ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di...

97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Diajukan oleh IIN ANANINGSIH H0304076 Kepada : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di...

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Diajukan oleh

IIN ANANINGSIH

H0304076

Kepada :

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penyusun panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, karunia, hidayah, dan kemudahan-Nya kepada

penyusun sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Laporan penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pertanian untuk jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penyusun tak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Unruk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Agustono, Msi. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP. Selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai pembimbing

akademik dan pembimbing utama yang telah memberikan kemudahan,

bimbingan, dukungan, semangat, kritik, dan masukan yang sangat berharga

bagi penulis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Selaku pembimbing pendamping yang

telah bersedia memberikan bantuan, kemudahan, pengarahan serta bimbingan

sehingga penyusun dapat melewati masa perkuliahan sampai penyusunan

laporan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. Selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan serta bantuan dalam penyusunan laporan

penelitian ini.

6. Kepala Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo yang telah

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

memberikan bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang

diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

7. Bapak (Sadiyo) dan ibu (Giyem) yang selalu setia menjadi pemberi semangat

dan mendoakan di setiap langkah penyusun, serta seluruh keluarga besar

Bapak Sonodiharjo.

8. Mz. Bekti atas semua doa, semangat, dan dukungan yang telah diberikan pada

penyusun dan memberi warna dalam hidup penyusun..

9. Sahabat-sahabatku syta, vea&nui yang selalu ada dan memberikan dukungan

serta semangat kepada penyusun.

10. Teman-teman Agrobisnis Angkatan 2004 terimakasih untuk kebersamaannya,

specially yang masih tersisa “trimakasih buat smangatnya....!!”

11. Semua pihak yang telah membantu sehingga penyusun mampu menyelesaikan

laporan penelitian ini.

Penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan yang dilakukan

dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari segi penyajian maupun

pembahasannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun yang dapat membantu dalam memperbaiki pembuatan laporan

penelitian selanjutnya.

Akhirnya penyusun berharap semoga laporan penelitian yang jauh dari

sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi

penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Surakarta, April 2011

Penyusun

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

RINGKASAN ................................................................................................... xi

SUMMARY ...................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Perumusan masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

D. Kegunaan Penelitian………………….………… ................................. 6

II. LANDASAN TEORI.................................................................................. 7

A. Penelitian Terdahulu ……………… ..................................................... 7

B. Tinjauan Pustaka …………………… ................................................... 9

1. Komoditas Telur .............................................................................. 9

2. Analisis Permintaan ......................................................................... 11

3. Elastisitas Permintaan ...................................................................... 17

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................... 24

D. Hipotesis................................................................................................. 28

E. Asumsi-asumsi ………………………… .............................................. 28

F. Pembatasan Masalah ……………………… ......................................... 28

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 28

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 31

A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 31

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................... 31

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 31

D. Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 32

E. Metode Analisis Data ............................................................................. 32

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam .................................................................................... .. 39

B. Keadaan Penduduk ................................................................................ 40

C. Keadaan Sarana Perekonomian ............................................................. 43

D. Keadaan Umum Peternakan .................................................................... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 46

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ............................................................... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 78

B. Saran ....................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 ........................................................................................................ 3

2. Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008 5

3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart ............................................... 10

4. Unsur Gizi pada Telur ............................................................................ 11

5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun 2007-2008 ........................................................................................................ 31

6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003 – 2008 ... 40

7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur Tahun 2008 41

8. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 .......................................................................... 42

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008............................................................................................. 43

10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 44

11. Produksi Telur, Susu, dan Daging di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................................................ 45

12. Perkembangan Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ................................................................................... 47

13. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 .............................................................................................. 49

14. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ........................................................................................................ 51

15. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ................................................................................... 53

16. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ........................................................................................................ 55

17. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 .............................................................................................. 57

18. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009 .............................................................................................. 59

19. Hasil Analisis Varians Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Selama Penelitian .................................................................. 61

20. Hasil Analisis Uji – t Masing-masing Variabel Bebas ........................... 62

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

21. Hasil Analisis Standar Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas ...... 63

22. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo 66

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Permintaan Telur. ........................................................................ 14

2. Kurva Permintaan .................................................................................. 15

3. Pergeseran Kurva Permintaan ................................................................ 15

4. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0) ............................... 18

5. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1) ................................................ 18

6. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). .............................................. 19

7. Permintaan elastis (elastisitas > 1). ........................................................ 19

8. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga) ......................... 20

9. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah. ............................................ 25

10. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ........................................................................................... 48

11. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ........................................................................................... 50

12. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo (1994-2009). ........................................................................................... 52

13. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 ................................................................................... 54

14. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 .............................................................................................. 56

15. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009 .............................................................................................. 58

16. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009 .............................................................................................. 60

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Variabel Tak Bebas dan Variabel Bebas................................................ 82 2. Descriptive Statistic ............................................................................... 83 3. Correlations ............................................................................................ 83 4. Variables entered/Removed ................................................................... 84 5. Model Summary ..................................................................................... 84 6. Anova ..................................................................................................... 84 7. Coefficients ............................................................................................ 85 8. Coefficients Correlations ....................................................................... 85 9. Residuals Statistic. ................................................................................. 85 10. Casewise Diagnostics ............................................................................. 86 11. Perhitungan Standar Koefisien Regresi ................................................. 87 12. Surat Ijin Penelitian ................................................................................ 88 13. Peta Kabupaten Sukoharjo ..................................................................... 89

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Iin Ananingsih. H0304076. Tahun 2011. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dan menganalisis elastisitas permintaan telur ayam ras di,Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kabupaten Sukoharjo digunakan sebagai lokasi penelitian karena berpotensi dalam konsumsi dan pemasaran telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh persamaan: Qdt = -13,968 X1t

0,104 X2t - 0,336 X3t

-0222 X4t0,273 X5t

2,055 X6t0,240

Model tersebut memiliki nilai R2 adjusted sebesar 94,5% berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo sebesar 94,5% sedangkan sisanya 5,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta secara signifikan pada tingkat kepercayaan 90%.

Koefisien elastisitas harga telur ayam ras (0,104) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis. Elastisitas silang harga telur itik (-0,336) dan harga daging ayam ras (-0,222), nilai elastisitas bertanda negatif berarti merupakan barang komplementer bagi telur ayam ras. Elastisitas silang harga beras (2,055) menunjukkan beras merupakan subtitusi bagi telur ayam ras. Sedangkan elastisitas pendapatan (0,240) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya pemerintah Kabupaten Sukoharjo lebih meningkatkan pembinaan peternakan ayam ras petelur dalam kemampuan dan ketrampilan baik teknis maupun sosial ekonomi untuk meningkatkan pendapatan peternak serta meningkatkan produksi. Sehingga mampu mencukupi kebutuhan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Iin Ananingsih. H0304076. Year 2011. The Demand Analysis of Purebred Chicken’s Eggs in Sukoharjo Regency under guidance of Ir. Sugiharti Mulya H, MP and Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

This research has purposes, such as to examine the factors influencing the demand of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency and to analyze the demand forecast of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency. The basic method used in this research is descriptive method while the sampling of research location is done purposively. Sukoharjo Regency becomes the location of this research because of its potential in the purebred chicken’s egg consuming and marketing.The basic method used in this research is descriptive. The type of data used are secondary data. The method of analysis used to estimate the demand function is non-linear regression method with classical assumptions.

According to the result of data analysis, it can be obtained that the equation is:

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t

- 0,336 X3t -0222 X4t

0,273 X5t 2,055 X6t

0,240

That model has value of R2 adjusted 94,5%. It means that the big of variable contribution, such as purebred chicken’s egg cost, duck’s egg cost, purebred chicken’s meat cost, rice cost, population, and income per capita to the variation of purebred chicken’s egg demand in Surakarta City is 94,5%, while the remain (5,5%) is influenced by other variables outside of the examined variables.

As can be seen in the test F, the variables used influence evidently to the demand of purebred chicken’s egg in Surakarta City at the same time. It is significantly to the trust level of 90%.

Elasticity coefficient of purebred chicken’s egg cost (0,104), this coefficient is called inelastic because it is less than one. Cross elasticity of duck’s egg cost (-0,336), and purebred chicken’s meat cost (-0,222), those elasticity values are negative so that variables become the complementer goods for purebred chicken’s egg. Cross elasticity of rice cost (2,055) shows that rice become subtitution for purebred chicken’s egg. Then, the elasticity of the income (0,240) shows that purebred chicken’s egg become normal goods.

The suggestion is that the government of Sukoharjo Regency should be increase the counseling of laying pullet-purebred chicken husbandry in the ters of ability and skills either technically or economic socially to increase the breeder’s income and to increase the production. The purpose is the ability to fulfill the needs of purebred chicken’s egg in Sukoharjo Regency.

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Iin Ananingsih

H0304076

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 26 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP Erlyna Wida Riptanti, SP.MP Prof. Dr. Ir. Suprapti S, MP. NIP.196506261990032001 NIP. 197807082003122002 NIP. 194808081976122001

Surakarta, April 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MSi NIP. 19551217 198203 1 003

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peternakan merupakan kegiatan usaha yang menerapkan prinsip

manajemen dan kewirausahaan pada aspek teknis beternak yang selaras

dengan berlandaskan ilmu peternakan yang benar agar tujuan usaha dapat

tercapai. Untuk mewujudkan tujuan ini, peternak mengusahakan sumber daya

yang ada, baik secara menyewa maupun yang dibeli (Rasyaf, 2000).

Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, pertambahan

jumlah penduduk, serta perbaikan pendidikan terjadi kecenderungan

peningkatan konsumsi bahan makanan sumber protein, khususnya protein

hewani seperti produk perikanan dan peternakan. Kecenderungan peningkatan

konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari ternak telah

mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan

baru lagi bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Secara umum keberhasilan pembangunan peternakan dicerminkan

oleh meningkatnya populasi produksi ternak, hasil-hasil ternak, pemenuhan

gizi hewani yang semakin baik bagi masyarakat, serta membesarnya

kontribusi pendapatan subsektor peternakan dalam pendapatan sektor

pertanian. Subsektor peternakan mencakup kegiatan ternak itu sendiri dan

pengusahaan hasil-hasilnya yang meliputi produksi ternak-ternak besar dan

kecil, telur, susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan (Dumairy, 1997).

Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki

kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur adalah salah satu

sumber protein hewani disamping daging, ikan, dan susu. Poerwosoedarmo

dan Djaelani Sediaoetama (1997) juga mengemukakan bahwa telur merupakan

bahan makanan yang bernilai gizi tinggi dan relatif murah dibandingkan

sumber protein yang lain, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

Besarnya kandungan kalori, protein, dan lemak tiap 100 gram tiap bagian yang

dimakan dari telur adalah kandungan kalori 162; lemak 12,8; dan protein

sebesar 11,5 kal.

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan

dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan

protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program

pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak.

Menurut Suprapti (2002) telur sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak pada

masa pertumbuhan, ibu hamil maupun menyusui, serta mereka yang sedang

dalam masa penyembuhan dari suatu penyakit. Dengan demikian telur sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Telur yang biasa diperdagangkan di Indonesia hingga saat ini adalah

telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik, dan telur puyuh. Namun dari

sekian jenis telur yang dipasarkan, konsumsi telur ayam ras yang paling tinggi

dan diminati konsumen. Hal ini disebabkan cara mendapatkan telur ini mudah

karena ketersediaannya di pasar selalu ada, harganya murah sehingga

terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, serta mempunyai produksi yang

terbanyak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat, apabila tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi telur, maka akan terjadi kekurangan

persediaan telur sehingga mengakibatkan harga telur mahal.

Telur ayam ras mempunyai permintaan yang tinggi dan terus

meningkat serta mempunyai pangsa pasar yang luas. Sampai saat ini

permintaan akan telur ayam ras masih mengikuti “pola hari raya”. Apabila

menjelang hari raya, permintaan telur ayam ras naik sehingga mengakibatkan

harga pasar naik. Apabila harga naik akibat permintaan tersebut berjalan

cukup lama tentu peternak tertarik untuk memproduksikan telur lebih banyak,

sehingga menyebabkan penawaran telur lebih tinggi dan harga menjadi turun.

Maka hal inilah yang menyebabkan harga telur hingga kini masih turun naik

mengikuti pola hari raya (Rasyaf, 1996).

Informasi mengenai keadaan pasar yang berkaitan dengan permintaan

konsumen terhadap telur ayam ras sangat diperlukan oleh peternak dalam

pengaturan produksi dan penjualannya. Tanpa adanya informasi mengenai hal

tersebut maka perencanaan produksi dan penjualan dapat meleset atau bahkan

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya perkiraan

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

terhadap permintaan telur ayam ras di masa yang akan datang sehingga dapat

membantu dalam perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan terhadap

telur ayam ras tersebut dan dapat membantu pemerintah daerah dalam

perencanaan penyediaan telur ayam ras.

Konsumsi telur ayam ras cenderung mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun meskipun sifatnya fluktuasi, artinya permintaan telur ayam ras

pada waktu-waktu tertentu mengalami peningkatan seperti pada hari raya

lebaran atau hari raya lainnya dan permintaan akan menurun pada hari-hari

biasa. Perubahan permintaan telur ayam ras yang terjadi hampir setiap hari

menyebabkan fluktuasi permintaan telur yang bersifat harian. Demikian juga

halnya yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Harga telur ayam ras yang

cenderung berubah-ubah setiap hari menyebabkan permintaan telur juga tidak

stabil.

Kabupaten Sukoharjo adalah daerah yang cukup potensial untuk

pemasaran telur ayam ras. Hal ini terlihat pada Tabel 1 dimana permintaan

terhadap telur ayam ras cenderung meningkat.

Tabel 1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah Permintaan (kg) Harga (Rp/Kg) 1 2003 5.544.860 6.891,70 2 2004 5.765.301 5.589,52 3 2005 5.851.722 5.325,08 4 2006 5.954.302 5.334,13 5 2007 6.201.251 4.631,44 6 2008 6.320.215 5.027,08

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Menurut tabel 1 dapat diketahui bahwa permintaan Telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 mengalami

peningkatan. Jumlah permintaan telur ayam ras yang cenderung meningkat

setiap tahunnya ini dapat dipenuhi dengan produksi dari Kabupaten Sukoharjo

ini sendiri. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan telur ayam ras dari

tahun 2003 sampai dengan 2008.

