ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH …digilib.unila.ac.id/37252/3/SKRIPSI TANPA BAB...

65
ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH KARYA WISATA KEPADA JAMAAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Putusan 209/Pdt.G/2017/PN.DPK) (Skripsi) Oleh DIAZ PRATIWI MUKTI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH …digilib.unila.ac.id/37252/3/SKRIPSI TANPA BAB...

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH KARYA

WISATA KEPADA JAMAAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN

HUKUM

(Studi Putusan 209/Pdt.G/2017/PN.DPK)

(Skripsi)

Oleh

DIAZ PRATIWI MUKTI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH

KARYA WISATA KEPADA JAMAAH AKIBAT PERBUATAN

MELAWAN HUKUM

(Studi Putusan 209/Pdt.G/2017/PN.DPK)

OLEH :

DIAZ PRATIWI MUKTI

First Travel merupakan biro perjalanan wisata dibawah bendera PT

Anugerah Karya Wisata. Tahun 2017, First Travel telah melakukan

perbuatan melawan hukum yaitu menelantarkan jamaah Umrah yang

mengakibatkan Jamaah Umrah gagal berangkat ke Arab Saudi sesuai

dengan Pasal 65 Ketentuan Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji. Adapun yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana

pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya Wisata kepada jamaah akibat

Perbuatan Melawan Hukum.

Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen. Data

yang digunakan adalah data primer berdasarkan perundang-undangan dan

data sekunder yang didapat dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier. Data yang terlah terkumpul kemudian di

analaisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan hukum antara PT First

Anugerah Karya Wisata dengan Jamaah terjadi karena adanya perjanjian.

Perjanjian terjadi karena adanya kesepakatan yang menimbulkan hak dan

kewajiban bagi kedua belah pihak. Pada tahun 2017, PT First Anugerah

melakukan perbuatan melawan hukum dengan menelantarkan jamaahnya

yang mengakibatkan gagal berangkat ke Tanah Suci. Akibat perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh PT First Anugerah Karya Wisata

tersebut jamaahnya mengalami kerugian baik secara materil maupun

imateril sehingga PT First Anugerah Wisata dituntut untuk

mempertanggungjawankan perbuatannya. Berdasarkan Putusan Pengadilan

Negeri Depok PT First Anugerah Karya Wisata dihukum untuk

mengembalikan dana jamaah sebesar RP. 1.187.385.000. (satu milyar

seratus delapan puluh tujuh tiga ratus delapan puluh lima ribu rupiah).

Kata kunci: Biro perjalanan, Umrah, PT First Anugerah Karya Wisata

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PT FIRST ANUGERAH KARYA

WISATA KEPADA JAMAAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN

HUKUM

(Studi Putusan 209/Pdt.G/2017/PN.DPK)

Oleh

DIAZ PRATIWI MUKTI

Skripsi

Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Diaz Pratiwi Mukti. Penulis dilahirkan

di Bandar Lampung pada tanggal 11 Juli 1996 dan merupakan

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mukari

dan Ibu Hartati.

Penulis mengawali pendidikan di TK Xaverius 3 Way Halim Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2002, SD Xaverius 3 Way Halim Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama menempuh

pendidikan di SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun

2011, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius

Pahoman Bandar Lampung pada tahun 2014.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

melalui jalur SBMPTN pada tahun 2014 dan penulis mengikuti Kuliah Kerja

Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Purwodadi, Kecamatan Trimurjo,

Kabupaten Lampung Tengah.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif organisasi kemahasiswaan pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu sebagai Ketua Bagian Bidang

Kesekertariatan HIMA Perdata periode 2017-2018.

”MOTTO”

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala

rencanamu. HATI manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang

menentukan arah langkahnya”

(Amsal 16:3,9)

”Hidup ini ibarat menaiki sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus

berjalan”

(Albert Einstein)

PERSEMBAHAN

Atas Anugerah-Nya, skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku, Bapak

dan Ibu, serta Adikku tercinta, memberiku dukungan dan semangat serta yang sabar

menanti-nantikan keberhasilanku untuk menyelesaikan studi khususnya dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini juga bagi almamaterku tercinta.

SANWACANA

Dengan mengucapkan syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pertanggungjawaban PT First

Anugerah Karya Wisata Kepada Calon Jamaah Akibat Perbuatan Melawan

Hukum (Studi Putusan Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK)” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Penulis banyak mendapat ilmu pengetahuan, bimbingan dan masukan yang bersifat

membangun dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Armen Yasir S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Ratya Syamsiar S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah banyak

membantu penulis dengan penuh kesabaran, bersedia meluangkan waktunya,

mencurahkan segenap pemikirannya, serta memberikan bimbingan, kritik, dan

saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Kasmawati S.H., M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah banyak

membantu penulis dengan penuh kesabaran, bersedia meluangkan waktunya,

mencurahkan segenap pemikirannya, serta memberikan bimbingan, kritik, dan

saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Rilda Murniati, S.H.,M.Hum, selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan yang sangat membangun terhadap skripsi ini;

6. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M., selaku Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran dan masukan yang sangat membangun terhadap skripsi

ini;

7. Seluruh Dosen dan Karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta

segala bantuan secara teknis maupun administratif yang diberikan kepada penulis

selama menyelesaikan studi;

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Bapak dan Ibu yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun materiil, nasihat, bimbingan, cinta kasih dan selalu

memberikan doa yang tak pernah putus kesuksesanku;

9. Untuk adikku tercinta, Claricha Ignes Pratiwi Mukti terima kasih untuk

dukungan baik materiil maupun moril serta cinta kasih, semangat dan doa

untukku;

10. Untuk Wisnu Bagus Pamungkas, terima kasih untuk dukungan, doa, semangat,

motivasi dan kesabarannya selama ini;

11. Untuk Sahabat-Sabahatku, Denia, Cindy Olivia, Juwita, Juan, Ari, Thendi, Ichal,

Lutfia terima kasih untuk dukungan semangat dan doanya selama ini;

12. Untuk Sahabat-Sahabatku, Fanny Ayu sevtiya, Fitria Ulfa, Elsa Intan Pratiwi,

Dini, terima kasih untuk dukungan, semangat dan doanya selama menjalani

perkuliahan ini;

13. Untuk Sahabat-Sahabatku, Yoan, Rut, Nisa, Sindi, Tiara, Naura, Ria, Atul,

Bulan, terima kasih untuk dukungan, semangat dan doanya selama ini;

14. Untuk Teman-Temanku, Andey, Herdianto, Ungkas, Tuntas, Adit, Ibnu terima

kasih untuk dukungan, semangat dan doanya selama ini.

15. Untuk Teman-Teman HIMA Perdata yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

16. Untuk teman-teman KKN Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten

Lampung Tengah, Bapak Ibu Induk Semang, Bapak Lurah, Bapak Camat, Warga

Desa Purwodadi, Sesil, Novia, Asta, Hany, Dwi, Inggit, Nawa, Bang Apip, Bang

Aang, Fernando, Yoga, Angga dan Tomo. Terima Kasih untuk 40 hari

kebersamaannya.

17. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat di sebutkan satu persatu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

18. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Unila.

Semoga Tuhan Yesus Kristus Memberkati Kita Semua. Penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Bandar Lampung

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v

MOTO ................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

SANWACANA ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 8

C. Ruang Lingkup ....................................................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9

E. Kegunaan Penelitian .............................................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Umrah ....................................................................... 11

B. Tinjauan Umum Tentang Biro Perjalanan ........................................................ 13

1. Pengertian Biro Perjalanan ............................................................................ 13

2. Macam-macam Travel atau Biro Perjalanan ............................................... 14

3. PT First Anugerah Karya Wisata Sebagai Biro Perjalanan Haji dan

Umrah ............................................................................................................... 16

C. Tinjauan Umum tentang Perbuatan Melawan Hukum .................................... 17

1. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum....................................................... 17

2. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum .................................................. 20

3. Perbuatan Melawan Hukum oleh PT First Anugerah Karya Wisata ....... 23

D. Tinjauan Umum Tentang Ganti Rugi ................................................................ 24

1. Pengertian Ganti Rugi .................................................................................... 24

2. Jenis-Jenis Ganti rugi ..................................................................................... 26

E. Tinjauan Umum tentang Tanggung Jawab ....................................................... 34

1. Pengertian Tanggung Jawab .......................................................................... 34

2. Teori Tanggung Jawab Hukum ..................................................................... 39

F. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 40

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 43

B. Tipe Penelitian ...................................................................................................... 43

C. Pendekatan Masalah ............................................................................................ 43

D. Data dan Sumber Data ......................................................................................... 44

E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 45

F. Metode Pengolahan Data .................................................................................... 46

G. Analisis Data ......................................................................................................... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Majelis Hakim dalam Menggambil Keputusan dalam

Putusan Nomor 209/PDT.G/2017/PN.DPK ..................................................... 48

1. Kasus Posisi ..................................................................................................... 48

2. Ringkasan Putusan .......................................................................................... 58

B. Pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya Wisata kepada Jamaah

Akibat Perbuatan Melawan Hukum .................................................................. 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat

dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang

dilaksanakan kaum muslim sedunia bagi yang mampu (material, fisik, dan

keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa

tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan

Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan

sewaktu-waktu. Umroh adalah mengunjungi Ka'bah (biatullah) untuk

melaksanakan serangkaian kegiatan ibadah (thawaf, sa'i, tahallul) dengan syarat

dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an maupun sunnah Rasulillah

SAW.1

Pada dasarnya, tujuan pokok pada perjalanan haji dan umrah ada tiga hal, yaitu:2

1. Mengerjakan haji, hukumnya wajib bagi yang mampu dan hanya sekali seumur

hidup. Adapun selebihnya itu sunnah. Mengerjakan ibadah haji hanya bisa

dikerjakan pada musim haji, sedangkan ibadah umrah bisa dikerjakan pada

setiap waktu yang tidak terbatas;

1 Ahmad Abd Majdi, Seluk Beluk Ibadah Haji Dan Umroh, Surabaya: Mutiara Ilmu,

1993. hlm. 13 2 Ibid, hlm. 14

2

2. Mengerjakan umrah, mengerjakan ibadah haji dan umrah terdapat perbedaan

dan persamaan dalam waktu dan pelaksanaannya;

3. Melakukan ziarah, hukumnya sunnah. Ziarah yang dimaksudkan adalah

ketempat-tempat, baik di Jeddah, Mekkah, Madinah dan tempat-tempat lain

yang bersejarah.

