ANALISIS PENYIMPANGAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAM DALAM ...€¦ · dan sublimasi. Sebagai suatu...
Transcript of ANALISIS PENYIMPANGAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAM DALAM ...€¦ · dan sublimasi. Sebagai suatu...
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 1
ANALISIS PENYIMPANGAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAM DALAM
NOVEL “GADIS PANTAI” KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
Imam Mahdi
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer banyak
merefleksikan nilai-nilai penyimpangan agama, khususnya agama Islam. Ada
tiga corak pengungkapan masalah yang dapat dilihat yaitu: (1)
mempersoalkan praktek ajaran agama, (2) mencipta dan mengungkapkan
masalah berdasarakan ajaran-ajaran agama, (3) dan kehidupan agama hanya
sebagai latar belakang. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh deskripsi secara objektif tentang pandangan hidup tokoh dalam
roman Gadis Pantai. Secara khusus penelitian ini bertujuan : (1)
mendeskripsikan penyimpangan akhlak kepada Allah, (2) mendeskripsikan
penyimpangan akhlak kepada sesama manusia, (3) mendeskripsikan
penghidupan dan kehidupannya sendiri. Penelitian ini menggunakan
pendeketan psikologi keagamaan. Metode yang digunakan berupa metode
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari roman Gadis Pantaikarya
Pramoedya Ananta Toer. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri
dengan dibantu matrik penjaring data. Hasil penelitian dapat dirangkum
sebagai berikut : (1) Adanya bentuk penyimpangan nilai-nilai religius Islam
yang tercermin dalam akhlak kepada Allah pada teks novel “Gadis Pantai”
Karya Pramoedya Ananta Toer di antaranya adalah; menyekutukan Allah
keris sebagai sesembahannya, menyembah Bendoro, selama empat belas
tahun Gadis Pantai kafir seorang kafir, menikah dengan wanita kafir , suka
berzina, mempercayai laut pemberi rezeki dan sekampung kafir tidak ada
waktu untuk beribadah kepada Allah. (2) Adanya bentuk penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang tercermin dalam akhlak kepada sesama
manusia pada teks novel “Gadis Pantai” Karya Pramoedya Ananta Toer di
antaranya adalah:terjadinya kawin paksa, anak masih di bawah umur, dipaksa
tidak menghormati mertua, sebelum dan sesudah menjadi menantunya,
Bendoro tidak pernah silahturahmi pada mertuanya,tidak menghormati pada
tamu, adanya penindasan dan penyiksaan rodi, kawin cerai, memisahkan
anak dengan ibunya yang masih dalam menyusui, adanya kekerasan dalam
rumah tangga dan tidak ada keadilan di rumah Bendoro. (3) ditemuka adanya
bentuk penyimpangan nilai-nilai religius Islam yang tercermin dalam akhlak
manusia dengan kehidupan dan penghidupan (diri sendiri) pada teks novel
“Gadis Pantai” Karya Pramoedya Ananta Toer di antaranya adalah: merasa
ada perbedaan antara orang kebanyakan denan kaum bangsawan, merasa
diciptakan menjadi orang hina, merasa tidak memiliki kepandaian,pergi
meninggalkan keluarga, merasa semua orang kampung menjauhinya dan
putus asa meninggalkan orang tua dan desanya.
Kata-kata kunci : analisis, penyimpangan, religi Islam dan akhlak.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 2
PENDAHULUAN
Banyak karya sastra Indonesia dengan
menggunakan medium bahasa Indonesia
merefleksikan nilai-nilai sosial, filsafat,
dan keagamaan. Masalah-masalah sosial
masyarakat dan keagamaan juga
diungkapkan dalam kesusasteraan
Indonesia modern. Ada tiga corak
pengungkapan masalah yang dapat
dilihat yaitu mempersoalkan praktik
Sastra merupakan cerminan kehidupan
yang telah diolah melalui komtemplasi
dan sublimasi. Sebagai suatu hasil karya
kreasi manusia, sastra mampu
memaparkan realitas sosial. Suatu cipta
sastra bersumber dari kenyataan-
kenyataan yang hidup dalam suatu
masyarakat (realitas objektif). Akan
tetapi, cipta sastra bukanlah hanya
pengungkapan realita objektif itu saja,
di dalamnya di ungkapkan pula nilai-
nilai yang lebih tinggi daripada sekedar
objektif.
Ajaran agama, mencipta, dan
mengungkapkan masalah berdasarkan
ajaran-ajaran agama, dan yang ketiga
kehidupan agama hanya sebagai latar
belakang (Esten, 1990:40).
Sastra sebagai salah satu bagian
dari seni banyak memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia. Diantaranya,
baik bagi pembaca maupun penikmat
karya sastra berfungsi untuk
memperoleh kesenangan batin. Di sisi
lain yang dapat diambil dari karya sastra
adalah aspek-aspek kehidupan seperti
moral, cara berpikir, dan keyakinan.
Bergaul dengan sastra,
seseorang akan memperoleh berbagai
manfaat, nilai buat dirinya sendiri.
Sastra dapat memberikan kesenangan,
kegembiraan, dan kenikmatan kepada
pembaca. Karya sastra dapat
memberikan kesadaran kepada
penikmat sastra tentang kebenaran
hidup ini. Dari sastra lah penikmat
karya sastra dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam tentang manusia, dunia, dan
kehidupan.
Membaca karya sastra juga
dapat menolong pembacanya menjadi
manusia berbudaya. Manusia berbudaya
adalah manusia yang responsif terhadap
apa-apa yang luhur dalam hidup ini.
Manusia yang demikian itu selalu
mencari nilai-nilai kebeneran,
keindahan, dan kebaikan(Jakob dan
Saini, 1988:9).
Nilai-nilai yang terdapat dalam
suatu karya sastra (nilai kebenaran,
keindahan, dan kebaikan) dijadikan
petunjuk dan pedoman bagi manusia
dalam suatu masyarakat. Karya sastra
merupakan pancaran dari hidup dan
keindahan, sebab karya sastra dihasilkan
oleh pengarang berdasarkan
pengalaman kehidupannya. Oleh sebab
itu, dari masalah atau persoalan
dituangkan dalam karya sastra dapat
diambil nilai-nilai kehidupan. Dari nilai
kehidupan itu dapat dipelajari atau
manfaatnya, yang baik dilaksanakan dan
yang jelek ditinggalkan. Nilai-nilai
kehidupan yang ada dalam karya sastra
dapat berhubungan dengan keagamaan,
etika, sosial, perjuangan atau
pengorbanan, dan adat.
Nilai moral. Pembaca diharapkan dapat
menemukan dan mengambil nilai
tersebut.
