. Jenis tanah yang dijumpai di daerah

ini didominasi oleh tanah Dystropept. Penggunaan lahan sebahagian merupakan

pertanian lahan kering, kebun campuran dan semak belukar.

Grup volkan, mencakup bentukan volkanik berumur tersier'dan kuarter.

Bentukan volkanik tersier yang terdapat di daerah penelitian adalah volkan tua

Takur-takur dari bahan tuf masam dan intermedier yang telah mengalami erosi

dan bentuk aslinya berupa kerucut sudah tidak tarnpak lagi. Sedangkan bentukan

volkanik berumur kuarter belum megalami deformasi (pelipatan, pengangkatan)

sehingga bentuk kerucutnya strato volkan masih jelas dan utuh. Pada daerah

penelitian, volkanik kuarter yang termasuk stratovolkan antara lain: Gunung

Sibayak, Gunung Sinabung dan Gunung Kembar yang umumnya tersusun dari

bahan tuf masam dan intermedier. Stratovolkan G.Sibayak dan G. Kembar

umumnya berasal dari bahan tuf masam, intermedier dan basis. Di daerah ini

dijumpai jenis-jenis tanah seperti Dystrandept dan Hydrandept, kecuali pada

lereng tengah G.Sinabung terdapat tanah Dystropept. Tanah Dystrandept dan

Hydrandept berpenampang dalam sampai agak dangkal, tekstur agak halus sampai

agak kasar, drainase agak cepat dan kesuburan tanah rendah sampai sedang. Pada

perbukitan volkan lereng >16% dari bahan tuf masam, intermedier dan basis, jenis

tanah didominasi oleh Hapludox dan Dystropept yang berpenampang dalam,

tekstur halus, drainase sedang sampai agak cepat dengan kesuburan tanah sangat

rendah sampai rendah.

Karst, menyebar luas disebelah barat Kabupaten Karo yakni sebagian

besar kecamatan Mardingding dan Laubaleng yang berbatasan dengan Kabupaten

Aceh Tenggara di Propinsi NAD sedangkan sebahagian kecil terdapat disebelah

utara yakni di Kecamatan Kutabuluh dan Payung. Bentuk wilayah grup karst ini

adalah berbukit dan bergunung dan sangat tertoreh. Batukapur yang lebih

Page 69: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

resisten/kukuh muncul d i p e d a a n sebagai singkapan dindiig yang sangat

curam. Lembah umumnya sempit dan dalam. Grup karst terletak diketinggian

200-1.300 m dpl. Jenis tanah utama yang terdapat di daerah ini adalah Eutropept

dan Dystropept yang berpenampang agak dalam, tekstur halus sampai agak halus,

drainase agak cepak dan kesuburan tanah sangat rendah sampai rendah.

KABUPATENKARO

Gambar 9 Peta landunit Kabupaten Karo.

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Page 70: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tuf Toba Masam, umumnya tersusun dari bahan dasit dan liparit yang

menyebar didataran tinggi dan rendah pada ketinggian 25-1.500 meter dpl

disebagian besar Kecamatan Munte, Merek, Tigapanah, Juhar dan sebagian kecil

tersebar di Mardiigding, Kabanjahe, Barusjahe, Tigabinanga, dan Payung. Jenis

tanah yang terdapat di daerah ini terutama didataran tinggi adalah Hydrandept,

Dystrandept yang berpenampang dalam, tekstur sedang sampai agak kasar,

drainase sedang, kesuburan tanah rendah sampai sedang. Pada dataran tinggi

lenibah sungai sempit yang terisi tuf Toba masam dijumpai jenis tanah Dystropept

yang berpenampang dalam, tekstur halus, drainase sedang, kesuburan tanah

rendah. Sedangkan didataran rendah dijumpai jenis tanah sepe& Dystropept,

Humitropept dan hapludox. Ketiga jenis tanah pada dataran rendah ini

berpenampang dalam, tekstur halus sampai sedang, drainase baik, kesuburan

tanah rendah.

Perbukitan, dijumpai terutama di Merek dan sebagian kecil di Munte dan

Payung. Daerah perbukitan di daerah penelitian ini berupa lungur paralel

memanjang dan lereng mengikuti struktur tektonik, lereng bagian atas dan tengah

dijumpai tanah Hapludox sedang bagian bawah terdapat tanah Dystropept. Tanah

umumnya berpenampang dalam, tekstur agak halus sampai halus, drainase agak

cepat dan kesuburan sangat rendah sampai rendah.

Pegunungan, menyebar luas dari arah barat laut sampai ke tenggara

Kabupaten Karo pada ketinggian 150-2.000 meter dpl umumnya berlereng curam

sampai sangat curam sekali dengan lereng >25%. Tersusun dari batuan sediien,

batuan plutonik masam dan metamorfik. Jenis tanah utamanya adalah Dystropept

dibagian lereng atas, Hapludult dilereng tengah dan Humitropept dibagian lereng

bawah. Tanah berpenampang dalam sampai sedang, tekstur halus sampai sedang

dengan drainase baik. Kandungan unsur-unsur ham umumnya rendah sampai

sangat rendah sedangkan dibagian lereng bawah dengan lereng <30% um-ya

mempunyai kesuburan yang lebih baik.

Grup Aneka Bentuk, me~pt3kan bentuk yang spesifik yang terdiri atas

lembah sungai terjal tererosi atau lereng tunggal terjal (XI), daerah

kotalpemukiman (X2), serta tubuh airldanau (X3).

Page 71: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Hidrologi

Aspek hidrologi penting untuk dibicarakan karena berkaitan erat dengan

keadaan fisiografi dan berpengaruh langsung terhadap sumberdaya lahan dan

potensi di daerah penelitian. Daerah timur Kabupaten Karo yang termasuk

rangkaian Bukit Barisan umumnya mempunyai pola drainase sub paraleUtrelis

yang merupakan sumber air bagi aliran sungai yang berhulu di daerah atasnya

yakni antara lain: sungai Wampu, s.Ular dan sungai Deli dan membentuk aliran

yang bercabang-cabang antara lain aliran sungai Lau Biang, s.Bengap dan lain-

lain. Keadaan tutupan hutan di daerah pegunungan termasuk baik dan dapat

rnemberikan debit air yang cukup stabil di kawasan ini.

Keadaan hidrologi di daerah pelembahan yang tertutup tuf Toba masam

cukup baik dan tidak terdapat stagnasi air. Aliran Sungai Bengap yang terletak

disebelah selatan Berastagi, merupakan pertemuan anak-anak sungai yang

mengalir di daerah bagian selatan volkan Sibayak-Sinabung dan cabang sungai

yang mengalir di daerah tuf Toba masam dari selatan yang kemudian mengalir

kea.rah barat. Sebelah selatan Kabupaten Karo merupakan daerah aliran sungai

Lau Renun yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Dairi mengaliii daerah

sekitar Laubaleng, Juhar dan Tigabiianga. Sebelah selatan yakni di Kecamatan

Merek merupakan daerah tangkapan air danau Toba memiliki bidang permukaan

penangkapan air hujan yang efektif dan pinggiran depresi danau Toba

(eskarpmen) terdii atas batuan yang kukuh dapat bertahan terhadap gejala longsor

dan pola drainase yang berkembang di daerah ini diendaliian oleh ketahanan

batuan terhadap pengikisan serta struktur geologi.

Keadaan dan Kesuburan Tanah

Berdasarkan hasil penelitian Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB)

Balitbang Departemen Pertanian (KPTB, 2005) seperti yang terdapat pada

Lampiran 4, data analisis tanah di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo

menunjukkan beberapa sifat tanah sebagai berikut: pH pada umumnya

mempunyai pH tergolong masam sampai agak masam (pH 4,68-5,86), C organik

tergolong sedang sampai sangat tinggi dengan nilai C organik terendah adalah

2,14% dan tertinggi 6,50%, sedangkan nilai Nitrogen tergolong rendah sampai

Page 72: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sedang, dengan nilai Nitrogen terendah 0,18% dan tertinggi 0,28%; kadar P

tersedia dengan metode Bray tergolong sangat rendah sampai rendah dengan

kadar Posphor terendah sebesar 0,18 ppm dan kadar tertinggi 14,75 ppm; susunan

kation yang terdiri atas Ca, Mg, K, Na tergolong bervariasi dari sangat rendah

hingga sangat tinggi, sedangkan kapasitas tukar kation tergolong tinggi yakni

sebesar 25,22 me/100gr. Kandungan Ca dan Mg tergolong rata-rata sedang, Na

tergolong rendah dan kandungan K tergolong tinggi. Kejenuhan basa tergolong

sangat rendah sampai sedilllg dimana kejenuhan basa terendah sebesar 11% dan

tertinggi sebesar 52%. Sedangkan kejenuhan aluminium, berdasarkan hasil akhir

survey tanah tinjau Sumatera proyek LREP I1 Puslittanah tahun 1989, sebagian

besar (hampir 50%) tergolong sangat rendah sampai tidak ada (0-<20) dan

sebagian kecil tergolong sedang sampai sangat tinggi.

Berdasarkan peta digital Satuan Lahan dan Tanah skala 1:250.000 dan

laporan hasil akhir survey tanah tinjau Sumatera proyek LREP I Puslittanah tahun

1989, dinyatakan bahwa jenis tanah dominan yang dijumpai di Kabupaten Karo

adalah: Dystropept (38,90%), Hydrandept (33,91), Eutropept (16,88%),

Dystrandept (4,74%), Hapludox (1,89%), Humitropept (1,86%), Fluvaquent

(0,87%) dan Tropaquept (0,37%) (Tabel 17), sedangkan jenis tanah lainnya dalam

proporsi sedii t dijumpai jenis tanah Hapludult, Kanhapludult, Psammaquent, dan

Tropopsamment (Tabel 18).

Tabel 17 Jenis-jenis tanah dominan yang dijumpai di Kabupaten Karo

No. Jenis tanah dominan Luas (Ha) YO 1. Dystrandept (Hapludand) 10.365 4,74 2. Dystropept (Dystrudept) 85.073 38,90 3. Eutropept (Etrudept) 36.921 16,88 4. Fluvaquent (Fluvaquent) 1.896 0,87 5. Hapludox (Hapludox) 4.140 1,89 6. Humitropept (Dystrudepthumik) 4.063 1,86 7. Hydrandept (Hydmdand) 74.152 33,91 8. Tropaquept 81 1 0,37 9. Tidak dii lai (TD) 1.278 0,58

Total 218.701 100,OO Sumber: Peta digital landunit skala 1 :250.000 Lembar Sidikalang (0618) Tahun 1990 dan Lembar Medan (0619) Tahun 1989; nama jenis tanah dalam kurung menurut Sistem Taksonomi Tanah tahun 1987.

Page 73: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 18 Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Karo menurut Taksonomi Tanah dan Dudal & Soepraptohardjo.

TAKSONOMI TANAH Dudal & Great Group Sub Order Order Soepraptohardjo

Dystrandept Andept Inceptisol (Andisol)* Andosol ~ ~ s t r o ~ e ~ t Eutropept Fluvaquent Hapludox Humitropept Hydrandept Tropaquept Ilapludult Kanhapludult Psammaquent

~ r o ~ e ~ t Tropept Aquent Udox Tropept Andept Aquept Udult Udult Aquent

Ince~tisol (~ndisolj* Inceptisol (Andisol)* Entisol Oxisol Inceptisol (Andisol)* lnceptisol (Andisol)* Inceptisol (Andisol)* Ultisol Ultisol Entisol

Latosol Latosol Aluvial Latosol Latosol Andosol Aluvial Podsolik Podsolik Regosol

~ r o ~ o ~ s & e n t Psamment Entisol e ego sol * Nama dalam kurung menurut Sistem Taksonomi Tanah tahun 1997.

Berdasarkan padanan jenis tanah seperti pada Tabel 18, jenis tanah

menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1960) yang dijumpai di Kabupaten Karo

adalah jenis tanah Latosol, Andosol, Aluvial, Podsolik, dan Regosol sedangkan

berdasarkan order terdii atas Inceptisol, Entisol, Oxisol dan Ultisol dengan sifat-

sifat dapat diuraikan sebagai berikut:

InceptisoL Tanah ini tergolong masih muda, sifat tanahnya bervariasi

tergantung pada bahan induknya, tekstur lebih halus dari pasir halus berlempung,

sangat masam sampai netral tergantung dari sifat bahan asal dan keadaan

lingkungannya. Tanah ini mempunyai perkembangan profil dengan susunan

horison A-Bg-C dan A-Bw-C, dicirikan oleh horison kambik. Terbentuk dari

bahan induk aliviurn. Penyebarannya pada landform aluvial dan marin. Di jalur

aliran sungai dengan bentuk wilayah datar, tanah berdrainase terhambat, tekstur

liat, reaksi tanah sangat masam sampai masam.

Entisol. Jenis tanah ini tergolong tanah mineral yang belum berkembang

kecuali dipermukaan, terdapat dilereng volkan aktif dengan lereng curam yang

mengalami erosi berat, dapat di wilayah beriklim basah maupun kering. Bahan

tanah yang relatif tua tetapi bersifat resisten terhadap pelapukan juga tergolong

dalam Entisol, di antaranya pasir kuarsa dan mineral lain yang resisten. Sifat tanah

ini sangat bervariasi tergantung pada bahan induk, topografi, lingkungan dan

tingkat erosinya. Entisol dari pasir volkan, walaupun bersifat porous narnun cukup

Page 74: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

kaya unsur hara dan potensial untuk pertanian, sedangkan yang dari pasir kuarsa

sangat miskin unsur hara dan tidak cocok untuk lahan pertanian. Entisol dari

batugamping umumnya dangkal, mengandung unsur basa tinggi tetapi unsur

N,P,K dan bahan organik umumnya rendah.

Oxisol. Jenis tanah ini merupakan tanah yang telah mengalami

perkembangan sangat lanjut, mempunyai penampang tanah yang dalam,

bertekstur liat, porositasnya tergolong tinggi, daya menahan air kecil dan

didominasi mineral liat kaolinit, oksida besi dan aluminium. Tanah ini relatif

resisten terhadap erosi, tergolong sangat miskin unsur hara dan cadangan mineral,

kapasitas tukar kation rendah dan retensi fosfat tinggi dan k e j e n ~ h ~ basa rendah.

Tanah diklasifikasikan ke dalam subgrup tipik Hapludox.

Ultisol. Tanah ini mempunyai horison argilik atau kandik dan memiliki

kejenuhan basa 135% pada kedalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas

horizon argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut dan

terjadi translokasi liat dari horison permukaan (eluviasi) yang urnumnya terdiri

atas bahan yang kaya aluminium-silika dengan iklim basah. Sifat-sifat utamanya

mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, di antaranya miskin

unsur hara NPK dan basa-bas% sangat masam sampai masarn, miskin bahan

organik, lapisan bawah kaya aluminium, dan peka terhadap erosi.

Kondisi Umum Peternakan

Dalam satu dasawarsa terakhir ini terdapat kecenderungan impor daging

sapi dan sapi hidup terns meningkat. Hal ini disebabkan selain laju pertumbuhan

produksi lebih lambat dari laju pertumbuhamya, juga adanya tekanan daging

impor dengan harga murah dan kualitas yang lebii baik. Secara nasional, populasi

sapi potong periode 2000-2004 mengalami p e n m a n dari sekitar 11,O juta

menjadi 10,7 juta ekor. P e n m a n ini justru terjadi di wilayah sentra produksi

yaitu NTB, NTT, Lampung dan Bali. Dewan Ketahanan Pangan (2006)

memperkirakan, impor daging sapi dan kerbau mencapai 4,07% pada tahun 2004

dibandingkan tahun 2000 dimana penyediaan domestik 7,58 kalorikapitarhari dan

impor 0,31 kalorikapitahari. Di Propinsi Sumatera Utara, laju perkembangan

populasi sapi potong dalam lima tahun terakhir (2001-2005) hanya meningkat

Page 75: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sebesar 0,24 persen. Target pertumbuhan daging sebesar 2,3 persen tahun 2004,

hanya tercapai 0,12 persen (Dinas Petemakan Sumatera U t a q 2005). Untuk

memenuhi kebutuhan daging sapi propinsi Sumatera Utara sampai saat ini masih

mendatangkan sapi potong dari daerah lain seperti Lampung, Sumatera Barat,

Aceh dan import dari Australia.

Sistem pemeliharaan sapi potong yang m u m dilakukan oleh petani petemak

di Indonesia adalah sistem pemeliiaraan ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada

sistem pemeliharaan ekstensif (gembala), sapi dipelihara dan dilepaskan di padang

penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari mulai dari pagi hingga sore

hari. Sistem intensif (kandang), sapi hampir sepanjang hari berada d$am kandang.

Pakan, minuman dan kebutuhan lainnya disediakan dalam kandang sebanyak dan

sebaik mungkin sehingga pertumbuhannya cepat bertambah. Sedangkan sistem

pemeliharaan semi intensif (antara gembala dan kandang), pada pagi hari sapi

digiring dan digembalakan di areal pertanianlladang atau perkebunan, dan baru

dikandhgkan dikala hujan dan menjeiang malam hari.

Pemeliharaan temak ruminansia terutama sapi dan kerbau di Kabupaten

Karo masih mengandalkan penggembalaan secara tradisional yang dilakukan

sepenuhnya oleh petani temak dengan skala usaha rata-rata kepemilikan kecil(1-4

ekor), yang dikelola dengan sistem semi intensif dan sebagian besar'merupakan

usaha sampingan dengan tujuan sebagai tabungan. Sistem pemeliharaan sapi

potong ditingkat petani juga masih kurang optimal oleh karena pemeliharaan

dilakukan sendiri-sendiri dengan mengangonkan ternaknya di padang

penggembalaan dam dengan kualitas hijauan yang masih rendah karena

komposisi hijauan pakan temak didorninasi oleh alang-alang dan semak belukar.

Sebagian kecil saja diusahakan secara semi-intensif dan intensif terutama temak

sapi jantan dengan tujuan penggemukan. Jenis sapi yang banyak dipeliiara adalah

persilangan sapi lokal dengan sapi impor seperti PO (peranakan Ongole), Friesian

Holstein (FH), Brahman dan Sirnmenthal. Jurnlah sapi potong di Kabupaten Karo

tahun 2004 sebanyak 45.858 ekor merupakan populasi yang paling banyak

dipelihara dibandingkan temak besar lainnya. Berdasarkan data statistik (Dinas

Pertanian, Petemakan, Perikanan dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2005), dalam

kurun waktu lima tahun terakhir 2001-2005 populasi sapi potong di Kabupaten

Page 76: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Karo hanya meningkat sebesar 2,77%. Peningkatan tersebut masih diatas rata-rata

peningkatan populasi di Sumatera Utara sebesar 0,24. Perkembangan populasi

sapi potong di Kabupaten Karo dan Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat seperti

pada Tabel 19.

Tabel 19 Perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Karo tahun 2000- 2005

Tahun Rata-rata No Wilayah

2001 2002 2003 2004 2005 peningkatan / O L \

2. Sumatera Utara 248.000 248.375 248.673 248.971 250.465 0,24 Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara (2005) dan BPS (ZOOS), data diolah.

Kabupaten Karo yang merupakan daerah pertanian khususnya tanaman

pangan dan hortikultura yang utama di Sumatera Utara. Pengembangan sapi

potong di Kabupaten Karo tidak terlepas dari perkembangan dan penggunaan

lahan usaha pertanian terutama sawah dan ladang. Hal ini terliiat seperti pada

Tabel 20, bahwa kecamatan yang lebih luas penggunaan lahan kering (ladang) dan

lahan sawah mempunyai potensi populasi sapi potong yang lebii banyak. Hampir

setengah dari populasi sapi potong tahun 2004 sebesar 45.858 ekor, terdapat di 3

(tiga) kecamatan, yakni Mardingding, Laubaleng dan Tigabinanga. Luasnya lahan

sawah dan lahan kering tersebut memungkinkan dilakukan pengembangan pola

integrasi temak-tanaman yang dapat saling menunjang dan saling

menguntungkan. Adapun dukungan temak dalam usahatani antara lain: (1)

memanfaatkan limbah pertanian tanaman pangan dan hortikultura seperti jerami

padi, jagung dan kacang-kacangan sebagai pakan; (2) menghasilkan nilai tambah

proses produksi pertanian terutama melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk

pengolahan lahan; (3) meningkatkan produktifitas lahan melalui pemanfaatan

kotoran sapi untuk pupnk kandang; (4) peningkatan manfaat dan penggunaan

lahan usahatani, misalnya melalui pengembangan tanarnan hijauan temak (sebagai

input usaha temak ruminansia) pada lahan-lahan yang belum termanfaatkan untuk

budidaya pertanian seperti pada kelerengan yang curam, sebagai tanaman

pelindung, sebagai pagar hidup disekeliling lahan, dan lain-lain. Pola integrasi ini

diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan temak.

Page 77: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 20 Luas penggunaan lahan sawah dan lahan kering serta populasi temak ruminansia utarna di Kabupaten Karo tahun 2004

Usaha Tani (Ha) Populasi Temak (ekor) Jumlah No. Kecamatan Lahan Lahan Sapi Kerbau Kambingf Ru,,,jnansia

Sawah Kering Potong Domba 1 Mardingding 2.362 24.349 8.479 1.522 1.270 11.271 2 Laubaleng 2.220 23.040 8.829 2.979 75 1 12.559 3 Tigabinanga 627 15.411 4.391 1.816 1.368 7.575 4 Juhar 1.381 20.475 2.770 1.671 127 4.568 5 Munte 1.871 10.693 3.345 2.741 249 6.335 6 Kutabuluh 20 19.550 3.982 1.410 2.276 7.668 7 Payung 938 12.462 2.428 1.415 2.201 6.044 8 Simpang Empat 323 22.224 4.126 1.872 2.100 8.098 9 Kabanjahe - 4.465 964 295 1.281 2.540 10 Berastagi SO 2.970 220 131 90 1 1.252 11 Tigapanah 1.144 20.765 4.567 2.233 697 7.497 12 Merek 427 12.124 660 2.537 987 4.184 13 Barusjahe 935 11.869 1.097 1.320 130 2.547

J u m l a h 12.328 200.397 45.858 21.942 14.338 82.138 Sumber: BPS Kab. Karo (2005)

Page 78: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penutupan dan Penggunaan Lahan

Hasil klasifikasi dan interpretasi citra Landsat-7 ETM pathlrow 129-058

tanggal 27 Juli 2005, seperti terdapat pada Tabel 21 dan Gambar 10, diperoleh

sepuluh jenis penutupan/penggunaan lahan yaitu hutan, kebun campuran, lahan

terbuka, pemukiman, sawah, semakhelukar, tegalan, lereng terjal, tubuh air dan

awan. Sedangkan sebaran dan luasan jenis penggunaan lahan tiap kecarnatan dapat

dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23.

Tabel 21 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan

lahan didominasi ole11 lahan hutan, tegalan, dan semakhelukar sedangkan padang

rumputlsemak juga ditemukan dengan luasan yang memadai. Tutupan awan (6,75%

dari luas total wilayah kabupaten) diperoleh karena interpretasi yang sulit dilakukan

dan selanjutnya termasuk lahan yang tidak dinilai. Hutan mempunyai cakupan areal

terluas mencapai 67.058 hektar atau 30,66% dari total luas wilayah Kabupaten Karo

dimana lebih h a n g 41.000 hektar di antaranya menempati lahan-lahan pe,aungan

dengan lereng curam (25-75%) sampai sangat curam (>75%) dan sangat tertoreh.

Tabel 21 Jenis penutupan dan pengggunaan lahan di Kabupaten Karo tahun 2005 berdasarkan interpretasi citra Landsat TM7.

No. PenutupanPenggunaan Lahan Luas (Ha) ') %

Hutan Tegalan Semaktbelukar Sawah Awan Kebun campuran Lahan terbuka Lereng terjal Pemukiman

10. Tubuh air 95 0,04 Total 218.701 100,OO

*) Luas rnerupakan hasil perhitungan pada peta digital.

Page 79: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Jenis penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong

adalah lahan-lahan usahatani pada umumnya. Lahan-lahan yang berpotensi untuk

pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo antara lain: sawah, kebun campuran,

semakhelukar, tegalan dan lahan terbuka dengan total luas sebesar 135.000 Ha (62%

dari luas wilayah kabupaten).

Tabel 22 Luasan dan jenis penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Karo (Ha)

Jenis Penggunaan Lahan (Ha) No. Kecamatan Jumlah

K.Campur L.Terbuka Sawah Semak Tegalan 1 Barusjahe 33 1 - 2.079 - 4.052 6.462 2 Berastagi - - 1.138 - 1.202 2.341 3 Juhar 4.880 - 2.165 8.087 362 15.494 4 Kabanjahe - - 207 - 3.690 3.897 5 Kutabuluh 245 - - 9.181 2.840 12.265 6 Laubaleng - 2.777 1.235 6.543 574 11.129 7 Mardingding 543 1.298 7.117 11.185 2.005 22.148 8 Merek - - 278 288 8.363 8.929 9 Munte - - 7.352 794 2.838 10.984

10 Payung 1.348 - 2.404 1.135 2.884 7.771 11 Sirnpang Empat 6.869 - 1.164 530 5.624 14.187 12 Tigabinanga - - 2.576 3.624 7.914 14.114 13 Tigapanah 54 - 910 69 4.245 5.278

TOTAL 14.269 4.075 28.625 41.435 46.594 135.000

Tabe123 Persentase luasan d m jenis penggunaan lahan per kecamatan di Kabupaten Karo

No. Kecamatan Jenis Penarmnaan Lahan (%) -- . . K.Campuran L.Terbuka Sawah Semak Tegalan

1 Bamsiahe 2,32 - 7,26 - 8,70 ~ e r a s i a ~ i Juhar Kabanjahe Kutabuluh Laubaleng Mardingding Merek Munte payung Simpang Empat Tizabinanza

13 ~igapanah" 0138 - 3,18 0,17 9,11 TOTAL 100,OO 100,OO 100,OO 100,OO 100,OO

Page 80: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lahan-lahan yang tidak dapat dialihfungsikan sebagai lahan pengembangan temak

ruminansia adalah: hutan, lereng terjal, penunahan dan tubuh airldanau, dengan total

luas sebesar 68.929 Ha (31,52%), belum termasuk tutupan awan. Oleh karena itu

lahan-lahan tersebut untuk selanjutnya tidak d i l a i (TD) dalam menentukan lahan-

lahan pengembangan sapi potong baik untuk pemeliharaan dengan sistem gembala

maupun kandang. Selain itu lahan-lahan ini mempunyai hambatan yakni mempunyai

kelerengan di atas 40%.

