ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHA …
Transcript of ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHA …
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA
USAHA PERCETAKAN SKALA KECIL MENENGAH
DI KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Redemptus Henry G Pait
115020107111031
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHA
PERCETAKAN SKALA KECIL MENENGAH DI KOTA MALANG
Yang disusun oleh :
Nama : Redemptus Henry G Pait
NIM : 115020107111031
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Maret 2015
Malang, 3 Maret 2015
Dosen Pembimbing,
Drs.Supartono, SU
NIP.19500520 198003 1 004
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHA PERCETAKAN SKALA
KECIL MENENGAH DI KOTA MALANG
Redemptus Henry G Pait
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel-varaiabel yang berpengaruh terhadap
Penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan kepada pengusaha
percetakan di kota Malang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 30 responden usaha percetakan. Analisis
data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan bantuan program spss 17 . Dengan
menggunakan variabel independent upah,produktivitas,modal dan pengeluaran non upah,dan
untuk variabel dependennya adalah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.Hasil pengujian
dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bahwa, secara simultan,
upah,produktivitas,modal dan non upah, berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja. Dan secara parsial dapat diketahui dari keempat variabel terdapat dua variabel
yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja kota Malang yaitu variabel non
upah sebesar 1,852 dan variabel produktivitas sebesar 0,002, sedangkan variabel upah dan modal
tidak signifikan.
Kata Kunci: Penyerapan tenaga kerja,Upah,Modal,Produktivitas, non upah
A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan semakin bertambahnya jumlah
angkatan kerja, tetapi tingginya jumlah angkatan kerja ini tidak diimbangi dengan jumlah lapangan
kerja yang tersedia, sehingga hal ini dapat mengakibatkan terciptanya pengangguran. Dalam pasar
kerja, adanya peningkatan jumlah angkatan kerja menjadikan jumlah penawaran kerja juga
semakin meningkat. Namun disisi lain, permintaan tenaga kerja masih kurang mampu menyerap
tenaga kerja yang ada. Adanya selisih antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja
ini yang mengakibatkan pengngguran Peranan industri, dalam hal ini yaitu industri pengolahan
sangatlah penting dalam perekonomian nasional maupun penyerapan tenaga kerja, tidak hanya
industri-industri besar namun juga industri kecil. Dengan adanya industri kecil dapat menampung
tenaga kerja yang tidak terserap dan tersisihkan dari persaingan kerja, karena umumnya industri
kecil tidak membutuhkan banyak klasifikasi untuk tenaga kerjanya.
Selain dapat membantu pembangunan ekonomi nasional, UKM juga mampu mengatasi
masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Masalah ketenagakerjaan memang sangat luas dan
kompleks. Sebelum krisis ekonomi, Indonesia sudah tergolong sebagai negara bermasalah dengan
ketenagakerjaan karena tingginya pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lapangan kerja yang
tersedia tidak seimbang dengan pertambahan jumlah angkatan kerja sehingga berdampak pada
tingginya jumlah pengangguran
Nyatanya sektor formal tidak mampu sepenuhnya memenuhi dan menyerap pertambahan
angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang
tumbuh dengan cepat dengan lapangan kerja yang tersedia. Sektor informal menjadi suatu bagian
yang penting dalam menjawab lapangan kerja dan angkatan kerja, dan salah satu sektor informal
tersebut adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
UKM (usaha Kecil menengah) memliki kontribusi yang sangat signifikan untuk menuju
pada tahap pembangunan ekonomi baik di negara negara maju maupun berkembang seperti
Indonesia. Peran UKM dalam pembangunan ekonomi yang paling nampak adalah dalam hal
penyerapan tenaga kerja. UKM mampu menyerap tenaga kerja karena karateristik pekerjaan
disektor UKM yang tidak membutuhkan syarat yang banyak seperti pada perusahaan besar. Pada
akhirnya produk-produk UKM yang memiliki keunggulan kompetitif akan mampu menembus
pasar global.
Grafik 1.1: Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut
Skala Usaha Tahun 2012-2013 di Indonesia
Di Kota Malang sektor industri kecil cukup berperan besar, hal ini dapat dilihat bahwa Kota
Malang memiliki beberapa industri kecil yang hasil produksinya merupakan produk unggulan.
