ANALISIS POLISEMI VERBA ARU DALAM KALIMAT BAHASA …
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS POLISEMI VERBA ARU DALAM KALIMAT BAHASA …

ANALISIS POLISEMI VERBA ARU DALAM KALIMAT BAHASA
JEPANG
NIHON GO BUNSHOU NI OKERU “ARU” DOUSHI NO TAGI-GO
NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera
Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Mengikuti Ujian
Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang
O
L
E
H
ERNI JUMIANTI SITUMORANG
160722017
EKSTENSI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS POLISEMI VERBA ARU DALAM KALIMAT BAHASA
JEPANG
NIHON GO BUNSHOU NI OKERU “ARU” DOUSHI NO TAGI-GO NO
BUNSEKI
Skripsi
Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara
Medan untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Mengikuti Ujian Sarjana Bidang
Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
ERNI JUMIANTI SITUMORANG
160722017
Dosen Pembimbing I DosenPembimbingII
Rani Arfianty, S.S.,M.Phil NIP: 19761110 200501 2 002 NIP: 19580704 198412 001
Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D
EKSTENSI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui Oleh:
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Medan, Februari 2018
Program Studi Sastra Jepang
Ketua,
NIP: 19580704 198412 1 001 Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR
Segala puji hormat dan juga syukur penulis sampaikan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena kasihNYA dan kebaikanNYA penulis boleh
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “ANALISIS
POLISEMI VERBA ARU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”
merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk
dapat Program Studi Sastra Jepang - (S1) Ekstensi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
sangat sederhana dan masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi maupun
uraiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman
yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan
berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya
dimasa-masa mendatang. Pada kesempatan ini penulisan penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Sastra Jepang (S1)
Ekstensi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus
selaku dosen pembimbing II penulis, yang senantiasa memberikan pengarahan,
kritik dan saran kepada penulis.
3. Ibu Rani Arfianty, S.S.,M.Phil, selaku dosen pembimbing I penulis, yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. Bapak/Ibu Dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada
penulis selaku mahasiswi Sastra Jepang (S1) Ekstensi selama masa
perkuliahan.
5. Dari semuanya ungkapan terima kasih teristimewa untuk kedua orang tua
penulis yang telah memberikan semangat dukungan berupa kasih sayang, doa
serta materi kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan hingga
selesainya penulisan skripsi ini serta kepada seluruh anggota keluarga
terutama saudara/saudari penulis yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya kepada penulis selama penulisan skipsi ini.
6. Kepada teman-teman angkatan 2016 Ekstensi Sastra Jepang yang telah
memberi semangat dan dukungan kepada penulis.
7. Kepada rekan sekerjaku SION MINISTRY yang senantiasa memberikan
dukungan, doa dan semangat kepada penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa
terutama bagi penulis sendiri dimasa sekarang dan yang akan datang.
Medan, Februari 2018
Erni Jumianti Situmorangn
NIM : 160722017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..... 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ……………………………………. ..5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori …………………………… 5
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………... 9
1.6 Metode Penelitian ……………………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK,
POLISEMI DAN VERBA
ARU…………………………………………… 13
2.1 Semantik ………………………………………………………… 13
2.1.1 Pengertian Makna dan Fungsi…………………………….......13
2.1.2 Relasi Makna……………………………………………… ....16
2.1.3 Jenis-JenisMakna……………………………………………..18
2.2 Polisemi ………………………………………………………… . 2
2.2.1Arti……………………………………………………………...28
2.2.2 PenyebabTerjadinyaPolisemi………………………………....30
2.3 Verba Aru ………………………………………………..………... 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III MAKNA DAN FUNGSI POLISEMI VERBA ARU DI DALAM KALIMAT-KALIMAT BAHASA JEPANG ……………………............ ……35
3.1 Verba Aru di dalam Intermediate Japanese
Reading Skill Builder……………………………………………. …35
3.2 Makna dan Fungsi Polisemi Verba Aru ………………………… 41
3.2.1 Verba aru dengan makna “mempunyai”…………………. 41
3.2.2 Verba aru bermakna “pernah”……………………………. 43
3.2.3 Verba aru bermakna “format”……………………………. 44
3.2.4 Verba aru bermakna “terletak”……………………………. 45
3.2.5 Verba aru bermakna “diperoleh”………………………….. 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 47
4.1 Kesimpulan…………………………………………………...... 47
4.2 Saran …………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini, bahasa Jepang menjadi salah satu bahasa asing yang cukup
diminati oleh masyarakat dunia. Jumlah pembelajar bahasa Jepang juga terus
meningkat di seluruh dunia. Banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk
mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing, diawali dari minat terhadap
budaya Jepang ini sendiri. Tata bahasa Jepang mempunyai karakteristik tersendiri
yang tentunya berbeda dengan bahasa asing lainnya. Salah satunya, di dalam
bahasa Jepang terdapat empat jenis huruf yaitu kanji, hiragana, katakana, dan
romaji. Selain itu, di dalam tata bahasa Jepang terdapat aturan seperti perubahan
bentuk pada kata kerja, kata sifat dan kata benda mengikut keterangan waktunya di
dalam kalimat yang mana peraturan ini tidak ada di jumpai di dalam bahasa
Indonesia.
Berikutnya, ada banyak verba di dalam bahasa Jepang yang mempunyai
makna lebih dari satu. Hal ini mungkin dapat menjadi kendala bagi pembelajar
bahasa Jepang untuk menggunakannya hingga timbul kesalahan dalam
menggunakannya. Kendala ini berupa pemilihan kata yang tidak tepat dalam
sebuah kalimat. Pemilihan kata yang tepat bergantung pada pemahaman makna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang benar pada suatu kata. Ini semua sangat penting karena dalam berbahasa di
perlukan pemahaman dari setiap kosakata yang digunakan agar tujuan dari
berkomunikasi dapat tersampaikan dengan baik. Karena itu, pemahaman makna
dalam setiap kosakata juga merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai oleh
pembelajar bahasa Jepang karena dalam berbahasa, pemahaman mengenai makna
mempunyai peranan penting.
Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang Linguistik (gengogaku)
yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2011:127). Polisemi adalah satu ujaran
dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada
hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut (Parera,
2004:81). Pada polisemi bunyi dan hurufnya sama sehingga sulit untuk
mengetahui apa makna yang terkandung dalam verba tersebut dalam suatu kalimat.
Salah satu verba bahasa Jepang yang mempunyai polisemi adalah ある (aru)
seperti terlihat pada contoh kalimat berikut:
(1) 机の上に花びんが
(Tsukue no ue ni kabin ga ある。
aruDi atas meja
). ada
vas bunga.
(Kokuritsu kokugo kenkyuusho, 1988:36)
(2) 来週学校で運動会がある
(Raishuu gakkoo de undookai ga 。
aruMinggu depan di sekolah akan
). diadakan pesta olahraga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Kokuritsu kokugo kenkyuusho, 1988:37)
Pada contoh kalimat (1), verba aru diterjemahkan menjadi ada, sedangkan
pada contoh kalimat (2), verba aru diterjemahkan menjadi ‘diadakan’.
Berdasarkan contoh kalimat di atas, penerjemahan verba aru ke dalam kalimat
bahasa Indonesia menggunakan dua kata yang berbeda, yaitu ada dan diadakan.
Penerjemahan verba aru ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan ‘ada’
dan ‘diadakan’ dianggap telah mengikuti kesesuaian makna untuk keseluruhan
kalimat.
Berdasarkan contoh-contoh kalimat di atas, dapat dilihat bahwa
penggunaan verba aru dalam bahasa Jepang, tidak terbatas pada makna ‘ada’ saja.
