ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/26481/1/Jurnal.pdf ·...
Transcript of ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/26481/1/Jurnal.pdf ·...
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH
(PERIODE 2004-2008)
Bertha P. Siahaan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Drs. H. Wiratno, M.Ec
ABSTRAKSI
Pertumbuhan ekonomi penting dalam mengurangi kemiskinan dan dalam
menciptakan lapangan kerja. Dalam kurun waktu lima tahun, pertumbuhan ekonomi
provinsi Jawa Tengah meningkat, tetapi masih rendah bila dibandingkan dengan
provinsi lain yang ada di pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja , dan investasi sumber daya
manusia terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah
selama lima tahun (2004-2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 persen variasi
variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independennya.
Hasilnya adalah aglomerasi berpengaruh negatif dan signifikan, investasi berpengaruh
positif dan signifikan, angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan,
dan investasi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, aglomerasi, investasi, angkatan kerja, investasi
sumber daya manusia.
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan
lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi,
pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2003).
Kuncoro (2002) menyatakan bahwa salah satu kebijakan pemerintah untuk
mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan pembangunan
daerah yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Perubahan konsep dan kewenangan daerah yang semula ditujukan atas dasar pemusatan
kebijakan pusat, selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian daerah dalam mengelola
kawasannya, termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan daerah konsekuensinya
adalah tidak mungkin dapat mengidentifikasi pola pembangunan yang seragam, akibat
perbedaan karakteristik, letak geografis, sumber daya alam, sarana dan prasarana
pembangunan dan sumber daya manusia yang ada. Kebijakan pembangunan harus
disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, sehingga pengenalan potensi
melalui pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah
mutlak dibutuhkan bagi pembangunan daerah.
Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/Provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto diartikan sebagai berapa
produk yang dihasilkan pada suatu daerah tersebut dalam satu satuan waktu tertentu.
Dari nilai PDRB ini akan dapat digambarkan sejauh mana kemampuan daerah dalam
mengelola/memanfaatkan sumber daya yang ada. Sedangkan unsur-unsurnya adalah
pemupukan kapital/investasi yang dibiayai oleh tabungan domestik maupun luar negeri
(hutang pemerintah atau swasta); human capital atau sumber daya manusia yang
menekankan pada skill; dan teknologi dimana untuk mengembangkannya diperlukan
perdagangan (Todaro, 2003).
Pemerintah provinsi Jawa Tengah sebagai pelaksana pembangunan di daerah
Jawa Tengah masih dihadapkan pada permasalahan tentang bagaimana memacu
pertumbuhan output daerah serta untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Pada
kenyataannya, bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, nilai total
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah cukup rendah. Kondisi
laju pertumbuhan PDRB provinsi Jawa Tengah yang berfluktuasi merupakan masalah
yang menarik untuk dikaji mengingat sumber daya alam, prasarana penunjang relatif
sama dibanding provinsi lain, bahkan letak provinsi Jawa Tengah yang berada di tengah
Pulau Jawa dinilai memiliki arti strategis dengan segala konsekuensinya. Jumlah
penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill akan
mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif
yang besar, maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang
tersedia, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi/output dari suatu
daerah.
Rumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menjadi tanggung jawab pemerintah di
wilayah yang bersangkutan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan baik dan
kesejahteraan penduduk dapat dicapai. Banyak faktor yang dapat dihubungkan dengan
besarnya output yang dihasilkan oleh suatu wilayah sepanjang waktu. Faktor-faktor
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Robert Solow, antara lain adalah: akumulasi
modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi yang ditentukan secara
eksogen. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang termasuk dalam tujuh besar
provinsi berpenduduk terbesar di Indonesia serta memiliki potensi sumber daya manusia
dan alam yang cukup memadai, tetapi kondisi perekonomian dan pertumbuhan
ekonominya (dilihat dari PDRB per kapita) relatif tertinggal dibandingkan dengan
provinsi-provinsi lain di pulau Jawa.
Masalah penelitian ini adalah keadaan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
provinsi Jawa Tengah yang mengalami penurunan dan masih jauh dari harapan. Hal
tersebut dapat dijadikan sebagai alasan perlunya dilakukan penelusuran mengenai akar
permasalahan dan alternatif kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah provinsi
Jawa Tengah dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan
menganalisis pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan human
capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah.