Menunaikan ibadah umrah merupakan idaman setiap kaum muslim, Indonesia

sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia

maka animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah umrah juga sangat besar.

Animo masyarakat dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat menyebabkan

daftar panjang antrian untuk melaksanakan ibadah umrah. Hal tersebut

mendorong beberapa individu di negara ini untuk membuka usaha biro perjalanan

umrah dan haji.

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji Pasal 38 Ayat 2, bahwa perjalanan haji dan umrah dapat dilakukan

secara perseorangan dan rombongan melalui penyelenggara perjalanan haji dan

umrah yang dilakukan oleh pemerintah atau Biro Perjalanan Wisata yang telah

mendapat izin dari Menteri Agama. Pada umumnya masyarakat muslim Indonesia

melaksanakan umrah menuju Masjidil Haram di Arab Saudi melalui biro

perjalanan umrah atau perusahaan travel yang khusus menyelenggarakan jasa

perjalanan umrah yang banyak tersebar di Indonesia.

Perkembangan usaha jasa perjalanan ibadah yang berupa biro perjalanan wisata

semakin berkembang pesat. Beberapa biro perjalanan ibadah umrah dan haji

khusus bermunculan tidak hanya di kota-kota besar saja, bahkan menjamaah

3

hingga kota-kota kecil seperti kotamadya dan kabupaten. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang telah mendapat izin dari

Menteri Agama harus memenuhi persyaratan:

1. Telah memperoleh izin sebagai biro perjalanan wisata dari kementrian/instasi

yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pariwisata;

2. Telah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun sebagai biro perjalanan wisata;

3. Memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan perjalanan Umrah yang

menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah yang meliputi kemampuan

sumber daya manusia, manajemen, serta sarana dan prasarana;

4. Memiliki kemampuan finansial untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah

Umrah yang dibuktikan dengan jaminan bank;

5. Memiliki mitra biro perjalanan Ibadah Umrah di Arab Saudi yang memperoleh

izin resmi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi; dan

6. Memiliki komitmen untuk menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah sesuai

dengan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Menteri.

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah memiliki tugas dan fungsi pelayanan

yang wajib dilaksakan yaitu:

1. Bimbingan Ibadah Umrah yang dilaksanakan sebelum keberangkatan, selama

di perjalanan dan selama di Arab Saudi yang dilakukan oleh petugas yang

diangkat oleh PPUI;

4

2. Pelayanan Transportasi dari dan ke Arab Saudi dan selama di Arab Saudi yang

wajib memperhatikan aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan;

3. Pelayanan akomodasi dilakukan dengan menempatkan jamaah umrah di

penginapan yang layak dan pelayanan konsumsi wajib dilakukan sesuai standar

menu, higienitas, dan kesehatan;

4. Pelayanan kesehatan dilakukan sesuai dengan ketentuan Pemerintah Kerajaan

Arab Saudi;

5. Perlindungan jamaah umrah dan petugas umrah menjadi tanggung jawab PPIU

dengan memberikan asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan kepada jamaah

umrah;

6. Pelayanan administrasi dan dokumen umrah wajib dilakukan oleh PPIU dalam

bentuk melakukan pengurusan dokumen perjalanan umrah dan visa bagi

jamaah, melaporkan keberangkatan jamaah umrah kepada Menteri, melaporkan

kedatangan dan kepulangan jamaah umrah dari dan ke Arab Saudi kepada

Kepala Kantor Misi Haji Indonesia di Arab saudi, dan melaporkan pelaksanaan

Penyelenggaraan Ibadah Umrah kepada Menteri.

Saat ini telah banyak Biro Perjalanan Ibadah Umrah yang banyak menawarkan

paket umrah dengan harga yang lebih murah, salah satunya adalah biro perjalanan

First Travel. First Travel merupakan biro perjalanan wisata dibawah bendera PT

Anugerah Karya Wisata. First Travel mengawali usahanya dari sebuah biro

perjalanan wisata yang menawarkan layanan perjalanan wisata domestic dan

international untuk klien perseorangan maupun perusahaan dibawah bendera CV

First Karya Utama yang didirikan pada tanggal 1 juli 2009. Kemudian pada tahun

2011, First travel merambah bisnis perjalanan umrah di bawah bendera PT First

5

Anugerah Karya Wisata dan berkembang pesat dari tahun ke tahun, hal ini

dibuktikan dengan bertambahnya kantor cabang First Travel yang tersebar di

seluruh Indonesia yaitu di Medan, Surabaya, Sidoarjo, Bandung, Malang,

Denpasar, Depok, serta tiga kantor di Jakarta, yakni Kebon Jeruk, Joglo, dan TB

Simatupang.

Tahun 2017 PT First Anugerah Karya Wisata mendapat perhatian Kementerian

Agama setelah gagal memberangkatkan jamaah umrah pada tanggal 28 Maret

2017. Dalam kejadian ini jamaah diinapkan di hotel sekitar bandara. Akibat

kejadian tersebut Kementrian Agama pun melakukan klarifikasi, investigasi,

advokasi, hingga mediaasi dengan jamaah. Upaya klarifikasi pertama kali

dilakukan pada tanggal 18 April 2017. Jamaah merasa dirugikan karena di antara

mereka ada yang sampai gagal 3 kali berangkat umrah.

Saat dimintai kejelasan, pihak manajer First Travel selalu berkelit. Kementrian

Agama mengundang pihak First Travel untuk mediasi dengan jamaah. Mereka

mengirimkan tim legal namun tidak dilanjutkan karena tim legal First Travel tidak

dibekali surat kuasa. Pada tanggal 22 Mei 2017, 600 jamaah First Travel dari

Jawa Timur mengadu ke DPR. Fakta menunjukkan 600 jamaah dari Jawa Timur

itu terlantar di Ibu Kota selama empat hari dan tak pernah tahu kapan akan

diberangkatkan ke Tanah Suci.

Kementrian Agama kembali memanggil First Travel pada tanggal 24 Mei 2017.

Upaya ini pun gagal karena pihak manajer tidak hadir. Pada tanggal 2 juni 2017,

digelar mediasi antara pihak First Travel dengan sejumlah jamaah dari Bengkulu.

6

Untuk kesekian kalinya pihak manajer First Travel tidak ada solusi yang bisa

diberikan.

Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 21

Juli 2017 memerintahkan PT First Anugerah Karya Wisata untuk menghentikan

penjualan paket promonya karena ada indikasi investasi ilegal dan penghimpunan

dana masyarakat tanpa izin. First Travel juga tidak pernah menyampaikan data

jamaah yang mendaftar dan belum diberangkatkan. Dokumen ini sudah diminta

sejak empat bulan lamanya. Pada tanggal 3 Agustus 2017 Kementrian Agama RI

mencabut Ijin Umrah Biro Perjalanan Ibadah Umrah First Travel.

Pada tahun 2017, First Travel telah melakukan perbuatan melawan hukum sesuai

dengan Pasal 65 Ketentuan Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yaitu

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dilarang menelantarkan jamaah

umrah yang mengakibatkan jamaah umrah gagal berangkat ke Arab Saudi.

PT First Anugerah Karya Wisata menawarkan beberapa pilihan paket perjalanan

Umrah mulai dari paket promo hingga VIP. Beberapa paket umrah yang di

tawarkan oleh PT First Anugerah Karya Wisata yaitu Rp. 14.300.000,00

(empatbelas juta tiga ratus ribu rupiah) untuk paket promo, Rp. 26.613.000,00

(dua puluh enam juta enam ratus tigabelas ribu rupiah) untuk paket reguler dan

RP. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk paket VIP.

Paket promo umrah tersebut berhasil menarik banyak jamaah. Jumlah jamaah

yang terdaftar di First Travel mencapai 72.672 orang. Namun sebagian besar

jamaah tersebut belum diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah, dengan total nilai

7

kerugian Rp. 848.700.000.000,00 (delapan ratus empat puluh delapan milyar tujuh

ratus juta rupiah). Sejak Desember 2016 hingga Mei 2017, First Travel hanya

mampu memberangkatkan 14.000 jamaah, sedangkan 58.682 jamaah lainnya

merugi.3 Anggota Dewan Kehormatan Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah

Republik Indonesia (Amphuri) menjelaskan bahwa PT First Anugerah Karya

Wisata menggunakan sistem Ponzi. Dimana calon jamaah yang lebih dahulu

biayanya ditutupi oleh calon jamaah yang membayar belakangan. Karna sistem

ponzi tersebut PT First Anugerah Karya Wisata berhasil mengumpulkan calon

jamaah hingga bepuluh ribu.

