ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI...

81
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA INDUSTRI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI DI KABUPATEN MALANG SKRIPSI Oleh: RIZA LISMAWATI UTY FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI...

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

INDUSTRI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI DI KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Oleh:

RIZA LISMAWATI UTY

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning
Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning
Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan skripsi ini merupakan hasil

penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak

pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 7 Juli 2017

Riza Lismawati Uty

135040101111184

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riza Lismawati Uty dilahirkan di Surabaya pada tanggal

13 Desember 1994, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan memiliki

adik laki-laki bernama Bagus Hadi Pratama dari pasangan Bapak Musrizal dan

Ibu Sulis Wijiatmi. Bapak Musrizal bekerja sebagai TNI-AL sedangkan Ibu Sulis

Wijiatmi bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Penulis menempuh pendidikan di SDN Manukan Wetan I/114 Surabaya

pada tahun 2001 dan selesai pendidikan dasar tahun 2007, kemudian penulis

melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2007 hingga

tahun 2010 di SMP Negeri 26 Surabaya, dilanjutkan pada jenjang berikutnya yaitu

Sekolah Menengah Akhir di SMA Negeri 11 Surabaya pada tahun 2010 hingga

tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Prodi

Agribisnis, Fakultas Pertanian di Universitas Brawijaya melalui jalur SNMPTN

Universitas Brawijaya Malang. Adapun pendidikan informal yang diikuti penulis

pada tahun 2013 adalah Pelatihan Komputerisasi Akutansi yang diselenggarakan

oleh Dinas Ketenagakerjaan Kota Surabaya.

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

LEMBAR PERUNTUKAN

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (2:286)

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu yang sangat ku cintai Bapak Musrizal S.T. dan Ibu Soelis

Wijiatmi yang senatiasa memberikan do’a, bimbingan, dan motivasinya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko

Koestiono, MS, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis

selama satu semester untuk menyelesaikan skripsi.

3. Adik yang sangat saya banggakan Bagus Hadi Pratama, yang membuat

saya bersemangat agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Orang paling berharga yang selalu ada di saat suka maupun duka, Abdul

Wachid yang mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Partner yang selalu saling mendukung dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini, Yoyok (Tionarti), Monica Gricel, Dewi, Dinda,

dan Andini

6. Keluarga kecilku di 292-K yang telah menemaniku selama empat tahun

dan memberiku motivasi untuk menyelesaikan skripsi Tya (Rusmi), Putri,

Linda, Nawang, dan Luluk.

7. Sahabatku yang ada di Malang Elvira, Puput, Theresia, Mawar, Yessy, dan

Fasa, serta yang ada di Surabaya Fitriana, Novi, Effry, Brian, Arista, dan

Errys.

8. Dan semua pihak yang tidak akan cukup bila disebutkan, yang telah

membantu maupun memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

RINGKASAN

RIZA LISMAWATI UTY. 135040101111184. Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten

Malang. di bawah bimbingan Dwi Retnoningsih, SP.,MP.,MBA dan Prof. Dr. Ir.

Djoko Koestiono, MS.

Kebijakan “Revolusi Hijau” pada tahun 1980-an memberikan dampak buruk

bagi kondisi lahan di Indonesia pada masa sekarang. Penerapan pupuk organik

dapat menjadi alternatif bagi petani dalam mengembalikan unsur hara yang hilang

akibat penggunaan pupuk kimia. Hal tersebut menyebabkan peningkatan

permintaan pupuk organik di Indonesia, sehingga pemerintah memberikan subsidi

pupuk organik untuk mendukung penggunaan pupuk organik pada sektor

pertanian. Kabupaten Malang yang merupakan salah satu Kabupaten terluas di

Provinsi Jawa Timur memiliki Industri Pupuk Organik terbanyak yang bermitra

dengan Petroganik. Adanya permasalahan kelebihan bahan baku, dimana volume

pemesanan bahan baku lebih besar dari volume pemakaiannya, menyebabkan

kurang optimalnya pengendalian persediaan bahan baku yang berdampak pada

proses produksi. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui sistem pengendalian

persediaan bahan baku pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten

Malang, (2) Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku pada industri

pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang melalui Metode Material

Requirement Planning, dan (3) Menganalisis alternatif teknik pengendalian

persediaan bahan baku yang dapat diterapkan pada industri pupuk organik

bersubsidi di Kabupaten Malang.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja,

dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan mitra

Petroganik terbanyak yang ada di Provinsi Jawa Timur. Penentuan sampel pada

penelitian adalah menggunakan purposive sampling atau secara sengaja.

Penentuan sampel didasarkan pada kriteria sampel yaitu mitra petroganik yang

berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dan menggunakan bahan baku kotoran ayam,

kotoran sapi, blotong, filler, dan mixtro dalam produksi pupuk organik bersubsidi.

Selain itu, sampel penelitian merupakan industri yang bersedia untuk menjadi

sampel penelitian, sehingga didapat tiga perusahaan sebagai sampel dari sebelas

populasi perusahaan atau industri yang bermitra dengan Petroganik. Metode

analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah

menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui pengendalian persediaan

bahan baku pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang.

Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua menggunakan Material Requirement

Planning (MRP) merupakan metode yang digunakan dalam menentukan ukuran

persediaan yang optimal. Lot Size pada Material Requirement Planning (MRP)

menyatakan besarnya kuantitas item yang harus dipesan dan teknik lot sizing apa

yang dapat digunakan. Terdapat dua teknik lot sizing yang digunakan dalam

penelitian yaitu Economic Order Quantity (EOQ) merupakan teknik yang

meminimalkan persediaan dengan asumsi jumlah pemesanan konstan dan Part

Periode Balance (PPB) yang meminimalkan persediaan dengan jumlah

pemesanan bervariasi. Tujuan penelitian ketiga dijawab melalui Total Inventory

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

Cost (TIC), dimana teknik atau metode dengan biaya terendah merupakan teknik

atau metode alternatif yang dapat digunakan Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang dalam pengendalian persediaan bahan baku.

Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian persediaan bahan baku

pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang dilakukan dari

adanya rencana produksi yang merupakan kontrak antara Industri Pupuk Organik

dengan Petroganik. Rencana Produksi didasarkan pada Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang ditetapkan oleh pemerintah, kemudian

diserahkan kepada produsen pupuk untuk dilakukan produksi dan distribusi.

Adapun bahan baku yang terdiri dari kotoran ayam, kotoran sapi, blotong, filler

dan mixtro dilakukan pemesanan dengan jumlah dan waktu yang bervariasi sesuai

kedatangan dari pihak Supplier. Jumlah atau kuantitas pemesanan masing-masing

bahan baku yang dilakukan industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten

Malang rata-rata 71.454 kg kotoran ayam, 62.642 kg kotoran sapi, 1.000.000 kg

blotong, 12.212 kaptan kg, dan 6.333 kg mixtro

Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement

Planning dilakukan dimulai dari penentuan kebutuhan kotor yang berasal dari

perhitungan jadwal induk produksi dan bill of material. Kemudian menentukan

kebutuhan bersih yang didapat dari selisih kebutuhan kotor dengan persediaan di

tangan pada setiap periode produksi. Setelah itu penentuan lot size yang didapat

melalui teknik Economic Order Quantity (EOQ) adalah 295.195 kg kotoran ayam,

225.447 kg kotoran sapi, 110.335 kg blotong, 68.635 kg filler, dan 32.167 kg

mixtro secara konstan, sedangkan dengan Part Peiode Balance (PPB) rata-rata

adalah 106.342 kg kotoran ayam, 97.946 kg kotoran sapi, 86.211 kg blotong,

24.674 kg filler, dan 2.898 kg mixtro dengan kondisi bervariasi sesuai kebutuhan

bahan baku. Adapun penentuan waktu pesan dapat dilakukan ketika persediaan

digudang berkurang dan tidak mencukupi untuk kebutuhan kotor bahan baku pada

periode berikutnya.

Berdasarkan perhitungan Material Requirement Planning didapatkan

penentuan ukuran lot dalam melakukan pemesanan pada masing-masing teknik,

maka untuk mengetahui metode atau teknik yang optimal diperlukan untuk

mengetahui biaya terendah pada masing-masing teknik. Adapun berdasarkan

perhitungan dengan Total Inventory Cost (TIC), total biaya teknik Economic

Order Quantity adalah Rp 1.866.530.682, Part Peiode Balance adalah Rp

1.815.735.174, dan metode industri pupuk organik bersubsidi adalah Rp

2.241.373.647. Maka, metode atau teknik yang optimal adalah menggunakan

teknik Part Peiode Balance (PPB) yang merupakan metode Material Requirement

Planning karena memiliki total biaya persediaan paling rendah yaitu Rp

1.815.735.174.

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

SUMMARY

RIZA LISMAWATI UTY. 135040101111184. Analysis of Raw Material

Inventory Control in Subsidized Organic Fertilizer Industry in Malang Distric.

Under the Guidances of Dwi Retnoningsih, SP.,MP.,MBA and Prof. Dr. Ir. Djoko

Koestiono, MS.

The "Green Revolution" policy of the 1980s had a devastating impact on

land condition in Indonesia today. Application of organic fertilizer can be an

alternative for farmers in returning nutrients lost due to the use of chemical

fertilizers. This causes an increase of demand for organic fertilizer in Indonesia.

Therefore the government provides subsidies for organic fertilizer to support the

use of organic fertilizer in the agricultural sector. Malang which is one of the

widest regency in East Java has the largest Organic Fertilizer Industries in

partnership with Petroganik. The existence of the problem of excess raw materials,

where the volume of ordering raw materials is greater than the volume of its use,

causes less optimal control of raw material supply that affects the production

process. This research was results (1) to know the raw material stock control

system on subsidized organic fertilizer industry in Malang (2) to analyze the

control of raw material supply on subsidized organic fertilizer industry in Malang

through Material Requirement Planning Method, and (3) Analyze alternative

techniques of raw material supply control that can be applied to subsidized

organic fertilizer industry in Malang.

The determination of the research location is using purposive or, with the

consideration that Malang District is the region with the most Petroganik partner

in East Java Province. Determination of the sample in the study is to use

purposive sampling or intentionally. The sample determination is based on the

sample criteria which petroganic partners in the form of Inc and using raw

materials of chicken manure, cow dung, blotong, filler, and mixtro in the

production of subsidized organic fertilizer. In addition, the study sample is an

industry that is willing to be a research sample, so that the three companies

obtained as a sample of eleven population companies or industries that partner

with Petroganik. Data analysis methods used to answer the first goal is to use

descriptive analysis to determine the control of raw material inventory in the

Subsidized Organic Fertilizer Industry in Malang Regency. While to answer the

second goal is using Material Requirement Planning (MRP) which method that

use to determining the optimal inventory size. Lot Size on Material Requirement

Planning (MRP) states the quantity of items ordered and what lot sizing

techniques can be used. There are two lot sizing techniques used in the research

Economic Order Quantity (EOQ) is a technique that minimizes inventory with the

assumption of constant order quantity and Part Period Balance (PPB) that

minimizes inventory with the amount of order varies. The third research objective

is answered through Total Inventory Cost (TIC), where the technique or method

with the lowest cost is an alternative technique or method that can be used

Industry of Subsidized Organic Fertilizer in Malang Regency in the control of raw

material inventory.

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

The control system of raw material supply in the subsidized organic

fertilizer industry in Malang is done from the production plan which is a contract

between the Organic Fertilizer Industry and Petroganik. The Production Plan is

based on the Group's Definitive Needs Plan (RDKK) established by the

government, then submitted to fertilizer producers for production and distribution.

The raw materials consist of chicken manure, cow manure, blotong, filler and

mixtro ordered by the varied amount and time according to the arrival of the

Supplier. Reservation number or quantity of each raw material made of subsidized

organic fertilizer industry in Malang district average of 71.454 kg of chicken

manure, 62.642 kg cow manure, 1.000.000 kg blotong, 12.212 kg kaptan, and

6.333 kg mixtro.

The raw material inventory control system with Material Requirement

Planning is done starting from the determination of the gross requirement derived

from the calculation of master production schedule and bill of material. Then

determine the net requirement obtained from reducing the gross needs with

inventory in hand at each production period. After determination of lot size

obtained through techniques Economic Order Quantity (EOQ) is 295.195 kg of

chicken manure, 225.447 kg cow manure, 110.335 kg blotong, 68.635 kg of filler,

and 32.167 kg mixtro constant, whereas with Part peiode Balance (PPB) Average

is 106.342 kg of chicken manure, 97.946 kg cow manure, blotong 86.211 kg,

24.674 kg of filler, and 2.898 kg mixtro with the conditions varies according to

the needs of raw materials. The timing of the message can be done when the

warehouse inventory is reduced and not sufficient for the gross needs of raw

materials in the next period.

Material Requirement Planning Based on calculations obtained

determination lot size in an order in each of these techniques, in order to

determine the optimal method or technique is needed to determine the lowest cost

of each technique. As based on calculations Total Inventory Cost (TIC), the total

cost of Economic Order Quantity is Rp 1.866.530.682, Part peiode Balance is Rp

1.815.735.174, and methods of subsidized organic fertilizer industry is Rp

2.241.373.647. Thus, the optimal method or technique is to use a technique Part

peiode Balance (PPB) which is a method for Material Requirement Planning has

the lowest total cost of inventory is Rp 1.815.735.174.

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul

“Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang” dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi

ini disusun sebagai tahap awal atau persyaratan untuk menyusun skripsi pada

program Strata-1 (S1) di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya dengan

adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucakpan banyak terima kasih

kepada:

1. Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA. selaku dosen pembimbing 1, atas

bimbingan, arahan, waktu, dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Djoko Koestiono, MS. selaku dosen pembimbing 2, atas

bimbingan, arahan, waktu, dan motivasi yang diberikan dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Rosihan Asmara, SE, MP. selaku pembimbing akademik atas

bimbingan, arahan, waktu, dan motivasi yang diberikan selama perkuliahan.

4. Ibu Putri Budi Setyowati, SP., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan kritik yang membangun skripsi ini.

5. Bapak Ismail, Bapak Budi, dan Bapak Sardjono selaku pimpinan Industri

Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang karena bersedia menerima

mahasiswa untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Arief, Ibu Sherly, dan Bapak Eko yang sudah bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis.

7. Kedua orang tua penulis, yang paling berjasa di hidup penulis.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang mana telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat

berbagai kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat

diperlukan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Semoga penulisan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Malang, 25 Juli 2017

Penulis

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................. i

SUMMARY .................................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

1.5 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 7

II. TINJAUAN PENELITIAN

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .............................................................. 9

2.2 Tinjauan Teori tentang Bahan Baku ...................................................... 11

2.2.1 Pengertian Bahan Baku ............................................................... 11

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku ..... 12

2.3 Tinjauan Teori tentang Pupuk Organik ................................................. 13

2.3.1 Pengertian Pupuk Organik .......................................................... 13

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik ................................ 14

2.4 Tinjauan Teknik tentang Pupuk Organik Bersubsidi ............................ 15

2.4.1 Subsidi Pupuk Organik ................................................................ 15

2.4.2 Perkembangan Kebijakan Pemerintah tentang Pupuk

Bersubsidi ................................................................................... 16

2.5 Tinjauan Teori tentang Persediaan ........................................................ 17

2.5.1 Pengertian Persediaan.................................................................. 17

2.5.2 Fungsi-Fungsi Persediaan ........................................................... 18

2.5.3 Jenis-Jenis Persediaan ................................................................. 20

2.5.4 Biaya-Biaya Persediaan ............................................................... 22

2.6 Tinjauan Teori tentang Pengendalian Persediaan .................................. 23

2.6.1 Pengertian Pengendalian Persediaan ........................................... 23

2.6.2 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Persediaan .............................. 24

2.7 Tinjauan Teori tentang Material Requirement Planning (MRP). .......... 25

2.7.1 Material Requirement Planning (MRP) ...................................... 25

2.7.2 Teknik Penentuan Ukuran Lot (Lot Size) .................................... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis .................................................................................. 28

3.2 Hipotesis ................................................................................................ 31

3.3 Definisi Operasional .............................................................................. 31

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian .................................................................................. 33

4.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian .................................................... 33

4.3 Metode Penentuan Sampel .................................................................... 33

4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 34

4.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 35

4.5.1 Tujuan 1. Mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan

baku pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten

Malang ........................................................................................ 35

4.5.2 Tujuan 2. Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku

pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten

Malang ........................................................................................ 35

4.7.3 Tujuan 3. Menganalisis alternatif teknik pengendalian

persediaan bahan baku yang dapat diterapkan pada industri

pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang ........................ 37

4.6 Pengujian Hipotesis ............................................................................... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum .................................................................................. 39

5.1.1 Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang ......... 39

5.1.2 Proses Produksi Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten

Malang ........................................................................................ 40

5.2 Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang........................................................... 42

5.2.1 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ........................................ 42

5.2.2 Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) ............... 43

5.2.3 Status Persediaan Bahan Baku .................................................... 45

5.2.4 Data Struktur Produk (Bill Of Material) ..................................... 46

5.3 Penerapan Material Requirement Planning (MRP) .............................. 48

5.3.1 Biaya Persediaan Bahan Baku ..................................................... 48

5.3.2 Penentuan Kebutuhan Kotor (Explosion) .................................... 52

5.3.3 Penentuan Kebutuhan Bersih (Netting) ....................................... 53

5.3.4 Penentuan Ukuran Pemesanan (Lotting) ..................................... 53

5.3.5 Penentuan Waktu Pemesanan (Offsetting) ................................... 55

5.3.6 Waktu Tunggu (Lead Time) ......................................................... 56

5.4 Teknik Alternatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku ...................... 57

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 60

6.2 Saran ...................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62

LAMPIRAN ................................................................................................... 66

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi .................................. 17

2. Tabel Material Requirement Planning (MRP) ....................................... 36

3. Komposisi Produksi Pupuk Organik Bersubsidi pada Industri

Pupuk Organik di Kabupaten Malang .................................................... 41

4. Jadwal Induk Produksi pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang Tahun 2016.............................................................. 44

5. Status Persediaan Rata-Rata Industri Pupuk Organik Bersubsidi

di Kabupaten Malang ............................................................................ 45

6. Perhitungan Bill Of Material pada Persediaan Bahan Baku Industri

Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang .................................. 47

7. Biaya Pemesanan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi

di Kabupaten Malang .............................................................................. 49

8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang............................................................ 51

9. Biaya Beli Masing-Masing Bahan Baku pada Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang ............................................. 52

10. Hasil Perhitungan Economic Order Quantity pada Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang ............................................. 54

11. Hasil Perhitungan Part Periode Balance pada Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang ............................................. 55

12. Lead Time Pemesanan Bahan Baku Produksi Pupuk Organik Bersubsidi

di Kabupaten Malang .............................................................................. 56

13. Perbandingan Total Biaya Persediaan Masing-Masing Teknik

Pengendalian Persediaan Bahan Baku .................................................... 57

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku .... 30

2. Bagan Proses Produksi Pupuk Organik .................................................. 41

3. Struktur Produk atau Bill Of Material Pupuk Organik ........................... 46

Page 16: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kebutuhan Kotor Bahan Baku Pupuk Organik Bersubsidi .................... 67

2. Perhitungan Bill Of Material .................................................................. 68

3. Perhitungan Biayan Pesan ...................................................................... 69

4. Perhitungan Biaya Simpan ..................................................................... 71

5. Tarif Dasar Telepon Pemesanan Bahan Baku ........................................ 75

6. Perhitungan Lot Size ............................................................................... 76

7. Tabel Part Periode ................................................................................. 77

8. Perhitungan Material Requirement Planning Teknik EOQ ................... 84

9. Perhitungan Material Requirement Planning Teknik PPB .................... 93

10. Perhitungan Material Requirement Planning Teknik Konvensional ..... 102

11. Perhitungan Total Biaya Persediaan ....................................................... 111

Page 17: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan unsur hara pada tanaman berasal dari pemberian pupuk, baik

pupuk organik maupun pupuk kimia. Kebijakan “Revolusi Hijau” yang

mewajibkan petani untuk menggunakan pupuk kimia, telah berhasil membawa

Indonesia dalam swasembada pangan pada tahun 1980-an. Namun, penggunaan

pupuk kimia pada masa tersebut justru memberikan dampak buruk bagi kondisi

lahan di Indonesia pada masa sekarang. Hal itu disebabkan karena penggunaan

pupuk kimia pada masa tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak sesuai

dengan dosis yang ditetapkan sehingga kondisi tanah menjadi jenuh. Wahyono,

dkk (2011) mengatakan bahwa 65% dari sumber daya lahan yang ada di Indonesia

mengalami kerusakan akibat penggunaan pupuk kimia yang tidak seimbang. Perlu

dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan pemberian

bahan organik yang berasal dari alam dan bebas dari adanya bahan kimia.