Kenny (dalam Nurgiyantoro,
2009:320) menyatakan bahwa moral
cerita biasanya dimaksudkan sebagai
suatu saran yang berhubungan dengan
ajaran moral tertentu sebagai suatu
saran yang berhubungan dengan ajaran
moral tertentu yang bersifat praktis. Ia
merupakan petunjuk yang sengaja
diberikan oleh pengarang tentang
berbagi hal yang berhubungan dengan
tingkah laku, sopan, santun, ramah
dalam pergaulan.
Seperti yang kita ketahui bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang
berbudaya, berbudi luhur tinggi, juga
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 3
bersahaja. Mungkin julukan itu sudah
tidak lagi melekat pada bangsa ini
karena pada kenyatanya sudah tidak ada
julukan-julukan manis tersebut pada
sebagian warga Indonesia.
Dulu Indonesia dikenal sebagai
negara yang ramah berpenduduk penuh
etika dan sopan santun. Masyarakat
masih menjunjung tinggi tata karma
dalam pergaulan sebagaimana anak
bersikap pada orang tua, orang tua
kepada yang lebih muda, maupun pada
hubungan antar teman.
Namun, seiring laju
perkembangan jaman, dan pertumbuhan
teknologi informasi yang semakin pesat,
mau tidak mau ikut berpengaruh negatif
pada perilaku masyarakat yang kurang
memahami manfaat dari kemajuan
teknologi. Sekarang ini banyak terjadi
penyimpangan akhlak di masyarakat
luas, tidak hanya pada para remaja, tua
muda, masyarakat kalangan biasa,
kalangan menengah, kalangan atas, artis
dan kalangan terpelajar semakin
memprihatinkan. Mereka dalam
pergaulannya lebih bebas dalam
mengekspresikan diri, terlebih orang-
orang yang jauh dari pengawasan orang
tua, meskipun orang tuanya tidak lepas
memberikan perhatian, kasih sayang,
baik moril dan materil. Bukan itu saja,
saat ini juga sudah minim orang
berperilaku sopan santun terhadap orang
yang lebih tua. Bahkan tidak sedikit
orang-orang yang terpelajar gemar
melakukan aksi pesta pora , minuman
keras, penggunaan obat-obatan
narkotika, berjudi, saling menghujat,
saling memfitnah, bahkan berzina pun
perbuatan yang sudah jelas diharamkan
dalam agama. Mereka terang-terangan
melakukan perbuatan yang keji itu,
Merosotnya akhlak anak bangsa
ini kita kembalikan pada masing-masing
individu, namun perlu kita ingat bahwa
hal-hal tersebut membawa dampak yang
sangat besar jika tidak ada perbaikan,
maka dari itu perbaikan akhlak harus
dimulai dari diri sendiri.
Seperti halnya pada teks novel
Gadis Pantai karya Pramudya Ananta
Toer, sarat dengan penyimpangan
akhlak. Dalam kisahnya yang tidak
sesuai dengan ajaran agama Islam.
Roman ini menampilkan persoalan
hidup antara manusia dengan
Tuhannya, nilai kasih sayang antara
orang tua dengan anak, manusia dengan
sesama dan manusia dengan alam.
Berangkat dari permasalahan itu lah
peneliti memilih teks novel Gadis
Pantai karya Pramudya Ananta Toer
guna menganalisis penyimpangan
akhlak teks novel Gadis Pantai karya
Pramudya Ananta Toer dapat di ambil
hikmahnya dalam bersikap, bergaul, dan
bertingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu yang baik kita lakukan
dan yang jelek kita tinggalkan.
Penyampaian penyimpangan
moral atau akhlak dalam karya sastra
oleh pengarang dapat dilakukan melalui
aktivitas tokoh atau penutur langsung
pengarang. Dalam penuturan langsung,
pengarang memberikan penjelasan
tentang hal yang baik apa pun hal yang
tidak baik secara langsung.
Penyampaian penyimpangan moral
atau akhlak melalui aktivitas tokoh,
biasanya disampaikan lewat dialog,
tingkah laku, dan pikiran tokoh yang
terdapat dalam cerita tersebut.
Karya sastra Indonesia modern,
selain Pramoedya Ananta Toer banyak
pula pengarang memasukkan nilai-nilai
religius Islam (keagamaan) dalam karya
sastra khususnya melalui novel
diantaranya Habiburrahman El Shirazy,
Ahmad Tohari, Buya Hamka.
Karya sastra Pramoedya Ananta
Toer merefleksi kehidupan masyarakat
luas. Pramoedya Ananta Toer dalam
mengekspresikan karya-karyanya
melalui novel, terutama dalam novel
yang berjudul Gadis Pantai, bahasanya
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 4
ada percampuran bahasa Jawa, penuh
dengan perumpamaan, dan nasihat-
nasihat. Karya-karyanya sangat
digemari masyarakat luas. Oleh karena
itu, penting kiranya Pramoedya Ananta
Toer untuk dikaji, karena karyanya
lebih banyak merefleksi pada
keagamaan (religius Islam), namun
peneliti merasa dalam novel yang
berjudul Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toer lebih banyak
penyimpangan terutama dalam religi
Islam. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul
Analisis Penyimpangan Nilai-nilai
Religius Islam dalam Novel Gadis
Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.
Penelitian ini penting untuk dilakukan
dengan harapan penelitian ini
bermanfaat bagi diri pembaca, dan
masyarakat sastra sebagai referensi.
Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian
di atas, maka fokus penelitian sebagai
berikut ini.
1) Bagaimanakah bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
kepada Allah pada teks novel Gadis
Pantai karya Pramoedya Ananta
Toer ?
2) Bagaimanakah bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
kepada sesama manusia pada teks
novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer?
3) Bagaimanakah bentuk
penyimpangan akhlak nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
akhlak manusia dengan kehidupan
dan penghidupan (diri sendiri) pada
novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer ?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
kepada Allah SWT pada teks novel
Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toer.
2) Mendeskripsikan bentuk bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
kepada sesama manusia pada teks
novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer
3) Mendeskripsikan bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
manusia dengan kehidupan dan
penghidupan (diri sendiri) pada
novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian karya sastra
berpijak pada pendekatan tertentu yang
relevan dengan karya sastra yang
ditelitinya. Penelitian ini berjudul
Analisis Penyimpangan Nilai-nilai
Religius Islam dalam teks Novel Gadis
Pantai karya Pramoedya Ananta Toer
menggunakan pendekatan akhlak
keagamaan, karena ini menitik beratkan
pada akhlak sang tokoh meliputi akhlak
manusia terhadap Allah SWT, akhlak
terhadap sesama manusia, dan akhlak
manusia dengan kehidupan dan
penghidupannya (diri sendiri)
Menurut Sugiyono (2016:1)
penelitian kulitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen dimana
peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 5
lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Menurut Mukhtar (2013:10)
penelitian kualitatif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan terhadap subjek penelitian
pada suatu saat tertentu. Kata deskriptif
berasal dari bahasa latin “ descriptivus”
yang berarti uraian. Peneliatian
deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai subjek penelitian
dan perilaku subjek penelitian pada
suatu periode tertentu. Sehingga
penelitian kualitatif deskriptif berusaha
mendeskripsikan seluruh gejala atau
keadaaan yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanaya pada saat
penelitian dilakukan.
Creswel (dalam Mukhtar 2013:
84) mengatakan bahwa karakter utama
dalam penelitian kualitatif adalah
pertama, pada satu fenomena tertentu.
Kedua, literature atau teori dan
peraturan yang digunakan menjadi
sandaran dalam merumuskan problem.
Ketiga, dalam merumuskan masalah dan
pertanyaan penelitian serta tercapainya
tujuan penelitian secara umum, ditekan
oleh pengalaman langsung peneliti
berpartisipasi dalam sosial setting pada
studi pendahuluan“ grandto ur” hingga
proses penelitian yang dilaksanakan “
minitour”. Keempat, Pengumpulan data
bertolak dari pilihan kata yang
sederhana atau khusus hingga yang
lebih luas atau lebih umum. Kelima,
analisis data yang dideskripsikan dan
tema-tema yang ditampilkan dalam
analisis diinterpretasikan menjadi
makna. Keenam, penulisan laporan
penelitian, baik yang menyangkut
struktur dan berbagai bentuk penyajian
data sangat fleksibel dan ditentukan
oleh refleksi subjetivitas peneliti.
Menurut Aminuddin (2014:47)
menyatakan bahwa pendekatan
dikdaktis adalah suatu pendekatan yang
berusaha menemukan dan memahami
gagasan, tanggapan evaluative, maupun
sikap pengarang terhadap kehidupan.
Gagasan, tanggapan maupun sikap itu
dalam hal ini akan mampu terwujud
dalam suatu pandangan etis, filosofis,
maupun agamis sehingga akan
mengandung nilai-nilai yang mampu
memperkaya kehidupan rohaniah
pembaca.
Analisis data juga bersifat
induktif, adalah analisis ini dimulai dari
hal-hal yang khusus kemudian menuju
analisis yang umum. Sebab penelitian
ini menggunakan metode content
analysisatau penelitian isi. Artinya
penelitian ini menganalisis suatu
dokumen untuk diketahui isi dan nilai
penyimpangan yang terkandung dalam
dokumen tersebut.
Ada beberapa pokok penekanan
dalam penelitian ini yaitu, analisis
difokuskan pada corak individual yang
khas dari penulis, karena setiap
pengarang memilikibobot dan gaya
penuturan yang berbeda,
melaluianalisis ini diarahkan pada
langkah analisis yang perlu dilakukan
dalam kajian ini adalah:
1) Menetapkan aspek penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang
tercermin dalam teks novel Gadis
Pantai karya Pramoedya Ananta
Toer.
2) Analisis aspek penyimpangan nilai-
nilai religius Islam yang tercermin
dalam akhlak sesama manusia
dalam teks novel Gadis Pantai
karya Pramoedya Ananta Toer.
Analisis aspek penyimpangan nilai-
nilai religius Islam yang tercermin
dalam akhlak sesama manusia tidak
kalah penting dalam kajian ini,
karena hal ini penyimpanagan
akhlak terhadap sesama manusia
wilayah kesastraan tergolong sangat
banyak ditemukan.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 6
3) Aspek penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
akhlak pada diri sendiri dalam teks
novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer.Aspek
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam dalam
akhlak pada diri sendirijuga perlu
mendapat tekanan tersendiri. Karena
melalui kajian Aspek penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang
tercermin dalam sosial adat budaya,
maka gambaran tentang
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam sosial
agama pada novel Gadis Pantai
karya Pramoedya Ananta Toer akan
lebih terlihat nyata..
Melalui beberapa langkah di
atas, tahap-tahap dalam pengumpulan
data akan lebih jelas dan mudah. Sebab
hakikat dari kajian ini adalah
mempermudah dalam pemahaman guna
menganalisis penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
teks novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer yang
dihasilkan oleh penulis.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
adalah cara peneliti untuk dapat
mengumpulkan data yang diperlukan.
Dalam penilitian ini, teknik yang
digunakan adalah teknikmenganalisis
naskah, kemudian dicatat. Sebab data-
data yang diteliti berupa teks. Adapun
langkah dalam penelitian tersebut
adalah dengan membaca penyimpangan
nilai-nilai religius islam dalam teks
novel “Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toersecara berulang-ulang,
kemudian mencatat kalimat-kalimat
yang mengandung penyimpangan religi
Islam. Oleh karenanya penelitian ini
fokus pada kajian kepustakaan.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian
ini dilakukan adalah teknik mengalir.
Analisis ini memiliki tahapan yaitu, 1)
reduksi data, 2) penyajian data, dan 3)
penarikan simpulan. Adapun masing-
masing tahapan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi data
Pada tahapan ini, data yang
telah diperoleh dicatat secara terperinci.
Kemudian dilakukan pemilihan data
sesuai fokus penelitian yang dilakukan,
yaitu mengenaipenyimpangan nilai-nilai
religius islam dalam teks novel “Gadis
Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.
2. Sajian data
Setelah proses reduksi data
dilakukan, tentunya telah diperoleh data
yang diperlukan sesuai fokus penelitian.
Kemudian data-data tersebut disusun
secara sistematis agar mudah dipahami.
Data-data tersebut dianalisis sehingga
dapat diperoleh deskripsi tentang
analisis
3. Penarikan simpulan
Kemudian pada tahapan
terakhir yaitu penarikan simpulan dari
hasil data yang telah dianalisis.
Kesimpulan ini masih perlu adanya
ferivikasi (pengecekan kembali
mengenai kebenaran laporan) agar data
yang diperoleh benar-benar valid.
Penjaringan Penelitian
Untuk menjaring data dalam
penelitian ini adalah melakukan
penelitian sendiri sebagai instrumen
utama. Peneliti dalam menjaring data
menggunakan tabulasi data sebagai
pelengkap guna menyimpulkan data
yang telah dijaring selanjutnya
dilakukan pengodean. Tabulasi data
yang akan digunakan peneliti adalah
tabulasi yang berisi penyimpangan
nilai-nilai religius islam dalam novel
“Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta
Toer.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 7
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan peneliti dalam teknik analisis
dokumenter adalah (1) memeriksa data
sebagai alat pembahasan, (2)
mengklasifikasikan dan memisahkan
data sesuai dengan masalah penelitian,
(3) membahas data dan sumber data, (4)
mengumpulkan hasil analisis data, (5)
menafsirkan hasil analisis data, dan (6)
menyimpulkan hasil analisis data.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
Akhlak atau budi pekerti adalah
salah satu masalah penting dalam
kehidupan umat manusia dalam
beragama Islam. Sebagaimana kita
ketahui bahwa salah satu fungsi
Rasulullah SAW di utus Allah SWT
guna memperbaiki akhlak manusia.
Penyimpangan akhlak yang
berwujud religus Islam, termasuk di
dalamnya yang bersifat keagamaan
banyak ditemukan dalam cerita fiksi
atau dalam genre sastra yang lain,
terutama pada novel Gadis Pantai karya
Pramdoedtya Ananta Tour. Akhlak
religius bukanlah hanya mengenai kata-
kata yang merujuk pada penyimpangan
religusitas saja, akan tetapi meliputi
perilaku para tokoh dalam novel Gadis
Pantai karya Pramdoedtya Ananta
Tour.Dalam pembahasan ini, peneliti
menyajikan data tentang penyimpangan
religus Islam melalui Ikhsan (akhlak)
yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadist, meliputi : (1) akhlak kepada
Allah, (2) akhlak kepada sesama
manusia, (3) akhlak manusia dengan
kehidupan dan penghidupan (diri
sendiri).
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini bertujuan
menganalisis penyimpangan nilai-nilai
relius Islam yang yang berbentuk dalam
akhlak. Berdasarkan permasalahhan
yang diajukan dan data penelitian yang
di analisis, maka dilakukan
pembahasan secara lengkap tentang
hasil penelitian.
Bentuk Penyimpangan Nilai-Nilai
Religius Islam yang Tercermin
dalam Akhlak kepada Allah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, terbukti bahwa terdapat
bentuk penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
akhlak kepada Allah pada teks novel
“gadis pantai” karya Pramoedya Ananta
Toer
Pada analisis data ditemukan adanya
penyimpangan Akhlak kepada Allah,
Ta’ala di antaranya;
(1) Kemarin malam ia dinikahkan
dengan sebilah keris. Detik itu ia
tahu kini ia bukan anak bapaknya
lagi. Ia bukan anak emaknya lagi.
Kini ia istri sebilah keris, wakil
seseorang yang tak penah dilihatnya
seumur hidup. (H: 2).
Berdasarkan kutipan di atas pernikahan
Bendoro dengan Gadis Pantai adalah
tidak sah di mata Allah dan hukum
kompilasi Islam, karena rukun nikahnya
tidak sah, yaitu tidak adanya Ijab dan
Kabul, perwaliannya juga diwakilkan
pada keris sebagai benda mati bukan
dari kerabat Bendoro, wali nikah dari
pihak istri bukan bapak Gadis Pantai
tetapi malah kepala kampung yang
bukan perwaliannya. Mengenai akad
nikah yang pengertiannya disebutkan
dalam pasal 1 huruf c ialah rangkaian
ijab yang diucapkan wali dan kabul
yang diucapkan oleh mempelai pria atau
wakilnya disaksikan oleh dua orang
saksi, diatur secara khusus dalam pasal
27, 28 dan 29. Hal ini bertentangan
dengan firman Allah dalam QS Ar-
Ruum [30]: (21)
Wa min aayaatihii ankholaqo lakum
min anfusikum adzwaajan llitaskunuu
ilaihaa waja’ala bainakum
mmawaddatan wwarahmatan
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 8
Innafiidzaalika la aayaatin lliqaumin
yyatafakkaruuna
Yang artinya, “dan di antara tanda –
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram,
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara
kamu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kamu yang berfikir.” Hal ini diperkuat
dengan kutipan di bawah ini.
(2) “Ah, hanya orang kebanyakan
dikawini dengan keris,” tiba-tiba
bujang itu terkejut sendiri. “Tidak,
kalau pengantin pria berhalangan,
juga boleh diwakili dengan keris.
(H: 41).
(3) ……tak seorang pun mendengar
nafas kepala kampung yang
terengah-engah. Ia bangkit. Sekali
lagi menggapai-gapai ke dalam
balik baju kebesarannya.
Dikeluarkannya keris bersarung
kuningan bertangkai kayu sawo tua
berukiran tubuh katak. Dan keris
diangkatnya tinggi sampai segaris
dengan hidungnya. (H: 10).
Berdasarkan kutipan di atas adanya
penyimpangan akhlak kepada Allah Ta
‘ala, hal ini bertentangan dengan QS An
Nisa: 36
Wa’buduullaha walaa tusyrikuubihi
syaian wwabil waalidaini ihsaanan
wwabidziil qurbaa wal yataamaa
walmasaakiini waljaaridzil qurbaa
waljaariljunubi washshaahibi biljanbi
wabnissabiil wamaa malakat
aimaanukumm innallaha laa yuhibbuu
man kaana mukhtaalan fakhuura”
Yang artinya: “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang ibu bapak,
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri.
(4) Waktu dokar sampai di alun-alun,
bapak memperbaiki letak bajunya,
terdengar mendaham dan
menggaruk-ngaruk leher. Ia lihat
ibunya gelisah duduk di sampingnya
dan Nampak mulai ketakutan. (H:2).
Berdasarkan kutipan tersebut
menyatakan bapak ibu Gadis Pantai
merasa ketakutan saat mengantarkan
anaknya ke rumah Bendoro sebagai istri
barunya. Yang seharusnya mereka
takutkan hanya pada Allah Ta’ala.
(5) …. Keris tetap terangkat setinggi
hidung. (H:11).
Berdasarkan kutipan di atas adanya
penyimpangan akhlak kepada Allah Ta
ala, hal ini bertentangan dengan QS.
Yunus: 106
Walaa tadumin duunillahi maa laa
yanfa ‘uka walaa yadlurruka fain fa
alta fainnaka idzanmminaththalimiina.
Yang artinya: dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfaat dan tidak pula
memberi mudarat kepadamu selain
Allah, sebab jika kamu berbuat yang
demikian itu, maka sesungguhnya kamu
kalau begitu termasuk orang-orang yang
dholim.
(6) “Selamat. Selamat.” Bapak kembali
berkomat kamit.
“selamat selagi lagi emak menguatkan.
Emak berbisik pada anaknya, bilang
selamat.
“se-la-mat,” Gadis pantai berbisik.
“Selamat,” emak berbisik dan sekali
lagi, “selamat buat kau, nak.” (H: 11)
Berdasarkan kutipan di atas
adanya penyimpangan akhlak kepada
Allah Ta ‘ala, hal ini bertentangan
dengan Qur’an Surat AL-fatihah ayat 5
Iyya kana’budu waiyyaa ka na’sta’iinu
Yang artinya: Hanya Engkau lah yang
kami sembah dan hanya kepada Engkau
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 9
lah kami mohon pertolongan. Hal ini
yang seharusnya mereka mengucapkan
kata syukur Alhamdulillah, seperti hal
dalam QS A Adh-Dhuha diperkuat
dalam kutipan dibawah ini.
Wa’amaa bini’mati rabbika fakhaddits
Yang artinya; “Dan terhadap nikmat
Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan
(dengan bersyukur.
(7) …..Bapak selalu mengucap mantra
bila hendak meninggalkan darat.
Dan tak pernah ia mengerti makna
kata-katanya. (H:99).
(8) Nampak seorang pria bertubuh
tinggi kuning langsat berwajah agak
tipis dan berhidung mancung. Ia
berkopiah haji dan berbaju teluk
belanga dari sutera putih dan
bersarung bugis hitam dengan
beberapa genggang putih tipis-tipis.
(H:19).
Berdasarkan kutipan tersebut Bendoro
menggunakan baju sutera, hal ini
bertentangan dengan HR. Bukhari dan
Muslim yang bunyinya.
Sami’tunnabiyyi shallaallahu alaihi
wasallama yaquulu: watalbisuulhariira
fainna man labisahu fiddunyaa lam
yaibishu fil aakhirati.
Yang artinya Aku pernah mendengar
Nabi SAW bersabda: “Janganlah
memakai pakaian sutera karena orang
yang memakai di dunia tidak akan
memakainya lagi di akhirat.
Hal ini diperkuat oleh HR Abu Daud
dan Ibnu Majah yang bunyinya
Inna haadzaini haraamu alaa dzukuuri
ummati
Yang artinya; “Sesungguhnya kedua ini
haram atas kaum pria ummatku”.
(9) “Mas nganten.”
“Mas Nganten,” sekali lagi.
“Aku lah suamimu.”
“Syukur pada Allah.” (H:19).
Berdasarkan kutipan di atas
bahwa Bendoro mengajarkan pada
Gadis Pantai untuk bersyukur, karena ia
merasa telah menjadi sepasang suami
istri meski tanpa ikatan perkawinan
yang sah, karena rukun nikahnya tidak
sah, Hal ini diharamkan oleh Allah
SWT. Seperti halnya dijelaskan dalam
hadits , Rasulullah SAW bersabda;
Laa yakhluwanna ihadukum
biamraa’atin illa ma’adziimahramin.
Yang artinya: “Janganlah seseorang di
antara kamu menyendiri bersama
seorang wanita, kecuali disaksikan
seorang muhrim.”
(10) …. Bujang kemudian
mengajarkan ambil air wudlu . “Air
suci sebelum sembahyang, Mas
Nganten……untuk pertama kali
dalam hidupnya Gadis Pantai
bersuci diri dengan air wudhu dan
dengan sendirinya bersiap untuk
bersembahyang ……. Bujang
membawanya kembali ke
kamarnya, menyisiri dan
menghiasinya kemudian
menuntunnya ……..ke khalwat
Dari sebuah pojok bujang itu
mengeluarkan selembar mukenah putih
dan mengenakannya pada Gadis
Pantai. “Duduk diam di sini. Jangan
bergerak. Bendoro duduk di sana Mas
Nganten harus bersembahyang dengan
beliau. (H:21-22).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan bahwa Gadis Pantai
hingga berusia empat belas tahun
belum pernah menjalankan ibadah
shalat lima waktu. Hal ini bertentangan
dengan hadis Abdullah bin Amr bin Ash
r.a,
Muruu ‘aulaadakum bishshlaati wahum
abnaa’u sab’i siniina wadhribuuhum
alaihaa wahum abnaa ‘uasyrin
wafarriquu bainahum fiil madhaaji’i
Yang artinya: “Suruhlah anak-anakmu
mengerjakan shalat sejak berusia tujuh
tahun, dan pukullah mereka jika
meninggalkannya ketika sudah
memasuki umur sepuluh tahun, serta
pisahlah tempat tidur mereka.” (HR.
Abu Daud, Ahmad dan Al-hakim).
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 10
Dan apabila Gadis Pantai baru
menjalankan ibadah shalat lima waktu
untuk yang pertama kalinya, setelah
digauli Bendoro, itu artinya Bendoro
telah menggauli wanita yang bukan
seaqidah dan bukan seiman.
Bentuk penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
Akhlak sesama Manusia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, terbukti bahwa terdapat
bentuk penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
akhlak kepada Allah pada teks novel
“gadis pantai” karya Pramoedya Ananta
Toer
(1) “Sst. Jangan nangis. Jangan
nangis. Hari ini kau jadi istri
pembesar,”
……..tinggal digedung besar, nak.
Tidak lagi digubuk. Kau tak lagi buang
air di pantai …..
“Ssst. Jangan nangis nak. Hari ini kau
jadi orang kaya.” (H:2).
Berdasarkan kutipan di atas
orang tua Gadis Pantai mencari jodoh
buatnya bukan karena keimanannya,
tapi karena kekayaannya. Hal semacam
ini biasanya hubungan tidak akan
kekal. Perkawinannya tidak didasari
agama, namun pernikahan karena harta
dan tahta. Hal ini diperkuat kutipan di
bawah ini.
(2) “Dia pembesar, nak orang
berkuasa, sering dipanggil
Bendoro bupati. Tuan besar
residen juga pernah datang ke
rumahnya, nak. Semua tahu.”
(H:4)
(3) “Bendoro belum bangun?”
kepala kampung bertanya.
“Nanti jam lima.”
“Aku kepala kampung…….”
“Siapa berani bangunkan?” (H:7)
Berdasarkan kutipan tersebut akhlak
bujang terhadap tamu kurang bisa
menghargai tamu, padahal tamu itu
adalah mertuanya Bendoro sendiri.
bahkan ia mengingatkan kepala
kampung dengan perkataan yang
menunjukkan bahwa seakan Bendoro
tidak diganggu gugat oleh siapa pun
termasuk mertuanya sendiri. Dan
bujang juga mengingatkan emak kalau
tempat Bendoro bukanlah kampung.
Hal ini diperkuat dalam kutipan di
bawah ini.
(4) “Sunyi benar di sini? Emak
berbisik lagi bertanya. Suaranya
ragu
“Ssst. Jangan keras-keras. Di sini
bukan kampung,”
bujangmemperingatkan.(H:7).
Allah Ta’ala berfirman dalam Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 83
Waquuluul linnaasihusna
Yang artinya; “bertutur katalah yang
baik kepada manusia.” Maksudnya,
kepada seluruh manusia, termasuk
orang musyrik dan yang lainnya.
(5) “Itu anak siapa?“
“Anak majikanku, anak Bendoro.”
“Emak menggigit bibir dan menutupkan
selendang pada pundaknya.
“Dimana emaknya?bapak bertanya.
“SSSt. Sssst. Dia tak ber-emak, anak
priyayi ber-ibu.” (H:7)
Berdasarkan kutipan tersebut Bendoro
tersebut Bendoro sepertinya telah
menceraikan istri, dan anak dalam
asuhan Bendoro, pada usia itu masih
dalam susuan, karena anak yang
digendong bujang usianya belum genap
berusia dua tahun, dan selama itu si bayi
belum pernah melihat ibunya. Hal ini
diperkuat kutipan di bawah ini..
(6) “Dimana ibunya?” bapak
mendesak.
“Pulang ke kampung.”
“Kapan kembali kemari?” bapak
mendesak terus.
“Tak kan balik lagi. Dia diceraikan.”
“Mengapa dicerai? Kapan?” bapak
mendesak.
“Mana aku tahu? Itu urusan Bendoro.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 11
“Kapan? Hampir dua tahun yang lalu.”
“Dua tahun belum pernah lihat
ibunya“Mati?”“Tidak. Pulang ke
kampung, sejak itu tak pernah Nampak
lagi.” (H:7-8)
(7) “Siapa anak tadi?” emak
bertanya kuatir.
“Agus.”
“Putera Bendoro?”
“Ya.”
“Pulang ke kampung.”
“kapan balik ke mari lagi?”
“Takkan balik.”
“kangmasnya bayi ini?”
“Ya.”
……..”Tidak, ini lebih bagus. Dia dari
ibu lain. (H:8-9)
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan Bendoro suka kawin
cerai, dan anak-anaknya hasil
hubungan dengan para perempuan
diasuh oleh bujang Bendoro.
(8) “Betapahebatnya Bendoro
mengajar putera-puteranya,”
kepala kampung berbisik,
“sekecil itu sudah bisa bicara
bahasa Belanda. Satu kata pun
kita tak paham. Anakmu nanti,”
kepala kampung
menghadapkan mukanya
kepada kepala Gadis Pantai,
“juga bakal diajar seperti itu. “
(H:9)
Berdasarkan kutipan di atas tampaknya
Bendoro lebih bangga mengajarkan
anak-anaknya dalam bahasa Belanda
dari pada bahasa Arab.
(9) “Semua tegang menegakkan
tubuh. Pendengarannya tertuju
pada sepasang selop yang
berbunyi berat sayup terseret-
seret di lantai. Bunyi kian
mendekat dan akhirnya nyata
terdengar: buuutt.
“Apa itu?” emak bertanya pada kepala
kampung. Ia kenel bunyi itu tapi tak
yakin. Ia gelengkan. Disini tak mungkin
terjadi. Tidak! Itu bukan bunyi ynag
biasa di dengarnya, bunyi yang biasa
membikin ia geram pada lakinya.
(H:10)
Berdasarkan kutipan di atas dalam
ruangan banyak tamu, terdengar keras
Bendoro terbiasa kentut kedengaran
orang banyak, ia tidak segan meskipun
terhadap orang yang baru dikenalnya,
bahkan terhadap mertuanya sendiri
tidak ada rasa sungkan.
(10) “……tanpa sesuatu upacara
langsung menyampaikan,
“Bapak kepala kampung
dititahkan menghadap!”
Tiba-tiba terdengar suara keras, ‘Apa?
Jadi kepala kampung tak tahu? (H:11).
Berdasarkan kutipan tersebut iringan
pengantin Bendoro tidak menemui
mertuanya, Bendoro memanggil kepala
kampung yang bukan siapa-siapa
istrinya. Pernikahan ini tidak sah karena
tidak sesuai dengan syariat agama. Dan
mengenai perwaliannya Bendoro lebih
mempercayai kepala kampung yang
bukan ayah Gadis Pantai.
Menurut madzhab Syafi’i
(Abdurrahman, 2015:69-70) rukun dan
syarat sahnya melakukan perkawinan
adalah harus ada: (1) calon suami,
(2) calon istri, (3) wali nikah, (4) dua
orang saksi, dan (5) ijab dan Kabul.
Bagaimanakah bentuk
penyimpangan nilai-nilai religius
Islam yang tercermin dalam akhlak
manusia dengan kehidupan dan
penghidupan (diri sendiri)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, terbukti bahwa terdapat
bentuk penyimpangan nilai-nilai
religius Islam yang tercermin dalam
akhlak kepada Allah pada teks novel
“gadis pantai” karya Pramoedya Ananta
Toer
(1) Kota itu jadi semarak
bermandikan cahaya, berhiaskan
penonton dari seluruh penjuru.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 12
……menyaksikan keramaian di
alun-alun itu.
Malam itu ia kembali ke ranjang
dengan banyak pikiran. Perkawinannya
tak dirayakan seperti itu. Bupati yang
kawin jauh lebih tidak dari Bendoro.
Dan putri kraton itu lebih tua dari
dirinya. Tapi ia tidak disambut dengan
perayaan. (H: 55).
Berdasarkan pernyataan di atas Gadis
Pantai terlalu menerima apa yang
diperlakukan oleh Bendoro
terhadapnya. Masalah pernikahan
adalah masalah hati, seorang laki-laki
yang mau tinggal bersama seorang
wanita , kalau Bendoro tidak ada rasa
suka terhadap Gadis Pantai itu tidak
mungkin terjadi. meskipun Bendoro
seorang suka ganti-ganti perempuan.
Kalau orang suka apa saja pasti
diberikan. Kalau kita tidak protes dan
menerima saja tentu orang akan
semena-mena pada gadis pandai. Intinya
Gadis Pantai tidak memiliki keberanian
untuk meminta haknya.
(2) Kelahiran sahaya sudah satu
hukuman! Terngiang suara pelayan
tua itu. Ia meradang apakah dosa
suatu kelahiran di tengah-tengah
orang kebanyakan? Mengapa? Apa
dosa? Dan tanpa disadari air
matanya telah mengembangkan
cairan duka cita buat seluruh orang
yang berasal dari kampung,
terutama kampung nelayan. (H:
109).
Berdasarkan pernyataan di atas Gadis
Pantai menyesali dirinya sendiri,
menjadi salah seorang kebanyakan,
yang selalu dihina. Ghufur nikmat Allah
adalah dosa.
(3) …..kita ini biar hidup dua belas
kali di dunia, tidak bisa
kumpulkan duit buat beli
barang-barang yang terdapat
dalam hanya satu kamar orang-
orang kota. Laut memang luas
tak dapat terkuras, kaya tiada
terbatas, tapi kerja kita yang
memang hina tiada berharga.
(H: 113).
Berdasarkan pernyataan
tersebut si emak tidak mempercayai
adanya Allah yang maha pemurah dan
maha kaya. laut hanya salah satu ciptaan
Allah, tapi kenikmatan Allah meliputi
segalanya.
(4) ….Bendoro putri, sisa yang masih
tinggal dari hidup sahaya. Kiai
sahaya dulu bilang, setiap orang
dikaruniai hidup oleh Allah yang
Maha Pengasih, tapi cuma
segumpil saja hidup karunia Allah
yang benar-benar sahaya miliki.
Sebagian besar habis buat rodi di
kebun coklat. (H: 117).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkanrasa syukurnya kurang,
harusnya kusir merasa bersyukur,
Alhamdulillah meski mengalami rodi
masih diberi umur panjang buat ibadah,
dapat nunggui anak, istri cucu lebih
lama. Hal ini diperkuat kutipan di
bawah ini.
(5) …Bapak sahaya seratus dua puluh
tahun umurnya baru meninggal.
Tapi sahaya ini baru empat puluh
sudah begini reyot, kehabisan
tenaga. Bapak sahaya lari-larian
saja kerjanya, tak mau kerja rodi.
Badannya besar, keberaniannya
besar. Asal ada hura-hura.
(6) “Aiya, dulu sahaya pernah
tumpangi seorang singkek.
Ngomong tak karuan, Bendoro
putri . Ngobrol banyak. Dari
Rembang dia menuju Lasem.
Dia bercerita, dahulu dialah
yang jadi kuda di Hongkong
katanya menarik kereta sewaan
sambil berlari. Begitulah
Bendoro Putri, setiap ngomong
mesti keluar aiya-nya yang ah,
ah, senang sekali
mengucapkannya. (H: 118).
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 13
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan singkek merasakan
bagaimana sengsaranya jadi kuda,
seharusnya singkek bersyukur tidak
menjadi kuda lagi, bahkan sekarang
telah merasakan digendongan kuda.
(7) …..”Tiap hari sahaya mendo’a
moga-moga tak ada penyakit
menyerang kuda sahaya.”
Kembali Gadis Pantai tertawa
terbahak, kemudian bertanya, “Berdo’a
buat kuda? Lantas do’a apa yang buat
anak dan cucumu, man?”
“Mereka bisa berdo’a sendiri, Bendoro
putri. Itulah jeleknya takdir kuda. Dia
do’a saja tak mampu. Aiya, barangkali
dia berdo’a dengan bahasanya sendiri
…..bahasa kuda. Mungkin dalam hati
saja.” (H: 119).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan pemikiran yang salah, bila
anak tidak butuh doa dari orang tua.
Tiga doa yang mustajab yang tidak
diragukan lagi yaitu(1) doa orang tua,
(2) doa orang yang bepergian (safar)
dan (3) doa orang didholimi. HR Abu
Daud.
Sedang dalam QS Ash-Shaffat : 100
yang berbunyi “Ya Rabbku,
anugerahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.”
(8) ......Mungkin Ia berdo’a agar
tidak ditakdirkan jadi kuda
seperti sekarang, tapi jadi kusir
seperti sahaya ini. Tapi sahaya
terus berdo’a keras agar sahaya
tetap sehat seperti kuda. Kalau
takdir berubah, aiya, mungkin
sahaya kudanya , dia kusirnya.
(H: 119).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan bahwa bercandanya kusir
itu bercandaan yang melampau batas,
hal ini diterangkan dalam HR Bukhari,
Ahmad, dan Malik “Sesungguhnya
seorang hamba yang berbicara dengan
kata-kata yang diridhai Allah ‘Azza wa
Jalla tanpa berpikir panjang, Allah akan
mengangkat beberapa derajat dengan
kata-katanya itu. Dan seorang hamba
yang berbicara dengan kata-kata yang
dimurkai Allah tanpa berpikir panjang,
Allah akan menjerumuskannya ke
neraka Jahannam dengan kata-katanya
itu”
(9) ….Ternyata Cuma segumpil kecil
sajak kelegaan yang diperoleh
Gadis Pantai. Pasang-pasang mata
yang menyinarkan pandang tak
wajar padanya, kesopanan yang
dibuat-buat, kekakuan yang
menjengkelkan. Terutama orang
tuanya yang begitu jauh
terhadapnya, menyebabkan ia
merasa seperti batu karang tunggal,
tak punya sesuatu hubungan dengan
dirinya, terkecuali laut yang
mengandung kesepian. (H: 145).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan rasa kekecewaan gadis
terhadap kedua orang tua, kakak adik,
dan penduduk pantai, ia pulang
kampung berharap rasa kangen bisa
terobati justru penduduk menjaga jarak
terhadap Gadis sebagai yang menjadi
istri priyayi. Gadis Pantai merasa
menjadi orang asing di kampungnya
sendiri. Hal ini diperkuat kutipan di
bawah ini.
(10) “Bapak,” ….”mengapa bapak
tak terus masuk?”
“Di sini lebih senang, panas di dalam.”
“Ah bapak…, aku tahu karena aku di
sini. Bapak tak mau masuk.”
“Tidak benar, itu tidak benar. Apakah
yang bisa kuperbuat untukmu?”
“Dekatlah sini.”
“Panas di dalam.”
“Panggil namaku pun bapak tak sudi
lagi.”
“Bukan galibnya lagi anak terhormat
dipanggil pada namanya.” (H: 146).
.“Abang-abang sama sekali tak bicara
padaku lagi.”
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 14
“mereka sedang membikin pola
ukiran.”
“Nampaknya adik-adikku dilarang
mendekati aku.”
“Mereka diajari menghormati kakaknya
dari kota.”
“Ah, bapak, bapak. Sekarang aku
seperti pertama kali bapak antarkan
masuk ke rumah Bendoro.
Kampung ini memamg mengecewakan,
terlalu hina.”
“AH, bapak aku Cuma ingin
diperlakukan seperti dulu…pukullah
aku kalau aku bersalah tapi jangan kau
cabarkan hatiku. Apa kurang banyak
yang kuberikan buat penuhi keinginan
orang tua jadi bini priyayi? Mengapa
sesudah berumur begini bapak bersikap
begitu? Dan emak hampir-hampir tak
mau bicara padaku? Apa dosaku?”
(H: 150).
Berdasarkan kutipan di atas
menunjukkan rasa penyesalan segala
pengorbanan demi keluarga untuk
menjadi istri priyayi, keluarga ternyata
justru menjauhkan diri darinya. Gadis
Pantai merasa pengorbanannya sia-sia
belaka bila orang yang dekat di hatinya
semua pada menjauh.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan yang telah dilakukan dalam
bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa analisis mengenai
penyimpangan nilai-nilai religius dalam
teks novel Gadis Pantai karya Pramudya
Ananta Toer melalui sikap, cara
bergaul, dan tingkah laku ini bertujuan
untuk memahami akhlak dalam sastra
itu sendiri. Sebab setiap karya sastra
memiliki isi dengan berbagai ciri
akhlak tersendiri dan berbeda-beda.
Bahkan setiap penulis memiliki gaya
tersendiri dalam memasukkan
penyimpangan akhlak dalam karya
sastra.. Bukan lah suatu hal yang
kebetulan dalam menciptakan suatu
keistimewaan dalam memasukkan
akhlak. Sebab nilai pesan akhlak akan
memberikan bobot yang berbeda dalam
sebuah karya sastra.
Karya sastra bersifat text-
contained kajian untuk memahami dan
menafsirkan karya sastra dapat
ditemukan dalam karya sastra itu
sendiri. Terlebih-lebih disadari atau
tidak, bahwa karya sastra menggunakan
pesan akhlak, sehingga kajian terhadap
karya sastra tersebut setidaknya dapat
membantu dalam memahami kehidupan
yang ada dalam karya sastra ini.
Kemudian dianalisis dan dapat ditarik
simpulannya dan dimanfaatnya yang
baik digunakan dan yang jelek
ditinggalklan. guna menghadapi
kehidupan ini.
Dari hasil analisis terhadap
novel yang berjudul Gadis Pantai karya
Pramoedya a Ananta Toer tersebut ,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adanya bentuk penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang
tercermin dalam akhlak kepada
Allah pada teks novel “Gadis
Pantai” Karya Pramoedya Ananta
Toer di antaranya adalah: (1)
menyekutukan Allah keris sebagai
sesembahannya, (2) menyembah
Bendoro, (3) selama empat belas
tahun Gadis Pantai kafir seorang
kafir, (4) menikah dengan wanita
kafir (5), suka berzina, (6)
mempercayai laut pemberi rezeki,
(7) sekampung kafir tidak ada
waktu untuk bribadah kepada
Allah.
2. Adanya bentuk penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang
tercermin dalam akhlak kepada
sesama manusia pada teks novel
“Gadis Pantai” Karya Pramoedya
Ananta Toer di antaranya adalah
(1) terjadinya kawin paksa, (2)
anak masih di bawah umur, (3)
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 15
dipaksa tidak menghormati mertua,
(4) sebelum dan sesudah menjadi
menantunya, Bendoro tidak pernah
silahturahmi pada mertuanya, (5)
tidak menghormati pada tamu, (6)
adanya penindasan dan penyiksaan
rodi, (7) kawin cerai (8)
memisahkan anak dengan ibunya
yang masih dalam menyusui dan
(9) adanya kekerasan dalam rumah
tangga. (10) tidak ada keadilan di
rumah Bendoro.
3. Adanya bentuk penyimpangan
nilai-nilai religius Islam yang
tercermin dalam akhlak manusia
dengan kehidupan dan
penghidupan (diri sendiri) pada
teks novel “Gadis Pantai” Karya
Pramoedya Ananta Toer di
antaranya adalah: (1) merasa ada
perbedaan antara orang kebanyakan
denan kaum bangsawan, (2) merasa
diciptakan menjadi orang hina,
(3) merasa tidak memiliki
kepandaian, (4) pergi
meninggalkan keluarga, (5) merasa
semua orang kampung
menjauhinya, (6) putus asa
meninggalkan orang tua dan
desanya.
Saran
Bagi kalangan pendidik
Bagi kalangan pendidik,bahasa
khususnya bahasa Indonesia ataupun
agama Islam dapat dijadikan sebagai
acuan untuk mendidik siswa siswinya
dalam pelajaran sastra. Dengan
menjelaskan bahwa novel tidak hanya
sekedar memberikan kenikmatan dalam
mengisi kesenganan waktu, akan tetapi
dapat memberikan pelajaran akhlak.
Bagi calon peneliti lanjutan
Bagi calon peneliti lanjutan pada
karya ilmiah ini, dapat dijadikan acuan
guna mengembangkan daya kreatif
sebagai bahan penelitian lanjutan
dengan tinjauan yang berbeda dan
mengembangkan permasalahan yang
telah ada.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. 2015. Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:
Akademika Presindo.
Albani, Muhammad. 2007. Bila
Pernikahan Tak Seindah Impian. Solo:
Mumtaza.
Al Ghazali. 1991. Halal Haram
Menurut Syariat Islam. Bandung:
Husaini.
Atmosuwito, Subijantoro. 1989.
Perihal Sastra dan Religiusitas dalam
Sastra. Bandung: CV Sinar Baru.
Ath-Thabari, Muhibbduddin.
2016. Ummahatul Mukminin. Jakarta:
Griya Ilmu.
Basri, Hasan. 2004. Meniti Jalan
Kehidupan. Yogyakarta: Darussalam.
Fikri, Abu. 2007. Poligami yang
Tak Melukai Hati?. Jakarta: Mizania.
Hayati, A. 1990. Latihan
Apresiasi Sastra. Malang: YA3
Hendy, Zaidan . 1988.
Pelajaran Sastra. Jakarta: Grasindo.
Iskandar, M. Syadzili Ali
Magfur. 2009. Mutiara Hikmah
Menjadi Kekasih Allah. Surabaya: Al
Miftah.
Jabrohim, 2014:15Teori
Penelitian Sastara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Junus, Mahmud. 1998. Al
Qur’an Alkarim Tarjamah. Bandung.
PT. Al-Ma-arif.
Muhammad, Syaikh. 2003.
Prinsip-prinsip Dasar Keimanan.
Jakarta: Haiatul Ighatsah Al Islamiah Al
Alamiah.
Media Team -. 2014.
Amandemen Undang-undang Peradilan
Agama. Jakarta: Media Center.
Mukhtar . 2013.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 16
Nurgiyantoro. 2015. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Paket Aqidah. 2006. Tiga
Landasan Mukmin. -:Hikmah
Ahlussunah.
Sugiono. 2016. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sunyoto, Agus. 2016. Atlas Wali
Songo. Jakarta: Pustaka Iman.
Suyatno 2010.
Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2014.
Kitab Tauhid. Jakarta: Darul Haq.
Toer, Pramoedya Ananta. 2000.
Gadis Pantai. Jakarta: Hasta Mitra.
Ulumiddin, Muhammad Ihya.
1421 H. Materi Pembinaan Keislaman.
Surabaya: Press.
Warren, Wellek. 2016. Teori
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 17