ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

93
SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018 OLEH ANJEL SILALAHI 170523011 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Transcript of ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TAHUN 2009-2018

OLEH

ANJEL SILALAHI

170523011

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

i

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

iii

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan

Uang di Indonesia Tahun 2009-2018” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan

skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu Penulis dan memberi dukungan dari berbagai

pihak, baik berupa moril maupun material, sehingga penulis semakin termotivasi

untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang mana banyak sekali

menemukan kendala-kendala yang cukup berarti dalam penyusunannya. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,

diantaranya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda J. Silalahi dan Ibunda A. Simanjuntak,

yang telah mendidik, merawat dan memberikan saya cinta, doa, dan kasih

sayang yang sangat besar kepada saya.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S1

dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program

Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada saya selama masa pendidikan.

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, PhD., selaku dosen penguji I dan Bapak

Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku dosen penguji II yang

telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staf Adminitrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan

menerima kritikan, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil penelitian

ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2019

Penulis

Anjel Silalahi

NIM : 170523011

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

v

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendapatan

Rill, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar dan Harga Emas terhadap Permintaan

Uang.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Data

Triwulanan setiap variabel selama 10 tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan

2018. Analisis data yang digunakan adalah Autoregression Distributed Lag

(ADRL).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Rill

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang. Inflasi

berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Permintaan Uang. Suku

Bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang. Nilai Tukar

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang, Harga Emas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang.

Kata kunci: Permintaan Uang, Pendapatan Rill, Inflasi, Nilai Tukar, Harga

Emas

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

vi

ABSTRACT

ANALYSIS OF MONEY DEMAND IN INDONESIA YEAR 2009-2018

This research is to find out how Rill's income, inflation, interest rates,

exchange rate and gold price on money request are affected.

The type of data used is secondary data obtained from quarterly Data of each

variable for 10 years from 2009 to 2018. Data analysis used is the Autoregression

Distributed Lag (ADRL).

The results of this study showed that the Rill revenue variable was positively

and significantly influential towards money request. Inflation has a negative but

insignificant effect on money requests. Interest rates are positive and significant to

request money. The exchange rate has positive and significant effect on money

request, gold price has positive and significant effect on money request.

Keywords: Money Request, Rill Income, Inflation, Exchange Rate, Gold Price

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8

1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

2.1 Defenisi Uang ..................................................................... 10

2.2 Landasan Teori ................................................................... 11

2.2.1 Teori Kuantitas Uang .............................................. 11

2.2.2 Teori Permintaan Uang ........................................... 14

2.2.3 Teori Purchasing Power Parity (PPP) ..................... 19

2.2.4 Teori Interest Rate Parity (IRP) .............................. 21

2.2.5 Teori Merkantilisme ............................................... 22

2.3 Hubungan Antar Variabel ................................................... 23

2.3.1 Hubungan Teoritis antara Pendapatan Rill dengan

Permintaan Uang ....................................................

23

2.3.2 Hubungan Teoritis antara Tingkat Suku Bunga

dengan Permintaan Uang ........................................

23

2.3.3 Hubungan Teoritis antara Inflasi dengan

Permintaan Uang ....................................................

24

2.3.4 Hubungan Teoritis antara Nilai Tukar dengan

Permintaan Uang ....................................................

24

2.3.5 Hubungan Teoritis antara Harga Emas dengan

Permintaan Uang ....................................................

26

2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................... 28

2.5 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................ 29

2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 32

3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 32

3.2 Batasan Operasional ........................................................... 32

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................... 32

3.3.1 Variabel Dependen ................................................. 32

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

viii

3.3.2 Variabel Independen ............................................... 32

3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 33

3.5 Tehnik Pengumpulan Data ................................................. 34

3.6 Tehnik Analisis Data .......................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 41

4.1 Gambaran Umum Permintaan Uang .................................. 42

4.2 Gambaran Umum Variabel Independen ............................. 43

4.2.1 Gambaran Umum Pendapatan Rill ......................... 43

4.2.2 Gambaran Umum Inflasi ........................................ 45

4.2.3 Gambaran Umum Suku Bunga ............................... 46

4.2.4 Gambaran Umum Nilai Tukar ................................ 48

4.2.5 Gambaran Umum Harga Emas ............................... 49

4.3 Analisis Data ...................................................................... 50

4.3.1 Uji Stasioneritas ...................................................... 50

4.3.2 Penentuan Panjang Lag Optimum .......................... 52

4.3.3 Estimasi Model Autoregression Distributed Lag

(ADRL) ...................................................................

53

4.3.4 Uji Stabilitas Model ................................................ 56

4.3.5 Uji Kointegrasi dengan Bound Test ....................... 58

4.4 Analisis Pembahasan .......................................................... 62

4.4.1 Pengaruh Pendapatan Rill Terhadap Jumlah Uang

Beredar ....................................................................

62

4.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar... 63

4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang

Beredar ....................................................................

63

4.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Jumlah Uang

Beredar ....................................................................

64

4.4.5 Pengaruh Harga Emas Terhadap Jumlah Uang

Beredar ....................................................................

64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 65

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 66

5.2 Saran ................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Laju pertumbuhan GDP dan Jumlah Uang yang

Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018

6

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 28

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Jumlah Uang Beredar(M2) 42

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pendaptan Rill 44

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Inflasi 45

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Suku Bunga 47

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Nilai Tukar 48

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Harga Emas 49

Tabel 4.7 Hasil Uji Akar-akar Unit pada Tingkat Level 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Akar-akar Unit pada First Difference 51

Tabel 4.9 Estimasi Parameter Model 54

Tabel 4.10 Hasil Bound Test 59

Tabel 4.11 Hasil Estimasi Jangka Panjang 59

Tabel 4.12 Hasil Eror Correction Coefficient 61

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Laju inflasi dan jumlah uang beredar di Indonesia

tahun 2009-2018

7

Gambar 2.1 Penggabungan permintaan uang untuk transaksi dan

berjaga-jaga

16

Gambar 2.2 Permintaan uang untuk spekulasi 19

Gambar 2.3 Kerangka konseptual 30

Gambar 4.1 Grafik Pergerakan Jumlah Uang Beredar 43

Gambar 4.2 Grafik Pergerakan Pendapatan Rill 44

Gambar 4.3 Grafik Pergerakan Inflasi 46

Gambar 4.4 Grafik Pergerakan Suku Bunga 47

Gambar 4.5 Grafik Pergerakan Nilai Tukar 49

Gambar 4.6 Grafik Pergerakan Harga Emas 50

Gambar 4.7 Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma 52

Gambar 4.8 Grafik Uji CUSUM 57

Gambar 4.9 Grafik Uji CUSUMQ 57

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Data Penelitian

2 Statistik Deskriptif

3 Uji Stasioner

4 Penentuan Panjang Lag

5 Penentuan Lag Optimum

6 Estimasi Model ARDL

7 Uji Stabilitas Model

8 Uji Kointegrasi dengan Bound Test

9 Hasil Estimasi Model ARDL

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perekonomian suatu negara, sektor moneter memiliki peran penting

dalam menjaga stabilitas kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter bekerja melalui

kemampuannya untuk mempengaruhi tingkat suku bunga masa depan, namun

pada kondisi tertentu kebijakan moneter juga memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi pengelolaan likuiditas oleh otoritas moneter. Secara umum tujuan

kebijakan moneter dan stabilitas keuangan saling melengkapi. Sistem keuangan

yang stabil memungkinkan transmisi kebijakan moneter yang lebih efektif ke

seluruh sektor ekonomi. Di Indonesia, kebijakan moneter merupakan kewenangan

Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia

adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (UU RI No. 3 tahun

2004).

Penggunaan kebijakan moneter sebagai alat stabilisasi makroekonomi

sangat bergantung pada likuiditas keuangan dalam perekonomian. Likuiditas

sering didefinisikan sebagai aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi

uang tunai, termasuk sebagian besar financial asset sebagai produk keuangan baru

yang memungkinkan diubah menjadi alat pembayaran. Dalam hal ini definisi

uang dapat diperluas menjadi setara dengan likuiditas. Likuiditas menggambarkan

perilaku permintaan uang dan saldo kas riil di tangan pelaku ekonomi. Semakin

likuid peredaran uang dalam perekonomian, akan berdampak pada semakin tinggi

transaksi ekonomi yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

2

Uang adalah aset yang paling likuid merupakan alat pertukaran utama yang

digunakan karena secara universal diakui sebagai media pertukaran dan diterima

sebagai mata uang umum. Uang berperan sebagai (1) standard of value atau unit

of account yaitu uang berfungsi sebagai penentu nilai berbagai macam barang dan

jasa yang diperjualbelikan dan menghitung besar kecilnya pinjaman, dengan

demikian uang memberikan kemudahan masyarakat untuk bertransaksi barang

dan jasa dengan mengurangi biaya transaksi dalam perekonomian, (2) medium of

exchange secara universal uang diakui sebagai media pertukaran sehingga

seseorang dapat langsung menukarkan uang yang dimilikinya dengan barang yang

dibutuhkan, (3) store of value yaitu uang berfungsi sebagai pengalih daya beli dari

saat pendapatan diterima sampai waktunya nanti dibelanjakan.

Permintaan uang menentukan besarnya jumlah uang yang harus disuplai

oleh otoritas moneter. Bank sentral dan bank umum merupakan lembaga yang

dapat menciptakan uang. Bank sentral menciptakan dan mengedarkan uang kartal,

sedangkan bank umum mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang

kuasi. Kedua lembaga tersebut termasuk dalam sistem moneter. Dengan

mengeluarkan dan mengedarkan uang berarti sistem moneter mempunyai

kewajiban kepada sektor swasta domestik atau masyarakat yang terdiri dari

individu, badan usaha, dan lembaga lainnya. Otoritas moneter yang diberikan

kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral yakni mengatur stabilitas harga

akibat uang yang beredar dengan cara mengelola peredaran uang.

Jumlah uang beredar penting karena peranannya sebagai alat transaksi

penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan

mempengaruhi daya beli riil masyarakat dan juga tersedianya komoditi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

3

kebutuhan masyarakat. Jumlah uang beredar yang ada di tangan masyarakat harus

berkembang secara wajar, apabila perkembangan uang beredar terlalu meningkat

tajam akan memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan perekonomian suatu negara.

Jumlah uang yang beredar di masyarakat harus seimbang dimana jumlah

uang yang disediakan oleh Bank Indonesia harus sama dengan jumlah uang yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan mengetahui jumlah permintaan uang di

masyarakat maka dapat membantu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter

dalam hal mencetak dan mengedarkan uang ke masyarakat. Dengan melihat hal

tersebut maka dapat dikatakan bahwa permintaan uang mempunyai peranan yang

penting terutama berkaitan dengan pemilihan kebijakan moneter yang dilakukan

oleh bank sentral. Dimana dengan diketahuinya jumlah permintaan uang

masyarakat maka bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia dapat menetapkan

kebijakan yang sesuai, melalui instrumen moneter yang ada agar jumlah uang

yang tersedia seimbang dengan jumlah permintaan uang di masyarakat.

Menurut Keynes, motif orang memegang uang adalah untuk transaksi,

berjaga-jaga, dan spekulasi dimana motif transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi

oleh pendapatan sedangkan motif spekulasi dipengaruhi oleh suku bunga.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut Keynes permintaan uang dipengaruhi

oleh pendapatan dan suku bunga dimana peningkatan pendapatan akan

meningkatkan permintaan uang masyarakat sedangkan peningkatan suku bunga

dapat menurunkan permintaan uang di masyarakat. Jika melihat kondisi yang

terjadi di Indonesia jumlah uang beredar dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

4

ini menandakan bahwa kebutuhan akan uang oleh masyarakat terus meningkat

tiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan GDP dan Jumlah Uang

Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018

Tahun GDP Rill Jumlah Uang Beredar (M2)

Laju Pertumbuhan

GDP Rill M2

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

6.176.975,50 6.864.133,10 7.287.635,30 7.727.083,40 8.156.497,80 8.564.866,60 8.982.517,10 9.434.613,40 9.912.703,60

10.425.316,30

23.659.962,00 26.599.686,83 30.854.553,28 36.557.139,70 41.588.463,28 46.417.547,89 52.290.233,80 56.381.719,88 61.959.543,37 66.220.039,60

4,54 % 11,12 % 6,17 % 5,69 % 5,56 % 5,01 % 4,65 % 5,03 % 5,07 % 5,17 %

16,17 % 11,05 % 13,79 % 18,48 % 13,76 % 11,61 % 12,65 % 7,82 % 9,89 % 6,88 %

Sumber: Badan Pusat Statistika (BPS)

Jika melihat tabel 1.1 baik pendapatan dalam hal ini GDP maupun Jumlah

Uang Beredar (JUB) baik dalam arti luas (M2) terus mengalami peningkatan dari

tahun ketahun. Misalnya pada tahun 2010 GDP meningkat sebesar 11,12 % dari

6.176.975,50 milliar rupiah menjadi 6.864.133,10 milliar rupiah. Dan pada tahun

2011 meningkat sebesar 6,17% menjadi 7.287.635,30 milliar rupiah begitu pula

dengan jumlah uang beredar. Namun laju pertumbuhan jumlah uang beredar (M2)

lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan GDP. Selain itu laju

pertumbuhan GDP lebih stabil dibandingkan dengan laju pertumbuhan M2 yang

cendrung berfluktuasi secara ekstrim terutama jumlah uang beredar dalam arti

luas. Selain pendapatan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan uang

menurut Keynes adalah suku bunga, dimana suku bunga yang diamati di dalam

penelitian ini adalah suku bunga acuan yang dikeluarkan Bank Indonesia. Karena

dengan adanya hal tersebut bisa menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

5

tidak ingin membelanjakan uangnya, sehingga diharapkan dengan adanya tingkat

bunga dapat menambah pendapatan dari masyarakat.

