ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN SYARIAH DAN...

130
ii ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN SYARIAH DAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus: Di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun 2002-2014) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh MUSALIM RIDHO NIM 63020 15 0045 PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Transcript of ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN SYARIAH DAN...

  • ii

    ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN

    SYARIAH DAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN

    BELANJA NEGARA (APBN) TERHADAP

    PENGENTASAN KEMISKINAN

    (Studi Kasus: Di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun

    2002-2014)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    MUSALIM RIDHO

    NIM 63020 15 0045

    PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • ii

  • i

    ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN

    SYARIAH DAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN

    BELANJA NEGARA (APBN) TERHADAP

    PENGENTASAN KEMISKINAN

    (Studi Kasus: Di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun

    2002-2014)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    MUSALIM RIDHO

    NIM 63020 15 0045

    PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    ومن أرادهما فعليه بالعلم, وما أراد االخره فعليه بالعلم, من أراد الدنيا فعليه باالعلم

    (رواه الطبراني)

    “Janganlah engkau menanggung kebingungan dunia karena itu

    urusan ALLAH SWT, janganlah engkau menanggung kebingungan

    rejeki karena itu dari ALLAH SWT, janganlah engkau menanggung

    kebingungan masa depan karena itu kekuasaan ALLAH SWT. Yang

    harus engkau tanggung adalah satu kebingungan, yaitu bagaimana

    ALLAH SWT Ridho kepadamu”

    -Habib Umar bin Hafidz -

    “This is not about how long standing you life but

    How much you can useful for other people”

    Javanes Quote

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini aku persembahkan untuk:

    1. Orang tuaku tercinta H. Sobirin dan Ibu Hj. Siti Maemunah (Alm) yang tiada

    hentinya mengucapkan doa dalam setiap sujudnya untuk setiap langkahku.

    2. Kakakku Abdur Rohim berserta istri dan anaknya, Ahmad Muhyidin beserta

    istri dan anaknya, yang senantiasa memberikan doa, semangat, dukungan dan

    mendampingi dalam keadaan bagaimanapun

    3. Keluarga besarku: Yang selalu di dalam doa semoga Allah swt senantiasa

    mengasihi dan memberi kasih sayang di dunia dan di akhirat kelak kepada kita

    semua. Amin

    4. Almamaterku Tercinta IAIN Salatiga: Terimakasih yang telah menjadi tempat

    dimana saya menimba Ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah serta

    perlindungan yang diberikan-Nya sehingga Skripsi ini dapat di selesaikan. Tidak

    lupa Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad SAW yang senantiasa saya nantikan syafaat-Nya dan yang selalu

    menerangi dunia ini dengan cahaya Islam. Skripsi yang berjudul “Analisis

    Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja

    Negara (APBN) Terhadap Pengentasan Kemiskinan. (Studi kasus: di Negara

    Indonesia dan Malaysia Periode Tahun 2002-2014)” ini saya susun sebagai

    persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga.

    Tentu suksesnya hasil Skripsi ini berkat bimbingan dari semua pihak yang

    membantu saya selama pembuatan Skripsi ini. Dengan ini saya mengucapkan

    terima kasih kepada.

    1. Allah SWT, yang telah memberikan saya karunia-Nya sehingga saya dapat

    menyelesaikan Skripsi ini.

    2. Kedua orang tua saya & seluruh keluarga besar yang telah senantiasa

    memberikan dukungan dan doanya.

    3. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd Selaku Rektor IAIN Salatiga.

    4. Bapak Dr. H. Ahmad Mifdlol Muthohar.Lc., M.S.I. pembimbing saya dalam

    menyusun Skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen & staf IAIN Salatiga yang telah memberikan arahan dan

    bimbingannya.

    6. Mas Hamdan Yuafi, S.E yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

    7. Mbk Kristiani Gracielia Jessica, S.E. yang telah memberikan arahan dan

    bimbingannya.

  • x

    8. Mbk Fitriana Umami, S.E. yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

    9. Mbk Wiwit Ayu, S.E.,M.E. yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

    10. PANDAWA‟9 (Ali, Ahsin, Bagus, Hadi, Muttaqin S.E, Muhyidin, S.E, &

    Rizal, S.E).

    11. Keluarga besar Talent Scouting‟18 & beserta seluruh Mentor & Supervisor

    yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

    12. Keluarga besar Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) IAIN Salatiga yang

    telah menjadi wadah bagi penulis dalam menimba pengalaman dalam

    penulisan karya tulis dan keorganisasian.

    13. Keluarga besar Squad ESiaga‟15 FEBI IAIN Salatiga yang menjadi teman

    seperjuangan dalam menimba Ilmu & Pengalaman Selama kuliah.

    14. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian Skripsi

    ini.

    Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih belum

    sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

    membangun, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga bimbingan dan

    kebaikan yang telah diberikan kepada saya akan mendapatkan ridho dari Allah

    SWT. Saya berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan

    umumnya bagi teman-teman yang membutuhkan.

    Penulis

  • xi

    ABSTRAK

    Salatiga, Ridho. 2018. Analisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan

    Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan. (Studi kasus: di Negara Indonesia dan

    Malaysia Periode Tahun 2002-2014). Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan

    Bisnis Islam Program Studi S1-Ekonomi Syariah IAIN Salatiga.

    Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc. M.SI.

    Penelitian ini dilatarbelakangi dari jumlah penduduk Indonesia yang terbanyak

    ke empat di dunia dengan tingkat kemiskinan masih tinggi dan jumlah populasi

    penduduk beragama Islam. Untuk itu, Islam datang dengan membawa solusi

    untuk mengentaskan kemiskinan dengan instrumen zakat. Selain itu, ada

    instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara

    yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui pengaruh instrumen zakat, pembiayaan syariah Dan Anggaran

    Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan di

    Negara Indonesia dan Malaysia periode tahun 2002-2014.

    Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk semua variabel, yang

    termasuk dalam kategori data panel. Selanjutnya data panel diuji menggunakan uji

    regresi linear berganda melalui aplikasi statistik E-VIEWS 9 dengan

    mengestimasi semua variabel independen terhadap variabel dependen, serta

    dilakukan uji perbedaan antara variabel X dan Variabel Y dari Negara Indonesia

    dan Malaysia.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel zakat berpengaruh negatif

    signifikan terhadap pengentasan kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia.

    Pembiayaan syariah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengentasan

    kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia. Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Negara (APBN) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengentasan

    kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia. Terdapat perbedaan antara tingkat

    penerimaan dana zakat, pembiayaan syariah dan APBN Indonesia dan Malaysia.

    Kata kunci: Zakat, Pembiayaan Syariah, APBN, Kemiskinan

  • xii

    DAFTAR ISI

    JUDUL ...................................................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. i

    LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................................... v

    MOTTO .................................................................................................................. vi

    PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

    ABSTRAK ............................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

    C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 9

    D. Kegunaan Penelitian. ................................................................................... 10

    E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 11

    BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 13

    A. Telaah Pustaka ............................................................................................ 13

    B. Kerangka Teori ........................................................................................... 20

    1. Kemiskinan ........................................................................................... 20

    2. Teori Pro anggaran kemiskinan ............................................................. 22

    3. Zakat ..................................................................................................... 23

    4. Pembiayaan Syariah .............................................................................. 28

  • xiii

    5. Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara APBN) ................................ 32

    C. Kerangka Pemikiran Teoritis. ....................................................................... 35

    D. Hipotesis ...................................................................................................... 36

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43

    A. Jenis Penelitian............................................................................................ 43

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 43

    C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 44

    D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 46

    E. Skala Pengukuran ........................................................................................ 47

    F. Definisi Konsep dan Operasional ................................................................ 47

    G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 50

    H. Uji Instrumen Penelitian .............................................................................. 50

    I. Alat Analisis ............................................................................................... 51

    BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................... 56

    A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................................... 56

    B. Analisis Data ................................................................................................ 60

    BAB V PENUTUP ................................................................................................. 91

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 91

    B. Saran ............................................................................................................ 92

    DAFTAR PUSTAKA

    CURRICULUM VITAE

    LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Research Gap Variabel Zakat .............................................................. 17

    Tabel 2.2 Research Gap Variabel Pembiayaan Syariah ........................................ 18

    Tabel 2.3 Research Gap Variabel APBN ............................................................... 18

    Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif Negara Indonesia .................................................... 61

    Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif Negara Malaysia ...................................................... 62

    Tabel 4.3 Uji Akar Unit Variabel Zakat Indonesia ................................................. 63

    Tabel 4.4 Uji Akar Unit Variabel Zakat Malaysia .................................................. 64

    Tabel 4.5 Uji Akar Unit Variabel Pembiayaan Syariah Indonesia ........................... 65

    Tabel 4.6 Uji Akar Unit Variabel Pembiayaan Syariah Malaysia ............................ 66

    Tabel 4.7 Uji Akar Unit Variabel APBN Indonesia ................................................ 67

    Tabel 4.8 Uji Akar Unit Variabel APBN Malaysia ................................................. 67

    Tabel 4.9 Uji Akar Unit Variabel Kemiskinan Indonesia ........................................ 68

    Tabel 4.10 Uji Akar Unit Variabel Kemiskinan Malaysia....................................... 69

    Tabel 4.11 Uji Regresi Indonesia ............................................................................ 70

    Tabel 4.12 Uji Regresi Malaysia ............................................................................. 70

    Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas Malaysia .............................................................. 74

    Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Indonesia ............................................................. 74

    Tabel 4.15 Uji Heteroskedastisitas Indonesia .......................................................... 75

    Tabel 4.16 Uji Heteroskedastisitas Malaysia ........................................................... 75

  • xv

    Tabel 4.17 Uji Autokorelasi Indonesia .................................................................... 76

    Tabel 4.18 Uji Autokorelasi Indonesia setelah penyembuhan .................................. 76

    Tabel 4.19 Uji Autokorelasi Malaysia ..................................................................... 77

    Tabel 4.20 Uji Autokorelasi Malaysia setelah penyembuhan ................................... 78

    Tabel 4.21 Uji Beda Variabel Zakat ........................................................................ 79

    Tabel 4.22 Uji Beda Variabel Pembiayaan Syariah ................................................. 80

    Tabel 4.23 Uji Beda Variabel APBN ...................................................................... 81

    Tabel 4.24 Uji Beda Variabel Kemiskinan .............................................................. 82

    Tabel 4.25 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 90

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Jumlah & Presentase Kemiskinan ........................................................ 4

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 35

    Gambar 4.1 Uji Normalitas Indonesia .................................................................... 73

    Gambar 4.2 Uji Normalitas Malaysia ..................................................................... 73

    Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Durbin Watson Indonesia .......................................... 77

    Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Durbin Watson Malaysia ........................................... 78

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Sekunder

    Lampiran 2 Uji Deskriptif

    Lampiran 3 Uji Stasioneritas

    Lampiran 4 Uji Regresi

    Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik

    Lampiran 6 Uji Beda

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak keempat

    di dunia setelah China, Amerika Serikat danIndia dan menjadi Negara Muslim

    terbesar di Dunia. Untuk itu, Indonesia berpotensi menjadi negara Muslim

    yang ideal, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun dari sumber

    daya alam (SDA). Pengelolaan SDM dan SDA yang optimal akan

    meningkatkan secara riil terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, usaha

    pengoptimalisasian tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada minimalisasi

    kemiskinan dan kebodohan. Upaya ini akan mendekati nol jika tidak adanya

    kesadaran berbagi antar umat Islam dan masih ada jurang di antara orang kaya

    dan orang miskin. Untuk itu,Islam mempunyai satu pilar dari lima pilar yang

    berorientasi vertikal sekaligus horizontal, yaitu kewajibkan atas seorang

    muslim untuk membayar zakat.

    Menurut Muthohar zakat memiliki konsep sederhana yaitu di dalam harta

    orang kaya terdapat hak orang miskin yang harus ditunaikan.Zakat ini lebih

    ditekankan dalam hal upaya pemerataan pendapatan (Muthohar, 2016:

    11).Karena hal tersebut sangat penting sesuai yang telah dijelaskan oleh Allah

    swt dalam QS. Al-Hasyr ayat 7 sebagai berikut:

  • 2

    Artinya: “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada

    RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka

    adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang

    miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan

    beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu, apa yang diberikan

    Rasul kepadamu, Maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka

    tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah swt amat

    keras hukumannya”.

    Salah satu tujuan dari pemerataan pendapatan adalah mensejahterakan

    kehidupan masyarakat merupakan salah satu tujuan tercapainya negara yang

    berdaulat dan adil sesuai dengan undang-undang negara maupun perintah

    agama Islam (Purbasari, 2015).Sesuai dengan perintah Allah swt tentang

    kewajiban seorang muslim membayar zakat dalam Alquran dan Hadis juga

    peraturan undang-undang dasar negara Replubik Indonesia Nomor 23 tahun

    2011 tentang pengelolaan zakat. Maka, zakat menjadi salah satu instrumen

    yang memiliki potensi yang tinggi dalam pemberdayaan umat dan

    pengentasan kemiskinan, serta menjadi simbol dari keharmonisasian

    hubungan sesama manusia. Apabila di kelola secara professional dan orang

    yang ahli di bidangnnya, dengan menerapkan prinsip yang baik dan

    mengambil contoh dari praktik Rasulullah saw dalam mengelola zakat dan

  • 3

    juga umat Islam pada era keemasannya dulu, maka zakat benar-benar akan

    menjadi solusi atas berbagai problematika umat (Sularno, 2010).

    Salah satu problematika umat yang sampai sekarang belum terselesaikan

    adalah masalah kemiskinan.Untuk itu, perlu adanya alternatif ataupun

    instrumenkomplementer yang digunakan dalam mengentaskan kemiskinan.

    Pada penelitian ini, akan dipaparkan terkait dengan instrumen yang

    diasumsikan mampu mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Negara

    berkembang. Salah satunya sudah di jelaskan dalam hadis diatas yaitu dengan

    zakat.Akan tetapi, masih ada instrumen-instrumen lain yang dianggap mampu

    untuk menjadi instrumen pengentasan kemiskinan.Penulis mengambil

    instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara

    (APBN) untuk dikolaborasikan dengan instrumen zakat sebagai alternatif

    dalam mengentaskan kemiskinan.

    Untuk kajian lebih komprehensif, penulis mencoba mengambil sampel

    dari dua Negara sebagai objek penelitian, yaitu Negara Indonesia dan

    Malaysia. Kedua Negara Muslim tersebut merupakan Negara yang tergabung

    dalam organisasi kerjasama Islam (OKI). Latar belakang mengambil Negara

    tersebut sebagai objek penelitian sedikit banyak karena kedua Negara tersebut

    mempunyai mayoritas penduduk yang beragama Islam serta Negara

    berkembang dengan angka kemiskinan yang masih relatif tinggi dan juga letak

    geografis yang mempengaruhi pada sistem pengelolaan iklusi keuangan

    masyarakat serta instrumen-instrumen terkait dalam mengentaskan

    kemiskinan.

  • 4

    Tingkat kemiskinan di Indonesia misalnya, pada periode tahun 2009 –

    2015 tercatat dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2009 sebesar 32.53 juta

    penduduk miskin dengan persentase sebesar 14.15 %, dan pada tahun 2015

    sebesar 28.59 juta penduduk miskin dengan persentase 11.22 %.Upaya

    pemerintah menekan jumlah kemiskinan terus turun dari tahun ke tahun.

    Menurut Beik Garis Kemiskinan Makanan (GKM) di hitung dengan

    pendekatan kalori, dimana standar kebutuhan minimal seseorang adalah setara

    dengan angka 2.100 kkal (Beik, 2016: 69).

    Gambar 1.1 Jumlah & Presentase Kemiskinan

    Sedangkan tingkat kemiskinan di Negara Malaysia tercatat dalam Departmen

    of Statistic Malaysia (DOSM) sebesar 0.4 % pada tahun 2016 dengan populasi

    penduduk 6.9 juta atau berjumlah kurang lebih 30.875.4 penduduk

    (www.dosm.gov). Mengacu pada World Bank standar dalam garis kemiskinan

    adalah seseorang tidak dapat mendapatkan penghasilan kurang dari US$2

    setiap hari (www.worldbank.co.id).

    Kemiskinan terjadi karena masyarakat yang berekonomi rendah relatif

    mempunyai pendidikan, kesehatan dan sosial yang buruk. Sehingga sulit bagi

    mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Berbagai cara telah

    http://www.dosm.gov/

  • 5

    dilakukan pemerintah masing-masing Negara untuk mengentaskan kemiskinan

    yang ada di Negara-nya, dengan harapan kemiskinan akan menurun dari tahun

    ke tahun. Akan tetapi, kemiskinan masih relatif tinggi meski telah

    dilakukanberbagai cara untuk menanggulanginya. Untuk itu, perlu adanya

    alternatif dalam pengentasan kemiskinan, yaitu dengan Zakat, Pembiayaan

    syariah serta Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).

    Sebagaimana Hadis Rasulullah saw yang yang diriwayatkan oleh Imam al-

    Asbhani dari Imam at-Thabrani yang artinya: “sesungguhnya Allah swt telah

    mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat dapat

    menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang fakir

    menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebhakilan

    yang ada pada hartwan muslim. Ingatlah, Allah swt akan melakukan

    perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka dan

    selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang perdih”.

    Secara eksplisit menegaskan posisi zakat sebagai instrumen pengaman

    sosial, yang berfungsi menjembatani transfer kekayaan dari orang kaya kepada

    orang miskin, hadis tersebut juga mengingatkan akan besarnya kontribusi

    perilaku orang yang kikir dan bakhil terhadap kemiskinan. Ditambah

    instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara

    (APBN) ini akan memberikan peluang besar dalam mengentaskan kemiskinan

    secara lebih optimal. Tentunya dengan didukung peran masyarakat serta

    pemerintah yang serius dalam menangani serta mengolah dana-dana tersebut

  • 6

    ke dalam bentuk produk yang produktif bagi para asnaf serta orang miskin

    diluar asnaf.

    Potensi zakat di Indonesia sangat besar, tercatat bahwa pada tahun 2011

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh BAZNAS, Institut Pertanian

    Bogor (IPB) dan Islamic Development Bank (IDB) potensi dana zakat yang

    dapat dihimpun sebesar Rp.217 Triliun per tahun (Muthohar, 2016: 4). Potensi

    zakat di Negara Malaysia berdasarkan data dari Pusat Pungutan Zakat (PPZ)

    Malaysia jumlah zakat yang terkumpul sebesar RM 341.3 juta dan terus

    mengalami kenaikan setiap tahunnya (www.zakat.com).

