analisis penggalian

download analisis penggalian

of 33

description

analisis

Transcript of analisis penggalian

  • Kriteria Analisis Penggalian - 1

    1. PENDAHULUAN

    Demi kelancaran proses penggalian tanah maupun batuan dengan

    mempergunakan alat gali mekanis, maka harus dipelajari berbagai macam

    kriteria penggalian yang telah dikenal luas. Dengan memahami kriteria

    penggalian tersebut dapat diharapkan akan mampu memilih alat gali

    mekanis yang sesuai dengan kondisi lapangan dimana penggalian dilakukan.

    Peralatan gali mekanis kini banyak macamnya ; ada yang cara

    penggaliannya terputus-putus (cyclic/intermittent) dan ada yang bersifat

    menerus (continuous). Peralatan gali yang tidak menerus misalnya dragline,

    backhoe, power shovel, hydraulic shovel, dll. Sedangkan yang bersifat

    menerus antara lain adalah bucket wheel excavator (BWE) dan berbagai tipe

    surface miner seperti Dosco TB 3000, Wirtgen surface miner, Voest Alpine

    surface miner, Huron East miner, Paurat C-miner dan Krupp surface miner.

    Ujung tombak dari semua alat gali mekanis tersebut adalah alat potongnya

    yang geometri dan mutunya gigi-giginya sangat bervariasi.

    2. KRITERIA ANALISIS PENGGALIAN

    2.1. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT RMR

    Kemampuan untuk menaksir kemampugalian atau potongan suatu massa

    batuan sangatlah penting, apalagi bila akan menggunakan alat gali mekanis

    menerus. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan yang erat antara

    kinerja (produksi) Road header kelas berat (> 50 ton) dengan RMR (lihat

    Gambar 1).

  • Kriteria Analisis Penggalian - 2

    Selanjutnya pada tahun 1991 mereka melaporkan juga bahwa hubungan

    tersebut di atas dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian :

    Zone 1 Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-sifat batuan utuh.

    Zone 2 Keberhasilan kinerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur

    massa batuan. Pengaruh sifat-sifat batuan utuh menurun dengan

    memburuknya kualitas massa batuan.

    Zone 3 Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur massa

    batuan.

    Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivity secara keseluruhan

    menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan

    memuaskan oleh roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell &

    Johnson (1991) bahwa pada kenyataannya massa batuan itu dapat digali

    dengan cara hanya menggoyang bongka-bongkah batuan dari induknya

    yang akhir jatuh bebas.

    RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL-

    120 (Sandbak 1985, lihat Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih

    tembaga Kalamazoo & San Manuel, Arizona. Dapat disimpulkan bahwa

    kemajuan penggalian atau kinerja Dosco tsb dapat diperkirakan dengan

    menggunakan persamaan berikut ini :

    Y = 2.39 e-0.02x R2 = 0.79

    dimana : Y adalah laju penggalian (m/jam) dan x adalah RMR.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 3

    Gambar 1. Hubungan antara RMR dan laju penggalian roadheader kelas > 50 ton (Fowell & Johnson, 1982 & 1991).

    Gambar 2. Hubungan laju penggalian roadheader vs. RMR (Sandbak, 1985)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 4

    2.2. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT RMR & Q-SISTEM

    Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi penggalian

    dapat dilihat pada Gambar 3. Jelas tampak bahwa hubungan antara RMR &

    Q-Sistem adalah linier. Titik-titik yang menunjukkan angka RMR & Q-Sistem

    yang tinggi mencerminkan kondisi material keras yang penggaliannya perlu

    peledakan. Sedangkan kehadiran alat gali seperti Surface Miner yang

    menggunakan mekanisme potong rupanya dapat menggantikan operasi

    peledakan.

    Dalam upaya melengkapi informasi Gambar 3, data asli hasil penelitian

    Abdullatif & Cruden (1983) dimasukkan dan data penggunaan surface miner

    diperoleh dari Kramadibrata (1992 - Potong).

    Gambar 3. Klasifikasi metode penggalian menurut RMR & Q-Sistem

    2.3. INDEKS EKSKAVASI

  • Kriteria Analisis Penggalian - 5

    Dalam upaya memudahkan pendugaan kemampugaruan suatu massa

    batuan, Kirsten (1982) mengklasifikasikan massa batuan menurut sifat fisik

    (Ms), relativitas orientasi struktur massa batuan terhadap arah penggalian

    dan beberapa parameternya Q-Sistem yang disebut dengan Indeks

    Ekskavasi yang dinyatakan dengan :

    N = Ms x Error! x Js x Error!

