ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN...

119
ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2011-2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Disusun Oleh: Putri Ramadhani Utami 11140840000063 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H/2018

Transcript of ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN...

Page 1: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN

KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2011-2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh:

Putri Ramadhani Utami

11140840000063

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1440 H/2018

Page 2: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

ii

Page 3: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

iii

Page 4: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

iv

Page 5: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

v

Page 6: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Putri Ramadhani Utami

2. Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 7 Februari 1996

3. Alamat : Perumahan Sarana Indah Permai

Jl Arumdalu II A5 No.14

rt 01/08, Kelurahan Kedaung,

Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan 15415

4. Telepon : 085772110900

5. Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. SDN 1 Ciputat Tahun 2002-2008

2. MTSN 3 Jakarta Tahun 2008-2011

3. MAN 4 Jakarta Tahun 2011-2014

4. UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2014-2018

III. Pengalaman Organisasi

1. Staff Divisi Humas dan Media HMJ IESP Tahun 2014-2015

2. Sekretaris KPPS FEB Tahun 2015-2016

IV. Latar Belakang Keluarga

1. Ayah : Kasno

2. Ibu : Saniah

3. Alamat : Perumahan Sarana Indah Permai

4. Jl Arumdalu II A5 No.14

rt 01/08, Kelurahan Kedaung,

Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan 15415

5. Anak ke : 3 (tiga) dari 3 (tiga) bersaudara

Page 7: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

vii

ABSTRACT

This study aims to identify sectors of regional economic potential that

affects economic growth, to classifying conditions of economics growth, to find

out the level of income inequality between regencies/cities and the correlation

with economic growth.

The secondary data in this study period 2011 – 2015 sourced from BPS

Banten and BPS regencies/cities in Banten. While analysis method that used in

this study is analysis Location Quotient (LQ), Klassen Tipology, Williamson

Indeks, and Pearson Correlation.

The results indicates that eight regencies/cities in Banten have different

base sectors. These base sectors is a regional economic potential that affects

economic growth. Base sectors owned by regencies/cities in Banten Province are

dominated by the Education Services Sector which consists of 5 districts/cities.

Klassen Tipology showed that only 1 regency/city are included in developed areas

and 4 regencie/cities are included in undeveloped areas. Income inequality in the

regencies/cities in Banten is high (> 0.5), which the result analysis of Williamson

Index is 0,7667 in 2011 and 0,7774 in 2015. Perason Correlation between

economic growth with income inequality showed a negative correlation, with a

correlation of 78,3%.

Keywords: Base Sector, Income Inequality, Location Quotient (LQ), Klassen

Tipology, Williamson Indeks, Pearson Correlation.

Page 8: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor potensi

ekonomi daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,

mengklasifikasi kondisi pertumbuhan ekonomi, mengetahui tingkat ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota dan hubungannya dengan pertumbuhan

ekonomi.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari BPS

Provinsi Banten dan BPS Kabupaten/Kota di Provinsi Banten kurun waktu 2011-

2015. Kemudian dianalisis dengan Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen,

Indeks Williamson, dan Korelasi Pearson.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa delapan kabupaten/kota di Provinsi

Banten memiliki sektor basis yang berbeda. Sektor-sektor basis tersebut

merupakan potensi ekonomi masing-masing daerah yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor basis yang dimiliki kabupaten/kota di

Provinsi Banten di dominasi oleh Sektor Jasa Pendidikan yaitu terdapat di 5

kabupaten/kota. Sedangkan tipologi klassen menunjukan hanya 1 kabupaten/kota

yang termasuk daerah yang maju (Kuadran I) dan 4 kabupaten/kota termasuk

daerah relatif tertinggal (Kuadran IV). Ketimpangan pendapatan antar kabupaten/

di Provinsi Banten tergolong tinggi (>0,05) yaitu dengan analisis Indeks

Williamson sebesar 0,7667 tahun 2011 dan sebesar 0,7774 tahun 2015. Korelasi

pearson pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan menunjukan

hubungan yang negatif, dengan korelasi 78,3%.

Kata Kunci: Sektor Basis, Ketimpangan Pendapatan, Location Quotient (LQ),

Tipologi Klassen, Indeks Williamson, Korelasi Pearson.

Page 9: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat, dan kasih sayanng-Nya

serta Hidayah-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan skrripsi ini dengan judul : “ANALISIS POTENSI EKONOMI

DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA DI

PROVINSI BANTEN TAHUN 2011-2015”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat agar mencapai

gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

mendapatkan banyak bantuan dari semua pihak. Dengan ketulusan hati penulis,

mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis, mama dan papa terimakasih atas segala

pengorbanan, doa dan dukungan, serta kasih sayang yang tiada henti

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

yang selalu memberikan arahan serta ilmu yang bermanfaat didalam dan

diluar perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Arisman, M.Si selaku dosen pembimbing, terimakasih atas segala

waktu, arahan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga bapak selalu diberikan rahmat kesehatan keberkahan oleh Allah

SWT.

4. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan, serta jajaran karyawan

dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

pelayanan selama perkuliahan dan membantu proses sistematis dalam

penyelesaian skripsi.

Page 10: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

x

5. Sahabat-sahabat terbaik selama perkuliahaan, Wini dan Yunita.

Terimakasih atas canda tawa, suka maupun duka selama ini. Terimakasih

atas segala bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi. Semoga kita selalu senantiasa di ridhoi Allah SWT.

6. Sahabat-Sahabat terbaik #9 Anti, Layna, Adzkiya Sifa, Fildza, Novi, liesa,

Mila. Terimakasih selalu memberikan semangat, dukungan dan doanya

kepada penulis.

7. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, terimakasih telah mewarnai

hari-hari penulis selama perkuliahan semoga Allah SWT selalu

memberikan kesuksesan di kehidupan kita.

8. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

umumnya bagi kita semua. Dengan segala kerendahan hati, penulis butuh

kritik dan saran yang membangun, karena skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, 29 September 2018

Putri Ramadhani Utami

Page 11: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

D. Manfaat penelitian ................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ................................................................................. 10

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ................................ 10

2. Pembangunan Ekonomi Daerah ................................................. 12

3. Produk Domestik Regiona Bruto (PDRB) ................................. 12

4. Teori Basis Ekonomi .................................................................. 14

5. Tipologi Klassen ........................................................................ 16

6. Ketimpangan Wilayah ................................................................ 17

7. Faktor Adanya Ketimpangan Wilayah ....................................... 18

8. Ukuran Ketimpangan Wilayah ................................................... 20

Page 12: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xii

B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22

C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 27

D. Hipotesis ........................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 29

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 29

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 30

D. Metode Analisis Data ....................................................................... 31

1. Analisis Location Quotient (LQ) ............................................... 31

1.1 Surplus Pendapatan .............................................................. 32

2. Analisis Tipologi Klassen .......................................................... 33

3. Analisis Indeks Williamson ....................................................... 35

4. Analisis Korelasi Pearson .......................................................... 36

E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 36

1. Potensi Ekonomi Daerah ............................................................ 36

2. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................... 37

3. Poduk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................................. 37

4. Sektor-sektor Ekonomi............................................................... 37

5. Ketimpangan Pendapatan antar Daerah ..................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 39

1. Keadaan Geografis ..................................................................... 39

2. Wilayah Administratif ................................................................ 40

3. Demografi .................................................................................. 41

4. Kondisi Perekonomian ............................................................... 43

B. Hasil dan Pembahasan...................................................................... 47

1. Analisis Location Quotient dan Surplus Pendapatan ................. 47

2. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Tipologi Klassen) ..... 58

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota Provinsi

Banten (Indeks Williamson) ...................................................... 61

4. Hubungan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

Pendapatan Antar Kabupaten/Kota (Korelasi Pearson) ............. 63

Page 13: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67

LAMPIRAN ................................................................................................. 70

Page 14: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xiv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dengan 4

Provinsi Lainnya di Pulau Jawa Tahun 2011-2015 (persen)

1.2 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 5

ADH Konstan (persen), 2011-2015

1.3 Rata-rata PDRB Per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi 7

Banten Tahun 2011-2015 (rupiah)

3.1 Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah 34

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa 41

Pada Wilayah Administrasi di Provinsi Banten Tahun 2015

4.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Kabupaten/ 45

Kota Di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (persen)

4.3 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Provinsi Banten ADHK 46

2010 Menurut Lapangan Usaha 2011-2015 (persen)

4.4 Sektor-sektor Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 48

Tahun 2011-2015 Berdasarkan Analisis LQ

4.5 Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per 59

Kapita Provinsi Banten Tahun 2011-2015

4.6 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah Provinsi 60

Banten Tahun 2011-2015

4.7 Indeks Williamson antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten 61

Tahun 2011-2015

4.8 Hasil Korelasi Pearson antara Indeks Williamson dan Laju 63

Page 15: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.2 Kerangka Pemikiran 27

4.1 Peta Provinsi Banten 39

4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Banten Tahun 2011-2015 42

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi 43

Banten Tahun 2015

4.4 PDRB Per Kapita ADHB di Provinsi Banten Tahun 44

2011-2015 (juta rupiah)

4.5 Rata-rata PDRB Per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi 62

Banten Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Page 16: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

PDRB ADHK 2010 Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2011-2015 (juta rupiah) ........................................................................ 70

PDRB ADHK 2010 Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi

Banten MenurutLapangan Usaha Tahun 2011-2015 (juta rupiah) .............. 71-78

PDRB Per Kapita ADHB Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2011-2015 .............................................................................................. 79

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun

2011-2015 ......................................................................................................... 79

Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2010 Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Banten Tahun 2011-2015............................................................... 80

Lampiran II

Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Masing-masing

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 ............................... 81-88

Lampiran III

Hasil Perhitungan Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian

Pada Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ......................... 89-96

Lampiran IV

Hasil Perhitungan Tipologi Klassen Pendekatan Wiayah di Provinsi

Banten Tahun 2011-2015 .................................................................................. 97

Lampiran V

Hasil Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2011-2015 ....................... ...98-102

Lampiran VI

Korelasi Pearson antara Indeks Williamson dan Laju Pertumbuhan ......... 103

Page 17: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah keharusan jika suatu

negara atau daerah ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

penduduknya, dalam artian penduduk dalam kondisi tidak miskin,

memiliki perekonomian yang cukup sehingga dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginannya. Secara umum, pembangunan ekonomi diarahkan agar

pendapatan masyarakat naik secara terus menerus yang di ikuti dengan

pemerataan yang sebaik mungkin. Akan tetapi pembangunan ekonomi

tidak hanya terfokus pada aspek ekonomi saja, melainkan proses

multidimensional yang mencakup perubahan-perubahan besar dalam

struktur sosial, berupaya untuk mengurangi dan menghapus kemiskinan,

ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau upaya untuk

menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk yang lebih merata (Todaro,

2006).

Berbicara mengenai pembangunan ekonomi, tidak terlepas

hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pertumbuhan

ekonomi merupakan meningkatnya kemampuan suatu perekonomian

dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Selain itu, menunjukkan

sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan

pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu (Sukirno,

2006:423). Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan meningkatnya

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan Nasional.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi dapat

dilihat dari segi pertumbuhan ekonominya maupun dari kontribusi sektor-

sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut. Menurut

Pramulyawan (2010:16) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi

yaitu dengan membandingkan pendapatan dari berbagai tahun yang

dihitung berdasarkan harga berlaku atau harga konstan, perubahan dalam

Page 18: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

2

nilai pendapatan di setiap tahun tersebut disebabkan oleh perubahan dalam

tingkat kegiatan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami

perubahan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari

pada yang dicapai pada waktu sebelumnya. Maka dari itu keberhasilan

pembangunan ekonomi sering diidentikan dengan tingkat petumbuhan

ekonomi.

Rencana pembangunan di Indonesia meliputi rencana

pembangunan nasional dan rencana pembangunan regional. Dengan kata

lain pembangunan ekonomi bukan hanya menjadi agenda pemerintah

pusat saja, melainkan suatu daerah juga melaksanakan pembangunan

daerah, sebab daerah adalah bagian integral dari suatu negara. Dalam

konteks daerah pembangunan ekonomi merupakan serangkaian kegiatan

yang dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat dalam mengelola

dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di daerah tersebut.

Kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola

daerahnya akan berjalan secara optimal karena ditunjang oleh pelaksanaan

otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya undang-undang tentang

Pemerintahan Daerah yaitu UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun

2004 yang telah direvisi menjadi UU No. 23 Tahun 2014, dan juga

undang-undang tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah

dan Pemerintah pusat yaitu UU No. 25 Tahun 1999 yang telah direvisi

menjadi UU No. 33 Tahun 2004. Dengan adanya undang-undang tersebut

merupakan salah satu upaya Pemerintah Pusat dalam mendorong

percepatan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah

mempunyai kewenangan untuk mengelola daerahnya sendiri, menentukan

kebijakan dan program pembangunan apa yang akan dilaksanakan sebagai

upaya peningkatakan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan

perekonomian daerah dengan mempertimbangkan potensi, sumber daya,

dan faktor-faktor lain yang dimilikinya. Kebijakan dan program yang

dapat dilakukan yaitu dengan mengelola potensi sumber daya yang ada di

Page 19: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

3

masing-masing daerah (Dhyatmika, 2013). Untuk itu pemerintah daerah

diharapkan dapat mengidentifikasi, memanfaatkan, dan mengelola secara

efektif dan efisien potensi sektor-sektor unggulan dan sumberdaya yang

dimilikinya untuk dapat menunjang pertumbuhan maupun pembangunan

ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat (Saerofi, 2005) yang

menyatakan bahwa pembangunan daerah diarahkan agar sesuai dengan

kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang,

karena pemanfaatan ketersediaan sumber daya yang kurang optimal akan

terjadi apabila pelaksanaan pembangunan daerah kurang sesuai dengan

potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Oleh karena itu keadaan

tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi

daerah yang bersangkutan.

Salah satu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi

pertumbuhan ekonomi wilayah yaitu metode analisis basis ekonomi.

Analisis tersebut didasarkan pada teori ekonomi basis yang membagi

perekonomian suatu wilayah menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan

sektor non basis. Sektor basis merupakan sektor kegiatan ekonomi yang

tidak hanya berfokus dalam memenuhi kebutuhan sektor di wilayahnya

saja melainkan juga berorientasi ekspor ke luar batas wilayah

perekonomian yang bersangkutan. Sedangkan sektor kegiatan nonbasis

yaitu kemampuan menyediakan sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat

yang berada di dalam batas wilayah perekonomian saja. Oleh karena itu

analisis basis dapat dipergunakan pemerintah sebagai pedoman dalam

menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk

mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Provinsi Banten merupakan provinsi yang tidak terlepas dari

pelaksanaan otonomi daerah. Provinsi Banten menjadi Provinsi ke-28 di

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) setelah dilakukannya

pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 dengan

dikelurkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000

dan menjadi bentukan provinsi baru. Secara geografis Provinsi Banten

memiliki posisi yang strategis karena menjadi penghubung antara pulau

Page 20: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

4

Jawa dan pulau Sumatera, selain itu Provinsi Banten juga berdekatan

dengan Ibukota Negara (Jakarta) dan Provinsi Jawa Barat yang menjadi

wilayah yang potensial untuk memasarkan output produksi Provinsi

Banten. Sejak berpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 dan

berdiri menjadi provinsi baru, Provinsi Banten menjelma menjadi salah

satu kawasan tujuan investasi di Indonesia. Besarnya peluang investasi di

Provinsi Banten dikarenakan dukungan infrastruktur yang baik, seperti

adanya Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Merak,

Jalan Bebas Hambatan Jakarta - Merak, dan Jaringan Jalan Kereta Api.

Keberadaan faktor-faktor tersebut menjadi peluang agar sektor-sektor yang

dimiliki Provinsi Banten memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

Berikut pada Tabel 1.1 disajikan perbandingan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten dengan Provinsi Lainnya di Pulau Jawa Tahun 2011-

2015.

Tabel 1.1

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dengan

Provinsi Lainnya di Pulau Jawa Tahun 2011-2015 (Persen)

Provinsi Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta 6,73 6,53 6,07 5,91 5,91

Jawa Barat 6,50 6,50 6,33 5,09 5,05

Banten 7,03 6,83 6,67 5,51 5,45

Jawa Tengah 5,30 5,34 5,11 5,27 5,47

DI Yogyakarta 5,21 5,37 5,47 5,17 4,95

Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5,44

Nasional 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Banten dalam kurun waktu lima tahun yaitu selama periode 2011-2015,

menunjukan pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan

provinsi lain yaitu sebesar 7,03 persen ditahun 2011, kemudian ditahun

2012 sebesar 6,83 persen, ditahun 2013 sebesar 6,67 persen, ditahun 2014

sebesar 5,51 persen, dan ditahun 2015 sebesar 5,40 persen. Dalam kurun

Page 21: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

5

waktu lima tahun tersebut pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten

mengalami penurunan yang signifikan. Akan tetapi perekonomian Provinsi

Banten mampu tumbuh di atas pertumbuhan nasional. Hal ini menunjukan

bahwa perekonomian Provinsi Banten mengalami kemajuan walaupun

pertumbuhan ekonominya di setiap tahun menurun.

Selanjutnya perekonomian Provinsi Banten sejalan dengan

perekonomian daerah pada tingkatan di bawahnya yaitu kabupaten/kota.

Kontribusi setiap kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi Banten dapat di

lihat dalam Tabel 1.2

Tabel 1.2

Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten,

ADH Konstan (persen), 2011-2015

Kabupaten/Kota/Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015

Kabupaten Pandeglang 4,47 4,43 4,35 4,32 4,34

Kabupaten Lebak 4,59 4,51 4,50 4,51 4,52

Kabupaten Tangerang 21,35 21,21 21,16 21,12 21,08

Kabupaten Serang 12,36 12,19 12,12 12,10 12,04

Kota Tangerang 24,73 24,79 24,76 24,65 24,61

Kota Cilegon 16,39 16,53 16,53 16,38 16,26

Kota Serang 4,68 4,71 4,73 4,79 4,82

Kota Tangerang Selatan 11,43 11,63 11,85 12,13 12,32

Provinsi Banten 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Berdasarkan Tabel tersebut, presentase kontribusi terbesar terhadap

PDRB Provinsi Banten bertumpu pada tiga kabupaten/kota. Kota

Tangerang memiliki kontribusi tertinggi diantara kabupaten/kota lain yaitu

sebessar 24,7 persen ditahun 2011 dan 24,61 persen ditahun 2015.

Kemudian disusul oleh Kabupaten Tangerang sebesar 21,35 persen

ditahun 2011 dan 21,08 persen ditahun 2015, dan yang terakhir Kota

Cilegon sebesar 16,39 persen ditahun 2011 dan 16,26 persen ditahun 2015.