Menurut Wahyono, dkk (2011), penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat

dilakukan sebagai upaya penanganan mengatasi lahan kritis.

Pemberian bahan organik dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik

ke dalam tanah. Penerapan pupuk organik dapat menjadi alternatif bagi petani

dalam mengembalikan unsur hara yang hilang akibat penggunaan pupuk kimia.

Hal tersebut dikarenakan pupuk organik terbuat dari bahan yang kaya akan unsur

organik sehingga dapat mengembalikan unsur hara alami ke dalam tanah.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2011) dalam Lestari (2014), pupuk organik

berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan yang melalui proses rekayasa

yang diperkaya bahan mineral alami dan atau mikroba. Melalui pemberian pupuk

organik dipercaya dapat mengembalikan kondisi atau kesuburan tanah untuk

menyediakan unsur hara bagi tanaman. Lestari (2009) menyatakan bahwa pupuk

organik dapat menggantikan peran pupuk anorganik dalam menyuplai hara dan

memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah yang meliputi sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah.

Pentingnya penggunaan pupuk organik bagi kesuburan tanah dan tanaman

menyebabkan peningkatan permintaan pupuk organik di Indonesia. Berdasarkan

data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (2017) menunjukkan adanya peningkatan

Page 18: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

2

permintaan pupuk organik di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-

rata peningkatan sebesar 18,6%. Salah satu kebijakan pemerintah untuk

mendukung sektor pertanian, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pupuk

organik adalah dengan subsidi pupuk organik (Manasehat, 2014 dalam Arisandi

dkk, 2016). Melalui pupuk organik bersubsidi, petani akan mendapatkan

kemudahan dan harga yang lebih terjangkau dalam memperoleh pupuk organik.

Peningkatan permintaan pupuk organik mendorong perusahaan pupuk di

Indonesia untuk memproduksi pupuk organik. Hal tersebut ditunjukkan adanya

data peningkatan produksi pupuk organik di Indonesia dengan rata-rata

peningkatan sebesar 13,8% dari tahun 2010 hingga tahun 2015 (Asosiasi

Produsen Pupuk Indonesia, 2017). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

seiring adanya permintaan pupuk organik maka akan mendorong perusahaan

untuk meningkatkan produksi pupuk organik. Selain itu, bantuan pemerintah

mengenai pupuk bersubsidi juga mendorong produsen pupuk organik untuk

melakukan produksi dan berusaha mendapat subsidi dari pemerintah. Menurut

Randy (2015), kebutuhan pupuk organik akan meningkat di masa mendatang,

namun persaingan produsen pupuk organik juga akan semakin ketat, bahkan

beberapa perusahaan berusaha mendapatkan subsidi dari pemerintah. Proses

produksi yang baik dibutuhkan agar perusahaan mampu memenuhi permintaan

konsumen terhadap pupuk organik dan bersaing dengan perusahaan lainnya.

Kegiatan produksi yang dilakukan industri bergantung pada persediaan

bahan baku. Menurut Tumijo, dkk (2015), bahan baku merupakan unsur utama

yang berpengaruh pada kelancaran proses produksi. Adanya persediaan bahan

baku yang cukup akan memberikan kelancaran pada perusahaan dalam

memproduksi produk sesuai dengan permintaan. Penyediaan bahan baku yang

optimal dapat dilakukan dengan suatu pengaturan atau pengendalian persediaan

bahan baku. Setiap perusahaan, pada dasarnya telah memiliki perencanaan dan

pengendalian terhadap bahan baku untuk proses produksi. Namun, beberapa

diantaranya memiliki permasalahan terhadap pengendalian bahan baku, dimana

perusahaan tidak dapat menentukan jumlah pemesanan yang tepat untuk

kelancaran proses produksi dan biaya tidak dibebankan pada persediaan bahan

baku (Hendratmiko, 2010).

Page 19: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

3

Kesalahan dalam menentukan pemesanan maupun persediaan bahan baku

dapat menyebabkan perusahaan mengalami kekurangan atau kelebihan bahan

baku. Apabila persediaan bahan baku sedikit maka produk yang dihasilkan juga

sedikit dan perusahaan tidak dapat mengantisipasi peningkatan permintaan.

Sebaliknya, jika persediaan bahan baku berlebih dapat menyebabkan naiknya

biaya penyimpanan dan pembengkakan biaya produksi (Andini dan Slamet, 2016).

Jika kondisi tersebut terus terjadi pada perusahaan dapat menyebabkan

terhambatnya proses produksi dan pemenuhan permintaan produk kepada

konsumen. Maka dari itu, perusahaan dituntut untuk mengatur ketersediaan bahan

baku yang optimal untuk menjamin kelancaran proses produksi dan pemenuhan

permintaan kepada konsumen. Selain itu, sebagai wujud keikutsertaan perusahaan

dalam persaingan dengan produsen pupuk organik lainnya.

Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur

yang termasuk ke dalam kabupaten terluas kedua dengan jumlah populasi

masyarakat terbesar di Jawa Timur (Malangkab, 2016). Selain itu, Kabupaten

Malang memiliki banyak potensi dari sektor pertanian yang dapat dilihat dari

banyaknya tanaman perkebunan, hortikultura, dan tanaman obat, hingga ke sektor

pariwisata. Tingginya potensi sektor pertanian di Kabupaten Malang akan

mempengaruhi kebutuhan terhadap pupuk organik, mengingat pupuk merupakan

salah satu input penting dalam usaha tani. Selain itu, pupuk organik dibutuhkan

untuk memperbaiki kondisi lahan yang jenuh akibat penggunaan pupuk kimia

yang berlebihan.

Adanya potensi sektor pertanian tersebut menyebabkan di Kabupaten

Malang banyak berdiri industri atau produsen pupuk organik. Berdasarkan

Bappeda Jatim (2011), terdapat 18 industri pupuk organik di Kabupaten Malang,

11 diantaranya merupakan mitra dari Petroganik sebagai industri pupuk organik

bersubsidi. Adapun berdasarkan data dari Petroganik (2015), Kabupaten Malang

merupakan wilayah dengan jumlah industri pupuk organik terbanyak yang

bermitra dengan Petroganik dalam memproduksi pupuk organik bersubsidi di

Jawa Timur.

Selain dari hal tersebut, keberadaan produsen pupuk oganik juga

dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Menurut Muqodam (2013) dari hasil

Page 20: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

4

sensus pertanian 2013 terdapat tiga kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang

memiliki jumlah ternak sapi paling banyak, salah satunya adalah Kabupaten

Malang dengan jumlah 240,12 ribu ekor. Tingginya populasi hewan ternak di

Kabupaten Malang akan mempengaruhi ketersediaan limbah kotoran ternak yang

merupakan bahan baku untuk produksi pupuk organik. Berdasarkan data tersebut

maka persediaan bahan baku berupa kotoran ternak untuk produksi pupuk organik

di Kabupaten Malang dapat terpenuhi.

Pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk produksi pupuk organik bersubsidi

pada industri atau perusahaan ditentukan dari adanya rencana produksi. Rencana

produksi pada setiap periode merupakan banyaknya pupuk organik bersubsidi

yang diproduksi didistribusikan pada petani. Penentuan rencana produksi pupuk

organik bersubsidi ditentukan dari adanya Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK), merupakan rencana kebutuhan pupuk tiap petani pada suatu

wilayah. Melalui RDKK, kebutuhan tiap petani pada suatu wilayah dapat dengan

mudah dipantau oleh pemerintah (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2014).

Melalui adanya RDKK, produsen akan lebih mudah dalam menyediakan

bahan baku yang sesuai dengan rencana produksi. Namun pada realisasinya

terdapat permasalahan kelebihan bahan baku pada beberapa industri pupuk

organik yang merupakan mitra dari Petroganik. Hal tersebut didukung dari data

observasi awal yang menunjukkan hanya 320 ton yang digunakan dari 600 ton

pemesanan bahan baku per bulan pada tahun 2016. Artinya hanya sekitar 50%

bahan baku yang digunakan dari total pemesanan, sehingga dapat dikatakan

bahwa volume pemesanan bahan baku lebih besar dari volume pemakaiannya.

Adanya permasalahan kelebihan bahan baku menyebabkan kurang optimalnya

biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Alfiah (2011), pembelian

bahan baku dengan kuantitas yang lebih besar dan tidak sebanding dengan

pemakaiannya akan menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan, penurunan

kualitas bahan baku, dan meningkatnya biaya penyimpanan.

Penting bagi industri pupuk organik bersubsidi untuk mengoptimalkan

persediaan bahan baku untuk kelancaran proses produksi dan mencegah

pembengkakan biaya pada persediaan bahan baku. Banyak penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui persediaan bahan baku optimal pada suatu

Page 21: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

5

perusahaan, namun berbagai penelitian tersebut banyak membahas mengenai

study kasus pada salah satu perusahaan yang memproduksi produk hilir atau

olahan. Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai persediaan bahan baku pupuk

organik yang mendapat subsidi dari pemerintah di Kabupaten Malang, mengingat

Kabupaten Malang merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Timur.

Penelitian akan dilakukan pada beberapa industri pupuk organik di

Kabupaten Malang yang melakukan produksi dan distribusi pupuk organik

bersubsidi atau yang merupakan mitra dari Petroganik. Sebagai unit usaha yang

memproduksi pupuk organik bersubsidi, maka keberadaaan industri pupuk

organik memiliki peran penting dalam menyediakan pupuk organik bagi sektor

pertanian. Menyikapi adanya permasalahan kelebihan bahan baku dan untuk

memperlancar proses produksi serta menekan biaya persediaan, maka diperlukan

analisis terhadap pengendalian persediaan untuk mengetahui persediaan bahan

baku bagi yang optimal bagi proses produksi pupuk organik.

1.2 Rumusan Masalah

Perusahaan yang melakukan produksi, sangat penting untuk memperhatikan

persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang optimal akan menjaga

kelancaran proses produksi, dimana perusahaan harus mampu menyediakan bahan

baku sesuai dengan kebutuhan. Ristono (2013) mengatakan bila persediaan terlalu

banyak maka perusahaan harus menanggung adanya permasalahan seperti biaya

tambahan untuk penyimpanan atau risiko kerusakan, sedangkan apabila

persediaan sedikit maka akan mengganggu kelancaran proses produksi dan

penjualan. Apabila kondisi tersebut terjadi, maka proses produksi dapat terancam

berhenti dan mengakibatkan menurunnya keuntungan (Andini dan Slamet, 2016).

Pengendalian persediaan bahan baku diperlukan perusahaan untuk menjaga

tingkat persediaan optimal, sehingga diperoleh penghematan biaya persediaan dan

kelancaran proses produksi. Adapun tujuan pengendalian persediaan bahan baku

yaitu memenuhi permintaan konsumen, menjaga kontinuitas produk,

meningkatkan penjualan dan laba perusahaan, serta meminimalkan biaya

persediaan bahan baku (Ristono, 2013).

Page 22: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

6

Industri pupuk organik yang merupakan mitra Petroganik, memproduksi

pupuk organik bersubsidi sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

(RDKK) dan pengawasan dari pemerintah. Selain itu, industri pupuk organik juga

melakukan distribusi pupuk organik dengan volume sesuai banyaknya rencana

produksi yang ditetapkan oleh RDKK, yang kemudian dikirim ke gudang

penyangga diwilayah sekitar untuk dikirim ke petani di wilayah tersebut. Melalui

adanya RDKK perusahaan dapat menentukan rencana produksi, dimana rencana

produksi digunakan industri pupuk organik untuk membuat rencana pemesanan

bahan baku. Adanya penyediaan bahan baku yang optimal akan berpengaruh pada

kelancaran proses produksi dan meminimalkan biaya produksi.

Namun, berdasarkan observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

beberapa produsen pupuk organik bersubsidi mengalami kelebihan bahan baku.

Hal tersebut didukung oleh data observasi awal yang menunjukkan kelebihan

bahan baku, dimana volume pemesanan lebih tinggi dibandingkan dengan volume

penggunaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk produksi pupuk

organik rata-rata hanya sebesar 50% dari total pemesanan pada setiap bulannya,

dimana dengan pemesanan sebanyak 600 ton bahan baku hanya digunakan 320

ton. Adanya permasalahan kelebihan bahan baku menyebabkan kurang

optimalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Alfiah (2011),

pembelian bahan baku dengan kuantitas yang lebih besar dan tidak sebanding

dengan pemakaiannya akan menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan,

penurunan kualitas bahan baku, dan meningkatnya biaya penyimpanan.

Analisis diperlukan untuk mengetahui persediaan bahan baku optimal agar

proses produksi dapat berjalan lancar. Berdasarkan permasalahan tersebut maka

penelitian untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik

pada Industri Pupuk Organik memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku pada industri pupuk

organik bersubsidi di Kabupaten Malang?

2. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku pada industri pupuk organik

bersubsidi di Kabupaten Malang melalui Metode Material Requirement

Planning?

Page 23: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

7

3. Bagaimana alternatif teknik pengendalian persediaan bahan baku yang dapat

diterapkan pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang?

1.3 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Industri Pupuk Organik yang ada di Kabupaten Malang.

2. Industri Pupuk Organik yang diteliti merupakan mitra Petroganik dalam

memproduksi pupuk organik bersubsidi.

3. Bahan baku yang difokuskan untuk penelitian adalah kotoran ayam (KA),

kotoran sapi (KS), dan blotong yang telah dilakukan fermentasi, serta filler dan

mixtro.

4. Data primer yang diambil untuk penelitian merupakan data selama satu tahun

terakhir yaitu pada tahun 2016.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada industri pupuk

organik bersubsidi di Kabupaten Malang.

2. Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku pada industri pupuk organik

bersubsidi di Kabupaten Malang melalui Metode Material Requirement

Planning.

3. Merumuskan alternatif teknik pengendalian persediaan bahan baku yang dapat

diterapkan pada industri pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan pada penelitian ini bagi perusahaan, peneliti, dan pihak

lain adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian yang dilakukan akan membantu perusahaan dalam

pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah persediaan bahan baku yang

optimal, biaya minimum yang harus dikeluarkan, dan kapan perlunya

melakukan pemesanan kembali.

Page 24: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

8

2. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan akan menambah pengetahuan dan wawasan

dalam pengaplikasian teori pengendalian persediaan bahan baku pada berbagai

perusahaan yang memproduksi pupuk organik bersubsidi.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian yang dilakukan akan menambah informasi dan masukan

terkait pengendalian persediaan bahan baku pada Industri Pupuk Organik

bersubsidi yang ada di Kabupaten Malang.

Page 25: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

9

II. TINJAUAN PENELITIAN

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Amulyono (2011) menganalisis

mengenai pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Material

Reqirement Planning (MRP) dalam upaya untuk meminimumkan biaya

persediaan Study Kasus pada perusahaan rokok Mardi Jaya Tulungagung. Adapun

bahan baku yang digunakan untuk proses produksi rokok 45 Spesial dan 45 Super

terdiri dari Tembakau blanded, etiket, ambri, dan OPP, sehingga pada penelitian

Amulyono (2011) menerapkan metode Material Reqirement Planning. Adapun

Material Reqirement Planning (MRP) terdiri dari beberapa teknik yang digunakan

untuk menentukan ukuran lot pada kebutuhan material. Teknik lot size yang

digunakan pada penelitian terdiri dari Lot-For-Lot (LFL), Economic Order

Quantity (EOQ), dan juga Past Periode Balance (PPB), Periode Order Quantity

(POQ), dan Algoritma Wagner Within. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

hasil bahwa Algoritma Wagner Within merupakan teknik yang paling ekonomis,

dimana biaya total persediaan etiket produk 45 Spesial adalah Rp 131.500, untuk

blanded 45 Super sebesar Rp 747.400 dan 45 Spesial Rp 845.300, untuk bahan

baku ambri 45 Super sebesar Rp 152.000 dan 45 Spesial Rp 130.400.

Ummiroh (2013) juga melakukan analisis pengendalian persediaan outdoor

furniture pada Pennyellow Furniture merupakan produsen lokakarya yang terletak

di Kota Jember. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode

Material Requirement Planning (MRP) untuk menentukan jumlah pesanan

optimal pada setiap bahan baku. Bahan baku yang diteliti terdiri dari Rotan

sintetis, pipa alumunium, dan aksesoris metal. Teknik MRP yang digunakan untuk

menentukan pemesanan bahan baku optimal terdiri dari Lot-For-Lot (LFL),

Economic Order Quantity (EOQ), dan Past Periode Balance (PPB). Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan teknik MRP yang sesuai untuk persediaan bahan

baku rotan sintetis adalah dengan menggunakan Lot-For-Lot (LFL) yakni biaya

persediaan sebesar Rp 2.233.350, sedangkan bahan baku pipa alumunium dan

aksesoris metal lebih optimal dengan menggunakan teknik Past Periode Balance

(PPB) yakni biaya persediaan pada masing-masing bahan baku adalah Rp

1.459.400 dan Rp 1.690.400.