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 2 Produksi Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Periode 2003-2008

No Tahun Jumlah produksi (kg) 1 2003 5.757.568 2 2004 5.777.195 3 2005 5.813.502 4 2006 5.908.815 5 2007 5.967.140 6 2008 5.983.095

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo (2009)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa produksi telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo cenderung meningkat dan dapat memenuhi permintaan

masyarakat di Kabupaten Sukoharjo sehingga kelebihan dari produksi

biasanya akan dipasarkan ke daerah sekitar.

Harga telur dan harga daging ayam mengalami kenaikan rata-rata Rp

2.000 perkg. Bahkan, kenaikan harga ini diprediksi hingga menjelang Lebaran

pada tahun 2009. Hasil pantauan, harga telur di tingkat agen mencapai Rp 180

ribu per peti, dengan asumsi setiap petinya berisi 15 kg. Di tingkat pengecer

dan toko pracangan rumah tangga, harga jual telur berkisar antara Rp 14.000

perkg. Harga telur itu dirasakannya terus naik setiap harinya, mulai dari harga

semula Rp 11 ribu perkg. Hampir bisa dipastikan, harga telur berubah

menyesuaikan tingkat permintaan di pasaran. Kondisi ini biasanya akan terus

terjadi hingga menjelang hari raya Idul Fitri.

Hal ini karena permintaan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri

kecil yang mengalami kenaikan. Meningginya harga telur ini hampir merata di

semua pasar tradisional di Sukoharjo. Harga jual telur ini rata-rata berkisar

antara Rp 13.000 sampai Rp 13.500 perkg. Harga ini akan terus naik menjadi

Rp 14.000 perkg apabila dijual eceran. Sebab, di tingkat pengecer biasanya

konsumen membeli dalam jumlah sedikit. Misalnya, seperempat kg yang

berisi rata-rata 4 hingga 5 butir.

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Perumusan Masalah

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi

pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar

kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu

sendiri, harga substitusi atau harga komplementernya, selera dan keinginan,

jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah penduduk dan

penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap permintaan barang di pasaran,

maka fungsi permintaan terhadap barang juga dipengaruhi oleh variabel ini

(Soekartawi, 1993).

Telur ayam ras merupakan salah satu produk peternakan yang banyak

manfaatnya selain sebagai sumber protein hewani juga dapat diolah menjadi

berbagai macam masakan, lauk pauk, campuran pembuatan kue serta dengan

harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya,

memiliki permintaan yang terus meningkat.

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil telur ayam ras

yang menjadi salah satu hasil peternakan unggulan di kabupaten ini.

Produksinya mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten

Sukoharjo, apalagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti

pentingnya konsumsi gizi terutama protein hewani. Kebutuhan protein hewani

ini salah satunya dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi telur ayam ras. Hal ini

menjadikan telur ayam ras sebagai kebutuhan sehari-hari. Sehingga dapat

dipastikan bahwa permintaan telur ayam terutama telur ayam ras akan

semakin tinggi.

Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo yang selalu

berubah terus-menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras

menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktusinya tidak terlalu tinggi.

Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun

biasanya faktor harga dapat mempengaruhi keputusan beli dari konsumen

tersebut sehingga permintaan juga berubah-ubah jumlahnya.

Terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, dimana permintaan akan

kebutuhan telur ayam terus mengalami peningkatan dimulai sejak awal bulan

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Ramadhan, karena meningkatnya kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dimulai

dari konsumsi untuk makan sehari-hari maupun sampai ke produksi kue-kue

untuk mencukupi kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Terkait dengan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengkaji masalah permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dengan

mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana elastisitas permintaan telur ras di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisa besarnya elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh derajat Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Sukoharjo serta

menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sukoharjo, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menyusun kebijakan di bidang

peternakan dan upaya penyediaan telur ayam ras.

3. Bagi peternak ayam ras petelur, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan produksi dan penjualan.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan

yang sama

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Junaedi (1999) yang berjudul “Analisis Permintaan

Telur Ayam Ras di Kabupaten Blora”, jenis data yang digunakan adalah data

sekunder, sedangkan analisis data menggunakan metode analisis regresi linier

berganda dengan data time series selama 15 tahun. Variabel yang digunakan

adalah pendapatan perkapita (X1), harga relatif telur ayam ras (X2), harga

relatif telur itik (X3), harga relatif telur bukan ayam ras (X4), harga relatif ikan

asin (X5), dan harga beras kualitas sedang (X6) dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan per

kapita merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam terjadinya

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Blora. Telur ayam ras merupakan

barang normal dan harga beras kualitas sedang tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan telur ayam ras.

Berdasarkan penelitian dari Viarka Kresnawati (2010) yang berjudul

‘Analisis Permintaan Telur Ayam Di Kota Surakarta’, tujuan dari

penelitiannya adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel

yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta

menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Metode

dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih

secara sengaja (purposif) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data

sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double

logarithmic. Hasil analisis menunjukkan model fungsi permintaan telur ayam

di Kota Surakarta memiliki nilai R2 adjusted sebesar 0,984 yang berarti 98,4%

permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variable bebas

yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan

jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel

lain di luar model. Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

bahwa signifikansi sebesar 0,000 yang berarti variabel-varabel bebas yang

diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur

ayam di Kota Surakarta. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa harga telur

ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah

penduduk, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu

terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan

95%. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam di Kota Surakarta karena mempunyai nilai standar

koefisien regresi paling besar. Berdasarkan nilai elastisitas harga, permintaan

telur ayam bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, telur itik dan

daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan

barang komplementer. Berdasarkan nilai elastisitas pendapatan, telur ayam

merupakan barang normal.

Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul ”Proyeksi

Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta” metode yang digunakan

adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja (purposive). Analisis yang digunakan dengan menggunakan

metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk logaritma berganda,

sedangkan proyeksi permintaan telur ayam ras menggunakan analisis trend

dengan metode linear least square. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita

berpengaruh nyata tehadap permintaan telur ayam ras. Koefisien elastisitas

harga telur ayam ras (-0,891) karena kurang dari satu maka bersifat inelastis.

Elastisitas silang harga telur itik (0,933) dan harga daging ayam ras (0,292),

nilai elastisitas bertanda positif berarti merupakan barang substitusi bagi telur

ayam ras. Elastisitas silang harga beras (-0,437) menunjukkan beras

merupakan komplementer bagi telur ayam ras. Sedangkan elastisitas

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pendapatan (0,180) menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang

normal.

Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan telur ayam ras antara lain harga telur ayam ras,

harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan

pendapatan per kapita. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dijadikan variabel

dalam mengukur elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan

untuk mengetahui tingkat kepekaan masing-masing variabel terhadap

permintaan telur ayam ras. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder,

sedangkan analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square)

dalam bentuk regresi linier berganda dengan data time series selama 15 tahun.

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Telur

Telur adalah bahan makanan, yang dipersiapkan unggas untuk

keperluan bekal anaknya, sebelum ia mampu menghirup udara luar. Telur

dihasilkan dari pembuahan sel telur pada hewan betina oleh sperma yang

berasal dari hewan jantan. Dan karena embrio yang terbentuk ini nantinya

ditujukan untuk membentuk hewan baru, maka pada isi telur terkandung

bahan-bahan atau zat-zat yang tidak berbeda dengan hewan pembentukan

(induk). Dari beragam telur yang dihasilkan berbagai jenis hewan, telur

unggas (ayam kampung, ayam ras, puyuh, dan itik) merupakan jenis telur

yang paling banyak dikenal dan dikonsumsi orang. Unggas-unggas ini

relatif mempunyai siklus hidup yang relatif pendek, sehingga dalam waktu

singkat bisa berproduksi (misalnya umur 5-6 bulan ayam sudah bertelur)

(Sarwono et al, 1985).

Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume

besar dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana

penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih

telur, dan kuning telurnya. pengklasifikasiannya yaitu:

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau

berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur

sepanjang 0,32 cm. Putih telur putih dan kental serta kuning telurnya

bersih dan tanpa ada kotoran.

b. Kualitas A

Kulit telur harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus, dan

normal. Rongga udara 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari

telur. Bagian putih telurnya bersih dan boleh agak encer, sedangkan

kuning telurnya normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan boleh agak tidak normal,

misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur

bersih dan sudah lebih banyak yang encer. Kuning telur normal tetapi

boleh ada bercak.

d. Kualitas C

Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak retak/pecah

dan boleh tidak normal. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur

sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur

sudah mengandung bercak-bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak

normal lagi atau sudah pipih (Buckle, et al,.1985).

Sebagian besar telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum

dikarenakan faktor genetis. Setiap induk bertelur berturutan dengan bentuk

yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya. Pada Tabel 3 di

bawah ini disajikan spesifikasi telur yang standart, yaitu:

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Tabel 3. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart

Parameter Ukuran Bobot (ons) Bobot (gram) Volume (cm3) Gravitas khusus Panjang keliling (cm) Lebar keliling (cm) Indeks bentuk Luas permukaan (cm2)

2,00 56,70 63,00 1,09

15,70 13,70 74,00 68,00

Sumber: Suprijatna, et al,. 2005.

Telur tersusun atas air sebesar 45% dari kerabang telur. Isi telur

mengandung sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian

padat hampir seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar

separuh dari yolk berupa air, tetapi bagian padat tersusun dari sebagian

besar lemak, protein, vitamin dan mineral (Suprijatna, et al,. 2005).

Untuk lebih jelasnya pada Tabel 4 di bawah ini tertera komposisi

telur yang dikeluarkan dari induk ayam:

Tabel 4. Unsur Gizi pada Telur

Unsur Gizi Pada Putih Telur (%)

Pada Yolk (%) Keseluruhan

Air Protein Lemak Abu

87,8 - 87,9 10,0 - 10,6 0,005 - 0,9 0,8 - 0,9

48,7 - 49,0 16,6 - 16,7 31,6 - 32,6 1,5 - 1,1

65,5 - 65,6 11,9 - 12,1 9,3 - 10,5 0,9 - 10,9

Sumber: Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991

Protein sebagai kriteria utamanya terlihat banyak pada yolk. Hal ini

diperlukan karena kelak yolk ini digunakan untuk pembentukan bagian

dalam dari tubuh ayam ( bila telur ada tunasnya dan ditetaskan)

(Orr dan Fletcher, 1973 cit Rasyaf, 1991).

2. Analisis Permintaan

Menurut Kartasapoetra et al (1988), permintaan merupakan maksud

dan keinginan para pembeli/konsumen untuk memiliki sesuatu kuantitas

produk atau jasa pada harga tertentu di dalam pasaran tertentu dan pada

waktu tertentu.

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat

harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian

sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa

yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut

mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah

penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis

barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau

harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya

beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif

(effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas

kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial

(absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan dua pengertian:

permintaan dan jumlah barang yang diminta. Didalam analisis ekonomi,

permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan antara harga

dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah

barang yang diminta pada suatu tingkat tertentu (Sukirno, 2000).

Permintaan menunjukkan jumlah produk yang diinginkan dan

mampu dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka

waktu tertentu dan hal lain diasumsikan konstan. Hukum permintaan

menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode

tertentu berubah berlawanan dengan harganya jika hal lain diasumsikan

konstan (McEachern, 2000).

Teori permintaan sebenarnya diturunkan dari fungsi kegunaan dan

kurva indeferens. Fungsi kegunaan didasarkan pada asumsi bahwa

seseorang konsumen sanggup menyatukan suatu kombinasi barang-barang

yang dikonsumsinya dimana dapat memberikan kepuasan yang lebih

tinggi, sama atau lebih rendah daripada kombinasi lainnya (Hanafiah dan

Saefuddin, 1983). Ditambahkan oleh Nicholson (1992), permintaan

konsumen merupakan suatu interaksi antara dua kekuatan, yaitu (1) bahwa

konsumen diasumsikan memiliki preferensi atau minat pada komoditi, dan

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(2) konsumen diasumsikan mempunyai pendapatan yang terbatas yang

membatasi kemampuan membeli komoditi-komoditi tersebut.

Jumlah total dari suatu komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah

tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. Ada 3 hal

penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama, jumlah yang

diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Jumlah ini menunjukkan

berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu

suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera, dan sebagainya.

Kedua, apa yang diinginkan tidak berarti impian hampa atau

kemungkinan di masa depan, tetapi menerangkan permintaan efektif, yaitu

jumlah orang yang ingin membeli pada harga yang berlaku untuk

komoditi tersebut. Ketiga, jumlah yang diminta menunjukkan arus

pembelian yang terus-menerus. Oleh karena itu, jumlah yang diminta

harus dinyatakan berapa banyak untuk suatu jangka waktu tertentu.

Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada

periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini:

a. Harga komoditi yang bersangkutan

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut,

yaitu harga barang subtitusi (barang yang cenderung digunakan

sebagai barang pengganti) dan harga barang komplementer (barang

yang digunakan bersama-sama barang lainnya).

c. Pendapatan rata-rata rumah tangga.

Jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar

maka dapat diperkirakan mereka akan membeli lebih banyak beberapa

komoditi, walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama.

d. Selera.

Akan berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli.

Perubahan selera dapat berlangsung lama.

e. Distribusi pendapatan diantara rumah tangga.

Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali

kepada sejumlah penduduk, maka permintaan dapat berubah.

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

f. Jumlah penduduk.

Pertumbuhan jumlah penduduk itu sendiri belum menciptakan

permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus mempunyai daya

beli sebelum permintaan berubah (Lipsey et al., 1991).

Permintaan menggambarkan hubungan fungsional antara harga

dengan jumlah barang yang diminta. Makin rendah harga suatu barang

maka makin banyak jumlah barang yang diminta oleh konsumen.