Page 22: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

6

Namun nampaknya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di

beberapa wilayah masih lebih memfokuskan pencapaian pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, akan tetapi capaian distribusi pendapatan belum bisa

dikatakan merata. Pada umumnya distribusi pendapatan yang merata

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut

merupakan salah satu strategi dan tujuan pembangunan nasional di

Indonesia. Maka dari itu permasalahan ketimpangan pendapatan menjadi

sebuah tantangan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi disuatu

wilayah termasuk Provinsi Banten.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten yang tumbuh

diatas pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011-2015 memang

menunjukan bahwa perekonomian Provinsi Banten mengalami kemajuan,

akan tetapi kemajuan ekonominya tidak diimbangi dengan adanya

distribusi pendapatan yang merata antar kabupaten/kota. Hal ini

mengindikasikan bahwa Provinsi Banten belum terlepas dari permasalahan

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota. Identifikasi awal adanya

ketimpangan pendapatan dapat dilihat dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Per kapita, sebab PDRB per kapita daerah merupakan salah

satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu

daerah. Semakin besar PDRB per kapita nya maka bisa diartikan semakin

baik tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya apabila

PDRB perkapitanya semakin kecil maka bisa diartikan semakin buruk

tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Berikut rata-rata PDRB Per kapita

kabupaten/kota di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 disajikan pada Tabel

1.3

Page 23: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

7

Tabel 1.3

Rata-rata PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota

di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Berdasarkan Tabel 1.3 di atas terlihat bahwa PDRB per kapita di

Provinsi Banten belum merata di seluruh kabupaten/kota. Ada

kabupaten/kota yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat tinggi,

dan ada pula yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat rendah

dan bahkan jauh di bawah rata-rata. Kabupaten/kota yang memiliki rata-

rata PDRB per kapita yang sangat tinggi diantaranya yaitu Kota Cilegon.

Sedangkan rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Lebak adalah yang

terendah di Provinsi Banten. Berdasarkan indikator PDRB per kapita

tersebut dapat dikatakan terdapat ketidakmerataan yang menyebabkan

terjadinya ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi

Banten.

Oleh karenanya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah

seharusnya tidak difokuskan hanya mencapai pertumbuhan eknomi yang

tinggi saja, melainkan distribusi pendapatan yang merata menjadi aspek

yang penting dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi. Pemerintah

pusat maupun pemerintah Provinsi Banten perlu melakukan beberapa

langkah strategis untuk menuntaskan permasalahan ini, meskipun pada

kenyataannya permasalahan ketimpangan pendapatan ini sulit untuk

dihilangkan, melainkan hanya bisa dikurangi. Pernyataan tersebut sejalan

No. Kabupaten/Kota Rata-rata PDRB Per kapita

1 Kabupaten Pandeglang 14.178.611,76

2 Kabupaten Lebak 12.623.960,97

3 Kabupaten Tangerang 25.914.101,61

4 Kabupaten Serang 32.242.570,33

5 Kota Tangerang 49.803.226,28

6 Kota Cilegon 157.206.582,89

7 Kota Serang 28.550.064,72

8 Kota Tangerang Selatan 30.900.819,98

Provinsi Banten 44.052.492,32

Page 24: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

8

dengan (Putra, 2011:3) yang menyatakan bahwa ketimpangan merupakan

permasalahan klasik yang dapat ditemukan dimana saja, oleh karena itu

ketimpangan tidak dapat dihilangkan, akan tetapi hanya bisa dikurangi

sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu

agar keselarasan dalam sistem tersebut tetap terpelihara dalam proses

pertumbuhannya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan

pendapatan merupakan permasalahan yang perlu diperhatikan karena

menyangkut kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu perlu dianalisis

lebih jauh mengenai hal tersebut, maka diambil judul “Analisis Potensi

Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan Kabupaten/kota di

Provinsi Banten Tahun 2011-2015”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja sektor-sektor potensi ekonomi daerah yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Banten?

2. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten/kota di

Provinsi Banten menurut Tipologi Klassen?

3. Apakah masih terdapat ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/kota

di Provinsi Banten? Seberapa besar ketimpangan tersebut?

4. Bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:

1. Untuk melakukan identifikasi sektor sektor potensi ekonomi daerah

apa saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/kota di Provinsi Banten.

2. Untuk melakukan klasifikasi kondisi pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Banten menurut Tipologi Klassen.

3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan

antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten.

4. Untuk mengetahui hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten.

Page 25: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

9

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam

mengambil kebijakan pengelolaan potensi ekonomi daerah agar dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan

antar daerah.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih

lanjut dalam aspek yang sama maupun aspek yang berhubungan.

Page 26: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah

dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, memiliki berbagai definisi

yang berbeda dan beragam. Pada dasarnya pembangunan

merupakan suatu proses terencana menuju keadaan yang lebih baik,

menurut Todaro (2000) pembangunan ekonomi merupakan usaha-

usaha yang dilakukan dengan cara mengurangi angka kemiskinan,

ketimpangan dan pengangguran dengan tujuan utama yaitu untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan Meier (1995) dalam Kuncoro (2006)

mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses dimana

pendapatan perkapita suatu negara meningkat dalam jangka

panjang akan tetapi tidak di ikuti oleh jumlah penduduk yang hidup

“dibawah garis kemiskinan absolut” semakin meningkat dan

distribusi pendapatan yang semakin buruk. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi adalah proses

meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat secara kuantitatif

dengan di ikuti oleh berubahnya struktur sosial seperti pemerataan

pendapatan serta berkurangnya angka pengangguran dan

kemiskinan.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi lebih memfokuskan

pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan

perekonomian. Menurut Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam

suatu perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan

sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan

output nasional yang semakin lama semakin besar. Dengan kata

Page 27: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

11

lain untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu dengan

membandingkan pendapatan yang dihasilkan dari tahun tertentu

dengan tahun sebelumnya, suatu perekonomian dikatakan

mengalami pertumbuhan apabila pendapatan/output nasional yang

dihasilkan dari kapasitas produktif lebih tinggi daripada yang

dicapai pada masa sebelumnya. Dengan demikian, untuk

menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan formula

berikut:

Dimana :

g : Tingkat pertumbuhan ekonomi dinyatakan persen

GDP1 : Pendapatan daerah pada suatu tahun (tahun 1)

GDP0 : Pendapatan daerah pada tahun sebelumnya (tahun 0)

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi, menurut Todaro (2006), ada tiga faktor atau

komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu:

a. Akumulasi modal

Akumulasi modal/faktor produksi meliputi semua bentuk atau

jenis investasi seperti tanah, gedung, peralatan fisik, dan

sumber daya manusia.

b. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk yang memperbanyak jumlah angkatan

kerja dimungkinkan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Akan tetapi penyerapan dan memperkerjakan tenaga

kerja dengan produktif merupakan aspek yang sangat

dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi tersebut.

c. Kemajuan teknologi

Semakin maju suatu teknologi memungkinkan kegiatan

ekonomi hemat tenaga kerja, hemat modal, dan output yang

dihasilkan juga lebih produktif. Sehingga dapat dikatakan

Page 28: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

12

kemajuan teknologi menjadi bagian dari faktor terpenting bagi

pertumbuhan ekonomi.

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan

bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pelaksanaan pembangunan

ekonomi secara nasional yang ditunjang melalui pelaksanaan

otonomi daerah. Menurut Arsyad (2002) pembangunan ekonomi

daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah bersama

masyarakat mengelola sumberdaya-sumber daya yang ada dengan

menjalin pola-pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak

swasta guna menciptakan lapangan kerja serta dapat merangsang

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Beberapa ahli

menganjurkan bahwa sebaiknya pembangunan memiliki tiga nilai

(Todaro,2000) yaitu:

1. Ketahanan (Sustenance): Kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan, kesehatan

dan proteksi) untuk mempertahankan hidup.

2. Harga diri (Self Esteem): Pembangunan haruslah

memanusiakan diri.

3. Freedom from servitude: Kebebasan bagi setiap individu

suatu daerah untuk berpikir, berkembang, berperilaku

dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Produk Domestik Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regonal Bruto merupakan satu dari

indikator ekonomi makro lainnya yang berperan dalam

merencanakan pembangunan, menentukan arah pembangunan, serta

mengevaluasi hasil pembangunan. PDRB adalah jumlah keseluruhan

nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu wilayah tertentu dan periode tahun tertentu yang pada

umumnya dalam waktu satu tahun. Menurut Novrilasari (2008)

Page 29: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

13

PDRB dapat pula dijadikan suatu indikator untuk menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat

diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi penyebab

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut. Metode perhitungan

PDRB dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode langsung dan

metode tidak langsung.

a. Metode langsung

Perhitungan metode langsung dapat dilakukan dengan

mempergunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi,

pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran

(Tarigan,2008), yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendekatan Produksi

Merupakan penghitungan nilai tambah barang dan jasa

yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya antara (bahan baku/penolong) dari

total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut.

2. Pendekatan Pendapatan

Merupakan penghitungan nilai tambah dari setiap kegiatan

ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas

jasa yang diterima oleh faktor produksi, yaitu berupa

upah/gaji dan surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak

langsung neto.

3. Pendekatan Pengeluaran

Merupakan penghitungan dengan menjumlahkan

pengeluaran konsumsi atau penggunaan akhir dari barang

dan jasa oleh rumah tangga, swasta yang tidak mencari

untung, pemerintah, investasi, perubahan stok, dan ekspor

neto.

Page 30: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

14

b. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung adalah perhitungan dengan

mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan

regional memakai berbagai macam indikator, antara lain

jumlah produksi, jumlah penduduk, luas dan areal, sebagai

alokatornya (Tarigan, 2005:23).

Penghitungan PDRB disajikan dalam dua bentuk yaitu

PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga

konstan (ADHK). PDRB ADHB menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa akhir yang dihitung menggunakan harga pada

periode tahun tersebut atau setiap tahun, dan biasanya digunakan

untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi dan masih

dipengaruhi oleh faktor fluktuasi harga (inflasi). Sedangkan PDRB

ADHK menunjukan nilai nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu

sebagai tahun dasar. PDRB ADHK lebih menggambarkan

perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh

kegiatan ekonomi daerah tanpa dipengaruhi oleh kenaikan harga

(BPS, Badan Pusat Statistik).

4. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi merupakan satu dari teori

pertumbuhan ekonomi daerah lainnya yang menyatakan bahwa

faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah

berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa

dari luar daerah.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Tarigan (2005,28)

menurutnya laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan

oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut, dimana

kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sektor-

sektor yang basis.

Page 31: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

15

Sedangkan menurut Richardson (2001) dalam Novlirasari

(2008), konsep ekonomi basis pada dasarnya peningkatan

pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena adanya

efek pengganda dari kegiatan pembelanjaan kembali pendapatan

yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh

suatu wilayah dan dipasarkan ke wilayah lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa basis ekonomi

mempunyai peran bagi pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah

lewat ekspor sektor/komoditi ke wilayah lain, sehingga

pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh dari ekspor

tersebut memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

Pada umumnya konsep dasar teori basis ekonomi membagi

kegiatan perekonomian di suatu daerah menjadi 2 sektor, yaitu

sektor basis dan sektor non basis. Untuk menganalisis basis

ekonomi suatu wilayah, digunakan teknik kuosien lokasi (Location

Quotient). Location quotient merupakan teknik yang digunakan

untuk membantu dalam menentukan kapasitas ekspor

perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan (self-

sufficiency) suatu sektor. Selain itu Location Quotient juga

merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui perbandingan

tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah

(kabupaten/kota) terhadap besarnya peranan sektor tersebut

diwilayah referensi (provinsi/nasional). Analisis Location Quotient

membagi kegiatan perekonomian menjadi dua sektor, yaitu :

1. Sektor Basis

Kegiatan sektor yang mampu memasarkan atau memenuhi

kebutuhan di daerah nya sendiri maupun di luar daerah yang

bersangkutan.

2. Sektor non basis

Kegiatan sektor yang hanya mampu memasarkan dan

memenuhi kebutuhan di daerah nya sendiri atau bahkan

Page 32: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

16

harus mendatangkan/impor dari luar daerah untuk

memenuhi kebutuhan daerah nya sendiri.

5. Tipologi Klassen

Tipologi Klasen digunakan untuk mengetahui gambaran

tentang kondisi perekonomian dan kondisi sektor-sektor

perekonomian di suatu daerah. Teknik Tipologi Klassen dapat

digunakan melalui dua pendekatan, yaitu:

1. Tipologi Klasen pendekatan sektoral yang mendasarkan

pengelompokan suatu sektor dengan melihat indikator

utama yaitu pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor

ekonomi.

2. Tipologi Klassen pendekatan wilayah/daerah untuk

mengetahui klasifikasi daerah berdasarkan dua indikator

utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan atau

produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita daerah.

Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik kondisi

pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor ekonomi yang

berbeda, yaitu:

1. Daerah/sektor cepat maju dan cepat tumbuh (Rapid Growth)

Daerah yang berada pada kuadran I memiliki potensi

pembangunan yang sangat besar dan telah dimanfaatkan

dengan baik untuk kemakmuran masyarakat setempat.

2. Daerah/sektor maju tapi tertekan (Retarted Region),

Daerah yang berada pada kuadran II ini merupakan daerah-

daerah yang relatif maju tetapi dalam beberapa tahun

terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya

kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Karena itu,

walaupun daerah ini merupakan daerah yang lebih maju

tetapi dimasa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak

Page 33: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

17

akan begitu cepat, walaupun potensi pembangunan yang

dimiliki pada dasarnya sangat besar.

3. Daerah/sektor berkembang cepat (Growing Region),

Daerah yang berada dalam kuadran III pada dasarnya adalah

daerah yang memiliki potensi pengembangan sangat besar,

namun masih belum bisa diolah secara baik. Oleh karena itu,

walaupun tingat pertumbuhan ekonominya tinggi namun

tingkat pendapatan per kapita yang dicapainya masih relatif

rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

4. Daerah/sektor relatif tertinggal (Relatively Region).

Tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat

pertumbuhan ekonomi di daerah yang berada pada kuadran

IV masih rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa daerah-

daerah ini tidak akan berkembang dimasa mendatang.

Melalui pengembangan sarana dan prasarana perekonomian

derah diperkirakan daerah ini secara bertahap akan dapat

mengejar ketertinggalannya.

6. Ketimpangan Wilayah

Permasalahan ketimpangan perekonomian atau

ketimpangan pendapatan antar wilayah merupakan permasalahan

yang hingga sekarang masih dihadapi khusus nya oleh negara-

negara berkembang termasuk Indonesia. Pada dasarnya terjadinya

ketimpangan antar wilayah disebabkan oleh beragamnya

karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing wilayah yang

menyebabkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antardaerah

dan antarsektor ekonomi suatu daerah. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Kuncoro (2006) bahwa ketimpangan mengacu pada

standar hidup relatif dari seluruh masyarakat, sebab ketimpangan

antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugrah awal

(endowment factor). Faktor-faktor tersebut antara lain kepemilikan

sumber daya alam, keadaan geografis daerah, kondisi demografis

Page 34: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

18

dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam melaksanakan

pembangunan, setiap daerah berupaya meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan diikuti oleh pemerataan pendapatan atau hasil-

hasil pembangunan lainnya yang tujuan nya untuk kemakmuran

dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Menurut Kuncoro

(2000:118) dalam Pramulyawan (2010:18) ketimpangan

pendapatan dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu :

a. Ketimpangan Kota dan Desa

Ketimpangan kota dan desa yaitu ketimpangan distribusi

pendapatan masyarakat di kota dan di desa.

b. Ketimpangan Regional

Ketimpangan regional yaitu ketimpangan distribusi pendapatan

antar wilayah atau daerah.

c. Ketimpangan Interpersonal

Ketimpangan interpersonal yaitu ketimpangan distribusi

pendapatan masing-masing individu (personal).

d. Ketimpangan Antar Kelompok Sosial Ekonomi

Ketimpangan antar kelompok sosial ekonomi yaitu

ketimpangan distribusi pendapatan dilihat dari tingkat

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka

semakin besar pendapatan yang diperoleh.

7. Faktor Adanya Ketimpangan Wilayah

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan

wilayah antara lain (Tambunan, 2001) :

a. Konsentrasi kegiatan ekonomi daerah

Proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah

dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi. Hal ini

karena dengan kondisi tersebut akan meningkatkan permintaan

tenaga kerja dan meningkat pula pendapatan masyarakat

sehingga dapat mendorong proses pembangunan. Demikian

pula sebaliknya, bilamana konsentrasi kegiatan ekonomi pada

Page 35: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

19

suatu daerah relatif rendah akan menyebabkan terjadinya

pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

setempat. Oleh karena itu semakin tinggi konsentrasi kegiatan

ekonomi di wilayah tertentu merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan ketimpangan pembangunan antar daerah.

b. Alokasi Investasi

Pada dasarnya investasi merupakan salah satu faktor yang

sangat menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

oleh karena itu, daerah yang dapat menarik lebih banyak

investasi akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan

ekonomi yang lebih cepat yang akan mendorong proses

pembangunan. Sementara apabila investasi disuatu wilayah

sedikit akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat

pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah,

karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif.

c. Tingkat Mobilitas faktor-faktor produksi yang rendah antar

daerah

Tingkat mobilitas faktor-faktor produksi yang rendah antar

daerah akan menyebabkan kelebihan faktor-faktor produksi

seperti tenaga kerja dan modal di suatu daerah, sehingga

tenaga kerja dan modal tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh

daerah lain yang membutuhkan. Kurang lancarnya mobilitas

tersebut otomatis bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan

ekonomi antar daerah.

d. Perbedaan Sumberdaya Alam antar daerah

Perbedaan ketersediaan sumber daya seperti minyak,

batubara, gas alam, kesuburan lahan dan lain-lain akan

mempengaruhi kegiatan produksi. Daerah yang memiliki

sumber daya alam yang cukup tinggi dapat memproduksi

barang-barang dengan biaya yang relatif murah dibandingkan

dengan daerah lain yang mempunyai sumber daya alam yang

rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah

Page 36: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

20

yang bersangkutan menjadi lebih cepat. Dengan demikian

perbedaan sumber daya alam antar daerah dapat mendorong

terjadinya ketimpangan.

e. Perbedaan kondisi demografis antar daerah

Kondisi demografis meliputi tingkat pertumbuhan dan

struktur kependudukan, tingkat pendidikan dan kesehatan,

kondisi ketenagakerjaan dan tingkah laku masyarakat akan

mempengaruhi ketimpangan antar daerah karena hal ini akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat. Daerah

dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung

mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga

akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan

meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan

ekonomi daerah yang bersangkutan.

f. Kurang lancarnya perdagangan

Ketidaklancaran perdagangan disebabkan oleh keterbatasan

sarana transportasi dan komunikasi. Mobilitas perdagangan

yang kurang lancar mengakibatkan kelebihan produksi suatu

daerah tidak dapat dipasarkan ke daerah lain yang

membutuhkan. Akibatnya, ketimpangan antar wilayah akan

cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat

dimanfaatkan daerah lain yang membutuhkan, sehingga daerah

tertinggal sulit mendorong proses pembangunannya.

8. Ukuran Ketimpangan Wilayah

Untuk mengukur tingkat kesenjangan ekonomi antar

wilayah dapat menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah

satunya adalah menggunakan Indeks Williamson. Indeks

Williamson merupakan ukuran ketimpangan pendapatan antar

wilayah yang pertama kali digunakan oleh Jeffrey G Williamson

pada tahun 1966. Berbeda dengan Gini Rasio yang lazim

digunakan dalam mengukur distribusi pendapatan, Indeks

Page 37: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

21

Williamson menggunakan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) per kapita sebagai data dasar karena yang

diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah dan

bukan tingkat kemakmuran antar kelompok (Apriyani, 2017:24).