Tetapi, ada juga yang bermakna ‘diadakan’. Adanya makna lain dari verba aru
seperti contoh kalimat di atas disebabkan oleh adanya makna kontekstual dalam
kalimat. Makna kontekstual atau makna situasional muncul akibat hubungan
antara ujaran dan konteks (Pateda, 2001:116).
Adanya penerjemahan makna yang berbeda-beda pada verba aru ini
mungkin dapat menimbulkan kesulitan di kalangan pembelajar bahasa Jepang
ketika menggunakan verba aru. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut mengenai
verba aru ini perlu dilakukan. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

melakukan penelitian dengan skripsi berjudul “ANALISIS POLISEMI VERBA
ARU (ある) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam tata bahasa Jepang, terdapat kata-kata yang berpolisemi.
Contohnya agaru (naik), kiru (memotong), aru (ada). Verba aru memiliki
beberapa arti berdasarkan konteksnya di dalam kalimat. Banyaknya makna verba
aru ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mungkin dapat
membingungkan pembelajar bahasa Jepang Indonesia. Seperti terlihat pada
contoh kalimat (1) dan (2) dimana verba aru dapat diterjemahkan menjadi ada
atapun diadakan. Berdasarkan beberapa sumber buku yang penulis kumpulkan,
ada beberapa makna lagi dari verba aru seperti mempunyai, terletak, dan terjadi.
Untuk itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana makna verba aru di dalam bahasa Jepang?
2. Bagaimana fungsi verba aru secara makna kontekstual di dalam
kalimat bahasa Jepang?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan penelitian ini agar pembahasan yang dilakukan tidak
terlalu luas, penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini dengan hanya
menganalisis verba aru dari segi makna dan fungsinya di dalam kalimat bahasa
Jepang. Seluruh verba aru yang terdapat di dalam buku teks yang dimaksud akan
di buat daftar list atau dalam bentuk tabel, yang kemudian akan diteliti bagaimana
makna dan kesesuaian fungsinya di dalam kalimat.
1.4 Tinjauan Pustaka dan kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Chaer (1994:1) mengatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau
ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannnya. Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sutedi (2011:127)
mengatakan semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik yang
mengkaji tentang makna. Semantik mencakup makna kata, frase, klausa dan
kalimat.
Ruang lingkup polisemi sangat luas. Banyak peneliti menjadikan polisemi
sebagai objek penelitian, pada umumnya penelitian tersebut di titik beratkan pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

salah satu unsur pembentukan dan makna poliseminya saja. Contohnya, Analisis
verba tsukeru sebagai polisemi dalam bahasa Jepang (Agustin C Maya, 2013).
Hasil dari penelitian ini verba tsukeru memiliki 7 makna yang berbeda, yaitu 1.
membuat keadaan dua benda menjadi tidak terpisahkan; 2. menyertakan suatu
benda dengan benda lain; 3. menyertakan suatu benda ke benda lain; 4.
mengfungsikan perasaan dan kekuatan; 5. sesuai dengan yang lain; 6. dipakai di
tubuh; 7. menempatkan pada suatu posisi atau tempat.
Selain analisis dari verba tsukeru, ada juga analisis dari polisemi verba
dasu, yaitu Analisis verba dasu sebagai polisemi dalam novel kaisha saiken karya
ryo takasugi (Lubis S Surya, 2016). Hasil dari penelitian tersbut menunjukkan
verba dasu memiliki 11 makna yang berbeda, yaitu 1. mengeluarkan; 2. menjamu;
3. menampakkan; 4. menyatakan; 5. memproduksi; 6. memberikan; 7.
mengemukakan.; 8. meyerahkan; 9. terjadi; 10. mengungkapkan; 11.
mengirimkan. Ada yang berpendapat bahwa polisemi (tagigo) adalah dalam satu
bunyi (kata) terdapat makna lebih dari satu (Sutedi 2011:161).
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang
bergerak dari alam abstrak kealam yang konkret. Suatu teori yang dipakai oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkret
yang terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus di perhatikan
(Koentjaraningrat, 1976:11). Kunihiro dalam Sutedi (2011:161) mengatakan
polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna
tersebut ada pertautannya.
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori
berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang di baca
oleh penulis. Sebelum menganalisis makna yang terdapat pada verba aru sebagai
polisemi dalam bahasa Jepang, maka penulis perlu memaparkan penegertian
makna terlebih dahulu.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, makna adalah: (1). arti (2). maksud
pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk
kebahasaan (https://kbbi.web.id/makna). Dalam Kamus Bahasa Indonesia juga,
fungsi adalah: (1). jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; (2). faal (kerja suatu
bagian tubuh); (3). besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah,
besaran yang lain juga berubah; (4). kegunaan suatu hal; (5). peran sebuah unsur
bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai
subjek) (https://kbbi.web.id/fungsi).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kajian makna dalam linguistik disebut dengan semantik. Sutedi
(2011:127) menyebutkan semantik (imiron) merupakan salah satu cabang
linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik mencakup makna kata, frase,
klausa dan kalimat. Sedangkan Kridalaksana (2001:193) mengatakan semantik
merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari
ungkapan dan juga makna suatu wacana. Berikutnya, semantik adalah sistem dan
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya. Dalam semantik
ada tiga jenis makna, yaitu (1). Makna leksikal dan makna gramatikal (2). Makna
denotatif dan konotatif (3). Makna dasar dan Makna perluasan (Sutedi, 2011:131).
Berikutnya, Pateda (2001:116) mengklasifikasikan makna kepada dua
jenis yaitu: Makna Dasar, makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Kemudian,
makna perluasan, yaitu makna yang muncul sebagai perluasan dari makna dasar,
di antaranya sebagai akibat pengaruh kontekstual (makna konstektual). Makna
kontekstual atau makna situasional muncul akibat hubungan antara ujaran dan
konteks.
Di dalam ilmu semantik terdapat relasi makna, yaitu hubungan semantik
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya.
Relasi makna ini membahas tentang sinonim, antonim, polisemi, homonim,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ambiguitas dan redundansi (Chaer, 2016:83-86). Lebih lanjut Chaer (2016:101)
menyebutkan satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) adalah hal yang
memiliki makna lebih dari satu dapat diartikan sebagai polisemi. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa polisemi adalah makna ganda
dari suatu kata yang saling berhubungan, berkaitan baik makna denotasi maupun
konotasi. Sedangkan pada kategori kata, polisemi di bagi menjadi: polisemi verba
(kata kerja), polisemi nomina (kata benda), dan polisemi adjektiva (kata sifat).
Dari ketiga jenis kategori polisemi tersebut, untuk penelitian ini memfokskan
pada penelitian polisemi verba (verba aru).
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna verba aru di dalam bahasa Jepang.
2. Untuk mengetahui fungsi verba aru secara makna kontekstual di dalam
kalimat bahasa Jepang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan penjelasan secara terperinci mengenai
makna verba aru di karenakan pada hasil penelitian ini akan mendeskripsikan
makna verba aru secara kontekstual sebagai polisemi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pembelajar dan
pengajar bahasa Jepang untuk mengurangi permasalahan dalam
menerjemahkan suatu kalimat. Dalam bahasa Jepang sebagai bahasa sasaran ke
dalam bahasa pembelajar yaitu yang berhubungan dengan kesulitan dalam
memahami makna terkandung pada kata dalam suatu kalimat khususnya verba
aru. Penelitian ini juga bisa di jadikan sebagai acuan bagi penelitian
selanjutnya.
1.6 Metode Penelitian
Metode (method) secara harfiah berarti cara. Selain itu metode berasal dari
bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi
metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Maka metode penelitian adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk cara untuk
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban yang dilaksanakan secara
terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat
memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.