Demikian pula sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin

sedikit jumlah barang yang diminta. Hubungan terbalik (negatif) ini

dikenal dengan nama hukum permintaan. Hubungan terbalik antara jumlah

barang yang diminta dengan harga dapat dijelaskan dengan 2 keadaan :

a. Jika harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang

pengganti (subtitute), barang pengganti tersebut akan dibeli apabila

mereka menginginkan tingkat kepuasaan yang lebih tinggi dari setiap

rupiah uang yang dibelanjakan daripada mereka membeli barang yang

pertama.

b. Jika harga naik pendapatan merupakan kendala atau pembatas yang

lebih banyak (Arsyad,1991).

Harga barang lainnya terdiri dari harga barang subtitusi dan

komplementer. Barang subtitusi adalah barang-barang yang dapat saling

menggantikan satu sama lain dalam konsumsi. Sedangkan barang

komplementer adalah barang-barang yang digunakan bersama dalam

pengertian bahwa para individu akan menambah pemakaian atas kedua

barang itu secara serempak. Barang X dan Y disebut barang komplemen

jika kenaikan harga barang X menyebabkan harga barang Y lebih sedikit

diminta. Keduanya merupakan barang subtitusi jika kenaikan harga barang

X menyebabkan harga barang Y lebih banyak diminta (Nicholson, 1992).

Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang

diinginkan dan dapat dibeli konsumen di pasar dengan berbagai tingkat

harga. Dalam hal ini, semakin tinggi harga telur akan semakin sedikit telur

yang diminta. Bila harga telur naik, banyak orang yang mengalihkan

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

keinginan untuk mengkonsumsi protein hewan. Tetapi bila harga telur

turun akan menarik perhatian untuk membuat menu harian lebih lengkap,

telur akan menjadi hidangan rutin. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam

kurva permintaan telur di bawah ini

Harga Komoditi (Rp/Kg)

Komoditi (Kg)

Gambar 1. Kurva Permintaan Komoditi (Rasyaf, 1991).

Konsep permintaan digunakan untuk menunjukkan keinginan-

keinginan (intentions) seorang pembeli pada suatu pasar. Sementara itu,

fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang

yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Fungsi

permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (harga produk X, harga barang-barang saingan, harapan akan

adanya perubahan-perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan

preferensi, dan lain-lain) (Arsyad, 1991).

Menurut Sudarsono (1983), kurva permintaan mempunyai

kemiringan yang menurun, menunjukkan bahwa bila harga turun, akan

lebih banyak yang dibeli atau disebut hukum permintaan. Bilamana salah

satu dari kondisi “Cateris paribus” berubah, maka seluruh kurva

permintaan akan bergeser atau disebut dengan perubahan permintaan

sebagai lawan dari perubahan jumlah yang diminta, yang merupakan

pergeseran kurva permintaan, seperti ditunjukkan gambar berikut ini

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Harga P3

P2 P0

D0 D1

O Q3 Q0 Q2 Q1 Q (kuantitas)

Gambar 2. Kurva Permintaan Sumber : Sudarsono (1983)

Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang

adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah

barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta

sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat.

Dengan demikian hukum permintaan berbunyi:

Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang

bersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin

sedikit jumlah barang yang bersedia diminta.

Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini:

Harga

D2 D0 D1

Kuantitas per periode

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan Sumber : Lipsey et al (1991).

Pergeseran mengacu pada perubahan sepanjang kurva. Pada kurva

permintaan, sebuah pergeseran menunjukkan perubahan baik harga dan

kuantitas yang diminta dari satu titik ke titik lain pada kurva. Pergeseran

ini menyiratkan bahwa hubungan permintaan tetap konsisten. Oleh karena

itu, sebuah pergeseran sepanjang kurva permintaan akan terjadi ketika

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

harga perubahan yang baik dan kuantitas yang diminta perubahan sesuai

dengan permintaan hubungan asli. Dengan kata lain, pergeseran terjadi

bila ada perubahan pada kuantitas yang diminta hanya disebabkan oleh

perubahan harga, dan sebaliknya.

3. Elastisitas Permintaan

Elastisitas adalah derajad kepekaan kuantitas yang diminta atau

ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi

permintaan (penawaran). Elastisitas biasanya menjelaskan respon atau

perubahan kuantitas yang diminta jika harga, pendapatan atau faktor-faktor

lainnya berubah. Respon kuantitas penting karena hal tersebut

mempengaruhi harga dipasar (Arsyad, 1995).

Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan

jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari

variabel yang mempengaruhi. Digunakannya satuan persentase dalam

mengukur elastisitas adalah untuk menyeragamkan suatu barang yang

diminta, karena beberapa ada yang diukur menggunakan satuan kilogram,

kwintal, meter, dosin, dan lainnya, sehingga dengan menggunakan

persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan

harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam

persentase maka perbedaan satuan tersebut tidak menjadi masalah

(Nicholson, 1992).

Ada lima jenis elastisitas permintaan

1. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0). Perubahan harga tidak

mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya

berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun

harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh

barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun

harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik

pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan,

pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan

contoh lainnya yang sejenis.

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 4. Permintaan tidak elastis sempurna (elastisitas = 0) 2. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak

elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya

beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi

beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat

dihemat penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan

harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak

akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena

konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh

lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat

penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan

harganya. Ini karena tetap dibutuhkan bensin untuk bepergian. Sama

halnya, ketika harganya turun, tidak mungkin bepergian terus menerus

demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang

seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.

Gambar 5. Permintaan tidak elastis (elastisitas < 1)

Harga

Quantities Ed = 0

Tidak elastis sempurna

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang

elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis

permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan

elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat

dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.

Gambar 6. Permintaan uniter elastis (elastisitas = 1).

4. Permintaan elastis (elastisitas > 1). Prosentase perubahan kuantitas

permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk

yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan,

dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah

menemukan barang penggantinya.

Gambar 7. Permintaan elastis (elastisitas > 1).

Harga

Quantities Ed = 1

Uniter elastis

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

5. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga). Dimana pada

suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di

pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan

menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh

produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya

barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki

karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau

diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar

barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya

saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata

berharga 1000-1500). Jika pergi ke supermarket untuk membeli paperclip,

misalnya, cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-

satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana

akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga

rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual

paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke

nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda,

memberikan fungsi yang sama (Anonima, 2010).

Gambar 8. Permintaan elastis sempurna (elastisitas tak terhingga)

Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

elastisitas suatu produk, antara lain:

a. Banyaknya produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga

kompetitif dimana semakin banyak produk subtitusi yang tersedia di

Harga

Quantities Ed = 0

Elastis sempurna

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu

menjadi semakin elastis.

b. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih

elastis dalam jangka panjang daripada jangka pendek.

c. Masa pakai dari produk, semakin lama masa pemakaian untuk suatu

produk yang bermasa pakai lama maka elastisitas produk tersebut

semakin tinggi.

d. Derajat kepentingan atau kebutuhan terhadap produk.

e. Range penggunaan dari produk.

f. Prosentase anggaran konsumen yang dibenjakan untuk produk.

(Gasperz, 1999)

Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya respons jumlah

permintaan suatu barang terhadap perubahan variable yang

mempengaruhi, dihitung sebagai perubahan persentase jumlah permintaan

dibagi dengan perubahan persentase variable yang mempengaruhi atau

dengan kata lain perbandingan (rasio) antara persentase perubahan jumlah

barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Dengan

demikian elastisitas permintaan mengukur derajat kepekaan perubahan

jumlah yang diminta terhadap perubahan harga. Terkait dengan

permintaan dijumpai beberapa jenis elastisitas, antara lain:

a. Price elasticity of demand (elastisitas harga)

b. Cross elasticity of demand (elastisitas silang)

c. Income elasticity of demand (elastisitas pendapatan).

(Anonim, 2010b)

Pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam

analisis elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas Pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen juga merupakan determinan yang

penting dalam permintaan. Kita dapat mengukur kepekaan perubahan

dari permintaan akan suatu komoditi terhadap konsumen dengan

menggunakan elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

elasticity of demand) yang memegang variabel lain dalam persamaan

permintaan konstan, termasuk harga.

f颇= perubahanpersentasedalamjumlah(Q)perubahanpersentasedalampendapatan(I) = ∆Q Q²∆ I I²

(Salvatore, 2001).

Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang

menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah pendapatan.

Kriterianya seperti berikut ini:

Terminologi Elastisitas Pendapatan

Istilah Ukuran Elastisitas

Keterangan

Barang inferior Negatif Jumlah yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Barang normal: terhadap pendapatan inelastis terhadap pendapatan elastis

Positif

0 < Ed < 1

Ed > 1

Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik: Lebih kecil daripada proporsi kenaikan pendapatan. Lebih besar daripada proporsi kenaikan pendapatan.

Sumber : Lipsey et al., 1991

b. Elastisitas Harga

Elastisitas harga dari permintaan mengukur tanggapan kuantitatif

dari permintaan terhadap perubahan harga. Elastisitas harga dari

permintaan ( de )didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam

kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan pada

harga. Elastisitas harga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

f聘= perubahanpersentasedalamjumlah(Q)perubahanpersentasedalamharga(P) = ∆Q Q²∆P P²

(Samuelson dan Nordhaus, 2003)

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1) Bila de < -1 dikatakan bahwa permintaan elastis, maka proporsi

kenaikan harga lebih besar daripada proporsi penurunan jumlah.

Jika sebuah kurva disebut elastis maka harga mempunyai pengaruh

yang besar terhadap jumlahnya.

2) Bila de = -1 dikatakan bahwa permintaan unit elastis, maka harga

tidak mempunyai pengaruh yang besar atas jumlah yang diminta

3) Bila de > -1 dikatakan inelastis, maka harga tidak mempunyai

pengaruh terhadap jumlahnya (Nicholson, 1992).

Elastisitas harga sangat tergantung pada ketersediaan dan derajat

substitusi. Jika suatu produk mempunyai banyak substitusi dekat, maka

permintaannya akan elastis terhadap perubahan harga. Jika pendefisian

produk menjadi sempit maka barang tersebut mempunyai

kecenderungan untuk mempunyai banyak substitusi dan

permintaannya akan elastis terhadap harga. Petrmintaan barang yang

mahal mempunyai kecenderungan harga elastisitas harga yang tinggi

(Sunaryo, 2001).

c. Elastisitas Silang

Permintaan akan suatu komoditi bergantung pada harga dari

komoditi yang berhubungan (subtitusi atau komplementer). Kita dapat

mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan komoditi X

terhadap perubahan harga dari komoditi Y dengan menggunakan

elastisitas silang (cross-price elasticity of demand) f魄= persentaseperubahandalamjumlahkomoditiXpersentaseperubahandalamhargakomoditiY

(Salvatore, 2001).

Elastisitas (harga) silang adalah persentase perubahan kuantitas

X yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang Y (yang

mempunyai hubungan) sebesar satu persen. Nilai elastisitas silang bisa

positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk

menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini seperti yang

terdapat dibawah ini.

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Interpretasi Elastisitas Silang Elastisitas Golongan barang Interpretasi Positif Nol Negatif

Subtitusi Independent Komplementer

Barang-barang biasa saling mengganti satu sama lain Barang-barang tersebut tidak berhubungan dalam pengkonsumsinya Barang-barang tersebut secara bersama-sama dikonsumsi

Sumber : Arsyad (1995)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk barang subtitusi

mempunyai nilai positif dalam hal ini sebesar > 0, sehingga dalam

penggunaannya dapat mengganti suatu produk dengan fungsi yang

sama. Sedangkan elastisitas < 0 atau negatif berfungsi komplementer

sehingga dalam penggunaannya dapat bersama-sama dengan produk

lain karena dalam fungsi yang berbeda (Arsyad, 1995).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli

dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah

barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya

(Arsyad,1995).

Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak studi empiris atau

penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk fungsi

permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan diri

atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang

menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi

kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinannya,

yang dirumuskan sebagai berikut :

Qd = f (Px, Ps, Pk, Y, JP)

Dimana :

Qd : Permintaan terhadap suatu barang

Px : Harga barang itu sendiri

Ps : Harga barang substitusi (pengganti)

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Pk : Harga barang komplementer (pelengkap)

Y : Pendapatan per kapita

JP : Jumlah penduduk

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan adalah

model regresi non linear berganda. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai

berikut :

Qd = bo. Pxb1 . Psb2 . Pkb3. Yb4.JPb5. eb6

Bentuk fungsi tersebut adalah non linear sehingga untuk

mempermudah proses penaksirannya fungsi permintaan dapat

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga berbentuk :

Ln Qd = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ... + bn ln Xn-1 + e

Keterangan:

Ln Qd : Permintaan

b0 : Konstanta

b1, b2, ..., bn : Koefisien regresi

Ln X1, ln X2, ..., ln Xn-1 : Variabel bebas

e : Faktor lain

Estimasi terhadap fungsi permintaan menggunakan metode kuadrat

terkecil yang biasa (Ordinary Least Square/OLS). Dengan metode ini akan

dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang

minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased

Estimator/BLUE) (Supranto, 2001).

Untuk mencari tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan telur

ayam ras dilakukan dengan cara menghitung elastisitas pendapatan, elastisitas

harga dan elastisitas silangnya. Besarnya nilai elastisitas tersebut dapat

ditunjukkan langsung oleh nilai koefisien regresi variabel penduganya.

Elastisitas pendapatan adalah mengukur bagaimana kuantitas

permintaan merespon terhadap perubahan pendapatan pembeli, dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

f颇= perubahanpersentasedalamjumlah(Q)perubahanpersentasedalampendapatan(I) = ∆Q Q²∆ I I²

Elastisitas harga dimanfaatkan untuk menentukan sifat permintaan

suatu barang, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f聘= perubahanpersentasedalamjumlah(Q)perubahanpersentasedalamharga(P) = ∆Q Q²∆P P²

Elastisitas silang dimanfaatkan untuk menentukan sifat hubungan antar

barang, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: f魄= persentaseperubahandalamjumlahkomoditiXpersentaseperubahandalamhargakomoditiY

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini tentang

kerangka berpikir pendekatan masalahnya:

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

Keterangan : ___________ : Variabel yang diamati _ _ _ _ _ _ _ : Variabel yang tidak diamati

Faktor-faktor Sosial Ekonomi

Faktor Penduduk Faktor Pendapatan

Faktor Harga

Harga barang itu sendiri

Variabel: Jumlah

penduduk

Harga barang lain

Variabel: Substitusi: - Harga telur itik - Harga daging

ayam ras Komplementer - Harga beras

Analisis permintaan

Variabel: Harga telur ayam ras

Variabel: Pendapatan per kapita

Estimasi fungsi permintaan telur ayam ras

Elastisitas permintaan telur ayam ras a). Elastisitas pendapatan b). Elastisitas harga c). Elastisitas silang

Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Selera

Preferensi

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Hipotesis

1. Diduga permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi

oleh harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga

beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk.