Rumus Indeks Williamson menurut Sjafrizal (2012) sebagai

berikut:

Vw = Indeks Williamson

yi = PDRB per kapita daerah i

y = PDRB per kapita rata-rata seluruh daerah

fi = Jumlah Penduduk daerah i

n = Jumlah penduduk seluruh daerah

Pengertian indeks ini adalah apabila angka indeks

williamson semakin besar atau mendekati angka satu menunjukan

ketimpangan yang semakin besar dan apabila angka indeks

williamson jauh dari angka satu atau mendekati angka nol

menunjukan ketimpangan yang semakin kecil.

Page 38: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

22

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil-hasil penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan

penulisan agar memudahkan peneliti-peneliti lain dalam

mengembangkan penelitian lebih lanjut dalam aspek yang sama maupun

aspek yang berhubungan. Pada penelitian ini menggunakan beberapa

analisis yang sama seperti penelitian terdahulu, meliputi analisis

Location Quotient, Klassen Typologi, Indeks Williamson dan Korelasi

Pearson. Selain menggunakan analisis tersebut adapula yang

menggunakan analisis Shift Share, Indeks Entropi Theil, dan FEM.

Penelitian terdahulu yang diperuntukan sebagai acuan penulisan

penelitian ini sebagai berikut.

1. (Andi Prayitno, 2009) Analisis Ketimpangan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran

pembangunan ekonomi di Provinsi Banten, mengidentifikasi

tingkat ketimpangan antar Kabupaten/kota serta menganalisa

besarnya pengaruh belanja modal, angkatan kerja, dan angka

melek huruf terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2001-2008.

Hasil penelitian ini menunjukan dalam kurun waktu 2001-2008,

perekonomian Provinsi Banten mengalami pertumbuhan ekonomi

yang cukup berfluktuatif. Kemudian dengan analisis indeks

williamson menunjukan ketimpangan pendapatan yang cukup

besar yaitu 0,63 ditahun 2001 dan meningkat ditahun 2008

menjadi 0,67. Sedangkan hasil analisis tipologi klassen, Kota

Tangerang dan Kota Cilegon termasuk dalam Kuadran I.

Kabupaten Tangerang masuk Kuadran III, dan Kabupaten

Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang masuk

Kuadran IV. Hasil analisis Fixed Effect menunjukan bahwa

Belanja Modal (BM), Angkatan Kerja (AK) dan Angka Melek

Huruf (AMH) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Page 39: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

23

Banten. Angkatan kerja mempunyai nilai elastisitas yang terbesar

yaitu sebesar 0,733 berikutnya angka melek huruf (tidak

signifikan) dan belanja modal sebesar 0,11.

2. (Cholif Prasetio Wicksono, 2010) Analisis Disparitas antar

Kabupaten/kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2003-2007. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan guna

mendorong pertumbuhan ekonomi, mengklasifikasi daerah dan

sektor kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laju

pertumbuhan dan pendapatan per kapita/kontribusinya, dan

menganalisis besarnya disparitas pendapatan antar

kabupaten/kota. Hasil penelitian ini menunjukan dengan analisis

Location Quotient diketahui bahwa sektor pertanian merupakan

sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena

banyaknya kabupaten (24 kabupaten) di Provinsi Jawa Tengah

menjadikan sektor ini menjadi sektor basis. Sektor pertanian

termasuk dalam kuadran 1 di tiga kabupaten saja, kebanyakan

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah sektor ini merupakan

sektor yang maju tapi tertekan (kuadran 2). Sektor industri

merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap PDRB sehingga

termasuk sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan guna

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah

meskipun hanya menjadi sektor basis di lima (5) kabupaten saja.

Dengan analisis Tipologi Klassen menunjukkan sebanyak 14

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan daerah

relatif tertinggal (kuadran IV). Kemudian hasil analisis

ketimpangan pendapatan menggunkan indeks Williamson dan

Indeks Theil yaitu ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota

di Provinsi Jawa Tengah tergolong tinggi, karena berada diatas

ambang batas 0,5.

Page 40: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

24

3. (Aditya Pramulyawan, 2010) Pertumbuhan Ekonomi dan

Ketimpangan Pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2011-2008. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di

Kabupaten Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan

PDRB per kapita, untuk mengetahui tingkat ketimpangan

pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar, dan

untuk mengetahui adakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dan ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten

Karanganyar. Hasil penelitian ini menunjukan dengan analisis

Tipologi Klassen kecamatan di Kabupaten Karanganyar

kebanyakan masuk dalam daerah berkembang cepat (sebanyak 6

kecamatan) dan daerah relatif tertinggal (sebanyak 9 kecamatan),

sementara hanya kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat

yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Hasil

perhitungan Indeks Williamson menunjukkan angka ketimpangan

yang cukup besar, angka ketimpangan dari tahun 2001- 2008 rata-

rata diatas 0,5. Kemudian dengan korelasi perason hubungan

antara Indeks Williamson dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Karanganyar menunjukkan hubungan yang tidak signifikan

karena angka korelasi menunjukan nilai -0,107 dan nilai

probabilitasnya 0,802 lebih besar dari 0,05. Jadi ketimpangan

pendapatan Kabupaten Karanganyar tidak dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar, begitu juga

sebaliknya.

4. (Ketut Wahyu Dhyatmika dan Hastraini Dwi Atmanti 2013)

Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten Pasca

Pemekaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya

tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi yang terjadi di

Provinsi Banten pasca pemekaran wilayah, untuk melakukan

klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Banten berdasarkan

tipologi klassen, untuk menganalisis faktor-faktor yang

Page 41: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

25

mempengaruhi tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di

Provinsi Banten pasca pemekaran wilayah. Hasil penelitian ini

menunjukan dengan analisis Indeks Williamson tingkat

ketimpangan pembangunan di Provinsi Banten selama tahun

2003-2006 cenderung meningkat yaitu sebesar 0,266 ditahun

2003 menjadi 0,276 ditahun 2006, Kemudian berdasarkan

tipologi klassen, Kota Tangerang dan Cilegon termasuk Kuadran

I, Kabupaten Tangerang masuk Kuadran III dan Kabupaten

Pandeglang, Lebak, dan Serang termasuk Kuadran IV. Hasil

analisis data panel dengan metode FEM, penanaman modal asing

(PMA) berpengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan,

pengeluaran pemerintah (GE) berpengaruh negatif terhadap

ketimpangan pembangunan, sedangkan tingkat pengangguran

(UE) tidak berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan.

5. (Afrisal Dea Bagaskara dan Sudarti, 2017) Analisis Potensi

Sektor Unggulan dan Pergeseran Struktur Perekonomian di

Kabupaten/kota Provinsi Banten Tahun 2011-2015. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui potensi sektor unggulan di

Kabupaten/kota Provinsi Banten. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa dengan analisis Location Quotient sektor yang merupakan

unggulan di Kabupaten/kota Provinsi Banten di dominasi oleh

sektor Jasa Pendidikan dimana terdapat 3 Kabupaten dan 2 Kota

yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten

Serang, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Sektor

selanjutnya yang mendominasi ada 5 sektor dengan masing-

masing 4 wilayah. sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

dengan 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten

Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang.

6. (Abd Azis Muthalib, 2017) Analysis of Economic Growth and

Development Gaps between Cities in Southeast Sulawesi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Sulawesi

Page 42: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

26

Tenggara, ketimpangan pembangunan antar kota di Provinsi

Sulawesi Tenggara, dan hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dan ketimpangan pembangunan antar kota di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara selama

tahun 2010-2015 yaitu antara 6,68% dan 12,04% per tahun.

Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut berada diatas

pertumbuhan ekonomi nasional yang nilainya dibawah 6%

ditahun yang sama. Dengan analisis Indeks Williamson

ketimpangan pembangunan yang terjadi antar kabupaten/kota di

Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong kecil yaitu mendekati

angka nol. Kemudian korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan

ketimpangan pendapatan menunjukan hasil korelasi positif.

7. (Chairina, 2018) Potential Analysis of the Development of the

Teluk Aru Region in District Level. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis kontribusi wilayah Teluk Aru dalam perekonomian

Kabupaten Langkat, menganalisis perkembangan wilayah Teluk

Aru dalam pengembangan Kabupaten Langkat, dan menganalisis

sektor yang menjadi basis di wilayah Teluk Aru. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa kontribusi PDRB di Teluk Aru

menunjukan potensi yang besar dalam perekonomian Kabupaten

Langkat. Kemudian dengan analisis Tipologi Klassen, kawasan

Teluk Aru termasuk wilayah yang maju tapi tertekan (Kuadran

II). Sedangkan menurut kecamatan, kecamatan di Teluk Aru

dominan termasuk wilayah yang berkembang dengan cepat yaitu

sebanyak 3 kecamatan. Kemudian dengan analisis Location

Quotient menunjukan bahwa sektor yang menjadi basis di Teluk

Aru yaitu sektor pertanian (LQ = 1,8) dan sektor pertambangan

dan penggalian (LQ = 15,3).

Page 43: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

27

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Pembangunan

Ekonomi Daerah

Upaya Peningkatan Pertumbuhan

Ekonomi Daerah Berdasarkan Potensi

yang Dimiliki Daerah

Penggalian Potensi

Ekonomi Daerah

Analisis LQ

(Location Quotient)

dan

Surplus Pendapatan

Kondisi Pertumbuhan

Ekonomi

Ketimpangan Pendapatan

Antar Daerah

Identifikasi Ketimpangan

Pendapatan

Klasifikasi Daerah

Analisis Tipolagi Klassen

Wilayah

Analisis Indeks Ketimpangan

-Indeks Williamson

Hubungan

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Ketimpangan

(Korelasi Pearson)

Page 44: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

28

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga terdapat perbedaan sektor-sektor potensi ekonomi daerah

antar satu Kabupaten/kota dengan Kabupaten/kota lainnya yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Diduga terdapat perbedaan klasifikasi kondisi pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/kota menurut tipologi klassen.

3. Diduga masih terdapat ketimpangan pendapatan antar

Kabupaten/kota di Provinsi Banten.

4. Diduga terdapat hubungan yang positif (searah) antara pertumbuhan

ekonomi Provinsi Banten dan ketimpangan pendapatan antar

Kabupaten/kota.

Page 45: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum penelitian ini mencakup Kabupaten/kota di Provinsi

Banten sebagai objek penelitian. Periode waktu (time series) yang

digunakan pada penelitian ini yaitu dari tahun 2011 hingga 2015.

Pemilihan periode tahun tersebut dalam penelitian ini disebabkan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten sedang tumbuh diatas

pertumbuhan ekonomi nasional akan tetapi distribusi pendapatan belum

dikatakan merata. Jenis penelitian bersifat deskriptif kuantitatif.

Kemudian jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) lapangan usaha Atas Dasar Harga

Konstan, data PDRB per kapita, dan data jumlah penduduk yang bersifat

kuantitatif diperoleh dari BPS.

Penelitian ini akan membahas mengenai sektor-sektor potensi

ekonomi daerah, kondisi pertumbuhan ekonomi daerah, besarnya

ketimpangan pendapatan antar daerah, serta hubungan antara

ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat

dibedakan satu sama lain karena karakteristik yang berlainan (J.Supranto,

2008:22). Sedangkan sampel adalah sebagian elemen dari keseluruhan

elemen didalam populasi. Kemudian purposive sampling merupakan

teknik yang digunakan dalam penelitian ini dimana pegambilan sampel

didasarkan atas pertimbangan pertimbangan tertentu dari peneliti sendiri.

Maka dari itu populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kabupaten/kota

di Indonesia dengan sampel yaitu delapan kabupaten/kota di Provinsi

Banten.

Page 46: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

30

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau dari pihak kedua seperti

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (BPS). Karena data sekunder maka

metode pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan teknik :

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku, artikel/berita,

jurnal-jurnal, dan skripsi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

2. Studi Dokumentasi.

Pengumpulan data dengan mengutip sumber yang ada, menggunakan

data yang berkaitan dengan objek penelitian yang didapatkan dari

pusat statistik maupun dari literatur-literatur lainnya yang

perhubungan dengan penelitian ini.

Dengan menggunakan kedua metode tersebut didapatkan berbagai

informasi data sekunder untuk digunakan dalam penelitian ini, perolehan

data sekunder dikumpulkan dari BPS yang mencakup :

1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015.

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Provinsi Banten menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011-2015.

3. PDRB Per kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011-

2015.

4. PDRB Per kapita Provinsi Banten Tahun 2011-2015.

5. Jumlah Penduduk Kabupaten/kota di Provinsi Banten 2011-2015.

6. Jumlah Penduduk Provinsi Banten 2011-2015.

Page 47: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

31

D. Metode Analisis Data

Terdapat beberapa metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu mengetahui sektor

sektor potensi ekonomi daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi digunakan metode analisis LQ (Location Quotient) dan turunan

nya analisis Surplus Pendapatan. Kedua, untuk melakukan klasifikasi

kondisi pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis Tipologi Klassen

pendekatan wilayah. Ketiga, untuk mengetahui seberapa besar tingkat

ketimpangan pendapatan antar wilayah menggunakan analisis Index

Wiliamson. Keempat, untuk mengetahui hubungan pertumbuhan

ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Provinsi Banten dengan analisis

Korelasi Pearson.

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Pada dasarnya metode Location Quotient merupakan metode yang

umum digunakan dalam analisis ekonomi basis sebagai langkah awal

untuk mengetahui sektor kegiatan ekonomi apa saja yang menjadi

pemacu pertumbuhan ekonomi. Menurut Tarigan (2005), Metode

Location Quotient digunakan untuk mengetahui sektor basis atau

sektor potensial di suatu daerah tertentu. Metode ini menunjukan

perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah

(Kabupaten/Kota) dengan kemampuan suatu sektor yang sama pada

cakupan daerah yang lebih luas atau pada tingkatan daerah di atasnya

(Provinsi). Berikut formula perhitungan Location Quotient yang

dikemukakan oleh Bendavid-Val (dalam Tarigan, 2007) :

LQ=

Page 48: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

32

Keterangan :

Xr = Nilai PDRB sektor i pada kabupaten/kota

Xn = Nilai PDRB sektor i pada Provinsi Banten

Rr = Total PDRB kabupaten/kota

Rn = Total PDRB Provinsi Banten

Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) kriteria, yaitu:

LQ > 1, artinya sektor ini menjadi sektor basis atau menjadi

sumber pertumbuhan dan memiliki keunggulan komparatif,

dimana hasilnya tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di

wilayah nya sendiri akan tetapi juga dapat diekspor ke luar

wilayah. Sektor yang masuk pada kriteria ini merupakan sektor

yang kuat, oleh karena nya daerah secara potensial merupakan

daerah pengekspor.

LQ = 1, artinya sektor tersebut tergolong non basis, tidak memiliki

keunggulan komparatif. Hasil produksi hanya mampu untuk

memenuhi kebutuhan wilayah nya sendiri dan tidak mampu untuk

melakukan ekspor.

LQ < 1, sektor tersebut juga termasuk non basis. Hasil

produksinya tidak mampu memenuhi kebutuhan di wilayah nya

sendiri sehingga perlu didatangkan atau di impor dari luar wilayah

nya. Dengan kata lain, sektor tersebut kurang menguntungkan

untuk dikembangkan.

1.1 Surplus Pendapatan

Metode perhitungan analisis surplus pendapatan merupakan

turunan dari analisis Location Quotient yang bertujuan untuk

mengetahui besarnya surplus pendapatan atas penjualan komoditi

di sektor perekonomian tertentu. Metode analisis surplus

pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut.

SP = [Si/S – Ni/N] Si

Page 49: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

33

Keterangan :

SP = Surplus Pendapatan

Si = Pendapatan sektor i di Kabupaten/kota

S = Total pendapatan semua sektor di Kabupaten/kota

Ni = Pendapatan sektor i di Provinsi Banten

N = Pendapatan total semua sektor di Provinsi Banten

Jika surplus pendapatan bernilai positif maka sektor

tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah nya

sendiri dan dapat pula memenuhi kebutuhan masyarakat daerah

lain, serta memberikan surplus bagi masyarakat yang

menghasilkannya. Sedangkan jika surplus pendapatan bernilai

negatif maka sektor tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat didaerah nya sendiri maupun kebutuhan masyarakat

daerah lain dan dapat mengurangi pendapatan masyarakat, (Dylla

Novrilasari, 2008:104).

2. Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen pada umumnya dapat

digunakan melalui dua pendekatan yaitu dengan pendekatan

wilayah dan pendekatan sektoral. Pada penelitian ini digunakan

analisis tipolgi klassen pendekatan wilayah. Tipologi Klassen

pendekatan wilayah mendasarkan klasifikasi wilayah pada dua

indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan produk domestik

regional bruto (PDRB) per kapita daerah.

Tipologi Klassen pendekatan wilayah digunakan untuk

mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi masing-masing

Kabupaten/kota di Provinsi Banten. Melalui analisis ini diperoleh

empat karateristik kondisi petumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:

daerah maju dan tumbuh cepat (Rapid Growth), daerah maju tapi

tertekan (Retarted Region), daerah berkembang cepat (Growing

Page 50: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

34

Region), dan daerah relatif tertinggal (Relatively Region). Lebih

jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah

Keterangan :

Yi = Pendapatan per kapita tiap kabupaten/kota

Y = Rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Banten

Ri = Laju pertumbuhan PDRB di tiap kabupaten/kota

R = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Banten

Adapun penjelasan empat karateristik kondisi pertumbuhan

ekonomi tersebut sebagai berikut :

1. Daerah maju dan tumbuh cepat (Kuadran I), adalah kabupaten/kota

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per

kapita yang sama-sama lebih tinggi daripada rata-rata provinsi.

2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II), yaitu kabupaten/kota yang

memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat

pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada rata-rata provinsi.

3. Daerah berkembang cepat (Kuadran III), yakni kabupaten/kota yang

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi pendapatan per

kapita lebih rendah daripada rata-rata provinsi

4. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV), merupakan kabupaten/kota

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per

kapita yang sama-sama rendah daripada rata-rata provinsi.

Kuadran I

Daerah Maju dan Tumbuh Cepat

Yi > y , Ri > r

Kuadran II

Daerah Maju tapi Tertekan

Yi > y , Ri < r

Kuadran III

Daerah Berkembang Cepat

Yi < y , Ri > r

Kuadran IV

Daerah Relatif Tertinggal

Yi < y , Ri < r

Page 51: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

35

3. Analisis Indeks Williamson

Menurut Sjafrizal (2012) satu dari model lainnya yang

cukup mewakili untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan

antar wilayah adalah Indeks Williamson. Rumus Indeks Williamson

adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Vw = Indeks Williamson

yi = PDRB per kapita masing-masing kabupaten/kota

y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi Banten

fi = Jumlah penduduk masing-masing kabupaten/kota

n = Jumlah Penduduk Provinsi Banten

Dengan menggunakan Indeks Williamson, maka dapat

diketahui seberapa besar ketimpangan yang terjadi antar daerah.