Dengan bentuknya sebagai perseroan terbatas, First Travel merupakan badan

usaha yang berbadan hukum, oleh karenanya merupakan subyek hukum yang

memiliki hak dan kewajiban. Karena kawajiban yang tidak dipenuhi oleh pihak

First Travel tersebut maka pihak First Travel diduga telah melakukan perbuatan

melawan hukum. Oleh karena itu First Travel dapat dituntut secara perdata untuk

memenuhi kewajibannya dan mengganti segala kerugian.

First Travel menjalankan usaha travel umrah dalam bentuk Badan Hukum

Perseroan Terbatas, dengan sendirinya dalam menjalankan usahanya wajib tunduk

pada ketentuan Ijin Usaha Travel Umrah. Terlepas dari adanya "dugaan awal

tindak pidana" yang saat ini diurus oleh kepolisian, kegiatan usaha Travel Umrah

dilakukan berdasarkan pada hukum keperdataan yaitu "adanya perjanjian" untuk

pemberangkatan jamaah umrah antara First Travel dengan masyarakat secara

orang perseorangan maupun berkelompok.

3 Dian Cahyaningrum,Tanggungjawab Hukum First Travel dalam kasus Penipuan,

Penggelapan, dan Pencucian Uang dengan modus Umrah, Majalah Info Singkat Hukum.2017,

hlm. 2

8

Pencabutan Ijin usaha First Travel oleh Kementrian Agama, bukan merupakan

pembubaran Perseroan Terbatas sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

Undang Perseroan Terbatas, dengan demikian berarti badan usaha Perseroan

Terbatas (selanjutnya disingkat PT) yang menaungi usaha First Travel dapat

mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Akibat kerugian yang diderita oleh para jamaah PT First Anugerah Karya Wisata,

sebanyak 72orang jamaah melayangkan gugatan kepada PT First Anugerah Karya

Wisata ke Pengadilan Negeri Depok. Para jamaah tersebut menggugat PT First

Anugerah Karya Wisata untuk mengembalikan dana jamaah tersebut baik secara

materiil maupun imateriil.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

mengenai Tanggungjawab PT First Anugerah Karya Wisata kepada para jamaah

akibat perbuatan melawan hukum sehingga kajian tersebut akan dituliskan dalam

skripsi yang berjudul “Analisis Pertanggungjawaban PT First Anugerah

Karya Wisata Kepada Jamaah Akibat Perbuatan Melawan Hukum (Studi

Putusan Nomor 209/PDT.G/2017/PN.DPK)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim Mengabulkan Gugatan

jamaah Terhadap PT First Anugerah Karya Wisata dalam Putusan Nomor

209/PDT.G/2017/PN.DPK?

9

2. Bagaimanakah Pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya Wisata kepada

jamaah akibat Perbuatan Melawan Hukum?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup bidang ilmu dan lingkup kajian.

Lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan khususnya

dibidang perbuatan melawan hukum. Sedangkan lingkup kajian penelitian ini

adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji, Putusan Nomor 209/PDT.G/2017/PN.DPK, serta Peraturan Menteri Agama

No 8 Tahun 2018.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis hal-

hal sebagai berikut:

1. Dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam Mengabulkan Gugatan jamaah

Terhadap PT First Anugerah Karya Wisata dalam Putusan Nomor

209/PDT.G/2017/PN.DPK

2. Pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya Wisata kepada jamaah akibat

Perbuatan Melawan Hukum

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara praktis maupun

teoritis:

1. Kegunaan Teoritis

10

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum

perdata mengenai pelaksanaan tanggung jawab apabila terjadi perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh PT First Anugerah Karya Wisata.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi

penulis khususnya tentang Hukum Keperdataan tentang Perbuatan Melawan

Hukum

b. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Umrah

Haji adalah salah satu rukun islam, yaitu rukun islam yang kelima. Menunaikan

ibadah haji adalah bentuk ritual yang dilakukan setiap tahun khusus bagi kaum

muslim, dan yang mampu secara material, fisik, dan keilmuan dengan berkunjung

ke beberapa tempat di Arab Saudi. Dan melaksanakan beberapa kegiatan dalam

waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan zulhijah. Perbedaan antara haji dan

umroh adalah umroh berkunjung ke Ka’bah untuk melakkukan serangkaian

ibadah dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Umroh disunahkan bagi muslim

yang mampu dan dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah yaitu pada

tanggal 10 Dzulhijjah dan hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12, 13, Dzulhijjah.1

Umroh juga merupakan serangkaian ibadah haji. Ada bermacam-macam ibadah

haji. Rangkaian ibadah yang wajib dilakukan ketika umroh adalah:2

1. Diawali dengan mandi besar (Janabah) sebelum ihram untuk Umrah.

2. Mengenakan pakaian ihram. Untuk laki-laki 2 kain yang dijadikan saruang dan

selendang, sedangkan perempuan memakai apa saja yang menutup aurat tanpa

hiasannya dan tdak memakai cadar atau sarung tangan.

1 Dapat Dilihat Pada jurnal skripsi Ajeng Tania, Analisis Program Pelayanan Jama‟ ah

Haji Dan Umroh PT. Arminareka Perdana, hlm. 28 2 Ibid 29

12

3. Niat umroh dalam hati dan mengucap Labbaika „umrotan atau

Labbaikallahumma bi‟ Umrotin. Kemudian bertalbiyah dengan dikeraskam

suaranya bagi laki-laki dan cukup dengan suara yang didengar yang ada di

sampingnya bagi perempuan yaitu, mengucap Labbaikallahuma labbaika

labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni‟ mata laka wa mulk laa

syarikala laka.

4. Sesampainya di masjidil Haram menjuju Ka’bah, lakukan tawaf sebanyak 7

kali putaran. 3 putaran pertama jalan cepat dan sisanya jalan biasa. Thawaf

diawali dan diakhiri di Hajar Aswad sambil menyentuh dengan tangan kanan

dan mencimnya jika mampu mengucap Bismillah Wallahu Akbar. Jika tidak

bisa menyentuhnya dan menciumnya, maka cukup memberi isyarat dan berkata

Allahu Akbar.

5. Shalat 2 rakaat dibelakang Maqam Ibrahim jika bisa atau ditempat lain di

Masjidil Haram dengan membaca surat Al-Kafirun pada raka’at pertama dan

Al-iklas pada raka’at ke dua.

6. Selanjutnya Sa’I naik kebukit Shofa dan menghadap kiblat sambul mengangkat

kedua tangan dan mengucap Innash Shofa Wal Marwata Min Sya’aaririllah.

Abda’u Bima Bada’Allahu Bihi (aku memulai dengan apa yang Allah

memulainya). Kemudian bertakbir 3 kali tanpa member isyrat dan mengucap

Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu. Lahul mulku wa lahul hamdu

wahuwa „alaa kulli syai‟ in qodiir. Laa ilaha illallahu wahdahu anjaza

13

wa‟ duha wa shodaqo „abdahu wa hazamal ahzaba 3x. kemudian berdoa

sekehendaknya. Sa’I dilakukan sebanyak 7 kali dengan hitungan berangkat satu

kali dan kembalinya dihitung satu kali, diawali di Bukit Shofa dan diakhiri di

bukit Marwah.

7. Mencukur rabut kepala bagi laki-laki dan memotong sebatas ujung kuku jari

bagi perempuan.

8. Ibadah umroh selesai.

B. Tinjauan Umum Tentang Biro Perjalanan

1. Pengertian Biro Perjalanan

Usaha perjalanan wisata merupakan bentuk usaha yang menyelenggarakan jasa

perjalanan wisata baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Usaha perjalanan

wisata ini menyediakan sarana pariwisata dan segala hal yang terkait dibidang

wisata. Usaha perjalanan wisata ini bisa dibentuk badan usaha, baik berupa

Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Firma (Fa), koperasi,

yayasan, atau bentuk usaha perseroan.3

Yang termasuk dalam jenis usaha perjalanan wisata diantaranya adalah biro

perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata. Baik biro maupun agen perjalanan

harus memiliki izin usaha biro dan agen wisata dari walikota maupun pejabat

yang ditunjuk. Hal ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan usaha

perjalanan. Dasar hukum pendirian biro dan agen perjalanan wisata ini adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 mengenai kepariwisataan. Prosedur

permohonan izin usaha pendirian biro atau agen perjalanan ini diawali dengan

3 Oka A. Yoeti, Tours and Travel Marketing ,Jakarta : Pradnya Paramita,2003, hlm. 33.

14

mengajukan surat permohonan kepada walikota atau pejabat setempat. Pengajuan

ini dilakukan dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan

bermaterai 6000. Kemudian surat permohonan tersebut akan diproses selama 30

hari setelah surat diajukan.4

2. Macam-macam Travel atau Biro Perjalanan

Biro perjalanan (travel) pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu biro

perjalanan wisata dan biro perjalanan haji dan umrah.

a. Biro Perjalanan Wisata

Biro Perjalanan wisata adalah sebuah usaha atau badan usaha yang menyediakan

seluruh atau sebagian perlengkapan seseorang atau kelompok orang yang akan

melakukan perjalanan wisata. Dalam menjalankan usahanya, biro perjalanan atau

agen perjalanan wisata ini harus melaksanakan kewajiban sebagai berikut:

1) Memberikan perlindungan kepada para pelanggan atau para pemakai jasa.