Ditinjau dari penggunaan lahan pertanian, lahan kering berupa tegalan

merupakan penggunaan lahan dominan di daerah penelitian yakni mencapai 46.593

hektar (21.30% dari luas wilayah). Hasil overlay antara peta penutupanlpenggunaan

lahan dengan peta landunit d m peta administrasi diperoleh bahwa lahan ini sebagian

besar menyebar hampir merata di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Karo

pada ketinggian berkisar 600-1.300 meter d.p.1 berbentuk stratovolkan, tuf

intermedier, lereng bawah dan kaki lereng, datar sampai melandai (lereng <16%),

agak tertoreh dan sebahagian lagi berbentuk Dataran tinggi tuf Toba, berbahan induk

tufmasam, lereng atas dengan arah puncak berlereng melandai (lereng 8-16%), agak

tertoreh. Jenis tanaman yang banyak diusahakan pada lahan tegalan ini adalah

tanaman pangan seperti pada ladanglpadi gogo, jagung dan ubi jalar, tanaman

palawija dan hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Pola usahatani lahan

kering atau tegalan di Kabupaten Karo urnumnya padi ladang dan jagung tumpang

sari dengan hortikultura/sayuran (cabe, kubis, sawi dan lain-lain).

Jenis lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong dan mempunyai

luasan yang besar setelah tegalan adalah sernaklbelukar dengan luas 41.435 hektar

atau 18,95% dari total luas daerah penelitian. Hasil overlay antara peta

penutupanlpenggunaan lahan dengan peta landunit dan peta administrasi diperoleh

bahwa lahan ini sebagian besar menyebar hampir merata di beberapa kecamatan di

wilayah Kabupaten Karo (Tabel 22 dan Tabel 23) pada ketinggian berkisar 600-1.800

meter d.p.1. Tanaman yang dijumpai di lahan ini didominasi oleh alang-alang dan

nunput lapang. Selain itu terdapat peperduan (semak), leguminosa, dan pepohonan

Page 81: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

lainnya sehingga pada lahan tersebut dapat dijadikan lahan hijauan makanan bagi

ternak ruminansia seperti ternak sapi, kerbau maupun kambiig.

Penggunaan lahan sawah mencakup luasan 28.625 hektar atau 13,09% dari

total Iuas daerah penelitian. Lahan ini sebagian besar tersebar dibagian tengah yakni

kecamatan Munte, Juhar, Payung dan Simpang Empat seluas 13.085 hektar (45,71%

dari total lahan sawah), dibagian tirnur yakni di kecamatan Mardingdig, Laubaleng

dan Tigabinanga dengan luas 10.928 hektar (38,18%) dan dibagian barat dikecamatan

Barusjahe, Tigapanah, Berastagi, Kabanjahe dan Merek seluas 4.612 hektar atau

16,11% (Tabel 22 dan Tabel 23). Lahan sawah sebagian besar merupakan lahan

sawah irigasi (irigasi teknik, setengah teknis, irigasi sederhana PU dan non PU) antara

lain terdapat ?i kecamatan Munte, Laubaleng, Mardingding, Juhar, Tigabinanga dan

Payung. Sedangkan lahan sawah non irigasi (tadah hujan dan lebak) terdapat

dikecamatan Simpang Empat, Merek, Barusjahe, Tigapanah, Berastagi dan Payung.

Jenis tanah dominan yang terdapat pada penggunaan lahan sawah ini sebahagian

besar (50,18%) merupakan jenis tanah Hydrandept yang terdapat dibagian tengah

meliputi kecamatan Munte, Juhar, Payung, Simpang Empat dan dibagian barat yakni

kecamatan Barusjahe, Tigapanah, Berastagi dan Kabanjahe. Jenis tanaman yang ada

di lahan sawah ini dipengaruhi oleh pola tanam, yaitu pada umumnya padi-padi-

palawija pada lahan sawah irigasi d m padi-palawijabera pada lahan sawah non

irigasi atau sawah tadah hujan. Secara umum palawija yang ditanam berupa jagung

dan ubi jalar. Selain itu terdapat juga tanaman leguminosa dalam jurnlah yang juga

relatif kecil.

Kebun campuran atau kebun rakyat menempati mtan ketiga setelah semak

belukar, yaitu seluas 14.269 hektar (6.52% dari total wilayah kabupaten). Lahan ini

menempati lahan-lahan di dataran tinggi tuf Toba masam, pada stratovolkan tuf

andesit dengan lereng 8-16%, serta pada lahan-lahan di daerah pegunungan

diketinggian 800-1.100 meter d.p.1 dengan lereng 25-75%. Lahan ini sebagian besar

terdapat di kecamatan Simpang Empat, Juhar, Payung, Mardingding, Kutabuluh

Barusjahe, dan Tigapanah. Pada lahan tersebut terdapat beberapa jenis tanaman

berupa tanaman semusim dan tahunan. Tanaman semusim seperti buah-buahan antara

Page 82: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

lain jeruk, markisah, terong berastagi, kesemak, rambutan, biwa, nenas, advokat,

sawo, pisang, durian, mangga, kesemak, cempedak, duku, rambutan, sirsak, jambu

biji, jambu air, dan pepaya dengan jumlah. Sedangkan tanaman semusim yang

terdapat pada lahan ini berupa palawija dan sayuran seperti kubis, kentang, kol bunga,

buncis, ercis, lobak, cabe, tomat, bawang merah, dm. Pada lahan ini terdapat juga

hijauan lain seperti leguminosa seperti lamtoro, turi dan peperduan laimya, semak

dan ilalang, sehingga pada lahan tersebut dapat dijadikan lahan hijauan makanan bagi

temak ruminansia seperti temak sapi, kerbau maupun kambing.

Lahan terbuka menempati lahan seluas 4.075 hektar (1,86% dari total Iuas

daerah penelitian). Lahan ini sebagian besar (68,15%) menempati landform karst

atail batukapur keras, pegunungan, lereng curam sampai sangat curam (>25%), sangat

tertoreh di kecamatan Laubaleng dan Mardingding. Sedangkan sebahagian lagi

(31,85%) menempati lahan dengan landform pelembahan sempit antara dataran

tinggi, sedimen halus, data (lereng 13%) yang terdapat di kecamatan Mardingding.

Jenis tanaman yang terdapat pada lahan terbuka ini didominasi belukar dan

nunput/ilalang.

Sedangkan penggunaan lahan lainnya adalah lereng terjal tererosi pada

gunung Sibayak dan lereng tunggal tanpa endapan aluvial dan koluvial disekitar

pinggiran danau Toba yang urnumnya berlereng 225% kadang-kadang >75% dengan

luasam 1.190 hektar (0,54% dari luas total kabupaten), dan penggunaan lahan untuk

kotalpemukiman dan tubuh airldanau yakni danau Lau Kawar di kecamatan Simpang

Empat.

Page 83: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kabupaten Langkat

KabuptenD a i r i

PR-A PENUTUPAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

KABUPATEN KARO

PS. FWENCPRWW Wl lAYP i ~ T I W PWTPNIPN BCGOR

Gambar 10 Peta penutupan dan penggunaan lahan di Kabupaten Karo.

Page 84: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong

Hasil penilaian secara matching antara kualitaskarakteristik lahan dengan

kriteria persyaratan lingkungan ekologis sapi potong diperoleh wilayah yang secara

ekologis sesuai untuk pemeliharaan sistem gembala dan kandang. Hasil penilaian

kesesuaian lingkungan ekologis dengan faktor penghambatnya dapat dilihat pada

Lampiran 5. Hasil yang diperoleh di atas merupakan basis untuk analisis spasial dan

pembuatan peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis spasial seperti pada Gambar 11

dan Gambar 12, diperoleh bahwa sebahagian besar wilayah Kabupaten Karo adalah

kurang sesuai (N) sebagai lingkungan ekologis sapi potong. Pada sistem kandang,

lahan-lahan yang kurang sesuai lingkungan ekologis adalah lebih luas dibanding pada

sistem gembala (Tabel 24). Perbedaan ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat

yang lebih luas pada sistem kandang yakni faktor temperature humidity index (THI)

diiana lahan-lahan yang kurang sesuai dengan lingkungan ekologis sapi potong

berada di atas ketinggian 775 md.p.1. Berdasarkan estimasi suhu menggunakan nunus

Braak, ketinggian di atas 775 md.p.1 (= 21,65 OC) dengan rata-rata kelembaban di

Kabupaten Karo, nilai THI adalah < 70 yang me~pakatI ambang batas lahan-lahan

yang kurang sesuai dengan lingkungan ekologis sapi potong. Faktor THI

berhubungan dengan kemampuan sapi potong dalam menyesuaikan d i i terhadap

lingkungannya. Lingkungan yang mempunyai THI <70 atau 280 dapat rnengganggu

produksi dan perkembangbiakan pada ternak sapi.

Tabel 24 Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo

Sistem Gembala Sistem Kandang Kesesuaian Ekologis Luas (Ha) YO Luas (Ha) %

Sesuai 79.831 36,50 58.771 26,87 Kurang sesuai 138.870 63,50 159.930 73,13 Total luas (Ha) 218.701 100,OO 218.701 100,OO ') Luas mempakan hasil perhitungan pada peta digital; Lahan yang tidak dinilai temasuk lahan deng& kesesuaian~

Page 85: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Faktor penghambat utama pengembangan sapi potong sistem gembala di

Kabupaten Karo adalah terrain (kelerengan dan elevasi). Lahan yang kurang sesuai

untuk lingkungan ekologis mempunyai kelerengan yang bervariasi 0 - >40% dan

ketinggian sebahagian besar (52,53%) terletak pada ketinggian di atas 1.250 meter

d.p.1. Lahan dengan kelerengan di atas 40% merupakan areal yang berat untuk

pengembangan sapi potong dengan sistem digembalakan. Sedangkan ketinggian

lahan di atas 1.250 meter d.p.1 berkaitan dengan temperatur udara berkisar 12-17OC

yang akan menyulitkan temak sapi potong untuk beradaptasi dengan lingkungan

ekologisnya. Rata-rata suhu di Kabupaten Karo berdasarkan data pada stasiun

Kutagadung dan Tongkoh dari tahun 1996-2005 berkisar antara 11,75'sampai dengan

25,55"C, sehingga terdapat areal yang kurang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi

potong dimana suhu rata-rata yang sesuai untuk kehidupan ternak sapi potong di

daerah tropik berkisar antara 18 sampai dengan 37°C.

Sebaran lahan yang sesuai lingkungan ekologis berdasarkan landuse seperti

terlihat pada Tabel 25, menunjukkan bahwa lahan-lahan yang sesuai lingkungan

ekologis sapi potong, baik pemeliharaan sistem gembala dan kandang sebahagian

besar terdapat di lahan semakhelukar, sawah, dan tegalan (290%) dan sebahagian

kecil terdapat di lahan kebun campuran dan lahan terbuka.

Tabel 25 Sebaran lahan sesuai lingkungan ekologis sapi potong berdasarkan landuse

sistem gembala sistem kandang No. Landuse Luas (Ha) % Luas (Ha) YO . .

1. Kebun campuran 3:626 4,54 1.568 2,67 2. Lahan terbuka 3.453 4,33 4.075 6,93 3. Sawah 21.286 26,66 13.127 22,34 4. Semakhelukar 35.446 44,40 29.464 50,13 5. Tegalan 16.020 20,07 10.537 17,93

Total 79.83 1 100,OO 58.771 100,OO

Tabel 26 menunjukkan bahwa terdapat lima kecamatan yang kurang sesuai

dengan lingkungan ekologis sapi potong baik sistem gembala maupun kandang, yakni

kecarnatan Barusjahe, Berastagi, Merek, Simpang Empat dan Tigapanah. Oleh

Page 86: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

karena faktor kesesuaian ekologis sulit untuk dilakukan perbaikan, maka

pengembangan sapi potong di kecamatan-kecamatan tersebut tidak disarankan.

Tabel 26 Luas kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Karo

Kesesuaian lahan lingkungan ekologis

Sistem Gembala Sistem Kandane - No. Kecamatan

S N S N

2 Berastagi 3.125 2,25 3.125 1,95

3 Juhar 11.776 14,75 10.220 7,36 7.635 12,99 . 14.361 8,98

4 Kabanjahe 230 0,29 4.125 2,97 4.355 2,72

5 Kutabuluh 10.171 12,74 13.501 9,72 6.507 11.07 17.165 10,73

6 Laubaleng 9.517 11,92 8.053 5,80 10.508 17,88 7.063 4,42

7 Mardingding 21.151 26,49 13.641 9,82 19.603 33,36 15.188 9,50

8 Merek - 23.055 16,60 - 23.055 14,42

9 Munte 7.51 1 9,41 6.346 4,57 1.412 2,40 12.446 7,78

10 Payung 5.528 6,92 9.600 6,91 1.440 2,45 13.688 8,56

11 Simpang IV - 18.595 13,39 - 18.595 11,63

12 Tigabinanga 13.948 17,47 3.506 2,52 11.666 19,85 5.788 3,62

13 Tigapanah - 13.153 9,47 - 13.153 8,22 - . Total 79.831 100,W 138.870 100,W 58.771 100,W 159.930 100,OO

S = sesuai N = kumng sesuai

Page 87: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kabupaten D a i r i

PETA KESESUAIAN LINGKUNGAN EKOLOGIS SAP1 POTONG

SISTEM GEMBALA KABUPATEN KARO

PS. PERENCANMN WILAYAII INSTlTUT PEKTANIAN BOGOR

LEGENDA

Kesesuaian Ekologis Sapi Potmg Sistem Gembala

Sesuai Tidak sesuai

Gambar 1 1 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo.

Page 88: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

PETA KESESUAIAN LINGKUNGAN EKOLOGIS SAP1 POTONG

SISTEM KANDANG KABUPATEN KARO

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2W6

LEGENDA

/''. /' Batas kabupaten , \r

Dana" Toba Batas kecamatan

Kesesuaian Ekologis Sapi Potong Sistern Kandang

Sesuai ridak sesuai

Gambar 12 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo.

Page 89: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kesesuaian Lahan Tanaman Hijauan Makanan Ternak

Berdasarkan hasil cek lapangan terdapat sembilan jenis tanaman sebagai

hijauan makanan temak yang dominan ada dan berpotensi untuk dikembangkan di

Kabupaten Karo, yaitu: rumput unggul (rumput gajah dan setaria), rumput alam,

legurninosa, padi sawah, padi gogo, jagung, ubi jalar dan kacang hijau. Jenis tanaman

tersebut merupakan pewakil untuk penilaian kesesuaian lahan tanaman hijauan

makanan temak.

Penilaian kesesuaian lahan tanaman hijauan makanan temak pada penelitian

ini dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Rumput dam (rumput lapangan), dengan pendekatan penilaian terhadap padang

penggembalaan (pasture). Rumput alam merupakan jenis tanarnan sumber hijauan

yang dominan tumbuh di kebun campurankebun rakyat, semak.

2. Rumput unggul, dengan pendekatan penilaian kesesuaian lahan untuk rumput

gajah (Pennisetum purpereum) dan rumput setaria (Setaria spachelata).

3. Tanaman pangan dan palawija yang dorninan diusahakan di lahan sawah dan

tegalan, yaitu: padi, jagung, ubi jalar dan kacang hijau.

4. Leguminosa sebagai penilaian untuk legurninosa pada umumnya dan untuk

tanaman sumber hijauan pada kebun campuran, perkebunan, lahan semak dan

hutan.

Hasil matching antara kualitas/k&.eristik lahan dengan persyaratan tumbuh

tanaman menghasilkan kelas kesesuaian lahan pada setiap jenis tanaman sumber

hijauan makanan temak yang dinilai. Hasil penilaian meliputi kesesuaian lahan pada

keadaan aktual dan potensial seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 8, Lampiran 9,

dan Lampiran 10. Hasil yang diperoleh tersebut merupakan basis data untuk analisis

spasial dan pembuatan peta kesesuaian lahan dengan pendekatan SIG.

Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa faktor penghambat utama

yang dominan pada lahan-lahan di Kabupaten Karo adalah temperatur (t),

ketersediaan air (w), hara tersedia (n), retensi hara (0, erosi (e), dan media perakaran

(r) dan singkapan batuan (s). Faktor t dipengaruhi oleh faktor ketinggian tempat dari

permukaan laut dan tidak dapat dilakukan usaha-usaha perbaikan. Hal yang sama juga

Page 90: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

dengan faktor s dimana pada tingkat pengelolaan sedang tidak dapat dilakukan usaha

perbaikan. Faktor r sebagian besar disebabkan oleh tekstur dan drainase, sedangkan

faktor w oleh kelembaban udara dan lama bulan kering. Pada faktor f sebagian besar

disebabkan oleh rendahnya kadar pH. Adapun usaha-usaha perbaikan yang dapat

dilakukan antara lain: penambahan kapur, pupuk N, P dan K, pemberian bahan

organik, dan usaha-usaha konservasi untuk pencegahan atau mengurangi bahaya

erosi. Dalam menentukan usaha-usaha tersebut diperlukan pertimbangan biaya dan

manfaat yang cermat sehingga dapat diietahui kelayakannya untuk dilaksanakan.

Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oyza sativa)

Berdasarkan hasil penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis

spasial dengan pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk

padi sawah seperti ditunjukkan pada Tabel 27 dan peta kelas kesesuaian lahan

potensial padi sawah ditunjukkan pada Gambar 13. Hasil analisis menunjukkan

bahwa baik pada keadaan kesesuaian lahan aktual maupun potensial sebagian besar

lahan mempakan kelas N masing-masing adalah 45,39% dan 27,35% dari luas

wilayah.

Tabel 27 Kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Karo

No. a Yo pada kesesuaian lahan aktual

1. N 99.263 45,39

4. tidak dinilai 68.929 31,52 < 1. N 59.820 27,35 2. S1 22.388 10,24 3. S2 12.055 5,51 4. S3 55.508 25,38 5. tidak dinilai 68.929 31,52

*' Luas mempakan hasil perhitungan pada peta digital

Page 91: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 13 Peta kesesuaian lahan potensial tanaman padi sawah di Kabupaten Karo.

74

Kabupaten Langkat

Kabupaten D a I r i

5 0 5 10 15 20 klometers -

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

PETA KESESUAIAN LAHAN PAD1 SAWAH

PS PERENCANAAN WlLAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

LEGENDA

N S1 S2 S3 TD

/V Slmw /V lalan /\/' Bate kabupaten 'm Dwau Toba 0 Batas kecamatan

Page 92: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

pada sawah yaitu 7.813 Ha (34,90% dari luas lahan Sl), tegalan 6.498 Ha (29,03%),

semakhelukar 5.656 Ha (25,26%), lahan terbuka 1.746 Ha (7,80%) dan kebun

campman 675 Ha (3,01%). Kelas S2 terdapat pada lahan semaWbelukar yaitu 4.806

Ha (33,69% dari luas lahan S2), tegalan yaitu 4.062 Ha (33,69%), sawah 2.258 Ha

(18,73%), dan kebun carnpur 930 Ha (7,71%). Kelas S3 terdapat pada lahan

semakhelukar yaitu 29.966 Ha (53,98% dari luas lahan S3), sawah yaitu 11.715 Ha

(21,11%), tegalan 6.121 Ha (1 1,03%), kebun campur 5.307 Ha (9,56%), lahan

terbuka 2.329 Ha (4,20%) dan lahan tertutup awan 70 Ha (0,13%). Sedangkan kelas

N (tidak sesuai) terdapat pada tegalan dengan luas 29.913 Ha (50% dari luas lahan

N), lahan tertutup awan 14.703 Ha (24,58%), kebun campur 7.359 Ha (12,30%),

sawah 6.839 Ha (1 1,43%) dan semakhelukar 1.007 Ha (1,68%).

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan padi sawah pada kelas N

adalah temperatur (t), drainase cepat (r), lereng (e), dan singkapan batuan (s). Usaha

perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konservasi tanah dan mekanisasi. Faktor

pembatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w), retensi hara/pH (0, dan ham

tersediaketersediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antam lain:

irigasi, pemberian kapur, dan pemberian pupuk P. Faktor pembatas kelas S3 adalah:

retensi hara1KTK (0, hara tersedia (n), dan media perakaran (r). Usaha-usaha

perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pemberian bahan organik, pemberian

kapur, dan pembuatan saluran drainase.

Berdasarkan kesesuaian lahan tersebut di atas, maka pengembangan sapi

potong di lahan sawah berpeluang untuk dikembangkan dengan integrasi sapi potong

dengan tanarnan padi. Kendala yang dihadapi adalah kualitas jerami sebagai hijauan

makanan temak termasuk rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha peningkatan

kualitas jerami padi dengan teknologi pengawetan dan penyimpanan serta budidaya

tanarnan sumber hijauan yang berpotensial di pematang maupun di hamparan sawah.

Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa)

Berdasarkan hasil penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis

spasial dengan pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk

padi gogo seperti ditunjukkan pada Tabel 28 dan peta kelas kesesuaian lahan padi

Page 93: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

gogo seperti ditunjukkan pada Garnbar 14. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S2 dan S3

masing-masing adalah 24,31% dan 24,50% dari luas wilayah, sedangkan pada

keadaan kesesuaian lahan potensial hampir merata pada kelas S1, S2 dan S3 masing-

masing 20,51%, 24,12% dan 22,22%.

Tabel 28 Kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo

No. Kelas kcsesuaian Luas ( ~ a ) 7 pada kesesuaian lahan aktual

1. N 43.019 19.67

4. TD 68.929 31,52 pada kesesuaian lahan potensial

1. N 3.576 1.63 2. S 1 44.846 20;51 3. S2 52.75 1 24,12 4. S3 48.599 22,22 5. TD 68.929 31,52 *' Luas me~pakan hasil perhitungan pada peta digital

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

pada tegalan yaitu 17.696 Ha (39,46% dari luas lahan Sl), sawah 9.173 Ha (20,45%),

semak/belukar 8.091 Ha (18,04%), lahan tertutup awan 7.281 Ha (16,24%), lahan

terbuka 1.746 (3,89%) dan kebun campwan 858 Ha (1,91%). Kelas S2 terdapat pada

lahan tegalan 21.465 Ha (40,69% dari luas lahan S2), sawah yaitu 11.432 Ha

(21,67%), kebun campur 7.440 Ha (14,10%), lahan tertutup awan 7421 (14,07%),

semakhelukar 4822 Ha (9,14%), dan lahan terbuka 171 Ha (0,32%). Kelas S3

terdapat pada lahan semakhelukar yaitu 27.819 Ha (57,24% dari luas lahan S3),

sawah yaitu 7.264 Ha (14,95%), tegalan 5.705 Ha (1 1,74%), kebun campur 5.582 Ha

(11,49%), lahan terbuka 2.158 Ha (4,44%) clan lahan tertutup awan 70 Ha (0,14%).

Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada tegalan dengan luas 1.727 Ha

(48,30% dari luas lahan N), lahan tertutup awan 14.702 Ha (24,58%), sawah 756 Ha

(21,15%), semak/belukar 703 Ha (19,66%) dan kebun campur 389 Ha (lO,88%).

Page 94: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

nw' nn' ww3 911%- m e s was' m a s B ~ B ww 91195$ W402 d pa

\\ Kabupaten Langkat

3)X '

3%.

5 0 5 10 15 20 lolormters - -4

W R U Bumloh im- td. I YlmO B*slT*ml*LL&O6III1Y61dd *' wrg19 I2 XI NlLU 24.31 B*slullle+<B89

Gambar 14 Peta kesesuaian lahan tanaman padi gogo di Kabupaten Karo.

PETA KESESUAIAN LAHAN PAD1 GOGO

PS PERENCANAAN WlLAYAH INSTITLIT PERTANIAN BGGOR

2W6

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan padi gogo pada kelas N

adalah temperatur (t), drainase cepat (r), lereng (e), dan singkapan batuan (s). Usaha

perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konservasi tanah dan mekanisasi. Faktor

LEGENDA

N S1 S2 S3 TD

N SU"W ,'?,/ Jalan batas as kabupaten

Danau Toba Bat= kccamatan

Page 95: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

pembatas kelas S2 adalah: media perakaran (r), retensi hara/pH (0, dan hara

tersediaketersediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain:

pemberian kapur, dan pemberian pupuk P. Sedangkan faktor pembatas kelas S3

adalah: media perakaran/tekstur (r), retensi hara1pH (0, hara tersediaketersediaan P

(n), dan singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara

lain: pemberian kapur dan pupuk P, dan mekanisasi.

Berdasarkan kesesuaian lahan tersebut di atas, maka pengembangan sapi

potong di lahan padi ladang berpeluang untuk dikembangkan dengan integrasi sapi

potong dengan tanaman padi. Kendala yang dihadapi adalah kualitas jerami sebagai

hijauan makanan temak termasuk rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha

peningkatan kualitas jerami padi dengan teknologi pengawetan dan penyimpanan

serta budidaya tanaman surnber hijauan di pematang.

Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (Zea mays)

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk tanaman jagung

seperti ditunjukkan pada Tabel 29 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman

jagung seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (62,68%

dari luas wilayah), sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial adalah kelas

Tabel 29 Kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas (Ha)" YO pada kesesuaian lahan aktual

1. N 10.442 4,77

4. TD 68.929 31,52 pada kesesuaian lahan potensial

1. N 3.576 1,63 2. S1 2.255 1.03

5. TD 68.929 31,52 'J Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Page 96: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

pada sawah yaitu 1.841 Ha (81,63% dari luas lahan Sl), lahan terbuka 222 Ha

(9,84%), semakhelukar 140 Ha (6,22%), dan tegalan 52 Ha (2,31). Kelas S2 terdapat

pada lahan tegalan 42.318 Ha (31,95% dari luas lahan S2), semakl belukar yaitu

36.109 Ha (27,26%), sawah 25.609 Ha (19,33%), lahan tertutup awan 13.231 (lo%),

kebun campur 11.959 Ha (9,03%), dan lahan terbuka 3.231 Ha (2,44%). Kelas S3

terdapat pada lahan semakhelukar yaitu 4.482 Ha (39,03% dari luas lahan S3),

tegalan 2.496 Ha (21,74%), kebun campnr 1.921 Ha (16,73%), lahan terbuka 623 Ha

(5,42%) dan sawah 419 Ha (3,65%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada

tegalan dengan luas 1.727 Ha (48,30% dari luas lahan N), sawah 756 Ha (21,15%),

semakhelukar 703 Ha (19,66%) dan kebun campur 389 Ha (10,88%).

Faktor pembatas lahan-lahan untuk perturnbullan tanarnan jagung pada kelas

N adalah temperatur (t), drainase cepat dan tekstur kasar (r), lereng (e), dan singkapan

batuan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini adalah usaha konservasi dan mekanisasi.

Faktor pembatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w), media perakaran (r),

retensi hardpH (f), dan singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat

dilakukan antara lain: irigasi, pemberian kapur, d m mekanisasi. Sedangkan faktor

pembatas kelas S3 adalah: retensi hardpH (0, hara tersedialketersediaan P (n),

bahaya erosillereng (e) dan ketersediaan oksigen (0). Usaha-usaha perbaikan yang

dapat dilakukan antara lain: pemberian kapur dan pupuk P, usaha konservasi tanah,

dan drainase.

Page 97: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 13 Peta kesesuaian lahan tanaman jagung di Kabupaten Karo.

80

5 0 5 10 IS 20 Kilomfen -

Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar (Zpomoea batatas)

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan tanaman ubi jalar

seperti ditunjukkan pada Tabel 30 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi

jalar seperti ditunjukkan pada Gambar 16. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

PETA KESESUAIAN LAHAN JAGUNG

PS. PERENCANAAN WaAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2W6

LEGENDA

N S1 S2 S3 TD

n/ s-pa' n/ J*h" ,/\ JB5as kabupaten

D-uToba Batas kecamalan

Page 98: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar Iahan merupakan kelas N (55,00%

dari luas wilayah) dan kelas N (30,03%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial.

Tabel 30 Kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas ( ~ a ) 7 % pada kesesuaian lahan aktual

1. N 120.277 55,OO 2. S2 4.245 1,94 3. S3 25.250 11,55 4. TD 68.929 31,52

pada kesesuaian lahan potensial 1. N 65.686 30,03 2. S 1 4.245 1,94 3. S2 25.250 11,55 4. S3 54.591 24,96 5. TD 68.929 31,52

" Luas mempakan hasil perhitungan pada peta digital

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

pada sawah yaitu 2.275 Ha (53,59% dari luas lahan Sl), tegalan 1.596 Ha (37,60%),

kebun carnpur 187 Ha (4,42%), dan semakhelukar 187 Ha (4,39%). Kelas S2

terdapat pada lahan semakhelukar 10.408 Ha (41,22% dari luas lahan S2), sawah

yaitu 9.641 Ha (38,18%), kebun carnpur 2.803 Ha (11,10%), dan tegalan 2.399 Ha

(9,50%). Kelas S3 terdapat pada lahan semakhelukar yaitu 27.908 Ha (51,12% dari

luas lahan S3), tegalan 11.937 Ha (21,87%), sawah 9.370 Ha (17,16%), lahan terbuka

4.075 Ha (7,47%), dan kebun campur 1.300 Ha (2,38%). Sedangkan kelas N (tidak

sesuai) terdapat pada tegalan dengan luas 30.662 Ha (46,68% dari luas lahan N),

Iahan tertutup awan 14.773 Ha (22,49%), kebun campur 9.979 Ha (15,19%), sawah

7.339 Ha (1 1,17%) dan semakhelukar 2.933 Ha (4,47%).

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan ubi jalar pada kelas N adalah

temperatur (t), drainase cepat (r), bahaya erosillereng (e), dan singkapan batuan (s).

Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi tanah dan mekanisasi.

Faktor pembatas kelas S2 adalah. ketersediaan air (w), retensi haratpH (9, dan hara

Page 99: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

tersedialketersediaan P (n). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain:

irigasi, pemberian kapur, dan pemberian pupuk P. Faktor pembatas kelas S3 adalah:

ketersediaan air (w), retensi hara/pH (f), bahaya erosillereng (e), dan singkapan

batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: irigasi,

pemberian kapur, usaha konservasi tanah dan mekanisasi.

Gambar 16 Peta kesesuaian lahan tanaman ubi jalar di Kabupaten Karo.

Kabupaten Langkat

5 0 5 10 I5 20 ffilomfcn - 7 4

97% 9795, %*%0' 96%' 96910' WB5' -0' 9655' $830' 9696' 96-40'

PETA KESESUAIAN LAHAN UBI JALAR

PS PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN =OR

ZW6

LEGENDA

N St S2 s3 TD

Danau Toba Bats kccamatan

Page 100: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus LINN)

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk kacang hijau

seperti ditunjukkan pada Tabel 31 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman

kacang hijau seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Hasil analisis menunjukkan bahwa

pada kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (63,83% dari

luas wilayah) dan kelas S2 (61,72%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial.

Tabel 3 1 Kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas (~a ) ' ) % pada kesesuaian lahan aktual

1. N 10.165 4,65

3. TD 68.929 3 1,52 pada kesesuaian lahan potensial

1. N 3.299 1.51 2. S2 134.989 6 1 ;72 3. S3 11.484 5,25 4. TD 68.929 31,52 '' Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa tidak ada lahan kelas S1 (sangat sesuai).

Kelas S2 terdapat pada lahan tegalan 42.481 Ha (31,47% dari luas lahan S2),

semakhelukar 36.307 Ha (26,90%), sawah 27.450 Ha (20,33%), lahan tertutup awan

13.231 Ha (9,80%), kebun campur 12.067 Ha (8,94%) dan khan terbuka 3.453 Ha

(2,56%). Kelas S3 terdapat pada lahan semakfbelukar yaitu 4.482 Ha (39,03% dari

luas lahan S3), tegalan 2.496 Ha (21,76%), kebun campur 1.921 Ha (16,73%), lahan

tertutup awan 1.542 Ha (13,43%), lahan terbuka 623 (5,42%) dan sawah 419 Ha

(3,65%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada tegalan dengan luas 1.616

Ha (49,00% dari luas lahan N), sawah 756 Ha (22,93%), semakhelukar 645 Ha

(19,56%), dan kebun campm 281 Ha (&,51%).

Page 101: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 17 Peta kesesuaian lahan tanaman kacang hijau di Kabupaten Karo.

PETA KESESUAIAN LAHAN KACANG HIJAU

PS PERENCANAAN WUAYAH INSTINT PERTANlAN BffiOR

2026

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau pada

kelas N adalah drainase cepat dan tekstur kasar (r), dan singkapan batuan (s). Usaha

perbaikan pada kelas ini adalah mekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3

adalah: ketersediaan air (w), retensi haralpH (0, ham tersediaketersediaan P (n),

LEGENDA

N S2 S3 TD

/V sungar / V J a l a n , g B a t e kabupaten

DanauToba Batas kernatan

Page 102: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

bahaya erosimereng (e), singkapan batuan (s) dan ketersediaan oksigen (0). Usaha-

usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah: irigasi, pemberian bahan organik,

pemberian kapur d m pupuk P, usaha konservasi tanah, mekanisasi dan pembuatan

saluran drainase.

Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Gajah (Perznisetiimpurpereurtz)

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk rumput gajah

seperti ditunjukkan pada Tabel 32 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk nunput

gajah seperti ditunjukkan pada Gambar 18. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (60,40%

dari luas wilayah) dan kelas S2 (63,33%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial.

Tabel 32 Kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian @a)'' % pada kesesuaian lahan aktual

1. N 10.442 4,77 2. S2 7.242 3,3 1 3. S3 132.087 60,40 4. TD 68.929 31,52

pada kesesuaian lahan potensial 1. N 3.576 1,63 2. S 1 400 O,l8 0 3. S2 138.504 63,33 4. S3 7.292 3,33 5. TD 68.929 31,52

'' Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

pada kebun campur yaitu 184 Ha (45,97% dari luas lahan Sl), tegalan 105 Ha

(26,26%), semddbelukar 60 Ha (14,99%), dan sawah 51 Ha (12,78%). Kelas S2

terdapat pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2), semak/ belukar

36.190 Ha (26,13%), sawah 27.589 Ha (19,92%), kebun campur 11.833 Ha (8,54%)

dan lahan terbuka 3.453 Ha (8,54%).

Page 103: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kelas 53 terdapat pada lahan semaklbelukar yaitu 4.482 Ha (61,47% dari luas

lahan S3), kebun campur 1.863 Ha (25,55%), lahan terbuka 623 Ha (8,54%), sawah

229 Ha (3,14%), dan tegalan 95 Ha (1,30%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai)

terdapat pada tegalan dengan luas 1.727 Ha (48,30% dari luas lahan N), sawah 756

Ha (21,15%), semakhelukar 703 Ha (19,66%), dan kebun campuran 389 Ha

(10,88%).

Garnbar 18 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput gajah di Kabupaten Karo.

5 0 5 10 IS 20 Kilomctcn - PETA KESESUAIAN LAHAN

RUMPUT GAJAH

PS. PERENCANMN WLAYAH INSTITUT PERTANlANBOGOR

2W6

LEGENDA

N $1 S2 S3 TD

D w u Toba Bat- kceamatm

Page 104: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan nunput gajah pada kelas N

adalah temperatur (t), drainase cepat dan tekstur kasar (r), bahaya erosulereng (e), dan

singkapan batuan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi

tanah dan mekanisasi. Faktor pembatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w),

singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain:

irigasi, dan mekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: retensi hara1pH

(f), media perakaranldrainase (r), bahaya erosillereng (e), dan singkapan batuan (s).

Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pernberian kapur,

pembuatan saluran drainase, usaha konservasi tanah dan mekanisasi.

Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Setaria (Setaria spachelata)

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk rumput setaria

seperti ditunjukkan pada Tabel 33 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk rumput

setaria seperti ditunjukkan pada Gambar 19. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (59,36%

dari luas wilayah) dan kelas S2 (62,92%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial.

Tabel 33 Kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas ( ~ a ) ' YO pada kesesuaian lahan aktual

1. N 10.442 4,77 2. S2 9.509 4,35 3. S3 129.820 59,36 4. TD 68.929 31,52

pada kesesuaian lahan potensial 1. N 3.576 1,63 2. S 1 1.289 0,59 3. S2 137.615 62,92 4. S3 7.292 3,33 5. TD 68.929 31,52

*' Luas mempakan hasil perhitungan pada peta digital

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

Page 105: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

pada kebun campur yaitu 184 Ha (45,97% dari luas lahan Sl), tegalan 105 Ha

(26,26%), semaklbelukar 60 Ha (14,99%), dan sawah 51 Ha (12,78%). Kelas S2

terdapat pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2), semakl belukar

36.190 Ha (26,13%), sawah 27.589 Ha (19,92%), lahan tertutup awan 14.773

(10,67%), kebun campur 11.833 Ha (8,54%) dan lahan terbuka 3.453 Ha (8,54%).

Kelas S3 terdapat pada lahan semakhelukar yaitu 4.482 Ha (61,47% dari luas lahan

S3), kebun campur 1.863 Ha (25,55%), lahan terbuka 623 Ha (8,54%), sawah 229 Ha

(3,14%), dan tegalan 95 Ha (1,30%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai) terdapat pada

tegalan dengan luas 1.727 Ha (48,30% dari luas lahan N), sawah 756 Ha (21,15%),

dan semakmelukar 703 Ha (19,66%).

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan nunput setaria pada kelas N

adalah temperatur (t), drainase cepat dan tekstur kasar (r), bahaya erositlereng (e), dan

singkapan batuan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini antara lain: usaha konsevasi

tanah dan mekanisasi. Faktor pembatas kelas S2 adalah: ketersediaan air (w),

singkapan batuan (s). Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain.

irigasi, dan mekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: retensi hardpH

(9, bahaya erosi/lereng (e), dan singkapan batuan (s) dan ketersediaan oksigen (0).

Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: pemberian kapur, usaha

konservasi tanah, mekanisasi dan pembuatan saluran drainase.

Page 106: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 19 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput setaria di Kabupaten Karo.

57'50' 57'55' 989)O' 989' 98'10' 98°15' 9840' 9855' 5S930' 98'35' 98040'

Kabupaten Langkat

PI1 ' PROPINSI SUMATERA UTARA

2-54

5 0 5 10 15 20 kbmeters - PQ .P4

Sumkr .Pb.Rm Bumslnhcr. *dr I YlmO E&alTdol198ZLrmbrOblCS3.Y63dn ~ r m b ~ G 1 9 12 14,21,2?.73.24.3I B*onslod(I982)

9 .. TOM* '17055' ~~~00' 9895, 98-10, 'Is0l5' 9840' 9895' 9890' 9815' 98040'

PETA KESESUAIAN LAHAN RUMPUT SETARIA

PS. PERENCANAAN WEAYAH INSTITUT PERTANlAN BOGOR

2006

LEGENDA

S1 S2 S3 TD

/V S W Y /\/ Jalan /\/'Batas kabupaten

Danau Toba Batas kecamatan

Page 107: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kesesuaian Lahan Tanaman Rumput Alam

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan lahan tiap kesesuaian lahan untuk mmput alam

seperti ditunjukkan pada Tabel 34 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk rumput dam

seperti ditunjukkan pada Gambar 20. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan mempakan kelas S3 (53,40%

dari luas wilayah).

Tabel 34 Kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas ( ~ a ) " % pada kesesuaian lahan aktual

1. N 28.999 13,26 2. S2 3.976 1,82 3. S3 116.797 53,40 4. TD 68.929 31,52

" Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Pada keadaan kesesuaian lahan aktual diperoleh bahwa tidak ada lahan yang

termasuk kelas S1 sedangkan kelas S2 terdapat pada lahan kebun campuran 1.936 Ha

(48,69% dari luas lahan S2), tegalan 866 Ha (21,78%), semak/belukar 787 Ha

(19,79%), dan lahan sawah 387 Ha (9,74%). Kelas S3 terdapat pada lahan tegalan

seluas 43.722 Ha (37,43% dari luas lahan S3), semakmelukar 25.409 Ha (21,75%),

sawah 20.354 Ha (17,43%), lahan t e m p awan 14.773 (12,65%), kebun campuran

10.258 Ha (8,78%), dan lahan terbuka 2.281 Ha (1,95%).

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan rumput dam pada kelas N

adalah ketersediaan air, erosillereng (e), dan singkapan batuan (s). Faktor pembatas

kelas S2 adalah: ketersediaan air (w), retensi hardpH (0, dan singkapan batuan (s).

Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: ketersediaan air (w), media perakaran

(r), retensi hardpH dan KTK (0, ham tersediaketersediaan P (n), dan singkapan

batuan (s) dan ketersediaan oksigen (0). Usaha-usaha perbaikan jarang dilakukan

pada rumput dam.

Page 108: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 20 Peta kesesuaian lahan tanaman rumput alam di Kabupaten Karo.

Kabupaten Langkat

Kabupaten D a i r i

5 0 5 10 15 20 Kilometer; -

Kesesuaian Lahan Tanaman Leguminosa

Penilaian kesesuaian lahan secara matching dan analisis spasial dengan

pendekatan SIG diperoleh luasan tiap kesesuaian lahan untuk tanaman legurninosa

seperti ditunjukkan pada Tabel 35 dan peta kelas kesesuaian lahan untuk leguminosa

PETA KESESUAIAN LAHAN RUMPUT ALAM

PS. PERENCANAAN WUAYAH INSTIlW PERTANIAN BffiOR

M06

LEGENDA Kesesuaian lahan aha1

N 52 S3 TD

,",/ Sungai / V J a l a n ,/\.,"Batas lrabupaten

DanauToba Barn kecamatan

Page 109: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

seperti ditunjukkan pada Gambar 21. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada

keadaan kesesuaian lahan aktual sebagian besar lahan merupakan kelas S3 (60,40%

dari luas wilayah) dan kelas S2 (63,33%) pada keadaan kesesuaian lahan potensial.

Hasil perhitungan dan analisis spasial juga menunjukkan bahwa pada keadaan

kesesuaian lahan potensial diperoleh bahwa lahan kelas S1 (sangat sesuai) terdapat

pada kebun campur yaitu 184 Ha (45,97% dari luas lahan Sl), tegalan 105 Ha

(26,26%), semakbelukar 60 Ha (14,99%), dan sawah 51 Ha (12,78%). Kelas S2

terdapat pada lahan tegalan 44.666 Ha (32,25% dari luas lahan S2), semak,' belukar

36.190 Ha (26,13%), sawah 27.589 Ha (19,92%), lahan tertutup awan 14.773

(10,67%), kebun campur 11.833 Ha (8,54%) dan lahan terbuka 3.453 Ha (8,54%).

Tabel 35 Kesesuaian lahan tanaman leguminosa di Kabupaten Karo

No. Kelas kesesuaian Luas ( ~ a ) ' ) YO pada kesesuaian lahan aktual

1. N 10.442 4,77 2. S2 7.242 3,31 3. S3 132.087 60,40 4. TD 68.929 3I,52

pada kesesuaian lahan potensial 1. N 3.576 1,63 2. S 1 400 0,18 3. S2 138.504 63,33 4. S3 7.292 3,33 5. TD 68.929 31,52 '' Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Kelas S3 terdapat pada lahan semaklbelukar yaitu 4.482 Ha (61,47% dari luas

lahan S3), kebun campur 1.863 Ha (25,55%), lahan terbuka 623 Ha (8,54%), sawah

229 Ha (3,14%), dan tegalan 95 Ha (1,30%). Sedangkan kelas N (tidak sesuai)

terdapat pada tegalan dengan luas 1.727 Ha (48,30% dari luas lahan N), sawah 756

Ha (21,15%), semakhlukar 703 Ha (19,66%), dan kebun campuran 389 Ha

Faktor pembatas lahan-lahan untuk pertumbuhan tanaman leguminosa pada

kelas N adalah temperatur (t), ketersediaan airlcurah hujan (w), tekstur kasar (r),

bahaya erosillereng (e), dan singkapan batuan (s). Usaha perbaikan pada kelas ini

Page 110: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

antara lain: irigasi, usaha konsevasi tanah dan mekanisasi. Faktor pembatas kelas S2

adalah: ketersediaan air (w), retensi haralpH (f), dan singkapan batuan (s). Usaha-

usaha perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: irigasi, pemberian kapur, dan

mekanisasi. Sedangkan faktor pembatas kelas S3 adalah: bahaya erosillereng (e),

singkapan batuan (s) dan ketersediaan oksigen (0). Usaha-usaha perbaikan yang dapat

dilakukan antara lain: usaha konsewasi tanah, mekanisasi dan pembuatan saluran

drainase.

Gambar 21 Peta kesesuaian lahan tanaman leguminosa di Kabupaten Karo.

5 0 5 10 IS 20 Kilomelem - PETA KESESUAIAN LAHAN

LEGUMINOSA

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

LEGENDA

N SI 52 S3 m

p,/suogsi &'laIan /\J'Batar Labupaten

DanauToba Bofar kemofm

Page 111: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak

Ketersediaan hijauan makanan temak diketahui berdasarkan daya dukung

hijauan dan indeks daya dukung. Perhitungan luas, nilai daya dukung, indeks daya

dukung, jenis penggunaan lahan, dan pembuatan peta dengan pendekatan SIG, yaitu

dengan proses joint tabel basis data dengan tabel data atribut peta digital satuan lahan,

dilanjutkan query untuk membuat peta ketersediaan hijauan berdasarkan status daya

dukung. Basis data awal yang dibutuhkan antara lain kelas kesesuaian lahan masing-

masing jenis tanaman yang diperhitungkan, tingkat kepadatan temak ruminansia

berdasarkan usaha tani (Tabel 36). Kepadatan usaha tani diukur dari jumlah populasi

sapi potong perhektar lahan usahatani (Ashari et al., 1995).

Tabel 36 Tingkat kepadatan usaha temak ruminansia di Kabupaten Karo tahun 2005

Total Luas Kepadatan No. Kecamatan ruminansia Usahatani usahatani

(ST)*) pa)**) (ST/Ha) 1 Mardigding 7.223 22.023 0,33

Laubaleng Tigabinanga Juhar Munte Kutabuluh payung Simpang Empat Kabanjahe Berastagi Tigapanah Merek

13 Barusjahe. 1.831 6.462 0,28 Jumlah 49.982 134.999 0,37

*) Sumber: BPS Kabupaten Karo (2005), data diolah, **) Luas melupakan hasil perhitungan pada peta digital; ST: satuan temak

Hasil perhitungan dan analisis spasial dengan pendekatan SIG diperoleh

tingkat ketersediaan hijauan makanan temak berdasarkan status daya dukung hijauan

seperti ditunjukkan pada Tabel 37. Berdasarkan wilayah kecamatan diperoleh daya

dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong seperti ditunjukkan pada Tabel 38.

Page 112: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 37 Status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo tahun 2005

No. Status Daya Luas Total DD Rata-rata DD Dukung Ha % (ST) (STMa)

pada keadaan kesesuaian lahan aktual 1. Aman 59.091 27,02 77.796 1,32 2. Rawan 4.391 2,Ol 5.542 1,26 3. Kritis 4.564 2,09 3.233 0,71 4. Sangat kritis 66.953 30,61 6.996 0,IO

5. Tidak dinilai 83.702 38,27 - - Totallrata-rata 218.701 100,OO 93.567 0,43

pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1. Aman 67.296 30,77 118.846 . 1,77 2. Kritis 9.418 4,3 1 2.918 0,3 1

3. Rawan 3.015 1,38 2028 0,67 4. Sangat kritis 55.270 25,27 9579 0,17 5. Tidak dinilai 83.702 38,27 - -

TotaVrata-rata 218.701 100,OO 133.371 0,61 ') Luas mempakan hasil perhitungan pada peta digital; DD: daya dukung, ST: satuan temak

Berdasarkan hasil pada Tabel 37 dan Tabel 38, total daya dukung. hijauan

makanan temak di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan aktual mencapai

93.567 ST sehingga masih marnpu menampung tambahan temak sapi potong sebesar

43.585 ST. Sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 133.371

ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 83.388 ST.

Hasil perhitungan dan analisis pada Tabel 37 menunjukkan luas lahan pada

keadaan aktual dengan status daya dukung hijauan makanan temak aman adalah

59.091 Ha (27,02 %), sedangkan status rawan sampai dengan sangat bitis adalah

75.908 Ha ( 34,71%). Pada keadaan kesesuaian lahan potensial, luas lahan dengan

status daya dukung hijauan aman adalah sebesar 67.296 Ha (30,77%), sedangkan

status rawan sampai dengan sangaf bitis adalah 67.703 Ha (30,96%).

Berdasarkan hasil ini sebagian besar lahan berada pada status rawan sarnpai

dengan sangat kritis yang disebabkan oleh rendahnya ketersediaan dan daya dukung

hijauan dan kepadatan temaknya relatif lebih tinggi pada beberapa kecamatan

tertentu. Keadaan ini t e ru tah terdapat pada lahan tegalan.yang merupakan lahan

dominan di Kabupaten Karo (21,30% dari luas wilayah), selain itu juga pada lahan

Page 113: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sawah dan semak/belukar. Peta sebaran status daya dukung hijauan makanan ternak

di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan potensial dapat dilihat pada

Gambar 22.

Tabel 38 Daya dukung hijauan makanan temak dan kapasitas peningkatan sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Karo (satuan temak)

Kecamatan Populasi Total DD Total KP Total DD Total KP

mminansia Pada keadaan kesesuaian Pada keadaan kesesuaian lahan aktual lahan potenslal

Mardingding 7.223 8.090 868 14.788 7.566 Laubaleng Tigabinanga Juhar Munte Kutabuluh Payung Simpang Empat Kabanjahe Berastagi Tigapanah Merek Bamsjahe 1.831 5.670 3.839 7.875 6.043

Kabupaten Karo 49.982 93.567 43.585 133.371 83.388 *) Hasil analisis dan perhitungan pada peta digital; DD: daya dukung, KP: kapasitas peningkatan.

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial (Tabel 39), ketersediaan hijauan

makanan temak dengan status aman hanya berada pada lahan tegalan dan sawah

masing-masing mencapai 44.977 Ha (66,83% dari luas lahan dengan status aman) dan

22.319 Ha (33,17%) dengan rata-rata daya dukung hijauan masing-masing sebesar

1,85 ST/Ha dan 1,59 ST/Ha. Untuk status rawan seluruhnya berada pada lahan sawah

sebesar 3.015 Ha (loo%), dengan rata-rata daya dukung 0,67 ST/Ha. Untuk status

kritis sebagian besar berada pada lahan semak/be!ukar seluas 7.189 Ha (7633% dari

luas lahan dengan status kritis), dan sawah 2.229 Ha (23,67%). Sedangkan pada status

sangat kritis sebagian besar juga berada pada lahan semakmelukar yaitu mencapai

34.246 Ha (61,96% dari luas lahan dengan status sangat kritis), lahan kebun campu

14.269 Ha (25,82%), lahan terbuka 4.075 Ha (7,37%), tegalan 1.616 Ha (2,92%), dan

sawah 1.062 Ha (1,92%).