Diagram 1.1 : Jumlah usaha industri kecil dan menengah Di kota Malang
tahun 2013
usahamikro,ke
cil danmenenga
h
a. Usahamikro
b. Usahakecil
c. usahamenenga
h
UsahaBesar
Total(A+B)
1 2
Tahun 2012 0 54,599,96 602,195 44,280 4,952 55,211,39
Tahun 2013 0 55,856,17 629,418 48,997 4,968 56,539,56
Perkembangan 1,296,207 27,233 4,717 16 1,328,163
0100000002000000030000000400000005000000060000000
1 makanan
2 percetakan,penerbitan
3 mebel
4 keramik
5 kerajinan kulit
6 konveksi
7 perabot rumah tangga
8 alat angkutan
9 mesin
21,53%
3,54%
22,58% 1,69% 2,70%
1,94%
3,54%
2,42%
10,55%
1,69%
sumber: www.depkop.go.id
Sumber : Badan pusat statistik 2013
Salah satu usaha industri kecil yang berkembang cukup banyak di Kota Malang yaitu
usaha percetakan. Usaha percetakan merupakan usaha yang bersifat padat karya. Sejauh ini ada
105 usaha percetakan yang berkembang di Kota Malang dan terdistribusi ke beberapa kecamatan
yang ada di kota Malang. Nmaun dalam mengembangkan usaha ini ada banyak kendala yang
dihadapi oleh pengusaha diantaranya adalah masalah modal,tenaga kerja, upah dan produktivitas.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan rumusalah msalahanya adalah Apakah variabel
upah,produktivitas,modal dan pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja di usaha percetakan skala kecil menengah kota Malang.
B. KAJIAN PUSTAKA
Industri Kecil
Industri mencakup semua kegiatan produksi dari bahan-bahan mentah menjadi bahan-
bahan setengah jadi atau barang jadi, atau sebuah proses mengubah kondisi barang menjadi barang
yang memiliki nilai atau yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Putra, 2012).
Adapun karakteristik industri kecil menurut Kuncoro (1997), dalam Setiyadi (2008), yaitu :
1. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus
pengelola usaha serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat di kotanya.
2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka
mengatasi pembiayaan usaha dari modal sendiri atau sumber lain seperti keluarga, kerabat,
pedagang dan bahkan rentenir.
3. Sebagian industri kecil tidak mempunyai status badan hukum.
4. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian seluruh industri
kecil bergerak pada kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, indsustri tekstil,
industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga, usaha
industri kertas (dan kimia, diikuti kelompok industri barang galian bukan logam.
Teori Produksi
Menurut Putong (2005 : 203), produksi adalah usaha untuk meningkatkan kegunaan (nilai
guna) suatu barang yang lebih dari barang semulanya, yang memerlukan faktor-faktor produksi
dalam prosesnya. Menurut Mankiw (2006 : 46) tenaga kerja dan modal adalah dua faktor produksi
yang paling penting dalam proses produksi. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor
produksi (input) yang digunakan dengan hasil produksi (output) yang dapat ditulis sebagai berikut
(Putong, 2005 : 203) :
Q = f (TK, M, T, S)
Dimana :
Q = Output T = Tanah (SDA)
TK = Tenaga Kerja S = Skill (Teknologi)
M = Modal
Dalam teori produksi ini jumlah output merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi (Sudarman, 2000 : 124). Di dalam kegiatan produksi haruslah
berlandaskan pada sebuah aturan atau hukum yang berlaku dalam teori produksi, yaitu “The Law
of Diminishing Returns” atau “Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Berkurang”. Hukum
tersebut menyatakan bahwa jika satu faktor produksi ditambah secara terus menerus, sedangkan
jumlah faktor produksi yang lain tetap jumlahnya, maka pada titik tertentu tambahan produksi /
Marginal Physical Product (MPP) atau produksi batas dari faktor produksi yang ditambahkan
tersebut akan menjadi semakin kecil (Sudarman, 2000 : 131).
Teori Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja merupakan hubungan antara upah dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk dipekerjakan, sehingga permintaan tenaga kerja dapat
didefinisikan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada setiap upah dalam jangka waktu tertentu
(Sholeh, 2007). Meningkatnya permintaan industri terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan
permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksi industri tersebut, permintaan tenaga kerja
seperti itu disebut “derived demand” (Simanjutak,1985 : 87). Sedangkan terjadinya hubungan
kerja melalui penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja disebut pasar kerja (Simanjutak,
1985). Menurut Putra (2012) pasar tenaga kerja yaitu kegiatan dari pengusaha dan pencari kerja
dengan bertemu dalam lowongan kerja atau proses hubungan kerja.
Gambar 2.1: Dampak Kenaikan Upah Terhadap Permintaan Tenaga Kerja
Sumber: Payaman (1985)
Berdasarkan asumsi Neoklasik ,jika penawaran tenaga kerja naik maka upah akan ikut
naik juga seperti yang ditunjukkan pada garis SL.sebaliknya jika permintaan tenaga kerja
naik,maka upah justru akan mengalami penurunan seperti yang ditunjukkan pada garis DL.