2) Menyediakan pramuwisata untuk memimpin dan membimbing wisatawan

ketika melakukan perjalanan wisata.

3) Menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah

serta mengadakan pembukuan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4) Patuh terhadap perundang-undangan yang berlaku. Jika kewajiban ini tidak

terpenuhi, izin usaha tersebut akan di cabut oleh pemerintah setempat.5

4 H.k Martono, Hukum penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama (Bandung: Mandar Maju, 2009) ,hlm. 24 5 E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan (Bandung : Mandar Maju, 2000)

hlm. 98

15

b. Biro Perjalanan Haji dan Umrah

Biro perjalanan Haji dan Umrah adalah usaha penyedia jasa perecanaan atau jasa

pelayanan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Biro Perjalanan Haji dan

Umrah merupakan suatu badan usaha yang dapat memberikan pelayanan tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan ibadah haji dan umrah.

Penyelenggaraan ibadah haji khusus adalah biro perjalanan yang telah mendapat

izin menteri untuk menyelenggarakan ibadah haji khusus.6 Banyaknya travel yang

melaksanakan pemberangkatan ibadah haji, membuat kita harus memilih travel

yang terpercaya minimal memiliki izin resmi dari pemerintah dalam hal ini

Kementrian Agama.

Biro perjalanan yang telah mendapatkan ijin menteri terkait tersebut harus

berbentuk badan hukum baik berupa PT atau setidak-tidaknya CV. Biro

perjalanan yang telah berbentuk badan hukum tersebut selanjutnya melakukan

pendaftaran sebagai biro perjalanan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan

yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk dapat menyelenggarakan ibadah

haji khusus, penyelenggara ibadah haji khusus harus memenuhi

persyaratan/kriteria yang telah ditentukan oleh Kementrian Agama sesuai dengan

yang diamanatkan dalam Pasal 35 ayat (4) PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji, yaitu :

1) Telah memperoleh izin sebagai PPIU oleh menteri.

2) Telah menyelenggarakan ibadah umrah paling singkat selama 3 (tiga) tahun

dan memberangkatkan jamaah umrah paling sedikit 300 (tiga ratus) orang.

6 Republik Indonesia, PP Nomor 79 Tahun 2012, Bab 1, Pasal 1 angka 8

16

3) Memiliki kemampuan teknis menyelenggarakan ibadah haji khusus yang

meliputi kemampuan sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta

manajemen.

4) Memiliki kemampuan finansial untuk menyelenggarakan ibadah haji khusus

yang dibuktikan dengan jaminan bank.

5) Memiliki komitmen untuk menyelenggarakan ibadah haji khusus sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, standart pelayanan yang telah ditetapkan oleh

menteri dan ketentuan pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Penyelenggaran Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah memenuhi persyaratan

tersebut maka dapat menyelenggarakan ibadah haji khusus dengan ketentuan

wajibnya memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Pendaftaran.

2) Bimbingan jamaah haji khusus.

3) Transportasi jamaah haji khusus.

4) Akomodasi dan konsumsi di Arab Saudi.

5) jamaah haji khusus.

6) Perlindungan jamaah haji khusus dan petugas haji khusus.

7) Administrasi dan dokumen haji.

3. PT First Anugerah Karya Wisata Sebagai Biro Perjalanan Haji dan

Umrah

PT First Anugerah Karya Wisata adalah Biro Perjalanan yang menyelenggarakan

usaha jasa perjalanan wisata baik domestik maupun internasional yang telah

mendapat ijin dari pejabat setempat. PT First Anugerah Karya Wisata

17

menjalankan usaha jasa perjalanan wisata dibindang perjalanan Ibadah Umrah

yang menawarakan berbagai macam paket perjalanan umrah ke Tanah Suci serta

perjalanan tur domestik dan international.

PT First Anugerah Karya Wisata telah berbentuk badan hukum yaitu Perseroan

Terbatas (PT) yang telah mendapat ijin dari Kementrian Agama. PT First

Anugerah Karya Wisata memiliki ijin menyelenggarakan ibadah umrah dengan

Nomor 723 Tahun 2016. Pemilik dan Pendiri PT First Anugerah Karya Wisata

merupakan pasangan suami-istri yaitu Andika Surachman sebagai Presiden

Direktur PT First Anugerah Karya Wisata dan Anniesa Desvitasari Hasibuan

sebagai Direktur PT First Anugerah Karya Wisata.

C. Tinjauan Umum tentang Perbuatan Melawan Hukum

1. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum

Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan

melawan hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh

seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Dalam ilmu hukum dikenal 2 (dua) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu

sebagai berikut:7

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun

kelalaian).

7 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm.

3

18

Jika di lihat dari model pengaturan KUH Perdata Indonesia tentang perbuatan

melawan hukum lainnya, sebagaimana juga dengan KUH Perdata di negara-

negara lain dalam sistem hukum Eropa Kontinental, maka model tanggung jawaab

hukum adalah sebagai berikut:8

a. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian),

sebagaimana terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khususnya unsur kelalaian,

sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUH Perdata.

c. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat terbatas

ditemukan dalam Pasal 1367 KUH Perdata

Ada juga yang mengartikan perbuatan melawan hukum sebagai suatu kumpulan

dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengkontrol atau mengatur

perilaku berbahaya, untuk memberikan tanggung jawab atau suatu kerugian yang

terbit dari interaksi sosial dan untuk menyediakan ganti rugi terhadap korban

dengan suatu gugatan yang tepat.

Beberapa definisi lain yang pernah diberikan terhadap perbuatan melawan hukum

adalah sebagai berikut:9

a. Tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajibannya selain dari kewajiban

kontraktual atau kewajiban quasi kontractual yang menerbitkan hak untuk

meminta ganti rugi.

b. Suatu perbuatan atau tidak berbuat yang mengakibatkan timbulnya kerugian

bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, dimana

8 Munir Fuady, Ibid

9 Munir Fuady, Ibid

19

perbuatan atau tidak berbuat tersebut baik merupakan suatu perbuatan biasa

maupun bisa juga merupakan suatu kecelakaan.

c. Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum kewajiban

mana ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan dengan tidak

memenuhi kewajibannya tersebut dapat dimintakan suatu ganti rugi.

d. Suatu kesalahan perdata (civil wrong) terhadap mana suatu ganti kerugian

dapat dituntut yang bukan merupakan wanprestasi terhadap kontrak atau

wanprestasi terhadap kewajiban trust ataupun wanprestasi terhadap kewajiban

equity lainnya.

e. Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap kontrak, atau

lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang merugikan hak-hak orang lain

yang diciptakan oleh hukum yang tidak terbit dari hubungan kontraktual.

f. Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang secara bertentangan dengan

hukum melanggar hak orang lain yang diciptakan oleh hukum dan karenanya

suatu ganti rugi dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan.

g. Perbuatan melawan hukum bukan suatu kontrak seperti juga kimia bukan suatu

fisika atau matematika.

Kata “perbuatan” meliputi perbuatan positif dan perbuatan negatif. Perbuatan

positif adalah perbuatan yang benar-benar dikerjakan diatur dalam Pasal 1365

KUH Perdata atau Pasal 1401 BW Belanda. Perbuatan negatif adalah perbuatan

yang benar-benar tidak dikerjakan, diatur dalam Pasal 1366 KUH Perdata. Oleh

karena itu, perbuatan positif dikerjakan oleh orang yang benar-benar berbuat,

sedangkan perbuatan negatif tidak dikerjakan sama sekali oleh orang yang

20

bersangkutan. Pelanggaran perbuatan dalam dua Pasal tersebut mempunyai akibat

hukum yang sama yaitu mengganti kerugian.10

Rumusan perbuatan positif dalam Pasal 1354 KUH Perdata dan perbuatan negatif

dalam Pasal 1366 KUH Perdata hanya digunakan sebelum ada Putusan Hoge

Raad Nederlands 31 Januari 1919 karena pada waktu itu pengertian “perbuatan

melawan hukum” hanya bagi perbuatan positif, dalam arti sempit. Setelah keluar

Putusan Hoge Raad 31 Januari 1919, pengertian “melawan hukum” diperluas,

mencakup juga perbuatan negatif, tidak berbuat.

Pengertian “perbuatan melawan hukum” Pasal 1365 KUH Perdata diperluas

mencakup juga perbuatan negatif Pasal 1366 KUH Perdata, yaitu berbuat atau

tidak berbuat. Jadi perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH Perdata

adalah berbuat atau tidak berbuat yang merugikan orang lain. Berbuat, contohnya

merusak barang milik orang lain. Tidak berbuat, contohnya tidak mengerjakan

pekerjaan borongan yang telah disanggupi. Kedua perbuatan tersebut

menimbulkan akibat hukum sama, yaitu merugikan orang lain. Contoh lain,

membakar kebun tetangga atau membiarkan bayi tidak diberi susu. Kedua

perbuatan itu berakibat merugikan orang lain.11

2. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUH Perdata, maka suatu perbuatan

melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:12

10

Abdulkadir Muhammad, Ibid, hlm.260 11

Abdulkadir Muhammad, ibid 12

Munir Fuady, Ibid, hlm.10

21

a. Adanya Suatu Perbuatan

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si pelakunya.

Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik

berbuat sesuatu (dalam arti aktif) misalnya tidak berbuat sesuatu padahal dia

mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya. Kewajiban mana timbul dari

hukum yang berlaku (karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak)

karena itu terhadap perbuatan melawan hukum, tidak ada unsur “persetujuan atau

kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa yang diperbolehkan” sebagaimana

yang terdapat dalam kontrak.

b. Perbuatan Tersebut Melawan Hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919,

unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.

2) Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau

3) Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau

4) Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau

5) Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat

untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de

zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt ten aanzien van

andres persoon of goed).

c. Adanya Kesalahan dari Pihak Pelaku

Agar dapat dikenakan Pasal 1365 tentang Perbuatan Melawan Hukum tersebut,

undang-undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku haruslah

22

mengandung unsur kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan perbuatan

tersebut. Karena itu, tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak

termasuk tanggung jawab berdasarkan kepada Pasal 1365 KUH Perdata.

Jikapun dalam hal tertentu diberlakukan tanggung jawab tanpa kesalahan tersebut

(strict liability), hal tersebut tidaklah didasari atas Pasal 1365 KUH Perdata, tetapi

didasarkan kepada undang-undang lain.

Karena Pasal 1365 KUH Perdata mensyaratkan adanya unsur “kesalahan”

(schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui

bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap

oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung

jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:13

1) Ada unsur kesengajaan, atau

2) Ada unsur kelalaian (negligence,culpa), dan

3) Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond),

seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

Timbul pertanyaan dalam hal ini, yakni apakah perlu dipersyaratkan unsur

“kesalahan” di samping unsur “melawan hukum” dalam suatu perbuatan melawan

hukum, apakah tidak cukup dengan unsur “melawan hukum” saja. Untuk

mejawab pertanyaan ini, dikembangkan 3 (tiga) aliran sebagai berikut:14

1) Aliran yang mernyatakan cukup hanya unsur melawan hukum saja.

2) Aliran yang menyatakan cukup hanya unsur kesalahan saja.

13

Munir Fuady, Ibid, hlm.12 14

Munir Fuady, Ibid

23

3) Aliran yang menyatakan diperlukan, baik unsur melawan hukum maupun unsur

kesalahan.

d. Adanya Kerugian Bagi Korban

Adanya kerugian (schade) bagi korban juga merupakan syarat agar gugatan

berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata dapat dipergunakan. Berbeda dengan

kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal kerugian materiil, maka

kerugian karena perbuatan melawan hukum di samping kerugian materil,

yurisprudensi juga mengakui konsep kerugian immateril, yang juga akan dinilai

dengan uang.

3. Perbuatan Melawan Hukum oleh PT First Anugerah Karya Wisata

PT First Anugerah Karya Wisata melakukan Perbuatan Melawan Hukum sesuai

dengan Ketentuan Peraturan Pemerintah Pasal 65 Huruf a Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

yaitu PPIU dilarang menelantarkan jamaah umrah yang mengakibatkan jamaah

umrah gagal berangkat ke Arab Saudi.

Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh PT First Anugerah Karya Wisata

telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum yaitu adanya suatu

perbuatan yang dilakukan oleh PT First Anugerah Karya Wisata, perbuatan

tersebut melawan hukum sesuai dengan Ketentuan Peraturan Pemerintah Pasal 65

Huruf a Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, adanya kesalahan dari pihak PT First Anugerah

Karya Wisata, serta Adanya Kerugian yang alami oleh jamaah.

24

D. Tinjauan Umum Tentang Ganti Rugi

1. Pengertian Ganti Rugi

Pengertian kerugian menurut Nieuwehuis adalah berkurangnya harta kekayaan

pihak yang satu yang disebabkan oleh perbuatan (melakukan atau membiarkan)

yang melanggar norma oleh pihak lain. Kerugian yang diderita seseorang dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang

menimpa harta benda sendiri dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta

kehilangan keuntungan yang diharapkan.15

Walaupun kerugian dapat berupa kerugian atas diri (fisik) seseorang atau kerugian

yang menimpa harta benda, namum jika dikaitkan dengan ganti kerugian, maka

keduanya dapat dinilai dengan uang (harta kekayaan). Demikian pula karena

kerugian harta benda dapat pula berupa kehilangan keuntungan uang diharapkan,

maka pengertian kerugian seharusnya adalah berkurangnya atau tidak

diperolehnya harta kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan

(melakukan atau membiarkan) yang melanggar norma oleh pihak lain.16

Walaupun kerugian dapat berupa kerugian atas diri (fisik) seseorang atau kerugian

yang menimpa harta benda, namun jika dikaitkan dengan ganti kerugian, maka

keduanya dapat dinilai dengan uang (harta kekayaan). Demikian pula karena

kerugian harta benda dapat pula berupa kehilangan keuntungan uang diharapkan,

maka pengertian kerugian seharusnya adalah berkurangnya atau tidak

diperolehnya harta kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan

(melakukan atau membiarkan) yang melanggar norma oleh pihak lain.

15

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Grafindo

Persada, Jakarta 2011. hlm.133 16

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Ibid

25

Dalam menentukan besarnya ganti kerugian yang harus dibayar, pada dasarnya

harus berpegang pada asas bahwa ganti kerugian yang harus dibayar sedapat

mungkin membuat pihak yang rugi dikembalikan pada kedudukan semula

seandainya tidak terjadi kerugian atau dengan kata lain ganti kerugian

menempatkan sejauh mungkin orang yang dirugikan dalam kedudukan yang

seharusnya andaikata perjanjian dilaksanakan secara baik atau tidak terjadi

perbuatan melanggar hukum. Dengan demikian ganti kerugian harus diberikan

sesuai dengan kerugian yang sesungguhnya tanpa memperhatikan unsur-unsur

yang tidak terkait langsung dengan kerugian itu, seperti kemampuan atau

kekayaan pihak yang bersangkutan.

Bloembergen berpendapat bahwa kerugian merupakan perngertian normatif yang

membutuhkan penafsiran dan menurutnya bukan kehilangan atau kerusakan

barang yang merupakan kerugian, melaikan harga dari barang yang dimaksud atau

biaya-biaya perbaikan. Pendapat inilah yang dianut Hoge Raad.17

Walaupun demikian, menghitung besarnya kerugian sering tidak mudah, sehingga

sering ditetapkan berdasarkan keadilan. Sedangkan dalam beberapa keputusannya,

Hoge Raad telah merumuskan bahwa penetapan kerugian harus dilakukan

berdasarkan ukuran-ukuran objektif (secara abstrak). Dalam penerapan metode

abstrak, hakim tidak semata-mata mempertimbangkan hal-hal khusus dalam

peristiwa yang bersangkutan dengan keadaan subjektif dari pihak yang dirugikan,

melaikan hakim meneliti pada umumnya kerugian yang dialami seseorang yang

berada dalam posisi sama seperti pihak yang menuntut ganti kerugian.18

17

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Ibid. hlm. 134 18

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Ibid. hlm. 135

26

2. Jenis-Jenis Ganti rugi

Konsep ganti rugi dalam hukum dikenal dalam 2(dua) bidang hukum, yaitu

sebagai berikut:19

a. Konsep ganti rugi karena wanprestasi kontrak.

b. Konsep ganti rugi karena perkatan berdasarkan undang-undang termasuk ganti

rugi karena perbuatan melawan hukum.

Banyak persamaan antara konsep ganti rugi karena wanprestasi kontrak dengan

konsep ganti rugi karena perbuatan melawan hukum. Akan tetapi perbedaannya

juga banyak.

Ada juga konsep ganti rugi yang dapat diterima dalam sistem ganti rugi karena

perbuatan melawan hukum, tetapi terlalu keras jika diberlakukan terhadap ganti

rugi karena wanprestasi kontrak. Misalnya ganti rugi yang menghukum (punitive

damages) yang dapat diterima dngan baik dalam ganti rugi karena perbuatan

melawan hukum, tetapi pada prinsipnya sulit diterima dengan ganti rugi karena

wanprestasi kontrak. Ganti rugi dalam bentuk menghukum ini adalah ganti rugi

yang harus diberikan kepada korban dalam jumlah yang melebihi dari kerugian

yang sebenarnya. Ini dimaksudkan untuk menghukum pihak pelaku perbuatan

melawan hukum tersebut. Karena jumlahnya yang melebihi dari kerugian yang

nyata diderita, maka untuk ganti rugi menghukum ini sering disebut juga dengan

istilah “uang cerdik” (smart money).

19

Munir Fuady, Ibid, hlm. 134

27

Bentuk dari ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum yang dikenal oleh

hukum adalah sebagai berikut:20

a. Ganti Rugi Nominal

b. Ganti Rugi Kompensasi

c. Ganti Rugi Penghukuman

Berikut ini penjelasannya bagi masing-masing kategori tersebut, yaitu sebagai

berikut:21

a. Ganti Rugi Nominal

Jika adanya perbuatan melawan hukum yang serius, seperti perbuatan yang

mengandung unsur kesengajaan, tetapi tidak menimbulkan kerugian yang nyata

bagi korban, maka kepada korban dapat diberikan sejumlah uang tertentu sesuai

dengan rasa keadilan tanpa menghitung berapa sebenarnya kerugian tersebut.

