ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/26481/1/Jurnal.pdf ·...

27
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH (PERIODE 2004-2008) Bertha P. Siahaan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Drs. H. Wiratno, M.Ec [email protected] ABSTRAKSI Pertumbuhan ekonomi penting dalam mengurangi kemiskinan dan dalam menciptakan lapangan kerja. Dalam kurun waktu lima tahun, pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah meningkat, tetapi masih rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja , dan investasi sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah selama lima tahun (2004-2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 persen variasi variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independennya. Hasilnya adalah aglomerasi berpengaruh negatif dan signifikan, investasi berpengaruh positif dan signifikan, angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan, dan investasi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, aglomerasi, investasi, angkatan kerja, investasi sumber daya manusia.

Transcript of ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/26481/1/Jurnal.pdf ·...

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

(PERIODE 2004-2008)

Bertha P. Siahaan

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Drs. H. Wiratno, M.Ec

[email protected]

ABSTRAKSI

Pertumbuhan ekonomi penting dalam mengurangi kemiskinan dan dalam

menciptakan lapangan kerja. Dalam kurun waktu lima tahun, pertumbuhan ekonomi

provinsi Jawa Tengah meningkat, tetapi masih rendah bila dibandingkan dengan

provinsi lain yang ada di pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja , dan investasi sumber daya

manusia terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah

selama lima tahun (2004-2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 persen variasi

variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independennya.

Hasilnya adalah aglomerasi berpengaruh negatif dan signifikan, investasi berpengaruh

positif dan signifikan, angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan,

dan investasi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, aglomerasi, investasi, angkatan kerja, investasi

sumber daya manusia.

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan

perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan

lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi,

pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2003).

Kuncoro (2002) menyatakan bahwa salah satu kebijakan pemerintah untuk

mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan pembangunan

daerah yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.

Perubahan konsep dan kewenangan daerah yang semula ditujukan atas dasar pemusatan

kebijakan pusat, selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian daerah dalam mengelola

kawasannya, termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan daerah konsekuensinya

adalah tidak mungkin dapat mengidentifikasi pola pembangunan yang seragam, akibat

perbedaan karakteristik, letak geografis, sumber daya alam, sarana dan prasarana

pembangunan dan sumber daya manusia yang ada. Kebijakan pembangunan harus

disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, sehingga pengenalan potensi

melalui pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah

mutlak dibutuhkan bagi pembangunan daerah.

Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

wilayah/Provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto diartikan sebagai berapa

produk yang dihasilkan pada suatu daerah tersebut dalam satu satuan waktu tertentu.

Dari nilai PDRB ini akan dapat digambarkan sejauh mana kemampuan daerah dalam

mengelola/memanfaatkan sumber daya yang ada. Sedangkan unsur-unsurnya adalah

pemupukan kapital/investasi yang dibiayai oleh tabungan domestik maupun luar negeri

(hutang pemerintah atau swasta); human capital atau sumber daya manusia yang

menekankan pada skill; dan teknologi dimana untuk mengembangkannya diperlukan

perdagangan (Todaro, 2003).

Pemerintah provinsi Jawa Tengah sebagai pelaksana pembangunan di daerah

Jawa Tengah masih dihadapkan pada permasalahan tentang bagaimana memacu

pertumbuhan output daerah serta untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Pada

kenyataannya, bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, nilai total

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah cukup rendah. Kondisi

laju pertumbuhan PDRB provinsi Jawa Tengah yang berfluktuasi merupakan masalah

yang menarik untuk dikaji mengingat sumber daya alam, prasarana penunjang relatif

sama dibanding provinsi lain, bahkan letak provinsi Jawa Tengah yang berada di tengah

Pulau Jawa dinilai memiliki arti strategis dengan segala konsekuensinya. Jumlah

penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill akan

mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif

yang besar, maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang

tersedia, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi/output dari suatu

daerah.

Rumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menjadi tanggung jawab pemerintah di

wilayah yang bersangkutan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung dengan baik dan

kesejahteraan penduduk dapat dicapai. Banyak faktor yang dapat dihubungkan dengan

besarnya output yang dihasilkan oleh suatu wilayah sepanjang waktu. Faktor-faktor

tersebut seperti yang dikemukakan oleh Robert Solow, antara lain adalah: akumulasi

modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi yang ditentukan secara

eksogen. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang termasuk dalam tujuh besar

provinsi berpenduduk terbesar di Indonesia serta memiliki potensi sumber daya manusia

dan alam yang cukup memadai, tetapi kondisi perekonomian dan pertumbuhan

ekonominya (dilihat dari PDRB per kapita) relatif tertinggal dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lain di pulau Jawa.

