ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN … · SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan...
Transcript of ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN … · SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan...
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP
ATRIBUT MADU DAN PRODUK PESAINGNYA SERTA
IMPLIKASINYA BAGI STRATEGI PEMASARAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FIRMANSYAH
F03400125
Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 1981
Tanggal Lulus : 27 November 2006
Menyetujui,
Bogor, 24 November 2006
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc Dosen Pembimbing
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :
”ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP
ATRIBUT MADU DAN PRODUK PESAINGNYA SERTA IMPLIKASINYA
BAGI STRATEGI PEMASARAN” adalah karya asli saya sendiri dengan arahan dari
dosen pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, 24 November 2006
Yang Membuat Pernyataan
Firmansyah F03400125
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 1981 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Tahir,
S.Pd dan Ibu Siti Jawiyah. Ayah penulis adalah seorang guru di SMP
Negeri 168 Jakarta, sedangkan Ibu penulis adalah seorang ibu rumah
tangga.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1994 di SD Negeri Cibening II
Pondok Gede, Bekasi. Setelah itu penulis melanjutkan di SLTP Negeri 20 Bekasi dan
tamat pada tahun 1997. Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di
SMU Negeri 67 Jakarta dan tamat pada tahun 2000.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis
melaksanakan Praktek Lapang (PL) di PTPN VIII Tambaksari, Subang dengan judul
”Mempelajari Aspek Manajemen Kualitas dan Aspek Produksi Teh CTC di PTPN VIII
Tambaksari, Kabupaten Subang”.
Penulis aktif berorganisasi sejak di bangku SLTP dengan mengikuti kegiatan
Pramuka tingkat Penggalang SLTP 20 Bekasi. Sedangkan ketika di bangku SMU,
penulis aktif dalam organisasi Forum Remaja Islam (FORIS), OSIS, dan Kelompok
Ilmiah Remaja (KIR) SMUN 67 Jakarta. Selama kuliah penulis pernah aktif pada
organisasi Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al Hurriyyah IPB, Lembaga Dakwah
Fakultas (LDF) Forum Bina Islami (FBI) FATETA, dan anggota pada Himpunan
Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMALOGIN). Penulis pernah menjadi
Asisten Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) IPB pada tahun 2001-2003. Di luar
kampus penulis juga aktif menjadi pengurus DPC PK Sejahtera Kec. Dramaga,
Kabupaten Bogor.
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”(QS. An Nahl [16] : 69)
Kupersembahkan buah karya ini kepada Bapak, Mama, dan Adik-adikku yang tercinta
Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaaku juga …
FIRMANSYAH. F03400125. Analisis Perilaku dan Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Madu dan Produk Pesaingnya serta Implikasinya bagi Strategi Pemasaran. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. 2006
RINGKASAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi aneka ragam jenis lebah
penghasil madu dan jenis tanaman bunga sebagai sumber pakan lebah yang cukup besar untuk memproduksi madu. Dengan potensi tersebut seharusnya Indonesia dapat mengoptimalkan produksi madunya. Apabila potensi tersebut bisa kelola secara profesional dan tingkat konsumsi madu masyarakat terus meningkat, maka industri madu dan perlebahan akan semakin maju.
Selain dapat dikonsumsi secara langsung, madu juga banyak digunakan dalam berbagai industri. Beberapa industri yang sering menggunakan madu adalah industri minuman, makanan, farmasi, dan kosmetik. Kebutuhan akan bahan baku madu untuk bahan dasar obat-obatan, kosmetik, makanan dan minuman diperkirakan terus meningkat. Tingkat permintaan tersebut belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi madu dalam negeri. Produksi madu dalam periode lima tahun dari tahun 1996 hingga 2000 mengalami fluktuasi dengan produksi terendah 1.538 ton pada tahun 1999 dan produksi tertinggi sebesar 2.824 pada tahun 1998. (www.bi.go.id, 2004).
Kontinuitas penjualan madu di Indonesia juga tidak stabil karena produksi sangat tergantung dari musim pembungaan dan perubahan iklim serta masih banyaknya madu palsu yang beredar di pasaran. Disamping itu mutu madu yang dihasilkan bervariasi dan umumnya masih di bawah standar SNI-3545-2004, dicirikan dengan kadar air yang tinggi dan kemurnian yang tidak terjamin. Madu yang banyak terdapat di pasaran saat ini tidak hanya madu yang dihasilkan oleh produsen lokal saja, tetapi banyak juga madu impor yang kualitas lebih terjamin dan kemasan yang lebih menarik. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan yang bergerak di bidang perlebahan untuk lebih mengembangkan strategi pemasarannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis atribut-atribut yang mempengaruhi perilaku dan preferensi konsumen dalam mengkonsumsi madu, mendeskripsikan hubungan produk madu dan produk-produk pesaingnya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dan perilaku konsumen, serta menyusun alternatif strategi dan taktik pemasaran madu.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dengan teknik purpossive sampling di lima kecamatan di wilayah Kotamadya Bogor dan Kabupaten Bogor. Dari jawaban 165 orang responden yang terkumpul diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden yang mengkonsumsi madu sebesar 82% dengan karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (52%), berusia antara 21-30 tahun (29%), berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa (23%), tingkat pendidikan SMA atau sederajat (32%), berasal dari suku Sunda (37%), memiliki pendapatan rata-rata per bulan Rp 300.001 - 500.000,- (25%), dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 250.001 - 400.000,- (24%).
Analisis yang digunakan adalah analisis pembobotan untuk mengetahui urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam pembelian madu, analisis cluster konsumen dengan untuk menentukan segmentasi dan target pasar konsumen madu, serta metode analisis korespondensi untuk melihat posisi produk madu dengan produk pesaingnya. Berdasarkan perpaduan analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi akan disusun alternatif strategi dan taktik pemasaran produk madu.
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut madu, keaslian madu menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli madu dengan nilai sebesar 13,70. Sedangkan atribut ketersediaan madu dengan nilai 3,31 menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli madu.
Untuk strategi pengembangan pemasaran madu, kelompok konsumen madu yang dipilih sebagai target pengembangan pemasaran madu adalah kelompok dengan usia antara 21–30
tahun, berprofesi sebagai karyawan swasta yang membutuhkan banyak tambahan energi; memiliki pendapatan rata-rata antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,-; dan pengeluran rata-rata antara Rp 800.001 - 1.250.000,-. Dan positioning yang ingin disampaikan adalah “Madu, produk alami yang halal dan menyehatkan”.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi madu dengan produk pesaingnya dengan atribut yang sama dapat diketahui bahwa produk madu secara keseluruhan relatif dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1). Pada hubungan madu dengan produk minuman kesehatan, posisi madu relatif lebih dekat dengan atribut manfaat (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3). Sedangkan pada hubungan madu dengan produk minuman penyegar, posisi madu relatif dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1), kehigienisan dan (A2). Pada hubungan madu dengan produk pemanis makanan dan minuman, posisi madu relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan atribut rasa (A5). Keunggulan kompetitif madu berupa manfaat bagi kesehatan (A1) harus dijaga dengan meningkatkan kualitas madu yang diproduksi, sehingga tidak akan kalah bersaing dengan produk minuman kesehatan, minuman penyegar, dan pemanis makanan/minuman.
Sedangkan atribut yang posisinya jauh dari produk madu (P1), yaitu atribut harga (A6), promosi (A8), ketersediaan (A7), dan kemasan (A4) menunjukkan bahwa ketiga atribut tersebut perlu mendapatkan perhatian serius pihak produsen, sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam strategi pengembangan pemasaran pada atribut harga, promosi, dan ketersediaan produk madu di pasar.
Taktik pemasaran dibuat menggunakan bauran pemasaran dengan mempertahankan keunggulan produk madu dalam hal manfaat, kehalalan, kehigienisan, dan rasa dibandingkan dengan produk minuman kesehatan, minuaman penyegar, dan pemanis makanan/minuman. Adapun taktik bauran pemasaran yang disusun, antara lain melakukan standarisasi produk madu yang layak dipasarkan sesuai ketentuan SNI-3545-2004, komitmen untuk tidak menjual madu palsu atau madu tiruan, melakukan diversifikasi terhadap bentuk kemasan, memperluas penjualan di tempat-tempat yang strategis, mudah dijangkau, dan dekat dengan pemukiman penduduk dan perkantoran, mengusahakan outlet-outlet yang khusus menjual madu dan produk lebah lainnya, memberikan harga madu yang murah dan terjangkau oleh kelompok ekonomi menengah ke bawah, memberikan potongan harga, mengusahakan promosi madu lewat iklan di televisi.
FIRMANSYAH. F03400125. Analysis of Consumer Behavior and Preference to the Attribute of Honey and Its Competitor Products and the Implication to Marketing Strategy. Under supervision of Dr. Ir. Jono. M. Munandar, M.Sc
SUMMARY
Indonesia has many varieties of honey-bee potential and sort of flowers as its abundant food sources to produce the honey. Therefore, Indonesia should produce honey more optimal. Moreover, if it is managed professionally along with the increase of honey consumption level in the community, then honey industry will get advanced.
Honey can be eaten directly and either used in many industries, such as beverages, food, pharmacy, and cosmetics manufacturer. The need of honey as raw material for basic medicine, cosmetics, food and beverage is expected to increase. However, the honey demand level has not been balanced with the increase of its domestic production. Honey production in 5 years period from 1996 to 2000 has been fluctuated with the lowest production which reached 1.538 ton in 1999 while the highest production was 2.824 ton which occurred in 1998. (www.bi.go.id, 2004).
The continuity of honey selling in Indonesia is unstable because the production is depended on the flowering season and climatic changing. Beside, many counterfeit honeys found distributed freely in the market, which is identified by many variant qualities and generally under the standard set by SNI-3545-2004, and was characterized with high water concentration and un-guaranteed of its purity. Honey found in the market today is not only produced by the local producer but also from import producer with good quality of honey and attractive package. This has brought a challenge for honey-bee manufacturers to develop theirs marketing strategies.
This research aims to analyze the attribute of consumer behavior and their preferences in consume the honey product, to describe the relationship between honey products and its competitors with any other factors that influencing the consumer behavior and preferences, and also to formulate the alternative strategy and marketing tactics of honey products.
Data collection was conducted by distributing the questionnaire with purposive sampling at five sub districts of Bogor district and regencies. From 165 responders answers which collected, has resulted that most of the responders were identified as follows: male (52%), 21-30 years of age (29%), profession as students or university students (23%), originated from Sundanesse (37%), average income per month IDR 300.001 – 500.000 (25%) and average expenses per month IDR 250.001 – 400.000 (24%).
Weighting analysis was selected to decide attribute ranking of consumer priority in buying the honey products, while cluster consumer analysis was conducted to determine segmentation and market target of honey consumer, and correspondence analysis was performed to observe the position of honey products attribute with its competitors. Based on combination of weighting analysis, cluster analysis and correspondence analysis would provide strategy model and tactic to develop honey products marketing.
Based on weighting analysis, honey purity became the most prioritized attribute for the consumer in buying the honey products with 13.70 of analysis point. The availability of honey products was the last prioritized attribute which only hit 3.31 points.
For marketing develop of honey, consumers clusters who were selected as the target to develop marketing strategy was group with these following criteria: age between 21 – 30 years old, private employee and other profession which requiring a lot of addition energi; average income per month was IDR 1.000.001 to 1.500.001; average expenses per month was IDR 800.001 to 1.250.000. Positioning of the product was “honey, halal natural product and healthy”.
Based on result of correspondence analysis between honey and its competitor products by using the same attributes showed that honey products was completely relatively close with the attributes of benefit for health (A1). The relationship between honey and healthy beverage product was relatively close with benefit (A1), halal logos (A2), and hygiene (A3) attribute.
Meanwhile, the relationship between honey and fresh beverage products has described that honey was relatively close with AMDK (P8) and syrup on benefit (A1) and halal logos (A2) attribute. According to the relationship between honey and sweetener food/beverage, honey was relatively close with benefit attribute (A1) and flavor attribute (A5). Competitive excellences of honey in benefit attribute (A1) for human health should be maintained by increasing its quality products in order to compete with any other healthy, fresh beverage, and sweetener food/beverage products.
However, the farthest attributes of honey product (P1) such as the attribute of price, promotion (P8), availability (A7) and packaging (A4) showed that those three attributes should get more serious attention from producer, therefore improvement should be conducted in order to develop marketing strategy to the attributes of price, promotion, and availability of the honey product in the market.
Marketing tactic made using marketing mix by defend and upgrade the excellences of honey product in benefit, halal, hygene and flavor compared healthy beverage, fresh beverage, and sweetener food/beverage. Marketing tactic was formulated by using blending packages such as by standardizing the honey product in line with SNI-3545-2004 guidance, commitment not to sell counterfeit honey, diversification of packaging appearance, extended the product marketing in strategic location, accessible, and near with community settlement and offices, establish particular outlet where selling honey or any other bee-products, giving the economical price and accessible by mid-end group, giving discount and also promotion by advertising it on TV.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................1
B. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................2
C. RUANG LINGKUP...........................................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN ...............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
A. MADU ...............................................................................................................4
B. PEMASARAN ...................................................................................................8
C. ATRIBUT PEMASARAN.................................................................................9
D. PERILAKU KONSUMEN ................................................................................9
E. PREFERENSI KONSUMEN...........................................................................10
F. STRATEGI PEMASARAN .............................................................................10
1. Segmentasi Pasar (Segmentation) ................................................................11
2. Penetapan Sasaran Pasar (Targetting) .........................................................12
3. Penetapan Posisi Pasar (Positioning)...........................................................13
G. BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX).............................................13
H. RISET PEMASARAN.....................................................................................14
I. ANALISIS CLUSTER .......................................................................................16
J. ANALISIS KORESPONDENSI.......................................................................16
K. PENELITIAN TERDAHULU.........................................................................16
III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................................18
A. KERANGKA PEMIKIRAN...........................................................................18
B. SUMBER DATA ............................................................................................18
C. JENIS PENELITIAN......................................................................................19
D. PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KUESIONER .......................................20
E. PENENTUAN JUMLAH DAN PENGAMBILAN SAMPEL .......................21
F. METODE PENGOLAHAN DATA ................................................................22
G. TATA LAKSANA..........................................................................................23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................25
A. PENGUJIAN KUESIONER...........................................................................25
B. PENYEBARAN KUESIONER ......................................................................26
C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN .......................................26
D. PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN MADU..............................31
E. HASIL ANALISIS PEMBOBOTAN .............................................................46
1. Penilaian Atribut Madu Menurut Preferensi Konsumen ............................48
2. Penilaian Atribut Minuman Kesehatan Menurut Preferensi Konsumen ....49
3. Penilaian Atribut Minuman Penyegar Menurut Preferensi Konsumen ......49
4. Penilaian Atribut Pemanis Makanan dan Minuman
Menurut Preferensi Konsumen ...................................................................50
F. HASIL ANALISIS CLUSTER ........................................................................51
G. HASIL ANALISIS KORESPONDENSI........................................................54
1. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Kesehatan.........55
2. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Penyegar ..........56
3. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Pemanis Makanan dan
Minuman.....................................................................................................57
H. PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN ..............................................59
1. Strategi Pemasaran.......................................................................................59
2. Taktik Pemasaran dan Prioritas Pengembangan Pemasaran........................61
A. Bauran Produk ........................................................................................61
B. Bauran Distribusi ....................................................................................62
C. Bauran Harga ..........................................................................................63
D. Bauran Promosi.......................................................................................63
E. Prioritas Pengembangan Pemasaran........................................................64
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................66
A. KESIMPULAN...............................................................................................66
B. SARAN ...........................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................69
LAMPIRAN...............................................................................................................72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi nutrisi yang terkandung dalam madu ..........................................5
Tabel 2. Persyaratan mutu madu..................................................................................7
Tabel 3. Jumlah populasi penduduk beberapa kecamatan di Bogor......................... 21
Tabel 4. Penyebaran kuesioner di beberapa kecamatan di Bogor .............................26
Tabel 5. Pengetahuan responden tentang manfaat/khasiat madu ..............................32
Tabel 6. Pengalaman responden dalam membeli/mengkonsumsi madu. ..................32
Tabel 7. Alasan responden yang tidak pernah membeli madu ..................................33
Tabel 8. Tujuan pembelian madu oleh konsumen .....................................................33
Tabel 9. Motivasi konsumen mengkonsumsi madu...................................................34
Tabel 10. Frekuensi konsumsi madu responden........................................................34
Tabel 11. Waktu konsumen mengkonsumsi madu ....................................................35
Tabel 12. Hal yang dirasakan oleh konsumen setelah mengkonsumsi madu............35
Tabel 13. Merek madu yang dikonsumsi konsumen .................................................36
Tabel 14. Alasan konsumen membeli madu di tempat tersebut ................................36
Tabel 15. Jenis madu yang disukai konsumen...........................................................37
Tabel 16. Ukuran madu yang dikonsumsi konsumen................................................37
Tabel 17. Bahan kemasan madu yang disukai konsumen .........................................38
Tabel 18. Bentuk kemasan madu yang disukai konsumen ........................................38
Tabel 19. Informasi yang diinginkan responden ada pada label kemasan madu.......39
Tabel 20. Tempat pembelian madu konsumen ..........................................................40
Tabel 21. Alasan konsumen membeli madu di tempat tersebut ................................40
Tabel 22. Tempat penjualan madu yang tepat menurut konsumen ...........................40
Tabel 23. Sumber informasi konsumen tentang madu ..............................................41
Tabel 24. Bentuk promosi madu yang tepat menurut konsumen ..............................42
Tabel 25. Harga madu kemasan sachet (20 ml) menurut konsumen .........................42
Tabel 26. Harga madu kemasan botol ukuran 250/300 ml menurut konsumen ........43
Tabel 27. Harga madu kemasan botol ukuran 600/650 ml menurut konsumen ........43
Tabel 28. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk lebah selain madu...........44
Tabel 29. Produk lebah selain madu yang pernah dikonsumsi konsumen ................44
Tabel 30. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk yang mengandung madu 44
Tabel 31 Produk mengandung madu yang dikonsumsi konsumen...........................44
Tabel 32. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman kesehatan ....................45
Tabel 33. Minuman kesehatan yang dikonsumsi konsumen .....................................45
Tabel 34. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar .....................46
Tabel 35. Minuman penyegar yang dikonsumsi konsumen ......................................46
Tabel 36. Pemanis makanan/minuman yang dikonsumsi konsumen ........................46
Tabel 37. Hasil analisis pembobotan atribut produk madu .......................................48
Tabel 38. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman kesehatan ................49
Tabel 39. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar..................50
Tabel 40. Hasil analisis pembobotan atribut produk pemanis makanan dan minuman ....................................................................................................50
Tabel 41. Hasil Analisis Cluster konsumen berdasarkan variabel demografis .........53
Tabel 42. Atribut Madu dan dan produk pesaingnya.................................................54
Tabel 43. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman kesehatan....................................................................................................56
Tabel 44. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman penyegar.....................................................................................................57
Tabel 45. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk pemanis makanan dan minuman ..............................................................................58
Tabel 46. Formulasi Strategi Pemasaran Produk Madu ............................................60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan madu.......................................................6
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................19
Gambar 3. Diagram alir proses penelitian .................................................................24
Gambar 4. Proporsi kelompok responden................................................................. 27
Gambar 5. Proporsi jenis kelamin responden ........................................................... 27
Gambar 6. Proporsi usia responden .......................................................................... 28
Gambar 7. Proporsi pekerjaan responden ................................................................. 29
Gambar 8. Proporsi pendidikan terakhir responden ................................................. 29
Gambar 9. Proporsi pendapatan rata-rata responden ................................................ 30
Gambar 10. Proporsi pengeluaran rata-rata responden............................................. 30
Gambar 11. Proporsi suku asal responden................................................................ 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Contoh kuesioner pendahuluan .............................................................72
Lampiran 2. Hasil perhitungan nilai MPE.................................................................73
Lampiran 3. Contoh kuesioner konsumen .................................................................74
Lampiran 4. Pohon industri madu..............................................................................81
Lampiran 5. Hasil uji validitas kuesioner ..................................................................82
Lampiran 6. Hasil uji reliabilitas kuesioner...............................................................83
Lampiran 7. Hasil analisis cluster..............................................................................84
Lampiran 8. Gambar plot hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman kesehatan ..................................................................86
Lampiran 9. Gambar plot hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman penyegar ...................................................................87
Lampiran 10. Gambar plot hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk pemanis makanan dan minuman .............................................88
Lampiran 11. Tabel manfaat/khasiat beberapa jenis madu bagi kesehatan...............89
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi aneka ragam
jenis lebah penghasil madu dan jenis tanaman berbunga sebagai sumber pakan
lebah yang cukup besar untuk memproduksi madu. Dengan potensi tersebut
seharusnya Indonesia dapat mengoptimalkan produksi madunya. Apabila potensi
tersebut bisa dikelola secara profesional dan tingkat konsumsi madu oleh
masyarakat terus meningkat, maka industri madu dan perlebahan akan semakin
maju.
Konsumsi madu per kapita di Indonesia masih sangat rendah yaitu sebesar
0,3 kg per tahun, sedangkan negara Jerman dan Jepang sudah mencapai 1,3 kg per
tahun menurut Pusbahnas (Pusat Perlebahan Nasional). Tingkat konsumsi madu di
masyarakat Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh persepsi masyarakat
tentang fungsi madu hanya sebagai obat. Dari produksi nasional madu yang saat ini
diperkirakan 8.800 ton, masih jauh dari kebutuhan yang semestinya sekitar 25.000
ton per tahun. Karena itu, Indonesia belum dapat mengekspor madu untuk
menghasilkan devisa, karena untuk kebutuhan dalam negeri saja belum terpenuhi.
(www.bi.go.id, 2004).
Selain dapat dikonsumsi secara langsung, madu juga banyak digunakan
dalam berbagai industri. Beberapa industri yang sering menggunakan madu adalah
industri minuman, makanan, farmasi, dan kosmetik. Kebutuhan akan bahan baku
madu untuk bahan dasar obat-obatan, kosmetik, makanan dan minuman
diperkirakan terus meningkat. Tingkat permintaan tersebut belum dapat diimbangi
oleh peningkatan produksi madu dalam negeri. Produksi madu dalam periode lima
tahun dari tahun 1996 hingga 2000 mengalami fluktuasi dengan produksi terendah
1.538 ton pada tahun 1999 dan produksi tertinggi sebesar 2.824 pada tahun 1998.
(www.bi.go.id, 2004).
Kontinuitas penjualan madu di Indonesia juga tidak stabil karena produksi
sangat tergantung dari musim pembungaan dan perubahan iklim serta masih
banyaknya madu palsu yang beredar di pasaran. Disamping itu mutu madu yang
dihasilkan bervariasi dan umumnya masih di bawah standar SNI-04, dimana mutu
madu dicirikan dengan kadar air yang tinggi dan kemurnian yang tidak terjamin.
Madu yang banyak terdapat di pasaran saat ini tidak hanya madu yang dihasilkan
oleh produsen lokal saja, tetapi banyak juga madu impor yang kualitasnya lebih
terjamin dengan kemasan yang lebih menarik. Hal ini menjadi tantangan bagi
industri madu atau perlebahan untuk lebih mengembangkan strategi pemasarannya
Saat ini banyak produk-produk minuman kesehatan, minuman penyegar,
dan food suplemen yang dijual di pasaran. Produk-produk tersebut juga diklaim
oleh produsennya memiliki manfaat atau khasiat untuk kesehatan yang juga
dimiliki oleh madu. Hal ini perlu disikapi oleh produsen dan pemasar madu sebagai
tantangan agar selalu berusaha mempromosikan madu sebagai produk alami yang
sangat berguna untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Penelitian mengenai perilaku dan preferensi konsumen madu melalui survei
kepada konsumen yang mengkonsumsi madu secara langsung perlu dilakukan
untuk memberikan informasi dan masukan kepada produsen, pemasar, dan
konsumen tentang kelebihan dan kekurangan produk madu dibandingkan dengan
produk-produk pesaingnya. Oleh karena adanya beberapa kesamaan manfaat dari
produk-produk minuman kesehatan, minuman penyegar, bahan pemanis makanan
atau minuman dengan manfaat-manfaat yang dimiliki madu, maka dapat diketahui
posisi masing-masing produk dengan atributnya. Hasil dari penelitian ini digunakan
untuk membuat rekomendasi strategi pemasaran yang bersaing untuk produk madu.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis atribut-atribut yang mempengaruhi perilaku dan preferensi
konsumen dalam mengkonsumsi madu.
2. Mendeskripsikan posisi madu dan produk-produk pesaingnya dengan atribut-
atribut yang mempengaruhi perilaku dan preferensi konsumen.
3. Menyusun alternatif strategi dan taktik pemasaran madu.
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan melalui survei konsumen. Responden adalah
konsumen yang membeli dan mengkonsumsi madu di lima kecamatan di wilayah
Kotamadya dan Kabupaten Bogor (Kecamatan Bogor Barat, Bogor Tengah,
Dramaga, Ciomas, dan Cibinong). Analisis yang dilakukan pada penelitian ini
meliputi analisis perilaku dan preferensi konsumen terhadap produk madu yang
pernah dikonsumsinya, juga terhadap produk-produk pesaingnya yaitu produk
minuman kesehatan, produk minuman penyegar, dan produk bahan pemanis
makanan atau minuman.
D. Manfaat
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti sebagai sarana untuk
menerapkan materi yang sudah didapatkan selama perkuliahan. Bagi mahasiswa
lainnya, penelitian ini dapat berguna sebagai informasi tambahan bagi penelitian
selanjutnya. Manfaat lain dari penelitian ini ialah untuk memberikan informasi
kepada pihak produsen dan pemasar madu mengenai kelebihan dan kekurangan
atribut yang dimiliki produk madu, serta posisinya dibandingkan dengan produk-
produk pesaingnya. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
produsen dan pemasar madu untuk menyusun strategi pemasaran madu yang tepat.
Sedangkan bagi konsumen madu, hasil penelitian ini dapat menambah informasi
tentang atribut-atribut apa saja yang perlu diperhatikan dalam membeli dan
mengkonsumsi madu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MADU
Madu merupakan bahan makanan alami yang istimewa, berasal dari berbagai
sumber nektar yang dikumpulkan dan diolah oleh beberapa jenis lebah, antara lain :
Apis cerana, Apis mellifera, Apis dorsata, Apis florea, Trigona sp. (Kustantiny,
1993) dalam Komara (2002). Sedangkan Codex Alimentarius Commision (1984)
dalam Crane (1990), mendefinisikan madu sebagai zat manis yang dihasilkan oleh
lebah madu, berasal dari nektar bunga yang berkembang atau dari sekresi tanaman
yang dikumpulkan oleh lebah, kemudian diubah bentuknya dan dikombinasikan
dengan zat khusus yang ada pada tubuh lebah, selanjutnya disimpan hingga masak
di dalam sel-sel madu.
Berdasarkan sumber nektarnya, madu dibagi menjadi beberapa jenis, seperti
madu floral, madu ekstrafloral, dan madu embun. Madu floral dihasilkan dari nektar
bunga. Madu ekstrafloral dihasilkan dari cairan hasil sekresi tanaman pada bagian
tanaman lainnya selain bunga (nektar ekstrafloral). Sedangkan madu embun
dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga lain yang diletakkan pada bagian
tanaman. Cairan tersebut kemudian dihisap dan dikumpulkan oleh lebah di sarang
madu.
Sifat fisik yang dimiliki oleh madu antara lain : madu bersifat higroskopis
karena larutan madu sangat jenuh dan tidak stabil (Gojmerac, 1983). Madu yang
kental memiliki viskositas tinggi, sedangkan pada madu yang encer viskositasnya
rendah (Root, 1980). Selain itu cairan madu mempunyai tekanan osmosis yang
tinggi, aktivitas air (Aw) bervariasi antara 0,5 (16 % H2O) dan 0,6 (18 % H2O) pada
rentang suhu 4o-37oC (The National Honey Board, 2001). Kadar air madu secara
langsung mempengaruhi kualitas madu. Jika kadar air tinggi, maka kualitas
madunya rendah. (White, 1992).
Madu menurut hasil riset diketahui menagndung 24 macam zat gula,
disamping mengandung zat ferment, vitamin, mineral, asam-asam amino, hormon,
zat bakterisidal, dan bahan bahan aromatik (Mashudi dkk. 2000). Disamping itu
sifat kimia yang dimilikinya antara lain : memiliki pH antara 3,5–6,1 dan kandungan
asam antara 0,17-1,17% terutama asam glukonat. Madu juga mengandung protein
(0,26%), nitrogen (0,04%), dan asam-asam amino antara 0,05-0,10% (Sihombing,
1997). Selain itu madu mengandung beberapa enzim yaitu : enzim invertase,
diastase (amilase), glukosaoksidase, katalase, peroksidase, fosfatase, dan protease
(White,1992). Komposisi kimia madu terbesar adalah karbohidrat (82,4%), lalu
diikuti oleh air (17,2%), protein (0,3%), dan Abu (0,2%) (The National Honey
Board, 2001). Selain itu madu mengandung beberapa vitamin dan mineral yang
berasal dari pollen yang tertinggal di dalam madu antara lain : vitamin A, vitamin C,
tiamin (B1), riboflavin (B2), dan piridoksin (B6). Komposisi kimia madu
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi nutrisi yang terkandung dalam madu No. Komponen Jumlah (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Air Fruktosa Glukosa Maltosa Karbohidrat Sukrosa Enzim, Mineral, dan Vitamin Energi (kalori/100 g)
17,0 38,5 31,0 7,2 4,2 1,5 0,5
294 kal Sumber : Pusat Apiari (2001).
Pemanenan madu dilakukan jika sisiran sarang lebah yang berisi madu telah
tertutup semua atau sepertiganya oleh lilin lebah (bees wax). Sebagai patokan saat
panen madu, yaitu paling sedikit sepertiga dari sel-sel sarang madu telah tertutup
oleh lilin. Panen madu dilakukan pada saat itu agar kadar air madu tidak terlalu
tinggi atau kurang dari 20 %.
Hal pertama yang dilakukan dalam panen madu adalah dengan membuka
stup dan menghembuskan asap ke dalam stup melalui penutup dalam (kasa).
Selanjutnya tutup dalam (kasa) dibuka dan sisiran madu diangkat. Kemudian sisiran
madu dihentakkan ke arah dalam stup sehingga lebah terlepas dari sisiran dan jatuh
ke dasar stup. Lebah yang masih menempel pada sisiran dibersihkan dengan sikat
lebah. Setelah itu lilin penutup madu dikupas dengan pisau sebelum sisiran
dimasukan ke dalam wadah ekstraktor untuk mengeluarkan madunya. Lalu
ekstraktor diputar agar madu keluar dari sarang lebah. Setelah madu keluar semua,
sisiran dikembalikan untuk diisi kembali oleh lebah. Madu yang tertampung dalam
ekstraktor kemudian disaring dan ditempatkan dalam drum penampung madu.
Sebelum dibawa ke gudang untuk dikemas, madu yang ditampung dalam ember
diambil sampelnya dan untuk dilakukan uji kualitas dan untuk menurunkan kadar air
madu sampai kisaran 17-21%. Kemudian madu dibawa ke gudang untuk dikemas ke
dalam botol dengan beberapa macam ukuran atau ke dalam plastik sachet. Proses
pengolahan madu dapat dilihat pada gambar terhadap 1.
Sisiran sarang
lebah berisi madu
- Lilin (beeswax) - Bee Pollen
Penyaringan dengan ekstraktor
Pengemasan
Penurunan Kadar Air dengan dehidrator
Madu dengan kadar air 17-21 %
Penampungan
Cairan Madu
Produk Madu dalam kemasan
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan madu
Produk madu yang baik adalah produk madu yang telah memenuhi syarat
mutu madu yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dalam SNI 01-3545-
2004 (lihat tabel 2).
Tabel 2. Persyaratan mutu madu
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Aktifitas enzim diastase, DN min. 3
2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg maks. 40
3 Kadar air % b/b maks. 22
4 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa)
% b/b min. 60
5 Sukrosa % b/b maks. 5
6 Keasaman ml NaOH 1 N/kg maks 40
7 Padatan yang tak larut dalam air % b/b maks. 0,5
8 Abu % b/b maks. 0,5
9
Cemaran logam Timbal (Pb),
Cemaran logam Tembaga (Cu)
mg/kg mg/kg
maks. 1,0
maks. 5,0
10 Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 0,5
Sejak zaman dahulu madu biasa digunakan sebagai obat atau bahan pangan.
Madu berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit beberapa penyakit, antara lain :
maag, radang usus, disentri, diare, asma, darah tinggi/darah rendah, jantung,
sariawan, berbagai penyakit kulit, luka luka bakar, dan sebagainya (lihat lampiran
11). Madu merupakan sumber daya energi bagi tubuh (100 fr madu = 328 kalori).
Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori
1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,575 liter susu, atau 1,680 kg daging.
Madu juga diyakini berkhasiat dapat memperlancar fungsi otak, meningkatkan daya
tubuh, meningkatkan nafsu makan, dan lain-lain (Pusat Apiari, 2004).
Berbagai permasalahan –selain pemasaran- yang dihadapi dalam
pengembangan industri madu atau perlebahan di Indonesia meliputi bidang
produksi, permodalan, penelitian dan pengembangan (www.bi.go.id/sipuk.2004).
Untuk aspek produksi, sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data
mengenai potensi pakan lebah yang berupa luasan, jenis tanaman, musim
pembungaan, dan distribusinya, sehingga potensi yang tersedia belum dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Para peternak atau pengusaha kini merasakan makin
terbatasnya sumber penggembalaan. Disamping itu pada kegiatan pemungutan madu
lebah hutan A. Dorsata, oleh karena terjadi perubahan jumlah lebah hutan akibat
kebakaran, konversi dan penebangan hutan. Selain itu umumnya pengetahuan dan
tingkat penguasaan teknis budidaya lebah masih rendah sehingga jumlah dan
kualitas produsinya rendah, serta penyediaan sarana produksi perlebahan berupa
koloni lebah, ratu lebah, peralatan, obat-obatan pemberantas hama masih terbatas.
Pada aspek permodalan, umumnya usaha perlebahan dilaksanakan oleh
peternak kecil dengan kemampuan modal yang terbatas dan perbankan belum
bersedia menyediakan kredit di bidang usaha perlebahan karena belum diyakini
kelayakan usahanya. Sedangkan untuk program penelitian perlebahan belum
terkoordinasikan secara beaik dan terbatasnya jumlah peneliti, sarana dan prasarana,
dan dana penelitian. Perguruan tinggi dan lembaga ilmiah lainnya belum sedikit
yang menagani perlebahan.
B. PEMASARAN
Kebutuhan manusia (needs) adalah suatu keadaan akan sebagian dari
pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Sementara keinginan manusia (wants)
adalah hasrat untuk memperoleh pemuas-pemuas tertentu untuk kebutuhan yang
lebih mendalam. Sedangkan permintaan (demands) adalah keinginan terhadap
produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk
membeli produk itu (Kotler, 1990).
Menurut Kotler (1990), pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan, menetapkan pasar sasaran
mana yang dapat dilayani secara baik oleh organisasi, merancang produk, layanan,
dan program yang tepat untuk melayani pasar-pasar saat ini. Tujuan pemasaran
adalah untuk menciptakan kepuasan pelanggan atau konsumen secara
menguntungkan dengan membangun hubungan yang sarat nilai dengan pelanggan
utama. Sedangkan manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan,
dan pengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan mempertahankan pertukaran dan hubungan dengan pasar sasaran
dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Secara garis besar proses pemasaran meliputi pengukuran dan peramalan
permintaan, segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penentuan posisi pasar,
dan penetapan strategi yang kompetitif (Kotler dan Amstrong, 1994).
C. ATRIBUT PEMASARAN
Menurut Simamora (2002) atribut dalam istilah pemasaran dapat
mengandung dua pengertian. Pertama, atribut sebagai karakteristik yang
membedakan merek atau produk dari yang lain. Kedua, faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusantentang pembelian merek
ataupun kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian produk itu
sendiri.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi atribut yang kedua
dimana atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau
yang lain termasuk yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
D. PERILAKU KONSUMEN
Keinginan dan kebutuhan konsumen dapat dipahami jika sebuah organisasi
mengetahui perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan perilaku yang
ditunjukkan oleh konsumen dalam kegiatan mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menentukan produk dan jasa yang akan memuaskan keinginan
mereka (Schiffman dan Kanuk, 1994).