Page 114: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 39 Sebaran status daya dukung potensial pada lahan usahatani di Kabupaten Karo

Status Daya Dukung Luas (Ha) % Total DD R a t 2 DD (ST) (STma)

Aman * Tegalan 44.977 66,83 83.307 1,85 * Sawah 22.319 33,17 35.538 1,59

Rawan * Sawah 3.015 100,OO 2028 0,67

Kritis * Sawah 2.229 23,67 1.026 0,46 * Semakhelukm 7.189 76,33 1.892 0,26

Sangat kritis * Tegalan 1.616 2,92 177 0,11 * Sawah 1.062 1,92 439 0,41 * Semakhelukar 34.246 61,96 7.216 0,21 * Kebun campur 14.269 25,82 1.097 0,08 * Lahan terbuka 4.075 7,37 649 0,16

DD: daya dukung, ST: satuan ternak.

Berdasarkan jenis penggunaan lahan (landuse), lahan tegalan mempunyai

kemampuan menyediakan hijauan makanan temak yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya yang mencapai 64,78% dari total daya

dukung kemudian diikuti oleh lahan sawah sebesar 29,24%. Pada keadaan kesesuaian

lahan aktual rata-rata daya dukung hijauan pada lahan tegalan mencapai 1,30 ST/Ha,

sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1,79 ST/Ha. Selanjutnya diikuti

dengan lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan aktual dan potensial bertumt-

turut 0,96 ST/Ha dan 1,36 ST/Ha, lahan semakhelukar O,11 ST/Ha dan 0,22 ST/Ha,

lahan terbuka 0,07 ST/Ha dan 0,16 ST/Ha dan kebun campur 0,05 ST/Ha dan 0,08

STMa (Tabel 40).

Kemampuan menyediakan pakan temak pada lahan tegalan dan sawah yang

relatif lebih tinggi disebabkan oleh tingginya potensi pakan asal limbah pertanian

seperti jerami padi dan jerami jagung pada kedua jenis lahan tersebut. Di samping itu

luasan kedua jenis lahan ini sangat besar mencapai 94,02% dari total luas penggunaan

lahan usahatani. Pada lahan tegalan dan sawah juga berpotensi untuk meningkatkan

daya dukung hijauan alami karena potensi sebagian besar jenis hijauan mempunyai

Page 115: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

kelas kesesuaian lahan S1 dan S2, antara lain yang penting adalah rumput unggul

(nunput gajah dan setaria) dan leguminosa Rumput unggul dan leguminosa dapat

ditanam di pematang sawah. Penanaman di pematang dan hamparan sawah belum

sepenuhnya dilakukan oleh petani di Kabupaten Karo karena masih mengutarnakan

tanaman pangan (padi dan palawija) dan faktor tingkat skala usaha petemakan sapi

potong masih kecil (petemakan rakyat). Leguminosa me~pakan tanaman sebagai

sumber protein sedangkan rumput unggul sebagai hijauan untuk mencukupi

kebutuhan makanan pokok rumput-rumputan, sehingga perpeduan rumput unggul dan

leguminosa pada suatu wilayah pengembangan diharapkal mampu mendukung

pemenuhan kebutuhan pakan baik kuantitas dan kualitasnya secara kontinyu.

Peningkatan daya dukung pada lahan kebun campur dan hutan dengan

terlebih dahulu menanam leguminosa pohon atau tanaman keras lainnya untuk

menciptakan iklim mikro. Dengan terciptanya iklim mikro dapat mendukung

pertumbuhan rumput dam, budidaya rumput unggul, dan peperduan sumber hijauan

lainnya. Peningkatan daya dukung hijauan rnakanan ternak pada setiap satuan lahan

dapat dilakukan dengan memilih jenis tanaman tertentu dalam usaha tani dengan

mempertimbangkan kelas kesesuaian lahan (S1 dan S2) dan rata-rata produksi

hijauan.

Tabel 40 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan land use di Kabupaten Karo

Pada keadaan kesesuaian Pada keadaan kesesuaian

No. Landuse Luas (Ha) lahan aktual lahan potensial

Total DD Rata2 DD Total DD Rata2 DD

1. Tegalan 46.593 60.571 1,30 83.379 1,79

2. Sawah 28.625 27.339 0,96 39.032 1,36

3. Kebuncampur 14.269 682 0,05 1.091 0,08

4. sernakhelukar 41.435 4.608 0,11 9.012 0,22

5, E~han terbuka 4.075 300 0,07 649 0,16 Totallrata-rata 134.999 93.500 0,69 133.163 0,99

Page 116: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Gambar 22 Peta status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Karo.

Kabupaten Langkat

Kabupaten D a i r I

5 0 5 10 15 20 Kilomiem -

Pada lahan tegalan yang merupakan usahatani lahan kering, ketersediaan

hijauan makanan ternak dipengaruhi pula oleh pola tanam. Pola tanam pada lahan

PETA STATUS DAYA DUKUNG HIJAUAN MAKANAN TERNAK

PS. PERENCANAAN WlLAYAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

LEGENDA Status daya dukung

Aman Kritis Rawan Sangat kritis TD

/\/ Sw@ /V Jalan /'\J'Batas kabupaten

DanauTobn Batas kccamatan

Page 117: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

tegalan di Kabupaten Karo umumnya adalahpadi ladang-jagung/sayuran. Umumnya

setelah tanam padi dilanjutkan dengan tanam jagung tumpang sari dengan sayuran

(cabe, kubis, atau sawi). Sedangkan pada lahan sawah, ketersediaan hijauan msicanan

ternak dipengaruhi pula oleh pola tanam di iana umumnya adalahpadi-padi-bera. Di

Kabupaten Karo umumnya berlaku dua m u s h tanam yaitu MT I (Oktober-Januari)

dan MT I1 (Februari-Mei) dan MT 111 (Juni-September). MT I dan MT I1 merupakan

musim hujan sedangkan MT I1 merupakan musim kemarau. Adapun jenis tanaman

sumber hijauan yang dorninan terdapat di lahan sawah pada setiap musim tanam

seperti ditunjukkan pada Tabel 41.

Tabel 41 Jenis tanaman sumber hijauan menurut m u s h tanam pada lahan sawah dan tegalan di Kabupaten Karo

No. Jenis lahan MT I MT I1 MT I11 1. Sawah Padi Padi Rumput alm-

Rumput alam Rumput alam ~ e ~ u & n o s a Leguminosa Leguminosa

2. Tegalan Padi Jagung/sayuran Rumput alam3 Rurnput alam Rumput alam Leguninosa Leguminosa Leguminosa

MT: musim tanam; *) Rumput alam di hamparan sawah akibat sawah pada masa bera, rumput alam lainnya dan leguminosa terdapat di pematang sawah; Jerami padi dan palawija merupakan hasil dari penanaman pad2 MT sebelumnya.

Dari hasil analisis SIG, diperoleh tingkat daya dukung hijauan makanan

ternak berdasarkan musim tanam pada lahan sawah dan tegalan seperti ditunjukkan

pada Tabel 42. Dari hasil tersebut dapat diietahui bahwa daya dukung makanan

ternak berfluktuasi msnurut musim tanam dirnana pada MT I paling rendah diikuti

MT I11 dan tertinggi adalah pada MT I1 . Rendahnya daya dukung pada MT I

disebabkan oleh lahan sawah dan tegalan sebagian besar ditanami padi, sehingga

sumber hijauan sebagian besar berasal dari rumput dam dan leguminosa di sekitar

pematang/ galengan lahan sawah. Sedangkan pada MT I1 pada lahan sawah maupun

tegalan didukung oleh limbah jerami padi yang ditanam pada MT I. Sedangkan pada

MT 111, pada lahan sawah didukung oleh jerami padi yang ditanam pada MT 11,

Page 118: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

sedangkan pada lahan tegalan didukung oleh jerami jagung atau palawija dan rumput

alam yang terdapat di hamparan sawah yang mengalami masa bera (tidak ditanami

padi dan palawija).

Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam usaha pengembangan temak sapi

potong pada lahan sawah maka perlu memperhatikan ketersediaan hijauan makanan

temak yang mengalami kekurangan pada MT I. Adapun usaha yang dapat dilakukan

adalah dengan memanfaatkan lahan pematang sawah, kebun campuran dan lahan

lainnya dengan budidaya sumber hijauan lainnya seperti rumput unggul maupun

Ieguminosa. Selain itu untuk memanfaatkan kelebihan hijauan pada waktu tertentu

(misalnya pada MT 11) dapat dilakukan usaha penyimpanan dengan cara pengawetan

hijauan sehiigga dapat dimanfaatkan oleh peternak pada masa kekurangan pakan

hijauan.

Tabel 42 Daya dukung hijauan makanan temak berdasarkan musim tanam pada lahan sawah dan tegalan di Kabupaten Karo (satuan temak/ST)

No. Land Use Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak MT I MT I1 MT 111 Total

1. Sawah 1.836 10.456 10.456 22.748 2. Tegalan 3.949 35.457 20.177 59.583

MT: musim tanam

Prioritas dan Arahan Lahan

Prioritas Arahan Lahan

Prioritas lahan pengembangan sapi potong didasarkan pada lahan-lahan yang

sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan tingkat kemampuan lahan

menyediakan hijauan makanan temak untuk memenuhi kebutuhan temak. Urutan

prioritasnya didasarkaii pada status daya dukung hijauan makanan temak. Prioritas

arahan lahan pengembangan sapi potong ditunjukkan pada Tabel 42 untuk sistem

gembala dan Tabel 43 untuk sistem kandang. Sedangkan peta prioritas arahan lahan

pada keadaaan kesesuaian lahan potensial ditunjukkan pada Gambar 23 untuk sistem

gembala dan Gambar 24 untuk sistem kandang.

Page 119: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lahan prioritas I sampai dengan IV merupakan lahan-lahan yang sesuai

sebagai lingkungan ekologis sapi potong dengan urutan prioritasnya berdasarkan

status daya dukung hijauan makanan temak, dimana prioritas I lebih mampu

menyediakan hijauan makanan temak dibandiigkan dengan prioritas 11, demikian

seterusnya. Urutan prioritas ini dapat dijadikan urutan prioritas arahan lahan untuk

pengembangan sapi potong dengan memperhatikan besamya kapasitas peningkatan

sapi potong.

Tabel 43 dan Tabel 44 menunjukkan bahwa pada keadaan kesesuaian lailan

potensial, total kapasitas peningkatan sapi potong pada lahan-lahan prioritas untuk

sistem gembala adalah sebesar 44.21 8 ST atau rata-rata 0,22 ST/Ha, sedangkan untuk

sistem kandang 23.824 ST atau 0,13 STMa.

Tabel 43 Prioritas arahan lahan, total daya dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo

Rerata N Prioritas arahan tuas (Ha)f % Populasi TotalDD TotalKP Kp

0. lahan (ST) (ST) (ST/Ha) Pada keadaan kesesuaian lahan aktual

I. Prioritas I 33.867 16,61 1 1.626 45.891 34.265 1,Ol 2. Prioritas I1 1.809 0,89 1.383 2.266 883 0,49 3. Prioritas 111 141 0,07 30 43 13 0,lO 4. Prioritas IV 44.014 21.58 16.838 4.876 (1 1.962) (0,271 .~ . 5. Bukan prioritas 124.097 60185 - - TotaVrata-rata 203.928 100,OO 29.877 53.076 23.199 0,11

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1. Prioritas I 36.354 17.83 12.837 64.240 5 1.403 1.41 2. Prioritas I1 864 0;42 661 1.038 377 0;44 3. Prioritas III 7.116 3,49 1508 1873 365 0,05 4. Prioritas N 35.497 17,41 14871 6944 (7.927) (0,22) 5. Bukan prioritas 124.097 60,85 - - - TotaVrata-mta 203.928 100,OO 29.877 74.095 44.218 0,22

*) Basil analisis dan perhitungan pada peta digitaf; DD: daya dukung; KF' = kapasitas peningkatan, ST: satuan temak.

Berdasarkan hasil perhitungan, lahan prioritas I merupakan lahan-lahan yang

sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan

pada status aman. Pada. keadaan kesesuaian lahan potensial, untuk sistem gembala,

lahan pada prioritas I mempunyai total daya dukung sebesar 64.240 ST sehingga

masih mampu menerima tatnbahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi

potong sebesar 51.403 ST atau rata-rata 1,41 ST/Ha. Sedangkan pada sistem

Page 120: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

kandang, lahan prioritas I mempunyai total daya dukung sebesar 46.984 ST sehingga

mampu menerima tambahan sapi potong sebanyak 31.304 ST atau rata-rata 1,37

PETA PRIORITAS ARAHAN LAHAN PENGEMBANGAN SAP1 POTONG

SISTEM GEMBALA

Gambar 23 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo.

LEGENDA Pnoritas I Priorit= I1 prioritas ~n Priorltas IV T~dak dinila~

PS. PERENCANAAN WaAYAH MSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Bukanprioritas ,",/ Sungai ,",/, Jalan ,% Bata "paten

Danau Toba Bata kecamatan

Page 121: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 44 Prioritas arahan lahan, total daya dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo

N Prioritas arahan Luas OIa)* Yo Lemta KP

0. lahan Populasi Total DD Total KP (ST,Ha)

pada keadaan kesesuaian lahan aktual 1. Priorifas I 21.080 11.53 6.903 27.365 20.462 0.97 2. Prioritas I1 1.235 0:68 944 1.471 527 0;43 3. Prioritas 111 - - - - 4. Prioritas IV 36.456 19.94 15.265 3.410 (11.855) (0.33) ., , 5. Bukan prioritas 124.097 67186 - - - Totallrata-mta 182.868 100,OO 23.112 32.246 9.134 0,05

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1. Prioritas I 22.800 12,47 7.628 38.932 31.304 1,37 2. Prioritas I1 864 0,47 66 1 1.03 8 377 0,44 3. Prioritas 111 4.956 2,71 1.050 1.304 254 0,05 4. Prioritas IV 30.151 16,49 13.821 5.710 (8.1 10) (0,27) 5. Bukan prioritas 124.097 67,86 - - - TotaVrata-rata 182.868 100,OO 23.160 46.984 23.824 0,13

*) Hasil analisis dan perhitungan pada peta digital; DD: daya dukung; KP = kapasitas peningkatan, ST: satuan ternak.

Lahan prioritas I1 merupakan lahan-lahan yang sesuai dengan lingkungan

ekologis sapi potong dengan status daya dulclmg hijauan rawan. Untuk keadaan

kesesuaian lahan potensial baik sistem gembala maupun sistem kandang, lahan

prioritas I1 seluruhnya merup3kan lahan sawah dengan luas 864 Ha dengan jumlah

total daya dukung 1.038 ST sehingga mampu menerima tambahan sapi potong

sebanyak 377 ST atau rata-rata 0,44 ST/Ha.

Lahan prioritas I11 merupakan lahan-lahan yang sesuai dengan lingkungan

ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status kritis. Pada

keadaan kesesuaian lahan potensial, lahan prioritas I11 selurubnya merupakan lahan

semaklbelukar dengan luas 7.1 16 Ha pada sistem gembala dan 4.956 Ha pada sistem

kandang. Lahan prioritas I11 ini pada sistem gembala mempunyai total daya dukung

sebesar 1.873 ST sehingga masih mampu menerima iambahan sapi potong dengan

kapasitas peningkatan rata-rata 0,05 ST/Ha atau total sebesar 365 ST. Sedangkan

pada sistem kandang dengan total daya dukung sebesar 1.304 ST masih mampu

menerima peningkatan sapi potong sebanyak 254 ST.

Page 122: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Garnbar 24 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo.

9790' 9755' %W' 9805' 98°10' PBD15' 9850' 9855' 98'30' PSS5' 98'40' b

\ , Kabupaten Langkat i

-PS

5 0 5 10 15 20 Kilometers - P4. 94

Sumber: P48 . R u R u Bumil&mLa.rXds 1:lomD.Edidl Thm 1%2Lmbr0618-53.54.63dn 94

~b~~~9.1,:142~2~~1:11,~~aunm~(I9821 5

aao- aS55* 98%. 98-s. 9v10t wlss w20° 98554 96-30' ~ 5 . 98~0'

PETA PRIORITAS M A N LAHAN PENGEMBANGAN SAP1 POTONG

SISTEM KANDANG

PS. PERENCANAAN WILAYAH INSTlTUT PERTANAN BOGOR

2006

LEGENDA Prioritas I Prioritas Il Prioritas 111 Prioritas IV Tidak dinilai Bukan prioritas

/V Sungai /V, Jalan

Batas kabupaten Danau Toba Batas kccamatan

Page 123: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Pada lahan prioritas IV mempakan lahan-lahan yang sesuai dengan lingkungan

ekologis sapi potong dengan status daya dukung hijauan sangat kritis. Pada keadaan

kesesuaian lahan potensial untuk sistem gembala sebagian besar lahan mempakan

lahan semakmelukar dengan luas 28.329 Ha (79,81 % dari luas lahan prioritas IV),

kebun campuran 3.626 Ha (10,22 %), dan lahan terbuka seluas 3.452 Ha (9,73 YO).

Sedangkan untuk sistem kandang sebagian besar lahan merupakan lahan

semakhelukar dengan luas 24.508 Ha (81,28 % dari luas lahan prioritas IV), lahan

terbuka seluas 4.075 Ha (13,52 %), dan kebun campuran 1.568 Ha (5,20 %). Lahan

prioritas FV ini baik sistem gembala maupun kandang kapasitas tampung sapi potong

sudah tidak dapat menxima tambahan sapi potong lagi bahkan sudah melebihi daya

dukungnya sebesar 0,22 ST/Ha untuk sistem gembala dan 0,27 ST pada sistem

kandang. Oleh sebab itu pada lahan prioritas IV ini daya dukung lahannya lebih

ditingkatkan dengan penyediaan hijauan makanan ternak.

Arahan Lahan Pengembangan

Arahan lahan pengembangan sapi potong mempakan lahan prioritas I, dengan

mempertirnbangkan penggunaan lahan saat ini. Pada lahan prioritas I menunjukkan

keadaan yang relatif lebih aman dalam menyediakan hijauan makanan temak,

sehingga hal ini dapat dijadikan bahan pertirnbangan sebagai arahan pengembangan

lahan temak sapi potong dengan ketersediaan hijauan makanan temaknya berada pada

status aman.

Peta arahan pengembangan mempakan kesesuaian ekologis temak yang

ditumpangtindihkan dengan peta penggunaan lahan. Peta ini dapat bembah sejalan

dengan pembahan penggunaan lahan yang terjadi. Dari peta ini dapat diperlihatkan

kesesuaian ekologis untuk ternak bempa kawasan-kawasan menurut penggunaan

lahannya. Peta arahan pengembangan disebut juga peta rekomendasi kesesuaian

ekologis lahan. Kawasan-kawasan tersebut mempakan altematif lokasi sentra

pengembangan peternakan.

Hasil analisis SIG diperoleh bahwa arahan lahan untuk pengembangan sapi

potong sistem gembala di Kabupaten Karo adalah diversifikasi lahan sawah (Ds) dan

diversifikasi lahan tegalan (Dt) (Tabel 45).

Page 124: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 45 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo

Luas* Rerata Arahan Lahan Jumlah KP Kp No.

Ha % (ST) (STMa) Pada keadaan kesesuaian lahan aktual

1. Arahan sistem diversifikasi lahan sawah (Ds) 18.509 8,46 17.132 0,93 2. Arahan sistem diversifkasi lahan tegalan (Dt) 15.358 7,02 17.133 1,12 3. Arahan sistem ekstensifikasi - -

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1. Arahan sistem diversifkasi lahan sawah (Ds) 20.422 9,34 27.000 1,32- 2. Arahan sistem diversifikasi lahan tegalan (Dt) 15.932 7,28 24.403 4,39 3. Arahan sistem ekstensifkasi -

*) Hasil analisis dan perhitungan pada peta digital; KP = kapasitas peningkatan, ST:,satuan ternak

Berdasarkan luasan areal lahan untuk arahan pengembangan sapi potong baik

untuk sistem gembala maupun kandang, arahan lahan diversifikasi lahan sawah

mempunyai areal yang lebih luas untuk lahan pengembangan dibanding dengan lahan

tegalan. Untuk sistem gembala (Tabel 45), luas areal dengan diversifikasi lahan

sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas

total Kabupaten Karo) sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan hanya

mencapai 15.932 Ha (7,28%). Sedangkan untuk sistem kandang (Tabel 46) luas areal

dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial dengan

mencapai 12.263 Ha (5,63% dari luas total kabupaten karo) sedangkan pada sistem

diversifikasi lahan tegalan 10.537 Ha (4,84%).

Tahel 46 M a n lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo

Luas* Jumlah KP Rerata -

No. Arahan Lahan KP Ha % (ST) (STMa)

Pada keadaan kesesuaian lahan aktual 1. Arahm sistem diversifkasi lahan sawah (Ds) 10.544 4,82 8.709 0,83 2. Arahan sistern diversifkasi lahan tegalan @t) 10.537 4,82 11.753 1,12 3. Arahan sistem ekstensifikasi - -

Pada keadaan kesesuaian lahan potensial 1. Arahan sistem diversifikasi lahan sawah (Ds) 12.263 5,63 14.970 1,22 2. Arahan sistem diversifkasi lahan tegalan (Dt) 10.537 4,84 16.334 1,55 3. Arahan sistem ekstensifikasi - - -

*) Hasil analisis dan perhitungan pada peta digital; KP = kapasitas peningkatan, ST: satnan ternak

Page 125: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Namun ditinjau dari rata-rata kapasitas peningkatan sapi potong menunjukkan

ha1 yang sebaliknya dimana pada sistem gembala rata-rata kapasitas peningkatan sapi

potong yang terbesar terdapat pada lahan diversifikasi lahan tegalan baik pada

keadaan kesesuaian lahan potensial yakni 4,39 ST/Ha maupun aktual sebesar 1,12

STJHa dibandingkan dengan diversifikasi lahan sawah yang hanya mencapai 1,22

STIHa pada keadaan kesesuaian lahan potensial. Begitu juga pada sistem kandang,

rata-rata kapasitas peningkatan sapi potong yang terbesar terdapat pada lahan

diversifikasi lahan tegalan baik pada keadaan kesesuaian lahan potensial yakni 1,55

ST/Ha maupun aktual sebesar 1,12 STIHa dibandingkan dengan diversifkasi lahan

sawah yang hanya mencapai 1,22 STMa pada keadaan kesesuaian lahan potensial dan

0,83 ST/Ha pada keadaan aktual. Hal ini disebahkan pada lahan tegalan mempunyai

daya dukung pakan sapi potong lebih tinggi dibanding pada lahan sawah.

Berdasarkan arahan pengembangan berdasarkan wilayah kecamatan dan pada

kesesuaian lahan aktual, arahan pengembangan sapi potong sistem diversifikasi pada

lahan sawah dengan sistem gembala sebagian besar terdapat di wilayah kecamatan

Mardingding Munte yang mencapai 65,62% dari total luas arahan diversifikasi lahan

sawah sedangkan sistem diversifikasi lahan tegalan sebagian besar terdapat di

Kecamatan Tigabinanga dengan luas 7.914 Ha atau 51,53% dari total luas areal

diversifikasi lahan tegalan (Tabel 47). Sedangkan pada sistem kandang sebagian

besar terdapat di wilayah kecamatan Mardingding dan Munte yang mencapai 78,65%

dari total luas arahan lahan diversifikasi lahan sawah dan pada areal diversifikasi

lahan tegalan sebagian besar terdapat di wilayah kecamatan Tigabinanga yang

mencapai 67,24% dari total luas arahan diversifikasi lahan tegalan (Tabel 48).

Pada kesesuaim lahan potensial, arahan pengembangan sapi potong sistem

diversifikasi pada lahan sawah dengan sistem gembala sebagian besar terdapat di

wilayah kecamatan Mardingding Munte dengan luas mencapai 13.153 Ha atau

65,62% dari total luas arahan diversifikasi lahan sawah sedangkan sistem

diversifikasi lahan tegalan sebagian besar terdapat di Kecamatan Tigabiianga dengan

luas 7.914 Ha atau 51,53% dari total luas areal diversifikasi lahan tegalan dan di

Kecamatan Kutabuluh dengan luas 2.840 Ha atau 17,82 % (Tabel 49).