2. Diduga permintaan telur ayam ras bersifat elastis.

E. Asumsi-asumsi

1. Konsumen rasional dalam membelanjakan uang dan mempunyai

pengetahuan yang lengkap tentang harga yang sedang berlaku.

2. Selera dan preferensi konsumen tidak diteliti karena tidak dapat diukur

secara kuantitatif sehingga dianggap tetap.

3. Harga barang terjadi pada pasar dengan persaingan sempurna

4. Telur ayam ras yang dikonsumsi masyarakat seluruhnya berasal dari

pembelian dalam bentuk segar.

5. Variabel-variabel lain diluar penelitian yang berpengaruh terhadap

permintaan telur ayam ras tercakup dalam error.

F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian yang dilakukan terbatas pada konsumsi telur ayam ras yang

dibeli dalam bentuk segar oleh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo.

2. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan rentang waktu

antara tahun 1994-2009.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel, yaitu: harga telur

ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, pendapatan

per kapita, dan jumlah penduduk.

4. Harga-harga diperhitungkan berdasarkan harga setempat pada tahun

penelitian.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang diminta oleh

masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang diukur dalam satuan kilogram per

tahun (Kg/Th).

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2. Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk

mendapatkan sejumlah barang dalam hal ini adalah telur ayam ras, ikan

asin, daging ayam ras, dan beras.

3. Harga telur ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan telur ayam ras. Merupakan harga riil rata-

rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

4. Harga telur itik adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen

untuk mendapatkan telur itik. Merupakan harga riil rata-rata yang diukur

dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

5. Harga daging ayam ras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan daging ayam ras. Merupakan harga riil rata-

rata yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

6. Harga beras adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk

mendapatkan beras. Harga beras adalah harga riil rata-rata yang diukur

dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). Dalam penelitian ini beras

yang dimaksud adalah beras jenis IR 64.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi, dilakukan pendeflasian.

Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002 (2002 = 100). Tahun dasar

diasumsikan sebagai tahun dimana kondisi perekonomian dalam keadaan

stabil. Harga-harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus :

Px = A 撵禽A 撵琼xP虐

Keterangan :

Px : Harga yang terdeflasi (RP/Kg)

IHKd : Indeks harga konsumen pada tahun dasar

IHKt : Indeks harga konsumen pada tahun t

Ps : Harga sebelum terdeflasi (Rp/Kg)

(Sukirno, 2001).

7. Pendapatan per kapita adalah pendapatan riil tiap penduduk Sukoharjo

yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam perhitungan

pendapatan per kapita dilakukan pendeflasian dengan menggunakan tahun

dasar 2002 (2002 = 100). Pendapatan terdeflasi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Yt = A捏禽A 琼xYŖúǴ

Keterangan:

Yt : Pendapatan per kapita pada tahun t

IRd : Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt : Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt : Pendapatan absolut per kapita tahun t

8. Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang

diukur dalam satuan jiwa per tahun.

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Metode deskriptif mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan yang ada

pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang telah

dikumpulkan disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998).

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan dengan sengaja

(purposive) yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Daerah penelitian

yang dipilih adalah Kabupaten Sukoharjo karena di daerah tersebut memiliki

potensi pengelolaan dan pengembangan ternak terutama ayam ras petelur.

Dengan pertimbangan memiliki permintaan telur ayam ras yang lebih tinggi

dibanding kabupaten di Karesidenan Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada di

bawah ini.

Tabel 5. Permintaan Telur Ayam Ras di Karesidenan Surakarta Tahun 2007-2008

No Kabupaten 2007 (Kg) 2008 (Kg) 1 Karanganyar 6.067.815 5.908.140 2 Sukoharjo 12.148.068 12.806.425 3 Boyolali 1.471.934 6.265.925 4 Sragen 2.484.369 2.465.795 5 Wonogiri 230.100 370.269 6 Klaten 6.492.862 6.754.872 7 Surakarta 6.268.591 6.356.215

Sumber : BPS Jawa Tengah Dalam Angka (2008)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang dicatat

secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data

sekunder yang digunakan meliputi harga telur ayam ras,harga telur itik, harga

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk di

Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2008. Data ini diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Sukoharjo serta Dinas Perdagangan, Perindustrian dan

Koperasi Kabupaten Sukoharjo.

D. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara :

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, yaitu

dengan cara mancatat data yang ada berbagai instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Adapun instansi yang dijadikan

sumber data dalam penelitian ini adalah Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Sukoharjo, BPS Kota Sukoharjo serta instansi lain

yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

b. Wawancara

Yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara secara langsung

dengan sumber-sumber informan dari instansi maupun lembaga yang

terkait.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 16 tahun

(mulai dari tahun 1994 sampai 2008). Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi harga telur ayam ras, harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dengan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya

Metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi fungsi

permintaan adalah metode non linear berganda dengan asumsi klasik.

Karena jika asumsi klasik terpenuhi, maka penaksiran kuadrat terkecil

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

biasa atau Ordinary Least Square (OLS) dari koefisien regresi adalah

linear, tidak bias, dan mempunyai varians yang minimum sehingga

diharapkan mendapatkan garis penduga (model) yang baik

(Supranto, 1984).

Bentuk fungsi tersebut adalah non linier sehingga untuk

mempermudah proses penaksirannya fungsi permintaan dapat

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sehingga berbentuk :

Ln Qdt = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5

+ b6 ln X6 + e

Keterangan:

ln Qd : Permintaan telur ayam ras (Kg/tahun)

ln bo : Konstanta

b1....b7 : Koefisien regresi

ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp)

ln X2 : Harga telur itik (Rp)

ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp)

ln X4 : Harga beras (Rp)

ln X5 : Pendapatan per kapita (Rp)

ln X6 : Jumlah penduduk (jiwa)

e : Faktor lain

Untuk dapat diperoleh hasil regresi terbaik, maka harus memenuhi

kriteria statistik sebagai berikut:

a. Uji R2 adjusted ( 2R )

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo. Nilai 2R ini mempunyai range antara 0 sampai

1. Nilai 2R semakin mendekati 1 maka regresi tersebut semakin baik

(semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas)

dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

semakin kurang dapat menjelaskan variabel tidak bebas.

Perumusannya adalah sebagai berikut:

( )kN

NRR

--

--=1

11 22

Keterangan:

2R : Koefisien determinasi yang telah disesuaikan

R2 : Koefisien determinasi

N : Jumlah data

k : Jumlah variabel bebas

b. Uji F

Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji F

dengan tingkat signifikansi (a ) tertentu, (a = 10%). Dengan rumus

sebagai berikut:

)/(

)1/(

kNESS

kRSSFhitung -

-= ( )kNkFFtabel --= ;1;a

Keterangan:

RSS : Jumlah kuadrat regresi

ESS : Jumlah kuadrat error

k : Jumlah variabel bebas

N : Jumlah data

Hipotesis yang hendak diuji:

Ho : Koefisien regresi tidak signifikan

Ha : Koefisien regresi signifikan

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika nilai signifikansi > a, maka Ho diterima sedangkan Ha

ditolak, artinya semua variabel bebas yang digunakan sebagai

penduga secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap

tingkat permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Jika nilai signifikansi < a maka Ho ditolak sedangkan Ha diterima,

artinya semua variabel bebas yang digunakan sebagai penduga

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

c. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji t pada

tingkat signifikansi (a ) tertentu (a =10% ). Dengan rumus sebagai

berikut:

( )biSebi

Fhitung = ( ){ }kNFFtabel -= ;2/a

( ) ( )biVarbiSe =

Keterangan:

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke i

Se (bi) : Standart error koefisien regresi variabel bebas ke i

k : Jumlah variabel bebas

N : Jumlah data

Hipotesis yang hendak diuji:

Ho : bi = 0

Ha : bi ¹ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

a) Jika nilai signifikansi > a, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo.

b) Jika nilai signifikansi £ a, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara

parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo.

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Setelah model diperoleh maka harus menguji model tersebut apakah

sudah masuk BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation) atau tidak.

Adapun model dikatakan BLUE bila memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Non Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau

lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan hubungan

linier atau mendekati linier dengan variabel independen lainnya. Atau

dengan kata lain satu atau lebih variabel independen yang lain.

Multikolinearitas juga bisa timbul apabila antara variabel independen

berkorelasi dengan variabel pengganggu.

Terjadi atau tidaknya multikolineritas dapat dideteksi dengan

melihat nilai dari matriks Pearson Corelation (PC). Dari hasil analisis

jika nilai PC yang lebih kecil dari 0,8 hal ini berarti bahwa antar

variabel bebas tidak terjadi multikolineritas.

b. Tidak terjadi kasus Heteroskedatisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena varians yang ditimbulkan oleh

variabel pengganggu tidak konstan untuk semua variabel penjelas.

Konsekuensi adanya heteroskedastisitas ini antara lain uji signifikansi

(uji t dan uji F ) menjadi tidak tepat dan koefisien regresi menjadi tidak

mempunyai varians yang minimum walaupun penaksir tersebut tidak

bias dan konsisten.

Dalam uji heteroskedatisitas, pengujian yang dilakukan adalah

dengan uji park. Park menyarankan untuk menggunakan ei2 sebagai

pendekatan 2is dan melakukan regresi sebagai berikut:

Ln ei2 = Ln 2s + b Ln Xi + Vi

= a + b Ln Xi+ Vi

Dimana Vi adalah unsur gangguan yang stokastik.

Jika b ternyata signifikan secara statistik, maka dalam data

terdapat heteroskedatisitas. Apabila ternyata tidak signifikan maka

asumsi heteroskedatisitas dapat diterima.

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

c. Tidak terjadi kasus Autokorelasi

Untuk mendekati ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan

pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Ho adalah dua ujung yaitu bahwa tidak terjadi autokorelasi

positif maupun negatif maka jika:

DW < dL : Menolak Ho

DW > 4-dL : Menolak Ho

dU < DW < 4-dU : Tidak menolak Ho

dL ≤ DW ≤ dU : Pengujian tidak menyakinkan

4-dU ≤ DW ≤ 4-dL : Pengujian tidak menyakinkan

(Gujarati, 1997).

2. Elastisitas Permintaan

Untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel terhadap permintaan

telur ayam ras dilakukan dengan cara mencari nilai elastisitas harga,

elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

a. Elastisitas harga ε� = perubahanpersentasepermintaantelurayamrasperubahanpersentasehargatelurayamras

Pada elastisitas permintaan terhadap harga, variabel yang

menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah harga teluar

ayam ras itu sendiri.

Kriteria Elastisitas Permintaan terhadap Harga

Elastisitas Istilah Elastisitas

Eh = 0

0 < Eh < 1

Eh = 1

1 < Eh <¥

Eh = ¥

Inelastis sempurna

Inelastis

Elastisitas satu

Elastis

Elastisitas mutlak / sempurna

Sumber : Lipsey et al, 1993

b. Elastisitas pendapatan ε� = perubahanpersentasepermintaantelurayamrasperubahanpersentasependapatan

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang

menyebabkan perubahan jumlah yang diminta adalah pendapatan.

Kriteria Elastisitas Permintaan terhadap pendapatan

Elastisitas Istilah Elastisitas

Ep positif

Ep > 1

0 < Ep < 1

Ed negatif

Barang normal

Barang elastis

Barang inelastis

Barang inferior

Sumber : Lipsey et al, 1993

c. Elastisitas Silang ε虐= perubahanpersentasepermintaantelurayamrasperubahanpersentasehargakomoditilainnya

Pada elastisitas permintaan silang, variabel yang menyebabkan

perubahan jumlah yang diminta adalah adalah harga telur itik, harga

daging ayam ras, harga beras

Kriteria Elastisitas Permintaan Silang

Elastisitas Istilah Elastisitas

Es positif

Es negatif

Es = 0

Barang Substitusi

Barang Komplementer

Barang Bebas

Sumber : Lipsey et al, 1993

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

Kabupaten Sukoharjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah. Ibukotanya adalah Sukoharjo, sekitar 10 km sebelah selatan Kota

Surakarta.

Secara geografi Sungai Bengawan Solo membelah kabupaten ini

menjadi dua bagian: Bagian utara pada umumnya merupakan dataran rendah

dan bergelombang, sedang bagian selatan dataran tinggi dan pegunungan.

Sebagian daerah di perbatasan merupakan daerah perkembangan Kabupaten

Sukoharjo, diantaranya di kawasan Grogol dan Kartosuro. Kartosuro

merupakan persimpangan jalur Solo-Yogyakarta dengan Solo-Semarang.

Kabupaten Sukoharjo dilintasi jalur kereta api Solo-Wonogiri, yang

dioperasikan kembali pada tahun 2004 setelah selama puluhan tahun tidak

difungsikan. Jalur kereta api ini merupakan salah satu yang paling

"berbahaya" di Indonesia, karena melintas di tepi jalan raya tanpa adanya

pembatas. Untuk beberapa tahun terakhir hampir tidak ada kereta penumpang

yang melintas, sesekali hanya berupa kereta barang.

Secara administratif Kota Sukoharjo terbagi atas 12 kecamatan, yaitu :

Kecamatan Baki, Kecamatan Bendosari, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gatak,

Kecamatan Grogol, Kecamatan Kartasura, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan

Nguter, Kecamatan Polokarto, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Tawangsari

dan Kecamatan Weru yang dibatasi oleh beberapa kabupaten yaitu :

Sebelah Utara : Kota Surakarta

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah Barat : Kabupaten Klaten

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data BPS tahun 2008, Kabupaten Sukoharjo mempunyai

jumlah penduduk 819.621 jiwa.

1. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh

jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah

tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2003 – 2008

ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003 – 2008

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase Pertumbuhan

(%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

806.469 808.251 810.580 815.430 817.534 819.621

0,22 0,28 0,59 0,25 0,25

Rata-rata 812.980,8 0,27

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Dari tabel 12. dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk

Kabupaten Sukoharjo tahun 2003 – 2008 adalah 812,980.8 jiwa. Penduduk

Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan

rata-rata persentase pertumbuhan penduduk sebesar 0,27 %. Dengan

adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka akan berpengaruh pada

permintaan telur ayam ras juga akan semakin meningkat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Berdasar umur penduduk dapat digolongkan menjadi 3 kelompok

usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia

non produktif (65 tahun keatas). Keadaan penduduk menurut umur bagi

suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang

produktif dan angka beban tanggungan (dependency ratio). Keadaan

penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut kelompok umur ditampilkan

pada tabel berikut:

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur Tahun 2008

Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 0 –14 15-64 >65

186.524 558.951 74.146

22,76 68,20 9,04

Jumlah 819.624 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Tabel 13. menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk

Kabupaten Sukoharjo adalah penduduk usia produktif yaitu antara 15–64

tahun sebesar 68,20 % dari total jumlah penduduk, sedangkan penduduk

usia belum produktif dan non produktif sebesar 31,80 % dari total jumlah

penduduk. Angka beban tanggungan dapat dihitung dengan cara

membandingkan jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah

penduduk usia produktif. Dari hasil perhitungan diketahui angka beban

tanggungan penduduk di Kabupaten Sukoharjo sebesar 40,19 %, artinya

setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 40 penduduk usia

belum produktif dan non produktif.

Keadaan penduduk menurut umur yang sebagian besar merupakan

penduduk usia produktif memberikan gambaran mengenai kebutuhan

energi dan kalori lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk belum

produktif dan non produktif. Kebutuhan energi dan kalori dalam tubuh ini

dapat dipenuhi melalui bahan pangan salah satunya adalah telur ayam ras.

Sehingga semakin besar penduduk usia produktif akan meningkatkan

permintaan terhadap telur ayam ras.

3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan masyarakat.

Apabila penduduk di suatu daerah telah mengenyam pendidikan, maka

potensi untuk pengembangan daerah tersebut besar. Tingkat pendidikan di

suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya

pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pendidikan yang ada. Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut

tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel berikut :

Tabel 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Belum sekolah Tidak sekolah Belum tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT

116.363 57.076

104.226 80.685

141.966 130.477 126.298 62.533

14,20 6,97

12,71 9,84

17,32 15,91 15,40 7,63

Jumlah 819.624 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Dari Tabel 5. persentase penduduk yang tidak sekolah hanya 6,97 %

dari total jumlah penduduk, jumlah ini memiliki persentase paling kecil.

Secara mayoritas penduduk Kabupaten Sukoharjo memiliki tingkat

pendidikan tamat SD sebesar 17,32 % dan tingkat pendidikan paling tinggi

adalah perguruan tinggi (7,63 %). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat

pendidikan penduduk Kabupaten Sukoharjo cukup baik karena sebagian

besar penduduk telah mengenyam pendidikan dan banyak yang telah

mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Hal ini akan berdampak pada

pola pikir penduduk yang cenderung lebih mudah menerima pengetahuan

khususnya dalam perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan sehingga akan

meningkatkan permintaan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi,

dalam kaitannya dengan hal ini adalah telur ayam ras yang merupakan

salah satu sumber protein hewani.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh

sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan

yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang

tersedia. Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut mata

pencaharian yaitu :

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/POLRI/TNI Pensiunan Lain-lain

61.935 45.659 24.990 66.797 69.637 45.699 34.537 15.850 15.923

174.370

11,15 8,22 4,49

12,54 12,02 8,22 6,22 2,85 2,87

31,39 Jumlah 555.397 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk

mengetahui kesejahteraan penduduknya. Dari Tabel 16 diketahui bahwa

sebagian penduduk Kabupaten Sukoharjo bermata pencaharian lain-lain

yaitu dengan persentase 31.39 %, termasuk di dalamnya adalah sektor jasa.

Sedangkan untuk buruh industri memiliki persentase sebesar 12.54 %. Hal

ini wajar mengingat Kabupaten Sukoharjo banyak sekali berdiri pabrik-

pabrik industri mengingat Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah

pinggiran yang strategis untuk tempat pendirian pabrik-pabrik. Selain itu

sebagian besar wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah lahan pertanian,

sehingga banyak juga terdapat petani dan buruh tani.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian

dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai. Sarana

perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian baik

yang disediakan pemerintah atau pihak swasta serta dari swadaya masyarakat

setempat. Salah satu sarana yang dapat menunjang jalannya perekonomian di

suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jual beli

barang dan atau jasa. Banyaknya pasar di Kabupaten Sukoharjo sebagai

berikut :

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 10 Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Pusat perbelanjaan Umum Hewan Buah Ikan hias Besi Mebel Bunga Bambu Sepeda Prombengan Tanaman hias

9 28 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1

Jumlah 50

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Tabel 16. menunjukkan bahwa sarana perekonomian di Kabupaten

Sukoharjo berkembang yaitu dengan dibangunnya berbagai jenis pasar, baik

pasar umum, pasar swalayan maupun pasar khusus yang menjual satu jenis

barang. Pasar umum memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan

jumlah pasar yang lain. Hal ini berpengaruh pada pemasaran telur ayam ras,

dengan banyaknya pasar umum membuat peternak ayam ras petelur lebih

mudah memasarkan produksinya di dalam kota. Selain di pasar umum telur

ayam ras juga tersedia di pasar swalayan. Dengan adanya sarana

perekonomian yang mendukung pemasaran dan penyediaan telur ayam ras

akan memudahkan konsumen untuk membelinya, sehingga dapat meningkatan

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dan diharapkan akan

mendorong peternak ayam ras petelur untuk mengembangkan usahanya.

D. Keadaan Umum Peternakan

Peternakan merupakan sub sektor yang memiliki peranan penting,

karena manfaat dari sub sektor ini memberikan timbal balik yang sangat

berguna bagi konsumen. Hasil dari peternakan ini adalah salah satu penyedia

sumber protein yang penting bagi tubuh manusia. Berikut ini adalah tabel

produksi susu, telur dan daging di Kabupaten Sukoharjo.

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 11. Produksi Telur, Susu, dan Daging di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No Komoditas Peternakan Produksi

1. Jenis Telur: a. Ayam Ras b. Ayam Kampung c. Itik d. Burung Puyuh

5.908.140 Kg

863.667 Kg 1.074.416 Kg

313.438 Kg

2. Jenis Susu: a. Susu Sapi

391.286 Liter

3. Jenis Daging: a. Kambing b. Sapi c. Domba d. Babi e. Ayam Ras f. Ayam Buras g. Itik

508.469 Kg

1.512.388 Kg 113.321 Kg 65.790 Kg

2.157.014 Kg 589.083 Kg 285.414 Kg

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Dari sub sektor peternakan, komoditas telur ayam ras pada tahun 2008

menempati urutan tertinggi dengan jumlah produksi sebanyak 5,908,140 Kg,

telur itik menduduki urutan kedua dengan jumlah produksi sebanyak

1,074,416 Kg, dari semua jenis telur ini, produksi paling kecil adalah produksi

telur burung puyuh. Untuk produksi susu, hanya ada susu sapi, dengan

produksi 391,286 liter. Jenis daging yang paling banyak jumlah produksinya

adalah daging ayam ras, yaitu 2,157,014 Kg.

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo, dan

Menganalisa besarnya elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

dengan rentang waktu selama 15 tahun (tahun 1994-2009). Ada 6 variabel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu harga telur ayam ras, harga telur

itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan

per kapita. Variabel tersebut diduga sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Adapun data dan analisis

hasil dari masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Permintaan telur ayam ras adalah banyaknya permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo secara agregat. Dalam penelitian ini data

permintaan telur ayam ras dihitung dengan menjumlahkan seluruh

permintaan telur ayam ras yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo selama satu tahun. Berikut ini data mengenai

perkembangan permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo selama

tahun 1994-2009:

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 12. Perkembangan Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun

Permintaan Telur Ayam Ras (Kg)

Perkembangan (%)

1994 4.722.641 1995 4.834.043 2,35 1996 4.978.375 2,98 1997 5.107.812 2,59 1998 4.725.205 -7,49 1999 4.975.125 5,28 2000 5.175.962 4,03 2001 5.305.513 2,50 2002 5.495.321 3,57 2003 5.544.860 0,90 2004 5.765.301 3,97 2005 5.851.722 1,49 2006 5.954.302 1,75 2007 5.961.251 0,11 2008 6.320.215 6,02 2009 6.340.325 0,31

Rata-rata 5.441.123 1,90

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo

Pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa tingkat permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1994-2009 rata-rata adalah

5.441.123 kg dan perkembangan permintaan telur ayam ras tiap tahun

mengalami peningkatan rata-rata yaitu sebesar 1,90 %. Pada tahun 1998

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo mengalami penurunan

sebesar 7,49 %, hal ini disebabkan karena pada saat itu keadaan

perekonomian Indonesia sedang memburuk karena adanya krisis moneter

sehingga harga-harga barang dan jasa cenderung meningkat. Dengan

peningkatan harga-harga barang maka masyarakat akan lebih selektif

untuk memilih barang-barang yang akan dikonsumsi, tentunya akan

memilih barang-barang yang harganya lebih murah.

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 10. Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

(1994-2009).

Tingkat permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo dari

tahun 1994-2009 rata-rata adalah 5.441.123 kg dan perkembangan

permintaan telur ayam ras tiap tahun mengalami peningkatan rata-rata

yaitu sebesar 1,90 %. Pada tahun 1998 permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo mengalami penurunan sebesar 7,49 %, hal ini

disebabkan karena pada saat itu keadaan perekonomian Indonesia sedang

memburuk karena adanya krisis moneter sehingga harga-harga barang dan

jasa cenderung meningkat. Sehingga masyarakat akan lebih selektif dalam

memenuhi kebutuhan untuk konsumsi pangannya.

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000P

erm

inta

an (

Kg)

Tahun

Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Harga Telur Ayam Ras

Data perkembangan harga telur ayam ras tahun 1994-2009 di

Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun

Indeks Harga Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan (%)

1994 51,68 1.679.00 3.250,77 1995 51,87 1.670.00 3.219,59 -0,95 1996 53,93 1.776.00 3.293,16 2,28 1997 56,76 2.015.00 3.550,04 7,80 1998 59,34 2.019.00 3.402,43 -4,15 1999 62,95 2.022.00 3.212,07 -5,59 2000 65,38 2.019.00 3.088,10 -3,85 2001 67,97 2.025.00 2.979,26 -3,52 2002 100,00 5.110,00 5.110,00 71,51 2003 104,43 6.153.00 5.891,70 15,29 2004 105,34 5.888.00 5.589,52 -5,12 2005 115,51 6.151.00 5.325,08 -4,73 2006 126,30 6.737.00 5.334,13 0,16 2007 129,83 6.013,00 4.631,44 -13,17 2008 131,09 6.590,00 5.027,08 8,54 2009 133,56 6.875,00 5.147,26 2,39

Rata-rata 4.253,22 4,17

Sumber: Diperindag Sukoharjo

Harga telur ayam ras yang dianalisis adalah harga setelah terdeflasi.

Dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (2002=100) maka harga

absolut (sebelum terdeflasi) dikonversikan menjadi harga relatif (setelah

terdeflasi) yang dimaksudkan untuk menyesuaikan harga karena adanya

pengaruh inflasi yang terjadi setiap tahun.

Dari Tabel 13. dapat diketahui bahwa harga telur ayam ras setelah

terdeflasi selama tahun 1994 sampai dengan 2009 cenderung mengalami

perkembangan yang meningkat rata-rata sebesar 4,17 % per tahun dengan

rata-rata harga sebesar Rp. 4.253,22 per Kg. Grafik perkembangan harga

telur ayam ras dapat dilihat dibawah ini.

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 11. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo (1994-2009).

Harga telur ayam ras setelah terdeflasi selama tahun 1994 sampai

dengan 2009 cenderung mengalami perkembangan yang meningkat rata-

rata sebesar 4,1 % per tahun dengan rata-rata harga sebesar Rp. 4.253,22

per Kg.

Harga telur ayam ras yang meningkat tajam pada tahun 2001 –

2002, hal ini dikarenakan adanya kasus flu burung yang banyak melanda

peternakan ayam. Dengan adanya kasus flu burung ini menyebabkan ayam

mati dalam jumlah yang sangat besar sehingga jumlah produksi telur juga

mengalami penurunan akibatnya harga telur mulai merangkak naik.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Har

ga (

Rp)

Tahun

Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo

Harga telur ayam ras sebelum terdeflasi Harga telur ayam ras setelah terdeflasi

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Harga Telur Itik

Perkembangan harga telur itik tahun 1994 sampai tahun 2009 di

Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun

Indeks Harga Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan (%)

1994 51,68 2.333,00 4.514,32 1995 51,87 2.357,00 4.543,63 0,64 1996 53,93 2.952,00 5.473,76 20,47 1997 56,76 3.176,00 5.595,49 2,22 1998 59,34 3.582,00 6.036,40 7,87 1999 62,95 4.235,00 6.727,56 11,44 2000 65,38 4.520,00 6.913,80 2,76 2001 67,97 4.743.00 6.978,12 0,93 2002 100,00 7.695,00 7.695,00 10,27 2003 104,43 8.344,00 7.990,03 3,83 2004 105,34 8.314,00 7.892,54 -1,22 2005 115,51 9.320,00 8.068,57 2,23 2006 126,30 11.267,00 8.920,82 10,56 2007 129,83 11.607,00 8.940,41 0,21 2008 131,09 10.427,00 7.954,02 -11,03 2009 133,56 11.025,00 8.254,54 3,77

Rata-rata 7.031,18 4,06

Sumber: Diperindag Sukoharjo

Harga telur itik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga

setelah terdeflasi. Dari Tabel 14. dapat diketahui bahwa harga telur itik

setelah terdeflasi selama tahun 1994-2009 mengalami perkembangan yang

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 4,06 % per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp. 7.031,18 per Kg. Grafik perkembangan

harga telur itik dapat dilihat dibawah ini.