Masalah penelitian ini adalah keadaan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah yang mengalami penurunan dan masih jauh dari harapan. Hal

tersebut dapat dijadikan sebagai alasan perlunya dilakukan penelusuran mengenai akar

permasalahan dan alternatif kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah provinsi

Jawa Tengah dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan

menganalisis pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan human

capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah.

TELAAH TEORI

Kemampuan mengembangkan ekonomi regional untuk bertahan di abad 21

sangat tergantung pada kemampuan suatu wilayah dalam memelihara pertumbuhan

ekonomi, oleh karena itu, berbagai kepentingan global yang akan berdampak pada masa

depan negara perlu diakses secara serius. Salah satu cara untuk merespon adalah dengan

melakukan aliasnsi dan partnership diantara pemerintah, pihak swasta dan sektor non

profit. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, perlu diperhatikan

faktor karakteristik daerah (spesialisasi, keragaman, dan persaingan) dan adanya

investasi. Perbedaan kondisi daerah memberikan implikasi terhadap pembangunan yang

diterapkan pada wilayah tersebut. Jika akan mengembangkan suatu wilayah, maka perlu

disesuaikan dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) dari wilayah tersebut.

Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang mendalam mengenai kondisi

masing-masing wilayah yang berguna sebagai bahan acuan dalam perencanaan

pembangunan pada wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. Ada

beberapa defenisi pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang dikemukakan para

ekonom dengan menggunakan sudut pandang yang beragam, tetapi pada dasarnya

kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.

Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per

kapita atau per pekerja, seringkali dibarengi dengan kenaikan jumlah penduduk dan

biasanya juga dengan perubahan struktural (Todaro, 2003).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam penduduk

bertambah dan kesejahteraan penduduk meningkat (Sukirno, 2000). Dengan kata lain,

pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur prestasi perkembangan

perekonomian suatu wilayah. Dari tahun ke tahun, kemampuan perekonomian suatu

wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat, dikarenakan pertambahan

faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan baik dalam jumlah maupun

kualitasnya. Investasi akan menambah persediaan modal dan mendorong peningkatan

teknologi yang digunakan. Jumlah angkatan kerja juga akan meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk, dengan kualitas yang terus menerus ditingkatkan dari

waktu ke waktu.

Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor atau komponen utama yang harus

terpenuhi dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor

tersebut adalah : (1) akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi

baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia,

(2) pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak

jumlah angkatan kerja, (3) kemajuan teknologi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna

menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. “pertumbuhan”

(growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development). Pertumbuhan ekonomi

adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan

(Meier, 1995). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan

jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas.

Teori pertumbuhan Neo Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori

ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut

pandangan klasik. Ekonom yang jadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut

adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Teori pertumbuhan ekonomi berhubungan

dengan pola dan potensi ekonomi jangka panjang (Economy’s long run trend or

potential) dan alur pertumbuhan (growth path). Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi

dapat dibedakan dalam tiga hal, yakni:

1. Pertumbuhan yang disebabkan oleh modal,

2. Pertumbuhan yang disebabkan oleh tenaga kerja,

3. Pertumbuhan yang disebabkab oleh perubahan dalam produktivitas.

Pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh perusahaan dalam produktivitas

menjelaskan tingkat perbedaan pertumbuhan antar kawasan. Sedangkan yang

mempengaruhi produktivitas itu sendiri adalah seberapa jauh kemajuan teknologi dapat

dicapai (technology progress). Pendapat mengenai konsep pertumbuhan ekonomi diatas

dikemukakan oleh Robert Solow, dimana konsep ini menjadi salah satu literatur

pertumbuhan dari aliran ekonomi klasik.

Model pertumbuhan neoklasik Solow (Solow neoclassical growth model), yang

tertuang dalam ”A Contribution to The Economic Growth”, merupakan pilar yang

sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, sehingga

penggagasnya, Robert Solow dianugerahi hadiah di bidang nobel ekonomi. dalam

bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi

produksi agregat standar, yakni:

Y=TK tα Lt

1-α .................................................................................... (2.1)

di mana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah

teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi (total factor productivity) ditentukan

secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut model pertumbuhan

eksogen (exogenous growth model). Usaha untuk memperbaiki kekurangan model

Solow, dinyatakan dengan memecah total factor productivity dengan memasukkan

variabel lain, di mana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model

pertumbuhan yang demikian disebut model pertumbuhan endogen (endogenous growth

model) yang dikembangkan oleh Romer.