Page 126: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 47 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL

Arahan lahan neneembanean " - No. Kecamatan Luas (Ha) Diversifikasi lahan Diversifikasi lahan Ektensifikasi

sawah (Ds) tegalan (Dt)

Luas (Ha) % Luas (Ha) % . . . , 1. Barusjahe 1 1.949 - - 2. Berastagi 3.125 - 3. Juhar 21.996 1.776 960 362 2,35 4. Kabanjahe 4.355 - - 230 1,50 5. Kutabuluh 23.672 - - 2.840 18,49 - 6. Laubaleng 17.570 - - 7. Mardingding 34.791 6.109 33,Ol 1.517 9,88 8. Merek 23.055 - - - 9. Munte 13.858 6.036 32,61 681 4,44 10. Payung 15.128 2.404 12,99 1.815 11,82 1 1. Simpang Empat 18.595 - 12. Tigahinanga 17.454 2.183 11,79 7.914 51,53 - 13. ~ i i a ~ a n a h 13.153 -

Kabupaten Karo 218.701 18.509 100,OO 15.358 100,OO

Tabel 48 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada keadaan kesesuaian lahan AKTUAL

Arahan lahan neneembanean . - - No. Kecamatan Luas (Ha) Diversifikasi lahan Diversifikasi lahan

sawah (Ds) tegalan (Dt) Ektensifikasi Luas (Ha) % Luas (Ha) %

Bzusjahe

Berastagi

Juhar

Kabanjahe

Kutabuluh

Laubaleng

Mardigdig

Merek

Munte

PaYW Simpang Empat

Tigabinanga

13. Tigapanah 13.153 - - Kabuoaten Karo 218.701 10.544 100.00 10.537 100,OO

Page 127: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tabel 49 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem GEMBALA menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTENSIAL

2. ~erasiagi 3.126 - - - 3. Jubar 21.996 1.918 9,39 362 2,27 4. Kahanjahe 4.355 - 230 1,44 5. Kutabuluh 23.672 - - 2.840 17,82 - 6. Laubaleng 17.570 371 L,82 574 3,60 - 7. Mardingding 34.791 7.1 17 34,85 1.517 932 8. Merek 23.055 - - 9. Munte 13.858 6.036 29,56 681 4,28 10. Payung 15.128 2.404 11,77 1.815 11,39 1 1. Simpang IV 18.595 - - 12. Tigabinanga 17.454 2.576 12,61 7.914 49,67 13. Tigapanah 13.153 - -

Kabupaten Karo 218.701 20.422 100,OO 15.932 100,OO

Pada sistem kandang sebagian besar terdapat di kecamatan Mardingding

dengan luas 7.1 17 Ha (58,04% dari total luas arahan lahan diversifikasi sawah) dan

pada areal diversifikasi lahan tegalan sebagian besar terdapat di kecamatan

Tigabinanga dengan luas 7.085 Ha (67,24% dari total luas arahan diversifikasi lahan

tegalan) dan di Kutabuluh seluas 1.380 Ha (13,10%) (Tabel 50).

Tabel 50 Arahan lahan pengembangan sapi potong sistem KANDANG menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan POTENSIAL

Arahan lahan pengembangan Diversifkasi lahan Diversifikasi lahan Ektensifika No. Kecamatan Luas (Ha) sawah (Ds) tegalan (Dt) si

Luas (Ha) % Luas(Ha) % 1. Barusiahe 11.949 - - 2. ~ e r a s $ ~ i 3.125 - - - 3. Juhar 21.996 945 7,71 260 2,47 4. Kabanjahe 4.355 - - 5 . Kutabuluh 23.672 - - 1.380 13,lO 6. Laubaleng 17.570 371 3,03 - - 7. Mardingding 34.791 7.1 17 58,04 905 8,59 8. Merek 23.055 - 9. Munte 13.858 698 5,69 176 1,67 10. Payung 15.128 608 4,96 730 6,93 11. Simpang IV 18.595 - 12. Tigabinanga 17.454 2.524 20,58 7.085 67,24 13. Tigapanah - 13.153 -

Kabupaten Karo 218.701 12.263 100,OO 10.537 100,OO

Page 128: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten

Karo seperti ditunjukkan pada Gambar 25 dan sistem kandang pada Gambar 26.

Kabupaten Langkat

5 0 5 10 15 20 Kilometen - PETA ARAHAN LAHAN

SISTEM GEMBALA Arahan diversifikasi lahan sawa Arahan diversifikasi lahan tegala

Gambar 25 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Karo.

Page 129: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kabupaten Langkat

5 0 5 10 15 20 Kilometers P

PETA ARANAN LAaAN PENGEMBANGAN SAP1 POTONG

SISTEM KANDANG

PS. PERENCANAAN WLAYAH lNSTlTUT PERTANIAN BOGOR

2006

LEGENDA I Arahan lahan pengembangan

Bukan Arahan Arahan diversifikasi lahan Arahan diversifikasi lahan tegal Tidak diiilai

A/ Sungai /V Jalan /'\/ Batas kabupaten 'm Danau Toba n Batas kecamatan

Gambar 24 Peta arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Karo.

Page 130: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lahan-lahan yang berpotensi sebagai lahan pengembangan sapi potong di

Kabupaten Karo antara lain: sawah, tegalan, kebun carnpuran, lahan terbuka

dan semak belukar, dengan total luas 135.000 Ha (62 % dari luas wilayah

Kabupaten Karo).

2. Sebagian besar lahan di Kabupaten Karo h a n g sesuai (N) sebagai

lingkungan ekologis sapi potong. Lahan yang sesuai untuk pemeliharaan

sistem gembala adalah 79.831 Ha (36,50% dari luas wilayah kabupaten) dan

sistem kandang 58.771 Ha (26,87%). Faktor penghambat utama lingkungan

ekologis untuk pemeliharaan sapi potong di Kabupaten Karo adalah

kelerengan, ketinggian (elevasi) dan temperature humidity index (THI).

3. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan tanaman hijauan makanan temak, maka

lahan sawah dan tegalan berpotensi untuk pengembangan sebagian besar jenis

tanaman sumber hijauan yang dinilai. Total daya dukung hijauan makanan

ternak di Kabupaten Karo pada kesesuaian lahan aktual mencapai 93.567 ST

sehingga masih mampu menampung tambahan temak sapi potong sebesar

43.585 ST. Sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan potensial mencapai

133.371 ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 83.388 ST.

4. Luas lahan pada keadaan aktual dengan status daya dukung hijauan makanan

temak amun adalah 59.091 Ha (27,02 %), sedangkan status rawan sampai

dengan sangat bitis adalah 75.908 Ha ( 34,71%). Pada keadaan kesesuaian

lahan potensial, luas lahan dengan status daya dukung hijauan aman adalah

sebesar 67.296 Ha (30,77%), sedangkan status rawan sampai dengan sungut

bitis adalah 67.703 Ha (30,96%).

5. Berdasarka~ jenis penggunaan lahan (landuse), lahan tegalan mempunyai

kemampuan menyedialcan hijauan makanan temak yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya dengan mencapai 64,78% dari total

daya dukung kemudian diikuti oleh lahan sawah sebesar 29,24%. Pada

keadaan kesesuaian lahan aktual rata-rata ciaya dukung hijauan pada lahan

Page 131: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

tegalan mencapai 1,30 STIHa, sedangkan pada keadaan kesesuaian lahan

potensial 1,79 ST/Ha.

6. Lahan prioritas I terdapat pada lahan tegalan dengan luas 10.537 Ha dan

sawah 12.263 Ha. Pada sistem gembala lahan pada prioritas mempunyai total

daya dukung sebesar 64.240 ST sehingga masih mampu menerima tambahan

sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 51.403 ST atau

rata-rata 1,41 STMa. Sedangkan pada sistem kandang, lahan prioritas I

mempunyai total daya dukung sebesar 46.984 ST sehingga mampu menerima

tambahan sapi potong sebanyak 3 1.304 ST atau rata-rata 1,37 STiHa.

7. M a n lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo adalah

diversifikasi lahan sawah @s) dan diversifikasi lahan tegalan (Dt). Arahan

Iahan diversifikasi lahan sawah mempunyai areal yang lebih luas untuk lahan

pengembangan dibanding dengan lahan tegalan. Untuk sistem gembala, luas

areal dengan diversifikasi lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan

potensial dengan mencapai 20.422 Ha (9,34% dari luas total kabupaten karo)

sedangkan pada sistem diversifikasi lahan tegalan hanya mencapai 5.560 Ha

(2,54%). Sedangkan untuk sistem kandang luas areal dengan diversifikasi

lahan sawah pada keadaan kesesuaian lahan potensial dengan mencapai

12.263 Ha (5,63% dari Iuas total kabupaten karo) sedangkan pada sistem

diversifikasi lahan tegalan 10.537 Ha (4,84%).

Saran

1. Dalam upaya pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Karo,

diharapkan dimasa mendatang perlu pewilayahan dalam pengembangan sapi

potong dengan memperhatikan potensi sumberdaya lahan dimasing-masing

wilayah.

2. Dilihat dari potensi sumberdaya lahan dan peluang usaha di Kabupaten Karo,

maka pengembangan usaha ternak sapi potong masih perlu ditingkatkan dan

dikembangkan lebih Ianjut.

3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan menggunakan data dan

informasi dari peta dengan skala yang lebih besar (semi detil dan detil) untuk

meningkatkan reliabilitasnya.

Page 132: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

DAFTAR PUSTAKA

[AAAS] American Association for the Advancement of Science. 2005. Metoda Inventarisasi dun Studi Batas Dasar Sumberdaya Bagi Negara Berkembang (Bagian ZZJ. Wiradisastra US, penerjemah. Conant F et al, Rogers P, Baumgardner M, McKell C, Dasrnan R dan Reining P, editor. Terjemahan dari: Resource Inventory and Baseline Study Methods for Developing Countries.

[AAK]. 1983. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Barus B & US Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografs, Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografl, Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Batubara, LP et al. 2002. Pengkajian Pakan Alternatif Ternak di Sumatera Utara. Didalam: Monograph Series 2. Medan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 185-194.

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2005. PDRB Kabupaten Karo 2004. Kabanjahe: BPS Kabupatec Karo.

Bulo D. 2004. Beberapa Kajian Teknologi Hijauan Pakan Untuk Mendukung Pengembangan Temak Ruminansia. Didalam: Kindangen J.G dkk, editor. Prosiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri; Manado, 9-10 Jun 2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 973-980.

[ D m ] Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umurn Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

[Distan] Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2004. Informasi Padi, Palawija dan Hortikultura di Propinsi Sumatera Utara. Medan: Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara.

[Disnak] Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2005. Laporan Tahunan 2004. Medan: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Potensi Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Ciawi: Balitnak.

Djaenuddin D, M Hendrisrnm, H Subagjo, dan A Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanah,

Page 133: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balitbang Departemen Pertanian.

Djaenuddin D, M Hendrisman, H Subagjo, A Mulyani dan N Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balitbang Departemen Pertanian.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation.. FA0 Soil Bulletin No. 32. Rome: Soil Resources Development and Conservation Service Land and Water Development Division Food Agriculteure Organization of The United Nations.

Haloho L, TM Ibrahim, Zulkarnain, Murizaf dan E Romjali. 2002. Kajian Pennasalahan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang Secara Partisipatory Rural Appraisal (PRA). Didalam: Monograph Series 2. Medan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Palai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 213-217.

Hanggono A. 1999. Penggunaan Teknik Penginderaan Jauh dan Satuan Informasi Geografis Dalam Inventarisasi dan Monitoring Ketersediaan Surnber Daya Lahan. Dalam: Prosidig Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dun Pupuk. Lido-Bogor, 6-8 Des 1999. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Departemen Pertanian.

Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dun Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor: Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institnt Pertanian Bogor.

Hermanto, F, 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Ibrahim TM. 2002. Pemanfaatan Legurn Stylo (stlylo santhes guianensis CIAT 184) Dalam Usaha Temak Sapi Penggemukan. Didalam: Monograph Series 2. Medan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 163- 174.

Jayasuriya, MCN. 2002. Principle of Ration Formulations for Ruminant. Dalam: Development And Field Evaluation Of Animal Feed Supplementation Packages. Proceedings Of The Final Review Meeting OfAn L4EA Technical Co-operation Regional AFRA Project Organized By The Joint FAO/IAEA Division Of Nuclear Techniques In Food And Agriculture; Cairo-Egypt, 25- 29 Nov 2000. Vienna: IAEA-TECDOC-1294. hlm 9-14.

Lindawati dan Mugiyanto, 2001. Analisis Z4E dun Estimasi Overlay Sistem ZAE dengan Peternakan. Jambi: lnstalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Kota Baru.

Page 134: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Kusnadi U. 1992. Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Dataran Tinggi Wonosobo. Dalam: Prosiding Pen~olahan dun Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Ruminansia ~esa ; . ~ o ~ o r : Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Departemen Pertanian.

Lillesand TM dan Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dun Interpretasi Citra. Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Pr. Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation.

Makkar, HPS. 2002. Applications Of The In Vitro Gas Method In The Evaluation Of Feed Resources, And Enhancement Of Nutritional Value Of Tannin-Rich TreeIBrowse Leaves And Agro-Industrial By-Products. Dalam: Development And Field Evaluation Of Animal Feed Supplementation Packages. Proceedings Of The Final Review Meeting Of An L4EA Technical Co-Operation Regional AFRA Project Organized By The Joint FAO/L4EA Division Of Nuclear Techniques In Food And Agriculture; Cairo-Egypt, 25- 29 Nov 2000. Vienna: IAEA-TECDOC-1294. +dm 23-40.

Manurung T. 1996. Penggunaan Hijauan Leguminosa Pohon sebagai Sumber Protein Ransum Sapi Potong. JIlmu Ternak dun Veteriner l(3): 143-147.

Mathius, IW. 1983. Hijauan Gliricidea Sebagai Pakan Temak Ruminansia. Didalam: Majalah Reuni flmiah Peternakan dun Kesehatan Hewan. Wartazoa, 1(1):19-23. Bogor: Puslitbangnak.

Muljadi AN, IW Mathius, A Semali, P Sitorus. 1992. Sistem Usaha Tani Ternak Potong di Lahan Kering Timor Timur (Potensi, Prospek dun Alternutif Pengembangan Sapi Potong). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Departemen Pertanian.

Nasrullah R, Salam, Chalidjah. 1996. Pemberian Daun Leguminosa sebagai Subtitusi Konsentrat dalam Ransum Penggemukan Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dun Veteriner; Bogor, 7-8 Nop 1995. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. hlm 627-630.

Natasasmita A dan K Mudikdjo. 1980. Beternak Sapi Daging. Bogor: Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor.

Preston TR, Willis WB. 1974. Intensive Beef Production. J Anim Sci 43 (2):418- 425.

Puntodewo A, S Dewi, J Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alum. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Purwanti S dan Syamsu JA. 2006. Potensi dan Daya Dukung L i b a h Pertanian Sebagai Sumber Pakan Temak Ruminansia di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Bul nmu Peternakan dun Perikanan 10(1):51-58.

Page 135: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Reksohadiprojo S. 1984. Produksi Hijauan Makanan Temak Tropik. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.

Riady M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2020. Dalam: Setiadi B et al., editor. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong; Yogyakarta, 8-9 Okt 2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm 3-6.

Santosa U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan I . Jakarta: Penebar Swadaya.

Saptana, Ariningsih E, KD Saktyanu, S Wahyuni, V Darwis. 2005. Kebijakan Pengembangan Hortikultura di Kawasan Agribisnis Hortikultura Sumatera (KAHS). Didalam: Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume 3 Nomor 1, Mar 2005. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 51-67.

Siregar SB dan SN Tambing. 1995. Analisis penggemukan sapi potong di Desa Gebang Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Departemen Pertanian.

Statistik Peternakan. 2003. Statistik Petemakan. Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Suratman, S Ritung dan D Djaenuddin. 1998. Potensi Lahan Untuk Pengembangan Temak Ruminansia Besar di Beberapa Propinsi di Indonesia. Didalam: Prosiding Pertemuan Pembahasan dun Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dun Agroklimat (Bidang Pedologi); Cisarua-Bogor, 4-6 Mar 1997. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Sugeng YB. 1998. Sapi Potong. Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis dun Analisis Penggemukan. Cetakan ke-VI. Jakarta: Penebar Swadaya.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Bogor: Departemen Ilmu Temak Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.

Wiradisatra US. 1989. Metodologi Evaluasi Lahan Dalam Hubungan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan. Didalam: Makalah Lokakarya Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Perencanaan Tata Ruang; Yogyakarta, 24-25 Des 1989. Yogyakarta: Fakultas Geograf~ Universitas Gajah Mada dan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). hlm 2.

Yusdja Y dan N Ilham. 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi Potong. Didalam: Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume 2 Nomor 2, Jun 2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 183-203.

Page 136: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

L A M P I R A N

Page 137: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran 1. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya.

Tingkat No. KualitasISifat Lahan Pengelolaan Jenis Perbaikan

Sedang Tinggi 1. Rejim radiasi - - 2. Rejim suhu - - 3. Rejim kelembaban udara - - 4. Ketersediaan air

- Bulan kering + tt Irigasi - Curah hujan + ++ Irigasi

5. Media perakaran - Drainase + ++ Saluran drainase*) - Tekstur - - - Kedalaman efektif - + Umumnya tidak dapat diper- - Kematangan gambut - - baiki (pembongkaran tanah) - Ketebalan gambut - -

6. Retensi hara - KTK + ++ Bahan organik - PH + tt Kapur

7. Ketersediaan hara - N total + tt PupukN - Pz05 tersedia + ++ PupukP - K20 dapat ditukar + i-t PupukK

8. Bahaya banjir - Periode + tt Pembuatan tanggul - Frekuensi + ++ Pembuatan saluran drainase

9. Kegaraman - Salinitas + ++ Reklamasi

10. Toksisitas - Kejenuhan Aluminium + ++ Kapur - Kedalaman pirit - + Mengahu permukaan air tanah

11. Kemudahan ~eneolahan - + Mekanisasi . - 12. Temidpotensi mekanisasi - - 13. Bahaya erosi + tt Usaha konservasi tanah Keterangan:

- Tidak dapat dilakukan perbaikan + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih

tinggi ++ Kenaikan kelas dapat dua tingkat lebih tinggi *) Drainase jeIek dapat diperbaiki menjadi dninase lebih baik dengan membuat

saluran drainase, tetapi drainase baik atau atau cepat sulit diubah menjadi drainase jelek atau terhambat.

Sumber: Hardjowigeno & Widiatmaka (2001)

Page 138: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

iran 2 Legenda satuan lahan dan tanah di Kabupaten Karo.

.mdunn Ksrnklaristik Bahm lnduk Lilolosi Tnh-dominnn Tnh_ororiaril Tnh_nrosis~i2 Lunr (lln) %

.q ? ? I x , p ~ alu~,al dan kol~v,rl. srdmcn h r l ~ r dan kamr, berombsk (l111n83~8F~). og& tcnnnnh Ecdapm svngnl Sand. cia) n ~ % ~ ~ - ~ ~ a p s a m a q ~ e ~ u 1897,826 0.368 .? 2 4 Pimnmpm, bltlrnscdlmcnt~d~kd~bidskm.lcrrn8~angafcm stkali. lknm(IrrmgMJ!l). ,nnqn!morch~~Lrli 61fuan 5cd:mm D l l .~mds l~oc .d~dC DII-JJDCO~ III~II~OCCOIS T~O>OR$IO~S 3411 619 1 5s"

ad2.10.2 ~eFbttki1.m volkiq N f m m d a t inltmedicr, bukitfbu)rit(Iere~gB16%), c h p tcnoroh. Batum volkanik Tufmdcril, dsrit ~ i ~ l ~ d ~ i . 1.1.21 Smto v o l k ~ , Nfintcmcdirr,lcrmgafasgunungbcmpi, l c r rngcmrnmpni rmgnt c m (>25%), agsklcnorsh. SwlovoUaniL Tufmdcrit Dy%handcpl$ Hydrmdcpll Troponhmtn a d 2 l o s Pcibttkitan v o k w Nfmn$am dan intcmedim, bttkit4ukif (Imcng >16%), sangat taocch. T u f m a r q intcmcdirr Tufmdcrifdnrit Hrplvdox . q.2.1.0 Kipat duvial dan koluvial,, r d i c n k w . dnm(lcrongO%),ti&tmo~eh. Batum lcdimm rand Tropaqvcpts Evtiopepfr - ad.1.3.2 Smtov(~lksn,fufmsmm dan inlcmnndid, ~ 1 ~ ~ 8 I t t 8 a h ~ ~ ~ b c b r p ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ g ~ ~ b p ~ w m f n m p a i i i ( 1 6 - 5 5 % ) , c h p ttnnnnh Tufmafls. intermdiet Tufandorit, dnrit ~yrhmdepf r Pjskopcpf~ . ad.l.2.l Smto v o l k ~ . lava intemcdiar d m basis, I111118~1BSguluttgbc~8pi~ Immgc~ram smpai 1188t ewnm(~25%), agskt$noroh. Tufmafie, intrmcdicl Tufmdcrif dnrif Dyshmdepu Hydrzdcpu Tropanhenu L1.3 Peltmbahnns~mpit anmadowat tinggi rediisn hdus, ti& dibcdakw d n m ( I m m 8 ~ % ) . Sedimm Clay Eutmpepu Tiopaquepit - a 2 8 2 DatarandanprbvLiranvokw fuf inlcmedicr, rirscrori ( I m c n g > l 6 % ) . ~ h p t m m h . Tuffmetic.intamcdictLipa6ftufatderit Hydrnndcpu Dysbopeptr . d l 3 3 Dafaranfinggi NfTobnmasam (ufmbtam lncngatsil dsnganarahpuneskbcrleicngmcl~dai (Icimg8-16%). smgrttenarrh. Tufmnrsm Dasif Hydrandcpu Dyrhopeptr . Pfq.8.3 D n t m , b a r n rsdimm halus dan k m r m a r q bn&lombangbnbukitkccil, IeMtupNfmaam rmgat tenorch. Bnhlan rcdhsn fclsic Sand, clay Dyshopcpll . d l 2.1 Dntnrm tinggi tuf Tobameam, fufmaum, lemg-lsrengaw dcngm sroh pun$& bcil~icngagaL melnndri (leang 3.8%). ngak tenoich Tufmasm Sandstone Hydinndcpir DyrVopep~ - d l 2 3 Lcrcng o l e v a k a n r m g t teililrch, ~ f m ~ a m 1 5 r 0 ~ 8 , 3 U ? ? Tufmarnm Deli1 Hydinndcpls Humitiopcptr - ' a d l 4 2 Lcrcng b~wahvalk~eukuptc( t~)~h , Nf-mt ~ m p n i bmif. ImmgCIS%. Tufmnric,mum Tufandcri1,drrit Humitropeptt Tropanhrnr Hydrmdcpt. 'nd.1.2.3 Lcicng swvolkm ran8nt t t n n r c h t u f m ~ m sampai basis, Ic10ng83O.h. Tufmarm Tufnndcrif dnrir Hydrmd~pls Dyrllmdcpf% - ~ ~ 1 . 8 2 Bukif-b&if kecil tcrpisoh &pfmoreh, bnNM ~~di icn~nmpurnntcMtup ~ f m m , I c r e 16.25%. B~tuan l~dimcn . Dyrtmpopepu dylwmdcp* . !d.1.3.1 Dntarsntinggi NfTobnmarrm, N f m q lcrong nla.dmganarahpuncakbnlerclerengmclandni (Icrm88-16%), ngnL tenarch fifmaram Dnlit Hydrandrpu Dyrfiop%pts ra.l 4 2 Statovolhan, tuf intmedier, lsrcng bswah dun kski lcrmg. d n w m p a i mclandai (hrcng 46%). c h p lmoreh. Baturn andcrit Tufandcrit H y h d c p b D y s m d e p ~ td.1.2.3 Dnman iinggi N f T a b s m a r q t u f m n r q Imm8-lmmgata1 dm8m mhpuncak b ~ i I c ~ i ~ g 8 8 n L m c l ~ d n i (11111g3-8%), 1m881 t t n n n n T u f m ~ m Lipvit Hydinndcpll DyrhaprpU . ld.2.3.2 D a ~ r e n d a h d a n kald IcirngtufTobamnram l ~ b o h ~ u n g i t c ~ ~ i , dsfar(IcrcngO%), chptci toreh. Tul-am Dmit Humitropepts Dy~wopcpu H~pludox nm.2.2.2 Pcgunungnn, bntum tcdimmrnhdu~mmrnd~nmc~moif~k(~kiii), I n e n g c c smpai ~mg8tc~~nm(25~75%) , c h p ttnnnnh. Bstuanmrtamofio, rcdishdc, randrtonc ~y9woptpv. ~ a ~ l ~ d ~ l t . lfq.2.2.3 Lvngur pMlelmrmmjm~dmIIII18~8m88dXuti SffIrm~rmffki~f~fili bbfyfynsdii i hhlusddd b%*rmrnm, I I I C I ~ B ~ B ~ X X X X ,XIII~IY diiiiiBatuan ~ncdimm f o l k Clsyltonc. randstone Euwopepll Hnpludox - lad.2.11.3 Pegunwgan v d k m . ~ f m n ~ m dm i~tcmcdier, Icccng8I6%. %m88LIc~omh. Twfmsfic, inlcmcdict Tufandcrit, doril Dystropcpir IIopludor . 101 4 I Stmfovolkm. Mintemrdier.Icrengbawah dm kaki larcng, dotar tmpoi rndandoi (Icrcng<16%), agnk tcnorsh. Tuffmaic, inlcmrdiat Tuf andcrit Hydrandcptr Dysmdcpts - 1ad.2.6.3 D a ~ v o l k ~ . f u f f m ~ ~ n m d m i i ~ e m c d i ~ r , ~ rgc tombmg bcrbukit kcoil, ~ g a f tcnnnnh Tulm&~c. intemsdict Tufnndarifdnrit Dyshopspll - iad.2.1 1.2 Pegunungmvolkan.Nf - m d m inttmtdier. lcrctt~>I6%, mkuptaorch. Tufmaflo, intmcdic: Tufnnderf d e i t Dyrtrop~pu Hnpludox - ia.2.1 1.3 Pcgunungmvolkan, Nfinrmsdici, lercng>l6%. sM8af tmtoreh. Tufmslic.intcmediet Tufmdoril Pj~mJpopts Hnpludor - *1~.2.2.3 pcgunungn~ bat- x d i m m h m a r s m , lmen8 c m smp&i r m 8 n : c m (25-75%), sangnttennnnh. Bntum redimsn Clnyrlonc. rcndrfonc Pjstmpcpa Humitrapopts ~roponhsnts r(~2.2.3 ~ q m u n g n n , bntuan scdimen ti& d i b c d w lcrccg c w m sampai s m g t f w f (25.75%). s m g ~ t tcnorch. Batum rcdimen Smdrtonc, l d c , eon8 Dyrtropcpll Humih-oprpts . $a. 1l. l Strstovolkw M i n m d i i r , kcp& atpu kaldna, dgaL lfrtoroh Smto vokm Tulandtrit Dp"MdepL1 Hydrandcpu Tropanhcntr .(~.5.3 KUX, bnh*apw kmr,pegunungw lrrmgcunvo rmpai rangat s u r m (r25%), tmgntsnoieh. Ban*spw Limcrrondmvble E~hopepts Dyrhopepif - jva.2.8.2 Datum dmperbukitnn~oIkan. N f i n l e m n n d i . 5 t i . Tufd!c . internedict Lipwif Nf mderit ~ ~ d r m d e p w Dyrhopepir . 4q.2.2.1 Kipss s lwid dan kolluvid sgsk faoroh, endapm b a r , ILLII~ @8%. Barnan rcdimcnhsrsn mand,pvcl Trlropaqurpu Flililaquenu hapop~ammeni: 3 ~ ~ 1 2 . 2 Perbukitsn kccil d ~ p c r b u k i ~ ddngan p~l~random. b ~ ~ ~ p I t u 1 d k m ~ 1 q I~rengcu*up ~-(I6~25%), t e r ~ f u p N f m n r q & Batumplutonkmem Liparit Dy~tmprpls Hydrnndepll - Qd.1.8.2 D a t m finggi N f T a b ~ m a ~ a m Nfmnram Icmb-h. Tufmnram Delit Dyrhopcpll . ~ d l 9 . 2 Tuf Tobr mclmdsi c h p t t n o r c h , ~ f m a m , I11188~16%. Tuf malem Dn$it D y r h ~ d s p t l Hydrnndcpls - ~ " ~ 3 . 3 ~ c g u n u n g ~ , bnrnnn rrdimcn ti& d i b c d h lciengmgnt c u r m ~ c k d i , t k w (lrrcng>75%), rmgattenorch. Bstummrtmorlik Darii, mndrlonc. rh& Dyrvopeplr Humi&opcpfs - pd.1.2.2 D a m tinggiNfTobsmenm, tufmnram, lerm8-Icing stsil denganarahpuncaLbcrlcrmgsgnkmrlandni (Icisng3.8%), c h p tenoicTufmasm Darit Hydrandeptr Dyrmdcpls vaporhod% x.1 h b a h rungnitcrjdtercroti n tnv lnmgmggd t a a l Y ? Dnerahommtlkimm