Page 26: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

10

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Soleha (2015) menganalisis

mengenai pengendalian persediaan bahan baku keripik nangka Study Kasus pada

UD Sabar Jaya, Kabupaten Malang dengan menggunakan metode Material

Requirement Planning (MRP), dimana metode MRP digunakan untuk

menentukan jumlah atau ukuran berdasarkan pesanan yang ditetapkan. Adapun

teknik pada MRP yang digunakan untuk menentukan lot sizing yang efektif untuk

diterapkan perusahaan adalah melalui Lot-For-Lot (LFL), Economic Order

Quantity (EOQ), dan Past Periode Balance (PPB). Proses analisis yang dilakukan

penelitian tersebut adalah dengan mengetahui kebutuhan kotor dan kebutuhan

bersih, menentukan ukuran lot pemesanan, menentukan waktu pemesanan, dan

akan menghasilkan total biaya persediaan. Melalui perhitungan tersebut

dihasilkan perusahaan dapat menentukan persediaan bahan baku yang optimal dan

menurunkan biaya persediaan sebesar 39,4% dibandingkan dengan metode yang

digunakan perusahaan. Dari ketiga metode tersebut, teknik PPB akan

menghasilkan persediaan paling optimal dibandingkan dengan teknik lainnya

yakni dengan total persediaan sebesar Rp 11.850.284.

Rosidah (2015) melakukan penelitian mengenai pengendalian persediaan

kedelai, minyak goreng, dan kemasan Study Kasus pada UKM Karya Perdana

Jombang melalui metode MRP yang digunakan untuk mengetahui alternatif

teknik yang dapat meminimalkan biaya persediaan pada perusahaan. Teknik pada

MRP yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan minimum terdiri dari

Lot-For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Past Periode Balance

(PPB). Adapun analisis yang dilakukan adalah dengan mengetahui Bill Of

Material (BOM), peramalan permintaan, Master Prodution Schedule (MPS), dan

dengan menggunakan MRP untuk mengetahui persediaan optimal. Melalui

penelitian tersebut menghasilkan pengendalian persediaan dengan menggunakan

metode MRP lebih optimal dibandingkan dengan metode yang diterapkan

perusahaan. Sedangkan teknik MRP yang menghasilkan persediaan paling

optimal adalah dengan teknik PPB, sehingga teknik PPB dapat dijadikan alternatif

metode bagi perusahaan untuk mendapatkan persediaan optimal. Adapun biaya

total persediaan yang dikeluarkan dengan teknik PPB adalah Rp 43.904.091 pada

kedelai, Rp 4.656.186 pada minyak goreng dan 2.120.355 pada kemasan.

Page 27: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

11

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, penelitian ini

memiliki kesamaan yaitu untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku.

Selain itu, kesamaan lainnya adalah penelitian ini sama-sama menggunakan

metode Material Reqirement Planning dalam menentukan lot persediaan bahan

baku yang tepat. Sedangkan perbedaan dengan penelitian lainnya adalah

penelitian dilakukan pada industri pupuk organik bersubsidi yang memproduksi

produk hilir, dimana industri pupuk organik merupakan mitra dari Petroganik.

Selain itu, bahan baku pada penelitian merupakan untuk memproduksi pupuk

organik bersubsidi yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pemerintah sesuai

dengan adanya RDKK atau rencana definitif kebutuhan kelompok.

2.2 Tinjauan Teori tentang Bahan Baku

2.2.1 Pengertian Bahan Baku

Pada perusahaan yang melakukan proses produksi sangat membutuhkan

bahan baku sebagai input untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi.

Bahan baku sangat penting bagi kelancaran proses produksi, karena apabila

mengalami kekurangan dapat menghambat proses produksi maupun dalam

memenuhi permintaan. Menurut (Hartoko, 2011) Bahan baku merupakan bahan

dasar yang dibutuhkan untuk proses produksi dalam menghasilkan produk.

Adapun menurut Ratnasari (2013) dalam Sari (2010) bahan baku merupakan

barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi.

Beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber alam. Namun,

terdapat beberapa perusahaan yang mendapatkan bahan baku dari perusahaan lain

yang menyuplai bahan baku untuk proses produksinya. Hal tersebut seperti yang

dikemukakan oleh Ratnasari (2013) dalam Soekartawi (2000) yang mengatakan

bahwa bahan baku perusahaan agroindustri adalah sebagian dari produk pertanian

dan sebagian umumnya merupakan produk pertanian yang dihasilkan dalam

negeri. Berdasarkan sumber tersebut dapat dikatakan sumber bahan baku bisa

didapatkan secara langsung maupun dibutuhkan pihak lain untuk menyediakan

bahan baku.

Adapun istilah Bahan Pembantu industri (factory supplies) atau Bahan

Pembantu Produksi (Manufacturing Supplies), merupakan istilah yang digunakan

Page 28: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

12

perusahaan dalam menyebut bahan tambahan. Bahan tambahan yaitu bahan baku

yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung dimasukkan

dalam produk. Bahan baku yang secara langsung digunakan dalam produksi

barang-barang tertentu disebut bahan langsung sedangkan bahan pembantu

industri disebut bahan tidak langsung (Smith dan Skousen, 1992). Berdasarkan

uraian tersebut maka bahan baku dapat dibagi menjadi bahan baku tamabahan dan

bahan baku utama/bahan baku langsung.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan menurut

Ristono (2013) adalah sebagai berikut:

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga

kelangsungan (kontinuitas) pross produksi. Semakin tinggi volume produksi

yang direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yang

berakibat dari tingginya tingkat persediaan bahan baku.

b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku

yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong. Apakah bahan baku tergorolong cepat rusak

(durable good) atau tahan lama (undurable good). Barang yang tidak tahan

lama tidak dapat disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang

diperlukan tergolong barang yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan

dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan

lama, maka perusahaan dapat menyimpan dalam jumlah besar.

Adapun menurut Ma’arif dan Tanjung (2003) terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi persediaan bahan baku adalah sebagai berikut:

1. Perkiraan Pemakaian, merupakan kegiatan membuat keputusan dalam

menentukan berapa persediaan yang akan digunakan dimasa mendatang.

2. Harga Bahan Baku, dimana harga bahan baku yang terlalu mahal sebaiknya

distok dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

3. Biaya-biaya dari persediaan, biaya persediaan dapat berasal dari biaya

penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyiapan, dan biaya kehabisan bahan.

4. Kebijakan Pembelanjaan, yang ditentukan berdasarkan sifat bahan apabila sifat

bahan cepat rusak maka penyimpanan tidak perlu terlalu lama.

Page 29: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

13

5. Pemakaian Senyatanya, merupakan pemakaian yang riil dari tahun sebelumnya,

yang digunakan untuk proyeksi pemakaian tahun depan dengan menggunakan

metode forecesting.

6. Waktu Tunggu (lead time), merupakan waktu tunggu dari barang dipesan

sampai barang itu datang.

2.3 Tinjauan Teori tentang Pupuk Organik

2.3.1 Pengertian Pupuk Organik

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2011) dalam Lestari (2014) pupuk

adalah bahan kimia atau organik yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi

tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan berjalannya

waktu, keberadaan pupuk kimia semakin menjadi ancaman bagi petani, seperti

menyebakan kerusakan lingkungan dan berdampak buruk bagi kesehatan

konsumen. Upaya yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut

mulai banyak industri pupuk yang memproduksi pupuk organik yang lebih ramah

lingkungan dan dan terhindar dari bahan kimia. Menurut Sudirman (2012) Pupuk

organik merupakan bahan yang aman untuk memperbaiki kesuburan tanah,

sehingga produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan kimia yang

berbahaya bagi kesehatan manusia. Pupuk organik merupakan bahan yang aman

bagi tanah dan tanaman karena pupuk organik berasal dari bahan alami yang

berasal dari sisa tanaman maupun dari kotoran ternak. Seperti menurut Badan

Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian (2015) pupuk organik adalah pupuk yang

tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan,

dan manusia. Adapun menurut Peraturan Menteri Pertanian (2011) dalam Lestari

(2014) pupuk organik berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan yang

melalui proses rekayasa yang diperkaya bahan mineral alami dan atau mikroba

yang bermanfaat memperkaya hara.

Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan

bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk

mikroba (Musnamar, 2003 dalam Sudirman, 2012). Sedangkan ditinjau dari

bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh

kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik

Page 30: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

14

padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang

dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari

limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun

urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (Sudirman, 2012).

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik

Pada penerapannya terhadap tanaman pertanian, pupuk organik memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan. Seperti pupuk anorganik yang juga memiliki

kelebihan dan kekurangan, sehingga kelebihan dan kekurangan pupuk organik

menurut Najata (2013) disebutkan sebagai berikut:

Kelebihan Pupuk Organik:

a. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang

mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah

dan terutama sifat biologis tanah.

b. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.

c. Menjadi penyangga pH tanah.

d. Membantu menjaga kelembaban tanah

e. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun

f. Tidak merusak lingkungan.

Kekurangan Pupuk Organik:

a. Kandungan unsur hara relatif lebih kecil

b. Dalam jangka pendek, reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk

organik tidak secepat pemberian pupuk anorganik.

Adapun manfaat pupuk organik menurut Badan Pelatihan dan Penyuluhan

Pertanian (2015) sebagai berikut:

a. Meningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas

b. Mengurangi pencemaran lingkungan,

c. Meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan

d. Meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

e. Memperbaiki sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.

f. Berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat

meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Page 31: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

15

Berdasarkan hal tersebut pupuk organik memeliki kekurangan cenderung

lama diserap oleh tanaman dan kandungan unsur hara yang dimiliki pupuk

organik cenderung lebih sedikit dibandingkan pupuk anorganik. Namun,

penggunaan pupuk organik yang terus menerus akan lebih bagus untuk

pertumbuhan tanaman dan kelestarian lingkungan. Menurut Musnamar (2003)

dalam Sudirman (2012) penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam

rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding

penggunaan pupuk anorganik Selain itu, menurut Goenadi (2014) penggunaan

pupuk organik yang bermutu baik mampu meningkatkan kapasitas tanah sehingga

lebih efisien dibandingkan penggunaan pupuk kimia buatan (an-organik) hingga

25-50%, sehingga biaya pemupukan dapat dihemat hingga 35%.

2.4 Tinjauan Teknik tentang Pupuk Organik Bersubsidi

2.4.1 Subsidi Pupuk Organik

Menurut Handoko dan Patriadi (2005) dalam Lestari (2014) subsidi

merupakan pembayaran oleh pemerintah kepada badan usaha atau rumah tangga

agar dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam jumlah besar

dan biaya yang lebih murah. Berdasarkan hal tersebut, pemberian subsidi dapat

memberikan keringanan kepada masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhannya

baik bagi produsen maupun konsumen. Namun, sebagian besar subsidi yang

diberikan pemerintah dialokasikan bagi penyediaan input untuk proses produksi.

Seperti halnya pada sektor pertanian, pemerintah lebih banyak memberikan

subsidi kepada petani dalam penyediaan pupuk dan bibit. Menurut Sudaryanto,

dkk (2006) dalam Lestari (2014) pemberian subsidi harga input akan lebih mudah

dibandigkan dengan harga output yang disebabkan karena sebagian besar petani

memiliki kendala dalam biaya produksi, adanya subsidi harga input akan

membuka peluang untuk mengadopsi teknologi baru, dan adanya subsidi harga

input lebih dalam pengelolaan dan penjaminan dibandingkan dengan subsidi

harga output.

Terkait dengan penggunaan pupuk untuk meningkatkan produksi pertanian,

pemerintah berusaha agar petani mengimbangi lahan pertanian dengan

penggunaan pupuk organik. Berdasarkan hal tersebut pemerintah memberikan

kebijakan subsidi kepada beberapa produsen pupuk organik agar dapat

Page 32: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

16

meningkatkan produksinya. Melalui hal tersebut, diharapkan kebutuhan pupuk

organik dalam suatu daerah dapat terpenuhi. Pemberian subsidi kepada produsen

pupuk organik ternyata berpengaruh untuk memunculkan produsen pupuk organik

lainnya yang juga berusaha untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah.

2.4.2 Perkembangan Kebijakan Pemerintah tentang Pupuk Bersubsidi

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 15/M-

Dag/Per/4/2013 Pupuk bersubsidi adalah barang pengawasan yang terdiri dari

pupuk urea, pupuk SP36, pupuk ZA, pupuk NPK, dan pupuk bersubsidi lainnya

yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk

memenuhi kebutuhan petani dan sektor pertanian. Pengadaan dan penyaluran

pupuk bersubsidi dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 15/M-DAG/Per/2015 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk

Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. PT. Pupuk Indonesia merupakan pelaksana

dari pengadaan subsidi pupuk yang ditugaskan oleh pemerintah untuk

mengadakan dan menyalurkan pupuk bersubsidi serta menetapkan produsen dan

distributor yang disesuaikan pada masing-masing daerah (Ditjen Sarana dan

Prasarana Kementerian Pertanian, 2016).

Pengadaan pupuk bersubsidi dilakukan oleh produsen dan dikirimkan

kepada distributor sesuai dengan wilayah kerjanya, bagian ini merupakan

penyalur Lini III. Setelah itu distributor akan menyalurkan kepada pengecer resmi

yang merupakan Lini IV, kemudian pupuk bersubsidi baru bisa disalurkan kepada

kelompok tani sesuai dengan wilayah kerjanya (Ditjen Sarana dan Prasarana

Kementerian Pertanian, 2016). Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi

memiliki 4 wilayah tanggung jawab yang terdiri dari Lini I merupakan lokasi

gudang pupuk di wilayah produsen disekitar pelabuhan untuk impor, Lini II

merupakan lokasi gudang pupuk produsen wilayah kabupaten atau kota, Lini III

merupakan lokasi gudang pupuk distributor yang ditetapkan produsen, dan Lini

IV merupakan lokasi gudang pupuk kios pengecer yang ditetapkan distributor.

Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi petani yang tergabung kedalam

kelompok tani dan menyusun RDKK. RDKK atau Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok merupakan rencana kebutuhan pupuk tiap petani pada suatu daerah

yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani dan berisi rincian

Page 33: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

17

tentang sumberdaya dan potensi wilayah, sasaran produktivitas, pengorganisasian

dan pembagian kerja, serta kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani

(Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2014). Melalui RDKK kebutuhan tiap petani

dapat dipantau dengan mudah oleh pemerintah, terutama pada daerah pengiriman

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pembuatan RDKK disusun secara

berkelompok yang dibimbing oleh Penyuluh, Petugas teknis, Kepala Cabang

Dinas (KCD)/Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (KUPTD) dan didukung oleh

Kepala Desa/Lurah setempat (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2014).

Penyaluran pupuk bersubsidi dilaksanakan berdasarkan Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan Harga Eceran Tertinggi (HET)

sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor

60/Permentan/SR.130/12/2015 tentang kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi

untuk sektor pertanian adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi

Jenis Pupuk

Harga

Rp/Kg Rp/ZAK

UREA 1.800 90.000 (@50 Kg)

SP36 2.000 100.000 (@50 Kg)

ZA 1.400 70 (@50 Kg)

NPK 2.300 115 (@50 Kg)

ORGANIK 500 20 (@50 Kg)

Sumber: Ditjen Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian (2016)

2.5 Tinjauan Teori tentang Persediaan

2.5.1 Pengertian Persediaan

Pada perusahaan yang menjalankan kegiatan produksi, bagian persediaan

merupakan komponen yang sangat penting, karena persediaan adalah bagian yang

menyediakan bahan untuk kelancaran proses produksi. Apabila perusahaan tidak

mengadakan persediaan maka perusahaan akan dihadapkan risiko-risiko yang

dapat terjadi karena setiap perusahaan tidak selamanya dapat menyediakan bahan

atau barang setiap saat dan hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam persaingan pasar. Dari penjelasan tersebut, untuk menciptakan

proses produksi yang optimal, perusahaan dituntut untuk mengadakan persediaan

bahan baku yang optimal. Adapun menurut Herjanto (2008) bagian produksi

Page 34: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

18

menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi

karena kekurangan bahan. Begitu pentingnya persediaan bagi kegiatan produksi

menjadi komponen utama dalam kegiatan operasi pada perusahaan.

Adapun berbagai definisi persediaan menurut Herjanto (2008) Persediaan

merupakan barang atau bahan yang disimpan untuk digunakan sebagai tujuan

tertentu seperti diolah atau digunakan proses produksi, dijual kembali, atau

sebagai suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Menurut Stevenson dan

Chuong (2014) persediaan adalah stok atau barang-barang yang disimpan pada

perusahaan baik berupa bahan mentah, suku cadang, bahan setengah jadi, alat-alat

maupun barang.

Menurut Heizer dan Render (2015) persediaan merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga atau organisasi yang bertujuan untuk menyeimbangkan

atara investasi persediaan dan pelayanan pelanggan. Berdasarkan pengertian

Heizer dan Render (2015) menjelaskan bahwa jika suatu perusahaan berusaha

mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan, menyebabkan di sisi lain

produksi dapat berhenti dan pelanggan merasa tidak puas ketika suatu barang

tidak tersedia. Sedangkan menurut (Ristono, 2013) Persediaan diartikan sebagai

barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada suatu masa atau

periode yang akan datang, dimana persediaan dapat terdiri dari persediaan bahan

baku, bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

2.5.2 Fungsi-Fungsi Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2015) Persediaan dapat memiliki berbagai

fungsi yang dapat menambah fleksibilitas operasi pada perusahaan, dimana

terdapat empat fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan pilihan barang agar dapat memenuhi permintaan pelanggan

yang diantisipasi dan memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan.

Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada perusahaan ritel.

b. Untuk memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Contohnya, jika

persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin

diperlukan agar bisa memisahkan proses produksi dari pemasok.

c. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah karena pembelian dalam

jumlah besar dapat menurunkan biaya pengiriman barang.

Page 35: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

19

d. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan harga.

Adapun fungsi persediaan menurut Stevenson dan Chuong (2014) yang

menjelaskan fungsi persediaan mempunyai sejumlah fungsi diantaranya:

a. Untuk Memenuhi Permintaan Pelanggan yang Diperkirakan. Pelanggan dapat

merupakan konsumen akhir ataupun produsen yang membutuhkan bahan untuk

diproduksi. Persediaan ini dirujuk sebagai persediaan antisipasi yang disimpan

untuk memuaskan permintaan yang diperkirakan.

b. Untuk Memperlancar Proses Produksi. Perusahaan yang mempunyai pola

musiman, sering kali membangun permintaan bahan baku pada awal musim

untuk diproduksi dan untuk memenuhi permintaan selama periode musim.

c. Untuk Memisahkan Operasi. Perusahaan manufaktur menggunakan persediaan

sebagai pemisah antara operasi yang berurutan untuk mencegah adanya

kerusakan/kecelakaan yang dapat menghentikan sebagian operasi sementara.

d. Untuk Perlindungan Terhadap Kehabisan Persediaan. Adanya keterlambatan

atau penundaan pengiriman yang tidak terduga akibat kondisi cuaca, kesalahan

pengiriman, atau kehabisan persediaan dari pemasok dapat menjadi risiko

adanya kekurangan atau kehabisan persediaan. Persediaan pengamanan

digunakan untuk mengantisipasi adanya permasalahan kehabisan persediaan.

e. Untuk Mengambil Keuntungan dari Siklus Pemesanan. Seringkali perusahaan

membeli bahan untuk persediaan dalam jumlah besar untuk meminimalkan

biaya, dimana persediaan tersebut dapat disimpan untuk penggunaan

berikutnya. Penyimpanan persediaan memungkinkan perusahaan untuk

membeli dan memproduksi dalam lot yang lebih ekonomis tanpa harus

menyesuaikan produksi dengan kebutuhan permintaan dalam jangka pendek.

f. Untuk Melindungi dari Peningkatan Harga. Secara berkala perusahaan dapat

menduga adanya peningkatan harga substansial setiap pemesanan. Biasanya

perusahaan memanfaatkan kemampuan penyimpanan barang ekstra yang

memungkinkan perusahaan untuk mengambil dari diskon harga untuk

pemesanan besar.

g. Untuk Memungkinkan Operasi. Dalam suatu operasi produksi pasti

membutuhkan waktu tertentu, sehingga terdapat sejumlah persediaan barang

dalam proses. Selain itu, penyimpanan barang dalam jumlah menengah

Page 36: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

20

termasuk bahan mentah, barang proses, dan barang jadi menimbulkan

persediaan berada pada sepanjang sistem produksi.

h. Untuk Mengambil Keuntungan dari Diskon Kuantitas. Biasanya pembelian

bahan persediaan akan memperoleh diskon apabila dalam jumlah besar.

2.5.3 Jenis-Jenis Persediaan

Heizer dan Render (2015) yang menjelaskan dalam menjalankan fungsi-

fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan:

a. Persediaan Bahan Mentah (raw material inventory), merupakan bahan yang

telah dibeli namun belum diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk

memisahkan pemasok dari proses produksi. Dengan kata lain, perusahaan

mengadakan bahan baku yang masih berupa bahan mentah atau bahan yang

didapat dari alam, sehingga perlu dilakukan proses produksi untuk dapat

digunakan. Meskipun demikian, pendekatan yang lebih disukai adalah

menghapus variabilitas pemasok dalam kualitas, jumlah, atau waktu

pengiriman sehingga tidak diperlukan pemisahan.

b. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process) atau WIP inventory adalah

suatu komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses

perubahan, namun belum selesai. Adanya WIP (work-in-process) dikarenakan

dalam mengolah produk dibutuhkan waktu (disebut juga waktu siklus).

Mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan WIP. Selama sebagian

besar waktu digunakan untuk membuat sebuah produk “sedang dibuat”, maka

produk itu sebenarnya hanya berdiam.

c. MRO (maintance/repair/operating) adalah persediaan yang disediakan untuk

pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintance/repair/operating) yang dibutuhkan

untuk menjaga agar mesin dan proses tetap produktif. Adanya MRO

dikarenakan kebutuhan waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa

peralatan tidak dapat diketahui.

d. Persediaan Barang Jadi (finish-good inventory) adalah persediaan terhadap

produk yang telah melalui proses produksi dan menunggu adanya permintaan

maupun pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena

permintaan pelanggan pada masa mendatang tidak diketahui.

Page 37: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

21

Selain itu Ristono (2013) juga menjelaskan jenis-jenis persediaan dibagi

menjadi tiga kategori menurut tujuannya adalah sebagai berikut:

a. Persediaan Pengamanan

Persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian

permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengamanan tidak mampu

mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan

(stockout). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi safety stock:

1. Penggunaan bahan baku rata-rata

Salah satu dasar untuk memperkirakan pengguanaan bahan baku

selama periode tertentu adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa

sebelumnya. Hal itu diperhatikan karena peramalan permintaan langganan

memiliki risiko yang tidak dapat dihindarkan bahwa persediaan yang telah

ditetapkan sebelumnya atas dasar taksiran tersebut habis sama sekali

sebelum penggantian bahan/barang dari pemesan datang.

2. Faktor lead time

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesan

bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan bahan yang dipesan tersebut

dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidak sama

antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, namun bervariasi.

b. Persediaan Antisipasi

Persediaan antisipasi disebut sebagai stabillization stock merupakan

persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah

dapat diperkirakan sebelumnya. Persediaan antisipasi sangat perlu diadakan

untuk menjamin persediaan produksi, terutama terhadap bahan atau barang

yang tidak pasti atau berfluktuasi.

c. Persediaan dalam Pengiriman

Persediaan dalam pengiriman disebut work-in-process-stock adalah

persediaan yang masih dalam pengiriman yaitu:

1. Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu dalam

transportasi

2. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk

diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

Page 38: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

22

2.5.4 Biaya-Biaya Persediaan

Pada persediaan tidak terlepas dari adanya biaya yang dibutuhkan untuk

mengadakan pemesanan maupun penyimpanan terhadap bahan. Biaya persediaan

biasanya masuk kedalam biaya produksi. Menurut Stevenson dan Chuong (2014)

menyatakan terdapat tiga biaya dasar yang berhubungan dengan biaya persediaan

adalah sebagai berikut:

a. Biaya Penyimpanan (Holding/Carrying)

Biaya penyimpanan meliputi bunga, asuransi, panjak, depresiasi, keusangan,

kemunduran, kerusakan, pencurian, dan biaya pergudangan. Selain itu, biaya

penyimpanan biasanya tergantung pada jenis barang yang disimpan, misalkan

barang yang mahal, dapat disimpan dengan mudah, atau barang yang berisiko

untuk dicuri.

b. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Merupakan biaya yang dikeluarkan saat melakukan pemesanan atau

penerimaan barang. Biaya pemesanan meliputi biaya pengiriman, penyiapan

faktur, pemindahan barang, hingga biaya yang didasarkan dari banyaknya

barang yang dibutuhkan.

c. Biaya Kekurangan (Shortage Cost)

Biaya kekurangan merupakan biaya yang dikeluarkan apabila terjadi kelebihan

permintaan dari persediaan barang yang ada. Biaya ini meliputi biaya

kesempatan untuk tidak melakukan penjualan, kehilangan niat baik pelanggan,

pembebanan terlambat, dan biaya-biaya serupa. Biaya kekurangan biasanya

lebih sulit diukur dan mungkin diperkirakan secara subjektif.

Adapun menurut Rangkuti (2004) biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan

perusahaan terdiri dari:

a. Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya berhubungan langsung

dengan kuantitas atau jumlah persediaan yang meliputi biaya fasilitas,

keusangan pencurian dan lain-lain;

b. Biaya pemesanan (ordering costs) merupakan biaya yang ditanggung oleh

perusahaan ketika perusahaan melakukan pemesanan;

Page 39: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

23

c. Biaya penyiapan (manufacturing), merupakan biaya yang digunakan apabila

perusahaan memproduksi bahan-bahan sendiri dan tidak membeli dari

perusahaan lain;

d. Biaya kehabisan/kekurangan bahan (shortage costs) merupakan biaya yang

timbul dikarenakan jumlah persediaan yang ada tidak mencukupi permintaan

bahan.

2.6 Tinjauan Teori tentang Pengendalian Persediaan

2.6.1 Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian adalah proses menentukan tujuan yang hendak dicapai dimasa

mendatang dan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (Rue dan

Byars, 2005 dalam Rosidah 2015). Adapun menurut Indriyati (2007) dalam

Wahyuningsih (2011) pengendalian merupakan suatu proses manajemen yang

memastikan dirinya sendiri agar kegiatan yang dijalankan anggota dapat sesuai

dengan kebijakan. Dengan kata lain pengendalian merupakan suatu proses untuk

mengarahkan perilaku atau kegiatan agar sesuai dengan kebijakan untuk mencapai

suatu tujuan dimasa yang akan mendatang.

Sehingga berdasarkan pengertian tersebut maka pengendalian persediaan

adalah usaha untuk mengarahkan barang yang disimpan sesuai dengan kebijakan

yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun menurut Herjanto (2008)

dalam Wahyuningsih (2011) pengendalian persediaan adalah serangkaian

kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,

kapan pemesanan harus dilakukan, dan berapa besarnya pesanan yang harus

disediakan. Sedangkan menurut Alfiah (2011) pengendalian persediaan

merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan karena

melibatkan investasi yang sangat besar sehingga bertujuan agar penggunaan

sumber daya dapat optimal.

Rosidah (2015) menjelaskan bahwa sistem pengendalian merupakan

serangkaian kegiatan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga dan

kapan persediaan harus dipesan. Pengendalian persediaan sangat penting untuk

dilakukan pada perusahaan, karena pada persediaan memiliki berbagai risiko yang

dapat berpengaruh pada proses produksi. Andini dan Slamet mengatakan (2016)

Page 40: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

24

apabila persediaan bahan baku sedikit maka produk yang dihasilkan juga sedikit

dan perusahaan tidak dapat mengantisipasi peningkatan permintaan. Sebaliknya,

jika persediaan bahan baku berlebih dapat menyebabkan naiknya biaya

penyimpanan dan pembengkakan biaya produksi.

2.6.2 Tujuan dan Fungsi Pengendalian Persediaan

Berdasarkan pada pengertian pengendalian persediaan, maka pengendalian

persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan yang melaksanakan kegiatan

operasi dan produksi. Menurut Assauri (2004) dalam Wahyuningsih (2011)

pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya proses produksi;

b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau

berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul akibat persediaan bahan baku

tidak terlalu besar;

c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena hal ini

akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.

Selain itu terdapat Fungsi persediaan bagi perusahaan menurut Rangkuti

(2004) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Decoupling

Fungsi Decoupling memungkinkan perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku atas dasar permintaan tanpa bergantung dari supplier.

Terdapat dua cara untuk memenuhi fungsi ini adalah (1) mempersiapkan bahan

mentah agar perusahaan tidak sepenuhnya bergantung kepada supplier dan (2)

persediaan bahan proses ditujukan agar tiap bagian terlibat dapat lebih lelusa

dalam proses produksi.

b. Fungsi Economic Lot Sizing

Fungsi ini bertujuan untuk mengumpulkan persediaan dan menggunakan

semua sumber daya dalam jumlah yang cukup untuk mengurangi biaya per unit

produk pada suatu perusahaan. Fungsi ini dilakukan dengan pertimbangan

penghematan dalam pemesanan bahan baku, yang dapat dilakukan dengan

pembelian dalam jumlah besar yang mendapat potongan biaya.

Page 41: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

25

c. Fungsi Anticipation

Persediaan bahan baku sering memiliki berbagai risiko, baik pada saat

pengiriman atau fluktuasi permintaan yang menyebabkan perusahaan

membutuhkan bahan baku tambahan. Adanya kondisi tersebut, maka

perusahaan sebaiknya mengadakan seasonal inventory (persediaan musiman).

2.7 Tinjauan Teori tentang Material Requirement Planning (MRP)

2.7.1 Material Requirement Planning (MRP)

Pengendalian persediaan, memiliki suatu metode yang dapat digunakan

untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal yaitu dengan menggunakan

Material Requirement Planning (MRP). Menurut Soleha (2015), MRP

didefinisikan sebagai teknik sistematis dalam menentukan kuantitas kebutuhan

bahan dan waktu yang tepat dalam pengendalian persediaan pada permintaan yang

saling berhubungan. Adapun menurut Rosidah (2015), MRP merupakan metode

perencanaan dan pengendalian pemesanan terhadap bahan yang bersifat

dependent demand seperti bahan baku, parts, subassemblies, dan assemblies atau

dengan kata lain merupakan persediaan pada manufaktur. Rosidah (2015) juga

menyatakan bahwa permasalahan yang umum pada perusahaan adalah

menentukan ukuran persediaan yang tepat, sehingga melalui metode MRP akan

membantu perusahaan dalam menentukan ukuran persediaan yang optimal.

Sistem MRP terdiri dari digunakan untuk menentukan item dan penerapan

formula yang digunakan untuk menetapkan jumlah atau kuantitas berdasarkan

pesanan yang dibutuhkan, sehingga biaya dapat dikurangi karena tingkat overhead

berkurang (Sriratanaviriyakul et al., 2013 dalam Soleha, 2015). Adapun menurut

Herjanto (2008) dalam Rosidah (2015), sistem MRP tersebut digunakan untuk

mencapai tujuan sebagai berikut:

a. Meminimalkan biaya persediaan, melalui pengadaan bahan sesuai dengan yang

dibutuhkan saja.

b. Memperkecil resiko yang diakibatkan keterlambatan pengiriman bahan oleh

supplier dengan memperhatikan tenggang waktu.

c. Menjaga kelancaran proses produksi yang sesuai dengan rencana atau jadwal

sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen

Page 42: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

26

d. Meningkatkan efisiensi karena jumlah persediaan dan penetapan jadwal

pemesanan dapat direncanakan dengan baik.

2.7.2 Teknik Penentuan Ukuran Lot (Lot Size)

Lot Size merupakan pengadaan persediaan dengan jumlah yang lebih besar

dari persediaan yang ada pada saat itu (Soleha, 2015). Adapun menurut Rosidah

(2015) Lot Size adalah ukuran barang yang dipesan akan berpengaruh terhadap

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemesanan maupun penyimpanan

barang. Lot Size pada MRP menyatakan besarnya kuantitas item yang harus

dipesan dan teknik lot sizing apa yang dapat digunakan. Terdapat beberapa

metode dalam teknik lot sizing yang digunakan untuk menentukan kuantitas bahan

yang optimal, waktu pemesanan yang tepat dan tingkat biaya minimum pada

persediaan.

a. Economic Order Quantity (EOQ)

Model Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang

digunakan untuk menentukan tingkat persediaan optimal pada suatu perusahaan

dengan asumsi nilai permintaan, biaya pemesanan, dan harga pemebelian bernilai

konstan (Soleha, 2015). Sedangkan menurut Heizer dan Render (2014)

mengatakan bahwa EOQ merupakan teknik pengendalian persediaan dengan

meminimalkan biaya pemesanan dan penyimpanan sehingga akan meminimalkan

total biaya. Adapun dalam model EOQ terdapat beberapa asumsi yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Jumlah permintaan diketahui dan konstan

2. Waktu tunggu yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan bersifat konstan

3. Persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok

4. Tidak terdapat diskon kuantitas

5. Variabel yang digunakan hanya untuk biaya pemesanan dan penyimpanan

6. Kekurangan persediaan dapat dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu

yang tepat.

Perusahaan perlu mengetahui ukuran pesanan optimal (Q*) dalam

mengendalikan persediaan bahan, dimana jumlah pesanan dengan biaya total

minimal (Heizer dan Render, 2014). Ukuran pemesana optimal (Q*) dapat

diperoleh melalui peritungan sebagai berikut:

Page 43: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

27

Biaya Pemesanan per tahun

Biaya Penyimpanan per tahun

Untuk mencari nilai EOQ : biaya pemesanan = biaya penyimpanan

Keterangan :

Q* = EOQ

Q = Jumlah unit per pesanan

D = Permintaan persediaan tahunan dalam unit

S = Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

b. Past Periode Balance (PPB)

Past Periode Balance (PPB) atau penyeimbangan sebagian periode

digunakan untuk menentukan ukuran lot suatu kebutuhan bahan yang tidak

seragam sehingga biaya persediaan dapat ditekan (Herjanto, 2008 dalam Soleha,

2015). Sama seperti dengan EOQ tujuan dari teknik PPB digunakan untuk

menyamakan biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan sehingga biaya

persediaan dapat ditekan, namun perbedaan dari teknik ini dengan EOQ adalah

PPB dapat digunakan pada jumlah pemesanan yang berbeda untuk setiap pemesan.

Penentuan ukuran lot pada teknik PPB menggunakan pendekatan Economic

Part Periode (EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya

penyimpanan per unit per periode. Economic Part Periode (EPP) digunakan untuk

menentukan pemesanan dengan jumlah pesanan bahan baku yang berbeda

(Mukhopadhyay, 2007 dalam Rosidah, 2015). Cara yang digunakan untuk

mengetahui PBB adalah dengan menambahkan permintaan bahan baku secara

terus menerus hingga jumlah part periode mendekati perhitungan EPP. Berikut

merupakan rumus EPP:

Page 44: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

28

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Kabupaten Malang dikenal sebagai wilayah terluas kedua dan memiliki

berbagai potensi yang utamanya adalah pada sektor pertanian. Hal tersebut

dijelaskan oleh Malangkab (2016) yang mengatakan bahwa Kabupaten Malang

merupakan wilayah terluas kedua setelah Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur dan

terkenal dari hasil pertaniannya dari komoditas hortikultura hingga tanaman

perkebunan. Kegiatan usaha tani sangat membutuhkan pupuk organik sebagai

input usaha sangat penting, sehingga di Kabupaten Malang juga banyak berdiri

industri pupuk organik. Terdapat 18 industri pupuk organik di Kabupaten Malang,

11 diantaranya merupakan mitra dari Petroganik sebagai industri pupuk organik

bersubsidi (Bappeda Jatim, 2011). Petroganik merupakan salah satu produsen

pupuk yang tergabung dalam PT. Pupuk Indonesia yang melakukan produksi dan

distribusi pupuk organik bersubsidi pada wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu,

untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik bersubsidi

di Kabupaten Malang adalah melalui Industri yang bermitra dengan Petroganik.

Berbagai industri pupuk organik tersebut melakukan kegiatan produksi yang

digunakan untuk distribusi kepada petani sesuai dengan Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK). RDKK merupakan rencana kebutuhan pupuk

setiap petani pada suatu wilayah (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2014). Melalui

adanya RDKK yang dibuat oleh petani bersama dengan pihak terkait, maka

industri pupuk organik bersubsidi akan memperoleh rencana produksi yang

digunakan untuk distribusi tiap periode. Untuk kelancaran proses produksi dan

distribusi, maka sangat dibutuhkan persediaan bahan baku optimal. Hal tersebut

dikarenakan bahan baku merupakan unsur utama yang berpengaruh pada

kelancaran proses produksi (Tumijo, dkk, 2015). Pengendalian persediaan bahan

baku sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga proses produksi.

Pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan industri atau

perusahaan tidak terlepas dari permasalahan terhadap bahan baku, dimana

perusahaan tidak dapat menentukan jumlah pemesanan yang tepat untuk

kelancaran proses produksi dan beban biaya pada persediaan bahan baku

(Hendratmiko, 2010). Adanya kelebihan bahan baku pada pengendalian

Page 45: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

29

persediaan dapat menjadi suatu permasalahan dalam kelancaran proses produksi,

namun kekurangan bahan baku pada pengendalian persediaan juga harus dihindari.

Berdasarkan hasil observasi awal, menunjukkan bahwa adanya permasalahan

kelebihan bahan baku pada beberapa Industri Pupuk Organik Bersubsidi yang

merupakan mitra dari Petroganik, dimana pemesanan lebih tinggi dibandingkan

penggunaan bahan baku. Adanya permasalahan kelebihan bahan baku

menyebabkan kurang optimalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Seperti penelitian Ummiroh (2013) yang mendapati fenomena adanya kelebihan

persediaan bahan baku pada industri furniture sehingga menyebabkan

tertanamnya investasi pada persediaan, namun kekurangan bahan baku juga harus

dihindari untuk kelancaran proses produksi.

Ristono (2013) mengatakan bahwa persediaan bahan baku untuk proses

produksi harus seimbang dengan kebutuhan agar biaya dapat ditekan. Adapun

metode pengendalian persediaan agar penentuan bahan baku optimal adalah

dengan Material Requirement Planning (MRP), yaitu dengan menetapkan ukuran

persediaan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga biaya dapat dikurangi

(Sriratanaviriyakul et al,. 2013 dalam Soleha, 2015). Dalam metode MRP terdapat

berbagai macam teknik lot sizing yang dapat digunakan, dalam penelitian ini

teknik lot sizing yang digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ) dan

Past Periode Balance (PPB). Teknik EOQ dan PPB digunakan karena sama-sama

bertujuan untuk menyamakan biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan,

sehingga biaya persediaan dapat ditekan. Perbedaannya teknik EOQ digunakan

untuk ukuran pemesanan yang konstan setiap periode, sedangkan PPB dapat

digunakan untuk ukuran pemesanan yang bervariasi setiap periode.

Metode MRP digunakan untuk menentukan ukuran lot size yang sesuai

sehingga persediaan optimal dapat diketahui. Dalam penentuan ukuran lot

diperlukan penetuan kebutuhan bersih terlebih dahulu. Setelah diketahui ukuran

lot, maka diperlukan untuk mengetahui lead time atau waktu tenggang serta biaya

simpan dan biaya pesan untuk mendapatkan waktu pemesanan yang tepat.

Diketahuinya ukuran lot dan waktu pemesanan yang tepat, maka akan

menghasilkan total biaya optimal yang dikeluarkan untuk persediaan, sehingga

dapat ditekahui penentuan persediaan yang tepat dengan biaya minimum.

Page 46: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

30

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Industri Pupuk Organik Bersubsidi

di Kabupaten Malang

Pengendalian

persediaan bahan

baku pada

industri pupuk

organik

bersubsidi

Fakta:

1. Pengendalian

persediaan industri

pupuk organik

bersubsidi berdasarkan

rencana produksi dan

distribusi, sedangkan

rencana tersebut

berdasarkan RDKK. 2. Pemesanan lebih tinggi

dibandingkan

penggunaan bahan

baku, sehingga terjadi

kelebihan bahan baku.

Harapan:

Persediaan bahan

baku seimbang

dengan

kebutuhan agar

biaya persediaan

dapat ditekan

(Ristono, 2013).

Penentuan ukuran lot dengan

pendekatan :

1. Economic Order Quantity (EOQ)

2. Past Periode Balance (PPB)

Total Biaya Persediaan Bahan Baku

Penentuan ukuran lot industri pupuk

organik melalui sistem

pengendalian persediaan industri

pupuk organik

Alternatif Metode atau Teknik yang

Meminimumkan Biaya Persediaan

Biaya Pesan

Waktu Pemesanan Bahan Baku

Biaya Simpan

Page 47: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

31

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan atas konsep kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang

dapat diambil dalam penelitian ini, diduga pengendalian persediaan bahan baku

pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang belum optimal.

3.3 Definisi Operasional

Pada penelitian sangat dibutuhkan adanya pengukuran variabel dan definisi

operasional variabel untuk menyamakan konsep mengenai istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian. Selain itu perlunya pengukuran variabel adalah agar

data-data yang diperoleh dari lapang sesuai dengan data yang diharapkan. Definisi

operasional dan pengukuran variabel penelitian akan disajikan sebagai berikut:

1. Pengendalian persediaan adalah perlakuan perusahaan terhadap persediaan

bahan baku dari datangnya bahan baku hingga dilakukan proses produksi.

2. Bahan baku adalah bahan mentah untuk proses produksi pupuk organik yang

didapatkan dari supplier.

3. Kotoran ayam adalah bahan baku yang berasal dari kotoran ayam dengan

melalui proses fermentasi terlebih dahulu untuk dilakukan proses produksi.

4. Kotoran sapi adalah bahan baku yang berasal dari kotoran sapi dengan

melalui proses fermentasi terlebih dahulu untuk dilakukan proses produksi.

5. Blotong adalah bahan baku yang berasal dari ampas tebu dengan melalui

proses fermentasi terlebih dahulu untuk dilakukan proses produksi.

6. Filler adalah bahan baku perekat dapat berupa dolosit, kaptan, maupun clay.

7. Mixtro adalah bahan baku yang berasal PT. Petrokimia Gresik yang

digunakan sebagai formulasi dalam produksi pupuk organik bersubsidi.

8. Ukuran lot/Lot size adalah jumlah bahan baku yang dibutuhkan perusahaan

untuk proses produksi dalam satu kali pemesanan.

9. Explosion adalah perhitungan total jumlah kebutuhan bahan baku kotor yaitu

sebelum proses produksi.

10. Netting adalah perhitungan total jumlah kebutuhan bahan baku pada

persediaan awal suatu periode.

11. Lotting adalah volume kebutuhan bahan baku berdasarkan perhitungan

kebutuhan bersih.

Page 48: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

32

12. Economic Order Quantity (EOQ) adalah ukuran persediaan bahan baku

optimal dengan jumlah pemesanan konstan tiap periode.

13. Past Periode Balance (PPB) adalah ukuran persediaan bahan baku optimal

dengan jumlah pemesanan bervariasi tiap periode.

14. Lead Time adalah waktu tenggang yang dibutuhkan sejak dipesannya bahan

baku hingga datang ke industri

15. Offsetting adalah penentuan waktu yang tepat untuk pemesanan bahan baku.

16. Total Inventory Cost (TIC) adalah biaya total persediaan bahan baku optimal

dimana tidak terjadi kelebihan atau kekurangan bahan baku.

17. Biaya pesan adalah harga yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemesanan

bahan baku.

18. Biaya telepon adalah harga yang harus dikeluarkan industri pupuk organik

bersubsidi saat melakukan pemesanan melalui telepon yang disesuaikan

dengan waktu bicara.

19. Biaya administrasi/dokumentasi adalah biaya yang dikeluarkan industri

pupuk organik bersubsidi dalam kegiatan administrasi pemesanan bahan baku.

20. Biaya simpan adalah harga yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

menyimpan bahan baku pada periode tertentu.

21. Biaya penerangan adalah biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk fasilitas

penerangan pada gudag penyimpanan bahan baku.

22. Biaya pajak bumi dan bangunan adalah biaya yang dikeluarkan oleh industri

untuk penggunaan gudang penyimpanan masing-masing bahan baku.

23. Jadwal induk produksi adalah rencana produksi pupuk organik selama

periode produksi.

24. Bill of material adalah kebutuhan bahan baku untuk memproduksi pupuk

organik bersubsidi.

25. Status Persediaan adalah persediaan akhir bahan baku pada akhir periode.

26. Efisiensi adalah pemilihan alternatif metode yang dapat melalui pemanfaatan

sumberdaya yang tersedia agar mencapai hasil yang optimal.

27. Optimal adalah ukuran terhadap tingkat pemesanan bahan baku yang sesuai

dengan kebutuhan dan biaya yang dikeluarkan industri untuk persediaan

bahan baku dalam tingkat minimum.

Page 49: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

33

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan

bahan baku adalah dengan pendekatan kuantitatif. Adapun pendekatan kuantitatif

pada penelitian adalah untuk menguji penerapan teori Material Requirement

Planning yang digunakan untuk menentukan persediaan bahan baku optimal. Hal

tersebut dilakukan terkait adanya permasalahan kelebihan dan kekurangan bahan

baku pada produksi pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang yang

menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk produksi

pupuk organik. Hasil penelitian yang berupa analisis data akan diinterpretasikan

kedalam bentuk narasi untuk menjelaskan hasil penelitian agar mudah dipahami.

4.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Malang dengan penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja, dengan pertimbangan

bahwa Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan mitra Petroganik terbanyak

yang ada di Provinsi Jawa Timur (Petroganik, 2015). Petroganik merupakan salah

satu produsen pupuk yang tergabung dalam PT. Pupuk Indonesia yang melakukan

produksi dan distribusi pupuk organik bersubsidi pada wilayah Jawa Timur. Oleh

karena itu, untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik

bersubsidi di Kabupaten Malang maka penelitian dilakukan pada Industri yang

bermitra dengan Petroganik. Melalui pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan

analisis terhadap pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik yang ada di

Kabupaten Malang terkait adanya permasalahan kelebihan baku.

4.3 Metode Penentuan Sampel

Populasi penelitian merupakan industri pupuk organik yang merupakan

mitra Petroganik, sehingga sampel pada penelitian adalah sebagian industri pupuk

organik yang merupakan mitra Petroganik. Penentuan sampel pada penelitian

adalah menggunakan purposive sampling. Menurut Amirin (2011) purposive

sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan

sampel yang diperlukan. Oleh karena itu, penentuan kriteria sampel pada

Page 50: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

34

penelitian adalah mitra petroganik yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dalam

memproduksi pupuk organik bersubsidi, karena PT (Perseroan Terbatas)

merupakan perusahaan yang memiliki kepastian hukum dalam bisnis dan dagang.

Kriteria lainnya, industri yang menggunakan bahan baku kotoran ayam, kotoran

sapi, blotong, filler, dan mixtro dalam produksi pupuk organik bersubsidi. Selain

itu, sampel penelitian merupakan industri yang bersedia untuk menjadi sampel

penelitian dalam mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku.

Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat tiga perusahaan sebagai sampel dari sebelas

populasi perusahaan atau industri yang bermitra dengan Petroganik.

Responden ditentukan setelah diketahui sampel industri pupuk organik,

dimana responden merupakan seseorang yang merupakan sumber informasi untuk

memenuhi kebutuhan data penelitian. Responden pada penelitian ini adalah

seseorang yang mengetahui mengenai pengendalian persediaan bahan baku pada

produksi pupuk organik bersubsidi. Adapun penentuan responden dalam

penelitian ini adalah seorang manajer perusahaan atau manajer persediaan yang

mengetahui secara langsung dan terlibat mengenai pengendalian persediaan bahan

baku yang ada di industri pupuk organik bersubsidi.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data yang

menunjang analisis penelitian serta disesuaikan kondisi riil yang ada di lapang.

Jenis data yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian meliputi data

primer dan data sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subyek

penelitian atau responden untuk kebutuhan penelitian. Data yang diperlukan

dalam penelitian adalah sistem pengendalian persediaan bahan baku di industri,

biaya simpan dan biaya pesan, serta proses produksi pupuk organik bersubsidi

di Kabupaten Malang. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dari

melakukan observasi langsung pada industri pupuk organik bersubsidi yang

merupakan sampel, dimana melalui observasi akan diketahui secara langsung

dan jelas mengenai kondisi riil di industri dalam persediaan bahan baku dan

Page 51: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

35

produksi pupuk organik. Teknik pengumpulan data primer juga dilakukan

dengan melalui wawancara langsung kepada responden, yaitu dengan

melakukan komunikasi secara langsung kepada responden melalui kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari

responden. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui study literature

yakni dari instansi yang terkait dengan penelitian, penelitian terdahulu, ataupun

pustaka lainnya. Data yang sekunder tersebut digunakan sebagai gambaran

umum atau data untuk melengkapi data yang tidak dapat diperolah pada lapang.

Semua data sekunder yang diperoleh digunakan sebagai catatan dan bukti yang

bertujuan untuk mendukung atau memperkuat serta melengkapi untuk

keperluan analisis penelitian.

4.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari

proses penelitian. Adapun beberapa teknik analisis data yang digunakan untuk

menjawab masing-masing tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

4.5.1 Tujuan 1. Mengetahui Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku

pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu

mengetahui sistem pengendalian persediaan atau untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan kondisi dan kegiatan yang ada di industri pupuk organik

bersubsidi dalam melakukan pengendalian, produksi, dan distribusi. Analisis

deskriptif dilakukan pada seluruh sampel penelitian, yang digunakan untuk

mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada setiap sampel

penelitian atau beberpa industri pupuk organik secara deskriptif. Seluruh hasil

analisis deskriptif berbentuk narasi yang akan dijadikan sebagai referensi dalam

proses analisa data pada tujuan penelitian yang berikutnya.

4.5.2 Tujuan 2. Menganalisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada

Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Metode Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode yang

digunakan untuk pengendalian persediaan material, dalam penelitian ini adalah

persediaan bahan baku. Pada MRP untuk pengendalian persediaan secara optimal,

Page 52: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

36

maka perlu dilakukan penentuan lot atau ukuran yang tepat untuk persediaan

bahan baku dengan biaya minimum. Adapun tahapan atau proses yang diperlukan

dalam menggunakan metode MRP adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan kebutuhan kotor (Explosion) digunakan untuk memperoleh ukuran

awal atau rencana pemakaian bahan baku yang telah ditentukan sesuai dengan

jadwal induk produksi dan Bill Of Material.

2. Perhitungan kebutuhan bersih (Netting) merupakan hasil yang didapat dari

kebutuhan kotor dikurangi dengan jumlah antara persediaan yang ada di tangan

dan penerimaan terjadwal. Apabila penerimaan terjadwal dan persediaan di

tangan melebihi kebutuhan kotor, maka kebutuhan bersih sama dengan nol.

3. Penentuan lot (Lotting) atau penentuan ukuran persediaan untuk menentukan

pemesanan per item yang optimal berdasarkan perhitungan kebutuhan bersih.

Penentuan Lotting didasarkan perhitungan pada model Economic Order

Quantity (EOQ) dan Past Periode Balance (PPB).

4. Menetapkan waktu yang tepat (Offsetting) atau kapan untuk melakukan

pemesanan kembali yang diperoleh dari hasil selisih antara persediaan (biaya

pesan dan simpan) dengan lead time.

Pada penentuan lot sizing, dilakukan perhitungan secara manual dengan

menggunakan Microsoft Excel. Adapun dalam perhitungan tersebut menggunakan

sistem MRP melalui format perhitungan yang disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel Material Requirement Planning (MRP)

Periode Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4

Gross Requirement

Schedulle Receipts

Project On Hand

Net Requirement

Planned Order Receipts

Planned Order Releases

Sumber: Soleha (2015)

Keterangan:

Gross Requirement : Kebutuhan Kotor

Schedulle Receipts : Penerimaan Terjadwal

Project on Hand : Persediaan di Tangan

Net Requirement : Kebutuhan Bersih

Planned Order Receipts : Penerimaan Rencana Pemesanan

Planned Order Releases : Pelepasan Rencana Pemesanan

Page 53: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

37

4.5.3 Tujuan 3. Merumuskan Alternatif Teknik Pengendalian Persediaan

Bahan Baku yang Dapat Diterapkan pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi Di Kabupaten Malang

Melalui metode MRP dengan menggunakan teknik EOQ dan PPB, maka

untuk mendapatkan total persediaan bahan baku dilakukan dengan perhitungan

yaitu menjumlahkan semua biaya persediaan. Biaya persediaan mencakup biaya

simpan, biaya pesan, dan biaya beli. Biaya simpan meliputi biaya penerangan dan

biaya pajak bumi bangunan (PBB), untuk mendapatkan biaya simpan persediaan,

maka biaya simpan dikalikan dengan total persediaan bahan baku di tangan.

Sedangkan biaya pesan meliputi biaya telepon dan biaya administrasi, dimana

untuk mendapatkan biaya pesan untuk persediaan bahan baku maka biaya pesan

dikalikan dengan frekuensi pemesanan. Selain itu juga terdapat biaya beli, biaya

beli dapat diperoleh dengan mengalikan biaya beli per bahan baku dengan ukuran

pemesanan per periode pemesanan. Adapun rumus perhitungan total biaya

persediaan adalah sebagai berikut:

Total Biaya Persediaan = Biaya Simpan + Biaya Pesan + Biaya Beli

= (Total persediaan x biaya simpan) + (Freskuensi

pemesanan x biaya pesan) + (ukuran pemesanan

x biaya beli)

Setelah memperoleh total biaya persediaan pada masing-masing teknik yaitu

EOQ dan PPB serta metode yang dilakukan oleh perusahaan, maka selanjutnya

adalah melakukan perbandingan pada masing-masing teknik tersebut. Persediaan

bahan baku yang optimal adalah melalui teknik pengendalian persediaan dengan

total biaya persediaan terendah. Ristono (2013) menyatakan bahwa persediaan

bahan baku yang seimbang dengan kebutuhan dapat menekan biaya persediaan,

sehingga akan menciptakan persediaan yang optimal. Teknik persediaan yang

optimal dapat diketahui melalui perbandingan total biaya persediaan antara teknik

EOQ dan PPB serta metode yang dilakukan oleh perusahaan. Teknik persediaan

dengan total biaya persediaan paling rendah merupakan teknik yang paling

optimal dan cocok untuk diterapkan bagi Industri Pupuk Organik Bersubsidi yang

ada di Kabupaten Malang.

Page 54: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

38

4.6 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh penelitian terdahulu menyatakan

bahwa metode Material Requirement Planning (MRP) dapat mengoptimalkan

persediaan bahan baku dibandingkan dengan metode konvensional yang

dilakukan perusahaan. Melalui metode MRP pengendalian persediaan dapat

dilakukan dengan menyeimbangkan antara kebutuhan bahan baku dengan

penggunaan bahan baku untuk produksi. Hal tersebut didukung dengan

pernyataan Ristono (2013) bahwa persediaan bahan baku yang seimbang dengan

kebutuhan dapat menekan biaya persediaan.

Diketahui :

H0 : Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi Telah Optimal

Ha : Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi Belum Optimal

Hasil pengujian hipotesis :

Jika H0 > Ha : Terima H0

Jika H0 < Ha : Tolak H0

Jika berdasarkan hasil pengujian hipotesis Tolak H0 atau Terima Ha, maka

terdapat alternatif lain untuk menentukan teknik lot sizing yang dapat diterapkan

oleh industri pupuk organik. Terdapat dua teknik lot sizing yang digunakan dalam

penelitian yaitu Economic Order Quantity (EOQ) merupakan teknik untuk

menentukan ukuran lot optimal dengan kuantitas pemesanan adalah konstan dan

Past Periode Balance (PPB) merupakan teknik untuk menentukan ukuran lot

optimal dengan kuantitas pemesanan yang beragam.

Page 55: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian

5.1.1 Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Pemerintah telah memberikan kebijakan subsidi pada pupuk organik untuk

memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi petani. Kebijakan subsidi pupuk hanya

berlaku untuk beberapa produsen pupuk organik yang diberikan tanggung jawab

untuk memproduksi pupuk organik bersubsidi. Beberapa produsen pupuk

tersebutlah yang memiliki wewenang untuk melakukan distribusi pupuk organik

bersubsidi. Distribusi pupuk organik tersebut telah diatur berdasarkan adanya

RDKK yang ditetapkan Pemerintah untuk mengatur ketersediaan pupuk organik

bersubsidi. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau RDKK merupakan

rencana kebutuhan pupuk tiap petani pada suatu wilayah, sehingga melalui adanya

RDKK, pemerintah dapat memantau kebutuhan pupuk pada suatu wilayah.

Adapun perusahaan atau industri yang memproduksi pupuk organik

bersubsidi harus memproduksi pupuk organik sesuai dengan RDKK yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Penyusunan RDKK dilakukan oleh kelompok tani

dan setiap petani merupakan petani yang terdaftar dalam kelompok tani. Adapun

tahapan dalam penyusunan RDKK menurut Direktorat Pupuk dan Pestisida (2014)

adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Penyusunan RDKK

Para pengurus kelompok tani dan anggota melakukan pertemuan untuk

membahas dan merumuskan RDKK dengan menampung hasil musyawarah

anggota kelompok tani tentang rencana kebutuhan kelompok tani yang

didampingi oleh penyuluh. RDKK terdiri dari beberapa komponen yang terdiri

dari musim tanam, Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa, nama kelompok tani,

komoditi: tanaman pangan/hortikultura/perkebunan /peternakan dan perikanan.

Setelah itu, RDKK diperiksa dan ditandatangani oleh ketua kelompok tani.

2. Tahapan Perbanyakan dan Pengiriman RDKK.

Setelah RDKK diisi lengkap, diperiksa dan ditandatangani oleh ketua

kelompok tani, maka RDKK tersebut diperbanyak dan dikirim kepada penyalur

atau pengecer, Kepala Desa/Lurah, Penyuluh, Ketua Gapoktan dan Ketua

kelompok tani.

Page 56: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

40

3. Tahapan Rekapitulasi RDKK dan Penyusunan Kebutuhan Pupuk

Pembuatan Rekapitulasi dilakukan oleh beberapa tingkatan yaitu tingkat

Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional. Pada tingkat

Nasional, Direktur Pupuk dan Pestisida akan menyusun kebutuhan pupuk

berdasarkan rekapitulasi RDKK per provinsi.

5.1.2 Proses Produksi Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Produksi Pupuk Organik dilakukan setiap hari selama hampir 24 jam,

dimana hal tersebut bertujuan untuk keberlanjutan perusahaan dalam

memaksimalkan produksi pupuk organik. Produksi pupuk organik dilakukan oleh

pekerja bagian produksi yang dibagi menjadi 2 shift, yaitu shift pagi dan shift

malam. Shift pagi merupakan pekerja yang bekerja dari jam 08.00-17.00,

sedangkan shift malam merupakan pekerja yang bekerja dari pukul 18.00-07.00.

Proses produksi yang dilakukan seluruh industri atau masing-masing perusahaan

memiliki standar yang digunakan mendapatkan produk yang sesuai dengan

spesifikasi mutu permentan No.70 Tahun 2011 yang berdasarkan dari aturan

Petroganik atau PT. Petrokimia Gresik, adalah sebagai berikut:

a. Bahan baku terdiri dari Kotoran sapi, Kotoran Ayam, Tankos, Blotong, PKS,

dll dan telah difermentasi dengan baik kecuali kotoran ayam dan filler (kaptan,

zeolit, dolomit, clay) dihaluskan.

b. Bahan baku dan filler harus ditimbang sesuai dengan formula yang telah

diterbitkan PT. Petrokimia Gresik.

c. Tuang campuran bahan baku ke pan granulator sebagian-sebagian sambil

disemprot air dan Mixtro (Mixtro 1%).

d. Butiran-butiran yang terbentuk sesuai ketentuan 2-5mm, dikeringkan pada alat

rotary dryer dengan suhu inlet 70C-80C dan outlet 300C-350C dengan kadar

air 8-12%.

e. Produk yang masih panas dimasukkan ke dalam cooler untuk menghindari

proses penguapan.

f. Produk yang telah kering dimasukkan ke mesin penyaring 2-5 mm dan

dikemas dalam kantong plastik dengan bobot >= 42 Kg/kantong.

Jika digambarkan dengan menggunakan bagan, maka urutan proses

produksi pupuk organik adalah sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

41

Gambar 2. Bagan Proses Produksi Pupuk Organik

Dari bagan tersebut, proses produksi pupuk organik yang dilakukan oleh

industri pupuk organik bersubsidi dimulai dari penghalusan bahan baku. Bahan

baku terdiri dari Kotoran Ayam (KA), Kotoran Sapi, (KS), Blotong, Filler yang

telah dihaluskan dilakukan penimbangan sesuai dengan komposisi atau formula

yang telah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun formula atau

komposisi pada masing-masing industri pupuk organik untuk melakukan satu kali

produksi pupuk organik adalah pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Produksi Pupuk Organik Bersubsidi Pada Industri Pupuk

Organik di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Komposisi (%) Komposisi (Kg)

Kotoran Ayam 33,8% 76

Kotoran Sapi 31,2% 70

Blotong 26,4% 60

Filler 7,6% 17

Mixtro 1% 2

Total 100% 225

Sumber: data primer, 2017

Setelah komposisi sesuai, maka seluruh bahan baku tersebut dicampur ke

dalam Mixer mengasilkan pupuk organik sebagai hasil produksi. Setelah proses

pencampuran, proses berikutnya adalah granulasi merupakan proses pembentukan

pupuk organik menjadi bulat atau butiran dengan menggunakan alat yang disebut

pan granulator. Proses granulasi atau pembentukan butiran, umumnya ukuran

butiran terbentuk tidak merata, ukuran-ukuran tersebut diantaranya terdiri dari:

Under size (< 2mm), Over size (> 5mm), dan on size (2mm-5mm).

Setelah pupuk granul terbentuk, maka proses berikutnya adalah melakukan

pengeringan dengan mesin dryer pada suhu inlet 70C-80C dan outlet 30C-35C

dengan kadar air 8-12%. Proses pengeringan bertujuan untuk membunuh bakteri

Penimbangan

Pengemasan Pengayakan Pengeringan

Granulasi

Bahan

Baku

Penghalusan Pencampuran

Air + Mixtro

Pendinginan

Pencampuran

off spec

Page 58: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

42

dan bibit rumput yang masih terkandung dalam produk pupuk. Setelah dilakukan

pengeringan maka proses berikutnya adalah dilakukan pendinginan dengan

menggunakan cooler.

Setelah pendinginan maka proses berikutnya adalah pengayakan merupakan

proses pemisahan pupuk granul berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan. Ukuran

pupuk granul yang ditetapkan pada setiap industri pupuk organik bersubsidi

disebut On size yakni pada ukuran 2-5mm. Sedangkan pupuk organik yang

memiliki ukuran diluar ukuran tersebut disebut off spec, dimana produk off spec

akan diproduksi ulang dari proses awal dengan mesin crusher. Penggunaan hasil

produksi pupuk granul yang merata bertujuan untuk menjaga penampilan produk

dan kepuasan konsumen, dimana umumnya petani tidak menyukai pupuk organik

yang terlalu halus atau butiran yang terlalu besar. Hasil pupuk organik granul

yang telah disaring berdasarkan ukuran langsung dikemas dalam karung

berukuran 40Kg, ukuran tersebut merupakan standart kemasan pupuk organik

bersubsidi.

5.2 Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Bahan baku pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi merupakan berasal dari

adanya rencana persediaan bahan baku, dimana rencana persediaan bahan baku

berasal dari adanya rencana produksi. Rencana produksi atau terdapat pada jadwal

induk produksi merupakan rencana produksi pupuk organik bersubsidi selama

satu tahun. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan rencana persediaan bahan baku,

industri juga harus memperhatikan status persediaan bahan baku pada akhir

periode untuk periode produksi berikutnya dan memperhatikan kaitan produk

dengan bahan baku agar mengetahui apa dan berapa yang diperlukan untuk

rencana produksi pupuk organik bersubsidi. Adapun penjelasan mengenai sistem

pengendalian persediaan bahan baku pada industri pupuk organik bersubsidi di

Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:

5.2.1 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pupuk organik bersubsidi merupakan produk yang dipantau oleh pemerintah

dan merupakan barang pengawasan, sehingga terdapat sistem khusus yang

mengatur dalam kegiatan produksi. Industri pupuk organik yang memproduksi

Page 59: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

43

pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang memiliki perencanaan persediaan

bahan baku yang didasarkan dari adanya rencana produksi. Rencana produksi

tersebut merupakan kontrak dengan PT. Petrokimia Gresik, sedangkan rencana

produksi sendiri merupakan hasil rekapitulasi dari RDKK. Berdasarkan hal

tersebut, maka perencanaan persediaan bahan baku dalam memproduksi pupuk

organik bersubsidi didasarkan dari adanya RDKK. RDKK atau rencana definitif

kebutuhan kelompok merupakan kebijakan pemerintah untuk mengetahui

kebutuhan pupuk organik pada setiap petani.

Adapun dalam pengendalian persediaan bahan baku, industri pupuk organik

bersubsidi menyediakan bahan baku dari berbagai supplier. Kotoran ayam dan

kotoran sapi yang didapat dari peternak yang berasal dari Kabupaten Malang

maupun dari Kabupaten Blitar, Blotong didapat dari Pabrik Gula Krebet

Kabupaten Malang, filler yang dapat berupa dolosit atau kaptan berasal dari

Kabupaten Malang daerah selatan, dan Mixtro yang berasal dari PT. Petrokimia

Gresik. Bahan baku kotoran ayam dan kotoran sapi pada setiap industri pupuk

organik yang ada di Kabupaten Malang tidak menentukan jumlah atau banyaknya

bahan baku yang harus tersedia dalam periode kedatangan bahan baku. Namun,

kedatangan bahan baku disesuaikan dengan kemampuan supplier yang secara

rutin setiap 3-4 hari atau setiap minggu. Kedatangan masing-masing bahan baku

pada masing-masing industri memiliki waktu 3-4 hari pada bahan baku kotoran

ayam, kotoran sapi, blotong, dan filler. Sedangkan bahan baku mixtro memiliki

waktu kedatangan bahan baku sekitar 7 hari atau satu minggu. Adapun waktu

pemesanan bahan baku filler dipesan setiap persediaan yang ada di gudang

berkurang. Selain itu, bahan baku blotong yang dipesan setiap enam bulan sekali

atau pada setiap musim giling tebu dan bahan baku mixtro dipesan setiap satu

bulan sekali. Sedangkan pemesanan bahan baku kotoran ayam dan kotoran sapi

dilakukan rutin setiap minggu dan pemesanan mixtro dilakukan rutin setiap bulan.

5.2.2 Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)

Jadwal induk produksi diperlukan dalam Material Requirement Planning

untuk mengetahui jumlah produksi pada suatu periode produksi (Baharuddin,

2016). Jadwal induk produksi atau JIP pada penelitian merupakan target jumlah

produksi pupuk organik bersubsidi yang disesuaikan dengan kontrak pada industri

Page 60: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

44

pupuk organik bersubsidi di Kabupaten Malang dengan PT. Petrokimia Gresik.

Target jumlah produksi atau rencana produksi yang dilakukan oleh Industri pupuk

organik bersubsidi di Kabupaten Malang merupakan jumlah produksi yang sudah

menjadi persetujuan atau kontrak antara industri pupuk organik bersubsidi di

Kabupaten Malang dengan PT. Petrokimia Gresik.

Jadwal induk produksi yang digunakan dalam penelitian merupakan data

primer pada tahun 2016 yang merupakan rencana produksi selama satu tahun.

Jadwal induk produksi tersebut dibagi menjadi per bulan dan dibagi kembali

menjadi per minggu agar secara jelas mengetahui rencana produksi setiap

bulannya. Periode pada jadwal induk produksi dalam penelitian merupakan rata-

rata rencana produksi pada industri pupuk organik bersubsidi yang digunakan

menjadi sampel. Melalui adanya jadwal induk produksi atau rencana produksi,

maka industri pupuk organik dapat menentukan kebutuhan bahan baku untuk

produksi pupuk organik. Adapun jadwal induk produksi pada industri pupuk

organik bersubsidi di Kabupaten Malang adalah pada Tabel 4.

Tabel 4. Jadwal Induk Produksi pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang Tahun 2016

Periode Rata-rata jumlah

produksi/JIP

(Kg)

minggu 1

(Kg)

minggu 2

(Kg)

minggu 3

(Kg)

minggu 4

(Kg)

Januari 2016 533.333 133.333 133.333 133.333 133.333

Februari 2016 466.667 116.667 116.667 116.667 116.667

Maret 2016 533.333 133.333 133.333 133.333 133.333

April 2016 516.667 129.167 129.167 129.167 129.167

Mei 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Juni 2016 466.667 116.667 116.667 116.667 116.667

Juli 2016 483.333 120.833 120.833 120.833 120.833

Agustus 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

September 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Oktober 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Nopember 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Desember 2016 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Total 6.000.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Rata-Rata 500.000 125.000 125.000 125.000 125.000

Sumber: Data olah primer (2017)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa total rencana produksi

pada Industri Pupuk Organik di Kabupaten Malang rata-rata adalah 6.000.000 Kg

Page 61: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

45

atau 6.000 ton pupuk organik bersubsidi. Sedangkan rata-rata produksi pupuk

organik per bulannya adalah sebanyak 500.000 Kg atau 500 ton pupuk organik

bersubsidi. Apabila dibagi kedalam minggu, maka rata-rata produksi pupuk

organik bersubsidi adalah 125.000 Kg atau 125 ton.

5.2.3 Status Persediaan Bahan Baku

Status persediaan merupakan jumlah persediaan bahan baku yang tersisa

pada akhir periode produksi. Status persediaan digunakan sebagai acuan untuk

melakukan pemesanan pada periode produksi berikutnya. Status persediaan

merupakan persediaan di tangan pada minggu ke-0 dalam Material Requirement

Planning yang digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku yang

dimiliki oleh perusahaan. Menurut Ummiroh (2013) Status persediaan menjadi

salah satu input untuk Rencana Kebutuhan Bahan (Material Requirement

Planning) yang terdiri dari persediaan yang tersedia dan yang sedang dalam

pemesanan.

Status persediaan yang digunakan dalam penelitian merupakan data

persediaan bahan baku yang berasal dari periode Desember 2015. Hal tersebut

dikarenakan data yang digunakan untuk perhitungan MRP merupakan data bahan

baku pada tahun 2016, sehingga dibutuhkan data akhir periode tahun 2015 untuk

menghitung persediaan bahan baku pada tahun 2016. Adapun, status persediaan

rata-rata Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang pada masing-

masing bahan baku adalah pada Tabel 5.

Tabel 5. Status Persediaan Rata-Rata Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang pada Desember 2015

Nama Bahan Baku Persediaan (Kg)

Kotoran Ayam 115.268

Kotoran Sapi 65.975

Blotong 725.760

Filler 32.518

Mixtro 5.093

Sumber: Data olah primer (2017)

Berdasarkan data status persediaan pada Tabel 5, dapat dikatakan bahwa

persediaan bahan baku blotong merupakan persediaan bahan baku tertinggi yaitu

sebanyak 725.760 Kg. Sedangkan persediaan terendah merupakan bahan baku

mixtro yaitu sebanyak 5.093 Kg. Tingginya jumlah persediaan bahan baku

blotong disebabkan karena pemesanan dilakukan setiap satu semester sekali,

Page 62: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

46

sehingga dalam sekali pesan Industri Pupuk Organik bersubsidi memesan dalam

jumlah banyak agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku blotong. Rendahnya

status persediaan bahan baku mixtro disebabkan karena paling rendahnya

kebutuhan bahan baku mixtro dalam produksi pupuk organik bersubsidi, sehingga

status persediaan mixtro yang ada di gudang juga paling sedikit.

5.2.4 Data Struktur Produk (Bill Of Material)

Produksi pupuk organik bersubsidi di Industri Pupuk Organik Kabupaten

Malang menggunakan beberapa bahan baku yang terdiri dari Kotoran Ayam dan

Kotoran Sapi yang telah melalui proses fermentasi, serta Blotong yang merupakan

ampas penggilingan tebu yang juga telah melalui proses fermentasi. Selain itu,

terdapat juga bahan baku berupa filler dan mixtro. Filler merupakan bahan

perekat yang terdiri dari dolosit, kaptan atau clay, sedangkan mixtro merupakan

bahan tambahan yang berasal dari PT. Petrokimia Gresik.

Produksi satu unit produk pupuk organik dibutuhkan campuran komponen

bahan baku utama dan tambahan atau dengan kata lain terdapat komponen bahan

baku kotoran ayam, kotoran sapi, blotong, filler, dan mixtro untuk memproduksi

satu unit produk pupuk organik. Hubungan pada setiap komponen yang disusun

secara sistematis dan membentuk suatu hierarki untuk proses produksi disebut

dengan Bill Of Material. Bill Of Material digunakan untuk menjelaskan

banyaknya kebutuhan komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi satu

produk akhir dari setiap komponen penyusunnya (Baharuddin, 2016).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka struktur produk atau Bill Of Material pada

pupuk organik adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Struktur Produk atau Bill Of Material Pupuk Organik

Gambar 3 merupakan struktur produk atau Bill Of Material yang

menjelaskan mengenai susunan bahan baku secara rinci dalam proses produksi

Pupuk Organik

Kotoran

Ayam

Kotoran

Sapi Blotong Filler Mixtro

Level 1

Level 2

Page 63: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

47

pupuk organik. Berdasarkan gambar tersebut, terdapat dua level dalam produksi

pupuk organik bersubsidi. Level pertama merupakan produk akhir yaitu pupuk

organik, sedangkan level kedua merupakan bahan baku kotoran ayam, kotoran

sapi, blotong, filler, dan mixtro. Perhitungan Bill Of Material yang menjelaskan

jumlah kebutuhan bahan baku untuk memproduksi satu unit produk pupuk

organik pada Industri Pupuk Organik di Kabupaten Malang adalah pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan Bill Of Material pada Persediaan Bahan Baku Industri

Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Kebutuhan Bahan Baku per kemasan (kg/sak)

Kotoran Ayam 19,00

Kotoran Sapi 17,50

Blotong 15,00

Filler 4,25

Mixtro 0,50

Sumber: Data olah primer (2017)

Dalam satu kali produksinya, rata-rata pupuk organik bersubsidi yang

dihasilkan dalam satu resep/komposisi adalah sebanyak 163 Kg dan dikemas ke

dalam karung atau sak yang memuat 40 Kg pupuk organik bersubsidi. Maka,

dalam satu kali resep produksi akan menghasilkan 4 karung atau sak pupuk

organik bersubsidi. Hasil produksi pupuk organik bersubsidi tidak terlepas dari

adanya penyusutan, oleh karena itu Industri Pupuk Organik bersubsidi di

Kabupaten Malang rata-rata menambahkan sebanyak 3 Kg pupuk organik untuk

menghindari adanya penyusutan.

Standart kemasan pada setiap industri pupuk organik bersubsidi adalah

sebanyak 40 Kg. Apabila industri pupuk organik bersubsidi mengirim atau

mendistribusikan pupuk organik dengan jumlah kurang dari 40 Kg dalam

kemasan, maka industri pupuk organik diarahkan untuk melakukan rebag atau

melakukan pengemasan ulang dengan ketentuan pupuk organik yang

didistribusikan adalah 40 Kg atau lebih. Berdasarkan hal tersebut, setiap industri

pupuk organik bersubsidi menambahkan hasil produksi dengan ketentuan minimal

5% dari standart kemasan untuk mengurangi adanya risiko penyusutan pada hasil

produksi pupuk organik.

Page 64: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

48

5.3 Penerapan Material Requirement Planning (MRP)

Metode Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode yang

digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan baku yang tepat, dimana pada

metode tersebut akan menghasilkan jumlah dan waktu pemesanan dengan biaya

terendah. Metode MRP memiliki berbagai teknik yang digunakan dalam berbagai

kondisi, dimana melalui teknik tersebut akan diketahui ukuran lot size dan waktu

pemesanan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada diperusahaan. Pada

penelitian teknik lot size yang digunakan adalah EOQ dan PPB, dimana EOQ

merupakan teknik yang digunakan dengan asumsi jumlah pemesanan konstan dan

PPB merupakan teknik lot size dengan asumsi jumlah pemesanan yang berbeda.

Metode MRP memiliki beberapa langkah agar menghasilkan biaya persediaan

dari masing-masing teknik tersebut, adapun langkah-langkah pada MRP adalah

sebagai berikut:

5.3.1 Biaya Persediaan Bahan Baku

Biaya persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan industri pupuk organik

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku untuk proses produksi. Biaya persediaan

yang dikeluarkan oleh industri pupuk organik terdiri dari biaya pesan, biaya

simpan, dan biaya beli. Adapun secara jelasnya macam-macam biaya yang

dikeluarkan untuk persediaan adalah sebagai berikut:

1. Biaya Pesan

Biaya pesan merupakan biaya yang dikeluarkan industri pupuk organik

untuk melakukan pemesanan bahan baku dalam memproduksi pupuk organik.

Biaya pemesanan bahan baku berbeda dengan biaya pembelian, dimana biaya

pesan yang dikeluarkan industri pupuk organik terdiri dari biaya telepon dan

biaya dokumentasi. Adapun lebih jelasnya biaya telepon dan biaya

dokumentasi adalah sebagai berikut:

a. Biaya Telepon

Biaya telepon merupakan harga yang harus dikeluarkan industri pupuk

organik pada saat melakukan pemesanan kepada pihak supplier dengan

menggunakan telepon. Biaya telepon dipengaruhi oleh lamanya

pembicaraan yang dibutuhkan untuk melakukan pemesanan melalui telepon

yang diasumsikan selama 10 menit. Selain itu, biaya telepon juga

Page 65: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

49

dipengaruhi oleh lokasi supplier dalam melakukan pemesanan masing-

maisng bahan baku. Supplier masing-masing bahan baku memiliki jarak

yang berbeda-beda. Supplier bahan baku tersebar di wilayah Kota Gresik,

Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar. Perhitungan biaya telepon pada

masing-masing industri disajikan pada Lampiran 3, yang berdasarkan tarif

dasar PT. Telkom per menit pada Lampiran 5.

b. Biaya administrasi/dokumentasi

Biaya administrasi atau biaya dokumentasi merupakan biaya yang

harus dikeluarkan oleh industri pupuk organik dalam kegiatan

administrasi/dokumentasi pemesanan seperti perbanyakan surat Purchased

Order atau PO. Pada proses pemesanan, industri pupuk organik

mendapatkan surat PO berwarna kuning yang dilakukan perbanyakan untuk

digunakan sebagai arsip. Adapun biaya perbanyakan surat PO yang

dikeluarkan perlembarnya adalah sebesar Rp 200 pada masing-masing

Industri Pupuk Organik. Surat perbanyakan tersebut digunakan sebagai

pembayaran dan lainnya digunakan sebagai arsip dengan yang asli.

Perhitungan biaya administrasi pada masing-masing industri disajikan pada

Lampiran 3.

c. Biaya Total Pemesanan

Biaya total pemesanan didapatkan dari rata-rata total biaya pesan dari

masing-masing Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

yang menjadi sampel penelitian. Biaya total pemesanan didapatkan dari

jumlah biaya telepon dan biaya dokumentasi. Total biaya pesan untuk

pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik bersubsidi di

Kabupaten Malang adalah pada tabel 7.

Tabel 7. Biaya Pemesanan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang

Bahan Baku Biaya telepon

(Rp)

Biaya dokumentasi

(Rp)

Total

(Rp)

Kotoran Ayam 7.817 333 8.150

Kotoran Sapi 4.523 333 4.857

Blotong 1.250 333 1.583

Filler 1.250 333 1.583

Mixtro 11.100 333 11.433

Sumber: Data olah primer (2017)

Page 66: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

50

Berdasarkan tabel 7 tersebut dapat dikatakan bahwa biaya pemesanan

bahan baku paling tinggi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan

bahan baku Mixtro. Tingginya biaya pemesanan pada bahan baku mixtro

disebabkan karena lokasi pemesanan yang paling jauh, sehingga biaya

telepon yang didasarkan dari jarak telepon akan mempengaruhi biaya total

pemesanan. Sedangkan bahan baku blotong dan filler merupakan bahan

baku dengan biaya total pemesanan yang paling rendah. Hal tersebut

dikarenakan bahan baku blotong dan filler berasal dari supplier yang ada di

Kabupaten Malang.

2. Biaya Simpan

Biaya simpan merupakan biaya yang dikeluarkan industri pupuk organik

dalam melakukan penyimpanan bahan baku untuk proses produksi pupuk

organik. Adapun biaya simpan pada industri pupuk organik terdiri dari biaya

penerangan dan biaya pajak bumi bangunan. Macam-macam biaya simpan

akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Biaya penerangan

Biaya penerangan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas

penerangan pada gudang penyimpanan bahan baku. Biaya penerangan

didasarkan dari banyaknya lampu, daya lampu (watt), dan lamanya waktu

lampu menyala selama satu tahun. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk

penerangan penyimpanan bahan baku didasarkan pada tarif dasar listrik

tahun 2016 adalah sebesar Rp 1.412 per kWh. Perhitungan lebih lengkap

untuk biaya penerangan terdapat pada Lampiran 4.

b. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan

Biaya pajak bumi dan bangunan merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk penggunaan gudang penyimpanan pada masing-masing bahan baku.

Perhitungan pajak gudang didasarkan dari luasan gudang yang digunakan

untuk menyimpan masing-masing bahan baku. Adapun biaya pajak satu

tahun yang dikeluarkan pada masing-masing Industri Pupuk Organik adalah

sebesar Rp 3.000.000/tahun, Rp 700.000/tahun, dan Rp 500.000/tahun.

Besarnya pajak bumi dan bangunan didasarkan oleh luasnya masing-masing

industri pupuk organik. Berdasarkan observasi penelitian terdapat salah satu

Page 67: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

51

industri yang memiliki gudang penyimpanan paling luas, yang digunakan

untuk melakukan fermentasi bahan baku sendiri. Perhitungan lebih lengkap

untuk biaya pajak bumi dan bangunan terdapat pada Lampiran 4.

c. Total Biaya Simpan

Biaya total penyimpanan didapatkan dari rata-rata total biaya simpan

dari masing-masing Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten

Malang yang menjadi sampel penelitian. Biaya total penyimpanan

didapatkan dari jumlah biaya penerangan dan biaya pajak bumi bangunan

yang juga disesuaikan dengan kebutuhan kotor pada masing-masing bahan

baku. Total biaya pesan untuk pengendalian persediaan bahan baku pupuk

organik bersubsidi adalah pada tabel 8.

Tabel 8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang

Bahan

Baku

Biaya

Penerangan

(Rp)

Biaya Pajak Bumi

dan Bangunan

(Rp)

Kebutuhan bahan

baku per tahun

(Kg)

Total

(Rp)

KA 1.247.220 67.525 2.651.163 0,50

KS 1.071.990 67.525 2.441.860 0,47

Blotong 1.071.990 67.525 2.093.023 0,54

Filler 175.229 61.175 593.023 0,40

Mixtro 144.306 63.068 69.767 2,97

Sumber: Data olah primer (2017)

Berdasarkan pada Tabel 8 tersebut, dapat dikatakan bahwa biaya

penyimpanan tertinggi dikeluarkan untuk bahan baku mixtro. Hal tersebut

dikarenakan, adanya ketidakseimbangan antara biaya simpan dengan

kebutuhan bahan baku per tahunnya. Pada tabel tersebut menunjukkan

bahwa kebutuhan bahan baku per tahun lebih kecil dibandingkan dengan

biaya yang harus dikeluarkan Industri Pupuk Organik Bersubsidi untuk

penyimpanan bahan baku mixtro. Biaya simpan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kebutuhan bahan baku atau jumlah bahan baku yang

disimpan akan menyebabkan tingginya biaya penyimpanan bahan baku.

Sedangkan bahan baku dengan total biaya terendah adalah pada bahan baku

filler, hal tersebut dikarenakan rendahnya kebutuhan bahan baku filler yang

juga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan,

Page 68: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

52

dimana biaya simpan bahan baku filler yang lebih rendah dibandingkan

dengan bahan baku lainnya.

3. Biaya Beli

Biaya beli merupakan biaya yang dikeluarkan industri pupuk organik

dalam melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk proses

produksi. Biaya beli digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dengan

melakukan pembelian pada masing-masing bahan baku per datangnya bahan

baku yang disesuaikan dengan periode pemesanan. Biaya beli pada penelitian

merupakan rata-rata dari satuan harga bahan baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang. Adapun rata-rata satuan harga beli bahan

baku adalah pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Beli Masing-Masing Bahan Baku pada Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Biaya Beli (Rp)

Kotoran Ayam 277

Kotoran Sapi 147

Blotong 90

Filler 167

Mixtro 7.500

Sumber: Data olah primer (2017)

Berdasarkan dari tabel 9 tersebut, harga beli bahan baku mixtro

merupakan harga bahan baku tertinggi yaitu Rp 7.500. Tingginya harga bahan

baku mixtro dikarenakan mixtro merupakan bahan yang berasal dari PT.

Petrokimia Gresik, sehingga harga tersebut telah menjadi ketetapan PT.

Petrokimia Gresik. Sedangkan harga terendah merupakan harga bahan baku

blotong yakni Rp 90. Hal tersebut dikarenakan, bahan baku blotong dilakukan

pembelian setiap satu semester sekali atau enam bulan sekali yakni pada

musim giling, sehingga pembelian bahan baku blotong dilakukan dalam jumlah

banyak dalam sekali beli. Pembelian dalam jumlah banyak akan berpengaruh

diskon pembelian, dimana semakin banyak bahan yang dibeli semakin murah

harga yang pembeliannya.

5.3.2 Penentuan Kebutuhan Kotor (Explosion)

Kebutuhan kotor merupakan kebutuhan bahan baku awal atau banyaknya

rencana pemakaian bahan baku yang telah ditentukan sebelumnya. Kebutuhan

Page 69: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

53

kotor dapat ditentukan dari menghitung daftar kebutuhan bahan baku atau Bill Of

Material pada tahun 2016 yang berdasarkan Jadwal Produksi Induk (Master

Production Schedule). Adapun pada tabel MRP yaitu pada Lampiran 8, 9, dan 10,

kebutuhan kotor merupakan Gross Requirement yang digunakan untuk

mengetahui jumlah persediaan di tangan dan kebutuhan bersih. Data total

kebutuhan kotor untuk masing-masing bahan baku pada masing-masing industri

pupuk organik dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.3.3 Penentuan Kebutuhan Bersih (Netting)

Perhitungan kebutuhan bersih digunakan untuk mengetahui jumlah

kebutuhan bersih pada masing-masing bahan baku produksi pupuk organik

bersubsidi dengan melihat persediaan di tangan dan yang sedang di pesan.

Kebutuhan bersih dapat diperoleh dari kebutuhan kotor yang dikurangi dengan

total dari persediaan di tangan maupun persediaan yang di pesan pada periode

tersebut. Jika jumlah persediaan yang di pesan dan di tangan lebih besar dari

kebutuhan kotor maka kebutuhan bersih dianggap nol (Rosidah, 2011). Adapun

pada tabel MRP yaitu pada Lampiran 8, 9, dan 10, kebutuhan kotor merupakan

Net Requirement yang digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan di tangan

dan kebutuhan bersih.

5.3.4 Penentuan Ukuran Pemesanan (Lotting)

Penentuan ukuran pesan digunakan untuk menentukan jumlah bahan baku

yang optimal untuk produksi pupuk organik bersubsidi. Penentuan ukuran

pemesanan bahan baku berdasarkan beberapa teknik yaitu Economic Order

Quantity (EOQ) dan Part Periode Balance (PPB). Dalam menentukan ukuran

pemesanan dibutuhkan input berupa data biaya persediaan seperti biaya pesan dan

biaya simpan. Adapun menurut (Baharuddin, 2016) tujuan dari penentuan ukuran

pemesanan adalah untuk memudahkan perusahaan dalam menentukan ukuran

pemesanan sesuai kebutuhan bahan baku. Teknik penentuan ukuran pemesanan

pada penelitian adalah sebagai berikut:

a. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu teknik Material

Requirement Planning yang sering digunakan, karena teknik ini merupakan salah

satu teknik yang mudah diaplikasikan. Teknik Economic Order Quantity (EOQ)

Page 70: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

54

digunakan untuk menentukan tingkat persediaan optimal pada suatu perusahaan

dengan asumsi nilai permintaan, biaya pemesanan, dan harga pembelian bernilai

konstan (Soleha, 2015). Adapun hasil yang diperoleh dari perhitungan dari rumus

Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui ukuran pemesanan masing-

masing bahan baku pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Economic Order Quantity pada Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Economic Order Quantity (Kg)

Kotoran Ayam 295.195

Kotoran Sapi 225.447

Blotong 110.335

Filler 68.635

Mixtro 23.167

Sumber: Data olah primer (2017)

Hasil perhitungan EOQ seperti yang disajikan pada Tabel 10, digunakan

untuk menentukkan ukuran pemesanan atau lot size pada saat Industri Pupuk

Organik mulai membutuhkan bahan baku. Ukuran pemesanan pada teknik EOQ

adalah konstan yaitu sebanyak dalam Tabel 10 pada masing-masing bahan baku.

Berdasarkan perhitungan EOQ dari Tabel 10 tersebut dapat diketahui penentuan

ukuran lot size terbesar adalah pada bahan baku kotoran ayam yaitu sebanyak

295.195 Kg, sedangkan penentuan ukuran lot size terkecil adalah pada bahan baku

mixtro yaitu sebanyak 23.167 Kg. Hasil perhitungan EOQ tersebut sesuai dengan

komposisi bahan baku untuk produksi pupuk organik, dimana kotoran ayam

dibutuhkan paling banyak dan mixtro dibutuhkan paling sedikit. Perhitungan

ukuran pesan dengan teknik Economic Order Quantity (EOQ) pada masing-

masing bahan baku secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Part Periode Balance (PPB)

Part Periode Balance (PPB) merupakan salah satu teknik penentuan ukuran

pemesanan yang memiliki cara hampir sama dengan teknik Economic Order

Quantity (EOQ) yakni sama-sama menyamakan antara biaya pesan dengan biaya

simpan untuk mendapatkan ukuran yang optimal. Perbedaan dari teknik Part

Periode Balance (PPB) dengan Economic Order Quantity (EOQ) adalah dari

jumlah pemesanan bahan baku, dimana PPB dapat menggunakan jumlah

Page 71: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

55

pemesanan bahan baku yang berbeda. Hasil perhitungan Part Periode Balance

(PPB) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Perhitungan Part Periode Balance (PPB) pada Industri Pupuk

Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Part Periode Balance (Kg)

Kotoran Ayam 16.434

Kotoran Sapi 10.407

Blotong 2.908

Filler 3.972

Mixtro 3.847

Sumber: Data olah primer (2017)

Perhitungan PBB didasarkan oleh perhitungan Economic Part Periode

(EPP), yaitu dengan menyamakan biaya simpan dengan biaya pesan. Melalui EPP

penentuan lot size dilakukan dengan mengakumulasi kebutuhan kotor bahan baku

per periode produksi hingga EPP mendekati part periode. Berdasarkan dari tabel

11 tersebut dapat diketahui bahwa dari perhitungan EPP menunjukkan bahan baku

kotoran ayam memiliki angka paling tinggi yaitu 16.434, sedangkan bahan baku

blotong memiliki angka paling rendah yaitu 2.908. Berdasarkan perhitungan EPP

didapatkan rata-rata besarnya ukuran pesan dengan menggunakan teknik PPB

adalah 106.342 Kg kotoran ayam, 97.946 Kg Kotoran Sapi, 86.211 Kg Blotong,

24.674 Kg filler, dan 2.898 Kg mixtro yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan

bahan baku.

Besar kecilnya hasil perhitungan EPP pada tabel 11 dipengaruhi oleh

besarnya biaya simpan dan biaya pesan. Hal tersebut akan mempengaruhi

penentuan ukuran lot size dan lamanya penyimpanan pada Lampiran 7. Jika angka

perhitungan EPP besar maka akan semakin mudah mendekati penentuan ukuran

lot size dan penyimpanan menjadi lebih singkat, sebaliknya jika angka

perhitungan EPP kecil akan lebih sulit mendekati penentuan ukuran lot size dan

penyimpanan menjadi lebih lama. Adapun perhitungan teknik Economic Part

Periode (EPP) secara jelas dapat dilihat pada Lampiran 6 dan perhitungan

penentuan lot berdasarkan EPP dan part periode disajikan pada Lampiran 7.

5.3.4 Penentuan Waktu Pemesanan (Offsetting)

Penentuan waktu pemesanan atau Offsetting merupakan penentuan waktu

pemesanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan bersih (Ummiroh, 2013).

Page 72: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

56

Penentuan waktu pemesanan pada metode Material Requirement Planning

memiliki waktu yang berbeda pada setiap tekniknya, yaitu teknik Economic Order

Quantity dan Part Periode Balance. Pada semua waktu pemesanan dilakukan

ketika lot size pada suatu periode produksi tidak mampu memenuhi kebutuhan

kotor untuk periode produksi selanjutnya. Penentuan waktu pemesanan lebih jelas

pada masing-masing teknik dengan menggunakan metode Material Requirement

Planning dapat dilihat dari perhitungann pada Lampiran 8, 9, dan 10.

5.3.5 Waktu Tunggu (Lead Time)

Setiap melakukan pemesanan bahan baku, Industri pupuk organik selalu

memiliki waktu tunggu yang terhitung dari pemesanan hingga datangnya bahan

baku. Dengan kata lain, lead time atau waktu tunggu merupakan tenggang waktu

yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pemesanan (Baharuddin, 2016).

Waktu tunggu pada masing-masing bahan baku untuk produksi pupuk organik

bersubsidi memiliki waktu yang berbeda pada setiap industri. Waktu tunggu yang

dibutuhkan industri dalam melakukan pemesanan akan disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Lead Time Pemesanan Bahan Baku Produksi Pupuk Organik Bersubsidi

pada Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

Nama Bahan Baku Lead Time (hari)

Kotoran Ayam 4

Kotoran Sapi 4

Blotong 4

Filler 4

Mixtro 7

Sumber: Data Primer (2017)

Berdasarkan Tabel 12 tersebut, dapat dikatakan bahwa rata-rata Industri

Pupuk Organik Bersubsidi menerima bahan baku dari proses pemesanan adalah 4

hari sekali yaitu pada bahan baku kotoran ayam, kotoran sapi, blotong dan filler.

Berdasarkan hal tersebut, maka banyaknya bahan baku yang datang untuk proses

produksi tersedia pada setiap minggu. Selain itu, terdapat bahan baku mixtro yang

memiliki waktu Lead Time paling lama yaitu 7 hari atau terhitung selama satu

minggu. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku mixtro dapat dipesan dari PT.

Petrokimia Gresik yang berada di Kabupaten Gresik. Jika dibandingkan dengan

bahan baku lainnya, bahan baku mixtro berasal dari lokasi yang paling jauh,

Page 73: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

57

sehingga jarak pemesanan dengan kedatangan bahan baku membutuhkan waktu

yang paling lama.

5.4 Teknik Alternatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Teknik alternatif pengendalian persediaan bahan baku dapat diketahui,

setelah penentuan ukuran lot size pada masing-masing teknik Material

Requirement Planning. Teknik alternatif pengendalian persediaan bahan baku

dilakukan untuk mengetahui persediaan optimal yang dilakukan dengan

perhitungan biaya total pada masing-masing teknik melalui penjumlahan biaya

pesan, simpan, dan beli. Biaya total pada masing-masing teknik tersebut

kemudian dilakukan perbandingan untuk mengetahui biaya persediaan optimal

yang digunakan sebagai teknik alternatif pengendalian persediaan bahan baku.

Perbandingan biaya total masing-masing teknik pada masing-masing bahan baku

ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan Total Biaya Persediaan Masing-Masing Teknik

Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Teknik Economic Order Quantity

Bahan Baku Biaya Pesan

(Rp)

Biaya Simpan

(Rp)

Biaya Beli

(Rp)

Total

(Rp)

Kotoran Ayam 73.350 3.632.276 735.922.018 739.627.644

Kotoran Sapi 53.427 2.475.017 364.548.177 367.076.621

Blotong 20.579 3.971.392 129.092.500 133.084.472

Filler 14.247 658.889 103.158.289 103.831.426

Mixtro 34.299 1.610.837 521.265.383 522.910.520

Total 1.866.530.682

Teknik Part Periode Balance

Kotoran Ayam 195.600 2.103.639 734.374.644 736.673.883

Kotoran Sapi 116.568 914.558 358.954.008 359.985.134

Blotong 41.158 3.584.862 124.143.210 127.769.230

Filler 36.409 252.722 90.645.095 90.934.226

Mixtro 262.959 189.741 499.920.000 500.372.700

Total 1.815.735.174

Metode Industri Pupuk Organik (Konvensional)

Kotoran Ayam 383.050 10.427.659 930.259.626 941.070.335

Kotoran Sapi 228.279 6.440.284 432.793.578 439.462.141

Blotong 3.166 15.282.701 180.000.000 195.285.867

Filler 74.401 293.794 93.812.584 94.180.779

Mixtro 137.196 1.267.329 569.970.000 571.374.525

Total 2.241.373.647

Sumber: Data olah primer (2017)

Page 74: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

58

Berdasarkan dari tabel 13 tersebut, total biaya persediaan yang tertinggi

merupakan total biaya persediaan dengan metode yang dilakukan oleh Industri

Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang yaitu sebesar Rp 2.241.373.647.

Sedangkan total biaya persediaan terendah merupakan teknik Part Periode

Balance (PPB) yaitu Rp 1.815.735.174. Pada teknik Economic Order Quantity

merupakan teknik yang memiliki total biaya persediaan sedang yaitu Rp

1.866.530.682, artinya teknik EOQ memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan

dengan teknik PPB, namun memiliki total biaya persediaan yang lebih rendah

dibandingkan dengan metode yang dilakukan oleh Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang.

Alternatif teknik yang dapat digunakan untuk Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang untuk mengoptimalkan pengendalian persediaan

bahan baku adalah dengan menggunakan teknik Part Periode Balance (PPB),

dimana teknik PPB memiliki total biaya persediaan paling rendah dibandingkan

dengan teknik EOQ maupun metode yang digunakan oleh Industri Pupuk Organik

Bersubsidi di Kabupaten Malang. Ristono (2013) menyatakan bahwa persediaan

bahan baku yang seimbang dengan kebutuhan dapat menekan biaya persediaan,

sehingga dapat mengoptimalkan pengendalian persediaan bahan baku. Pada

teknik PBB penentuan lot dilakukan dengan menyeimbangkan biaya pesan dan

biaya simpan, dimana jumlah dan waktu pemesanan dapat bervariasi. Hal tersebut

sesuai dengan kondisi Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang

yang melakukan pengendalian persediaan dengan jumlah dan waktu pemesanan

yang bervariasi.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Soleha (2015) juga

menyatakan bahwa teknik PPB menghasilkan biaya paling rendah dibandingkan

dengan biaya persediaan yang diterapkan oleh perusahaan, karena teknik PPB

memberikan beban pada biaya simpan dan biaya pesan yang seimbang. Selain itu,

hal tersebut dikarenakan akumulasi persediaan yang mendekati nilai EPP

merupakan lot yang dapat memperkecil biaya persediaan (Herjanto, 2008).

Adapun dari penelitian Ummiroh (2013), yang mengatakan karena teknik PPB

mempertimbangkan kuantitas pembelian yang dapat menyeimbangkan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan.

Page 75: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

59

Teknik PPB dan EOQ merupakan teknik yang termasuk kedalam metode

Material Requirement Planning (MRP), sehingga dihasilkan bahwa metode

Material Requirement Planning (MRP) lebih optimal dari metode konvensional

yang dilakukan Industri Pupuk Organik Bersubsidi di Kabupaten Malang dalam

pengendalian persediaan bahan baku produksi Pupuk Organik. Berdasarkan hal

tersebut, maka hipotesis penelitian dapat diterima, dimana pengendalian

persediaan bahan baku yang dilakukan oleh Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang belum optimal karena memiliki biaya persediaan paling besar.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Soleha (2015),

yang menghasilkan bahwa pengendalian persediaan bahan baku dengan metode

Material Requirement Planning (MRP) akan lebih optimal. Penelitian yang

dilakukan oleh Rosidah (2015), juga menyatakan bahwa metode MRP akan

membantu perusahaan dalam menentukan ukuran persediaan yang optimal.

Page 76: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

60

VI. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Sistem pengendalian persediaan bahan baku pupuk organik bersubsidi di

Kabupaten Malang didasarkan pada rencana produksi yang merupakan kontrak

antara Industri Pupuk Organik dengan PT. Petrokimia Gresik sesuai dengan

kemampuan masing-masing Industri Pupuk Organik di Kabupaten Malang.

Rencana Produksi didasarkan pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

(RDKK) yang ditetapkan oleh pemerintah, kemudian diserahkan kepada

produsen pupuk untuk dilakukan produksi dan distribusi. Adapun bahan baku

yang terdiri dari kotoran ayam, kotoran sapi, blotong, filler dan mixtro

dilakukan pemesanan dengan jumlah dan waktu yang bervariasi sesuai

kedatangan dari pihak Supplier.

2. Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Material

Requirement Planning dimulai dari perhitungan kebutuhan kotor yang

didapatkan dari perhitungan jadwal induk produksi dan bill of material.

Kemudian menghitung kebutuhan bersih, yang didapat dari selisih kebutuhan

kotor dengan persediaan di tangan pada setiap periode produksi. Adapun

penentuan lot size atau ukuran pemesanan yaitu dengan teknik lot size yang

digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ) sebanyak 295.195 Kg

kotoran ayam, 225.447 Kg Kotoran Sapi, 110.335 Kg Blotong, 68.635 Kg filler,

dan 32.167 Kg mixtro secara konstan dan dengan Part Peiode Balance (PPB)

rata-rata adalah 106.342 Kg kotoran ayam, 97.946 Kg Kotoran Sapi, 86.211 Kg

Blotong, 24.674 Kg filler, dan 2.898 Kg mixtro yang bervariasi sesuai dengan

kebutuhan bahan baku.

3. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pengendalian persediaan bahan baku

industri pupuk organik di Kabupaten Malang lebih optimal menggunakan

teknik Part Peiode Balance (PPB) karena memiliki total biaya persediaan

paling rendah yaitu Rp 1.815.735.174, dibandingkan teknik Economic Order

Quantity (EOQ) maupun industri pupuk organik di Kabupaten Malang. Teknik

Part Peiode Balance (PPB) merupakan salah satu teknik pada metode Material

Requirement Planning, maka metode Material Requirement Planning lebih

optimal dari metode industri pupuk organik di Kabupaten Malang.

Page 77: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

61

6.2 Saran

1. Berdasarkan hasil observasi, sebaiknya Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang memiliki sistem atau manajemen terstruktur yang mengatur

pengendalian persediaan bahan baku, sehingga Industri dapat mengetahui

kapan dan berapa jumlah bahan baku yang harus tersedia untuk produksi pupuk

organik.

2. Berdasarkan hasil analisis, sebaiknya Industri Pupuk Organik Bersubsidi di

Kabupaten Malang menentukan jumlah dan waktu pemesanan yang sesuai

dengan kebutuhan bahan baku seperti metode Material Requirement Planning,

sehingga terhindar dari adanya risiko kekurangan maupun kelebihan bahan

baku.

3. Penelitian yang telah dilakukan tidak terlepas adanya dari kekurangan,

sehingga bagi penelitian berikutnya menggunakan variabel persediaan pada

bahan lainnya seperti persediaan barang jadi, barang proses atau maintance

yang dapat dilakukan analisis sesuai dengan konsep MRP.

Page 78: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

62

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah. 2011. Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku Dan Bahan Penolong

Dengan Metode Economical Order Quantity (EOQ) Pada PT. Sukorejo

Indah Textile Batang. (Skripsi). Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri

Semarang. Semarang.

Amirin TM. 2011. Sampel, sampling, dan teknik pengambilan sampel I

Pengambilan Sampel dari Populasi Terhingga. http://

tatangmanguny.wordpress.com. (Online). Diakses pada 26 Februari 2017.

Amulyono S. 2011. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Bahan

Baku dengan Material Requirement Planning (MRP) dalam Upaya

Meminimumkan Biaya Persediaan. Material Requirement Planning

(MRP).

Andini, Slamet. 2016. Analisis Optimasi Persediaan Bahan Baku Dengan

Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Cv. Tenun/Atbm

Rimatex Kabupaten Pemalang. Management Analysis Journal Vol. 5 (2) :

58-63.

Arisandi, dkk. 2016. Efektivitas Distribusi Subsidi Pupuk Organik dan

Dampaknya terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Subak

Sungsang, Desa Tibubiu, Kabupaten Tabanan. E-Jurnal Agribisnis dan

Agrowisata. Vol 5 (1) : Hal. 1-10.

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia. 2017. Supply and Demand 2007-2016 :

Statistic APPI. http://www.appi.or.id/?statistic. (Online). Diakses pada 20

Januari 2017.

Assauri S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Badan Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian. 2015. Pembuatan Pupuk Organik:

Pelatihan Teknis Budidaya Padi bagi Penyuluh Pertanian dan Babinsa.

Pusat Pelatihan Pertanian.

Baharuddin MH. 2016. Analisis Penerapan Material Requirement Planning dalam

perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Coklat

Apel (Studi Kasus pada Agroindustri cokelat apel di CV. Orenthesa

Yurisma Corporation, Malang- Jawa Timur). (Skripsi). Fakultas Pertanian.

Universitas Brawijaya. Malang.

Bappeda Jatim. 2011. Pemda Dimintai Dorong Petani Pakai Pupuk Organik.

http://bappeda.jatimprov.go.id/. (Online). Diakses pada 09 Februari 2017.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2014. Petunjuk Pelaksanaan dan Penyusunan

Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk Bersubsidi.

Kementerian Pertanian. Jakarta

Ditjen Sarana dan Prasarana Kementerian Pertanian. 2016. Pedoman Pelaksanaan

Penyediaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun Anggaran 2016.

Kementerian Pertanian. Jakarta

Page 79: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

63

Goenadi DH. 2014. Peran Pupuk Organik dalam Membangun Ketahanan Pangan

Nasional. http://tabloidsahabatpetani.com/peran-pupuk-organik-dalam-

membangun-ketahanan-pangan-nasional/.(Online). Diakses pada 9 Juni

2016.

Handoko R, Patriadi. 2005. Evaluasi Kebijakan Subsidi Non BBM. Rajawali

Press. Jakarta.

Hartoko A. 2011. Menyusun Laporan Keuangan Untuk Usaha. Multicom.

Yogyakarta.

Heizer J, Render B. 2015. Manajemen Operasi: Manajemen Keberlangsungan dan

Rantai Pasokan. Salemba Empat. Jakarta.

Hendratmiko, Yonasfiko. 2010. Analisis Persediaan Bahan Baku Pada Industri

Kecil Menengah Mebel di Kota Kendal. Universitas Negeri Semarang.

Semarang

Herjanto E. 2008. Manajemen Operasi Edisi 3. Grasindo. Jakarta.

Indriyati R. 2007. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode

EOQ pada PT. Tipota Furnishing Jepara. (Skripsi). Fakultas Ekonomi.

Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Lestari AP. 2009. Pengembangan pertanian Berkelanjutan Melalui Subsitusi

Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Argonomi Vol. 13 (1) :

38-44.

Lestari P. 2014. Analisis Permintaan Pupuk Organik Bersubsidi di Jawa Timur.

(Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Ma’Arif MS, Tanjung H. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Malangkab. 2016. Selayang Pandang. http://www.malangkab.go.id/. (Online).

Diakses pada 09 Februari 2017.

Manasehat R. 2014. “Pengaruh Sistem Irigasi Terhadap Usahatani Padi Sawah”.

http://respository.ipb.ac.id diakses pada tanggal 30 Mei 2015.

Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Nomor 15/M-Dag/Per/4/2013.

Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian.

Menteri Perdagangan Republik Indonesia.

Muqodam W. 2013. Dinas Peternakan Jatim Klaim Populasi Sapi di Jatim Aman.

http://www.suarasurabaya.net/. (Online). Diakses pada 09 Februari 2017.

Musnamar EI. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Najata. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik.

http://farmingresearch.blogspot.co.id/2013/10/kelebihan-dan-kekurangan-

pupuk.html. (Online). Diakses pada 9 Juni 2016.

Peraturan Menteri Pertanian. Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011. Pupuk

Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Menteri Pertanian.

Petroganik. 2015. Mitra Petroganik. http://petroganik.com/mitra/. (Online).

Diakses pada 09 Februari 2017.

Page 80: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

64

Randy. 2015. Kualitas Petroganik Menjadi Prioritas: Tabloid Sahabat Petani.

http://tabloidsahabatpetani.com/kualitas-petroganik-menjadi-prioritas-2/.

(Online). Diakses pada 09 Februari 2017.

Rangkuti F. 2004. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Grafindo

Persada. Jakarta.

Ratnasari DM. 2013. Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Lidah Buaya untuk

Pembuatan Minuman Aloe Vera di PT. Keong Nusantara Abadi (Wong

Coco) Kediri. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Ristono, A. 2013. Manajemen Persediaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rosidah, AA. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Kedelai, Minyak Goreng,

dan Kemasan menggunakan Metode Material Requirement Planning

(MRP): Study Kasus pada UKM Karya Perdana Jombang. (Skripsi).

Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Rue LW, Byars LL. 2005. Management Ninth Edition. Pearson Prentice Hall.

New Jersey.

Sari SP. 2010. Pengoptimalan Persediaan Bahan Baku Kacang Tanah

Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity). (Skripsi).

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Smith JM, Skousen KF. 1992. Akuntansi Intermediate Volume Komprehensif,

Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soleha W. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Keripik Nangka

dengan Metode Material Requirement Planning (MRP). (Skripsi). Fakultas

Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Sriratanaviriyakul et al,. 2013. Klinik Thai: Material Requirement Planning

System. Journal Information Technology Education: Dicussion Case Vol

2(7): Hal. 1-12

Stevenson WJ, Chuong SC. 2014. Manajemen Operasi Perspektif Asia: Buku 2.

Salemba Empat. Jakarta.

Sudaryanto, dkk. 2006. Pandangan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian terhadap Kinerja Kebijakan Subsidi Pupuk Selama ini dan

Perbanyakannya ke Depan. Departemen Pertanian. Bogor.

Sudirman IM. 2012. Peembuatan Pupuk Organik.

http://iinmutmainna.blogspot.co.id/2012/05/pembuatan-pupuk-

organik.html. (Online). Diakses pada 9 Juni 2016.

Tumijo, dkk. 2015. “Manajemen Persediaan Bahan Baku Pada Industri Kopi

(Bumi Mutiara) Di Kota Palu”. e-J Agrotekbis Vol. 3(5) : 668-679.

Ummiroh IR. 2013. Analisis Penerapan Material Requirement Planning (MRP)

pada Pennyellow Furniture. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas

Jember. Jember.

Page 81: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA …repository.ub.ac.id/5289/1/RIZA LISMAWATI UTY.pdf · Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan Material Requirement Planning

65

Wahyono, dkk. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. PT.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Wahyuningsih R. 2011. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT.

Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul Bogor. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.