(http://rinawssuryani.blogspot.in/2013/04/pengertian-metode)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Dengan metode analisis ini penulis akan menganalisis sekaligus mendiskripsikan
suatu keadaan yang terjadi secara apa adanya. Metode penelitian ini bersifat non
hipotesis sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis. Metode Penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti (https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kemudian, dalam hal pengumpulan data dalam penelitian ini di gunakan
kepustakaan (library research). Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan
data dengan mengadakan studi peneleahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
di pecahkan (Nazir, 2003:111)
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini
adalah:
1. Mengumpulkan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul
penulisan.
2. Membaca buku teks.
3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklarifikasikan kata atau kalimat
yang menggunakan verba aru.
4. Menerjemahkan kalimat tertentu yang terdapat verba aru.
5. Menyajikan dalam bentuk tabel makna verba aru sebagai polisemi dalam
bahasa Jepang.
6. Melakukan analisis makna secara kontekstual pada verba aru dari
kalimat yang sudah diterjemahkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK,
POLISEMI DAN VERBA ARU
2.1 Semantik
Chaer (1994:1) mengatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau
ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannnya. Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sedangkan Sutedi
(2011:127) menyebutkan semantik (imiron) merupakan salah satu cabang
linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik mencakup makna kata, frase,
klausa dan kalimat. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Pateda (2001:5)
yang menyebutkan kata semantic sebenarnya merupakan istilah teknis yang
mengacu pada studi tentang makna (arti, Inggris: meaning).
2.1.1 Pengertian Makna dan Fungsi
Menurut Djajasudarma (2012:7), makna adalah pertautan yang ada di
antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Kemudian, Lyons
dalam Djajasudarma (2012:7) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan
makna pada suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan
dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kata-kata lain. Sedangkan Ferdinand de Saussure dalam Chaer (1994:287)
menjelaskan makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat
pada sebuah tanda- linguistik. Tanda-linguistik terdiri dari dua unsur yaitu (1)
yang diartikan (signified) dan (2) yang mengartikan (signifier). Kalau tanda-tanda
linguistik itu di samakan dengan kata atau leksem, maka, makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem. Dan jika tanda
linguistik itu disamakan identitasnya dengan morfem, maka makna itu adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa makna
adalah pengertian atau konsep dalam memahami kata atau kalimat yang
disampaikan pembicara.
Sutedi (2011:127) mengemukakan tentang objek kajian semantik atau
makna antara lain:
1. Makna kata (go no koko no imi)
Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena
komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang,
baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara
dalam komunikasi tersebut menyatakan maksud yang sama dengan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

digunakan oleh lawan bicaranya.
2. Relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go to go no imi kankei)
Relasi makna perlu diteliti, karena hasilnya dapat dijadikan bahan untuk
menyusun kelompok kata (goi) berdasarkan kategori tertentu.
3. Makna frase (ku no imi)
Di dalam bahasa Jepang terdapat makna frase yang hanya bermakna secara
leksikal saja, ada frase yang bermakna secara idiomatikal saja dan ada juga yang
bermakna kedua-duanya.
4. Makna kalimat (bun no imi)
Makna kalimat pun dijadikan sebagai objek kajian semantik, karena suatu
kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan stukturnya. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia juga disebutkan mengenai makna dari fungsi, yaitu: (1). jabatan
(pekerjaan) yang dilakukan; (2). faal (kerja suatu bagian tubuh); (3). besaran yang
berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; (4).
kegunaan suatu hal; (5). peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang
lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek) (https://kbbi.web.id/fungsi).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.2 Relasi Makna
Di dalam ilmu Linguistik Umum, Karsinem (2008:297) di
dalam http://riskachedhika.blogspot.co.id/2013/03/relasi-makna.html)
menjelaskan hal yang berkaitan dengan relasi makna, yaitu hubungan semantik
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.
Selanjutnya, Satuan Bahasa (Frase, kata maupun Kalimat).
Berkaitan dengan relasi makna (Chaer, 1994:297) mengemukakan bahwa
relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang
satu dengan bahasa lainnya. Satuan bahasa dapat berupa kata, frase, maupun
kalimat; dan relasi makna dapat menyatakan kesamaan makna (sinonim),
pertentangan makna (antonim), ketercakupan makna (hiponim), kelainan makna
(homonim), kelebihan makna (redundansi), kegandaan makna (polisemi).
A. Sinonim
Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan
makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Contoh: betul dan
benar, buruk dan jelek.
B. Antonim
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu
dengan yang lainnya. Contoh: mati dan hidup, bagus dan buruk.
C. Hiponim
Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang
maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Contoh: merpati dan
burung, bandeng dan ikan.
D. Homonim
Homonim adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya sama,
tetapi maknanya berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk
ujaran yang yang berlainan. Contoh: bisa (dapat) dan bisa (racun)
E. Redundansi
Redundansi diartikan sebagai berlebih-lebihannya pemakaian unsur
segmental dalam suatu bentuk ujaran. Contoh: Bola itu ditendang oleh Budi.
F. Polisemi
Polisemi adalah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna
berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang
berlainan tersebut.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan hubungan makna adalah hubungan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa
lainnya, pertalian kata atau frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal.
Bentuk relasi makna diantaranya sinonim, antonim, hiponim, homonim,
redundansi, dan polisemi.
2.1.3 Jenis-Jenis Makna
Disebabkan oleh bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan
keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun
bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Pateda dalam
Chaer (2016:59) menyebutkan jenis-jenis makna, yaitu makna afektif, makna
denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter,
makna ideasional, makna intensi, makna gramatikal, makna kiasan, makna
kognitif, makna kolokasi, makna kontatif, makna konseptual, makna konstruksi,
makna leksikal, makna luas, makna piktonal, makna proposisional, makna pusat,
makna referensial, makna sempit, makna stilistika, dan makna tematis.
Leech dalam Chaer (2016:59) membedakan tujuh tipe makna, yaitu (1)
makna konseptual, (2) makna konotatif, (3) makna stilistika, (4) makna afektif, (5)
makna reflektif, (6) makna kolokatif, dan (7) makna tematik. Dengan catatan
makna konotatif, stilistika, afektif, reflektif, dan kolokatif masuk dalam kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang lebih besar yaitu makna asosiatif. Menurut Chaer (2016:59-60) jenis atau tipe
makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
a. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal
dan makna gramatikal,
b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat
dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial,
c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem dapat
dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif,
d. Berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan
makna istilah atau makna umum dan makna khusus,
e. Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan
adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan
sebagainya.
Disebabkan oleh adanya bermacam-macam pendapat tentang berbagai
jenis-jenis makna, berikut akan dijelaskan jenis-jenis makna secara keseluruhan
dan makna yang akan digunakan dalam penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Makna Leksikal
Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah jishoteki-imi
atau goiteki-imi. Kata leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari
bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosakata, perbendaharaan kata). Satuan
dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau
leksem itu kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, makan
leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal
dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem atau
bersifat kata. Lalu, karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna
yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer,
2016:60). Misalnya, kata pensil memiliki makna ‘sejenis alat tulis yang terbuat
dari kayu dan arang’. Kata bus memiliki makna ‘sejenis kendaraan umum yang
dapat memuat banyak penumpang’. Makna yang dimiliki oleh kata pensil dan
bus disebut makna leksikal.
Menurut Sutedi (2011:131) makna leksikal adalah makna kata yang
sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan
terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

suatu kata.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpouteki-imi
yaitu yang muncul akibat proses gramatikalnya. Di dalam bahasa Jepang, joshi
(partikel) atau jodoushi (kopula) tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki
makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat.
Verba dan adjektiva memiliki makna leksikal dan makna gramatikal, misalnya
pada kata isogashi-i dan tabe-ru, pada bagian gokan-nya {isogashi} dan {tabe}
bermakna leksikal ‘sibuk’ dan ‘makan’, sedangkan gobi-nya, yaitu {i} dan {ru}
sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai konteks gramatikalnya.