Di Indonesia sendiri tingkat bunga cenderung berfluktuasi berbeda dengan

jumlah uang beredar yang dari tahun ketahun terus meningkat jumlahnya. Hal ini

berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes dimana tingkat bunga yang

tinggi akan mengurangi jumlah permintaan uang masyarakat. Dalam penelitian

suku bunga yang digunakan merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia, karena diharapkan dengan digunakannya suku bunga acuan maka tidak

akan terjadi multikolinearitas antara suku bunga dengan tingkat inflasi. Faktor lain

yang mempengaruhi permintaan uang adalah tingkat inflasi dimana menurut

Klasik melalui teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Fisher menyatakan

bahwa perubahan harga dalam hal ini peningkatan harga akan menyebabkan

terjadinya peningkatan permintaan akan uang oleh masyarakat. Peningkatan harga

secara terus menerus inilah yang dapat menyebabkan inflasi sehingga dapat

dikatakan bahwa inflasi dapat mempengaruhi permintaan uang. Tidak jauh

berbeda dengan tingkat suku bunga, inflasi di Indonesia juga berfluktuasi hal ini

dapat kita lihat melalui gambar 1.1 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

6

Gambar 1.1

Laju Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Tahun 2009-2018

Sumber : Data Diolah Berdasarkan Badan Pusat Statistik

Dengan melihat gambar 1.1 dapat dikatakan bahwa inflasi di indonesia cenderung

berfluktuasi dimana jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan uang M2 maka

hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori kuantitas uang.

Masuknya globalisasi di bidang ekonomi ditandai dengan semakin

berkembangnya uang dari fungsi, jenis dan bentuknya seperti yang telah dibahas

sebelumnya, sehingga perekonomian semakin terintegrasi atau terbuka terutama

pada pasar keuangan baik nasional mauoun internasional. Perekonomian modern

mendorong semakin cepatnya hubungan yang terjadi secara langsung pelaku pasar

(pasar keuangan khususnya) di seluruh dunia. Dengan fenomena yang demikian

pasar finansial atau valuta asing menjadi sesuatu yang penting. Pasar valuta asing

menghubungkan para pelaku pasar dari seluruh dunia dengan dapat memperoleh

keuntungan melalui nilai mata uang. Biasanya valuta asing yang masuk ke

Indonesia atau ditukarkan dengan rupiah akan menjadi pendapatan pemerintah,

dengan demikian akan meningkatkan cadangan devisa/ cadangan aktiva Bank

Indonesia yang kemudian menyebabkan jumlah uang beredar bertambah. Hal

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Uang Beredar Inflasi

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

7

tersebut menandakan terdapat hubungan yang cukup erat antara cadangan devisa

dan jumlah uang beredar.

Indonesia merupakan negara yang menganut ekonomi terbuka, hubungan

kerjasama antar negara terjalin melalui kegiatan ekspor dan impor dengan negara

lain, sehingga membutuhkan alat pembayaran yang mempunyai kesamaan harga.

Nilai tukar atau kurs merupakan perbandingan antara nilai mata uang merupakan

salah satu yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dan sekaligus dapat

menjadi alat kebijakan moneter bank sentral dalam mengendalikan jumlah uang

beredar di Indonesia. Dengan demikian, kurs mempunyai hubungan yang erat

dengan jumlah uang beredar sejalan dengan yang dikatakan sebelumnya menurut

Nilawati(2000), terdapat hubungan yang cukup erat antara cadangan devisa dan

jumlah uang beredar.

Mengingat banyak negara sedang berkembang menggunakan kurs

mengambang terkendali, maka perubahan sektor luar negeri yang tercermin pada

perubahan cadangan devisa memiliki pengaruh terhadap jumlah uang beredar.

Dimana cadangan devisa terdiri dari harga emas dan simpanan mata uang asing.

Makin besar cadangan devisa yang artinya makin besar pula jumlah uang beredar.

Itu artinya semakin besar harga emas di pasaran akan menyebabkan jumlah uang

beredar naik. Hal ini disebabkan kenaikan harga emas sejalan dengan kenaikan

nilai tukar. Jika harga emas naik maka harga akan suatu barang juga naik sehingga

saat harga barang naik maka jumlah uang beredar di tengah-tengah masyarakat

juga akan naik. (Komala, 2007:5).

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk memasukkan variabel

pendapatan, tingkat bunga, inflasi, nilai tukar dan harga emas sebagai variabel

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

8

penjelas dalam mempengaruhi permintaan uang. Berdasarkan latar belakang di

atas, sehingga penulis tertarik untuk menulis sebuah penelitian yang berjudul:

“ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah pendapatan riil berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di

Indonesia periode tahun 2009 – 2018?

2. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia

periode tahun 2009 – 2018?

3. Apakah suku bunga berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di

Indonesia periode tahun 2009 – 2018?

4. Apakah nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di

Indonesia periode tahun 2009 – 2018?

5. Apakah harga emas berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di

Indonesia periode tahun 2009 – 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan riil

terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.

2. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh inflasi terhadap

permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.

3. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh suku bunga

terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

9

4. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar

terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.

5. Untuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh harga emas

terhadap permintaan uang di Indonesia periode tahun 2009-2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah terutama otoritas moneter

dalam mengambil kebijakan yang menyangkut masalah stabilitas permintaan

uang.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha dalam menanamkan modalnya

di Indonesia.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis

4. Menambah wawasan penulis, terkhusus pada bidang yang diteliti

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Uang

Uang didefenisikan money any good that people generally accepted in

exchange good and service (Mishkin, 2004). Uang adalah sesuatu (benda) yang

diterima secara umum sebagai alat tukar dalam transaksi barang dan jasa. Alat

tukar yang dimaksud berupa benda apa saja yang diterima oleh setiap orang

(masyarakat) dalam transaksi barang dan jasa. Dari defenisi tersebut, ada dua

unsur yang perlu diperhatikan, yaitu sesuatu benda dan diterima secara umum.

Dengan begitu dapat dipahami bahwa uang sangat berguna untuk memperlancar

perekonomian.

Menurut Thomas (1997:18) uang adalah sesuatu benda yang secara umum

diterima sebagai alat pembayaran untuk barang dan jasa atau untuk memenuhi

kewajiban terhadap uang. Masih Menurut Thomas bahwa syarat utama agar

sebuah benda dapat digunakan sebagai uang adalah benda tersebut diterima secara

umum. Uang bisa saja berbentuk segala sesuatu (benda) sepanjang benda itu

diterima oleh masyarakat, tetapi tidak berarti bahwa segala sesuatu merupakan

uang.

Defenisi uang tersebut diatas dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek

ekonomi, hukum, politik. Jika defenisi uang ditinjau dari aspek/ atau pengertian

ekonomi maka uang merupakan barang ekonomi dan barang langka. Jika defenisi

uang dilihat dari sudut pandang hukum, maka uang adalah alat pembayaran yang

sah. Jika defenisi uang ditinjau dari aspek politik, maka uang merupakan sesuatu

yang diterima secara politik atau menunjukkan adanya penerimaan secara politik.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

11

Mata uang yang diakui oleh masyarakat dunia menunjukkan bahwa mata uang

negara tersebut diterima secara ekonomi, hukum, dan politik yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lain sebagai satu kesatuan yang utuh.

Dari defenisi tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa uang terbuat dari

benda-benda yang diterima oleh semua lapisan masyarakat (generally accepted),

relatif paling berharga, dianggap indah, bernilai tinggi pada pada zamannya atau

terbuat dari benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari, misalnya

orang Romawi menggunakan garam sebagai alat tukar maupun upah (gaji).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Kuantitas Uang

1. Teori Klasik

Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan permintaan uang serta

interaksi antara keduannya. Pada teori ini fokusnya adalah hubungan antara

penawaran uang dengan jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat

harga. Hubungan kedua variabel dijabarkan melalui konsep teori mengenai

permintaan uang. Perubahan jumlah uang yang beredar atau penawaran uang

berinteraksi dengan permintaan uang yang selanjutnya akan menentukan nilai

uang.

a) Teori Kuatitas Sederhana (David Ricardo)

Masalah nilai uang dipecahkan oleh Ricardo, yaitu dengan hubungan lurus

antara jumlah uang dengan harga suatu barang. Ricardo menyimpulkan bahwa

hubungan antara jumlah uang dengan nilai uang memiliki hubungan yang terbalik.

Apabila pendapat dari Ricardo dihubungkan dengan harga, hal tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

12

dinyatakan bahwa ketika jumlah dari uang naik dua kali lipat, maka harga juga

akan naik dua kali lipat dan sebaliknya.

𝑀 = 𝑘. 𝑝

Dimana:

M = Jumlah uang yang beredar

p = Tingkat harga

k = Faktor proporsional yang konstan

Teori ini menyatakan bahwa jumlah uang dan tingkat harga memiliki

hubungan yang proposional, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

𝑃 = 𝑓(𝑀)

Apabila M yang merupakan jumlah uang beredar mengalami kenaikan,

maka harga juga akan mengalami kenaikan yang sama. Dari hal tersebut untuk

menjaga kesetabilan dari harga diperlukan kebijakan untuk menjaga stabilisasi

dari jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas ini merupakan teori yang

sederhana, karena pada teori ini tidak memperhatikan atau memperhitungkan

faktor apa saja yang mempengaruhi cepatnya peredaran uang atau velocity. Teori

ini tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi dimasyarakat (Ambarani,

2015)

b) Transaction equation (Irving Fisher)

Irving Fisher memperkenalkan pendekatan secara velositas. Pendekatan ini

menjelaskan bahwa jumlah uang yang dibelanjakan sama dengan jumlah uang

yang diterima. Fisher mengemukakan bahwa permintaan uang merupakan

kepentingan yang sangat likuid untuk memenuhi motif transaksi. Dengan

sederhana persamaan transaksi permintaan uang Fisher adalah:

𝑀𝑉 = 𝑃𝑇

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

13

Dimana:

M = Jumlah uang beredar

V = Perputaran uang dari satu tangan ke tangan lain dalam satu periode

P = Harga Barang

T = Volume barang yang diperdagangkan/transaksi

c) Cambridge Equation of Exchange (Cambridge)

Teori Cambridge dikemukakan oleh A. Marshall dari Universitas Cambridge

dengan berpangkal pokok pada fungsi dari uang sebagai alat tukar umum. Teori

Cambridge ini lebih menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

dari seseorang (mempertimbangkan untung dan rugi) yang dihubungkan antara

permintaan akan uang dengan volume transaksi yang direncanakannya.

Selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan kelembagaan yang ada, teori

Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang juga dipengaruhi oleh

tingkat bunga, besar kekayaan yang dimiliki masyarakat, dan ramalan/harapan

dari masyarakat pada masa yang akan datang. Teori Cambridge mengatakan bawa

jika tingkat bunga naik, masyarakat akan cenderung mengurangi jumlah uang

yang mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap.

2. Teori kuantitas modern (Friedman)

Teori permintaan uang Friedman menganggap bahwa “pemilik kekayaan”

memutuskan aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia

pegang atas dasar perbandingan manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun

dalam bentuk in natura ataupun “utility”), selera dan jumlah kekayaannya.

Manfaat yang diperoleh seseorang dari setiap bentuk aktiva berpengaruh terhadap

seberapa banyak aktiva-aktiva yang akan orang tersebut miliki. Marginal rate of

substitution dari suatu aktiva yang dipegang akan menurun dari aktiva-aktiva lain,

jika aktiva yang dipegang tersebut semakin banyak. Artinya jika seseorang terlalu

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

14

banyak dalam memegang suatu aktiva, maka manfaat marginal dari aktiva yang

dipegang tersebut akan semakin kecil, misalnya aktiva dalam bentuk uang,

semakin banyak uang yang dipegang, maka marginal return dari uang tersebut

akan semakin kecil dari aktiva-aktiva lainnya.

Pendapat yang dikemukakan oleh Friedman bahwa permintaan uang

dimasyarakat dipengaruhi oleh faktor berikut: obligasi, suku bunga, modal fisik

dan kekayaan yang berpengaruh terhadap penentuan harga dari permintaan uang.

Pendapat yang dikemukakan oleh Friedman bahwa masyarakat memegang uang

sebagai bentuk dari menyimpan kekayaannya, cara lain yang dilakukan seseorang

untuk menyimpan kekayaannya, yaitu menyimpan uang dalam bentuk deposito,

obligasi, saham, dan menyimpan harta dalam bentuk tetap (tanah dan rumah) serta

kekayaan manusiawi.

2.2.2 Teori Permintaan Uang

Teori uang yang dikemukankan oleh Keynes merupakan teori yang dapat

dikatakan bersumber dari teori yang dikemukakan oleh Cambridge, tetapi pada

teori Keynes mengemukakan sesuatu perbedaan dengan teori moneter tradisi

klasik. Perbedaan ini pada penekanan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai

penyimpan nilai (strong of velue) dan bukan hanya sebagai alat tukar (means of

exchange). Perumusan teori permintaan uang Keynes dikenal sebagai teori

“Liquidity Preference”. Di dalam teorinya Keynes membagi permintaan uang atas

3 (tiga) kategori yaitu :

1) Permintaan untuk tujuan transaksi.

2) Permintaan untuk tujuan berjaga-jaga.

3) Permintaan untuk tujuan spekulasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

15

Permintaan uang untuk transaksi meningkat karena uang diperlukan untuk

pembayaran-pembayaran, permintaan untuk berjaga-jaga, dan spekulasi

meningkat karena kebutuhan yang tak terduga. Keynes menganggap bahwa

permintaan uang kas untuk memenuhi permintaan motif pertama dan kedua

(transaksi dan berjaga-jaga), yang berubah karena perubahan di dalam

pengeluarannya, tetapi permintaan untuk kedua motif ini tidak dipengaruhi oleh

berubahnya tingkat bunga.

