ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS HARGA POKOK...
Transcript of ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS HARGA POKOK...
ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS HARGA POKOK
PENJUALAN, RASIO LANCAR, FINANCIAL LEVERAGE,
VARIABILITAS PERSEDIAAN, UKURAN PERUSAHAAN,
INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP PEMILIHAN
METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
CECEP SARIPUDIN
NIM : 101081223191
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………… i
ABSTRACT …………………………… ii
ABSTRAK …………………………… iii
KATA PENGANTAR …………………………… iv
DAFTAR ISI …………………………… vii
DAFTAR TABEL …………………………… x
DAFTAR GAMBAR …………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………… 7
BAB II TINJAUAN MASALAH
A. Laporan Keuangan …………………… 8
a. Definisi Laporan Keuangan …………… 8
b. Para Pemakai Laporan Keuangan …… 9
B. Persediaan …………………………… 12
1. Pengertian Persediaan ………………….. 12
2. Metode Kalkulasi Biaya Persediaan dalam
Sistem Persediaan Periodik …………… 15
3. Metode Kalkulasi Biaya Persediaan dalam
system Persediaan Perpetual …………… 16
B. Metode Akuntansi Persediaan …………… 17
1. Metode FiFO …………………………… 18
2. Metode Rata-rata …………………… 20
3. Metode LIFO …………………… 21
C. Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan …… 22
1. Teori Agensi …………………………… 22
2. Hipotesis RIcardian …………………… 23
3. Political Cost …………………………… 24
D. Variabilitas Persediaan …………………… 26
E. Ukuran Perusahaan …………………… 27
F. Rasio Lancar …………………………… 28
G. Financial Leverage …………………… 29
H. Intensitas Persediaan …………………… 30
I. Variabilitas Harga Pokok Penjualan …… 31
J. Model Penelitian dan Hipotesis Penelitian…… 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………… 34
B. Metode Penentuan Sampel …………… 34
C. Metode Pengumpulan Data …………… 34
D. Metode Analisis Data ……………………. 36
E. Operasional Variabel …………………… 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian ………….. 41
B. Industri Manufaktur ………………….. 42
C. Hasil dan Pembahasan …………………… 44
1. Analisis Deskriptif …………………… 44
2. Pengujian Hipotesis …………………… 45
a. Pengujian Univariat …………… 45
b. Pengujian Multivariat …………… 47
2. Pembahasan …………………………… 58
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan …………………………… 60
B. Implikasi dan Keterbatasan …………… 61
1. Implikasi …………………………… 61
2. Keterbukaan …………………………… 62
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….. 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang
dapat digunakan oleh pihak-pihak pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga bertujuan untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Laporan keuangan
akan mencerminkan kinerja dari perusahaan dan nilai perusahaan akan
tercermin dari harga sahamnya. Dengan demikian, perusahaan akan
memberikan laporan tahunan yang dapat memberikan informasi yang relevan
tentang kinerja perusahaan yang dapat berdampak terhadap harga saham yang
diperdagangkan (Ball dan Brown dalam Mukhlasin, 2002). Sehingga laporan
keuangan yang dikeluarkan perusahaan akan mencerminkan nilai perusahaan
di mana para investor akan sangat berkepentingan dengan laporan tersebut,
khususnya Neraca dan Laba-Rugi.
Agar laporan keuangan yang dihadirkan oleh perusahaan bisa
digunakan secara cepat dan tepat oleh pemakainya, maka laporan itu harus
disusun sesuai dengan standar yang ada. Di Indonesia standar yang digunakan
adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Di antara beberapa alternatif penilaian laporan keuangan, metode
akuntansi persediaan secara signifikan akan mempengaruhi laporan keuangan
terutama laporan laba-rugi perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan salah
satu informasi fundamental yang diperlukan investor dalam menganalisis
kinerja perusahaan. Dengan perbedaan metode penilaian persediaan akan
menyebabkan perbedaan laba-rugi pada perusahaan. Metode penilaian
persediaan dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu metode FIFO (First In First
Out), LIFO (Last In First Out), identifikasi khusus, dan metode rata-rata
(Weight Averege).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan pengertian persediaan adalah
aktiva: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, (b) dalam
proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau (c) dalam bentuk bahan baku
atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang mempunyai
nilai yang cukup besar dan merupakan asset yang sangat penting baik dalam
jumlah maupun peranannya dalam kegiatan dari banyak perusahaan.
Cushing dan LeClere (dalam Mukhlasin, 2002) mendapatkan bahwa
20% dari total asset adalah merupakan persediaan. Sementara data dari Bursa
Efek Jakarta (BEJ) atau saat ini bernama Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
tahun 1995 sampai dengan 1999 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai
persediaan akhir dibanding dengan total asset antara 16% sampai dengan 20%.
Hal yang menjadi permasalahan adalah bagaimana melaporkan nilai
persediaan akhir dalam neraca dan pengaruhnya dalam laba rugi serta pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia telah dikeluarkan
dan dibentuk oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2002) dan SAK No. 14
yang menyatakan bahwa untuk pemilihan metode akuntansi persediaan
diberlakukan tiga metode akuntansi persediaan, yaitu: First In First Out
(FIFO), Last In First Out (LIFO), dan rata-rata tertimbang (Weight Averege).
Sedangkan Undang-undang perpajakan Indonesia tentang pajak penghasilan
nomor 17 tahun 2002 pasal 10 ayat (6) hanya mengakui dua metode yaitu
metode FIFO dan Weight Average (rata-rata).
Permasalahan akan timbul pada saat terjadi perubahan harga (inflasi).
Dengan menggunakan metode FIFO perusahaan akan menghasilkan laba yang
tinggi sehingga manajemen akan menggunakan atau menerapkan metode yang
akan menghasilkan laba yang lebih rendah yaitu metode LIFO (Lee dan Hsieh
dalam Mukhlasin, 2002). Perbedaan ini menyebabkan manajer akan
menerapkan metode yang dapat menghasilkan laba yang relatif rata dan
melaporkan nilai yang sesungguhnya. Di Indonesia yang mengakui 2 metode
persediaan, untuk menghasilkan laba yang lebih kecil perusahaan akan
menggunakan metode rata-rata dibandingkan metode FIFO, karena dengan
menggunakan metode rata-rata perusahaan akan menggabungkan seluruh
price inflow (Anthony et, al., 2000).
Metode akuntansi FIFO dan rata-rata walaupun tidak kontradiktif, tetap
menggambarkan karakteristik Increasing Income dan Decreasing Income.
Decreasing Income digambarkan oleh metode rata-rata. Sedangkan Increasing
Income digambarkan oleh metode FIFO. Perbedaan antara metode FIFO dan
metode rata-rata memang tidak mencolok, namun demikian karena pada
pertengahan tahun 1997 terjadi krisis yang mengakibatkan inflasi besar, maka
metode FIFO dan metode rata-rata perbedaannya menjadi lebih besar.
Dalam kondisi inflasi, metode FIFO menghasilkan nilai persediaan
akhir yang tinggi dan harga pokok penjualan yang rendah. Hal ini
mengakibatkan laba bersih menjadi tinggi. Sebaliknya dengan metode LIFO
akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan harga penjualan
yang tinggi. Dimana hal ini akan menghasilkan laba bersih menjadi rendah.
Sementara metode rata-rata akan menghasilkan nilai yang berada di antara
nilai dari kedua metode.
Pemilihan metode akuntansi untuk persediaan merupakan keputusan
yang memerlukan banyak pertimbangan (Cushing dan LeClere, dalam
Mukhlasin, 2002). Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan perusahaan
dalam memilih metode akuntansi adalah untuk keinginan para investor dalam
kaitannya dengan market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode
akuntansi tersebut selayaknya berdampak pada tingkat return yang diharapkan
oleh investor (Dhalival et. al dalam Mukhlasin, 2002).
Topik ini menarik untuk dikaji karena implikasi yang diakibatkannya.
Menurut Watts dan Zimmerman (dalam Gunawan, 2006) perilaku pemilihan
metode akuntansi dalam perspektif teori akuntansi positif terdiri dari tiga
hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus (Bonus plan hypotesis)
2. Jaminan hutang (Debt – Covenant hypotesis)
3. Hipotesis biaya politis (The political hypotesis)
Pilihan atas metode akuntansi persediaan akan berpengaruh terhadap
besaran laba bersih, sehingga berkaitan erat dengan ketiga hipotesis tersebut
(Gunawan, 2006).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Gunawan (2006) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan antara
metode FIFO dan rata-rata pada perusahaan industri dan industri barang
konsumsi menghasilkan bahwa ukuran perusahaan, financial leverage dan
profitabilitas signifikan berbeda antara metode FIFO dengan metode rata-rata.
Penelitian lainnya yang meneliti tentang pengaruh penerapan metode
akuntansi persediaan terhadap market value perusahaan pada emiten di Bursa
Efek Jakarta, yang dilakukan oleh Nur Annisa et. al (2003) menemukan bukti
bahwa metode akuntansi persediaan rata-rata pada neraca lebih berpengaruh
terhadap market value perusahaan dibandingkan dengan metode akuntansi
persediaan FIFO.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis apakah
terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan dan rasio lancar serta intensitas
persediaan terhadap pemilihan akuntansi persediaan antara metode FIFO dan
rata-rata dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sri Rejeki Metallia (2007).
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu:
1. Penambahan variabel yang digunakan
Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu ukuran
perusahaan, variabilitas persediaan, financial leverage, rasio lancar,
variabilitas harga pokok penjualan dan intensitas persediaan. Variabel
dependen yang digunakan yaitu pemilihan metode akuntansi persediaan
(antara FIFO dan rata-rata). Sedangkan pada penelitian sebelumnya,
variabel independen yang digunakan yaitu struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan, rasio perputaran persediaan.
2. Perbedaan sampel yang digunakan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan pada penelitian
sebelumnya menggunakan sampel perusahaan aneka industri dan industri
barang konsumsi.
3. Periodesasi penelitian
Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari tahun 2004-
2007. Sedangkan penelitian sebelumnya data yang digunakan adalah
tahun 2000 sampai dengan 2004.
B. Perumusan Masalah
Perumusan utama dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam
pertanyaan: Apakah Ukuran Perusahaan, Variabilitas Persediaan, Rasio Lancar,
Financial Leverage, Variabilitas Harga Pokok Penjualan, Intensitas Persediaan
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pemilihan Metode Akuntansi
Persediaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
Ukuran Perusahaan, Variabilitas Persediaan, Rasio Lancar, Financial
Leverage, Variabilitas Harga Pokok Penjualan, dan Intensitas Persediaan
terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.
2. Manfaat
a. Bagi penulis, sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1).
b. Bagi dunia pendidikan, untuk menambah literatur dan referensi bagi
mahasiswa yang tertarik untuk membahas masalah persediaan.
c. Bagi perusahaan untuk membantu manajer dalam memilih metode
yang menguntungkan perusahaan untuk memenuhi keinginan investor
dalam kaitannya dengan market value perusahaan.
d. Bagi investor untuk menilai marketing value perusahaan yang
berdampak pada return yang mereka harapkan.
BAB II
TINJAUAN MASALAH
A. Laporan Keuangan
1. Definisi Laporan Keuangan
Transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan selanjutnya akan
dicatat serta diikhtisarkan, setelah itu disiapkanlah laporan untuk pemakai.
Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi tentang keadaan keuangan
perusahaan disebut laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama perusahaan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
Laporan ini menampilkan sejarah perusahan yang dikuantifikasikan dalam
nilai moneter.
Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan dan pihak luar
perusahaan berdasarkan urutan penyusunan serta sifat data yang terdapat
dalam laporan-laporan adalah sebagai berikut:
a. Laporan laba-rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran
(beban) dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu (satu
periode akuntansi), laporan laba-rugi juga akan memberikan informasi
tentang keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan.
b. Neraca adalah daftar seluruh aktiva, hutang (kewajiban) dan ekuitas
pemilik pada jangka waktu tertentu. Misalnya sebulan atau setahun.
c. Laporan ekuitas merupakan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam
modal pemilik pada jangka waktu tertentu (periode akuntansi).
Misalnya sebulan, tiga bulan atau satu tahun.
d. Laporan Arus Kas adalah laporan yang memberikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan
pada periode tertentu (periode akuntansi). Misalnya sebulan, tiga bulan
atau satu tahun.
Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya satu tahun sekali, untuk memenuhi
kebutuhan para pemakainya. Di antara para pemakai laporan keuangan
beberapa diantaranya memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi
tambahan yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian,
banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber
utama informasi mengenai keuangan perusahaan, dan oleh karena itu,
laporan keuangan seharusnya disusun dan disajikan dengan
mempertimbangkan kebutuhan mereka.
2. Para Pemakai Laporan Keuangan
Pihak-pihak yang berkepentingan atas perkembangan suatu
perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Dimana mereka menggunakan laporan keuangan untuk
mengambil keputusan-keputusan ekonomi. Ada 2 pihak yang
membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan guna
mengambil keputusan ekonomi, mereka adalah pihak internal perusahaan
dan pihak eksternal perusahan.
Pihak internal menggunakan laporan keuangan untuk menilai
kinerja manajemen dalam memaksimalkan penggunaan sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien.
Sedangkan pihak eksternal, akan menggunakan laporan keuangan
sebagai dasar investasi yang telah atau akan digunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan (Business Stakeholder) terhadap laporan keuangan
atau posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan.
a. Pemilik (Owners)
Laporan yang dikeluarkan perusahaan akan menggambarkan nilai
ekonomis perusahaan itu sendiri, yaitu gambaran mengenai hasil
keuntungan perusahaan pada periode sebelumnya serta prospek
perusahaan dimasa mendatang. Hal ini menyebabkan pemilik (Owners)
merasa sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Harus diperhatikan bahwa pemilik yang menginvestasikan sumber
dayanya ingin memperoleh nilai yang paling ekonomis atas investasi
mereka. Dalam kata lain, pemilik akan berharap mendapatkan bagian
dalam laba perusahaan. Karena mungkin pada akhirnya pemilik akan
memutuskan akan menjual perusahaan.
b. Manajer
Manajer yang tidak dapat memberikan hasil yang baik bagi
perusahaan akan merasa kesulitan untuk memperoleh kepercayaan
kembali oleh pemilik, karena manajer adalah orang yang dipercaya oleh
pemilik untuk menjalankan perusahaan. Oleh karena itu, manajer
mempunyai insentif untuk memaksimalkan nilai ekonomis perusahaan.
c. Karyawan
Jasa yang diberikan oleh karyawan akan dibalas dengan
memperoleh upah. Kepentingan karyawan dalam kinerja perusahaan,
dikarenakan pekerjaan mereka tergantung pada hal tersebut. Tidak
jarang perusahaan akan memberhentikan karyawannya untuk jangka
waktu tertentu apabila perusahaan dalam kondisi menurun, dan pada
puncaknya para karyawan bisa kehilangan pekerjaan mereka untuk
selamanya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan tempat mereka bekerja
mengalami kebangkrutan.
d. Pelanggan
Pelanggan juga mempunyai kepentingan dalam kelangsungan
perusahaan. Karena pelanggan akan sulit untuk mendapatkan barang
atau jasa yang mereka butuhkan apabila perusahaan mengalami
kebangkrutan.
e. Kreditor
Kreditor juga mempunyai kepentingan dalam kinerja perusahaan
sama halnya seperti pemilik, kreditor juga menginvestasikan sumber
daya mereka melalui pemberian kredit. Untuk memperoleh kembali
investasi yang telah mereka berikan, kreditor memastikan bahwa
perusahaan dapat menghasilkan uang tunai yang cukup dan perusahaan
merupakan pelanggan kreditor.
f. Pemerintah
Kepentingan pemerintah terhadap ekonomi perusahaan dalam hal
ini laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan adalah dari pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah berupa pajak penghasilan (PPh) ataupun
pajak pertambahan nilai (PPn). Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan
perpajakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain kepada perusahaan,
pemerintah juga menarik pajak dari karyawan. Tetapi dalam hal ini,
pungutan yang dilakukan pemerintah (Pajak Penghasilan/PPh)
disesuaikan dengan upah yang diterima karyawan.
B. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Dalam PSAK nomor 14 yang dimaksud dengan persediaan adalah
aktiva:
(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal,
(b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau
(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Pengertian persediaan yang dikemukakan oleh Kieso dan Weygant
(2002) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam
memproduksi barang yang akan dijual. Persediaan sendiri merupakan aktiva
lancar yang paling besar dari perusahaan barang (ritel) maupun perusahaan
manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur setidaknya ada tiga akun
persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Dalam perusahaan dagang biasanya membeli barang dagang dalam
bentuk yang siap dijual, serta biaya yang terkait dengan unit-unit yang
belum terjual dan masih ada ditangan akan dilaporkan sebagai persediaan
barang dagang. Pada sisi lain, perusahaan manufaktur memproduksi barang
yang akan dijual kepada perusahaan dagang. Berbeda dengan perusahaan
dagang, dalam perusahaan manufaktur yang mempunyai kegiatan utamanya
mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Unit-unit yang belum terjual dan
yang masih ada di tangan atau dalam proses produksi disebut persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
2. Metode Kalkulasi Biaya Persediaan dalam Sistem Persediaan Periodik
Menurut sistem persediaan periodik (Periodic Inventory System),
kuantitas persediaan di tangan ditentukan seperti yang tersirat oleh namanya
yaitu secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode
akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian
pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan
pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk
dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia
untuk dijual selama periode untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir
untuk menentukan harga pokok penjualan. Dalam sistem persediaan
periodik, harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada
hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik.
Sebagian besar perusahaan membutuhkan informasi yang mutakhir
mengenai tingkat persediaan untuk melindunginya dari stockout (kehabisan
persediaan) atau over-purchasing (kelebihan pembelian) dan untuk
membantu penyusunan data keuangan secara bulanan atau kuartalan. Hal
tersebut mengakibatkan banyak perusahaan yang menggunakan sistem
persediaan perpetual yang dimodifikasi (Modified Perpetual Inventory
System), dimana hanya penurunan dan kenaikan kuantitas (bukan jumlah
barang) yang disimpan dalam catatan persediaan yang terinci. Sedangkan
dalam sistem persediaan periodik, perhitungan fisik persediaan (Physical
Inventory Count) diharuskan dilakukan sekali setahun pada akhir periode.
Semua catatan mengenai perhitungan fisik persediaan hanya merupakan
perangkat memorandum diluar sistem berpasangan (Double Entry) yang
membantu menentukan tingkat persediaan pada suatu waktu tertentu (Kieso
dan Weygant, 2002).
Pada perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik,
pencatatan dilakukan setiap kali melakukan penjualan hanya akan mencatat
pendapatan. Pada saat mencatat harga pokok penjualan, tidak ada ayat jurnal
yang dibuat pada saat penjualan. Untuk menentukan biaya atau harga pokok
persediaan atau harga pokok penjualan akan dilakukan perhitungan fisik,
dan harga pokok penjualan selama periode tertentu dilaporkan dalam seksi
terpisah pada laporan laba-rugi.
Perhitungan fisik atas persediaan pada akhir periode diperlukan
apabila perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menentukan kuantitas persediaan yang masih ada
sebagai nilai di neraca yang akan diperlihatkan dalam laporan keuangan.
3. Metode Kalkulasi Biaya Persediaan Dalam Sistem Persediaan Perpetual
Dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan
barang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan
penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi
mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan
mendebet persediaan barang dagang dan mengkredit kas atau hutang usaha.
Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan
mendebet harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
C. Metode Akuntansi Persediaan
Metode akuntansi memiliki konsekuensi logis yang akan berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Dalam mengambil kebijakan akuntansi untuk
memilih akuntansi persediaan manajemen akan mempertimbangkan hal-hal
yang dapat mendukung nilai perusahaan (Tuannakota, 2000). Hal ini cukup
beralasan karena penilaian terhadap persediaan akan berdampak langsung
terhadap income perusahaan dan neraca.
Lee dan Hsieh (dalam Mukhlasin, 2002) menyatakan bahwa metode
akuntansi persediaan adalah kebijakan pengukuran yang digunakan sebagai
media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan.
Pemilihan metode akuntansi persediaan akan berdampak langsung pada laba
perusahaan. Perubahan metode akuntansi akan dapat mengakibatkan
redistribusi kekayaan antara perusahaan dan pemerintah.
Pencatatatan terhadap persediaan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara sistem periodik atau fisik (Periodic Inventory System) dan sistem
perpetual (Perpetual Inventory System). Penggunaan pencatatan secara
periodik memerlukan pengukuran atas persediaan pada akhir periode untuk
menentukan kuantitas yang masih ada sebagai nilai di neraca. Sedangkan
penggunaan pencatatan secara perpetual, pencatatan dilakukan secara terus
menerus untuk setiap jenis persediaan dan saldo yang diperoleh setiap terjadi
perubahan menunjukan nilai persediaan di neraca.
Metode penilaian persediaan terhadap persediaan diatur dan ditentukan
oleh pemerintah dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) nomor 14 tahun 2002. Dimana dalam SAK tersebut diatur
penggunaan metode akuntansi persediaan yang dibagi menjadi 3 metode yaitu,
First In First Out (Masuk Pertama Keluar Pertama atau FIFO), Last In First
Out (LIFO atau masuk terakhir keluar pertama), dan rata-rata tertimbang
(Weight Average Cost Method).
Namun Undang-undang Perpajakan di Indonesia no. 7 tahun 1983 jo
Undang-undang No. 10 tahun 1994 tentang pajak penghasilan (PPh) mengakui
dua metode penilaian persediaan yaitu Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP, FIFO) dan rata-rata tertimbang.
Dari kedua pernyataan di atas menyiratkan bahwa perusahaan diberi
kebebasan untuk memilih salah satu metode akuntansi yang diperkenalkan.
1. First In First Out Method
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002) asumsi yang
digunakan dalam metode FIFO adalah barang dalam persediaan yang
pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang
ada dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau yang diproduksi
kemudian. Metode FIFO digunakan dengan tujuan untuk mendekati aliran
fisik barang, ketika aliran fisik barang merupakan aliran masuk pertama
dan keluar pertama sesungguhnya.
Metode FIFO dapat dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis
dan realistis mengenai biaya apabila identifikasi khusus biaya tidak dapat
atau tidak mungkin dilaksanakan. Pendapatan dibebani dengan biaya yang
dianggap berkaitan dengan barang yang benar-benar dijual, persediaan
akhir dilaporkan menurut biaya terbaru (biaya yang paling mendekati nilai
persediaan pada neraca). Pada metode FIFO, dikarenakan harga pokok
ditentukan menurut terjadinya biaya mengakibatkan tidak diberikannya
peluang untuk manipulasi laba.
Dalam kondisi normal dengan harga yang mengalami kenaikan
dari waktu ke waktu, metode FIFO mempunyai kelebihan, yaitu:
1. laba menggambarkan arus fisik persediaan
2. nilai akhir mendekati current ratio dan
3. memberikan suatu aproksimasi yang lebih cepat atas biaya pokok
pengganti pada neraca bila tidak ada perubahan sejak pembelian
terakhir.
Sedangkan kelemahan mendasar dari metode FIFO adalah bahwa
dalam perhitungan rugi-laba, current ratio tidak ditandingkan dengan
current revenue. Akibatnya laba tidak mencerminkan keadaan sebenarnya.
Biaya pembelian awal dibebankan ke pendapatan paling akhir, yang biasa
mengarah pada distorsi pada laba kotor dan laba bersih (Kieso, 2001).
2. Metode Rata-rata
Penggunaan angka rata-rata memungkinkan setiap harga beli
mempengaruhi penilaian persediaan maupun harga pokok penjualan.
Dalam hal ini asumsi yang digunakan adalah bahwa kegiatan pembelian
dan penjualan akan menghasilkan aggregation of cost (pengelompokan
atau penggabungan biaya-biaya) dan pembagiannya kepada barang akan
dijual dan barang yang masih dalam persediaan dilakukan atas satu harga
tunggal. Dalam hal ini harga tunggal diasumsikan mewakili satu unit cost
dari semua barang yang ada dalam periode tertentu, tidak mencerminkan
matching concept antara current cost dan current revenue, serta tidak
mencerminkan penilaian neraca atas dasar current cost.
Metode rata-rata tertimbang dianggap sebagai suatu pendekatan
yang realistis dan menyeleraskan arus fisik persediaan, khususnya jika
unit-unit persediaan yang identik ternyata tercampur-campur. Hal ini
mengandung asumsi bahwa biaya setiap barang ditentukan berdasarkan
biaya rata-rata dari barang yang serupa pada awal periode dan biaya
barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode akuntansi (Ali
dan Hartono, 2000). Keterbatasan dari metode ini adalah terletak pada
nilai persediaan yang selalu mengandung unsur-unsur biaya yang paling
dini dan bahwa nilai tersebut dapat jauh berbeda dengan current price
apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga secara drastis (Skousen et
al, 2000: 438).
3. Last In First Out Method
LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir
dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga termasuk dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu (Ali dan
Hartono, 2000). Aliran biaya LIFO mendekati aliran fisik barang yang
masuk dan barang yang keluar dalam situasi yang pasti (Kieso dan
Weygant, 2002). Kelemahan metode LIFO (Kieso, 2002) adalah:
1. menurunkan earnings
2. penyajian persediaan yang terlalu rendah dineraca (underestimate)
3. tidak mencerminkan arus fisik persediaan
4. tidak mengukur laba berdasarkan harga pokok sekarangnya
5. adanya likuidasi terpaksa (involuantary liquidation)
6. kebiasaan pembelian yang buruk atau poor buying habits
Sedangkan kelebihan dari metode LIFO yaitu:
1. adanya keuntungan pajak
2. pengukuran laba yang baikmemperbaiki aliran kas
3. adanya future earning hedge yaitu laba pada perusahaan yang akan
datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa PSAK Nomor 14
tahun 1999 memperkenankan pemakaian metode LIFO, namun pada
PSAK tahun 2008 (revisi) mengakui 2 macam metode penilaian
persediaan yaitu metode rata-rata dan metode FIFO. Dalam undang-
undang perpajakan Indonesia tentang pajak penghasilan nomor 17 tahun
2000 pasal 10 ayat 6 juga mengakui hanya FIFO dan rata-rata yang
menjadi metode penilaian persediaan, maka metode penilaian lain tidak
diperkenankan atau jika untuk tujuan komersial telah dipakai metode lain
selain kedua metode tersebut, maka untuk keperluan perpajakan hasil dari
metode tersebut harus disesuaikan (Gunadi dalam Ali dan Hartono, 2000).
Keengganan perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan metode
LIFO diduga karena merasa tidak perlu membuat perhitungan dua kali,
yakni tujuan pajak dan komersial (Abdullah, 1999).
D. Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Pemilihan metode akuntansi persediaan didasari pada pendekatan dan
teori sebagai berikut:
1. Teori Agensi
Perusahaan adalah “fiksi legal yang bertindak sebagai suatu
kelompok (nexus) kontrak untuk seperangkat hubungan kontrak di antara
individu” (Jensen dan Meckling dalam Belkaoui, 1993). Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan sebagai kontrak yang satu atau lebih (parsipal)
meminta orang lain (agen) untuk melakukan beberapa kegiatan (service)
atas kepentingan yang meliputi pendelegasian beberapa otoritas
pengambilan keputusan pada agen.
Dalam teori agensi mempunyai asumsi bahwa antara principal dan
agen masing-masing mempunyai motivasi untuk kepentingan dirinya
sendiri. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan
principal. Dalam konflik kepentingan ini akan terjadi asimetri informasi
yaitu adanya ketidakseimbangan informasi yang diperoleh antara principal
dan agen. Dimana principal tidak bisa memantau kegiatan agen, apakah
kegiatan agen telah sesuai dengan keinginan principal sebagai pemegang
saham.
2. Hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak)
Menurut Classical Ricardian tujuan utama dari manajer yaitu untuk
memaksimalkan nilai perusahaan yang dilakukannya dengan cara
meminimalkan biaya pajak serta tetap respect pada kendala hukum pajak
dan kesempatan produksi ivestasi (Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin,
2002). Untuk mencapai tujuannya perusahaan atau manajer akan memilih
metode akuntansi yang dapat meminimalkan labanya, sehingga perusahaan
dapat melakukan penghematan pajak. Dalam kasus ini, maka manajer akan
memilih metode akuntansi rata-rata sebagai jalan untuk dapat menghemat
pengeluaran perusahaan dalam pajak.
3. Political Cost
Dalam political cost dinyatakan bahwa semua orang itu sama, dan
biaya politik yang lebih besar dihadapi oleh manajer, hal tersebut
menjadikan manajer lebih menyukai memilih prosedur (metode) akuntansi
yang melaporkan earning yang berbeda dari periode sekarang dengan
periode yang akan datang (Scott dalam Mukhlasin, 2002). Karena
perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat
perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya akan
menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga akan menyebabkan
terjadinya biaya politis. Diantaranya adalah muncul intervensi pemerintah,
pengenaan pajak yang lebih tinggi dan berbagai macam tuntutan lain yang
dapat menimbulkan biaya politis.
Selain ketiga hipotesis tersebut, dalam teori akuntansi positif juga
membahas mengenai pemilihan metode akuntansi, dan di dalamnya terdapat
tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba. Tindakan tersebut
bersifat opportunistic yang berarti bahwa manajer akan memilih metode
akuntansi yang dapat menguntungkan dia dan perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Watts dan Zimmerman (1986),
membuat tiga hipotesis mengenai pemilihan metode akuntansi yaitu:
a. Bonus Plan Hypothesis
Menurut hipotesis ini manajer yang menggunakan bonus plan akan
cenderung untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Hal ini
dilakukan untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka peroleh, karena
seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan seringkali dijadikan dasar
dalam mengukur keberhasilan kinerja. Jika tingkat bonus berdasarkan laba
yng dihasilkan perusahaan, maka manajer akan melakukan atau memilih
metode akuntansi yang akan meningkatkan laba perusahaan pada tahun
berjalan.
b. Debt Convenant Hypothesis
Dengan adanya perjanjian hutang (debt convenant), manajer akan
melakukan pemilihan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba
perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan perusahaan
melanggar kontrak hutang, karena pelanggaran kontrak yang dilakukan
dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya serta dapat menghambat
kinerja manajemen. Pemilihan kebijakan metode akuntansi akan dilakukan
karena sebagian besar perjanjian hutang mempunyai syarat-syarat
(convenant) yang harus dipenuhi peminjam selama masa perjanjian.
c. Political Cost Hypothesis
Dalam hipotesis ini menyatakan semakin besar biaya politis yang
dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan
tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi
laba, karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan
mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya
akan menarik perhatian pemerintah dan pembuat undang-undang (biaya
politis). Antara lain terjadinya intervensi pemerintah dan pengenaan pajak
yang lebih tinggi. Maka perusahaan akan berusaha untuk memilih metode
akuntansi yang dapat mengurangi biaya politis.
E. Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan
suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang
relatif stabil, maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil. Sedangkan pada
perusahaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba juga akan bervariasi.
Dengan variabilitas persediaan, mengakibatkan perusahaan akan
dihadapkan oleh pemilihan metode mana yang akan dipakai. Perusahaan yang
mempunyai variasi persediaan kecil biasanya akan menggunakan metode rata-
rata. Karena dengan menggunakan metode ini maka laba yang dihasilkan lebih
rendah bila dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO. Dimana
dengan metode ini perusahaan akan memperoleh penghematan pajak (tax
saving). Sedangkan perusahaan yang mempunyai variasi persediaan tinggi
akan menggunakan metode FIFO sehingga laba akan menjadi besar yang
mengakibatkan perusahaan tidak melakukan penghematan pajak. Pernyataan
di atas disampaikan oleh Chusing dan Le Clere (1992) dimana dalam
penelitian yang mereka lakukan didapatkan bahwa perusahaan yang
menggunakan metode LIFO mempunyai variasi persediaan yang kecil.
Sedangkan perusahaan yang menggunakan metode FIFO mempunyai variasi
persediaan yang cukup besar.
F. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small
firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada total asset
perusahaan (Machfoedz, 1994).
Penggunaan metode akuntansi persediaan yang dilakukan perusahaan
berdasarkan pada biaya politis yang mungkin dikeluarkan perusahaan. Bagi
perusahaan besar lebih cenderung menggunakan metode rata-rata karena
dengan metode tersebut perusahaan akan melakukan penghematan pajak (tax
saving), sebab metode rata-rata akan menghasilkan nilai laba yang lebih kecil.
Hal tersebut dilakukan perusahaan besar agar tidak menjadi sorotan
pemerintah atau pembuat regulasi yang nantinya akan mengakibatkan
intervensi pemerintah dan perusahaan akan mengeluarkan pajak yang besar
sehingga perusahaan-perusahaan besar lebih menyukai metode akuntansi yang
dapat menunda pelaporan earning atau menurunkan nilai earning (laba).
Berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar, perusahaan kecil akan
menggunakan metode akuntansi yang dapat menghasilkan tingkat laba yang
lebih besar, karena dengan demikian perusahaan akan mendapat perhatian dari
para investor yang akan memberikan bantuan dana kepada perusahaan. Untuk
perusahaan kecil biasanya metode persediaan yang digunakan adalah metode
FIFO dimana metode tersebut akan memberikan earning yang meningkat.
G. Rasio Lancar
Para kreditor dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan akan
melihat kesanggupan perusahaan dalam melakukan pemenuhan kewajiban
jangka pendek. Hal tersebut dilakukan agar kreditor merasa aman dalam
meminjamkan dana kepada perusahaan. Untuk melihat kesanggupan
perusahaan dalam pembayaran pinjaman jangka pendeknya dapat diketahui
dari nilai rasio lancar perusahaan tersebut.
Rasio lancar biasanya dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
keadaan likuid suatu perusahaan. kepentingan perusahaan dalam memilih
metode akuntansi persediaan dilakukan apabila perusahaan memiliki rasio
lancar yang rendah. Dengan rasio lancar yang rendah perusahaan merasa
penting memilih metode akuntansi persediaan dengan tujuan untuk
meningkatkan laba perusahaan, karena dengan rasio lancar yang rendah
perusahaan akan sulit untuk mendapat kepercayaan kreditor untuk
memberikan pinjaman. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai rasio
lancar yang rendah akan memilih metode FIFO untuk meningkatkan nilai
laba, sedang perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi akan memilih
metode rata-rata yang dapat memberikan tingkat laba yang menurun dengan
tujuan untuk melakukan penghematan pajak (tax saving).
H. Financial Leverage
Financial leverage merupakan skala yang digunakan untuk melihat
seberapa sanggup perusahaan membayar hutangnya dengan aktiva yang
dimilikinya. Para investor akan melihat seberapa besar financial leverage
perusahaan, hal tersebut dilakukan guna melihat kemampuan perusahaan
dalam membayar hutangnya atau pembayaran deviden kepada pemegang
saham agar tidak melanggar perjanjian kontrak atau debt covenant (Depond
dalam Dewi Saptintah, 2004).
Perusahaan yang mempunyai nilai financial leverage tinggi akan
memilih metode akuntansi persediaan yang dapat menaikan laba, yaitu metode
FIFO. Karena perusahaan dengan leverage tingi mempunyai resiko yang
tinggi terhadap hutangnya, atau proporsi hutangnya lebih besar daripada
proporsi aktivanya. Sedangkan metode rata-rata akan dipilih oleh perusahaan
dengan tingkat financial leveragenya rendah, yaitu perusahaan yang memiliki
resiko hutangnya rendah. Hal ini dilakukan perusahaan tidak lain adalah untuk
melakukan tax saving dan biaya politis (political cost).
Menurut Sartono (2001) semakin besar hutang perusahaan maka
semakin besar pula resiko yang dihadapi investor, sehingga investor akan
meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Hal itulah yang mendorong
perusahaan untuk menaikan tingkat laba.
I. Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan merupakan kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari
inventori dan tendensi akan adanya overstock. Perputaran persediaan dan hari
persediaan dipengaruhi oleh metode persediaan (Anthony et al., dalam
Mukhlasin, 2002). Pilihan metode persediaan akan menghasilkan perputaran
persediaan. Perbedaan dari perputaran persediaan akan menghasilkan nilai
efisiensi manajemen persediaan. Lee dan Hsieh (dalam Mukhlasin, 2002)
menyatakan asumsi bahwa perputaran persediaan yang tinggi
mengindikasikan efisiensi manajemen persediaan. Ini dapat dilihat dari pilihan
akuntansi persediaan yang digunakan oleh perusahaan, metode LIFO
menghasilkan nilai persediaan akhir pada neraca yang lebih rendah dan harga
pokok penjualan yang lebih tinggi, yang berarti perusahaan dengan metode
LIFO mempunyai inventory turn over yang lebih tinggi dan hari perputaran
persediaan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang menggunakan
metode FIFO. Sedangkan perusahaan yang menggunakan metode rata-rata
akan menghasilkan perputaran persediaan yang berada diantara kedua metode
tersebut. Sedangkan apabila dibandingkan dengan metode rata-rata,
perputaran persediaan dengan metode FIFO akan lebih tinggi.
J. Variabilitas Harga Pokok Penjualan
Pada kondisi inflasi (perubahan harga) selain akan berpengaruh
terhadap nilai akhir persediaan juga akan berpengaruh pada harga pokok
penjualan (Kieso, 2002). Perubahan harga pokok penjualan akan berdampak
pada net income perusahaan. Dengan adanya perubahan harga, pemilihan
metode persediaan yang berdasarkan harga pokok akan memberikan pengaruh
yang berbeda pada neraca dan persediaan akhir. Dengan demikian perusahaan
yang mempunyai tujuan untuk menghemat pajak atau biaya politis akan
memilih metode rata-rata. Sedangkan apabila perusahaan ingin terjadi
peningkatan pada labanya akan memilih metode FIFO. Karena dengan
terjadinya kenaikan harga akan berpengaruh pada pendapatan perusahaan.
Tabel 2.1
Variabel Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Pada Penelitian
Terdahulu
No Peneliti dan
hasil
Ukuran
perusahaan
Rasio
lancar
Financial
leverage
Variabilitas
persediaan
Variabilitas
HPP
Intensitas
persediaan
Metode
persediaan
1. Morse dan
Ricardson
(1983)
• Ya
- - - - - FIFO dan
rata-rata
2. Abdullah dan
Muslim
(2004)
• Tidak • Tidak • Tidak • Tidak - - FIFO dan
rata-rata
3. Gunawan
(2006) • Ya • Tidak • Tidak • Tidak - - FIFO dan
rata-rata
4. Mukhlasin
(2004) • Ya - - • Tidak • Ya • Ya FIFO dan
rata-rata
5. Cushing dan
LeClere
(1992)
• Ya • Tidak • Ya • Ya FIFO dan
rata-rata
K. Model Penelitian dan Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode akuntansi persediaan, antara lain: ukuran perusahaan, rasio
lancar, financial leverage, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok
penjualan, dan intensitas modal. Metode akuntansi persediaan yang paling
banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah metode
rata-rata. Walaupun banyak metode FIFO dan rata-rata tidak begitu mencolok
perbedaannya, tetapi pada saat terjadi perubahan harga (inflasi) perbedaan
tingkat laba yang dihasilkan kedua metode tersebut cukup signifikan.
Sehingga manajer perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode akuntansi persediaan, karena setiap perusahaan mempunyai
tujuan yang berbeda terhadap pemilihan metode akuntansi.
Gambar 2.1
Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Rasio Lancar, Financial
Leverage, Variabilitas Persediaan, Variabilitas Harga Pokok Penjualan,
dan Intensitas Persediaan dengan Metode Akuntansi Persediaan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan
metode akuntansi persediaan.
H2 : Rasio lancar berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan metode
akuntansi persediaan.
H3 : Financial leverage perusahaan berpengaruh terhadap probabilitas
pemilhan metode akuntansi persediaan.
Ukuran Perusahaan
Rasio Lancar
Financial Leverage
Metode Persediaan
Variabilitas Persediaan
Variabilitas Harga Pokok
Penjualan
Intensitas Persediaan
H4 : Variabilitas persediaan berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan
metode akuntansi perseediaan.
H5 : Variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap probabilitas
pemilihan metode akuntansi persediaan.
H6 : Intensitas persediaan berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan
metode akuntansi persediaan.
H7 : Ukuran perusahaan, rasio lancar, financial leverage, variabilitas
persediaan, variabilitas harga pokok persediaan, dan intensitas
persediaan berpengaruh terhadap probabilitas pemilihan metode
akuntansi persediaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
dan pengaruh antara ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, financial
leverage, rasio lancar, variabilitas harga pokok penjualan dan intensitas
persediaan terhadap pemilihan metode Akuntansi pesediaan (antara metode
FIFO dan metode rata–rata).
Objek penelitian yang diamati dalam penelitian ini adalah perusahaan
Manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-
2007. Sedangkan lingkup dari penelitian ini adalah penggunaan metode
akuntansi persediaan FIFO dan metode rata-rata. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan kedua metode tersebut yang paling banyak digunakan perusahaan
Manufaktur. Abdullah dan Muslim (2004) menemukan sebagian besar
perusahaan Manufaktur di Indonesia menggunakan metode rata–rata yaitu
sebesar 78% dan selebihnya menggunakan metode FIFO.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Purrposive Sampling Method, yaitu teknik penentuan sampel
untuk tujuan tertentu saja (Hamid, 2004). Kriteria-kriteria yang ditetapkan
agar perusahaan dapat dijadikan sampel penelitian yaitu:
1. Perusahaan–perusahaan yang akan diambil datanya hanya menggunakan
satu metode akuntansi persediaan saja, apakah metode FIFO atau metode
rata-rata untuk semua persediaan.
2. Metode Akuntansi persediaan, baik metode FIFO atau metode rata-rata
yang digunakan oleh perusahaan konsisten selama empat tahun
pengamatan.
3. Perusahaan adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan selama empat tahun
(2004-2007).
Tabel 3.1
Penentuan sampel dalam penelitian
Metode
Persediaan
Jumlah
Perusahaan
Yang Konsisten
Selama 4 Tahun
FIFO 31 23
Rata-Rata 98 84
Jumlah 129 107
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penelitian ini penulis menambah perbendaharaan
melalui studi kepustakaan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan FEIS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan perpustakaan kampus lain yang berupa buku teks dan jurnal-jurnal
yang relevan mengenai Akuntansi persediaan, khususnya Akuntasi tentang
persediaan serta laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan
perusahaan dan sumber lain dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
D. Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel
penelitian yaitu ukuran perusahaan, financial leverage, rasio lancar,
variabilitas harga pokok penjualan, dan intensitas persediaan. Statistik ini
untuk melihat mean, minimal dan maksimal serta standar dari deviasi dari
masing-masing variabel.
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan 2 tahap pengujian, yaitu
univariate test dan multivariate test. Pengujian tahap pertama, univariate
test, tahap pengujian ini dilakukan untuk mengatahui perbedaan variabel
independent dan variabel dependent, pengujian ini dilihat dari distribusi
datanya. Sedangkan pengujian tahap kedua multivariate test, tahap
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent. Pengujian multivariate test dilakukan melalui
dua tahap, pertama menguji keseluruhan variabel selama periode
pengamatan (4 tahun), dan yang kedua pengujian keseluruh variabel
untuk masing-masing tahun pengamatan. Hal ini untuk mengetahui apakah
ada pengaruh dari perbedaan inflasi dari masing-masing tahun
pengamatan.
Teknik-teknik statistik yang diperlukan dalam pengujian hipotesis
adalah sebagai berikut:
a. Mencari normalitas data dengan menggunakan one sample-
Kolmogorov-Sminrnov test (tingkat signifikan 5%). Syarat data
signifikan, yaitu didasarkan pada nilai Asyimp. Sig (2-tailed) dimana
apabila lebih besar dari 5%, maka data tersebut berdisistribusi normal
dan uji univariat digunakan analisis parametrik, yakni t-test. Sedangkan
apabila lebih kecill dari 5%, maka data tersebut tidak berdistribusi
normal selanjutnya uji univariat dianalisis dengan menggunakan
analisis nonparametik, yakni uji Mann-Whitney.
b. Mencari nilai koefisien regresi melalui persamaan regeresi logit
(logistic regression).
Model yang digunakan yaitu:
LNP
P
−1= eIPVhppRLVPLevUP +++++++ 765432 βββββββ
Dimana:
P = Probabilitas perusahaan untuk memilih metode rata-rata
UP = Ukuran perusahaan
Lev = Financial leverage
VP = Variabilitas persediaan
RL = Rasio lancar
Vhpp = Variabilitas harga pokok penjualan
IP = Intensitas persediaan
e = error
c. Menilai Model Fit
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Statistik yang digunakan berdasarkan likehood. Likehood L dari model
adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan
data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi 2-LogL. Statistik -2LogL kadang-kadang
disebut rasio c2 statistik, dimana c2 didistribusi dengan degree of
freedom n-q, q adalah jumlah parameter dalam model.
Menghitung R2 menggunakan nagelkerke’s R square yang
merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression untuk memastikan bahwa nilai
bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai
Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R2
dapat diinterprestasikan seperti R2 pada multiple regression (Ghozali,
2001:128).
Uji multivariat akan diujikan pada tingkat signifikan (a) 5%.
Kriteria penerimaan atau penolakan akan didasarkan pada nilai p-value.
Apabila p-value > a maka hipotesis ditolak. Sebaliknya apabila p-value <
a maka hipotesis diterima.
Apabila hipotesis diterima berarti variabel tersebut berpengaruh
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Tetapi jika hipotesis
ditolak berarti variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap pemilihan
metode akuntansi persediaan.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Berkaitan dengan tema diatas maka terdapat dua variabel penelitian,
yaitu:
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel
dependen adalah metode akuntansi persediaan. variabel dependen ini
merupakan variabel dummy, dimana ada dua pilihan yaitu metode FIFO
dan rata-rata.
2. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan tipe variabel yang mempengaruhi
variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel
independen dibagi menjadi 6 yang terdiri sebagai berikut:
a. Ukuran Perusahaan
Variabel ini diukur dengan total penjualan bersih selama 4
tahun (Abdullah, 2004).
Ukuran perusahaan = 4
bersihpenjualan
b. Financial Leverage
Financial Leverage diukur dengan cara membagi hutang
jangka panjang dengan equity (Abdullah, 2004).
Financial leverage = equity
panjang jangka hutang
c. Variabilitas Persediaan
Varibel ini diukur dari koefesien variasi persediaan. Koefesien
variasi diperoleh dengan membagi standar deviasi persediaan dengan
rata-rata persediaan. Standar deviasi dihitung dari standar deviasi
persediaan selama 4 tahun (Abdullah, 2004).
Variabilitas persediaan = persediaan rata
persediaan deviasistandar
d. Rasio Lancar
Rasio keuangan ini dihitung dengan cara membagi aktiva
lancar dengan hutang lancar (Abdullah, 2004).
Rasio lancar = lancar hutang
lancar aktiva
e. Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan diukur berdasarkan inventory turn over
yang didapat dari cost of good sold dibagi dengan weight average
inventory (Mukhlasin, 2002).
Intensitas persediaan = inventory average
COGS
f. Variabilitas Harga Pokok Penjualan
Variabel ini dihitung berdasarkan koefisien harga pokok
penjualan yang didapat dari standar deviasi harga pokok penjualan
dibagi dengan rata-rata harga pokok penjualan selama 4 tahun
(Mukhlasin, 2002).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Gambaran Objek Penelitian
Bursa efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 juli 1992 diswastakan
dan menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Bursa efek pertama Indonesia
didirikan pada tahun 1912 dengan bantuan pemerintah Belanda di Batavia
yang pada saat itu sebagai pusat pemerintahan dari Belanda, yang sekarang
dikenal dengan nama Jakarta.
Pada masa perang dunia pertama Bursa Batavia sempat ditutup dan
kemudian dibuka kembali pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah
juga mengoperasikan bursa pararel di kota Surabaya dan Semarang. Namun
kegiatan bursa saham ini dihentikan ketika terjadi pendudukan oleh tentara
Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia
memploklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka kembali dijakarta
dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham
kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi
pada tahun 1956.
Tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pengelola Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah
Departemen keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham
juga mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar swasta.
Pada tahun 1991 sampai tahun 2008, bursa saham diswastanisasi
menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang
dinamis di ASIA. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
mengakibatkan beralihnya Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 2007, para pemegang saham antara
Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah menyetujui
rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya ke dalam Bursa Efek Jakarta
yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Terhitung tanggal 1 Desember Bursa Efek Indonesia telah efektif
berjalan. Dalam bursa ini memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat
utang (fixed income), maupun perdagangan derivative (derivative
instruments).
C. Industri Manufaktur
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang
laporan keuangannya dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri
manufaktur terdiri dari tiga bagian yaitu, industri kimia dasar, aneka industri
serta industri barang dan konsumsi. Dari 107 perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini, dapat digolongkan ke dalam bidang atau bagian dalam kegiatan
manufaktur yang dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No Jenis Perusahaan Jumlah
1. Industri Dasar Kimia
a. Semen b. Keramik, porselin dan kaca
c. Metal dan sejenisnya
d. Kimia
e. Plastik dan Kemasan
f. Pakan Ternak
g. Kayu
h. Kertas dan alat tulis
3 3
8
7
6
5
5
6
2. Aneka Industri
a. Otomotif dan komponennya
b. Garment dan tekstil
c. Alas kaki
d. Kabel
e. Elektronik dan lainnya
8
8
5
7
6
3. Industri Barang dan Konsumsi
a. Makanan dan Minuman
b. Rokok
c. Farmasi
d. Kosmetik dan keperluan rumah tangga
e. Peralatan rumah tangga dan lainnya
Total
5
3
5
8
10
107
D. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Tujuan dari analisis deskriptif adalah memberikan gambaran suatu
data yang dilihat dari mean, standar deviasi, maksimum, minimum.
Analisis deskiptif dari ukuran perusahaan, rasio lancar, variabilitas
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, intensitas persedian dan
financial leverage adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif
Dari tabel di atas rata-rata (mean) antara perusahaan yang
menggunakan metode persediaan FIFO dan perusahaan yang
menggunakan metode rata-rata mempunyai perbedaan. Dari hasil di atas
perbedaan yang besar terdapat pada ukuran perusahaan, yaitu
6119607657648.2500 dengan 413955115991.3130 dimana terdapat selisih
5705652541656.937 demikian juga dengan nilai dari minimum dan
maksimum serta standar deviasi terdapat perbedaan yang besar diantara
dua metode tersebut. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari
masing-masing variabel, maka diperlukan pengujian secara statistik, yaitu
pengujian univariat dan multivariat.
2.2042 6119607657648.2500 1.0596 .2415 12.9473 .2109 .04 19895827801.50 .01 .00 .95 .01
20.10 246832784457000.00 25.14 .96 505.27 1.51
2.65569 27535106372330.70000 2.91951 .20063 55.33345 .24200
2.0753 413955115991.3130 .9434 .2683 9.5639 .2023 .28 23315580021.80 .02 .00 .77 .01
8.46 2895764897500.00 4.72 1.03 71.64 1.00
2.07964 644932713849.16400 1.33889 .22600 17.16791 .20090
2.1768 4904514986739.8300 1.0349 .2472 12.2268 .2090 .04 19895827801.50 .01 .00 .77 .01
20.10 246832784457000.00 25.14 1.03 505.27 1.51
2.53549 24511248956179.98000 2.65749 .20548 49.66071 .23300
Mean Minimum Maximum
Std. Deviation
Mean Minimum Maximum
Std. Deviation
Mean Minimum Maximum
Std. Deviation
METODE PERSEDIAAN RATA-RATA
FIFO
Total
CURRENT RATIO
UKURAN PERUSAHAAN
FINANCIAL LEVERAGE
VARIABILITAS PERSEDIAAN
INTENSITAS PERSEDIAAN
VARIABILITAS HPP
2. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Univariat
Untuk mengetahui apakah metode rata-rata dan metode FIFO
mempunyai perbedaan dilihat dari variabel ukuran perusahaan, rasio
lancar, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan,
intensitas persediaan, dan financial leverage dilakukan dengan pengujian
univariat. Namun, sebelum dilakukan pengujian univariat dilakukan
terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data.
Uji normalitas data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan
dengan One-Sample Kolmogrov-Smirnov dengan tingkat signifikasi 5%.
Dari pengujian tersebut didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
108 108 108 108 108 108 2.1768 4904514986739.8300 1.0349 .2472 12.2268 .2090
2.53549 24511248956179.970 2.65749 .20548 49.66071 .23300
.232 .421 .349 .189 .429 .192
.232 .390 .271 .189 .429 .188 -.199 -.421 -.349 -.117 -.409 -.192
2.414 4.375 3.632 1.961 4.456 1.993
.000 .000 .000 .001 .000 .001
N Mean Std.
Deviation
Normal Parameters
a,b
Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
CURRENT RATIO
UKURAN PERUSAHAAN
FINANCIAL LEVERAGE
VARIABILITAS PERSEDIAAN
INTENSITAS PERSEDIAAN
VARIABILITAS HPP
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data.b.
Dari hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan one-
sample Kolmogrov-Smirnov diperoleh hal bahwa semua variabel yang ada
tidak berdistribusi normal. Karena tingkat signifikasi dari seluruh variabel
lebih kecil dari 5%, semua dapat dilihat dari nilai Assym. Sig. (2-tailed)
dari ukuran perusahaan, rasio lancar, financial leverage, variabilitas
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan intensitas persediaan
menunjukan nilai probabilitas lebih kecil dari 5%.
Dengan hasil tersebut, maka pengujian univariat dilakukan dengan
nonparametrik statistik. Alat uji yang digunakan adalah Mann-Whitney
Test. Hal tersebut dilakukan Karena data yang ada berupa rasio dan
pengujian menggunakan tingkat signifikasi 5%. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Mann-Whitney Test
Nilai asimtotic significance variabel yang lebih kecil dari 5%
adalah variabel ukuran perusahaan yang berarti bahwa ukuran perusahaan
signifikan. Sedangkan variabel-variabel yang lain seperti rasio lancar,
financial leverage, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok
861.000 447.000 866.000 895.000 880.000 934.500
1137.000 723.000 4521.000 4550.000 1156.000 4589.500
-.874 -3.981 -.837 -.619 -.732 -.323
.382 .000 .403 .536 .464 .747
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
CURRENT RATIO
UKURAN PERUSAHAAN
FINANCIAL LEVERAGE
VARIABILITAS
PERSEDIAAN INTENSITAS PERSEDIAAN
VARIABILITAS HPP
Grouping Variable: METODE PERSEDIAAN a.
penjualan, dan intensitas persediaan nilainya lebih besar dari 5% yang
berarti bahwa variabel-variabel tersebut tidak signifikan.
b. Pengujian Multivariat
1) Pengujian multivariat tahap pertama
Dalam penelitian ini, pengujian multivariate dengan
menggunakan regresi logistik berganda. Logistic regresi sebetulnya
mirip dengan analisis deskriminan yaitu untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel idependen dapat diprediksi dengan
variabel independennya. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat
pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio lancar, financial leverage,
variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan
persediaan.
Penggunaan regresi logistic pada penelitian ini dikarenakan
asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena
variabel bebasnya merupakan campuran antara variabel kontinyu
(metric) dan kategorial (non-metrik) sehingga tidak memerlukan
asumsi normalitas data pada variabel independennya.
Metode yang digunakan pada regresi logistic dalam penelitian
ini adalah metode enter dengan tingkat signifikasi 5%. Pengujian
dilakukan dengan dua tahapan, yaitu pada tahapan pertama pengujian
dilakukan dengan pengujian seluruh variabel selama tahun
pengamatan. Dan pada tahap kedua pengujian dilakukan pada seluruh
variabel untuk masing-masing tahun pengamatan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah perbedaan tingkat inflasi setiap tahunnya
berpengaruh atau memberikan hasil yang berbeda pada hasil
penelitian tiap tahunnya.
Tabel 4.5
Uji Fit Data
Dalam regresi logistic sebelum menganalisa hasil pengolahan
maka terlebih dahulu dilihat fit data. Dari tabel di atas didapat nilai -2
log L dari pengolahan data adalah 111.857 baik untuk model yang
hanya memasukan konstanta saja maupun model dengan memasukan
variabel. Nilai dari X2 dari df = 200 adalah sebesar 128.412 dengan
selisih 16.555.
Penurunan nilai pada -2 log likehood mengindikasikan model
fit dengan data atau model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya.
112.328 -1.148 111.858 -1.301 111.857 -1.307 111.857 -1.307
Iteration 1
2
3
4
Step
0
-2 Log
likelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model. a.
Initial -2 Log Likelihood: 111.857 b.
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
Tabel 4.6
Uji Simultan Variabel Bebas
Dari tabel di atas dapat dijelaskan, hasil dari Negelkerke R
square yang sebesar 0.220 menunjukan bahwa variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independent sebesar 22%. sedangkan sisanya
sebesar 78% dijelaskan oleh faktor-faktor yang lain, seperti dalam
penelitian yang pernah dilakukan terdahulu yang dilakukan oleh
Gunawan (2006), maupun penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan
Muslim (2004). Variabel tersebut bisa seperti struktur kepemilikan,
intensitas modal atau juga variabilitas laba akuntansi ataupun variabel-
variabel yang lainnya.
Dalam teori akuntansi positif, mengatakan bahwa ada banyak
landasan atau alasan sebuah perusahaan memilih suatu metode
akuntansi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat
sosiologis. Sedangkan dalam kenyataannya, pemilihan metode
akuntansi yang dipilih oleh perusahaan disesuaikan dengan jenis
perusahaan itu sendiri. Misalnya perusahaan yang bergerak dibidang
industri makanan, maka perusahaan yang hasil produksinya berupa
makanan yang cepat mengalami kadaluarsa akan memilih metode
FIFO.
95.302 a .142 .220
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than .001.
a.
Tabel 4.7 Uji Hosmer dan Lemeshow
Besarnya nilai Hosmer and Lemeshow adalah sebesar 7.116
dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.524 yang nilainya jauh diatas
0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima
karena cocok dengan data data observasinya.
Tabel 4.8
Uji Ketepatan Model Data
Tabel di atas menunjukkan ketepatan dari model adalah
sebesar 100% dan 4.3% yang berarti bahwa variabel independen
mampu memprediksi penggunaan metode akuntansi persediaan dengan
ketepatan prediksi sebesar 100% untuk metode rata-rata 4.3% untuk
metode FIFO.
Hal ini dikarenakan sebagian besar perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode rata-rata
daripada metode FIFO. Dalam penelitian ini perbandingan perusahaan
85 0 100.0 22 1 4.3
79.6
Observed RATA-RATA FIFO
METODE PERSEDIAAN
Overall Percentage
Step 1
RATA-RATA FIFO
METODE PERSEDIAAN Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500 a.
7.116 8 .524
Step
1
Chi-square df Sig.
yang menggunakan metode rata-rata dan metode FIFO adalah 4
banding 1, karena dalam penelitian sampel yang digunakan sebanyak
107 perusahaan dan perusahaan yang menggunakan metode rata-rata
sebanyak 84 perusahaan dan yang menggunakan metode FIFO
sebanyak 23 perusahaan. Itulah mengapa ketepatan prediksi dari data
yang diperoleh cukup besar bedanya.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Logistic Regression 2004 - 2007
-.030 .097 .098 1 .754 .970
.000 .000 4.801 1 .028 1.000
-.017 .098 .030 1 .862 .983
.606 1.355 .200 1 .655 1.832
.018 .017 1.138 1 .286 1.018
-1.002 1.455 .475 1 .491 .367
-.457 .552 .685 1 .408 .633
CURRAT
UKPER
FINLEV
VARPERSED
INTPERSED
VARHPP
Constant
Step 1 a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: CURRAT, UKPER, FINLEV, VARPERSED,
INTPERSED, VARHPP.
a.
Dari hasil pengujian multivariat tahap pertama, maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1
Dalam tabel terlihat bahwa hasil pengujian menunjukan nilai
ukuran perusahaan adalah sebesar 0.028. apabila digunakan tingkat
signifikan sebesar 5%, maka ukuran perusahaan signifikan sehingga
hipotesis ini diterima.
Dalam penelitian ini didapat bahwa ukuran perusahaan secara
signifikan berpengaruh positif terhadap probabilitas pemilihan metode
akuntansi persediaan yang dilakukan perusahaan antara metode rata-
rata atau metode FIFO. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan (2006), Takwa (2003), Mukhlasin (2002),
Dopuch dan Pincus (1988), serta penelitian Cushing dan LeClere
(1992). Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Abdullah (2004), Lee dan Hsieh (1985), serta Niehaus
(1989) pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan dikarenakan perusahaan yang besar lebih memilih
metode persediaan yang dapat menghemat pajak dengan cara
menurunkan nilai laba pada akhir laporan keuangan. Sedangkan
perusahaan yang kecil memilih metode perusahaan yang dapat
meningkatkan labanya yaitu metode FIFO dengan alasan untuk
mendapatkan perhatian dari para pemilik modal atau investor demi
penambahan dana untuk perusahaan.
Hipotesis 2
Dilihat dari hasil pengujian dengan regresi logistic didapat
nilai dari variabilitas persediaan adalah sebesar 0.655. Yang
dibandingkan dengan tingkat signifikan sebesar 5%, maka variabilitas
persediaan tidak signifikan karena hasilnya lebih besar dari 5%.
Sehingga hipotesis 2 ditolak.
Variabilitas persediaan dalam penelitian ini, tidak dapat
mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode persediaan. Hasil ini
konsisten dengan hasil yang diperoleh Gunawan (2006), Abdullah
(2004), Mukhlasin (2002). Hasil penelitian yang mereka lakukan sama
dengan hasil yang penulis dapat, yaitu variabilitas persediaan tidak
mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Karena
variabilitas persediaan berbanding terbalik dengan pemilihan metode
akuntansi persediaan. Jika variabilitas persediaannya tinggi maka
perusahaan akan memilih metode FIFO.
Hipotesis 3
Nilai dari pengujian untuk variabel rasio lancar adalah sebesar
0.754 adalah lebih besar bila dibandingkan tingkat signifikan yang
nilainya sebesar 0.05 maka, variabel rasio lancar lebih besar dan tidak
signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Maka
hipotesis 3 juga ditolak.
Dalam penelitian ini, pemilihan metode persediaan tidak
dipengaruhi oleh rasio lancar perusahaan. Artinya perusahaan dalam
memlilih metode persediaan tidak memperhatikan hutang jangka
pendeknya dalam meningkatkan kesejahteraan perusahaan dengan
memilih metode persediaan yang dapat menghemat pajaknya. Hasil ini
konsisten dengan hasil yang ditemukan oleh Gunawan (2006), Abdullah
(2004), Takwa (2003), dan Cushing dan LeClere (1992), yang sama-
sama tidak menemukan pengaruh dari rasio lancar terhadap pemilihan
metode akuntansi persediaan.
Hipotesis 4
Hipotesis 4 adalah untuk melihat apakah variabel intensitas
persediaan berpengaruh terhadap pemilihan akuntansi persediaan. Dari
hasil pengujian didapat nilai variabel intensitas persediaan adalah
sebesar 0.286 dan nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikan yaitu
sebesar 5%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel ini tidak
signifikan, dan hipotesis 4 juga ditolak.
Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa intensitas
persediaan tidak signifikan atau tidak berpengaruh dalam pemilihan
metode akuntansi persediaan yang dilakukan perusahaan. Hasil ini juga
konsisten dengan hasil yang didapat oleh Mukhlasin (2002), dan
Dopuch dan Pincus (1988). Tapi hasil ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985) yang memperoleh
hasil bahwa intensitas persediaan akan mempengaruhi perusahaan
dalam memilih metode akuntansi persediaan.
Hipotesis 5
Pengujian multivariat mendapatkan hasil untuk variabel
financial leverage adalah sebesar 0.862 yang lebih besar dari 5%
sebagai tingkat signifikasi. Sehingga variabel ini tidak berpengaruh
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Dengan kata lain
hipotesis 5 ini ditolak.
Merupakan rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang jangka panjangnya. Hasil yang
didapat peneliti adalah bahwa financial leverage tidak mempengaruhi
pemilihan metode persediaan yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan manufaktur. hasil ini mendukung hasil yang didapat oleh
Gunawan (2006), Abdullah (2004), dan Takwa (2003). Hal tersebut
karena, perusahaan tidak memperhatikan hutang jangka panjangnya
dalam melakukan pemilihan metode akuntansi persediaan.
Hipotesis 6
Hipotesis 6 bertujuan untuk melihat apakah variabilitas harga
pokok penjualan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan. Karena hasil pengujian mendapatkan nilai dari variabel ini
adalah sebesar 0.491 yang lebih besar dari dari 5%. Untuk itu hipotesis
6 ditolak.
Hipotesis 7
Hipotesis tujuh bertujuan untuk ,elihat pengaruh simultan
variabel bebas tehadap variabel terikat. Dari hasil regresi logistic
didapat bahwa variabel bebas dapat berpengaruh terhadap probabilitas
pemilihan metode akuntansi persediaan dengan nilai Negelkerke’s
sebesar 0.220, yang artinya bahwa variabel probabilitas pemilihan
metode akuntansi persediaan dapat dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan,
rasio lancar, financial leverage, dan intensitas modal sebesar 22%.
Hasil penelitian yang penulis dapat mengenai pengaruh variabilitas
harga pokok penjualan adalah tidak signifikan. Yang berarti bahwa
variabilitas harga pokok penjualan tidak mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2002).
2) Pengujian multivariat tahap kedua
a. Pengujian multivariat tahun 2005
Pengujian multivariat pada tahun 2005 adalah untuk
melihat pengaruh tingkat inflasi pada tahun ini yang berkisar pada
tingkat 12.55%. hasil dari pengujian multivariat adalah :
Tabel 4.10
Logistic Regression tahun 2005
-1.191 1.854 .413 1 .520 .304
.285 .171 2.762 1 .097 1.330
-.186 .175 1.127 1 .288 .830
-.541 .185 8.564 1 .003 .582
.017 .015 1.357 1 .244 1.017
-.653 1.453 .202 1 .653 .521
12.985 4.971 6.824 1 .009 435657.0
Varpersed
Currat
FinLev
Ukper
Intnspersed
VarHPP
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: Varpersed, Currat, FinLev, Ukper, Intnspersed, VarHPP.a.
Tabel di atas menunjukan hasil bahwa dari ke enam
variabel penelitian hanya variabel ukuran perusahaan yang
signifikan. Hasil ini sama dengan penelitian yang menggunakan
pengujian selama tiga tahun pengujian, Dan pada penelitian dengan
menggunakan tiga tahun hanya variabel ukuran perusahaan saja
yang signifikan. Nilai dari ukuran perusahaan adalah 0. 03.
b. Pengujian multivariat tahun 2006
Tingkat inflasi pada tahun 2006 adalah sebesar 10.15%.
pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah inflasi yang menurun
juga dapat mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode
persediaan. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Logistic Regression tahun 2006
-.019 .048 .157 1 .692 .981
.151 .146 1.078 1 .299 1.163
.044 .135 .108 1 .743 1.045
-.461 .193 5.719 1 .017 .631
-.004 .016 .072 1 .788 .996
1.395 1.094 1.628 1 .202 4.036
10.585 5.199 4.145 1 .042 39536.9
VarPersed
Currat
Finlev
Ukper
Intanpersed
VarHPP
Constant
Step 1 aB S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: VarPersed, Currat, Finlev, Ukper,
Intanpersed, VarHPP.
a.
Dari hasil pengujian didapat bahwa ukuran perusahaan
masih tetap signifikan terhadap pemilihan metode persediaan
dibandingkan dengan variabel-variabel yang lain, seperti intensitas
persediaan sebesar 0.996.
c. Pengujian multivariat tahun 2007
Pengujian multivariat tahun 2007 adalah untuk melihat
pengaruh dari inflasi yang sebesar 7,4%. Hasil pengujiannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.12
Logistic Regresion tahun 2007
.723 1.248 .336 1 .562 2.061
-.048 .152 .098 1 .755 .953
-.006 .134 .002 1 .966 .994
-.417 .185 5.098 1 .024 .659
.011 .336 .785 1 .376 1.011
-1.906 .098 1.162 1 .281 .149
10.163 .002 4.036 1 .045 25913.982
Varpersed
Currat
Finlev
Ukper
Intenspersed
VarHPP
Constant
Step 1 aB S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: Varpersed, Currat, Finlev, Ukper,
Intenspersed, VarHPP.
a.
Dari hasil penelitian didapat bahwa dari enam variabel yang
digunakan, hanya variabel ukuran perusahaan yang signifikan yaitu
sebesar 0.024%, sedangkan variabel-variabel yang lain nilainya
diatas 5%.
3. Pembahasan
Dalam penelitian yang penulis lakukan, kenyataan perusahaan
dalam memilih metode akuntansi persediaan adalah sebagian besar
perusahaan memilih metode rata-rata dibandingkan perusahaan yang
menggunakan metode FIFO. Hal tersebut mengindikasikan, bahwa
sebagian besar perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia
melakukan minimalisasi laba dengan tujuan untuk melakukan penghematan
pajak. Dengan cara memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan
tingkat labanya (metode rata-rata). Bila melihat standar akuntansi keuangan
yang ditetapkan oleh ikatan akuntan Indonesia, perusahaan-perusahaan
diberikan kebebasan untuk memilih metode akuntansi persediaan.
Walaupun dalam peraturan perpajakan yang dikeluarkan pemerintah hanya
mengakui 2 metode persediaan saja, yaitu metode FIFO atau metode rata-
rata.
Dari hasil hipotesis tersebut dapat diketahui bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi metode persediaan yang signifikan adalah ukuran
perusahaan saja, sedang faktor yang lain tidak berpengaruh.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
K. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari faktor ukuran
persahaan, variabilitas persediaan, rasio lancar, financial leverage, variabilitas
harga pokok penjualan dan intensitas persediaan terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang sudah menerbitkan laporan keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan 2007.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan
sebagai berikut ini :
1. Dalam pengujian univariat dengan menggunakan tingkat signifikasi 5%
diperoleh hasil bahwa variabel yang signifikan adalah ukuran perusahaan
dengan hasil 0.000 yang berarti ukuran perusahaan antara perusahaan yang
menggunakan metode FIFO dan rata-rata berbeda. Sedangkan variabel
yang lain tidak berbeda antara perusahaan yang menggunakan metode
FIFO dan rata-rata, dengan hasil variabilitas persediaan (sign = .536), rasio
lancar (sign = .382), financial leverage (sign = .403), variabilitas harga
pokok penjualan (sign = .747), intensitas persediaan (sign = .464).
2. Pada pengujian simultan variabel independen didapat hasil bahwa variabel
ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok
penjualan, rasio lancar, financial leverage, dan intensitas modal secara
bersama-sama signifikan dengan Negelkerke’s pada kisaran 0.220 dari
nilai Cox & Snell sebesar 0.142. yang berate bahwa variabel-variabel
tersebut dapat menjelaskan probabilitas pemilihan metode akuntansi
persediaan sebesar 22%.
3. Pada pengujian secara parsial dari 6 variabel terbukti hanya variabel
ukuran perusahaan yang berpengaruh positif signifikan terhadap
probabilitas pemilihan metode akuntansi persediaan. Hal ini bermakna
bahwa semakin besar ukuran perusahaan dalam hal ini volume penjualan
maka semakin besar probabilitas perusahaan untuk memilih metode rata-
rata.
4. Bukti empiris bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan relevan dengan penelitian yang dilakukan dalam
positive accounting theory yang dilakukan oleh watts dan Zimmerman
(1986) yang menyatakan bahwa pemilihan metode akuntansi dalam
prakteknya dipertimbangkan pada konsekuensi penghematan pajak yang
diperoleh perusahaan, dengan menggunakan metode rata-rata perusahaan
dapat membayar pajak lebih kecil dari perusahaan yang menggunakan
metode FIFO. Selain ukuran perusahaan, variabel-variabel yang lain
seperti variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio
lancar, financial leverage, dan intensitas persediaan dianggap tidak
berbeda antara perusahaan yang menggunakan metode FIFO dan metode
rata-rata.
L. Implikasi dan Keterbatasan
3. Implikasi
a. Konsekuensi dari hasil penelitian adalah bahwa perusahaan yang besar
akan memilih metode rata-rata karena adanya insentif pajak
penghasilan yang relative lebih rendah disbanding metode FIFO.
b. Sesuai dengan peraturan pajak penghasilan yang berlaku maka tidak
ada pelanggaran yang terkait dengan penerapan metode penilaian
persediaan rata-rata. Oleh karena itu manajemen sangat memiliki alas
an kuat untuk menggunakan metode penilaian persediaan rata-rata.
c. Bagi dunia pendidikan penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
referensi hasil temuan akademik yang berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi persediaan. Dari variabel-variabel yang dipilih oleh
penulis hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaan. Sedangkan variabilitas
persediaan, rasio lancar, financial leverage, variabilitas harga pokok
penjualan dan Intensitas persediaan tidak berpengaruh.
d. Bagi dunia usaha, penelitian dan temuan penelitian ini bisa membantu
manajer dalam memilih metode akuntansi persediaan. Atau
memberikan perbandingan yang akan menarik perhatian manajer
dalam memilih metode akuntansi persediaan, karena dalam penelitian
ini diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh
terhadap pemilihan metode akuntansi karena hasilnya secara signifikan
berbeda antara perusahaan yang menggunakan metode rata-rata dan
metode FIFO. Sedangkan variabel yang lain hasilnya tidak signifikan.
4. Keterbatasan
Dalam penelitian ini penulis mengakui mungkin banyak kekurangan,
sehingga apabila ingin dilakukan penelitian kembali mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi metode akuntansi persediaan perlu
memperhatikan kekurangan yang penulis miliki.
a. Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan adalah hanya 4
tahun. Sedangkan penelitian yang baik menggunakan tahun
pengamatan yang lebih banyak.
b. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pemilihan
metode akuntansi persediaan antara metode FIFO atau metode rata-rata
yang digunakan perusahaan selama periode pengamatan. Penelitian
tidak melihat pemilihan metode akuntansi yang menggabungkan kedua
metode dalam perhitungan persediaannya atau mengalami perubahan.
Dalam kenyataanya perusahaan dapat mengganti metode persediaan
sesuai dengan keinginan manajemen.
c. Data yang penulis ambil adalah data sekunder yaitu dari laporan
keuangan yang dipublikasikan perusahaan bukan data perimer yaitu
memberikan pertanyaan kepada responden mengenai kebijakan yang
diambil oleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Muslim, "Apakah Metode FIFO Dan Rata-Rata Memang Berbeda",
Jurnal media riset akuntansi, Auditing, dan Informasi Vol. 4, No. 2
(Agustus),: 151-172, 2004.
Annisa, N., Tarmizi, A dan Rohman, A. "Pengaruh Penerapan Metode Akuntansi
Persediaan Terhadap Market Value Perusahaan Pada Emiten Di Bursa Efek Jakarta", Jurnal Maksi Vol. 2, (Januari): 83-99, 2003.
Budiasih, Igan, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba",
Universitas Udayana, Bali 2008.
Dupoch, Nicholas., Pincus, Morton, "Bukti Pemilihan Metode Akuntansi
Persediaan: LIFO Dan FIFO". www. Judul skripsi.info.com diakses
tanggal 30 juni 2009.
Fees, Reeve. "Intermediate Accounting", PT. Prenhalindo Practice Hall
Intenational, Jakarta, 2005.
Ghozali, Imam., "Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS", Badan
Penerbit Undip, 2001.
Gumanti, Tatang Ary, "Pilihan-Pilihan Akuntansi Dalam Aplikasi Teori
Akuntansi Positif", JAAI Vol. 6 No. 1 (Juni), 2002.
Gunawan, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Akuntansi Persediaan Antara Metode FIFO Dan Metode Rata-Rata Pada
Perusahaan Aneka Industri Dan Industri Barang Konsumsi". UIN, Jakarta, 2006.
Hamid, Abdul, "Buku Panduan Penulisan Skripsi", FEIS UIN, 2004
Ikatan Akuntan Indonesia, "Standar Akuntansi Keuangan", Salemba empat.
Jakarta, 2002.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), "Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 1999)",
Buku Satu, Penerbit Salemba, Jakarta, 2008.
Kieso, D, E dan J. J. Weygandy, "Akuntansi Intermediate", Edisi 10, Jakarta, 2002.
Mukhlasin. "Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Earning Price Ratio", Simposium Nasional Akuntansi V,
Semarang, 2002.
Niswonger, Warren, "Prinsip-Prinsip Akuntansi", Erlangga Edisi 19, Jakarta,
1999.
Petra CritianUniversity Library, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode
Akuntansi Depresiasi", Digilib.Petra.ac.id, diakses tanggal 2 September
2009.
Rustardy, Wiliyanto., Ratnawati. "Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan
Pengaruhnya Terhadap Earning Price Ratio", Simposium Nasional
Akuntansi VII, Denpasar, 2004.
Saptantinah, Dewi. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Mnajemen Laba Di Seputar Right Issue", Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, 2007.
Suryaputri, V Rossje, "Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Berdasarkan Agency Theory", Konferensi Nasional Akuntansi, Peran
Akuntansi Dalam Membangun good Corporate Governance", 1-9, 2004.
Scott, W.R. "Financial Accounting Theory", Second Edition. Upper Saddle River, N. J, : Prentice Hall, 2000
Takwa, S., FX Sugianto dan Daljono. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Jakarta", Jurnal maksi vol. 2 (Januari): 100-108, 2003.
Watt, R. L., dan Zimmerman, "Positive Accounting Theory", Prentice-Hall
International, Englewood Cliff, New Jersey, 1986.
Mettelia, Sri Rejeki, “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan terhadap Pemilihan Metode
Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2007.
Lampiran 1: Perusahaan yang Menggunakan Metode FIFO
1. Abdi Bangsa Tbk (ABBA)
2. Ades Alfindo Tbk (ADES)
3. Adhi Karya Tbk (ADHI)
4. Aneka Kemasindo Utama Tbk (AKKU)
5. Aqua Golden Mississipi Tbk (AQUA)
6. (BRNA)
7. Sorini Corporation Tbk (SQBI)
8. Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPN)
9. Kabelindo Murni Tbk (KBLM)
10. Kageo Igar Jaya Tbk (IGAR)
11. Karwell Indonesia Tbk (KARW)
12. Lapindo Internasional Tbk (LAPD)
13. Mustika Ratu Tbk (MRAT)
14. Nipress Tbk (NIPS)
15. Panasia Filament Inti Tbk (PAFI)
16. Roda Vivatex Tbk (RDTX)
17. Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI)
18. Surya Intrindo Makmur Tbk (SIMM)
19. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
20. Primarindo Asia Infrastrukture Tbk (BIMA)
21. Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ)
22. Cipta Panelutaman Tbk (CITA)
23. Citatah Tbk (CTHH)
Lampiran 2: Perusahaan yang Menggunakan Metode Rata-rata
1. AGIS Tbk (TMPI)
2. AkbarTbk (AKBAR)
3. AKR Corporindo Tbk (AKRA)
4. Alakasa Industrindo Tbk (ALKA)
5. ANTAM Tbk (ANTM)
6. Argha Karya Prima Tbk (AKPI)
7. Argo Pantes Tbk (ARGO)
8. Arona Binasejati Tbk (ARTI)
9. Arwana Citramulia Tbk (ARNA)
10. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG)
11. Asia Grain Int'l Tbk (ASIA)
12. Asiaplast Industries Tbk (APLI)
13. Astra Internasional Tbk (ASII)
14. Astra Otoparts Tbk (AUTO)
15. Bakrie&Brother's Tbk (BNBR)
16. BAT Indonesia Tbk (BATI)
17. Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)
18. Beton Jaya Manunggal Tbk (BTON)
19. Branta Mulia Tbk (BRAM)
20. Budi Acid Jaya Tbk (BUDI)
21. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)
22. Charoen Pokphan Tbk (CPIN)
23. Cipendawa Tbk (CPDW)
24. Daria Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
25. Daya Sakti Unggul Tbk (DSUC)
26. Delta Djakarta Tbk (DLTA)
27. Ekadharma Tape Industries Tbk (EKAD)
28. Eratex Djaya Tbk (ERTX)
29. Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW)
30. Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
31. Goodyear Indonesia Tbk (GDYR)
32. GT Kabel Tbk (GT KBL)
33. Gudang Garam Tbk (GDNG)
34. Hanson Internasional Tbk (MYRX)
35. HM Sampoerna Tbk (HM SAM)
36. Holcim Tbk (HOLCIM)
37. Indah Kiat Pulp&Paper Tbk (INKP)
38. Indal Aluminium Industry Tbk (INAI)
39. Sarasa Nugraha Tbk (SRSN)
40. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
41. Indospring Tbk (INDS)
42. Intanwijaya Internasional Tbk (INCI)
43. Intikeramik Alamsari Tbk (IKAI)
44. Jakarta Kyoew Steel Works Tbk (JKSW)
45. Japfa Comfeed Tbk (JPFA)
46. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE)
47. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS)
48. Jembo Cable Company Tbk (JECC)
49. Kedaung Indah Can Tbk (KICI)
50. Mandom Indonesia Tbk (TCID)
51. Mayora Indah Tbk (MYOR)
52. Merck Tbk (MERK)
53. Modern Photo Tbk (MDRN)
54. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
55. Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN)
56. Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
57. Polychem Indonesia Tbk (ADMG)
58. Polysindo Eka Prakarsa Tbk (POLY)
59. Pyridam Farma Tbk (PYFA)
60. Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)
61. Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
62. Sepatu Bata Tbk (BATA)
63. Siantar Top Tbk (STTP)
64. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (SOBI)
65. Supreme Cable Manufacturing Corp Tbk (SCCO)
66. Sumi Indokabel Tbk (IKBI)
67. Surabaya Agung Industri Pulp&Kertas Tbk (SAIP)
68. Surya Toto Tbk (TOTO)
69. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)
70. Tembaga Mulia Tbk (TBMS)
71. Texmaco Jaya Tbk (TEJA)
72. Tigaraksa Satria Tbk (TGKA)
73. Tirta Mahakam Plywood Tbk (TIRT)
74. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
75. Voksel Electric Tbk (VOKS)
76. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
77. Hanson Internasional Tbk (MYRX)
78. Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO)
79. Prima Alloy Steel Tbk (PRAS)
80. Siwani Makmur Tbk (SIMA)
81. Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
82. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)
Lampiran 3: Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
CASE SUMMARIZE
2.2042 6119607657648.2500 1.0596 .2415 12.9473 .2109
.04 19895827801.50 .01 .00 .95 .01
20.10 246832784457000.00 25.14 .96 505.27 1.51
2.65569 27535106372330.70000 2.91951 .20063 55.33345 .24200
2.0753 413955115991.3130 .9434 .2683 9.5639 .2023
.28 23315580021.80 .02 .00 .77 .01
8.46 2895764897500.00 4.72 1.03 71.64 1.00
2.07964 644932713849.16400 1.33889 .22600 17.16791 .20090
2.1768 4904514986739.8300 1.0349 .2472 12.2268 .2090
.04 19895827801.50 .01 .00 .77 .01
20.10 246832784457000.00 25.14 1.03 505.27 1.51
2.53549 24511248956179.98000 2.65749 .20548 49.66071 .23300
Mean
Minimum
Maximum
Std. Deviation
Mean
Minimum
Maximum
Std. Deviation
Mean
Minimum
Maximum
Std. Deviation
METODE
PERSEDIAAN
RATA-RATA
FIFO
Total
CURRENT
RATIO
UKURAN
PERUSAHAAN
FINANCIAL
LEVERAGE
VARIABILITAS
PERSEDIAAN
INTENSITAS
PERSEDIAAN
VARIABILITAS
HPP
Lampiran 4: Hasil Pengujian Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
108 108 108 108 108 108
2.1768 4904514986739.8300 1.0349 .2472 12.2268 .2090
2.53549 24511248956179.970 2.65749 .20548 49.66071 .23300
.232 .421 .349 .189 .429 .192
.232 .390 .271 .189 .429 .188
-.199 -.421 -.349 -.117 -.409 -.192
2.414 4.375 3.632 1.961 4.456 1.993
.000 .000 .000 .001 .000 .001
N
Mean
Std.
Deviation
Normal
Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
CURRENT
RATIO
UKURAN
PERUSAHAAN
FINANCIAL
LEVERAGE
VARIABILITAS
PERSEDIAAN
INTENSITAS
PERSEDIAAN
VARIABILITAS
HPP
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Lampiran 5: Hasil Pengujian Man-Whitney Test
Test Statisticsa
861.000 447.000 866.000 895.000 880.000 934.500
1137.000 723.000 4521.000 4550.000 1156.000 4589.500
-.874 -3.981 -.837 -.619 -.732 -.323
.382 .000 .403 .536 .464 .747
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
CURRENT
RATIO
UKURAN
PERUSAHAAN
FINANCIAL
LEVERAGE
VARIABILITAS
PERSEDIAAN
INTENSITAS
PERSEDIAAN
VARIABILITAS
HPP
Grouping Variable: METODE PERSEDIAANa.
La mpiran 6: Hasil Pengujian Logistic Regression 2004-2007
Iteration Historya,b,c
112.328 -1.148
111.858 -1.301
111.857 -1.307
111.857 -1.307
Iteration
1
2
3
4
Step
0
-2 Log
likelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model.a.
Initial -2 Log Likelihood: 111.857b.
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
Model Summary
95.302a .142 .220
Step
1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 10 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Hosmer and Lemeshow Test
7.116 8 .524
Step
1
Chi-square df Sig.
Classification Table a
85 0 100.0
22 1 4.3
79.6
Observed
RATA-RATA
FIFO
METODE PERSEDIAAN
Overall Percentage
Step 1
RATA-RATA FIFO
METODE
PERSEDIAAN Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500a.
Hasil Pengujian Logistic Regression 2004 - 2007
-.030 .097 .098 1 .754 .970
.000 .000 4.801 1 .028 1.000
-.017 .098 .030 1 .862 .983
.606 1.355 .200 1 .655 1.832
.018 .017 1.138 1 .286 1.018
-1.002 1.455 .475 1 .491 .367
-.457 .552 .685 1 .408 .633
CURRAT
UKPER
FINLEV
VARPERSED
INTPERSED
VARHPP
Constant
Step 1 aB S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: CURRAT, UKPER, FINLEV, VARPERSED,
INTPERSED, VARHPP.
a.
Lampiran 7: Hasil Pengujian Logistic Regression 2005
Logistic Regression tahun 2005
-1.191 1.854 .413 1 .520 .304
.285 .171 2.762 1 .097 1.330
-.186 .175 1.127 1 .288 .830
-.541 .185 8.564 1 .003 .582
.017 .015 1.357 1 .244 1.017
-.653 1.453 .202 1 .653 .521
12.985 4.971 6.824 1 .009 435657.0
Varpersed
Currat
FinLev
Ukper
Intnspersed
VarHPP
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: Varpersed, Currat, FinLev, Ukper, Intnspersed, VarHPP.a.
Lampiran 8: Hasil Pengujian Logistic Regression 2006
Logistic Regression tahun 2006
-.019 .048 .157 1 .692 .981
.151 .146 1.078 1 .299 1.163
.044 .135 .108 1 .743 1.045
-.461 .193 5.719 1 .017 .631
-.004 .016 .072 1 .788 .996
1.395 1.094 1.628 1 .202 4.036
10.585 5.199 4.145 1 .042 39536.9
VarPersed
Currat
Finlev
Ukper
Intanpersed
VarHPP
Constant
Step 1 aB S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: VarPersed, Currat, Finlev, Ukper,
Intanpersed, VarHPP.
a.
Lampiran 9: Hasil Pengujian Logistic Regression 2007
Logistic Regresion tahun 2007
.723 1.248 .336 1 .562 2.061
-.048 .152 .098 1 .755 .953
-.006 .134 .002 1 .966 .994
-.417 .185 5.098 1 .024 .659
.011 .336 .785 1 .376 1.011
-1.906 .098 1.162 1 .281 .149
10.163 .002 4.036 1 .045 25913.982
Varpersed
Currat
Finlev
Ukper
Intenspersed
VarHPP
Constant
Step 1 a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: Varpersed, Currat, Finlev, Ukper,
Intenspersed, VarHPP.
a.