TELAAH TEORI
Kemampuan mengembangkan ekonomi regional untuk bertahan di abad 21
sangat tergantung pada kemampuan suatu wilayah dalam memelihara pertumbuhan
ekonomi, oleh karena itu, berbagai kepentingan global yang akan berdampak pada masa
depan negara perlu diakses secara serius. Salah satu cara untuk merespon adalah dengan
melakukan aliasnsi dan partnership diantara pemerintah, pihak swasta dan sektor non
profit. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, perlu diperhatikan
faktor karakteristik daerah (spesialisasi, keragaman, dan persaingan) dan adanya
investasi. Perbedaan kondisi daerah memberikan implikasi terhadap pembangunan yang
diterapkan pada wilayah tersebut. Jika akan mengembangkan suatu wilayah, maka perlu
disesuaikan dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) dari wilayah tersebut.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang mendalam mengenai kondisi
masing-masing wilayah yang berguna sebagai bahan acuan dalam perencanaan
pembangunan pada wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. Ada
beberapa defenisi pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang dikemukakan para
ekonom dengan menggunakan sudut pandang yang beragam, tetapi pada dasarnya
kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.
Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per
kapita atau per pekerja, seringkali dibarengi dengan kenaikan jumlah penduduk dan
biasanya juga dengan perubahan struktural (Todaro, 2003).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam penduduk
bertambah dan kesejahteraan penduduk meningkat (Sukirno, 2000). Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur prestasi perkembangan
perekonomian suatu wilayah. Dari tahun ke tahun, kemampuan perekonomian suatu
wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat, dikarenakan pertambahan
faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan baik dalam jumlah maupun
kualitasnya. Investasi akan menambah persediaan modal dan mendorong peningkatan
teknologi yang digunakan. Jumlah angkatan kerja juga akan meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, dengan kualitas yang terus menerus ditingkatkan dari
waktu ke waktu.
Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor atau komponen utama yang harus
terpenuhi dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor
tersebut adalah : (1) akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia,
(2) pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak
jumlah angkatan kerja, (3) kemajuan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna
menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. “pertumbuhan”
(growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan ekonomi
adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan
(Meier, 1995). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan
jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas.
Teori pertumbuhan Neo Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori
ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut
pandangan klasik. Ekonom yang jadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut
adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Teori pertumbuhan ekonomi berhubungan
dengan pola dan potensi ekonomi jangka panjang (Economy’s long run trend or
potential) dan alur pertumbuhan (growth path). Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
dapat dibedakan dalam tiga hal, yakni:
1. Pertumbuhan yang disebabkan oleh modal,
2. Pertumbuhan yang disebabkan oleh tenaga kerja,
3. Pertumbuhan yang disebabkab oleh perubahan dalam produktivitas.
Pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh perusahaan dalam produktivitas
menjelaskan tingkat perbedaan pertumbuhan antar kawasan. Sedangkan yang
mempengaruhi produktivitas itu sendiri adalah seberapa jauh kemajuan teknologi dapat
dicapai (technology progress). Pendapat mengenai konsep pertumbuhan ekonomi diatas
dikemukakan oleh Robert Solow, dimana konsep ini menjadi salah satu literatur
pertumbuhan dari aliran ekonomi klasik.
Model pertumbuhan neoklasik Solow (Solow neoclassical growth model), yang
tertuang dalam ”A Contribution to The Economic Growth”, merupakan pilar yang
sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, sehingga
penggagasnya, Robert Solow dianugerahi hadiah di bidang nobel ekonomi. dalam
bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi
produksi agregat standar, yakni:
Y=TK tα Lt
1-α .................................................................................... (2.1)
di mana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah
teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan
secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut model pertumbuhan
eksogen (exogenous growth model). Usaha untuk memperbaiki kekurangan model
Solow, dinyatakan dengan memecah total factor productivity dengan memasukkan
variabel lain, di mana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model
pertumbuhan yang demikian disebut model pertumbuhan endogen (endogenous growth
model) yang dikembangkan oleh Romer.