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai hasil proses
gramatika, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan proses
konversi (Chaer, 2007:75).
3. Makna Referensial dan Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada
tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu
sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut disebut kata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen makan kata
itu disebut kata bermakna nonreferensial (Chaer, 2016:63-64). Misalnya, kata
meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya
mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan
“kursi”. Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen. Jadi, kata
karena dan tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
4. Makna Denotatif dan Konotatif
Pembedaan makna denotatif dan konotatif di dasarkan pada ada atau tidak
adanya “nilai rasa” pada sebuah kata. Setiap kata, mempunyai makna denotatif,
tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif. Makna denotatif dalam
bahasa Jepang disebut meijiteki imi atau gaien yaitu makna yang berkaitan
dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan
dengan analisis komponen makna. Makna konotatif dalam bahasa Jepang
disebut anjiteki imi atau naihou yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan
atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya (Sutedi, 2011:131).
Makna denotatif sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna
pusat; dan makna konotatif disebut sebagai makna tambahan yaitu tambahan
yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif dan jika tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bernilai rasa dapat disebut berkonotasi netral. Contohnya, kata perempuan dan
wanita mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan
laki-laki, tetapi kedua kata tersebut mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata
perempuan mempunyai nilai rasa yang ‘rendah’, sedangkan kata wanita
mempunyai nilai rasa yang ‘tinggi’. Ini terbukti dari tidak digunakannya kata
perempuan dalam berbagai nama organisasi atau lembaga. Organisasi atau
lembaga itu selalu menggunakan kata wanita, misalnya dharma wanita, menteri
urusan peranan wanita, dan lain-lain.
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Pembedaan adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan
makna kata itu dalam penggunaannya secara umum dan secara khusus. Dalam
penggunaan bahasa secara umum seringkali kata-kata digunakan secara tidak
cermat sehingga maknanya bersifat umum. Tetapi, dalam penggunaan secara
khusus, dalam bidang kegiatan tertentu, kata-kata digunakan secara cermat
sehingga maknanya pun menjadi tepat (Chaer, 2016:70).
Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan didalam suatu
kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat, maka makna kata itu menjadi umum
dan kabur. Misalnya kata tahanan. Apa makna kata tahanan? Mungkin saja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang dimaksud dengan tahanan itu adalah ‘orang yang ditahan’, tetapi bisa juga
‘hasil perbuatan menahan’, atau mungkin makna yang lain. Berbeda dengan
makna kata yang bersifat umum, makna istilah memiliki makna yang memiliki
makna tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah
itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tetentu. Jadi, tanpa
konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya kata tahanan di
atas yang bersifat umum, tetapi, sebagai istilah misalnya istilah dalam bidang
hukum makna kata tahanan itu sudah pasti ‘orang yang ditahan sehubungan
dengan suatu perkara’.
Di luar bidang istilah, sebenarnya dikenal juga adanya pembedaan kata
dengan makna umum dan kata dengan makna khusus atau makna yang lebih
terbatas. Kata dengan makna umum mempunyai pengertian dan pemakaian
yang lebih luas, sedangkan kata dengan makna khusus atau makna terbatas
mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih terbatas.
6. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Pembedaan makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan ada atau
tidak adanya hubungan (asosiasi, refklesi) makna sebuah kata dengan makna
kata lain. Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau
hubungan apapun (Chaer, 2016:72). Makna konseptual dianggap sebagai
faktor utama di dalam setiap komunikasi. Makna konseptual merupakan hal
yang esensial di dalam suatu bahasa. Makna konseptual setiap kata dapat
dianalisis dalam kemandiriannya dan dapat dianalisis setelah kata tersebut
berada dalam satuan konteks (Pateda, 2001:115). Jadi, dapat dikatakan makna
konseptual ini sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna
denotatif. Misalnya kata kuda memiliki makna konseptual ‘sejenis binatang
berkaki empat yang bisa dikendarai’.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa (Chaer,
2009:72). Misalnya kata melati berasosiasi dengan makna ‘suci’ atau
‘kesucian’. Leech dalam Chaer (1994:294) makna asosiatif ini dimasukkan
juga yang disebut makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, dan makna
kolokatif. Makna konotatif termasuk makna asosiatif karena kata-kata tersebut
berasosiasi dengan nilai rasa positif, negatif, atau netral. Makna stilistik
berkenaan dengan pembedaan penggunaan kata sehubungan dengan perbedaan
sosial atau bidang kegiatan di dalam masyarakat. Makna afektif berkenaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang
dibicarakan. Makna afektif ini lebih nyata terasa dalam bahasa lisan. Makna
kolokatif berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki sebuah kata
dari sejumlah kata-kata bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk
digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.
7. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun
kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-
unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut (Chaer, 2016:74).
Misalnya, pada frase menjual gigi bukan bermakna ‘sipembeli menerima gigi
dan sipenjual menerima uang’, melainkan bermakna idiomatikal ‘tertawa
kera-keras’. Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan
secara leksikal maupun gramatikal, makna peribahasa memiliki makna yang
masih dapat ditelusuri atau dilacak makna unsur-unsurnya karena adanya
asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Contohnya,
peribahasa “tong kosong nyaring bunyinya” yang bermakna ‘orang yang tidak
berilmu biasanya banyak cakap’. Makna ini dapat ditarik dari asosiasi: tong
yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi, tong yang kosong
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

akan mengeluarkan bunyi yang keras, yang nyaring.
8. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada
di dalam suatu konteks. Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan
antara ujaran dan konteks. Konteks yang dimaksud disini, adalah (i) konteks
orangan, yaitu hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara,
usia pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi pembicara/pendengar;
(ii) konteks situasi, misalnya, situasi aman, situasi ribut; (iii) konteks tujuan,
misalnya, meminta, mengharapkan sesuatu; (iv) konteks formal/tidaknya
pembicaraan; (v) konteks suasana hati pembicara/pendengar, misalnya, takut,
gembira, jengkel; (vi) konteks waktu, misalnya malam, setelah magrib; (vii)
konteks tempat, apakah tempatnya di sekolah, di pasar, di depan bioskop; (viii)
konteks objek, maksudnya apa yang menjadi fokus pembicaraan; (ix) konteks
alat kelengkapan bicara/dengar pada pembicara/pendengar; (x) konteks
kebahasaan maksudnya apakah memenuhi kaidah bahasa yang digunakan oleh
kedua belah pihak; dan (xi) konteks bahasa, yakni bahasa yang digunakan
(Pateda, 2001:116).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis makna di atas, peneliti akan
menggunakan makna leksikal dan makna kontekstual. Penulis menggunakan
makna leksikal karena makna yang akan dibahas dalam kata aru adalah makna
yang berasal dari kata aru sendiri, yaitu makna yang berasal dari kamus dan
makna menurut ahli. Peneliti juga menggunakan makna kontekstual karena kata
aru yang akan dibahas berasal dari konteks-konteks yang berada dalam buku
teks dan majalah nipponia.
2.2 Polisemi
2.2.1 Arti
Parera (2004:81) mengatakan polisemi adalah satu ujaran dalam bentuk
kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi, masih ada hubungan dan kaitan
antara makna-makna yang berlainan tersebut. Misalnya, kata kepala dapat
bermakna ‘kepala manusia’, ‘kepala surat’, ‘kepala sekolah’, atau makna lainnya.
Yamaguchi dalam Agustin (2013: 10) menyebutkan 多義後は一つの単語 に多
くの意味があること (tagigo wa hitotsu no tango ni ooku no imi ga aru koto)
yang artinya polisemi adalah satu kata yang memiliki banyak makna.
