ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1815/1/PDF... ·...

129
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA BANK SYARIAH PERIODE 2011-2015 DENGAN PENDEKATAN RISK BASED BANK RATING SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh KUNNI MASHROHAH NIM 21313082 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1815/1/PDF... ·...

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA PADA BANK SYARIAH PERIODE 2011-2015

DENGAN PENDEKATAN RISK BASED BANK RATING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

KUNNI MASHROHAH

NIM 21313082

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

i

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA PADA BANK SYARIAH PERIODE 2011-2015

DENGAN PENDEKATAN RISK BASED BANK RATING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh

KUNNI MASHROHAH

NIM 21313082

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

PENGESAHAN

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

TULISAN

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Terbukanya mata di hari esok adalah kesempatan hidup

yang diberikan Tuhan untuk memperbaiki diri”

“Ilmu itu lebih baik daripada kekayaan karena kekayaan

harus dijaga, sedangkan ilmu menjaga mu” (Ali bin Abi Thalib)

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu,

maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan

bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun

berdiri” (QS.At-Thur:48)

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku Aswad Bashuni Alm. & Nuryanah,

Adik, Kunny Saraciana Aprillia Alh. & Layda Asna Asyiffa,

Para dosenku tercinta,

Sahabat-sahabat seperjuanganku,

Terimakasih atas segala bentuk dukungan yang telah

diberikan kepada penulis.

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT

Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh

Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba pada Bank Syariah Periode

2011-2015 dengan Pendekatan Risk Based Bank Rating” sebagai tugas akhir

pendidikan dijenjang perkuliahan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Program Studi S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam, IAIN Salatiga. Sholawat serta salam selalu penulis curahkan kepada

junjungan Nabi agung Muhammad SAW, yang telah memberikan inspirasi bagi

penulis untuk terus belajar.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

peran, dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak yang diberikan kepada

penulis. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

viii

3. Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Kaprodi S1 Perbankan Syariah dan dosen

pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis, memberikan

pengarahan, masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.SI selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan banyak bimbingan, arahan, saran kepada penulis selama

proses pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

5. Seluruh Dosen Program Studi S1 Perbankan Syariah, Instritut Agama Islam

Negeri Salatiga yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan untuk

penulis selama menempuh pendidikan.

6. Seluruh pegawai dan staff akademik Prodi, Jurusan dan Fakultas di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

7. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Aswad Bashuni Alm dan Ibunda

Nuryanah tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan, motivasi, dan do’a

yang selalu dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik tersayang Kunny Sara Ciana Aprillia, Layda Asna Asyiffa yang

menyemangati dari awal hingga akhir semester kuliah.

9. Kepada keluarga: Kakek Sujaeni, Zubaedah, Budhe, Bulek, Afrizal, Dila,

Fafa. Terimakasih atas do’a, dukungan dan motivasinya.

10. Kepada sahabat-sahabatku terutama, Ferly, Dian, Kamal, Huda, Eka,

Mustoviyah, serta seluruh Keluarga Mahasiswa Perbankan Syariah Ank.2013

kalian adalah rahmat Allah sebagai tempat untuk berbagi suka cita.

11. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu

dalam penulisan skripsi ini.

ix

x

ABSTRAK

Mashrohah, Kunni. 2017. Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Bank Syariah Periode 2011-2015 Dengan

Pendekatan Risk Based Bank Rating.Skripsi, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.

Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan perbankan

syariah di Indonesia. Kemampuan pengelolaan kinerja bank syariah dapat

memberikan kontinuitas pada kegiatan usahanya sehingga dapat memberikan

keuntungan secara efektif dan efisien. Mengingat banyaknya faktor yang

berpengaruh terhadap kinerja perbankan, maka pada penelitian ini menggunakan

faktor utama yang membentuk kinerja keuangan perbankan yakni berdasarkan

pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR) sesuai PBI No.13/24/DPNP/2011

yang terdiri dari indikator (1) Risk Profile diukur dengan rasio NPF, FDR dan

GWM, (2) Good Corporate Governance diukur dengan jumlah Dewan Komisaris

Independen dan Kepemilikan Institusional (3) Earning dengan rasio ROA dan

NIM, serta (4) Capital dengan rasio CAR.

Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia

sejak 2011 sampai dengan 2015. Tehnik analisis yang digunakan adalah regresi

linier berganda yang meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas, uji normalitas, uji koefisien determinan R2, uji Ftest dan uji

Ttest. Hasil uji Ftest (simultan) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel

NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan CAR berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba. Hasil uji Ttest (parsial) menunjukkan bahwa NPF,

GWM dan DKI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

laba, KI berpengaruh negatif tidak signifikan. FDR dan NIM berpengaruh negatif

dan signifikan, serta ROA dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Kata Kunci : Kesehatan Bank, RBBR, Pertumbuhan Laba.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 15

A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 15

B. Kerangka Teori........................................................................................... 24

1. Laba......................................................................................................... 24

2. Tingkat Kesehatan Bank ......................................................................... 26

a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ............................................... 26

xii

b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank ................................ 27

C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 42

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 49

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 49

B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 49

C. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................... 50

D. Tehnik Analisis Data .................................................................................. 50

1. Uji Stasioneritas ...................................................................................... 50

2. Analisis Diskriptif ................................................................................... 51

3. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................... 51

a) Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 52

1) Uji Multikolonieritas ................................................................. 52

2) Uji Autokorelasi ........................................................................ 53

3) Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 54

4) Uji Normalitas ........................................................................... 55

5) Uji Linieritas .............................................................................. 55

b) Uji Hipotesis ................................................................................... 56

1) Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 56

2) Uji Ftest (Simultan) ..................................................................... 57

3) Uji Ttest (Parsial) ........................................................................ 57

E. Definisi Operasional dan Pengukuran ........................................................ 58

BAB IV ANALISIS PENELITIAN .................................................................... 64

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 64

1. Bank Syariah ........................................................................................... 64

xiii

a. Pengertian Bank Syariah ................................................................. 64

b. Tujuan Bank Syariah....................................................................... 66

B. Analisis Stasioner ....................................................................................... 67

C. Analisis Deskreptif Statistik ....................................................................... 69

D. Pengujian Dan Hasil Analisis Data ............................................................ 74

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 74

a) Uji Multikoloneaitas ....................................................................... 74

b) Uji Autokorelasi ............................................................................. 75

c) Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 76

d) Uji Normalitas ................................................................................ 77

e) Uji Linieritas ................................................................................... 78

2. Regresi Linier Berganda ......................................................................... 79

a) Koefisien Determinan (R2) ............................................................. 80

b) Uji Ftest (Simultan) .......................................................................... 81

c) Uji Ttest (Parsial) .............................................................................. 81

E. Pembahasan ................................................................................................ 84

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 92

A. Kesimpulan ................................................................................................ 92

B. Saran ........................................................................................................... 93

C. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95

LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indonesia ....................................... 2

Tabel 1.2 Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia dalam Milyar ....... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 20

Tabel 2.2 Nilai Kriteria Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ......................... 27

Tabel 2.3 Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko NPF................................... 30

Tabel 2.4 Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko FDR .................................. 31

Tabel 2.5 Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas ROA ................................... 39

Tabel 2.6 Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas NIM .................................... 40

Tabel 2.7 Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan CAR ................................... 41

Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioneritas Level Dasar ...................................................... 68

Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference ................................................... 68

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskreptif Statistik ................................................................ 69

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................... 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 75

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Linieritas ................................................................................ 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................................ 79

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .......................................................................... 42

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera .................................................... 78

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan saat ini sudah menjadi faktor terpenting dalam

menjalankan roda perekonomian suatu negara. Bahkan seluruh kegiatan

perekonomian membutuhkan jasa perbankan. Sehingga tidak heran jika

perbankan dijadikan sebagai jantung perekonomian didalam suatu negara.

Peranan penting perbankan dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi dapat

dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara

mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Oleh

karena itu pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan

perbankan dalam struktur perekonomian nasional (Mahendra & Suzan,

2014:3318).

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diukur dari kemajuan

bank di negara tersebut. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas

perekonomian di Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan

konvensional. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem

perbankan nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan

perekonomian suatu negara.

Keberadaan bank syariah saat ini, tentu menjadi kebanggaan tersendiri

bagi umat Islam. Selain dalam rangka melaksanakan ajaran agama, bank

syariah juga sebagai alternatif penyiaran Islam secara kontemporer. Hal ini

2

2

ditandai dengan adanya pertumbuhan bank syariah yang sangat pesat

diberbagai belahan dunia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia

sendiri sudah merambah luas ke berbagai wilayah, hal tersebut dibuktikan

pada data empiris menurut Otoritas Jasa Keuangan 2017 sebagai berikut:

Tabel 1Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indonesia

Kelompok Bank 2011 2012 2013 2014 2015

Bank Umum Syariah 11 11 11 12 12

Unit Usaha Syariah 24 24 23 22 22

Bank Perkreditan Rakyat Syariah 155 158 163 163 163

Jumlah Kantor BUS & UUS 1.737 2.262 2.588 2.483 2.301

Jumlah Kantor BPRS 364 401 402 439 446

TOTAL 2.101 2.663 2.990 2.922 2.747

Sumber: Statistik Perbankan Syariah

Sebagai pesaing pendatang bagi bank konvesional, bank syariah

mampu menunjukkan tingkat kinerja yang cukup baik dibeberapa tahun

terakhir. Terlihat adanya peningkatan yang selalu terjadi pada dana yang

dihimpun dari masyarakat pada tiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat mulai mempercayakan perbankan syariah sebagai lembaga

keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip

dasar dalam ekonomi Islam, yakni tidak hanya terfokus pada tujuan komersil

yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga

mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan (Indriastuti &

Ifada, 2015:310). Berikut adalah presentase pertumbuhan perbankan

Indonesia:

3

3

Tabel 2Tabel 1.2

Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia dalam Milyar

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

Aset 145.467 147.360 180.360 204.961 213.423

DPK 115.415 147.512 185.154 217.858 231.175

PYD 102.655 147.505 184.122 147.944 177.482

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia

Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, sudah selayaknya

Indonesia menjadi pelopor dan kiblat perkembangan industri keuangan

syariah di dunia. Untuk dapat terus tumbuh dan berkembang, tentunya bank

syariah harus diberikan perhatian khusus dan sungguh-sungguh dengan

senantiasa menjaga kondisi kesehatannya.

Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan,

tidak hanya bagi manusia tetapi juga penting untuk keberlangsungan

kehidupan lembaga keuangan. Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008 tentang

perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya. Adapun penilaian

tingkat kinerja perbankan sebagaimana telah diubah dalam UU No. 13 Tahun

2011 sesuai dengan ketentuan baru yakni berdasarkan pendekatan (Risk

Based Bank Rating) baik secara individual ataupun konsolidasi.

Bank Indonesia selaku Bank Sentral berperanan penting dalam

menyehatkan bank, karena bank Indonesia bertugas mengatur jalannya

operasional perbankan diIndonesia. Untuk itu Bank Indonesia menetapkan

suatu ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh lembaga

perbankan yaitu berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.13/24/DPNP/2011 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Indonesia. Metode pelaksanaan penilaiannya menggunakan empat faktor,

4

4

yaitu Risk profile (profil risiko), Good Corporate Governance (Tata kelola

perusahaan), Earning (Rentabilitas) dan Capital (Permodalan).

Metode tersebut tidak bertujuan sekedar untuk mengukur tingkat

kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi

kinerja bank guna untuk menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan

terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko sehingga terlihat

prospek pertumbuhan bank dimasa yang mendatang.

Dengan semakin ketatnya ketentuan yang dibuat oleh Bank Indonesia

maupun Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tersebut, diharapkan

dapat diketahui dengan segera bank manakah yang memerlukan penanganan

khusus (Lupa, Parengkuan & Sepang, 2016:695).

Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, maka

fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tersebut, dan alokasi serta

penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai

sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem

perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran

yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien. Selain itu,

sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas

kebijakan moneter (Bank Indonesia, 2003).

Pertumbuhan laba merupakan ukuran keberhasilan bank dalam

memenuhi kepatuhan atas kesehatan bank. Bank yang sehat akan dapat

melakuan kinerja yang baik dan menghasilkan laba yang optimal. Tidak dapat

dipungkiri bahwa setiap pelaku ekonomi dalam menjalankan kegiatan

5

5

tentunya menginginkan laba yang tinggi. Kemampuan menghasilkan laba

yang maksimal pada suatu bank sangat penting bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, terutama pihak investor dan kreditur yang mengukur

keberhasilan bank berdasarkan kemampuan yang terlihat dari kinerja

manajemen dalam menghasilkan laba (Desmalini, 2014:2). Bagi investor,

informasi laba dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan investasi. Sebab

para investor tentunya mengharapkan laba yang lebih dari tahun-tahun

sebelumnya sehingga akan memperoleh deviden yang lebih besar

(Yuliatiningrum, 2016:2).

Penelitian terkait dengan tingkat kesehatan bank terhadap

pertumbuhan laba sudah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan

oleh Indriastuti (2012) terkait pengaruh Kualitas Auditorium dan Corporate

Governance terhadap pertumbuhan laba pada perbankan Indonesia yang

terdaftar di BEI 2009-2011. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa kualitas

auditor berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan.

Sedangkan proporsi dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak

signifikan.

Zar (2013) mengenai Pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2010 hingga 2012

dengan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Retention Rate (RR), Non

Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional

6

6

Pendapatan operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Giro

Wajib Minimum (GWM). Hasil penelitian menyatakan bahwa ROE dan NIM

berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel CAR , NPL, BOPO,

dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan RR, NPM,

ROA dan GWM berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Wirawan (2013) Analisis tingkat kesehatan keuangan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan BUMN sektor perbankan di Indonesia

pada periode 2003 hingga 2012. Penelitian ini menggunakan variabel Non

Perfoming Financing (NPF), Liquidity Risk, Interest Rate Risk (IRR), Deposit

Ratio, Fixed Asset to Capital Ratio (FACR), Return On Asset (ROA), Return

On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional

Pendapatan operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL, Liquidity Risk, IRR, ROA,

ROE, NIM, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan variabel Deposit Ratio, FACR dan CAR tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba.

Lubis (2013) pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan

laba pada BPR di Indonesia periode 2008-2012 menggunakan variabel

Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Loan (NPL), Beban

Operasional Pendapatan operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio

(LDR). Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR, BOPO dan

7

7

LDR berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan NPL

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

Rodiyah dan Wibowo (2014) Pengaruh rasio indikator tingkat

kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI periode tahun 2009-2013. Menguji penelitiannya dengan

variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Non

Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Beban Operasional

Pendapatan operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari hasil

pengujiannya disimpulkan CAR berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba, sedangkan variabel NIM, NPL, NPM, BOPO dan LDR

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Pratito dan Puspitasari (2015) mengenai Analisis pengaruh kebijakan

Giro Wajib Minimum (GWM), Posisi Devisa Netto (PDN), Loan to Deposit

Ratio (LDR), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan suku bunga

SBI terhadap pertumbuhan laba pada 2009-2013. Hasilnya yaitu PDN

berpengaruh positif dan tidak signifikan, CKPN berpengaruh negatif dan

tidak signifikan dan CKPN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan laba. Adapun GWM berpengaruh negatif dan signifikan,

sedangkan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

laba.