Model pertumbuhan endogen menganggap bahwa perdagangan internasional

penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dalam model ini

perdagangan internasional diukur melalui aktivitas ekspor dan impor, yaitu:

Y = F (Ai, K i, Li) ............................................................................................. (2.2)

di mana Y adalah output, A adalah indeks produktivitas, K adalah modal, L adalah

tenaga kerja, i adalah tahun, sedang indeks produktivitas (A) adalah fungsi dari ekspor

(X) dan impor (M), yakni:

A i= F (Xi, M i) ................................................................................................ (2.3)

Terdapat beberapa studi yang dilakukan untuk menyempurnakan model

pertumbuhan ekonomi neoklasik dengan tujuan untuk memperjelas dan menambahkan

dasar-dasar teoritis bagi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, salah satunya dilakukan

oleh tiga ekonom yakni Mankiw, Romer, dan Weil (dalam Esa Suryaningrum A, 2000)

yang menyatakan bahwa model pertumbuhan Solow hanya mampu menerangkan

hubungan modal dan tenaga kerja saja, namun bukan besarnya (magnitude) hubungan

tersebut sehingga dimasukkanlah variabel mutu modal manusia untuk membantu

menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan tenaga kerja, yaitu:

Y = TKtα Lt

β H1-α-β ....................................................................................... (2.4)

di mana Y adalah atau output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan T adalah

teknologi dan H adalah modal manusia.

Menurut Teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu

bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas

tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan

teknologi (Todaro, 2003).

Dalam model Solow, teknologi diasumsikan tidak dipengaruhi oleh K dan L,

artinya perubahan dalam stok K dan L tidak mempengaruhi kemajuan teknologi. Dalam

kalimat lain, teknologi diasumsikan exogenous dalam model Solow dan ditentukan oleh

hal-hal di luar model dan tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain dalam model:

perubahan teknologi terjadi begitu saja tanpa penjelasan. Intinya fungsi produksi

digambarkan berada pada tingkat teknologi tertentu (given) dan tingkat penawaran

tertentu. Hal tersebut menjadikan kita lebih fokus pada bagaimana output berhubungan

dengan input kapital, teknologi dan tenaga kerja tertentu.Fungsi produksi

mengindikasikan jumlah output yang diproduksi dengan tingkat input modal (K)

berbeda dengan L dan A tertentu. Dalam jangka panjang, output tergantung pada tingkat

persediaan modal dalam perekonomian.

Aglomerasi

Untuk menganalisis pembangunan kota dan wilayah, harus dipahami

sepenuhnya mengenai kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi. Kekuatan-

kekuatan tersebut dapat menjelaskan terjadinya konsentrasi dan dekonsentrasi atau

dispersi industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Manfaat-manfaat yang ditimbulkan oleh

kegiatan-kegiatan di atas dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: (1) penghematan

skala (scale economies); (2) penghematan lokasi (localization economies); (3)

penghematan urbanisasi (urbanization economies).

Dalam penelitian ini, aglomerasi yang digunakan adalah aglomerasi produksi,

dimana manfaat aglomerasi ini adalah kategori penghematan skala, dimana terdapat

penghematan dalam produksi secara internal bila skala produksinya ditingkatkan. Biaya

tetap yang besar sebagai akibat investasi dalam bentuk pabrik dan peralatan. Sebagai

konsekuensinya, unit biaya produksi menjadi lebih rendah sehingga dapat bersaing

dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan hanya pada

lokasi-lokasi yang melayani penduduk dalam jumlah besar atau dengan perkataan lain,

mempunyai suatu pasar yang luas. Jadi dapat disimpulkan, bahwa terjadinya

penghematan skala internal memberikan manfaat pada konsentrasi penduduk dalam

jumlah besar daripada jumlah penduduk yang sedikit, industri dan kegiatan-kegiatan

lainnya (Adisasmita, 2005). Aglomerasi produksi dapat menyebabkan ketimpangan

pendapatan apabila ada halangan terhadap migrasi pekerja antar regional, atau seperti

yang pernah diteliti pada negara berkembang, bahwa ada surplus tenaga kerja dalam

perekonomian. Pada penelitian ini, aglomerasi produksi merupakan share PDRB 35

kabupaten kota terhadap PDRB provinsi Jawa Tengah.

Investasi

Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau

perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan

produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2000). Saat investasi modal lebih besar daripada

depresiasi, persediaan modal meningkat dan demikian halnya dengan output.

Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya pembentukan

modal atau sering disebut dengan aliran fundamentalis modal (capital fundamentalism),

menganggap bahwa pembentukan modal merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi.