    N adalah Indeks penggalian dan paramater lainnya sama dengan parameter

    yang digunakan oleh Q-Sistem, sedangkan Ms dan Js dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Kirsten membagi nilai indeks ekskavasi sebagai berikut :

    1 < N < 10 Mudah digaru (ripping)

    10 < N < 100 Sulit digaru

    100 < N < 1000 Sangat sulit digaru

    1000 < N < 10000 Antara digaru dan peledakan

    N > 10000 Peledakan

    Sudah tentu bahwa klasifikasi Kirsten tidak menjamin keberhasilan

    penggaruan oleh suatu jenis buldoser pada kondisi tertentu, karena daya

    mesin dan tipe alat garu tidak dilibatkan di dalam perhitungan.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 6

    Gambar 4. Hubungan antara Excavatability Index dengan RMR

    Tabel 1. Besaran parameter, Ms (Kirsten, 1982)

    Kekerasan Identifikasi UCS (MPa)

    Mass Strength

    Number (Ms)

    Batu sangat lunak

    Material crumbles under firm blows with sharp end of geological pick and can be peeled off with a knife, it is too hard to cut a sample by hand

    1.7

    1.7 - 3.3

    0.87

    1.86

    Batu lunak Can just scraped and peeled with a knife, indentations 1mm to 3 mm show in the specimen with firm blows of the pick point

    3.3 - 6.6

    6.6 - 13.2

    3.95

    8.39

    Batu keras Cannot be scraped or peeled with a knife, hand-held specimen can be broken with hammer end of a geological pick with a single firm blow

    13.2 - 26.4 17.7

    Batu sangat keras

    Hand-held specimen breaks with hammer end of pick under more than one blow

    26.4 - 53.0 53.0 - 106.0

    35.0 70

    Batu sama sekali keras

    Specimen requires many blows with geological pickto break through intact material

    106.0-212.0

    212.0

    140.0

    280.0

    Tabel 2. Besaran relative struktur permukaan massa batuan, Js. (Kirsten, 1982)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 7

    Arah kemiringan berjarak dekat

    Sudut kemiringan berjarak dekat

    Nisbah jarak joint, r

    dengan set kekar (0)-1 dengan set kekar (0)-2 1 : 1 1 : 2 1 : 4 1 : 8

    180/0 90 1 1 1 1

    0 85 0.72 0.67 0.62 0.56

    0 80 0.63 0.57 0.50 0.45

    0 70 0.52 0.45 0.41 0.38

    0 60 0.49 0.44 0.41 0.37

    0 50 0.49 0.46 0.43 0.40

    0 40 0.53 0.49 0.46 0.44

    0 30 0.63 0.59 0.55 0.53

    0 20 0.84 0.77 0.71 0.68

    0 10 1.22 1.10 0.99 0.93

    0 5 1.33 1.20 1.09 1.03

    0/180 0 1 1 1 1

    180 5 0.72 0.81 0.86 0.90

    180 10 0.63 0.70 0.76 0.81

    180 20 0.52 0.57 0.63 0.67

    180 30 0.49 0.53 0.57 0.59

    180 40 0.49 0.52 0.54 0.56

    180 50 0.53 0.56 0.58 0.60

    180 60 0.63 0.67 0.71 0.73

    180 70 0.84 0.91 0.97 1.01

    180 80 1.22 1.32 1.40 1.46

    180 85 1.33 1.39 1.45 1.50

    180/0 90 1 1 1 1

    1. r bentuk relatif blok antara arah penggaruan dan orientasi struktur.

    2. Arah dip berjarak dekat dengan joint set relatif terhadap arah

    penggaruan.

    3. Sudut Dip semu berjarak dekat dengan joint set tegak lurus dengan

    bidang yang searah penggaruan.

    4. Batuan utuh, Js = 1.0.

    5. Untuk r < 0.125, ambil Js seperti r = 0.125.

    2.4. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT KECEPATAN SEISMIK

  • Kriteria Analisis Penggalian - 8

    Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah banyak

    dipakai untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan. Berbagai

    kemungkinan cara penggalian untuk berbagai macam massa batuan

    menurut kecepatan seismik diberikan oleh Atkinson (1971, lihat Gambar 5).

    Penggalian disini meliputi dari cara manual hingga mekanis penuh.

    Stripping shovel : no blasting

    Walking dragline : no blasting

    Dragline (crawler) : no blasting

    Bucket wheel excavator

    Bucket chain excavator

    Loading shovel : no blasting

    Tractor scraper : after ripping

    Tractor scraper : no ripping etc

    Labourer with pick & shovel

    3.0

    KECEPA TA N SEI SM I K x 1000 m/d

    0 0.5 1.5 2.0 2.5 1.0 Rippable

    M arginal

    I mpossible

    Gambar 5. Metode kecepatan seismik untuk penentuan macam penggalian (Atkinson, 1971)

    2.5. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT INDEKS KEKUATAN BATU

    Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua

    paramater, yaitu Fracture Index dan Point Load Index (PLI). Fracture Index

    dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuiti dan didefinisikan sebagai

    jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua

    parameter ini digambarkan dalam satu diagram untuk menduga

    kemampugaruan suatu massa batuan dimana If dan Is masing-masing

    menyatakan Fracture Index dan PLIi.

    Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu, penggalian bebas

    (free digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan

    yang terkekarkan dan lemah masuk kedalam kategori bagian bawah kiri

  • Kriteria Analisis Penggalian - 9

    diagram, sedangkan massa batuan massif dan kuat di plot dibagian atas

    kanan. Yang pertama tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir

    sangat sulit digali dengan alat mekanis.