    Sedangkan pembiayaan syariah dapat menjadi instrumen dalam

    mengentaskan kemiskinan, apabila masyarakat banyak menggunakan

    pembiayaan syariah ini dalam membiayai usaha mereka ataupun untuk hal

    lain. Peran masyarakat sangat penting dalam hal ini, karena semakin banyak

    masyarakat menggunakan instrumen yang terdapat di Lembaga Keuangan

    Syariah (LKS) baik Bank maupun Non-bank. Maka, semakin tinggi instrumen

    tersebut dapat membantu mengentaskan kemiskinan melalui jumlah

    pembiayaan yang disalurkan. Berdasarkan data pembiayaan syariah dari

    Otoritas jasa keuangan (OJK) pada tahun 2014 – 2016 di Negara Indonesia

    mengalami kenaikan setiap tahunnya dari Rp.148.425 Miliar, Rp.157.527

    Miliar dan Rp.178.083 Miliar (www.ojk.go.id). Sedangkan di Negara

    Malaysia berdasarkan data dari Bank Islam Malaysia Berhad jumlah total

    pembiayaan sebesar RM 23,740,948 (www.bankIslam.com).

    http://www.ojk.go.id/

  • 7

    Selain zakat dan pembiayaan syariah ada kebijakan fiskal Negara atau

    Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Parcoyo dalam

    Fathurrahman (2012) APBN merupakan pengelolaan keuangan Negara dan

    terbatas pada sumber-sumber penerimaan serta alokasi pengeluaran negara

    yang tercantum dalam APBN sendiri.APBN sudah diatur di dalam Undang-

    undang No. 15 tahun 2017. Sehingga sudah menjadi instrumen wajib Negara

    dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai instrumen kebijakan

    fiskal yang meliputi: beadan cukai, devisa Negara, pariwisata, pajak

    penghasilan, pajak bumi, dan bangunan, impor dan lain-lain.

    Jumlah Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia

    yang dikeluarkan pada tahun 2017, sebagai alat penunjang perkembangan

    ekonomi sebesar Rp.1.750.3 Triliun (www.kemenkeu.go.id). Sedangkan

    Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Malaysia tahun 2015

    sebesar RM 121.235.84 juta (www.hasil.gov.my).

    Berdasarkan uraian di atas, menjadikan penelitian ini lebih menarik untuk

    diteliti, dalam hal tersebut maka penulis mencoba melakukan penelitian yang

    berjudul: “Analisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan Anggaran

    Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan.

    Studi kasus: di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode tahun 2002-2014”.

    http://www.kemenkeu.go.id/

  • 8

    B. Rumusan Masalah

    Sesuai dengan judul yang telah diajukan beserta latar belakang, maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana Pengaruh Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara

    Indonesia?

    2. Bagaimana Pengaruh Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara

    Malaysia?

    3. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap Pengentasan

    Kemiskinan di Negara Indonesia?

    4. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap Pengentasan

    Kemiskinan di Negara Malaysia?

    5. Bagaimana Pengaruh APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara

    Indonesia?

    6. Bagaimana Pengaruh APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara

    Malaysia?

    7. Bagaimana Pengaruh Secara Simultan variabel Zakat, Pembiayaan

    Syariah, APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia?

    8. Bagaimana Pengaruh Simultan Variabel Zakat, Pembiayaan Syariah,

    APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia?

    9. Bagaimanakah perbedaan pengaruh variabel Variabel Zakat, Pembiayaan

    Syariah, APBN antara Negara Indonesia dan Malaysia?

  • 9

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.

    2. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.

    3. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Pembiayaan Syariah

    Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.

    4. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Pembiayaan Syariah

    Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.

    5. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel APBN Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.

    6. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel APBN Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.

    7. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat, Pembiayaan

    Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.

    8. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat, Pembiayaan

    Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.

    9. Untuk Menguji Bagaimana Perbedaan Pengaruh variabel Zakat,

    Pembiayaan Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan antara

    Negara Indonesia dan Malaysia.

  • 10

    D. Kegunaan Penelitian

    Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

    dan kontribusi bagi banyak pihak yang akan diuraikan sebagai berikut:

    1. Bagi penulis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan

    pengetahuan dalamAnalisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan

    Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap Pengentasan

    Kemiskinan (Studi kasus: di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode

    Tahun 2002-2014).

    2. Bagi institusi IAIN Salatiga

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dan

    koleksi penelitian yang mengangkat tema: Analisis Pengaruh Zakat,

    Pembiayaan Syariah dan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara

    (APBN) terhadap Pengentasan Kemiskinan (Studi kasus: di Negara

    Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun 2002-2014).

    3. Bagi pihak lain

    Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Instrumen-instrumen

    dalam mengentaskan kemiskinan.

    E. Sistematika Penulisan

    Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang lebih jelas

    mengenai isi penelitian ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif serta

    sistematik meliputi:

  • 11

    Bab I PENDAHULUAN memberikan latar belakang masalah, perumusan

    masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Dalam

    bab ini diuraikan latar belakang kemiskinan yang menjadi problematika di

    Negara-negara berkembang. Selain itu juga diuraikan mengenai rumusan

    permasalahan yang akan dijadikan dasar dari penelitian ini.

    Bab II KAJIAN PUSTAKA memberikan landasan teori yang berupa

    penjabaran teori-teori yang mendukung perumusan hipotesa serta sangat

    membantu dalam analisis hasil-hasil penelitian lainnya. Dalam bab ini juga

    akan dibahas tentang kerangka pemikiran penelitian yang akan diteliti secara

    hipotesa yang timbul dari pemikirian tersebut.

    Bab III METODOLOGI PENELITIAN memberikan deskripsi bagaimana

    penelitian akan dilakukan secara operasional. Dalam bab ini berisikan variabel

    penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data,

    metode pengumpulan data, serta metode analisis yang akan digunakan.

    Bab IV ANALISIS PENELITIAN memberikan hasil penelitian yang telah

    dianalisis dengan metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil

    penelitian ini akan dibahas secara mendalam.

    Bab V PENUTUP memberikan kesimpulan yang di dapat dari uraian

    pembahasan yang dilakukan sebelumnya serta saran kepada pihak-pihak yang

    berkepentingan terhadap hasil penelitian.

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka

    1. Pengaruh variabel zakat terhadap pengentasan kemiskinan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lapopo (2012) yang

    berjudul “Pengaruh ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) dan Zakat Fitrah

    Terhadap Penurunan Kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010”. Hasil

    penelitian ini menunjukkan bahwa dana zakat berpengaruh negatif

    signifikan terhadap penurunan kemiskinan. Hal tersebut, karena dana zakat

    masih bersifat konsumtif dan juga pengelolaan yang kurang efesien serta

    kurang kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelolaan zakat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Atabik (2015) yang

    berjudul “Peranan Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan”. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa zakat dapat berkontribusi dalam

    mengentaskan kemiskinan apabila para „aghniya‟ atau orang kaya mau

    mengeluarkan zakat terutama di daerah pedesaan yang masih terdapat

    penduduk miskin.

    Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Multifiah (2009) yang

    berjudul “Pengaruh Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) terhadap Kesejahteraan

    Rumah Tangga Miskin”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dan ZIS

    tidak dapat mengentaskan kemiskinan karena dana yang terkumpul terlalu

    sedikit.

  • 13

    Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Yanah (2014) yang

    berjudul “Strategi Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Melalui Sinergi

    Antara Bank Syariah Dan BAZNAS”. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa zakat mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, yang artinya

    bahwa semakin tinggi dana zakat yang dikumpulkan maka akan semakin

    turun tingkat kemiskinan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hatta dkk (2014) yang

    berjudul “Zakat as a Poverty Reduction Mechanism among the Muslim

    Community: Case Study of Bangladesh, Malaysia, And Indonesia”. Hasil

    penelitian tersebut, menyatakan bahwa zakat menjadi salah satu instrumen

    yang digunakan dalam penurunan angka kemiskinan di Negara – Negara

    berkembang. Di Negara Malaysia pengelolaan zakat sudah baik karena

    zakat dapat menjadi instrumen penerimaan Negara dalam mengentaskan

    kemiskinan. Di Indonesia pengelolaan zakat masih belum optimal dan

    proporsional, karena belum terpusat dalam pengelolaan dana zakat.

    Berbeda dengan Negara Malaysia zakat hanya dikelola oleh satu badan

    yang dikelola oleh Negara langsung yaitu Pusat Pungutan Zakat (PPZ).

    Sedangkan Indonesia masih terlalu Badan dan lembaga yang mengelola

    zakat, sehingga tidak terpusat.