Kunihiro dalam Sutedi (2011:161) mengatakan polisemi adalah kata yang
memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya.
Palmer dalam Pateda (2001:213) mengatakan “It is also the case that the same
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

word may have a set of different meanings”, suatu kata yang mengandung
seperangkat makna yang berbeda, mengandung makna ganda. Simpson dalam
Pateda (2001:213) mengatakan, “A word which has two (or more) related
meanings”, sedangkan Zgusta mengatakan “All the possible senses the possible
senses the word has”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik
kesimpulan, polisemi adalah satu kata yang mengandung makna lebih dari satu atau
ganda. Karena kegandaan makna seperti itulah maka pendengar atau pembaca
ragu-ragu menafsirkan makna kata yang didengar atau dibacanya. Machida dan
Momiyama dalam Sutedi (2011:163) mengemukakan beberapa langkah yang perlu
ditempuh dalam menganalisis suatu polisemi, yaitu:
1. Pemilahan makna (imikubun) dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencari sinonimnya,
b. Mencari lawan katanya,
c. Melihat hubungan superordinat dari setiap makna yang ada,
d. Melihat variasi padanan kata dalam bahasa yang lain.
2. Penentuan makna dasar (kihongi no nintei)
3. Deskripsi hubungan antar makna dalam bentuk struktur polisemi (tagi-
kouzou no hyouji)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.2 Penyebab Terjadinya Polisemi
Menurut Pateda (2001:214) polisemi terjadi karena:
1. Kecepatan melafalkan kata. Misalnya kata ban tuan dan bantuan.
Apakah ‘kepunyaan tuan’ atau ‘pertolongan’.
2. Faktor gramatikal. Misalnya kata pemukul dapat bermakna ‘alat yang
digunakan untuk memukul’ atau ‘orang yang memukul’.
3. Faktor leksikal yang dapat bersumber dari: (i) sebuah kata yang
mengalami perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan
munculnya makna baru. Misalnya kata makan; (ii) digunakan pada
lingkungan yang berbeda; (iii) karena berkias-kias atau bermetafora.
4. Faktor pengaruh bahasa asing. Misalnya, kata item mengganti
kata’butir’ atau ‘unsur’.
5. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata.
Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan
berbagai ide atau perasaan yang terkandung didalam hatinya.
6. Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan,
baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3 Verba Aru
Doepe (1992:170-173) menyatakan makna-makna dari verba aru sebagai berikut:
1. Memiliki makna ada.
Contoh: a. 自転車は家の前にあります。
(Jitensha wa uchi no mae ni ari-masu) Sepeda ada di depan rumah.
b .箱は窓の下にあります。
(Hako wa mado no shita ni ari-masu) Kotak ada di bawah jendela.
2. Memiliki makna terletak.
Contoh: a. 友達の家は丘の上にあります。
(Tomodachi no uchi wa oka no ue ni ari-masu) Rumah teman terletak di atas bukit.
b. あの探した建物はこの編にあります。
(Ano sagashita tatemono wa kono hen ni ari-masu) Bangunan yang dicari itu terletak di sekitar sini.
3. Memiliki makna mempunyai.
Contoh:
a. インドネシアは名所旧跡があります。 (Indonesia wa meisho kyuuseki ga arimasu) Indonesia mempunyai tempat-tempat bersejarah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. 2人だけあります。 (Futari dake ari-masu) Cuma punya dua orang
4. Memiliki makna diadakan.
Contoh:
a. 明日の版婦人の会があります。 (Ashita no ban fujin-no-kai ga ari-masu) Besok malam akan diadakan pertemuan wanita.
b. 大会が広ばにあります。 (Dai kai ga hiro-ba ni ari-masu) Rapat akbar diselanggarakan di lapangan terbuka.
5. Memiliki makna pernah.
Contoh:
a. 私は刺身を食べたことがあります。 (Watashi wa sashimi wo tabeta koto ga ari-masu) Saya pernah makan sashimi.
b. 私はバリへ行ってことがありません。 (Watashi wa Bari e itte koto ga ari-masen) Saya belum pernah ke Bali.
6. Memiliki makna diperoleh.
Contoh:
a. どこにその本がありましたか (Doko ni sono hon ga ari-mashita-ka) Di mana dapat kita peroleh buku itu.
b. こんなネクタイはデパトにあります。 (Konna nekutai wa depato ni ari-masu) Dasi model ini dapat diperoleh di departemen store.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7. Memiliki makna terjadi.
Contoh:
a. そこでも応水があります。 (Soko de-mo oumizu ga ari-masu) Di sana juga terjadi banjir.
b. 昨夜仮ばるで火事がありました。 (Saku-ya Kari Baru de kaji ga ari-mashita) Tadi malam terjadi kebakaran di Kali Baru.
8. Memiliki makna format.
Contoh: a. この日もは5メトルあります。
(Kono himo wa go metoru ari-masu) Tali ini panjangnya 5 meter.
b. この箱は重さが18キロあります。 (Kono hako wa omosa ga juu hachi kiro ari-masu) Peti ini beratnya 18 kg.
Di dalam Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar I (Kokuritsu kokugo
kenkyuusho, 1988:36-37) di sebutkan makna-makna dari verba aru adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki makna ada, terdapat (tentang barang) berada atau terletak di suatu tempat.
Contoh: 机の上に花びんがある。 (Tsukue no ue ni kabin ga aru) Di atas meja ada vas bunga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Di dalam tata bahasa Jepang, untuk menunjukkan tempat beradanya suatu benda digunakan partikel に (ni). Dan kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan adanya manusia atau binatang, yang dianggap bisa bergerak dengan tenaga sendiri adalah (iru).
Contoh: 駅前にタクシーがいる。 (Eki-mae ni takushii ga iru) Di stasiun ada taksi.
2. Memiliki makna ada, terdapat (diakui/dipastikan adanya suatu hal).
Contoh: 富士山に登ったことがありますか。 (Fuji-san ni nobotta koto ga arimasu ka?) Pernahkah mendaki gunung Fuji?
3. Memiliki makna untuk menunjukkan bahwa jumlahnya ada sebanyak itu. (Dipakai Bersama dengan kata yang menunjukkan jumlah). Contoh:
20キロもある荷物を一人で運んだ。 (Nijuk-kiro mo aru nimotsu o hitori de hakonda) Mengangkut bagasi seberat 20kg seorang diri.
4. Memiliki makna mempunyai (siap dengan; atau mempunyai sesuatu; juga, adanya kerabat yang dekat.
Contoh: 広い庭のある家。 (Hiroi niwa no aru ie) Rumah yang mempunyai halaman luas.
5. Memiliki makna diadakan, dilaksanakan terjadi
Contoh: 明け方大きな地震があった。 (Ake-gata ookina jishin ga atta) Dini hari ada gempa bumi besar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III
MAKNA DAN FUNGSI POLISEMI VERBA ARU DI DALAM
KALIMAT-KALIMAT BAHASA JEPANG
3.1 Verba Aru di dalam buku Intermediate Japanese Reading Skill Builder
Berikut adalah tabel yang menunjukkan kalimat-kalimat yang
menggunakan verba aru yang terdapat di dalam buku Intermediate Japanese
Reading Skill Builder. Aru sebagai verba yang berpolisemi memiliki beberapa
makna yang berbeda satu dengan lainnya. Makna tersebut dapat berbeda dari
makna aslinya bergantung pada konteksnya di dalam sebuah kalimat. Karena itu,
data cuplikan kalimat yang diambil dan dianalisis mengikuti apa yang telah
dipaparkan pada perumusan masalah, yaitu dengan menganalisis makna dan
fungsi polisemi verba aru secara makna kontekstual. Kalimat-kalimat tersebut
akan disajikan dalam tabel berikut:
3.1.1 Tabel Analisis Verba Aru
No Kalimat Makna Kontekstual Makna Aru 1. それに、作者と鑑賞する人の
間にある種の約束事が必要な
んです。 (Sore ni, sakusha to kanshou suru hito no ma ni aru shu no yakusokugoto ga hitsuyouna ndesu)
Berikutnya, kesepakatan yang ada di antara penulis dan pengapresiasi/pembaca (orang yang menilai) adalah hal yang penting.