    Gambar 6. Kriteria Indeks kekuatan batu (Franklin dkk, 1971)

    2.6. KLASIFIKASI KEMAMPUGARUAN

    Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang melibatkan

    parameter mesin penggaru dan sifat-sifat fisik, mekanik dan dinamik massa

    batuan diberikan oleh Klasifikasi Kemampugaruan (rippability chart). Tabel 3

    adalah klasifikasi penggaruan menurut Weaver (1975) yang sudah sering

    dipakai oleh para kontraktor penggalian dan kriterianya didasarkan pada

    pembobotan total dari parameter pembentuknya bersamaan dengan daya

    bulldozer yang diperlukan. Parameter yang dipakai dalam klasifikasi ini

    adalah kecepatan seismik, kekerasan batuan, tingkat pelapukan, jarak kekar,

  • Kriteria Analisis Penggalian - 10

    kemenerusan kekar, jarak pemisahan kekar dan orientasi kekar terhadap

    penggalian.

    Tabel 3. Klasifikasi massa batuan untuk penggaruan menurut Weaver (1975)

    Kelas batuan I II III IV V

    Dekripsi Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk

    Kecepatan seismik (m/s)

    > 2150 2150-1850 1850-1500 1500-1200 1200-450

    Bobot 26 24 20 12 5

    Kekerasan Eks. keras Sangat keras Keras Lunak Sangat lunak

    Bobot 10 5 2 1 0

    Pelapukan Tdk. lapuk Agak lapuk Lapuk Sangat lapuk Lapuk total

    Bobot 9 7 5 3 1

    Jarak kekar (mm) > 3000 3000-1000 1000-300 300-50 < 50

    Bobot 30 25 20 10 5

    Kemenerusan kekar

    Tdk. menerus Agak menerus Menerus - tdk ada gouge

    Menerus-be-berapa gouge

    Menerus dgn. gouge

    Bobot 5 5 3 0 0

    Gouge kekar Tdk ada pemisahan

    Agak pemisahan

    Pemisahan

    < 1mm

    Gouge < 5 mm Gouge > 5 mm

    Bobot 5 5 4 3 1

    Orientasi kekar

    Sgt. mengun-tungkan

    Tdk. me-nguntungkan

    Agak tdk me-nguntungkan

    Mengun-tungkan

    Sgt. mengun-tungkan

    Bobot 15 13 10 5 3

    Bobot total 100-90 90-70 70-50 50-25

  • Kriteria Analisis Penggalian - 11

    Kriteria versi mereka, seperti ditunjukkan pada Gambar 7, memungkinkan

    kemudahan penggalian suatu massa batuan dianalisis Kriteria ini sejenis

    dengan kriterianya Franklin. Selanjutnya, mereka menduga bahwa jarak

    kekar rata-rata dengan kuat tekan batu merupakan parameter penting dalam

    menilai kemampugaruan, yang percontoh batuannya dapat diperoleh dari

    singkapan atau bor inti. Grafik ini bukanlah petunjuk mutlak yang mampu

    memberikan jawaban sebenarnya, karena biaya dan faktor lainnya juga ikut

    menentukan kemampugaruan suatu massa batuan oleh sebuah bulldozer.

    Tabel 4. Parameter geoteknik yang digunakan oleh berbagai kriteria kemampugalian (Pettifer & Fookes, 1994)

    Metoda Arti relatif dari setiap parameter1)

    analisis SV2) sc2) PLI Hd Ab2) Wea dsw Jp Jsp Jor.

    Caterpillar (1970) **** - - - - - - - -

    Franklin dkk (1971) - - **** - - - **** - * ***

    Weaver (1975) **** - - **3) - ** **** * * *6)

    Kirsten (1982) - ****4) - - - - ****5) - * **7)

    Minty & Kearns (1983) **** - ** - - ** *** * * -

    Scoble & Muftuoglu (1984)

    - **8) - - - ** ****9) - - **

    Smith (1986) - ** - - - ** **** * * -

    Singh dkk (1987) *** - **10) - ** ** **** - - -

    Karpuz (1990) **** ***8) - **11) - ** **** - - -

    Hadjigeorgiou & Scoble (1990)

    - - *** - - ** **** 12)

    - - *6)

    MacGregor dkk (1994) * *

    Pettifer & Fookes (1994) - - **** - - * **** - - **

    1) Jumlah bintang menyatakan arti relatif setiap parameter pada masing-

    masing metoda analisis

    2) Membutuhkan teknik khusus atau uji laboratorium.

    3) Dapat dinyatakan dalam UCS.

    4) Dibandingkan dengan bobot isi kering.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 12

    5) Fungsi RQD dan jumlah set kekar.

    6) Dibandingkan dengan "spacing ratio" dua set kekar.

    7) Minty & Kearns juga memasukkan kondisi air tanah dan kekasaran

    permukaan kekar.

    8) Dapat diturunkan dari nilai PLI.

    9) Jarak kekar dan jarak bidang perlapisan berbeda.