Keterbatasan modal dinilai sebagai satu-satunya hambatan pokok bagi percepatan

pembangunan ekonomi. Untuk itu perlu ada suntikan modal awal yang cukup besar

guna membiayai pembangunan dengan harapan dapat merangsang timbulnya arus

domestik yang baru sehingga sehingga pada akhirnya akan mengurangi permintaan akan

bantuan/pinjaman luar negeri dalam jangka panjang (Arsyad, 1999).

Angkatan kerja Yang Bekerja

Penduduk merupakan unsur yang penting dalam usaha untuk meningkatkan

produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan

penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan, tenaga

usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi.

Arsyad (1999) menjelaskan bahwa pertambahan penduduk dan hal-hal yang

berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional

telah dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya

semakin banyak angkatan kerja yang bekerja berarti semakin produktif tenaga kerja,

sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.

Namun demikian kebenarannya tergantung pada kemampuan sistem ekonomi tersebut

untuk menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif.

Kemampuan itu tergantung pada tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya

faktor-faktor lain yang dibutuhkan, seperti misalnya keahlian manajerial dan

administratif.

Angkatan kerja yang bekerja yang digolongkan bekerja yaitu: (1) penduduk

yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan, yang lamanya

bekerja paling sedikit 1 jam; (2) penduduk yang selama seminggu sebelum pencacahan

tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari 1 jam. Sedangkan angkatan kerja

yang bekerja yang tergolong sedang mencari pekerjaan adalah: (1) penduduk yang

belum pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan;

(2) penduduk yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan

berusaha mencari pekerjaan; dan (3) penduduk yang dibebastugaskan dan sedang

berusaha mendapatkan pekerjaan.

Human Capital Investment

Istilah modal manusia (human capital) pertama kali dikemukakan oleh Gary S.

Becker (dalam Ace Suryadi, 1994) yang mengkaji lebih dalam mengenai pendidikan

formal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang menyatakan bahwa, semakin

tinggi pendidikan formal yang diperoleh, maka produktivitas tenaga kerja akan semakin

tinggi pula.

Investasi modal manusia dalam bidang pendidikan atau kesehatan dinilai sama

dengan investasi di pabrik, dengan kata lain perlu mempertimbangkan biayanya

terhadap keuntungan yang diperoleh (expected return) (Solihin, 1995).

Kuncoro (2002) menjelaskan bahwa penekanan pada investasi modal manusia

diyakini merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara

total. Tanah, tenaga kerja, modal fisik bisa saja mengalami diminishing returns, namun

ilmu pengetahuan tidak. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat

pendidikan dan kesehatan. Sebagai kebutuhan dasar manusia, Gaiha (1993),

menjelaskan bahwa pendidikan berperan dalam kesejahteraan manusia dengan berbagai

cara yang berbeda.

Human capital investment adalah istilah yang sering digunakan oleh para

ekonom untuk pendidikan, kesehatan, kapasitas manusia yang lain yang dapat

meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan (Todaro, 2003). Dalam

penelitian ini, human capital investment diproxy dengan tingkat pendidikan, yaitu

jumlah penduduk (siswa) baik laki-laki maupun perempuan yang masih duduk atau

belajar di tingkat SLTA pada suatu daerah dari tahun ke tahun (Nuryadin,dkk 2007).

Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan lima variabel, yakni satu variabel dependen

dan empat variabel independen. Variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi.

Keempat variabel independen dalam penelitian ini yaitu aglomerasi, investasi, angkatan

kerja yang bekerja, human capital investment.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data pooling atau gabungan dari

data cross section yaitu data dari 35 kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah dan data time

series dari tahun 2004 sampai dengan 2008 (5 tahun), sehingga dihasilkan jumlah

observasi (N) sebanyak 175.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau sudah dikumpulkan dari sumber lain dan

diperoleh dari pihak lain, seperti buku-buku literatur, catatan-catatan atau sumber-

sumber yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Secara umum data-data dalam

penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan, Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa

Tengah.

Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan

ekonomi Neo Klasik Solow (Neoclassical Growth Model), dengan fungsi produksi

agregat standar:

Y = ƒ ( K, L, A) ............................................................................................. (3.4)

Dimana K adalah kapital, L adalah tenaga kerja, A adalah kemajuan teknologi.

PE = f (AG, I,AK,HCI) ................................................................................. (3.5)

Model ekonometrika secara umum:

PE = αoi + β1AGit + β2I it + β3AKit + β4HCIit + εit ........................................ (3.6)

di mana PE adalah pertumbuhan ekonomi, aglomerasi (AG), investasi (I), angkatan

kerja yang bekerja (AK), human capital investment (HCI), tahun (t), kabupaten/kota (i).