Model pertumbuhan endogen menganggap bahwa perdagangan internasional
penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dalam model ini
perdagangan internasional diukur melalui aktivitas ekspor dan impor, yaitu:
Y = F (Ai, K i, Li) ............................................................................................. (2.2)
di mana Y adalah output, A adalah indeks produktivitas, K adalah modal, L adalah
tenaga kerja, i adalah tahun, sedang indeks produktivitas (A) adalah fungsi dari ekspor
(X) dan impor (M), yakni:
A i= F (Xi, M i) ................................................................................................ (2.3)
Terdapat beberapa studi yang dilakukan untuk menyempurnakan model
pertumbuhan ekonomi neoklasik dengan tujuan untuk memperjelas dan menambahkan
dasar-dasar teoritis bagi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, salah satunya dilakukan
oleh tiga ekonom yakni Mankiw, Romer, dan Weil (dalam Esa Suryaningrum A, 2000)
yang menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow hanya mampu menerangkan
hubungan modal dan tenaga kerja saja, namun bukan besarnya (magnitude) hubungan
tersebut sehingga dimasukkanlah variabel mutu modal manusia untuk membantu
menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan tenaga kerja, yaitu:
Y = TKtα Lt
β H1-α-β ....................................................................................... (2.4)
di mana Y adalah atau output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah
teknologi dan H adalah modal manusia.
Menurut Teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu
bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas
tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan
teknologi (Todaro, 2003).
Dalam model Solow, teknologi diasumsikan tidak dipengaruhi oleh K dan L,
artinya perubahan dalam stok K dan L tidak mempengaruhi kemajuan teknologi. Dalam
kalimat lain, teknologi diasumsikan exogenous dalam model Solow dan ditentukan oleh
hal-hal di luar model dan tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain dalam model:
perubahan teknologi terjadi begitu saja tanpa penjelasan. Intinya fungsi produksi
digambarkan berada pada tingkat teknologi tertentu (given) dan tingkat penawaran
tertentu. Hal tersebut menjadikan kita lebih fokus pada bagaimana output berhubungan
dengan input kapital, teknologi dan tenaga kerja tertentu.Fungsi produksi
mengindikasikan jumlah output yang diproduksi dengan tingkat input modal (K)
berbeda dengan L dan A tertentu. Dalam jangka panjang, output tergantung pada tingkat
persediaan modal dalam perekonomian.
Aglomerasi
Untuk menganalisis pembangunan kota dan wilayah, harus dipahami
sepenuhnya mengenai kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi. Kekuatan-
kekuatan tersebut dapat menjelaskan terjadinya konsentrasi dan dekonsentrasi atau
dispersi industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Manfaat-manfaat yang ditimbulkan oleh
kegiatan-kegiatan di atas dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: (1) penghematan
skala (scale economies); (2) penghematan lokasi (localization economies); (3)
penghematan urbanisasi (urbanization economies).
Dalam penelitian ini, aglomerasi yang digunakan adalah aglomerasi produksi,
dimana manfaat aglomerasi ini adalah kategori penghematan skala, dimana terdapat
penghematan dalam produksi secara internal bila skala produksinya ditingkatkan. Biaya
tetap yang besar sebagai akibat investasi dalam bentuk pabrik dan peralatan. Sebagai
konsekuensinya, unit biaya produksi menjadi lebih rendah sehingga dapat bersaing
dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan hanya pada
lokasi-lokasi yang melayani penduduk dalam jumlah besar atau dengan perkataan lain,
mempunyai suatu pasar yang luas. Jadi dapat disimpulkan, bahwa terjadinya
penghematan skala internal memberikan manfaat pada konsentrasi penduduk dalam
jumlah besar daripada jumlah penduduk yang sedikit, industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya (Adisasmita, 2005). Aglomerasi produksi dapat menyebabkan ketimpangan
pendapatan apabila ada halangan terhadap migrasi pekerja antar regional, atau seperti
yang pernah diteliti pada negara berkembang, bahwa ada surplus tenaga kerja dalam
perekonomian. Pada penelitian ini, aglomerasi produksi merupakan share PDRB 35
kabupaten kota terhadap PDRB provinsi Jawa Tengah.
Investasi
Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2000). Saat investasi modal lebih besar daripada
depresiasi, persediaan modal meningkat dan demikian halnya dengan output.
Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya pembentukan
modal atau sering disebut dengan aliran fundamentalis modal (capital fundamentalism),
menganggap bahwa pembentukan modal merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi.
Keterbatasan modal dinilai sebagai satu-satunya hambatan pokok bagi percepatan
pembangunan ekonomi. Untuk itu perlu ada suntikan modal awal yang cukup besar
guna membiayai pembangunan dengan harapan dapat merangsang timbulnya arus
domestik yang baru sehingga sehingga pada akhirnya akan mengurangi permintaan akan
bantuan/pinjaman luar negeri dalam jangka panjang (Arsyad, 1999).