Asumsi tersebut beranggapan bahwa semua pihak memiliki informasi yang lengkap mengenai
pasar tenaga kerja,sehingga penyediaan lapangan kerja selalu sama dengan permintaan tenaga
kerja. Kedaan seperti itu ditunjukkan oleh garis E dimana pada garis tersebut tidak terjadi
pengangguran. Namun, pada kenyataannya kondisi tersebut tidak akan pernah terjadi karena
informasi tidak ada yang sempurna.Berdasarkan kurva diatas,bahwa upah yang berlaku (wi) pada
umumnya lebih tinggi daripada (We). Pada tingkat (Wi),jumlah penyedia tenaga kerja sebesar (Ls)
sedang permintaan tenaga kerja hanya sebesar Ld. Dengan demikian selisih antara Ls dan Ld
adalah jumlah tenaga kerja yang tidak dibutuhkan.
Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja ini terbagi menjadi dua, yaitu : pertama, angkatan kerja adalah tenaga
kerja/penduduk yang telah masuk dalam usia kerja (15-64 tahun) meliputi orang yang bekerja,
punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja, menganggur dan mencari pekerjaan. Kedua, bukan
angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak termasuk dalam angkatan kerja yang terdiri dari anak
sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (Indayati, dkk, 2010; dan Putra, 2012).
Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap atau bekerja di suatu unit usaha
tertentu. Menurut Indayati, dkk (2010) penyerapan tenaga kerja sebenarnya tergantung dari besar
kecilnya permintaan tenaga kerja. Dalam suatu usaha kemampuan penyerapan tenaga kerja akan
berbeda antara suatu sektor/usaha dengan sektor/usaha lainnya (Sumarsono, 2003) dalam Indayati,
dkk (2010). Misalnya pekerjaan pada sektor formal dan informal yang memiliki perbedaan dalam
penyerapan tenaga kerjanya
Hubungan Modal dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Pengertian modal secara umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses
produksi, dan modal merupakan masalah yang mendasar bagi industri kecil (Indayati, dkk, 2010).
Modal dapat diartikan sebagai investasi yaitu pembelian modal berupa barang maupun
Tenaga kerja
wi
we
wo
upah
Ld Le
SL
Ls
E
DL
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi (Sukirno, 1997) dalam Putra
(2012).
Menurut Winardi (1991) dalam Indayati, dkk (2010) untuk menciptakan kesempatan
kerja yang baru dalam industri kecil adalah meningkatkan omzet/kemampuan produksi, yaitu
dengan cara meningkatkan penanaman modal yang nantinya dapat menambah hasil produksi dan
peningkatan kegiatan produksi, sehingga pada akhirnya akan berimbas pada bertambahnya tenaga
kerja.
Hubungan Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan (UU RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1, ayat 30).
Menurut Haryani (2002) dalam Yanuwardani dan Woyanti (2009). Jika tingkat upah
meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun, yang artinya jumlah tenaga kerja yang
diminta akan semakin berkurang namun penawaran tenaga kerja akan semakin bertambah. Tapi
sebaliknya, jika tingkat upah menurun maka permintaan tenaga kerja akan semakin meningkat.
Naiknya upah maka biaya produksi industri akan naik, yang kemudian akan menaikkan harga
barang yang diproduksi. Naiknya harga barang akan mengurangi jumlah konsumsi masyarakat.
Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual sehingga jumlah produksi akan berkurang,
yang mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja atau penyerapan tenaga kerja atau disebut scale
effect. Namun pada usaha yang menggunakan padat modal, pengusaha akan mengganti tenaga
kerja dengan peralatan mesin-mesin atau disebut substitution effect (Ehrenberg dan Smith, 1994)
dalam Setiyadi (2008)
Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatif teknis
operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Secara filosofis-kuantitatif,
produktivitas merupakan perbandingan hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan
sumberdaya (masukan) yang dipergunkan per satuan waktu (Simanjuntak, 1998).
Produktivitas tenaga kerja dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja
melalui tiga cara. Pertama apabila produktivitas tenaga kerja meningkat, maka dalam
memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit. Kedua peningkatan
produktivitas dapat menurunkan biaya produksi per unit barang. Dengan turunnya biaya produksi
per unit, penguasaha dapat menurunkan harga jual. Oleh sebab itu, permintaan masyarakat akan
barang tersebut bertambah. Pertambahan permintaan akan barang mendorong pertambahan
produksi dan selanjutnya menambah permintaan tenaga kerja. Ketiga, pengusaha dapat memilih
menaikkan upah pekerja sehubungan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Meningkatnya pendapatan pekerja akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan mereka
akan konsumsi hasil produksi bertambah juga. Selanjutnya, pertambahan permintaan akan hasil
produksi tersebut menaikkan permintaan tenaga kerja (Simanjuntak, 1998).