Assael (1992) menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan oleh
konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pengaruh konsumen sebagai individu,
pengaruh lingkungan dan strategi pemasaran terhadap produk yang dilakukan oleh
pihak perusahaan. Pengaruh konsumen sebagai individu dalam pengambilan
keputusan meliputi kebutuhan konsumen, persepsi konsumen terhadap karakteristik
yang terdapat pada produk, faktor demografi, gaya hidup, dan karakter pribadi
konsumen. Pengaruh lingkungan meliputi kebudayaan (norma sosial, norma agama,
dan kelompok etnik), kelas sosial, dan kekerabatan.
E. PREFERENSI KONSUMEN
Preferensi konsumen menunjukkan bagaimana konsumen menggunakan
dimensi-dimensi yang relevan untuk mengevaluasi produk-produk atau merek-
merek yang ditawarkan. Konsumen dapat menggunakan dimensi evaluasi yang
sama dalam menganalisis merek-merek suatu produk, tetapi tiap konsumen akan
memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap dimensi (atribut) yang
digunakannya. Perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan keragamam dalam
preferensi konsumen (www.digilib-1997-194, 15 Agustus 2006)
Preferensi konsumen merupakan utilitas, yaitu tingkat kesenangan atau
kesukaan. Suatu produk atau atribut akan lebih disukai konsumen jika ia
menempatkan produk atau atribut sebagai pilihan pertama (Achmad, 1999 dalam
Resya (2005)). Sedangkan preferensi konsumen menurut Assael (1992) terbentuk
dari persepsi konsumen terhadap produk. Persepsi yang telah mengendap dan
melekat dalam pikiran akan menjadi preferensi. Persepsi dapat dipengaruhi oleh
rangsangan primer yang berasal dari produk itu sendiri dan rangsangan sekunder
yang berasal dari simbol, kesan, dan informasi tentang produk. Selain itu Engel
et.al. (1995), mengatakan bahwa preferensi konsumen dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis (motivasi, persepsi, dan
kepercayaan) konsumen.
F. STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pemasaran adalah,
(1) faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,
(2) faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan
sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pendangan
penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu
(product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion).
Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah kebutuhan dan keinginan
pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer),
kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication) (Kotler dan
Amstrong, 1995)
Menurut Porter (1990) dalam Subrata (2004), membangun strategi
pemasaran merupakan usaha untuk emrumusakn formula mengenai usaha kompetisi
bisnis, target, yang seharusnya dicapai dan kebijaksanan yang dibutuhkan untuk
mencapai target tersebut. Terdapat empat kunci utama yang perlu dipertimbangkan
oleh suatu perusahaan dalam menentukan strategi persaingan untuk mencapai
kesuksesan yaitu : (1) kekuatan dan kelemahan perusahaan, (2) nilai SDM sebagai
pelaksana kunci, (3) peluang dan hambaan dalam industri, dan (4) masyarakat dan
sosial.
Strategi pemasaran menurut Kottler (1990), adalah suatu logika pemasaran
sehingga perusahaan diharapkan dapat mencapai sasaran-sasaran pemasarannya.
Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran,
bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan kondisi
lingkungan dan persaingan perusahaan. Sedangkan menurut Assael (1992), perilaku
konsumen akan mempengaruhi kondisi strategi pemasaran sedangkan strategi
pemasaran meliputi pendefinisian terhadap peluang pasar dan pengembangan
rencana pemasaran
1. Segementasi Pasar (Segmentation)
Menurut Kotler (1990), segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar
pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu yang
memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Segmen pasar terdiri dari kelompok
besar yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar. Perusahaan yang
menerapkan pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda-beda dalam
keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian dan kebiasaan
pembelian mereka. Konsumen yang menjadi bagian suatu segmen diasumsikan
cukup serupa dalam keinginan dan kebutuhan mereka, Variabel segmentasi
utama biasanya adalah segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan
perilaku.
Segmentasi geografis mencakup beberapa variabel, antara lain : wilayah,
ukuran daerah, kepadatan, iklim, wilayah sruktur pemerintahan, dan sebagainya.
Variabel untuk segmentasi demografis, yaitu : umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, ras, kebangsaan, pendapatan, dan sebagainya. Segmentasi
psikografis meliputi kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian konsumen.
Sedangkan contoh variabel untuk segmentasi perilaku yaitu status pemakai,
manfaat yang dicari, tingkat pemakaian, dan sebagainya.
2. Penetapan Sasaran Pasar (Targetting)
Menurut Kotler (1990), perusahaan dapat memilih tiga strategi memilih
sasaran pemasaran dalam penetapan sasaran pasarnya, yaitu:
a. Pemasaran serba sama (massal), dimana perusahaan mengabaikan,
perbedaan-perbedaan yang ada dalam segmen-segmen pasar dan melayani
seluruh pasar dengan hanya satu produk atau jasa. Strategi ini lebih
menitikberatkan pada kesaman kebutuhan konsumen dan dilakukan
distribusi massal dan iklan secara besar-besaran namun tetap menghemat
biaya.
b. Pemasaran serba aneka, dimana perusahaan memproduksi beberapa jenis
produk yang berbeda untuk dipasarkan ke beberapa segmen. Dengan
berbagai ragam produk dan cara pemasaran, perusahaan berharap
memperoleh penjualan yang lebih tinggi serta posisi yang lebih kuat pada
setiap segmen pasar.
c. Pemasaran terpusat, yakni perusahaan sebagian kecil segmen dari pasar
yang luas ada daripada melayani pasar secara keseluruhan namun hasil yang
diperoleh hanya sedikit. Selain itu pada strategi ini perusahaan juga
melakukan pengembangan produk dan bauran pemasaran yang disesuaikan
dengan masing-masing segmen.
Kotler (1990) juga menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebelum menentukan salah satu strategi penetapan sasaran, antara
lain : sumber daya perusahaan, homogenitas produk, tahapan produk dalam daur
hidup produk, homogenitas pasar, dan strategi pemasaran yang dilakukan
pesaing.
3. Penetapan Posisi Pasar (Positioning)
Menurut Kasali (2000), positioning adalah strategi komunikasi untuk
memasuki jendela otak konsumen, agar produk atau merek produk anda
mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencermimnkan
keunggulan terhadap produk atau merek lain dalam bentuk hubungan asosiatif.
Tujuan utama positioning dalam dunia bisnis adalah menempatkan
produk di pasar sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek-
merek yang bersaing. Bentuk akhir postioning adalah persepsi masyarakat
mengenai kedudukan produk dan perusahaan terhadap para pesaingnya
(Tjiptono,1997).
G. BAURAN PEMASARAN
Bauran pemasaran menurut Stanton et.al (1994) adalah suatu bentuk
kombinasi antara produk, harga, distribusi, dan promosi. Gabungan empat
komponen bauran pemasaran tersebut dalam pelaksanannya harus diarahkan untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen agar tujuan pemasaran dapat
tercapai. Sedangkan menurut Kotler (1990), bauran pemasaran adalah campuran
dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh
suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar
sasaran. Namun tidak semua variabel dapat diserasikan dalam jangka pendek.
Variabel itu berbeda-beda tergantung penyesuaiannya.
Menurut Stanton et.al (1994), dalam pandangan para pemasar, produk berarti
kumpulan atribut-atribut yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible),
dalam hal ini termasuk kemasan, warna, kualitas, merek, serta pelayanan konsumen
dari perusahaan
Harga adalah nilai uang atau barang dengan atribut yang potensial untuk
memuaskan konsumen dalam mendapatkan produk (Stanton et.al, 1994). Kotler
(1990) mengatakan bahwa harga perlu disesuaikan dengan nilai produk yang
ditawarkan menurut pandangan pelanggan.
Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan, serta menyampaikan barang yang
dipasarkan kepada konsumen (Kotler,1997). Sedangkan saluran distribusi adalah
kesatuan orang dan badan usaha yang terlibat dalam proses distribusi produk
(Stanton et.al, 1994). Beberapa bentuk saluran distribusi antara lain : agen distribusi,
retailler, dan wholeseller.
Menurut Stanton et.al (1994), promosi adalah semua kegiatan yang berkaitan
dengan mendesain dan mengatur tiga elemen bauran pemasaran lainnya, yaitu
produk, harga, dan distribusi untuk mengkomunikasikannya dan mempengaruhi
konsumen yang sudah ada dan konsumen yang potensial agar tertarik dan kemudian
melakukan tingkat pembelian.
Alat-alat yang dapat digunakan untuk promosi menurut Engel et.al, (1995)
antara lain : iklan melalui berbagai media massa, personal selling (penjualan secara
personal), reseller support (pemberian insentif), consumer relationship, dan
publisitas non iklan yang ditampilkan oleh media massa.
H. RISET PEMASARAN
Riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang
dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian,
pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Hasil riset
penelitian dapat dipakai untuk merumuskan strategi pemasaran dalam merebut
peluang pasar (Rangkuti, 1997). Sedangkan menurut Supranto (1991), riset
pemasaran adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan serta analisis seluruh fakta
atau data yang menyangkut persoalan yang berhubungan dengan pemindahan dan
penjualan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Menurut Umar (1997), langkah-langkah dalam riset pemasaran adalah
sebagai berikut : 1) Pendefinisian dan perumusan masalah; 2) Perumusan hipotesa;
3) Penentuan metode dan desain riset; 4) Penentuan variabel, data, dan sumber data;
5) Pengumpulan data; 6) Pengolahan data; 7) Analisis dan interpretasi data hasil
olahan; 8) Pembuatan kesimpulan dan saran, dan 9) Pembuatan laporan hasil riset.
Menurut Kinnear dan Taylor (1995), riset pemasaran dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a. Riset eksploratif, riset ini cocok diterapkan pada situasi manajemen yang sedang
menelusuri permasalahan, mencari gagasan, hipotesis baru atau menginginkan
rumusan permasalahan yang lebih tepat.
b. Riset konklusif, riset ini memberikan informasi untuk mengevaluasi dan
menyeleksi serangkaian tindakan.
c. Riset pemantauan hasil, riset ini digunakan untuk mengendalikan program
pemasaran sesuai dengan seleksi dan evaluasi yang telah dilakukan.
Desain atau rancangan riset adalah suatu pengaturan syarat-syarat untuk
mengontrol pengumpulan data di dalam suatu riset sedemikian rupa dengan tujuan
untuk mengkombinasikan semua informasi yang akurat sesuai dengan tujuan riset.
Cara pengumpulan data itu harus dilakukan seefisien mungkin dengan biaya rendah,
tenaga yang sedikit serta waktu yang relatif pendek akan tetapi dapat memberikan
informasi yang cukup teliti (Supranto, 1998).
Menurut Kinnear dan Taylor (1995), ada dua macam penarikan sampel
(sampling) yaitu probability sampling dan non probability sampling. Pada metode
probability sampling, peluang setiap unsur populasi memiliki untuk terpilih
menjadi sampel dapat diketahui. Sedangkan pada non probability sampling, peluang
untuk terpilih menjadi sampel tidak dapat diketahui dengan pasti.
Ada tiga jenis metode penarikan sampel non probabilitas yaitu : metode
penarikan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling), penarikan
sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling), dan penarikan sampel
berdasarkan kuota (quota sampling). Penarikan sampel kemudahan paling sering
digunakan karena kemudahan dan fleksibilitasnya. Cara ini merupakan cara yang
paling mudah dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan riset eksploratif dan
sesuai untuk penelitian dengan waktu, biaya, dan tenaga yang terbatas (Kinnear dan
Taylor, 1995).
I. ANALISIS CLUSTER
Analisis cluster pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu
proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya
sebagai cluster. Pada riset pemasaran, analisis cluster biasanya digunakan untuk
melakukan proses segmentasi sejumlah responden (konsumen) berdasarkan ciri-ciri
sejumlah atribut yang ada. Analisis cluster dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
Hierarchical Cluster dan K-Means Cluster. Pengelompokkan (clustering) secara
hirarki biasanya digunakan untuk jumlah sampel (data) yang relatif sedikit.
Sedangkan untuk data yang banyak (di atas 200 sampel dapat digunakan) K-Means
Cluster, yang sekarang merupakan metode cluster yang paling populer digunakan
(Santoso, Tjiptono, 2001).
J. ANALISIS KORESPONDENSI
Analisis korespondensi adalah alat pengujian untuk mengetahui hubungan
interdependen atau saling ketergantungan antarvariabel/data. Analisis korespondensi
lebih berhubungan dengan objek dari suatu penelitian. Analisis korespondensi
mempunyai ciri, yaitu data yang diinput adalah data nonmetrik dan oada
kebanyakan kasus, data yang dipakai adalah data nominal (Santoso, Tjiptono, 2001).
Analisis korespondensi adalah suatu teknik eksplorasi peubah ganda yang
mengkonversikan suatu matriks data ke dalam suatu bentuk grafik dimana setiap
baris dan kolom matriks diperagakan sebagai gugusan titik. Analisis korespondensi
menggambarkan kedekatan profil antar kategori tiap gugus data dalam bentuk grafik
atas dasar posisi relatif yang menunjukkan jarak antar kategori. Bentuk paling
mendasar dari analisis korespondensi adalah aplikasinya pada tabel kontingensi dua
arah (Grenacre dan Hastie, 1987).
K. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh Lutfiah
(2000) yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Madu Odeng”. Penelitiannya
bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta
merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi perusahaan di masa mendatang.
Hasil penelitiannya dengan menggunakan analisis SWOT menyebutkan bahwa
kekuatan utama dari madu dengan merek “Odeng” adalah terjaminnya keaslian
madu dan merek yang sudah dikenal oleh konsumen. Kelemahannya antara lain
mutu madu yang berbah-ubah, kurangnya kegiatan promosi, dan keterbatasan modal
yang dimiliki. Sedangkan peluang dimiliki yaitu adanya dukungan pemerintah dan
bertambahnya jumlah pengecer madu “Odeng”. Namun pemasaran madu “Odeng”
juga mendapat ancaman dengan semakin banyaknya madu impor yang beredar di
pasaran.
Farida (2000) dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Perkembangan Usaha
Lebah Madu (Apis mellifera) (Studi Kasus di Perusahaan Madu Odeng, Cibubur).
Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa strategi pemasaran perusahaan madu
Odeng adalah dengan menjual madu dalam bentuk curah dan dalam bentuk kemasan
botol. Madu dalam bentuk curah dijual langsung ke konsumen akhir, atau konsumen
datang langsung ke perusahaan. Sedangkan madu dalam kemasan botol dijual
melalui kedai-kedai, agen, dan pameran untuk konsumen akhir. Sistem pemasaran
madu yang dilakukan adalah untuk menghindari saluran distribusi panjang yang
mengakibatkan harga pasar madu cukup tinggi dan perusahaan terhindar dari
pemalsuan madu dengan merek yang sama.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Bassit (2003) yang berjudul Penempatan
Posisi (Positioning) Produk Minuman Madu (Studi Kasus di Pusat Perlebahan
Nasional Parung Panjang). Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui preferensi
konsumen terhadap produk minuman madu dan menentukan penempatan posisi
(positioning) minuman madu yang diproduksi oleh Pusbahnas. Hasil penelitiannya
dengan menggunakan analisis kuadran dan peringkat keunikan produk,
menyebutkan bahwa produk minuman yang diproduksi oleh Pusat Perlebahan
Nasional Parung Panjang paling tepat diposisikan sebagai minuman yang higienis,
segar, dan menyehatkan. Positioning statement yang disampaikan adalah “minuman
madu, sangat baik untuk anak-anak dan cocok bagi orang yang aktif bekerja, atau
dapat dengan positioning produk minuman madu tersebut.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN
Tujuan akhir dari konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan
konsumen sepenuhnya. Kepuasan konsumen sepenuhnya bukan berarti memberikan
kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Dalam merencanakan
strategi pemasaran yang kompetitif, efektif, dan efisien, maka perusahaan perlu
memiliki pemahaman mengenai pasar dan perilaku konsumen. Dengan mengenali
dan membedakan kelompok konsumen, pengembangan strategi pemasaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hal itu merupakan syarat utama bagi
setiap perusahaan yang ingin mempertahankan eksistensinya dalam persaingan
pasar. Taktik bauran pemasaran merupakan taktik untuk merangsang penjualan
dengan jalan merubah atau memodifikasi salah satu atau lebih elemen bauran
pemasaran yaitu 4P: product, price, place, dan promotion.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung di pasar,
penyebaran kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Metode analisis yang akan
digunakan adalah analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi.
Identifikasi atribut-atribut produk madu dilakukan dengan wawancara dan
penyebaran kuesioner dengan para pakar atau praktisi yang sudah memahami
karakteristik produk madu dan pemasarannya. Kemudian dari atribut-atribut yang
diperoleh, penulis menyusun kuesioner dengan menambahkan pertanyaan yang
berusaha mengetahui perilaku dan preferensi konsumen terhadap atribut madu dan
produk-produk pesaingnya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.
B. SUMBER DATA
E. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung,
wawancara dengan pihak perusahaan madu (Pusbahnas), dan penyebaran kuesioner
dengan teknik wawancara terhadap responden di lima kecamatan di wilayah Bogor.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas)
Perhutani, instansi-instansi yang terkait dengan penelitian, berbagai literatur di
perpustakaan IPB, dan informasi dari beberapa situs internet.
Madu
Uji MPE
• Analisis Cluster
Atribut-atribut Madu dan Atribut-atribut produk-produk pesaingnya
Identifikasi Atribut yang mempengaruhi Preferensi Konsumen
Atribut-atribut Madu dan Atribut-atribut produk-produk pesaingnya
yang mempengaruhi konsumen
Analisis Perilaku dan Preferensi Konsumen Madu • Analisis Pembobotan
• Analisis Korespondensi
Segmentasi, Target, Posisi, dan Bauran Produk Madu
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian C. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan
mengumpulkan data dari konsumen. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989),
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan yang utama.
Tipe desain riset yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe riset
deskriptif. Riset deskriptif memiliki tujuan untuk menjelaskan karakteristik pasar
atau konsumen. Karakteristik riset ini memiliki desain penelitian secara terstruktur
dengan menggunakan data primer (survei), data sekunder, panel atau observasi
(Rangkuti, 1997)
D. PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KUESIONER
Kuesioner yang digunakan dibuat dalam bentuk pertanyaan terbuka dan
terutup yang jelas dan tidak mengandung makna yang tersembunyi bagi pihak
responden. Pertanyaan dalam kuesioner meliputi aspek demografi responden, serta
aspek perilaku dan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut madu dan produk
pesaingnya.
Pengujian terhadap kuesioner dilakukan sebelum kuesioner yang sebenarnya
disebarkan kepada responden. Pengujian ini dilakukan agar dapat memperoleh
informasi dengan tingkat keandalan (reliability) dan keabsahan (validity) sebesar
mungkin. Validitas atau keabsahan adalah menyangkut pemahaman mengenai
kesesuaian antara konsep dengan kenyataan empiris. Sedangkan, reliabilitas adalah
tingkat konsistensi suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
diandalkan kebenarannya dan dapat dipercaya bila alat ukur itu digunakan kembali
kedua kalinya untuk mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk untuk mengetahui
adanya komponen konstruk yang ditunjukkan dengan adanya korelasi antara satu
dengan yang lainnya. Korelasi antar pertanyaan diukur dengan menggunakan rumus
teknik korelasi product moment sebagai berikut :
)]Y(YN)()X(XN[(
)(-)(Nr2222 Σ−ΣΣ−Σ
ΣΧΣΥΣΧΥ=
Keterangan : X = skor pada pertanyaan yang diukur
Y = skor total masing-masing pertanyaan
N = jumlah pengamatan
r = indeks validitas
Jika diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel pada tingkat signifikansi (α) = 0,05,
maka pertanyaan pada kuesioner mempunyai validitas konstruk atau terdapat
konsistensi internal dalam pertanyaan tersebut dan layak digunakan.
Dalam penelitian ini indeks reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik
pengukuran ulang (test re-test). Artinya, responden diminta untuk mengisi kuesioner
yang sama sebanyak dua kali dalam selang waktu tertentu antara 15 sampai 30 hari.
Kemudian skor akhir dikorelasikan dengan teknik product moment. Nilai korelasi
yang diperoleh dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan.
E. PENENTUAN JUMLAH DAN PENGAMBILAN SAMPEL
Untuk menentukan jumlah responden minimal yang dibutuhkan sebagai data
primer digunakan rumus Slovin, yaitu salah satu teknik untuk menentukan jumlah
sampel dengan tingkat ketelitian 7 – 10%. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang
akan diambil dihitung menggunakan rumus Slovin dengan tingkat toleransi
kesalahan (error) 8% (0,08). Jumlah tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
21 NeNn
+=
Keterangan : N = Ukuran populasi penduduk
n = Jumlah sampel
e = toleransi kesalahan pengambilan sampel, yaitu 8% (0,08)
Namun untuk menghindari adanya salah interpretasi dari responden dalam
menjawab kuesioner, maka jumlah kuesioner ditambah menjadi 180 buah kuesioner.
Jumlah penduduk beberapa kecamatan di Bogor dapat dilihat pada tabel 3 di bawah
ini,
Tabel 3. Penyebaran kuesioner di beberapa kecamatan di Bogor Kecamatan Jumlah Penduduk
Dramaga* 80.421 Ciomas* 176.534 Cibinong* 90.914 Bogor Barat** 168.052 Bogor Tengah** 80.523
Total 596.444 Penarikan sampel dilakukan dengan penyebaran kuesioner menggunakan
metode non random sampling dengan prosedur purposive sampling, yaitu metode
penarikan sampel secara sengaja dan tidak acak berdasarkan pertimbangan ahli
sesuai dengan tujuan penelitian. Penarikan sampel dilakukan di kecamatan yang
menjadi ibukota pemerintahan di Bogor (Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Bogor Tengah), di kecamatan yang memiliki pusat pendidikan tinggi (IPB,
Kecamatan Dramaga), serta di kecamatan yang memiliki sentra perdagangan dan
kawasan perumahan (Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah). Alasan pemilihan
metode ini adalah pertimbangkan kemudahan dalam menemui responden di tempat-
tempat tersebut dan pernah mengkonsumsi madu.
Sampel diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di beberapa tempat lima
kecamatan di daerah Bogor, yaitu di lingkar Kampus IPB dan Cangkurawok
(Kecamatan Dramaga), di Perumnas BTN dan Pertigaan Karadenan (Kecamatan
Cibinong), di Komplek Laladon dan Pagelaran (Kecamatan Ciomas), di Balumbang
Jaya dan Marga Jaya (Kecamatan Bogor Barat), serta di Jl. Pajajaran dan Babakan
Fakultas (Kecamatan Bogor Tengah).
Berdasarkan data populasi penduduk lima kecamatan di Kotamadya dan
Kabupaten Bogor dari www.jakweb.com/id/jabar/regency/bogor/2005 dan
www.kotabogor.or.id/2004 diketahui berjumlah 596.444 jiwa. Besarnya persentase
sampel disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk kecamatan tersebut.
F. METODE PENGOLAHAN DATA
Pada penelitian ini pengolahan data primer dari kuesioner yang terkumpul
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel for Windows 2003,
program SPSS 11.0 for Windows dan program Minitab 13.0 for Windows. Data dan
hasil penelitian yang bersifat kualitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif,
sedangkan data kuantitatif diuji dengan beberapa uji statistik untuk melihat
hubungan antarvariabel digunakan analisis yang akan digunakan antara lain :
analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi.
Analisis yang digunakan adalah analisis pembobotan untuk mengetahui
urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam pembelian madu, analisis
cluster konsumen dengan untuk menentukan segmentasi dan target pasar konsumen
madu, dan metode analisis korespondensi untuk melihat posisi produk madu
atributnya dengan produk pesaingnya. Dari perpaduan analisis pembobotan, analisis
cluster, dan analisis korespondensi akan disusun alternatif strategi dan taktik pemasaran
produk madu. Analisis cluster digunakan untuk menyusun strategi pemasaran.
Analisis pembobotan dan analisis korespondensi akan digunakan untuk menyusun
taktik pemasaran.
G. TATA LAKSANA
Proses penelitian diawali dengan penentuan masalah, sehingga masalah dapat
didefinisikan dan metode penyelesaian masalah disesuaikan dengan tujuan
penelitian, ruang lingkup, peubah/atribut, serta asumsi alternatif yang ada.
Kemudian pendekatan masalah ini dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan
pengumpulan data primer langsung dari responden yang pernah mengkonsumsi
madu. Observasi dilakukan terhadap pasar dan konsumen.
Identifikasi atribut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk madu di wilayah Bogor
berdasarkan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Identifikasi atribut
dilakukan dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para
pakar dan praktisi dalam produksi dan pemasaran madu di Pusat Perlebahan
Nasional (Pusbahnas).
Hasil dari identifikasi atribut-atribut yang mempengaruhi preferensi
konsumen madu dan produk pesaingnya dengan uji MPE, didapatkan sepuluh
atribut yang berpengaruh, yaitu atribut manfaat/khasiat, logo halal, kehigienisan,
kemasan, rasa, harga, ketersediaan, promosi, aroma, citra produsen, kadar air,
keaslian, dan kekentalan. Tiga atribut terakhir digunakan khusus pada pertanyaan
terbuka untuk mengurutkan prioritas atribut untuk produk madu. Sedangkan
kesepuluh atribut yang lain digunakan untuk atribut madu dan produk pesaingnya
pada pertanyaan tertutup menggunakan skala likert.
Tahapan penelitian dilanjutkan dengan pembuatan kuesioner konsumen
berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan produk madu dan produk
pesaingnya secara umum. Kuesioner yang sudah dibuat diuji dengan uji validitas
dan uji reliabilitas agar hasilnya dapat dipercaya. Data dan informasi yang diperoleh
dari penyebaran kuesioner diolah dengan menggunakan analisis pembobotan,
analisis cluster, dan analisis korespondensi. konsumen dalam pembelian produk
madu dan membuat alternatif strategi bauran pemasaran yang tepat bagi produk
madu. Diagram alir proses penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.
Mulai
Penentuan Judul, Tujuan, dan Ruang Lingkup Penelitian
Studi Pustaka
YES
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuesioner
Pembuatan Kuesioner
Identifikasi Atribut yang
NO
mempengaruhi konsumen
Pelaksanaan Survei Konsumen
Pengolahan Data
Analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi
Analisis data dan penarikan
k i l
Selesai
Gambar 3. Diagram Alir Proses Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUJIAN KUESIONER
Pengujian kuesioner konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan dua
macam uji, yaitu uji reliabilitas dan uji validitas. Uji reliabilitas untuk menguji
tingkat konsistensi suatu alat ukur yang digunakan. Sedangkan uji validitas
digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur.
Pengujian validitas yang digunakan pada kuesioner konsumen ini adalah uji
validitas konstruk dengan teknik korelasi product moment untuk variabel yang
berskala ordinal dan validasi berdasarkan justifikasi pihak ahli, yaitu pakar madu
untuk variabel yang berskala nominal. Hasil pengujian validitas untuk pertanyaan
yang berskala ordinal menyatakan sepuluh atribut dari lima belas jenis produk yang
menjadi objek survei, valid dengan faktor koreksi 95%. Artinya dengan angka
korelasi yang diperoleh maka kesepuluh variabel tersebut memiliki validitas
konstruk untuk mengukur jenis produk yang sama. Sedangkan untuk hasil uji
validasi dengan justifikasi ahli menunjukkan ada beberapa pertanyaan yang
penyusunan redaksional kata-katanya perlu diperbaiki, sampai beberapa pertanyaan
yang telah diperbaiki dinyatakan benar. Adapun kesepuluh atribut tersebut adalah :
atribut manfaat, logo halal, kehigienisan, kemasan, rasa, harga, ketersediaan,
promosi, aroma, dan citra produsen.
Teknik pengujian reliabilitas pada kuesioner ini menggunakan teknik
pengukuran ulang atau test re-test. Pengujian ini dilakukan terhadap 30 orang
responden untuk mengisi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda dengan
selang waktu selama 15 hari. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel dan memiliki
konsistensi yang dapat diandalkan bila angka nilai r hitung pada pengujian tingkat
reliabilitasnya lebih besar daripada angka kritis nilai r-nya pada tabel untuk taraf
kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini didapatkan bahwa nilai r
hitung adalah sebesar 0,480. Angka ini lebih besar dari nilai r tabel pada taraf
kepercayaan 95% yaitu 0,361. Karena angka r hitung yang diperoleh telah
memenuhi persyaratan, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan
pada penelitian ini reliabel sebagai alat ukur untuk menggambarkan perilaku dan
preferensi konsumen yang menjadi objek survei pada taraf kepercayaan 95%.
B. PENYEBARAN KUESIONER
Jumlah kuesioner yang disebarkan pada penelitian ini sebanyak 180 buah
kuesioner. Penyebaran kuesioner yang berlebih dimaksudkan untuk mengantisipasi
kuesioner yang tidak kembali dan yang tidak valid. Dari total kuesioner yang
disebarkan sebanyak 165 buah kuesioner diolah untuk kepentingan penelitian ini.
Jumlah tersebut telah memenuhi standar jumlah sampel minimal yang
disyaratkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan
persen kesalahan (e) 0,08 yaitu 156 buah. Jumlah tersebut diperoleh dari
perhitungan dibawah ini,
156242.3818
596444)08.0(5964441
5964441 22 ≈=
+=
+=
NeNn orang
Data mengenai proporsi penyebaran kuesioner di lima kecamatan di wilayah
Bogor dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4. Penyebaran kuesioner di beberapa kecamatan di Bogor Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah Sampel
di Lapangan Persentase
(%) Dramaga* 80.421 22 13 Ciomas* 176.534 50 30 Cibinong* 90.914 25 15
Bogor Barat** 168.052 46 28 Bogor Tengah** 80.523 22 13
Total 596.444 165 100 Sumber : *) http://www.jakweb.com/id/jabar/regency/bogor/
**) http://www.kotabogor.go.id/
C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata
/ uang saku per bulan, pengeluaran rata-rata per bulandan suku daerah asal
responden. Dari hasil survei terhadap 165 orang responden diperoleh hasil bahwa
82% adalah konsumen madu dan 18% bukan konsumen madu
Kelompok Responden
82
18
010203040
5060708090
Konsumen Non Konsumen
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 4. Proporsi kelompok responden
Data selengkapnya mengenai karakteristik responden tersebut diuraikan
sebagai berikut
1. Jenis Kelamin Konsumen
Dari jumlah responden keseluruhan diperoleh hasil bahwa 52% konsumen
madu berjenis kelamin laki-laki dan 30% adalah perempuan. Proporsi ini
menunjukkan bahwa jumlah konsumen laki-laki lebih banyak dari wanita, Data
mengenai proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar 5.
Jenis Kelamin Responden (%)
52
30
117
0
10
20
30
40
50
60
Pria Wanita
Pers
enta
se (%
)Konsumen
NonKonsumen
Gambar 5. Proporsi jenis kelamin responden
2. Usia Konsumen
Hasil pengamatan mengenai kelompok usia responden (lihat gambar 6),
diketahui bahwa kelompok usia 21-30 tahun merupakan kelompok usia terbesar
yang menjadi konsumen madu dengan persentase sebesar 48%. Kemudian
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 46%, usia 41-50 tahun 22%, usia 15-20 tahun
16%, dan usia 51-60 tahun sebanyak 3%. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden berusia muda antara 21-30 tahun.
Usia Responden (%)
16
48 46
22
310
29 28
13
20
10
20
30
40
50
60
15-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 6. Proporsi Usia responden
3. Pekerjaan Responden
Berdasarkan jenis pekerjaan atau profesi responden menunjukkan bahwa
38% dari total responden yang adalah pelajar/mahasiswa, 18% ibu rumah tangga,
35% berprofesi sebagai wiraswasta, 18% berprofesi sebagai pegawai negeri sipil,
25% sebagai karyawan swasta dan jenis pekerjaan lainnya 1%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai
pelajar/mahasiswa dan wiraswasta. Data selengkapnya mengenai pekerjaan
responden dapat dilihat pada gambar 7.
4. Pendidikan Responden
Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir responden
(lihat gambar 8) diketahui bahwa jumlah konsumen madu memiliki tingkat
pendidikan SD sebanyak 12%, tingkat pendidikan SMP sebanyak 16%, tingkat
pendidikan SMA sebanyak 53%, tingkat pendidikan Diploma sebanyak 10%,
tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 43%, dan tingkat pendidikan Pasca Sarjana
sebanyak 1%.
Pekerjaan Responden (%)38
18
35
18
25
1
23
11
21
1115
105
10152025303540
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta PNS
Karyawan swastaLainnya
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 7. Proporsi Pekerjaan responden
Pendidikan terakhir responden (%)
1216
53
10
43
17 10
32
6
26
10
10
20
30
40
50
60
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/M
A
Diploma
Sarjan
a
Lainny
a
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 7. Proporsi tingkat pendidikan responden
5. Pendapatan Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pendapatan rata-rata responden per bulan (lihat gambar 9)
diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pendapatan rata-rata per bulan dibawah Rp 300.000,- sebanyak 13%, pendapatan Rp
300.001 - Rp 500.000 sebanyak 41%, pendapatan Rp 500.001 - Rp 1.000.000
sebanyak 36%, pendapatan Rp 1.000.001 - Rp 1.500.000 sebanyak 25%, pendapatan
Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 sebanyak 14%, pendapatan Rp 2.000.001 - Rp
3.000.000 sebanyak 4%, dan pendapatan diatas Rp 3.000.000,- per bulan sebanyak 2
orang 1%.
6. Pengeluaran Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pengeluaran rata-rata responden per bulan (lihat gambar 10)
diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 250.000,- sebanyak 14%, Rp 250.001 -
Rp 400.000 sebanyak 40%, Rp 400.001 - Rp 800.000 sebanyak 38%, Rp 800.001 -
Rp 1.250.000 sebanyak 23%, Rp 1.250.001 - Rp 1.750.000 sebanyak 14%, Rp
1.750.001 - Rp 2.500.000,- sebanyak 4%, dan pengeluaran per bulan diatas Rp
2.500.000,- sebanyak 2%. Data mengenai tingkat pengeluaran responden dapat
dilihat pada gambar 9.
Pendapatan Responden Rata-rata per bulan (%)
13
4136
25
14
4 28
2522
15
82 1
05
1015202530354045
< 300.000
301.000-500.000
501.000-1.000.000
1.000.001-1.500.000
1.501.000-2.000.000
2.001.000-3.000.000
> 3.000.000
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 8. Proporsi tingkat pendapatan responden
Pengeluaran Rata-rata responden per bulan (%)
14
40 38
23
14
4 2
8
24 23
148
2 105
1015202530354045
< 250.000
251.000-400.000
401.000-800.000
800.001-1.250.000
1.251.000-1.750.000
1.751.000-2.500.000
> 2.500.000
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 9. Proporsi tingkat pendapatan responden
7. Suku Asal Responden
Berdasarkan suku asal responden dapat diketahui bahwa jumlah responden
yang menkonsumsi madu berasal dari suku Sunda sebanyak 61%, suku Jawa
sebanyak 37%, suku Betawi 12%, suku Minang 6%, suku Batak 2%, Palembang
3%, suku Bugis 1%, dan suku Sumbawa 2%. Sedangkan responden yang berasal
dari suku daerah lain sebesar 2%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berasal dari suku Sunda. Data mengenai suku asal responden dapat dilihat pada
gambar 11.
Suku Asal Responden (%)
61
32
15
410
2 3 5 3
37
19
92
61 2 3 2
0
10
20
30
40
50
60
70
Sunda
Jawa
Betawi
Batak
Minang
Bugis
Sumba
wa
Palemba
ng
Lainny
a
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 10. Proporsi suku asal responden
D. PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN MADU
1. Pengetahuan Responden tentang Manfaat atau Khasiat Madu
Pengetahuan konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya akan
memudahkan konsumen dalam memutuskan produk mana yang akan dipilih dan
dibeli. Sebaliknya kurangnya pengetahuan akan informasi produk yang akan
dikonsumsinya menyebabkan konsumen mudah tertipu dengan tampilan luar produk
yang sebetulnya tidak layak dibeli atau dikonsumsi.
Responden yang tahu adalah responden yang ketika ditanya menjawab tahu
dan dapat menyebutkan apa saja manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan.