    10) Uji tarik Brazilian diperlukan.

    11) Nilai Schmidt hammer.

    12) Dinyatakan dalam volumetric joint count, Jv.

    SV = Kecepatan seismik

    Hd = Kekerasan batuan

    Ab = Abrasivitas

    Wea = Pelapukan

    dsw = Jarak kekar

    Jp = Persistensi kekar

    Jsp = Pemisahan kekar

    Jor = Orientasi kekar

  • Kriteria Analisis Penggalian - 13

    Gambar 7. Grafik kriteria baru kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 14

    2.7. KLASIFIKASI PENGGALIAN DENGAN BWE

    2.7.1. Rasper (1975)

    Rasper mengatakan bahwa sebelum pemilihan BWE yang cocok untuk suatu

    tambang, karakteristik material yang akan digali harus diketahui dahulu

    dengan baik. Data ini akan membantu para perancang BWE untuk

    mengetahui kapasitas gaya gali dan kualitas alat galinya (tooth). Hingga saat

    ini suatu uji standard yang pasti untuk menentukan penggunaan BWE belum

    ada. Para pabrik pembuat BWE selama ini memakai berbagai macam uji

    yang sesuai dengan pengalamannya masing-masing.

    Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat-sifat material yang paling

    mempengaruhi kemampugalian massa batuan oleh BWE adalah, kuat tekan

    & kuat tarik, kondisi struktur geologi dan ketebalan lapisan yang akan

    ditambang. Walaupun berbagai pihak telah mengadakan penelitian

    mengenai kemampugalian BWE, tidak ada cara yang tepat untuk menentu-

    kan kebutuhan gaya gali kecuali dengan pengukuran langsung dilapangan.

    Jelas bahwa gaya yang tersedia pada buket merupakan hasil dari gaya yang

    tersedia dari motor BW. Untuk menghitung daya ini, daya angkat material di

    dalam buket hingga titik puncak dimana material ditumpahkan harus

    dikurangi dari total daya yang tersedia dari motor penggeraknya. Maka,

    hanya sebagian saja dari daya yang tersedia dipakai untuk membongkar

    material dari tempatnya, dan ini adalah daya potong (cutting power).

    Rasper (1975) mengusulkan suatu persamaan untuk menghitung daya

    potong dari gigi BWE,

    Nc = Error! . FL (L* . ns . R )0.5

  • Kriteria Analisis Penggalian - 15

    dimana :

    Nc = Daya potong penggerak, kW.

    FL = Tahanan potong spesifik linear (O&K Wedge test), kN/m.

    h = Efisiensi.

    L* = Produksi, bcm/jam.

    ns = Jumlah penuangan buket per menit.

    R = Jari-jari roda besar, m.

    Angka tahanan potong spesifik linear (FL) diperoleh dari uji O&K Wedge.

    Menurut Rodenberg (1987), para ahli BWE di Russia cenderung

    menggunakan tahanan potong spesifik luas (FA), sedangkan pihak Jerman

    lebih menyukai angka tahanan potong spesifik linear (FL). Sebagai

    gambaran bahwa penggunaan tahanan potong spesifik luas (FA) banyak

    dipakai untuk menganalisis material yang relatif lebih keras.

    2.7.2. Blkbasi, Koncagl & Pasmehmetoglu (1991)

    Blkbasi dkk (1991) menemukan bahwa angka-angka tahanan potong

    spesifik luas (FA) memiliki korelasi yang baik dengan Energi Spesifik

    Laboratrium (ESL) yang diperoleh dari Core Cuttability Test (Roxborough,

    1987). Mereka juga menyatakan bahwa tahanan potong spesifik luas (FA)

    sangat dipengaruhi oleh ukuran percontoh dan anisotropik material bila

    ukuran percontoh standard tidak dapat dipenuhi, dan bila uji-nya tidak dapat

    dilakukan tegak lurus terhadap bidang perlapisan. Sebaliknya, ESL tidak

    dipengaruhi oleh ukuran percontoh dan arah uji potongnya dapat dengan

    mudah disesuaikan untuk normal terhadap bidang perlapisan.

    Berdasarkan penemuan kriteria kemampugaruan yang sudah dipublikasikan

    oleh para peneliti pendahulu, sebuah kriteria baru tentang kemampugalian

    dengan menggunakan ESL diberikan oleh Blkbasi dkk (1991). Kriteria ini

    menunjukkan bahwa suatu massa batuan dengan maksimum ESL sebesar

    3.27 Mj/bcm masih dapat digali (lihat Tabel 5). Bila angka ini dibandingkan

  • Kriteria Analisis Penggalian - 16

    dengan kriteria cuttability untuk roadheader menurut McFeat-Smith & Fowell

    (1979) pada Tabel 4, jelas bahwa selang-selang ini adalah tipikal batuan

    yang masih dapat digali dengan roadheader dengan mudah.

    2.7.3. Schroder & Trumper (1993)

    Dipihak lain, Schroder & Trumper (1993) menemukan bahwa kinerja BWE

    bergantung kepada kekuatan material dan sifat plastisitasnya. Mereka juga

    berpendapat bahwa abrasivitas batuan menentukan tingkat kerusakan alat

    gali-pick, sedangkan kekar dapat berpengaruh positif atau negatif tergantung

    kepada kondisi kekarnya. Panduan berikut ini (Tabel 5-6) merupakan kriteria

    kemampugalian BWE terhadap kuat tekan batuan utuh menurut mereka.

    Tabel 5. Kriteria kemampugalian oleh BWE berdasarkan Energi Spesifik

    Laboratrium (Blkbasi, Koncagl & Pasmehmetoglu, 1991)

    Energi Spesifik Laboratrium - MJ/bcm

    Kelas Minimum Maksimum

    Mudah 0.5 1.94

    Mampugali 1.12 3.72

    Keras 1.73 4.81

    Agak keras 2.64 8.58

    Tidak mampugali > 2,64 > 8.58

    Tabel 6. Panduan analisis kemampugalian menurut UCS (Schroder & Trumper, 1993)

    UCS (MPa) Material Kemampugalian

    > 200 Basalt, granite -

    100 - 200 Quartzite, siliceous limestone -

    20 - 100 Gneiss, limestone Hingga 50 MPa dengan SM

    5 - 20 Sandstone, shale, marl, claystone Dengan BWE kompak

    < 5 Salt, chalk, unconsolidated rock Mudah digali oleh kebanyakan mesin

  • Kriteria Analisis Penggalian - 17

    3. ALAT GALI MEKANIK KONTINYU

    Perlu diketahui disini bahwa bab ini membahas sejarah perkembangan alat

    gali mekanik kontinyu yang terdiri dari BWE dan continuous miner, baik untuk

    tambang bawah tanah maupun untuk tambang terbuka. Yang dimaksud

    dengan alat gali mekanik kontinyu adalah peralatan gali yang relatif kompak

    dengan sistem gali dimuka alatnya dimana proses potong/gali, peremukan

    dan pemuatan berada pada satu mesin itu sendiri tanpa adanya interupsi.

    Pentingnya penggunaan alat gali mekanik kontinyu dapat ditunjukkan oleh

    fakta yang menyatakan bahwa kurang lebih 85% dari material solid

    ditambang secara terbuka, dan setengahnya relatif lunak dimana alat gali

    mekanik kontinyu berperan aktif (Tilmann &Weise, 1987 dan Rodenberg,

    1987).

    3.1. PERKEMBANGAN BUCKET WHEEL EXCAVATOR

    Pertamakali BWE ditunjukkan sebagai alat gali adalah pada gambar pelukis

    Leonardo Da Vinci. Pertamakali BWE beroperasi sebagai alat gali adalah di

    Sungai Wesser, Jerman. Diameter rodanya 12 m dan digerakkan dengan

    prinsip wind-mill. Pada tahun 1836 roda sejenis muncul di Lubeck, Jerman

    Utara.

    Patent pertama di US, no. 242.484 (lihat Gambar 8), diberikan kepada

    Charles A Smith pada 7 Juni 1881 untuk alat gali tanah. Didalam Patent

    tersebut terdapat sejumlah informasi mengenai cara pembuatan dan operasi

    BWE. Tetapi sayanganya alat tersebut tidak pernah beroperasi.

    Patent BWE lainnya juga diberikan oleh Pemerintah Perancis pada 6 Mei

    1908 kepada Robert Glogner. BWE ini dilengkapi dengan belt conveyor yang

  • Kriteria Analisis Penggalian - 18

    diletakkan persis dibawah titik pusatnya. Belt conveyor dan BW nya tidak

    bisa di-naikkan, turunkan dan putarkan, tetapi bisa dipanjang pendekkan

    sehingga kedalaman penggalian (cutting depth) dapat diatur sesuai dengan

    kebutuhan. Mesinnya menggunakan tenaga penggerak mesin uap.

    BWE pertama yang menggunakan mesin diesel dan bergerak diatas crawler

    untuk tambang terbuka dibuat pada tahun 1925. BWE ini dibuat oleh

    Maschinenbau-Anstalt Humbolt bekerjasama dengan perusahaan tambang

    batubara Eintracht" dengan ukuran buket 0.075 m3. Alat ini dipakai untuk

    membongkar lapisan interburden batu pasir (sandstone).

    1 2 3 4 5 6

    1. Bucket wheel 4. Slewing gear

    2. Belt conveyor 5. Travel gear

    3. Bucket wheel boom 6. Discharge chute

    2 1

    Gambar 8. U.S. Patent No. 242.484 Bucket Wheel Excavator (Durst

    & Vogt, 1988)

    Baru pada tahun 1931 teknologi motor listrik berkembang sehingga sebuah

    BWE dapat dibuat dengan tenaga penggerak listrik menggantikan tenaga

    diesel dan mesin uap yang kapasitas buketnya bervariasi mulai dari 0.06,

    0.09 dan 0.15 m3.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 19

    BWE baru menjadi alat terkenal di industri penambangan batubara Jerman

    pada 1934, ketika sebuah BWE dipasang di atas tiga buah crawler dan alat

    ini bekerja di tambang "Bitterfeld". Berat mesin ini 352 ton dengan ground

    pressure rata-rata 100 kPa.

    Perkembangan pembuatan BWE dan penggunaanya di tambang terbuka

    batubara memicu para pembuat mengeluarkan kode standard agar

    memudahkan orang mengenal ukuran dan tipe BWE. Oleh karena itu

    dikeluarkanlah suatu kode seperti berikut :

    Sch Rs Error! x H Sebagai contoh, Sch Rs Error! x 15

    dimana :

    Sch = Bucket wheel excavator

    R = Mounted on crawlers

    s = Slewable superstructure

    Inom = Kapasitas buket nominal, liter

    T = Dalam penggalian dibawah gari crawler, m

    H = Tinggi penggalian di atas garis crawler, m

    Rancangan mesin standard sekarang ini adalah kompak dengan

    dimensi lebih kecil dan berat total lebih ringan. Mesin ini disebut Kompak

    BWE. Salah satu contoh Kompak BWE adalah BWE SchRs Error! 15 yang

    dipakai di Tambang Air Laya, Sumatra Selatan.

    BWE dapat dikatakan ekonomis bila dapat membongkar dan mengangkut

    sejumlah besar material untuk periode yang lama. Keberhasilan pekerjaan

    penggalian dengan BWE tidak saja karena BWEnya itu sendiri tetapi juga

    peralatan penunjangnya. Hal ini mulai dari perencanaan, pekerjaan

    persiapan, operasi BWE, pengangkutan material. Yang paling penting untuk

    dipelihara adalah sistem pengangkutan menerusnya. Hal ini karena

    pengangkutan material menggunakan belt conveyor panjang (lihat

    Gambar 10), yang kalau sedikit saja tidak lurus akan menyebabkan belt

  • Kriteria Analisis Penggalian - 20

    bergerak keluar titik pusat dan akhirnya material akan tumpah dan

    mengganggu operasi.

    Gambar 9. Dimensi utama BWE SchRs Error! 15 (Durst & Vogt, 1988)

    Gambar 3. Sistem kerja BWE beserta peralatan pengangkutannya

  • Kriteria Analisis Penggalian - 21

    Oleh karena itu adalah mutlak bahwa pergeseran belt conveyor dilakukan

    dengan seksama sesuai dengan kemajuan penambangan. BWE banyak

    digunakan tidak saja pada tambang terbuka batubara melainkan juga di

    tambang kaolin, oil-sand, bauksit, oil-shale, bijih tembaga, posfat, bijih pasir

    besi, intan, bijih mangan, gamping, lempung dan gravel (Golosinski, 1984;

    Rodenberg, 1987; Bordia, 1987; Golosinski & Singhal, 1987; Schroder &

    Trumper, 1993).

    Mulai tahun 70-an, BWE tidak saja dibatasi untuk menggali material tanah.

    Alat ini mulai menggantikan peralatan gali material keras seperti power

    shovel, dragline, dozer dan front-end loader untuk tingkat produksi yang

    sama.

    Namun demikian penggunaan BWE masih dalam batas kemampuan gigi

    buket untuk merobek material. Menurut pengalaman meningkatnya

    penggunaan BWE disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

    (1) Karena sistem operasi kontinyu dan bobot struktur lebih rendah, alat ini

    secara fisik lebih kecil dibanding dengan alat gali konvensional lainnya

    untuk mengerjakan tugas yang sama.

    (2) Kebutuhan daya singkatnya lebih kecil daripada shovel dan dragline

    karena tidak ada perbedaan daya puncak yang tinggi.

    (3) Jari-jari pemuntahan material dapat dirancang cukup jauh sehingga BWE

    tidak perlu bekerja satu tingkat dengan alat transportnya, dan material

    bongkaran dapat dimuat ke-dalam berbagai macam alat angkut.

    (4) Sebuah BWE dapat dirancang untuk beroperasi secara efisien untuk

    berbagai tinggi dan kemiringan jenjang dan juga dapat beroperasi dalam

    kondisi material lembek.

    (5) Selective mining dapat diterapkan dengan mengontrol gerak penggalian.

    (6) Hasil penggalian berupa material berukuran relatif kecil yang

    memungkin-kan pemuatan langsung ke belt conveyor tanpa preparasi

    tambahan lainnya.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 22

    (7) Otomatisasi operasi BWE dapat dilakukan dengan mudah, mengurangi

    jumlah pekerja.

    Kerugian utama pengggunaan BWE adalah rendahnya mobilitas dan

    ketidakmampuannya menggali material keras serta konsentrasi boulder

    besar.

    Menurut Golosinski (1984) BWE heavy-duty dengan gaya gali tinggi sudah

    banyak dipakai secara luas di Russia untuk menambang bijih mangan, besi

    dan batubara. Sebuah BWE di tambang batubara Ekibastuz bekerja pada

    material dengan kuat tekan maksimum 25 MPa dan memiliki lapisan shale

    dan sandstone setebal 3 m dengan kuat tekannya sampai 75 MPa. Contoh

    lainnya adalah tambang batubara di Semirara, Filipina, dimana BWE produk

    Voest Alpine dapat menghasilkan gaya putar sebesar 180 kN.

    Permintaan konsumen untuk penggalian material yang relatif keras dalam

    jumlah besar dan efisien mengilhami O&K untuk melahirkan kompak BWE

    yang mampu menggali material gamping di Tambang gamping Teutonia

    dekat Hannover, dengan kuat tekan antara 13-20 MPa (Schroder & Trumper,

    1993). Akhirnya O&K membuat Kompak BWE dengan tipe BWE S400/250

    (lihat Gambar 11). Out-put teoritik adalah 1080 cm/jam dari diameter roda

    5.6 m dengan daya motor roda sebesar 315 kW.

    BWE S400/250 ini dilengkapi dengan 16 buket dan 16 pre-cutter dan

    menggali dengan kecepatan 2.9 m/detik. Masing-masing buket dipasang

    terpisah dan duduk berdekatan satu sama lain pada rodanya. Oleh

    karenanya kesemua buket dilas ke badan roda dan alat potong nya

    dirancang untuk tahan lama.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 23

    Gambar 11. Kompak BWE of S400/250 bekerja di Kuari gamping Teutonia, Jerman (Schroder & Trumper, 1993).

    3.2. PERKEMBANGAN CONTINUOUS MINERS

    Bagian ini membahas sejarah perkembangan continuous miner baik untuk

    tambang bawah tanah maupun tambang terbuka. Perkembangan continuous

    surface miners (CSM) mulanya berasal dari continuous miner tambang

    bawah tanah sekitar 10 tahun yang lalu.

    Walaupun peledakan adalah pilihan utama untuk pembongkaran material

    keras, keuntungan alat gali mekanis tampaknya meningkat untuk berbagai

    proyek penggalian dan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

    (1) Keuntungan ekonomis

    (2) Memiliki faktor keamanan yang lebih baik

    (3) Mudah untuk otomatisasi

    (4) Dapat melakukan penggalian dengan lebih akurat

    (5) Dinding penggalian tidak hancur, terawat dan tetap stabil.

    (6) Ukuran hasil bongkaran dapat diangkut dengan belt conveyor dengan

    mudah

    (7) Penggunaannya meningkat pada daerah yang membatasi vibrasi

    peledakan

  • Kriteria Analisis Penggalian - 24

    Penggunaan efektif alat potong drag tool pada alat gali bawah tanah telah

    terbukti pada tambang batubara bawah tanah. Hal ini terus berlanjut pada

    pengggalian lapisan interburden batubara hingga ke formasi batuan yang

    lebih lunak. Ringkasan perkembangan peralatan gali mekanik bawah tanah,

    yang sebenarnya untuk batubara ditunjukkan pada Gambar 12. Beberapa

    skematik diagram dari alat yang disebutkan pada Gambar 12 dapat dilihat

    pada gambar-gambar selanjutnya.

    Rock excavation machines

    Drag tool

    Soft rock

    mineral production

    (coal)

    Tunnelling

    and

    development

    Longwall

    machines

    Coal plough

    Trepanner

    Shearer

    Continuous

    miner

    Pickmat

    Hardhead

    A xial

    boring

    machines

    Road

    header

    A xial

    Transverse

    Disk cutter

    Circular fullface

    TBM

    Raise boring

    machines

    Shaft sinking

    machines

    Robbins

    mobile

    miner

    Gambar 12. Tipe utama alat gali mekanik bawah tanah (Fowell, 1993)

    Untuk kepentingan tambang terbuka, berbagai cara telah dicoba untuk

    membuat continuous surface miner bagi tambang terbuka yang ekonomis

    dan mampu bersaing dengan pemboran peledakan. Untuk itu beberapa

    produk seperti, Voest Alpine Surface Miner, Krupp Surface Miner, Wirtgen

    Surface Miner dan Huron Surface Miner sudah dipakai pada berbagai

    tambang terbuka dengan tingkat kesuksesan yang berbeda. Teknik

    pemboran-peledakan dan alat potong gali semakin meningkat, dan peralatan

    konvensional seperti ekskavator, dozer, dragline dan front-end loader juga

  • Kriteria Analisis Penggalian - 25

    semakin besar, canggih dan kokoh sehingga memberikan tingkat

    produktivitas yang tinggi serta nilai ekonomi yang baik.

    Gambar 13. Coal Plough (Fowell, 1993)

    Gambar 14. Trepanner (Fowell, 1993)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 26

    Gambar 15. Ranging Drum shearer (Fowell, 1993)

    Gambar 16. Twin Rottor Marrieta Borer (Fowell, 1993)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 27

    Gambar 17. Mesin Axial Boom Tunnelling (Fowell, 1993)

    Gambar 18. Mesin Transversal Boom Tunnelling (Fowell, 1993)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 28

    Gambar 19. Gambaran skematik Tunnel Boring Machine (TBM, Fowell, 1993)

    Gambar 20. Mesin bor naik atau Raise Boring (RBM - Fowell, 1993)

  • Kriteria Analisis Penggalian - 29

    Gambar 21. Robbins Mobile Miner (Fowell, 1993)

    Gambar 22. Joy Continuous Miner (Fowell, 1993)

    Namun perlu dicatat disini bahwa Surface Miner (SM) lebih cocok untuk

    selective mining dari pada untuk penambangan biasa. Hal ini juga

    menunjang kepentingan ekonomis para penambang dimana saat ini sumber

    daya mineral semakin tipis, yang kadarnya juga semakin rendah. Dengan

    demikian penambangan material yang ekonomis menjadi tujuan utama.

    Dalam kaitannya dengan masalah ini Krupp Surface Miner 4000 (KSM-4000)

    mampu menggali material setebal 3 cm.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 30

    Perusahaan Krupp Industrietechnik dari Jermany perlu waktu 8 tahun untuk

    dapat memasarkan KSM-4000 di tambang terbuka Amerika. Salah satu

    KSM-4000 menggali batubara bituminuous dengan kuat tekan 25 MPa (lihat

    Gambar 23). Bahkan menurut pembuatnya KSM-4000 mampu menggali

    material hingga kuat tekan 40 MPa, termasuk batubara keras, bauksit,

    posfat, gamping, oli sand, gipsum, lempung dan beberapa material berlapis

    dimana bidang rekahan dapat membantu penggalian.

    Gambar 23. KSM-400 operasi di tambang batubara Rawhide, Gillette, Wyoming, USA.

    Perlu dicatat disini bahwa semua perusahaan pembuat Surface Miner

    mengembangkan mesinnya dari kekuatan teknologi awalnya. Misalnya,

    Krupp Surface Miner berkembang dari teknologi BWE, sedangkan Voest

    Alpine Surface Miner berkembang dari roadheadernya. Perkembangan

    teknologi ini ditunjukkan pada Gambar 24 dan Tabel 7.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 31

    Pada pembongkaran dan pembuatan jalan mesin yang menggunakan prinsip

    milling permukaan jalan adalah Wirtgen. Mekanisme ini membuat material

    yang digali dapat didaur ulang kembali kepermukaan semula. Skematik alat

    ini ditunjukkan pada Gambar 25. Produk model Wirtgen yang ada di pasaran

    adalah 1900SM, 2600SM, 3000SM, 3500SM, and 4200SM.

    KRUPP

    BUCKET WHEEL

    EXCA VA TOR

    WI RTGEN

    ROA D M I LLI NG

    M A CHI NE

    VOEST A LPI NE

    ROA DHEA DER

    KSM XXXX WI RTGEN XXXXSM VA SM -XX

    Gambar 24. Sejarah perkembangan Surface Miner

    Tabel 7. Klasifikasi Continuous Surface Miners (modifikasi Klaus Janecke, 1988)

    SURFACE MILLING MINER

    Drum, centrally Drum, frontal (DWE)

    Easi Miner by Huron Continuous Excavators by Forster-Miller

    SM series by Wirtgen WL-50 Excavators by Barber Green

    Satterwhite Excavators by Unit Rig

    C-Miner by PWH/Paurat

    KSM 4000

    BOOM MINER

    Drum Cut Header

    CME-12 by Rahco TB 3000 by Dosco

    Voest Alpine Surface Miner (VASM) WAV 170 by Westfalia

    ET-400 by Atlas Copco-Eickhoff

  • Kriteria Analisis Penggalian - 32

    Gambar 25. Prinsip desain Wirtgen Surface Miner (modifikasi Georgen dkk, 1984)

    Gambar 26. Voest Alpine Surface Miner 2D

    Prototipe pertama Voest Alpine Surface Miner dibuat pada tahun 1988 dan

    dicoba pada kuari gamping di Austria. Prototipe ini diikuti dengan tipe VASM-

    1D dengan lebar dan tinggi penggalian adalah 4.5 m dan 4 m. Tipe ini

    kemudian disusul oleh tipe VASM-2D (lihat Gambar 26). Unit ini mempunyai

    keistimewaan dalam cara penggaliannya. Drum gali berputar sambil ber-

    osilasi kiri-kanan pada sebuah rel sehingga total lebar gali adalah 5 m.

  • Kriteria Analisis Penggalian - 33

    Drumnya berisi 48 alat potong (point attack pick) yang spesifikasinya dapat

    diubah sesuai menurut kebutuhan.

    Tabel 8. Tipe dan karakteristik Eksavator (Bordia, 1987)

    Sistem Pabrik pembuat UCS Cutting depth Laju penggalian Kapasitas maks.

    MPa m m/menit ton/jam

    BWE Takraf - Russia Voest-Alpine

    25 0.2 - 7.0 N/A 1000

    Milling Wirtgen/Huron 100 0.0 - 0.6 0 - 25 2500

    Shearer PWH C-Miner 150 1.8 - 2.5 0 - 10 2100

    Rotation

    Oscillation

    Voest-Alpine Surface Miner*)

    100 N/A 60 - 180 1600

    *) VASM-2D Brosur N/A = Tidak tersedia