Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

45
1 SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN UNSUR TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM NOVEL “LASKAR PELANGI” (Studi pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia ARMIL HARYADI 031304070 FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

description

5 BESAR SKRIPSI SASTRA TERBAIK KEMENDIKNAS 2011

Transcript of Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

Page 1: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

1

SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN UNSUR TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM NOVEL “LASKAR PELANGI”

(Studi pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan)

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia

ARMIL HARYADI 031304070

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2011

Page 2: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

2

ABSTRACT

Armil Haryadi, 2009. Implementation of Cooperative Learning Type NHT for Increasing the Study Results of the Student Class XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar (Study on Main Subject Solubility and Constante of Solubility ). Thesis. Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Sciences. State University of Makassar (supervised by Sudding and Eda Lolo Allo). This Classroom Action Research aim eat to increase the study results of student class XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar, 2th semester academic year 2008/2009 by cooperative learning with type NHT. The research hypothesis is if the cooperative learning model steps with type NHT was applied, the study results of student class XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar of main subject solubility and constante of solubility can be increasing. The subject research is student of class XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar with 36 students. The research was done in two cycles that consist of four components are: planning, action, observation, and reflecting. The first and the second cycle was done about 3 meetings respectively. By implementation of cooperative learning with type NHT steps including : (1) Presentation of the subject matter in breafly and asking to the students, (2) Grouping the students in small group consist of 6 students and each student was given the number 1,2,3,4,5 and 6, (3) Giving LKS to each group, (4) Giving a chance to student for working the LKS, (5) The students presentation the answer of the LKS and was discussed in classroom, (6) Giving a reward to the exelent group therefore increasing the study results from 25 % before implementation of cooperative learning type NHT to 61,11 % after implementation of cooverative learning type NHT cycle I and increasing cycle II to 86,11 %. Keyword : Research of Class Action, Cooperative Learning of Type NHT, study

results.

Page 3: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii PUBLIKASI ...................................................................................................... iv ABSTRAK …………………………………………………………………… vi ABSTRACT....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR....................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …................................................................ 6 A. Kajian Pustaka ........................................................................….................. 6 B. Kerangka Pikir .............................................................................................. 19 C. Hipotesis Tindakan ....................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 22 A. Jenis dan Variabel Penelitian ...................................................................... 22 B. Subjek Penelitian .......................................................................................... 22 C. Desain Penelitian .......................................................................................... 22 D. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 23 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 26 F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 27 G. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 28 A. Hasil Penelitian ……………………………………………………........... 28 B. Pembahasan ................................................................................................. 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 40 A. Simpulan ...................................................................................................... 40 B. Saran ............................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41

Page 4: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan aspek pengembangan dan

peningkatan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, akan dihasilkan

manusia-manusia berkualitas seperti yang dikehendaki dalam tujuan pendidikan

nasional di Indonesia. Sadar akan hal tersebut, maka sektor pendidikan harus

dijadikan sebagai prioritas utama baik oleh pemerintah, swasta, maupun

masyarakat. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas maka harus ditopang

oleh anggaran pendidikan yang memadai, kurikulum pendidikan yang berkualitas,

sarana dan prasarana yang lengkap serta tenaga pengajar yang juga berkualitas.

Kualitas tenaga pengajar yang dimaksud diantaranya adalah kemampuan

menciptakan maupun menerapkan metode-metode pembelajaran yang mampu

mendorong peserta didik lebih menguasai mata pelajaran, khususnya bidang sains.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu hasil

pembelajaran di sekolah misalnya penyempurnaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penerapan KTSP mengacu pada standar kompetensi siswa yang merupakan

langkah konkret dalam rangka memenuhi tuntutan pembaruan pendidikan

nasional. Konsekuensinya, semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian pendidikan harus mampu menyiasati dan

mengaplikasikan dalam tugasnya masing-masing (Masnur M, 2007:4).

Page 5: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

5

Upaya yang dapat ditempuh untuk mengejawantahkan maksud KTSP adalah

dengan mengoptimalkan pembelajaran di depan kelas. Salah satunya adalah

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Secara sederhana pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang berusaha untuk mengaktifkan siswa dengan

membaginya ke dalam kelompok-kelompok diskusi. Menurut Wartono (2004:12)

bahwa dalam pembelajaran kooperatif peserta didik tidak hanya diorientasikan

untuk mempelajari materi semata, namun siswa juga harus mempelajari

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif dimana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

berbeda.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat melakukan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 3 Makassar, hanya sebagian kecil

siswa yang melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu hanya

siswa yang memiliki prestasi akademik yang tinggi saja, sedangkan siswa lain

yang memiliki prestasi akademik rendah hanya mengikuti pembelajaran dengan

pasif. Disamping itu, siswa yang kemampuannya kurang, jarang bertanya atau

berdiskusi dengan siswa yang kemampuannya lebih tinggi. Berdasarkan

keterangan dari guru kimianya bahwa untuk mengantisipasi kurangnya perhatian

siswa pada saat pelajaran berlangsung maka dalam proses belajar mengajar yang

dilakukannya harus melibatkan siswa pada saat pelajaran berlangsung dengan

memberikan contoh soal untuk dikerjakan serta memberikan tugas dan melakukan

tanya jawab dengan siswa pada saat pelajaran berlangsung, oleh karena itu guru

kimia pada SMA Negeri 3 Makassar khususnya pada kelas XI IPA3 menggunakan

Page 6: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

6

metode mengajar yang biasanya dipakai selama ini adalah ceramah bermakna

yaitu guru memberikan materi pelajaran serta tetap melibatkan siswa melalui

tanya jawab dan pemberian tugas mengenai materi pelajaran.

Model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat dalam pelajaran

serta memberikan suasana yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa

bosan selama pelajaran berlangsung, maka dapat diterapkan suatu model

pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) yang dimulai dengan mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa

kelompok dan setiap siswa diberi nomor. Selanjutnya, siswa dengan nomor

tertentu harus menguasai jawaban soal yang sama dengan nomornya. Selain itu,

siswa juga harus memahami jawaban soal nomor lain melalui diskusi kelompok.

Dari gambaran tersebut, terlihat beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe

NHT yaitu siswa mudah memahami materi pelajaran, suasana proses belajar

mengajar bebas tidak ada rasa tertekan, siswa menjadi bertanggung jawab secara

sosial, serta menumbuhkan rasa kerjasama dan rasa persahabatan antar teman.

Beberapa penelitian yang mendasari penelitian pembelajaran kooperatif tipe

NHT antara lain Nasriati (2008:32-33) pada materi pokok Ikatan Kimia

menunjukkan bahwa persentase hasil belajar siswa yang tuntas adalah 63,41% dan

Suryanti (2007:42) pada materi pokok Kimia Karbon menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

mengalami peningkatan dengan skor rata-rata dari 6,69 menjadi 7,79. Atas dasar

inilah penulis mencoba melakukan sebuah penelitian dengan objek dan materi

pokok yang berbeda yakni materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Materi

Page 7: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

7

pokok yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan

yang sebagian besar terdiri dari perhitungan dan menuntut untuk banyak berlatih

menyelesaikan soal-soal secara bersama sehingga perlu adanya suatu sistem

pembelajaran yang berusaha mengaktifkan seluruh siswa. Siswa saling membantu

dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan soal yang diberikan serta

berbagi informasi tentang materi yang sedang dibahas.

SMA Negeri 3 Makassar dengan standar kompetensi kelulusan 69 telah

menerapkan KTSP yang dimulai pada siswa kelas X Tahun Ajaran 2007/2008,

dengan harapan agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang tertera dalam UU RI

No. 20 Tahun 2003. Oleh karena itu, para pendidik di sekolah ini dituntut untuk

lebih menguasai spesialisasi ilmunya serta inovasi-inovasi baik dalam model

pembelajaran maupun metodenya dengan menggunakan metode pembelajaran

yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Ketuntasan kelas pada SMA Negeri 3

Makassar adalah 85%, namun pada kenyataannya ketuntasan kelas tidak mencapai

standar yang ditentukan pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan

siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar Tahun Ajaran 2007/2008 hanya

25% yang mencapai standar kompetensi dan selebihnya belum berhasil. Sehingga

untuk mencapai hal tersebut biasanya dilakukan remedial. Bertolak dari keadaan

tersebut perlu dicari alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemahaman konsep kelarutan dan hasil

kali kelarutan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk

Page 8: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

8

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar

Studi pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe

NHT sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA

Negeri 3 Makassar pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan ?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe NHT sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA

Negeri 3 Makassar pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia dan keaktifan belajar

siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi guru

Diharapkan dapat menjadikan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif

model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajarkan mata pelajaran

kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Page 9: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Model pembelajaran kooperatif a. Pengertian pembelajaran kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai

satu kelompok atau satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Kauchak

dan Eggen belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang

digunakan untuk membantu siswa satu dengan siswa yang lain dalam mempelajari

sesuatu (Lie, 1999:129-130).

Lebih lanjut, (Wina S, 2006:240) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda/heterogen.

b. Karakteristik pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:26-28) adalah sebagai

berikut :

1) Tujuan kelompok, yaitu : kelompok merupakan tujuan, sehingga kelompok

harus mampu membuat setiap siswa belajar.

2) Tanggung jawab individual, yaitu : menjadikan setiap anggota kelompoknya

menjadi lebih kuat pribadinya.

3) Kesempatan sukses yang sama, yaitu : semua siswa mendapat kesempatan

yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

Page 10: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

10

4) Kompetisi tim, yaitu : sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja sama

dengan anggota timnya.

5) Spesialisasi tugas, yaitu : tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk

sebagian tugas kelompok.

6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, yaitu : kebanyakan pembelajaran

kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok dan

mengadaptasi pengajaran terhadap kebutuhan individual.

c. Prinsip pembelajaran kooperatif (Wina S, 2006:244-245) adalah sebagai

berikut :

1) Prinsip ketergantungan positif, yaitu : keberhasilan penyelesaian tugas

kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota, sehingga

semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu : keberhasilan kelompok tergantung

pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki

tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

3) Interaksi tatap muka, yaitu : memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka, saling memberikan informasi

dan saling membelajarkan.

4) Partisipasi dan komunikasi, yaitu : melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi sebagai bekal mereka dalam

kehidupan di masyarakat kelak.

Page 11: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

11

d. Keterampilan kooperatif

Lundgren mengemukakan tiga tingkatan dalam keterampilan-keterampilan

kooperatif (Wartono, 2004:13) adalah sebagai berikut :

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : menggunakan kesepakatan,

menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam

kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang

lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati

perbedaan individu.

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi : menunjukkan

penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang

dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan,

menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan

mengurangi ketegangan.

3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : mengelaborasi, memeriksa

dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan

berkompromi.

e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Ibrahim menjelaskan enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran

kooperatif (Trianto, 2007:48-49) seperti pada Tabel 1.

Page 12: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

12

Tabel 1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase-2 Menyajikan informasi. Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase-5 Evaluasi. Fase-6 Memberikan penghargaan.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

f. Keunggulan pembelajaran kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran

(Wina S, 2006:247-248) adalah sebagai berikut :

1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai

sumber dan belajar dari siswa yang lain.

Page 13: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

13

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala

keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar.

5) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi

akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga

diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan

keterampilalan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya

sendiri, menerima umpan balik.

7) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan

belajar abstrak menjadi nyata.

8) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT

NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Model pembelajaran ini lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam

mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akan

dipresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran ini selalu diawali dengan

membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam

Page 14: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

14

kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah

posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan, dan mendapat tanggapan

dari kelompok lain.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Wartono, 2004:18) adalah sebagai berikut:

a. Penomoran, yaitu : membagi siswa dalam tim yang beranggotakan 3-5 orang

dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Mengajukan pertanyaan, yaitu : pertanyaan dapat bervariasi dan pertanyaan

dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan.

c. Berpikir bersama, yaitu : siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui

jawaban itu.

d. Menjawab, yaitu : memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat dikembangkan menjadi

enam langkah sebagai berikut :

a. Persiapan, yaitu : guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Pembentukan kelompok, yaitu : disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap

Page 15: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

15

siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang

dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,

suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, yaitu : agar

memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan

oleh guru.

d. Diskusi masalah, yaitu : guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang

mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari

yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, yaitu : guru menyebut

satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama

mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

f. Memberi kesimpulan, yaitu : guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir

dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan

(Erman S, 2008).

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Kelebihannya terdiri atas : 1) lebih melibatkan siswa secara langsung

aktif dalam proses belajar mengajar, 2) semua siswa menjadi siap, 3) siswa yang

pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, 4) mengembangkan sikap

demokratif, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain dan memupuk rasa

Page 16: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

16

percaya diri sendiri, 5) kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa

kompetitif yang sehat sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan

sungguh-sungguh.

Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe NHT juga mempunyai kekurangan

yang terdiri atas: 1) sulit untuk membuat kelompok yang heterogen, mulai dari

tingkat intelegensi, bakat dan minat, atau daerah tempat tinggal. Walaupun sudah

terbentuk kadang-kadang ada yang merasa tidak cocok dengan anggota

kelompoknya, 2) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru,

3) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3. Hasil belajar

Belajar adalah berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir,

merasakan, mengerjakan sesuatu, melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang

sebagiannya bersifat perseptual, sebagiannya bersifat intelektual, emosional

maupun motorik. Dengan demikian, belajar akan berarti sebagai suatu perubahan

dalam cara melihat, merasakan, berfikir, dan mengerjakan sesuatu dengan

menggunakan dan berdasarkan konsep, persepsi, sikap, dan keterampilan yang

telah dipelajari dan dimiliki sebelumnya (Tadjab, 1994:46-47).

Selanjutnya, Oemar H (2005:36-37) menguraikan pengertian belajar menjadi

dua, yaitu :

a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi

Page 17: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

17

lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan

hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks (Dimyati,

1999:10). Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Tumbuhnya kapabilitas itu disebabkan

oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan

oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi

menjadi kapabilitas baru. Lebih lanjut, Djamarah S.B (1996:11) mengemukakan

bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan,

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses

belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar

di kelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman

belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal

dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada

tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan

seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan

Page 18: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

18

perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru

untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung

optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran

adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar

dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan

mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi

pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa

berlangsung optimal.

Setiap kegiatan yang berlangsung pada akhirnya kita ingin mengetahui

hasilnya, demikian pula dengan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil kegiatan

pembelajaran, harus dilakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran adalah

suatu usaha untuk mengetahui sesuatu seperti apa adanya, sedangkan penilaian

adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam

penguasaan kompetensi. Dengan demikian pengukuran hasil belajar adalah suatu

usaha untuk mengetahui kondisi status kompetensi dengan menggunakan alat

ukur sesuai dengan apa yang diukur, sedangkan penilaian adalah usaha untuk

membandingkan hasil pengukuran dengaan patokan yang ditetapkan.

Menurut Gagne terdapat lima hasil belajar yang merupakan kapabilitas

siswa (Dimyati, 1999:11-12) :

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup sertya mempresentasikan konsep dan lambang.

Page 19: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

19

c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam usaha dan koordinaasi, sehingga terwujud otomatisme gerakan

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian

terhadap obyek tersebut.

Selanjutnya, Syah mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tiga

aspek adalah sebagai berikut (Patta B, 2007:15) :

a. Aspek kuantitatif, yaitu: menekankan pada pengisian dan pengembangan

kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti.

b. Aspek institusional atau kelembagaan, yaitu : menekankan pada ukuran

seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka.

c. Aspek kualitatif, yaitu : menekankan pada seberapa baik pemahaman dan

penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya sehingga dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Bloom secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga matra (Oemar

H, 2005:80-81) :

a. Matra kognitif yang berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa.

b. Matra Afektif yang berhubungan dengan sikap dan nilai.

c. Matra Psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan, keterampilan,

bertindak, dan berprilaku.

Page 20: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

20

Dewasa ini matra kognitiflah yang dominan dalam proses penilaian siswa

yang dilakukan oleh guru di sekolah. Dalam proses penilaian pada matra kognitif

diukur dengan memberikan tes hasil belajar. Hasil pengukuran tes hasil belajar

merupakan salah satu indikator keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses

pembelajaran pada matra kognitif (penguasaan intelektual) yang meliputi:

a. Pengetahuan atau ingatan (C1), mempunyai kata kerja diantaranya:

mendefenisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan,

menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, dan mereproduksi.

b. Pemahaman (C2), mempunyai kata kerja diantaranya: mempertahankan,

membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, dan

memperkirakan.

c. Penerapan atau aplikasi (C3), mempunyai kata kerja diantaranya: mengubah,

menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan,

memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,

menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.

d. Analisis (C4), mempunyai kata kerja diantaranya: merinci, menyusun diagram,

membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan,

menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan membagi.

e. Sintesis (C5), mempunyai kata kerja diantaranya: mengkategorikan,

mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan,

dan memodifikasi.

Page 21: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

21

f. Evaluasi (C6), mempunyai kata kerja diantaranya: menilai, membandingkan,

menyimpulkan, mempertentangkan, memutuskan, dan menafsirkan.

Dari pengertian di atas dapat dituliskan bahwa hasil belajar sebagai muara

kegiatan belajar, merupakan cerminan dari tingkat penguasaan dan pengetahuan

serta keterampilan peserta didik yang terwujud berupa angka dan nilai yang

diperoleh dari matra kognitif.

4. Tinjauan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan

Adapun materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan diajarkan di kelas

XI pada semester genap dengan alokasi waktu sebanyak 12 jam pelajaran. Standar

kompetensi dari materi pokok ini yaitu memahami sifat-sifat larutan, asam-basa,

metode pengukuran dan terapannya. Sedangkan kompetensi dasar dari materi

pokok ini yaitu memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan

prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Indikator yang terdapat dalam materi pokok ini yaitu :

a. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang

sukar larut.

b. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan.

c. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air.

d. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga

Ksp atau sebaliknya.

e. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan.

f. Menjelaskan pengaruh pH terhadap kelarutan berbagai jenis zat.

g. Menjelaskan hubungan Ksp dengan pH.

Page 22: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

22

h. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp.

Dalam mempelajari materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, terlebih

dahulu siswa harus menguasai materi prasyarat yaitu larutan asam-basa dan

elektrolit untuk memudahkan nantinya dalam mempelajari materi pokok tersebut.

Pada umumnya materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan yang didalamya

terdiri dari perhitungan berkaitan erat dengan zat elektrolit khususnya elektrolit

yang sukar larut dalam air, seperti dalam menyelesaikan persamaan hasil kali

kelarutan (Ksp) dan menentukan pengaruh ion senama serta hubungan antara

kelarutan dan hasil kali kelarutan itu sendiri. Hal itu dapat terlihat pada larutan,

baik larutan kurang jenuh, tepat jenuh, maupun lewat jenuh.

B. Kerangka Pikir

Salah satu masalah pembelajaran di sekolah adalah banyaknya siswa yang

memperoleh hasil belajar rendah. Hal ini membuktikan bahwa tujuan

pembelajaran tidak tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru harus

berusaha meningkatkan aktivitas, minat dan perhatian siswa dalam belajar.

Berdasarkan tuntutan tersebut, seorang guru harus mampu memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi dimana sebagian besar terdiri dari

perhitungan sehingga perlu adanya suatu sistem pembelajaran yang berusaha

mengaktifkan seluruh siswa. Siswa saling membantu dalam kelompok-kelompok

kecil untuk menyelesaikan soal yang diberikan dan berbagi informasi tentang

materi yang sedang dibahas serta dibutuhkan untuk banyak berlatih

menyelesaikan soal-soal secara bersama.

Page 23: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

23

Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dibagi dalam empat tahap,

yaitu tahap penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab.

Dalam tahap penomoran, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang

beranggotakan 3-6 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1

sampai 6 yang bertujuan untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi

kelompok, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain.

Tahap mengajukan pertanyaan, menyampaikan materi-materi pokok dan

mengajukan sebuah pertanyaan atau masalah kepada siswa. Untuk memudahkan

siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, maka tiap kelompok harus

memiliki buku paket atau buku panduan. Dalam tahap berpikir bersama, siswa

berpikir bersama melalui kerja kelompok dan menyatukan pendapatnya serta

meyakinkan tiap anggota kelompoknya mengetahui dan mengerti permasalahan

yang diberikan. Tahap menjawab, memanggil suatu nomor tertentu untuk

menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama menyiapkan tanggapannya.

Beberapa penelitian yang mendasari penelitian pembelajaran kooperatif tipe

NHT antara lain Nasriati (2008:32-33) pada materi pokok Ikatan Kimia

menunjukkan bahwa persentase hasil belajar siswa yang tuntas adalah 63,41% dan

Suryanti (2007:42) pada materi pokok Kimia Karbon menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

mengalami peningkatan dengan skor rata-rata dari 6,69 menjadi 7,79. Hasil

penelitian tersebut sebagai bahan informasi bagi penulis untuk menerapkan model

Page 24: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

24

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3

Makassar.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT lebih banyak melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator bertugas

memberikan kemudahan belajar kepada siswa agar mereka dapat belajar dalam

suasana yang menyenangkan, penuh semangat, bebas, tidak ada rasa tertekan dan

penuh percaya diri untuk meraih prestasi. Selain itu, siswa menjadi bertanggung

jawab secara sosial, serta menumbuhkan rasa kerjasama dan rasa persahabatan

antar teman. Oleh karena itu, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan suatu

hipotesis penelitian ini, sebagai berikut: “Langkah-langkah pada model

pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan,

berpikir bersama, dan menjawab diterapkan, maka hasil belajar siswa kelas XI

IPA3 SMA Negeri 3 Makassar pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

kelarutan dapat meningkat”.

Page 25: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,

evaluasi dan refleksi. Variabel penelitian ini yaitu pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar

yang berjumlah 36 orang.

C. Desain Penelitian Desain penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu

rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif pada pembelajaran siklus pertama, sama dengan yang

diterapkan pada pembelajaran siklus kedua, hanya refleksi terhadap setiap siklus

berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan

kondisi yang dijumpai di lokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh proses

yang maksimal mengenai cara penggunaan model pembelajaran kooperatif.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap dalam penelitian

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

Page 26: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

26

Gambar 3.1: Desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis & Mc Taggart (Wartono, 2004 :7)

D. Prosedur Penelitian 1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan masing-masing 2 x 45 menit dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

1) Menelaah kurikulum SMA kelas XI mata pelajaran kimia.

SIKLUS I

Rencana Awal

Observasi dan Evaluasi

Refleksi

Rencana yang Direvisi

Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan

Refleksi

Hasil

SIKLUS II

Pelaksanaan

Page 27: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

27

2) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran kimia tentang kurikulum kimia

yang berkaitan dengan materi pokok yang akan diteliti.

3) Menyiapkan sumber pembelajaran yang dibutuhkan yang meliputi

pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Membuat dan mengembangkan skenario pembelajaran untuk pelaksanaan

tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

5) Menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa tiap pertemuan untuk memantau

kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

6) Merancang dan membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

7) Membuat dan menyusun alat evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus I.

b. Tahap tindakan

Gambaran umum kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

1) Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen (tingkat kemampuan

kognitif) yang jumlahnya 6 orang dan kepada setiap anggota kelompok

diberikan nomor antara 1 sampai 6.

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mempelajari

materi itu. Selanjutnya, menyajikan materi pelajaran secara klasikal yaitu

menjelaskan materi pokok yang akan diajarkan dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.

3) Menyuruh siswa mendiskusikan dan mengerjakan soal yang ada pada LKS

yang telah dibagikan. Menekankan kepada ketua kelompok agar lebih

memperhatikan dan membimbing teman kelompoknya saat diskusi sehingga

Page 28: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

28

setiap siswa mengetahui jawaban dari semua soal yang diberikan, bukan

hanya soal yang sesuai dengan nomor urutnya dalam kelompok.

4) Mengundi kelompok yang akan mengerjakan soal, nomor soal juga diundi

sehingga tidak hanya satu soal yang dipersiapkan oleh siswa tetapi semuanya.

Selain itu, kelompok yang nomor undiannya sudah naik dikembalikan lagi ke

tempat undian sehingga masih mempunyai peluang untuk mengerjakan soal

yang lain.

5) Memberikan sanksi kepada siswa yang menyontek jawaban dari kelompok lain

berupa pengurangan skor untuk kelompok mereka. Begitu pula dengan

kelompok yang memberikan jawaban agar setiap siswa bertanggung jawab

terhadap kelompoknya.

6) Mengerjakan soal di depan kelas, dalam hal ini siswa tidak boleh membawa

buku catatan.

7) Memberikan pujian kepada kelompok yang kerjasama timnya bagus dan yang

memperoleh nilai tertinggi.

c. Tahap observasi dan evaluasi

Pada tahap observasi, peneliti dan observer melakukan observasi terhadap

perilaku (keaktifan) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan selama proses belajar

mengajar berlangsung yang dilakukan selama dua kali pertemuan untuk siklus I.

Sedangkan evaluasi berupa pemberian tes pada akhir siklus. Data dari evaluasi ini

digunakan untuk menyusun refleksi dalam rangka persiapan perencanaan tindakan

pada siklus II.

Page 29: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

29

d. Tahap refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan

dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil analisis yang

diperoleh peneliti akan merefleksi diri dengan melihat data observasi, apakah

kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Akhir dari

proses pembelajaran dapat dianalisis dari hasil tes belajar siswa. Hasil analisis

data yang dilaksanakan pada siklus ini digunakan sebagai acuan untuk

pelaksanaan siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan langkah

kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang

disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I, yang berlangsung selama 3 kali

pertemuan, dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua berupa penyajian

materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data tentang aktivitas siswa selama tindakan, diperoleh dengan menggunakan

lembar observasi.

2. Data tentang hasil belajar kimia yang diperoleh dengan menggunakan tes

hasil belajar pada setiap akhir siklus yang berupa pilihan ganda sebanyak 20

item soal.

Page 30: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

30

F. Teknik Analisis Data Data tentang aktivitas siswa dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil

belajar dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif.

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan acuan nilai ketuntasan

belajar yang ditetapkan di SMA Negeri 3 Makassar seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria ketuntasan belajar siswa SMA Negeri 3 Makassar

Nilai Kategori 0 – 68 Tidak Tuntas

69 –100 Tuntas

G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar

kimia siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar melalui pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Menurut ketuntasan sekolah, apabila terdapat 85% siswa

yang mencapai nilai minimal 69 maka kelas dianggap tuntas.

Page 31: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Analisis tes hasil belajar siswa dan analisis observasi pada pelaksanaan

tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hasil pelaksanaan siklus I

a. Hasil belajar siswa pada siklus I

Analisis statistik deskriptif hasil belajar siswa pada siklus I setelah

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis statistik deskriptif dari pemberian tes hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar pada siklus I

Statistik Nilai Statistik

Ukuran sampel Nilai ideal Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Standar deviasi

36 100 70 40

60,69 11,85

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 3 dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar

setelah dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I

memperoleh nilai rata-rata 60,69 dan standar deviasi 11,85. Artinya

kecenderungan variasi penyimpangan nilai siswa sebesar 11,85 dari nilai rata-rata.

Bila nilai statitistik tersebut di atas didasarkan pada Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) belajar SMA Negeri 3 Makassar berdasarkan ketuntasan yaitu

Page 32: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

32

69, maka diperoleh distribusi frekuensi hasil belajar yang ditunjukkan pada

Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi ketuntasan belajar siswa kelas XI IPA3 pada siklus I berdasarkan KKM SMA Negeri 3 Makassar

No Kategori Ketuntasan

Belajar Siklus I

Frekuensi (%) 1. 2.

Tuntas Tidak tuntas

22 14

61,11 38,89

Jumlah 36 100 %

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai KKM yaitu

sebesar 61,11 % atau sebanyak 22 orang dari jumlah siswa kelas XI IPA3 SMA

Negeri 3 Makassar yang mengikuti tes hasil belajar siklus I, sedangkan yang

belum mencapai KKM yaitu sebesar 38,89 % atau sebanyak 14 orang. Hasil

penelitian ini dilanjutkan pada siklus II karena KKM yang diperoleh masih di

bawah 85 % dari ketuntasan kelas yang ditentukan sekolah.

b. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi

untuk memperoleh data tentang indikator yang telah ditentukan dengan bantuan

seorang teman sebagai observer. Pada setiap pertemuan dicatat atau dilakukan

pemantauan terhadap segala aktivitas siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 33: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

33

Tabel 5 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

No Aspek yang Diamati Siklus I Rata-

rata 1 2 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat pembelajaran. Siswa yang tidak mengerjakan soal yang diberikan berdasarkan nomornya dalam kelompok. Siswa yang mendapat undian nomor untuk mengerjakan soal, tetapi tidak mengerjakan di papan tulis. Siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan kepada kelompok lain. Siswa yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas serta tes akhir siklus (main-main, keluar masuk kelas, ribut, mencari jawaban pada kelompok lain, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain).

2 3 6 5 2 6

4 4 5 4 3 4

3

3,5

5,5

4,5

2,5 5

c. Refleksi siklus I

Pada siklus I, peneliti membentuk kelompok secara heterogen. Setiap

kelompok terdiri dari 6 orang dimana masing-masing anggota kelompok diberi

nomor 1,2,3,4,5 dan 6, sehingga dari 36 orang siswa tersebut, diperoleh 6

kelompok belajar. Kemudian menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi

kepada siswa untuk terus belajar dan memperhatikan pelajaran yang diberikan.

Selain itu, peneliti juga menyampaikan bahwa pada pelajaran kali ini akan

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Peneliti menginformasikan

bahwa dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan bekerja dalam kelompok-

kelompok kooperatif dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah serta

saling memotivasi untuk berprestasi.

Page 34: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

34

Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada pertemuan I kurang optimal.

Hal ini terjadi karena siswa yang berkemampuan akademik tinggi lebih

mendominasi aktivitas dalam kelompok sehingga hanya sebagian siswa saja yang

aktif. Ini terlihat ketika siswa yang mendapat undian nomor untuk mengerjakan

soal tetapi tidak mengerjakan di papan tulis, sehingga digantikan oleh teman

kelompoknya yang berkemampuan akademik tinggi. Terlihat juga siswa mencari

jawaban di kelompok lain yang sesuai dengan nomor yang dikerjakan sehingga

suasana kelas menjadi ribut yang dapat dilihat pada Tabel 5 No. 6. Hal ini terjadi

karena siswa lebih senang berkeliling ke kelompok lain mencari jawaban dari

pada mendiskusikannya dengan teman kelompoknya atau bertanya langsung

kepada guru. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, namun setelah mereka

ditinggalkan siswa kembali melakukan hal yang sama.

Respon yang kurang antusias juga diperlihatkan ketika siswa yang bernomor

sama diminta untuk mengajukan pertanyaan atau menanggapi jawaban dari soal

yang sedang dikerjakan oleh kelompok yang lain sebagaimana hasil pengamatan

pada Tabel 5 No.5 . Sementara itu, adapula siswa yang nomornya berbeda terlihat

tidak memperhatikan jawaban tersebut, bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan

soal yang diberikan berdasarkan nomornya dalam kelompok tersebut yang dapat

dilihat pada Tabel 5 No. 3, walaupun sudah ditekankan bahwa tidak hanya satu

soal yang harus dipersiapkan oleh siswa tetapi semuanya. Berdasarkan hasil

observasi dari awal sampai akhir pertemuan siklus I, terlihat adanya peningkatan

keaktifan siswa, meskipun demikian masih perlu ditingkatkan lagi. Pada

pertemuan akhir siklus I, siswa diberi tes untuk menguji kemampuan mereka atas

Page 35: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

35

materi yang telah dibahas pada pertemuan siklus I sebelumnya. Dalam

pelaksanaannya berlangsung tertib dan lancar, walaupun masih ada siswa yang

meniru jawaban temannya sebagaimana hasil pengamatan pada Tabel 5 No. 6. Hal

ini terjadi karena jarak bangku siswa yang saling berdekatan.

2. Hasil pelaksanaan siklus II

a. Hasil belajar siswa pada siklus II

Analisis statistik deskriptif hasil belajar siswa pada siklus II setelah

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis statistik deskriptif dari pemberian tes hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar pada siklus II

Statistik Nilai Statistik

Ukuran sampel Nilai ideal Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Standar deviasi

36 100 85 40

70,97 11,54

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 6 dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar

setelah dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus II

memperoleh nilai rata-rata 70,97 dan standar deviasi 11,54. Artinya

kecenderungan variasi penyimpangan nilai siswa sebesar 11,54 dari nilai rata-rata.

Bila nilai statitistik tersebut di atas didasarkan pada KKM belajar SMA

Negeri 3 Makassar berdasarkan ketuntasan yaitu 69, maka diperoleh distribusi

frekuensi hasil belajar yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Page 36: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

36

Tabel 7 Distribusi ketuntasan belajar siswa kelas XI IPA3 pada siklus II berdasarkan KKM SMA Negeri 3 Makassar

No Kategori Ketuntasan

Belajar Siklus I

Frekuensi (%) 1. 2.

Tuntas Tidak tuntas

31 5

86,11 13,89

Jumlah 36 100 % Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang berada pada

kategori tidak tuntas sebanyak 5 orang atau 13,89 % dan siswa yang berhasil

mencapai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yaitu sebanyak 31 orang atau

86,11 % dari jumlah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar yang

mengikuti tes hasil belajar siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari

siklus I ke siklus II.

b. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II

Tabel 8 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II

No Aspek yang Diamati Siklus II Rata-

rata 1 2 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat pembelajaran. Siswa yang tidak mengerjakan soal yang diberikan berdasarkan nomornya dalam kelompok. Siswa yang mendapat undian nomor untuk mengerjakan soal, tetapi tidak mengerjakan di papan tulis. Siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan kepada kelompok lain. Siswa yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas serta tes akhir siklus (main-main, keluar masuk kelas, ribut, mencari jawaban pada kelompok lain, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain).

6 5 3 2 5 3

7 7 2 - 6 1

6,5 6

2,5 1

5,5 2

Page 37: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

37

c. Refleksi siklus II

Setelah merefleksi hasil pelaksanaan siklus I, diperoleh suatu gambaran

tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II, sebagai perbaikan dari tindakan

yang telah dilakukan pada siklus I. Adapun tindakan yang dilakukan antara lain:

1) Membentuk kelompok pasangan secara heterogen, dimana siswa yang

memperoleh nilai tuntas dipasangkan dengan siswa yang nilainya belum

tuntas. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I, jumlah siswa yang memiliki

nilai ketuntasan lebih besar dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas,

sehingga dalam pembentukan kelompoknya, peneliti juga menjadikan

aktivitas siswa yang diamati dalam lembar observasi sebagai bahan

pertimbangan dalam pembentukan kelompoknya pada siklus II.

2) Memberikan motivasi kepada siswa dengan memberitahukan tujuan yang akan

dicapai setelah mempelajari materi itu. Kemudian membahas materi pokok

secara klasikal yaitu menjelaskan materi pokok yang akan diajarkan dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi

pelajaran yang belum dimengerti.

3) Menekankan kepada siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi untuk

membimbing teman kelompoknya saat mendiskusikan LKS tersebut dan lebih

memperketat pengawasan kepada siswa yang sering melakukan kegiatan yang

kurang positif di dalam kelas.

4) Memanggil siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas tanpa

memberitahukan terlebih dahulu nomor soal yang akan dikerjakan, sehingga

siswa harus siap dan mengerti semua soal yang ada dalam LKS.

Page 38: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

38

Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelaksanaan siklus I

memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa. Pertemuan pertama

pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu memberikan motivasi dan memberitahukan

tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar serta memberikan tugas

kepada siswa. Pada umumnya nampak masih sama dengan kegiatan sebelumnya

yaitu masih banyaknya siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses

belajar mengajar berlangsung seperti keluar masuk kelas seperti terlihat pada

Tabel 8 No. 6. Namun demikian sudah ada kelompok yang mulai bersaing dan

kelihatan bahwa sudah mulai muncul rasa ingin tahu siswa mengenai materi yang

dibahas. Siswa yang dulunya hanya meniru pada temannya pada saat mengerjakan

LKS sudah mulai ingin tahu bagaimana cara penyelesaian soal yang diberikan.

Selain itu perhatian dan motivasi siswa semakin meningkat, ini dapat terlihat pada

banyaknya siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan sebagaimana

yang terdapat pada Tabel 8 No. 1, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan

siswa untuk belajar.

Memasuki pertemuan terakhir penelitian, terlihat bahwa proses belajar

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah

sesuai dengan yang diharapkan. Setiap siswa mulai terbiasa dengan kegiatan yang

dilakukan, yaitu setelah guru memberikan informasi tentang materi secara garis

besar, siswa mulai membahas materi dan segera mengerjakan LKS. Materi yang

diberikan dan kurang dimengerti oleh siswa, umumnya siswa lebih sering

bertanya pada teman kelompok atau daripada bertanya langsung kepada guru.

Page 39: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

39

Selain itu, meningkatnya frekuensi siswa yang ingin mempresentasekan jawaban

LKS kelompoknya yang telah siswa kerjakan.

Hasil yang dicapai pada siklus II ini mulai mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari siswa tadinya suka meniru pada siswa yang lain sudah mulai berusaha

menyelesaikan sendiri soal yang ada dalam LKS. Setelah diberi tes untuk menguji

kemampuan mereka atas materi yang telah dibahas pada siklus II ini, dapat

dikatakan bahwa hasil yang diperoleh siswa mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan tes yang dilaksanakan pada pertemuan akhir siklus I, hal ini

menandakan bahwa kesungguhan belajar dari siswa tergambar dari hasil tes siklus

yang diberikan meskipun diantara siswa tersebut masih ada beberapa yang belum

mencapai standar ketuntasan belajar.

Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah

meningkat dibandingkan pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari rata-rata setiap

indikator yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa, begitu pula dengan

hasil belajar siswa. Siswa terlihat mulai terbiasa belajar kelompok sehingga rasa

kekeluargaan antara mereka semakin meningkat dan sifat individualisme semakin

berkurang, selain itu siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya pada

saat diskusi dan jumlah siswa yang meniru jawaban dari kelompok lain juga mulai

berkurang sebagaimana terlihat pada Tabel 8 No. 6. Hal ini terjadi karena

kesadaran dalam diri siswa lebih meningkat sehingga hasil pekerjaan mereka juga

sangat memuaskan.

Page 40: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

40

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis kualitatif mengenai aktivitas siswa pada siklus I

dan siklus II, terlihat model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat mengubah

kebiasaan siswa seperti malu bertanya kepada siswa yang kemampuannya tinggi,

kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas, bahkan rasa tidak percaya diri untuk

mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga timbul kebiasaan untuk

mengharapkan bantuan jawaban dari teman. Hal ini terjadi karena NHT

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa serta model pembelajaran ini lebih mengedepankan aktivitas

siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber.

Hasil analisis data observasi aktivitas siklus I pada Tabel 5 memperlihatkan

bahwa tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, ini

terlihat dari banyaknya siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses

pembelajaran berlangsung, serta siswa yang memiliki kemampuan akademik

tinggi kurang membimbing teman kelompoknya. Keaktifan siswa yang rendah

akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Pada saat diadakan tes siklus

I, banyak dari siswa yang hanya mengharap jawaban dari temannya. Hasilnya

hanya 22 orang yang tuntas atau sebesar 61,11% yaitu berada di atas 25% dari

ketuntasan belajar yang terdahulu sebelum diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, namun belum mencapai standar ketuntasan kelas yang

ditentukan sekolah yaitu 85%.

Beberapa masalah yang muncul pada siklus I, kemudian diusahakan

perbaikannya pada siklus II. Tindakan perbaikan yang dilakukan tersebut akhirnya

Page 41: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

41

mendapatkan respon dari siswa. Setiap kelompok berusaha untuk menunjukkan

bahwa kelompok merekalah yang terbaik. Diskusi dalam kelompok berlangsung

dengan tenang, meskipun masih agak ribut namun itu terjadi karena siswa

memang membicarakan jawaban LKS yang sedang mereka kerjakan. Rata-rata

dari setiap indikator pada lembar observasi aktivitas siswa mulai mengalami

peningkatan. Siswa terlihat lebih bergairah belajar terutama dalam mengerjakan

LKS. Hampir semua siswa memperlihatkan keseriusan mereka dalam belajar.

LKS yang mereka kerjakan juga dapat terselesaikan dengan benar.

Keaktifan siswa yang meningkat ternyata mampu mendorong motivasi

siswa dalam belajar. Hal tersebut dapat dilihat pada data kuantitatif siswa, yaitu

nilai rata-rata yang didapat oleh siswa pada hasil tes siklus I adalah 60,69 dan

mengalami peningkatan menjadi 70,97. Meskipun untuk perolehan nilai masing-

masing siswa ada yang menurun dan ada juga yang meningkat. Melihat rata-rata

nilai pada siklus II yang tergolong tinggi menandakan bahwa ada kesungguhan

siswa untuk belajar dan tidak mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai yang

selama ini diterapkan di sekolah tersebut.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, selain meningkatkan

hasil belajar siswa juga mengembangkan keterampilan sosial yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk

berhasil. Oleh karena itu siswa yang telah memiliki keterampilan kooperatif

seperti menggunakan kesepakatan, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada

dalam kelompok, menyelesaikan tugas dalam waktunya, serta menghormati

perbedaan inividu dapat mengaktifkan proses pembelajaran, mengembangkan

Page 42: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

42

kreativitas dan melancarkan hubungan kerja sehingga hasil belajar yang

diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, pada umumnya aktivitas siswa

mengalami peningkatan sampai pada pertemuan terakhir. Pada pertemuan terakhir

kembali diadakan tes, siswa terlihat lebih percaya pada kemampuannya dan

berusaha untuk mengerjakan soal sendiri. Jumlah siswa yang memenuhi standar

ketuntasan juga mengalami peningkatan yaitu 31 orang atau sebesar 86,11%.

Aktivitas dan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah siswa belajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

meningkat. Nilai rata-rata persentase peningkatan ketuntasan kelas yang dicapai

siswa sebelum penerapan kooperatif tipe NHT dan setelah penerapan kooperatif

tipe NHT pada siklus I dan II berturut-turut 25% ; 61,11% ; dan 86,11% dengan

persentase peningkatan ketuntasan kelas sebelum penerapan kooperatif tipe NHT

dan setelah penerapan kooperatif tipe NHT pada siklus I sebesar 36,11%,

sedangkan dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Keberhasilan ini menunjukkan

bahwa setelah melalui beberapa tahap perbaikan langkah-langkah pembelajaran,

penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar

kimia pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Adapun yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini adalah kurangnya

waktu yang tersedia dalam penelitian mengakibatkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini hanya dilaksanakan 2 kali pertemuan untuk penyajian

materi tiap siklus, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya bisa

menambah jumlah pertemuan tiap siklus dengan tetap melanjutkan materi pokok

setelah materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Page 43: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah langkah-langkah

yang dilakukan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa adalah : (1) Penyajian materi secara singkat dan

mengajukan pertanyaan kepada siswa, (2) Membagi siswa dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 6 orang dan masing-masing anggota kelompok di beri nomor

1,2,3,4,5 dan 6, (3) Membagikan LKS kepada setiap kelompok, (4) Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS, (5) Siswa menyampaikan

jawabannya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain, (6) Memberikan

pujian kepada kelompok yang kerjasamanya bagus dan nilainya tinggi.

Hasil belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 3 Makassar meningkat dari

25 % sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT menjadi 61,11 %

pada siklus I setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan meningkat

pada siklus II sebesar 86,11 %.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang diperoleh dari penelitian

ini, maka diharapkan kepada guru mata pelajaran kimia agar dapat menerapkan

dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebagai variasi dalam pengajaran kimia.

Untuk calon peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan

pengkajian yang lebih dalam dan bisa dipadukan dengan model pembelajaran

yang lain.

Page 44: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

44

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Banjarmasin.

Erman, S. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa.

Jurnal Pendidikan. http://educare.e-fkipunla.net. diakses 2 Desember 2008.

Johari. 2004. Kimia SMA Untuk Kelas XI. Esis. Jakarta. Lie. 1999. Metode Pembelajaran Gotong Royong. Citra Media. Surabaya. Masnur, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi Aksara. Malang. Nasriati. 2008. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar (Studi pada Materi Pokok Ikatan Kimia). Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA UNM. Makassar.

Oemar, H. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.

Patta, B. 2007. Konsep Dasar IPA 1 Teori dan Praktik. Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Purba, M. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta. Slavin, R. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Nusa Media.

Bandung. Subana, M. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung. Suryanti. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada Pokok Bahasan Kimia Karbon. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA UNM. Makassar.

Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Karya Abditama. Surabaya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka Publiser. Jakarta.

Page 45: Analisis Penggunaan Unsur Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Laskar Pelangi

45

Wartono. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program DIRJEN DIKDASMEN. Jakarta.

Wina, S. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media. Jakarta.