Inilah yang disebut dengan ganti rugi nominal.

b. Ganti Rugi Kompensasi

Ganti rugi kompensasi (compensatory damages) merupakan ganti rugi yang

merupakan pembayaran kepada korban atas dan sebesar kerugian yang benar-

benar telah dialami oleh pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum.

Karena itu, ganti rugi seperti ini disebut juga dengan ganti rugi aktual. Misalnya,

ganti rugi atas segala biaya yang dikeluarkan oleh korban, kehilangan keuntungan

atau gaji. Sakit dan penderitaan, termasuk penderitaan mental seperti stress, malu,

jatuh nama baik, dan lain-lain.

20

Munir Fuady, Ibid 21

Munir Fuady, Ibid

28

c. Ganti Rugi Penghukuman

Ganti rugi penghukuman (punitive damages) merupakan suatu ganti rugi dalam

jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerguian yang sebenarnya. Besarnya

jumlah ganti rugi tersebut dimaksudkan sebagai hukuman bagi si pelaku. Ganti

rugi penghukuman ini layak diterapkan terhadap kasus-kasus kesengajaan yang

berat atau sadis. Misalnya diterapkan terhadap penganiayaan berat atas seseorang

tanpa rasa perikemanusiaan.

Bila ganti rugi karena perbuatan melawan hukum berlakunya lebih keras

sedangkan ganti rugi karena kontrak lebih lembut, itu adalah merupakan salah

satu ciri dari hukum di zaman modern. Sebab, didalam dunia yang telah

berperadaan tinggi, maka seseorang haruslah selalu bersikap waspada untuk tidak

menimbulkan kerugian bagi orang lain. Karena itu, bagi pelaku perbuatan

melawan hukum sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain, haruslah

mendapatkan hukuman yang setimpal, dalam bentuk ganti rugi.

Di pihak lain, kedudukan dari korban dari perbuatan melawan hukum berbeda

dengan pihak dalam kontrak yang terhadapnya telah dilakukan wanprestasi oleh

lawannya dalam kontrak tersebut. Pihak yang telah berani menandatangani

kontrak, berarti dia sedikit banyaknya sudah berani mengambil risiko-risiko

tertentu, termasuk risiko kerugian yang terbit dari kontrak tersebut. Sehingga ganti

rugi yang diberikan kepadanya tidaklah terlalu keras berlakunya. Akan tetapi, lain

halnya bagi korban dari perbuatan melawan hukum, yang sama sekali tidak

pernah terpikir akan risiko dari perbuatan melawan hukum, yang kadang-kadang

datang dengan sangat mendadak dan tanpa diperhitungkan sama sekali. Karena

pihak korban dari perbuatan melawan hukum sama sekali tidak siap menerima

29

risiko dan sama sekali tidak pernaah berpikir tentang risiko tersebut, maka

seyogyanya dia lebih dilindungi, sehingga ganti rugi yang berlaku kepadanya

lebih luas dan lebih tegas berlakunya.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang merupakan kitabnya hukum perdata

di Indonesia, termasuk kiblat bagi hukum yang berkenaan dengan perbuatan

melawan hukum, mengatur, kerugian dan ganti rugi dalam hubungannya dengan

perbuatan melawan hukum dengan 2 (dua) pendekatan sebagai berikut:22

a. Ganti Rugi Umum.

b. Ganti Rugi Khusus.

Yang dimaksud dengan ganti rugi dalam hal ini adalah ganti rugi yang berlaku

untuk semua kasus, baik untuk kasus-kasus wanprestasi kontrak maupun kasus-

kasus yang berkenaan dengan perikatan lainnya termasuk karena perbuatan

melawan hukum.

Ketentuan tentang ganti rugi yang umum ini oleh KUH Perdata diatur dalam

bagian keempat dari buku ketiga, mulai dari Pasal 1243 sampai dengan Pasal

1252. Dalam hal ini untuk ganti rugi tersebut. KUH Perdata secara konsisten

untuk ganti rugi digunakan istilah:

a. Biaya

b. Rugi, dan

c. Bunga

22

Munir Fuady,Ibid. hlm. 136

30

Yang dimaksud dengan biaya adalah setiap cost atau uang atau apa pun yang

dapat dinilai dengan uang yang telah dikeluarkan secara nyata oleh pihak yang

dirundingkan, sebagai akibat dari wanprestasi dari kontrak atau sebagai akibat

dari tidak dilaksanakannya perikatan lainnya, termasuk perikatan karena adanya

perbuatan melawan hukum. Misalnya biaya perjalanan, konsumsi, biaya akta

notaris, dan lain-lain.

Kemudian, yang dimaksud dengan “rugi” atau “kerugian” (dalam arti sempit)

adalah keadaan berkurang (merosotnya) nilai kekayaan kreditur sebagai akibat

dari adanya wanprestasi dari kontrak atau sebagai akibat dari tidak

dilaksanakannya perikatan lainnya, termasuk perikatan karena adanya perbuatan

melawan hukum.

Sedangkan yang dimaksud dengan “bunga” adalah suatu keuntungan yang

seharusnya diperoleh, tetapi tidak jadi diperoleh oleh pihak kreditur karena adanya

wanprestasi dari kontrak atau sebagai akibat dari tidak dilaksanakannya perikatan

lainnya, termasuk perikatan karena adanya perbuatan melawan hukum. Dengan

begitu, pengertian bunga dalam Pasal 1243 KUH Perdata lebih luas dari

pengertian bunga dalam istilah sehari-hari, yang hanya berart “bunga uang”

(interest), yang hanya ditentukan dengan persentase dari hutang pokoknya.23

Selain dari ganti rugi umum yang diatur mulai dari Pasal 1243 KUH Perdata,

KUH Perdata juga mengatur ganti rugi khusus yakni ganti rugi khusus terhadap

kerugian yang timbul dari perikatan-perikatan tertentu. Dalam hubungan dengan

ganti rugi yang terbit dari suatu perbuatan melawan hukum. Selain dari ganti rugi

23

Munir Fuady, Ibid. hlm. 137

31

dalam bentuk yang umum, KUH Perdata juga menyebutkan pemberian ganti rugi

terhadap hal-hal sebagai berikut:24

a. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (Pasal 1365).

b. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1366 dan

Pasal 1367).

c. Ganti rugi untuk pemilik binatang (Pasal 1368).

d. Ganti rugi untuk pemilik gedung yang ambruk (Pasal 1369).

e. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan olh orang yang dibunuh (Pasal

1370).

f. Ganti rugi karena orang telah luka atau cacat anggota badan (Pasal 1371).

g. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (Pasal 1372 dengan Pasal 1380).

Untuk ketiga model ganti rugi yang disebut terakhir tersebut, Pasal 1370, Pasal

1371, Pasal 1372, Pasal 1373 dan Pasal 1374 bahkan memperinci cara

menghitung ganti rugi dan model-model ganti rugi yang dapat di tuntut oleh pihak

korban.

Di samping itu, dilihat dari jenis konsekuensi dari perbuatan melawan hukum,

khususnya perbuatan melawan hukum terhadap tubuh orang, maka ganti rugi

dapat diberikan jika terdapat salah satu dari unsur-unsur sebagai berikut:25

a. Kerugian secara ekonomis, misalnya pengeluaran biaya pengobatan dan rumah

sakit.

b. Luka atau cacat terhadap tubuh korban.

c. Adanya rasa sakit secara fisik.

24

Munir Fuady,Ibid 25

Munir Fuady,Ibid.

32

d. Sakit secara mental, seperti stress, sangat sedih, rasa bermusuhan yang

berlebihan, cemas, dan berbagai gangguan mental atau jiwa lainnya.

Dalam hal KUH Perdata tidak dengan tegas atau bahkan tidak mengatur secara

rinci tentang ganti rugi tertentu, atau tentang salah satu aspek dari ganti rugi,

maka hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai

dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut memang dimintakan oleh pihak

penggugat. Justifikasi terhadap kebebasan hakim ini adalah karena penafsiran kata

rugi, biaya dan bunga tersebut sangat luas dan dapat mencakup hampir segala hal

yang bersangkutan dengan ganti rugi.26

Menurut KUH Perdata, ketentuan tentang ganti rugi karena akibat dari perbuatan

melawan hukum tidak jauh berbeda dengan ganti rugi karena wanprestasi

terhadap kontrak. Persyaratan-persyaratan terhadap ganti rugi menurut KUH

Perdata, khususnya ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah sebagai

berikut:27

a. Komponen Kerugian.

b. Starting Point dari Ganti Rugi.

c. Bukan Karena Alasan Force Majeure.

d. Saat Terjadinya Kerugian.

e. Kerugiannya Dapat Diduga.

Berikut ini penjelasannya, yaitu sebagai berikut:

a. Komponen Kerugian.

Komponen dari suatu ganti rugi terdiri dari:

26

Munir Fuady, Ibid. hlm. 138 27

Munir Fuady,Ibid.

33

1) Biaya

2) Rugi, dan

3) Bunga

b. Starting Point dari Ganti Rugi

Starting point atau saat mulainya dihitung adanya ganti rugi adalah sebagai

berikut:

1) Pada saat dinyatakan wanprestasi, debitur tetap melalaikan kewajibannya,

ataupun

2) Jika prestasinya adalah sesuatu yang harus diberikan, sejak saat dilampauinya

tenggang waktu dimana sebenarnya debitur sudah dapat membuat atau

memberikan prestasi tersebut.

c. Bukan karena Alasan Force Majeure

Ganti rugi baru dapat diberikan kepada pihak korban jika kejadian yang

menimbulkan kerugian tersebut tidak tergolong ke dalam tindakan force majeure

d. Saat Terjadinya Kerugian

Suatu ganti rugi hanya dapat diberikan terhadap kerugian sebagai berikut:

1) Kerugian yang telah benar-benar dideritanya.

Terhadap kerugian karena kehilangan keuntungan atau pendapatan yang sedianya

dapat dinikmati oleh korban.

2) Kerugian Dapat Diduga

Kerugian yang wajib diganti oleh pelaku perbuatan melawan hukum adalah

kerugian yang dapat diduga terjadinya. Maksudnya adalah bahwa kerugian yang

timbul tersebut haruslah diharapkan akan terjadi atau patut diduga akan terjadi,

34

dugaan mana sudah ada pada saat dilakukannya perbuatan melawan hukum

tersebut.

E. Tinjauan Umum tentang Tanggung Jawab

1. Pengertian Tanggung Jawab

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, dan sebagainya). Istilah tanggung jawab dapat dibedakan dengan

pertanggungjawaban. Menurut kamus bahasa Indonesia, arti pertanggungjawaban

adalah: (1) perbuatan bertanggung jawab; (2) sesuatu dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, pada tanggung jawab lebih ditekankan pada adanya suatu

kewajiban untuk menanggung yang dapat dikenakan; sedangkan

pertanggungjawaban pada adanya sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan,

akibat dari dilakukannya suatu perbuatan atau tindakan tertentu.28

Kamus hukum Black’s Law Dictionary, mengartikan liability sebagai the quality

or state of being legally obligated or accountable; legal responsibility to another

or to society, enforceable by civil remedy or criminal punishment. Responsibility

adalah (1) liability; (2) A person’s mental fitnes to answer in court for his or her

actions (criminal law); (3) guilt (criminal law). Accountable adalah responsible,

answerable.29

Dengan demikian, istilah (term) tanggung jawab hukum adalah kewajiban

menanggung suatu akibat menurut ketentuan hukum yang berlaku. Di sini, ada

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. 1, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hlm. 595. Dalam Wahyu

Sasongko, Op.Cit, hlm. 97 29

Brian A. Carner, edt., Black’s Law Dictionary, West Group, Minnesota, 1999, hlm.925.

Dalam Wahyu Sasongko, Op.Cit,hlm.98

35

norma atau peraturan hukum yang mengatur tentang tanggung jawab. Ketika, ada

perbuatan yang melanggar norma hukum itu, maka pelakunya dapat dimintai

pertanggungjawaban sesuai dengan norma hukum yang dilanggarnya.

Dalam konteks itu, istilah pertanggungjawaban hukum lebih tepat digunakan,

karena menunjukkan adanya perbuatan yang dapat dimintai tanggung jawab

melalui prosedur hukum dengan mengajukan tuntutan pidana atau gugatan

perdata. Meskipun demikian, kedua istilah ini kadang-kadang digunakan secara

bergantian, karena memiliki kesamaan makna.

Istilah tanggungjawab hukum adalah kewajiban menanggung suatu akibat

menurut ketentusnn hukum yang berlaku. Di sini, ada norma atau peraturan

hukum yang mengatur tentang tanggung jawab. Ketika, ada perbuatan yang

melanggar norma hukum itu, maka pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban

sesuai dengan norma hukum yang dilanggarnya. Dalam konteks itu, istilah

pertanggungjawaban hukum lebih tepat digunakan, karena menunjukkan adanya

perbuatan yang dapat dimintai tanggungjawab melalui prosedur hukum dengan

mengajukan tuntutan pidana atau gugatan pedata. Meskipun demikian,

keduaistilah ini kadang-kadang digunakan secara bergantian, karena memiliki

kesamaan makna.30

Awalnya, sistem pertanggungjawaban hukum di Indonesia, mendasarkan pada

ketentuan normatif tentang perbuatan melawan atau melanggar hukum

(onrechtsmatigedaad) yang berasal dari hukum perdata Belanda. Ada dua istilah

dalam bahasa Indonesia untuk mengartikan istilah bahasa Belanda hukum

30

Ibid, hlm. 98

36

onrechtsmatigedaad, yaitu melawan hukum dan melanggar hukum. Padahal,

keduanya secara kebahasaan memiliki kesamaan makna. Hanya saja penggunaan

masing-masing istilah itu yang dibedakan. Menurut R. Wirjono Prodjodikoro

istilah perbuatan melawan hukum digunakan dalam lingkup hukum perdata;

sedangkan istilah perbuatan melanggar hukum digunakan dalam lingkup hukum

publik seperti hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara, dan

juga hukum adat.

Agar si pelanggar hukum dapat dimintai pertanggungjawaban, diperlukan

persyaratan tertentu. Dalam hukum perdata diatur tentang perbuatan melawan

hukum, yaitu Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Pdt) yang

menentukan bahwa: Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian

kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Unsur-Unsur dari ketentuan pasal

tersebut adalah:31

a. Adanya perbuatan melawan hukum;

b. Harus ada kesalahan;

c. Harus ada kerugian yang ditimbulkan;

d. Ada hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.

Pertanggungjawaban perusahaan jasa perjalanan sebagai pelaku usaha apabila

terjadi kerugian pada konsumen, diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUH Perdata). Pertanggungjawaban dalam bidang hukum perdata, dapat

ditimbulkan karena wanprestasi dan karena perbuatan melawan hukum (onrech

31

Ibid

37

matigedaad). Wanprestasi terjadi jika perusahaan jasa perjalanan tidak

melaksanakan kewajibannya, yaitu tidak memberikan prestasi sebagaimana yang

telah disepakati. Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan

seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. Tidak terpenuhi kewajiban oleh

perusahaan jasa perjalanan disebabkan oleh dua kemungkinan alasan, yaitu:

a. Kemungkinan kesalahan/kelalaian yang dilakukan perusahaan jasa perjalanan,

sehingga tidak terpenuhi kewajibannya;

b. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi di luar kemampuan

dari perusahaan jasa perjalanan.

Untuk menentukan apakah perusahaan jasa perjalanan bersalah melakukan

wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana perusahaan jasa

perjalanan tersebut dinyatakan sengaja atau lalai memenuhi prestasi. Ada tiga

keadaan yaitu:

a. Perusahaan jasa perjalanan tidak memenuhi prestasi sama sekali;

b. Perusahaan jasa perjalanan memenuhi prestasi, namum tidak baik atau keliru;

c. Perusahaan jasa perjalanan memenuhi prestasi, namum tidak tepat waktu atau

terlambat.

Setiap konsumen berhak menuntut ganti rugi terhadap perusahaan jasa perjalanan

yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaina. Ketentuan mengenai

tata cara pengajuan tuntutan adalah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang

berlaku. Berkaitan dengan gugatan seseorang dalam hal wanprestasi ada beberapa

hal yang perlu diketahui:

38

a. Hanya dapat ditujukan pada pihak dalam perjanjian;

b. Kewajiban pembuktian dalam gugatan wanprestasi dibebankan kepada

penggugat (dalam hal ini adalah pengguna jasa) yang menggugat wanprestasi.

Selain wanprestasi, pertanggungjawaban dalam hukum perdata juga dapat

disebabkan karena adanya perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum

terjadi jika memenuhi beberapa persyaratan:

a. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

b. Melanggar hak orang lain;

c. Melanggar kaidah tata usaha;

d. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap kehati-hatian yang

seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga

masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.

Dalam ilmu hukum dikenal tiga kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu

sebagai berikut:

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan atau tanpa unsur kesengajaan

maupun kelalaian (Pasal 1366 KUHPerdata)

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUH Perdata)

Jika dihubungkan dengan prinsip tanggung jawab dalam hukum, maka tanggung

jawab adalah hal adanya wanprestasi dari perbuatan melawan hukum termasuk

keadaan prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan.

39

2. Teori Tanggung Jawab Hukum

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan

melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu :32

a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan

sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan

sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa

yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.

b. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena

kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan

(concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah

bercampur baur (interminglend).

c. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa

mempersoalkan kesalahan (stirck liability), didasarkan pada perbuatannya baik

secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya

tetap bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

32

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010, hlm.

503.

40

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa :

PT First Anugerah Karya Wisata merupakan perusahaan yang kegiataannya

menyelenggarakan ibadah umrah dan tur domestik maupun international. First

Travel merupakan biro perjalanan wisata dibawah bendera PT Anugerah Karya

Wisata. First Travel mengawali usahanya dari sebuah biro perjalanan wisata yang

didirikan pada tanggal 1 juli 2009. Kemudian pada tahun 2011, First travel

merambah bisnis perjalanan umrah di bawah bendera PT First Anugerah Karya

Wisata dan berkembang pesat dari tahun ketahun.

PT First

Anugerah Karya

Wisata Jamaah Umrah

Perbuatan Melawan Hukum

Terhadap Jamaah Umrah

Tanggungjawab PT First

Anugerah Karya Wisata

Kepada Jamaah

41

PT First Anugerah Karya Wisata melakukan Perjanjian dengan Jamaah sehingga

menimbulkan hubungan hukum antara PT First Anugerah Karya Wisata dengan

jamaah yang akan melakukan perjalanan Umrah dengan menggunakan jasa PT

Anugerah Karya Wisata. Adapun PT First Anugerah Karya Wisata mempunyai

kewajiban yaitu memberangkatkan para jamaah yang telah menggunakan jasanya

serta mendapatkan hak untuk mendapat kompensasi atas jasa perjalanannya

tersebut. Sedangkan Para jamaah memiliki kewajiban untuk membayar sejumlah

biaya yang digunakan untuk membiayai perjalanan serta fasilitas yang didapatkan

dari jasa PT First Anugerah Karya Wisata dan memiliki hak untuk dapat

diberangkatkan Umrah oleh PT First Anugerah Karya Wisata.

Pada tahun 2017, First Travel telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu

menelantarkan jamaah umrah yang mengakibatkan jamaah umrah gagal berangkat

ke Arab Saudi sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 65 Peraturan Pemerintah

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Akibat kerugian yang diderita oleh para jamaah PT First Anugerah Karya Wisata,

sebanyak 72orang jamaah melayangkan gugatan kepada PT First Anugerah Karya

Wisata ke Pengadilan Negeri Depok. Para jamaah tersebut menggugat PT First

Anugerah Karya Wisata untuk mengembalikan dana jamaah tersebut baik secara

materiil maupun imateriil.

42

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian terhadap permasalahan yang akan dibahas, memerlukan metode

yang terstruktur untuk memberikan informasi yang sesuai terhadap aspek

keilmuan yang kemudian mudah dipahami publik secara umum. Metodologi

berasal dari kata dasar metode dan logi. Metode artinya cara melakukan sesuatu

dengan teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan logika

berpikir. metode penelitian artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian dengan

teratur (sistematis). Metode penelitian hukum artinya ilmu tentang cara

melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis).1

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya. Untuk itu diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.2

1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandar Lampung, 2004,

hlm 57 2 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997,

hlm. 39

43

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis menggunakan

metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau

metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang

dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka yang ada.3 Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji Putusan

Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK, bahan-bahan pustaka dan perundang-undangan

terkait dengan pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya Wisata kepada

jamaah akibat Perbuatan Melawan Hukum.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif, yaitu penelitian yang

bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi)

lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat

tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam masyarakat.4 Penelitian ini diharapkan mampu memberi

informasi secara lengkap dan jelas mengenai pertanggungjawaban PT First

Anugerah Karya Wisata Kepada Jamaah Akibat Perbuatan Melawan Hukum.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan penulis adalah yuridis normatif yaitu

pendekatan dengan cara menelaah kaidah-kaidah atau norma-norma, aturan-aturan

3 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 13–14. 4 Abdulkadir Muhammad, ibid, hlm.50

44

yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.5 Pendekatan yuridis

normatif dimaksud untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan Perundang-

Undangan seperti: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji; Peraturan Menteri

Agama No 8 Tahun 2018; Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Peyelenggaraan

Ibadah Haji; Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata

No.Kep.16/U/II/Tanggal 25 Februari 1988 Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha

Perjalanan; Putusan Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan

Melawan Hukum. teori-teori, dan literatur-literatur yang erat kaitannya dengan

masalah yang akan dibahas yaitu Pertanggungjawaban PT First Anugerah Wisata

kepada jamaah akibat Perbuatan Melawan Hukum.

D. Data dan Sumber Data

Berkaitan dengan permasalahan dan pendekatan masalah yang digunakan maka

penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan. Jenis datanya adalah data

sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka dengan cara

mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Data sekunder yang digunakan terdiri dari:6

1. Bahan Hukum Primer yaitu peraturan perundang-undangan meliputi:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

5 Ibid, hlm. 50

6 Ibid.,hlm. 82

45

c. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksaan Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Peyelenggaraan Ibadah Haji.

d. Peraturan Menteri Agama No 8 Tahun 2018

e. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata No.Kep.16/U/II/Tanggal 25

Februari 1988 Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha Perjalanan.

f. Putusan Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan Melawan

Hukum.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku literatur, serta berbagai artikel yang

masih berhubungan dengan pertanggungjawaban PT First Anugerah Karya

Wisata kepada Jamaah Akibat Perbuatan Melawan Hukum

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu tulisan-tulisan non ilmiah yang berkaitan dengan

judul skripsi.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini,

berupa data sekunder, maka penulis mengadakan kegiatan yang pada umumnya

digunakan dalam penelitian hukum, yaitu :

1. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan cara menginventarisasikan dan mengutip buku-

buku literatur ilmu hukum, ketentuan perundang-undangan, serta karangan-

karanagan ilmiah dan catatan catatan kuliah yang ada kaitannya dengan penulisan

skripsi ini.

46

2. Studi Dokumen

Studi dokumen, yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. Studi

dokumen dilakukan dengan mengkaji Putusan Perkara Nomor 209/Pdt.G/2017/PN

DPK Tentang Perbuatan Melawan Hukum.

F. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data, diperoleh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:7

1. Pemeriksaan Data, yaitu proses meneliti kembali data yang diperoleh dari

berbagai kepustakaan yang ada, menelaah isi Putusan Perkara Nomor

209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan Melawan Hukum. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap,

sudah benar dan sudah sesuai dengan masalah.

2. Rekonstruksi Data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntun, logis

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

3. Sistematika Data, yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika

bahasan berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis secara kualitatif dan

lengkap. Analisis secara kualitatif maksudnya menguraikan data secara bermutu

dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif

sehingga memudahkan pembahasan, serta intepretasi data guna memperoleh

7 Ibid.,hlm. 126.

47

jawaban dan penarikan kesimpulan terhadap permasalahan. 8Adapun data yang

digunakan adalah seluruh data yang terkait dengan pertanggungjawaban PT First

Anugerah Karya Wisata kepada Jamaah Akibat Perbuatan Melawan hukum

berdasarkan Putusan Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan

Melawan Hukum.

8 Ibid.,hlm 45

75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim, Putusan Pengadilan Negeri Depok

Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan Melawan Hukum tergugat

dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan tidak

memberangkatkan para penggugat ke Tanah Suci sesuai dengan Paket Promo

yang telah ditawarkan yaitu untuk keberangkatan bulan Mei,April dan Juni

2017. Serta Majelis Hakim menghukum Tergugat untuk mengembalikan dana

jamaah sebesar RP.1.187.385.000,- (satu milyar seratus delapan puluh tujuh

juta tiga ratus delapan puluh lima ribu rupiah) secara tunai dan seketika.

2. Tanggung jawab PT First Anugerah Karya wisata berdasarkan Putusan

Pengadilan Negeri Depok Nomor 209/Pdt.G/2017/PN DPK Tentang Perbuatan

Melawan Hukum maka PT First Anugerah Karya Wisata digugat untuk

mengembalikan dana jamaah sebesar RP.1.187.385.000,- (satu milyar seratus

delapan puluh tujuh juta tiga ratus delapan puluh lima ribu rupiah) secara tunai

dan seketika. Namun Putusan tersebut tidak dijalankan oleh PT First Anugerah

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Cahyaningrum , Dian. 2017. Tanggungjawab Hukum First Travel dalam

kasus Penipuan (Penggelapan, dan Pencucian Uang dengan modus Umrah)

Majalah Info Singkat Hukum.

Fuady, Munir. 2002. Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti.

Majdi,Ahmad Abd. 1993. Seluk Beluk Ibadah Haji Dan Umroh. Surabaya:

Mutiara Ilmu.

Martono, H.K. 2009. Hukum penerbangan Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama. Bandung: Mandar

Maju.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung:

PT Citra Aditya Bakti.

-------------------------------. 2014. Hukum Perdata Indonesia. Bandung.

Citra Aditya Bakti.

------------------------------. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung.

Citra Aditya Bakti.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2011. Hukum Perlindungan

Konsumen. Jakarta : PT Grafindo Persada.

Prodjodikoro, Wirjono. 1986. Asas-Asas Hukum Perjanjian. , Bandung :

PT. Bale.

Sasongko ,Wahyu. 2012. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum

Perlindungan Konsumen. Bandar Lampung; Universitas lampung.

Satrio, J. 1999. Hukum Perikatan Perikatan pada Umumnya. Bandung: PT

Alumni.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Subekti,R. 1987. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa.

-------------. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta. PT Intermasa.

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio.2006. Kitab Undang-undang Hukum

Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Suherman, E. 2000. Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan. Bandung :

Mandar Maju.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Tutik,Titik Triwulan . 2006. Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Yoeti,Oka A. 2003. Tours and Travel Marke ting. Jakarta : Pradnya

Paramita.

B. Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Lainnya

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Surat Keputusan Direktorat Jendral Pariwisata No.Kep.16/U/II/Tanggal 25

Februari 1988 Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha Perjalanan

Putusan Nomor 209/Pdt.G/2017/PN.DPK Tentang Perbuatan Melawan

Hukum

C. Situs Web

www.firsttravel.co.id. Diakses pada 24 Mei 2018. Pukul 20.26.