ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI...
Transcript of ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI...
ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA MENGGUNAKAN METODE RGEC DAN SHARIA
MAQASHID INDEX
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ANNISA DINA AOLIA
1112082000052
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, tanggal 9 bulan Mei tahun 2016 telah dilakukan ujian komprehensif
atas mahasiswa:
1. Nama : Annisa Dina Aolia
2. NIM : 1112082000052
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Mei 2016
1. Ismawati Haribowo, SE., M.Si.
NIP. 19800909 201411 2 003
2. Atiqah, SE., MS., AK.
NIP. 19820120 200912 2 004
Analisis Penilaian Kinerja Perbankan Syariah di
Indonesia Menggunakan Metode RGEC dan Sharia
Maqasid Index
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Annisa Dina Aolia
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Mei 1995
3. Alamat : Jl. TPU Parakan, Gg. Kenanga, RT
001/RW 09, No. 10, Kel. Pondok Benda,
Kec. Pamulang, Kota Tangerang
Selatan, 15416.
4. Telepon : 083895229295
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. RA. Raudlathul Hikmah : Tahun 1999-2000
2. MI Raudlathul Hikmah : Tahun 2000-2006
3. MTsN Tangerang II Pamulang : Tahun 2006-2009
4. MAN Insan Cendekia Gorontalo : Tahun 2009-2012
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
: Tahun 2012-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara LSO Kemasjidan di MAN Insan Cendekia Gorontalo Periode
2011-2012
2. Anggota Div. Humas dalam Forum Angkatan Akuntansi 2012 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Komisariat Dakwah FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta div. Syiar Periode 2013-2014
4. Ketua Keputrian LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Komisariat Dakwah
FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015.
5. Koordinator div. Kewirausahaan OMM (Organisasi Mahasantri Ma’had
Putri) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014
vii
6. Bendahara Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis periode 2015-2016.
7. Koordinator akhwat sub bidang Event divisi Syiar LDK Syahid UIN
Jakarta periode 2015-2016
8. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Intelektual Muslim (DPP PIM)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015
9. Pengurus Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Klaster
Mahasiswa (MITI KM) bagian anggota tim sekretaris umum Tahun 2016
10. Pengurus Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) kordinator daerah UIN
Tahun 2016-2017
11. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(DEMA-U) Periode 2016-2017
12. Pengurus Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Klaster
Mahasiswa (MITI KM) bagian anggota tim sekretaris umum Tahun
2017-2019
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Saepudin
2. Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 08 Maret 1972
3. Ibu : Nunung Hanafi
4. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Maret 1973
5. Alamat : Jl. TPU Parakan, Gg. Kenanga, RT
001/RW 09, No. 10, Kel. Pondok
Benda, Kec. Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, 15416.
6. Anak ke : Satu dari dua bersaudara
viii
ANALYSIS ON ASSESMENT OF SHARIA BANKING PERFORMANCE IN
INDONESIA USING RGEC METHOD AND SHARIA MAQASHID INDEX
ABSTRACT
This research is to determine whether there is a difference between Sharia
Banking performance in Indonesia using RGEC method and Maqasid al-Shariah
method using Sharia Maqasid Index (MI).
This research is based on data from finance reports and annual reports
provided by each sharia bank samples. This study uses 12 sharia banks in Indonesia
as the samples. The total observations amount to 36 throughout a 3 year period
(2014-2016). This research is based on qualitative descriptive analysis.
The research findings suggest that there is a difference between Sharia
Banking performance in Indonesia using RGEC method and Maqasid al-Shariah
method using Sharia Maqasid Index (MI). New sharia banks perform better when
assessed by the Sharia Maqashid Index performance method. While the old sharia
bank is better if assessed based on the RGEC performance method.
Keywords: sharia banking performance assessment, RGEC, maqasid al-shari'ah,
Sharia Maqashid Index, old sharia bank, new sharia bank, Indonesia.
ix
ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA MENGGUNAKAN METODE RGEC DAN SHARIA
MAQASHID INDEX
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja
perbankan syariah di Indonesia jika dinilai berdasarkan metode RGEC dan metode
Maqasid al-Shari’ah menggunakan nilai Sharia Maqasid Index (MI).
Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan
yang disediakan oleh masing-masing sampel bank syariah. Penelitian ini
menggunakan sebanyak 12 sampel bank syariah di Indonesia. Total pengamatan
sejumlah 36 pengamatan selama periode tiga tahun (2014-2016). Penelitian ini
menggunakan analisi kualitatif deksriptif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja
perbankan syariah di Indonesia menggunakan metode RGEC dan Sharia Maqashid
Index. Bank syariah baru memiliki kinerja yang lebih baik jika dinilai berdasarkan
metode penilaian kinerja Sharia Maqashid Index. Sedangkan bank syariah lama
lebih baik jika dinilai berdasarkan metode penilaian kinerja RGEC.
Kata kunci: penilaian kinerja perbankan syariah, RGEC, maqasid al-shari’ah,
Sharia Maqashid Index, bank syariah lama, bank syariah baru, Indonesia.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat iman, islam, dan karunia-Nya yang telah diberikan kemudahan dan
kelancaran bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Penilaian Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan Metode
RGEC dan Sharia Maqasid Index”. Salawat serta salam semoga terus tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis
sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program
Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan,
arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang,
perhatian, dan doa yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta adikku, dan
seluruh keluarga yang telah menyemangati untuk terus berusaha memberikan yang
terbaik.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Sekretaris Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada
xi
peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua
motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
6. Ibu Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi
ini dapat terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi
ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala
kebutuhan administrasi dan lan-lain.
9. Sahabat-sahabatku tersayang Rita, Fitri, Nisa, Kia, Seren, dan Ida yang tidak ada
hentinya memberikan semangat dan motivasi selama kuliah dan proses
penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman akhwatku di LDK Syahid forkat Asy-Syams tersayang yang terus
memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Adik-adikku di LDK Syahid Komda FEB yang terus memberikan semangat,
motivasi, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Bidikmisi 2012 dan ma’had putri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah menjadi teman berjuang dan memotivasi diri untuk melesat menggapai
cita.
13. Teman-teman KKN Albirru 2015 yang pernah menjadi bagian berarti dalam
perjalan hidup saya. Semoga ukhuwah tetap terjaga.
14. Teman-teman akuntansi angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu
yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
xii
xiii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 12
xiv
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................................. 15
1. Perbankan ..................................................................................................... 15
2. Bank Syariah ................................................................................................ 16
3. Laporan Keuangan ....................................................................................... 26
4. Kinerja Bank ................................................................................................. 28
5. Maqashid al-Shari’ah Framework ............................................................... 35
B. Penelitian-Penelitian Terdahulu ....................................................................... 40
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 46
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 47
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 48
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 49
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC ........................................ 55
xv
B. Perbandingan Penilaian Kinerja Bank antara Bank Syariah Lama dan Bank
Syariah Baru Menggunakan Penilaian RGEC ......................................................... 69
C. Analisis Kinerja Bank Syariah Berdasarkan Maqasid al-Shari’ah.................. 72
D. Perbandingan Penilaian Kinerja Bank antara Bank Syariah Lama dan Bank
Syariah Baru Menggunakan Penilaian Sharia Maqashid Index .............................. 87
E. Perbandingan Kinerja Bank Menggunakan Penilaian RGEC dan Sharia
Maqashid Index ....................................................................................................... 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91
B. Saran ................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95
LAMPIRAN ................................................................................................................ 99
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia .......................................... 2
Tabel 1. 2 Daftar Perbankan Syariah di Indonesia ........................................................ 9
Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ..................................... 23
Tabel 2. 2 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah .............................................. 38
Tabel 2. 3 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen ........................ 39
Tabel 2. 4 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................... 40
Tabel 3. 1 Daftar Sampel Bank Syariah di Indonesia ................................................. 48
Tabel 3. 2 Bobot Nilai Rata-rata Maqashid al-Shari'ah ............................................. 52
Tabel 3. 3 Operasional Variabel.................................................................................. 53
Tabel 4. 1 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF ....................................................... 56
Tabel 4. 2 Rasio Non Performing Financing (NPF) ................................................... 56
Tabel 4. 3 Rasio Financing to Debt Ratio (FDR) ....................................................... 59
Tabel 4. 4 Matriks Penilaian GCG .............................................................................. 61
Tabel 4. 5 Nilai Komposit GCG dari Hasil Self Assessment....................................... 61
Tabel 4. 6 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA ...................................................... 63
Tabel 4. 7 Rasio Return on Assets (ROA) .................................................................. 63
Tabel 4. 8 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NOM ..................................................... 65
Tabel 4. 9 Rasio Net Operating Margin (NOM) ........................................................ 66
Tabel 4. 10 Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR..................................................... 67
Tabel 4. 11 Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) ..................................................... 68
xvii
Tabel 4. 12 Perbandingan Indikator RGEC Bank Syariah Lama dan Bank Syariah
Baru ............................................................................................................................. 70
Tabel 4. 13 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Pertama ............................. 73
Tabel 4. 14 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Kedua ............................... 76
Tabel 4. 15 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Ketiga ............................... 79
Tabel 4. 16 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Pertama ....................... 82
Tabel 4. 17 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Kedua .......................... 84
Tabel 4. 18 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Ketiga.......................... 85
Tabel 4. 19 Maqashid Index Bank Syariah di Indonesia Periode 2014-2016 ............. 86
Tabel 4. 20 Perbandingan Maqashid Index Bank Syariah Lama dan Bank Syariah
Baru ............................................................................................................................. 88
Tabel 4. 21 Perbandingan Kinerja dengan Penilaian RGEC dan Sharia Maqashid
Index ............................................................................................................................ 89
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Terbentuknya bank merupakan hal yang lazim ada di sebuah negara, hal itu
dikarenakan perbankan menjadi salah satu agen pembangunan dalam kehidupan
suatu negara. Bank menjadi agen pembangunan dalam kehidupan suatu negara
dapat dilihat dari adanya fungsi utama perbankan itu sendiri, yaitu sebagai lembaga
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Fungsi inilah yang
lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (Ramdani, 2015). Bank merupakan
lembaga keuangan terpenting dan sangat memengaruhi perekonomian baik secara
mikro maupun secara makro. Perbankan mempunyai pangsa pasar besar sekitar 80
persen dari keseluruhan sistem keuangan yang ada (Sudiyatno, 2010).
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2012). Jenis bank jika dilihat dari segi atau
caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua
kelompok, yaitu bank syariah dan bank konvensional (Kasmir, 2012). Pertumbuhan
bank syariah di Indonesia mempunyai peluang besar untuk lebih cepat tumbuh dan
berkembang meramaikan industri perbankan nasional Indonesia. Hal ini dapat
mungkin terjadi dengan dukungan beberapa faktor yaitu pertama, secara yuridis
2
eksistensi perbankan syariah semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang
(UU) Nomor 21 tahun 2008 yang terbit pada tanggal 16 Juli 2008 tentang
perbankan syariah. Kedua, potensi pasar yang sangat besar. Mayoritas penduduk
Indonesia yang beragama Islam memiliki kekuatan tersendiri untuk membantu
pengembangan perbankan syariah. Ketiga, menjalankan kebijakan spin off dan
konversi. Dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan bank syariah, Bank
Indonesia dapat mendorong Unit Usaha Syariah (UUS) untuk memisahkan dirinya
(spin off) dari bank induknya atau konversi dari bank konvensional menjadi bank
syariah. Keempat, inovasi produk pada industri perbankan syariah. Jika
dibandingkan dengan produk yang dimiliki oleh industri perbankan konvensional,
perbankan syariah relatif mempunyai variasi produk yang beraneka ragam (Putri,
2015).
Tabel 1. 1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
2016 Agustus
2017
BUS 6 11 11 11 11 12 12 13 13
Jumlah
Kantor
711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.163 1.990 1.869 1.837
UUS 25 23 24 24 23 22 22 21 21
Jumlah
Kantor
287 262 336 517 590 320 311 332 341
BPRS 138 150 155 158 163 163 163 166 167
Jumlah
Kantor
225 286 364 401 402 439 446 453 440
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Agustus 2017
Bank syariah yang pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1992
adalah PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI). Perkembangan perbankan syariah di
3
Indonesia sedikit terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim
lainnya, seperti Mesir yang sukses mendirikan bank syariahnya pada tahun 1963
dengan nama Mith Ghamr Local 2 Saving Bank atau bahkan di wilayah Eropa,
seperti The Islamic Bank International of Denmark yang berdiri pada tahun 1983.
Perbankan syariah di Indonesia terus berkembang. Pada tahun 1992-1998 hanya
ada satu unit bank syariah, kini menurut laporan statistik perbankan syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Agustus tahun 2017, jumlah Bank Umum
Syariah (BUS) telah menjadi sebanyak 13 bank dengan jumlah kantor 1.837 kantor.
Adapun jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) milik bank konvensional berjumlah 21
unit yang memiliki 341 kantor. Sementara jumlah bank pembiayaan rakyat syariah
mencapai jumlah 167 bank dengan sebaran di 440 kantor (Otoritas Jasa Keuangan,
2017).
Sedangkan dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah, saat ini
perbankan syariah nasional berada pada fase keempat (2013-2015) yaitu
pencapaian pangsa yang signifikan dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi
dengan sektor keuangan syariah lainnya. Namun, dalam perkembangannya
perbankan syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan target
yang diinginkan. Dalam Statistik Perbankan Syariah per Agustus 2017 total aset
bank umum syariah dan unit usaha syariah mencapai 267.944 (dalam miliar
rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total aset
perbankan nasional secara umum yang mencapai 7.028.846 (dalam miliar rupiah).
Artinya pangsa pasar perbankan syariah masih sangat kecil hanya 3,81%, padahal
4
target pangsa pasar perbankan syariah adalah sebesar 20% pada tahun 2017 ke
depan (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Hal ini tentunya mendorong bagi praktisi
perbankan syariah agar sesegera mungkin mencari strategi pengembangan
perbankan syariah secara lebih masif.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya
Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia.
Hal ini bukan merupakan ‘impian yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk
menjadi global player keuangan syariah sangat besar, diantaranya: (i) jumlah
penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah;
(ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid;
(iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade yang
akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik,
termasuk industri keuangan syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam yang
melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan
syariah (Alamsyah, 2012).
Seiring bertambahnya pelaku pasar dan beragamnya produk atau jasa
layanan, maka pengawasan perbankan syariah lebih komprehensif dan efektif.
Metode pengawasan secara efektif diterapkan agar mampu mendeteksi sedini
mungkin risiko-risiko yang sedang dihadapi perbankan. Hasil penilaian risiko
penetapan tingkat kesehatan bank dan hasil pemeriksaan tersebut akan dijadikan
dasar dalam melakukan tindak lanjut pembinaan dalam rangka perbaikan kondisi
5
perbankan (Daniswara, 2016). Krisis 1998 memberi pelajaran berharga bahwa
inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan
penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai
permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara
keseluruhan. Pengalaman dari krisis 1998 dan tuntutan persaingan dunia perbankan
telah mendorong Bank Indonesia untuk menciptakan suatu sistem pengawasan
kesehatan dan kebijakan perbankan yang efektif (Sugari, 2015).
Bank Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan pada metode
penilaian kesehatan bank. Pada tahun 1999, Bank Indonesia menggunakan metode
CAMEL yang merupakan singkatan dari Capital, Assets, Management, Earning,
dan Liquidity. Setelah diterapkan selama beberapa waktu, metode tersebut
dianggap kurang dapat menilai kemampuan bank terhadap risiko eksternal, maka
pada tahun 2004 Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 mengubah metode yang digunakan untuk menilai kesehatan bank
menjadi CAMELS. Metode tersebut menambahkan satu elemen lagi yaitu
sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to market risk). Setelah tujuh tahun
peraturan mengenai CAMELS diberlakukan, Bank Indonesia melalui Peraturan
Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 menerapkan kebijakan baru mengenai
penilaian tingkat kesehatan bank umum, yang secara efektif dilaksanakan sejak
tanggal 1 Januari 2012. Bank Indonesia mengganti CAMELS rating system
menjadi Risk Based Bank Rating atau RGEC yang lebih berorientasi pada risiko
dan penerapan Good Corporate Governance, namun tetap tidak mengacuhkan
6
kedua faktor lainnya yaitu rentabilitas dan kecukupan modal. Pada tahun 2014
terdapat penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai
dengan diedarkannya Surat Edaran OJK No 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang masih
menggunakan pendekatan yang sama. Latar belakang Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan tersebut adalah karena adanya perubahan kompleksitas
usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan
pendekatan penilaian kondisi bank yang diterapkan secara internasional telah
memengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank. Selain itu juga untuk
mengidentifikasi permasalahan lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang
sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip Good Corporate Governance dan
manajemen risiko yang lebih baik (Sugari, 2015).
Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Risk
Based Bank Rating atau lebih dikenal dengan RGEC yang terdiri dari profil risiko
(risk profile), Good Corporate Governance, rentabilitas (earning), dan permodalan
(capital). Profil risiko menilai risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen
risiko dalam aktivitas operasional bank. Terdapat delapan jenis risiko yang dinilai,
yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko strategik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Faktor Good Corporate
Governance menilai kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Faktor
rentabilitas menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam satu periode.
7
Faktor permodalan merupakan evaluasi kecukupan permodalan dan kecukupan
pengelolaan permodalan (Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011).
Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan bank, dan kelangsungan
usaha bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari pihak manajemen bank.
Oleh karena itu, bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam
melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan penilaian sendiri (self
assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya dan mengambil langkah-
langkah perbaikan secara efektif. Di pihak lain, Bank Indonesia mengevaluasi,
menilai tingkat kesehatan bank, dan melakukan tindakan pengawasan yang
diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan (Surat Edaran Bank
Indonesia No. 13/24/DPNP).
Penilaian kinerja pada perbankan konvensional maupun syariah di
Indonesia saat ini biasanya hanya dilihat dari pengukuran kinerja keuangan dengan
menggunakan rasio RGEC. Apabila perbankan syariah hanya menggunakan
pengukuran yang sama dengan perbankan konvensional untuk mengukur
kinerjanya, maka akan terdapat ketidaksesuaian nilai dari penggunaan indikator
kinerja perbankan konvensional dengan objek yang lebih luas yang terdapat pada
perbankan syariah, sehingga stakeholder bank syariah tidak dapat melihat
perbedaan secara jelas antara bank syariah dengan bank konvensional.
(Mohammed et al, 2008). Selama bank syariah menjalankan peraturan
konvensional untuk operasi mereka, maka mereka akan terlihat memiliki penilaian
8
kinerja yang kurang bagus dibanding bank konvensional (Mohammed et al, 2015).
Diperlukan pengembangan pengukuran fungsi sosial dari perbankan syariah
disamping hanya kinerja keuangan yang selama ini ada (Ashar dalam Imansari,
2015).
Tujuan ekonomi Islam adalah pencapaian maqashid al-shari’ah dengan
cara mewujudkan keadilan dan keseimbangan masyarakat. Bank syariah
merupakan subsistem ekonomi Islam. Maka seharusnya tujuan bank syariah adalah
menjunjung tinggi tujuan sosial, mempromosikan nilai-nilai Islam kepada seluruh
stakeholder, memberikan kontribusi kesejahteraan sosial, mendukung
keberlangsungan ekonomi, dan berusaha mengentaskan kemiskinan (Dusuki, 2008:
134). Untuk memberikan penilaian apakah tujuan pendirian bank syariah sudah
selaras dengan maqashid al-shari’ah, maka diperlukan penilaian kinerja secara
khusus berdasarkan maqashid al-shari’ah, yaitu dengan Sharia Maqashid Index.
Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
signifikan dengan lahirnya 10 bank pada 10 tahun terakhir yaitu rentang periode
2006-2016. Sedangkan sejak lahirnya bank syariah pertama hingga 15 tahun
setelahnya yaitu rentang periode 1990-2005 hanya terdapat 3 bank syariah. Hal ini
menjadikan peneliti perlu untuk melihat perbandingan kinerja perbankan syariah
dengan cara membagi dua periode, yaitu bank syariah lama (periode 1990-2005)
dan bank syariah baru (periode 2006-2016):
9
Tabel 1. 2 Daftar Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah (2017)
Munculnya beberapa kritikan mengenai metode penilaian kinerja
perbankan syariah yang masih menggunakan indikator bank konvensional
menyebabkan beberapa peneliti sebelumnya melakukan penelitian. Para peneliti
mengkaji lebih dalam mengenai maqashid al-shari’ah dan kemudian
membandingkannya dengan indikator bank konvensional. Penelitian yang menjadi
acuan utama penelitian ini adalah penelitiannya Mohammed et al (2015) yang
berjudul Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqasid
Al-Shari’ah Framework: Cases of 24 Selected Banks. Penelitian tersebut bertujuan
untuk membandingkan hasil dari metode pengukuran kinerja menggunakan
maqasid al-shari’ah dengan pengukuran kinerja bank konvensional antara
No. Urut Nama Bank Tahun Berdiri
Bank Umum Syariah Lama (1990-2005)
1. PT. PT. Bank Muamalat Indonesia 1991
2. PT. Bank Syariah Mandiri 1999
3. PT. Bank Mega Syariah 2004
Bank Umum Syariah Baru (2006-2016)
4. PT. Bank BRI Syariah 2008
5. PT. Bank Syariah Bukopin 2008
6. PT. Bank Panin Syariah 2009
7. PT. Bank Jabar Banten Syariah 2010
8. PT. Bank Victoria Syariah 2010
9. PT. BCA Syariah 2010
10. PT. Bank BNI Syariah 2010
11. PT. Maybank Syariah Indonesia 2010
12. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 2014
13. PT. Bank Aceh Syariah 2016
10
perbankan syariah dan perbankan konvensional. Metode yang digunakan adalah
metode Simple Additive Weighted (SAW) dan Mann-Whitney U-Test. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara tujuan bank
syariah dan tolok ukur konvensional yang digunakan untuk mengukur kinerja bank-
bank syariah. Selama bank syariah menjalankan peraturan konvensional untuk
operasi mereka, maka mereka akan terlihat memiliki penilaian kinerja yang tidak
bagus dibanding bank konvensional. Bedanya dengan penelitian ini adalah sampel
banknya diambil dari perbankan syariah di Indonesia dan metode pengukuran
kinerja konvensional yang digunakan adalah RGEC. Penelitian ini juga
menggunakan metode Simple Additive Weighted (SAW).
Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Sudrajat dan Amirus Sodiq (2016)
berjudul ”Analisis Penilaian Kinerja Bank Syariah berdasarkan Indeks Maqashid
Shariáh” yang mengambil sampel 9 bank syariah di Indonesia, hanya bertujuan
memberi peringkat kinerja bank syariah tersebut sebagai berikut: 1) PT. Bank Panin
Syariah, 2) BCA Syariah, 3) Bank Muamalat, 4) Bukopin Syariah, 5) BRI Syariah,
6) BNI Syariah, 7) PT. Bank Syariah Mandiri, 8) Maybank Syariah, dan 9) Bank
Mega Syariah. Metode penelitian yang digunakan peneliti tersebut adalah One-Way
ANOVA (Analysis of Variance). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
ini, bahwa penelitian ini selain bertujuan untuk memberi peringkat berdasarkan
Sharia Maqashid Index juga membandingkan kinerja perbankan dengan metode
RGEC.
11
Selain itu, penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Melia Kusumawati (2013) yang berjudul Analisis Komparatif Kinerja Keuangan
Perbankan berdasarkan metode CAMELS dan RGEC pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Penelitian tersebut bertujuan untuk membandingkan kedua metode
penilaian kesehatan perbankan di Indonesia yaitu dengan dua metode
konvensional, metode CAMELS dan RGEC. Penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan signifikan antara hasil analisis kinerja keuangan Bank Mandiri
yang dilakukan dengan menggunakan metode CAMELS dan RGEC. Secara umum
nilai rasio CAR, KAP, ROA, BOPO, LDR dan MR pada metode CAMELS
menunjukkan bahwa kinerja Bank Mandiri rata-rata dinilai sangat baik. Hal
demikian ditunjukkan pada penilaian dengan metode RGEC yang nilai rasio NPL,
Likuiditas, ROA dan CAR mengalami peningkatan selama tahun 2010-2012.
Bedanya dengan penelitian tersebut diantaranya, penelitian ini membandingkan
metode penilaian kesehatan perbankan di Indonesia yaitu RGEC dengan metode
yang berlandaskan asas syariah yaitu Sharia Maqashid Index. Selain itu, penelitian
ini mengambil sampel 12 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan periode
penelitian 2014-2016.
Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka penulis tertarik untuk melihat
lebih mendalam tentang perbandingan kinerja perbankan syariah dengan metode
RGEC dan maqashid al-shari’ah. Maka dari itu penelitian ini diberi judul:
”Analisis Penilaian Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Menggunakan
Metode RGEC dan Sharia Maqasid Index”.
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penilaian kinerja perbankan syariah di Indonesia menggunakan
metode RGEC?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dan bank syariah
baru jika diukur menggunakan RGEC?
3. Bagaimana penilaian kinerja perbankan syariah di Indonesia menggunakan
metode Sharia Maqasid Index?
4. Apakah terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dan bank syariah
baru jika diukur menggunakan Sharia Maqasid Index?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan dalam
penelitian ini adalah untuk:
1. Menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia jika diukur menggunakan
RGEC.
2. Menguji apakah terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dan bank
syariah baru jika diukur menggunakan RGEC.
3. Menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia jika diukur menggunakan
Sharia Maqashid Index.
13
4. Menguji apakah terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dan bank
syariah baru jika diukur menggunakan Sharia Maqashid Index.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai penilaian kinerja menggunakan metode RGEC dan Sharia
Maqasid Index.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai penilaian kinerja menggunakan metode RGEC dan Sharia
Maqasid Index jika dilihat berdasarkan periode berdirinya bank.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian
selanjutnya dan memperkaya penelitian yang terkait dengan kinerja
perbankan syariah di Indonesia baik menggunakan metode RGEC maupun
Sharia Maqasid Index.
d. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis terutama yang berkaitan dengan penilaian kinerja
perbankan syariah di Indonesia berdasarkan Sharia Maqasid Index.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
yang dapat digunakan untuk membantu pihak perusahaan dalam
14
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki
apabila ada kelemahan dan kekurangan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan, yaitu
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai sarana evaluasi
penetapan kebijakan bagi bank syariah di masa depan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan
Definisi bank dan perbankan disebutkan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”. Sedangkan, “Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara
dan proses dalam menatalaksanakan kegiatan usahanya” (Suta, 2003).
Menurut OP Simorangkir (Suta, 2013), pengertian bank adalah sebagai
berikut:
“Salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit
dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal
sendiri atau dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, maupun dengan
jalan memperedarkan alat-alat pembayaran batu berupa uang giral”.
Indonesia dalam kebijakan mengenai perbankan menganut dual
banking system. Dual banking system maksudnya adalah terselenggaranya dua
sistem perbankan (konvensional dan syariah secara berdampingan) yang
pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Semenjak Indonesia memiliki Undang-undang perbankan, tetapi
16
Perbankan Syariah masih belum dapat diimplementasikan secara maksimal
karena masyarakat Indonesia sebagian besar belum memahami system pada
kegiatan perbankan syariah. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
memberikan kesempatan perbankan syariah untuk menjalankan kegiatan
usahanya secara bebas dalam artian tidak lagi di bawah Undang-undang
perbankan konvensional. Sehingga pemerintah Indonesia membuat Undang-
undang khusus tentang Perbankan Syariah, yaitu Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu “bank” dan “syariah”. Kata
bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara
keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berlebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah
aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain
unuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan
lainnya sesuai dengan hukum Islam. Jadi, bank syariah adalah suatu lembaga
keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berlebihan dana
dan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic
banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam
17
pelaksanaan operasional tidak menggunakan system bunga (riba), spekulasi
(maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar)(Ali, 2008).
Sedangkan pengertian bank syariah (bank bagi hasil) berdasarkan
Undang-undang (UU) No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Umum Syariah (BUS) dapat berusaha sebagai bank devisa
dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
pembukaan letter of credit, dan sebagainya (Soemitra, 2009).
Aturan mengenai bank umum syariah pasca diterbitkannya
Undang-undang (UU). No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah
PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah (BUS). Dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini dijelaskan bahwa proses pendirian bank
syariah dilakukan melalui persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk
melakukan persiapan pendirian bank; dan izin usaha, yaitu izin yang
diberikan untuk melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan pendirian
18
bank pada persetujuan prinsip terpenuhi. Bank Umum Syariah (BUS) dapat
didirikan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/ atau bank hukum
Indonesia, Warga Negara Indonesia (WNI) dan/atau badan hukum Indonesia
yang bermitra dengan Warga Negara Asing (WNA) atau badan hukum asing.
Bank Umum Syariah (BUS) dibentuk dengan badan hukum perseroan
terbatas. Untuk mendirikan bank syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS)
maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) harus mendapat
persetujuan prinsip dan izin usaha yang diajukan oleh pendiri bank kepada
Bank Indonesia yang akan diproses oleh Dewan Gubernur BI U.P Biro
Perbankan Syariah. Agar izin usaha bank syariah diperoleh terlebih dahulu
harus dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang: susunan organisasi
dan kepengurusan; permodalan; kepemilikan; keahlian di bidang perbankan
syariah; dan kelayakan usaha sebagaimana diatur dalam aturan Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk saat ini (Soemitra, 2009).
Pendirian bank umum syariah baru wajib memenuhi persyaratan
permodalan sebagai berikut:
1) Jumlah modal disetor minimal sebesar Rp. 1 trilyun. Bagi bank asing
yang membuka kantor cabang syariah dana disetor minimal Rp. 1
trilyun, yang dapat berupa rupiah atau valuta asing.
2) Sumber dana modal disetor untuk pendirian bank umum baru tidak
boleh berasal dari dana pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam
bentuk apapun dari bank atau pihak lain di Indonesia.
19
3) Sumber dana modal disetor untuk bank baru tersebut tidak boleh berasal
dari sumber yang diharamkan menurut ketentuan syariah termasuk dari
dan tujuan pencucian uang (money laundering).
b. Sejarah Bank Syariah
Praktik bank syariah sebenarnya sudah diterapkan sejak awal masa
Islam. Namun, bank syariah pertama diawali dengan berdirinya sebuah bank
tabungan local yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit Ghamir yang
berlokasi di tepi Sungai Nil pada tahun 1963 oleh Dr. Abdul Hamid an-
Naggar. Meskipun beberapa tahun kemudian ditutup, namun telah
mengilhami diadakannya Konferensi Ekonomi Islam pertama di Mekkah
pada tahun 1975. Sebagai tindak lanjut rekomendasi dari konferensi tersebut
dua tahun kemudian lahirlah Islamic Development Bank (IDB) yang
kemudian diikuti dengan pembentukan lembaga-lembaga keuangan Islam di
berbagai negara yang secara umum berbentuk bank Islam komersial dan
lembaga investasi (Soemitra, 2009).
Industri perbankan yang pertama menggunakan sistem syariah di
Indonesia adalah PT. Bank Muamalat Indonesia yang didirikan pada tahun
1991 dan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan 1992. Pendirian bank
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), pemerintah Indonesia,
serta mendapat dukungan nyata dari Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Selain itu, pendirian
Bank Muamalat juga mendapat dukungan dari masyarakat yang dibuktikan
20
dengan komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar dan dari
masyarakat Jawa Barat pun turut menanam modal senilai Rp 106 miliar (Ali,
2008).
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pada
akhir tahun 1990-an Indonesia dilanda oleh krisis moneter yang memporak-
porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Bank Muamalat
pun terimbas dampak krisis. Oleh karena itu, kurun waktu antara tahun 1999-
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat, karena ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat,
strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap
pelaskanaan perbankan syariah secara murni. Setelah melalui masa-masa
kritis tersebut, Bank Muamalat berhasil bangkit (Ali, 2008).
Pihak pemerintah mengusahakan berdirinya suatu sistem
perbankan yang sesuai syariah dalam suatu perundang-undangan, yaitu
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Hal tersebut
ditujukan untuk mengayomi kebutuhan masyarakat Islam. Selain itu, pada
tahun 1999, pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999
tentang perbankan yang diberi kewenangan untuk dapat menjalankan
tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Kemudian pada tahun 2004
dikeluarkan Undang-undang No 3 Tahun 2004 tentang perubahan dari
Undang-undang No. 23 Tahun 1999. Pada tahun 2008, perbankan syariah
21
semakin dipertimbangkan keberadaan dan persaingannya. Maka dari itu,
dikeluarkanlah perundang-undangan yang mengatur khusus tentang
perbankan syariah yaitu Undang-undang No 21 Tahun 2008 (Ali, 2008).
c. Prinsip Bank Syariah
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
pada Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perbankan
bahwa “Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
d. Tujuan dan Fungsi Bank Syariah
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan,
dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 4, fungsi bank
syariah adalah:
22
1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menjalankan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menghimpun dana
sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
e. Tujuan Bank Syariah
Tujuan bank syariah dapat dijabarkan dalam 6 point tujuan utama,
yaitu (Sudarsono, 2008):
1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan.
2) Untuk menciptakan suatu keadilan, di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat
4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan
5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter
6) Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional
23
f. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional merupakan jenis bank dilihat dari cara
menetapkan harga baik harga beli maupun harga jual. Sebagian besar bank
yang berkembang di Indonesia melaksanakan prinsip perbankan
konvensional. Dalam operasinya, jenis bank ini menggunkan dua metode,
yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit)
yang diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakanatau menerapkan
berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan
biaya ini disebut fee based .
Terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah,
diantaranya:
Tabel 2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank
Konvensional
No Bank Konvensional Bank Syariah
1 Investasi yang halal dan haram Melakukan investasi yang halal
2 Memakai perangkat bunga Berdasarkan pada prinsip bagi hasil,
jual-beli atau sewa
3 Profit oriented Profit dan falah oriented
4 Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk kemitraan
5 Tidak terdapat dewan sejenis Penghimpunan dan penyaluran dana
harus disesuaikan dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah
Bersambung pada halaman selanjutnya
24
No Bank Konvensional Bank Syariah
6 Hubungan kreditur-kreditur di
mana kreditur (termasuk
pengertian deposan) telah
ditetapkan besarnya pendapatan
yang menjadi haknya dalam bentu
bunga (interest atau riba)
demikian juga sebaliknya
terhadap debitur (termasuk
pengertian bank sebagai penerima
dana deposan).
Hubungan investor-investor (mutual
investment relationship) yang
berlandaskan kepada prinsip bagi
hasil (profit and loss sharing),
transaksi perdagangan, dan pelayanan
transaksi keuangan lainnya
7 Semata-mata berorientasi kepada
rate of return dan kelayakan arus
kas. Jika ada pembatasan,
terutama dikarenakan nilai-nilai
etika yang dapat berubah sesuai
nilai yang dianut pada
masyarakat.
Tunduk kepada syariat Islam yang
melarang investasi pada bisnis yang
diharamkan dan harus berlandaskan
kepada keadilan, produktivitas, dan
kemanfaatan (maslahat) bagi
manusia
8 Terbatas hanya pada mekanisme
pinjam meminjam dengan
instrument bunga atau riba.
Beberapa transaksi finansial
lainnya adalah derivative (option
& change) dan investasi pada
instrument surat berharga dan
saham.
Lebih variatif dan luas, meliputi
sistem bagi hasil, investment banking,
jual-beli, sewa (leasing),anjak
piutang,dan jasa lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam.
9 Akuntansi dan penyajian laporan
keuangan berorientasi kepada
kepentingan para pemegang
saham, dan tidak dikenal konsep
pertanggung jawaban social dan
keadilan.
Akuntansi dan penyajian laporan
keuangan berorientasi kepada
pertanggungjawaban bisnis dan
sosial, berlandaskan aspek
transparansi, akuntabilitas kepada
seluruh stakeholders, dan keadilan.
Sistem pencatatan dan pelaporan
mengacu kepada standar akuntansi
sesuai dengan prinsip syariah,
diantaranya adalah PSAK No. 59 dan
PAPSI 2003
Sumber: Sabirin dalam Muhammad Sholahuddin (2008, hal 76-77 )
25
a. Unit Usaha Syariah
Menurut Undang-undang. No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, mendefinisikan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan
di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan/atau unit syariah. Unit Usaha Syariah (UUS) berada satu tingkat di
bawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. Unit Usaha Syariah
(UUS) dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa (Soemitra,
2009).
Bank umum konvensional yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah wajib membuka Unit Usaha Syariah (UUS).
Pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS) hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia. Modal kerja Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan modal
yang disisihkan dalam suatu rekening tersendiri yang dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional dan non operasional kantor cabang syariah.
Besarnya modal kerja minimal sebesar Rp 100.000.000.000,- (seratus miliar
rupiah). Penyisihan modal kerja Unit Usaha Syariah (UUS) dari kantor
induknya, dimaksudkan agar pengelolaannya tidak tercampur dengan dana
kantor induknya yang beroperasional secara konvensional.
26
3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang di susun menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang di terima secara umum tentang status keuangan
dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis. Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan
ekonomi yang rasional (Al Arif dan Yuke Rahmawati, 2015).
Menurut Kasmir (2014), laporan keuangan bank menunjukkan kondisi
keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana
kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu
periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat
memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang
dimilikinya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah (Ihsan,
2013):
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha;
27
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk
pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam rangka peningkatan
transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan
menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang terdiri dari
(Siamat, 2005):
a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan
Laporan tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu
bank dalam kurun waktu satu tahun.
Laporan keuangan tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun
bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku
dan wajib diaudit oleh Akuntan Publik.
28
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan keuangan publikasi triwulanan adalah laporan keuangan
yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
dipublikasikan setiap triwulan.
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan
laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
memiliki anak perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
(PBI).
4. Kinerja Bank
a. Pengukuruan Kinerja Bank
Kasmir (2002) menjelaskan bahwa kinerja bank merupakan ukuran
keberhasilan bagi direksi bank tersebut sehingga apabila kinerja ini buruk
bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti. Sedangkan menurut Y.
Sri Susilo, dkk. (1999), Kinerja suatu bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
29
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Menurut
Sri Susilo, dkk. (1999) kinerja suatu bank merupakan bagian dari kesehatan
bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan.