Sedangkan responden yang tidak tahu adalah responden yang memberikan jawaban
tidak rahu pada saat pengisian kuesioner. Berdasarkan tabel 5 diperoleh informasi
bahwa sebanyak 84% responden mengetahui manfaat atau khasiat dari madu dan
18% responden tidak mengetahui manfaat atau khasiat madu.
Tabel 5. Pengetahuan responden tentang manfaat/khasiat madu Pengetahuan responden tentang
manfaat / khasiat madu Jumlah Persentase
(%) Tahu 138 84
Tidak Tahu 27 16 Total 165 100
2. Pengalaman Responden Membeli atau Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan pengalaman responden membeli atau mengkonsumsi madu
(tabel 6), sebanyak responden 53% pernah membeli dan mengkonsumsi madu, 29%
tidak pernah membeli madu tapi pernah mengkonsumsi madu, dan 18% tidak
pernah membeli dan tidak pernah mengkonsumsi madu. Konsumen adalah
responden yang menjawab pernah mengkonsumsi madu. Konsumen yang tidak
pernah membeli tetapi pernah mengkonsumsi juga termasuk konsumen. Hal itu
dimungkinkan karena konsumen mendapatkan madu dari keluarga atau temannya,
dan juga karena konsumen mengkonsumsi madu bersama-sama dengan keluarga
atau temannya.
Tabel 6. Pengalaman responden dalam membeli/mengkonsumsi madu Pengalaman responden membeli / mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase (%)
Pernah Beli & Konsumsi Madu 88 53 Pernah Beli tapi Tidak Pernah Konsumsi Madu 0 0 Tidak Pernah Beli tapi Pernah Konsumsi Madu 47 29 Tidak Pernah Beli & Konsumsi Madu 30 18
Total 165 100 Adapun alasan responden yang tidak membeli madu (lihat tabel 7) antara
lain 60% responden beralasan karena harganya mahal. Hal ini menunjukkan bahwa
harga madu yang mahal masih menjadi alasan utama responden tidak membeli dan
tidak mengkonsumsi madu, khususnya pada masyarakat kelas ekonomi menengah
ke bawah.
Tabel 7. Alasan responden yang tidak membeli madu Alasan responden yang tidak membeli
dan tidak mengkonsumsi madu Jumlah Persentase
(%) Tidak menyukainya 3 6 Harganya mahal 18 34 Sulit untuk mendapatkannya 12 23 Keasliannya meragukan 7 13 Tidak/belum membutuhkannya 11 21 Lainnya 2 3
Total 53 100 (*) Pilihan boleh lebih dari satu
3. Tujuan Konsumen Membeli Madu
Berdasarkan data tabel 8, dapat diketahui bahwa sebanyak 53% konsumen
membeli atau mengkonsumsi madu tujuan konsumen membeli madu adalah untuk
dikonsumsi sendiri dengan persentase sebesar 45%. Kemudian diikuti denagn tujuan
untuk dikonsumsi bersama keluarga sebesar 30% dan untuk dikonsumsi bersama
teman sebesar 11%. Data ini menunjukkan adanya kecenderungan konsumen untuk
mengkonsumsi madu sendiri tanpa ingin berbagi dengan orang lain atau
mengkonsumsinya bersama keluarga di rumah. Hal ini biasanya dilakukan oleh
konsumen yang membeli madu dengan ukuran volume kecil, yakni ukuran 20 ml
(sachet), ukuran 100 ml, dan ukuran 250/300 ml.
Tabel 8. Tujuan pembelian madu oleh konsumen Tujuan membeli madu Jumlah Persentase (%)
Untuk dikonsumsi sendiri 40 45 Untuk dikonsumsi bersama keluarga 6 30 Untuk dikonsumsi bersama teman 10 11 Untuk oleh-oleh 5 6 Untuk dijual kembali 3 3 Lainnya 4 5
Total 92 100 4. Motivasi Konsumen Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan motivasi konsumen untuk mengkonsumsi madu (lihat tabel 9)
diketahui bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu sebagai obat untuk
penyakit yang sedang diderita dengan persentase sebesar 32%. Kemudian disusul
dengan motivasi untuk meningkatkan kebugaran tubuh sebesar 26% dan untuk
campuran makanan atau minuman sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa
manfaat atau khasiat madu memang sudah lama diyakini oleh masyarakat sebagai
resep yang manjur untuk melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit.
Tabel 9. Motivasi konsumen mengkonsumsi madu Motivasi mengkonsumsi madu Jumlah Persentase (%)
Untuk pengobatan penyakit 43 32 Untuk perawatan kulit dan wajah 15 11 Sebagai campuran pada makanan / minuman 19 14 Untuk meningkatkan kecerdasan 13 10 Untuk meningkatkan kebugaran 35 26 Untuk coba-coba 6 4 Lainnya 4 3
Total 135 100
5. Frekuensi dan Waktu Mengkonsumsi madu
Berdasarkan data frekuensi mengkonsumsi madu (lihat tabel 10) diperoleh
informasi bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu secara tidak
menentu dengan persentase sebesar 34%. Diurutan kedua dan ketiga adalah
konsumen yang mengkonsumsi madu satu kali sehari sebesar 27% dan yang
mengkonsumsi 2-3 kali sehari sebesar 21%. Ini artinya sebagian besar konsumen
belum membiasakan dirinya untuk mengkonsumsi madu secara rutin dan teratur.
Hal ini dapat disebabkan karena daya beli karena keinginan untuk sembuh dari
penyakit yang diderita, sehingga konsumen mengkonsumsi madu hanya ketika
sedang sakit saja.
Tabel 10. Frekuensi konsumsi madu konsumen Frekuensi mengkonsumsi madu Jumlah Persentase (%)
Satu kali sehari 37 27 2-3 kali sehari 28 21 2-3 hari sekali 15 11 Satu minggu sekali 9 7 Tidak menentu 46 34
Total 135 100
Berdasarkan informasi pada tabel 11 diketahui bahwa waktu mengkonsumsi
madu paling banyak dilakukan oleh konsumen adalah ketika sedang sakit dengan
persentase sebesar 28%. Kemudian diikuti oleh waktu mengkonsumsi madu sehabis
makan 24%, setelah selesai bekerja 13%, dan sebelum berangkat bekerja 10%.
Tabel 11. Waktu mengkonsumsi madu Waktu Mengkonsumsi Madu Jumlah Persentase (%)
Sebelum bekerja 13 10 Setelah bekerja 19 13 Sebelum olahraga 9 7 Setelah olahraga 8 6 Sebelum makan 12 9 Setelah makan 32 24 Ketika sakit 38 28 Lainnya 4 3
6. Hal yang Dirasakan Konsumen Setelah Mengkonsumsi Madu
Sebagian besar konsumen madu merasakan kesembuhan dari penyakitnya
setelah mengkonsumsi madu dengan persentase sebesar 40%. Kemudian disusul
dengan konsumen yang merasakan staminanya pulih kembali sebesar 23%, daya
tahan tubuh meningkat sebesar 20%, perasaan lainnya sebesar 10%, dan biasa saja
atau tidak ada perubahan yang signifikan setelah mengkonsumsi sebesar 7% (Lihat
tabel 12).
Tabel 12. Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase (%)
Sembuh dari penyakit 54 40 Stamina pulih kembali 31 23 Daya tahan tubuh meningkat 27 20 Biasa saja (tidak ada perubahan) 10 7 Lainnya 13 10
Total 135 100
7. Merek Madu yang Dikonsumsi Konsumen
Merek madu yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen (lihat tabel 13)
yaitu merek Madurasa dengan persentase sebesar 30%, disusul dengan merek madu
Perhutani 18%. Urutan persentase merek madu berikutnya adalah madu Sumbawa
dengan persentase 16%, madu Nusantara 10%, madu Multisari 10%, madu merek
lainnya 7%, madu Kembang 4%, dan madu Apiari 4%. Hal ini menunjukkan madu
lokal dengan merek-merek yang sudah terekenal (Madurasa, Madu Perhutani, Madu
Nusantara, Madu Sumbawa Alami) masih digemari oleh konsumen madu di Bogor.
Adapun alasan konsumen yang membeli madu merek-merek diatas (tabel
14) antara lain 26% konsumen menjawab karena harganya murah, karena
keasliannya terjamin 21%, karena rasanya enak 19%, dan karena mudah untuk
mendapatkannya sebanyak 14%. Hal ini menunjukkan preferensi konsumen
terhadap merek madu harga yang murah lebih besar dibandingkan merek madu lain
yang ahrganya lebih mahal.
Tabel 13. Merek madu yang sering dikonsumsi konsumen Merek Madu Jumlah Persentase (%)
Madu Apiari 5 4 Madu Perhutani 24 18 Madurasa 41 30 Madu Sumbawa Alami 22 16
Madu Nusantara 15 10 Madu Multisari 13 10 Madu Kembang 6 4 Lainnya 9 7
Total 135 100 Tabel 14. Alasan konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek di atas
Alasan Konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek tersebut
Jumlah Persentase (%)
Rasanya enak 25 19 Keasliannya terjamin 29 21 Harganya murah 35 26 Mereknya terkenal 14 10 Mudah untuk memperolehnya 19 14 Lainnya 13 10
Total 135 100
8. Jenis Madu Jenis madu dapat diketahui dari jenis bunga nektar yang menjadi sumber
pakan lebah. Biasanya nama jenis madu tercantum pada label kemasan madu. Jenis
madu yang paling disukai oleh konsumen (lihat tabel 15) adalah jenis madu hutan
dengan persentase sebesar 25%. Jenis madu yang disukai oleh konsumen berturut-
turut adalah jenis madu bunga rambutan sebesar 17%, dan madu bunga randu
sebesar 14%.
Tabel 15. Jenis madu yang disukai konsumen
Jenis Aroma Madu Jumlah Persentase (%) Bunga Randu 19 14 Bunga Rambutan 23 17 Bunga Klengkeng 11 8 Bunga Karet 9 7 Bunga Kaliandra 9 7 Bunga Kopi 8 6 Bunga Apel 7 5 Hutan 34 25 Lainnya 15 11
Total 135 100
9. Ukuran Kemasan Madu Berdasarkan ukuran volume madu yang dibeli (lihat tabel 16), madu dengan
ukuran volume 20 ml paling banyak dibeli oleh konsumen dengan persentase
sebesar 29%. Kemudian secara berturut-turut persentase ukuran volume madu yang
dibeli oleh kosumen adalah ukuran 250 ml sebesar 21%, ukuran 350 ml sebesar
19%, ukuran 650 ml sebesar 16%, ukuran 1 L sebesar 1%, dan ukuran lainnya
sebesar 5%. Hal ini menunjukkan madu ukuran volume 20 ml yang harganya jauh
lebih murah dan pemakaian yang praktis cukup menarik bagi konsumen untuk
dikonsumsi.
Tabel 16. Ukuran Volume madu yang biasa dikonsumsi konsumen Ukuran Madu Jumlah Persentase (%)
20 ml 39 29 100 ml 11 8 250 ml 29 21 350 ml 26 19 650 ml 22 16 1 Liter 1 1 Lainnya 7 5
Total 135 100
10. Bahan dan Bentuk Kemasan Madu Bahan kemasan yang paling disukai konsumen adalah bahan dari botol kaca
dengan persentase sebesar 54%, kemudian diikuti oleh bahan plastik sebesar 24%.
Bahan kemasan berikutnya yang disukai konsumen adalah botol plastik sebesar
16%, kertas tetrapack 4%, dan lainnya sebesar 2% (lihat tabel 17)
Bentuk kemasan madu yang paling disukai oleh konsumen adalah bentuk
botol dengan persentase sebesar 74%. Kemudian bentuk kemasan madu lainnya
yang dipilih konsumen adalah bentuk kotak (sachet) sebesar 27%, tube (silinder) 7%
, bentuk prisma dengan persentase sebesar 5%, bentuk kerucut sebesar 2%, dan
bentuk lainnya 3% (lihat tabel 18)
Tabel 17. Bahan kemasan madu yang disukai konsumen Bahan kemasan madu Jumlah Persentase (%)
Botol Kaca 73 54 Botol plastik 21 16 Plastik (sachet) 33 24 Kertas tetrapack 5 4 Lainnya 3 2
Total 135 100
Tabel 18. Bentuk kemasan madu yang disukai konsumen
Bentuk Kemasan yang disukai Jumlah Persentase (%) Kotak (sachet) 37 27 Botol 74 55 Kerucut 3 2 Tube (silinder) 10 7 Prisma 7 5 Lainnya 4 3
Total 135 100
11. Informasi Label Madu Konsumen
Berdasarkan informasi yang diinginkan konsumen terdapat pada label
kemasan madu, informasi tentang kadaluarsa paling banyak diinginkan oleh
konsumen ada pada label kemasan madu dengan persentase sebesar 51%. Informasi
berikutnya yang harus ada adalah informasi tentang manfaat atau khasiat madu
dengan persentase sebesar 49%. Informasi lainnya yang diinginkan oleh konsumen
tercantum dalam label kemasan madu secara berturut-turut adalah logo halal 40%,
nilai gizi madu 40%, izin Departemen Kesehatan 38% (lihat tabel 19). Data di atas
menunjukkan kepedulian konsumen terhadap informasi yang terdapat pada label
kemasan madu. Banyak produsen madu masih mencantumkan sedikit sekali
informasi tentang produk pada label kemasannya, bahkan ada yang tidak
mencantumkan label kemasan sama sekali. Ada juga produsen madu yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluarasa, karena merasa yakin bahwa madu memiliki
daya tahan untuk jangka waktu yang lama, walaupun sebenarnya madu juga punya
umur simpan yang terbatas. Selain itu ada juga produsen madu yang tidak
mencantumkan komposisi, dan nilai gizi karena sedikitnya pengetahuan produsen
tentang produk madu. Dan yang paling banyak adalah produk madu tidak memiliki
izin dari Departemen Kesehatan, Kode SNI, dan sertifikasi halal dari LPPOM MUI
karena produsen beralasan proses administrasinya yang lama dan juga memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk mengurusnya.
Tabel 19. Informasi yang diinginkan konsumen ada pada label kemasan madu Informasi pada label
kemasan madu Jumlah Persentase
(%) Komposisi 30 22 Logo Halal 54 40 Nilai Gizi 54 40 Kode SNI 14 10
Aturan Pakai 22 16 Izin Departemen Kesehatan 51 38 Barcode 2 1 Tanggal Kadaluarsa 69 51 Merek Dagang 50 37 Khasiat Madu 66 49 Logo Produsen 10 7 Nama & Alamat produsen 19 14
Total 135 100
12. Tempat Pembelian Produk Madu Berdasarkan data pada tabel 20, diketahui bahwa warung atau toko menjadi
tempat pembelian madu paling banyak oleh konsumen dengan persentase sebesar 36
%. Supermarket menjadi pilihan konsumen berikutnya dengan persentase sebesar
26%. Setelah itu tempat pembelian madu yang menjadi pilihan konsumen adalah
agen dengan persentase sebesar 11% dan pasar tradisional 10%.
Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu karena alasan harga
madu yang murah merupakam alasan yang paling banyak dengan persentase sebesar
29%. Kemudian alasan berikutnya adalah karena lokasinya lebih dekat sebesar 24%,
persediaannya banyak 17%, dan produknya bervariasi sebesar 12% (lihat tabel 21.
Data di atas menunjukkan bahwa toko atau warung merupakan tempat pembelian
madu yang banyak didatangi konsumen karena harganya yang cukup murah dan
mudah dijangkau dari rumah dibandingkan dengan Supermarket .
Tabel 20. Tempat pembelian madu konsumen Tempat Pembelian Madu Jumlah Persentase (%)
Pasar 9 10 Supermarket 24 26 Warung/Toko 33 36 Outlet Produsen 4 4 Pedagang Keliling 5 5 Agen 10 11 Apotik 5 5 Lainnya 2 2
Total 92 100 Tabel 21. Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu
Alasan Konsumen Membeli Madu di Tempat Tersebut
Jumlah Persentase (%)
Lokasi lebih dekat 22 24
Pelayanannya bagus 5 5 Harganya murah 27 29 Persediaannya banyak 16 17 Kualitas madunya bagus 8 9 Produknya bervariasi 11 12 Lainnya 4 4
Total 92 100
Tabel 22. Tempat penjualan madu yang disukai konsumen Jumlah Tempat Penjualan Madu yang
disukai Konsumen Persentase
(%) Pasar 12 9 Supermarket 26 19 Warung/Toko 43 32 Outlet Produsen 11 9 Agen 15 11 Apotek 19 14 Lainnya 9 7
Total 135 100
Tempat penjualan madu yang disukai konsumen madu adalah warung atau
toko kelontong dengan persentase 32%. Supermarket menjadi pilihan konsumen
berikutnya dengan persentase sebesar 19%. Setelah itu tempat penjualan madu
menurut konsumen adalah apotek dengan persentase sebesar 14%, dan agen 11%
(lihat tabel 22).
Dari informasi pada tabel 20 – 22 dapat diambil kesimpulan bahwa warung
atau toko kelontong menjadi tempat yang paling banyak disukai dan dikunjungi
untuk membeli madu karena mudah dijangkau dari rumah dan menyediakan madu
ukuran sachet yang harganya jauh lebih murah.
13. Sumber Informasi Produk Madu
Pada tabel dapat dilihat bahwa sumber informasi konsumen madu terbesar
adalah dari pihak keluarga dengan persentase sebesar 34%, lalu disusul oleh
informasi dari teman sebesar 21%. Sumber informasi lainnya setelah keluarga dan
teman adalah internet sebesar 11%, iklan di koran sebesar 9%, dan iklan TV sebesar
8% (lihat tabel 23). Data tersebut menunjukkan pengetahuan tentang madu dan
manfaatnya lebih banyak diterima konsumen secara lisan dari keluarga dan
temannya dibandingkan melalui media cetak maupun media elektronik.
Tabel 23. Sumber informasi konsumen tentang madu Sumber Informasi Madu Jumlah Persentase (%)
Keluarga 46 34 Teman 28 21 Brosur 9 7 Internet 15 11 Iklan Koran 12 9 IklanTV 11 8 Even-even tertentu 10 7 Lainnya 4 3
Total 135 100
Bentuk promosi madu yang disukai oleh konsumen adalah iklan televisi
dengan persentase sebesar 24%. Setelah itu ada bentuk promosi dengan potongan
harga (discount) dengan persentase sebesar 16%, iklan di koran 13%, brosur atau
leaflet 12%, dan bentuk promosi lainnya 10% (lihat tabel 24). Ini menunjukkan
pengaruh iklan televisi dalam mempengaruhi konsumen sangat besar. Hal ini
disebabkan televisi sebagai media informasi audio visual dapat meymapaikan
informasi secara cepat. Namun besarnya biaya untuk memasang iklan pada stasiun
televisi menyebabkan media promosi ini kurang disukai oleh para produsen atau
pengusaha madu.
Tabel 24.Bentuk promosi madu yang Disukai konsumen Bentuk Promosi Madu Jumlah Persentase (%)
Iklan di Koran 17 13 Iklan di Majalah 7 5 Iklan di TV 32 24 Iklan di Radio 7 5 Iklan di Internet 10 7 Brosur/leaflet 16 12 Event tertentu 12 9 Potongan harga 21 16 Lainnya 13 10
Total 135 100
14. Harga Produk Madu berdasarkan Ukuran Kemasan yang Dikehendaki Konsumen
Harga madu yang diinginkan oleh konsumen sangat bervariasi sesuai ukuran
kemasan madu. Untuk madu kemasan sachet (20 ml) paling banyak diinginkan oleh
konsumen adalah pada kisaran harga Rp 500 – 1000,- dengan persentase sebesar
47%. Selanjutnya pada harga Rp 1001 – 1250,- sebesar 20%; dan harga Rp 1251 –
1500,- (lihat tabel 25).
Tabel 25. Harga madu kemasan sachet (20 ml) menurut konsumen Jumlah Harga madu kemasan sachet (20 ml)
yang tepat menurut konsumen Persentase
(%) Rp 500 - 1000 63 47 Rp 1001 - 1250 27 20 Rp 1251 - 1500 20 17 Rp 1501 - 1750 12 9 Rp 1751 - 2000 7 5 > Rp 2000 3 2 Total 135 100
Sedangkan pada madu kemasan botol ukuran sedang (250/300 ml), sebagian
besar konsumen menginginkan harga madu pada ukuran tersebut adalah antara Rp
20001 – 25000,- dengan persentase sebesar 50%. Kemudian diikuti oleh kisaran
harga Rp 15001 – 20000,- sebesar 19%; Rp 10001 – 15000,- sebesar 14%; dan Rp
25001 – 30000,- sebesar 13% (lihat tabel 26).
Tabel 26. Harga madu kemasan botol ukuran 250/300 ml menurut konsumen Jumlah Harga madu kemasan botol ukuran
250/300 ml yang tepat menurut konsumen Persentase
(%) < Rp 10000 1 1 Rp 10001 - 15000 17 14 Rp 15001 - 20000 26 19 Rp 20001 - 25000 68 50 Rp 25001 - 30000 19 13 > Rp 30000 4 3 Total 135 100
Untuk madu kemasan botol ukuran besar (600/650 ml), harga madu yang
paling diinginkan oleh konsumen adalah pada kisaran harga Rp 40001 – 45000,-
dengan persentase sebesar 35%. Kemudian diikuti oleh kisaran harga Rp 35001 –
40000,- sebesar 19%; dan Rp 30001 – 35000,- (lihat tabel 27).
Tabel 27. Harga madu kemasan botol ukuran 600/650 ml menurut konsumen Harga madu kemasan botol ukuran
600/650 ml yang tepat menurut konsumen Jumlah Persentase
(%) < Rp 20000 0 0 Rp 20001 - 25000 8 6
Rp 25001 - 30000 14 10 Rp 30001 - 35000 16 12 Rp 35001 - 40000 25 19 Rp 40001 - 45000 47 35 Rp 45001 - 50000 15 11 > Rp 50000 10 7
Total 135 100
15. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Lebah Selain Madu Menurut pengalaman mengkonsumsi produk hasil lebah selain madu,
sebagian besar konsumen menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 67%.
Sedangkan yang menjawab pernah mengkonsumsi produk hasi lebah selain madu
sebesar 33% (lihat tabel 28). Adapun produk hasil lebah selain madu yang paling
banyak dikonsumsi konsumen adalah royal jelly sebesar 65%. Sedangkan untuk
produk lainnya yaitu propolis sebesar 25%, dan bee pollen sebesar 8% (lihat tabel
29).
Tabel 28. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk lebah selain madu Pengalaman konsumen mengkonsumsi
Produk lebah selain madu Jumlah Persentase
(%) Pernah 60 33 Tidak Pernah 75 67
Total 135 100
Tabel 29. Produk lebah selain madu yang pernah dikonsumsi konsumen Produk lebah selain madu yang
pernah dikonsumsi Jumlah
Persentase
(%) Royal Jelly 39 65 Propolis 15 25 Bee Pollen 5 8 Lilin 1 2
Total 60 100 16. Pengalaman Mengkonsumsi Produk yang Mengandung Bahan Baku Madu
Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa 63% konsumen menjawab pernah
mengkonsumsi produk yang mengandung bahan baku madu dan 37% konsumen
tidak pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu (lihat tabel 30). Kemudian
secara berturut-turut produk hasil lebah yang pernah dikonsumsi oleh konsumen
yaitu Susu sebesar 21%, shampoo sebesar 21%, dan minuman ringan sebesar 19%
(lihat tabel 31).
Tabel 30. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk yang mengandung madu Pengalaman konsumen mengkonsumsi
produk yang mengandung madu Jumlah Persentase
(%) Pernah 85 63 Tidak Pernah 50 37
Total 135 100
Tabel 31. Produk mengandung bahan madu yang dikonsumsi konsumen Produk yang mengandung bahan
madu yang pernah dikonsumsi Jumlah Persentase
(%) Makanan Ringan 19 15 Minuman Ringan 26 19 Susu 28 21 Shampoo 29 21 Sabun 25 19 Jamu 23 17 Lainnya 3 2
17. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Kesehatan
Berdasarkan pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi minuman
kesehatan diketahui informasi bahwa konsumen 97% pernah mengkomsumsi
minuman kesehatan, dan yang mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman
kesehatan sebanyak 3% (lihat tabel 32). Sedangkan untuk pengalaman
mengkonsumsi minuman kesehatan, konsumen paling banyak menjawab susu
dengan persentase sebesar 71%. Lalu secara berturut-turut minuman kesehatan yang
pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu jamu sebesar 43%, teh sebesar 42%, dan
sari buah sebesar 23% (lihat tabel 33). Ini menunjukkan bahwa madu belum banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Tabel 32. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman kesehatan Pengalaman konsumen
mengkonsumsi minuman kesehatan Jumlah Persentase
(%) Pernah 131 97 Tidak Pernah 4 3
Total 135 100
Tabel 33. Minuman kesehatan yang dikonsumsi konsumen
Minuman kesehatan yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase (%)
Teh 63 42 Susu 107 71 Jamu 65 43 Sari buah 31 23 Lainnya 25 19
(*) Pilihan boleh lebih dari satu
18. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Penyegar
Sebanyak konsumen 95% menyatakan pernah meminum minuman
penyegar dan 5% menjawab tidak pernah meminum minuman penyegar (lihat tabel
34). Jenis minuman penyegar yang paling banyak dikonsumsi oleh konsuemen
adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan persentase sebesar 65%.
Kemudian secara berturut-turut minuman penyegar yang pernah dikonsumsi oleh
konsumen yaitu sirup buah dengan persentase sebesar 58% softdrink 51%, larutan
penyegar 44%, energy drink 35%, dan kopi sebesar 13% (lihat tabel 35).
Tabel 34. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Jumlah Persentase (%)
Pernah 128 95 Tidak Pernah 7 5
Total 135 100
Tabel 35. Minuman penyegar yang dikonsumsi konsumen Minuman penyegar yang
Pernah dikonsumsi Jumlah Persentase
(%) Softdrink 70 51 Energydrink 47 35 AMDK 88 65 Sirup 60 44 Kopi 78 58 Lainnya 20 13
19. Bahan Pemanis Makanan / Minuman yang biasa Dikonsumsi
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 91% konsumen sudah biasa dalam
kesehariannya menggunakan gula putih sebagai pemanis makaanan atau minuman,
dan konsumen 37% selain menggunakan gula merah sebagai pemanis makanan atau
minuman. Sedangkan konsumen yang menggunakan pemanis madu adalah 21%
(lihat tabel 36). Ini menunjukkan bahwa jumlah produksi madu yang jauh lebih
rendah dari pada gula putih dan gula merah ikut mempengaruhi konsumen dalam
menggunakannya sebagai pemanis makanan atau minuman.
Tabel 36. Pemanis makanan/minuman yang dikonsumsi konsumen Pemanis makanan/minuman
yang biasa dipakai Jumlah Persentase
(%) Madu 28 21 Gula putih 123 91 Gula merah 50 37 Gula cair 2 1 Gula bit 4 3 Pemanis buatan 14 6
(*) Pilihan boleh lebih dari satu
E. HASIL ANALISIS PEMBOBOTAN
Pada penelitian ini analisis pembobotan dilakukan untuk mengetahui
preferensi konsumen dalam menentukan atribut yang menjadi prioritas dalam
pembelian madu dan produk pesaingnya. Atribut madu sengaja dibedakan dengan
atribut produk-produk pesaingnya untuk melihat perbedaan prioritas pemilihan
konsumen terhadap atribut masing-masing produk dalam melakukan pembelian.
Untuk atribut madu, atribut yang akan diujikan merupakan hasil identifikasi yang
dilakukan oleh enam orang pakar madu di Pusbahnas yang kemudian diolah uji
MPE. Atribut yang dipilih sebanyak sepuluh buah atribut yang merupakan peringkat
satu sampai sepuluh pada penilaian MPE.
Adapun kesepuluh atribut madu yang dinilai adalah keaslian, logo halal,
kemasan, aroma, harga, manfaat atau khasiat, kehigienisan, ketersediaan, dan kadar
air. Sedangkan atribut yang dianalisis dari produk minuman kesehatan, produk
minuman penyegar, dan produk bahan pemanis makanan atau minuman adalah sama
dengan atribut madu, yaitu logo halal, promosi, kemasan, rasa, aroma, harga,
manfaat, kehigienisan, ketersediaan, dan citra produsen. Kesepuluh atribut tersebut
merupakan peringkat satu sampai tiga belas pada uji MPE untuk atribut madu yang
memiliki kesamaan dengan produk pesaingnya.
Dalam analisis pembobotan ini konsumen memberikan peringkat terhadap
sepuluh atribut madu dan produk-produk pesaingnya. Pemberian peringkat ini
beragam satu konsumen dengan konsumen lainnya. Tingkat kepentingan suatu
atribut dalam mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian
terhadap suatu produk ditunjukkan nilai skala kepentingan. Nilai skala kepentingan
merupakan nilai rata-rata penjumlahan nilai suatu atribut pada berbagai prioritas ke-
i setelah dikalikan faktor pengali (bobot). Besar nilai faktor pengali (bobot)
ditentukan berdasarkan urutan peringkat atribut dalam prioritas pembelian. Atribut
yang menjadi peringkat satu akan dikalikan dengan nilai bobot sepuluh, atribut
peringkat dua dikalikan dengan nilai bobot sembilan, atribut peringkat tiga dikalikan
dengan delapan, dan seterusnya sampai atribut peringkat sepuluh dikalikan dengan
nilai bobot satu.
Hasil dari analisis ini akan terlihat perbedaan atau persamaan atribut yang
menjadi prioritas konsumen dalam pembelian produk. Semakin besar nilai skala
kepentingan suatu atribut berarti semakin pentinglah atribut tersebut dalam
pertimbangan pembelian konsumen terhadap produk tersebut. Hasil penjumlahan
terbesar merupakan atribut produk yang utama oleh konsumen, sedangkan nilai
yang terkecil merupakan atribut dari madu atau produk-produk pesaingnya yang
paling akhir dipilih konsumen.
1. Penilaian Atribut Madu Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut madu, keaslian madu menjadi
atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli madu dengan nilai sebesar
13,70. kemudian diikuti oleh atribut logo halal (11,21), atribut manfaat atau khasiat
madu (9,90), dan atribut kehigienisan (9,04) di peringkat kedua, ketiga, dan keempat
yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli madu. Ketiga atribut tersebut
harus tetap dijaga oleh produsen madu untuk dalam pempertahankan pelanggannya.
Sedangkan atribut kemasan dan ketersediaan madu dengan nilai prioritas 5,15 dan
3,31 menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli madu.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Hasil analisis pembobotan atribut produk madu Atribut Nilai Prioritas Rangking
Keaslian 13,70 1 Logo halal 11,21 2 Manfaat/khasiat 9,90 3 Kehigienisan 9,04 4 Harga 6,79 5
Kekentalan 6,54 6 Aroma 6,28 7 Kadar air 6,25 8 Kemasan 5,15 9 Ketersediaan 3,31 10
Kehalalan produk madu memang telah diyakini oleh konsumen madu
terutama yang beragama Islam. Namun keyakinan konsumen akan kehalalan madu
tidak boleh dijadikan alasan bagi produsen untuk tidak mencantumkan logo halal
pada kemasan produk madunya dan memiliki sertifikasi halal. Pencantuman logo
dan sertifikasi halal pada kemasan akan menambah kepercayaan dari konsumen
terhadap suatu produk madu yang akan dibeli.
Kehigienisan produk madu berarti suatu kondisi produk madu tidak
mengandung bahan cemaran biologis, kimia, benda-benda asing lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Kehigienisan madu juga
sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen dan konsumen madu, karena
kehigienisan ikut menentukan baik-buruknya kualitas madu. Salah satu contoh
ketidakhigienisan proses pengolahan madu antara lain melakukan proses ektraksi
madu di tempat yang kurang bersih. Dalam proses pengolahan madu, upaya untuk
mencegah timbulnya kontaminasi dan pencegahan pertumbuhan kontaminan dalam
produk harus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya kegiatan menjaga
kebersihan dengan mencuci tangan, peralatan, pakaian kerja, serta lingkungan
produksi
2. Penilaian Atribut Minuman Kesehatan Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan manfaat bagi kesehatan sebagai
pertimbangan dalam membeli produk minuman kesehatan dengan nilai 11,14. Di
peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli minuman kesehatan
adalah atribut logo halal dan kehigienisan dengan nilai prioritas sebesar 11,10 dan
8,85. Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra
produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,94 dan 3,28 menjadi atribut yang
terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman kesehatan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 38. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman kesehatan
Atribut Nilai Prioritas Rangking Manfaat 11,14 1 Logo halal 11,10 2 Kehigienisan 8,85 3 Harga 8,59 4 Rasa 7,82 5 Aroma 6,54 6 Kemasan 6,50 7 Ketersediaan 4,15 8 Citra Produsen 3,94 9 Promosi 3,28 10
3. Penilaian Atribut Minuman Penyegar Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar,
logo halal menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli produk
minuman penyegar dengan nilai sebesar 11,05. Kemudian diikuti oleh atribut
manfaat dengan nilai 10,03 dan atribut rasa dengan nilai 9,72 di peringkat kedua dan
ketiga yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli minuman penyegar.
Sedangkan atribut citra produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,24 dan 2,47
menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman
penyegar. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 39. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar Atribut Nilai Prioritas Rangking
Logo halal 11,05 1 Manfaat 10,03 2 Rasa 9,72 3 Kehigienisan 8,95 4 Harga 8,77 5 Aroma 7,91 6 Kemasan 7,12 7 Ketersediaan 4,14 8 Citra Produsen 3,24 9 Promosi 2,47 10
4. Penilaian Atribut Pemanis Makanan dan Minuman Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan keberadaan logo halal sebagai
pertimbangan dalam membeli produk pemanis makanan dan minuman dengan nilai
10,14. Di peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli produk
pemanis makanan dan minuman adalah atribut manfaat dan kehigienisan dengan
nilai prioritas sebesar 9,70 dan 9,60
Tabel 40. Hasil analisis pembobotan atribut produk pemanis makanan dan minuman
Atribut Nilai Prioritas Rangking Logo halal 10,14 1 Rasa 9,70 2 Kehigienisan 9,60 3 Manfaat 9,38 4 Aroma 7,51 5 Harga 7,47 6 Kemasan 6,53 7 Ketersediaan 4,47 8 Citra Produsen 3,62 9 Promosi 2,95 10
Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra
produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,62 dan 2,95 menjadi atribut terakhir
diprioritaskan konsumen dalam membeli pemanis makanan dan minuman. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 40.
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk madu dan produk
pesaingnya yang ditunjukkan pada tabel 36-39 dapat diketahui bahwa sebagian
besar konsumen menempatkan atribut logo halal produk sebagai atribut yang
diprioritaskan pada pembelian produk madu maupun produk pesaingnya. Selain ada
tidaknya logo halal produk, atribut manfaat, dan atribut kehigienisan juga termasuk
atribut yang diprioritaskan dalam pembelian produk. Untuk produk madu dan
produk pesaingnya, atribut promosi, dan atribut citra produsen menempati posisi
terbawah urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen. Untuk dua atribut terakhir
yang disebutkan perlu diperbaiki oleh pihak produsen madu dan produk pesaingnya.
Kehalalan sebuah produk kini memang kian menjadi perhatian umat Islam.
Sebagian kalangan umat telah begitu sadar bahwa makanan yang halal merupakan
keharusan yang tak bisa ditawar. Ini tentunya menuntut produsen untuk memenuhi
kepentingan umat. Kehalalan suatu produk merupakan suatu keharusan untuk setiap
produk pangan, farmasi, dan kosmetika yang dipasarkan di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Bagi konsumen muslim, adanya logo dan
sertifikasi halal akan mendapatkan kepastian dan jaminan bahwa produk yang
dikonsumsinya tidak mengandung sesuatu yang tidak halal serta diproduksi dengan
cara yang halal. Sedangkan bagi produsen, sertifikasi halal memberikan peluang
untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak 1,4 milyar
muslim dan jutaan non-muslim lainnya dan meningkatkan citra produknya.