Page 139: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

~npiran 3. Kualitas dan karakteristik lahan di Kabupaten Karo

4 Lnnd Use Drain Tekrtu CH Elevasi Lereng Kcdalnm PH KTK ase r (mdpl) (%) antanah TD H 2000-2500 1250-I750 16-30 76-100 3.54.5 17-24 B H 2000-2500 1750-2250 16-30 76-100 3.5-4.5 17-24 B H 2000-2500 900-1250 30-40 76-100 3.5-4.5 17-24 B H 2000-2500 1250-1750 30-40 76-100 3.5-4.5 17-24 B AH 20005500 1250-1750 MO 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 2000-2500 900-1250 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 2000-2500 1250-1750 30-40 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 2000-2500 900-1250 3040 101-150 4.6-5.0 >40 B AH-H 2000-2500 300-500 8-16 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH 2000-2500 300-500 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 2000-2500 500-700 3040 101-150 4.6-5.0 >40 B AH-H 2000-2500 100-300 8-16 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 2000-2500 100-300 3-8 51-75 5.6-6.0 5-16

AT AH 1500-1750 1250-1750 0-3 76-100 6.1-6.5 0 0 B AH 1500-1750 1250-1750 0 3 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 1500-1750 900-1250 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 1500-1750 1250-1750 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 B AH 1500-1750 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 >40 B AH-H 2000-2500 700-900 8-16 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 2000-2500 500-700 8-16 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 2000.2500 700-900 30-40 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 2000-2500 1250-1750 3040 51-75 5.6-6.0 5-16

CB AH 1500-1750 900.1250 0-3 76-100 6.1-6.5 0 0 B AH-H 2000-2500 700-900 8-16 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 1500-1750 700-900 A 0 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 1500-1750 900-1250 >40 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 1500-1750 500-700 >40 51-75 5.6-6.0 5-16 T AH.H 2000-2500 300-500 8-16 76-100 5.1-5.5 5-16 T AH-H 2000-2500 104.300 8-16 76-100 5.1-5.5 5-16 T AH-H 2000-2500 100-300 3-8 76-100 5.1-5.5 5-16 T AH-H 2000-2500 100500 3-8 76-100 5.1-5.5 5-16 CB AH 1500-1750 900-1250 0-3 76-100 6.1-6.5 QO B AH-H 1500-1750 1250-1750 >40 51-75 5.6-6.0 5-16 T AH 1500-1750 100-300 3-8 101-150 5.1-5.5 <5 B AH-H 1500-1750 300-500 3-8 51-75 5.6-6.0 5-16 B AH-H 2W25QQ 7DD-900 !6--3 51-75 5.6-6D 5-16 B AH-H 2000-2500 500-700 16-30 51-75 5.66.0 5-16

cro (bray I) <I0 (bray I) <I0 (bray I) <lo (bray 1) <3 (Bmy 11) a (Bray 11) c3 (Bray 11) a &ray uj 4 0 (bray I)

(Bray 11) 0 (Bray 11) 4 0 (bray I) 4 0 (bray I) 12-22 (olren) 4 (Bray u) <3 (Bray U) c3 (Bny 11) 0 (Bray II) 4 0 (bray I) <I0 (bray I) 4 0 (bray I) <I0 (bray 1) 12-22 (olren) <I0 (bray I) <I0 (bray I) <I0 @ray 1) 4 0 (bray I) >22 (olsen) >22 (olren) >22 (olrcn) >22 (alsen) 12-22 (0lre") <I0 (bray I) 0 W Y un) <I0 (bray I) <I 0 (bJ8,Y 1) <I0 (bray I)

Exc K Kei Al Salinitn Ket Bhn - .- - s gambu org

0.1-0.2 >80 sollfree 0 3.0 0.1-0.2 >80 s o l l h e 0 3.0

Singk Bto- KTol. Kuu- Gennng RH balun pem. air an

10 0 10-20 Bnik FO 87.03 10-20 Bnik 10.20 Boik 10-20 Baik 41-60 Baik 41-60 BaL 41-60 Bnik 41-60 Baik 21-40 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik 21-40 Baik 2140 Beik >60 Bnik

41-60 Bnik 41-60 Baik 41-60 BnL 41-60 Bsik 21-40 Bnik 2140 Bnik 21-40 Baik 21-40 Boik >60 Baik

21-40 Bait 21-40 Baik 21-40 Baik 2140 Baik >60 Bnik >60 Baik 260 Bnik >60 Bnik >60 Bnik

21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Baik

Bln Tipe THI Ke"" lllirn

7 E2 67.27

Page 140: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

.ampiran 3. lanjutan ..............

Semaklrerumputan Tegalan Lahrn terbukv Sema!ure'rcrumputsn So,*h Semakirerumputan Lahan terbuka Semaklrerumputan Tcgalan Sawnh S a w h Sawah Semaklrerumputan Hutan Hutan Hutan Hutan Tegalan Hutnn Hutan SemaW~erumputan SemaWrerumputsn

I Sawah

Snwh I Hutnn i Hulnn i Hutnn r Hutan I Hutan > Hutan

Huts" I Hutiln 2 SemnWrerumputnn 3 Scmaklrerumpulan 1 Semaklrerumputan 5 Scmaklrcrumputnn 6 Hutnn 7 Hutan 8 Hutan 9 Semrklremputan 0 Scmaklrerumputan

AH-H 2000-2500 500-700 16-30 51-75 5.6-6.0 5.16 AH-H 2000-2500 300-500 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH-H 2000-2500 300.500 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH-H 2000.2500 300-500 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH-H 2000-2500 300-500 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH-H 2000-2500 100-300 16-30 51-75 5.64.0 5-16 AH-H 2000-2500 100-300 0-3 51-75 5.6-6.0 5-16 AH-H 2000-2500 100-300 03 51-75 5.6-60 5-16 AH-H 2000-2500 100-300 0-3 51-75 5.6-6.0 5-16

AH 2000-2500 100-300 0-3 101-150 5.1-5.5 <5 AH-H 2000-2500 100-300 0-3 51-75 5.6-6.0 5-16 AH 2000-2500 300-500 0-3 101-150 5.1-5.5 d AH 2000-2500 700-900 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 700-900 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 H 2000.2500 900-1250 >40 76-100 3.5-4.5 17-24

AH 2000-2500 900-1250 >40 101-150 4.6-5.0 >40 H 2000-2500 125O1I70 >40 76-100 3.54.5 17-24

AH 1500-1750 900-1250 3-8 76-100 6.1-6.5 QO AH 1500-1750 900-1250 3-8 76-100 6.1-6.5 QO AH 1500-1750 900-1250 3-8 101-150 4.6-5.0 >40 H 2000-2500 300-500 16-30 76-100 3.54.5 17-24

AH 2000-2500 300-500 16-30 101-150 4.6-5.0 M O AH 2000.2500 300-500 16-30 101-150 465.0 >40 H 2000-2500 700-900 16-30 76-100 3.54.5 17-24

AH 2000-2500 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH-H 2000-2500 700-900 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16

AH 2000-2500 500-700 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000.2500 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 M O AH 2000-2500 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000.2500 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 >40

AH-H 2000-2500 1250-1750 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH 2000-2500 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 AH 2000-2500 900-1250 16-30 101-150 4.6.5.0 >40

AH-H 2000-2500 900-1250 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 AH 2000.2500 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 H 2000-2500 900-1250 1630 76-100 3.5-4.5 17-24

AH 2000-2500 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 H 2DDD-2500 500-700 16-30 76-100 3.54.5 17-24 AH 2000-2500 500-700 16-30 101-150 4.6-5.0 >40

4 0 (bray I) <I0 (bray I) 4 0 (bray I) <I0 (bray I) ClO @my I) <I0 (bray 1) <I0 (bray I) <I0 (bray I) 4 0 (bmy I) a ( B ~ Y 11) <I0 (bmy 1) <3 @ray 10 <3 @my 11) a (Bray 11) <I0 (brayl) a ( B ~ Y n) <I0 (bray I) 12-22 (olscn) 12-22 (alscn)

(Bray 11) 4 0 (bray 1) 4 @=Y 11) a @ray n) 4 0 (bray 1) <3 (Bray 11) <I0 (bray 1) U (Bray 11) a (Bray 11) a WY r) 4 n) a @ray 11) a @ray U) -3 @ray 11) <I0 @my I) a (Bray 11) <3 (Bray 11) 4 (Bmy 11) <I0 @my I) <,(Bray 11) 4 0 (bray 1) a m <I0 (bray I) 4 @ray 11)

<0.1 0, QO sallfree <0.1 0.40 salljree <O.l 0, a 0 *oltfize <0.1 0. QO solrliee <O.I o , ao ~ ~ l t f i ~ ~ <0.1 0, Q0 soltfiee 4.1 0.00 solljree <0.1 0, QO solrfiee <0.1 0.40 sollfier 0.1-0.2 2040 salrfree <0.1 0.40 solrfiee 0.1-0.2 20-40 $clffiee 0.6-1.0 41-60 solrfiee 0.6-1.0 41-60 roltfiee 0.16.2 >80 sollfiee 0.6-1.0 41-60 solljree 0.1-0.2 >80 solr/rre >1.0 0, QO solrfree >1.0 0.40 solr~ke 0.6-1.0 41-60 solffiee 0.1-0.2 >80 sollfiea 0.6-1.0 41-60 sallfiee 0.6-1.0 41-60 sol1 free 0.1-0.2 >80 salrfree 0.6-1.0 4140 soRjree c0.1 0, Q0 aolf/rrr 0.6-1.0 41-60 sollfree 0.6-1.0 41-60 solrfie 0.6-1.0 41-60 sollfi~e 0.6-1.0 41-60 sollfiee 0.6-1.0 41-60 solrfrre 0.6-1.0 41-60 sol! free 0.6-1.0 41-60 6aIffee 4.1 o , ao mllfiee 0.6.1.0 41-60 sollfiec 0.6-1.0 41-60 aahfiee 0.6-1.0 41-60 mlrfiee c0.1 0 .QO rolffie 0.6-1.0 41-60 ~ o h j k e 0.1-0.2 >80 soNjiee 0.6-1.0 41-60 sohfree 0.1-0.2 >80 solrJIEo 0.6-1.0 41-60 sollfiee

0 2.2 15 0 21-40 Beik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 2.2 15 0 2140 Baik 0 2.2 I5 0 21-40 Bsik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 2.2 I5 0 2140 Baik 0 2.2 I5 0 2140 Baik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 3.7 0 0 2140 Bnik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 3.7 0 0 21-40 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 4.0 0 0 >60 Bnik 0 4.0 0 0 a60 ~ a i k 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 3.0 10 0 10-20 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 2.2 I5 0 21-40 Beik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Beik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 2.2 15 0 21-40 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 2.2 I5 0 21-40 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 3.0 10 0 10.20 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik

Page 141: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Huts" Sawah Hutan Scmaliirciucnputan Tegalan HuWn Hutm Tegalan Lahan teibuka Lollan terbuka Semaliircrumputan Lahnn terbukv SemaWrerumputan ScmnWrerumpuWn Hutan SemaWrerumpulan SemnWrerumputan Szwuh Sawah

) Lahnn terbukv 1 Lahan teibuka l Semaklrerumputnn i SemaW~mmpufnn 1 Snwah 5 Sawah 5 Tegalan 7 Lahan teibuka 8 SemaWrerumputan 9 SemaWremmpuWn 0 ScmaWerumputnn 1 Hutan 2 SemnWr~rumputan 3 Tegalan 4 SemnWrerurnputan 5 SemaWrerumputan 6 ScmnWrerurnputan 7 Ilulon 8 ScmaWrerurnputnn 9 Hutnn !O HuWn 11 SemaWrerurnputan I2 Hutan !3 Tegalan

B AH-H 2000-2500 500-700 16-30 B AH-H 2000-2500 500-700 16-30 B AH-H 1500-1750 700-900 16-30

B AH-H 1500-1750 900-1250 16-30 CB AH 1500-1750 900-1250 0-3 B AH-H 2000-2500 300-500 &I6 B AH-H 2000-2500 300-500 >40 B AH-H 2000-2500 300-500 >40 B AH-H 2000-2500 500-700 >40 B AH-H 1500-1750 500-700 30-40 -

B AH-H 2000-2500 B AH-H 1500-1750 B AH-H 1500-1750

B AH-H 1500-1750 T AH-H 2000-2500 T AH-H 2000-2500

B AH-H 1500-1750 B H 1500-1750 - .. .... B AH 1500-1750 T AH-H 2000-2500 B AH-H 2000-2500 B AH-H 2000-2500 B H 1500-1750 B AH-H 1500-1750 B AH 1500-1750 T H 1500-1750 B H 1500-1750 B AH 1500-1750 B H 1500-1750 B . AH-H 1750-2000 B AH 1500-1750 B AH 1500-1750 B AH 1500-1750 B AH 1500-1750 B AH 1500-1750 B AH 1500-1750

<I0 (bray I) c l 0 (bray I) <I0 (bray I) c3 (Bray II) 12-22 (alsen) 12-22 (olren) <I0 (bray I) 12-22 (olsen) <lo (bray I) 4 0 (bray I) <I0 (bray I) <lo (bray I) <I0 (bray I) <I0 (bray 1) <lo (bray 1) 4 0 (bray I) 0 ( B ~ Y n) 4 (Bray n) <!O (bray I) >22 (olscn) >22 (olren) <I0 (bmy I) <I0 (bray I) 10.15 (bray I) <I0 (bray I) c3 (Bray 11) >22 (olsen) 4 0 (bray 0 <lo (bray11 10-15 (bray I) <I0 (bay 1) 0 (Bray 11)

16.25 (Bray I) 4 0 (bray 1) 4 ( B ~ Y 11) <I0 (bmy I) 4 0 (bray I) <3 (Bray 11) 0 (Bray 11) 6 ( B ~ Y n) a (Bray 11) 4 (Bray n ) 0 WY n)

21-40 Baik 21-40 Baik 2140 Baik 41-60 Baik >60 Bnik >60 Baik

2140 Baik >60 Baik

21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Bnik 2140 Bnik 21-40 Bait 21-40 Baik 21-40 Baik 21-40 Bdk 21-40 Baik 21-40 Baik 260 Baik >60 Bnik c10 Bnik

21.40 Bnik >60 Baik <I0 Baik

41-60 Baik >60 Baik

2140 Bnik 21-40 Baik >60 Baik

2140 Bsik 41-60 Bnik >60 Baik 10-20 Baik 41-60 Baik 10-20 Baik 21-40 Boik 41-60 Boik 41-60 Baik 41-60 Bnik 41-60 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik

Page 142: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tcsalan Ssmaklrrrlrmputvn SemaWrcrumpaan SemaWrerumpulan ScmaWrerumputon Semol;/rerumputnn SemaWre~mpulan SemnW~erumputan SemaWrerumpulan SemaWremmputan Hutan SemaWrerumputnn Tegalan Hutan Tcgalan Tegalan

I SemsWremrnpuIan Tegalnn

: Hula" ; Tegalsn I Hutan i SemaWrerurnputan i Tcgolnn I Tegalan 1 Sc~nnWreru~npulon ) ScmnWrerumputan I Hutan I SemnWremmputan 2 Tegnlan 3 Hutan 1 Tegalan 5 Hulnn 6 SemnWierurnputan 7 Kebun cnmpur 8 Hutan 9 Hutan 0 Hulan I Kchun campur 2 ll"1"" 3 Hutan 4 Hutan 15 ScmaWremmputan 16 Tegalan

H 1750.2000 1750-2250 8-16 >I50 5.6-6.0 AH 1500-1750 700-900 8-16 101-150 4.6-5.0 AH 1500.1750 700-900 8-16 101-150 4.6-5.0

AH-H 1750-2000 1250-1750 8-16 51-75 5.6-6.0 AH 1500-1750 500-700 8-16 101-150 4.6-5.0 AH 1750-2000 900-1250 8-16 101-150 4.6-5.0 AH 1500-1750 500-700 8-16 76-100 6.1-6.5 AH 1750-2000 900-1250 8-16 101-150 4.6-5.0 AH 1500-1750 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1500.1750 500.700 1630 101-150 4.6-5.0 AH 1500-1750 500-700 16-30 76-100 6.1-6.5 AH 1500-1750 500-700 16-30 76-100 6.1-6.5 AH 1500.1750 500-700 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1500.1750 500-700 16-30 76-100 6.1-6.5 AH 1500-1750 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 AH ISMI-I750 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1500.1750 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 H 1500-1750 700-900 16-30 76-100 5.1-5.5

AH 1500.1750 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1500-1750 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1750.2000 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 H 1750-2000 1250-1750 16-30 >I50 5.6-6.0

A S H 1750.2000 1250-1750 16-30 51-75 5.6-6.0 AH 1750.2000 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1750-2000 1750-2250 16-30 101-150 4.6-5.0 H 1750.2000 1750-2250 16-30 >I50 5.6-6.0

A H 8 1750.2000 1750-2250 16-30 51-75 5.6-6.0 AH-li 1750-2000 1250-1750 16-30 51-75 5.6-6.0

11 1500-1750 500-700 16-30 76-100 3.54.5 H 1500.1750 300-500 16-30 76-100 3.5-4.5 H 1500-1750 700-900 16-30 76-100 3.54.5

AH 1750.2000 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 AH 1750.2000 700-900 3-8 101-150 4.6-5.0

12-22 (ohen) 12-22 (olren) <I0 (bmy I) <lo (bray I) 4 0 @ray I) 4 (Bray 11) 4 0 (bray I) 4 (Bray 11) 0 (Bray IJ) 4 (Bray II) '3 @ray 10 a (Bray 11) <3 (Bray II) <I0 @ray J) 4 11) a n) 1232 (olsen) 12-22 (olsen) 4 11) a @ray 11) 12-22 (alsen) 12-22 (olrsn) a ( B ~ Y n) 12-22 (olren) <3 (Bray 11) <3 ( B ~ Y n) a ( B ~ Y 11)

16.25 @my $1 <3 (Bray II) <3 (Bray a ( B ~ Y n) 4 @ray n) <I0 @ray I) 4 n) 4 @my <3 @ray n) <I0 (bray I) <IO(hmy 1) c l0 (bmy I) <I0 (bray I) 4 0 (bray I) 12-22 (alsen) 12-22 (olsen)

>1.0 0,QO solrfiee 0.1-0.2 0 . QO 8011fiee 0.1-0.2 >80 solrfree 0.1-0.2 >80 soRfree 0.1-0.2 >SO solrjree 0.6-1.0 41-60 salr f k 0.1-0.2 >80 sokfiee 0.6-1.0 41-60 soltjrer 0.6-1.0 41.60 do11 f ~ a e 0.6-1.0 41-60 solrfiee 0.1-0.2 2040 sol! free 0.6-1.0 41-60 sohfice 0.6-1.0 41-60 soltfree <O.l 0 , QO solrfree

0.6-1.0 41-60 mlffier 0.6-1.0 41-60 sol! free >I.O o , d o S O I I ~ ~ ~ ~

0.1-0.2 0 .QO solrfree 0.6-1.0 41-60 rallfiee 0.6-1.0 41-60 aolt/ree >1.0 0 , QO sallfrre >1.0 0,QO solrfree

0.6-1.0 41-60 salt free 0 0 . QO soh/ree

0.6-1.0 41-60 sollfia 0.6-1.0 41-60 salffree 0.6-1.0 41-60 mlr free 0.6-1.0 0,QO sal lf ie 0.6-1.0 41-60 sollfree 0.6-1.0 41-60 sollfree 0.6-1.0 41-60 soh free 0.16.2 20-40 sollfree 4 . 1 o , a o 8olrfree

0.6-1.0 41-60 sollfrer 0.6-1.0 41-60 aollfree 0.16.2 2040 solrfies co.1 0 . a 0 3a1tfiec <0.1 0 . 4 0 .saNfiec

0.1-0.2 >80 roll/rec 0.14.2 >80 solljrce 0.1-0.2 >SO solrfiee 0.1-0.2 0 , QO sol lf ie 0.1-0.2 0 , QO soh free

0 4.0 0 0 >60 Boik 0 11.4 0 0 41-60 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 7.2 0 0 10-20 Bark 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 2.2 15 0 21-40 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 4.0 0 0 >60 Baik 0 11.4 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 4.0 0 0 >60 Baik 0 4.0 0 0 >60 Bsik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 4.0 0 0 >60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Bnik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 2.7 0 0 >60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 7.2 0 0 10-20 Baik 0 2.2 15 0 2140 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 6.6 0 0 41-60 Baik 0 7.2 0 0 10.20 Beik 0 2.2 I5 0 21-40 Baik 0 2.2 I5 0 21-40 Bnik 0 3.0 10 0 10-20 Bnik 0 3.0 10 0 10-20 Baik 0 3.0 10 0 10.20 Baik 0 11.4 0 0 41-60 Baik 0 11.4 0 0 41-60 Baik

Page 143: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

1 Tegalsn I SemsWremputan > Tegalon I Tcgvlan I Tealan 2 Tegalun 3 Tegalan 1 Sawah I SemaWrcmmputan 6 Sawah 7 Tegalnn 8 Sawnh 9 Tcgalan 0 Hutan 1 SemaWrerumputan 2 Sawah 3 Tcglan 4 Tegvlan 5 SemaWremmputan 6 Scmakirerumputan 7 Tegalrn 8 SernaWrerumputan .9 'Tcgalan 10 Snwah I 1 ScmsWrerumputsn 12 Tcgalon 13 SemnWrcrumputan 84 Snwah 85 Tegalan )6 Tegalan >7 Sawsh >8 Tegalan 19 SemnWrcmmputan 30 SemaWrerumputan 31 Hutar~ 02 Hutan 03 Hutan 04 Kebun cnmpur 05 Hutan 06 Hutan 07 Kehun campur 08 Kehun campur 09 Tqnlan

12-22 (olren) 12-22 (olsen) 12-22 (olsen) U (Bray 11) <3 (Bray 11) 12-22 (alrcn) 4 0 (bray I) <lo (bray 1) 4 (Bray 11) 4 ( B ~ Y 10 0 (Bray U) u (Bray D) a pray 11) <3 @my 11) 12-22 (o~sc") <(Bray n) a ( B ~ Y m 12-22 (olren) 4 @ray u) 12-22 (olren) a ( B ~ Y U) <3 (Bmy It) <3 (timy 11) 12-22 (olsen) <I0 (bray I) <I0 (bray I) a (Bray 11) a ( B ~ Y n) -3 (Bray 10 a (Bray n) 4 0 (hmy 1) 12-22 (olsen) 12-22 (olren) a (Bray U) 10-15 (brayl) 8-20 (Bray 11) 10-15 (bray I) 12-22 (alrcn) <3 (Bray U) <3 ( B ~ Y n) 12-22 (olsen) 10-15 (bray 1) <I0 (bray I)

0.1-0.2 0 . 4 0 soltfme 0.1-0.2 0 , Q0 sol!free O.ld.2 0 .QO sal tf ie 0.6-1.0 41-60 sol! free 0.6-1.0 41-60 soltfiee >I.o 0 , a o sdtfiee

0.6-1.0 0 , Q0 soltjree 0.6-1.0 0 ,QO saRfroe 0.6-1.0 41-60 sol! free 0.6-1.0 41-60 soltfrer 0.6-1.0 41-60 salt@ 0.6-1.0 41-60 $ollfree 0.6.1.0 41-60 s~njrec 0.6-1.0 41-60 sol!jree >1.0 0 , QO solrfree