  • 14

    2. Pengaruh variabel pembiayaan syariah terhadap pengentasan

    kemiskinan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larasati dkk (2017) yang

    berjudul “Pembiayaan Syariah Di Sektor Pertanian: Solusi Permasalahan

    Riba Dalam Prespektif Sosial Dan Ekonomi”. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa dana pembiayaan syariah yang disalurkan ke

    masyarakat (petani) masih kecil, hal ini dikarenakan tingginya resiko,

    seperti: pembiayaan petani, rendahnya peran bank syariah dan lain-lain.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2011) yang

    berjudul “Peranan Al-Mudharabah Sebagai Salah Satu Produk Perbankan

    Syariah Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan Di Indonesia”. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan syariah mampu mengentaskan

    kemiskinan dengan instrumen pembiayaan mudharabah kepada para

    pelaku usaha mikro kecil dan menengah di seluruh kota di Indonesia.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darma & Prastiawati

    (2016) yang berjudul “Peran Pembiayaan Baitul Mal Wal Tamwil

    Terhadap Perkembangan Usaha Dan Peningkatan Kesejahteraan

    Anggotannya Dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional”. Hasil

    penelitian menyatakan bahwa Pembiayaan BMT tidak berpengaruh

    signifikan terhadap persepsi pedagang tersebut tentang perkembangan

    usahanya dan peningkatan kesejahteraan. Akan tetapi, persepsi pedagang

    berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi terhadap peningkatan

    kesejahteraannya.

  • 15

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamid dkk (2017) yang

    berjudul “Peran Bank syariah dalam mengurangi kemiskinan”. Hasil

    penelitian ini menunjukkan berpengaruh negative dan signifikan. Hal

    tersebut dikarenakan Bank Syariah masih dianggap sebagai pencitraan

    label Islami, akan tetapi operasionalnya sama dengan bank konvensional.

    3. Pengaruh variabel kebijakan fiskal / anggaran penerimaan dan

    pengeluaran Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Utary dkk (2017) yang berjudul

    “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan

    Dan Kesehatan Serta Infrastruktur Terhadap Tingkat Penganguran Serta

    Tingkat Kemiskinan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran

    pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh negatif dan

    signifikan. Sektor kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan dan sektor

    infrastruktur berpengaruh negative dan tidak signifikan. Hal tersebut,

    dikarenakan pengeluaran anggaran pemerintah masih rendah dan kurang

    optimal.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutomo dkk (2013) yang

    berjudul “Dampak Kapasitas Fiskal terhadap Penurunan Kemiskinan:

    Suatu Analisis Simulasi Kebijakan”. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa kewenangan pemerintah melalui kebijakan fiskal belum

    memberikan dampak positif dalam mengurangi kemiskinan dan

    kesenjangan. Hal tersebut, terjadi karena adanya fenomena flypaper effect

  • 16

    terutama pada pembiayaan pembangunan daerah yang tidak strategis dan

    karena faktor lainnya.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fithri dan Kaluge (2017) yang

    berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan

    Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur”. Hasil Penelitian

    menunjukkan bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah disektor

    pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan

    dan pada sektor kesehatan mempunyai pengaruh yang positif.

    Berdasarkan uraian di atas, akan disajikan research gap dari penelitian

    terdahulu pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 2.1 Research Gap Variabel Zakat

    Gap Peneliti Temuan

    Isu: pengaruh zakat terhadap pengentasan kemiskinan

    Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh zakat

    terhadap pengentasan kemiskinan

    Zakat

    berpengaruh

    negatif signifikan

    terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Lapopo

    (2012)

    Zakat, Infaq dan Sedekah berpengaruh

    negatif dan signifikan, hal tersebut

    dikarenakan peran lembaga zakat kurang

    efesien dalam pengumpulan dan

    pendistribusian zakat serta masyarakat

    kurang percaya terhadap lembaga amil

    zakat

    Atabik

    (2015)

    Zakat dapat berperan dalam pengentasan

    kemiskinan apabila para agniya’ mau

    mengeluarkan zakat, infak dan sedekah

    Multifiah

    (2009)

    Zakat berpengaruh negatif dalam

    pengentasan kemiskinan karena jumlah

    dana zakat yang masih sangat sedikit

    yang terkumpul

    Yanah

    (2014)

    Zakat akan dapat berpengaruh dalam

    pengentasan kemiskinan apabila dana

    zakat yang disalurkan dalam bentuk zakat

    produktif dan adanya bimbingan dari

    lembaga amil zakat dalam mengelola

    dana zakat produktif oleh mustahik

  • 17

    Zakat

    berpengaruh

    posistif signifikan

    terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Hatta dkk

    (2014)

    zakat berpengaruh positif terhadap

    pengentasan kemiskinan karena zakat

    merupakan instrumen utama dari

    keuangan publik Islam yang digunakan

    dalam mengentasan kemiskinan

    sebagaimana yang diperintahkan dalam

    Alquran dan Hadis dan juga dalam

    undang-undang dasar

    Sumber: data sekunder diolah, 2019

    Tabel 2.2 Research Gap Variabel Pembiayaan Syariah

    Gap Penulis Temuan

    Isu: pengaruh pembiayaan syariah terhadap pengentasan kemiskinan

    Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh pembiayaan

    syariah terhadap pengentasan kemiskinan

    Pembiayaan Syariah

    berpengaruh negatif

    terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Larasati

    dkk

    (2017)

    Pembiayaan syariah berpengaruh

    negatif karena jumlah pembiayaan yang

    disalurkan masih sangat kecil

    Hamid,

    dkk

    (2017)

    Pembiayaan syariah dari Bank syariah

    tidak berpengaruh karena masyarakat

    menganggap bank syariah dan bank

    konvensional sama.

    Darma

    (2016)

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    pembiayaan dari BMT berpengaruh

    negatif karena jumlahnya yang relatif

    kecil

    Pembiayaan Syariah

    berpengaruh positif

    terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Arianto

    (2011)

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pembiayaan syariah mampu

    mengentaskan kemiskinan dengan

    instrumen pembiayaan mudharabah

    kepada para pelaku usaha mikro kecil

    dan menengah di seluruh kota di

    Indonesia

    Sumber: data sekunder diolah 2019

    Tabel 2.3 Research Gap Variabel Anggaran Penerimaan dan Belanja

    Negara (APBN)

    Gap Penulis Temuan

    Isu: pengaruh APBN terhadap pengentasan kemiskinan

    Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh APBN

    terhadap pengentasan kemiskinan

  • 18

    Anggaran APBN

    berpengaruh negatif

    terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Utary dkk

    (2017)

    Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa pengeluaran pemerintah tidak

    berpengaruh dalam pengentasan

    kemiskinan karena jumlah anggaran

    masih sedikit dan tidak optimal

    Soetomo

    dkk

    (2013)

    Anggaran APBN tidak pengaruh

    terhadap pengentasan kemiskinan

    karena adanya fenomena flypaper

    effect terutama pada pembiayaan

    pembangunan daerah yang tidak

    strategis dan karena faktor lainnya

    APBN berpengaruh

    positif terhadap

    pengentasan

    kemiskinan

    Fithri dan

    Kaluge

    (2017)

    Anggaran APBN dapat berpengaruh

    terhadap pengentasan kemiskinan

    terutama pada sektor kesehatan

    Sumber: data sekunder diolah, 2019

    Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka perbedaan

    penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

    a. Kombinasi variabel penelitian berbeda dengan penelitian yang telah

    dilakukan.

    b. Periode penelitian dengan sampel sebanyak13 observasi dari tahun

    2002 – 2014 dengan laporan tahunan yang diambil dari website resmi

    lembaga terkait.

    c. Objek penelitian yang lebih komprehensif karena diambil daridua

    Negara yaitu Indonesia dan Malaysia.

    d. Penelitian ini menggunakan uji beda untuk mengetahui apakah

    terdapat perbedaan antara instrumen zakat, pembiayaan syariah dan

    APBN antara Negara Indonesia dan Malaysia dengan

    mengestimasikan variabel X dan Y dari kedua Negara tersebut.

  • 19

    B. Kerangka Teori

    1. Kemiskinan

    a. Pengertian

    Kemiskinan secara luas adalah meliputi kekurangan atau tidak

    memiliki pendidikan, keadaaan kesehatan yang buruk, kekerungan

    transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masalah sebagai

    inspirasi perubahan (kasus kemiskinan). Sebagaimana diketahui

    kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat adalah kondisi yang

    sejahtera. Dengan demikian, kondisi yang menunjukkan adanya taraf

    hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan dalam

    rangka perwujudan kondisi yang sejahtera tersebut. Kondisi

    kemiskinan dengan berbagai dimensi dan implikasinya, merupakan

    salah satu bentuk masalah sosial yang menggambarkan kondisi

    kesejahteraan yang rendah. Oleh sebab itu, wajar apabila kemiskinan

    dapat menjadi inspirasi bagi tindakan perubahan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat (Soetomo, 2008: 307).

    b. Ciri-ciri orang miskin

    Terdapat lima ciri orang miskin menurut Emil Salim :

    1) Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti

    tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan, faktor produksi

    yang dimiliki sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh

    pendapatan menjadi sangat terbatas.

  • 20

    2) Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset

    produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk

    memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha. Sedangkan secara

    tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbankan, seperti adanya

    jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka yang perlu kredit

    terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta

    sarat pelunasan yang berat dan memungut bunga yang tinggi.

    3) Tingkat pendidikan mereka rendah, tak sampai tamat sekolah dasar.

    Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak

    tersisa lagi untuk belajar. Juga anak-anak mereka yang tidak bisa

    menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua mencari

    tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga

    secara turun temurun mereka terjirat dalam keterbelakangan di

    bawah garis kemiskinan ini.

    4) Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak diantara mereka

    tidak memiliki tanah, kalaupun ada maka kecil sekali. Secara umum

    meraka menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian.

    Karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan

    kerja kurang terjamin. Banyak diantara mereka lalu menjadi

    “pekerja bebas” (Self employed) berusaha apa saja. Dalam keadaan

    penawaran tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi

    rendah sehingga mengurung mereka di bawah garis kemiskinan.

  • 21

    Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak diantara

    mereka mencoba berusaha di kota (urbanisasi).

    5) Banyak diantara mereka yang hidup di Kota masih berusia muda

    dan tidak mempunyai keterampilan (skill) atau pendidikan,

    sedangkan kota di banyak Negara sedang berkembang tidak siap

    menampung gerak urbanisasi penduduk desa ini. Apabila di Negara

    maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan

    Kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di Kota,

    maka proses urbanisasi di Negara berkembang tidak di sertai proses

    penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan

    sebaliknya, perkembangan teknologi di kota-kota Negara

    berkembang justru menampik penyerapan lebih banyak tenaga

    kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota terdampar

    dalam kantong-kantong kemelaratan (slumps) (Ala, 1998: 3).

    2. Teori Anggaran pro kaum miskin

    Teori anggaran pro kaum miskin adalah penganggaran berdasarkan

    pada pengukuran kebutuhan dasar masyarakat miskin dengan proses yang

    melibatkan kelompok miskin untuk ikut menentukan skala prioritasnya

    (Fernandez, 2009: 15). Dalam teori ini menekankan pendistribusian

    anggaran kepada masyarakat khusunya pada kaum miskin secara adil,

    partisipatif, responsif, transparan dan akuntabel. Bertolak pada akar

    sebuah kemiskinan adalah sebuah solusi yang ditawarkan dari teori ini

    dalam menanggulangi kasus kemiskinan.

  • 22

    Untuk memahami anggaran pro kaum miskin ini, tidak hanya terpaku

    pada logika anggaran dan penganggaran semata, tetapi memahami

    kemiskinan dengan dimensi jauh lebih luas. Upaya monitoring dalam

    pelaksanaan progam ini sangat penting dan dilaksanakan dengan penuh

    tanggung jawab. Saat ini, upaya monitoring dan audit sosial masih

    dibawah organisasi – organisasi masyarakat sipil terhadap program

    antikemiskinan yang belum berjalan dengan baik.

    Monitoring dalam program – program antikemiskinan merupakan

    sebuah kewajiban untuk mengetahui dampak implementasi serta siapa

    yang mendapatkan manfaat dari program tersebut. Tanpa adanya audit

    sosial lebih lanjut dari kemanfaat program ini, maka sulit untuk menilai

    efektifitas program – program pemberdayaan dan bantuan bagi masyarakat

    miskin sebagaimana yang termaktub dalam APBN dan APBD.

    3. Zakat

    a. Pengertian Zakat

    Menurut Muthohar zakat secara etimologi berasal dari kata zaka

    yazku, yang berarti pertumbuhan (nama’), kesucian (thaharah),

    keberkahan (barakah), dan kebajikan (ash-salahu). Adapun zakat

    secara istilah syari, meskipun para ulama mengemukakannya dengan

    redaksi yang sedikit berbeda antara satu dan yang lainnya, akan tetapi

    pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah sebagian dari harta

    dengan persyaratan tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan kepada

  • 23

    pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,

    dengan persyaratan tertentu pula (Muthohar, 2016: 11).

    Makna Zakat menurut bahasa ialah menambah sedang menurut

    syara‟ ialah nama bagi suatu harta tertentu menurut cara-cara tertentu,

    kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang tertentu pula

    (Imron, 1982: 158). Sedangkan menurut Rifa‟i zakat menurut bahasa

    artinya suci dan subur.Menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari

    harta benda atas perintah Allah swt, sebagai shodaqoh wajib kepada

    mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah

    ditentukan oleh hukum Islam (Rifa‟i, 1987: 346).

    b. Perintah Zakat

    Zakat merupakan salah satu rukun dalam Islam, yang wajib bagi

    setiap orang Islam untuk mengeluarkannya, apabila sudah memenuhi

    syarat dan rukun zakat. Berikut adalah dalil naqli dan aqli tentang

    kewajiban membayar zakat, sebagai berikut:

    QS. At-Taubah ayat 5

    Artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka

    bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai

    mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah

    ditempat pengintaian.jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat

  • 24

    dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk

    berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

    Penyayang.

    QS. Al-Baqarah ayat 43

    Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah

    beserta orang-orang yang ruku”.

    c. Pihak-pihak yang menerima zakat (asnaf)

    Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. At Taubah 9: 60

    Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

    fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf

    yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang

    yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang

    dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

    dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

    d. Permasalan zakat

    Permasalahan (gap) yang mempengaruhi potensi dana zakat dan

    realita dana zakat, sebagai berikut:

    a. Rendahnya kesadaran muzakki untuk membayar zakat,

    rendahnya kepercayaan terhadap BAZNAS dan LAZ, Tingkah

  • 25

    laku muzakki yang berorientasi jangka pendek, disentralisasi &

    masalah perorangan. Fakta dilapangan, Organisasi Pengelola

    Zakat (OPZ) harus memahamkan kembali tentang kewajiban

    membayar zakat. Kurangannya pengetahuan tentang zakat

    menjadi penyebab utama rendahnya dana zakat yang terhimpun.

    Kususnya bagi sebagian orang yang hanya paham membayar

    zakat fitrah pada bulan Ramadhan saja. Faktanya, ada macam-

    macam zakat beserta tujuannya yang harus mendapatkan

    perhatian bagi pemerintah dan OPZ, baik melalui sosialisasi, atau

    pendidikan terikait untuk masyarakat luas.

    b. Kurangnya dukungan dari pemerintah, meskipun telah ada

    undang-undang tentag zakat (UUD No 23 tahun 2011). Tugas

    pemerintah tidak hanya memberikan pelayanan dan menciptakan

    suasana yang kondusif, tetapi juga harus tegas terhadap OPZ

    dalam menaati Undang-undang. Sama seperti muzakki, untuk

    merealisasikan pembangunan ekonomi di Indonesia melalui

    zakat, pemerintah harus menegaskan kepercayaan pembayaran

    zakat melalui institusi zakat.

    c. Dana zakat di Indonesia masih terfokus pada dua macam zakat

    yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Masih ada banyak objek dan

    subjek dari zakat yang masih belum terekploisasi karena masih

    ada gap antara realisasi dan potensi dana zakat. Di Indonesia

    masih memiliki aset perkebunan dan perternakan yang belum

  • 26

    terekplorasi. Seperti halnya pengembangan zakat e-commerce,

    financial technology, dan pemikiran baru yang perlu di

    perhatikan seperti manajemen zakat.

    d. Rendahnya intensitas kewajiban membayar zakat, khususnya

    hubungannya dengan zakat sebagai penurunan pajak. Oleh

    karena itu kewajiban zakat tidak memberatkan (Zakat outlook

    2010).

    e. Belum ada kepercayaan institusi zakat di anggap lemah dan tidak

    professional. Beberapa instituis zakat di beberapa wilayah hanya

    menerima dana zakat dan tidak mengajak secara aktif dan

    progesif, pergerakannya masih sangat pasif, khususnya pada

    zakat produktif. Hal yang penting bagi pemerintah dan juga non-

    pemerintah untuk maksimalkan aturan dari penguatan

    manajemen institusi zakat.

    f. Distribusi zakat masih hanya bersifat konsumtif. Meskipun hal

    tersebut tidak salah secara syariatnya, karena tujuan dari zakat

    untuk memenuhi kebutuhan dasar dari mustahik. Tetapi, itu akan

    menjadi lebih baik apabila distribusi zakat dapat bersifat

    produktif dengan tujuan jangka panjang. Konsekuensinya,

    dengan dana zakat bersifat produktif maka dapat mejadi

    instrumen dalam mengentaskan kemiskinan karena masyarakat

    tidak diberikan ikan segar tetapi memancing bahwa mereka akan

  • 27

    menggunakan untuk menangkap lebih banyak lagi (prinsip

    pemberdayaan) (Indonesian Zakat Outlook, 2018: 2-4).

    4. Pembiayaan Syariah

    a. Pengertian

    Menurut Muhammad dalam Ilyas (2015) Pembiayaan atau

    financing merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak

    kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan

    sebelumnya, baik usaha yang dimiliki perorangan maupun organisasi.

    Pembiayaan juga dapat diartikan sebagai pendanaan yang dikeluarkan

    untuk menunjang usaha ataupun investasi sesuai planning. Dalam UU

    Nomor 10 tahun 1998 tertulis bahwa pembiayaan berbasis syariah

    adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan sengan itu

    berdasarkan persetujuan antar bank dengan pihak lain yang

    mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan uang atau tagihan

    tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan bagi hasil.

    b. Prinsip-Prinsip Pembiayaan

    Menurut Antonio dalam Ilyas (2015) pada umumnya terdapat tiga

    skim dalam pembiayaan syariah, sebagai berikut:

    1) Prinsip bagi hasil

    Fasilitas pembiayaan dalam prinsip bagi hasil ini adalah berupa

    uang atau barang yang dinilai sesuai dengan uang, dengan

    prosentase boleh 100% atau hanya sebagian saja dari modal yang

    dibutuhkan. Cara pembagian keuntungan dalam akad ini adalah

  • 28

    dengan dua cara yaitu: revenue sharing (penghasilan kotor) dan

    profit sharing (penghasilan bersih) tentunya dengan nisbah

    (presentase) sesuai kesepakatan saat akad. Produk-produk

    pembiayaan syariah dengan pronsip bagi hasil, sebagai berikut:

    a) Mudharabah

    Mudharabah merupakan suatu bentuk kerjasama dalam

    usaha yangmana pihak pertama sebagai shaibul maal

    (pemodal) dan pihak kedua sebagai mudharib (pengelola).

    Dengan ketentuan bahwa pemodal menyediakan modal

    seluruhnya atau 100% dan teknisnya diserahkan ke pengelola.

    Adapun pembagian untung sesuai dengan kesepakatan saat

    akad. Jika terjadi kerugian maka akan ditanggung semua oleh

    pemodal selama kerugian itu bukan dari kelalian pengelola.

    Seandainya kerugian disebabkan oleh kelalian pengelola, maka

    pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

    b) Musyarakah

    Musyarakah merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak

    atau lebih untuk mendirikan atau menjalankan usaha tertentu

    dimana semua pihak menangung resiko kerugian baik dari

    modal, waktu dan materi sesuai dengan kesepakatan saat akad.

  • 29

    c) Muzara’ah

    Muzara’ah merupakan suatu akad kerjasama antara pemilik

    lahan pertanian dengan penggarap lahan dengan sistem bagi

    hasil atas dasar hasil panen.

    2) Prinsip Jual beli

    Menurut Muhammad dalam Ilyas (2015) Prinsip ini

    menggunakan prinsip jual beli pada umumnya, hanya saja

    pembelinya adalah lembaga keuangan syariah (Bank/Non-Bank)

    yang membelikan terlebih dahulu barang yang diminta oleh

    nasabah. Kemudian nasabah membayar dengan cara mengangsur

    uang sejumlah harga yang telah disepakati saat akad dan presentase

    keuntungan yang diambil disebutkan oleh LKS. Menurut Arifin

    dalam Ilyas (2015) Tingkat keuntungan bank ditetapkan diawal dan

    menjadi bagian antar harga barang yang ditentukan. Prinsip

    tersebut terdapat pada produk, sebagai berikut:

    a) Bai al-Murabahah

    Transaksi jual beli barang tertentu dan penjual menyebutkan

    harga beli dan keuntungan yang diambil dari harga barang

    tersebut.

    b) Bai al-muqayyadah

    Transaksi jual beli dengan prinsip barter yaitu barang dengan

    barang.

  • 30

    c) Bai al-mutlaqah

    Pertukaran antara barang atau jasa dengan uang yang sesuai

    dengan prinsip jual beli.

    d) Bai as-salam

    Transaksi dimana pembeli menyerahkan sejumlah uang di

    muka kepada LKS atas barang yang telah disebutkan

    spesifikasinya dan barang akan di kirim di masa yang akan

    datang.

    e) Bai al-Istisna’

    Kontrak jual beli dimana pembeli membayar harga barang yang

    dipesan baik di awal, di tengah atau di akhir seta boleh

    diangsur atau tunai sesuai dengan kesepakatan dengan LKS.

    3) Prinsip sewa menyewa

    Prinsip ini terbagi menjadi dua produk, sebagai berikut:

    a) Ijarah

    Ijarah merupakan pemindahan hak guna barang atau jasa

    melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan

    barang tersebut.

    b) Ijarah muntabiha bi at-tamlik

    Ijarah meurpakan pemindahan hak guna barang atau jasa

    melalui upah sewa dengan diikuti pemindahan hak kepemilikan

    barang tersebut setelah kontrak selesai.

  • 31

    c. Jenis Pembiayaan

    Pembiayaan dana dalam bank syariah terbagi menjadi dua konsep,

    sebagai berikut:

    1) Pembiayaan produktif

    Merupakan pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan

    produksi, seperti untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi

    ataupun investasi.

    2) Pembiayaan konsumsi

    Merupakan pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan

    konsumsi, yang habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

    (Muljono, 2015: 427).

    5. Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN)

    a. Pengertian

    Menurut Gilarso dalam Fathurrahman (2012) Kebijakan fiskal

    merupakan kebijakan pemerintah dalam mengelola keuangan negara

    sedemikian rupa sehingga dapat menunjang perekonomian nasional:

    produksi, konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan kestabilan harga.

    Artinya keuangan Negara tidak hanya penting untuk membiayai tugas

    rutin pemerintah. Akan tetapi, juga sebagai instrumen untuk

    mewujudkan sasaran pembangunan: pembangunan ekonomi,

    kestabilan dan pemerataan pendapatan.

    Menurut Kuncoro (2015: 83) dalam UU N0. 17 Tahun 2003,

    Keuangan Negara merupakan semua hak dan kewajiban Negara yang

  • 32

    dapat nilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupauang maupun

    berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubungan dengan

    pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Kekuasaan untuk mengelola

    keuangan Negara berada di tangan Presiden selaku kepala Pemerintah

    /Chief financial Officer (CFO). Presiden tidak mempunyai

    kewenangan dalam mengelola dan mengedarkan uang.

    Kekuasaan pengelolaan keuangan Negara ini oleh Presiden

    dilaksanakan kepada: Pertama, Menteri Keuangan selaku pengguna

    fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang

    dipisahkan. Kedua, Menteri/ Pimpinan lembaga selaku pengguna

    anggaran/ pengguna barang kementrian Negara/ lembaga yang

    dipimpinnya Chief financial Officer (CFO). Ketiga, Gubernur/ bupati/

    walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan

    daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan

    daerah yang dipisahkan.

    b. Fungsi-fungsi kebijakan fiskal (APBN)

    Menurut Sumiyanto dalam Faturrahman (2012) kebijakan fiskal

    merupakan salah satu sub bidang pengelolaan keuangan negera.

    Terdapat fungsi dari sub bidang pengelolaan fiskal, sebagai berikut:

    1) Fungsi kebijakan ekonomi makro dan fiskal

    Dalam hal ini, kebijakan fiskal meliputi penyusunan nota

    keuangan dan rencana anggaran penerimaan dan belanja Negara

  • 33

    (RAPBN) serta perkembangan dan perubahannya, analisis

    kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro,

    pendapatan Negara, belanja Negara, pembiayaan, analisis

    kebijakan, evaluasi kerjasama fiskal internasional dan regional.

    2) Fungsi penganggaran

    Penganggaran meliputi: penyiapan, perumusan, dan

    pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, norma, pedoman,

    kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis di bidang APBN.

    3) Fungsi administrasi perpajakan

    4) Fungsi administrasi kepabeanan

    5) Fungsi perbendaharaan

    Perbendaharaan meliputi: perumusan kebijakan, standard,

    sistem dan prosedur di pelaksanaan penerimaan dan belanja

    Negara, pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta

    akuntansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan

    dan belanja Negara, pengelolaan kas Negara dan perencanaan

    utang dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang,

    pengelolaan barang milik/ kekayaan Negara (BM/KN).

    6) Fungsi pengawasaan keuangan

    Menurut Boediono ada tiga fungsi pokok kebijakan

    fiskal.yaitu: Pertama, fungsi alokasi. mengalokasikan faktor-faktor

    produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa,

  • 34

    sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi. Kedua, fungsi distribusi

    terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil.

    Ketiga, fungsi stabilisasi. Terjaminnya stabilisasi dalam

    pemerintah suatu Negara serta terpeliharannya tingkat kesempatan

    kerja yang tinggi, tingkat harga stabil dan tingkat pertumbuhan

    ekonomi yang layak.

    C. Kerangka Pemikiran Teoritis

    Dalam rangka memudahkan pemahaman mengenai masalah yang dibahas

    dalam penelitian sehingga dapat dikembangkan dan diuji kebenarannya, maka

    diperlukan adanya kerangka penelitian yang menjadi kerangka pemikiran

    penelitian ini. Digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

  • 35

    D. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran dan teori yang telah di jelaskan di atas

    serta merujuk pada perumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesa

    sebagai berikut:

    1. Pengaruh zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan

    Zakat merupakan salah satu instrumen Islam yang digunakan untuk

    distribusi pendapatan dan kekayaan. Adanya zakat fitrah, maal, dan profesi

    diharapkan dapat menekan tingkat ketimpangan kekayaan di Indonesia,

    selain itu juga zakat dapat diandalkan sebgai salah satu mekanisme dalam

    mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia, melalui program

    zakat produktif (Pratama, 2015).

    Penelitian yang dilakukan oleh Lapopo (2012) yang mengenai zakat

    untuk pengentasan kemiskinan periode 1998-2010, menyatakan bahwa

    zakat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan

    kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penerimaan dana

    zakat, infak dan shodaqah (ZIS) maka semakin tinggi pengentasan

    kemiskinan, sehingga jumlah orang miskin akan semakin turun.

    Hasil penelitian Multifiah (2009) menyatakan bahwa secara simultan

    zakat fitrah dan ZIS berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan rumah

    tangga miskin, akan tetapi secara parsial tidak berpengaruh secara

    signifikan. Hal tersebut dikarenakan jumlah dana zakat yang di terima dan

    didistribusikan masih dalam jumlah kecil. Sehingga semakin tinggi dana

    zakat yang terkumpul dan terdistribusikan semakin besar, maka

  • 36

    pengentasan kemiskinan semakin meningkat sehingga kesejahteraan

    rumah tangga miskin semakin tinggi dan jumlah orang miskin semakin

    turun.

    Penelitian yang dilakukan Yanah (2014) menyatakan bahwa zakat

    berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa apabila jumlah dana yang disalurkan untuk

    program pengentasan kemiskinan ditingkatkan, maka tingkat kemiskinan

    akan semkain menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H1: Semakin besar dana zakat di Negara Indonesia maka semakin tinggi

    pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah orang

    miskin.

    H2: Semakin besar dana zakat di Negara Malaysia maka semakin tinggi

    pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah orang

    miskin.

    2. Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap pengaruh terhadap Pengentasan

    Kemiskinan.

    Pembiayaan syariah melalui berbagai modelnya mempunyai kontribusi

    bagi pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah untuk

    mengembangkan usahanya. Dengan tetap hidup dan berkembangnya usaha

    kecil secara langsung juga akan tetap memberikan lapangan pekerjaan bagi

    masyarakat. Maka usaha mikro, kecil dan menengah ikut berperan dalam

    mengurangi penganguran dan kemiskinan.

  • 37

    Penelitian yang dilakukan Hamid & Aris (2017) menyatakan bahwa

    Pembiayaan syariah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

    pengentasan kemiskinan. Hal tersebut karena keberadaan bank syariah

    belum menjadi kebanggaan bagi masyarakat, bahkan banyak dari mereka

    yang menganggap sama antara bank konvensional dan bank syariah,

    Sehingga bank syariah melalui produk – produknya belum menjadi sebuah

    instrumen dalam pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, semakin

    banyak masyarakat menggunakan bank syariah semakin tinggi

    pengentasan kemiskinan yang dapat dilakukan secara tidak langsung

    sehingga jumlah kemiskinan akan menurun.

    Penelitian Prastiawati & Darma (2016) menyatakan bahwa

    Pembiayaan syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengentasan

    kemiskinan melalui persepsi pedagang dalam melakukan pembiayaan dari

    BMT untuk perkembangan usahanya. Hal tersebut karena jumalah dana

    yang disalurkan dari BMT masih realtif kecil sehingga tidak berengaruh

    terhadap tingkat kesejahteraan pedagang dan peningkatan usahanya. Maka

    semakin besar dana dari BMT yang disalurkan kepada pedagang semakin

    besar kesejahteraan pedagang dapat terwujud.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H3: Semakin besar Pembiayaan syariah di Negara Indonesia maka

    semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun

    jumlah orang miskin.

  • 38

    H4: Semakin besar Pembiayaan syariah di Negara Malaysia maka semakin

    tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah

    orang miskin.

    3. Pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terhadap

    Pengentasan Kemiskinan.

    Pengeluaran pemerintah yang bersumber dari APBN merupakan salah

    satu instrumen penting untuk mengurangi tingkat kemiskinan.

    Sebagaimana salah satu dari APBN adalah penganggaran yang mana

    mencaku penganggaran untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dibuat

    untuk pembangunan nasional melalui sektor sosial, pendidikan,

    infrastruktur, industri, agraris dan lain sebagainya.

    Penelitian yang dilakukan Utary dkk (2017) menyatakan bahwa APBN

    berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan kemiskinan

    melalui variabel yang digunakan. Hal tersebut karena anggaran yang

    digunakan dalam sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur masih

    terlalu sedikit sehingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

    tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Sehingga semakin besar

    jumlah anggaran yang digunakan maka semakin tinggi tingkat

    pengentasan kemiskinan yang data dilakukan melalui sektor pendidikan,

    kesehatan dan infrastruktur.

    Hasil penelitian Amalia & Razak (2015) menyatakan bahwa APBN

    berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengentasan

    kemiskinan. Hal tersebut karena alokasi dana yang digunaka untuk

  • 39

    program – program penanggulangan kemiskinan masih relatif kecil.

    Sehingga semakin besar alokasi yang digunakan maka semakin besar

    penanggulangan kemiskinan melalui program pemberian bantuan kredit

    daerah, program jaminan kesehatan daerah, alokasi dana dekonsentrasi dan

    tugas pembantuan dari pemerintah pusat.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H5: Semakin besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia

    maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin

    menurun jumlah orang miskin.

    H6: Semakin besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Malaysia

    maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin

    menurun jumlah orang miskin.

    4. Pengaruh secara simultan zakat, pembiayaan syariah dan APBN terhadap

    pengentasan kemiskinan.

    Sejauh pengetahuan penulis selama membuat penelitian ini belum

    menemukan penelitian dengan menggunakan secara bersama-sama

    variabel zakat, pembiayaan syariah dan APBN dalam pengentasan

    kemiskinan. Tetapi merujuk ada penelitian secara parsial sebagaimana di

    uraikan di atas, maka semakin besar dana zakat, pembiayaan syariah dan

    APBN maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin

    menurun jumlah orang miskin.

  • 40

    H7: Semakin besar zakat, Pembiayaan syariah, Anggaran Pendapatan dan

    Belanja di Negara Indonesia maka semakin tinggi pengentasan

    kemiskinan sehingga semkain menurun jumlah orang miskin.

    H8: Semakin besar zakat, Pembiayaan syariah, Anggaran Pendapatan dan

    Belanja di Negara Indonesia maka semakin tinggi pengentasan

    kemiskinan sehingga semkain menurun jumlah orang miskin.

    5. Perbandingan pengaruh variabel Independen terhadap dependen antara

    Negara Indonesia dan Malaysia

    Berdasarkan laporan tahunan dari kedua Negara terkait dengan

    penerimaan dana zakat, pembiayaan syariah dan juga anggaran

    penerimaan dan belanja Negara. Dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan

    dana dari variabel di atas, menunjukkan berbedaan yang cukup signifikan.

    Potensi zakat Indonesia sangat besar dan terus meningkat dari tahun ke

    tahun, ini menunjukkan bahwa ada harapan untuk menggunakan dana

    zakat dalam upaya pengentasan kemiskinan khusunya untuk 8 asnaf yang

    telah di tentukan (Indonesian zakat outlook, 2018).

    Pembiayaan syariah dalam negeri juga memberikan kontribusi yang

    cukup dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pembiayaan syariah

    berbagai model untuk para usaha mikro kecil dan menengah. Diharapkan

    Indonesia mampu menoptimalkan kemajuan industri keuangan syariah

    melalui pembiayaan syariah dan instrumen keuangan syariah lainya

    (www.ojk.go.id). Menteri keuangan Indonesia terus meningkatkan

    pendapatan Negara dan mengoptimalkan pengeluarannya khusunya pada

  • 41

    sektor untuk pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan

    masyarakat melalui dana APBN yang di distribusikan melalui sektor –

    sektor ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

    Hasil yang tidak jauh berbeda yang diperoleh oleh Negara Malaysia.

    Penelitian secara simultan menggunakan variabel zakat, pembiayaan

    syariah dan APBN terhadap pengentasan kemiskinan sejuah pengentahuan

    penulis belum ditemukan, Jika ada penelitian terkait, hanya menggunakan

    satu variable terpisah.

    H9: Terdapat perbedaan pengaruh variabel zakat, pembiayaan syariah dan

    APBN terhadap pengentasan kemiskinan antara Negara Indonesia dan

    Malaysia.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Untuk dapat memecahkan permasalahan dan untuk mencapai tujuan dari

    penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data

    yang didapat secara tidak langsung atau penelitian yang memuat peristiwa

    masa lalu.Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data

    statistik maupun dari internet (Bawono, 2006: 30). Untuk mengumpulkan

    data, peneliti menggunakan data dari BPS, BI, jurnal dan sumber lain yang

    mendukung penelitian ini. Serta pengujian data kuantitatif dengan

    menggunakan alat statistik yaitu E-EVIEWS 9.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi

    Karena penelitian ini menggunakan data sekunder, dan tidak ada

    tempat penelitian. Penulis hanya mengambil objek penelitian, penulis

    mengambil dua Negara yaitu Indonesia dan Malaysia.

    2. Waktu

    Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2018 sampai bulan Januari

    2019.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

    dari Obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

  • 43

    yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah Negara-negara yang

    tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Hal tersebut,

    dikarena bahwa Negara-negara yang tergabung dalam OKI merupakan

    Negara yang mayoritas Negara berkembang dengan jumlah orang miskin

    yang relatif tinggi.

    Disamping itu, Negara-negara yang tergabung dalam OKI

    menggunakan zakat dan juga pembiyaan syariah sebagai instrumen dalam

    mengentaskan kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Negara-negara yang tergabung dalam OKI adalah: Afghanistan, Aljazair,

    Chad, Guinea, Indonesia, Iran, Kuwait, Lebanon, Libya, Malaysia, Mali,

    Maroko, Mauritania, Mesir, Niger, Pakistan, Palestina, Arab Saudi,

    Senegal, Sudan, Somalia, Tunisia, Turki, Yaman, Yordania, Bahrain,

    Oman, Qatar, Suriah, Uni Emirat Arab, Sierra Leone, Bangladesh, Gabon,

    Gambia, Guineea Bissau, Uganda, Burkina Faso, Kamerun, Komoro, Irak,

    Maladewa, Djobouti, Benin, Brunei Darussalam, Nigeria, Azerbajian,

    Albania, Kirgiztan, Tajikistan, Turkmenistan, Mozambik, Kazakhstan,

    Uzbekhistan, Suriname, Togo, Guyana, Pantai Gading.

    2. Sampel

    Menurut Sugiyono (2011: 80) sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Bila populasi besar, dan

    peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

    misalnya karena keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, maka peneliti

  • 44

    menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.Apa yang dapat

    dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

    populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar bersifat

    representative (mewakili).

    Dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling untuk

    menentukan sample. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

    sample data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016: 85). Mengapa

    menggunakan teknik Purposive sampling karena tisdak semua sampel

    memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena

    itu, penulis menggunakan teknik Purposive sampling dengan melakukan

    pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh sampel pada penelitian ini.

    Sampel pada penelitian ini adalah Negara Indonesia dan Negara

    Malaysia dengan memiliki kriteria tertentu seperti: Pertama, merupakan

    Negara yang tergabung dalam organisasi kerjasama Islam (OKI). Kedua,

    merupakan Negara yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam.

    Ketiga, merupakan Negara dengan jumlah orang miskinan yang relatif

    tinggi dan juga kriteria lainnya.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis menggunakan data

    panel. Penulis mendapatkan data dari laporan tahunanlnstitusi terkait dan dari

    internet. Penelitian ini mengambil dari berbagai sumber, sebagai berikut:

  • 45

    1. Zakat

    Laporan tahun dari Badan Amil Zakat Nasional yang dapat diunduh di

    www.baznas.go.id dan www.puzkas.co.id untuk Negara Indonesia dan

    laporan tahunan Pusat Pungutan Zakat Negara Malaysia atau dari

    www.zakat.com.

    2. Pembiayaan syariah

    Laporan tahun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di laman websitenya

    www.ojk.go.id dan laporan tahunan dari Bank Islam Berhad Malaysia di

    laman website www.bankislam.com.

    3. Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

    Laporan tahunan dari Kementrian Keuangan Replubik Indonesia di

    laman websitenya www.kemenkeu.go.id dan www.hasil.gov.my.

    4. Kemiskinan

    Data kemiskinan di Indonesia dapat di ambil dari Badan Pusat Statistik

    (BPS) dan Department of Statistic Malaysia di laman website

    www.dosm.gov juga didapat dari www.worldbank.co.id.

    E. Skala Pengukuran

    Menurut Noor (2014: 15) data skala rasio merupakan data yang di dapat

    dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui

    dan mempunyai titil 0 absolut.

    http://www.baznas.go.id/http://www.puzkas.co.id/http://www.zakat.com/http://www.ojk.go.id/http://www.bankislam.com/http://www.hasil.gov.my/http://www.dosm.gov/http://www.worldbank.co.id/

  • 46

    F. Definisi Konsep dan Operasional

    1. Definisi Konsep

    Definisi konsep dari variabel-variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Variabel Independen

    Menurut Sujarweni (2015: 75) variabel independen adalah variabel

    yang mempengaruhi terhadap variabel dependen.Variabel independen

    dalam penelitian ini adalah zakat, pembiayaan syariah dan anggaran

    penerimaan dan belanja Negara (APBN). Penjelasannya sebagai

    berikut:

    1) Zakat

    Zakat secara istilah yaitu bahwa zakat adalah sebagian dari

    harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan

    kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak

    menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Muthohar, 2016:

    11).

    2) Pembiayaan syariah

    Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tertulis bahwa pembiayaan

    berbasis syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang

    disamakan sengan itu berdasarkan persetujuan antar bank dengan

    pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan uang

    atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan bagi

    hasil (Ilyas, 2015).

  • 47

    3) Anggaran penerimaan dan belanja Negara (APBN)

    Menurut Gilarso dalam Fathurrahman (2012) Kebijakan fiskal

    merupakan kebijakan pemerintah dalam mengelola keuangan

    negara sedemikian rupa sehingga dapat menunjang perekonomian

    nasional: produksi, konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan

    kestabilan harga. Artinya keuangan Negara tidak hanya penting

    untuk membiayai tugas rutin pemerintah. Akan tetapi juga sebagai

    instrumen untuk mewujudkan sasaran pembangunan:

    pembangunan ekonomi, kestabilan dan pemerataan pendapatan.

    b. Variabel dependen

    1) Kemiskinan

    Menurut Soetomo (2008: 307) Kemiskinan secara luas adalah

    meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaaan

    kesehatan yang buruk, kekerungantransportasi yang dibutuhkan

    oleh masyarakat.Masalah sebagai inspirasi perubahan (kasus

    kemiskinan).

    2. Definisi Operasional

    Pada bagian ini menjelaskan variabel-variabel yang digunakan baik

    variabel independen maupun variabel dependen. Selanjutnya definisi

    operasional menggambarkan pengukuran atas variabel dan indikator yang

    akan dikembangkan dalam penelitian ini:

  • 48

    a. Zakat

    Zakat merupakan salah satu sektor yang terpenting dalam Islam.

    Zakat merupakan rukun Islam ketiga, dan zakat harus dibayarkan oleh

    setiap muslim untuk mensucikan harta benda yang diberikan kepada

    mustahik. Zakat tidak hanya untuk membantu ekonomi mustahik tetapi

    juga menjadi salah satu instumen yang penting bagi sektor ekonomi

    nasional.Dalam jangka panjang tujuan dari zakat adalah untuk

    merubah mustahik menjadi muzakki.Kemudian menunjukkan bahwa

    zakat mempunyai potensi yang sangat baik dalam menyelesaiakan

    masalah kemiskinan di Negara ini (Indonesian Zakat Outlook, 2018:

    2).

    b. Pembiayaan syariah

    Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

    dipersamakan dengan itu berupa pembiayaan berdasarkan bagi hasil

    dalam mudharabah, ijarah dalam sewa menyewa, pinjam meminjam

    dalam bentuk qard, transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam,

    istisna‟ (www.syariahbukopin.co.id).

    c. Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN)

    Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari

    pengelolaan keuangan Negara yang dilaksanakan secara terbuka dan

    bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

    (www.kemenkeu.go.id).

    http://www.syariahbukopin.co.id/http://www.kemenkeu.go.id/

  • 49

    d. Kemiskinan

    Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat

    mendapat pendapatan sebesar USD$2 per-harinya

    (www.worldbank.co.id).

    G. Instrumen Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel. Menurut Brooks

    (2006: 4) data panel adalah data gabungan antara data time series dan data

    cross section.Setelah data digabungkan selanjutnya di proses dengan aplikasi

    E-Views 9.

    H. Uji Instrumen Penelitian

    Uji Instrumen: Uji Stasioneritas

    Menurut Akbar dkk (2015) Uji Stasioner merupakan suatu keadaan jika

    proses pembangkitan yang mendasari suatu deret berkala didasarkan pada

    nilai tengah konstan dan nilai varians konstan. Suatu data pengamatan

    dikatakan stasioner apabila proses tidak mengalami perubahan seiring dengan

    waktu yang berubah.

    Ada beberapa metode untuk menguji stasioneriotas data khususnya data

    panel, yaitu: uji Levin, Lin & Chu, Uji pesaran dan Uji Shin W-stat, ADF –

    Fisher Chi-square dan PP – fisher Chi-square. Pada penelitian ini

    menggunakan uji Levin, Lin & Chu untuk menguji stasioneritas data.

    Menggunakan uji Levin, Lin & Chu, diasumsikan bahwa data penelitian

    ini akan stasioner apabila uji statistic lebih kecil dari nilai signifikansi α=0.05,

    oleh karena itu data tidak dapat menolak null hypothesis dan vice versa.

  • 50

    I. Alat Analisis

    1. Analisis Deskriptif

    Statistik deskriptif akan memberikan sebuah intreprestasi deskripsi

    suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

    nilai maksimum, nilai minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness

    (Ghozali, 2016: 19).

    2. Analisis Regresi

    Analisi regresi adalah alat uji terpenting dalam ekonometrika. Secara

    umum, regresi berisikan penjelasan dan hubungan pengevaluasian antara

    variabel pemberi dan satu, dua atau lebih variabel lain. Secara khusus,

    regresi adalah percobaan untuk menjelaskan pergerakan variabel

    berdasarkan pada pergerakan dala satu atau lebih variabel lainnya.

    Dalam analisis regresi, variabel dependen (y) dan variabel independen

    (x) adalah sangat berbeda. Variabel dependen diasumsikan menjadi

    random atau „stochastic‟ dalam cara yang sama, I,e, untuk memiliki

    distribusi probabilitas. Variabel independen diasumsikan untuk fixed „non

    stochastic‟ nilai dalam sample (Brooks, 2014: 75-77).

    Menurut Bawono (2006: 85) Formulasi persamaan regresi berganda

    sendiri adalah sebagai berikut:

    Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + Ɛ

    Dimana:

    Y : Pengentasan kemiskinan

    β0 : Konstanta dari persamaan regresi

  • 51

    X1 : Zakat

    X2 : Pembiayaan Syariah

    X3 : APBN

    Ɛ : Variabel residual atau prediction error

    3. Uji Hipotesis

    Ada tiga uji secara umum dalam uji hipotesis, yaitu uji t, uji F dan uji

    koefisien determinasi, uji beda. Berikut penjelasnnya:

    a. Uji t

    Uji t-test dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel

    independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial

    (individu). Uji t dilakukan secara individu dengan menggunakan uji

    statistic t u