Hausman Test

Untuk menentukan secara tepat spesifikasi model yang akan digunakan apakah model

fixed effect atau random effect maka dilakukan uji Hausman untuk menguji model yang

paling baik yang digunakan dalam mengestimasi pertumbuhan ekonomi regional. Uji

Hausman akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-Square statistics

sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan secara benar. Penolakan terhadap

statistik Hausman tersebut berarti penolakan terhadap fixed effect model atau dummy

variable model. Sehingga semakin besar nilai statistik Hausman tersebut, semakin

mengarah pada penerimaan dugaan error component model (Baltagi,2003).

Uji Asumsi Klasik

Metode Ordinary Least Squares (OLS) merupakan model yang berusaha untuk

meminimalkan penyimpangan hasil perhitungan (regresi) terhadap kondisi aktual

Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi

penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik

sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk

mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus terbebas dari

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus

terdistribusi normal

Uji Signifikansi

Uji ini terdiri dari Uji Goodness of Fit, Uji Signifikansi Simultan (Uji F), dan

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t). Koefisien determinasi ini mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (uji

goodness of fit). Koefisien ini nilainya antara nol (0) sampai dengan satu (1). Semakin

besar nilai koefisien tersebut maka variabel-variabel bebas lebih mampu menjelaskan

variasi variabel terikatnya. Uji f pada dasarnya untuk menunjukkan apakah semua

variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel terikat. Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

Hasil dan Pembahasan

Analisis Data

Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer

Eviews 6.0. Program Eviews 6.0 ini membantu peneliti untuk melakukan pengujian

model data panel, pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama, pengujian

stastistik dan mencari nilai koefisien determinan.

Hausman Test

Tabel menunjukkan bahwa untuk periode pengamatan 2004-2008 Chi square-

hitung > Chi Square-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian estimasi menunjukkan

bahwa pendekatan fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pendekatan random

effect.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Pada model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang

bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi di

kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-2008 dengan n = 175 dan k = 4, maka

diperoleh degree of freedom (df) = 171 (n-k), dan menggunakan α = 5 persen diperoleh

nilai χ2 tabel sebesar 124,342. Dibandingkan dengan nilai Jarque-Bera pada Gambar

sebesar 3,702034, dapat ditarik kesimpulan bahwa probabilitas gangguan µ1 regresi

0

2

4

6

8

10

12

14

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: Standardized ResidualsSample 2004 2008Observations 175

Mean 3.17e-18Median -0.008908Maximum 1.401309Minimum -1.411567Std. Dev. 0.623428Skewness 0.027840Kurtosis 2.289643

Jarque-Bera 3.702034Probability 0.157077

Periode Pengamatan Nilai χ2 χ2 tabel pada α 5%

2004-2008 21,085623 9,48773

tersebut terdistribusi secara normal karena nilai Jarque-Bera lebih kecil dibanding nilai

χ2 tabel.

Uji Multikolinearitas

Hasil Regresi Parsial

No. Persamaan R2* R2

1. AG AK I HCI 0,462223 0,801191

2. I AK AG HCI 0,503015 0,801191

3. AK AG I HCI 0,336174 0,801191

4. HCI AK AG I 0,518585 0,801191

Sumber : Lampiran C

R2 = R2 hasil regresi utama

R2* = R2 hasil auxiliary regression

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi,

angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment di kabupaten/kota di Jawa

Tengah tahun 2004-2008 tidak mengandung multikolinearitas karena tidak ada nilai R2

regresi parsial (auxiliary regression) yang lebih besar dibandingkan nilai R2 regresi

utama.

Uji Autokorelasi

Nilai Durbin-Watson (D-W)

Degree of freedom = 175

d dl Du 4 - du 4 - dl

1,898711 1,679 1,788 2,212 2,321

Sumber : Lampiran C

Tabel menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh aglomerasi, investasi,

angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2008 bebas dari

autokorelasi karena nilai D-W statistik terletak antara 1,788 < 1,898 < 2,212.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Park ( Log Res2)

No. Variabel Independen t-statistik t-tabel

1. AK -1,018336 1,960

2. AG 1,109267 1,960

3. I -1,363419 1,960

4. HCI -0,067368 1,960

Sumber: Lampiran C

Dari tabel dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel independen bebas dari

heteroskedastisitas karena signifikansi t-statistik < t-tabel yang menunjukkan bahwa

variabel independen persamaan tersebut tidak mengandung nilai-nilai dengan suatu

jarak (range) yang lebar, yaitu jarak antara nilai yang paling kecil dan nilai yang yang

paling besar adalah lebar.

Koefisien Determinasi (Uji R2)

Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,

human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah tahun 2004-2008, diperoleh nilai R2 sebesar

0,801191. Hal ini berarti sebesar 80,11 persen variasi pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel

independennya, yakni variabel AG (Aglomerasi), I (Investasi), AK (Angkatan kerja

yang bekerja), dan HCI (Human Capital Investment), sedangkan sisanya sebesar 19,89

persen dijelaskan variasi lain di luar model.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji Signifikansi F (α = 0,05)

Analisis F-Statistik F-Tabel

PE 14,423 2,65

Sumber : Lampiran B

Dari regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan

human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa

Tengah tahun 2004-2008 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen),

dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 3 (k-1 = 4-1) dan degree of freedom for

denominator (dfd) = 171 (n-k = 175-4), maka diperoleh F-tabel sebesar 2,65.

Dari hasil regresi model dapat dinilai Probabilitas F- Statistic 0,0000 yang lebih

kecil dari nilai alpha (α) 5 persen (0,05) yang berarti dalam model tersebut variabel

independennya secara keseluruhan atau serentak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependennya.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Dalam regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,

dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa

Tengah tahun 2004-2008, dengan α = 5 persen dan degree of freedom (df) = 171 (n-k

=175-4), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,960 dan dengan α = 10 persen diperoleh

nilai t-tabel sebesar 1,645.

Tabel 4.8

Uji Signifikansi t (α = 0,05)

Variabel t-statistik t-tabel

(αααα = 5%)

AK 3,011477 1,960

AG -3,661799 1,960

I 4,823137 1,960

HCI 2,192074 1,960

Sumber : Lampiran B

Dari Tabel 4.8 hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang

bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

di Jawa Tengah tahun 2004-2008, dapat disimpulkan bahwa pada taraf 95 persen (α = 5

persen) variabel AG (Aglomerasi), I (Investasi) dan AK (Angkatan kerja yang bekerja)

berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel pertumbuhan ekonomi

Estimasi Fixed Effect Model dengan Crosssection Weight

Hasil regresi persamaan dengan estimasi fixed effect yang diselesaikan dengan

software Eviews 6.0 adalah sebagai berikut:

PE = 3,120932+ 0,004959AK – 0,867837AG + 0,000670I + 0,004970HCI + εit

……………(4.1)

Persamaan regresi tersebut merupakan persamaan utama yang belum

memasukkan koefisien dummy, sebagai pembeda persamaan tiap-tiap daerah. Dummy

Effect hasil regresi dengan Fixed Effect Model terdapat 35 koefisien dummy.

Tabel 4.9

Dummy Effect Hasil Regresi

CROSSID Effect CROSSID Effect

1 3.097680 18 -0.513067

2 -2.185196 19 5.169534

3 -0.005383 20 -0.033137

4 -0.278524 21 -0.938206

5 -2.582821 22 -0.183696

6 0.335293 23 -0.727664

7 -1.573887 24 -0.585383

8 -0.377860 25 -1.295580

9 -0.813338 26 0.209544

10 -1.888045 27 -1.345002

11 0.673403 28 -0.567817

12 -1.226735 29 -1.072130

13 1.961178 30 0.339527

14 -1.858763 31 1.566142

15 -1.710362 32 0.726044

16 -1.195745 33 6.670407

17 0.400620 34 0.438972

35 1.369997

Sumber: Lampiran D

Intersep bervariasi sepanjang individu (dalam hal ini adalah 35 kabupaten/kota)

dan setiap intersep individu tersebut tidak bervariasi sepanjang waktu, yang disebut

time invariant. Berdasarkan model FEM, diasumsikan bahwa koefisien slope dari

regressor tidak bervariasi antar individu maupun antar waktu.

Hasil Analisis Regresi

Analisis regresi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada persamaan berikut:

Tabel 4.11

Hasil Regresi Utama Pengaruh Aglomerasi, Investasi, Angkatan kerja yang Bekerja, dan Human Capital Investment Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008

Dependent Variable: PE

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 09/21/10 Time: 21:40

Sample: 2004 2008

Periods included: 5

Cross-sections included: 35

Total panel (balanced) observations: 175

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.120932 1.067377 2.923926 0.0041

AK 0.004959 0.001647 3.011477 0.0031

AG -0.867837 0.236997 -3.661799 0.0004

I 0.000670 0.000139 4.823137 0.0000

HCI 0.004970 0.002267 2.192074 0.0301

R-squared 0.801191 Mean dependent var 7.710494

Adjusted R-squared 0.745641 S.D. dependent var 4.407597

S.E. of regression 0.705167 Sum squared resid 67.62738

F-statistic 14.42295 Durbin-Watson stat 1.898711

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Lampiran B

Estimasi model regresi:

PE =αoi+β1AGit+β2Iit+ β3AK it + β4HCIit + εi……………………………………………………(4.2)

Model regresi:

PE = 3,120932+ 0,004959AK – 0,867837AG + 0,000670I + 0,004970HCI + εit

…………………………………………………………….......…………..(4.3)

Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,

human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi

Jawa Tengah tahun 2004-2008 pada Tabel 4.11 diperoleh nilai R2 sebesar 0,801191. Hal

ini berarti sebesar 80,11 persen variasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel independennya, yakni variabel Ag

(Aglomerasi), I (Investasi), Ak (Angkatan kerja yang Bekerja), dan HCI (Human

Capital Investment), sedangkan sisanya sebesar 19,89 persen dijelaskan variasi lain di

luar model.

Interpretasi Hasil Regresi

Interpretasi hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang

bekerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 adalah sebagai berikut:

1. Aglomerasi

Dari hasil regresi ditemukan bahwa aglomerasi memberikan pengaruh yang

negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa

Tengah. Setiap kenaikan 1 persen aglomerasi akan menyebabkan penurunan terhadap

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,86784 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

aglomerasi produksi bukan menjadi ukuran yang baik untuk mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang

menunjukkan aglomerasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

2. Investasi

Dari hasil regresi diketahui bahwa investasi memberikan pengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.

Setiap kenaikan investasi sebesar 1 milyar rupiah akan menyebabkan peningkatan

terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,00067 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

investasi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Semakin

besar investasi suatu daerah akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi

yang bisa dicapai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang menunjukkan investasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan

hipotesis penelitian yang diajukan sehingga hipotesis penelitian dapat diterima.

3. Angkatan kerja yang bekerja

Dari hasil regresi, ditemukan bahwa angkatan kerja yang bekerja memberikan

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah. Setiap kenaikan seribu (1000) jiwa angkatan kerja yang bekerja

akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,004959

persen. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas angkatan kerja yang bekerja

mengalami peningkatan di tiap sektor. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian

yang menunjukkan angkatan kerja yang bekerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan

sehingga hipotesis penelitian dapat diterima.

4. Human Capital Investment

Dari hasil regresi, ditemukan bahwa human capital investment memberikan

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah. Setiap kenaikan seratus (100) jiwa human capital investment

akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,004970

persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sarana pendidikan di tiap kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah sebagian besar adalah sampai tingkat SLTA saja, hanya beberapa

kabupaten/kota yang memiliki perguruan tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian yang menunjukkan human capital investment pertumbuhan positif terhadap

pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan, sehingga

hipotesis penelitian dapat diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa model regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang

bekerja, dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

di Jawa Tengah tahun 2004-2008 cukup layak digunakan karena telah memenuhi dan

melewati uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji

autokorelasi, dan uji normalitas.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan

kerja yang bekerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa besarnya nilai

adjusted R2 cukup tinggi yaitu 0,801191. Nilai ini berarti bahwa model yang dibentuk

cukup baik dimana 80,11 persen variasi variabel dependen pertumbuhan ekonomi dapat

dijelaskan dengan baik oleh ke empat variabel independen yakni aglomerasi, investasi,

angkatan kerja yang bekerja, dan human capital investment, sedangkan 19,89 persen

sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model.

Uji F-statistik menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model

regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, dan human capital

investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2004-

2008 yakni aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja, human capital

investment secara bersama-sama mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi.

Dari hasil regresi pengaruh aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja,

dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa

Tengah tahun 2003-2006 dapat disimpulkan bahwa pada taraf 95 persen (α = 5 persen),

variabel aglomerasi, investasi, angkatan kerja yang bekerja dan human capital

investment berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi.

Hasil empiris dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daerah

penyumbang PDRB terbesar di Jawa Tengah adalah daerah-daerah yang memiliki

peranan yang besar dalam sektor perdagangan, pertanian, dan industri, yaitu Kota

Semarang, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Cilacap.

Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data

tersebut bukan merupakan data akhir, masih merupakan nilai sementara,

bahkan nilai sangat sementara yang dimungkinkan dapat berubah.

2. Kesulitan dalam proses pengumpulan data, dimana dalam satu periode

tahun terkadang data tidak lengkap untuk 35 Kabupaten/Kota, sehingga

untuk melengkapi data tersebut, digunakan data dari sumber lain, namun

ada perbedaan/selisih data dari sumber yang berbeda untuk satu contoh

jenis data sehingga data yang diperoleh belum cukup akurat.