0.6-1.0 41-60 solffrae 0.6-1.0 41-60 salffree >1.0 0 , QO sallfiee

0.6-1.0 41-60 mlrfree >1.0 0 , a o soltfree

0.6-1.0 41-60 mI!free 0.6-1.0 41-60 ro1rfr.e 0.6-1.0 41-60 solljiee >1.0 0 ,QO solrfiee

0.6-1.0 0 . 0 0 saltfree 0.6-1.0 0 . 4 0 solrjrec 0.6-1.0 41-60 d4IIfrd~ 0.6-1.0 41-60 mIf/iee 0.6-1.0 41-60 sohfree 0.6-1.0 41-60 salrfiee 0.6-1.0 0 , QO sollfree 0.1-0.2 0 . 4 0 solrfree 0.1-0.2 0 ,QO sollfrre 0.6-1.0 41-60 saltfree 0.3-0.5 0 . 4 0 sol! free 0.1-0.2 2040 sal tf ie 0.3-0.5 0 ,QO sollfiea 0.6-1.0 0 . 4 0 solrfie 0.1-0.2 20-40 svRfree 0.1-0.2 2040 solrfree 0.6-1.0 0 .QO saI!free 0.3-0.5 0 , QO sohfree 0.6-1.0 0 . 4 0 aalffree

41-60 Baik 41-60 Bnik 41-60 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik >60 Bnik >60 Baik >60 Baik

41-60 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik 41-60 Bnik 41-60 Bnik 41-60 Baik >60 Baik

41-60 Bdk 41-60 Baik >60 Baik

41-60 Boik >60 Baik

41-60 Baik 41-60 Bnik 41-60 Bnik >60 Balk >60 Bnik >60 Baik

41-60 Baik 4140 Baik 41-60 Bnik 41-60 Baik >60 Bnik

41-60 Boik 41-60 Baik 41-60 Bnik 41-60 Bnik 2140 Baik 41-60 Baik >60 Baik 10-20 Baik 10-20 Baik >60 Baik

4140 Baik >60 Baik

Page 144: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

.ampiran 3. lanjutan

Hulnn Hutan Hutan Tegalan Tegalen ScmvWrrrulnpulan

8 Hutan ' Hum" : Hutan I X.3 I Hutan

Kebun campur ! Tegllnn I Tegalvn I Tegalan i Hum" i Kebun campur I Hutnn I SemaWrerumputnn ? Hutan

X I I S a w h 2 Kebun esrnpur 3 Kebuncampur 1 Tcgnlan 5 Hutan 6 SemaWrerumputnn 7 Kebun campur 8 Hutnn 9 Tegalnn 0 S a w h 1 Tcgalan 2 Sawah 3 Kebun campur 4 Kebun campur 5 SemaWrcmmputan 6 Tegnlan 7 Hutnn 8 Tegnlan .9 Kebun campur ;O Kebun campur il Hutan i2 Hutsn

m T D T D T D T D T D

2500.3000 1750-2250 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 TD T D T D T D T D T D

2500.3000 1250-1750 16.30 101-150 3.54.5 5-16 1750-2000 1250-1750 0.3 76-100 3.54.5 2540 2000.2500 1250-1750 1630 101-150 4.6-5.0 5-16 2000.2500 l25O1I750 1630 101-150 4.6-5.0 5-16

5-11 (olren) 5-1 1 (olren) 5-1 1 (olsen) 5-1 l (olscn) 12-22 (alscn) 5-1 1 (alrcn) 4 ( B ~ Y 11)

( B ~ Y n) (Bray fI) TD

10-15 (bny 1) 10-15 (bmy I) 12-22 (olscn) <I0 (bny 1) 12-22 (olren) 8-20 (Bray 11) 10-15 (bmy I) 8-20 (Bray 11) <I0 (bray I) 10-15 (bray 1)

TD 8-20 (Bray ll) <I0 (bray I) 5-1 l (olrcn) 5-1 l (olren) 5-1 1 (olsen) 5-11 (olren) 5-11 (olscn) 5-11 (ahen) <I0 (bmyl) 12-22 (olren) 1232 (olsen) <I0 (bmy 1) 12-22 (olren) <I0 (brayn 12-22 (olsen) 12-22 (olren) 10-15 (bmy I) 10-15 (bray 1) 4 (Bray 11) 10-15 (bray I) 4 ( B ~ Y n) O (Bray 11)

0.1-0.2 0 , QO rallfiee 0.1-0.2 0 , 4 0 80/ l /h 0.1-0.2 0 . 4 0 solrfie 0.1-0.2 0 , QO salrfiee 0.6-1.0 0 . <20 .~olr/rec 0.1-0.2 0 . 0 0 solrjree 0.1-0.2 2040 sollfier 0.1-0.2 2040 solrfie 0.1-0.2 2040 soltfiee

T D T D T D 0.3-0.5 0 , QO solr/ree 0.34.5 0 . 0 0 solrfree 0.6-1.0 0 .QO solrjree 0.6-1.0 0 .QO $olffiee 0.1-0.2 0 , QO so1rjr.e 0.1-0.2 2040 sol! free 0.3-0.5 0 . 0 0 salrfiee 0.1-0.2 2040 soltfieo 0.6-1.0 0 , -30 soh free 0.3-0.5 0 , QO soltfiee

T D T D T D 0.1-0.2 2040 solrfioe 0.6-1.0 0 . 4 0 J O I I ~ I P P 0.1-0.2 0 . 4 0 salrfieo 0.1-0.2 0 , <20 solrjree 0.1-0.2 0 , QO soN/rae 0.1-0.2 0 ,QO so1r/ree 0.1-0.2 0 , QO soltjree 0.1-0.2 0 . 0 0 salrfrre 0.6-1.0 o , a o 0.6-1.0 0 . 4 0 sol1 froe 0.6-1.0 0 , QO mlr free 0.6-1.0 0 , QO sohfrce 0.6-1.0 0 , QO soltfiee 0.6-1.0 0 , QO sallfiee 0.6-1.0 0 , QO sahfree 0.1.0.2 0 , a 0 solrfree 0.3-0.5 0 , QO sohfice 0.3-0.5 0 , QO sohfiae 0.1-0.2 >80 soltfiee 0.3-0.5 0 , QO soltfree 0.1-0.2 >80 mlrfiee 0.1-0.2 2040 solrjree

>60 Bnik >60 Baik >60 Baik >60 Beik >60 Bnik >60 Beik 10-20 Bnik 10-20 Baik 10-20 Baik TD TD

41-60 Bnik 41-60 Baik >60 Baik %0 Baik

41-60 Bnik 2140 Boik 41-60 Baik 2140 Baik >60 Baik

41-60 Baik TD TD

2140 Bnik >60 Bnik >60 Beik >60 Bnik >60 Baik >60 Baik >60 Baik %0 Baik >60 Baik >60 Beik >60 Beik >60 Boik >60 Baik >60 Baik >60 Baik

41-60 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik 2140 Baik 41-60 Baik 21-40 Baik 10-20 Baik

Page 145: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),
Page 146: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),
Page 147: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),
Page 148: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Tegalan Tegalan Hutan Hulan Hutan Hulan Tegalan Awan Awan Awan Awn Sawah llulun Hutnn Huton Tegalnn Tegalnn

8 'I'eg8lnn I Tegalon

Tegalan 1 Tcgalan l Tegalan i regalan i Huton i H u m I Hutan 1 Tcgalan 2 A\an ) Tegnlan I Tegalan ? Sawah 3 Sawall 1 Tegalan 5 A\W" 6 Atvan 7 Awan 8 Tcgalan 9 Tcgalnn 0 Awan I Hutan 2 Awan 3 Hutan 4 Hutan

AH-H AH AH S

AH AH H

AH AK AK AK AK AH AH S

AK H

AK AH AH AK AK S H AH AK AH AH

AH-H AK S S

AH S AH S S S S S S H AH

<I0 (bray I) 12-22 (olsen) a wr&y 11) c l 0 (bray I) <lo (bray I) c l0 (brayl) <I0 (bray I) 12-22 (olrcn) 10-15 (bray I) <I0 (bray I) 4 0 (bray I) 10-1s (bray I) c l 0 (bray I) 12-22 (ofsen) <I0 (bray I) 10-15 (bray I) <10(bray I) <I0 (bray I) 12-22 (olsen) <lo (bray I) <I0 (bray I) <I0 (bray I) <LO (brayl) <I0 (bray 1) a (Bray 11) <I0 (bray I) <I0 (bray I) 12-22 (olren) <lo (bray I) <lo (brayo 12-22 (olsen) <I0 (bray I) 12-22 (olren) >35 (bray 1) 12-22 (olrcn) 12-22 (olrcn) >35 (bray I) 12-22 (olsen) 12-22 (alsen) 12-22 (olrcn) 535 (bray I) <I0 (bray I)

10.15 (bray 1)

0.36.5 61-80 solrjree 0.1-0.2 0 . 4 0 sol! free 0.6-1.0 41-60 roh free 0.1-0.2 20-40 aolrfroe 0.1-0.2 >80 solljee 0.1-0.2 >80 solrfree 0.1-0.2 >80 soltfree 0.1-0.2 0 . QO saltfree 0.3-0.5 0 , QO sol! free 0.1-0.2 >80 sol!Jiee 0.1-0.2 >80 sohfree 0.3-0.5 0 . 4 0 mlrjrce 0.1-0.2 >80 solljree 0.1-0.2 0 , c20 sa/rfiee 0.6-1.0 2040 $al!free 0.3-0.5 0 ,Q0 soltfree 0.1-0.2 >80 rol!free 0.3.0.5 61-80 rolrfree 0.1.0.2 0 ,QO aohjree 0.1-0.2 >80 sohfree 0.1-0.2 >80 sollfree 0.1-0.2 >80 solrfree 0.6-1.0 2040 sal!jee 0.1-0.2 >80 sol! free 0.6-1.0 41-60 sohjree 0.1-0.2 >80 sol!free 0.1-0.2 >80 sal t f ie 0.1-0.2 0 , QO so/r/ree 0.3-0.5 61-80 saltfree 0.1-0.2 >80 solrfree 0.6-1.0 0 , QO sol! free 0.6-1.0 0 ,QO sah jee 0.1-0.2 0 , QO soltfree >1.0 0 , QO sollfree

0.1-0.2 0,QO soltjne 0.16.2 0 ,QO sohjrEa >1.0 0 ,QO soh jec

0.1-0.2 0 . QO sohfree 0.1-0.2 0 , QO solrfie 0.6-1.0 0 , QO solrfree >1.0 0 . QO sol! free

0.3-0.5 2040 sollfree 0.3-0.5 0 , QO sahfree

10-20 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik 2140 Bnik >60 Baik >60 Baik

21-40 Baik 41-60 Baik 41-60 Baik 2-60 Baik FO 87.03 5 E2 678h - . ~ ~ ~ -- .... 10-20 Bnik FO 87.03 5 E2 67.86 41-60 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 >60 Bnik FO 87.03 5 €2 67.86

41-60 Baik FO 87.03 5 EZ 67.86 >60 Baik FO 87.03 5 €2 67.86

41-60 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 21-40 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 >60 Bnik FO 87.03 5 E2 67.86

41-60 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 >60 Baik FO 87.03 5 E2 6786 ~~~~- ~ -- ~ .-- >60 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 10-20 Bnik FO 87.03 5 E2 67.86 >60 Baik FO 87.03 5 E2 67.86

21-40 Baik FO 87.03 5 E2 67.86 41-60 Baik FO 8703 ~ .~~ 10-20 Beik FO 87.03 >60 Baik FO 87.03

41-60 Baik FO 87.03 10-20 Bnik FO 87.03 10-20 Baik FO 87.03 >60 Baik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59

41-60 Bnik FO 87.03 >60 Baik FO 87.03

41-60 Baik FO 87.03 41-60 Balk Tdkdiket 87.03 >60 Baik FO 87.03

41-60 Bnik Tdkdiket 87.03 41-60 Baik Tdkdiket 87.03 >60 Baik FO 88.59 >60 Baik FO 87.03 >60 Baik FO 88.59

41-60 Baik FO 88.59

Page 149: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Hutan B AH 2500-3000 1250-1750 >40 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15 (bny I) 41-60 %!$vdl> 13 All 2500-3000 1250-1750 8-16 101-150 4.6-5.0 5-16 lo-tS(brny1) 41-60 Hutan B AH 2500-3000 1250.1750 8-16 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15(bmyl) 41-60 Awnn B S 2000.2500 1250-1750 0-3 76.100 3.54.5 <5 12-22(alsen) 2140 Sdwill, 13 All 2000.2500 1250.1750 16.30 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15 (bmy I) 41-60 Kcbun cumpur B AH 2000-2500 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 10-lS(bny1) 41-60 Hutan B AH 2000.2500 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15 (bray I) 41-60 Tegrlan B AH 2000.2500 1250.1750 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 10-lS(bray I) 4160 Tegaian B K 2000-2500 1250-1750 16-30 101-150 5.1-5.5 5-16 5-11 (olsen) %0 Hutnn B AH 30004000 900-1250 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15(brayl) 41-60 Hutan B H 30004000 900-1250 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 <IO(broy 1) >60 Hutan B H 30004000 1750-2250 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 clO(bmy 1) >60 llutnn B H 30004000 1250-I750 16-30 51-75 5.6-6.0 5-16 ilO(bmy 1) >60 Hutan B AH 30004000 1250-1750 16-30 101-150 4.6-5.0 5-16 10.15 (bmyl) 41-60 Tegalan B S 1750-2000 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 2540 12-22(olsen) 10-20 Sawah B AH 2000-2500 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15(broyl) 41-60 Tegalan B S 2000-2500 1250-1750 3-8 76.100 3.54.5 <5 12-22(olren) 2140 'Tcgalm CB AH 2000-2500 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 2540 12-22(olsen) 10-20 Teplan B AH 2500.3000 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 5-16 10.15 (bnyl) 41-60 Hutan B AH 2500-3000 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15 (bray I) 41-60 Lahan terbuka B AH-H 2000.2500 300-500 3-8 51-75 5.6-6.0 5-16 clO(bray1) 41-60 Kebun eampui B AH 2000-2500 900.1250 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 <3 (Brayll) >60 Kebun campur B S 1500-1750 700.900 8-16 101-150 3.545 5-16 <lO!bmyl) 10-20

; SemnWrclumputan B AH 1500-1750 700-900 3040 101-150 4.6-5.0 >40 U(Brayl1) >60 I Tegalan B K 2000-2500 1250.1750 3-8 101-150 4.6-5.0 5-16 5-11 (olren) S O I Hutan C AH 2500-3000 1750-2250 16-30 101-150 3.54.5 5-16 clO(bmy1) 21-40

SemaMremrnpaan B AH 2500-3000 1250-1750 3-8 101-150 4.6-5.0 5-16 10-15(brayl) 41-60 ! Hutan B S 2500-3000 0250-1750 8-16 76.100 3.54.5 <5 12-22(olren) 21-40 ) Tegalan T AH 2000-2500 100-300 0-3 101-150 5.1-5.5 <5 O(Brayl1) 10-20 I SemaWrerumpulan B AH 2004-2500 900-1250 8-16 101-150 4.6-5.0 >40 c3 (Brayll) 41-60 i s ema~remmput~n B AH 1500-1750 700-900 0-3 101-150 4.6-5.0 >40 <3 (BmyI1) >60 i Tegalan B AH 1750-2000 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 O(BmyI1) >60 I SemaWremmputnn B AH 1500-1750 700-900 16-30 101-150 4.6-5.0 >40 O(Bmyl1) >60 1 SemaMremmputsn B H 1500-1750 100-300 0.3 101-150 4.6-5.0 5-16 <IO(bmyI) 4 0 2 Kebun campur B AH-H 2000-2500 500-700 16-30 51-75 5.66.0 5-16 <lO(bnyl) 41-60 1 ScmoWremmputnn T H 1500-1750 500-700 8-16 76-100 5.1-5.5 5-16 16-25 (Brayl) 4160

~bcr: PeraSaruon Loliart don Tmalz. Lorrbor 0618 don 0619. Puslirmnoh (1990) m: Bsik, C = Cepat.TaTerharnbat, CB = Cukup baik,AT = Agak terhnmbat SL = Satuan Lahvn Halu$, AH = Agak hnlus. S = Sedang, AK =A& kwar. K- Kssnrkuarsa TD = Tidak dinilai

0.3-0.5 0 . 4 0 sallfiee 0 6.2 0.3-0.5 0 . <20 .sc!ll/rer. 0 6.2 0.3-0.5 0 , QO solljree 0 6.2 0.6-1.0 0 , QO .solr/rcc 0 4.0 0.3-0.5 0 , <20 .~~11rli.c 0 6.2 0.3-0.5 0 . <20 .s~ll,frer. 0 6.2 0.3-0.5 0 . 0 0 solljrea 0 6.2 0.3-0.5 0 , QO .soltfree 0 6.2 0.1-0.2 0 , QO solrfrec 0 3.3 0.36.5 0 , <20 sol~jrec 0 6.2 0.3-0.5 20-40 sallfree 0 8.8 0.3-0.5 2040 .soll/ree 0 8.8 0.3-0.5 2040 soll/ree 0 8.8 0.3-0.5 0 , QO .val!jree 0 6.2 0.1-0.2 0,QO sohfrm 0 11.4 0.3-0.5 0 , QO solljree 0 6.2 0.6-1.0 0 , QO salr/iee 0 4.0 0.1-0.2 0 ,<20 ralrfree 0 11.4 0.3-0,s o , a o . ~ l t / r ~ o 6.2 0.3-0.5 0 , QO sollfree 0 6.2 <o.l o . a o mltfree o 2.2

0.6-1.0 41-60 solljrer 0 6.6 0.1-0.2 61-80 s~ltJ?ea 0 4.0 0.6-1.0 41-60 solrjree 0 6.6 0.1-0.2 0,QO solljree 0 3.3 0.16.2 2040 ml1 free 0 4.8 0.3-0.5 0 , QO sollfree 0 6.2 0.6-1.0 0,QO $allfree 0 4.0 0.1-0.2 2040 sollfree 0 3.7 0.6-1.0 41-60 sohfree 0 6.6 0.6-1.0 41-60 solljrce 0 6.6 0.6-1.0 41-60 solljree 0 6.6 0.6-1.0 41-60 ml!/ree 0 6.6 <0.1 >80 sollfie 0 3.0 <0.1 0 ,QO salljree 0 2.2

0.6-1.0 0 . 4 0 soltlree 0 2.7

THI = Tamperalure Htmridily I n d a

41-60 Bsik FO 88.59 41-60 Unik 1'0 88.59 41-60 Bnik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59

41-60 Bilik 1'0 88.59 41-60 Baik FO 88.59 41-60 Baik FO 88.59 41-60 Baik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59

41-60 Buik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59 s60 Bnik FO 88.59 >60 Bnik FO 88.59

4160 Baik FO 88.59 41-60 Baik Tdkdikct 87.03 41-60 Bnik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59

41-60 Bnik FO 88.59 41-60 Bnik PO 88.59 41-60 Baik FO 88.59 2140 Baik PO 87.03 41-60 Baik FO 88.59 >60 Baik Tdkdiket 87.03

41-60 Baik FO 87.03 >60 Baik FO 88.59

2140 B ~ i k FO 88.59 41-60 Bsik FO 88.59 >60 Baik FO 88.59

2140 Baik FO 87.03 41-60 Baik FO 87.03 41-60 Baik FO 87.03 41-60 Baik FO 87.03 41-60 Bnik FO 87.03 c10 Baik FO 87.03

21-40 Beik FO 87.03 >60 Beik FO 87.03

Page 150: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

~rnpiran 4. Analisis kirnia tanah beberapa kecamatan di Kabupaten Karo

pH C N P Eks NH40Ac I N pH7 KTK Eks KC1 1M Tekstur 3 fraksi (%) Eks Hcl 0.1N No. KecIDesa HZ0 org Total Bray (me11 OOgr) me/ (rne1100gr) Hydrometer ( P P ~ )

(%) (%) ppm Ca Mg Na K 100gr Al H+ Pasir Debu Liat Cu Zn Mn Fe

BERASTAGI 1 Gundalina 2 Korpri 3 Sp. Korpri

KABANJAHE 1 Raya 2 Kabanjahe

I TIGAPANAH 1 Melas 2 Tigapanah 3 Bunuraya

I MEREK 1 Merek 2 Aek Hotang 3 Partibilarna

' BARUSJAHE 1 Tigajumpa 2 Paribun

!I SIMPANG EMPAT 1 Lingga 4,68 2,75 0,28 1,38 6,52 1.84 0,30 0,94 27 1,0 1,4 64,3 26,4 9,3 5,l 17 38 84 2 Lingga Julu 5.37 3,15 0,26 483 9.50 1,58 0,26 0,85 29 0,6 0,6 59,7 30,9 9,4 3,O 14 45 77

III TIGABINANGA 1 Tiganderket 5.46 3,74 0,18 1.58 3.50 0,91 0,13 0,44 23 0,2 0,2 80,9 18,3 0,8 5,8 17 31 138

1111 PAYUNG 1 Payung 5.50 4,06 0.18 7.37 571 7.45 0,77 0,91 27 0,2 0,2 67,6 27,2 5,2 6,8 28 22 103

X MARDlNGDiNG 1 Mardingding 4,90 4,42 0.28 3,79 3,81 0,71 0.20 0,70 24 0,4 0,4 76.3 14,O 9,7 0,1 7 31 77

Rata-rata $20 3.84 0,23 3,86 5.49 1,25 0,20 0.69 25.33 0.51 0,59 71.37 21,17 7,45 3,43 17,47 38,87 93,20 m r : Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPJB) Berastagi, Balitbang Pertanian Deptan, 2005

Page 151: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran 5. Kesesuaian lallan untuk lingkungan ekologis sapi polong di Kabupaten Karo

SL Sistem Pemeliharaan

Land-use Luas (Ha) Gembala Kandang

1 Hutan 465,19 TD TD 2 Hutan 64,30 TD TD 3 Hutan 364,88 TD TD 4 Hutan 676,66 TD TD 5 Hutan 626,68 TD TD 6 Hutan 295,65 TD TD 7 Hutan 228,16 TD TD 8 Hutan 356,ll TD TD 9 SemaWrerumpi~tan 353,35 S S 10 Sawah 51,08 S S 11 SemaWrerumputan 234,96 S S 12 SemaWrerumputan 400,66 S S 13 Sawah 247,78 S S

14 Tegalan 436,57 Ns N s m

15 Tegalan 51,69 Ns N~RTH.~NI 16 Hutan 146,03 TD TD 17 Hutan 1.983,51 TD TD

18 Hutan 557,02 TD TD 19 SemaWte~mputan 820,95 S S 20 SemaWrerumputan 276,63 S S 21 Sawah 153,40 S S

22 Hutan 55,71 TD TD 23 Kebun campur 52,45 S N m

24 Tegalan 63,44 S S

25 Hutan 187,07 TD TD 26 Hutan 281,54 TD TD 27 SemaWrerumputan 813,Ol Ns S 28 SemaWrerumputan 164,41 S S

29 SemaWrerumputan 61,02 S S 30 Lahan terbuka 288,78 S S 31 SemaWrerumputan 126,53 S S 32 Hutan 54,84 TD TD 33 Hutan 1.445,85 TD TD

SL Land-use Sistem Pemeliharaan Luas (Ha) Gembala Kandang

34 Sawah 427,96 S S 35 Tegalan 52,09 S S 36 SemaWrerumputan 867,OZ S S 37 Tegalan 51,17 S S 38 SemaWrerumputan 4.238,87 S S 39 Tegalan 329,66 S S 40 Lahan terbuka 492,70 S S 41 SemaWrerumputan 2.689,33 S S 42 Sawah 427,08 S S 43 SemaWrerumputan 356,08 S S 44 Lahan terbuka 835,86 S S 45 Semakkerumputan 590,30 S S 46 Tegalan 302,04 S S

47 Sawah 934,36 S S

48 Sawah 5.217,85 S S 49 Sawah 80,87 S S 50 SemaWrerumputan 59,92 S N m 51 Hutan 64,55 TD TD 52 Hutan 531,84 TD TD 53 Hutan 651,91 TD TD 54 Hutan 803,78 TD TD

55 Tegalan 633,32 S Nm 56 Hutan 102,89 TD TD

57 Hutan 65,89 TD TD 58 SemaWrerumputan 624,65 S S 59 SemaWrerumputan 67,26 S S 60 Snwah 118,47 S S 61 SemaWrerumputan 502,34 S S

62 SemaWrerumputan 1.385,05 S S 63 Sawah 69,22 S S 64 Hutan 1.345,96 TD TD 65 Hutan 234,96 TD TD 66 Hutan 1.267,56 TD TD

Page 152: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

SL Luas (Ha) Sistem Pemeliharaan Land-use

Gembala Kandang 67 Hutan 322,27 TD TD

Hutan Hutan Hutan Hutan SemaWremmputan Semaklrerumputan SemaWremmputan SemaWrerumputan Hutan Hutan Hutan Semaklrerumputan

SemaWremmputan

Hutan Sawah Hutan

Semaklremmputan Tegalan Hutan Hutan

Tegalan Lahan terbuka

Lahan terbuka Semaklrerurnputa~~ Lahan terbuka SemaWremmputan SemaWrerumputan

Hutan SemaWremmputan SemaWremmputan Sawah Sawah

Lahan terbuka Lahan terbuka SemaWrerumputan SemaWrerumputan Sawah Sawah Tegalan Lahan terbuka SemaWrerumputan SemaWrerumputan SemaWremmputan Hutan SemaWrerumputan

Tegalan

Semaklremmputan SemaWrerumputan SemaWrerumputan

Hutan Semak/rerumputan Hutan Hutan SemaWremmputan Hutan

Tegalan Tegalan SemaWremmputan Semakfremmputan SemaWrerumputan

Semaklrerumputan SemaWremmputan Semaklrerumputan SemaWrerumputan Semaklremmputan

Sistem Pemeliharaan Luas (Ha) Geabala Kandang

59,05 S S 1.457,60 S S

267,99 S S 70,41 S S 55.47 S S 86,50 S S

412,Ol S N m 137,13 Ns S 105,58 S S 288,35 S S 126,05 S S 71,09 TD TD 89,60 S S

50,85 S S

330,70 S S 306,33 S S 155,91 S S

300,87 TI) TD 995,87 S S

52,91 TD TD 131,25 TD TD

178,04 Ns N~BTHI 6663 TD TD

309,03 S S 977,94 S S 374,94 s N m 132,40 Ns S 5 1,37 Ns NTH,

842,18 Ns S 91,27 Ns S

200,lO Ns Nsmm 215,84 Ns N m 621,47 S N m

Page 153: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran 5. Lanjutan .....