Terletak
2. そうなんです、31音節から
できている短歌という和歌の
Ya, begitulah, ada jenis puisi Jepang yang terbuat dari 31
Mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

一種があります。 (Souna ndesu, 31 onsetsu kara dekite iru tanka to iu waka no isshu ga arimasu)
kata yang disebut ‘tanka’.
3. 話には聞いたことがあります
が、読んだことはないんです。 (Hanashi ni wa kiita koto ga arimasu ga, yonda koto wa nai ndesu)
Dalam sebuah cerita pernah terdengar namun tak pernah membacanya.
Pernah
4. 上高地は標高1500メート
ルの地点にあり、かつて “神河内” とか “神合地” とか “神降地”とか書かれた。 (Kamikouchi wa hyoukou 1500 meetoru no chiten ni ari, katsute “kami kawauchi” toka “kooai-chi”toka “kamikouchi” toka kaka reta)
Kamikochi berada di ketinggian 1.500 m dan sebelumnya pernah ditulis dengan "kamikouchi" atau "kouaichi" "Kamikawauchi"
Terletak
5. 皆さんは “バブル” という
ことばを聞いたことがありま
すか。 (Minasan wa “baburu” to iu kotoba o kitta koto ga arimasu ka)
Pernahkah anda mendengar kata "gelembung"?
Pernah
6. スギの花粉が風に乗って飛び
散る様子を見たことがある。 (Sugi no kafun ga kazeninotte tobichiru yousu wo mita koto ga aru)
Saya pernah melihat suatu keadaan serbuk sari cedar bertebaran dihembus angin
Pernah
7. 人に対し
てせいじつこうへい
,誠実公平
で、はばつかつどう
,派閥活動
Ada juga kebaikan yang bukan kegiatan fraksi hanya disebabkan oleh ketulusan kemanusiaan
Format
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

をしない良さもある。 (Hito ni taishite seijitsu kouheide, habatsu katsudou wo shinai yosa mo aru)
8. 日本人が外国に住んで2,3
年たつとむしょに懐かしく思
い出すことがいくつかありま
す。 (Nihonjin ga gaikoku ni sunde 2, 3-nen tatsu to mushouni natsukashiku omoidasu koto ga iktsu ka arimasu)
Ada beberapa hal yang dirindukan orang Jepang setelah 2, 3 tahun tinggal di luar negeri
Mempunyai
9. 普通、だしは昆布でとります
が、屋台によっては、鳥肉で
とるところもありす。 (Futsuu, dashi wa konbu de torimasu ga, yatai ni yotte wa, toriniku de toru tokoro mo arimasu)
Biasannya, kaldu diambil dari rumput laut, tetapi, ada juga warung yang mengambil kaldu dari ayam
Format
10. 山岳道路の道幅はだんだん狭
くなり、途中 “ 窯トンネル” では、片側通行をしているの
で、40分以上待たせれるこ
とがある。 (Sangaku douro no michihaba wa dandan semaku nari, tochu “kama tonneru” de wa, katagawa tsuukou wo shite iru node, 40 bu ijou matasa reru koto ga aru)
Lebar jalan pada jalanan bukit lama kelamaan menyempit, di tengah terowongan batu, dikarenakan jalan menjadi satu sisi saja, harus menunggu lebih dari 40 menit.
Mempunyai
11. たとえば、俳句の中にはかな
らず季語(季節を表す言葉)
が入っています。たとえば、”天の川” という言葉を見れ
ば、俳句に心得のある読者
Misalnya, haiku selalunya berisi kata-kata yang berhubungan dengan musim (kata yang mengekspresikan musim). Contohnya, jika mengamati kata ‘ten no kawa’, pembaca yang menyenangi haiku akan
は
瞬間にこれで夏の夜の情景を
思い浮かべます。読む者は、
全体の意味を理解するため
Mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

に、こうした約束事を知って
おく必要があります。 (Tatoeba, haiku no nakaniha kanarazu kigo (kisetsu o arawasu kotoba) ga haitte imasu. Tatoeba, “amanogawa” to iu kotoba o mireba, haiku ni kokoroe no aru dokusha wa shunkan ni kore de natsunoyo no joukei o omoiukabemasu. Yomu mono wa, zentai no imi o rikai suru tame ni, koushita yakusokugoto o shitte oku hitsuyou ga arimasu)
langsung terbayang pada pemandangan musim panas di waktu malam. Pembaca untuk dapat memahami makna ini, perlu mengetahui aturan-aturan ini.
12. だれでも力持ちになれますと
も。カート.プラウンさんに協
力してもらいましょうね。カ
ートは地上では79キロあり
ます。それを指一本で、小指
でも持ち上げられます。 (Dare demo chikaramochi ni naremasutomo. Kaato puraun-san ni kyouryoku shite moraimashoune. Kaato wa chijou de wa 79-kiro arimasu. Sore o yubiippon de, koyubi demo mochi ageraremasu)
Siapapun dapat memiliki kekuatan. Mari bekerja sama dengan CarT Brown. Cart ada 79 Km di atas permukaan tanah. Bisa diangkat dengan hanya satu jari bahkan dengan hanya kelingking.
Format
13. 活動にはさまざまな出会い
があるだろう。現代が失いか
けているものを見つめる活
動、自分を再発見する旅であ
るかも知れない。 (Katsudou ni wa samazamana deai ga arudarou. Gendai ga ushinai kakete iru mono o mitsumeru katsudou, jibun o sai hakken suru tabi de aru kamo shirenai)
Dalam setiap aktifitas pastinya ada pertemuan. Sekarang, mungkin dengan melakukan perjalanan akan menemukan jati diri untuk melakukan aktifitas yang sudah hilang.
Mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14. 上高地が人気があるのは、ア
ルプス登山の出発点として
だけではなく、多くの人が都
会から離れ、このすばらしい
自然を味わい、感動し、また
来たいと熱望するからであ
る。 (Kamikouchi ga ninki ga aru no wa, arupusu tozan no shuppatsu ten to shite dakede wa naku, ooku no hito ga tokai kara hanare, kono subarashii shizen o ajiwai, kandou shi, mata kitai to netsubou suru kara de aru)
Kamikouchi banyak diminati bukan hanya karena puncak Alpen saja, banyak orang keluar dari kota hanya datang untuk menikmati alam yang luar biasa menakjubkan ini, merasakannya, dan memiliki keinginan untuk datang kembali.
Format
15. 日本にとって対応を考えて
いかなければならない問題
がたくさんあります。 (Nihon ni totte taiou o kangaete ikanakereba naranai mondai ga takusan arimasu)
Ada banyak masalah yang tanggapannya mesti dipikirkan menurut negara Jepang
Mempunyai
16 本州と四国を結ぶ橋には二
つのルートがある。 (Honshuu to shikoku o musuba hashi ni wa futatsu no ruuto ga aru)
Jembatan yang menghubungkan pulau utama (Honshu) dengan Shikoku ada dua rute
Mempuyai
17. また、風が強い日には、上階
のゆるやかな揺れを防ぐこ
とができず、軽い船酔い状態
になる住人が出ることもあ
る。 (Mata, fuu ga tsuyoi hi ni wa, joukai no yuruyakana yure o fusegu koto ga dekizu, karui fune-yoi joutai ni naru juunin ga deru koto mo aru)
Pada hari angin bertiup kencang, tidak mampu menahan goncangan tingkat atas yang lembut, adakalanya suami yang dalam kondisi sempoyongan lari keluar.