Angkatan kerja Yang Bekerja
Penduduk merupakan unsur yang penting dalam usaha untuk meningkatkan
produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan
penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan, tenaga
usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi.
Arsyad (1999) menjelaskan bahwa pertambahan penduduk dan hal-hal yang
berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional
telah dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya
semakin banyak angkatan kerja yang bekerja berarti semakin produktif tenaga kerja,
sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.
Namun demikian kebenarannya tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut
untuk menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif.
Kemampuan itu tergantung pada tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya
faktor-faktor lain yang dibutuhkan, seperti misalnya keahlian manajerial dan
administratif.
Angkatan kerja yang bekerja yang digolongkan bekerja yaitu: (1) penduduk
yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan, yang lamanya
bekerja paling sedikit 1 jam; (2) penduduk yang selama seminggu sebelum pencacahan
tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari 1 jam. Sedangkan angkatan kerja
yang bekerja yang tergolong sedang mencari pekerjaan adalah: (1) penduduk yang
belum pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan;
(2) penduduk yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan
berusaha mencari pekerjaan; dan (3) penduduk yang dibebastugaskan dan sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan.
Human Capital Investment
Istilah modal manusia (human capital) pertama kali dikemukakan oleh Gary S.
Becker (dalam Ace Suryadi, 1994) yang mengkaji lebih dalam mengenai pendidikan
formal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang menyatakan bahwa, semakin
tinggi pendidikan formal yang diperoleh, maka produktivitas tenaga kerja akan semakin
tinggi pula.
Investasi modal manusia dalam bidang pendidikan atau kesehatan dinilai sama
dengan investasi di pabrik, dengan kata lain perlu mempertimbangkan biayanya
terhadap keuntungan yang diperoleh (expected return) (Solihin, 1995).
Kuncoro (2002) menjelaskan bahwa penekanan pada investasi modal manusia
diyakini merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara
total. Tanah, tenaga kerja, modal fisik bisa saja mengalami diminishing returns, namun
ilmu pengetahuan tidak. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat
pendidikan dan kesehatan. Sebagai kebutuhan dasar manusia, Gaiha (1993),
menjelaskan bahwa pendidikan berperan dalam kesejahteraan manusia dengan berbagai
cara yang berbeda.
Human capital investment adalah istilah yang sering digunakan oleh para
ekonom untuk pendidikan, kesehatan, kapasitas manusia yang lain yang dapat
meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan (Todaro, 2003). Dalam
penelitian ini, human capital investment diproxy dengan tingkat pendidikan, yaitu
jumlah penduduk (siswa) baik laki-laki maupun perempuan yang masih duduk atau
belajar di tingkat SLTA pada suatu daerah dari tahun ke tahun (Nuryadin,dkk 2007).
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan lima variabel, yakni satu variabel dependen
dan empat variabel independen. Variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi.
Keempat variabel independen dalam penelitian ini yaitu aglomerasi, investasi, angkatan
kerja yang bekerja, human capital investment.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data pooling atau gabungan dari
data cross section yaitu data dari 35 kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah dan data time
series dari tahun 2004 sampai dengan 2008 (5 tahun), sehingga dihasilkan jumlah
observasi (N) sebanyak 175.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau sudah dikumpulkan dari sumber lain dan
diperoleh dari pihak lain, seperti buku-buku literatur, catatan-catatan atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Secara umum data-data dalam
penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan, Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa
Tengah.
Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan
ekonomi Neo Klasik Solow (Neoclassical Growth Model), dengan fungsi produksi
agregat standar:
Y = ƒ ( K, L, A) ............................................................................................. (3.4)
Dimana K adalah kapital, L adalah tenaga kerja, A adalah kemajuan teknologi.
PE = f (AG, I,AK,HCI) ................................................................................. (3.5)
Model ekonometrika secara umum:
PE = αoi + β1AGit + β2I it + β3AKit + β4HCIit + εit ........................................ (3.6)
di mana PE adalah pertumbuhan ekonomi, aglomerasi (AG), investasi (I), angkatan
kerja yang bekerja (AK), human capital investment (HCI), tahun (t), kabupaten/kota (i).