Sikap berhati-hati sebaiknya juga diterapkan oleh konsumen setiap kali
membeli atau mengonsumsi makanan dan minuman olahan. Artinya ketika kita
belum bisa memastikan status halal atau haramnya bahan pangan tersebut. Siapa
tahu dalam makanan / minuman itu terselip kandungan bahan atau ramuan
(ingredients) tidak halal alias haram atau meragukan. Masalahnya, kita hidup di
tengah-tengah masyarakat yang telah terkondisi dengan bahan pangan olahan yang
dalam proses produksinya kerap dibubuhkan bahan atau ramuan tertentu. Faktanya,
tak semua ramuan itu berasal dari bahan dan atau proses yang halal. Adakalanya
ramuan itu juga tidak jelas status dan asal-usulnya. Maka, berhati-hati dalam
memilih sudah menjadi keharusan. (www.guidehalal.com, 2006).
F. HASIL ANALISIS CLUSTER
Analisis cluster adalah analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan
konsumen ke dalam beberapa kelompok yang akan dijadikan sebagai sasaran
segmen pasar produknya. Pemilihan ini tidak hanya berdasarkan besarnya
persentase kelompok namun juga harus berdasarkan pertimbangan lain seperti
kelayakan kelompok dibandingkan dengan karaketristik produk yang hendak
dikembangkan aspek pemasarannya. Dalam penelitian ini analisis cluster yang
dilakukan membagi konsumen madu kedalam empat kelompok berdasarkan data
demografi (segmentasi demografis). Segmentasi jenis ini memisahkan pasar ke
dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel demografis sosiologi,
yaitu variabel usia dan pekerjaan, serta demografi ekonomi yaitu pendapatan atau
uang saku dan pengeluaran rata-rata responden per bulan. Alasan menggunakan
variabel demografis ialah karena variabel ini sangat berkaitan dengan keinginan,
preferensi, dan tingkat penggunaan konsumen serta lebih mudah diukur.
Hasil dari analisis cluster ini berupa segmentasi pasar untuk produk madu.
Strategi positioning madu dapat ditentukan setelah segmentasi pemasaran yang
diketahui. Kendala dalam pemasaran madu dapat diatasi melalui perancangan
strategi pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmen pasar berdasarkan
demografi dan perilaku konsumen untuk mendapatkan segmen sasaran
pengembangan pemasarannya. Sasaran segmen pasar utama tidak harus kelompok
segmen yang memiliki persentase terbesar.
Hasil analisis cluster menunjukkan bahwa ada empat kelompok segmen pasar
madu yang memiliki persentase dan karakteristik yang berbeda-beda. berdasarkan
variabel demografis (pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan, usia, dan
pekerjaan). Kelompok konsumen madu yang terbentuk berdasarkan variabel
demografis selengkapnya dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hasil Analisis Cluster konsumen berdasarkan variabel demografis Kelompok 1 2 3 4
Persentase (%) 32,6 % 17,8 % 34,8 % 14,8 % Usia 15 – 20 tahun 15 – 20 tahun 21 – 30 tahun 41 – 50 tahunPekerjaan Pelajar/
Mahasiswa Pelajar/
Mahasiswa Karyawan
Swasta Wiraswasta
Pendapatan atau uang saku rata-rata / bulan
< 300.000
< 300.000
1.000.001-1.500.000
> 3.000.000
Pengeluaran rata-rata / bulan
< 250.000 < 400.000 800.001-1.250.000
> 2.500.000
Dari empat kelompok segmen diatas, kelompok satu dan tiga memiliki
persentase yang lebih besar dibandingkan kelompok dua dan empat. Kelompok satu
adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 32,6% yang berusia antara
15-20 tahun, dan sebagian besar berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Selain
itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan atau uang saku per bulan kurang
dari Rp 300.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan kurang dari Rp 250.000,- per
bulan. Sedangkan kelompok tiga adalah kelompok konsumen dengan persentase
sebesar 34,8% yang berusia antara 21-30 tahun, dan sebagian besar berprofesi
sebagai karyawan swasta. Selain itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan
per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan
antara Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Kelompok tiga merupakan kelompok konsumen madu di Bogor yang layak
untuk dijadikan target pasar karena memiliki persentase yang terbesar dibandingkan
dengan kelompok satu. Kelayakan ini didukung dengan karakteristik konsumen
yang usianya masih muda dan banyak menggunakan sebagian besar tenaganya
dalam bekerja dan aktivitas lain, sehingga madu sangat tepat untuk dijadikan
makanan tambahan bagi segmen ini. Selain itu sebagian besar konsumen pada
kelompok tiga berprofesi sebagai karyawan swasta yang sudah mandiri dalam
berpenghasilan dengan memiliki pendapatan rata-rata per bulan Rp 1.000.001 -
1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Sementara kelompok satu walaupun persentasenya tidak jauh selisihnya
dengan kelompok tiga, juga cukup potensial dijadikan target pasar karena
karakteristik demografi konsumennya yang merupakan para pelajar atau mahasiswa
yang memiliki pendapatan / uang saku rata-rata per bulan kurang dari Rp 300.000,-
dan pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari Rp 250.000,-. Namun untuk
kelompok tiga memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kelompok satu
yang masih tergantung pada pemberian orang tua serta memiliki banyak kebutuhan
lain yang lebih diprioritaskan daripada mengkonsumsi madu. Maka, dari
karakteristik demografi ekonomi dan sosial kelompok tiga sangat potensial menjadi
kelompok sasaran dalam pengembangan pemasaran produk madu.
G. HASIL ANALISIS KORESPONDENSI
Pada penelitian ini analisis korespondensi digunakan untuk menganalisis
menyusun taktik pemasaran madu dengan atribut-atributnya dibandingkan dengan
produk pesaingnya. Adapun produk pesaing madu diklasifikasi menjadi tiga macam,
yaitu produk minuman kesehatan yang diwakili oleh susu, teh, jamu, dan sari buah.
Produk minuman penyegar diwakili oleh soft drink, energy drink, Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK), sirup, dan kopi. Sedangkan produk bahan tambahan pemanis
makanan atau minuman diwakili oleh gula putih, gula merah, gula bit, gula cair, dan
pemanis buatan.
Tabel 42. Atribut Madu dan produk pesaingnya Produk (P) Atribut (A)
a. Madu (P1) b. Teh (P2)
1. Manfaat/Khasiat (A1) 2. Logo halal (A2)
c. Susu (P3) d. Jamu (P4) e. Sari buah (P5) f. Soft drink (P6) g. Energy drink (P7) h. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) (P8) i. Sirup (P9) j. Kopi (P10) k. Gula putih (P11) l. Gula merah (P12) m. Gula bit (P13) n. Gula cair (P14) o. Pemanis buatan (P15)
3. Harga (A3) 4. Rasa (A4) 5. Aroma (A5) 6. Kehigienisan (A6) 7. Kemasan (A7) 8. Promosi (A8) 9. Ketersediaan (A9) 10. Citra produsen (A10)
Madu dan produk-produk pesaingnya itu dianalisis berdasarkan atribut
pemasaran yang paling mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusannya. Dari informasi tersebut akan dirancang taktik pemasaran yang sesuai
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Tingkat kepentingan suatu atribut dalam mempengaruhi pertimbangan
konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk ditunjukkan oleh
suatu grafik hubungan korespondensi. Kedekatan jarak antara suatu produk dengan
suatu atribut menunjukkan kelebihan atau keunggulan produk pada atribut tersebut.
Semakin dekat simbol atribut suatu dengan simbol produk berarti semakin
pentinglah atribut tersebut dalam pertimbangan pembelian konsumen terhadap
produk tersebut. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
pesaingnya secara lengkap dapat dilihat pada tabel 43-45.
1. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
minuman kesehatan (lihat tabel 43), dapat diketahui bahwa posisi produk madu (P1)
berdekatan dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan
kehigienisan (A3). Sementara itu, produk teh (P2) posisinya paling dekat dengan
atribut ketersediaan (A7), disamping relatif dekat juga dengan atribut kemasan (A4)
aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk susu (P3) relatif dekat dengan atribut
kemasan (A4), rasa (A5), promosi (A8), dan aroma (A9). Produk jamu (P4) relatif
lebih dekat dengan atribut harga (A6). Sedangkan produk sari buah berada sangat
dekat dengan atribut kemasan (A4), disamping relatif dekat dengan atribut
ketersediaan (A7), promosi (A8), aroma (A9), dan citra produsen (A10).
Atribut yang relatif dekat posisinya dengan produk madu (P1), yaitu atribut
manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3) menunjukkan
bahwa madu memiliki keunggulan pada ketiga atribut tersebut. Sehingga untuk
bersaing dengan produk minuman kesehatan lainnya, ketiga atribut tersebut harus
ditingkatkan. Atribut manfaat bagi kesehatan (A1) merupakan salah satu
keunggulan kompetitif produk madu diantara produk minuman kesehatan lainnya.
Manfaat madu bagi kesehatan manusia sudah tidak diragukan lagi karena sejak
ribuan tahun yang lalu madu digunakan sebagai resep untuk menyembuhkan
berbagai jenis penyakit, untuk pemanis dan pengawet makanan/minuman, dan
sebagainya. Selain memiliki kelebihan dalam atribut manfaat/khasiat bagi
kesehatan, madu juga memiliki kelebihan pada kehalalan produknya, kehigienisan
produk, dan rasanya yang manis.
Tabel 43. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman kesehatan
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu
Madu (P1)
• Manfaat (A1) • Logo Halal (A2) • Kehigienisan (A3)
1. Teh (P2)
• Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Aroma (A9) • Citra Produsen (A10)
2. Susu (P3)
• Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9)
3. Jamu (P4) • Harga (A6)
Minuman Kesehatan
4. Sari buah (P5)
• Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra Produsen (A10)
2. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Penyegar
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
minuman penyegar pada (lihat tabel 44), dapat diketahui bahwa posisi produk madu
(P1) relatif lebih dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1) dan logo halal
(A2). Sementara itu produk soft drink (P6) relatif dekat dengan atribut kemasan
(A4), dan promosi (A8). Produk energy drink (P7) posisinya paling dekat dengan
atribut ketersediaan (A7), serta relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), harga
(A6), promosi (A8), dan citra produsen (A10). Produk AMDK (P8) dan sirup (P9)
posisi keduanya berdekatan relatif lebih dekat dengan atribut kehigienisan (A3),
harga (A6) dan citra produsen (A10). Sedangkan produk kopi (P10), posisinya
paling dekat dengan atribut aroma (A9), serta relatif dekat dengan atribut kemasan
(A4), rasa (A5), dan citra produsen (A10).
Produk madu (P1) memiliki kelebihan pada atribut manfaat bagi kesehatan
(A1) dan atribut logo halal (A2) yang perlu ditingkatkan untuk dapat bersaing
dengan produk-produk minuman penyegar lainnya. Madu memiliki manfaat untuk
memulihkan kembali tenaga yang hilang, menambah energi, dan meningkatkan
vitalitas tubuh yang tidak kalah dengan produk minuman penyegar lainnya.
Tabel 44. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman penyegar
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu Madu (P1) • Manfaat (A1)
• Logo halal (A2) 1. Softdrink (P6) • Kemasan (A4)
• Promosi (A8) 2. Energy drink (P7)
• Kemasan (A4) • Harga (A6) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Citra Produsen (A10)
3. AMDK (P8)
• Kehigienisan (A3) • Harga (A6) • Citra Produsen (A10)
4. Sirup (P9)
• Kehigienisan (A3) • Harga (A6) • Citra Produsen (A10)
Minuman Penyegar
5. Kopi (P10)
• Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
3. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Pemanis Makanan dan Minuman
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan dengan produk
bahan pemanis makanan dan minuman (lihat tabel 45), dapat diketahui bahwa posisi
produk madu (P1) posisinya relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan atribut
rasa (A5). Produk gula putih (P11) dan gula merah (P12), keduanya relatif dekat
dengan produk madu (P1) dari atribut rasa (A5). Selain itu, produk gula putih (P11),
gula merah (P12), dan gula cair (P14) juga relatif dekat dengan beberapa atribut
yang berada pusat koordinat, yaitu logo halal (A2), kehigienisan (A3), kemasan
(A4), promosi (A8), aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk gula bit (P13),
gula cair (P14), dan pemanis buatan relatif lebih dekat dengan atribut kemasan (A4),
harga (A6), ketersediaan (A7), dan citra produsen (A10).
Tabel 45. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk pemanis makanan dan minuman
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu Madu (P1) • Manfaat (A1)
• Rasa (A5) 1. Gula putih (P11)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
2. Gula merah (P12)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
3. Gula bit (P13) • Ketersediaan (A7) 4. Gula cair (P14)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
Bahan Tambahan Pemanis Makanan / Minuman
5. Pemanis buatan (P15) • Harga (A6)
• Ketersediaan (A7)
Dari informasi pada tabel 45, dapat diketahui bahwa atribut yang posisinya
relatif dekat dengan produk madu, yaitu atribut manfaat bagi kesehatan dan atribut
rasa. Kelebihan madu pada kedua atribut tersebut harus ditingkatkan agar mampu
bersaing dengan produk pemanis lainnya, terutama dengan produk gula putih dan
gula merah. Hal ini mungkin karena ketiga jenis pemanis ini yaitu madu, gula putih,
dan gula merah merupakan produk pemanis makanan dan minuman yang rasa
manisnya sudah dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat luas dibandingkan gula
bit, gula cair, dan pemanis buatan.
Keunggulan madu dalam atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal
(A2), kehigienisan (A3), dan rasa (A5) harus dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya oleh produsen. Posisi produk madu dengan produk minuman kesehatan,
minuman penyegar, dan pemanis makanan dan minuman terdapat kesamaan pada
beberapa atribut jauh posisinya dengan produk madu (P1). Beberapa atribut yang
jauh dari produk madu antara lain atribut harga (P6), promosi (P8), ketersediaan
(P7), dan kemasan (A4). Hal ini menunjukkan bahwa produk madu (P1) masih
memiliki berbagai kekurangan pada atribut-atribut tersebut.
Dalam aspek harga, produk madu masih dirasakan mahal oleh sebagian besar
masyarakat terutama yang tergolong ekonomi menengah ke bawah. Ketersediaan
madu di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen juga masih kurang, karena
produksi madu tergantung dengan musim pembungaan. Sedangkan untuk aspek
kemasan, produk madu lokal paling jarang melakukan inovasi terhadap bahan dan
bentuk kemasan, serta minimnya informasi yang dicantumkan pada label kemasan
madu.
H. MODEL PENGEMBANGAN PEMASARAN MADU
Memformulasikan strategi pemasaran dan bauran pemasaran merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan model pemasaran yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Strategi pemasaran meliputi bagaimana cara menentukan
segmentasi pasar, menentukan target pasar, dan memposisikan keunggulan produk
dalam benak konsumen. Sedangkan bauran pemasaran merupakan taktik pemasaran
untuk merumuskan strategi pemasaran dengan melakukan intensifikasi atau
diversifikasi terhadap performance produk, harga produk, distribusi produk, dan
promosi produk.
1. Strategi Pemasaran
Segmentasi konsumen produk madu dapat dibedakan dari aspek demografi
dan aspek perilaku konsumen. Segmentasi berdasarkan demografis mencakup
variabel usia, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan. Sedangkan
segmentasi berdasarkan perilaku konsumen mencakup pengalaman, dan motivasi
konsumen membeli atau mengkonsumsi madu. Meski pun sebenarnya madu
merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik tua maupun muda,
apa pun profesinya, dan darimana pun asal sukunya.
Berdasarkan hasil analisis cluster dapat diketahui bahwa kelompok yang
potensial dijadikan sasaran pengembangan segmentasi pasar adalah konsumen pada
kelompok tiga dengan usia antara 21-30 tahun, berprofesi sebagai karyawan swasta,
memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan pengeluaran
rata-rata per bulan antara Rp 800.001 - 1.250.000,- yang merupakan konsumen kelas
ekonomi menengah ke atas.
Tabel 46. Formulasi Strategi Pemasaran Produk Madu Strategi Pemasaran Produk Madu
Segmentation
• Kelompok konsumen berdasarkan perilaku dan preferensi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi madu
Targetting
• Kelompok konsumen berusia antara 21 – 30 tahun, serta berprofesi sebagai karyawan swasta dan profesi lain yang membutuhkan banyak tambahan energi.
• Kelompok konsumen dengan pendapatan atau uang saku rata-rata per bulan Rp 1.000.001,- sampai Rp 1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.000,- sampai Rp 1.250.000,-
Positioning ” Madu, produk alami yang halal dan menyehatkan”
Disamping itu, kelompok konsumen yang dipilih menjadi segmen dan target
pemasaran merupakan konsumen yang memiliki pengalaman pernah membeli
sekaligus mengkonsumsi madu untuk pengobatan penyakit dan untuk menguatkan
stamina tubuh atau menambah energi. Segmen pasar yang telah dipilih dapat
dispesifikkan dengan menentukan target pasar. Kelompok konsumen ini dinilai
potensial sebagai target pengembangan pemasaran produk madu karena kelompok
ini cukup memiliki dukungan keuangan, kebiasaan, kesadaran akan pentingnya
kesehatan untuk membeli produk madu. Oleh karena itu kelompok konsumen
dengan karakteristik inilah yang akan dijadikan target pengembangan pemasaran
produk madu.
Dari hasil perumusan segmen dan target pasar tersebut maka dapat
ditentukan suatu positioning produk untuk pasar yang diharapkan dapat menarik
kelompok konsumen yang dari segmen yang dituju. Dan positioning yang diambil
lebih menonjolkan keunggulan manfaat atau khasiat produk madu, dan berusaha
menanamkan kesadaran mengkonsumsi madu untuk menjaga kesehatan tubuh pada
masyarakat. Dan positioning produk yang cocok untuk madu disesuaikan dengan
penilaian konsumen terhadap atribut madu “produk alami yang halal dan
menyehatkan”
2. Taktik Pemasaran dan Prioritas Pengembangan Pemasaran
Taktik pemasaran yang disarankan untuk produk madu ialah perbaikan dan
pengembangan pada empat aspek bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi,
dan promosi. Taktik pemasaran yang dibuat didasarkan atas strategi pemasaran yang
sudah ditetapkan sebelumnya dengan tetap mempertahankan keunggulan dan
memperbaiki kelemahan yang dimiliki. Selain itu, di dalam taktik pemasaran
ditentukan juga atribut yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan
pemasaran.
A. Bauran Produk
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup pengembangan pada aspek kemasan madu. Dalam pengembangan
produk ini produsen perlu menyesuaikan dengan preferensi konsumen.
Berdasarkan hasil survei yang diperoleh informasi bahwa sebagian besar
konsumen menyukai madu dengan ukuran kemasan sachet 20 ml dan kemasan
botol ukuran 250 ml. Bahan dan bentuk kemasan yang disukai adalah yang
terbuat dari kaca dan berbentuk botol.
Kemasan dengan kemasan plastik (sachet) berukuran volume 20 ml,
karena lebih praktis dan ekonomis. Diversifikasi kemasan madu dengan bahan
botol ke bahan plastik (sachet) yang lebih ekonomis perlu ditingkatkan untuk
merebut pasar kelompok ekonomi menengah ke bawah yang cenderung ingin
membeli produk yang bermutu, praktis penggunaannya, harganya murah dan
terjangkau. Namun dari segi kehigienisan dan keamanan produk madu, kemasan
madu yang baik adalah kemasan botol dari bahan kaca dengan berbagai ukuran
volume dan warna yang bening sehingga warna madu tampak dengan jelas.
Sedangkan untuk bentuk kemasan, konsumen masih menyukai bentuk botol
berleher dengan berbagai jenis ukuran, sehingga tetap dipertahankan. Namun
produsen dapat saja melakukan inovasi terhadap tampilan kemasan madu
sehingga dapat terlihat menarik oleh konsumen. Produsen juga harus
memastikan bahwa kemasan tertutup rapat sehingga madu tidak keluar dan
mengotori kemasan.
Harus diakui bahwa penampilan produk madu dalam negeri dari segi
kemasan maupun dari segi label masih jauh dibawah standar apabila
dibandingkan dengan madu impor, sehingga terkesan murahan. Adapun
penyebabnya antara lain karena penutup kemasan yang tidak rapat, sehingga
isinya meluber dan mengotori kemasan; penggunaan kemasan yang tidak sesuai
seperti jerigen plastik yang kumal atau botol yang berwarna gelap.
Dalam aspek informasi yang tercantum pada label kemasan, banyak
sekali produk madu yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap pada
label kemasannya, seperti tidak mencantumkan izin dari Departemen Kesehatan,
tidak mencantukan logo halal, komposisi madu, dan sebagainya. Hal ini sangat
merugikan konsumen yang umumnya masih awam dengan kualitas madu yang
baik. Sebagian besar konsumen menginginkan pada label kemasan produk madu
tercantum khasiat madu, izin dari Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa,
logo halal dengan sertifikasi dari LPPOM MUI, kode SNI, aturan pemakaian,
komposisi madu, nilai gizi madu, merek dagang, dan nama produsen. Semua
aspek tersebut adalah informasi minimal yang harus diterima konsumen dari
produsen pada label kemasan madu. Kelengkapan informasi pada label kemasan
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, sehingga orang
tertarik untuk membeli. Selain itu label kemasan dibuat semenarik mungkin
sehingga disukai konsumen.
B. Bauran Distribusi
Strategi pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup aspek letak tempat penjualan madu, rantai saluran distribusí. Pada
aspek letak penjualan madu, konsumen menginginkan tempat yang mudah
dijangkau, strategis, dan dekat dari rumah atau tempat bekerja. Sedangkan
masalah aspek rantai saluran distribusi yang panjang perlu diatasi dengan
menambah sentra outlet tempat penjualan madu. Dimana outlet ini khusus
menyajikan produk madu dan produk lebah lainnya sebagai sajian utama dan
bukan sebagai barang dagangan sampingan. Sehingga rantai distribusi dari
produsen ke konsumen tidak terlalu panjang. Dan setiap tempat tempat
penjualan madu perlu dibuat senyaman mungkin agar konsumen tertarik untuk
membeli madu ditempat itu.
C. Bauran Harga
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup kesuaian harga madu dengan ukuran kemasan madu dan kualitas
madu. Produsen perlu melakukan inovasi, dengan memproduksi madu yang
ekonomis, namun berkualitas karena konsumen harga madu yang murah dan
terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Adanya produk madu
dengan kemasan ekonomis dapat meningkatkan tingkat konsumsi madu di
Indonesia, sehingga konsumen dapat mengkonsumsi madu secara teratur sebagai
makanan dan obat tanpa perlu menunggu sakit.
D. Bauran Promosi
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu juga
mencakup aspek sumber informasi dan bentuk promosi madu. Berdasarkan hasil
survei diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen mendapatkan
informasi dari keluarga dan temannya. Informasi dari keluarga dan teman sangat
membantu positioning untuk membenakkan produk madu sebagai produk alami
yang halal dan menyehatkan.
Namun hal ini juga menunjukkan adanya kelemahan para pengusaha
dalam mempromosikan produk madu. Oleh karena itu pengusaha madu atau
perlebahan berusaha mengupayakan agar keunggulan manfaat/khasiat madu
tersampaikan kepada masyarakat, sehingga mau mengkonsumsi madu sebagai
produk yang menyehatkan bagi masyarakat. Sebagian besar konsumen ingin
madu dipromosikan secara gencar di Televisi karena informasi tentang
manfaat/khasiat madu akan lebih cepat tersampaikan ke seluruh pelosok di tanah
air dan mancanegara. Selain itu, promosi dengan memberikan potongan harga
dan hadiah langsung akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli
madu.
E. Prioritas Pengembangan Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis pembobotan dan analisis korespondensi
diketahui bahwa atribut yang menjadi prioritas utama dalam pembelian madu
adalah atribut manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan, keaslian, kehigienisan,
madu sebagai produk yang halal, dan rasa madu yang manis. Oleh sebab itu
maka hal yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan pemasaran adalah
menjaga image sekaligus positioning madu sebagai produk alami yang halal dan
menyehatkan, meningkatkan kehigienisan produk madu, dan meningkatkan
kekhasan rasa madu.
Citra dan positioning madu sebagai produk alami yang halal dan
mneyehatkan harus selalu dipromosikan secara massif dan terus-menerus
melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Dengan adanya
promosi yang gencar akan melahirkan kesadaran di masyarakat untuk
mengkonsumsi madu tidak hanya sebagai obat tetapi juga sebagai makanan
tambahan sehari-hari. Produsen madu juga perlu memiliki sertifikasi halal dari
LPPOM MUI sehingga konsumen mendapatkan jaminan dan kepastian akan
produk madu yang dikonsumsinya. Peran pemerintah dan media sangat
dibutuhkan dalam mengkampanyekan pentingnya mengkonsumsi madu guna
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Keaslian produk madu yang diproduksi dan dipasarkan harus mampu
medapatkan jaminan dari produsen madu, sehingga konsumen yakin bahwa
produk yang dibeli dan dikonsumsinya adalah madu asli yang dihasilkan oleh
lebah madu dan bukan madu palsu atau tiruan yang dibuat dari bahan sintetis.
Pihak produsen harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan
madu yang asli dengan yang palsu. Untuk menghindari beredarnya madu palsu,
maka pemerintah perlu melakukan tindakan pengawasan terhadap peredaran
madu palsu dan memberikan sanksi hukum kepada pengedarnya. Produk madu
yang akan dipasarkan juga harus memenuhi syarat mutu SNI-3545-2004 yang
dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional.
Kehigienisan produk madu perlu mendapatkan perhatian serius dari
produsen dalam pengembangan pemasaran karena kehigienisan produk
merupakan salah satu parameter dalam penilaian mutu suatu produk.
Kehigienisan produk madu biasanya dapat dinilai pada saat proses pengolahan
madu mulai waktu pemanenan dan pengemasan produk madu. Produk madu
yang higienis akan diperoleh jika produk madu tidak mengandung bahan
cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan. Sedangkan rasa dan aroma dari beberapa jenis madu
yang khas harus dipertahankan dengan cara melakukan proses pengolahan yang
baik dan yang benar. Oleh karena itu proses pengolahan madu yang sesuai
syarat mutu SNI-3545-2004 akan menjamin kehigienisan produk madu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUJIAN KUESIONER
Pengujian kuesioner konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan dua
macam uji, yaitu uji reliabilitas dan uji validitas. Uji reliabilitas untuk menguji
tingkat konsistensi suatu alat ukur yang digunakan. Sedangkan uji validitas
digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur.
Pengujian validitas yang digunakan pada kuesioner konsumen ini adalah uji
validitas konstruk dengan teknik korelasi product moment untuk variabel yang
berskala ordinal dan validasi berdasarkan justifikasi pihak ahli, yaitu pakar madu
untuk variabel yang berskala nominal. Hasil pengujian validitas untuk pertanyaan
yang berskala ordinal menyatakan sepuluh atribut dari lima belas jenis produk yang
menjadi objek survei, valid dengan faktor koreksi 95%. Artinya dengan angka
korelasi yang diperoleh maka kesepuluh variabel tersebut memiliki validitas
konstruk untuk mengukur jenis produk yang sama. Sedangkan untuk hasil uji
validasi dengan justifikasi ahli menunjukkan ada beberapa pertanyaan yang
penyusunan redaksional kata-katanya perlu diperbaiki, sampai beberapa pertanyaan
yang telah diperbaiki dinyatakan benar. Adapun kesepuluh atribut tersebut adalah :
atribut manfaat, logo halal, kehigienisan, kemasan, rasa, harga, ketersediaan,
promosi, aroma, dan citra produsen.
Teknik pengujian reliabilitas pada kuesioner ini menggunakan teknik
pengukuran ulang atau test re-test. Pengujian ini dilakukan terhadap 30 orang
responden untuk mengisi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda dengan
selang waktu selama 15 hari. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel dan memiliki
konsistensi yang dapat diandalkan bila angka nilai r hitung pada pengujian tingkat
reliabilitasnya lebih besar daripada angka kritis nilai r-nya pada tabel untuk taraf
kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini didapatkan bahwa nilai r
hitung adalah sebesar 0,480. Angka ini lebih besar dari nilai r tabel pada taraf
kepercayaan 95% yaitu 0,361. Karena angka r hitung yang diperoleh telah
memenuhi persyaratan, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan
pada penelitian ini reliabel sebagai alat ukur untuk menggambarkan perilaku dan
preferensi konsumen yang menjadi objek survei pada taraf kepercayaan 95%.
B. PENYEBARAN KUESIONER
Jumlah kuesioner yang disebarkan pada penelitian ini sebanyak 180 buah
kuesioner. Penyebaran kuesioner yang berlebih dimaksudkan untuk mengantisipasi
kuesioner yang tidak kembali dan yang tidak valid. Dari total kuesioner yang
disebarkan sebanyak 165 buah kuesioner diolah untuk kepentingan penelitian ini.
Jumlah tersebut telah memenuhi standar jumlah sampel minimal yang
disyaratkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan
persen kesalahan (e) 0,08 yaitu 156 buah. Jumlah tersebut diperoleh dari
perhitungan dibawah ini,
156242.3818
596444)08.0(5964441
5964441 22 ≈=
+=
+=
NeNn orang
Data mengenai proporsi penyebaran kuesioner di lima kecamatan di wilayah
Bogor dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4. Penyebaran kuesioner di beberapa kecamatan di Bogor Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah Sampel
di Lapangan Persentase
(%) Dramaga* 80.421 22 13 Ciomas* 176.534 50 30 Cibinong* 90.914 25 15 Bogor Barat** 168.052 46 28 Bogor Tengah** 80.523 22 13
Total 596.444 165 100 Sumber : *) http://www.jakweb.com/id/jabar/regency/bogor/
**) http://www.kotabogor.go.id/
C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata
/ uang saku per bulan, pengeluaran rata-rata per bulandan suku daerah asal
responden. Dari hasil survei terhadap 165 orang responden diperoleh hasil bahwa
82% adalah konsumen madu dan 18% bukan konsumen madu
Kelompok Responden
82
18
010203040
5060708090
Konsumen Non Konsumen
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 4. Proporsi kelompok responden
Data selengkapnya mengenai karakteristik responden tersebut diuraikan
sebagai berikut
8. Jenis Kelamin Konsumen
Dari jumlah responden keseluruhan diperoleh hasil bahwa 52% konsumen
madu berjenis kelamin laki-laki dan 30% adalah perempuan. Proporsi ini
menunjukkan bahwa jumlah konsumen laki-laki lebih banyak dari wanita, Data
mengenai proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar 5.
Jenis Kelamin Responden (%)
52
30
117
0
10
20
30
40
50
60
Pria Wanita
Pers
enta
se (%
)Konsumen
NonKonsumen
Gambar 5. Proporsi jenis kelamin responden
9. Usia Konsumen
Hasil pengamatan mengenai kelompok usia responden (lihat gambar 6),
diketahui bahwa kelompok usia 21-30 tahun merupakan kelompok usia terbesar
yang menjadi konsumen madu dengan persentase sebesar 48%. Kemudian
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 46%, usia 41-50 tahun 22%, usia 15-20 tahun
16%, dan usia 51-60 tahun sebanyak 3%. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden berusia muda antara 21-30 tahun.
Usia Responden (%)
16
48 46
22
310
29 28
13
20
10
20
30
40
50
60
15-20tahun
21-30tahun
31-40tahun
41-50tahun
51-60tahun
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 6. Proporsi Usia responden
10. Pekerjaan Responden
Berdasarkan jenis pekerjaan atau profesi responden menunjukkan bahwa
38% dari total responden yang adalah pelajar/mahasiswa, 18% ibu rumah tangga,
35% berprofesi sebagai wiraswasta, 18% berprofesi sebagai pegawai negeri sipil,
25% sebagai karyawan swasta dan jenis pekerjaan lainnya 1%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai
pelajar/mahasiswa dan wiraswasta. Data selengkapnya mengenai pekerjaan
responden dapat dilihat pada gambar 7.
11. Pendidikan Responden
Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir responden
(lihat gambar 8) diketahui bahwa jumlah konsumen madu memiliki tingkat
pendidikan SD sebanyak 12%, tingkat pendidikan SMP sebanyak 16%, tingkat
pendidikan SMA sebanyak 53%, tingkat pendidikan Diploma sebanyak 10%,
tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 43%, dan tingkat pendidikan Pasca Sarjana
sebanyak 1%.
Pekerjaan Responden (%)38
18
35
18
25
1
23
11
21
1115
105
10152025303540
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta PNS
Karyawan swastaLainnya
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 7. Proporsi Pekerjaan responden
Pendidikan terakhir responden (%)
1216
53
10
43
17 10
32
6
26
10
10
20
30
40
50
60
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/M
A
Diploma
Sarjan
a
Lainny
a
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 7. Proporsi tingkat pendidikan responden
12. Pendapatan Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pendapatan rata-rata responden per bulan (lihat gambar 9)
diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pendapatan rata-rata per bulan dibawah Rp 300.000,- sebanyak 13%, pendapatan Rp
300.001 - Rp 500.000 sebanyak 41%, pendapatan Rp 500.001 - Rp 1.000.000
sebanyak 36%, pendapatan Rp 1.000.001 - Rp 1.500.000 sebanyak 25%, pendapatan
Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 sebanyak 14%, pendapatan Rp 2.000.001 - Rp
3.000.000 sebanyak 4%, dan pendapatan diatas Rp 3.000.000,- per bulan sebanyak 2
orang 1%.
13. Pengeluaran Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pengeluaran rata-rata responden per bulan (lihat gambar 10)
diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 250.000,- sebanyak 14%, Rp 250.001 -
Rp 400.000 sebanyak 40%, Rp 400.001 - Rp 800.000 sebanyak 38%, Rp 800.001 -
Rp 1.250.000 sebanyak 23%, Rp 1.250.001 - Rp 1.750.000 sebanyak 14%, Rp
1.750.001 - Rp 2.500.000,- sebanyak 4%, dan pengeluaran per bulan diatas Rp
2.500.000,- sebanyak 2%. Data mengenai tingkat pengeluaran responden dapat
dilihat pada gambar 9.
Pendapatan Responden Rata-rata per bulan (%)
13
4136
25
14
4 28
2522
15
82 1
05
1015202530354045
< 300.000
301.000-500.000
501.000-1.000.000
1.000.001-1.500.000
1.501.000-2.000.000
2.001.000-3.000.000
> 3.000.000
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 8. Proporsi tingkat pendapatan responden
Pengeluaran Rata-rata responden per bulan (%)
14
40 38
23
14
4 2
8
24 23
148
2 105
1015202530354045
< 250.000
251.000-400.000
401.000-800.000
800.001-1.250.000
1.251.000-1.750.000
1.751.000-2.500.000
> 2.500.000
Pers
enta
se (%
)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 9. Proporsi tingkat pendapatan responden
14. Suku Asal Responden
Berdasarkan suku asal responden dapat diketahui bahwa jumlah responden
yang menkonsumsi madu berasal dari suku Sunda sebanyak 61%, suku Jawa
sebanyak 37%, suku Betawi 12%, suku Minang 6%, suku Batak 2%, Palembang
3%, suku Bugis 1%, dan suku Sumbawa 2%. Sedangkan responden yang berasal
dari suku daerah lain sebesar 2%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berasal dari suku Sunda. Data mengenai suku asal responden dapat dilihat pada
gambar 11.
Suku Asal Responden (%)
61
32
15
410
2 3 5 3
37
19
92
61 2 3 2
0
10
20
30
40
50
60
70
Sunda
Jawa
Betawi
Batak
Minang
Bugis
Sumba
wa
Palemba
ng
Lainny
a
Per
sent
ase
(%)
Konsumen
NonKonsumen
Gambar 10. Proporsi suku asal responden
D. PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN MADU
1. Pengetahuan Responden tentang Manfaat atau Khasiat Madu
Pengetahuan konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya akan
memudahkan konsumen dalam memutuskan produk mana yang akan dipilih dan
dibeli. Sebaliknya kurangnya pengetahuan akan informasi produk yang akan
dikonsumsinya menyebabkan konsumen mudah tertipu dengan tampilan luar produk
yang sebetulnya tidak layak dibeli atau dikonsumsi.
Responden yang tahu adalah responden yang ketika ditanya menjawab tahu
dan dapat menyebutkan apa saja manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan.
Sedangkan responden yang tidak tahu adalah responden yang memberikan jawaban
tidak rahu pada saat pengisian kuesioner. Berdasarkan tabel 5 diperoleh informasi
bahwa sebanyak 84% responden mengetahui manfaat atau khasiat dari madu dan
18% responden tidak mengetahui manfaat atau khasiat madu.