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar 12. Perkembangan Harga Telur Itik di Kabupaten Sukoharjo

(1994-2009).

Harga telur itik setelah terdeflasi selama tahun 1994-2009

mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata

sebesar 4,06 % per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp. 7.031,18 per Kg.

Harga telur ayam itik juga mengalami peningkatan pada tahun 2001

– 2002, hal ini juga dikarenakan adanya kasus flu burung yang banyak

melanda peternakan ayam. Sama halnya dengan ayam ras, kasus flu

burung ini menyebabkan kematian itik sehingga jumlah produksi telur

juga mengalami penurunan akibatnya hargapun ikut naik.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000H

arga

(R

p)

Tahun

Perkembangan Harga Telur Itik Di Kabupaten Sukoharjo

Harga telur itik sebelum terdeflasi Harga telur itik setelah terdeflasi

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

4. Harga Daging Ayam Ras

Data mengenai perkembangan harga daging ayam ras selama tahun

1994-2009 di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun

Indeks Harga

Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/Kg)

Harga Setelah

Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan (%)

1994 51,68 2.816,00 5.448,92 1995 51,87 3.220,00 6.207,83 13,92 1996 53,93 3.563,00 6.606,71 6,42 1997 56,76 3.833,00 6.753,00 2,21 1998 59,34 4.324,00 7.286,82 7,90 1999 62,95 5.048,00 8.019,14 10,05 2000 65,38 5.614,00 8.586,72 7,08 2001 67,97 5.807,00 8.543,48 -0,50 2002 100,00 9.288,00 9.288,00 8,71 2003 104,43 9.909,00 9.488,37 2,16 2004 105,34 9.763,00 9.268,35 -2,32 2005 115,51 10.785,00 9.336,75 0,74 2006 126,30 10.513,00 8.323,83 -10,85 2007 129,83 10.923,00 8.413,31 1,07 2008 131,09 12.170,00 9.283,77 10,35 2009 133,56 12.227,00 9.154,56 -1,39

Rata-rata 8.125,59 3,44

Sumber: Diperindag Sukoharjo

Harga daging ayam ras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

harga setelah terdeflasi. Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa harga

daging ayam ras setelah terdeflasi di Kabupaten Sukoharjo dalam kurun

waktu mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2009 mengalami

perkembangan yang meningkat rata-rata sebesar 3,44 % per tahun dengan

rata-rata harga Rp. 8.125,59 per Kg. Grafik perkembangan harga daging

ayam ras dapat dilihat dibawah ini.

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 13. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1994-2009

Harga daging ayam ras setelah terdeflasi di Kabupaten Sukoharjo

dalam kurun waktu mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2009

mengalami perkembangan yang meningkat rata-rata sebesar 3,44 % per

tahun dengan rata-rata harga Rp. 8. 125,59 per Kg.

Seperti juga yang terjadi pada harga telur ayam ras dan harga telur

itik, harga daging ayam ras juga mengalami peningkatan pada tahun 2001

– 2002. Yaitu disebabkan oleh kasus flu burung yang menyebabkan

jumlah kematian ternak ayam dalam jumlah yang besar.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000H

arga

(R

p)

Tahun

Perkembanga Harga Daging Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo

Harga daging ayam ras sebelum terdeflasi Harga daging ayam ras setelah terdeflasi

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

5. Harga Beras

Perkembangan harga beras selama tahun 1994-2009 di Kabupaten

Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Tabel 16. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun

Indeks Harga Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan (%)

1994 51,68 509,00 984,91 1995 51,87 530,00 1.022,04 3,77 1996 53,93 643,00 1.192,29 16,66 1997 56,76 692,00 1.219,17 2,25 1998 59,34 781,00 1.316,14 7,95 1999 62,95 812,00 1.289,91 -1,99 2000 65,38 1014,00 1.550,93 20,23 2001 67,97 1011,00 1.487,42 -4,09 2002 100,00 1899,00 1.899,00 27,67 2003 104,43 1978,00 1.894,09 -0,26 2004 105,34 1776,00 1.685,97 -10,99 2005 115,51 2167,00 1.876,03 11,27 2006 126,30 2468,00 1.954,16 4,16 2007 129,83 2539,00 1.956,03 0,09 2008 131,09 2590,00 1.975,76 1,01 2009 133,56 2613,00 1.956,56 -0,97

Rata-rata 1.578,78 4,79

Sumber: Diperindag Sukoharjo

Beras yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah beras jenis IR

64, karena beras jenis ini yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk

Kabupaten Sukoharjo. Harga beras yang dianalisis adalah harga setelah

terdeflasi.

Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa harga beras setelah terdeflasi

dari tahun 1994 sampai tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan

rata-rata sebesar 4,9 % per tahun, sedangkan harga rata-rata per Kg-nya

adalah sebesar Rp. 1.578,78. Grafik perkembangan mengenai harga beras

di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009 dapat dilihat di bawah ini.

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 14. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2009

Harga beras setelah terdeflasi dari tahun 1994 sampai tahun 2009

cenderung mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,79 % per tahun,

sedangkan harga rata-rata per Kg-nya adalah sebesar Rp. 1.578,78.

Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa pelonjakan harga beras

tertinggi terjadi pada tahun 2002. Hal ini disebabkan berkurangnya

produksi beras karena bersifat musiman dan juga karena pengaruh cuaca

atau iklim sehingga produksinya dapat berfluktuasi, juga adanya kasus

serangan hama tikus di Kabupaten Sukoharjo pada tahun tersebut yang

menyebabkan produksi turun sehingga harganya juga naik.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Har

ga (

Rp)

Tahun

Perkembangan Harga Beras Di Kabupaten Sukoharjo

Harga beras sebelum terdeflasi Harga beras setelah terdeflasi

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

6. Jumlah Penduduk

Data mengenai jumlah penduduk dan perkembangannya di

Kabupaten Sukoharjo selama tahun 1994 sampai tahun 2009 sebagai

berikut:

Tabel 17. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Perkembangan (%)

1994 755.616 1995 766.997 1,51 1996 777.955 1,43 1997 788.767 1,39 1998 789.377 0,08 1999 799.256 1,25 2000 799.855 0,07 2001 804.387 0,57 2002 805.832 0,18 2003 805.469 -0,04 2004 808.251 0,34 2005 809.580 0,16 2006 810.430 0,10 2007 810.534 0,01 2008 821.621 1,37 2009 823.235 0,20

Rata-rata 798.572,6 0,54

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo

Dari Tabel 17. dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan

jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo mengalami kenaikan sebesar

0,54 %. Sedangkan rata-rata jumlah penduduk adalah sebesar 798.572,6

jiwa per tahun. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh

berbagai hal seperti adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat

sehingga menurunkan angka kematian, adanya perbaikan keadaan

perekonomian di Kabupaten Sukoharjo sehingga mendorong penduduk

dari luar daerah mengadakan urbanisasi dengan tujuan mencari pekerjaan.

Grafik perkembangan mengenai jumlah penduduk tersebut dapat dilihat

pada di bawah ini.

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 15. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1994-2009

Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh berbagai hal

seperti adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat sehingga

menurunkan angka kematian, adanya perbaikan keadaan perekonomian di

Kabupaten Sukoharjo sehingga mendorong penduduk dari luar daerah

mengadakan urbanisasi dengan tujuan mencari pekerjaan.

720000

740000

760000

780000

800000

820000

840000

Pen

dudu

k (j

iwa)

Tahun

Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Sukoharjo

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

7. Pendapatan per Kapita

Perkembangan pendapatan per kapita di Kabupaten Sukoharjo

selama tahun 1994-2009 tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 18. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo tahun 1994-2009

Tahun

Indeks Implisit

(2002=100)

Pendapatan Sebelum

Terdeflasi (Rp/Kapita)

Pendapatan Setelah

Terdeflasi (Rp/Kapita)

Perkembangan (%)

1994 51,68 1.241.109 2.401.526,34 1995 51,87 1.429.854 2.756.610,84 14,78 1996 53,93 1.648.273 3.056.318,80 10,87 1997 56,76 1.620.689 2.855.337,10 -6,574 1998 59,34 1.851.609 3.120.338,88 9,28 1999 62,95 2.277.590 3.618.094,17 15,95 2000 65,38 2.579.316 3.945.114,81 9,038 2001 67,97 2.683.065 3.947.424,98 0,058 2002 100,00 3.572.048 3.572.047,69 -9,51 2003 104,43 4.089.714 3.916.224,89 9,63 2004 105,34 5.275.369 5.007.944,65 27,88 2005 115,51 5.924.320 5.128.836,92 2,41 2006 126,30 6.623.420 5.244.196,14 2,25 2007 129,83 7.354.989 5.665.092,21 8,02 2008 131,09 7.545.312 5.755.825,96 1,60 2009 133,56 7.737.736 5.793.453,30 0,65

Rata-rata 4.111.524,23 6,02

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo

Dari Tabel 18. dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten

Sukoharjo selama tahun 1994-2009 memiliki perkembangan pendapatan

per kapita yang meningkat dengan peningkatan sebesar 6,02 % atau

Rp. 4.111.524,23 per tahun.

Peningkatan pendapatan per kapita tersebut dapat disebabkan karena

selama tahun 1994-2009 kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo

mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari

bertambahnya jumlah dan jenis sarana dan prasarana infrastruktur yang

dibangun oleh pemerintah daerah, seperti: perumahan, jalan raya,

transportasi dan komunikasi, pusat pertokoan dan perbelanjaan (pasar

tradisional maupun modern) dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

sarana dan fasilitas tersebut meningkatkan kelancaran dan pertumbuhan

kegiatan perekonomian, mendorong masyarakat untuk membuka usaha

serta para pengusaha yang sudah ada untuk meningkatkan dan menambah

usahanya sehingga akan memperluas lapangan kerja. Jika kesempatan

kerja semakin bertambah maka dapat mengurangi pengangguran yang

pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk di

Kabupaten Sukoharjo. Grafik perkembangan pendapatan per kapita dapat

dilihat pada di bawah ini.

Gambar 16. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten

Sukoharjo tahun 1994-2009

Penduduk Kabupaten Sukoharjo selama tahun 1994-2009 memiliki

perkembangan pendapatan per kapita yang meningkat dengan peningkatan

sebesar 6,02 % atau Rp. 4.111.524,23 per tahun. Salah satu indikator

tingkat kesejahteraan penduduk dari suatu wilayah adalah tingkat

pendapatan per kapita. Dari Gambar 16 dapat diketahui bahwa tingkat

pendapatan per kapita setelah terdeflasi sangat berfluktuasi. Pendapatan

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

Pen

dapa

tan

(Rp)

Tahun

Perkembangan Pendapatan Per Kapita Di Kabupaten Sukoharjo

Pendapatan sebelum terdeflasi Pendapatan sesudah terdeflasi

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

riil diperoleh dari pendapatan per kapita yang telah dideflasi dengan

menggunakan indeks implisit tahun dasar 2002.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Untuk mengestimasi fungsi permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo sekaligus merumuskan hubungan antara permintaan dengan

faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya digunakan metode regresi

linier berganda dalam bentuk log ganda, yang disebut juga dengan model

elastisitas konstan.

2. Pengujian Model

Untuk memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi

kriteria statistik sebagai berikut :

a. Uji R2 Adjusted

Ketepatan model ditunjukkan oleh koefisien determinasi yang

telah disesuaikan atau adjusted R square (R2) dan biasanya dinyatakan

dalam persen. Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 94,5 %. Ini berarti besarnya sumbangan yang

diberikan variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging

ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita

terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo sebesar

94,5 %, sedangkan sisanya sebesar 5,5 % dipengaruhi oleh variabel

lain diluar variabel yang diteliti seperti selera.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh terhadap variasi permintaan

telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Hasil analisis uji F adalah

sebagai berikut :

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 19. Hasil Analisis Varians Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo Selama Penelitian

Sumber variasi

Jumlah kuadrat

Df

Rerata kuadrat

F hitung

Signifikansi (α)

Regresi Residu

0,143 0,005

6 9

0,024 0,001

44,089*) 0,000

Total 0,148 15

Sumber : Lampiran 6 Keterangan : * : berbeda nyata atau signifikan pada tingkat kepercayaan 90 %

(α = 10% = 0, 1)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai F hitung sebesar

44,089 dan lebih besar pada taraf kepercayaan 90%. Dengan

demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti bahwa

variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap permintaan telur ayam ras di Sukoharjo.

c. Uji - t

Uji - t adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas yang diteliti secara individual terhadap permintaan telur

ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Hasil analisis uji - t sebagai

berikut :

Tabel 20. Hasil Analisis Uji – t Masing-masing Variabel Bebas

Variabel-variabel Koefisien

regresi t hitung

Signifikansi

(α) Harga telur ayam ras (X1) Harga telur itik (X2) Harga daging ayam ras (X3) Harga beras (X4) Jumlah penduduk (X5) Pendapatan per kapita (X6)

0,104 -0,336 -0,222 0,273 2,055 0,240

2,245*)

-2,587*)

-1,901*)

2,118*)

1,845*)

3,995*)

0,051 0,029 0,090 0,063 0,098 0,003

Sumber : Lampiran 7

Keterangan : * : berbeda nyata atau signifikan pada tingkat kepercayaan 90%

(α = 10 % = 0,10)

Berdasarkan uji t pada tabel di atas harga telur ayam ras, harga

telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk dan

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pendapatan per kapita berpengaruh nyata secara individu terhadap

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo pada tingkat

kepercayaan 90%.

Berikut penjelasan masing-masing pengaruh dari variable bebas

terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo.

1) Harga Telur Ayam Ras

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat

diperhatikan konsumen didalam pengambilan keputusan

pembelian suatu barang. Oleh karena itu, apabila dalam suatu

pasar menjual sejenis barang dengan kualitas yang sama/hampir

sama maka orang/konsumen akan cenderung membeli barang

dengan harga yang lebih rendah atau murah.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai

koefisien regresi parsial dari harga telur ayam ras adalah 0,104.