Besaran nilai Indeks Williamson berkisar antara angka 0-1. Batasan

tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah dengan menggunakan

ukuran sebagai berikut:

1. Bila IW < 0,3 artinya ketimpangan wilayah rendah

2. Bila IW 0,3 – 0,5 artinya ketimpangan wilayah sedang

3. Bila IW > 0,5 artinya ketimpangan wilayah tinggi.

Page 52: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

36

4. Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan

Pendapatan (Korelasi Pearson)

Korelasi Perason adalah suatu teknik statistik yang

digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan antara dua

variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Dua variabel dikatakan

berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan di ikuti

oleh perubahan variabel yang lain, dengan arah yang sama atau

dengan arah yang berlawanan. Apabila nilai korelasi positif

menunjukkan bahwa arah hubungan antara dua variabel adalah

searah. Tetapi apabila nilai korelasi negatif maka hubungan antara

dua variabel berlawanan. Selain itu, apabila Korelasi Perason

menunjukan nilai koefisien yang rendah bukan berarti kedua variabel

tidak saling berhubungan. Sementara itu hubungan linier yang kuat

antara dua variabel juga tidak selalu menunjukan adanya hubungan

sebab akibat/kausalitas. Untuk mengetahui arah hubungan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten dan ketimpangan pendapatan

antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten, dapat dibuktikan dengan

melakukan analisis Korelasi Perason. Analisis Korelasi Pearson ini

dilakukan dengan menggunakan software eviews 6.0.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi Daerah

Potensi ekonomi daerah pada dasarnya merupakan kemampuan

ekonomi yang dimiliki daerah atau sumber daya yang tersedia yang

dapat dijadikan sumber penghidupan masyarkat dan dapat

berkontribusi bagi perekonomian daerah jika potensi tersebut dikelola

dengan baik melalui usaha yang dilakukan pemerintah daerah bersama

masyarakat. Dalam penelitian ini dilakukan analisis potensi ekonomi

pada delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, kemudian akan

diketahui sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis dan

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing

Kabupaten/kota di Provinsi Banten.

Page 53: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

37

2. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan produksi barang dan

jasa dalam suatu negara atau daerah. Indikator pengukuran

pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat perkembangan nilai dari

Produk Doestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh sektor ekonomi di suatu daerah. Dalam penelitian ini

menggunakan PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan Harga

Konstan, yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar

yang dipilih, yakni tahun dasar 2010. Satuan dari PDRB yang

digunakan yaitu dalam juta rupiah, kemudian unit-unit usaha

dikelompokkan menjadi 17 (tujuh belas) kelompok lapangan usaha

(sektor).

4. Sektor-sektor Ekonomi

Berdasarkan PDRB ADHK 2010 di Kabupaten/Kota Provinsi Banten,

terdapat 17 lapangan usaha/sektor ekonomi yaitu:

a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan

d. Pengadaan Listrik dan Gas

e. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

f. Konstruksi

g. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

h. Transportasi dan Pergudangan

i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

j. Informasi dan Komunikasi

k. Jasa Keuangan dan Asuransi

l. Real Estate

Page 54: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

38

m. Jasa Perusahaan

n. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

o. Jasa Pendidikan

p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

q. dan Jasa Lainnya.

5. Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah

Dalam penelitian ini, daerah yang dimaksud merupakan delpan

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten. Tingkat ketimpangan

diukur berdasarkan hasil perhitungan Indeks Williamson, dengan

besaran antara 0 sampai 1.

Page 55: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Keadaan Geografis

Banten merupakan Provinsi di Indonesia yang berada di Pulau

Jawa bagian barat dengan letak astronomis antara 05007'50" -

07001'01" Lintang Selatan dan antara 105

001'11" - 106

007'12" Bujur

Timur (Banten Dalam Angka, 2016). Provinsi Banten memiliki letak

yang strategis karena menjadi Provinsi yang menghubungkan pulau

besar di indonesia yaitu Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera atau

disebut sebagai “bridging province”. Selain itu, wilayah perairan

Provinsi Banten merupakan salah satu jalur laut yang cukup padat

karena terletak pada lintasan perdagangan nasional dan internasional

yaitu Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (PP

no. 37 tahun 2002).

Gambar 4.1

Peta Provinsi Banten

Sumber : RPJMD Provinsi Banten 2017-2022

Page 56: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

40

Adapun letak wilayah Provinsi Banten berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Selat Sunda

Sebelah Timur : DKI Jakarta dan Jawa Barat

Kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran

rendah berkisar pada ketinggian mencapai 200 meter di atas

permukaan laut dan memiliki beberapa gunung dengan ketinggian

mencapai 2.000 m dpl. Kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi

menjadi tiga kondisi, yaitu yang pertama dataran dengan tingkat

kemiringan lahan antara 0 – 15% sebagian besar terdapat di sebelah

Utara Provinsi Banten, dimana kondisi kemiringan lahan tersebut

menjadi lahan yang potensial untuk dikembangkan seluruh jenis fungsi

kegiatan. Kedua, perbukitan landai-sedang dengan kemiringan <15%

dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang terdapat di bagian utara

meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan

Kota Tangerang, serta bagian utara Kabupaten Pandeglang. Ketiga,

perbukitan terjal dengan kemiringan < 25% terdapat di Kabupaten

Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan

Kabupaten Serang (RPJMD Provinsi Banten 2017-2022).

2. Wilayah Administratif

Provinsi Banten merupakan daerah otonom yang terbentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 yang disahkan

oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 17 Oktober 2000.

Secara administratif, Provinsi Banten terdiri dari 4 Kabupaten dan 4

Kota yaitu: Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten

Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan,

Kota Tangerang dan Kota Cilegon (RPJMD Provinsi Banten 2017-

2022). Adapun luas wilayah, jumlah kecamatan dan kelurahan/desa

pada wilayah administrasi di Provinsi Banten sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Page 57: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

41

Tabel 4.1

Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa

Pada Wilayah Administrasi di Provinsi Banten Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2016

Provinsi Banten memiliki keseluruhan luas sebesar 9.662,92 km2,

meliputi wilayah terluas yaitu Kabupaten Lebak dengan luas 3.426,56

km2

(35,46%) dan wilayah terkecil yaitu Kota Tangerang Selatan

dengan luas 147,19 km2

(1,52%). Kemudian Provinsi Banten terbagi

menjadi 155 kecamatan, 1.238 desa dan 313 kelurahan .

3. Demografi

Sumber daya utama yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

pembangunan di suatu daerah adalah penduduk. Jumlah penduduk

dapat dijadikan aset dan potensi yang besar bagi pembangunan di

suatu daerah apabila penduduk tersebut memiliki kualitas yang baik.

Berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten, jumlah penduduk di

Provinsi Banten dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada

Gambar 4.2, jumlah penduduk Provinsi Banten pada tahun 2011

sebanyak 11.005.518 jiwa dan terus mengalami peningkatan di tahun-

tahun berikutnya. Hingga tahun 2015 jumlah penduduk sebesar

11.955.243 jiwa.

Kabupaten/Kota

Luas

(Km2)

Presentase

(%) Kecamatan Desa Kelurahan

Kabupaten Pandeglang 2.746,89 28,43 35 326 13

Kabupaten Lebak 3.426,56 35,46 28 340 5

Kabupaten Tangerang 1.011,86 10,47 29 246 28

Kabupaten Serang 1.734,28 17,95 29 326

Kota Tangerang 153,93 1,59 13 0 104

Kota Cilegon 175,50 1,82 8 0 43

Kota Serang 266,71 2,76 6 0 66

Kota Tangerang Selatan 147,19 1,52 7 0 54

Provinsi Banten 9.662,92 100 155 1.238 313

Page 58: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

42

Gambar 4.2

Jumlah Penduduk Provinsi Banten Tahun 2011-2015

Sumber : BPS Provinsi Banten

Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, di tahun 2015 kepadatan

penduduk Provinsi Banten mencapai 1.237 jiwa/km2 dengan rata-rata

jumlah penduduk per rumah tangga berjumlah 4 orang. Kepadatan

penduduk tertinggi terletak di Kota Tangerang dengan kepadatan

sebesar 13.299 jiwa/km2. Kondisi yang sama sekali berbeda terjadi di

bagian selatan Banten. Kabupaten Lebak, menjadi daerah yang paling

jarang penduduk- nya dengan kepadatan penduduk hanya sebesar 371

jiwa/Km2. Sedangkan berdasarkan persebaran penduduknya,

penduduk Provinsi Banten secara geografis tidak terdistribusi dengan

merata, karena lebih banyak yang mendiami wilayah Banten Utara.

Kondisi ini dapat terjadi karena Banten Utara merupakan salah satu

daerah tujuan utama migrasi di Indonesia, yang antara lain sebagai

akibat menjadi daerah hinterland bagi Provinsi DKI Jakarta. Pada

tahun 2015 Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan jumlah

penduduk terbanyak di Provinsi Banten dengan jumlah sebesar

3.370.594 jiwa, kemudian disusul oleh Kota Tangerang dengan jumlah

penduduk sebesar 2.047105 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling

sedikit yaitu Kota Cilegon dengan jumlah penduduk sebesar 412.106

jiwa. Jumlah penduduk Provinsi Banten menurut kabupaten/kota

lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

11.005.518

11.248.947 11.452.491

11.704.877

11.955.243

2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Penduduk …

Page 59: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

43

Gambar 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2016

4. Kondisi Perekonomian

Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk dan

keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Pada umumnya besarnya

pendapatan perkapita dilihat dari nilai PDRB per kapita baik atas dasar

harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas

dasar harga berlaku menunjukan nilai PDRB per kepala atau per satu

orang penduduk, sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan

menunjukan pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk di suatu

negara. Pada Gambar 4.4 ditunjukan perkembangan PDRB Per Kapita

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Provinsi Banten.

1.194.911

1.269.812

3.370.594

1.474.301

2.047.105

412.106

643.205

1.543.209

Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Lebak

Kabupaten Tangerang

Kabupaten Serang

Kota Tangerang

Kota Cilegon

Kota Serang

Kota Tangerang Selatan

Page 60: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

44

Gambar 4.4

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Banten

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas, PDRB per kapita di Provinsi

Banten menunjukan adanya peningkatan setiap tahunnya. Di tahun

2011 PDRB per kapita Provinsi Banten sebesar 27,97 juta rupiah dan

meningkat menjadi 40,02 di tahun 2015. Peningkatan nilai PDRB per

kapita yang terjadi setiap tahunnya menunjukkan bahwa secara

nominal pendapatan masyarakat Provinsi Banten pada umumnya

mengalami peningkatan, meskipun peningkatan tersebut masih

dipengaruhi inflasi

Selain pendapatan perkapita, untuk mengukur kinerja pelaksanaan

pembangunan dapat dilihat dari gambaran hasil pelaksanaan

pembangunan yaitu meliputi laju pertumbuhan ekonomi dan kontribusi

beberapa sektor lapangan usaha terhadap pertumbuhan ekonomi

tersebut. Pada Tabel 4.2 ditunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi

Provinsi Banten terus menerus mengalami penurunan setiap tahunnya,

di tahun 2011 Provinsi Banten mengalami pertumbuhan ekonomi

sebesar 7,03 persen, dan menurun menjadi 5,4 persen di tahun 2015.

Berdasarkan evaluasi, penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut

dikarenkan terdapat 15 program pembangunan yang capaian

kinerjanya di bawah 80 persen. Sebanyak 15 program tersebut

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB Per Kapita

Page 61: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

45

menyangkut persoalan kesehatan, pembangunan infrastruktur,

ketenagakerjaan, aset daerah, kapasitas sumber daya manusia (SDM)

aparatur dan lembaga perwakilan rakyat daerah, serta ketahanan

pangan. Oleh karenanya pelaksanaan pembangunan belum sesuai

dengan harapan dan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (persen)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kabupaten Pandeglang 5,74 5,81 4,72 4,93 5,96

Kabupaten Lebak 5,99 5,11 6,3 5,83 5,8

Kabupaten Tangerang 6,75 6,17 6,41 5,37 5,36

Kabupaten Serang 6,1 5,42 6,04 5,39 5,14

Kota Tangerang 7,39 7,07 6,52 5,15 5,37

Kota Cilegon 6,62 7,7 6,69 4,62 4,78

Kota Serang 8,34 7,42 7,3 6,86 6,29

Kota Tangerang Selatan 8,81 8,66 8,75 8,05 7,2

Provinsi Banten 7,03 6,83 6,67 5,51 5,4

Sumber : BPS Provinsi Banten

Kemudian untuk mengetahui kontribusi sektor-sektor terhadap

pembentukan nilai total PDRB, yaitu dengan melihat indikator Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. Pada

dasarnya kontribusi sektor-sektor terhadap PDRB di suatu daerah

merupakan gambaran mengenai struktur perekonomian dan juga

menunjukan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Dengan PDRB

lapangan usaha akan terlihat sektor-sektor mana saja yang cenderung

tinggi atau rendah peranan nya terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Banten. Akan tetapi, penurunan kontribusi suatu sektor dari

tahun ke tahun bukan berarti terjadi penurunan PDRB sektor tersebut,

melainkan karena pertumbuhn sektor-sektor lain yang lebih cepat.

Kotribusi sektor-sektor terhadap pembentukan total nilai PDRB

Provinsi Banten ditunjukan pada Tabel 4.3 berikut.

Page 62: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

46

Tabel 4.3

Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Provinsi Banten Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2011-2015

(persen)

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki

kontribusi terbesar bagi pembentukan nilai total Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten, yaitu sebesar 39,05 persen

ditahun 2011 dan sebesar 36,62 persen ditahun 2015, atau dengan rata-

rata kontribusi mencapai 37,99 persen dari tahun 2011 hingga tahun

2015. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor yang memiliki kontribusi terbesar

kedua bagi pembentukan nilai total Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Banten, yaitu sebesar 13,31 persen ditahun 2011 dan

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,93 5,73 5,74 5,57 5,63

Pertambangan dan Penggalian 0,95 0,88 0,78 0,77 0,75

Industri Pengolahan 39,05 38,29 38,70 37,30 36,62

Pengadaan Listrik dan Gas 1,40 1,36 1,23 1,26 1,18

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09

Konstruksi 8,02 8,31 8,57 9,06 9,27

Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13,31 13,62 13,46 13,52 13,46

Transportasi dan Pergudangan 6,27 6,43 6,28 6,27 6,34

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2,31 2,28 2,22 2,29 2,31

Informasi dan Komunikasi 4,25 4,55 4,61 5,19 5,37

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,55 2,65 2,70 2,68 2,75

Real estate 7,58 7,67 7,72 7,93 8,06

Jasa Perusahaan 0,92 0,92 0,93 0,96 0,98

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 1,77 1,76 1,67 1,71 1,73

Jasa Pendidikan 2,95 2,88 2,80 2,86 2,89

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,22 1,20 1,14 1,15 1,15

Jasa Lainnya 1,43 1,37 1,38 1,40 1,42

Produk Domestik Regional Bruto

100,0

0

100,0

0

100,0

0

100,0

0

100,0

0

Page 63: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

47

sebesar 13,46 persen ditahun 2015, atau dengan rata-rata kontribusi

mencapai 13,47 persen dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Sedangkan

sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

merupakan sektor yang memiliki kontribusi terendah bagi pembentukan

nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten,

yaitu sebesar 0,10 persen ditahun 2011 dan sebesar 0,09 persen ditahun

2015, atau dengan rata-rata kontribusi sebesar 0,09 persen dari tahun

2011 hingga tahun 2015.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Location Quotient (LQ) dan Surplus Pendapatan

Analisis Location Quotient merupakan suatu alat analisis yang

digunakan untuk mengetahui potensi-potensi ekonomi yang dimiliki

suatu daerah dengan membandingkan besarnya nilai sektor di daerah

terhadap besarnya nilai sektor di daerah tingkat atasnya. Dengan

analisis Location Quotient suatu sektor di golongkan menjadi sektor

basis dan sektor non basis. Jika suatu sektor memiliki niai LQ > 1

makan dapat dikatakan sektor tersebut merupakan sektor basis yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Sedangkan apabila suatu sektor memiliki nilai LQ < 1 maka sektor

tersebut merupakan sektor non basis dan bukan merupakan sektor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Analisis Location Quotient pada penelitian ini dilakukan di

delapan kabupaten/kota Provinsi Banten, yaitu dengan

membandingkan besarnya nilai sektor di kabupaten/kota terhadap nilai

sektor pada daerah di tingkat atasnya yaitu Provinsi Banten. Sektor

basis yang menjadi potensi ekonomi di kabupaten/kota dimungkinkan

berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, karena perbedaan keadaan di

masing-masing daerah. Berikut pada Tabel 4.4 ditunjukan sektor-

sektor basis kabupaten/kota di Provinsi Banten Tahun 2011-2015

berdasarkan analisis LQ.

Page 64: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

48

Tabel 4.4 Sektor-sektor Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Tahun 2011-2015 Berdasarkan Analisis Location Quotient (LQ)

Kabupaten/Kota Sektor (S)

Kabupaten Pandeglang 1, 2, 9, 12, 14, 15

Kabupaten Lebak 1, 2, 7, 9, 14, 15,17

Kabupaten Tangerang 1, 3, 4, 6, 11

Kabupaten Serang 1, 3, 6, 14, 15

Kota Tangerang 3, 8, 10, 13

Kota Cilegon 3, 4, 5

Kota Serang 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17

Kota Tangerang Selatan 6, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17

Sumber: diolah oleh penulis

Keterangan :

S1 = Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

S2 = Pertambangan dan Penggalian

S3 = Industri Pengolahan

S4 = Pengadaan Listrik dan Gas

S5 = Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah dan Daur Ulang

S6 = Konstruksi

S7 = Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

S8 = Transportasi dan Pergudangan

S9 = Penyediaan Akomodasi dan Makan dan Minum

S10 = Informasi dan Komunikasi

S11 = Jasa Keungan dan Komunikasi

S12 = Real estate

S13 = Jasa Perusahaan

S14 = Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

S15 = Jasa Pendidikan

S16 = Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

S17 = Jasa Lainnya

Page 65: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

49

Adapun karena sektor basis yang dimiliki masing-masing

kabupaten/kota Provinsi Banten berjumlah lebih dari satu, maka

dilakukan pembatasan pembahasan yang ditujukan pada dua sektor

basis dengan nilai Location Quotient tertinggi. Berikut hasil

pembahasan tersebut.

1) Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang memiliki 6 (enam) sektor basis,

dimana sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor

basis dengan rata-rata nilai LQ tertinggi yaitu sebesar 12,35. Serta

sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan rata-rata nilai

LQ sebesar 5,63. Sektor pertanian Kabupaten Pandeglang

merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi

PDRB Kabupaten Pandeglang yaitu mencapai 33,85 persen

ditahun 2015. Sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan

penggalian terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang sebesar 10,80

persen, walaupun kontribusi tersebut tidak terlalu besar

dibandingkan dengan sektor pertanian tetapi sektor ini tidak dapat

diabaikan keberadaannya.

Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor basis

karena keberadaan potensi pertambangan dan penggalian di

Kabupaten Pandeglang yang cukup baik. Berdasarkan publikasi

Kajian Potensi Kecamatan Sekabupaten Pandeglang Tahun 2013,

potensi sektor pertambangan dan penggalian Kabupaten

Pandeglang meliputi :

Emas dan Perak yang terdapat di Kecamatan Cimanggu

dan Cibaliung

Belerang dan sumber air panas yang terdapat di

Kecamatan Banjar

Kapur/jarang darat dan laut yang terdapat di Kecamatan

Labuan, Cigeulis, Cimanggu, Cibaliung, Cikeusik dan

Cadasari.

Serat Batu Gift yang terdapat di Kecamatan Cigeulis.

Page 66: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

50

Pasir yang terdapat di Kecamatan Cikedal, Karangtanjung,

Mandalawangi, Mekarjaya, Munjul, Pagelaran,

Panimbang, Sukaresmi dan Sumur.

Minyak yang terdapat di Kecamatan Pagelaran, Patia,

Sobang, dan Sukaresmi.