1) Permintaan uang untuk transaksi

Perlunya seseorang ataupun masyarakat (pemerintah) selalu menginginkan

memegang uang kas untuk tujuan-tujuan ini disebabkan karena penerimaan tidak

selalu selaras (sepadan) dengan pengeluaran. Hal ini disebabkan adanya

kesenggangan waktu (time lag) antara penerimaan dan pengeluaran. Permintaan

uang untuk tujuan transaksi meningkat jika penerimaan dan pengeluaran tidak

sinkron dan pada berbagai keadaan, utang-utang tidak secara sempurna dapat

dibagi atau ada biaya (transaksi) untuk membuat utang. Dan permintaan uang

untuk transaksi dianggap tergantung pada tingkat pendapatan.

𝑀𝑡 = 𝑓(𝑌)

Dimana:

Mt = Permintaan uang untuk transaksi

Y = Pendapatan 𝑑𝑀𝑡

𝑑𝑌 > 0

Artinya, semakin tinggi pendapatan, semakin banyak uang diperlukan oleh

perusahaan dan perseorangan untuk tujuan transaksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

16

2) Permintaan uang untuk berjaga-jaga

Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga merupakan refleksi dari

ketidaktentuan yang menyangkut (berkaitan dengan) pendapatan dan pengeluaran.

Mengikuti pendapat Keynes, dianggap bahwa permintaan uang kas untuk tujuan

berjaga-jaga adalah fungsi dari tingkat pendapatan. Permintaan uang untuk tujuan

berjaga-jaga dikaitkan dengan pendapatan adalah sejalan bahwa adanya cadangan

untuk sesuatu hal yang tak terduga dikaitkan dengan skala operasinya.

𝑀𝑝 = 𝑓(𝑌)

Dimana:

Mp = Permintaan uang untuk berjaga-jaga

Y = Pendapatan

𝑑𝑀𝑝

𝑑𝑌 > 0

Penggabungan permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga

adalah 𝑀𝑡 + 𝑀𝑝

0 Y

Gambar 2.1

Penggabungan Permintaan Uang untuk

Transaksi dan Berjaga-jaga

Jika permintaan uang untuk tujuan kedua hal ini dikaitkan dengan “ tingkat

bunga”, maka dianggap bahwa kedua permintaan ini adalah “inelastis” terhadap

tingkat bunga. Anggapan ini dimaksudkan untuk menyederhanakan analisis lebih

lanjut. Berdasarkan bukti-bukti, permintaan untuk transaksi dan berjaga-jaga

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

17

dipengaruhi juga oleh tingkat bunga, semakin membuat orang tertarik pada hasil

(yield) kekayaan dan individu-individu mungkin akan menginginkan memegang

uang kas untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga lebih kecil agar tidak

menanggung risiko (Iswardono, 1981:97-101).

3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi

Keynes menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang

melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk menyimpan

kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang

disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of

value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk

penimbun kekayaan ( asset demand for money).

Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan

oleh tingkat bunga. Makin rendah tingkat bunga makin rendah keinginan

masyarakat akan uang kas untuk tujuan/motif spekulasi. Alasannya, pertama

apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost

of holding money) makin besar/tinggi, sehingga keinginan masyarakat akan uang

kas akan makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga makin besar

keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Kedua, hipotesis Keynes

bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasar

pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi (Nopirin,

1981:118-119). Fungsi permintaan uang untuk tujuan spekulasi dapat ditulis

sebagai berikut:

𝑀2 = 𝑓(𝑖)

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

18

Dimana:

M2 = Permintaan uang untuk tujuan spekulasi

i = Tingkat bunga

Terdapat hubungan negatif antara permintaan uang untuk spekulasi dan

tingkat bunga. Hal ini berarti ketika ada kenaikan tingkat bunga maka permintaan

uang untuk spekulasi akan berkurang. Sebaliknya jika tingkat bunga turun maka

permintaan uang untuk spekulasi akan naik. Terdapat hubungan yang terbalik

antara permintaan uang untuk tujuan spekulasi dan suku bunga. Hal ini di

karenakan adanya hubungan yang terbalik antara surat berharga dan suku bunga.

N =𝑅

𝑖

Dimana:

N = Harga surat berharga

R = Pendapatan dari surat berharga

i = Suku bunga dari surat berharga

Persamaan di atas mempunyai arti, bila suku bunga naik maka harga surat

berharga akan turun. Orang akan memilih membeli surat berharga (obligasi)

karena harganya yang murah pada saat itu. Sebaliknya bila suku bunga turun

maka harga surat berharga akan naik, sehingga orang tak berminat untuk membeli

surat berharga. Kurva permintaan uang untuk spekulasi jika digambarkan secara

grafik adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

19

Gambar 2.2

Permintaan Uang Untuk Spekulasi

Liquidity trap adalah daerah yang suku bunga sangat rendah sehingga harga

surat berharga sangat tinggi. Pada daerah liquidity trap ini dianggap bahwa suku

bunga tak akan turun lagi, sehingga harga surat berharga berada pada level

tertinggi. Pada keadaan ini orang akan lebih suka memegang uang tunai, karena

orang akan memperkirakan akan kenaikan suku bunga di masa mendatang.

Sehingga orang akan menunggu membeli surat berharaga di masa mendatang.

Dari motif permintaan uang yang dikemukakan Keynes dapat dijelaskan

bahwa permintaan uang adalah penjumlahan uang untuk tujuan transaksi dan

berjaga-jaga (M1) dengan permintaan uang untuk spekulasi (M2).

𝑀𝑑 = 𝑀1 + 𝑀2

2.2.3 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari swedia, bernama Gustav Bassel.

Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain

ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-

masing negara. Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa nilai tukar

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

20

mata uang di antara dua negara sama dengan rasio dari tingkat harga di negara

tersebut. Dalam hal ini yang perlu diingat juga adalah bahwa domestic purchasing

power parity dari mata uang suatu negara direfleksikan oleh tingkat harga, harga

dari sekelompok barang dan jasa.

Teori Purchasing Power Parity memprediksikan bahwa penurunan dalam

domestic purchasing power dari mata uang (yang diindikasikan oleh tingkat harga

domestik) yang akan berhubungan dengan apresiasi mata uang secara

proporsional. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power parity, yakni

interpertasi absolut dan relatif. Menurut interpretasi absolut purchasing power

parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan

oleh tingkat harga di masing-masing negara. Sehingga kurs didasarkan pada

perbandingan purchasing powernya. Sedangkan menurut interpretasi relatif

purchasing power parity mengatakan bahwa kurs power parity didasarkan pada

perubahan harga (Nopirin, 1996)

Saat indeks harga yang digunakan di kedua negara identik, hukum harga

tunggal (The Law of One Price) mengidentifikasikan PPP. Artinya, bila

produk/jasa yang sama dapat dijual di pasar yang berbeda, tidak ada hambatan

dalam penjualan maupun biaya transportasi, maka harga produk/jasa cenderung

sama di kedua pasar tersebut. Bila kedua pasar tersebut adalah dua negara yang

berbeda, harga produk/jasa tersebut biasanya dinyatakan dalam mata uang yang

berbeda, namun harga produk/jasanya tetap masih sama.

Perbandingan harga hanya memerlukan suatu konversi satu mata uang ke

mata uang lainnya dimana harga produk dalam Rupiah (PRp), dikalikan kurs spot

(S, Rupiah per dolar AS), sama dengan harga produk tersebut dalam dolar AS

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

21

(P$). Sebaliknya, jika harga kedua produk dinyatakan dalam mata uang lokal,

dana pasarnya efisien, maka kurs valas dapat dinyatakan dalam harga lokal relatif

produk tersebut dimana S merupakan kurs spot dolar AS per Rupiah

2.2.4 Teori Interest Rate Parity (IRP)

Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai

penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk

masing-masing negara bebas memperjual belikan devisa). Teori ini pada

pokoknya menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara

satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah

diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu

terhadap negara yang lain. Perlu dicatat bahwa dalam praktek ada “biaya

transaksi” untuk memindahkan dana dari dan ke luar negeri. Oleh sebab itu teori

paritas tingkat bunga ini akan lebih tepat apabila berbunyi : bahwa tingkat bunga

antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang

diperkirakan dari mata uang negara satu terhadap mata uang negara lain dan

“biaya transaksi” (biaya memindahkan dana).

Dalam sistem devisa bebas, “biaya transaksi” tersebut rendah, tetapi dalam

sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam

sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri

sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi

dengan laju depresiasi yang diperkirakan

2.2.5 Teori Merkantilisme

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi

suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

22

mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya

selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia,

khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh

suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian,

pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor,

dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).

Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan

surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat

tertentu, maka sebuah Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan

mengorbankan negara lain.

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini

sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis

adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.

Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan

angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan

konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan

laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni.

Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan

semakin besar aktivitas bisnis. Dengan semakin banyaknya ktivitas bisnis maka

pendapatan negara akan meningkat.

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Hubungan Teoritis antara Pendapatan Riil dan Permintaan Uang

Dalam teori kuantitas uang Fisher dan teori permintaan uang Keynes

terutama untuk tujuan transaksi menyatakan bahwa permintaan uang tergantung

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

23

dari pendapatan. Makin tinggi pendapatan, maka makin besar keinginan akan

uang kas. Hal ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang tingkat

pendapatannya tinggi, biasanya akan melakukan transaksi yang lebih banyak

dibandingkan masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Artinya bila

pendapatan meningkat, maka pengeluaran semakin banyak pula sehingga

permintaan uang untuk transaksi meningkat (Nopirin, 2009).

2.3.2 Hubungan Teoritis antara Inflasi dan Permintaan Uang

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan

terus menerus (Sukirno, 2000). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu

atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain.

(Boediono, 1998). Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi,

namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman

modern ini, terutama di negara-negara sedang berkembang.

Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar,

dalam teori klasik penawaran dianggap sama dengan permintaan uang. Artinya

kenaikan harga barang-barang (perubahan harga) merupakan inflasi yang dapat

mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat, meningkatnya jumlah uang

beredar sama dengan meningkatnya jumlah permintaan akan uang (Boediono,

1998).

2.3.3 Hubungan Teoritis antara Tingkat Suku Bunga dan Permintaan Uang

Berdasarkan teori Keynes, permintaan uang untuk tujuan spekulasi adalah

penting dimana permintaan uang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga.

Maksudnya perubahan tingkat bunga akan menimbulkan perubahan yang besar

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

24

kepada permintaan uang untuk spekulasi dan permintaan uang secara keseluruhan.

Hasil analisis ini juga sesuai dengan teori Milton Friedman yang menyatakan

bahwa suku bunga yang tinggi mendorong orang membeli lebih banyak obligasi

dan ekuiti dan mengurangi pemegangan uang.

Hal ini berarti bahwa permintaan uang berkurang bila suku bunga

meningkat. Artinya uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat suku

bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya

suatu tingkat bunga normal. Jika surat berharga dipegang pada waktu tingkat

bunga naik, maka akan terjadi kerugian. Hal ini dapat dihindari dengan cara

mengurangi surat berharga dan menambah uang kas. Makin tinggi tingkat bunga,

makin tinggi pula ongkos memegang uang sehingga keinginan memegang uang

kas turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang

juga semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik (Nopirin, 2009).

2.3.4 Hubungan Teoritis Antara Nilai Tukar dan Permintaan Uang

Nilai tukar tidak langsung mempengaruhi permintaan uang, melainkan

melalui tingkat inflasi dengan menggunakan teori Purchasting Power Parity

(PPP) dan juga melalui tingkat bunga dengan menggunakan teori Interst Rate

Parity (IRP). Teori Purchasing Power Parity menyatakan bahwa nilai tukar mata

uang di antara dua negara sama dengan rasio dari tingkat harga di negara tersebut.

Purchasing Power Parity dari mata uang suatu negara direfleksikan oleh tingkat

harga dari sekelompok barang dan jasa.

Teori Purchasing Power Parity memprediksikan bahwa penurunan dalam

Purchasing Power dari mata uang akan berhubungan dengan apresiasi mata uang

secara proporsional. Perubahan nilai memiliki hubungan yang signifikan positif

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

25

terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing

yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta yang

membengkak, berakibat pada menurunnya harga barang-barang ekspor kita diluar

negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan

barang-barang dari negara lain.

Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan pada penjualan

(hukum permintaan ”apabila harga barang menurun maka jumlah barang yang

diminta akan bertambah”), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat serta

kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di

dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang

tersebut. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya barang di

dalam negeri cenderung menurunkan harga. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah

terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan permintaan uang di

Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah

terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga

diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut

(Prasojo, 2003).

Teori Interest Rate Parity (IRP) yang menyatakan bahwa kurs satu mata

uang terhadap mata uang yang lainnya akan berubah terhadap perbedaan tingkat

bunga antara dua negara. Menurut IRP, mata uang dengan tingkat bunga yang

lebih rendah diharapkan untuk apresiasi relatif terhadap mata uang dengan tingkat

bunga yang lebih tinggi yaitu bahwa mata uang dengan tingkat bunga tinggi

cenderung untuk menurun (depresiasi) sementara mata uang dengan tingkat bunga

rendah cenderung untuk meningkat (apresiasi), dengan kata lain berhubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

26

positif. Jadi kenaikkan suku bunga akan menaikkan kurs yaitu nilai mata uang

rupiah mengalami apresiasi terhadap nilai mata uang dolar AS. Hal ini berarti

permintaan uang akan berkurang saat suku bunga meningkat.

2.3.5 Hubungan Teoritis Antara Harga Emas dan Permintaan Uang

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga

sebagai alat tukar yang relatif abadi, dan diterima di semua negara di dunia.

Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter

absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia,

meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam

mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter

lazimnya berupa batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai

kilogram (Henny Mariani, 2010). Teori ini berpendapat bahwa untuk mencapai

kesejahteraan diperoleh melalui proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau

emas. Untuk memperoleh emas yang lebih banyak dari pada emas yang

dikeluarkan maka dalam perdagangan internasional harus surplus.

Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa, proses keuntungan perdagangan

internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih

besar dari pada impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu

kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Kekayaan suatu negara berdasarkan penumpukan logam mulia (emas) sebanyak-

banyaknya juga mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaan dan kekuatan

negara. Kaum merkantilis mengukur bahwa kekayaan suatu negara yaitu melalui

cadangan logam mulia (emas atau perak) yang dimiliki. Dengan semakin

menumpuknya cadangan logam mulia (emas), berarti sekaligus meningkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

27

jumlah uang yang beredar (Sumanjaya, Nasution, dan Hamzah, 2012: 12).

Menurut Teori Merkantilisme harga emas mempengaruhi permintaan uang konsep

kesejahteraan didasarkan pada kekayaan stok emas negara, neraca perdagangan

surplus. Pemerintah mendorong ekspor dan membatasi impor. Semakin banyak

emas berarti semakin banyak uang, menghasilkan output dan kesempatan kerja

(Salvatore, 2004).

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Tehnik

Analisis Hasil Penelitian

Hadi Aimon (2010)

Analisis Permintaan Uang di Indonesia

Dependen: Jumlah Uang Beredar (M2) Indepent: 1. Pendapatan Rill 2. Tingkat Bunga 3. Inflasi

Vector Autoregression (VAR)

1. Pendapatan rill berpengaruh positif

signifikan terhadap

Permintaan Jumlah

Uang Berdar (M2)

2. Tingkat bunga dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2)

Saten Kumar, Don J. Webber, Scott Fragher (2013)

Money Demand Stability: a Case Study of Nigeria

Dependen: Jumlah uang beredar (M1) Independen: 1. Tingkat inflasi 2. Pendapatan 3. Nilai Tukar

Eror Corelation Model (ECM), Vector Autoregression (VAR)

1. Pendapatan dan inflasi memilki hubungan yang signifikan positif terhadap jumlah uang yang beredar (M2)

2. Nilai tukar tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah uang beredar tetapi mimiliki hubungan yang signifikan dengan laju inflasi

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

28

Widodo, Arif (2015)

Faktor-faktor Makroekonomi yang Mempengarui Permintaan Uang di Indonesia

Dependen: Jumlah uang beredar (M1) Independen: 1. Pendapatan 2. Nilai Tukar 3. Tingkat Harga 4. Suku Bunga

Eror Corelation Model (ECM)

1. Pendapatan, Tingkat harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia

2. Suku Bunga dan Nilai Tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia

Cep Jandi Anwar, dan Pipin Andaria (2016)

Hubungan Variabel Makroekonomi dengan Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter

Dependen: Jumlah Uang yang Beredar (M1 dan M2) Independen: 1. GDP rill 2. Suku Bunga 3. Inflasi

(Ordinary Least Square) OLS

1. PDB Rill dan Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang

2. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan uang

Fahrurrazi Polontalo, Tri Oldy Ratinsulo, dan Mauna (2018)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia Tahun 2010-2017

Dependent: Permintaan uang Independent: 1. PDB 2. Inflasi 3. Tingkat Bunga

Eror Corelation Model (ECM)

1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto, inflasi dan tingkat bunga secara bersama-sama (simultan) dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap permintaan uang,

2. Secara parsial dalam jangka pendek hanya tingkat bunga yang berpengaruh terhadap perubahan permintaan uang, sedangkan dalam jangka panjang hanya produk domestik bruto yang berpengaruh terhadap perubahan permintaan uang

Sumber: Data Diolah

2.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Di dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh

pendapatan dan tingkat bunga terhadap permintaan uang adalah teori permintaan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

29

uang Keynes. Dimana menurut Keynes motif masyarakat memegang uang, yaitu

motif transaksi dan motif berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan sedangkan

motif spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Teori kuantitas uang Fisher

digunakan untuk menjelaskan pengaruh inflasi terhadap permintaan uang dan

pengaruh pendapatan terhadap inflasi. Pengaruh nilai tukar terhadap inflasi

menggunakan teori Purchasing Power Parity sedangakan teori Interest Rate

Parity digunakan untuk menjelaskan hubungan antara nilai tukar dengan tingkat

bunga. Dan Teori Merkantilisme digunakan untuk menjelaskan pengaruh harga

emas terhadap permintaan uang. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir

dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3:

Gambar 2.3

Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan penelitian,

oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar kepada teori yang relevan

PENDAPATAN

RILL (X1)

INFLASI

(X2)

SUKU BUNGA

(X3)

NILAI TUKAR

(X4)

PERMINTAA

N UANG (Y)

HARGA EMAS

(X5)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

30

dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono,2005:51). Berdasarkan perumusan masalah,

landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan

sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Pendapatan rill berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang

2. Inflasi berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang

3. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap Permintaan Uang

4. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang

5. Harga Emas berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, di dalam penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan ilmiah terhadap keputusan

manajerial dan ekonomi. Pendekatan ini berangkat dari data yang kemudian data

ini diproses menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan

(Hasan, 2002:132).

3.2 Batasan Operasional

Batasan dari penelitian ini hanya mencakup pengaruh Pendapatan rill,

Inflasi, Suku bunga, dan Nilai tukar terhadap Permintaan uang. Periode penelitian

ini dimulai dari bulan Januari 2009 sampai bulan Desember 2018. Pemilihan data

yang digunakan adalah data triwulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang

lebih akurat.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan

Uang, Dalam penelitian ini jumlah permintaan uang diukur dari banyaknya

jumlah uang beredar secara luas yaitu jumlah M2 dalam Rp / tahun. Data yang

digunakan adalah data triwulan selama periode pengamatan antara tahun 2009-

2018.

3.3.2 Variabel Independen

Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam

penelitian, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

32

a. Pendapatan Riil (X1), adalah GDP riil atau PDB atas dasar harga konstan

dalam Rp / tahun. Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode

pengamatan antara tahun 2009-2018.

b. Inflasi (X2), merupakan kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus yang diukur berdasarkan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode pengamatan

antara tahun 2009-2018.

c. Suku Bunga (X3), yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga

Bank Indonesia (BI) Rate yang digunakan sebagai acuan yang disesuaikan

dengan inflasi dalam persen. Data yang digunakan adalah data triwulan

selama periode pengamatan antara tahun 2009-2018.

d. Nilai Tukar (X4), yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ($), berupa

nilai tukar riil. Data yang digunakan adalah data triwulan selama periode

pengamatan antara tahun 2009-2018.

e. Harga emas dunia adalah harga yang terbentuk dari akumulasi permintaan

dan penawaran di pasar emas London. Data yang digunakan adalah data

harga emas triwulan selama periode pengamatan antara 2009-2018.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

data permintaan uang, pendapatan rill, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan harga

emas selama bulan Januari 2009 hingga Desember 2018. Yang dimaksud dengan

data sekuder adalah data yang sudah jadi atau berupa data yang sudah dipublikasi

data tersebut sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber data diperoleh dari

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

33

berbagai pihak yang terkait dengan penelitian dan berbagai penelitian lain yang

relevan dengan penelitian ini yakni:

1. Permintaan Uang, data permintaan uang dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari www.kemendag.go.id

2. Pendapatan Rill, data pendapatan rill dalam penelitian ini diperoleh langsung

dari www.kemendag.go.id

3. Inflasi, data inflasi dalam penelitian ini diperoleh langsung dari www.bi.go.id

4. Suku Bunga, data suku bunga dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

www.bps.go.id

5. Nilai Tukar, data nilai tukar dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

www.bi.go.id

6. Harga Emas, data harga emas dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

www.investing.com

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,

yaitu :

Library Research (Riset Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengunjungi lembaga-lembaga

yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini perpustakaan kemudian mencari,

mengumpulkan, mengklasifikasikan dan memahami data atau referensi dengan

cara membaca laporan atau jurnal penelitian terdahulu seperti Skripsi, Thesis dan

lain sebagainya yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

34

Internet Research

Data dalam penelitian ini diperoleh dari www.kemendag.go.id, www.bi.go.id,

www.id.investing.com, www.bps.go.id dan website-website terkait lainnya yang

relevan untuk penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

Uji Stasioner

Suatu deret pengamatan dikatakan stasioner apabila proses tidak berubah

seiring dengan adanya perubahan deret waktu. Masalah utama yang terjadi apabila

data tidak stasioner adalah nilai dugaan yang dihasilkan menjadi bias sehingga

menimbulkan kesalahan dalam hasil interpretasi analisis. Dalam penelitian ini alat

yang digunakan untuk menguji kestasioneritasan data menggunaka uji Phillips

Person (PP). Untuk mengetahui apakah data sudah stasioner dilakukan terlebih

dahulu uji unit root. Uji unit root dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

digunakan memiliki error yang konstan, dan tidak terpengaruh oleh waktu serta

variabel lainnya. Apabila tidak stasioner maka perlu dilakukan penanganan

tertentu dengan jalan differencing. Jika sebagaimana umumnya data tidak

stasioner, maka proses differencing harus dilakukan beberapa kali sehingga

tercapai data yang stasioner.

Penentuan Panjang Lag

Penetapan lag sangatlah penting dalam model ARDL, karena jika lag yang

ditentukan terlalu sedikit menyebabkan model tidak dapat secara tepat

mengestimasi actual error sehingga dan standar kesalahan tidak diestimasi dengan

baik, sedangkan jika lag yang ditentukan terlalu banyak akan mengurangi degrees

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

35

of freedom. Penetapan lag optimal dapat ditentukan dengan melihat kriteria yang

ditentukan oleh Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information

Criterion (SIC), Hannan-Quin Information Criterion (HQ), dan Likelihood Ratio

(LR).

2. Teknik Analisis

a. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengestimasi pengaruh

dari Pendapatan Rill (GDP), Inflasi (INF), Suku Bunga (SB), Nilai Tukar

(KURS), Harga Emas (GP) terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB), yang fungsinya

dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :

𝐽𝑈𝐵 = 𝛼 + 𝛽1𝐺𝐷𝑃 + 𝛽2𝐼𝑁𝐹 + 𝛽3𝑆𝐵 + 𝛽4𝐾𝑈𝑅𝑆 + 𝛽5𝐺𝑃 ... (3.1)

Selanjutnya persamaan tersebut dapat ditransformasikan menjadi model log-

linear. Hal ini disebabkan karena persamaan log-linear memberikan hasil yang

lebih tepat dan lebih efisien apabila dibandingkan dengan model linear sederhana.

Model diatas dapat diubah kedalam persamaan logaritma dan lag seperti berikut :

𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵 = 𝛼 + 𝛽11𝐺𝐷𝑃𝑡 + 𝛽12𝐺𝐷𝑃(𝑡−1) + 𝛽21𝐼𝑁𝐹𝑡 +

𝛽22𝐼𝑁𝐹(𝑡−1)+ 𝛽31𝑆𝐵𝑡 + 𝛽32𝑆𝐵(𝑡−1) + 𝛽41𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡 +

𝛽42𝐾𝑈𝑅𝑆(𝑡−1) + 𝛽51𝐺𝑃𝑡 + 𝛽52𝐺𝑃(𝑡−1) + 𝛽6𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵(𝑡−1)

.....(3.2)

Keterangan :

JUB : Permintaan Uang

GDPt : Pendapatan Rill

INFt : Inflasi

SBt : Suku Bunga

KURSt : Nilai Tukar

GPt : Harga Emas

GDPt-1 : Pendapatan Rill triwulan sebelumnya

INFt-1 : Inflasi triwulan sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

36

SBt-1 : Suku Bunga triwulan sebelumnya

KURSt-1 : Nilai Tukar triwulan sebelumnya

GPt-1 : Harga Emas triwulan sebelumnya

JUB(t-1) : Permintaan Uang triwulan sebelumnya

α : Konstanta

β11, β21, β31, β41, β51 : Koefisien variabel PU, I, SB dan NT

Ln : Logaritma Natural

b. Metode Analisis

Metode analisis adalah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis

pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

ARDL Bound Test

Untuk menginvestigasi hubungan antara pendapatan rill, inflasi, suku bunga,

niai tukar terhadap permintaan uang maka digunakanlah pendekatan uji ARDL

Bound yang diperkenalkan oleh Pesaran et al. (2001) untuk menganalisis

kointegrasi diantara variabel-variabel yang diestimasi. Ada berbagai pendekatan

kointegrasi seperti yang dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987), Johansen

dan Juselius (1990) dan pendekatan kointegrasi lain yang telah banyak diterapkan

dalam berbagai penelitian untuk menginvestigasi hubungan jangka panjang

diantara variabel-variabel yang diestimasi. Meskipun metode ini dapat diterapkan

pada model yang memiliki urutan integrasi yang unik, pendekatan uji ARDL

Bound lebih fleksibel apabila dibandingkan dengan bebagai metode kointegrasi

yang lain. Meskipun demikian, harus dipastikan bahwa tidak ada variabel yang

terintegrasi di I(2) dan variabel dependen harus terintegrasi di I(1).

Uji F-statistik digunakan dalam bound-testing pada model terbaik. Model

terbaik akan diperoleh dengan melhat nilai dari Schwartz-Bayesian criteria (SBC)

dan Akaike’s information criteria (AIC). Nilai SBC dan AIC digunakan untuk

mengetahui lag-optimum variabel. SBC dikenal sebagai model yang memilih

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

37

kemungkinan panjang lag terkecil sedangkan AIC cenderung memilih panjang lag

yang maksimal. Maka persamaan untuk bound-testing dalam penelitian adalah :

∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + 𝛽1𝐿𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−1 + 𝛽2𝐿𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−1 + 𝛽3𝐿𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−1 +

𝛽4𝐿𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−1 + 𝛽5𝐿𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−1 + 𝛽6𝐿𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−1 +

∑ 𝛽1𝑆∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2𝑆∆𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃

𝑖=1

∑ 𝛽3𝑆∆𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4𝑆∆𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1

∑ 𝛽5𝑆∆𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽6𝑆∆𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖

𝑃𝑖=1 + 𝜀𝑡

........(3.3)

Pada persamaan (3.3), parameter β1L, β2L, β3L, β4L, β5L dan β6L menunjukkan

koefisien jangka panjang dan β1S, β2S, β3S, β4S, β5S dan β6S menunjukkan koefisien

jangka pendek dimana εt merupakan error term sementara Δ merupakan operator

first defference. Hipotesis nol yang menunjukkan tidak terdapatnya kointegrasi

dalam model adalah β1L = β2L = β3L = β4L = β5L = 0. Sedangkan Hipotesis

Alternatif yang menandakan adanya kointegrasi dalam model adalah β1L ≠ β2L ≠

β3L ≠ β4L ≠ β5L ≠ 0. Dalam uji kointegrasi bound, untuk menguji hipotesis

biasanya digunakan F-statistik atau Uji Wald. Uji Wald digunakan dalam kasus

dimana terdapat lebih dari satu koefisien jangka panjang dari variabel yang sama.