Hausman Test
Untuk menentukan secara tepat spesifikasi model yang akan digunakan apakah model
fixed effect atau random effect maka dilakukan uji Hausman untuk menguji model yang
paling baik yang digunakan dalam mengestimasi pertumbuhan ekonomi regional. Uji
Hausman akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-Square statistics
sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan secara benar. Penolakan terhadap
statistik Hausman tersebut berarti penolakan terhadap fixed effect model atau dummy
variable model. Sehingga semakin besar nilai statistik Hausman tersebut, semakin
mengarah pada penerimaan dugaan error component model (Baltagi,2003).
Uji Asumsi Klasik
Metode Ordinary Least Squares (OLS) merupakan model yang berusaha untuk
meminimalkan penyimpangan hasil perhitungan (regresi) terhadap kondisi aktual
Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi
penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik
sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk
mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus terbebas dari
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus
terdistribusi normal
Uji Signifikansi
Uji ini terdiri dari Uji Goodness of Fit, Uji Signifikansi Simultan (Uji F), dan
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t). Koefisien determinasi ini mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (uji
goodness of fit). Koefisien ini nilainya antara nol (0) sampai dengan satu (1). Semakin
besar nilai koefisien tersebut maka variabel-variabel bebas lebih mampu menjelaskan
variasi variabel terikatnya. Uji f pada dasarnya untuk menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel terikat. Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
Hasil dan Pembahasan
Analisis Data
Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer
Eviews 6.0. Program Eviews 6.0 ini membantu peneliti untuk melakukan pengujian
model data panel, pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama, pengujian
stastistik dan mencari nilai koefisien determinan.
Hausman Test
Tabel menunjukkan bahwa untuk periode pengamatan 2004-2008 Chi square-
hitung > Chi Square-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian estimasi menunjukkan
bahwa pendekatan fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pendekatan random
effect.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pada model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang
bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-2008 dengan n = 175 dan k = 4, maka
diperoleh degree of freedom (df) = 171 (n-k), dan menggunakan α = 5 persen diperoleh
nilai χ2 tabel sebesar 124,342. Dibandingkan dengan nilai Jarque-Bera pada Gambar
sebesar 3,702034, dapat ditarik kesimpulan bahwa probabilitas gangguan µ1 regresi
0
2
4
6
8
10
12
14
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Standardized ResidualsSample 2004 2008Observations 175
Mean 3.17e-18Median -0.008908Maximum 1.401309Minimum -1.411567Std. Dev. 0.623428Skewness 0.027840Kurtosis 2.289643
Jarque-Bera 3.702034Probability 0.157077
Periode Pengamatan Nilai χ2 χ2 tabel pada α 5%
2004-2008 21,085623 9,48773
tersebut terdistribusi secara normal karena nilai Jarque-Bera lebih kecil dibanding nilai
χ2 tabel.
Uji Multikolinearitas
Hasil Regresi Parsial
No. Persamaan R2* R2
1. AG AK I HCI 0,462223 0,801191
2. I AK AG HCI 0,503015 0,801191
3. AK AG I HCI 0,336174 0,801191
4. HCI AK AG I 0,518585 0,801191
Sumber : Lampiran C
R2 = R2 hasil regresi utama
R2* = R2 hasil auxiliary regression
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi,
angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment di kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2004-2008 tidak mengandung multikolinearitas karena tidak ada nilai R2
regresi parsial (auxiliary regression) yang lebih besar dibandingkan nilai R2 regresi
utama.
Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson (D-W)
Degree of freedom = 175
d dl Du 4 - du 4 - dl
1,898711 1,679 1,788 2,212 2,321
Sumber : Lampiran C
Tabel menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi,
angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2008 bebas dari
autokorelasi karena nilai D-W statistik terletak antara 1,788 < 1,898 < 2,212.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Park ( Log Res2)
No. Variabel Independen t-statistik t-tabel
1. AK -1,018336 1,960
2. AG 1,109267 1,960
3. I -1,363419 1,960
4. HCI -0,067368 1,960
Sumber: Lampiran C
Dari tabel dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel independen bebas dari
heteroskedastisitas karena signifikansi t-statistik < t-tabel yang menunjukkan bahwa
variabel independen persamaan tersebut tidak mengandung nilai-nilai dengan suatu
jarak (range) yang lebar, yaitu jarak antara nilai yang paling kecil dan nilai yang yang
paling besar adalah lebar.
Koefisien Determinasi (Uji R2)
Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,
human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota
kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2004-2008, diperoleh nilai R2 sebesar
0,801191. Hal ini berarti sebesar 80,11 persen variasi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel
independennya, yakni variabel AG (Aglomerasi), I (Investasi), AK (Angkatan kerja
yang bekerja), dan HCI (Human Capital Investment), sedangkan sisanya sebesar 19,89
persen dijelaskan variasi lain di luar model.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Signifikansi F (α = 0,05)
Analisis F-Statistik F-Tabel
PE 14,423 2,65
Sumber : Lampiran B
Dari regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan
human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2004-2008 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen),
dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 3 (k-1 = 4-1) dan degree of freedom for
denominator (dfd) = 171 (n-k = 175-4), maka diperoleh F-tabel sebesar 2,65.
Dari hasil regresi model dapat dinilai Probabilitas F- Statistic 0,0000 yang lebih
kecil dari nilai alpha (α) 5 persen (0,05) yang berarti dalam model tersebut variabel
independennya secara keseluruhan atau serentak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependennya.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,
dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2004-2008, dengan α = 5 persen dan degree of freedom (df) = 171 (n-k
=175-4), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,960 dan dengan α = 10 persen diperoleh
nilai t-tabel sebesar 1,645.
Tabel 4.8
Uji Signifikansi t (α = 0,05)
Variabel t-statistik t-tabel
(αααα = 5%)
AK 3,011477 1,960
AG -3,661799 1,960
I 4,823137 1,960
HCI 2,192074 1,960
Sumber : Lampiran B
Dari Tabel 4.8 hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang
bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
di Jawa Tengah tahun 2004-2008, dapat disimpulkan bahwa pada taraf 95 persen (α = 5
persen) variabel AG (Aglomerasi), I (Investasi) dan AK (Angkatan kerja yang bekerja)
berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel pertumbuhan ekonomi
Estimasi Fixed Effect Model dengan Crosssection Weight
Hasil regresi persamaan dengan estimasi fixed effect yang diselesaikan dengan
software Eviews 6.0 adalah sebagai berikut:
PE = 3,120932+ 0,004959AK – 0,867837AG + 0,000670I + 0,004970HCI + εit
……………(4.1)
Persamaan regresi tersebut merupakan persamaan utama yang belum
memasukkan koefisien dummy, sebagai pembeda persamaan tiap-tiap daerah. Dummy
Effect hasil regresi dengan Fixed Effect Model terdapat 35 koefisien dummy.
Tabel 4.9
Dummy Effect Hasil Regresi
CROSSID Effect CROSSID Effect
1 3.097680 18 -0.513067
2 -2.185196 19 5.169534
3 -0.005383 20 -0.033137
4 -0.278524 21 -0.938206
5 -2.582821 22 -0.183696
6 0.335293 23 -0.727664
7 -1.573887 24 -0.585383
8 -0.377860 25 -1.295580
9 -0.813338 26 0.209544
10 -1.888045 27 -1.345002
11 0.673403 28 -0.567817
12 -1.226735 29 -1.072130
13 1.961178 30 0.339527
14 -1.858763 31 1.566142
15 -1.710362 32 0.726044
16 -1.195745 33 6.670407
17 0.400620 34 0.438972
35 1.369997
Sumber: Lampiran D
Intersep bervariasi sepanjang individu (dalam hal ini adalah 35 kabupaten/kota)
dan setiap intersep individu tersebut tidak bervariasi sepanjang waktu, yang disebut
time invariant. Berdasarkan model FEM, diasumsikan bahwa koefisien slope dari
regressor tidak bervariasi antar individu maupun antar waktu.
Hasil Analisis Regresi
Analisis regresi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada persamaan berikut:
Tabel 4.11
Hasil Regresi Utama Pengaruh Aglomerasi, Investasi, Angkatan kerja yang Bekerja, dan Human Capital Investment Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Dependent Variable: PE
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 09/21/10 Time: 21:40
Sample: 2004 2008
Periods included: 5
Cross-sections included: 35
Total panel (balanced) observations: 175
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.120932 1.067377 2.923926 0.0041
AK 0.004959 0.001647 3.011477 0.0031
AG -0.867837 0.236997 -3.661799 0.0004
I 0.000670 0.000139 4.823137 0.0000
HCI 0.004970 0.002267 2.192074 0.0301
R-squared 0.801191 Mean dependent var 7.710494
Adjusted R-squared 0.745641 S.D. dependent var 4.407597
S.E. of regression 0.705167 Sum squared resid 67.62738
F-statistic 14.42295 Durbin-Watson stat 1.898711
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran B
Estimasi model regresi:
PE =αoi+β1AGit+β2Iit+ β3AK it + β4HCIit + εi……………………………………………………(4.2)
Model regresi:
PE = 3,120932+ 0,004959AK – 0,867837AG + 0,000670I + 0,004970HCI + εit
…………………………………………………………….......…………..(4.3)
Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,
human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi
Jawa Tengah tahun 2004-2008 pada Tabel 4.11 diperoleh nilai R2 sebesar 0,801191. Hal
ini berarti sebesar 80,11 persen variasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independennya, yakni variabel Ag
(Aglomerasi), I (Investasi), Ak (Angkatan kerja yang Bekerja), dan HCI (Human
Capital Investment), sedangkan sisanya sebesar 19,89 persen dijelaskan variasi lain di
luar model.
Interpretasi Hasil Regresi
Interpretasi hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang
bekerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 adalah sebagai berikut:
1. Aglomerasi
Dari hasil regresi ditemukan bahwa aglomerasi memberikan pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa
Tengah. Setiap kenaikan 1 persen aglomerasi akan menyebabkan penurunan terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,86784 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aglomerasi produksi bukan menjadi ukuran yang baik untuk mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang
menunjukkan aglomerasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
2. Investasi
Dari hasil regresi diketahui bahwa investasi memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.
Setiap kenaikan investasi sebesar 1 milyar rupiah akan menyebabkan peningkatan
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,00067 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
investasi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Semakin
besar investasi suatu daerah akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi
yang bisa dicapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang menunjukkan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan
hipotesis penelitian yang diajukan sehingga hipotesis penelitian dapat diterima.
3. Angkatan kerja yang bekerja
Dari hasil regresi, ditemukan bahwa angkatan kerja yang bekerja memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah. Setiap kenaikan seribu (1000) jiwa angkatan kerja yang bekerja
akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,004959
persen. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas angkatan kerja yang bekerja
mengalami peningkatan di tiap sektor. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
yang menunjukkan angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan
sehingga hipotesis penelitian dapat diterima.
4. Human Capital Investment
Dari hasil regresi, ditemukan bahwa human capital investment memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah. Setiap kenaikan seratus (100) jiwa human capital investment
akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,004970
persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sarana pendidikan di tiap kabupaten/kota di
provinsi Jawa Tengah sebagian besar adalah sampai tingkat SLTA saja, hanya beberapa
kabupaten/kota yang memiliki perguruan tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian yang menunjukkan human capital investment pertumbuhan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan, sehingga
hipotesis penelitian dapat diterima.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa model regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang
bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
di Jawa Tengah tahun 2004-2008 cukup layak digunakan karena telah memenuhi dan
melewati uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, dan uji normalitas.
Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan
kerja yang bekerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa besarnya nilai
adjusted R2 cukup tinggi yaitu 0,801191. Nilai ini berarti bahwa model yang dibentuk
cukup baik dimana 80,11 persen variasi variabel dependen pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan baik oleh ke empat variabel independen yakni aglomerasi, investasi,
angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment, sedangkan 19,89 persen
sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model.
Uji F-statistik menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model
regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan human capital
investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-
2008 yakni aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, human capital
investment secara bersama-sama mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,
dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2003-2006 dapat disimpulkan bahwa pada taraf 95 persen (α = 5 persen),
variabel aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja dan human capital
investment berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi.
Hasil empiris dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daerah
penyumbang PDRB terbesar di Jawa Tengah adalah daerah-daerah yang memiliki
peranan yang besar dalam sektor perdagangan, pertanian, dan industri, yaitu Kota
Semarang, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Cilacap.
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data
tersebut bukan merupakan data akhir, masih merupakan nilai sementara,
bahkan nilai sangat sementara yang dimungkinkan dapat berubah.
2. Kesulitan dalam proses pengumpulan data, dimana dalam satu periode
tahun terkadang data tidak lengkap untuk 35 Kabupaten/Kota, sehingga
untuk melengkapi data tersebut, digunakan data dari sumber lain, namun
ada perbedaan/selisih data dari sumber yang berbeda untuk satu contoh
jenis data sehingga data yang diperoleh belum cukup akurat.
3. Ketika kita melakukan investasi, kita tidak serta merta mendapatkan
hasilnya saat itu juga, ini disebut dengan “lag”, yaitu tenggang waktu
yang tercipta ketika dilakukan investasi, baik itu investasi swasta dan
pemerintah maupun investasi pada sumber daya manusia, hingga
investasi tersebut dapat menghasilkan sesuatu.
Saran
Untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang diperlukan peranan faktor-faktor
pendukung berlangsungnya kegiatan ekonomi, antara lain investasi, aglomerasi,
angkatan kerja, dan investasi sumber daya manusia. Hendaknya pemerintah semakin
meningkatkan investasi dengan cara mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi unggulan
di wilayahnya guna kelancaran investasi sehingga pemerintah dapat meningkatkan
pendapatan daerah. Upaya pemerintah lainnya yaitu perlunya kebijakan perluasan
lapangan kerja untuk mengatasi pengangguran terselubung dan mendirikan sarana dan
prasarana pendukung pendidikan seperti sekolah maupun pusat latihan kerja sehingga
tercipta sumber daya manusia yang efisien, inovatif dan memiliki skill dan keterampilan
yang memadai untuk dilepas di dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Baltagi, Badi H, 2005, Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition, John Wiley
& Sons, Ltd, England.
Beddies, H. Christian. 1999. “Invesment, Capital Accmulation, and Growth: Some
Evidence from The Gambia 1964-1998”, IMF Working Paper, African
Department.
Boediono, 1999,Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi I cetakan IX, BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2009, Indikator Ekonomi Jawa Tengah 2009, Jawa Tengah.
_________________, 2009, Jawa Tengah Dalam Angka 2009, Jawa Tengah.
_________________, PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Berbagai Tahun
Terbitan, Jawa Tengah.
Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Cetakan kedua, PT Pustaka
LP3ES Indonesia. Jakarta.
Gaiha, R. 1993. Design Of Poverty Allevation Strategy in Rural Areas. FAO. Roma.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP Undip,
Semarang.
Gujarati, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, International Edition,
Mc Graw Hill, Printed in Singapore.
Hanushek, Eric. A, 2005, Economic Outcome and School Quality, Education Policies
Series Booklet, Belgia : UNESCO, diakses 20 Juni 2010 dari UNESCO.
Jhingan, M. L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan oleh D.
Guritno), Edisi ke-1, Cetakan ke-10, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Krugman.1998. Space: The final Frontier, Journal Of Economic Perspectives, 12(2),
161-174.
Kuncoro Mudrajad, 2002, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mankiw, N Gregory, 2008, Brief Principles of Macroeconomics, Fifth Edition. USA:
Cengage Learning.
Nazara,Suahasil. 1994. “Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia. Suatu Aplikasi
Fungsi Produksi Agregat Indonesia, 1985-1991”. PRISMA, Vol.8, No.2, h. 19-
36.
Nuryadin, Didi, Jamzani Sodik, dan Dedi Iskandar. 2000. ”Aglomerasi dan
Pertumbuhan Ekonomi: Peran Karakteristik Regional di Indonesia”, Parallel
Session IVA, Fakultas Ekonomi UPN”Veteran” YK.
O’ Sullivan, Arthur, 1996. Urban Economic, Third Edition, Irwin, United States of
America.
Pratama, R, 2009, ”Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2006)”,
Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Undip, Semarang.
Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D., 2005. Economics, Eighteenth Ed., Mc
Graw-Hill, 2005 (International Edition).
Sbergami, Federica. 2002. Agglomeration and Economic Growth : Some Puzzles,
Graduate Institute of International Studies, Geneva.
Sigalingging, Atur J, 2008, “Dampak Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Wilayah”, Skripsi Tidak Dipublikasikan,
Fakultas Ekonomi Undip, Semarang.
Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2000, Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik
hingga Keynesian baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Subri,Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, PT Grafindo, Jakarta.
Suryadi, Ace. 1994. ”Hubungan antara Pendidikan, Ekonomi, dan Pengangguran
Tenaga Terdidik”. PRISMA, Vol. 8, No.5,h. 71-87.
Suryaningrum A, Esa, 2000, ”Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia”, Media
Ekonomi dan Bisnis, Vol 12 No. 1, Juni 2000, hal 8-16, FE UNDIP, Semarang.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Todaro, Michael P, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerjemah: Haris
Munandar, Erlangga, Jakarta.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
UPP STIM YKPN. Jogyakarta.