Hal ini berarti bahwa apabila harga telur ayam ras naik sebesar 1%

maka permintaan telur ayam ras juga naik 0,104%.

Hal ini sering terjadi pada waktu hari raya, baik itu hari raya

lebaran/Idul Fitri maupun pada perayaan Natal dan tahun baru.

Dimana kebutuhan telur sangat meningkat karena adanya tradisi

membuat berbagai makanan yang bahan dasarnya berasal dari

telur, sehingga terjadi kenaikan harga seiring dengan kenaikan

permintaan.

2) Harga Telur Itik

Pada penelitian ini diketahui bahwa telur itik berpengaruh

yang nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar 0,336 %

dan bertanda negatif. Hal ini berarti permintaan telur ayam ras

berbanding terbalik dengan harga telur itik, apabila harga telur itik

naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras akan turun

0,336% atau sebaliknya.

Konsumen telur itik ini sebagian besar adalah para produsen

roti. Telur itik digunakan sebagai campuran pembuatan roti supaya

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

lebih mengembang, selain itu rasanya juga lebih enak. Maka

apabila terjadi kenaikan harga telur itik maka permintaan telur

ayam ras akan turun. Hal ini karena produsen roti memilih untuk

mengurangi produksinya sehingga permintaan telur ayam ras juga

akan berkurang.

3) Harga Daging Ayam Ras

Berdasarkan analisis uji–t harga daging ayam ras

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar

0,222 dan juga bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa permintaan

telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga daging ayam ras

sehingga apabila harga daging ayam ras naik sebesar 1% maka

permintaan telur ayam ras turun 0,222 % atau sebaliknya.

Apabila terjadi kenaikan harga pada daging ayam ras

biasanya harga telur ayam ras juga mengalami kenaikan. Hal ini

disebabkan kenaikan harga pakan. Meskipun jenis pakan yang

digunakan berbeda, kenaikan salah satu jenis pakan ternak akan

diikuti kenaikan harga pakan jenis yang lain. Adanya kenaikan

biaya produksi ini mengakibatkan harga daging ayam ras dan

harga telur ayam ras menjadi naik. Dengan kenaikan harga pada

daging ayam ras maka permintaan terhadap telur ayam ras

mengalami penurunan karena harga telur ayam ras juga naik.

4) Harga Beras

Dari hasil analisis uji–t dapat diketahui harga beras

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 0,273. Hal ini berarti

permintaan telur ayam ras berbanding lurus dengan harga beras

sehingga bahwa apabila harga beras naik sebesar 1% maka

permintaan telur ayam ras akan naik 0,273% atau sebaliknya.

Masyarakat Indonesia pada umumnya masih menggunakan

beras yang dimasak menjadi nasi sebagai makanan pokok, begitu

pula dengan masyarakat Kabupaten Sukoharjo biasanya

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

menggunakan beras sebagai makanan pokok sehari-hari dan salah

satu pelengkap yang digunakan untuk lauk pauk adalah telur ayam

ras. Apabila harga beras naik maka permintaan telur ayam ras juga

naik. Hal ini biasanya terkait dengan kondisi perekonomian yang

ada, dimana harga barang bahan pokok naik, maka barang-barang

lain juga akan ikut beranjak naik meskipun masyarakat akan lebih

memilih mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya untuk

membeli beras terlebih dahulu.

5) Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil analisis uji–t menunjukkan bahwa variabel

jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan telur

ayam ras sebesar 2,055. Hal ini berarti bahwa apabila jumlah

penduduk naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras naik

2,055% atau sebaliknya.

Petambahan penduduk tidak dengan sendirinya

menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya

pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam

kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang

menerima pendapatan dan ini menambah daya beli masyarakat

pada telur ayam ras. Jumlah penduduk menggambarkan potensi

banyaknya konsumen yang akan membeli suatu barang begitu pula

dengan telur ayam ras, sehingga ada kecenderungan apabila

jumlah penduduk semakin banyak maka telur ayam ras yang dibeli

oleh konsumen juga akan semakin banyak. Sejalan dengan waktu,

kesejahteraan masyarakat juga berkembang. Hal ini menyebabkan

perubahan pola konsumsi, dimana masyarakat tidak lagi

menganggap telur ayam ras barang yang mahal tetapi malah

sebaliknya. Telur ayam ras saat ini termasuk barang pokok

kebutuhan sehari-hari, harganya yang relatif murah dan mudah

untuk memperolehnya menjadikan telur ayam ras lauk bagi

seluruh anggota keluarga.

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

6) Pendapatan per Kapita

Dari hasil analisis uji-t diketahui bahwa pendapatan per

kapita berpengaruh nyata dan berhubungan positif terhadap

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar

0,240. Hal ini berarti pendapatan per kapita berbanding lurus

dengan permintaan telur ayam ras. Hal ini menunjukkan bahwa

jika pendapatan per kapita naik sebesar 1% maka permintaan telur

ayam ras akan naik sebesar 0,240 %, begitu pula sebaliknya.

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan variasi

permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya

pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila

terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan

perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Jika

kondisi pendapatan seseorang terbatas, maka sebagian besar dari

pendapatan akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok

terlebih dahulu dalam hal ini adalah beras. Namun apabila

pendapatan per kapita telah meningkat dan kebutuhan pokok sudah

terpenuhi maka konsumsi bahan pangan lainnya termasuk sumber

protein hewani (telur ayam ras) semakin meningkat. Hal ini terkait

dengan pola konsumsi masyarakat, dimana pendapatan yang

diperoleh meningkat maka konsumsi makanan juga akan

meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Begitu pula

dengan pemilihan konsumsi telur ayam ras yang ikut naik seiring

dengan kenaikan pendapatan, mereka akan beralih memilih telur

daripadamembali sumber protein nabati yang harganya lebih

murah.

d. Variabel bebas yang paling berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh

dilakukan perhitungan nilai standar koefisien regresi atau beta

coefficients. Perhitungan standar koefisien regresi dilakukan untuk

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

variabel-variabel bebas yang secara individual berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebas. Hasil perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 21. Hasil Analisis Standar Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas

Variabel-variabel Standar koefisien regresi Tingkat Harga telur ayam ras (X1) 0,064 6 Harga telur itik (X2) 0,151 2 Harga daging ayam ras (X3) 0,129 3 Harga beras (X4) 0,109 4 Jumlah penduduk (X5) 8,642 1 Pendapatan per kapita (X6) 0,082 5

Sumber : Lampiran 10

1) Jumlah penduduk

Jumlah penduduk mempunyai nilai standar koefisien regresi

terbesar yaitu senilai 8,642, hal ini menunjukkan bawa jumlah

penduduk mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah

penduduk menggambarkan potensi banyaknya konsumen yang

akan membeli suatu barang. Peningkatan daya beli konsumen ini

dibarengi adanya kesempatan kerja dan pertambahan pendapatan,

sehingga ada kecenderungan apabila jumlah penduduk semakin

banyak maka telur ayam ras yang dibeli oleh konsumen juga akan

semakin banyak. Hal ini disebabkan karena telur ayam ras

termasuk barang penting dalam kebutuhan sehari-hari dan

permintaannya bersifat inelastis (perubahan permintaan memiliki

proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan proporsi perubahan

harga) dapat diartikan pula jumlah telur ayam ras yang diminta

konsumen tidak terlalu dipengaruhi oleh harganya sehingga

permintaannya kurang responsif terhadap harga. Oleh karena itu,

perubahan terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo akan lebih dipengaruhi oleh perubahan jumlah

penduduk.

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Harga telur itik

Harga telur itik menempati peringkat kedua sebagai variabel

yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo, yaitu sebesar 0,151. Hal ini bisa dilihat dari nilai

standar koefisien regresinya yang merupakan terbesar kedua

setelah variabel jumlah penduduk. Pada dasarnya telur itik

mempunyai manfaat dan kegunaan yang sama dengan telur ayam

ras yaitu dapat digunakan sebagai lauk pauk atau sebagai bahan

campuran masakan olahan lainnya. Pada industri kecil, telur itik

digunakan campuran dengan telur ayam ras untuk memekarkan

adonan roti karena kuning telurnya lebih besar bila dibandingkan

dengan telur ayam ras. Sedangkan pada usaha rumah makan

terutama pada warung makan gudeg, pengusaha lebih memilih

menggunakan telur itik untuk masakannya karena dianggap lebih

lezat, lebih kenyal dan lebih tahan lama.

3) Harga daging ayam ras

Harga daging ayam ras menempati urutan ketiga sebagai

variabel bebas yang paling mempengaruhi permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo, yaitu senilai 0,129. Harga daging

ayam ras sedikit lebih mahal dari harga telur ayam ras, namun

kandungan gizinya juga lebih baik dari telur ayam ras. Sehingga

komoditas ini juga sedikit mempengaruhi terhadap pemintan telur

ayam ras. Kadang konsumen akan lebih memilih komoditas ini

karena gizi yang terkandung lebih bagus dengan selisih harga yang

tidak begitu banyak.

4) Harga beras

Harga beras menjadi variabel bebas yang menempati urutan

keempat pada permintaan telur ayam ras Di Kabupaten Sukoharjo

yaitu senilai 0,109. Beras adalah makanan pokok orang Indonesia,

sehingga semahal apapun komoditas ini tetap saja permintaannya

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tinggi, terkait dengan permintaan telur ayam ras, juga merupakan

komoditas yang banyak dibutuhkan oleh konsumen, karena

kandungan protein yang tinggi, mudah dalam penyajian dan

rasanya lebih enak dibanding dengan sumber protein nabati

walaupun harganya sedikit lebih murah.

5) Pendapatan per kapita

Pendapatan per kapita menempati urutan kelima dalam

pengaruhnya terhadap permintaan telur ayam ras Di Kabupaten

Sukoharjo yaitu senilai 0,082. Bila terjadi perubahan dalam

pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam

mengkonsumsi berbagai jenis barang. Pendapatan seseorang akan

mempengaruhi permintaannya terhadap telur ayam ras, apalagi

bila kebutuhan pokoknya telah terpenuhi maka orang tersebut akan

mengalokasikan pendapatannya pada kebutuhan lain seperti

kebutuhan protein hewani. Jika pendapatannya tinggi maka

sebagian pendapatannya digunakan untuk membeli lauk telur

ayam ras.

6) Harga telur ayam ras

Harga telur ayam ras menempati urutan terakhir sebagai

variabel bebas yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras

yaitu sebesar 0,064. Hal ini terjadi manakala harga telur ayam ras

naik maka permintaanya juga akan naik. Harga telur ayam ras

tidak terlalu berpengaruh pada permintaannya, ini disebabkan

karena sebagian besar masyarakat sudah menjadikan telur ayam

ras sebagai barang kebutuhan pokok sehari-hari karena telur ayam

ras dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai golongan

maupun tingkat pendapatan, mempunyai gizi yang cukup tinggi,

mudah pengolahannya dan dapat untuk campuran berbagai

masakan, selain itu mudah memperolehnya dan dapat disimpan

dalam waktu yang cukup lama (2 minggu) sehingga dapat

dipergunakan sewaktu-waktu misalnya bila tidak mempunyai lauk

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

maka telur ayam ras dapat digoreng atau digunakan sebagai bahan

campuran masakan lainnya. Sehingga permintaan akan telur ayam

ras ini akan selalu ada setiap harinya. Sehingga meskipun

harganya naik, masyarakat tetap memilih mengkonsumsi telur

ayam ras.

e. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode

OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed

Estimated), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus

dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang

dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi dan

heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi

permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo terhadap asumsi

klasik :

1) Multikolinearitas

Uji deteksi multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai

koefisien pada matriks Pearson Correlations (PC). Dari hasil uji

menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai koefisien yang lebih besar

atau sama dengan 0,8 pada matriks Pearson Correlations (nilai PC

> 0,8). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antar variabel-

variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.

2) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode Park. Dari

hasil analisis data sekunder menunjukkan bahwa hasil uji F dan

hasil uji -t tidak signifikan. Ini berarti bahwa kesalahan

pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi

homoskedastisidas. Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model yang digunakan.

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3) Autokorelasi

Untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi dapat digunakan

uji Durbin Watson (DW). Pada uji DW diajukan hipotesis sebagai

berikut :

Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak terjadi autokorelasi

positif maupun negatif, maka jika :

DW < dL : menolak Ho

DW > 4 – dL : menolak Ho

du < DW < 4 – du : tidak menolak Ho

dL ≤ DW ≤ du : pengujian tidak meyakinkan

4 – du ≤ DW ≤ 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan

Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar

2,289 sehingga dapat dianalisis :

n = 15; k = 6 (5%; dL = 0,502; du = 2,388)

4 – du ≤ DW ≤ 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan

1,612 ≤ 2,289 ≤ 3,498 : pengujian tidak meyakinkan

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pengujian

autokorelasi yang dilakukan pada fungsi permintaan telur ayam ras

di Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan Durbin Watson

memberikan hasil pengujian yang tidak meyakinkan atau tidak

dapat disimpulkan. Artinya, uji Durbin Watson (DW) tidak bisa

dilakukan untuk menentukan keberadaan autokorelasi. Oleh

karena itu dibutuhkan cara lain untuk mendeteksi keberadaan

autokorelasi.

Menurut Gujarati (1997 : 225) untuk mengatasi keterbatasan

uji Durbin Watson, dilakukan Run Test yang diterapkan pada

residual (penyimpangan). Definisi Run adalah urutan yang tak

terputus dari suatu lambang atau ciri seperti + atau -. Berikut ini

adalah nilai residual yang berasal dari hasil regresi (diadopsi dari

lampiran 10):

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

+ - ++ - + - ++++ - - - - + 1 2 3 4 5 6 7 8 9

N1 (+) = 9 N2 (-) = 7 r (Run) = 9

Dari tabel nilai kritis run diperoleh F1 = 4 dan F2 = 14

Hipotesis : Ho = (+) dan (-) terjadi dalam urutan random

Hi = (+) dan (-) menyimpang dari kerandoman

Keputusan pada α = 0,05 adalah :

· F1 < r < F2 maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi

· r < F1 atau r ≥ F2 maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi

Hasil analisis : F1 < r < F2

4 < 9 < 14, artinya menerima Ho

Dengan diterimanya Ho berarti autokorelasi tidak terjadi pada

persamaan regresi yang diduga.