Safariah (2015) Pengaruh Risk Profile, Earning, Capital terhadap

pertumbuhan laba perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013.

Variabel yang digunakan yaitu Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit

8

8

Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan

operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasilnya yaitu

variabel NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba,

sedangkan LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Aprianingsih (2015) terkait pengaruh penerapan Good Corporate

Governance yang diukur dengan menggunakan proporsi Dewan Komisaris

Indepenen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan

terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan laba yang diperoleh

pada bank yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dewan komisaris independen dan kepemilikan

institusional berpengaruh negatif dan signifikan, dewan direksi dan komite

audit berpengaruh positif dan signifkan. Kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif dan tidak signifikan.

Yuliatiningrum (2016) mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank

terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada

periode 2012-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya antara lain

Good Corporate Governance (GCG), Non Perfoming Loan (NPL), Loan to

Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa NPL, LDR dan CAR tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan GCG berpengaruh

negatif.

9

9

Hanif (2014) pengaruh good corporate governance yang diukur

dengan menggunakan teori agency yakni komposisi dewan komisaris, dewan

direksi, dewan komisaris independen, serta kepemilikan saham pada

manajerial dan institusional terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa dewan komisaris dan kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan tidak signifikan, dewan direksi nehatif tidak

signifikan, sedangkan dewan komisaris independen dan kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap petumbuhan laba.

Chabibatillah (2016) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap

kemampulabaan perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan

variabel Komposisi Dewan Komisaris, Kepemilikan Instisusional, Dewan

Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan. Adapun hasil penelitian

menjelaskan bahwa komposisi dewan komisaris independen berpengaruh

positif dan signifikan, kepemilikan instisusional dan dewan pengawas syariah

tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bank syariah.

Wulandari (2016) Pengaruh tingkat kesehatan finansial perusahaan

terhadap pertumbuhan laba masa mendatang pada perbankan syariah di

Indonesia periode 2010 hingga 2014. Mengukur tingkat kesehatan dengan

menggunakan metode RBBR, Risk Profile dengan menggunakan rasio Non

Perfoming Financing (NPF), Good Corporate Governance (GCG), Earning

dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Capital menggunakan Capital

Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPF

10

10

berpengaruh negatif signifikan, sedangkan GCG, ROA dan CAR berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Saifullah (2016) yang menganalisis pengaruh positioning permodalan,

rentabilitas dan likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada bank umum di

Indonesia periode 2011-2015. Variabel permodalan diukur menggunakan

rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Rentabilitas menggunakan Return On

Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan operasional (BOPO) serta

likuiditas dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari hasil penelitiannya

dapat disimpulkan bahwa CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan laba, sedangkan ROA berpengaruh positif tidak

signifikan. Adapun BOPO berpengaruh negatif dan signifikan.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini alat yang

digunakan sebagai pengukur tingkat kinerja bank syariah dengan

menggunakan metode RBBR (Risk Based Bank Rating), yang menganalisis

tingkat kesehatan bank dengan menerapkan Risk Profile pada risiko kredit

Non Perfoming Financing, risiko likuiditas Financing to Deposit Ratio, dan

risiko kepatuhan Giro Wajib Minimum, penambahan komposisi Dewan

Komisaris Independen dan Kepemilikan saham Institusional, Earning

menggunakan rasio Return On Asset dan Net Interest Margin, serta Capital

dengan rasio Capital Adequacy Ratio. Adapun tahun periode yang digunakan

diperbaharui, yakni pada periode 2011 hingga 2015.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap

11

11

Pertumbuhan Laba pada Bank Syariah Periode 2011-2015 Dengan

Pendekatan Risk Based Bank Rating.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap

pertumbuhan laba?

2. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

pertumbuhan laba?

3. Bagaimana pengaruh Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap

pertumbuhan laba?

4. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI) terhadap

pertumbuhan laba?

5. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Saham Institusional (KI) terhadap

pertumbuhan laba?

6. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap pertumbuhan

laba?

7. Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap pertumbuhan

laba?

8. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

pertumbuhan laba?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap

pertumbuhan laba.

12

12

2. Untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

pertumbuhan laba.

3. Untuk mengetahui pengaruh Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap

pertumbuhan laba.

4. Untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI)

terhadap pertumbuhan laba.

5. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Saham Institusional (KI)

terhadap pertumbuhan laba.

6. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap

pertumbuhan laba.

7. Untuk mengetahui pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap

pertumbuhan laba.

8. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

pertumbuhan laba.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti mampu mengembangkan pola berfikirnya serta

meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan terkait

dengan permasalahan yang diteliti.

2. Bagi akademisi

Berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat

dijadikan sebagai rujukan untuk berbagai kalangan baik masyarakat

13

13

maupun akademisi khususnya dibidang perbankan syariah bagi penelitian

yang akan datang.

3. Bagi institusi

Bagi bank syariah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terkait

dengan kinerja perbankan syariah untuk periode yang akan datang.

Bagi stakeholders, dapat memberikan gambaran terkait dengan

tingkat kesehatan bank sebagai pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini tersusun secara

berurutan yang terdiri dari lima bab dan terbagi lagi menjadi beberapa sub

bab. Adapun sistematika penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang

permasalahan terkait dengan pengaruh tingkat kesehatan

bank syariah terhadap pertumbuhan laba. Dijelaskan juga

rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai, manfaat

penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang telaah pustaka dan kerangka

teori yang mendasari dan mendukung penelitian, yakni

berkaitan dengan penilaian kinerja bank syariah yang

14

14

diukur dari tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR

serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk

proses penelitian antara lain jenis penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, tehnik analisis data, serta

definisi operasional dan pengukuran data penelitian.

BAB IV ANALISA PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dan

pembahasan dari permasalahan yang diangkat mengenai

dengan penilaian kinerja bank syariah yang diukur dari

tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR serta

pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan

analisa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.

Kesimpulan merupakan jawaban atas rumusan masalah

yang terdapat pada bab I. Serta saran-saran yang penulis

ajukan untuk beberapa kalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

15

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Triono (2017) mengenai Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan laba satu tahun dan dua tahun mendatang dengan pengukuran pada

metode RBBR, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) pada aspek Capital,

Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) sebagai pengukuran earning serta risk profile dengan menggunakan

pengukuran Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL) dan

Giro Wajib Minimum (GWM). Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel

CAR, LDR, NPL, BOPO dan GWM tidak berpengaruh signifikan terhadap

perubahan laba, sedangkan ROA berpengaruh signifikan.

Marselina (2017) Analisis tingkat kesehatan bank terhadap

pertumbuhan laba dengan menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,

Good Copporate Governance, Earning, Capital) pada Bank Konvensional

periode 2010-2015. Dalam penilaian risk profile menggunakan variabel Non

Perfoming Loan (NPL), pada GCG menggunakan DKI (Dewan Komisaris

Independen), KA (Komite Audit) dan KI (Kepemilikan Institusional),

sedangkan earning dengan Return On Asset (ROA) dan Capital

menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa NPL dan ROA berpengaruh

16

16

terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan DKI, KA, KI dan CAR tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Purwanto (2017) tentang pengaruh kesehatan keuangan bank terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan bank go-publik di BEI periode 2010-

2014. Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank, variabel-variabel yang

digunakan sebagai alat ukurnya yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Internal

Rate of Raturn (IRR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Adapun hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa LDR, IRR, BOPO dan CAR secara parsial berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba.

Putri (2016) Analisis pengaruh rasio keuangan RBBR (Risk Based Bank

Rating) terhadap pertumbuhan laba bank (studi kasus PT. BCA, Tbk) periode

2004 hingga 2014. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain

Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset

(ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Capital

Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

mengetahui bahwa NPL dan ROA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan variabel lainnya LDR, ROE, NIM dan CAR tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba.

Rodiyah dan Wibowo (2016) Pengaruh rasio indikator tingkat

kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI periode tahun 2009-2013. Menguji penelitiannya dengan

17

17

variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Non

Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Beban Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari

hasil pengujiannya disimpulkan CAR berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba, sedangkan variabel NIM, NPL, NPM, BOPO dan LDR

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Yulianingrum (2016) pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap

pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode

2012-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya anatara lain Good

Corporate Governance (GCG), Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit

Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa NPL, LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba. Sedangkan GCG berpengaruh negatif.

Wulandari (2016) dengan judul penelitian Pengaruh tingkat kesehatan

financial perusahaan terhadap pertumbuhan laba masa mendatang pada

perbankan syariah di Indonesia periode 2010 hingga 2014. Mengukur tingkat

kesehatan dengan menggunakan metode RBBR. Pada pengukuran Risk

Profile dengan menggunakan risiko kredit yakni rasio Non Perfoming

Financing (NPF), Good Corporate Governanve, Earning dengan rasio Return

On Asset (ROA) dan Capital menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan,

sedangkan GCG, ROA dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

18

18

Saifullah (2016) yang menganalisis pengaruh dan positioning

permodalan, rentabilitas dan likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada bank

umum di Indonesia periode 2011-2015. Variabel permodalan diukur

menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Rentabilitas

menggunakan Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO) serta likuiditas dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa CAR dan LDR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan

ROA berpengaruh positif tidak signifikan. Adapun BOPO berpengaruh

negatif dan signifikan.

Pratito dan Puspitasari (2015) mengenai Analisis pengaruh kebijakan

Giro Wajib Minimum (GWM), Posisi Devisa Netto (PDN), Loan to Deposit

Ratio (LDR), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan suku bunga

SBI terhadap pertumbuhan laba pada 2009-2013. Hasilnya yaitu PDN

berpengaruh positif dan tidak signifikan, CKPN berpengaruh negatif dan

tidak signifikan dan suku bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap pertumbuhan laba. Adapun GWM berpengaruh negatif dan

signifikan, sedangkan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Safariah (2015) Pengaruh Risk Profile, Earning, Capital terhadap

pertumbuhan laba perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013.

Variabel yang digunakan yaitu Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit

Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan

19

19

Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasilnya yaitu

variabel NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba,

sedangkan LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Setiawan & Hanantijo (2014) Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non

Perfoming Loan, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio, Ukuran Bank dan

Kepemilikan Manajerial terhadap pertumbuhan laba pada industri perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hasilnya

menunjukkan bahwa CAR, NPL, ROA, LDR dan Ukuran Bank berpengaruh

signifikan, sedangkan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Hanif (2014) Pengaruh penerapan Corporate Governanace terhadap

pertumbuhan laba perusahaan yang menggunakan variabel ukuran deaan

komisaris, ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,

ukuran komite audit, kepemilikan istsitusional sebagai alat ukur variabel

independennya. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa dewan komisaris dan

dewan direksi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan

laba. Sedangkan proporsi komisaris independen, komite audit dan

kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

20

20

Tabel 3Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Pengaruh NPF terhadap Pertumbuhan Laba

Nama Thn Sampel Metode

Penelitian

Alat Ukur Hasil

Sunarwan

Triono

2017 118 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2001-2005

Analisis

regresi

berganda

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Hana

Tamara

Putri

2016 PT. BCA,

Tbk Tahun

2004-2014

Analisis

regresi

linier

berganda

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Berpengaruh

signifikan.

Desyana

Wulandari

2016 6 Bank

Syariah di

Indonesia

Tahun

2010-2014

Analisis

regresi

data panel

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Berpengaruh

(-) signifikan.

Noor

Yuliatiningr

um

2015 Bank

terdaftar

BEI Tahun

2012-2014

Analisis

regresi

linier

berganda

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Berpengaruh

(+) tidak

signifikan.

Miftah

Agustin

Safariah

2015 23

Perbankan

yang

terdaftar di

BEI Tahun

2011-2013

Analisis

regresi

linier

berganda

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Berpengaruh

(-) signifikan.

Ferry

Setyawan &

Djoko

Hanantijo

2014 Bank

terdaftar

BEI Tahun

2009-2013

Analisis

regresi

linier

berganda

Non

Perfoming

Loan (NPL)

Berpengaruh

(-) signifikan.

Pengaruh FDR terhadap Pertumbuhan Laba

Sunarwan

Triono

2017 118 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2001-2005

Analisis

regresi

berganda

Loan to

Deposit

Ratio

(LDR)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Rodiyah &

Hardiyanto

Wibowo

2016 13

perbankan

yang

terdaftar di

BEI Tahun

Analisis

regresi

linier

berganda

Loan to

Deposit

Ratio

(LDR)

Berpengaruh

(-) tidak

signifikan.

21

21

2009-2013

Ahmad

Dardai

Saifullah

2016 20 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2011-2015

Analisis

regresi

berganda

Loan to

Deposit

Ratio

(LDR)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Dwi Widi

Pratito &

Diana

Puspitasari

2015 34 Bank

Devisa di

Indonesia

Tahun

2009-2013

Analisis

regresi

linier

berganda

Loan to

Deposit

Ratio

(LDR)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Ferry

Setyawan &

Djoko

Hanantijo

2014 bank

terdaftar

BEI Tahun

2009-2012

Analisis

regresi

linier

berganda

Loan to

Deposit

Ratio

(LDR)

berpengaruh

signifikan.

Pengaruh GWM terhadap Pertumbuhan Laba

Sunarwan

Triono

2017 118 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2001-2005

Analisis

regresi

berganda

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Robby

Febrianto

Hidayat

2012 120 Bank

yang

terdaftar

BEI 2007-

2009

Analisis

regresi

linier

berganda

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

Berpengaruh

(-) tidak

signifikan.

Anindita

Permatasari

2012 Bank

terdaftar di

BEI 2009-

2011

Analisis

regresi

linier

berganda

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

Berpengaruh

(-) signifikan.

Adhista

Setyarini

2009 BPD 2005-

2007

Analisis

regresi

berganda

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

Berpengaruh

(-) tidak

signifikan.

Wirawan

Prasetyo

2006 Bank

terdaftar

BEI 2001-

2005

Analisis

regresi

linier

berganda

Giro Wajib

Minimum

(GWM)

Berpengaruh

(-) signifikan.

Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Pertumbuhan Laba

Tarra

Marselina

2017 16 Bank

Konvension

al di

Indonesia

Tahun

2010-2015

Regresi

linier

berganda

DKI

(Dewan

Komisaris

Independen)

Berpengaruh

(+) tidak

signifikan.

.