Salah satu perusahaan yang mengelola pertambangan di

Kabupaten Pandeglang yaitu PT. Cibaliung Sumberdaya yang

merupakan anak dari perusahaan PT Aneka Tambang, perusahaan

tersebut mengelola pertambangan emas di Kecamatan Cibaliung

tepatnya di Desa Padasuka dan Desa Mangkualam.

Untuk sektor pertanian, kawasan yang diperuntukan

pertanian di Kabupaten Pandeglang terdiri atas Kawasan

Tanaman Pangan, Kawasan Tanaman Hortikultura, Kawasan

Perkebunan, dan Kawasan Perternakan. Untuk kawasan tanaman

pangan sendiri Kabupaten Pandeglang memiliki komoditas utama

yaitu padi, jagung, kedelai, kacangan- kacangan, dan umbi-

bumbian. Sedangakan kawasan hortikultura yaitu buah-buahan

dan sayuran dengan jumlah produksi terbesar meliputi pisang,

mangga, durian, melinjo, rambutan, manggis, jamur, kacang

panjang, dan ketimun.

Sebagai kabupaten yang termasuk daerah sentra produksi

padi atau lumbung padi di Provinsi Banten, Kabupaten

Pandeglang memiliki perekonomian yang didominasi oleh sektor

pertanian, hal ini merupakan suatu keuntungan karena sebagian

besar penduduk Kabupaten Pandeglang menggantungkan hidup

disektor ini. Sampai dengan tahun 2015, Kabupaten Pandeglang

memiliki luas lahan sawah dengan total sebesar 54.768 hektar dan

menghasilkan produksi sebesar 682.210 ton. Luas lahan dan total

produksi tersebut merupakan yang paling terbesar di Provinsi

Banten.

Page 67: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

51

2) Kabupaten Lebak

Kabupaten Lebak memiliki 7 (tujuh) sektor basis. Sama hal

nya dengan Kabupaten Pandeglang, dua sektor basis dengan nilai

LQ tertinggi yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan

rata-rata nilai LQ sebesar 9,27 serta sektor pertanian, kehutanan,

dan perikanan dengan rata-rata nilai LQ sebesar 4,71. Pada tahun

2015, sektor pertambangan dan penggalian memberikan

kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang sebesar 6,94

persen, sementara sektor pertanian memberikan kontribusi

sebesar 26,62 persen

Potensi kawasan pertambangan yang dimiliki Kabupaten

Lebak cukup baik dari segi jenis maupun kandungannya.

Kawasan pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang

memiliki potensi mineral yang ekonomis dan dapat memberikan

nilai tambah terhadap perekonomian masyarakat maupun

pendapatan daerah jika dieksploitasi secara bertanggung jawab.

Berdasarkan RPJP Kabupaten Lebak Tahun 2005-2025 jenis

bahan galian dan sebaran potensi kawasan pertambangan yang

ada di Kabupaten Lebak meliputi:

Lempung terdapat di Kecamatan Bayah, Rangkasbitung,

Warunggunung, Cimaraga, Maja, Leuidamar,

Gunungkencana, Cileles, Banjarsari, Cijaku,

Panggarangan, Cipanas.

Benjoit terdapat di Kecamatan Maja, Citeras,

Bojongmanik, Banjarsari

Kaolin terdapat di Kecamatan Cipanas, Muncang

Zeolit terdapat di Kecamatan Bayah, Panggarangan

Toseki-Feldspar terdapat di Kecamatan Cimaraga,

Cipanas

Batupasir Kuarsa terdapat di Kecamatan Malimping,

Panggarangan, Bayah

Page 68: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

52

Batu Gamping terdapat di Kecamatan Cileles, Muncang,

Leuwidamar, Cibeber, Bayah

Kalsit-Marmer terdapat di Kecamatan Maja, Cimarga

Sjira, Muncang, leuwidamar, Cipanas

Tras terdapat di Kecamatan Cileles, Bayah,

Gunungkencana, Cijaku

Batubelah terdapat di Kecamatan Cimaraga, Muncang,

Bojongmanik, Cibeber, Bayah, Malimping

Sirtu terdapat di Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak,

Cikulur, Cileles, Cimaraga, Sajira, Leuwidamar, Maja,

Byah, Malimping

Opal terdapat terdapat di Kecamatan Maja, Sajira

Batupasir terdapat di Kecamatan Cileles, Banjarsari,

Malimping, Cijaku. Bojongmanik, Bayah

Batubara terdapat di Kecamatan Bojongmanik, Bayah,

Cimandiri

Emas-Perak terdapat di Kecamatan Bayah, Cibeber,

Cipana, Muncang, Gunungkencana

Untuk sektor pertanian, padi dan jagung merupakan

tanaman pangan yang dominan di Kabupaten Lebak. Hingga

tahun 2015 total produksi padi mencapai 607.220 ton dimana

mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 28,05

persen dari produksi tahun sebelumnya. Disamping itu,

Kabupaten Lebak juga merupakan wilayah penghasil ternak

terbesar di Provinsi Banten hal ini karena Kabupaten Lebak

memiliki kesesuaian lahan (ketersedian rumput/limbah pertanian),

klimatologi, dan topografi yang sangat memungkinkan bagi

pengembangan ternak tersebut. Ternak kerbau merupakan salah

satu andalan komoditas peternakan di Lebak, jumlahnya pada

tahun 2015 mencapai 33.835 ekor. Sementara untuk sektor

perikanan, potensi sumber daya ikan laut di Kabupaten Lebak

Page 69: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

53

juga cukup besar, mengingat Kabupaten Lebak mempunyai

panjang pantai sekitar 91,42 km.

3) Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang memiliki 5 (lima) sektor basis,

dimana sektor pengadaan listrik dan gas merupakan sektor basis

dengan rata-rata nilai LQ tertinggi yaitu sebesar 1,90. Serta sektor

jasa keuangan dan asuransi dengan rata-rata nilai LQ sebesar

1,66. Pada dasarnya jasa keuangan merujuk pada organisasi yang

menangani pengelolaan dana, seperti perbankan (konvensional

atau syariah), perusahaan asuransi, perusahaan kartu kredit,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan sekuritas. Untuk sektor

pengadaan listrik daan gas, Kabupaten Tangerang memiliki PLTU

Lontar yang terletak di Desa Lontar.

4) Kabupaten Serang

Kabupaten Serang memiliki 5 (lima) sektor basis, dimana

sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan merupakan sektor

basis yang memiliki rata-rata nilai LQ tertinggi yaitu sebesar

1,56. Serta sektor industri pengolahan dengan rata-rata nilai LQ

sebesar 1,38. Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan

memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 8,84 persen

ditahun 2015, sementara sekor industri pengolahan sebesar 51,26

persen.

Sektor petanian memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses pembangunan perekonomian Kabupaten Serang.

Selain berperan untuk pemenuhan penyediaan bahan pangan, juga

berperan dalam penyedia lapangan pekerjaan dan sumber

pendapatan daerah. Komoditas padi dan melinjo merupakan dua

tanaman strategis yang ada di Kabupaten Serang, dengan Upaya

Khusus (Upsus), tahun 2015 luasan tanaman padi meningkat

1,94% dibanding tahun 2014 dan mampu melakukan panen seluas

88,611 Ha. Selain itu, tanaman sengon merupakan jenis tanaman

yang sedang marak di budidayakan oleh petani di Kabupaten

Page 70: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

54

Serang, dimana produk kayu yang dihasilakan di pasarkan kepada

perusahaan yang berbahan dasar kayu.

Untuk sektor industri pengolahan, perekonomian

Kabupaten Serang ditopang oleh Industri Besar dan Sedang

(IBS). Jenis Industri manufaktur seperti industri kulit, barang dari

kulit dan alas kaki serta industri kimia dan farmasi merupakan

jenis industri manufaktur yang memberikan kontribusi yang

positif untuk prekonomian Kabupaten Serang ditahun 2015, yaitu

masing-masing sebesar 11,89 persen dan 10,55 persen. Beberapa

kawasan industri utama Kabupaten Serang berada di Kecamatan

Kibin dan Kecamatan Cikande yaitu kawasan Pancatama,

Langgeng Sahabat dan Modern Cikande Estate.

5) Kota Tangerang

Kota Tangerang memiliki 4 (empat) sektor basis, dimana

sektor transpotasi dan pergudangan merupakan sekotr basis yang

memiliki rata-rata nilai LQ tertinggi yaitu sebesar 2,48. Serta

sektor informasi dan komunikasi dengan rata-rata nilai LQ

sebesar 1,34. Sektor transportasi dan pergudangan memberikan

kontribusi terhadap PDRB Kota Tangerang sebesar 15,56 persen

ditahun 2015, sementara sektor informasi dan komunikasi sebesar

7.34 persen. Pada dasarnya sarana transportasi merupakan tulang

punggung pengembangan wilayah sehingga sangat penting untuk

menunjang kelancaran aktivitas sosial dan ekonomi. Moda

Transportasi di Kota Tangerang sudah cukup lengkap, mulai dari

kereta api, kereta bandara, trans Jabodetabek dan moda

transportasi berbasis massa lainnya sudah beroperasi. Jika dilihat

dari jenis usaha transportasi yang digeluti oleh perusahaan di

Kota Tangerang, angkutan darat menjadi primadona dalam dunia

transportasi di Kota Tangerang, kemudian disusul oleh angkutan

perairan, angkutan udara, pergudangan, aktivitas penunjang

angkutan dan aktivitas pos/kurir.

Page 71: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

55

Sementara itu pada era globalisasi seperti saat ini, sektor

informasi dan komunikasi merupakan sektor yang berperan

penting dalam menunjang berbagai aktivitas ekonomi dan

menjadi indikator kemajuan suatu bangsa. Di Kota Tangerang

sendiri, sektor informasi dan komunikasi menyumbangkan jumlah

usaha di Kota Tangerang sebesar 2,66 persen dan mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 1,05 persen (Hasil analisis

SE2016). Jenis usaha informasi dan komunikasi yang banyak

digeluti oleh perusahaan di Kota Tangerang yaitu telekomunikasi,

aktivitas pemrograman, konsultasi komputer dan aktivitas jasa

infromasi.

6) Kota Cilegon

Kota Cilegon memiliki 3 (tiga) sektor basis, dimana sektor

pengadaan listrik dan gas merupakan sektor basis yang memiliki

rata-rata nilai LQ tertinggi yaitu sebesar 2,90, serta sektor

pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

dengan rata-rata nilai LQ sebesar 2,71. Sektor pegadaan listrik

dan gas memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Cilegon

sebesar 3,43 persen ditahun 2015, sementara sektor pengadaan

air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 0,25

persen.

Air bersih pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar yang

tak dapat dipisahkan dari manusia dan aktivitas nya. Pelayanan air

bersih di Kota Cilegon sendiri ditangani oleh tiga operator

meliputi PT. Krakatau Tirta Industri yang mulai beroperasi sejak

tahun 1978, PDAM Cilegon yang dibentuk berdasarkan Perda

Nomor 8 tahun 2002, dan PDAM Serang Cabang Cilegon. Disisi

lain bertambahnya jumlah penduduk Kota Cilegon dari tahun ke

tahun dan tinggi nya aktivitas industri di Kota Cilegon

menyebabkan berubahnya kualitas lingkungan fisik, akibat

sampah rumah tangga dan limbah industri. Dalam menangani hal

tersebut, Pemerintah Kota Cilegon melalui Dinas Kebersihan dan

Page 72: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

56

Pertamanan selain menyediakan saran kebersihan seperti personil

pasukan kuning, Buldozer, Kontainer, mobil Pick Up dan lain

sebagainya, Pemerintah Kota Cilegon juga melakukan pendekatan

pola 3R (Reduce, Reuse, Recyle) kepada masyarakat. Hingga

tahun 2015 penanganan sampah di Kota Cilegon mencapai 56,03

persen dari total sampah yang dihasilkan.

Dari sisi energi, Kota Cilegon memiliki pembangkit listrik

yang masuk dalam jaringan listrik interlokasi Jawa-Bali yaitu

PLTU Suralaya dan PT Krakatau Daya Listrik. PLTU Suralaya

menjadi pembangkit berbahan bakar batubara terbesar di

Indonesia dengan total kapasitas sebesar 3.400 MW. Sementara

Krakatau Daya Listrik (KDL) mempunyai total kapasitas

pembangkit sebesar 400 MW. Keberadaan dua perusahaan

pembangkit listrik tersebut memberikan kotribusi terbesar ketiga

terhadap PDRB Cilegon setelah industri pengolahaan dan

perdagangan.

7) Kota Serang

Kota Serang memiliki 10 (sepuluh) sektor basis, dimana

sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib merupakan sektor basis yang memiliki rata-rata nilai LQ

tertinggi yaitu sebesar 3,09. Serta sektor penyediaan akomodasi,

dan makan minum dengan rata-rata nilai LQ sebesar 2,58.

Seiring berkembangnya Kota Serang sebagai ibukota Provinsi

Banten, keberadaan sektor akomodasi dan makan minum

mengalami pertumbuhan sebab sektor tersebut sangat diperlukan

sebagai penunjang kegiatan dan aktivitas penduduknya.

Pertumbuhan jasa akomodasi dapat dilihat dari semakin

banyaknya usaha akomodasi yang dibangun seperti hotel maupun

penginapan di Kota Serang. Untuk usaha makan dan minum juga

semakin berkembang pesat di Kota Serang, seperti

restoran‐ restoran besar maupun restoran-restoran makanan khas

Kota Serang seperti rabeg dan pecak bandeng yang mulai

Page 73: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

57

membuka gerai makanannya. Selain itu, di Kota Serang juga di

galakkan program industri UMK yang membuat industri makanan

khas daerah seperti ceplis melinjo, sate bandeng dan kerupuk

bakso.

8) Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan memiliki 9 (sembilan) sektor basis,

dimana sektor jasa kesehatan memiliki rata-rata nilai LQ tertinggi

yaitu sebesar 3,66. Serta sektor jasa perusahaan dengan rata-rata

nilai LQ sebesar 3,29. Kota Tangerang Selatan dinilai cukup kuat

sebagai kota perdagangan dan jasa, hal ini dikarenakan Tangerang

Selatan memiliki potensi pasar yang baik. Jumlah penduduk Kota

Tangerang Selatan berjumlah sekitar 1,4 juta jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk mencapai 3,8 persen serta sekitar 70

persen dari jumlah penduduk tersebut merupakan masyarakat

dengan pendapatan ekonomi menengah, oleh karena nya terdapat

kekuatan sosial dan ekonomi disana. Selain itu, letak geografis

yang startegis sebagai wilayah penyangga ibu kota menjadi nilai

lebih bagi Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian, tak heran

jika sektor jasa kesehatan dan jasa perusahaan tumbuh positif dan

termasuk sektor basis.

Sektor jasa kesehatan di Kota Tangerang Selatan sendiri

meliputi penyediaan fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit,

Puskesmas, Balai Pengobatan dan Posyandu. Selain Rumah Sakit

Umum Daerah yang telah dimiliki oleh Kota Tangerang Selatan,

di Kota Tangerang Selatan juga terdapat beberapa Rumah sakit

bertaraf internasional seperti Rumah Sakit Internasional Bintaro,

Omni Hospital dan Eka Hospital.

Page 74: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

58

Setelah dilakukan analisis Location Quotinet pada delapan

Kabupaten/kota di Provinsi Banten, maka selanjutnya dilakukan

analisis surplus pendapatan yang tujuannya untuk mendukung hasil

analisis LQ. Pada dasarnya analisis surplus pendapatan digunakan

untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dari sektor-

sektor perekonomian tertentu. Jika suatu sektor ekonomi memiliki

surplus pendapatan yang bernilai positif, artinya sektor tersebut

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah sendiri dan

masyarakat didaerah lain, serta memberikan surplus bagi masyarakat

yang menghasilkannya. Sedangkan jika surplus pendapatan bernilai

negatif, artinya sektor tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat didaerah nya sendiri maupun kebutuhan masyarakat daerah

lain dan dapat mengurangi pendapatan masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis surplus pendapatan pada delapan

kabupaten/kota di Provinsi Banten menunjukan bahwa hampir semua

surplus pendapatan yang bernilai positif dimiliki oleh sektor-sektor

basis, sementara surplus pendapatan yang bernilai negatif dimiliki

oleh sektor-sektor non basis. Sehingga dapat diartikan bahwa analisis

surplus pendapatan mendukung hasil analisis LQ. Untuk lebih

jelasnya, hasil perhitungan surplus pendapatan kabupaten/kota dapat

dilihat pada lampiran III.

2. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Tipologi Klassen)

Dengan menggunakan tipologi klassen pendekatan kewilayahaan

dapat diketahui kondisi pertumbuhan ekonomi tiap kabupaten/kota di

Provinsi Banten. Tipologi klassen pendekatan kewilayahan didasarkan

atas besarnya laju pertumbuhan dan pendapatan per kapita di tiap

kabupaten/kota Provinsi Banten. Untuk mengetahui laju pertumbuhan

dan pendapatan per kapita kabupaten/kota dan Provinsi Banten, berikut

disajikan pada Tabel 4.5.

Page 75: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

59

Tabel 4.5

Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per

Kapita Provinsi Banten Tahun 2011-2015

Kabupaten/kota Laju Pertumbuhan

(persen)

Pendapatan Per kapita

(juta rupiah)

Kab Pandeglang 5,43 (Ri) 14.178 (Yi)

Kab Lebak 5,80 (Ri) 13.623 (Yi)

Kab Tangerang 6,01 ( Ri) 25.914 (Yi)

Kab Serang 5,58 (Ri) 32.245 (Yi)

Kota Tangerang 6,30 (Ri) 49.803 (Yi)

Kota Cilegon 6,08 (Ri) 157.206 (Yi)

Kota Serang 7,24 (Ri) 28.550 (Yi)

Kota Tangsel 8,29 (Ri) 30.900 (Yi)

Provinsi Banten 6,28 (R) 33.565 (Y)

Sumber : BPS Provinsi Banten

Setelah diketahui laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per

kapita kabupaten/kota di Provinsi Banten, selanjutnya dilakukan

klasifikasi kabupaten/kota kedalam empat kuadran berdasarkan

tipologi klassen. Adapun hasil tipologi klassen pendekatan

kewilayahan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Kabupaten dan Kota di

Provinsi Banten pada tahun 2011-2015 masuk ke dalam empat

kuadran. Kota Tangerang menjadi satu-satunya kota yang masuk

dalam kuadran I (daerah yang maju dan tumbuh cepat), dimana

memiliki laju pertumbuhan dan PDRB per kapita yang sama-sama

lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Banten. Kabupaten/kota

yang mampu menjadi daerah maju pada Provinsi Banten ini

merupakan kabupaten/kota yang memiliki andalan perekonomian di

sektor transportasi pergudangan dan industri pengolahan.

Page 76: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

60

Tabel 4.6

Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah Provinsi Banten

Tahun 2011-2015

Kuadran I

Daerah Maju dan Tumbuh Cepat

Yi > y dan Ri > r

Kota Tangerang

Kuadran II

Daerah Maju tapi Tertekan

Yi > y r dan Ri < r

Kota Cilegon

Kuadran III

Daerah Berkembang Cepat

Yi < y dan Ri > r

Kota Serang

Kota Tangerang Selatan

Kuadran IV

Daerah Relatif Tertinggal

Yi < y dan Ri < r

Kabupaten Lebak

Kabupaten Tangerang

Kabupaten Serang

Kabupaten Pandeglang

Sumber : diolah oleh penulis

Kemudian pada kuadran II juga hanya terdapat satu kota yang

termasuk daerah maju tapi tertekan yaitu Kota Cilegon, dimana

memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, akan tetapi tingkat

pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada Provinsi Banten. Kota

Cilegon yang masuk dalam kuadran II memiliki andalan perekonomian

pada sektor pengadaan listrik gas dan industri pengolahan.