Karena tidak ditemukan adanya penyimpangan terhadap asumsi

klasik persamaan regresi maka penaksir-penaksir yang didapatkan

merupakan penaksir OLS yang terbaik, linier, dan tidak bias atau

bersifat BLUE.

Dari hasil analisis data maka persamaan regresi yang didapatkan

adalah sebagai berikut :

Ln Qdt = -13,968 + 0,104 LnX1 - 0,336 LnX2 -0,222 LnX3 +

0,273 LnX4 + 2,055 LnX5 + 0,240 LnX6

Fungsi permintaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asal

sehingga bentuknya menjadi :

Qdt = -13,968 X1t0,104 X2t

- 0,336 X3t -0222 X4t

0,273 X5t 2,055 X6t

0,240

3. Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras di Sukoharjo

Untuk mengetahui derajat kepekaan dari fungsi permintaan terhadap

perubahan harga dapat diketahui dengan melihat dari nilai koefisien

regresi dari masing-masing variabel bebasnya. Karena salah satu ciri

menarik dari model logaritma berganda ini adalah bahwa nilai koefisien

regresi bi merupakan nilai elastisitasnya. Jadi dengan model ini, nilai

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

elastisitasnya merupakan nilai koefisien regresi dari masing-masing

variabel bebasnya.

Koefisien elastisitas diperhitungkan hanya pada variabel-variabel

bebas yang secara individual berpengaruh nyata terhadap variabel tak

bebas. Pada model fungsi permintaan yang menggunakan persamaan

logaritma berganda, nilai elastisitasnya ditunjukkan oleh koefisien regresi

dari masing-masing variabel bebasnya.

Hasil analisis elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 22. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Sukoharjo

Variabel

Nilai elastisitas Harga Silang Pendapatan

Harga telur ayam ras (X1) Harga telur itik (X2) Harga daging ayam ras (X3) Harga beras (X4) Pendapatan per kapita (X6)

0,104

-0,336 -0,222 2,055

0,240

Sumber: Lampiran 7

Telur merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang

penting dan memiliki harga yang relatif murah dibanding dengan bahan

makanan sumber protein hewani yang lain seperti daging dan susu serta

dapat dijangkau oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Selain itu, telur

ayam ras mudah diperoleh baik di pasar tradisional, pasar swalayan,

maupun warung-warung baik secara kiloan ataupun eceran/butiran. Telur

ayam ras dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama dan dapat

bertahan selama 2 minggu atau lebih dalam temperatur kamar asalkan

kulitnya tidak retak dan tercemar oleh kotoran ayam, sehingga dapat

digunakan sebagai persediaan makanan yang dibutuhkan sewaktu-waktu.

Sebagai bahan makanan, telur dapat dikonsumsi secara langsung dan tidak

langsung. Bagi konsumen rumah tangga sebagian besar telur ayam ras

dikonsumsi langsung misalnya untuk lauk pauk atau bahan dasar

campuran kue dan olahan masakan lainnya. Sedangkan bagi konsumen

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

non rumah tangga/industri telur digunakan sebagai bahan dasar industri

pangan atau non pangan (konsumsi tak langsung).

Nilai elastisitas permintaan tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

a. Elastisitas harga (EQ,P)

Dari hasil analisis diketahui besarnya elastisitas harga telur ayam

ras sebesar 0,104. Nilai elastisitas bertanda positif menunjukkan

bahwa variabel harga telur ayam ras memiliki hubungan yang

sebanding dengan permintaan telur ayam ras. Artinya jika harga telur

ayam ras naik 1% maka permintaan telur ayam ras akan naik juga

sebesar 0,104 %, begitu juga sebaliknya. Permintaan telur ayam ras

bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya kurang dari 1,

yang artinya bahwa persentase perubahan jumlah yang diminta lebih

kecil dari perubahan harga.

Harga yang naik diikuti dengan permintaan yang naik pula. Hal

ini karena kesadaran akan nilai gizi dan kesejahteraan masyarakat

yang mulai meningkat sehingga pola konsumsi tidak akan terpengaruh

dengan kenaikan harga. Dengan kenaikan harga yang relatif kecil,

konsumen cenderung tetap memilih telur ayam ras dibanding

mengganti dengan barang lain yang kandungan gizi lebih rendah dari

telur ayam ras.

Dapat pula diartikan bahwa harga telur ayam ras tidak terlalu

berpengaruh pada permintaannya. Sejalan dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat maka pola konsumsinya juga berubah.

Sebagian besar masyarakat sudah menjadikan telur ayam ras sebagai

barang kebutuhan pokok sehari-hari karena dapat dinikmati oleh

berbagai golongan maupun tingkat pendapatan, mempunyai gizi yang

cukup tinggi, mudah pengolahannya dan dapat untuk campuran

berbagai masakan, selain itu mudah memperolehnya dan dapat

disimpan dalam waktu yang cukup lama (2 minggu) sehingga dapat

dipergunakan sewaktu-waktu. Sehingga permintaan akan telur ayam

ras ini akan selalu ada setiap harinya.

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

b. Elastisitas silang (EQ,P’)

1) Harga Telur Itik

Pada penelitian ini diketahui bahwa telur itik berpengaruh

yang nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar 0,336 %

dan bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa permintaan telur ayam

ras berbanding terbalik dengan harga telur itik, bahwa apabila

harga telur itik naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam ras

akan turun 0,336% atau sebaliknya. Tanda negatif pada nilai

elastisitasnya menunjukkan bahwa telur itik merupakan barang

komplementer dari telur ayam ras. Hal ini bisa disebabkan karena

perilaku konsumen yang tidak memilih telur itik sebagai barang

subtitusi apabila terjadi kenaikan harga pada telur ayam ras,

melainkan memilih komoditi lain yang harganya jauh lebih murah

walaupun kandungan gizi di dalamnya juga lebih sedikit dari telur.

Pada dasarnya telur itik mempunyai manfaat dan kegunaan

yang sama dengan telur ayam ras yaitu dapat digunakan sebagai

lauk pauk ataupun bahan campuran masakan olahan lainnya.

Adanya kesamaan tersebut menyebabkan konsumen mempunyai

alternatif pemilihan dalam memenuhi kebutuhannya, sebagian

masyarakat lebih memilih menggunakan telur itik misalnya untuk

berbagai masakan (telur itik dianggap lebih lezat dan lebih tahan

lama) atau untuk memekarkan/mengembangkan kue yang

diperlukan adalah kuning telur yang banyak (pada telur itik

mengandung kuning telur yang lebih banyak dibandingkan pada

telur ayam ras) sedangkan putih telurnya berfungsi untuk

menyatukan butiran-butiran gandum serta hasilnya lebih bagus

daripada menggunakan telur ayam ras.

2) Harga Daging Ayam Ras

Berdasarkan analisis uji–t harga daging ayam ras

berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras sebesar

0,222 dan juga bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa permintaan

Page 93: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga daging ayam ras

sehingga apabila harga daging ayam ras naik sebesar 1% maka

permintaan telur ayam ras turun sebesar 0,222% atau sebaliknya.

Nilai elastisitas silang yang negatif berarti daging ayam ras

merupakan barang komplementer dari telur ayam ras dan memiliki

hubungan yang berbanding terbalik dengan permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo. Apabila terjadi kenaikan harga

daging ayam ras biasanya diikuti kenaikan harga telur ayam ras.

Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga pakan yang

menyebabkan biaya produksi naik dan harga di tingkat peternak

pun juga sudah mengalami kenaikan. Maka kenaikan harga daging

ayam ras ini akan mengakibatkan penurunan permintaan telur

ayam ras.

3) Harga Beras

Dari hasil analisis uji–t dapat diketahui harga beras

berpengaruh nyata terhadap variasi permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 2,055. Hal ini berarti

permintaan telur ayam ras berbanding lurus dengan harga beras

sehingga bahwa apabila harga telur ayam ras naik sebesar 1%

maka permintaan beras naik 2,055% atau sebaliknya.

Nilai elastisitas silang yang positif berarti harga beras

merupakan barang substitusi dari telur ayam ras dan memiliki

hubungan yang berbanding lurus dengan permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo. Masyarakat Indonesia pada umumnya

masih menggunakan beras yang dimasak menjadi nasi sebagai

makanan pokok, begitu pula dengan masyarakat Kabupaten

Sukoharjo biasanya menggunakan beras sebagai makanan pokok

sehari-hari dan salah satu pelengkap yang digunakan untuk lauk

pauk adalah telur ayam ras. Apabila harga beras naik maka

permintaan telur ayam ras juga naik. Hal ini biasanya terkait

dengan kondisi perekonomian yang ada, dimana harga bahan

Page 94: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

pokok naik maka barang-barang lain juga akan ikut beranjak naik

meskipun masyarakat akan lebih memilih mengalokasikan

pendapatan yang diperolehnya untuk membeli beras terlebih

dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lainnya. Dengan

kenaikan harga-harga tersebut konsumen tetap akan membeli telur

ayam ras karena harganya dinilai masih lebih rendah bila

dibandingkan dengan bahan pangan sumber protein hewani

lainnya.

c. Elastisitas pendapatan

Dari hasil analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan

adalah 0,240. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan

sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya jumlah

permintaan telur ayam ras sebesar 0,240 %, begitu juga sebaliknya.

Angka elastisitas pendapatan yang kurang dari satu dan bertanda

positif menunjukkan bahwa telur ayam ras termasuk barang normal

(inelastis). Artinya apabila pendapatan meningkat maka permintaan

telur ayam ras juga meningkat, akan tetapi persentase perubahan

permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan. Karena nilai

elastisitas kurang dari 1. Nilai elastistas pendapatan menunjukkan

bahwa perubahan pendapatan hanya berpengaruh kecil terhadap

permintaan telur. Dikarenakan telur bukan merupakan bahan pangan

pokok, sehingga apabila ada kenaikan pendapatan akan dialokasikan

pada kebutuhan yang lebih utama.

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar

kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila

terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan

perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang.

Dari hasil analisis uji - t diketahui bahwa pendapatan per kapita

berpengaruh nyata dan berhubungan positif terhadap permintaan telur

ayam ras di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini berarti pendapatan per

Page 95: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

kapita berbanding lurus dengan permintaan telur ayam ras. Keadaan

tersebut dapat dijelaskan dengan melihat koefisien regresi yang juga

merupakan nilai elastisitasnya sebesar 0,240. Nilai elastisitas yang

positif menunjukkan bahwa jika pendapatan per kapita naik sebesar

1% maka permintaan telur ayam ras akan naik sebesar 0,240 %, begitu

pula sebaliknya.

Elastisitas pendapatan yang berkisar antara nol sampai satu

berarti termasuk inelastis. Sifatnya yang inelastis menunjukkan bahwa

perubahan yang terjadi pada pendapatan per kapita hanya akan

menyebabkan perubahan yang kecil terhadap permintaan telur ayam

ras di Kabupaten Sukoharjo.

Dalam kondisi pendapatan yang terbatas, sebagian besar dari

pendapatan akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih

dahulu dalam hal ini adalah beras (sebagai kebutuhan pangan paling

pokok) sehingga jika pendapatan per kapita meningkat dan kebutuhan

pokok sudah terpenuhi maka konsumsi bahan pangan lainnya

termasuk sumber protein hewani (telur ayam ras) semakin meningkat.

Telur ayam ras termasuk barang normal yang inelastis karena

termasuk dalam kategori bahan pangan. Namun, apabila pendapatan

semakin meningkat dan kebutuhan akan pangan sudah terpenuhi maka

orang akan mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non

pangan (kebutuhan sekunder dan tersier). Hal ini sesuai dengan

Hukum Engel yang menyatakan bahwa persentase pendapatan yang

dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan semakin

meningkat, atau dapat diartikan pula pangan merupakan kebutuhan

pokok yang konsumsinya naik kurang cepat dibandingkan dengan

pendapatan.

Page 96: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras,

harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita yang diteliti

berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di

Kabupaten Sukoharjo.

2. Analisis elastisitas permintaan telur ayam ras di Kabupaten Sukoharjo

menunjukkan:

a. Permintaan telur ayam ras bersifat inelastis, artinya persentase

perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil daripada persentase

perubahan harganya.

b. Telur ayam ras merupakan barang normal inelastis, artinya adanya

kenaikan pendapatan akan meningkatkan permintaan telur ayam ras

dengan proporsi yang lebih kecil.

3. Jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo merupakan variabel bebas yang

paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten

Sukoharjo.

B. Saran

1. Bagi pemerintah daerah

a. Menempatkan tenaga ahli/penyuluh pertanian untuk memberikan

pengetahuan dan pelatihan baik dari segi teknis maupun segi

manajemen ekonomi.

b. Memberikan informasi-informasi kepada peternak telur ayam ras

melalui tenaga ahli/penyuluh tentang keadaan pasar, harga pakan,

perkembangan harga telur ayam ras, besarnya permintaan, dan daerah

pemasaran pada saat pertemuan yang diadakan penyuluh dengan

peternak.

c. Mempermudah pinjaman modal bagi peternak.

d. Melakukan operasi pasar untuk menjaga agar tidak terjadi fluktuasi

harga dan ketersediaan telur ayam ras tetap stabil di pasar.

Page 97: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN … · Analisis Permintaan Telur Ayam Ras Di Kabupaten Sukoharjo di bawah bimbingan Ir. Sugiharti Mulya H, MP dan Erlyna Wida Riptanti,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Bagi peternak

a. Peternak berperan aktif dengan memanfaatkan informasi yang

diperoleh untuk merencanakan produksinya.

b. Peternak telur aym ras hendaknya mendirikan kelompok tani di tiap

kecamatan dan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas

permasalahan yang dihadapi, serta bertukar informasi dalam hal

beternak telur ayam ras.