Hubungan Pengeluaran Tenaga Kerja Non Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Pengeluaran untuk tenaga kerja non upah merupakan salah satu biaya produksi yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja akan dipengaruhi proporsi
pengeluaran untuk tenaga kerja non upah terhadap keseluruhan biaya produksi. Sehingga apabila
proporsi biaya tenaga kerja non upah kecil terhadap keseluruhan biaya produksi, maka responsi
terhadap permintaan tenaga kerja besar. Sebaliknya, apabila proporsi biaya tenaga kerja non upah
besar terhadap keseluruhan biaya produksi, maka responsi terhadap permintaan tenaga kerja kecil.
Apabila proporsi biaya tenaga kerja non upah terhadap keseluruhan biaya produksi meningkat,
maka akan menurunkan permintaan tenaga kerja.
C. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Daerah yang menjadi sasaran penelitian adalah Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa usaha yang menjadi objek
dalam penelitian ini banyak tersebar di wilayah Kota Malang.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang
dilakukan dan diperoleh dengan wawancara langsung serta melakukan pengisian kuisioner oleh
para pengusa percetakan. Data primer diperlukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang
bekerja dan hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder merupakan data
pelengkap diperoleh dengan cara pencatatan , pengumpula data-data dari literature atau bahan
bacaan yang ada dan dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistika, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan Sebagainya.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha percetakan yang ada dikota Malang.
Karena jumlah usaha percetakan yang ada di BPS dan Dispenrindag tidak diklarifikasi bersadarkan
jenis usaha maka sampel dalam penelitian diambil berdasarkan teknik purposive samplingyaitu
pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja. Maksudnya peneliti menentukan sendiri
sampel yang diambil karena pertimbangan tertentu.unit usaha percetakan yang ada dikota Malang
yang dijadikan sampel adalah usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari lima orang.Jumlah
usaha percetakan yang dijadikan sampel sebanyak 30 usaha percetakan
Metode Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara yaitu menanyakan kepada pemilik usaha dan tenaga kerjanya tentang hal-hal
yang terkait dengan penelitian ini.
2. Angket (kuesioner), yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
penelitian ini yang harus dijawab secara tertulis oleh responden.
3. Studi pustaka dari berbagai literature, majalah, koran, jurnal dan lain-lain.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Analisis regresi ini kita gunakan untuk menguji model penyerapan tenaga kerja. Bermula dari
spesifikasi model yang dibentuk berdasar teori yang ada atas suatu permasalahan sebagai mana
dalam landasan teori, berupa penjabaran model. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada pengaruh antar variabel terikat secara individu terhadap variabel bebas tertentu. Sementara
sejumlah variabel bebas lainnya yang ada / diduga dengan variabel terikat tersebut bersifat
konstan/tetap. Dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e
Dimana :
Y i= Penyerapan tenaga kerja
a = bilangan konstanta
b1..b3 = koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = tingkat upah (Rp)
X2 = produktivitas tenaga kerja
X3 = modal
x4 = pengeluaran tenaga kerja non upah
ε = faktor pengganggu (distubance error)
Definisi Operasional
1. Dependen Variabel
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya angkatan kerja yang dibutuhkan perusahaan
UKM dalam memenuhi kebutuhan produksi. Diukur oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
UKM tersebut.
Kriteria UKM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha percetakan yang
memiliki tenaga kerja lebih dari 5 orang.
2. Independen Variabel
a. Tingkat upah adalah semua pengeluaran uang atau barang yang dibayarkan kepada buruh
atau tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan terhadap perusahaan dibagi dengan jumlah tenaga kerja pada usaha tersebut..
Dalam penelitian ini tingkat upah tenaga kerja diukur dalam satuan rupiah dalam setiap
bulannya per tenaga kerja.
b. Produktivitas kerja adalah nilai produksi rata-rata (dalam unit barang) yang dapat
dihasilkan oleh satu orang tenaga kerja. Pengukurannya satuan lembar per orang dalam
satu bulan.
c. Modal adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak termasuk nilai
tanah dan bangunan yang ditempati atau lebih dikenal dengan modal kerja. Diukur dalam
satuan rupiah.
d. Pengeluaran / biaya tenaga kerja non upah adalah seluruh pengeluaran untuk tenaga kerja
diluar upah yang meliputi tunjangan sosial, tunjangan pajak maupun asuransi yang
dibayarkan per bulan oleh pengusaha diukur dalam satuan rupiah.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Malang
Kota malang terletak pada ketinggian antara 429-663 meter diatas permukaan air laut, 112,06
-112,07 Bujur timur dan 7,06 – 8,02 Lintang selatan, Wilayah kota Malang merupakan kota
terbesar dijawa timur setelah Surabaya. Batas- batas admisnistrasi kota Malang adalah:
a. Batas Utara : Kecamatan Singosari
b. Batas selatan : Kecamatan Tajiman
c. Batas Timur : Kecamatan Pakis
d. Batas Barat : Kecamatan Wagi
Luas wilayah kota Malang kurang lebih 110,066 km2 dan terbagi menjadi 5 kecamatan besar,
yakni :
1. Kecamatan Kedungkandang dengan luas wilayah 36,89 km2
2. Kecamatan Klojen dengan luas wialayah 8,83 km2
3. Kecamatan Blimbing dengan luas wilayah 17,77 km2
4. Kecamatan Lowokwaru dengan luas wilayah 22,60 km2
5. Kecamatan Sukun dengan luas wilayah 20,97 km2
Kependudukan
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah mempunyai tujuan pokok yaitu
membangun manusia seutuhnya dan untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur,meningkatankan taraf hidup masyarakat dan untuk menciptakan masyarakat yang
sejahtera. Penduduk adalah komponen yang penting dalam pembangunan karena mereka adalah
objek dan subjek pembangunan.
Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS tahun, jumlah penduduk kota
Malang hingga tahun 2014 adalah 840.803 jiwa. Selengkapnya dapat diliohat dalam tabel berikut :
Tabel 4.1: Jumlah penduduk kota Malang Berdasarkan jenis kelamin tahun 2006-2014
Tahun Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
2006 397.829 400.275 798.104
2007 402.818 404.318 807.136
2008 407.959 404.485 812.444
2009 404.664 411.973 816.637
2010 406.755 414.102 820.857
2011 404.553 415.690 820.243
2012 407.144 417.714 824.858
2013 411.101 423.426 834.527
2014 415.101 425.702 840.803
Sumber : Badan Pusat statistik Kota malang,2014
UKM Percetakan Dikota Malang
Usaha Percetakan skala kecil menengah merupakan UKM percetakan yang cukup banyak
tersebar dikota Malang dan terdapat dihampir diseluruh wilayah kota Malang. Sejauh ini menurut
data badan pusat statistik kota malang ada 105 usaha percetakan dikota Malang dan usaha ini
tersebar di 5 kecamatan di Kota Malang. Usaha percatakan ini merupakan usaha yang cukup
banyak membantu dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Banyak pencari kerja yang ingin berusaha mendapatkan pekerjaan dan mampu diserap
oleh sektor infromal seperti usaha percetakan dengan begitu hal ini dapat mengatasi dan
mengurangi pengangguran.
Tabel 4.7 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,369 4,829 ,698 ,492
X1 -6,124 8,701 -,252 -,704 ,488 ,144 6,929
X2 ,002 ,001 ,880 2,609 ,015 ,163 6,136
X3 -,092 ,297 -,049 -,308 ,760 ,726 1,377
X4 1,852 ,869 ,299 2,132 ,043 ,940 1,064
a. Dependent Variable: Y
Variabel dependen pada hasil uji regresi berganda adalah Tenaga Kerja(Y) sedangkan variabel
independennya adalah Upah (X1), Jumlah Produksi (X2) , Jumlah Modal (X3) dan Pengeluaran
(X4) Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah :
Y = 3,369 - 6,124X1 + 0,002X2 - 0,092X3 + 1,852X4 + e
Keterangan:
Y = Tenaga Kerja
X1 = Upah
X2 = Jumlah Produksi
X3 = Jumlah Modal
X4 = Pengeluaran
Dari hasil persamaan regresi linier berganda, dapat diketahui bahwa:
a. Koefisien Kostatnta pada regresi sebesar 3,369 . Koefisien kostanta yang bernilai posifif
ini menandakan bahwa apabila tidak terdapat variabel Upah (X1), Jumlah Produksi (X2)
, Jumlah Modal (X3) dan Pengeluaran (X4) maka TENAGA KERJA (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar 3,369 atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa nilai
3,369 adalah nilai ketika variabel Upah (X1), Jumlah Produksi (X2), Jumlah Modal (X3),
dan Pengeluaran (X4)) konstan.
b. Koefisien regresi Upah (X1) sebesar -6,124 dan Koefisien regresi yang bernilai Negatif
menjelaskan bahwa apabila Upah (X1) mengalami peningkatan 1 satuan maka TENAGA
KERJA (Y) akan mengalami penurunan sebesar 6,124 satuan dengan syarat variabel lain
konstan.
c. Koefisien regresi Jumlah Produksi (X2) sebesar 0,002 dan Koefisien regresi yang bernilai
Positif menjelaskan bahwa apabila peningkatan Jumlah Produksi (X2) sebesar 1 satu
satuan maka TENAGA KERJA(Y) maka akan mengalami peningkatan sebesar 0,002.