Sedangkan pada Kuadran III terdapat dua kota yaitu Kota Serang

dan Kota Tangerang Selatan yang termasuk daerah berkembang cepat

dimana memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, akan tetapi

pendapatan per kapita nya lebih rendah daripada Provinsi Banten. Kota

Serang dan Kota Tangerang Selatan yang masuk dalam kuadran III

memiliki andalan perekonomian pada sektor perdagangan dan jasa-

jasa.

Terakhir, pada Kuadran IV terdapat empat kabupaten yaitu

Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan

Page 77: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

61

Kabupaten Padeglang. Keempat kabupaten tersebut termasuk daerah

yang relatif tertinggal, dengan tingkat petumbuhan dan pendapatan per

kapita yang sama-sama rendah dibandingkan Provinsi Banten. Ini

berarti baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat

pertumbuhan ekonomi di daerah yang berada pada kuadran ini masih

rendah. Seluruh kabupaten yang termasuk dalam kuadran IV ini

memiliki andalan perekonomian pada sektor pertanian, pertambangan,

dan industri pengolahan.

3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota (Indeks

Williamson)

Coefficient of Variance Wiliamson (CVw) atau sering disebut

dengan Indeks Williamson merupakan metode yang dapat digunakan

untuk melihat besarnya ketimpangan pendapatan antar daerah. Berikut

pada tabel 4.7 menunjukan hasil perhitungan Indeks Williamson antar

kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2011-2015.

Tabel 4.7

Indeks Williamson antar Kabupaten/kota di Provinsi Banten

Tahun 2011-2015

Tahun Indeks Williamson

2011 0,7667

2012 0,7735

2013 0,7760

2014 0,7791

2015 0,7774

Rata-rata 0,7745

Sumber : diolah oleh penulis

Dari tabel tersebut terlihat bahwa hasil perhitungan Indeks

Williamson menunjukan nilai diatas 0,5 artinya ketimpangan wilayah

ini tergolong tinggi (Sjafrizal, 2012). Tingkat ketimpangan yang

semakin mendekati angka satu maka menunjukan kondisi yang

Page 78: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

62

semakin timpang, sebaliknya tingkat ketimpangan yang mendekati

angka nol menunjukan kondisi ketimpangan yang rendah atau tidak

timpang. Ketimpangan antar kabupaten/kota di Provinsi Banten selama

tahun 2011-2015 dapat dikatakan meningkat namun tidak signifikan,

yaitu sebesar 0,7667 di tahun 2011 menjadi 0,7774 di tahun 2015.

Tingginya tingkat ketimpangan di suatu provinsi umumnya

disebabkan perbedaan pendapatan perkapita yang dimiliki oleh

kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. Beberapa

kabupaten/kota yang menyebabkan tingkat ketimpangan pendapatan

Provinsi Banten menjadi cukup tinggi adalah Kota Tangerang dan

Kota Cilegon. Berikut ditunjukan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5

Rata-rata PDRB Per kapita Kabupaten/kota di Provinsi Banten

Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

Menurut data PDRB per kapita Provinsi Banten, Kota Cilegon

menjadi kota yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita tertinggi

di Provinsi Banten, yaitu sebesar Rp. 157.206.582 yang berada jauh

diatas rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Banten yang hanya

sebesar Rp. 33.565.638. Kemudian Kota Tangerang yang juga

memiliki rata-rata pendapatan per kapita diatas rata-rata pendapatan

per kapita Provinsi Banten yaitu sebesar Rp. 49.803.226. Sedangkan

49,8

157,2

33,56

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

PDRB Per kapita

Kab Pandeglang

Kab Lebak

Kab Tangerang

Kab Serang

Kota Tangerang

Kota Cilegon

Kota Serang

Kota Tangsel

Provinsi Banten

Page 79: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

63

kabupaten/kota lainnya memiliki rata-rata pendapatan per kapita

dibawah rata-rata pendapatan per kapita Provinsi Banten.

4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Kabupaten/Kota (Korelasi Pearson)

Pada dasarnya korelasi digunakan untuk mengukur suatu tingkat

atau hubungan linear antara dua variabel. Hasil perhitungan Korelasi

Pearson antara laju pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan (Indeks Williamson) di Provinsi Banten dapat dilihat pada

Tabel 4.8

Tabel 4.8

Hasil Korelasi Pearson antara Indeks Williamson dan

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2011-2015

Pertumbuhan

Ekonomi Banten IW

Pertumbuhan

Ekonomi Banten 1.000000 -0.78364

IW -0.78364 1.0000000

Diolah dengan eviews 6.0

Hasil Korelasi Pearson menunjukan adanya kecenderungan

hubungan yang negatif (berlawanan) dengan nilai korelasi yang kuat

yaitu sebesar -0.783. Akan tetapi kecenderungan hubungan linear yang

kuat antara pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten dengan

ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota ini tidak selalu

menunjukan adanya hubungan kausalitas/sebab akibat. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2015)

tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar

kabupaten di Kalimantan Timur. Hasil penelitian tersebut menunjukan

bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks williamson

memiliki hubungan yang negatif.

Page 80: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah saya

lakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis Location Quotient (LQ) menunjukan kedelapan

Kabupaten/kota di Provinsi Banten memiliki sektor basis yang berbeda

dan jumlah yang beragam. Keberagaman sektor basis tersebut

merupakan potensi ekonomi masing-masing daerah yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor basis yang dimiliki

kabupaten/kota di Provinsi Banten di dominasi oleh Sektor Jasa

Pendidikan yaitu terdapat di 5 kabupaten/kota, Sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan terdapat di 4 kabupaten, Sektor Industri

Pengolahan terdapat di 4 kabupaten/kota, Sektor Konstruksi terdapat di

4 kabupaten/kota, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

terdapat di 4 kabupaten/kota, dan Sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terdapat di 4 kabupaten/kota.

Sementara sektor-sektor basis lainnya hanya terdapat dibeberapa

kabupaten/kota saja.

2. Berdasarkan Tipologi Klassen wilayah, klasifikasi kondisi

pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Banten lebih

dominan termasuk daerah yang relatif tertinggal (Kuadran IV) yaitu

sebanyak empat Kabupaten/kota. Kabupaten/Kota tersebut meliputi

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan

Kabupaten Serang. Sementara yang termasuk daerah berkembang

cepat (Kuadran III) yaitu Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan.

Sedangkan yang termasuk daerah maju tapi tertekan (Kuadran II) yaitu

Kota Cilegon. Terakhir, yang termasuk daerah maju dan cepat tumbuh

(Kuadran I) hanya terdapat satu kabupaten/kota saja yaitu Kota

Tangerang.

Page 81: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

65

3. Berdasarkan Indeks Williamson, menujukan bahwa antar

kabupaten/kota di Provinsi Banten selama tahun 2011-2015 masih

terdapat ketimpangan pendapatan dengan hasil indeks williamson yang

tergolong tinggi yaitu diambang batas 0,5. Besarnya nilai indeks

williamson tersebut di tahun 2011 yaitu sebesar 0,7667 kemudian

meningkat sebesar 0,01 yaitu menjadi 0,7774 ditahun 2015.

4. Berdasarkan Korelasi Pearson, kecenderungan hubungan pertumbuhan

ekonomi Provinsi Banten dengan ketimpangan pendapatan (indeks

williamson) antar kabupaten/kota menunjukan kecenderungan

hubungan yang negatif (berlawanan) dengan nilai korelasi yang kuat

yaitu sebesar -0.783.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah Kabupaten/kota Provinsi Banten

a) Selain memprioritaskan sektor-sektor basis yang mampu menopang

perekonomian wilayah, pemerintah daerah hendaknya juga

memfasilitasi atau memperbaiki faktor-faktor pendukung yang

mempengaruhi perkembangan sektor non basis yang potensial.

Dengan begitu diharapkan sektor non basis yang potensial tersebut

tumbuh menjadi sektor basis yang turut berperan dalam

peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

kabupaten/kota Provinsi Banten di masa yang akan datang.

b) Pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota kearah yang lebih baik, hendaknya tidak

memperbesar ketimpangan pendapatan. Ketimpangan pendapatan

antar kabupaten/kota di Provinsi Banten yang termasuk kategori

tinggi perlu ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan

ekonomi maupun non ekonomi yang saling mendukung. Dalam hal

ini peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan publik (jalan,

listrik, sarana kesehatan, saran pendidikan, dll) sangat diharapkan

akan mampu memperlancar proses pembangunan dan

meningkatkan kualitas SDM. Sumber daya manusia yang

Page 82: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

66

berkualitas serta didukung oleh fisik yang sehat akan mampu

meningkatkan produktifitas nya dan mendukung keberhasilan

pembangunan, khususnya dalam mengurangi masalah ketimpangan

pendapatan.

2. Bagi Peneliti Lainnya

a) Untuk mengidentifikasi potensi ekonomi di suatu daerah

hendaknya dilakukan dengan menggunakan metode lainnya yang

harapannya lebih menggambarkan potensi ekonomi yang lebih

mendalam. Karena mengidentifikasi potensi ekonomi daerah

dengan menggunakan analisis basis ekonomi, akan diketahui

potensi ekonomi berdasarkan PDRB atau pendapatan sektor

tersebut, dengan kata lain suatu sektor menjadi basis karena

kontribusi nya yang besar terhadap PDRB.

b) Mengingat sektor ekonomi basis merupakan sektor – sektor yang

mampu mempengaruhi keadaan perekonomian, maka dari itu dapat

dilakukan analisis lebih lanjut mengenai pernanan sektor-sektor

ekonomi basis dalam mengurangi ketimpangan pendapatan di

Provinsi Banten.

Page 83: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

67

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah. Yogyakarta: BPFE.

Arsyad, Lincolin. (2002). Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Daerah. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Bagaskara, Afrisal D., dan Sudarti. (2017). Analisis Potensi Sektor Unggulan dan

Pergeseran Struktur Perekonomian di Kabupaten/kota Provinsi Banten

Tahun 2011-2015. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol.1 Jilid 1 Hal 75-92

Universitas Muhammadiyah Malang.

BAPPEDA. (2017). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Banten Tahun 2017- 2022, BAPPEDA Provinsi Banten.

BAPPEDA. (2005). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Lebak 2005-2025, BAPPEDA Kabupaten Lebak.

BAPPEDA. (2013). Penyusunan Kajian Potensi Kecamatan Sekabupaten

Pandeglang, BAPPEDA Kabupaten Pandeglang.

BPS. (2016). Provinsi Banten Dalam Angka 2016. BPS Provinsi Banten.

BPS. (2016). Potensi Ekonomi Kota Tangerang (Sensus Ekonomi Hasil Listing

2016), BPS Kota Tangerang.

BPS. (2016). Potensi Ekonomi Kota Cilegon (Sensus Ekonomi Hasil Listing

2016), BPS Kota Cilegon.

BPS. (2016). Potensi Ekonomi Kota Serang (Sensus Ekonomi Hasil Listing 2016),

BPS Kota Serang.

BPS. (2016) Potensi Ekonomi Kota Tangerang Selatan (Sensus Ekonomi Hasil

Listing 2016), BPS Kota Tangerang Selatan.

BPS. (2016). Statistik Daerah Provinsi Banten 2016. BPS Provinsi Banten.

Chairina. (2018). Potential Analysis of the Development of the Teluk Aru Region

in District Level. International Journal of Progressive Sciences and

Technologies Vol. 6 No. 2 Page 517-524.

Cholif Prasetio Wicaksono. (2010). Anlisis Disparitas Pendapatan Antar

Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2003-2007. Skripsi S1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Diponogoro Semarang.

Dhyatmika, Ketut Wahyu. (2013). Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi

Banten Pasca Pemekaran. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang.

Page 84: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

68

Dhyatmika, Ketut Wahyu., dan Hastarini Dwi Atmanti (2013). Analisis

Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten Pasca Pemekaran. Jurnal

Ekonomi Diponegoro Vol.2 No.2 Hal 1-8 Universitas Diponegoro.

Endi, Rizal. (2015). Analisis Sektor Unggulan dan Pengembangan Wilayah di

Kota Bandar Lampung Selama Tahun 2000-2012. Skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah dan

Kebijakan. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. (2004). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar

Wilayah, dalam buku Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta:

Erlangga.

Muthalib, Abd Azis. (2017). Analysis of Economic Growths and Development

Gaps between Cities in Southeast Sulawesi. International Journal of

Economics and Financial Issues Vol.7 No.2 Page 125-128.

Novrilasari, Dylla. (2008). Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan

Perekonomian dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kuantan

Singingi. Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Alur Laut Kepulauan

Indonesia.

Pramulyawan, Aditya. (2010). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan

Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun

2001-2008. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Prayitno, Andi. (2009) Analisis Ketimpangan dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten. Skripsi S1

Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor.

Putra, Linggar Dewangga. (2011). Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi

Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa

Tengah Periode 2000-2007. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang..

Saerofi, Mujib.(2005). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor

Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi

dan SWOT). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ekonomi, Universitas

Negeri Semarang.

Sari, Apriyani Intan. (2017). Analisis Peranan Sektor Ekonomi Basis Terhadap

Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2011-2015. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN

Syarif Hidayatullah.

Page 85: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

69

Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Edisi kedua cetakan kesatu, Jakarta: PT Fajar Interpratama

Mandiri.

Supranto, J.(2008). Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Syafrizal. (1997). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat, Majalah Prisma. No.3 Maret 1997, hal 27-38,

LP3ES.

Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Tarigan, Robinson. (2004). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional: Teori & Aplikasi. Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Tarigan, Robinson. (2004). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tarigan, Robinson. (2007). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Todaro, Michael P. (1993). Perkembangan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C. (2011). Economic Development.

Eleventh Edition. United States: Addison Wesley.

Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi

Ketujuh (diterjemahkan oleh Haris Munandar), Jakarta: Erlangga.

Todaro Michael P. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Tambunan, Tulus. (2001). Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yuliani, Tutik. (2015). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Kabupaten di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan

Vol.9 No.1 Hal 46-53 Universitas Negri Semarang.

Page 86: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

70

Lampiran I (Data Penelitian)

PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 17242080 17793380 18990920 19456950 20743470

Pertambangan dan Penggalian 2746960 2745740 2575230 2677280 2775250

Industri Pengolahan 113462350 118846200 128133430 130305900 134907470

Pengadaan Listrik dan Gas 4066740 4207620 4063470 4399170 4338090

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 295530 297100 307300 329280 346290

Konstruksi 23288510 25805840 28383590 31636470 34153900

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 38666550 42275120 44559120 47249360 49575360

Transportasi dan Pergudangan 18223940 19953780 20782540 21908320 23348640

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6709730 7081440 7356970 8006950 8520040

Informasi dan Komunikasi 12343140 14129080 15263000 18119060 19782890

Jasa Keuangan dan Asuransi 7414400 8216720 8927390 9351260 10136570

Real Estate 22018740 23804670 25546750 27697290 29687730

Jasa Perusahaan 2666180 2858310 3076620 3346880 3607270

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5144450 5463300 5519390 5970700 6361710

Jasa Pendidikan 8567840 8925550 9277290 9979680 10647510

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3532530 3719710 3780940 4020470 4228760

Jasa Lainnya 4156170 4262050 4555150 4896200 5216250

Produk Domestik Regional Bruto 290545840 310385610 331099100 349351220 368377200

Sumber : BPS Provinsi Banten

Page 87: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

71

PDRB Kabupaten Pandeglang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4149988 4716618 5591506 5974218 6863684

Pertambangan dan Penggalian 1845664 2026643 1885819 2083982 2189239

Industri Pengolahan 926247 986584 1057053 1115481 1189070

Pengadaan Listrik dan Gas 52562 61438 65682 80936 103001

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 9646 9812 9323 10319 11449

Konstruksi 636455 710061 773790 883617 1001813

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1680518 1813637 1908141 2108968 2257912

Transportasi dan Pergudangan 715924 777834 893142 1076767 1184189

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 672548 732388 799756 958109 1110521

Informasi dan Komunikasi 50229 53113 53367 60303 61827

Jasa Keuangan dan Asuransi 321432 377680 415380 450411 493250

Real Estate 1079431 1137239 1164090 1254159 1406247

Jasa Perusahaan 32117 34833 37215 40315 46527

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 816737 907661 942111 1117019 1270491

Jasa Pendidikan 429169 478961 527747 616698 679873

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 134446 145256 153559 173417 193283

Jasa Lainnya 141857 145679 166223 190955 215583

Produk Domestik Regional Bruto 13694970 15115437 16443904 18195674 20277959

Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang

Page 88: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

72

PDRB Kabupaten Lebak Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Kategori 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3775442,66 3726739,54 4058413,26 4097374,25 4437938,21

Pertambangan dan Penggalian 1121712,61 1159775,02 1102410,65 1126054,80 1157541,02

Industri Pengolahan 1601045,08 1713323,42 1825499,08 1848228,13 1791418,42

Pengadaan Listrik dan Gas 6953,40 8148,43 8991,04 10786,85 11370,45

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8914,08 9097,21 9101,39 9278,61 9794,33

Konstruksi 605895,73 677017,39 744666,34 924617,91 1115739,44

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1809290,58 1957614,19 2101171,88 2222629,48 2284125,35

Transportasi dan Pergudangan 779355,29 848694,16 908455,15 1001444,37 1036141,73

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 590821,26 641385,98 675197,19 743898,25 798582,61

Informasi dan Komunikasi 89002,54 100975,08 110460,12 131108,44 136645,87

Jasa Keuangan dan Asuransi 204787,92 229959,95 252302,65 268550,82 289132,58

Real Estate 901456,48 980877,73 1051564,96 1127303,61 1183799,93

Jasa Perusahaan 41068,62 44392,64 46622,11 50112,89 52435,20

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 634720,30 678782,39 687243,75 755020,70 825389,04

Jasa Pendidikan 711033,68 755103,03 799623,20 876156,75 937454,65

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 128934,11 142076,28 149679,18 162827,47 177475,95

Jasa Lainnya 315185,49 332246,49 356582,26 400853,64 425904,59

Produk Domestik Regional Bruto 13325628,83 14006208,93 14887984,21 15756246,97 16670889,37

Sumber: BPS Kabupaten Lebak

Page 89: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

73

PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perkinan 4102067,31 4119358,17 4383527,18 4578933,08 4784900,83

Pertambangan dan Penggalian 34836,17 34254,42 32405,59 33521,01 34291,40

Industri Pengolahan 27243830,18 28522128,38 30586738,98 30836158,49 31622407,58

Pengadaan Listrik dan Gas 1695973,23 1703354,13 1620271,11 1759702,63 1726349,12

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 51341,39 50954,77 53373,79 57821,46 60743,20

Konstruksi 6219899,07 6826992,42 7501833,06 8433393,43 9242362,20

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7019061,77 7798004,85 8110604,99 8629025,19 9121795,75

Transportasi dan Pergudangan 1516490,73 1655237,90 1757150,03 1920099,90 2034862,30

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 856996,52 897424,9 935696,91 1040875,69 1115730,80

Informasi dan Komunikasi 2486313,56 2747071,53 2889537,67 3432313,02 3836448,25

Jasa Keuangan dan Asuransi 2623124,95 2900825,95 3134515,05 3262769,73 3519070,98

Real Estate 4348911,63 4628115,86 4933439,75 5385274,28 5859954,58

Jasa Perusahaan 549731,36 583586,30 624475,19 671314,00 715000,77

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 850083,90 899640,06 915297,74 987376,54 1077540,49

Jasa Pendidikan 1344931,02 1386326,71 1433574,15 1560574,35 1701907,73

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 252364,15 258582,88 263965,07 284944,38 306746,47

Jasa Lainnya 826543,52 836382,12 889576,98 954286,53 1022194,12

Produk Domestik Regional Bruto 62022491,46 65848281,35 70065983,24 73823384,71 77782306,57

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang

Page 90: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

74

PDRB Kabupaten Serang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3267210 3518780 3542610 3700390 3954270

Pertambangan dan Penggalian 41500 42630 43360 42450 45710

Industri Pengolahan 19707090 19795680 21090080 21763990 22928900

Pengadaan Listrik dan Gas 167990 182870 196280 199700 203240

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11650 12050 13460 14400 15280

Konstruksi 2787270 3205260 3526790 3963540 4116320

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3065330 3460380 3650500 3922740 4115740

Transportasi dan Pergudangan 1058040 1184430 1291430 1443350 1536430

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 785440 848900 897300 987350 1039560

Informasi dan Komunikasi 354020 419330 452270 511050 526000

Jasa Keuangan dan Asuransi 716310 843800 949590 979180 1072320

Real Estate 1536900 1752680 1900030 2087050 2185870

Jasa Perusahaan 73500 81200 88300 95150 97390

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 678140 743180 761150 819220 840630

Jasa Pendidikan 1157200 1229300 1280290 1381910 1401530

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 174170 189090 193260 214250 224040

Jasa Lainnya 323610 340080 369990 415460 425290

Produk Domestik Regional Bruto 35905370 37849640 40246690 42541180 44728520

Sumber: BPS Kabupaten Serang

Page 91: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

75

PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1014133,98 1040425,20 1104439,59 1204675,92 1290527,88

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 29642885,43 31518617,99 33897397,64 34007789,19 35049959,02

Pengadaan Listrik dan Gas 137721,57 143687,23 153250 158706,38 157084,34

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 58336,27 57808,09 62184,46 66988,53 70477,12

Konstruksi 4284896,44 4679631,26 5192798,09 5938308,30 6456080,18

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9574497,72 10134508,82 10815505,73 11449935,91 11921925,81

Transportasi dan Pergudangan 11333981,10 12430452,73 12791827,40 13133400,91 14132365,91

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1009501,41 1035688,60 1071808,50 1208704,89 1295355,56

Informasi dan Komunikasi 4073679,84 4601773,38 4946118,29 6083277,64 6666405,63

Jasa Keuangan dan Asuransi 1775960,63 1937711,81 2123487,53 2228699,41 2409286,71

Real Estate 4311680,19 4559742,03 4821302,37 5312631,04 5615609,51

Jasa Perusahaan 713229,16 747963,72 792407,05 850916,15 910624,35

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 822383,92 853517,95 863453,21 919492,22 984136,24

Jasa Pendidikan 1530717,40 1587519,00 1633186,18 1769858,64 1891038,17

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 645178,12 676969,70 685909,35 767462,71 796832,56

Jasa Lainnya 935359,01 939908,10 1010239,21 1082674,92 1163705,31

Produk Domestik Regional Bruto 71864142,19 76945925,61 81965314,58 86183522,76 90811414,30

Sumber: BPS Kota Tangerang

Page 92: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

76

PDRB Kota Cilegon Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 140292,93 144133,66 142126,31 145538,03 155819,51

Pertambangan dan Penggalian 24982,35 26123,12 25030,39 25804,18 26335,74

Industri Pengolahan 29526011,33 31454647,07 34559016,23 35455305,01 36820043,56

Pengadaan Listrik dan Gas 1936855,48 2014320,36 1921570,26 2092193,57 2060296,15

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 133334,32 134983,79 135554,54 144712,86 152088,31

Konstruksi 2486316,32 2752897,05 2920489,27 3367984,82 3684526,70

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5306095,35 5977809,30 6101225,11 6473340,00 6813651,12

Transportasi dan Pergudangan 1343171,42 1436543,08 1416309,32 1529272,41 1589755,27

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 969299,22 1010621,77 995577,20 1077723,10 1179222,05

Informasi dan Komunikasi 441760,24 507719,00 492068,86 553052,78 615191,59

Jasa Keuangan dan Asuransi 1023509,75 1143388,27 1211784,22 1269236,88 1398158,95

Real Estate 2832859,11 3124310,44 3228095,44 3428540,29 3659851,08

Jasa Perusahaan 139900,48 152227,83 156667,90 164825,91 174221,61

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 321920,72 348325,14 345749,91 367166,35 397488,98

Jasa Pendidikan 306488,65 314502,66 307382,11 330051,87 360972,69

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 344745,37 376555,67 371664,74 395040,52 426041,19

Jasa Lainnya 355774,59 381097,47 402349,52 442134,22 483072,37

Produk Domestik Regional Bruto 47633317,63 51300205,68 54732934,33 57261922,80 59996736,87

Sumber: BPS Kota Cilegon

Page 93: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

77

PDRB Kota Serang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 834639,91 831108,56 883585,73 916748,10 936915,28

Pertambangan dan Penggalian 1260,09 1256,79 1217,08 1222,34 1268,34

Industri Pengolahan 724342,81 751008,68 811095,05 879557,19 906366,15

Pengadaan Listrik dan Gas 16779,34 19519,55 21819,83 23083,81 23101,89

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3894,83 3990,01 4351,50 4669,62 4891,79

Konstruksi 2199822,90 2390937,17 2600801,97 2718143,45 3011381,04

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4156908,93 4525494,69 4865238,71 5108322,20 5365036,52

Transportasi dan Pergudangan 576409,28 634856,45 693495,06 770915,36 793139,76

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 788724,09 856290,46 903956,83 1004468,53 1073839,25

Informasi dan Komunikasi 628680,24 707998,46 778559,18 899955,58 987551,25

Jasa Keuangan dan Asuransi 363294,06 394436,68 430227,58 464789,26 509836,62

Real Estate 1350476,01 1431909,30 1536198,55 1674456,42 1788107,56

Jasa Perusahaan 114620,84 122658,04 133523,16 144044,86 152841,75

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 769815,33 815714,46 824706,03 872621,45 890576,51

Jasa Pendidikan 531427,46 554683,19 585068,07 626022,83 673725,77

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 285102,77 301939,55 315345,76 337313,01 361683,10

Jasa Lainnya 249492,14 260834,91 281593,89 298749,87 318743,90

Produk Domestik Regional Bruto 13595691,03 14604636,95 15670783,98 16745083,88 17799006,48

Sumber: BPS Kota Serang

Page 94: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

78

PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perkinan 110301,88 107444,18 105673,80 108891,37 111173,29

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 4132064,25 4161968,34 4509224,37 4822698,62 5007025,79

Pengadaan Listrik dan Gas 33828,64 37887,03 41815,59 44169,56 44738,17

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 18603,22 18761,27 19810,76 21068,66 22128,62

Konstruksi 4094097,01 4612436,93 5190085,72 5560436,45 5928898,66

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6106598,58 6686872,35 7111782,12 7425983,22 7853854,15

Transportasi dan Pergudangan 890453,28 974314,00 1080822,70 1215245,13 1316787,38

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1045153,55 1098488,80 1165832,04 1256153,28 1337437,16

Informasi dan Komunikasi 4218413,00 4988769,30 5536767,77 6440221,30 7094014,43

Jasa Keuangan dan Asuransi 395504,79 422153,56 455107,76 493491,66 535828,03

Real Estate 5647841,64 6179455,24 6897771,60 7463027,17 8100324,92

Jasa Perusahaan 1002593,91 1093100,38 1200504,19 1334940,79 1473203,28

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 353713,80 369872,20 378087,46 416220,07 452514,46

Jasa Pendidikan 2578307,81 2669497,67 2794593,61 2954229,60 3195980,62

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1572982,14 1638692,40 1663367,14 1708576,84 1778957,65

Jasa Lainnya 1014365,26 1032095,04 1100290,84 1146113,40 1212336,10

Produk Domestik Regional Bruto 33214822,76 36091808,69 39251537,47 42411467,12 45465202,71

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan

Page 95: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

79

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab Pandeglang 11766401,14 12887168,08 13900103,54 15317815,93 17021570,09

Kab Lebak 11416134,95 12239703,77 13416112,11 14765720,77 16282133,27

Kab Tangerang 22261952,21 23662041,75 25514935,14 27999002,57 30132576,39

Kab Serang 26822372,98 29240909,81 31685494,20 35007025,86 38457048,82

Kota Tangerang 40778914,15 43919046,02 48433319,89 54980937,05 60903914,31

Kota Cilegon 129792308,63 141650612,05 155024561,93 172091926,65 187473505,19

Kota Serang 23855955,39 25575823,32 28203885,22 31148320,22 33966339,46

Kota Tangerang Selatan 25920658,66 28020186,07 30723741,42 33539279,37 36300234,39

Provinsi Banten 27977008,90 30202440,50 32991607,00 36629181,91 40027958,58

Sumber: BPS Provinsi Banten

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011-2015

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kab Pandeglang 1172179 1181430 1183006 1188405 1194911

Kab Lebak 1228884 1239660 1247906 1259305 1269812

Kab Tangerang 2960474 3050929 3157780 3264776 3370594

Kab Serang 1434137 1448964 1450894 1463094 1474301

Kota Tangerang 1869791 1918556 1952396 1999894 2047105

Kota Cilegon 385720 392341 398304 405303 412106

Kota Serang 598407 611987 618802 631101 643205

Kota Tangerang Selatan 1355926 1405170 1443403 1492999 1543209

Provinsi Banten 11005518 11248947 11452491 11704877 11955243

Page 96: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

80

Laju Petumbuhan Ekonomi ADHK 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (persen)

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015

Kabupaten Pandeglang 5,74 5,81 4,72 4,93 5,96

Kabupaten Lebak 5,99 5,11 6,3 5,83 5,8

Kabupaten Tangerang 6,75 6,17 6,41 5,37 5,36

Kabupaten Serang 6,1 5,42 6,04 5,39 5,14

Kota Tangerang 7,39 7,07 6,52 5,15 5,37

Kota Cilegon 6,62 7,7 6,69 4,62 4,78

Kota Serang 8,34 7,42 7,3 6,86 6,29

Kota Tangerang Selatan 8,81 8,66 8,75 8,05 7,2

Provinsi Banten 7,03 6,83 6,67 5,51 5,4

Sumber: BPS Provinsi Banten

Page 97: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

81

Lampiran II (Hasil Analisis Location Quotient)

Location Quotient (LQ) Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata- rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,19 5,99 5,78 5,59 5,61 5,63

Pertambangan dan Penggalian 12,40 12,19 12,25 12,51 12,39 12,35

Industri Pengolahan 0,17 0,18 0,17 0,18 0,18 0,18

Pengadaan Listrik dan Gas 0,39 0,53 0,56 0,52 0,54 0,51

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,72 0,72 0,71 0,73 0,72 0,72

Konstruksi 0,59 0,58 0,57 0,57 0,56 0,57

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,94 0,93 0,93 0,95 0,94 0,94

Transportasi dan Pergudangan 0,89 0,89 0,93 0,99 0,97 0,94

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,21 2,21 2,23 2,31 2,36 2,26

Informasi dan Komunikasi 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,94 0,95 0,95 0,95 0,91 0,94

Real Estate 1,11 1,09 1,06 1,05 1,03 1,07

Jasa Perusahaan 0,26 0,26 0,26 0,25 0,24 0,25

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,10 3,12 3,10 3,23 3,23 3,16

Jasa Pendidikan 1,06 1,08 1,10 1,13 1,13 1,10

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,77 0,82 0,84 0,86 0,87 0,83

Jasa Lainnya 0,73 0,74 0,73 0,74 0,73 0,73

Sumber: diolah oleh penulis

Page 98: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

82

Location Quotient (LQ) Kabupaten Lebak Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,77 4,64 4,75 4,67 4,73 4,71

Pertambangan dan Penggalian 8,90 9,36 9,52 9,33 9,22 9,27

Industri Pengolahan 0,31 0,32 0,32 0,31 0,29 0,31

Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,04 0,05 0,05 0,06 0,05

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,66 0,68 0,66 0,62 0,62 0,65

Konstruksi 0,57 0,58 0,58 0,65 0,72 0,62

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,02 1,03 1,05 1,04 1,02 1,03

Transportasi dan Pergudangan 0,93 0,94 0,97 1,01 0,98 0,97

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,92 2,01 2,04 2,06 2,07 2,02

Informasi dan Komunikasi 0,16 0,16 0,16 0,16 0,15 0,16

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,60 0,62 0,63 0,64 0,63 0,62

Real Estate 0,89 0,91 0,92 0,90 0,88 0,90

Jasa Perusahaan 0,34 0,34 0,34 0,33 0,32 0,33

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,69 2,75 2,77 2,80 2,87 2,78

Jasa Pendidikan 1,81 1,87 1,92 1,95 1,95 1,90

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,80 0,85 0,88 0,90 0,93 0,87

Jasa Lainnya 1,65 1,73 1,74 1,82 1,80 1,75

Sumber: diolah oleh penulis

Page 99: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

83

Location Quotient (LQ) Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,11 1,09 1,09 1,11 1,09 1,10

Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

Industri Pengolahan 1,12 1,13 1,13 1,12 1,11 1,12

Pengadaan Listrik dan Gas 1,95 1,91 1,88 1,89 1,88 1,90

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,81 0,81 0,82 0,83 0,83 0,82

Konstruksi 1,25 1,25 1,25 1,26 1,28 1,26

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,85 0,87 0,86 0,86 0,87 0,86

Transportasi dan Pergudangan 0,39 0,39 0,40 0,41 0,41 0,40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,60 0,60 0,60 0,62 0,62 0,61

Informasi dan Komunikasi 0,94 0,92 0,89 0,90 0,92 0,91

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,66 1,66 1,66 1,65 1,64 1,66

Real Estate 0,93 0,92 0,91 0,92 0,93 0,92

Jasa Perusahaan 0,97 0,96 0,96 0,95 0,94 0,96

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,77 0,78 0,78 0,78 0,80 0,78

Jasa Pendidikan 0,74 0,73 0,73 0,74 0,76 0,74

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,33 0,33 0,33 0,34 0,34 0,33

Jasa Lainnya 0,93 0,93 0,92 0,92 0,93 0,93

Sumber: diolah oleh penulis

Page 100: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

84

Location Quotient (LQ) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,53 1,62 1,53 1,56 1,57 1,56

Pertambangan dan Penggalian 0,12 0,13 0,14 0,13 0,14 0,13

Industri Pengolahan 1,41 1,37 1,35 1,37 1,40 1,38

Pengadaan Listrik dan Gas 0,33 0,36 0,40 0,37 0,39 0,37

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,32 0,33 0,36 0,36 0,36 0,35

Konstruksi 0,97 1,02 1,02 1,03 0,99 1,01

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,64 0,67 0,67 0,68 0,68 0,67

Transportasi dan Pergudangan 0,47 0,49 0,51 0,54 0,54 0,51

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,95 0,98 1,00 1,01 1,00 0,99

Informasi dan Komunikasi 0,23 0,24 0,24 0,23 0,22 0,23

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,78 0,84 0,88 0,86 0,87 0,85

Real Estate 0,56 0,60 0,61 0,62 0,61 0,60

Jasa Perusahaan 0,22 0,23 0,24 0,23 0,22 0,23

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,07 1,12 1,13 1,13 1,09 1,11

Jasa Pendidikan 1,09 1,13 1,14 1,14 1,08 1,12

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,40 0,42 0,42 0,44 0,44 0,42

Jasa Lainnya 0,63 0,65 0,67 0,70 0,67 0,66

Sumber: diolah oleh penulis

Page 101: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

85

Location Quotient (LQ) Kota Tangerang Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,24 0,24 0,23 0,25 0,25 0,24

Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Industri Pengolahan 1,06 1,07 1,07 1,06 1,05 1,06

Pengadaan Listrik dan Gas 0,14 0,14 0,15 0,15 0,15 0,14

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,80 0,78 0,82 0,82 0,83 0,81

Konstruksi 0,74 0,73 0,74 0,76 0,77 0,75

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,00 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98

Transportasi dan Pergudangan 2,51 2,51 2,49 2,43 2,46 2,48

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,61 0,59 0,59 0,61 0,62 0,60

Informasi dan Komunikasi 1,33 1,31 1,31 1,36 1,37 1,34

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,97 0,95 0,96 0,97 0,96 0,96

Real Estate 0,79 0,77 0,76 0,78 0,77 0,77

Jasa Perusahaan 1,08 1,06 1,04 1,03 1,02 1,05

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,65 0,63 0,63 0,62 0,63 0,63

Jasa Pendidikan 0,72 0,72 0,71 0,72 0,72 0,72

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,74 0,73 0,73 0,77 0,76 0,75

Jasa Lainnya 0,91 0,89 0,90 0,90 0,90 0,90

Sumber: diolah oleh penulis

Page 102: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

86

Location Quotient (LQ) Kota Cilegon Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

Industri Pengolahan 1,59 1,60 1,63 1,66 1,68 1,63

Pengadaan Listrik dan Gas 2,91 2,90 2,86 2,90 2,92 2,90

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2,75 2,75 2,67 2,68 2,70 2,71

Konstruksi 0,65 0,65 0,62 0,65 0,66 0,65

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,84 0,86 0,83 0,84 0,84 0,84

Transportasi dan Pergudangan 0,45 0,44 0,41 0,43 0,42 0,43

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,88 0,86 0,82 0,82 0,85 0,85

Informasi dan Komunikasi 0,22 0,22 0,20 0,19 0,19 0,20

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,84 0,84 0,82 0,83 0,85 0,84

Real Estate 0,78 0,79 0,76 0,76 0,76 0,77

Jasa Perusahaan 0,32 0,32 0,31 0,30 0,30 0,31

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,38 0,39 0,38 0,38 0,38 0,38

Jasa Pendidikan 0,22 0,21 0,20 0,20 0,21 0,21

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,60 0,61 0,59 0,60 0,62 0,60

Jasa Lainnya 0,52 0,54 0,53 0,55 0,57 0,54

Sumber: diolah oleh penulis

Page 103: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

87

Location Quotient (LQ) Kota Serang Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,03 0,99 0,98 0,98 0,93 0,99

Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Industri Pengolahan 0,14 0,13 0,13 0,14 0,14 0,14

Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 0,10 0,11 0,11 0,11 0,10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,28 0,29 0,30 0,30 0,29 0,29

Konstruksi 2,02 1,97 1,94 1,79 1,82 1,91

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,30 2,28 2,31 2,26 2,24 2,27

Transportasi dan Pergudangan 0,68 0,68 0,71 0,73 0,70 0,70

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,51 2,57 2,60 2,62 2,61 2,58

Informasi dan Komunikasi 1,09 1,06 1,08 1,04 1,03 1,06

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,05 1,02 1,02 1,04 1,04 1,03

Real Estate 1,31 1,28 1,27 1,26 1,25 1,27

Jasa Perusahaan 0,92 0,91 0,92 0,90 0,88 0,90

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,20 3,17 3,16 3,05 2,90 3,09