Tabel 5. Pengetahuan responden tentang manfaat/khasiat madu Pengetahuan responden tentang
manfaat / khasiat madu Jumlah Persentase
(%) Tahu 138 84
Tidak Tahu 27 16 Total 165 100
4. Pengalaman Responden Membeli atau Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan pengalaman responden membeli atau mengkonsumsi madu
(tabel 6), sebanyak responden 53% pernah membeli dan mengkonsumsi madu, 29%
tidak pernah membeli madu tapi pernah mengkonsumsi madu, dan 18% tidak
pernah membeli dan tidak pernah mengkonsumsi madu. Konsumen adalah
responden yang menjawab pernah mengkonsumsi madu. Konsumen yang tidak
pernah membeli tetapi pernah mengkonsumsi juga termasuk konsumen. Hal itu
dimungkinkan karena konsumen mendapatkan madu dari keluarga atau temannya,
dan juga karena konsumen mengkonsumsi madu bersama-sama dengan keluarga
atau temannya.
Tabel 6. Pengalaman responden dalam membeli/mengkonsumsi madu Pengalaman responden membeli / mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase (%)
Pernah Beli & Konsumsi Madu 88 53 Pernah Beli tapi Tidak Pernah Konsumsi Madu 0 0 Tidak Pernah Beli tapi Pernah Konsumsi Madu 47 29 Tidak Pernah Beli & Konsumsi Madu 30 18
Total 165 100 Adapun alasan responden yang tidak membeli madu (lihat tabel 7) antara
lain 60% responden beralasan karena harganya mahal. Hal ini menunjukkan bahwa
harga madu yang mahal masih menjadi alasan utama responden tidak membeli dan
tidak mengkonsumsi madu, khususnya pada masyarakat kelas ekonomi menengah
ke bawah.
Tabel 7. Alasan responden yang tidak membeli madu Alasan responden yang tidak membeli
dan tidak mengkonsumsi madu Jumlah Persentase
(%) Tidak menyukainya 3 6 Harganya mahal 18 34 Sulit untuk mendapatkannya 12 23 Keasliannya meragukan 7 13 Tidak/belum membutuhkannya 11 21 Lainnya 2 3
Total 53 100 (*) Pilihan boleh lebih dari satu
4. Tujuan Konsumen Membeli Madu
Berdasarkan data tabel 8, dapat diketahui bahwa sebanyak 53% konsumen
membeli atau mengkonsumsi madu tujuan konsumen membeli madu adalah untuk
dikonsumsi sendiri dengan persentase sebesar 45%. Kemudian diikuti denagn tujuan
untuk dikonsumsi bersama keluarga sebesar 30% dan untuk dikonsumsi bersama
teman sebesar 11%. Data ini menunjukkan adanya kecenderungan konsumen untuk
mengkonsumsi madu sendiri tanpa ingin berbagi dengan orang lain atau
mengkonsumsinya bersama keluarga di rumah. Hal ini biasanya dilakukan oleh
konsumen yang membeli madu dengan ukuran volume kecil, yakni ukuran 20 ml
(sachet), ukuran 100 ml, dan ukuran 250/300 ml.
Tabel 8. Tujuan pembelian madu oleh konsumen Tujuan membeli madu Jumlah Persentase (%)
Untuk dikonsumsi sendiri 40 45 Untuk dikonsumsi bersama keluarga 6 30 Untuk dikonsumsi bersama teman 10 11 Untuk oleh-oleh 5 6 Untuk dijual kembali 3 3 Lainnya 4 5
Total 92 100 4. Motivasi Konsumen Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan motivasi konsumen untuk mengkonsumsi madu (lihat tabel 9)
diketahui bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu sebagai obat untuk
penyakit yang sedang diderita dengan persentase sebesar 32%. Kemudian disusul
dengan motivasi untuk meningkatkan kebugaran tubuh sebesar 26% dan untuk
campuran makanan atau minuman sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa
manfaat atau khasiat madu memang sudah lama diyakini oleh masyarakat sebagai
resep yang manjur untuk melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit.
Tabel 9. Motivasi konsumen mengkonsumsi madu Motivasi mengkonsumsi madu Jumlah Persentase (%)
Untuk pengobatan penyakit 43 32 Untuk perawatan kulit dan wajah 15 11 Sebagai campuran pada makanan / minuman 19 14 Untuk meningkatkan kecerdasan 13 10 Untuk meningkatkan kebugaran 35 26 Untuk coba-coba 6 4 Lainnya 4 3
Total 135 100
20. Frekuensi dan Waktu Mengkonsumsi madu
Berdasarkan data frekuensi mengkonsumsi madu (lihat tabel 10) diperoleh
informasi bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu secara tidak
menentu dengan persentase sebesar 34%. Diurutan kedua dan ketiga adalah
konsumen yang mengkonsumsi madu satu kali sehari sebesar 27% dan yang
mengkonsumsi 2-3 kali sehari sebesar 21%. Ini artinya sebagian besar konsumen
belum membiasakan dirinya untuk mengkonsumsi madu secara rutin dan teratur.
Hal ini dapat disebabkan karena daya beli karena keinginan untuk sembuh dari
penyakit yang diderita, sehingga konsumen mengkonsumsi madu hanya ketika
sedang sakit saja.
Tabel 10. Frekuensi konsumsi madu konsumen Frekuensi mengkonsumsi madu Jumlah Persentase (%)
Satu kali sehari 37 27 2-3 kali sehari 28 21 2-3 hari sekali 15 11 Satu minggu sekali 9 7 Tidak menentu 46 34
Total 135 100
Berdasarkan informasi pada tabel 11 diketahui bahwa waktu mengkonsumsi
madu paling banyak dilakukan oleh konsumen adalah ketika sedang sakit dengan
persentase sebesar 28%. Kemudian diikuti oleh waktu mengkonsumsi madu sehabis
makan 24%, setelah selesai bekerja 13%, dan sebelum berangkat bekerja 10%.
Tabel 11. Waktu mengkonsumsi madu Waktu Mengkonsumsi Madu Jumlah Persentase (%)
Sebelum bekerja 13 10 Setelah bekerja 19 13 Sebelum olahraga 9 7 Setelah olahraga 8 6 Sebelum makan 12 9 Setelah makan 32 24 Ketika sakit 38 28 Lainnya 4 3
21. Hal yang Dirasakan Konsumen Setelah Mengkonsumsi Madu
Sebagian besar konsumen madu merasakan kesembuhan dari penyakitnya
setelah mengkonsumsi madu dengan persentase sebesar 40%. Kemudian disusul
dengan konsumen yang merasakan staminanya pulih kembali sebesar 23%, daya
tahan tubuh meningkat sebesar 20%, perasaan lainnya sebesar 10%, dan biasa saja
atau tidak ada perubahan yang signifikan setelah mengkonsumsi sebesar 7% (Lihat
tabel 12).
Tabel 12. Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase (%)
Sembuh dari penyakit 54 40 Stamina pulih kembali 31 23 Daya tahan tubuh meningkat 27 20 Biasa saja (tidak ada perubahan) 10 7 Lainnya 13 10
Total 135 100
22. Merek Madu yang Dikonsumsi Konsumen
Merek madu yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen (lihat tabel 13)
yaitu merek Madurasa dengan persentase sebesar 30%, disusul dengan merek madu
Perhutani 18%. Urutan persentase merek madu berikutnya adalah madu Sumbawa
dengan persentase 16%, madu Nusantara 10%, madu Multisari 10%, madu merek
lainnya 7%, madu Kembang 4%, dan madu Apiari 4%. Hal ini menunjukkan madu
lokal dengan merek-merek yang sudah terekenal (Madurasa, Madu Perhutani, Madu
Nusantara, Madu Sumbawa Alami) masih digemari oleh konsumen madu di Bogor.
Adapun alasan konsumen yang membeli madu merek-merek diatas (tabel
14) antara lain 26% konsumen menjawab karena harganya murah, karena
keasliannya terjamin 21%, karena rasanya enak 19%, dan karena mudah untuk
mendapatkannya sebanyak 14%. Hal ini menunjukkan preferensi konsumen
terhadap merek madu harga yang murah lebih besar dibandingkan merek madu lain
yang ahrganya lebih mahal.
Tabel 13. Merek madu yang sering dikonsumsi konsumen Merek Madu Jumlah Persentase (%)
Madu Apiari 5 4 Madu Perhutani 24 18 Madurasa 41 30 Madu Sumbawa Alami 22 16
Madu Nusantara 15 10 Madu Multisari 13 10 Madu Kembang 6 4 Lainnya 9 7
Total 135 100 Tabel 14. Alasan konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek di atas
Alasan Konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek tersebut
Jumlah Persentase (%)
Rasanya enak 25 19 Keasliannya terjamin 29 21 Harganya murah 35 26 Mereknya terkenal 14 10 Mudah untuk memperolehnya 19 14 Lainnya 13 10
Total 135 100
23. Jenis Madu Jenis madu dapat diketahui dari jenis bunga nektar yang menjadi sumber
pakan lebah. Biasanya nama jenis madu tercantum pada label kemasan madu. Jenis
madu yang paling disukai oleh konsumen (lihat tabel 15) adalah jenis madu hutan
dengan persentase sebesar 25%. Jenis madu yang disukai oleh konsumen berturut-
turut adalah jenis madu bunga rambutan sebesar 17%, dan madu bunga randu
sebesar 14%.
Tabel 15. Jenis madu yang disukai konsumen
Jenis Aroma Madu Jumlah Persentase (%) Bunga Randu 19 14 Bunga Rambutan 23 17 Bunga Klengkeng 11 8 Bunga Karet 9 7 Bunga Kaliandra 9 7 Bunga Kopi 8 6 Bunga Apel 7 5 Hutan 34 25 Lainnya 15 11
Total 135 100
24. Ukuran Kemasan Madu Berdasarkan ukuran volume madu yang dibeli (lihat tabel 16), madu dengan
ukuran volume 20 ml paling banyak dibeli oleh konsumen dengan persentase
sebesar 29%. Kemudian secara berturut-turut persentase ukuran volume madu yang
dibeli oleh kosumen adalah ukuran 250 ml sebesar 21%, ukuran 350 ml sebesar
19%, ukuran 650 ml sebesar 16%, ukuran 1 L sebesar 1%, dan ukuran lainnya
sebesar 5%. Hal ini menunjukkan madu ukuran volume 20 ml yang harganya jauh
lebih murah dan pemakaian yang praktis cukup menarik bagi konsumen untuk
dikonsumsi.
Tabel 16. Ukuran Volume madu yang biasa dikonsumsi konsumen Ukuran Madu Jumlah Persentase (%)
20 ml 39 29 100 ml 11 8 250 ml 29 21 350 ml 26 19 650 ml 22 16 1 Liter 1 1 Lainnya 7 5
Total 135 100
25. Bahan dan Bentuk Kemasan Madu Bahan kemasan yang paling disukai konsumen adalah bahan dari botol kaca
dengan persentase sebesar 54%, kemudian diikuti oleh bahan plastik sebesar 24%.
Bahan kemasan berikutnya yang disukai konsumen adalah botol plastik sebesar
16%, kertas tetrapack 4%, dan lainnya sebesar 2% (lihat tabel 17)
Bentuk kemasan madu yang paling disukai oleh konsumen adalah bentuk
botol dengan persentase sebesar 74%. Kemudian bentuk kemasan madu lainnya
yang dipilih konsumen adalah bentuk kotak (sachet) sebesar 27%, tube (silinder) 7%
, bentuk prisma dengan persentase sebesar 5%, bentuk kerucut sebesar 2%, dan
bentuk lainnya 3% (lihat tabel 18)
Tabel 17. Bahan kemasan madu yang disukai konsumen Bahan kemasan madu Jumlah Persentase (%)
Botol Kaca 73 54 Botol plastik 21 16 Plastik (sachet) 33 24 Kertas tetrapack 5 4 Lainnya 3 2
Total 135 100
Tabel 18. Bentuk kemasan madu yang disukai konsumen
Bentuk Kemasan yang disukai Jumlah Persentase (%) Kotak (sachet) 37 27 Botol 74 55 Kerucut 3 2 Tube (silinder) 10 7 Prisma 7 5 Lainnya 4 3
Total 135 100
26. Informasi Label Madu Konsumen
Berdasarkan informasi yang diinginkan konsumen terdapat pada label
kemasan madu, informasi tentang kadaluarsa paling banyak diinginkan oleh
konsumen ada pada label kemasan madu dengan persentase sebesar 51%. Informasi
berikutnya yang harus ada adalah informasi tentang manfaat atau khasiat madu
dengan persentase sebesar 49%. Informasi lainnya yang diinginkan oleh konsumen
tercantum dalam label kemasan madu secara berturut-turut adalah logo halal 40%,
nilai gizi madu 40%, izin Departemen Kesehatan 38% (lihat tabel 19). Data di atas
menunjukkan kepedulian konsumen terhadap informasi yang terdapat pada label
kemasan madu. Banyak produsen madu masih mencantumkan sedikit sekali
informasi tentang produk pada label kemasannya, bahkan ada yang tidak
mencantumkan label kemasan sama sekali. Ada juga produsen madu yang tidak
mencantumkan tanggal kadaluarasa, karena merasa yakin bahwa madu memiliki
daya tahan untuk jangka waktu yang lama, walaupun sebenarnya madu juga punya
umur simpan yang terbatas. Selain itu ada juga produsen madu yang tidak
mencantumkan komposisi, dan nilai gizi karena sedikitnya pengetahuan produsen
tentang produk madu. Dan yang paling banyak adalah produk madu tidak memiliki
izin dari Departemen Kesehatan, Kode SNI, dan sertifikasi halal dari LPPOM MUI
karena produsen beralasan proses administrasinya yang lama dan juga memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk mengurusnya.
Tabel 19. Informasi yang diinginkan konsumen ada pada label kemasan madu Informasi pada label
kemasan madu Jumlah Persentase
(%) Komposisi 30 22 Logo Halal 54 40 Nilai Gizi 54 40 Kode SNI 14 10
Aturan Pakai 22 16 Izin Departemen Kesehatan 51 38 Barcode 2 1 Tanggal Kadaluarsa 69 51 Merek Dagang 50 37 Khasiat Madu 66 49 Logo Produsen 10 7 Nama & Alamat produsen 19 14
Total 135 100
27. Tempat Pembelian Produk Madu Berdasarkan data pada tabel 20, diketahui bahwa warung atau toko menjadi
tempat pembelian madu paling banyak oleh konsumen dengan persentase sebesar 36
%. Supermarket menjadi pilihan konsumen berikutnya dengan persentase sebesar
26%. Setelah itu tempat pembelian madu yang menjadi pilihan konsumen adalah
agen dengan persentase sebesar 11% dan pasar tradisional 10%.
Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu karena alasan harga
madu yang murah merupakam alasan yang paling banyak dengan persentase sebesar
29%. Kemudian alasan berikutnya adalah karena lokasinya lebih dekat sebesar 24%,
persediaannya banyak 17%, dan produknya bervariasi sebesar 12% (lihat tabel 21.
Data di atas menunjukkan bahwa toko atau warung merupakan tempat pembelian
madu yang banyak didatangi konsumen karena harganya yang cukup murah dan
mudah dijangkau dari rumah dibandingkan dengan Supermarket .
Tabel 20. Tempat pembelian madu konsumen Tempat Pembelian Madu Jumlah Persentase (%)
Pasar 9 10 Supermarket 24 26 Warung/Toko 33 36 Outlet Produsen 4 4 Pedagang Keliling 5 5 Agen 10 11 Apotik 5 5 Lainnya 2 2
Total 92 100 Tabel 21. Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu
Alasan Konsumen Membeli Madu di Tempat Tersebut
Jumlah Persentase (%)
Lokasi lebih dekat 22 24
Pelayanannya bagus 5 5 Harganya murah 27 29 Persediaannya banyak 16 17 Kualitas madunya bagus 8 9 Produknya bervariasi 11 12 Lainnya 4 4
Total 92 100
Tabel 22. Tempat penjualan madu yang disukai konsumen Jumlah Tempat Penjualan Madu yang
disukai Konsumen Persentase
(%) Pasar 12 9 Supermarket 26 19 Warung/Toko 43 32 Outlet Produsen 11 9 Agen 15 11 Apotek 19 14 Lainnya 9 7
Total 135 100
Tempat penjualan madu yang disukai konsumen madu adalah warung atau
toko kelontong dengan persentase 32%. Supermarket menjadi pilihan konsumen
berikutnya dengan persentase sebesar 19%. Setelah itu tempat penjualan madu
menurut konsumen adalah apotek dengan persentase sebesar 14%, dan agen 11%
(lihat tabel 22).
Dari informasi pada tabel 20 – 22 dapat diambil kesimpulan bahwa warung
atau toko kelontong menjadi tempat yang paling banyak disukai dan dikunjungi
untuk membeli madu karena mudah dijangkau dari rumah dan menyediakan madu
ukuran sachet yang harganya jauh lebih murah.
28. Sumber Informasi Produk Madu
Pada tabel dapat dilihat bahwa sumber informasi konsumen madu terbesar
adalah dari pihak keluarga dengan persentase sebesar 34%, lalu disusul oleh
informasi dari teman sebesar 21%. Sumber informasi lainnya setelah keluarga dan
teman adalah internet sebesar 11%, iklan di koran sebesar 9%, dan iklan TV sebesar
8% (lihat tabel 23). Data tersebut menunjukkan pengetahuan tentang madu dan
manfaatnya lebih banyak diterima konsumen secara lisan dari keluarga dan
temannya dibandingkan melalui media cetak maupun media elektronik.
Tabel 23. Sumber informasi konsumen tentang madu Sumber Informasi Madu Jumlah Persentase (%)
Keluarga 46 34 Teman 28 21 Brosur 9 7 Internet 15 11 Iklan Koran 12 9 IklanTV 11 8 Even-even tertentu 10 7 Lainnya 4 3
Total 135 100
Bentuk promosi madu yang disukai oleh konsumen adalah iklan televisi
dengan persentase sebesar 24%. Setelah itu ada bentuk promosi dengan potongan
harga (discount) dengan persentase sebesar 16%, iklan di koran 13%, brosur atau
leaflet 12%, dan bentuk promosi lainnya 10% (lihat tabel 24). Ini menunjukkan
pengaruh iklan televisi dalam mempengaruhi konsumen sangat besar. Hal ini
disebabkan televisi sebagai media informasi audio visual dapat meymapaikan
informasi secara cepat. Namun besarnya biaya untuk memasang iklan pada stasiun
televisi menyebabkan media promosi ini kurang disukai oleh para produsen atau
pengusaha madu.
Tabel 24.Bentuk promosi madu yang Disukai konsumen Bentuk Promosi Madu Jumlah Persentase (%)
Iklan di Koran 17 13 Iklan di Majalah 7 5 Iklan di TV 32 24 Iklan di Radio 7 5 Iklan di Internet 10 7 Brosur/leaflet 16 12 Event tertentu 12 9 Potongan harga 21 16 Lainnya 13 10
Total 135 100
29. Harga Produk Madu berdasarkan Ukuran Kemasan yang Dikehendaki Konsumen
Harga madu yang diinginkan oleh konsumen sangat bervariasi sesuai ukuran
kemasan madu. Untuk madu kemasan sachet (20 ml) paling banyak diinginkan oleh
konsumen adalah pada kisaran harga Rp 500 – 1000,- dengan persentase sebesar
47%. Selanjutnya pada harga Rp 1001 – 1250,- sebesar 20%; dan harga Rp 1251 –
1500,- (lihat tabel 25).
Tabel 25. Harga madu kemasan sachet (20 ml) menurut konsumen Jumlah Harga madu kemasan sachet (20 ml)
yang tepat menurut konsumen Persentase
(%) Rp 500 - 1000 63 47 Rp 1001 - 1250 27 20 Rp 1251 - 1500 20 17 Rp 1501 - 1750 12 9 Rp 1751 - 2000 7 5 > Rp 2000 3 2 Total 135 100
Sedangkan pada madu kemasan botol ukuran sedang (250/300 ml), sebagian
besar konsumen menginginkan harga madu pada ukuran tersebut adalah antara Rp
20001 – 25000,- dengan persentase sebesar 50%. Kemudian diikuti oleh kisaran
harga Rp 15001 – 20000,- sebesar 19%; Rp 10001 – 15000,- sebesar 14%; dan Rp
25001 – 30000,- sebesar 13% (lihat tabel 26).
Tabel 26. Harga madu kemasan botol ukuran 250/300 ml menurut konsumen Jumlah Harga madu kemasan botol ukuran
250/300 ml yang tepat menurut konsumen Persentase
(%) < Rp 10000 1 1 Rp 10001 - 15000 17 14 Rp 15001 - 20000 26 19 Rp 20001 - 25000 68 50 Rp 25001 - 30000 19 13 > Rp 30000 4 3 Total 135 100
Untuk madu kemasan botol ukuran besar (600/650 ml), harga madu yang
paling diinginkan oleh konsumen adalah pada kisaran harga Rp 40001 – 45000,-
dengan persentase sebesar 35%. Kemudian diikuti oleh kisaran harga Rp 35001 –
40000,- sebesar 19%; dan Rp 30001 – 35000,- (lihat tabel 27).
Tabel 27. Harga madu kemasan botol ukuran 600/650 ml menurut konsumen Harga madu kemasan botol ukuran
600/650 ml yang tepat menurut konsumen Jumlah Persentase
(%) < Rp 20000 0 0 Rp 20001 - 25000 8 6
Rp 25001 - 30000 14 10 Rp 30001 - 35000 16 12 Rp 35001 - 40000 25 19 Rp 40001 - 45000 47 35 Rp 45001 - 50000 15 11 > Rp 50000 10 7
Total 135 100
30. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Lebah Selain Madu Menurut pengalaman mengkonsumsi produk hasil lebah selain madu,
sebagian besar konsumen menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 67%.
Sedangkan yang menjawab pernah mengkonsumsi produk hasi lebah selain madu
sebesar 33% (lihat tabel 28). Adapun produk hasil lebah selain madu yang paling
banyak dikonsumsi konsumen adalah royal jelly sebesar 65%. Sedangkan untuk
produk lainnya yaitu propolis sebesar 25%, dan bee pollen sebesar 8% (lihat tabel
29).
Tabel 28. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk lebah selain madu Pengalaman konsumen mengkonsumsi
Produk lebah selain madu Jumlah Persentase
(%) Pernah 60 33 Tidak Pernah 75 67
Total 135 100
Tabel 29. Produk lebah selain madu yang pernah dikonsumsi konsumen Produk lebah selain madu yang
pernah dikonsumsi Jumlah
Persentase
(%) Royal Jelly 39 65 Propolis 15 25 Bee Pollen 5 8 Lilin 1 2
Total 60 100 31. Pengalaman Mengkonsumsi Produk yang Mengandung Bahan Baku Madu
Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa 63% konsumen menjawab pernah
mengkonsumsi produk yang mengandung bahan baku madu dan 37% konsumen
tidak pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu (lihat tabel 30). Kemudian
secara berturut-turut produk hasil lebah yang pernah dikonsumsi oleh konsumen
yaitu Susu sebesar 21%, shampoo sebesar 21%, dan minuman ringan sebesar 19%
(lihat tabel 31).
Tabel 30. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk yang mengandung madu Pengalaman konsumen mengkonsumsi
produk yang mengandung madu Jumlah Persentase
(%) Pernah 85 63 Tidak Pernah 50 37
Total 135 100
Tabel 31. Produk mengandung bahan madu yang dikonsumsi konsumen Produk yang mengandung bahan
madu yang pernah dikonsumsi Jumlah Persentase
(%) Makanan Ringan 19 15 Minuman Ringan 26 19 Susu 28 21 Shampoo 29 21 Sabun 25 19 Jamu 23 17 Lainnya 3 2
32. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Kesehatan
Berdasarkan pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi minuman
kesehatan diketahui informasi bahwa konsumen 97% pernah mengkomsumsi
minuman kesehatan, dan yang mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman
kesehatan sebanyak 3% (lihat tabel 32). Sedangkan untuk pengalaman
mengkonsumsi minuman kesehatan, konsumen paling banyak menjawab susu
dengan persentase sebesar 71%. Lalu secara berturut-turut minuman kesehatan yang
pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu jamu sebesar 43%, teh sebesar 42%, dan
sari buah sebesar 23% (lihat tabel 33). Ini menunjukkan bahwa madu belum banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Tabel 32. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman kesehatan Pengalaman konsumen
mengkonsumsi minuman kesehatan Jumlah Persentase
(%) Pernah 131 97 Tidak Pernah 4 3
Total 135 100
Tabel 33. Minuman kesehatan yang dikonsumsi konsumen
Minuman kesehatan yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase (%)
Teh 63 42 Susu 107 71 Jamu 65 43 Sari buah 31 23 Lainnya 25 19
(*) Pilihan boleh lebih dari satu
33. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Penyegar
Sebanyak konsumen 95% menyatakan pernah meminum minuman
penyegar dan 5% menjawab tidak pernah meminum minuman penyegar (lihat tabel
34). Jenis minuman penyegar yang paling banyak dikonsumsi oleh konsuemen
adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan persentase sebesar 65%.
Kemudian secara berturut-turut minuman penyegar yang pernah dikonsumsi oleh
konsumen yaitu sirup buah dengan persentase sebesar 58% softdrink 51%, larutan
penyegar 44%, energy drink 35%, dan kopi sebesar 13% (lihat tabel 35).
Tabel 34. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Jumlah Persentase (%)
Pernah 128 95 Tidak Pernah 7 5
Total 135 100
Tabel 35. Minuman penyegar yang dikonsumsi konsumen Minuman penyegar yang
Pernah dikonsumsi Jumlah Persentase
(%) Softdrink 70 51 Energydrink 47 35 AMDK 88 65 Sirup 60 44 Kopi 78 58 Lainnya 20 13
34. Bahan Pemanis Makanan / Minuman yang biasa Dikonsumsi
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 91% konsumen sudah biasa dalam
kesehariannya menggunakan gula putih sebagai pemanis makaanan atau minuman,
dan konsumen 37% selain menggunakan gula merah sebagai pemanis makanan atau
minuman. Sedangkan konsumen yang menggunakan pemanis madu adalah 21%
(lihat tabel 36). Ini menunjukkan bahwa jumlah produksi madu yang jauh lebih
rendah dari pada gula putih dan gula merah ikut mempengaruhi konsumen dalam
menggunakannya sebagai pemanis makanan atau minuman.
Tabel 36. Pemanis makanan/minuman yang dikonsumsi konsumen Pemanis makanan/minuman
yang biasa dipakai Jumlah Persentase
(%) Madu 28 21 Gula putih 123 91 Gula merah 50 37 Gula cair 2 1 Gula bit 4 3 Pemanis buatan 14 6
(*) Pilihan boleh lebih dari satu
E. HASIL ANALISIS PEMBOBOTAN
Pada penelitian ini analisis pembobotan dilakukan untuk mengetahui
preferensi konsumen dalam menentukan atribut yang menjadi prioritas dalam
pembelian madu dan produk pesaingnya. Atribut madu sengaja dibedakan dengan
atribut produk-produk pesaingnya untuk melihat perbedaan prioritas pemilihan
konsumen terhadap atribut masing-masing produk dalam melakukan pembelian.
Untuk atribut madu, atribut yang akan diujikan merupakan hasil identifikasi yang
dilakukan oleh enam orang pakar madu di Pusbahnas yang kemudian diolah uji
MPE. Atribut yang dipilih sebanyak sepuluh buah atribut yang merupakan peringkat
satu sampai sepuluh pada penilaian MPE.
Adapun kesepuluh atribut madu yang dinilai adalah keaslian, logo halal,
kemasan, aroma, harga, manfaat atau khasiat, kehigienisan, ketersediaan, dan kadar
air. Sedangkan atribut yang dianalisis dari produk minuman kesehatan, produk
minuman penyegar, dan produk bahan pemanis makanan atau minuman adalah sama
dengan atribut madu, yaitu logo halal, promosi, kemasan, rasa, aroma, harga,
manfaat, kehigienisan, ketersediaan, dan citra produsen. Kesepuluh atribut tersebut
merupakan peringkat satu sampai tiga belas pada uji MPE untuk atribut madu yang
memiliki kesamaan dengan produk pesaingnya.
Dalam analisis pembobotan ini konsumen memberikan peringkat terhadap
sepuluh atribut madu dan produk-produk pesaingnya. Pemberian peringkat ini
beragam satu konsumen dengan konsumen lainnya. Tingkat kepentingan suatu
atribut dalam mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian
terhadap suatu produk ditunjukkan nilai skala kepentingan. Nilai skala kepentingan
merupakan nilai rata-rata penjumlahan nilai suatu atribut pada berbagai prioritas ke-
i setelah dikalikan faktor pengali (bobot). Besar nilai faktor pengali (bobot)
ditentukan berdasarkan urutan peringkat atribut dalam prioritas pembelian. Atribut
yang menjadi peringkat satu akan dikalikan dengan nilai bobot sepuluh, atribut
peringkat dua dikalikan dengan nilai bobot sembilan, atribut peringkat tiga dikalikan
dengan delapan, dan seterusnya sampai atribut peringkat sepuluh dikalikan dengan
nilai bobot satu.
Hasil dari analisis ini akan terlihat perbedaan atau persamaan atribut yang
menjadi prioritas konsumen dalam pembelian produk. Semakin besar nilai skala
kepentingan suatu atribut berarti semakin pentinglah atribut tersebut dalam
pertimbangan pembelian konsumen terhadap produk tersebut. Hasil penjumlahan
terbesar merupakan atribut produk yang utama oleh konsumen, sedangkan nilai
yang terkecil merupakan atribut dari madu atau produk-produk pesaingnya yang
paling akhir dipilih konsumen.
5. Penilaian Atribut Madu Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut madu, keaslian madu menjadi
atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli madu dengan nilai sebesar
13,70. kemudian diikuti oleh atribut logo halal (11,21), atribut manfaat atau khasiat
madu (9,90), dan atribut kehigienisan (9,04) di peringkat kedua, ketiga, dan keempat
yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli madu. Ketiga atribut tersebut
harus tetap dijaga oleh produsen madu untuk dalam pempertahankan pelanggannya.
Sedangkan atribut kemasan dan ketersediaan madu dengan nilai prioritas 5,15 dan
3,31 menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli madu.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Hasil analisis pembobotan atribut produk madu Atribut Nilai Prioritas Rangking
Keaslian 13,70 1 Logo halal 11,21 2 Manfaat/khasiat 9,90 3 Kehigienisan 9,04 4 Harga 6,79 5
Kekentalan 6,54 6 Aroma 6,28 7 Kadar air 6,25 8 Kemasan 5,15 9 Ketersediaan 3,31 10
Kehalalan produk madu memang telah diyakini oleh konsumen madu
terutama yang beragama Islam. Namun keyakinan konsumen akan kehalalan madu
tidak boleh dijadikan alasan bagi produsen untuk tidak mencantumkan logo halal
pada kemasan produk madunya dan memiliki sertifikasi halal. Pencantuman logo
dan sertifikasi halal pada kemasan akan menambah kepercayaan dari konsumen
terhadap suatu produk madu yang akan dibeli.
Kehigienisan produk madu berarti suatu kondisi produk madu tidak
mengandung bahan cemaran biologis, kimia, benda-benda asing lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Kehigienisan madu juga
sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen dan konsumen madu, karena
kehigienisan ikut menentukan baik-buruknya kualitas madu. Salah satu contoh
ketidakhigienisan proses pengolahan madu antara lain melakukan proses ektraksi
madu di tempat yang kurang bersih. Dalam proses pengolahan madu, upaya untuk
mencegah timbulnya kontaminasi dan pencegahan pertumbuhan kontaminan dalam
produk harus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya kegiatan menjaga
kebersihan dengan mencuci tangan, peralatan, pakaian kerja, serta lingkungan
produksi
6. Penilaian Atribut Minuman Kesehatan Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan manfaat bagi kesehatan sebagai
pertimbangan dalam membeli produk minuman kesehatan dengan nilai 11,14. Di
peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli minuman kesehatan
adalah atribut logo halal dan kehigienisan dengan nilai prioritas sebesar 11,10 dan
8,85. Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra
produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,94 dan 3,28 menjadi atribut yang
terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman kesehatan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 38. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman kesehatan
Atribut Nilai Prioritas Rangking Manfaat 11,14 1 Logo halal 11,10 2 Kehigienisan 8,85 3 Harga 8,59 4 Rasa 7,82 5 Aroma 6,54 6 Kemasan 6,50 7 Ketersediaan 4,15 8 Citra Produsen 3,94 9 Promosi 3,28 10
7. Penilaian Atribut Minuman Penyegar Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar,
logo halal menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli produk
minuman penyegar dengan nilai sebesar 11,05. Kemudian diikuti oleh atribut
manfaat dengan nilai 10,03 dan atribut rasa dengan nilai 9,72 di peringkat kedua dan
ketiga yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli minuman penyegar.
Sedangkan atribut citra produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,24 dan 2,47
menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman
penyegar. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 39. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar Atribut Nilai Prioritas Rangking
Logo halal 11,05 1 Manfaat 10,03 2 Rasa 9,72 3 Kehigienisan 8,95 4 Harga 8,77 5 Aroma 7,91 6 Kemasan 7,12 7 Ketersediaan 4,14 8 Citra Produsen 3,24 9 Promosi 2,47 10
8. Penilaian Atribut Pemanis Makanan dan Minuman Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan keberadaan logo halal sebagai
pertimbangan dalam membeli produk pemanis makanan dan minuman dengan nilai
10,14. Di peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli produk
pemanis makanan dan minuman adalah atribut manfaat dan kehigienisan dengan
nilai prioritas sebesar 9,70 dan 9,60
Tabel 40. Hasil analisis pembobotan atribut produk pemanis makanan dan minuman
Atribut Nilai Prioritas Rangking Logo halal 10,14 1 Rasa 9,70 2 Kehigienisan 9,60 3 Manfaat 9,38 4 Aroma 7,51 5 Harga 7,47 6 Kemasan 6,53 7 Ketersediaan 4,47 8 Citra Produsen 3,62 9 Promosi 2,95 10
Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra
produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,62 dan 2,95 menjadi atribut terakhir
diprioritaskan konsumen dalam membeli pemanis makanan dan minuman. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 40.
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk madu dan produk
pesaingnya yang ditunjukkan pada tabel 36-39 dapat diketahui bahwa sebagian
besar konsumen menempatkan atribut logo halal produk sebagai atribut yang
diprioritaskan pada pembelian produk madu maupun produk pesaingnya. Selain ada
tidaknya logo halal produk, atribut manfaat, dan atribut kehigienisan juga termasuk
atribut yang diprioritaskan dalam pembelian produk. Untuk produk madu dan
produk pesaingnya, atribut promosi, dan atribut citra produsen menempati posisi
terbawah urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen. Untuk dua atribut terakhir
yang disebutkan perlu diperbaiki oleh pihak produsen madu dan produk pesaingnya.
Kehalalan sebuah produk kini memang kian menjadi perhatian umat Islam.
Sebagian kalangan umat telah begitu sadar bahwa makanan yang halal merupakan
keharusan yang tak bisa ditawar. Ini tentunya menuntut produsen untuk memenuhi
kepentingan umat. Kehalalan suatu produk merupakan suatu keharusan untuk setiap
produk pangan, farmasi, dan kosmetika yang dipasarkan di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Bagi konsumen muslim, adanya logo dan
sertifikasi halal akan mendapatkan kepastian dan jaminan bahwa produk yang
dikonsumsinya tidak mengandung sesuatu yang tidak halal serta diproduksi dengan
cara yang halal. Sedangkan bagi produsen, sertifikasi halal memberikan peluang
untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak 1,4 milyar
muslim dan jutaan non-muslim lainnya dan meningkatkan citra produknya.
Sikap berhati-hati sebaiknya juga diterapkan oleh konsumen setiap kali
membeli atau mengonsumsi makanan dan minuman olahan. Artinya ketika kita
belum bisa memastikan status halal atau haramnya bahan pangan tersebut. Siapa
tahu dalam makanan / minuman itu terselip kandungan bahan atau ramuan
(ingredients) tidak halal alias haram atau meragukan. Masalahnya, kita hidup di
tengah-tengah masyarakat yang telah terkondisi dengan bahan pangan olahan yang
dalam proses produksinya kerap dibubuhkan bahan atau ramuan tertentu. Faktanya,
tak semua ramuan itu berasal dari bahan dan atau proses yang halal. Adakalanya
ramuan itu juga tidak jelas status dan asal-usulnya. Maka, berhati-hati dalam
memilih sudah menjadi keharusan. (www.guidehalal.com, 2006).