Format
18. 同じ公立図書館でも、それぞDi sesama perpustakaan umum sekali pun, mempunyai bidang
Mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

れの得意分野がある。 (Onaji kouritsu toshokan demo, sorezore no tokui bun ya ga aru)
kekhususan tersendiri.
19. 理由は二つある。 (Riyuu wa futatsu aru)
Alasannya ada dua Mempunyai
20. そう考えると、この船はひと
つの町のように思えてくる。 (Sou kangaeru to, kono fune wa hitotsu no machi no you ni omoete kuru)
Kalau begitu, kapal ini bisa dianggap seperti sebuah kota
Mempunyai
21. 今日、漫才や落語が人気がぶ
り会が、もっとも古い喜劇的
古典芸能に狂言があります。 (Kyou, manzai ya rakugo ga ninki ga buri kai ga, mottomo furui kigeki teki koten geinou ni kyougen ga arimasu)
Sekarang ini, manzai dan rakugo sangat populer, tapi ada sandiwara yang merupakan seni pertunjukan klasik yang lebih tua.
Mempunyai
22. そこで、能と能の間に息抜き
の意味もあって面白おかし
い、肩のこらないものをはさ
んで演じられてきました。 (Soko de, nou to nou no aida ni ikinuki no imi mo atte omoshiro okashii, kata nokoranai mono o hasande enji rarete kimashita)
Disitu, lucunya terdapat makna pelepas lelah di antara satu pertunjukkan bakat dengan pertunjukkan bakat lainnya, diperankan dengan mengapit bahu yang tidak pegal
Diperoleh
Berdasarkan tabel 3.1.1 di atas, kalimat-kalimat bahasa Jepang dengan
verba aru, bila mengikuti makna aru yang diperkenalkan oleh Doepe (1992)
terdapat 5 makna, yaitu: ‘ada, terletak, mempunyai, diadakan, pernah, diperoleh,
terjadi dan format’.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dari tabel di atas, juga dapat diketahui bahwa aru yang bermakna
‘terletak’ terdapat 2 kalimat, aru yang bermakna ‘format’ terdapat 5 kalimat, aru
yang bermakna ‘pernah’ terdapat 3 kalimat, aru yang bermakna ‘diperoleh’
terdapat 1 kalimat. Berikutnya, aru dengan makna ‘mempunyai’ memiliki contoh
kalimat yang cukup banyak dibandingkan makna yang lain, yaitu sebanyak 11
kalimat. Dengan kata lain, verba aru dengan makna ‘mempunyai’’ merupakan
kalimat yang paling banyak ditemui pada sumber data skripsi ini.
Pada sub bab berikutnya akan dijelaskan lebih rinci lagi mengenai
kalimat-kalimat dengan verba aru yang ada di dalam tabel 3.1.1.
3.2 Makna dan Fungsi Polisemi Verba Aru
3.2.1 Verba aru dengan makna “mempunyai”
Berikut adalah contoh kalimat verba aru yang terdapat pada tabel 3.1.1
yang bermakna ‘mempunyai’.
1. そうなんです、31音節からできている短歌という和歌の一種があ
ります。 (Sounandesu, 31 onsetsu kara dekite iru tanka to iu waka no isshu ga arimasu) Arti: Ya, begitulah, ada jenis puisi Jepang yang terbuat dari 31 kata yang disebut ‘tanka’.
Kalimat (1), di atas menggambarkan adanya jenis dari puisi Jepang yaitu
tanka, mempunyai 31 buah kata. Verba aru pada kalimat (1), menunjukkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

makna ‘mempunyai’. Ini senada dengan yang disebutkan oleh Doepe (1992)
bahwa salah satu makna dari verba aru adalah ‘mempunyai’. Berdasarkan kamus
Kokuritsu kokugo, aru dengan makna mempunyai menunjukkan ‘mempunyai
sesuatu’. Oleh karena itu, verba aru pada kalimat (1), berfungsi untuk
menerangkan tanka Jepang yang mempunyai 31 kata.
Kalimat berikut (2), juga menunjukkan penggunaan verba aru yang
bermakna ‘mempunyai’
2. 日本にとって対応を考えていかなければならない問題がたくさん
あります。(Nihon ni totte taiou o kangaete ikanakereba naranai mondai ga takusan arimasu). Arti:
Ada banyak masalah yang tanggapannya mesti dipikirkan menurut negara Jepang.
Kalimat (2), menggambarkan ada banyaknya permasalahan yang harus
dipikirkan dan ditanggapi menurut penyelesaian ala Jepang. Walaupun verba aru
pada kalimat (2), diterjemahkan kepada ‘ada’ tetapi, menunjukkan makna
‘mempunyai’. Pada kalimat (2) di atas, meskipun verba aru diterjemahkan
menjadi ‘ada’, tidak akan mempengaruhi fungsi dari verba aru sebagai
mempunyai. Karena verba aru pada kalimat (2) di atas berfungsi untuk
menerangkan kepunyaan akan sesuatu hal, yaitu mempunyai permasalahan
bukannya ‘ada’. Penulis cendrung menggunakan kata ‘ada’ sebagai penerjemahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

arimasu bagi kalimat (2) di atas, untuk menghindari terjadinya pergeseran makna.
Hal ini dikarenakan apabila kata arimasu diterjemahkan menjadi ‘mempunyai’
maka kalimat terjemahannya akan terdengar aneh.
3.2.2 Verba aru bermakna “pernah”
Berikut adalah contoh kalimat verba aru yang terdapat pada tabel 3.1.1
yang bermakna ‘pernah’
3. 話には聞いたことがありますが、読んだことはないんです。 (Hanashi ni wa kiita koto ga arimasu ga, yonda koto wa nai ndesu) Arti: Dalam sebuah cerita pernah terdengar namun tak pernah membacanya.
Kalimat (3) di atas, menggambarkan bahwa subjek pernah mendengar
suatu cerita yang dimaksudkan pada suatu ketika tetapi, ia tidak pernah membaca
cerita yang dimaksudkan. Menurut Doepe (1992), aru pada kalimat (3) ini
menunjukkan makna ‘pernah’. Verba aru pada kalimat (3), bermakna ‘pernah’
yang mana kalimat tersebut berfungsi untuk menerangkan kejadian ataupun
kegiatan yang pernah dilakukan subjek ataupun terjadi.
3.2.3 Verba aru bermakna “format”
Berikut adalah contoh kalimat verba aru yang terdapat pada tabel 3.1.1
yang bermakna ‘format’
4. 人に対して誠実公平で、派閥活動をしない良さもある。(Hito ni taishite seijitsu kouheide, habatsu katsudou wo shinai yosa mo aru)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Arti: Ada juga kebaikan yang bukan merupakan kegiatan fraksi, tetapi hanya karena ketulusan hati.
Pada kalimat (4), di atas, terdapat pola kalimat kata sifat い+さ yang
berfungsi untuk membendakan kata sifat di dalam bahasa Jepang 良 さ
(kebaikan). Menurut Doepe (1992), pola kalimat kata sifat い+さ diikuti dengan
verba aru, menunjukkan makna format, seperti contoh berikut:
a. この箱は重さが18キロあります。 (Kono hako wa omosa ga juu hachi kiro ari-masu) Peti ini beratnya 18 kg.
(Doepe, 1992:173)
Berdasarkan contoh kalimat yang dikemukakan oleh Doepe (1992),
verba aru pada kalimat (4) di atas, bermakna format dengan fungsi untuk
menunjukkan berat dari sesuatu benda yang dalam hal ini adalah peti.