Jasa Pendidikan 1,33 1,32 1,33 1,31 1,31 1,32

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,72 1,73 1,76 1,75 1,77 1,75

Jasa Lainnya 1,28 1,30 1,31 1,27 1,26 1,29

Sumber: diolah oleh penulis

Page 104: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

88

Location Quotient (LQ) Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,05

Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Industri Pengolahan 0,32 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30

Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,08 0,09 0,08 0,08 0,08

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,55 0,54 0,54 0,53 0,52 0,54

Konstruksi 1,54 1,54 1,54 1,45 1,41 1,49

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,38 1,36 1,35 1,29 1,28 1,33

Transportasi dan Pergudangan 0,43 0,42 0,44 0,46 0,46 0,44

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,36 1,33 1,34 1,29 1,27 1,32

Informasi dan Komunikasi 2,99 3,04 3,06 2,93 2,91 2,98

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,47 0,44 0,43 0,43 0,43 0,44

Real Estate 2,24 2,23 2,28 2,22 2,21 2,24

Jasa Perusahaan 3,29 3,29 3,29 3,29 3,31 3,29

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,60 0,58 0,58 0,57 0,58 0,58

Jasa Pendidikan 2,63 2,57 2,54 2,44 2,43 2,52

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,90 3,79 3,71 3,50 3,41 3,66

Jasa Lainnya 2,13 2,08 2,04 1,93 1,88 2,01

Sumber: diolah oleh penulis

Page 105: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

89

Lampiran III (Hasil Analisis Surplus Pendapatan)

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.011.295 1.201.384 1.580.596 1.628.794 1.936.723

Pertambangan dan Penggalian 231.289 253.799 201.602 222.711 219.860

Industri Pengolahan -299.067 -313.367 -341.124 -347.683 -365.737

Pengadaan Listrik dan Gas -534 -583 -544 -659 -690

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang - 3 -3 -3 -4 - 4

Konstruksi -21.436 -25.680 -29.922 -37.108 -43.389

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor -17.430 -29.410 -35.377 -40.796 -52.450

Transportasi dan Pergudangan -7.479 -9.978 -7.551 -3.806 -5.903

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 17.497 18.777 21.126 28.491 35.133

Informasi dan Komunikasi -1.950 -2.231 -2.287 -2.928 -3.132

Jasa Keuangan dan Asuransi -658 -561 -707 - 907 -1.575

Real estate 3.277 -1.657 -7.410 -12.988 -15.809

Jasa Perusahaan -219 -241 -262 -297 -349

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 34.247 38.527 38.271 49.482 57.660

Jasa Pendidikan 794 1.404 2.150 3.285 3.144

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -315 -345 -320 -343 - 376

Jasa Lainnya -560 -596 -607 -672 -761

Page 106: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

90

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Lebak Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 845.617 777.961 873.530 837.311 931.516

Pertambangan dan Penggalian 83.817 85.775 73.056 71.846 71.653

Industri Pengolahan -432.869 -446.445 -482.623 -472.578 -463.553

Pengadaan Listrik dan Gas -94 -106 -105 -128 -126

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang -3 -3 -3 -3 -3

Konstruksi -21.016 -23.563 -26.590 -29.472 -28.772

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 4.872 6.980 13.768 12.923 5.562

Transportasi dan Pergudangan -3.303 -3.134 -1.589 848 -1.274

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 12.551 14.738 15.619 18.072 19.784

Informasi dan Komunikasi -3.187 -3.869 -4.272 -5.709 -6.218

Jasa Keuangan dan Asuransi -2.079 -2.312 -2.527 -2.611 -2.941

Real estate -7.334 -6.535 -6.862 -8.720 -11.341

Jasa Perusahaan -250 -268 -287 -321 -349

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 18.994 20.948 20.268 23.276 26.612

Jasa Pendidikan 16.972 18.995 20.542 23.692 25.620

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -320 -261 -204 -191 -148

Jasa Lainnya 2.946 3.319 3.635 4.580 4.850

Sumber: diolah oleh penuli

Page 107: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

91

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 27.872 21.551 22.819 28.989 24.911

Pertambangan dan Penggalian -310 -285 -237 -242 -243

Industri Pengolahan 1.327.941 1.433.255 1.515.503 1.378.617 1.275.304

Pengadaan Listrik dan Gas 22.637 20.971 17.584 19.787 17.986

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang -10 -9 -9 -9 -10

Konstruksi 125.208 140.202 160.110 199.700 241.309

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor -139.769 -138.634 -152.664 -158.441 -157.846

Transportasi dan Pergudangan -58.040 -64.802 -66.227 -70.472 -75.740

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum -7.950 -8.244 -8.295 -9.180 -9.801

Informasi dan Komunikasi -5.955 -10.447 -14.037 -18.436 -16.803

Jasa Keuangan dan Asuransi 44.001 50.998 55.712 56.868 62.378

Real estate -24.640 -29.663 -33.281 -34.110 -30.781

Jasa Perusahaan -172 -202 -237 -327 -429

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib -3.400 -3.544 -3.301 -3.669 -3.681

Jasa Pendidikan -10.496 -10.679 -10.837 -11.590 -11.953

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -2.041 -2.083 -2.020 -2.179 -2.312

Jasa Lainnya -809 -861 -944 -1.039 -1.041

Sumber: diolah oleh penulis

Page 108: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

92

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Serang Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 103.411 125.412 108.635 115.782 126.915

Pertambangan dan Penggalian -344 -329 -291 -283 -298

Industri Pengolahan 3.120.568 2.773.570 2.889.890 3.016.580 3.356.853

Pengadaan Listrik dan Gas -1.565 -1.595 -1.452 -1.577 -1.470

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang -8 -8 -8 -9 -9

Konstruksi -7.041 4.945 6.715 10.352 -2.822

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor -146.247 -154.947 -160.170 -168.829 -175.173

Transportasi dan Pergudangan -35.186 -39.079 -39.622 -41.544 -44.606

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum -957 -328 67 286 117

Informasi dan Komunikasi -11.549 -14.443 -15.766 -20.366 -22.062

Jasa Keuangan dan Asuransi -3.989 -3.526 -3.199 -3.672 -3.799

Real estate -50.687 -53.260 -56.902 -63.076 -69.338

Jasa Perusahaan -524 -574 -627 -699 -742

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 801 1.511 1.707 1.775 1.282

Jasa Pendidikan 3.171 4.576 4.854 5.414 3.406

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -1.273 -1.321 -1.279 -1.387 -1.450

Jasa Lainnya -1.712 -1.614 -1.689 -1.765 -1.978

Sumber: diolah oleh penulis

Page 109: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

93

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kota Tangerang Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -45.871 -45.576 -48.466 -50.255 -54.330

Pertambangan dan Penggalian - - - - -

Industri Pengolahan 651.272 842.235 900.438 734.683 692.000

Pengadaan Listrik dan Gas -1.664 -1.680 -1.594 -1.706 -1.578

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang -12 -12 -11 -11 -12

Konstruksi -87.966 -104.468 -116.172 -128.592 -139.588

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1.418 -45.529 -28.414 -27.407 -39.288

Transportasi dan Pergudangan 1.076.625 1.208.996 1.193.421 1.177.768 1.303.581

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum -9.132 -9.689 -9.800 -10.751 -11.482

Informasi dan Komunikasi 57.860 65.733 70.463 113.881 131.372

Jasa Keuangan dan Asuransi -1.432 -2.499 -2.242 -2.023 -2.376

Real estate -68.066 -79.498 -88.404 -93.709 -105.306

Jasa Perusahaan 534 383 298 249 214

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib -5.150 -5.556 -5.298 -5.905 -6.330

Jasa Pendidikan -12.534 -12.898 -13.220 -14.213 -15.280

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -2.052 -2.157 -2.093 -1.998 -2.155

Jasa Lainnya -1.206 -1.425 -1.447 -1.573 -1.566

Sumber: diolah oleh penulis

Page 110: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

94

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kota Cilegon Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -7.912 -7.858 -7.783 -7.736 -8.370

Pertambangan dan Penggalian -223 -218 -183 -186 -187

Industri Pengolahan 6.771.673 7.242.433 8.446.829 8.728.519 9.112.216

Pengadaan Listrik dan Gas 51.646 51.787 43.880 50.097 46.488

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 238 226 210 229 243

Konstruksi -69.511 -81.152 -94.526 -106.902 -115.334

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor -115.078 -117.619 -140.980 -143.714 -143.159

Transportasi dan Pergudangan -46.373 -52.124 -52.250 -55.061 -58.638

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum -2.660 -3.148 -4.012 -4.417 -4.096

Informasi dan Komunikasi -14.670 -18.087 -18.260 -23.342 -26.729

Jasa Keuangan dan Asuransi -4.126 -4.784 -5.844 -5.841 -5.890

Real estate -46.209 -49.337 -58.682 -66.539 -71.696

Jasa Perusahaan -873 -950 -1.007 -1.105 -1.200

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib -3.524 -3.766 -3.580 -3.921 -4.231

Jasa Pendidikan -7.066 -7.116 -6.886 -7.526 -8.262

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -1.696 -1.749 -1.720 -1.821 -1.865

Jasa Lainnya -2.432 -2.402 -2.578 -2.783 -2.951

Sumber: diolah oleh penulis

Page 111: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

95

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kota Serang Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.708 -349 -860 -868 -3.440

Pertambangan dan Penggalian -12 -11 -9 -9 -9

Industri Pengolahan -244.275 -248.941 -271.908 -281.870 -285.776

Pengadaan Listrik dan Gas -214 -239 -237 -259 -242

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 1 -3 -3 -3 -3

Konstruksi 179.612 192.637 208.687 195.073 230.291

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 717.771 785.920 855.728 867.470 895.133

Transportasi dan Pergudangan -11.716 -13.216 -12.840 -12.854 -14.928

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 27.542 30.669 32.058 37.232 39.950

Informasi dan Komunikasi 2.363 2.093 2.791 1.692 1.759

Jasa Keuangan dan Asuransi 437 211 211 460 575

Real estate 31.800 30.573 32.064 34.686 35.531

Jasa Perusahaan -85 -99 -103 -141 -184

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 29.958 31.202 29.654 30.560 29.180

Jasa Pendidikan 5.101 5.116 5.450 5.521 6.029

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.512 2.624 2.745 2.913 3.198

Jasa Lainnya 1.009 1.077 1.186 1.143 1.195

Sumber: diolah oleh penulis

Page 112: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

96

Nilai Surplus Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2015 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -6.179 -5.840 -5.777 -5.785 -5.988

Pertambangan dan Penggalian - - - - -

Industri Pengolahan -1.099.585 -1.113.669 -1.227.023 -1.250.438 -1.282.261

Pengadaan Listrik dan Gas -439 -474 -469 -510 -483

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang -9 -8 -8 -9 -Rp10

Konstruksi 176.483 205.973 241.344 225.471 223.464

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 310.027 328.138 331.447 295.887 299.755

Transportasi dan Pergudangan -31.980 -36.334 -38.080 -41.389 -45.324

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 8.751 8.372 8.722 8.415 8.410

Informasi dan Komunikasi 356.546 462.476 525.775 643.932 725.923

Jasa Keuangan dan Asuransi -5.383 -6.238 -6.994 -7.467 -8.429

Real estate 532.342 584.089 679.949 721.564 790.388

Jasa Perusahaan 21.063 23.040 25.562 29.229 33.310

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib -2.496 -2.720 -2.661 -3.029 -3.311

Jasa Pendidikan 124.111 120.682 120.663 121.389 132.286

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 55.368 54.764 51.494 49.168 49.185

Jasa Lainnya 16.468 15.342 15.706 14.909 15.160

Sumber: diolah oleh penulis

Page 113: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

97

Lampiran IV (Hasil Analisis Tipologi Klassen Wilayah)

Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah di Provinsi Banten Tahun 2011-2015

Sumber: diolah oleh penulis

Kabupaten/Kota Rata-rata PDRB Per Kapita

(Juta Rupiah)

Rata-rata Laju

Pertumbuhan

(Persen)

Kuadran

Kabupaten Pandeglang 14178611,76 (Yi) Yi < Y 5,432 (Ri) Ri < R IV

Kabupaten Lebak 13623960,97 (Yi) Yi < Y 5,806 (Ri) Ri < R IV

Kabupaten Tangerang 25914101,61 (Yi) Yi < Y 6,012 (Ri) Ri < R IV

Kabupaten Serang 32242570,33 (Yi) Yi < Y 5,582 (Ri) Ri < R IV

Kota Tangerang 49803226,28 (Yi) Yi > Y 6,30 (Ri) Ri > R I

Kota Cilegon 157206582,89 (Yi) Yi > Y 6,082 (Ri) Ri < R II

Kota Serang 28550064,72 (Yi) Yi < Y 7,242 (Ri) Ri > R III

Kota Tangerang Selatan 30900819,98 (Yi) Yi < Y 8,294 (Ri) Ri > R III

Provinsi Banten 33565639,38 (Y) 6,288 (R)

Page 114: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

98

Lampiran V (Hasil Analisis Indeks Williamon)

Indeks Williamson Tahun 2011

Sumber: diolah oleh penulis

Kabupaten/Kota Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 Fi n Fi/n (Yi-Y)2*(fi/n)

Kab Pandeglang 11,766401 27,977008 -16,210607 262,7838 1172179 11005518 0,106508 27,9886555

Kab Lebak 11,416134 27,977008 -16,560874 274,2625 1228884 11005518 0,111661 30,62434663

Kab Tangerang 22,261952 27,977008 -5,715056 32,66187 2960474 11005518 0,268999 8,786012337

Kab Serang 26,822372 27,977008 -1,154636 1,333184 1434137 11005518 0,130311 0,17372817

Kota Tangerang 40,778914 27,977008 12,801906 163,8888 1869791 11005518 0,169896 27,84401454

Kota Cilegon 129,792308 27,977008 101,8153 10366,36 385720 11005518 0,035048 363,3188714

Kota Serang 23,855955 27,977008 -4,121053 16,98308 598407 11005518 0,054373 0,923427135

Kota Tangerang Selatan 25,920658 27,977008 -2,05635 4,228575 1355926 11005518 0,123204 0,520978184

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 460,180

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 21,452

IW = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,76677

Page 115: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

99

Indeks Williamson Tahun 2012

Kabupaten/Kota Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 Fi n Fi/n (Yi-Y)2*(fi/n)

Kab Pandeglang 12,887168 30,202440 -17,315272 299,8186 1181430 11248947 0,105026 31,48869744

Kab Lebak 12,239703 30,202440 -17,962737 322,6599 1239660 11248947 0,110202 35,55786792

Kab Tangerang 23,662041 30,202440 -6,540399 42,77682 3050929 11248947 0,271219 11,60188955

Kab Serang 29,240909 30,202440 -0,961531 0,924542 1448964 11248947 0,128809 0,119089198

Kota Tangerang 43,919046 30,202440 13,716606 188,1453 1918556 11248947 0,170554 32,08898523

Kota Cilegon 141,650612 30,202440 111,448172 12420,7 392341 11248947 0,034878 433,2094247

Kota Serang 25,575823 30,202440 -4,626617 21,40558 611987 11248947 0,054404 1,164547818

Kota Tangerang Selatan 28,020186 30,202440 -2,182254 4,762233 1405170 11248947 0,124916 0,594877631

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))

545,825

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 23,363

IW = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,77354

Sumber: diolah oleh penulis

Page 116: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

100

Indeks Williamson Tahun 2013

Kabupaten/Kota Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 Fi n Fi/n (Yi-Y)2*(fi/n)

Kab Pandeglang 13,900103 32,991607 -19,091504 364,4855 1183006 11452491 0,103297 37,65019622

Kab Lebak 13,416112 32,991607 -19,575495 383,2 1247906 11452491 0,108964 41,75489675

Kab Tangerang 25,514935 32,991607 -7,476672 55,90062 3157780 11452491 0,275729 15,41340306

Kab Serang 31,685494 32,991607 -1,306113 1,705931 1450894 11452491 0,126688 0,216121109

Kota Tangerang 48,433319 32,991607 15,441712 238,4465 1952396 11452491 0,170478 40,64984577

Kota Cilegon 155,024561 32,991607 122,032954 14892,04 398304 11452491 0,034779 517,9274186

Kota Serang 28,203885 32,991607 -4,787722 22,92228 618802 11452491 0,054032 1,238538647

Kota Tangerang Selatan 30,723741 32,991607 -2,267866 5,143216 1443403 11452491 0,126034 0,648219973

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))

655,499

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))

25,603

IW = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y

0,77604

Sumber: diolah oleh penulis

Page 117: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

101

Indeks Williamson Tahun 2014

Kabupaten/Kota Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 Fi n Fi/n (Yi-Y)2*(fi/n)

Kab Pandeglang 15,317815 36,629181 -21,311366 454,1743 1188405 11704877 0,101531 46,11265962

Kab Lebak 14,765720 36,629181 -21,863461 478,0109 1259305 11704877 0,107588 51,42826502

Kab Tangerang 27,999002 36,629181 -8,630179 74,47999 3264776 11704877 0,278924 20,77428783

Kab Serang 35,007025 36,629181 -1,622156 2,63139 1463094 11704877 0,124999 0,328920237

Kota Tangerang 54,980937 36,629181 18,351756 336,7869 1999894 11704877 0,17086 57,54337278

Kota Cilegon 172,091926 36,629181 135,46 18350,16 405303 11704877 0,034627 635,4082062

Kota Serang 31,14832 36,629181 -5,480861 30,03984 631101 11704877 0,053918 1,619681528

Kota Tangerang Selatan 33,539279 36,629181 -3,089902 9,547494 1492999 11704877 0,127554 1,217817068

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))

814,433

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 28,538

IW = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,77911

Sumber: diolah oleh penulis

Page 118: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

102

Indeks Williamson Tahun 2015

Kabupaten/Kota Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 Fi n Fi/n (Yi-Y)2*(fi/n)

Kab Pandeglang 17,021570 40,027958 -23,006388 529,2939 1194911 11955243 0,099949 52,9022374

Kab Lebak 16,282133 40,027958 -23,745825 563,8642 1269812 11955243 0,106214 59,89016932

Kab Tangerang 30,132576 40,027958 -9,895382 97,91858 3370594 11955243 0,281934 27,60661395

Kab Serang 38,457048 40,027958 -1,57091 2,467758 1474301 11955243 0,123318 0,304319878

Kota Tangerang 60,903914 40,027958 20,875956 435,8055 2047105 11955243 0,171231 74,62329441

Kota Cilegon 187,473505 40,027958 147,445547 21740,19 412106 11955243 0,034471 749,4003041

Kota Serang 33,966339 40,027958 -6,061619 36,74322 643205 11955243 0,053801 1,976824965

Kota Tangerang Selatan 36,300234 40,027958 -3,727724 13,89593 1543209 11955243 0,129082 1,793717136

∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))

968,497

√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 31,121

IW = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,77747

Sumber: diolah oleh penulis

Page 119: ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

103

Lampiran VI (Hasil Analisis Korelasi Perason)

Korelasi Pearson antara Indeks Williamson dan Pertumbuhan Ekonomi

Tahun

Pertumbuhan

Ekonomi Banten

Indeks

Williamson (IW)

2011 7,03 0,766

2012 6,83 0,773

2013 6,67 0,776

2014 5,51 0,779

2015 5,40 0,777

Pertumbuhan

Ekonomi Banten IW

Pertumbuhan

Ekonomi Banten 1.000000 -0.78364

IW -0.78364 1.0000000

Diolah dengan eviews 6.0