Diyana

Fithriyah

2016 BUS Tahun

2012-2014

Regresi

Linier

Dewan

Komisaris

Berpengaruh

(+)

22

22

Chabibatilla

h

Berganda Independen signifikan.

Saraswati,d

kk

2015 Bank

terdaftar

BEI 2009-

2014

Regresi

linier

berganda

Dewan

Komisaris

Independen

Berpengaruh

(-) tidak

signifikan.

Satya

Sarawana &

Nicken

Destriana

2015 49 non-

keuangan

terdaftar

BEI 2008-

2012

Regresi

linierberga

nda

Dewan

Komisaris

Independen

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Muhamad

Hanif

2014 30

Perusahaan

terdaftar

BEI Tahun

2009-2012

Regresi

linier

berganda

Dewan

Komisaris

Independen

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Pengaruh Kepemilikan Instutusional terhadap Pertumbuhan Laba

Tarra

Marselina

2017 16 Bank

Konvension

al di

Indonesia

Tahun

2010-2015

Regresi

Linier

Berganda

Kepemilika

n

Institusional

Berpengaruh

(-) tidak

signifikan.

Diyana

Fithriyah

Chabibatilla

h

2016 BUS Tahun

2012-2014

Regresi

Linier

Berganda

Kepemilika

n

Institusional

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Kusuma &

Supatmi

2015 BPRS

Tahun

2011-2012

Regresi

linier

berganda

Kepemilika

n

Institusional

Berpengaruh

(+) dan

signifikan

Muhamad

Hanif

2014 30

Perusahaan

terdaftar

BEI Tahun

2009-2012

Regresi

linier

berganda

Kepemilika

n

Institusional

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Anindita

Permatasari

2012 Bank

Umum

Konvension

al terdaftar

BEI 2009-

2011

Regresi

linier

berganda

Kepemilika

n

Institusional

Berpengaruh

(-) signifikan.

Pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba

Tarra

Marselina

2017 16 Bank

Konvension

al di

Indonesia

Analisis

regresi

berganda

Return On

Asset

(ROA)

Berpengaruh

signifikan.

23

23

Tahun

2010-2015

Desyana

Wulandari

2016 6 Bank

Syariah di

Indonesia

Tahun

2010-2014

Analisis

regresi

dengan

mengguna

kan data

panel

Return On

Asset

(ROA)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Ahmad

Dardai

Saifullah

2016 20 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2011-2015

Analisis

regresi

berganda

Return On

Asset

(ROA)

Berpengaruh

(+) tidak

signifikan.

Miftah

Agustin

Safariah

2015 23

Perbankan

yang

terdaftar di

BEI Tahun

2011-2013

Analisis

regresi

linier

berganda

Return On

Asset

(ROA)

Berpengaruh

signifikan.

Ferry

Setyawan &

Djoko

Hanantiko

2014 Bank

terdaftar

BEI Tahun

2009-2012

Analisis

regresi

linier

berganda

Return On

Asset

(ROA)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Pengaruh NIM terhadap Pertumbuhan Laba

Hana

Tamara

Putri

2016 PT. BCA,

Tbk Tahun

2004-2014

Analisis

regresi

linier

berganda

Net Interest

Margin

(NIM)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Rodiyah &

Hardiyanto

Wibowo

2016 13

perbankan

yang

terdaftar di

BEI Tahun

2009-2013

Analisis

regresi

linier

berganda

Net Interest

Margin

(NIM)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Rizki

Yudha

Wirawan

2013 Bank

terdaftar

BEI Tahun

2003-2012

Analisis

regresi

linier

berganda

Net Interest

Margin

(NIM)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Adhista

Styarini

2009 BPD Tahun

2005-2007

Analisis

regresi

linier

berganda

Net Interest

Margin

(NIM)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Wirawan

Prasetyo

2006 Bank

terdaftar

BEI 2001-

2005

Analisis

regresi

linier

berganda

Net Interest

Margin

(NIM)

Berpengaruh

(-) signifikan.

24

24

Pengaruh CAR terhadap Pertumbuhan Laba

Hendri

Purwanto

2017 14 Bank

Umum go-

public

Tahun

2010-2014

Analisis

regresi

linier

berganda

Capital

Aequacy

Ratio

(CAR)

Berpengaruh

signifikan.

Tarra

Marselina

2017 16 Bank

Konvension

al di

Indonesia

Tahun

2010-2015

Analisis

regresi

linier

berganda

Capital

Aequacy

Ratio

(CAR)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Desyana

Wulandari

2016 6 Bank

Syariah di

Indonesia

Tahun

2010-2014

Analisis

Regresi

linier

berganda

Capital

Aequacy

Ratio

(CAR)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Ahmad

Dardai

Saifullah

2016 20 Bank

Umum di

Indonesia

Tahun

2011-2015

Analisis

Regresi

linier

berganda

Capital

Aequacy

Ratio

(CAR)

Berpengaruh

(+)

signifikan.

Miftah

Agustin

Safariah

2015 23

Perbankan

yang

terdaftar di

BEI Tahun

2011-2013

Analisis

Regresi

linier

berganda

Capital

Aequacy

Ratio

(CAR)

Tidak

berpengaruh

signifikan.

Sumber: Berbagai penelitian terdahulu

B. Kerangka Teori

1. Laba

Pengertian dari laba adalah selisih lebih (atau kurang) antara

pendapatan dengan beban (Jusuf, 2011:31). Apabila pendapatan lebih

besar dari biaya maka perusahaan mendapatkan laba, sedangkan jika

pendapatan perusahaan lebih kecil dari laba maka perusahaan menderita

25

25

kerugian. Adapun perhitungan penentuan laba menurut (Yudiana, 2012:

69) yaitu:

Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena

berbagai alasan antara lain (Wirawan, 2013:28):

1. Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam

menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan.

2. Dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan

lainnya di masa yang akan datang.

3. Dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan

perusahaan.

4. Sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Adapun beberapa karakteristik laba antara lain sebagai berikut:

a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.

b) Laba didasarkan pada postulat periodesasi, artinya merupakan

prestasi perusahaan pada periode tertentu.

c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan

pendapatan.

d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya

historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan

pendapatan tertentu.

26

26

Pertumbuhan laba dihitung dari selisih laba antara tahun yang

bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi dengan nilai laba. Adapun

formula pertumbuhan laba adalah sebagai berikut (Lubis, 2013:31) :

Dimana:

= Laba periode t

= Laba periode sebelum t

2. Tingkat Kesehatan Bank

a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian kualitatif atas berbagai

aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank

melalui penilaian kuantitatif maupun kualitatif terhadap faktor-faktor

permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas

dengan mempertimbangkan unsur judgement (Kasmir, 2014:304).

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah,

bank wajib memelihara tingkat kesehatannya. Kesehatan bank harus

dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat

terhadap bank dapat tetap terjaga. Selain itu, tingkat kesehatan bank

digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi

terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank serta

menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau

27

27

permasalahan bank, baik berupa corrective action oleh bank maupun

supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan (Umiyati & Faly,

2015:186).

Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif,

yang selanjutnya hasil penilaian tingkat kesehatan bank diperingkat

dan digolongkan sebagai berikut:

Tabel 4Tabel 2.2

Nilai Kriteria Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai kredit Predikat

81-100 Sehat

66-80 Cukup Sehat

51-66 Kurang Sehat

0<51 Tidak Sehat

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahn 2004

b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank

Dalam rangka mengawasi kondisi kesehatan setiap bank, maka

Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang sistem penilaian

tingkat kesehatan bank sebagai alat pengawas perbankan. Berdasarkan

hal tersebut Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No.

6/23/DPNP pada tanggal 31 Mei 2004 tentang Tata Cara Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank dengan metode CAMELS (Capital, Asset,

Management, Earning, Liquidity, Sensivity).

Pada Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP yang

dikeluarkan pada 25 Oktober 2011, Bank Indonesia memperbaharui

metode penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan

28

28

pendekatan RBBR (Risk Based Bank Rating) baik secara individual

ataupun konsolidasi. Dengan cangkupan penilaian meliputi faktor-

faktor sebagai berikut: Risk profile, Good Corporate Governance,

Earning dan Capital.

1) Risk Profile

Menurut PBI No.13/1/PBI/2011 profil risiko merupakan

penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan

manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan

terhadap delapan risiko yaitu, risiko kredit, pasar, likuiditas,

operasinal, hukum, statejik, kepatuhan dan reputasi. Dengan

adanya penilaian secara lebih spesifik tersebut, diharapkan bank

mampu mendeteksi secara lebih dini akar permasalahan bank

serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan perbaikan

secara efektif dan efisien.

Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum

dalam menilai Risiko inheren:

a) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah keadaan ketika debitur atau

penerbit instrumen keuangan baik individu, perusahaan,

maupun negara tidak dapat membayar kembali kas pokok dan

lainnya yang berhubungan dengan investasi sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian (Greuning &

Bratanovic, 2011:139).

29

29

Bagi bank, risiko kredit merupakan penyebab utama

kegagalan bank. Untuk itu, perlulah perbankan menerapkan

manajemen risiko kredit guna menanggulangi adanya kredit

macet atas gagal bayar dari nasabah. Dalam penelitian ini,

profil risiko yang digunakan dalam menghitung tingkat risiko

kredit yaitu dengan menggunakan rasio Non Perfoming

Financing (NPF).

Non Perfoming Financing (NPF) merupakan istilah

yang sama dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank

konvensional. NPL merupakan rasio yang dipergunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko

kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Suhartatik &

Kusumaningtias, 2013:1179).

Faktor penyebab munculnya NPF adalah default

payment (kegagalan pembayaran) yang dilakukan debitur

kepada pemilik dana (debitur). Kredit bermasalah

didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan

kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau

risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.

Kriteria rasio NPF analog dengan NPL sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015 dibawah 5%

(Khatimah, 2009:5).

30

30

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Non

Perfoming Financing (NPF), yaitu (Suhartatik &

Kusumaningtias, 2013:1179):

Tabel 5Tabel 2.3

Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko NPF

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat

2 Sehat

3 Cukup Sehat

4 Kurang Sehat

5 Tidak Sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

b) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan

bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari

sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid

berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu

aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga

risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

Adapun risiko likuiditas terjadi akibat ketidakmampuan

bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material

karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar

(market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai

31

31

risiko likuiditas pasar (market liquidity risk) (Bank Indonesia,

2011).

Dalam penelitian ini, pengukuran risiko likuiditas

dilakukan dengan menghitung rasio Financing to Deposit

Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam

bank konvensional disebut dengan Loan to Deposit Ratio

(LDR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk

memenuhi permintaan pembiayaan atau kredit dengan

menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya,

2005:116).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur

Financing to Deposit Ratio (FDR) menurut (Suwiknyo,

2010:148), yaitu:

Tabel 6Tabel 2.4

Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko FDR

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat

2 Sehat

3 Cukup Sehat

4 Kurang Sehat

5 Tidak Sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

32

32

c) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank

tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber

risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya

pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan

maupun standar bisnis yang berlaku umum (Bank Indonesia,

2011). Pada praktiknya, risiko kepatuhan berkaitan dengan

peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang

berwenang dalam perbankan maupun pihak yang terkait

lainnya. (Sulhan & Siswanto, 2008:158). Dalam penelitian

ini, pengukuran risiko kepatuhan dilakukan dengan

menghitung rasio Giro Wajib Minimum (GWM).

Likuiditas wajib minimum atau disebut dengan giro

wajib minimum adalah tingkat likuiditas minimum yang

diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk dipertahankan setiap

saat (Darmawi, 2011:50).

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010

tanggal 4 Oktober 2010 Giro Wajib Minimum merupakan

salah satu pendekatan moneter dan sektor keuangan terkait

dengan upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi

serta mengelola ekses likuiditas perbankan yang tinggi dan

persisten agar tidak berdampak pada peningkatan ekspektasi

33

33

inflasi yang dapat menganggu stabilitas moneter (Sudono,

2011:9).

Penyediaan dana dalam bentuk rekening giro pada

Bank Indonesia bisa dalam valuta rupiah maupun valuta

asing. Setiap bank umum baik bank umum konvensional

maupun bank umum syariah wajib memiliki giro pada Bank

Indonesia dan menjaga dengan saldo tertentu sesuai dengan

peraturan Bank Indonesia (Ismail, 2009:28).

Adapun GWM dipergunakan untuk menampung

transaksi antar bank dengan Bank Indonesia selaku bank

sentral. Setiap bank umum diharuskan untuk menyetorkan

GWM yang jumlahnya sekian persen dari jumlah deposito

yang dikuasai bank tersebut. Besaran presentase cadangan

wajib ini akan berubah sepanjang waktu sesuai perubahan

kebijakan moneter bank sentral.

Cadangan primer ini dimaksudkan untuk memenuhi

ketentuan likuiditas wajib yang disetor ke dalam rekening

bank yang bersangkutan pada bank sentral, untuk keperluan

operasional sehari-hari, dan penyelesaian kliring antar bank.

Oleh sebab itu, setiap bank umum harus memiliki saldo giro

pada Bank Indonesia, yaitu untuk menerima setoran antarbank

yang akan dibukukan di Bank Indonesia. Cadangan primer

dibukukan ke dalam rekening-rekening berupa:

34

34

a. Kas

b. Rekening giro pada bank sentral

c. Rekening pada bank koresponden

d. Piutang dalam proses penagihan

Aset yang disimpan dalam rekening-rekening tersebut

sering disebut sebagai aset yang likuid, yang berarti mudah

dicairkan menjadi uang tunai. Saldo kas digunakan untuk

melayani pengambilan tunai para nasabah. Adapun saldo

rekening pada bank sentral sebagian merupakan GWM dan

sebagian lagi dapat digunakan untuk menjaga perubahan

penerimaan dan pemasukan uang melalui transaksi kliring.

Didalam saldo ini juga terdapat jaminan kliring (Darmawi,

2011:50-52).

Adapun kriteria Giro Wajib Minimum berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No.15/16/PBI//2013 Tentang Giro

Wajib Minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah antara lain sebagai

berikut:

a. GWM rupiah

GWM rupiah sebesar 5% dari DPK rupiah

Bank dengan rasio pembiayaan terhadap DPK rupiah

kurang dari 80% dan:

35

35

- Memiliki DPK rupiah lebih dari 1triliun – Rp. 10

triliun wajib memelihara tambahan GWM rupiah

sebesar 1% dari DPK rupiah.

- Memiliki DPK rupiah lebih besar dari Rp. 10

triliun – Rp. 50 trilliun wajib memelihara tambahan

GWM rupiah sebesar 2% dari DPK Rupiah

- Memiliki DPK rupiah lebih besar dari Rp.50 triliun

wajib memelihara tambahan GWM rupiah sebesar

3% dari DPK rupiah.

- Bank yang memiliki rasio pembiayaan terhadap

DPK rupiah sebesar 80% atau lebih dan/ atau yang

memiliki DPK rupiah sampai dengan Rp. 1 triliun

tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM.

Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas

kewajiban GWM sebesar 1% selama 1 tahun kepada

bank yang melakukan merger/ konsolidasi berdasarkan

permintaan bank disetujui oleh OJK.

Kelonggaran tersebut tidak berlaku terhadap kewajiban

tambahan GWM.

b. Secara rata-rata untuk masa laporan tertentu sebesar 1,5%

Untuk mengetahui besarnya Reserve Requirement atau

GWM dapat menggunakan perbandingan, sebagai berikut

(Dendawijaya, 2005:115) :

36

36

2) Dewan Komisaris Independen

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, komisaris independen adalah anggota dewan

komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,

kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan

keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi

dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain

yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen.

Dalam PBI No. 8/4/PBI/2006 disebutkan bahwa jumlah

anggota dewan komisaris independen sekurang-kurangnya

50% dari jumlah dewan komisaris. Anggota dewan komisaris

independen tidak berasal dari dewan direksi ataupun

pemegang saham karena fungsi daripada dewan komisaris

independen sendiri yaitu sebagai pemisah kepentingan antara

pemilik peprusahaan dengan manajemen.

Dewan komisaris atau dewan komisaris independen

sebagai pengelola sistem internal perusahaan, memiliki

peranan penting terhadap aktivitas pengawasan. Dalam

37

37

rangka menjalankan tugasnya tersebut, dewan komisaris

perlu mengadakan rapat-rapat rutin untuk mengevaluasi

kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi. Rapat

yang diselenggarakan dewan komisaris tersebut merupakan

media komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan

komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas

manajemen (Sunarwan, 2015;39).

3) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional menurut Wahidawati yaitu

kepemilikan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga lain di luar perusahaan, seperti bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan

lain-lain pada akhir tahun yang diukur dalam presentase.

Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk

mengawasi manajer. Peningkatan kepemilikan institusional

dapat mengurangi agency cost atas debt dan insider

ownership karena semakin besar kepemilikan institusional

maka akan dapat mengurangi terjadinya konflik antara

kreditur dan manajer, dan akhirnya dapat menekan biaya

keagenan.

Komunitas bisnis menaruh perhatian yang besar untuk

meningkatkan kepemilikan institusional, sehingga dapat lebih

38

38

banyak mempengaruhi kebijakan perusahaan. Institusi

dengan kepemilikan saham yang relatif besar dalam

perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen

perusahaan untuk menyajikan pengungkapan secara sukarela.

Hal ini terjadi karena investor institusional dapat melakukan

pengawasan dan dianggap sebagai investor yang canggih

(sophisticated investors), yang tidak mudah dibodohi oleh

tindakan manajer. Schleiver dan Vishny (1986), menyatakan

bahwa kepemilikan institusional sangat berperan dalam

mengawasi perilaku manajer dan memaksa manajer untuk

lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang

oportunis (Kusumaningtyas, 2014;86).

Adapun perhitungan yang digunakan untuk mengetahui

jumlah kepemilikan institusional menurut (Hidayanti &

Paramita, 2014;8) yaitu:

4) Earning

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan labanya

melalui semua kemampuan dan sumber yang sehingga diketahui

tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

tersebut. Dalam penilaian earning (rentabilitas) disini, diukur

39

39

dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dan Net

Interest Margin (NIM).

a) Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan yang dihasilkan dari

rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Dendawijaya,

2005:118).

Adapun pengukuran ROA menurut (Dendawijaya,

2005:118) yaitu dengan:

Tabel 7Tabel 2.5

Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas ROA

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat

2 Sehat

3 Cukup Sehat

4 Kurang Sehat

5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

b) Net Interest Margin (NIM)

Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat

Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah

perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-

rata aktiva produktifnya. NIM digunakan untuk mengukur

40

40

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh pendapatan

operasional dari dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman

(kredit).

Adapun pengukuran NIM menurut (Darmawi,

2011:224) yaitu dengan:

Tabel 8Tabel 2.6

Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas NIM

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat

2 Sehat

3 Cukup Sehat

4 Kurang Sehat

5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

5) Capital

Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk

mengukur kewajiban penyediaan modal minimum bank maupun

dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau kemampuan

bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi.

Dalam perhitungannya, metode penilaian ini memakai Rasio

KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) yang

digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam

menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan kewajiban

41

41

penyediaan modal minimum yang sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia (Indriastuti & Ifada, 2015:317).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3//21/PBI/2001,

bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dinyatakan dalam

rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).

Sehingga perumusan Capital Adequacy Ratio (CAR)

menurut (Dendawijaya, 2015:121) adalah:

Tabel 9Tabel 2.7

Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan CAR

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat

2 Sehat

3 Cukup Sehat

4 Kurang Sehat

5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

42

42

C. Kerangka Penelitian

(-)

(+)

(-)

) (+)

(+)

(+) (Y)

(+)

(X8) (+)

Gambar 2.1

Kerangka Hipotesis Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Kesehatan bank merupakan faktor penting dalam pengukuran kinerja

perbankan. Suatu bank yang sehat tentu akan menunjukkan kinerja yang

optimal disamping memberikan pertumbuhan bank secara signifikan.

Sedangkan laba merupakan ukuran dalam menghitung pertumbuhan

perusahaan pada periode tertentu.

Kualitas Kerja Perbankan

RBBR

Non Perfoming Financing (NPF)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Giro Wajib Minimum (GWM)

Dewan Komisaris Independen (DKI)

Kepemilikan Institusional (KI)

Return On Asset (ROA)

Net Interest Margin (NIM)

Pertumbuhan

Laba

Capital Adequacy Ratio (CAR)

43

43

1. Non Perfoming Financing (NPF) ( terhadap Pertumbuhan Laba

Non Perfoming Financing (NPF) merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan

bermasalah atas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada masyarakat.

penekanan NPF atas pembiayaan bermasalah secara tidak langsung dapat

memberikan pengaruh pada tingkat kinerja bank. Semakin kecil angka

pada rasio NPF, maka semakin kecil pula risiko gagal bayar yang

ditanggung oleh bank. Sehingga tingkat kinerja bank semakin membaik

dan dapat memberikan perolehan laba yang tinggi. Begitupun sebaliknya,

jika NPF pada angka yang tinggi akan menggurangi perolehan laba bank.

Hal ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan laba. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yulistianingrum (2016), Setyawan & Hanantijo (2014), Wirawan (2012),

Wulandari (2012) dan Triono (2007) yang menyatakan bahwa NPF

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

: Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara Non

Perfoming Financing (NPF) terhadap Pertumbuhan Laba.

2. Financing to Deposit Ratio (FDR) ( terhadap Pertumbuhan Laba

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang

menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank, yakni kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya. Sebagai manajemen likuiditas,

presentase FDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank memiliki

kemampuan yang baik dalam pemenuhan kewajibannya. Semakin tinggi

44

44

FDR, maka laba yang diperoleh bank juga akan meningkat. Begitupun

sebaliknya, jika FDR rendah akan mengurangi laba yang akan diperoleh.

Sehingga FDR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini

sesuai penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2016) dan Pratito &

Puspitasari (2015), Setyawan & Hanantijo (2014), Desmalini (2013) dan

Wirawan (2012) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Financing

to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pertumbuhan Laba.

3. Giro Wajib Minimum (GWM) ( terhadap Pertumbuhan Laba

Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan tingkat likuiditas yang

dijamin oleh Bank Indonesia yang ditunjukkan dengan besarnya giro yang

disetorkan oleh bank kepada Bank Indonesia. Semakin tinggi GWM

semakin besar likuiditas yang dijamin oleh Bank Indonesia, sehingga jika

terjadi kesulitan likuiditas bank tersebut dapat meminjam secara langsung

kepada Bank Indonesia.

Sebagai manajemen kepatuhan atas likuiditas perbankan, adanya

GWM menjadikan bank mengurangi jumlah dana pihak ketiga serta aktiva

produktifnya. Begitupun jika presentase GWM yang tinggi akan

mengurangi perolehan laba bagi bank. Sehingga GWM berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini selaras dengan penelitian

Pratito dan Puspitasari (2015), Permatasari (2012) dan Prasetyo (2006)

bahwa GWM berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

45

45

: Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara Giro

Wajib Minimum (GWM) terhadap Pertumbuhan Laba.

4. Dewan Komisaris Independen ( terhadap Pertumbuhan Laba

Dewan komisaris terutama independensi memiliki tugas dan

tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung

dalam laporan keuangan. Hal ini penting dilakukan mengingat adanya

pihak-pihak berkepentingan terutama para investor dalam suatu

perusahaan. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris independen

yang dimiliki suatu perusahaan menandakan bahwa kecurangan dan

kesalahan kinerja yang dilakukan semakin minim, sehingga kualitas

kinerja semakin tinggi (Hanif, 2014;9). Dan dengan tingginya kualitas

kinerja suatu perusahaan dapat mendatangkan pendapatan laba yang

optimal. Atau dengan kata lain bahwa proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Chabibatillah (2016), Sarawana &

Desstriana (2015) dan Hanif (2014) yang menyatakan bahwa komposisi

dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pertubuhan laba.

: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara proporsi

Dewan Komisaris Independen (DKI) terhadap Pertumbuhan

Laba.

46

46

5. Kepemilikan Institusional (KI) (X5) terhadap Pertumbuhan Laba

Menurut Budiono (2005) Adanya kepemilikan saham institusional

yang besar, memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen

melalui proses monitoring secara efektif. Cornertt et al. (2006) tindakan

pengawasan perusahaan oleh kepemilikan institusional dapat mendorong

manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja

perusahaan (Kusumaningtyas, 2014;87).

Arifani (2012) menyatakan bahwa adanya kepemilikan

institusional dianggap sebagai kontroler bagi perusahaan untuk

menciptakan kinerja yang baik dan semakin meningkat. Tingkat

kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh institusi pemegang saham, sehingga

diharapkan dapat mengurangi tingkat penyelewengan-penyelewengan

yang dilakukan oleh manajemen. Penyelewengan ini dikhawatirkan akan

menurunkan nilai perusahaan (Kusuma & Supatmi, 2015;109). Semakin

tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi pula laba yang akan

didapatkan, atau dapat dinyatakan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Supatmi (2015) dan Hanif

(2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

Kepemilikan Institusional (KI) terhadap Pertumbuhan Laba.

47

47

6. Return On Asset (ROA) ( terhadap Pertumbuhan Laba

Return On Asset (ROA) merupakan variabel earning yang mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) dari

rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118).

Sehingga semakin tinggi laba yang didapatkan, semakin tinggi pula tingkat

ROA, yang artinya semakin efektif perusahaan dalam menggunakan

aktivanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio ROA

maka semakin tinggi pula pertumbuhan laba perusahaan. Hal ini sesuai

pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2016), Saifullah (2015),

Setyawan & Hanantijo (2014), Wirawan (2013) dan Putri (2010) bahwa

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Return On

Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba.

7. Net Interest Margin (NIM) ( terhadap Pertumbuhan Laba

NIM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan

pendapatan bunga bersih (Rodiyah & Wibowo, 2014:46). Semakin tinggi

rasio ini menunjukkan bahwa aktiva produktif yang dikelola bank pada

angka yang tinggi pula. Pengelolaan aktiva produktif yang optimal tentu

akan memberikan tingkat laba yang tinggi. Sehingga NIM berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba. Seperti penelitian Wirawan (2013),

Desmalini (2013) Nuraini (2010) dan setiyarini (2009) bahwa NIM

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

48

48

: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Net

Interest Margin (NIM) terhadap Pertumbuhan Laba.

8. Capital Adequacy Ratio (CAR) ( terhadap Pertumbuhan Laba

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu indikator yang

menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya.

Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri yang digunakan

untuk mendanai aktiva produktif, sehingga semakin rendah pula biaya

dana yang dikeluarkan oleh bank. Semakin rendah biaya dana yang

dikeluarkan oleh bank maka laba bank tersebut akan semakin meningkat

(Yuliatiningrum, 2016:9). Sehingga CAR berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh

Saifullah (2016), Wulandari (2016), Setyawan & Hanantijo (2014),

Winarsih (2011) dan Triono (2007) yang menyatakan bahwa CAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Capital

Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba.

49

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang

pengukurannya menggunakan bentuk angka yang diperoleh dari buku laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh bank syariah terkait yang kemudian di

analisis dengan menggunakan teori statistik. Jenis penelitian kuantitatif ini

dipandang mampu memberikan informasi untuk melihat realita atau

fenomena yang konkrit yang terjadi dalam objek penelitian (Alfianika,

2016:29).

B. Populasi dan Sampel

Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013:215). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah

di Indonesia.

Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:218).

50

50

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel

antara lain:

1. Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.

2. Bank yang menerbitkan annual report-nya pada periode 2011-2015.

3. Bank yang menyajikan laporan GCG selama periode penelitian.

4. Bank yang memiliki rentang pertumbuhan laba maksimal 10%.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan cara:

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2013:240). Adapun pengambilan data pada

penelitian ini di ambil dari laporan keuangan yang di publikasikan oleh

bank terkait yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode tahun

2011 hingga 2015.

D. Tehnik Analisis Data

1. Uji Stasioneritas

Langkah awal yang dilakukan untuk menguji tingkat kestasioneran

pada data yang akan diolah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

kesalahan estimasi. Menurut Enders 1995, terdapat jumlah pengujian yang

51

51

dapat dilakukan unuk mengetahui kestasioneran suatu data yang akan

digunakan sebagai penelitian, yakni antara lain dengan software Eviews.

Dalam pengujian stasioner menggunakan Augment Dicky Fuller

Unit Root Test (ADF Test) terhadap variabel-variabel independen Jika

pada level dasar nilai probabilitasnya menunjukkan nilai dan nilai

ADFStatistic > kritis McKinnon maka terjadi unit rood yang berarti bahwa

data yang akan diolah sudah stasioner (Purba, 2014:19). Begitupun

sebaliknya, jika pada tingkat level tidak menunjukkan hasil yang stasioner

maka dapat ditingkatkan pada tingkat first Difference.

2. Analisis Diskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2013:19).

3. Uji Regresi Linier Berganda

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan antar

variabel-variabel independen terhadap dependen. Sesuai dengan model

yang dikembangkan dalam penelitian ini maka tehnik yang digunakan oleh

peneliti untuk menganalisis data yaitu dengan metode analisis regresi

linier berganda sebagai alat untuk menaksir hubungan kausalitas antar

variabel (model casual) yang telah ditetapkan (Ghozali, 2013:95).

52

52

Keterangan:

= Pertumbuhan Laba

= Konstanta

= Koefisien Regresi

= Non Perfoming Financing

= Financing to Deposit Ratio

= Giro Wajib Minimum

= Dewan Komisaris Independen

= Kepemilikan Institusional

= Return On Asset

= Net Interest Margin

= Capial Adequacy Ratio

= term error

Adapun model pengujian hipotesisnya antara lain:

a) Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi

korelasi pada model regresi diantara variabel bebas (independen).

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya.

adapun nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

53

53

(karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff untuk melihat adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance , atau VIF

(Ghazali, 2013:105-106).

2) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat

korelasi antara kesalahan penganggu pada periode waktu observasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu yang berkaitan satu sama lainnya pada data runtut waktu (time

series) atau crossection.

Adapun pengujiannya dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson

(DW test) dengan ketentuan adanya intercept (konstanta) dalam model

regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen

(Ghazali, 2013:110-111). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

Sedangkan untuk pengambilan keputusan ada atau tidaknya

autokorelasi dengan melihat perhitungan berikut:

1) maka ditolak

2) maka tidak terdapat desicion

3) maka ditolak

4) maka tidak terdapat desicion

5) maka diterima

54

54

3) Uji Heteroskedastisitas

Dalam Ghozali Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika dalam satu pengamatan ke

pengamatan yang lain memiliki variansi dari residual yang sama atau

tetap, maka hal ini disebut dengan homokedastisitas. Namun jika

variansi berbeda, hal ini yang disebut dengan heteroskedastisitas.

Homokedastisitas mencerminkan model regresi yang baik.

Sebaliknya, adanya heteroskedastisitas menunjukkan model regresi

yang tidak baik.

Dalam pengujian heteroskedastisitas, terdapat beberapa model

pengujian yng dapat digunakan. Untuk penelitian ini model pengujian

yang digunakan adalah uji Glejser dengan meregresikan nilai absolute

residual terhadap variabel independen dengan persamaan:

Jika variabel signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Begitupun

sebaliknya, jika variabel tidak signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghazali, 2013:139-143).

55

55

4) Uji Normalitas

Model regresi yang baik ialah model regresi yang memiliki

distribusi data yang normal atau setidaknya mendekati normal. Untuk

mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak dapat

dilakukan dua uji normalitas yaitu dengan uji statistik.

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji Jarque-Bera dengan membuat hipotesis sebagai

berikut:

H0 : Data residual terdistribusi normal.

Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal.

Uji statistik dapat dilihat pada nilai Jarque-Bera dan probabilitas

signifikansinya. Jika nilai probability < 0,05 maka H0 ditolak, dan Ha

diterima. Sedangkan jika probability > 0,05 maka Ha ditolak, H0

diterima (Ghazali, 2013:160-165).

5) Uji Linieritas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan

dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau

kubik. Dengan adanya uji linieritas ini akan diperoleh informasi

apakah model empiris sebaiknya linier, kuadrat atau kubik (Ghazali,

2013:166).

Untuk mengujinya dapat dilakukan dengan menggunakan model

Ramsey Test, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas log

56

56

likelihood ratio pada tabel Ramsey Test dengan sigifikansi 5%. jika

nilai probabilitas log likelihood ratio < 0,05, maka model linier

ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas log likelihood ratio > 0,05,

maka model linier diterima.

b) Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan ini digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai R2 adalah nol atau satu. Adapun nilai R

2 yang kecil

berarti kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel terbatas. Sedangkan nilai R2

yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Nilai Adjusted R2

perlu digunakan dalam mengevaluasi model

regresi yang terbaik. Berbeda dengan nilai R2, nilai Adjusted R

2 ini

dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke

dalam model. Jika dalam uji empiris nilai Adjusted R2

adalah negatif,

maka nilainya dianggap nol. Secara matematis jika nilai R2 =1, maka

nilai Adjusted R2 = R

2 = 1. Sedangkan jika nilai R

2 = 0, maka nilai

Adjusted R2 =(1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka nilai Adjusted R

2 akan

bernilai negatif (Ghazali, 2013:97).

57

57

2) Uji Ftest (Simultan)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah variabel

independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan cara

quick look pada nilai statistik F.

Hipotesis nol yang hendak diuji adalah apakah semua parameter

dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0

Yang artinya, apakah semua variabel independen bukan

merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan

sama dengan nol, atau:

Ha : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 0

Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Besar nilai F hitung menjelaskan berapa besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika nilai F lebih kecil dari k

maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sebaliknya jikan Fhitung > k maka

H0 ditolak Ha diterima (Ghazali, 2013:98).

3) Uji Ttest (Parsial)

Uji signifikan t (t-test) digunakan untuk meguji koefisien secara

parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen. Apakah

koefisien korelasi dapat digeneralisasikan (berlaku pada populasi

58

58

dimana sampel diambil) atau tidak. Hipotesis nol (H0) yang hendak

diuji adalah apakah satu parameter dengan nilai nol, atau:

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis

alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,

atau:

Ha : bi 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen. Uji T dilakukan dengan cara melihat nilai

signifikansi pada setiap variabel independennya. Jika nilai sig. lebih

besar di atas 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sedangkan jika

nilai sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima (Ghazali,

2013:101).

E. Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel merupakan sasaran dari objek penelitian yang dapat

didefinisikan secara operasional. Adapun dalam penelitian ini menggunakan

dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Dependen (Y)

Menurut Cahyaningrum, laba secara operasional merupakan

perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi

selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan

tersebut (Wirawan, 2013:28).

59

59

Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba

periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi

dengan laba pada periode sebelumnya :

2. Variabel Independen (X)

a) Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau

pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Pengukurannya

dengan menggunakan rasio Non Perfoming Financing (NPF). Non

Perfoming Financing (NPF) merupakan rasio yang dipergunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko

kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Suhartatik &

Kusumaningtias, 2013:1179).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Non

Perfoming Financing (NPF), yaitu (Suhartatik & Kusumaningtias,

2013:1179):

b) Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank

untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber

pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang

60

60

dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan

Bank.

Risiko likuiditas diukur dengan menggunakan rasio Financing

to Deposit Ratio (FDR), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk

memenuhi permintaan pembiayaan atau kredit dengan menggunakan

total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2005:118).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Financing to

Deposit Ratio (FDR), yaitu (Dendawijaya, 2005:118)

c) Risiko kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak

mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan

antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran

hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku

umum. Dalam penelitian ini, pengukuran risiko likuiditas dilakukan

dengan menghitung rasio Giro Wajib Minimum (GWM).

Reserve Requirement atau Giro wajib minimum adalah tingkat

likuiditas minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk

dipertahankan setiap saat. (Darmawi, 2011:50)

61

61

Untuk mengetahui besarnya Reserve Requirement atau GWM

dapat menggunakan perbandingan, sebagai berikut (Dendawijaya,

2005:149) :

d) Dewan Komisaris Independen (DKI)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009

tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah, komisaris independen adalah

anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,

kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga

dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang

saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen.

Menurut (Sarwana& Destriana, 2015;162) untuk mengetahui

komposisi Dewan Komisaris Independen dapat dilakukan

perhitungan sebagai berikut:

e) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional menurut Wahidawati yaitu

kepemilikan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi

atau lembaga lain di luar perusahaan, seperti bank, perusahaan

62

62

asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada akhir

tahun yang diukur dalam presentase (Kusumaningtyas, 2014;86).

Adapun perhitungan yang digunakan untuk mengetahui jumlah

kepemilikan institusional menurut (Endraswati, 2012; Hidayanti &

Paramita, 2014) yaitu:

f) Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang

bersangkutan. (Dendawijaya, 2005:118)

Adapun pengukuran ROA menurut (Dendawijaya, 2005:118)

yaitu dengan:

g) Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah perbandingan antara pendapatan bunga

bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya. NIM digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh pendapatan

operasional dari dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman (kredit)

63

63

Adapun pengukuran NIM menurut (Darmawi, 2011:224) yaitu

dengan:

h) Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) ialah rasio yang

memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang

mengandung risiko (kredit, penertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri, disamping

memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank. (Dendawijaya,

2005:121)

Adapun perumusan dalam menghitung Capital Adequacy Ratio

(CAR), yaitu (Dendawijaya, 2015:121) :

64

64

BAB IV

ANALISA DATA

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Istilah Bank dalam artian sederhana yaitu suatu lembaga

keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

serta memberikan jasa bank lainnya.

Pengertian bank sesuai UU RI No.10 Tahun 1998 tanggal 10

November 1998 tentang perbankan adalah “Badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak” (Kasmir, 2014:12).

Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga

kegiatan utama, yaitu:

a. Menghimpun dana

Kegiatan mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara

membeli dari masyarakat luas dalam bentuk giro, tabungan, dan

deposito.

65

65

b. Menyalurkan dana

Kegiatan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat

simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam

bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berprinsip konvensional

dan pembiayaan bagi bank yang berprinsip syariah.

c. Memberikan jasa bank lainnya

Yaitu memberikan pelayanan jasa pendukung atau pelengkap

kegiatan perbankan.

Pada umumnya pengertian bank Islam atau lebih dikenal dengan

sebutan bank syariah yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah, yakni dengan system operasi tanpa mengandalkan bunga.

Bank syariah menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan pada

nilai-nilai islam, yakni berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pengertian bank syariah berdasarkan UU pasal 2 PBI

No.6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, mendefinisikan bahwa bank umum

syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran (Yudiana, 2013:2).

Sifat-sifat yang terdapat dalam bank syariah sendiri yaitu

komprehensif dan juga universal. Komprehensif berarti bank syariah

66

66

merangkum seluruh aspek kehidupan, baik secara spiritual maupun

sosial. Sedangkan universal bermakna bahwa bank syariah dapat

diterapkan dalam setiap waktu dan tempat hingga hari akhir nantinya.

Selain mempunyai cangkupan yang luas dan fleksibel, dalam

bermuamalah bank syariah juga tidak membeda-bedakan antara

muslin dan non-muslim (Antonio, 2001:24). Sebab tujuan utama bank

syariah adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan

dalam hidup dan kehidupan yang tercangkup pada pelaksanaan dua

ajaran al-Qur’an, yaitu (Arifin, 2009:34):

1. Prinsip at-Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling

bekerjasama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan.

2. Prinsip menghindari Al Ikhtinaz, yaitu menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam

transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.

b. Tujuan Bank Syariah

Menurut UU Perbankan syariah No.1 Tahun 2008 pasal 3,

Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan

pemerataan (Yudiana, 2013:7).

Sebagaimana penjelasan diatas maka objek dan populasi dalam penelitian

ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia meliputi Bank Muamalat

Indonesia, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Negara

Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah,

67

67

Bank Bukopin Syariah, Bank Central Asia Syariah dan Maybank Syariah.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan

masing-masing bank terkait yang dipublikasikan melalui website Bank

Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2015.

Penelitian ini akan menganalisis mengenai tingkat kesehatan bank

syariah dengan menggunakan rasio Non Perfoming Financing (NPF),

Financing to Deposit Ratio (FDR), Giro Wajib Minimum (GWM), Dewan

Komisaris Independen (DKI), Kepemilikan Institusional (KI), Return On

Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)

serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.

B. Analisis Stasioner

Pengujian stasioner dimaksudkan untuk menghindari kesalahan

estimasi. Dalam pengujian stasioner menggunakan Augment Dicky Fuller

Unit Root Test (ADF Test) terhadap variabel-variabel independen.

Jika pada level dasar nilai probabilitasnya menunjukkan nilai

dan nilai ADFStatistic > kritis McKinnon maka terjadi unit rood yang berarti

bahwa data yang akan diolah sudah stasioner (Purba, 2014:19). Begitupun

sebaliknya, jika pada tingkat level tidak menunjukkan hasil yang stasioner

maka dapat ditingkatkan pada tingkat first Difference.

Berikut adalah hasil output pada tingkat level dasar:

68

68

Tabel 10Tabel 4.1

Hasil Uji Stasioneritas Level Dasar

Variabel

ADF

Statistic

Nilai Kritis McKinnon

Prob

ADF

5%

Keterangan 1% 5% 10%

PL -6.698994 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.0000 Stasioner

NPF -0.276109 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.7620 Tidak Stasioner

FDR -1.102931 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.2414 Tidak Stasioner

GWM -0.016540 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.6830 Tidak Stasioner

DKI -0.658366 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.4270 Tidak Stasioner

KI -0.094337 -2.613010 -1.947665 -1612573 0.6462 Tidak Stasioner

ROA -5.548335 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.0000 Stasioner

NIM -1.150597 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.2244 Tidak Stasioner

CAR -1.322407 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.1697 Tidak Stasioner

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Karena dari hasil tersebut data menunjukkan tidak stasioner maka pengujian

diubah pada tingkat first difference, sehingga hasilnya menjadi seperti beikut:

Tabel 11Tabel 4.2

Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference

Variabel

ADF

Statistic

Nilai Kritis McKinnon

Prob

ADF

5%

Keterangan 1% 5% 10%

PL -12.22157 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner

NPF -2.860107 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0051 Stasioner

FDR -9.191456 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner

GWM -7.910145 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.0000 Stasioner

DKI -6.823871 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner

KI -7.392407 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.0000 Stasioner

ROA -7.642447 -2.616203 -1.948140 -1.612320 0.0000 Stasioner

NIM -7.705338 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner

CAR -8.602275 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Dalam pengujian Unit Root di tingkat 1st ADF telah menunjukkan

bahwa data yang diolah sudah stasioner. Hal ini dapat dilihat pada nilai

69

69

absolute statistic ADF yang lebih kecil dari McKinnon Critical Value pada

nilai kritis 1%, 5%, dan 10%. Selain itu, pada nilai prob statistik ADF

menunjukkan angka yang lebih kecil dari Alpha 0,05 McKinnon. Dengan

demikian maka dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel yang akan diestimasi

dalam penelitian ini telah stasioner ditingkat first Difference.

C. Analisis Deskreptif Statistik

Uji deskreptif statistik dilakukan untuk menunjukkan jumlah data (N)

Yang digunakan dalam penelitian ini, nilai maksimum, nilai minimum, nilai

rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel. Adapun

hasil perhitungan statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

Tabel 12Tabel 4.3

Hasil Uji Deskreptif Statistik

P_LABA NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR

Mean 0.625080 0.039238 0.997454 0.053586 0.646400 0.980014 0.031352 0.063826 0.243220

Median 0.247500 0.029850 0.919600 0.051200 0.670000 0.999900 0.011350 0.065450 0.185700

Maximum 6.758500 0.351500 2.892000 0.104000 1.000000 1.000000 0.381000 0.153300 0.734400

Minimum -0.893900 0.000000 0.460800 0.050000 0.250000 0.808100 0.000400 0.021200 0.110300

Std. Dev. 1.418003 0.050472 0.366479 0.008275 0.179179 0.045481 0.075520 0.028149 0.153386

Skewness 2.351106 4.851793 3.406640 4.915283 -0.052528 -2.369521 3.920173 0.918454 1.682401

Kurtosis 9.189742 30.62358 16.52574 29.28721 4.011976 7.613579 17.35683 4.148283 4.953859

Sum 31.25400 1.961900 49.87270 2.679300 32.32000 49.00070 1.567600 3.191300 12.16100

Sum Sq. Dev. 98.52592 0.124825 6.581046 0.003355 1.573152 0.101358 0.279457 0.038827 1.152837

Observations 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Hasil uji statistik deskreptif yang telah dilakukan dengan

menggunakan eviews7 menunjukkan bahwa pada rasio NPF terendah

(minimum) adalah 0,000 berasal dari Bank Maybank Syariah pada tahun

2011, sedangkan rasio NPF tertinggi (maksimum) adalah 0,3515 berasal dari

70

70

Maybank Syariah pada tahun 2015. Adapun nilai rata-rata (mean) NPF

sebesar 0,03923 dan standar deviasi NPF sebesar 0,05047. Dengan melihat

nilai mean rasio NPF maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai

rata-rata NPF pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015

berada di bawah 5%. Hal ini menunjukkan NPF pada Bank Umum Syariah

telah memenuhi peraturan Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat

adalah bank yang memiliki nilai minimal NPF di bawah 5%. Dan dari rentan

waktu 2011-2015 menandakan bahwa rasio NPF memiliki kategori sehat.

Data rasio FDR nilai terendah (minimum) adalah 0,4608 berasal dari

Bank Victoria Syariah pada tahun 2011, sedangkan rasio FDR dengan nilai

tertinggi (maksimum) adalah 2,8920 berasal dari Maybank Syariah pada

tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 0,99745 dan standar

deviasi FDR sebesar 0,3664793. Dengan melihat nilai mean rasio FDR maka

dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata FDR pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 85%. Hal ini

menunjukkan FDR pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan

Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki

nilai minimal FDR di bawah 85%. Dan dari rentan waktu 2011-2015

menandakan bahwa rasio FDR memiliki kategori cukup sehat.

Data rasio GWM nilai terendah (minimum) adalah 0,0500 berasal dari

Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2015, sedangkan rasio GWM dengan

nilai tertinggi (maksimum) adalah 0,1040 berasal dari Bank Mega Syariah

pada tahun 2015. Adapun nilai rata-rata (mean) GWM sebesar 0,05358% dan

71

71

standar deviasi GWM sebesar 0,08274. Dengan melihat nilai mean rasio

GWM maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata GWM

pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 5%.

Hal ini menunjukkan GWM pada Bank Umum Syariah telah memenuhi

peraturan Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang

memiliki nilai minimal GWM sebesar 5%. Dan dari rentan waktu 2011-2015

menandakan bahwa rasio FDR memiliki kategori sehat.

Data jumlah dewan komisaris Independen nilai terendah (minimum)

adalah 25% berasal dari Bank Jawa Barat Syariah pada tahun 2014 dan 2015,

sedangkan jumlah dewan komisaris dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah

100% berasal dari Bank Victoria Syariah tahun 2013dan 2014, Bank Mega

Syariah 2011-2013 dan Bank Bukopin Syariah pada 2011. Adapun nilai rata-

rata (mean) jumlah dewan komisaris yang dimiliki yaitu 67% dari jumlah

dewan komisaris suatu bank syariah dan dengan standar deviasinya sebesar

0,1791. Hal ini menandakan bahwa komposisi dewan komisaris independen

merupakan keseluruhan dari dewan komisaris perusahaan yang ada.

Data kepemilikan institusional atas saham yang dimiliki pihak

institusi nilai terendah (minimum) adalah 80,81% berasal dari Bank

Muamalat Indonesia pada tahun 2014, sedangkan kepemilikan saham

institusional dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah 100% berasal dari

BJBS tahun 2011-2015, Bank Jawa Barat Syariah dan Maybank Syariah pada

2011-2015. Adapun nilai rata-rata (mean) kepemilikan institusional sebesar

98% dan standar deviasi KI sebesar 0,0454. Dengan melihat nilai mean KI

72

72

maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai saham yang dimiliki oleh

institusi pada Bank Umum Syariah di Indonesia sangat tinggi.

Data rasio ROA nilai terendah (minimum) adalah -0,2013 berasal dari

Maybank Syariah pada tahun 2015, sedangkan rasio ROA dengan nilai

tertinggi (maksimum) adalah 0,3810 berasal dari Bank Mega Syariah pada

tahun 2012. Adapun nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 0,02137 dan standar

deviasi ROA sebesar 0,07899. Dengan melihat nilai mean rasio ROA maka

dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata ROA pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 1,25%. Hal ini

menunjukkan ROA pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan

Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki

nilai minimal ROA berada diatas 1,25%. Dan dari rentan waktu 2011-2015

menandakan bahwa rasio ROA memiliki kategori cukup sehat.

Data rasio NIM nilai terendah (minimum) adalah 0,0212 berasal dari

Bank Victoria Syariah pada tahun 2011, sedangkan rasio NIM dengan nilai

tertinggi (maksimum) adalah 0,1533 berasal dari Bank Mega Syariah pada

tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) NIM sebesar 0,06382 dan standar

deviasi NIM sebesar 0,02814. Dengan melihat nilai mean rasio NIM maka

dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata NIM pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 2%. Hal ini

menunjukkan NIM pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan

Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki

73

73

nilai minimal NIM di atas 2%. Dan dari rentan waktu 2011-2015 menandakan

bahwa rasio NIM memiliki kategori sangat sehat.

Data rasio CAR nilai terendah (minimum) adalah 0,1110 berasal dari

Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2012, sedangkan rasio CAR dengan

nilai tertinggi (maksimum) adalah 0,7344 berasal dari Maybank Syariah pada

tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) CAR sebesar 0,24302 dan standar

deviasi CAR sebesar 0,15346 . Dengan melihat nilai mean rasio CAR maka

dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata CAR pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 8%. Hal ini

menunjukkan CAR pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan

Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki

nilai minimal CAR sebesar 8%. Dan dari rentan waktu 2011-2015

menandakan bahwa rasio CAR memiliki kategori sangat sehat.

Data pertumbuhan laba nilai terendah (minimum) adalah -0,08939

berasal dari Bank Mega Syariah pada tahun 2014, sedangkan pertumbuhan

laba dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah 6,7585 berasal dari Bank

Victoria Syariah pada tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean)

pertumbuhan laba sebesar 0,62508 dan standar deviasi pertumbuhan laba

sebesar 1,41800. Dengan melihat nilai mean variabel pertumbuhan laba Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 menunujukkan bahwa Bank

Umum Syariah di Indonesia memiliki pertumbuhan laba yang cukup baik.

74

74

D. Pengujian Dan Hasil Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Multikoloneaitas

Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Pada model regresi yang baik seharusnya antar

variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk melihat ada atau

tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan cara melihat

nilai centered variance inflation faktor (VIF). Nilai cutoff yang

umum dipakai sebagai standar yang menunjukkan tidak terjadi

multikolineraitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama

dengan nilai VIF di bawah 0,10. Hasil uji multikolinearitas antar

variabel independen dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 13Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolonieritas

Variance Inflation Factors

Sample: 1 50

Included observations: 49 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 0.069585 1.040993 NA

D(NPF) 39.08264 1.359391 1.336649

D(FDR) 0.863411 1.753834 1.753220

D(GWM) 704.3070 1.204692 1.204549

D(DKI) 3.177019 1.100433 1.099861

D(KI) 97.52970 1.157680 1.145752

D(ROA) 8.951906 1.442961 1.440948

D(NIM) 147.7660 1.152733 1.152733

D(CAR) 7.727466 1.892522 1.889110

75

75

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Hasil output diatas menunjukkan bahwa nilai Centered VIF

pada variabel independen berada pada nilai di bawah 10. Sehingga

dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolonieritas

dalam model prediksi tersebut.

b) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang

terjadi antara residual pada periode t dengan residual periode t-1

pada model regresi dalam suatu model regresi linier berganda.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi

dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui beberapa model

pengujian. Dalam penelitian ini menggunakan pengujian Durbin

Watson (Uji DW). Adapun hasil pengujian adalah sebagai berikut:

bel 14Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)

Method: Least Squares

Sample (adjusted): 2 50

Included observations: 49 after adjustments R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765

Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723

S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715

Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192

Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548

F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279

Prob(F-statistic) 0.002747

76

76

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Nilai Durbin-Watson (DW) pada output di atas

menunjukkan nilai sebesar 2,1052. Nilai DW tersebut lebih besar

dari (du) 1,861 dan lebih kecil dari 2,139 (4-du). Dari

perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

autokorelasi positif dan negatif dan nilai DW tersebut bebas dari

autokorelasi.

c) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji

apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian

dari nilai residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian dari nilai residual pada suatu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut hemoskedestisitas. Dan jika

berbeda maka disebut heterostisitas. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedestisitas.

Dalam pengujian heteroskedastisitas, terdapat beberapa

model pengujian yang dapat digunakan. Untuk penelitian ini model

pengujian yang digunakan adalah uji Glejser dengan meregresikan

nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan

persamaan:

77

77

Jika variabel signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya

heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika variabel tidak

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka

tidak terjadi Heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji

heteroskedastisitas dengan uji Glejser:

Tabel 15Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.403562 Prob. F(8,40) 0.9119

Obs*R-squared 3.659540 Prob. Chi-Square(8) 0.8865

Scaled explained SS 3.993633 Prob. Chi-Square(8) 0.8577

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Hasil output pengujian heteroskedastisitas model Glejser

menunjukkan nilai prob pada Obs*R-Square berada pada angka di

atas nilai alpha 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada pengujian data di atas.

d) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji Ftest dan Ttest

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

78

78

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Gambar 2Gamber 4.1

Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera

Hasil uji normalitas menggunakan metode uji Jarque-Bera

yang menunjukkan hasil probability sebesar 0,1118 yang berarti

lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

tersebut terdistribusi secara normal.

e) Uji Linieritas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model

yang digunakan sudah benar atau tidak. Untuk mengujinya dapat

dilakukan dengan menggunakan model Ramsey Test, yaitu dengan

membandingkan nilai probabilitas log likelihood ratio pada tabel

Ramsey Test dengan sigifikansi 5%. jika nilai probabilitas log

likelihood ratio < 0,05, maka model linier ditolak. Sebaliknya, jika

nilai probabilitas log likelihood ratio > 0,05, maka model linier

diterima. Adapun hasil pengujian linieritas adalah sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Series: ResidualsSample 2 50Observations 49

Mean -8.50e-17Median 0.088212Maximum 4.830115Minimum -4.358008Std. Dev. 1.652113Skewness 0.214217Kurtosis 4.400809

Jarque-Bera 4.381051Probability 0.111858

79

79

Tabel 16Tabel 4.7

Hasil Uji Linieritas

S

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

Dari hasil output tersebut terlihat bahwa nilai

probabilitasnya berada pada signifikansi 0,05 atau 5%. Sehingga

dapat dinyatakan bahwa model regresi tersebut adalah linier.

2. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menghitung

besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian pada

variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui

koefisien antar variabel dapat dilihat dengan tabel berikut:

Tabel 17Tabel 4.8

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)

Method: Least Squares

Sample (adjusted): 2 50

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.005449 0.263789 -0.020655 0.9836

D(NPF) 3.650964 6.251611 0.584004 0.5625

D(FDR) -3.745365 0.929199 -4.030745 0.0002

D(GWM) 12.05474 26.53878 0.454231 0.6521

D(DKI) 2.568267 1.782420 1.440888 0.1574

Ramsey RESET Test

Equation: UNTITLED

Specification: D(PERTUMBUHAN_LABA ) C D(NPF) D(FDR) D(GWM)

D(DKI) D(KI) D(ROA) D(NIM) D(CAR)

Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability

t-statistic 0.457469 39 0.6499

F-statistic 0.209278 (1, 39) 0.6499

Likelihood ratio 0.262236 1 0.6086

80

80

D(KI) -2.509832 9.875713 -0.254142 0.8007

D(ROA) 10.40717 2.991974 3.478361 0.0012

D(NIM) -27.76601 12.15590 -2.284158 0.0277

D(CAR) 7.310666 2.779832 2.629895 0.0121 R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765

Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723

S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715

Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192

Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548

F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279

Prob(F-statistic) 0.002747

Sumber: Output Eviews7 (data diolah)

a) Koefisien Determinan (R2)

Besar nilai kontribusi pada variabel bebas terhadap variabel terikatnya

dapat dilihat melalui besar koefisien determinan totalnya (R2). Nilai

intervalnya antara 0 hingga 1 . Semakin besar nilai R2

mendekati angka 1, maka semakin baik hasil model regresinya.

Sebaliknya, jika nilai R2

mendekati angka 0 maka secara keseluruhan

tidak dapat menjelaskan variabel independen.

NIilai R-square pada tabel 4.8 menjelaskan tingkat hubungan

antar variabel independen dengan variable dependen, artinya bahwa

hubungan variabel NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan

CAR terhadap pertumbuhan laba adalah sebesar 0,4228 atau 42,28%.

Nilai Adjusted R Square menjelaskan bahwa variabel

independen NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan CAR dapat

menerangkan variabel dependen yakni pertumbuhan laba sebesar

0,3074 atau sebesar 30%, sedangkan (100%-30%) 70% diterangkan

oleh variabel lain diluar model regresi ini.

81

81

b) Uji Ftest (Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel

independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Penilaian berdasarkan nilai probabilitasnya. Jika nilai signifikansi

lebih kecil dari nilai alpha 0,05 maka hipotesis yang diajukan

diterima atau dikatakan signifikan. Namun, jika nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan ditolak dan

dikatakan tidak signifikan.

Hasil pengujian Ftest pada tabel 4.8 terlihat nilai F hitung

sebesar 3,6635 dengan probabilitas (0,0027) jauh lebih kecil di

bawah 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variabel NPF, FDR,

GWM, DKI, KI, ROA, NIM, dan CAR secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank

syariah.

c) Uji Ttest (Parsial)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh

variabel independen secara individu terhadap variabel dependen

dengan menganggap variabel lain bernilai konstan. Dalam pengujian

ini dengan melihat nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas lebih

kecil dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan

signifikan. Namun, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis yang diajukan ditolak dan dikatakan tidak signifikan. Hasil

uji Ttest adalah sebagai berikut:

82

82

1. Persamaan regresi linier berganda mempunyai konstanta sebesar -

0,0054. Hal ini menunjukkan bahwa jika varabel independen

diasumsikan konstan, maka variabel dependen yaitu pertumbuhan laba

naik sebesar 0,0054%.

2. Koefisien variabel NPF = 3,6509 artinya bahwa setiap kenaikan NPF

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba

sebesar 3,6509% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel NPF dengan nilai signifikansi 0,5625 yang artinya

lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial NPF tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

3. Koefisien variabel FDR = -3,7453 yang artinya bahwa setiap kenaikan

FDR 1% akan menyebabkan penurunan pada pertumbuhan laba

sebesar 3,7453% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel FDR dengan nilai signifikansi 0,0002 yang artinya

lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara parsial FDR berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4. Koefisien variabel GWM = 12,0547 artinya bahwa setiap kenaikan

GWM sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan

laba sebesar 12,0547% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel GWM dengan nilai signifikansi 0,6521 yang artinya

lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial GWM tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

5. Koefisien variabel DKI = 2,5682 artinya bahwa setiap kenaikan DKI

83

83

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba

2,5682% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.

Variabel DKI dengan nilai signifikansi 0,1574 yang artinya lebih

besar dari 0,05. Sehingga secara parsial DKI tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

6. Koefisien variabel KI = -2,5098 yang artinya bahwa setiap kenaikan

KI sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pada pertumbuhan laba

sebesar 2,5098% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel KI dengan nilai signifikansi 0,8007 yang artinya

lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial KI tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

7. Koefisien variabel ROA = 10,4071 yang artinya setiap kenaikan ROA

sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba

sebesar 10,4071% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel ROA dengan nilai signifikansi 0,0012 yang artinya

kurang dari 0,05. Sehingga secara parsial ROA berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba.

8. Koefisien variabel NIM = -27,6601 artinya bahwa setiap kenaikan

NIM sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan pada

pertumbuhan laba sebesar 27,6601% dengan asumsi bahwa variabel

bebas lainnya konstan. Variabel NIM dengan nilai signifikansi 0,0277

yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara parsial NIM

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

84

84

9. Koefisien variabel CAR = 7,3106 artinya setiap kenaikan CAR

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba

sebesar 7,3106% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan. Variabel CAR dengan nilai signifikansi 0,0121 yang artinya

kurang dari 0,05. Sehingga secara parsial CAR berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba.

E. Pembahasan

1. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel NPF memiliki nilai signifikansi (0,5625)

lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

NPF tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (0,5840) dan tidak signifikan

antara NPF dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Yulistianingrum (2016) bahwa NPL berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Dilangsir dari (www.kompasiana.com, 2016) sepanjang periode

penelitian pertumbuhan ekonomi Indonesia dilanda perlambatan ekonomi

sebagai dampak memburuknya krisis moneter yang terjadi dikawasan

Amerika dan Eropa. Perlambatan ekonomi ini juga berpengaruh pada laju

pertumbuhan sektor perbankan sebagai stabilitas ekonomi, tidak

terkecuali pada bank syariah yang erat kaitannya dengan pertumbuhan

sektor riil. Untuk mempertahanan perekonomiannya tersebut, perbankan

85

85

Indonesia lebih berhati-hati dalam menjaga resiko kegagalan kreditnya.

Salah satu kebijakan yang diambil adalah meminimalisir tingkat

likuiditas bank yang mengakibatkan jumlah dana yang dimiliki bank

tidak terealisasi dengan baik.

Adanya modal bank yang besar, berdampak pada besarnya kas

yang menganggur karena tidak dapat tersalurkanya pembiayaan dengan

baik, padahal pembiayaan merupakan sumber utama dalam memberikan

pendapatan bagi perbankan (Rodiyah & Wibowo, 2014;52). Selain itu,

presentase rasio NPF pada periode penelitian rata-rata sebesar 0,039 atau

3% yang berarti rasio gagal bayar pada bank syariah menunjukkan nilai

yang kecil berada dibawah 5% sesuai dengan PBI No.17/11/PBI/2015.

Karena hal tersebut maka kredit macet tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba.

2. Variabel FDR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel FDR memiliki nilai signifikansi (0,0002)

lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

perubahan FDR akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba,

sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif (-4,0307)

dan signifikan antara FDR dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013) bahwa FDR

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

86

86

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan kemampuan bank

dalam menyediakan dan menyalurkan dana kepada nasabah. Nilai FDR

menunjukkan efektif tidaknya bank dalam menyalurkan pembiayaan,

apabila nilai FDR menunjukkan prosentase terlalu tinggi maupun terlalu

rendah maka bank dinilai tidak efektif dalam menghimpun dan

menyalurkan dana yang diperoleh dari nasabah, sehingga mempengaruhi

laba yang didapat (Riyadi & Yulianto, 2014;473). Namun, tidak berarti

setiap tingkat FDR yang tinggi dapat memberikan laba yang tinggi pula.

Pihak bank harus menilai calon debitur yang mempunyai karakter kuat,

kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang

kuat, dan kondisi perekonomian yang aman agar tidak menimbulkan

kredit bermasalah sehingga menghambat pendapatan yang akan diperoleh

(Sabir, dkk, 2012;82).

3. Variabel GWM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel GWM memiliki nilai signifikansi (0,6521)

lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

GWM tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (0,4542) dan tidak signifikan

antara GWM dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Triono (2007) bahwa GWM berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.

87

87

Penggunaan rasio GWM dalam bentuk presentase pada penelitian

ini menjadikan nilai GWM disetiap tahunnya sama pada keseluruhan

bank syariah yakni sesuai dengan presentase yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia pada PBI No. 15/16/PBI//2013, padahal nilai GWM

disesuaikan dengan jumlah dana pihak ketiga yang dimiliki oleh setiap

perbankan syariah. Hal ini menyebabkan GWM tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4. Variabel DKI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel DKI memiliki nilai signifikansi (0,1574)

lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

DKI tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (1,4408) dan tidak signifikan

antara DKI dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Marselina (2017) bahwa DKI berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Menurut Apriyanti (2012) adanya DKI cukup penting bagi

perbankan namun karena kurangnya penerapan good corporate

governance dalam perbankan menyebabkan pengaruh DKI masih kurang

dibanding pemegang saham pengendali, sehingga DKI belum dapat

sepenuhnya melakukan pengawasan. Bahkan, menurut Kusumawati dan

Riyanto (2005) keberadaan DKI dalam perusahaan cenderung hanya

formalitas untuk memenuhi peraturan yang ada. (Santoso,2015;74).

88

88

5. Variabel KI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel KI memiliki nilai signifikansi (0,8007) lebih

besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan KI tidak

berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat dinyatakan

bahwa terdapat pengaruh negatif (-0,2541) dan tidak signifikan antara KI

dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marselina (2017) bahwa KI berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Kepemilikan institusional yang merupakan kondisi dimana pihak

institusi memiliki saham di suatu perusahaan dan biasanya dalam jumlah

yang besar. Berdasarkan penelitian ini, kepemilikan institusional

memang memiliki jumlah kepemilikan saham yang sangat tinggi

sehingga institusi akan cenderung bertindak untuk kepentingan mereka

sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas

dan akan membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah

kebijakan perusahaan yang nantinya malah lebih menguntungkan

pemegang saham mayoritas yaitu pihak institusi. Dengan keadaan yang

tidak kondusif tersebut maka tidak akan meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan (Aprianingsih, 2015;121).

6. Variabel ROA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel ROA memiliki nilai signifikansi (0,0012)

89

89

lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

ROA akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (3,4783) dan signifikan

antara ROA dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Putri (2016) bahwa ROA berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan laba.

ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki (Dendawijaya,

2005;118). Hal ini mengindikasikan bahwa bank syariah mampu

memanfaatkan total aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba,

sehingga dengan meningkatnya laba yang diperoleh juga akan

meningkatkan pertumbuhan labanya.

7. Variabel NIM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel NIM memiliki nilai signifikansi (0,0277)

lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

NIM berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif (-2,2841) dan signifikan

antara NIM dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) bahwa NIM berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

90

90

NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih

terhadap rata-rata aktiva produktif (Bank Indonesia, 2004). Bagi bank

syariah perolehan ketetapan suku bunga pinjaman hanya sebesar 4,91%

dari pembiayaan yang disalurkan, sebab sebagian besar pendapatan bank

syariah berdasarkan bagi hasil dan margin atas dana pihak ketiga bukan

berdasarkan bunga. Hal tersebut yang menjadikan NIM berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan laba bank syariah.

8. Variabel CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

eviews7, yang mana variabel CAR memiliki nilai signifikansi (0,0121)

lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

perubahan CAR akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba,

sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (2,6298) dan

signifikan antara CAR dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2016) bahwa CAR berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Menurut Brenton (1986) dalam Muhammad (2008:92) CAR

ditekankan pada empat fungsi, yaitu untuk melindungi deposan yang

tidak diasuransikan, menyerap kerugian yang tidak diharapkan,

memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan

serta sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva

yang tidak tepat (Setiawan & Winarsih, 2011;4). Dari keempat fungsi

tersebut terlihat bahwa kecukupan rasio CAR sangatlah penting bagi

91

91

suatu perusahaan. Dengan semakin besar CAR yang dimiliki dapat

memberikan pertumbuhan laba yang lebih besar pula.

92

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. NPF berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,

hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya NPF tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.

2. FDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal

ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya FDR berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.

3. GWM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan

laba, hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya GWM tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa

hipotesis ditolak.

4. DKI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,

hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya DKI tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.

5. KI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,

hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya KI tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.

93

93

6. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal

ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya ROA akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima.

7. NIM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal

ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya NIM berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.

8. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal

ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya CAR akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta kesimpulan di atas,

adapun saran-saran dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi manajemen perbankan syariah alangkah lebih baiknya menjaga

tingkat FDR, ROA, NIM dan CAR sebagai rasio yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba daripada variabel lainnya. Terutama pada

rasio CAR, dimana CAR sebagai rasio kecukupan modal bagi perbankan

dituntut agar selalu mampu mengcover risiko kerugian akibat aktivitas

bank. Modal yang cukup dapat mengalihkan modal sendiri kepada aktiva

produktif sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan laba. Selain itu

juga, perlu sekali untuk meningkatkan kinerja dewan komisaris

independen terutama dalam menjaga dan memonitoring pelaksanaan

kinerja perbankan syariah. Tujuannya agar tidak terjadi kecurangan

dalam pelaporan keuangan serta tidak adanya pihak-pihak yang

94

94

mementingkan kebutuhan pribadinya, sebab tata kelola perusahaan yang

baik dapat memberikan imbal yang baik pula bagi perusahaan terutama

dalam memperoleh laba.

2. Bagi pihak investor, ketika akan berinvestasi sebaiknya memperhatikan

terlebih dahulu variabel-variabel tersebut sebagai dasar pertimbangan.

Hal ini dilakukan agar pihak investor tidak akan dirugikan pada Bank

Umum Syariah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan variabel-variabel

penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat

menghasilkan hasil kesimpulan yang lebih baik.

C. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat

dijadikan bahan pertimbanga bagi peneliti yang akan datang, yaitu sebagi

berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan Bank Umum Syariah,

sebaiknya dapat mengembangkannya dengan menambah sektor-sektor

lainnya.

2. Penelitian ini hanya melihat pertumbuhan laba dari faktor tingkat

kesehatan saja. Sebaiknya dapat mengembangkannya dengan menambah

faktor-faktor lainnya sehingga pertumbuhan laba dapat dilihat dari

berbagai rasio lainnya.

95

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Alfianika, N. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Deepublish.

Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani

Press.

Arifin, Z. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher.

Darmawi, H. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghazali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Greuning, H. V., & Bratanovic, S. B. 2011. Analisis Risiko Perbankan. Jakarta:

Salemba Empat.

Idroes, F. N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Ismail. 2009. Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta:

Kencana.

Jusuf, H. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi.

Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Press.

_______2014. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulhan, M., & Siswanto, E. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah.

Malang: UIN Malang Press.

Suwiknyo, D. 2010. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Yudiana, F. E. 2012. Konsep Dasar Manajemen Keuangan. Salatiga: STAIN

SALATIGA Press.

_____________2013. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ombak.

96

Referensi Jurnal:

Endraswati, H. 2012 . Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Deviden

terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai variabel

Moderating pada Perusahaan di BEI. Jurnal Inferensi,1(1).

Hidayanti, E., & Paramita. R. W. D. 2014, September. Pengaruh Good Corporate

Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Riil pada Perusahaan

Manufaktur. Jurnal WIGA, 4(2):8.

Indriastuti, M., & Ifada, L. M. 2015, May. Analisis Sistem Pengukuran Kinerja

Perbankan Syariah. Journal Conference in Business, Accounting , and

Management, 2(1): 317.

Khatimah, H. 2009, Maret. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia Sebelum dan Sesudah

Kebijakan Akselerasi Perbankan Syariah Tahun 2007/2008. Jurnal

Optimal, 3(1): 5.

Kusuma, E. M., & Supatmi. 2015, Desember. Hubungan Mekanisme Corporate

Governance dan Kinerja Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 18(3);109.

Kusumaningtyas, M. 2014, Juni. Pengaruh Ukuran Komite Audit dan

Kepemilikan Institusional terhadap laba. Jurnal Prestasi, 13(1):86.

Lupa, W., Parengkuan , T., & Sepang, J. 2016. Analisis Perbandinan Tingkat

Kesehatan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Dengan

Metode CAMEL. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(1).

Mahendra, I. P., & Suzan, L. 2014. Pengaruh Komponen-Komponen Aktiva

Produktif dan Dana Pihak Ketiga terhadap Profitabilitas. e-proceeding of

Management, 2(3): 3318.

Purba, B. 2014, Desember. Analisis Kointegrasi antara Indeks Harga Saham

Gabungan, Jumlah Uang Beredar dan Indeks Harga Pedagang Besar di

Indonesia Periode 2007-2013. Jurnal Santech, 6(4):19.

Sabir, M., Ali, M. M., & Habbe, A. H. 2012. Juni. Pengaruh Rasio Kesehatan

Bank terhadap Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di

Indonesia.Jurnal Analisis, 1(1):85.

Sarawana, S., & Destriana, N. 2015. Desember. Pengaruh Meanisme Tata Kelola

Perusahaan, Pendanaan Hutang Perusahaan, Deviden serta Ukuran

Perusahaan terhadap Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 17(2):162.

97

Setiawan, S. & Winarsih. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Laba Bank Syariah di Indonesia:4.

Suhartatik, N., & Kusumaningtias, R. 2013. Juli. Determinan Financing To

Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Di Indonesia (2008-2012). Jurnal

Ilmu Manajemen, 1(4): 1179.

Riyadi, S., & Yulianto, A. 2014. Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Financing to

Deposit Ratio, Non Perfoming Financing terhadap Profitabilitas Bank

Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Akuntansi, 3(4);472.

Umiyati, & Faly, Q. P. 2015. Pengukuran Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan

Metode RGEC. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 2(2):186.

Widodo, Arry. 2010. Pengaruh Good Corporate Governance, Debt Ratio, dan

Total Asset terhadap Kinerja Perusahaan.Jurnal Riset Manajemen:20.

Referensi skripsi:

Apriningsih, A. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur

Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioe 2011-2015.

Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Desmalini. 2014. Pengaruh Interest Rate Risk Ratio, Capital Adequacy Ratio, Net

Profit Margin, Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional, dan

Loan to Deposit Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2009-2012.Skripsi.Tanjungpinang: Fakultas

Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

Hanif, M. 2014. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap

Pertumbuhan Laba Perusahaan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Santoso. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance, Capital Adequacy Ratio

dan Net Interest Margin terhadap Kinerja Perbankan yang terfdaftar

Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas negeri Yogyakarta.

Setyarini, A. 2009. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Net Interest

Margin, Beban Operasional Pendapatan Operasional, Loan to Deposit

Ratio dan Giro Wajib Minimum terhadap perubahan laba.

Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

98

Sudono. 2011. Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum GWM terhadap

Volume Kredit dan Suku Bunga Kredit pada Bank Umum Periode

TWI/200.-TW.III/2011. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Sunarwan, E. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan Syariah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wirawan, R. Y. 2013. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan terhadap

Pertumbuhan Laba pada Perusahaan BUMN Sektor Perbankan Indonesia.

Skripsi. Makassar:F akultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Yuliatiningrum, N. 2016. Pengaruh Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI. Skripsi.Surabaya:Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Referensi Internet:

www.bi.go.id

www.kompasiana.com

www.ojk.go.id

www.statistikan.com

99

LAMP

LAMPIRAN

LAMPIRAN

100

Lampiran 1. Data Tingkat Kinerja Bank Syariah Di Indonesia 2011-2015

Bank

Syariah

RASIO

NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR PER.

LABA

BMI

2011 4,59% 76,76% 5,13% 50% 85,99% 1,13% 6,55% 11,78% 0,60%

2012 5,77% 94,15% 5,12% 50% 84,56% 0,20% 4,64% 11,03% 0,42%

2013 5,61% 99,99% 5,10% 50% 88,81% 0,27% 4,66% 14,43% 0,22%

2014 6,55% 84,14% 5,12% 50% 80,81% 0,17% 3,40% 13,91% 0,25%

2015 7,11% 90,30% 5,105 50% 89,85% 0,20% 4,09% 12,39% 0,27%

BVS

2011 2,43% 46,08% 5,04% 66,67% 99,98% 6,93% 2,12% 45,20% 6,76%

2012 3,19% 73,78% 5,03% 66,67% 99,98% 1,43% 2,36% 28,08% -0,51%

2013 3,71% 84,65% 5,04% 100% 99,98% 0,50% 2,96% 18,40% -0,60%

2014 7,10% 95,19% 5,01% 100% 99,98% 1,87% 3,34% 15,27% 3,76%

2015 9,80% 95,29% 5,03% 66,67% 99,98% 2,36% 3,27% 16,14% 0,25%

BJBS

2011 1,36% 79,61% 5,02% 25% 100% 1,23% 7,84% 30,29% 0,09%

2012 4,46% 87,99% 5,01% 20% 100% 0,59% 7,41% 21,09% -0,02%

2013 1,86% 97,40% 5,01% 40% 100% 0,91% 6,65% 17,99% 0,57%

2014 5,91% 93,69% 5,01% 25% 100% 0,69% 8,34% 15,83% -0,20%

2015 6,93% 104,75% 5,005 25% 100% 0,25% 5,68% 22,53% -0,68%

BNIS

2011 3,62% 78,60% 6,48% 66,67% 99,99% 1,29% 8,07% 20,75% 0,83%

2012 2,02% 84,99% 5,57% 66,67% 99,99% 1,48% 7,31% 19,29% 0,55%

2013 1,06% 97,86% 5,12% 66,67% 99,99% 1,37% 9,51% 16,54% 0,15%

2014 1,86% 92,60% 5,21% 66,67% 99,99% 1,27% 8,15% 18,76% 0,39%

2015 2,53% 91,94% 5,15% 66,67% 99,99% 1,43% 8,25% 18,16% 0,50%

BSM

2011 2,42% 86,03% 5,08% 60% 99,99% 1,95% 7,48% 14,57% 0,33%

2012 2,82% 94,40% 5,06% 60% 99,99% 2,25% 7,25% 13,82% 0,47%

2013 4,32% 89,37% 5,22% 60% 99,99% 1,53% 7,25% 14,10% -0,19%

2014 6,84% 81,92% 5,05% 60% 99,99% 0,04% 6,20% 14,12% -0,89%

2015 6,06% 81,99% 5,09% 60% 99,99% 0,56% 6,53% 12,85% 3,04%

BMS

2011 3,03% 83,08% 5,26% 100% 99,99% 1,58% 15,33% 12,03% -0,14%

2012 2,67% 88,88% 5,12% 100% 99,99% 3,81% 13,94% 13,51% 2,43%

2013 2,98% 93,37% 5,26% 100% 99,99% 2,33% 10,66% 12,99% -0,19%

2014 3,89% 93,61% 5,705 66,67% 99,99% 0,29% 8,33% 19,26% -0,89%

2015 4,26% 98,49% 10,40% 66,67% 99,99% 0,30% 9,34% 18,74% -0,23%

BPS

2011 0,82% 167,70% 5,42% 66,67% 99,99% 2,06% 7,00% 61,98% 0,53%

101

2012 0,20% 105,66% 5,25% 66,67% 99,99% 3,48% 6,67% 32,20% 2,50%

2013 1,02% 90,40% 5,57% 66,67% 99,99% 1,03% 4,26% 20,83% -0,42%

2014 0,53% 94,04% 5,20% 66,67% 91,80% 1,99% 4,38% 25,69% 2,34%

2015 2,63% 96,43% 5,20% 66,67% 91,36% 1,14% 3,82% 20,30% -0,23%

BBS

2011 1,74% 83,54% 5,04% 100% 97,39% 0,52% 3,43% 15,29% 0,19%

2012 4,59% 91,98% 5,03% 66,67% 97,39% 0,55% 3,94% 12,78% 0,43%

2013 4,27% 100,29% 5,03% 66,67% 95,24% 0,69% 3,86% 11,10% 0,13%

2014 4,07% 92,89% 5,01% 66,67% 98,47% 0,27% 2,76% 14,80% -0,57%

2015 2,99% 90,56% 5,01% 66,67% 98,73% 0,79% 3,14% 16,31% 2,28%

BCAS

2011 0,20% 78,80% 5,30% 66,67% 99,99% 0,90% 11,27% 45,90% 0,25%

2012 0,10% 79,90% 5,15% 66,67% 99,99% 0,80% 9,56% 31,50% 0,25%

2013 0,10% 83,50% 5,03% 66,67% 99,99% 1,00% 7,73% 22,40% 0,53%

2014 0,10% 91,20% 5,02% 66,67% 99,99% 8,00% 4,00% 29,60% 0,03%

2015 0,70% 91,40% 5,32% 66,67% 99,99% 1,00% 4,90% 34,30% 0,81%

MBS

2011 0% 289,20% 5,55% 66,67% 100% 35,75% 5,92% 73,44% 0,10%

2012 2,49% 197,70% 5,79% 66,67% 100% 2,88% 5,78% 63,89% 0,02%

2013 2,69% 152,87% 5,57% 66,67% 100% 2,87% 6,61% 59,41% 0,04%

2014 5,04% 157,77% 7,20% 66,67% 100% 3,61% 6,65% 52,13% 0,45%

2015 35,15% 110,54% 5,70% 66,67% 100% 20,13% 6,54% 38,40% 4,26%

Keterangan:

BMI Bank Muamalat Indonesia

BVS Bank Victoria Syariah

BJBS Bank Jawa Barat Syariah

BNIS Bank Negara Indonesia Syariah

BSM Bank Syariah Mandiri

BMS Bank Mega Syariah

BPS Bank Panin Syariah

BBS Bank Bukopin Syariah

BCAS Bank Central Asia Syariah

MBS Maybank Syariah

102

Lampiran 2. Hasil output pengujian data pada Evews7:

a. Uji Stasioneritas tingkat Level

Null Hypothesis: PERTUMBUHAN_LABA has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.698944 0.0000

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: NPF has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.276109 0.7620

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: FDR has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.102931 0.2414

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: GWM has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.016540 0.6830

Test critical values: 1% level -2.615093

5% level -1.947975

10% level -1.612408

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

103

Null Hypothesis: DKI has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.651360 0.4299

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: KI has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.714247 0.8660

Test critical values: 1% level -2.615093

5% level -1.947975

10% level -1.612408

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: ROA has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.548335 0.0000

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: NIM has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.150597 0.2244

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

104

Null Hypothesis: CAR has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.322407 0.1697

Test critical values: 1% level -2.613010

5% level -1.947665

10% level -1.612573

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

b. Uji Stasioneritas tingkat 1st Difference

Null Hypothesis: D(PERTUMBUHAN_LABA) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.22157 0.0000

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.860107 0.0051

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.191456 0.0000

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

105

Null Hypothesis: D(GWM) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.910145 0.0000

Test critical values: 1% level -2.615093

5% level -1.947975

10% level -1.612408

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(DKI) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.807481 0.0000

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(KI) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.317540 0.0000

Test critical values: 1% level -2.615093

5% level -1.947975

10% level -1.612408

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.642447 0.0000

Test critical values: 1% level -2.616203

5% level -1.948140

10% level -1.612320

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

106

Null Hypothesis: D(NIM) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.705338 0.0000

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.602275 0.0000

Test critical values: 1% level -2.614029

5% level -1.947816

10% level -1.612492

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

c. Uji Deskriptif Statistik

P_LABA NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR

Mean 0.625080 0.039238 0.997454 0.053586 0.646400 0.980014 0.031352 0.063826 0.243220

Median 0.247500 0.029850 0.919600 0.051200 0.670000 0.999900 0.011350 0.065450 0.185700

Maximum 6.758500 0.351500 2.892000 0.104000 1.000000 1.000000 0.381000 0.153300 0.734400

Minimum -0.893900 0.000000 0.460800 0.050000 0.250000 0.808100 0.000400 0.021200 0.110300

Std. Dev. 1.418003 0.050472 0.366479 0.008275 0.179179 0.045481 0.075520 0.028149 0.153386

Skewness 2.351106 4.851793 3.406640 4.915283 -0.052528 -2.369521 3.920173 0.918454 1.682401

Kurtosis 9.189742 30.62358 16.52574 29.28721 4.011976 7.613579 17.35683 4.148283 4.953859

Sum 31.25400 1.961900 49.87270 2.679300 32.32000 49.00070 1.567600 3.191300 12.16100

Sum Sq. Dev. 98.52592 0.124825 6.581046 0.003355 1.573152 0.101358 0.279457 0.038827 1.152837

Observations 50 50 50 50 50 50 50 50 50

107

d. Uji Multikolonieritas

Variance Inflation Factors

Date: 08/30/17 Time: 10:21

Sample: 1 50

Included observations: 49 Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF C 0.069585 1.040993 NA

D(NPF) 39.08264 1.359391 1.336649

D(FDR) 0.863411 1.753834 1.753220

D(GWM) 704.3070 1.204692 1.204549

D(DKI) 3.177019 1.100433 1.099861

D(KI) 97.52970 1.157680 1.145752

D(ROA) 8.951906 1.442961 1.440948

D(NIM) 147.7660 1.152733 1.152733

D(CAR) 7.727466 1.892522 1.889110

e. Uji Autokorelasi

Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)

Method: Least Squares

Date: 08/30/17 Time: 10:16

Sample (adjusted): 2 50

Included observations: 49 after adjustments R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765

Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723

S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715

Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192

Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548

F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279

Prob(F-statistic) 0.002747

f. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.403562 Prob. F(8,40) 0.9119

Obs*R-squared 3.659540 Prob. Chi-Square(8) 0.8865

Scaled explained SS 3.993633 Prob. Chi-Square(8) 0.8577

108

g. Uji Normalitas

h. Uji Linieritas

Ramsey RESET Test

Equation: UNTITLED

Specification: D(PERTUMBUHAN_LABA ) C D(NPF) D(FDR) D(GWM)

D(DKI) D(KI) D(ROA) D(NIM) D(CAR)

Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability

t-statistic 0.457469 39 0.6499

F-statistic 0.209278 (1, 39) 0.6499

Likelihood ratio 0.262236 1 0.6086 F-test summary:

Sum of Sq. df Mean

Squares

Test SSR 0.699287 1 0.699287

Restricted SSR 131.0150 40 3.275374

Unrestricted SSR 130.3157 39 3.341427

Unrestricted SSR 130.3157 39 3.341427 LR test summary:

Value df

Restricted LogL -93.62352 40

Unrestricted LogL -93.49240 39

0

2

4

6

8

10

12

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Series: ResidualsSample 2 50Observations 49

Mean -8.50e-17Median 0.088212Maximum 4.830115Minimum -4.358008Std. Dev. 1.652113Skewness 0.214217Kurtosis 4.400809

Jarque-Bera 4.381051Probability 0.111858

109

i. Uji regresi linier berganda

Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)

Method: Least Squares

Date: 08/30/17 Time: 10:16

Sample (adjusted): 2 50

Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.005449 0.263789 -0.020655 0.9836

D(NPF) 3.650964 6.251611 0.584004 0.5625

D(FDR) -3.745365 0.929199 -4.030745 0.0002

D(GWM) 12.05474 26.53878 0.454231 0.6521

D(DKI) 2.568267 1.782420 1.440888 0.1574

D(KI) -2.509832 9.875713 -0.254142 0.8007

D(ROA) 10.40717 2.991974 3.478361 0.0012

D(NIM) -27.76601 12.15590 -2.284158 0.0277

D(CAR) 7.310666 2.779832 2.629895 0.0121 R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765

Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723

S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715

Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192

Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548

F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279

Prob(F-statistic) 0.002747

110

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Kunni Mashrohah

Alamat : Ds. Harjosari Rt.06/Rw.07, Kec. Bawen,

Kab.Semarang, Jawa Tengah.

Jl. Soekarno-Hatta KM 32 Bawen, Semarang (50661).

Email : [email protected]

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 27 Januari 1996

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan

Jenjang Pendidikan :

1. SDIT Permata Bunda Bawen, Lulus Tahun 2007.

2. SMP Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo,

Lulus Tahun 2010.

3. SMA Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo,

Lulus Tahun 2013.

4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan

Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, Lulus Tahun 2017.

Demikian riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian bagi

yang berkepentingan harap maklum adanya.

Salatiga, 11 Agustus 2017

Penulis

Kunni Mashrohah

NIM. 213 13 082

vi

vii