F. HASIL ANALISIS CLUSTER
Analisis cluster adalah analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan
konsumen ke dalam beberapa kelompok yang akan dijadikan sebagai sasaran
segmen pasar produknya. Pemilihan ini tidak hanya berdasarkan besarnya
persentase kelompok namun juga harus berdasarkan pertimbangan lain seperti
kelayakan kelompok dibandingkan dengan karaketristik produk yang hendak
dikembangkan aspek pemasarannya. Dalam penelitian ini analisis cluster yang
dilakukan membagi konsumen madu kedalam empat kelompok berdasarkan data
demografi (segmentasi demografis). Segmentasi jenis ini memisahkan pasar ke
dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel demografis sosiologi,
yaitu variabel usia dan pekerjaan, serta demografi ekonomi yaitu pendapatan atau
uang saku dan pengeluaran rata-rata responden per bulan. Alasan menggunakan
variabel demografis ialah karena variabel ini sangat berkaitan dengan keinginan,
preferensi, dan tingkat penggunaan konsumen serta lebih mudah diukur.
Hasil dari analisis cluster ini berupa segmentasi pasar untuk produk madu.
Strategi positioning madu dapat ditentukan setelah segmentasi pemasaran yang
diketahui. Kendala dalam pemasaran madu dapat diatasi melalui perancangan
strategi pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmen pasar berdasarkan
demografi dan perilaku konsumen untuk mendapatkan segmen sasaran
pengembangan pemasarannya. Sasaran segmen pasar utama tidak harus kelompok
segmen yang memiliki persentase terbesar.
Hasil analisis cluster menunjukkan bahwa ada empat kelompok segmen pasar
madu yang memiliki persentase dan karakteristik yang berbeda-beda. berdasarkan
variabel demografis (pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan, usia, dan
pekerjaan). Kelompok konsumen madu yang terbentuk berdasarkan variabel
demografis selengkapnya dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hasil Analisis Cluster konsumen berdasarkan variabel demografis Kelompok 1 2 3 4
Persentase (%) 32,6 % 17,8 % 34,8 % 14,8 % Usia 15 – 20 tahun 15 – 20 tahun 21 – 30 tahun 41 – 50 tahunPekerjaan Pelajar/
Mahasiswa Pelajar/
Mahasiswa Karyawan
Swasta Wiraswasta
Pendapatan atau uang saku rata-rata / bulan
< 300.000
< 300.000
1.000.001-1.500.000
> 3.000.000
Pengeluaran rata-rata / bulan
< 250.000 < 400.000 800.001-1.250.000
> 2.500.000
Dari empat kelompok segmen diatas, kelompok satu dan tiga memiliki
persentase yang lebih besar dibandingkan kelompok dua dan empat. Kelompok satu
adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 32,6% yang berusia antara
15-20 tahun, dan sebagian besar berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Selain
itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan atau uang saku per bulan kurang
dari Rp 300.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan kurang dari Rp 250.000,- per
bulan. Sedangkan kelompok tiga adalah kelompok konsumen dengan persentase
sebesar 34,8% yang berusia antara 21-30 tahun, dan sebagian besar berprofesi
sebagai karyawan swasta. Selain itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan
per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan
antara Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Kelompok tiga merupakan kelompok konsumen madu di Bogor yang layak
untuk dijadikan target pasar karena memiliki persentase yang terbesar dibandingkan
dengan kelompok satu. Kelayakan ini didukung dengan karakteristik konsumen
yang usianya masih muda dan banyak menggunakan sebagian besar tenaganya
dalam bekerja dan aktivitas lain, sehingga madu sangat tepat untuk dijadikan
makanan tambahan bagi segmen ini. Selain itu sebagian besar konsumen pada
kelompok tiga berprofesi sebagai karyawan swasta yang sudah mandiri dalam
berpenghasilan dengan memiliki pendapatan rata-rata per bulan Rp 1.000.001 -
1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Sementara kelompok satu walaupun persentasenya tidak jauh selisihnya
dengan kelompok tiga, juga cukup potensial dijadikan target pasar karena
karakteristik demografi konsumennya yang merupakan para pelajar atau mahasiswa
yang memiliki pendapatan / uang saku rata-rata per bulan kurang dari Rp 300.000,-
dan pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari Rp 250.000,-. Namun untuk
kelompok tiga memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kelompok satu
yang masih tergantung pada pemberian orang tua serta memiliki banyak kebutuhan
lain yang lebih diprioritaskan daripada mengkonsumsi madu. Maka, dari
karakteristik demografi ekonomi dan sosial kelompok tiga sangat potensial menjadi
kelompok sasaran dalam pengembangan pemasaran produk madu.
H. HASIL ANALISIS KORESPONDENSI
Pada penelitian ini analisis korespondensi digunakan untuk menganalisis
menyusun taktik pemasaran madu dengan atribut-atributnya dibandingkan dengan
produk pesaingnya. Adapun produk pesaing madu diklasifikasi menjadi tiga macam,
yaitu produk minuman kesehatan yang diwakili oleh susu, teh, jamu, dan sari buah.
Produk minuman penyegar diwakili oleh soft drink, energy drink, Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK), sirup, dan kopi. Sedangkan produk bahan tambahan pemanis
makanan atau minuman diwakili oleh gula putih, gula merah, gula bit, gula cair, dan
pemanis buatan.
Tabel 42. Atribut Madu dan produk pesaingnya Produk (P) Atribut (A)
p. Madu (P1) q. Teh (P2)
1. Manfaat/Khasiat (A1) 2. Logo halal (A2)
r. Susu (P3) s. Jamu (P4) t. Sari buah (P5) u. Soft drink (P6) v. Energy drink (P7) w. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) (P8) x. Sirup (P9) y. Kopi (P10) z. Gula putih (P11) aa. Gula merah (P12) bb. Gula bit (P13) ö. Gula cair (P14) aa. Pemanis buatan (P15)
3. Harga (A3) 4. Rasa (A4) 5. Aroma (A5) 6. Kehigienisan (A6) 7. Kemasan (A7) 8. Promosi (A8) 9. Ketersediaan (A9) 10. Citra produsen (A10)
Madu dan produk-produk pesaingnya itu dianalisis berdasarkan atribut
pemasaran yang paling mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusannya. Dari informasi tersebut akan dirancang taktik pemasaran yang sesuai
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Tingkat kepentingan suatu atribut dalam mempengaruhi pertimbangan
konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk ditunjukkan oleh
suatu grafik hubungan korespondensi. Kedekatan jarak antara suatu produk dengan
suatu atribut menunjukkan kelebihan atau keunggulan produk pada atribut tersebut.
Semakin dekat simbol atribut suatu dengan simbol produk berarti semakin
pentinglah atribut tersebut dalam pertimbangan pembelian konsumen terhadap
produk tersebut. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
pesaingnya secara lengkap dapat dilihat pada tabel 43-45.
1. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
minuman kesehatan (lihat tabel 43), dapat diketahui bahwa posisi produk madu (P1)
berdekatan dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan
kehigienisan (A3). Sementara itu, produk teh (P2) posisinya paling dekat dengan
atribut ketersediaan (A7), disamping relatif dekat juga dengan atribut kemasan (A4)
aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk susu (P3) relatif dekat dengan atribut
kemasan (A4), rasa (A5), promosi (A8), dan aroma (A9). Produk jamu (P4) relatif
lebih dekat dengan atribut harga (A6). Sedangkan produk sari buah berada sangat
dekat dengan atribut kemasan (A4), disamping relatif dekat dengan atribut
ketersediaan (A7), promosi (A8), aroma (A9), dan citra produsen (A10).
Atribut yang relatif dekat posisinya dengan produk madu (P1), yaitu atribut
manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3) menunjukkan
bahwa madu memiliki keunggulan pada ketiga atribut tersebut. Sehingga untuk
bersaing dengan produk minuman kesehatan lainnya, ketiga atribut tersebut harus
ditingkatkan. Atribut manfaat bagi kesehatan (A1) merupakan salah satu
keunggulan kompetitif produk madu diantara produk minuman kesehatan lainnya.
Manfaat madu bagi kesehatan manusia sudah tidak diragukan lagi karena sejak
ribuan tahun yang lalu madu digunakan sebagai resep untuk menyembuhkan
berbagai jenis penyakit, untuk pemanis dan pengawet makanan/minuman, dan
sebagainya. Selain memiliki kelebihan dalam atribut manfaat/khasiat bagi
kesehatan, madu juga memiliki kelebihan pada kehalalan produknya, kehigienisan
produk, dan rasanya yang manis.
Tabel 43. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman kesehatan
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu
Madu (P1)
• Manfaat (A1) • Logo Halal (A2) • Kehigienisan (A3)
1. Teh (P2)
• Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Aroma (A9) • Citra Produsen (A10)
2. Susu (P3)
• Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9)
3. Jamu (P4) • Harga (A6)
Minuman Kesehatan
4. Sari buah (P5)
• Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra Produsen (A10)
2. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Penyegar
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk
minuman penyegar pada (lihat tabel 44), dapat diketahui bahwa posisi produk madu
(P1) relatif lebih dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1) dan logo halal
(A2). Sementara itu produk soft drink (P6) relatif dekat dengan atribut kemasan
(A4), dan promosi (A8). Produk energy drink (P7) posisinya paling dekat dengan
atribut ketersediaan (A7), serta relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), harga
(A6), promosi (A8), dan citra produsen (A10). Produk AMDK (P8) dan sirup (P9)
posisi keduanya berdekatan relatif lebih dekat dengan atribut kehigienisan (A3),
harga (A6) dan citra produsen (A10). Sedangkan produk kopi (P10), posisinya
paling dekat dengan atribut aroma (A9), serta relatif dekat dengan atribut kemasan
(A4), rasa (A5), dan citra produsen (A10).
Produk madu (P1) memiliki kelebihan pada atribut manfaat bagi kesehatan
(A1) dan atribut logo halal (A2) yang perlu ditingkatkan untuk dapat bersaing
dengan produk-produk minuman penyegar lainnya. Madu memiliki manfaat untuk
memulihkan kembali tenaga yang hilang, menambah energi, dan meningkatkan
vitalitas tubuh yang tidak kalah dengan produk minuman penyegar lainnya.
Tabel 44. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman penyegar
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu Madu (P1) • Manfaat (A1)
• Logo halal (A2) 1. Softdrink (P6) • Kemasan (A4)
• Promosi (A8) 2. Energy drink (P7)
• Kemasan (A4) • Harga (A6) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Citra Produsen (A10)
3. AMDK (P8)
• Kehigienisan (A3) • Harga (A6) • Citra Produsen (A10)
4. Sirup (P9)
• Kehigienisan (A3) • Harga (A6) • Citra Produsen (A10)
Minuman Penyegar
5. Kopi (P10)
• Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
5. Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Pemanis Makanan dan Minuman
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan dengan produk
bahan pemanis makanan dan minuman (lihat tabel 45), dapat diketahui bahwa posisi
produk madu (P1) posisinya relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan atribut
rasa (A5). Produk gula putih (P11) dan gula merah (P12), keduanya relatif dekat
dengan produk madu (P1) dari atribut rasa (A5). Selain itu, produk gula putih (P11),
gula merah (P12), dan gula cair (P14) juga relatif dekat dengan beberapa atribut
yang berada pusat koordinat, yaitu logo halal (A2), kehigienisan (A3), kemasan
(A4), promosi (A8), aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk gula bit (P13),
gula cair (P14), dan pemanis buatan relatif lebih dekat dengan atribut kemasan (A4),
harga (A6), ketersediaan (A7), dan citra produsen (A10).
Tabel 45. Hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk pemanis makanan dan minuman
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Madu Madu (P1) • Manfaat (A1)
• Rasa (A5) 1. Gula putih (P11)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
2. Gula merah (P12)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Rasa (A5) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
3. Gula bit (P13) • Ketersediaan (A7) 4. Gula cair (P14)
• Logo halal (A2) • Kehigienisan (A3) • Kemasan (A4) • Ketersediaan (A7) • Promosi (A8) • Aroma (A9) • Citra produsen (A10)
Bahan Tambahan Pemanis Makanan / Minuman
5. Pemanis buatan (P15) • Harga (A6)
• Ketersediaan (A7)
Dari informasi pada tabel 45, dapat diketahui bahwa atribut yang posisinya
relatif dekat dengan produk madu, yaitu atribut manfaat bagi kesehatan dan atribut
rasa. Kelebihan madu pada kedua atribut tersebut harus ditingkatkan agar mampu
bersaing dengan produk pemanis lainnya, terutama dengan produk gula putih dan
gula merah. Hal ini mungkin karena ketiga jenis pemanis ini yaitu madu, gula putih,
dan gula merah merupakan produk pemanis makanan dan minuman yang rasa
manisnya sudah dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat luas dibandingkan gula
bit, gula cair, dan pemanis buatan.
Keunggulan madu dalam atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal
(A2), kehigienisan (A3), dan rasa (A5) harus dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya oleh produsen. Posisi produk madu dengan produk minuman kesehatan,
minuman penyegar, dan pemanis makanan dan minuman terdapat kesamaan pada
beberapa atribut jauh posisinya dengan produk madu (P1). Beberapa atribut yang
jauh dari produk madu antara lain atribut harga (P6), promosi (P8), ketersediaan
(P7), dan kemasan (A4). Hal ini menunjukkan bahwa produk madu (P1) masih
memiliki berbagai kekurangan pada atribut-atribut tersebut.
Dalam aspek harga, produk madu masih dirasakan mahal oleh sebagian besar
masyarakat terutama yang tergolong ekonomi menengah ke bawah. Ketersediaan
madu di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen juga masih kurang, karena
produksi madu tergantung dengan musim pembungaan. Sedangkan untuk aspek
kemasan, produk madu lokal paling jarang melakukan inovasi terhadap bahan dan
bentuk kemasan, serta minimnya informasi yang dicantumkan pada label kemasan
madu.
H. MODEL PENGEMBANGAN PEMASARAN MADU
Memformulasikan strategi pemasaran dan bauran pemasaran merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan model pemasaran yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Strategi pemasaran meliputi bagaimana cara menentukan
segmentasi pasar, menentukan target pasar, dan memposisikan keunggulan produk
dalam benak konsumen. Sedangkan bauran pemasaran merupakan taktik pemasaran
untuk merumuskan strategi pemasaran dengan melakukan intensifikasi atau
diversifikasi terhadap performance produk, harga produk, distribusi produk, dan
promosi produk.
1. Strategi Pemasaran
Segmentasi konsumen produk madu dapat dibedakan dari aspek demografi
dan aspek perilaku konsumen. Segmentasi berdasarkan demografis mencakup
variabel usia, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan. Sedangkan
segmentasi berdasarkan perilaku konsumen mencakup pengalaman, dan motivasi
konsumen membeli atau mengkonsumsi madu. Meski pun sebenarnya madu
merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik tua maupun muda,
apa pun profesinya, dan darimana pun asal sukunya.
Berdasarkan hasil analisis cluster dapat diketahui bahwa kelompok yang
potensial dijadikan sasaran pengembangan segmentasi pasar adalah konsumen pada
kelompok tiga dengan usia antara 21-30 tahun, berprofesi sebagai karyawan swasta,
memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan pengeluaran
rata-rata per bulan antara Rp 800.001 - 1.250.000,- yang merupakan konsumen kelas
ekonomi menengah ke atas.
Tabel 46. Formulasi Strategi Pemasaran Produk Madu Strategi Pemasaran Produk Madu
Segmentation
• Kelompok konsumen berdasarkan perilaku dan preferensi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi madu
Targetting
• Kelompok konsumen berusia antara 21 – 30 tahun, serta berprofesi sebagai karyawan swasta dan profesi lain yang membutuhkan banyak tambahan energi.
• Kelompok konsumen dengan pendapatan atau uang saku rata-rata per bulan Rp 1.000.001,- sampai Rp 1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.000,- sampai Rp 1.250.000,-
Positioning ” Madu, produk alami yang halal dan menyehatkan”
Disamping itu, kelompok konsumen yang dipilih menjadi segmen dan target
pemasaran merupakan konsumen yang memiliki pengalaman pernah membeli
sekaligus mengkonsumsi madu untuk pengobatan penyakit dan untuk menguatkan
stamina tubuh atau menambah energi. Segmen pasar yang telah dipilih dapat
dispesifikkan dengan menentukan target pasar. Kelompok konsumen ini dinilai
potensial sebagai target pengembangan pemasaran produk madu karena kelompok
ini cukup memiliki dukungan keuangan, kebiasaan, kesadaran akan pentingnya
kesehatan untuk membeli produk madu. Oleh karena itu kelompok konsumen
dengan karakteristik inilah yang akan dijadikan target pengembangan pemasaran
produk madu.
Dari hasil perumusan segmen dan target pasar tersebut maka dapat
ditentukan suatu positioning produk untuk pasar yang diharapkan dapat menarik
kelompok konsumen yang dari segmen yang dituju. Dan positioning yang diambil
lebih menonjolkan keunggulan manfaat atau khasiat produk madu, dan berusaha
menanamkan kesadaran mengkonsumsi madu untuk menjaga kesehatan tubuh pada
masyarakat. Dan positioning produk yang cocok untuk madu disesuaikan dengan
penilaian konsumen terhadap atribut madu “produk alami yang halal dan
menyehatkan”
2. Taktik Pemasaran dan Prioritas Pengembangan Pemasaran
Taktik pemasaran yang disarankan untuk produk madu ialah perbaikan dan
pengembangan pada empat aspek bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi,
dan promosi. Taktik pemasaran yang dibuat didasarkan atas strategi pemasaran yang
sudah ditetapkan sebelumnya dengan tetap mempertahankan keunggulan dan
memperbaiki kelemahan yang dimiliki. Selain itu, di dalam taktik pemasaran
ditentukan juga atribut yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan
pemasaran.
F. Bauran Produk
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup pengembangan pada aspek kemasan madu. Dalam pengembangan
produk ini produsen perlu menyesuaikan dengan preferensi konsumen.
Berdasarkan hasil survei yang diperoleh informasi bahwa sebagian besar
konsumen menyukai madu dengan ukuran kemasan sachet 20 ml dan kemasan
botol ukuran 250 ml. Bahan dan bentuk kemasan yang disukai adalah yang
terbuat dari kaca dan berbentuk botol.
Kemasan dengan kemasan plastik (sachet) berukuran volume 20 ml,
karena lebih praktis dan ekonomis. Diversifikasi kemasan madu dengan bahan
botol ke bahan plastik (sachet) yang lebih ekonomis perlu ditingkatkan untuk
merebut pasar kelompok ekonomi menengah ke bawah yang cenderung ingin
membeli produk yang bermutu, praktis penggunaannya, harganya murah dan
terjangkau. Namun dari segi kehigienisan dan keamanan produk madu, kemasan
madu yang baik adalah kemasan botol dari bahan kaca dengan berbagai ukuran
volume dan warna yang bening sehingga warna madu tampak dengan jelas.
Sedangkan untuk bentuk kemasan, konsumen masih menyukai bentuk botol
berleher dengan berbagai jenis ukuran, sehingga tetap dipertahankan. Namun
produsen dapat saja melakukan inovasi terhadap tampilan kemasan madu
sehingga dapat terlihat menarik oleh konsumen. Produsen juga harus
memastikan bahwa kemasan tertutup rapat sehingga madu tidak keluar dan
mengotori kemasan.
Harus diakui bahwa penampilan produk madu dalam negeri dari segi
kemasan maupun dari segi label masih jauh dibawah standar apabila
dibandingkan dengan madu impor, sehingga terkesan murahan. Adapun
penyebabnya antara lain karena penutup kemasan yang tidak rapat, sehingga
isinya meluber dan mengotori kemasan; penggunaan kemasan yang tidak sesuai
seperti jerigen plastik yang kumal atau botol yang berwarna gelap.
Dalam aspek informasi yang tercantum pada label kemasan, banyak
sekali produk madu yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap pada
label kemasannya, seperti tidak mencantumkan izin dari Departemen Kesehatan,
tidak mencantukan logo halal, komposisi madu, dan sebagainya. Hal ini sangat
merugikan konsumen yang umumnya masih awam dengan kualitas madu yang
baik. Sebagian besar konsumen menginginkan pada label kemasan produk madu
tercantum khasiat madu, izin dari Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa,
logo halal dengan sertifikasi dari LPPOM MUI, kode SNI, aturan pemakaian,
komposisi madu, nilai gizi madu, merek dagang, dan nama produsen. Semua
aspek tersebut adalah informasi minimal yang harus diterima konsumen dari
produsen pada label kemasan madu. Kelengkapan informasi pada label kemasan
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, sehingga orang
tertarik untuk membeli. Selain itu label kemasan dibuat semenarik mungkin
sehingga disukai konsumen.
G. Bauran Distribusi
Strategi pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup aspek letak tempat penjualan madu, rantai saluran distribusí. Pada
aspek letak penjualan madu, konsumen menginginkan tempat yang mudah
dijangkau, strategis, dan dekat dari rumah atau tempat bekerja. Sedangkan
masalah aspek rantai saluran distribusi yang panjang perlu diatasi dengan
menambah sentra outlet tempat penjualan madu. Dimana outlet ini khusus
menyajikan produk madu dan produk lebah lainnya sebagai sajian utama dan
bukan sebagai barang dagangan sampingan. Sehingga rantai distribusi dari
produsen ke konsumen tidak terlalu panjang. Dan setiap tempat tempat
penjualan madu perlu dibuat senyaman mungkin agar konsumen tertarik untuk
membeli madu ditempat itu.
H. Bauran Harga
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu
mencakup kesuaian harga madu dengan ukuran kemasan madu dan kualitas
madu. Produsen perlu melakukan inovasi, dengan memproduksi madu yang
ekonomis, namun berkualitas karena konsumen harga madu yang murah dan
terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Adanya produk madu
dengan kemasan ekonomis dapat meningkatkan tingkat konsumsi madu di
Indonesia, sehingga konsumen dapat mengkonsumsi madu secara teratur sebagai
makanan dan obat tanpa perlu menunggu sakit.
I. Bauran Promosi
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu juga
mencakup aspek sumber informasi dan bentuk promosi madu. Berdasarkan hasil
survei diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen mendapatkan
informasi dari keluarga dan temannya. Informasi dari keluarga dan teman sangat
membantu positioning untuk membenakkan produk madu sebagai produk alami
yang halal dan menyehatkan.
Namun hal ini juga menunjukkan adanya kelemahan para pengusaha
dalam mempromosikan produk madu. Oleh karena itu pengusaha madu atau
perlebahan berusaha mengupayakan agar keunggulan manfaat/khasiat madu
tersampaikan kepada masyarakat, sehingga mau mengkonsumsi madu sebagai
produk yang menyehatkan bagi masyarakat. Sebagian besar konsumen ingin
madu dipromosikan secara gencar di Televisi karena informasi tentang
manfaat/khasiat madu akan lebih cepat tersampaikan ke seluruh pelosok di tanah
air dan mancanegara. Selain itu, promosi dengan memberikan potongan harga
dan hadiah langsung akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli
madu.
J. Prioritas Pengembangan Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis pembobotan dan analisis korespondensi
diketahui bahwa atribut yang menjadi prioritas utama dalam pembelian madu
adalah atribut manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan, keaslian, kehigienisan,
madu sebagai produk yang halal, dan rasa madu yang manis. Oleh sebab itu
maka hal yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan pemasaran adalah
menjaga image sekaligus positioning madu sebagai produk alami yang halal dan
menyehatkan, meningkatkan kehigienisan produk madu, dan meningkatkan
kekhasan rasa madu.
Citra dan positioning madu sebagai produk alami yang halal dan
mneyehatkan harus selalu dipromosikan secara massif dan terus-menerus
melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Dengan adanya
promosi yang gencar akan melahirkan kesadaran di masyarakat untuk
mengkonsumsi madu tidak hanya sebagai obat tetapi juga sebagai makanan
tambahan sehari-hari. Produsen madu juga perlu memiliki sertifikasi halal dari
LPPOM MUI sehingga konsumen mendapatkan jaminan dan kepastian akan
produk madu yang dikonsumsinya. Peran pemerintah dan media sangat
dibutuhkan dalam mengkampanyekan pentingnya mengkonsumsi madu guna
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Keaslian produk madu yang diproduksi dan dipasarkan harus mampu
medapatkan jaminan dari produsen madu, sehingga konsumen yakin bahwa
produk yang dibeli dan dikonsumsinya adalah madu asli yang dihasilkan oleh
lebah madu dan bukan madu palsu atau tiruan yang dibuat dari bahan sintetis.
Pihak produsen harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan
madu yang asli dengan yang palsu. Untuk menghindari beredarnya madu palsu,
maka pemerintah perlu melakukan tindakan pengawasan terhadap peredaran
madu palsu dan memberikan sanksi hukum kepada pengedarnya. Produk madu
yang akan dipasarkan juga harus memenuhi syarat mutu SNI-3545-2004 yang
dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional.
Kehigienisan produk madu perlu mendapatkan perhatian serius dari
produsen dalam pengembangan pemasaran karena kehigienisan produk
merupakan salah satu parameter dalam penilaian mutu suatu produk.
Kehigienisan produk madu biasanya dapat dinilai pada saat proses pengolahan
madu mulai waktu pemanenan dan pengemasan produk madu. Produk madu
yang higienis akan diperoleh jika produk madu tidak mengandung bahan
cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan. Sedangkan rasa dan aroma dari beberapa jenis madu
yang khas harus dipertahankan dengan cara melakukan proses pengolahan yang
baik dan yang benar. Oleh karena itu proses pengolahan madu yang sesuai
syarat mutu SNI-3545-2004 akan menjamin kehigienisan produk madu.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. I. 1994. Studi Preferensi dan Persepsi Konsumen terehadap Produk
Perikanan (White Fish) di California Fried Chicken. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Assael, H. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. Fourth Edition. PWS-
Kent Publishing Company, Boston. Bassit, R. Teten A. 2003. Penempatan Posisi (Positioning) Produk Minuman Madu
(Studi Kasus di Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB. Bogor
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2000. SNI 01-3545. 2004. Standar Mutu. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Crane, E. 1990. A Book of Honey. Oxford University Press, London. Engel, et. al. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid I. Binapura Aksara. Jakarta. Farida, Ida. 2000. Evaluasi Perkembangan Usaha Lebah Madu (Apis mellifera) (Studi
Kasus pada Perusahaan Madu Odeng Cibubur). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB. Bogor
Gojmerac, Walter L. 1983. Bees, Beekeeping, Honey, and Pollination.The Avi
Publishing. Connecticut. USA Greenacre, M. J. (1984). Theory and Applications of Correspondence Analysis.
Academic Press. New York. Grenacre, M. dan T. Hastie.1987. The Geometric of Correspondence Analysis.
Academic Press. New York.
http://www.bi.go.id/sipuk.2004. Perlebahan Nasional. http://www. digilib-1997-194, 15 Agustus 2005. Perlebahan Nasional. http://www.jakweb.com/id/jabar/regency/bogor/2005 http://www.kotabogor.or.id/2004 Kasali, R. 2000. Membidik Pasar Indonesia : Segementasi, Targetting, dan Positioning.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kinnear, T. C. dan J. R. Taylor. 1995. Riset Pemasaran. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Kotler, P dan Gary Amstrong. 1994. Dasar-dasar Pemasaran. Terjemahan. Erlangga.
Jakarta. Kotler, P. 1990. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Komara, Syahrul. 2002. Kajian Aktivitas Anti Bakteri 5 Jenis Madu di Indonesia.
Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Kustantiny, Anny. 1993. Persyaratan dan Pengujian Mutu Madu Indonesia, Majalah
BPPT edisi XI, Serpong. Lutfiah. 2000. Analisis Strategi Pemasaran ”Madu Odeng”. Skripsi. Program Studi
Sosial Ekonomi Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan. IPB. Bogor
Resya, R. Malinda. 2005. Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi,
Manisan, dan Pindang Ikan Mas Khas Cianjur. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor
Porter, E. M. 1990. Staretgi Bersaing Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing.
Terjemahan. Erlangga Pusat Apiari Pramuka. 2004. Manfaat Berbagai Macam Madu. Jakarta Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Root, A. I. 1980. The ABC and XYZ of Bee Culture. The A.I. Root Company. Medina,
Ohio, USA Sihombing, D. T. H.1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta. Subrata, M. A. 2004. Merancang Strategi dan Taktik Pemasaran untuk Meningkatkan
Pangsa Pasar (Studi Kasus Makaroni Panggang, Bogor). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor,
Supranto, J. 1991. Metode Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran Lembaga
Penerbitan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta Singarimbun, M. dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Stanton, William J. 1994. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta
Sumarwan, Ujang. 1997. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia, Jakarta The National Honey Board. 2001. A Reference Guide from The National HoneyBoard.
Longmont. USA Tjiptono, F dan Singgih Santoso. 2001. Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Andi Offset. Yogyakarta. Umar, H.1997. Metode Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta White, J.W. 1992. Honey. Di dalam The Hive and The Honey Bee. Dadant and Sons Hamilton. Illiniois. USA Winarno, F. G. 1992. Madu : Teknologi, Khasiat, dan Analisa. Pusat Pengembangan
Teknologi Pangan, Bogor.
Lampiran 1. Kuesioner Pendahulan
Kuesioner
Nama Responden : Tanggal Pengisian : Alamat/Telp : Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi dalam menentukan atribut perilaku dan preferensi konsumen terhadap produk madu, sebagai bahan penulisan skripsi yang dilakukan oleh Firmansyah (F03400125), Mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB)
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Petunjuk Pengisian : • Tuliskan skor yang paling sesuai pad tiap alternatif atribut yang tersedia • Pada kriteria tingkat kepentingan atribut terhadap pembelian madu, nilai skor
berkisar antara 1 – 9 Sangat Tidak Berpengaruh 1-2-3-4-5-6-7-8-9 Sangat Berpengaruh
• Nilai bobot berkisar antara 1 – 9 dengan membandingkan derajat kepentingan setiap kriteria Sangat Tidak Penting 1-2-3-4-5-6-7-8-9 Sangat Penting
Kriteria Alternatif atribut
produk madu Pengaruh atribut
terhadap pembelian produk madu (A)
Tingkat kepentingan atribut terhadap
pilihan konsumen (B) 1. Atribut manfaat produk 2. Atribut rasa 3. Atribut keaslian 4. Atribut kekentalan 5. Atribut warna madu 6. Atribut kemasan 7. Atribut kehigienisan 8. Atribut ketersediaan madu 9. Atribut harga madu 10. Atribut tempat pembelian 11. Atribut promosi 12. Atribut hadiah langsung 13. Atribut situasi waktu beli 14. Atribut potongan harga 15. Atribut aroma 16. Atribut logo halal 17. Atribut citra produsen 18. Atribut pelayanan penjual 19. Atribut kadar air madu
*☺* TERIMA KASIH *☺*
72
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Nilai MPE
Kriteria 1 Kriteria 2 Bobot Kriteria
7,58 7,43
Alternatif Atribut Kriteria 1 Kriteria 2 Nilai MPE Madu (A) A^7,58 (B) A^7,43 (A+B)
Atribut keaslian 9 17106384 8.5 8046048 25152432Atribut kadar air 8.333 9542770 8.167 5978948 15521719Atribut manfaat 8.333 9542770 8.167 5978948 15521719Atribut kehigienisan 8.167 8192834 7.833 4384156 12576990Atribut logo halal 8 7005225 8 5128125 12133350Atribut ketersediaan 8 7005225 8 5128125 12133350Atribut kekentalan 8 7005225 7.667 3739101 10744326Atribut kemasan 7.833 5970012 7.667 3739101 9709113Atribut aroma 7.5 4295012 7.333 2685610 6980622Atribut citra produsen 7.5 4295012 7.333 2685610 6980622Atribut harga 7.5 4295012 7.333 2685610 6980622Atribut promosi langsung 7.167 3044090 7.5 3174718 6218809Atribut rasa 7.333 3621055 7.167 2265463 5886518Atribut tempat pembelian 7.333 3621055 7.167 2265463 5886518Atribut potongan harga 7.167 3044090 7 1901422 4945512Atribut situasi waktu beli 7.167 3044090 7 1901422 4945512Atribut warna madu 7.167 3044090 7 1901422 4945512Atribut pelayanan penjual 6.333 1191790 6.167 741736.1 1933527Atribut hadiah langsung 6.167 974452.2 6.167 741736.1 1716188
73
Lampiran 3. Contoh Kuesioner Konsumen
<< Kuesioner Konsumen >>
No. Responden : Tanggal Pengisian : Nama : Lokasi Pengisian :
Kuisioner ini digunakan untuk mengetahui Preferensi dan Perilaku Konsumen terhadap Produk Madu dan beberapa Produk Pesaingnya sebagai bahan penyusunan skripsi yang dilakukan oleh Firmansyah (F03400125), Mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) Untuk jawaban yang paling tepat menurut penilaian Anda pada tempat yang telah disediakan!!! A. Informasi umum Responden
1. Jenis Kelamin Anda : a. Laki - laki b. Perempuan
2. Usia Anda : a. 15-20 tahun d. 41-50 tahun b. 21-30 tahun e. 51-60 tahun c. 31-40 tahun f. > 60 tahun
3. Pekerjaan Anda : a. Pelajar / Mahasiswa b. Ibu Rumah Tangga c. Wiraswasta d. Pegawai Negeri e. Karyawan Swasta f. Lainnya (sebutkan)......................................
4. Pendidikan Anda sampai saat ini: a. SD / sederajat b. SMP / sederajat c. SMA / sederajat d. Diploma e. Sarjana f. Lainnya (sebutkan)......................................
5. Rata-rata pendapatan / uang saku Anda per bulan : a. < Rp 300.000,- b. Rp 300.001 – Rp 500.000,- c. Rp 500.001 – Rp 1.000.000,- d. Rp 1.000.001 – Rp 1.500.000,- e. Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000,- f. Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000,- g. > Rp 3.000.000,-
6. Rata-rata pengeluaran Anda per bulan : a. < Rp 250.000,- b. Rp 250.001 – Rp 400.000,- c. Rp 400.001 – Rp 800.000,- d. Rp 800.001 – Rp 1.250.000,- e. Rp 1.250.001 – Rp 1.750.000,- f. Rp 1.750.001 – Rp 2.500.000,- g. > Rp 2.500.000,-
7. Suku keluarga Anda : a. Sunda f. Minang b. Jawa g. Bugis
c. Betawi h. Sumbawa d. Dayak i. Lainnya (sebutkan) e. Batak ..............................
B. Informasi Produk
8. Apakah Anda mengetahui Manfaat atau Khasiat Madu ?
a.Ya (Tahu) b. Tidak tahu
9. Apakah Anda pernah membeli atau mengkonsumsi Madu ?
a. Pernah membeli dan mengkonsumsi b. Pernah membeli tapi belum pernah mengkonsumsi c. Tidak pernah membeli tapi pernah mengkonsumsi
d. Tidak pernah membeli dan mengkonsumsi
(Jika Anda menjawab a dan c silahkan lanjutkan ke Nomor 11 dan seterusnya)
(Jika Anda menjawab b silahkan menjawab pertanyaan No. 11, 16, 17, ...., dan seterusnya
10. Jika pada No. 9 Anda menjawab d, maka Alasan Anda Tidak Membeli dan Tidak mengkonsumsi Madu adalah : a. Tidak menyukai rasanya b. Harganya Mahal c. Sulit untuk mendapatkannya d. Tidak tahu Manfaat / Khasiatnya e. Tidak membutuhkannya f. Lainnya (sebutkan)........................................
(Terima Kasih Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan berikutnya...!)
11. Apa Tujuan Anda membeli madu ? a. Untuk dikonsumsi sendiri b. Untuk dikonsumsi bersama keluarga c. Untuk dikonsumsi bersama teman d. Untuk dihadiahkan kepada teman e. Untuk buah tangan (oleh-oleh) f. Untuk dijual kembali g. Lainnya (sebutkan)........................................