Dengan syarat variabel lain konstan.
d. Koefisien regresi Jumlah Modal (X3) sebesar -0,092 dan Koefisien regresi yang bernilai
Negatif menjelaskan bahwa apabila jumlah modal (X3) mengalami peningkatan 1 satuan
maka TENAGA KERJA (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,092 satuan dengan
syarat variabel lain konstan.
e. Koefisien regresi Pengeluaran (X4) sebesar 1,852 dan Koefisien regresi yang bernilai
Positif menjelaskan bahwa apabila peningkatan Pengeluaran (X2) sebesar 1 satu satuan
maka TENAGA KERJA(Y) maka akan mengalami peningkatan sebesar1,852 satuan
Dengan syarat variabel lain konstan.
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 ,733a ,537 ,463 2,86670 2,135
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
diluar model. Menurut Ghozali (2006), kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap
penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam
penenlitian ini menggunakan nilai R Square untuk menevaluasi model regresi terbaik. Berdasarkan
Tabel 4.4 dapat diketahui nilai R Square sebesar 0,537 atau 53,7%. Artinya variabel TENAGA
KERJA(Y) dijelaskan sebesar 53,7% oleh variable Upah (X1), Jumlah Produksi (X2) , Jumlah
Modal (X3) dan Pengeluaran (X4) Sedangkan sisanya sebesar 46,3% dijelaskan oleh variabel lain
di luar persamaan regresi atau yang tidak di teliti dalam penelitian ini.
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 238,017 4 59,504 7,241 ,001a
Residual 205,450 25 8,218
Total 443,467 29
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.4 menujukkan bahwa F hitung sebesar 7,241
(Sig F =0,001). Jadi, F hitung > Ftabel (7,241 > 2,759 ) dan Sig F < 5% (0,001 < 0,05). Dengan
demikian menandakan bahwa cukup bukti untuk menyatakan secara bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan variabel Upah (X1), Jumlah Produksi (X2) , Jumlah Modal (X3) dan
Pengeluaran (X4) terhadap TENAGA KERJA (Y)
Gambar 4.2 : Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data pada grafik histogram mengikuti garis
normal, dan sebaran data bergerak mengikuti garis linear diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi Normalitas.
Tabel 4.9 : Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3,369 4,829 ,698 ,492
X1 -6,124 8,701 -,252 -,704 ,488 ,144 6,929
X2 ,002 ,001 ,880 2,609 ,015 ,163 6,136
X3 -,092 ,297 -,049 -,308 ,760 ,726 1,377
X4 1,852 ,869 ,299 2,132 ,043 ,940 1,064
a. Dependent Variable: Y
Tabel merupakan hasil pengujian non multikolinieritas dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai VIF pada X1, X2, X3 dan X4 lebih kecil dari 10, maka hipotesis H0
diterima yaitu tidak terdapat hubungan linier variabel antar variabel bebas Sehingga secara umum
asumsi Non Multikolinieritas ini terpenuhi.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 ,733a ,537 ,463 2,86670 2,135
a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Hasil pengujian asumsi autokorelasi dengan metode Durbin Watson pada Tabel 4.3
didapatkan nilai DW sebesar 2,135 yang menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan tidak
terdapat autokorelasi karena nilai autokorelasi diantara dU dan 4-dU
Gambar 4.2 : Uji Heterokedestisitas
Hasil analisis pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan
tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya
heterokedastisitas pada model yang diuji sehingga asumsi ini terpenuhi
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja untuk pekerja/pemberi
jasa yang telah atau akan dilakukan. Besar kecilnya tingkat upah akan mempengaruhi tingkat
penyerapan tenaga kerja. Dari hasil analisis bahwa nilai X1 menunjukkan angka sebesar -6,214
artinya bahwa apabila Upah (X1) mengalami peningkatan 1 satuan maka TENAGA KERJA (Y)
akan mengalami penurunan sebesar 6,124 satuan dengan syarat variabel lain konstan. Dalam
penelitian ini Variabel tingkat upah mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan.
Hubungan negatif yang terjadi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam teori
permintaan tenaga kerja, bahwa pada saat tingkat upah tenaga kerja meningkat akan terjadi
penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta, demikian pula sebaliknya dengan adanya
peningkatan dalam permintaan jumlah tenaga kerja disebabkan karena adanya penurunan tingkat
upah. Namun meskipun dalam peneltiian ini sesuai dengan teori permintaan tenaga kerja, namun
tidak bisa dibuktikan bahwa tingkat upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja karena.
Hal ini dikarenakan keinginan masyarakat untuk bekerja di usaha percetakan kota Malang tidak
memperhatikan besar kecilnya tingkat upah yang akan diterima oleh mereka,artinya para pekerja
cenderung hanya menganggap pekerjaan adalah yang paling penting dan upah bukanlah menjadi
suatu permasalahan besar bagi para pekerja diusaha percetakan kota Malang. Prinsipnya adalah
yang penting bisa bekerja berapapun biayanya tidak menjadi masalah.Bersarkan hasil wawancara
dengan beberapa pekerja di usaha percetakan,mengatakan bahwa keinginan mereka untuk bekerja
hanya untuk mendapatkan uang,sehingga mereka kurang memperhatikan besar kecilnya upah yang
diterima.