Sedangkan pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan
dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika
tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja
adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan
operasional, struktur organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja bank merupakan
pengukuran atas aktivitas atau tugas yang berhubungan dengan kegiatan
operasional perbankan yang telah dilakukan secara periodik berdasarkan
standar pengukuran kinerja yang berlaku untuk perbankan. Hasil dari
pengukuran kinerja tersebut dapat digunakan sebagai alat penentu kebijakan
dan strategi perbankan untuk kedepannya.
b. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Kinerja perbankan dapat dilihat melalui kesehatan bank yang
bersangkutan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat kesehatan
bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko
terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank.
30
c. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kinerja perbankan dapat dilihat melalui kesehatan bank yang
bersangkutan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat kesehatan
bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko
terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank atau disebut dengan Risk-
based Bank Rating.
Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank baik secara individual (self assessment) maupun secara
konsolidasi. Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SE.OJK No.
10/SEOJK.03/2014, Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank secara individual dengan cakupan penilaian terhadap
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Profil risiko (risk profile);
Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
operasional Bank yang dilakukan terhadap 10 (sepuluh) risiko yaitu:
a) risiko kredit; adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati. Risiko ini dihitung dengan menggunakan rasio Non
Performing Financing (NPF), dengan rumus
NPF= Kredit Bermasalah
Total Kredit×100%
31
b) risiko pasar; adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar. Risiko ini meliputi antara
lain risiko benchmark suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas,
dan risiko komoditas. Risiko pasar dapat dihitung menggunakan
Volume Asset Portofolio (VAP) dengan rumus
VAP= Aset trading, derivatif, dan FVO
Total Aset×100%
c) risiko likuiditas; adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini
dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rasio, diantaranya:
Financing to Deposit Ratio (FDR)
= Jumlah pembiayaan yang diberikan
Total dana pihak ketiga×100%
Cash Ratio = Alat-alat likuid yang dikuasai
Dana pihak ketiga ×100%
d) risiko operasional; adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
32
e) risiko hukum; adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis.
f) risiko stratejik; adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalandalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
g) risiko kepatuhan; adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan an ketentuan
yang berlaku, serta prinsip-prinsip syariah.
h) risiko reputasi; adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dai persepsi negatif terhadap bank.
i) risiko imbal hasil; adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil
yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan
tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang
dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.
j) risiko investasi; adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil
baik yang menggunakan metode net revenue sharing maupun yang
menggunakan metode profit dan loss sharing.
Penetapan peringkat faktor profil risiko Bank Umum Syariah
(BUS) secara konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:
a) signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap
Bank Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi; dan/atau
33
b) permasalahan perusahaan anak yang berpengaruh secara signifikan
terhadap profil risiko Bank Umum Syariah (BUS) secara
konsolidasi.
2) Good Corporate Governance;
Penilaian terhadap faktor Good Corporate merupakan penilaian
terhadap manajemen Bank Umum Syariah (BUS) atas pelaksanaan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran.
Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance (GCG) secara
konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:
a) signifikansi atau materialitas pangsa perusahaan anak terhadap Bank
Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi; dan/atau
b) permasalahan terkait dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) pada perusahaan anak yang
berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG).
3) Rentabilitas (earnings);
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian
terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan stabilitas
rentabilitas (sustainability Learnings) Bank Umum Syariah (BUS).
Penilaian faktor earnigs didasarkan pada empat rasio, diantaranya:
34
a) Return on Assets (ROA)= Laba sebelum pajak
Rata-rata total aset ×100%
b) Net Operation Margin (NOM) =
Pendapatan penyaluran dana
setelah bagi hasil-Beban operasional
Rata-rata aktiva produktif×100%
c) Net Imbalan (NI) =
Pendapatan penyaluran dana
setelah bagi hasil-imbalan dan bonus
Rata-rata total aktiva produktif×100%
d) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) =
Beban operasional
Pendapatan operasional×100%
Penetapan peringkat faktor rentabilitas secara konsolidasi
dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur
terhadap parameter/indikator rentabilitas tertentu yang dihasilkan dari
laporan keuangan Bank Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi dan
informasi keuangan lainnya dengan memperhatikan:
a) Signifikansi atau materialitas pangsa perusahaan anak terhadap Bank
Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi; dan/atau
b) Permasalahan rentabilitas pada perusahaan anak yang berpengaruh
secara signifikan terhadap rentabilitas secara konsolidasi.
35
4) Permodalan (capital)
Penilaian terhadap faktor meliputi penilaian terhadap tingkat
kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan Bank Umum
Syariah (BUS). Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio)
dihitung dengan rumus CAR=
Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko×100%
Penetapan peringkat faktor permodalan secara konsolidasi
dilakukan dengan mempertimbangkan profil risiko berdasarkan analisis
secara komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator
permodalan tertentu yang dihasilkan dari laporan keuangan Bank
Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi dan informasi keuangan
lainnya dengan memperhatikan:
a) Signifikansi atau materialitas pangsa perusahaan anak terhadap Bank
Umum Syariah (BUS) secara konsolidasi; dan/atau
b) Permasalahan permodalan pada perusahaan anak yang berpengaruh
secara signifikan terhadap permodalan secara konsolidasi.
5. Maqashid al-Shari’ah Framework
Maqasid al-shari’ah framework adalah kerangka atau model
pengukuran kinerja perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan dan
karakteristik perbankan syariah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
konsep tujuan syariah berdasarkan Abu Zaharah (1997) seperti beberapa
36
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Abu Zahara (1997),
secara spesifik perbankan syariah memiliki tiga tujuan utama yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Tahdhib al-Fard (Pendidikan Individu)
Tujuan pertama mengungkapkan tentang bagaimana seharusnya
perbankan syariah menyebarkan pengetahuan dan kemampuan serta
menanamkan nilai-nilai individu untuk perkembangan spiritualnya. Dengan
demikian, bank syariah harus merancang program pendidikan dan pelatihan
yang harus mengembangkan tenaga kerja yang berpengetahuan dan terampil
dengan nilai-nilai moral yang tepat. Mereka juga harus menyebarkan
informasi kepada stakeholder mengenai produk mereka.
b. Iqamah al-’Adl (Pembentukan Keadilan)
Tujuan kedua yaitu perbankan syariah harus meyakinkan bahwa
setiap transaksi dalam aktivitas bisnis dilakukan secara adil termasuk
produk, harga, ketentuan dan kondisi kontrak. Selain itu perbankan syariah
juga harus meyakinkan bahwa setiap bisnis perbankan bebas dari elemen-
elemen negatif yang dapat menciptakan ketidakadilan seperti riba,
kecurangan dan korupsi. Secara tidak langsung, bank harus bijak
menggunakan keuntungan dan mengarahkan kegiatan ke arah yang dapat
membantu mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan.
37
c. Jalb al-Maslahah (Kepentingan Publik)
Tujuan ketiga yaitu perbankan syariah harus membuat prioritas
mengenai aktivitas bisnis mana yang memberikan manfaat yang lebih besar
bagi masyarakat. Tujuan ini termasuk kegiatan yang mencakup kebutuhan
dasar masyarkat seperti investasi di sektor-sektor vital, pembiayaan proyek
perumahan dan lain sebagainya.
Konsep ini merupakan adaptasi dari konsep yang dikemukakan oleh
Abu Zahara (1997) dalam Mohammed et al (2008, 2015). Ketiga tujuan di
atas oleh Mohammed et al (2008, 2015) diturunkan menjadi beberapa
indikator pengukuran dengan menggunakan metode operasionalisasi
Sekaran. Hal ini dilakukan agar ketiga tujuan syariah di atas dapat secara
operasional diukur dan ditentukan nilainya. Dengan menggunakan metode
Sekaran, penilaian kinerja perbankan syariah berdasarkan konsep Maqasid
al-Shari’ah yang dirumuskan oleh para peneliti muslim adalah sebagai
berikut:
38
Tabel 2. 2 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah
Concepts
(Objectives) Dimensions Elements
Performance
Ratios
Sources of
Data
1. Educating
Individual
D1.
Advancement
of Knowledge
E1. Education
Grant
R1. Education
Grant or
Scholarship/
Total Expenses
Annual
Report
E2. Research R2. Research
Expenses/ Total
Expenses
Annual
Report
D2. Instilling
New Skills and
Improvements
E3. Training R3. Training
Expenses/ Total
Expenses
Annual
Report
D3. Creating
Awareness of
Islamic
Banking
E4. Publicity R4. Publicity
Expenses/ Total
Expenses
Annual
Report
2.
Establishing
Justice
D4. Fair
Returns
E5. Fair
Returns
R5. Profit
Equalization
Reserves (PER)/
Net or
Investment
Income
Annual
Report
D5. Cheap
Product and
Services
E6. Functional
Distribution
R6. Mudharabah
and Musharakah
Modes/ Total
Investment
Modes
Annual
Report
D6.
Elimination of
Negative
Elements that
Breed
Injustices
E7. Interest
Free Product
R7. Interest Free
Income/ Total
Income
Annual
Report
3. Maslahah D7.
Profitability of
Bank
E8. Profit
Ratio
R8. Net Income/
Total Assets
Annual
Report
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
Concepts
(Objectives) Dimensions Elements
Performance
Ratios
Sources of
Data
D8.
Redistribution
of Income and
Wealth
E9. Personal
Income
E9. Zakah Paid/
Net Asset
Annual
Report
D9. Investment
in Vital Real
Sector
E10.
Investment
Ratio in Real
Sector
R10. Investment
in Real
Economic
Sector/ Total
Investment
Annual
Report
Sumber: Mohammed et al (2008)
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pengukuran di atas,
maka dilakukan verifikasi dari model dan pembobotan pada setiap konsep
dan elemen pengukuran melalui wawancara dengan 16 pakar syariah di
Malaysia dan Timur Tengah. Pembobotan tersebut berdasarkan hasil
penelitian dari Mohammed (2008). Bobot rata-rata yang diberikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen
Objectives
Average
Weight
(Out of 1)
Elements
Average
Weight
(Out of 1)
O1. Educating
(Tahdhib al-Fard)
0,30 E1. Education Grant/Donations 0,24
E2. Research 0,27
E3. Training 0,26
E4. Publicity 0,23
Total 1
O2. Justice (Al-
’Adl)
0,41 E5. Fair Returns 0,30
E6. Fair Price 0,32
E7. Interest Free Product 0,38
Total 1
0,29 E8. Bank’s Profit Ratios 0,33
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
Objectives
Average
Weight
(Out of 1)
Elements
Average
Weight
(Out of 1)
O3. Public Interest
(Al-Maslahah)
E9. Personal Income Transfers 0,30
E10. Investment Ratios in Real
Sector
0,37
Total 1 Total 1
Sumber: Mohammed et al (2008)
B. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Dalam sub-bab ini dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu
yang digunakan sebagai poin penting dan dijadikan dasar dalam perumusan
hipotesis dalam penelitian ini. Berikut merupakan ringkasan penelitian yang
berkaitan dengan penilaian kinerja menggunakan metode RGEC dan Sharia
Maqasid Index.
Tabel 2. 4 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Indikator Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Mustafa Omar
Mohammed dan
Fauziah Md
Taib (2015)
Developing
Islamic Banking
Performance
Measures Based
on Maqasid Al-
Shari’ah
Framework:
Cases of 24
Selected Banks
1. Education
2. Justice
3. Maslahah
4. Maqasid
Index (MI)
5. ROA
6. NII
7. LIQ
1. Sampel:
12 bank syariah dan
12 bank
konvensional.
2. Metode Analisis
Data:
Simple Additive
Weighted (SAW) dan
Mann-Whitney U-
test.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
adanya ketidaksesuaian
antara tujuan bank
syariah dan tolok ukur
konvensional yang
digunakan untuk
mengukur kinerja bank-
bank syariah. Selama
bank syariah
menjalankan peraturan
konvensional untuk
operasi mereka, maka
mereka akan terlihat
memiliki penilaian
Bersambung pada halaman selanjutnya
41
No.
Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Indikator Metode Penelitian Hasil Penelitian
kinerja yang tidak bagus
dibanding bank
konvensional.
2. Muhammad
Syafii Antonio,
Yulizar D.
Sanrego, dan
Muhammad
Taufiq (2012)
An Analysis of
Islamic Banking
Performance:
Maqashid Index
Implementation
in Indonesia and
Jordania
1. Education
2. Justice
3. Maslahah
1. Populasi:
Bank-bank syariah di
Indonesia dan
Jordania.
2. Sampel:
2 bank syariah di
Indonesia dan 2 bank
syariah di Jordania.
3. Metode Analisis
Data:
Maqasid Index,
Simple Additive
Weighted (SAW)
Method.
Terdapat perbedaan
kinerja pada perbankan
syariah di Indonesia
dengan di Jordania
dengan menggunkan
pendekatan maqashid
index.
3. Mustafa Omar
Mohammed,
Dzuljastri
Abdul Razak,
dan Fauziah Md
Taib (2008)
The Performance
Measures of
Islamic Banking
Based on the
Maqasid
Framework
1. Education
2. Maslahah
2. Populasi:
Bank-Bank syariah
di Asia.
3. Sampel:
6 bank syariah di 6
negara (Malaysia,
Bangladesh,
Indonesia, Bahrain,
Jordan, dan Sudan).
4. Metode Analisis
Data:
Simple Additive
Weighted (SAW)
Maqasid Index.
Terdapat variasi kinerja
pada sampel perbankan
syariah yang diteliti.
Serta tidak ada satu bank
pun yang menunjukkan
kinerja yang tinggi
berdasarkan maqasid
syariah pada tujuh rasio
yang digunakan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
42
No.
Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Indikator Metode Penelitian Hasil Penelitian
4. Rilanda
Adzhani dan
Rini (2017)
Komparasi
Kinerja
Perbankan
Syariah di Asia
dengan
Pendekatan
Maqashid
Syariah
1. Justice
2. Maslahah
1. Populasi:
Bank-bank syariah
di Asia.
2. Sampel:
3 bank syariah di 6
negara (Indonesia,
Malaysia, Iran, Arab
Saudi, UEA,
Kuwait, Qatar).
3. Teknik Sampling:
Purposive sampling.
4. Metode Analisis
Data: Simple
Additive Weighted
(SAW) Method,
analisis deskriptif
dan ANOVA.
Hasil uji hipotesis
ANOVA untuk
Maqashid Index, tujuan
syariah pembentukan
keadilan (justice) dan
tujuan syariah
kepentingan publik
(maslahah) menunjukkan
tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara
perbankan syariah di
Indonesia dengan
perbankan syariah di
Malaysia, Iran, Uni
Emirat Arab, Kuwait dan
Qatar.
5. Anton Sudrajat
dan Amirus
Sodiq
(Jurnal Bisnis
dan Manajemen
Islam, Vol. 4,
No. 1, Juni
2016)
Analisis
Penilaian
Kinerja Bank
Syariah
berdasarkan
Indeks
Maqashid
Shariáh (Studi
Kasus pada 9
Bank Umum
Syariah di
Indonesia)
1. Education
2. Justice
3. Maslahah
1. Populasi:
Seluruh bank syariah
di Indonesia.
2. Sampel:
Bank Muamalat, PT.
Bank Syariah
Mandiri, Bank
Syariah Mega, BRI
Syariah, Bukopin
Syariah, Panin
Syariah, BCA
Syariah, BNI
Syariah, dan
Maybank
Syariah.
3. Teknik Sampling:
Purposive sampling.
4. Metode Analisis
Data:
One-Way ANOVA
(Analysis of
Variance).
Analisis penilaian kinerja
bank umum syariah di
Indonesia berdasarkan
indeks maqasid syariah
menghasilkan peringkat
sebagai berikut: 1) PT.
Bank Panin Syariah, 2)
BCA Syariah, 3) Bank
Muamalat, 4) Bukopin
Syariah, 5) BRI Syariah,
6) BNI Syariah, 7) PT.
Bank Syariah Mandiri, 8)
Maybank Syariah, dan 9)
Bank Mega Syariah.
Bersambung pada halaman selanjutnya
43
No.
Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Indikator Metode Penelitian Hasil Penelitian
6. Susanto
Wibowo (2015)
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Perbankan
Syariah dengan
Metode
CAMEL di
ASEAN (Studi
Komparatif:
Indonesia,
Malaysia,
Thailand)
1. Capital
Risk
2. Assets
Quality
3. Operating
Efficiency
4. Liquidity
Risk
5. Profitabili
ty
6. Growth
1. Populasi:
Seluruh bank syariah
di ASEAN.
2. Sampel:
Indonesia (PT. Bank
Muamalat
Indonesia), Malaysia
(Islamic Bank of
Malaysia), dan
Thailand (Islamic
Bank of Thailand).
3. Teknik Sampling:
Purposive sampling.
4. Metode Analisis
Data:
One-Way ANOVA
(Analysis of
Variance).
Rasio dari semua
indikator keuangan
perbankan syariah di
Indonesia berbeda secara
signifikan dengan di
Malaysia dan Thailand,
serta tidak ada yang
ditunjukkan secara
signifikan. Rasio rata-
rata perbankan syariah di
Indonesia yang lebih baik
adalah ROA dan ROE.
Yang baik adalah EEA,
LDR, serta AGR
dibandingkan dengan dua
negara ASEAN lainnya.
7. Bella Puspita
Sugari,
Bambang
Sunarko, Yayat
Giyatno
(2015)
Analisis
Perbandingan
Tingkat
Kesehatan Bank
Syariah dan
Konvensional
dengan
Menggunakan
Metode RGEC
(Risk Profile,
Good
Corporate
Governance,
1. Risk
profile
2. GCG
3. ROA
4. CAR
1. Populasi:
Seluruh Bank Umum
Konvensional dan
Bank Umum Syariah
yang ada di Indonesia
berjumlah 83 bank
(bank umum syariah
adalah 11 bank dan
71 bank umum
konvensional)
2. Sampel:
70 Bank (60 bank
konvensional dan 10
bank syariah)
3. Teknik Sampling:
Purposive sampling.
4. Metode Analisis
Data:
1. Tidak terdapat
perbedaan signifikan
dalam analisis tingkat
kesehatan bank syariah
dan bank konvensional
dinilai dengan metode
RGEC.
2. Terdapat perbedaan
signifikan risk profile
bank syariah dan bank
konvensional.
3. Terdapat perbedaan
signifikan GCG bank
syariah dan bank
konvensional.
4. Tidak terdapat
perbedaan signifikan
Earnings bank syariah
dan bank konvensional.
5. Tidak terdapat
perbedaan signifikan
Bersambung pada halaman selanjutnya
44
No.
Nama Peneliti
dan Judul
Penelitian
Indikator Metode Penelitian Hasil Penelitian
Earnings, and
Capital)
uji Man-Whitney Capital bank syariah dan
bank konvensional.
8 Melia
Kusumawati
(2013)
Analisis
Komparatif
Kinerja
Keuangan
Perbankan
berdasarkan
Metode
CAMELS dan
RGEC pada PT.
Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
1. CAR
2. KAP
(Kualitas
Aktiva
Produktif)
3. ROA
4. BOPO
5. LDR
6. MR
(Market
Risk)
7. NPL
1. Populasi:
Seluruh Bank yang
ada di Indonesia
2. Sampel:
PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk
periode 2010-2012
3. Metode Analisis
Data:
Analisis deskriptif
Berdasarkan hasil
penelitian yang
dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada
perbedaan signifikan
antara hasil analisis
kinerja keuangan Bank
Mandiri yang dilakukan
dengan menggunakan
metode CAMELS dan
RGEC. Secara umum
nilai rasio CAR, KAP,
ROA, BOPO, LDR dan
MR pada metode
CAMELS menunjukkan
bahwa kinerja Bank
Mandiri rata-rata dinilai
sangat baik. Hal
demikian ditunjukkan
pada penilaian dengan
metode RGEC yang nilai
rasio NPL, Likuiditas,
ROA dan CAR
mengalami peningkatan
selama tahun 2010-2012.