SL Luas (Ha) Sistem Pemeliharaan Land-use

Gembala Kandang 133 SemaWrerumputan 571,98 S NTHI 134 Hutan 1.476,68 TD TD 135 SemaWremmputan 131,84 S S 136 Tegalan 1.139,87 S S 137 Hutan 294,45 TD TD 138 Tegalan 226,82 S S 139 Tegalan 397,46 S Nm, 140 SemaWrerumputan 80,32 S S 141 Tegalan 198,24 S NTHI 142 Hutan 364,78 TD TD 143 Tegalan 75,84 S S 144 Hutan 53,41 TD TD 145 SemaWrerumputan 74,91 S S

146 Tegalan 319,12 S S

147 Tegalan 34532 S S 148 SemaWrerumputan 125,69 S NTH] 149 SemaWrerumputan 750,06 S S

150 Hutan 600,61 TD TD 151 SemaWrerumputan 76,06 S S 152 Tegalan 1.238,30 S S 153 Hutan 991,97 TD TD

154 Tegalan 619,32 S Nrtn 155 Hntan 594,lO TD TD

156 SemaWrerumputan 758,99 Ns 157 Kebun campur 285,52 S NTIII 158 Hutan 129,02 TD ' T D 159 Hutan 776,07 TD TD 160 Hutan 107,68 TD TD

161 Kebun campur 67,58 Ns Nsm~i, 162 Hutan 76,39 TD TD 163 Hutan 180,18 TD TD

164 Hutan 61,69 TD TD 165 SemaWrerumputan 172,43 S Nnn

SL Land-use Luas (Ha) Sistem Pe~neliharaan Gembala Kandang

166 Tegalan 426,87 S N m Tegalan SemaWremmputan Tegalan Tegalan Tegalan Tegalan Tegalan Sawah Semaklrerumputan Sawah Tegalan Sawah

Tegalan

SemaWrerumputan Sawah

Tegalan Tegalan SemaWrerumputan SemaWrerumputan

Tegalan SemaWrerumputan

Tegalan Sawah Semakkerumputan Tegalan SemaWrerumputan

Sawah Tegalan Tegalan Sawah Tegalan

Page 154: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran 5. Lanjut an.....

SL Sistem Pemeliharaan

Land-use Luas ma) Gembda Kandang

199 SemMremmputan 1.745,99 S S

Kebun campur

Hutan

Hutan

Kcbun campur

Kebun campur

Tegalan

Hutan

Hutan

Hutan

Tegalan

Tegalan

ScmaUremmpotatl

Hutan

Hutan

Hutan

X.3

Hutan

Kebun campur

Tegalan

Tegalan

'l:cgalan

Hutan

Kebun campur

Hutan

Sem&remmputan

Hutan X . 1

Sawvali

SL Land-use Sistem Pemeliliaraan Luas ma) Gernbala Kandang

232 Kebun campur 296,04 Ns N*m,

Kcbun catnpur

Tegalan Hutan

SemaUremmputan

Kebun campur

Hutan

Tegalan

Sawah

Tegalan

Sawah

Kebun campur

Kebun campur

SemaWremmputan

Tegalan

Hutan

'regalan

Kebun campur

Kebun campur

Hutan

Hutan

Kebun campur

Hutan

Hutan

Hutan

Hat an

Hutan

Hutan

Kebun campur

Hutan

Tegalan Sawah

Sawah

Page 155: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampirons. Lanjutan .....

Sistern Perneliharaan - SL Land-use Luas (Ha) Gembala Kandan::

265 Kcbun campur 217.54 S Nnr,

266 Kebun campur

267 Kcbun campur 268 Hutan

269 Sawah

270 Sawah

271 Sawah

272 Kebun campur

273 Hutan

274 Hutan

275 Semaklremmputan

276 Kebun canlpur

277 Kebun campur

278 Sawah

279 Sawah

280 Kebun campur

281 Semaklremmputan

282 Sawah

283 Kebun campur

284 Sawah

285 Semaklremmputan

286 Semaklremmputan

287 Kebun campur

288 SemaWremmputan

289 Hutan

290 Kcbun calnpur

291 Kcburl camper

292 Semaklremmputan

293 Kebun campur

294 SemaWremmputan

295 Kebun campur 296 Hutan

297 Kebun campur

- - $1. Land-use Sistem Pemeliharaan

Luas Gembala Kandang 298 llntan 228,92 'TD TD

SemaWremmputml

Semaklremmputan Kebun carnpur

Kebun campur

SemaWrerumputan

Kebun campur

Semaklremmputan

Kebun campur

Kebun campur

Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Ilutan

Kebun campur

Hutan

Hutan

Sawah

Semaklremmputan

SemaWremmputan

SemaWremmputan

SemaWremmputan

Kebun campur

Kcbun campur

ScmaWrcmmpetan

Kebun campur

SemaWrerumputan

Kebun campur

Sawah

Semaklremmputan Kebun campur

Sawah

Page 156: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Sistem Pemeliharaan SI. Land use Luas (Ha) Gembala Kandang

-

33 1 Kebun campur

332 Sawah

333 SemaWrerumpulan 334 Hutan

335 Kebun campur

336 l lulan

337 Kebun campur

338 Hutan

339 Sawah

340 Tegalan

341 Sawah

342 iAwan 343 Hutan

344 Hutan

345 Awan

346 Tegalan

347 Tegalan

348 SemaWrerumputan

349 Sawah

350 Awan

351 Awmi

352 Tegalan

353 Sawah

354 Sawah

355 SemaWremmputan

356 ScmaWrerunlputan

357 Tegalan

358 Hutan

359 X 1

360 Sarvall

361 Sawah 362 Pemukiman

363 Pemukiman

Sistem Pemeliharaan Land use Luas (Ha) Gembala Kandang

A~van 524,35 Ns N * ~ I

Awan 1

Hutan Hutan

A~van

Awan

Hulan

Hutan

Sawah

Hutan

Hutan

SemaWrcrumputan

Awan

Tegalan

Tegalan

Tegalan

X. 1

Awan

Tegalan

Tegalan

Hutall

Hutan

Hutan

Hutan

Tegalan

Awan

Awan

Awan

Awan

sa\va11

Hutan Hutan

Hutan

Page 157: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran 5. Lanjutan.. ...

SL Sistem Pemeliharaan

Land-use Luas (Ha) Gembala Kandang

397 Tezalan 52,32 Ns Ns&m 398 ~ega lan 70,93 Ns NSBTHI 399 Tegalan 423,56 Ns Nsem 400 Tegalan 1.494,91 Ns N s m 401 Tegalan 603,20 Ns Ns, 402 Tegalan 423,60 Ns N ~ & ~ ~ 403 Tegalan 45 1,43 Ns N , ~ I I I 404 Teealan 616.16 Ns Na.-

407 Hutan 1.086,77 TD TD 408 Tegalan 59,42 Ns %m 409 Awan 115,67 Ns Ns, 410 Tegalan 394,72 Ns Nsam 41 1 Tegalan 286,03 Ns N~BTHI 412 Sawah 639,94 Ns N s & ~ 413 Sawah 414 Tegalan 415 Awan 416 Awan 417 Awan 418 Tegalan 419 Tegalan 420 Awan 421 Hutan 422 Awan 423 Hutan 424 Hutan 425 Hutan 426 Sawah 427 Hutan

SL Land-use Luas (Ha) Sistem Pemeliharaan Gembala Kandang

430 Kebun campur 234,20 Ns Nemm 431 Hutan 432 Tegalan 433 Tegalan 434 Hutan 435 Hutan 436 Hutan 437 Hutan

Hutan 56,86 Tegalan 953,47 Sawah 197,12 Awan 118,12 Tegalan 77,12 Tegalan 76,lO Huhn 52,25 Lahan terbuka 171,25 Kebun campur Kebun campur SemaWrerumputan Tegalan Hutan SemaWrerumpntan Hutan Tegalan Semakherumputan SemaMrerumputan Tegalan SemaWrerumputan SemaMrerumputan Kebun campur SemaWrerumputan - .

I 428 Awan 572;20 Ns Nsam 429 Sawah 67,34 Ns N ~ ~ T H I Grand Total 21 8.700,70 -

Keterangan: S = Sesuai s = Faktor penghambat terrain (kelerengan dan atau elevasi) N = Tidak sesuai THI = Faktor penghambat Ternpeuatzo.e Hirmidity Index

Page 158: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

Lampiran '. Kriteria Kesesuaian Lahan Beberapa Tanaman Sumber Hijauan Makanan Temak

6.a. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah (Olyza saliva)

Kualitasl Karakteristik Kelas Kesesuaian Lahan

Lahan S 1 S2 S3 N Temoeratur: ( t c ) - Rata-rata tahunan ( " c ) 24-29 229-32 >32-35 >35

22-124 18-Q2 4 8 Ketersediaan Air ( w a ) - Bulan Kering (<100mm) < 3 3-<Y 9-9,5 >9,5

- Curah hujadtahun (mm) 2 1500 1200-1500 800-<I200 <SO0

Media Perakaran ( TC

- Drainase Terhambat Terhambat Sedan& haik Cepat, kasar, sangat sanzat cepat,

- Tekstur Halus, agak halus, scdang, agak kasar

kasar

- Kedalaman efektif (cm) 250 40-50 25-40 0 5

Gambut - Ketebalan (cm) <lo0 100-150 2150

- Kematangan

Retensi hara - KTK

- pH

- C-organik Toksisitas - Alkalinitas/ESP Hara Tersedia - N Total

- p205 - K,O

- Saprik Hemik Hemik-saprik, fibrik

Bahava erosi ( eh )

- Lereng (%) 3-8 28-15 215

Bahava baniir ( b ) - Genangan FO-1 F2 F3 >F4

Penviaoan lahan ( IP ) - Batuan permukaan ( % ) <3 3-15 215.40 240

- Singkapan batuan (%) <2 2-10 210-25 >25

Sumber: LREP 11 (1994)

Keterangan: Saprik+, hemik+, fibrik+ = Saprik, hemik, fibrik dengan sisipan bahan mineml/pengkayaan

Page 159: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.b. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Padi Gogo (Oiyza sativa)

KualltasIKarakterist Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: ( tc ) - Rata-rata tahunan ( OC ) 20-27 >27-30 >30-35 >3 5

- 18-40 16-4 8 116 Ketersediaan Air ( w a ) - Bulan Kering (<100rnm) < 5-8 >8-8,5 >8,5-9 >9 - Curah hujanltahun (mm) > 1500 1000-1500 750-<lo00 <750 Media Perakaran ( r c ) - Drainase Baik, sedang Terhamhat, agak Sangat terhambat, Cepat

terhamhat agak cepat -Tekstur SCL, Sil, Si, SL, L, SC, C LS, Sic, StrC Kerikil, pasir

CI, SiCL kerikil - Kedalaman (cm) >60 40-60 20-<40 R O

- Ketebalan (cm) a 0 0 100-150 >I50 - Kematangan Saprik Hemik Hemik-saprik,

fibrik Retensi hara ( n r ) - KTK (cmolkg) 17-24 5 - 4 6 <5 .

- pH 25,O-6,0 >6,0-7,0 27,O-8,5 >8,5 - 4,s-5,0 4,O-<4,5

- C-organik ( % ) - - - - Toksisitas (XC)

- AlkalinitasfESP ( % ) - - - Hara Tersedia ( n ) -N Total ( % ) - >0,1 <O, 10 - - - Pzos (mg/100gr 24 1 10-40 4 0 - - K20 (mg/lOOgr 3 0 <I0 - Bahaya erosi ( e h ) - Lereng ( % ) <3 3-8 >8-15 >15 Bahava baniir ( b ) - Genangan FO-1 F2 F3 >F4 Penviapan lahan ( I P ) - Batuan permukaan ( % ) <3 3-15 >15-40 >40 - Singkapan batuan ( % ) R 2-10 >lo-25 225

Sumber: LREP I1 (1994) Keterangan: Saprik+, hemik+, fibrik+ = Saprik, hemik, fibrik dengan sisipan bahan mineml/pengkayaan

Page 160: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.c. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Jagung (Zea mays)

ik Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: ( tc) - Rata-rata tahunan ( OC ) 20-26

Ketersediaan Air ( w a ) - Curah hujan (mm) 500-<I200

- Kelembaban Ketersediaan oksigen - Drainase Baik, agak

terhambat Agak cepat,

sedang Terhambat Sangat ter-

hambat, cepat Media Perakaran - Tekstur Halus, agak

halus, sedang <15 >60

Halus, agak halus, sedang

15-35 40-60

Agak kasar Kasar

- Bahan Kasar - Kedalaman tanah Gambut - Ketebalan - Ketebalan, jika - Kematangan Retensi hara - KTK liat - Kejenuhan basa - pHHz0

60-140 140-200

Saprik, hemiki

>200 >400 Fibrik

( nr) (cmol) ( % )

- C-organik Toksisitas - Salinitas Sodisitas - AlkalinitasIESP Hara Tersedia - N Total - p 2 4 - K,O Bahaya sulfidik - Kedalaman Bahaya erosi - Lereng - Bahaya erosi Bahaya banjir - Genangan Penyiapan lahan - Batuan

( % ) >0,4 ( x c ) (dslm) 14 (4 ( % I <15 ( n )

20,21 (m.S/lOogr) 260 (mg/lOOs) 22 1

( X S )

( c m ) >loo ( e h ) (%) <3

Sangat rendah (fh)

FO ( I P ) ( % ) <5

03-Agust Rendah, sedang

>8-25 Berat

>25 Sangat berat

Mei- 1 5 Mei-15

. .

- Sin&apan ( % ) <5 Sumber: PPT (2003)

Page 161: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.d. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Ubi Jalar (Ipomea batatas)

ik Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

- Rata-rata tahunan ("c) 2 2 4 5 25-30 >30-35 >35 20-22 18-QO <I8

Ketersediaan Air ( w a ) - Curah hujan (mm) >800-1500 600-800 400-400 4 0 0

1500-2500 >2500-4000 >4000 - Lama bulan kering (bln) <3 3-4 >4-6 >6 - Kelembaban saat (%) <75 75-85 >85 panen

Media Perakaran ( r c ) - Drainase Baik, agak Agak cepat, Terhambat San, oat ter-

terhambat sedang hambat, cepat - Tekstur Agak halus, Ealus, agak Kasar

kasar - Bahan Kasar ( % ) <15 15-35 35-55 - Kedalaman tanah ( cm ) >75 50-75 20-50 0 0 Gambut - Ketehalan (cm) <60 60-140 140-200 >200 - Ketebalan, jika (cm) <I40 140-200 200-400 >400

sisipan bahan mineral

- Kematangan ~ a ~ r i k + Sa~rik. hemikt ~emikfibrik' Fihrik Retensi bara ( nr ) - KTK liat (cmol) >16 516 - Kejenuhan basa (%) 235 20-35 0 0 - pHH20 >5,2-8,2 4,s-5,2 <4,8 .

8,2-8,4 >8,4 - C-organik ( % I >2 1-2 <I Toksisitas (XC)

- Salinitas 0 3-6 >6-10 >I0 Sodisitas (m) - AlkalinitasESP (%) 4 5 15-20 >20-25 225 Bahaya sulfidik ( X S ) - Kedalaman sulfidik ( cm ) >lo0 75-100 40-<75 4 0 Bahaya erosi ( eb - Lereng ( % I <8 5-18 >16-30 >30 - Bahaya erosi Sangat rendah Rendah-sedang Berat - Bahaya banjir (fh) - Genangan FO - F1 >F1 Penyiapan lahan ( I P )

Batuan (%) <5 5-15 >I540 240 Singkapan (%) <5 5-15 >15-25 >25

Page 162: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.e. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kacang Hijau (Phaseolus radiatus LINN)

k u a l ~ t a s l ~ a r a k t e n s t Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

TemDeratur: ( t c ) - Rata-rata tahunan ("c) 12-24 24-27 27-30 >30

10-12 8-10 < 8 Ketersediaan Air ( w a ) - Curah hujan (mm) 350-600 600-1.000 >I000 R 5 0

300-350 230-500 <300 -Kelembahan ( % ) 42-75 36-42 30-36 <30

75-90 >90 Ketersediaan oksigen ( oa ) - Drainase Baik, agak Agak cepat, Terhambat Sangat ter-

terhambat sedang hambat, cepat Media Perakaran ( rc) - Tekstur Halus, agak agak kasar Kasar

halus, sedang - Bahan Kasar ( % <I5 15-35 35-55 >55 -Kedalaman tanah ( c m ) >75 50-75 20-50 R O Gambut - Ketebalan (cm) <60 60-140 >140-200 >ZOO - Ketebalan, jika ada (cm) 4 4 0 140-200 >200-400 >400

sisipan bahan mineral Ipengkayaan

- Kematangan Sa~rik' Saorik, hemikl ~emikfibrik' Fibrik Retensi hara - KTK liat (N) >16 516

-Kejenuhan basa (cmol) >50 35-50 135 -pH H20 ( % 5,6-7,6 5,4-5,6 <5,4

7,6-8,0 >8,0 - C-organik ( % I <1,2 0,s-1,2 <0,8 Toksisitas ( X C ) - Salinitas (dslm) <I 1-1,5 1,5-2 >2 Sodisitas (m) - AlkalinitasIESP <S 5-8 8-12 >I2 Bahava sulfidik ( X S )

- Kedalaman sulfidik ( cm ) >lo0 75-100 40-75 <40 Bahava erosi ( eh - Lereng (%) <8 8-16 16-30 230 -Bahaya erosi Sangat rendah Rendah, sedang Berat Sangat berat Bahava baniir (fi - Genangan FO F1 >F 1 Penvia~an lahan ( I P ) - Batuan permukaan ( % ) <5 5-15 >15-40 >40 - Singkapan batuan (%) <5 5-16 >15-25 >25

Page 163: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6..f. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Rumput Gajah (Penniselurnpurpureum )

kualitasl~arakterist Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 N . - -.

Temoeratur: ( t c ) . .

- Rata-rata ("c) 20-28 18-RO 16-48 <I6 - 28-30 >30-38 >38

Ketersediaan Air (wa - Curah (mm) 1700-2000 1400-<I700 1100-4400 ill00

2000-3000 >3000-5000 Xi000 - Kelembaban ( % ) <65 65-75 >75-85 4 5 Media Perakaran ( rc) - Drainase Baik,agak ter- Agak cepat, Terhambat Sangat

Halus, agak - Kasar - Tekstur <15 Kasar, sangat

150 15-35 >35-55 >55

- Bahan Kasar ( % ) <60 >50 30-50 230 - Kedalaman ( c m 440 Gambut 60-140 >140-200 >200 - Ketebalan (cm) 140-200 >200-400 2400 - Ketebalan, jika (cm) Saprik - Kematangan Saprik, hemik Hemik,fibrik Fibrik Retensi hara ( n r ) - KTK liat (cmol) >16 S16 - - - Kejenuhan basa ( % ) 250 35-50 <35 - pH H20 >5,8-7,0 5,5-5,8 <5,5 -

7,O-7,5 >7,5 - - C-organik (96) >0,4 S0,4 Toksisitas ( X C ) - Salinitas (dslm) <4 4-6 >6-8 >8 Sodisitas - AlkalinitasIESP ( % ) - - - - Bahaya sulfidik (m) - Kedalaman ( c m ) >I00 75-100 4047.5 <40 h h a v a erosi ( e h ) - Lereng (%) <8 8-46 16-30 >30 - Bahaya erosi Sangat rendah Rendah- Berat Sangat berat Bahaya baniir ( fh) - Genangan FO F1 F2 >F2 Penviapan lahan ( IP - Batuan ( % ) <5 5-15 >15-40 >40 - Singkapan ( % ) <5 5-16 >15-25 >25

Page 164: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

g g. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Rumput Setaria (Setaria spachelata)

ik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan S 1 S2 S3 N

Ketersediaan - Drainase Baik, agak ter-

hambat Agak cepat,

sedang Terhambat Sangat ter-

hambat, cepat Ketersediaan Air - Curah

- Kelembaban Media Perakaran - Tekstur Halus, agak

halus, sedang, agak kasar

4 5 >50

Kasar, sangat halus

Kasar

- BahanKasar - Kedalaman Gambut - Ketebalan - Ketebalan, jika

sisipan bahan mineral

- Kematangan Retensi hara - KTK liat - Kejenuhan basa - pHH20

( m ) (cmol) ( % )

Saprik >16 >50 5,8-7,0

>0,4

<4

Saprik, hemik $16 35-50 5,s-5,8 7,O-7,s 50.4

Fibrik

- C-organik Toksisitas - Salinitas Sodisitas - AlkalinitasfESP Bahava sulfidik - Kedalaman Bahava erosi - Lereng - Bahaya erosi Bahava baniir - Genangan Penviavan lahan - Batuan - Singkapan

75-100

8 - 4 6 Rendah-

F 1

5-15

Page 165: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.h. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Padang Penggembalaan (Pasture)

kua l i t a s l~arak te r i s t Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

Temoeratur: ( t c ) - Rata-rata tabunan ( OC ) 20-30 230-35 >35-40 >40

18-RO 1 2 4 8 <12 Ketersediaan Air ( w a ) - Bulan Kering (<75mm) < 2 02-Mar >3-6 >6

Curah (mm) 1500-4000 >4000-5000 25000-6000 >GOO0 1000-<I500 400-<lo00 4 0 0

- LGP (hari) >330 300-330 180-300 <I80 Media Perakaran ( - Drainase tanah Agak terhambat, Agak cepat, Sangat Sangat cepat

sedang, baik terhambat terhambat, cepat - Tekstur SL, L, SCL, Sil, LS, STr C S, Sic, C Kerikil

Si, SC, CI, - Kedalaman efektif (cm) >3 0 20-<30 15-RO <15 - Gambut

a. Kematangan Td b. Ketebalan (cm) Td

Retensi hara ( f ) - KTK > Sedang Rendah Sangat rendah Td - pH tanah 5,O-6,5 >6,5-7,0 >7,0-8,5 >8,5

- 4,5-4,9 <4,5 - C-organik ( % f - Keearaman ( c ) - Salinitas (mmhoslc <3 3-5 25-10 >10 Toksisitas ( X C )

- Kejenuhan Al (96 Kedalaman (cm) >50 40-50 35-40 23 5

Hara Tersedia ( n ) - N Total ( % ) ?0,2 1 0,lO-0,20 <O, 10 - - pzos ( m g / l o o ~ ) 24 1 21-40 5 20 - K 2 0 (mdloogr) 22 1 10-20 <lo

- Kemudahan oeneelolaan ( p ) - Sangat kern, Berkerikil, - Konsistensi,besar sangat teguh, berbatu

butir sangat lengket Bahava baniir ( b FO F1 F2 tF3 TerraidF'otensi ( s/m ) mekanisasi - Lereng (%) <3 3-8 >8-15 >30

Batuan ( % ) <3 3-15 >I540 >40 - Singkapan batuan ( % ) R 2-10 >lo-25 225 Tingkat bahava erosi ( e ) SR R S B Sumber: LREP I1 (1994) di dalam Hardjowigeno & Widiatmaka (2001) Keterangan: Td = Tidak berlaku Si =Debu S = Pasir L =Lempung S T C = Liat bentmktur Liat masif = Liat dari type 2: 1 (venix

Kedalaman tanah untuk penentuan tekshlr, KTK, C-organik, AI,N, P205, dan K20 disesuaikan dengan zone perakaran tanaman yang dievaluasi.

Page 166: Analisis potensi sumberdaya lahan untuk …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43835/1/2007mma.pdf · Analisis yang digunakan melalui pendekatan penginderaan jauh (inderaja),

6.i. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Leguminosa

ik Kelas Kesesuaian Lahan Lahan S1 S2 S3 N

Temueratur: ( tc )

Ketersediaan Air - Curah

- Kclembaban Ketersediaan - Drainase Baik, agak

terhambat Agak cepat,

sedang Terhambat Sangat

terhambat, Media Perakaran - Tekstur Halus, agak

halus, sedang, agak kasar

<15 >75

Kasar Kasar

- BahanKasar - Kedalaman

- Ketebalan - Ketebalan, jika

ada sisipan mineral

- Kematangan Fibrik Saprik, hemik+ Retensi hara - KTK liat - Kejenuhan basa - pH H20

( nr) (cmol) ( % )

- C-organik Toksisitas - Salinitas Sodisitas - AlkalinitasESP Bahava sulfidik - Kedalaman Bahava erosi - Lereng - Bahaya erosi Bahava baniir - Genangan Penviauan lahan - Batuan

8 - 4 6 Rendah-

130 Sangat berat

- Sin~kapan ( % ) <5 5-15 >15-25 >25 Sumber: PPT (2003)

Keterangan: Sap&+, hemik+, tibrik+ = Saprik, hernik, fibrik dengan sisipan bahan minerallpengkayaan