Selain penyebab presepsi masyarakat, penyebab lainnya adalah pemberian tingkat upah
yang diberikan kepada para pekerja masih dibawah upah minimum kota Malang yakni sebesar
1.882..250 (satu juta delapan ratus delapan puluh dua ribu dua ratus lima puluh rupiah).Upah yang
diberikan memang berdasarkan kewenangan pengusaha percetakan namun pengusaha tersebut
tidak memperhatikan standar penerimaan upah yang telah ditetapkan dalam memberi upah kepada
para pekerja. Sehingga apabila terjadi peningkatan tingkat upah disebabkan perusahaan ingin
menarik tenaga kerja lebih atau meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Zamrowi Taufik yang meneliti tentang
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di Kota Semarang. Dimana dalam penelitiannya
mengatakan bahwa tingkat upah mempunyai hubungan negatif dengan permintaan tenaga kerja
dan signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Namun dalam penelitian ini belum bisa dibuktikan
bahwa tingkat upah mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja karena hasil penelitian
ini mengatakan bahwa tidak signifikan.
Pengaruh produktivitas terhadap penyerapan tenaga kerja
Besarnya koefisien regresi variabel produktivitas sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan
apabila peningkatan Jumlah Produksi (X2) sebesar 1 satu satuan maka TENAGA KERJA (Y)
maka akan mengalami peningkatan sebesar 0,002. Dengan syarat variabel lain konstan.
Produktivitas berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di usaha kecil dan menengah
kota Malang . Hal ini karena ketika produktivitas naik, maka biaya produksi per unit akan
menurun, pengusaha dapat menurunkan harga jual barang, oleh sebab itu permintaan masyarakat
akan bertambah dan pertambahan permintaan barang ini akan mendorong pertambahan produksi
dan selanjutnya akan menambah permintaan akan tenaga kerja.
Hasil ini sesuai dengan apa yang diungkapan oleh Payaman J. Simanjuntak (2001) yang
mengatakan bahwa peningkatan produktivitas kerja akan mengurangi biaya produksi, dimana
permintaan akan barang tersebut akan meningkat, hal ini akan mendorong pertambahan jumlah
output yang diproduksi dan pada akhirnya menambah permintaan akan tenaga kerja. Hal ini
mendukung hasil penelitian Zamrowi (2007) yang mengatakan semakin tinggi produktivitas
tenaga kerja, semakin besar jumlah output barang yang diproduksi sehingga dapat mengurangi
biaya produksi yang pada akhirnya akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja.
Pengaruh Modal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil analisis bahwa koefisien regresi Jumlah Modal (X3) sebesar -0,092 dan
Koefisien regresi yang bernilai Negatif menjelaskan bahwa apabila jumlah modal (X3)
mengalami peningkatan 1 satuan maka TENAGA KERJA (Y) akan mengalami penurunan sebesar
0,092 satuan dengan syarat variabel lain konstan. Dari hasil estimasi, diketahui bahwa tidak ada
pengaruh yang nyata (signifikan secara statistik) antara variabel modal dengan penyerapan tenaga
kerja. Namun dalam studi kasus pada UKM Percetakan Kota Malang kali ini menunjukkan
pengaruh yang negatif. Hal ini bertentangan dengan hasil peneliti terdahulu yang dilakukan oleh
Zamrowi yang meneliti tentang penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di Kota Semarang
dimana menyatakan bahwa variabel modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
di industri kecil dikota Semarang.
Namun dalam penelitian ini nilai negatif tersebut menunjukan dan mengartikan bahwa
Karena dengan adanya peningkatan modal akan menimbulkan dampak dimana pengusaha tidak
akan menambah jumlah tenaga kerja, cenderung menambah jumlah bahan baku dan memberikan
lembur atau uang tambahan daripada menambah jumlah pekerja. Selain itu modal dari para
pengusaha juga tidak terlalu besar dan tidak berfluktuasi secara signifikan.Hal ini bisa dilihat dari
rata-rata jumlah modal yang disiapkan oleh pengusaha yang tidak terlalu besar yakni 2.500.000-
11.000.000. Modal tersebut tidak berfluktuasi , sehingga modal dalam penelitian ini berpengaruh
negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini juga dimungkinkan bahwa daerah yang saya
teliti merupakan daerah usaha kecil menengah yang padat karya, dimana dengan modal sedikit pun
sudah bisa mendirikan usaha ini dengan keahlian yang dimiliki.