Nilai F-statistik akan dibandingkan dengan batas atas (upper) dan batas bawah

(lower) bound critical values. Jika perhitungan nilai F-statistik berada diatas upper

bound critical values, maka Hipotesis nol yang mengindikasikan tidak terdapatnya

kointegrasi dalam model akan ditolak. Jika nilai F-statistik berada dibawah lower

bound critical values, maka hal ini mengindikasikan adanya bukti kointegrasi

dalam variabel yang diestimasi. Namun apabila nilai F-statistik berada diantara

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

38

upper dan lower bound critical values maka keputusan ada atau tidaknya

kointegrasi dalam variabel tidak dapat disimpulkan.

Metode ARDL

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Apabila dalam suatu analisis regresi

data runtun waktu terdapat variabel bebas masa yang lalu maka metode tersebut

dinamakan distributed-lag model sedangkan apabila dalam suatu analissi regresi

tersebut dimasukkan satu atau lebih variabel bebas maupun terikat masa lalu disisi

kanan model regresi maka model tersebut dinamakan autoregressive distributed

lag model. Model ARDL merupakan salah bentuk metode dalam ekonometrika

yang dapat mengestimasi model regresi linear dalam menganalisis hubungan

jangka panjang yang melibatkan adanya uji kointegrasi diantara variabel-variabel

yang diestimasi. Metode ARDL memiliki beberapa kelebihan dalam

operasionalnya yaitu dapat digunakan pada data yang terbatas (data yang sedikit)

dan tidak membutuhkan klasifikasi praestimasi variabel sehingga dapat dilakukan

pada variabel I(0), I(1) maupun kombinasi keduanya.

Pesaran dan Shin (1999) menunjukkan bahwa dengan menggunakan

kerangka pemikiran ARDL, parameter pada estimasi hubungan jangka pendek

akan konsisten dan koefisien pada estimasi jangka panjang akan sangat konsisten

pada ukuran sampel yang kecil dan model ARDL dapat mengoreksi residual dan

masalah variabel endogen secara bersamaan.

Secara umum hubungan jangka panjang dapat dianalisis dengan

menggunakan persamaan ARDL sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

39

𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + ∑ 𝛽1𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃

𝑖=1

∑ 𝛽3𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1

∑ 𝛽5𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽6𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1 𝜀𝑡

𝑃𝑖=1

......(3.4)

Pendekatan dengan menggunakan metode ARDL mensyaratkan adanya Lag,

yaitu waktu yang dibutuhkan untuk timbulnya respon akibat suatu penaruh

tindakan atau keputusan. Setelah konfirmasi dari kointegrasi telah ditetapkan,

maka model jangka pendek dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan

berikut :

∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 = 𝛼 + ∑ 𝛽1∆𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + ∑ 𝛽2∆𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 +𝑃

𝑖=1

∑ 𝛽3∆𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽4∆𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 +𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1

∑ 𝛽5∆𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽6∆𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖𝑃𝑖=1 + 𝜑𝐸𝐶𝑇𝑡−1 +𝑃

𝑖=1

𝜀𝑡

........(3.5)

Error Correction Term (ECT) menandakan kecepatan penyesuaian dan

menunjukkan seberapa cepat variabel kembali ke ekuilibrium jangka panjang. Jika

ECT bernilai negatif dan signifikan, hal ini mengindikasikan keberadaan

hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diestimasi. ECT harus

bernilai negatif, karena hal ini menunjukkan bahwa model yang diestimas adalah

valid. Semua koefisien dalam persamaan jangka pendek berdasarkan model diatas

merupakan koefisien yang menghubungkan model dinamis dalam jangka pendek

konvergen (memusat) terhadap keseimbangan dan mempresentasikan kecepatan

penyesuaian dari jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Hal ini

menunjukkan bagaimana ketidakseimbangan akibat shock ditahun sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

40

disesuaikan pada keseimbangan jangka panjang pada tahun ini. Error Correction

Term (ECT) dapat diperoleh dari persamaan berikut ini :

𝐸𝐶𝑇𝑡 = 𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡 − 𝛼 − ∑ 𝛽1𝐿𝑛𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽2𝐿𝑛𝐺𝐷𝑃𝑡−𝑖 −𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1

∑ 𝛽3𝐿𝑛𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽4𝐿𝑛𝑆𝐵𝑡−𝑖 − ∑ 𝛽5𝐿𝑛𝐾𝑈𝑅𝑆𝑡−𝑖𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1

𝑃𝑖=1 −

∑ 𝛽6𝐿𝑛𝐺𝑃𝑡−𝑖𝑃𝑖=1

........(3.6)

Kesesuaian atau goodness of fit dari model ARDL dapat dilihat dengan

melakukan tes stabilitas seperti cumulative sum recursive residual (CUSUM) dan

cumulative sum of square of recursive residual (CUSUMQ). Uji stabilitas ini

digunakan untuk mengetahui kestabilan parameter dalam jangka pendek dan

jangka panjang. Grafik CUSUM yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5%

mengindikasikan bahwa parameter tersebut stabil.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Permintaan Uang

Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat.

Permintaan uang menentukan besarnya jumlah uang yang harus disuplai oleh

otoritas moneter. Otoritas moneter yang diberikan kepada Bank Indonesia sebagai

bank sentral yakni mengatur stabilitas harga akibat uang yang beredar dengan cara

mengelola peredaran uang. Jumlah uang yang beredar di masyarakat harus

seimbang dimana jumlah uang yang disediakan oleh Bank Indonesia harus sama

dengan jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan diketahuinya

jumlah permintaan uang di Indonesia, Bank Indonesia dapat menetapkan

kebijakan yang sesuai melalui instrumen moneter yang ada agar jumlah uang yang

tersedia seimbang dengan dengan jumlah permintaan uang. Permintaan uang

dapat diukur dengan menghitung jumlah uang yang beredar di masyrakat. Jumlah

uang beredar yang digunakan adalah jumlah uang dalam arti luas (M2). Dimana

M2 terdiri dari M1 (uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giro), uang

kuasi(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro

dalam valuta asing) dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang

dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu

tahun.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Jumlah Uang Beredar(M2)

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Jumlah Uang

Beredar

40

5660002

17098534

11063222

3595208

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

42

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

terendah jumlah uang beredar berada di 5.660.002 yang terjadi di kualtal 1 pada

tahun 2009 sedangkan nilai tertinggi berada di 17.098.534 yang terjadi di kualtal 4

pada tahun 2018. Nilai rata-rata jumlah uang beredar adalah 11.063.222 dengan

standar deviasi sebesar 3.595.208 yang menunjukkan bahwa nilai jumlah uang

berdedar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:

Gambar 4.1

Grafik Pergerakan Jumlah Uang Beredar

Sumber: Data diolah

4.2 Gambaran Umum Variabel Independen

4.2.1 Gambaran Umum Pendapatan Rill

Pendapatan rill adalah suatu pendapatan negara yang dihitung

menggunakan harga konstan, yang memiliki arti dapat memperoleh informasi

bagaimana tingkat harga, inflasi serta kesejahteraan negara. PDB (Produk

Domestik Bruto) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan

jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

0,00

2.000.000,00

4.000.000,00

6.000.000,00

8.000.000,00

10.000.000,00

12.000.000,00

14.000.000,00

16.000.000,00

18.000.000,00

I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

43

tertentu sebagai dasar. PDB atas harga konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Pendapatan Rill

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Pendapatan Rill

40 528056,50 2684185,60 1988355 561034,8

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

terendah pendapatan rill berada di 528.056,50 yang terjadi di kualtal 1 pada tahun

2009 sedangkan nilai tertinggi berada di 2.684.185,60 yang terjadi di kualtal 3

pada tahun 2018. Nilai rata-rata pendapatan rill adalah 1.988.355 dengan standar

deviasi sebesar 561.034,8 yang menunjukkan bahwa nilai pendapatan rill cukup

berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:

Gambar 4.2

Grafik Pergerakan Pendapatan Rill

Sumber: Data diolah

0,00

500.000,00

1.000.000,00

1.500.000,00

2.000.000,00

2.500.000,00

3.000.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

44

4.2.2 Gambaran Umum Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum

dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau

mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi

disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi

adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu

menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar

Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Inflasi

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Inflasi 40 2,76 8,60 5,018 1,698917 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

terendah inflasi berada di 2,76 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun 2009

sedangkan nilai tertinggi berada di 8,60 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun 2013.

Nilai rata-rata inflasi adalah 5,018 dengan standar deviasi sebesar 1,698917 yang

menunjukkan bahwa nilai inflasi cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan grafik berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

45

Gambar 4.3

Grafik Pergerakan Inflasi

Sumber: Data diolah

4.2.3 Gambaran Umum Suku Bunga

Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai

imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu. Suku bunga yang digunakan

dalam penelitian ini adalah suku bunga Bank Indonesia (BI) rate. BI

Rate diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan BI melalui

pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai

sasaran operasional kebijakan moneter. Dalam hubungannya dengan

perekonomian masyarakat, penetapan nilai BI Rate juga sangat mempengaruhi

kondisi perekonomian sehari-hari. Misalnya ketika harga bahan-bahan pokok

melonjak tajam karena kesulitan panen atau kelangkaan bahan pokok tertentu,

maka BI Rate akan turun untuk memacu perputaran kredit di masyarakat.

Dengan membaiknya perekonomian dan bertambahnya peredaran uang,

diharapkan harga bahan pokok tersebut menjadi turun dan kemudian stabil

kembali. Sedangkan dalam mencegah inflasi, BI Rate juga sangat penting untuk

mengontrol uang yang beredar di masyarakat. Saat terjadi kenaikan inflasi,

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

46

lembaga bank lebih suka menyimpan uangnya pada Bank Indonesia sehingga

perlahan-lahan uang yang beredar akan berkurang.

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Suku Bunga

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Suku Bunga 40 4,25 8,25 6,321 1,064041 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

terendah suku bunga berada di 4,25 yang terjadi di kuarltal 4 pada tahun 2017

sampai kuartal 1 tahun 2018 sedangkan nilai tertinggi berada di 8,25 yang terjadi

di kualtal 1 pada tahun 2009. Nilai rata-rata suku bunga adalah 6,321 dengan

standar deviasi sebesar 1,064041 yang menunjukkan bahwa nilai suku bunga

cukup berfluktuasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:

Gambar 4.4

Grafik Pergerakan Suku Bunga

Sumber: Data diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

47

4.2.4 Gambaran Umum Nilai Tukar

Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar antara

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs berperan penting dalam transaksi

terutama pada ekspor dan impor. Hal itu dikarenakan kurs membantu

menerjemahkan harga-harga dengan mata uang yang berbeda dari berbagai

negara. Selain itu, kurs juga berperan penting di pasar valuta asing (foreign

exchange market) atau yang dikenal dengan nama “Forex”. Di pasar valuta asing

terjadi pertukaran mata uang dengan kurs yang disepakati oleh beberapa pihak.

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Nilai Tukar

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Nilai Tukar 40 8569 14684 11461,88 2031,261 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

terendah nilai tukar berada di 8.569,00 yang terjadi di kuarltal 2 pada tahun 2011

sedangkan nilai tertinggi berada di 14.684,00 yang terjadi di kualtal 3 pada tahun

2018. Nilai rata-rata suku bunga adalah 11.461,88 dengan standar deviasi sebesar

2031,261 yang menunjukkan bahwa nilai tukar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan grafik berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

48

Gambar 4.5

Grafik Pergerakan Nilai Tukar

Sumber: Data diolah

4.2.5 Gambaran Umum Harga Emas

Harga emas yang dijadikan patokan diseluruh dunia dihitung dengan

menggunakan sistem London Gold Fixing yaitu suatu sistem dengan prosedur

dimana harga emas dihitung dua kali sehari setiap hari kerja yang dilakukan

oleh lima anggota di pasar London. Emas merupakan logam mulia yang paling

diterima di negara manapun didunia. Harga emas biasanya berbanding searah

dengan inflasi, yaitu semakin tinggi inflasi maka akan diikuti dengan kenaikan

harga emas yang bahkan bisa melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.

Tabel 4.6

Statistik Deskriptif Harga Emas

Variabel N Min Max Mean Std

Deviasi

Harga Emas 40 930,47 1705,67 1.339,025 203,7164 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari tabel diatas dengan jumlah pengamatan 40 bulan yang dimulai dari

bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2018, dapat dilihat bahwa nilai

0,00

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

14.000,00

16.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

49

terendah harga emas berada di 930,47 yang terjadi di kuarltal 1 pada tahun 2009

sedangkan nilai tertinggi berada di 1.705,67 yang terjadi di kualtal 1 pada tahun

2012. Nilai rata-rata suku bunga adalah 1.339,025 dengan standar deviasi sebesar

203,7164 yang menunjukkan bahwa nilai tukar cukup berfluktuasi. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan grafik berikut:

Gambar 4.6

Grafik Pergerakan Harga Emas

Sumber: Data diolah

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Stasioneritas

Tahap pertama dalam memulai analisis data ini adalah dengan melakukan

uji stasioneritas data. Uji stasioner dilakukan untuk memastikan data tidak

memiliki akar unit sehingga tidak akan menghasilkan regresi lancung (spurious

regression). Ada dua cara untuk melakukan uji stasioneritas yaitu dengan uji akar

unit (unit root test) dan correlogram. Namun pada penelitian kali ini akan

dilakukan uji akar unit dengan menggunakan Phillips Perron (PP) yang diolah

dengan software Eviews 10. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

1400,00

1600,00

1800,00

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

50

probabilitas lebih kecil dari nilai kritis pada taraf signifikansi 10%, 5% dan 1%

maka dapat dikatakan bahwa data telah stasioner. Kriteria pengambilan keputusan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada taraf signifikansi 5%.