74
12. Untuk Keperluan apa Anda mengkonsumsi Madu ?
a. Untuk Pengobatan Penyakit tertentu b. Untuk Perawatan Wajah / Kulit c. Untuk Tambahan pada Makanan / Minuman e. Untuk meningkatkan Kecerdasan f. Untuk meningkatkan Kebugaran tubuh g. Hanya untuk mencoba-coba g. Lainnya (sebutkan)....................................
13. Berapa kali Anda biasa mengkonsumsi Madu ?
a. 1 kali sehari d. Seminggu sekali b. 2-3 kali sehari e. Lainnya (sebutkan) c. 2-3 hari sekali .................................
14. Kapan Anda mengkonsumsi madu ? a. Sebelum bekerja f. Setelah makan b. Setelah bekerja g. Ketika Sakit c. Sebelum berolahraga h. Lainnya d. Setelah berolahraga (sebutkan) e. Sebelum makan .......................
15. Apa yang Anda rasakan setelah mengkonsumsi madu ?
a. Penyakit bisa tersembuhkan b. Daya tahan tubuh meningkat c. Tidur menjadi lelap d. Biasa saja (tidak ada perubahan) e. Kesehatan menurun f. Lainnya (sebutkan)...................................
16. Merek Madu apa yang pernah Anda beli / konsumsi ?
a. Apiari Pramuka e. Nusantara b. Perhutani f. Multi Sari c. MaduRasa g. Madu Kembang d. Sumbawa Alami h. Madu Flora i. Lainnya (sebutkan)......................................
17. Apa alasan Anda membeli / mengkonsumsi madu dengan merek madu tersebut ?
a. Rasanya Enak b. Keasliannya terjamin c. Harganya murah d. Mereknya terkenal e. Mudah mendapatkannya f. Aromanya harum g. Lainnya (sebutkan) ....................................
18. Jenis Madu dari apa yang biasa Anda beli / konsumsi ?
a. Madu B. Randu e. Madu B. Kaliandra c. Iklan di TV g. Potongan Harga b. Madu B. Rambutan f. Madu B. Kopi c. Madu B. Klengkeng g. Madu B. Apel d. Madu B. Karet h. Madu Hutan i. Lainnya (sebutkan) ...........................
19. Dalam Satuan ukuran apa Anda suka membeli / mengkonsumsi Madu ?
a. 20 ml (sachet) e. 650 ml
b. 100 ml f. 1 Liter c. 250 ml g. Lainnya (sebutkan) d. 350 ml ..............................
20. Bahan Kemasan Madu apa yang paling Anda sukai ?
a. Botol kaca d. Plastik (jirigen) b. Botol plastik e. Kertas tetra pack c. Plastik (sachet) f. Lainnya (sebutkan) .............................
21. Bentuk Kemasan Madu apa yang paling Anda sukai ?
a. Kotak / kubus d. Bola / bulat b. Tabung/silinder e. Prisma c. Kerucut f. Lainnya (sebutkan) ........
22. Kalau Anda pernah membeli Madu, Di mana Anda biasa membeli Madu ?
a. Pasar Tradisional f. Agen b. SuperMarket g. Apotik c. Warung / Toko h. Lainnya (sebutkan) d. Outlet Produsen ..................... e. Pedagang Keliling
23. Apa Alasan Anda membeli madu di tempat tersebut ?
a. Lokasi mudah dijangkau b. Pelayanannya bagus c. Harganya lebih murah d. Persediaannya banyak e. Variasi produknya banyak f. Lainnya (sebutkan)....................................
24. Menurut Anda di mana tempat yang tepat untuk menjual madu ?
a. Pasar Tradisional e. Agen b. Supermarket f. Apotik c. Toko g. Lainnya d. Outlet produs
en (sebutkan).....................
25. Dari mana Anda mengetahui Informasi tentang Madu ?
a. Keluarga f. Radio b. Teman g. TV c. Brosur/pamflet h. Internet d. Koran i. Event tertentu e. Majalah j. Lainnya(sebutkan) ..
.........
26. Bentuk promosi madu apa yang paling Anda sukai ?
a. Iklan di koran. e. Iklan di Internet b. Iklan di majalah f. Brosur/leaflet
d. Iklan di Radio h. Even tertentu h. Lainnya (sebutkan) ................................
27. Informasi Penting apa yang Anda inginkan tertera (ada) pada kemasan Madu yang ingin Anda konsumsi ?
a. Komposisi bahan g. Bar Code b. Logo Halal h. Tanggal Kadaluarsa
75
c. Nilai gizi i. Merek Dagang d. Kode seri SNI j. Khasiat Madu e. Aturan Pakai k. Logo Produsen f. Izin DepKes l. Nama & alamat
produsen
28. Menurut Anda berapa harga yang tepat untuk madu kemasan sachet (20 ml) ?
a.Rp 500 – Rp 1000 d. Rp 1500 – Rp 1750 b.Rp 1000 – Rp 1250 e. Rp 1750 – Rp 2000 c.Rp 1250 – Rp 1500 f. > Rp 2000
29. Menurut Anda berapa harga yang tepat untuk madu kemasan botol (250/350 ml) ?
a. < 10.000 d. 20.000 –25.000 b. 10.000 –15000 e. 25.000 – 30.000 c. 15.000 –20000 f. > 30.000
30. Menurut Anda berapa harga yang tepat untuk madu kemasan botol (600/650 ml) ?
a. < 20.000 e. 35.000 – 40.000 b. 20.000 – 25.000 f. 40.000 – 45.000 c. 25.000 – 30.000 g. 45.000 – 50.000 d. 30.000 – 35.000 h. > 50.000
31. Menurut Anda Faktor apakah yang terpenting dalam produk Madu ? (Urutkan sesuai Prioritas, Isi dengan Angka 1 – 10) !
[.....] AROMA [.....] HARGA Produk [.....] LABEL KEMASAN [.....] KEKENTALAN [.....] KETERSEDIAAN [.....] KEASLIAN [.....] MANFAAT / KHASIAT [.....] KADAR AIR [.....] KEHIGIENISAN [.....] LOGO HALAL
32. Selain Madu, pernahkah Anda mengkonsumsi produk hasil Lebah yang lain? a. Pernah b. Tidak pernah
33. Jika Pernah, Produk hasil Lebah apa yang Anda beli / konsumsi ?
a. Royal Jelly / makanan ratu lebah b. Propolis / air liur lebah c. Bee Pollen / tepung sari d. Lilin (bee wax) / malam e. Racun (apitoxin)/ sengat lebah f. Lainnya (sebutkan).........................
34. Apakah Anda pernah mengkonsumsi produk (Makanan / Minuman / Kosmetika / Obat ) yang mengandung bahan Madu ?
a. Pernah B. Tidak Pernah
35. Jika pernah, produk berbahan madu apa yang pernah Anda beli ?
a. Makanan ringan (snack) e. Sabun Mandi b. Minuman ringan f. Jamu
c. Susu g.Lainnya d. Shampoo (sebutkan) ...........
36. Apakah Anda pernah beli Minuman Kesehatan ? a. Pernah b. Tidak pernah
37. Jika pernah, Minuman Kesehatan apa yang pernah Anda beli ?
a. Teh (cth : Teh Sariwangi, Teh Sosro,dsb) b. Susu (cth : Indomilk, Bendera, Dancow,dsb) c. Jamu d. Sari Buah (nutrisari, juice) e . Lainnya (sebutkan)...................................
38. Apakah Anda pernah beli Minuman Penyegar ? a. Pernah b. Tidak pernah
39. Jika pernah, Minuman Penyegar apa yang pernah Anda beli ?
a. Soft Drink (cth : Coca cola, Fanta, Sprite, dsb) b. Energy Drink (cth : Extra joss, Fit Up, dsb) c. AMDK (cth : Aqua, 2 Tang, Bening) d. Sirup (cth : sirup ABC, Marjan, dsb) e. Kopi (cth : Kopi, Kapal Api, Nescafe, dsb) f. Lainnya (sebutkan)...................................
40. Zat Pemanis makanan dan minuman apa yang biasa Anda Konsumsi ?
a. Madu e. Gula Bit b. Gula Putih f. Pemanis Buatan/sintetis c. Gula Merah g. Lainnya (sebutkan)........ d. Gula Cair
41. Menurut Anda Faktor apakah yang Terpenting dalam produk Minuman Kesehatan ? (Urutkan sesuai Prioritas, Isi dengan Angka 1 – 10) !
[.....] AROMA [.....] HARGA produk [.....] KEMASAN [.....] RASA [.....] KETERSEDIAAN [.....] PROMOSI [.....] MANFAAT / KHASIAT [.....] CITRA PRODUSEN [.....] KEHIGIENISAN [.....] LOGO HALAL
42. Menurut Anda Faktor apakah yang Terpenting dalam produk Minuman Penyegar ? (Urutkan sesuai Prioritas, Isi dengan Angka 1 – 10)
[.....] AROMA [.....] HARGA produk [.....] KEMASAN [.....] RASA [.....] KETERSEDIAAN [.....] PROMOSI [.....] MANFAAT / KHASIAT [.....] CITRA PRODUSEN [.....] KEHIGIENISAN [.....] LOGO HALAL
76
43. Menurut Anda Faktor apakah yang Terpenting dalam produk Pemanis Makanan/Minuman ? (Urutkan sesuai Prioritas, Isi dengan Angka
1 – 10) [.....] AROMA [.....] HARGA produk
[.....] KEMASAN [.....] RASA [.....] KETERSEDIAAN
[.....] PROMOSI [.....] MANFAAT / KHASIAT [.....] CITRA PRODUSEN
[.....] KEHIGIENISAN [.....] LOGO HALAL C. Berikut ini merupakan Penilaian Skala terhadap Madu dan produk-produk pesaingnya Petunjuk : Berilah tanda silang ( X ) atau (O) pada Kisaran nilai 1 – 6 terhadap Aribut produk
Contoh : a. Madu Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat
1. Penilaian Anda tentang Manfaat / Khasiat produk-produk berikut ini bagi Kesehatan tubuh: Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat b. Teh Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat c. Susu Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat d. Jamu Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat e. Sari Buah Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat f. Soft Drink Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat g. Energy Drink Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat h. AMDK Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat i. Sirup Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat j. Kopi Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat k. Gula Putih Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat l. Gula Merah Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat m. Gula Bit Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat n. Gula Cair Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat
o. Pemanis Buatan Sangat Tidak Bermanfaat 1 2 3 4 5 6 Sangat Bermanfaat 2. Penilaian Anda tentang Logo Halal produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin b. Teh Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin c. Susu Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin d. Jamu Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin e. Sari Buah Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin f. Soft Drink Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin g. Energy Drink Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin i. Sirup Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin j. Kopi Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin k. Gula Putih Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin l. Gula Merah Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin m. Gula Bit Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin n. Gula Cair Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin o. Pemanis Buatan Sangat Tidak Terjamin 1 2 3 4 5 6 Sangat Terjamin
77
3. Penilaian Anda tentang keHigienisan produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis b. Teh Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis c. Susu Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis d. Jamu Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis e. Sari Buah Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis f. Soft Drink Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis g. Energy Drink Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis h. AMDK Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis i. Sirup Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis j. Kopi Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis k. Gula Putih Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis l. Gula Merah Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis m. Gula Bit Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis n. Gula Cair Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis o. Pemanis Buatan Sangat Tidak Higienis 1 2 3 4 5 6 Sangat Higienis
4. Penilaian Anda tentang Kemasan produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik b. Teh Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik c. Susu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik d. Jamu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik e. Sari Buah Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik f. Soft Drink Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik g. Energy Drink Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik i. Sirup Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik j. Kopi Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik k. Gula Putih Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik l. Gula Merah Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik m. Gula Bit Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik n. Gula Cair Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik o. Pemanis buatan Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik
5. Penilaian Anda tentang Rasa produk-produk berikut ini bagi kesehatan: Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak b. Teh Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak c. Susu Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak d. Jamu Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak e. Sari Buah Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak f. Soft Drink Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak g. Energy Drink Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak i. Sirup Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak j. Kopi Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak k. Gula Putih Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak l. Gula Merah Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak m. Gula Bit Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak n. Gula Cair Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak o. Pemanis buatan Sangat Tidak Enak 1 2 3 4 5 6 Sangat Enak
6. Penilaian Anda tentang Harga produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah b. Teh Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah c. Susu Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah
d. Jamu Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah e. Sari Buah Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah f. Soft Drink Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah g. Energy Drink Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah i. Kopi Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah j. Sari madu Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah k. Gula Putih Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah l. Gula Merah Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah m. Gula Bit Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah n. Gula Cair Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah o. Pemanis buatan Sangat Mahal 1 2 3 4 5 6 Sangat Murah
7. Penilaian Anda tentang Ketersediaan produk-produk berikut ini di pasaran: Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak b. Teh Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak c. Susu Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak d. Jamu Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak e. Sari Buah Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak f. Soft Drink Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak g. Energy Drink Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak i. Sirup Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak j. Kopi Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak k. Gula Putih Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak l. Gula Merah Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak m. Gula Bit Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak n. Gula Cair Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak o. Pemanis buatan Sangat Sedikit 1 2 3 4 5 6 Sangat Banyak
8. Penilaian Anda tentang Promosi produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik b. Teh Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik c. Susu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik d. Jamu Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik e. Sari Buah Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik f. Soft Drink Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik g. Energy Drink Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik i. Sirup Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik j. Kopi Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik k. Gula Putih Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik l. Gula Merah Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik m. Gula Bit Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik n. Gula Cair Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik o. Pemanis buatan Sangat Tidak Menarik 1 2 3 4 5 6 Sangat Menarik
9. Penilaian Anda tentang Aroma produk-produk berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai b. Teh Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai c. Susu Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai d. Jamu Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai e. Sari Buah Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai f. Soft Drink Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai g. Energy Drink Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai
i. Sirup Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai j. Kopi Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai k. Gula Putih Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai l. Gula Merah Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai m. Gula Bit Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai n. Gula Cair Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai o. Pemanis buatan Sangat Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 6 Sangat Sesuai
10. Penilaian Anda tentang Citra Produsen dari produk-produk k berikut ini : Jenis Produk Penilaian Anda
a. Madu Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik b. Teh Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik c. Susu Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik d. Jamu Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik e. Sari Buah Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik f. Soft Drink Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik g. Energy Drink Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik h. Air Minum Dalam Kemasan Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik i. Sirup Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik j. Kopi Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik k. Gula Putih Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik l. Gula Merah Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik m. Gula Bit Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik n. Gula Cair Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik o. Pemanis buatan Sangat Buruk 1 2 3 4 5 6 Sangat Baik
TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA untuk mengisi Kuesioner ini
Lampiran 4. Pohon Industri Madu
Lebah Madu
Royal Jelly
Propolis
Madu
Bee Pollen
Apitoksin
Lilin
Pengobatan Alternatif
Campuran Makanan dan Minuman/ Jamu
Bahan Obat-obatan
Bahan Kosmetik
Bahan Sabun atau Shampoo
Bahan pembuat semir sepatu
Campuran Makanan dan Minuman / Jamu
Lampiran 5. Hasil uji validitas kuesioner
No. Resp
Pengukuran I (X)
Pengukuran II (Y) X2 Y2 XY
1 570 666 324900 443556 379620 2 549 646 301401 417316 354654 3 703 649 494209 421201 456247 4 568 637 322624 405769 361816 5 718 781 515524 609961 560758 6 603 657 363609 431649 396171 7 761 769 579121 591361 585209 8 632 786 399424 617796 496752 9 570 589 324900 346921 335730
10 765 636 585225 404496 486540 11 656 692 430336 478864 453952 12 666 710 443556 504100 472860 13 608 642 369664 412164 390336 14 679 726 461041 527076 492954 15 598 579 357604 335241 346242 16 662 698 438244 487204 462076 17 740 789 547600 622521 583860 18 731 772 534361 595984 564332 19 705 725 497025 525625 511125 20 636 677 404496 458329 430572 21 816 546 665856 298116 445536 22 524 558 274576 311364 292392 23 471 507 221841 257049 238797 24 612 647 374544 418609 395964 25 702 704 492804 495616 494208 26 653 782 426409 611524 510646 27 676 718 456976 515524 485368 28 634 696 401956 484416 441264 29 515 554 265225 306916 285310 30 750 603 562500 363609 452250 19473 20141 12837551 13699877 13163541
r = N (∑ΧY ) - (∑ Χ ∑ Y)
√[(N ∑ Χ2 ) - (∑ Χ)2] [(N ∑ Y2) - (∑ Y)2]
r = (30x13163541)-(119473x20141)
�[(30x12837551)-(19473)2] [(30x13699877)-(20141)2]
394906230 - 392205693
�5928801x5336429
r = 2700537,000 = 0,48
5624822,272
Lampiran 6. Hasil uji reliabilitas kuesioner
No.Soal Reliabilitas No.Soal Reliabilitas No.Soal Reliabilitas No.Soal Reliabilitas36a 0,652 39a 0,461* 42a 0,677** 45a 0,678** 36b 0,581** 39b 0,374* 42b 0,646** 45b 0,731** 36c 0,697** 39c 0,745** 42c 0,515** 45c 0,716** 36d 0,787** 39d 0,739** 42d 0,637** 45d 0,673** 36e 0,689** 39e 0,6** 42e 0,643** 45e 0,662** 36f 0,789** 39f 0,533** 42f 0,667** 45f 0,692** 36g 0,828** 39g 0,524** 42g 0,64** 45g 0,692** 36h 0,491** 39h 0,594** 42h 0,76** 45h 0,574** 36i 0,811** 39i 0,39* 42i 0,736** 45i 0,514** 36j 0,577** 39j 0,489** 42j 0,687** 45j 0,815** 36k 0,705** 39k 0,542** 42k 0,639** 45k 0,701** 36l 0,599** 39l 0,696** 42l 0,588** 45l 0,729**
36m 0,502** 39m 0,721** 42m 0,804** 45m 0,703** 36n 0,790 39n 0,615** 42n 0,666** 45n 0,767** 36o 0,687** 39o 0,482** 42o 0,674** 45o 0,535** 37a 0,769** 40a 0,374* 43a 0,554** 37b 0,658** 40b 0,481** 43b 0,649** 37c 0,723** 40c 0,418* 43c 0,691** 37d 0,705** 40d 0,66** 43d 0,648** 37e 0,811** 40e 0,377* 43e 0,796** 37f 0,818** 40f 0,771** 43f 0,751** 37g 0,846** 40g 0,755** 43g 0,725** 37h 0,642** 40h 0,673** 43h 0,755** 37i 0,519** 40i 0,64** 43i 0,689** 37j 0,384* 40j 0,579** 43j 0,572** 37k 0,362* 40k 0,424** 43k 0,658** 37l 0,396* 40l 0,591** 43l 0,741**
37m 0,441* 40m 0,761** 43m 0,751** 37n 0,537** 40n 0,79** 43n 0,512** 37o 0,579** 40o 0,674** 43o 0,495** 38a 0,71** 41a 0,763** 44a 0,718** 38b 0,686** 41b 0,607** 44b 0,809** 38c 0,576** 41c 0,639** 44c 0,704** 38d 0,824** 41d 0,756** 44d 0,359* 38e 0,587** 41e 0,628** 44e 0,503** 38f 0,612** 41f 0,582** 44f 0,45* 38g 0,684** 41g 0,58** 44g 0,532** 38h 0,73** 41h 0,43* 44h 0,524** 38i 0,559** 41i 0,724** 44i 0,529** 38j 0,653** 41j 0,568** 44j 0,578** 38k 0,567** 41k 0,682** 44k 0,712** 38l 0,502** 41l 0,605** 44l 0,532**
38m 0,809** 41m 0,562** 44m 0,716** 38n 0,541** 41n 0,679** 44n 0,661** 38o 0,47** 41o 0,379* 44o 0,729**
Keterangan : *) r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat kesalahan 0,05 **) r hit ung lebih besar dari r tabel pada tingkat kesalahan 0,01
Lampiran 7. Hasil analisis cluster Quick Cluster
Initial Cluster Centers
1,00 1,00 2,00 4,001,00 1,00 5,00 3,003,00 10,00 1,00 5,001,00 1,00 4,00 7,001,00 1,00 4,00 7,00
UsiaPekerjaanSuku AsalPendapatan/blnPengeluaran/bln
1 2 3 4Cluster
Iteration Historya
2,011 2,454 1,714 2,062,879 1,088 ,103 ,486,399 ,313 ,266 ,676,000 ,000 6,864E-02 ,410,000 ,000 7,038E-02 ,348,000 ,000 5,723E-02 ,234,000 ,000 8,805E-02 ,319,000 ,000 ,193 ,489
8,364E-02 ,000 ,116 ,109,000 ,000 4,306E-02 9,969E-02
Iteration12345678910
1 2 3 4Change in Cluster Centers
Iterations stopped because the maximum number ofiterations was performed. Iterations failed to converge.The maximum distance by which any center haschanged is 6,842E-02. The current iteration is 10. Theminimum distance between initial centers is 6,245.
a.
Final Cluster Centers
2,55 2,04 2,89 2,851,57 1,79 4,09 3,701,48 7,38 1,62 2,252,00 2,46 3,34 5,351,98 2,54 3,28 5,30
UsiaPekerjaanSuku AsalPendapatan/blnPengeluaran/bln
1 2 3 4Cluster
ANOVA
4,283 3 ,862 131 4,970 ,00361,662 3 ,814 131 75,767 ,000
216,492 3 1,171 131 184,808 ,00055,557 3 ,573 131 96,960 ,00053,464 3 ,630 131 84,854 ,000
UsiaPekerjaanSuku AsalPendapatan/blnPengeluaran/bln
Mean Square dfCluster
Mean Square dfError
F Sig.
The F tests should be used only for descriptive purposes because the clusters have been chosen tomaximize the differences among cases in different clusters. The observed significance levels are notcorrected for this and thus cannot be interpreted as tests of the hypothesis that the cluster means areequal.
Number of Cases in each Cluster
44,00024,00047,00020,000
135,000,000
1234
Cluster
ValidMissing
Lampiran 8. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk minuman Kesehatan
0,150,100,050,00-0 ,05-0 ,10
0,15
0,10
0,05
0,00
-0 ,05
-0 ,10
C omponent 1
Com
pone
nt 2
A 1 0A 9
A 8
A 7
A 6
A 5
A 4
A 3
A 2
A 1
Symmetric Plot
P 5
P 4
P 3
P 2
P 1
Atribut (A)
A1 : Manfaat A2 : Logo Halal A3 : Kehigienisan A4 : Kemasan A5 : Rasa A6 : Harga A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
Keterangan : Produk (P)
P1 : Madu P2 : Teh P3 : Susu P4 : Jamu P5 : Sari buah
Lampiran 9. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk minuman penyegar
Atribut (A)
A1 : Manfaat A2 : Logo Halal A3 : Kehigienisan A4 : Kemasan A5 : Rasa A6 : Harga A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
Keterangan : Produk (P)
P1 : Madu P6 : Softdrink P7 : Energydrink P8 : AMDK P9 : Sirup P10 : Kopi
-0,1 0,0 0,1
-0,1
0,0
0,1
Component 1
A1
A2A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
Symmetric Plot
Com
pone
nt 2
P1
P6
P7
P8P9
P10
Lampiran 10. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk pemanis makanan dan minuman
0,20,10,0-0,1-0,2
0,2
0,1
0,0
-0,1
-0,2
Component 1
Com
pone
nt 2
A10A9A8A7A6
A5
A4A3A2A1
Symmetric Plot
P15 P14P13
P12
P11 P1
Atribut (A)
A1 : Manfaat A2 : Logo Halal A3 : Kehigienisan A4 : Kemasan A5 : Rasa A6 : Harga A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
Keterangan : Produk (P)
P1 : Madu P11 : Gula Putih P12 : Gula Merah P13 : Gula Bit P14 : Gula Cair P15 : Pemanis Buatan
Lampiran 11. Tabel manfaat / khasiat beberapa jenis madu bagi kesehatan
No. Jenis Madu Manfaat 1 Madu Bunga Kapuk/ Randu Meningkatkan nafsu makan
Meningkatkan daya tahan tubuh Menyembuhkan sariawan Menyembuhkan luka bakar (dioles pada bagian
yang luka) Memperlancar fungsi otak
2 Madu Bunga Karet Meningkatkan daya tahan tubuh Menyembuhkan keputihan Menyembuhkan gatal-gatal Menyembuhkan alergi Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
3 Madu Bunga Kopi Meningkatkan daya tahan tubuh Membuat enak tidur Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
4 Madu Bunga Klengkeng Meningkatkan daya tahan tubuh Memperlancar urine Memperkuat fungsi ginjal Menyembuhkan sakit pinggang Mempercepat penyembuhan luka operasi Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
5 Madu Bunga Durian Meningkatkan daya tahan tubuh Menghilangkan rasa mual Membuat enak tidur Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
6 Madu Bunga Rambutan Meningkatkan daya tahan tubuh Memperlancar urine Memperkuat fungsi ginjal Menyembuhkan sakit pinggang Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan sakit maag Menyembuhkan luka bakar
8 Madu Bunga Mangga Meningkatkan daya tahan tubuh Menghilangkan rasa mual Memperkuat kandungan bagi ibu hamil Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
7 Madu Bunga Apel / Jambu Air Meningkatkan daya tahan tubuh Menghilangkan rasa mual Memperkuat kandungan bagi ibu hamil Memperlancar fungsi otak
Membuat enak tidur Menyembuhkan luka bakar
No. Jenis Madu Manfaat 9 Madu Bunga Kaliandra Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan hormon Memperlancar pencernaan Menyembuhkan darah tinggi
10 Madu Hutan / Madu Multiflora Meningkatkan daya tahan tubuh Menyembuhkan darah tinggi/darah rendah Membuat enak tidur Mengobati reumatik Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar
11 Madu Bunga Mahoni Meningkatkan daya tahan tubuh Menyembuhkan sakit malaria Menyembuhkan keputihan bagi wanita Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan luka bakar Menyembuhkan asam urat
12 Madu Pollen (Madu + Pollen) Meningkatkan daya tahan tubuh Meningkatkan hormon Menyuburkan peranakan Menyembuhkan keputihan bagi wanita Menghaluskan muka dan menghilangkan
jerawat (dioles pada bagian muka) serta Menjadikan kulit muka tidak berkeriput Menghilangkan rasa letih yang berkepanjangan Memperlancar fungsi otak Menyembuhkan penyakit darah tinggi dan
jantung 13 Madu Super (Madu + Pollen
+ Royal jelly) Meningkatkan daya tahan tubuh Meningkatkan hormon Menyuburkan peranakan bagi wanita Sangat cocok dikonsumsi bagi pria dewasa Menyembuhkan penyakit darah tinggi dan
jantung Menyembuhkan sel tubuh yang rusak Mempercepat penyembuhan loka operasi Mengendurkan bagian syaraf yang tegang Menghilangkan rasa letih yang berkepanjangan Memperlancar fungsi otak
JURNAL PENELITIAN
ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP
ATRIBUT MADU DAN PRODUK PESAINGNYA SERTA
IMPLIKASINYA BAGI STRATEGI PEMASARAN
Oleh
FIRMANSYAH
F03400125
2006
DEPARETEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ANALISIS PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MADU DAN PRODUK PESAINGNYA SERTA IMPLIKASINYA BAGI STRATEGI PEMASARAN
(Studi Kasus di Lima Kecamatan di Kotamadya dan Kabupaten Bogor)
Firmansyah, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
ABSTRACT
This research aims to analyze the attribute of consumer behavior and their preferences in buying the honey product, to describe the relationship between honey products and its competitors with any other factors that influencing the consumer behavior and preferences, and also to formulate the alternative strategy and marketing plan of honey products. Data collection was conducted by distributing the questionnaire with purposive sampling at five sub districts of Bogor district and regencies. Weighting analysis was selected to decide attribute ranking of consumer priority in buying the honey products, while cluster consumer analysis was conducted to determine segmentation and market target of honey consumer, and correspondence analysis was performed to observe the position of honey products attribute with its competitors. For marketing develop of honey, consumers clusters who were selected as the target to develop marketing strategy was group with these following criteria: age between 21 – 30 years old; private employee; average income per month was IDR 1.000.001 to 1.500.000; average expenses per month was IDR 800.001 to 1.250.000. Positioning of the product was “natural product, halal and healthy honey”. Result of correspondence analysis between honey and its competitor products by using the same attributes showed that honey products was completely relatively close with the attributes of benefit (A1), halal logos (A2), hygiene (A3), and flavor (A5).
Keyword : Attribute of honey, competitors product of honey, and marketing strategy
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi aneka ragam jenis lebah penghasil madu dan jenis tanaman berbunga sebagai sumber pakan lebah yang cukup besar untuk memproduksi madu. Dengan potensi tersebut seharusnya Indonesia dapat mengoptimalkan produksi madunya. Apabila potensi tersebut bisa dikelola secara profesional dan tingkat konsumsi madu oleh masyarakat terus meningkat, maka industri madu dan perlebahan akan semakin maju.
Konsumsi madu per kapita di Indonesia masih sangat rendah yaitu sebesar 0,3 kg per tahun, sedangkan negara Jerman dan Jepang sudah mencapai 1,3 kg per tahun menurut Pusbahnas (Pusat Perlebahan Nasional). Tingkat konsumsi madu di masyarakat Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang fungsi madu hanya sebagai obat. Dari produksi nasional madu yang saat ini diperkirakan 8.800 ton, masih jauh dari kebutuhan yang semestinya sekitar 25.000 ton per tahun. Karena itu, Indonesia belum dapat mengekspor madu untuk menghasilkan devisa, karena untuk kebutuhan dalam negeri saja belum terpenuhi. (www.bi.go.id, 2004).
Selain dapat dikonsumsi secara langsung, madu juga banyak digunakan dalam berbagai industri. Beberapa industri yang sering menggunakan madu adalah industri minuman, makanan farmasi, dan kosmetik. Kebutuhan akan bahan baku madu untuk bahan dasar obat-obatan, kosmetik, makanan dan minuman diperkirakan terus meningkat. Tingkat permintaan tersebut belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi madu dalam negeri. Produksi madu dalam periode lima tahun dari tahun 1996
hingga 2000 mengalami fluktuasi dengan produksi terendah 1.538 ton pada tahun 1999 dan produksi tertinggi sebesar 2.824 pada tahun 1998. (www.bi.go.id, 2004).
Saat ini banyak produk-produk minuman kesehatan, minuman penyegar, dan food suplemen yang dijual di pasaran. Produk-produk tersebut juga diklaim oleh produsennya memiliki manfaat atau khasiat untuk kesehatan yang juga dimiliki oleh madu. Hal ini perlu disikapi oleh produsen dan pemasar madu sebagai tantangan agar selalu berusaha mempromosikan madu sebagai produk alami yang sangat berguna untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Penelitian mengenai perilaku dan preferensi konsumen madu melalui survei kepada konsumen yang mengkonsumsi madu secara langsung perlu dilakukan untuk memberikan informasi dan masukan kepada produsen, pemasar, dan konsumen tentang kelebihan dan kekurangan produk madu dibandingkan dengan produk-produk pesaingnya. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk membuat rekomendasi strategi pemasaran yang bersaing untuk produk madu.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis atribut-atribut yang mempengaruhi
perilaku dan preferensi konsumen dalam pembelian madu.
2. Mendeskripsikan posisi madu dan produk-produk pesaingnya dengan atribut-atribut yang mempengaruhi perilaku dan preferensi konsumen.
3. Menyusun alternatif strategi dan taktik pemasaran madu.
1
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan akhir dari konsep, kiat dan strategi
pemasaran adalah kepuasan konsumen sepenuhnya. Kepuasan konsumen sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan (Kotler dan Amstrong, 1995). Dalam merencanakan strategi pemasaran yang kompetitif, efektif, dan efisien, maka perusahaan perlu memiliki pemahaman mengenai pasar dan perilaku konsumen. Dengan mengenali dan membedakan kelompok konsumen, pengembangan strategi pemasaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hal itu merupakan syarat utama bagi setiap perusahaan yang ingin mempertahankan eksistensinya dalam persaingan pasar. Taktik bauran pemasaran merupakan taktik untuk merangsang penjualan dengan jalan merubah atau memodifikasi salah satu atau lebih elemen bauran pemasaran yaitu 4P: product, price, place, dan promotion.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung di pasar, penyebaran kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Metode analisis yang akan digunakan adalah analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi. Identifikasi atribut-atribut produk madu dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner dengan para pakar atau praktisi yang sudah memahami karakteristik produk madu dan pemasarannya. Kemudian dari atribut-atribut yang diperoleh, penulis menyusun kuesioner dengan menambahkan pertanyaan yang berusaha mengetahui perilaku dan preferensi konsumen terhadap atribut madu dan produk-produk pesaingnya.
Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara dengan pihak perusahaan madu, dan penyebaran kuesioner dengan teknik wawancara terhadap responden di lima kecamatan di wilayah Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas) Perhutani, instansi-instansi yang terkait dengan penelitian, berbagai literatur di perpustakaan IPB, dan informasi dari beberapa situs internet.
Jenis Penelitian dan Pengambilan Sampel
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan mengumpulkan data dari konsumen. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan yang utama.
Tipe desain riset yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe riset deskriptif. Riset deskriptif memiliki tujuan untuk menjelaskan
karakteristik pasar atau konsumen. Karakteristik riset ini memiliki desain penelitian secara terstruktur dengan menggunakan data primer (survei), data sekunder, panel atau observasi (Rangkuti, 1997)
Penarikan sampel dilakukan dengan penyebaran kuesioner menggunakan metode non random sampling dengan prosedur purpossive sampling, yaitu metode penarikan sampel secara sengaja dan tidak acak berdasarkan pertimbangan ahli sesuai dengan tujuan penelitian. Alasan pemilihan metode ini adalah pertimbangkan kemudahan dalam menemui responden di tempat-tempat tersebut dan pernah mengkonsumsi madu. Sampel diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di lima kecamatan di daerah Bogor, yaitu Kecamatan Dramaga, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Bogor Barat, dan Kecamatan Bogor Tengah. Besarnya persentase sampel disetiap kecamatan disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk kecamatan tersebut. Data jumlah populasi penduduk kelima wilayah tersebut diketahui dari www. jakweb.com dan www. kotabogor.go.id. Berdasarkan data populasi penduduk di lima kecamatan di Bogor yang berjumlah 596.444 jiwa.
Jumlah kuesioner yang disebarkan pada penelitian ini sebanyak 180 buah kuesioner. Dari total kuesioner yang disebarkan sebanyak 165 buah kuesioner diolah untuk kepentingan penelitian ini.
Jumlah tersebut telah memenuhi standar jumlah sampel minimal yang disyaratkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan persen kesalahan (e) 0,08 yaitu 156 buah. Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan dibawah ini,
156)08.0(5964441
5964441 22 ≈
+=
+=
NeNn orang
Keterangan : N = Ukuran populasi penduduk n = Jumlah sampel
e = toleransi kesalahan pengambilan sampel, yaitu 8%
Sebelum dilakukan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan uji validitas (keabsahan) dan uji reliabilitas (keandalan) terhadap kuesioner yang akan digunakan. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk menghitung koefisien reliabilitas digunakan teknik test re-test, kemudian skor total dikorelasikan dengan teknik product moment. Nilai korelasi dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan,. Metode Pengolahan Data
Pada penelitian ini pengolahan data primer dari kuesioner yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel for Windows 2003, program SPSS 11.0 for Windows dan program Minitab 13.0 for Windows. Data dan hasil penelitian yang bersifat kualitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diuji dengan beberapa uji statistik untuk melihat hubungan antar variabel digunakan analisis yang akan digunakan
2
antara lain : analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi.