45
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran
Adanya kritik yang ditujukan kepada bank syariah
yang cenderung berorentasi pada keuntungan bukan
berdasarkan tujuan sosial
Terdapat ketidaksesuaian nilai dari penggunaan
indikator kinerja perbankan konvensional dengan objek
yang lebih luas yang terdapat pada perbankan syariah.
Pengukuran kinerja
perbankan syariah
dengan RGEC
Pengukuran kinerja
perbankan syariah dengan
maqashid al-shari’ah
framework
1. NPF
2. FDR
3. GCG
4. ROA
5. NOM
6. CAR
1. Bantuan
pendidikan (E1)
2. Kegiatan
penelitian (E2)
3. Kegiatan
pelatihan (E3)
4. Kegiatan
publikasi (E4)
5. Return yang adil
(E5)
6. Fungsi distribusi
(E6)
7. Produk bebas bunga
(E7)
8. Rasio Laba (E8)
9. Pendapatan Personal
(E9)
10. Rasio Investasi pada
Sektor Riil (E10)
Analisis kualitatif deskriptif
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Bank Syariah Lama Bank Syariah Baru
Analisis menurut periode berdirinya bank
Tujuan I: Tahdhib al-
Fard (Pendidikan
Individu)
Tujuan III: Jalb al-
Maslahah
(Kepentingan Publik)
Tujuan II: Iqamah al-
‘Adl (Pembentukan
Keadilan)
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Tujuan studi adalah
memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-
aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang,
organisasi, orientasi industri dan lainnya.
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis penilaian kinerja
perbankan syariah di Indonesia dilihat dari kesehatannya yang diukur dengan
metode RGEC dan Sharia Maqashid Index. Setelah mendapatkan hasil, akan
dilakukan perbandingan analisis secara deskriptif dan menarik kesimpulan
mana tingkat kesehatan bank yang terbaik. Dalam penelitian ini, perbankan
syariah di Indonesia akan diklasifikasikan menjadi dua periode bank. Bank
syariah lama yang lahir pada periode 1990-2005 dan bank syariah baru yang
lahir pada periode 2006-2016. Penelitian ini dilakukan berdasarkan Laporan
Tahunan (Annual Report) dan Laporan Keuangan Tahunan (Financial Report)
yang diterbitkan dan dipublikasi oleh situs resmi masing-masing perbankan
syariah di Indonesia dan telah terdaftar di Bank Indonesia (BI) serta Otoritas
47
Jasa Keuangan (OJK) selama tiga tahun berturut-turut dari periode tahun 2014-
2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
yang ada di Indonesia, dalam hal ini terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah (BUS) terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan periode 2014-2016.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).
Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sampel merupakan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan secara berturut-turut untuk periode
yaitu 2014, 2015, dan 2016.
2. Bank Umum Syariah (BUS) yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan dalam website BUS atau website resmi lainnya periode tahun 2014,
2015, dan 2016.
48
3. Bank Umum Syariah (BUS) yang mengeluarkan laporan Good Corporate
Governance (GCG) dan profil risiko pada tahun 2014- 2016.
4. Mengungkapkan data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian dan
tersedia dengan lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi
selama periode 2014 – 2016).
Tabel 3. 1 Daftar Sampel Bank Syariah di Indonesia
Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah (2017)
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang diperoleh meliputi Laporan Tahunan (Annual Report), Laporan
Keuangan Tahunan (Financial Report), dan lapoan Tata Kelola Peusahaan
(Good Corporate Governance) yang diterbitkan dan dipublikasikan dalam situs
resmi oleh masing-masing bank umum syariah, serta data dan informasi yang
diperoleh melalui situs resmi Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
No. Urut Nama Bank Tahun Berdiri
Bank Umum Syariah Lama (1990-2005)
1 PT. Bank Muamalat Indonesia 1991
2 PT. Bank Syariah Mandiri 1999
3 PT. Bank Mega Syariah 2004
Bank Umum Syariah Baru (2006-2016)
4 PT. Bank BRI Syariah 2008
5 PT. Bank Syariah Bukopin 2008
6 PT. Bank Panin Syariah 2009
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah 2010
8 PT. Bank Victoria Syariah 2010
9 PT. BCA Syariah 2010
10 PT. Bank BNI Syariah 2010
11 PT. Maybank Syariah Indonesia 2010
12 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 2014
49
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian
2. Menghitung rasio penelitian RGEC
Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung dan
merata-rata nilai variabel penelitian dari RGEC di 12 bank umum syariah
Indonesia. Menghitung faktor-faktor yang ada pada rasio RGEC untuk
masing-masing laporan keuangan pada masing-masing bank syariah. Rasio-
rasionya adalah:
a. Risk Profile, diwakili oleh rasio NPF (Non Performing Financing) dan
FDR (Financing to Debt Ratio).
NPF = Kredit Bermasalah
Total Kredit×100%
FDR= Total Pembiayaan
Dana Pihak Ketigax100%
b. Good Corporate Governance
Penilaian GCG diambil dari hasil self assessment pada laporan
GCG bank syariah yang terkait.
c. Earnings, diwakili oleh rasio ROA (Return on Assets) dan NOM (Net
Operation Margin)
ROA = Laba sebelum pajak
Rata-rata total aset×100%
50
NOM =
Pendapatan penyaluran dana
setelah bagi hasil-Beban operasional
Rata-rata aktiva produktif×100%
d. Capital, diwakili oleh CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR = Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko×100%
3. Mendeskripsikan dan menganalisis mengenai perhitungan rasio RGEC pada
kategori bank syariah lama dan kategori bank syariah baru
4. Membandingkan tingkat kesehatan bank antara kedua kategori bank
tersebut dengan melakukan penilaian pada setiap rasionya.
5. Menghitung nilai variabel penelitian maqashid al-shari’ah
Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah pemberian
peringkat dan membandingkan rasio RGEC adalah menghitung dan merata-
rata rasio penelitian dari maqashid al-shari’ah di 12 bank umum syariah
Indonesia. Tahapan dalam perhitungan tersebut berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya (Mohammed et al, 2008) adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rasio kinerja pada masing-masing bank syariah. Rasio-
rasionya adalah:
R1 = Bantuan Pendidikan/Total Beban
R2 = Beban Penelitian/Total Beban
R3 = Beban Pelatihan/Total Beban
R4 = Beban Promosi/Total Beban
R5 = Laba/Total Pendapatan
R6 = Investasi Mudarabah dan Musharakah/Total Investasi
R7 = Pendapatan Bebas Bunga/Total Pendapatan
R8 = Laba Bersih/Total Aset
R9 = Zakat/Laba Bersih
R10 = Investasi pada Sektor Ekonomi Riil/Total Investasi
51
b. Melakukan pembobotan untuk masing-masing tujuan syariah sesuai
dengan bobot rasio yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
IK11 = B1 x E1 x R1
IK21 = B1 x E2 x R2
IK31 = B1 x E3 x R3
IK41 = B1 x E4 x R4
IK12 = B2 x E5 x R5
IK22 = B2 x E6 x R6
IK32 = B2 x E7 x R7
IK13 = B3 x E8 x R8
IK23 = B3 x E9 x R9
IK33 = B3 x E10 x R10
Keterangan:
IKn = Indikator Kinerja ke-n
Bn = Bobot untuk tujuan ke-n
En = Bobot untuk elemen ke-n
Rn = Rasio ke-n
c. Menjumlahkan indikator kinerja masing-masing tujuan syariah untuk
mengetahui nilai tujuan-tujuan syariah pada masing-masing bank
dengan rumus sebagai berikut:
IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31
IK (T2) = -IK12 + IK22 + IK32
IK (T3) = IK13 + IK23 + IK33
Keterangan:
IK (Tn) = Total Indikator Kinerja untuk Tujuan ke-n
IKn = Indikator Kinerja ke-n
Catatan: IK12 yang merupakan indikator kinerja untuk rasio fair returns
memiliki nilai pengurang dalam penjumlahan tujuan pembentukan
keadilan (Rusdiyana dalam Imansari, 2015), sehingga semakin rendah
nilainya akan semakin baik nilai tujuan pembentukan keadilannya.
52
d. Menjumlahkan nilai tujuan-tujuan untuk mengetahui nilai Maqashid
Index (MI) dengan rumus sebagai berikut:
MI = IK (T1) + IK (T2) + IK (T3)
Keterangan:
MI = Maqasid Index
IK (T1) = Total indikator untuk tujuan pendidikan individu
IK (T2) = Total indikator untuk tujuan pembentukan keadilan
IK (T3) = Total indikator untuk tujuan kepentingan publik
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Simple Additive
Weighting (SAW) seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya. Metode
ini digunakan untuk melihat seberapa besar pencapaian Maqasid Index (MI)
pada perbankan syariah dengan melakukan penjumlahan masing-masing
rasio yang memiliki bobot nilai tertentu yang telah ditentukan oleh pakar
syariah di dunia (Antonio, 2012).
Tabel 3.2 di bawah ini menjabarkan secara lengkap bobot nilai dari
masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Bobot Nilai Rata-rata Maqashid al-Shari'ah
Tujuan
Bobot
Rata-Rata
(Skala 1)
Elemen
Bobot
Rata-Rata
(Skala 1)
T1.
Pendidikan
Individu
0,30 E1. Bantuan Pendidikan 0,24
E2. Penelitian 0,27
E3. Pelatihan 0,26
E4. Publisitas 0,23
Total 1
T2.
Pembentukan
Keadilan
0,41 E5. Fair Returns 0,30
E6. Distribusi Fungsional 0,32
E7. Produk Bebas Bunga 0,38
Total 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
53
Sumber: Mohammed et al tahun 2008
6. Setelah melakukan perhitungan nilai maqasid index, lalu bank diberi
peringkat. Bank syariah yang memiliki hasil penjumlahan tertinggi akan
memiliki peringkat yang tinggi pula dalam pencapaian tujuannya.
7. Membandingkan kinerja antara bank syariah lama dengan bank syariah baru
menggunakan RGEC dan Sharia Maqashid Index.
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3. 3 Operasional Variabel
Variabel Indikator Perhitungan
Skala
Pengu-
kuran
Risk
Profile
NPF NPF =
Kredit Bermasalah
Total Kredit×100%
Rasio
FDR FDR =
Total Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga𝑥100%
Rasio
GCG GCG Nilai Komposit hasil dari self assessment Nomina
l
Earnings
ROA ROA =
Laba sebelum pajak
Rata-rata total aset×100%
Rasio
NOM NOM=
Pendapatan penyaluran dana
setelah bagi hasil-Beban operasional
Rata-rata aktiva produktif×100%
Rasio
Tujuan
Bobot
Rata-Rata
(Skala 1)
Elemen
Bobot
Rata-Rata
(Skala 1)
T3.
Kepentingan
Publik
0,29 E8. Rasio Laba 0,33
E9. Pendapatan Personal 0,30
E10. Rasio Investasi pada
Sektor Riil
0,37
Total 1 Total 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
54
Variabel Indikator Perhitungan
Skala
Pengu-
kuran
Capital
CAR CAR=
Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko×100%
Rasio
Educating
Individual
Education
Grant
Education Grant =
Education Grant or Scholarship
Total Expenses
Rasio
Research Research= Research Expenses
Total Expenses
Rasio
Training Training= Training Expenses
Total Expenses
Rasio
Publicity Publicity= Publicity Expenses
Total Expenses
Rasio
Establishi
ng Justice
Fair
Returns
Fair Returns=
Profit Equalization Reserves (PER)
Net or Investment Income
Rasio
Functional
Distributio
n
Functional Distribution=
Mudharabah and Musharakah Modes
Total Investment Modes
Rasio
Interest
Free
Product
Interest Free Product=
Interest Free Income
Total Income
Rasio
Maslahah
Profit
Ratio Profit Ratio=
Net Income
Total Assets
Rasio
Personal
Income Personal Income=
Zakah Paid
Net Asset
Rasio
Investmen
t Ratio in
Real
Sector
Investment Ratio in Real Sector=
Investment in Real Economic Sector
Total Investment
Rasio
55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC
Dalam penelitian ini, perhitungan kinerja keuangan Bank Syariah dengan
metode RGEC menggunakan beberapa rasio, diantaranya rasio Non Performing
Financing (NPF), Financing to Debt Ratio (FDR), Good Corporate
Governance (GCG), Return On Assets (ROA), Net Operating Margin (NOM),
dan Capital Adequacy Ratio (CAR).
1. Risk Profile
Profil risiko pada penelitian ini diwakilkan oleh risiko kredit dan
risiko likuiditas. Risiko kredit dihitung menggunakan rasio Non Performing
Financing (NPF), sedangkan risiko likuiditas dihitung dengan
menggunakan rasio Financing to Debt Ratio (FDR).
a. Non Performing Financing (NPF)
Rasio ini mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
kualitas pembiayaan bank syariah yang semakin buruk. Bank syariah
dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank (Ihsan, 2013).
56
Tabel 4. 1 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF
Rasio NPF Predikat Peringkat
NPF < 2% Sangat Baik Peringkat 1
2% ≤ NPF < 5% Baik Peringkat 2
5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik Peringkat 3
8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik Peringkat 4
NPF ≥ 12% Sangat Kurang Peringkat 5
Sumber: SE BI No 9/24/DPbs Tahun 2007
Tabel 4. 2 Rasio Non Performing Financing (NPF)
No.
Nama Bank
Rasio NPF pada tahun
Rata-rata 2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank
Muamalat
Indonesia (1991)
4,85% 4,20% 1,40% 3,48%
2. PT. Bank Syariah
Mandiri (1999)
4,29% 4,05% 3,13% 3,82%
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
1,81% 3,16% 2,81% 2,59%
Rata-rata NPF Bank Syariah Lama 3,30%
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008)
3,65% 3,89% 3,19% 3,58%
2. PT. Bank
Syariah Bukopin
(2008)
3,34% 2,74% 2,72% 2,93%
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
0,29% 1,94% 1,86% 1,36%
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010)
5,84% 6,93% 17,91% 5,90%
5. PT. Bank
Victoria Syariah
(2010)
4,75% 4,82% 4,35% 4,64%
6. PT. BCA
Syariah (2010)
0,10% 0,50% 0,20% 0,27%
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010)
1,04% 1,46% 1,64% 1,38%
8. PT. Maybank
Syariah
Indonesia (2010)
5,04%
35,15% 43,99% 28,06%
Bersambung pada halaman selanjutnya
57
No.
Nama Bank
Rasio NPF pada tahun
Rata-rata 2014 2015 2016
9. PT. Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional Syariah
(2014)
0,87% 0,17% 0,20% 0,41%
Rata-rata NPF Bank Syariah Baru 5,39%
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rasio NPF bank
syariah lama mendapat predikat “baik” dengan besar rasio 3,30%. Hal ini
berarti bank syariah lama menduduki peringkat kedua. Sedangkan rasio
NPF bank syariah baru mendapat predikat “cukup baik” dengan besar
rasio 5,39%, dan berarti bank syariah baru menduduki peringkat ketiga.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan bank syariah lama
lebih baik dibandingkan dengan kualitas pembiayaan bank syariah baru.
Bank syariah baru cenderung memperbesar biaya, baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank. Posisi NPF yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu di
bawah 5%. Rasio NPF berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan.
Semakin tinggi rasio NPF, maka kinerja perbankan semakin menurun.
Dengan besarnya rasio bank syariah baru melebihi 5%, berarti bank
syariah baru memiliki pembiayaan bermasalah yang semakin besar.
Maka dari itu bank syariah baru cenderung akan mengalami kerugian
yang disebabkan tingkat pengembalian yang macet, sehingga
berpengaruh pada rentabilitas bank.
58
Meskipun secara rata-rata keseluruhan, bank syariah lama
memiliki rasio NPF yang lebih baik dari pada bank syariah baru. Namun,
jika dilihat dari nilai rasio tiap perusahaan, yang memiliki rasio NPF yang
paling baik didapatkan oleh salah satu bank yang termasuk bank syariah
baru yaitu PT. BCA Syariah dengan nilai rasio sebesar 0,27%.
b. Financing to Debt Ratio (FDR)
Rasio ini mengukur perbandingan jumlah yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Financing to Debt Ratio (FDR)
digunakan dalam pengukuran risiko likuiditas. Bank memberikan kredit
kepada nasabahnya dengan sumber dana yang berasal dari simpanan
nasabah. Simpanan nasabah tersebut terdiri atas giro, tabungan, dan
deposito.
Rasio FDR ini menunjukkan apakah kredit yang diterbitkan pihak
bank mampu mengimbangi kewajiban bank untuk memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah dipergunakan oleh
pihak untuk menyalurkan kredit. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.
15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum, standar nilai
maksimal FDR yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 110% dan nilai
minimalnya adalah 85%. Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi
rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan semakin
besar. Namun sebaliknya, semakin rendah FDR menunjukkan efektifitas
bank kurang dalam penyaluran kredit atau dalam melaksanakan fungsi
intermediasinya.
59
Tabel 4. 3 Rasio Financing to Debt Ratio (FDR)
No. Nama Bank Rasio FDR pada tahun Rata-rata
2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank Muamalat
Indonesia (1991)
84,14% 90,30% 95,13% 89,86%
2. PT. Bank Syariah
Mandiri (1999)
82,13% 81,99% 79,19% 81,10%
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
93,61% 98,49% 95,24% 95,78%
Rata-rata FDR Bank Syariah Lama 88,91%
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008)
86,49% 86,49% 86,49% 86,49%
2. PT. Bank Syariah
Bukopin (2008)
90,54% 90,54% 90,54% 90,54%
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
94,15% 94,15% 94,15% 94,15%
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010)
99,06% 99,06% 99,06% 99,06%
5. PT. Bank Victoria
Syariah (2010)
97,05% 97,05% 97,05% 97,05%
6. PT. BCA Syariah
(2010)
90,90% 90,90% 90,90% 90,90%
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010)
89,70% 89,70% 89,70% 89,70%
8. PT. Maybank
Syariah Indonesia
(2010)
134,35
%
134,35% 134,35% 134,35%
9. PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah (2014)
94,42% 94,42% 94,42% 94,42%
Rata-rata FDR Bank Syariah Baru 97,41%
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rasta-rata rasio FDR
bank syariah lama memiliki besar rasio 88,91%. Sedangkan bank syariah
60
baru memiliki besar rata-rata rasio 97,41%. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No. 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum,
rata-rata rasio FDR bank syariah lama dan bank syariah baru masih berada
pada standar yang berlaku yaitu 85%-110%. Hal ini berarti rata-rata rasio
FDR yang dicapai bank syariah baru di atas rata-rata rasio FDR bank syariah
lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bank syariah lama menyalurkan
sebesar 88,91% dari seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun. Sementara
11,09% sisanya belum tersalurkan ke pihak yang membutuhkan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa bank syariah lama menjalankan fungsinya kurang
baik atau kurang efektif dalam menyalurkan kreditnya (fungsi intermediasi).
Sedangkan bank syariah baru berhasil menyalurkan sebesar 97,41% dari
seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun. Berarti hanya 2,59% sisanya yang
belum berhasil disalurkan ke pihak yang membutuhkan, dan dapat dikatakan
bahwa bank syariah baru sudah menjalankan fungsinya dengan baik atau
cukup efektif dalam menyalurkan kreditnya (fungsi intermediasi). Dengan
demikian, kinerja bank syariah baru lebih baik dibandingkan dengan kinerja
bank syariah lama.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance (GCG) merupakan tata kelola
perusahaan dengan baik dan benar. Penilaian terhadap faktor GCG ini ialah
berdasarkan hasil self assessment terhadap penerapan GCG.
61
Tabel 4. 4 Matriks Penilaian GCG
Nilai Komposit GCG dari Self
Assessment
Predikat Komposit
Nilai komposit < 1,5 Sangat Baik
1,5 < nilai komposit < 2,5 Baik
2,5 < nilai komposit < 3,5 Cukup Baik
3,5 < nilai komposit < 4,5 Kurang Baik
4,5 < nilai komposit < 5 Tidak Baik
Sumber: PBI No.13/1/PBI/2011
Tabel 4. 5 Nilai Komposit GCG dari Hasil Self Assessment
No.
Nama Bank
Nilai Komposit GCG
Rata-rata 2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank
Muamalat
Indonesia
(1991)
3,0 2,0 2,0 2,3
2. PT. Bank
Syariah
Mandiri (1999)
2,0 1,0 1,0 1,3
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
2,0 1,5 2,0 1,8
Rata-rata FDR Bank Syariah Lama 1,8
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008) 1,7 1,6 1,6 1,7
2. PT. Bank
Syariah
Bukopin (2008) 2,0 1,5 2,0 1,8
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
1,4
2,0
2,0
1,8
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010) 1,9 2,5 2,5 2,3
5. PT. Bank
Victoria
Syariah (2010) 1,9 3,0 2,0 2,3
6. PT. BCA
Syariah (2010) 1,0 1,0 1,0 1,0
Bersambung pada halaman selanjutnya
62
No.
Nama Bank
Nilai Komposit GCG
Rata-rata 2014 2015 2016
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010) 2,0 2,5 2,0 2,2
8. PT. Maybank
Syariah
Indonesia
(2010) 2,0 3,0 3,0 2,7
9. PT. Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional
Syariah (2014) 2,0 2,0 2,0 2,0
Rata-rata FDR Bank Syariah Baru 2,0
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa bank syariah lama
memiliki rata-rata nilai komposit GCG lebih kecil yaitu 1,8 dibandingkan
dengan rata-rata nilai komposit GCG bank syariah baru sebesar 2,0. Namun,
keduanya sama-sama mendapatkan predikat “baik” pada nilai komposit
GCG yang dimilikinya. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, semakin kecil
nilai komposit Good Corporate Governance maka semakin bagus pula tata
kelola perusahaan tersebut. Tabel 4.5 diatas mengindikasikan bahwa bank
syariah lama memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan bank
syariah baru berdasarkan nilai komposit GCG.
Meskipun secara rata-rata keseluruhan, bank syariah lama memiliki
nilai komposit GCG yang lebih baik dari pada bank syariah baru. Namun,
jika dilihat dari nilai rasio tiap perusahaan, yang memiliki nilai komposit
GCG yang paling baik didapatkan oleh salah satu bank pada bank syariah
baru yaitu PT. BCA Syariah dengan nilai komposit GCG sebesar 1,0.
63
3. Earnings
Pada perhitungan faktor earnings atau rentabilitas, pada penelitian
ini akan diwakilkan oleh perhitungan rasio Return On Assets (ROA) dan Net
Operating Margin (NOM).
a. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah rasio laba sebelum pajak dalam
12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang
sama. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Rivai, 2007).
Tabel 4. 6 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA
Rasio ROA Predikat Peringkat
ROA > 1,5% Sangat Baik Peringkat 1
1,25% < ROA ≤ 1,5% Baik Peringkat 2
0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Baik Peringkat 3
0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Baik Peringkat 4
ROA ≤ 0% Sangat Kurang Peringkat 5
Sumber: PBI No 131/1/PBI/2011
Tabel 4. 7 Rasio Return on Assets (ROA)
No. Nama Bank Rasio ROA pada tahun Rata-rata
2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank
Muamalat
Indonesia (1991)
0,17% 0,20% 0,22% 0,20%
2. PT. Bank
Syariah Mandiri
(1999)
0,17% 0,56% 0,59% 0,44%
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
0,29% 0,30% 2,63% 1,07%
Rata-rata ROA Bank Syariah Lama
0,57%
Bersambung pada halaman selanjutnya
64
No. Nama Bank Rasio ROA pada tahun Rata-rata
2014 2015 2016
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008)
0,08% 0,77% 0,95% 0,60%
2. PT. Bank
Syariah Bukopin
(2008)
0,27% 0,79% 0,76% 0,61%
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
1,99% 1,14% 0,37% 1,17%
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010)
0,69% 0,25% -8,09% -2,38%
5. PT. Bank
Victoria Syariah
(2010)
-1,87% -2,36% -2,19% -2,14%
6. PT. BCA
Syariah (2010)
0,80% 1,00% 1,10% 0,97%
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010)
1,27% 1,43% 1,44% 1,38%
8. PT. Maybank
Syariah
Indonesia (2010)
3,61% -20,13% -9,51% -8,68%
9. PT. Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional Syariah
(2014)
4,23% 5,24% 8,98% 6,15%
Rata-rata ROA Bank Syariah Baru -0,26%
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rasio ROA bank
syariah lama mendapat predikat “cukup baik” dengan besar rasio 0,57%.
Hal ini berarti bank syariah lama menduduki peringkat ketiga. Sedangkan
rasio ROA bank syariah baru mendapat predikat “sangat kurang” dengan
besar rasio dibawah 0% yaitu sebesar -0,26%, yang berarti bank syariah
baru mendapat peringkat kelima. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank
syariah lama memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan bank
syariah baru, karena nilai ROAnya lebih besar dari batas minimal Bank
65
Indonesia yaitu 0,5%. Sedangkan kinerja bank syariah baru sangat
kurang di bawah batas minimal dan bahkan minus. Selain itu,
berdasarkan besarnya rasio ROA yang dimiliki oleh bank syariah lama
menunjukkan bahwa semakin besar pula tingkat pendapatan/laba yang
diterima bank tersebut dari total aset yang dimilikinya.
Meskipun secara rata-rata keseluruhan, bank syariah lama
memiliki rasio ROA yang lebih baik dari pada bank syariah baru. Namun,
jika dilihat dari nilai rasio tiap perusahaan, yang memiliki rasio ROA
yang paling baik didapatkan oleh salah satu bank yang termasuk kategori
bank syariah baru yaitu PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
dengan nilai rasio sebesar 6,15%.
b. Net Operating Margin (NOM)
Rasio Net Operating Margin (NOM) untuk menilai profitabilitas
bank syariah. Net Operating Margin (NOM) digunakan untuk
mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba.
Menurut SE BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007 batas bawah rasio NOM yang
dikatakan baik adalah 1,5%. Apabila rasio NOM lebih kecil dari 1,5%,
kinerjanya dapat dikatakan kurang baik.
Tabel 4. 8 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NOM
Rasio NOM Predikat Peringkat
NOM > 3% Sangat Baik Peringkat 1
3% < NOM ≤ 2% Baik Peringkat 2
2% < NOM ≤ 1,5% Cukup Baik Peringkat 3
1,5% < NOM ≤ 1% Kurang Baik Peringkat 4
NOM < 1% Sangat Kurang Peringkat 5
Sumber: SE BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007
66
Tabel 4. 9 Rasio Net Operating Margin (NOM)
No.
Nama Bank
Rasio NOM pada tahun
Rata-rata 2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank
Muamalat
Indonesia (1991)
3,40% 4,09% 3,21% 3,57%
2. PT. Bank
Syariah Mandiri
(1999)
6,19% 5,75% 6,16% 6,03%
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
8,33% 9,34% 7,56% 8,41%
Rata-rata NOM Bank Syariah Lama 6,00%
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008)
6,04% 6,38% 6,37% 6,26%
2. PT. Bank
Syariah Bukopin
(2008)
2,75% 3,14% 3,31% 3,07%
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
4,38% 3,83% 3,49% 3,90%
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010)
4,88% 5,68% -27,84%
-5,76%
5. PT. Bank
Victoria Syariah
(2010)
3,34% -2,61% -2,74% -0,67%
6. PT. BCA
Syariah (2010)
4,20% 4,90% 4,80% 4,63%
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010)
8,15% 8,25%
8,32% 8,24%
8. PT. Maybank
Syariah
Indonesia (2010)
6,65% 6,54% 4,99% 6,06%
9. PT. Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional Syariah
(2014)
4,99% 6,48% 11,23% 7,68%
Rata-rata NOM Bank Syariah Terbaru 3,71%
Sumber: Data diolah tahun 2017
67
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa rasio NOM bank
syariah lama mendapat predikat “sangat baik” dengan besar rasio 6,00%,
dan berarti menduduki peringkat pertama. Begitupun dengan bank
syariah baru juga mendapat predikat “sangat baik” dengan besar rasio
3,71%, dan berarti mendapat peringkat pertama. Namun dilihat dari
besarnya rasio kedua kategori bank tersebut, bank syariah baru memiliki
rasio NOM yang lebih kecil dibandingkan dengan rasio NOM bank
syariah lama. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja bank syariah lama
lebih baik dibandingkan dengan kinerja bank syariah baru.
Secara rata-rata keseluruhan, bank syariah lama memiliki rasio
NOM yang lebih baik dari pada bank syariah baru. Namun, jika dilihat
dari nilai rasio tiap perusahaan, yang memiliki rasio NOM yang paling
baik adalah PT. Bank Mega Syariah dengan nilai rasio sebesar 8,41%.
4. Capital
Rasio untuk mengukur kecukupan modal adalah Capital Adequacy
Ratio (CAR).
Tabel 4. 10 Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR
Rasio CAR Predikat Peringkat
CAR ≥12% Sangat Baik Peringkat 1
9% ≤ CAR < 12 Baik Peringkat 2
8% ≤ CAR < 9% Cukup Baik Peringkat 3
6% ≤ CAR < 8% Kurang Baik Peringkat 4
CAR ≤ 6% Sangat Kurang Peringkat 5
Sumber: SE BI no. 6/23/DPNP tahun 2004
68
Tabel 4. 11 Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
No. Nama Bank Rasio CAR pada tahun Rata-rata
2014 2015 2016
Bank Syariah Lama
1. PT. Bank
Muamalat
Indonesia
(1991)
13,91% 12,00% 12,74% 12,88%
2. PT. Bank
Syariah Mandiri
(1999)
14,76% 12,85% 14,01% 13,87%
3. PT. Bank Mega
Syariah (2004)
19,26% 18,74% 23,53% 20,51%
Rata-rata CAR Bank Syariah Lama 15,76%
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI
Syariah (2008)
12,89% 13,94% 20,63% 15,82%
2. PT. Bank
Syariah
Bukopin (2008)
14,80% 16,31% 17,00% 16,04%
3. PT. Bank Panin
Syariah (2009)
25,69% 20,30% 18,17% 21,39%
4. PT. Bank Jabar
Banten Syariah
(2010)
15,83% 22,53% 18,25% 18,87%
5. PT. Bank
Victoria Syariah
(2010)
15,27% 16,14% 15,98% 15,80%
6. PT. BCA
Syariah (2010)
29,60% 34,30% 36,70% 33,53%
7. PT. Bank BNI
Syariah (2010)
18,76% 18,16% 17,81% 18,24%
8. PT. Maybank
Syariah
Indonesia
(2010)
52,13% 38,40% 55,06% 48,53%
9. PT Bank
Tabungan
Pensiunan
Nasional
Syariah (2014)
33,88% 19,93% 23,80% 25,87%
Rata-rata CAR Bank Syariah Baru 23,79%
Sumber: Data diolah tahun 2017
69
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa rasio CAR bank
syariah lama mendapat predikat “sangat baik” dengan besar rasio 15,76%.
Hal ini berarti bank syariah lama menduduki peringkat pertama. Begitupun
dengan bank syariah baru juga mendapat predikat “sangat baik” dengan
besar rasio 23,79%. Hal ini berarti bank syariah baru mendapatkan peringkat
pertama pula. Namun dilihat dari besarnya rasio kedua kategori bank
tersebut, bank syariah baru memiliki rasio CAR yang lebih besar
dibandingkan dengan rasio CAR bank syariah lama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bank syariah baru memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan bank syariah lama. Bank syariah dengan dua kategori
tersebut sama-sama memiliki kemampuan yang baik dalam penyediaan
dana untuk keperluan pengembangan usaha dan hal menampung risiko
kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Semakin besar
rasio CARnya menunjukkan bahwa semakin besar pula kecukupan modal
yang dimiliki.
Secara rata-rata keseluruhan, bank syariah dengan baru memiliki
rasio CAR yang lebih baik dari pada bank syariah lama. Namun, jika dilihat
dari nilai rasio tiap perusahaan, yang memiliki rasio CAR yang paling baik
adalah PT. Maybank Syariah Indonesia dengan nilai rasio sebesar 48,53%.
B. Perbandingan Penilaian Kinerja Bank antara Bank Syariah Lama dan
Bank Syariah Baru Menggunakan Penilaian RGEC
Perbandingan kinerja bank antara bank syariah lama dan bank syariah
baru dilakukan dengan pemberian nilai pada masing-masing indikator RGEC
70
yang memiliki rata-rata rasio yang lebih baik. Pengecualian untuk rasio NPF,
FDR, dan nilai komposit GCG berlaku kebalikan karena rasio NPF, FDR, dan
nilai komposit GCG apabila dikategorikan baik yaitu memiliki rasio yang lebih
kecil. Selanjutnya dilihat pada akhir manakah bank yang mendapatkan
penilaian rasio rata-rata lebih baik. Setelah itu dapat diambil kesimpulan dari
perhitungan tersebut mana yang memiliki kinerja bank yang paling baik antara
bank syariah lama dan bank syariah baru. Berikut ini merupakan tabel
perhitungan RGEC pada bank syariah lama dan bank syariah baru periode 2014-
2016 :
Tabel 4. 12 Perbandingan Indikator RGEC Bank Syariah Lama dan Bank
Syariah Baru
No. Indikator
RGEC
Rasio Rata-
rata Bank
Syariah Lama
Rasio Rata-
rata Bank
Syariah Baru
Penilaian Rasio
Rata-rata yang
Lebih Baik
1 NPF 3,30% 5,39% Bank Syariah Lama
2 FDR 88,91% 97,41% Bank Syariah Baru
3 GCG 1,8 2,0 Bank Syariah Lama
4 ROA 0,57% -0,26% Bank Syariah Lama
5 NOM 6% 3,71% Bank Syariah Lama
6 CAR 15,76% 23,79% Bank Syariah Baru
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan dari hasil penilaian perbandingan tingkat kesehatan yang
telah dilakukan serta didukung dengan uraian pembahasan di atas, dapat
diketahui perbandingan kinerja bank syariah dengan kategori lama dan bank
syariah baru menggunakan rasio RGEC. Periode dalam penelitian ini adalah
tahun 2014-2016. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan yang
telah dipublikasikan di website resmi masing-masing bank. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini dalam menilai perbandingan kinerja bank
71
menunjukkan bahwa bank syariah lama periode tahun 2014-2016 mendapatkan
penilaian rasio rata-rata yang lebih baik dibandingkan dengan bank syariah
baru.
Keempat faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertama,
pada faktor profil risiko dengan rasio NPF menunjukkan bahwa pada bank
syariah lama memiliki nilai rasio yang jauh lebih baik dibandingkan bank
syariah baru, sehingga dapat dikatakan risiko yang dihadapi dapat ditangani
lebih baik oleh manajemen pada bank syariah lama. Namun, pada faktor profil
risiko dengan rasio FDR menunjukkan bahwa bank syariah baru memiliki rasio
yang jauh lebih baik dibandingkan bank syariah lama. Kedua, pada faktor GCG
(Good Corporate Governance), bank syariah lama memiliki nilai komposit
yang jauh lebih baik dibandingkan bank syariah baru, sehingga dapat dikatakan
bahwa tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh bank syariah lama sudah
lebih baik sesuai dengan ketentuan penerapan GCG dari pada bank syariah baru.
Ketiga, pada faktor rentabilitas yang ditunjukkan dengan rasio ROA dan NOM,
bank syariah lama juga memiliki nilai rasio yang jauh lebih baik dibandingkan
bank syariah baru,. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas bank syariah lama
dalam menghasilkan laba/pendapatan jauh lebih baik. Terakhir, pada faktor
modal yang ditunjukkan dengan rasio CAR, kali ini bank syariah baru yang
memiliki nilai rasio yang lebih baik daripada bank syariah lama. Rasio CAR
yang lebih baik menunjukkan bahwa penyediaan dana atas kecukupan modal
yang dimiliki untuk kegiatan operasional oleh bank syariah baru.
72
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa rasio FDR dan
rasio CAR pada bank syariah baru lebih baik dibandingkan bank syariah lama.
Nilai rasio FDR pada data tersebut menunjukkan bahwa bank syariah baru lebih
efektif dalam penyaluran kredit atau dalam melaksanakan fungsi
intermediasinya. Hal itu dapat dikatakan bahwa bank syariah baru sedang
concern dalam menarik minat customer melalui pembiayaan yang
disalurkannya sehingga kebermanfaatan dari bank syariah baru dapat dirasakan
secara efektif oleh masyarakat sebagai fungsi intermediasi. Dengan begitu
eksistensi dan elektabilitas dari bank syariah baru semakin meningkat.
Sedangkan nilai rasio CAR pada data tersebut menunjukkan bahwa bank
syariah baru memiliki kecukupan modal yang lebih baik dibandingkan bank
syariah lama. Besarnya kecukupan modal bank syariah baru tidak terlepas dari
penyertaan modal yang diberikan oleh bank induknya, terlebih bank-bank yang
masih tergolong muda dalam perbankan syariah. Sedangkan bank syariah lama
sudah tidak terlalu bergantung dengan bank induknya, terlebih bank muamalat
yang tidak memiliki bank induk.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa bank syariah lama memiliki kinerja bank yang lebih baik dibandingkan
dengan bank syariah baru pada tahun 2014-2016 berdasarkan rasio RGEC.
C. Analisis Kinerja Bank Syariah Berdasarkan Maqasid al-Shari’ah
1. Rasio Kinerja (RK) Bank Syariah Berdasarkan Maqasid al-Shari’ah
Berikut adalah rasio kinerja maqasid al-shari’ah 12 bank syariah di
Indonesia periode 2014 – 2016 untuk setiap tujuannya:
73
a. Tujuan Pertama: Pendidikan Individu (Tahdhib al-Fard)
Tabel 4. 13 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Pertama
No. Nama Bank
Rasio Kinerja Tujuan Pertama
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
R1 R2 R3 R4
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,00057 0,00346 0,01071 0,02870
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00000 0,00040 0,00816 0,01314
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00000 0,00000 0,00348 0,00000
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00019 0,00129 0,00745 0,01395
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00000 0,00000 0,00614 0,02302
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00050 0,00000 0,01544 0,02449
3. PT. Bank Panin Syariah 0,00000 0,00000 0,00732 0,02044
4.
PT. Bank Jabar Banten
Syariah 0,00000 0,00009 0,00000 0,00000
5.
PT. Bank Victoria
Syariah 0,00507 0,00000 0,00000 0,01520
6. PT. BCA Syariah 0,00801 0,00000 0,00521 0,00834
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00000 0,00000 0,01957 0,05064
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia 0,00000 0,00000 0,00890 0,01227
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,02482 0,03572
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,00151 0,00001 0,00971 0,02113
Sumber: Data diolah tahun 2017
Elemen pertama pada tujuan pertama yaitu bantuan pendidikan
(R1) yang digambarkan melalui beban pendidikan dibandingkan dengan
total beban. Semakin besar alokasi beban pendidikan dari total beban,
maka semakin baik bank tersebut dalam mengembangkan pendidikan
tenaga kerjanya. Pada elemen pertama ini, bank syariah baru memiliki
pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah lama, yaitu
74
dengan nilai rasio sebesar 0,00151 atau sebesar 0,15% dari total beban
dialokasikan untuk mengembangkan pendidikan tenaga kerjanya.
Sedangkan pada bank syariah lama memiliki nilai rasio sebesar 0,00019
atau 0,02% dari total beban dialokasikan untuk mengembangkan
pendidikan tenaga kerjanya.
Elemen kedua pada tujuan pertama yaitu kegiatan penelitian (R2)
yang digambarkan melalui beban penelitian dibandingkan dengan total
beban. Semakin besar alokasi beban pelatihan dari total beban, maka
semakin baik bank tersebut dalam mengupgrade kemampuan meneliti
tenaga kerjanya dan ditujukan juga untuk menganalisis perkembangan
bank syariah tersebut. Hal ini diperlukan agar bank syariah bisa lebih
berinovasi lagi. Pada elemen kedua ini, bank syariah lama memiliki
pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah baru, yaitu
dengan nilai rasio sebesar 0,00129 atau sebesar hanya mengalokasikan
0,13% dari total beban untuk beban penelitian. Sedangkan pada bank
syariah baru memiliki nilai rasio sebesar 0,00001 atau hanya
mengalokasikan 0,001% dari total beban untuk beban penelitian. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah lama lebih concern
dalam hal penelitian (research).
Elemen ketiga pada tujuan pertama yaitu kegiatan pelatihan (R3)
yang digambarkan melalui beban pelatihan dibandingkan dengan total
beban. Semakin besar alokasi beban pelatihan dari total beban, maka
semakin baik bank tersebut dalam mengupgrade keterampilan dan
75
profesionalitas tenaga kerjanya. Pada elemen ketiga ini, bank syariah
baru memiliki pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah
lama, yaitu dengan nilai rasio sebesar 0,00971 atau sebesar 0,97% dari
total beban dialokasikan untuk beban pelatihan. Sedangkan pada bank
syariah lama memiliki nilai rasio sebesar 0,00745 atau 0,75% dari total
beban dialokasikan untuk beban pelatihan tenaga kerja.
Elemen keempat pada tujuan pertama yaitu kegiatan publikasi
(R4) yang digambarkan melalui beban publikasi dibandingkan dengan
total beban. Semakin besar alokasi dananya untuk beban publikasi dari
total beban, maka semakin baik bank dalam publikasi produknya maupun
sebagai syiar mengenai bank syariah ke masyarakat, utamanya bagi yang
belum mengenal perbankan syariah. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masing-masing invidu terutama umat muslim
akan keberadaan bank syariah. Pada elemen keempat ini, bank syariah
baru memiliki pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah
lama, yaitu dengan nilai rasio sebesar 0,02113 atau sebesar 2,11% dari
total beban dialokasikan untuk beban publikasi. Sedangkan pada bank
syariah lama memiliki nilai rasio sebesar 0,01395 atau 1,40% dari total
beban dialokasikan untuk beban publikasi ke masyarakat.
76
b. Tujuan Kedua: Pembentukan Keadilan (Iqamah al-’Adl)
Tabel 4. 14 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Kedua
No. Nama Bank
Rasio Kinerja Tujuan Kedua
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
R5 R6 R7
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,01847 0,53838 0,92992
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,01049 0,26114 0,83456
3.
PT. Bank Mega
Syariah 0,01029 0,14395 0,66317
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,01308 0,31449 0,80922
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,01632 0,30656 0,95247
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,01126 0,46689 0,89254
3.
PT. Bank Panin
Syariah 0,02356 0,87008 0,95879
4.
PT. Bank Jabar Banten
Syariah 0,00093 0,22489 0,66403
5.
PT. Bank Victoria
Syariah 0,03195 0,68426 0,96242
6. PT. BCA Syariah 0,02518 0,48107 0,96919
7. PT. Bank BNI Syariah 0,01957 0,18738 0,95393
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia 0,01429 0,13825 0,96188
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,00745 0,00000 0,84857
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,01672 0,37327 0,90709
Sumber: Data diolah tahun 2017
Elemen pertama pada tujuan kedua yaitu fair returns (R5) yang
digambarkan melalui rasio laba dibandingkan dengan total pendapatan.
Semakin rendah laba atau keuntungan yang diterima oleh bank
dibandingkan dengan total pendapatan, maka bank syariah tersebut
dinilai semakin menerapkan tujuan keadilan. Pada elemen pertama ini
77
bank syariah Indonesia, yaitu bank syariah lama memiliki rasio sebesar
0,01308 atau 1,31% yang menunjukkan bahwa bank dinilai semakin
menerapkan tujuan pembentukan keadilan. Sebaliknya bank syariah
Indonesia, yaitu bank syariah baru memiliki rasio sebesar 0,01672 atau
1,67% dikarenakan tingginya laba terhadap total pendapatan. Hal ini
menunjukkan kurang baiknya nilai tujuan pembentukan keadilan pada
bank syariah baru dibandingkan penerapan tujuan keadilan bank syariah
lama. Pada bank syariah lama terdapat PT. Bank Mega Syariah yang
dapat menerapkan tujuan pembentukan keadilannya dengan baik, yaitu
dengan rasio 0,01029 atau 1,03%. Sedangkan pada bank syariah baru
terdapat PT. Bank Jabar Banten Syariah yang dapat menerapkan tujuan
pembentukan keadilannya dengan baik, yaitu dengan rasio 0,00093 atau
0,09%.
Elemen kedua pada tujuan kedua yaitu distribusi fungsional (R6)
yang digambarkan oleh rasio investasi dengan skema bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah) terhadap total investasi. Investasi dengan
skema bagi hasil dianggap lebih mencerminkan keadilan dikarenakan
bank ikut merasakan kondisi di saat untung maupun rugi. Pada elemen
kedua ini bank syariah baru, memiliki rasio lebih tinggi dibandingkan
bank syariah lama yaitu memiliki rasio sebesar 0,37327 atau 37,33% dari
total investasi yang menggunakan skema bagi hasil. Sedangkan rasio dari
bank syariah lama sebesar 0,31449 atau 31,45%. Pada bank syariah baru
terdapat PT. Bank Panin Syariah yang menggunakan skema bagi hasil
78
dari total investasi dengan baik yaitu dengan rasio 0,87008 atau 87,01%.
Sedangkan pada bank syariah lama terdapat PT. Bank Muamalat
Indonesia yang menggunakan skema bagi hasil dari total investasi
dengan baik yaitu dengan rasio 0,53838 atau 53,84%. Namun pada
elemen ini terdapat satu bank yang tidak menunjukkan adanya investasi
dengan skema bagi hasil, yaitu Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
yang termasuk pada kategori bank syariah terbaru, maka nilai rasionya
adalah 0,0000.
Elemen ketiga pada tujuan kedua yaitu produk bebas bunga (R7)
yang digambarkan melalui rasio pendapatan bebas bunga dibandingkan
dengan total pendapatan. Bank syariah baru memiliki rasio tertinggi
sebesar 0,90709 atau 90,71% pada elemen ketiga ini. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan bank syariah baru, memiliki aktivitas
yang terbebas dari unsur riba (bunga) adalah 90,71% dari total
pendapatannya. Sebaliknya bank syariah lama lebih rendah
dibandingkan dengan bank syariah baru, yaitu dengan rasio sebesar
0,80922 atau 80,92% dikarenakan rendahnya pendapatan bebas bunga
terhadap total pendapatan. Semakin tinggi rasio pendapatan yang bebas
dari bunga terhadap total pendapatannya, maka akan berdampak positif
terhadap berkurangnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam
kehidupan bermasyarakat dan hal ini dinilai semakin menerapkan tujuan
pembentukan keadilan.
79
c. Tujuan Ketiga: Kepentingan Publik (Jalb al-Maslahah)
Tabel 4. 15 Rasio Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan Ketiga
No. Nama Bank
Rasio Kinerja Tujuan Kedua
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
R8 R9 R10
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,00123 0,00013 0,90036
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00311 0,00012 0,90826
3.
PT. Bank Mega
Syariah 0,00750 0,00030 0,81362
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00394 0,00018 0,87408
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00384 0,00020 0,89889
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00369 0,00000 0,97174
3.
PT. Bank Panin
Syariah 0,10215 0,00029 0,92275
4.
PT. Bank Jabar
Banten Syariah -0,01701 0,00007 0,99962
5.
PT. Bank Victoria
Syariah -0,01408 0,00005 0,83118
6. PT. BCA Syariah 0,00569 0,00000 0,95736
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00937 0,00036 0,86851
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia -0,08926 0,00000 0,76207
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,03837 0,00000 1,00000
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,00475 0,00011 0,91246
Sumber: Data diolah tahun 2017
Elemen pertama pada tujuan ketiga yaitu rasio laba (R8) yang
menunjukkan kemampuan bank syariah untuk mengelola kekayaannya
secara optimal dan bijaksana untuk memperoleh laba yang tinggi. Pada
elemen pertama ini bank syariah baru memiliki rasio yang lebih besar
80
yaitu 0,00475 atau 0,48% dibandingkan dengan bank syariah lama
sebesar 0,00394 atau 0,39%. Hal ini menunjukkan laba bersih yang
diperoleh bank syariah baru adalah sebesar 0,48% dari total aset yang
dimilikinya. Pada kategori bank syariah baru terdapat PT. Bank Panin
Syariah yang memiliki rasio tertinggi, yaitu sebesar 0,10215 atau
10,22%. Sedangkan pada kategori bank syariah lama terdapat PT. Bank
Mega Syariah dengan rasio sebesar 0,00750 atau 0,75%. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa bank syariah di Indonesia dapat dikatakan masih
rendah dalam kemampuan mengelola aset untuk memperoleh laba tinggi.
Laba bersih yang tinggi memungkinkan bank syariah berkontribusi lebih
terhadap anggaran pemerintah untuk proyek-proyek pembangunan dan
untuk pelayanan sosial, serta dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Elemen kedua pada tujuan ketiga yaitu pendapatan personal (R9)
yang digambarkan oleh rasio zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah
terhadap laba bersihnya. Pada bank syariah baru ada empat bank tidak
mempublikasikan di laporan keuangan besarnya zakat yang dikeluarkan,
diantaranya Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah, Maybank Syariah
Indonesia, dan Bank Tabungan Pensiun Indonesia. Bank syariah lama
memiliki rasio lebih besar dibandingkan dengan bank syariah baru, yaitu
sebesar 0,00018 atau 0,02%. Hal ini berarti besarnya zakat yang
dikeluarkan oleh bank syariah lama setara dengan 0,02% dari laba
bersihnya. Pada bank syariah lama terdapat PT. Bank Mega Syariah yang
81
memiliki rasio paling besar diantara bank lainnya, yaitu sebesar 0,00030
atau 0,03%. Sedangkan bank syariah baru memiliki rasio lebih kecil dari
bank syariah lama, yaitu hanya sebesar 0,00011 atau 0,01%. Pada
kategori bank syariah baru terdapat BNI Syariah yang memiliki rasio
paling besar diantara bank lainnya, yaitu sebesar 0,00036 atau 0,04%.
Tingginya rasio zakat terhadap laba bersih ini menunjukkan transfer
pendapatan dan kekayaan kepada orang yang tidak mampu dan yang
membutuhkan, sehingga membantu dalam menangani kesenjangan pada
masyarakat.
Elemen ketiga pada tujuan ketiga yaitu rasio investasi pada sektor
riil (R10) yang digambarkan oleh investasi bank syariah pada sektor
ekonomi riil dibandingkan dengan seluruh investasi bank syariah.
Aktivitas investasi di sektor ekonomi riil memberikan dampak langsung
yang positif kepada perekonomian masyarakat dibandingkan dengan
aktivitas di sektor keuangan. Bank syariah baru memiliki rasio paling
tinggi yaitu sebesar 0,91246 yang menunjukkan 91,25% dari total
investasinya disalurkan untuk investasi di sektor ekonomi riil. Sedangkan
bank syariah lama memiliki rasio lebih kecil dibandingkan bank syariah
baru yaitu sebesar 0,87408 yang menunjukkan 87,41% dari total
investasinya disalurkan untuk investasi di sektor ekonomi riil.
82
2. Indikator Kinerja (IK) Bank Syariah
Setelah diketahui hasil perhitungan rasio kinerja rata-rata, maka
tahap selanjutnya adalah menentukan peringkat kinerja dari setiap bank
syariah, yang dilihat melalui Indikator Kinerja (IK) dari setiap bank syariah.
Proses menentukan peringkat tersebut menggunakan metode Simple
Additive Weighting (SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan proses
menentukan peringkat (weighting, aggregating, and ranking processes).
Berikut adalah indikator kinerja maqasid al-shari’ah 12 bank
syariah di Indonesia periode 2014 – 2016 untuk setiap tujuannya:
a. Tujuan Pertama: Pendidikan Individu (Tahdhib al-Fard)
Tabel 4. 16 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah
Tujuan Pertama
No. Nama Bank
Indikator Kinerja Tujuan Pertama
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
IK1(1) IK1(2) IK1(3) IK1(4)
Total
IK 1
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,00004 0,00028 0,00084 0,00198 0,00314
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00000 0,00003 0,00064 0,00091 0,00157
3.
PT. Bank Mega
Syariah 0,00000 0,00000 0,00027 0,00000 0,00027
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00001 0,00010 0,00058 0,00096 0,00166
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00000 0,00000 0,00048 0,00159 0,00207
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00004 0,00000 0,00120 0,00169 0,00293
3.
PT. Bank Panin
Syariah 0,00000 0,00000 0,00057 0,00141 0,00198
4.
PT. Bank Jabar
Banten Syariah 0,00000 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001
5.
PT. Bank Victoria
Syariah 0,00036 0,00000 0,00000 0,00105 0,00141
83
No. Nama Bank
Indikator Kinerja Tujuan Pertama
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
IK1(1) IK1(2) IK1(3) IK1(4)
Total
IK 1
6. PT. BCA Syariah 0,00058 0,00000 0,00041 0,00058 0,00156
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00000 0,00000 0,00153 0,00349 0,00502
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia 0,00000 0,00000 0,00069 0,00085 0,00154
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,00194 0,00246 0,00440
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,00011 0,00000 0,00076 0,00146 0,00232
Sumber: Data diolah tahun 2017
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan bank
syariah baru lebih baik dalam mencapai tujuan pertama (pendidikan
individu) dibandingkan dengan bank syariah lama. Keunggulan bank
syariah baru dalam mencapai tujuan pertama disebabkan oleh tingginya
kegiatan publikasi yang dilakukan oleh tenaga kerja bank syariah baru
selama periode 2014 – 2016. Dikarenakan bank syariah baru masih lebih
muda usianya dibandingkan dengan bank syariah lama, maka bank
syariah tersebut lebih concern pada bagian publikasinya. Sedangkan
pada bank syariah lama lebih concern pada elemen penelitian (research).
Hal tersebut dikarenakan bank syariah tersebut sudah lebih banyak
pengalaman di dunia perbankan syariah, sehingga perlu melakukan
penelitian untuk menciptakan inovasi-inovasi pada produknya.
84
b. Tujuan Kedua: Pembentukan Keadilan (Iqamah al-’Adl)
Tabel 4. 17 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah
Tujuan Kedua
No. Nama Bank
Indikator Kinerja Tujuan Kedua
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
IK2(1) IK2(2) IK2(3) Total IK 2
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,00227 0,07064 0,14488 0,21779
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00129 0,03426 0,13002 0,16558
3.
PT. Bank Mega
Syariah 0,00127 0,01889 0,10332 0,12347
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00161 0,04126 0,12608 0,16895
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00201 0,04022 0,14840 0,19062
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00138 0,06126 0,13906 0,20170
3.
PT. Bank Panin
Syariah 0,00290 0,11415 0,14938 0,26643
4.
PT. Bank Jabar
Banten Syariah 0,00011 0,02951 0,10346 0,13308
5.
PT. Bank Victoria
Syariah 0,00393 0,08977 0,14995 0,24365
6. PT. BCA Syariah 0,00310 0,06312 0,15100 0,21721
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00241 0,02458 0,14862 0,17561
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia 0,00176 0,01814 0,14986 0,16976
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah (2014) 0,00092 0,00000 0,13221 0,13312
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,00206 0,04897 0,14133 0,19235
Sumber: Data diolah tahun 2017
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan bank
syariah baru lebih baik dalam mencapai tujuan kedua (pembentukan
keadilan) dibandingkan dengan bank syariah lama. Keunggulan bank
syariah baru dalam mencapai tujuan kedua disebabkan oleh tingginya
85
produk bebas bunga yang disalurkan oleh bank syariah dengan kategori
terbaru selama periode 2014–2016. Sehingga berkurangnya kesenjangan
pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat dan semakin
menunjukkan tingkat pembentukan keadilan.
c. Tujuan Ketiga: Kepentingan Publik (Jalb al-Maslahah)
Tabel 4. 18 Indikator Kinerja Maqashid al-Shari’ah Tujuan
Ketiga
Sumber: Data diolah tahun 2017
No. Nama Bank
Indikator Kinerja Tujuan Ketiga
Rasio Rata-rata (Tahun 2014-2016)
IK3(1) IK3(2) IK3(3) Total IK 3
Bank Syariah Lama
1. Bank Muamalat 0,00012 0,00001 0,09661 0,09674
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00030 0,00001 0,09746 0,09776
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00072 0,00003 0,08730 0,08805
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00038 0,00002 0,09379 0,09418
Bank Syariah Baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00037 0,00002 0,09645 0,09684
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00035 0,00000 0,10427 0,10462
3. PT. Bank Panin Syariah 0,00978 0,00002 0,09901 0,10881
4.
PT. Bank Jabar Banten
Syariah -0,00163 0,00001 0,10726 0,10564
5.
PT. Bank Victoria
Syariah -0,00135 0,00000 0,08919 0,08784
6. PT. BCA Syariah 0,00054 0,00000 0,10273 0,10327
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00090 0,00003 0,09319 0,09412
8.
PT. Maybank Syariah
Indonesia -0,00854 0,00000 0,08177 0,07323
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,00367 0,00000 0,10730 0,11097
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Baru 0,00045 0,00001 0,09791 0,09837
86
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan bank
syariah baru lebih baik dalam mencapai tujuan ketiga (kepentingan
publik) dibandingkan dengan bank syariah lama. Hal ini dikarenakan
pada tujuan ketiga ini, bank syariah baru memiliki keunggulan pada rasio
laba dan tingginya investasi pada sektor ekonomi riil selama periode
2014 – 2016.
3. Maqashid Index (MI) Bank Syariah
Maqasid Index (MI) merupakan perhitungan secara keseluruhan
dari setiap indikator kinerja tiga tujuan syariah. Dalam penelitian ini
merupakan penjumlahan dari indikator kinerja tujuan pertama, kedua dan
ketiga. Di bawah ini adalah tabel maqasid index 12 bank syariah di
Indonesia periode 2014 – 2016:
Tabel 4. 19 Maqashid Index Bank Syariah di Indonesia Periode 2014-2016
No. Nama Bank IK 1 IK 2 IK 3
MI (IK1+
IK2+IK3)
Peringkat
Bank Syariah Lama
1.
PT. Bank
Muamalat
Indonesia 0,00314 0,21779 0,09674 0,31766
4
2.
PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00157 0,16558 0,09776 0,26492
8
3.
PT. Bank Mega
Syariah 0,00027 0,12347 0,08805 0,21179
12
Nilai Rata-rata Bank
Syariah Lama 0,00166 0,16895 0,09418 0,26479
Bank Syariah Baru
1.
PT. Bank BRI
Syariah 0,00207 0,19062 0,09684 0,28953
6
2.
PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00293 0,20170 0,10462 0,30925
5
3.
PT. Bank Panin
Syariah 0,00198 0,26643 0,10881 0,37723
1
87
No. Nama Bank IK 1 IK 2 IK 3
MI (IK1+
IK2+IK3)
Peringkat
4.
PT. Bank Jabar
Banten Syariah 0,00001 0,13308 0,10564 0,23872
11
5.
PT. Bank Victoria
Syariah 0,00141 0,24365 0,08784 0,33291
2
6. PT. BCA Syariah 0,00156 0,21721 0,10327 0,32204 3
7.
PT. Bank BNI
Syariah 0,00502 0,17561 0,09412 0,27475
7
8.
PT. Maybank
Syariah Indonesia 0,00154 0,16976 0,07323 0,24453
10
9.
PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Syariah 0,00440 0,13312 0,11097 0,24850
9
Nilai rata-rata
bank syariah
terbaru 0,00232 0,19235 0,09837 0,29305
Sumber: Data diolah tahun 2017
Dari tabel di atas terlihat bahwa secara keseluruhan rata-rata bank syariah
baru memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,29305. Sedangkan rata-rata bank
syariah lama hanya 0,26479. Namun jika dilihat secara parsial per bank, PT.
Bank Panin Syariah memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan bank syariah
lainnya yaitu sebesar 0,37723.
D. Perbandingan Penilaian Kinerja Bank antara Bank Syariah Lama dan
Bank Syariah Baru Menggunakan Penilaian Sharia Maqashid Index
Perbandingan penilaian kinerja bank antara bank syariah lama dan bank
syariah baru dilakukan dengan pemberian nilai pada masing-masing indikator
maqashid al-shari’ah yang memiliki rata-rata rasio yang lebih baik. Selanjutnya
dilihat pada akhir manakah bank yang mendapatkan penilaian rasio rata-rata
lebih baik. Setelah itu dapat diambil kesimpulan dari perhitungan tersebut mana
yang memiliki kinerja bank yang paling baik antara bank syariah lama dan bank
88
syariah baru. Berikut ini merupakan tabel perhitungan maqashid index pada
bank syariah lama dan bank syariah baru periode 2014-2016 :
Tabel 4. 20 Perbandingan Maqashid Index Bank Syariah Lama dan Bank
Syariah Baru
Sumber: Data diolah tahun 2017
Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian tujuan pertama yaitu
pendidikan individu paling baik oleh bank syariah baru, pencapaian tujuan
kedua yaitu pembentukan keadilan dilakukan paling baik oleh bank syariah baru
dan pencapaian tujuan ketiga yaitu kepentingan publik diraih oleh bank syariah
baru. Demikian, untuk kinerja secara keseluruhan dilihat dari maqasid index,
bank syariah baru memiliki nilai tertinggi. Hal ini dikarenakan pada bank
syariah baru terdapat PT. Bank Panin Syariah yang memiliki pencapaian yang
cukup bagus di ketiga tujuan, yaitu tujuan pendidikan individu, tujuan
pembentukan keadilan, maupun tujuan kepentingan publik. PT. Bank Panin
Syariah berhasil menempati peringkat pertama dari sampel 12 Bank Umum
Syariah yang terdapat di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sudrajat dan Amirus Sodiq (2016) berjudul ”Analisis
Penilaian Kinerja Bank Syariah berdasarkan Indeks Maqashid Shariáh” yang
No.
Indikator Kinerja
(IK) Maqashid al-
shariah
Nilai Rata-
rata IK Bank
Syariah Lama
Nilai Rata-
rata IK Bank
Syariah Baru
Maqashid al-
shariah yang
Lebih Baik
1. IK 1
(Pendidikan Individu)
0,00166 0,00232 Bank Syariah Baru
2. IK 2 (Pembentukan
Keadilan)
0,16895 0,19235 Bank Syariah Baru
3. IK 3
(Kepentingan Publik)
0,09418 0,09837 Bank Syariah Baru
Total Maqashid Index
(IK1+IK2+IK3)
0,26479 0,29305 Bank Syariah
Baru
89
mengambil sampel 9 bank syariah di Indonesia, dengan bertujuan memberi
peringkat kinerja bank syariah tersebut sebagai berikut: 1) PT. Bank Panin
Syariah, 2) BCA Syariah, 3) Bank Muamalat, 4) Bukopin Syariah, 5) BRI
Syariah, 6) BNI Syariah, 7) PT. Bank Syariah Mandiri, 8) Maybank Syariah,
dan 9) Bank Mega Syariah.
E. Perbandingan Kinerja Bank Menggunakan Penilaian RGEC dan Sharia
Maqashid Index
Tabel 4. 21 Perbandingan Kinerja dengan Penilaian RGEC dan Sharia
Maqashid Index
Sumber: Data diolah tahun 2017
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa penggunaan kedua
metode penilaian kinerja memberikan hasil yang berbeda. Pada penilain kinerja
bank syariah menggunakan metode RGEC didapatkan hasil bahwa bank
syariah lama memperoleh penilaian yang lebih baik dibandingkan bank syariah
baru. Hal ini dikarenakan bank syariah lama sudah mendapatkan kepercayaan
di masyarakat bahwa dari aspek non keuangan atau aspek syariahnya sudah
tidak diragukan lagi. Sehingga pada periode tahun 2014-2016 fokus bank
syariah lama adalah pada peningkatan aspek keuangannya. Sedangkan pada
penilaian kinerja bank syariah menggunakan metode Sharia Maqashid Index
didapatkan hasil bahwa bank syariah baru yang memperoleh penilaian yang
No. Metode Penilaian Kinerja Bank
Syariah
Bank dengan Penilaian Lebih
Baik
1. RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings,
Capital)
Bank Syariah Lama
2. Sharia Maqashid Index Bank Syariah Baru
90
lebih baik dibandingkan bank syariah lama. Hal ini dikarenakan pada periode
tahun 2014-2016 bank syariah baru lebih concern menempatkan bargaining
position di masyarakat mengenai aspek syariahnya. Sehingga tidak lagi
muncul anggapan bahwa bank syariah baru adalah bank konvensional yang
hanya berubah nama sebagai bank syariah. Namun juga, didukung oleh segala
aktivitas syariahnya seperti pendidikan individu (education), pembentukan
keadilan (justice) dan kepentingan publiknya (maslahah).
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang perbandingan kinerja perbankan syariah
di Indonesia dilihat dari kesehatannya yang diukur dengan metode RGEC dan
Shari’ah Maqashid Index. Sampel bank syariah yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 12 bank syariah yang terdapat di Indonesia. Dalam
penelitian ini, perbankan syariah di Indonesia akan diklasifikasikan menjadi dua
periode bank, bank syariah lama yang lahir pada periode 1990-2005 dan bank
syariah baru yang lahir pada periode 2006-2016. Bank syariah lama terdapat 3
bank, diantaranya adalah: PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah
Mandiri, dan PT. Bank Mega Syariah. Sedangkan bank syariah baru ada 9 bank,
diantaranya adalah: PT. Bank BRI Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin, PT.
Bank Panin Syariah, PT. Bank Jabar Banten Syariah, PT. Bank Victoria
Syariah, PT. BCA Syariah, PT. Bank BNI Syariah, PT. Maybank Syariah
Indonesia, dan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional. Penelitian ini
menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis dilakukan dengan
menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) dan analisis
deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disusun dan
dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
92
1. Bank syariah lama memiliki penilaian kinerja bank yang lebih baik
dibandingkan dengan kinerja bank syariah baru pada tahun 2014-2016 jika
ditinjau menggunakan metode penilaian kinerja RGEC.
2. Terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dengan bank syariah
baru jika diukur menggunakan metode penilaian RGEC, rasionya meliputi
NPF, FDR, GCG, NOM, dan CAR. Bank syariah lama unggul pada empat
rasio dari total enam rasio, yaitu rasio NPF, GCG, ROA, dan NOM.
Sedangkan bank syariah baru hanya unggul pada rasio FDR dan CAR.
3. Bank syariah baru memiliki kinerja bank yang lebih baik dibandingkan
dengan bank syariah lama pada tahun 2014-2016 berdasarkan metode
penilaian kinerja Sharia Maqashid Index.
4. Terdapat perbedaan kinerja antara bank syariah lama dengan bank syariah
baru jika diukur menggunakan metode Sharia Maqashid Index. Pada tujuan
pertama yaitu pendidikan individu paling baik oleh bank syariah baru,
pencapaian tujuan kedua yaitu pembentukan keadilan dilakukan paling baik
oleh bank syariah baru, dan pencapaian tujuan ketiga yaitu kepentingan
publik diraih oleh bank syariah baru.
93
B. Saran
Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan
kesimpulan dari penelitian ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan, kinerja keuangan bank syariah lama dinilai sudah baik.
Namun, akan lebih baik apabila bank syariah lama dapat meningkatkan
rasio FDR dan CAR. Meningkatkan rasio FDR dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan penyaluran dana dari penghimpunan dana pihak ketiga yang
diperoleh. Sedangkan untuk meningkatkan rasio CAR dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan permodalannya, karena dalam segi permodalan
bank syariah baru lebih baik dibanding bank syariah lama. Kenaikan modal
tentu harus lebih besar dibandingkan kenaikan ATMR.
2. Bank syariah baru diharapkan dapat melakukan perbaikan pada faktor profil
risiko, tata kelola perusahaan, dan rentabilitasnya.
3. Bank syariah baru telah berhasil menerapkan sebagian besar aspek dalam
maqashid al-shari’ah. Secara keseluruhan, semua tujuan pada aspek
maqashid syariah telah tercapai baik tujuan pendidikan individu,
pembentukan keadilan, dan kebijakan keadilan. Namun, pada tiap tujuannya
terdapat masing-masing satu aspek yang yang perlu ditingkatkan seperti
aspek penelitian (R2), pembagian return yang adil (R5) dan pendapatan
personal (R9).
4. Bank syariah lama diharapkan lebih mengupayakan perbaikan dalam
pencapaian tujuan maqashid al-shari’ah. Hal tersebut dikarenakan sebagian
94
besar aspek pada maqashid al-shari’ah tidak diterapkan. Aspek yang perlu
diperbaiki diantaranya bantuan pendidikan (R1), kegiatan pelatihan (R3),
kegiatan publikasi (R4), fungsi distribusi (R5), produk bebas bunga (R6),
rasio laba (R8), dan investasi sektor rii (R10).
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan memiliki peran dalam
mengawasi BUS terutama dalam transparansi laporan keuangan. Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) harus mewajibkan Bank Umum Syariah (BUS) untuk
mencantumkan komponen mengenai Sharia Maqashid Index dalam laporan
keuangannya. Hal tersebut dikarenakan terdapat temuan dimana ada
beberapa Bank Umum Syariah (BUS) yang tidak mempublikasikan
komponen-komponen mengenai Sharia Maqashid Index dalam laporan
keuangannya.
6. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan
memperpanjang data sampel lebih dari 3 tahun dan memperbanyak sampel
bank syariah. Dan tidak hanya pada bank syariah di Indonesia saja tetapi
bisa lebih luas lagi cakupan sampel negaranya misal di tingkat global.
95
DAFTAR PUSTAKA
Adzhani, Rilanda dan Rini. 2017. Komparasi Kinerja Perbankan Syariah di Asia
dengan Pendekatan Maqashid Syariah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Islam, Vol. 5, No. 1, 2017, Hlm. 5-30.
Al-Arif, M. N. R & Yuke R. 2015. Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jakarta:
UIN PRESS.
Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah
Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Milad ke-8 Ikatan
Ahli Ekonomi Islam (IAEI).
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Antonio, Muhammad Syafii. 2012. An Analysis of Islamic Banking Performance:
Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania. Journal of
Islamic Finance, vol. 1, no. 1.
Bank Indonesia. 2011.Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Daniswara, Fitria dan Nurmadi Harsa Sumarta. 2016. Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, and Capital (RGEC) Pada Bank Umum Konvensional dan Bank
Umum Syariah Periode 2011-2014. GEMA,THN XXX /51/Februari-Juli
2016.
Dusuki, Asyraf Wajdi. 2008. Understanding The Objectives of Islamic Banking: A
Survey Stakeholder Perspectives, International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, Vol. 1, No.2, hal. 132-148.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hermana, Budi. 2012. Penilaian Kesehatan Bank: Good Corporate Governance.
http://pena.gunadarma.ac.id/penilaian-kesehatan-bank-good-corporate-
governance/.html. Diakses pada 06 Januari 2017 pukul 15.26 WIB.
Ihsan, Dwi Nur’aini. 2013. Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Jakarta: UIN Jakarta Pers.
Imansari, Anisa Dyah. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah
Berdasarkan Konsep Al-Maqashid Al-Syariah di Indonesia dan Malaysia.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
96
Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Jakarta:
Rajawali Pers.
Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan Edisi Revisi 11. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Mohammed, Mustafa Omar and Shahwan, Syahidawati. 2013 The Objective of
Islamic Economic and Islamic Banking in Light of Maqasid Al-Shariah: A
Critical Review, Middle-East Journal of Scientific Research 13 (Research in
ContemporaryIslamic Finance and Wealth Management): 75-84.
Mohammed, Mustafa Omar dan Fauziah Md Taib. 2015. Developing Islamic
Banking Performance Measures Based on Maqasid Al-Shari’ah Framework:
Cases of 24 Selected Banks. Journal of Islamic Monetary Economics and
Finance
Mohammed, Mustafa Omar. 2008. The Performance Measures of Islamic Banking
Based on the Maqasid Framework. IIUM International Accounting
Conference (INTAC IV).
Mulyadi. 2000. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/regulasi/peraturan-ojk-terkait-
syariah/Pages/39peraturan-otoritas-jasa-keuangan-tentang-penilaian-tingkat-
kesehatan-bank-umum-syariah-dan-unit-usaha-syariah.aspx. Diakses pada
pada 06 Januari 2017 pukul 15.10 WIB.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014. http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-
edaran-ojk/Pages/surat-edaran-otoritas-jasa-keuangan-nomor-10-seojk-03-
2014.aspx. Diakses pada 06 Januari 2017 pukul 15.13 WIB.
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Indonesia – Vol. 14, No. 6, Mei
2016. http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-indonesia/Pages/Statistik-Perbankan-Indonesia---Mei-2016.aspx.
Diakses pada 06 Januari 2017.
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Statistik Perbankan Syariah.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
97
syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Agustus-
2017/SPS%20Agustus%202017.pdf. Diakses pada 20 Oktober 2017.
Putri, Aulia 2015. Analisis Kinerja Keuangan pada Bank Umum Konvensional dan
Bank Umum Syariah di Indonesia.
Ramdani, Andreyanto. 2015. Pengaruh Kebijakan Pemisahan terhadap Laba pada
PT. Bank BNI Syariah. Jakarta: Etikonomi
Rivai, Veitzal. 2007. Bank and Financial Institution Management Conventional &
Sharia System. Jakarta: Rajawali.
Rizqa, Tiffany Fauzia. 2013. Maqasid Indeks, Sebuah Revitalisasi Pengukuran
Kesejahteraan.
http://forumekonomisyariah45.blogspot.co.id/2013/03/maqasid-indeks-
sebuah-revitalisasi.html. Diakses pada 06 Januari 2017 pukul 15.21 WIB.
Rusydiana, Aam. 2014. Maqhasid Syariah Indeks Sebagai Ukuran Kinerja
Perbankan. http://www.aamslametrusydiana.com/2014/03/maqhasid-
syariah-indeks-sebagai-ukuran.html. Diakses pada 06 Januari 2017 pukul
15.17 WIB.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
Sudiyatno, Bambang, Jati Suroso. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,
BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Perbankan
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005-2008).
Dinamika Keuangan dan Perbankan: Semarang.
Sudrajat, Anton dan Amirus Sodiq. 2016. Analisis Penilaian Kinerja Bank Syariah
berdasarkan Indeks Maqashid Shariah. Bisnis, Vol. 4, No. 1.
Sugari, Bella Puspita, dkk. 2015. Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank
Syariah dan Konvensional dengan Menggunakan Mentode RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jendral Soedirman.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Susilo, Y. Sri, dkk. 1999. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat.
98
Suta, I Putu Gede Ary dan Soebowo Musa. 2003. Membedah Krisis Perbankan.
Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti.
Zahrah, Muhammad Abu. 1997. Ushul al-Fiqh, Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi.
99
LAMPIRAN
Rasio RGEC pada Bank Syariah Lama
Tahun Nama Bank
Rata-rata RGEC
Risk Profile
GCG
Earnings Capital
NPF (Risiko
kredit)
FDR (Risiko
likuiditas) ROA
NOM (Net
Operating
Margin)
CAR
Bank Syariah Lama (Periode 1990-2005):
2014
Bank Muamalat (1991) 4,85% 84,14% 3,0 0,17% 3,40% 13,91%
PT. Bank Syariah Mandiri (1999) 4,29% 82,13% 2,0 0,17% 6,19% 14,76%
PT. Bank Mega Syariah (2004) 1,81% 93,61% 2,0 0,29% 8,33% 19,26%
Rata-rata 2014 3,65% 86,63% 2,3 0,21% 5,97% 15,98%
2015
Bank Muamalat (1991) 4,20% 90,30% 2,0 0,20% 4,09% 12,00%
PT. Bank Syariah Mandiri (1999) 4,05% 81,99% 1,0 0,56% 5,75% 12,85%
PT. Bank Mega Syariah (2004) 3,16% 98,49% 1,5 0,30% 9,34% 18,74%
Rata-rata 2015 3,80% 90,26% 1,5 0,35% 6,39% 14,53%
2016
Bank Muamalat (1991) 1,40% 95,13% 2,0 0,22% 3,21% 12,74%
PT. Bank Syariah Mandiri (1999) 3,13% 79,19% 1,0 0,59% 6,16% 14,01%
PT. Bank Mega Syariah (2004) 2,81% 95,24% 2,0 2,63% 7,56% 23,53%
Rata-rata 2016 2,45% 89,85% 1,67 1,15% 5,64% 16,76%
Rata-rata Bank Syariah Lama 2014-2016 3,30% 88,91% 1,83 0,57% 6,00% 15,76%
100
Rasio RGEC pada Bank Syariah Baru
Tahun Nama Bank
Rata-rata
Risk Profile
GCG
Earnings Capital
NPF (Risiko
kredit)
FDR (Risiko
likuiditas) ROA
NOM (Net
Operating
Margin)
CAR
Bank Umum Syariah yang terbaru (Periode 2006-2016):
2014
PT. Bank BRI Syariah (2008) 3,65% 93,90% 1,74 0,08% 6,04% 12,89%
PT. Bank Syariah Bukopin (2008) 3,34% 92,89% 2,0 0,27% 2,75% 14,80%
PT. Bank Panin Syariah (2009) 0,29% 94,04% 1,40 1,99% 4,38% 25,69%
PT. Bank Jabar Banten Syariah (2010) 5,84% 93,69% 1,89 0,69% 4,88% 15,83%
PT. Bank Victoria Syariah (2010) 4,75% 95,19% 1,93 -1,87% 3,34% 15,27%
PT. BCA Syariah (2010) 0,10% 91,20% 1,0 0,80% 4,20% 29,60%
PT. Bank BNI Syariah (2010) 1,04% 92,60% 2,0 1,27% 8,15% 18,76%
PT. Maybank Syariah Indonesia (2010) 5,04% 157,77% 2,0 3,61% 6,65% 52,13%
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
(2014) 0,87% 93,97% 2,0 4,23% 4,99% 33,88%
Rata-rata 2014 2,77% 100,58% 1,77 1,23% 5,04% 24,32%
2015
PT. Bank BRI Syariah (2008) 3,89% 84,16% 1,61 0,77% 6,38% 13,94%
PT. Bank Syariah Bukopin (2008) 2,74% 90,56% 1,5 0,79% 3,14% 16,31%
PT. Bank Panin Syariah (2009) 1,94% 96,43% 2,0 1,14% 3,82% 20,30%
PT. Bank Jabar Banten Syariah (2010) 6,93% 104,75% 2,5 0,25% 5,68% 22,53%
PT. Bank Victoria Syariah (2010) 4,82% 95,29% 3,0 -2,36% -2,61% 16,14%
PT. BCA Syariah (2010) 0,50% 91,40% 1,0 1,00% 4,90% 34,30%
101
Tahun Nama Bank
Rata-rata
Risk Profile
GCG
Earnings Capital
NPF
(Risiko
kredit)
FDR (Risiko
likuiditas) ROA
NOM (Net
Operating
Margin)
CAR
2015
PT. Bank BNI Syariah (2010) 1,46% 91,94% 2,5 1,43% 8,25% 18,16%
PT. Maybank Syariah Indonesia (2010) 35,15% 110,54% 3,0 -20,13% 6,54% 38,40%
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
(2014) 0,17% 96,54% 2,0 5,24% 6,84% 19,93%
Rata-rata 2015 6,40% 95,73% 2,12 -1,32% 4,77% 22,22%
2016
PT. Bank BRI Syariah (2008) 3,19% 81,42% 1,60 0,95% 6,37% 20,63%
PT. Bank Syariah Bukopin (2008) 2,72% 88,18% 2,0 0,76% 3,31% 17,00%
PT. Bank Panin Syariah (2009) 1,86% 91,99% 2,0 0,37% 3,49% 18,17%
PT. Bank Jabar Banten Syariah (2010) 4,94% 98,73% 2,54 -8,09% -27,84% 18,25%
PT. Bank Victoria Syariah (2010) 4,35% 100,67% 2,0 -2,19% -2,74% 15,98%
PT. BCA Syariah (2010) 0,20% 90,10% 1,0 1,10% 4,80% 36,70%
PT. Bank BNI Syariah (2010) 1,64% 84,57% 2,0 1,44% 8,32% 17,81%
PT. Maybank Syariah Indonesia (2010) 43,99% 134,73% 3,0 -9,51% 4,99% 55,06%
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
(2014) 0,20% 92,75% 2,0 8,98% 11,23% 23,80%
Rata-rata 2016 7,01% 95,90% 2,02 -0,69% 1,33% 24,82%
Rata-rata BUS Terbaru dari 2014-2016 5,39% 97% -0,26% 23,79%
102
R2 Rasio Penelitian
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,00170 0,00179 0,00688 0,01038 0,00346
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,00060 0,00045 0,00014 0,00120 0,00040
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,00129
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
3. PT. Bank Panin Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00011 0,00015 0,00000 0,00026 0,00009
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
6. PT. BCA Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
8. PT. Maybank Syariah Indonesia
0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
R1 Rasio Bantuan Pendidikan
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,00000 0,00172 0,00000 0,00172 0,00057
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,00019
Bank yg terbaru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,00149 0,00000 0,00000 0,00149 0,00050
3. PT. Bank Panin Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,00394 0,00656 0,00470 0,01520 0,00507
6. PT. BCA Syariah 0,01223 0,00000 0,01181 0,02404 0,00801
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,00151
103
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,00001
R3 Rasio Pelatihan
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,00703 0,01715 0,00795 0,03212 0,01071
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,00694 0,01202 0,00552 0,02447 0,00816
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00451 0,00201 0,00391 0,01043 0,00348
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,00745
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,01040 0,00409 0,00394 0,01843 0,00614
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,01577 0,01668 0,01386 0,04631 0,01544
3. PT. Bank Panin Syariah 0,01477 0,00333 0,00385 0,02195 0,00732
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
6. PT. BCA Syariah 0,00000 0,01563 0,00000 0,01563 0,00521
7. PT. Bank BNI Syariah 0,02255 0,01806 0,01811 0,05872 0,01957
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,02040 0,00188 0,00442 0,02670 0,00890
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,01503 0,01898 0,04045 0,07446 0,02482
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,00971
R4 Rasio Publisitas
No Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,03424 0,04170 0,01016 0,08610 0,02870
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,01388 0,01373 0,01181 0,03941 0,01314
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,01395
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,02572 0,02923 0,01410 0,06906 0,02302
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,02635 0,01885 0,02827 0,07347 0,02449
104
No Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
3. PT. Bank Panin Syariah 0,02458 0,02043 0,01631 0,06132 0,02044
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,02420 0,01135 0,01005 0,04561 0,01520
6. PT. BCA Syariah 0,01259 0,00887 0,00355 0,02501 0,00834
7. PT. Bank BNI Syariah 0,04922 0,05399 0,04873 0,15193 0,05064
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,03061 0,00178 0,00444 0,03682 0,01227
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,09708 0,00338 0,00669 0,10716 0,03572
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,02113
R5 Rasio Fair Returns
No. Nama Bank Tahun
Total Rat-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,02415 0,01659 0,01467 0,05540 0,01847
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,01126 0,00916 0,01105 0,03147 0,01049
3. PT. Bank Mega Syariah 0,01051 0,00787 0,01250 0,03087 0,01029
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,01308
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,02132 0,01434 0,01328 0,04895 0,01632
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,00427 0,01566 0,01384 0,03377 0,01126
3. PT. Bank Panin Syariah 0,03322 0,02009 0,01739 0,07069 0,02356
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00016 0,00039 0,00223 0,00278 0,00093
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,03410 0,02904 0,03270 0,09585 0,03195
6. PT. BCA Syariah 0,01720 0,03084 0,02751 0,07555 0,02518
7. PT. Bank BNI Syariah 0,02550 0,01904 0,01417 0,05870 0,01957
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,02428 0,00671 0,01187 0,04286 0,01429
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,00967 0,00714 0,00553 0,02234 0,00745
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,01672
R6 Rasio Distribusi Fungsional
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,50815 0,54391 0,56310 1,61515 0,53838
105
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,21811 0,26599 0,29932 0,78341 0,26114
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00746 0,01405 0,41034 0,43185 0,14395
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,31449
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,31688 0,37255 0,23026 0,91969 0,30656
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,39281 0,48100 0,52686 1,40067 0,46689
3. PT. Bank Panin Syariah 0,86716 0,90607 0,83702 2,61025 0,87008
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,29232 0,21549 0,16687 0,67468 0,22489
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,56133 0,69776 0,79368 2,05278 0,68426
6. PT. BCA Syariah 0,51296 0,45336 0,47689 1,44320 0,48107
7. PT. Bank BNI Syariah 0,16378 0,19321 0,20514 0,56213 0,18738
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,15561 0,12050 0,13865 0,41476 0,13825
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,37327
R7 Rasio Produk Bebas Bunga
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,94156 0,93976 0,90845 2,78977 0,92992
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,81061 0,86181 0,83126 2,50368 0,83456
3. PT. Bank Mega Syariah 0,86547 0,56274 0,56129 1,98950 0,66317
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,80922
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,95854 0,94521 0,95367 2,85742 0,95247
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,91600 0,90556 0,85607 2,67763 0,89254
3. PT. Bank Panin Syariah 0,94057 0,96863 0,96717 2,87637 0,95879
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,79917 0,83088 0,36204 1,99209 0,66403
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,98674 0,98789 0,91264 2,88726 0,96242
6. PT. BCA Syariah 0,96781 0,97280 0,96696 2,90757 0,96919
7. PT. Bank BNI Syariah 0,95279 0,94588 0,96313 2,86180 0,95393
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,95965 0,97849 0,94750 2,88564 0,96188
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,88729 0,85958 0,79885 2,54571 0,84857
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,90709
106
R8 Rasio Laba
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,00094 0,00130 0,00144 0,00369 0,00123
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,00107 0,00412 0,00413 0,00932 0,00311
3. PT. Bank Mega Syariah 0,00225 0,00220 0,01805 0,02250 0,00750
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,00394
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,00032 0,00506 0,00615 0,01153 0,00384
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,00165 0,00477 0,00466 0,01107 0,00369
3. PT. Bank Panin Syariah 0,01143 0,00751 0,28752 0,30645 0,10215
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah
0,00356 0,00113
-
0,05573 -0,05104 -0,01701
5. PT. Bank Victoria Syariah
-0,01347
-
0,01740
-
0,01137 -0,04223 -0,01408
6. PT. BCA Syariah 0,00432 0,00539 0,00737 0,01708 0,00569
7. PT. Bank BNI Syariah 0,00838 0,00993 0,00980 0,02810 0,00937
8. PT. Maybank Syariah Indonesia
0,02283
-
0,16886
-
0,12176 -0,26779 -0,08926
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,02617 0,03261 0,05633 0,11511 0,03837
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,00475
R9 Pendapatan Personal
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,00007 0,00009 0,00023 0,00040 0,00013
2 PT. Bank Syariah Mandiri 0,00005 0,00016 0,00016 0,00037 0,00012
3 PT. Bank Mega Syariah 0,00010 0,00009 0,00069 0,00089 0,00030
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,00018
Bank syariah baru
1 PT. Bank BRI Syariah 0,00022 0,00001 0,00036 0,00059 0,00020
2 PT. Bank Syariah Bukopin 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
3 PT. Bank Panin Syariah 0,00046 0,00031 0,00009 0,00086 0,00029
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00004 0,00009 0,00008 0,00021 0,00007
5 PT. Bank Victoria Syariah 0,00006 0,00008 0,00002 0,00016 0,00005
6 PT. BCA Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
107
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
7 PT. Bank BNI Syariah 0,00034 0,00039 0,00036 0,00108 0,00036
8 PT. Maybank Syariah Indonesia 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
9
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,00011
R10 Rasio Investasi pada sektor riil
No. Nama Bank Tahun
Total Rata-rata 2014 2015 2016
Bank syariah lama
1. Bank Muamalat 0,89479 0,89660 0,90968 2,70108 0,90036
2. PT. Bank Syariah Mandiri 0,96493 0,86680 0,89306 2,72479 0,90826
3. PT. Bank Mega Syariah 0,92021 0,90195 0,61871 2,44087 0,81362
Nilai rata-rata bank syariah lama 0,87408
Bank syariah baru
1. PT. Bank BRI Syariah 0,95845 0,88192 0,85630 2,69667 0,89889
2. PT. Bank Syariah Bukopin 0,96723 0,97164 0,97635 2,91522 0,97174
3. PT. Bank Panin Syariah 0,96900 0,94401 0,85523 2,76824 0,92275
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,99887 1,00000 1,00000 2,99887 0,99962
5. PT. Bank Victoria Syariah 0,84695 0,81501 0,83159 2,49355 0,83118
6. PT. BCA Syariah 0,97229 0,98342 0,91638 2,87209 0,95736
7. PT. Bank BNI Syariah 0,88698 0,88319 0,83536 2,60553 0,86851
8. PT. Maybank Syariah Indonesia 0,88842 0,77911 0,61868 2,28621 0,76207
9.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah 1,00000 1,00000 1,00000 3,00000 1,00000
Nilai rata-rata bank syariah baru 0,91246
108
Rasio Kinerja (RK) Maqasid al-Shari’ah untuk Tiga Tujuan Syariah Periode 2014-2016
No. Nama Bank
RK Tujuan Pertama Rata-rata
(2014-2016)
RK Tujuan Kedua Rata-
rata (Tahun 2014-2016)
RK Tujuan Ketiga Rata-rata
(Tahun 2014-2016)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10
Bank Syariah Lama
1 PT. Bank Muamalat Indonesia 0,00057 0,00346 0,01071 0,02870 0,01847 0,53838 0,92992 0,00123 0,00013 0,90036
2 PT. Bank Syariah Mandiri 0,00000 0,00040 0,00816 0,01314 0,01049 0,26114 0,83456 0,00311 0,00012 0,90826
3 PT. Bank Mega Syariah 0,00000 0,00000 0,00348 0,00000 0,01029 0,14395 0,66317 0,00750 0,00030 0,81362
Rata-rata Bank Syariah Lama 0,00019 0,00129 0,00745 0,01395 0,01308 0,31449 0,80922 0,00394 0,00018 0,87408
Bank Syariah Baru
1 PT. Bank BRI Syariah 0,00000 0,00000 0,00614 0,02302 0,01632 0,30656 0,95247 0,00384 0,00020 0,89889
2 PT. Bank Syariah Bukopin 0,00050 0,00000 0,01544 0,02449 0,01126 0,46689 0,89254 0,00369 0,00000 0,97174
3 PT. Bank Panin Syariah 0,00000 0,00000 0,00732 0,02044 0,02356 0,87008 0,95879 0,10215 0,00029 0,92275
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah 0,00000 0,00009 0,00000 0,00000 0,00093 0,22489 0,66403 -0,01701 0,00007 0,99962
5 PT. Bank Victoria Syariah 0,00507 0,00000 0,00000 0,01520 0,03195 0,68426 0,96242 -0,01408 0,00005 0,83118
6 PT. BCA Syariah 0,00801 0,00000 0,00521 0,00834 0,02518 0,48107 0,96919 0,00569 0,00000 0,95736
7 PT. Bank BNI Syariah 0,00000 0,00000 0,01957 0,05064 0,01957 0,18738 0,95393 0,00937 0,00036 0,86851
8 PT. Maybank Syariah
Indonesia 0,00000 0,00000 0,00890 0,01227 0,01429 0,13825 0,96188 -0,08926 0,00000 0,76207
109
No. Nama Bank
RK Tujuan Pertama Rata-rata
(2014-2016)
RK Tujuan Kedua Rata-
rata (Tahun 2014-2016)
RK Tujuan Ketiga Rata-rata
(Tahun 2014-2016)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10
9 PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah 0,00000 0,00000 0,02482 0,03572 0,00745 0,00000 0,84857 0,03837 0,00000 1,00000
Nilai rata-rata bank yang terbaru 0,00151 0,00001 0,00971 0,02113 0,01672 0,37327 0,90709 0,00475 0,00011 0,91246
110
Indikator Kinerja (IK) Maqasid al-Shari’ah untuk Tiga Tujuan Syariah Periode 2014-2016
No. Nama Bank
IK untuk tujuan pertama IK untuk tujuan kedua IK untuk tujuan ketiga
(Tahun 2014-2016) (Tahun 2014-2016) (Tahun 2014-2016)
IK 1(1) IK 1(2) IK 1(3) IK 1(4) Total
IK 1 IK 2(1) IK 2(2) IK 2(3)
Total
IK 2 IK 3(1) IK 3(2) IK 3(3)
Total
IK 3
Bank Syariah Lama
1
PT. Bank
Muamalat
Indonesia
0,00004 0,00028 0,00084 0,00198 0,00314 0,00227 0,07064 0,14488 0,21779 0,00012 0,00001 0,09661 0,09674
2 PT. Bank Syariah
Mandiri 0,00000 0,00003 0,00064 0,00091 0,00157 0,00129 0,03426 0,13002 0,16558 0,0003 0,00001 0,09746 0,09776
3 PT. Bank Mega
Syariah 0,00000 0,00000 0,00027 0,00000 0,00027 0,00127 0,01889 0,10332 0,12347 0,00072 0,00003 0,0873 0,08805
Rata-rata Bank Syariah
Lama 0,00001 0,0001 0,00058 0,00096 0,00166 0,00161 0,04126 0,12608 0,16895 0,00038 0,00002 0,09379 0,09418
Bank Syariah Baru
1 PT. Bank BRI
Syariah 0,00000 0,00000 0,00048 0,00159 0,00207 0,00201 0,04022 0,1484 0,19062 0,00037 0,00002 0,09645 0,09684
2 PT. Bank Syariah
Bukopin 0,00004 0,00000 0,0012 0,00169 0,00293 0,00138 0,06126 0,13906 0,2017 0,00035 0,00000 0,10427 0,10462
3 PT. Bank Panin
Syariah 0,00000 0,00000 0,00057 0,00141 0,00198 0,0029 0,11415 0,14938 0,26643 0,00978 0,00002 0,09901 0,10881
4 PT. Bank Jabar
Banten Syariah 0,00000 0,00001 0,00000 0,00000 0,00001 0,00011 0,02951 0,10346 0,13308 -0,0016 0,00001 0,10726 0,10564
111
No. Nama Bank
IK untuk tujuan pertama IK untuk tujuan kedua IK untuk tujuan ketiga
(Tahun 2014-2016) (Tahun 2014-2016) (Tahun 2014-2016)
IK 1(1) IK 1(2) IK 1(3) IK 1(4) Total
IK 1 IK 2(1) IK 2(2) IK 2(3)
Total
IK 2 IK 3(1) IK 3(2) IK 3(3)
Total
IK 3
5 PT. Bank Victoria
Syariah 0,00036 0,00000 0,00000 0,00105 0,00141 0,00393 0,08977 0,14995 0,24365 -0,0014 0,00000 0,08919 0,08784
6 PT. BCA Syariah 0,00058 0,00000 0,00041 0,00058 0,00156 0,0031 0,06312 0,151 0,21721 0,00054 0,00000 0,10273 0,10327
7 PT. Bank BNI
Syariah 0,00000 0,00000 0,00153 0,00349 0,00502 0,00241 0,02458 0,14862 0,17561 0,0009 0,00003 0,09319 0,09412
8 PT. Maybank
Syariah Indonesia 0,00000 0,00000 0,00069 0,00085 0,00154 0,00176 0,01814 0,14986 0,16976 -0,0085 0,00000 0,08177 0,07323
9
PT Bank Tabungan
Pensiunan
Nasional Syariah
0,00000 0,00000 0,00194 0,00246 0,0044 0,00092 0,00000 0,13221 0,13312 0,00367 0,00000 0,1073 0,11097
Rata-rata Bank Syariah
Baru 0,00011 0,00000 0,00076 0,00146 0,00232 0,00206 0,04897 0,14133 0,19235 0,00045 0,00001 0,09791 0,09837
112