Tabel 4.7

Hasil Uji Akar-akar Unit pada Tingkat Level

PP

Variabel P value Nilai Kritis α = 5 %

Keputusan

JUB 0,0564 0,05 Tidak Stasioner

GDP 0,0000 0,05 Stasioner

INF 0,0662 0,05 Tidak Stasioner

SB 0,2563 0,05 Tidak Stasioner

KURS 0,9182 0,05 Tidak Stasioner

GP 0,1506 0,05 Tidak Stasioner Sumber: Hasil Output Eviews 10

Dari tabel diatas dapat diihat bahwa masih terdapat data yang tidak

stasioner pada tingkat level. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas dari sebagian

variabel jauh lebih besar dari nilai kritis. Sehingga langkah selanjutnya adalah

melakukan uji akar unit pada differencing 1.

Tabel 4.8

Hasil Uji Akar-akar Unit pada First Difference

PP

Variabel P value Nilai Kritis α = 5 %

Keputusan

JUB 0,0003 0,05 Stasioner

GDP 0,0000 0,05 Stasioner

INF 0,0001 0,05 Stasioner

SB 0,0352 0,05 Stasioner

KURS 0,0117 0,05 Stasioner

GP 0,0000 0,05 Stasioner Sumber: Hasil Output Eviews 10

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas semua variabel

telah lebih kecil dari nilai kritis sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah

stasioner pada defference 1 dan tidak ada data yang stasioner pada difference 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

51

4.3.2 Penentuan Panjang Lag Optimum

Pada bagian ini akan dilakukan seleksi lag untuk dua bagian data yaitu data

aktual dan data yang telah dilakukan tranformasi dalam bentuk logaritma natural.

Seleksi lag ini dilakukan untuk mengatahui model mana yang terbaik diantara dua

jenis data tersebut. Pemilihan lag terbaik dilakukan dengan melihat nilai Akaike

Information Criteria (AIC) dari model mana yang menghasilkan nilai paling kecil.

Secara ringkas, hasil seleksi lag dari data aktual dan data transformasi logaritma

natural ditunjukkan dalam gambar berikut :

-6.64

-6.62

-6.60

-6.58

-6.56

-6.54

-6.52

-6.50

-6.48

AR

DL(

1, 3

, 0,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 1,

3,

3, 3

)

AR

DL(

3, 3

, 0,

3,

3, 3

)

AR

DL(

2, 3

, 0,

3,

3, 3

)

AR

DL(

2, 3

, 1,

3,

3, 3

)

AR

DL(

3, 3

, 1,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 2,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 0,

2,

3, 3

)

AR

DL(

3, 2

, 0,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 1,

2,

3, 3

)

AR

DL(

2, 3

, 2,

3,

3, 3

)

AR

DL(

2, 3

, 0,

2,

3, 3

)

AR

DL(

3, 3

, 2,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 3,

3,

3, 3

)

AR

DL(

3, 3

, 0,

2,

3, 3

)

AR

DL(

3, 3

, 3,

3,

3, 3

)

AR

DL(

1, 3

, 0,

0,

3, 3

)

AR

DL(

3, 2

, 1,

3,

3, 3

)

AR

DL(

2, 3

, 1,

2,

3, 3

)

AR

DL(

3, 2

, 0,

2,

3, 3

)

Akaike Information Criteria (top 20 models)

Gambar 4.7

Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma Natural

Sumber: Hasil Output Eviews 10

Pada gambar 4.7 menunjukkan hasil seleksi ln untuk data transformasi

logaritma natural dimana semua nilai AIC bernilai negatif dengan nilai terendah -

6,64 yang dimiliki oleh model ARDL (1,3,0,3,3,3). Hal ini menyimpulkan bahwa

model terbaik untuk data transformasi logaritma adalah model ARDL

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

52

(1,3,0,3,3,3). Bentuk umum untuk model ARDL (1,3,0,3,3,3) dari data

transormasi logaritma natural dapat diestimasi dengan persamaan berikut :

LJUB = C1LJUB(t-1) + C2LGDP + C3LGDP(t-1) + C4LGDP(t-2) + C5LGDP(t-3) +

C6LINF + C7LSB + C8LSB(t-1) + C9LSB(t-2) + C10LSB(t-3) +

C11LKURS+

C12LKURS(t-1) + C13LKURS(t-2) + C14LKURS(t-3) + C15LGP +

C16LGP(t-1) + C17LGP(t-2) + C18LGP(t-3) + C

...... (4.1)

Dimana :

C = Koefien parameter yang akan diestimasi

i = 1,2,3....... 20

4.3.3 Estimasi Model Autoregression Distributed Lag (ADRL)

Hasil estimasi koefisien parameter model ARDL (1,3,0,3,3,3) telah

dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4.9

Estimasi Parameter Model

Variabel Koefisien Parameter P value

LJUB(t-1) C1 0,650568 0,0000

LGDP C2 -0,003612 0,7825

LGDP(t-1) C3 0,046846 0,0004

LGDP(t-2) C4 0,003543 0,7519

LGDP(t-3) C5 0,027271 0,0238

LINF C6 -0,008821 0,4109

LSB C7 -0,110184 0,0192

LSB(t-1) C8 0,089554 0,1500

LSB(t-2) C9 0,014682 0,8091

LSB(t-3) C10 -0,055459 0,1359

LKURS C11 0,384447 0,0002

LKURS(t-1) C12 -0,219292 0,0554

LKURS(t-2) C13 0,027085 0,7735

LKURS(t-3 C14 0,279864 0,0108

LGP C15 0,010732 0,7832

LGP(t-1) C16 0,007872 0,8460

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

53

LGP(t-2) C17 -0,002860 0,9508

LGP(t-3) C18 0,159820 0,0009

C C19 -0,926355 0,2405

R Squared 0,999715 AIC -6,637499

Adj Rsquared 0,999429 SIC -5,810271

F Statistic 3501.998 HQ -6,345862

Prob (F stat) 0,000000 DW stat 1,851999

Sumber: Hasil Estimasi Eviews 10

Berdasarkan hasil estimasi parameter yang dipaparkan dalam tabel 4.9 maka

model ARDL (1,3,0,3,3,3) dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :

LJUB = 0,650568*LJUB(-1) - 0,003612*LGDP + 0,046846*LGDP(-1) +

0,003543*LGDP(-2) + 0,027271*LGDP(-3) - 0,008821*LINF -

0,110184*LSB + 0,089554*LSB(-1) + 0,014682*LSB(-2) -

0,055459*LSB(-3) + 0,384447*LKURS-0,219292*LKURS(-1)+

0,027085*LKURS(-2) + 0,279864*LKURS(-3) + 0,010732*LGP +

0,007872*LGP(-1) - 0,002860*LGP(-2) + 0,159820*LGP(-3) -

0,926355

......... (4.2)

Berdasarkan hasil estimasi koefisien parameter dari model ARDL

(1,3,0,3,3,3) yang telah ditulis dalam bentuk persamaan model ARDL maka dapat

diintepretasikan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

Interpretasi model ini menjelaskan hubungan variabel pendapatan rill, inflasi,

suku bunga, nilai tukar, dan harga emas dunia yang mempengaruhi variabel JUB

dan juga pengaruh variabel JUB pada periode –periode sebelumnya terhadap JUB

saat ini.

Berdasarkan persamaan 4.2 dapat disimpulkan bahwa jumlah uang beredar

mempengaruhi nilai jumlah uang beredar (JUB) saat ini. Apabila jumlah uang

beredar pada periode pertama mengalami kenaikan 1% maka nilai JUB saat ini

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

54

akan naik sebesar 65,05%. Selanjutnya, pendapatan rill juga memiliki pengaruh

terhadap perubahan JUB. Apabila pendapatan rill periode pertama mengalami

kenaikan sebesar 1% maka JUB akan naik sebesar 4,68% dan apabila pendapatan

rill pada periode ketiga mengalami kenaikan 1% maka hal ini akan mendorong

kenaikan JUB sebesar 2,72%.

Tapi hal ini tidak berlaku pada variabel inflasi, karena yang mempengaruhi

JUB saat ini hanya inflasi pada periode saat itu juga. Yaitu apabila variabel

inflasi, apabila mengalami kenaikan 1% akan mendorong penurunan nilai JUB

sebesar 0,8%. Pada variabel suku bunga periode pertama mengalami kenaikan 1%

akan mendorong kenaikan JUB sebesar 8,95%. Pada periode ke tiga apabila

mengalami kenaikan 1% akan mendorong penurunan nilai JUB sebesar 5,54%.

Namun JUB saat ini juga dipengaruhi oleh nilai tukar baik pada periode saat itu

juga maupun periode-periode sebelumnya. Apabila nilai tukar pada periode

pertama mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan mendorong penurunan JUB

sebesar 21,92% namun sebaliknya pada periode ketiga, karena apabila JUB

mengalami kenaikan sebesar 1% maka hal ini akan mendorong kenaikan pada

JUB sebesar 27,98%.

Pada variabel harga emas apabila pada periode pertama mengalami kenaikan

sebesar 1% maka akan mendorong kenaikan sebesar 0,78% dan pada periode

ketiga mengalami kenaikan 1% akan mendorong kenaikan sebesar 15,98%. Tabel

4.9 juga menunjukkan hasil R-squared sebesar 0,999715 yang menunjukkan

bahwa variabel pendaptan rill, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan harga emas

berkontribusi sebesar 99,97% dalam mempengaruhi JUB dan sisanya sebesar

0,03% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

55

4.3.4 Uji Stabilitas Model

Uji stabilitas ini digunakan untuk mengetahui kestabilan parameter dalam

jangka pendek dan jangka panjang. Grafik CUSUM dan CUSUMQ yang

signifikan pada tingkat kepercayaan 5% mengindikasikan bahwa parameter

tersebut stabil. Berikut dipaparkan hasil uji CUSUM dan CUSUMQ:

-15

-10

-5

0

5

10

15

24 26 28 30 32 34 36 38 40

CUSUM 5% Significance

Gambar 4.8

Grafik Uji CUSUM

Sumber: Hasil Output Eviews 10

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

56

-0.4

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

24 26 28 30 32 34 36 38 40

CUSUM of Squares 5% Significance

Gambar 4.9

Grafik Uji CUSUMQ

Sumber: Hasil Output Eviews 10

Berdasarkan gambar 4.8 dan 4.9 dapat dilihat uji kestabilan model ARDL

(1,3,0,3,3,3) yang dilakukan dengan uji CUSUM dan CUSUMQ dengat tingkat

signifikansi 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Gambar diatas menunjukkan

bentuk diagam garis solid berwarna biru yang berada diantara dua garis merah

putus-putus yang merupakan kendali kestablitasan nilai-nilai CUSUM dan

CUSUMQ pada taraf kepercayaan 95%. Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa

tidak ada garis solid berwarna biru yang keluar dari garis kendali berwarna merah

putus-putus yang dimana hal ini menunjukkan bahwa model ARDL (1,3,0,3,3,3)

telah stabil.

4.3.5 Uji Kointegrasi dengan Bound Test

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi dengan Bound

Test. Uji Bound (batas) ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan

jangka panjang diantara variabel-variabel yang diteliti. Dalam pendekatan ini,

kointegrasi dapat dilihat dari nilai F statistic dengan nilai kritis yang telah disusun

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

57

oleh Pesaran (1997). Kriteria pengambilan keputusannya ditentukan dengan

melihat apabila nilai F statistic berada dibawah nilai lower bound maka dapat

disimpulkan tidak terjadi kointegrasi. Sedangkan apabila nilai F statistic berada

diatas nilai upper bound maka dsimpulkan terjadi kointegrasi dan jika nilai F

statistic berada diantara upper bound dan lower bound maka hasil tidak dapat

disimpulkan.

Hasil uji Bound pada model ARDL (1,3,0,3,3,3) dalam tingkat signifikansi

1%, 2,5%, 5% dan 10% ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.10

Hasil Bound Test

Test Statistic Value K

F Statistic 37,35626 5

Critical Value Bounds

Significance I0 Bound I1 Bound

10 % 2,306 3

5% 2,39 3,38

2,5% 2,7 3,73

1% 3,06 4,15

Sumber: Hasil Output diolah dengan Eviews 10

Hasil uji kointegrasi dengan menggunakan pendekatan Bound Test pada

tabeldiatas menunjukkan nilai F statistik sebesar 37,35626. Nilai F statistic ini

lebih besar dari nilai upper bound pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 3,38.

Berarti dapat disimpulkan bahwa terjadi kointegrasi atau terdapat hubungan

jangka panjang diatara variabel-variabel yang diteliti pada taraf kepercayaan 95%.

Setelah disimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang diantara

variabel, maka langkah selanjutnya adalah menentukan koefisien parameter untuk

persamaan jangka panjang. Maka hasil estimasi jangka panjang dipaparkan dalam

tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

58

Tabel 4.11

Hasil Estimasi Jangka Panjang

Variabel Coefficient Std.Error t-Statistic Prob

GDP 0,211909 0,036462 5,811828 0,0000

INF -0,025245 0,033051 -0,763821 0,4549

SB -0,175734 0,038803 -4,528938 0,0003

KURS 1,351066 0,129800 10,40881 0,0000

GP 0,502428 0,121851 4,123303 0,0006

C -2,651033 1,707549 -1,552537 0,1379

Sumber: Data diolah dengan Eviews

Adapun persamaan yang terbentuk dari hasil estimasi jangka panjang di atas

adalah:

Y = 0,211909*GDP - 0,025245*INF – 0,175734*SB + 1,351066*KURS +

0,502428*GP – 2,651033

Berdasarkan hasil estimasi diatas dengan menggunakan program E-Views

10 interpretasi dari hasil estimasi jangka panjang yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

1. GDP

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang

bertanda positif sebesar 0,211909 dengan nilai probability sebesar 0.0000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel GDP lebih

kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0000<0.05). Ini berarti variabel GDP

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

59

2. INF

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang

bertanda negatif sebesar -0,025245 dengan nilai probability sebesar 0,4549.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel INF lebih

besar dari taraf signifikan α = 0.05 (0.4549>0.05). Ini berarti variabel INF

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).