Analisis yang digunakan adalah analisis pembobotan untuk mengetahui urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam pembelian madu, analisis cluster konsumen dengan untuk menentukan segmentasi dan target pasar konsumen madu, dan metode analisis korespondensi untuk melihat posisi produk madu atributnya dengan produk pesaingnya. Dari perpaduan analisis pembobotan, analisis cluster, dan analisis korespondensi akan disusun alternatif strategi dan taktik pemasaran produk madu. Analisis cluster digunakan untuk menyusun strategi pemasaran. Analisis pembobotan dan analisis korespondensi akan digunakan untuk menyusun taktik pemasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian validitas untuk pertanyaan
yang berskala ordinal menyatakan dari lima belas jenis produk yang menjadi objek survei, sepuluh atribut valid dengan faktor koreksi 95%. Adapun kesepuluh atribut tersebut adalah : atribut manfaat, kehalalan, kehigienisan, kemasan, rasa, harga, ketersediaan, promosi, aroma, dan citra produsen. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini didapatkan bahwa nilai r hitung adalah sebesar 0,480. Angka ini lebih besar dari nilai r tabel pada taraf kepercayaan 95% yaitu 0,361. Dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian ini reliabel sebagai alat ukur untuk menggambarkan perilaku dan preferensi konsumen yang menjadi objek survei pada taraf kepercayaan 95%. Karakteristik Demografi Responden
Dari hasil survei terhadap 165 responden diperoleh hasil bahwa 63% adalah pria, berusia 21-30 tahun (34%), berprofesi sebagai pelajar /mahasiswa dengan persentase sebesar 27%, dengan berpendidikan SMA sebanyak 41%, memiliki pendapatan Rp 300.001 - 500.000 (30%), dan pengeluaran rata-rata Rp 250.001 - 400.000 sebanyak (28%), dan sebagian besar berasal dari suku Sunda (47%).
Perilaku dan Preferensi Konsumen Madu
Berdasarkan pengetahuan responden tentang manfaat atau khasiat madu diperoleh informasi bahwa 84% responden mengetahui manfaat / khasiat dari madu dan 18% tidak mengetahui manfaat atau khasiat madu.
Berdasarkan pengalaman responden membeli atau mengkonsumsi madu, sebanyak 53% pernah membeli dan mengkonsumsi madu, 29% tidak pernah membeli madu tapi pernah mengkonsumsi madu, dan 18% tidak pernah membeli dan tidak pernah mengkonsumsi madu.
Adapun alasan responden yang tidak membeli madu antara lain 60% karena harganya mahal, dan 40% karena sulit untuk mendapatkannya, menunjukkan bahwa harga madu yang mahal masih
menjadi alasan utama responden tidak membeli dan tidak mengkonsumsi madu, khususnya pada masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah
Dari 88 konsumen madu yang membeli atau mengkonsumsi madu diketahui bahwa sebagian besar konsumen membeli madu untuk dikonsumsi sendiri dengan persentase 45%. Kemudian konsumen yang membeli madu untuk dikonsumsi bersama keluarga sebesar 29%. Motivasi konsumen untuk mengkonsumsi madu sebagai obat untuk penyakit yang diderita dengan persentase sebesar 32%. Untuk meningkatkan kebugaran tubuh persentasenya sebesar 26%
Dari data frekuensi mengkonsumsi madu bahwa konsumen paling banyak mengkonsumsi madu secara tidak menentu dengan persentase sebesar 34%. waktu mengkonsumsi madu yang paling banyak dilakukan oleh konsumen adalah ketika sedang sakit dengan persentase sebesar 28%. Sebagian besar konsumen madu merasakan kesembuhan dari penyakitnya setelah mengkonsumsi madu dengan persentase sebesar 40%
Merek madu yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen madu yaitu merek Madurasa 30%, disusul madu Perhutani 18%. Alasan konsumen yang membeli madu merek-merek diatas antara 26% karena harganya murah, terjamin 21% karena keasliannya. Jenis aroma madu yang paling disukai oleh konsumen adalah jenis aroma madu hutan 25%. Kemudian madu dengan aroma bunga rambutan 17%.
Madu dengan ukuran volume 20 ml paling banyak dibeli oleh konsumen 29%. Kemudian yang berukuran 250 ml 21%. Bahan kemasan yang paling disukai konsumen adalah bahan dari botol kaca 54%, kemudian bahan plastik sebesar 24%. Bentuk kemasan madu yang paling disukai oleh konsumen adalah bentuk botol 74%. Kemudian bentuk kotak (sachet) sebesar 27%. informasi kadaluarsa paling banyak diinginkan terdapat pada label kemasan madu dengan persentase sebesar 51%. Kemudian informasi tentang manfaat atau khasiat madu 49%.
Tempat pembelian madu paling banyak oleh konsumen yaitu toko atau warung 36%. Kemudian supermarket 26%. Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu karena alasan harga madu yang murah merupakam alasan yang paling banyak dengan persentase sebesar 29. Kemudian alasan berikutnya adalah karena lokasinya lebih dekat sebesar 24%. Tempat penjualan madu yang disukai konsumen madu adalah warung atau toko kelontong dengan persentase 32%.
Sumber informasi konsumen madu terbesar adalah dari pihak keluarga dengan persentase sebesar 34%, lalu disusul oleh informasi dari teman sebesar 21%. Bentuk promosi madu yang disukai oleh konsumen adalah iklan televisi dengan persentase sebesar 24%. Setelah itu ada bentuk promosi dengan potongan harga (discount) dengan persentase sebesar 16%
Harga madu yang diinginkan oleh konsumen sangat bervariasi sesuai ukuran kemasan madu. Untuk madu kemasan sachet (20 ml) paling banyak diinginkan oleh konsumen adalah pada kisaran harga
3
Rp 500 – 1000,- dengan persentase sebesar 47%. madu kemasan botol ukuran sedang (250/300 ml), sebagian besar konsumen menginginkan harga antara Rp 20001 – 25000,- (50%). Untuk madu kemasan botol ukuran besar (600/650 ml), harga madu yang paling diinginkan oleh konsumen adalah Rp 40001 – 45000,- (35%).
Konsumen yang tidak pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu sebesar 67%. Yang pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu sebesar 33%. Adapun produk lebah selain madu yang paling banyak dikonsumsi konsumen adalah royal jelly sebesar (65%). Sedangkan untuk produk lainnya yaitu propolis sebesar (25%), bee pollen (8%), dan lilin (2%). Konsumen yang pernah mengkonsumsi produk yang mengandung bahan baku madu sebanyak 63% dan konsumen yang tidak pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu (37%). produk berbahan baku madu yang pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu susu 21% (29 orang), dan shampoo sebesar 21%
Analisis Pembobotan
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut
madu, keaslian madu menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli madu dengan nilai sebesar 13,70. kemudian diikuti oleh atribut logo halal (11,21) dan atribut manfaat / khasiat madu (9,90) di peringkat kedua dan ketiga yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli madu
Tabel 1. Hasil analisis pembobotan atribut produk madu
Atribut Nilai Prioritas Rangking Keaslian 13,70 1 Logo Halal 11,21 2 Manfaat/khasiat 9,90 3 Kehigienisan 9,04 4 Harga 6,79 5 Kekentalan 6,54 6 Aroma 6,28 7 Kadar Air 6,25 8 Kemasan 5,15 9 Ketersediaan 3,31 10
Kehalalan produk madu memang telah diyakini
oleh konsumen madu terutama yang beragama Islam. Namun keyakinan konsumen akan kehalalan madu tidak boleh dijadikan alasan bagi produsen untuk tidak mencantumkan logo halal pada kemasan produk madunya dan memiliki sertifikasi halal. Pencantuman logo halal pada kemasan akan menambah kepercayaan dari konsumen terhadap suatu produk. Kehigienisan madu juga sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen dan konsumen madu, karena kehigienisan ikut menentukan baik-buruknya kualitas madu. Salah satu contoh ketidakhigienisan dalam proses pengolahan madu yaitu melakukan ekstraksi di tempat yang kurang bersih. Dalam proses pengolahan madu, upaya untuk mencegah timbulnya kontaminasi dan pencegahan pertumbuhan kontaminan dalam produk harus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya
kegiatan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, peralatan, pakaian kerja, serta lingkungan produksi. Analisis Cluster
Hasil analisis cluster menunjukkan bahwa ada
empat kelompok segmen pasar madu, yang memiliki persentase dan karakteristik yang berbeda-beda. berdasarkan variabel demografis (pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan, usia, pekerjaan, dan suku asal).
Dari empat kelompok segmen diatas, kelompok satu dan tiga memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kelompok dua dan empat. Kelompok satu adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 32,6% yang berusia antara 15-20 tahun, dan sebagian besar berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Selain itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan atau uang saku per bulan kurang dari Rp 300.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan kurang dari Rp 250.000,- per bulan. Sedangkan kelompok tiga adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 34,8% yang berusia antara 21-30 tahun, dan sebagian besar berprofesi sebagai karyawan swasta. Selain itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan antara Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Kelompok tiga merupakan kelompok konsumen madu di Bogor yang layak untuk dijadikan target pasar karena memiliki persentase yang terbesar dibandingkan dengan kelompok satu. Kelayakan ini didukung dengan karakteristik konsumen yang usianya masih muda dan banyak menggunakan sebagian besar tenaganya dalam bekerja atau aktivitas lain, sehingga madu sangat tepat untuk dijadikan makanan tambahan bagi kelompok ini. Selain itu sebagian besar konsumen pada kelompok tiga berprofesi sebagai karyawan swasta yang sudah mandiri dalam berpenghasilan dengan memiliki pendapatan rata-rata per bulan Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Tabel 2. Hasil Analisis Cluster
Cluster 1 2 3 4 % 32,6 % 17,8 % 34,8 % 14,8 %
Usia 15 – 20 tahun
15 – 20 tahun
21 – 30 tahun
41 – 50 tahun
Pekerjaan Pelajar/ Mhs
Pelajar/ Mhs
Karyawan Swasta
Wira swasta
Pendapatan/uang saku per bulan
<
300.000
< 300.000
1.000.001-1.500.000
>
3.000.000
Pengeluaran per bulan
<
250.000
< 400.000
800.001-1.250.000
>
2.500.000
Sementara kelompok satu walaupun persentasenya tidak jauh selisihnya dengan kelompok tiga, juga cukup potensial dijadikan target pasar karena karakteristik demografi konsumennya yang merupakan para pelajar atau mahasiswa yang memiliki pendapatan / uang saku rata-rata per bulan
4
kurang dari Rp 300.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari Rp 250.000,-. Namun untuk kelompok tiga memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kelompok satu yang masih tergantung pada pemberian orang tua serta memiliki banyak kebutuhan lain yang lebih diprioritaskan daripada mengkonsumsi madu. Maka, dari karakteristik demografi ekonomi dan sosial kelompok tiga sangat potensial menjadi kelompok sasaran dalam pengembangan pemasaran produk madu.
Analisis Korespondensi
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman kesehatan (lihat tabel 43), dapat diketahui bahwa posisi produk madu (P1) berdekatan dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3). Sementara itu, produk teh (P2) posisinya paling dekat dengan atribut ketersediaan (A7), disamping relatif dekat juga dengan atribut kemasan (A4) aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk susu (P3) relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), rasa (A5), promosi (A8), dan aroma (A9). Produk jamu (P4) relatif lebih dekat dengan atribut harga (A6). Sedangkan produk sari buah berada sangat dekat dengan atribut kemasan (A4), disamping relatif dekat dengan atribut ketersediaan (A7), promosi (A8), aroma (A9), dan citra produsen (A10).
Tabel 3. Hasil Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Kesehatan
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Manfaat (A1) Logo Halal (A2)
Madu
Madu (P1)
Kehigienisan (A3) Kemasan (A4) Ketersediaan (A7) Aroma (A9)
1. Teh (P2)
Citra Produsen (A10) Kemasan (A4) Rasa (A5) Promosi (A8)
2. Susu (P3)
Aroma (A9) 3. Jamu (P4) Harga (A6)
Kemasan (A4) Ketersediaan (A7) Promosi (A8) Aroma (A9)
Minuman Kesehatan
4. Sari buah (P5)
Citra Produsen (A10)
Atribut yang relatif dekat posisinya dengan produk madu (P1), yaitu atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3) menunjukkan bahwa madu memiliki keunggulan pada ketiga atribut tersebut. Sehingga untuk bersaing dengan produk minuman kesehatan lainnya, ketiga atribut tersebut harus ditingkatkan. Atribut manfaat bagi kesehatan (A1) merupakan salah satu keunggulan kompetitif produk madu diantara produk minuman kesehatan lainnya. Manfaat madu bagi kesehatan manusia sudah tidak diragukan lagi karena sejak ribuan tahun yang lalu madu digunakan sebagai resep untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, untuk
pemanis dan pengawet makanan dan minuman dan sebagainya.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan produk minuman penyegar pada (lihat tabel 44), dapat diketahui bahwa posisi produk madu (P1) relatif lebih dekat dengan atribut manfaat / khaisat bagi kesehatan (A1) dan logo halal (A2). Sementara itu produk soft drink (P6) relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), dan promosi (A8). Produk energy drink (P7) posisinya paling dekat dengan atribut ketersediaan (A7), serta relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), harga (A6), promosi (A8), dan citra produsen (A10). Produk AMDK (P8) dan sirup (P9) posisi keduanya berdekatan relatif lebih dekat dengan atribut kehigienisan (A3), harga (A6) dan citra produsen (A10). Sedangkan produk kopi (P10), posisinya paling dekat dengan atribut aroma (A9), serta relatif dekat dengan atribut kemasan (A4), rasa (A5), dan citra produsen (A10).
Tabel 4. Hasil Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Minuman Penyegar
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Manfaat (A1) Madu Madu (P1) Logo Halal (A2) Kemasan (A4) 1. Soft drink
(P2) Promosi (A8) Kemasan (A4) Harga (A6) Ketersediaan (A7) Promosi (A8)
2. Energy drink (P7)
Citra Produsen (A10) Kehigienisan (A9) Harga (A6)
3. AMDK (P8)
Citra Produsen (A10) Kehigienisan (A9) Harga (A6)
4. Sirup (P9)
Citra Produsen (A10) Kemasan (A4) Rasa (A5) Aroma (A9)
Minuman Penyegar
5. Kopi (P10)
Citra Produsen (A10)
Produk madu (P1) memiliki kelebihan pada atribut manfaat bagi kesehatan (A1) dan atribut logo halal (A2) yang perlu ditingkatkan untuk dapat bersaing dengan produk-produk minuman penyegar lainnya. Madu juga memiliki manfaat seperti minuman penyegar untuk memulihkan kembali tenaga yang hilang, menambah energi, dan meningkatkan vitalitas tubuh yang tidak kalah dengan produk minuman penyegar lainnya.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi produk madu dengan dengan produk bahan pemanis makanan dan minuman (lihat tabel 45), dapat diketahui bahwa posisi produk madu (P1) posisinya relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan atribut rasa (A5). Produk gula putih (P11) dan gula merah (P12), keduanya memiliki keunggulan yang sama dengan produk madu (P1) pada atribut rasa (A5). Selain itu, produk gula putih (P11), gula merah (P12), dan gula cair (P14) juga relatif dekat dengan beberapa atribut yang berada pusat koordinat, yaitu logo halal (A2), kehigienisan (A3), kemasan (A4), promosi (A8),
5
aroma (A9), dan citra produsen (A10). Produk gula bit (P13), gula cair (P14), dan pemanis buatan relatif lebih dekat dengan atribut kemasan (A4), harga (A6), ketersediaan (A7), dan citra produsen (A10).
Tabel 5. Hasil Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Pemanis Makanan dan Minuman
Kelompok Produk (P) Atribut (A) Manfaat (A1) Madu Madu (P1) Rasa (A5) Logo Halal (A2) Kemasan (A4) Rasa (A5) Harga (A6) Promosi (A8) Aroma (A9)
1. Gula Putih (P11)
Citra Produsen (A10) Logo Halal (A2) Kemasan (A4) Rasa (A5) Harga (A6) Promosi (A8) Aroma (A9)
2. Gula Merah (P12)
Citra Produsen (A10) 3. Gula bit (P13)
Ketersediaan (A7)
Logo Halal (A2) Kemasan (A4) Harga (A6) Ketersediaan (A7) Promosi (A8) Aroma (A9)
4. Gula cair (P14)
Citra Produsen (A10) Harga (A6)
Pemanis Makanan dan Minuman
5. Pemanis Buatan (P15) Ketersediaan (A7)
Dari informasi pada tabel 5, dapat diketahui
bahwa atribut yang posisinya relatif dekat dengan produk madu (P1), yaitu atribut manfaat bagi kesehatan (A1) dan atribut rasa (A5). Kelebihan madu pada kedua atribut tersebut harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan produk pemanis lainnya, terutama dengan produk gula putih (P11) dan gula merah (P12). Hal ini mungkin karena ketiga jenis pemanis ini yaitu madu (P1), gula putih (P11), dan gula merah (P12) merupakan produk pemanis makanan dan minuman yang rasa manisnya sudah dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat luas dibandingkan gula bit (P13), gula cair (P14), dan pemanis buatan (P15).
Selain memiliki kelebihan dalam atribut manfaat bagi kesehatan, madu juga memiliki kelebihan pada kehalalan produknya, kehigienisan produk, dan rasanya yang manis. Keunggulan madu pada empat atribut tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya oleh produsen untuk dapat bersaing dengan produk minuman kesehatan, minuman penyegar, serta pemanis makanan dan minuman.
Posisi produk madu dengan produk minuman kesehatan, minuman penyegar, dan pemanis makanan dan minuman juga terdapat kesamaan pada beberapa atribut jauh posisinya dengan produk madu (P1). Beberapa atribut yang jauh dari produk madu antara
lain atribut harga (P6), promosi (P8), ketersediaan (P7), dan kemasan (A4). Hal ini menunjukkan bahwa produk madu (P1) masih memiliki berbagai kekurangan pada atribut-atribut tersebut.
Dalam aspek harga, produk madu masih dirasakan mahal oleh sebagian besar masyarakat terutama yang tergolong ekonomi menengah ke bawah. Ketersediaan madu di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen juga masih kurang, karena produksi madu tergantung dengan musim pembungaan. Sedangkan untuk aspek kemasan, produk madu lokal paling jarang melakukan inovasi terhadap bahan dan bentuk kemasan, serta minimnya informasi yang dicantumkan pada label kemasan madu.
Pengembangan Model Pemasaran Madu
Memformulasikan strategi pemasaran dan
bauran pemasaran merupakan salah satu cara untuk mengembangkan model pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran meliputi bagaimana cara menentukan segmentasi pasar, menentukan target pasar, dan memposisikan keunggulan produk dalam benak konsumen. Sedangkan bauran pemasaran merupakan taktik pemasaran untuk merumuskan strategi pemasaran dengan melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, atau diversifikasi terhadap performance produk, harga produk, distribusi produk, dan promosi produk. 1. Strategi Pemasaran (Segmentation, Targetting, dan Positioning)
Segmentasi konsumen produk madu dapat dibedakan dari aspek demografi dan aspek perilaku konsumen. Segmentasi berdasarkan demografis mencakup variabel usia, pekerjaan, suku asal, pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan. Sedangkan segmentasi berdasarkan perilaku konsumen mencakup pengalaman, dan motivasi konsumen membeli atau mengkonsumsi madu. Namun produk madu merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik tua maupun muda, berprofesi sebagai apa saja, dan darimana pun asal sukunya.
Berdasarkan hasil analisis cluster dapat diketahui bahwa kelompok yang potensial dijadikan sasaran pengembangan segmentasi pasar adalah konsumen pada kelompok tiga dengan usia antara 21- 30 tahun, berprofesi sebagai karyawan swasta, memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001,- sampai Rp 1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp 800.001,- sampai Rp 1.250.000,-. Yang merupakan konsumen ekonomi menengah.
Disamping itu, segmen ini dipilih karena merupakan konsumen yang memiliki pengalaman pernah membeli sekaligus mengkonsumsi madu, dan mengkonsumsi madu untuk pengobatan penyakit dan untuk menguatkan stamina tubuh atau menambah energi. Kelompok konsumen ini dinilai potensial sebagai target pengembangan pemasaran produk madu karena kelompok ini cukup memiliki dukungan
6
keuangan, kebiasaan, kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk membeli produk madu. Segmen pasar yang telah dipilih dapat dispesifikkan dengan menentukan target pasar. Oleh karena itu kelompok konsumen dengan karakteristik inilah yang akan dijadikan target pengembangan pemasaran produk madu.
Dari hasil perumusan segmen dan target pasar tersebut maka dapat ditentukan suatu positioning produk untuk pasar yang diharapkan dapat menarik kelompok konsumen yang dari segmen yang dituju. Dan positioning yang diambil lebih menonjolkan keunggulan manfaat atau khasiat produk madu, dan berusaha menanamkan kesadaran mengkonsumsi madu untuk menjaga kesehatan tubuh pada masyarakat. Dan positioning produk yang cocok untuk madu disesuaikan dengan penilaian konsumen terhadap atribut madu “produk alami yang halal dan menyehatkan” 2. Bauran Pemasaran dan Prioritas Pengembangan Pemasaran
Taktik pemasaran yang disarankan untuk
produk madu ialah perbaikan dan pengembangan pada empat aspek bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Taktik pemasaran yang dibuat didasarkan atas strategi pemasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan tetap mempertahankan keunggulan dan memperbaiki kekurangan yang dimiliki oleh produk madu sehingga mampu bersaing dengan produk-produk minuman kesehatan, minuman penyegar, serta produk pemanis makanan dan minuman. Selain itu, di dalam taktik pemasaran ditentukan juga atribut-atribut yang akan menjadi prioritas dalam pengembangan pemasaran.
A. Bauran Produk
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu mencakup pengembangan pada aspek kemasan madu. Dalam pengembangan produk ini produsen perlu menyesuaikan dengan preferensi konsumen. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen menyukai madu dengan ukuran kemasan sachet 20 ml dan kemasan botol ukuran 250 ml. Bahan dan bentuk kemasan yang disukai adalah yang terbuat dari kaca dan berbentuk botol.
Diversifikasi kemasan madu dengan bahan botol ke bahan plastik (sachet) yang karena lebih praktis dan ekonomis perlu ditingkatkan untuk merebut pasar kelompok ekonomi menengah ke bawah yang cenderung ingin membeli produk yang bermutu, praktis penggunaannya, harganya murah dan terjangkau. Namun dari segi kehigienisan dan keamanan produk madu, kemasan madu yang baik adalah kemasan botol dari bahan kaca dengan berbagai ukuran volume dan warna yang bening sehingga warna madu tampak dengan jelas. Sedangkan untuk bentuk kemasan, konsumen masih menyukai bentuk botol berleher dengan berbagai jenis ukuran, sehingga tetap dipertahankan. Namun
produsen dapat saja melakukan inovasi terhadap tampilan kemasan madu sehingga dapat terlihat menarik oleh konsumen. Produsen juga harus memastikan bahwa kemasan tertutup rapat sehingga isinya tidak keluar dan mengotori kemasan.
Harus diakui bahwa penampilan produk madu dalam negeri dari segi kemasan maupun dari segi label masih jauh dibawah standar apabila dibandingkan dengan madu impor, sehingga terkesan murahan. Adapun penyebabnya antara lain karena penutup kemasan yang tidak rapat, sehingga isinya meluber dan mengotori kemasan; penggunaan kemasan yang tidak sesuai (seperti jerigen plastik yang kumal atau botol yang berwarna gelap.
Dalam aspek informasi yang tercantum pada label kemasan, banyak sekali produk madu yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap pada label kemasannya, seperti tidak mencantumkan izin dari Departemen Kesehatan, tidak mencantukan logo halal, komposisi madu, dan sebagainya. Hal ini sangat merugikan konsumen yang umumnya masih awam dengan kualitas madu yang baik. Sebagian besar konsumen menginginkan pada label kemasan produk madu tercantum khasiat madu, izin dari Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa, logo halal dengan sertifikasi dari LPPOM MUI, kode SNI, aturan pemakaian, komposisi madu, nilai gizi madu, merek dagang, dan nama produsen. Semua aspek tersebut adalah informasi minimal yang harus diterima konsumen dari produsen pada label kemasan madu. Kelengkapan informasi pada label kemasan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, sehingga orang tertarik untuk membeli. Selain itu label kemasan dibuat semenarik mungkin sehingga disukai konsumen. B. Bauran Distribusi
Strategi pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu mencakup aspek letak tempat penjualan madu, rantai saluran distribusí. Pada aspek letak penjualan madu, konsumen menginginkan tempat yang mudah dijangkau, strategis, dan dekat dari rumah atau tempat bekerja. Sedangkan masalah aspek rantai saluran distribusi yang panjang perlu diatasi dengan menambah sentra outlet tempat penjualan madu. Dimana outlet ini khusus menyajikan produk madu dan produk lebah lainnya sebagai sajian utama dan bukan sebagai barang dagangan sampingan. Sehingga rantai distribusi dari produsen ke konsumen tidak terlalu panjang. Dan setiap tempat tempat penjualan madu perlu dibuat senyaman mungkin agar konsumen tertarik untuk membeli madu ditempat itu. C. Bauran Harga
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu mencakup kesuaian harga madu dengan ukuran kemasan madu dan kualitas madu. Produsen perlu melakukan inovasi, dengan memproduksi madu yang ekonomis, namun berkualitas karena konsumen harga madu yang murah
7
dan terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Adanya produk madu dengan kemasan ekonomis dapat meningkatkan tingkat konsumsi madu di Indonesia, sehingga konsumen dapat mengkonsumsi madu secara teratur sebagai makanan dan obat tanpa perlu menunggu sakit.
D. Bauran Promosi
Pengembangan produk dalam pengembangan pemasaran madu juga mencakup aspek sumber informasi dan bentuk promosi madu. Berdasarkan hasil survei diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen mendapatkan informasi dari keluarga dan temannya. Informasi dari keluarga dan teman sangat membantu positioning untuk membenakkan produk madu sebagai produk alami yang halal dan menyehatkan.
Namun hal ini juga menunjukkan adanya kelemahan para pengusaha dalam mempromosikan produk madu. Oleh karena itu pengusaha madu atau perlebahan berusaha mengupayakan agar keunggulan manfaat/khasiat madu dapat tersampaikan kepada masyarakat, sehingga mau mengkonsumsi madu sebagai produk yang menyehatkan bagi masyarakat. Sebagian besar konsumen ingin madu dipromosikan secara gencar di televisi karena informasi tentang manfaat madu akan lebih cepat tersampaikan ke seluruh pelosok di tanah air dan mancanegara. Selain itu, promosi dengan memberikan potongan harga dan hadiah langsung akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli madu. E. Prioritas Pengembangan Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis pembobotan dan analisis korespondensi diketahui bahwa atribut yang menjadi prioritas utama dalam pembelian madu adalah atribut manfaat madu bagi kesehatan, keaslian, kehigienisan, madu sebagai produk yang halal, dan rasa madu yang manis. Oleh sebab itu maka hal yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan pemasaran adalah menjaga citra sekaligus positioning madu sebagai produk alami yang halal dan menyehatkan, meningkatkan kehigienisan produk madu, dan meningkatkan kekhasan rasa madu.
Citra dan positioning madu sebagai produk alami yang halal dan mneyehatkan harus selalu dipromosikan secara massif dan terus-menerus melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Dengan adanya promosi yang gencar akan melahirkan kesadaran di masyarakat untuk mengkonsumsi madu tidak hanya sebagai obat tetapi juga sebagai makanan tambahan sehari-hari. Produsen madu juga perlu memiliki sertifikasi halal dari LPPOM MUI sehingga konsumen mendapatkan jaminan dan kepastian akan produk madu yang dikonsumsinya. Peran pemerintah dan media baik cetak maupun elektronik sangat dibutuhkan dalam mengkampanyekan pentingnya mengkonsumsi madu guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Keaslian produk madu yang diproduksi dan dipasarkan harus mampu medapatkan jaminan dari
produsen madu, sehingga konsumen yakin bahwa produk yang dibeli dan dikonsumsinya adalah madu asli yang dihasilkan oleh lebah madu dan bukan madu palsu atau tiruan yang dibuat dari bahan sintetis. Pihak produsen harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan madu yang asli dengan yang palsu. Untuk menghindari beredarnya madu palsu, maka pemerintah perlu melakukan tindakan pengawasan terhadap peredaran madu palsu dan memberikan sanksi hukum kepada pengedarnya. Produk madu yang akan dipasarkan juga harus memenuhi syarat mutu SNI-3545-2004 yang dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional.
Kehigienisan produk madu perlu mendapatkan perhatian serius dari produsen dalam pengembangan pemasaran karena kehigienisan produk merupakan salah satu parameter dalam penilaian mutu suatu produk. Kehigienisan produk madu biasanya dapat dinilai pada saat proses pengolahan madu mulai waktu pemanenan dan pengemasan produk madu. Produk madu yang higienis akan diperoleh jika produk madu tidak mengandung bahan cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Sedangkan rasa dari beberapa jenis madu yang khas harus dipertahankan dengan cara dengan melakukan proses pengolahan yang baik dan yang benar. Oleh karena pengolahan madu sesuai syarat mutu SNI-3545-2004 akan menjamin kehigienisan produk madu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei, konsumen terbesar produk madu adalah pria berusia 21-30 tahun, berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa, dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat, berasal dari suku Sunda, memiliki tingkat pendapatan rata-rata per bulan antara Rp 300.001 - 500.000,- dan tingkat pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 250.001 - 400.000,-.
Strategi pengembangan pemasaran madu dilakukan dengan menetapkan segmentasi, targetting, dan positioning pasar. Segmen pasar yang menjadi sasaran pengembangan pemasaran bagi produk madu dibuat berdasarkan variabel demografis serta perilaku dan preferensi konsumen madu dalam mengkonsumsi madu, baik dari kelas ekonomi menengah ke bawah untuk madu kemasan ukuran kecil dan sedang serta kelas ekonomi menengah ke atas untuk madu kemasan ukuran besar dan sedang. Berdasarkan hasil analisis cluster, Kelompok konsumen madu yang menjadi target pasar adalah konsumen yang berusia muda antara 21-30 tahun, sebagian besar berprofesi sebagai karyawan swasta, dan memiliki tingkat pendapatan rata-rata per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan tingkat pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp 800.001 - 1.250.000,-. Sedangan positioning yang dirancang untuk memposisikan madu adalah positioning yang ingin menonjolkan keunggulan manfaat madu bagi kesehatan. Positioning yang ingin
8
disampaikan adalah ”madu, produk alami yang halal dan menyehatkan”.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi madu dengan produk peasaingnya dengan atribut yang sama dapat diketahui bahwa produk madu secara keseluruhan relatif dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1). Pada hubungan madu dengan produk minuman kesehatan, posisi madu relatif dekat dengan atribut manfaat bagi kesehatan (A1), logo halal (A2), dan kehigienisan (A3). Sedangkan pada hubungan madu dengan produk minuman penyegar, posisi madu relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan logo halal (A2). Pada hubungan madu dengan produk pemanis makanan dan minuman, posisi madu relatif dekat dengan atribut manfaat (A1) dan atribut rasa (A5) serta dekat dengan produk gula putih (P11) dan gula merah (P12) dari atribut rasa (A5).
Taktik pemasaran dirancang sebagai perpaduan dari hasil bauran pemasaran produk madu. Pada bauran produk, perlu adanya jaminan dari produsen bahwa produk madunya telah memenuhi syarat mutu SNI serta perlunya dibangun kredibilitas pengusaha madu untuk menjual madu yang asli dan tidak menjual madu tiruan.
Dalam hal kemasan, diversifikasi kemasan madu dengan bahan botol ke bahan plastik (sachet) yang lebih ekonomis perlu ditingkatkan untuk merebut pasar kelompok ekonomi menengah ke bawah yang cenderung ingin membeli produk yang bermutu, praktis penggunaannya, harganya murah dan terjangkau. Namun produksi madu dengan kemasan botol kaca harus tetap dipertahankan dengan melakukan inovasi bentuk dan layout kemasan agar terlihat lebih menarik. Selain itu, informasi yang terdapat pada label kemasan madu harus menarik dan mampu meyakinkan konsumen akan kualitas madu yang terjamin kehalalan, keaslian, dan kehigienisannya, serta bermanfaat bagi kesehatan untuk orang banyak.
Dari aspek distribusi perlu ditingkatkan penjualan madu di lokasi-lokasi yang strategis, mudah dijangkau, dan dekat dengan pemukiman penduduk atau perkantoran. Konsumen menginginkan produk madu tersedia di warung dan toko karena mudah dijangkau dan dekat dengan rumah. Selain itu sentra outlet yang menjual produk madu dan produk lebah lainnya perlu diperbanyak.
Untuk bauran harga, produsen perlu menerapkan strategi yang bersaing, namun tetap memperhatikan antara harga produk dengan modal produksi serta kemampuan daya beli masyarakat. Konsumen madu kelas ekonomi menengah ke bawah menginginkan harga yang murah dan terjangkau untuk setiap ukuran kemasan madu, sehingga mendorong konsumen kelas ekonomi menengah ke bawah untuk mengkonsumsi secara rutin dan teratur.
Sedangkan untuk aspek promosi pihak pengusaha dan pemerintah harus berusaha terus-menerus untuk mengkampanyekan anjuran mengkonsumsi madu sebagai makanan sekaligus obat yang dapt meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Iklan melalui media televisi merupakan bentuk promosi yang diharapkan konsumen madu, karena
pengaruhnya begitu luas dan cepat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan.
Saran
Dalam upaya mencapai strategi dan taktik pemasaran madu yang lebih baik, perlu memperhatikan aspek-aspek yang mendukung keberhasilannya. Beberapa hal dalam penelitian ini dirasa penulis masih belum optimal. Oleh karena itu penulis mengajukan saran-saran yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan pemasaran madu, antara lain : 1. Perlunya melakukan penelitian lebih lanjut tentang
sikap konsumen terhadap merek dan kemasan madu lokal dengan madu impor yang beredar di pasar.
2. Pihak produsen madu perlu melakukan usaha perbaikan dalam hal budidaya, pemanenan, dan pengemasan madu untuk meningkatkan kualitas madu yang diproduksi, dan memberikan informasi yang lengkap tentang produk madu yang dipasarkan khususnya pada informasi pada label kemasan, sehingga dapat menambah kepercayaan konsumen.
3. Pihak pemerintah perlu melakukan beberapa hal dalam mengembangkan pemasaran madu, antara lain : a. Melakukan pengawasan terhadap peredaran
madu palsu dengan melakukan standarisasi produk madu yang layak dipasarkan
b. Melakukan pembinaan dan penyuluhan yang kontinu terhadap para peternak lebah madu dan pengusaha madu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi madunya.
c. Turut serta mengkampanyekan budaya mengkonsumsi madu kepada masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2000. http://www.bi.go.id/sipuk.2004. Perlebahan Nasional. http://www.jakweb.com/id/jabar/regency/bogor/2005 http://www.kotabogor.or.id/2004 Kotler, P dan Gary Amstrong. 1994. Dasar-dasar
Pemasaran. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Singarimbun, M. dan Sofyan Effendi. 1989. Metode
Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
9
Lampiran 1. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk minuman kesehatan
0,150,100,050,00-0 ,05-0 ,10
0,15
0,10
0,05
0,00
-0 ,05
-0 ,10
C omponent 1
Com
pone
nt 2
A 1 0A 9
A 8
A 7
A 6
A 5
A 4
A 3
A 2
A 1
Symmetric Plot
P 5
P 4
P 3
P 2
P 1
Keterangan : Produk (P) Atribut (A)
P1 : Madu A1 : Manfaat P2 : Teh A2 : Logo Halal P3 : Susu A3 : Kehigienisan P4 : Jamu A4 : Kemasan P5 : Sari buah A5 : Rasa
A6 : Harga A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
10
Lampiran 2. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk minuman penyegar
-0,1 0,0 0,1
-0,1
0,0
0,1
Component 1
A1
A2A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
Symmetric Plot
Atribut (A)
A1 : Manfaat A2 : Logo Halal A3 : Kehigienisan A4 : Kemasan A5 : Rasa A6 : Harga A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
Keterangan : Produk (P)
P1 : Madu P6 : Softdrink P7 : Energydrink P8 : AMDK P9 : Sirup P10 : Kopi
Com
pen
t 2
P1
P6
P7
P8P9
P10
on
11
Lampiran 3. Gambar Plot hasil analisis korespondensi atribut madu dan produk pemanis makanan dan minuman
0,20,10,0-0,1-0,2
0,2
0,1
0,0
-0,1
-0,2
Component 1
Com
pone
nt 2
A10A9A8A7A6
A5
A4A3A2A1
Symmetric Plot
P15 P14P13
P12
P11 P1
Keterangan : Produk (P)
P1 : Madu P11 : Gula Putih P12 : Gula Merah P13 : Gula Bit P14 : Gula Cair P15 : Pemanis Buatan
Atribut (A)
A1 : Manfaat A2 : Logo Halal A3 : Kehigienisan A4 : Kemasan A5 : Rasa A6 : Harga
A7 : Ketersediaan A8 : Promosi A9 : Aroma A10 : Citra Produsen
12
13