Pengaruh Pengeluaran Non Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Dari hasil analisis bahwa nilai koefisien regresi Pengeluaran (X4) sebesar 1,852 dan
Koefisien regresi yang bernilai Positif menjelaskan bahwa apabila peningkatan Pengeluaran (X2)
sebesar 1 satu satuan maka TENAGA KERJA(Y) maka akan mengalami peningkatan
sebesar1,852 satuan Dengan syarat variabel lain konstan. Pengeluaran untuk non upah sangat
berpengaruh dengan permintaan akan tenaga kerja, pengeluaran non upah meliputi asuransi
kecelakaan, asuransi kesehatan, tunjangan hari tua dan lain-lain. Dengan tenaga kerja yang banyak
akan meningkatkan pengeluaran perusahaan untuk non upah,namun akan meningkatkan
produktivitas dan keuntungan bagi perusahaan sehingga menyebabkan penyerapan akan tenaga
kerja meningkat.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yuang telah dilakukan pada industri usaha percetakan di
kota Malang,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian upah yang diberikan pengusaha usaha percetakan kepada para pekerja masih
jauh dibawa upah minimum kota malang. Upah minimum kota Malang saat ini yang
berjumlah 1.882.250 ini masih jauh jika dibandingkan dengan upah yang diterima oleh
pekerja. Hal ini mengakibatkan para pekerja bukan menjadikan upah sebagai prioritas
bekerja dan membuat variabel upah bmenjadi tidak signifikan dalam penelitian ini. Hal
tersebut jelas berbeda dengan teori ekonomi khususnya teori permintaan tenaga kerja
yang mengatakan bahwa upah berpengaruh negatif.
2. Faktor produktivitas dan pengeluaran adalah variabel yang signifikan. Hal tersebut
menjelaskan bahwa memang bayaran diluar upah seperti bonus, tunjangan, yang
diberikan pengusaha usaha percetakan kepada para pekerja memang menjadi daya tarik
pengusaha untuk menaikkan hasil penjualan dan meraih keuntungan. Sehingga dalam
penelitian ini variabel pengeluaran non upah berpengaruh positif dan signifikan,dan juga
produktivitas yang tinggi dan meningkat akan menyebabkan pengusaha percetakan
cenderung untuk menambah jumlah pekerja untuk meraih keuntungan yang
maksimal,sehinggal dalam penelitian inipun produktivitas
3. Dalam urusan modal pengusaha perctakan lebih memilih untuk memberikan uang lembur
dan bonus kepada para pekerja untuk merespon keuntungan daripada mengeluarkan
tambahan modal untuk produksi. Hal ini membuat variabel modal menjadi tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Saran
Dari analisis yang diperoleh peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan unit
usaha yang ada atau juga dapat mengembangkan usaha yang telah ada, hal ini sangat
membantu dalam penyerapan tenaga kerja
2. Dalam menentukan upah seharusnya pihak perusahaan lebih memperhatikan akan
keadaan yang sedang terjadi terutama akan kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
3. Apabila pihak perusahaan menambah jumlah pekerja tidak sewenang-wenang dalam
pemberian upah, diharapkan setiap perusahaan meskipun berskala kecil dan menengah
memiliki serikat pekerja yang mampu berperan aktif dalam melindungi hak-hak pekerja.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris, 1985 “Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek
dan Permasalah Ekonomi Indonesia” Sinar Harapan, Jakarta.
Andang,Setyobudi,2007, Peran Serta Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 5,
Nomor 2, Agustus
Baswedan, A. Rasyid, 1997 “Sumber Daya Manusia Indonesia Sebagai Penunjang Pembangunan
Jangka Panjang”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 2 Nomor 2.
Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Jakarta.
_____, Statistik Angkatan Kerja berbagai edisi, Jakarta
_____, Statistik Angkatan Kerja berbagai edisi, Malang
Boediono, 2001 Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta
Bellante, Don.1990.Ekonomi Ketenakerjaan. Jakarta
Cenita, Melani. 2007. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil
Mochi Kota Sukabumi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IP.Bogor
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga. Jakarta
Ehrenberg, Ronald G, 1982, Modern Labour Economic, Scoot and Foresman Company
Gianie. 2009. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Berpendidikan Rendah. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika.Jakarta: Erlangga
Hussein, A. (2005). Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Perekonomian
Indonesia, Deskripsi,. Malang Bayumedia Publishing
Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja, Jurnal Ekonomi
Pembangunan
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro. Jakarta : Erlangga
Mulyadi, Subari. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja
Nenik, Woyanti. 2009. Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta. Jurnal.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Prawirokusumo.1999.Ekonomi Sumber Daya Manusia.BPFE.Yogyakarta
Simanjuntak,Payaman.1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, BPFE UI, Jakarta.
Soeharsono.1988, Pembangunan SumberDaya aManusiaNasional.Jakarta
Todaro, M.P. dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid I Edisi Kesembilan. Haris
Munandar (penerjemah). Erlangga, Jakarta.
Zamrowi. M Taufik.2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
di Kota Semarang.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang