ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA …

79
i ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHID (DPU-DT) CABANG SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Dosen Pembimbing: Bapak Supangat, M.Ag Disusun oleh: Zainul Muttaqin 102311081 FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017

Transcript of ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA …

i

ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA

PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT

TAUHID (DPU-DT) CABANG SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pembimbing: Bapak Supangat, M.Ag

Disusun oleh:

Zainul Muttaqin

102311081

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 eks

Hal : Nasksh Skripsi

an. Sdr. Zainul Muttaqin

Kepada Yth :

Dekan Fakultas Syariah UIN Walisongo

Di Semarang

Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana

mestinya, maka saya menyatakan bahwa skripsi saudara :

Nama : ZAINUL MUTTAQIN

NIM : 102311081

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Penggunaan Dana Zakat untuk Qard

Pada Program Misykat Di Dompet Peduli Ummat

Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang Semarang

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqosyahkan. Atas perhatian bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 26 Juli 2017

iii

iv

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul :

“ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA

PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHID

(DPU-DT) CABANG SEMARANG” dengan baik tanpa banyak menuai kendala

yang berarti.

Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya. Skripsi ini

diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata

Satu (S.1) dalam Jurusan Hukum Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Walisongo Semarang.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun

yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan

kepada :

1. Pertama, Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sampai saat ini.

Kedua, Rasulullah SAW. Dan yang ketiga, kedua orang tua beserta guru-guruku.

2. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor UIN Walisongo Semarang.

3. Dr. H. A. Arief Junaidi, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN

Walisongo Semarang.

vi

4. .Afif Noor, S.Ag, SH, M. Hum, selaku Kajur Hukum Ekonomi Syariah.

5. Supangat, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing, yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

menyusun skripsi ini.

6. Drs. Sahidin, M.Si yang telah memberikan kesempatan dan mensupport untuk

mengejar ketertinggalan.

7. Dra. Hj. Noor Rosyidah selaku dosen waliku yang selalu memberi semangat dan

dukungan saat masa-masa kuliah.

8. Semua Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Walisongo Semarang.

9. Semua Karyawan Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut

Tauhiid (DPU-DT) Cabang Semarang yang telah menerima, membimbing dan

melayani penulis sehingga karya ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

10. Kawan-kawan Muamalah 2010 yang sempat berjuang bersama-sama saat masa

kuliah dan terima kasih untuk kawanku yang bersama-sama berjuang keluar dari

zona merah

11. Teman-teman KOALA, 3 Mas Kenthir dan teman-teman sekolah lainnya yang

selalu ada saat kubutuh sandaran.

12. Keluarga Besar Pondok Pesantren Madrosatul Qur’anil Aziziyyah yang selalu

menemani, baik putra maupun putri yang terlalu banyak sehingga tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

13. Teman-teman KKN UIN Walisongo tahun 2014 Posko 33 di Watuagung: Dillah

dkk beserta Ibu Harmi dan Pak Lurah Watuagung sekeluarga.

vii

14. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

selesainya penulisan skripsi ini.

Terima kasih atas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan. Penulis

hanya bisa berdoa dan berusaha. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat menjadi

salah satu warna dalam hasanah ilmu dan pengetahuan.

Semarang, 26 September 2017

Penulis

Zainul Muttaqin

NIM 102311081

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas nikmat Allah SWT. Dari penulisan skripsi sini penulis baru

menyadari arti sebuah perjuangan. Dan perjuangan memang membutuhkan

pengorbanan. Alhasil, dengan segala kerendahan hati karya ini saya persembahkan

kepada orang-orang terdekat yang selalu memberikan semangat, dukungan bahkan

uluran tangan ketika diri ini telah mulai menyerah.

1. Kedua Orang Tuaku Bapak Suyadi dan Ibu Zumrikah yang selalu

memberikan curahan kasih sayang, do’a dan dukungan moril maupun materil.

Terima kasih atas penantiannya selama ini. Tak dapat saya membalas

kebaikan kalian, hanya doa kepada Tuhan Allah SWT yang bisa kuberikan.

Semoga sehat selalu menyertai dan rahmat selalu mengiringi.

2. Guruku Ibu Nyai Hj. Nur Azizah, AH yang tak henti mengajarkan perjuangan.

Yang selalu mensupport dan memberikan keteladanan. Kepada beliau semoga

Allah memberikan kesabaran dan kesehatan.

3. Adikku Zaim Setiawan serta sepupu-sepupuku yang sering menghibur

4. Guru-guruku yang turut mendo’akan.

ix

MOTTO

ان مع العسر يسرا

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al Insyirah: 6)

x

ABSTRAK

Zakat dalam islam memiliki posisi yang sangat penting. Karena merupakan

salah satu rukun islam yang wajib dijalankan. Dan dari segi kemasyarakatan

diharapkan mampu meningkatkan perekonomian para mustahiq. Akan tetapi,

kesadaran terhadap pentingnya zakat tersebut masih minim sekali di kalangan

masyarakat yang sesuai ketentuan telah diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. Selain

itu, kebanyakan masyarakat penerima zakat menggunaan zakat hanya bersifat

konsumtif sehingga hasil zakat dampaknya tak terasa dan tidak sesuai harapan, yaitu

meningkatkan kesejahteraan mustahiq.

Saat ini banyak badan atau lembaga yang mengurusi seluk beluk pemungutan

dan penggunaan zakat. Salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang Semarang. Dalam program

unggulan Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat) penggunaan dana

zakat adalah dengan cara meminjamkannya. Ini berbeda dengan penggunaan dana

zakat yang sebagaimana mestinya, yang memang dana zakat adalah hak dari para

mustahik. Tidak sebagai alat pinjam meminjam.

Sehingga penulis sangat tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini berjenis

penelitian lapangan sehingga perlu untuk mendapatkan data yang valid dengan

memakai sumber data di lapangan, kepustakaan, dokumentasi serta wawancara

terhadap pihak-pihak yang terkait didalamnya.

Dari permasalahan di atas penulis dapat simpulkan bahwa demi kemaslahatan

yaitu untuk modal usaha, penggunaan dana zakat yang semacam ini diperbolehkan

asal tidak mengandung larangan-larangan dalam hokum islam. Karena dengan cara

seperti ini diyakini akan lebih bermanfaat dana zakat tersebut sehingga apa yang

diharapkan dapat terpenuhi.

Kata kunci: Zakat, Misykat, DPU

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii

HALAMAN DEKLARASI ..................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vii

MOTTO ................................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Peneliian........................................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

F. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data ................................................... 11

2. Metode Analisis Data ............................................................ 12

G. Sistematika Penulisan.................................................................. 13

BAB II TEORI UMUM TENTANG ZAKAT DAN QARD

A. Zakat

1. Pengertian Zakat.................................................................... 15

2. Dasar Hukum Zakat .............................................................. 16

3. Jenis-Jenis Zakat ................................................................... 18

4. Syarat-Syarat bagi orang yang berzakat ................................ 18

5. Golongan orang-orang yang berhak menerima zakat ........... 19

6. Tujuan dari Zakat .................................................................. 22

xii

7. Hikmah Zakat ........................................................................ 22

8. Organisasi Pengelola Zakat ................................................... 24

9. Pendayagunaan Zakat............................................................ 25

B. PINJAMAN (QARD)

1. Qard ....................................................................................... 27

2. Pengertian Qard ..................................................................... 28

3. Dasar Hukum Qard ............................................................... 30

4. Unsur-Unsur Akad Qard ....................................................... 32

5. Rukun dan Syarat Qard ......................................................... 33

6. Manfaat Qard ........................................................................ 35

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LEMBAGA AMIL ZAKAT

NASIONAL DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID

(DPU-DT) CABANG SEMARANG

A. Sejarah Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid

(DPU-DT) Cabang Semarang ..................................................... 38

B. Visi dan Misi LAZNAS DPU DT Semarang

1. Visi ........................................................................................ 40

2. Misi ....................................................................................... 40

3. Motto ..................................................................................... 40

C. Program Kerja LAZNAS DPU DT Semarang

1. Dakwah-Ku (Program Dakwah) ........................................... 40

2. Peduli-Ku (Program Sosial Kemasyarakatan) ...................... 41

3. Beasiswa-Ku (Program Pendidikan) ..................................... 42

4. Ikhtiar-Ku (Program Ekonomi) ............................................. 42

D. Tinjauan Umum Tentang Program Misykat ............................... 43

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD

PADA PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT

DAARUT TAUHIID (DPU-DT) CABANG SEMARANG

xiii

A. Analisis Manajemen Kelompok Pada Program Misykat di Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang Semarang .... 54

B. Analisis Penggunaan Dana Zakat Untuk Qard Pada Program

Misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT)

Cabang Semarang........................................................................ 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 61

B. Saran ............................................................................................ 62

C. Penutup ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam tidak hanya merupakan sebuah agama yang membahas atau

mengedepankan aspek ibadah saja, tetapi dalam dalam islam juga peduli

terhadap masalah ekonomi. Maka dari itu, tidak heran jika dalam agama islam

telah dianjurkan untuk bekerja keras. Dalam mengentaskan kemiskinan, ada

beberapa cara yang dapat ditempuh. Menurut M. Quraih Shihab ada 3 hal

pokok yang dapat ditempuh,1 yaitu:

1. Kewajiban setiap individu

Dalam hal ini, seseorang dianjurkan untuk bekerja keras serta

berusaha untuk memperoleh kecukupan dan kelebihan

2. Kewajiban orang lain/masyarakat

Hal ini tercermin darijaminan social yang berbentuk zakat, infak

maupun shadaqah. Apabila seseorang tak mampu mencukupi

kebutuhannya, maka ada kewajiban terhadap seseorang yang lain untuk

ikut berpartisipasi dalam mencukupi kebutuhan seseorang yang

membutuhkan tersebut, itulah zakat dan shadaqah.

3. Kewajiban pemerintah

Pemerintah juga berperan dalam mencukupi kebutuhuan warganya,

yaitu melalui sumber-sumber yang sah berupa pajak.

1M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 2007, hlm. 452-458

1

2

Dianjurkan pula dalam kepemilikan harta tidak hanya beredar di

kalangan orang kaya saja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ar-Razi

bahwa orang kaya sebagai pemilik harta sementara dan dan hanya sebagai

penjaga gudang-gudang Allah, sedang orang fakir dan miskin adalah sebagai

keluarga Allah.2Senada dengan Ar-Razi, Az-Zamakhsyari menyatakan bahwa

harta yang ada pada tangan kamu sekalian adalah harta Allah yang diciptakan

dan dikembangkan-Nya untuk kalian. Allah memberikan harta tersebut dan

mengizinkan untuk kamu nikmati. Posisi kalian dari harta tersebut hanyalah

sebagai “wakil dan pemegang amanat”. Karenanya infaqkanlah harta itu pada

hak-hak Allah.3 Untuk menyikapi hal itu, dalam kepemilikan harta terdapat

beberapa fungsi sosiasl, yaitu: zakat, infaq dan shodaqah.

Zakat merupakan salah satu dari rukun islam yang wajib dilaksanakan

juga diyakini, karena zakat adalah bagian yang wajib dikeluarkan oleh

seseorang dari hak Allah supaya diperuntukkan orang lain yang sangat

membutuhkan.4 Darisemua rukun islam yang ada, pada dasarnya semuanya

mengarah pada hubungan antara manusia dengan tuhannya (hablu minallah).

Tetapi dalam zakat tidak hanya terdapat hubungan antara manusia dengan

tuhannya, didalamnya juga terdapat hubungan antara manusia dengan manusia

(hablu minannas). Karena dalam konsep zakat, selain untuk melaksanakan

perintah dari Allah SWT, didalamnya juga mengandung prinsip tolong-

2Kementerian Agama, Pembangunan Ekonomi Umat, Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur’an, 2012, hlm. 9. 3Ibid.

4Mansur, Seluk Beluk Ekonomi Islam, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009, hlm. 149.

3

menolong serta terdapat hubungan timbal balik antara pemberi zakat

(muzakki) dan penerima zakat (mustahiq).

Dalam Al Qur’an zakat sama pentingnya dengan shalat sehingga

menjadikan zakat dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran islam.5

Maka tidak heran apabila sering kali kita menjumpai kata perintah untuk

menjalankan shalat kemudian dilanjutkan dengan perintah untuk menunaikan

zakat. Sehingga pada masa sahabat Abu Bakar, beliau menyiagakan pasukan

untuk menggempur mereka yang membeda-bedakan antara shalat dan

membayar zakat. Beliau mengungkapkan ucapan beliau yang termasyhur,

“Demi Allah! Kalau mereka menolak untuk membayar zakat kepadaku

meskipun hanya seharga tali unta, padahal dahulu mereka membayarkannya

kepada Rasulullah, pasti aku akan memerangi mereka karena penolakan

mereka itu”.6

Dalam kaitanya pemberdayaan masyarakat, zakat sangat berperan

penting didalamnya. Sehingga banyak sekali hikmah dan manfaat yang dapat

diambil dari adanya zakat, diantaranya yaitu dapat mengurangi kemiskinan,

mengatasi kepincangan social, meningkatkan harkat hidup, menimbulkan rasa

persaudaraan dan dapat menciptakan kerukunan antar umat.7 Selain itu, zakat

juga dapat menjadikan perbedaan ekonomi dimasyarakat menjadi lebih adil,

sehingga orang yang sudah kaya tidak semakin kaya dan yang miskin tidak

5M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1993, hlm. 323.

6Abdullah Al-Mushlih, Shalah Ash-Shawi, Ma La Yasa’ At Tajira Jahluhu, Terjemah

Abu Umar Basyir, ”Fikih Ekonomi Keuangan Islam”, Jakarta: Darul Haq, 2011, hlm. 447. 7Departemen Agama, Pedoman Zakat, Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf,

1993, hlm. 15.

4

semakin tambah miskin. Dan dengan adanya zakat kehidupan dimasyarakat

pun akan menjadi lebih sejahtera, rukun dan damai.

Zakat juga dapat membersihkan dan mensucikan masyarakat dari

saling mendendam dan mendengki, dari kegoncangan dan fitnah. Sebab

manakala masyarakat seluruhnya menjamin dan saling bantu membantu

menutupi hajat kaum melarat dan mereka yang sangat berkebutuhan, ketika

itulah mereka mengikis habis merajalelanya hura-hura dan kegoncangan yang

terwujud dari rasa dendam kaum melarat terhadap mereka yang kaya-kaya.8

Jadi, zakat tidak hanya membantu dari segi fisik melainkan juga dari segi

bathin akan sangat membantu dalam menumpas rasa denan dan dengki tang

tercipta akibat kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini sesuai

dengan Firman Allah dalam Qur’an Surat At-Taubat: 103.

تكخذ صلى إن هم علي وصل يهمبها وتزك تطهرهم صدقة لهم ى أم مه

و ٱسكهلهم ٣٠١سميععليملل

Artinya: ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka”.9

Dalam ayat tersebut, juga mengandung makna bahwa dalam

pengelolaan zakat dilakukan berdasarkan oleh wewenang Rasulullah.Sehingga

dalam konteks sekarang masa sekarang ini dapat diaplikasikan dengan melalui

Lembaga Amil Zakat. Dimana target dalam pendistribusiannya ditujukan

8Ahmad Muhammad Al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, An Nidzaamul Iqtishadi

Fil Islam Mabaadi-Uhu Wahdaafuhu, Terjemah Abu Ahmadi dan Anshori Umar Sitanggal,

“Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip Dan Tujuannya”, Surabaya: Bina Ilmu, 1980, hlm. 110. 9Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1999, hlm. 297

5

kepada delapan golongan mustahiq. Sebagaiman yang telah dijelaskan Allah

dalam Firman-Nya:

تٱإوما دق ولص فقراء كيهٱلل مس مليهٱول ع ول ها مؤلفةٱعلي وفيل قلىبهم

قابٱ رميهٱولر غ ل سبيل ٱوفي هٱولل بيلٱب لس ه م ٱفريضة ٱولل لل

٠٠عليمحكيم

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At

Taubah: 60).10

Arti Ash Shadaqat dalam ayat ini bukan sedekah sunnah, melainkan

sedekah wajib atau zakat. Sebab, kalau memang yang dimaksud adalah

sedekah sunnah, maka pembagiannya tidak harus pada Al Ashnaf Ats-

Tsamaniyyah, dan didalam sedekah sunnah tidak ada amil yang ditugaskan

mengambil dan mengumpulkannya.11

Dalam pendistribusiannya, zakat terbagi

menjadi dua kategori, yaitu konsumtif dan produktif. Pada kategori konsumtif,

dana zakat akan diberikan hanya akan menjadi barang yang akan habis sekali

pakai. Sedangkan dalam kategori produktif, dana zakat akan diberikan kepada

mustahiq berupa modal untuk melakukan usaha atau berupa barang yang dapat

dimanfaatkan sehingga menghasilkan barang produksi.

Berkaitan dengan amil zakat, telah diatur dalam UU RI nomor 38

tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama no 581 Tahun

1999 dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

10

Ibid, hlm. 288 11

Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008, hlm. 150.

6

Urusan Haji no D/29 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat,

UU no 38/99 pada bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga

pengelolaan zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil

Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat dibentuk

oleh pemerintah sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat.12

Ada beberapa pertimbangan dalam melaksanakan zakat melalui Lembaga

Amil Zakat:

Pertama, dapat menjamin kepastian dan disiplin dalam zakat. Apabila

dalam menyerahkan zakat dilakukan oleh muzakki sendiri, dikhawatirkan

nasib dan jaminan terhadap orang miskin dan mustahiq lainnya tidak pasti.

Serta bisa jadi tidak merata dalam penyerahannya.

Kedua, apabila zakat diserahkan langsung oleh muzakki,

dikhawatirkakn juga timbul rasa rendah diri dari mustahiq.

Ketiga, untuk mencapai keakuratan dan ketepatan sasaran dalam

pemberian zakat menurut skala prioritas. Keempat, mengikuti ajaran Al

Qur’an yang disebutkan didalamnya yaitu tentang amil.13

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) adalah Lembaga

Amil Zakat dan menjadi lembaga nirlaba yang bergerak dibidang

penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf

(ZISWA). Lembaga ini didirikan pada tanggal 16 Juni 1999 oleh tokoh

terkemuka yaitu KH Abdullah Gymnastiar sebagai bagian dari Yayasan

Daarut Tauhid yang terpusat di Bandung dengan tekad menjadi LAZ yang

12

Mansur, Op. cit, hlm. 151. 13

Abdul Malik Ar-Rahman, Pustaka Cerdas Zakat, Jakarta: Lintas Pustaka, 2003,

hlm.122

7

professional, jujur dan amanah berlandaskan pada Ukhuwah Islamiyyah. Dan

dalam perkembangannya, DPU-DT telah membuka cabang di Semarang.

Yang melatarbelakangi dari didirikannya DPU DT ini adalah melihat

Negara Indonesia merupakan Negara yang penduduknya mayoritas adalah

Orang Islam. Dimana dalam Ajaran Islam zakat adalah sebuah kewajiban yang

harus ditunaikan setiap muslim. Akan tetapi realita yang terjadi di masyarakat

kesadaran tentang zakat sangat kecil, sehingga dengan adanya Dompet Peduli

Ummat Daarut Tauhid ini dapat meningkatkan kesadaran berzakat.Serta untuk

mengentaskan kemiskinan.Lembaga ini juga berusaha menjadikan orang-

orang yang awalnya mustahiq untuk menjadi muzakki.

Upaya untuk mengentaskan kemiskinan yang dilakukan DPU-DT

melalui pengelolaan zakat, telah dihadirkan program Micrifinance Syariah

Berbasis Masyarakat (Misykat) yang diharapkan mampu menjadi sesuatu yang

produktif dan solutif.Misykat merupakan program unggulan yang ada pada

DPU-DT dalam bentuk pemberdayaan ekonomi. Dan barang siapa yang

menjadi anggota binaan Misykat, mereka akan mendapat pembiayaan dana

bergulir, keterampilan berusaha, pembinaan mental dan karakter, hingga

mereka menjadi mandiri.

Misykat beroperasi dengan cara meminjamkan uang kepada orang

miskin untuk melaksanakan usaha ekonomi tanpa adanya tambahan dalam

pengembalian pinjamannya (bunga). Dana yang dipinjamkan dalam program

ini merupakan dana himpunan dari hasil zakat dan beberapa perusahaan yang

menginfakkan sebagian hartanya. Sedangkan berdasarkan teori yang ada,

8

zakat memang merupakan hak mustahiq, yang seharusnya tidak untuk

dipinjamkan.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji program

Misykat yang ada di DPU-DT cabang semarang melalui skripsi dengan judul

“ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QARD PADA

PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT

TAUHIID (DPU-DT) CABANG SEMARANG” dengan harapan, hasil dari

penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan islami.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, ada

beberapa pokok permasalahan yang akan penulis kaji dalam skripsi ini yaitu:

1. Bagaimana Penggunaan Dana Zakat Pada Program Misykat di Dompet

peduli Ummat Darut Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Dana Zakat

Untuk Qard Pada Program Misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut

Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap dapat tercapai

beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui Penggunaan Dana Zakat pada Program Misykat di

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) Cabang Semrang

9

2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Dana

Zakat Pada Program Misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid

(DPU-DT) Cabang Semarang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Ada beberapa manfaat dalam penulisan skripsi ini dan dapat

dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan keilmuan

dalam bidang Ekonomi Syariah.Terutama dalam pengetahuan tentang

zakat di Lembaga Amil Zakat.

2. Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai acuan maupun masukan untuk

meningkatkan mutu Lembaga Amil Zakat

Supaya dapat dipraktekkan di Lembaga Amil Zakat demi terciptanya

kesejahteraan masyarakat.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini bukanlah

merupakan hal baru.Melainkan sebuah penelitian lanjutan dari beberapa

referensi yang terkait. Diantaranya:

Skripsi Ela Purwaningsih (2012), yang berjudul “Manajemen

Pembiayaan ProgramMicrofinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) di

Lembaga amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-

DT) Cabang Semarang”. Yang pada intinya skripsi ini membahas tentang

10

bagaimana manajemen dan prosedur-prosedur yang dilakukan di Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhid Cabang Semarang.Mulai dari pola pelaksanaan

sampai kegiatan yang ada didalam program tersebut.

Skripsi Jazuli Ikhsan (2006), dengan judul “Peranan Lembaga Amil

Zakat Terhadap Perkembangan Ekonomi Mustahiq (Studi Analisis Terhadap

Program Misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU DT) Cabang

Semarang)”. yang menurutnya secara teoritis dalam praktek misykat ini cukup

bagus dan baik. Karena dalam metode ini mengutamakan perkembangan usaha

kaum mustahiq. Dengan memberikan pinjaman dari dana zakat dan dengan pola

pembinaan intensif yang dinilai cukup efektif. Dan program ini memiliki

beberapa keunggulan, diantaranya meningkatkan semangat usaha, bertambahnya

ilmu, keterampilan serta menambah ukhuwah islamiyyah.

Skripsi Chafidhotul Chasanah (2015), yang berjudul “Pendayagunaan

Zakat Produktif Melalui Program Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat

(Studi Kasus Di Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut

Tauhid Cabang Semarang)”. Dalam penelitiannya, mengungkapkan program ini

memberdayakan ekonomi masyarakat dengan pendayagunaan zakat produktif

yang ada di lembaga ini. Dengan memberikan bimbingan tentang kewirausahaan

sesuai kelompok dan diharapkan mampu mandiri untuk usahanya sendiri. Dengan

adanya misykat ini usaha kecil-kecilan telah dirilis, dengan dipinjamkannya dana

zakat yang dikelola Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Cabang Semarang.

Berdasarkan beberapa referensi yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis mencoba meneliti kasus ini yang terfokus pada tinjauan atau bagaimana

11

menurut hukum islam terkait program yang diterapkan oleh Dompet Peduli

Ummat Daarut Tauhid Cabang Semarang.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian kali ini adalah bersifat penelitian lapangan. Jadi, selain

dengan mengumpulkan data, penulis juga terjun langsung untuk mengetahui

bagaimana praktek yang terjadi. Dibawah ini adalah beberapa metode yang

telah digunakan:

1. Metode Pengumpulan data

a) Interview

Merupakan salah satu teknik dalam mengumpulakan data dengan

cara mewawancarai orang-orang yang terlibat langsung di dalam kasus

yang terjadi. Dalam praktek Misykat ini Bapak Saifullahlah yang

menangani atau PJ dari program tersebut. Serta dibantu oleh bendahara

dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

b) Dokumentasi

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan perlu juga mencari dan

mengumpulkan data-data terkait. Bisa ditemukan di surat kabar,

internet, transkip data yang ada di Lembaga Amil Zakat Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang. Intinya

semua yang berkaitan dengan pnelitian ini baik data-data yang berupa

file atau dokumen maupun foto kegiatan program Misykat.

c) Observasi

12

Untuk meniliti suatu permasalahan perlu adanya observasi.

Dimana seorang penulis mengamati langsung kegiatan dilapangan.

Kemudian aktifitas-aktifitas yang dilihat bisa dicatat. Dan dalam

penelitian ini penulis akan mengamati dan melihat proses yang terjadi

dalam program misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid

(DPU-DT) Cabang Semarang.

d) Library Research

Dalam mengumpulkan data, tidak lupa penulis juga menggunakan

buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Diharapkan

mampu menjadi referensi dan acuan dalam menyelesaikan

permasalahan-pemasalahan yang ada.

2. Metode Analisis Data

Langkah selanjutnya dalam metode penelitian adalah menganalisis

data setelah semua data terkumpul. Supaya penelitian terarah, yang perlu

didadahulukan adalah menganalisis deskriptif. Yaitu menerangkan

keadaan atau gambaran yang terjadi. Tidak hanya menerangkan tentang

gambaran atau fenomena-fenomena yang terjadi, tetapi juga akan

menerangkan tentang hubungan dan prediksi masalah yang akan

dipecahkan.14

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normative.

Yaitu dengan berlandaskan teori yang diajarkan dari Al-Qur’an.

Kemudian, setelah dianalisis penulis akan menjelaskan penalaran-

14

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm 64.

13

penalaran yang dipakai dalam memahami dan menganalisis dengan

penalaran induktif. Suatu penalaran yang menggunakan pernyataan-

pernyataan khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan-pernyataan yang

umum.15

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini didalamnya terdiri dari dari beberapa bab, lebih

tepatnya adalah 5 bab. Dimana setiap bab ada beberapa sub bab yang dapat

mengarahkan maksud penulisan skripsi ini.

BAB I: Pendahuluan merupakan langkah awal dalam memulai

penulisan yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penalitian, telaah pustaka, metode penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II: merupakan bagian yang menerangkan landasan teori umum

tentang zakat. Terdapat beberapa hal yang dapat disampaikan diantaranya:

definisi zakat, macam zakat sampai hikmh berzakat.

BAB III: akan menjelaskan praktek penggunaan dana yang digunakan

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang dalam

programnya yaitu Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat).

Dalam bab ini juga akan mendiskriskipsikan tentang Lembaga tersebut.

BAB IV: berisi analisis data antara teori dan praktek program misykat

yang ada di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) cabang

Semarang. Serta akan membahas bagaimana menurut hukum islam tentang

15

Jujun S.Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer , Jakarta; Pustaka Sinar

Harapan, 2003, hlm : 46

14

Penggunaan Dana Pada Program Misykat di Dompet Peduli Ummat Daarut

Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang.

BAB V: merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

15

BAB II

TEORI UMUM TENTANG ZAKAT DAN QARD

A. ZAKAT

1. Pengertian Zakat

Kata zakat berasal dari kata zaka yang memiliki arti berkah, tumbuh

dan baik. Sedangkakn lisan arab zakat berarti suci, tumbuh, berkah dan

terpuji.1 Menurut bahasa zakat memiliki arti nama’ artinya kesuburan,

thaharah artinya kesucian2

Sedangkan para ulama memiliki pendapat masing-masing mengenai

zakat. Diantaranya adalah:

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy mengutip dari Al

Mawardi dalam kitabnya Al Hawi :

كاة اسم لخذ شئ مخصوص من مال مخصوص على اوصاف الز مخصوصة لطائفة مخصوصة

Artinya :”Zakat itu sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang

tertentu menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan

kepada golongan yang tertentu”

Asy Syaukani berkata:

ع اع ششع ش يتصف ب غ ح ش انصاب انى فق اعطاء جزء ي

ف ان انتصش ي

Artinya :”Memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai nishab

kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak bersifat dengan

1 Mursyidi, akuntansi Zakat Kontemprer, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. 1, hlm 75

2 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka

Rizki Putra, 1999, Cet. 3, hlm. 3

15

16

sesuatu halangan syara’yang tidak membolehkan kita

memberikan kepadanya”3

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, zakat yaitu nama harta yang

dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah supaya diberikan fakir dan

miskin.4

Menurut UU No. 38 Tahun 1999, zakat adalah harta yang wajib

disisihkan oleh seorang muslim atau badan atau badan yang dimiliki oleh

seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya.5

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita fahami bahwa zakat

adalah suatu ibadah wajib bagi setiap muslim dengan cara memberikan

sebagian harta yang dimiliki kepada mereka yang berhak menerimanya

dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Dasar Hukum Zakat

Untuk mempelajari zakat, kita perlu mengetahui dasar-dasar hukum

yang ada. Didalam Al Qur’an maupun Hadits telah disebutkan,

diantarannya:

1. QS. Al Baqarah ayat 43

ا أق ة ٱ ه ءاتا نص ة ٱ ك ٱيع سكعا ٱ نز كع ٣٤ نش

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku'”

2. QS. Al Baqarah ayat 277

3Ibid, hlm. 5

4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Beirut: Farul Fikr, 1996, hlm. 176

5 Kementerian RI, Kumpulan Undang-Undang Perekonomian, Bandung: Fokus Media,

2005, hlm. 60

17

ٱ إ ها نز ع ت ٱءايا هح أقايا نص ة ٱ ه ا نص ءات ة ٱ ك نز

ل ى حز ى ف عه ل خ ى ٧٢٢نى أجشى عذ سب

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal

saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka

mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

3. QS. At Taubah ayat 11

أقايا فئ ة ٱتابا ه ا نص ءات ة ٱ ك كى ف نز ٱفئخ م نذ فص ت ٱ ل و عه ١١نق

Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan

zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.

dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang

mengetahui”.

4. QS. An Nur ayat 56

ا أق ة ٱ ه ءاتا نص ة ٱ ك أغعا نز سل ٱ نش ٦٥نعهكى تشحArtinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah

kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”.

5. QS. Al Bayyinah ayat 5

يا ا إل نعبذا ٱأيش ن لل ٱيخهص ا نذ ق ة ٱحفاء ه نص

ؤتا ة ٱ ك نز نك د ر ت ٱ ٦ نقArtinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang

lurus.”

6. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim

Dalam hadits tersebut berbunyi, “Islam dibangun atas lima dasar:

menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali

Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,

18

membayar zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa pada bulan

Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Jenis-Jenis Zakat

Secara garis besar, zakat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Zakat mal (harta)

Zakat yang bersumber dari harta yang jumlahnya telah mencapai

nishabnya. Harta-harta tersebut diantaranya: emas, perak, tumbuh-

tumbuhan (yang memiliki buah dan biji-bijian), binatang serta barang

perniagaan.

b. Zakat nafs

Zakat jiwa atau sering juga disebut dengan zakat fithrah ini

dikeluarkan pada saat telah selesai mengerjakan puasa ramadhan 30 hari

dan batas akhir mengeluarkannya adalah sebelum mengerjakan shalat

id.6

4. Syarat-Syarat bagi orang yang berzakat

Orang yang berzakat haruslah memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Mukmin dan Muslim

Karena zakat adalah salah satu dari rukun islam yang lima.

Maka di wajibkan atas mereka yang mukmin dan muslim

b. Berakal

Bagi mereka yang tidak berakal, zakatnya dibebankan kepada

wali atau orang yang mengurus hartanya.

6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op Cit, hlm. 9.

19

c. Hartanya telah mencapai nishab7

Sedangkan syarat sahnya zakat yaitu:

a. Niat dari muzakki (bagi orang yang mengeluarkan zakat)

b. Adanya pengalihan atau serah terima kepemilikan dari muzakki

kepada mustahiq8

5. Golongan orang-orang yang berhak menerima zakat

Telah ditetapkan dalam QS. At Taubah ayat 60 bahwasanya orang-

orang yang berhak menerima zakat (Mustahiq) itu terbagi menjadi 8

golongan, ayat tersebut berbunyi:

ا ت ٱإ ذق نص ٱنهفقشاء ك س ٱ ن ه نع ا ؤنفت ٱعه قهبى ن

ف قاب ٱ ٱ نش شي ف سبم نغ ٱ ٱ لل بم ٱ ب نس ٱفشعت ي لل

ٱ ٥٦عهى حكى للArtinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para

mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,

orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk

mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui

lagi Maha Bijaksana.”

Delapan golongan tersebut secara rinci sebagaimana yang

disebutkan oleh Ali Hasan (2008) adalah:9

1) Fakir

Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau harta serta tidak

memiliki kebutuhan sehari-hari yang cukup. Sehingga diperlukan

uluran sesama demi memenuhi kebutuhannya.

7 Tim Manajemen LAZISMU, Ternyata Zakat Itu Hebat, Jakarta: Lazismu,… hlm. 18.

8 Fakhruddin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia,… hlm. 38

9 Ali hasan, Zakat dan Infaq: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia,

Edisi 1, cet ke 2, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 93-102

20

2) Miskin

Seseorang yang memiliki pekerjaan atau harta akan tetapi masih

belum bisa untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Misalnya

seseorang yang sehari memiliki kebutuhan Rp 50.000; tetapi dia hanya

memiliki Rp 30.000; saja.

3) Riqab

Riqab atau budak yang dimaksud adalah budak belian yang telah

diberi kebebasan untuk mengumpulkan harta atau kekayaan supaya

dapat menebus dirinya sendiri agar merdeka.

4) Gharim

Ada tiga macam gharim yang berhak mendapatkan zakat, yaitu:

1. Orang yang berhutang dikarenakan demi menghindari adanya

permusuhan atau pertikaian

2. Orang yang berhutang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau

keluarganya

3. Orang yang berhutang karena memiliki tanggungan. Misalnya

seorang pengasuh pesantren berhutang untuk keperluan pesantrennya

tersebut.

5) Muallaf

Merupakan orang yang baru memeluk agama Islam. Hal ini

dilakukan agar orang yang baru masuk islam semakin kuat

keimanannya.

6) Fi Sabilillah

21

Yaitu jalan yang dapat mendorong ke jalan Allah. Pada zaman

Rosulullah, fi sabilillah lebih tertuju kepada mereka yang berperang

dijalan Allah. Tetapi pada perkembangannya, fi sabilillah merupakan

sebutan lain bagi mereka yang menyampaikan sesuatu untuk menuju

ridlo Allah baik berupa ilmu ataupun berupa amal. Dalam hal ini,

penyaluran zakat biasa diberikan kepada guru-guru mengaji, sekolah,

madrasah serta ilmu-ilmu lain yang berguna dimasyarakat. Bagi mereka

yang menuntut ilu juga berhak menerima bagian dari zakat sebagai

penunjang ia dalam belajar, misalnya berupa buku dan lain sebagainya.

7) Ibnu Sabil

Musafir yang masih dalam perjalanan. Musafir disini adalah mereka

yang melakukan perjalanan atas kebaikan. Maka dari itu, mereka juga

berhak mendapatkan bagian dari zakat.

8) Amil

Yaitu orang yang mendapat amanat untuk menumpulkan,

menyimpan, menjaga serta menyerahkan zakat tersebut kepada mereka

yang berhak. Mereka juga melakukan pembukuan dan bertanggung

jawab penuh atas zakat yang ia jaga. Maka, dari jerih payah tersebutlah

ia berhak menerima zakat meskipun ia sendiri termasuk orang yang

berada.10

6. Tujuan dari Zakat

10

Umrotul Hasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

Ummat, hlm. 40-42

22

Dengan diadakannya zakat diharapkan mampu tercapai beberapa

keinginan, diantaranya:

a) Dapat meningkatkan derajat fakir miskin dan keluar dari kesulitan yang

menimpa, terlebih yaitu supaya mereka bisa menjadi muzakki dan

bukan mustahiq lagi.

b) Supaya hilang sifat kikir yang ada pada pemilik harta

c) Ikut membantu permasalahan orang yang berhutang

d) Supaya tidak ada iri hati maupun dengki antara yang miskin terhadap

yang kaya

e) Supaya tercipta rasa tanggung jawab social pada pemilik harta

f) Mempererat tali persaudaraan antar umat muslim

7. Hikmah Zakat

Zakat merupakan ibadah dan kewajiban dalam bidang harta, maka

dari itu banyak hikmah dan manfaat yang dapat dipetik dari zakat ini. Baik

dari muzakki, mustahiq maupun masyarakat umum. dintara hikmah dan

manfaat zakat adalah:

a) Perwujudan dari keimanan kita terhadap Allah SWT, bersyukur atas

segala nikmat yang telah dilimpahkan hartanya, menciptakan akhlak

yang baik. Serta bisa mendapat ketenangan hidup.

b) Dapat membantu, membina dan menolong para mustahiq khususnya

bagi fakir dan miskin. Karena telah memberikan kebutuhan yang

diperlukan mereka sehingga kehidupan mereka bisa sejahtera dan lebih

23

layak. Dari segi ibadah mereka, bisa terhindar dari kufur, dan

menghilangkan sifat dengki maupun iri hati.

c) Mensucikan jiwa muzakki dari sifat kikir. Selain itu juga dapat

membersihkan jiwa dari kotornya hati dari sifat kikir tersebut. Karena

kikir juga mendekati sifat tamak dimana keduanya adalah termasuk

sifat tercela. Seorang yang memiliki sifat kikir biasanya akan terus

berusaha mendapatkan harta sebanyak-banyaknya sehingga tidak

memperdulikan juga cara mendapatkannya. Makanya dengan adanya

zakat mereka akan lebih ingat pada sang pencipta dan membiasakan

untuk berinfak dan shadaqah.

d) Dengan adanya zakat akan kembali mengingatkan kita bahwa manusia

tidak hidup sendiri. Perlu melihat sekelilingnya dan sifat mementingkan

dirinya sendiri tersebut harus dihilangkan.

e) Zakat bersifat sosialistis, karena ikut meringankan beban para mustahiq

serta dapat menikmati apa yang telah diberikan Allah SWT kepada

kita.11

8. Organisasi Pengelola Zakat

Menurut para ulama’ fiqih, mereka sepakat mengenai kriteria Amil

Zakat. Yaitu, orang yang telah diutus oleh suatu Kepala Negara untuk

mengambil serta menyalurkan zakat tersebut sesuai aturan yang ditentukan

11

Muhammad Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, Semarang, PT. Karya Toha Putra, cet, 1, hlm.

370

24

oleh agama islam.12

Di Indonesia, berkaitan dengan pengelola zakat telah

diatur dalam undang-undang. Undang-undang pengelolaan zakat mengatur

bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional dan

Lembaga Amil Zakat.13

Pendirian lembaga pengelolaan zakat memang

perlu diatur dan ini sangat penting sekali. Karena mayoritas penduduk

Indonesia beragama islam sehingga potensi penduduk Indonesia untuk

membayar zakat tinggi sekali. Didalam Undang-Undang a quo lembaga

pengelolaan zakat ini disebut dengan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil

Zakat.

Organisasi yang mengelola zakat bentukan pemerintah adalah

Badan Amil Zakat Nasional (biasa disingkat BAZNAS) sedangkan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan organisasi pengelola zakat yang

dibentuk oleh masyarakat yang mendukung pemberdayaan zakat oleh

BAZNAS. Tentunya, LAZ harus terdaftar sebagai organisasi

kemasyarakatan islam yang terjun dibidang pendidikan, social dan dakwah

serta berbadan hokum atau yayasan yang disetujui oleh BAZNAS.14

BAZ memang dibentuk oleh pemerintah, tetapi didalamnya harus

melibatkan unsur masyarakat mulai awal pembentukan sampai dalam

kepengurusan. Menurut peraturan, hanya sekretarislah yang berasal dari

12

Nur Fatoni, Kontroversi Zakat, Infaq, Shadaqah “Telaah Atas Pemahaman Ulama

Terhadap Nash dan Realitas”, Semarang: Penelitian Dosen Institut Agama Islam/ IAIN, 2008,

hlm 117. 13

Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 115). 14

Pasal 17 dan 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 115).

25

pejabat Kementerian Agama.15

Kriteria pengurus BAZ harus memiliki sifat

amanah, berdedikasi, berintegritas tinggi, memiliki visi dan misi,

professional dan faham tentag fiqih khususnya mengenai zakat.

Diantara kewajiban BAZ yang harus dilaksanakan adalah:

Segera menjalankan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah

disepakati.

Membuat laporan tahunan termasuk didalamnya adalah laporan

keuangan.

Menyerahkan laporan tersebut kepada pemerintah dan Dewan

Perwakilan Rakyat.

Mengutamakan pendayagunaan dan zakat dan pendistribusian yang

diperoleh oleh daerah masing-masing.16

9. Pendayagunaan Zakat

Dalam pendayagunaan zakat sangat erat kaitannya dengan

pendistribusian, karena apabila pendistribusian tepat sasaran maka

pendayagunaan zakat pun akan lebih optimal. Berdasarkan Keputusan

Menteri Agam RI No. 373 Tahun 2003 tentang pengelolaan zakat,

pendayagunaan zakat memiliki beberapa jenis kegiatan, yaitu:

a) Berbasis Sosial

Penyaluran dana zakat ini dilakukan dengan cara memberikan

dana zakat langsung kepada mustahiq, misalnya dengan memberikan

15

Siti Fatimah, Peran BAZ Dalam Meningkatkan Jumlah Wajib Zakat (Studi Kasus di

BAZ Kota Semarang), Skripsi: Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang, 2011, hlm. 24. 16

Gustian Juanda, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak dan Penghasilan, Jakart: Raja

Grafindo Persada, 2006, hlm. 4-6

26

santunan yang ditujukan kepada mustahiq. Penyaluran yang seperti ini

disebut dengan hibah konsumtif atau program karitas (santunan).

b) Berbasis Pengembangan Ekonomi

Penyaluran zakat yang semacam ini dengan cara memberikan

modal usaha kepada mustahiq dan diarahkan pada usaha yang

produktif. Dengan harapan dapat mengangkat derajat para mustahiq.

Dewasa ini banyak lembaga zakat yang sering menyebutnya

dengan istilah zakat konsumtif dan zakat produktif. Secara umum, dari

kedua penyaluran diatas, perbedaannya berada pada pemberian dan

penggunaan zakat tersebut pada mustahiq. Kemudian pada

perkembangannya, masing-masing zakat konsumtif dan produktif

terbagi menjadi 2, yaitu konsumtif tradisional dan konsumif kreatif,

sedangkan yang produktif yaitu produktif konvensional dan produktif

kreatif. Dan rinciannya adalah sebagai berikut:

c) Konsumtif Tradisional

Merupakan penyaluran zakat dengan membagikannya kepada

mustahiq secara langsungguna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Seperti halnya dengan memberikan zakat fitrah pada saat hari raya idul

fitri atau zakat mal secara langsung pada mustahiq. Dalam hal

mengatasi pemasalahan umat, program yang semacam ini hanya

berlangsung untuk jangka pendek saja.

d) Konsumtif Kreatif

27

Penyaluran yang seperti ini adalah dengan memberikan barang

yang bermanfaat yang dapat membantu orag miskin dalam mengatasi

permasalahan social. Misalnya berupa alat pertanian, alat sekolah, alat

ibadah sampai gerobak untuk jualan.

e) Produktif Tradisional

Pendistribusian zakat ini adalah dengan memberikan barang-

barang produktif. Dengan barang-barang tersebut diharapkan mustahiq

dapat menciptakan suatu usaha. Contohnya dengan memberikan sapi

perah atau sapi untuk membajak tanah disawah, mesin jahit dan lain

sebagainya.

f) Produktif Kreatif

Pendistrubusiannya adalah dengan cara memberikan dana zakat

dalam bentuk modal, baik berupa modal pembangunan social, ataupun

modal usaha untuk para pedagang dan lainnya.17

B. PINJAMAN (QARD)

Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua jenis

benda berwujud walaupun biasanya lebih sering diidentikkan dengan

pinjaman moneter. Seperti halnya instrumen hutang lainnya, suatu pinjaman

memerlukan distribusi ulang asetkeuangan seiring waktu antara peminjam

(terhutang) dan penghutang (pemberi hutang). 18

17

Mansur, Seluk Beluk Ekonomi Islam, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009, cet. 1, hlm.

150-151 18

https://id.wikipedia.org/wiki/Pinjaman (Selasa, 18 Juli 2017 pukul 14.30 WIB)

28

Dalam Islam terdapat istilah ariyah dan qard yang mana kedua kata

tersebut mengandung makna meminjam. Jika ariyah identik dengan pinjaman

berupa benda maka qard identik dengan pinjaman berupa uang. Adapun

pengertian mengenai ariyah dan qard sebagai berikut:

1. Pengertian Qard

Qard secara bahasa al-qoth’u yang berarti potongan di mana harta

diletakkan kepada peminjam sebagai pinjaman, karena muqridh (pemberi

pinjaman) memotong sebagian harta. Sedangkan secara istilah, menurut

Hanafiyah, qard berarti sesuatu yang diberikan seseorang dari harta mitsli

untuk memenuhi kebutuhannya. Qard juga berarti akad tertentu dengan

membayarkan harta mitsli kepada orang lain supaya membayar harta yang

sama kepadanya.

Definisi qard dalam bahasa arab berarti pinjaman.19

Secara

terminologi muamalah adalah memiliki sesuatu yang harus dikembalikan

dengan pengganti yang sama.20

Harta yang dihutangkan kepada pihak lain dinamakan qardh karena ia

terputus dari pemiliknya. Sedangkan pengertian qard menurut istilah adalah

Harta yang diberikan seseorang pemberi hutang kepada orang yang

dihutangi untuk kemudian dia memberikan yang semisal/sepadan setelah

mampu.21

.

19

Adib Bisri dan munawir, Kamus al-bisri, Pusaka progresif: surabaya, 1999, hlm. 592 20

Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta:UI Press,

2009, hlm. 137 21

Sayyid Sabiq, fiqh al Sunnah, Juz 12, Al-kuwait: Dar Al Bayan, tt, hlm. 166.

29

Dalam Wikipedia, Al-Qard adalah salah satu akad yang terdapat pada

sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik

berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga

(riba). Secara tidak langsung berniat untuk tolong menolong bukan

komersial.22

Menurut fatwa, al-qard ialah, “Akad pinjaman kepada nasabah

dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang

diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan

nasabah.23

Hakikat al-qard adalah pertolongan dan kasih sayang bagi yang

meminjam. Ia bukan sarana mencari keuntungan bagi yang meminjamkan,

didalamnya tidak ada imbalan dan kelebihan pengembalian. Ia mengandung

nilai kemanusiaan dan sosial yang penuh kasih sayang untuk memenuhi

hajat peminjam. Pengembalian keuntungan oleh yang meminjamkan

(muqtarid) harta membatalkan kontrak al-qard.

Perjanjian qard adalah perjanjian pinjaman. Dalam perjanjian qard,

pemberi pinjaman (kreditor) memberikan pinjaman kepada pihak lain

dengan ketentuan penerima pinjaman akan mengembalikan pinjaman

tersebut pada waktu yang telah diperjanjikan dengan jumlah yang sama

ketika pinjaman itu diberikan.

Definisi utang-piutang tersebut yang lebih mendekat kepada

pengertian yang mudah dipahami ialah penyerahan harta berbentuk uang

22

https://id.wikipedia.org/wiki/qardh(Selasa, 25 Juli 2017 pukul 14.30 WIB) 23

Atang Abd. Hakim, Fiqh Perbankan Syariah Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam

Peraturan Perundang-undangan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2011, hlm. 267

30

untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Kata

“penyerahan harta” disini mengandung arti pelepasan pemilikan dari yang

punya. Kata “untuk dikembalikan pada waktunya” mengandung arti bahwa

pelepasan pemilikan hanya berlaku untuk sementara, dalam arti yang

diserahkan itu hanyalah manfaatnya. “Berbentuk uang” disini mengandung

arti uang dan yang dinilai dengan uang. Dari pengertian ini dia dibedakan

dari pinjam-meminjam karena yang diserahkan disini adalah harta berbentuk

barang. Kata “nilai yang sama” mengandung arti bahwa pengembalian

dengan nilai yang bertambah tidak disebut utang-piutang, tetapi adalah

usaha riba. Yang dikembalikan itu adalah “nilai” maksudnya adalah bila

yang dikembalikan wujudnya semula, ia termasuk pada pinjam-meminjam,

dan bukan utang-piutang.24

Dari definisi-definisi yang telah penulis kemukakan diatas, dapat

diambil intisari bahwa al-qard adalah suatu akad antara dua pihak, dimana

pihak pertama memberikan uang atau barang kepada pihak kedua untuk

dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus

dikembalikan persis seperti yang ia terima dari pihak pertama. Disamping

itu, dapat dipahami bahwa al-qard juga bisa diartikan sebagai akad atau

transaksi antara dua pihak. Jadi, dalam hal ini qardh diartikan sebagai

perbuatan memberikan sesuatu kepada pihak lain yang nanti harus

dikembalikan, bukan sesuatu (mal/harta) yang diberikan itu.25

24

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm. 222 25

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010 , hlm. 274

31

2. Dasar Hukum Qard

Adapun dalil yang menunjukkan kebolehan Qard terdapat dalam Al-

Qur’an diantaranya:

1. Qs Al-Baqarah : 245 dan Qs. At-Taghabun:11

ٱقشض نزيٱرا ي عف لل ا فع ۥن ۥقشظا حس ٱأظعافا كثشة لل

تشجع إن ػ بص ٧٣٦قبط Artinya : “siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman

yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah

akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat

ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan

(rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.( Qs. Al-

Baqarah:245)

يا صبت إل بئر ٱأصاب ي ي ب لل ي ؤي ٲ ذ قهب لل ٱ ۥ بكم لل

ء عهى ١١شArtinya : “jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,

niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan

mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha

Penyantun”.(QS. At-Taghabun:17)

Ayat-ayat tersebut pada dasarnya berisi anjuran untuk melakukan

perbuatan qardh (memberikan utang) kepada orang lain, dan imbalannya

adalah akan dilipatgandakan oleh Allah. Dari sisi muqridh (orang yang

memberikan utang), Islam menganjurkan kepada umatnya untuk

memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dengan cara

memberi utang. Dari sisi muqtaridh, utang bukan perbuatan yang dilarang,

melainkan dibolehkan karena seseorang berutang dengan tujuan untuk

memanfaatkan barang atau uang yang diutangnya itu untuk memenuhi

32

kebutuhan hidupnya, dan ia akan mengembalikannya persis seperti yang

diterimanya.26

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud

يسهى قشض يسها قشظا و . قال: ع اب يسعد ا انب ص. يا ي

ة كصذقت يش ال كا ت يش

)سا اب ياجت(

Artinya : “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim

(lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai)

shadaqah.” (HR Ibnu Majah)27

Dari hadits-hadits tersebut dapat dipahami bahwa qard (utang atau

pinjaman) merupakan perbuatan yang dianjurkan, yang akan diberi imbalan

oleh Allah SWT. dan termasuk kebaikan apabila pihak peminjam

memberikan tambahan terhadap harta atau barang yang dipinjamnya atas

dasar sukarela bukan karena memenuhi syarat pinjaman.

3. Unsur-Unsur Akad Qard

Unsur-unsur yang ada dalam akad qard yaitu:

a. Adanya pertalian ijab dan qabul

Ijab adalah pernyataan kehendak dari suatu pihak untuk melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan qabul adalah

pernyataan menerima dari suatu pihak yang berijab.

b. Dibenarkan oleh syara’

26

Ahmad Wardi Muslich,...274-275 27

Wahbah Az-zuhaili, Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, Jilid 4, hlm 720.

33

Akad yang terjadi dalam qard tidak boleh bertentangan dengan Syariat

Islam sebagaimana yang telah diatur Allah SWT dan berdasarkan

hadits-hadits Nabi SAW. Jika bertentangan maka akad tersebut

menjadi tidak sah

c. Memiliki akibat hukum

Akad merupakan salah satu tasarruf atau tindakan hukum yang dapat

menimbulkan obyek hukum dari perjanjian yang telah disepakati

dengan para pihak serta memberikan konsekuensi hak dan kewajiban

yang dapat mengikat para pihak.28

4. Rukun dan Syarat Qard

Adapun rukun syarat qard ada empat yaitu:

1. Akad qard dilakukan dengan shigah ijab qabul atau bentuk lain yang

bisa menggantikannya, seperti cara mu’athah (melakukan akad tanpa

ijab qabul) dalam pandangan jumhur, meskipun menurut Syafiiyah

cara mu’athah tidaklah cukup sebagaimana dalam akad-akad lainnya.

2. Adanya kapibilitas dalam melakukan akad. Artinya, baik pemberi

maupun penerima pinjaman adalah orang baligh, berakal, bisa berlaku

dewasa, berkehendak tanpa paksaan, dan boleh untuk melakukan

tabarru’ (berderma). Karena qardh adalah bentuk akad tabarru. Oleh

karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anak kecil, orang gila, orang

bodoh, orang yang dibatasi tindakannya dalam membelanjakan harta,

orang yang dipaksa, dan seorang wali yang tidak sangat terpaksa atau

28

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana Pernada Media

Group, 2007, hlm. 48.

34

ada kebutuhan. Hal itu karena mereka semua bukanlah orang yang

dibolehkan melakukan akad tabarru’ (berderma).

3. Menurut Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta mitsli.

Sedangkan dalam pandangan jumhur ulama dibolehkan dengan harta

apa saja yang bisa dibolehkan dengan harta apa saja yang bisa

dijadikan tanggungan, seperti uang, biji-bijian, dan hartaqimiy seperti

hewan, barang tak bergerak dan lainnya.

4. Harta yang dipinjamkan jelas ukurannya, baik dalam takaran,

timbangan, bilangan, maupun ukuran panjang supaya mudah

dikembalikan. Dan dari jenis yang belum tercampur dengan jenis

lainnya seperti gandum yang bercampur dengan jelas karena sukar

mengembalikan gantinya.

Akad qard dibolehkan adanya kesepakatan yang dibuat untuk

mempertegas hak milik, seperti pensyaratan adanya barang jaminan,

penanggung pinjaman (kafil), saksi, bukti tertulis, atau pengakuan di

hadapan hakim. Mengenai batas waktu, jumhur ulama menyatakan syarat itu

tidak sah, dan Malikiyah menyatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak sesuai

dengan akad qardh, seperti syarat tambahan dalam pengembalian,

pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat atau syarat jual

rumahnya.

Ketentuan Umum al-Qardh dalam Fatwa DSN Nomor 19/DSN-

MUI/IV/2001:

35

1. Al-Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)

yang memerlukan.

2. Nasabah al-Qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima

pada waktu yang telah disepakati bersama.

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan

sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan

ketidakmampuannya, LKS dapat memperpanjang jangka waktu

pengembalian, ataumenghapus (write off) sebagian atau seluruh

kewajibannya.

5. Manfaat Qard

a. Memungkinkan nasabah yang sedang terdesak untuk mendapatkan dana

talangan dalam jangka yang pendek

b. Merupakan salah satu ciri yang membedakan antara pinjaman Bank

Syariah dan Bank Konvensional.

c. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini nantinya diharapkan dapat

meningkatkan citra baik dan loyalitas masyarakat terhadap Bank

Syariah.29

29

Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Depok: Gema

Insani, 2001, hlm. 134.

36

BAB III

LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL DOMPET PEDULI UMMAT

DAARUT TAUHIID (DPU-DT) CABANG SEMARANG

A. Sejarah Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT)

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU-DT) Cabang Semarang

berada di Jalan Sriwijaya No. 130 Semarang. dompet Peduli Daarut Tauhid

(DPU-DT) Cabang Semarang merupakan Lembaga Amil Zakat Nasional yang

pada awal berdirinya tidak terlepas dari Yayasan Daarut Tauhiid yang ada di

Bandung. Awalnya, pengelolaan zakat dilaksanakan oleh Pesantren Daarut

Tauhid. Tidak hanya zakat, tetapi juga infaq dan shadaqah. Kemudian pada

tanggal 16 Juni 1999 pengus Yayasan Daarut Tauhiid mengadakan rapat guna

membahas tentang pengelolaan zakat tersebut, karena sangat disadari bahwa

pengelolaan tersebut dibutuhkan kenerja yang optimal, professional, amanah

serta jujur. Dan berlandaskan ukhuwah islamiyyah. Berangkat dari situlah

kemudian didirikan Lembaga Amil Zakat Daarut Tauhiid.

Lembaga Amil Zakat Daarut Tauhiid (DPU-DT) merupakan lembaga

Amil zakat dan merupakan lembaga nirbala yang yang beroperasioanal di

bidang penghimpunan dan juga pendayagunaa zakat. Infaq dan shadaqah.

Didirikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar pada tanggal 16 Juni 1999 yang

merupakan bagian dari yayasan Daarut Tauhiid Bandung dan memiliki tekad

menjadi Lembaga Amil Zakat yang professional, jujur, amanah serta

berlandaskan Ukhuwah Islamiyyah.

37

Yang melatarbelakangi terbentuknya DPU Daarut Tauhiid ini adalah

Indonesia merupakan suatu Negara yang jumlah penduduknya mayoritas

muslim. Sehingga potensi penduduknya untuk malaksanakan zakat sangat

tinggi. Akan tetapi, pada saat itu kesadaran masyarakat masih minim sekali

tentang berzakat. Maka dari itu perlu adanya wadah untuk menampung semua

itu, selain itu DPU Daarut Tauhiid juga memiliki harapan supaya para mustahiq

dikemudian hari akan menjadi muzakki.

Pada perkembangannya, DPU Daarut Tauhiid mendapat perhatian

pemerintah sehingga pada tanggal 11 Juni 2016 ditetapkan sebagai Lembaga

Amil Zakat (LAZNAS) sesuai dengan SK Menteri Agama no 257 tahun 2016.

Dan sebelumnya, pada tahun 2004 telah ditetapkan menjadi Lembaga Amil

Zakat Nasional dengan nomor SK 410 tahun 2004.

Mulai tahun 2004 itulah DPU Daarut Tauhiid mengembangkan

konsepnya. Yaitu dengan menyalurkan dana zakat bergulir kepada penerima

zakat. Dengan adanya konsep ini diharapkan dapat meningkatkan taraf

hidupnya dan bisa menjadi pemberi zakat. Oleh karena itu, saat ini

pembelajaran masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat merupakan

suatu prioritas utama yang perlu dijalankan, supaya dapat menumbuhkan

kemampuan dan kemajuan ummat.1

Setelah menjadi LAZNAS, DPU DT mengembangkan sayapnya hingga

berbagai kota di Indonesia. Diantarnya Jakarta, Bogor, Garut, Tasikmalaya,

Yogyakarta, Semarang, Palembang dan Lampung. DPU DT mengemban peran

1http://www.daaruttauhiid.org/program/read/14/dompet-peduli-ummat-daarut-

tauhiid.html, (blog Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid). Selasa, 18 Juni 2017 pukul 17.00 WIB

38

yang sangat penting sebagaimana yang ada dalam misi DPU Daarut Tauhiid

yaitu enyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, dakwah, pengabdian pada

masyarakat serta usaha-usaha kemandirian yang berlandaskan pada nilai-nilai

islam.

B. Visi dan Misi LAZNAS DPU DT Semarang

1) Visi

Menjadi model Lembaga Amil Zakat Nasional(LAZNAS) yang amanah,

professional, akuntabel danterkemuka dengan daerah operasi yang merata.

2) Misi

- Mengoptimalkan potensi ummat melalui zakat, infaq dan shadaqah

- Memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan,

dakwah, dan sosiaal menuju masyarakat mandiri.

3) Motto

Membersihkan dan memberdayakan.

C. Program Kerja LAZNAS DPU DT Semarang

Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid

(DPU-DT) dalam menjalankan aktivitasnya ada empat program khusus, yaitu

Dakwah-ku, Peduli-ku, Beasiswa-ku, Ikhtiar-ku.

1) Dakwah-Ku (Program Dakwah)

Dakwah merupakan program syiar oleh agama islam yang

menyebarkan atau menyerukan kebaikan-kebaikan sebagai rahmatan lil

alamain. Penyebaran nilai-nilai dakwah ini bisa melalui media elektronik

maupun media cetak. Tekniknya, dapat disampaikan di masjid-masjid dan

39

mengadakan kegiatan pengajian maupun seminar dengan melibatkan

berbagai pihak.

Program yang jalankan:

1. Pengajian:

a. Pengajian MTMQ (majelis taklim manajemenqolbu).

b. Ngaji Inspirasi untuk kampus dan komunitas

c. Pengajian karyawan di Instansi / Perusahaan

d. MMQ Bisnis (manajemen Qolbu for bisnis)

2. Media dakwah melalui Penyebaran Bulletin Sakinah

3. Kursus dan bimbingan:

a. Bimbingan baca Quran

b. Pesantren kilat ramadhan

4. Penyaluran Alquran dan iqra di TPQ dan Musholla didaerah

terpencil.

2) Peduli-Ku (Program Sosial Kemasyarakatan)

Program berbasis sosial kemasyarakatan yang diberikan pada

individu, kelompok, serta masyarakat yang memiliki tujuan untuk

memenuhi kebutuhan pokok, baik kebutuhan yang bersifat jangka pendek

maupun jangka panjang.

Layanan yang diberikan berupa:

1. Pengobatan Gratis

2. Rescue dan Recovery Bencana

3. Ambulance Jenazah Gratis

40

4. Ramadhan Peduli Negeri

5. Peduli Lingkungan

6. Divable Care

7. Penyediaan Air Bersih

8. Santunan Panti Asuhan

9. Bantuan Biaya Pendidikan

3) Beasiswa-Ku (Program Pendidikan)

Beasiswa-ku merupakan program pemberian beasiswa dalam bidang

pendidikan formal maupun non formal. Beasiswa pendidikan ini diberikan

mulai dari tingkat SD, SMP, SMK/SMA hingga pada tingkat perguruan

tinggi baik PTS maupun PTN dari kalangan tidak mampu dan diharapkan

bisa menjadi generasi pemimpin bangsa yang berkarakter kuat dan baik.

Beasiswa pendidikan yang bersifat non formal berupa pelatihan juga

pendidikan karakter yang terpadu supaya tercetak generasi yang siap

bersaing di dunia kerja. Didukung dengan pembekalan oleh ahlinya supaya

terwujud skill yang memadai, seperti pelatihan cleaning service, , pelatihan

santri siap mandiri, pelatihan service HP dan pelatihan ketrampilan lainnya.

4) Ikhtiar-Ku (Program Ekonomi)

Ikhtiar-ku merupakan program pemberdayaan ekonomi produktif

yang dikelola secara intensif, sistematis, dan berkesinambungan. Peserta

program (mustahiq) diberi dana bergulir, wawasan berwirausaha,

ketrampilan, pendidikan menabung, penggalian potensi, pembinaan akhlak

dan karakter sehinggabisa mandiri secara financial.

41

Program pemberdayaan yang dlaksanakan meliputi:

1. Misykat (Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat)

2. Desa ternak mandiri

3. Usaha tani mandiri2

D. Tinjauan Umum Tentang Program Misykat

Misykat merupakan kepanjangan dari Microfinnce Syariah Berbasis

Masyarakat. Sesuai dengan namanya, terdapat kata microfinance yaitu

menjalankan programnya dengan memberikan pembiayaan usaha kecil yang

berupa simpan pinjam. Sedangkan kata syariah menujukkan bahwa segala

kegiatan yang ada didalamnya didasarkan pada aturan dan nilai-nilai agama

islam, mulai dari transaksi dan yang lainnya. Dan berbasis masyarakat yang

dimaksud adalah dalam program ini kegiatannya dari, oleh dan untuk

masyarakat.3

Misykat ini adalah kegiatan pembiayaan usaha kecil dengan

memberikan pinjaman modal dari hasil zakat, dengan akad qordul hasan

yaitu tanpa ada tambahan dalam pengembaliannya. Dalam penyaluran zakat

yang demikian ini diharapkan masyarakat yang tergabung dalam misykat

bisa berusaha dalam berwirausaha dan dapat meningkatkan ekonomi

2 Chafidhotul Chasanah, Pendayagunaa zakat Produktif Melalui Program Microfinance

Syariah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli

Ummat Daarut Tauhiid Semarang), Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Walisongo Semarang, 2015, hlm. 62-65. 3 Iwan Rudi Saktiawan, Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat Aplikasi Zakat

Produktif Untuk Pemberantasan Kemiskinan, Bandung: DPU DT Press, 2006, hlm. 25.

42

mereka. Karena dengan memberikan zakat konsumtif tradisional saja tidak

akan membawa dampak jangka panjang dan akan habis seketika.4

a) Visi dan Misi Misykat

Visi Misykat: menghantarkan mustahiq menjadi muzaki. Sedangkan

Misi program misykat sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga mustahiq

2. Mengoptimalkan potensi mustahiq menuju kemandirian

3. Meningkatkan produktivitas, perubahan pola pikir, dan

kinerjamustahiq

4. Membudayakan pola hidup hemat dan menabung

5. Meningkatkan akses jaringan, skill (keterampilan) dan usaha

anggota

b) Persyaratan awal untuk ikut program Misykat, adalah:

Dalam menjadi anggota misykat yang diselenggarakan Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhiid, ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, yaitu:

1. Sukarela dalam keikutsertaan

2. Harus bersedia untuk berperan aktif

3. Bersedia mengikuti kegiatan rutin tiap pekan (maksimal 1 jam)

4. Bersedia menabung serta membayar pembiayaan sesuai ketentuan

5. Telah tergabung dalam kelompok

6. Saling percaya sesama anggota

4 Wawancara dengan Bapak Saifullah selaku coordinator Misykat. (Selasa, 18 Juli 2017)

43

7. Tidak boleh ada ikatan darah 1 tingkat sesama anggota

8. Satu kelompok terdapat seorang ketua untuk memimpin

9. Satu kelompok merupakan tetangga masing-masing

10. Mengisi formulir yang telah disediakan

c) Prosedur bagi calon anggota Misykat

1. Mengisi formulir

2. Non biaya administrasi

3. Memiliki komitmen untuk berusaha di wilayah mikro

4. Bersedia untuk berorganisasi5

d) Pembiayaan Program Misykat

Dana program Misykat ini berasal dari dana Zakat, Infaq, Shadaqah

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid. Dana tersebut dikelola oleh

lembaga, yang kemudian disalurkan kepada anggota misykat

menggunakan pola 2-2-1. Maksudnya adalah, pada sesi pertama

pembiayaan dari 10 orang anggota hanya ada 4 orang anggota Misykat

yang akan diberikan pembiayaan. Sedangkan anggota lainnya akan

menjadipengawas teman sejenisnya yang sudah diberikan dana. Begitu

seterusnya.

Sasaran ataupenerima dana Misykat tidak dibebankan pada

golongan 8 asnaf secara begitu saja. Tetapi bagi mereka yang memiliki

kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Beragama Islam

5 Ir Iwan Rudi Saktiawan, Panduan Operasional Strategi Pemberdayaan Program

Misykat DPU Daarut Tauhid, Bandung: DPU DT Press, 2006, hlm.5-7

44

2. Memiliki usaha kecil atau motivasi untuk berusaha

3. Tergolong fakir dan miskin

4. Berusia produktif, yakni 17-45 tahun

5. Tempat tinggal yang tetap

6. Memiliki penghasilan yang sedang sehingga belum terkena wajib

zakat

Untuk mengetahui seseorang tergolong dalam kategori fakir dan

miskin, dari pihak DPU telah memberikan syarat-syarat tertentu ketika

mendaftar diantaranya, mengumpulkakn data-data keluarga termasuk

pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan. Kemudian DPU

menyurvei langsung ke rumah-rumah yang terdaftar. Setelah data

terkumpul dan survei dilakukan, barulah diadakan penyeleksian.6

Supaya suatu pekerjaan bisa lancar dan berhasil, diperlukan SOP

(Standar Operasional Program) agar semua berjalan dengan baik.

Adapun SOP dalam pendampingan Misykat adalah:

1. Pola pendampingan program

- Pembinaan dilakukan secara rutin setiap pekan di rumah

anggota berdasarkan musyawarah.

- Aspek pembinaan mencakup perubahan karakter dalam Satu

kelompok dengan entry point simpan pinjam.

2. Bentuk pembinaan program pekanan

- Pembinaan wajib dilaksanakan setiap pekan.

6 Ir. Iwan Rudi Saktiawan dkk, Panduan Operasional Strategi Pemberdayaan Program

Misykat DPU Daarut Tauhid, Bandung, DPU DT Press: 2006, hlm. 25

45

- Setiap anggota wajib memiliki rekening atau “Tabungan

Berencana” sebelum diberikannya pembiayaan dana bergulir

kepada pihak yang bersangkutan.

- Pelayanan pembiayaan dana bergulir untuk anggota.

- Adanya pengembangan jaringan pemasaran serta pelatihan

yang berbentuk usaha

e) Jenis-jenis Pelayanan Keuangan Program Misykat

1. Iuran Kelompok

a. Setiap anggota diwajibkan membayar iuran kelompok setiap

pekan. Meskipun orang yang bersangkutan tidak bisa hadir dalam

pertemuan pekanan, akan tapi ia tetap diwajibkan membayar iuran

tersebut.

b. Iuran kelompok merupakan aset anggota. Bukan asset dari

lembaga Misykat.

c. Asset tersebut dapat dikembalikan apabila mereka secara

musyawarah telah membubarkan diri.

d. Aset anggota dikelola oleh lembaga Misykat

e. Iuran kelompok juga sebagai aset tanggung renteng kelompok.

2. Tabungan Berencana

a. Tabungan berencana pada program Misykat merupakan esensi.

Oleh karena itu, setiap anggota Misykat diwajibkan memiliki

rekening tabungan berencana.

46

b. Materi pendidikan tabungan berencana harus disampaikan oleh

pendamping sebelum pembukaan rekening di Lembaga Keuangan

Syariah.

c. Tabungan berencana dibebankan pada anggota yang sudah

memiliki penghasilan. Bagi anggota yang belum memiliki

penghasilan tidak diwajibkan memiliki tabungan berencana. Akan

tetapi,materi pendidikan tabungan berencana harus dipahami

mereka.

d. Setelah mereka yang tadiya tidak memiliki penghasilan kemudian

memiliki penghasilan maka diwajibkan kepada mereka untuk

membuka tabungan berencana.

3. Tabungan Cadangan

a. Pada anggota Misykat yang mengajukan pembiayaan dana bergulir

wajib memiliki tabungan cadangan.

b.Besarnya jumlah tabungan cadangan yang dibebankan pada setiap

anggota adalah 25% darijumlah pinjaman.

c. Tabungan cadangan diciciloleh anggota secara rutin pada

pertemuan setiap minggu sesuai denganlama pinjaman.

d.Tabungan cadangan dikembalikan kepada anggota setelah yang

bersangkutan melunasi pinjamannya kepada lembaga.

e. Tabungan cadangan bisa digunakan sebagai dana talangan

apabilayang bersangkutan mengalami kemacetan.

4. Cicilan Pokok Pinjaman

47

a. Setiap anggota yang melakukan pengajuan pinjaman, kemudian

pengajuan tersebut disetujui oleh pengurus Misykat, maka

pengajuan pembiayaan/ pinjaman dilakukan secara tertulis.

b.Pengajuan pembiayaan untuk tahap satu maksimal 1 tahun.

c. Pengajuan pembiayaan untuk tahap kedua dan seterusnya yaitu

antara 3sampai 5 bulan. Jika tidak sanggup maksimal 1 tahun.

d.Besarnya cicilan pokok disesuaikan dengan kesanggupan anggota

yang bersangkutandan lamanya pinjaman.7

Berikut adalah nama-nama penerima dana bergulir pada program

misykat yang aktif sampai bulan juni 2017

Table 1

No NAMA

ANGGOTA ALAMAT TINGGAL

1 Sulastri Kp. Kalibaru Timur Rt 8 Rw 9

2 Dwi Wagiantini Kp. Kalibaru Timur Rt 8 Rw 9

3 Daryati Kalibaru Timur Rt.08/Rw.09 Kel. Bandarharjo

4 Umiyati Kp. Kalibaru Timur Rt 8 Rw 9

5 Suciati Bandarharjo RT. 09/09

6 Menik Sugiarti Kalibaru Timur RT.08/09

7 Dwi Ningsih Kalibaru Timur RT.08/09

8 Sunarti Kalibaru Timur RT.03/09

9 Siswati Kalibaru Timur Rt.06/Rw.09 Kel. Bandarharjo

10 Kristiana Jl. Ayodyapala No. 43 RT 4 / 6

11 Sri Lestari Jl. Lesanpuro 1/13 RT 1 RW 10

12 Sri Rahayu Jl. Lesanpuro I RT.7/10

13 Suminah Tandang RT.02/10

14 Maryati Tandang Selatan RT.2/10

15 Marlinah Tandang Selatan RT.2/10

16 Sumiyatun Tandang RT.02/10

17 Yuli Tandang RT. 7/10

18 Sarmi Tandang RT. 7/10

7Ibid, hlm. 33-38

48

19 Endang Suwarni Tandang RT. 7/10

20 Sukirah Tandang RT. 7/10

21 Tukirah Jl. Tandang RT.04/10

22 Maesaroh Tandang Selatan RT.4/10

23 Sri Wahyuni Cinde Timur No. 21A RT.02/07

24 Satiti Handayani Jl. Tandang RT.04/10

25 Woro Astuti Tandang RT.04/10 Kel. Jomblang Kec. Candisari

26 Dwi Astuti Jl. Tandang RT.2/10

27 Nila Susanti Tandang RT. 7/10

28 Sri Utami Cinde Timur RT.02/07

29 Titik Kasiyanti Tandang RT. 7/10

30 Idni Mitatik Tandang RT.09/10

31 Watini Tandang RT. 04/10

32 Surami Jl. Tandang RT. 12/10

33 Mutiah Jl. Tandang RT. 12/10

34 Tri Sari Puspa Rini Jl. Tandang RT.03/10

35 Marfuchatun Jl. Tandang RT. 12/10

36 Sularsih Jl. Tandang RT.03/10

37 Sartini Jl. Tandang RT.12/10

38 Rubiyem Jl. Tandang RT. 12/10

39 Mursinah Jl. Tandang RT. 12/10

40 Sumirah Jl. Tandang RT. 12/10

41 Sri Mujiarti Jl. Tandang RT. 06/08

42 Sri Hariyatun Jl. Tandang RT. 12/10

43 Sri Nur Alim Jl.Tambak Mulyo RT.04/15 Kel.Tanjung Emas

Kec. Semarang Utara

44 Jumiah Jl.Tambak Mulyo RT.04/15 Kel.Tanjung Emas

Kec. Semarang Utara

45 Shofiatun Jl.Tambak Mulyo RT.04/15 Kel.Tanjung Emas

Kec. Semarang Utara

46 Farida Jl.Tambak Mulyo RT.04/15 Kel.Tanjung Emas

Kec. Semarang Utara

47 Siti Zulaikhah Jl.Tambak Mulyo RT.01/15 Kel. Tanjung Emas

Kec. Semarang Utara

48 Wiwik Pujiati Jl. Petek KP Geni Besar RT.01/07 Dadapsari

Semarang Utara

49 Noor Azizah Jl. Petek KP Geni Besar 742 RT.01/07 Dadapsari

Semarang Utara

50 Jumiyati Husin Jl. Petek KP. Banjar No. 640C RT.01/08 Dadap

sari Semarang Utara

51 Siti Nurul Raisih Jl. Layur KP Lengkong Sop RT.05/07 Dadapsari

Semarang Utara

52 Juwaenah Jl. Kakap Kp. Pencikan I/184 RT.06/02 Kel.

49

Dadapsari SeMut

53 Indah Kurniati Jl.Petek Kp. Banjar No.651 Rt,001 Rw.008

54 Siti Syaidah Jl. Rejosari Gumuk RT.04/11

55 Puji Ristanti Jl. Rejosari Gumuk 3A RT.04/11

56 Nuryani Jl. Rejosari Gumuk No.15 RT.04/11

57 Prihatiningsih Jl. Rejosari Gumuk GGIII/I RT.04/11

58 Sholikatun Tambak Rejo RT.05/16 Tanjung Mas Semarang

Utara

59 Istirokhah Tambak Rejo RT.05/16 Tanjung Mas Semarang

Utara

60 Sutiyem Semarang, 01/05/1962

61 Minarsih Semarang, 04/09/1970

62 Sri Retnowati Semarang, 22/11/1960

63 Ika Anggraini Gunung Kidul, 02/11/1985

64 Emi Erawati Semarang, 30/08/1990

65 Susanti Semarang, 20/05/1973

66 Sriyatun Demak, 31/12/1973

67 Suwarti Demak, 07/11/1978

68 Mastopah Semarang, 30/06/1963

69 Luzumatun Semarang, 18/06/1977

70 Umun

Muhaimunah Jepara, 31/12/1980

71 Sumiati Demak, 24/04/1983

72 Yasiroh Semarang, 31/12/1963

73 Sussiatiningsih Tambak Rejo RT.05/16 Tanjung Mas Semarang

Utara

74 Rini Kusrini Bedas Selatan Rt.07 Rw.06 kel. Dadapsari

75 Munawiroh Jl. Bedas Utara 234 RT.02/02 Kel. Dadapsari

SemUt

76 Tri Siswanti

Handayani Deliksari RT.04/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

77 Kasmini Deliksari RT.01/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

78 Halimah Deliksari RT.02/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

79 Mei Astriani Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

80 Mujiati Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

81 Anik Handayani Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

82 Martini Trisnowati Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

83 Dwi Endarwati Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

84 Susanti Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

85 Anis Fuatun Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

86 Darwati Deliksari RT.05/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

87 Seminarwati Deliksari RT.01/06 Kel.Sukorejo Kec.Gunungpati

50

88 Arnis Subaryanti Prembaen Selatan No.996 RT.04/05 Kel.

Kembangsari Kec. Semarang Tengah

89 Sulasmi Prembaen SD RT.05/05 Kel. Kembangsari Kec.

Semarang Tengah

90 Sutinah Jl. Kembang Paes Noi.1050-A RT.01/05 Kel.

Kembangsari Kec. Semarang Tengah

91 Sumartini JL Prembaen Selatan Rt4/5 Kembangsari, semarang

tengah

92 Julianingsih Jl. Kelengan Kecil 8-B RT.03/03 Kel. Kembangsari

Kec. Semarang Tengah

93 Sutami Kp.Tempen Selatan 2 No.294 RT.04/01 Kel.

Kembangsari Kec. Semarang Tengah

94 Fitriyani JL Prembaen No.947 Rt1/4 Kembangsari,

semarang tengah

95 Siti Sumarni JL Prembaen No. 930 Rt3/5 Kembangsari,

semarang tengah

96 Suti Rahayu JL AyodyapalaNo. 59 Rt6/9 Krobokan, semarang

Barat

97 Sutinah JL Prembaen No. 934 Rt7/5 Kembangsari,

semarang tengah

98 Jariyati Jl. Lodang Raya RT.05/02 Kel. Bandarharjo

99 Maslakah Jl. Lodang Raya RT.05/02 Kel. Bandarharjo

100 Ernawati Fatimah Jl. Lodang Raya RT.04/02 Kel. Bandarharjo

101 Furiyah Jl. Tambak Bandarharjo RT.05/02 Kel. Bandarharjo

102 Suci Rochayati Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

103 Anis Wijaya Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

104 Djumaroh Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

105 Heni Ningsih Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

106 Karyati Lamper Mijen RT.02/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

107 Supiyanah Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

108 Suparti Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

109 Subiyati Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

110 Sumiyati Gayamsari Selatan RT03/03 Kel. Sendangguwo

Kec. Tembalang

111 Kasmiah Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

112 Supriyati Lamper Mijen RT.02/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

51

Semarang Tengah

113 Rumini Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

114 Sri Sumarni Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

115 Ika Yulianti Lamper Mijen Utara RT.03/06 Kel. Lamper Tengah

Kec. Semarang Tengah

116 Wagini Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

117 Mei Kristiyani Lamper Mijen RT.03/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

118 Susi Ridhayati Lamper Mijen RT.02/06 Kel. Lamper Tengah Kec.

Semarang Tengah

119 Siti Unayah Jl. Tambak Mulyo RT.08/15

120 Ngasmirah Jl. Tambak Mulyo RT.01/14

121 Kusnah Jl. Tambak Mulyo RT.03/14

122 Rusminah Jl. Tambak Mulyo RT.09/14

123 Risti Pamungkas Jl. Tambak Mulyo RT.06/15 Kel. Tanjung mas

Kec.Semarang Utara

124 Nor Faizah Jl. Tambak Mulyo RT.07/14 Kel. Tanjung mas

Kec. Semarang Utara

125 Solekah Jl. Tambak Mulyo RT.08/15 Kel. Tanjung mas

Kec. Semarang Utara

126 Muzaimah

127 Nur Kamilah Jl. Tambak Mulyo RT.08/14

128 Rahwati Jl. Tambak Mulyo RT.06/14

129 Rukaidah Jl. Tambak Mulyo RT.08/15

130 Keswati Jl. Tambak Mulyo RT.08/14

131 Mukhoriyah Jl. Tambak Mulyo RT.08/14

132 Muksodah Jl. Tambak Mulyo RT.08/14

133 Munasiroh Jl. Tambak Mulyo RT.08/14

134 Mustofiah Jl. Tambak Mulyo RT.09/14 Kel. Tanjung mas

Kec. Semarang Utara

Sumber data: Dokumentasi pada LAZNAS DPU DT Cabang Semarang

Daftar diatas adalah anggota misykat yang telah mendapatkan dana

bergulir tahap pertama yang masih aktif. Dimana tahap pertama inilah

yang mendapatkan modal usaha dari pinjaman dana zakat. Apabila ingin

mengajukan pinjaman lagi, maka masuk pada tahap kedua yang sumber

52

dananya adalah dari perusahaan (CSR), begitupun tahap-tahap

selanjutnya.8

8 Wawancara dengan Bapak Saifullah selaku coordinator Misykat, (Selasa, 18 Juni 2017).

53

BAB IV

ANALISIS PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK QORD PADA

PROGRAM MISYKAT DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT

TAUHIID (DPU-DT) CABANG SEMARANG

A. Analisis Manajemen kelompok Pada Program Misykat Di Dompet Peduli

Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang Semarang

Telah kita ketahui, zakat merupakan rukun islam yang wajib kita

laksanakan. Didalamnya terkandung unsure hablu minallah dan hablu

minannas. Karena selain ada keterikatan dengan Tuhan, zakat juga

menyangkut tentang hubungan dengan manusia. Zakat diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengikis kesenjangan social.

Salah satu golongan penerima zakat adalah panitia penerima zakat

atau yang biasa disebut amil Maka dari itu perlu pemberdayaan zakat yang

baik dan terorganisir. Salah satunya adalah melalui Badan Amil Zakat atau

Lembaga Amil Zakat.

Di Indonesia terdapat banyak Lembaga Amil Zakat yang bisa

dipercayakan untuk pemberdayaan tersebut, diantaranya Lembaga Amil Zakat

Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Cabang Semarang. Dalam

kiprahnya sebagai Lembaga Amil Zakat, Dompet Peduli Ummat Daarut

Tauhid sangat berperan aktif dibidang pemberdayaan masyarakat. Selain

dibidang dakwah (karena pada awalnya merupakan sebuah Yayasan Pondok

Pesantren), DPU DT saat ini juga memfokuskan pragramnya dibidang

54

54

perekonomian masyarakat. Diantaranya yaitu program unggulan MISYKAT

(Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat). Program Misykat berusaha

meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara memberikan pinjaman

untuk melakukan sebuah usaha mikro. Yang mana sumber dari keuangan

misykat itu dari hasil zakat yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat DPU

Daarut Tauhiid khususnya pada peminjaman tahap pertama.

Dalam program misykat yang diterapkan DPU DT bersifat kelompok.

Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang anggota. Jadi, jika ingin

mendapatkan pinjaman harus menjadi bagian dari kelompok. Masing-masing

kelompok harus memiliki komitmen untuk dapat mengikuti pertemuan atau

pendampingan misykat tiap pekannya. Setiap anggota tidak lantas

mendapatkan dana pinjaman secara serentak. Namun dalam misykat ada

ketentuan yang harus dijalankan. Yaitu peminjaman dengan menggunakan

pola 2-2-1. Maksudnya adalah dari ke10 orang anggota yang akan

mendapatkan pinjaman sesi pertama adalah 4 orang, sedangkan yang lain

mengawasi dalam cicilannya. Karena apabila ada anggota yang tak sanggup

melengkapi cicilannya maka dana pinjaman untuk yang lainpun tidak akan

keluar. Maka dari itu, pengawasan sangat perlu serta keaktifan dan prinsip

kebersamaan dalam anggota penting sekali. Setelah 4 orang pertama lancar

membayar cicilannya barulah 4 berikutnya dan kemudian 2 yang terakhir.

Pada saat penerimaan dana pinjaman juga terucap ijab qobul dari pendamping

misykat dan penerima pinjaman yang disaksikan oleh seluruh anggota

kelompok.

55

Dalam pertemuan anggota tiap pekan, masing-masing anggota juga

diwajibkan untuk menabung dan membayarkan sejumlah iuran pokok, yaitu

cicilan pokok pinjaman, iuran kelompok, tabungan cadangan dan tabungan

berencana. Cicilan pokok pinjaman merupakan kewajiban masing-masing

anggota yang melakukan peminjaman. Maksimal pengangsuran adalah 48

minggu atau 1 tahun. Iuran kelompok merupakan iuran wajib yang dibebankan

kepada masing-masing anggota dengan ketentuan jumlah yang telah

disepakati. Hasil dari iuran ini bisa dikembalikan apabila kelompok tersebut

telah menyatakan diri untuk bubar. Akan tetapi, apabila anggota kelompok

tersebut ada yang mengalami kemacetan dalam cicilan, maka anggota yang

lain juga menanggung beban tersebut dengan menalangi kekurangannya

menggunakan dana hasil iuran kelompok. Ini biasa dinamakan dengan istilah

tanggung renteng. Sedangkan tabungan cadangan yang dibebankan kepada

anggota inilah yang akan digunakan untuk mengganti kekurangannya

meskipun jumlahnya 25% dari total peminjaman. Kemudian tabungan

berencana merupakan tabungan seperti pada umumnya, yaitu menabung tanpa

dibatasi jumlah iurannya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab ii, dewasa ini ada

beberapa macam cara penyaluran zakat. Yaitu penyaluran secara konsumtif

dan produtif. Dalam hal ini Lembaga Amil Zakat DPU Daarut Tauhiid Cabang

Semarang menggunakan dana hasil zakat tersebut dengan konsep zakat

produktif, lebih tepatnya produktif kreatif karena penyaluran dana tersebut

untuk penambahan modal dalam berwirausaha dan dengan dikreasikan dengan

56

peminjaman. Dimana tidak sekedar hanya memberikan tunjangan atau

memberikan zakat untuk keperluan konsumtif saja. Ibarat DPU tidak hanya

memberikan ikan yang akan habis dikonsumsi, tapi telah memberikan kail

untuk memancing sehingga kapan saja mustahiq bisa mendapatkan ikan. Salah

satu tujuan zakat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan

taraf hidup mustahiq, maka menyalurkan zakat secara konsumtif dirasa tidak

cukup.

Berdasarkan pengelolaan dana dan manajemen kelompok pada

program misykat yang telah diuraikan diatas menurut hemat penulis dirasa

sudah baik. Didukung dengan cara penyerahan dana pinjaman kepada masing-

masing anggota misykat yang didalam sudah memenuhi rukun dan syarat

pinjam meminjam (qardh). Terkait dengan system tanggung renteng pun

merupakan cara yang baik supaya masing-masing kelompok bisa berjalan dan

tiap anggota bisa mengikat anggota yang lain.

B. Analisis Terhadap Penggunaan Dana Zakat Untuk Qord Pada Program

Misykat Di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang

Semarang

Didalam Al Qur’an telah banyak disebutkan tentang kewajiban

berzakat. Begitu pula didukung dengan hadits yang bisa menjadi penguat. Al

Qur’an juga sudah menjelaskan siapa saja golongan yang berhak mendapatkan

zakat. Berdasarkan aturan syariah bahwa dana hasil pengumpulan zakat, infaq

maupun shadaqah adalah hak milik para mustahik. Sesuai dengan firman-Nya:

57

ا ئلووفي للس لهنحق ١لوحرومٱأهىArtinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS.

Adz Dzariyat: 19)

Sedangkan pada penyaluran zakat secara produktif, zakat tidak secara

langsung diserahkan kepada mustahiq. Zakat biasa diberikan dalam bentuk

modal usaha. Penyaluran zakat secara produktif ternyata pernah diserukan

oleh Rosulullah. Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Muslim dari Salim Bin Abdillah Bin Umar dari ayahandanya, bahwa

Nabi SAW telah memberikan zakat kepadanya kemudian menyuruhnya untuk

dikembangkan atau disedekahkan lagi.1

Sebagaimana yang dilaksanakan pada program misykat di DPU DT

Cabang Semarang bahwa penyaluran zakat secara produktif. Dan pada masa

saat ini sudah banyak teori yang membolehkan tentang adanya zakat

produktif. Seperti yang telah disampaikan oleh Prof. Dr. H. Mansur, M,Ag

guru besar IAIN Salatiga dalam bukunya “Seluk Beluk Ekonomi Islam”

(2009). Beliau menyampaikan bahwa ada 4 macam cara mendistribusikan

zakat, yaitu:

1) Konsumtif tradisional

2). Konsumtif kreatif

). Produktif tradisional

4). Produktif kreatif.

1 A. Khoirul Anam, Produktifitas dan pendayagunaan Harta Zakat, NU Online,

http://www.nu.or.id/post/read/7974/produktifitas-dan-pendayagunaan-harta-zakat.

58

Dalam pendistribusian zakat dengan menyerahkan modal untuk usaha

menurutnya masuk pada kategori produktif kreatif. Akan tetapi, didalam

penggunaan dana zakat pada program misykat di DPU DT Cabang Semarang

sedikit berbeda dengan penyaluran zakat produktif yang hanya menyerahkan

dana zakat sebagai modal usaha. Di DPU DT Cabang Semarang dana

pengumpulan zakat tersebut diberikan kepada mustahiq dengan cara

memberikannya sebagai pinjaman untuk modal usaha.

Ditinjau dari peminjamannya, ini termasuk pada qardhul hasan, yaitu

peminjaman kebajikan. Maksudnya, peminjaman tersebut tanpa memberikan

tambanhan pada pengembaliannya. Sebagai dasar dibolehkannya al qard

adalah QS. Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi:

لكنإىكنتنكاىذووإى خير وأىتصدقىا هيسرة عسرةفنظرةإلى

٨تعلوىى

Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka

berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik

bagimu, jika kamu mengetahui.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa qardh sebenarnya haruslah bersifat

lunak. Jangan memberatkan pada peminjam. Apabila yang berhutang masih

dalam kesukaran maka berilah ketangguhan. Jika qard bersifat lunak, maka

menurut fatwa DSN nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 bahkan apabila ada yang

tidak mampu membayar LKS harus memberikan tambahan waktu. Dan yang

paling puncaknya LKS menghapus sebagian atau semua dari utannya.

Begitupun qardhul hasan, dalam akadnya tanpa memberikan tambahan dalam

pengembaliannya.

59

Dalam bahtsul masail Diniyyah Maudluiyyah atau pembahasan

masalah keagamaan penting di Muktamar Nahdlotul Ulama yang ke-28

bertempat di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta Tahun

1989 memberikan penjelasan bahwa kegiatan pendayagunaan zakat secara

produktif semacam itu diperbolehkan dengan maksud untuk meningkatkan

kesejahteraan dan perekonomian para mustahik.2

DPU DT Cabang Semarang hanya berusaha membantu mengentaskan

perekonomian para mustahiq menuju jenjang yang lebih baik. Berdasarkan

kaidah fiqih ada kaidah:

الهىربوقاصدها

Yaitu segala perkara tergantung pada maksudnya atau tujuannya.

Meskipun dana zakat tersebut dipinjamkan, akan tetapi daya guna dan

manfaatnya pun jelas.

Dasar yang menjadi istimbat hukum yang lainnya tentang zakat

sebagai peminjaman modal usaha adalah “maslahah mursalah”. Secara bahasa,

maslahah memiliki arti yang sama dengan manfaat baik dari segi makna

maupun lafal. atau bisa juga diartikan dengan suatu pekerjaan yang memiliki

manfaat.

Sedangkan secara istilah, menurut Imam Ghozali maslahah adalah

mengambil manfaat dan menolak kemudlaratan dalam rangka menjaga tujuan

syara’. Maksud dari tujuan syara’ yaitu ada lima bentuk, memelihara agama,

jiwa, akal, keturunan dan harta.

2 A. Khoirul Anam, Loc Cit.

60

Adapun dijadikannya maslahah mursalah ini sebagai landasan hukum

dalam peminjaman dana zakat adalah:

1. Bukan merupakan kemaslahatan yang diduga-duga, melainkan

benar-benar kemaslahatan yang hakiki.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa penggunaan dana

zakat di DPU adalah dengan cara dipinjamkan kemudian digulirkan

kepada anggota yang lain. Kemudian dari kegiatan tersebut

diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan mustahiq sehingga

kedepannya menjadi muzakki.

2. Kemaslahatan tersebut bersifat umum, bukan bersifat pribadi.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah, kemaslahatan

tersebut mendatangkan manfaat bagi kebanyakan umat bukan untuk

perorangan saja. Dengan adannya ini, masyarakat miskin akan

tertolong dan ini membuktikan kepentingan tersebut bersifat umum,

karena menyangkut orang banyak.

3. Kemaslahatan tersebut tidak bertentangan dengan syara’.

Dari sini, menurut hemat penulis tentang penggunaan dana zakat

dengan menyerahkannya secara peminjaman itu sah sah saja asalkan rukun

dan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku tetap diterapkan. Seperti yang

dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid

(DPU-DT) Cabang Semarang.

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil

penelitian dan penulisan skripsi ini:

1. Lembaga Amil Zakat Dompet Peduli Ummat sudah membuktikan

bahwa, penggunaan dana zakat tidak hanya bisa dinikmati secara

konsumtif saja, tetapi bisa secara produktif kreatif. Dengan

menambahkan inovasi peminjaman dalam mendapatkannya. Selain itu

untuk mendapatkannya harus memiliki kelompok dan masing-masing

kelompok saling mengikat anggotanya. Penggunaan dana zakat yang

semacam ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan tahaf

hidup para mustahiq.

2. Dalam Syariat Hukum Islam, memang tidak ada dalil yang pakem

yang menerangkan penggunaan dana zakat secara produktif apalagi

dengan cara dipinjamkan. Akan tetapi terdapat beberapa celah dimana

suatu illat hokum dapat digunakan demi kemaslahatan bersama. Dan

penggunaan dana zakat yang seperti demikian di perbolehkan. Dana

zakat tersebut dipinjamkan kepada pemilik usaha mikro kemudian

setelah lunas cicilan pihak DPU DT meminjamkan lagi kepada

kelompok misykat yang lain. Sehingga dengan usaha tersebut hasilnya

dapat meningkatkan perekonomian mustahiq.

61

62

B. Saran

Setelah melihat fenomena penggunaan dana zakat yang seperti itu, penulis

hanya dapat memberikan beberapa saran:

1. Dalam pemilihan keanggotaan misykat oleh DPU DT Cabang

Semarang harus lebih selektif supaya terminimalisir anggota yang

kurang berperan aktif didalamnya.

2. Dengan adanya program misykat oleh Lembaga Amil Zakat Nasional

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid, diharapkan masyarakat juga

ikut menyuarakan supaya merambah ke masyarakat luas.

3. Sebagai Lembaga Amil Zakat, DPU DT teruslah berinovasi untuk

mengimbangi kemajuan zaman, supaya kegiatan-kegiatan saat ini baik

dalam bidang dakwah maupun perekonomian tetap pada koridor

prinsip-prinsip islami.

C. Penutup

Syukur Alhamdulillah, penulis senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT.

Atas limpahan Rahmat dan Hidayah-NYA kepada penulis.Sehingga dengan

kemampuan yang sangat sederhana dan terbatas penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

Demikian skripsi ini saya susun, penulis menyadari bahwa penulisan ini

masih banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis.Oleh karena itu penulis

senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun.Akhir kata semoga

karya ini dapat membawa manfaat.Amiin...

63

DAFTAR PUSTAKA

Agama Departemen. 1993. Pedoman Zakat. Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan

Wakaf.

Agama Kementerian. 2012. Pembangunan Ekonomi Umat.Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Ahmadi Abu dan Sitanggal Anshori Umar.1980.Sistem Ekonomi Islam Prinsip-

Prinsip Dan Tujuannya. Surabaya: Bina Ilmu.

Antonio Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Depok:

Gema Insani.

Ar-Rahman Abdul Malik.2003.Pustaka Cerdas Zakat.Jakarta: Lintas Pustaka.

Ash Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Pedoman Zakat. Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra.

Basyir Abu Umar. 2011. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.

Bisri Adib dan Munawwir. 1999. Kamus al-bisri. Surabaya: Pusaka progresif.

Chasanah Chafidhotul. 2015. Pendayagunaa zakat Produktif Melalui Program

Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Lembaga Amil

Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Semarang).

Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang.

Dewi Gemala. 2007. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana

Pernada Media Group.

64

Fatimah Siti. 2011. Peran BAZ Dalam Meningkatkan Jumlah Wajib Zakat (Studi

Kasus di BAZ Kota Semarang). Skripsi: Fakultas Syariah, Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang.

Fatoni Nur. 2008. Kontroversi Zakat, Infaq, Shadaqah “Telaah Atas Pemahaman

Ulama Terhadap Nash dan Realitas”. Semarang: Penelitian Dosen Institut

Agama Islam/ IAIN.

Hakim Atang Abd. 2011. Fiqh Perbankan Syariah Transformasi Fiqh Muamalah

ke dalam Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hasan Abd.Kholiq. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.

Hasan Ali. 2008. Zakat dan Infaq: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial

di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Juanda Gustian. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak dan Penghasilan,

Jakart: Raja Grafindo Persada.

LAZISMU Tim Manajemen. Ternyata Zakat Itu Hebat. Jakarta: Lazismu. tt.

Mansur.2009. Seluk Beluk Ekonomi Islam.Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Muhammad. 2009. Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah. Yogyakarta:

UI Press.

Mursyidi. 2002. Akuntansi Zakat Kontemprer. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muslich Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Nazir Moh. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

RI Departemen. 1999. Al-Qur’an dan Terjemahnya.Semarang: Toha Putra.

RI Kementerian. 2005. Kumpulan Undang-Undang Perekonomian. Bandung:

Fokus Media.

65

Rifa’I Muhammad. 2005. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Sabiq Sayyid. Fiqh al Sunnah (Juz 12). Al-kuwait: Dar Al Bayan. tt.

Sabiq Sayyid. 1996. Fiqih Sunnah. Beirut: Farul Fikr.

Saktiawan Iwan Rudi. 2006. Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat Aplikasi

Zakat Produktif Untuk Pemberantasan Kemiskinan. Bandung: DPU DT Press.

Saktiawan Iwan Rudi. 2006. Panduan Operasional Strategi Pemberdayaan

Program Misykat DPU Daarut Tauhid. Bandung: DPU DT Press.

Shihab M. Quraish. 2007.Wawasan Al Qur’an.Bandung: Mizan.

Shihab M. Quraish.1993. Membumikan Al Qur’an.Bandung: Mizan.

Sumantri Jujun S. 2003.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.Jakarta; Pustaka

Sinar Harapan.

Syafei Rachmat. 2010. Fiqh Muamalah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Syarifuddin Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Prenada Media.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pinjaman

https://id.wikipedia.org/wiki/qardh

http://www.daaruttauhiid.org/program/read/14/dompet-peduli-ummat-daarut-

tauhiid.html,

http://www.nu.or.id/post/read/7974/produktifitas-dan-pendayagunaan-harta-zakat.

A. Khoirul Anam, Produktifitas dan pendayagunaan Harta Zakat, NU

Online,

BIODATA PENULIS

Nama : Zainul Muttaqin

NIM : 102311081

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Tempat Lahir : Demak

Tanggal Lahir : 03 Januari 1992

Alamat : Ds. Getas RT 04/ RW 05 Kec. Wonosalam Kab. Demak

Pendidikan : 1. SD Negeri Getas 3, Demak

: 2. Mts. NU 03 Sabilul Huda Pilangrejo, Demak

: 3. MA Negeri Demak

: 4. S.1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum

: Ekonomi Syariah UIN Walisongo Semarang

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 26 September 2017

Zainul Muttaqin

NIM 102311081