3. Ketika kita melakukan investasi, kita tidak serta merta mendapatkan

hasilnya saat itu juga, ini disebut dengan “lag”, yaitu tenggang waktu

yang tercipta ketika dilakukan investasi, baik itu investasi swasta dan

pemerintah maupun investasi pada sumber daya manusia, hingga

investasi tersebut dapat menghasilkan sesuatu.

Saran

Untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang diperlukan peranan faktor-faktor

pendukung berlangsungnya kegiatan ekonomi, antara lain investasi, aglomerasi,

angkatan kerja, dan investasi sumber daya manusia. Hendaknya pemerintah semakin

meningkatkan investasi dengan cara mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi unggulan

di wilayahnya guna kelancaran investasi sehingga pemerintah dapat meningkatkan

pendapatan daerah. Upaya pemerintah lainnya yaitu perlunya kebijakan perluasan

lapangan kerja untuk mengatasi pengangguran terselubung dan mendirikan sarana dan

prasarana pendukung pendidikan seperti sekolah maupun pusat latihan kerja sehingga

tercipta sumber daya manusia yang efisien, inovatif dan memiliki skill dan keterampilan

yang memadai untuk dilepas di dunia kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah,

Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Baltagi, Badi H, 2005, Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition, John Wiley

& Sons, Ltd, England.

Beddies, H. Christian. 1999. “Invesment, Capital Accmulation, and Growth: Some

Evidence from The Gambia 1964-1998”, IMF Working Paper, African

Department.

Boediono, 1999,Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi I cetakan IX, BPFE, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2009, Indikator Ekonomi Jawa Tengah 2009, Jawa Tengah.

_________________, 2009, Jawa Tengah Dalam Angka 2009, Jawa Tengah.

_________________, PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Berbagai Tahun

Terbitan, Jawa Tengah.

Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori

Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Cetakan kedua, PT Pustaka

LP3ES Indonesia. Jakarta.

Gaiha, R. 1993. Design Of Poverty Allevation Strategy in Rural Areas. FAO. Roma.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP Undip,

Semarang.

Gujarati, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, International Edition,

Mc Graw Hill, Printed in Singapore.

Hanushek, Eric. A, 2005, Economic Outcome and School Quality, Education Policies

Series Booklet, Belgia : UNESCO, diakses 20 Juni 2010 dari UNESCO.

Jhingan, M. L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan oleh D.

Guritno), Edisi ke-1, Cetakan ke-10, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Krugman.1998. Space: The final Frontier, Journal Of Economic Perspectives, 12(2),

161-174.

Kuncoro Mudrajad, 2002, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan,

UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mankiw, N Gregory, 2008, Brief Principles of Macroeconomics, Fifth Edition. USA:

Cengage Learning.

Nazara,Suahasil. 1994. “Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia. Suatu Aplikasi

Fungsi Produksi Agregat Indonesia, 1985-1991”. PRISMA, Vol.8, No.2, h. 19-

36.

Nuryadin, Didi, Jamzani Sodik, dan Dedi Iskandar. 2000. ”Aglomerasi dan

Pertumbuhan Ekonomi: Peran Karakteristik Regional di Indonesia”, Parallel

Session IVA, Fakultas Ekonomi UPN”Veteran” YK.

O’ Sullivan, Arthur, 1996. Urban Economic, Third Edition, Irwin, United States of

America.

Pratama, R, 2009, ”Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2006)”,

Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Undip, Semarang.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D., 2005. Economics, Eighteenth Ed., Mc

Graw-Hill, 2005 (International Edition).

Sbergami, Federica. 2002. Agglomeration and Economic Growth : Some Puzzles,

Graduate Institute of International Studies, Geneva.

Sigalingging, Atur J, 2008, “Dampak Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Wilayah”, Skripsi Tidak Dipublikasikan,

Fakultas Ekonomi Undip, Semarang.

Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2000, Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik

hingga Keynesian baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Subri,Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, PT Grafindo, Jakarta.

Suryadi, Ace. 1994. ”Hubungan antara Pendidikan, Ekonomi, dan Pengangguran

Tenaga Terdidik”. PRISMA, Vol. 8, No.5,h. 71-87.

Suryaningrum A, Esa, 2000, ”Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia”, Media

Ekonomi dan Bisnis, Vol 12 No. 1, Juni 2000, hal 8-16, FE UNDIP, Semarang.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Todaro, Michael P, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerjemah: Haris

Munandar, Erlangga, Jakarta.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

UPP STIM YKPN. Jogyakarta.