3. SB

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang

bertanda negatif sebesar -0,175734 dengan nilai probability sebesar 0,0003.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel SB lebih

kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0003<0.05). Ini berarti variabel SB

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).

4. KURS

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang

bertanda positif sebesar 1,351066 dengan nilai probability sebesar 0.0000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel KURS lebih

kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0000<0.05). Ini berarti variabel KURS

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).

5. GP

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan diperoleh nilai coefficient yang

bertanda positif sebesar 0,502428 dengan nilai probability sebesar 0.0006.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai probability variabel GP lebih

kecil dari taraf signifikan α = 0.05 (0.0006<0.05). Ini berarti variabel GP

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar (JUB).

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

60

Selain ARDL Bound Test, hasil lain yang perlu diperiksa selanjutnya adalah

nila error-correction coefficient (CointEq(-1)). Nilai ini akan menunjukkan

seberapa besar error yang dikoreks disetiap periode waktu. Syarat yang harus

dipenuhi adalah nilai error-correction coefficient ini harus negatif dan signifikan.

Tabel 4.12

Hasil Eror Correction Coefficient

Variabel Coefficient Std.Error t-Statistic Prob

CointEq(-1) -0,349432 0,018714 -18,67240 0,0000 Sumber: Data diolah dengan Eviews 10

Dari hasil estimasi jangka pendek dapat dilihat bahwa nilai CointEq = -

0,349432 dengan probability 0,0000, artinya terjadi kointegrasi dalam model

tersebut. Nilai CointEq yang negatif menunjukkan bahwa model akan menuju

keseimbangan dengan kecepatan 34,94 % triwulan.

4.4 Analisis Pembahasan Menurut Estimasi Jangka Panjang

4.4.1 Pengaruh Pendapatan Rill Terhadap Jumlah Uang Beredar

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

Pendapatan Rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang

Beredar. Pengaruhnya searah (positif) menunjukkan setiap kenaikan satu persen

variabel Pendapatan Rill maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang

Beredar sebesar 0,211909. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam

penelitian ini.

Hubungan positif dan signifikan Pendapatan Rill terhadap Jumlah Uang

Beredar sesuai dengan penelitian Arief Widodo (2015) yang menyatakan bahwa

Pendapatan Rill berpengaruh positif signifikan dengan Jumlah Uang Beredar,

begitu juga dengan penelitian Hadi Aimon (2010) , yang menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka permintaan uang akan

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

61

meningkat karena dengan peningkatan pendapatan maka individu akan cenderung

melakukan transaksi yang lebih besar dan hal ini menuntut individu untuk

memegang uang lebih banyak. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

Kaum Klasik (Teori Kuantitas Uang), bahwa permintaan uang dipengaruhi secara

positif oleh pendapatan. Hal ini juga didukung dengan penelitian Fahrurrazi

Polontalo (2018), serta Saten Kumar danScott Fragher (2013).

4.4.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.

Pengaruhnya berlawanan arah (negatif) menunjukkan setiap kenaikan satu persen

variabel Inflasi maka akan berakibat terhadap penurunan Jumlah Uang Beredar

sebesar 0,025245.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini, dimana

hubungan teori inflasi dengan permintaan uang didasarkan pada teori klasik yang

menyatakan bahwa kenaikan harga barang-barang merupakan inflasi yang dapat

menyebabkan jumlah uang beredar meningkat sedangkan berdasarkan pengolahan

data yang diperoleh berpengaruh negatif antara inflasi dan permintaan uang

karena pada saat terjadinya penurunan inflasi tidak mempengaruhi permintaan

uang. Penurunan inflasi disebabkan oleh perkembangan nilai tukar yang stabil,

ketersediaan bahan pokok yang cukup, dan yang paling penting kenaikan harga-

harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered price) yang minimal,

serta hasil dukungan pemerintah dalam mengendalikan faktor-faktor yang

mempengaruhi inflasi, terutama yang bersumber dari kenaikan harga-harga

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

62

komoditas internasional. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yakni Jandi

Anwar (2016)

4.4.3 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang Beredar

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Suku

Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.

Perubahan dalam variabel Suku Bunga akan berakibat pada perubahan Jumlah

Uang Beredar. Pengaruhnya negatif menunjukkan setiap kenaikan satu persen

variabel Suku Bunga maka akan berakibat terhadap penurunan Jumlah Uang

Beredar sebesar 0,175734. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam

penelitian ini.

Artinya setiap ada peningkatan suku bunga BI Rate, maka individu akan

lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank dibandingkan dengan memegang

uangnya dalam bentuk kas karena dalam hal ini uang kas memiliki opportunity

cost yang lebih tinggi dibanding dengan menyimpan uang di bank. Hal ini sesuai

dengan penelitian Arief Widodo (2015) dimana Suku Bunga memiliki pengaruh

negatif terhadap jumlah uang beredar.

4.4.4 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Jumlah Uang Beredar

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.

Pengaruhnya positif menunjukkan setiap kenaikan satu persen variabel Nilai

Tukar maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang Beredar sebesar

1,351066. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam penelitian ini.

Artinya bahwa apabila nilai tukar rupiah secara nominal mengalami

kenaikan (terdepresiasi) terhadap dollar AS, maka akan berpengaruh pada

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

63

peningkatanharga barang-barang impor, mengingat Indonesia masih sangat

tergantung dengan barang-barang impor, ketika rupiah tertekan (terdepresiasi)

akan sangat memberikan pengaruh terhadap harga barang impor. Sedangkan

dengan naiknya harga barang impor menyebabkan permintaan uang akan

meningkat untuk melakukan transaksi impor transaksi tersebut. Hal ini sesuai

dengan penelitian Arief Widodo (2015) dimana nilai tukar memiliki hubungan

positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar.

4.4.5 Pengaruh Harga Emas Terhadap Jumlah Uang Beredar

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

Harga Emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar.

Pengaruhnya positif menunjukkan setiap kenaikan satu persen variabel Harga

Emas maka akan berakibat terhadap peningkatan Jumlah Uang Beredar sebesar

0,502428. Hal ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian dalam penelitian ini.

Fungsi investasi dan konsumsi ini sesuai dengan pendapat Sukirno

(2006:114) yang menyebutkan ”apabila pendapatan mengalami kenaikan, maka

konsumsi dan tabungannya akan bertambah”. Investasi dalam emas diharapkan

dapat memberikan return yang tinggi. Tingginya return yang didapat akan

membantu peningkatan pendapatan masyarakat. Harga emas berpengaruh di

Indonesia melalui pola investasi dan konsumsi dalam kegiatan perekonomian

nasional. Pola investasi dan konsumsi emas yang dilakukan pemerintah dan

rumah tangga secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pendapatan dan

kegiatan investasi yang lebih baik. Keadaan ini pada akhirnya menaikan

pendapatan nasional.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

64

Doktrin merkantilisme berpendapat bahwa, proses keuntungan perdagangan

internasional hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih

besar dari pada impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu

kegiatan ekspor sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Kekayaan suatu negara berdasarkan penumpukan logam mulia (emas) sebanyak-

banyaknya juga mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaan dan kekuatan

negara. Kaum merkantilis mengukur bahwa kekayaan suatu negara yaitu melalui

cadangan logam mulia (emas atau perak) yang dimiliki. Dengan semakin

menumpuknya cadangan logam mulia (emas), berarti sekaligus meningkatan

jumlah uang yang beredar (Sumanjaya, Nasution, dan Hamzah, 2012: 12).

Menurut Teori Merkantilisme harga emas mempengaruhi permintaan uang konsep

kesejahteraan didasarkan pada kekayaan stok emas negara, neraca perdagangan

surplus. Pemerintah mendorong ekspor dan membatasi impor. Semakin banyak

emas berarti semakin banyak uang, menghasilkan output dan kesempatan kerja

(Salvatore, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil estimasi

model ARDL (Autoregresissive Distributed Lag) maka kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Pendapatan Rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang

pada taraf signifikan α = 0.05

b. Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan uang

pada taraf signifikan α = 0.05

c. Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang

pada taraf signifikan α = 0.05

d. Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang

pada taraf signifikan α = 0.05

e. Harga Emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang

pada taraf signifikan α = 0.05

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang dapat

diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Bank Indonesia

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia diharapkan dapat

menjaga stabilitas moneter yang bertugas menjaga agar inflasi stabil salah satunya

dengan mengatur jumlah uang yang beredar dalam perekonomian agara sesuai

dengan target inflasi yang ditetapkan. Pengaturan jumlah uang yang beredar harus

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

66

disesuaikan dengan permintaan uang (Md) sehingga tercapai keseimbangan pada

pasar uang.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk

berinvestasi yakni untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga saat

investasi naik maka pendapatan juga naik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan, diantaranya masih banyak

faktor internal dan eksternal yang tidak diikut sertakan sebagai variabel bebas,

sehingga diharapkan penelitian selanjutnya untuk mampu melangkapi

keterbatasan yang ada pada penelitian ini. Bagi peneliti yang ingin

mengembangkan penelitian ini dapat menambah jenis variabel, periode waktu

penelitian agar sampel semakin besar dan memperluas objek penelitian untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan akurat.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa: Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Universitas

Indonesia

Basuki, Agus Tri, Nano Prawoto. 2016. Analisi Regresi Dalam Penelitian

Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Basuki, Eko Hari dan Muhammad Adnan Hadjam. Pengantar Ekonometrika.

Yogyakarta: BPFE

Blanchard, Oliver dan David R Jhonson. 2017. Makroekonomi. Jakarta:

Erlangga

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada

Media Group

Daulany, Murni. 2010. Metodologi Penelitian Ekonomi. Medan: USU Press

Ekanda, Mahyus.2016. Analisis Ekonometrika Time Series. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Fahrurrazi Polontalo, Tri Oldy Ratinsulo, dan Mauna (2018). “Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia Tahun

2010-2017”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 2 Nomor 1, hal.52,

Universitas Negeri Semarang

Hady, Hamdy DEA. 2016. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia

Hasyim, Ali Ibrahim. 2016. Ekonomi Makro. Depok: Kharisma Putra Utama

Iswardono. 1981. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Mishkin, Federic S. 2004. The Economics of Money, Banking, and Financial

Markets. California: Pearson

Muhammad Andi Prayogi (2016) “Analisis Permintaan dan Penawaran Uang”.

Jurnal Ilmiah, Vol.1, Nomor 1, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Noor, Hendry Faizal . 2014. Investasi Pengelolaan Keuangan, dan

Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Mitra Wacana Media

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews dalam Ekonometrika. Medan: USU Press

Saten Kumar, Don J. Webber, Scott Fragher, (2013) “Money demand stability:

A case study of Nigeria”. Journal of Policy Modeling, Vol. 35, Nomor 1,

978–991, Elsavier, Nigeria.

Sidiq, Sahabudin, (2005). “Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia: Sebelum

dan Sesudah Perubahan Sistem Nilai Tukar”. Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol. 10, Nomor 1, hal.32, Universitas Islam Indonesia.

Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keungan

Modern. Jakarta: Salemba Empat

Sumodiningrat, Gunawan. 1994. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE

Sunyoto, Danang. 2013. Ekonomi Manajerial Konsep Terapan Bisnis.

Yogyakarta: CAPS

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Widodo, Arief, (2015). “Faktor-faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi

Permintaan Uang di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Studi

Pembangunan, Volume 16 Nomor 1, hal 63-72, Institute of Public Policy

and Economic Studies, Yogyakarta

https://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/amount-of-

circulate-money diakses pada 15 Juni 2019

https://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/gross-

domestic-product diakses pada 17 Juni 2019

https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data diakses pada 17 Juni 2019

https://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi diakses pada 19 Juni

2019

http://www.bps.go.id/publication/bi-rate-2005-2019 diakses pada 19 Juni 2019

https://id.investing.com/commodities/gold-historical-data diakses pada 25

Agustus 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 1

DATA SKRIPSI

Tahun TW Jumlah Uang Beredar (Y) Pendapatan Rill (X1) Inflasi (X2) Suku Bunga (X3) Nilai Tukar (X4) Harga Emas (X5)

2009 I 5.660.002,00 528.056,50 8,56 8,25 11.637,00 930,47

II 5.800.099,00 540.677,80 5,67 7,25 10.788,00 932,20

III 5.974.754,00 561.637,00 2,76 6,58 9.887,00 971,13

IV 6.225.107,00 548.479,10 3,38 6,50 9.475,00 1.105,33

2010 I 6.252.423,46 1.642.356,30 3,65 6,50 9.272,00 1.104,87

II 6.490.401,92 1.709.132,00 4,37 6,50 9.092,00 1.212,60

III 6.729.002,83 1.775.109,90 6,15 6,50 8.972,00 1.245,93

IV 7.127.858,62 1.737.534,90 6,32 6,50 8.977,00 1.387,73

2011 I 7.308.227,01 1.748.731,20 6,84 6,67 8.863,00 1.394,00

II 7.432.548,18 1.816.268,20 5,89 6,75 8.569,00 1.531,40

III 7.829.233,32 1.881.849,70 4,67 6,75 8.636,00 1.692,40

IV 8.284.544,77 1.840.786,20 4,12 6,17 9.024,00 1.678,50

2012 I 8.623.326,34 1.855.580,20 3,73 5,83 9.088,00 1.705,67

II 8.976.870,86 1.929.018,70 4,49 5,75 9.412,00 1.609,83

III 9.277.083,51 1.993.632,30 4,48 5,75 9.544,00 1.688,73

IV 9.679.858,99 1.948.852,20 4,41 5,75 9.630,00 1.701,07

2013 I 9.871.738,36 1.958.395,50 5,26 5,75 9.695,00 1.611,03

II 10.200.611,65 2.036.816,60 5,65 5,83 9.818,00 1.413,23

III 10.593.073,94 2.103.598,10 8,6 6,92 10.938,00 1.509,00

IV 10.923.039,33 2.057.687,60 8,36 7,42 11.800,00 1.389,83

2014 I 10.956.014,72 2.058.584,90 7,76 7,50 11.755,00 1.408,10

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

II 11.385.545,70 2.137.385,60 7,09 7,50 11.704,00 1.389,17

III 11.801.502,22 2.207.343,60 4,35 7,50 11.840,00 1.360,17

IV 12.274.485,25 2.161.552,50 6,47 7,67 12.239,00 1.248,20

2015 I 12.639.309,86 2.158.040,00 6,54 7,58 12.857,00 1.274,60

II 12.922.881,88 2.238.704,40 7,07 7,50 13.160,00 1.234,13

III 13.285.896,30 2.312.843,50 7,09 7,50 14.055,00 1.156,80

IV 13.442.145,76 2.272.929,20 4,83 7,50 13.758,00 1.121,33

2016 I 13.582.185,00 2.264.721,00 4,34 7,00 13.506,00 1.218,87

II 13.933.390,92 2.355.445,00 3,46 6,67 13.333,00 1.310,87

III 14.214.037,12 2.429.260,60 3,03 5,58 13.131,00 1.365,23

IV 14.652.106,84 2.385.186,80 3,3 4,75 13.350,00 1.242,13

2017 I 14.897.445,30 2.378.097,30 3,64 4,75 13.337,00 1.283,93

II 15.385.316,20 2.473.433,20 4,29 4,75 13.332,00 1.302,53

III 15.651.864,89 2.552.301,60 3,81 4,50 13.389,00 1.327,00

IV 16.024.916,98 2.508.871,50 3,5 4,25 13.544,00 1.322,97

2018 I 16.099.161,04 2.498.488,20 3,28 4,25 13.625,00 1.369,63

II 16.378.321,57 2.603.748,20 3,25 4,75 14.077,00 1.326,17

III 16.644.023,45 2.684.185,60 3,09 5,50 14.684,00 1.229,17

IV 17.098.533,54 2.638.894,30 3,17 5,92 14.682,00 1.255,03

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 2

STATISTIK DESKRIPTIF

Y X1 X2 X3 X4 X5

Mean 11063222 1988355. 5.018000 6.321000 11461.88 1339.025

Median 10939527 2081092. 4.445000 6.500000 11729.50 1324.570

Maximum 17098534 2684186. 8.600000 8.250000 14684.00 1705.670

Minimum 5660002. 528056.5 2.760000 4.250000 8569.000 930.4700

Std. Dev. 3595208. 561034.8 1.698917 1.064041 2031.261 203.7164

Skewness 0.052073 -1.523775 0.636836 -0.364608 -0.007306 0.119829

Kurtosis 1.702898 4.885085 2.244725 2.203276 1.445891 2.690065

Jarque-Bera 2.822201 21.40184 3.654466 1.944206 4.025781 0.255827

Probability 0.243875 0.000023 0.160858 0.378287 0.133602 0.879930

Sum 4.43E+08 79534217 200.7200 252.8400 458475.0 53560.98

Sum Sq. Dev. 5.04E+14 1.23E+13 112.5664 44.15516 1.61E+08 1618515.

Observations 40 40 40 40 40 40

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 3

UJI STASIONER

1) Uji Stasioner di Level

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)

Series: Y, X1, X2, X3, X4, X5

Date: 09/29/19 Time: 00:42

Sample: 1 40

Exogenous variables: Individual effects

Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel

Total (balanced) observations: 234

Cross-sections included: 6

Method Statistic Prob.**

PP - Fisher Chi-square 40.0458 0.0001

PP - Choi Z-stat -3.08478 0.0010

** Probabilities for Fisher tests are computed using an

asymptotic Chi-square distribution. All other tests

assume asymptotic normality.

Intermediate Phillips-Perron test results UNTITLED

Series Prob. Bandwidth Obs

Y 0.0564 4.0 39

X1 0.0000 38.0 39

X2 0.0662 2.0 39

X3 0.2563 3.0 39

X4 0.9182 3.0 39

X5 0.1506 2.0 39

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

2) Uji Stasioner di First Differencing

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process)

Series: Y, X1, X2, X3, X4, X5

Date: 09/28/19 Time: 23:54

Sample: 1 40

Exogenous variables: Individual effects

Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel

Total (balanced) observations: 228

Cross-sections included: 6

Method Statistic Prob.**

PP - Fisher Chi-square 96.1046 0.0000

PP - Choi Z-stat -8.06037 0.0000

** Probabilities for Fisher tests are computed using an

asymptotic Chi-square distribution. All other tests

assume asymptotic normality.

Intermediate Phillips-Perron test results D(UNTITLED)

Series Prob. Bandwidth Obs

D(Y) 0.0003 0.0 38

D(X1) 0.0000 1.0 38

D(X2) 0.0001 2.0 38

D(X3) 0.0352 4.0 38

D(X4) 0.0117 6.0 38

D(X5) 0.0000 2.0 38

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 4

PENENTUAN PANJANG LAG

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: Y X1 X2 X3 X4 X5

Exogenous variables: C

Date: 09/28/19 Time: 23:56

Sample: 1 40

Included observations: 37

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 144.6729 NA 2.24e-11 -7.495834 -7.234604 -7.403738

1 386.7760 392.5996 3.34e-16 -18.63654 -16.80793* -17.99187

2 426.5633 51.61593 3.19e-16 -18.84126 -15.44527 -17.64401

3 482.4355 54.36220* 1.73e-16* -19.91543* -14.95207 -18.16561*

* indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 5

PENENTUAN LAG OPTIMUM

1) Hasil Seleksi Data Aktual

26.12

26.14

26.16

26.18

26.20

26.22A

RD

L(1

, 1,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

0,

2,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

1,

2,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

1,

3,

3)

AR

DL(3

, 1,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(2

, 1,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

1,

0,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

1,

1,

3)

AR

DL(1

, 2,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

0,

2,

0)

AR

DL(1

, 1,

1,

0,

2,

3)

AR

DL(2

, 1,

0,

0,

2,

3)

AR

DL(1

, 2,

0,

0,

2,

3)

AR

DL(2

, 1,

0,

1,

1,

3)

AR

DL(2

, 1,

0,

1,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

0,

0,

2,

1)

AR

DL(1

, 1,

0,

2,

1,

3)

AR

DL(1

, 3,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(1

, 1,

1,

1,

2,

3)

AR

DL(2

, 1,

0,

1,

2,

3)

Akaike Information Criteria (top 20 models)

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

2) Hasil Seleksi Lag Data Transformasi Logaritma Natural

-6.64

-6.62

-6.60

-6.58

-6.56

-6.54

-6.52

-6.50

-6.48

AR

DL(1

, 3,

0,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

1,

3,

3,

3)

AR

DL(3

, 3,

0,

3,

3,

3)

AR

DL(2

, 3,

0,

3,

3,

3)

AR

DL(2

, 3,

1,

3,

3,

3)

AR

DL(3

, 3,

1,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

2,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

0,

2,

3,

3)

AR

DL(3

, 2,

0,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

1,

2,

3,

3)

AR

DL(2

, 3,

2,

3,

3,

3)

AR

DL(2

, 3,

0,

2,

3,

3)

AR

DL(3

, 3,

2,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

3,

3,

3,

3)

AR

DL(3

, 3,

0,

2,

3,

3)

AR

DL(3

, 3,

3,

3,

3,

3)

AR

DL(1

, 3,

0,

0,

3,

3)

AR

DL(3

, 2,

1,

3,

3,

3)

AR

DL(2

, 3,

1,

2,

3,

3)

AR

DL(3

, 2,

0,

2,

3,

3)

Akaike Information Criteria (top 20 models)

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 6

ESTIMASI MODEL ARDL

Dependent Variable: Y

Method: ARDL

Date: 09/29/19 Time: 00:45

Sample (adjusted): 4 40

Included observations: 37 after adjustments

Maximum dependent lags: 3 (Automatic selection)

Model selection method: Akaike info criterion (AIC)

Dynamic regressors (3 lags, automatic): X1 X2 X3 X4 X5

Fixed regressors: C

Number of models evalulated: 3072

Selected Model: ARDL(1, 3, 0, 3, 3, 3)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.*

Y(-1) 0.650568 0.099106 6.564388 0.0000

X1 -0.003612 0.012892 -0.280173 0.7825

X1(-1) 0.046846 0.010707 4.375024 0.0004

X1(-2) 0.003543 0.011037 0.321017 0.7519

X1(-3) 0.027271 0.011047 2.468645 0.0238

X2 -0.008821 0.010479 -0.841814 0.4109

X3 -0.110184 0.042848 -2.571491 0.0192

X3(-1) 0.089554 0.059557 1.503656 0.1500

X3(-2) 0.014682 0.059882 0.245183 0.8091

X3(-3) -0.055459 0.035528 -1.560984 0.1359

X4 0.384447 0.083798 4.587783 0.0002

X4(-1) -0.219292 0.107041 -2.048678 0.0554

X4(-2) 0.027085 0.092702 0.292177 0.7735

X4(-3) 0.279864 0.098445 2.842857 0.0108

X5 0.010732 0.038423 0.279307 0.7832

X5(-1) 0.007872 0.039945 0.197069 0.8460

X5(-2) -0.002860 0.045717 -0.062550 0.9508

X5(-3) 0.159820 0.040280 3.967780 0.0009

C -0.926355 0.763250 -1.213699 0.2405

R-squared 0.999715 Mean dependent var 16.21089

Adjusted R-squared 0.999429 S.D. dependent var 0.314486

S.E. of regression 0.007514 Akaike info criterion -6.637499

Sum squared resid 0.001016 Schwarz criterion -5.810271

Log likelihood 141.7937 Hannan-Quinn criter. -6.345862

F-statistic 3501.998 Durbin-Watson stat 1.851999

Prob(F-statistic) 0.000000

*Note: p-values and any subsequent tests do not account for model

selection.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 7

UJI STABILITAS MODEL

-15

-10

-5

0

5

10

15

24 26 28 30 32 34 36 38 40

CUSUM 5% Significance

-0.4

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

24 26 28 30 32 34 36 38 40

CUSUM of Squares 5% Significance

Universitas Sumatera Utara

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 8

UJI KOINTEGRASI DENGAN BOUND TEST

F-Bounds Test Null Hypothesis: No levels relationship

Test Statistic Value Signif. I(0) I(1)

Asymptotic: n=1000

F-statistic 37.35626 10% 2.08 3

k 5 5% 2.39 3.38

2.5% 2.7 3.73

1% 3.06 4.15

Actual Sample Size 37 Finite Sample:

n=40

10% 2.306 3.353

5% 2.734 3.92

1% 3.657 5.256

Finite Sample:

n=35

10% 2.331 3.417

5% 2.804 4.013

1% 3.9 5.419

Universitas Sumatera Utara

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

LAMPIRAN 9

HASIL ESTIMASI MODEL ARDL

1) Estimasi Model ARDL Jangka Panjang

Levels Equation

Case 2: Restricted Constant and No Trend

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 0.211909 0.036462 5.811828 0.0000

X2 -0.025245 0.033051 -0.763821 0.4549

X3 -0.175734 0.038803 -4.528938 0.0003

X4 1.351066 0.129800 10.40881 0.0000

X5 0.502428 0.121851 4.123303 0.0006

C -2.651033 1.707549 -1.552537 0.1379

EC = Y - (0.2119*X1 -0.0252*X2 -0.1757*X3 + 1.3511*X4 + 0.5024*X5

-2.6510 )

Universitas Sumatera Utara

Page 93: ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TAHUN 2009-2018

2) Estimasi Model ARDL Jangka Pendek

ARDL Error Correction Regression

Dependent Variable: D(Y)

Selected Model: ARDL(1, 3, 0, 3, 3, 3)

Case 2: Restricted Constant and No Trend

Date: 09/29/19 Time: 00:59

Sample: 1 40

Included observations: 37

ECM Regression

Case 2: Restricted Constant and No Trend

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(X1) -0.003612 0.006772 -0.533367 0.6003

D(X1(-1)) -0.030814 0.007610 -4.049407 0.0008

D(X1(-2)) -0.027271 0.006919 -3.941635 0.0010

D(X3) -0.110184 0.026059 -4.228312 0.0005

D(X3(-1)) 0.040777 0.030181 1.351074 0.1934

D(X3(-2)) 0.055459 0.026590 2.085712 0.0515

D(X4) 0.384447 0.043939 8.749507 0.0000

D(X4(-1)) -0.306950 0.053117 -5.778714 0.0000

D(X4(-2)) -0.279864 0.054964 -5.091794 0.0001

D(X5) 0.010732 0.022094 0.485744 0.6330

D(X5(-1)) -0.156961 0.030110 -5.212839 0.0001

D(X5(-2)) -0.159820 0.026349 -6.065460 0.0000

CointEq(-1)* -0.349432 0.018714 -18.67240 0.0000

R-squared 0.848289 Mean dependent var 0.028418

Adjusted R-squared 0.772433 S.D. dependent var 0.013642

S.E. of regression 0.006508 Akaike info criterion -6.961823

Sum squared resid 0.001016 Schwarz criterion -6.395825

Log likelihood 141.7937 Hannan-Quinn criter. -6.762282

Durbin-Watson stat 1.851999

* p-value incompatible with t-Bounds distribution.

Universitas Sumatera Utara