Analisis Politik Hukum
-
Upload
sihrineksa-wn -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Analisis Politik Hukum
Analisis
Jurnal ini cukup banyak memberikan kajian yang komprehensif mengenai regulasi yang
ada di pemerintahan, maupun pendapat dari para tokoh politik. Permasalahan yang diangkat
merupakan topik penting dan menarik, sehingga diharapkan penelitian-penelitian ini terus
berkembang, sehingga dapat bermanfaat bagi pembuat regulasi. Namun masih kurang
memaparkan data yang menunjukkan permasalahan kurangnya partisipasi masyarakat atau
penyusunan anggaran yang tidak transparan. Kesimpulan yang diberikan belum mengarah pada
jawaban dari pertanyaan penelitian, dan saran-saran peneliti juga tidak disampaikan.
Sejalan dengan argumen Hidayat, saya setuju bahwa partisipasi masyarakat dan
transparansi anggaran daerah pada era reformasi merupakan hal yang penting. Pentingnya
partisipasi masyarakat dan transparansi anggaran dalam proses penyusunan anggaran serta
pelaksanaannya, tidak hanya berkenaan dengan pengawasan dan kepentingan masyarakat, namun
juga berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Menurut Lubis (2009),
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dapat dibangun kembali dengan adanya partisipasi
dan transparansi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Blind (dalam Dwiyanto, 2011), bahwa jika institusi
dan para pejabatnya mengambil pilihan kebijakan tertentu yang dinilai oleh warga sebagai
pilihan benar maka masyarakat akan cenderung menaruh kepercayaannya. Maka dari itu, setiap
kebijakan yang diambil hendaknya melibatkan partisipasi masyarakat dan mengedepankan
transparansi.
Nawawi (2012) menyampaikan tentang enam pilar kepercayaan, yaitu:
1. Partisipasi. Partisipasi dibangun diatas kepercayaan masyarakat bahwa mereka telah
diberi kebebasan untuk berkumpul dan mengungkapkan pendapat serta kapasitas berpartisipasi
secara konstruktif, hanya dengan partisipasi masyarakat merasa memiliki kepercayaan diri untuk
ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pemerintahan.
2. Penegakan hukum. Aturan-aturan hukum dan sistem yang jelas diperlukan untuk
mengatur partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan maupun pengambilan keputusan.
Kepercayaan dapat terbangun apabila ada penegakan hukum yang konsisten dan non
diskriminatif, sebaliknya kepercayaan kepada pemerintah pudar jika hukum tidak dapat
ditegakkan dan hukum bersifat diskriminatif. Hidayat (2011) menyatakan bahwa jaminan
regulasi dalam perundang-undangan Indonesia merupakan pengaturan partisipasi masyarakat
yang bersifat makro akan tetapi belum berhasil menjawab substansi partisipasi dalam pen-
ganggaran.
3. Transparansi, berarti masyarakat harus dapat memperoleh informasi secara bebas dan
mudah tentang proses dan pelaksanaan keputusan yang diambil. Menurut Dwiyanto (2011),
adanya informasi tentang berbagai kegiatan pemerintah dapat membangun persepsi positif
masyarakat terhadap pemerintah. Tanpa adanya informasi yang sesuai realitas dan strategi
komunikasi yang baik, kepercayaan masyarakat akan terganggu.
4. Responsif, pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya, tanpa menunggu
mereka menyampaikan keinginan-keinginan mereka, melainkan secara proaktif mempelajari dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan mereka, untuk kemudian melahirkan kebijakan strategis guna
memenuhi kepentingan umum.
5. Kesetaraan dan keadilan, yakni proses pengelolaan pemerintahan harus memberikan
peluang, kesempatan, pelayanan dan treatment yang sama dalam koridor kejujuran dan keadilan.
6. Akuntabilitas, merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggung-jawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kemenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Menurut Dwiyanto (2011), Kepercayaan publik memiliki 3 aspek : kognitif, afeksi, dan
penilaian.
Aspek kognitif, ketika warga memiliki akses informasi yang terbuka terhadap kegiatan
pemerintah dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan, hal ini membentuk cognitive
knowledge yang positif pada masyarakat.
Aspek afeksi menggambarkan hubungan emosional warga dengan pemerintah/pejabat
(emotional attachment). Afeksi meningkat jika hubungan semakin interaktif dan
partisipatif, sehingga warga familiar dengan kegiatan pemerintah.
Aspek penilaian, masyarakat menilai kinerja pemerintah dari perilakunya, yang
mencakup kepedulian terhadap warga, kemampuan mengelola kepentingan warga, dan
komitmen dalam memenuhi janji.
Referensi
Dwiyanto, Agus. (2011). Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hidayat, Arif. (2011). Jurnal Indonesia: Analisis Politik Hukum Partisipasi Masyarakat dalam
Sistem Penganggaran Daerah di Indonesia Pasca Reformasi. Semarang: Jurnal Unnes
Pandecta Vol. 6 No. 1.
Nawawi, Juanda. (2012). Jurnal Indonesia: Membangun Kepercayaan dalam Mewujudkan Good
Governance.