3.2.4 Verba aru bermakna “terletak”
Berikut adalah contoh kalimat verba aru yang terdapat pada tabel 3.1.1
yang bermakna ‘terletak’
5. .上高地は標高1500メートルの地点にあり、かつて “神河内”とか“神合地”とか “神降地”とか 書かれた。(Kamikouchi wa hyoukou 1500 meetoru no chiten ni ari, katsute “kami kawauchi” toka “kooai-chi” toka “kamikouchi” toka kakareta) Arti: Kamikochi berada di ketinggian 1.500 m dan sebelumnya pernah ditulis dengan "kamikouchi" atau "kouaichi" "Kamikawauchi"
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kalimat (5), menggambarkan suatu wilayah yang berada di ketinggian
1.500 m. Verba aru diterjemahkan kepada terletak, sesuai dengan yang
disebutkan oleh Doepe (1992) bahwa salah satu makna dari verba aru adalah
‘terletak’. Adapun verba aru pada kalimat (5) di atas berfungsi untuk menjelaskan
lokasi ataupun tempat keberadaan Kamikochi yang berada di ketinggian 1.500 m.
3.2.5 Verba aru bermakna “diperoleh”
Berikut adalah contoh kalimat verba aru yang terdapat pada tabel 3.1.1 yang
bermakna ‘diperoleh’
6. そこで、能と能の間に息抜きの意味もあって面白おかしい、肩のこ
らないものをはさんで演じられてきました。(Soko de, nou to nou no aida ni ikinuki no imi mo atte omoshiro okashii, kata nokoranai mono o hasande enji rarete kimashita)
Artinya: Disitu, anehnya terdapat jeda istirahat di antara satu pertunjukkan bakat dengan pertunjukkan bakat lainnya, diperankan dengan mengapit bahu yang tidak pegal.
Kalimat (6) di atas menggambarkan keanehan adanya jeda istirahat pada
suatu pertunjukan. Verba aru pada kalimat (6) di atas, diterjemahkan menjadi
terdapat, sedangkan Doepe (1992) mengunakan kata ‘diperoleh’. Namun, untuk
konteks kalimat (6) di atas, jika di tinjau dari segi makna kontekstual, verba aru
lebih tepat diterjemahkan kepada ‘terdapat’. Hal ini menyesuaikan dengan
pendapat dari Pateda (2001) yang menyebutkan makna pada suatu kalimat dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disesuaikan dengan situasi keadaan yang terjadi pada saat itu. Dalam hal ini,
terdapat kemiripan makna dalam kata ‘terdapat dan ‘diperoleh’.
Berdasarkan keterangan tersebut, makna verba aru pada kalimat (6),
masuk ke dalam kategori diperoleh, sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh
Doepe (1992). Adapun fungsi dari aru pada kalimat (6), adalah untuk menjelaskan
temuan ataupun dapatan mengenai sesuatu hal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Di dalam buku teks Intermediate Japanese Reading Skill Builder terdapat
22 kalimat yang memiliki verba “aru” dengan makna mempunyai, pernah,
format, terletak dan diperoleh.
2. Fungsi dari verba aru pada kalimat-kalimat bahasa Jepang dalam
penelitian ini menyesuaikan makna dengan konteks kalimat, seperti: untuk
menerangkan kepunyaan ataupun kepemilikan akan sesuatu hal;
menerangkan kejadian ataupun kegiatan yang pernah dilakukan ataupun
terjadi; menunjukkan berat dari sesuatu benda, untuk menjelaskan lokasi
ataupun tempat keberadaan suatu lokasi dan untuk menjelaskan temuan
ataupun dapatan dari sesuatu hal.
3. Dari delapan makna verba aru yang diperkenalkan oleh Doepe (1992),
hanya ada lima dari makna verba aru yang ditemui dari sumber data
analisis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. Penerjemahan makna verba aru ke dalam bahasa Indonesia adakalanya
tidak sesuai seperti apa yang dikemukakan oleh Doepe (1992), misalnya:
makna ‘mempunyai’ menjadi ‘ada’ dan makna ‘diperoleh’ menjadi
‘terdapat. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat dari Pateda (2001) yang
menyebutkan penyesuaian makna sesuai konteks kalimat.
4.2 saran
Penulisan ini masih banyak terdapat kekurangannya. Penulis berharap
tulisan ini menjadi acuan bagi pembelajar bahasa Jepang lainnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai tata bahasa bahasa Jepang dan polisemi-polisemi
bahasa Jepang khususnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, C. M. (2013). “Analisis Verba Tsukeru Sebagai Polisemi Dalam Bahasa
Jepang” (skripsi). Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang.
Chaer, A. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
_____.(2007a). Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
_____
.(2016). Pengantar Sementik Bahasa Indonesia (edisi revisi). Jakarta: PT
Rineka Cipta
.(2007b). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Constantin, Z. D. (1992). BELAJAR BAHASA JEPANG – Tata Bahasa Lisan.
Jakarta: Mitra Utama.
Djajasudarma, F. (2012). Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Koentjaraningrat. (1976). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Kokuritsu kokugo kenkyuusho. (1988). Kamus Pemakaian Bahasa Jepang
Dasar I.
Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Issaku, H. (1997). Intermediate Japan Reading Skill Builder.
Nazir. (2003). Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta. Ghalia.
Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, M. (2001). Semantik Leksikal (edisi kedua). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Surya, S. L. (2016). “Analisis Verba Dasu Sebagai Polisemi Dalam NOVEL
KAISHA SAIKEN” (skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sumatera Utara.
Sutedi, D. (2011). Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (edisi revisi cetakan
IV). Bandung: Humaniora.
https://kbbi.web.id/makna
https://kbbi.web.id/fungsi
http://rinawssuryani.blogspot.in/2013/04/pengertian-metode
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif
http://riskachedhika.blogspot.co.id/2013/03/relasi-makna.html
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ANALISIS POLISEMI VERBA ARU (ある)
DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”. Parera (2004) mengatakan polisemi
adalah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda,
tetapi, masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan
tersebut. Skripsi ini menganalisis dan menjelaskan verba aru dari segi makna dan
fungsinya di dalam kalimat bahasa Jepang. Verba aru diketahui mempunyai
makna dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan konteks kalimatnya.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi verba
aru secara makna kontekstual di dalam kalimat-kalimat bahasa Jepang. Buku teks
bahasa Jepang, “Intermediate Japanese Reading Skill Builder” dan Kamus
Pemakaian Bahasa Jepang Dasar I digunakan sebagai sumber data. Untuk itu,
penelitian ini menggunakan metode penelitian secara deskriptif dan kepustakaan.
Penjelasan mengenai makna dan fungsi dari verba aru dijelaskan mengikuti
pernyataan dari Doepe (1992).
Hasil analisis data menunjukkan makna verba aru yang terdapat di dalam
sumber data ada sebanyak lima 5, yaitu mempunyai, pernah, format, terletak dan
diperoleh. Sedangan fungsi dari verba aru pada kalimat-kalimat bahasa Jepang
dalam penelitian ini menyesuaikan makna dengan konteks kalimat, seperti: untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menerangkan kepunyaan ataupun kepemilikan akan sesuatu hal; menerangkan
kejadian ataupun kegiatan yang pernah dilakukan ataupun terjadi; menunjukkan
berat dari sesuatu benda, untuk menjelaskan lokasi ataupun tempat keberadaan
suatu lokasi dan untuk menjelaskan temuan ataupun dapatan dari sesuatu hal.
Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat membuka wawasan baru bagi
pembelajar bahasa Jepang mengenai polisemi di dalam tatabahasa Jepang.
Kemudian, dapat menjadi acuan bagi pembelajar bahasa Jepang lainnya untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tata bahasa bahasa Jepang lainnya,
khususya bentuk-bentuk polisemi pada bahasa Jepang lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA